bpk banjarbaru - bekantan vol 5 no 1...

40
Fokus: Revolusi Hijau Lestari Sebagai "ruh" Dalam Mewujudkan Banua Hijau Green City For A Better Life Mewujudkan Kantor Yang Berwawasan Lingkungan: Eco Office Lansekap: Selayang Pandang Kebun Raya Banua Mengenal Lebih Dekat Tpa Cahaya Kencana : Tempat Pemprosesan Akhir Sampah Yang Berwawasan Dan Ramah Lingkungan Taman Kehati Kota Banjarbaru Artikel: Pengembangan Klaster Multi Produk Pada Pengelolaan KPHP Penggunaan Drone Sebagai Alat Survey Melalui Udara Profil: Hanif Faisol : Revolusi Hijau …. Menanam, Menanam, Dan Menanam Untuk Anak Cucu Kita Vol. 5/No.1/2017

Upload: phungnga

Post on 06-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

Fokus:Revolusi Hijau Lestari Sebagai "ruh" Dalam Mewujudkan Banua Hijau Green City For A Better LifeMewujudkan Kantor Yang Berwawasan Lingkungan: Eco Office

Lansekap :Selayang Pandang Kebun Raya Banua Mengenal Lebih Dekat Tpa Cahaya Kencana : Tempat Pemprosesan Akhir Sampah Yang Berwawasan Dan Ramah LingkunganTaman Kehati Kota Banjarbaru

Artikel:Pengembangan Klaster Multi Produk Pada Pengelolaan KPHPPenggunaan Drone Sebagai Alat Survey Melalui Udara

Profil:Hanif Faisol : Revolusi Hijau ….Menanam, Menanam, Dan Menanam Untuk Anak Cucu Kita

Vol. 5/No.1/2017

Page 2: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

PENANGGUNG JAWAB:

Ir. Tjuk Sasmito Hadi, MSc

DEWAN REDAKSI:

Dr. Acep Akbar

Junaidah, S.Hut, MSc

Adnan Ardhana, S.Sos

REDAKSI PELAKSANA:

Winingtyas W, S.Hut, MT, MSc

Fauziah, S. Hut

Agus Fitrianto, S. Hut

DESAIN GRAFIS DAN LAYOUT:

Purwanto Budi S., S.Hut, MSc.

Sukma Alamsyah

Henda Ambo Basiang

ALAMAT REDAKSI:

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup

dan Kehutanan Banjarbaru

Jl. A. Yani Km 28,7 Landasan Ulin

Banjarbaru - Kalimantan Selatan 70721

Phone. (0511) 4707872,

Fax. (0511) 4707872

E-mail : [email protected]

BP2LHK Banjarbaru 2017

Waktu terus berjalan, tidak terasa kita telah memasuki pertengahan tahun 2017, s a a t n y a k i t a k e m b a l i menyapa pembaca Bekantan yang setia. Edisi pertama Bekantan tahun ini, redaksi telah menyiapkan tema “Bergerak,hijaukan banuaku,

lestarikan lingkunganku”.Latar belakang dari tema kali ini adalah keprihatinan kita terhadap degradasi hutan dan turunnya kualitas lingkungan. Pemerintah telah berupaya mengurangi degradasi hutan dengan kegiatan rehabilitasi hutan dan program Hari Menanam Nasional. Saat ini Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Selatan yang didukung oleh Dinas Kehutanan Prop. Kalsel juga sedang gencar-gencarnya melaksanakan program “Revolusi Hijau” yang dicanangkan oleh Gubernur Kalsel.Untuk mendukung tema di atas , edisi kali ini berisi 3 rubrik fokus, yang membahas apa yang dimaksud Revolusi Hijau , Green city dan Eco Office yang akan menambah informasi dan wawasan kita untuk dapat memperbaiki kondisi hutan dan lingkungan. Redaksi juga menghadirkan informasi mengenai Kebun Raya Banua, Taman Kehati dan TPA Karang Intan dalam rubrik Landsekap.Sedangkan profil yang kami tampilkan pada edisi pertama adalah Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan. Dalam rubrik ini pembaca dapat mengetahui bagaimana sosok dan kiprah seorang Pejabat yang masih muda, bersemangat dan inspiratif serta penggagas dan penggerak program “Revolusi Hijau” di Kalimantan Selatan .Apabila pembaca ingin mengetahui pengelolaan KPH dan fungsi drone, redaksi juga menginformasikannya dalam bentuk artikel yang dikemas secara menarik. Sedangkan peristiwa dan kegiatan yang telah dilakukan BP2LHK disajikan dalam Lintas Berita.Akhir kata bersamaan dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan, redaksi mengucapkan Selamat Hari Raya

Idul Fitri 1438 H dan selamat menikmati majalah Bekantan Edisi Pertama 2017 ini.

Fokus:Revolusi Hijau Lestari Sebagai "ruh" Dalam Mewujudkan Banua Hijau Green City For A Better LifeMewujudkan Kantor Yang Berwawasan Lingkungan: Eco Office

Lansekap :Selayang Pandang Kebun Raya Banua Mengenal Lebih Dekat Tpa Cahaya Kencana : Tempat Pemprosesan Akhir Sampah Yang Berwawasan Dan Ramah LingkunganTaman Kehati Kota Banjarbaru

Artikel:Pengembangan Klaster Multi Produk Pada Pengelolaan KPHPPenggunaan Drone Sebagai Alat Survey Melalui Udara

Profil:Hanif Faisol : Revolusi Hijau ….menanam, Menanam, Dan Menanam Untuk Anak Cucu Kita

Vol. 5/No.1/2017

Page 3: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

3BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

SALAM REDAKSI ........................ 2

3BEKANTAN Vol. 4/No. 2/2016

LANSEKAPSELAYANG PANDANG KEBUN RAYA BANUA...............................4MENGENAL LEBIH DEKAT TPA CAHAYA KENCANA : TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH YANG BERWAWASAN DAN RAMAH LINGKUNGAN .....................8TAMAN KEHATI KOTA BANJARBARU ... 15

DAFTAR ISI

PROFILHANIF FAISOL : REVOLUSI HIJAU ….MENANAM, MENANAM, DAN MENANAM UNTUK ANAK CUCU KITA .................................. 18

FOKUSREVOLUSI HIJAU LESTARI SEBAGAI “RUH” DALAM MEWUJUDKAN BANUA HIJAU .............20GREEN CITY FOR A BETTER LIFE .........23MEWUJUDKAN KANTOR YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN: ECO OFFICE ...........................................27

ARTIKELPENGEMBANGAN KLASTER MULTI PRODUK PADA PENGELOLAAN KPHP .......................... 31PENGGUNAAN DRONE SEBAGAI ALAT SURVEY MELALUI UDARA ...........36

Page 4: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

4 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Syaifuddin dan Edi Suryanto

SELAYANG PANDANG KEBUN RAYA BANUA

melalui Peraturan Gubernur Nomor 041/2012 tanggal 1 Juni 2012, secara resmi dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Raya Banua Propinsi Kalimantan Selatan.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2011 “Kebun Raya adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifi kasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan”.

Tema Kebun Raya BanuaTema dari Kebun Raya Banua ini adalah “Tumbuhan

Berkhasiat Obat Kalimantan”, yang memiliki tujuan khusus untuk melestarikan keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat dari Kalimantan Selatan dan jenis tumbuhan lain yang mempunyai nilai konservasi dan nilai ekonomi. Sedangkan tujuan lainnya adalah

Kebun Raya Banua (KRB) Kalimantan Selatan resmi dilaunching pada tanggal 8 Desember 2016, dan menjadi salah satu kebun raya

baru yang ada di Indonesia. Kebun Raya Banua ini terletak di dalam Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang secara administratif termasuk Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru. Pembangunan Kebun Raya Banua berdasarkan Surat Edaran Menteri Riset dan Teknologi Nomor 77/M/VIII/2004 yang ditujukan kepada seluruh gubernur di Indonesia perihal pembangunan kebun raya di setiap provinsi di Indonesia. Pembangunan kebun raya di daerah termasuk kegiatan Prioritas Nasional ke-9 (PN9) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 tentang lingkungan hidup dan penanggulangan bencana. Selanjutnya Gubernur Kalimantan pada tahun 2010 mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 188.44/0554/KUM/2010 tentang Penunjukkan Calon Lokasi Kebun Raya Daerah seluas 122,27 ha. Kemudian

4 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

LANSEKAP

Page 5: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

5BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

untuk menjadi sarana dan prasarana pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa, jasa lingkungan, dan menjadi tempat wisata yang menarik bagi masyarakat umum. Kebun Raya Banua dibagi menjadi 12 zona tumbuhan diantaranya adalah zona tumbuhan obat, kayu, atsiri dan aromatik, anggrek, Nephentes, air tawar, pewarna, buah, dikotil, monokotil, Gymnospermae, dan paku-pakuan. Dengan adanya pembagian zona-zona tumbuhan ini, diharapkan pengunjung lebih mudah melihat keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Kebun Raya Banua.

Pengkoleksian tumbuhanProses pengkoleksian tumbuhan dimulai tahun

2012, yang dibantu oleh peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kalimantan

Selatan dan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut, dan Kabupaten Tanah Bumbu. Informasi mengenai tumbuhan berkhasiat obat didapatkan dari masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Karena sebagian besar hidupnya bergantung dengan tumbuhan atau hutan sekitar tempat tinggal. Jika ada warga sedang sakit, untuk mengobatinya tidak menggunakan obat kimia. Akan tetapi menggunakan tumbuhan obat yang ada di hutan sekitar tempat tinggal.

Salah satu tim eksplorasi berfoto dengan masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Hulu Sungai- Tengah Propinsi Kalimantan Selatan

5BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 6: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

6 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Eksplorasi Tim Kebun Raya Banua didampingi Tim Kebun Raya Bogor dan Balai

Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK)

Banjarbaru

Setelah didapatkan data awal tumbuhan berkhasiat obat, kemudian dilakukan eksplorasi. Ekplorasi dalam hal ini adalah kegiatan mencari dan mengkoleksi benih atau biji, dan anakan alam tumbuhan berkhasiat obat maupun jenis lain yang mempunyai nilai konservasi dan nilai ekonomi. Hasil koleksi nantinya akan ditanam di Kebun Raya Banua. Eksplorasi ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari peneliti Balitbangda Kalimantan Selatan dan BP2LHK Banjarbaru yang didampingi oleh tim dari Kebun Raya Bogor. Mulai tahun 2013 hingga sekarang eksplorasi

sudah dilakukan di kawasan hutan Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Tabalong, Barito Kuala, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kota Baru.

Hingga saat ini tumbuhan yang sudah dikoleksi Kebun Raya Banua ada 415 jenis dengan jumlah 1546 spesimen diantaranya adalah tumbuhan obat dari Kalimantan sebanyak 80 jenis 270 spesimen, tumbuhan obat non Kalimantan 70 jenis 213 spesimen, tumbuhan kayu 85 jenis 380 spesimen, tumbuhan buah 50 jenis 183 spesimen, anggrek 115 jenis 350 spesimen, aromatik, rempah dan atsiri 15 jenis 150 spesimen. Beberapa contoh koleksi tumbuhan obat Kalimantan yang sudah dikenal masyarakat luas seperti Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) untuk meningkatkan stamina, Akar Kuning (Arcangelisia fl ava) untuk mengobati malaria, Tabat Barito (Ficus deltoidea) untuk sari rapet, Gulinggang (Cassia alata) untuk mengobati penyakit kulit, dan Kayu lurus (Peronema canescens) untuk mengobati malaria. Dan beberapa contoh koleksi tumbuhan buah-buahan khas Kalimantan seperti Kasturi (Mangifera casturi), Karantungan (Durio oxleyanus), Buku-Buku (Dimocarpus longan), Mundar (Garcinia forbessi). Tidak hanya itu, jenis-jenis anggrek langka juga ada di Kebun Raya Banua seperti anggrek Bulan Pelaihari (Phalaenopsis amabilis Pelaihari), Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata), Anggrek Ekor Tikus (Paraphalaenopsis laycockii) dan Vanda dearei.

(Phalaenopsis amabilis) (Paraphalaenopsis laycockii) (Vanda dearei)

6 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 7: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

7BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Sarana dan PrasaranaUntuk memberi kenyamanan kepada pengunjung yang datang, Kebun Raya Banua juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana diantaranya adalah rumah spa dan rumah jamu (zona rempah, atsiri, dan aromatik), gedung visitor center, mushola, gazebo, pendopo, taman labirin, dan menara pantau labirin.

Taman Labirin

Menara Pantau Labirin Gazebo

Pendopo Rumah Spa dan Rumah Jamu (zona rempah, atsiri, dan aromatik) Gedung Visitor Center

7BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 8: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

8 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

MENGENAL LEBIH DEKAT TPA CAHAYA KENCANA : MENGENAL LEBIH DEKAT TPA CAHAYA KENCANA : TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH YANG BERWAWASAN TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH YANG BERWAWASAN

DAN RAMAH LINGKUNGANDAN RAMAH LINGKUNGANOLEH

DEWI ALIMAH & RISWAN ARYANI

Tak bisa kita pungkiri bahwa sampah merupakan bagian dari keseharian kita. Setiap aktivitas manusia pasti menyisakan sejumlah sampah yang volumenya sebanding dengan tingkat konsumsi barang yang kita habiskan sehari-hari. Selanjutnya, tidak heran jika sampah bertambah secara signifikan seiring bertambahnya penduduk. Timbunan sampah tentu menjadi persoalan tersendiri jika tidak segera di atasi. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah ini, dengan menyediakan Tempat Pemprosesan Akhir atau biasa disingkat dengan TPA. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (SOP TPA Cahaya Kencana, 2014).

Jika kita mendengar kata TPA, tentunya yang terlintas dibenak kita adalah sebuah areal yang penuh dengan timbunan sampah, terkesan kumuh, dan berbau tidak sedap. Tidak heran jika kesan itulah yang pertama kali kita tangkap dalam benak kita karena seperti yang diketahui bahwa memang demikianlah kondisi TPA yang biasa dikenal pada umumnya.

Namun berbeda halnya dengan TPA Cahaya Kencana, sesaat orang tidak akan mengira bahwa taman yang indah dan asri ini adalah lokasi pemprosesan akhir sampah. Inovasi-inovasi dalam pengelolaan sampahnya pun menjadi sesuatu yang menarik untuk digali. Bahkan pada tahun 2015 TPA ini mendapat kehormatan dikunjungi dan dikagumi oleh Ibu Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Inovasi apa sebenarnya yang telah dilakukan di TPA Cahaya Kencana ini? Tulisan ini bertujuan mengenal lebih dekat TPA Cahaya Kencana sebagai tempat pemprosesan akhir sampah berwawasan dan ramah lingkungan.

PROFIL TPA CAHAYA KENCANATPA Cahaya Kencana merupakan salah satu unit

pelayanan masyarakat milik pemerintah Kabupaten Banjar. TPA ini terletak di Desa Padang Panjang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. TPA ini beroperasi sejak tahun 2002 dengan wilayah hanya seluas 6,5 ha. TPA Cahaya Kencana dipimpin oleh seorang Kepala UPT, Adi Wiyono didampingi oleh Ketua Bagian Tata Usaha, dan seorang staf PNS

8 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

LANSEKAP

Page 9: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

9BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

serta dibantu oleh 60 orang tenaga kontrak. Kiprah TPA Cahaya Kencana di bidang kebersihan dan kesehatan lingkungan tidak perlu diragukan lagi. TPA yang pernah dikunjungi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya, ini mampu meraih beberapa penghargaan tingkat nasional dari pemerintah, yaitu antara lain Best effort Adipura (2011), Adipura (2012 & 2013), Adipura Kencana (2014), Adipura (2015), Plakat TPA Terbaik untuk Kategori Kota Kecil (2015), Adipura Kirana (2016), dan Plakat TPA Terbaik untuk Kategori Kota Kecil (2016).

Awal mulanya TPA ini bernama TPA Padang Panjang dan berganti nama menjadi TPA Cahaya Kencana sejak tahun 2014. Seiring dengan semakin banyaknya kuantitas sampah yang diproses dan kegiatan pemprosesan akhir, maka area TPA ini diperluas hingga mencapai 16,5 ha. Kepala UPT TPA Cahaya Kencana, Adi Wiyono, menyebutkan bahwa rata-rata volume timbunan sampah berkisar antara 150-170 m3 atau 85-100 ton per hari (4.500 – 5.500 m3 atau 2.500 – 3.000 ton per bulan) dan volume ini bisa meningkat hingga lebih dari 170 m3 per hari ketika ada peringatan haul Guru Zaini Abdul Gani, salah seorang ulama kharismatik di Kabupaten Banjar. Lokasi TPA Cahaya Kencana berjauhan dengan pemukiman masyarakat, yaitu sekitar 1.200 m dari pemukiman warga sehingga keberadaannya relatif tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.

