boontet 2

45
Proposal Morbus Hansen/Kusta/Lepra Minggu, 26 Desember 2010 Proposal Kusta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Morbus Hansen/Kusta/Lepra adalah salah satu penyakit menular yang sifatnya kronik dan dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo (sejenis trenggiling yang mudah dipakai untuk pembiakkan kuman kusta, tetapi hingga kini belum berhasil dibiakkan dalam medium buatan), kutu busuk dan nyamuk. Sekitar 95% orang yang terpapar oleh kuman kusta tidak menderita kusta karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Kuman kusta (Morbus Hansen) biasanya menyerang saraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyebab penyakit Morbus Hansen ialah suatu kuman yang disebut Mycobaterium leprae. Sumber

Upload: bella

Post on 10-Aug-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: boontet 2

Proposal Morbus Hansen/Kusta/Lepra

Minggu, 26 Desember 2010

Proposal Kusta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit Morbus Hansen/Kusta/Lepra adalah salah satu penyakit menular yang

sifatnya kronik dan dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah

yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,

ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Sekitar 50% penderita

kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.

Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo (sejenis trenggiling yang

mudah dipakai untuk pembiakkan kuman kusta, tetapi hingga kini belum berhasil

dibiakkan dalam medium buatan), kutu busuk dan nyamuk. Sekitar 95% orang yang

terpapar oleh kuman kusta tidak menderita kusta karena sistem kekebalannya

berhasil melawan infeksi. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai

dari usia 20-an dan 30-an.

Kuman kusta (Morbus Hansen) biasanya menyerang saraf tepi kulit dan

jaringan tubuh lainnya. Penyebab penyakit Morbus Hansen ialah suatu kuman yang

disebut Mycobaterium leprae. Sumber penularan penyakit ini adalah penderita kusta

Multi Basiler (MB) atau kusta basah.

Penyakit Morbus Hansen pada umumnya sering dijumpai di negara-negara

yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara dalam

pemberian pelayanan kesehatan yang baik dan memadai kepada masyarakat.

Penyakit Morbus Hansen sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga

termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya

pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang

ditimbulkannya.

Page 2: boontet 2

Di Indonesia penderita Morbus Hansen terdapat hampir di seluruh daerah

dengan penyebaran yang tidak merata. Suatu kenyataan bahwa di Indonesia bagian

Timur terdapat angka kesakitan Morbus Hansen yang lebih tinggi. Penderita Morbus

Hansen 90 % tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa persen saja

yang tinggal di Rumah Sakit Kusta, koloni penampungan atau perkampungan kusta.

Prevalensi Morbus Hansen di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke

tahun. Tahun 1986 ditemukan 7,6 per 10.000 penduduk menjadi 5,9 per 10.000

penduduk. Pada tahun 1994 terjadi lagi penurunan menjadi 2,2 per 10.000

penduduk dan menjadi 1,39 per 10.000 penduduk pada tahun 1997. Penurunan

prevalensi penyakit ini karena kemajuan di bidang teknologi promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif di bidang penyakit kusta.

Dengan teratasinya penyakit Morbus Hansen ini seharusnya tidak lagi menjadi

masalah kesehatan masyarakat. Tetapi sampai saat ini penyakit Morbus Hansen

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan oleh pihak

yang terkait, karena mengingat kompleksnya masalah penyakit ini, maka diperlukan

program penanggulangan secara terpadu dan menyeluruh dalam hal

pemberantasan, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial ekonomi dan permasyarakatan

dari bekas penderita Morbus Hansen.

Suatu penyataan bahwa sebagian besar penderita Morbus Hansen adalah dari

golongan ekonomi lemah. Perkembangan penyakit pada diri penderita apabila tidak

ditangani secara cermat dapat menimbulkan cacat dan keadaan ini menjadi

halangan bagi penderita Morbus Hansen dalam kehidupan bermasyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan serta dalam

pembangunan bangsa dan negara. (drh. Hiswani, 2001)

1.2  Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat sebagai bahan untuk penyusunan program ini

adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana pemahaman masyarakat Kecamatan Kabila tentang penyakit Morbus

Hansen dan cara menghilangkan kepercayaan atau persepsi yang salah/keliru di

masyarakat sehubungan dengan penyakit Morbus Hansen?

2.      Apa faktor yang mempengaruhi penularan penyakit Morbus Hansen?

3.      Bagaimana cara penderita untuk memperoleh pengobatan?

4.      Apa hambatan yang dihadapi penderita dalam memperoleh pengobatan?

Page 3: boontet 2

1.3  Tujuan

a.      Tujuan Umum

Menyusun rencana program kesehatan dalam rangka pencegahan dan

penanggulangan penyakit Morbus Hansen.

b.      Tujuan Khusus

1.      Mengetahui karakteristik masyarakat Kecamatan Kabila (kondisi sosial, ekonomi,

pendidikan dan budaya) dan membandingkannya dengan pemahaman mereka

mengenai penyakit Morbus Hansen.

2.      Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit Morbus Hansen.

3.      Menganalisis masalah-masalah yang ada sebagai bahan dalam penyusunan

program pencegahan dan penanggulangan penyakit Morbus Hansen.

1.4  Manfaat

1.      Untuk mengubah persepsi masyarakat yang salah tentang penyakit Morbus

Hansen, khususnya masyarakat Kecamatan Kabila.

2.      Untuk menambah wawasan masyarakat tentang penyakit Morbus Hansen sehingga

mampu memproteksi dirinya secara mandiri dari infeksi penyakit tersebut.

3.      Untuk mengetahui penanganan penyakit Morbus Hansen apabila telah didiagnosis

terinfeksi penyakit tersebut.

