brief proposal seminar penelitian-asp

18
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik Hubungan Akuntabilitas, Faktor Organisasional dan Penggunaan Sistem Pengukuran Kinerja Terhadap Kinerja Perguruan Tinggi Swasta Katolik Latar Belakang Masalah Pengelolaan Negara yang mengarah pada konsep New Public Management (NPM) merupakan salah satu proses reformasi sektor publik di Indonesia. Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan kelembagaan dan birokrasi. Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus dalam konsep pengelolaan NPM adalah mengenai tuntutan semua stakeholder tentang penyelenggaraan good governance pada organisasi sektor publik. Penyelenggaraan organisasi publik berdasarkan good governance menjadi keharusan di era sekarang karena dengan adanya pedoman dan arah yang jelas dalam pengelolaan diharapkan akan membawa dampak positif bagi perkembangan organisasi. Akhir-akhir ini berkembang pula tuntutan penerapan good corporate governance untuk sektor-sektor non pemerintahan, terutama pada perusahaan- perusahaan publik dan sejenisnya termasuk perguruan tinggi. Berbicara mengenai akuntabilitas publik dan tata kelola yang baik suatu pemerintahan, berarti tidak terlepas didalamnya akuntabilitas dan tata kelola yang baik di bidang pendidikan terutama perguruan tinggi. Lestyowaty [Type text] Page 1

Upload: martdian-ratna-sari

Post on 11-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AKUNTABILITAS DAN KINERJA ORGANISASI

TRANSCRIPT

Page 1: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

Hubungan Akuntabilitas, Faktor Organisasional dan Penggunaan Sistem Pengukuran

Kinerja Terhadap Kinerja Perguruan Tinggi Swasta Katolik

Latar Belakang Masalah

Pengelolaan Negara yang mengarah pada konsep New Public Management (NPM)

merupakan salah satu proses reformasi sektor publik di Indonesia. Reformasi menjadi

tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan kelembagaan dan birokrasi. Salah

satu hal yang menjadi perhatian khusus dalam konsep pengelolaan NPM adalah

mengenai tuntutan semua stakeholder tentang penyelenggaraan good governance pada

organisasi sektor publik. Penyelenggaraan organisasi publik berdasarkan good

governance menjadi keharusan di era sekarang karena dengan adanya pedoman dan

arah yang jelas dalam pengelolaan diharapkan akan membawa dampak positif bagi

perkembangan organisasi. Akhir-akhir ini berkembang pula tuntutan penerapan good

corporate governance untuk sektor-sektor non pemerintahan, terutama pada

perusahaan-perusahaan publik dan sejenisnya termasuk perguruan tinggi.

Berbicara mengenai akuntabilitas publik dan tata kelola yang baik suatu

pemerintahan, berarti tidak terlepas didalamnya akuntabilitas dan tata kelola yang baik

di bidang pendidikan terutama perguruan tinggi. Lestyowaty (2014) dalam artikelnya

yang dipublikasikan di website Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Kementerian Keuangan, menjelaskan bahwa arah dan program pembangunan yang

tertuang dalam RKP 2014 dirumuskan dalam satu tema yaitu,”Memantapkan

Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”,

dan salah satu prioritas dalam pembangunan adalah prioritas di bidang pendidikan.

Selain itu, dalam Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 4 menjelaskan bahwa dana

pendidikan sebesar 20% berasal dari APBN dan dana pendidikan tersebut digunakan

untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan dan efisien.

Secara khusus dapat dilihat bahwa alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi dari

tahun ke tahun semakin meningkat. Tabel di bawah ini menggambarkan perkembangan

alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi.

