brief proposal seminar penelitian-asp
DESCRIPTION
AKUNTABILITAS DAN KINERJA ORGANISASITRANSCRIPT
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
Hubungan Akuntabilitas, Faktor Organisasional dan Penggunaan Sistem Pengukuran
Kinerja Terhadap Kinerja Perguruan Tinggi Swasta Katolik
Latar Belakang Masalah
Pengelolaan Negara yang mengarah pada konsep New Public Management (NPM)
merupakan salah satu proses reformasi sektor publik di Indonesia. Reformasi menjadi
tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan kelembagaan dan birokrasi. Salah
satu hal yang menjadi perhatian khusus dalam konsep pengelolaan NPM adalah
mengenai tuntutan semua stakeholder tentang penyelenggaraan good governance pada
organisasi sektor publik. Penyelenggaraan organisasi publik berdasarkan good
governance menjadi keharusan di era sekarang karena dengan adanya pedoman dan
arah yang jelas dalam pengelolaan diharapkan akan membawa dampak positif bagi
perkembangan organisasi. Akhir-akhir ini berkembang pula tuntutan penerapan good
corporate governance untuk sektor-sektor non pemerintahan, terutama pada
perusahaan-perusahaan publik dan sejenisnya termasuk perguruan tinggi.
Berbicara mengenai akuntabilitas publik dan tata kelola yang baik suatu
pemerintahan, berarti tidak terlepas didalamnya akuntabilitas dan tata kelola yang baik
di bidang pendidikan terutama perguruan tinggi. Lestyowaty (2014) dalam artikelnya
yang dipublikasikan di website Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan, menjelaskan bahwa arah dan program pembangunan yang
tertuang dalam RKP 2014 dirumuskan dalam satu tema yaitu,”Memantapkan
Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”,
dan salah satu prioritas dalam pembangunan adalah prioritas di bidang pendidikan.
Selain itu, dalam Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 4 menjelaskan bahwa dana
pendidikan sebesar 20% berasal dari APBN dan dana pendidikan tersebut digunakan
untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan dan efisien.
Secara khusus dapat dilihat bahwa alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Tabel di bawah ini menggambarkan perkembangan
alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi.
Page 1
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
Tabel 1.1
Belanja APBN untuk Dana Pendidikan Tinggi (2007-2013)
(dalam miliaran Rupiah)
Keterangan Jumlah Dana
Persentase Kenaikan/Penurunan
LKPP Tahun 2007 6.904,4LKPP Tahun 2008 13.096,4 89,6%LKPP Tahun 2009 22.189,3 69,4%LKPP Tahun 2010 27.230,8 22,7%LKPP Tahun 2011 35.694,5 31,1%APBN-P 2012 41.940,1 17,5%APBN 2013 38.168,8 (8,9%)
Sumber: Data primer diolah, nota keuangan APBN 2013
Jumlah belanja APBN untuk dana pendidikan tinggi yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun sudah seharusnya dan patut diapresiasi oleh semua pemangku
kepentingan di bidang pendidikan tinggi tersebut. Selain itu, dalam UU Pendidikan
Tinggi No.12 Tahun 2012, pasal 78 menjelaskan mengenai akuntabilitas perguruan
tinggi. Salah satu bentuk akuntabilitas dan transparansi perguruan tinggi adalah dengan
melaporkan kegiatan kampus baik kegiatan akademik maupun non akademik. Meskipun
demikian, perlu disadari bahwa tidak sedikit penyelenggaraan kegiatan di bidang
pendidikan yang dikelola oleh mereka-mereka yang bukan pegawai negeri sipil atau
dengan kata lain tidak merupakan bagian langsung dari pemerintah. Organisasi seperti
itu biasanya dikenal sebagai lembaga pendidikan swasta yang dikelola oleh suatu badan
sosial (seperti yayasan, organisasi sosial, organisasi keagamaan dan lain-lain), serta
perguruan-perguruan tinggi swasta yang dikelola secara professional. Secara substansial
baik satuan pendidikan di bawah pengelolaan pemerintah maupun pengelolaan swasta
sama-sama melayani kepentingan publik dalam hal pendidikan.
