blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/bab-2-kuan.docx · web viewadapun cara yang...

126
BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF A. Format dan Langkah-Langkah Penelitian Pendekatan penelitian kuantitatif dapat dipilah menjadi dua format penelitian yaitu format deskriptif dan eksplanatif (Bungin, 2008). Penelitian dengan format deskriptif bertujuan menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Format penelitian deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus dan survei. Penelitian dengan format deskriptif studi kasus berciri (1) memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai variabel yang selanjutnya memungkinkan dapat mendalam dan masuk ke dalam sasaran sasaran penelitian dan (2) merupakan penelitian eksploratif yang memainkan peran amat penting dalam menciptakan pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial. Penelitian dengan format deskriptif survei berciri adanya penyebaran di permukaan yang sangat ditonjolkan pada hampir semua pengungkapannya dengan populasi yang luas sehingga tidak dapat mncapai data yang mendalam. Namun demikan, format ini memungkinkan peneliti dapat menggeneralisasikan suatu gejala sosial atau variabel sosial tertentu. Selain itu, peneliti tidak dapat mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti, karena responden sebagai kesatuan yang utuh tenggelam dalam analisis wajah keseluruhan populasi bukan wajah kasus-perkasus.

Upload: others

Post on 12-Sep-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF

A. Format dan Langkah-Langkah Penelitian

Pendekatan penelitian kuantitatif dapat dipilah menjadi dua format penelitian yaitu

format deskriptif dan eksplanatif (Bungin, 2008). Penelitian dengan format deskriptif

bertujuan menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel

yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Format penelitian deskriptif dapat

dilakukan pada penelitian studi kasus dan survei.

Penelitian dengan format deskriptif studi kasus berciri (1) memusatkan diri pada suatu

unit tertentu dari berbagai variabel yang selanjutnya memungkinkan dapat mendalam dan

masuk ke dalam sasaran sasaran penelitian dan (2) merupakan penelitian eksploratif yang

memainkan peran amat penting dalam menciptakan pemahaman orang tentang berbagai

variabel sosial. Penelitian dengan format deskriptif survei berciri adanya penyebaran di

permukaan yang sangat ditonjolkan pada hampir semua pengungkapannya dengan populasi

yang luas sehingga tidak dapat mncapai data yang mendalam. Namun demikan, format ini

memungkinkan peneliti dapat menggeneralisasikan suatu gejala sosial atau variabel sosial

tertentu. Selain itu, peneliti tidak dapat mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti,

karena responden sebagai kesatuan yang utuh tenggelam dalam analisis wajah keseluruhan

populasi bukan wajah kasus-perkasus.

Format penelitian eksplanatif dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi

sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu

variabel dengan variabel lain. Oleh karena itu, format penelitian ini digunakan untuk

mengembangkan dan menyempurnakan teori. Selain itu, format ini memiliki kredibilitas

untuk mengukur, menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau beberapa variabel dengan

menggunkanan analisis statistik inferensial.

Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan

secara terencana dan sistematis. Proses berawal dari minat untuk mengetahui

fenomena tertentu yang selanjutnya berkembang menjadi gagasan, konsep,

pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Proses penel it ian i tu

sendiri dimaksudkan untuk memperoleh pemecahan terhadap masalah-

masalah tertentu yang pada gilirannya dapat melahirkan gagasan dan teori baru

Page 2: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

pula. Demikian, seterusnya, sehingga sebenarnya penelitian merupakan suatu

proses yang tiada henti.

Sudah barang tentu banyak macam cara yang dapat ditempuh untuk

meperoleh pemecahan masalah yang dimaksud. Variasi cara penelitian terjadi

tidak hanya dalam penelitian bidang yang berbeda tetapi juga dalam penelitian

bidang yang sama. Demikian juga halnya terhadap langkah-langkah penelitian

ilmiah, akan terjadi banyak variasi di samping perlu pengembangan . Di samping itu,

di dalam kenyataannya tidak mungkin satu demi satu terpisah dari yang lainnya ,

melainkan hadir secara kait-mengkait dan berkesinambungan. Langkah-langkah

yang dilakukan haruslah serasi dan saling mendukung satu sama lainnya, agar

penelitian yang dilakukan i tu mempunya i bobo t yang cukup memada i dan

member ikan simpulan-simpulan yang tidak meragukan.

Setelah disederhanakan, secara garis besar langkah-langkah penelitian yang

lazim ditempuh atau dijumpai, yaitu: (1) peru musan permasalahan, (2) penelaahan

pustaka, (3) pengajuan hipotesis, (4) penentuan variabel atau ubahan, (5) penyusunan

rancangan penelitian, (6) penentuan populasi dan sampel, (7) pengumpulan data, (8)

penarikan simpulan, dan (9) penyampaian laporan (Hadi, 1981; Dep Dikbud, 1984;

Rachman, 1997). Secara bagan langkah-langkah penelitian seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1Langkah-langkah Penelitian

PerumusanMasalah

PenentuanPopulasi & Sampel

Penyusunan Rancangan

Penentuan Variabel

Pengajuan Hipotesis

TelaahPustaka

Penulisan Laporan

Pengumpulan DataPenarikan Simpulan

Page 3: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Memperhatikan Gambar 2.1, ternyata tidak tampak langkah atau kegiatan perumusan

atau penetapan judul/topik penelitian. Perumusan/penetapan judul penelitian sebenarnya

fleksibel. Artinya perumusan/penetapan judul penelitian mungkin muncul setelah

merumuskan masalah, mungkin setelah kajian kepustakaan, atau mungkin menjelang

penyusunan rencangan penelitian. Namun demikian, dalam pengajuan usulan penelitian, baik

usulan untuk karya ilmiah skripsi, tesis, disertasi, atau kegiatan penelitian itu sendiri, judul

penelitian tersebut harus sudah ada.

Hal yang perlu diperhatikan oleh para pengusul bahwa judul penelitian hendaknya

ditulis singkat, spesifik, informatif, dan komunikatif, serta cukup jelas memberi gambaran

mengenai penelitian yang diusulkan tersebut.

B. Pengertian dan Sumber Masalah Penelitian

Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan penga kuan akan

adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang mem bingungkan peneliti yang

perlu dicari pemecahannya atau jawabannya secara ilmiah. Pertemuan antara

aspek objektif (permasalahannya) dan aspek subjektif (dorongan mencari

jawaban) ini merupakan titik mula dari semua penelitian.

Permasalahan dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang

menunjukkan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan, antara aspirasi dan

kenyataan, antara harapan dan capaian, antara das sollen dan das sein.

Permasalahan atau kesenjangan ini dapat berkenaan meningkatnya kekerasan di

kalangan remaja; penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk; pengaruh peer

group yang kuat dalam tindak kekerasan; meningkatnya perilaku merusak diri

(seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas) ; makin kaburnya pedoman

moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja; makin rendahnya rasa hormat kpd

orang tua dan guru; rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara;

membudayanya ketidakjujuran; adanya rasa saling curiga; kebencian di antara

sesama (Lickona, 1992).

Jarak antara das sollen dan das sein tersebut seringkali berwujud

ketimpangan, ketidak seimbangan, kelangkaan, kekurangan, kemacetan, ketidaktahuan

dan semacamnya (Hadi:1981; Rachman, 1993; Bungin, 2008).

1. Sumber Masalah

Pertanyaan yang mungkin muncul sehubungan dengan masalah penelitian

Page 4: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

adalah: apa dan bagaimana menemukan suatu masalah penelitian? Meskipun tidak

ada kaidah yang mengikat untuk menemukan suatu masalah, ada beberapa saran

yang terbukti bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber masalah (Hadi, 1981;

Rachman, 1993; Supratman, 2005) yaitu antara lain pengalaman pribadi, deduksi dari teori,

bacaan terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian, pengamatan sepintas, seminar,

diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah, perasaan intuitif, pernyataan pemegang otoritas.

Sumber-sumber itu sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menjadi

pangkal tolak untuk merumuskan permasalahan.

a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi sebagai praktisi pendidikan moral sering menjadi sumber

bagi masalah penelitian. Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari

tentang kemungkinan pengaruh praktik-praktik kependidikan terhadap

tingkah laku siswa/mahasiswa. Agar keputusan-keputusan itu mantap, para

pendidik harus melakukan penelitian yang kritis tentang asumsi mereka

mengenai perubahan siswa/mahasiswa. Penetapan suatu keputusan dan

kemudian menerapkannya dalam bidang pendidikan moral atau pendidikan

kewarganegaraan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris, bukan pada

firasat, kesan, perasaan atau dogma. Pendidik PKn, misalnya mempertanyakan

keefektifan metode pengajaran afektif para siswa terhadap sikap hormat

terhadap pendapat orang lain. Mereka mungkin ingin menilai metode yang biasa

dipakai atau salah satu dari beberapa metode yang telah terkenal, guna

menetapkan pendekatan manakah yang paling efektif untuk dipakai. Pendidik

PKn mungkin mempertanyakan manakah yang lebih efektif antara metode

diskusi dan metode modeling bagi pengajaran PKn di SMP atau SMA.

Pengamatan terhadap hubungan-hubungan tertentu yang belum terjawab secara

memuaskan merupakan sumber lain bagi masalah penelitian. Seorang pendidik

PKn mungkin melihat tanda-tanda kegelisahan di kalangan siswa/mahasiswa pada

saat-saat melihat para pendemo merusak fasilitas milik umum. Untuk meneliti

hal itu, pendidik bisa menyusun berbagai informasi sementara, kemudian mengujinya

secara empiris.

Demikian pula, bilamana ada keputusan yang harus diambil mengenai

praktik-praktik yang telah menjadi rutin di kelas yang kurang atau bahkan tidak

didukung oleh penelitian ilmiah, maka para pendidik dapat mencoba untuk

Page 5: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

mengangkatnya menjadi masalah penelitian. Dengan demikian, melalui

semacam proses intuitif pendidik sampai pada gagasan-gagasan yang dapat

diteliti. Studi semacam ini sebagian besar merupakan jenis penelitian yang

mengarah pada pemecahan persoalan yang dihadapi secara langsung.

b. Deduksi dari Teori

Deduksi yang ditarik dari berbagai teori pendidikan dan teori tingkah laku yang

sudah dikenal oleh peneliti merupakan sumber permasalahan yang baik sekali.

Teori menyangkut prinsip-prinsip umum, yang kela yakannya untuk diterapkan

pada persoalan pendidikan kewarganegaraan masih belum terbukti, sebelum

prinsip tersebut dikukuhkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah

orang dapat menentukan apakah generalisasi -generalisasi yang terdapat di

dalam teori dapat diterjemahkan menjadi sasaran-sasaran khusus bagi prakt ik

pendidikan. Dari suatu teori, penelitian dapat membuat hipotesis yang

menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam situasi praktis tertentu.

Kemudian ia melakukan penelitian sistematis guna memastikan apakah data

empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.

Ada teori-teori belajar, teori kepribadian, teori sosiologi, teori perkembangan

sosial dan teori-teori lain, yang validitas, ruang lingkup dan kepraktisannya

mungkin bermanfaat kalau diuji dalam situasi-situasi pendidikan. Teori

penguatan mungkin menjadi titik mula yang sangat berguna bagi penelitian di

dalam kelas. Dengan merpertimbangkan implikasi teori ini bagi tes di dalam

kelas, yang dapat ditarik dari satu postulat saja dalam teori itu, dapat diteliti

penguatan terhadap respon yang menyebabkan peningkatan kecepatan dan

kekuatan reaksi (respon) tersebut. Teori ini sudah banyak diterapkan dalam

penelitian. Namun, masih banyak deduksi yang dapat ditarik dan diuji dalam

situasi-situasi di dalam kelas.

c. Bacaan/bacaan laporan penelitian

Sumber permasalahan lain yang berharga ialah bacaan dalam bidang yang

menarik perhat ian penel i t i pendidikan moral , terutama bacaan yang

melaporkan hasil penelitian. Pada saat membaca hasil laporan tersebut,

pe m ba c a d i ha d ap ka n pa da b e r m a ca m -m a c am m a s a l ah ya n g

Page 6: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

dimunculkan dalam laporan hasil penelitian sebagai rekomendasi untuk

penelitian lebih lanjut. Di samping itu par a peneliti sering menutup laporan

penel i t iannya dengan saran-saran tentang penel i t ian selanjutnya.

Misalnya, seseorang membaca sebuah studi yang menyelidiki keefektifan

pendekatan multi media dalam pengajaran biologi. Barangkali studi yang

serupa dapat dilakukan pada PKn atau mata pelajaran lainnya. Contoh lain,

misalnya studi tentang siswa-siswa SMP mungkin dapat menjadi pedoman

bagi guru PKn SMA yang tertarik untuk menetapkan apakah hubungan

antara variabel-variabel juga ada di tingkat pendidikan menengah atas.

Salah satu ciri penting penelitian ilmiah ialah bahwa penelitian tersebut harus

dapat diulang sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Pengulangan suatu

studi dapat meningkatkan luasnya jangkauan generalisasi hasil penelitian

sebelumnya serta memberikan bukti tambahan tentang validitas hasil tertentu.

d. Pengamatan Sepintas

Pengamatan sepintas sering juga merupakan sumber masalah. seseorang yang

meninjau suatu tempat, berangkat dari rumah ia sam a sekali, tidak menyiapkan

rencana untuk mencari masalah penelitian. Tetapi ketika sampai di tempat

yang dikunjungi, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang

kemudian diinventarisir sebagai masalah-masalah penelitian. Seorang guru

PKn dapat menemukan masalahnya ketika ia menyaksikan upacara bendera di

sebuah sekolah yang dikunjungunya , seorang ahl i pendidikan mora l

dapat menemukan masa lahnya ke t ika menyaksikan dari mana para siswa

panti asuhan memperoleh gagasan-gagasan untuk membantu korban bencana

dari sebuah desa. Demikian pula seorang pendidik PKn dapat bertanya-tanya dalam

hatinya ketika ia meninjau sanggar belajar rumah singgah anak jalanan,

misalnya ia bertanya-tanya metode apakah yang kira-kira cocok dalam proses

belajar-mengajar mereka agar mereka memiliki kesadaran memotivasi diri

meningkatkan keterampilan; seberapa jauh motivasi mereka dalam mempelajari

keterampilan tertentu; hambatan-hambatan apa yang mereka hadapi selama

mereka mengikut pembinaan di rumah singgah anak jalanan tersebut?

Barangkali, seorang pendidik akan bertanya model evaluasi apakah yang harus

dilakukan untuk mengukur hasil belajar PKn, bagaimanakah hubungan antara

Page 7: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

hasil belajar PKn dengan sikap siswa sehari-hari?, dan lain-lain pertanyaan,

yang akhirnya kesemua itu akan menjadi masalah dalam penelitian.

e. Seminar, Diskusi, dan lain-lain Pertemuan Ilmiah

Diskusi, seminar, dan lain-lain pertemuan ilmiah, juga merupakar sumber

masalah penelitian yang cukup kaya. Dalam pertemuan seper ti itu para peserta

melihat hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Berdasarkan pertemuan itu

tidak jarang dan dengan mudah sekali muncul masalah-masalah yang

memerlukan penggarapan penelitian.

Dalam seminar hasil penelitian, misalnya disimpulkan bahwa ad a korelasi

antara keluarga yang tidak harmonis dan prestasi be la jar para s i swa .

Kemudian akan t imbu l pertanyaan, apakah ada korelasi antara prestasi

belajar siswa dan perilaku moral siswa dimaksud? Apakah umur, tempat

tinggal, dan pola asuh mempengaruhi perilaku moral dari para siswa pebelajar

mata pelajaran tersebut, dan lain-lain pertanyaan yang mungkin muncul.

f . Perasaan Intui t i fTidak jarang, masalah penelitian muncul dalam pikiran ilmuwa n pada pagi

hari setelah bangun tidur, pada saat-saat habis istirahat atau pada setelah

olahraga, makan dan sebagainya. Rupanya selama tidur, istirahat, olahraga,

makan, bermain musik itu terjadi konsolidasi atau pengendapan berbagai

informasi yang berkaitan dengan masalah pendidikan moral yang perlu diteliti itu,

yang kemudian muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian.

C. Pertimbangan Pemilihan dan Rumusan Masalah

1 Pertimbangan pemilihan masalah

Keputusan, apakah masalah dapat diangkat sebagai masalah yang dapat diteliti atau

tidak, dapat dievaluasi melalui dua pertimbangan, yaitu pertimbangan objektif dan

pertimbangan subjektif. Pertimbangan objektif adalah pertimbangan berdasarkan, kondisi

masalah itu sendiri; apakah masalah memiliki kualitas tertentu untuk dapat diteliti, apakah

masalah itu dapat dikonseptualkan. Masalah dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki

nilai penemuan yang tinggi, masalah yang sekarang dapat dirasakan oleh kebanyakan orang,

bukan merupakan pengulangan penelitian, memiliki referensi teoretis yang jelas. Masalah

Page 8: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

dapat dikonseptualkan apabila masalah tersebut memiliki batasan-batasan yang jelas,

memiliki bobot dimensi operasional yang tinggi, dapat dihipotesiskan, dapat diukur dengan

alat ukur yang jelas, memberi peluang kepada peneliti menggunakan alat analisis statistik

yang jelas.

Pertimbangan subjektif adalah pertimbangan berdasar kredibilitas peneliti.

Pertimbangan-pertimbangan peneliti tersebut yaitu: hendaknya benar-benar menarik dan

membuat pene l i t i be r semanga t ; hendaknya berada dalam bidang yang

dikuasai oleh peneliti , peneliti dalam hal ini perlu memiliki pengetahuan teori,

konsep, serta fakta yang sudah mapan, di samping kompetensi yang diperlukan

untuk melaksanakan penelitian; harus dapat dilaksanakan dalam situasi dan

jangkauan penel i t i , sepert i tersedianya data , keyakinan perolehan subjek yang

diperlukan, dan sebagainya; harus dapat diteliti dan diselesaikan dengan mengingat biaya

dan waktu yang tersedia (Bungin, 2008; Ary, 1972; Hadi, 1981; Depdikbud, 1984).

2. Merumuskan Masalah

Sesudah masalah itu dipilih dan ditetapkan, maka tugas berikutnya ialah

merumuskan atau mengemukakan persoalan tersebut dalam bentuk yang dapat

diteliti. Perumusan tersebut penting, karena hasilnya akan menjadi penentu bagi

langkah-langkah berikutnya. Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan

masalah, namun dapat disarankan hal-hal berikut ini:

a) disarankan agar masalah itu seyogianya diajukan dalam bentuk pertanyaan,

b) menerangkan dengan je las apa yang akan d i te rapkan a tau dipecahkan,

c) membatasi ruang lingkup studi itu pada suatu persoalan,

d) mengemukakan perumusan begitu rupa sehingga peneli t ian terhadap

persoalan tersebut dapat dilakukan,

e) menghindari perumusan persoalan yang bersifat filosofis dan pertanyaan-pertanyaan

yang menyangkut masalah nilai-nilai atau pertimbangan yang tidak dapat dijawab dengan

penelitian ilmiah

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dimaksudkan untuk menentukan teori-teori , konsep-

konsep, dan generalisasi-generalisasi untuk dijadikan landasan teoretis bagi

Page 9: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini penting agar penelitian mempunyai

dasar yang kokoh. Oleh karena itu, telaah pustaka yang terkait hendaknya telah

selesai sebelum pelaksanaan penelitian yang sebenarnya dimulai. Telaah pustaka

ini memiliki beberapa fungsi, seperti dikemukakan oleh Ary (1972) berikut ini:

a. Pemilikan pengetahuan tentang hasil-hasil penelitian yang terkait

memungkinkan penel i t ian menetapkan batas-batas bidang penelitian

mereka.

b. Pemahaman teori dalam suatu bidang memungkinkan peneliti mendapatkan

masalah dalam jangkauannya.

c. Melalui telaah pustaka yang terkait, peneliti dapat mengetahui prosedur dan

instrumen mana yang telah terbukti berguna dan mana yang tampaknya kurang

memberikan harapan.

d. Pengka j i an yang ce rmat a t as pus taka yang te rka i t dapa t menghindarkan

terjadinya pengulangan studi secara tak sengaja.

e. Pengkajian pustaka yang terkait menempatkan peneliti pada posisi yang lebih baik

untuk menafsirkan arti pentingnya hasil penelitiannya sendiri.

Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan dalam telaah pustaka ini adalah

memilih/menyeleksi sumber bacaan. Tidak semua pustaka harus ditelaah. Oleh

karena itu, ada dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan, yaitu

prinsip kemutakhiran dan prinsip relevansi (Depdikbud, 1984). Sumber bacaan, secara garis

besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) sumber acuan umum, seperti

kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograf, dan

sejenisnya, (2) sumber acuan khusus, seperti kepustakaan yang berwujud jurnal,

buletin, penelitian, tesis, disertasi dan sejenisnya (Depdikbud, 1984; Hadi, 1981).

Langkah berikutnya setelah melakukan pengkajian pustaka secara komprehensif

yaitu merangkai bahan pustaka dalam kaitannya dengan masalah yang digarap.

Dengan deduksi dilakukan rincian kekhususan, dengan induksi dilakukan pemaduan

dan pembuatan generalisasi, dan akhirnya meramu semua bahan ke dalam suatu

kesimpulan teoritis, yang akan menjadi landasan bagi penyusunan hipotesis

penelitian. Peneliti yang tidak berhasil meramu bahan pustaka, yang berkaitan

secara sistematis sejak awal dapat menjadi sangat kacau atau tidak runtut dalam

penyajiannya. Oleh karena itu, merangkai atau meramu bahan pustaka ini sangat

Page 10: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

penting, karena ini mencerminkan mutu sistem pemikiran teoretis si peneliti.

Perangkaian hasil-hasil telaah pustaka secara kronologis dan kompilatif saja tidak

cukup. Telaah pustaka itu harus diramu berdasar suatu pemikiran yang konsisten.

Berikut ini disajikan beberapa saran dalam langkah telaah pustaka:

a. mulailah dengan studi-studi di bidang Anda yang paling mutakhir yang dimuat

dalam terbitan-terbitan terbaru dan kemudian bekerjalah mundur ke terbitan-terbitan

sebelumnya;

b. bacalah abstrak atau ringkasan suatu laporan terlebih dahulu untuk

menetapkan apakah laporan itu relevan dengan masalah Anda atau tidak;

c. bacalah laporan tersebut dengan cepat guna mengetahui bagian-bagian yang

ada kaitannya dengan masalah penelitian Anda, sebelum membuat catatan-

catatan penting;

d. buatlah catatan langsung pada kartu catatan, karena kartu lebih mudah diseleksi

dan disusun dari pacla lembaran kertas;

e. tulislah referensi bibliografi secara lengkap untuk setiap karya pada kartu catatan

tersebut;

f. jangan memasukkan lebih dari satu referensi pada setiap kartu, agar mudah

memilih dan menyusunnya dalam kerja berikutnya;

g. berilah tanda bagian mana yang merupakan kutipan langsung dari pengarang dan

bagian mana yang merupakan susunan kata Anda sendiri (Ary, 1972).

E. Pengajuan Hipotesis Penelitian

1. Pengertian, alasan, dan kegunaan hipotesi

Sesudah menemukan dan mengemukakan permasalahan serta memeriksa

bahan pustaka yang terkait, peneliti s iap untuk menyusun suatu hipotesis. Hipotesis

penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya

masih harus diuji secara empirik. Secara teknis hipotesis dapat didefinisikan

sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya

berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis

merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik

sampel. Adapun alasan mengapa hipotesis harus dibuat adalah:

a. hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah

Page 11: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidangnya,

b. hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data, hipotesis

dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data

apa yang harus dikumpulkan.

Selanjutnya di bawah ini dikemukakan kegunaan hipotesis.

a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta

memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Untuk dapat sampai pada

pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan, misalnya,

orang harus berusaha menjelajahi lebih jauh tentang pendidikan daripada

sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan. Antar hubungan dan

generalisasi memberikan gambaran pola, yang penting bagi pemahaman

persoalan. Akhirnya, hipotesis yang telah terencana dengan baik akan

memberikan arah dan penjelasan-penjelasan bermakna. Hipotesis dapat

membantu memperluas pengetahuan, karena hipotesis itu dapat diujikan melalui

penelitian ilmiah.

b. Hipotesis memberikan suatu pernyatan hubungan yang langsung dapat diuji dalam

penelitian. Penelitian memang dimulai dengan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu

sendiri tidak dapat diuji secara langsung, melainkan hanya pernyataan

hubungan antara variabel-variabel (hipotesis) sajalah yang dapat diuji.

c. Hipotesis memberikan arah pada penelitian

Hipotesis menetapkan sifat-sifat data yang diperlukan dalam menguj i

sebuah pernya t aan . Secara sederhana , h ipo te s i s menunjukkan arah apa

yang harus dilakukan oleh peneliti; memilih dan mengamati fakta yang ada

hubungannya, dengan pertanyaan tertentu, menentukan relevansi fakta-fakta,

memberikan dasar bagi pemil ihan sampel ser ta prosedur penel i t ian yang

dipakai , menunjukkan analisis yang diperlukan agar ruang lingkup studi

tersebut tetap terbatas.

d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.

Peneliti akan menyusun bagian laporan tertulis itu di sekitar jawaban-

jawaban terhadap hipotesis. Penyusunan laporan akan sangat memudahkan

peneliti, jika ia sejak awal mengemukakan setiap hipotesis secara terpisah

dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis itu. Akhirnya

Page 12: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

peneliti akan membuat sajian laporan lebih berarti dan mudah dibaca.

2. Saran untuk memperoleh hipotesis

Hipotesis induktif, dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis

sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati. Dalam hal ini

peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, memper ha t ikan

kecenderungan a t au kemungkinan adanya hubungan -hubungan, dan

kemudian merumuskan hubungan sementara tentang tingkah laku yang diamati itu.

Penyelidikan terhadap hipotesis induktif yang berasal dar i persoalan

sehari-hari, sering dapat membantu menunjukkan pemecahan persoalan-persoalan

dimaksud, akan tetapi, karena hipotesis itu berasal dari masalah-masalah

lokal/khusus, maka hasil, dari hipotesis induktif ser ing menjurus pada

serangkaian hasi l yang mempunyai daya penjelasan terbatas, kendatipun tetap ada

gunanya.

Hipotesis deduktif, berbeda dengan hipotesis induktif, hipotesis deduktif

adalah hipotesis yang ditarik dari teori ke hal-hal yang diamati. Hipotesis ini

memiliki kelebihan dapat mengarah pada sistem pengetahuan yang lebih umum,

karena kerangka untuk menempatkannya secara berarti ke dalam bangunan

pengetahuan telah ada dalam teori i tu sendir i . Diketahui, dalam bentuk

sederhana pun, teori menyatakan hubungan-h u b u n g a n y a n g d i p e r c a y a a d a

d a l a m k u m p u l a n f a k t a y a n g komprehensif. Teori bukan merupakan spekulasi

belaka, melainkan ia dibangun di atas fakta-fakta yang sudah diketahui sebelumnya.

Orang dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori yang ada di

bidang yang menarik minatnya. Setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori

ini. Pendekatan yang paling banyak dipakai ialah menggunakan cara berpikir deduktif

untuk dapat sampai pada akibat-akibat logis dari teori yang bersangkutan. Deduksi ini

kemudian dijadikan hipotesis di dalam studi penelitian.

3. Ciri hipotesis yang baikHipotesis harus mempunyai daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan

yang tegas mengenai apa yang seharusnya diterangkan. Kriteria ini kriteria yang sudah

jelas dan penting. Sebagai contoh, seseorang mencoba memasang video kaset, tetapi

ternyata video itu tidak hidup/tidak ada gambarnya. Hipotesis yang menyatakan

bahwa video kaset itu tidak menyala/tidak hidup karena dibiarkannya anak-anak di luar

Page 13: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

bermain kembang api, bukan merupakan penjelasan yang tepat. Tetapi hipotesis

yang menyatakan bahwa jaringan kabelnya ada yang putus adalah penjelasan yang tepat dan

perlu diuji.

Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel.

Suatu hipotesis harus menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam contoh

tersebut di atas, tidak tepat dinyatakan "video itu tidak akan hidup dan mesin video itu

mempunyai jaringan kabel", karena tidak ada hubungan yang diajukan untuk diuji.

Hipotesis yang baik akan berbunyi "video kaset itu tidak akan hidup karena ada

ketidakberesan dalam jaringan kabelnya".

Hipotesis harus dapat diuji. Sifat terpenting lainnya dari suatu hipotesis yang "baik"

ialah kemampuannya untuk dapat diuji (testability). Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti

dapat ditahkikkan (verifiable); artinya, deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat ditarik dari

hipotesis tersebut sedemikian rupa, sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan

mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis yang dapat diuji

memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan pengamatan, apakah akibat yang

tersirat secara deduktif itu benar-benar terjadi atau tidak. Agar dapat diuji, hipotesis

harus menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur jika tidak terdapat alat

atau cara untuk mengukur variabel-variabel, kiranya tidak mungkin data dapat

dikumpulkan untuk menguji validitas hipotesis.

Pertimbangan pertama dalam perumusan hipotesis ialah memastikan

bahwa variabel-variabel dalam hipotesis itu telah diberi batasan secara operasional, atau

telah dirumuskan berdasarkan tingkah laku yang dapat diidentifikasi dan diamati.

Hindarilah pemakaian pengertian yang akan sulit atau tidak mungkin diukur. Selain itu,

dalam hipotesis perlu dihindari adanya pernyataan "nilai". Pernyataan seperti suatu

program pembinaan kepramukaan di sekolah dasar sangat diperlukan tidak dapat

diselidiki dalam penelitian. Akan tetapi, hipotesis "murid-murid SD yang telah menerima

pembinaan kepramukaan akan mengungkapkan secara lisan rasa puas yang lebih besar

terhadap kepramukaan dari pada sekolah mereka yang tidak mendapat pembinaan

kepramukaan", adalah hipotesis yang dapat diuji. Dalam hal ini kepuasan secara lisan

para siswa dapat diukur, tetapi apakah itu diperlukan atau tidak, hal itu merupakan

pertimbangan nilai.

Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis

hendaknya tidak bertentangan dengan teori, dalil, hukum-hukum sebelumnya yang sudah

matang. Hipotesis "mobil saya tidak mau hidup karena air akinya berubah menjadi

Page 14: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

emas" memang memiliki tiga kriteria yang pertama, tetapi hal itu bertentangan dengan

apa yang diketahui orang tentang sifat-sifat benda, sehingga orang tidak akan

menyelidiki hipotesis itu.

Di sisi lain, dalam sejarah ilmu pengetahuan, para pemikir seperti Einstein,

Newton, Copernicus, dll, telah mengembangkan hipotesis yang benar-benar

revolusioner yang kadang-kadang bertentangan dengan pengetahuan yang telah

diterima orang pada masa itu. Tetapi, sebenarnya karya-karya para pelopor ilmu

pengetahuan itu bukan penolakan sama sekali terhadap teori sebelumnya,

melainkan penemuan itu merupakan penataan kembali pengetahuan terdahulu

menjadi teori yang lebih memuaskan.

Hipotesis hendaknya dinyatakan tuntas dan sederhana. Hipotesis yang dinyatakan

secara sederhana dan ringkas bukan saja memudahkan pengujian hipotesis

tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar penyusunan laporan yang jelas dan

mudah dimengerti pada akhir penyelidikan. Sebagai contoh, Tuma dan Livson yang

diikuti oleh guru besar Donald Ary mempertimbangkan hipotesis- hipotesis yang

sangat umum, berikut ini: "status ekonomi keluarga mempunyai peranan dalam

menentukan derajat persesuaian/kecocokan yang dialami oleh seorang remaja di

berbagai konteks sosial", dan "berbagai komponen, status sosial ini mempunyai

pengaruh yang berbeda-beda atas sikapnya terhadap otoritas" (Ary, dkk, 1972).

Untuk meningkatkan kejelasan dan memudahkan diujinya hipotesis, hipotesis

tersebut dipecahkan menjadi beberapa hipotesis khusus (hipotesis kerja), seperti berikut:

1) ada hubungan negatif yang signifikan antara sikap remaja pria di rumah terhadap

otoritas dan status sosio-ekonomi keluarganya,

2) ada hubungan negatif yang signifikan antara sikap remaja pria di sekolah

terhadap otoritas dan status sosio-ekonomi keluarganya,

3) ada hubungan negatif yang signifikan antara sikap remaja pria ketika berada

bersama-sama dengan teman-temannya terhadap otoritas dan status sosio-ekonomi

keluarganya,

4) ada hubungan negatif yang signifikan antara sikap remaja pria terhadap

otoritas dan pendidikan bapak mereka,

5) ada hubungan negatif yang signifikan antara sikap remaja pria terhadap

otoritas dan pendidikan ibu mereka, dan seterusnya.

Dengan demikian , dapat dilihat bahwa dalam satu penelitian mungkin

Page 15: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

diperlukan beberapa hipotesis. Pada umumnya disarankan agar peneliti

menyatakan satu hipotesis bagi setiap sub aspek masalah, atau bagi setiap alasan

pengumpul data yang akan dipakai. Misalnya, seorang peneliti mungkin memulai

dengan hipotesis, "siswa yang diajar pengetahuan moral dengan menggunakan buku

pelajaran moral terprogram akan menunjukkan pengetahuan dan ingatan

tentang konsep-konsep moral yang lebih banyak daripada mereka yang

menggunakan buku pelajaran tradisional". Karena peneliti harus melaporkan

hasilnya baik mengenai pengetahuan maupun ingatan, maka hipotesis itu harus

dinyatakan kembali sebagai dua hipotesis yang terpisah. Hipotesis itu akan

berbunyi:

1) para siswa yang diajar pengetahuan moral dengan memakai buku pelajaran

moral terprogram akan menunjukkan pengetahuan konsep moral yang lebih

banyak daripada mereka yang memakai buku pelajaran tradisional, dan

2) para siswa yang diajar pengetahuan moral dengan memakai buku pelajaran

moral terprogram akan menunjukkan ingatan tentang konsep moral yang lebih

banyak daripada mereka yang memakai buku pelajaran tradisional.

Dengan cara ini, peneliti dapat menunjukkan apakah data yang diperoleh

dapat mendukung tiap-tiap aspek khusus dari masalah yang bersifat umum itu atau

tidak. Data tersebut mungkin akan menunjukkan keefektifan buku pelajaran moral

terprogram bagi pengetahuan, tetapi tidak bagi ingatan. Dalam hal ini jangan

dirisaukan tentang pengulangan verbal yang jelas tampak dalam menyatakan

hipotesis berganda. Ingatan bahwa kriteria dapat diuji dan kejelasan akan terpenuhi

dengan lebih baik oleh hipotesis yang lebih khusus.

4. Menyatakan dan penggunaan hipotesis

Kiranya jelas bahwa kalau hipotesis itu akan dievaluasi, maka hipotesis

itu harus dikemukakan dalam bentuk yang dapat diuji. Bentuk ini memerlukan

pernyataan yang sederhana dan jelas mengenai hubungan khusus antara dua

atau lebih variabel. Hipotesis seperti ini yang biasanya dipakai pada waktu

memulai penelitian, disebut hipotesis penelitian atau hipotesis substantif (Ary,

1972). Hipotesis ini mencerminkan harapan , penelit i yang didasarkan pada

teori atau hasil-hasil penelitian sebelumnya. Contoh hipotesis penelitian: Anak dengan EQ

Page 16: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

tinggi akan menunjukkan lebih tinggi rasa empatinya daripada anak dengan EQ rendah.

Hipotesis penelitian kadang-kadang diklasifikasikan ke dalam hipotesis

berarah (directional) dan tidak berarah (non directional). Hipotesis berarah ialah

hipotesis yang menetapkan arah kesimpulan yang diharapkan. Jenis pernyataan itu dibuat

apabila peneliti mempunyai alasan tertentu untuk mengharapkan terjadinya hubungan khusus

atau perbedaan khusus antara dua kelompok. Contoh hipotesis berarah: Anak dengan

EQ tinggi akan menunjukkan lebih tinggi rasa empatinya daripada anak dengan EQ

rendah. Hipotesis ini tergolong hipotesis berarah karena menetapkan arah perbedaan

antara kedua kelompok tersebut. Hipotesis penelitian yang tidak menetapkan arah

perbedaan atau hubungan yang diharapkan disebut hipotesis tak berarah, sebagai contoh: Ada

perbedaan tingkat empati antara anak-anak yang ber-EQ tinggi dan anak-anak yang ber-

EQ rendah. Meskipun hipotesis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

diharapkan, namun arah perbedaan itu tidak ditetapkan. Pengetahuan tentang bentuk

hipotesis penelitian dimaksud penting, karena keduanya memerlukan jenis tes-statistik

yang berbeda.

Konsep lain dan yang pada umumnya dirumuskan oleh peneliti adalah

hipotesis nol dan hipotesis alternatif (Hadi, 1981; Rachman, 1993; Bungin,

2008; Sugiyono, 2010). Hipotesis nol biasanya dilambangkan dengan Ho, yaitu

hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan/perbedaan antara dua variabel atau

lebih/antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya dalam masalah dimaksud. Di

dalam analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran

hipotesis nol. Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif

yang biasa dilambangkan Ha. Ha, adalah hipotesis yang menyatakan adanya saling

hubungan/perbedaan antara dua variabel atau lebih/antara kelompok yang satu dan

kelompok lainnya dalam masalah dimaksud. Biasanya, kesimpulan uji statistik berupa

penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.

Selain itu, ada yang disebut hipotesis kerja (Hk). Hk adalah hipotesis spesifik yang

dibangun berdasarkan masalah-masalah khusus yang akan diuji (Bungin, 2008). Hk

digunakan untuk mempertegas hipotesis Ho atau Ha dalam pernyataan yang lebih spesifik.

Bungin (2008) memberikan contoh Hk sebagai berikut, “Tidak ada hubungan antara mobilitas

sosial dengan pendangan politik masyarakat (Ho)”, maka Hk nya adalah: (a) tidak ada

hubungan antara perubahan status pekerjaan dengan pandangan politik seseorang, (b) tidak

ada hubungan antara gerak kepindahan fisik dan pandangan politik seseorang. Hal yang sama

Page 17: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

juga dapat terjadi pada hipotesis alternatif.

Pada umumnya penelitian kuantitatif menggunakan hipotesis, hanya penggunaannya

dipertimbangkan berdasar kepentingan masing-masing. Pada penelitian eksplanatif,

penggunaan hipotesis dianggap persoalan yang sangat penting, akan tetapi pada penelitian

kuantitatif deskriptif, penggunaan hipotesis tidaklah penting. Hal tersebut disebabkan pada

penelitian kuantitatif deskriptif tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tetapi hanya

mendeskripsikan ataupun sekedar mengidentifikasi data.

Penggunaan hipotesis dalam penelitian kuantitatif selain sebagai ciri khas dari

penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistik inferensial, juga menunjukkan bahwa

dalam penelitian tertentu yang menggunakan sampel penelitian adalah cara yang paling tepat

untuk mengambil kesimpulan yang akurat terhadap pengajuan sampel penelitian, sehingga

peneliti dapat dengan tepat menarik simpulan terhadap sampel yang diperlakukan terhadap

keseluruhan populasi. Jadi, dengan demikian penelitian kuantitatif yang harus menggunakan

hipotesis adalah penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri: eksplanatori, menggunakan sampel

penelitian, menggunakan pengujian statistik inferensial, dan hasil penelitiannya untuk

digeneralisasikan (Bungin, 2008).

F. Penetapan Variabel Penelitian

1. Pengertian dan identifikasi

Variabel dalam hal ini, diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek

pengamatan peneliti. Sering pula diartikan bahwa variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor

yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Selanjutnya, variabel dalam

suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoretisnya, dan ditegaskan oleh hipotesis. Dengan

demikian, variabel-variabel penelitian akan berbeda jika landasan yang diambil berbeda.

Jumlah variabel yang diajukan sebagai objek pengamatan akan ditentukan oleh sofistikasi

rancangan penelitian. Makin rumit dan pelik suatu rancangan penelitian akan melibatkan

variabel-variabel yang makin banyak jumlahnya, dan sebaliknya.