Page 4: boontet 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Penyakit Morbus Hansen

Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni “kushtha” yang berarti

kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus

Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kumannya yaitu Dr. Gerhard

Armauwer Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, sehingga penyakit ini disebut

Morbus Hansen. (dr. Zulkifli, 2003)

Morbus Hansen adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman

kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh

lainnya. (Depkes RI, 1998)

Morbus Hansen merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium leprae. (Mansjoer Arif, 2000)

Morbus Hansen adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh

Mycobacterium leprae, pertama kali menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang

kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. (Iwan Sain, 2009)

2.2  Sejarah Penyakit Morbus Hansen dan Pemberantasannya

Penyakit Morbus Hansen diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang

kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan

karena perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau.

Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui

bahwa penderita Morbus Hansen ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat.

Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV–V yang diduga

dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan

agamanya dan berdagang. (dr. Zulkifli, 2003)

Menurut sejarah, pemberantasan penyakit Morbus Hansen di dunia dapat kita

bagi dalam 3 (tiga) zaman, yaitu zaman purbakala, zaman pertengahan dan zaman

modern. Pada zaman purbakala karena belum ditemukan obat yang sesuai untuk

pengobatan penderita Morbus Hansen, maka penderita tersebut mengasingkan

secara spontan karena penderita merasa rendah diri dan malu, disamping itu

Page 5: boontet 2

masyarakat menjauhi mereka karena merasa jijik. Pada zaman pertengahan

penderita Morbus Hansen diasingkan lebih ketat dan dipaksa tinggal di

Leprosaria/koloni perkampungan penderita Morbus Hansen seumur hidup.

1.    Zaman Purbakala

Penyakit Morbus Hansen dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini dapat diketahui

dari peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 SM, istilah “kusta” yang

sudah dikenal di dalam kitab Weda, di Tiongkok 600 SM, di Nesopotamia 400 SM.

Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita

merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena

merasa jijik dan takut.

2.      Zaman Pertengahan

Kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan

sistem feodal yang berlaku di Eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan

takut terhadap penguasa dan hak azasi manusia tidak mendapat perhatian.

Demikian pula yang terjadi pada penderita Morbus Hansen yang umumnya

merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab penyakit dan obat-obatan belum

ditemukan, maka penderita Morbus Hansen diasingkan lebih ketat dan dipaksakan

tinggal di Leprosaria/Koloni Perkampungan penderita Morbus Hansen untuk seumur

hidup.

3.      Zaman Modern

Dengan ditemukannya kuman kusta oleh Hansen pada tahun 1874, maka

mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha

penanggulangannya. Demikian halnya di Indonesia dr. Sitanala telah mempelopori

perubahan sistem pengobatan yang tadinya dilakukan secara isolasi, secara

bertahap dilakukan dengan pengobatan jalan. Perkembangan pengobatan

selanjutnya adalah sebagai berikut :

a.       Pada tahun 1951 digunakan DDS sebagai pengobatan penderita Morbus Hansen.

b.      Pada tahun 1969 pemberantasan penyakit Morbus Hansen mulai diintegrasikan di

Puskesmas.

c.       Sejak tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat kombinasi Multi Drug

Therapy (MDT) sesuai rekomendasi WHO. (drh. Hiswani, 2001)

2.3    Penyebab/Etiologi Penyakit Morbus Hansen

Page 6: boontet 2

Penyakit Morbus Hansen disebabkan oleh Micobacterium leprae yang

menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma

infeksion. (drh. Hiswani, 2001)

Micobacterium leprae merupakan Basil Tahan Asam (BTA) bersifat obligat

intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran

nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa

membelah diri Mycobacterium leprae 12–21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari

– 40  tahun. Kuman ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 8 micron, lebar

0,2 – 0,5 micron, biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup

dalam sel dan BTA. (Pro-Health, 2008)

2.4    Tanda dan Gejala Umum Penyakit Morbus Hansen

Tanda-tanda penyakit Morbus Hansen bermacam-macam, tergantung dari

tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. (dr. Zulkifli, 2003)

Tanda-tanda umum :

1.    Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia

2.    Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar

dan banyak.

3.    Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis

magnus serta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis

dan mengkilat.

4.    Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit

5.    Alis rambut rontok

6.    Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)

Gejala-gejala umum :

1.      Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil

2.      Anoreksia

3.      Nausea, kadang-kadang disertai vomitus

4.      Cephalgia

5.      Kadang-kadang disertai iritasi, orchitis dan pleuritis

6.      Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatosplenomegali

7.      Neuritis

2.5    Klasifikasi Penyakit Morbus Hansen

Page 7: boontet 2

Berdasarkan klasifikasi WHO (1981), maka penyakit Morbus Hansen/Kusta

dapat diklasifikasi menjadi 2 tipe, yaitu :

1.    Kusta Kering atau Pausi Basiler (PB) atau tipe tuberkuloid

2.    Kusta Basah atau Multi Basiler (MB) atau tipe lepramatosa

(Pro-Health, 2008)

Kriteria untuk Tipe PB dan MB

No

.

