blok 10 traktus urogenitalis
DESCRIPTION
makalah blok 10TRANSCRIPT
Struktur, Fungsi Dan Mekanisme Ginjal
Erika Sthefanny Adam
102011170
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Pendahuluan
Ginjal, ginjal sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia daqlam proses ekskresi cairan
tubuh. Ginjal merupakan organ kecil yang bekerja sangagt luar biasa dengan unit fungsionalnya atau
disebut nefron. Nefron melakukan tugasnya dengan sangat luar biasa. Mulai dari filtrasi, rabsorbsi,
sampai sekresi dan terjadilah urin yang siap di keluarkan ke luar tubuh.
Pembahasan
Makroskopis Ginjal
Secara umum ginjal terletak di belakang peritoneum pada
bagian belakang rongga abdomen, letak ke dua ginjal berbeda satu
sama lain. Ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri karena
pada bagian atas ginjal kanan terdapat hepar. Setiap ginjal di
selubungi oleh lapisan. Lapisan pertama , capsula fibrosa yang
hanya menutupi ginjal, dan bersifat sangat tipis dan mudah lepas,
selanjutnya capsula adiposa lapisan yang menutupi ginjal dan
glandula ginjal, pada lapisan ini banyak terdapat lemak, yang
terakhir fascia renalis yang membungkus ginjal . pada fascia renalis ini sering terjadi ascending
infection dimana fascia renalis terbuka kearah distal. Selain itu ada fascia adiposa yang
mempertahankan kedudukan dari ginjal, pada permukan ini sering terjadi kekendoran sehingga
1
menyebabkan ginjal turun, keadaan ini biadsa terjadi pada grande multipara yang istilahnya
nephrotosis.1
Bagian -Bagian Ginjal
1. Cortex renalis, terdiri dari glomerulus dan
pembuluh darah. Di dalam glomerulus , darah di
saring dan di salurkan ke dalam medulla ginjal.
2. Medula renalis, pada daerah ini dapat di jumpai ;
a) Papila renalis, yang di sebut pyramid
renalis (malphigi),
b) Ductus papilares (belini), saluran yang
menembus papila
c) Papila renalis menonjol ke dalam
calyx minor, terdapat 2-4 calyx minor, dan calyx minor ini akan membentuk calyx
major.
d) Bebrapa calyx major bergabung menjadi pylum, atau pelvis renalis, kemudian
menjadi ureter.
e) Ruangan tempat calyx di sebut sinus renalis.
Pendarahan Pada Ginjal
Ginjal di pendarahi oleh A. Renalis, yang berasal dari aorta Abdominalis. Perjalanan
pendarahan di ginjal sebagai berikut;
Arteri renalis di percabangkan oleh aorta abdominalis setinggi vertebra Lumbal 1-2. Arteri renalis
kanan lebih panjang dari a. Renalis kiri karena , arteri renalis kanan berjalan menyilang vena cava
inverior dibelakangnya. Arteri renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus renalis
mempercabangkan dua cabang besar. Cabang yang pertama berjalan kedepan ginjal dan
memperdarahi ginjal bagian depan, yang satunya ke arah belakang ginjal. Arteri renanalis depan dan
belakang bertemu dilateral pada garis tengah ginjal (broedel). Pada pembedahan ginjal bila
dilakukan pada garis broedel bisa mengakibatkan pendarahan minimal. Dari arteri renalis berjalan
2
diantara lobus ginjal dan bercabang menjadi arteri interlobaris. Arteri interlobaris berada pada
perbatasan cortex dan medula bercabang menjadi arteri arcuata yang akan mengelilingi cortex dan
medula sehingga disebut arteri arciformis. Arteri arcuata mempercabangkan arteri interlobularis dan
berjalan sepanjang tepi ginjal (cortex), kemudian mempercabangkan vasa afferens (glomerulus),
vasa afferens seperti anyaman rambut disebut tubuli contorti.1
Pada ginjal pembulu balik mengikuti nadinya mulai dari permukaan ginjal sebagai kapiler
dan kemudian berkumpul ke dalam vena interlobaris (Vv stellatae/verheyeni). Dari vena
interlobularis berjalan ke vena arcuata lanjut ke vena interlobaris menuju vena renalis dan bermuara
pada vena cava inverior.