Variabel itu banyak sekali, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi

variabel. Kecakapan mengidentifikasi variabel penelitian adalah keterampilan yang

berkembang karena latihan dan pengalaman. Keterampilan ini pun dapat

dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan seminar penelitian, selain seringnya

melakukan penelitian itu sendiri.

2. Mengklasifikasikan variabel

Page 18: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Pengklasifikasian variabel sesuai dengan jenis dan peranannya adalah

langkah berikutnya setelah mengidentifikasi variabel. Klasifikasi ini perlu untuk

menentukan alat pengambil data dan metode analisis yang sesuai. Int i penelitian

ilmiah adalah mencari hubungan antar variable -variabel. Hubungan yang paling

dasar adalah hubungan antar variabel: variabel bebas (independent), variabel

terikat/tergantung (dependent), variabel mediasi ( intervening), variabel

moderator, variabel kontrol, variabel confounding (Hadi,1981; Bungin, 2008;

Creswell, 2009; Sugiyono, 2009). Gambar 2.2 adalah contoh-contoh variabel.

Gambar 2.2

Contoh hubungan-hubungan antar Variabel

Dalam mengklasifikasikan variabel menurut peranannya dalam penelitian,

biasanya orang mulai dengan mengidentifikasikan variabel tergantungnya. Hal ini

wajar, karena variabel tergantung itu lah yang menjadi titik pusat persoalan.

Misalnya, usaha pendidikan kewarganegaraan, pokok persoalannya hasil

belajar; usaha pertanian, pokok persoalannya produksi pangan ; usaha

pengobatan, pokok persoalannya taraf kesembuhan, dan sebagainya.

Selanjutnya, keadaan variabel tergantung itu tergantung kepada banyak sekali

variabel yang lain. Satu atau lebih dari variabel-variabel yang lain mungkin dipilih

sebagai variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel

tergantung, inilah variabel bebas. Misalnya jika variabel tergantungnya prestasi

Motivasi Belajar(Variabel bebas)

Pola Asuh Orang Tua(Variabel Intervening)

Jenis Kelamin (Variabel Moderator)

Prestasi Belajar(Variabel Terikat)

Umur (Variabel Kontrol)

Page 19: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

belajar, maka variabel bebasnya adalah motivasi belajar, metode mengajar, taraf

kecerdasan/emosional/spiritual; atau jenis kelamin (variabel moderator), umur

(variabel kendali) dan variabel lain yang diabaikan (variabel rambang) misalnya

proses belajar yang terjadi pada diri subjek yang diteliti.

3. Merumuskan definisi operasional variabel

Langkah selanjutnya, setelah mengidentifikasi dan mengklasifikasi variabel,

maka variabel tersebut didefinisikan secara operasional dengan mendasarkan pada

sifat-sifat yang dapat diamati. Dalam kaitan ini, ada tiga cara yang perlu dikemukakan

dalam menyusun definisi operasional.

a. Definisi yang menekankan pada kegiatan apa yang perlu dilakukan, contoh:

1) Frustasi adalah keadaan yang timbul sebagai akibat tercegahnya pencapaian hal

yang sangat diinginkan yang sudah hampir tercapai.

2) Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah dia tidak makan

selama 24 jam.

b. Definisi yang menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan, contoh :

1) Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya/stabil emosinya

dalam memecahkan masalah, tinggi kemampuannya dalam menggunakan

bahasa dan bilangan/stabil kadar emosinya.

2) Orang lapar adalah orang mulai menyantap makanannya kurang dari satu

menit setelah makanan itu dihidangkan, dan menghabiskan dalam waktu

kurang dari 5 menit.

c. Definisi yang menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan, contoh:

1) Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang mempunyai ingatan baik,

mempunyai perbendaraan kata luas, mempunyai kemampuan berpikir baik,

mempunyai kemampuan berhitung baik, memiliki emosi yang stabil.

2) Ekstraversi adalah kecenderungan lebih jika seseorang berada dalam kelompok

daripada seorang diri.

Selanjutnya dengan membuat definisi operasional dari sebuah variabel

maka akan tampak indikator-indikatornya. Dengan memperhatikan indikator

tersebut, para peneliti akan mudah dalam membuat kuesioner. Di bawah ini

Page 20: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

disajikan contoh definisi operasional dari variabel dan sekaligus akan ditunjukkan

indikator-indikatornya.

a. Variabel pembangunan

Definisi: Proses perubahan struktur masyarakat mencakup perubahan dari tradisi, sikap,

dan jalan pikiran menghadapi masa depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

Indikator : 1) Peningkatan mutu manusia dan organisasi sosial (dalam proses produksi).

2) Pembangunan prasarana dan sarana fisik dan sosial untuk

peningkatan produktivitas.

b. Variabel masyarakat modern

Definisi: Kelompok masyarakat yang bersifat bebas, terbuka terhadap

perkembangan IPTEK, dapat bergaul dan memanfaatkan potensinya.

1) Indikator: 1) Daya serap IPTEK tinggi

2) Mobilitas tinggi (tinggal di kota)

3) Daya rasional lebih menonjol

4) Sangat terbuka terhadap perubahan

c. Variabel Motivasi

Definisi: Alasan kuat yang mendorong individu atau kelompok untuk bergerak

mencapai keadaan yang diinginkan.

G. Rancangan Penelitian

1. Dasar-dasar Penyusunan

Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak,

serta dapat pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun oleh orang

lain terhadap kegiatan penelitian. Dengan demikian, rancangan penelitian bertujuan untuk

memberi pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. Agar rancangan

dapat memperkirakan hal-hal apa yang akan dilakukan dan dipegang selama penelitian,

perumusannya harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:

a. mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan, seperti masalah, tujuan, sumber data,

sarana, prasarana dan sebagainya

b. disusun secara sistematis-logis sehingga memberi kemungkinan kemudahan bagi peneliti

dalam melaksanakan dan bagi orang lain dalam melakukan penilaian

c. harus dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan diperoleh, serta usaha-usaha yang

Page 21: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien.

2. Komponen rancangan penelitian

Berdasar perumusan dalam menyusun rancangan penelitian, maka komponen suatu

rancangan penelitian meliputi: masalah penelitian, bentuk atau jenis data yang dibutuhkan,

tujuan penelitian, kepentingan penelitian/signifikansi, tinjauan pustaka, hipotesis penelitian,

masalah sampling, masalah jadwal kegiatan, masalah organisasi kegiatan dan alokasi biaya,

teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan pola dan sistematik laporan.

3. Sistematik rancangan penelitian

Setelah mengetahui komponen rancangan penelitian, maka untuk kepentingan praktis,

suatu rancangan penelitian harus disusun secara sistematis, mengikuti suatu pola tertentu,

sebagaimana yang berlaku di lingkungan di mana peneliti merencanakan proyek penelitian.

Komponen sistematik rancangan penelitian terdiri atas: judul penelitian; latar belakang,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian (dipayungi oleh pendahuluan); deskripsi teoretik, kerangka berpikir, hipotesis

penelitian (dipayungi oleh landasan teoretik); pendekatan penelitian, populasi dan sampel,

variabel penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data (dipayungi oleh

metode penelitian); dan daftar pustaka. Penjelasan setiap komponen diuraikan pada bagian

laporan penelitian.

H. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Setiap penelitian selalu berhadapan dengan objek atau sumber data penelitian,

baik berupa manusia, benda, peristiwa, maupun gejala yang terjadi. Objek atau sumber

data ini tergantung pada permasalahan yang akan diteliti dan hipotesis yang hendak

diuji. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun

pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai

sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri atas manusia, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian

Page 22: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

(Nawawi, 1983; Bungin, 2008; Sugiyono, 2009). Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi

dapat dibedakan berikut ini.

a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas

kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000

orang guru SMA pada awal tahun 2011, dengan karakteristik; masa kerja 2 tahun,

lulusan program Strata 1, dan lain-lain.

b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak

dapat ditentukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk

jumlah secara kuantitatif. Misalnya, guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya

harus dihitung sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan

datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya

dapat d igambarkan sua tu j umlah ob jek seca r a kua l i t a s dengan

karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang, dan

yang akan menjadi guru. Populasi seperti ini disebut juga parameter.

Selain itu, populasi dapat dibedakan ke dalam hal berikut ini.

a. Populasi Teoritis (theoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-

batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian, agar hasil penelitian berlaku

juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan karakteristik

populasinya. Misalnya populasi teoritis ditetapkan terdiri atas guru; berumur

25 sampai dengan 40 tahun, program S1, pasca sertifikasi, dan lain-lain.

b. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi

yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misal, guru sebanyak

250 di kota Semarang terdiri atas guru yang memiliki karakteristik yang telah

ditetapkan dalam populasi teoritis.

Di samping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus dibedakan ke dalam

sifat berikut ini.

a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur -unsurnya

memi l ik i s i f a t yang sama, seh ingga t idak per lu dipersoalkan jumlahnya

secara kuantitatif. Misal, seorang dokter yang akan melihat golongan darah

seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak

perlu mengambil satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan

sama saja.

Page 23: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

b. Populasi heterogin, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-

sifat individual yang membedakan individu anggota populasin yang satu dengan yang

lainnya. Dengan kata lain, bahwa individu anggota populasi bervariasi sehingga

memerlukan penjelasan terhadap sifat-sifat tersebut baik secara kuantitatif maupun

kualitatif. Pada penelitian sosial populasi heterogen menjadi tidak asing lagi dalam

setiap penelitian. Hal ini disebabkan semua penelitian sosial berobjekkan manusia atau

gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat amat unik dan kompleks.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila

populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi dimaksud. Apa yang

dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena

itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili.

Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan menggunakann sampel seperti

dikemukakan oleh Sudjana (1975), Nawawi (1983) adalah sebagai berikut.

a. Ukuran populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak

diketahui dengan pasti, yang pada dasarnya bersifat konsep. Oleh karena itu, tidak

mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian pula dalam populasi

terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, misalnya populasi 5.000.000 siswa

sekolah dasar di diseluruh pelosok Indonesia, tidak praktis mengumpulkan data dari

populasi seperti itu. Oleh sebab itu, dengan menghimpun data dari sampel yang

memenuhi karakteristik populasi teoretis, dimungkinkan menarik kesimpulan atau

merumuskan generalisasi yang ruang lingkup berlakunya cukup luas.

b. Masalah biaya yaitu apabila semakin besar jumlah objek yang menjadi sumber data,

lebih-lebih bila tersebar di wilayah yang cukup luas, maka semakin besar biaya yang

diperklukan. Oleh karena itu, penelitian terhadap sampel akan lebih meringankan

penelitian terhadap populasi, ditinjau dari sudut pembiayaan.

c. Masalah waktu, yaitu penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih

sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu

yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian

sampel, dalam hal ini, lebih tepat.

d. Percobaan yang sifatnya merusak, sebab banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan

pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin

Page 24: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis

keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh lampu neon untuk diuji

kekuatannya. Oleh karena itu penelitian harus dilakukan hanya, pada sampel.

e. Masalah ketelitian, merupakan salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan

cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini, meliputi

pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum

tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap

sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.

f. Masalah ekonomis, merupakan pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang

peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan

tenaga yang telah clikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian

populasi? Dengan kata lain, penelitian sampel pada dasarnya akan lebih

ekonomis daripada penelitian populasi .

Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu

ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel

harus diambil. Suatu hal yang pertu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan

heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir

tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan

pengambilan sampel harus memperhatikan hal: (1) harus diselidiki kategori-kategori

heterogenitas, (2) besarnya populasi dalam tiap kategori. Karena itu informasi

tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan. Satu nasihat yang perlu

diingat, bahwa menetapkan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu lebih ba ik

daripada kurang (oversampling is always better than undersampling).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian,

jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki.

Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana,

waktu, ketelitian, dan tenaga yang tersedia.

Namun demikian, ada cara untuk memperoleh sampel minimal yang harus

diselidiki, misal dengan melihat tabel (Tabel 2.1) penentuan jumlah sampel dari populasi

tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan

10% .

Page 25: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Tabel 2.1

Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10%

NS

NS

NS

1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 24715 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 24820 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 25125 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 25430 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 25535 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 25740 38 36 35 380 242 182 156 6000 598 329 25945 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 26150 47 472 42 420 257 191 165 8000 613 334 26355 51 48 46 440 265 195 168 9000 616 335 26360 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 26365 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 26670 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 26775 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 26880 71 65 62 600 315 221 187 40000 653 345 26985 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 26990 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 27095 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271270 192 152 135 2600 529 307 245 100000

0663 348 271

∞ 664 349 272

Sumber: Isaac dan Michael dalam Sugiyono 2009

Terdapat beberapa saran tentang ukuran sampel untuk penelitian yang dikemukakan

oleh para ahli peneliti sebagai berikut.

Page 26: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 (Roscoe

dalam Sugiyono, 2009)

b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan

lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 (Roscoe dalam

Sugiyono, 2009).

c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi

ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

Misal variabel penelitian ada lima (independen dan dependen), maka jumlah anggota

sampel adalah 50 (Roscoe dalam Sugiyono, 2009)

d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana yang menggunakan kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing kelompok antara 10

sampei dengan 20 (Roscoe dalam Sugiyono, 2009)

e. Bila populasi kurang dari 100 maka jadikanlah semua sebagai sampel (Arikunto, ).

f. Ukuran sampel yang sesuai untuk model Structural Equation Modeling adalah 100

sampai dengan 200 (Ferdinand, 2002; Gozali, 2005)

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai

dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan

sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Terdapat dua

teknik sampling yang berbeda, walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang

sama, yaitu ingin memperoleh secara maksimal sampel yang repre sentatif yang tidak

didasari oleh keinginan si peneliti (Hadi, 1980; Nawawi, 1983; Bugin, 2008; Sugiyono, 2009;

Creswell, 2009). Teknik-teknik itu adalah (1) teknik random sampling (probability sampling)

dan (2) teknik non random sampling (non probability sampling atau convennience sample).

Teknik random sampling adalah pengambilan sampling secara random atau

tanpa pandang bulu. Teknik ini memiliki kemungkinan tertinggi dalam menetapkan

sampel yang representatif. Dalam teknik ini semua individu dalam populasi baik secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel. Adapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara

undian, (2) cara ordinal, dan (3) randomisasi dari Tabel Bilangan Random (Hadi, 1980;

Rachman, 1993). Teknik non random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara non

random atau tidak semua individu dalam populasi, diberi peluang yang sama untuk

Page 27: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

ditugaskan menjadi anggota sampel. Teknik ini memiliki kemungkinan lebih rendah dalam

menghasilkan sampel yang representatif.

Jenis-jenis sampel yang diperoleh dari teknik random sampling (probability sampling)

seperti: simpel sampel, stratified sampel, cluster sampel. Mengingat sampel-sampel ini

diperoleh dengan teknik random, maka teknik ini akan disebut simpel random sampling,

stratified random sampling, dan cluster random sampling. Sedangkan jenis-jenis sampel

yang akan diperoleh dari teknik non random sampling (non probability sampling) seperti:

accidental sampel, quota sampel, purposive sampel menjadi accidental sampling, quota

sampling, purposive sampling. Berikut ini keterangan-keterangan mengenai sampel

tersebut di atas.

a. Probability Sampling

1) Simpel Random Sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung

dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian, setiap unit sampling sebagai

unsur populasi yang terkecil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel

atau untuk mewakili populasi. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit

sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi terdiri atas

500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel

sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara

undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.

2) Stratified Random Sampling, biasa digunakan pada populasi yang mempunyai

susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Sekolah, misalnya, terdapat beberapa

tingkatan kelas; dalam masyarakat terdapat t ingkatan-tingkatan

penghasilan. Jika t ingkatan-tingkatan dalam populasi diperhatikan,

mula-mula harus dipastikan strata yang ada; perhatikan juga dalam strata

itu apakah ada sub strata atau tidak. Selanjutnya tiap-tiap sub stratum

harus diwakili sampel penelitian.

3) Cluster Random Sampling, digunakan bilamana populasi tidak terdiri atas

individu-individu, melainkan terdiri atas kelompok-kelompok individu atau

cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMA di

suatu kota. Untuk itu random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar-

pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.

Page 28: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

b. Non Probability Sampling

1) Accidental Sampling, adalah cara pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih

dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang

ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu

dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai

unit sampling. Peneliti mengumpu lkan da t a l angsung da r i s e t i ap

o r ang dew as a yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.

2) Quota Sampling, dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan

memberikan jatah atau quotum tertentu pada setiap kelompok.

Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampl ing . Se te l ah j a t ah

t e rpenuh i , pengumpulan da t a dihentikan. Misalnya penelitian dilakukan

terhadap ibu rumah tangga sebagai unit sampling, untuk mengetahui

pendapatnya dalam menghadapi harga pasaran sesuai dengan penghasilan

suaminya. Untuk itu keluarga dikelompokkan menjadi beberapa sub populasi,

antara lain: keluarga pegawai negeri, keluarga pengusaha, keluarga buruh,

keluarga petani, keluarga nelayan, dan lain-lain. Setiap sub populasi itu

diberikan jatah tertentu walaupun jumlah masing-masing sebagai

populas i t idak diketahui. Setiap ibu rumah tangga dari sub populasi i tu

dihubungi sebagai sumber data sampai jumlahnya terpenuhi.

3) Purposive Sampling, merupakan pemilihan sekelompok subjek dalam

purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang

mempunyai sangkut pant yang eras dengan ciri-ciri populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Dengan kata lain , unit sampel yang dihubungi

disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan

tujuan penelitian. Misal, suatu penelitian tentang tata tertib lalu lintas di

sebuah kota. Sampel yang dipergunakan hanya diambil di antara

pemilik kendaraan bermotor yang tercatat di kepolisian atau kepada pemilik

SIM. Pengumpulan data dilakukan pada unit sampling tertentu, tidak termasuk

pengendara yang mungkin bukan pemilik kendaraan bermotor atau mungkin

tidak memiliki SIM.

Penentuan sampel, perlu memperhatikan sifat dan penyebaran populasi.

Berkenaan hal itu, dikenal beberapa kemungkinan dalam menetapkan sampel

Page 29: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

dari suatu populasi berikut ini.

a) Sampel Proporsional

Sampel proporsional, menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel

dari beberapa sub populasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata

lain, unit sampling pada setiap sub sampel sebanding jumlahnya dengan

unit sampling dalam setiap sub populasi , Misalnya, penelitian dengan

menggunakan murid SMA/SMK Negeri sebagai unit sampling yang

terdiri atas 3000 murid SMA Negeri dan 1500 murid SMK Negeri.

Dengan demikian, perbandingan sub populasi adalah 2 : 1. Dari populasi

itu akan diambil sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap sub

populasi, maka harus diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 murid

SMK Negeri sebagai sampel.

b) Area Sampel

Teknik sampling ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel.

Perbedaannya ter le tak pada sub populas i yang d i te tapkan

berdasarkan daerah penyebaran populasi yang hendak diteliti.

Perbandingan besarnya sub populasi menurut daerah penelitian dijadikan

dasar dalam menentukan ukuran setiap sub sampel. Misal, penelit ian yang

menggunakan guru SMP Negeri sebagai unit sampl ing yang tersebar

pada l ima kabupaten . Set iap Kabupaten memiliki populasi guru banyak

500, 400, 300, 200, dan 100. Melihat populasi seperti itu, maka

perbandingannya adalah 5: 4: 3: 2: 1. Jumlah sampel yang akan diambil 150.

Dengan demikian dari setiap Kabupaten harus diambil sampel sebesar 50,

40, 30, 20, dan 10 orang guru.

c) Sampel Ganda

Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud

menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak

masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua

kali lebih banyak, dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua

kali lipat itu dilakukan terutama apabila ala t pengumpul data yang

dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirim melalui pos.

Dengan mengirim, dua set kuesioner pada dua unit sampling yang

memmil iki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya

Page 30: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

akan dikembalikan, sehingga jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan

terpenuhi.

d) Sampel Majemuk (Multiple Samples)

Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda.

Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki

kesamaan dengan unit sampling yang pertama. Dengan sampel multiple

ini kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah

ditetapkan tidak diragukan lagi. Penarikan sampel majemuk ini hanya dapat

dilakukan apabila jumlah populasi cukup besar.

I. Pengumpulan Data Penelitian1. Jenis Data

Segala keterangan mengenai variabel yang diteliti disebut data. Data

penelitian pada dasarnya dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data

kuantitatif (Hadi, 1980; Nawawi, 1983; Bungin, 2008; Sugiyono, 2009). Data

kualitatif dinyatakan dalam bentuk kata, atau kalimat. Misalnya data dalam bentuk

tingkatan: pandai, sedang, bodoh; kaya sekali , kaya, sedang, miskin, miskin

sekali . Data kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam penelitian,

seringkali data kualitatif, terutama dalam bentuk tingkatan, ditransformasikan ke

dalam data kuantitatif dengan memberikan simbol angka secara berjenjang pula,

atau dengan menghitung frekuensi secara terpisah satu dengan yang lain. Dengan

transformasi seperti itu analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan

perhitungan statistik tertentu. Di bawah ini akan dikemukakan jenis data kuantitatif,

baik berasal dari transformasi data kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat

kuantitatif.

a. Data Skala Nominal

Data skala nominal ditetapkan berdasar atas proses penggolongan mencakup

penempatan objek ke dalam kategori-kategori yang mempunyai perbedaan

kualitatif, bukan berdasar kuantitatif. Dalam ukuran ini tidak ada asumsi, tentang

jarak maupun urutan antara ketegori dalam ukuran i tu . Satu-satunya hubungan

yang ada di antara kategori-kategori itu adalah bahwa kategori-kategori

tersebut berbeda satu sama lain. Tidak ada kesan sedikitpun bahwa kategori-

kategori yang telah ditetapkan itu mewakili "lebih" atau "kurang"nya ciri-ciri yang

Page 31: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

ada.

Penggolongan mahasiswa berdasar jenis kelamin, laki-laki atau perempuan,

misalnya, merupakan contoh data skala nominal. Angka yang digunakan pada

tingkat nominal ini, hanya dipergunakan untuk mengidentifikasi kategori- kategori

itu saja. Angka-angka itu tidak merefleksikan bagaimana kedudukan kategori

tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanyalah sekedar "label". Sebagai

contoh angka satu yang diberikan kepada jenis kelamin laki-laki dan angka dua

kepada jenis kelamin perempuan, tidak menunjukkan bahwa kepandaian

perempuan dua kali laki-laki. Demikian juga angka atau nomor yang diberikan

kepada para pemain sepak bola. Dalam hal ini tidak akan dikatakan bahwa

pemain dengan nomor punggung tujuh selalu pemain yang lebih baik daripada

pemain dengan nomor empat. Demikian pula, tidak akan dikatakan bahwa

perbedaan kemampuan bermain antara pemain nomor enam dan delapan sama

dengan perbedaan antara pemain nomor dua dan empat. Angka dalam skala

nominal sudah barang tentu tidak dapat diolah secara matematis melalui proses

penambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian. Orang hanya dapat

menggunakan prosedur statistik yang didasarkan pada penghitungan belaka,

misalnya, melaporkan jumlah hasil pengamatan dalam setiap kategori.

b. Data Skala Ordinal

Data skala ordinal ialah data yang disusun berdasar jenjang dalam atribut tertentu,

tanpa menunjukkan jarak antara posisi-posisi tersebut. Angka yang ditetapkan

dalam data skala ordinal hanya menunjukkan urutan posisi, tidak lebih daripada itu.

Baik perbedaan ataupun perbandingan antara angka-angka tersebut juga tidak ada

artinya. Jika angka 1, 2, 3 dan seterusnya dipakai dalam pengukuran ordinal,

maka tidak ada implikasi bahwa jarak antara urutan 1 dan urutan 2 sama

dengan jarak antara urutan 2 dan urutan 3, begitu seterusnya. Jarak antara anak

yang menduduki urutan 1 dengan anak yang menduduki urutan 2 bisa sama,

lebih pendek, atau lebih jauh daripada jarak antara anak urutan 2 dan urutan 3.

Dasar untuk menafsirkan besarnya perbedaan antara angka-angka itu,

ataupun perbandingan antara angka-angka itu, tidak ada. Dalam lomba lari yang tak

dihitung waktunya, misalnya, orang dapat mengetahui siapa yang melewati garis

finis pertama kali, kedua, ketiga, dan seterusnya. Namun, orang tidak

mengetahui berapa perbandingan kecepatan pelari itu satu sama lain. Perbedaan

antara pemenang pertama dan kedua tidak selalu harus sama dengan

Page 32: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

perbedaan antara pemenang kedua dan ketiga, atau ketiga dan keempat. Juga

tidak dapat dikatakan, pelari kedua, dua kali lebih cepat daripada pelari keempat.

Hitungan tambah, kurang, kali, dan bagi tidak dapat digunakan pada data skala

ordinal. statistik yang sesuai bagi skala ordinal adalah terbatas, karena besar

jarak interval antara kategori-kategori tidak diketahui. Statistika, seperti Mean,

Median, Mode, Korelasi terutama Rank Correlation dan beberapa perhitungan

Non Parametrik statistik, cocok untuk skala ordinal.

c. Data Skala Interval

Data skala. interval ialah data yang memberi jarak interval yang sama dari suatu

titik asal yang tidak tetap. Data ini tidak semata-mata mengurutkan orang atau

objek berdasar suatu atribut, tetapi juga memberikan informasi tentang

interval antara satu orang atau objek dengan orang atau objek lainnya. Tetapi data

lain ini tidak memberikan informasi tentang jumlah absolut atribut yang dimiliki

oleh seorang, karena tidak memiliki titik nol mutlak. Titik nol pada tes psikologi

atau tes pendidikan tidak ada patokannya. Sebagai contoh, tidak ada angka

kecerdasan nol; tidak ada suatu cara pun dalam tes kecerdasan baku yang

dapat dipakai untuk menetapkan bahwa seorang mempunyai tingkat kecerdasan

nol. Kalau ada tiga orang mahasiswa memperoleh skor 15, 30, dan 45 dalam ujian

statistika. Dalam hal ini, tidak dapat dikatakan bahwa mahasiswa yng memperoleh skor

30 mempunyai pengetahuan statistika dua kali lipat dari mahasiswa yang memperoleh

skor 15, atau bahwa mahasiswa yang mendapat nilai 45 mempunyai pengetahuan

statistika tiga kali lipat dari mahasiswa yang mendapat nilai 15.

Untuk memahami bagaimana hal itu demikian, dapat dijelaskan sebagai berikut. Andaikan

dosen statistika tersebut menambahkan lima belas soal yang sangat mudah, dan ketiga

mahasiswa tadi dapat menjawab semua soal dengan benar. Ketiga skor itu kini

berubah menjadi 30, 45, dan 60. Kemudian dibuat perbandingan skor, pada skala

interval ini, maka akan terjadi kekeliruan laporan bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai

60 mempunyai pengetahuan statistika dua kali lipat daripada mahasiswa yang

memperoleh nilai 30, pada hal dalam perbandingan sebelumnya dianggap bahwa

mahasiswa yang bersangkutan mempunyai pengetahuan statistika tiga kali lipat

daripada mahasiswa lainnya itu. Meskipun demikian, data skala interval ini merupakan

nilai kuantitatif yang paling banyak dipergunakan, karena ia memiliki jarak yang sama

antar dua nilai yang terdekat. Di samping itu sebahagian besar teknik perhitungan statistik

dapat dikembangkan dengan menggunakan data ini.

Page 33: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

d. Data Skala Ratio

Data skala ratio ialah data skala yang memiliki titik nol sejati, sehingga bilamana suatu

gejala dinyatakan nol berarti gejala itu sama sekali tidak ada. Di samping itu data ini

mempunyai jarak dalam bentuk satuan yang sama, sehingga gejala-gejala dimaksud dapat

dinyatakan dapat dibandingkan secara pasti. Misal seseorang dapat memberi arti bahwa

berat barang 4 kg adalah dua kali lebih berat dari barang yang beratnya 2 kg. Demikian

pula jarak 4 cm adalah setengah dari jarak 8 cm dan seterusnya.

J. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih

teknik dan alat pengumpul data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data

yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan

teknik penelitian seperti banyak dikupas oleh Hadi (1980, 1981); Nawawi (1983); Rachman,

(1993); Bungin (2008); Creswell (2009); sebagai cara yang dapat ditempuh untuk

mengumpulkan data, penelitian.

1. Teknik Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan

terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer

berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedang observasi tidak

langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa

yang akan diselidiki, misainya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, atau

rangkaian photo. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang melakukan observasi

(observer) agar penggunaan teknik ini dapat menghimpun data secara efektif berikut ini.

a. Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang akan diobservasi.

b. Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya.

c. Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data. Pertimbangan

pencatatan langsung di tempat atau setelah observasi haruslah seksama. Demikian

juga alat pencatat data yang anecdotal record, catatan berkala, check list, rating scale atau

mechanical device perlu dipertimbangkan.

d. Penentuan kategori pendataan gejala yang diamati, apakah dengan mempergunakan skala

tertentu atau sekedar mencatat frekuensi munculnya gejala tanpa klasifikasi tingkatannya.

Sehingga perumusan dengan tegas dan jelas ciri-ciri setiap kategori sangatlah perlu.

e. Pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis, maksudnya

Page 34: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

diusahakan agar tidak ada satu pun gejala yang lepas dari pengamatan.

f. Pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah, agar tidak saling

mempengaruhi.

g. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil observasi

berikut ini.

1) catatan anekdot (anecdotal record)

Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian.

catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap

bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat tentang kejadian tersebut.

2) catatan berkala (insidental record)

Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan menurut waktu munculnya

suatu gejala, tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan pada waktu tertentu,

dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali

pengamatan.

3) Daftar cek (check list)

Penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat

nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observasi memberi

tanda cek pada gejala yang muncul.

4) Skala Nilai (rating scale)

Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya terletak

pada kategorisasi gejala yang dicatat. Di dalam daftar rating scale tidak sekedar

terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi

tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala

tersebut. Penjenjangan mungkin mempergunakan skala 3, 5, dan 7. Misal: baik,

sedang, dan buruk (skala 3); Sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk

(skala 5); luar biasa, sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk

(skala 7). Oleh karena itu, kecermatan dan sikap kritis observer, dalam hal ini, sangat

diperlukan.

5) Peralatan Mekanis (mechanical device)

Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung,

karena seluruh atau sebahagian peristiwa direkam dengan alat elektronik sesuai

dengan keperluan. Misalnya, peristiwa di film, photo, rekaman, menggunakan video

kaset dan lain-lain (Nawawi, 1983).

Page 35: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Berdasarkan uraian tentang alat pengumpul data, pencatatan pada dasarnya dilakukan

dalam salah satu dari dua bentuk sebagai berikut:

1) pencatatan berbentuk kronologis, yaitu pencatatan yang dilakukan menurut urutan

kejadian.

2) pencatatan berbentuk sistematik yakni pencatatan yang dilakukan dengan

memasukkan tiap-tiap gejala yang diamati ke dalam kategori tertentu tanpa

memperhatikan urutan kejadiannya.

a) Pencatatan dapat dibedakan ke dalam dua bentuk berikut ini (1) pencatatan

secara faktual, yakni pencatatan-gejala yang timbul sebagaimana adanya, tanpa

interpretasi dari observer, (2) pencatatan secara interpretatif yakni pencatatan

yang dilakukan dengan memberikan interpretasi terhadap gejala yang timbul

oleh observer yang kewajibannya memasukkan atau menggolongkan gejala yang

diamatinya ke dalam salah satu ketegori yang telah ditetapkan.

b) Pelaksanaan teknik observasi dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penentuan

dan pemilihan cara tersebut sangat tergantung pada situasi objek yang akan

diamati berikut ini.

(1) Observasi partisipan dan observasi non partisipan

Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan

oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang

yang akan diobservasi. Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota

kelompok yang akan diobservasi. Sebaliknya, observer yang hanya

melakukan pura-pura berpartisipasi dalam kehidupan orang yang akan

diobservasi, observasi tersebut dinamakan quasi partisipasi. Apabila observer

tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah

berkedudukan selaku pengamat, hal itu disebut observasi non partisipan. Hal

yang perlu diperhatikan dalam observasi, khususnya observasi partisipan

ialah: pencatatan harus dilakukan di luar pengetahuan orang-orang yang

sedang diamati dan observer harus membina hubungan yang baik (good

rapport)

(2) Observasi sistematik dan observasi non sistematik

Observasi sistematik adalah observasi yang diselenggarakan dengan

menentukan secara sistematik faktor-faktor yang akan diobservasi lengkap

dengan kategorinya. Dengan kata lain wilayah atau ruang lingkup observasi

Page 36: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

telah dibatasi secara tegas sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

Sebaliknya observasi yang dilakukan tanpa terlebih dahulu mempersiapkan

dan membatasi kerangka yang akan diamati, disebut observasi non

sistematik.

Untuk meningkatkan kecermatan dalam mempergunakan teknik observasi,

perlu diketahui beberapa keterbatasan atau kelemahan dan beberapa kebaikannya.

Keterbatasan Teknik Observasi

1) Observasi sangat tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat.

Kemampuan ini ternyata dipengaruhi oleh beberapa aspek sebagai berikut:

a) daya adaptasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan objek yang akan

diamati

b) kebiasaan-kebiasaan, yaitu kebiasaan atau pengalaman dalam arti kehidupan

yang berperan dalam pengamatan, tetapi pola ini kerapkali tidak mampu

menangkap fakta-fakta sebagaimana adanya

c) keinginan, yaitu keinginan untuk memperoleh hasil tertentu dalam

penelitiannya, sehingga pengamatannya lebih terarah pada fakta yang sesuai

dengan keinginannya

d) prasangka, yaitu prasangka tertentu terhadap objek yang diamati

sehingga pengamatan tidak dapat dilakukan secara objektif dan bahkan

terjerumus pada penafsiran palsu atas fakta yang timbul

e) proyeksi, yaitu kecenderungan melemparkan kejadian di dalam diri observer

kepada objek yang berada di luar sehingga pengamatan tidak dapat

dilakukan secara baik

f) ingatan, yaitu ingatan observer yang tidak tahan lama, tidak luas

sehingga;

a. fakta-fakta yang dilupakan menjadi tidak tercatat

b. fakta-fakta yang dilupakan diganti menurut interpretasi observer

g) keadaan fisik dan psikis terutama perasaan yang dalam kondisi fisik letih,

sakit, mengantuk, marah dan lain-lain, sulit untuk melakukan pengamatan

yang cermat.

2) Kelemahan-kelemahan dalam pencatatan

a) Pengaruh kesan umum (hallo effects). Observer terpengaruh oleh kesan

Page 37: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

umum dari objek yang diamati, sehingga ia mencatat tidak tepat. Misal

observer dipengaruhi oleh sikap sopan dan penampilan yang rapi dalam

objek.

b) Pengaruh keinginan menolong (generosity effects). Observer ingin

membuat baik dalam bentuk kecenderungan memberikan penilaian yang

menguntungkan walaupun gejala yang diamati sebenarnya tidaklah

demikian.

c) Pengaruh pengamatan sebelumnya (carry over effects). Kesesatan ini

terjadi karena observer tidak dapat memisahkan kesan terdahulu pada saat

mengamati gejala berikutnya.

3) Banyak kejadian atau keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama

yang menyangkut kehidupan pribadi yang sangat rahasia. Di samping itu

kerapkali terjadi munculnya suatu gejala yang akan diamati tidak pada saat

diamati.

4) Observer kerapkali menjumpai observee yang bertingkah laku baik dan

menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi. Sebaliknya mungkin

pula observee bertindak tidak baikdan tidak menyenangkan untuk menyesatkan

observer yang tidak diinginkan kehadirannya.

5) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu,

sehingga kalau terjadi gangguan yang tiba-tiba observasi tidak dapat

dilaksanakan. Misalnya gangguan cuaca, alam, dan sebagainya. Di samping itu

banyak kejadian yang berlangsung sangat pendek dan tidak terjadi serempak.

Kebaikan-kebaikan observasi sebagai teknik pengumpulan data antara lain:

1) banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya

akurat sulit dibantah

2) banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya

karena terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau rnengisi kuesioner

3) kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan

memperbanyak observer

4) banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat

pengumpul data yang lain, ternyata sangat menentukan hasil penelitian justru

diungkap oleh observasi.

Page 38: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

2. Teknik Komunikasi

Teknik Komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan

pribadi antara pengumpul data dengan sumber data. Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan

ke dalam: (1) teknik komunikasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan memper-

gunakan interviu sebagai alatnya, (2) teknik komunikasi tidak langsung, yaitu teknik

pengumpul data dengan mempergunakan angket atau kuesioner sebagai alatnya.

1) interviu

Interviu alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan

secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interviu adalah kontak

langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee). Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif setiap interviewer

harus mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewee atau responden atau

mengadakan rapport ialah suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa

responden bersedia bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi

informasi sesuai dengan pikiran dan keadaan yang sebenarnya. Keadaan ini akan

menciptakan suatu suasana di mana responden merasakan adanya kehangatan dan sikap

simpatik, merasakan kebebasan untuk berbicara bahkan terangsang untuk berbicara, dan

yang penting lagi bahwa kesan pertama dari penampilan pewawancara sangatlah

penting untuk merangsang sikap kerja sama. Untuk menciptakan kerjasama dan membina

hubungan manusiawi yang baik ini dapat dilakukan hal-hal berikut ini.

a) Partisipasi yaitu penerimaan dan keikutsertaan interviewer dalam kegiatan interviwee

sehingga tanya jawab berlangsung dalam suasana yang wajar.

b) Indentifikasi yaitu perkenalan dan pendekatan diri interviewer sehingga interviewer

dirasakan sebagai teman atau orang seperjuangan yang memiliki cita-cita yang sama.

Interviewer jangan bersikap egoistik yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak

menghargai pihak interviewee.

c) Persuasif yaitu sikap sopan dan ramah dalam bertanya. Menumbuhkan keyakinan

pada diri interviewee bahwa informasi yang akan disampaikan sangat penting

sehingga harus dikemukakan secara lengkap dan sejujur-jujurnya.

Syarat penting lain dalam mengemukakan pokok-pokok yang akan diungkap sebagai

berikut:

a) menghindari kata-kata yang bermakna ganda

b) menghindari pertanyaan panjang

Page 39: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

c) mengajukan pertanyaan sekonkret mungkin;

d) mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interviewee

e) menyebut semua alternatif jawaban

f) menghindari kata-kata canggung yang membuat rasa malu interviewee

g) menetralkan gaya bahasa bertanya

h) memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interviewee

i) menanyakan hal-hal yang positif dan negatif dalam menilai orang ke tiga.

Interviu dapat dibedakan dalam dua jenis berikut ini.

a) Interviu Berstruktur

Dalam interviu berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada

interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Keuntungan pendekatan ini adalah

bahwa pendekatan ini telah dibakukan. Oleh karena itu, jawabannya dapat dengan

mudah dikelompokkan dan dianalisis. Kelemahannya, pendekatan ini kaku dan bisa

tampak terlalu formal. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan dalam teknik ini

dapat meningkatkan releabilitas interviu, tetapi dapat menurunkan kemampuannya

mendalami persoalan yang diselidiki.

b) Interviu Tak Berstruktur

Interviu ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan, sikap,

keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada

subjek. Interviu seperti ini bersifat luwes dan biasanya direncanakan agar sesuai

dengan subjek dan suasana pada saat interviu dilaksanakan. Teknik wawancara ini

tidak dapat segera dipergunakan untuk pengukuran mengingat subjek mendapat

kebebasan untuk menjawab sesuka hatinya dan pertanyaan yang diajukan

interviewer dapat menyimpang dari rencana semula. Namun, interviu semacam ini

dapat membantu menciptakan dan menjelaskan dimensi-dimensi yang ada di dalam

topik yang sedang dipersoalkan.

