birul walidain word

100
Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua – dalam wacana Islam- adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga RasulullahSallallahu ’Alaihi Wa Sallam dalam banyak sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut: Allah Subhanahu Wata’alamenggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua: “Allah Subhanahu Wata’ala telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23) Allah Subhanahu Wata’alamemerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir “Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15) Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..” Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad. Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu

Upload: cecep-saefull-huda

Post on 29-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Birul Walidain Word

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana Islam-

adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat

baik terhadap sesama manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah cukup

menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga

RasulullahSallallahu ’Alaihi Wa Sallam dalam banyak sabdanya, dengan

memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih

saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut: Allah

Subhanahu Wata’alamenggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-

Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:

“Allah Subhanahu Wata’ala telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan

kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

Allah Subhanahu Wata’alamemerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada

orang tuanya, meskipun mereka kafir

“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak

ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya

secara baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15) Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di

atas menunjukkan diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua,

meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila

mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk

Islam..” Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin

berjihad kepada Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, “Apakah

kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda,

“Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.” (Riwayat Al-

Bukhari dan Muslim) Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk

Surga.

Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallambersabda, “Sungguh kasihan, sungguh

kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan,

wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang

tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka

sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (Riwayat Muslim)

Beliau juga pernah bersabda: “Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’ menuju Surga.

Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak

memperdulikannya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, “Hadits

Page 2: Birul Walidain Word

ini shahih.” Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama,

arti ‘pintu pertengahan’, yakni pintu terbaik. Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala,

berada di balik keridhaan orang tua.

“Keridhaan Allah Subhanahu Wata’alabergantung pada keridhaan kedua orang tua.

Kemurkaan Allah Subhanahu Wata’ala, bergantung pada kemurkaan kedua orang

tua.” Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.

Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam sambil

mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau

bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.”

“Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa

Sallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.” Dalam pengertian

yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang

tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa.

Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama. Perlu

ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih

dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki

nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga

menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang

setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah

dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi

menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua,

bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat

mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” Al-Imam Adz-

Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya

dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: Pertama: Menaati

segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. Kedua: Menjaga amanah harta

yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga: Membantu atau

menolong orang tua, bila mereka membutuhkan. �ي�اه� إ إ�ال� ت�ع ب�د�وا أ�ال� ب�ك� ر� و�ق�ض�ى

و�ال� ف�أ� ا م� ل�ه� ل ت�ق� ال� ف� ا م� ه� ك�ال� و

أ� ا م� د�ه� ح�أ� ال ك�ب�ر� ن د�ك� ع� ي�ب ل�غ�ن� ا إ�م� ان.ا س� إ�ح ال�د�ي ن� ب�ال و� و�

ا ) ك�ر�يم. و ال. ق� ا م� ل�ه� ل و�ق� ا ه�م� ر ب2( 23ت�ن ه� ر� و�ق�ل ة� م� ح الر� م�ن� الذ�ل2 ن�اح� ج� ا م� ل�ه� ض ف� و�اخ

ا ) غ�ير. ص� ب�ي�ان�ي ر� ا ك�م� ا م� م ه� ح� (24ار “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu

jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu

dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya

sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

Page 3: Birul Walidain Word

mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah

dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai

Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik

aku waktu kecil." (DQ. Al-Isra: 23-24) Ini adalah perintah untuk mengesakan

Sesembahan, setelah sebelumnya disampaikan larangan syirik. Ini adalah perintah

yang diungkapkan dengan kata qadha yang artinya menakdirkan. Jadi, ini adalah

perintah pasti, sepasti qadha Allah. Kata qadha memberi kesan penegasan terhadap

perintah, selain makna pembatasan yang ditunjukkan oleh kalimat larangan yang

disusul dengan pengecualian: “Supaya kamu jangan menyembah selain Dia…” Dari

suasana ungkapan ini tampak jelas naungan penegasan dan pemantapan. Jadi,

setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian

dengan tugas-tugas individu dan sosial. Tugas-tugas tersebut memperoleh

sokongan dari keyakinan di dalam hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan

antara motivasi dan tujuan dari tugas dan perbuatan. Perekat pertama sesudah

perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks ayat mengaitkan birrul

walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai pernyataan

terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah: Setelah mempelajari iman dan kaitannya

dengan etika-etika sosial yang darinya lahir takaful ijtima’I (kerjasama dalam

bermasyarakat), saat ini kita akan memasuki ruang yang paling spesifik dalam

lingkaran interaksi sosial, yaitu Birrul walidain (bakti kepada orang tua). “Dan

hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”

Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif

inilah Al-Qur’an Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati

anak-anak. Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang

masih hidup; mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu

kepada keluarga, kepada generasi baru, generasi masa depan. Jarang sekali

kehidupan mengarahkan perhatian mereka ke arah belakang..ke arah orang tua..ke

arah kehidupan masa silam..kepada generasi yang telah pergi! Dari sini, anak-anak

perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka menoleh ke belakang, ke arah

ayah dan ibu mereka. Sebelum masuk ke inti pembahasan, ada catatan penting

yang harus menjadi perhatian bersama dalam pembahasan birrul walidain; ialah

Islam tidak hanya menyeru sang anak untuk melaksanakan birrul walidain, namun

Islam juga menyeru kepada para walidain (orang tua) untuk mendidik anaknya

Page 4: Birul Walidain Word

dengan baik, terkhusus dalam ketaan kepada Allah dan Rasulul-Nya. Karena hal itu

adalah modal dasar bagi seorang anak untuk akhirnya menjadi anak sholih yang

berbakti kepada kedua orangtuanya. Dengan demikian, akan terjalin kerjasama

dalam menjalani hubungan keluarga sebagaimana dalam bermasyarakat.

Gaya bahasa yang digunakan al-Quran dalam memerintahkan sikap bakti kepada

orang tua ialah datang serangkai dengan perintah tauhid atau ke-imanan, “Dan

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia“ .

Dalam artian setelah manusia telah mengikrakan ke-imanannya kepada Allah, maka

manusia memiliki tanggungjawab kedua, yaitu “Dan hendaklah kamu berbuat baik

pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”.

Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen sehingga ia datang

setelah proses penghambaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala?? Al-Quran

Kembali menjawab ا ر. ه ش� ث�ون� ث�ال� ال�ه� و�ف�ص� ل�ه� م و�ح� ا ه. ك�ر ع�ت ه� و�و�ض� ا ه. ك�ر ه� م�أ� ل�ت ه� م� ح�

“Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah

payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”(Al-

Ahqaf: 15) Ketika orangtua berumur muda, kekuatan fisik masih mengiringinya,

sehingga ia bertanggungjawab untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

Namuun saat mereka berumur tua renta, dan anaknya sudah tumbuh dewasa

berbaliklah roda tanggungjawab itu.

Para pembantu mungkin mampu merawatnya, menunjukkan sesuatu yang tidak lagi

bisa dilihatnya, mengambilkan sesuatu yang tidak lagi bisa diambilnya dan

mengiringnya dari suatu temnpat ke tempat lain. Namun ada satu hal yang tidak

pernah bisa diberikan oleh pembantu, ialah cinta dan kasih sayang. Hanya dari sang

buah hatilah rasa cinta dan kasih sayang dapat diraihnya. Kedua orang tua secara

fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya; mengorbankan segala hal,

termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap nutrisi dalam

benih hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi yang

ada dalam telor hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap

seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia

menjadi orang tua yang lemah jika memang diberi usia yang panjang. Meski

demikian, keduanya tetap merasa bahagia! Adapun anak-anak, secepatnya mereka

melupakan ini semua, dan terdorong oleh peran mereka ke arah depan. Kepada istri

dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu terdorong. Dari sini, orang tua tidak butuh

nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak. Yang perlu digugah emosinya

Page 5: Birul Walidain Word

dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat kewajiban terhadap

generasi yang telah menghabiskan seluruh madunya hingga kering kerontang!

Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam

bentuk qadha dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah

yang tegas untuk menyembah Allah. Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi

lemah di usia lanjut juga memiliki insprasinya sendiri. Kataعندكyang artinya “di

sisimu” menggambarkan makna mencari perlindungan dan pengayoman dalam

kondisi lanjut usia dan lemah. “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada

keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka…” Ini adalah

tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan pengayoman dan adab, yaitu

seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kekesahan

dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan penghinaan dan etika yang

tidak baik. “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Ini adalah

tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua dengan hormat dan

memuliakan. ة� م� ح الر� م�ن� الذ�ل2 ن�اح� ج� ا م� ل�ه� ف�ض Dan“ و�اخ rendahkanlah dirimu

terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan…” Di sini ungkapan melembut

dan melunak, hingga sampai ke makhluk hati yang paling dalam. Itulah kasih sayang

yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak

mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap

merendah itu punya sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan

kepasrahan .Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang

lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di

masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah

tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih

luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu untuk membalas

keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa

dibalas oleh anak-anak. Belaian anak saat orang tua telah berumur lanjut ialah

kenikmatan yang tak terhingga. Wajarlah kiranya al-Quran memberikan

pengkhususan dalam birrul walidain ini saat kondisi mereka tua renta, yaitu: 1.

Jangan mengatakan kata uffin (ah) 2. Jangan membentak 3. Ucapkanlah kepada

mereka perkataan yang mulia. 4. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan

penuh kesayangan 5.Dan do’akanlah mereka. Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-

rafdu (menolak). Jadi janganlah kita mengatakan kata-kata yang mengandung

makna menolak, terkhusus dalam memenuhi kebutuhan mereka. Karena pada

Page 6: Birul Walidain Word

umur lanjut inilah kebutuhan mereka memuncak, hampir pada setiap hitungan jam

mereka membutuhkan kehadiran kita disisinya.

Sedimikian pentingnya perintah birrul walidain ini, sehingga keridhoan mereka dapat

menghantarkan sang anak kedalam surga-Nya. Rasulullah saw bersabda “Barang

siapa yang menajalani pagi harinya dalam keridhoan orang tuanya, maka baginya

dibukakan dua pintu menuju syurga. Barang siapa yang menjalani sore keridhoan

orang tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju syurga. Dan barang siapa

menjalani pagi harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan

dua pintu menuju neraka. Dan barang siapa menjalani sore harinya dalam

kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka ”.(HR.

