bpjs uu

Upload: eka-kurnia-putra-djaelani

Post on 12-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 BPJS UU

    1/10

    1

    BPJS : Badan Privat isasi Jaminan Sos ial dan Komersial isasi

    Layanan Kesehatan.

    Setiap orang mempu nyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan

    yang opt imal( UU 23 tahun 1992 tetang Kesehatan, Bab III, pasal 4).

    Bunyi UU ini telah menyiratkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapat

    layanan kesehatan yang paling baik secara menyeluruh.

    Kesehatan mempunyai aspek dan ruang lingkup yang luas, karena menyangkut soal

    kesejateraan jasmani, rohani dan sosial

    Dalam UU 23 tahun 1992 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Kesehatanadalah

    keadaan sejahtera dari badan, j iwa, dan sosial yang memungkin kan setiap orang hidu pprod ukti f secara sosial dan ekonom is

    Sedangkan menurut menurutOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan

    bahwa pengertian Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial

    kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan

    Dari pengertian ini sangat jelas bahwa terpenuhinya hak kesehatan ditandai apabila rakyat

    sudah sejahtera baik secara ekonomi maupun sosial. Lalu bagaimana mewujudkan derajat

    kesehatan yang optimal?

    Dalam UU No.23 tahun 1992 bab V pasal 10, ditegaskan:

    Untuk m ewujudk an derajat kesehatan yang optim al bagi masyarakat, diselenggarakan

    upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, pening katan kesehatan (prom otif),

    pencegahan penyakit (preventi f) , penyembuhan penyakit (kurat i f) , dan pemulihan

    kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

    berkesinambungan.

    Penegasan ini berdampak luas, tidak hanya sebatas penyembuhan (kuratif) yang cenderung

    dilakukan oleh asuransi-asuransi kesehatan di Indonesia saat ini. Tapi juga menyoal

    pemeliharaan dan pencegahan penyakit (preventif) yang tidak terlepas dari kesehatan

    lingkungan (bebas dari pencemaran), sterilisasi bahan makanan, standar Gizi, air bersih dll.

    Jadi, semua Asuransi Kesehatan ataupun badan-badan penyelenggara jaminan kesehatan

    seharusnya memberi layanan secara comprehensive (menyeluruh) dan optimal.

    Bagaimana dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial( BPJS)

    A. Awal pengagasan BPJS.

    UU BPJS adalah turunan dari UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

    (SJSN). Konsep SJSN di Indonesia merupakan bagian dari Konsesus Whasington yang

    dibuat negara-negara Kapitalis dalam menghadapi ancaman krisis dalam bentuk Program

    http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesehatan/http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesehatan/http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesehatan/http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesehatan/http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesehatan/
  • 7/21/2019 BPJS UU

    2/10

    2

    Penyesuaian Struktural atau Structural Adjustment Program(SAP) yang dimplementasikan IMF

    dan Pemerintahan Indonesia dalam bentuk Letter Of Intent (LoI) untuk mengatasi krisis .

    Melaui lembaga keuangan Intensional IMF, negara-negara penerima bantuan harus

    mengimplementasikan Isi dari Konsensus Washington yang mengatur 10 hal. Secara singkat

    isinya sebagai berikut: (1) disiplin fiskal; (2) prioritas pengeluaran publik; (3) reformasipemungutan pajak; (4) liberalisasi finansial; (5) kebijakan luar negeri yang mendorong

    persaingan; (6) liberalisasi perdagangan; (7) mendorong kompetisi antara perusahaan asing

    dan domestik untuk menciptakan efisiensi; (8) mendorong privatisasi; (9) mendorong iklim

    deregulasi; (10) pemerintah melindungi hak kekayaan intelektual.

    Secara garis besar isi Konsensus Washington ini mengatur 3 hal yaitu: liberalisasi, deregulasi,

    dan privatisasi untuk memastikan kelanggengan negara-negara kapitalis itu sendiri. Maka

    dapat dipastikan bahwa seluruh program turunan dari Konsensus Washington akan

    menyengsarakan rakyat, seperti swastanisasi dan komersialisasi layanan pendidikan, UU

    Penanaman Modal Asing (PMA), UU Migas, UU Minerba, UU SDA yang semuanya menjarah

    seluruh milik rakyat.