Glandulae Suprarenalis
Glandulae suprarenalis merupakan kelenjar endokrin yang terletak superomedia terhadap
ginjal. Glandulae suprarenalis dextra berbentuk pyramid dan terletak diantara diaphragma dan lobus
dexter hepatis. Glandulae suprarenalis sinistra lebih pipih dan berbentuk bulan sabit.
Glandulae suprarenalis sinistra terletak di trepi media ginjal, diatas a.v renalis, dengan kutup
superior menyentuh lien. Gl. Suprarenalis dibungkus oleh fascia renalis, tetapi tidak mengikuti
gerakan ginjal pada waktu respirasi.
Glandulae suprarenalis mendapatkan pendarahan dari A.suprarenalis superior (cabang dari A.
Phrenika inverior), A. Suprarenalis media (cabang aorta apdominalis), A. Suprarenalis inverior
(cabang A.renalis). Sedangkan pembuluh baliknya melalui beberapa vena-vena kecil mengikuti
pembeluh nadinya. Vena suprarenalis dextra kadang-kadang bermuara pada vena cava inferior,
sedangkan v.suprarenalis sinistra bermuara pada vena renalis sinistra dan biasanya membentuk satu
saluran dengan vena phrenica inferior.2
Mikroskopis Ginjal
Pelvis renalis
3
Disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.
Pelvis renalis bercabang menjadi calix major, yang lalu selanjutnya bercabang kembali menjadi
calix minor.
Medula
Terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan
tubukus pengumpul (ductus colligent).
Korteks
Bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus
dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
Columna renalis
Bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis
Bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis
Bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis
Bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.
Nefron
Sebagai unit satuan ginjal secara histologi disusun atas
Kapsul bowman
Tubulus kontortus proksimal
epitel kuboid rendah, inti bulat, inti sel dgn jarak berjauhan, lumen tdk jelas krn tdp brush
border
Ansa Henle, terdiri atas :
Segmen tebal desenden (STD) = Tubulus rektus proksimal (mirip tubulus kontortus proksimal)
Segmen tipis ansa henle (ST)
Segmen tebal asenden (STA) = Tubulus rektus distal (mirip tubulus kontortus distal)
Tubulus kontortus distalis
4
inti banyak, dekat, basofil (biri), lumennya jelass, kemudian semua berakhir menuju duktus
koligens
aparatus/ kompleks juxtaglomerulus
Terletak di atas badan malpighi dan terdiri atas sel-sel juxtaglomerulus yang menghasilkan
renin dan sel-sel mesangial ekstraglomerular/ sel polkisen/sel lacis yang mungkin menghasilkan
eritropoetin.
Makula densaà sbg sensor osmolaritas cairan di dlm tub distal.3
Fisiologi dan mekanisme kerja ginjal
Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis. Lapisan luar terdapat korteks
renalis dan lapisan sebelah dalam disebut medula renalis. Didalam ginjal terdapat nefron yang
merupakan bagian terkecil dari ginjal. Nefron terbentuk dari 2 komponen utama yaitu Glomerulus
dan kapsula Bowman’s sebagai tempat air dan larutan difiltrasi dari darah, dan Tubulus yaitu tubulus
proksimal, ansa henle, tubulus distalis dan tubulus kolagentes yang mereabsorpsi material penting
dari filtrat yang memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang tidak dibutuhkan untuk tetap
dalam filtrat dan mengalir ke pelvis renalis sebagai urin. Ginjal diperkirakan mempunyai 1.000.000
nefron sebagai unit fungsional yang mengatur mekanisme kerja ginjal.4
Selain berfungsi membentuk urin, Fungsi ginjal juga meliputi:
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin atau racun
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat didalam tubuh
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Ketiga proses kerja ginjal yang berperan didalam pembentukan urin.