Darul Qutni dan Baihaqi) Dengan demikian merugilah para anak yang hidup

bersama orang tuanya di saat tua renta namun ia tidak bisa meraih surga, karena

tidak bisa berbakti kepada keduanya. Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa

Sallammengatakan tentang ihwal mereka ال� ق� ة� ي ر� ر� ه� ب�ىأ� ع�ن ب�يه�

� أ ع�ن Gل ي ه� س� ع�ن

.» « - ه� - ن ف�� أ غ�م� ر� ث�م� ه� ن ف�

� أ غ�م� ر� ث�م� ه� ن ف�� أ غ�م� ر� وسلم عليه الله صلى الل�ه� ول� س� ر� ال� ق�

« ل�م ث�م� ا م� ك�ل�ي ه� وأ� ا م� د�ه� ح�

أ� ال ك�ب�ر� ن د� ع� ال�د�ي ه� و� ك� د ر�أ� م�ن ال� ق� الل�ه� ول� س� ر� ي�ا م�ن ق�يل�

ن�ة� ل ج� ال� Dari Suhaili, dari ayahnya dan dari Abu Hurairah. Rosulullah Sallallahu“ .» ي�د خ�

’Alaihi Wa Sallam bersabda : ”Merugilah ia (sampai 3 kali). Para Shahabat bertanya :

”siapa ya Rosulullah?Rosulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda :“Merugilah

seseorang yang hidup bersama kedua orang tuanya atau salah satunya di saat

mereka tua renta, namun ia tidak masuk surga” (HR. Muslim). Terkait cara berbakti

kepada orang tua, memulai dengan perkataan yang baik. Kemudian diiringi

denganmeringankan apa-apa yang menjadi bebannya. Dan bakti yang tertinggi yang

tak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu ialah DOA. Do’a adalah bentuk bakti

anak kepada orang tua seumur hidup-nya. Do’alah satu-satunya cara yang diajarkan

Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallambagi anak-anak yang pernah menyakiti

orangtuanya namun mereka meninggal sebelum ia memohon maaf kepadanya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa

Sallambersabda : “Bahwasanya akan ada seorang hamba pada hari kiamat nanti

yang diangkat derajatnya, kemudian ia berkata “Wahai tuhanku dari mana aku

mendapatkan (derajat yang tinggi) ini??. Maka dikatakanlah kepadanya “Ini adalah

dari istighfar (doa ampunan) anakamu untukmu” (HR.Baihaqi) Adapun doa yang

diajarkan, ialah sebagaimana termaktub dalam al-Quran : ا ك�م� ا م� ه� م ح� ار ب2 ر� و�ق�ل

غ�ير. ص� ب�ي�ان�ي Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka" ر�

Page 7: Birul Walidain Word

berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Al-Isra’: 24). Itulah ingatan yang sarat kasih

sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan

keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan

penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati

keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh.

Allah Subhanahu Wata’ala lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan

hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak. Al

Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari

ayahnya: “Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia

membawa ibunya thawaf. Lalu ia bertanya kepada NabiSallallahu ’Alaihi Wa Sallam,

“Apakah aku telah menunaikan haknya?” Nabi Sallallahu ’Alaihi Wa

Sallammenjawab, “Tidak, meskipun untuk satu tarikan nafas kesakitan saat

melahirkan.” Dalam ayat lain Al-Quran mengajar doa yang begitu indah, ialah doa

yang mencakup bagi kita, orang tua dan keturunan kita : ك�ر� شأ� أ�ن و ز�ع ن�ي

أ� ب2 ر�

ف�ي ل�ي ل�ح صأ� و� اه� ض� ت�ر ا ال�ح. ص� ع م�ل�

أ� أ�ن و� ال�د�ي� و� و�ع�ل�ى ع�ل�ي� ن ع�م ت�� أ ال�ت�ي ت�ك� ن�ع م�

ين� ل�م� ال م�س م�ن� إ�ن2ي و� �ل�ي ك� إ ت�ب ت� إ�ن2ي ي�ت�ي Ya" ذ�ر2 Allah.., tunjukilah aku untuk

mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu

bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah

kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk

orang-orang yang berserah diri." (Al-Ahqaf : 15). Wallahu a’lam.

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang!

Segala puji bagi Allah - Tuhan semesta alam, tempat kita memuji dan meminta

bantuan dan pengampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa dan

perbuatan kita. Sungguh, tak seorang pun bisa menyesatkan orang-orang yang telah

Allah bimbing ke jalan yang lurus, dan tidak ada yang akan mampu membimbing ke

jalan yang lurus orang-orang yang telah Allah sesatkan. Saya bersaksi bahwa tidak

ada Tuhan selain Allah yang tidak memiliki sekutu, dan aku bersaksi bahwa

Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya! Kemudian ...

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi Wa barakatuh!

Kedamaian dan rahmat menyertaimu, Ibu tersayang! Saya telah lama bertanya-

Page 8: Birul Walidain Word

tanya bagaimana menyampaikan pikiran dan perasaanku terhadapmu, dan saya

memutuskan untuk menulis surat ini. Semoga Ayah tidak tersinggung karena surat

ini ditujukan kepadamu, orang yang selalu ia jaga dan pedulikan, saya sangat

menghargai itu, tetapi yang paling dekat dan sayang kepada setiap orang - adalah

Ibu! Nabi (saw) berkata: "Surga berada di bawah kaki ibumu!"

Agar tidak mengundang kemarahan musuh Allah atau pun orang-orang yang

dengan sukacita menyerangmu dengan berbagai interogasi dan panggilan ke polisi,

dan juga agar tidak membuat banyak lidah kerabat kita mengeluarkan fitnah mereka,

saya tidak akan menyebut nama.

Saya berterima kasih kepadamu, Ibu, untuk semua kesulitan yang Ibu derita demi

kebahagiaan saya, sejak Ibu mengandung saya selama berbulan-bulan yang tidak

mudah tentunya, dan berakhir dengan kenyataan bahwa saya menjadi saya

sekarang - seorang muslim, seorang Mujahid yang selalu mencari pengampunan

dan surga. Semoga Allah membalasmu untuk setiap peluh yang Ibu keluarkan saat

saya dilahir ke dunia ini, untuk kegelisahan, untuk air mata, untuk malam-malam

dimana Ibu terjaga, dan untuk hari-harimu yang sulit.

Karena Ibu selalu menanamkan kesalehan sejak masa kanak-kanak, karena

bertahun-tahun yang dihabiskan untuk pendidikan saya, karena segala kesulitan

yang Ibu tepis, maka saya tidak perlu apa-apa dan tidak akan merasa kehilangan.

Dengan karunia Allah Yang Maha Kuasa dan dengan usaha Ibu, masa kecil saya

adalah masa dimana saya tidak pernah kehilangan makanan, pakaian, dan tempat

tinggal.

Rizki ini dari Allah melalui tanganmu, Ibu. Yang paling penting bagi setiap anak,

kehangatan dan kebaikan orang tua, dan saya tidak pernah sedikitpun merasakan

kurangnya kehangatan, kasih sayang dan perhatian darimu. Jadi saya sangat

bersyukur kepada Allah dan berterima kasih padamu atas segalanya!

Ibu yang mulia, sebagian besar hidupmu terjadi di negara kafir komunis di mana

orang-orang yang dipaksakan dengan cita-cita dan nilai-nilai yang palsu.

Sepenuhnya orang-orang kafir itu ingin menghilangkan rasa takut setiap orang

Page 9: Birul Walidain Word

terhadap Tuhan, dan hal itu terjadi pada hari-hari kita, tetapi mereka tidak akan

pernah memadamkan cahaya Allah, dan Alhamdulillah, Allah-lah yang senantiasa

membimbing kami ke jalan yang lurus, dan membuat kita sebagai muslim dalam arti

yang sesungguhnya!

Tidak dapatkah Ibu melihat bagaimana orang-orang Kabardian, Balkar, dan

Karachay berubah, mereka yang menyebut diri mereka Muslim, mereka yang sejak

lahir tahu bahwa anggur dan vodka adalah haram dan daging babi itu dilarang? Apa

yang terjadi dengan rasa malu mereka? Apa yang terjadi pada kemanusiaan

mereka? Dan apa yang tersisa dari kesalehan mereka?

Lagi pula, orang-orang yang semasamu mungkin bisa sedikit melihat dimana

gagasan mengenai kehormatan, penghargaan dan penghormatan bagi orang tua,

kesopanan, dan seterusnya begitu ditaati. Orang tua pada saat itu mungkin berbuat

kesalahan, meskipun diam-diam, tetapi mereka selalu berusaha untuk menanamkan

kesalehan kepada anak-anak mereka!

Bahkan saya ingat suatu saat ketika gadis-gadis itu malu untuk tampil di depan

umum tanpa jilbab, dan jika terlihat berduaan dengan seorang laki-laki, itu dianggap

sebagai aib. Mereka yang tidak dapat menyingkirkan kebiasaan buruk, seperti

merokok dan lain-lain, menyembunyikan diri mereka dari yang lebih tua, bahkan

pada saat mereka ada di usia tua. Para pemuda menghormati dan menghargai

pendahulu mereka, mereka bahkan malu untuk makan di hadapan orang-orang tua.

Inilah kesopanan yang dilandaskan pada keimanan! Jika seorang pria tidak

mempunyai rasa malu, maka ia tidak memiliki iman! Tetapi kafir (semoga Allah

mempermalukan mereka) selalu bekerja keras! Rasa malu kita sebagai Muslim dan

rasa malu para perempuan Muslim itu tidak ada lagi.

Dalam kata-kata Musa Mukozhev (semoga barakah Allah menyertainya) dalam

salah satu Khutbah Jumat: "Orangtua mengirim anak perempuan mereka untuk

berzina, dan mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan itu, karena

perempuan ini bertemu dengan pria yang ingin ia temui!"

SubhanAllah! Seberapa keras mereka berusaha untuk membuat anak-anak mereka

Page 10: Birul Walidain Word

menjadi bagian dari penghuni neraka! Orangtua membesarkan anak-anak mereka

dalam demokrasi di bawah hukum-hukum kafir, memberi mereka uang untuk

membeli bir dan rokok, dan berkata: "Dia masih melakukan itu sendiri dan tidak

pernah meminta orang lain untuk melakukan hal yang sama." Anak-anak merokok

dan minum alkohol di hadapan orang tua, dan menonton film tidak senonoh,

bersama-sama. Dan kemudian orang tua yang aneh dan tidak lagi memiliki rasa

malu itu bertanya-tanya di mana orang-orang kafir ini muncul di jalanan. Tapi ini

tidak mengejutkan. Ini kebijakan yang jelas orang-orang kafir - untuk memberantas

Islam dan menghancurkan kaum muslim. Mereka menyebarkan kebejatan dan

kejahatan, dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan di negeri kita di bawah

hukum-hukum kufur dan syirik!

Mereka para gerilyawan, yang pernah menjadi teror dan menimbulkan kepanikan

bagi tentara kafir selama perang Rusia-Kaukasia, sekarang malah melayani orang-

orang kafir, dan siap untuk memerangi kaum muslimin dalam rangka mendapatkan

kepuasan gyaurs (orang-orang kafir).

Para gerilyawan, yang belum pernah mendamaikan diri atas penghinaan dari kafir,

sekarang tunduk kepada kafir Rusia untuk mendapatkan sepotong lemak di meja

mereka.

Orang-orang muslim yang tulus yang tidak ingin menerima rezim kafir karena tidak

ingin hidup dalam kehinaan, kini menjadi warga negara kafir Rusia dan secara

sukarela merayakan hari raya kaum Kristen dan pagan, ikut serta minum vodka

pada Paskah Kristen.

Ibu sudah mendengar semua ini dari saya berkali-kali, tapi sekali lagi saya katakan

pemikiran ini sekarang, ketika saya meninggalkan rumah dan bergabung dengan

orang-orang yang berperang di jalan Allah, Ibu akan memahami dan mendengar

saya, dengan pertolongan Allah!

Semua yang saya lakukan, saya melakukannya demi Allah. Dan surat ini, juga saya

tulis demi Allah, karena saya ingin Ibu bahagia dengan saya, dan bangga bahwa

anak Ibu adalah salah satu hamba Allah yang berusaha untuk mengangkat Firman

Page 11: Birul Walidain Word

Allah di bumi! Pikirkanlah, Bu, tidakkah Ibu memiliki apa yang bisa Ibu banggakan

dari saya dan mujahedin lain?

