blok 7-cairan pada sinus paranasalis

Upload: fina-agustiani-liaw

Post on 10-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah PBL

TRANSCRIPT

Cairan pada Sinus Paranasalis

Fina Agustiani Liaw

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana-102013081

[email protected]

AbstrakSinus paranasalis terdiri dari 4 sinus yaitu, sinus maxillaris, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, sinus frontalis. Didalam semua sinus tersebut mereka akan bermuara di tempat yang berbeda-beda dan juga persarafannya. Sistem mekanisme pernapasan dan transport gas juga berhubungan dengan adanya cairan yang keluar dari tenggorokkan. Pengaruh keseimbangan asam-basa juga berpengaruh dalam hal ini. Kata kunci: sinus paranasalis, mekanisme pernapasanAbstractParanasalis sinus is composed of 4 sinuses, maxillaris sinus, sinus ethmoidalis, sphenoidalis sinus, frontal sinus. In all of these sinuses in them will lead in different places and also nerves. Respiratory system and gas transport mechanism also deals with some discharge from the throat. Effect of acid-base balance are also influential in this case.Keywords:Paranasalis sinus, Respiratory systemPendahuluanDalam skenario 6 dengan kasus seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke dokter dengan keluhan sering sakit kepala sejak dua minggu yang lalu. Dari anamnesis, pasien juga mengatakan sering ada cairan mengalir dari ujung tenggorokkan. Dari pemeriksaan rontgen posisi WATERS didapatkan cairan pada beberapa sinus paranasal. Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala. Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum dialami oleh masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya bahwa dalam 1 tahun, 90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri kepala. Menurut WHO dalam banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh penderitanya sepanjang hidupnya. Nyeri kepala diklasifikasikan oleh International Headache Society, menjadi nyeri kepala primer dan sekunder. Yang termasuk ke dalam nyeri kepala primer antara lain adalah: nyeri kepala tipe tegang (TTH - Tension Type Headache), migrain, nyeri kepala cluster dan nyeri kepala primer lain, contohnya hemicrania continua. Nyeri kepala primer merupakan 90% dari semua keluhan nyeri kepala. Nyeri kepala juga dapat terjadi sekunder, yang berarti disebabkan kondisi kesehatan lain. Cavum NasiPintu masuk cavum nasi disebutnares anterioresataunosetrilsedangkan batas antara cavum nasi dan nasopharynx adalahchoana(nares posteriores).Dasar cavum nasi dibentuk oleh os maxilla dan os palatinum sedangkan atapnya merupakan celah sempit yang dibentuk oleh sebagian os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfactorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau yaitu nervus olfactorius. N. olfactorius ini melewati lamina cribrosa os frontale dan ke dalam bulbus olfactorius nervus cranialis I.Cavitas nasi yang dilapisi membran mukosa kecualivestibulum nasiyang dilapisi oleh kulit. Bagian dua pertiga inferior membran mukosa hidung termasukarea respiratoria, dan bagian sepertiga superior mukosa hidung adalaharea olfactoria. Udara yang melewati area respiratoriaakan dihangatkan dan dilembabkan sebelum memasuki saluran napas yang lebih lanjut ke paru-paru. Area respiratoria berisi organum olfactorium perifer, dengan mendengus udara tersedot ke daerah ini.Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara walaupun mulut terisi oleh makanan. Di dalam cavum nasi ini, udara akan dibersihkan. Vestibulum yang dilapisi silia akan menangkap partikel-partikel besar yang terkandung dalam udara. Septum nasi dan concha nasalis berperan untuk memperluas permukaan dari cavum nasi dan membuat aliran udara di dalamnya turbulen yang makin meningkatkan kontak udara dengan membran mukosa yang melapisinya.membran mukosa ini dilapisi epitel kolumner berlapis bersilia dan sel goblet yang menghasilkan sekresi mukus. Mukus ini akan menjebak partikel debris dan menyapunya ke pharynx, dimana kemudian akan dieliminasi di sistem digestivus.Cavum nasi juga berfungsi sebagai penghangat udara. Kelembaban didapat dari epithelium mukosa dan kelebihan air mata yang dialirkan ke cavum nasi melalui ductus lacrimalis manambah kelembaban udara sendiri. Udara yang hangat akan mencegah kerusakan saluran pernapasan dibanding udara yang dingin.Epitel olfactorius sendiri merupakan organ sensorik sebagai penghidu dan terletak pada bagian paling superior dari cavum nasi. Cavum nasi dan sinus-sinus paranasal juga turut berperan sebagai ruang resonansi saat berbicara.Atap cavitas nasi berbentuk lengkungdan sempit kecuali pada ujungnya disebelah posterior, disini dapat dibedakan 3 bagian(frontonasal, etmoidial dan stefnoidal) yang dinamakan sesuai dengan nama tulang pembatasnya.Dasar cavitas nasi yang lebih luas daripada atapnya dibentuk oleh procesus palatinus maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini.Dinding medial cavitas nasi dibentuk oleh septum nasi . dinding lateral cavitas nasi berwujud tidak rata karena adanya tiga tonjolan yang berbentuk gulungan yakni concha nasalis. Concha nasalis superior, concha nasalis media, concha nasalis inferior membagi cavitas nasi menjadi empat lorong: meatus nasalis superior, meatus naslis medianus, meatus nasalis inferior dan hiatus semiulnaris.1Struktur sinus paranasalisDinding lateral nasal meliputi bagian dari os ethmoid, os maxilla, os palatina, os lacrimal, lamina pterygoideus medial os sphenoid, os nasal dan turbinate inferior. Tiga dari empat turbine dari dinding supreme, superior dan medial menjadi proyeksi dari os ethmoid. Bagian inferior merupakan suatu struktur yang independen. Masing-masing struktur ini disebut dengan meatus .Tulang kecil dari projeksi os ethmoid yang menutup, membuka kesamping menempatkan sinus maxillaris dan membentuk suatu palung di belakang pertengahan turbinate. Sekat bertulang tipis ini dikenal sebagai processus uncinatus. Dinding superior nasal terdiri dari ethmoid sel sinus terletak sebelah lateral dari epithelium olfactorius dan cribiform plate yang mudah pecah. Bagian superior dari sebagian besar sel ethmoid anterior barada pada sinus frontal. Bagian posterior superiordari dinding nasal lateral menjadi dinding anterior dari sinus sphenoidalis yang mendekap dibawah sella turcica dan sinus cavernosus.2,3 Sinus paranasalis juga mendapat persarafan sensoris melalui saraf otak ke-5.