Page 1

Page 2: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

Tabel 1.1

Belanja APBN untuk Dana Pendidikan Tinggi (2007-2013)

(dalam miliaran Rupiah)

Keterangan Jumlah Dana

Persentase Kenaikan/Penurunan

LKPP Tahun 2007 6.904,4LKPP Tahun 2008 13.096,4 89,6%LKPP Tahun 2009 22.189,3 69,4%LKPP Tahun 2010 27.230,8 22,7%LKPP Tahun 2011 35.694,5 31,1%APBN-P 2012 41.940,1 17,5%APBN 2013 38.168,8 (8,9%)

Sumber: Data primer diolah, nota keuangan APBN 2013

Jumlah belanja APBN untuk dana pendidikan tinggi yang semakin meningkat dari

tahun ke tahun sudah seharusnya dan patut diapresiasi oleh semua pemangku

kepentingan di bidang pendidikan tinggi tersebut. Selain itu, dalam UU Pendidikan

Tinggi No.12 Tahun 2012, pasal 78 menjelaskan mengenai akuntabilitas perguruan

tinggi. Salah satu bentuk akuntabilitas dan transparansi perguruan tinggi adalah dengan

melaporkan kegiatan kampus baik kegiatan akademik maupun non akademik. Meskipun

demikian, perlu disadari bahwa tidak sedikit penyelenggaraan kegiatan di bidang

pendidikan yang dikelola oleh mereka-mereka yang bukan pegawai negeri sipil atau

dengan kata lain tidak merupakan bagian langsung dari pemerintah. Organisasi seperti

itu biasanya dikenal sebagai lembaga pendidikan swasta yang dikelola oleh suatu badan

sosial (seperti yayasan, organisasi sosial, organisasi keagamaan dan lain-lain), serta

perguruan-perguruan tinggi swasta yang dikelola secara professional. Secara substansial

baik satuan pendidikan di bawah pengelolaan pemerintah maupun pengelolaan swasta

sama-sama melayani kepentingan publik dalam hal pendidikan.

Good Governance di perguruan tinggi berpegang pada beberapa prinsip salah

satunya adalah akuntabilitas, yakni semua keputusan dan kegiatan yang dilakukan harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholder yang bersangkutan. Posner (2000)

menyatakan bahwa keharusan mempertanggungjawabkan (account) perilaku dan

mengelola ekspektasi berbagai tipa forum dengan berbagai cara menjadi permasalahan

Page 2

Page 3: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

yang tidak terselesaikan bagi institusi publik yang disebabkan oleh tekanan berlebihan

pada salah satu set bentuk keharusan akuntabilitas (Dubnick, 2005; Johnston &

Romzek, 1999; Kearns, 1994; Koppell, 2005; Radin, 2002; Radin & Romzek, 1996;

Romzek & Dubnick, 1987). Menurut Yang (2012) tekanan berlebihan pada salah satu

set bentuk keharusan akuntabilitas disebabkan oleh perbedaan tipa akuntabilitas, yaitu

accountability to atau akuntabilitas berdasarkan sumber, misalnya akuntabilitas politik,

legal, dan teknik, seperti dalam penelitian Romzek & Ingraham (2000), Schwartz &

Sulitzeanu-Kenan (2004), dan accountability for atau akuntabilitas berdasarkan konten,

misalnya akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja, seperti dalam penelitian

Bardach & Lesser (1996), Heinrich (2002), Wang (2002). Dalam penelitian Hwang K.

(2013) juga memberikan hasil yang positif bahwa ketika keharusan akuntabilitas itu

dikelola dengan baik maka akuntabilitas itu secara langsung dan tidak langsung dapat

meningkatkan kinerja organisasi dan pelayanan publik, karena manajemen memandang

akuntabilitas sebagai strategi dalam mencapai pelayanan publik yang baik. Hasil

penelitian di atas secara umum bertujuan untuk mengilustrasi dilema dan konflik

akuntabilitas serta perubahan ekspektasi forum yang dapat menciptakan dilema, konflik

dan tekanan bagi individu dan/atau organisasi yang berdampak secara negatif maupun

positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Penelitian Caseley (2006) menunjukkan berbagai tipe akuntabilitas berkontribusi

terhadap perbaikan kinerja pelayanan melalui pembentukan mekanisma formal. Hasil

penelitian Caseley menunjukkan dampak positif dari keharusan akuntabilitas dan

didukung oleh penelitian Kim (2005) yang menyatakan bahwa konflik keharusan

akuntabilitas itu sendiri mungkin tidak menjadi permasalahan untuk kinerja aktor.