Kami berjihad di jalan Allah dan tujuan kami adalah untuk mengangkat firman Allah

di bumi ini tinggi-tinggi! Dan apa yang lebih indah daripada firman Allah dan janji-

janji-Nya? Kami meninggalkan rumah dan memilih jalan ini dengan berkah Allah

sehingga negeri kita bisa bebas dari ketidakpercayaan dan kepalsuan, sehingga

keturunan kita tidak perlu melihat tanah kita tercemar dengan ideologi kafir, dan bisa

hidup dengan hukum Allah, dan menghayati agama Allah sejak mereka lahir!

Ibu selalu bilang saya tidak boleh berbeda dengan orang lain, tidak boleh "bergaul",

menghindarkan diri dari segala hal yang terkutuk, karena semua itu akan membuat

saya dipecat dari pekerjaan, orang-orang akan berpaling dari saya, akan saya

dianggap sebagai "Wahhabi", radikal, dan sebagainya., dan polisi dapat menahan

saya kapanpun dengan konsekuensi lebih lanjut! Tapi esensi agama kita - yakni

mendorong untuk melakukan kebaikan dan menahan dari keburukan!

Bagaimana mungkin saya tidak berbeda dan tidak "bergaul" jika ada begitu banyak

kotoran? Karena untuk menjadi seperti orang lain yang Ibu inginkan, berarti saya

perlu minum, merokok, bersumpah sumpah serapah, menceritakan lelucon kotor,

untuk berbicara tentang perempuan, terlibat dalam perzinaan, mencari lebih banyak

uang, karier, dan lain-lain. Pikirkanlah, Bu, apakah Ibu benar-benar lebih suka saya

bersikap seperti orang-orang seperti itu? Semoga Allah menuntun mereka ke jalan

yang lurus! Atau apakah Ibu ingin anak Ibu meretas jalan ke surga melalui

tindakannya sekarang, dan mendapat hak syafaat di sisi Allah bagi orang yang

mereka cintai, mendapatkan syahid di jalan Allah?

Saya tidak bisa seperti orang lain, Bu. Saya tidak ingin menjadi orang lain, saya

ingin menjadi seorang Muslim! Saya ingin masuk ke dalam surga Firdaus!

Bagaimana mungkin saya memilih karier dan kekayaan dunia ini, sedangkan berkah

surga yang tak terbatas dijanjikan oleh Allah kepada orang beriman!

Bagaimana saya bisa mengabaikan rahmat yang besar dari Allah yang Dia

tunjukkan kepada saya ketika Dia membawa saya keluar dari lumpur dan membuat

Page 12: Birul Walidain Word

saya benar-benar menjadi muslim? Saya bersumpah kepada Allah, satu hari di

bawah naungan Islam bagi saya adalah lebih dari bertahun-tahun tinggal dalam

ketidaktahuan, satu doa bagi saya lebih berarti daripada semua kekayaan yang ada

di planet ini!

Saya ingin Ibu mengerti bahwa sekarang tidak mungkin kita menjadi kaum muslimin

yang tenang, karena orang-orang kafir itu menyerbu tanah kita, nilai-nilai kita telah

berubah, dan sekarang mereka berusaha untuk memalingkan kita dari agama kita.

Dalam Islam, tidak ada konsep: "Beribadahlah dalam rumah dan tidak boleh berbeda

dari orang kebanyakan, dan dan di luar rumah, hiduplah sesuai dengan hukum yang

didirikan orang-orang kafir".

Alhamdulillah, kita adalah muslim, dan harus hidup di bawah naungan hukum-hukum

Allah, pergi ke masjid kapan dan di manapun kita mau, berjenggot dan berjilbab

secara terbuka untuk menghindarkan diri dari fitnah, mengambil jizyah dari orang-

orang kafir yang seharusnya berada dalam posisi lebih rendah daripada Muslim!

Dan karena kita tidak bisa bebas melaksanakan agama kita, Allah menyeru kita

untuk berperang di jalan-Nya dan meninggikan firman-Nya!

Dan kita akan bekerja keras sampai akhir hayat di jalan Allah, sampai firman Allah

tegak di atas segalanya di bumi dan tidak akan ada hukum lain daripada hukum

Allah! Saya sangat sakit hati oleh kenyataan bahwa Ibu tidak mendukung saya

dalam hal ini. Mengapa Ibu tidak bercita-cita untuk melakukan apa yang dilakukan

oleh orang-orang sebelum kita, dimana kaum ibu mengirim anak-anak mereka untuk

berjihad dan mendesak mereka untuk menjadi bersemangat di jalan ini?

Allah berfirman dalam Quran:

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi

Allah-lah pahala yang besar." (QS At Taghabun [64]: 15)

Ingat cerita tentang perempuan yang tidak ada memiliki apa-apa untuk dikorbankan

dalam jihad kecuali rambut dan putranya. Ia memotong rambut dan menjalinnya

menjadi sebuah cambuk bagi mujahidin, dan mengirimkan putranya untuk

berperang, dengan menitipkan pesan pada putranya itu untuk memberikan hidupnya

Page 13: Birul Walidain Word

di jalan Allah! Dan betapa senangnya saat ia mengetahui bahwa anaknya syahid di

jalan Allah!

Ingat Asma, putri Abu Bakr, yang buta. Ia memerintahkan putranya untuk

melepaskan baju besi yang melindungi dirinya dengan mengatakan: "Seseorang

yang ingin surga tidak berpakaian seperti itu!" Dan mendesaknya untuk berperang

sampai ia syahid di jalan Allah!

Ingat ibu-ibu yang anak-anak mereka tewas dalam pertempuran dengan orang-

orang kafir, bersukacita dan berkata: "Sesungguhnya kami semua milik Allah dan

kepada-Nya kami akan kembali"!

Sayangnya, Ibu tidak bisa melampaui cinta untuk anak Ibu ini, dan mengizinkan

saya untuk itu. Ibu harus menempatkan cinta Ibu bagi Allah dan Rasul-Nya di atas

cinta untuk putra Ibu dan mendukung jihad saya! Meskipun Ibu berdiri di hadapan

Allah lima kali sehari, dan menangis dalam doa kepada Yang Mahakuasa, mungkin

Ibu tidak pernah sekalipun meminta kepada Allah untuk membuat saya syahid!

Saya sangat sakit hati karena opini publik lebih penting bagi Ibu. Ibu lebih

mengutamakan pendapat orang-orang yang ada dalam kebodohan dan sikap keras

kepala mereka yang menjadikan mereka tetap berpaling dari kebenaran. Manakah

yang lebih penting bagi Ibu, mereka atau Allah?

Sekarang kerabat kita menjauhi Ibu dan saya tahu itu sangat sulit bagi Ibu, melihat

sikap seperti itu dari orang-orang yang telah Ibu bantu dan Ibu cintai. Tapi sekarang

Ibu tidak memiliki apapun, dan sepertinya mereka tidak lagi membutuhkan Ibu.

Dalam masyarakat saat ini, orang tua, yang tidak ada gunanya, ditolak oleh semua

orang!

Semua upaya untuk mengumpulkan segala hal bagi saya, untuk memperoleh

pekerjaan bergengsi, untuk melihat bagaimana saya mendapatkan rasa hormat dan

kemuliaan di tengah-tengah masyarakat kotor ini, semua mimpi ini melesat!

Sadarlah, Ibu! Apakah orang-orang sebelumnya yang kaya, membawa harta yang

mereka kumpulkan setelah mereka mati? Apakah posisi yang tinggi dalam

Page 14: Birul Walidain Word

masyarakat membantu mereka? Saya bersumpah demi Allah, tidak!

Untuk berusaha untuk hidup menurut hukum Allah, untuk melakukan salat,

membayar zakat, memberi sedekah, untuk melakukan perbuatan baik dan tindakan

yang akan diletakkan di dalam timbangan kita di hari kiamat, melakukan tugas-tugas

Ibu terhadap sesama mu’min, dan menghargai jihad di jalan Allah, inilah yang harus

kita lakukan.

Apakah kita tidak memiliki contoh jelas kesalahpahaman palsu ini dipaksakan pada

kita oleh kebijakan kafir? Ingat Vasya Temrokov, pengusaha, dan keluarganya,

dengan istana dan kekayaan. Apakah dia membawa segalanya kecuali amal

perbuatannya, dan apa yang tersisa dari kekayaan yang melimpah, dan mungkin

hanya keluarganya memperoleh keuntungan dari kekayaannya! Ingat Valeriy Kokov

(tentang berapa banyak kerusakan yang telah ia lakukan bagi umat Islam di republik

dan bagaimana ia bersemangat dalam perang dengan agama Allah tidak akan saya

bicarakan, dia sudah mendapatkan apa yang pantas ia dapatkan!)

Apakah posisinya menolongnya? Atau apakah seorang presiden tidak mati? Dan di

mana seluruh kekayaan yang dikumpulkan dengan penipuan dan pencurian?

Mungkinkah itu akan membantu keluarganya? Tapi tidak! Di hadapan Allah semua

manusia akan berkumpul hanya dengan perbuatan mereka! Semua orang akan

mati, dan setelah kematian semua akan menerima balasan untuk perbuatan dan

tindakan mereka, dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pencipta!

Allah berfirman dalam Quran:

"Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri

menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka

sendiri, sedang mereka tidak menyadari. Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika

mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke

dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang

yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi

(sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu

menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka

kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan

Page 15: Birul Walidain Word

sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.Dan tentu mereka akan

mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-

sekali tidak akan dibangkitkan" (QS Al An’am [6]: 26-29)

Insya Allah, menanggapi Allah Yang Berkuasa atas semesta alam, Presiden saat ini,

Arsen Kanokov, dengan kekayaan yang tak terhitung tidak akan membantunya,

begitupun dengan kursi kepresidenannya, maupun keluarga atau teman-temannya,

baik Putin maupun Medvedev! Tidak ada satupun! Dan pada hisabnya hanya akan

semua uang kotor yang diperoleh dari riba, semua kebohongan dan penipuan

terhadap orang-orang yang bodoh, dengan dalih bahwa ia tidak melakukan apapun

kecuali untuk membantu negara, dan menginvestasikan uangnya dalam

perekonomian republik.

Semua tindakannya bertentangan dengan Islam dan kaum muslim. Dan

pembangunan masjid pusat dari uang haram dan membangun sebuah gereja

Kristen dengan kubah emas. Bisakah seorang Muslim membangun sebuah kuil kafir

dan dekat dengan masjid? Dan tentu saja, salib, yang diserahkan oleh orang-orang

kafir dalam upacara pembukaan Rusia FSB di Nalchik, akan diletakkan pada

timbangannya di hari kiamat.

Kenyataan yang tersembunyi dari orang-orang sebagai kebenaran lainnya, dan

hanya sedikit orang yang mengetahuinya: Ia dianugerahi dengan St. Sergius dari

gelar Radonezh II, oleh Alexy II yang sangat patriarkal, untuk menghormati ulang

tahun ke-450 masuknya Kabardino-Balkaria ke Rusia. Sebuah kombinasi

mengerikan dari semua yang dibenci Allah!