Sinus MaxillarisSinus maxillaris (Antrum of Highmore) adalah sinus yang pertama berkembang. Struktur ini adalah pada umumnya berisi cairan pada kelahiran. Pertumbuhan dari sinus ini adalah biphasic dengan pertumbuhan selama 0-3 tahun dan 7-12 tahun. Sepanjang pneumatisasi kemudian menyebar ke tempat yang rendah dimana gigi yang permanen mengambil tipis dari jaringan halus yang mencakup mereka.StrukturSinus maxillaris orang dewasa adalah berbentuk piramida mempunyai volume kira-kira 15 ml ( 34 x 33 x 23mm ). Dasar dari piramida adalah dinding nasal dengan puncak yang menunjuk ke arah processus zygomaticum. Dinding anterior mempunyai foramen infraorbital berada pada bagian midsuperior dimana nervus infraorbital berjalan di atas atap sinus dan keluar melalui foramen itu. Saraf ini dapat dehiscens (14%). Bagian yang tertipis dari dinding anterior adalah sedikit di atas fossa canina. Atap dibentuk oleh dasar orbital dan di transeksi oleh nervus infraorbital . Dinding posterior tidak bisa ditandai. Di belakang dinding ini adalah fossa pterygomaxillaris dengan arteri maxillaris interna, ganglion sphenopalatina dan saluran Vidian, nervus palatina mayor dan foramen rotundum. Dasar dari sinus, seperti dibahas di atas, bervariasi tingkatannya. Sejak lahir sampai umur 9 tahun dasar dari sinus adalah di atas rongga hidung. Pada umur 9 tahun dasar sinus secara umum sama dengan dasar nasal. Dasar sinus berlanjut menjadi peumatisasi sinus maxillaris. Oleh karena itu berhubungan erat dengan penyakit pertumbuhan gigi yang dapat menyebabkan infeksi rahang dan pencabutan gigi dapat mengakibatkan fistula oral-antral. Perdarahan Cabang dari arteri maxillaris internal mendarahi sinus ini. Termasuk infraorbital ( yang berjalan dengan nervus infraorbital ), cabang lateral dari sphenopalatine, palatina mayor, vena axillaris dan vena jugularis sistem dural sinus.PersarafanSinus maxilla disarafi oleh cabang dari V.2. yaitu nervus palatina mayor dan cabang dari nervus infraorbital Struktur yang terkait. Ductus nasolacrimalis mengalir ke kantung lacrimalis dan berjalan dari fossa lacrimalis di bawah orbita sebelah posterior dari dinding penunjang rahang yang vertikal dan kosong di sebelah depan dari meatus inferior. Saluran ini berada sangat dekat dengan ostium rmaxilla, rata-rata berada pada 4 - 9mm di depan ostium .1. Ostium alami. Ostium maxillaris terletak di bagian superior dari dinding medial sinus. Intranasal biasanya terletak pada pertengahan posterior infundibulum ethmoidalis, atau disamping 1/3 bawah processus uncinatus. Tepi posterior dari ostium ini berlanjut dengan lamina paprycea sekaligus ini menjadi tanda (landmark) untuk batas lateral dari diseksi pembedahan. Ukuran ostium ini rata-rata 2,4 mm tetapi dapat bervariasi antara 1 mm. Ostium ini jauh lebih kecil dibanding defect pada tulang sebab mcosa mengisi area ini dan menggambarkan tingkat dari pembukaan itu. 88% dari ostium maxilla bersembunyi dibelakang processus uncinatus oleh karena itu tidak bisa dilihat secara endoscopi.2. Fontanella anterior dan posterior ostium acessorius. Dua tulang dehiscens dari dinding nasal / dinding medial sinus maxillaris kadang-kadang ada satu dehiscence tulang yang besar, pada umumnya ditutup oleh mucosa. Beberapa individu dimana fontanella anterior atau posterior mungkin tetap terbuka mengakibatkanterdapat suatu ostium assesori. Ostium ini biasanya tidak berfungsi, mengalirkan sinus jika ostium yang alami dihalangi dan adanya tekanan/gravitasi gerak intrasinus dari ostium itu. Ostium asesorius pada umumnya ditemukan pada fontanella posterior.2,3Sinus EthmoidalisPerkembanganSinus ethmoid merupakan struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru dilahirkan. Selama masih janin perkembangan pertama sel anterior diikuti oleh sel posterior. Sel tumbuh secara berangsur-angsur sampai dewasa umur 12 tahun. Sel ini tidak dapat dilihat dengan sinar x sampai umur 1 tahun. Septa yang secara berangsur-angsur tipis dan pneumatisasi berkembang