blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/laporan-praktikum-skpn-ika.docx · web viewmenurut...

28
LAPORAN PRAKTIKUM MK. SURVEY DAN KONSERVASI PLASMA NUTFAH PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN PLASMA NUTFAH JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA DI BALITJESTRO IKA DYAH SARASWATI DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. LITA SUTOPO

Upload: others

Post on 18-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

LAPORAN PRAKTIKUMMK. SURVEY DAN KONSERVASI PLASMA NUTFAH

PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN PLASMA NUTFAH JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA DI

BALITJESTRO

IKA DYAH SARASWATI

DOSEN PENGAMPU:Prof. Dr. LITA SUTOPO

PROGRAM STUDI ILMU TANAMANPROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2014

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

PENDAHULUAN

Plasma nutfah adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting

karena tanpa plasma nutfah kita tidak dapat melaksanakan pemuliaan tanaman,

membentuk kultivar atau varietas baru, karena itu plasma nutfah harus dikelola

secara tepat sehingga dari plasma nutfah tersebut pemulia dapat mengembangkan

kultivar-kultivar unggul. Plasma nutfah harus dikonservasi karena plasma nutfah

sering mengalami erosi genetik yang mengakibatkan jumlah plasma nutfah

semakin menurun.

Menurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang

dilakukan dengan melalui proses seleksi, di satu pihak menguntungkan manusia

dan di lain pihak merugikan. Pemurnian bentuk-bentuk landrace yang heterogen

yang mengakibatkan ada bentuk-bentuk yang terbuang dan pembuangan ini dapat

menimbulkan erosi genetik terutama pada jenis-jenis yang dianggap tidak

memiliki potensi. Ancaman terjadinya erosi genetik ini menyebabkan kegiatan

seleksi yang akan dilakukan harus dipikirkan masak-masak genotipe mana yang

harus dibuang dan disimpan atau yang dianggap mempunyai nilai genetik tinggi

yang disimpan, sementara yang berpotensi genetik rendah dibuang. Adanya

seleksi dan pemurnian genotip dapat menyebabkan keseragaman meningkat

sehingga tidak tahan terhadap berbagai kondisi biotik maupun abiotik yang tidak

menguntungkan.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau bahkan mencegah

terjadinya erosi genetik yang makin meningkat terhadap plasma nutfah, maka

perlu diberikan perhatian yang lebih besar terhadap plasma nutfah yang ada,

terutama dalam hal ini adalah varietas-varietas lokal tanaman pertanian. Perhatian

tersebut diberikan melalui upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam

bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi) dan pelestarian

(konservasi). Selanjutnya untuk meningkatkan nilai guna dari materi plasma

nutfah, perlu diikuti dengan upaya identifikasi karakterkarakter penting melalui

kegiatan karakterisasi dan evaluasi secara sistematis dan berkelanjutan sehingga

akan memudahkan dalam upaya pemanfaatannya.

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

PELAKSANAAN FIELDTRIP

Field trip dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2014 dengan tempat tujuan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), khususnya di Kebun Percobaan Tlekung dan Kebun Percobaan Punten.

Gambar 1. Tempat pelaksanaan fieldtrip

Gambar 2. Konservasi plasma nutfah jeruk di KP Punten dan KP Tlekung

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

Gambar 3. Koleksi dan konservasi apel di KP. Tlekung

Gambar 4. Koleksi dan konservasi plasma nutfah anggur di KP. Tlekung

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

Gambar 5. Koleksi dan konservasi lengkeng di KP. Tlekung

Gambar 6. Koleksi dan konservasi in vivo plasma nutfah stroberi di KP Tlekung dan Konservasi i vitro plasma nutfah stroberi di laboratorium pemuliaan tanaman

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

Kondisi umum koleksi dan konservasi plasma nutfah:

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) terletak

di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada

pada 4 km dari Kota Batu dan pada ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan

laut. Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan

pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di

bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hortikultura. Tugas utama Balitjestro adalah melaksanakan

kegiatan penelitian tanaman jeruk, buah subtropika dan buah subtropika lain.