Allah berfirman tentang mereka:

"Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir;

sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah

sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala)

kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar." (QS Ali Imran [3]:

176)

Saya ingin benar-benar tinggal bersama Ibu, terus menjagamu, bertani, mendidik

Page 16: Birul Walidain Word

anak-anak dalam Islam, beribadah kepada Allah dan menjalani kehidupan yang

penuh dengan damai, tapi sekarang semua itu tidak mungkin terjadi selama Muslim

masih ada dalam situasi semacam ini, dan sementara di negeri kita yanga ada

hanya hukum kufur bukannya hukum Allah!

Allah berfirman dalam Quran:

"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-

mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah

Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS Al Anfal [8]: 39)

Aku mohon Ibu, Ibu yang sangat saya sayangi, pertimbangkanlah kembali posisimu.

Berhentilah menyalahkan orang lain karena saya pergi berjihad. Mulailah menerima

dan berterima kasih pada mereka saudara-saudara saya yang oleh karunia Allah

mereka berjihad sebelum saya, hingga istri saya yang tak pernah berhenti

memberikan dukungan dan pengertiannya.

Jangan mendengarkan segala macam perkataan orang-orang bijak yang mengklaim

diri mereka penasihat spiritual, yang menggunakan fakta bahwa orang-orang lainpun

mendengarkan mereka. Mereka, yang dipimpin oleh para antek kafir ini (maksud

saya adalah Pshihachev), tidak akan pernah berbicara tentang kebenaran. Semoga

Allah memberi mereka balasan penuh untuk semua perbuatan mereka dan semua

kata-kata yang mereka tujukan terhadap umat Islam.

Ibu tersayang, saya minta maaf untuk semuanya! Kita semua hanya bagian dari

manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, tetapi bagi saya sangat penting

bahwa Ibu memaafkan saya untuk segalanya dan ridha dengan saya. Saya ingin

kembali di hadapan Allah dengan hati yang tenang, karena keridhaan Allah ada

dalam keridhaan orangtua. Saya tahu apa yang Ibu alami setiap kali mereka

menyerang saudara-saudara saya, dimana orang-orang kafir melakukan operasi

khusus terhadap mujahidin. Setiap kali Ibu mungkin berpikir bahwa saya bisa berada

di sana, dan mengharapkan bahwa mereka akan memberitahu anda tentang hal itu.

Dan dari pikiran-pikiran dan pengalaman, itulah, hati ibu pun mulai menyusut akibat

rasa sakit dan rasa takut Ibu terhadap hidup saya.

Page 17: Birul Walidain Word

Tapi saya mohon pada Ibu, khawatirlah pada Akhirat kita, karena, ketika kita berdiri

di hadapan Allah, kita takut hanya kepada Allah. Bagaimanapun, Allah Penguasa

semesta alam berjanji bahwa jika Ibu tidak merasa takut kehilangan anak, harta,

hidup dan semua hal-hal duniawi, dan menghabiskan rasa takut Ibu hanya kepada

Allah, Ibu tidak akan tahu rasa takut pada hari penhisaban, dan Ibu tidak akan perlu

bersedih! Kita harus mencari keridhaan Allah, dan harus memimpin jihad di jalan-

Nya, meninggikan kalimat Allah di bumi.

Allah berfirman:

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu

benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah [2]: 216)

"Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu:

"Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin

tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti

kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan

kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit." (QS At Tawbah [9]: 38-39)

"Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan

kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan

Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan

kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah

dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-

anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini

(Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan

berilah kami penolong dari sisi Engkau!." (QS An Nisaa [4]: 74-75)

Saya tidak mampu mendengar langsung dari Ibu bahwa Ibu sudah ridha terhadap

saya sebagai anak, dan maafkan saya atas segalanya, tapi jika Ibu mengatakan hal

ini kepada Allah, maka ini sangat cukup bagi saya!

Saya mohon maaf untuk segala sesuatu, tapi saya tidak menyesal karena saya telah

Page 18: Birul Walidain Word

memilih jalan ini dan tidak merasa bersalah untuk itu. Sebaliknya, saya berharap

untuk menerima penghargaan Allah, bahwa Dia akan memperkenankan saya masuk

ke surga Firdaus dalam rahmat-Nya, dan saya bersyukur kepada Allah karena telah

membawa saya untuk berjihad di jalan-Nya! Allah memilih orang-orang terbaik dan

membuat mereka muslim! Lalu Ia memilih yang terbaik dari kaum muslimin dan

membuat mereka Mujahidin! Dan kemudian yang terbaik dari Mujahidin Allah adalah

membuatnya syahid di jalan-Nya!

Saya harap Ibu mau bergabung dalam berperang di jalan Allah dan mengikuti satu-

satunya jalan yang benar sekarang! Untuk melakukan ini, Ibu hanya perlu

memahami bahwa semua orang yang pernah menentang Islam dan kaum muslim,

dan melawan kita, adalah musuh-musuh Allah.

Ibu tersayang, jangan pernah membiarkan ketika seseorang menyinggung atau

merendahkan kaum muslimin, bantulah saudara-saudara kita yang sepenuhnya

berjuang di jalan Allah dengan apapun yang Ibu mampu, bantulah Mujahedin, dan

jika perlu, lindungi mujahedin dari incaran kaum kafir, dan kemudian Allah akan

membuat Ibu sebagai salah satu yang memperoleh keberhasilan di dunia ini dan di

dunia yang Kekal nanti.

Ibu, mintalah pada Allah, Yang Maha Pemurah, bahwa anak Ibu mati syahid, dan

bahwa Allah membawa saya ke dalam surga Firdaus, di mana mengalir sungai-

sungai selamanya! Berdoalah bahwa Allah membuat kita dan keturunan kami shalih,

bahwa Dia menguatkan kita di jalan-Nya dan melimpahi kita dengan kesyahidan!

Dan kemudian Ibu bisa bersukacita bahwa pada hari kiamat, Ibu dengan izin Allah

akan mendapat syafaat!

Ibu, saya tahu betapa sulit ini semua bagi Ibu, tetapi balasan Allah untuk semua itu

sangat besar, dan ketika Ibu mendengar, insya Allah Ta’ala, bahwa Allah telah

memberikan kepada anak Ibu kesyahidan di jalan Allah, jangan lupa ayat Quran:

"SESUNGGUHNYA KITA MILIK ALLAH DAN KEPADA-NYA KITA KEMBALI!""

Kedamaian dan berkah Allah menyertaimu, Ibu terkasih! Saya sedang terburu-buru

Page 19: Birul Walidain Word

untuk pergi ke Surga, dan saya berharap untuk bertemu dengan Ibu di sana!

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Dikirim pada 27 Oktober 2009 di Birrul Walidain

0 Komentar

Rida Allah Rida Orangtua

Dikirim pada 14 September 2009 di Birrul Walidain

0 Komentar

Allah subhaanhu Wata’ala memerintahkan manusia berbakti kepada orangtua

setelah perintah tauhid. Berbakti kepada orangtua atau birrul walidain salah satu

jalan menggapai rida Allah swt, seperti tertuang dalam surah Al Isra ayat 23.

Penggalannya, “…Dan hendaklah kamu berbuat Baik kepada Ibu Bapakmu dengan

sebaik-baiknya…janganlah kamu mengatakan perkataan “ah”, dan janganlah kamu

membentak mereka. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Firman ini mengarahkan kewajiban anak kepada orangtua atas kebaikan dan kasih

sayang yang telah diberikannya. Sudah menjadi kewajiban anak berbuat baik,

bertutur kata yang sopan dan santun kepadanya.

Da’I Wahdah Islamiyah, Syaiful Yusuf, Kamis, 27 Agustus, mengatakan kewaiban

anak menghormati, menghargai, dan memelihara orangtua sampai usia lanjutnya.

Salah satu hadits Nabi Muhammad saw menyebutkan, “ Merugilah orang yang

mendapatkan orangtuanya sudah dalam keadaan tua, tetapi dia tidak masuk surga”.

Dalam fenomena kehidupan sehari-hari, seringkali dijumpai anak yang begitu baik

kepada orang lain, te tapi kedua orangtuanya, dia abai atau tidak

memperduliikannya.

Bahkan, kata-kata yang dilontarkan kepada orangtuanya kasar dan seringkali

meyakiti hatinya. Ketika dia sudah berkeluarga, kehidupan orangtua nya juga

diabaikan. Padahal penghormatan kepada orangtualah yang harus diutamakan.

“bahkan meskipun orangtua itu mengajarkan dan mengajak anak untuk kafir

Page 20: Birul Walidain Word

sekalipun, tetap harus bijak. Memang ajakan atau ajaran untuk kafir tidak boleh

diikuti,” kata Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab itu.

Lalu apa janji Allah kepada Allah kepada anak yang menghormati orangtuanya?

“tiada tempat yang indah yang akan diberikannya selain surga,

Dikirim pada 14 September 2009 di Birrul Walidain

0 Komentar

Seandainya Orang Tua...

Dikirim pada 12 Agustus 2009 di Birrul Walidain

0 Komentar

SEANDAINYA ORANG TUA MENYURUH UNTUK BERCERAI

Apabila kedua orang tua menyuruh anak untuk menceraikan istrinya, apakah harus

ditaati atau tidak ?

Dibawah ini dibawakan beberapa hadits Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam,

diantaranya yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Abu Dawud.

"Artinya : Dari sahabat Abdullah bin Umar berkata : "Aku mempunyai seorang istri

serta mencintainya dan Umar tidak suka kepada istriku. Kata Umar kepadaku,

"Ceraikanlah istrimu", lalu aku tidak mau, maka Umar datang kepada Nabi

Shallallahu ’alaihi wa sallam dan menceritakannya, kemudian Nabi Shallallahu ’alaihi

wa sallam berkata kepadaku, "Ceraikan istrimu" [Hadits Riwayat Abu Dawud 5138,

Tirmidzi 1189, dan Ibnu Majah 2088]

Hadits kedua diriwayatkan oleh Abu Darda.

"Artinya : Dari Abu Darda Radhiyallahu ’anhu bahwa ada seorang datang kepadanya

berkata, "Sesunggguhnya aku mempunyai seorang istri dan ibuku menyuruh untuk

menceraikannya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

"Orang tua itu adalah sebaik-baik pintu surga, seandainya kamu mau maka jagalah

pintu itu jangan engkau sia-siakan maka engkau jaga" [Hadits ini diriwayatkan oleh

Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan hadits ini Hasan Shahih].