1. Filtrasi
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam
Glomerulus, sehingga disebut Filtrasi Glomerulus.
5
Filtrasi Glomerulus merupakan langkah pertama didalam pembentukan Urin pada manusia.
Membran Glomerulus seratus kali lipat lebih permeabel daripada kapiler-kapiler di tempat lain.
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi
filtrasi glomerulus.
Mekanisme kerja Filtrasi Glomerulus :
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-protein menembus
kapiler glomerulus kedalam kapsul Bowman. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul
Bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk membran glomerulus :
1. Dinding kapiler Glomerulus
2. Lapisan gelatinosa aseluler = Membran basal ( basement membrane ).
3. Lapisan dalam kapsul Bowman.
Secara kolektif, ketiga-3 lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel
darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H2O dan zat terlarut lain yg memiliki ukuran
molekul lebih kecil. Melalui Filtrasi Glomerulus, setiap hari terbentuk rata-rata 180 liter ( sekitar
47,5 galon ) filtrat glomerulus. Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat
bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan bahan yang bersifat
selektif dari bagian dalam tubulus ( lumen tubulus ) ke dalam darah ini disebut reabsorpsitubulus.
2. Reabsorpsi
Reabsorpsi ini terjadi di tubulus, reabsorpsi tubulus bersifat sangat selektif, bervariasi, dan sangat
luar biasa. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler
peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma
yang difiltrasi setiap hari, rata-rata 178,5 liter diserap kembali dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir
ke pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Semua konstituen plasma, kecuali protein, secara
nondiskriminatif difiltrasi bersama-sama melintasi kapiler glomerulus.
Mekanisme Reabsorpsi Tubulus :
Reabsorpsi tubulus melibatkan transportasi Transepitel.
Ada 5 langkah yang terjadi didalam reabsorpsi tubulus transepitel, yaitu :
1. Bahan-bahan yang akan direabsorpsi kecuali H2O harus meninggalkan cairan tubulus dengan
melintasi membran luminal sel tubulus.
6
2. Bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
3. Bahan tersebut harus menyeberangi membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium.
4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan intertisium.
5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.
Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus yaitu :
1. Reabsorpsi Aktif : memerlukan energi.
2. Reabsorpsi Pasif : Tidak memerlukan energi.
Secara umum, zat-zat yang perlu disimpan oleh tubuh akan secara selektif direabsorpsi, sedangkan
zat-zat yang tidak dibutuhkan dan perlu dieliminasi akan tetap berada didalam urin.
3. Sekresi.
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke
dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam tubulus ginjal.
Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi tubulus dapat
dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh.
Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan
tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.
Mekanisme Kerja sekresi Tubulus :
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus, tetapi
langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif.
Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium
(K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa senyawa yang asing
bagi tubuh.
Sekresi Ion Hidrogen.
Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh.
Sekresi ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai
bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulusproksimal dan secara aktif disekresi di
tubulus distal dan pengumpul.
7
Sekresi anion dan kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi
anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik.4
Hormone ginjal
Ada 3 hormon utama yang diproduksi oleh ginjal, yaitu
1. Renin – yaitu hormon yang terkait dengan tekanan darah.
2. Erythropoetin – yaitu hormon yang membantu pembuatan sel darah merah. Penderita gagal
ginjal biasanya kekurangan sel darah merah (anemia) yang menyebabkan keletihan serta
dapat merusak hati, sehingga penderita biasanya membutuhkan injeksi erythropoetin.
3. Calcitriol – yaitu hormon yang membantu tubuh menyerap kalsium pada makanan. Tanpa
bantuan hormon tersebut, tubuh akan mengambil kalsium dari tulang yang mana untuk
jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan penyakit tulang.5
Autoregulasi Ginjal.