sesuai usia. Sel ethmoid bervariasi dan sering ditemukan di atas orbita, sphenoid lateral, ke atap maxilla dan sebelah anterior diatas sinus frontal. Sel ini disebut sel supraorbital dan ditemukan 15% dari pasien. Penyebaran sel ethmoid ke dasar sinus frontal disebut frontal bulla. Penyebaran ke turbinate medial disebut concha bullosa. Sel yang berada pada dasar sinus maxilla ( infraorbita ) disebut Hallers sel dan dijumpai pada 10% populasi. Sel-sel ini dapat menyumbat ostia maxilla dan membatasi infundibulum mengakibatkan gangguan pada fungsi sinus. Sel yang meluas ke anterior lateral sinus sphenoid disebut Onodi sel. Variasi dari sel ini penting pada saat preoperative untuk memperjelas anatomi pasien secara individu Struktur.Gabungan sel anterior dan posterior mempunyai volume 15 ml (3,3 x 2,7 x 1,4 cm). Bentuk ethmoid seperti piramid dan dibagi menjadi multipel sel oleh sekat yang tipis. Atap dari ethmoid dibentuk oleh berbagai struktur yang penting. Sebelah anterior posterior agak miring (15 derajat). 2/3 anterior tebal dan kuat dibentuk oleh os frontal dan faveola ethmoidalis. 1/3 posterior lebih tinggi sebelah lateral dan sebelah medial agak miring kebawah kearah cribiform plate. Perbandingan antara tulang tebal sebelah lateral dan plate adalah sepersepulah kuat atap sebelah lateral. Perbedaan berat antara atap medial dan lateral bervariasi antara 15-17 mm.Sel ethmoid posterior berbatasan dengan sinus sphenoid. Dinding lateralnya adalah lamina paprycea orbita.PerdarahanSinus ethmoid mendapat aliran darah dari arteri carotis eksterna dan interna . Arteri sphenopalatina dan juga arteri opthalmica mendarahi sinus. Pembuluh vena mengikuti arterinya dan dapat menyebabkan infeksi intracranial.PersarafanDisarafi oleh nervus V.1 dan V.2, nervus V.1 mensarafi bagian superior sedangkan sebelah inferior disarafi oleh nervus V.2. Persarafan parasimpatis melalui nervus Vidian, sedangkan persarafan simpatis melalui ganglion sympathetic cervical dan berjalan bersama pembuluh darah menuju mukosa sinus.Struktur yang terkait :1. Lamella basal dari turbinate medial Struktur ini dibentuk oleh pemisahan antara sel ethmoid anterior dan posterior merupakan pemasangan dari turbinate medial dan berjalan pada tiga tempat yang berbeda didalamnya dari anterior ke posterior. Sebagian dari bagian anterior adalah vertikal dan menyisip di crista ethmoidalis dan dasar tengkorak. 1/3 tengah berjalan miring menyisip ke lamina papyracea. 1/3 akhir menyisip sejajar dengan lamina papyracea. Ruangan dibawah concha medial disebut meatus medial menuju ethmoid anterior, sinus frontal, dan aliran sinus maxilla . Kesalahan dalam operasi dapat merusak turbinate medial anterior dan posterior dan dibagian anteriornya dapat merusak cribriform plate.2. Sel ethmoid anterior dan posterior Sel di bagian anterior menuju lamella basal. Pengalirannya ke meatus medial melalui infundibulum ethmoid. Termasuk sel agger nasi, bulla ethmoid dan sel-el anterior lainnya. Sel yang di posterior bermuara ke meatus superior dan berbatasan dengan sinus sphenoid. Sel bagian posterior secara umum lebih sedikit dalam jumlah dan lebih besar dari sel bagian anterior.3. Sel agger nasi Sel ini dijumpai di os lacrimal anterior dan superior persimpamgan dari turbinate medial dengan dinding nasal. Sel ini tersembunyi di belakang anterior dari processus uncinatus dan mengalirkan ke dalam hiatus semilunaris. Ini merupakan sel yang pertama pneumatisasi pada bayi yang baru lahir sampai masa anak-anak. Terdapat satu sampai tiga sel. Dinding sel posterior membentuk dinding anterior dari recessus frontal. Atap sel agger nasi adalah dasar dari sinus frontal, yang merupakan tanda penting untuk operasi sinus frontal.4. Bulla ethmoid Ini penting sebagai pertanda untuk kasus operasi. Terletak diatas infundibulum dan permukaaan lateral / inferiornya, dan tepi superior processus uncinatus membentuk hiatus semilunaris. Ini merupakan sel ethmois anterior yang terbesar. Arteri ethmoidalis anterior