    Pada tahun 2002, IMF lewat program Asian Development Bank (ADB) memberikan pinjamanpada Indonesia sebesar US $ 250 juta, untuk program Financial Governance and socialsecurity program (FGSSR) atau program Tata Kelola Keuangan dan Reformasi JaminanSosial. ADB menggagasi dan mendorong pemerintah Indonesia membuat UU tentang jaminansosial yang merupakan bagian dari paket reformasi jaminan sosial dan keuangan pemerintah.Ini terlihat dalam dokument Asian Development Bank (ADB) yang bertajuk FinancialGovernance and social security program (FGSSR)sbb:

    Dalam dokument ini juga disebutkan ADB Techni cal Assistance was provided to help develop

    the SJSN in l ine with key policies and pr ior iti es established by the draf ting team and other

    agenciesatau Bantuan Tekni s dari ADB telah disiapkan untuk membantu mengembangkan

    SJSN yang sejalan dengan sejumlah kebij akan kunci dan priori tas yang dibuat oleh tim

    http://1.bp.blogspot.com/-QM4-sX00ed0/TuDnQyHxvHI/AAAAAAAAAEs/nOjgCxqTS9s/s1600/1.jpg
  • 7/21/2019 BPJS UU

    3/10

    3

    penyusun dan lembaga lain. Dalam Dokumen Tahap I FGSSR disebutkan : Untuk

    mengembangkan sistem jaminan sosial , Phase I akan (i) mengalihkan institusi terkait dengan

    pelaksanaan asuransi sosial wajib dan program sosial dibawah pengawasan otoritas jasa

    keuangan (ii) menigkatkatkan tata kelola dan pengawasan system asuransi sosial yang wajib dan

    system jaminan sosial yang ada.Untuk mengawasi penggunaan uang pinjaman, IMF juga mendorong terbentuknya Otoritas

    Jasa Keuangan (OJK) yaitu badan yang memegang otoritas bidang pengawasan jasa

    keuangan. OJK bersifat independent (selft regulation) yang mengambil alih tugas Bank

    Indonesia (BI). OJK memiliki otoritas memeriksa dan menjatuhkan sanksi terhadap lembaga

    keuangan bank maupun bukan bank termasuk lembaga asuransi:

    Akhirnya pada tahun 2004 ditetapkan UU SJSN dan tahun 2011 dibentuklah BPJS sebagaibadan penyelenggara. Jadi munculnya UU SJSN dan BPJS adalah kepentingan KapitalisInternasioan lewat ADB sebagai pengagas. Dan ini salah satu persyaratan untuk memberipinjaman untuk privatisasi Jaminan Sosial dan Komersialisasi Layanan Kesehatan danlayanan sosial lainnya dengan dalih Keadilan Sosial. Padahal ini hanya memperpanjang nafasdari sistem kapitalis itu sendiri dan menutupi penjarahan rakyat yang dilakukan.

    B. Bagaimana imp lementasi UU BPJS???

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah diberlakukan sejak 1 Januari 2014 untuktahap pertama dan tahap berikutnya paling lambat 1 Januari 2019, semua rakyat Indonesia

    ditargetkan sudah terdaftar sebagai peserta BPJS sesuai dengan aturan dalam Perpres No.12 /

    2013 tanggal 1 Januari 2013, tentang pelaksanaan jaminan kesehatan secara bertahap.