Perubahan arteri menyebabkan perubahan jelas dalam pengeluaran urin, tekanan ini dapat
berubah dari sekecil 75 mmHg sampai setinggi 160 mmHg. Hal ini menyebabkan perubahan yang
sangat kecil atas laju filtrasi glomerolus. Karena nefron memerlukan laju filtrasi glomerolusyang
optimum jika ia melakukan fungsinya. Laju filtrasi glomerolus lebih besar atau kecil 5 % dapat
menyebabkan pengaruh yang besar yaitu kehilangan cairan yang berlebihan kedalam urin. Ekskresi
produk – produk sisa yang diperlukan terlalu kecil.
Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen.
Mekanisme umpan balik vasokontriktor arteriol aferen.
Mekanisme autoregulasi laju filtrasi glomerolus – umpan balik
tubuloglomerolus mungkin timbul seluruhnya atau hampir seluruhnya pada kompleks
justaglomerolus yang mempunyai sifat laju filtrasi glomerolus yang rendah memungkinkan
reabsorpsi klorida yang berlebihan didalam tubulus sehingga menurunkan konsentrasi ion klorida,
pada makula densa.
8
Sistem Renin – Angiotensin.
Renin adalah enzim proteolitik yang dihasilkan dan dilepaskan oleh ginjal dalam berespon terhadap
penurunan perfusi ginjal atau peningkatan rangsang sistem saraf simpatis. Renin bekerja pada
angiotensinogen untuk menghasilkan angiotensin I, yang diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor poten. Angiotensin II selanjutnya, menstimulasi pelepasan aldosteron. Obat – obatan
antihipertensi tertentu sebagian bertindak dengan mencegah perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II.
Pengaruh ADH.
ADH adalah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disekresi kedalam sirkulasi umum oleh
kelenjar hifofisis posterior. Hormon bekerja pada duktus koligentes ginjal untuk meningkatkan
reabsorpsi air dan memungkinkan ekskresi urine yang pekat. Faktor – faktor yang meningkatkan
pelepasan ADH :
Peningkatan osmolalitas plasma yang dideteksi oleh osmoreseptor yang terletak didalam
hipotalamus.
Penurunan volume sirkulasi efektif yang dideteksi oleh reseptor volume yang terletak didalam
sistem pembuluh darah pulmoner dan atrium kiri.
Penurunan tekanan darah yang dideteksi oleh baroreseptor
Stres dan nyeri.
Obat – obatan, termasuk morfin dan barbiturat.
Pembedahan dan anastetik tertentu.
Ventilator tekanan positif.
Faktor – faktor yang menurunkan pelepasan ADH :
Penurunan osmolalitas plasma.
Peningkatan volume sirkulasi efektif.
Peningkatan tekanan darah.
Obat – obatan, termasuk fenitoin dan etil alkohol.
9
ADH juga adalah vasokonstriktor arteri yang bekerja untuk meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan tahanan vaskular. ADH diatur secara utama oleh perubahan pada osmolalitas plasma
dan volume sirkulasi efektif. Faktor – faktor tambahan yang mempengaruhi pelepasan ADH adalah
emosi dan obat – abatan.
Peran Aldosteron.
Aldosteron adalah hormon mineralkortikoid yang dilepaskan oleh korteks adrenal, yang bekerja pada
bagian distal dari tubulus ginjal untukmeningkatkan reabsorpsi natrium dan sekresi serta ekskresi
kalium dan hidrogen. Karena retensi natrium menimbulkan retensi air, aldosteron bekerja sebagai
pengatur volume. Faktor – faktor yang meningkatkan pelepasan aldosteron termasuk hal berikut :
Peningkatan kadar renin.
Peningkatan kadar kalium plasma.
Penurunan kadar natrium plasma.