Dalam aktivitas hariannya, TPA Cahaya Kencana melayani 8 dari 20 Kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Banjar, yaitu Kec. Karang Intan, Kec. Martapura Kota, Kec. Martapura Barat, Kec.

Martapura Timur, Kec. Astambul, Kec. Kertak Hanyar, Kec. Sungai Tabuk, dan Kec. Gambut. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk di 8 Kecamatan di atas, juga diiringi dengan peningkatan jumlah timbunan sampah yang ada di TPA ini. Pada tahun 2015 hingga 2016 terjadi peningkatan jumlah penduduk dari 373.959 jiwa menjadi 379.814 jiwa (Dinas Lingkungan Hidup, 2017).

Sebanyak 35 armada truk setiap harinya siap melakukan pengangkutan sampah dari 8 kecamatan tersebut menuju TPA Cahaya Kencana untuk diproses akhir. Secara umum jenis sampah yang masuk ke dalam TPA didominasi oleh sampah plastik (20%), diikuti sampah kertas (10%), sampah logam (1%), sampah kaca (1%), dan sampah lain-lain (68%).

Secara umum sarana dan prasarana yang ada di TPA ini sudah dapat dikatakan lengkap, yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sarana dan prasarana utama dan sarana dan prasarana penunjang kegiatan TPA. Sarana dan prasarana utama pengolahan sampah di TPA Cahaya Kencana terdiri dari :1. Unit pengolahan sampah

a. Sanitary landfi ll, b. Lapisan dasar TPA Sampah,c. Sistem Perpipaan Gas Bio, d. Lapisan Penutup Sampah, e. Alat berat, truk pengangkut tanah, dan

jembatan timbang, untuk mengukur secara akurat berat sampah yang masuk setiap harinya di TPA

2. Unit pengolahan lindiSeperangkat sistem pengolahan lindi (leachate) yang terdiri atas kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam biofi lter, dan wetland/landtreatment.

9BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 10: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

10 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

dumping, yaitu sistem pengolahan sampah yang mengacu pada cara pembuangan sampah pada area terbuka tanpa dilakukan proses apapun (Mungkasa, 2004).

Pada pertengah tahun 2012, sistem pengolahan sampah di TPA ini beralih menggunakan controlled landfi ll dan mengarah ke sanitary landfi ll. Controlled landfill merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan operasi sanitary landfi ll, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak selama 7 hari. Sementara itu, sanitary landfi ll merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan serta penutupan sampah setiap hari. Berbeda dengan controlled landfi ll, sanitary landfi ll menggunakan material yang kedap air sehingga rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan sekitar. Biaya sanitary landfi ll relatif jauh lebih mahal (Damanhuri et al., 2006; Mungkasa, 2004). Sanitary landfi ll ini diterapkan sepenuhnya pada tahun 2014 hingga sekarang. Sistem ini diklaim mampu memusnahkan sampah secara efektif, karena sampah yang dimusnahkan di dalam tanah dipastikan tidak akan menyebar dan mengotori lingkungan. Sistem ini juga dilengkapi pipa-pipa saluran gas metan dan saluran lindi. Ilustrasi beberapa metode pengoperasian timbunan sampah akhir residu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi beberapa metode pengoperasian timbunan sampah akhir

residu (Sumber : SOP TPA Cahaya Kencana, 2014)

Pemadatan timbunan sampah dilakukan dengan cara menggilas 4-6 kali gilasan untuk sanitary landfi ll dan sebanyak 3-5 gilasan untuk controlled landfi ll searah memanjang pada lapisan sampah yang telah diratakan.

3. Unit pengolahan gasbioSedangkan sarana dan prasarana umum antara lain gapura/pintu gerbang, jalan yang sudah dipaving ( jalan akses, jalan operasional, dan jalan ramp), zona penyangga, sumur uji, pos jaga, kantor UPT, rumah jaga, kafe metan (kantin), mushola, gudang alat berat (hanggar), toilet, dan lain-lain.

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH Pada prinsipnya, pengelolaan sampah di TPA

Cahaya Kencana, Kabupaten Banjar dilakukan melalui 2 langkah, yaitu langkah pertama berupa pengurangan sampah dan langkah kedua berupa penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah dilakukan dengan mengimplementasikan program 3R (Reuse-Reduce-Recycle) seperti menggunakan kembali barang bekas layak pakai seperti ban bekas, botol plastik, mengurangi jumlah sampah dengan menggunakan produk-produk low waste, membuat kompos, mendaur ulang sampah yang terbuat dari bahan berkualitas, dan menyediakan bank sampah di kota-kota.

Sementara itu, kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah, dan pemprosesan akhir sampah. Sampah yang masuk ke TPA selalu didata untuk mengetahui beban penanganan sampah TPA secara terukur. Pencatatan sampah ini dapat dilakukan secara mekanis menggunakan jembatan timbang.

Secara umum pemilahan sampah dilakukan berdasarkan jenis sampahnya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik diantaranya berupa sampah sisa makanan, sayur mayur serta sampah yang mudah membusuk lainnya yang nantinya akan dikenai proses pengomposan (composting). Sementara itu, sampah anorganik pada umumnya terdiri atas plastik, botol kaca, kaleng, dan semacamnya yang nantinya akan didaur ulang (3R) atau dijual kembali dan dinilai sangat ekonomis. Ada jenis sampah yang dilarang masuk ke TPA, yaitu antara lain B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah sakit dan industri. Apabila terdapat sampah B3 rumah tangga (dalam kondisi terpilah) maka harus ditempatkan pada tempat penampungan sementara.

Sampah yang benar-benar tidak terpakai dikumpulkan dalam satu wadah/sel dalam bentuk timbunan sampah. Dalam pengelolaan sampahnya, ada beberapa metode pengoperasian timbunan sampah akhir residu yang secara bergiliran diterapkan di TPA ini, yaitu open dumping, controlled landfi ll, dan sanitary landfi ll. Dari tahun 2002 hingga 2012, TPA Cahaya Kencana menggunakan metode open

10 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 11: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

11BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Penutupan sel sampah terdiri atas 2 tahap, yaitu penutupan sampah harian dan penutupan sampah antara . Penutupan s a m pa h h a r i a n d i l a k u k a n terhadap sel harian dalam sehari dengan tanah setebal 15-20 cm. penutupan harian hanya dilakukan pada metode sanitary landfill. Sementara itu, penutupan sampah antara dilakukan menggunakan kerikil setebal 15 cmdan tanah setebal 20 cm j ika sampah sudah mencapai ketinggian 1 lift sampah. Satu lift terdiri dari 2-3 sel harian dengan ketinggian sampah gabungan sekitar 4-5 m. Untuk metode controlled landfi ll , penutupan sampah dilakukan dengan tanah penutup minimal selama 5 – 7 hari sekali, diupayakan ketinggian penutupan sampah dilakukan pada ketinggian 1,5 - 2 meter. Material tanah yang

digunakan pada proses penutupan ini diambil dari dalam area TPA. Skema penutupan sel sampah pada metode controlled landfi ll dan sanitary landfi ll dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema penutupan sel sampah pada metode controlled landfi ll dan sanitary landfi ll (Sumber : SOP TPA

Cahaya Kencana, 2014)

11BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 12: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

12 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/201712 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Pada proses pembusukan sampah, munculnya gas metan dan lindi atau cairan yang dihasilkan pada proses dekomposisi sampah, perlu segera ditangani agar tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Penanganan gas yang timbul di sel sampah dilakukan dengan menyiapkan unit sistem perpipaan gas bio. Unit ini terdiri atas rangkaian pipa-pipa PVC berdiameter 100 mm dan 150 mm yang dipasang secara vertikal dan horisontal untuk menangkap gas metan yang dihasilkan dari timbunan sampah. Selanjutnya, gas metan yang tertangkap disalurkan ke beberapa instansi, yaitu instalasi pengolahan gas metan, instalasi pemurnian gas metan, termasuk kompor gas metan dan fl aring (pembakaran gas), instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).

Cairan lindi (Leachate) merupakan cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Lindi yang berasal dari sanitary landfi ll ini dinetralkan di dalam unit pengolahan lindi.

Di dalam instalasi ini, lindi yang berasal dari sanitary landfill dialirkan menuju ke kolam anaerobik yang telah di is i a ir sungai . Pada umumnya kolam ini cukup dalam dan pada permukaannya terdapat lapisan yang mencegah masuknya sinar matahari sehingga memungkin-kan kondisi anaerob. Kondisi proses pengolahan yang seimbang ditandai dengan perubahan warna air buangan menjadi hitam keabu-abuan. Pemantauan pH air yang ada di kolam ini selalu dipantau setiap 12 jam sekali. Apabila pH <7, petugas akan menambahkan larutan alkali (kapur tohor, NaOH atau yang sejenis) hingga pH kembali normal (pH 7-9). Pengecekan BOD dan COD juga dilakukan setiap hari. Kondisi normal/tunak dicapai ketika diperoleh perbedaan angka BOD atau COD efl uen sekitar 10% dan akan bertahan selama 2 hingga 3 bulan. Kondisi ini dapat dicapai secara cepat dengan menambahkan seed (bibit mikroba) dari lumpur instalasi sejenis sebanyak 10-20% volume.

Dari kolam anaerob, lindi yang sudah mencapai kondisi tunak, dialirkan ke kolam fakultatif. Pada kolam ini menyaratkan adanya ketersediaan oksigen, dimana oksigen yang larut dalam air digunakan bakteri untuk menguraikan limbah. Oksigen diperoleh dari hasil fotosintesis tumbuhan algae (ganggang)

yang sengaja ditempatkan di dalam kolam. Limbah cairan lindi yang telah terurai selanjutnya dialirkan ke dalam kolam maturasi. Kolam ini berfungsi sebagai penyaring organisme pathogen, virus, dan bakteri yang mengendap di dalam lumpur. Kolam ini memiliki kedalaman sekitar 1-1,5 m dilengkapi dengan material penyaring seperti ijuk, pasir, dan kerikil, dan dibiarkan terbuka di bagian atasnya. Hal ini bertujuan untuk mematikan bakteri dan virus menggunakan sinar matahari yang dapat menembus permukaan kolam hingga kedalaman 50 cm.

Efluen yang berasal dari kolam maturasi selanjutnya disempurnakan di dalam kolam wetland. Penyempurnaan dilakukan dengan prinsip menyisihkan zat organik sebagai biochemical oxygen demand (BOD), padatan tersuspensi (SS), nutrient, dan logam berat. Untuk memaksimalkan kemampuan pengolahan dari wetland, dipilih tanaman alang-alang

air yang memiliki akar serabut padat dan panjang. Akar-akar ini berfungsi sebagai saluran

pengirim oksigen ke dasar wetland guna membantu reaksi aerobik

sehingga tidak menghasilkan bau. Selain itu, akar-akar tersebut juga berfungsi sebagai media pelekatan mikro-organisme pengurai polutan dan penyerap unsur hara dalam air buangan dan logam. Penggunaan sistem media lekat memungkinkan

biomassa slebih stabil karena mikroba bertahan melekat

pada permukaan media dan tidak mudah tersapu akibat kenaikan debit

inlet. Efl uen yang ada di dalam kolam ini sudah layak dihuni ikan gabus. Seperti halnya

pada kolam anaerob, pemantauan pH lindi, BOD, dan COD efl uen juga dilakukan pada setiap kolam.

Monitoring kualitas lingkungan selalu dilakukan untuk memastikan kegiatan TPA berlangsung secara optimal sehingga tidak merusak atau mencemari lingkungan. Monitoring kualitas lingkuangan ini meliputi pencegahan kebakaran, pemeliharaan area hijau, pemantauan kualitas air tanah, pemantauan kualitas lindi, pengendalian vektor penyakit, dan pemantauan kualitas udara. Pemeliharaan alat berat dan sarana-prasaran juga dilakukan secara intensif terencana. Hal ini dimaksudkan agar operasional TPA dapat berjalan lancar.

POTENSI TPA YANG TELAH DIGALITidak hanya sebagai tempat pemprosesan akhir

sampah yang handal, TPA Cahaya Kencana juga mampu memberikan manfaat yang cukup berarti

12 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 13: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

13BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017 13BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

bagi masyarakat di sekitarnya. Adanya instalasi pengolahan gas bio yang dikelola secara aktif dan berkesinambungan, menjadikan TPA ini mampu memasok gas metan untuk keperluan rumah tangga bagi 50 KK (Kepala Keluarga) di Desa Padang Panjang sejak tahun 2013 dan 50 KK di Desa Sungai Landas sejak tahun 2014. Kedua desa tersebut saat ini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Metan. Inovasi ini tentunya mampu membantu perekonomian warga sekitar dengan cara menghemat pengeluaran untuk membeli bahan bakar minyak atau LPG guna keperluan memasak sehari-hari. Dalam hal ini pihak TPA tidak memungut biaya sepeser pun dari warga untuk biaya operasionalnya. Adanya instalasi yang mampu mengubah gas metan menjadi energi listrik, membuat TPA ini lebih mandiri dalam menghemat biaya operasional, khususnya listrik. Setiap harinya TPA ini memanfaatkan energi listrik yang berasal dari gas metan untuk keperluan penerangan jalan di sekitarnya. Meskipun TPA sudah mampu menyediakan energi listrik dari pengolahan gas metan secara swadaya, namun tetap saja belum optimal. Durasi penerangan jalan menggunakan energi listrik swadaya hanya berlangsung selama 5 jam saja setiap harinya.

TPA Cahaya Kencana juga memberi kesempatan kepada warga sekitar untuk meningkatkan pendapatan. Keberadaan TPA membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat, yaitu dalam bentuk sebagai karyawan tetap di TPA, supir dan kernet truk sampah, dan usaha pengumpul barang bekas. Sampah-sampah seperti ban bekas, kardus, botol-botol, gelas plastik, dan lain-lain yang dikumpulkan warga di area pemilahan, kembali dibeli di TPA dengan harga khusus. Harga setiap barang per kilogramnya bervariasi, dimana kardus dan kertas Rp 1.700,-; botol plastik Rp 1.800,-; gelas plastik Rp 2.700,-; dan aluminium Rp 8.000,-. Oleh TPA, barang-barang ini diolah kembali menjadi bermacam-macam kerajinan, seperti pot bunga/tanaman dari ban bekas, bunga plastik dari gelas dan botol plastik, tirai dari botol-botol plastik, ambal dari kain-kain perca, tas dari plastik minuman/sabun sachet dan masih banyak lagi.

Jenis-jenis sampah khususnya berupa dedaunan (limbah PLN) dan bahan organik hasil dari pemilahan dimanfaatkan oleh TPA Cahaya Kencana untuk diolah menjadi kompos. Produksi kompos dalam 1 bulan dapat mencapai sekitar 1.000-1.800 karung atau sekitar 8-15 ton per bulan (40-60 karung pupuk kompos per hari). Menurut Wahyono (2009), pengomposan sebagai upaya pengelolaan sampah kota pada dasarnya bukanlah usaha yang berorientasi profi t tetapi merupakan usaha non-profi t yang dilakukan pemerintah sebagai bentuk tanggung

jawabnya dalam pelayanan kepada masyarakat akan kebersihan dan perlindungan lingkungan. Produk utama yang dihasilkan adalah kebersihan kota dan netralisasi sampah yang semula beracun dan berbahaya menjadi produk yang aman. Adapun produk kompos yang dihasilkan dianggap sebagai hasil samping (by product) saja. Oleh karena itu, kalau pun produk kompos dijual dan menghasilkan keuntungan, keuntungan tersebut dianggap sebagai bonus, bukan sumber pendapatan utama. Saat ini TPA Cahaya Kencana tengah diusulkan berstatus Bandan Layanan Usaha Daerah, dimana nantinya TPA akan lebih mudah memberikan layanan kepada masyarakat luas berupa transaksi niaga terhadap produk-produk usaha yang dihasilkan.