    Sedangkan peserta Penerima Bantuan Iuran diatur PP No.101/2012. Kedua peraturan ini

    merupakan implementasi dari pelaksanaan UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

    Nasional (SJSN) dan sebagai penyelenggara dibentuklah Badan Penyelengara Jaminan Sosial

    (BPJS) dengan legalitas UU Nomer 24 Tahun 2011. Hal ini merupakan pengalihan tanggung

    jawab negara dalam masalah jaminan sosial dan layanan kesehatan. BPJS ini memiliki 5

    Program yaitu:

    Jaminan K esehatan

    Jaminan Kecelakaan Kerja

    Jaminan hari Tua

    Jaminan Pensiun

    Jaminan Kematian

    http://2.bp.blogspot.com/-sifdnZUyJmI/TuDnTYEv3VI/AAAAAAAAAE0/ANvfCHyR9Yc/s1600/4.jpg
  • 7/21/2019 BPJS UU

    4/10

    4

    Penyelenggaraanya jaminan sosial dan layanan kesehatan oleh BPJS sangat jauh dari

    pelayanan Kesehatan yang sesungguhnya yang sudah diatur dalam UU ( UU 23 tahun 1992

    tetang Kesehatan. Ini bisa dilihat dari beberapa hal diantaranya :

    I.Pada tahap : Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Promotif)Dalam UU BPJS tidak ada mengatur program-program pemberdayaan masyarakat agar

    mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti pendidikan atau penyuluhan ke

    masyarakat.

    II. Tahap Pencegahan (Preventif).

    Tidak ada mengatur program-program tentang bagaimana agar masyarakat tidak

    mengalami sakit. Misalnya Peninjauan seluruh kebijakan negara yang berdampak buruk

    bagi kesehatan masyarakat misalnya Izin-izin perusahaan yang merusak lingkungan baik

    fisik maupun non fisik yang mendukung suasana yang kondusif bagi masyarakat, Izin

    Industri makanan di luar standard Kesehatan, tidak mengatur bagaimana tanggung jawab

    BPJS jika terjadi perampasan perusahaan atas milik rakyat ( contoh penggusuran dan

    perampasan lahan masyarakat) yang memiskinkan masyarakat baik secara ekonomi dan

    sosial yang pasti berujung pada gangguan kesehatan jiwa maupun fisik.

    Tidak memberikan jaminan dalam pemenuhan semua kebutuhan pokok individu baik

    berupa barang (papan, sandang dan pangan) maupun berupa jasa (kesehatan, pendidikan

    dan keamanan.

    Tidak ada mengatur program antisipasi terjadinya bencana penyakit (wabah).BPJS diberi

    wewenang mengembangkan aset BPJS (Uang iuran peserta) Pasal 41. Namuan BPJS tidak

    ada menegaskan kriteria bentuk dan sifat usaha yang akan dikembangkan. Kemungkinan

    yang terjadi akan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan perusak lingkungan,

    penggusur rumah rakyat dll yang berakhir dengan pemiskinan dan menimbulkan penyakit

    bagi masyarakat.

    III. Tahap Pengobatan (Kuratif)

    Jaminan Kesehatan cenderung hanya diberikan kepada orang-orang tertentu, misalnya

    pensiunan pegawai negara, karyawan swasta yang mengikuti iuran jaminan sosial atau

    asuransi dan orang miskin yang teregistrasi untuk mendapat bantuan dari negara. Bagi

    mereka yang tidak terdaftar, jaminan tersebut tidak akan mereka dapatkan. Sementara

    indikator kemiskinan sering tidak tepat sasaran pada objek penerima bantuan.Jamianan Kesehatann yang diberikan bersifat parsial hanya pada kebutuhan tertentu, yaitu

    tahap tindakan kuratif.

    BPJS tidak manusiawi, cenderung berperan ketika kondisi normal. Ini bisa dilihat dari point-

    point yang tidak ditanggung BPJS diantaranya : korban bencana alam dan bencana

    penyakit (wabah). Bencana adalah sebuah peristiwa yang terjadi dimana manusia tidak

  • 7/21/2019 BPJS UU

    5/10

    5

    mampu mengatasinya dan bisa terjadi korban materi, jiwa maupun fisik. Untuk hal inilah

    sebenarmya orang rela masuk peserta BPJS.Disaat manus ia tidak mampu m engatasi

    persoalan yang terjadi sesungguh nya di saat ini lah manusia bu tuh bantu an. Tapi

    juster u d isaat ben can a ter jad i, BPJS berperan jad i pen onton s ambil m em in ta iu ran

    pada korban-korban bencana, baik k arena bencana alam maupu n p enyakit .Negara dan Menteri Kesehatan melegalkan mal praktekyang bisa mengancam nyawa

    orang lain : karena BPJS tidak menggung korban mal praktek. Isi salah satu point yang

    tidak ditanggulangi menyakiti diri sendiri, pengobatan komplementer, alternatif, chiropractic

    yang belum terbukti efektif, pengobatan dan tindakan medis yang bersifat

    eksperimental.