Fungsi Balitjestro adalah melaksanakan dan menyusun program, rencana

kerja, dan anggaran, mengevaluasi dan melaporkan penelitian tanaman jeruk dan

buah subtropika, melaksanakan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan

tanaman jeruk dan buah subtropika, melaksanakan penelitian, eksplorasi,

konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jeruk dan buah

subtropika, melaksanakan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,

entomologi dan fitopatologi tanaman jeruk dan buah subtropika, melaksanakan

penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jeruk dan

buah subtropika, melaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman jeruk dan

buah subtropika, memberikan pelayanan teknis penelitian tanaman jeruk dan buah

subtropika dan menyiapkan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta

menyebarluaskan dan memberdayagunakan hasil penelitian tanaman jeruk dan

buah subtropika.

Sampai saat ini Balitjetro telah mengkoleksi 224 aksesi jeruk (tabel 1), 72

aksesi apel, 43 aksesi anggur, 32 aksesi lengkeng  dan 28 aksesi stroberi. Semua

koleksi tersebut diperoleh dari hasil ekslporasi di seluruh Indonesia dan

introduksi.

Konservasi plasma nutfah jeruk dilakukan di dua tempat yaitu di rumah

kasa KP Punten untuk duplikat pohon induk dan ditanam di lapang KP Tlekung

(Gambar 2). Konservasi plasma nutfah buah apel dilakukan di dua tempat yaitu

di KP Banaran, Kota Batu dan KP Tlekung (Gambar 3). Begitu pula plasma

nutfah anggur yang juga dikonservasi di dua tempat, yaitu di KP Banjarsari,

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

Probolinggo dan KP Tlekung (Gambar 4). Plasma nutfah lengkeng dan stroberi

hanya dikonservasi di KP Tlekung (Gambar 5 dan 6).

a) KP. Tlekung

Kebun Percobaan (KP) Tlekung menempati lahan seluas 12,96 Ha tanah,

terletak pada ketinggian 950 m di atas permukaan laut, memiliki jenis tanah

Latosol dan tipe iklim D dengan curah hujan 1.800 mm / tahun. Daerah ini cocok

untuk pertumbuhan tanaman jeruk dan buah subtropika. Saat ini, ada sekitar 1.625

pohon buah-buahan yang ditanam di Kebun Percobaan ini dan hampir 40% (4,5

Ha) dari luas total Tlekung Kebun Percobaan ditanam jeruk (2 Ha). KP Tlekung

masih cukup luas menyediakan lahan untuk pengembangan tanaman baik sebagai

bahan penelitian atau koleksi plasma nutfah. Kebun yang terletak di Kota Batu ini

menyatu dengan kantor Balitjestro. Kegiatan yang dilakukan di KP Tlekung

adalah penelitian dan pemeliharaan rutin tanaman.

b) KP. Banaran

Kebun Percobaan Banaran mempunyai lahan seluas ± 12.195 m2, terletak

di desa Bumiaji dengan ketinggian tempat ± 950 dpl merupakan salah satu tempat

perbenihan apel sesuai dengan alur yang berlaku mulai dari Pohon Induk Tunggal,

Blok Fondasi, BPMT sampai benih siap salur. Kebun Percobaan ini mempunyai 4

orang tenaga harian tetap diantaranya 2 orang untuk kegiatan rutinitas kebun

sedang sisanya untuk kegiatan penelitian UPBS (Unit Penyediaan Benih Sumber)

apel.

c) KP. Punten

Kebun percobaan Punten memiliki luas lahan 2,7 ha terletak di Desa

Sidomulyo dan Gunung Sari  Kota Batu, berada di ketinggian 950 m dpl. Jenis

tanah yang ada di wilayah KP punten adalah Epitsol.Kebun Percobaan Punten

merupakan  kebun Koleksi Plasma Nutfah Jeruk yang hingga tahun 2013

memiliki 224 asesi, disamping itu, KP Punten juga difungsikan untuk

memproduksi benih sumber melalui kegiatan UPBS yang telah didistribusikan

kepada 22 daerah di Indonesia, serta mengelola pohon induk BF dan BPMT.