TPA Cahaya Kencana juga melakukan aktivitas pembibitan tanaman hias dan tanaman obat keluarga (toga) seperti anggrek, serai, lidah buaya, bromelia, cabai, dan lain-lain. Pembibitan ini dikelola secara intensif di kebun pembibitan dan green house. Pupuk organik sekaligus bibit tanaman sejauh ini digunakan untuk menyuplai secara cuma-cuma di beberapa instansi seperti Dinas Pertanian, sekolah-sekolah, instansi yang membutuhkan bahkan para pengunjung pun bisa mendapatkannya.

Banyak penghargaan yang telah diraih oleh TPA Cahaya Kencana ini, dimana pada tahun 2015 dinobatkan sebagai TPA terbaik se-Indonesia untuk kategori kota kecil. Hal ini tidak lepas dari inovasi-inovasi pengelolaan sampah yang telah diterapkan oleh TPA secara berkesinambungan seperti program pengelolaan sampah ramah lingkungan yang meliputi pendaurulangan sampah hingga menjadi produk usaha bernilai ekonomis, dan dapat menciptakan sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan gas metan. Kabupaten Banjar patut berbangga usai menyandang plakat Adipura TPA Terbaik untuk kategori kota kecil se-Indonesia. Prestasi ini semakin menggaungkan nama TPA Cahaya Kencana di kancah nasional hingga banyak pemerintah kabupaten lain yang ingin belajar ke TPA ini. Sampai hari ini sudah ada beberapa pemerintah daerah lainnya yang telah berkunjung melakukan studi banding ke TPA ini, antara lain Kab. Balangan, Kab. Amuntai, Kab. Kapuas, Kab. Kota Waringin, Kota Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Kab. Bontang (Kalimantan Timur) bahkan dari antarpulau seperti Kab. Lampung Utara.

Di kalangan akademika, keberadaan TPA Cahaya Kencana yang asri dan ramah lingkungan menjadi hal menarik untuk dipelajari. Suasana TPA yang rindang dan didukung oleh fasilitas, sarana, dan prasarana yang memadai, menjadikan TPA Cahaya Kencana bersahabat dan nyaman untuk dikunjungi. TPA ini sudah dikunjungi puluhan sekolah dan perguruan

13BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 14: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

14 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

tinggi di Kalimantan Selatan. Setiap minggunya TPA ini menerima kunjungan sekitar 1-2 sekolah di sekitar Kabupaten Banjar baik dari taman kanak-kanak, SD, SLTP, SMU maupun dari mahasiswa yang sedang magang di sana. Di sini para pelajar diajak untuk bersama-sama mempelajari aktivitas yang ada di TPA, khususnya tentang daur ulang sampah menjadi produk bernilai ekonomis, studi pemanfaatan energi alternatif gas metan, studi budidaya tanaman hias dan toga, dan cara pembuatan pupuk organik. Pihak TPA juga membuka pintu selebar-lebarnya bagi para siswa sekolah dari daerah lain yang berminat mempelajari hal-hal tentang TPA, kebersihan lingkungan, dan pengelolaan sampah dari Kabupaten Banjar. Bukanlah suatu yang berlebihan jika TPA Cahaya Kencana ini dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata edukasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar.

KENDALA DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI DALAM PENGELOAAN SAMPAH DI TPA

Dalam pendistribusian gas metan ke masyarakat, adakalanya TPA Cahaya Kencana mengalami kendala khususnya ketika musim penghujan tiba. Curah hujan yang terlampau tinggi mengakibatkan sampah basah terendam lindi, akibatnya timbunan sampah tidak bisa diproses menjadi gas. Begitu pula ketika musim kemarau panjang dengan curah hujan minimum, timbunan sampah cenderung kehilangan kelembabannya sehingga proses dekomposisi sampah pun terhambat. Terhambatnya proses dekomposisi sampah ini tentu saja dapat mengurangi pasokan gas metan ke rumah warga. Selain itu, kendala teknis seperti kebocoran pipa saluran gas juga menjadi masalah tersendiri dalam pendistribusiannya. Adanya tenaga yang melakukan monitoring instalasi pendistribusian gas metan ke rumah-rumah warga sangat diperlukan TPA agar manfaat energi gas metan mampu dirasakan warga secara optimal.

Dalam pengelolaannya, TPA Cahaya Kencana memerlukan luasan lahan yang tidak sedikit. Namun ada saja ulah warga sekitar yang dengan seenaknya menggunakan lahan untuk kepentingan pribadi sebagai kebun karet. Patok wilayah TPA seringkali digeser oknum yang tidak bertanggung jawab bahkan TPA malah sering kali diminta ganti rugi apabila ada tegakan karet yang rusak akibat aktivitas pengelolaan sampah. Kasus penggunaan lahan secara ilegal oleh warga sekitar, menjadi masalah tersendiri yang hingga kini belum ada solusinya.

Penerangan TPA Cahaya Kencana dimalam hari masih jauh dari memadai karena hingga saat ini instalasi penerangan jalan di sekitar TPA masih terbatas dan sering bermasalah. Jumlah penerangan jalan yang terbatas tentu saja menghambat pengelola TPA dalam melakukan pengawasan di malam hari.

PENUTUPPengelolaan sampah di TPA Cahaya Kencana

telah berjalan lancar. Hal ini dapat dilihat dari tidak ditemukannya kendala berarti dalam proses pengelolaan sampahnya. Keberadaan TPA ini juga mampu memberikan manfaat yang berarti bagi warga sekitar TPA khususnya dan masyarakat di Kalimantan Selatan pada umumnya. Meskipun upaya pengelolaan sampah telah dilakukan sebaik mungkin, namun masih ada permasalahan yang timbul seperti rendahnya kepedulian, peran serta masyarakat yang belum optimal, dan kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, khususnya di lingkungan TPA ini. Adanya kepedulian masyarakat dan dukungan pemerintah diharapkan mampu menopang peran TPA Cahaya Kencana dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat di Kabupaten Banjar.

REFERENSIDamanhuri, E., R. Ismaria, dan T. Padmi. 2006.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem Controlled Landfi ll dan Sanitary Landfi ll. Departemen Pekerjaan Umum.

Dinas Lingkungan Hidup. 2017. Profi l TPA Cahaya Kencana. 2017 (Leafl et). Pemerintah Kabupaten Banjar.

Mungkasa, O. 2004, Agustus. Seputar Sampah. Percik 5(1). Diakses dari https://www.scribd.com/document/99168771/Sampah-Masih-jadi-Sampah-Media-Informasi-Air-Minum-dan-Penyehatan-Lingkungan-PERCIK-Edisi-Agustus-2004.

SOP TPA Cahaya Kencana. 2014. TPA Cahaya Kencana, Kabupaten Banjar.

Wahyono, S. 2009. “menciptakan pengomposan yang berkelanjutan”. Percik, 5, 44-45.

14 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 15: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

15BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

TAMAN KEHATI KOTA BANJARBARUOleh : Rudy Supriadi

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tertinggi di dunia. Untuk fl ora, sekitar 240 spesies tanaman

dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan kerabat budidaya. Sedikitnya sebanyak 36 spesies kayu di Indonesia terancam punah termasuk kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) di Kalimantan Selatan, kayu kruing di Sumatera, sawokecik di JawaTimur, kayu hitam (eboni) di Sulawesi, kayu pandak di Jawa. Pakis haji (Cycas rumphii) yang pernah popular sebagai tanaman hias, kini sulit ditemukan di alam. Demikian pula pakis hias (Ponia sylvestris), anggrek jawa (Phalaenopsis javanica) dan jenis rotan (Ceratolobus glaucescens )kini hanya tinggal beberapa batang di pantai selatan Jawa Barat. Sekitar 52 spesies keluarga anggrek, 11 spesies rotan, 9 spesies bambu, 9 spesies pinang, 6 spesies durian, 4 spesies pala dan 3 spesies mangga dikategorikan langka. Sementara 44 spesies tanaman obat seperti pulasari, kedawung, jambe, pasak bumi, gaharu, sanrego dikategorikan langka (Yuwono, 2013).

Salah satu cara untuk menghindari kepunahan suatu jenis (baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui manfaatnya) adalah dengan membuat kawasan pencadangan untuk ditanami tumbuhan terancam punah, langka dan endemik. Sebagai koleksi tumbuhan yang ditanam harus dapat

menghasilkan keturunan dengan keanekaragaman genetik yang mencukupi. Tempat yang dipakai untuk melestarikan keanekaragaman jenis adalah sebidang tanah yang “clear and clean” dan tempat ini disiapkan untuk tidak akan dialih fungsikan untuk kegunaan lain. Tempat ini disebut sebagai Taman Keanekaragaman Hayati atau taman Kehati (KLHK, 2015)

Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) merupakan suatu kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in-situ dan/atau ex-situ, khususnya bagi tumbuhan yang penyerbukan dan/atau pemencaran bijinya harus dibantu oleh satwa dengan struktur dan komposisi vegetasinya dapat mendukung kelestarian satwa penyerbuk dan pemencar biji.

Fungsi utama Taman Kehati adalah melestarikan jenis-jenis dan variasi genetik tumbuhan langka dan endemik suatu tipe ekosistem serta menyediakan biji,baik untuk merehabilitasi maupun merestorasi kawasan. Selain itu, taman kehati juga berfungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan serta ekowisata (KLHK, 2015)

Taman Kehati Banjarbaru merupakan salah satu dari Taman Kehati yang ada di Indonesia. Dengan mengenal Taman Kehati Banjarbaru lebih dekat akan menambah wawasan kita untuk mendukung upaya

15BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

LANSEKAP

Page 16: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

16 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya di Kalimantan Selatan.

Foto 1 ; Taman Kehati Kota Banjarbaru

SEJARAH PEMBANGUNAN TAMAN KEHATI KOTA BANJARBARU

Ide pembangunan Taman Kehati Kota Banjarbaru dimulai pada tahun 2010 atas prakarsa Menteri Lingkungan Hidup bapak Prof. Dr. H. Gusti Muhammad Hatta, MS agar taman keanekaragaman hayati juga dibangun di Kalimantan Selatan . Kegiatan tersebut ditindak lajuti melalui keputusan Walikota Banjarbaru nomor 256 tahun 2012 tanggal 1 Juni 2012, berlokasi di Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru dengan luas areal 15 Ha. Lokasi Taman Kehati merupakan eks. kawasan perkantoran PT. Aneka Tambang yang diserahkan ke Pemerintah Kota Banjarbaru pada tanggal 26 Januari tahun 2005. Koordinat patok batas lahan Taman Kehati Kota Banjarbaru berada pada 30 30’ 21,10” – 030 30’ 37,84” LS dan 1140 49’ 38,21” – 1140 49’ 51,30” BT

Pembangunan Taman Kehati di Kota Banjarbaru mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati dan sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana pada pasal 57 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa untuk melaksanakan pencadangan sumber daya alam, Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota atau perseorangan dapat membangun Taman Keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan.

Pemilihan jenis yang ditanam untuk pembangunan Taman Kehati di Kota Banjarbaru dilakukan berdasarkan rekomendasi LIPI. Terdapat 138 jenis tanaman yang direkomendasikan yaitu terdiri dari family Actinidaceae, Apocynaceae, Anacardiaceae, Annonaceae, Arecaceae, Bombacaceae, Burseraceae, Caesalpiniaceae, Culusiaceae, Celastraceae,

Dipterocarpaceae, Elaeocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Flacurtiaceae, Lecythidaceae, Leeaceae, Lauraceae, Malvaceae, Meliaceae, Melastomataceae, Mimosaceae, Myrtaceae, Myristicaceae, Monimiaceae, Moraceae, Oxalaceae, Papilionaceae, Polygalaceae, Rubiaceae, Rutaceae, Sapotaceae, Sapindaceae, Sterculiaceae, Symplocaceae, Theacea, Thymeliaceae, Theaceae, Ulmaceae, dan Verbenaceae,

Dari 138 jenis tanaman yang direkomendasikan LIPI di Taman Kehati Kota Banjarbaru telah ditanam jenis tumbuhan langka sebanyak 14 jenis diantaranya Gaharu (Aquilaria malaccenesis), Ramania (Bouea macrophylla), Risi (Caryota mitis), Lahong (Durio dulkis), Pasak Bumi (Eurycoma longifolia), Ulin (Eusideroxylon zwageri), Rukam (Flocourtia rukam), Sawo Kecik (Manilkara kauki), Maritam (Nephelium mutabile), Kupang (Parkia timoriana), Meranti Putih (Shorea andulensis), Meranti Tembaga (Shorea leprosula), Kasturi (Mangifera casturi), Binjai (Mangifera caisia), Hambawang (Mangifera foetida), dan Kweni (Mangifera caesia) (BLHD, 2015)

Pertumbuhan tanaman di Taman Kehati Kota Banjarbaru yang ditanam sejak tahun 2012 cukup baik.

KONDISI UMUM Pada tanggal 03 November tahun 2014 telah

terjadi musibah kebakaran sehingga tanaman yang ada seluas 8 Ha habis terbakar. Jumlah tanaman yang terbakar sebanyak 1.020 pohon dari 30 jenis tanaman seperti ; Gamal, Tanjung, Ramania, Meranti, Kulur, Lurus, Keminting, Kapul, Kalangkala, Kasturi, Rambutan, Jaring, Durian, Sungkai, Mangga, Nangka, Kayu manis, Ulin, Ketapang, Jambu, Kedondong, Tiwadak, Ketapi, Gulinggang, Gaharu, Langsat, Trembesi, Rambai, Binjai dan Pempaken. Kemudian di bulan Desember 2014 ditanam kembali tanaman yang telah terbakar tersebut.

Foto 2 ; Taman Kehati Kota Banjarbaru

16 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 17: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

17BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Pada tahun 2015 dan tahun 2016 pembangunan taman kehati dilanjutkan kembali dengan menanam 1.100 batang tanaman.

Jenis tanaman yang ditanam tahun 2015 sebanyak 600 pohon yaitu Mangifera casturi Kosterm, Durio zibethinus Murr, Nephelium lappaceum L, Magnolia gigantifolia (Miq) Noot, Mangifera sp. Mimusop elengi, Archidendron jiringa, Artocarpus integer, Aquilaria malaccencis, Aquilaria malaccencis, Sandoricum koetjapi, dan Shorea sp.

Pada tahun 2016 dilakukan penanaman sebanyak 500 pohon yang terdiri dari jenis Artocarpus odoratissim, Cinnamomum verum, Lansium domisticum, Pithecellobium Jiringa Prain, Diospyros phillippinensis, Diospyros sp, Baccaurea macrocarpa, Belangkasuwa, Aquilaria Malaccensis, Mangifera caesia Jack, Durio kutejensis, Bouea macrophylla Griff, Durio zibethinus Murr, Aleurites moluccana, Neolamarckia cadamba, Alstonia sp, Parkia speciosa, Mangifera casturi, Syzigium sp, Annona muricata, Senna alata (L.) Roxb.,

Sarana prasarana yang tersedia berupa tandon air, menara tandon dan sumur gali, papan nama, papan informasi, mesin pompa air, peralatan kerja berupa mesin pemotong rumput, kereta dorong, cangkul, serok garpu, dan pengadaan pupuk dan obat-obatan.

Foto 3 ; Taman Kehati Kota Banjarbaru

PENGELOLAAN Taman Kehati Banjarbaru merupakan bagian dari

kegiatan Subbid Pemulihan Kualitas Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru. Kelembagaan yang ada pada saat ini telah dibakukan melalui SK Walikota Banjarbaru No.188.4.45/493/KUM/2015 tentang Pengelola Taman Keanekaragaman Hayati Kota Banjarbaru. Secara teknis dibantu oleh petugas dari desa sekitar lokasi. Untuk penetapan kelembagaannya dalam proses pembahasan. Kegiatan pengelolaan taman kehati bersumber dari dana DAK (Dana Alokasi Khusus).

Pada tahun 2017 pengelolaan Taman Kehati Kota Banjarbaru difokuskan pada kegiatan pemeliharaan tanaman yang sudah dibangun.

PENUTUPTaman Kehati Kota Banjarbaru merupakan

merupakan suatu kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan konservasi jenis, koleksi tumbuhan dan dapat juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata ilmiah sehingga kegiatan pengelolaannya harus diprioritaskan.

Status dan batas kawasan secara legalitas diharapkan lebih kuat. Kendala yang akan dihadapi dalam pengelolaan Taman Kehati Kota Banjarbaru ini adalah pengakuan kepemilikan lahan oleh masyarakat sekitar dan ancaman kebakaran lahan di musim kemarau.

Untuk pengelolaan dan pembangunan Taman Kehati Kota Banjarbaru yang lebih baik diharapkan adanya dukungan dari pihak terkait seperti pihak swasta terutama yang mempunyai areal kerja di wilayah Kota Banjarbaru melalui program corporate social responsibility (CRS).