Dubnick (2005) menyatakan bahwa secara retorik tipe-tipe keharusan akuntabilitas

merupakan janji solusi untuk permasalahan-permasalahan aktor akuntabilitas, janji

untuk keadilan, janji transparansi, janji perilaku tepat aktor akuntabilitas, janji kinerja

aktor akuntabilitas, dan bukan sebagai faktor penyebab kegagalan pencapaian tujuan-

tujuan tersebut. Oleh karena itu, masih sangat relevan untuk menguji kembali secara

empiris hubungan antara konflik keharusan akuntabilitas dan kinerja organisasi

khususnya pada bidang pendidikan di perguruan tinggi dengan memperhatikan faktor-

Page 3

Page 4: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

faktor lainnya yang juga dapat memotivasi kinerja dalam mencapai tujuan organisasi,

seperti faktor organisasi dan faktor teknis yang diterapkan dalam organisasi.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari riset yang telah dilakukan oleh Hwang

K. (2013) terkait dengan pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja organisasi dalam

pelayanan publik pada sebuah lembaga kesejahteraan anak di Negara bagian Virginia.

Penelitian tersebut telah berhasil memberikan bukti bahwa akuntabilitas berpengaruh

terhadap kinerja lembaga dalam pelayanan publik. Pengembangan dalam penelitian ini

dilakukan dengan memperhatikan faktor organisasi lainnya yang dapat meningkatkan

kinerja organisasi dalam pelayanan publik terutama pada suatu perguruan tinggi swasta

yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK), mengingat bahwa

dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 pasal 78 dijelaskan

bahwa suatu perguruan tinggi juga perlu melaksanakan akuntabilitas.

Pertimbangan terhadap keharusan akuntabilitas oleh perguruan tinggi yang

tercantum dalam UU Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 merupakan salah satu

kekuatan (tekanan) eksternal dari suatu organisasi, sebagaimana dijelaskan oleh Teori

Institusional. Teori ini secara umum menjelaskan mengenai variabilitas tindakan-

tindakan individu maupun organisasi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksogen

(Dacin, 1997) dengan asumsi perilaku kepatuhan sebagai respon tunggal atas tekanan-

tekanan tersebut guna memelihara hubungan yang stabil dengan lingkungan

eksternalnya (Scott, 2004: Oliver, 1992). Dalam konteks sektor publik, tekanan

eksternal bagi organisasi dapat berupa kekuatan paksaan (coercive power) yang berasal

dari pemerintah, peraturan, atau lembaga lain untuk mengadopsi suatu sistem atau

struktur tertentu (Ashworth, et al. 2007). Pada kebanyakan riset telah memberikan bukti

bahwa organisasi sektor publik biasanya akan senantiasa tunduk pada otoritas formal

atau peraturan hukum yang ditetapkan pemerintah (Akbar, dkk., 2010) sebagai

manifestasi norma-norma atau harapan masyarakat yang terlembaga ke dalam

organisasi (DiMaggio & Powell, 1983).

Perluasan juga dilakukan dengan menambahkan faktor organisasi tujuan yang jelas

dan terukur, gaya kepemimpinan, kompetensi, motivasi dan sistem pengukuran kinerja

yang diduga akan mempengaruhi kinerja perguruan tinggi. Variabel-variabel tersebut

Page 4

Page 5: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

digunakan pada penelitian kali ini untuk memperjelas pendefinisian konsep kinerja

organisasi perguruan tinggi. Untuk kepentingan dan tujuan-tujuan praktikal, penelitian

akan dilakukan dalam batasan lingkup perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK), yang telah dimulai sejak tahun 1984. Di

lain pihak, perguruan tinggi swasta APTIK dipilih dengan mempertimbangkan faktor

keagamaan yang seluruh anggotanya berlatar belakang agama katolik, terkait dengan

nilai-nilai agama yang dianut dan norma-norma keagamaan dalam pengelolaan layanan

pendidikan pada masing-masing perguruan tinggi. Di samping itu, generalisasi hasil

akan lebih memungkinkan untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Penyelenggaraan organisasi publik berdasarkan good governance menjadi

keharusan di era sekarang karena dengan adanya pedoman dan arah yang jelas dalam

pengelolaan diharapkan akan membawa dampak positif bagi perkembangan organisasi.