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

d) KP. Kliran

Kebun percobaan Kliran adalah salah satu bagian dari Balai Penelitian

Tanaman Jeruk Dan Buah Subtropika yang berjumlah 8 kebun percobaan yang

terletak di Dusun Kliran Desa Bulukerto Bumiaji Kota Batu pada ketinggian 950

m di atas permukaan laut. Adapun Kebun Percobaan Kliran II terletak di Dusun

Sumberberantas-Desa Tulung Rejo pada ketinggian 1450 m dpl. Kebun percobaan

Kliran luas kebun seluruhnya adalah 0,6 Ha, yang terbagi menjadi 2 lokasi, yaitu :

seluas 0,5 Ha berada di Kliran dan 0,1 Ha berada di Sumberbrantas. Jarak antara

kedua lokasi tersebut 12 km.

Kebun Percobaan Kliran sebelumnya mempunyai 61 varietas apel yang

mana telah memposisikan KP Kliran sebagai kebun plasma nutfah terbesar

dengan keragaman sumber genetik di Jawa Timur. Pada tahun 2006 dan 2007

telah dilakukan peremajaan (rekoleksi) di Balitjestro, sehingga pemeliharaan

tanaman koleksi tersebut dilakukan di Tlekung.

e) KP. Banjarsari

Kebun Percobaan (KP) Banjarsari berdiri sejak tahun 1955 dan merupakan

kebun satu-satunya koleksi plasma nutfah anggur yang terlengkap di Indonesia,

letak kebun percobaan Banjarsari sangat strategis yaitu terletak di sebelah barat

kota Probolinggo  yang menghubungkan antara Kota Surabaya/Jember dan

Banyuwangi. KP Banjarsari luasnya 4,76 Ha dengan jenis tanah alluvial dan

tinggi tempat 4 mdpl. Iklim di daerah ini bercurah hujan rata-rata/tahun 1.200 mm

dengan hari  hujan rata-rata/tahun 90 hari. Suhu udara rata-rata/tahun 28 C dengan

suhu minimum 21 C dan suhu maksimum 34 C, kelembaban nisbi rata-rata 76 %. 

Kebun Percobaan (KP) Banjarsari selama ini dikenal sebagai koleksi

anggur terlengkap di Indonesia. Namun saat ini (2014), selain anggur KP

Banjarsari dijadikan pula sebagai kebun koleksi plasma nutfah lengkeng dataran

rendah dan jeruk. Penanaman plasma nutfah lengkeng dan jeruk untuk

mengoptimalkan lahan dan sebagai upaya optimalisasi karakterisasi yang selama

ini dilakukan di dataran tinggi.

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Koleksi plasma nutfah jeruk di Balitjestro

Asal Propinsi

∑Aksesi %Koleksi Aksesi Jeruk

Aceh 4 3% P. Giri matang, P. Giri Siam, K. Gayo, K. Wangkang

Bali 5 4% K. Tejakula, M. Kali Bali,M. Tejakula,P. Bali Besar Putih, S. Kintamani

Bangka-Belitung

2 2% K. Blinyu 3, K. Blinyu 4

Bengkulu 1 1% Nagamik bulat

kep. Riau 5 4% P. Kel.Maseri, Kec. Bataonga WD Maiyah, P. WD. Merah Mudah , P. WD.Mariyah Merah Tua, P. WD-MD-M

Jabar 9 7% K. licin, K. Konde, K. Slopen, K. garut 1, K. Garut, K. Cilaku, K. Sungai Bamban, P. Cikoneng, K. Maseh

Banten 1 1% K. BantenJakarta 1 1% K. Jepun BetawiJambi 1 1% K. Pulau tengah

Jateng 8 6% K. Grabag Pandean, K. Kedu, K. Konde Purworejo, K. Uwik Ragi, P. Putih Tanpa Biji, P. Kudus, P. Bageng, Siam Pati