PUSTAKABadan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru, 2014.

Berita Acara Kebakaran Tanaman dilahan Taman Kehati Kelurahan Bangkal Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.

Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru, 2015. Laporan Kegiatan Pemantauan Taman Kehati Kota Banjarbaru Kalsel.

Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru, 2015. Laporan KegiatanPengelolaan Taman Kehati Kota BanjarbaruKalSel.

Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru, 2016. Laporan Kegiatan Pengelolan Taman Kehati Kota Banjarbaru Kalsel.

Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor 256 tahun 2012 tanggal 01 Juni 2012

Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor 188.4.45/493/KUM/2015 tanggal 10 November 2015

KLHK, 2015. 10 Profi l Taman Kehati. Kementerian Lingkungan Laporan dan Kehutanan Jakarta

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Yuwono, Arief, 2013. Stop kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia. Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup. http://www.menlh.go.id/sto p-kepunahan-keanekaragaman-hayati-indonesia/

17BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 18: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

18 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

HANIF FAISOL :HANIF FAISOL : REVOLUSI HIJAU ….MENANAM, REVOLUSI HIJAU ….MENANAM, MENANAM, DAN MENANAM UNTUK ANAK CUCU KITAMENANAM, DAN MENANAM UNTUK ANAK CUCU KITA

diangkat menjadi PNS di Kanwil Kehutanan Kalsel dan ditempatkan di Kotabaru. Saya mengawali karir saya dari nol sebagai pegawai gol. IIa. Semua jenjang saya jalani dari Kepala Resort, dan Kepala Ranting. Setelah terjadi pemekaran kabupaten baru, maka saya mendapat amanah sebagai Kepala Seksi Bina Produksi dan Pengolah Hasil Hutan, Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan, dan Sekretaris di Dinas Kehutanan Kab. Tanah Bumbu. Selama itu pula saya melanjutkan pendidikan saya S1 dan S2 di Universitas Lambung Mangkurat dan S3 di Universitas Brawijaya. Tahun 2014 saya mendapat amanah sebagai Kepala Dinas Kehutanan Kab. Tanah Bumbu dan Tahun 2016 diamanahi menjadi Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel.

Bapak saat ini dikenal dengan program Revolusi Hijau,sejauh mana sekarang pelaksanaannya ?Saya cerita dari awalnya dulu ya. Sejak saya menjadi Kepala Dinas Kehutanan Kab. Tanah Bumbu 2014, tidak ada yang menonjol menurut saya kecuali dengan mengajak masyarakat menanam . Mulailah setiap hari Jumat menanam, kami kerjasama dengan guru

Dr. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut, MP , sejak kecil bercita-cita menjadi rimbawan, akhirnya sukses menjadi Kepala Dinas Kehutanan Kalsel

di usia yang relatif muda. Energik,bersemangat dan kuat pendirian, dengan modal tersebut beliau terus menggaungkan semangat menanam sejak menjadi Kepala Dinas Kehutanan di Kab. Tanah Bumbu. Dan akhirnya pada tahun 2016 selaku Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel bersama Gubernur Kalsel mencanangkan sebuah gerakan “Revolusi Hijau” di Kalsel. Seperti apa kisah selengkapnya, berikut wawancara tim redaksi Majalah Bekantan dengan Dr. Hanif Faisol Nurofi q, S.Hut, MP.

Bapak termasuk kepala Dinas Kehutanan termuda, bisa bapak ceritakan perjalanan karir bapak hingga sampai pada posisi sekarang ?Sejak kecil cita-cita saya menjadi rimbawan, kebetulan orang tua saya pengusaha kayu gergajian di Bojonegoro. SD – SMA saya di Bojonegoro, kemudian saya melanjutkan pendidikan di Forest Ranger, pendidikan kehutanan khusus yang digagas oleh Menteri Kehutanan Hasrul Harahap. Tahun 1993

18 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

P R O F I L

Page 19: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

19BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

karena dengan anak-anak kita bisa mengarahkan, kalau yang lebih tua menitipkan pesan lingkungannya sulit, karena sudah kulturnya. Sampai waktu itu , Kepala Seksi Rehabilitasi bekerja full dalam satu minggu, tidak terbatas hari Jumat, kami mengikuti kemauan pondok pesantren, kapan mereka bisa nanam kami fasilitasi. Awal 2016 saya diminta bupati untuk mengkspose hal ini karena terkendala dana dan lain-lain, ekspose tidak begitu luas. Ketika saya masih PLT Kepala Dinas Kehutanan Kalsel saya turun ke kabupaten, sebelum program ini di canangkan. Teman-teman di Kabupaten menantang saya, yang di Banjarbaru berani nanam nggak ? Karena itu sebelum dicanangkan kami sudah bergerak, kebetulan Januari tugas pokok tidak begitu banyak, saya pesan 1 setiap minggu jumat nanam semuaKomunikasi dengan semua staf saya jalin,yang murah ya lewat whattsap. (beliau punya 3- group whattshap-red) . Nah , saya ceritakan kepada pak gubernur kami perlu dana, dan kami bergerak semua.(Dishut Kalsel – red). OK kita canangkan saja dan akhirnya 3 Februari 2017 dicanangkan oleh Gubernur Kalsel. Kami hubungi semua Bupati dan Walikota, setiap minggu di KPH paling sedikit tanam 5000 pohon. Saat ini sudah 86.000 pohon sudah tertanam di daerah.

Target yang ingin dicapai dari program tersebut ?Yang saya targetkan sebenarnya adalah perubahan jiwa atau kebiasaan masyarakat agar mau menanam pohon. Kami sebagai rimbawan prihatin apa yang kita perjuangkan spot-spot tidak kelihatan, saya pikir apa yang bisa kita perjuangkan untuk hutan kita, coba kita menanam, paling tidak menyemangati untuk menanam dulu, untuk memelihara kita pikirkan nanti, yang penting ada jiwa atau kebiasaan menanam dulu , kalau jiwa itu belum tumbuh bagaimana mau memelihara . Kayaknya 1-2 tahun ke depan bila semua stakeholder bergerak baik lembaga pendidikan dan instansi lingkungan hidup dan Kehutanan lainnya ,target itu bisa tercapai. Kita tidak boleh berhenti dan capek mengajak masyarakat untuk menanam .

Terkait dengan pengertian revolusi hijau sendiri, yang kesannya kita asal menanam, terserah dimana saja, padahal kawasan hutan kita banyak yang kritis. Bagaimana menurut Bapak ?Untuk defenisi revolusi hijau, kami sudah berdiskusi dengan civitas akademisi ULM, dan memang defenisi untuk revolusi hijau yang sebenarnya kearah ketersediaan pangan. Tapi kami tetap menggunakan jargon tersebut dan lebih mengarahkannya ke lingkungan. Nah, terkait pertanyaan tersebut, memang untuk di kawasan hutan ada pertimbangan yg dicermati, secara umum kawasan hutan selalu di

lahan yang marginal dan diluar jangkauan, untuk menanam perlu tenaga dan perencanaan ekstra, berbeda dengan revolusi hijau untuk nilai lingkungan bisa ditanam di areal terbuka . Karena kita ingin meningkatkan nilai ekonomis dari hutan tersebut, sekarang yang kami inginkan bantuan dari akademisi dan juga litbang (BLI/BP2LHK BJB- red) untuk meng-cluster kawasan hutan tersebut, untuk lahan ini cocok ditanam apa, apakah untuk pertukangan, plywood, dan lain-lain. Menurut saya untuk produksi kita jangan berlindung di konservasi, kita harus yakin produksi hutan harus punya nilai yang kita targetkan.

Tantangan yang dihadapi ?Sebenarnya dalam mensukseskan revolusi hijau ini tantangannya lebih pada faktor lelahnya dari kami, penggeraknya sendiri. Dari sisi teknis tidak ada tantangan yang berarti.

Adakah mimpi yang lain yang ingin bapak wujudkan ? Saya ingin menjadikan TAHURA Sultan Adam menjadi icon Ekowisata di Kalsel. Saat ini kontribusi PAD dari Tahura hanya 175 juta, Saya targetkan tahun 2017 bisa 1 M. Alam Tahura kita tidak kalah cantik dengan di pulau Jawa. Kami akan menggencarkan promosi lewat media sosial dan meningkatkan fasilitas dan layanan di Tahura.

Siapa yang memotivasi bapak ? Saya termotivasi dari staf-staf saya yang bekerja keras. Melihat mereka lembur , saya jadi terenyuh. Sedih kadang tidak bisa berbuat banyak untuk mereka.

Motto hidup Bapak ? Semasa kita masih dikasih hidup mari kita bekerja sebaik mungkin. Yakinlah bahwa bila kita tidak bekerja dengan baik, diluar sana banyak yang siap menggantikan kita.

Pesan Bapak untuk para rimbawan ?Kerjakan terus …untuk kelestarian hutan kita,…

19BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 20: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

20 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

REVOLUSI HIJAU LESTARI SEBAGAI “RUH” DALAM MEWUJUDKAN BANUA HIJAU

Oleh :FAJAR LESTARI DAN RENI SETYO WAHYUNINGTYAS

REVOLUSI HIJAU LESTARI DI KALIMANTAN SELATAN

Rehabilitasi lahan terdegradasi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu upaya tersebut yaitu melalui kegiatan mengurangi luasan lahan kritis di provinsi Kalimantan Selatan. Menurut SK. Menhut No. 435 tahun 2009, luas hutan di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 1.779.962 Ha. Dari luasan tersebut, 640.709 hektar atau sekitar 1/3 diantaranya berupa hutan kritis, dengan rincian : 510.217 hektar dalam kategori kritis dan 130.492 hektar dalam kategori sangat kritis (Dishut Provinsi Kalimantan Selatan, 2017). Kegiatan rehabilitasi lahan kritis di Propinsi Kalimantan Selatan mendapat dukungan dari pemerintah daerah melalui slogan gerakan menanam, menanam dan menanam. Gerakan tersebut dikenal dengan Gerakan Revolusi Hijau Lestari (GRHL) yang dicanangkan oleh Gubernur Kalimantan Selatan pada tanggal 3 Februari 2017 sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah untuk perbaikan lingkungan. Target GRHL adalah lahan seluas 59.000 hektar yang terdiri dari : kawasan HTI, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dan kawasan yang dikelola oleh Dishut Provinsi Kalimantan Selatan. Selain GRHL, program pengawasan ketat juga dilakukan terhadap para pemegang ijin tambang.

TAHAPAN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM GRHL

Program GRHL akan berhasil jika ada sinergi antar lembaga pemerintah dan dukungan masyarakat. Dukungan dari masyarakat didapatkan jika program

PENDAHULUANRevolusi hijau telah lama dikenal terutama

pada bidang pertanian. Perkembangan konsep ini didasari oleh hasil penelitian Malthus (1766 – 1834) tentang ancaman terhadap pangan dunia, yaitu perkembangan penduduk yang mengikuti deret ukur tidak sebanding dengan peningkatan produksi pertanian yang mengikuti deret hitung . Akibat kondisi tersebut, lembaga-lembaga penelitian mulai berlomba-lomba mengembangkan teknologi penemuan benih baru yang unggul terutama varietas padi.

Revolusi hijau juga dikenal sebagai revolusi agraria, yang didalamnya mencakup bidang: pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Di Indonesia, revolusi hijau mulai digulirkan pada tahun 1960-an, dengan tujuan menghasilkan bahan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Revolusi hijau di Indonesia ditandai oleh introduksi varietas unggul padi yang resposif terhadap pemupukan dan irigasi. Program ini telah membuahkan berupa tercapainya swasembada pangan pada tahun 1984 lalu.

Di bidang Kehutanan, revolusi hijau diterapkan dalam bentuk peningkatan produksi kayu dan rehabilitasi lahan terdegradasi. Rehabilitasi lahan terdegradasi dianggap penting karena memburuknya kondisi lahan dapat menyebabkan masyarakat yang tinggal di kawasan terdegradasi menghadapi berbagai ancaman seperti kekurangan sumber air, kelaparan serta munculnya berbagai penyakit. Degradasi lahan secara global bahkan dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati dan menaikkan suhu permukaan bumi (Las et al., 2006).

20 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

F O K U S

Page 21: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

21BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

ini secara nyata bermanfaat bagi mereka. Kendala-kendala dalam upaya rehabilitasi lahan akan dapat diatasi jika dalam pelaksanaannya menggunakan teknik silvikultur yang tepat seperti : pemilihan jenis, persiapan lahan, jarak tanam yang tepat, pemupukan, pengendalian gulma, penjarangan dan kombinasi tanaman.

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan program GRHL beberapa bulan berjalan, terdapat beberapa hal yang diperlukan untuk penyempurnaan kegiatan GRHL antara lain:1. Pemilihan jenis

Pemilihan jenis tanaman berhubungan erat kondisi tempat tumbuh (tapak) dan iklim di lokasi penanaman. Ada beberapa jenis tanaman yang hanya cocok ditanam pada kondisi lahan tertentu, tetapi ada juga yang mempunyai peryaratan tumbuh yang luas dan mudah beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan. Oleh karena itu informasi kesesuaian jenis dan provenansi yang sesuai akan sangat mendukung keberhasilan suatu kegiatan penanaman.

Jenis-jenis yang digunakan dalam GRHL harus mempunyai manfaat secara langsung terhadap masyarakat. Penggunaan jenis yang tepat akan mampu mendorong masyarakat dapat secara aktif ikut dalam program tersebut. Jenis-jenis tanaman buah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan tanaman MPTS harus menjadi pilihan utama pada lahan-lahan yang dekat dengan pemukiman. Rehabilitasi bukan hanya membuat lingkungan menjadi hijau semata, namun juga memberi manfaat untuk tujuan lain seperti : pakan lebah, hijauan pakan ternak, mendukung industri perkayuan, mendukung bionergi dan lain-lain. Sebaliknya, pada lahan yang jauh dari permukiman penduduk pemilihan jenis dapat mengakomodir tujuan tertentu seperti : mampu mengurangi erosi, adaptif pada kondisi lahan kurang subur, tahan terhadap kebakaran, mendukung kehidupan satwa liar, melindungi air tanah dan lain-lain.

2. Penggunaan bibit berkualitasBibit yang berkualitas menjamin keberhasilan

penanaman hampir 50 %. Bibit-bibit yang akan ditanam harus mempunyai standar kualitas yang telah ditetapkan berdasarkan pengalaman atau hasil penelitian yang ada. Sebagai contoh, penggunaan bibit tanaman buah dari cangkok atau okulasi dan biji hasil pemuliaan akan menarik masyarakat karena hasil yang akan didapatkan lebih pasti dibandingkan bibit yang tidak berkualitas. Namun demikian, bibit berkualitas juga harus digunakan pada kegiatan lainnya seperti reklamasi lahan bekas tambang. Keberhasilan rehabilitasi pada areal reklamasi tambang ditentukan oleh kualitas bibit yang terstandar disamping persiapan lahan yang tepat.

3. Persiapan lahan yang tepatPersiapan lahan bermanfaat untuk mempercepat

pertumbuhan awal bibit dan membuat bibit dapat berkompetisi dengan gulma. Karena lahan terdegradasi umumnya memiliki kondisi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman maka persiapan lahan yang tepat sangat disarankan. Menurut Kuusipalo (1994), pertumbuhan awal tanaman dapat berbeda karena perbedaan metoda pengolahan lahan. Pengolahan tanah secara mekanis (bajak) memberi efek yang paling baik bagi tanaman dan menghemat biaya pemeliharaan selanjutnya. Akan tetapi persiapan lahan mekanis (bajak) hanya sesuai untuk lahan datar, dapat meningkatkan erosi tanah dan membutuhkan biaya lebih mahal. Sedangkan untuk lahan berlereng atau miring, persiapan lahan secara kimia (herbisida) lebih mudah dilakukan. Untuk lahan alang-alang, penggunaan herbisida Glyphosate dengan dosis 5 liter/ha untuk aplikasi pertama dan 2 l/ha untuk semprot koreksi terbukti paling efektif untuk mengendalikan alang-alang. Pengolahan lahan total juga lebih baik daripada pengolahan lahan secara jalur.