Kelainan Kulit dan Hasil

Pemeriksaan

Bakteriologis

Pausi Basiler

(Tidak Menular)

Multi Basiler

(Menular)

1 Bercak (makula)

a.    Jumlah

b.    Ukuran

c.    Distribusi

d.   Konsistensi

e.    Batas

f.     Kehilangan rasa pada

bercak

g.    Kehilangan kemampuan

berkeringat, bulu rontok

pada bercak

1 – 6

Kecil dan besar

Unilateral atau

bilateral asimetris

Kering dan kasar

Tegas

Selalu ada dan

jelas

Bercak tidak

berkeringat, ada

bulu rontok pada

bercak

Banyak

Kecil-kecil

Bilateral atau

simetris

Halus, berkilat

Kurang tegas

Biasanya tidak

jelas. Jika ada,

terjadi pada

yang sudah

lanjut

Bercak masih

berkeringat,

bulu tidak

rontok

2 Infiltrat

a.    Kulit

b.    Membran mukosa (hidung

tersumbat, pendarahan di

hidung)

Ada

Tidak pernah ada

Ada, kadang-

kadang tidak

ada

Ada, kadang-

kadang tidak

Page 8: boontet 2

ada

3 Ciri-ciri khusus “Central Healing”

penyembuhan di

tengah

1.    Punched Out

Lession.**

2.    Medarosis

3.    Ginekomastia

4.    Hidung pelana

5.    Suara sengau

4 Nodulus Tidak ada Kadang-kadang

ada

5 Penebalan syaraf tepi Lebih sering

terjadi dini,

asimetris

Terjadi pada

yang lanjut,

biasanya lebih

dari satu dan

simetris

6 Deformitas (cacat) Biasanya

asimetris terjadi

dini

Terjadi pada

stadium lanjut

7 Apusan BTA negatif BTA positif

** = lesi berbentuk seperti kue donat

2.6    Cara Penularan Penyakit Morbus Hansen

Penyakit Morbus Hansen dapat ditularkan dari penderita Morbus Hansen tipe

Multi basiller (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara

penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat

bahwa penyakit Morbus Hansen dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan

kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit Morbus Hansen adalah

sebagai berikut :

1.    Faktor Sumber Penularan

Sumber penularan adalah penderita Morbus Hansen tipe MB. Penderita MB inipun

tidak akan menularkan penyakitnya apabila berobat teratur.

2.    Faktor Kuman Kusta (Morbus Hansen)

Page 9: boontet 2

Kuman kusta (Morbus Hansen) dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9

hari tergantung pada suhu atau cuaca, dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh

(solid) saja yang dapat menimbulkan penularan.

3.    Faktor Daya Tahan Tubuh

Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit Morbus Hansen (95 %). Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi

sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat, dan 2 orang menjadi sakit. (drh. Hiswani,

2001)

4.    Faktor Usia

Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa.

5.    Faktor Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki yang lebih banyak terjangkit penyakit Morbus Hansen.

6.    Faktor Ras

Bangsa Asia dan Afrika yang lebih banyak terjangkit penyakit Morbus Hansen.

7.    Faktor Keadaan Sosial

Pada umumnya negara-negara endemis penyakit Morbus Hansen adalah negara-

negara dengan tingkat sosial ekonominya rendah.

8.    Faktor Lingkungan

Lingkungan fisik, biologi dan sosial yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi

penularan penyakit Morbus Hansen. (Iwan Sain, 2009)

2.7    Pencegahan Penyakit Morbus Hansen

Imunisasi BCG pada bayi membantu mengurangi kemungkinan untuk terkena

penyakit Morbus Hansen/Kusta. Segera berobat ke puskesmas yang merupakan

pusat pelayanan tingkat pertama apabila mengalami kelainan kulit berupa bercak

mati rasa. Cacat kusta dapat dicegah dengan minum obat dan pergi ke sarana

pelayanan kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) untuk check up secara teratur.

(Dikutip dari brosur tentang Penyakit Morbus Hansen)

2.8    Pengobatan Penyakit Morbus Hansen

Jenis-jenis obat kusta (Morbus Hansen) :

1.    Obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide

2.    Obat sekunder : INH, streptomycine

Page 10: boontet 2

Dosis menurut rekomendasi WHO

a.     Kusta Pausi Basiler (PB)

1.    Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari

2.    Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan

Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan

diawasi selam 2 tahun.

b.    Kusta Multi Basiler (MB)

1.    Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan

2.    Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari

3.    Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilanjutkan dengan 1 x

50 mg/hari

Pengobatan harus diberikan 12 bulan berturut-turut dan diawasi ± 5 tahun.

(Iwan Sain, 2009)

Page 11: boontet 2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1    Diagnosis Sosial

3.1.1   Gambaran Geografi

Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang

wilayahnya terdiri atas 5 (lima) Kelurahan, yakni Kelurahan Pauwo, Kelurahan

Tumbihe, Kelurahan Oluhuta, Kelurahan Oluhuta Utara dan Kelurahan Padengo

serta 7 (tujuh) Desa, yakni Desa Toto Selatan, Desa Talango, Desa Poowo, Desa

Poowo Barat, Desa Tanggilingo, Desa Dutohe dan Desa Dutohe Barat. Luas wilayah

Kecamatan Kabila adalah 3.158 km2 dengan kepadatan penduduk 6.132 jiwa/km2,

serta rata-rata jiwa per rumah tangga yakni 3,7 jiwa.

Puskesmas Kabila terletak di Kelurahan Oluhuta dengan batas wilayah kerjanya

sebagai berikut :

v Sebelah Utara    : berbatasan dengan Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone

Bolango

v Sebelah Timur    : berbatasan dengan Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango

v Sebelah Selatan  : berbatasan dengan Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone

Bolango

v Sebelah Barat     : berbatasan langsung dengan Kota Gorontalo

Secara geografi, penyakit Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit

endemis (menetap dalam jangka waktu yang lama). Daerah endemis kusta (Morbus

Hansen) adalah daerah dengan tingkat sosial ekonominya yang masih rendah,

seperti kurangnya persediaan air bersih, asupan gizi yang buruk dan adanya

penyakit lain yang dapat menekan sistem imun, misalnya HIV/AIDS.

3.1.2   Gambaran Demografi

a.         Jumlah Penduduk

Page 12: boontet 2

Jumlah penduduk di Kecamatan Kabila pada 31 Desember 2009 adalah 19.367

jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 9.570 jiwa dan perempuan 9.797 jiwa

dengan jumlah 5.224 KK.