umumnya menyilang terhadap atap sel ini. Recessus suprabullar dan retrobullar dibentuk ketika bulla ethmoid tidak meluas ke dasar tengkorak. Recessus suprabullar adalah suatu celah antara atap bulla ethmoid dan fovea. Ruang retrobullar dibentuk ketika ada celah antara lamella basal dan bulla. Ruang retrobular ini dikenal sebagai hiatus semilunaris superior .5. Infundibulum ethmoid Perkembangan infundibulum mendahului sinus. Dibentuk oleh struktur yang kompleks. Dinding anterior dibentuk oleh processus uncinatus, dinding medial dibentuk oleh processus frontalis os maxilla dan lamina papyracea.6. Arteri ethmoid anterior dan posterior Arteri ethmoid anteior dan posterior berasal dari arteri opthalmica. Arteri ethmoid anterior menyilang ke rektus medial dan menembus lamina papyracea. Arteri ini kemudian menyilang ke atap sinus ethmoid pada sebuah tulang tipis ( biasanya dehisens ), mendarahi cribiform plate dan septum anterior. Arteri ini biasanya besar dan tunggal dan di bagian inferiornya menutupi sel sinus. Letaknya yang tertutup berhubungan dengan letak strukturyang lebih medial yaitu fovea ethmoid. Arteri ethmoid posterior menyilang rektus medial, menembus lamina papyracea dan melalui sel ethmoid posterior menuju septum. Mendarahi sinus ethmoid posterior, turbinate superior dan medial dan sebagian kecil septum posterior. Arteri ini kecil dan bercabang-cabang. Letaknya tertutup kebawah diantara sel-sel sinus, bergabung dengan letak nervus opticus dekat vertex orbita. Sebab perkembangan dari struktur ini mendahului sinus hubungan ke sel ethmoid dapat bervariasi.2,3Sinus FrontalisPerkembanganSinus frontalis sepertinya dibentuk oleh pergerakan keatas dari sebagian besar sel-sel ethmoid anterior. Os frontal masih merupakan selaput (membran) pada saat kelahiran dan tulang mulai untuk mengeras sekitar usia 2 tahun. Secara radiologi jarang bisa terlihat struktur selaput (membran) ini. Perkembangannya mulai uia 5 tahun dan berlanjut sampai usia belasan tahun.StrukturVolume sinus ini sekitar 6 - 7ml (28 x 24 x 20mm). Anatomi sinus frontalis sangat variasi tetapi secara umum ada dua sinus yang berbentuk seperti corong dan berbentuk point menaik. Kedalaman dari sinus berhubungan dengan pembedahan untuk menentukan batas yang berhubungan dengan pembedahan. Kedua bentuk sinus frontal mempunyai ostia yang bergantung dari rongga itu (posteromedial). Sinus ini dibentuk dari tulang diploe. Bagaimanapun, dinding posterior (memisahkan sinus frontal dari fosa kranium anterior) lebih tipis. Dasar sinus ini juga berfungsi sebagai bagian dari atap rongga mata.PerdarahanSinus frontalis mendapat perdarahan dari arteri opthalmica melalui arteri supraorbita dan supratrochlear. Aliran pembuluh vena melalui vena opthalmica superior menuju sinus cavernosus dan melalui vena-vena kecil didalam dinding posterior yang mengalir kesinus dural.PersarafanSinus frontalis dipersarafi oleh cabang nervus V.1. Secara khusus, nervus-nervus ini meliputi cabang supraorbita dan supratrochlear.Struktur yang terkait:Recessus frontal adalah ruang diantara sinus frontalis dan hiatus semilunaris yang menujuke aliran sinus. Bagian anterior dibatasi oleh sel agger nasi, superior oleh sinus frontalis, medial oleh turbinate medial dan bagian lateral oleh lamina papyracea. Rongga yang menyerupai suatu dambel seperti sinus frontalis merupakan ostium atau saluran yang kemudian membuka lagi kedalam recesus. Berdasarkan luasnya pneumatisasi ethmoid, recessus ini dapat kembali menjadi bentuk pipa yang menghasilkan dambel yang lebih panjang. Struktur yang anomali, seperti sinus lateralis (bagian posterior ke recessus frontal di dasar tengkorak) dan bula frontalis (bagian anterior ke receesus di dasar sinus frontalis) menyebabkan salah interpretasi seperti sinus frontalis ketika operasi sinus.Sinus SphenoidalisPerkembanganSinus sphenoidalis adalah unik oleh karena tidak dibentuk dari kantong rongga hidung. Sinus ini dibentuk didalam kapsul rongga hidung dari hidung janin. Tidak