Page 21: Birul Walidain Word

Hadist ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa seandainya orang tua kita

menyuruh untuk menceraikan istri kita, wajib ditaati. [Nailul Authar 7/4]

Ini terjadi bukan hanya pada zaman Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam saja

tetapi juga pada zaman Nabi Ibrahim ’Alaihis Shalatu wa sallam. Ketika Ibrahim

’Alaihi Shalatu wa sallam berkunjung ke rumah anaknya -Ismail ’Alaihi salam- dan

anaknya saat itu tidak ada di tempat, kemudian Ibrahim berkata kepada istri Ismail

’Alaihi Salam, "Sampaikan pada suamimu hendaklah dia mengganti palang pintu ini"

. Ketika Ismail datang, istrinya mengatakan bahwa ada orang tua yang datang

menyuruh ganti palang pintu. Ismail kemudian mengatakan bahwa orang tua yang

datang itu adalah ayahnya yang menyuruh menceraikan istrinya. [Hadits Riwayat

Bukhari no. 3364 (Fathul Baari 6/396-398)]

Sebagian ulama yang lain mengatakan jika orang tua kita menyuruh menceraikan

istri tidak harus diataati. [Masaail min Fiqil Kitab wa Sunnah hal. 96-97]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang seseorang yang sudah

mempunyai istri dan anak kemudian ibunya tidak suka kepada istrinya dan

mengisyaratkan agar menceraikannya, Syaikhul Islam berkata, "Tidak boleh dia

mentalaq istri karena mengikuti perintah ibunya. Menceraikan istri tidak termasuk

berbakti kepada Ibu" [Majmu’ Fatawa 33/112]

Ada orang bertanya kepada Imam Ahmad, "Apakah boleh menceraikan istri karena

kedua orang tua menyuruh untuk menceraikannya ?" Dikatakan oleh Imam Ahmad,

"Jangan kamu talaq". Orang tersebut bertanya lagi, "Tetapi bukankah Umar pernah

menyuruh sang anak menceraikan istrinya ?" Kata Imam Ahmad, "Boleh kamu taati

orang tua, jika bapakmu sama dengan Umar, karena Umar memutuskan sesuatu

tidak dengan hawa nafsu" [Masail min Fiqil Kitab wa Sunnah hal. 27]

Permasalahan mentaati perintah orang tua ketika diminta untuk menceraikan istri,

sudah berlangsung sejak lama. Oleh karena itu para imam (aimmah) sudah

menjelaskan penyelesaian dari permasalahan tersebut. Pada zaman Imam Ahmad

(abad kedua) dan zaman Syaikhul Islam (abad ketujuh) permasalahan ini sudah

Page 22: Birul Walidain Word

terjadi dan sudah dijelaskan bahwa tidak boleh taat kepada kedua orang tua untuk

menceraikan istri karena hawa nafsu. Kecuali jika istri tidak taat pada suami, berbuat

zhalim, berbuat kefasikan, tidak mengurus anaknya, berjalan dengan laki-laki lain,

tidak pakai jilbab (tabaruj/memperlihatkan aurat), jarang shalat dan suami sudah

menasehati dan mengingatkan tetapi istri tetap nusyuz (durhaka), maka perintah

untuk menceraikan istri wajib ditaati. Wallahu ’Alam

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang

Tua]

Dikirim pada 12 Agustus 2009 di Birrul Walidain

0 Komentar

MENGGAPAI RIDHA ALLAH

Dikirim pada 08 Agustus 2009 di Birrul Walidain

0 Komentar

MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua

orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun

sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka

meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti kepada kedua

orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua

adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan

salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah

memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk

berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah

Page 23: Birul Walidain Word

melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika

salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya

perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah

kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap

keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah

keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-

Israa’ : 23-24]

Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:

“Artinya : Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-

Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib

kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman

sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]

Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir

jika mereka mengajak kepada kekafiran:

“Artinya : Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada

kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku

dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah

engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku

beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabuut (29): 8] Lihat juga

surat Luqman ayat 14-15.

ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN LARANGAN

DURHAKA KEPADA KEDUANYA

Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang

tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila

memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita

juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan

syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi

Page 24: Birul Walidain Word

apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa

Jalla).

Sedangkan ’uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak

terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan

berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang

keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan

yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau

kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi

keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak

memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin.

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA

[1]. Merupakan Amal Yang Paling Utama

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

“Artinya : Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah

yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada

waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya

lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku

bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

[2]. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua

Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:

“Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan

orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [3]

[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang

Dialami

Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits

riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang

terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu

Page 25: Birul Walidain Word

bapaknya.

Haditsnya sebagai berikut:

“Artinya : ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan,

lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika

mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut

gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah

kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui

amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah

satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua

orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak

yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu

memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain.

Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah

sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu

aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku

pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-

anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak

memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang

aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai

keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada

keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah,

seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu,

maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun

bergeser sedikit..”[4]

[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur

Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam

“Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya,

maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [5]

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua

sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering

Page 26: Birul Walidain Word

berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang,

bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya.

Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang

tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan

dipanjangkan umurnya.

[5]. Akan Dimasukkan Ke Surga Ooleh Allah ‘Azza wa Jalla

Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan

merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan

mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang

Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan

durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik

kepada orang tuanya, Allah akan meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka,

dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA

[1]. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun

perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.

[2]. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.

[3]. Membentak atau menghardik orang tua.

[4]. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan

yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat

membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh

perhitungan.

[5]. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua,

mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.

[6]. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.

Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah

tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan

kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus

berterima kasih dan membantu orang tua.

[7]. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan

nama baik orang tua.

[8]. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap

Page 27: Birul Walidain Word

rokok, dan lain-lain.

[9]. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang

yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.

Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah

[10]. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan

keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak

diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan

termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

[1]. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi

shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada

seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi

kegembiraan kepada orang tua kita

[2]. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya

dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak,

teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada

kedua orang tua.

[3]. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong) apabila sudah meraih

sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam

keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan

pakaian oleh orang tua.

[4]. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya

semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada

kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.

[5 ]. Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:

“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

mendidikku sewaktu kecil.”

Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku

Page 28: Birul Walidain Word

lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada

Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-besar

kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu,

lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam agar orang tua

kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

APABILA KEDUA ORANG TUA TELAH MENINGGAL

Maka yang harus kita lakukan adalah:

[1]. Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur) bila

kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup.

[2]. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.

[3]. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.

[4]. Membayarkan hutang-hutangnya.

[5]. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.

[6]. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah

menyambungnya.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita

dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah,

mawaddah wa rahmah. Aamiin.

Kemarin saya mengikuti Apel memperingati Hari Ibu yang Ke 82, Saya jadi teringat

sosok ibu saya yang mendoakan saya agar saya bisa Lulus Tes PNS tanpa Suap

menyuap dan KKN. Begitu dasyatnya Doa yang keluar dari Mulut seorang Ibu yang

menurut saya tidak mungkin dapat Lulus karena harus bersaingan dengan Ribuan

Pelamar . Tapi Alhamdulillah berkat Doa Ibu saya dapat lulus dan bekerja di Kantor

Kementerian Agama .

Rupanya ada salah satu doa yang keluar dari seorang ibu kepada anaknya, begitu

dasyatnya kekuatan doa yang keluar dari mulut seorang ibu. Maka resep

kebahagian kita didunia adalah Birrul waliadain artinya Berbuat baik kepada kedua

orang tua yang artinya  memperlakuan mereka dengan sebaik-baiknya, bisa dengan

Page 29: Birul Walidain Word

harta, badan, pangkat, kedudukan, dan sebagainya. Termasuk pula berbuat baik

kepada mereka adalah mengatakan ucapan yang baik kepada keduanya.

Dalam sebuah ayat Alquran surat Al isra ayat 23  Allah berfirman “Telah

mewajibkan Tuhan _mu agar kalian tidak menyembah selain Dia ) Alloh(, dan

supaya berbuat baik Kepada ibu bapak ” dan dalam sebuah ayat lain “

Bersyukurlah engkau kepada Ku dan kepada kedua orang tua mu ) Lukman :

14 (. Kalau kita perhatikan pada ayat pertama perintah beribadah kepada Alloh dan

perintah Birrul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang Tua ) diletakkan

berdampingan serangkai didalam suatu ayat. Pada ayat kedua surat lukman pun

perintah bersyukur kepada Alloh di dampingkan dengan perintah bersyukur kepada

orang tua, hal ini mengindikasikan bahwa seolah Alloh berkata” Bahwa kalian tidak

cukup beribadah , bertauhid dan beriman kepada ku tanpa kalian berbuat baik pada

orang tuamu, dan tidak cukup kalian bersyukur kepadaku tanpa bersyukur kepada

kedua orang tua.” Begitu agung nilai Birrul walidain hingga melebihi dari amalan

jihad fi sabilillah . Seorang sahabat bertanya kepada Rosululloh saw ” Ya rosul

amalan apa yang paling di cintai Alloh? nabipun menjawab ” Sholat pada waktunya,

sahabat bertanya kembali “Kemudian apalagi ya Rosul ?”. Nabi menjawab “Birrul

walidain ( berbuat baik kepada orang tua ) , sahabat bertanya lagi “Apalagi ya

Rosul ?” Nabi menjawab Jihad Fisabilillah”.

Kita telah tahu bahwa  amalan Jihad  fi sabillah merupakan amalan  wajib yang

paling mulia yang balasannya adalah surga  dan orang berjihad fisabilillah  di sebut

sebagai pahlawan dunia akherat  dan mati sebagai suhada, namun Amalan tersebut

masih dibawah Amalan Birrul walidain , mengapa demikian ? sebelum berjuang

fisabililah wujud manusia yang pertama berasal dari ibu yang melahirkan, dia tidak

Page 30: Birul Walidain Word

akan menjadi pejuang tanpa pemeliharaan orang tua , tanpa asuhan ibu bapaknya

sejak kecil hingga dewasa. Sembilan bulan kita didalam kandungan dan melahirkan

kita dengan mempertaruhkan  nyawa antara hidup dan mati. Ketika Alloh

melepas`kita kedunia malalui kelahiran , ibu kita selalu menemani , didekap dengan

dekapan kasih sayang, ibu merawat kita  sampai menjadi anak yang mandiri. Dari

menyusui, merawat, memandikan, memberi makan dan lainnya. Yang boleh dibilang

sangat sulit untuk dilakukan oleh seorang ayah.

HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEORANG ANAK KEPADA KEDUA

ORANG TUA

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib bagi seorang anak . Haram hukumnya

mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka

berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau

mendurhakai-Nya. Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib

mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling

diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang

diperintahkan oleh kedua orang tua.

2. Merendahkan Diri dan berbicara lemah lembut Di Hadapan Keduanya

Berbicara dengan lemah lembut kepada nya,tidak boleh mengeraskan suara

melebihi suara kedua orang tua ,tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk

dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.

Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala

urusan mereka. menghindari ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti hati 

kedua orang tua, walaupun dengan bahasa isyarat . Termasuk bentuk bakti kepada

kedua orang tua adalah senantiasa membuat mereka senang dengan melakukan

apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Swt ,Oleh karena

itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan

baik serta dengan lafazh yang bagus.

3.Menyediakan Makanan yang baik

Page 31: Birul Walidain Word

Menyediakan makanan yang baik kepada kedua orang tua, terutama jika orang tua

kita memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya

disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan

mereka berdua daripada keluarga.

4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka

Inginkan

Seorang anak jangan bersikap bakhil (Pelit) terhadap orang yang menyebabkan

keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik

kepadanya. Siang jadi malam malam jadi siang orang  tua kita membanting tulang

merawat dari kecil hingga dewasa.

5 Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang

Dicintai Mereka

Salah satu bakti anak terhadap orang tua juga adalah mencintai  dan berbuat baik

kepada para kerabat, teman teman orang tua dan  menunaikan janji-janji (orang tua)

kepada mereka.

6.Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu

dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat

bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau

menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela

orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.”

(HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)

Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.

Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang

sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan

hina.

Page 32: Birul Walidain Word

Untuk itu mari kita mengharapkan berkah dari orang tua kita terutama ibu kita yang

melahirkan kita dengan memperlakukan mereka dengan baik  agar kita memperoleh

kebahagian didunia dan akherat.