Jatim 28 22% K. Batu, K. Batu 231, K. Batu 55, K. Pulung, Siam Jember, K. Tawangmangu, Nipis Wajak, M. Pacitan, M. Punten, M. Punten 168, M. Punten 495, M. Punten 598, M. Waturejo, P. Adas Nambangan, P. Besar Gulung, P. Besar Merah, P. Besar Nambangan, P. Bulat Hijau, P. Lonjong Hijau, P. Merah Duku, P. Nambangan, P.Nambangan Lamin, P. Putih Magetan, P. Putih Sri Nyonya, P. Ratu, P. Nawangan, K. Jepun Madura Pmk, K. Madura

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

Kalbar 6 5% Siam Pontianak, P. Besar Merah, P. Besar Putih, P. Sambas, K. Terigas, Kalamanci

Kalsel 4 3% P. Besar Merah (B), P. Besar Putih (S), Siam Banjar, Limau Kuit

kaltim 4 3% Nipis kutai, P. Sweet Borneo, S. Rantau Pulung, K. Borneo Prima

Maluku Tenggara

6 5% Lemon Matbar,Lemon Ba, lemon Ub, Lemon Nipis, lemon Nipis kecil, Lemon Manis

Maluku utara

4 3% K. Topo Hitam, K. Topo Putih, K. lemo Cina, Lemo Swanggi

NTB 3 2% P. Kota Raja, P. taliwang merah, P. taliwang putih

NTT 9 7% P. Paperalus BBI Non Bes. K. SoE, M. Kupang, P. Kisar Besar BBI Non Bes., P. Kisar Kecil Manis, BBI Non Bes., P. Obesi , K. Kisar, P. Ds. Tutem Molu Utara Bonjong Kisar

Papua 1 1% K. kelilaRiau 1 1% K. RiauSulsel 8 6% P. Pangkajene Merah, P. Pangkajene

Putih, K. Selayar Krtg, K. Taning, P. Sigola-Gola, P. Passiki, P. Baco, P. Kasua

Sulbar 2 2% S. Mamuju kulit tebal, S. mamuju kulit tipis

Sumbar 11 9% K. Kacang Singkarak, K. Manis Singkarak, P. King/Raja, P. Pasaman, K. Kanci, S. Muna, S. Gunung Omeh, K. Berasitepu, K. Krifta, K. Tayayan, K. Kacang singkarak

Sumut 3 2% K. Siompu, K. Sipirok, S. Madu

Public Domain

2 2% K. Jeruk Sambal, Purut

Aksesi-aksesi jeruk yang ada di Balijestro merupakan hasil dari eksplorasi

yang dilakukan dari seluruh Indonesia yang selanjurnya dikoleksi. Dalam kegiatan

koleksi juga diikuti dengan kegiatan pemrliharaan, rejuvinasi, evaluasi dan

pencatatan karakter dari aksesi sebagai upaya untuk dokumentasi aksesi.

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

3% 4%2%

1%

4%

7% 1%1%1%

6%

22%

5%3%

3%

5%3%2%

7%

1%1% 6%

2% 9%

2% 2%

Koleksi jeruk BalitjestroAceh BaliBangka-Belitung Bengkulukep. Riau JabarBanten JakartaJambi JatengJatim KalbarKalsel kaltimMaluku Tenggara Maluku utaraNTB NTTPapua RiauSulsel SulbarSumbar SumutPublic Domain

Hasil eksplorasi dan koleksi terbanyak dari Jawa Timur sementra yang

paling sedikit berasal dari Bengkulu, Banten, Jakarta, Jambi, Riau, dan Papua.

Jeruk-jeruk tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai materi genetik untuk

penelitian guna peningkatan mutu genetik jeruk.

