booklet perbankan 2009

183
Booklet Perbankan Indonesia 2009 Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

Upload: jimmy-simarmata

Post on 12-Jun-2015

2.971 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Booklet Perbankan 2009

BookletPerbankanIndonesia

2009

Direktorat Perizinandan Informasi Perbankan

Page 2: Booklet Perbankan 2009
Page 3: Booklet Perbankan 2009

Booklet Perbankan Indonesia 2009

i

PENGANTAR

Booklet Perbankan Indonesia Edisi Tahun 2009 ini merupakanmedia publikasi yang menyajikan informasi singkat mengenaiperbankan Indonesia. Dari booklet ini, diharapkan pembaca akanmemperoleh informasi mengenai perbankan Indonesia khususnyatentang peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia sampai denganMaret 2009.

Materi yang disajikan dalam booklet ini mencakup beberapaaspek mengenai perkembangan perbankan yang disajikan secarasingkat, yaitu berupa pokok-pokok atau rangkuman.

Selanjutnya, apabila diperlukan kejelasan dan pengertianmendalam terkait dengan ketentuan-ketentuan perbankan,pembaca dapat mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan BankIndonesia yang antara lain dapat diperoleh melalui website BankIndonesia (www.bi.go.id).

Dengan keterbatasan informasi yang tersedia dalam BookletPerbankan Indonesia ini, kami berharap agar informasi yang disajikandapat memberikan manfaat yang optimal bagi pembaca.

Jakarta, Maret 2009 BANK INDONESIA

Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

Page 4: Booklet Perbankan 2009

Booklet Perbankan Indonesia 2009

ii

DAFTAR ISI

PENGANTAR iDAFTAR ISI ii

I BANK INDONESIA 1A. Visi dan Misi Bank Indonesia 1B. Nilai-nilai Strategis 1C. Arah Bank Indonesia 2013 1D. Landasan Hukum Bank Indonesia 1E. Tugas Pokok Bank Indonesia 2F. Rincian Tugas Bank Indonesia 2G. Organisasi Bank Indonesia 2

II PERBANKAN 5A. Definisi 5B. Landasan Hukum Perbankan 6C. Kegiatan Usaha Bank 6

Bank Umum Konvensional 6Bank Umum Syariah 8BPR Konvensional 10BPR Syariah 10

D. Larangan Kegiatan Usaha Bank 11Bank Umum Konvensional 11Bank Umum Syariah 11BPR Konvensional 12BPR Syariah 12

III PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK 13A Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank 13B. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank 13C. Sistem Pengawasan Perbankan 15D. Sistem Informasi Perbankan 17E. Investigasi dan Mediasi Perbankan 23

Page 5: Booklet Perbankan 2009

Booklet Perbankan Indonesia 2009

iii

IV ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN 26A. Arsitektur Perbankan Indonesia 26B. Membangun Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia

(ASKI) 33C. Penerapan Basel II Accord 38D. Pengembangan Perbankan Syariah 44E. Arah Kebijakan, Strategi Penguatan dan Peningkatan

Peran BPR dalam Rangka Pelayanan kepada UMK 51F. Upaya Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) 58G. Biro Informasi Kredit Indonesia 64

V KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERBANKAN 71A. Ketentuan Kelembagaan, Kepengurusan, dan

Kepemilikan Bank 711 Pendirian Bank 712 Kepemilikan Bank 733 Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia 744 Kepengurusan Bank 765 Dewan Pengawas Syariah 826 Komite Perbankan Syariah 837 Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program

Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan 838 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan pada Bank

Umum dan BPR 849 Pembelian Saham Bank Umum 8810 Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank 8811 Pembukaan Kantor Bank 8912 Perubahan Nama & Logo Bank 9113 Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum/BPR

menjadi Bank Umum/ BPR Berdasarkan PrinsipSyariah 92

14 Penutupan Kantor Cabang Bank 9215 Peningkatan Bank Umum Non Devisa menjadi

Bank Umum Devisa 9316 Perubahan Izin Usaha Bank Umum Menjadi Izin

Usaha BPR dalam rangka Konsolidasi 93

Page 6: Booklet Perbankan 2009

Booklet Perbankan Indonesia 2009

iv

17 Tindak Lanjut Pengawasan dan PenetapanStatus Bank 94

18 Tindak Lanjut Penanganan terhadap BPR dalamStatus Pengawasan Khusus (DPK) 96

19 Likuidasi Bank 9820 Pencabutan Izin Usaha atas Permintaan

Pemegang Saham (Self Liquidation) 99B. Ketentuan Kegiatan Usaha dan Beberapa

Produk Bank 1001 Pedagang Valuta Asing (PVA) bagi Bank 1002 Transaksi Derivatif 1003 Commercial Paper (CP) 1014 Simpanan 1015 Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah 1036 Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan

Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan JasaBank Syariah 104

C. Ketentuan Kehati-hatian 1041 Modal Inti Bank Umum 1042 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) 1063 Posisi Devisa Neto (PDN) 1084 Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) 1095 Kualitas Aktiva 1106 Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) 1127 Restrukturisasi Kredit 1168 Restrukrisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan

UUS 1179 Giro Wajib Minimum (GWM) 11810 Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Customer) 11911 Transparansi Kondisi Keuangan Bank 12012 Transparansi Informasi Produk Bank dan

Penggunaan Data Pribadi Nasabah 12113 Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan

Modal Bank Umum 12214 Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi

Aset bagi Bank Umum 123

Page 7: Booklet Perbankan 2009

Booklet Perbankan Indonesia 2009

v

D. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 123Bank Umum Konvensional 123Bank Umum Syariah 126BPR 127

E. Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB) 1291 Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan

Bank (PPKPB) 1292 Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

bagi Bank Umum 1303 Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank Umum 1304 Direktur Kepatuhan 1315 Rencana Bisnis Bank 1316 Penerapan Manajemen Risiko dalam penggunaan

Teknologi Informasi oleh Bank Umum 1337 Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum 1348 Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi

bagi Bank yang Melakukan PengendalianTerhadap Perusahaan Anak 135

9 Penerapan Manajemen Risiko pada Internetbanking 136

10 Penerapan Manajemen Risiko pada Bancassurance 13711 Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Bank

yang Berkaitan dengan Reksadana 13812 Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan

Pejabat Bank Umum 139F. Ketentuan Pembiayaan 139

1 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) bagiBank Umum 139

2 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) bagiBPR 140

3 Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi BankSyariah (FPJPS) 141

4 Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) bagi Bank Umum 1415 Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum

berdasarkan prinsip Syariah (FLIS) 1426 Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) bagi Bank

Umum 142

Page 8: Booklet Perbankan 2009

Booklet Perbankan Indonesia 2009

vi

G. Ketentuan Lainnya 1431 Fasilitas Simpanan Bank Indonesia dalam Rupiah

(FASBI) 1432 Pinjaman Luar Negeri Bank (PLN) 1433 Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip

Syariah (PUAS) 1444 Lembaga Sertifikasi bagi BPR/BPRS 1445 Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian

Kredit Valas oleh Bank 1456 Sistem Kliring Nasional 1477 Real Time Gross Settlement (RTGS) 1478 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1479 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 14810 Surat Utang Negara (SUN) 14811 Rahasia Bank 14912 Pengembangan Sumber Daya Manusia Perbankan 15013 Penyelesaian Pengaduan Nasabah 15014 Mediasi Perbankan 15115 Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan 15116 Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank bagi

Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yangTerkena Bencana Alam 152

17 Sistem Informasi Debitur (SID) 153H. Laporan-Laporan Bank 154

VI LAIN-LAIN 157A. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 157B. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) 158C. Prinsip-prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syariah 160

VII LAMPIRAN 162

Page 9: Booklet Perbankan 2009

1

Booklet Perbankan Indonesia 2009

I. BANK INDONESIAank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral RepublikIndonesia yang merupakan lembaga negara yangindependen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan ataupihak lain, kecuali untuk hal-hal lain yang secara tegas diaturdalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia.

A. Visi dan Misi Bank Indonesia1. Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dipercaya secaranasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yangrendah dan stabil.

2. Misi Bank IndonesiaMencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah melaluipemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasionaljangka panjang yang berkesinambungan.

B. Nilai Nilai StrategisNilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemendan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yangterdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi,Akuntabilitas, dan Kebersamaan.

C. Arah Bank Indonesia Tahun 2013 (DestinationStatement BI 2013)Menjadi lembaga yang lebih dirasakan manfaatnya olehmasyarakat luas, sebagai hasil dari penguatan integritaskelembagaan, peningkatan kemitraan strategis danoptimalisasi kinerja melalui kebijakan yang efektif dan efisien.

D. Landasan Hukum Bank Indonesia1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

U

Page 10: Booklet Perbankan 2009

2

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3Tahun 2004.

E. Tugas Pokok Bank Indonesia1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;3. Mengatur dan mengawasi bank.

F. Rincian Tugas Bank Indonesia antara lain :1. Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan

sasaran laju inflasi, melakukan pengendalian moneter,memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan PrinsipSyariah kepada bank untuk mengatasi kesulitanpendanaan jangka pendek, memberikan fasilitaspembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi bebanPemerintah dalam hal suatu bank mengalami kesulitankeuangan yang berdampak sistemik dan berpotensimengakibatkan krisis yang membahayakan sistemkeuangan, melaksanakan kebijakan nilai tukar, danmengelola cadangan devisa.

2. Menetapkan penggunaan alat pembayaran, mengatursistem kliring antar bank, menyelenggarakan kegiatankliring, menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksipembayaran antar bank, mengeluarkan danmengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik danmemusnahkan uang dimaksud dari peredaran.

3. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dankegiatan usaha tertentu dari bank, menetapkanperaturan, melaksanakan pengawasan bank danmengenakan sanksi terhadap bank sesuai denganketentuan perundang-undangan.

G. Organisasi Bank IndonesiaBI dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari seorangGubernur, seorang Deputi Gubernur Senior dan sekurang-

Page 11: Booklet Perbankan 2009

3

Booklet Perbankan Indonesia 2009

kurangnya 4 orang atau sebanyak-banyaknya 7 orangDeputi Gubernur yang diusulkan dan diangkat oleh Presidendengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Untukmembantu DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasandi bidang tertentu terhadap BI, dibentuk Badan Supervisidalam upaya meningkatkan akuntabilitas, independensi,transparansi dan kredibilitas Bank Indonesia. Yang dimaksuddengan pengawasan di bidang tertentu adalahmelaksanakan tugas :a. Telaahan atas laporan keuangan tahunan BI;b. Telaahan atas anggaran operasional dan investasi BI;c. Telaahan atas prosedur pengambilan keputusan kegiatan

operasional di luar kebijakan moneter dan pengelolaanaset BI.

Secara garis besar, tugas BI dilaksanakan melalui 4 sektorsatuan kerja (sektor moneter, sektor perbankan, sektorsistem pembayaran dan sektor manajemen intern), KBI danKPw yang kesemuanya bertanggung jawab kepada DewanGubernur.

Page 12: Booklet Perbankan 2009

4

Booklet Perbankan Indonesia 2009ST

RU

KTU

R O

RG

AN

ISA

SI B

AN

K IN

DO

NES

IA

Dew

anG

uber

nur

Kant

or B

ank

Indo

nesia

(41

KBI)

Kant

orPe

rwak

ilan

(4 K

Pw)

Kant

or P

usat

Mon

eter

(5 S

atua

n Ke

rja)

Perb

anka

n(8

sat

uan

Kerja

)

Sist

emPe

mba

yara

n(2

Sat

uan

Kerja

)

Man

ajem

enIn

tern

(12

Satu

an K

erja

)

Page 13: Booklet Perbankan 2009

5

Booklet Perbankan Indonesia 2009

II. PERBANKANDalam booklet ini yang dimaksud dengan perbankan adalahsegala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakupkelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalammelaksanakan kegiatan usahanya.Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskandemokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpundan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjangpelaksanaan pembangunan nasional dalam rangkameningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearahpeningkatan taraf hidup rakyat banyak.Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagaipenunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaankebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan,sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dandapat dipertanggungjawabkan.

A. Definisi1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan danmenyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kreditdan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkameningkatkan taraf hidup orang banyak.

2. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankankegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkanjenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan BankPerkreditan Rakyat.

3. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatanusahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurutjenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan BankPembiayaan Rakyat Syariah.

4. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalamkegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkanoleh lembaga yang memiliki kewenangan dalampenetapan fatwa di bidang syariah.

Page 14: Booklet Perbankan 2009

6

Booklet Perbankan Indonesia 2009

B. Landasan Hukum Perbankan1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3Tahun 2004.

C. Kegiatan Usaha BankKegiatan Usaha Bank Umum Konvensional1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikatdeposito, tabungan , dan/atau bentuk lainnya yangdipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri

maupun untuk kepentingan dan atas perintahnasabahnya:

Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasioleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lamadaripada kebiasaan dalam perdagangan surat-suratdimaksud;Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnyayang masa berlakunya tidak lebih lama daripadakebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminanpemerintah;Sertifikat Bank Indonesia (SBI);Obligasi;Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1(satu) tahun;Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktusampai dengan 1 (satu) tahun.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendirimaupun untuk kepentingan nasabah;

Page 15: Booklet Perbankan 2009

7

Booklet Perbankan Indonesia 2009

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, ataumeminjamkan dana kepada bank lain, baik denganmenggunakan surat, sarana telekomunikasi maupundengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berhargadan melakukan perhitungan dengan atau antar pihakketiga;

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihaklain berdasarkan suatu kontrak;

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepadanasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidaktercatat di bursa efek;

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kreditdan kegiatan wali amanat;

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatanlain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai denganketentuan yang ditetapkan oleh BI;

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh banksepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undangtentang Perbankan dan peraturan perundang-undanganyang berlaku;

14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing denganmemenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI;

15.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bankatau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewaguna usaha, modal ventura, perusahaan efek,asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian danpenyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yangditetapkan oleh BI;

16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementarauntuk mengatasi akibat kegagalan kredit ataukegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya,dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI;dan

Page 16: Booklet Perbankan 2009

8

Booklet Perbankan Indonesia 2009

17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurusdana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturanperundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa

Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakandengan itu berdasarkan akad wadi»ah atau akad lainyang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupaDeposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yangdipersamakan dengan itu berdasarkan akadmudharabah atau akad lain yang tidak bertentangandengan prinsip syariah;

3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akadmudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yangtidak bertentangan dengan prinsip syariah;

4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah,akad salam, akad istishna», atau akad lain yang tidakbertentangan dengan prinsip syariah;

5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atauakad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerakatau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akadijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyabittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan denganprinsip syariah;

7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akadhawalah atau akad lain yang tidak bertentangan denganprinsip syariah;

8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaanberdasarkan prinsip syariah;

9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri suratberharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasartransaksi nyata berdasarkan prinsi syariah, antara lain,seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah,murabahah, kafalah, atah hawalah;

Page 17: Booklet Perbankan 2009

9

Booklet Perbankan Indonesia 2009

10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yangditerbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berhargadan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atauatarpihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;

12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lainberdasarkan suatu akad yang berdasarkan pinsip syariah;

13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga berdasarkan prinsip syariah;

14. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendirimaupun untuk kepentingan nasabah berdasarkanprinsip syariah;

15. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akadwakalah;

16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansiberdasarkan prinsip syariah; dan

17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidangperbankan dan di bidang sosial sepanjang tidakbertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai denganketentuang peraturan perundang-undangan;

18. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsipsyariah;

19. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada BankUmum Syariah atau lembaga keuangan yang melakukankegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;

20. Melakukan penyertaan modal sementara untukmengatasi akibat kegagalan pembiayaan berdasarkanprinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembalipenyertaannya;

21. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiunberdasarkan prinsip syariah;

22. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidakbertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

23. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yangberdasarkan prinsip syariah dengan menggunakansarana elektronik;

Page 18: Booklet Perbankan 2009

10

Booklet Perbankan Indonesia 2009

24. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkansurat berharga jangka pendek berdasarkan prinsipsyariah, baik secara langsung maupun tidak langsungmelalui pasar uang;

25. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkansurat berharga jangka panjang berdasarkan prinsipsyariah, baik secara langsung maupun tidak langsungmelalui pasar modal;

26. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usahabank umum syariah lainnya yang berdasarkan prinsipsyariah.

Kegiatan Usaha BPR Konvensional1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat depositodan/atau tabungan pada bank lain.

Kegiatan Usaha BPR Syariah1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

Simpanan berupa tabungan atau yangdipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi»ahatau akad lain yang tidak bertentangan denganprinsip syariah; danInvestasi berupa deposito atau tabungan atau bentuklainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkanakad mudharabah atau akad lain yang tidakbertentangan dengan prinsip syariah.

2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akadmudharabah atau musyarakah;Pembiayaan untuk transaksi jual beli berdasarkanakad murabahah, salam, atau istishna;Pinjaman berdasarkan akad qardh;

Page 19: Booklet Perbankan 2009

11

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidakbergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarahatau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyabittamlik; danPengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.

3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalambentuk titipan berdasarkan akad wadi»ah atau Investasiberdasarkan akad mudharabah dan/atau akad lain yangtidak bertentangan dengan prinsip syariah;

4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendirimaupun untuk kepentingan nasabah melalui rekeningBank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di BankUmum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS;dan

5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usahaBank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariahberdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

D. Larangan Kegiatan Usaha BankLarangan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional1. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan

kegiatan sebagaimana dimaksud dalam No. 15 dan 16pada penjelasan kegiatan usaha Bank Umumkonvensional tersebut di atas.

2. Melakukan usaha perasuransian.3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud dalam huruf C di atas.

Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan

prinsip syariah;2. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di

pasar modal;3. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana

dimaksud pada angka 19 dan 20 pada kegiatan usahaBank Syariah.

Page 20: Booklet Perbankan 2009

12

Booklet Perbankan Indonesia 2009

4. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecualisebagai agen pemasaran produk asuransi syariah.

Larangan Kegiatan Usaha BPR Konvensional1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam

lalu lintas pembayaran;2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali

sebagai pedagang valuta asing (PVA);3. Melakukan penyertaan modal;4. Melakukan usaha perasuransian;5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud dalam huruf C di atas.

Larangan Kegiatan Usaha BPR Syariah1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan

prinsip syariah;2. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam

lalu lintas pembayaran;3. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali

penukaran uang asing dengan izin Bank Indonesia;4. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali

sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah;5. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga

yang dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditasBank Pembiayaan Rakyat Syariah; dan

6. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usahasebagaimana dimaksud dalam huruf C di atas.

Page 21: Booklet Perbankan 2009

13

Booklet Perbankan Indonesia 2009

III. PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANKBI memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dankegiatan usaha tertentu bank, menetapkan peraturan,melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksiterhadap bank.

A. Tujuan Pengaturan dan Pengawasan BankPengaturan dan pengawasan bank diarahkan untukmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai:1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya

sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana;2. Pelaksana kebijakan moneter;3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu

pertumbuhan ekonomi serta pemerataan;agar tercipta sistem perbankan yang sehat, baik sistemperbankan secara menyeluruh maupun individual, danmampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,berkembang secara wajar dan bermanfaat bagiperekonomian nasional.Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukandengan menerapkan:1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha

(deregulasi);2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential

banking); dan3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk

melaksanakan secara konsisten ketentuan intern yangdibuat sendiri (self regulatory banking) dalammelaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetapmengacu kepada prinsip kehati-hatian.

B. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan BankPengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputiwewenang sebagai berikut:1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu

kewenangan untuk menetapkan tatacara perizinan danpendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh BI

Page 22: Booklet Perbankan 2009

14

Booklet Perbankan Indonesia 2009

meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank,pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahankantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikandan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bankuntuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitukewenangan untuk menetapkan ketentuan yangmenyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalamrangka menciptakan perbankan sehat yang mampumemenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.

3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitukewenangan melakukan pengawasan bank melaluipengawasan langsung (on-site supervision) danpengawasan tidak langsung (off-site supervision).Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan umumdan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untukmendapatkan gambaran tentang keadaan keuanganbank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bankterhadap peraturan yang berlaku serta untukmengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidaksehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank.Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melaluialat pemantauan seperti laporan berkala yangdisampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan daninformasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabiladiperlukan BI dapat melakukan pemeriksaan terhadapbank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaaninduk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasidan debitur bank. BI dapat menugasi pihak lain untukdan atas nama BI melaksanakan tugas pemeriksaan.

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to imposesanction), yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksisesuai dengan ketentuan perundang-undanganterhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidakmemenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsurpembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asasperbankan yang sehat.

Page 23: Booklet Perbankan 2009

15

Booklet Perbankan Indonesia 2009

C. Sistem Pengawasan BankDalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BImelaksanakan sistem pengawasannya denganmenggunakan 2 pendekatan yakni pengawasanberdasarkan kepatuhan (compliance based supervision) danpengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision/RBS).Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berartimengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan,namun merupakan upaya untuk menyempurnakan sistempengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas danefisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap,pendekatan pengawasan yang diterapkan oleh BI akanberalih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based

Supervision)Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan padadasarnya menekankan pemantauan kepatuhan bankuntuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkaitdengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan inimengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuanuntuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dandikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsipkehati-hatian.

2. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakanpendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan(forward looking). Dengan menggunakan pendekatantersebut pengawasan/pemeriksaan suatu bankdifokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk)pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalianrisiko (risk control system). Melalui pendekatan ini akanlebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untukproaktif dalam melakukan pencegahan terhadappermasalahan yang potensial timbul di bank. Pendekatanpengawasan berdasarkan risiko memiliki sikluspengawasan sebagai berikut :

Page 24: Booklet Perbankan 2009

16

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Pengawasan/pemeriksaan Bank berdasarkan risiko dilakukanterhadap jenis-jenis risiko sebagai berikut:

PelaksanaanStrategi

Pengawasan BankIndividual dan

TindakanPengawasan

Penilaian RisikoTriwulanan

Penyusunan RencanaPemeriksaan

StrategiPengawasan Bank

Individual

1

2

3

4

5

6

Pemahaman TerhadapBank

PelaksanaanPemeriksaan yang

Terfokus pada Risikodan Penyusunan Laporan

Hasil Pemeriksaan

SIKLUSPENGAWASAN

Jenis-Jenis Risiko Bank

Risiko KreditRisiko KreditRisiko KreditRisiko KreditRisiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalancounterparty memenuhi kewajibannya

Risiko PasarRisiko PasarRisiko PasarRisiko PasarRisiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanyapergerakan variabel pasar (adversemovement) dari portofolio yang dimiliki olehBank yang dapat merugikan bank. Variabelpasar antara lain suku bunga dan nilai tukar.

Risiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan Banktidak mampu memenuhi kewajiban yangtelah jatuh tempo

Risiko OperasionalRisiko OperasionalRisiko OperasionalRisiko OperasionalRisiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan adanyaketidakcukupan dan atau tidak berfungsinyaproses internal, kesalahan manusia,kegagalan sistem atau adanya problemeksternal yang mempengaruhi operasionalbank

Page 25: Booklet Perbankan 2009

17

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Penerapan jumlah risiko oleh Bank disesuaikan dengan ukurandan kompleksitas dari masing-masing Bank.

D. Sistem Informasi Perbankan1. Sistem Informasi Manajemen √Sektor Perbankan

Bank Indonesia (SIM-SPBI)SIM-SPBI merupakan sistem informasi terpadu untukmendukung tugas pengawasan, pemeriksaan danpengaturan perbankan BI. Secara umum, sisteminformasi manajemen di sektor perbankan dimaksudkanuntuk mengotomasikan kegiatan Pengawasan danPemeriksaan Bank yang meliputi pengumpulan,perhitungan dan penyajian data/ informasi. Selain itujuga dimaksudkan untuk menciptakan pusat informasi

Jenis-Jenis Risiko Bank

Risiko HukumRisiko HukumRisiko HukumRisiko HukumRisiko Hukum : Risiko yang disebabkan oleh adanyakelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspekyuridis antara lain disebabkan adanyatuntutan hukum, ketiadaan peraturanperundang-undangan yang mendukungatau kelemahan perikatan seperti tidakdipenuhi syarat sahnya kontra.

Risiko ReputasiRisiko ReputasiRisiko ReputasiRisiko ReputasiRisiko Reputasi : Risiko yang antara lain disebabkan adanyapublikasi negatif yang terkait dengankegiatan usaha bank atau persepsi negatifterhadap bank

Risiko StrategikRisiko StrategikRisiko StrategikRisiko StrategikRisiko Strategik : Risiko yang antara lain disebabkanpenetapan dan pelaksanaan strategi bankyang tidak tepat, pengambilan keputusanbisnis yang tidak tepat atau kurangnyareponsifnya bank terhadap perubahaneksternal

Risiko KepatuhanRisiko KepatuhanRisiko KepatuhanRisiko KepatuhanRisiko Kepatuhan : Risiko yang disebabkan bank tidakmematuhi atau tidak melaksanakanperaturan perundang-undangan danketentuan lain yang berlaku.

Page 26: Booklet Perbankan 2009

18

Booklet Perbankan Indonesia 2009

yang terpadu sehingga setiap saat tersedia informasiuntuk mendukung tugas-tugas pengawasan,pemeriksaan, penelitian, pengaturan sertapengembangan perbankan. Dengan tersedianyainformasi mengenai kondisi bank secara lengkap, akuratserta tepat waktu diharapkan dapat mendukung prosespengambilan keputusan oleh Bank Indonesia maupunkemungkinan digunakan oleh pihak lain sepanjangdilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Tujuan dari penerapan SIM-SPBI adalah :

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistempengawasan dan pemeriksaan bank;Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalampelaksanaan tugas pengawasan dan pemeriksaanbank;Mengoptimalkan Pengawas dan Pemeriksa Bankdalam menganalisa kondisi bank sehingga dapatmeningkatkan mutu pengawasan dan pemeriksaanbank;Memudahkan audit trail oleh pihak yangberkepentingan;Meningkatkan keamanan dan integritas data sertainformasi.

Pemanfaatan SIM-SPBI diharapkan dapat meningkatkanintegritas dan kompetensi pengawas dan pemeriksabank serta meningkatkan efektivitas pengawasan bankyang pada akhirnya dapat mewujudkan sistemperbankan yang sehat.ΩΩΩΩΩΩΩΩa. Sistem Informasi Manajemen Pengawasan

(SIMWAS)Dalam rangka mendukung peningkatan efektifitaspelaksanaan tugas-tugas pengawasan, pemeriksaandan penelitian bank umum, Bank Indonesiamengembangkan Sistem Informasi ManajemenPengawasan Bank (SIMWAS) yang secara resmi/formal telah dilaksanakan sejak bulan Mei 2002,sejalan dengan diberlakukannya SE Intern BI No. 4/

Page 27: Booklet Perbankan 2009

19

Booklet Perbankan Indonesia 2009

17/INTERN tanggal 23 Mei 2002 sebagaimana telahdiubah dengan SE Intern BI No. 9/52/INTERN tanggal12 Desember 2007 tentang Sistem InformasiManajemen √ Sektor Perbankan Bank Indonesia.SIMWAS merupakan sistem informasi yangdikembangkan untuk meningkatkan efektivitas danefisiensi sistem pengawasan Bank Umum. Denganketersediaan SIMWAS pengawas bank akan mampumengoptimalkan kegiatan analisis terhadap kondisibank, mempercepat diperolehnya informasi kondisikeuangan bank (termasuk Tingkat Kesehatan Bank),meningkatkan keamanan dan integritas data sertainformasi perbankan.Modul-modul yang tersedia dalam aplikasi SIMWASdapat dikelompokkan ke dalam besaran-besaransebagai berikut:a. Data Pokok Bank;b. Data Keuangan;c. Tingkat Kesehatan Bank;d. CAMELS & RBS;e. Laporan Rutin;f. Laporan Non Rutin;g. Early Warning System (EWS);h. Analisa Pengawas;i. Penelitian;j. Informasi Perbankan Indonesia;k. Fit and Proper test konsolidasi.

b. Sistem Informasi Bank Dalam Investigasi(SIBADI)SIBADI merupakan sistem informasi yangdikembangkan untuk meningkatkan tertibadministrasi dan kemudahan pemantauan tugasdalam rangka investigasi tindak pidana di bidangperbankan oleh Direktorat Investigasi dan MediasiPerbankan (DIMP). SIBADI dimaksudkan untukmengotomasikan administrasi kegiatan investigasitindak pidana di bidang perbankan yang meliputi

Page 28: Booklet Perbankan 2009

20

Booklet Perbankan Indonesia 2009

pengumpulan dan penyajian data/informasi. Selainitu, SIBADI juga dimaksudkan untuk menciptakanpusat informasi yang terpadu dan tersedia setiap saatuntuk mendukung tugas-tugas investigasi tindakpidana di bidang perbankan dan kegiatan mediasiantara nasabah dengan bank dengan nilai yangdipersengketakan sampai dengan Rp. 500 juta.Sesuai fungsi dan kegiatannya maka aplikasi SIBADIdibagi atas dua besaran modul, yaitu modulInvestigasi dan modul Mediasi :Ω

Modul InvestigasiModul ini dimaksudkan untuk meningkatkantertib administrasi dan mempermudahpemantauan tugas investigasi tindak pidana dibidang perbankan. Dengan modul ini, dapatdilakukan pemantauan terhadap perkembanganinvestigasi atas dugaan tindak pidana yangdilakukan oleh suatu bank sejak laporanpenyimpangan diterima (dari satuan kerjapengawasan perbankan atau masyarakat), jadualinvestigasi, langkah-langkah yang telahdilakukan sampai dengan hasil akhir investigasidimaksud.Modul MediasiSehubungan dengan perluasan tugas dan fungsiDIMP sebagai lembaga mediasi antara nasabahdengan bank, maka kebutuhan informasi daripihak pengguna menjadi berkembang, sehinggafungsi aplikasi ini telah diperluas pula dengan datahasil mediasi kasus-kasus sengketa antaranasabah dengan bank, upaya mediasi yangdilakukan dan hasil mediasi yang berupakesepakatan diantara kedua belah pihak.

Dengan adanya aplikasi SIBADI, diharapkan dapatΩ :Membantu pelaksanaan kegiatan tugas pokoksatuan kerja DIMP menjadi lebih efektif danefisien.

Page 29: Booklet Perbankan 2009

21

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Menyediakan informasi kepada pihak-pihak dilingkungan Satuan Kerja DIMP secara cepat danakurat. Dengan adanya SIBADI, sistem secaraotomatis akan selalu meng-update setiap datayang diinput oleh para investigator dan mediatorsehingga nantinya informasi yang dihasilkanadalah informasi/data yang terkini.Mempermudah administrasi sistem data base,terutama untuk data yang bersifat rahasia.Mendukung proses pengambilan keputusan olehBank Indonesia dan pihak lain, sepanjang tidakbertentangan dengan ketentuan yang berlaku.Meningkatkan integritas dan kompetensiinvestigator serta meningkatkan efektivitas danefisiensi kegiatan investigasi tindak pidana dibidang perbankan dan mediasiΩ atas kasus-kasusyang dipersengketakan antara nasabah dan bank,yang pada akhirnya dapat mewujudkan sistemperbankan yang ≈sehat∆.

c. Data Mart Data Pokok BankAplikasi Data Mart Data Pokok Bank menyediakaninformasi yang berkaitan dengan kelembagaan,kepemilikan dan kepengurusan, operasional danstrategi pengawasan yang diterapkan pada suatubank sehingga diharapkan dapat mengoptimalkaninformasi dalam rangka pengawasan dan pembinaanbank.Tujuan aplikasi Data Mart Data Pokok Bank dapatdijabarkan lebih lanjut untuk :

meningkatkan kecepatan, keakuratan, dankelengkapan dalam rangka memenuhi kebutuhaninformasi oleh pengguna;mempermudah/ memperlancar pelaksanaantugas-tugas pihak pengguna;mempercepat pencarian informasi mengenaikondisi suatu bank yang diperlukan pihakpengguna;

Page 30: Booklet Perbankan 2009

22

Booklet Perbankan Indonesia 2009

membantu mempermudah pihak penggunadalam melakukan analisa mengenai kondisi suatubank.

2. SIDSID adalah sistem yang menyediakan informasi mengenaidebitur baik perorangan maupun badan usaha, yangdiolah berdasarkan laporan penyediaan dana yangditerima BI dari Pelapor.Ω SID dikembangkan untukkeperluan intern dan ekstern BI. SID menunjang kegiatanoperasional Biro Informasi Kredit (BIK). Dalam bentuknyayang sederhana, keberadaan sistem informasi yangmengelola data debitur sudah dimulai di BI sejak tahun1967 dengan diwajibkannya perbankan melaporkanLaporan Perkreditan Bank Umum.Seiring dengan perkembangan teknologi, sistem ini pundari waktu ke waktu terus berkembang. Pengelolaaninformasi yang pada awalnya dilakukan secara manualmenggunakan kartu, diubah secara otomasimenggunakan komputer dan saat ini sudah lebihberkembang lagi menjadi SID yang berbasis web denganmenggunakan ekstranet sehingga informasi dapatdiakses secara on-line dan real time oleh para Pelapor.

3. Sistem Informasi Manajemen Pengawasan BPR(SIMWAS BPR)Dalam rangka mendukung peningkatan efektifitaspelaksanaan tugas-tugas pengawasan, pemeriksaan danpenelitian BPR, BI mengembangkan Sistem InformasiManajemen Pengawasan BPR (SIMWAS-BPR) yang secararesmi/formal telah dilaksanakan sejak bulan Juli 2005.Melalui SIMWAS-BPR, pengawas BPR akan mampumengoptimalkan kegiatan analisis terhadap kondisi BPR,mempercepat diperolehnya informasi kondisi keuanganBPR (termasuk Tingkat Kesehatan BPR), meningkatkankeamanan dan integritas data serta informasi perbankan.Modul-modul yang tersedia dalam aplikasi SIMWAS-BPR

Page 31: Booklet Perbankan 2009

23

Booklet Perbankan Indonesia 2009

antara lain modul perizinan pendirian BPR, data pokokBPR, Tingkat Kesehatan BPR, status BPR, cabut izin usahadan likuidasi BPR. SIMWAS BPR terdiri dari 11 modulyaitu data pokok, Laporan Bulanan, Tingkat Kesehatan,Absensi terhadap penyampaian laporan BI kepada BankIndonesia, Perizinan, Pemantauan Status Bank,Administrasi, Pencabutan Izin Usaha, Laporan Rutin sertamodul Fit and Proper Test.

Dalam rangka meningkatkan sistem pengawasan ke depan,telah direncanakan pengembangan Sistem InformasiPerbankan (SIP) yang baru. SIP ini diharapkan dapat berfungsisebagai penyedia informasi, baik informasi yang berasal dariinternal BI yang telah didapatkan melalui laporan Bank,maupun informasi eksternal seperti Economic Environment,statistik, analisa ekonomi, berita ekonomi, kurs dan indekssaham yang diperoleh dari berbagai lembaga, institusi ataupun situs penyedia berita. SIP tersebut diharapkan dapatberfungsi pula sebagai sarana untuk melakukan ScenarioAnalysis, yang memungkinkan penggunanya melakukansimulasi pengaruh perubahan faktor internal dan eksternalterhadap kondisi bank. Untuk memudahkan pencarian datadan informasi, SIP akan dilengkapi dengan fasilitas pencarianinformasi. Ruang lingkup dari fasilitas pencarian tersebutakan terus diperluas secara bertahap.

E. Investigasi dan Mediasi PerbankanInvestigasi PerbankanFungsi investigasi perbankan dilakukan Bank Indonesiasebagai salah satu upaya untuk mendorong industriperbankan menuju suatu industri yang sehat dan dipercayamasyarakat melalui upaya law enforcement atas tindakpidana yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris,Direksi, pegawai bank, pemegang saham dan/atau pihakterafiliasi di bidang perbankan.Dalam rangka memperlancar, mempercepat danmengoptimalkan penanganan tindak pidana di bidangperbankan sejak tahun 1997 telah dilakukan kesepakatan

Page 32: Booklet Perbankan 2009

24

Booklet Perbankan Indonesia 2009

untuk bekerjasama antara Kejaksaan Agung RI, KepolisianNegara RI dan Bank Indonesia. Kesepakatan tersebutdituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB)No. KEP-126/JA/11/1997, KEP/10/XI/1997, 30/6/KEP/GBItanggal 6 November 1997 dan telah diperbarui dengan SKBNo. KEP-902/A/J.A/12/2004, No.POL:SKep/924/XII/2004, No.6/91/KEP.GBI/2004 tentang Kerjasama Penanganan TindakPidana di Bidang Perbankan tanggal 20 Desember 2004.Dalam pelaksanaan penanganan kasus-kasus tipibank,koordinasi SKB dilakukan secara intensif danberkesinambungan. Disamping itu, Rapat Tim Pengarahpada tanggal 24 Desember 2008 juga menyatakan bahwakasus-kasus dugaan Tipibank pada BPR yang skalaoperasionalnya lebih kecil dibandingkan Bank Umum perlumenjadi perhatian khusus dan tetap membutuhkanpenanganan yang cermat mengingat bila tidak ditanganisejak dini akan berpotensi mengganggu stabilitas perbankansecara keseluruhan.Selain itu, Bank Indonesia aktif berpartisipasi sebagaianggota beberapa satuan tugas yang dibentuk olehbeberapa instansi pemerintah seperti Bapepam-LK,mengenai penegakan hukum atas tindakan melawan hukumyang terkait dengan krisis disektor keuangan global dan/atau Tipibank, dan dengan Bappenas dalam rangka konvensiPBB mengenai pemberantasan korupsi (UNCAC).Pada tahun 2009, Tim SKB Tingkat Pusat akan meningkatkankoordinasi dengan agenda antara lain peningkatankemampuan Tim SKB Tingkat Pusat dan Daerah sertaPenyidik lainnya dalam bentuk sosialisasi, pelatihan tipibanksecara berkala, konsultasi timbal balik antar instansi danpelatihan secara berkala dari Bank Indonesia mengenaiproduk, ketentuan perbankan dan modus tipibank. Seiringdengan semakin kompleksnya operasional dan produkperbankan, penanganan kasus tipibank melalui komunikasiyang efektif pada forum SKB akan lebih ditingkatkan dengantujuan untuk menjaga stabilitas sistem perbankan yangmerupakan bagian dari sistem keuangan nasional.