Good Governance di perguruan tinggi berpegang pada beberapa prinsip salah
satunya adalah akuntabilitas, yakni semua keputusan dan kegiatan yang dilakukan harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholder yang bersangkutan. Posner (2000)
menyatakan bahwa keharusan mempertanggungjawabkan (account) perilaku dan
mengelola ekspektasi berbagai tipa forum dengan berbagai cara menjadi permasalahan
Page 2
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
yang tidak terselesaikan bagi institusi publik yang disebabkan oleh tekanan berlebihan
pada salah satu set bentuk keharusan akuntabilitas (Dubnick, 2005; Johnston &
Romzek, 1999; Kearns, 1994; Koppell, 2005; Radin, 2002; Radin & Romzek, 1996;
Romzek & Dubnick, 1987). Menurut Yang (2012) tekanan berlebihan pada salah satu
set bentuk keharusan akuntabilitas disebabkan oleh perbedaan tipa akuntabilitas, yaitu
accountability to atau akuntabilitas berdasarkan sumber, misalnya akuntabilitas politik,
legal, dan teknik, seperti dalam penelitian Romzek & Ingraham (2000), Schwartz &
Sulitzeanu-Kenan (2004), dan accountability for atau akuntabilitas berdasarkan konten,
misalnya akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja, seperti dalam penelitian
Bardach & Lesser (1996), Heinrich (2002), Wang (2002). Dalam penelitian Hwang K.
(2013) juga memberikan hasil yang positif bahwa ketika keharusan akuntabilitas itu
dikelola dengan baik maka akuntabilitas itu secara langsung dan tidak langsung dapat
meningkatkan kinerja organisasi dan pelayanan publik, karena manajemen memandang
akuntabilitas sebagai strategi dalam mencapai pelayanan publik yang baik. Hasil
penelitian di atas secara umum bertujuan untuk mengilustrasi dilema dan konflik
akuntabilitas serta perubahan ekspektasi forum yang dapat menciptakan dilema, konflik
dan tekanan bagi individu dan/atau organisasi yang berdampak secara negatif maupun
positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Penelitian Caseley (2006) menunjukkan berbagai tipe akuntabilitas berkontribusi
terhadap perbaikan kinerja pelayanan melalui pembentukan mekanisma formal. Hasil
penelitian Caseley menunjukkan dampak positif dari keharusan akuntabilitas dan
didukung oleh penelitian Kim (2005) yang menyatakan bahwa konflik keharusan
akuntabilitas itu sendiri mungkin tidak menjadi permasalahan untuk kinerja aktor.
Dubnick (2005) menyatakan bahwa secara retorik tipe-tipe keharusan akuntabilitas
merupakan janji solusi untuk permasalahan-permasalahan aktor akuntabilitas, janji
untuk keadilan, janji transparansi, janji perilaku tepat aktor akuntabilitas, janji kinerja
aktor akuntabilitas, dan bukan sebagai faktor penyebab kegagalan pencapaian tujuan-
tujuan tersebut. Oleh karena itu, masih sangat relevan untuk menguji kembali secara
empiris hubungan antara konflik keharusan akuntabilitas dan kinerja organisasi
khususnya pada bidang pendidikan di perguruan tinggi dengan memperhatikan faktor-
Page 3
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
faktor lainnya yang juga dapat memotivasi kinerja dalam mencapai tujuan organisasi,
seperti faktor organisasi dan faktor teknis yang diterapkan dalam organisasi.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari riset yang telah dilakukan oleh Hwang
K. (2013) terkait dengan pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja organisasi dalam
pelayanan publik pada sebuah lembaga kesejahteraan anak di Negara bagian Virginia.
Penelitian tersebut telah berhasil memberikan bukti bahwa akuntabilitas berpengaruh
terhadap kinerja lembaga dalam pelayanan publik. Pengembangan dalam penelitian ini
dilakukan dengan memperhatikan faktor organisasi lainnya yang dapat meningkatkan
kinerja organisasi dalam pelayanan publik terutama pada suatu perguruan tinggi swasta
yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK), mengingat bahwa
dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 pasal 78 dijelaskan
bahwa suatu perguruan tinggi juga perlu melaksanakan akuntabilitas.
Pertimbangan terhadap keharusan akuntabilitas oleh perguruan tinggi yang
tercantum dalam UU Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 merupakan salah satu
kekuatan (tekanan) eksternal dari suatu organisasi, sebagaimana dijelaskan oleh Teori
Institusional. Teori ini secara umum menjelaskan mengenai variabilitas tindakan-
tindakan individu maupun organisasi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksogen
(Dacin, 1997) dengan asumsi perilaku kepatuhan sebagai respon tunggal atas tekanan-
tekanan tersebut guna memelihara hubungan yang stabil dengan lingkungan
eksternalnya (Scott, 2004: Oliver, 1992). Dalam konteks sektor publik, tekanan
eksternal bagi organisasi dapat berupa kekuatan paksaan (coercive power) yang berasal
dari pemerintah, peraturan, atau lembaga lain untuk mengadopsi suatu sistem atau
struktur tertentu (Ashworth, et al. 2007). Pada kebanyakan riset telah memberikan bukti
bahwa organisasi sektor publik biasanya akan senantiasa tunduk pada otoritas formal
atau peraturan hukum yang ditetapkan pemerintah (Akbar, dkk., 2010) sebagai
manifestasi norma-norma atau harapan masyarakat yang terlembaga ke dalam
organisasi (DiMaggio & Powell, 1983).
