blok 13 skenario 3 pbl5 yan lewis
DESCRIPTION
Promosi KesehatanTRANSCRIPT
Promosi Kesehatan
A. Definisi
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha
untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan
promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan
yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal,
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green (cit, Notoatmodjo,
2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).
B. Visi
Visi dari promosi kesehatan, sesuai dengan Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia
yaitu UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, adalah “Meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya dari segi fisik, mental, dan sosial
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.”
C. Misi
1. Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan.
2. Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan.
3. Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri.
D. Level Promosi Kesehatan
1. Individu
Fokus pada informasi, modeling, pendidikan, training
Meningkatkan pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan praktek untuk perilaku
tertentu
2. Organisasi
Fokus pada perubahan organisasi
Konsultasi, perubahan kebijakan organisasi, mendorong praktek anggota yang
lebih sehat
3. Aksi Lingkungan dan Perubahan Sosial
Fokus pada perubahan lingkungan dan sosial
Untuk perubahan organisasi/redistribusi sumber daya
4. Advokasi publik
Fokus pada legislatif, anggaran, dan institusional yang mempengaruhi level
individu, organisasi, dan sosial.
E. Strategi dan sasaran promosi kesehatan
Strategi promosi kesehatan menurut WHO (1984):
1. Advokasi (advocacy)
Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan.
2. Dukungan sosial (social support)
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat.
3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya.
Strategi promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986):
1. Kebijakan berwawasan kesehatan
2. Lingkungan yang mendukung
3. Reorientasi pelayanan kesehatan
4. Keterampilan individu
5. Gerakan masyarakat
Strategi Sasaran Hasil Tatanan
Advokasi
Sasaran tersier:
DPRD, Kepala
Daerah
Kebijakan:
Berwawasan
Kesehatan Rumah tangga
Institusi
Pendidikan
Tempat kerja
Tempat umum
Sarana kesehatan
Dukungan Sosial
Sasaran sekunder:
Tokoh masyarakat,
PKK, Kader
Kemitraan dan
Opini
Pemberdayaan
Masyarakat
Sasaran primer:
- Individu
- Unit kerja
Gerakan Masyarakat
Mandiri
F. Ruang lingkup promosi kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan didasarkan pada 2 dimensi, yaitu:
1. Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran: Kelompok orang sehat.
Tujuan: Agar kelompok tersebut mampu meningkatkan kesehatannya.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Sasaran: Kelompok orang sehat dan kelompok high risk (ibu hamil, bayi, dll).
Tujuan: Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit.
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran: Para penderita penyakit, terutama penyakit kronis (DM, hipertensi).
Tujuan: Mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah.
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Sasaran: Para penderita penyakit yang baru sembuh (recovery) dari suatu
penyakit.
Tujuan: Agar mereka dapat segera pulih kembali kesehatannya dan untuk
mengurangi kecacatan seminimal mungkin.
2. Dimensi Tempat Pelaksanaan atau Tatanan (Setting)
a. Tatanan RT
b. Tatanan Sekolah
c. Tatanan Tempat Kerja
d. Tatanan Tempat Umum
e. Tatanan Institusi Pelayanan Kesehatan
G. Metode
Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan individual,
kelompok dan massa (publik).
1. Metode Promosi Individual (Perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi
akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi tetanus
toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu
hamil segera imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan di sini tidak
hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga
kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya
maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok yang besar
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu metode akan
tergantung pula besarnya sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan
itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara
lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode
ceramah antara lain:
Persiapan:
1. Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasaai
materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri.
2. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi
kalau disusun dengan diagram atau skema.
3. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-
ragu dan gelisah.
2. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
3. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
4. Berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk.
5. Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)
dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara
lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus
merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus
sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup
maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian
rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompk. Bedanya, pada
permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan
kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari siapapun. Baru
setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang
5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya
sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak
sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan
anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas.
f. Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk
arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain,
dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3. Metode Promosi Kesehatan Massa
Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang
paling tepat ialah pendekatan massa. Oleh karena sasaran promosi ini bersifat
umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka
pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan
perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau
melalui media massa.
Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa ini, antara lain:
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional,
Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan
massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB
juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik,
baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi
kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga
merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit
adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh :
billboard “Ayo ke Posyandu.”
H. Media Promosi Kesehatan
Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya
yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan
yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya perilaku
yang positif.
a) Tujuan Media Promosi Kesehatan
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam
pelaksanaan Promosi Kesehatan antara lain adalah:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.
b) Penggolongan Media Promosi Kesehatan
Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara
lain:
1) Berdasarkan bentuk umum penggunaannya:
Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi kesehatan,
dibedakan menjadi:
a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin,
dan sebagainya.
b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film,
dan seterusnya.
2) Berdasarkan cara produksi:
Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media
cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Adapun macam-macamnya adalah:
1. Poster,
2. Leaflet,
3. Brosur,
4. Majalah,
5. Surat kabar,
6. Lembar balik,
7. Stiker,
8. Pamflet, dan sebagainya.
b. Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun
macam-macam media tersebut adalah:
1. TV,
2. Radio,
3. Film,
4. Video film,
5. Cassette,
6. CD,
7. VCD, dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan media elektronik.
1) Kelebihannya:
Sudah dikenal masyarakat
Mengikutsertakan semua pancaindera
Lebih mudah dipahami
Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
Bertatap muka
Penyajian dapat dikendalikan
Jangkauan relatif lebih besar
Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
2) Kelemahannya:
Biaya lebih tinggi
Sedikit rumit
Perlu listrik
Perlu alat canggih untuk produksinya
Perlu persiapan matang
Peralatan selalu berkembang dan berubah
Perlu keterampilan penyimpanan
Perlu terampil dalam pengoperasian
c. Media luar ruang, yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara
umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya
1. Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di
perjalanan.
2. Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat
di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu
tempat strategis agar dapat dilihat oleh semua orang.
3. Pameran
4. Banner
5. TV layar lebar.
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang:
1) Kelebihannya:
Sebagai informasi umum dan hiburan
Mengikutsertakan semua pancaindera
Lebih mudah dipahami
Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
Bertatap muka
Penyajian dapat dikendalikan
Jangkauan relatif lebih besar
2) Kelemahannya:
Biaya lebih tinggi
Sedikit rumit
Ada yang memerlukan listrik
Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya
Perlu persiapan matang
Peralatan selalu berkembang dan berubah
Perlu keterampilan penyimpanan
Perlu keterampilan dalam pengoperasian
Daftar Pustaka
Anonymus. Promosi Kesehatan. [Online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20152/4/Chapter%20II.pdf (Diakses
tanggal 17 September 2013)
DepKes RI, 2000. Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia. Jakarta
Green, Lawrence W. Marshall W. Kreuter, 2000. HEALTH PROMOTION PLANNING. An
Educational and Environmental Approach, 2nd edition. Mayfiled Publishing Company:
London.
Kairupan, Tara. et al, 2009. Metode dan Media Promosi Kesehatan. [Online].
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/76308269?
extension=pdf&ft=1379495600<=1379499210&user_id=57707524&uahk=g7Gp1U7V
VmK1kGBqjRwQxyPetDU (Diakses tanggal 17 September 2013)
Purwaningsih. Konsep Promosi Kesehatan. [Online]
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/promosi%20kesehatan2.pdf (Diakses tanggal 17
September 2013)
WHO, Pan American Health Organization, 1996. Health Promotion: An Anthology. Pan
American Sanitary Bureau, Regional Office of the WHO. Washington, D.C.20037: USA.