berkembang hingga usia 3 tahun. Usia 7 tahun pneumatisasi telah mencapai sella turcica. Usia 18 tahun, sinus sudah mencapai ukuran penuh.StrukturUsia belasan tahun sinus ini sudah mencapai ukuran penuh dengan volume 7,5ml (23 x 20 x 17mm). Pneumatisasai sinus ini, seperti sinus frontalis, sangat bervariasi. Secara umum merupakan struktur bilateral yang terletak posterosuperior dari rongga hidung. Pneumatisasi dapat meluas sejauh clivus, ala parva dan ala magna os sphenoid sampai ke foramen magnum. Dinding sinus sphenoidalis bervariasi ketebalannya, dindinganterosuperior dan dasar sinus paling tipis (1 1,5mm). dinding yang lain lebih tebal, Bagian paling tipis dari dinding anterior adalah 1 cm dari fovea ethmoidalis. Letak dari sinus oleh karena hubungan anatominya tergantung dengan tingkat pneumatisasi. Sinus bisa terletak jauh di anterior, di anterior atau dengan seketika di bawah sella turcica (conchal, presellar, sellar atau postsellar). Kebanyakan posisi posterior dapat menempatkan sinus bersebelahan ke struktur yang penting seperti arteri carotid, nervus opticus, nervus maxillaris cabang dari nervus trigeminal, nervus vidian, pons, sella turcica dan sinus cavernosus. Struktur ini sering dikenali seperti lekukan di atap dan dinding sinus. Dalam presentase kecil akan mempunyai dehisens tulang di atas struktur yang penting seperti nervus opticus dan arteri carotid. Hati-hati ketika memperbaiki septa sinus ini mungkin di dalam kesinambungan dengan carotid dan canalis opticus yang dapat mengakibatkan kematian dan kebutaan.Ostium sinus sphenoidalis bermuara ke recessus sphenoethmoidalis. Ukurannya sangat kecil ( 0.5 - 4mm ) dan letaknya sekitar 10 mm di atas dasar sinus. 30 derajat kebawah dari dasar hidung anterior mendekati letak ostium diatas dinding posteriosuperior hidung, merupakan garis tengah persambungan antara 1/3 atas dan 2/3 bawah dari dinding anterior sinus. Biasanya sebelah medial ke turbinate superior dan hanya beberapa milimeter dari cribiform plate. Ostium ini, seperti sinus maxillaris, mempunyai tulang dehisens yang lebih besar yang dibatasi oleh sebuah septum membran.2,3PerdarahanArteri ethmoid posterior mendarahi atap sinus sphenoidalis. Bagian lain dari sinus mendapat aliran darah dari arteri sphenopalatina. Aliran vena melalui vena maxillaris ke vena jugularis dan pleksus pterigoid. PersarafanSinus sphenoidalis disarafi oleh cabang nervus V.1 dan V.2. Nervus nasociliaris (cabang nervus V.1) berjalan menuju nervus ethmoid posterior dan mensarafi atap sinus. Cabang- cabang nervus sphenopalatina (V.2) mensarafi dasar sinus.Struktur terkait1. Recessus sphenoethmoidalis Recessus sphenoethmoidalis adalah rongga disampinga dan diatas turbinate superior. Batasan-batasan dari rongga ini dibentuk oleh struktur yang kompleks. Dinding anterior sinus sphenoidalis membentuk batas posterior. Septum nasi dan cribiform plate membentuk batas medial dan superior. Perluasan anteriolateral ditentukan oleh turbinate superior. Rongga ini keluar ke rongga hidung secara lebih rendah. Sel ethmoid posterior, seperti halnya sinus sphenoidalis mengalir ke daerah ini.2. Rostrum sphenoid Struktur ini hanya proyeksi garis tengah dari dinding sinus sphenoid anterior, menyambung lamina perpendicular dan os vomer.3. Onodi sel Sel ini adalah sel-sel ethmoid yang terletak anteolateral menuju sinus sphenoidalis. Struktur penting seperti areteri carotis dan nervus opticus bisa melalui sel ini. Struktur ini sering dehisens. Perlu tindakan pembedahan yang hati-hati di area ini dan pemeriksaan radiograpi yang baik untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan.2,3Mikroskopik AnatomiSinus-sinus ini dilaisi oleh epitel pseudostratified ciliated columnar yang berkesinambungan dengan mukosa di rongga hidung. Epitel sinus ini lebih tipis dari epitel hidung. Ada 4 tipe sel dasar, yaitu epitel ciliated columnar, non ciliated columnar, sel basal dan sel goblet. Sel-sel ciliated memiliki 50 200 silia per sel dengan strukturdari 