Perluasan juga dilakukan dengan menambahkan faktor organisasi tujuan yang jelas
dan terukur, gaya kepemimpinan, kompetensi, motivasi dan sistem pengukuran kinerja
yang diduga akan mempengaruhi kinerja perguruan tinggi. Variabel-variabel tersebut
Page 4
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
digunakan pada penelitian kali ini untuk memperjelas pendefinisian konsep kinerja
organisasi perguruan tinggi. Untuk kepentingan dan tujuan-tujuan praktikal, penelitian
akan dilakukan dalam batasan lingkup perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam
Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK), yang telah dimulai sejak tahun 1984. Di
lain pihak, perguruan tinggi swasta APTIK dipilih dengan mempertimbangkan faktor
keagamaan yang seluruh anggotanya berlatar belakang agama katolik, terkait dengan
nilai-nilai agama yang dianut dan norma-norma keagamaan dalam pengelolaan layanan
pendidikan pada masing-masing perguruan tinggi. Di samping itu, generalisasi hasil
akan lebih memungkinkan untuk dilakukan.
Perumusan Masalah
Penyelenggaraan organisasi publik berdasarkan good governance menjadi
keharusan di era sekarang karena dengan adanya pedoman dan arah yang jelas dalam
pengelolaan diharapkan akan membawa dampak positif bagi perkembangan organisasi.
Akhir-akhir ini berkembang pula tuntutan penerapan good corporate governance untuk
sektor-sektor non pemerintahan, terutama pada perusahaan-perusahaan publik dan
sejenisnya termasuk perguruan tinggi. Berbicara mengenai akuntabilitas publik dan tata
kelola yang baik suatu pemerintahan, berarti tidak terlepas didalamnya akuntabilitas
dan tata kelola yang baik di bidang pendidikan terutama perguruan tinggi.
Pertimbangan terhadap keharusan akuntabilitas oleh perguruan tinggi yang tercantum
dalam UU Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 merupakan salah satu kekuatan
(tekanan) eksternal dari suatu organisasi, sebagaimana dijelaskan oleh Teori
Institusional. Teori Institusional ini secara umum menjelaskan mengenai variabilitas
tindakan-tindakan individu maupun organisasi yang disebabkan oleh faktor-faktor
eksogen (Dacin, 1997) dengan asumsi perilaku kepatuhan sebagai respon tunggal atas
tekanan-tekanan tersebut guna memelihara hubungan yang stabil dengan lingkungan
eksternalnya (Scott, 2004: Oliver, 1992).
Pada Prakteknya di Indonesia, pengelolaan perguruan tinggi tidak hanya dikelola
oleh pihak pemerintah (Perguruan Tinggi Negeri), namun juga sebagian besar dikelola
oleh pihak swasta (Perguruan Tinggi Swasta). Terkait dengan hal tersebut, isu
akuntabilitas dalam pengelolaan perguruan tinggi oleh pihak swasta menjadi sangat
Page 5
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
penting karena sampai dengan tahun 2013 jumlah mahasiswa perguruan tinggi swasta
mencapai 3.861.854, jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
mahasiswa perguruan tinggi negeri yang hanya sebanyak 1.665.058. Di samping itu,
pengelolaan perguruan tinggi oleh pihak swasta saat ini dikelola dengan berbagai latar
belakang, salah satunya perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK yang berlatar
belakang agama katolik. Dengan mempertimbangkan hal ini, perhatian khusus juga
diperlukan terhadap konten nilai-nilai dan norma-norma agama dalam pengelolaan
perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK.
Berdasarkan uraian di atas, dengan membatasi lingkup penelitian pada organisasi
perguruan tinggi swasta katolik di Indonesia, pertanyaan utama dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah Akuntabilitas internal dan akuntabilitas eksternal mempengaruhi kinerja
perguruan tinggi?
2. Apakah tujuan organisasi yang jelas terukur, gaya kepemimpinan, dan
kompetensi mempengaruhi kinerja perguruan tinggi?
3. Apakah gaya kepemimpinan dan kompetensi mempengaruhi motivasi kerja?
4. Apakah motivasi mempengaruhi kinerja perguruan tinggi?
5. Apakah penggunaan sistem pengukuran kinerja untuk tujuan operasional,
insentif, dan eksploratoris mempengaruhi kinerja perguruan tinggi?