2) Angket atau kuesioner

Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah

pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner

seperti halnya interviu, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri

responden atau informasi tentang orang lain.

a) kuesioner berstruktur

Kuesioner ini disebut juga kuesioner tertutup, berisi pertanyaan-pertanyaan yang

Page 40: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam menjawab

terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.

b) kuesioner tak berstruktur

Kuesioner ini disebut juga kuesioner terbuka, di mana jawaban responden terhadap

setiap pertanyaan kuesioner bentuk ini dapat diberikan secara bebas menurut pendapat

sendiri.

c) kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur

Sesuai dengan namanya, maka pertanyaan ini di satu pihak memberi alternatif

jawaban yang harus dipilih, dilain pihak memberi kebebasan kepada responden untuk

menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya.

d) Kuesioner semi terbuka

Kuesioner yang memberi kebebasan kemungkinan menjawab selain dari alternatif

jawaban yang sudah tersedia.

Menyusun kuesioner merupakan pekerjaan yang sulit dan memakan waktu. Untuk

itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a) menyiapkan surat pengantar, terutama bagi kuesioner yang dikirim melalui pos atau

cara cara lain, agar terjalin hubungan balk;

b) menyertakan petunjuk pengisian kuesioner yang menjelaskan tentang cara menjawab

pertanyaan;

c) menyusun pertanyaan-pertanyaan:

(1). usahakan kuesioner sesingkat mungkin, sehingga tidak banyak menyita waktu

responden

(2). pertanyaan disusun sedemikian rupa, sehingga tidak menghasilkan jawaban

yang bermakna ganda

(3). hindari menyusun pertanyaan yang mendorong responden menjawab tidak jujur,

menyesatkan karena takut atau malu bilamana sesuatu yang buruk diketahui

orang lain

(4). pertanyaan tidak menyesatkan karena ada asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan

(5). hindari pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa jera, curiga atau

permusuhan di pihak responden

(6). alternatif jawaban terhadap berbagai pertanyaan dalam kuesioner

hendaknya lengkap; artinya, semua alternatif yang mungkin mengenai masalah

itu hendaknya diungkapkan

Page 41: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

(7). usahakan agar pertanyaan yang bermaksud mengungkapkan fakta tidak berbaur

dengan mengungkapkan pendapat atau keyakinan dan lain-lain dalam satu

pertanyaan

(8). aturlah pertanyaan-pertanyaan itu menurut urutan psikologis yang benar, apabila

ada pertanyaan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus dijadikan bersama-

sama untuk satu topik, ajukan pertanyaan yang bersifat umum dahulu, kemudian

yang bersifat khusus

(9). susun pertanyaan sedemikian rupa sehingga jawaban jawaban dapat langsung

ditabulasi dan ditafsirkan.

3. Teknik Pengukuran

Alat pengumpul data berikutnya yang bermaksud mengumpulkan data yang bersifat

kuantitatif adalah teknik pengukuran. Alat-alat pengukuran tersebut dapat disebutkan

berikut ini.

1) Tes

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan

maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor

angka. Persyaratan pokok bagi tes adalah validitas dan reliabilitas. Dua jenis tes

yang sering dipergunakan sebagai alai pengukur adalah:

a) Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan

tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang

diberikan secara lisan pula.

b) Tes tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis

tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang

diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam dua bentuk

berikut ini.

(1). Tes essey (essay test) yaitu tes yang menghendaki agar testee memberikan

jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri.

(2). Tes objektif (objective test) adalah suatu tes yang disusun di mana setiap

pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih. Tes ini dapat

menghasilkan skor yang konstan, tidak tergantung kepada siapapun yang

memberi skor, karena pemberi skor tidak dipehgaruhi oleh sikap

subjektivitas. Tes objektif dibagi ke dalam beberapa bentuk berikut ini.

Page 42: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

(a). Tes betul-salah (True False Items)

(b). Tes pilihan ganda (Multiple Choice Items)

(c). Tes menjodohkan (Matching Choice Items)

(d). Tes melengkapi (Completion Items)

(e). Tes Jawaban Singkat (Short Answer Items) (Mechrens and Lechmann,

1975).

Dilihat dari tingkatannya, tes dapat diklasifikasikan menjadi dua: tes baku dan tes

buatan peneliti sendiri. Tes baku adalah tes yang dipublikasikan dan telah disiapkan

oleh para ahli secara cermat sehingga norma-norma perbandingan, validitas, relia-

bilitas dan petunjuk pemberian skornya telah diuji dan disiapkan. Tes buatan sendiri,

agar dapat dipergunakan sebagai alat pengukuran perlu diperhatikan beberapa hal

berikut ini.

(1) Tes harus valid

Tes disebut valid apabila tes tersebut benar-benar dapat mengungkap aspek yang

diselidiki secara tepat, dengan kata lain harus memiliki tingkat ketepatan yang

tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur

(2) Tes harus reliabel

Tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil

yang relatif tetap apabila dilakukan secara berulang pada kelompok

individu yang sama. Dengan kata lain tes itu memiliki tingkat ketepatan atau

tingkat keajegan yang tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang

hendak diukur.

(3) Tes harus objektif

Tes dikatakan objektif apabila dalam memberikan nilai kuantitatif terhadap

jawaban, unsur subjetifitas penilai tidak ikut mempengaruhi.

(4) Tes harus bersifat diagnostik

Tes bersifat diagnostik apabila tes memiliki daya pembeda dalam arti mampu

memilah-milah individu yang memiliki kemampuan yang tinggi sampai

dengan angka yang terendah dalam aspek yang akan diungkap. Untuk itu harus

dilakukan perhitungan tingkat kesukaran butir tes dan analisis butir tes.

Tingkat kesukaran berupa indeks P = 100 dari satu butir tes yang termudah

sampai indeks P= 0,00 dari satu item tes yang tersukar. Keadaan ini harus

tersebar sedemikian rupa di dalam tes. Penyebarannya disarankan sebagai

Page 43: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

berikut : 20% butir tes yang sukar, 50% butir tes yang kesukarannya sedang,

dan 30% butir tes mudah.

(5) Tes harus efisien

Tes yang efisien yaitu tes yang mudah cara membuatnya dan mudah pula

penilaiannya.

Agar butir-butir tes memenuhi persyaratan yang dikehendaki, maka butir tes

objektif disusun harus memenuhi konstruksi berikut ini.

a) Syarat bagi pembuat tes

Pembuat tes harus berusaha memenuhi syarat sebagai berikut memiliki

pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan dites, memiliki

pengetahuan dan kecakapan dalam teknik konstruksi tes, memiliki

kemampuan merumuskan buah pikiran secara teliti, singkat dan jelas.

Petunjuk umum menyusun butir tes objektif: setiap pertanyaan bentuk objektif

hendaknya didahului oleh petunjuk tentang cara mengerjakan; pergunakan

istilah dan susunan kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan testee;

hindarkan pernyataan-pernyataan yang mengandung lebih dari satu

pengertian atau dapat diartikan bermacam-macam; pernyataan-

pernyataan jangan diambil langsung dari apa yang tertulis di dalam buku

bacaan atau bahan pelajaran, karena hal itu akan melatih ingatan saja

dan kurang mendorong testee untuk berpikir; harus juga dijaga jangan

sampai pertanyaan yang satu mempermudah pertanyaan yang lain; urutan-

urutan jawaban yang salah dan yang betul jangan mengikuti suatu pola

tertentu yang tetap, misal, dalam ragam Benar - Salah urutan jawaban yang

betul jangan B; S, B, S dan seterusnya, atau dalam ragam Pilihan Ganda, jangan

a, b, c, d, a, b, c, d, dan seterusnya; jangan sampai pertanyaan yang satu

tergabung pada pertanyaan yang lain sehingga apabila testee tidak dapat

menjawab yang satu maka tidak akan dapat menjawab yang lain; tes objektif

harus mengevaluasi tujuan-tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan; butir-butir

tes hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga testee yang sudah mencapai

tujuan pengajaran akan dapat menjawab dengan bena; butir tes harus

memiliki discriminatory power untuk membedakan testee yang sudah

mencapai tujuan pengajaran dari yang belum mencapai tujuan itu; petunjuk

tes dan butir-butir tes harus sedemikian rupa sehingga testee tahu dengan

segera apa yang harus dikerjakan; tes harus dipersiapkan sebaik-baiknya;

Page 44: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

testee harus diberi kesempatan yang cukup untuk persiapan menghadapi

tes; waktu untuk mengerjakan tes harus cukup karena pada dasarnya tes

objektif bukan "speed test" tetapi "power test"; untuk discriminatory purposes,

butir-butir tes yang jumlahnya memadai itu sebaiknya terdiri atas butir-butir

yang relatif mudah sampai yang relatif sukar; tes hendaknya meliputi semua

aspek penting dari bahan yang diajarkan; jawaban-jawaban yang benar

hendaknya tersebut pada huruf atau nomor option yang berbada-beda tidak

membentuk pola; dan untuk tes pilihan ganda, option-option hendaknya jelas

benar atau salah benar dan hanya satu yang benar. (Mechrens dan

Lechmann, 1975; Nawawi, 1983).

Pertanyaan atau soal tes objektif bentuk multiple choice terdiri atas dua

bagian, yaitu stem dan option. Stem dapat berbentuk suatu phrase kalimat

yang tidak lengkap, kalimat tanya, kalimat ingkar, dan sebagainya. Option

merupakan kemungkinan jawaban yang telah tersedia, yang harus dipilih.

Jawaban yang benar disebut kunci (key), sedang yang lain disebut pengecoh

(distractors). Dengan demikian, syarat-syarat khusus objektif test bentuk

multiple choice dapat dibedakan berikut ini.

b) Syarat Penyusunan Stem: Kalimat stem harus jelas menunjukkan tugas yang

harus dilaksanakan dan tidak meragukan; stem hanya menanyakan atau

mengandung maksud atau satu masalah pokok; kalimat stem hendaknya

singkat, jelas dan mudah dimengerti.

c) Syarat Penyusunan Option: Option hanya mengandung satu jawaban yang benar

atau tepat; option hendaknya homogen, satu, sama lain ada sangkut pautnya;

option hendaknya pendek, jangan merupakan kalimat yang panjang; option

hendaknya mempunyai bobot yang hampir sama agar pengecoh dapat bekerja

dengan balk; pengecoh hendaknya diambil dari materi yang sudah dipelajari;

jumlah option untuk seperangkat butir tes sebaiknya sama; kunci supaya

disebar pada semua, dan jumlahnya diusahakan sebanding.

4) Daftar Inventori Kepribadian

Daftar ini dimaksudkan untuk mendapat ukuran kepribadian dari objek penelitian. Dalam

daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang menggambarkan

pola-pola tingkah laku. Mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan

itu merupakan ciri tingkah laku mereka, dengan jalan memberi tanda cek pada jawaban

ya, tidak, atau tidak tahu. Skor dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai

Page 45: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

dengan sifat yang diukur oleh peneliti.

5) Teknik Proyektif

Teknik proyektif adalah ukuran yang dilakukan dengan meminta seseorang

memberikan respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak

tersusun. Teknik ini disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memproyeksikan

kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya sendiri ke dalam stimulus tersebut.

Peneliti kemudian, mencoba menyusun suatu gambaran menyeluruh tentang kepribadian

orang tersebut bedasar penafsiran dan tanggapan subjek terhadap stimulus. Teknik

proyektif banyak digunakan oleh para ahli ilmu jiwa klinis untuk mempelajari dan

menetapkan diagnosis orang yang mendapat gangguan emosional.

6) Skala

Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek atau

tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala biasa digunakan untuk mengukur

sifat, nilai-nilai dan minat. Macam skala ada empat, yaitu: (1) summated rating scale atau

skala Libert, (2) equal-appearing intervals atau skala Thurstone,(3) cumulative scales

atau skala Guttman dan (4) semantic differential scales atau skala perbedaan

makna dari Osgood (Ary, dkk, 1972).

a) Summated rating scale (skala Likert)

Skala Likert merupakan sejumlah pertanyaan positif dan negatif mengenai suatu objek

sikap. Langkah-langkah untuk menyusun skala Likert, sebagai berikut: mengumpulkan

sejumlah pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan tentang objek

sikap; memilih dari kumpulan ini pernyataan-pernyataan yang menyenangkan dan

yang tidak menyenangkan dalam jumlah yang kira-kira sama; memberikan butir-

butir pernyataan itu kepada sejumlah individu untuk mengisi pendapatnya;

menghitung skor tiap-tiap individu; dan melakukan analisis untuk memilih butir-butir

pernyataan yang menghasilkan diskriminasi tinggi. Perhatikan contoh yang dipilih

dari butir-butir "sikap terhadap orang Negro" dalam tulisan Liberti (Ary, dkk, 1979).

Contoh Pertanyaan Skala Likert

No Indikator yang diukur Pilihan jawaban

1 Jika guru Negro dituntut membuat persiapan yang sama dengan guru kulit putih, maka guru Negro seharusnya

sangat setuju

setuju tidak mempunyai pilihan

tidak setuju

sangat tidak setuju

Page 46: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

mempero leh ga j i yang sama dengan guru kulit putih.

(2) (1) (0) (-1) (-2)

Perumahan orang Negro hendaknya dipisahkan darisetujuperumahan orang kulit putih.

sangat setuju

(2)

setuju

(1)

tidak mempunyai pilihan

(0)

tidak setuju

(-1)

sangat tidak setuju

(-2)

b) Skala Thurstone

Thurstone mengembangkan suatu metode untuk menentukan skala tertentu pada hal-

hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenangkan. Langkah-langkahnya:

mengumpulkan sejumlah besar pernyataan tentang objek sikap; memberikan

pernyataan-pernyataan tersebut kepada sejumlah penilai (50 - 100 orang); mencari

skala yang akan ditetapkan pada setiap nilai pernyataan; memilih 20 sampai 30

pernyataan yang tersebar secara merata.

Contoh Nilai Skala:

0 . 2 Saya yakin gereja adalah lembaga yang terbesar di Amerika saat ini.

1 . 5 Saya yakin bahwa menjadi anggota gereja merupakan hal yang hampir

pokok untuk menjalani hidup sebaik-baiknya.

2 3 Saya merasa upacara ibadah gereja menimbulkan rasa tenang dan

membangkitkan semangat.

3 . 3 Saya menyukai gereja saya karena di sana ada suasana persahabatan.

4 . 5 Saya percaya pada apa yang diajarkan gereja, namun dengan syarat- syarat

mental tertentu.

5 . 6 Kadang-kadang saya merasa bahwa gereja dan agama itu perlu, dan kadang-

kadang saya ragu-ragu.

6 . 7 Saya yakin pada ketulusan dan kebaikan tanpa upacara gereja sama sekali.

7 . 4 Saya yakin gereja akan kehilangan tempat berpijak bilamana pendidikan

semakin maju.

Page 47: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

8 . 3 Saya kira ajaran gereja semuanya terlalu dangkal untuk bisa mempunyai banyak

arti sosial.

9 . 6 Saya kira gereja adalah penghambat agama, karena gereja masih

bergantung pada hal-hal yang baik, tahayul, dan dongeng.

10.0 Saya kira gereja adalah parasit dalam masyarakat (Donald Ary, dkk, 1972).

Dalam pelaksanaannya, nilai skala itu tidak ditunjukkan. Buti-butir pernyataan itu

diatur secara acak. Skor setiap subjek adalah rerata dari nilai pernyataan yang dipilih.

c) Skala Guttman

Teknik skala Guttman digolongkan sebagai skala berdimensi tunggal. Suatu sikap

dianggap berdimensi tunggal hanya kalau sikap itu menghasilkan skala yang

kumulatif, yaitu skala yang butir-butirnya berkaitan, satu sama lain sedemikian rupa

sehingga seorang subjek yang setuju dengan pernyataan nomor dua, misalnya akan juga

merasa setuju dengan pernyataan nomor satu, dan seterusnya. Sebagai contoh, lihatlah

butir-butir pernyataan berikut. Dalam contoh ini responden diminta untuk menyatakan

setuju atau tidak setuju.

(1).Manfaat Pramuka sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk organisasi itu;

(2).Pramuka mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan peranan generasi muda;

(3). Pramuka adalah organisasi yang paling penting di Indonesia dalam

meningkatkan peranan generasi muda.

d) Skala Perbedaan Makna (Semantic Differential Scale)

Skala perbedaan makna didasarkan pada pandangan bahwa objek itu mempunyai dua

macam makna bagi seseorang, yaitu makna denotatif dan konotatif. Makna

denotatif suatu objek dapat dengan mudah dinyatakan, namun tidak demikian dengan

makna konotatifnya. Osgood, dkk, menggunakan skala ini yang terdiri atasi tujuh titik.

Sebagai contoh lihatlah berikut ini (Ary, dkk, 1972).

Contoh: Berilah nilai pada situasi/kondisi berikut ini.

Baik 3 2 1 0 -1 -2 -3 BurukBersih 3 2 1 0 -1 -2 -3 KotorManis 3 2 1 0 -1 -2 -3 PahitKuat 3 2 1 0 -1 -2 -3 LemahBesar 3 2 1 0 -1 -2 -3 KedlBerat 3 2 1 0 -1 -2 -3 PinganAktif 3 2 1 0 -1 -2 -3 Pasif

Page 48: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Cepat 3 2 1 0 -1 -2 -3 LambatPanas 3 2 1 0 -1 -2 -3 Dingin

Melalui analisis faktor, Osgood, dkk, medapatkan tiga kelompok kata sifat: yaitu

evaluatif, seperti baik-buruk, bersih-kotor; potensi, seperti -kuat-lemah, besar-kecil;

dan aktivitas, seperti aktif-pasif, cepat-lambat.

7) Teknik Sosiometris

Teknik sosiometris dipakai untuk mempelajari organisasi kelompok-kelompok kecil.

Prosedur dasarnya dapat berupa permintaan kepada para anggota suatu kelompok untuk

menunjuk teman pilihan mereka yang pertama, kedua, dan seterusnya menurut kriteria

tertentu. Melalui teknik ini dapat diketahui anggota kelompok yang populer (bintang),

yang terkecil, dan kelompok klik-klikan.

Contoh:

A Berdasarkan contoh, dapat diketahui bahwa

C sebagai bintang, B orang terkucil karena

B C tidak ada yang memilih. Sementara, D,C,

dan E saling memilih, ini merupakan suatu,

yaitu tiga atau lebih individu memilih satu

D E sama lain.

8) Teknik Dokumenter

Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk

juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau studi

dokumenter. Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data

yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional

melalui pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang

menolak hipotesis tersebut. Sedang dalam penelitian kuantitatif teknik ini berfungsi

untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di dalam

kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.

K. Reliabilitas dan Validitas Alat Pengumpul Data

1. Reliabilitas

Reliabilitas lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat

Page 49: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

ukur, yaitu: (1) kemantapan, (2) ketepatan dan (3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan

mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulangkali, dengan syarat bahwa kondisi saat

pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang sama. Di dalam

pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna juga "dapat diandalkan" (Kerlinger,

1973). Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang tepat/benar dalam mengukur dari

sesuatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah instrumen dimana pertanyaannya jelas,

mudah dimengerti dan rinci. Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama

dari responden yang lain, dan dari waktu yang satu kewaktu yang lain. Homogenitas,

menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur-unsur

dasarnya. Misalnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi seorang petani di pedesaan, maka

kepadanya diungkap; sering tidaknya mengikuti pertemuan di pedesaan, ambil bagian dalam

kerja bakti, hubungan dengan sesamanya, dan sebagainya.

Pengukuran reliabilitas mempunyai landasan dalam teori "measurement

error" (salah ukur). Dalam perhitungan reliabilitas instrumen yang standar itu, secara

teoritis dianggap ada dan hasil atau angka yang diperoleh dengan menggunakan instrumen itu

disebut angka benar (true score). Sedang hasil atau angka yang diperoleh dengan

menggunakan instrumen yang ada disebut angka yang diperoleh (obtained score).

Selisih antara angka yang diperoleh dengan angka yang benar disebut salah ukur.

Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, pada dasarnya dapat diperiksa melalui

dua tahap usaha, yaitu pertama dengan analisis rasional dan analisis empiris (Dirjen PT PPSPTK,1980).