9+2 mikrotubulus dengan dynein lengan. Data penelitian menunjukkan sel ini berdetak 700-800 kali per menit, pergerakan mucosa pada suatu tingkat 9 mm per menit. Sel yang nonciliated ditandai oleh microvilli yang menutupi daerah apikal sel dan bertugas untuk meningkatkan area permukaan ( mungkin memudahkan pembasahan dan kehangatan dari udara inspirasi ). Ini penting untuk meningkatkan konsentrasi (sampai 50%) dari ostium sinus. Fungsi sel basal belum diketahui, sangat bervariasi baik dalam bentuk dan jumlah. Beberapa teori menjelaskan bahwa sel basal dapat bertindak sebagai suatu stem cell yang dapat membedakan jika dibutuhkan . Sel goblet memproduksi glikoprotein yang berfungsi untuk viskositas dan elastisitas mukosa. Sel goblet ini disarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsangan saraf parasimpatismenghasilkan mucous yang lebih kental dan dengan rangsangan saraf simpatis pengeluaran mucous lebih encer. Lapisan epitel disokong oleh suatu basement membran yang tipis, lamina propia, dan periosteum. Keduanya baik kelenjar serous dan mucinous mengalir ke dalam lamina propia. Studi anatomi menunjukkan tentang sel goblet dan kelenjar submucosal di sinus dibandingkan di mukosa hidung. Pada studi tersebut, sinus maxillaris mempunyai sel goblet yang paling tinggi. Ostia dari rahang, sphenoid dan sinus ethmoid anterior meningkat dalam jumlah submucosal yang mengandung kelenjar serous dan mucinous.2,3Fungsi Sinus ParanasalisFisiologi dan fungsi dari sinus banyak menjadi penelitian. Berbagai teori dari fungsi ada. Ini meliputi fungsi dari kelembaban udara inspirasi, membantu pengaturan tekanan intranasal dan tekanan serum gas, mendukung pertahanan imun, meningkatkan area permukaan mucosa, meringankan volume tengkorak, memberi resonansi suara,menyerap goncangan dan mendukung pertumbuhan masase muka. Hidung adalah suatu alat pelembab udara yang mengagumkan dan lebih hangat dari udara. Bahkan saat kecepatan aliran udara 7liter / menit, hidung belum mencapai kemampuan maksimalnya untuk melaksanakan fungsi ini. Kelembaban hidung telah ditunjukkan untuk menyokong pO2 serum sebanyak 6,9 mmHg. Walaupun mucosa hidung beradaptasi melaksanakan fungsi ini, sinus berperan pada area permukaan mucosa dan kemampuannya untuk menghangatkan. Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa bernafas dengan mulut menurunkan volume akhir CO2 yang dapat meningkatkan kadar CO2 serum dan berperan untuk slep apnea.Oleh karena produksi mukosa sinus yang berlimpah mereka berperan pada pertahanan imun / penyaringan udara yang dilakukan oleh hidung. Hidung dan mukosa sinus terdiri dari sel cilia yang berfungsi untuk menggerakkan mukosa ke choana. Lapisan superfisial yang dikentalkan dari mukosa hidung berperan untuk menjerat bakteri dan partikel yang mengandung unsur yang kaya dengan sel imun, antibodi dan protein antibakteri. Perbatasan lapisan sol yang lebih tipis dan berperan untuk menyediakan suatu substrat di mana cilia bisa bergerak dan mendorong. Kecuali jika yang dihalangi oleh penyakit atau perbedaan anatomis, sinus pindah; gerakan lendir melalui rongga dan ke luar dari ostia ke arah choane.Penelitian yang paling terbaru pada fungsi sinus berfokus pada molekul Nitrous Oxide (NO). Studi menunjukkan bahwa produksi Nitrous Oxide intranasal adalah secara primer pada sinus. Telah kita ketahui bahwasanya Nitrous Oxide beracun ke bakteri, jamur dan virus pada tingkatan sama rendah 100 ppb. Konsentrasi dari unsur ini dapat menjangkau 30.000 ppb dimana beberapa peneliti sudah berteori tentang mekanisme dari sterilisasi sinus. Nitrous Oxide juga meningkatkan pergerakan cilia Fisiologi dan fungsi sinus paranasal sangat kompleks. Penelitian yang berkesinambungan mungkin bisa mengungkapkan bahwa semua dari fungsi ini menjadi bagian dari suatu gambaran yang lebih luas. 2,3Mekanisme PernapasanPernapasan manusia dibedakan ataspernapasan dadadanpernapasan perut. Pernapasan dadadan pernapasan perutterjadi melaluifase inspirasidan ekspirasi.3