4. Pengaturan jarak tanam Pengaturan jarak tanam berhubungan dengan

jenis tanaman dan produk yang ingin dihasilkan. Jenis-jenis tanaman MPTS dan pohon buah membutuhkan jarak tanam lebih lebar dibandingkan tanaman penghasil kayu pertukangan. Untuk rehabilitasi lahan alang-alang, kerapatan tanaman yang tinggi akan meningkatkan tekanan terhadap alang-alang dan mengurangi intensitas penyiangan tetapi tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap riap tanaman (Otsamo, 1994). Informasi jarak tanam yang optimal memang masih beragam, namun jumlah tanaman antara 1.100-2.500 pohon/ha merupakan kepadatan yang cukup untuk menekan tumbuhan bawah pada lahan alang-alang. Pada HTI kayu pertukangan, populasi tanaman yang tinggi (2.500 batang/ha) dapat mengurangi biaya penyiangan dan menghasilkan bentuk batang lebih bagus sehingga menekan biaya pemanenan.

5. Pemeliharaan tanamanTahapan yang tidak kalah penting dalam

mendukung keberhasilan program GRHL yakni pemeliharaan tanaman. Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan tanaman dapat tumbuh secara optimal. Optimalisasi pertumbuhan tanaman dapat dilakukan melalui kegiatan pendangiran dan pemupukan, penyulaman tanaman yang mati, serta pengendalian hama dan penyakit. Menurut Kuusipalo (1994), saat paling kritis untuk perkembangan bibit yaitu pada tahun pertama. Jika tanaman bersambungan tajuknya,

21BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 22: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

22 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

bahaya api atau persaingan gulma terhadap tanaman berkurang drastis.

Pemberian pupuk organik sebagai pupuk dasar ke dalam lubang tanam juga bermanfaat merangsang perkembangan akar sehingga tanaman tumbuh lebih cepat. Menurut Otsamo (1994), pemberian pupuk NPK dengan dosis 375 kg/ha satu tahun setelah penanaman akan menghasilkan riap 2-4 kali lebih tinggi pada tahun pertama. Jika tanaman dibangun dengan memilih jenis yang cocok dan provenans yang sesuai serta persiapan lahan yang tepat, maka kebutuhan menyiangan menjadi minim setelah tahun kedua. Hal ini terjadi karena gulma tidak tumbuh di bawah kanopi yang tertutup sehingga resiko terjadinya kebakaran pun rendah. Penjarangan tidak mempengaruhi riap total tanaman tetapi kegiatan ini digunakan untuk menyeleksi pohon bermutu je lek dan memusatkan pertumbuhan pada lebih sedikit pohon saja.

6. Kombinasi Tanaman Kombinasi tanaman dilakukan

dengan melakukan penanaman dua atau lebih jenis tanaman pohon pada satu hamparan l ahan seh ingga te rbentuk tegakan campuran. Dari praktek silvikulturnya, tegakan campuran lebih rumit karena masing-masing jenis memerlukan perlakuan berbeda. Tetapi dari segi ekologi

tegakan campuran dinilai memiliki kelebihan seperti : sifat perakaran yang berbeda akan mengurangi kompetisi di bawah tanah, lebih tahan serangan hama penyakit, persaingan tajuk lebih sedikit dan produk yang dihasilkan lebih fleksibel terhadap perubahan pasar. Beberapa hasil penelitian tentang tegakan campuran yaitu: Acacia mangium yang dicampur dengan Gmel ina arborea atau Falcataria moluccana memiliki riap 30% lebih tinggi dibandingkan dengan tegakan murni A. mangium; Eucalyptus deglupta memiliki pertumbuhan lebih bagus ketika ditanam secara campuran dengan A. mangium (Hadi dan Adjers, 1990). Pencampuran jenis legum dengan jenis lainnya juga terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena efek kemampuan fi ksasi nitrogen dari jenis legum untuk meningkatkan kesuburan lahan.

PENUTUPKeberhasilan kegiatan GRHL

untuk menghijaukan lahan kritis di Banua Kalimantan Selatan akan meningkat j ika dalam pelaksanaanya juga melibatkan teknik silvikultur yang tepat. Semangat 3M yaitu : menanam, menanam dan menanam suatu hari nanti mungkin berubah menjadi 3M : menanam, memelihara dan memanen. Impian untuk mewujudkan Banua Kalimantan

22 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Selatan menjadi 3M yang lain yaitu menghijau, melimpah dan mempesona akan terwujud ketika hamparan pohon-pohon nampak menghijau, buah-buahan melimpah dan tersedia sepanjang musim serta lanse kap hamparan hutan di bawah perbukitan terlihat mempesona. Pada akhirnya julukan Pulau Kalimantan yang sebagai sumber keanakeragaman hayati pun tidak terlalu berlebihan untuk disandang.

PUSTAKALas et al., 2006).Dishut Provinsi Kalimantan Selatan, 2017).Hadi, T.S. dan G. Adjers, 1990d. Trial with

Acacia mangium and Eucalyptus deglupta planted in pure and mixed plots. Technical Report 10/IV, July 1990. Project ATA-267, Ministry of Forestry-ENSO Forest-FINNIDA, Banjarbaru. 11 pp

Kuusipalo, J., 1994. Merubah lahan alang-alang menjadi hutan: mimpi atau kenyataan-hasil dari satu dasawarsa penelitian. In : A.P. Tampubolon, A. Otsamo, J, Kuusipalo dan H. Jaskari (Eds.). Prosiding: From Grassland to forest: profitable and sustainable re fores ta t ion of a lang-a lang grasslands in Indonesia. Seminar di Jakarta, 11-12 Januari 1994.

Otsamo, A., Adjers, G., Hadi, T.S., Kuusipalo, J. Mikkila, A. dan R. Vuokko., 1994. Effect of site preparation and initial fertilizing on the growth of Acacia mangium, Gmelina arborea, Paraser ianthes fa lcatar ia dan Swietenia macrophylla on Imperata cylindrical (L.) Beauv. Dominate grassland in South Kalimantan, Indonesia. Technical report 44, December 1994. Project ATA-267, Ministry of Forestry-ENSO Forest-FINNIDA, Banjarbaru.

Page 23: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

23BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

GREEN CITYFOR A BETTER LIFE

kota, melainkan terus menerus memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Perencanaaan kota hijau berarti juga merencanakan pembangunan warga kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan gerakan bersama.

2. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Undang-undang No.26 tahun 2007

tentang Penataan Ruang telah secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pengertian ruang terbuka hijau sendiri adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah kota adalah : Menetapkan daerah-daerah yang perlu

dipreservasi / tidak boleh dibangun antara lain daerah penampungan air, daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi, daerah rawan longsor, tepian sungai dan tepian pantai, daerah yang memiliki nilai pemandangan tinggi.

PENDAHULUAN

Kota hijau (Green City) adalah kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya air dan energi secara efektif

dan efisien, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang menitik beratkan pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (P2KH, 2016). Kota Hijau juga merupakan kota yang melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pengembangan Kota Hijau tentunya disertai pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan perubahan dan prakarsa bersama seluruh pemangku kepentingan.

ATRIBUT YANG MELEKAT DALAM KOTA HIJAU1. Perencanaan dan perancangan kota yang ramah

lingkungan Perancangan kota merupakan pengaturan unsur-

unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya (Harry Anthony, 1986). Perencanaan dan perancangan kota hijau merupakan perencanaan kota yang dibangun dengan tidak mengikis atau mengorbankan aset

Oleh : Beny Rahmanto dan Ahmad Ali Musthofa

23BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

F O K U S

Page 24: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

24 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Menambah RTH Baru dengan membuat taman kota, taman makam, lapangan olah raga, danau, dan kebun raya.

Meningkatkan koridor hi jau dengan penanaman pohon-pohon secara massal pada jalur hijau, sempadan sungai, sekitar danau, saluran umum tegangan tinggi (SUTT).

Ruang terbuka hijau mempunyai banyak manfaat baik secara ekonomi, kesehatan, sosial maupun ekologi. Manfaat – manfaat tersebut antara lain adalah Kota dengan RTH yang ter tata akan

menambah keindahan kota sehingga menarik para pengunjung untuk menikmati kota tersebut

RTH yang ditumbuhi dengan berbagai macam tumbuhan memberikan udara segar dan nyaman sehingga berdampak bagi kesehatan warga kotanya

Suasana RTH yang nyaman akan membuat warga kota betah untuk menikmati suasananya dan akan menimbulkan interaksi sosial diantara para warga kota

RTH juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk koleksi tumbuh-tumbuhan. Dengan adanya tumbuhan-tumbuhan dan kondisi yang sesuai akan menjadi habitat jenis-jenis satwa untuk tinggal di lokasi tersebut

3. Konsumsi energi yang efi sien Penggunaan energi yang efisien meliputi

penggunaan energi yang ramah lingkungan antara lain : Penggunaan panel surya atau tenaga angin Sistem shading berupa vegetasi untuk

mengurangi panas pada bangunan Pencahayaan hemat energi Listrik dari emisi methana dari Tempat

Pembuangan Akhir (TPA)

4. Pengelolaan air yang efektif Pengelolaan air yang efektif meliputi penataan

sanitasi, sumur resapan, embung air, pengolahan air limbah serta manajemen pemanfaatan air. Konsep green water bertujuan untuk penghematan penggunaan air blue water (air baku), penyediaan air siap minum, pengolahan grey water (air yang telah digunakan) serta menjaga kualitas air yang tersimpan dalam tanah.

5. Pengelolaan sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R)

Sampah merupakan salah satu masalah utama

di sebagian besar kota-kota di Indonesia. Permasalahannya adalah pola penanganan sampah ‘kumpul – angkut – buang’ sehingga beban pencemaran akan selalu menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah antara lain dengan cara 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Beberapa contoh pengelolaan sampah 3R adalah

1. RUMAH TANGGAReduce • Menggunakan produk yang dapat diisi

ulang (refi ll)• Mengurangi penggunaan bahan sekali

pakai• Menghindari pemakaian dan pembelian

produk yang menghasilkan smpah dalam jumlah besar

• Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang

Reuse • Menggunakan kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau funsi lainnya

• Menggunakan batere yang dapat di-charge kembali

• Menjual/memberikan sampah yang telah dipilah kepada pihak yang memerlukan

Recycle • Memilih kemasan produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai

• Mengolah sampah organik menjadi kompos

• Mengolah sampah non organik menjadi barang bermanfaat

2. PERKANTORAN, SEKOLAH DAN FASILITAS UMUM

Reduce • Menggunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi

• Menggunakan alat tulis refi ll (dapat diisi kembali)

• Menyediakan jaringan informasi dengan komputer (tanpa kertas)

• Memaksimalkan penggunaan alat-alat penyimpanan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali

• Menggunakan insinerator (alat pemusnah sampah khusus) untuk sampah medis (rumah sakit)

• Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai

Reuse • Menggunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang

• Menggunakan sisi kertas yang masih kosong

24 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 25: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

25BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Recycle • Mengolah sampah kertas menjadi kertas kembali

• Mengolah sampah organik menjadi kompos

3. KAWASAN KOMERSIAL, PUSAT PERDAGANGAN DAN PASAR

Reduce • Memberikan insentif bagi pembeli yang mengembalikan kemasan yang dapat digunakan kembali

• Memberi tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/bungkusan untuk produk yang dibeli

• Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-benar memerlukannya

• Menyediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah dalam jumlah besar

• Menjual atau memberikan sampah yang telah dipilah kepada yang memerlukannya

Reuse • Menggunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain seperti pakan ternak

• Memberikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan

• Menyediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang (minyak, dll)

Recycle • Menjual produk-produk hasil daur ulang sampah secara lebih menarik

• Memberikan insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur ulang sampah

• Mengolah kembalibuangan dari suatu proses yang di lakukan sehingga bermanfaat bagi proses lainnya

• Melakukan penanganan sampah organik menjadi kompos atau memanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

Sumber : Subekti, 2010Beberapa hal yang penting dalam pengelolaan sampah adalah adanya partisipasi masyarakat dan pengelolaan sampah mendekati rumah tangga. Hal tersebut bertujuan agar sampah yang dibuang ke TPA berkurang jumlahnya. Pemerintah kota perlu memberikan bantuan fasilitator untuk memfasilitasi masyarakat dalam pengelolaan sampah seperti memberikan pelatihan teknis maupun mencari sumber pendanaan.

6. Bangunan hemat energi Bangunan hemat energi dapat dicapai dengan

melihat beberapa aspek-aspek antara lain :• Aspek Lingkungan Eksternal di Luar Bangunan Aspek ini sangat berperan menentukan

tingkat kenyamanan dan selanjutnya menentukan tingkat kehematan energi. Aspek ini mencakup panas radiasi matahari, ambient temperatur, kelembaban, curah hujan dan kemurnian udara.

• Aspek Arsitektur Bangunan Aspek ini menentukan tingkat kehematan

pemakaian energi yang dapat dicapai oleh suatu bangunan saat dioperasikan. Aspek ini mencakup orientasi bangunan, pemakaian bahan selubung dan perhitungan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dan RTTV (Roof Thermal Transfer Value). Menurut SNI 03-6389-2000 Konservasi Energi Selubung Bangunan, bangunan dikatakan hemat energi apabila nilai OTTV dan RTTV tidak melebihi 45 Watt/m2.

• Aspek pengoperasian Peralatan Mekanis : Air Conditioner (AC)

AC berfungsi untuk pengkondisian udara agar kondisi ruang tetap nyaman dalam batas-batas tertentu. Penggunaan AC berdasarkan beberapa kajian adalah pemakai energi listrik terbesar (40-60%).

7. Penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan Berdasarkan beberapa penelitian yang telah

dilakukan, lalu lintas kendaraan bermotor di perkotaan merupakan sumber pencemaran udara terbesar. Aspek-aspek yang berkontribusi pada polusi udara adalah jumlah kendaraan, volume lalu lintas, pola lalu lintas dan sirkulasinya di dalam kota. Transportasi yang berkelanjutan merupakan transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat. The Centre for Sustainable Transportation (1997), transportasi berkelanjutan adalah suatu sistem yang : Memungkinkan kebutuhan akses yang sangat

mendasar dari individu dan masyarakat untuk dipenuhi dengan selamat dan dengan cara yang konsisten dengan kesehatan manusia dan ekosistem, dan dengan kesetaraan di dalam serta diantara generasi

Terjangkau, beroperasi secara efisien, memberikan pilihan model transportasi dan mendukung perkembangan ekonomi

Membatasi emisi dan limbah yang masih dalam kemampuan bumi untuk menyerapnya, meminimalisasi konsumsi sumber-sumber

25BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 26: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

26 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

yang tidak terbarukan, menggunakan dan mendaur ulang komponen-komponennya dan meminimalisasi penggunaan lahan serta produksi kebisingan

Bentuk-bentuk model transportasi yang ramah lingkungan antara lain pedestrian, sepeda, sepeda listrik dan kendaraan berbahan bakar alternatif. Penggunaan transportasi umum juga merupakan salah satu perwujudan transportasi berkelanjutan, karena dapat meminimalisasi polusi apabila dibandingkan dengan penggunaan kendaraan prbadi.

8. Peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau

Pembangunan kota hijau perlu dilakukan dengan memadukan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan ramah lingkungan (pro green growth), meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pro poor), menyediakan lapangan kerja yang ramah lingkunagan (pro green job) dan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan (pro environment). Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam terwujudnya kota hijau melalui berbagai organisasi/komunitas peduli lingkungan (komunitas hijau). Komunitas masyarakat perlu dilibatkan bukan sekedar mengawasi kebijakan pemerintah kota tetapi sebagai interest groups dan pressure group (kelompok formal maupun informal dengan tujuan dan keinginan yang sama dan melakukan kerjasama untuk mempengaruhi kebijakan) sehingga masyarakat ikut melakukan pengelolaan. Pemerintah kota perlu mendorong

peran serta komunitas hijau dengan memberi insentif dalam berbagai kegiatan lingkungan antara lain piagam, pengakuan, beasiswa dan sarana prasarana penunjang kebersihan.

PENUTUPKota hijau adalah kota yang mempunyai

kese imbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kondisi kota hijau merupakan suatu kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat untuk dihuni warganya. Mewujudkan Kota Hijau merupakan impian bagi setiap warga masyarakat perkotaan memerlukan dukungan dan keterlibatan berbagai sektor. Pemerintah kota harus pro green begitu juga kebijakan anggaran harus juga berpihak pada arah pembangunan hijau. Sektor – sektor swasta dapat mengambil peran melalui program peduli lingkungan dan masyarakat (corporate social responsibility). Peran komunitas hijau juga memegang peranan penting dalam mewujudkan kota hijau sebagai pengelola sekaligus pengawas green policy pemerintah kota.