Hayward, et al., (1993) menjelaskan bahwa ada banyak tahapan dalam

pemuliaan tanaman, salah satu langkah awal adalah pemenuhan kebutuhan

keragaman plasma nutfah. Konservasi ex situ banyak dilakukan untuk mendukung

konservasi plasma nutfah karena adanya kendala konservasi in situ. Langkah

langkah konservasi adalah sebagai berikut:

a. Koleksi: koleksi plasma nutfah dapat dilakukan dengan mengumpulkan

semua bahan genetik yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan dan

pemuliaan, contohnya umbi, tanaman utuh, jaringan meristeatis, pollen, biji

dan jenis lain tergantung pada karakteristik masing-masing tanaman.

Sampling adalah salah satu cara pelaksanaan koleksi yaitu dengan

mengambil sample berdasarkan jumlah bahan koleksi yang akan diambil per

sampel, jumlah persebaran bahan koleksi, jumlah persebaran dan sampel

yang akan diambil untuk koleksi.

b. Pemeliharaan atau maintenance: salah satu tugas konservasi adalah untuk

memperbanyak koleksi atau terus mempertahankan agar bahan koleksi tetap

hidup dalam jangka waktu panjang. Cara pemeliharaan dan perbanyakan

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

sangat ditentukan oleh cara perbanyakan untuk masing-masing jenis koleksi,

misalkan untuk koleksi membiak generatif dan membiak vegetatif maka

cara penanganannya juga akan berbeda

c. Rejuvinasi atau perbanyakan bahan koleksi: hal ini dilakukan untuk

menantisipasi terjadinya the lost of germinations capasity atau hilangnya

kapasitas berkecambah untuk koleksi berupa biji dan menghindari

kemungkinan hilangnya kemampuan untuk tumbuh bagi tanaman membiak

vegetatif. Pembiakan atau perbanyakan harus sedemikian rupa dibuat agar

sama dengan asal koleksi tersebut diambil.

d. Evaluasi: tujuan koleksi salah satunya untuk bahan pemuliaan di masa

mendatang jika dibutuhkan, oleh karena itu sangat penting bagi pemulia

untuk mengetahui susunan genetik dari bahan genetik koleksinya.

Pemebentukan deskripsi untuk masing-masing koleksi juga diperlukan

untuk mendukung kegiatan pemuliaan terutama jika digunakan sebagai tetua

dalam persilangan maka harus diketahui susunan genetiknya yaitu sebagai

kegiatan seleksi pre-breeding .

e. Dokumentasi: kegiatan dokumentasi adalah salah satu kunci untuk

memberikan informasi mengenai koleksi pada germplasm bank yang juga

berguna dalam evaluasi dan membantu pemulia untuk mendpatkan

informasi yang dibutuhkannya

f. Penyebaran informasi yang ada dari germplasm bank atau bank koleksi

plasma nutfah secara terbuka melalui organisasi plasma nutfah misalkan

IPBGRI, CIAT, FAO dan lain sebagainya untuk memudahkan pemulia atau

peneliti dalam pengembangan plasma nutfah tersebut dan penyebaran

plasma nutfah juga dapat diambil sebagai langkah untuk menanggulangi

peneyabaran hama penyakit.

Dari asesi jeruk yang ada terdapat 18 jenis jeruk, yaitu Grapefruit (C.

paradisi), Keprok/Mandarin (C.reticulata), Siam (C. suhuiensis), Limau/Lime (C.

limon), Manis/Sweet orange (C. sinensis), Jeruk Besar/Pamelo (C.grandis/maxima

Merr), Jeruk purut (Citrus.hystrix), Nagami Kumquat (Fortunella margarita),

Tangelo (C. reticulata x C. maxima), Tangor (C. reticulata x C. sinensis),

Severenia (Citrus buxifolia), Citron (Citrus medica), Trifoliata (Poncirus

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

trifoliata), Citrumello (P.trifoliata x C. maxima), Citrange (P.trifoliata x C.

sinensis), Limnocitrus littoralis, Feroniella lucida dan lain-lain /tanaman F1 hasil

persilangan.