    Padahal seluruh tenaga kesehatan, lembaga penyelenggara layanan kesehatan, dan juga

    institusi penyelenggara pendidikan di bidang kesehatan dibawah pengawasan Menteri

    Kesehatan tapi Meneteri Kesehatan justeru tidak mau bertanggungjawab atas kesalahan

    mal praktek oleh tenaga medis.

    Prinsip gotong royong yang dianut BPJS adalah bentuk pelepasan tanggungjawab negara

    terhadap hak kesehatan bagi warganegara (Peserta yang mampu (membantu) kepada

    peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh).

    Pelayanan BPJS juga tidak berbeda dengan asuransi-asuransi dan secara teknis pelayanan

    Hal ini ditegaskan oleh UU 40/2004 pasal 19 ayat 1 yang berbunyi : Jaminan kesehatan

    diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip

    ekuitas. Kemudian Pasal 29, 35, 39, dan 43 menyebutkan secara jelas bahwa jaminan sosisal

    itu diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial. .

    BPJS memberi sanksi pada peserta yang tidak membayar iyuran tapi UU BPJS tidak

    mengatur sanksi bagi BPJS sebagai penyelenggara jika pelayanan kesehatan tidak

    maksimal atau melanggar ketentuan yang diatur dalam UU BPJS.

    Berikut ini penjelasan tentang pasal-pasal yang ada dalam UU SJSN dan BPJS yang patut

    harus diperhatikan dan diwaspadai rakyat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

    PASAL PASAL yang patut harus dicermati dan diwaspadai dari UU SJSNNo. Uraian isi Pasal Interprestasi dan Dampaknya

    1 Pasal 3Sistem Jaminan Sosial Nasional

    bertujuan untuk memberikan jaminanterpenuhinyakebutuhan dasar hidup yang layakbagi setiap peserta dan/atau anggotakeluarganya.

    Dalam UU BPJS sebagai implementasi SJSN

    tidak ada mengatur soal pemenuhan kebutuhandasar yang layak. Justeru BPJS mengaturbagaimana menagih iuran kepada peserta yangsebenarnya belum mampu memenuhi kebutuhanhidup layak. Contoh: BPJS memaksa perusahaanmemotong iuran gaji pekerja walapun gajinyabelum memenuhi UMP sebagai standarisasi upah

  • 7/21/2019 BPJS UU

    6/10

    6

    layak hidup, belum hidup layak. Jika tidak, akandidenda atau dipenjara.

    3 Pasal 4Sistem Jaminan Sosial Nasionaldiselenggarakan berdasarkan pada

    prinsipa. kegotong-royongan;

    Gotong Royong dalam hal ini, hakekatnyaNegara lepas tangan atau tidak bertanggung jawab

    terhadap kesejahteraan rakyat.

    4 Pasal 17(1) Setiap peserta wajib membayariuran yang besarnya ditetapkanberdasarkan persentase dari upahatau suatu jumlah nominal tertentu.

    Jadi sangat jelas bahwa SJSN bentuk asuransiyang memaksa setiap warga negara jadi peserta,adi bukan jaminan sosial sebagai tanggungjawabnegara. Dan setiap orang bahkan bayi yang barulahir wajib bayar. Ini pemerasan rakyat bertopengaminan sosial.

    Pasal 19Jaminan kesehatan diselenggarakansecara nasional berdasarkan prinsipasuransi sosial dan prinsip ekuitas

    Mempertegas bahwa SJSN adalah bersifatAsuransi yang diwajibkan.