“HIJAU bukan lagi sebuah basa-basi, HIJAU bukan lagi sesuatu yang dianggap baik..... HIJAU sekarang

adalah cara tumbuh, cara membangun, cara merancang, cara berproduksi, cara bekerja, dan

cara hidup agar lebih baik. (Thomas L. Friedman)Penelitian The Nature Conservancy : Rata-rata penurunan partikel (polutan) di dekat pohon

adalah 7-24%, sedangkan efek pendinginan sampai dengan 2oC. (BBC News)

26 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 27: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

27BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Kekeringan, banjir, gagal panen merupakan salah satu bentuk nyata perubahan iklim yang terjadi saat ini. Perubahan iklim terjadi

karena adanya peningkatan suhu udara secara global akibat banyaknya emisi C02 di atmosfer. Menurut data dari Departemen Sumber Daya Energi dan Mineral (Green Building Council Indonesia), bangunan gedung menyumbang emisi CO2 terbesar dalam sektor konsumsi energi untuk sumber daya listrik. Terutama bangunan yang berdaya guna komersil seperti perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel dan apartemen.

Bagi karyawan dapat berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari di kantor dengan menerapkan Eco Office dalam perilaku di kantor. Pengertian Eco Office adalah kantor ramah lingkungan atau kantor yang menerapkan kepedulian atau kesadaran dalam pemanfaatan sumber daya yang ada sesuai keperluan. Dengan menjadi peduli/ sadar lingkungan kantor akan dapat menghemat energi, waktu dan lingkungan. Anjuran untuk menjalankan eco offi ce di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mulai digaungkan kembali pada awal tahun 2017 dimana dalam siaran persnya Badan Standarisai Kementerian Lingkungan Hidup mulai menerapkan Eco Office. Pemerintah sebelumnya telah mengeluarkan beberapa aturan dalam rangka penghematan energi

tersebut diantaranya Inpres No. 10 tahun 2005 tentang penghematan air dan listrik. Inpres terbaru tentang penghematan energi dan air tertuang dalam Inpres No. 13 tahun 2011, dimana dalam Inpres tersebut disebutkan penghematan listrik sebesar 20% dan penghematan air sebesar 10%.

Konsep Eco–Office ini diharapkan mampu mengatasi berbagai keterbatasan yang ada seperti: 1) Mengatasi keterbatasan ruang terbuka hijau; 2) Mengatasi keterbatasan penyediaan air bersih perkantoran; 3) Mengatasi keterbatasan suplai energi listrik perkantoran; 4) Mengatasi keterbatasan pengelolaan sampah dan limbah perkantoran. Berkaitan dengan mengatasi keterbatasan ruang terbuka hijau, penataan atau desain sebuah ruangan menjadi sangat penting. Penerapan konsep eco-offi ce sangat dirasakan pentingnya guna mendukung gerakan green building atau bangunan hijau yang selama ini sering didengungkan.

Green Building Coucil Indonesia menyebutkan 5 (lima) prinsip dasar yang dapat dipertimbangkan untuk membentuk desain sebuah ruang yang baik : 1. Mengedepankan Kesehatan dan Kesejahteraan

Lingkungan dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Sebuah tempat kerja yang efektif

Mewujudkan Kantor yang Berwawasan Lingkungan:

Eco Off iceOleh: Wawan Halwany dan Susy Andriani

27BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

F O K U S

Page 28: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

28 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

harus dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya melalui prinsip-prinsip desain eko dan berkelanjutan membantu mencapai tujuan ini.• Menyed iakan akses maks imum untuk

pencahayaan alami dan akses penglihatan ke luar bangunan. Desain jendela untuk memungkinkan cahaya siang hari untuk menembus sejauh mungkin ke dalam ruangan. Pertimbangkan untuk menggunakan rak-rak buku/shelf yang transparan (elemen horizontal padat ditempatkan di atas ketinggian mata, tetapi di bawah bagian atas jendela.

• Pertimbangkan elemen pembentuk interior (warna, tirai, atau tirai) dan eksterior (teritisan atap, warna dinding luar serta pohon) sebagai strategi untuk mensiasati pantulan sinar matahari yang berlebihan

• Mengintegrasikan pencahayaan alami dengan sistem penerangan listrik. Memberikan sensor pengatur kontrol untuk mematikan lampu secara otomatis jika cahaya siang hari cukup.

• Desain sistem ventilasi sesuai dengan standar kode bangunan yang berlaku. Pastikan bahwa ventilasi udara secara efektif dapat didistribusikan ke seluruh zona ruang tanpa ada halangan apapun demi mencegah adanya tingkat kelembaban yang tinggi dalam ruang sehingga mencegah timbulnya kualitas udara yang buruk didalam ruang.

• Memberikan lubang akses keluar untuk mengeluarkan udara langsung dari ruangan toilet, dapur, pantry, ruang foto kopi dan ruang server guna menyalurkan panas yang dihasilkan peralatan tersebut langsung ke luar bangunan.

• Pertimbangkan untuk menginstal sensor gas CO2 (karbondioksida) untuk menyediakan real time monitoring kualitas udara.

• Bi la menggunakan pendingin ruangan, pertimbangkan penempatannya jauh dari lubang ventilasi untuk menghindari udara panas yang dihasilkan masuk kedalam ruangan

• Tentukan bahan dan perabot yang memiliki daya pancar rendah kontaminan terhadap udara dalam ruangan seperti senyawa organik kimia yang mudah menguap.

• Berikan tenggang waktu yang cukup lama untuk bahan bangunan yang baru diinstal dan perabot yang baru difishing untuk “outgas” sebelum sebuah tempat kerja yang baru ditempati. Hal ini membantu menghilangkan sisa toksin yang kemungkinan masih tertinggal di furniture ataupun equipment akibat pemakaian bahan kimia dalam memproduksi barang tersebut.

• Per timbangkan “zonasi modular ” untuk distribusi udara untuk menghindari kontaminasi

silang. Instal penghambat yang tepat antara zona bekerja dengan zona konstruksi bila ada kegiatan renovasi untuk melindungi kesehatan dan membatasi kebisingan.

• Mengontrol kelembaban di dalam ruangan dengan desain sistem ventilasi minimal 30% dan 50% dari total luas ruangan untuk mempertahankan kelembaban relatif ruangan. Desain ruang untuk menghindari kondensasi uap air, terutama pada dinding dan bagian bawah dek atap, dan di sekitar pipa saluran dan jendela.

2. Menyediakan Lingkungan yang NyamanTempat kerja yang dirancang dan dioperasikan

harus dapat memberikan tingkat kenyamanan tinggi dari segi visual, akustik, dan termal untuk penghuninya, yang mendukung efektivitas dan kreatifi tas pekerja. • Meningkatkan efek psikologis seseorang dengan

mendesain ruang yang memungkinkan pekerja untuk bergerak bebas

• Memberikan teknologi bergerak (telepon, komputer, konektivitas nirkabel) yang mendukung gaya kerja baru dan praktik kerja yang paling fleksibel sehingga tidak memerlukan suatu ruangan yang besar dan bersifat permanen

• Desain untuk mengurangi stres dan memfasilitasi kondisi relaksasi, dengan memberikan ruang yang mendukung privasi dalam penglihatan dan sistem akustik tetapi tetap memberi kesempatan penghuninya untuk melakukan pertemuan formal dan informal.

• Menyediakan lingkungan visual yang menarik dan pada saat yang sama, desain untuk keseimbangan antara fungsi dan estetika. Memberikan tambahan elemen hijau berupa vegetasi alami di dalam ruangan jika memungkinkan.

• Upayakan untuk membuat ‘sense of place’ (rasa memiliki ruangan) sehingga tempat kerja memiliki karakter unik yang menimbulkan kenyamanan bagi pekerja secara individu dan komunitas tempat kerja.

• Mengurangi waktu dengung suara di dalam tempat kerja dengan menentukan bahan menyerap suara dan dengan mengkonfi gurasi letak dan susunan ruang

• Meminimalkan kebisingan latar belakang dari sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioner), sistem bangunan dan peralatan lainnya

• Memberikan kenyamanan termal dan kualitas ventilasi dengan menganalisis penempatan, konfi gurasi, dan jenis jendela dan skylight dan memberikan yang memadai, shading dikendalikan untuk menghindari “titik panas” yang disebabkan oleh sinar matahari langsung.

28 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 29: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

29BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

• Memberikan udara langsung kemasing-masing individu dan kontrol suhu di setiap lokasi workstation. Memanfaatkan sensor CO2 untuk menilai kualitas udara ruang untuk menyesuaikan ventilasi.

• Menyediakan perabot dan peralatan yang akan meningkatkan kenyamanan dan kinerja pekerja adaptasi perabot untuk pekerjaan yang harus dilakukan, bukan sebaliknya.

• Tentukan perabot yang mendukung postur tubuh manusia, mekanik tubuh, dan teknik bekerja untuk tugas-tugas yang ingin dicapai (misalnya kursi dan keyboard komputer yang ergonomis).

• Memberikan workstation (tempat bekerja) yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan tempat duduk, peralatan komputer penempatan, tingkat pencahayaan, ketinggian permukaan kerja, tata letak ruang kerja, dan ventilasi.

3. Desain yang Dapat Mengikuti Perubahan

Menyediakan ruang dengan tingkat fl eksibilitas yang tinggi, dukungan social dan perkembangan teknologi untuk memperkenalkan cara-cara baru bekerja, adalah dasar inovasi di dalam desain yang dapat diterapkan sebagai : • Memasukkan prinsip-prinsip desain yang

berkelanjutan, yang dapat membantu mencapai ruang yang fl eksibel dimasa pemakain kini dan yang akan datang

• Dukungan mobilitas dengan mempertimbangkan teknolog i n i rkabe l dan se lu la r untuk memungkinkan pekerja untuk bergerak dengan mudah di antara ruang-ruang sebagai perubahan kebutuhan mereka.

• Menyediakan koneksi ke jaringan internal di seluruh tempat kerja. Aktifkan interaksi sosial secara informal agar kondisi strees dapat berkurang.

• Desain ruang untuk berbagai ukuran dan jenis kegiatan

4. Mengintegrasikan Teknologi terkini dan

Peralatan PendukungSecara efektif mengintegrasikan peralatan

pendukung, teknologi terkini dan sistem jaringan distribusi dan telekomunikasi dengan kondisi l ingkungan tempat bekerja saat ini untuk memungkinkan pekerja melakukan tugas mereka dengan mudah dan lebih efi sien, • Pertimbangkan teknologi nirkabel dan bergerak

untuk mendukung perubahan sifat kerja, termasuk kemampuan internal dan eksternal.

• Gabungkan semua sistem bangunan bertegangan rendah, termasuk sistem data dan suara, melalui jaringan Ethernet-IP seperti salah satu contohnya lalu distribusikan dengan secara merata

• Monitor kondisi lingkungan kerja dengan sistem sentralisasi, tetapi tetap me maksimalkan kontrol dari masing-masing pekerja secara detail.

• Pertimbangkan konferensi video berbasis internet (tele-conference) hingga mengurangi berpergian ke tempat konferensi dengan menggunakan kendaraan bermotor.

• Penerapan teknologi yang aman, akses berkecepatan tinggi ke desktop untuk data, suara, keamanan, dan informasi lingkungan (misalnya, serat optik, nirkabel, tembaga).

• Mengatur rencana elektrikal di bawah lantai atau vertikal melalui patch panel sehingga mengurangi pemakaian equipment secara berlebihan dan mempermudah perawatan

• Pilih sistem teknologi informasi berserta komponennya yang hemat pemakaian energi, tahan lama, pembongkaran, perawatan, dan efi siensi dalam pemakaian segala macam material

• Pertimbangkan sub-metering kontrol untuk mengatasi kebutuhan pelanggan untuk pelacakan penggunaan energi.

5. Menyediakan Sistem Bangunan yang Handal

serta Mendidik Sumber Daya Manusia yang tersediaKehandalan sistem bangunan merupakan salah

satu perhatian terbesar bagi para pengguna bangunan. Hal tersebut secara langsung mempengaruhi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan para penghuninya. Setiap pekerja harus mampu mengandalkan sistem bangunan, peralatan, dan alat-alat yang tersedia agar berfungsi dengan baik dan secara konsisten pula mereka diwajibkan agar dapat menggunakan dan memeliharanya dengan baik sesuai dengan standar pengoperasian. Hal tersebut dapat ditempuh melalui : • Memberikan pelatihan yang memadai kepada

sumber daya manusia untuk menggunakan dan memelihara sistem tersebut.

• Senantiasa mempertimbangkan bahan bakar alternatif untuk cadangan sistem bangunan, termasuk didalamnya sistem pemadam kebakaran / darurat, HVAC, penerangan, listrik, data, suara dan lain-lain

• Memberikan kemudahan akses kepada setiap pengguna bangunan untuk pemeliharaan dan perbaikan sistem. Maksimalkan pengkondisian melalui cara-cara alami / metode pendekatan alam (misalnya jendela beroperasi, ventilasi alami, massa bangunan, dll).

• Menyed iakan s i s tem bangunan yang meminimalkan ketergantungan pada manajemen bangunan/personil pemeliharaan setempat sehingga biaya pemeliharaan dapat ditekan.

• Menerapkan sistem komputerisasi jaringan sensor

29BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 30: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

30 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

terpadu untuk memantau dan mengelola kontrol setiap sistem berikut: HVAC, energi, pencahayaan, aksesbilitas, keamanan, pencegah kebakaran, dan alarm. Memberikan sistem otomatisasi yang dapat diakses dengan mudah dari jarak jauh untuk menentukan lokasi permasalahan dan memantau kondisi lingkungan tanpa mengganggu pekerja yang lain.

Untuk memulai menerapkan eco offi ce tidak perlu harus melakukan tindakan yang besar bisa dimulai dari hal-hal yang kecil tapi dilakukan oleh semua karyawan dan konsisten, dapat memberikan dampak yang besar. Misalnya dalam penggunaan kertas mulai menggunakan kertas dua sisi atau istilahnya print bolak balik, dapat menghemat penggunaan kertas 50%. Dalam hal penggunaan air jika kita membuka kran tidak perlu dibuka penuh cukup dibuka setengahnya dapat menghemat penggunaan air.

Berikut beberapa tip dalam rangka penerapan eco offi ce menurut Singapore Environment Council dan City Developments Limited:a. Konservasi air

- Memasang poster-poster dan stiker untuk mengingatkan staf tentang kebiasaan hemat air di pantry dan toilet

- Memasang perangkat hemat air di toilet dan kran pantry

- Melaporkan setiap kejadian kebocoran airb. Kesadaran dari Organisasi/kantor

- Membentuk komite hijau untuk melibatkan pegawai dalam menerapkan inisiatif lingkungan bersama-sama

- Mendapat dukungan dari manajemen/kantor untuk mensukseskan kegiatan eco offi ce

- Mendorong keterlibatan staf termasuk pelatihan dan peningkatan kesadaran

- Mengembangkan rencana aksi yang spesifi k dan target dengan kerangka waktu yang jelas untuk masalah individu misalnya mengurangi konsumsi kertas sebesar 10% pada tahun depan. Manajemen ikut mendorong untuk target penghematan tersebut

- Mulai untuk memantau tingkat konsumsi (perkepala) untuk listrik, air dan kertas.

- Mendapat dukungan dari semua karyawan untuk kegiatan eco offi ce tersebut.

- Untuk kegiatan komunikasi dan penyebaran informasi menggunakan media elektronik yang ada seperti email, whatsapp sehingga mengurangi penggunaan kertas

- Mengurangi penggunaan kendaraan, dan mendorong pegawai untuk menggunakan penggunaan transpotasi umum atau bersepeda.

c. Manajemen limbah dan daur ulang- Menempatkan fasilitas daur ulang di daerah

yang bisa dijangkau dan mendorong staf untuk mendaur ulang

- Memasang panduan bergambar yang jelas untuk mendidik staf tentang bagaimana untuk memisahkan sampah.

d. Konservasi Energi- Matikan semua lampu dan peralatan

elektronik saat tidak digunakan, termasuk setelah jam kantor dan selama akhir pekan.

- Aktifkan fitur hemat energi pada semua peralatan elektronik

- Mengatur komputer untuk beralih ke modus tidur setelah tidak aktif daripada beralih ke mode screen saver.

- Memilih untuk untuk layar LCD monitor. Monitor LCD akan mengurangi 70% penggunaan energi dibanding monitor CRT.

- Memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami sedapat mungkin

- Pemeliharaan rutin dan servis tahunan sistem pendingin udara untuk membantu efi sien energi maksimum dan kinerja

e. Pembelian operasional kantor- Memilih produk dengan label lingkungan/

ramah lingkungan- Memilih kertas dengan konten daur ulang

Perlu komitmen dan konsistensi yang kuat dari pimpinan dan staf untuk mewujudkan Eco Office demi mendukung kelestarian lingkungan hidup bagi kehidupan yang lebih baik. Mari kita mulai peduli lingkungan dengan memulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari seperti menggunakan listrik, kertas dan air sesuai dengan kebutuhan.

PustakaInpres No. 10 tahun 2005 tentang penghematan

energiInpres No. 13 tahun 2011 tentang penghematan

energi dan air Project Eco Offi ce A Green Initiative by Singapore

Environment Council (SEC) and City Development Limited (CDL). Dikutip April 2017. http://www.sec.org.sg/ecooffi ce/about-eco-offi ce.php

30 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 31: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

31BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

PENGEMBANGAN�KLASTER�MULTI�PRODUKPADA�PENGELOLAAN�KPHPOleh :Eko Priyanto dan Agung Hananto

apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan dengan keputusan-keputusan yang dibuat, baik di tingkat pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

Filosofi dibangunnya KPH sebenarnya adalah pengelolaan hutan di tingkat tapak, karena munculnya permasalahan kehutanan ditenggarai akibat ketiadaan pengelola di tingkat tapak, sehingga dibaca oleh masyarakat sebagai kawasan open acces. Konsep KPH merupakan sebuah arah proses desentralisasi dan pendelegasian wewenang yang ditandai dengan pembagian yang jelas antara fungsi kewenangan urusan pemerintahan dan kegiatan operasional pengelolaan hutan.

KPH diharapkan mempunyai peran strategis untuk menyelamatkan hutan, sebagai institusi pengelolaan hutan yang beroperasi ditingkat tapak. Untuk menghadirkan pengelolaan hutan di tingkat tapak diperlukan unit pengelolaan yang efektif dan efi sien.

KONDISI UMUM KAWASAN HUTAN SAAT INIDari 120,3 juta Ha kawasan hutan negara, hampir

separuhnya (46,5% atau 55,93 juta hektare) tidak dikelola secara intensif. Di antara kawasan itu adalah 30 juta Ha hutan dibawah wewenang pemerintah daerah. Baru sekitar 64,37 juta Ha (53,5%) hutan yang dikelola dengan cukup intensif. Kawasan hutan yang dikelola intensif sebagian besar merupakan hutan produksi dalam bentuk Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) seluas 36,17 juta hektare. Yang

LATAR BELAKANGHutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa

hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999). Negara kita merupakan salah satu dari 3 negara yang memiliki sumber daya hutan terluas di dunia, namun demikian kondisi saat ini kelestarian hutan di Indonesia mengalami ancaman yang serius hal ini ditunjukkan dengan dengan masih tingginya deforestasi, pembalakan liar, tumpang tindih perizinan atau okupasi dan aktivitas di dalam kawasan hutan yang belum menemukan basis legal yang kuat, serta rendahnya kinerja pengukuhan kawasan hutan yang menunjukkan kuatnya distorsi penyediaan prakondisi pengelolaan hutan lestari (Kartodihadjo et al. 2011). Ketidak-berhasilan pengelolaan hutan di Indonesia pada umumnya justru disebabkan oleh ketiadaan atau kelemahan “rumah dan penghuninya” yaitu pengelola hutan di tingkat tapak. Ketiadaan atau kelemahan “siapa” yang dari waktu ke waktu mengetahui dan memperhatikan perkembangan sumberdaya hutan di lapangan, memelihara dan menjaga hasil-hasil penanaman di lahan kritis, mengetahui batas-batas kawasan yang berubah, mengetahui siapa kelompok masyarakat yang paling terkait dan memerlukan manfaat sumberdaya hutan, dan lain-lain. Ketiadaan pengelola hutan di tingkat tapak, menjadi penyebab utama kegagalan melaksanakan pengelolaan hutan dan terputusnya informasi antara

31BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

ARTIKEL

Page 32: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

32 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

dikelola berdasarkan sistem hutan alam oleh 324 unit usaha seluas 26,2 juta Ha. Serta kelompok-kelompok hutan konservasi sebanyak 534 lokasi seluas 28,2 juta Ha.

Namun demikian, baik kawasan yang dikelola dan tidak dikelola terjadi konfl ik atau ada potensi konfl ik tentang pemanfaatan hutan. Diperkirakan seluas 17,6 juta Ha – 24,4 juta Ha hutan terjadi konfl ik berupa tumpang-tindih klaim hutan negara dan klaim masyarakat adat atau masyarakat lokal lainnya, pengembangan desa/kampung, serta adanya izin sektor lain yang dalam praktiknya terletak dalam kawasan hutan. Ketiadaan pengelolaan hutan, dan konfl ik atau potensi konfl ik mengakibatkan hilangnya sejumlah insentif pelestarian hutan alam yang masih ada. Dalam skala nasional, potensi luasnya hutan yang tidak dapat dikelola menjadi penyebab lemahnya pemerintah menjalankan kewajiban dalam menjaga kelestarian hutan. Situasi yang sama dialami para pemegang hak atau izin. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan yang lestari maupun membangun hutan tanaman baru dan pengembangan multi produk lainnya serta mensinergikan peran serta masyarakat dalam turut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan maka diharapkan keberadaan KPH dapat menjadi solusi.

PERENCANAAN PENGELOLAAN DENGAN SISTEM KLASTER

Berdasarkan Peraturan Pemerintah 6 tahun 2007, organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi (1) menyelenggarakan pengelolaan hutan yang

meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan perlindungan hutan dan konservasi alam (2) menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, propinsi dan kab/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan (3) melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian (4) melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayahnya (5) membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan.

Untuk menjalankan fungsi tersebut tentunya memerlukan perencanaan yang tepat serta pola pendekatan yang sesuai, maka diperlukan pembagian kawasan dalam unit pengelolaan, kita tidak dapat mengelola kawasan yang luas tanpa membagi dalam unit pengelolaan. Unit pengelolaan dapat dibagi berdasarkan sasaran dan tujuan dari unit pengelolaan tersebut, unit-unit pengelolaan yang telah dibagi berdasarkan klaster multi produk.

Pembagian klaster multi produk berdasarkan produk hasil ataupun peruntukan dari unit pengelolaan tersebut seperti : kawasan tanaman pangan, kayu energi, kawasan HHBK, kawasan jasa lingkungan dan lain-lain. Dengan membagi dalam klaster akan memberikan kemudahan perlakuan pada tiap klaster yang telah dibuat selain itu juga akan memudahkan kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan, karena dalam tiap klaster itu memiliki tujuan pengelolaan

32 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Gambar 1. Potensi wisata sebagai cluster jasa wisata di KPH

Page 33: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

33BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

yang terukur. Perlakuan manajemen unit klaster yang telah dibuat dapat berbeda pada tiap klaster hal ini tentunya berdasarkan karakter tiap klater yang dapat berbeda-beda, karena klaster dibuat berdasarkan homogenitas sedangkan tiap klater bisa bersifat heterogen, oleh sebab itu kurang tepat bila semua klaster memiliki perlakuan yang sama.

Pembagian unit pengelolaan (klaster) memerlukan kajian yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak terkait, hal yang perlu mendapat perhatian juga adalah pelibatan masyarakat, hal ini bertujuan dengan keberadaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dapat mengoptimalisasi akses masyarakat terhadap hutan serta merupakan salah satu jalan bagi resolusi konfl ik, namun disisi lain keberadaan KPH juga dihadapkan dengan dinamika pembangunan daerah (kebijakan PEMDA) berbasis lahan di luar sektor kehutanan seperti sektor perkebunan dan pertambangan. Upaya harmonisasi dan integrasi antara pengelolaan hutan di KPH dengan kebijakan pemerintah daerah dalam rangka pengembangan ekonomi daerah penting untuk dilakukan, mengingat banyaknya gap akan kebutuhan ruang antara sektor kehutanan dan sektor lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menghadapi dinamika pembangunan daerah berbasis lahan maka KPH perlu membangun suatu model pengembangan klaster multi produk dengan berbasis sistem informasi spasial yang menggambarkan kondisi potensi hutan secara detil dan akurat hingga tingkat tapak.

KPHP

Gambar 2. Konsep Perencanaan dengan Sistem Klaster di KPHP

Maksud pengembangan klaster multi produk dengan berbasis sistem informasi spasial adalah agar KPHP dapat menjadi penggerak ekonomi terintegrasi di daerah serta kelestarian kawasan tetap terjaga, adapun tujuannya adalah memperkuat keterkaitan yang saling menguntungkan antar stakeholder yaitu masyarakat, KPHP dan pihak ketiga, memberikan

kerangka kerja yang lebih jelas dan terarah termasuk penyediaan infrastruktur yang lebih sesuai dengan pengelolaan hutan lestari.

Strategi yang akan dilakukan adalah pengelolaan hutan produksi berbasis masyarakat desa setempat melalui pola kemitraan, dengan melibatkan stakeholder atau pihak ketiga lainnya dengan asas keterbukaan dan saling menguntungkan.

KOPI

PASAK BUMI ROTAN

Gambar 3. Potensi pada cluster HHBK

KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DI KPHPengembangkan klaster multi produk dengan

berbasis sistem informasi spasial, tentunya membutuhkan data baik citra satelit maupun potret udara. Hal ini menjadi salah satu pola pendekatan dalam penyusunan sistem informasi spasial yang detail dan akurat hingga tingkat tapak. Selain itu, perlu dilakukan kegiatan lainnya yang dapat menunjang tersedianya sistem informasi yang komprehensif, yaitu : A. Pengembangan Sistem Informasi KPH

Pengembangan Database sistem informasi KPH merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam sebuah organisasi KPH, database ini berguna untuk melihat dinamika perkembangan yang ada dalam wilayah pengelolaan KPH, sehingga perencanaan pengelolaan dan pembangunan dalam wilayah KPH dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika perkembangan dalam wilayah setempat.

Integrasi kegiatan tata hutan kedalam database merupakan prasyarat mutlak yang harus dibangun melalui sistem informasi spasial yang memuat seluruh informasi petak (unit pengelolaan) sesuai kondisi tapak dan tujuan pemanfaatan hutan di wilayah yang dikelola oleh KPHP.

33BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 34: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

34 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/201734 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Blok Pemanfaatan

a. Pemanfaatan Kawasan

b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

c. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu

WILAYAH TERTENTU

H LINDUNG HUTAN PRODUKSI

Blok Pemanfaatan HHK-HA

Blok Pemanfaatan HHK-HT

Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling &

HHBK

Blok Pemberdayaan

Masyarakat

Pemanenan, pengayaan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil

Penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran.

a. Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

b. Hutan Kemasyarakatan (HKM)

c. Hutan Desa (HD) d. Kemitraan

a. Pemanfaatan Kawasan

b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

c. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu

Pemanfaatan Kawasan pada hutan lindung: a. budidaya tanaman

obat; b. budidaya tanaman hias; c. budidaya jamur; d. budidaya lebah; e. penangkaran satwa liar; f. rehabilitasi satwa; atau g. budidaya hijauan

makanan ternak

Jasa Lingkungan : a. Pemanfaatan aliran Air b. Pemanfaatan air c. Wisata alam d. Perlindungan

Keanekaragaman hayati e. Penyelamatan dan

Perlindungan Lingkungan

f. Penyerapan dan atau Penyimpan Karbon

Hasil hutan bukan kayu : a. Rotan b. Madu c. Getah d. Buah e. Jamur f. Sarang Burung Walet g. Bambu h. Kulit kayu i. Empon-empon j. Tandan buah dll

Pemanfaatan Kawasan pada Hutan Produksi : a. budidaya tanaman

obat/hias/pangan; b. budidaya jamur /lebah; c. penangkaran/rehabilitasi

satwa liar; d. budidaya hijauan

makanan ternak e. Silvopasture f. Silvofishery

Sistem Informasi Spasial

Gambar 4. Skema Database Pemanfaatan Hutan Wilayah Tertentu

Pengumpulan dan pengembangan database yang dilakukan oleh KPHP dapat berupa :• Membangun sistem database berbasis

informasi spasial, agar tersedia data numerik dan data spasial kehutanan dalam wilayah pengelolaan KPHP.

• Inventarisasi potensi hutan kayu dan non kayu dalam wilayah pengelolaan KPHP.

• Inventarisasi kondisi sosial dan ekonomi wilayah pengelolaan KPHP.

• Menginventar isas i dan memetakan pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat

di dalam kawasan • Menginventarisasi kearifan lokal masyarakat

setempat serta pola hubungan antara keberadaan masyarakat dan kawasan hutan

• Inventarisasi potensi sektor lainnya di luar kehutanan.

B. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat DesaKeberadaan KPHP diharapkan mampu

membangun pola kemitraan bersama masyarakat yang dapat pula melibatkan stakeholder atau pihak lainnya sebagai investor usaha maupun

Page 35: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

35BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

sebagai pendamping kepada masyarakat. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah meliputi :1. Melakukan sosialisasi dan menumbuhkan

pemahaman masyarakat lokal terhadap keberadaan kawasan hutan.

2. Pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat dalam usaha pengembangan HHBK/Pemanfaatan jasa lingkungan yang ramah lingkungan.

3. Pembangunan Model Usaha Pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP.

4. Pendampingan Masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan.

5. Sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan.

6. Promosi dan pemasaran HHBK dan jasa lingkungan.

7. Membangun pola kemitraan bersama masyarakat dalam bidang perlindungan kawasan.

C. PENGGALIAN POTENSI KAWASANPotensi dalam kawasan tidak hanya terbatas

pada hasil kayu maupun HHBK, namun juga banyak potensi lain di kawasan yang perlu digali

contohnya fungsi jasa lingkungan, hal ini perlu terus digali dan dikembangkan agar keberadaan KPHP benar-benar mampu menjadikan pengelolaan kawasan hutan jelas tujuan pengelolaannya. Selain itu KPHP diharapkan juga mampu menggali potensi pendapatan negara dari usaha diluar sektor kehutanan seperti perkebunan maupun pertambangan yang melakukan unit usahanya didalam kawasan yang masuk wilayah KPHP.

PENUTUPPengelolaan hutan oleh KPH diharapkan dapat

menjadikan salah satu kebijakan yang bisa menuju kelestarian kawasan selain itu KPH juga mampu menjebatani keberadaan masyarakat sekitar kawasan untuk turut berpartisipasi dalam mengelola kawasan berdasarkan manajemen klaster multi produk. Manajemen pengelolaan berdasarkan klaster multi produk akan menjadikan perlakuan pada unit perlakuan menjadi terukur dan tentunya ini menjadi syarat multak untuk mewujudan kelestarian hutan serta disisi lain masyarakat sekitar kawasan juga dapat merasakan keberadaan KPH, dimana dapat meningkatkan pendapatannya dan KPH mampu mensinergikan keberadaannya sesuai dengan program Pemerintah Daerah.

35BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 36: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

36 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

PENGGUNAAN DRONE SEBAGAI ALAT SURVEY MELALUI UDARA

OlehM.Sukma Alamsyah

PENDAHULUANTeknologi drone saat ini bukan menjadi hal

yang langka atau jarang ditemukan, bahkan saat ini drone banyak digunakan oleh para pecinta fotografi . Secara defi nisinya drone adalah pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh. Secara umum, drone merupakan suatu kendaraan udara yang berbentuk seperti pesawat terbang atau helikopter yang dioperasikan tanpa menggunakan awak atau pilot. Berbeda dengan pesawat terbang yang pilotnya berada di dalam kabin, pilot drone tetap berada di daratan dan hanya mengendalikan drone lewat fasilitas remote control. Drone pada beberapa tahun silam mungkin hanya dikenal dan digunakan oleh militer untuk memata-matai musuh di daerah konfl ik atau melakukan serangan udara dengan pesawat tanpa awak. Akhir-akhir ini, penggunaan drone semakin populer dan meluas. Banyak orang yang mulai menggunakan drone untuk berbagai keperluan.

Drone atau disebut juga UAV (Unmanned Aerial Vehicle) terdiri dari beberapa macam, ada yang bertipe fi xed wing atau biasa disebut bentuk pesawat, ada yang berbentuk helicopter dengan

36 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

ARTIKEL

Page 37: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

37BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

1 (satu) baling-baling,ada quadcopter dengan 4 (empat) ba l ing-bal ing , hexacopter dengan 6 (enam) baling-baling, oktacopter dengan 8 (delapan) baling-baling dan lain-lain.