Seorang peneliti yang cermat dan berpengalaman, biasanya dengan mudah menilai reliabilitas suatu

instrumen penelitian dengan cara mengadakan analisis rasional. Peneliti ini akan dapat pula menunjuk

kelemahan dari instrumen dan dengan segera dapat memberi pertimbangan, apakah informasi yang

diperoleh dari responden dapat dipercaya atau harus diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah ke

dua dalarn memeriksa mutu instrumen, ialah dengan menganalisis secara empiris (analisis dengan

mempergunakan prosedur statistik). Dengan demikian, langkah ini merupakan penunjang dalam

pengujian penilaian yang kualitatif. Cara/metode pengujian reliabilitas dari instrumen berikut ini.

1) Metode Ulang (Test-Retest)

Metode ini menunjuk adanya pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama, dengan

situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi

mempunyai kelemahan-kelemahan karena kemungkinan-kemungkinan seperti dibawah ini.

a). Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua kurun waktu wawancara, sehingga hasil

pengukuran yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar:

b). Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan pengukuran kedua dibanding dengan

Page 50: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

yang pertama. Kebenaran ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur

reliabilitas tes kemampuan

c). Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang kembali jawaban yang pernah

diberikan. Untuk sedikit mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama dengan yang

kedua perlu dipertimbangkan masak-masak.

d). Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang kali menunjukan suatu kesadaran

terhadap ciri tersebut, yang kemudian bertanggungjawab terhadap perubahan sikap itu.

2). Metode Paralel

Metode ini menunjuk pada kesatuan yang sama, atau kelompok variabel diukur dua kali

pada waktu yang sama atau hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga.

Di dalam pelaksanaanya terdapat dua kemungkinan, yaitu : (1) dua orang peneliti

menggunakan instrumen yang sama pada responden yang berbeda, (2) seorang peneliti

dengan dua instrumen yang berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama.

Salah satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur adalah dengan koefisien

korelasi. Apabila koefisien korelasi di kuadratkan, akan diperoleh koefisien determiner

yang sekaligus merupakan indeks reliabilitas untuk kedua alat ukur.

3). Metode Belah Dua (Split Half Method)

Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara membagi dua, artinya

instrumen dan skor pada kedua bagian instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan

metode ini (lebih tepat) pada instrumen yang terdiri atas beberapa pertanyaan atau

pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya mengukur konsep, jadi

yang diukur dalam metode belah dua ini adalah homogenitas dan internal consistency

pertanyaan/pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses pengujian reliabilitas

pada metode belah dua ini, hampir sama dengan metode paralel. Sampai saat ini belum

ada pedoman yang baik untuk memilih suatu instrumen. Cara yang biasanya, ditempuh

untuk memilih instrumen adalah dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor

genap pada satu kelompok dan pertanyaan yang bernomor ganjil di lain kelompok.

Kelemahan metode ini, bahwa koefisien korelasi dan indeks reliabilitasnya biasanya

berfluktuasi tergantung dari cara pengelompokan pertanyaan-pertanyaan.

2. Validitas

Pengukuran reliabilitas, perhatian ditujukan kepada: kemantapan, ketepatan dan

homogenitas instrumen. Sedangkan di dalam mengukur validitas, perhatian ditujukan pada isi

dan kegunaan instrumen. Sebagai contoh, perhitungan GNP dapat menunjuk tingkat

Page 51: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

kemajuan ekonomi suatu negara, dan sering juga dipakai oleh para ekonom untuk menunjuk

taraf kemakmuran rakyat biasa. Penggunaan GNP untuk mengukur taraf kemakmuran

rakyat banyak, dikritik belakangan ini. GNP dapat dikatakan valid untuk mengukur tingkat

ekonomi negara, tetapi tidak valid untuk mengukur kemakmuran rakyat. Jumlah jam kerja

seorang buruh mungkin berguna untuk mengetahui produktivitasnya, tetapi barangkali tidak

untuk menilai loyalitas terhadap perusahaan. Dengan demikian, maka instrumen dapat valid

untuk mengukur tujuan yang satu, tetapi tidak valid untuk tujuan yang lain (Hagul dalam

Singarimbun, 1982).

Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kali mempersoalkan validitas kriteria penilaian

terhadap sesuatu. Sebagai contoh kecerdasan seseorang di bangku sekolah, tidak selalu

menjamin perolehan jabatan atau pekerjaan yang sesuai pada masa yang akan datang. Suatu

prestasi/pengalaman tidak selalu sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai atau diukur.

Pengertian valid, di dalam karya ilmiah, tidak jauh berbeda dari apa yang dikemukakan dari

pengalaman-pengalaman sehari-hari di atas. Secara ringkas keadaan validitas suatu karya

ilmiah akan dijelaskan dengan menguraikan jenis validitas seperti: construct validity, content

validity, face validity, predictive validity (Nawawi, 1983) .

1) Construct Validity

Construct validity menunjuk kepada asumsi, bahwa alat ukur yang dipakai mengandung

satu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoritis. Oleh karena itu,

construct validity (konstruk) sebenarnya hampir sama dengan konsep, keduanya sama-

sama merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi sedemikian rupa,

sehingga dapat diamati dan diukur. Beberapa konstruksi dalam ilmu-ilmu sosial seperti:

status sosial ekonomi, nilai anak, fertilitas dan normalitas, kesengsaraan, kemiskinan dan

sebagainya. Seorang peneliti dalam membahas construct validity ini, mulai dengan

menganalisis unsur-unsur suatu konstruk. Kemudian diberikan penilaian apakah

bagian- bagian itu memang logis untuk disatukan (menjadi skala) yang mengukur

suatu konstruk. Langkah terakhir adalah menghubungkan konstruk yang sedang diamati

dengan konstruk lainnya, dan menelusur apa saja dari konstruk pertama mempunyai

kaitan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk lain tadi.

2) Content Validity

Content validity (validitas isi) menunjuk kepada suatu instrumen yang memiliki

kesesuaian isi dalam mengungkap/mengukur yang akan diukur. Sebagai misal, seorang

dosen pada akhir semester memberikan ujian dari bahan yang telah diajarkan. Sudah

barang tentu terdapat banyak kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Sebuah tes yang

Page 52: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

mempunyai validitas isi yang tinggi, apabila pertanyaan yang diajukan dapat mengungkap

apa yang sudah diajarkan dosen, atau yang diketahui mahasiswanya. Validitas isi kini

mendapat perhatian yang makin besar dalam pengukuran-pengukuran terhadap kemajuan

belajar. Tes kemajuan belajar, seperti dimaklumi adalah bermaksud mengetahui apa yang

sudah diketahui siswa/mahasiswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes tidak boleh

keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang penting dan masih erat berhubungan

dengan isi dari kompetensi dasar yang bersangkutan. Penentuan suatu alat ukur

mempunyai validitas isi, biasanya/dapat juga didasarkan pada penilaian para ahli dalam

bidang tersebut.

3) Face Validity

Face validity (validitas lahir atau validitas tampang) menunjuk dua arti berikut ini.

a). Menyangkut pengukuran atribut yang konkret. Sebagai contoh: peneliti akan

mengukur tingkat melek huruf petani-petani di desa, maka mereka disuruh

membaca. Apabila kemahiran mengetik yang akan diukur, maka jumlah kata yang

diketik per-menit itulah yang akan dianalisis.

b).Menyangkut penilaian dari para ahli maupun konsumen alat ukur tersebut. Sebagai

contoh, peneliti menyusun skala tentang partisipasi, kemudian ditunjukkan kepada

sejumlah ahli. Apabila para ahli berpendapat bahwa unsur skala itu memang mengukur

partisipasi, skala tersebut dikatakan memiliki validitas tampang.

4) Predective Validity

Predective validity, menunjuk kepada instrumen peramalan. Meramal sudah

menunjukkan bahwa kriteria penilaian berada pada saat yang akan datang, atau

kemudian. Sebagai contoh, salah satu syarat untuk diterima di perguruan tinggi adalah

menempuh ujian. Instrumen tes ujian itu dikatakan memiliki predective validity yang

tinggi, apabila yang mendapat nilai baik ternyata dapat menyelesaikan studinya dengan

lancar, mudah dan berprestasi baik, sedangkan yang mendapat nilai rendah akan

mendapat hambatan yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan kata lain,

dengan instrumen tes yang memiliki predective validity tadi, dapat diramalkan hasil studi

seseorang calon mahasiswa pada satu masa yang akan datang. Secara bagan pengujian

validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dapat digambarkan seperti pada

Gambar 2.3 sebagai berikut.

Page 53: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Gambar 2.3

Skema Instrumen dan Cara-cara Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang baik

Valid mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan)

Validitas eksternal/empiris

Validitas internal/rasional

Reliabel digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama (konsisten)

Construct ValidityDisusun Berdasarkan teori relevan

Content ValidityDisusun berdasarkan rancangan/program yang telah ada

Uji Validitasnya dengan

KonsultasiAhli

Stability

Disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah terbukti

Uji validitas dibandingkan

dengan standar yang telah ada

dilanjutkan dengan analisis

faktor

Uji Validitas dengan

membandingkanprogram yang

ada dan konsultasi ahli

Eksternal

Equivalent

Gabungan di atas

Internal consistency

Test-retestKelompok sama waktu berbeda

Test beda, tetapi equivalentDicobakan dalam waktu yang sama

Diuji dengan: Split half KR 20, KR 21 Anova Hoyt

Di-analisis dengan korelasi setelah

diuji coba

Page 54: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

L. Pengolahan Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik

Menyimpan, mendemonstrasikan, mendeskripsikan, dan menganalisis data penelitian,

dewasa ini tidak lepas dari keikutsertaan jasa komputer. Penggunaan komputer pada

penelitian banyak dibantu oleh tersedianya software siap pakai yang berhubungan dengan

statistika. Telah diketahui bahwa statistika memegang peranan penting dalam pengolahan dan

analisis data. Walaupun demikian, peranan statistika tidak lebih dari sekadar alat penelitian

(Bungin, 2008). Sebagai alat analisis data, beberapa rumus pengolahan data statistika telah

dibuat dalam program-program siap pakai yang tersimpan dalam floppy disk maupun hardisk,

seperti dynastat, microstat, SPSS (Statistical Package for Social Sciences), AMOS (.....,) dan

sebagainya. Pada setiap program siap pakai tersebut telah tersedia berbagai bentuk alat

pengolahan data statistik, baik statistik deskriptif maupun inferensial.

Penggunaan program-program tersebut, dengan demikian peneliti tidak bersusah

payah membuat form-form pengolahan dan analisis data, menghitung data, serta menarik

simpulan sementara. Semuanya tersedia dalam program-program tersebut. Peneliti hanya

dituntut untuk menguasai cara mengoperasikan program statistik tertentu sesuai dengan

kepentingan penelitian. Satu-satunya pekerjaan adalah meng-entry data penelitian dalam

disket-disket kerja kemudian menjalankan program tersebut. Walaupun demikian, simpulan

akhir tetap ada kepada peneliti.

Analisis statistik berangkat dari data kuantitatif. Pada umumnya statistik dibagi dua,

yaitu: statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif biasanya

dipergunakan kalau tujuan penelitian hanya untuk penjajagan atau pendahuluan, tidak menarik

kesimpulan, hanya memberikan gambaran/deskripsi tentang data yang ada. Termasuk dalam

penyajian data pada statistik deskriptif adalah tabel, grafik, pengukuran tendensi sentral (modus,

median, mean, desil, persentil), dan perhitungan standar deviasi.

Analisis statistik inferensial dipergunakan jika peneliti akan memberikan

interpretasi mengenai data, atau ingin menarik simpulan dari data yang dihasilkan. Pada

statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan nonparametrik. Statistik parametrik

digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi

melalui data sampel. Penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik tergantung pada

asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametrik memerlukan banyak asumsi,

yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, syarat homogenitas, asumsi

linieritas (dalam regresi). Sementara itu statistik nonparametrik tidak menuntut terpenuhi

banyak asumsi, misal data tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, statistik

Page 55: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

nonparametrik sering disebut bebas distribusi (Sugiyono, 2010). Analisis statistik parametrik

sudah barang tentu mempunyai kekuatan yang lebih dari pada analisis statistik

nonparametrik. Selain itu, analisis statistik parametrik banyak digunakan untuk untuk

menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametrik banyak digunakan

untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Tabel 2.2 menggambarkan penggunaan statistik

dalam menguji hipotesis.

Tabel 2.2Penerapan Statistik Parametrik dan Nonparametrik Kaitannya dengan Jenis Data

dan Bentuk-Bentuk Hipotesis

Macam Data

Bentuk HipotesisDeskriptif

(satu variabel atau satu

sampel)**

Komparatif (dua sampel)

Komparataif (lebih dari dua sampel

Asosiatif (hubungan)

Related Independent Related Independent

Nominal Binomial

.. satu sampel

McNemar

Fischer ExactProbability

.. dua sampel

Cochran Q ...untuk k sampel

ContingencyCoeficienc Correlation

Ordinal Run TestSign test

WilcoxonMatced pairs

Median testMann-WhitneyUtestKolomogorovSmirnovWald-Woldfowitz

FriedmanTwo-WayAnova

MedianExtension

Kruskal-Wallis OneWay Anova

SpearmanRank Corelation

Kendall Tau

InrtervalRasio

t-test* t-tesRelated

t-test*Indepemdent

One WayAnova*

Two-WayAnova*

One-Way Anova*

Two-WayAnova*

Korelasi Product Moment*

Korelasi Parsial*

Korelasi Ganda*

Regresi,Sederhana &Ganda*

*) Statistik Parametrik**) Deskriptif untuk parametrik artinya satu variabel dan untuk noparametrik artinya satu sampel

Page 56: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Untuk kepentingan analisis data, bagaimanapun bentuknya data, perlu ada prosedur

penyusunannya. Prosedur yang sering dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan Data

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data:

1) hanya memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan

2) hanya memasukkan data yang bersifat objektif

3) hanya memasukkan data yang autentik

4) perlu dibedakan data informasi dengan kesan pribadi responden.

b. Pengolahan Data

Kegiatan pengolahan data secara umum dilaksanakan melalui tahap memeriksa (editing),

proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating). Editing adalah

kegiatan pengklasifikasian data dengan cara menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke

dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat

kategori itu, penyusunannya harus memenuhi: bahwa setiap perangkat kategori

dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat kategori

harus dibuat lengkap, sehingga tidak ada satu pun poin-poin jawaban responden

yang tidak mendapat tempat, dan bahwa kategori yang satu dengan yang lain harus

terpisah secara jelas tidak saling tumpang tindih. Apabila terjadi kejanggalan pada

instrumen, berilah identitas tertentu pada instrumen dan poin janggal tersebut.

Editing akan lebih menguntungkan bila dilakukan secara bersama-sama di antara peneliti

sehingga diskusi dan pengecekan dapat dilakukan secara langsung. Apabila editing

terpaksa secara terpisah, maka sebaiknya peneliti memiliki daftar koreksi yang dapat

mempermudah pencarian instrumen yang harus mendapat pemeriksaan ulang. Pada akhir

editing, peneliti harus berkeyakinan bahwa data yang diperlukan sudah lengkap dan jelas,

data sudah konsisten, seragam, dan memiliki respons yang sesuai.

1. Pemilihan Uji Statistik

Pemilihan uji statistik dilakukan setelah tujuan penelitiann dirumuskan secara tepat,

sederhana, dan jelas. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan variabel, membedakan

distribusi, ataukah mencari hubugan dan pengaruh hubungan antara variabel analisis statistik

yang digunakan adalah statistik deskriptif. Sedangkan tujuan penelitian yang hendak

membedakan suatu distribusi, misal t-test, anova, manova, chi-square digunakan uji

signifikansi dengan statistik inferensial. Selanjutnya, apabila distribusinya normal, maka

Page 57: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, sedangkan bila distribusinya tidak

normal statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.

Santoso (2007) mengemukanan cara untuk mengetahui normalitas suatu objek

penelitian, yaitu dengan:

1) cara pengambilan sampel. Distribusi suatu objek diharapkan normal bila sampel

diambil secara random dan besar sampel dihitung secara statistik berdasarkan besar

populasi.

2) menghitung rerata dan standard deviasi suatu objek. Pada distribusi normal harga

standard deviasi pada umumnya tidak lebih besar 50% dari harga rerata.

3) uji normalitas. Cara sederhana ialah dengan membuat histogram, dievaluasi bentuk

distribusinya (simetris atau menceng), atau menggunakan statistik kolmogorov

smirnov.

2. Rancangan dan Teknik Analisis

a. Ukuran kecenderungan memusat

Salah satu tugas statistik adalah mencari suatu angka di sekitar mana nilai-nilai dalam

suatu sebaran memusat. Angka yang menjadi pusat sesuatu sebaran disebut

kecenderungan memusat atau tendensi sentral. Terdapat tiga macam kecenderungan

sentral, yaitu mean, median, dan mode.

b. Teknik Korelasi

Teknik korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua atau lebih variabel.

Arah hubungan dapat positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Hubungan poitif, bila

kenaikan/turunnya nilai variabel yang satu (X) disertai kenaikan/turunnya nilai variabel

Mean adalah jumlah nilai dibagi dengan banyaknya individuMode (dalam sebaran frekuensi tunggal ) adalah nilai variabel yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam sebaran. Mode (dalam sebaran frekuensi bergolong) adalah titik tengah interval kelas yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam sebaran.Median adalah suatu nilai yang membatasi 50% frekuensi distribusi bagian bawah dengan 50% frekuensi distribusi bagian atasKwartil adalah norma yang membagi sesuatu/keadaan ke dalam empat golongan/kategoriDesil adalah norma yang membagi sesuatu/keadaan ke dalam sepuluh golongan/kategoriPersentil adalah norma yang membagi sesuatu/keadaan ke dalam 100 golongan/kategori

Page 58: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

yang lain (Y). Hubungan negatif, bila kenaikan/turunnya nilai variabel (X) disertai

turunnya nilai variabel (Y). Hubungan yang nihil atau tidak mempunyai hubungan bila

kenaikan nilai variabel (X) disertai turun atau naiknya variabel (Y).

Besar/kecilnya hubungan ditentukan oleh koefisien hubungan atau koefisien korekasi.

Koefisien hubungan adalah bilangan yang menyatakan besar/kecilnya hubungan.

Bilangan itu bergerak antara 0,00 sampai 1,00. Koefisien yang bertanda (+) menunjuk

kepada korelasi positif dan yang bertanda (-) menunjuk ke arah negatif. Sedang

koefisien yang bertanda 0,00 menunjuk ke arah tidak ada korelasi. Koefisien korelasi

(+1,00) dikatakan sempurna positif. Korelasi (-1,00) dikatakan korelasi sempurna

negatif. Korelasi lebih besar dari 1,00 tidak ada. Kalau dideskripsikan, nilai koefisien

korelasi tersebar sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3Nilai Koefisien

Nilai Koefisien Makna koefisien

(+0,70) - (ke atas)

(+0,50) – (+0,69)

(+0,30) – (+0,49)

(+0,10) – (+0,29)

(0,00)

(-0,01) – (-0,20)

(-0,10) – (-0,29)

(-0,30) – (-0,49)

(-0,50) – (-0,59)

(-0,70) – (- ke

bawah)

A very strong positive association (hubungan positif yang sangat

kuat)

A substantial positive association (hubungan positif yang mantap)

A moderate positive association (hubunag positif yang sedang)

A low positive association ( hubungan positif yang tak berarti)

No association (tidak ada hubungan)

A negligible negative association (hubungan negatif tak berarti)

A low negative association (hubungan negatif yang rendah)

A moderate negative association (hubungan negatif yang sedang)

A substantial negative association (hubungan negatif yang mantap)

A very strong negative association (hubungan negatif yang sangat

kuat)

Selanjutnya untuk menetapkan uji statistik yang dipakai berdasarkan jenis data dapat

dilakukan seperti telihar pada Tebel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4 Penetapan Uji Statistik Berdasarkan Jenis Data

Statistik Deskriptif: digunakan untuk menyusun, meringkas, dan menggambarkan data

Page 59: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Tujuan

Mengukur kecenderungan atau tendensi memusat

Mengukur letak perbedaan

Jenis Data

Nominal, ordinal, interval, dan rasio

Nominal, ordinal, interval, dan rasio

Statistik

Mean, median, mode

Standard Deviation, interquartile range, range

Statistik Inferensial: digunakan untuk menyimpulkan kesamaan dari beberapa kelompok data; untuk memastikan/menyimpulkan bahwa apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan secara signifikan dari suatu yang diduga sebelumnya.