    Prinsip Asuransi adalah bisnis, yaitu menarikuang iuran sebagai jaminan sebagai pesertabisnis pasif, dan peserta hanya dapat manfaatuangnya ketika dia sakit, tua, atau meninggal.

    Jadi UU SJSN tidak akan mungkin ada jaminansosial, ini adalah langkah reformasi pajak turunandari Konsensus Washington

    Pasal 22 ayat 1

    Manfaat jaminan kesehatan bersifatpelayanan perseorangan berupapelayanan kesehatan yangmencakup pelayanan promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif,termasuk obat dan bahan medishabis pakai yang diperlukan.

    Tidak benar.buktinya dalam UU ini tidak

    mengatur garis-garis besar Program yang bersifatpromotif dan preventif yang meningkatkankesehatan. Lebih banyak mengatur soal teknis ditahapan kuratif, teknis penarikan iuran dan sanksibagi peserta

    Pasal 22( (2) Untuk jenis pelayanan yangdapat menimbulkan penyalahgunaanpelayanan, peserta dikenakan urunbiaya.

    Penyalahgunaan pelayanan (berarti pihak BPJSsebagai penyelenggara/pelayan dan seluruhinstitusi yang bekejasama dengan BPJS).1. Mereka yang melakukan penyalahgunaan, tapi

    peserta ikut menanggungnya, Ini jelas tidak adil

    2. Sudah bayar Premi, masih ada kemungkinandiminta bayar lagi.6 Pasal 24

    (1) Besarnya pembayaran kepadafasilitas kesehatan untuk setiapwilayah ditetapkan berdasarkankesepakatan antara BadanPenyelenggara Jaminan Sosial dan

    Jadi jenis fasilitas dan jumlah pembayaran yangditanggung tergantung selera BPJS, bukanberdasarkan kebutuhan pengobatan pasien.

    Ini juga masih ada kemungkinan pasiennombok walupun sudah membayar premi !!!

  • 7/21/2019 BPJS UU

    7/10

    7

    asosiasi fasilitas kesehatan diwilayah tersebut.

    7 Pasal 26Jenis-jenis pelayanan yang tidakdijamin Badan PenyelenggaraJaminan Sosial akan diatur lebih

    lanjut dalam Peraturan Presiden.

    Indikator : BPJS ingin memperkuat tindakanpelepasan tanggungjawabnya terhadap beberapaenis layanan sosial dengan Perpres

    8 Pasal 47(1) Dana Jaminan Sosial wajibdikelola dan dikembangkan olehBadan Penyelenggara jaminan Sosialsecara optimal denganmempertimbangkan aspek likuiditas,solvabilitas, kehati-hatian, keamanandana, dan hasil yang memadai.

    1. Investasikan tidak selalu untung, jugaberpeluang mengalami kerugian, jika rugi pastinasabah (rakyat) yang dirugikan.

    2. Dalam UU SJSN tidak mengatur bentukpertanggungjawabannya/sansksi jika Investasimengalami kerugian.

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan

    UU Nomer 24 Tahun 2011, yang merupakan amanat dari UU No 40 Tahun 2004 Tentang

    Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). BPJS akan menjadi lembaga superbodyyang

    memiliki kewenangan luar biasa di negara ini untuk menjarah uang rakyat.

    Tabel 2

    PASAL PASAL yang patut harus dicermati dan diwaspadai dari UU BPJS

    No. Uraian isi Pasal Interprestasi dan Dampaknya

    1. Pasal 1 ayat 4

    Peserta adalah setiap orang, termasukorang asing yang bekerja paling singkat6 (enam) bulan di Indonesia, yang telahmembayar iuran.

    Tidak membayar Iuran sudah pasti tidak akanmendapatkan pelayanan jaminan sosial.Bagimana jika tidak mampu bayar iyuran tapitidak terdaftar sebagai orang miskin ataubantuan atau data yang tidak objektif?

    2 Pasal 2BPJS menyelenggarakan sistem jaminansosial nasionalberdasarkan asas:a.kemanusiaan;b.manfaat; danc.keadilan sosial bagi seluruh rakyat

    Indonesia.