Jumlah penduduk di Kecamatan Kabila dapat dirinci menurut golongan umur,

seperti pada Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1.Jumlah Penduduk di Kecamatan Kabila Pada Tahun 2009 Menurut Golongan

UmurGolongan

Umur (Tahun)

Jenis KelaminJumlah

Laki-laki Perempuan

0 – 1 197 222 419

1 – 4 977 983 1.960

5 – 9 963 974 1.937

10 – 14 865 910 1.775

15 – 19 763 783 1.546

20 – 24 805 846 1.651

25 – 29 760 783 1.543

30 – 34 810 824 1.634

35 – 39 738 747 1.485

40 -44 684 637 1.321

45 – 49 572 598 1.170

50 – 54 496 520 1.016

55 – 59 476 519 995

60 – 64 255 247 502

65 – 69 130 117 247

70 – 74 70 82 152

> 75 9 5 14

TOTAL 9.570 9.797 19.367

Sumber : Profil Puskesmas Kabila Tahun 2009

Penularan penyakit Morbus Hansen dapat terjadi pada semua golongan umur,

dimana kasus ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan,

karena laki-laki lebih mudah tertular penyakit ini dibanding perempuan. Faktor-faktor

fisiologi seperti pubertas, menopause, kehamilan, faktor infeksi dan malnutrisi dapat

meningkatkan perubahan klinis penyakit Morbus Hansen.

Page 13: boontet 2

b.        Jumlah Masyarakat Miskin

Jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Kabila pada Tahun 2009 adalah 9.581

jiwa atau 1.981 KK atau 49,4 % (dilihat dari masyarakat miskin yang memperoleh

kartu ASKESKIN). Sebagian besar penderita Morbus Hansen adalah dari golongan

ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam

memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan,

kesejahteraan sosial dan ekonomi pada masyarakat.

3.1.3   Gambaran Sosial Budaya

a.         Agama dan Kepercayaan

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kabila adalah mayoritas beragama Islam

dan sisanya beragama Kristen. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat di

wilayah Puskesmas Kabila tentang penyakit Morbus Hansen adalah penyakit ini

merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan

Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini

penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini

dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus

diantara penyakit-penyakit lain. Hal tersebut disebabkan oleh karena adanya

leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap penyakit Morbus Hansen).

Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab penyakit Morbus Hansen yang

salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai

budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia yang bermanifestasi

sebagai rasa jijik dan takut pada penderita Morbus Hansen tanpa alasan yang

rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah Morbus Hansen telah beralih dari

masalah kesehatan ke masalah sosial.

Leprophobia masih tetap mengakar dalam seluruh lapisan masalah pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kabila karena dipengaruhi oleh agama,

sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan tahayul. Hal ini akan merupakan

hambatan terhadap upaya penanggulangan penyakit Morbus Hansen. Akibat

adanya phobia ini, maka tidak mengherankan apabila penderita diperlakukan secara

tidak manusiawi di kalangan masyarakat.

b.        Status Pendidikan

Status pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kabila adalah SD,

SMP, SMA dan Sarjana/Pasca Sarjana, sedangkan yang lainnya adalah putus

sekolah.

Page 14: boontet 2

Salah satu upaya di dalam meminimalisasi penyebaran penyakit Morbus Hansen

adalah dengan memberikan promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada

hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan

kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut, maka

diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan

dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi kesehatan

ini diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku objek/sasaran.

Dengan demikian, kepercayaan-kepercayaan yang salah/keliru yang berkembang di

masyarakat Kecamatan Kabila mengenai penyakit Morbus Hansen dapat

dihilangkan.

c.         Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kabila adalah sebagai

berikut :

1)        Petani                       : sebanyak 1.208 jiwa

2)        Buruh                       : sebanyak 866 jiwa

3)        Wiraswasta/dagang  : sebanyak 1.342 jiwa

4)        Pegawai                    : sebanyak 741 jiwa

5)        Peternak                   : sebanyak 175 jiwa

6)        Lain-lain                   : sebanyak 8495 jiwa

Dengan Dependency ratio 50,9 orang

3.2    Diagnosis Epidemiologi

Untuk menggambarkan tingkat prevalensi penyakit di wilayah kerja suatu

puskesmas maka disusunlah 10 Penyakit Menonjol di Puskesmas tersebut.

Kesepuluh penyakit menonjol ini disusun berdasarkan tingkat kunjungan pasien ke

Puskesmas yang dapat digunakan sebagai bahan dalam penyusunan program

pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Puskesmas Kabila pada tahun 2009 memiliki 10 penyakit menonjol dimana

kasus tertinggi adalah penyakit ISPA dengan jumlah penderita sebanyak 5.276 jiwa

dan terendah adalah penyakit mata lainnya dengan jumlah penderita sebanyak 181

jiwa. Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2.

10 Penyakit Menonjol di Puskesmas Kabila Pada Tahun 2009

Page 15: boontet 2

No. Nama Penyakit Jumlah Penderita Prevalensi

1 Penyakit ISPA 5.276 48,85

2 Penyakit Kulit Infeksi 1.464 13,5

3 Hipertensi 1.103 10,2

4 Reumatik 953 8,8

5 Diare 673 6,2

6 Kecelakaan Ruda

Paksa

477 4,4

7 Asma 299 2,8

8 Bronkhitis 193 1,9

9 Tonsilitis 189 1,8

10 Penyakit Mata Lainnya 181 1,7

Sumber : Profil Puskesmas Kabila Tahun 2009

Untuk penyakit Morbus Hansen/Kusta yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Kabila pada Tahun 2009, jumlah penderitanya adalah 4 orang dengan perincian

penderita PB (kusta kering) sejumlah 2 orang dan MB (kusta basah) sejumlah 2

orang. Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada Tabel 3. berikut.