Kemarin saya mengikuti Apel memperingati Hari Ibu yang Ke 82, Saya jadi teringat

sosok ibu saya yang mendoakan saya agar saya bisa Lulus Tes PNS tanpa Suap

menyuap dan KKN. Begitu dasyatnya Doa yang keluar dari Mulut seorang Ibu yang

menurut saya tidak mungkin dapat Lulus karena harus bersaingan dengan Ribuan

Pelamar . Tapi Alhamdulillah berkat Doa Ibu saya dapat lulus dan bekerja di Kantor

Kementerian Agama .

Rupanya ada salah satu doa yang keluar dari seorang ibu kepada anaknya, begitu

dasyatnya kekuatan doa yang keluar dari mulut seorang ibu. Maka resep

kebahagian kita didunia adalah Birrul waliadain artinya Berbuat baik kepada kedua

orang tua yang artinya  memperlakuan mereka dengan sebaik-baiknya, bisa dengan

harta, badan, pangkat, kedudukan, dan sebagainya. Termasuk pula berbuat baik

kepada mereka adalah mengatakan ucapan yang baik kepada keduanya.

Dalam sebuah ayat Alquran surat Al isra ayat 23  Allah berfirman “Telah

mewajibkan Tuhan _mu agar kalian tidak menyembah selain Dia ) Alloh(, dan

supaya berbuat baik Kepada ibu bapak ” dan dalam sebuah ayat lain “

Bersyukurlah engkau kepada Ku dan kepada kedua orang tua mu ) Lukman :

14 (. Kalau kita perhatikan pada ayat pertama perintah beribadah kepada Alloh dan

perintah Birrul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang Tua ) diletakkan

berdampingan serangkai didalam suatu ayat. Pada ayat kedua surat lukman pun

perintah bersyukur kepada Alloh di dampingkan dengan perintah bersyukur kepada

orang tua, hal ini mengindikasikan bahwa seolah Alloh berkata” Bahwa kalian tidak

Page 33: Birul Walidain Word

cukup beribadah , bertauhid dan beriman kepada ku tanpa kalian berbuat baik pada

orang tuamu, dan tidak cukup kalian bersyukur kepadaku tanpa bersyukur kepada

kedua orang tua.” Begitu agung nilai Birrul walidain hingga melebihi dari amalan

jihad fi sabilillah . Seorang sahabat bertanya kepada Rosululloh saw ” Ya rosul

amalan apa yang paling di cintai Alloh? nabipun menjawab ” Sholat pada waktunya,

sahabat bertanya kembali “Kemudian apalagi ya Rosul ?”. Nabi menjawab “Birrul

walidain ( berbuat baik kepada orang tua ) , sahabat bertanya lagi “Apalagi ya

Rosul ?” Nabi menjawab Jihad Fisabilillah”.

Kita telah tahu bahwa  amalan Jihad  fi sabillah merupakan amalan  wajib yang

paling mulia yang balasannya adalah surga  dan orang berjihad fisabilillah  di sebut

sebagai pahlawan dunia akherat  dan mati sebagai suhada, namun Amalan tersebut

masih dibawah Amalan Birrul walidain , mengapa demikian ? sebelum berjuang

fisabililah wujud manusia yang pertama berasal dari ibu yang melahirkan, dia tidak

akan menjadi pejuang tanpa pemeliharaan orang tua , tanpa asuhan ibu bapaknya

sejak kecil hingga dewasa. Sembilan bulan kita didalam kandungan dan melahirkan

kita dengan mempertaruhkan  nyawa antara hidup dan mati. Ketika Alloh

melepas`kita kedunia malalui kelahiran , ibu kita selalu menemani , didekap dengan

dekapan kasih sayang, ibu merawat kita  sampai menjadi anak yang mandiri. Dari

menyusui, merawat, memandikan, memberi makan dan lainnya. Yang boleh dibilang

sangat sulit untuk dilakukan oleh seorang ayah.

HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEORANG ANAK KEPADA KEDUA

ORANG TUA

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib bagi seorang anak . Haram hukumnya

mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka

berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau

mendurhakai-Nya. Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib

mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling

diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang

diperintahkan oleh kedua orang tua.

Page 34: Birul Walidain Word

2. Merendahkan Diri dan berbicara lemah lembut Di Hadapan Keduanya

Berbicara dengan lemah lembut kepada nya,tidak boleh mengeraskan suara

melebihi suara kedua orang tua ,tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk

dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.

Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala

urusan mereka. menghindari ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti hati 

kedua orang tua, walaupun dengan bahasa isyarat . Termasuk bentuk bakti kepada

kedua orang tua adalah senantiasa membuat mereka senang dengan melakukan

apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Swt ,Oleh karena

itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan

baik serta dengan lafazh yang bagus.

3.Menyediakan Makanan yang baik

Menyediakan makanan yang baik kepada kedua orang tua, terutama jika orang tua

kita memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya

disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan

mereka berdua daripada keluarga.

4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka

Inginkan

Seorang anak jangan bersikap bakhil (Pelit) terhadap orang yang menyebabkan

keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik

kepadanya. Siang jadi malam malam jadi siang orang  tua kita membanting tulang

merawat dari kecil hingga dewasa.

5 Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang

Dicintai Mereka

Salah satu bakti anak terhadap orang tua juga adalah mencintai  dan berbuat baik

kepada para kerabat, teman teman orang tua dan  menunaikan janji-janji (orang tua)

kepada mereka.

6.Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Page 35: Birul Walidain Word

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu

dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat

bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau

menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela

orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.”

(HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)

Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.

Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang

sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan

hina.

Untuk itu mari kita mengharapkan berkah dari orang tua kita terutama ibu kita yang

melahirkan kita dengan memperlakukan mereka dengan baik  agar kita memperoleh

kebahagian didunia dan akherat.

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya

Muslim category

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya, Oleh Ustadz Yazid

bin Abdul Qadir Jawas. Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua

Orang Tua.

Ridho Allah Tergantung Keridhoaan Orang Tua

Bahwa ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan

oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi

dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.

“Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridla Allah tergantung kpd

keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua” [Hadits

Page 36: Birul Walidain Word

Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi

(1900), Hakim (4/151-152)]

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan

Bahwa berbakti kpd kedua orang tua dpt menghilangkan kesulitan yg sedang dialami

yaitu dgn cara bertawasul dgn amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.

“Arti : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu hari tiga orang

berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung.

Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi

pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yg lain, ‘Ingatlah amal terbaik yg pernah

kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kpd Allah dan bertawassul melalui

amal tersebut, dgn harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu

diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguh aku mempunyai kedua orang tua yg

sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yg masih kecil. Aku

mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan

memberikan kpd kedua orang tuaku sebelum orang lain.

Suatu hari aku hrs berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah

sehingga pulang telah larut malam dan aku dpti kedua orang tuaku sudah tertidur,

lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku

pegang lalu aku mendatangi kedua namun kedua masih tertidur pulas. Anak-anakku

merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tdk memberikannya.

Aku tdk akan memberikan kpd siapa pun sebelum susu yg aku perah ini kuberikan

kpd kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai kedua bangun. Pagi hari

ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kpd keduanya. Setelah kedua

minum lalu kuberikan kpd anak-anaku. Ya Allah, seandai peruntukan ini ialah

peruntukan yg baik krn Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yg menutupi pintu

gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim

(2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil

A’mal]

Page 37: Birul Walidain Word

Ini menunjukkan bahwa peruntukan berbakti kpd kedua orang tua yg pernah kita

lakukan, dpt digunakan untuk bertawassul kpd Allah ketika kita mengalami kesulitan,

Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yg dialami seseorang

saat ini diantara krn peruntukan durhaka kpd kedua orang tuanya. Kalau kita

mengetahui, bagaimana berat orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka

peruntukan ‘Si Anak’ yg ‘bergadang’ untuk memerah susu tersebut belum sebanding

dgn jasa orang tua ketika mengurus sewaktu kecil.

‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dgn tdk ada perasaan bosan dan

lelah atau yg lainnya. Bahkan ketika kedua orang tua sudah tidur, dia rela menunggu

kedua bangun di pagi hari meskipun anak menangis. Ini menunjukkan bahwa

kebutuhan kedua orang tua hrs didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri

dalam rangka berbakti kpd kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yg lain

disebutkan berbakti kpd orang tua hrs didahulukan dari pada beruntuk baik kpd istri

sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika

diperintahkan oleh bapak (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia berta

kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam menjawab, “Ceraikan istrimuu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138,

Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”]

Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yg disampaikan sebelum disebutkan bahwa

berbakti kpd kedua orang tua hrs didahulukan daripada jihad di jalan Allah

Subhanahu wa Ta’ala.

Begitu besar jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yg kita lakukan untuk

berbakti kpd kedua orang tua tdk akan dpt membalas jasa keduanya. Di dalam

hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat

Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibu untuk

tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut berta kpd,

“Wahai Abdullah bin Umar, dgn peruntukanku ini apakah aku sudah membalas jasa

ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun

engkau belum dpt membalas kebaikan kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul

Mufrad No.9]

Page 38: Birul Walidain Word

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dgn beban yg dirasakan

sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita

mempertaruhkan jiwa antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yg menyusui

kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semua dilakukan oleh ibu kita, bukan

oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di

pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tdk ada yg bisa menangis kecuali ibu

kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dgn membawa

ke dokter atau yg lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita

akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.

Surga Di Depan Mata

Manfaat dari berbakti kpd kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga)

oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

disebutkan bahwa anak yg durhaka tdk akan masuk surga. Maka kebalikan dari

hadits tersebut yaitu anak yg beruntuk baik kpd kedua orang tua akan dimasukkan

oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga). Dosa-dosa yg Allah Subhanahu

wa Ta’ala segerakan adzab di dunia diantara ialah beruntuk zhalim dan durhaka kpd

kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak beruntuk baik kpd kedua

orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala akan menghindarkan dari berbagai

malapetaka, dgn izin Allah.

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua adalah Amalan Paling Utama

Bahwa berbakti kpd kedua orang tua ialah amal yg paling utama. Dengan dasar

diantara yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg disepakati oleh Bukhari

dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

“Arti : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku berta kpd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam tentang amal-amal yg paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktu (dalam riwayat lain

disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kpd kedua orang tua, ketiga

jihad di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari

2/9] .Dengan demikian jika ingin kebajikan hrs didahulukan amal-amal yg paling

utama di antara ialah birrul walidain (berbakti kpd kedua orang tua).

Page 39: Birul Walidain Word

Diluaskan Rezeki dan dipanjangkan Umur

Dengan berbakti kpd kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.

Sebagaimana dalam hadits yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat

Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Arti :

Barangsiapa yg suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur maka hendaklah ia

menyambung tali silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu

Dawud 1693]

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yg hrs

didahulukan silaturahmi kpd kedua orang tua sebelum kpd yg lain. Banyak diantara

saudara-saudara kita yg sering ziarah kpd teman-teman tetapi kpd orang tua sendiri

jarang bahkan tdk pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan

bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tdk pernah berkumpul bahkan tdk

kenal dgn kedua orang tuanya. Sesulit apapun hrs tetap diusahakan untuk

bersilaturahmi kpd kedua orang tua. Karena dgn dekat kpd kedua insya Allah akan

dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam

Nawawi bahwa dgn silaturahmi akan diakhirkan ajal dan umur seseorang.[1]

walaupun masih terdpt perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini,

namun pendpt yg lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umur

memang benar-benar akan dipanjangkan.