Dari  hasil koleksi tersebut sampai saat ini yang telah dilepas/didaftarkan

adalah : Keprok Batu 55, Siam Ponorogo, Pamelo Sri Nyonya, Pamelo

Nambangan, Siam Pontianak, Siam Banjar dll;  selanjutnya varietas-varietas

tersebut menjadi materi dasar pengembangan jeruk dan buah subtropika  di

Indonesia.

Pada saat ini di Balitjestro sedang dikembangkan pembentukan tanaman

bebas penyakit yang sudah dilakukan untuk tanaman jeruk dengan Shoot tip

grafting (STG) dan kultur meristem pada tanaman stroberi.

Gambar 7. Pembentukan tanaman jeruk bebas penyakit: a) Persiapan batang atas dan batang bawah, b) Mikrografting meristem jeruk secara in vitro, c) Planlet

hasil mikrografting, d) Tanaman hasil regrafting, e) Tanaman hasil regrafting, f) Duplikat PIT plasma nutfah jeruk di rumah kasa

Usaha untuk pembentukan tanaman jeruk bebas penyakit utama di

Balitjestro adalah dengan menyiapkan batang atas dan batang bawah dengan

karakter kualitas buah dan ketahanan terhadap penyakit. Batang atas dan batang

bawah disambungkan dengan teknik mikrografting secara in vitro. Setelah plantlet

terbentuk selanjutnya dilakukan regrafting. Tanaman hasil regrafting ditanam di

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

rumah kasa dan dilakukan indexing untuk mengetahui status ketahanan tanaman.

Steleh didapatkan tanaman yang tahan maka diambil setidaknya dua tanaman

untuk dikoleksi di rumah kasa.

Menurut Suprianto et al., (2005), keberhasilan pengembangan budidaya

jeruk di Indonesia akan ditentukan oleh ketersediaan bibit yang bermutu pada saat

tanam dan dengan harga yang terjangkau oleh petani. Bibit jeruk bermutu

diartikan sebagai (1) bebas dari patogen sistemik seperti CVPD, dan (2) varietas

batang atas dan bawah terjamin kemurniannya.

Ada beberapa teknologi yang ditawarkan menurut Purbiati et al., untuk

mendapatkan tanaman induk jeruk yang bebas dari patogen sistemik antara lain:

1) mengkulturkan nucellus, 2) mengkulturkan ovule, dan 3) penyambungan tunas

pucuk secara “in vitro” (shoot tip grafting). Diantara ketiga teknologi tersebut

yang lebih berkembang dan banyak negara yang telah mengadopsi adalah “shoot

tip grafting” (STG) atau Penyambungan Tunas Pucuk (PTP). Penyambungan

tunas pucuk jeruk secara “in vitro” terbukti sangat ampuh untuk pembersihan

tanaman jeruk dari berbagai patogen sistemik.

Tanaman induk yang dihasilkan setelah diindeksing dinyatakan bebas dari

7 macam patogen sistemik yaitu CVPD, CTV, CVEV, CEV, CPsV, CCaV dan

CTLV. Pohon induk jeruk bebas terhadap 7 patogen sistemik tersebut kemudian

ditanam dalam pot besar dan dipelihara dalam rumah kasa secara optimal sebagai

sumber materi perbanyakan. Distribusi materi perbanyakan hingga bibit berlabel

bebas penyakit diterima petani mengikuti alur Blok Fondasi – Blok Penggandaan

Mata Tempel (BPMT) – penangkar bibit yang prosesnya dalam pengawasan Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih.

Secara Ringkas Berikut Kriteria Benih Jeruk Berkualitas;

1. Bebas dari 7 macam patogen sistemik

2. Penangkarannya / produksi benih sesuai prosedur baku

3. Benih jeruk berlabel / bersertifikat dari BPSB

4. Varietas jelas / mirip dengan induknya (BPMT)

5. Benih Jeruk mencapai ketinggian kurang lebih  50 cm / 2 flas

6. Perakaran sehat tidak bengkok

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

Sementara itu, Balitjestro juga mengembangkan buah trobika lainnya

seperti stroberi. Stroberi merupakan salah satu jenis buah subtropika yang

memiliki nilai  ekonomi yang tinggi. Meskipun stroberi merupakan buah

subtropika, namun komoditas ini telah banyak diusahakan secara komersial oleh

petani di Indonesia, khususnya petani di dataran tinggi. 