Mekanisme Pernapasan Dada1. Fase Inspirasi pernapasan dadaMekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar masuk ke paru-paru2. Fase ekspirasi pernapasan dadaMekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.

Mekanisme Pernapasan Perut1. Fase inspirasi pernapasan perutMekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk2. Fase ekspirasi pernapasan perutMekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.

Mekanisme Transpor GasVentilasiVentilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).Ventilasi dipengaruhi oleh :1. Kadar oksigen pada atmosfer2. Kebersihan jalan nafas3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru4. Pusat pernafasanFleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal. IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.4DifusiDifusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.

Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.4Difusi dipengaruhi oleh :1. Ketebalan membran respirasi2. Koefisien difusi3. Luas permukaan membran respirasi4. Perbedaan tekanan parsialTransportasiSetelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).

Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 20 kali lipat.Transportasi gas dipengaruhi oleh :1. Cardiac Output2. Jumlah eritrosit3. Aktivitas4. Hematokrit darahSetelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.4

RegulasiKebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut :

Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Daerah berirama medula mempertahankan irama nafas I : E = 2 : 3. Stimulasi neuron inspirasi menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama 2 dan inhibisi pada neuron ekspirasi kemudian terjadi kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi berosilasi selama 3 dan terjadi inhibisi pada sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan berhenti dan terus menerus terjadi sehingga tercipta pernafasan yang ritmis.4Keseimbangan Asam BasaDerajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH. Klasifikasi pH antara lain;1. pH 7,0 adalah netral2. pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)3. pH dibawah 7,0 adalah asamSuatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.5Pengaturan Keseimbangan Asam BasaTubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.5Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:pH 7,35-7,45pO2 80-100 mmHgpCO2 35-45 mmHg[HCO3-] 21-25 mmol/LBase excess -2 s/d +2Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan PenanganannyaFaktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :1. Konsentrasi ion hidrogen [H+]2. Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]3. pCO2Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam basa :Bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun disebut asidosisBila konsentrasi H+ turun, maka pH naik alkalosis- Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan metabolik- Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan respiratorikDari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :1. Asidosis metabolik2. Asidosis respiratorik3. Alkalosis metabolik4. Alkalosis respiratorikAsidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.5AsidosisAsidosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri dibawah 7.4. Asidosis ini terbagi menjadi dua jenis yaitu Asidosisrespiratorik dan asidosis metablolik.5a. Asidosis respiratorikSecara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2dalam darah. Hal ini terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO2akan mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi H2CO3dan H+.Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu;1. Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata2. Gangguan pada otot-otot pernapasan3. Gangguan pertukaran gas4. Obstruksi sel-sel napas baik atas akutKompensasi yang terjadi dalam tubuh untuk mengurangi PCO2yaitu pertama dengan cara meningkatkan ventilasi alveoli. Dengan peningkatan ventilasi alveoli ini tubuh akan membuang kelebihan CO2yang berlebih. Kompensasi selanjutnya yaitu dengan cara peningkatan HCO3-plasma yang disebabkan oleh penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan HCO3-membantu mengimbangi peningkatan PCO2, sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.Mekanisme penurunan H+ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara langsung terhadap peningkatan PCO2darah. Peningkatan PCO2akan meningkatkan PCO2sel tubulus, menyebabkan peningkatan pembentukan H+dalam sel tubulus, yang kemudian merangsang sekresi H+lebih banyak.6b. Asidosis metabolikPada asidosis metabolik, kelebihan H+melebihi HCO3-yang terjadi di dalam cairan tubulus secara primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO3-. Penurunan ini dikarenakan penurunan konsentrasi HCO3-cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO3ini dapat dikarenakan hilang melalui ekresi ginjal maupun karena diare.Selain karena penurunan kadar HCO3-, asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh penambahan asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI. Penambahan asam ini akan meningkatkan kadar H+secara langsung. Inti dari penyebab asidosis metabolik yaitu terjadi penurunan rasio HCO3-/H+. baik terjadi kekurang HCO3-maupun peningkatan H+.Kompensasi yang terjadi dalam tubuh paling primer yatiu dengan peningkatan ventilasi alveoli. Peningkatan ini akan mengurangi PCO2dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel, membantu memperkecil penurunan awal konsentrasi HCO3-ekstrasel, serta meningkatakan ekskresi ion H+untuk