Peningkatan kadar ACTH.6
Keseimbangan asam basah pada ginjal
Ginjal mengatur konsentrasi ion Hidrogen dengan meningkatkan dan menurunkan ion bikarbonat di
dalam cairan tubuh. Untuk mengatur hal tersebut terjadi serangkaian kompleks di tubulus ginjal
yaitu :
1. Sekresi ion hidrogen
2. Reabsorpsi ion natrium
3. Reabsorpsi ion bikarbonat
4. Sistem dapar fosfat
5. Sistem dapar ammonia.
1. Seksresi ion hidrogen oleh tubulus ginjal
Sel-sel tubulus proksimal, distal, dan duktus koligens dapat mengekskresikan ion hidrogen kedalam
lumen tubulus. Proses sekresi mulai dengan penggabungan CO2 dengan molekul H2O menjadi
H2CO3 dengan pengaruh enzim anhidrase karbonat. H2CO3 berdisosiasi menjadi ion bikarbonat
10
dan ion hidrogen. Ion hirogen disekresi secara transpor aktif melalui membran sel tubulus ke dalam
lumen.
Didalam lumen tubulus, sekresi ion hidrogen dapat terjadi sampai pH cairan tubulus mencapai 4,5
yang merupakan batas kemampuan epitel tubulus melakukan sekresi ion hidrogen. Bila tidak
terdapat sistem dapar yang mengikat ion hidrogen, maka limit pH ini akan cepat tercapai dan sekresi
ion hidrogen akan berhenti.
2. Reabsopsi ion natrium
Ion natrium direabsorpsi dari lumen tubulus bersamaan dengan sekresi ion hydrogen.
3. Reabsorpsi ion bikarbonat
Ion bikarbonat tidak dapat diserap melalui tubulus ginjal karena merupakan ion besar. Oleh karena
itu, terjadi reaksi dahulu dengan ion hidrogen yang disekresikan kedalam lumen tubulus membentuk
H2CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O. H20 menjadi bagian dari filtrat tubulus
sedangkan CO2 berdifusi melalui membran sel masuk ke sel tubulus bergabung dengan mol H20
membentuk H2CO3 dan membentuk ion bikarbonat baru. Dalam keadaan normal, pada proses
metabolisme seseorang, dibentuk ion hidrogen sedikit lebih, sehingga ion hidrogen sedikit lebih
banyak daripada ion bikarbonat dilumen tubulus sehingga ion bikarbonat tidak ada yang tersisa
untuk dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu pH urine akan keadaan normal sedikit asam (pH =
6,5).7
Ginjal dan Metabolisme air
Makhluk hidup sangat membutuhkan air, tubuh kita 80% terdiri dari air. Tanpa air manusia
tidak akan bisa bertahan hidup.
Di glomerulus, air dan ion difiltrasi secra bebas . seiring filtrat yang bergerak di sepanjang
tubulus. ,ion direabsorbsi dan air mengikutinya secara osmosis. Reabsorbsi air dipengaruhi oleh
permeabilitis epitel tubulus terhadap air dan gradien osmotik di kedua sisi epitel. Air meninggalkan
dan memasuki sel melalui kanal air aquaporin(AQP).
11
Cairan dalam tubuh kita terdiri dari 45% cairan ekstrasel dan 55% cairan intrasel, dimana
cairan ekstrasel terdiri dari plasma (7.5%) yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah, cairan
intertestianal dan cairan limfe (20%) yang ada diluar sel, cairan dalam tulang dan jaringan ikat padat
(15%) yang bersifat avaskuler, dan cairan transeluler (2,5%) yang terkumpul oleh transport dan
keaktifan sekresi.
Tubuh dapat kehilangan air melalui urin dan fese, juga dapat berupa keringat atau penguapan
yang tidak terlihat dikulit atau paru-paru bersama udar ekspirasi. Input air kedalam tubuh dalam
bentuk H2O sekitar 2500ml, dari hasil oksidasi makanan sekitar 300 ml, dan output air ada 4 jalan
melalui kulit (keringat yang terlihat dan penguapan yang tak terlihat), melalui paru (insensible loss),
melalui ginjal (urin), usus (faces). Dalam keadaan normal input air = output air, bila input air <
output air bisa terjadi dehidrasi. Dalam keadaan sakit, output air meningkat, seperti penyakit ginjal
dimana daya pemekatan turun, operasi dan demam (insensible loss meningkat), diare, muntah.