Gambar 8. Perkembangan kultur meristem stroberi; a. saat tanam (0 hari), b. 14 hst,  c. 28 hst, d. 42 hst,  e. plantlet 56 hst  dan f. 90 hst.

Penyakit yang diakibatkan oleh virus merupakan faktor utama yang dapat

menyebabkan penurunan hasil panen, seperti Strawberry Mottle Virus (SMoV)

yang menyebabkan penurunan produksi hingga 30%, Strawberry Mild Yellow

Edge Virus (SMYEV), Strawberry Crinkle Virus (SCV) dan Strawberry Ven

Binding Virus (SVBV) yang menyebabkan penurunan produksi hingga 80%. Oleh

karena sistem penyediaan bibit stroberi secara vegetatif yaitu dengan stolon

maupun anakan masih berpotensi menularkan penyakit yang diakibatkan oleh

virus ke generasi berikutnya, penyediaan bibit stroberi bebas penyakit menjadi

kunci keberhasilan produksi stroberi. 

Kultur meristem merupakan teknik yang unik untuk membebaskan bibit

stroberi dari virus, mikoplasma, bakteri dan jamur. Terdapat lima langkah kultur

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

meristem yakni pemilihan eksplan, sterilisasi eksplan, penanaman meristem,

perbanyakan secara in-vitro, aklimatisasi.

Langkah-langkah pembuatan bibit stroberi bebas penyakit yang telah

dibuat oleh tim penyusun protokol dari Balitjestro Farida Yulianti, STP

Ir. Nirmala F. Devy, MSc. adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan eksplan

Eksplan yang digunakan adalah stolon yang sehat, tegar dan merupakan

stolon pertama atau kedua.  Pemilihan eksplan ini berpengaruh terhadap

persentase hidup meristem.

2) Sterilisasi eksplan

Mula-mula eksplan dicuci dengan sabun cair dan dibiarkan dalam air

mengalir selama 1 jam.  Eksplan kemudian disterilisasi dengan menggunakan

sodium hipoklorit 5 % selama 15 menit dan 15 % selama 5 menit, dan dibilas

dengan aquades steril 3 kali.  Proses sterilisasi dilakukan dalam LAFC,

3) Penanaman meristem

Meristem dipotong dengan menggunakan skapel di bawah mikroskop

dengan perbesaran 40 kali.  Meristem yang digunakan terdiri atas apical dome dan

disertai 2 – 3 daun primordial.  Meristem kemudian ditanam pada media MS + 0,8

% agar + 1 g/l arang aktif selama 1 – 2 bulan.

4) Perbanyakan secara in vitro

Meristem yang telah tumbuh kemudian dipindah ke media proliferasi

(media MS + 0,8 % agar + 4,4 mM BA).  Subkultur dilakukan setiap 45 hari. 

Tanaman yang telah besar dan berakar bisa langsung diaklimatisasi, sedangkan

tanaman yang masih kecil harus tetap disubkultur.

5) Aklimatisasi

Tanaman yang telah besar dan mempunyai akar yang cukup banyak

diaklimatisasi pada media pasir yang telah disterilkan.  Pada awal proses

aklimatisasi, tanaman disungkup terlebih dahulu selama 2 minggu.  Setelah

tanaman dapat beradapatasi dengan lingkungan dan tumbuh dengan baik, tanaman

dipindah ke polybag agar pertumbuhannya lebih optimal.

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

KESIMPULAN

Sampai saat ini Balitjetro telah mengkoleksi 224 aksesi jeruk, 72 aksesi

apel, 43 aksesi anggur, 32 aksesi lengkeng  dan 28 aksesi stroberi. Semua koleksi

tersebut diperoleh dari hasil ekslporasi di seluruh Indonesia dan introduksi.