Akhir-akhir ini berkembang pula tuntutan penerapan good corporate governance untuk

sektor-sektor non pemerintahan, terutama pada perusahaan-perusahaan publik dan

sejenisnya termasuk perguruan tinggi. Berbicara mengenai akuntabilitas publik dan tata

kelola yang baik suatu pemerintahan, berarti tidak terlepas didalamnya akuntabilitas

dan tata kelola yang baik di bidang pendidikan terutama perguruan tinggi.

Pertimbangan terhadap keharusan akuntabilitas oleh perguruan tinggi yang tercantum

dalam UU Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 merupakan salah satu kekuatan

(tekanan) eksternal dari suatu organisasi, sebagaimana dijelaskan oleh Teori

Institusional. Teori Institusional ini secara umum menjelaskan mengenai variabilitas

tindakan-tindakan individu maupun organisasi yang disebabkan oleh faktor-faktor

eksogen (Dacin, 1997) dengan asumsi perilaku kepatuhan sebagai respon tunggal atas

tekanan-tekanan tersebut guna memelihara hubungan yang stabil dengan lingkungan

eksternalnya (Scott, 2004: Oliver, 1992).

Pada Prakteknya di Indonesia, pengelolaan perguruan tinggi tidak hanya dikelola

oleh pihak pemerintah (Perguruan Tinggi Negeri), namun juga sebagian besar dikelola

oleh pihak swasta (Perguruan Tinggi Swasta). Terkait dengan hal tersebut, isu

akuntabilitas dalam pengelolaan perguruan tinggi oleh pihak swasta menjadi sangat

Page 5

Page 6: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

penting karena sampai dengan tahun 2013 jumlah mahasiswa perguruan tinggi swasta

mencapai 3.861.854, jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

mahasiswa perguruan tinggi negeri yang hanya sebanyak 1.665.058. Di samping itu,

pengelolaan perguruan tinggi oleh pihak swasta saat ini dikelola dengan berbagai latar

belakang, salah satunya perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK yang berlatar

belakang agama katolik. Dengan mempertimbangkan hal ini, perhatian khusus juga

diperlukan terhadap konten nilai-nilai dan norma-norma agama dalam pengelolaan

perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK.

Berdasarkan uraian di atas, dengan membatasi lingkup penelitian pada organisasi

perguruan tinggi swasta katolik di Indonesia, pertanyaan utama dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah Akuntabilitas internal dan akuntabilitas eksternal mempengaruhi kinerja

perguruan tinggi?

2. Apakah tujuan organisasi yang jelas terukur, gaya kepemimpinan, dan

kompetensi mempengaruhi kinerja perguruan tinggi?

3. Apakah gaya kepemimpinan dan kompetensi mempengaruhi motivasi kerja?

4. Apakah motivasi mempengaruhi kinerja perguruan tinggi?

5. Apakah penggunaan sistem pengukuran kinerja untuk tujuan operasional,

insentif, dan eksploratoris mempengaruhi kinerja perguruan tinggi?

Model Penelitian

Page 6

Page 7: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

teori, terutama dalam bidang akuntansi sektor publik, spesifik pada organisasi sektor

publik penyedia layanan pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat

menyediakan tambahan pemahaman literatur mengenai akuntabilitas dalam

pengelolaan perguruan tinggi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan

pelayanan publik dalam organisasi perguruan tinggi.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen

perguruan tinggi dan para pembuat keputusan dalam rangka menetapkan kebijakan-

kebijakan manajerial yang hendak diterapkan kepada para tenaga kependidikan,

yang memiliki karakteristik berbeda dari pegawai organisasi sektor publik lainnya.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi secara praktikal terkait perwujudan

kesejahteraan sosial dalam hal pemberian layanan pendidikan yang adil, efisien dan

akuntabel.

Limitasi Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas dalam lingkup sektor pendidikan tinggi untuk

perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik),

jadi dalam mengeneralisasi perlu kehati-hatian karena karakteristik atau nilai-nilai yang

diadopsi oleh perguruan tinggi katolik ini berdasarkan pada norma atau nilai nilai

agama katolik.