Kemampuan d rone sekarang bukan hanya s e b a g a i m a i n a n a l a t ketangkasan udara, tetapi sekarang sudah banyak drone yang di lengkapi dengan kamera. Kegunaan drone berkamera selain untuk mengambi l foto dan video, digunakan juga untuk kegiatan sur vey dan pemetaan (pemetaan wilayah), survey potensi maupun memonitor arah angin.

A k h i r - a k h i r i n i , penggunaan drone untuk mengambil gambar dari ketinggian semakin populer dengan menjamurnya trend sel f ie . Beberapa drone komersial yang bisa dibeli di pasaran sudah memungkinkan untuk menggunakan drone tersebut untuk mengambil foto dari ketinggian. Biasanya, drone yang digunakan untuk mengambil gambar video atau foto dari ketinggian dikendalikan dengan menggunakan remote control dan menggunakan baterai sebagai sumber tenaga.

FUNGSI DRONE UNTUK KEGIATAN SURVEYTeknologi terkait pengembangan drone saat ini

berlangsung sangat pesat. Tipe-tipe drone dengan bermacam-macam spesifikasi dan variasi harga banyak tersedia dan mudah ditemukan di pasaran. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan sosialisasi tentang manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan drone. Salah satu penggunaan drone adalah dalam teknik mengambil gambar atau foto udara yang kemudian diolah lebih lanjut untuk keperluan survey, sehingga dapat digunakan untuk mendukung akuisisi data spasial. Penggunaan drone dalam bidang geospasial saat ini sangat diminati karena pengoperasiannya yang relatif mudah dengan biaya relatif terjangkau dibandingkan dengan sistem satelit, khususnya citra satelit resolusi tinggi.

Beberapa kelebihan menggunakan drone untuk survey pemetaan adalah :

1. CepatProses pengambi lan i n f o r m a s i l a pa n g a n hanya membutuhkan waktu 1-2 hari untuk area seluas 1000-2000 ha, selanjutnya proses data hanya memerlukan waktu kurang dari 5 hari kerja.

2. EkonomisDibandingkan dengan survey konvensional yang melibatkan banyak tenaga kerja (man power) dan menghabiskan banyak jam kerja ( man hour), sehingga biaya pemetaan udara jauh lebih rendah.

3. AkuratDengan pengambilan informasi yang cukup dan dengan teknik yang benar, produk hasil peta udara memiliki akurasi yang baik. Setiap penerbangan d r o n e , s e b e l u m n y a dapat direncanakan dan d iprogramkan suatu jalur terbang sehingga

menghasilkan data gambar yang akurat. Untuk mempertinggi akurasi, dapat dilakukan peletakan GCP (Ground Control Point )dengan bantuan surveyor darat, sehingga hasil akhir gambar dapat dipertanggungjawabkan. Resolusi dari pemetaan udara menggambarkan hingga 5 cm/pixel.

4. Bebas Awan Hasil foto maupun video yang diperoleh

dengan menggunakan drone dapat bebas dari awan karena pengambilan objek berada pada ketinggian 100 – 150 meter sehingga hasil citra bebas awan.

Drone bisa digunakan untuk kegiatan pemetaan dalam survey kehutanan. Sebagai contoh penggunaan drone dari pabrikan DJI dengan tipe Phantom 4 yang sering digunakan, DJI Phantom 4 termasuk dalam kategori quadcopter atau memiliki 4 lengan dengan 4 motor baling-baling pada tiap lengannya. Adapun spesifi kasinya sebagai berikut :

1. Unit pesawat berkapasitas :- Ketinggian maksimal 500m- Jarak maksimal dengan remote 3000m

37BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 38: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

38 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

d. Untuk luasan 2 ha foto yang diambil paling sedikit 80 foto,tapi jika memungkinkan sebaiknya mengambil sekitar 200 foto.

Sebagai contoh hasil yang di dapat dalam survey potensi tegakan dengan drone adalah : a. Gambaran / peta hamparan lahanb. Kerapatan tajuk dalam hamparanc. Jalur / akses jaland. Peta / gambaran terbaru yang bisa digabungkan

dengan peta citra.

PENUTUPHasil perekaman data dalam bentuk gambar

dari penggunaan drone dapat memberikan hasil yang maksimal untuk mengetahui kondisi terbaru suatu areal/kawasan. Pemilihan jenis drone untuk penggunaan suatu kepentingan sangat diperlukan guna penyesuaian dengan kondisi wilayah atau alam. Sebagai contoh tidak perlu penggunaan drone dengan tipe baling-baling enam yang secara fi sik lebih besar jika lokasi yang akan dipetakan berupa kawasan hutan yang rapat, karena akan menyulitkan dalam mobilisasi alat, terutama saat berpindah proses perekaman data dari satu titik ke titik lain. Hal lain yang perlu diperhatikan lebih adalah pemilihan pesawat drone dengan tipe baterai berkapasitas lebih lama untuk durasi terbangnya, agar lebih meningkatkan efektifi ta s saat proses perekaman data.

38 BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

- Ketahanan batere sampai dengan 28 menit- Dilengkapi dengan GPS

2. Kamera :- Resolusi 12.4 Mp- Sudut lensa 94° dengan diafragma 2.8

TEKNIK PENGGUNAAN DRONEDalam mengoperasikan Drone ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan :a. Cek batere unit pesawat dan remoteb. Cek memory penyimpanan fotoc. Kalibrasi kompas pesawatd. Tunggu indicator satellite sampai pesawat

menentukan Home pointe. Pesawat/drone siap diterbangkan

Setelah proses pengambilan data dengan drone dilanjutkan pengolahan data, hal ini dilakukan untuk menyatukan hasil tangkapan foto menggunakan kamera dari drone menjadi satu luasan foto dengan kerapatan + 2 piksel/cm, adapun software yang dapat digunakan adalah jenis pix4d mapper.

Berikut prosedur sederhana pengambilan data dengan menggunakan drone :a. Pertama kita melakukan pengambilan foto udara

menggunakan drone berkamera dengan sudut kamera tegak lurus kebawah.

b. Ketinggian drone diatur sekiranya tidak terhalang benda dalam jalur lintasannya,dalam hal ini dapat diambil foto pada ketinggian kisaran 60m – 100m tergantung kondisi tempat pada saat itu. Semakin rendah terbang drone akan membuat kerapatan piksel pada hasil akhir semakin bagus.

c. P e n g a m b i l a n f o t o b iasanya d i lakukan bias dengan system grid,menjalankan d r o n e d e n g a n track bolak-balik pada areal yang ingin diambil g a m b a r n y a s a m b i l k a m e r a t e r u s mengambil foto secara kontinyu. Semakin rapat foto yang diambi l t iap bagiannya akan semakin memperdet i l gambar pada hasil akhir setelah pengolahan data.

ntasannya,dalam hal ini da ketinggian kisaran 60m kondisi tempat pada saat terbang drone akan iksel pada hasil

o t o an

m

p kin bar telah

Page 39: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

39BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Dalam rangka memperinga Hari Hutan Internasional tanggal 21 Maret 2017, BP2LHK Banjarbaru melaksanakan kegiatan penanaman pohon di areal Arboretum pada hari Jumat,

tanggal 24 Maret 2017. Ir. Tjuk Sasmito Hadi, MSc ,Kepala BP2LHK Banjarbaru pada kesempatan tersebut mencanangkan ,” 1 orang pegawai wajib menanam 5 pohon”. Kegiatan penanaman ini diiku oleh pegawai BP2LHK Banjarbaru. Masing-masing menanam 1 pohon, diberi nama jenisnya dan si penanam. Harapannya se ap pegawai dapat memelihara tanamannya masing-masing. “5 pohon tersebut akan ditanam di 5 tempat, di arboretum BP2LHK Banjarbaru, KHDTK Rantau, KHDTK Kintap, KHDTK Riam Kiwa dan KHDTK Tumbang usa.

Sabtu, 29 April 2017 BOT CIFOR mengunjungi KHDTK Tumbang Nusa, Pulang Pisau Kalimantan Tengah. Sebanyak 18 orang peserta yang berkunjung ke KHDTK Tumbang Nusa termasuk 8

anggota BOT CIFOR, yakni: Peter Holmgren (DG CIFOR), Bisrat Aklilu, Elizabeth Adu, Henry Bastaman (Kabadan Litbang dan Inovasi), John Lynam, Jose Campos, Phyllis Caldwell dan Robert Nasi (Deputy Director General-Research). Selain BOT CIFOR turut berkunjung Kepala Pusat P3SEKPI Bapak Bambang Supriyanto bersama peneli dan bagian kerjasama. Kedatangan tim BOT CIFOR di KHDTK Tumbang Nusa disambut oleh Kepala BP2LHK Banjarbaru dan para peneli . Tri Wira Yuwa ,S.Hut, MSc , memaparkan sejarah dan kegiatan yang dilakukan di KHDTK Tumbang Nusa dan dilanjutkan dengan diskusi. Terakhir para peserta melakukan penanaman di hutan rawa gambut. Selesai menanam membuat cap tangan di atas kertas kanvas sebagai tanda komitmen ikut merehabilitasi hutan rawa gambut.

BP2LHK Banjarbaru (Banjarbaru,12/05/2017) Pada tanggal 26 – 28 April 2017 SMA Kristen Kanaan Banjarmasin melaksanakan kegiatan Belajar Kerja Lapang (BKL) di KHDTK Kintap. Peserta

BKL diku sebanyak 20 orang siswa/i dan 2 orang Guru pendamping. Kegiatan tersebut sekaligus untuk mendiseminasi hasil peneli an berupa Advis teknis dengan tema kegiatan “Pengenalan jenis fl ora hutan alam”. Harapannya selain mengenalkan KHDTK juga untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi hasil litbang Balai kepada peserta berupa teknik penanaman pohon yang terdiri dari dua jenis yaitu meran merah (Shorea leprosula) dan mersawa (Anisoptera marginata) serta anggrek di KHDTK Kintap.

Dr. Acep Akbar (Peneliti Utama Kebakaran hutan BP2LHK Banjarbaru) bersama Bpk. Akhmad Tamanuruddin sebagai petani lahan gambut tanpa bakar dan Bpk Dio sebagai Kepala

Desa wilayah bencana kebakaran lahan gambut dari Kalimantan Tengah mengiku Konferensi internasional Global Landscape Forum telah dilaksanakan oleh UNEP (Unit Na on Environment) dan CIFOR (Center for Interna onal Forestry Research) pada tanggal 18 Mei 2017, sebagai kelanjutan lokakarya tanggal 16-17 Mei 2017. Hasil dari kegiatan ini dapat menambah wawasan perkembangan iptek pengelolaan lahan gambut terkini dan memberikan input hasil riset lahan gambut guna pengelolaan gambut berkelanjutan di Indonesia.

LINTAS PERISTIWA

39BEKANTAN Vol. 5/No. 1/2017

Page 40: BPK Banjarbaru - BEKANTAN Vol 5 No 1 2017foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2017/09/BPK-Banjarbaru... · Artikel: Pengembangan Klaster ... Latar belakang dari tema kali ini

SITI NURBAYA KEMBALIKAN LOLA AMALIA KE ALAM

Lola Amalia adalah nama seekor bekantan betina dewasa yang turut dilepasliarkan diantara empat ekor lainnya oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya bersama-sama dengan Walikota Banjarmasin, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Ketua Sahabat Bekantan Indonesia dan Bupati Barito Kuala, serta disaksikan oleh Direktur Jenderal PPKL, Direktur Jenderal PDASHL, dan Direktur Jenderal PSLB3. Nama Lola Amalia diberikan oleh ibu Siti Nurbaya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Amalia Rezeki selaku ketua Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama ini melakukan upaya penyelamatan bekantan di Kalimantan Selatan. Bekantan yang dilepasliarkan terdiri dari jantan dan betina, sebanyak empat ekor. Bekantan tersebut memiliki nama Lucky Boy (jantan usia 7 tahun), Mantuil (betina usia 3.5 tahun), Titik (betina usia 5 tahun), dan Lola Amalia (betina usia 5 tahun). “ Saya sangat salut dan mengapresiasi bu Amalia Rezeki dari Sahabat Bekantan Indonesia yang telah berupaya membantu melestarikan bekantan di Kalimantan Selatan. Untuk itu salah satu bekantan betina yang akan kita lepasliarkan ini, saya beri nama “ Lola Amalia “, saya ambil dari nama Amalia Rezeki “, jelas ibu Siti Nurbaya ketika akan melakukan pelepasliaran bekantan tersebut. Bekantan yang dilepasliarkan merupakan hasil upaya penyelamatan (rescue) konflik satwa dengan masyarakat karena adanya alih fungsi lahan, kebakaran hutan dan lahan serta hasil serahan masyarakat Sebelumnya, upaya penyelamatan Bekantan dilakukan oleh Tim Rescue Sahabat Bekantan Indonesia bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan. Sementara itu Amalia Rezeki merasa terharu, atas pencapaian perjuangan Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama 27 tahun sejak ditetapkannya sebagai maskot Kalimantan Selatan, baru sekarang mendapat perhatian khusus dari semua stake holder, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta swasta, dengan ditandai kehadiran ibu Mentri LHK pada acara pelepasliaran bekantan di Pulau Bakut – Barito Kuala. “ Saya sangat terharu dan berterimakasih sekali kepada ibu Siti Nurbaya selaku Menteri LHK dan Jajaran Pemerintah Daerah serta semua stake holder di daerah sampai pusat, yang bersatu-padu untuk menyelamatkan serta melestarikan bekantan yang keberadaannya terancam punah, terlebih bekantan adalah merupakan spesies kunci dan endemik Kalimantan “. Tutur Amalia Rezeki yang juga dosen pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat. Selanjutnya menurut Amalia Rezeki, SBI selama tahun 2015 dan hingga 2017, sudah sekitar 30 kali melakukan evakuasi bekantan. Sementara yang sudah dilepasliarkan berjumlah 20 ekor, yang sedang dirawat 7 ekor, serta tiga ekor tidak dapat tertolong akibat luka bakar yang cukup serius. Seperti diketahui, bekantan dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan No 266 jo UU No 5 Tahun 1990. Berdasarkan lembaga konservasi Internasional, bekantan termasuk dalam daftar merah IUCN Bekantan dikategori terancam punah, dimana populasi bekantan berada diambang kepunahan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1987 jumlah populasi bekantan di Pulau Kalimantan masih cukup banyak mencapai 250.000 ekor dan 25.000 ekor berada di kawasan konservasi (MacKinnon,1978). Kemudian menyusut drastis pada tahun 1995, hanya berjumlah sekitar 114.000 ekor dan hanya tersisa 7.500 ekor di kawasan konservasi (Bismark,1995). Sehingga dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir populasi bekantan di Pulau Kalimantan berkurang sekitar 50 persen. Sedangkan di Kalimantan Selatan melalui penelitian yang dilaksanakan tahun 2013 oleh BKSDA Kalsel hanya berjumlah sekitar 3.600 sampai 5.000 ekor, namun sekarang diperkirakan sudah tidak sampai 2500 ekor lagi. Pada kesempatan pertemuan dengan Ibu Menteri LHK, Amalia Rezeki menyampaikan permohonan untuk dukungan pembangunan sanctuary alami di Pulau Bakut berikut fasilitasnya, dan saat ini SBI sedang membangun kerjasama dengan Pemprov Kalsel untuk mengembangkan kawasan esensial wisata bekantandi Pulau Bekantan – Tahura Sultan Adam Kabupaten Banjar, sebagai suaka perlindungan sekaligus pengembangbiakan populasi bekantan secara alami, yang diharapkan dapat memberi sumbangsih peningkatan populasi bekantan sebesar 10 persen selama lima tahun di Indonesia, sesuai arahan stretegis kementrian LHK. “ Sebenarnya kami sudah merintis sanctuary ini bersama BKSDA Kalsel sejak tahun 2014 lalu, namun demikian dengan segala keterbatasan dana yang kami miliki, saat ini kami lebih memfokuskan pada upaya rescue dan rehabilitasi bekantan korban konflik di Pusat Transit Bekantan di Banjarmasin, sedangkan Pulau Bakut dijadikan pusat kawasan pelepasliaran bekantan. Itupun disepakati populasinya harus tidak lebih dari seratus ekor menyesuaikan dengan daya dukung pakan “, jelas Amalia Rezeki peraih penghargaan Wanita Inspiratif She Can Award 2015 dibidang Lingkungan, sebagai penyelamat bekantan.