Selain itu, Na+ dan K+ mempunyai peranan dalam mengontrol total body water, dan
menentukan arah pergeseran cairan dari satu ruang ke ruang lain. K+ banyak hilang pada keadaan
muntah, diare, dan gastic suction. Selain itu kekurangan K+ menyebabkan alkalosis.
Akibat fatal yang tejadi adalah dehidrasi. Dehidrasi ada macam, hipertonik, hipotonik, dan
isotonik. Akibat dehidrasi ialah terjadi perubahan keseimbangan air, dan perubahan keseimbangan
elektrolit.7
1. Dehidrasi hipertonik: terjadi kehilangan air lebih banyak dari pada elektrolit, sehingga cairan
ekstrasel hipertonik dan cairan intrasel keluar, dan bagian intrasel mengalami dehidrasi.
Gejala dehidrasi ini ialah haus,muntah, badan panas dan kering, urinsedikit dan pakat. Dan
dapat di atasi dengan pemberian air dan larutan dekstrosa intravena sampai gejala hilang dan
volume urin normal.
2. Dehidrasi hipotonik: terjadi kekurangn elektrolit lebih besar kekurangan air. Keadaan ini
terjadi karena terlalu banyak minum, pemberian larutan intervena tanpa elektrolit, akibatnya
cairan ekstrasel menjadi hipotonik sedangkan cairan intrasel hipertonik terhadap ekstrasel
sebab itu air masuk ke sel menjadi odema intrasel. Pada keadaan volume cairan ekstrasel
menurun, volume darah juga menurun, tekanan darah menurun sehingga sirkulasi lambat
terjadi gangguan fungsi ginjal yaitu gangguan keseimbangan asam basa. Pada pemeriksaan
12
lab, keadaan ini memperlihatkan Hb meningkat, protein plasma meningkat, Na+ dan Cl
plasma menurun.
3. Dehidrasi isotonik yaitu kehilangan cairan gastrointestinal yang berlebihan. Gejala dehidrasi
ini ialah kehilangan berat badan dalam waktu singkat, turgur kulit menurun, mata cekung,
kulit keirng, bdan panas. Pada dehidrasi ini<bila berat badan bertambha9cepat naik) disebut
oedema. Pada dehidrasi ini juga menyebabkan munta dan BAB sehingga cairan lambung /
usus yang mengandung banyak elektrolit hilang berlebihan, sehingga kekurangan air +
elektrolit.7
13
Kesimpulan
Masing-masing ginjal terdiri dari korteks bagian luar dan medula bagian dalam. Ginjal berfungsi
membentuk urin dengan komposisi plasma yang sudah tidak di butuhkasn tubuh. Unit fungsional
ginjal yang membentuk urin ialah nephron, yang terdiri dari komponen vaskular dan melakukan
mekanisme fungsinya yaitu melakukan filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Dan bila ada keadaan
terganggu, tubuh bisa mengalami dehidrasi yang bisa berakibat fatal. Karena itu ginjal menjaga dan
mempertahnkan keseimbangan cairan tubuh kita.
Daftar pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. ECG. Jakarta, 2004. Hal 318-29
2. Anderson PD. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC;2000.h.14-21
3. Fawcet DW. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. Jakarta : EGC;2002.h.650-70
4. Ethel Sloane, Anatomy & Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC;2004.h.318-329
5. Koesrianto. Anatomi dan fisiologi. Alfabeta. Bandung, 2012 Mei.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Ed 6th. ECG. Jakarta,2009. Hal 553-79
7. Campbell NA, Reece JB.biokimia. Jakarta.h.156
14