Statistik Perbandingan: digunakan untuk mengungkap perbedaan Statistik Parametrik : sebagai dasar untuk memberikan kepastian/kesimpukan dari suatu

asumsi dugaan alamiah berdasarkan beberapa data parameter pada populasi (data tersebut berdistribusi normal, bervariasi sama/equal variances), dibutuhkan paling tidak jenis datanya interval dan besar sampel memenuhi

.

Tujuan

1. Membandingkan dua kelompok data bebas (independent), misal rerata dari dua kelompok sampel

2. Membandingkan dua kelompok data terikat (dependent), misal rerata test-retest untuk saatu sampel

3. Membandingkan lebih dari dua kelompok data independent yang salah satu variabel sebagai kelompok eksperimen. Misal rerata dari tiga kelompok sampel

4. Membandingkan lebih dari dua kelompok data dependent yang salah satu variabel sebagai kelompok eksperimen. Misal rerata dari subjek yang sama diuji selama tiga kali waktu yang berbeda

Jenis Data

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Statistik

t-test(independent)

t-test(correlated)

One-way analysis of variance (ANOVA)

One-way ANOVA with repeated measures

Page 60: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

5. Membandingkan dua kelompok data independent atau lebih yang dua kelompok variabel sebagai kelompok eksperimen (factorial design)

6. Membandingkan dua kelompok data independent atau lebih sebagai variabel pertama dan dua kelompok data dependent atau lebih sebagai variabel kedua (mixed design)

7. Membandingkan dua atau lebih dari kelompok data independent dan atau data dependent yang tiga atau lebih sebagai variabel eksperimen

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Interval, ratio, dan berbagai data ordinal

Two-way ANOVA

Two-way mixedANOVA

Three-way(four-way etc)ANOVA

Statistik Nonparametrik: Sebagai dasar untuk mengungkap sebagian kecil asumsi dugaan pada populasi berdasarkan data yang sama, hal ini menggunakan data ordinal dan nominal, dengan ukuran sampel kecil

Tujuan

1. Membandingkan dua kelompok data independent data poins, misal dua kelompok sampel

2. Membandingkan dua kelompok data dependent, misal rancangan pretest-posttest

3. Membandingkan lebih dari dua kelompok data independent yang satu variabel sebagai kelompok eksperimen

4. Membandingkan lebih dari dua kelompok data dependent yang satu variabel sebagai

Jenis Data

Nominal,Ordinal

Nominal,Ordinal

Nominal,Ordinal

Nominal,Ordinal

Statistik

Chi-square, median test, Mann-Whiney U test

McNemar test,Wilcoxon test,Sign test

Chi-square,Median test,Kruskal Wallis.

Cochran O test,Fried-man analysis of varience

Page 61: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

kelompok eksperimen

Koefisien Korelasi, dimaksudkan untu mengungkap hubungan/relationship

Tujuan

Menentukan hubungan antara dua variabel

Jenis Data

Data interval atau rasio data untuk kedua variabel

Data ordinal untuk kedua variabel

Nominal: dua pemisah yang tak nyata (two arificial dichotomies)Nominal: dua pemisah yang sugguh (two true dichotomies)Artificial dichotomy untuk satu variabel; data interval atau rasio untuk satu variabelTrue dichotomy untuk satu variabel; data interval atau rasio untuk satu variabel.

Statistiik

PersonProduct MomentCorrelationSpearman rank-orde correlation,Kendall’s tauTetrachoric correlation

Phicoefficient

Biserial correlation

Point biserial correlation

Sumber: Santoso (2007)

M. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Pengetesan hipotesis perbedaan

Berdasarkan kajian teoretis, peneliti akan mengajukan hipotesis. Hipotesis penelitian

terdiri atas hipotesis perbedaan dan hipotesis korelasi/hubungan. Persoalannya adalah

bagaimana sebuah hipotesis dipandang layak ditolak atau diterima. Dalam arti kapan suatu

perbedaan dipandang sebagai perbedaan yang berati atau tidak, dan suatu korelasi di nilai

sebagai korelasi yang bermakna atau tidak. Dalam statistik, cara mengukur atau menilai

hipotesis perbedaan atau hipotesis korelasi disebut dengan pengetesan hipotesis.

Terdapat dua kemungkinan apabila melakukan hipotesis perbedaan, yaitu perbedaan

yang memiliki arti (signifikan) dan tidak memiliki arti (tidak signifikan). Statistik memberi

cara untuk menilai perbedaan tersebut dengan menggunakan t-test dan teknik Chi Square.

Cara menilainya ialah dengan menguji harga “t” apabila menggunakan teknik t-test atau

harga X apabila menggunakan teknik Chi Square. Pengujian harga t dan X dipergunakan

angka batas penerimaan atau penolakan yang telah ditentukan dengan Tabel Nilai-Nilai t atau

Page 62: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Tabel Kurva Normal (untuk teknik t-test), atau Tabel Nilai-nilai Chi Square (untuk teknik Chi

Squar). Cara pengujian kedua teknik seperti terdapat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5Nilai Hasil Penelitian Kaitannya dengan Hipotesis

Hasil penelitian Makna

Hasil penelitian/perhitungan lebih atau sama

besar dibandingkan dengan batas nilai yang

terdapat dalam tabel pengukuran

(Nilai Hitung ≥ Nilai Tabel)

Perbedaan tersebut berarti atau signifikan

Hipotesis (Ho) ditolak

Hasil penelitan/perhitungan lebih kecil bila

dibandingkan dengan batas nilai yang

terdapat dalam tabel pengukuran

(Nilai Hitung < Nilai Tabel)

Perbedaan tersebut tidak berarti atau tidak

signifikan

Hipotesis (Ho) diterima

2. Pengetasan hipotesis korelasi

Besar kecilnya nilai hubungan antara dua atau lebih variabel yang saling berpengaruh

disebut dengan nilai koefisien korelasi. Terdapat dua kemungkinan nilai koefisien korelasi

yang dapat muncul dalam suatu penelitian, yaitu nilai hitung lebih besar atau sama dan nilai

hitung lebih kecil dari angka batas yang terdapat dalam tabel. Dengan diketahuinya

perbandingan antara nilai hitung dan nilai tabel, maka peneliti dapat menentukan posisi

hipotesi penelitiannya. Ketentuannya dapat dijelaskan seperti pada Tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6

Nilai Koefisien Korelasi Kaitan dengan Hipotesis

Nilai koefisien korelasi Makna

Nilai koefisien korelasi/perhitungan yang

diperoleh pada suatu penelitian lebih besar

atau sama besar dengan angka batas yang

tercantum dalam tabel pengukuran

(Nilai Hitung ≥ Nilai Tabel)

Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna atau signifikan,

bukan saja terdapat pada sampel, melainkan

juga terdapat pada populasi penelitian.

Hipotesis (Ho) ditolak

Nilai koefisien korelasi/perhitungan pada Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya

Page 63: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

suatu penelitian lebih kecil dari angka batas

yang terdapat dalam tabel, maka dikatakan

bahwa koefisien korelasi tersebut tidak

berarti atau tidak signifikan

(Nilai Hitung < Nilai Tabel)

hubungan yang bermakna atau signifikan

(boleh jadi signifikan pada sampel),

melainkan tidak signifikan pada populasi

penelitian.

Hipotesis (Ho) diterima

N. Pembahasan dan Penarikan Simpulan

1. Pembahasan dan diskusi hasil penelitian

Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan agar peneliti mengkonstruksi sebuah

pengetahuan melalui cara berpikir deduktif-induktif dan induktif-deduktif. Cara seperti ini

lebih tepat disebut melakukan analisis dialektika dengan dasar metode penjelasan reflectif

thinking. Kadang pada tahap ini sering pula dikatakan sebagai daerah otonom peneliti,

peneliti berspekulasi secara ilmiah, menjelaskan asumsi-asumsi dasarnya. Bahkan ada yang

menyebut bagian ini sebagai petualangan ilmiah sang peneliti (Bungin, 2008). Karena itu,

sesunggguhnya bagian ini paling menarik bagi peneliti karena dia diberi kesempatan untuk

mengemukakan pikiran-pikirannya, gagasan-gagasan yang menurutnya benar berdasarksan

apa yang ia yakini, ia alami-selama penelitian, dan berdasarkan apa yang ia pelajari dari teori

sebelumnya.

Materi-materi penting dalam pembahasan dan diskusi hasil penelitian adalah (1)

temuan hasil penelitian, (2) teori yang digunakan dalam penelitian, (3) hasil penelitian

peneliti lain, (4) gagasan-gagasan orang lain yang diketahui, (5) pendapat-pendapat pribadi

peneliti, dan (6) bahan-bahan sekunder lainya.

Pembahasan hasil penelitian menyangkut beberapa hal penting, seperti hasil temuan

penting dalam penelitian perlu di-review untuk memperoleh penjelasan empiris dan

metodologis, kemudian temuan-temuan penting itu dibahas berdasarkan teori yang digunakan

dalam penelitian ini. Sehingga pembahasannya nanti menerima teori, mengkritisi teori, atau

bahkan menolak teori sama sekali. Secara bagan pembahasan tersebut dapat digambarkan

pada Gambar 2.4.

Page 64: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Reflectif Thinking

Sumber: Bungin, 2008: 230

Gambar 2.4

Model Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti akan menarik simpulan menjawab

problematik atau hipotesis atau tujuan penelitian yang diajukan. Jika analisis data

dilakukan secara statistik, dari uji statistik yang telah dilakukan kemungkinan simpulannya

berikut ini.

1. Hubungan antara variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampel-sampel yang

diteliti sangat signifikan, atau hanya signifikan saja (jika digunakan aturan keputusan

konvensional), atau signifikan pada taraf signifikansi sekian atau sekian persen (jika

digunakan aturan keputusan tidak konvensional).

2. Hubungan antara variabel-variabel yang diteliti atau perbedaan antara sampel-sampel

yang diteliti tidak signifikan (Hadi, 1981: 23-24).

Dalam kemungkinan hasil yang pertama, kemungkinan besar hipotesis alternatifnya

diterima (hipotesis nihil ditolak). Menerima hipotesis alternatif berarti dugaan adanya

hubungan atau adanya perbedaan dinyatakan terbukti. Sebaliknya dalam kemungkinan hasil

yang kedua, hipotesis alternatifnya dinyatakan tidak terbukti.

Simpulan, yaitu hasil uji statistik belumlah merupakan produk terakhir dari suatu

penelitian ilmiah. Hasil penelitian itu masih perlu dibahas, diulas, atau didiskusikan.

Pembahasan itu menjadi sangat penting jika ternyata hipotesis penelitiannya tidak dapat

dibuktikan. Dalam keadaan demikian penelitian berkewajiban mengkaji kemungkinan sebab-

Teori yang digunakan(Tesis)

Temuan Penelitian(Antitesis)

Sintesis/Tesis

Didukung Hasil PenelitianHasil Penelitian orang lain

Pendapat orang lainSumber-sumber lain

Pendapat pribadi peneliti

Page 65: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

sebab tidak terbuktinya hipotesis. Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis dapat dicari

dari:

1) landasan teori yang digunakan untuk menyusun hipotesis sudah kedaluarsa; sudah kurang

sahih, atau kurang adekuat,

2) sampel penelitian terlalu kecil,

3) sampel penelitian tidak diambil secara rambang,

4) kurang cermatnya mengeliminasi atau menetralisir variabel-variabel luar,

5) instrumen atau metode pengumpulan data tidak sahih dan tidak terandalkan,

6) rancangan penelitian yang digunakan tidak tepat,

7) perhitungan-perhitungan dalam analisisnya kurang cermat,

8) hipotesisnya sendiri yang "palsu", dan kenyataannya bertentangan dengan hipotesis itu

(Hadi, 1981).

Dalam hubungan dengan kemungkinan tidak terbuktinya hipotesis perlu dikemukakan

bahwa walaupun dalam penelitian suatu hipotesis tidak terbukti, itu tidak berarti bahwa

penelitian, hipotesisnya gagal dan penelitiannya sama sekali gagal. Sering kali suatu penelitian

mambawa beberapa hipotesis dan tidak terbuktinya satu atau dua hipotesis memang

tidak jarang terjadi. walaupun penelitiannya hanya membawa satu hipotesis, tidak

"terbuktinya hipotesis itupun tidak berarti menggagalkan seluruh penelitian. Yang

penting, peneliti dalam hal ini dapat mengemukakan keterangan atau alasan yang kuat

mengenai kemungkinan-kemungkinan sebab tidak terbuktinya hipotesis tersebut dalam

pembahasan atau diskusi hasil analisisnya.

Memang cukup berat bagi peneliti untuk "mengakui", misalnya bahwa instrumen

kurang sahih, samplingnya kurang baik, pengontrolan variabel ekstraneus kurang cermat, atau

landasan teori-teorinya kurang adekuat. Kemungkinan tidak terbuktinya hipotesis ini hendaknya

mengingatkan kepada peneliti agar semua kemungkinan sebab-sebab itu ditutup

bocornya sebelum penelitian dilakukan. Jika saja setelah usaha mencegah kesalahan-

kesalahan itu dijalankan secara optimal dan hasilnya memang demikian. Peneliti tinggal

menggali beberapa kemungkinan sebabnya yang secara metodologik lebih dapat

dipertanggungjawabkan, misalnya kurang besarnya sampel atau kemungkinan tidak sahihnya

teori-teori yang ada. Sebab seperti telah diketahui bahwa lahirnya teori baru adalah dari

kemungkinan yang terakhir ini. Untuk analisis bukan statistik, barangkali komponen hasil

diskusi dan konklusi itu bergabung menjadi satu. Artinya, hasil analisis adalah sekaligus

konklusi penelitian. sebagian dari konsep-konsep yang dibicarakan dalam hasil analisis

Page 66: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

statistik di atas tentunya berlaku juga untuk hasil analisis yang bukan statistik.

O. Penulisan Laporan Penelitian

Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah penyusunan laporan. Melalui

laporan itu ilmuwan lain dapat memahami, menilai, kalau perlu menguji kembali hasil-hasil

penelitian itu. Laporan itu dapat diterbitkan, dapat tidak. Terlepas dari diterbitkan dan

dipublikasikan atau tidak, laporan final itu harus disusun menurut tata cara yang lazim

digunakan dalam tulisan ilmiah. Terdapat cukup banyak sistem tata tulis ilmiah yang dapat

digunakan seperti sistem Turabian, sistem Campbell, sistem Nasution, sistem Deliar Noor,

sistem Sutrisno Hadi, atau sistem yang telah ditetapkan oleh suatu institusi atau organisasi

profesi tertentu. Yang penting adalah diangkatnya suatu sistem dan digunakannya sistem itu

secara mantap. Menggunakan sistem yang sebagian-sebagian dari banyak sistem akan sama

halnya dengan tidak menggunakan suatu sistem tertentu. Yang paling tidak dianjurkan adalah

penyusunan laporan ilmiah yang sama sekali tidak tahu sistem siapa/apa yang digunakan.

Bentuk laporan penelitian disajikan berbeda-beda menurut kepentingan.

Laporan penelitian mungkin-disajikan sebagai:

1) makalah untuk seminar/konferensi;

2) artikel dalam jurnal; atau

3) skripsi, tesis, atau disertasi.

Setiap bentuk ini diperlakukan pendekatan yang berbeda. Suatu hal yang juga sangat

penting dalam laporan penelitian adalah format atau sistematikanya. Format "selera

peneliti" sudah jauh ditinggalkan, dan kini semakin nampak kecenderungan untuk

menggunakan format yang disesuaikan dengan langkah-langkah logis penelitian ilmiah.

Secara garis besar bagain-bagian yang perlu disiapkan atau disajikan yaitu bagian pendahulu,

bagian batang tubuh, dan bagian akhir.

Penyiapan bagian pendahulu dari laporan penelitian itu sebagian besar hanya

mengikuti aturan dari buku pedoman penulisan. Akan tetapi, satu segi dari bagian pendahulu

yang perlu mendapat sedikit penjelasan adalah judul dan intisari. Judul penelitian hendaknya

dapat menggambarkan hakikat penelitian dengan benar dan jelas. Pemberian judul yang benar

dan jelas akan menentukan indeks yang benar dan jelas pula, maka strategi yang baik bagi

peneliti adalah dengan menetapkan terlebih dahulu kata kunci yang akan dijadikan indeks

studi itu. Dari sini dicari judul yang benar dan jelas.

Sari adalah bagian yang akan banyak dibaca daripacla bagian laporan yang lain, oleh

karena itu susunan kata-katanya harus jelas dan padat, singkat, tapi cukup lengkap. Sari

Page 67: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

(abstrak), biasanya meliputi pernyataan kembali permasalahan penelitian, ciri utama metode

yang dipakai, hasil-hasil yang paling penting, simpulan dan implikasinya. Dalam sari harus

dipastikan bahwa tidak ada informasi baru yang dimasukkan di sini, yang belum

disebutkan dalam bab-bab laporan.

Penyajian bagian batang tubuh atau inti, berisi segala sesuatu yang telah terjadi

pada waktu meletakkan dasar penelitian. Bagian ini biasanya terdiri atas hal-hal yang sudah

disiapkan untuk usulan, dengan perubahan-perubahan yang relatif sedikit. Pernyataan masalah

dan alasan penelitian tetap sama. Demikian juga pernyataan tujuan, perumusan istilah,

tinjauan pustaka yang berkaitan dengan beberapa pengembangan, serta hipotesis penelitian.

Pembahasan metode dan hasil penelitian ini hendaknya cukup lengkap, sehingga setiap orang

yang ingin mengulang penelitian tersebut akan mendapatkan semua informasi yang

diperlukan. Pembahasan metode dan hasil meliputi: penentuan sampel dari populasi penelitian

beserta teknik penarikannya; prosedur penelitian dan informasi pengamatan yang dipakai

dalam melaksanakan penelitian. Jika untuk penelitian itu dikembangkan instrumen

khusus, maka harus diberikan uraian terperinci tentang instrumen buatan sendiri itu disertai

dengan bukti reliabilitas dan validitasnya serta kriteria pemberian skornya. Selain itu,

dijelaskan pula penyajian dan analisis data, yaitu pembahasan di seputar hipotesis, label dan

gambar.

Hasil penelitian perlu ditafsirkan lagi dalam hubungan dengan hipotesis (atau

pertanyaan) penelitian dalam pembahasan hasil penelitian. Pada bagian ini dibicarakan

pula implikasi dan penerapan hasil penelitian. Penafsiran hasil, penelitian adalah bagian

laporan yang paling sulit, juga yang paling berharga. Penafsiran peneliti terhadap hasil

penelitian itu akan menghubungkan hasil-hasil tersebut dengan teori dan penelitian lain di

bidang itu serta dengan prosedur penelitiannya. Bagian ini juga hendaknya membicarakan

sumbangan hasil penelitian bagi pengetahuan yang lebih luas di bidang itu. Dalam hal ini

peneliti menerangkan bagaimana hasil-hasil penelitian kemungkinan mengubah teori yang

bersangkutan dan menunjukkan perlunya diadakan penelitian selanjutnya. Suatu

pernyataan mengenai penerapan hasil penelitian tersebut akan membantu pembaca laporan

mengetahui sejauh mana hasil-hasilnya dapat diterapkan dalam praktik.

Simpulan dan saran-saran adalah puncak dari sebuah laporan. Pembicaraan tentang

simpulan yang ditunjukkan oleh hasil penelitian hendaknya dibatasi hanya pada simpulan yang

didukung langsung oleh hasil penelitian. Hipotesis merupakan kerangka yang sangat baik

bagi penyusunan simpulan; artinya, di bagian ini peneliti hendaknya menunjukkan apakah

hasil-hasil penelitian menyokong hipotesis tersebut atau tidak. Pembahasan singkat

Page 68: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

tentang pendapat peneliti mengenai implikasi hasil penelitian itu serta saran-saran

kemungkinan penerapan hasil tersebut dapat dimasukkan di sini. Peneliti dapat juga

mengemukakan persoalan-persoalan baru yang muncul dari penelitian tersebut untuk dijadikan

bahan penelitian selanjutnya.