Metodologi Penelitian

Populasi dan sampel

Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa tengah, dan Jawa

Timur, khususnya perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam Asosiasi

Perguruan Tinggi Katolik (APTIK). Perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam

APTIK dipilih sebagai sampel dengan mempertimbangkan keberagaman jumlah

mahasiswa yang terdaftar, yaitu:

Page 7

Page 8: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

No Nama Universitas Jumlah Mahasiswa1 Universitas Sanata Dharma 10.4212 Universitas Atmajaya Yogyakarta 9.3803 Universitas Atmajaya Jakarta 12.2384 Universitas Atmajaya Makasar 1.4585 Universitas Soegijapranata 5.3626 Universitas Widya Mandala Madiun 8257 Universitas Widya Mandala Surabaya 4.4688 Universitas Widya Mandira Data tidak tersedia9 Universitas De La Salle Data tidak tersedia`10 Universitas Prahyangan 42.18311 Universitas Widya Karya 49412 Universitas Dharma Cendika 427

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh eksekutif senior setiap bagian pada

perguruan tinggi (Wakil Rektor 1, Wakil Rektor 2, Kepala Bagian Penjaminan

Mutu, Kepala Bagian Administrasi dan Akademik, Kepala Bagian LPPM, Kepala

Bagian Keuangan, dan Kepala Bagian P3MP). Metode yang digunakan untuk

menyeleksi sampel adalah random sampling. Semua eksekutif senior di setiap

bagian pada masing-masing perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk dijadikan

sampel penelitian ini.

Desain Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan mixed method, yaitu metode

penelitian yang memungkinkan peneliti untuk mengombinasikan berbagai teknik,

metode, pendekatan, konsep, bahasa kuantitatif, dan bahasa kualitatif kedalam satu

penelitian (Johnson dan Onwuegbuzie, 2004). Secara khusus, penelitian ini

menerapkan strategi sequential explanatory yang mengombinasikan analisis data

kuantitatif dan kualitatif (Creswell dan Clark, 2011).

Variabel dan Pengukuran

Konstruk akuntabilitas internal diukur dengan mengadopsi 4 item ukuran

akuntabilitas internal dari Akbar et al. (2012) yang diadopsi dari Cavalluzzo

dan Ittner (2004). Sedangkan konstruk akuntabilitas eksternal diukur dengan

Page 8

Page 9: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

mengadopsi 8 item ukuran akuntabilitas eksternal dari Akbar et al. (2012) yang

diadopsi dari Wang (2002).

Konstruk kinerja organisasi diukur dengan mengadopsi 7 item yang digunakan

Spekle dan Verbeeten (2014) untuk mengukur kinerja. Ukuran kinerja tersebut

dikembangkan oleh Van de Ven dan Ferry (1980).

Konstruk untuk mengukur tujuan yang jelas dan terukur dengan mengadopsi

instrument yang dikembangkan oleh Verbeeten (2008) yang terdiri dari 6 item.

Konstruk gaya kepemimpinan diukur dengan mengadopsi 9 item pertanyaan

yang diadopsi dari Luthans (2006).

Konstruk kompetensi diukur dengan mengadopsi 7 item pertanyaan yang

diadopsi dari Hutapea dan Thoha (2008).

Konstruk motivasi diukur dengan mengadopsi 8 item pertanyaan yang diadopsi

dari Herzberg (1959)

Konstruk penggunaan sistem pengukuran kinerja diukur dengan mengadopsi

dari Spekle dan Verbeeten (2014), instrumen terdiri dari 7 item pertanyaan.

Alat Analisis

Analisis kuantitatif atau pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan

Structural Equation Modelling - Partial Least Square (SEM-PLS). Pemilihan SEM

dalam penelitian ini karena Hair et al., 2013) mengatakan SEM mampu menguji

model penelitian yang kompleks secara simultan dan dapat menganalisis variabel

yang tidak dapat diukur langsung dan memperhatikan kesalahan pengukuran. SEM-

PLS dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model

struktural.

