borang bedah internsip
TRANSCRIPT
Borang Portofolio
Nama Peserta dr. Rini Afrina
Nama Wahana RSUD Puri Husada Tembilahan – Indaragiri Hilir
Topik Appendisitis akut
Tanggal Kasus 17 November 2014
Nama Pasien Nn. Salmah Nomor RM 25. 14. 77
Tanggal Presentasi - Pendamping dr. Dianti Aswita
Tempat Presentasi -
Objek Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia bumil
Deskripsi
Seorang pasien perempuan belum kawin datang ke IGD RS PURI HUSADA
Tembilahan dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 SMRS, pasien
merasakan Nyeri pada perut kanan bawah.. sekitar 6 jam sebelumnya, nyeri
dirasakan di ulu hati. Nyeri bersifat terus menerus semakin lama semakin nyeri
tidak tertahakan, bertambah nyeri bila bergerak dan batuk.
Pasien merasakan muall muntah 5x / hari, berisi air bercampur makanan
sebanyak ¼ gelas aqua setiap kali muntah. Demam sejak 3 hari yang lalu, BAK
tidak nyeri, tidak berdarah dan berwarna kuning jernih, riwayat keluar batu (-),
riwayat nyeri pinggang (-,), riwayat menstruasi teratur, nyeri menstruasi (-),
HPHT 22 oktober 2014. Riwayat keputihan (-).
TujuanMenegakkan diagnosis dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan
penatalaksanannya
Bahan
Bahasan Tinajuan Pusataka Riset Kasus Audit
Cara
Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
1
Data Pasien Nama Tn. Riki Sanjaya No. Reg. 25. 38. 26
Nama Ruanagan : Perawatan Anak No. Telp : - Masuk RS : 01 Januari 2015
Data Utama Untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
nyeri perut kanan bawah
nyeri dirasakan di ulu hati. Nyeri bersifat terus menerus semakin lama semakin nyeri
tidak tertahakan, bertambah nyeri bila bergerak dan batuk
mual muntah 5x / hari, berisi air bercampur makanan sebanyak ¼ gelas aqua setiap kali
muntah.
Demam sejak 3 hari yang lalu
BAK (+) normal
BAB (+) normal
2. Riwayat Kesehatan Dan Penyakit :
Riwayat sakit tidak pernah sakit ini sebelumnya
3. Riwayat Pengobatan : -
4. Riwayat keluarga : -
5. Riwayat pekerjaan : -
6. Riwayat lingkungan sosial dan fisik : baik
7. Riwayat kebiasaan pasien : -
Daftar Pustaka
Jong, W.D. 2005., Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC : Jakarta
Schwartz, Et Al, 2000. Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah, Edisi Keenam, EGC :
Jakarta
Anonim. Gangguan Saluran Pencernaan. 2006. Jakarta.
Mansjoer, Et Al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. FKUI :
Jakarta
Hasil Pembelajaran :
2
1. Pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien Appendisitis Akut
2. Penegakkan diagnosis pada pasien Appendisitis Akut
3. Penatalaksanaan pada pasien Appendisitis Akut
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif :
nyeri perut kanan bawah
nyeri dirasakan di ulu hati. Nyeri bersifat terus menerus semakin lama semakin nyeri
tidak tertahakan, bertambah nyeri bila bergerak dan batuk
mual muntah 5x / hari, berisi air bercampur makanan sebanyak ¼ gelas aqua setiap
kali muntah.
Demam sejak 3 hari yang lalu
BAK (+) normal
BAB (+) normal
Objektif :
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70mmhg
Nadi : 110 x/menit, regulaer dan kuat angkat
Nafas : 26 x/menit
Suhu : 37,9 ⁰
Status generalisata
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), palpebra edema (-/-),
ptosis (-/-), pupil isokor (+/+).
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Wajah : edema (-)
Leher : bentuk simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tyroid (-),
peningkatan JVP (-), deviasi trakea (-)
Thoraks :
3
Inspeksi : simetris kanan = kiri, gerakan dada tertinggal (-), iktus kordis (-),
retraksi (-), pelebaran sela iga (-)
Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan dada (-), tidak teraba massa
dan tidak teraba iktus kordis
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru, batas paru hepar dalam batas normal,
batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara pernafasan bronkial, suara tambahan wheezing inspirasi dan
ekspirasi (+), ronki (-), bunyi jantung I/II reguler, BT (-)
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut tampak lebih tinggi dari dari dinding dada,, pergerakan
dinding perut simetris
Palpasi : Nyeri Tekan dan nyeri lepas Mc. Burney, Rovsing sign (-), Blumberg
sign (-)
Perkusi : Timpani, Nyeri ketok kuadran kanan bawah (+)
Auskultasi : peristaltik usus (+), kesan normal, tidak ada bising aorta abdominalis
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : ekstremitas atas : akral hangat, edema (-), deformitas (-)
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), deformitas (-)
Pemeriksaan tambahan : Psoas sign (+), Obturator sign (+)
Laboratorium
Parameter Hasil
Hemoglobin 13 gr/dl
Leukosit 16. 900 mm³
Trombosit 253.000 mm³
Hematokrit 40 %
Asassement
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut adalah
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen. Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi
terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila
4
tidak terawat, angka kematian cukup tinggi dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika
umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai
rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini
sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena
bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh
sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak tanda rangsangan
peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan
karena kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak di
rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid
atau rektum sehingga peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat
dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan.
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini terjadi
karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh saluran cerna,
sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau rangsangan viseral
akibat aktivasi n.vagus. Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas akibat
infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi,
antara 37,5-38,5 C. Tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita berjalan membungkuk sambil
memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut
bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler abses
Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung. Palpasi dinding
abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang
jauh dari lokasi nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan
bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
5
Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness (nyeri lepas
tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba
dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc.
Burney.
Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis. Defence muscular
adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale.
Rovsing sign (+). Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila
dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh
adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan
lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal
tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok. Auskultasi akan terdapat peristaltik normal,
peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat apendisitis
perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis,
tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-12
(Departemen Bedah UGM, 2010
Plan :
Diagnosis
Appendisitis Akut
Penatalaksanaan
Bed Rest
IVFD RL 20 gtt/menit
Cefotaxime 1 gr / 12 jam (IV)
Ranitidine 1 amp/ 12 jam (IV)
Anjuran
Appendiktomy cito
6
Pendidikan
Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab terjadinya
penyakit dan perjalanan penyakit, penanganan appendisitis dengan merujuk pasein ke Dokter
Spesialis Bedah untuk segera dilakukan operasi pada pasien agar prognosis pasien jadi baik.
Konsultasi
Menjelaskan secara keseluruhantentang kondisi pasien dan menganjurkan perlunya dilakukan
operasi segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
7