mengurangi kadar ion H+di CES.6Alkalosisalkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri diatas 7.4. Alkalosis ini terbagi menjadi dua jenis yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik.a. Alkalosis respiratorikHal ini merupakan kebalikan dari asidosis respiratorik. Terjadi akibat hiperventilasi alveolar yang menyebabkan PCO2turun secara drastis. Selain terjadi karena rangsangan saraf pusat, seperti hiperventilasi psikogenik, keadaan hipermetabolik, ataupun karena gangguan CNS, dapat juga karena hipokisia. Hipoksia ini dapat berupa pneumonia, gagal jantung kongestif, fibrosis paru, ataupun tinggal di tempat tinggi yang kadar o2nya rendah. Dikarenakan organ tubuh kekurangan o2maka secara fisiologis tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan cara meningkatkan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan o2, namun hal ini menyebabkan banyak CO2banyak keluar dari tubuh.Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan menurunkan ventilasi alveoli. Dengan penurunan ventilasi ini diharapkan kadar CO2di darah meningkat, sehingga dapat menurunkan pH. Mekanisme peningkatan H+ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara langsung terhadap penurunan PCO2darah. Penurunan PCO2akan menurunkan PCO2sel tubulus, menyebabkan mengurangi pembentukan H+dalam sel tubulus, yang kemudian penurunan sekresi H+. Dengan penurunan ekresi ini berarti H+yang direabsorbsi akan meningkat, sehingga kadar H+didalam darah meningkat.Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO3-. Dimana dengan peningkatan eksresi HCO3-akan mengakibatkan banyak ion H+yang tidak berikatan yang nantinya akan direabsobsi tubulus yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan peningkatan konsentrasi H+di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah.5b. Alkalosis metabolikSeperti dijelaskan diatas tentang asidosis metabolik yang penyebab intinya yaitu karena terjadi penurunan rasio antara HCO3-/H+. Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu terjadi peningkatan rasio antara HCO3-/H+. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya yaitu peningkatan konsentrasi HCO3-dan/atau penurunan konsentrasi H+.Hal hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO3-salah satunya karena konsumsi bikarbonat yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang berlebihan.Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H+turun diantaranya yaitua. Pemberian diuretika(kecuali penghambat karbonik anhidrase)Dengan penambahan obat diuretic akan menyebabkan aliran cairan di tubulus lebih cepat, sehingga reabsobsi Na+meningkat. Karena peningkatan reabsobsi Na+selalu berpasangan dengan sekresi H+, maka sekresi H+meningkat pula. Selain itu reabsopsi bikarbonat meningkat pula seiring dengan peningkatan ekskresi H+b. Kelebihan alddosteronSalah satu fungsi aldosteron yaitu meningkatkan reabsopsi Na+. seperti yang dijelaskan diatas, terjadi juga alkalosis. Walaupun alkalosis yang disebabkan karena peningkatan aldosteron merupakan alkalosis ringan.c. MuntahMuntah menyebabkan banyak HCl lambung keluar dari tubuh. Dengan demikian, banyak ion H+yang hilang dari tubuh. Alkalosis jenis ini banyak ditemukan pada neonates yang mengalami obstruksi pylorus akibat hipertrofi sfingter pylorus.Kompensasi primermya yaitu dengan penurunan ventilasi, yang meningkatkan PCO2,dan peningkatan ekskresi HCO3-oleh ginjal, yang membantu mengompensasi peningkatan awal konsentrasi HCO3-CES.6Hubungan Sinus Maxillaris dengan GigiSinusitis bisa terjadi pada masing-masing sinus tersebut tetapi yang paling sering terkena adalah sinus maksilaris. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus yang terbesar dan dasarnya mempunyai hubungan dengan dasar akar gigi, sehingga dapat berasal dari infeksi gigi. Sinusitis maksilaris lebih disebabkan oleh masalah gigi atau disebut dengan sinusitis dentogen. Ini merupakan peradangan pada sinus maksilaris yang berasal dari infeksi gigi. Penyebabnya karena ada gigi ganggren (rusak/luka) pada sisi yang sama dengan sinus. Perjalanan sinusitis dentogen ini dimulai dari kerusakan gigi akibat gigi yang tidak dirawat dengan baik sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi yang tidak ditangani menyebabkan penyebaran infeksi, dan sinus maksilaris merupakan salah satu tempat penyebaran karena letaknya sedikit di atas gigi.7Kesimpulan Berdasarkan dari skenario 6 seorang laki-laki yang mengalami sakit kepala dan adanya cairan yang keluar dari tenggorokkan, berhubungan dengan sinus paranasalis yang terdiri dari 4 sinus yaitu, sinus maxillaris, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus frontalis. Selain itu juga berhubungan dengan sistem pernapasan dan mekanisme transpor gas dimana nantinya akan berhubungan dengan keseimbangan asam-basa.Daftar Pustaka1. Moore, keith l, Anne , et al. 2002.Anatomi klinis dasar.Jakarta : Hipokrates.2. Sugiarto B.Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat.Jakarta:Buku kedokteran EGC;2003.h.137-383.Muttaqin A.Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta:Salemba medika;2005.h.3-9,17-204.Aryulina D,Muslim C.Manaf S, Winarni EW.Biologi SMA dan MA untuk kelas XI. Jakarta:Erlangga;2006.h. 194-55.Horne M M,Swearingen P L.Keseimbangan cairan,elektrolit & asam basa.Jakarta:Buku kedokteran EGC;2001.h.135-456.Pristiwadi E.Asidosis dan alkalosis.Diunduh dari www.zonacahaya.wordpress.com, 16 Mei 20147.Dendy, Simandjuntak R.Infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis.Diunduh dari www.doktersehat.com, 19 Mei 2014

1 | Page