Page 33: Booklet Perbankan 2009

25

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Mediasi PerbankanPembentukan lembaga mediasi perbankan independensebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Bank IndonesiaNo. 8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang MediasiPerbankan belum dapat direalisasikan karena adanyakendala-kendala seperti aspek pendanaan dan sumber dayamanusia. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesiatelah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.10/1/PBI/2008 tanggal 29 Januari 2008 tentang Perubahan atasPeraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006 tentang MediasiPerbankan yang mengatur bahwa fungsi mediasi perbankandilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk sementara waktusampai dengan pembentukan lembaga mediasi perbankanindependen oleh asosiasi perbankan.Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesiatersebut, sengketa keperdataan yang berpotensimenimbulkan kerugian material bagi nasabah dengantuntutan finansial paling banyak Rp500 juta, yangdisebabkan tidak dipenuhinya tuntutan finansial nasabahdalam penyelesaian pengaduan nasabah dapat diupayakanpenyelesaiannya melalui mediasi perbankan. Berkenaandengan hal tersebut, dokumen pengajuan penyelesaiansengketa melalui mediasi perbankan yang harus disampaikannasabah adalah:

Formulir pengajuan penyelesaian sengketa;Fotokopi surat hasil penyelesaian pengaduan yangdiberikan bank kepada nasabah;Fotokopi bukti identitas nasabah yang masih berlaku;Surat pernyataan yang ditandatangani diatas meteraiyang cukup bahwa sengketa yang diajukan tidak sedangdalam proses atau telah mendapatkan keputusan darilembaga arbitrase, peradilan, atau lembaga mediasilainnya dan belum pernah diproses dalam mediasiperbankan yang difasilitasi oleh Bank Indonesia;Fotokopi dokumen pendukung yang terkait dengansengketa yang diajukan; dan

Page 34: Booklet Perbankan 2009

26

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Fotokopi surat kuasa khusus tanpa hak substitusi (dalamhal pengajuan penyelesaian sengketa diwakilkan/dikuasakan);Sejak Januari s.d. Desember 2008, Bank Indonesia telahmenerima 307 kasus atau rata-rata 77 kasus per triwulanyang sebagian besar merupakan produk/jasa di bidangpembayaran, penyaluran dan penghimpunan dana.Sengketa yang sudah ditangani adalah 278 kasus danmasih dalam proses 29 kasus.Dengan memperhatikan bahwa pelaksanaan mediasiperbankan sebagai alternatif penyelesaian sengketaperbankan bermanfaat bagi tujuan perlindungannasabah dan terpeliharanya reputasi bank, maka padatahun 2009, Bank Indonesia akan terus melakukansosialisasi mediasi perbankan.

IV. ARAH KEBIJAKAN PERBANKANA. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

API merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankanIndonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah,bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu5 sampai 10 tahun ke depan. Arah kebijakan tersebutdilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yangsehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistemkeuangan dalam rangka membantu mendorongpertumbuhan ekonomi nasional.Guna mempermudah pencapaian visi API tersebut, makaditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai yaitu :1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat

dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat danmendorong pembangunan ekonomi nasional yangberkesinambungan.

2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bankyang efektif dan mengacu pada standar internasional.

3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memilikidaya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalammenghadapi risiko.

Page 35: Booklet Perbankan 2009

27

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Sistem perbankan yang sehat, kuat, danefisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan

dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional

StrukturPerbankanyang Sehat

SistemPengaturan

yangEfektif

SistemPengawasan

yangIndependendan Efektif

IndustriPerbankanyang kuat

InfrastrukturPendukung

yangMecukupi

PerlindunganKonsumen

Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6

4. Menciptakan good corporate governance dalam rangkamemperkuat kondisi internal perbankan nasional.

5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untukmewujudkan terciptanya industri perbankan yang sehat.

6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungankonsumen jasa perbankan.

Keenam sasaran tersebut digambarkan sebagai 6 pilarpenunjang pencapaian visi API.

Sejak diluncurkan pada tanggal 9 Januari 2004, API telahmendapatkan beragam tanggapan dalam bentuk saran dankritik membangun untuk menjadikan program-program APIlebih terintegrasi dengan program perekonomian nasional.Selain itu, perkembangan perbankan secara global jugamenuntut adanya penyesuaian terhadap program-programAPI agar pada waktunya nanti industri perbankan nasionalmampu bersaing pada tataran internasional dengan sumberdaya manusia yang unggul, teknologi informasi yangmemadai, dan infrastruktur pendukung yang cukup.Bertolak dari kebutuhan di atas, Bank Indonesia telahmenyusun kembali program-program API. Pada dasarnyaprogram-program API yang telah disempurnakan memuatarahan dan strategi yang lebih konkrit terkait dengankonsolidasi perbankan nasional, pengembangan perbankan

Page 36: Booklet Perbankan 2009

28

Booklet Perbankan Indonesia 2009

No Kegiatan (Pilar I)

syariah dalam jangka panjang, peningkatan pembiayaanUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta penguatankelembagaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Secarakeseluruhan, penyempurnaan ini menyebabkanbertambahnya program dan kegiatan API yang akandilakukan secara bertahap sampai dengan tahun 2013 dari19 program yang tertuang dalam 34 kegiatan menjadi 20program yang dijabarkan kedalam 55 kegiatan. Program-program API tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional

1 Memperkuat permodalan Banka. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagi

bank umum konvensional maupun syariah (termasukBPD) menjadi Rp 80 miliar

b. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagibank umum konvensional maupun syariah (termasukBPD) menjadi Rp100 miliar

c. Mempertahankan persyaratan modal disetor minimumRp 3 triliun untuk pendirian bank umum konvensionalsampai dengan 1 Januari 2011

d. Menetapkan persyaratan modal disetor minimum Rp1triliun untuk pendirian bank umum syariah

e. Menetapkan persyaratan modal sebesar Rp 500 miliarbagi bank umum syariah yang berasal dari spin off UnitUsaha Syariah

f. Mempercepat batas waktu pemenuhan persyaratanminimum modal disetor BPR yang semula tahun 2010menjadi tahun 2008

2 Memperkuat daya saing dan kelembagaan BPR dan BPRSa. Meningkatkan linkage program antara bank umum

dengan BPRb. Implementasi program aliansi strategis lembaga

keuangan syariah dengan BPRS melalui kemitraanstrategis dalam rangka pengembangan UMKM

c. Mendorong pendirian BPR dan BPRS di luar Pulau Jawadan Bali

Page 37: Booklet Perbankan 2009

29

Booklet Perbankan Indonesia 2009

No Kegiatan (Pilar I)

d. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR danBPRS bagi yang telah memenuhi persyaratan

e. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untukBPR dan BPRS (termasuk Lembaga APEX )

3 Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan UMKMa. Memfasilitasi pembentukan dan monitoring skim

penjaminan kredit dan pembiayaanb. Mendorong perbankan untuk meningkatkan

pembiayaan kepada UMKM khususnya bagi masyarakatyang berpenghasilan rendah dan di daerah perdesaan

c. Meningkatkan akses pembiayaan syariah bagi UMKMdengan pengembangan skema jaminan bagipembiayaan syariah

d. Mendorong bank-bank syariah untuk meningkatkanporsi pembiayaan berbasis bagi hasil

2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

No Kegiatan (Pilar II)

1 Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakanperbankana. Melibatkan pihak III dalam setiap pembuatan kebijakan

perbankanb. Membentuk panel ahli perbankanc. Memfasilitasi pembentukan lembaga riset perbankan

di daerah tertentu maupun pusat

2 Implementasi secara bertahap international best practicesa. 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervisionb. Basel IIc. Islamic Financial Service Board (IFSB) bagi bank syariah

3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan

No Kegiatan (Pilar III)

1 Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pengawas laina. Membuat MoU dengan lembaga pengawas lembaga

keuangan lain dalam rangka peningkatan efektifitaspelaksanaan pengawasan bank dan pemantauan SSK.

Page 38: Booklet Perbankan 2009

30

Booklet Perbankan Indonesia 2009

No Kegiatan (Pilar III)

2 Melakukan reorganisasi sektor perbankan di BankIndonesiaa. Menyempurnakan High Level Organization Structure

(HLOS) Sektor Perbankan Bank Indonesiab. Mengkonsolidasikan satker pengawasan dan

pemeriksaan termasuk pembentukan Pooling Spesialisc. Mengkonsolidasikan Direktorat Pengawasan BPR dan

Biro Kredit di Bank Indonesia termasuk mengalihkanfungsi:

Penelitian dan pengembangan UMKM dari Biro Kreditke Unit Khusus Pengelolaan AsetPemeriksaan kredit dari Biro Kredit ke DirektoratPengawasan Bank Umum

d. Menyempurnakan organisasi Direktorat PengawasanBank Perkreditan Rakyat (DPBPR) untuk mengakomodasipengalihan fungsi penjaminan BPR ke LembagaPenjamin Simpanan serta pemindahan fungsi perizinanBPR baru dan fungsi penelitian dan pengaturan kesatuan kerja lain di Bank Indonesia

e. Menyempurnakan organisasi Direktorat PerbankanSyariah

3 Menyempurnakan Infrastruktur Pendukung PengawasanBanka. Meningkatkan kompetensi pengawas bank umum dan

BPR baik konvensional maupun syariah antara lainmelalui program sertifikasi dan attachment di lembagapengawas internasional

b. Penyiapan SDM Pengawas Spesialisc. Menyempurnakan IT pengawasan bankd. Menyempurnakan sistem pelaporan BPRe. Menyempurnakan manajemen dokumen pengawasan

bank

4 Menyempurnakan implementasi sistem pengawasanberbasis risikoMenyempurnakan pedoman dan alat bantupengawasan dalam mendukung implementasipengawasan berbasis risiko bank umum konvensional dansyariah

Page 39: Booklet Perbankan 2009

31

Booklet Perbankan Indonesia 2009

No Kegiatan (Pilar III)

5 Meningkatkan efektivitas enforcementa. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan

perbankanb. Meningkatkan transparansi pengawasan dalam

mendukung efektifitas enforcementc. Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas bank

4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen danOperasional Perbankan

No Kegiatan (Pilar IV)

1 Meningkatkan Good Corporate Governancea. Menetapkan minimum standar GCG untuk bank umum

konvensional dan syariahb. Mewajibkan bank untuk melakukan self-assessment

pelaksanaan GCGc. Mendorong bank-bank untuk go public

2 Meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankana. Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko bank umum

konvensional dan syariahb. Meningkatkan kualitas dan standar SDM BPR dan BPRS

antara lain melalui program sertifikasi profesional bagipengurus BPR dan BPRS

3 Meningkatkan kemampuan operasional banka. Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing

penggunaan fasilitas operasional guna menekan biayab. Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka

peningkatan operasional bank

5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan

No Kegiatan (Pilar V)

1 Mengembangkan Credit Bureaua. Melakukan inisiatif pembentukan credit bureaub. Mengembangkan Sistem Informasi Debitur untuk

Lembaga Keuangan Non Bank

Page 40: Booklet Perbankan 2009

32

Booklet Perbankan Indonesia 2009

No Kegiatan (Pilar V)

2 Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah(Islamic financial market)a. Menyusun dan menyempurnakan peraturan pasar

keuangan syariahb. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan instrumen

pasar keuangan syariah

3 Peningkatan peran lembaga fatwa syariah dan lembagaarbitrase syariah sebagai bagian dari upaya peningkatankepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah.

6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

No Kegiatan (Pilar VI)

1 Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabaha. Menetapkan persyaratan minimum mekanisme

pengaduan nasabahb. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ketentuan

yang mengatur mekanisme pengaduan nasabah

2 Membentuk lembaga mediasi independen- Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan

3 Menyusun transparansi informasi produka. Memfasilitasi penyusunan standar minimum

transparansi informasi produk bankb. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ketentuan

yang mengatur transparansi informasi produk

4 Mempromosikan edukasi untuk nasabaha. Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi

kepada nasabah mengenai produk-produk finansialb. Meningkatkan efektifitas kegiatan edukasi masyarakat

mengenai perbankan syariah melalui Pusat KomunikasiEkonomi Syariah (PKES)

Terkait dengan program penguatan struktur perbankannasional, dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun ke depandiharapkan akan terbentuk struktur perbankan sebagaiberikut :

Page 41: Booklet Perbankan 2009

33

Booklet Perbankan Indonesia 2009

B. Membangun Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia(ASKI)Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) merupakanarah strategis pengembangan sistem keuangan Indonesiayang dilaksanakan secara bertahap, menyeluruh dan dalamjangka menengah-panjang. ASKI disusun dengan kerangkadasar yang mencerminkan sistem keuangan Indonesia yangterdiri dari berbagai sub-sektor keuangan yang saling terkaityang ditopang oleh enam pilar menuju ke arah pencapaianvisi dan misi ASKI.

Struktur Perbankan Sesuai Visi API

(Rp triliun)

BankInternasional

50

10

0,1

Bank Nasional

Bank fokus :

Daerah Korporasi Ritel Lainnya

BPR

Permodalan(tier 1)

Skala Bank Total Aset Modal Proyeksi(Rp) (Rp) 10-15 thn

(jumlah bank)

Internasional 1.000 Triliun > 50 Triliun 2 √ 3 bank

Nasional 200 Triliun 10 √ 50 Triliun 3 √ 5 bank

Fokus : - 100 Miliar √ 30 √ 50 bank

- Daerah 10 Triliun

- Korporasi

- Ritel

- Lainnya

BPR - s.d 100 Miliar

Page 42: Booklet Perbankan 2009

34

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Gambar 1Kerangka Dasar Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia

Visi ASKIVisi ASKIVisi ASKIVisi ASKIVisi ASKI adalah sistem keuangan Indonesia yang berfungsisecara efisien, aman, sehat, stabil, memiliki ketahanan kuatyang berperan optimal dalam meningkatkan kemakmuranmasyarakat Indonesia. Sedangkan,

misi ASKImisi ASKImisi ASKImisi ASKImisi ASKI adalah mewujudkan tatanan sistem keuanganIndonesia di masa depan melalui penguatan fundamentaldan stabilitas sektor keuangan dengan memperhatikanpengembangan yang bersinergi antar sub sektor dalamsistem keuangan.ASKI membagi sistem keuangan ke dalam beberapa subsektor yang akan dikembangkan hingga tahun 2025 yangmeliputi perbankan, pasar modal, pasar uang, dana pensiun,perasuransian, lembaga pembiayaan, jasa gadai danlembaga keuangan mikro. Untuk menuju ke arah pencapaianvisi dan pelaksanaan misi ASKI, seluruh sub sektor keuangantersebut ditopang oleh enam pilar utama ASKI. Keenam pilarutama ASKI tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Pilar 1Pilar 1Pilar 1Pilar 1Pilar 1. Sumber Daya Manusia

Pilar 2Pilar 2Pilar 2Pilar 2Pilar 2. Tata Kelola dan Manajemen Risiko

Pilar 3Pilar 3Pilar 3Pilar 3Pilar 3. Sistem Informasi dan Infrastruktur

Pilar 4Pilar 4Pilar 4Pilar 4Pilar 4. Institusi dan Struktur Pasar

- Perdagangan Restorandan Hotel

- Manufaktur- Perumahan- Jasa-jasa dunia usaha- Pertanian, Perburuan

dan sarana pertanian- Pengangkutan,

pergudangan- Komunikasi- Konstruksi- Jasa-jasa sosial

masyarakat- Pertambangan- Listrik, gas dan air- Lain-lain

Sumber DayaManusia Tata Kelola

danManajemen

Risiko

SistemInformasi

danInfrastruktur

Institusidan

StrukturPasar

Pengaturandan

Pengawasan

BankPasar Keuangan:

1.Pasar Modal

2.Pasar Uang

Lembaga Keuangan Non Bank :

1. Asuransi2. Dana Pensiun3. Lembaga Pembiayaan4. Usaha Jasa Gadai5. Lembaga Keuangan Mikro

SEKTOR RIIL

Sistem keuangan Indonesia yang berfungsisecara efisien, aman, sehat, stabil,

memiliki ketahanan kuat yang berperan optimal dalampeningkatan kemakmuran masyarakat Indonesia

- Sistem Moneter dan Fiskal yang Stabil- Lingkungan Politik, Sosial, Hukum dan Keamanan yang kondusif

Perlindungandan

PemberdayaanInvestor danKonsumen

Page 43: Booklet Perbankan 2009

35

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Pilar 5Pilar 5Pilar 5Pilar 5Pilar 5. Pengaturan dan Pengawasan

Pilar 6Pilar 6Pilar 6Pilar 6Pilar 6. Perlindungan dan Pemberdayaan Investor danKonsumenKerangka pengembangan ASKI diarahkan padapengembangan sektor riil yang mendorong pertumbuhanekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja sertameningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatIndonesia melalui implementasi enam pilar ASKI padamasing-masing sub sektor sistem keuangan (Gambar 2).Untuk memudahkan indikator pencapaian yang disertaidengan evaluasi penyempurnaan implementasi ASKI, makasasaran dan strategi implementasi program ASKI dibagimenjadi dua tahapan yaitu (Gambar 3):

Tahap ITahap ITahap ITahap ITahap I dimulai dari tahun 2008 sampai dengan 2015yaitu pembentukan Asean Economic Community (AEC).

Tahap IITahap IITahap IITahap IITahap II dimulai dari tahun 2016 sampai dengan 2025.Hal ini sejalan dengan visi Indonesia 2025 yang telahdicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia.

Lebih jauh lagi, dalam mencapai visi ASKI masing-masingsub sektor keuangan akan mengembangkan strategiimplementasi masing-masing untuk tiap tahapanpengembangan.

Gambar 2Arah Pengembangan ASKI

- Indonesia menjadi pusatPasar keuangan daninvestasi di ASIA

- Akses kepada jasakeuangan : luas danmerata

- Perbankan : sehat, kuatdan efisien

- Pasar Modal : Lebihefisien, deep.

- Asuransi dan DanaPensiun : penetrasi yanglebih tinggi

- Infrastruktur Keuangan :lengkap dan kuat

- Financial System Continuity Planning

- Regulasi danpengawasan : efektif danefisien

Kondisi yangakan dicapai

Kondisi Saat Ini

TAHAP II(2016-2025)

TAHAP I(2008-2015)

Pila

r I

6 Pilar ASKI

2 TahapPengembangan ASKI

- Makroekonomi : stabil,namun masih rapuh

- Perbankan : Konsolidasi

- Pasar Modal : inefisien,

- Asuransi dan DanaPensiun : PenetrasiRendah

- Infrastruktur sistemkeuangan : belummencukupi

- Akses ke pada JasaKeuangan bagi rakyatmiskin dan usahamikro : rendah dan tidakmerata

- Kualitas regulasi danpengawasan : Perluditingkatkan

- Hambatan investasi danbisnis : Tinggi

Pila

r II

Pila

r III

Pila

r IV

Pila

r V

Pila

r V

I

Page 44: Booklet Perbankan 2009

36

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Gambar 3Tahapan dan Fokus Pengembangan Sistem Keuangan Indonesia

Antisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadapAntisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadapAntisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadapAntisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadapAntisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadap

Kelangsungan Sistem KeuanganKelangsungan Sistem KeuanganKelangsungan Sistem KeuanganKelangsungan Sistem KeuanganKelangsungan Sistem Keuangan (((((Financial System ContinuityFinancial System ContinuityFinancial System ContinuityFinancial System ContinuityFinancial System ContinuityPlanningPlanningPlanningPlanningPlanning)))))Krisis keuangan tidak saja dipengaruhi oleh risiko keuangan(financial risk), akan tetapi juga bisa dipengaruhi oleh risikodari berbagai gangguan besar yang berasal dari sumber-sumber non keuangan (non financial risk). Antisipasi untukmengatasi krisis pada tatanan sistem keuangan tersebut,sering dinamakan Financial System Continuity PlanningFinancial System Continuity PlanningFinancial System Continuity PlanningFinancial System Continuity PlanningFinancial System Continuity Planning(FSCP) (FSCP) (FSCP) (FSCP) (FSCP) atau dapat juga diistilahkan dengan CrisisCrisisCrisisCrisisCrisisManagement Protocol (CMP)Management Protocol (CMP)Management Protocol (CMP)Management Protocol (CMP)Management Protocol (CMP) dalam arti yang luas.Crisis Management Protocol (CMP) adalah suatu kerangkayang dibuat untuk meminimalisasi dampak dari financialdistress (MAS, 2003). CMP juga diartikan sebagai suaturencana untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dengancepat dan biaya yang efektif (PWC). Ruang lingkup CMPmeliputi operational disruptions, market disruption, financialinfrastructure disruption dan financial institutions disruption(Gambar 4). Saat ini sedang disiapkan CMP di masing-masingsub sektor keuangan termasuk di tingkat Komite StabilitasSistem Keuangan (KSSK) dalam rangka pencegahan dan

Pengembangan lebih lanjutberdasarkan hasil di tahap II

Implementasi rekomendasi -rekomendasi per sub sektor

ASKI untuk pembenahan Gapyang ada pada sistemkeuangan

Fokus :

Pendalaman sektor keuangan melalui- Akselerasi implementasi Arsitektur- Perbankan Indonesia- Peningkatan peran Lembaga Keuangan

Non Bank dalam sistem keuangan,- Peningkatan sinergi LKNB, pasar modal

dengan perbankan, dan- Perluasan akses jasa keuangan.

- Pendalaman sektor keuangan,- Indonesia menjadi salah satu pusat

pasar keuangan dan investasi di Asia,- Pemerataan akses jasa keuangan

Fokus :

Tahap II(2016-2025)

Tahap I(2008-2015)

Page 45: Booklet Perbankan 2009

37

Booklet Perbankan Indonesia 2009

penanganan krisis pada sistem keuangan. Otoritas keuanganterkait secara reguler akan melakukan stress test atausimulasi krisis terhadap CMP dan melakukanpenyempurnaan dari waktu ke waktu sesuai denganperkembangan pasar keuangan domestik dan global.

Gambar 4Ruang Lingkup CMP

Crisis ManagementProtocol/Simulation

OperationalDisruption

MarketDisruption

FinancialInfrastructureDisruptions

FinancialInstitutionsDisruptions

Ruang Lingkup Crisis Management Protocol

Terrorisme

Penyakit Pandemik

Bencana Alam

Kebakaran

Kegagalan sistem

Cyber attack

Financial market crash

Major default emiten

Devaluasi mata uang

Speculative bubble

Gridlock

Problem di RTGS

Liquidity or settlement

problems

Power failure

IT failure

Crisis resolution bank

(JPSK- sdh ada)

Bank insolvency

(Sudah ada exit policy)

NBFI insolvency

Liquidity or settlement

problems

Framework CMP di Indonesa meliputi CMP yang disusunoleh masing-masing otoritas keuangan (Bank Indonesia,Lembaga Penjamin Simpanan, dan Departemen Keuangan).Masing-masing otoritas keuangan tersebut harus melakukankoordinasi dan menentukan siapa yang akan melakukan apaserta penunjukan PIC (person in charge). Sementara itu,landasan hukum bagi otoritas keuangan untuk melakukanpencegahan dan penanganan krisis diatur dalam Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.

KoordinasiRuang lingkup Blue Print ASKI sangat luas serta melibatkanbeberapa otoritas. Sehingga diperlukan dukungan,keterlibatan, kerjasama serta komitmen yang kuat, konkrit

Page 46: Booklet Perbankan 2009

38

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dan berkelanjutan dari masing-masing otoritas yang terlibatdalam finalisasi serta implementasinya. Selain itu, peran dandukungan dari policy maker level terhadap upaya finalisasiBlue Print ASKI perlu lebih ditingkatkan.

C. Penerapan Basel II AccordBasel Capital Accord merupakan capital measurementsystem yang diperkenalkan oleh Basel Committee onBanking Supervision (BCBS) pada tahun 1988. Pada awalnya,rekomendasi BCBS hanya dimaksudkan untuk menjadi acuanbagi Otoritas Pengawas Bank di negara-negara G10. Namunpada perkembangannya, rekomendasi tersebut juga menjadiacuan bagi Otoritas Pengawas di negara-negara di luar G10.Seiring dengan perkembangan instrumen pasar keuangandan praktek manajemen risiko di perbankan, BCBSmenganggap pendekatan ≈one-size-fits-all∆ dalam BaselCapital Accord tahun 1988 menjadi tidak relevan lagi danperlu disempurnakan. Penyempurnaan tersebut dimuatdalam suatu dokumen yang diterbitkan pada bulan Juni2004 yaitu ≈International Convergence of CapitalMeasurement and Capital Standards √ A RevisedFramework∆ atau lebih dikenal sebagai Basel II.Secara garis besar, kerangka Basel II memuat 3 (tiga) Pilaryaitu :

Pillar 1. Minimum Capital RequirementsPerhitungan minimum capital requirement dilakukanterhadap 3 (tiga) jenis risiko terbesar yang dihadapi oleh

Providing a flexible, risk sensitive capital management framework

Basel II

3 Pillar

SupervisoryReviewProcess

MarketDiscipline

MinimumCapital

Requirements

Page 47: Booklet Perbankan 2009

39

Booklet Perbankan Indonesia 2009

perbankan yaitu risiko kredit (credit risk), risiko pasar (marketrisk) dan risiko operasional (operational risk). Untuk masing-masing jenis risiko tersebut, tersedia beberapa pilihanpendekatan (approach) yang dapat digunakan oleh banksesuai dengan tingkat kompleksitas produk dan aktivitasbank tersebut. Untuk setiap jenis risiko, pemanfaatanpendekatan yang lebih kompleks dalam menghitungkebutuhan modal minimum bersifat voluntary danbergantung pada kesiapan bank dan wajib memperolehpersetujuan dari otoritas pengawas.

Pillar 2. Supervisory Review ProcessTerdapat 4 (empat) prinsip utama dalam Pilar 2 yangdimaksudkan untuk melengkapi Pilar 1 tentang perhitungankebutuhan modal minimum, yaitu:

Prinsip 1.Prinsip 1.Prinsip 1.Prinsip 1.Prinsip 1. Bank wajib memiliki proses untuk menilaikecukupan modal secara keseluruhan yang dikaitkan denganprofil risiko dan strategi untuk mempertahankan tingkatpermodalannya (Internal Capital Adequancy AssessmentProcess √ ICAAP)

Prinsip 2Prinsip 2Prinsip 2Prinsip 2Prinsip 2. Pengawas wajib mereview dan mengevaluasiinternal capital adequancy assessment process dan strategi-strategi bank, termasuk kemampuan bank untukmemantau dan memastikan kepatuhan terhadapketentuan rasio permodalan. Pengawas wajib mengambiltindakan pengawasan yang tepat apabila tidak dapatmenerima hasil proses tersebut (Supervisory Review andEvaluation Process √ SREP).

Prinsip 3Prinsip 3Prinsip 3Prinsip 3Prinsip 3. Pengawas wajib meminta bank untuk beroperasidi atas rasio permodalan yang ditetapkan dan meminta bankmenyediakan modal di atas batas minimum.

Prinsip 4Prinsip 4Prinsip 4Prinsip 4Prinsip 4. Pengawas wajib melakukan intervensi secepatmungkin untuk mencegah modal turun di bawah tingkatminimum yang dipersyaratkan untuk mendukung karakteristikrisiko bank dan wajib meminta bank untuk melakukantindakan pengawasan sesegera mungkin apabila modal banktidak dapat dipertahankan atau dipulihkan kembali.

Page 48: Booklet Perbankan 2009

40

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Dalam melakukan supervisory review and evaluation processsebagaimana Prinsip 2 tersebut di atas, pengawas dapatmemperhitungkan kecukupan modal bank terhadap:- Risiko-risiko yang belum sepenuhnya dapat diestimasi

dalam Pilar 1 karena bank menggunakan pendekatanstandar, misalnya concentration risk;

- Risiko-risiko yang belum diperhitungkan dalam Pilar 1,antara lain liquidity risk, interest rate risk in banking book,reputational risk dan strategic risk. Beberapa dari risikotersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif sehinggaakan lebih banyak berupa interpretasi kualitatif. Risiko-risiko dari faktor eksternal bank yang dapat timbul akibatkebijakan, dan kondisi ekonomi atau bisnis.

Dalam hal Pengawas menilai bahwa modal bank tidakmencukupi (undercapitalised) maka pengawas dapat segeramenerapkan langkah supervisory action yang tepat antaralain berupa tambahan modal atau perbaikan kualitasmanajemen risiko.

Pillar 3. Market DisciplineDisiplin pasar bertujuan mendorong peran publik untuk turutmengawasi bank. Tercapainya tujuan tersebutmembutuhkan prasyarat utama antara lain (a) tersediainformasi yang cukup bagi publik mengenai kondisi bank,dan (b) kemampuan publik dalam menilai kondisi bankmelalui analisa atas informasi yang tersedia. Oleh karenaitu, bank sebagai lembaga kepercayaan dituntut untukmemberikan informasi yang benar mengenai kondisinyakepada nasabah dan investor.Penerapan Basel II oleh suatu negara pada dasarnya tidakbersifat mengikat, namun seiring dengan tujuan Basel IIuntuk menciptakan sistem keuangan yang stabil, maka BImenerapkan prinsip-prinsip Basel II. Hal-hal yang mendorongBI untuk menerapkan Basel II kepada perbankan Indonesiaantara lain agar struktur modal bank lebih berorientasi dansesuai dengan risiko (risk sensitive) yang dihadapinya,memotivasi bank agar meningkatkan kemampuan

Page 49: Booklet Perbankan 2009

41

Booklet Perbankan Indonesia 2009

manajemen risiko, mengadopsi ruang lingkup yang lebihkomprehensif, serta meningkatkan kesepahaman antarapengawas dan bank khususnya dalam penggunaanpendekatan yang lebih kompleks oleh bank.Hal-hal yang perlu dan telah dipersiapkan dalam penerapanBasel II di Indonesia, antara lain sebagai berikut:Pilar 1. Minimum Capital Requirement1. Kepada perbankan telah diminta untuk melakukan gap

analysis termasuk rencana tindak lanjut yang diperlukanuntuk memenuhi gap yang timbul. Kegiatan inidimaksudkan agar bank dapat mengetahui kondisiaktual bank terhadap roadmap implementasi Basel II.

2. Dalam rangka pengaturan risiko kredit, beberapakebijakan akan diambil dalam penyusunan ketentuanyang terkait dengan diskresi nasional (nationaldiscretions). Proses ini dapat mengikutsertakanstakeholders lainnya, termasuk perbankan agar sesuaidengan kondisi perbankan nasional.

3. Telah disusun pedoman untuk pengakuan lembagapemeringkat khususnya lembaga pemeringkat domestikagar dapat memenuhi kriteria kelayakan (eligibilitycriteria). Proses pengakuan ini perlu dikoordinasikanbersama dengan BAPEPAM-LK selaku otoritas yangmemberikan izin kepada lembaga pemeringkat.

4. Telah dilakukan Studi Dampak Kuantitatif (QuantitativeImpact Study-QIS 5) secara periodik sejak tahun 2005kepada perbankan Indonesia guna memperolehinformasi dampak terkini penerapan Basel II terhadapkondisi permodalan bank. Berdasarkan hasil studi QISdiketahui bahwa penerapan Basel II telah menyebabkanpeningkatan ATMR dan penurunan rasio CAR. Secararata-rata, terjadi peningkatan ATMR sebesar 13,79%(Maret 2008) dan 11,11% (September 2008) yang akanmenyebabkan penurunan CAR berturut-turut sebesar -2,02% dan -1,92% kendati hal tersebut tidak sampaimenyebabkan penurunan CAR Bank menjadi dibawah8%.

Page 50: Booklet Perbankan 2009

42

Booklet Perbankan Indonesia 2009

5. Telah disusun beberapa ketentuan yang terkait denganperhitungan modal bank, yaitu:a. SE Ekstern No.9/31/DPNP tanggal 12 Desember 2007

dan SE Ekstern No.9/33/DPNP tanggal 18 Desember2007, terkait penggunaan metode standar dan metodeinternal untuk perhitungan KPMM Risiko Pasar;

b. PBI No.10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum(KPMM) Bank Umum;

c. SE Ekstern No.11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009,terkait penggunaan metode indikator dasar untukmenghitung KPMM risiko operasional.

Pilar 2. Supervisory Review Process1. Perlu ditetapkan kebijakan terkait dengan proses

perhitungan modal oleh bank (ICAAP), proses reviewdan evaluasi pengawas, penetapan modal individualbank dan tindakan pengawasan yang dapat diambilterhadap bank tertentu. Kebijakan ini juga harus meliputipendekatan yang akan dilakukan dalam rangka home-host supervisory approach. Dalam hal ini, BI telahmenyusun dan mengirimkan Consultative Paper (CP)terkait dengan penerapan Pilar 2 kepada stakeholder.

2. Sedang dilakukan penyempurnaan kerangkapengawasan berbasis risiko (risk based supervision)termasuk mengidentifikasi gap yang ada sesuai denganstandar Pilar 2 dan upaya pemenuhan 25 Basel CorePrinciples for Effective Banking Supervision (BCP).Penyempurnaan kerangka pengawasan bank inidiharapkan dapat mendukung pengawas dalammereview modal bank yang sesuai profil risiko bank.

3. Diperlukan penyempurnaan Arsitektur SistemPengawasan baik yang bersifat terintegrasi maupunstand alone sebagai antisipasi pemanfaatan pendekatanmodel/internal model yang lebih kompleks oleh bankkhususnya dalam proses pengukuran risiko yangmemerlukan persetujuan pengawas.

Page 51: Booklet Perbankan 2009

43

Booklet Perbankan Indonesia 2009

4. Perlu dipersiapkan kelompok pengawas spesialis (KPS)sebagai antisipasi pengembangan model internal, antaralain risiko pasar yang sudah dapat disampaikan oleh bankmulai 2008. Secara khusus, untuk membantu KPS dalammemvalidasi model internal risiko pasar bank, telahdikembangkan BISMI (Bank Indonesia Sistem ModelInternal). Selanjutnya akan dipersiapkan validator untukrisiko kredit yang akan bertugas untuk melakukanvalidasi terhadap model Internal Rating Based (IRB) yangdikembangkan bank untuk perhitungan beban modalrisiko kredit, dan validator untuk risiko operasional yangakan bertugas untuk melakukan validasi terhadap modelAdvanced Measurement Approach (AMA) yangdikembangkan bank untuk perhitungan beban modalrisiko operasional.

5. Diperlukan pelaksanaan pelatihan yangberkesinambungan kepada pengawas mengenaimanajemen risiko, innovative financial instruments,modeling techniques dan lain-lain untuk meningkatkankualitas pengawas.

6. Telah disusun survey dan kajian terhadap jenis risiko yangdipandang material untuk perbankan di Indonesia yangtidak tercover di pilar 1 yaitu Interest Rate Risk In TheBanking Book (IRR-BB), Risiko Likuiditas dan RisikoKonsentrasi Kredit. Seluruh kajian yang telah disusuntersebut akan menjadi salah satu masukan dalampenyusunan ketentuan terkait hal tersebut.

Pilar 3. Market Discipline1. BI bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

telah menetapkan kebijakan untuk mengadopsiInternational Accounting Standards (IAS) 39 dan 32dalam Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK)No.50 dan 55 yang akan diimplementasikan mulai 1Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAKdimaksud, telah disusun pula Pedoman AkuntansiPerbankan Indonesia (PAPI).

Page 52: Booklet Perbankan 2009

44

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2. Telah dilakukan penyempurnaan format LaporanBulanan Bank Umum (LBU) untuk memfasilitasikebutuhan data sesuai dengan Basel II dan IAS 39/32,serta ketentuan kehati-hatian yang berlaku.

3. Perlu dilakukan identifikasi gap antara kewajibantransparansi yang ada saat ini dengan standar yangditetapkan dalam Pilar 3 yang akan bermuara padapenyempurnaan ketentuan yang berlaku terkaittransparansi kondisi keuangan bank dan laporankeuangan publikasi bank umum.

4. Perlu terus dilakukan diseminasi dan sosialisasi subtansiBasel II kepada internal Bank Indonesia, perbankan danstakeholders lainnya.

D. Pengembangan Perbankan SyariahKebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkandengan berpedoman pada strategi pengembangan jangkapanjang perbankan syariah dalam Cetak Biru PengembanganPerbankan Syariah yang saat ini memasuki implementasitahap kedua. Kebijakan yang ditempuh dalam tahap yangdimulai pada tahun 2005 tersebut, difokuskan pada upayamemperkuat struktur industri perbankan syariah. Di sampingitu, pengesahan Undang-Undang No. 21 tahun 2008tentang Perbankan Syariah telah memberikan dukunganyang semakin kuat pada aspek hukum. Undang-Undangtersebut baik langsung maupun tidak langsung telah menjadipedoman dalam pengembangan perbankan syariah nasionalpada masa yang akan datang dan diharapkan pula Undang-Undang ini menjadi milestone pengembangan industriperbankan syariah di tanah air.Salah satu langkah penting dalam rangka memperjelas posisidan strategi pengembangan perbankan syariah dalam sistemkeuangan nasional, adalah dengan melakukan sinkronisasikebijakan pengembangan perbankan syariah dalam cetakbiru, dengan rencana strategis Bank Indonesia dalampengembangan industri perbankan dan keuangan yaituArsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem

Page 53: Booklet Perbankan 2009

45

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Keuangan Indonesia (ASKI). Sinkronisasi yang dilakukanmeliputi penambahan sasaran strategis dan tahapanpengembangan yang difokuskan untuk mendorong prosesintegrasi industri perbankan syariah dengan industri lainnyadalam sistem keuangan syariah. Penajaman fokus kebijakandalam sasaran strategis pengembangan perbankan syariahdilakukan dengan menambah fokus ruang lingkuppengembangan dari empat menjadi enam yang meliputi:(1) kepatuhan pada prinsip syariah, (2) ketentuan kehati-hatian, (3) efisiensi operasi dan daya saing, (4) kestabilansistem dan kemanfaatan bagi perekonomian, (5)peningkatan kompetensi profesionalisme sumber dayainsani, serta (6) optimalnya fungsi sosial bank syariah dalammemfasilitasi sektor voluntary/sosial dengan programpemberdayaan ekonomi rakyat.