Model Penelitian
Page 6
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
teori, terutama dalam bidang akuntansi sektor publik, spesifik pada organisasi sektor
publik penyedia layanan pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menyediakan tambahan pemahaman literatur mengenai akuntabilitas dalam
pengelolaan perguruan tinggi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan
pelayanan publik dalam organisasi perguruan tinggi.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen
perguruan tinggi dan para pembuat keputusan dalam rangka menetapkan kebijakan-
kebijakan manajerial yang hendak diterapkan kepada para tenaga kependidikan,
yang memiliki karakteristik berbeda dari pegawai organisasi sektor publik lainnya.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi secara praktikal terkait perwujudan
kesejahteraan sosial dalam hal pemberian layanan pendidikan yang adil, efisien dan
akuntabel.
Limitasi Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas dalam lingkup sektor pendidikan tinggi untuk
perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik),
jadi dalam mengeneralisasi perlu kehati-hatian karena karakteristik atau nilai-nilai yang
diadopsi oleh perguruan tinggi katolik ini berdasarkan pada norma atau nilai nilai
agama katolik.
Metodologi Penelitian
Populasi dan sampel
Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa tengah, dan Jawa
Timur, khususnya perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam Asosiasi
Perguruan Tinggi Katolik (APTIK). Perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam
APTIK dipilih sebagai sampel dengan mempertimbangkan keberagaman jumlah
mahasiswa yang terdaftar, yaitu:
Page 7
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
No Nama Universitas Jumlah Mahasiswa1 Universitas Sanata Dharma 10.4212 Universitas Atmajaya Yogyakarta 9.3803 Universitas Atmajaya Jakarta 12.2384 Universitas Atmajaya Makasar 1.4585 Universitas Soegijapranata 5.3626 Universitas Widya Mandala Madiun 8257 Universitas Widya Mandala Surabaya 4.4688 Universitas Widya Mandira Data tidak tersedia9 Universitas De La Salle Data tidak tersedia`10 Universitas Prahyangan 42.18311 Universitas Widya Karya 49412 Universitas Dharma Cendika 427
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh eksekutif senior setiap bagian pada
perguruan tinggi (Wakil Rektor 1, Wakil Rektor 2, Kepala Bagian Penjaminan
Mutu, Kepala Bagian Administrasi dan Akademik, Kepala Bagian LPPM, Kepala
Bagian Keuangan, dan Kepala Bagian P3MP). Metode yang digunakan untuk
menyeleksi sampel adalah random sampling. Semua eksekutif senior di setiap
bagian pada masing-masing perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk dijadikan
sampel penelitian ini.
Desain Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan mixed method, yaitu metode
penelitian yang memungkinkan peneliti untuk mengombinasikan berbagai teknik,
metode, pendekatan, konsep, bahasa kuantitatif, dan bahasa kualitatif kedalam satu
penelitian (Johnson dan Onwuegbuzie, 2004). Secara khusus, penelitian ini
menerapkan strategi sequential explanatory yang mengombinasikan analisis data
kuantitatif dan kualitatif (Creswell dan Clark, 2011).
Variabel dan Pengukuran
Konstruk akuntabilitas internal diukur dengan mengadopsi 4 item ukuran
akuntabilitas internal dari Akbar et al. (2012) yang diadopsi dari Cavalluzzo
dan Ittner (2004). Sedangkan konstruk akuntabilitas eksternal diukur dengan
Page 8
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
mengadopsi 8 item ukuran akuntabilitas eksternal dari Akbar et al. (2012) yang
diadopsi dari Wang (2002).
Konstruk kinerja organisasi diukur dengan mengadopsi 7 item yang digunakan
Spekle dan Verbeeten (2014) untuk mengukur kinerja. Ukuran kinerja tersebut
dikembangkan oleh Van de Ven dan Ferry (1980).
Konstruk untuk mengukur tujuan yang jelas dan terukur dengan mengadopsi
instrument yang dikembangkan oleh Verbeeten (2008) yang terdiri dari 6 item.
Konstruk gaya kepemimpinan diukur dengan mengadopsi 9 item pertanyaan
yang diadopsi dari Luthans (2006).
Konstruk kompetensi diukur dengan mengadopsi 7 item pertanyaan yang
diadopsi dari Hutapea dan Thoha (2008).
Konstruk motivasi diukur dengan mengadopsi 8 item pertanyaan yang diadopsi
dari Herzberg (1959)
Konstruk penggunaan sistem pengukuran kinerja diukur dengan mengadopsi
dari Spekle dan Verbeeten (2014), instrumen terdiri dari 7 item pertanyaan.