Bagian akhir memuat daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran. Daftar kepustakaan

harus memuat semua sumber yang disebutkan di dalam teks atau catatan kaki. Sebagian besar

perguruan tinggi menetapkan bahwa hanya sumber yang disebutkan dalam teks atau catatan

kaki sajalah yang boleh dicantumkan, dalam daftar kepustakaan. Tetapi, beberapa perguruan

tinggi lainnya meminta agar referensi yang ada kaitannya, ' kendati tidak disebutkan

secara khusus, juga dicantumkan. Lampiran memuat keterangan-keterangan tambahan

untuk melengkapi laporan. Lampiran biasanya berisi perhitungan-perhitungan yang panjang,

instrumen, peta dan lain-lain.

Secara lengkap laporan hasil penelitian (memperhatikan juga gaya selingkung dari

institusi dan pemberi dana) adalah sebagai berikut.

HALAMAN JUDULPERSETUJUAN PEMBIMBINGPERNYATAANMOTTO DAN PERSEMBAHANPRAKATASARIABSTRACTDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah2.3 Pembatasan Masalah1.4 Rumusan Masalah1.5 Tujuan Penelitian1.6 Manfaat Penelitian 1.7 Batasan Istilah

BAB 2 LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teoretik2.2 Kerangka Berpikir2.3 Hipotesis Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN3.1 Pendekatan Penelitian

Page 69: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

3.2 Populasi dan Sampel3.3 Variabel Penelitian3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data3.5 Teknik Analisis Data

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian4.2 Pembahasan

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN5.1 Simpulan 5.2 Implikasi5.3 Saran5.4 Keterbatasan Penelitian

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN

Judul penelitian

Judul penelitian merupakan jendela laporan penelitian yang menggambarkan seluruh kegiatan

penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, judul harus operasional dan merupakan potret

sosok penelitian yang sesungguhnya; disusun dengan formulasi yang ekspresif serta

menyatakan dengan jelas, padat, berisi tentang permasalahan yang diteliti serta ruang lingkup

penelitian yang bersangkutan; menggambarkan variabel independen, dependen, maupun

variabel kontrol.

Latar Belakang Masalah

Peneliti, seyogianya mengungkap tentang motivasi pelaksanaan penelitian sehingga jelas

urgensi penelitian tersebut. Untuk hal tersebut, peneliti harus tahu dari mana memulai

penelitiannya, dari teori keilmuankah atau dari konsep kebijakan yang ada, atau dari motivasi

empiris lainnya yang ditemui di masyarakat. Kalau penelitian ditujukan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan atau mengkritisi konsep kebijakan maupun perundang-

undangan tertentu, maka peneliti seyogianya menentukan motif penelitian dari kejanggalan-

kejanggalan teoretis, sehingga peneliti memulai menjelaskan motivasi itu dari theorytical

problem. Kalau penelitian diperuntukkan bagi kesempurnaan atau kepentingan lainnya dari

suatu implementasi dan evaluasi kebijakan yang ada atau yang akan datang, maka motivasi

penelitian dimulai dari kejanggalan implementasi sampai dengan evaluasi yang pernah

dilakukan selama ini, sehingga kejanggalan ini dirumuskan sebagai empirical problem

(Bungin, 2008).

Kejanggalan yang ditemukan, baik dari teori keilmuan, konseptual maupun dari persoalan

empiris, dapat dipahami dengan sebaiknya apabila peneliti mampu memadukan persoalan

Page 70: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

teori keilmuan dengan dunia empiris. Atau dengan kata lain apabila persoalan keilmuan

(dicourse theoretic) dianggap sebagai kondisi yang ideal atau keadaan yang diharapkan (das

sollen) maka persoalan empiris adalah kenyataan yang ada (das sain) dapat dibahas bersama

yang memungkinkan peneliti menemukan ketidakterpaduan. Dalam memahami topik yang

akan diteliti, peneliti dibantu oleh acuan pustaka yang relevan dengan topik tersebut. Begitu

pula, untuk pemahaman yang lebih baik terhadap persoalan empiris yang ada, peneliti harus

memahami kembali konsep, perundangan-undangan, berbagai keputusan pemerintah maupun

swasta, dan segala yang berhubungan dengan itu. Berdasarkan kejanggalan teori keilmuan,

kebijakan dengan dunia empirik, peneliti mendudukan persoalan yang sebenarnya, persoalan

yang harus`detiliti. Di sinilah pentingnya kemampuan peneliti untuk meyakinkan orang lain

bahwa permasalahan yang akan diteliti sangat penting, urgen, amat mendesak untuk

dipecahkan (Bungin, 2008; Santoso, 2007).

Discource theoretic dan kenyataan di lapangan dilakukan oleh peneliti didasarkan pada hal-

hal sebagai berikut.

1) Hasil kajian pustaka. Pustaka yang berupa jurnal, buku, dokumen ilmiah, terbitan

berkala, laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, internet, dan sumber-sumber

lain yang relevan.

2) Hasil diskusi dengan pakar, sejawat atau kolegial yang seprofesi. Berdasarkan diskusi

yang bersifat formal maupun informal akan membantu peneliti menemukan masalah

penelitian. Diskusi bisa dalam bentuk seminar, simposium, diskusi panel, konferensi,

lokakarya, dan lainnya.

3) Survei awal atau kajian awal dalam bentuk kajian documenter maupun kajian lapangan.

4) Surat kabar, majalah, media elektronik dapat membantu memunculkan ide-ide penelitian.

Alur pikir latar belakang masalah sampai pada pentingnya penelitian tersebut dapat

dibagankan seperi pada Gambar 2.5 sebagai berikut.

Page 71: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

kokk

Das sollen ) ( das sain nilai realitas program fenomena teori data masyarakat

pertanyaan-pertanyaan problematik

masalah-masalah urgen

persoalan penelitian

Gambar 2.5 Alur Pikir Latar Belakang Masalah

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan pendataan sejumlah aspek permasalahan yang muncul

sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian. Dalam bagian ini dipaparkan berbagai

masalah yang ada pada objek yang diteliti. Semua masalah dalam objek, baik yang akan

diteliti maupun yang tidak akan diteliti dikemukakan. Berdasarkan identitifikasi masalah

tersebut, peneliti akan menentukan masalah yang penting dan mendesak untuk dicari

penyelesaiannya melalui penelitian.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti perlu melakukan pembatasan masalah dengan

pertimbangan keluasan masalah, kelayakan masalah, dan kekhasan bidang kajian. Selain

pertimbangan umum itu, peneliti perlu mendasarkan pada pertimbangan (1) objektif, yaitu

sejauhmana penelitian memberikan sumbangan kepada pengembangan teori dalam bidang

yang bersangkutan dan pemecahan masalah-masalah praktis; (2) subjektif, yaitu didasarkan

pada keingintahuan peneliti dan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki peneliti.

Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik, pembatasan masalah perlu

mempertimbangkan hal-hal sebagi berikut.

1) Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field research). Hal itu berarti

bahwa masalah penelitian yang baik adalah masalah yang cara pemecahan yang paling

efektif dilakukan melalui proses penelitian. Sehubungan dengan hal itu maka peneliti

Page 72: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melaksanakan penelitian, di mana tujuan

utamanya ialah untuk melakukan pengujian teori ataupun menemukan jawaban terhadap

masalah penelitian.

2) Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan masalah. Suatu masalah

penelitian yang baik harus memiliki signifikansi, baik untuk kepentingan praktis maupun

teoritis. Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan masalah penelitian

memberikan sumbangan praktik kehidupan sehari-hari. Sedangkan signifikansi teoritis

berarti bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu melahirkan prinsip-

prinsip penting yang berguna untuk memperkaya, memperluas wawasan, dan

mengembangkan teori yang telah ada. Jadi dalam masalah penelitian nilai-nilai penting

perlu dipertimbangkan.

3) Keaslian (Originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik harus menunjukkan bahwa

masalah tersebut merupakan suatu masalah baru, bukan duplikasi, atau replikasi dari apa

yang telah dikemukakan orang lain. Hal ini menjadi sangat penting terutama pada

penelitian inferensial, dan penelitian yang menghasilkan tesis dan disertasi.

4) Kelayakan untuk dilaksanakan. Masalah dalam tesis minimal bersifat analitis kritis

terhadap teori. Masalah dalam disertasi berupa pengembangan teori.

Rumusan Masalah

Secara teoretis, peneliti diharapkan mampu menginventarisasi masalah-masalah yang sudah

jelas merupakan masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah perlu diajukan sejelas

mungkin agar pemetaan faktor-faktor, aspek-aspek atau variabel-variabel penelitian ataupun

hubungan antar variabel itu terlihat dengan mudah dan kemudian tidak menimbulkan

interpretasi lain terhadap rumusan tersebut. Hal-hal yang penting dalam perumusan masalah

sebagai berikut.

1) masalah yang telah dirumuskan secara spesifik harus diikuti dengan perumusan secara

operasional, sehingga masalahnya menjadi mudah diamati dan diukur indikator-

indikatornya.

2) masalah penelitian seyogianya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan untuk lebih

menfokuskan jawaban atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.

3) masalah harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana, padat, jelas, dan

mencerminkan masalah yang diajukan serta dapat diteliti.

4) masalah penelitian harus memiliki landasan rasional dan diargumentasikan secara jelas,

sehingga secara akademik dapat diterima.

Page 73: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan peneliti untuk mendapat

jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan masalah. Dengan demikian,

ketika rumusan masalah penelitian sudah dibuat, maka formulasi tujuan penelitian mudah

pula dirumuskan. Formulasi tujuan masalah konsisten dengan rumusan masalah, hanya

dengan kalimat yang sedikit diubah menjadi kalimat pernyataan atau bentuk kalimat berita.

Manfaat Penelitian

Pada bagian ini peneliti menjelaskan secara tegas untuk apa penelitian itu dilakukan, apa

manfaat teoretis maupun praktis penelitian itu. Secara umum, manfaat penelitan dinyatakan

bahwa temuan-temuan penelitian untuk dapat dimanfaatkan oleh pribadi, lembaga maupun

masyarakat serta dalam rangka memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan. Manfaat itu

dinyatakan secara tegas dan sejauh mungkin dapat dioperasionalkan.

Deskripsi Teoretik

Deskripsi teoretik sering juga disebut dengan landasan teoretis dan merupakan uraian tentang

teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi

landasan teoretis dalam penelitian. Landasan teori dimuali dari mapping hasil penelitian

terdahulu diteruskan dengan mapping teori apa yang akan digunakan dalam penelitian.

Penjelasan mengenai tinjauan pustaka ini menyangkut seluruh struktur teori yang dituntut dari

grand theory, midle theory, application theory sampai dengan conceptual theory. Penemuan

struktur teori yang sesuai akan memudahkan peneliti menemukan model metodologis yang

akan digunakan untuk pengumpulan data dan analisis data. Dengan kata lain, landasan

teoretik memuat deskripsi teoretik, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Deskripsi teoretik menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa

definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar variabel yang

disusun secara sistematis dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai

suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang

sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun

perencanaan penelitian. Jadi teori yang dideskripsikan memenuhi kriteria berikut.

1) Memberikan kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian

2) Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian.

3) Dapat digunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan memaknai data

atau fakta yang telah terkumpul.

4) Teori mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut.

Page 74: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

5) Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga konsep

dan wawasannya menjadi mendalam dan bermakna.

6) Memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman yang telah

dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasi secara baik.

7) Mengkaitkan dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang menggunakan

validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity), teori

memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi operasional. Dari definisi

operasional akan melahirkan indikator-indikator, sampai akhirnya menghasilkan butir-

butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.

Prosedur penyusunan landasan penelitian perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai

berikut.

1) Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi buku-buku referensi,

jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak tesis dan disertasi, makalah prosiding atau

kegiatan ilmiah lainya. Tujuan utamanya melakukan kajian ini adalah

a) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan penelitian

yang diajukan.

b) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan permasalahan

yang orisinil atau duplikasi, replikasi penelitian orang lain.

c) Memberikan dasar bagi peneliti pada penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan

dijadikan kerangka pemikiran, sehingga peneliti akan memahami apa yang

seharusnya dilakukan, bukan melakukan penelitian tanpa konsep yang jelas.

d) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan orang lain atau ahli lain,

sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.

e) Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti

akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga

hipotesis mempunyai landasan teori yang kuat.

f) Memberikan justifikasi kerangka pemikiran yang diajukan, sehingga peneliti

membuat paradigma penelitian memiliki landasan pemikiran yang kuat.

g) Memperoleh pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya dan akan terhindar serta

tidak mengulang kesalahan atau kekurangan penelitian sebelumnya.

2) Melakukan sintesis atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain

untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan

definsi operasioanl variabel.

Page 75: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

3) Berdasarkan kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun kerangka teoretis dalam susunan

kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).

4) Berdasarkan hasil kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan hipotesis penelitian.

Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi peneliti tetapi berdasarkan

landasan teori.

Berdasar prosedur tersebut, struktur pembahasan dalam deskripsi teoritik meliputi: (1)

Mengidentifikasi dan mengkaji terori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel

penelitian yang akan dianalisis; (2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat orang

lain yang telah dipublikasikan; (3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel

penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian teori.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir

penelitian. Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun rekaman

pemecahan masalah (jawaban pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka

berpikir berguna untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis dan juga

tempat bagi peneliti untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang berhubungan dengan

variabel pokok dan sub variabel pokok yang ada dalam penelitian. Kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang diteliti diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik

akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka berpikir

penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua

variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau secara mandiri,

maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-

masing variabel, juga argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti. Tidak ada standar

dalam pembuatan kerangka berpikir, yang penting pembaca dapat dengan mudah mengetahui

hubungan antar konsep-konsep yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik

jika memuat unsur berikut.

1) Penjelasan variabel yang diteliti

2) Menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan teori yang

mendasarinya.

3) Menunjukkan dan menjelaskan bentuk hubungan antar variabel (positif, negatif,

simetris, kausal atau timbal balik).

Page 76: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Hipotesis Penelitian

Tinjauan pustaka menuntun peneliti untuk menyusun hipotesis yang sesuai dengan

masalah penelitian. Hipotesis diajukan dalam bentuk pernyataan terhadap hasil penelitian.

Penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis penelitian tidak ada sangkut pautnya dengan

kredibilitas peneliti terhadap penelitian tersebut, karena hipotesis hanyalah kesimpulan

sementara sedangkan data dari lapangan adalah finalisasi kesimpulan penelitian. Dengan

demikian, hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi tentatif mengenai

hubungan antar dua variabel atau lebih. Tentatif dimaksudkan dalam rumusan memuat

pengertian bahwa hipotesis tersebut harus diuji kebenarannya dilakukan mengenai penelitian.

Pengertian lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

masalah penelitian dan dinyatakan dalam bentuk hubungan antar dua variabel atau lebih,

merupakan penyataan hakekat suatu fenomena. Fungsi utama dari hipotesis penelitian adalah

sebagai pedoman memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian yang dilakukan mulai

dari penyusunan desain penelitian, penentuan kriteria dalam penyusunan instrumen

penelitian, termasuk sebagai pedoman menetapkan indikator tentang aspek atau variabel yang

diukur, sebagai pedoman menentukan teknik analisis data penelitian. Hipotesis penelitian

kuantitatif berasal dari teori yang relevan sebagai hasil kajian pustaka. Melalui kajian pustaka

peneliti dapat mengadopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis ini termasuk hipotesis

yang dibangun secara deduktif. Hipotesis diajukan berdasarkan teori yang tingkat

generalisasinya luas. Jadi kriteria hipotesis adalah sebagai berikut.

1) Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang menyatakan hubungan antar dua variabel

atau lebih.

2) Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat berdasarkan teori atau pengalaman

yang kuat.

3) Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian lapangan.

4) Hipotesis disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.

Hipotesis harus konsisten dengan terori yang ada dan disusun sedemikian rupa

sehingga eksplanasi yang dikemukakan memiliki argumentasi yang jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan secara rasional. Peneliti dituntun untuk menguji hipotesis yang

dibuat. Hasil analisis data dikumpulkan akan menentukan apakah hipotesis diterima atau

ditolak.

Page 77: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian berisi penjelasan mengenai teknik penelitian yang dilakukan. Perlu

dijelaskan mengapa peneliti menggunakan metode pendekatan tersebut.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua individu atau unit atau peristiwa yang ditetapkan sebagi subjek

penelitian. Secara teknis populasi tidak lain adalah kumpulan dari unit-unit elementer yang

memiliki sifat atau ciri tertentu. Peneliti akan meneliti sifat-sifat dari unit elementer dan

kemudian akan disimpulkan. Jadi populasi adalah kumpulan ukuran-ukuran tentang suatu

yang kepadanya akan dibuat inferensi atau simpulannya. Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi adalah

keseluruhan objek penelitian yang akan menjadi sumber data.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri atau sifat yang sama atau serupa

dengan populasinya. Sampel harus menggambarkan secara tepat pupulasinya atau dengan

kata lain sampel harus representatif. Sampel harus memiliki karakteristik, jelas dan lengkap

sehingga mewakili populasi (teknik pengambilan sampel dibicarakan secara lengkap pada

uraian populasi dan sampel penelitian).

Variabel Penelitian

Variabel Penelitian memuat uraian mengenai jenis dan jumlah variabel yang akan digunakan

dalam penelitian tersebut.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Perlu dijelaskan teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga diperoleh data

yang valid dan reliabel. Penelitian kuantitatif yang bertujuan mengukur suatu gejala maka

diperlukan alat pengumpul data. Jumlah alat pengumpul data yang akan digunakan tergantung

pada variabel yang akan diteliti. Jadi perlu dikemukakan alat pengumpul apa saja yang

digunakan dalam penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap alat pengumpul data, dan

bagaimana prosedur pengujian validitas dan reliabilitas alat pengumpul data.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif berkenaan dengan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah dan pengujian yang dilakukan. Bentuk hipotesis mana yang

diajukan akan menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat

rancangan, teknik analisis data juga telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis,

maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan

masalah itu dijawab maka akan sulit membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang

Page 78: blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan

dihasilkan hanya berlaku untuk sampel yang digunakan dan tidak dapat berlaku untuk

populasi. Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mencapai tujuan

penelitian. Analisis data yang digunakan biasanya berkenaan dengan analisis statistik untuk

menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis. Jadi uraian tentang teknik analisis data

sebaiknya mencakup:

1) Penjelasan tentang data yang akan dianalisis

2) Penjelasan tentang tahapan proses analisi data.

3) Penjelasan tentang model kuantitatif yang digunakan pada setiap tahapan proses yang

meliputi deskripsi data, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis.

Pada bagian akhir penjelasan analisis data perlu dikemukakan rumusan hipotesis statistik atas

dasar hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nol dan

hipotesis alternatif.

Hasil Penelitian

Pada bagian ini disajikan deskripsi data setiap variable, hasil pengujian prasyarat analisis, dan

hasil pengujian hipotesis. Data statistik detail lebih baik disajikan dalam lampiran.

Pembahasan

Bagian ini berisi review temuan penelitiannya yang bersifat impiris relevan dengan teori-teori

atau hasil-hasil penelitian terdahulu. Peneliti diharapkan memberikan penilaian terhadap hasil

temuan dari penelitiannya.

Simpulan

Bagian ini berisi pernyataan singkat dan tepat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

dan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Simpulan hendaknya dinyatakan

dalam paragraf.

Implikasi dan Saran

Implikasi berisi konsekuensi logis dari simpulan penelitian. Saran diajukan berdasarkan

simpulan dan implikasi penelitian, yang muncul dari temuan penelitian. Saran harus

operasional dan jelas siapa yang menjadi sasarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan pustaka berisi semua sumber rujukan yang digunakan dalam teks. Artinya bahan

pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak

dimasukkan dalam daftar pustaka. Sebaliknya semua pustaka yang disebutkan dalam teks

harus dicantumkan dalam daftar pustaka.