Kebijakan yang mendukung terpeliharanya kepatuhan padaKebijakan yang mendukung terpeliharanya kepatuhan padaKebijakan yang mendukung terpeliharanya kepatuhan padaKebijakan yang mendukung terpeliharanya kepatuhan padaKebijakan yang mendukung terpeliharanya kepatuhan pada

prinsip syariah dalam operasional perbankanprinsip syariah dalam operasional perbankanprinsip syariah dalam operasional perbankanprinsip syariah dalam operasional perbankanprinsip syariah dalam operasional perbankan, semakinmendapat dukungan dengan disahkannya UU No. 21 tahun2008 tentang Perbankan Syariah. Undang √ Undang tersebutmengamanahkan terbentuknya Komite Perbankan Syariah(KPS) yang bertugas membantu BI dalammengimplementasikan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)menjadi ketentuan yang akan dituangkan ke dalamPeraturan Bank Indonesia (PBI). Keberadaan KPS pun telahpula diregulasikan dalam PBI No. 10/32/PBI/2008 tanggal20 November 2008 tentang Komite Perbankan Syariah.Selain itu dalam rangka melengkapi panduan penerapanakad keuangan syariah di dalam operasional perbankan,tahun 2008 telah dilakukan penyusunan Kajian AkadInstrumen Moneter Berbasis Syariah yang diharapkanmampu menjadi pedoman dalam perumusan kebijakanmoneter berdasarkan prinsip syariah dimana perbankansecara dominan ikut terlibat sebagai pelaku pasar.

Kebijakan dalam lingkup peningkatan pemenuhan aspekKebijakan dalam lingkup peningkatan pemenuhan aspekKebijakan dalam lingkup peningkatan pemenuhan aspekKebijakan dalam lingkup peningkatan pemenuhan aspekKebijakan dalam lingkup peningkatan pemenuhan aspek

kehati-hatian dalam operasional perbankan syariahkehati-hatian dalam operasional perbankan syariahkehati-hatian dalam operasional perbankan syariahkehati-hatian dalam operasional perbankan syariahkehati-hatian dalam operasional perbankan syariah,dilakukan dengan penyesuaian dan penyempurnaan

Page 54: Booklet Perbankan 2009

46

Booklet Perbankan Indonesia 2009

ketentuan kehati-hatian berdasarkan karakteristikoperasional bank syariah dengan diterbitkannya beberapaPBI seperti PBI perubahan tentang mediasi perbankan,penyelesaian pengaduan nasabah, pelaksanaan prinsipsyariah, GWM dan penilaian kualitas aktiva. Disamping itu,dalam rangka memperkuat industri denganmempertimbangkan kebutuhan dan kondisi industri secarainisiatif dikeluarkan PBI baru tentang restrukturisasipembiayaan bagi BUS dan UUS (PBI No. 10/18/PBI/2008tanggal 25 September 2008). Sedangkan gunamenyelaraskan pengaturan kehati-hatian perbankan syariahdengan standar internasional, Bank Indonesia secara aktifberpartisipasi dalam penyusunan standar internasional padaIslamic Financial Service board (IFSB). Standar yang telahmemasuki tahap penyelesaian (finalisasi) pada tahun 2008adalah standar The Guiding Principles on Sharia Governancedan The Guiding Principles on Business Conduct. Sedangkanstandar yang masih dalam proses penyelesaian meliputistandar mengenai supervisory review process dan standartransparency and market discipline.

Dalam kerangka pengembangan efisiensi operasi dan dayaDalam kerangka pengembangan efisiensi operasi dan dayaDalam kerangka pengembangan efisiensi operasi dan dayaDalam kerangka pengembangan efisiensi operasi dan dayaDalam kerangka pengembangan efisiensi operasi dan daya

saing perbankan syariahsaing perbankan syariahsaing perbankan syariahsaing perbankan syariahsaing perbankan syariah, kebijakan Bank Indonesiadifokuskan pada upaya untuk lebih memberikan ruang gerakkepada perbankan di dalam menyediakan produk dan jasakeuangan perbankan syariah dan sekaligus meningkatkanakses masyarakat pada produk dan jasa perbankan syariah.Hal ini dilakukan dengan menerbitkan PBI No. 10/9/PBI/2008tanggal 22 Februari 2008 tentang izin usaha dalam rangkakonsolidasi dan PBI No. 10/17/PBI/2008 tanggal 25 September2008 tentang produk BUS dan UUS, diharapkan bank dapatlebih efisien dalam operasionalnya dimana berdasarkanArsitektur Perbankan Indonesia (API) bentuk kelembagaanbank syariah menyesuaikan dengan kemampuan banksyariah terkait dengan besarnya modal yang dimiliki. Selainitu, PBI tentang produk diharapkan mampu menginspirasipengembangan produk lebih lanjut di industri perbankan

Page 55: Booklet Perbankan 2009

47

Booklet Perbankan Indonesia 2009

syariah nasional. Inisiatif strategis lainnya adalah melakukankajian lindung nilai dan manajemen risiko yang meliputistruktur, instrumen, institusi, mekanisme dan akad. Kajianini merupakan langkah awal di dalam menciptakan sistemkeuangan syariah yang efisien untuk mendorong penciptaaninstrumen keuangan syariah secara luas oleh pemerintah danswasta dalam skala nasional maupun global. Berkaitandengan hal ini, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan PBINo. 10/36/PBI/2008 tanggal 10 Desember 2008 tentangOperasi Moneter Syariah yang secara garis besarmemperkenankan bank syariah memperjual-belikan suratberharga diantaranya Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).PBI ini merupakan respon terhadap pengesahan Undang-Undang No. 19 tahun 2008 tanggal 7 Mei 2008 tentangSBSN. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan daya saingindustri, berpedoman pada grand strategy pengembanganperbankan syariah, mulai tahun 2008 dilakukan promosi danprogram-program edukasi publik yang mengedepankanaspek-aspek kemanfaatan dan keunikan perbankan syariah,baik produknya maupun implikasi bagi perekonomian dansosial kemasyarakatan. Dengan jargon ≈bank syariah lebihdari sekedar bank∆ (beyond banking) diharapkan mampumemberikan image industri yang lebih baik dan semakinmemperluas segmen masyarakat yang menjadi sasaranpemakai jasa perbankan syariah.

Sementara itu dalam upaya mendukung stabilitas sistemikSementara itu dalam upaya mendukung stabilitas sistemikSementara itu dalam upaya mendukung stabilitas sistemikSementara itu dalam upaya mendukung stabilitas sistemikSementara itu dalam upaya mendukung stabilitas sistemik

serta terciptanya kemanfaatan bagi perekonomian nasionalserta terciptanya kemanfaatan bagi perekonomian nasionalserta terciptanya kemanfaatan bagi perekonomian nasionalserta terciptanya kemanfaatan bagi perekonomian nasionalserta terciptanya kemanfaatan bagi perekonomian nasionaltelah disusun Kajian Model Pembiayaan Syariah bagi UMKMsektor pertanian, dimana hasilnya mampu memberikangambaran sekaligus rekomendasi, baik bagi pihak perbankansyariah maupun pihak UMKM (khususnya sektor pertanian)tentang kondisi pembiayaan syariah di sektor tersebut. Kajianini merupakan kelanjutan program linkage yang pada tahunsebelumnya dilakukan di beberapa daerah berupapeningkatan kemampuan penyuluh atau pendampingUMKM baik di lembaga pemerintah maupun di perbankan

Page 56: Booklet Perbankan 2009

48

Booklet Perbankan Indonesia 2009

syariah. Dominannya pembiayaan perbankan syariah padaUMKM serta terbuktinya sektor usaha ini dalammempertahankan kinerja dan pertumbuhan industriperbankan syariah di tengah kondisi krisis keuangan global,menjadi landasan penting bagi upaya-upaya penguatansektor usaha ini. Dan salah satu upaya yang dilakukan adalahmelakukan kajian di bidang UMKM sekaligus memberikaninformasi yang cukup bagi perbankan untukmengoptimalkan peran dan aktifitasnya di sektor UMKM.

Pengembangan sumberdaya insani di bidang perbankanPengembangan sumberdaya insani di bidang perbankanPengembangan sumberdaya insani di bidang perbankanPengembangan sumberdaya insani di bidang perbankanPengembangan sumberdaya insani di bidang perbankan

syariahsyariahsyariahsyariahsyariah, baik dari sisi pengelola bank syariah, karyawan BankIndonesia maupun masyarakat luas, terus dilakukan melaluiprogram edukasi secara sistematis, terfokus danberkesinambungan. Dengan bertambahnya bank syariahdan jaringan kantor syariah, kebutuhan atau tuntutansumber daya insani dengan kuantitas dan kualitas yangsesuai terhadap perkembangan di masa datang, menjadisebuah keharusan dalam pengembangan industri perbankansyariah yang masih muda ini. Disamping itu, kebutuhansumberdaya insani juga tergantung pada peningkataninovasi produk dalam industri, kompleksitas kegiatan usahayang menuntut penguasaan manajemen risiko yang baik,dan tuntutan pengguna jasa akan kualitas layanan jasaperbankan syariah. Sehubungan dengan hal tersebut,sejumlah program strategis telah dilaksanakan sepanjangtahun 2008 sebagai bagian dari inisiatif jangka panjanguntuk mendorong tersedianya sumber daya insani di bidangperbankan syariah baik jumlah maupun mutu yang sesuaidengan kebutuhan dan tantangan masa depan. Beberapaprogram pengembangan sumber daya insani perbankansyariah tersebut adalah sebagai berikut:

(a) Pelaksanaan program sertifikasi bagi direksi BPR SyariahUntuk meningkatkan dan mendapatkan standar minimalkapasitas dan kemampuan pengelola perbankan syariahkhususnya BPR Syariah, sejak tahun 2006 Bank Indonesiabekerjasama dengan Lembaga Standar Profesi Lembaga

Page 57: Booklet Perbankan 2009

49

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Keuangan Mikro (LSP LKM) CERTIF, dan LembagaPengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) telahmelaksanakan program sertifikasi bagi direksi BPRS. Sejaktahun 2006 sampai dengan 31 Desember 2008 jumlahdirektur BPR Syariah yang telah lulus sertifikasi sebanyak252 direktur dari BPR Syariah yang ada di seluruhIndonesia.

(b) Pelaksanaan Pelatihan Bagi Pegawai Bank KonvensionalYang Akan Membuka Pelayanan Syariah dan PegawaiBaru pada BUS dan UUSGuna mengantisipasi kebutuhan pegawai bank yangmemahami kegiatan operasional perbankan syariah,khususnya terkait dengan kebijakan perluasan layanansyariah di kantor-kantor cabang bank konvensional yangmemiliki UUS sebagai konsekuensi diberlakukannyaketentuan PBI No. 9/7/PBI/2007, telah diselenggarakanPelatihan Dasar Perbankan Syariah bagi para pegawaibank konvensional. Pelatihan tersebut diselenggarakanatas kerjasama antara Bank Indonesia dengan LembagaPengembangan Perbankan Indonesia (LPPI). PelatihanDasar Perbankan Syariah ini sepanjang tahun 2008dilaksanakan sebanyak 6 angkatan dengan jumlahpeserta sebanyak 244 orang.

(c) Pelaksanaan Pelatihan Nasional Perbankan Syariah bagiUlama/MubalighPesatnya perkembangan industri perbankan syariah darisisi kelembagaan berimplikasi pada kebutuhan akandukungan dari kalangan alim ulama yang tidak hanyamemiliki pengetahuan tentang fikih muamalah tetapijuga pengetahuan teknis operasional perbankan syariah.Menyikapi hal ini Bank Indonesia bekerjasama denganLPPI menyelenggarakan pelatihan perbankan syariahkepada para ulama dari beberapa organisasi massa diwilayah DKI Jakarta dan Pekanbaru, diantaranyaMuhammadiyah, Nahdatul Ulama dan Ikatan Da»IIndonesia (IKADI).

Page 58: Booklet Perbankan 2009

50

Booklet Perbankan Indonesia 2009

(d) Pengembangan Program Pengajaran dan MinatPenelitian di Bidang Perbankan SyariahDisadari bahwa penyediaan sumber daya insani bagiindustri perbankan syariah sangat tergantung pada sistempendidikan nasional, maka Bank Indonesia juga aktifdalam program edukasi khusus bagi kalangan pendidikdan akademisi. Bentuk dukungan pada program edukasitersebut diantaranya berupa penyelenggaraan Trainingfor Trainers (TFT) perbankan syariah bagi guru dan dosenserta penyediaan literature tentang ekonomi/keuangan/perbankan syariah. Selain itu pelaksanaan riset bersamadengan perguruan tinggi juga terus dilakukan dengantujuan meningkatkan kontribusi lembaga riset danperguruan tinggi untuk memberikan masukan dalampenyusunan kebijakan dan pengaturan perbankansyariah, serta menumbuhkembangkan minat dankompetensi peneliti perguruan tinggi di bidang ekonomi,keuangan dan perbankan syariah.

Sementara itu, upaya peningkatan kompetensi pengawasbank syariah dilakukan melalui program pelatihan up-grading pengawas bank khususnya pengawas bank yangberasal dari Bank Indonesia di daerah (KBI). Disamping itu,pelatihan dasar perbankan syariah juga diselenggarakan bagiseluruh pegawai Bank Indonesia dari berbagai satuan kerjadengan tujuan memberikan pengetahuan perbankansyariah. Pada tahun 2008, pelaksanaan pelatihan dasarperbankan syariah bagi pegawai Bank Indonesiadiselenggarakan sebanyak 2 angkatan.

Inisiatif strategis untuk optimalisasi fungsi sosial bank syariahInisiatif strategis untuk optimalisasi fungsi sosial bank syariahInisiatif strategis untuk optimalisasi fungsi sosial bank syariahInisiatif strategis untuk optimalisasi fungsi sosial bank syariahInisiatif strategis untuk optimalisasi fungsi sosial bank syariah

melalui perannya dalam memfasilitasi hubungan melalui perannya dalam memfasilitasi hubungan melalui perannya dalam memfasilitasi hubungan melalui perannya dalam memfasilitasi hubungan melalui perannya dalam memfasilitasi hubungan voluntaryvoluntaryvoluntaryvoluntaryvoluntarysector sector sector sector sector (dana sosial) dengan pemberdayaan ekonomi rakyat(dana sosial) dengan pemberdayaan ekonomi rakyat(dana sosial) dengan pemberdayaan ekonomi rakyat(dana sosial) dengan pemberdayaan ekonomi rakyat(dana sosial) dengan pemberdayaan ekonomi rakyat,Bank Indonesia bersama pihak terkait telah berperanmaksimal bagi dikeluarkan dan disahkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. UUtersebut menegaskan fungsi bank syariah dalammenghimpun dana-dana sosial seperti zakat, infaq,

Page 59: Booklet Perbankan 2009

51

Booklet Perbankan Indonesia 2009

shadaqah dan wakaf (ZISW). Selanjutnya BI bersamalembaga-lembaga pengelola dana sosial melakukanprogram-program pemberdayaan masyarakat kurangmampu (mustahik). Diharapkan selanjutnya secaraberkesinambungan program ini memiliki kontribusi yangpenting terhadap kinerja perekonomian melalui penciptaanpelaku-pelaku ekonomi aktif. Perbankan syariah melaluijaringan layanan yang luas akan memberikan kemudahanbagi muzaki dan dermawan di dalam menyerahkan danatersebut dan sekaligus memperlancar distribusi dana tersebutterutama ke daerah-daerah yang sangat membutuhkan.

E. Arah Kebijakan, Strategi Penguatan dan PeningkatanPeran BPR dalam Rangka Pelayanan kepada UMK1. Penyempurnaan Cetak Biru BPR

Globalisasi dunia usaha dan revolusi teknologi informasi(TI) yang terjadi belakangan ini mempengaruhi kebijakansektor finansial negara-negara di dunia termasukIndonesia. Hal tersebut berdampak pula padaperkembangan struktur lembaga, dimensi pelayanan jasakeuangan, serta inovasi produk industri keuangan secaracepat dan dinamis. Arus globalisasi turut mendorongliberalisasi di berbagai sektor, termasuk sektor keuangan,yang akan memberikan peluang, yaitu meningkatkanakses lembaga keuangan domestik ke pasarinternasional, tetapi di sisi lain sekaligus menjaditantangan karena liberalisasi akan meningkatkan akseslembaga keuangan asing di pasar dalam negeri.Mencermati berbagai faktor yang mempengaruhiperkembangan industri BPR di atas, maka dalam rangkamempersiapkan diri menghadapi tantangan dan peluangpada masa depan dan mengatasi kelemahan-kelemahanyang ada pada industri BPR serta mendorongpengembangan sektor riil, penyempurnaan Cetak BiruBPR dipandang perlu untuk dilakukan.Penyempurnaan Cetak Biru BPR dititikberatkan padakebijakan penguatan struktur industri BPR, kelembagaan

Page 60: Booklet Perbankan 2009

52

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dan operasional BPR dalam rangka meningkatkan perandan kontribusi BPR sebagai Community Bank terhadappemberdayaan ekonomi lokal. Disamping itu, Cetak BiruBPR dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalamrangka penetapan strategi implementasi yang tepat bagipengembangan industri BPR yang lebih terarah. Beberapakebijakan pokok pengembangan BPR yang akandituangkan dalam Cetak Biru BPR, antara lain meliputi:

a. Penguatan Posisi BPR Sebagai Community BankMenghadapi kondisi saat ini, BPR tidak cukup hanyamemiliki keunggulan komparatif, tetapi juga yanglebih penting adalah memiliki keunggulan kompetitifyang berkelanjutan. Krisis keuangan global yangterjadi menjelang akhir tahun 2008 kembalimembuktikan kebenaran akan pendapat umum yangmengatakan bahwa UMKM memiliki ketahanan yanglebih baik dalam menghadapi krisis dibandingkandengan usaha-usaha skala besar. Pengalamantersebut memberikan pelajaran yang sangat berartidalam rangka upaya memperkuat ketahanan BPRterhadap gejolak keuangan akibat krisis ekonomi danmeningkatkan pelayanan BPR terhadap UMKM.Untuk menegaskan ciri yang spesifik dan keunggulankomparatif BPR yang membedakannya dengan bankumum serta memperkuat posisi BPR agar dapat lebihoptimal dalam berperan mendukung pengembanganwilayah setempat (community development), makapengembagan industri BPR ke depan akan diarahkanpada konsep BPR sebagai Community Bank.

b. Stratifikasi Industri BPRPotret industri BPR yang beragam baik dari sisi kondisikeuangan maupun karakteristik bisnisnya,menyebabkan kebijakan terkait dengan pengawasandan pengaturan yang diterapkan terhadap BPR saatini (one rule fits all) dinilai masih kurang efektif,sehingga perlu dilakukan penyesuaian kembali

Page 61: Booklet Perbankan 2009

53

Booklet Perbankan Indonesia 2009

terhadap kebijakan tersebut. Berangkat dari kondisitersebut, pengawasan dan pengaturan BPR kedepanakan disesuaikan kembali dengan menerapkankebijakan berbasis stratifikasi.Sebagai prasyarat untuk penerapan kebijakantersebut maka industri BPR dibagi dalam beberapakelompok (strata) yang didasarkan pada jumlahmodal inti BPR yang bersangkutan. Penentuan modalinti sebagai indikator penetapan strata BPR didasariatas karakteristik dari modal inti yang relatif stabil(jika dibandingkan aset) dan mencerminkan unsurproduktivitas suatu BPR.

c. Penguatan Kelembagaan dan Operasional BPRDalam rangka meningkatkan daya saing danjangkauan pelayanan BPR, penguatan kelembagaandan operasional BPR menjadi penting untukdilakukan. Kebijakan terkait dengan penguatankelembagaan BPR antara lain tercermin padakebijakan dan pengaturan mengenai pemenuhanketentuan modal disetor minimum dan persyaratanpengurus BPR.Terkait dengan kebijakan permodalan, BankIndonesia menetapkan jumlah modal disetorminimum bagi pendirian BPR baru sesuai denganwilayah lokasi dimana BPR akan didirikan.Sedangkan terhadap BPR-BPR yang telah berdiri,Bank Indonesia menerapkan pentahapanpemenuhan modal disetor minimum dalamprosentase tertentu sampai dengan akhir tahun2010. Kebijakan permodalan ini dibarengi puladengan upaya penyehatan BPR melalui merger,konsolidasi dan akuisisi.Terkait dengan persyaratan pengurus BPR, ke depanBank Indonesia akan menerapkan kebijakanpersyaratan pengurus BPR yang disesuaikan denganstrata BPR. Kebijakan tersebut dilandasi atas

Page 62: Booklet Perbankan 2009

54

Booklet Perbankan Indonesia 2009

pertimbangan bahwa untuk masing-masing strataBPR akan memiliki profil risiko operasional yangberbeda pula, sehingga semakin tinggi profil risikoBPR, semakin kompleks beban tugas pengurus BPR.

2. Penyediaan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek(FPJP) bagi BPRMelengkapi ketentuan fasilitas likuiditas bagi perbankandalam rangka mengantisipasi meluasnya risiko likuiditassebagai dampak terjadinya krisis keuangan global,sekaligus sebagai upaya menjaga kepercayaanmasyarakat terhadap perbankan, khususnya BankPerkreditan Rakyat (BPR), pada tanggal 5 Desember 2008telah diterbitkan PBI No.10/35/PBI/2008 tentang FPJPbagi BPR. Penerbitan PBI diikuti dengan keluarnya SEEkstern No.10/45/DKBU tanggal 12 Desember 2008 danSE Intern sebagai pedoman bagi KP dan KBI dalamrangka pelaksanaan mekanisme FPJP bagi BPR. PBItersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan darikebijakan jaring pengaman keuangan (financial safetynet) dalam rangka memelihara stabilitas sistemkeuangan. Penyediaan fasilitas ini bagi BPR jugadimaksudkan untuk memberikan kesempatan yangsama (equal treatment) kepada BPR untuk memperolehfasilitas pendanaan bila mengalami kesulitan likuiditasdalam jangka pendek.Sementara itu, agar BPR lebih fokus kepada kegiatanoperasionalnya terutama dalam penangananpermasalahan likuiditas, maka kepada BPR diberikankelonggaraan berupa penundaan atas pemenuhankewajiban ketentuan Pembentukan PPAP, yaitukelonggaran batas waktu pemenuhan pembentukanPPAP sampai dengan 100% paling lambat dalam waktu6 (enam) bulan atas penempatan antar bank aktiva (ABA)dengan kolektibilitas tergolong Macet karena bankpenerima penempatan dana ditetapkan dalam statusDalam Pengawasan Khusus.

Page 63: Booklet Perbankan 2009

55

Booklet Perbankan Indonesia 2009

3. Peningkatan Kualitas Pengaturan BPRPerkembangan industri BPR yang cepat, baik dari sisikapasitas maupun operasional harus diimbangi denganregulasi yang memiliki efektifitas yang memadai danlebih ≈membumi∆ dengan tetap memperhatikan prinsipkehati-hatian dibidang perbankan. Dalam kerangka pikirtersebut, Bank Indonesia selalu melakukan evaluasiterhadap pelaksanaan ketentuan BPR di lapangan untukkemudian dilakukan penyempurnaan terhadapketentuan terkait.Saat ini Bank Indonesia telah melakukan kajian dalamrangka penyempurnaan ketentuan BPR terkait denganBatas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan tindaklanjut BPR dalam status pengawasan khusus (exit policy).Penyempurnaan ketentuan dimaksud akan diterbitkandalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang akanmencabut ketentuan lama (saat ini masih berlaku) yaitu,masing-masing SK DIR No.31/61/KEP/DIR tentang BMPKBPR dan PBI No.7/34/PBI/2005 tentang Tindak LanjutPenanganan Terhadap BPR dalam Status PengawasanKhusus (BPR DPK).Penyempurnaan ketentuan terkait dengan BMPK BPRdilakukan dalam rangka lebih memperjelas danmempertegas pengaturan BMPK serta mendorong BPRagar lebih produktif dengan tetap memperhatikanprinsip kehati-hatian. Beberapa penyempurnaandimaksud antara lain meliputi, definisi BMPK; definisipelanggaran dan pelampauan BMPK, beserta caraperhitungannya; penegasan mengenai kriteriapenempatan antar bank terkait; prosentase BMPK bagikelompok peminjam; penjelasan kriteria kelompokpeminjam; dan tata cara pelaporan BMPK oleh BPR.Penyempurnaan ketentuan mengenai exit policy BPRdilakukan antara lain dalam rangka sinkronisasi denganketentuan BPR lainnya terutama menyangkut teknispenyetoran modal dalam rangka penyehatan BPR DPKdan kaitannya dengan kriteria pengeluaran BPR dari

Page 64: Booklet Perbankan 2009

56

Booklet Perbankan Indonesia 2009

status pengawasan khusus. Selain itu, dalam ketentuanyang baru akan diperjelas mengenai cakupan Cease andDesist Order (CDO) terkait dengan penetapan BPR dalamstatus pengawasan khusus dengan mengacu kepadaPasal 37 dan Pasal 52 Undang-Undang Perbankan.Selanjutnya untuk memperoleh informasi kondisi terakhirBPR DPK, proses evaluasi oleh Bank Indonesia yang saatini masih dilakukan secara 3 (tiga) bulanan, ke depandapat dilakukan setiap saat sehingga diperoleh informasiyang lebih riil dan akurat mengenai kondisi BPR DPK.

4. Peningkatan Efektifitas Sistem Pengawasan BPRMewujudkan industri BPR sebagai Community Bankyang sehat, kuat dan produktif tidak terlepas dari usahaBank Indonesia untuk selalu memperbaiki sistem dankinerja pengawasan BPR. Sejalan dengan hal tersebut,kebijakan Bank Indonesia dalam rangka meningkatkanefektifitas dan efisiensi sistem pengawasan BPRdiarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:

a. Persyaratan dan Peningkatan Kompetensi PengawasBPRKompleksitas permasalahan BPR yang semakinmeningkat menuntut pengawas untuk tidak hanyamemahami bidang tugasnya secara profesional danmemiliki ketajaman dalam melakukan analisis, tetapijuga memiliki kemampuan dalam melakukanprofessional judgement. Untuk itu, pengawas BPRperlu memiliki pengetahuan di bidang akuntansiperbankan, menguasai teknik-teknik pengawasandan pemeriksaan, serta memiliki pemahamanmengenai ketentuan perbankan.Selain hal tersebut, agar permasalahan yang dihadapiBPR dapat segera diketahui dan solusi penyelesaiandilakukan secara tepat, pengawas dituntut pulauntuk lebih mengetahui kondisi bank yang diawasi(know your bank) dari waktu ke waktu.

Page 65: Booklet Perbankan 2009

57

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawasBPR, BI secara terencana dan berkelanjutanmelakukan peningkatan pengetahuan danketerampilan para pengawas BPR, baik melaluipendidikan dan pelatihan, seperti program sertifikasipengawas bank, pelatihan khusus pengawas BPR,sosialisasi, workshop, Klinik Hukum dan knowledgesharing.

b. Pembentukan Kelompok Pengawas BPR KhususPerkembangan operasional BPR dari sisi produk danpelayanan yang semakin modern, menyebabkanpermasalahan yang dihadapi oleh BPR semakinkompleks. Hal tersebut harus diimbangi dengansistem pengawasan yang memadai baik dari sisikualitas maupun kuantitas. Merespon kondisi diatas, Bank Indonesia akan membentuk KelompokPengawas BPR Khusus dalam struktur organisasipengawasan BPR di Kantor Pusat Bank Indonesia(KPBI). Unit kerja tersebut memiliki tugas untukmembantu unit kerja pengawasan BPR dalamrangka penyelesaian BPR bermasalah yangmemerlukan penanganan khusus baik di KBImaupun KPBI.

c. Penyempurnaan Sistem Informasi ManajemenPengawasan BPR (SIMWAS BPR)Dalam rangka menunjang palaksanaan tugaspengawasan BPR, Bank Indonesia senantiasamelakukan penyempurnaan terhadap modulSIMWAS BPR antara lain dengan memasukkanmodul Fit and Proper Test sesuai dengan kebutuhanpengawasan. SIMWAS BPR diharapkan menjadi≈jendela∆ informasi yang menyajikan kondisikeuangan BPR secara riil berdasarkan laporan yangdisampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia dalamrangka pengawasan tidak langsung terhadap BPR.Oleh karena itu penyempurnaan terhadap SIMWAS

Page 66: Booklet Perbankan 2009

58

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dilakukan secara terus menerus denganmengakomodir kebutuhan data dan informasipengawasan secara komprehensif. PengembanganSIMWAS BPR yang sedang dilakukan saat ini antaralain mencakup penyempurnaan format baru LaporanBulanan BPR dan pengembangan sistempenyampaian secara on-line untuk laporan BatasMaksimum Pemberian Kredit BPR, Rencana Kerja danPelaksanaan Rencana Kerja BPR.

F. Upaya Pengembangan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)Peranan Bank Indonesia dalam mendorong pengembanganUMKM telah dimulai sejak tahun 1960-an melalui financialassistance (pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia) dantechnical assistance. Seiring dengan diberlakukannya UUNo.23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UUNo.3 Tahun 2004, peranan BI dalam membantu UMKMmenjadi bersifat tidak langsung dan lebih terfokus padabantuan teknis (technical assistance). Secara garis besarperanan BI tersebut dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu supplyside (pendanaan/pembiayaan UMKM) dan demand side(penguatan UMKM).

Kebijakan Supply SideKebijakan supply side adalah kebijakan pengembangan yangdifokuskan kepada berbagai kebijakan dan program untukmembantu bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM.Untuk memberikan keleluasaan penyaluran kredit olehperbankan, di awal tahun 2009 Bank Indonesiamengeluarkan Surat Edaran Nomor: 11/1/DPNP tanggal 21Januari 2009 perihal Perhitungan Aktiva TertimbangMenurut Risiko untuk Kredit Usaha Mikro, Kecil danMenengah (KUMKM), yang antara lain mengatur tentang:1. Perhitungan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)

untuk KUMKM dikenakan bobot risiko sebesar 85%(delapan puluh lima persen).

Page 67: Booklet Perbankan 2009

59

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2. Penurunan bobot risiko dalam perhitungan aktivatertimbang menurut risiko (ATMR) untuk KUMKM yangdijamin lembaga penjaminan/asuransi kredit berstatusBUMN yang memenuhi persyaratan tertentu dari 50%menjadi 20%; dan

3. Penurunan bobot risiko dalam perhitungan ATMR untukKUMKM yang dijamin lembaga penjaminan/asuransikredit berstatus bukan BUMN yang memenuhipersyaratan tertentu dari 85% menjadi sesuai denganperingkat lembaga penjaminan/ asuransi kredit sebagaiberikut:i. AAA s.d AA- : 20%ii. A+ s.d BBB- : 50%iii. BB+ s.d B- : 75%

Selain Surat Edaran di atas, Bank Indonesia juga mengeluarkanPeraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tanggal 29Januari 2009, perihal Perubahan Ketiga Atas Peraturan BankIndonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian KualitasAktiva Bank Umum, yang antara lain mengatur mengenai:1. Penetapan kualitas dapat hanya didasarkan atas

ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untukkredit, untuk:a. Kredit dan penyediaan dana lainnya yang diberikan

oleh setiap Bank kepada 1 (satu) debitur atau 1 (satu)proyek dengan jumlah kurang dari atau sama denganRp1 milyar.

b. Kredit dan penyediaan dana lainnya yang diberikanoleh setiap Bank kepada debitur UMKM denganjumlah:- Sampai dengan Rp 20 M sepanjang Risk Control

System (RCS) tergolong strong, CAR sesuaiketentuan dan hasil penilaian CAMELS denganPeringkat Keseluruhan (Komposit) 3

- Sampai dengan Rp 10 M sepanjang RCStergolong acceptable, CAR sesuai ketentuan danhasil penilaian CAMELS dengan PeringkatKeseluruhan (Komposit) 3

Page 68: Booklet Perbankan 2009

60

Booklet Perbankan Indonesia 2009

c. Kredit dan penyediaan dana lainnya kepada debiturdengan lokasi kegiatan usaha berada di daerahtertentu dengan jumlah kurang dari atau samadengan Rp1 milyar.

2. Properti yang telah dimanfaatkan secara efektif untukaktivitas bisnis Bank dengan prosentase lebih dari 50%tidak dikategorikan sebagai properti terbengkalai,sehingga tidak diperlukan pembentukan PenyisihanPenghapusan Aktiva (PPA).

3. Jangka waktu terhadap pelaksanaan appraisal agunansebagai pengurang Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA)yang dilakukan oleh independent appraisal untuk kreditlebih dari Rp5 milyar diperpanjang dari 12 bulan terakhirmenjadi 18 bulan terakhir.

Selain berbentuk regulasi, bentuk kebijakan supply sidelainnya adalah pengembangan kelembagaanpengembangan kelembagaanpengembangan kelembagaanpengembangan kelembagaanpengembangan kelembagaan yangmenunjang UMKM, meliputi:1. Kerjasama antar Lembaga Keuangan (linkage program)

Dilakukan dengan mendorong kerjasama bank umumdengan BPR dalam penyaluran kredit kepada UMKM.Selain itu, akan ditingkatkan kerjasama BPR denganLembaga keuangan lainnya seperti Lembaga DanaKeuangan Pedesaan (LDKP) untuk memperluaspemberian kredit kepada usaha mikro di pedesaan.

2. Mendorong Peningkatan Peran Lembaga PenjaminanKredit di daerahDalam rangka pemberian kredit baik kepada korporasimaupun UMKM, bank sering meminta agunan sebagaijaminan dalam hal debitur tidak mampu membayarpinjamannya. Namun, disisi lain UMKM tidak mempunyaijaminan, ataupun jaminannya tidak memenuhi standarbank. Untuk kepentingan ini, Bank Indonesiamemfasilitasi pembentukan skim penjaminan kreditUMKM di daerah yang dalam hal ini melibatkan PT.Askrindo, BPD dan Pemda. Sampai saat ini terdapatbeberapa Pemda yang telah melakukan MOUpenjaminan kredit a.l Pemkab Tapanuli Utara, Riau,

Page 69: Booklet Perbankan 2009

61

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Pemkot Surakarta, Pemkot Denpasar, PemkotBalikpapan, Pemprov. Gorontalo, Pemprov. SulawesiUtara.

Terkait dengan penyaluran kredit sampai dengan bulanDesember 2008, net ekpansi kredit yang disalurkanperbankan ke sektor UMKM mencapai Rp136,6 trilun atau101,30% dari total business plan tahun 2008 sebesarRp134,8 triliun. Secara tahunan kredit MKM tumbuh sebesar26,1% menjadi Rp660,7 triliun atau atau lebih tinggi daritahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,5%. Adapunkualitas kredit MKM tetap terjaga, meskipun NPL mengalamipeningkatan. Sampai dengan Triwulan IV, NPL kredit MKMmencapai 3,22%, masih lebih rendah dari NPL total kreditperbankan sebesar 3,32%.

Kebijakan Demand SideKebijakan demand side adalah kebijakan yang diarahkanuntuk mendorong UMKM agar meningkatkan elijibilitas dankapabilitasnya sehingga mampu memenuhi persyaratan daribank (bankable). Bentuk kebijakan demand side ini adalahpemberian bantuan teknis, meliputi:1. Pelatihan kepada Perbankan, Lembaga Pembiayaan

UMKM, dan Lembaga Penyedia Jasa/BusinessDevelopment Services Provider (BDSP) serta KonsultanKeuangan Mitra Bank (KKMB).Pelatihan kepada perbankan dan Lembaga PembiayaanUMKM bertujuan untuk meningkatkan pengetahuandan kemampuan serta mendorong bank dan LembagaPembiayaan UMKM dalam menyalurkan kredit ataupembiayaan kepada UMKM. Topik pelatihan mencakupStrategi Pengembangan UMKM, Survei PengembanganUsaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan metode RapidRural Apraisal (RRA), Analisis Pemberian kredit UMK,Penanganan Kredit UMK Bermasalah dan PemberianKredit Secara Kelompok dengan Pola PengembanganHubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat(PHBK).

Page 70: Booklet Perbankan 2009

62

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Pelatihan kepada BDSP dengan materi aspek keuangandimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dankemampuan BDSP agar mampu memfasilitasi aksesUMKM terhadap pembiayaan dan menjadi mitrabankdalam upaya pengembangan UMKM melalui penyalurandana dari bank atau lembaga keuangan kepada UMKM.Pada tahun 2008 telah dilakukan revisi terhadap cakupandan kualitas pelatihan serta perluasan materi pelatihanantara lain credit scoring, special sector lending danmaking microfinance work bekerjasama dengan lembagainternasional seperti InWent, GTZ Profi, dan ILO.