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang

Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.]

Allah subhanahu wata’ala berfirman, Artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada

ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi

yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imron: 133)

Dan dalam ayat lain berfirman, artinya, “Dan untuk yang demikin itu hendaknya

orang berlomba-lomba.” (QS. al-Muthaffifin: 26)

 Allah subhanahu wata’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berlomba-

lomba dan bersegera dalam mendapatkan Jannah (surga) Nya. Ada beberapa jalan

Page 40: Birul Walidain Word

untuk meraih Jannah, dan di antara jalan-jalan itu adalah Birrul Walidain (ta’at

kepada orang tua).

Cukup banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang itu. Bahkan dalam

beberapa ayat, Allah subhanahu wata’ala merangkaikan ketaatan kepada orang tua

dengan beribadah kepada-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak,…” (QS. an-Nisa:

36)

Dan juga Dia subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan Tuhanmu telah

memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu

berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. al-Isra: 23)

Diulang-ulangnya ayat yang menerangkan berbuat baik kepada orang tua, dan

dirangkaikannya ketaatan kepada keduanya dengan ketaatan kepada Allah

subhanahu wata’ala menunjukkan tentang keutamaan ‘Birrul Walidain’ (berbakti

kepada orang tua). Hal ini juga didukung dengan beberapa hadits Nabi shallallahu

‘alaihi wasallam yang menerangkan tentang keutamaan ‘Birrul Walidain’, di

antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu

‘anhu,“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu

bertanya, “Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli

dengan baik? “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu”. Dia

bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

“Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam menjawab, “Bapakmu”. (HR. Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab

al-Birr wa ash-Shilah)

Dan dalam hadits lain disebutkan, artinya, “Seorang laki-laki datang kepada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta ijin kepadanya untuk ikut berjihad.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah kedua

orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam berkata kepadanya, “Berjihadlah (dengan berbakti) pada keduanya.” (HR

Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah)

Page 41: Birul Walidain Word

Keutamaan ‘Birrul Walidain’ yang lain adalah bahwa hal itu merupakan sifat para

Nabi’alaihimussalam. Allah subhanahu wata’ala mengisahkan tentang Nabi Ibrahim

‘alaihissalam dalam firman-Nya, artinya, “Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan

dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku.

Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS. Maryam: 47). Juga pujian Allah

subhanahu wata’ala kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, artinya, “Dan berbakti kepada

ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai seorang yang sombong lagi

celaka.”(QS. Maryam: 32 )

Itulah sirah dan sikap para Nabi ‘alaihimussalam kepada orang tua mereka, dan

jalan mereka itulah jalan yang lurus/ shirathal mustaqim, yang selalu kita minta

dalam setiap shalat kita. Dan inilah salah satu jalan untuk meraih surga. Namun

yang perlu diperhatikan adalah bahwa berbuat baik kepada keduanya bukan berarti

kita harus melaksanakan semua perintah mereka. Allah subhanahu wata’ala

berfirman, artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah

kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik, dan ikutlah jalan

orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka

Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman:15)

Sa’ad bin Waqqoshradhiyallahu ‘anhuberkata, “Diturunkan ayat ini (QS. Luqman: 15)

berkaitan dengan masalahku. Dia berkata, “Aku adalah seorang yang berbakti

kepada ibuku, maka tatkala aku masuk Islam, dia berkata, “Wahai Sa’ad apa yang

aku lihat dengan apa yang baru darimu?” “Tinggalkan agama barumu itu kalau tidak,

aku tidak akan makan dan minum sampai aku mati sehingga kamu dicela dengan

sebab kematianku dan kau akan dipanggil dengan wahai pembunuh ibunya”. Maka

aku katakan kepadanya, “Jangan kau lakukan wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak

akan meninggalkan agamaku ini untuk siapa saja”. Maka dia (ibu Sa’ad) diam, tidak

makan selama sehari semalam, maka dia kelihatan sudah payah. Kemudian dia

tidak makan sehari semalam lagi, maka kelihatan semakin payah. Maka tatkala aku

melihatnya aku berkata kepadanya, “Hendaklah kau tahu wahai ibuku, seandainya

kau memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu melayang satu demi satu, maka tidak

akan aku tigggalkan agama ini karena apapun juga, maka kalau kau mau makan

Page 42: Birul Walidain Word

makanlah , kalau tidak maka jangan makan”. Lantas diapun makan.” (Tafsir Ibnu

Katsir)

Allah subhanahu wata’ala menyediakan balasan/ pahala yang besar bagi siapa yang

taat pada orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

artinya,“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung

pada murka orang tua.” (HR Tirmidzi kitab al-Birr wa ash-Shilah, dishahihkan oleh al-

Albany). Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah perbuatan yang paling utama?” Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Iman kepada Allah dan RasulNya”.

“Kemudian apalagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Berbuat

baik kepada Orang tua.” Kemudian apalagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

menjawab, “Berjuang di jalan Allah.” (HR. Bukhari kitab al-Hajj dan Muslim bab

Bayan kaunil iman billah min afdhailil a’mal)

Dan pahala yang besar ini tidak mudah diperoleh kecuali dengan melaksanakan

kewajiban-kewajiban kepada orang tua kita. Ada beberapa kewajiban kita terhadap

orang tua, di antaranya:

Yang pertama: Berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan atau

perbuatan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, Artinya, “Maka sekali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”, dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS: al-

Qur’an-Isro: 23)

Yang kedua: Rendah hati terhadap keduanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

Artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan”. (QS: al-Isro: 24)

Yang ketiga: Mendoakan keduanya baik semasa hidupnya ataupun sesudah

meninggalnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, Artinya, “Dan ucapkanlah,

Wahai Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil.” (QS: al-Isro: 24)

Page 43: Birul Walidain Word

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila anak Adam mati

maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah atau ilmu

yang bermanfaat atau anak soleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim kitab al-

Washiyyah)

Yang Keempat: Mentaati keduanya dalam kebaikan. Allah subhanahu wata’ala

berfirman, Artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu , maka janganlah

kamu mengikuti keduanya , dan pergaulilah keduanya dengan baik”. (QS: Luqman:

15)

Yang Kelima: Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal, yaitu apabila

meninggal dalam keadaan Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman menceritakan

tentang nabi Ibrahim ’alaihissalam Artinya, “Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan

kedua ibu bapakku dan semua orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab/

kiamat”. (QS Ibrohim: 41)

Juga firman-Nya tentang Nabi Nuh ’alaihissalam, Artinya, “Ya Tuhanku ampunilah

aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang

beriman laki-laki dan perempuan.” (QS: Nuh: 28)

Yang Keenam: Melunasi hutangnya dan melaksanakan wasiatnya, selama tidak

bertentangan dengan syari’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkan

ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib dilunasi, dan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menambahkan bahwa hutang kepada Allah

subhanahu wata’ala berupa shaum nadzar lebih berhak untuk dilunasi.

Yang Ketujuh: Menyambung tali kekerabatan mereka berdua, seperti: Paman dan

bibi dari kedua belah pihak, kakek dan nenek dari kedua belah pihak. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik hubungan/

silaturahim adalah hubungan/ silaturohim seorang anak dengan teman dekat

bapaknya.” (HR. Muslim kitab al-Qur’an-birr wash shilah).

Yang Kedelapan: Memuliakan teman-teman mereka berdua. Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam memuliakan teman-teman istrinya tercinta Khadijah radhiyallahu

‘anha, maka kita muliakan pula teman-teman istri kita. Dan teman-teman orang tua

Page 44: Birul Walidain Word

kita lebih berhak kita muliakan, karena di dalamnya ada penghormatan kepada

orang tua kita.

Semoga Allah subhanahu wata’ala tidak menjadikan kita semua termasuk orang-

orang yang mendapati masa tua orang tuanya, namun kita tidak bisa berbuat baik

kepadanya, karena berbakti kepada keduanya adalah salah satu jalan untuk meraih

surga.

Pengertian Tentang Beruntuk Baik Dan Durhaka” ketegori Muslim.

Pengertian Tentang Beruntuk Baik Dan Durhaka

Kategori Birrul Walidain

Selasa, 2 Maret 2004 06:44:06 WIB

PENGERTIAN TENTANG BERBUAT BAIK DAN DURHAKA-

Oleh

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

KATA PENGANTAR

Buku kecil ini pada asal ialah kajian yg penulis sampaikan dalam satu muhadlarah di

Bogor dgn tema ‘Berbakti Kepada Kedua Orang Tua’, kemudian banyak permintaan

dari hadirin agar dibukukan untuk dpt dibaca oleh kaum muslimin agar lebih

bermanfaat. Alhamdulillah, dgn rahmat Allah Subhnahu wa Ta’ala, Allah mudahkan

penulis untuk melengkapi dalil-dalil dari Al-qur’an dan hadits-hadits yg shahih.

Penulis mengangkat tema ini, krn banyak sekali di masyarakat anak-anak yg

durhaka kpd kedua orang tuanya, tdk menghargai orang tua, melecehkan orang tua,

bahkan ada yg mencaci maki dan memukul orang tuanya, na’udzubillah min dzalik.

Padahal, apabila ‘Si Anak’ ini menyadari, orang tua lah yg melahirkan, mengurus,

memberikan nafkah, mendidik dan membesarkan dia sampai dia dewasa, krn itu

kewajiban ‘Si Anak’ ialah taat kpd orang tua dan hrs memenuhi hak orang tua dgn

mematuhi perintah dan taat kpdnya.

Page 45: Birul Walidain Word

Jadi bahasan tentang berbakti kpd kedua orang tua ialah pembahasan yg amat

penting setelah masalah tauhid kpd Allah Subhanahu wa Ta’ala. Banyak hak yg hrs

dipenuhi oleh manusia, pertama hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, kedua hak

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketiga ialah hak kedua orang tua

kemudian hak-hak lainnya.

Hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yg hrs dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah

mentauhidkanNya, beribadah kpdNya dan meninggalkan segala bentuk keyakinan,

perkataan dan peruntukan syirik. Dari Mua’dz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu.

“Arti : Aku pernah dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas seekor

keledai, lalu beliau bersabda kpdku, “Hai Mua’dz, tahukah kamu apa hak Allah yg

wajib dipenuhi oleh para hambaNya dan apa hak para hamba yg pasti dipenuhi Allah

?” Aku menjawab, “Allah dan RasulNya yg lebih mengetahui”. Beliaupun bersabda ,

“Hak Allah yg wajib dipenuhi oleh para hamba ialah supaya mereka beribadah

kpdNya saja dan tdk beruntuk syirik sedikitpun kpdNya, sedangkan hak para hamba

yg pasti dipenuhi Allah ialah bahwa Allah tdk akan menyiksa orang yg tdk beruntuk

syirik sedikitpun kpdNya” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Hak-hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg hrs dipenuhi oleh umat Islam

ialah taat kpdnya, menjauhkan semua larangan dan beribadah kpd Allah Subhanahu

wa Ta’ala dgn mengikuti (ittiba’) yg dicontohkannya. Karena beliau diutus untuk

ditaati dan diteladani.