Konservasi plasma nutfah jeruk dilakukan di dua tempat yaitu di rumah

kasa KP Punten untuk duplikat pohon induk dan ditanam di lapang KP Tlekung.

Konservasi plasma nutfah buah apel dilakukan di dua tempat yaitu di KP Banaran,

Kota Batu dan KP Tlekung. Begitu pula plasma nutfah anggur yang juga

dikonservasi di dua tempat, yaitu di KP Banjarsari, Probolinggo dan KP Tlekung.

Plasma nutfah lengkeng dan stroberi hanya dikonservasi di KP Tlekung.

Aksesi-aksesi jeruk yang ada di Balijestro merupakan hasil dari eksplorasi

yang dilakukan dari seluruh Indonesia yang selanjurnya dikoleksi. Dalam kegiatan

koleksi juga diikuti dengan kegiatan pemrliharaan, rejuvinasi, evaluasi dan

pencatatan karakter dari aksesi sebagai upaya untuk dokumentasi aksesi.

Usaha untuk pembentukan tanaman jeruk bebas penyakit utama di

Balitjestro adalah dengan menyiapkan batang atas dan batang bawah dengan

karakter kualitas buah dan ketahanan terhadap penyakit. Batang atas dan batang

bawah disambungkan dengan teknik mikrografting secara in vitro. Setelah plantlet

terbentuk selanjutnya dilakukan regrafting. Tanaman hasil regrafting ditanam di

rumah kasa dan dilakukan indexing untuk mengetahui status ketahanan tanaman.

Seteleh didapatkan tanaman yang tahan maka diambil setidaknya dua tanaman

untuk dikoleksi di rumah kasa.

Pembenukan bibit stroberi bebas virus dengan teknik kultur meristem.

Kultur meristem merupakan teknik yang unik untuk membebaskan bibit stroberi

dari virus, mikoplasma, bakteri dan jamur. Terdapat lima langkah kultur meristem

yakni pemilihan eksplan, sterilisasi eksplan, penanaman meristem, perbanyakan

secara in-vitro, aklimatisasi.

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan melalui proses seleksi,

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa, 2014. Konservasi sumberdaya plasma nutfah pemuliaan. http://pttipb.wordpress.com/category/12-konservasi-sumber-daya-plasma-nutfah-pemuliaan/121-metode-pembentukan-konservasi-plasma-nutfah/

Balitjestroa, 2014. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/125.html

Balitjestrob, 2014. Tlekung. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/tlekung.html

Balitjestroc, 2014. Banaran. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/banaran.html

Balitjestrod, 2014. Punten. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/punten.html

Balitjestroe, 2014. Kliaran. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/kliran.html

Balitjestrof, 2014. Banjar. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/banjarsari.html

Balitjestrog, 2014. Stroberi. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/stroberi.html

Budiati, E., 2014. Keragaman plasma nutfah jeruk dan pengembangannya sebagai substitusi buah impor.http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/keragaman-plasmanutfah-jeruk-dan-pengembangannya-sebagai-subtitusi-buah-impor.html

Hayward, M.D., N.O. Bosemark, I. Romagosa. 1993. Plant Breeding Principles and Prospect. Chapman and Hall. London

Purbiati, Supriyanto, and Yati. Kompatilbilitas Batang Atas dan Batang Bawah Pada Penyambungan Tunas Pucuk (PTP) Jeruk (Citrus Sp.) Secara “In Vitro”

Purwanti, I., 2014. Kriteria benih jeruk berkualitas. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/kriteria-benih-jeruk berkualitas.html

Supriyanto, A., D. Agisimanto, T. Purbiati, N.F. Devy, dan M.E. Dwiastuti. 2005. Analisis Genotip Pohon Induk Jeruk Bebas Penyakit Hasil Perbanyakan Tunas Pucuk dengan Primer RAPD. Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik. Malang

Yulianti, F., dan Nirmala, 2014. Kultur Meristem pada Stroberi untuk bibit bebas virus. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/289.html