2. Kegiatan PenelitianKegiatan penelitian terutama diarahkan untukmendukung penetapan arah dan kebijakan BI dalamrangka pemberian bantuan teknis dan penyediaaninformasi yang berguna bagi pengembangan UMKM.Penelitian tersebut disesuaikan dengan kebutuhanpengembangan UMKM serta untuk menggali potensisektor UMKM di masing-masing daerah. Kegiatanpenelitian yang dilakukan meliputi: (i) Penelitian polapembiayaan (lending model) terhadap 15 komoditas/jenis usaha, dimana 10 diantaranya adalah di sektorperikanan baik darat maupun laut yang dalampelaksanaannya bekerjasama dengan DepartemenKelautan dan Perikanan. Cakupan informasi polapembiayaan antara lain meliputi aspek pemasaran, aspekteknis produksi, aspek keuangan, aspek dampakekonomi dan lingkungan. (ii) Penelitian komoditas,produk, jasa usaha (KPJU) unggulan UMKM, yang dahuludikenal sebagai Baseline Economic Survey (BLS). Darisurvei ini dihasilkan ± 10 komoditas unggulan disetiapsektor maupun di tingkat kecamatan, kabupaten/kotasampai ke tingkat propinsi. Pada tahun 2008 terdapat10 Kantor Bank Indonesia (KBI) yang melaksanakanpenelitian tersebut. (iii) Penyediaan informasi databaseUMKM sebagai sarana promosi UMKM dan upayamenjebatani gap informasi perbankan terhadap

Page 71: Booklet Perbankan 2009

63

Booklet Perbankan Indonesia 2009

keberadaan UMKM. Nilai lebih dari database tersebutadalah tersedianya aspek keuangan yang dapatdimanfaatkan perbankan dalam proses penilaian kredit.(iv) Pengembangan UMKM melalui pendekatan klasterdi KBI dan Kantor Pusat. Selain dalam bentuk penelitian,Bank Indonesia juga membuat buku ≈Meraih SuksesBisnis dengan Dukungan Pembiayaan Perbankan:Pelajaran dari 15 Pengusaha∆ dan DVD∆≈Perbankan danUMKM: Usaha Bunga Potong dan Toko Kertas∆ yangbertujuan untuk memberikan motivasi dan inspirasikepada UMKM dan perbankan tentang keberhasilanUMKM dalam mengembangkan usaha dengandukungan kredit perbankan.

3. Penyediaan InformasiSeluruh hasil penelitian dalam rangka pengembanganUMKM dan data statistik perkembangan kredit MKMoleh Bank Indonesia telah didesiminasi melalui DataInformasi Bisnis Indonesia, atau yang disingkat DIBI, yangdapat diakses melalui www.bi.go.id. Pada tahun 2008,telah dilakukan redisign DIBI dengan tujuan untukmemudahkan user dalam mengakses informasi yang adadidalamnya.

4. Memfasilitasi Penyelenggaraan Bazar IntermediasiPerbankanTujuan dari kegiatan ini adalah sebagai wahana informasidan komunikasi secara lebih dekat antara perbankandengan dunia usaha dan masyarakat.

5. Kerjasama BI dengan Pemerintah dan Pihak-pihak terkait.a. Kerjasama dengan Gerakan Bersama Pengembangan

Keuangan Mikro IndonesiaDalam upaya pengembangan keuangan mikro, BankIndonesia bersama Gerakan BersamaPengembangan Keuangan Mikro Indonesia, padatanggal 28-30 Juli 2008 di Nusa Dua, Bali, telahmenyelenggarakan Asia-Pacific Regional MicrocreditSummit 2008 yang merupakan rangkaian kegiatanMicrocredit Summit Campaign. Kegiatan yang diikuti

Page 72: Booklet Perbankan 2009

64

Booklet Perbankan Indonesia 2009

oleh 917 peserta yang berasal dari 50 negara inimerupakan salah satu komitmen untuk mencapaiMillenium Development Goals dalam upayamengatasi kemiskinan.

b. Sebagai counterpart dalam Komite KebijakanPenjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM danKoperasi dalam rangka mensosialisasikan danmeningkatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat(KUR).

G. Biro Informasi Kredit IndonesiaLatar Belakang Pembentukan BIKBiro Informasi Kredit (BIK) yang diresmikan pada tanggal 29Juni 2006 merupakan suatu lembaga yang dibentuk olehBank Indonesia sebagai realisasi dari Arsitektur PerbankanIndonesia (API) Pilar ke-5, yaitu penguatan infrastrukturperbankan. BIK merupakan infrastruktur perbankan yangdimaksudkan untuk mendukung kegiatan perkreditan.Tugas utama BIK adalah menghimpun dan menyimpan dataperkreditan, mempertukarkan dan pada akhirnyamendistribusikannya sebagai informasi debitur dalam rangkamendukung pelaksanaan fungsi intermediasi lembagakeuangan. Visi pembentukan BIK adalah menjadi a worldclass credit bureau baik dari sisi produk dan layanan yangdiberikan. Penyelenggaraan BIK diharapkan mampumendorong market discipline sehingga akan tercipta soundand efficient credit culture yang pada akhirnya akanbermuara pada pencapaian stabilitas sistem keuangan,pertumbuhan sektor riil serta pertumbuhan ekonomiIndonesia secara luas.Dilihat dari sisi penyediaan dana, beberapa hal yang menjadilatar belakang dibentuknya BIK antara lain karena adanyakebutuhan untuk meminimalkan masalah asymmetricinformation antara penyedia dana (kreditur) dan penerimadana (debitur), serta kebutuhan informasi yangkomprehensif dan akurat mengenai eksposur kredit dancreditworthiness calon debitur. Dengan adanya BIK,

Page 73: Booklet Perbankan 2009

65

Booklet Perbankan Indonesia 2009

diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat prosespenyediaan dana kepada masyarakat sehingga dapatmenurunkan risiko kredit bermasalah di kemudian hari.Terkait dengan Basel II, informasi dari BIK akan membuatinternal credit risk model yang dikembangkan oleh masing-masing bank menjadi semakin baik.Dilihat dari sisi BI selaku otoritas perbankan, data yangberasal dari BIK dapat digunakan untuk pelaksanaanpengawasan bank dan untuk menjaga stabilitas sistemkeuangan secara keseluruhan. Informasi yang menyeluruhatas kualitas, jenis dan penyebaran kredit akan bermanfaatdalam melakukan monitoring langkah-langkah yang diambiloleh industri keuangan dalam mitigasi risiko kreditnya.

Landasan Hukum dan Ketentuan Operasional BIKDasar dari dibentuknya BIK adalah pasal 32 Undang-undangNo.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang No.3 tahun 2004.Dalam ketentuan tersebut, BI diberikan kewenangan untukmengatur dan mengembangkan sistem informasi antarbank, antara lain berupa sistem informasi kredit untukmengetahui status dan keadaan debitur Bank gunamencegah penyimpangan pengelolaan perkreditan. Sistemtersebut selanjutnya dapat diperluas dengan menyertakanlembaga lain di bidang keuangan. Aturan pelaksanaan darikewenangan ini dituangkan dalam ketentuan SistemInformasi Debitur (SID) yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI)No.9/14/PBI/2007 tanggal 30 November 2007, Surat Edaran(SE) untuk bank umum No.10/47/DPNP tanggal 23 Desember2008, SE untuk BPR No. 7/63/DPBPR tanggal 30 Desember2005 sebagaimana telah diubah dengan SE No. 8/6/DPBPRtanggal 20 Februari 2006, dan Perjanjian KeikutsertaanPerusahaan Pembiayaan dalam SID.

Operasional BIKGuna mendukung pelaksanaan tugasnya, BIK menggunakandan mengelola sebuah sistem dengan nama Sistem Informasi

Page 74: Booklet Perbankan 2009

66

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Debitur (SID). Sistem ini dipergunakan untuk menghimpundan menyimpan data fasilitas penyediaan dana yangdisampaikan oleh seluruh Pelapor SID, kemudian datatersebut diolah oleh sistem untuk menghasilkan outputberupa informasi debitur. Selanjutnya, informasi debitur ataulebih dikenal dengan istilah BI-checking digunakan olehPelapor SID untuk membantu proses pengambilankeputusan pemberian kredit.a. Pelaporan

Setiap kantor Pelapor wajib menyampaikan LaporanDebitur secara on-line setiap bulannya, paling lambattanggal 12 setelah bulan Laporan Debitur yangbersangkutan. Laporan Debitur tersebut meliputi seluruhfasilitas penyediaan dana yang diberikan Pelapor tanpaadanya treshold (mulai dari 1 rupiah), dan wajibdisampaikan secara Lengkap, Akurat, Terkini, Utuh(LAKU) dan Tepat Waktu. Dalam proses pembuatanLaporan, proses identifikasi debitur menggunakanDebtor Identification Number yang merupakan suatunomor unik untuk mengintegrasikan fasilitas pinjamanyang diterima oleh satu debitur dari kreditur yangberbeda.

b. Permintaan Informasi DebiturPihak yang dapat meminta informasi debitur adalahPelapor, Debitur dan pihak lain dalam rangkapelaksanaan Undang-undang. Permintaan informasidebitur oleh Pelapor, dilakukan secara on-line dan real-time. Untuk permintaan oleh Debitur, harus dilakukanoleh debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberikuasa, dan disampaikan kepada Gerai Info BankIndonesia atau kepada Pelapor SID yang memberikanpenyediaan dana kepada debitur tersebut. Sedangkanpermintaan oleh pihak lain, disampaikan secara tertuliskepada Bank Indonesia.Informasi debitur dimaksud mencakup informasi positifdan negatif (yaitu seluruh data kredit dengan kondisilancar dan bermasalah) untuk seluruh penyediaan dana

Page 75: Booklet Perbankan 2009

67

Booklet Perbankan Indonesia 2009

mulai 1 rupiah ke atas, serta telah mencakup informasimengenai historis pembayaran yang dilakukan olehdebitur dalam kurun waktu 24 bulan terakhir. Dengandemikian, informasi debitur yang dihasilkan ini dapatmemberikan gambaran mengenai exposure kredit,performance dan kualitas kredit dari debitur yangbersangkutan.

Perkembangan Statistik BIKSampai dengan akhir Desember 2008, telah terjadipeningkatan yang cukup signifikan pada jumlah Pelapor,debitur dan fasilitas kredit maupun akses terhadap informasidebitur. Dari sisi Pelapor, BIK memiliki 777 Pelapor yangberasal dari perbankan maupun lembaga keuangan nonbank (LKNB). Dari perbankan, terdapat 127 Bank Umumdan 646 BPR yang telah menjadi Pelapor SID, sedangkandari LKNB terdapat 4 Pelapor Perusahaan Pembiayaan.Jumlah debitur dan fasilitas kredit yang tercatat dalamdatabase SID adalah sebesar 35,9 juta debitur dan 57,8 jutafasilitas kredit dengan sebagian besar berasal dari debiturBank Umum. Permintaan informasi debitur pada bulanDesember 2008 adalah sekitar 2 juta total permintaan,dengan rata-rata permintaan per bulan pada tahun 2008adalah 1,9 juta permintaan. Adapun 89% permintaanberasal dari Bank Umum, 10% dari BPR dan sisanya berasaldari LKNB.

Progress BIK pada tahun 2008Sepanjang tahun 2008, Bank Indonesia telah melakukanberbagai langkah strategis untuk pencapaian visi BIK yaitu:a. Peningkatan Kualitas Data

Upaya peningkatan kualitas data dilakukan melalui: a)kegiatan absensi secara periodik terhadap pelaporan;b) pembersihan data duplikat dengan menggunakanaplikasi Alat Bantu Pengendalian Data (Atulida); c)pemberian teguran atas kesalahan pelaporan, sebagaiupaya mengontrol kelengkapan dan keakuratan data;

Page 76: Booklet Perbankan 2009

68

Booklet Perbankan Indonesia 2009

d) pemeriksaan terhadap beberapa Bank untukmeningkatkan kesadaran Pelapor terhadap ketentuanSID serta pentingnya melakukan pelaporan data secarabenar; e) kegiatan pelatihan kepada petugas Pelapor;dan f) peningkatan layanan help-desk gunamemperlancar penyelenggaraan SID.

b. Penyempurnaan Sistem dan AplikasiHasil dari upaya penyempurnaan sistem dan aplikasi SIDyang telah dilakukan oleh Bank Indonesia antara laintelah diimplementasikannya aplikasi SID dan Atulida versiterbaru. Dalam aplikasi versi terbaru tersebut, telahdilakukan penguatan pada aspek validasi danpenambahan beberapa fungsi yang dibutuhkan.Sedangkan dalam draft kajian rencana pengembanganBIK, telah dirumuskan rencana pengembangan SIDdalam jangka pendek, menengah dan panjang.

c. Perluasan Cakupan Pelapor dan PenggunaUpaya peningkatan jumlah Pelapor khususnya darikalangan LKNB telah dilakukan melalui penjelasan dantechnical assistant kepada LKNB calon Pelapor SID.Namun demikian, peningkatan Pelapor SID dari LKNBbelum sesuai harapan karena adanya gap yang cukupbesar antara struktur data yang dimiliki oleh LKNBdengan struktur data yang dipersyaratkan dalam SID.Dengan demikian, masih dibutuhkan waktu untukmelakukan penyesuaian struktur data dari LKNB sebelumdapat menjadi Pelapor SID. Sedangkan untuk rencanaperluasan sumber data SID kepada data pelangganperusahaan utilitas publik (seperti Telkom, PLN danPDAM), sebagaimana yang telah tertuang dalam PaketKebijakan Sektor Keuangan tahun 2008, telah dilakukanpenjajakan dengan perusahaan publik utilities tersebutnamun hasilnya masih terdapat kendala legal yang masihharus diselesaikan. Di sisi lain untuk meningkatkanpenggunaan informasi debitur oleh BPR Pelapor, BankIndonesia telah melakukan sosialisasi dan pelatihan SIDkhususnya kepada pejabat dan petugas BPR.

Page 77: Booklet Perbankan 2009

69

Booklet Perbankan Indonesia 2009

d. Penyempurnaan Ketentuan dan PengaturanSehubungan dengan telah diterbitkannya PBI No.9/14/PBI/2007 tanggal 30 November 2007 tentang SID, BankIndonesia menerbitkan SE Ekstern yang baru kepadaseluruh Bank Umum No.10/47/DPNP tanggal 23Desember 2008 mengenai SID sebagai aturanpelaksanaan dari PBI dimaksud. Secara garis besar SEtersebut mengatur mengenai pihak yang dapat menjadiPelapor; kewajiban Pelapor untuk menyampaikan datanyasecara LAKU dan tepat waktu; cakupan dan prosedurpenyampaian laporan debitur; pihak yang dapat memintainformasi debitur beserta batasan penggunaannya;pengawasan Bank Indonesia kepada Pelapor; pengenaansanksi atas pelanggaran yang dilakukan serta PedomanOperasional SID sebagai panduan bagi Pelapor untukpenyusunan Laporan Debitur.

e. Pengembangan LayananPada tahun 2008, layanan penyediaan consumer report(informasi debitur yang dapat diminta oleh debitur atasnama dirinya sendiri) telah dilakukan oleh beberapaKantor Bank Indonesia dan counter informasi kredit yangdisediakan pada beberapa event khusus seperti FestivalEkonomi Syariah. Dengan adanya pengembanganlayanan tersebut, akses masyarakat terhadap informasidebitur meningkat sehingga masyarakat dapat berperanaktif dalam mengontrol keakuratan dan kebenaran datayang dilaporkan oleh penyedia dana.

f. Edukasi kepada MasyarakatBank Indonesia telah melakukan upaya untukmeningkatkan pengetahuan masyarakat akankeberadaan BIK melalui kegiatan sosialisasi di beberapadaerah dan penerbitan advertorial di beberapa mediamassa nasional. Audience dari sosialisasi dimaksudmeliputi kalangan pelaku usaha khususnya UMKM,akademisi, lembaga eksekutif dan legislatif. Pengetahuandan informasi yang diberikan dapat meningkatkanpemahaman masyarakat bahwa riwayat kreditnya

Page 78: Booklet Perbankan 2009

70

Booklet Perbankan Indonesia 2009

terdata di BIK dan dapat diakses oleh seluruh lembagapenyedia dana yang menjadi Pelapor SID. Dengandemikian, diharapkan kesadaran masyarakat untukmenjaga reputasi kreditnya dapat ditingkatkan melaluipengelolaan kredit dengan bijak dan cermat, sertamembayar kredit secara tepat waktu. Selain itu, pentingbagi masyarakat (khususnya debitur) untuk mengetahuihaknya dilaporkan secara benar dan mendapatkanconsumer report untuk memantau dan memeriksakebenaran data.

Rencana Pengembangan BIK Tahun 2009Rencana kegiatan pengembangan BIK sepanjang tahun2009 khususnya dititikberatkan pada upaya untukmeningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan SIDsebagai berikut:a. lebih mengintensifkan kegiatan pengendalian data yang

telah dilakukan saat ini, termasuk pemeriksaan data SIDkepada beberapa Pelapor;

b. pelaksanaan pengembangan aplikasi SID khususnyauntuk peningkatan akurasi data dan performance sistem;

c. upaya peningkatan jumlah LKNB Pelapor SID melaluikerjasama dengan Bapapem LK selaku otoritas yangmembawahkan LKNB;

d. harmonisasi ketentuan yang terkait dengan pemberiandata dari perusahaan utilitas publik ke dalam SID;

e. pembukaan counter informasi kredit dibeberapa eventpameran dan pusat perbelanjaan;

f. evaluasi ketentuan SID untuk memastikan bahwaketentuan dimaksud dapat sejalan dengan bisnisperkreditan dari lembaga keuangan yang terus menerusberkembang;

g. pelatihan SID kepada Pelapor baru SID dan peningkatanefektivitas pelatihan melalui pembuatan aplikasi videotutorial; serta

h. sosialisasi dan edukasi terkait dengan fungsi dan perananBIK kepada seluruh masyarakat dan Pelapor.

Page 79: Booklet Perbankan 2009

71

Booklet Perbankan Indonesia 2009

V. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERBANKANA. Ketentuan Kelembagaan, Kepengurusan, dan

Kepemilikan Bank1. Pendirian Bank

Pendirian Bank UmumBank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatanusaha dengan izin Gubernur Bank Indonesia. Modaldisetor untuk mendirikan Bank Umum konvensionalditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp. 3 triliun danmodal disetor untuk mendirikan Bank Umum Syariahditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp. 1 triliun.Bank Umum hanya dapat didirikan oleh :1) warga negara Indonesia dan/atau badan hukum

Indonesia; atau2) warga negara Indonesia dan/atau badan hukum

Indonesia dengan warga negara asing dan/ataubadan hukum asing secara kemitraan; atau

3) pemerintah daerah (khusus untuk bank umumsyariah).

Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatanusaha dengan izin Bank Indonesia. BPR hanya dapatdidirikan dan dimiliki oleh :1) warga negara Indonesia;2) badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya

warga negara Indonesia;3) Pemerintah Daerah; atau4) dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam

angka 1), 2),dan 3).

Modal disetor untuk mendirikan BPR ditetapkan palingsedikit sebesar:1) Rp.5 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah DKI

Jakarta;2) Rp.2 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah

ibukota provinsi di pulau Jawa dan Bali dan di wilayah

Page 80: Booklet Perbankan 2009

72

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Kabupaten atau Kotamadya Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi;

3) Rp.1 miliar untuk BPR yang didirikan di ibukotaprovinsi di luar pulau Jawa dan Bali dan di wilayahpulau Jawa dan Bali di luar wilayah sebagaimanadisebut dalam angka 1) dan 2);

4) Rp.500 juta untuk BPR yang didirikan di wilayah laindi luar wilayah sebagaimana disebut dalam angka1), 2) dan 3).

Modal disetor untuk mendirikan BPR Syariah ditetapkansekurang-kurangnya :1) Rp. 2 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah

DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota Tangerang, Bogor,Depok dan Bekasi;

2) Rp. 1 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayahibukota provinsi di luar wilayah sebagaimana disebutdalam angka 1);

3) Rp. 500 juta untuk BPRS yang didirikan di luarwilayah angka 1) dan 2).

Pembukaan Kantor Cabang Bank AsingPembukaan Kantor Cabang Bank Asing dapat dilakukanapabila bank yang akan membuka Kantor Cabang :1) memiliki peringkat dan reputasi minimal A dari

lembaga pemeringkat internasional terkemuka.2) memiliki total aset yang termasuk dalam 200 besar

dunia.3) menempatkan dana usaha minimal setara Rp. 3 triliun.4) memberikan surat pernyataan tidak berkeberatan

untuk membuka Kantor Cabang di Indonesia dariotoritas perbankan di negara tempat Kantor Pusatbank.

Pembukaan Kantor Perwakilan Bank AsingPembukaan Kantor Perwakilan Bank Asing dapatdilakukan apabila bank yang akan membuka Kantor

Page 81: Booklet Perbankan 2009

73

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Perwakilan memiliki total aset yang termasuk dalam 300besar dunia.Kantor Perwakilan hanya diperkenankan melakukankegiatan antara lain :1) memberikan keterangan kepada pihak ketiga

mengenai syarat dan tata cara dalam melakukanhubungan dengan Kantor Pusat/Kantor Cabangnyadi luar negeri;

2) membantu Kantor Pusat atau Kantor Cabangnya diluar negeri dalam mengawasi agunan kredit yangberada di Indonesia;

3) bertindak sebagai pemegang kuasa dalammenghubungi instansi/lembaga guna keperluanKantor Pusat atau Kantor Cabangnya di luar negeri;

4) bertindak sebagai pengawas terhadap proyek-proyekyang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh KantorPusat atau Kantor Cabangnya di luar negeri;

5) melakukan kegiatan promosi dalam rangkamemperkenalkan bank;

6) memberikan informasi mengenai perdagangan,ekonomi dan keuangan Indonesia kepada pihak luarnegeri atau sebaliknya;

7) membantu para eksportir Indonesia gunamemperoleh akses pasar di luar negeri melaluijaringan internasional yang dimiliki KantorPerwakilan atau sebaliknya.

2. Kepemilikan BankSumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikanBank Umum Konvensional, dilarang berasal :a. dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam

bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain diIndonesia; dan/atau

b. dari dan untuk tujuan pencucian uang;Bagi BPR konvensional, berlaku ketentuan bahwasumber dana yang digunakan untuk kepemilikan BPRdilarang berasal dari pinjaman atau fasilitas

Page 82: Booklet Perbankan 2009

74

Booklet Perbankan Indonesia 2009

pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank danatau pihak lain, kecuali berasal dari AnggaranPendapatan Belanja Daerah.

Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikanBank Umum Syariah dan BPR Syariah, dilarang berasal :a. dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam

bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain;b. dari sumber yang diharamkan menurut prinsip

syariah (bagi BPR Syariah); dan/atauc. dari dan untuk tujuan pencucian uang.Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik bank wajibmemenuhi syarat:a. Memiliki akhlak dan moral yang baik;b. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan peraturanperbankan syariah bagi bank umum syariah;

c. Memiliki komitmen yang tinggi terhadappengembangan operasional bank yang sehat (bagibank umum konvensional); dan memiliki komitmenyang tinggi terhadap pengembangan bank yangsehat dan tangguh (bagi bank umum syariah);

d. Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus (khusus bagibank umum konvensional);Perubahan pemilik bank tunduk kepada tata caraperubahan pemilik bank yang diatur dalam peraturanperundang-undangan yang berlaku.

3. Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan di IndonesiaPokok kebijakan kepemilikan tunggal adalah bahwasetiap pihak hanya dapat menjadi pemegang sahampengendali pada 1 Bank Umum di Indonesia. PemegangSaham Pengendali (PSP) adalah badan hukum dan atauperorangan dan atau kelompok usaha yang:

memiliki saham Bank sebesar 25% atau lebih darijumlah saham yang dikeluarkan Bank danmempunyai hak suara;memiliki saham Bank kurang dari 25% dari jumlah

Page 83: Booklet Perbankan 2009

75

Booklet Perbankan Indonesia 2009

saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai haksuara namun dapat dibuktikan telah melakukanpengendalian Bank baik secara langsung maupuntidak langsung.

Kebijakan kepemilikan tunggal dikecualikan bagi:Kepemilikan PSP pada 2 Bank yang melakukankegiatan usaha dengan prinsip berbeda, yakni secarakonvensional dan berdasarkan prinsip syariah.Kepemilikan PSP pada 2 bank yang salah satunyamerupakan Bank Campuran (Joint Venture Bank).Bank Holding Company yang dibentuk sesuaiketentuan Bank Indonesia mengenai kepemilikantunggal.

Sejak mulai berlakunya peraturan kepemilikan tunggalini, pihak-pihak yang telah menjadi PSP pada lebih dari1 Bank wajib melakukan penyesuaian strukturkepemilikan sebagai berikut:

mengalihkan sebagian atau seluruh kepemilikansahamnya pada salah satu atau lebih Bank yangdikendalikannya kepada pihak lain sehingga yangbersangkutan hanya menjadi PSP pada 1 Bank; ataumelakukan merger atau konsolidasi atas Bank-bankyang dikendalikannya; ataumembentuk Perusahaan Induk di Bidang Perbankan(Bank Holding Company), dengan cara:- mendirikan badan hukum baru sebagai Bank

Holding Company; atau- menunjuk salah satu bank yang dikendalikannya

sebagai Bank Holding Company.Penyesuaian struktur kepemilikan tersebut wajibdilakukan dalam jangka waktu paling lambat akhirDesember 2010. Berdasarkan permintaan PSP dan Bank-bank yang dikendalikannya, Bank Indonesia dapatmemberikan perpanjangan jangka waktu penyesuaianstruktur kepemilikan apabila menurut penilaian BIkompleksitas permasalahan yang tinggi yang dihadapiPSP dan atau Bank-bank yang dikendalikannya

Page 84: Booklet Perbankan 2009

76

Booklet Perbankan Indonesia 2009

menyebabkan penyesuaian struktur kepemilikan tidakdapat diselesaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan.

4. Kepengurusan BankKepengurusan Bank UmumAnggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi wajibmemenuhi persyaratan integritas, kompetensi, danreputasi keuangan. Persyaratan dan tata cara penilaianpemenuhan persyaratan tersebut dalam ketentuan fit &proper test.

1) Dewan KomisarisJumlah anggota dewan komisaris Bank Umumkonvensional sekurang-kurangnya 3 orang danpaling banyak sama dengan jumlah anggotaDireksi. Paling kurang 1 orang anggota dewankomisaris wajib berdomisili di Indonesia.Dewan Komisaris dipimpin oleh PresidenKomisaris atau Komisaris Utama.Paling kurang 50% dari jumlah anggota dewanKomisaris adalah Komisaris Independen.Setiap usulan penggantian dan/ataupengangkatan anggota Dewan Komisaris kepadaRapat Umum Pemegang Saham harusmemperhatikan rekomendasi Komite Remunerasidan Nominasi.Anggota Dewan Komisaris harus memenuhipersyaratan telah lulus Penilaian Kemampuan danKepatutan (Fit and Proper Test) sesuai denganketentuan Bank Indonesia tentang PenilaianKemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test).Anggota Dewan komisaris hanya dapatmerangkap jabatan sebagai anggota DewanKomisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada 1lembaga/perusahaan bukan lembaga keuanganatau anggota Dewan komisaris, Direksi, atauPekjabat Eksekutif yang melaksanakan fungsi

Page 85: Booklet Perbankan 2009

77

Booklet Perbankan Indonesia 2009

pengawasan pada 1 perusahaan anak bukanBank yang dikendalikan oleh Bank.Mayoritas anggota Dewan Komisaris dilarangmemiliki hubungan keluarga sampai denganderajat kedua dengan sesama anggota DewanKomisaris dan/atau anggota Direksi.Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dantanggung jawab secara independen dan dilarangterlibat dalam pengambilan keputusan kegiatanoperasional bank.Dewan Komisaris wajib membentuk palingkurang: Komite Audit; Komite Pemantau Risiko;Komite Remunerasi dan Nominasi.Mantan Anggota Direksi atau Pejabat EksekutifBank atau pihak-pihak yang mempunyaihubungan dengan bank, yang dapatmempengaruhi kemampuannya untuk bertindakindependen tidak dapat menjadi KomisarisIndependen pada bank yang bersangkutan,sebelum menjalani masa tunggu (cooling off)selama 1 tahun.

2) DireksiDireksi Bank Umum konvensional sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang. Seluruh anggotaDireksi wajib berdomisili di Indonesia.Direksi dipimpin oleh Presiden Direktur atauDirektur Utama.Setiap usulan penggantian dan/ataupengangkatan anggota Direksi oleh DewanKomisaris kepada Rapat Umum PemegangSaham, harus memperhatikan rekomendasiKomite Remunerasi dan Nominasi.Mayoritas anggota direksi wajib berpengalamandalam operasional bank sekurang-kurangnya 5tahun di bidang operasional sebagai pejabateksekutif bank. Bagi Bank Umum Syariah,

Page 86: Booklet Perbankan 2009

78

Booklet Perbankan Indonesia 2009

mayoritas anggota direksi wajib berpengalamandalam operasional bank Syariah sekurang-kurangnya 2 tahun sebagai pejabat eksekutif.Direktur utama bank wajib berasal dari pihak yangindependen terhadap pemegang sahampengendali.Mayoritas anggota direksi dilarang saling memilikihubungan keluarga sampai derajat keduatermasuk besan dengan anggota dewankomisaris.Anggota direksi dilarang merangkap jabatansebagai anggota dewan komisaris, direksi ataupejabat eksekutif pada lembaga perbankan,perusahaan atau lembaga lain.Anggota direksi baik secara sendiri-sendiri ataubersama-sama dilarang memiliki saham melebihi25% dari modal disetor pada suatu perusahaanlain.Anggota direksi dilarang memberikan kuasaumum kepada pihak lain yang mengakibatkanpengalihan tugas dan fungsi Direksi.Direksi bertanggungjawab penuh ataspelaksanaan kepengurusan Bank.Direksi wajib mengelola Bank sesuai dengankewenangan dan tanggung jawabnyasebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar danperaturan perundang-undangan yang berlaku.Direksi wajib mempertanggungjawabkanpelaksanaan tugasnya kepada pemegang sahammelalui Rapat Umum Pemegang Saham.Direksi wajib mengungkapkan kepada pegawaikebijakan Bank yang bersifat strategis di bidangkepegawaian.Segala keputusan Direksi yang diambil sesuaidengan pedoman dan tata tertib kerja mengikatdan menjadi tanggung jawab seluruh anggotaDireksi.

Page 87: Booklet Perbankan 2009

79

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Mantan anggota Direksi atau Pejabat EksekutifBank atau pihak-pihak yang mempunyaihubungan dengan bank yang dapatmempengaruhi kemampuannya untuk bertindakindependen, tidak dapat menjadi PihakIndependen sebagai anggota komite audit dankomite pemantau risiko pada bank yangbersangkutan sebelum menjalani masa tunggu(cooling off) selama 6 bulan.

Kepengurusan BPR KonvensionalKepengurusan BPR terdiri dari Direksi dan Komisaris.Anggota direksi dan dewan komisaris wajib memenuhipersyaratan :

kompetensi;integritas; danreputasi keuangan.

1) Dewan KomisarisJumlah anggota dewan komisaris sekurang-kurangnya 2 orang.Paling sedikit 50% anggota dewan komisariswajib memiliki pengetahuan dan ataupengalaman di bidang perbankan.Anggota dewan komisaris hanya dapatmerangkap jabatan sebagai komisaris palingbanyak pada 2 BPR atau BPRS lain.Anggota Dewan Komisaris BPR dilarang menjabatsebagai anggota direksi pada BPR, BPRS dan atauBank Umum.Anggota dewan Komisaris wajib melakukan rapatdewan komisaris secara berkala, paling sedikit 4(empat) kali dalam setahun.Dalam hal diperlukan oleh BI, anggota dewankomisaris wajib mempresentasikan hasilpengawasan terhadap BPR.

Page 88: Booklet Perbankan 2009

80

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2) DireksiAnggota Direksi paling sedikit berjumlah 2 orangAnggota Direksi wajib memiliki pendidikan formalpaling rendah setingkat D-3 atau Sarjana Mudaatau telah menyelesaiakan paling sedikit 110 SKSdalam pendidikan S-1.Paling sedikit 50% dari anggota Direksi wajibmemiliki pengalaman sebagai pejabat di bidangoperasional perbankan paling singkat selama 2tahun, atau telah mengikuti magang palingsingkat selama 3 bulan di BPR dan memilikisertifikat kelulusan dari Lembaga Sertifikasi padasaat diajukan sebagai anggota Direksi.Anggota Direksi wajib memiliki sertifikat kelulusandari lembaga sertifikasi.Sesuai PBI No. 8/26/PBI/2006 tentang BPR, seluruhanggota Direksi memiliki sertifikat kelulusanpaling lambat tanggal 31 Desember 2008.Anggota Direksi dilarang memiliki hubungankeluarga dengan anggota Direksi lainnya dan/atau anggota Komisaris dalam hubungan sebagaiorang tua, anak, mertua, menantu, suami, istri,saudara kandung atau ipar.Anggota Direksi dilarang merangkap jabatansebagai anggota direksi atau pejabat eksekutifpada lembaga perbankan, perusahaan ataulembaga lain.Anggota direksi dilarang memberikan kuasaumum yang mengakibatkan pengalihan tugasdan wewenang tanpa batas.

Kepengurusan BPR SyariahKepengurusan BPR Syariah terdiri dari Direksi danKomisaris. Anggota direksi dan dewan komisaris wajibmemenuhi persyaratan :

kompetensi;integritas; danreputasi keuangan.

Page 89: Booklet Perbankan 2009

81

Booklet Perbankan Indonesia 2009

1) Dewan KomisarisJumlah anggota dewan komisaris sekurang-kurangnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya 3orang.Sekurang-kurangnya 1 orang anggota dewankomisaris wajib berdomisili dekat tempatkedudukan BPRS.Anggota dewan komisaris wajib memilikipengetahuan dan atau pengalaman di bidangperbankan atau di bidang keuangan lainnya.Anggota dewan komisaris hanya dapatmerangkap jabatan sebagai :a) anggota dewan komisaris sebanyak-

banyaknya pada 3 bank lain; ataub) anggota dewan komisaris, direksi atau pejabat

eksekutif yang memerlukan tanggung jawabsebanyak-banyaknya pada 2 lembaga /perusahaan lain bukan bank.

2) DireksiJumlah anggota direksi paling sedikit 2 orang.Paling sedikit 50% dari anggota direksi termasukdirektur utama wajib berpengalaman operasionalpaling sedikit:a) 1 tahun sebagai pejabat di bidang pendanaan

dan atau pembiayaan di perbankan Syariah;b) 4 tahun sebagai pegawai di bidang pendanaan

dan pembiayaan di perbankan Syariah;c) 2 tahun sebagai pejabat di bidang pendanaan

dan atau perkreditan di perbankankonvensional dan memiliki pengetahuan dibidang perbankan Syariah; atau

d) 3 tahun sebagai direksi atau setingkat dengandireksi di lembaga keuangan syariah yang telahmendapat izin dari instansi yang berwenang.

Bagi anggota direksi lain yang belumberpengalaman perbankan syariah wajibmengikuti pelatihan perbankan syariah.

Page 90: Booklet Perbankan 2009

82

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Anggota direksi sekurang-kurangnyaberpendidikan formal minimal setingkat DiplomaIII atau Sarjana Muda.Anggota direksi wajib memiliki sertifikat kelulusandari lembaga sertifikasi.Direktur utama wajib berasal dari pihak yangindependen terhadap pemegang sahampengendali.Anggota direksi dilarang merangkap jabatansebagai anggota direksi atau pejabat eksekutifpada lembaga perbankan, perusahaan ataulembaga lain.Anggota direksi dilarang memberikan kuasaumum yang mengakibatkan pengalihan tugasdan wewenang tanpa batas.Seluruh anggota direksi harus berdomisili dekatdengan tempat kedudukan kantor pusat BPRS.

5. Dewan Pengawas Syariah (DPS)Bank syariah wajib membentuk DPS yang berkedudukandi Kantor Pusat bank. Anggota DPS wajib memenuhipersyaratan integritas, kompetensi, dan reputasikeuangan. DPS bertugas dan bertanggungjawabmemberikan nasihat dan saran kepada Direksi sertamengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsipsyariah. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPSmeliputi antara lain:

menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariahatas pedoman operasional dan produk yangdikeluarkan bank;mengawasi proses pengembangan produk barubank;meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasionaluntuk produk baru bank yang belum adafatwanya;melakukan review secara berkala atas pemenuhanprinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan

Page 91: Booklet Perbankan 2009

83

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasabank; danmeminta data dan informasi terkait dengan aspeksyariah dari satuan kerja bank dalam pelaksanaantugasnya.

Jumlah anggota DPS di Bank Umum Syariah palingkurang 2 orang atau paling banyak 50% dari jumlahanggota Direksi. Sementara itu, jumlah anggota DPS diBank Umum Konvensional yang memiliki Unit UsahaSyariah paling kurang 2 orang atau paling banyak 3orang. DPS dipimpin oleh seorang ketua yang berasaldari salah satu anggota DPS dan anggota DPS hanyadapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS palingbanyak pada 4 lembaga keuangan syariah lainnya.

6. Komite Perbankan SyariahDalam rangka menyusun Peraturan Bank Indonesia dibidang perbankan syariah Bank Indonesia membentukKomite Perbankan Syariah. Komite perbankan syariahadalah forum yang beranggotakan para ahli di bidangsyariah muamalah dan/atau ahli ekonomi, ahli keuangan,dan ahli perbankan, yang bertugas membantu BI dalammengimplementasikan fatwa MUI menjadi ketentuanyang akan dituangkan ke dalam Peraturan BankIndonesia. BI menetapkan tugas, tata cara pembentukandan keanggotaan komite serta hal-hal lain terkait yangdipandang perlu untuk memperlancar pelaksanaan tugaskomite. Komite bertanggung jawab kepada BI.Anggaran dan biaya-biaya sehubungan denganpelaksanaan tugas komite menjadi beban anggaran BI.Anggota komite terdiri dari unsur BI, Departemen Agamadan unsur masyarakat lainnya dengan komposisiberimbang dan berjumlah paling banyak 11 orang.

7. Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program AlihPengetahuan di Sektor PerbankanBank dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing (TKA)

Page 92: Booklet Perbankan 2009

84

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dalam menjalankan kegiatan usahanya denganmemenuhi ketentuan Bank Indonesia. Pemanfaatan TKAoleh bank wajib mempertimbangkan ketersediaantenaga kerja Indonesia. Bank hanya dapatmemanfaatkan TKA untuk jabatan-jabatan sebagaiberikut atau yang setara:

Komisaris dan Direksi;Pejabat Eksekutif; dan atauTenaga Ahli/Konsultan.