Alat Analisis
Analisis kuantitatif atau pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan
Structural Equation Modelling - Partial Least Square (SEM-PLS). Pemilihan SEM
dalam penelitian ini karena Hair et al., 2013) mengatakan SEM mampu menguji
model penelitian yang kompleks secara simultan dan dapat menganalisis variabel
yang tidak dapat diukur langsung dan memperhatikan kesalahan pengukuran. SEM-
PLS dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model
struktural.
Teknik Kuantitatif
Uji Validitas konvergen merupakan pengujian sejauh mana sebuah ukuran
berkorelasi positif dengan alternatif ukuran-ukuran dalam konstruk yang
sama (Heir et al., 2013).
Page 9
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
Pengujian reliabilitas menggunakan parameter nilai cronbach’s alpha yang
menghasilkan sebuah estimasi reliabilitas berdasarkan pada interkorelasi
dari indikator terukur dari variabel (Heir et al., 2013).
Model struktural dievaluasi menggunakan parameter besaran skor R Square
(R2) untuk memperoleh kepastian terkait tingkat kemampuan model untuk
memprediksi konstruk-konstruk (eksogen dan endogen) yang diukur.
Nilai koefisien path (inner model) digunakan dalam pengujian hipotesis.
Skor koefisien path ditunjukkan oleh nilai T-statistics. Hipotesis dinyatakan
terdukung ketika nilai T-statistics lebih tinggi dibandingkan dengan nilai T-
table. Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95% (α = 5%). Dengan
demikian T-table untuk menguji hipotesis satu ekor adalah ≥ 1,64 (Hair et
al., 2013).
Teknik Kualitatif
Pendekatan kualitatif menggunakan analisis tematik dan menggunakan
interview semi terstruktur dan interview terbuka. Pada pendekatan kualitatif ini,
peneliti menggunakan konten analisis atas transkrip wawancara yang telah dibuat.
Konteks Penelitian
Konteks dalam penelitian ini menekankan pada akuntabilitas sektor pendidikan
khususnya pendidikan tinggi pada perguruan tinggi swasta katolik serta faktor-
faktor lain yang mendukung dalam kinerja perguruan tinggi swasta katolik tersebut.
Referensi:
Akbar, Rusdi, Pilcher Robyn and Perrin Brian. 2012. “Performance Measurement in Indonesia: The Case of Local Government.” Pacific Accounting Review 24, no. 3: 262-291
Caseley, J. (2006). Multiple Accountability Relationship and Improved Service Delivery Performance in Hyderabad City, Southern India. International Review of Admnistrative Sciences, 531-546.
Page 10
Seminar Penelitian-Akuntansi Sektor Publik
Cavalluzzo, Ken S., Christopher D. Ittner. 2004. “Implementing performance measurement innovations: Evidence from government.” Accounting, Organizations and Society, 29, no. 3-4: 243-267.
Creswell, John W., dan Vicki L. P. Clark. 2011. Design and Conducting Mixed Methods Research (2nd Ed). United States of America: Sage Publications.
DiMaggio, Paul J., Walter W. Powell. 1983. “The iron cage revisited: Institutional isomorphism and collective rationality in organizational fields.” American Sociological Review, 48, no. 2: 147-160.
Dubnick, Melvin. 2005. “Accountability and the Promise of Performance: In Search of the Mechanisms.” Performance & Management Review, 28, no.3: 76-417.
Locke, E. A., & Latham, G. P. (2002). Building a practically useful theory of goal setting and task motivation. American Psychologist, 57(9), 705-717.
Pollitt, Christopher, dan Geert Bouckaert. 2004. Public management reform: A comparative analysis. Oxford: Oxford University Press.
Rivai, V, dan Mulyadi, D. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Empirika.Vol 15. No 2. Hal: 116-138.
Spekle, Roland F. dan Frank H.M. Verbeeten. 2014. “The Use of Performance Measurement Systems in the Public Sector: Effects on Performance.” Management Acounting Research, 25: 131-146.
Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Van de Ven, Andrew H., dan Diane L. Ferry, 1980. Measuring and Assessing Organizations.Wiley, New York.
Van Helden, G. J., Age Johnsen, dan Jarmo Vakkuri 2012. “TheLifecycle approach to performance management: Implica-tions for public management and evaluation.” Evaluation,the Journal of Research, Theory and Practice, 18, no. 2: 159-175.
Wang, Xiahou. 2002. “Assesing Performance Measurement Impact: A study of US Local Government.” Public Performance and Management Review, 26: 26-43
Page 11