Teknik Kuantitatif

Uji Validitas konvergen merupakan pengujian sejauh mana sebuah ukuran

berkorelasi positif dengan alternatif ukuran-ukuran dalam konstruk yang

sama (Heir et al., 2013).

Page 9

Page 10: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

Pengujian reliabilitas menggunakan parameter nilai cronbach’s alpha yang

menghasilkan sebuah estimasi reliabilitas berdasarkan pada interkorelasi

dari indikator terukur dari variabel (Heir et al., 2013).

Model struktural dievaluasi menggunakan parameter besaran skor R Square

(R2) untuk memperoleh kepastian terkait tingkat kemampuan model untuk

memprediksi konstruk-konstruk (eksogen dan endogen) yang diukur.

Nilai koefisien path (inner model) digunakan dalam pengujian hipotesis.

Skor koefisien path ditunjukkan oleh nilai T-statistics. Hipotesis dinyatakan

terdukung ketika nilai T-statistics lebih tinggi dibandingkan dengan nilai T-

table. Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95% (α = 5%). Dengan

demikian T-table untuk menguji hipotesis satu ekor adalah ≥ 1,64 (Hair et

al., 2013).

Teknik Kualitatif

Pendekatan kualitatif menggunakan analisis tematik dan menggunakan

interview semi terstruktur dan interview terbuka. Pada pendekatan kualitatif ini,

peneliti menggunakan konten analisis atas transkrip wawancara yang telah dibuat.

Konteks Penelitian

Konteks dalam penelitian ini menekankan pada akuntabilitas sektor pendidikan

khususnya pendidikan tinggi pada perguruan tinggi swasta katolik serta faktor-

faktor lain yang mendukung dalam kinerja perguruan tinggi swasta katolik tersebut.

Referensi:

Akbar, Rusdi, Pilcher Robyn and Perrin Brian. 2012. “Performance Measurement in Indonesia: The Case of Local Government.” Pacific Accounting Review 24, no. 3: 262-291

Caseley, J. (2006). Multiple Accountability Relationship and Improved Service Delivery Performance in Hyderabad City, Southern India. International Review of Admnistrative Sciences, 531-546.

Page 10

Page 11: Brief Proposal Seminar Penelitian-ASP

Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik

Cavalluzzo, Ken S., Christopher D. Ittner. 2004. “Implementing performance measurement innovations: Evidence from government.” Accounting, Organizations and Society, 29, no. 3-4: 243-267.

Creswell, John W., dan Vicki L. P. Clark. 2011. Design and Conducting Mixed Methods Research (2nd Ed). United States of America: Sage Publications.

DiMaggio, Paul J., Walter W. Powell. 1983. “The iron cage revisited: Institutional isomorphism and collective rationality in organizational fields.” American Sociological Review, 48, no. 2: 147-160.

Dubnick, Melvin. 2005. “Accountability and the Promise of Performance: In Search of the Mechanisms.” Performance & Management Review, 28, no.3: 76-417.

Locke, E. A., & Latham, G. P. (2002). Building a practically useful theory of goal setting and task motivation. American Psychologist, 57(9), 705-717.

Pollitt, Christopher, dan Geert Bouckaert. 2004. Public management reform: A comparative analysis. Oxford: Oxford University Press.

Rivai, V, dan Mulyadi, D. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Empirika.Vol 15. No 2. Hal: 116-138.

Spekle, Roland F. dan Frank H.M. Verbeeten. 2014. “The Use of Performance Measurement Systems in the Public Sector: Effects on Performance.” Management Acounting Research, 25: 131-146.

Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Van de Ven, Andrew H., dan Diane L. Ferry, 1980. Measuring and Assessing Organizations.Wiley, New York.

Van Helden, G. J., Age Johnsen, dan Jarmo Vakkuri 2012. “TheLifecycle approach to performance management: Implica-tions for public management and evaluation.” Evaluation,the Journal of Research, Theory and Practice, 18, no. 2: 159-175.

Wang, Xiahou. 2002. “Assesing Performance Measurement Impact: A study of US Local Government.” Public Performance and Management Review, 26: 26-43

Page 11