Bank wajib meminta persetujuan dari BI sebelummengangkat TKA untuk menduduki jabatan sebagaiKomisaris, Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif. Bankdilarang memanfaatkan TKA pada bidang-bidang tugaspersonalia dan kepatuhan. Bank wajib menyampaikanrencana pemanfaatan TKA kepada BI. Rencanapemanfaatan TKA dimaksud wajib dicantumkan dalamRencana Bisnis Bank. Bank wajib menjamin terjadinyaalih pengetahuan (transfer of knowledge) dalampemanfaatan TKA. Kewajiban alih pengetahuandilakukan melalui:

Penunjukan 2 orang tenaga pendamping untuk 1orang TKA.Pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenagapendamping sesuai dengan kualifikasi jabatan yangdiduduki oleh TKA.Pelaksanaan pelatihan atau pengajaran oleh TKAdalam jangka waktu tertentu terutama kepadapegawai bank, pelajar/mahasiswa, dan/ataumasyarakat umum.

8. Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit andProper Test) pada Bank Umum dan BPRPenilaian kemampuan dan kepatutan pada Bank Umumdan BPR dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap :a. calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) dan calon

pengurus;b. PSP dan pengurus; dan

Page 93: Booklet Perbankan 2009

85

Booklet Perbankan Indonesia 2009

c. Pejabat eksekutif bank dan pemimpin kantor KantorPerwakilan (KPW) Bank Asing, dalam hal terdapatindikasi bahwa yang bersangkutan memiliki peranan :

dalam perumusan kebijakan dan kegiatanoperasional yang mempengaruhi kegiatan usahabank; dan atauatas terjadinya pelanggaran atau penyimpangandalam kegiatan operasional bank atau KPW BankAsing.

Penilaian kemampuan dan kepatutan bagi calon PSPdan PSP dilakukan untuk menilai integritas dankelayakan keuangan. Sementara penilaian terhadapcalon pengurus, pengurus dan pejabat eksekutifdilakukan untuk menilai integritas, kompetensi danreputasi keuangan.Persyaratan integritas bagi calon PSP dan calonpengurus meliputi :a. memiliki akhlak dan moral yang baik;b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan

perundang-undangan;c. memiliki komitmen yang tinggi terhadap

pengembangan operasional bank yang sehat;d. tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL).Faktor integritas bagi PSP, pengurus dan pejabat eksekutifyaitu tidak pernah dilakukannya tindakan-tindakan baiksecara langsung maupun tidak langsung berupa :a. perbuatan rekayasa atau praktik-praktik perbankan

yang menyimpang dari ketentuan perbankan;b. perbuatan menolak memberikan komitmen dan atau

tidak memenuhi komitmen yang telah disepakatidengan BI dan atau Pemerintah;

c. perbuatan yang memberikan keuntungan secaratidak wajar kepada pemilik, pengurus, dan ataupihak lain yang dapat merugikan atau mengurangikeuntungan bank; dan atau

d. perbuatan yang melanggar prinsip kehati-hatian dibidang perbankan.

Page 94: Booklet Perbankan 2009

86

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Khusus bagi pengurus dan pejabat eksekutif, selainpenilaian faktor integritas tersebut di atas jugaditentukan bahwa yang bersangkutan tidak pernahmelakukan tindakan baik secara langsung maupun tidaklangsung berupa perbuatan yang tidak independen.Persyaratan kelayakan keuangan bagi calon PSP antaralain meliputi :a. persyaratan kemampuan keuangan;b. pemenuhan persyaratan administratif, antara lain

namun tidak terbatas pada persyaratan mengenai :tidak termasuk dalam daftar kredit macet;tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksiatau komisaris yang dinyatakan bersalahmenyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailitdalam jangka waktu 5 tahun sebelum dicalonkan;danbersedia untuk mengatasi kesulitan permodalandan likuiditas bank.

c. tidak memiliki hutang yang jatuh tempo danbermasalah.

Faktor kelayakan keuangan bagi PSP, yaitu :a. tidak tercantum dalam daftar kredit macet;b. tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakanpailit; dan atau

c. kemampuan untuk memenuhi komitmen dalammengatasi kesulitan permodalan dan likuiditas bank.

Persyaratan kompetensi bagi calon pengurus :a. bagi calon anggota Komisaris

pengetahuan di bidang perbankan yang memadaidan relevan dengan jabatannya; dan ataupengalaman di bidang perbankan.

b. Bagi calon anggota Direksipengetahuan di bidang perbankan yang memadaidan relevan dengan jabatannya. Bagi calonanggota direksi BPR wajib memiliki sertifikatkelulusan dari lembaga sertifikasi;

Page 95: Booklet Perbankan 2009

87

Booklet Perbankan Indonesia 2009

pengalaman dan keahlian di bidang perbankandan atau bidang keuangan; dankemampuan untuk melakukan pengelolaanstrategis dalam rangka pengembangan bank yangsehat.

Persyaratan kompetensi bagi pengurus dan pejabateksekutif meliputi :a. pengetahuan di bidang perbankan yang memadai

dan relevan dengan jabatannya ; danb. pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan

atau bidang keuangan; danc. kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis

dalam rangka pengembangan bank yang sehat.Persyaratan reputasi keuangan bagi calon pengurusmeliputi :a. tidak tercantum dalam daftar kredit macet; danb. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi

atau komisaris yang dinyatakan bersalahmenyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailitdalam jangka waktu 5 tahun sebelum dicalonkan.

Persyaratan reputasi keuangan bagi pengurus danpejabat eksekutif meliputi :a. tidak tercantum dalam daftar kredit macet; dan ataub. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi

atau komisaris yang dinyatakan bersalahmenyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit.

Hasil akhir penilaian terhadap calon PSP dan calonpengurus diklasifikasikan menjadi 2 predikat yaitu : Lulusdan Tidak Lulus. Sementara penilaian terhadap PSP,pengurus dan pejabat eksekutif diklasifikasikan menjadi3 predikat yaitu : Lulus, Lulus Bersyarat dan Tidak Lulus.Pihak-pihak yang diberikan predikat Tidak Lulus dilarangmenjadi :a. PSP dan memiliki saham lebih dari 10% pada Bank

Umum atau BPR; dan ataub. Pengurus dan atau pejabat eksekutif pada Bank

Umum dan atau BPR.

Page 96: Booklet Perbankan 2009

88

Booklet Perbankan Indonesia 2009

9. Pembelian Saham Bank UmumPerorangan dan/atau Badan Hukum dapat membelisaham Bank Umum secara langsung maupun melaluibursa. Jumlah kepemilikan saham oleh warga negaraasing/badan hukum asing maksimal 99% dari modaldisetor bank. Kepemilikan Bank Umum oleh badanhukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modalsendiri badan hukum yang bersangkutan.Pembelian saham yang menyebabkan kepemilikanmencapai 25% atau lebih dari jumlah saham bank, ataukurang dari 25% namun menyebabkan beralihnyapengendalian bank wajib memperoleh izin dari BI. Direksibank wajib melaporkan kepada BI dalam hal :a. pembelian saham bank secara langsung yang

mengakibatkan kepemilikan menjadi sebesar kurangdari 25%;

b. pembelian saham bank melalui bursa yangmengakibatkan kepemilikan saham bank sebesar 5%sampai dengan kurang dari 25%.

10. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BankMerger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank UmumMerger, Konsolidasi, dan Akuisisi dapat dilakukan atasinisiatif bank yang bersangkutan, atas permintaan BI danatau inisiatif badan khusus. Merger, Konsolidasi danAkuisisi wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari BI.Merger atau konsolidasi dapat dilakukan antara bankkonvensional dengan Bank Syariah apabila bank hasilmerger atau konsolidasi menjadi Bank Syariah.Akuisisi Bank Umum dapat dilakukan oleh peroranganatau badan hukum, baik melalui pembelian saham banksecara langsung maupun melalui bursa yangmengakibatkan beralihnya pengendalian bank. Pembeliansaham yang dianggap mengakibatkan beralihnyapengendalian bank yaitu bila kepemilikan saham :

menjadi sebesar 25% atau lebih dari modal disetorbank; atau

Page 97: Booklet Perbankan 2009

89

Booklet Perbankan Indonesia 2009

kurang dari 25% dari modal disetor bank namunmenentukan baik secara langsung maupun tidaklangsung pengelolaan dan/atau kebijaksanaan bank.

Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BPR/BPRSMerger, Konsolidasi, dan Akuisisi BPR/BPRS dapatdilakukan atas inisiatif BPR/BPRS yang bersangkutan ataupermintaan BI. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi wajibterlebih dahulu memperoleh izin dari BI.Merger atau Konsolidasi hanya dapat dilakukan antarBPR atau BPRS. Merger atau Konsolidasi antara BPRkonvensional dengan BPR Syariah hanya dapat dilakukanapabila BPR hasil merger atau konsolidasi menjadi BPRSyariah.Merger atau konsolidasi BPR/BPRS dapat dilakukan :

antar BPR/BPRS yang berkedudukan dalam wilayahprovinsi yang sama; atauantar BPR/BPRS dalam wilayah provinsi yang berbedasepanjang kantor-kantor BPR/BPRS hasil merger/konsolidasi berlokasi dalam wilayah provinsi yangsama.

Akuisisi BPR/BPRS dapat dilakukan oleh perorangan ataubadan hukum melalui pengambilalihan saham yangmengakibatkan beralihnya pengendalian BPR/BPRS.Pembelian saham yang dianggap mengakibatkanberalihnya pengendalian BPR/BPRS yaitu bila kepemilikansaham :

menjadi sebesar 25% atau lebih dari modal disetorBPR/BPRS; ataukurang dari 25% dari modal disetor BPR/BPRS namunmenentukan baik secara langsung maupun tidaklangsung pengelolaan dan/atau kebijaksanaan bank.

11. Pembukaan Kantor BankPembukaan Kantor Cabang Bank Umum dan BPRhanya dapat dilakukan dengan izin BI. Rencanapembukaan KC tersebut wajib dicantumkan dalam

Page 98: Booklet Perbankan 2009

90

Booklet Perbankan Indonesia 2009

rencana bisnis bank. Bank wajib mencantumkansecara jelas nama dan jenis kantor bank pada masing-masing kantor bank.

Kantor Cabang Bank Umumpemberian izin pembukaan Kantor Cabang di dalamnegeri, diberikan dengan mempertimbangkankemampuan bank termasuk tingkat kesehatan,kecukupan permodalan dan profil risiko.pemberian izin pembukaan Kantor Cabang dankantor perwakilan di luar negeri, selainmempertimbangkan pada butir di atas, hanyadiberikan kepada bank yang telah menjadi BankDevisa minimal 24 bulan dan mempunyai alamatatau tempat kedudukan kantor yang jelas.

Kantor Cabang BPRHanya dapat membuka Kantor Cabang di wilayahprovinsi yang sama dengan Kantor Pusatnya.Pembukaan Kantor Cabang hanya dapat dilakukandengan izin Bank Indonesia.Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta danKabupaten atau kota Bogor, Depok, Tangerang,Bekasi dan Karawang ditetapkan sebagai satuwilayah Provinsi untuk keperluan pembukaan KantorCabang dan berlaku pula bagi pembukaan KantorCabang BPR di wilayah dimaksud sebagai akibatmerger atau konsolidasi.Selama 12 bulan terakhir memiliki tingkat kesehatantergolong sehat.Selama 3 bulan terakhir memiliki rasio kewajibanpenyediaan modal minimum (CAR) paling sedikit10%.Memiliki teknologi informasi yang memadai

Kantor Cabang BPR SyariahPembukaan kantor cabang hanya dapat dilakukan

Page 99: Booklet Perbankan 2009

91

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dengan izin Bank IndonesiaHanya dapat membuka dalam satu wilayah provinsiyang sama dengan kantor pusatnya.BPRS yang kantor pusatnya berada di wilayah DKIJakarta Raya dan Kabupaten/Kota Tengerang, Bogor,Depok dan Bekasi dapat membuka kantor canagdalam wilayah tersebutRencana pembukaan kantor cabang wajibdicantumkan dalam rencana kerja tahunanPembukaan kantor cabang wajib memenuhipersyaratan taingkat kesehatan selama 6 bulanterakhir tergolong sehat.Dalam setiap pembukaan kantor cabang berlakuketentuan sebagai berikut:- BPRS dengan modal disetor kurang dari Rp 5

miliar wajib menambah modal disetor sekurang-kurangnya 25% dari persyaratan pendirian BPRS

- BPRS dengan modal disetor 5 miliar atau lebihtidak wajib menambah modal disetor.

Unit Usaha Syariah (UUS)Bank Umum Konvensional yang melakukan kegiatanusaha berdasarkan prinsip syariah wajib membuka UnitUsaha Syariah (UUS). Pembukaan UUS hanya dapatdilakukan dengan izin Bank Indonesia dalam bentuk izinusaha. Modal kerja UUS ditetapkan dan dipelihara palingkurang sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliarrupiah).

12. Perubahan Nama dan Logo BankPerubahan nama bank wajib dilakukan dengan memenuhiketentuan perundang-undangan yang berlaku. Bank yangtelah memperoleh persetujuan perubahan anggaran dasarterkait dengan penggunaan nama baru dari instansiberwenang wajib mengajukan permohonan kepada BImengenai penetapan penggunaan izin usaha yang dimilikiuntuk bank dengan nama baru.

Page 100: Booklet Perbankan 2009

92

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Perubahan logo bank wajib dilaporkan kepada BI palinglamvat 30 hari kerja sebelum perubahan dilakukan danpelaksanaan dari perubahan logo dimaksud wajibdilaporkan ke BI paling lambat 10 hari kerja setelahpelaksanaan perubahan dengan melampirkan dokumenantara lai desain logo baru.

13. Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum/BPRKonvensional Menjadi Bank Umum/BPR SyariahBank hanya dapat mengubah kegiatan usahanyamenjadi bank yang melaksanakan kegiatan usahaberdasarkan prinsip syariah dengan izin dari GubernurBank Indonesia. Rencana perubahan kegiatan usahatersebut wajib dicantumkan dalam rencana bisnis bank.Bank yang telah mendapat izin perubahan kegiatanusaha dari Gubernur Bank Indonesia wajib melaksanakankegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah paling lambat60 hari sejak izin perubahan kegiatan usahadiberlakukan. Bank yang telah mendapat izin perubahankegiatan usaha wajib mencantumkan secara jelas kata∆Syariah∆ sesudah kata ∆Bank∆ pada penulisannamanya. Bank yang semula memiliki izin usaha sebagaibank yang melakukan kegiatan usaha secarakonvensional dan telah memperoleh izin perubahankegiatan usaha menjadi bank yang melaksanakankegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dilaranguntuk mengubah kegiatan usaha berdasarkan prinsipsyariah menjadi kegiatan usaha secara konvensional.

14. Penutupan Kantor Cabang BankPenutupan kantor cabang bank hanya dapat dilakukandengan persetujuan Bank Indonesia. Permohonan untukmemperoleh persetujuan prinsip penutupan KC wajibdisertai dengan alasan penutupan, dan langkah-langkahyang akan ditempuh dalam rangka penyelesaian seluruhkewajiban KC kepada nasabah dan pihak lainnya.

Page 101: Booklet Perbankan 2009

93

Booklet Perbankan Indonesia 2009

15. Peningkatan Bank Umum Non Devisa menjadi BankUmum DevisaPersyaratan untuk menjadi Bank Umum Devisa adalah :

CAR minimum dalam bulan terakhir 8%;tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat;modal disetor minimal Rp.150 miliar;bank telah melakukan persiapan untukmelaksanakan kegiatan sebagai Bank Umum Devisameliputi: organisasi, sumber daya manusia, pedomanoperasional kegiatan devisa dan sistem administrasiserta pengawasannya.

16. Perubahan Izin Usaha Bank Umum menjadi IzinUsaha BPR dalam rangka KonsolidasiPerubahan izin usaha Bank Umum menjadi izin usahaBPR hanya dapat dilakukan dengan izin dari GubernurBank Indonesia. Perubahan izin dimaksud dapatdilakukan secara sukarela atau mandatory. Perubahanizin secara sukarela dilakukan apabila terdapatpermohonan dari pemegang saham Bank Umum denganmodal inti di bawah Rp 100 miliar atau pemegang sahamBank Umum yang masih wajib membayasi kegiatanusaha. Perubahan Bank Umum menjadi izin BPR secaramandatory diberlakukan kepada:

Bank Umum yang pada tanggal 31 Desember 2010tidak memenuhi modal inti minimum Rp 100 miliar;Bank Umum yang pada tanggal 31 Desember 2010masih wajib membatasi kegiatan usaha dan tidakmengajukan permohonan perubahan izin usahamenjadi BPR secara sukarela; atauBank Umum yang telah mengajukan permohonanperubahan izin usaha menjadi BPR secara sukarelanamun sampai dengan tanggal 31 Desember 2010belum menyelesaikan penyesuaian kegiatan usaha.

Page 102: Booklet Perbankan 2009

94

Booklet Perbankan Indonesia 2009

17. Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan StatusBanka. Bank Indonesia menetapkan status Bank Dalam

Pengawasan Intensif (Intensive Supervision) bila suatubank memenuhi satu atau lebih kriteria sebagaiberikut :

memiliki predikat kurang sehat atau tidak sehat;memiliki permasalahan aktual dan atau potensialberdasarkan penilaian terhadap keseluruhan risiko(composite risk);terdapat pelampauan dan atau pelanggaran BatasMaksimum Pemberian Kredit (BMPK);terdapat pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN);rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah samadengan atau lebih besar dari rasio yang ditetapkanuntuk GWM Bank namun memiliki permasalahanlikuiditas yang mendasar;memiliki masalah profitabilitas mendasar;memiliki kredit bermasalah secara neto > 5% daritotal kredit.

b. Bank Indonesia menetapkan status Bank DalamPengawasan Khusus (Special Surveillance) pada bankyang memenuhi satu atau lebih kriteria sebagaiberikut:

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum(KPMM) < 8%;Rasio GWM Rupiah kurang dari rasio yangditetapkan untuk GWM Bank, dan dinilai memilikimasalah likuiditas mendasar.

Di samping itu bank yang memperoleh FasilitasPembiayaan Darurat (FPD) ditetapkan sebagai BankDalam Pengawasan Khusus.Apabila Bank yang ditempatkan dalam pengawasankhusus dan ditengarai berdampak sistemik, BankIndonesia memberitahukan kepada Lembaga PenjaminSimpanan dan meminta Komite Koordinasi untukmelaksanakan rapat guna memutuskan Bank yang

Page 103: Booklet Perbankan 2009

95

Booklet Perbankan Indonesia 2009

bersangkutan berdampak sistemik atau tidak berdampaksistemik.Dalam hal Komite Koordinasi telah menetapkan Bankyang ditempatkan dalam pengawasan khusus sebagaiBank berdampak sistemik dan Bank bersangkutanmemenuhi kriteria:

Belum melampaui jangka waktu yang diberikanuntuk melaksanakan tindakan yang dipersyaratkanBI, namun kondisi bank menurun dengan cepat; atauJangka waktu yang diberikan untuk melaksanakantindakan yang dipersyaratkan BI terlampaui, rasioKewajiban Penyediaan Modal Minimu kurang dari8% dan kondisi Bank tidak mengalami perbaikan;atauJangka waktu yang diberikan untuk melaksanakantindakan BI belum terlampaui namun jangka waktufasilitas pembiayaan darurat yang diterima oleh Banktelah jatuh tempo dan tidak dapat dilunasi,

Bank Indonesia meminta Komite Koordinasi untukmelaksanakan rapat guna memutuskan langkah-langkahpenanganan Bank dimaksud.Dalam hal Bank yang ditempatkan dalam pengawasankhusus tidak berdampak sistemik serta memenuhi kriteriasebagai berikut:

Belum melampaui jangka waktu yang diberikanuntuk melaksanakan tindakan yang dipersyaratkanBI, namun kondisi Bank menurun sehingga: bankmemiliki rasio Kewajiban Penyediaan ModalMinimum kurang dari 2% dan dinilai tidak dapatditingkatkan menjadi 8%; atau memiliki rasio GWMdalam rupiah kurang dari 0% dan tidak dapatdiselesaikan sesuai peraturan yang berlaku; atauJangka waktu yang diberikan untuk melaksanakantindakan yang dipersyaratkan BI terlampaui, rasioKewajiban Penyediaan Modal Minimum kurang dari8% dan kondisi Bank tidak mengalami perbaikan,

Page 104: Booklet Perbankan 2009

96

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Bank Indonesia memberitahukan kepada LPS danmeminta keputusan LPS untuk melakukan penyelamatanatau tidak melakukan penyelamatan terhadap Bank yangbersangkutan. Dalam hal LPS tidak melakukanpenyelamatan, maka Bank Indonesia melakukanpencabutan izin usaha Bank yang bersangkutan setelahmemperoleh pemberitahuan dari LPS.

18. Tindak Lanjut Penanganan Terhadap BPR DalamStatus Pengawasan Khusus (DPK)Bank Indonesia mengambil langkah penyehatanterhadap BPR yang masih memiliki prospek untukmenjadi sehat dengan melakukan pengawasan khususdan mengambil langkah untuk Cabut Izin Usaha (CIU)bagi BPR yang tidak dapat disehatkan dan tidakdiselamatkan oleh LPSDalam hal Bank Indonesia menilai suatu BPR mengalamikesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanyamaka BPR tersebut ditetapkan dalam status pengawasankhusus Bank Indonesia.Bank Indonesia menetapkan BPR dalam statuspengawasan khusus (BPR DPK) apabila memenuhikriteria sebagai berikut :

Rasio KPMM < 4% ; dan atauCash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir <3%

Jangka waktu pengawasan khusus ditetapkan maksimalselama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat pemberitahuanpenetapan status BPR dalam pengawasan khusus dari BIdan tidak dapat diperpanjang.Selama jangka waktu pengawasan khusus tersebut,Bank Indonesia dapat memerintahkan BPR dan/ataupemegang saham antara lain untuk :a. menambah modal;b. menghapusbukukan kredit yang tergolong macet

dan memperhitungkan kerugian BPR denganmodalnya;

Page 105: Booklet Perbankan 2009

97

Booklet Perbankan Indonesia 2009

c. mengganti anggota direksi dan/atau dewankomisaris BPR;

d. melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain;e. menjual BPR kepada pembeli yang bersedia

mengambil alih seluruh kewajiban BPR;f. menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian

kegiatan BPR kepada pihak lain;g. menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau

kewajiban BPR kepada pihak lain; dan/atauh. menghentikan kegiatan usaha tertentu dalam waktu

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Selama jangka waktu pengawasan khusus sampaidengan pada saat berakhirnya jangka waktu tersebut,BPR dapat dikeluarkan dari status pengawasan khususapabila memenuhi kriteria:

Rasio KPMM paling sedikit sebesar 4%, danCR rata-rata selama 6 bulan terakhir paling sedikitsebesar 3%, danTelah menyelesaikan seluruh proses hukum dalamrangka penyehatan BPR sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku.

Bank Indonesia menetapkan BPR DPK yang tidak dapatdisehatkan dan dimintakan LPS untuk diselamatkan atautidak dapat diselamatkan apabila memenuhi salah satukriteria sebagai berikut :a. memiliki rasio KPMM sama dengan atau kurang dari

0% (nol perseratus) dan/atau memiliki CR rata-rataselama 6 (enam) bulan terakhir kurang dari 1% (satuperseratus) pada akhir jangka waktu 3 (tiga) bulansejak penetapan BPR DPK;

b. memiliki rasio KPMM sama dengan atau kurang dari0% (nol perseratus) dan/atau memiliki CR rata-rataselama 6 (enam) bulan terakhir kurang dari 1% (satuperseratus) setelah jangka waktu sebagaimanadimaksud pada huruf a sampai dengan 1 (satu) harisebelum berakhirnya jangka waktu pengawasankhusus;

Page 106: Booklet Perbankan 2009

98

Booklet Perbankan Indonesia 2009

c. memiliki rasio KPMM kurang dari 4% (empatperseratus) dan/atau CR rata-rata selama 6 (enam)bulan terakhir kurang dari 3% (tiga perseratus) padaakhir jangka waktu pengawasan khusus.

Dalam rangka pengawasan khusus, BI memberitahukankepada LPS mengenai BPR dalam pengawasan khususpada kondisi sebagai berikut :a. BPR yang ditetapkan dalam pengawasan khusus;b. BPR yang dalam jangka waktu pengawasan khusus

maupun setelah berakhirnya jangka waktupengawasan khusus tidak dapat memperbaikikondisi keuangannya;

c. BPR yang dikeluarkan dari status pengawasan khususkarena kondisi keuangannya membaik sehinggarasio KPMM mencapai paling sedikit sebesar 4% danCR rata-rata selama 6 bulan terakhir mencapai palingsedikit sebesar 3%.

Setelah menerima pemberitahuan dari BI sebagaimanadimaksud pada huruf b dan huruf c, LPS akan melakukanpenilaian untuk mengambil keputusan menyelamatkanatau tidak menyelamatkan BPR yang bersangkutan.Dalam hal LPS memutuskan untuk tidak menyelamatkanBPR yang bersangkutan, Bank Indonesia akan mencabutizin usaha BPR yang bersangkutan setelah memperolehpemberitahuan dari LPS dan mengumumkannya kepadamasyarakat.

19. Likuidasi BankLikuidasi bank adalah tindakan penyelamatan seluruhhak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izinusaha dan pembubaran badan hukum bank. Tatacaralikuidasi bank yang dicabut izin usahanya sebelumterbentuknya LPS, mengacu pada PP No.25 Tahun 1999dan SK DIR BI No. 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999tentang Tatacara Pencabutan izin usaha, Pembubarandan Likuidasi Bank Umum, dimana pelaksanaan likuidasidilakukan oleh Tim Likuidasi dan Bank Indonesia

Page 107: Booklet Perbankan 2009

99

Booklet Perbankan Indonesia 2009

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan likuidasioleh Tim Likuidasi tersebut.Dengan berlakunya UU LPS, maka PP No.25 Tahun 1999dan SK DIR BI No. 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999dinyatakan tidak berlaku bagi bank-bank yang dicabutizin usahanya setelah berlakunya UU LPS. Selanjutnyapengawasan dan pelaksanaan likuidasi bank yangdicabut izin usahanya setelah Oktober 2005 dilakukanoleh LPS.

20. Pencabutan Izin Usaha Atas Permintaan PemegangSaham (Self Liquidation)

Bank yang dapat dimintakan pencabutan izinusahanya atas permintaan pemegang saham sendirimerupakan bank yang tidak sedang ditempatkandalam pengawasan khusus Bank Indonesiasebagaimana diatur dalam ketetuan BI mengenaitindak lanjut dan penetapan status bank.Pencabutan izin usaha atas permintaan pemegangsaham bank hanya dapat dilakukan oleh BankIndonesia apabila bank telah menyelesaikankewajibannya kepada seluruh nasabah dan krediturlainnya.Pencabutan izin usaha atas permintaan pemegangsaham bank dilakukan dalam 2 tahap: a. persetujuanpersiapan pencabutan izin usaha, b. keputusanpencabutan izin usaha.Apabila permohonan pencabutan izin usahadisetujui, Bank Indonesia menerbitkan suratkeputusan pencabutan izin usaha bank dan memintabank untuk melakukan pembubaran badan hukumsesuai ketentuan perundangan yang berlaku.Sejak tanggal pencabutan izin usaha diterbitkan,apabila dikemudian hari masih terdapat kewajibanyang belum diselesaikan, maka segala kewajibandimaksud menjadi tanggung jawab pemegangsaham bank.

Page 108: Booklet Perbankan 2009

100

Booklet Perbankan Indonesia 2009

B. Ketentuan Kegiatan Usaha dan Beberapa Produk Bank1. Pedagang Valuta Asing (PVA) bagi Bank

PVA bank melakukan kegiatan usaha sebagai PVAsetelah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia.Bank umum bukan bank devisa yang melaksanakankegiatan usaha secara konvensional dan/atauberdasarkan prinsip syariah, BPR, dan BPRS yang akanmelakukan kegiatan usaha sebagai PVA wajib memenuhipersyaratan sebagai berikut:

Memiliki rasio KPMM sesuai dengan ketentuan yangberlaku;Rencana melakukan kegiatan usaha PVA tercantumdalam Rencana Bisnis Bank bagi bank umum bukanbank devisa dan Rencana Kerja dan LaporanPelaksanaan Rencana Kerja bagi BPR dan BPRS; danMenyertakan rencana kesiapan operasional.

Selain memenuhi persyaratan khusus untuk BPR danBPRS wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Memiliki tingkat kesehatan selama 12 bulan terakhirtergolong sehat; danMemenuhi persyaratan modal disetor dankepengurusan sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Transaksi DerivatifBank dapat melakukan transaksi derivatif baik untukkepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.Dalam transaksi derivatif Bank wajib melakukan mark tomarket dan menerapkan manajemen risiko sesuaiketentuan yang berlaku. Bank hanya dapat melakukantransaksi derivatif yang merupakan turunan dari nilai tukar,suku bunga, dan/atau gabungan nilai tukar dan sukubunga. Transaksi dimaksud diperkenankan sepanjangbukan merupakan structured product yang terkait dengantransaksi valuta asing terhadap rupiah. Bank dilarangmemelihara posisi atas transaksi derivatif yang dilakukanoleh pihak terkait dengan Bank serta dilarang memberikanfasilitas kredit dan atau cerukan (overdraft) untuk

Page 109: Booklet Perbankan 2009

101

Booklet Perbankan Indonesia 2009

keperluan transaksi derivatif kepada nasabah termasukpemenuhan margin deposit dalam rangka transaksimargin trading. Bank juga dilarang melakukan margintrading valuta asing terhadap rupiah baik untukkepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

3. Commercial Paper (CP)BI mengeluarkan ketentuan bahwa CP yang dapatditerbitkan dan diperdagangkan melalui perbankanhanya yang diterbitkan oleh perusahaan Indonesia bukanbank, dengan jangka waktu maksimal 270 hari dan telahmemperoleh peringkat kualitas investasi dari lembagaperingkat efek dalam negeri (saat ini Pefindo), yaitu CPdengan tingkat kesanggupan membayar kembaliminimal secara memadai. Bank yang bertindak sebagaipengatur penerbitan, agen penerbit, agen pembayar,pedagang efek atau pemodal dalam kegiatan CP adalahbank yang tingkat kesehatan dan permodalannya dalam12 bulan terakhir tergolong sehat.Bank dilarang :a. bertindak sebagai pengatur penerbitan, agen

penerbit, agen pembayar atau pemodal ataspenerbitan CP dari :

perusahaan yang merupakan anggota grup/kelompok bank yang bersangkutan;perusahaan yang mempunyai pinjaman yangdigolongkan Diragukan dan Macet.

b. menjadi penjamin penerbitan CP.

4. Simpanana. Giro

Rekening giro adalah rekening yang penarikannyadapat dilakukan cek, bilyet giro, sarana perintahpembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.Dalam hal pembukaan rekening, bank dilarangmenerima nasabah yang namanya tercantum dalamdaftar hitam yang masih berlaku.

Page 110: Booklet Perbankan 2009

102

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Giro di bank syariah dapat berdasarkan akad wadi»ahatau mudharabah. Untuk giro berdasarkan akadwadi»ah, bank tidak diperbolehkan menjanjikanpemberian imbalan atau bonus. Untuk giroberdasarkan akad mudharabah, nasabah wajibmemelihara saldo giro minimum yang ditetapkanoleh bank dan tidak dapat ditarik kecuali dalamrangka penutupan rekening. Pemberian keuntunganuntuk nasabah giro mudharabah didasarkan padasaldo terendah setiap akhir bulan laporan.

b. DepositoDeposito adalah simpanan yang penarikannya hanyadapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkanperjanjian nasabah penyimpan dengan bank. BankUmum dan BPR dapat menerbitkan bilyet depositoatas simpanan deposito berjangka. Atas bungadeposito berjangka dikenakan pajak penghasilanbersifat final.Deposito di bank syariah didasarkan pada akadmudharabah dengan ketentuan antara lain banktidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungannasabah tanpa persetujuan nasabah yangbersangkutan dan menutup biaya deposito denganmenggunakan nisbah keuntungan bank.

c. Sertifikat DepositoSertifikat deposito adalah simpanan dalam bentukdeposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapatdipindahtangankan. Bank Umum dapat menerbitkanSertifikat Deposito dengan syarat antara lain :

hanya dapat diterbitkan atas unjuk dalam Rupiah;nilai nominal sekurang-kurangnya Rp.1 juta.jangka waktu sekurang-kurangnya 30 hari danpaling lama 24 bulan.terhadap hasil bunga yang diterima nasabah,bank wajib memungut pajak penghasilan (PPh).

d. TabunganTabungan adalah simpanan yang penarikannya

Page 111: Booklet Perbankan 2009

103

Booklet Perbankan Indonesia 2009

hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yangdisepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakandengan itu. Syarat-syarat penyelenggaraan tabunganantara lain:

Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungandalam Rupiah;Penetapan suku bunga diserahkan kepadamasing-masing bank;Atas bunga tabungan yang diterima, wajibdipotong pajak penghasilan (PPh).

Tabungan di bank syariah dapat berdasarkan wadi»ahatau mudharabah. Pada tabungan wadi»ah, banktidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalanatau bonus kepada nasabah. Pada tabunganmudharabah, nasabah wajib menginvestasikanminimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkanoleh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabahkecuali dalam rangka penutupan rekening.

5. Produk Bank Syariah dan Unit Usaha SyariahBank syariah dan UUS wajib melaporkan rencanapengeluaran produk baru kepada BI. Produk dimaksudmerupakan produk sebagaimana ditetapkan dalam BukuKodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diatur dalamSurat Edaran BI. Dalam hal bank akan mengeluarkanproduk baru yang tidak termasuk dalam Buku KodifikasiProduk Perbankan Syariah maka bank wajib memperolehpersetujuan dari BI. Laporan rencana pengeluaranproduk baru harus disampaikan paling lambat 15 harisebelum produk baru dimaksud akan dikeluarkan.Sementara itu, untuk produk baru yang harus mendapatpersetujuan, BI akan memberikan persetujuan ataupenolakan atas permohonan tersebut paling lambat 15hari sejak seluruh persyaratan dipenuhi dan dokumenpelaporan diterima secara lengkap. Bank wajibmelaporkan realisasi pengeluaran produk baru paling

Page 112: Booklet Perbankan 2009

104

Booklet Perbankan Indonesia 2009

lambat 10 hari setelah produk baru dimaksuddikeluarkan.

6. Prinsip Syariah Dalam Kegiatan PenghimpunanDana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan JasaBank SyariahKegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran danadan pelayanan jasa bank berdasarkan prinsip syariahyang dilakukan oleh bank merupakan jasa perbankan.Dalam melaksanakan jasa perbankan dimaksud bankwajib memenuhi prinsip syariah. Pemenuhan prinsipsyariah dimaksud dilaksanakan dengan memenuhiketentuan pokok hukum islam antara lain prinsipkeadilan dan keseimbangan («adl wa tawazun).Kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah) sertatidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objekharam.Pemenuhan Prinsip Syariah dilakukan sebagai berikut:

penghimpunan dana yaitu dengan mempergunakanantara lain Akad Wadi»ah dan Mudharabah;penyaluran dana/pembiayaan yaitu denganmempergunakan antara lain Akad Mudharabah,Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna», Ijarah,Ijarah Muntahiya Bittamlik dan Qardh;pelayanan jasa yaitu dengan mempergunakan antaralain Akad Kafalah, Hawalah dan Sharf.

Apabila terjadi sengketa antara Bank dengan Nasabahpenyelesainnya dapat dilakukan antara lain melaluimusyawarah, mediasi perbankan, arbitrase syariah ataulembaga peradilan.

C. Ketentuan Kehati-hatian1. Modal Inti Bank Umum

Kompleksitas kegiatan usaha Bank yang semakinmeningkat berpotensi menyebabkan semakin tingginyarisiko yang dihadapi Bank. Peningkatan risiko ini perludiikuti oleh peningkatan modal yang diperlukan oleh

Page 113: Booklet Perbankan 2009

105

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Bank untuk menanggung kemungkinan kerugian yangtimbul. Oleh karena itu, Bank wajib memiliki modal intiminimum yang dipersyaratkan untuk mendukungkegiatan usahanya. Modal Inti meliputi modal disetordan cadangan tambahan modal. Bank wajib memenuhimodal inti paling kurang sebesar Rp. 80 miliar padatanggal 31 Desember 2007, dan selanjutnya wajibmemenuhi paling kurang Rp. 100 miliar pada tanggal31 Desember 2010. Pemenuhan kewajiban modal intiminimum dapat dilakukan melalui penambahan modaldisetor, pertumbuhan laba, merger, konsolidasi atauakuisisi. Direksi bank wajib menyusun rencanapemenuhan modal inti minimum dengan persetujuanRUPS dan rencana tersebut wajib dicantumkan dalamrencana bisnis Bank. Bagi Bank yang tidak dapatmemenuhi jumlah modal inti minimum sampai denganjangka waktu tersebut di atas, wajib membatasi kegiatanusahanya dengan tidak melakukan kegiatan usahasebagai Bank Umum Devisa, penyediaan dana perdebitur paling tinggi Rp. 500 juta; jumlah maksimumDPK sebesar 10 kali modal inti; dan menutup seluruhjaringan kantor Bank yang berada di luar wilayah provinsikantor pusat Bank. Bank Indonesia akan mengubah izinBank Umum menjadi izin usaha BPR bagi:a. Bank yang tidak dapat memenuhi jumlah modal inti

minimum Rp 100 miliar pada tanggal 31 Desember2010;

b. Bank yang melakukan kewajiban pembatasankegiatan usaha dan bank tersebut sampai dengantanggal 31 Desember 2010 tidak melakukan:1) pemenuhan modal disetor paling kurang sebesar

Rp 3 triliun, bagi bank yang melakukan kegiatanusaha secara konvensional;

2) pemenuhan modal disetor paling kurang sebesarRp 1 triliun bagi bank yang melakukan kegiatanusaha berdasarkan prinsip syariah; atau

3) merger atau konsolidasi dengan bank yang telah

Page 114: Booklet Perbankan 2009

106

Booklet Perbankan Indonesia 2009

memenuhi ketentuan modal inti minimum danbank hasil merger atau konsolidasi dimaksudmemenuhi modal inti minimum Rp 100 miliar.

2. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)Ketentuan KPMM bagi Bank Umum KonvensionalBank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Bagi bankyang memiliki dan/atau melakukan pengendalianterhadap perusahaan anak, kewajiban dimaksud berlakubagi bank secara individual dan bank secara konsolidasidengan perusahaan anak. Untuk mengantisipasi kerugiansesuai profil risiko bank , BI dapat mewajibkan bank untukmenyediakan modal minimum lebih besar dari 8% ATMR.ATMR terdiri dari: ATMR untuk risiko kredit; ATMR untukrisiko operasional, dan ATMR untuk risiko pasar. Setiapbank wajib memperhitungkan ATMR untuk risiko kreditdan ATMR untuk risiko operasional. ATMR untuk risikopasar hanya wajib diperhitungkan oleh bank yangmemenuhi kriteria tertentu. Kriteria tertentu bagi bankyang wajib memenuhi KPMM risiko pasar adalah:a. Bank secara individual

- Bank dengan total aset ≥ Rp 10 triliun;- Bank devisa dengan posisi instrumen keuangan

berupa surat berharga dan/atau transaksi derivatifdalam trading book ≥ Rp 20 miliar;

- Bank bukan bank devisa dengan posisi intrumenkeuangan berupa surat berharga dan/atauderivatif suku bunga dalam trading book≥ Rp 25 miliar

b. Bank secara konsolidasi dengan perusahaananak- Bank devisa yang secara konsolidasi dengan

perusahaan anak memiliki posisi instrumenkeuangan berupa surat berharga termasukinstrumen keuangan yang terekspos risiko ekuitasdan/atau transaksi derivatif dalam trading book

Page 115: Booklet Perbankan 2009

107

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dan/atau instrumen keuangan yang tereksposrisiko komoditas dalam trading book dan bankingbook sebesar ≥ Rp 20 miliar.

- Bank bukan bank devisa yang secara konsolidasidengan perusahaan anak memiliki posisiinstrumen keuangan berupa surat berhargatermasuk instrumen keyangan yang tereksposrisiko ekuitas dan/atau transaksi derivatif dalamtrading book dan/atau instrumen keuangan yangterekspos risiko komoditas dalam trading bookdan banking book ≥ Rp 25 miliar.

Ketentuan KPMM bagi BPRBPR wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modalterdiri dari modal inti dan modal pelengkap yang hanyadapat diperhitungkan setinggi-tingginya 100% darimodal inti. ATMR terdiri dari aktiva neraca BPR yangdiberikan bobot sesuai dengan kadar risiko yang melekatpada setiap pos aktiva.

Ketentuan KPMM bagi Bank Umum dan BPRBerdasarkan Prinsip SyariahBank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). UnitUsaha Syariah (UUS) wajib menyediakan modal minimumdari ATMR dari kegiatan usaha berdasarkan PrinsipSyariah. Dalam hal modal minimum UUS kurang dari8% dari ATMR maka kantor pusat bank umumkonvensional dari UUS wajib menambah kekuranganmodal minimum sehingga mencapai 8% dari ATMR.ATMR dihitung berdasarkan bobot risiko masing-masingpos aktiva neraca dan rekening administratif. UntukBPRS, ATMR terdiri dari:- Aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar

risiko penyediaan dana atau tagihan yang melekatpada setiap pos aktiva;

Page 116: Booklet Perbankan 2009

108

Booklet Perbankan Indonesia 2009

- Pos tertentu dalam daftar kewajiban komitmen dankontijensi (off balance sheet account) yang diberikanbobot dan sesuai dengan kadar risiko penyediaandana yang melekat pada setiap pos setelah terlebihdahulu diperhitungkan dengan bobot faktor konversi.

3. Posisi Devisa Neto (PDN)Bank Umum Devisa wajib mengelola dan memeliharaPDN pada akhir hari kerja dengan ketentuan sebagaiberikut :a. secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari

modal; danb. untuk neraca setinggi-tingginya 20% dari modal,PDN secara keseluruhan merupakan penjumlahan darinilai absolut dari selisih bersih aktiva dan pasiva dalamneraca untuk setiap valuta asing ditambah dengan selisihbersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakankomitmen maupun kontinjensi dalam rekeningadministratif untuk setiap valuta asing dinyatakan dalamRupiah. PDN untuk neraca adalah angka yangmerupakan penjumlahan nilai absolut dari selisih bersihaktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asingyang semuanya dinyatakan dalam Rupiah.Selain mengelola dan memelihara PDN pada akhir harikerja, Bank wajib mengelola dan memelihara PDN setiapsaat paling tinggi 20% dari modal.Pemeliharaan PDN pada akhir hari kerja dihitung secaragabungan yaitu :a. Bagi bank yang berbadan hukum Indonesia

mencakup seluruh kantor cabang di dalam negerimaupun di luar negeri.

b. Bagi kantor cabang bank asing mencakup seluruhkantor-kantornya di Indonesia.

Pelanggaran terhadap ketentuan PDN dikenakan sanksiadministratif antara lain berupa teguran tertulis,mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan danpembekuan kegiatan usaha tertentu.

Page 117: Booklet Perbankan 2009

109

Booklet Perbankan Indonesia 2009

4. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)Ketentuan BMPK bagi Bank Umuma. Untuk pihak yang tidak terkait dengan bank

Penyediaan dana kepada satu peminjam yang bukanmerupakan pihak terkait ditetapkan paling tinggi20% dari modal bank. Sedangkan, untuk satukelompok peminjam yang bukan pihak terkaitditetapkan paling tinggi 25% dari modal bank.

b. Untuk pihak yang terkait dengan bankSeluruh portofolio Penyediaan Dana kepada pihakterkait dengan Bank ditetapkan paling tinggi 10%dari modal Bank

c. Penyediaan Dana oleh Bank dikategorikan sebagaiPelampauan BMPK apabila disebabkan oleh hal-halsebagai berikut :a) penurunan modal bankb) perubahan nilai tukarc) perubahan nilai wajard) penggabungan usaha, perubahan struktur

kepemilikan dan atau perubahan strukturkepengurusan yang menyebabkan perubahanpihak terkait dan atau kelompok peminjam

e) perubahan ketentuand. Terhadap pelampauan BMPK dan pelanggaran BMPK

bank diwajibkan menyampaikan action plan kepadaBI. Bank yang melakukan Pelanggaran BMPK danatau Pelampauan BMPK dikenakan sanksi penilaiantingkat kesehatan Bank.

Ketentuan BMPK bagi BPRa. Pelampauan BMPK adalah selisih lebih sesuai dengan

rumus sebagai berikut :

Penyediaan Dana pada tanggal laporan BMPKX 100% - [BMPK]

Modal pada tanggal laporan BMPK

Page 118: Booklet Perbankan 2009

110

Booklet Perbankan Indonesia 2009

b. Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih sesuai denganrumus sebagai berikut :

c. Untuk pihak yang tidak terkait dengan bankBMPK untuk satu peminjam maupun satu kelompokpeminjam yang tidak terkait dengan bank ditetapkansetinggi-tingginya 20 % dari modal bank.

d. Untuk pihak yang terkait dengan bankBMPK bagi pihak yang terkait dengan bank secaraindividu maupun secara keseluruhan ditetapkan setinggi-tingginya sebesar 10% dari modal bank.

e. Terhadap pelampauan BMPK bank diwajibkanmenyampaikan action plan kepada BI dan selainpengenaan kewajiban dimaksud juga dikenakan sanksidalam penilaian tingkat kesehatan.

f. Terhadap pelanggaran BMPK dikenakan sanksi dalampenilaian tingkat kesehatan dan dapat diancam dengansanksi pidana.

5. Kualitas AktivaKualitas Aktiva Bank UmumDalam rangka memfasilitasi percepatan pembiayaan,dilakukan perubahan terhadap pengaturan penilaiankualitas aktiva bank umum dengan tetap memperhatikanfaktor penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemenrisiko pada bank. Bank wajib menetapkan kualitas yangsama terhadap beberapa rekening aktiva produktif yangdigunakan untuk membiayai 1 debitur. Penetapankualitas yang sama berlaku pula untuk aktiva produktifyang diberikan oleh lebih dari 1 bank. Penetapan kualitasyang sama terhadap aktiva produktif berlaku pulaterhadap aktiva produktif yang diberikan oleh lebih dari1 bank yang digunakan untuk membiayai 1 debitur atau

Penyediaan Dana pada saat pemberiannyaX 100% - [BMPK]

Modal pada saat pemberian Penyediaan Dana

Page 119: Booklet Perbankan 2009

111

Booklet Perbankan Indonesia 2009

1 proyek yang sama. Ketentuan dimaksud berlaku untuk:Aktiva produktif yang diberikan oleh setiap bankdengan jumlah lebih dari Rp 10 miliar kepada 1debitur atau 1 proyek;Aktiva produktif yang diberikan oleh setiap bankdengan jumlah lebih dari Rp 500 juta s.d Rp 10 miliarkepada 1 debitur, yang merupakan 50 debiturterbesar bank tersebut; dan/atauAktiva produktif yang diberikan berdasarkanperjanjian pembiayaan bersama kepada 1 debituratau 1 proyek yang sama.

Dalam hal terdapat penetapan kualitas aktiva produktifyang berbeda untuk 1 debitur, kualitas masing-masingaktiva produktif mengikuti kualitas aktiva produktif yangpaling rendah.

Kualitas Aktiva Produktif BPR KonvensionalPenanaman dana pada aktiva produktif wajibdilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Kualitasaktiva produktif dalam bentuk kredit ditetapkan dalam 4golongan, yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan danMacet. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk SBIditetapkan Lancar. Kualitas aktiva produktif dalam bentukPenempatan Dana Antar Bank ditetapkan menjadi 3golongan, yaitu Lancar, Kurang lancar, dan Macet.

Kualitas Aktiva Bank Umum SyariahPenanaman dan/atau penyediaan dana Bank wajibdilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian danmemenuhi prinsip syariah. Pengurus bank wajib menilai,memantau dan mengambil langkah-langkah antisipasiagar kualitas aktiva senantiasa dalam keadaan lancar.Penilaian kualitas dilakukan terhadap aktiva produktifdan aktiva non produktif. Bank wajib menetapkankualitas yang sama terhadap beberapa rekening aktivaproduktif yang digunakan untuk membiayai 1 nasabah,dalam 1 bank yang sama. Penetapan kualitas yang sama

Page 120: Booklet Perbankan 2009

112

Booklet Perbankan Indonesia 2009

berlaku pula untuk aktiva produktif berupa penyediaandana atau tagihan yang diberikan oleh lebih dari 1 bankyang dilaksanakan berdasarkan perjanjian pembiayaanbersama dan/atau sindikasi. Kualitas aktiva produktifwajib dinilai secara bulanan. Aktiva non produktif yangwajib dinilai kualitasnya meliputi Agunan Yang DiambilAlih (AYDA), properti terbengkalai, rekening antar kantordan suspense account, serta persediaan. Kualitas aktivanon produktif wajib dinilai secara bulanan.

Kualitas Aktiva BPR SyariahPenyediaan dana BPRS wajib dilaksanakan berdasarkanprinsip kehati-hatian dan memenuhi prinsip syariah. BPRSwajib melakukan penilaian kualitas aktiva baik terhadapaktiva produktif maupun aktiva non produktif berupaAYDA. Penilaian kualitas aktiva dilakukan secara bulanan.Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 4 golonganyaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

6. Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA)Untuk menutup risiko kerugian penanaman dana, bankwajib membentuk PPA yang terdiri dari cadangan umumdan cadangan khusus.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) Bank UmumKonvensionalBank Umum konvensional wajib membentuk PPAterhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif. PPAuntuk Aktiva Produktif berupa cadangan umum dancadangan khusus, sementara untuk Aktiva Non Produktifhanya cadangan khusus. Besarnya cadangan umumditetapkan paling kurang 1 % dari aktiva produktif yangmemiliki kualitas lancar tidak termasuk SBI, SUN, danAP yang dijamin agunan tunai. Besarnya cadangankhusus untuk Bank Umum ditetapkan minimal :

5 % dari Aktiva dengan kualitas Dalam PerhatianKhusus setelah dikurangi nilai agunan; dan

Page 121: Booklet Perbankan 2009

113

Booklet Perbankan Indonesia 2009

15% dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancarsetelah dikurangi nilai agunan; dan50% dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelahdikurangi nilai agunan; dan100 % dari aktiva dengan kualitas macet setelahdikurangi nilai agunan.

Dalam hal agunan akan digunakan sebagai pengurangPPA, penilaian agunan paling kurang dilakukan oleh:

Penilai independen bagi aktiva produktif kepadadebitur atau kelompok peminjam dengan jumlah >Rp 5 miliar;Penilai intern bank bagi aktiva produktif kepadadebitur atau kelompok peminjam dengan jumlahsampai dengan Rp 5 miliar.

Penilaian terhadap agunan dimaksud wajib dilakukansejak awal pemberian aktiva produktif.Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktorpengurang dalam perhitungan PPA terdiri dari :

Surat Berharga dan saham yang aktifdiperdagangkan di bursa efek Indonesia ataumemiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;Tanah, gedung, dan rumah tinggal yang diikatdengan hak tanggungan;Pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran diatas20 meter kubik yang diikat dengan hipotek;Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikatsecara fidusia; dan/atauResi gudang yang diikat dengan hak jaminan atasresi gudang.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) Bank SyariahBank wajib membentuk PPA terhadap Aktiva produktifdan aktiva non produktif. PPA berupa cadangan umumdan cadangan khusus untuk aktiva produktif dancadangan khusus untuk aktiva non produktif. Cadanganumum PPA untuk aktiva produktif ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang

Page 122: Booklet Perbankan 2009

114

Booklet Perbankan Indonesia 2009

digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat WadiahBank Indonesia dan surat berharga dan/atau tagihanyang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah,serta bagian aktiva produktif yang dijamin denganjaminan pemerintah dan agunan tunai. Besarnyacadangan khusus yang dibentuk ditetapkan samadengan sebagaimana yang dipersyaratkan bagi BankUmum. Kewajiban untuk membentuk PPA tidak berlakubagi aktiva produktif untuk transaksi sewa berupa akadIjarah atau transaksi sewa dengan perpindahan hal milikberupa akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik. Bank wajibmembentuk penyusutan/amortisasi untuk transaksisewa.Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktorpengurang dalam pembentukan PPA terdiri dari :

Agunan tunai berupa giro, tabungan, setoranjaminan dan/atau emas yang diblokir dengan disertaisurat kuasa pencairan;Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai denganperaturan perundangan-undangan yang berlaku;Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan/atausurat berharga dan/atau tagihan yang diterbitkanpemerintah;Surat berharga syariah yang memiliki peringkatinvestasi dan aktif diperdagangkan di pasar modal;Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara dankapal laut dengan ukuran di atas 20 m3.Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikatsecara fidusia;Mesin yang dianggap sebagai satu kesatuan dengantanah dan diikat dengan hak tanggungan;Resi gudang yang diikat dengan hak jaminan atasresi gudang.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)BPR KonvensionalBPR wajib membentuk PPAP berupa PPAP umum dan

Page 123: Booklet Perbankan 2009

115

Booklet Perbankan Indonesia 2009

PPAP khusus. PPAP umum ditetapkan paling kurangsebesar 0,5% dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitasLancar, tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia. PPAPkhusus ditetapkan paling kurang sebesar:

10% dari Aktiva Produktif dengan kualitas KurangLancar setelah dikurangi dengan nilai agunan;50% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Diragukansetelah dikurangi dengan nilai agunan; dan100% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Macetsetelah dikurangi dengan nilai agunan.

Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktorpengurang dalam pembentukan PPAP ditetapkansebesar :

100% dari agunan yang bersifat likuid, berupaSertifikat Bank Indonesia, tabungan dan depositoyang diblokir pada bank yang bersangkutan disertaidengan surat kuasa pencairan, emas dan logammulia;80% dari nilai hak tanggungan untuk agunan berupatanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik(SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) yang diikatdengan hal tanggungan;60% dari nilai jual obyek pajak untuk agunan berupatanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik(SHM) atau hak guna bangunan (SHGB), hak pakaitanpa hak tanggungan;50% dari nilai jual obyek pajak untuk agunan berupatanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik(Letter C) yang dilampiri surat pemberitahuan pajakterhutang (SPPT) terakhir; dan50% dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraanbermotor yang disertai bukti kepemilikan dan diikatsesuai ketentuan yang berlaku.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) BPR SyariahBPRS wajib membentuk PPA terhadap Aktiva produktifdan aktiva non produktif. PPA berupa cadangan umum

Page 124: Booklet Perbankan 2009

116

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dan cadangan khusus untuk aktiva produktif dancadangan khusus untuk aktiva non produktif. Besarnyacadangan umum pada BPRS sekurang-kurangnyasebesar 0,5% dari seluruh aktiva produktif yangdigolongkan Lancar, tidak termasuk Sertifikat WadiahBank Indonesia. Ketentuan mengenai besarnyacadangan khusus pada BPRS ditetapkan sama denganketentuan besarnya cadangan khusus pada BPRKonvensional. Kewajiban untuk membentuk PPAP tidakberlaku bagi aktiva produktif berupa Ijarah atau ijarahmuntahiyah bit tamlik, tetapi BPRS wajib membentukpenyusutan/amortisasi untuk ijarah atau ijarahmuntahiyah bit tamlik. Agunan yang dapatdiperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukanPPAP terdiri dari :

Tabungan Wadiah, tabungan dan atau depositoMudharabah dan setoran jaminan dalam mata uangrupiah yang diblokir disertai dengan surat kuasapencairan;Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telahdilakukan pengikatan secara gadai;Tanah, gedung, dan rumah tinggal yang telahdilakukan pengikatan sesuai ketentuan berlaku;Kendaraan bermotor dan persediaan yang telahdilakukan pengikatan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Restrukturisasi KreditBank hanya dapat melakukan Restrukturisasi Kreditterhadap debitur yang memenuhi kriteria : (a) debiturmengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bungakredit; dan (b) debitur memiliki prospek usaha yang baikdan mampu memenuhi kewajiban setelah kreditdirestrukturisasi. Bank dilarang melakukan RestrukturisasiKredit dengan tujuan hanya untuk menghindari:penurunan penggolongan kualitas kredit, peningkatanpembentukan PPA, atau penghentian pengakuanpendapatan bunga secara akrual.

Page 125: Booklet Perbankan 2009

117

Booklet Perbankan Indonesia 2009

8. Restrukrisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah danUUSBank dapat melaksanakan restrukturisasi pembiayaandengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Bank wajibmenjaga dan mengambil langkah-langkah agar kualitaspembiayaan setelah direstrukturisasi dalam keadaanlancar. Bank dilarang melakukan restrukturisasipembiayaan dengan tujuan menghindari:- penurunan penggolongan kualitas pembiayaan;- pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA)

yang lebih besar; atau- penghentian pengakuan pendapatan margin atau

ujrah secara akrual.Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan atasdasar permohonan secara tertulis dari nasabah.Restrukturisai pembiayaan hanya dapat dilakukan untuknasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:- nasabah mengalami penurunan kemampuan

pembayaran; dan- nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan

mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.Restrukturisasi hanya dapat dilakukan untukpembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar,Diragukan dan Macet.

Restrukturisasi pembiayaan wajib didukung dengananalisis dan bukti-bukti yang memadai sertaterdokumentasi dengan baik. Restrukturisasi pembiayaandapat dilakukan paling banyak 3 kali dalam jangka waktuakad pembiayaan awal. Restrukturisasi pembiayaanterhadap nasabah yang memiliki beberapa fasilitaspembiayaan dari bank ,dapat dilakukan terhadapmasing-masing pembiayaan. Bank wajib memilikikebijakan dan SOP tertulis mengenai restrukturisasipembiayaan.

Page 126: Booklet Perbankan 2009

118

Booklet Perbankan Indonesia 2009

9. Giro Wajib Minimum (GWM)Bank Umum KonvensionalBank wajib memenuhi GWM dalam rupiah, sedangkanBank devisa selain wajib memenuhi ketentuanmemenuhi GWM dalam rupiah juga wajib memenuhiGWM dalam valas. GWM dalam rupiah terdiri dari GWMUtama dan GWM Sekunder. GWM dalam rupiahditetapkan sebesar 7,5% dari DPK dalam rupiah danGWM dalam valas ditetapkan sebesar 1% dari DPKdalam valuta asing. Pemenuhan GWM dalam rupiahdilakukan sebagai berikut:- GWM Utama dalam rupiah sebesar 5% dari DPK

dalam rupiah; dan- GWM Sekunder dalam rupiah sebesar 2,5% dari DPK

dalam rupiah.Prosentase GWM dimaksud dapat disesuaikan dariwaktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisiperekonomian dan arah kebijakan BI.

Bank SyariahBank waib memelihara GWM dalam rupiah dan Bankdevisa selain wajib memenuhi GWM rupiah juga wajibmemelihara GWM dalam valas. GWM dalam rupiahbesarnya ditetapkan sebesar 5% dari DPK dalam rupiahdan GWM dalam valas ditetapkan sebesar 1% dari DPKdalam valas. Selain memenuhi ketentuan tersebut, bankyang memiliki rasio pembiayaan dalam rupiah terhadapDPK dalam rupiah kurang dari 80% dan:a. memiliki DPK ≥ Rp 1triliun s.d Rp 10 triliun wajib

memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar1% dari DPK dalam rupiah;

b. memiliki DPK dalam rupiah ≥ Rp 10 triliun s.d Rp 50triliun wajib memelihara tambahan GWM dalamrupiah sebesar 2% dari DPK dalam rupiah;

c. memiliki DPK dalam rupiah ≥ Rp 50 triliun wajibmemelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar3% dari DPK dalam rupiah.

Page 127: Booklet Perbankan 2009

119

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Bagi bank yang memiliki rasio pembiayaan dalam rupiahterhadap DPK dalam rupiah sebesar 80% atau lebih;dan/atau yang memiliki DPK dalam rupiah sampaidengan Rp 1 triliun tidak dikenakan kewajiban tambahanGWM tersebut di atas.

10. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know YourCustomer)Bank Umum dan BPR wajib menerapkan prinsipmengenal nasabah. Dalam menerapkan prinsip tersebut,bank wajib :

menetapkan kebijakan penerimaan nasabah;menetapkan kebijakan dan prosedur dalammengidentifikasi nasabah;menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauanterhadap rekening dan transaksi nasabah;menetapkan kebijakan dan prosedur manajemenrisiko yang berkaitan dengan penerapan prinsipmengenal nasabah.

Terkait dengan pemantauan rekening dan transaksinasabah, bank wajib :

memiliki sistem informasi/sistem pencatatan (bagiBPR) yang dapat mengidentifikasi, menganalisa,memantau dan menyediakan laporan secara efektifmengenai karakteristik transaksi yang dilakukan olehnasabah.melakukan pemantauan atas transaksi yangdilakukan oleh nasabah, termasuk mengidentifikasiterjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

Bank wajib menyampaikan laporan transaksi keuanganmencurigakan kepada Pusat Pelaporan dan AnalisTransaksi Keuangan (PPATK) paling lambat 3 hari kerjasetelah diketahui adanya unsur transaksi keuanganmencurigakan.Bank Indonesia melakukan penilaian dan pengenaansanksi atas penerapan prinsip mengenal nasabah dankewajiban lain terkait dengan Undang-undang tentang

Page 128: Booklet Perbankan 2009

120

Booklet Perbankan Indonesia 2009

tindak pidana pencucian uang bagi Bank Umum.Penilaian dimaksudkan untuk memperoleh gambaranmenyeluruh mengenai efektivitas penerapan KYC danUU TPPU pada Bank Umum sehingga dapat diketahuitingkat kepatuhan Bank Umum serta untukmengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yangdiperlukan. Penilaian dilakukan berdasarkan hasilpemeriksaan Bank Indonesia yang mencakup 5 faktormanajemen risiko, yakni :a. Pengawasan aktif oleh pengurus;b. Kebijakan dan prosedur;c. Pengendalian Intern dan fungsi audit intern;d. Sistem informasi manajemen; dane. Sumber daya manusia dan pelatihan.Hasil penilaian penerapan KYC dan UU TPPUdiperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan BankUmum melalui faktor manajemen. Dalam hal hasilpenilaian adalah nilai 5 maka selain diperhitungkandalam penilaian tingkat kesehatan, juga dikaitkandengan pengenaan sanksi administratif berupapenurunan tingkat kesehatan dan pemberhentianpengurus melalui mekanisme uji kemampuan dankepatutan (fit and proper test).

11. Transparansi Kondisi Keuangan BankBank UmumBank Umum diwajibkan untuk menyusun,menyampaikan ke BI dan mengumumkan kondisikeuangannya kepada masyarakat secara bulanan,triwulanan, dan tahunan dalam rangka meningkatkanaspek transparansi kondisi keuangan bank sertamendorong terciptanya disiplin pasar. Selain laporankeuangan, secara triwulanan bank diwajibkan pulamenyampaikan kepada BI laporan mengenai transaksiantara bank dengan pihak-pihak yang mempunyaihubungan istimewa dan laporan mengenai penyediaandana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat

Page 129: Booklet Perbankan 2009

121

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yangberada dalam satu kelompok usaha dengan bank. Untukmemperluas penyebaran informasi kepada masyarakat,laporan publikasi bulanan dan triwulanan Bank Umumdiumumkan melalui website BI, dan khusus untuklaporan triwulanan juga wajib dipublikasikan melaluimedia massa.

BPR dan BPR SyariahDalam rangka transparansi kondisi keuangan, BPR danBPRS wajib membuat dan menyajikan laporan keuanganyang terdiri dari:- Laporan Tahunan;- Laporan Keuangan Publikasi TriwulananLaporan tahunan mencakup: informasi umum(kepengurusan, kepemilikan, perkembangan usaha, dll)dan laporan keuangan tahunan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dll). Bagi BPRS yang mempunyaitotal aset di atas Rp10 miliar, Laporan KeuanganTahunannya wajib diaudit oleh Akuntan Publik.BPR dan BPRS wajib mengumumkan Laporan KeuanganPublikasi secara triwulanan untuk posisi pelaporan akhirbulan Maret, Juni, September dan Desember.Pengumuman laporan keuangan publikasi triwulanandapat dilakukan pada surat kabar lokal atau ditempelkanpada papan pengumuman di kantor BPRS yangbersangkutan.

12. Transparansi Informasi Produk Bank danPenggunaan Data Pribadi NasabahBank wajib menerapkan transparansi informasimengenai Produk Bank dan penggunaan Data PribadiNasabah yang ditetapkan dalam kebijakan dan prosedurtertulis. Bank wajib menyediakan informasi tertulis dalambahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenaikarakteristik (termasuk risiko) setiap Produk Bank. Dalamhal Bank akan memberikan dan atau menyebarluaskan

Page 130: Booklet Perbankan 2009

122

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Data Pribadi Nasabah, Bank wajib meminta persetujuantertulis dari nasabah.

13. Prinsip Kehati-hatian Dalam Kegiatan PenyertaanModal Bank UmumKegiatan Penyertaan Modal wajib dilaksanakanberdasarkan prinsip kehati-hatian. Penyertaan Modaldapat dilakukan apabila:a. bank memiliki rasio KPMM sesuai ketentuan yang

berlaku;b. tidak mengganggu kelangsungan usaha bank dan

tidak secara material meningkatkan profil risiko bank;c. bank memiliki sistem pengendalian intern yang

memadai untuk kegiatan penyertaan modal;d. rencana penyertaan modal telah dicantumkan dalam

Rencana Kerja Tahunan Bank;e. bank tidak sedang dalam pengawasan intensif,

kecuali penempatan bank dalam status tersebutkarena bank berperan cukup signifikan terhadaprisiko sistematik dalam sistem perbankan dan ataumemiliki pengaruh yang cukup besar bagiperekonomian nasional;

f. bank tidak sedang dalam status pengawasan khusussesuai ketentuan berlaku;

g. bank tidak sedang dikenakan sanksi administratifberupa pembekuan kegiatan usaha tertentu dalam12 bulan terakhir oleh Bank Indonesia dan atau olehotoritas lain.

Penyertaan Modal hanya dapat dilakukan untuk investasijangka panjang dan tidak dimaksudkan untuk jual belisaham, dengan jumlah seluruh penyertaan modalsetinggi-tingginya 25% dari modal bank.Penggolongan Kualitas Penyertaan Modal ditetapkansesuai ketentuan BI yang berlaku.Kualitas Penyertaan Modal Sementara ditetapkansebagai berikut :a. Lancar, apabila belum melebihi jangka waktu 1 tahun;

Page 131: Booklet Perbankan 2009

123

Booklet Perbankan Indonesia 2009

b. Kurang Lancar, apabila telah melebihi jangka waktu1 tahun namun belum melebihi 4 tahun;

c. Diragukan, apabila telah melebih jangka waktu 4tahun dan belum melebihi jangka waktu 5 tahun;

d. Macet, apabila telah melampaui jangka waktu 5(lima) tahun atau belum ditarik kembali meskiperusahaan debitur telah memiliki laba kumulatif.

BI dapat memerintahkan bank untuk mengambil langkahperbaikan dan atau merekomendasikan kepada otoritasyang berwenang untuk melakukan tindakan perbaikanatau pembekuan sebagian atau seluruh keagiatan usahainvestee apabila berdasarkan penilaian BI kegiatan usahainvestee:a. mencerminkan kondisi keuangan dan non keuangan

yang tidak sehat; dan ataub. mengganggu kondisi keuangan dan non keuangan

bank.

14. Prinsip Kehati-hatian Dalam Aktivitas SekuritisasiAset bagi Bank UmumAset keuangan yang dialihkan dalam rangka SekuritisasiAset wajib berupa aset keuangan yang terdiri dari kredit,tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yangtimbul di kemudian hari (future receivables) dan asetkeuangan lain yang setara. Sekuritisasi aset wajibmemenuhi kriteria: memiliki arus kas (cash flows), dimilikidan dalam pengendalian Kreditur Asal; dan dapatdipindahtangankan dengan bebas kepada penerbit.Dalam Sekuritisasi aset, Bank dapat berfungsi sebagai:Kreditur Asal, Penyedia Kredit Pendukung, PenyediaFasilitas Likuiditas, Penyedia Jasa, Bank Kustodian,Pemodal.

D. Penilaian Tingkat Kesehatan BankBank Umum KonvensionalPada dasarnya tingkat kesehatan bank dinilaidenganpendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang

Page 132: Booklet Perbankan 2009

124

Booklet Perbankan Indonesia 2009

berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bankmelalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatifterhadap faktor Permodalan, Kualitas Aset, Manajemen,Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar(CAMELS). Untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaianhanya dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen.Hal-hal yang terkait dengan penilaian faktor CAMELStersebut antara lain :Hasil penilaian ditetapkan dalam lima peringkat komposit(PK) yaitu: PK-1 = Sangat Baik, PK-2 = Baik, PK-3 = Cukupbaik, PK-4 = Kurang Baik dan PK-5 = Tidak BaikKriteria penetapan peringkat komposit Bank Umum

PK Kriteria

PK-1 Bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasipengaruh negatif dari kondisi perekonomian danindustri keuangan

PK-2 Bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruhnegatif kondisi perekonomian dan industri keuangannamun bank masih memiliki kelemahan minor yangdapat segera diatasi oleh tindakan rutin

PK-3 Bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapakelemahan yang dapat menyebabkan peringkatkompositnya memburuk apabila bank tidak segeramelakukan tindakan korektif

PK-4 Bank tergolong kurang baik dan sangat sensitifterhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian danindustri keuangan atau bank memiliki kelemahankeuangan yang serius atau kombinasi dari kondisibeberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabilatidak dilakukan tindakan korektif yang efektifberpotensi mengalami kesulitan yang membahayakankelangsungan usahanya

PK-5 Bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadappengaruh negatif perekonomian dan industri keuanganserta mengalami kesulitan yang membahayakankelangsungan usahanya

Page 133: Booklet Perbankan 2009

125

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Kantor CabangBank Asing

Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan denganpenilaian tingkat kesehatan Bank Umum meliputi

PK Kriteria

PK-1 Kantor cabang bank asing memiliki kualitas aset yangsangat baik, memiliki dan menerapkan manajemenrisiko secara efektif dan komprehensif, sertamenerapkan kepatuhan terhadap ketentuan yangberlaku dan prosedur intern secara konsisten

K-2 Kantor cabang bank asing memiliki kualitas aset yangbaik, memiliki dan menerapkan manajemen risiko danpengendalian operasional secara memadai, sertamenerapkan kepatuhan terhadap ketentuan yangberlaku dan prosedur intern secara konsisten, namunterdapat sedikit kelemahan yang dapat segera diambiltindakan korektif

PK-3 Kantor cabang asing memiliki kualitas aset yang cukupbaik, memiliki dan menerapkan manajemen risiko danpengendalian operasional secara cukup memadai, sertamenerapkan kepatuhan terhadap ketentuan yangberlaku dan prosedur intern, namun tidak sepenuhnyakonsisten dan terdapat kelemahan yang dapatmenyebabkan peringkat kompositnya memburukapabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif

PK-4 Kantor cabang bank asing memiliki kualitas aset yangmemburuk, memiliki dan menerapkan manajemenrisiko dan pengendalian operasional yang lemah dankurang diterapkan secara konsisten serta terdapatfrekuensi pelanggaran terhadap ketentuan yangberlaku dan prosedur intern yang cukup signifikan.

PK-5 Kantor cabang bank asing memiliki kualitas aset yangterus memburuk, memiliki dan menerapkanmanajemen risiko dan pengendalian operasional yangsangat lemah dan tidak diterapkan secara konsistenserta terdapat frekuensi pelanggaran terhadapketentuan yang berlaku dan prosedur intern yangsignifikan

Page 134: Booklet Perbankan 2009

126

Booklet Perbankan Indonesia 2009

pelanggaran dan atau pelampauan terhadap ketentuanBMPK, pelanggaran ketentuan PDN, pelanggaranketentuan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC),pelanggaran ketentuan transparansi informasi produkbank dan penggunaan data pribadi nasabah,pelanggaran ketentuan penyelesaian pengaduannasabah, pelanggaran ketentuan Good CorporateGovernance (GCG), pelanggaran terhadap pelaksanaanprinsip syariah dalam penghimpunan dan penyalurandana serta pelayanan jasa oleh Bank Syariah dan UnitUsaha Syariah, pelanggaran terhadap peraturan mediasiperbankan,dll.

Bank Umum Syariah (BUS)Penilaian tingkat kesehatan BUS mencakup penilaianterhadap faktor-faktor sebagai berikut permodalan, kualitasaset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitasterhadap risiko pasar.

Penilaian peringkat komponen atau rasio keuanganpembentuk faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas,likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar dihitungsecara kuantitatif.Penilaian peringkat komponen pembentuk faktormanajemen dilakukan melalui analisis denganmempertimbangkan indikator pendukung dan unsurjudgement.Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor finansial danpenilaian peringkat faktor manajemen, ditetapkanPeringkat Komposit (PK) yang ditetapkan sebagaiberikut:

Page 135: Booklet Perbankan 2009

127

Booklet Perbankan Indonesia 2009

BPRPada dasarnya tingkat kesehatan BPR dinilai denganpendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruhterhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yangmeliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif,Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas, (CAMEL). Hal-halyang terkait dengan penilaian tersebut antara lain :

Hasil penilaian ditetapkan dalam empat predikat yaitu:Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.

PK Keterangan

PK-1 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong sangatbaik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisiperekonomian dan industri keuangan

PK-2 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong baikdan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisiperekonomian dan industri keuangan namun bank danUUS masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yangdapat segera diatasi oleh tindakan rutin

PK-3 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong cukupbaik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapatmenyebabkan peringkat komposit memburuk apabilabank dan UUS tidak segera melakukan tindakankorektif

PK-4 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong kurangbaik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisiperekonomian dan industri keuangan atau bank danUUS memiliki kelemahan keuangan yang serius ataukombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidakmemuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakanyang efektif berpotensi mengalami kesulitan yangdapat membahayakan kelangsungan usaha

PK-5 Mencerminkan bahwa bank dan UUS sangat sensitifterhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian,industri keuangan, dan mengalami kesulitan yangmembahayakan kelangsungan usaha

Page 136: Booklet Perbankan 2009

128

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Bobot setiap faktor CAMEL adalah :

No Faktor CAMEL Bobot

1 Permodalan 30%

2 Kualitas Aktiva Produktif 30%

3 Kualitas Manajemen 20%

4 Rentabilitas 10%

5 Likuiditas 10%

Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan denganpenilaian tingkat kesehatan BPR meliputi pelanggarandan atau pelampauan terhadap ketentuan BMPK,pelanggaran ketentuan Penerapan Prinsip MengenalNasabah (KYC) dan pelanggaran ketentuan transparansiinformasi produk bank dan penggunaan data pribadinasabah.Faktor-faktor yang dapat menggugurkan penilaiantingkat kesehatan bank menjadi Tidak Sehat yaituperselisihan intern, campur tangan pihak di luarmanajemen bank, window dressing, praktek bank dalambank, praktek perbankan lain yang dapatmembahayakan kelangsungan usaha bank.