Tabel 3.

Penderita Morbus Hansen di Puskesmas Kabila

Pada Tahun 2009

No. AlamatPenderita (orang) Jumlah

PenderitaPB MB

1 Kelurahan Pauwo - 2 2

2 Kelurahan Tumbihe - - -

3 Kelurahan Oluhuta - - -

4 Kelurahan Oluhuta

Utara

- - -

5 Kelurahan Padengo - - -

6 Desa Toto Selatan - - -

7 Desa Talango - - -

8 Desa Poowo - - -

9 Desa Poowo Barat 1 - 1

10 Desa Tanggilingo - - -

Page 16: boontet 2

11 Desa Dutohe 1 - 1

12 Desa Dutohe Barat - - -

TOTAL 2 2 4

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort PB dan MB

Berikut ini akan disajikan data penderita Morbus Hansen yang dirinci

berdasarkan jenis kelamin per waktu kejadian, jenis kelamin per Desa/Kelurahan,

dan jenis kelamin per golongan umur di wilayah kerja Puskesmas Kabila pada tahun

2009 yang disajikan dengan menggunakan diagram batang (bar chart). Data

tersebut diambil dari Buku Register Pengobatan Cohort PB dan MB Puskesmas

Kabila, dimana pada tahun 2009 tidak terjadi kasus kematian pada penderita Morbus

Hansen tersebut.

a.         Penderita Morbus Hansen Berdasarkan Jenis Kelamin Per Waktu Kejadian

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort PB

Page 17: boontet 2

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort MB

b.        Penderita Morbus Hansen Berdasarkan Jenis Kelamin Per Desa/Kelurahan

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort PB

Page 18: boontet 2

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort MB

c.         Penderita Morbus Hansen Berdasarkan Jenis Kelamin Per Golongan Umur

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort PB

Page 19: boontet 2

Sumber : Buku Register Pengobatan Cohort MB

3.3    Analisis Masalah

Berdasarkan diagram di atas bahwa penularan penyakit Morbus Hansen dapat

terjadi pada semua golongan umur. Namun jika ditelaah menurut tingkat kepekaan

terhadap penyakit (kelompok yang berisiko tinggi), maka anak-anak yang lebih

mudah terjangkit dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh faktor daya

tahan tubuh (sistem imun). Pada usia anak-anak, sistem imun belum matang

sehingga masih rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, orang tua harus

melakukan pengawasan yang ekstra pada anaknya. Orang tua juga harus

memastikan bahwa anaknya ketika masih bayi telah mendapatkan imunisasi dasar,

yang dapat mencegah kemungkinan terjadinya penyakit atau dapat meningkatkan

daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi yang dapat menyerang dalam

masa pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya dengan pemberian imunisasi

BCG yang dapat mencegah kemungkinan terkena penyakit Morbus Hansen.

Peningkatan daya tahan tubuh bukan saja diperoleh dari pemberian imunisasi, tapi

juga melalui pemberian nutrisi yang baik, karena nutrisi merupakan zat yang

membantu dalam pertumbuhan dan pencegahan terhadap penyakit.

Penularan Morbus Hansen juga lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan. Hal ini karena kebanyakan laki-laki kurang memperhatikan personal

Page 20: boontet 2

hygiene atau kebersihan pribadinya. Laki-laki mempunyai aktivitas yang lebih

banyak dibandingkan perempuan, sehingga produksi keringat yang dihasilkan juga

meningkat (banyak). Kondisi inilah yang memicu kuman untuk dapat

berkembangbiak lebih banyak, sehingga dapat bersifat patogen (menimbulkan

penyakit).

Selain faktor usia dan jenis kelamin, keterlambatan dalam

penanganan/pengobatan juga dapat menyebabkan penyakit Morbus Hansen

bertambah parah, sehingga dapat dengan mudah menularkan pada orang lain.

Dalam memperoleh pengobatan, penderita sering mendapat hambatan, misalnya

tidak mengerti dengan tanda dan gejala dini Morbus Hansen (pendidikannya

kurang), malu untuk datang ke Puskesmas, tidak tahu bahwa obat tersedia cuma-

cuma di Puskesmas, dan jarak penderita ke Puskesmas terlalu jauh.

Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) bahwa seseorang dengan penyakit

Morbus Hansen akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis

ini, respon penderita berbeda-beda antara lain sebagai berikut :

1.    Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.

2.    Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya

menderita penyakit Morbus Hansen.

3.    Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk

keluarganya.

4.    Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya penderita bersifat masa bodoh

terhadap penyakitnya.

Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara

lain :

1.    Masalah terhadap diri penderita

Pada umumnya penderita Morbus Hansen merasa rendah diri, merasa tertekan

batinnya, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi

keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar.

Segan berobat karena malu dengan orang lain.

2.    Masalah Terhadap Keluarga

Keluarga menjadi panik, berubah mencari pengobatan alternatif misalnya pergi

ke dukun dan mencari pengobatan tradisional, keluarga merasa takut kalau misalnya

diasingkan oleh masyarakat disekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar

Page 21: boontet 2

tidak diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari keluarga

karena takut ketularan.

3.    Masalah Terhadap Masyarakat

Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit Morbus Hansen dari tradisi

kebudayaan dan agama, sehingga timbul pendapat bahwa penyakit Morbus Hansen

merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan,

kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya

pengetahuan/informasi tentang penyakit Morbus Hansen, maka penderita berpikir

bahwa dirinya sulit untuk diterima di tengah-tengah masyarakat, masyarakat

menjauhi keluarga dari periderita, merasa takut dan menyingkirkannya.