    BPJS cenderung berperan ketika kondisinormal. Ini bisa dilihat dari point-point yangtidak ditanggung diantaranya : korbanbencana alam dan bencana penyakit(wabah), disaat masyarakat tidak mampumengatasi kejadian atau situasi

    3 Pasal 3BPJS bertujuan untuk mewujudkanterselenggaranya pemberian jaminanterpenuhinya kebutuhan dasar hidupyang layak bagi setiap Peserta dan/atauanggota keluarganya.

    Jaminan Sosial hanya topeng, yang pastitujuannya mencari keuntungan denganmemeras rakyat lewat iuran wajib.

    Dalam UU BPJS sebagai implementasiSJSN tidak ada mengatur soal pemenuhankebutuhan dasar yang layak. Justeru BPJSmengatur bagaimana menagih iuran

  • 7/21/2019 BPJS UU

    8/10

    8

    kepada peserta yang sebenarnya belummampu memenuhi kebutuhan hidup layak.Contoh: BPJS memaksa perusahaanmemotong iuran gaji pekerja walaupungajinya belum memenuhi UMP sebagaistandarisasi upah layak hidup, belum hidup

    layak. Jika tidak, akan didenda ataudipenjara.

    4 Pasal 4 point-Bersifat nirlaba

    -Kepesertaan bersifat wajib

    Bersifat Nirlaba tapi kenapa diatur soalinvestasi?

    Dalam UU SJSN sudah ditegaskan bahwaSJSN bersifat asuransi tapi kenapa dalamimplementasi (UU BPJS) ada pemaksaan?

    5 Pasal 7(1) BPJS sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 adalah badan hukumpublik berdasarkan Undang-Undang ini.

    Badan Hukum Publik adalah bahasa lain

    dari Legalitas Privatisasi Pengelolaan

    Jaminan Sosial atau asuransi yang selama

    ini di kelola BUMN.

    Pasal 10Dalam melaksanakan fungsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,BPJS bertugas untuk:a. melakukan dan/atau menerimapendaftaran Peserta;b. memungut dan mengumpulkan Iurandari Peserta dan Pemberi Kerja;c. menerima Bantuan Iuran dariPemerintah;d. mengelola Dana Jaminan Sosial untukkepentingan Peserta;

    Dana yang cukup besar, dengan penduduk240 jutaan akan terkumpul dana sekitar4,8 trilyun/bulan, ini alasan menjadi ADBkenapa berani membiayai prosespembuatan dan pengesahan UU BPJSdengan dana Rp. 2,25 Trilyun.

    Dengan ketersediaan dana 4,8trilyun/bulan, maka ada jaminanpengembalian utang Indonesia pada pihakasing.

    Menguras rakyat untuk Memastikanketersediaan dana dan kekayaan yangharus diserap oleh Kapitalis di Indonesialewat liberalisasi perdagaangan.

    Pasal 11b. menempatkan Dana Jaminan Sosialuntuk investasi jangka pendek dan

    jangka panjang denganmempertimbangkan aspek likuiditas,solvabilitas, kehati-hatian, keamanandana, dan hasil yang memadai;

    Penempatan Investasi dalam bentuk surat-surat berharga sangat rentan terkena krisisatau resiko kerugian akhirnya rakyatmenjadi korban.

    Pasal 13 point b

    Mengembangkan aset Dana JaminanSosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan Peserta;

    Tidak mengatur kriteria umum jenis usaha

    pengembangan aset. Misalanyausaha/perusahaan yang tidakmencemari/merusak lingkungan karena iniakan berdampak pada kesehatanmasyarakat. Ini harus diatur sebagaitidakan preventif menjaga kesehatan.

    Tidak diatur dengan jelas sanksi ataskesalahan jika usaha pengembangan

  • 7/21/2019 BPJS UU

    9/10

    9

    merugi.Pasal 14

    Setiap orang, termasuk orang asingyang bekerja paling singkat 6 (enam)bulan di Indonesia, wajib menjadiPeserta program Jaminan Sosial.