BPRSPenilaian Tingkat Kesehatan BPRS mencakup penilaianterhadap faktor-faktor sebagai berikut: permodalan, kualitasaset, rentabilitas, likuiditas, dan manajemen. Penilaian ataskomponen dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas,dan likuiditas dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif,sedangkan penilaian faktor manajemen dilakukan secarakualitatif. Penilaian secara kualitatif dilakukan denganmempertimbangkan indikator pendukung dan/ataupembanding yang relevan. Berdasarkan hasil penilaianperingkat faktor keuangan dan penilaian faktor peringkatfaktor manajemen, ditetapkan Peringkat Komposit (PK) yang

Page 137: Booklet Perbankan 2009

129

Booklet Perbankan Indonesia 2009

merupakan peringkat akhir hasil penilaian Tingkat KesehatanBank. Peringkat Komposit ditetapkan sebagai berikut:

PK Keterangan

PK-1 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkatkesehatan yang sangat baik sebagai hasil daripengelolaan usaha yang sangat baik

PK-2 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkatkesehatan yang baik sebagai hasil dari pengelolaanusaha yang baik

PK-3 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkatkesehatan yang cukup baik sebagai hasil daripengelolaan usaha yang cukup baik

PK-4 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkatkesehatan yang kurang baik sebagai hasil daripengelolaan usaha yang kurang baik

PK-5 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkatkesehatan yang tidak baik sebagai hasil daripengelolaan usaha yang tidak baik

E. Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB)1. Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan

Bank (PPKPB)Bank diwajibkan memiliki pedoman kebijaksanaanperkreditan secara tertulis yang sekurang-kurangnyamemuat dan mengatur hal-hal pokok sebagaimanaditetapkan dalam PPKPB sebagai berikut :a. prinsip kehati-hatian dalam perkreditan;b. organisasi dan manajemen perkreditan;c. kebijaksanaan persetujuan kredit;d. dokumentasi dan administrasi kredit;e. pengawasan kredit dan penyelesaian kredit

bermasalah.

Page 138: Booklet Perbankan 2009

130

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Bank wajib mematuhi Kebijaksanaan Perkreditan Bankyang telah disusun secara konsisten.

2. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)bagi Bank UmumKetentuan ini bertujuan untuk memperkuat kondisiinternal perbankan nasional dalam menghadapi risikoyang semakin kompleks, berupaya melindungikepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhanterhadap peraturan perundangan-undangan yangberlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum padaindustri perbankan. Dalam ketentuan ini, GCGmerupakan suatu tata kelola yang didasarkan padaprinsip-prinsip keterbukaan, akuntabilitas,pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran.Pokok-pokok pelaksanaan GCG diwujudkan dalampelaksanaan tugas dan tanggung jawab DewanKomisaris dan Direksi; kelengkapan dan pelaksanaantugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankanfungsi pengendalian intern bank; penerapan fungsikepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;penerapan manajemen risiko, termasuk sistempengendalian intern; penyediaan dana kepada pihakterkait dan penyediaan dana besar; rencana strategisbank; dan transparasi kondisi keuangan dan nonkeuangan. Setiap Bank diwajibkan melakukan penilaian(self assessment) atas pelaksanaan GCG, menyusunlaporan pelaksanaan GCG tersebut secara berkala, dankemudian akan dinilai oleh Bank Indonesia.

3. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank UmumBank Umum diwajibkan membentuk SKAI sebagaibagian dari penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi AuditIntern Bank. SKAI merupakan satuan kerja yangbertanggung jawab langsung kepada direktur utama.SKAI bertugas dan bertanggung jawab untuk :a. membantu tugas direktur utama dan dewan komisaris

Page 139: Booklet Perbankan 2009

131

Booklet Perbankan Indonesia 2009

dalam melakukan pengawasan dengan caramenjabarkan secara operasional baik perencanaan,pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit;

b. membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan,akuntansi, operasional dan kegiatan lainnya melaluipemeriksaan langsung dan pengawasan tidaklangsung;

c. mengidentifikasi segala kemungkinan untukmemperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaansumber daya dan dana;

d. memberikan saran perbaikan dan informasi yangobjektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semuatingkatan manajemen.

4. Direktur KepatuhanBank Umum wajib menugaskan salah seorang anggotadireksi atau anggota pimpinan Kantor Cabang Bank Asingsebagai Direktur Kepatuhan yang bertugas untuk :a. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan guna

memastikan bank telah memenuhi seluruh peraturanBI dan peraturan perundang-undangan lain yangberlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian;

b. memantau dan menjaga agar kegiatan usaha banktidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku;

c. memantau dan menjaga kepatuhan bank terhadapseluruh perjanjian dan komitmen yang dibuat olehbank kepada BI.

5. Rencana Bisnis BankBank Umuma. Bank wajib menyusun rencana bisnis dengan

memperhatikan faktor eksternal dan internal yangmempengaruhi kelangsungan usaha bank sertamemperhatikan prinsip kehati-hatian dan azasperbankan yang sehat yang sekurang-kurangnyameliputi :

Page 140: Booklet Perbankan 2009

132

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Ringkasan eksekutif;Kinerja bank saat ini;Penerapan manajemen risiko;Kebijakan dan strategi manajemen;Proyeksi keuangan;Rencana penghimpunan dana;Rencana penyaluran dana;Rencana permodalan;Proyeksi rasio dan pos-pos tertentu;Rencana pengembangan organisasi dan sumberdaya manusia;Rencana pengembangan produk dan aktivitasbaru;Rencana perubahan jaringan kantor;Lain-lain.

b. Direksi wajib melaksanakan secara efektif sertamengkomunikasikan Rencana Bisnis kepadapemegang saham bank dan seluruh jenjangorganisasi yang ada pada bank.

c. Komisaris wajib melaksanakan pengawasanterhadap pelaksanaan Rencana Bisnis.

d. Rencana Bisnis disampaikan kepada Bank Indonesiaselambat-lambatnya 1 bulan setelah tahun takwim.Laporan Realisasi Rencana Bisnis disampaikan olehbank secara triwulanan dan Laporan PengawasanRencana Bisnis disampaikan oleh Bank secarasemesteran.

Terkait dengan kewajaran dan target-target yangditetapkan oleh bank, BI akan melakukan evaluasiterhadap Rencana Bisnis bank tersebut denganmenggunakan metode stress test.

BPRa. BPR wajib menyusun rencana kegiatan dan anggaran

selama 1 (satu) tahun takwim secara realistis yangsekurang-kurangnya memuat :

rencana penghimpunan dana;

Page 141: Booklet Perbankan 2009

133

Booklet Perbankan Indonesia 2009

rencana penyaluran dana yang dirinci atas kreditmodal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi;proyeksi neraca dan perhitungan rugi laba yangdirinci dalam 2 (dua) semester;rencana pengembangan sumber daya manusia;upaya yang dilakukan untuk memperbaiki/meningkatkan kinerja bank yaitu upayamenyelesaikan kredit bermasalah, mengatasikerugian, memenuhi kekurangan modal danlainnya.

b. Rencana Kerja disusun oleh Direksi atau yangsetingkat dan disetujui oleh Dewan Komisaris.

c. Direksi wajib melaksanakan rencana kerja danDewan Komisaris wajib melakukan pengawasanterhadap pelaksanaan rencana kerja oleh Direksidimaksud.

d. Rencana kerja disampaikan kepada Bank Indonesiaselambat-lambatnya akhir Januari tahun kerja yangbersangkutan. Laporan pelaksanaan rencana kerjadisampaikan oleh Dewan Komisaris bank kepadaBank Indonesia secara semesteran dan selambatnyapada akhir bulan Agustus untuk laporan akhir bulanJuni dan pada akhir bulan Februari untuk laporanakhir bulan Desember.

6. Penerapan Manajemen Risiko Dalam PenggunaanTeknologi Informasi oleh Bank UmumBank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektifdalam penggunaan Teknologi Informasi (TI). Penerapanmanajemen risiko paling kurang mencakup:a. pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi;b. kecukupan kebijakan dan prosedur penggunaan TI;c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko penggunaanTI, dan

d. sistem pengendalian intern atas penggunaan TI.

Page 142: Booklet Perbankan 2009

134

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Bank wajib memiliki Komite Pengarah TeknologiInformasi (Information Technology Steering Committe).Komite dimaksud bertanggung jawab memberikanrekomendasi kepada Direksi yang paling kurang terkait:a. Rencana Strategis TI yang searah dengan rencana

strategis kegiatan usaha bank;b. Kesesuaian proyek-proyek TI yang disetujui dengan

Rencana Strategis TI;c. Kesesuaian antara pelaksanaan proyek-proyek TI

dengan rencana proyek yang disepakati;d. Kesesuian TI dengan kebutuhan sistem informasi

manajemen dan kebutuhan kegiatan usaha bank;e. Efektivitas langkah-langkah meminimalkan risiko atas

investasi bank pada sektor TI agar investasi tersebutmemberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuanbisnis bank;

f. Pemantauan atas kinerja TI dan upayapeningkatannya;

g. Upaya penyelesaian berbagai masalah terkait TI, yangtidak dapat diselesaikan oleh satuan kerja penggunadan penyelenggaram secara efektif, efisien dan tepatwaktu.

7. Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank UmumDengan semakin pesatnya perkembangan lingkunganeksternal dan internal perbankan yang akan diikutidengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha,bank diwajibkan untuk menerapkan manajemen risikosecara efektif. Penerapan tersebut sekurang-kurangnyamencakup:a. pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi;b. kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit;c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko serta sisteminformasi Manajemen Risiko; dan

d. sistem pengendalian intern yang menyeluruh.Penerapan manajemen risiko disesuaikan dengan tujuan,

Page 143: Booklet Perbankan 2009

135

Booklet Perbankan Indonesia 2009

kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha sertakemampuan Bank. Bank yang memiliki ukuran dankompleksitas usaha tinggi wajib menerapkanmanajemen risiko untuk 8 jenis risiko, yaitu risiko kredit,risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risikohukum, risiko reputasi, dan risiko strategik dankepatuhan.Bank diwajibkan untuk menyampaikan Laporan ProfilRisiko kepada Bank Indonesia secara triwulanan, yaituuntuk posisi bulan Maret, Juni, September, danDesember. Laporan Profil risiko tersebut disampaikanpertama kali untuk posisi bulan Maret 2005.Dalam menerapkan proses dan sistem manajemen risiko,bank wajib membentuk:a. Komite Manajemen Risiko yang sekurang-kurangnya

terdiri dari mayoritas Direksi dan pejabat eksekutifterkait.

b. Satuan kerja Manajemen Risiko, yang independendan bertanggung jawab langsung kepada DirekturUtama atau kepada Direktur yang ditugaskan secarakhusus.

Bank juga diwajibkan untuk mengungkapkan risiko yangmelekat pada produk dan aktivitas baru kepada nasabah.

8. Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasibagi Bank yang Melakukan Pengendalian TerhadapPerusahaan AnakDengan mempertimbangkan bahwa eksposur risikobank dapat timbul baik secara langsung dari kegiatanusahanya, maupun tidak langsung dari kegiatan usahaperusahaan anak, maka setiap bank wajib menerapkanmanajemen risiko secara konsolidasi dengan perusahaananak, serta memastikan bahwa prinsip kehati-hatianyang diterapkan pada kegiatan usaha bank diterapkanpula pada perusahaan anak. Kewajiban ini tidak berlakubagi perusahaan anak yang dimiliki dalam rangkarestrukrisasi kredit. Berdasarkan ketentuan ini, berbagai

Page 144: Booklet Perbankan 2009

136

Booklet Perbankan Indonesia 2009

ketentuan kehati-hatian antara lain; Aktiva TertimbangMenurut Risiko (ATMR), Kewajiban Penyediaan ModalMinimum (KPMM), Penilaian kualitas aktiva produktif,pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA),serta perhitungan Batas Maksimum Pemberian Kredit(BMPK) wajib dihitung/dipenuhi oleh Bank secaraindividual maupun secara konsolidasi mencakupperusahaan anak. Begitu pula halnya dalam penilaiantingkat kesehatan, penilaian profil risiko, penerapanstatus bank (sebagai tindak lanjut pengawasan) haruspula dilakukan secara individual maupun konsolidasi.Bagi bank yang memiliki perusahaan anak yangmelakukan kegiatan asuransi, ketentuan kehati-hatiantersebut tidak diterapkan, namun bank tetap diwajibkanmenilai dan menyampaikan laporan penerapanmanajemen risiko yang dilakukan secara tersendiri. Bankjuga diwajibkan menyampaikan daftar calon pengurusyang mengelola perusahaan anak yang diusulkan dalamRUPS kepada BI dan daftar nama pengurus yangmenjabat sebagai pengurus yang mengelola perusahaananak pada akhir bulan Desember 2006. Ketentuan inidiberlakukan secara bertahap mulai Desember 2006.

9. Penerapan Manajemen Risiko pada InternetBankingBank yang menyelenggarakan internet banking wajibmenerapkan manajemen risiko pada aktivitas internetbanking secara efektif, yang meliputi:a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksib. Sistem pengamanan (security control)c. Manajemen risiko, khususnya risiko hukum dan risiko

reputasiPenerapan manajemen risiko wajib dituangkan dalamsuatu kebijakan, prosedur dan pedoman tertulis,dengan mengacu pada Pedoman PenerapanManajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa BankMelalui Internet dari BI

Page 145: Booklet Perbankan 2009

137

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Guna meningkatkan efektivitas penerapan manajemenrisiko, bank wajib melakukan evaluasi dan audit secaraberkala terhadap aktivitas internet banking.

10. Penerapan Manajemen Risiko pada Bancassurancea. Dalam melakukan aktivitas bancassurance, bank

dilarang menanggung atau turut menanggung risikoyang timbul dari asuransi.

b. Bank yang menyelenggarakan aktivitasbancassurance wajib menerapkan manajemen risikoyang meliputi namun tidak terbatas pada :

Penetapan perusahaan asuransi yang menjadimitra bank;Penyusunan perjanjian kerjasama;Penerapan prinsip ketentuan rahasia bank; danPenerapan prinsip perlindungan nasabah.

c. Dalam hal penetapan perusahaan asuransi yangmenjadi mitra bank, bank wajib melakukan seleksidengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Perusahaan asuransi mitra memenuhi tingkatsolvabilitas minimal sesuai ketentuan yangberlaku;Perusahaan asuransi mitra telah memiliki izinMenteri Keuangan untuk Bancassurance;Bank memantau dan mengevaluasi kinerja ataureputasi perusahaan asuransi mitra sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

d. Bank wajib mengakhiri kerjasama apabila :Kinerja perusahaan asuransi mitra tidakmemenuhi persyaratan, dan ataureputasi perusahaan asuransi mitra menurun yangsecara signifikan mempengaruhi profil risiko bank.

e. Dalam hal asuransi yang dipasarkan adalahinvestment/unit link, perusahaan asuransi mitra wajibmemenuhi syarat yang ditetapkan Menteri Keuanganantara lain :

Page 146: Booklet Perbankan 2009

138

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Memiliki tenaga dengan kualifikasi Wakil ManajerInvestasi dengan pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun;Memisahkan kekayaan dan kewajiban dariasuransi jiwa lainnya; danMelaksanakan pengelolaan investasi secaraoptimal, professional dan independen.

11. Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktivitas Bankyang Berkaitan dengan ReksadanaDengan semakin meningkatnya keterlibatan Bank dalamaktivitas yang berkaitan dengan reksadana selainmemberikan manfaat juga berpotensi menimbulkanberbagai risiko bagi Bank. Sehubungan dengan itu, Bankperlu meningkatkan penerapan manajemen risiko secaraefektif dengan melakukan prinsip kehati-hatian danmelindungi kepentingan nasabah. Aktivitas Bank yangberkaitan dengan reksadana meliputi Bank sebagaiinvestor, Bank sebagai agen penjual efek reksadana danBank sebagai Bank Kustodian. Dalam rangkamendukung penerapan manajemen risiko yang efektif,hal-hal utama yang wajib dilakukan Bank adalah:

Memastikan bahwa Manajer Investasi yang menjadimitra dalam aktivitas yang berkaitan denganreksadana telah terdaftar dan memperoleh izin dariotoritas pasar modal sesuai ketentuan yang berlaku;Memastikan bahwa reksadana yang bersangkutantelah memperoleh pernyataan efektif dari otoritaspasar modal sesuai ketentuan yang berlaku;Mengidentifikasi, mengukur, memantau danmengendalikan risiko yang timbul atas aktivitas yangberkaitan dengan reksadana.

Dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian, Bankdilarang melakukan tindakan baik secara langsungmaupun tidak langsung yang mengakibatkan reksadanamemiliki karakteristik seperti produk bank misalnyatabungan atau deposito.

Page 147: Booklet Perbankan 2009

139

Booklet Perbankan Indonesia 2009

12. Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus danPejabat Bank UmumDalam menerapkan manajemen risiko secara efektif, Bankwajib mengisi jabatan komisaris dan manajer risiko bankdengan sumber daya manusia yang memiliki kompetensidan keahlian di bidang manajemen risiko yang dibuktikandengan sertifikat manajemen risiko yang diterbitkan olehLembaga Sertifikasi Profesi. Kepemilikan sertifikatmanajemen risiko bagi pengurus dan pejabat eksekutifmerupakan salah satu aspek penilaian faktor kompetensidalam fit and proper test. Bank diwajibkan menyusunrencana dan melaksanakan program pengembangansumber daya manusia (SDM) dalam rangka peningkatankompetensi dan keahlian di bidang manajemen risiko.Rencana pengembangan SDM dimaksud dituangkandalam rencana bisnis bank. Sertifikat manajemen risikoditetapkan dalam 5 tingkat berdasarkan jenjang danstruktur organisasi Bank, yaitu tingkat 1 sampai dengantingkat 5. Sertifikasi manajemen risiko hanya dapatdiselengggarakan oleh lembaga sertifikasi profesi yangtelah memperoleh izin dari Badan Nasional SertifikasiProfesi (BNSP). Sertifikat manajemen risiko yangditerbitkan oleh lembaga internasional atau lembaga laindi luar negeri dapat dipertimbangkan untuk diakui setaradengan sertifikat yang diterbitkan oleh Lembaga SertifikasiProfesi apabila lembaga penerbit sertifikat tersebut telahdiakui dan diterima secara internasional dan penerbitansertifikat tersebut dikeluarkan dalam jangka waktu 4(empat) tahun terakhir.

F. Ketentuan Pembiayaan1. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) bagi Bank

UmumBank yang mengalami kesulitan pendanaan jangkapendek dapat memperoleh FPJP dengan memenuhipersyaratan yang ditetapkan. Yang dimaksud kesulitanpendanaan jangka pendek adalah keadaan yang dialami

Page 148: Booklet Perbankan 2009

140

Booklet Perbankan Indonesia 2009

bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masukyang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar(mismatch) dalam rupiah sehingga bank tidak dapatmemenuhi kewajiban GWM rupiah. Bank yang dapatmengajukan permohonan FPJP wajib memiliki rasiokewajiban penyediaan modal minimum (CAR) positif.Plafon FPJP diberikan berdasarkan perkiraan jumlahkebutuhan likuiditas sampai dengan bank memenuhiGWM sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PencairanFPJP dilakukan sebesar kebutuhan bank untuk memenuhikewajiban GWM. FPJP wajib dijamin oleh bank denganagunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai,yaitu berupa: Surat berharga dan aset kredit. Bank yangmemerlukan FPJP wajib mengajukan permohonan secaratertulis kepada BI. Jangka waktu setiap FPJP paling lama14 hari dan dapat diperpanjang secar berturut-turutdengan kangka waktu FPJP keseluruhan paling lama 90hari. Bank wajib menyampaikan rencan tindak perbaikan(remedial action plan) untuk mengatasi kesulitan likuiditaspaling lambat 5 hari setelah pencairan FPJP. BI menetapkanbank penerima FPJP dalam status pengawasan khusus.

2. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) bagi BPRBPR yang mengalami kesulitan pendanaan jangkapendek dapat mengajukan permohonan FPJP sepanjangmemenuhi kriteria sebagai berikut:- memiliki penilaian Tingkat Kesehatan selama 6

(enam) bulan terakhir paling kurang cukup sehat;- memiliki Cash Ratio selama 6 (enam) bulan terakhir

rata-rata paling kurang sebesar 4,05%;- memiliki rasio kewajiban penyediaan modal

minimum (CAR) paling kurang sebesar 8%; dan- memiliki arus kas harian negatif selama 14 hari

kalender terakhir.Plafon FPJP diberikan paling banyak sebesar kebutuhanpendanaan jangka pendek BPR untuk mencapai RasioKebutuhan Kas sebesar 10%. FPJP wajib dijamin oleh

Page 149: Booklet Perbankan 2009

141

Booklet Perbankan Indonesia 2009

BPR dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainyamemadai. Anggunan yang berkualitas tinggi dimaksudSBI; dan/atau Aset kredit. BPR yang memerlukan FPJPmengajukan permohonan secara tertulis kepada BankIndonesia. Jangka waktu setiap FPJP adalah 30 harikalender dan dapat diperpanjang secara berturut-turutdengan jangka waktu keseluruhan paling lama 90 harikalender.

3. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi BankSyariah (FPJPS)Bank Syariah dapat mengajukan permohonan FPJPSkepada BI melalui BI-SSSS dari cut off warning sampaidengan 15 menit setelah pre cut off BI-SSSS. FPJPS wajibdijamin dengan agunan milik bank yang bersangkutan,yang berkualitas tinggi, mudah dicairkan, tidakbertentangan dengan Prinsip Syariah dan tercatat di BankIndonesia, yaitu berupa:

SWBI yang mempunyai sisa jangka waktu sekurang-kurangnya 3 hari kerja pada saat FPJPS jatuh waktu;dan atauSurat berharga dan atau tagihan yang diterbitkanpemerintah berdasarkan Prinsip Syariah.

4. Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) bagi Bank UmumFLI adalah penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesiakepada bank dalam kedudukan bank sebagai pesertasistem BI-RTGS dan peserta SKNBI, yang dilakukandengan cara repurchase agreement (repo) surat berhargayang harus diselesaikan pada hari yang sama denganhari penggunaan. Bank dapat memperoleh FLI, baikdalam bentuk FLI-RTGS maupun FLI-Kliring, setelahmenandatangani Perjanjian Penggunaan FLI danmenyampaikan dokumen pendukung yangdipersyaratkan kepada BI.Bank dapat menggunakan FLI, jika memenuhipersyaratan sebagai berikut:

Page 150: Booklet Perbankan 2009

142

Booklet Perbankan Indonesia 2009

a. memiliki surat berharga yang dapat direpokankepada BI berupa SBI dan/atau SUN;

b. tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagaibank peserta BI-RTGS dan/atau penghentian sebagaiBank peserta kliring; dan

c. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS.

5. Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank UmumBerdasarkan Prinsip Syariah (FLIS)FLIS adalah fasilitas pendanaan yang disediakan BankIndonesia kepada Bank dalam kedudukan sebagaipeserta Sistem BI-RTGS dan SKNBI, yang harus dilunasipada hari yang sama dengan hari penggunaan.Bank dapat memperoleh FLIS baik dalam bentuk FLIS-RTGS maupun FLIS-Kliring setelah menandatanganiperjanjian penggunaan dan pengagunan FLIS sertamenyampaikan kepada Bank Indonesia dokumenpendukung yang dipersyaratkan. FLIS yang diterima olehBank menggunakan prinsip Mudharabah.Bank dapat menggunakan FLIS jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:a. Memiliki SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang

diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip Syariahyang dapat diagunkan;

b. Tidak sedang dikenakan sanksi penangguhansebagai peserta BI-RTGS, dan atau Peserta BI-SSSS,dan atau penghentian sebagai peserta SKNBI; dan

c. Tidak sedang dikenakan sanksi tidak dapatmemperoleh FPJPS.

6. Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) bagi BankUmumFPD adalah fasilitas pembiayaan dari BI yang diputuskanoleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yangdijamin oleh Pemerintah kepada Bank yang mengalamikesulitan likuiditas yang memiliki dampak sistemik danberpotensi krisis namun masih memenuhi tingkat

Page 151: Booklet Perbankan 2009

143

Booklet Perbankan Indonesia 2009

solvabilitas. Dalam hal bank tidak dapat memperolehdana untuk mengatasi kesulitan likuiditas, Bank dapatmengajukan permohonan untuk memperoleh FPD dariBI dengan memenuhi persyaratan meliputi:- Bank mengalami kesulitan likuiditas yang memiliki

dampak sistemik;- Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

(KPMM) Bank positif; dan- Bank memiliki aset yang dapat dijadikan agunan.FPD hanya diberikan kepada bank yang berbadan hukumIndonesia. Bank penerima FPD wajib menyampaikanaction plan, realisasi action plan dan laporan likuiditasharian kepada Bank Indonesia. Bank penerima FPDditempatkan dalam status Bank Dalam Pengawasankhusus. Status Bank Dalam Pengawasan Khusus tersebutberakhir apabila Bank penerima FPD telah menyelesaikankewajiban pelunasan FPD dan memenuhi persyaratansebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesiayang berlaku.

G. Ketentuan Lainnya1. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Dalam Rupiah

(FASBI)FASBI adalah fasilitas yang diberikan Bank Indonesiakepada Bank untuk menempatkan dananya di BankIndonesia. Jangka waktu FASBI maksimum 7 haridihitung dari tanggal penyelesaian transaksi sampaidengan tanggal jatuh waktu. FASBI tidak dapatdiperdagangkan, tidak dapat diagunkan, dan tidak dapatdicairkan sebelum jatuh waktu.

2. Pinjaman Luar Negeri Bank (PLN)Bank dapat menerima Pinjaman Luar Negeri (PLN) baikyang berjangka pendek maupun berjangka panjangdan dalam pnerimaan PLN dimaksud bank wajibmenerapkan prinsip kehati-hatian. Bank yang akanmasuk pasar untuk memperoleh PLN jangka panjang

Page 152: Booklet Perbankan 2009

144

Booklet Perbankan Indonesia 2009

wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dariBank Indonesia dan rencana wajib dicantumkan dalamrencana bisnis Bank.

3. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah(PUAS)PUAS merupakan kegiatan transaksi keuangan jangkapendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baikdalam rupiah maupun valuta asing. Peserta PUAS terdiridari Bank Syariah, UUS, dan Bank Konvensional. BankSyariah dan UUS dapat melakukan penempatan dan danatau penerimaan dana dengan menggunakan instrumenPUAS yang ditetapkan oleh BI. Bank konvensional hanyadapat melakukan penempatan dana ke dalam instrumenPUAS yang ditetapkan oleh BI. Peserta PUAS wajibmelaporkan transaksi PUAS kepada BI sesui ketentuanBank Indonesia yang berlaku.

4. Lembaga Sertifikasi Bagi BPR/BPRSa. Tujuan dan dibentuknya Lembaga Sertifikasi adalah

untuk:Menjamin kualitas Sistem Sertifikasi;Menjamin pelaksanaan Sistem Sertifikasi; danMeningkatkan kualitas dan kemampuanprofesionalisme sumber daya manusia BPR/BPRS.

b. Persyaratan yang harus dipenuhi Lembaga Sertifikasiadalah:

Memiliki visi dan misi untuk meningkatkan danmengembangkan sumber daya manusia BPR yangmendukung terciptanya industri BPR/BPRS yangsehat, kuat dan efisien;Memiliki organ yang sekurang-kurangnya terdiridari: Dewan Sertifikasi, Komite KurikulumNasional, dan Manajemen.Memiliki dan melaksanakan tugas atas dasarkompetensi dan komitmen untuk mengatur,menetapkan dan menyusun Sistem Sertifikasi.

Page 153: Booklet Perbankan 2009

145

Booklet Perbankan Indonesia 2009

5. Pembatasan Transaksi Rupiah dan PemberianKredit Valas oleh BankBank dilarang dan atau dibatasi dan atau dikecualikanmelakukan transaksi-transaksi tertentu dengan PihakAsing, dimana Pihak Asing tersebut meliputi :a. warga negara asing;b. badan hukum asing dan lembaga asing lainnya,

namun tidak termasuk kantor cabang bank asing diIndonesia, Perusahaan Penanaman Modal Asing(PMA), Badan hukum asing atau lembaga asing yangmemiliki kegiatan yang bersifat nirlaba;

c. warga negara Indonesia yang memiliki statuspenduduk tetap (permanent resident) negara laindan tidak berdomisili di Indonesia;

d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantorpusat di Indonesia;

e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaanyang berbadan hukum Indonesia.

Transaksi-transaksi tertentu yang dilarang dilakukan Bankdengan Pihak Asing meliputi:1. Pemberian kredit dalam Rupiah dan atau valuta

asing;2. Penempatan dalam rupiah;3. Pembelian surat berharga dalam rupiah yang

diterbitkan oleh Pihak Asing;4. Tagihan antar kantor dalam rupiah;5. Tagihan antar kantor dalam valuta asing dalam

rangka pemberian kredit di luar negeri;6. Penyertaan modal dalam rupiah;7. Transfer rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing

dan atau yang dimiliki secara gabungan (jointaccount) antara Pihak Asing dengan Bukan PihakAsing pada Bank di dalam negeri;

8. Transfer rupiah ke rekening yang dimiliki PihakAsing dan atau yang dimiliki secara gabunganantara Pihak Asing dengan Bukan Pihak Asing padaBank di luar negeri.

Page 154: Booklet Perbankan 2009

146

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Di samping itu, Bank dilarang melaksanakan transferrupiah kepada Bukan Pihak Asing di luar negeri.Transaksi-transaksi tertentu yang dibatasi untukdilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing meliputi:

Transaksi derivatif jual valuta asing terhadap rupiahTransaksi derivatif beli valuta asing terhadap rupiah

Pengecualian terhadap pelarangan dan pembatasantransaksi sebagai berikut:

Larangan terhadap pemberian kredit tidak berlakuterhadap: kredit dalam bentuk sindikasi yangmemenuhi syarat tertentu; kartu kredit; kreditkonsumsi yang digunakan dalam negeri; cerukanintra hari; cerukan karena pembebanan biayaadministrasi; pengambilalihan tagihan dari badanyang ditunjuk pemerintah untuk mengelola asetbank dalam rangka restrukturisasi perbankanIndonesia oleh Pihak Asing yang pembayarannyadijamin prime bank.Larangan pembelian surat berharga dalam rupiahtidak berlaku untuk: pembelian surat berharga yangberkaitan dengan kegiatan ekspor barang dariIndonesia dan impor barang ke Indonesia sertaperdagangan dalam negeri; pembelian bank draftdalam rupiah yang diterbitkan oleh bank di luarnegeri untuk kepentingan TKI.Larangan transfer rupiah tidak berlaku apabiladilakukan: dalam rangka kegiatan perekonomian diIndonesia; atau antar rekening yang dimiliki olehPihak Asing yang sama.Pembatasan Transaksi Derivatif valuta asing terhadaprupiah tidak berlaku dalam hal Transaksi Derivatifdilakukan untuk keperluan lindung nilai (hedging)dalam rangka kegiatan sebagaimana di bawah inidan dilengkapi dengan dokumen pendukung :investasi di Indonesia yang berjangka waktu palingsingkat 3 bulan; ekspor dan impor yangmenggunakan L/C; perdagangan dalam negeri yang

Page 155: Booklet Perbankan 2009

147

Booklet Perbankan Indonesia 2009

menggunakan Surat Kredit Berdokumen DalamNegeri (SKBDN).

6. Sistem Kliring NasionalKliring adalah pertukaran warkat atau Data KeuanganElektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas namapeserta maupun atas nama nasabah peserta yang hasilperhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. SistemKliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) adalah systemkliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dankliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secaranasional. Penyelesaian akhir pada penyelenggaraan kliringdebet dan kliring kredit dilakukan olek PenyelenggaraKliring Nasional (PKN) berdasarkan perhitungan secaranet multilateral dan dilakukan berdasarkan prinsippembaharuan hutang (novation), serta bersifat final dantidak dapat dibatalkan. Penyelesaian akhir juga dilakukanberdasarkan prinsip same day settlement. Nilai nominalnota debet yang diterbitkan oleh Bank untuk dikliringkanmelalui Kliring debet dalam penyelenggaraan SKNBI palingbanyak sebesar Rp 10 juta per nota debet. Batas nilainominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melaluikliring kredit adalah dibawah Rp. 100 juta per transaksi.

7. Real Time Gross Settlement (RTGS)Dalam rangka mendukung tercapainya sistempembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal gunamendukung stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesiatelah mengimplementasikan Sistem Bank Indonesia RealTime Gross Settlement (BI-RTGS). BI-RTGS merupakansistem transfer dana elektronik antar Peserta dalam matauang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secaraseketika per transaksi secara individual.

8. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)SBI merupakan surat berharga dalam mata uang Rupiahyang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang

Page 156: Booklet Perbankan 2009

148

Booklet Perbankan Indonesia 2009

berjangka waktu pendek dan merupakan salah satupiranti Operasi Pasar Terbuka. Jangka waktu SBIsekurang-kurangnya 1 bulan dan paling lama 12 bulan.SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless) danperdagangannya dilakukan dengan sistem diskonto. SBIdapat dimiliki oleh bank dan pihak lain yang ditetapkanoleh BI dan dapat dipindahtangankan (negotiable).SBI dapat dibeli di pasar perdana dan diperdagangkandi pasar sekunder dengan penjualan bersyarat(repurchase agreement/repo) atau pembelian/penjualanlepas (outright).

9. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariahberjangka pendek dalam mata uang rupiah yangditerbitkan oleh BI. SBIS diterbitkan sebagai salah satuinstrumen operasi pasar terbuka dalam rangkapengendalian moneter yang dilakukan berdasarkanprinsip syariah. SBIS diterbitkan menggunakan akadJu»alah. SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut:

Satuan unit sebesar Rp 1 juta;Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan palinglama 12 bulan;Diterbitkan tanpa warkat (scripless);Dapat diagunkan kepada BI;Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

BI menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yangditerbitkan yang dibayarkan pada saat jatuh tempo.Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS dan UUS.

10. Surat Utang Negara (SUN)SUN terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara danObligasi Negara. Surat Perbendaharaan Negaraberjangka waktu sampai dengan 12 bulan denganpembayaran bunga secara diskonto, sementara obligasinegara berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengankupon dan atau dengan pembayaran bunga secara

Page 157: Booklet Perbankan 2009

149

Booklet Perbankan Indonesia 2009

diskonto. Orang perseorangan, perusahaan, usahabersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasidapat membeli SUN di pasar perdana, denganmengajukan penawaran pembelian kepada agen lelangBI melalui peserta lelang yang terdiri dari Bank,Perusahaan Pialang Pasar Uang dan Perusahaan Efekyang memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkanMenteri Keuangan.

11. Rahasia BankRahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungandengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dansimpanannya. Keterangan mengenai nasabah selainnasabah penyimpan dan simpanannya, bukanmerupakan keterangan yang wajib dirahasiakan olehbank. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihakterafiliasi.Ketentuan rahasia bank tidak berlaku untuk :a. kepentingan perpajakan;b. penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan

kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara(BUPLN)/Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN);

c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana;d. kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara

bank dengan nasabahnya;e. tukar menukar informasi antar bank;f. permintaan, persetujuan atau kuasa nasabah

penyimpan yang dibuat secara tertulis;g. permintaan ahli waris yang sah dari nasabah

penyimpan yang telah meninggal dunia;h. dalam rangka pemeriksaan yang berkaitan dengan

tindak pidana pencucian uang.Pelaksanaan ketentuan dalam huruf a, b dan c wajibterlebih dahulu memperoleh perintah atau izin tertulisuntuk membuka rahasia bank dari pimpinan BI,sedangkan untuk pelaksanaan ketentuan huruf d, e, f ,g dan h, perintah atau izin tersebut tidak diperlukan.

Page 158: Booklet Perbankan 2009

150

Booklet Perbankan Indonesia 2009

12. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)PerbankanBank Umum dan BPR wajib menyediakan danapendidikan untuk meningkatkan pengetahuan danketrampilan SDM di bidang perbankan. Bagi BankUmum, besarnya dana pendidikan sekurang-kurangnyasebesar 5% dari anggaran pengeluaran SDM, sementarabagi BPR ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 5%dari realisasi biaya SDM tahun sebelumnya. Apabila danapendidikan tersebut masih tersisa, maka sisa danatersebut wajib ditambahkan ke dalam dana pendidikandan pelatihan tahun berikutnya. Pelaksanaan pendidikandan pelatihan dapat dilakukan dengan cara :a. dilaksanakan oleh bank sendiri;b. ikut serta pada pendidikan yang dilakukan bank lain;c. bersama-sama dengan bank lain menyelenggarakan

pendidikan; ataud. mengirim SDM mengikuti pendidikan yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikanperbankan.

Rencana pendidikan dimaksud wajib memperolehpersetujuan dari Dewan Komisaris atau Badan PengawasBank Umum/BPR dan wajib dilaporkan kepada BI dalamlaporan Rencana Kerja Tahunan.

13. Penyelesaian Pengaduan NasabahBank wajib menyelesaikan setiap pengaduan yangdiajukan Nasabah dan atau perwakilan nasabah. Bankwajib memiliki unit atau fungsi yang dibentuk secarakhusus di setiap Kantor Bank untuk menangani danmenyelesaikan pengaduan nasabah. Untukmenyelesaikan pengaduan, Bank wajib menetapkandalam kebijakan dan prosedur tertulis yang meliputi:

penerimaan Pengaduan;penanganan dan penyelesaian Pengaduan; danpemantuan penanganan dan penyelesaianPengaduan.

Page 159: Booklet Perbankan 2009

151

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Penyelesaian pengaduan paling lambat 20 hari kerjasetelah tanggal penerimaan pengaduan tertulis.

14. Mediasi PerbankanSengketa antara nasabah dengan bank yang disebabkantidak terpenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh bankdalam tahap penyelesaian pengaduan nasabah, dapatdiupayakan penyelesaiannya melalui mediasi perbankan.Mediasi perbankan dilakukan oleh lembaga mediasiperbankan independen yang dibentuk asosiasiperbankan. Sepanjang lembaga mediasi perbankanindependen dimaksud belum dibentuk, fungsi mediasiperbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Fungsimediasi perbankan yang dilaksanakan oleh BI terbataspada upaya membantu nasabah dan bank untukmengkaji ulang sengketa secara mendasar dalam rangkamemperoleh kesepakatan. Mediasi perbankandilaksanakan untuk setiap sengketa yang memiliki nilaituntutan finansial paling banyak Rp500 juta. Nasabahtidak dapat mengajukan tuntutan finansial yangdiakibatkan oleh kerugian immateriil. Pelaksanaan fungsimediasi perbankan dilakukan dalam waktu 30 hari kerjadan dapat diperpanjang 30 hari kerja berikutnyaberdasarkan kesepakatan nasabah dan bank. Hasilmediasi diwujudkan dalam bentuk akta kesepakatanyang ditandatangani nasabah dan bank, yang dapatmemuat kesepakatan secara keseluruhan, kesepakatansebagian, atau tidak tercapainya kesepakatan.