Sebagai solusi dari ketiga masalah di atas, yaitu dengan memberikan

penyuluhan tentang penyakit Morbus Hansen kepada masyarakat, sehingga dapat

mengubah ataupun menghilangkan persepsi yang salah akan penyakit Morbus

Hansen itu sendiri yang telah membudaya di masyarakat, khususnya masyarakat di

Kecamatan Kabila.

3.4    Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

3.4.1        Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan penurunan angka kesakitan akibat penyakit Morbus Hansen pada semua golongan umur di wilayah kerja Puskesmas Kabila, maka perlu dilakukan suatu diagnosis pendidikan dan organisasi. Pada diagnosis ini tidak semua faktor yang akan diperhatikan tetapi lebih menekankan pada perilaku Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) saja. Adapun perilaku yang diintervensi yakni :

1.    Memperhatikan personal hygiene dan kebersihan lingkungan.

2.    Memperhatikan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh (gizinya harus seimbang).

3.    Memberikan imunisasi dasar pada bayi, misalnya imunisasi BCG yang membantu

mengurangi kemungkinan untuk terkena penyakit Morbus Hansen.

4.    Menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan sehat, sehingga dapat resisten/tahan

terhadap serangan mikroorganisme patogen (yang dapat menimbulkan penyakit)

3.4.2        Tujuan

a.      Tujuan Umum

Page 22: boontet 2

Terjadi perubahan perubahan perilaku pada masyarakat secara menyeluruh yang

mendukung cara hidup bersih dan sehat serta mampu mencegah timbulnya penyakit

Morbus Hansen.

b.      Tujuan Khusus

1.      Mengetahui penyebab penyakit Morbus Hansen

2.      Mengetahui tanda dan gejala umum penyakit Morbus Hansen

3.      Mengetahui cara penularan penyakit Morbus Hansen

4.      Mengetahui bahaya-bahaya penyakit Morbus Hansen

5.      Mengetahui cara pencegahan penyakit Morbus Hansen

3.4.3        Sasaran

Sasaran dalam program ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Kabila karena

infeksi dapat terjadi pada semua golongan umur.

3.4.4        Isi Penyuluhan

a.    Tentang Penyakit Morbus Hansen

1.   Pengertian Morbus Hansen

2.   Penyebab/etiologi Morbus Hansen

3.   Tanda-tanda dan gejala-gejala umum Morbus Hansen

4.   Cara penularan penyakit Morbus Hansen

5.   Bahaya-bahaya penyakit Morbus Hansen

6.   Cara pencegahan penyakit Morbus Hansen

b.    Cara menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan serta meningkatkan sistem

kekebalan tubuh setiap individu.

3.4.5        Metode

Metode-metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

a.    Metode Pendidikan Individual

Metode pendidikan individual (perorangan) yang bertujuan untuk membina perilaku

baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku

atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk-bentuk pendekatan yang dilakukan

yakni :

1.   Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counceling)

Page 23: boontet 2

Dengan cara ini setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu

penyelesaiannya, sehingga dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh

pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

2.   Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan untuk menggali informasi mengapa ia belum atau tidak

melakukan perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai

dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan

yang mendalam lagi.

b.    Metode Pendidikan Kelompok

Bentuk pendekatan yang dilakukan adalah ceramah, dengan jumlah peserta

penyuluhan lebih dari 15 orang.

3.4.6        Media

Media pendidikan yang digunakan dalam program ini adalah leaflet. Leaflet

adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan (informasi

seputar penyakit Morbus Hansen) melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya

merupakan gabungan dari teks (kalimat) dan gambar. Dengan media ini, maka

diharapkan dapat menjadi salah satu alat bantu yang mampu menyampaikan

informasi kepada masyarakat secara luas karena informasinya dapat diinformasikan

lagi kepada orang lain.

3.4.7        Rencana Penilaian

a.       Evaluasi program dilakukan setelah program tersebut telah berjalan atau

dilaksanakan selama satu tahun.

b.      Indikator penilaian, yakni :

1.      Terjadi perubahan sikap/perilaku dalam hal pencegahan penyakit Morbus

Hansen/Kusta, seperti :

§  Senantiasa memperhatikan personal  hygiene dan kebersihan lingkungan.

§  Membawa bayi ke posyandu untuk diberikan imunisasi BCG yang membantu

mengurangi kemungkinan untuk terkena penyakit Morbus Hansen.

§  Senantiasa menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan sehat (menjaga sistem imun),

sehingga tahan/kebal terhadap masuknya kuman penyakit.

§  Jumlah prevalensi untuk kasus Morbus Hansen menurun.

2.      Yang melakukan evaluasi :

Page 24: boontet 2

2 orang petugas Puskesmas ditambah dengan Kades atau Lurah.

3.      Metode dan Instrumentasi Evaluasi

§  Metode              :    - Bimbingan dan Penyuluhan

-  Wawancara

-  Ceramah

§  Instrumentasi    :    Pedoman wawancara dan kuesioner

3.4.8        Rencana Kerja

a.    Tempat dan Waktu

Tempat     : Wilayah Kecamatan Kabila (Puskesmas Kabila)

Waktu      : Minggu pertama tiap bulan, Pukul 08.30 WITA

b.    Rencana Kegiatan

Kegiatan

Waktu (Bulan)

1

1

12 0

1

02 03 0

4

05 06 0

7

08 0

9

10

1.    Persiapan

§  Pertemuan lintas sektoral

tingkat kecamatan

§  Pertemuan tingkat desa

2.    Pelaksaan Program

§  Penyuluhan tentang penyakit

Morbus Hansen (penyebab,

tanda dan gejala, cara

penularan, bahaya dan

pencegahannya)

§  Penyuluhan tentang

pentingnya imunisasi dasar

X

X

X X X

X X X

Page 25: boontet 2

khususnya imunisasi BCG

pada bayi yang dapat

mencegah kemungkinan

terkena kusta.