    Pemaksaan atas penggunaan BPJSsebagai layanan kesehatan

    Ini bentuk pemaksaan pajak sesuai perintah Konsensus Washington yaitu : reformasipemungutan pajak. Hanya saja lebih kejamdari pajak karena anak bayi juga sudahditagih pajak.

    Bedanya BPJS lebih buruk daripembayaran pajak dan asuransi, karenaanak bayi juga wajib membayar premiasuransi.

    Pasal 17 point 2(1)Pemberi Kerja selain penyelenggaranegara yang tidak melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dansetiap orang yang tidak melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 16 dikenai sanksi administratif.(2) Sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat berupa:a. teguran tertulis;b. denda; dan/atauc. tidak mendapat pelayanan publik.

    Sanksi administratif : Tidak mendapatpelayanan publik, cakupannya luas. Adakemungkinan terkait dengan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti penerangan, airbahkan pembuatan surat-surat penting dll.

    Pasal 24(3) Dalam melaksanakan tugassebagaimana dimaksud pada ayat (2),Direksi berwenang untuk:

    f. melakukan pemindahtanganan asettetap BPJS paling banyakRp100.000.000.000,00 (seratus miliarrupiah) dengan persetujuan DewanPengawas;g. melakukan pemindahtanganan asettetap BPJS lebih dariRp100.000.000.000,00 (seratus miliarrupiah) sampai denganRp500.000.000.000,00 (lima ratus miliarrupiah) dengan persetujuan Presiden;dan

    h. melakukan pemindahtanganan asettetap BPJS lebih dariRp500.000.000.000,00 (lima ratus miliarrupiah) dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia.

    Berpeluang terjadinya korupsi dana untuktujuan dan kepentingan bisnis direksi, DewanPengawas, Presiden dan DPR

    Pasal 41(1) Aset BPJS bersumber dari: BPJS dimodali negara tapi negara tidak

  • 7/21/2019 BPJS UU

    10/10

    10

    a. modal awal dari Pemerintah, yangmerupakan kekayaan negara yangdipisahkan dan tidak terbagi atas saham;b. hasil pengalihan aset Badan UsahaMilik Negara yang menyelenggarakanprogram jaminan sosial;

    c. hasil pengembangan aset BPJS;d. dana operasional yang diambil dariDana Jaminan Sosial; dan/ataue. sumber lain yang sah sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    memiliki saham, jadi keuntungansepenuhnya di BPJS. Sementara layananyang didapat peserta (rakyat) tidak bisaoptimal.

    BPJS dengan mudah telah mendapatkandana ratusan trilyun dari BUMN yg selama

    ini mengurusi masalah asuransi sepertiJamsostek, Taspen, Askes, dan Asabriyang jauh pelayanannya lebih baik..

    Pasal 41 ayat 2.bAset BPJS dapat digunakan:b.biaya pengadaan barang dan jasayang digunakan untuk mendukungoperasional penyelenggaraan JaminanSosial;

    Dengan dan 4 trilyun/bulan, harusnya BPJSsudah memiliki program pembagunan RSPemerintah tambahan secara bertahap disetiap propinsi bahkan kabupaten diIndonesia.

    Pasal 47BPJS tidak dapat dipailitkan berdasarkanketentuan perundangan-undanganmengenai kepailitan.

    Menciptakan peluang bagi penyelenggaraBPJS bisa menghindar atas kewajibannyamembayar utang-utangnya baik kepadanasabah atau pihak ke 3 atas kesalahanpengelolaan dana/aset.

    Sangat jelas bahw a BPJS adalah suatu Badan Privatisasi Jaminan Sos ial,

    melakukan komersial isasi layanan kesehatan, bersi fat asuransi yang memaksa

    kepesertaan dan akhirny a hanya membawa kesengsaraan bagi rakyat, maka

    sangat layak BPJS harus dibubarkan..!!!!!

    Daftar Pustaka :

    UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

    Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran

    Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

    Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

    Undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

    Sosial

    www.rockinews.com/2012/05/adb-di-bal ik-uu-sjsn-dan-uu-bpjs.html