15. Insentif Dalam Rangka Konsolidasi PerbankanBank Indonesia memberikan insentif kepada bank yangmelakukan merger atau konsolidasi. Bentuk insentifdimaksud adalah:

Kemudahan dalam pemberian izin menjadi bankdevisa;Kelonggaran sementara atas kewajiban pemenuhanGWM rupiah;

Page 160: Booklet Perbankan 2009

152

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Perpanjangan jangka waktu penyelesaianpelampauan BMPK yang timbul sebagai akibatmerger atau konsolidasi;Kemudahan dalam pemberian izin pembukaankantor cabang bank;Penggantian sebagian biaya konsultan pelaksanaandue diligence; dan atauKelonggaran sementara atas pelaksanaan beberapaketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia yangmengatur mengenai Good Corporate Governancebagi Bank Umum.

Bank yang merencanakan merger atau konsolidasi wajibmenyampaikan permohonan rencana pemanfaataninsentif yang diajukan oleh salah satu bank peserta mergeratau konsolidasi dan ditandatangani oleh Direktur Utamaseluruh bank peserta merger atau konsolidasi.

16. Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank BagiDaerah-Daerah Tertentu di Indonesia Yang TerkenaBencanaPenetapan kualitas kredit bagi Bank Umum dan/ataupenyediaan dana lain dari Bank bagi nasabah debiturdengan plafon sampai dengan Rp 5 miliar hanyadidasarkan pada ketepatan pembayaran pokok dan/ataubunga. Penetapan kualitas kredit bagi Bank Umum hanyaberlaku untuk kredit bagi Bank Umum dan/ataupenyediaan dana lain yang disalurkan kepada nasabahdebitur dengan lokasi proyek atau lokasi usaha di daerah-daerah tertentu yang terkena bencana alam untukjangka waktu 3 (tiga) tahun sejak terjadinya bencana.Kualitas kredit bagi Bank Umum dan Kredit bagi BPRyang direstrukturisasi ditetapkan Lancar sejakrestrukturisasi sampai dengan 3 tahun setelah terjadinyabencana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Disalurkan kepada nasabah debitur dengan lokasiproyek atau lokasi usaha di daerah-daerah tertentuyang terkena bencana alam;

Page 161: Booklet Perbankan 2009

153

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitanpembayaran pokok dan/atau bunga kredit yangdisebabkan dampak dari bencana alam di daerah-daerah tertentu; danDirestrukturisasi setelah bencana alam.

Penentuan daerah-daerah tertentu yang terkenabencana alam akan ditetapkan kemudian dalam suatuSurat Keputusan Bank Indonesia, denganmemperhatikan aspek-aspek antara lain:

Luas wilayah yang terkena bencana;Jumlah korban jiwa;Jumlah kerugian materiil;Jumlah debitur yang diperkirakan terkena dampakbencana alam;Persentase jumlah kredit yang diberikan kepadadebitur yang terkena dampak bencana alamterhadap jumlah kredit di daerah bencana; danPersentase jumlah kredit dengan plafon sampaidengan Rp 5 miliar terhadap jumlah kredit di daerahyang terkena bencana alam.

17. Sistem Informasi Debitur (SID)Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur kepadaBank Indonesia secara lengkap, akurat, terkini, utuh,dantepat waktu, setiap bulan untuk posisi akhir bulan.Laporan debitur wajib disusun sesuai dengan pedomanpenyusunan laporan debitur yang ditetapkan oleh BankIndonesia. Guna menjamin kebenaran, kelengkapan,kekinian isi laporan, dan ketepatan waktu penyampaianlaporan debitur serta keamanan penerimaan informasidebitur, Pelapor menyusun kebijakan, sistem danprosedur yang dituangkan dalam suatu pedoman tertulisyang disetujui oleh Direksi dari Pelapor.Pihak yang wajib menjadi Pelapor SID adalah BankUmum dan BPR yang memiliki total aset 10 miliar rupiahdalam 6 (enam) bulan berturut-turut. Sedangkankepesertaan sukarela berlaku untuk BPR yang belum

Page 162: Booklet Perbankan 2009

154

Booklet Perbankan Indonesia 2009

memiliki total aset sesuai dengan persyaratan menjadiPelapor wajib, Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) danKoperasi Simpan Pinjam.Adapun pihak yang dapat meminta output SID yaituinformasi debitur, meliputi Pelapor, Debitur dan pihaklain dalam rangka pelaksanaan Undang-undang.Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadappemenuhan kewajiban Pelapor yang terkait denganpelaksanaan SID.

H. Laporan Laporan Bank

Jenis Laporan Bank Umum BPR

1. LaporanBerkala

a. PeriodeHarian

b. PeriodeMingguan

Laporan TransaksiPUAB, PUAS, SuratBerharga di pasarsekunder, dan transaksidevisaLaporan Posisi DevisaNetoLaporan Pos-postertentu neracaLaporan proyeksi aruskasLaporan suku bungadan tingkat imbalandeposito investasiMudharabah

Laporan TransaksiDerivatifLaporan Dana PihakKetigaLaporan Dana PihakKetiga milik PemerintahLaporan Pos-pos NeracaMingguan

Page 163: Booklet Perbankan 2009

155

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Jenis Laporan Bank Umum BPR

c. PeriodeBulanan

d. PeriodeTriwulanan

Laporan Bulanan BankUmum (LBU)/laporanBulanan Bank UmumSyariah (LBUS)Laporan KeuanganPublikasi Bulanan padawebsite BI.Laporan Lalu LintasDevisaLaporan PenyediaanDanaLaporan RestrukturisasiKredit/PembiayaanLaporan Debitur (SID)Laporan BMPKLaporan Maturity ProfileLaporan Market RiskLaporan Deposan danDebitur IntiLaporan KPMM denganmemperhitungkanrisiko pasarLaporan investasimudharabah (untukbank yang melakukankegiatan usaha denganprisip syariah)

Laporan KeuanganPublikasi BankLaporan RealisasiRencana Bisnis(Business Plan)Laporan penanganandan penyelesaianpengaduan NasabahPenilaian TingkatKesehatan (disampaikanke Bank Indonesiaapabila diminta)Laporan Risk ProfileLaporan profil risikosecara konsolidasi(mulai posisi Desember2007)

Laporan BulananLaporan Batas MaksimumPemberian Kredit (BMPK)Laporan Sistem InformasiDebitur (SID)

Laporan KeuanganPublikasiLaporan PenangananPengaduan Nasabah

Page 164: Booklet Perbankan 2009

156

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Jenis Laporan Bank Umum BPR

e. PeriodeSemesteran

f. PeriodeTahunan

g. TigaTahunan

2. LaporanLainnya

Laporan KeuanganPerusahaan Anak (mulaiposisi Desember 2008)Laporan Transaksiantara Bank denganPihak-pihak yangmempunyai hubunganistimewaLaporan RealisasiRencana Bisnis

Laporan PengawasanDewan Komisaristentang PelaksanaanRencana Kerja Bank.Laporan Pelaksanaandan Pokok-Pokok HasilAudit Intern.Laporan PelaksanaanTugas DirekturKepatuhan

Rencana BisnisLaporan KeuanganTahunanLaporan TahunanLaporan RencanaPenerimaan PinjamanLuar NegeriLaporan TeknologiSistem InformasiLaporan PelaksanaanGood CorporateGovernance/GCGLaporan StrukturKelompok Usaha

Laporan Kaji UlangPihak Ekstern TerhadapKinerja Audit Intern

Laporan yang berkaitandengan kelembagaanbank

• Laporan PelaksanaanRencana Kerja

Rencana Kerja BPRLaporan KeuanganTahunanLaporan StrukturKelompok Usaha

Laporan yang berkaitandengan kelembagaan bank

Page 165: Booklet Perbankan 2009

157

Booklet Perbankan Indonesia 2009

Jenis Laporan Bank Umum BPR

Laporan yang berkaitandengan kepengurusanbankLaporan yang berkaitandengan operasionalbankLaporan khusus yangberkaitan denganpembinaan danpengawasan bankLaporan transaksikeuanganmencurigakan (kePPATK)Laporan yang berkaitandengan produk danaktivitas baru bank

Laporan yang berkaitandengan kepengurusanbankLaporan yang berkaitandengan operasional bankLaporan khusus yangberkaitan denganpembinaan danpengawasan bankLaporan transaksikeuangan mencurigakan(ke PPATK)

VI. LAIN-LAINA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan lembagapemerintah yang berfungsi:a. menjamin simpanan nasabah penyimpan; danb. turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan

sesuai dengan kewenangannya.Dalam menjalankan fungsinya LPS mempunyai tugas:a. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan

penjaminan simpananb. melaksanakan penjaminan simpanan, dengan

merumuskan dan menetapkan kebijakan dalamrangka turut aktif memelihara stabilitas sistemperbankan;merumuskan, menetapkan, dan melaksanakankebijakan penyelesaian Bank Gagal (bank resolution)yang tidak berdampak sistemik; danmelaksanakan penanganan Bank Gagal yangberdampak sistemik.

Page 166: Booklet Perbankan 2009

158

Booklet Perbankan Indonesia 2009

LPS dapat melakukan penyelesaian dan penanganan BankGagal dengan kewenangan:a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan

wewenang pemegang saham, termasuk hak danwewenang RUPS;

b. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban BankGagal yang diselamatkan;

c. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan ataumengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagalyang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikanbank; dan

d. Menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpapersetujuan debitur dan/atau kewajiban bank tanpapersetujuan kreditur.

2. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

1. Pencucian UangPencucian Uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yangdiketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidanadengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkanasal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi hartakekayaan yang sah.

2. Transaksi Keuangan Mencurigakan, adalah :a. transaksi keuangan yang menyimpang dari profil,

karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabahyang bersangkutan;

b. transaksi keuangan oleh nasabah yang patut didugadilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporantransaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan olehPenyedia Jasa Keuangan; atau

c. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukandengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasaldari hasil tindak pidana.

Page 167: Booklet Perbankan 2009

159

Booklet Perbankan Indonesia 2009

3. Hasil tindak pidanaHasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh daritindak pidana:korupsi; penyuapan; penyelundupan barang;penyelundupan tenaga kerja; penyelundupan imigran;dibidang perbankan; di bidang pasar modal; di bidang asuransi;narkotika; psikotropika; perdagangan manusia; perdagangansenjata gelap; penculikan; terorisme; pencurian; penggelapan;penipuan; pemalsuan uang; perjudian; prostitusi; di bidangperpajakan; di bidang kehutanan; di bidang lingkungan hidup;di bidang kelautan; atau tindak pidana lainnya yang diancamdengan pidana penjara 4 tahun atau lebih yang dilakukan diwilayah negara RI atau di luar wilayah negara RI dan tindakpidana tersebut juga merupakan tindak pidana menuruthukum Indonesia.

4. Kewajiban Melapor oleh Penyedia Jasa Keuangan (PJK)1. PJK wajib menyampaikan laporan kepada PPATK, untuk hal-

hal:a. Transaksi Keuangan Mencurigakan/Suspicious Financial

Transactionb. Transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam

jumlah kumulatif sebesar Rp.500 juta atau lebih ataumata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukandalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksidalam 1 hari kerja.

2. Penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakandilakukan paling lambat 3 hari kerja sejak PJK mengetahuiadanya unsur STR

3. Penyampaian laporan transaksi keuangan yang dilakukansecara tunai dilakukan paling lambat 14 hari kerja terhitungsejak tanggal transaksi dilakukan.

4. Kewajiban pelaporan oleh PJK yang berbentuk bank,dikecualikan dari ketentuan rahasia bank.

Page 168: Booklet Perbankan 2009

160

Booklet Perbankan Indonesia 2009

3. Prinsip-Prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syariah

Mudharabah

Musyarakah

Murabahah

Salam

Istishna»

Ijarah

Prinsip Keterangan

Penanaman dana dari pemilik dana(shahibul maal) kepada pengelola dana(mudharib) untuk melakukan kegiatanusaha tertentu, dengan pembagianmenggunakan metode bagi untung (profitsharing) atau metode bagi pendapatan (netrevenue sharing) antara kedua belah pihakberdasarkan nisbah yang telah disepakatisebelumnya

Penanaman dana dari pemilik dana/modaluntuk mencampurkan dana/modal merekadalam suatu usaha tertentu, denganpembagian keuntungan berdasarkannisbah yang telah disepakati sebelumnya,sedangkan kerugian ditanggung semuapemilik dana/modal berdasarkan bagiandana/modal masing-masing

Jual beli barang sebesar harga pokokbarang ditambah dengan marginkeuntungan yang disepakati

Jual beli barang dengan cara pemesanandengan syarat-syarat tertentu danpembayaran tunai terlebih dahulu secarapenuh

Jual beli barang dalam bentuk pemesananpembuatan barang dengan kriteria danpersyaratan tertentu yang disepakatidengan pembayaran sesuai kesepakatan

Akad sewa menyewa antara pemilik obyeksewa termasuk kepemilikan terhadap hakpakai atas obyek sewa, antara pemilikobyek sewa dan penyewa untukmendapatkan imbalan atas obyek sewayang disewakan

Page 169: Booklet Perbankan 2009

161

Booklet Perbankan Indonesia 2009

IjarahMuntahiyah BitTamlik

Qardh

Prinsip Keterangan

Akad sewa menyewa antara pemilik obyeksewa dan penyewa untuk mendapatkanimbalan atas obyek sewa yangdisewakannya dengan opsi perpindahanhal milik obyek sewa baik dengan jual beliatau pemberian (hibah) pada saat tertentusesuai akad sewa

Pinjam meminjam dana tanpa imbalandengan kewajiban pihak peminjammengembalikan pokok pinjaman secarasekaligus atau cicilan dalam jangka waktutertentu

Page 170: Booklet Perbankan 2009

162

Booklet Perbankan Indonesia 2009

VII.LAMPIRAN

DAFTAR KETENTUAN

A

Topik Ketentuan

PBI No.11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari2009 tentang Bank UmumPBI No.11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari tentangBank Umum Syariah

PBI No.8/26/PBI/2006 tanggal 8September 2006 tentang BankPerkreditan RakyatPBI No.8/25/PBI/2006tanggal 5 Oktober 2006 tentangPerubahan atas PBI No.6/17/PBI/2004tentang BPR Berdasarkan Prinsip Syariah

SK DIR No.32/37/KEP/DIR tentangPersyaratan dan Tatacara Pembukaan KC,KCP dan KPW dari Bank yangberkedudukan di Luar Negeri

SK DIR No.32/37/KEP/DIR

PBI No.11/1/PBI/2009PBI No.11/3/PBI/2009PBI No.8/26/PBI/2006PBI No.6/17/PBI/2004 & PBI No.8/25/PBI/2006

PBI No.8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Kepemilikan Tunggal padaPerbankan Indonesia

PBI No.11/1/PBI/2009PBI No.11/3/PBI/2009

Pendirian Bank

Pendirian BankUmum

Pendirian BankPerkreditan Rakyat

Pembukaan KantorCabang Bank Asing

Pembukaan KantorPerwakilan BankAsing

Kepemilikan Bank

Kepemilikan Tunggalpada PerbankanIndonesia

Kepengurusan BankUmum

Ketentuan Kelembagaan, Kepengurusan danKepemilikan Bank

1

2

3

4

Page 171: Booklet Perbankan 2009

163

Booklet Perbankan Indonesia 2009

5

6

7

8

9

10

Topik Ketentuan

PBI No.8/26/PBI/2006

PBI No.6/17/PBI/2004

PBI No.11/3/PBI/2009PBI No.6/17/PBI/2004

PBI No. 10/32/PBI/2008 tanggal 20November 2008 tentang KomitePerbankan Syariah.

PBI No. 9/8/PBI/2007 tanggal 6 Juni 2007tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asingdan Program Alih Pengetahuan di SektorPerbankan

PBI No.5/25/PBI/2003 tanggal 10September 2003 tentang PenilaianKemampuan dan Kepatutan PBI No.6/23/PBI/2004 tanggal 9 Agustus 2004tentang Penilaian Kemampuan danKepatutan BPR

SK DIR BI No. 32/50/KEP/DIR tentangPersyaratan dan Tata Cara PembelianSaham Bank Umum

SK DIR No. 32/51/KEP/DIR tentangPersyaratan dan Tata Cara Merger,Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum

SK DIR No. 32/52/KEP/DIR tentangPersyaratan dan Tata Cara Merger,Konsolidasi dan Akuisisi BPR

Kepengurusan BPRKonvensional

Kepengurusan BPRSyariah

Dewan PengawasSyariah (DPS)

Komite PerbankanSyariah

Pemanfaatan TenagaKerja Asing danProgram AlihPengetahuan diSektor Perbankan

PenilaianKemampuan danKepatutan (Fit andProper Test) padaBank Umum danBPR

Pembelian SahamBank Umum

Merger, Konsolidasidan Akuisisi

Merger, Konsolidasidan Akuisisi BankUmum

Merger, Konsolidasidan Akuisisi BPR

Page 172: Booklet Perbankan 2009

164

Booklet Perbankan Indonesia 2009

11

12

13

14

15

16

Topik Ketentuan

PBI No.11/1/PBI/2009

PBI No.8/26/PBI/2006

PBI No.11/10/PBI/2009 tentang UnitUsaha Syariah

PBI No.6/17/PBI/2004

PBI No.11/1/PBI/2009PBI No.11/3/PBI/2009

PBI No.11/1/PBI/2009PBI No.11/3/PBI/2009PBI No.8/26/PBI/2006PBI No.6/17/PBI/2004

PBI No. 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei 2007tentang perubahan atas PBI No.8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan UsahaBank Umum Konvensional menjadi BankUmum yang Melaksanakan KegiatanUsaha Berdasarkan Prinsip Syariah danPembukaan Kantor Bank yangMelaksanakan Kegiatan UsahaBerdasarkan Prinsip Syariah oleh BankUmum

SK DIR No. 28/64/KEP/DIR tentangPersyaratan Bank Umum Bukan BankDevisa Menjadi Bank Umum Devisa

PBI No. 10/9/PBI/2008 tanggal 22Februari 2008 tentang Perubahan IzinUsaha Bank Umum menjadi Izin UsahaBPR dalam rangka Konsolidasi

Pembukaan KantorCabang

Kantor Cabang BankUmum

Kantor Cabang BPR

Unit Usaha Syariah

Kantor Cabang BPRSyariah

Perubahan Nama &Logo Bank

Penutupan KantorCabang Bank

Perubahan KegiatanUsaha Bank Umum/BPR KonvensionalMenjadi BankUmum/BPR Syariah

Peningkatan BankUmum Non Devisamenjadi Bank UmumDevisa

Perubahan IzinUsaha Bank Umummenjadi Izin UsahaBPR dalam rangkaKonsolidasi

Page 173: Booklet Perbankan 2009

165

Booklet Perbankan Indonesia 2009

17

18

19

20

1

2

Topik Ketentuan

PBI No. 6/9/PBI/2004 tanggal 26 Maret2004 tentang Tindak lanjut Pengawasandan Penetapan Status BankPBI No. 7/38/PBI/2005 tanggal 10 Oktober 2005tentang perubahan atas PBI No. 6/9/PBI/2004PBI No. 10/27/PBI/2008 tanggal 30Oktober 2008 perihal perubahan keduaatas PBI No. PBI No. 6/9/PBI/2004

PBI No. 7/34/PBI/2005 tanggal 22September 2005 tentang Tindak lanjutPenanganan terhadap BPR dalamPengawasan Khusus

SK DIR No. 32/53/KEP/DIR tentang Tatacara Pencabutan Izin Usaha, Pembubarandan Likuidasi Bank UmumSK DIR No. 32/54/KEP/DIR tentang Tata cara PencabutanIzin Usaha, Pembubaran dan LikuidasiBPRPP No. 25 tahun 1999 tanggal 3 Mei1999 tentang Pencabutan Izin Usaha,Pembubaran dan Likuidasi Bank

PBI No.11/1/PBI/2009

PBI No. 9/11/PBI/2007 tanggal 5September 2007 tentang PedagangValuta Asing

PBI No. 7/31/PBI/2005 tanggal 13September 2005 tentang TransaksiDerivatifPBI No. 10/38/PBI/2008 tanggal 16Desember 2008 tentang perubahan atasPBI No. 7/31/PBI/2005

Tindak LanjutPengawasan danPenetapan StatusBank

Tindak lanjutPenangananterhadap BPR dalamPengawasan Khusus

Likuidasi Bank

Pencabutan IzinUsaha atasPermintaanPemegang Saham(Self Liquidation)

Pedagang ValutaAsing (PVA) bagiBank

Kegiatan TransaksiDerivatif

B Ketentuan Kegiatan Usaha

Page 174: Booklet Perbankan 2009

166

Booklet Perbankan Indonesia 2009

3

4

5

6

1

Topik Ketentuan

SK DIR No. 28/52/KEP/DIR tentang

Persyaratan Penerbitan dan Perdagangan

Surat Berharga Komersial (CP) Melalui

Bank Umum di Indonesia

UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

PBI No. 17/PBI/2008 tanggal 25

September 2008 tentang Produk Bank

Syariah dan UUS

PBI No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17

Desember 2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah Dalam Kegiatan

Penghimpunan Dana dan Penyaluran

Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

PBI No. 10/16/PBI/2008 perubahan PBI

No. 9/19/PBI/2007

PBI No.9/16/PBI/2007 tanggal 3

Desember 2007 tentang perubahan atas

PBI No. 7/15/PBI/2005 tentang Jumlah

Modal Inti Minimum Bank Umum

Commercial Paper

(CP)

Simpanan

Giro

Deposito

Sertifikat Deposito

Tabungan

Produk Bank Syariah

dan UUS

Prinsip Syariah

Dalam Kegiatan

Penghimpunan Dana

dan Penyaluran Jasa

Bank Syariah

Modal Inti Bank

Umum

C Ketentuan Kehati-Hatian

Page 175: Booklet Perbankan 2009

167

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2

3

4

5

Topik Ketentuan

PBI No.10/15/PBI/2008 tanggal 24September 2008 tentang KewajibanPenyediaan Modal Minimum BankUmumPBI No.8/18/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Kewajiban PenyediaanModal Minimum Bank PerkreditanRakyatPBI No.8/7/PBI/2006 tanggal 27 Februari2006 tentang perubahan atas PBI No. 7/13/PBI/2005 tentang KewajibanPenyediaan Modal Minimum BankUmum Berdasarkan Prinsip SyariahPBI No. 8/22/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Kewajiban PenyediaanModal Minimum BPR Syariah

PBI No.6/20/PBI 2004 tanggal 15 Juli2004 tentang Perubahan Atas PBI No.5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa NetoBank UmumPBI No. 7/37/PBI/2005 tanggal 30September 2005 tentang perubahankedua atas PBI No.5/13/PBI/2003 tentangPosisi Devisa Neto Bank Umum

PBI No. 8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang perubahan atas PBI No. 7/3/PBI/2005PBI No. 7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari2005 tentang Batas MaksimumPemberian Kredit Bank UmumSK DIR No.31/61/KEP/DIR tentang BatasMaksimum Pemberian Kredit BPR

PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari2005 tentang Penilaian Kualitas AktivaBank Umum

KewajibanPenyediaan ModalMinimum (KPMM)Bank

Posisi Devisa Neto(PDN)

Batas MaksimumPemberian Kredit(BMPK)

Kualitas AktivaProduktif

Kualitas Aktiva BankUmum

Page 176: Booklet Perbankan 2009

168

Booklet Perbankan Indonesia 2009

6

Topik Ketentuan

PBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari2006 tentang perubahan atas PBI No 7/2/PBI/2005PBI No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret2007 tentang perubahan kedua PBI No.7/2/PBI/2005PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari2009 tentang perubahan ketiga atas PBINo. 7/2/PBI/2005

PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Kualitas Aktiva Produktifdan Pembentukan PPAP BPR

PBI No.8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Penilaian Kualitas AktivaBank Umum yang melaksanakankegiatan usaha berdasarkan prinsipsyariahPBI No.9/9PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007tentang perubahan PBI No. 8/21/PBI/2006PBI No. 10/24/PBI/2008 tanggal 16Oktober 2008 tentang perubahan keduaatas PBI No.8/21/PBI/2006

PBI No. 8/24/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Penilaian Kualitas AktivaBagi BPR Syariah

PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari2005 tentang Penilaian Kualitas AktivaBank UmumPBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari2006 tentang perubahan atas PBI No 7/2/PBI/2005PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari2009 tentang perubahan ketiga atas PBINo. 7/2/PBI/2005

Kualitas AktivaProduktif BPR

Kualitas Aktiva BankUmum Syariah

Kualitas Aktiva BPRSyariah

PenyisihanPenghapusan AktivaProduktif (PPAP)

PenyisihanPenghapusan AktivaProduktif (PPAP)Bank UmumKonvensional

Page 177: Booklet Perbankan 2009

169

Booklet Perbankan Indonesia 2009

7

8

9

Topik Ketentuan

PBI No.8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Penilaian Kualitas AktivaBank Umum yang melaksanakankegiatan usaha berdasarkan prinsipsyariahPBI No.9/9PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007tentang perubahan PBI No. 8/21/PBI/2006

PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Kualitas Aktiva Produktifdan Pembentukan PPAP BPR

PBI No. 8/24/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Penyisihan PenghapusanAktiva Bagi BPR Syariah

PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari2005 tentang Penilaian Kualitas AktivaBank Umum

PBI No.10/18/PBI/2008 tanggal 25September 2008 tentang RestrukturisasiPembiayaan bagi Bank Syariah dan UUS

PBI No.10/19/PBI/2008 tanggal 14 Okt2008 tentang Giro Wajib Minimum BankUmum pada Bank Indonesia dalamRupiah dan Valuta Asing

PBI No. 6/21/PBI/2004 tanggal 3 Agustus2004 tentang GWM dlm rupiah dan valasbagi bank umum yang melaksanakankegiatan usaha berdasarkan PrinsipSyariahPBI No.8/23/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang perubahan PBI No. 6/21/PBI/2004PBI No. 10/23/PBI/2008 tanggal 16Oktober 2008 tentang perubahan keduaatas PBI No. 6/21/PBI/2004

PenyisihanPenghapusan Aktiva(PPA) Bank Syariah

PenyisihanPenghapusan AktivaProduktif (PPAP) BPRKonvensional

PenyisihanPenghapusan Aktiva(PPA) BPR Syariah

Restrukturisasi Kredit

RestrukturisasiPembiayaan bagiBank Syariah danUUS

Giro Wajib Minimumbagi Bank UmumKonvensional

Giro Wajib Minimumbagi Bank UmumSyariah

Page 178: Booklet Perbankan 2009

170

Booklet Perbankan Indonesia 2009

10

11

12

13

14

1

Topik Ketentuan

PBI No. 3/10/PBI/2001 tentangPenerapan Prinsip Mengenal NasabahPBI No. 5/21/PBI/2003 tanggal 17Oktober 2003 tentang perubahan atasPBI No. 3/10/PBI/2001

PBI No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13Desember 2001 tentang TransparansiKondisi Keuangan BankPBI No.8/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang Transparansi KondisiKeuangan BPR

PBI No. 7/47/PBI/2005 tanggal 14November 2005 tentang TransparansiKondisi Keuangan BPR Syariah

PBI No. 7/6/PBI/2005 tanggal 20 Januari2005 tentang Transparansi InformasiProduk Bank dan Penggunaan DataPribadi Nasabah

PBI No. 5/10/PBI/2003 tanggal 1 April2003 tentang Prinsip Kehati-hatianDalam Kegiatan Penyertaan Modal

PBI No. 7/4/PBI/2005 tanggal 20 Januari2005 tentang Prinsip Kehati-hatiandalam Aktivitas Sekuritas Aset bagi BankUmum

PBI No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April2004 tentang Sistem Penilaian TingkatKesehatan Bank UmumPBI No.9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari2007 tentang Sistem Penilaian TingkatKesehatan Bank Umum BerdasarkanPrinsip Syariah

Penerapan PrinsipMengenal Nasabah

Transparansi KondisiKeuangan Bank

Transparansi KondisiKeuangan BPRSyariah

TransparansiInformasi ProdukBank & PenggunaanData PribadiNasabah

Prinsip Kehati-hatianDalam KegiatanPenyertaan ModalBank Umum

Prinsip Kehati-hatianDalam AktivitasSekuritisasi Aset

Penilaian TingkatKesehatan BankUmum

D Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Page 179: Booklet Perbankan 2009

171

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2

1

2

3

4

5

6

Topik Ketentuan

SE No. 30/3/UPPB perihal Tata carapenilaian tingkat kesehatan BPRPBI No. 9/17/PBI/2007 tanggal 4Desember 2007 tentang TingkatKesehatan BPRS

SK DIR No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31Maret 1995Perihal : Kewajiban Penyusunan danPelaksanaan Kebijakan Perkreditan Bankbagi Bank Umum

PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2006 tentang perubahan PBI No. 8/ 4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006tentang Pelaksanaan GCG Bagi BankUmum

PBI No. 1/6/PBI/1999 tanggal 17Desember 1999 tentang PenugasanDirektur Kepatuhan dan PenerapanStandar Pelaksanaan Fungsi Audit InternBank Umum

PBI No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20September 1999 tentang PenugasanDirektur Kepatuhan dan PenerapanStandar Pelaksanaan Fungsi Audit InternBank Umum

PBI No. 6/25/PBI/2004 tanggal 22Oktober 2004 tentang Rencana BisnisBank Umum

PBI No. 9/15/PBI/2007 tanggal 30November 2007 tentang PenerapanManajemen Risiko Dalam PenggunaanTeknologi Informasi oleh Bank Umum

Penilaian TingkatKesehatan BPR

PedomanPenyusunanKebijaksanaanPerkreditan Bank

Pelaksanaan GCGBagi Bank Umum

Satuan Kerja AuditIntern SKAI BankUmum

Direktur Kepatuhan

Rencana Bisnis BankUmum

PenerapanManajemen RisikoDalam PenggunaanTeknologi Informasioleh Bank Umum

E Ketentuan SRB

Page 180: Booklet Perbankan 2009

172

Booklet Perbankan Indonesia 2009

7

8

9

10

11

12

1

Topik Ketentuan

PBI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei2003 tentang Penerapan ManajemenResiko Bagi Bank Umum

PBI No. 8/6/PBI/2006 tanggal 30 Januari2006 tentang Penerapan ManajemenRisiko Secara Konsolidasi

SE. No. 6/18/DPNP tanggal 20 April 2004perihal Penerapan manajemen risikopada aktivitas jasa pelayanan melaluiinternet

SE No.6/43/DPNP tanggal 7 Oktober2004 perihal Penerapan manajemenrisiko pada bank yang melakukankerjasama pemasaran denganperusahaan asuransi

SE No. 7/19/DPNP tanggal 14 Juni 2005perihal Penerapan Manajemen Risikopada aktivitas berkaitan denganreksadana

PBI No.8/9/PBI/2006 tanggal 29 Mei2006 tentang perubahan PBI No. 7/25/PBI/2005 tentang Sertifikasi ManajemenRisiko Bagi Pengurus dan Pejabat BankUmum

PBI No. 10/26/PBI/2008 tanggal 30Oktober 2008 tentang FasilitasPendanaan Jangka Pendek Bagi BankUmumPBI 10/30/PBI/2008 tanggal 18September 2008 tentang perubahan PBINo. 10/26/PBI/2008

PenerapanManajemen Risikobagi Bank Umum

PenerapanManajemen RisikoSecara Konsolidasi

PenerapanManajemen Risikopada internetbanking

PenerapanManajemen Risikopada bancassurance

PenerapanManajemen Risikopada aktivitasberkaitan denganreksadana

SertifikasiManajemen RisikoBagi Pengurus danPejabat Bank Umum

Fasilitas PendanaanJangka Pendek bagiBank Umum

F Ketentuan Pembiayaan

Page 181: Booklet Perbankan 2009

173

Booklet Perbankan Indonesia 2009

2

3

4

5

6

1

2

3

Topik Ketentuan

PBI No. 10/35/PBI/2008 tanggal 5Desember 2008 tentang FasilitasPendanaan Jangka Pendek bagi BPR

PBI No. 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari2003 tentang Fasilitas PembiayaanJangka Pendek Bagi Bank SyariahSE No.6/9/DPM tanggal 16 Februari 2004perihal Tata Cara Pemberian FPJPSPBI No.7/23/PBI/ 2005 tanggal 3 Agustus2005 tentang perubahan PBI No. 5/3/2003

PBI No. 10/29/PBI/2008 tanggal 14September 2008 tentang FLI bagi BankUmum

PBI No. 7/24/PBI/2005 tanggal 3 Agustus2005 tentang Fasilitas Intrahari Bagi BankUmum Berdasarkan Prinsip Syariah

PBI No. 10/31/PBI/2008 tanggal 18September 2008 tentang FasilitasPembiayaan Darurat

SE No.6/5/DPM tanggal 16 Februari 2004perihal Pelaksanaan dan PenyelesaianFASBI

PBI No. 7/1/PBI/2005 tanggal 10 Januari2005 tentang Pinjaman Luar Negeri BankPBI No. 10/20/PBI/2008 tanggal 14Oktober 2008 tentang perubahan atasPBI No. 7/1/PBI/2005

UU No. 24 Tahun 1999 tentang LaluLintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar

Fasilitas PendanaanJangka Pendek bagiBPR

Fasilitas PembiayaanJangka Pendek bagiBank Syariah

Fasilitas LikuiditasIntrahari (FLI)

Fasilitas IntrahariBagi Bank UmumBerdasarkan PrinsipSyariah (FLIS)

Fasilitas PembiayaanDarurat

Fasilitas SimpananBank Indonesiadalam Rupiah

Pinjaman LuarNegeri (PLN)

Lalu Lintas Devisa

G Ketentuan Lainnya

Page 182: Booklet Perbankan 2009

174

Booklet Perbankan Indonesia 2009

4

5

6

7

8

9

10

Topik Ketentuan

PBI No. 1/9/PBI/1999 perihal :Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas DevisaBank dan Lembaga Keuangan Non BankSE No. 1/9/DSM perihal : PelaporanKegiatan Lalu Lintas Devisa oleh BankPBI No. 4/2/PBI/2002 tanggal 18 Maret2002 tentang Pemantauan Kegiatan LaluLintas Devisa Perusahaan BukanLembaga KeuanganPBI No. 5/1/PBI/2003 tentang Perubahanatas PBI No. 4/2/PBI/2002SE No.4/5/DSM perihal PelaporanKegiatan Devisa Perusahaan BukanLembaga Keuangan

PBI No. 9/5/PBI/2007 tanggal 30 Maret2007 tentang Pasar Uang Antar BankBerdasarkan Prinsip Syariah

SE No. 6/34/DPBPR Perihal: LembagaSertifikasi bagi BPR

PBI No.9/14/PBI/2007 tanggal 30November 2007 tentang SistemInformasi Debitur

PBI No. 7/14/PBI/2005 tanggal 14 Juni2005 tentang Pembatasan TransaksiRupiah dan Pemberian Kredit ValutaAsing Oleh Bank

PBI No. 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli2005 tentang Sistem Kliring Nasional

PBI No. 10/6/PBI/2008 tanggal 18Februari 2008 tentang Sistem BankIndonesia Real Time Gross Settlement

PBI No.6/5/PBI/2004 tanggal 16 Februari2004 tentang perubahan PBI No. 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat BankIndonesia

Pasar Uang AntarBank BerdasarkanPrinsip Syariah

Lembaga SertifikasiBagi BPR

Sistem InformasiDebitur

PembatasanTransaksi Rupiah danPemberian Kreditvalas oleh Bank

Sistem KliringNasional

Real Time GrossSettlement (RTGS)

Sertifikat BankIndonesia

Page 183: Booklet Perbankan 2009

175

Booklet Perbankan Indonesia 2009

11

12

13

14

15

16

17

18

Topik Ketentuan

PBI No. 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret2008 tentang Sertifikat Bank IndonesiaSyariah

UU No. 10 Tahun 1998PBI No. 2/19/PBI/2000 7 September 2000tentang Persyaratan dan Tata CaraPemberian Perintah atau Izin TertulisMembuka Rahasia Bank

PBI No. 7/20/PBI/2005 tanggal 26 Juli2005 tentang Penerbitan, Penjualan danPembelian serta Penatausahaan SUN

PBI No. 5/14/PBI/2003 tanggal 23 Juli2003 tentang Kewajiban PenyediaanDana Pendidikan dan Pelatihan UntukPengembangan Sumber Daya Manusia

PBI No. 10/10/PBI/2008 tanggal 28Februari 2008 tentang perubahan PBINo.7 /7/PBI/2005 tentang PenyelesaianPengaduan Nasabah

PBI No. 10/1/PBI/2008 tanggal 30 Januari2008 tentang perubahan PBI No. 8/ 5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan

PBI No. 9/12/PBI/2007 tanggal 21September 2007 tentang Perubahan atasPBI No.8/17/PBI/2006 tentang Insentifdalam Rangka Konsolidasi Perbankan

PBI No. 8/15/PBI/2006 tanggal 5 Oktober2008 tentang Perlakuan KhususTerhadap Kredit Bank bagi Daerah-daerah tertentu di Indonesia yangterkena bencana alam

Sertifikat BankIndonesia Syariah

Rahasia Bank

Surat Utang Negara(SUN)

Pengembangan SDMBank

PenyelesaianPengaduan Nasabah

Mediasi Perbankan

Insentif dalamRangka KonsolidasiPerbankan

Perlakuan KhususTerhadap KreditBank bagi Daerah-daerah tertentu diIndonesia yangterkena bencanaalam