§  Penyuluhan tentang

pentingnya PHBS

§  Kunjungan langsung ke

rumah-rumah warga

(melakukan wawancara)

3.    Evaluasi

X X

X

X

X X X

X

3.4.9        Instrumentasi

a.    Pedoman wawancara

1.   Dapat menjelaskan pengertian Morbus Hansen...................... (10)

2.   Dapat menyebutkan penyebab Morbus Hansen..................... (10)

3.   Dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala-gejala dari

Morbus Hansen....................................................................... (20)

4.   Dapat menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan

oleh penyakit Morbus Hansen................................................ (20)

5.   Dapat menjelaskan cara-cara penularan penyakit

Morbus Hansen....................................................................... (20)

6.   Dapat menjelaskan cara-cara pencegahan penyakit

Morbus Hansen....................................................................... (20)

b.      Kuesioner

KUESIONER

PENYAKIT MORBUS HANSEN

No. Urut Responden  :

Alamat Responden     :

Tanggal Wawancara   :

I.         Karakteristik Responden

Nama                             :

Page 26: boontet 2

Umur                             :

Jenis Kelamin                :

Pendidikan                    :

Pekerjaan                       :

Lama menderita            :

II.      Sumber Informasi

1.    Dari mana informasi tentang penyakit Morbus Hansen yang pernah saudara

peroleh? (jawaban bisa lebih dari satu)

a.    Televisi

b.    Radio

c.    Leaflet

d.   Majalah/Koran

e.    Teman/Tetangga

f.     Petugas kesehatan

g.    Dan lain-lain (sebutkan)

2.    Informasi apa saja yang pernah saudara peroleh? (jawaban bisa lebih dari satu)

a.    Tentang penyakit Morbus Hansen dan penularannya

b.    Cara pencegahan penyakit Morbus Hansen

c.    Tahapan-tahapan pengobatan Morbus Hansen

III.   Pengetahuan

Petunjuk Pengisisan

Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang saudara anggap benar!

1.         Menurut saudara apakah penyakit Morbus Hansen itu?

a.    Penyakit menular dan menahun                                                        (4)

b.    Penyakit menular                                                                               (3)

c.    Penyakit kutukan dan keturunan                                                      (2)

d.   Tidak tahu                                                                                         (1)

2.         Menurut saudara, apa penyebab penyakit Morbus Hansen?

a.    Kuman tahan asam                                                                            (3)

b.    Mycobacterium leprae                                                                       (4)

c.    Kuman                                                                                               (2)

d.   Tidak tahu                                                                                         (1)

3.         Apa tanda-tanda penyakit Morbus Hansen yang saudara ketahui?

Page 27: boontet 2

a.    Bercak putih tipis seperti panu dan semakin lebar                            (3)

b.    Bercak putih tipis seperti panu dan mati rasa                                    (4)

c.    Bercak putih tipis terasa gatal - gatal dan tidak mati rasa                 (2)

d.   Tidak tahu                                                                                         (1)

4.         Apakah penyakit Morbus Hansen dapat menular?

a.    Ya                                                                                                      (2)

b.    Tidak                                                                                                 (1)

5.         Jika dapat menular, menurut saudara bagaimana cara penularannya?

a.    Bercakap-cakap dengan penderita Morbus Hansen                          (1)

b.    Mengunakan bekas peralatan penderita Morbus Hansen                  (2)

c.    Bersentuhan dengan penderita Morbus Hansen dalam waktu lama        (3)

6.         Apakah saudara tahu akibat yang ditimbulkan oleh penyakit Morbus Hansen?

a.    Kecacatan                                                                                          (4)

b.    Penderita tidak sembuh                                                                     (3)

c.    Kematian                                                                                           (2)

d.   Tidak tahu                                                                                         (1)

7.         Apakah penyakit Morbus Hansen dapat disembuhkan?

a.    Ya                                                                                                      (2)

b.    Tidak                                                                                                 (1)

8.         Jika ya, berapa lama pengobatan penyakit Morbus Hansen sampai sembuh?

a.    Dalam waktu 6-12 bulan                                                                   (4)

b.    Dapat sembuh setelah minum obat                                                   (3)

c.    Sangat lama                                                                                       (2)

d.   Tidak tahu                                                                                         (1)

9.         Apa akibat apabila tidak menyelesaikan pengobatan?

a.    Penyakitnya kambuh kembali dan bertambah parah                         (3)

b.    Tidak bisa diobati lagi                                                                       (1)

c.    Penyakitnya kambuh kembali dan tidak bertambah parah                (2)

10.     Apakah saudara tahu pengobatan Morbus Hansen dengan MDT (Multi Drug

Therapy)?

a.    Tahu                                                                                                  (2)

b.    Tidak tahu                                                                                         (1)

11.     Jika tahu, apa obat MDT (Multi Drug Therapi) tersebut?

Page 28: boontet 2

a.    Obat kombinasi terdiri dari DDS dan rifampisin                              (2)

b.    Obat kombinasi terdiri dari DDS, rifampisin dan klofazimin           (3)

c.    Obat terdiri dari DDS, rifampisi dan klofazimin yang tidak

kombinasi                                                                                          (1)

12.     Kapan saja penderita Morbus Hansen harus mengambil obat?

a.    Setiap bulan                                                                                       (3)

b.    Setiap 2 bulan                                                                                    (1)

c.    2 minggu sekali                                                                                 (2)

13.     Dari mana penderita Morbus Hansen mendapatkan obat selama ini?

a.    Apotik                                                                                               (1)

b.    Puskesmas dan Rumah Sakit                                                            (3)

c.    Praktek dokter                                                                                   (2)

14.     Dimana saja penderita Morbus Hansen dapat berobat?

a.    Praktek Dokter                                                                                  (3)

b.    Rumah Sakit dan Puskesmas                                                            (4)

c.    Dukun                                                                                               (2)

d.   Tidak tahu                                                                                         (1)

IV.   Sikap

Berikan jawaban saudara dengan tanda check list (√)

No. Pertanyaan SS S KS TS

1 Penyakit Morbus Hansen bukan penyakit

kutukan4 3 2 1

2 Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit

menular4 3 2 1

3 Penyakit Morbus Hansen dapat sembuh

setelah minum obat3 4 2 1

4 Penyakit Morbus Hansen harus minum obat

sesuai anjuran petugas kesehatan3 4 2 1

5 Penyakit Morbus Hansen dapat diobati

disemua pelayanan kesehatan2 3 4 1

6 Setiap 2 bulan sekali penderita mengambil

obat1 2 3 4

Page 29: boontet 2

7 Penderita Morbus Hansen bisa bergaul

dengan masyarakat4 3 2 1

8 Keluarga boleh menyentuh penderita Morbus

Hansen2 3 4 1

9 Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit

yang menakutkan1 2 3 4

10 MDT merupakan pengobatan paling baik bagi

penderita Morbus Hansen4 3 2 1

11 Keluarga mengawasi penderita setiap minum

obat3 4 2 1

12 Penyakit Morbus Hansen selalu menyebabkan

luka1 2 3 4

Keterangan :

SS   = Sangat Setuju

S     = Setuju

KS  = Kurang Setuju

TS   = Tidak Setuju

V.      Proses Penyembuhan

Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang saudara anggap benar.

1.         Kemana keluarga menganjurkan penderita berobat?

a.    Rumah Sakit atau Puskesmas                                                            (3)

b.    Dukun                                                                                               (1)

c.    Praktek Dokter                                                                                  (2)

2.         Apakah keluarga melakukan pengawasan setiap hari pada penderita Morbus

Hansen?

a.    Ya                                                                                                      (2)

b.    Tidak                                                                                                 (1)

3.         Jika ya, dalam hal apa keluarga mengawasi?

a.    Bergaul dengan masyarakat                                                              (1)

b.    Minum obat dan kebersihan diri                                                       (3)

c.    Minum obat                                                                                       (2)

4.         Apabila obat penderita habis, apa yang keluarga lakukan?

a.    Menganjurkan penderita mengambil obat                                         (2)

Page 30: boontet 2

b.    Menganjurkan dan mengantar penderita mengambil obat                (3)

c.    Diam saja                                                                                           (1)

5.         Apakah keluarga mengingatkan penderita untuk minum obat setiap hari?

a.    Ya                                                                                                      (3)

b.    Kadang-kadang                                                                                 (2)

c.    Tidak                                                                                                 (1)

6.         Jika mengambil obat ke pelayanan kesehatan, apakah obat tersebut selalu ada?

a.    Ya                                                                                                      (3)

b.    Kadang-kadang                                                                                 (2)

c.    Tidak                                                                                                 (1)

7.         Apakah keluarga memberitahu penyakit Morbus Hansen dapat disembuhkan

apabila minum obat secara teratur?

a.    Ya                                                                                                      (2)

b.    Tidak                                                                                                 (1)

8.         Apa yang keluarga lakukan agar tidak tertular penyakit Morbus Hansen?

a.    Selalu mencuci tangan setelah menyentuk penderita kusta              (3)

b.    Tidak memakai alat-alat yang dipakai penderita kusta                     (2)

c.    Tidak menyentuh penderita kusta                                                     (1)

9.         Apakah keluarga selalu memberikan dorongan kepada penderita Morbus Hansen,

agar penderita yakin akan sembuh?

a.    Ya                                                                                                      (3)

b.    Kadang-kadang                                                                                 (2)

c.    Tidak                                                                                                 (1)

10.     Apakah keluarga pernah melarang penderita Morbus Hansen untuk bergaul dengan

masyarakat?

a.    Ya                                                                                                      (1)

b.    Kadang-kadang                                                                                 (2)

c.    Tidak                                                                                                 (3)

11.     Apabila terdapat luka pada penderita Morbus Hansen, apakah keluarga membantu membersihkan?

a.    Ya                                                                                                      (3)b.    Kadang-kadang                                                                                 (2)

Page 31: boontet 2

c.    Tidak                                                                                                 (1)12.     Apakah keluarga selalu menganjurkan penderita Morbus Hansen untuk memakai

alas kaki apabila keluar rumah?

a.    Ya                                                                                                      (3)

b.    Kadang-kadang                                                                                 (2)

c.    Tidak                                                                                                 (1)

13.     Apa yang saudara lakukan pada penderita kusta terhadap persepsi masyarakat

bahwa penyakit Morbus Hansen merupakan penyakit kutukan dan tidak dapat

disembuhkan?

a.    Menyakinkan penderita Morbus Hansen bahwa hal itu tidak

benar                                                                                                  (2)

b.    Menyakinkan penderita bahwa penyakit Morbus Hansen

dapat sembuh, apabila dirawat dan minum obat secara teratur        (3)

c.    Diam saja                                                                                           (1)

3.4.10    Scoring

a.      Wawancara

§  Menjawab lengkap                                             : skor > 80§  Menjawab agak lengkap                                     : skor = 70§  Tidak dapat menjawab atau kurang lengkap      : skor < 60b.      Kuesioner

§  Baik                                                                    : skor > 80

§  Sedang                                                                : skor = 70

§  Kurang                                                                : skor < 60

Diposkan oleh Tri Septian Maksum di 23:11 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar

Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼   2010 (1)

Page 32: boontet 2

o ▼   Desember (1) Proposal Kusta

Mengenai Saya

Tri Septian Maksum Lihat profil lengkapku

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.