“Arti : Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya

Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayg. [Ali Imran : 31]

“Arti : Sesungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu

(yaitu) bagi orang yg mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

dia banyak menyebut Allah” [Al-Ahzab : 21]

Islam juga sangat memperhatikan hak-hak orang tua dan kerabat, sehingga kita

ditekankan untuk mengamalkan dgn baik terutama hak-hak orang tua, krn mereka

telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membesarkan kita sehingga kita menjadi

Page 46: Birul Walidain Word

manusia yg berguna. Oleh krn itu kita wajib berbakti kpd kedua orang tua degan

cara mentaati, menghormati, mencintai, menyaygi, membahagiakan serta

mendo’akan kedua ketika kedua masih hidup maupun sudah meninggal dunia.

Taat kpd kedua orang tua ialah hak orang tua atas anak sesuai dgn perintah Allah

dan RasulNya selama kedua tdk memerintahkan untuk melakukan hal-hal yg tdk

sesuai dgn aturan dan syari’at Allah dan RasulNya. Rasulullahn Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda.

“Arti : Tidak boleh taat kpd seseorang dalam beruntuk maksiat kpd Allah” [Hadits

Riwayat Ahmad]

Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kpd kedua orang tua krn hal itu termasuk

dosa besar yg paling besar. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seseorang tdk

masuk surga bila durhaka kpd kedua orang tuanya.

“Arti : Tidak masuk surga orang yg suka mengungkit-ungkit kebaikan (menyebut-

nyebut kebaikan yg sudah diberikan), anak yg durhaka dan pecandu khamr” [Hadits

Riwayat Nasa’i adri Abdullah bin Amr pada Shahih Jami’us Shaghir No. 7676]

Akhirnya, penulis memohon kpd Allah Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa semoga

tulisan ini bermanfaat untuk penulis sendiri dan kaum muslimin, menjadi amal shalih

bagi penulis dan kedua orang tua penulis serta menjadi amal yg ikhlas krn Allah

Rabbul ‘alamin semata.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin

Yazid bin Abdul Qadir Jawas

PENDAHULUAN

Birrul Walidian (berbakti kpd kedua orang tua) ialah salah satu masalah yg penting

dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan kpd manusia untuk

bertahuid kpd-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk berbakti kpd

kedua orang tuanya.

Dalam surat Al-Isra ayat 23-24, Allah berfirman.

“Arti : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kpd manusia janganlah ia beribadah

Page 47: Birul Walidain Word

melainkan ha kpdNya dan hendaklah beruntuk baik kpd kedua orang tua dgn sebaik-

baiknya. Dan jika salah satu dari kedua atau kedua-dua telah berusia lanjut disisimu

maka janganlah katakan kpd kedua ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”

[Al-Isra : 23]

“Arti : Dan katakanlah kpd kedua perkataan yg mulia dan rendahkanlah dirimu

terhadap kedua dgn penuh kasih sayg. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku saygilah

kedua sebagaimana kedua menyaygiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]

Al-Hafidz Ibnu Katsir telah menerangkan ayat tersebut sebagai berikut :

“Allah Ta’ala telah mewajibkan kpd semua manusia untuk beribadah ha kpd Allah

saja, tdk menyekutukan dgn yg lain. ” Qadla” disini bermakna perintah sebagaimana

yg dikatakan Imam Mujahid, wa qadla yakni washa (Allah berwasiat). Kemudian

dilanjutkan dgn “Wabil waalidaini ihsana” hendaklah beruntuk baik kpd kedua orang

tua dgn sebaik-baiknya. Ayat ini mempunyai makna yg sama dgn surat Luqman ayat

14.

“Arti : …. hendaklah kalian bersyukur kpd-Ku dan kpd kedua orang tuamu dan kpd-

Ku lah kalian kembali”

Dan jika salah satu dari kedua atau kedua berada disisimu dalam keadaan lanjut

usia, “fa laa taqul lahuma uffin” maka janganlah berkata kpd kedua ‘ah’ (’cis’ atau yg

lainnya). Jangan memperdengarkan kpd kedua perkataan yg buruk. “Wa laa

tanharhuma” dan janganlah kalian membenci keduanya. Ada juga yg mengatakan

bahwa “Wa laa tanhar huma ai la tanfudz yadaka alaihima” maksud ialah janganlah

kalian mengibaskan tangan kpd keduanya. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala

melarang perkataan dan peruntukan yg buruk, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga

memerintahkan untuk beruntuk dan berkata yg baik. Seperti dalam firman Allah

Subhanahu wa Ta’ala ” wa qul lahuma qaulan karima” dan katakanlah kpd kedua

perkataan yg mulia, yaitu perkataan yg lembut dan baik dgn penuh adab dan rasa

hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua dgn kasih sayg, hendaklah kalian

bertawadlu’ kpd keduanya. Dan hendaklah kalian berdo’a, “Ya Allah saygilah kedua

sebagaimana kedua menyaygi dan mendidiku di waktu kecil”, pada waktu mereka

Page 48: Birul Walidain Word

berada di usia lanjut hingga kedua wafat. [Tafsir Ibnu Katsir Juz III hal 39-40, Cet.I

Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th.1413H]

Perintah Birrul Walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa ayat 36, Allah

Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Arti : Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dgn sesuatu, dan

beruntuk baiklah kpd kedua ibu bapak, kpd kaum kerabat kpd anak-anak yatim kpd

orang-orang miskin, kpd tetangga yg dekat, tetangga yg jauh, teman sejawat, ibnu

sabil dan hamba sahaya, sesungguh Allah tdk menyukai orang-orang yg sombong

dan membanggakan dirinya” [An-Nisa : 36]

Para ulama terdahulu telah membahas masalah Birrul Walidain (berbakti kpd kedua

orang tua) ini dalam kitab-kitab mereka. Sepeti dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih

Muslim dan kitab-kitab hadits besar (Ummahatul Kutub) lain dalam pembahasan

tentang berbakti kpd kedua orang tua dan ancaman terhadap orang-orang yg

durhaka kpd kedua orang tua.

PENGERTIAN TENTANG BERBUAT BAIK DAN DURHAKA

Menururt lughoh (bahasa), Al-Ihsan berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan.

Sedangkan yg dimaksud dgn ihsan dalam pembahasan ini ialah berbakti kpd kedua

orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kpd kedua semampu kita dan bila

memungkinkan mencegah gangguan terhadapa keduanya. Menurut Ibnu Athiyah,

kita wajib juga mentaati kedua dalam hal-hal yg mubah, hrs mengikuti apa-apa yg

diperintahkan kedua dan menjauhi apa-apa yg dilarang.

Sedang ‘uquq arti memotong (seperti hal aqiqah yaitu memotong kambing). ‘Uququl

Walidain ialah gangguan yg ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tua

baik berupa perkataan maupun peruntukan. Contoh gangguan dari seorang anak

kpd kedua orang tua yg berupa perkataan yaitu dgn mengatakan ‘ah’ atau ‘cis’,

berkata dgn kalimat yg keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci dan yg

lainnya. Sedangkan yg berupa peruntukan ialah berlaku kasar seperti memukul dgn

tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk

Page 49: Birul Walidain Word

memenuhi keinginannya, membenci, tdk memperdulikan, tdk bersilaturrahmi atau

tdk memberikan nafkah kpd kedua orang tua yg miskin.

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang

Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.]

Birrul Walidain

Allah subhanahu wata’ala berfirman, Artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada

ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi

yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imron: 133)

Dan dalam ayat lain berfirman, artinya, “Dan untuk yang demikin itu hendaknya

orang berlomba-lomba.” (QS. al-Muthaffifin: 26)

Dan dalam ayat lain Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat, Artinya,

“Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.”

(QS. ash-Shaffat: 61)

Dalam ketiga ayat ini Allah subhanahu wata’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya

untuk berlomba-lomba dan bersegera dalam mendapatkan Jannah (surga) Nya,

Ada beberapa jalan untuk meraih Jannah, dan di antara jalan-jalan itu adalah Birrul

Walidain (ta’at kepada orang tua). Cukup banyak ayat-ayat al-Qur’an yang

menerangkan tentang itu. Bahkan dalam beberapa ayat, Allah subhanahu wata’ala

merangkaikan ketaatan kepada orang tua dengan beribadah kepada-Nya. Allah

subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang

ibu-bapak,…” (QS. an-Nisa: 36)

Dan juga Dia subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan Tuhanmu telah

memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu

berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. al-Isra: 23)

Diulang-ulangnya ayat yang menerangkan berbuat baik kepada orang tua, dan

dirangkaikannya ketaatan kepada keduanya dengan ketaatan kepada Allah

subhanahu wata’ala menunjukkan tentang keutamaan ‘Birrul Walidain’ (berbakti

kepada orang tua). Hal ini juga didukung dengan beberapa hadits Nabi shallallahu

‘alaihi wasallam yang menerangkan tentang keutamaan ‘Birrul Walidain’, di

antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu

Page 50: Birul Walidain Word

bertanya, “Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli

dengan baik? “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu”. Dia

bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

“Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam menjawab, “Bapakmu”. (HR. Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab

al-Birr wa ash-Shilah)

Dan dalam hadits lain disebutkan, artinya, “Seorang laki-laki datang kepada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta ijin kepadanya untuk ikut berjihad.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah kedua

orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam berkata kepadanya, “Berjihadlah (dengan berbakti) pada keduanya.” (HR

Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah)

Keutamaan ‘Birrul Walidain’ yang lain adalah bahwa hal itu merupakan sifat para

Nabi’alaihimussalam. Allah subhanahu wata’ala mengisahkan tentang Nabi Ibrahim

‘alaihissalam dalam firman-Nya, artinya, “Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan

dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku.

Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS. Maryam: 47). Juga pujian Allah

subhanahu wata’ala kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, artinya, “Dan berbakti kepada

ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai seorang yang sombong lagi celaka.”

(QS. Maryam: 32 )

Itulah sirah dan sikap para Nabi ‘alaihimussalam kepada orang tua mereka, dan

jalan mereka itulah jalan yang lurus/ shirathal mustaqim, yang selalu kita minta

dalam setiap shalat kita. Dan inilah salah satu jalan untuk meraih surga. Namun

yang perlu diperhatikan adalah bahwa berbuat baik kepada keduanya bukan berarti

kita harus melaksanakan semua perintah mereka. Allah subhanahu wata’ala

berfirman, artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah

kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik, dan ikutlah jalan

orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka

Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman:15)

Sa’ad bin Waqqoshradhiyallahu ‘anhuberkata, “Diturunkan ayat ini (QS. Luqman: 15)

berkaitan dengan masalahku. Dia berkata, “Aku adalah seorang yang berbakti

Page 51: Birul Walidain Word

kepada ibuku, maka tatkala aku masuk Islam, dia berkata, “Wahai Sa’ad apa yang

aku lihat dengan apa yang baru darimu?” “Tinggalkan agama barumu itu kalau tidak,

aku tidak akan makan dan minum sampai aku mati sehingga kamu dicela dengan

sebab kematianku dan kau akan dipanggil dengan wahai pembunuh ibunya”. Maka

aku katakan kepadanya, “Jangan kau lakukan wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak

akan meninggalkan agamaku ini untuk siapa saja”. Maka dia (ibu Sa’ad) diam, tidak

makan selama sehari semalam, maka dia kelihatan sudah payah. Kemudian dia

tidak makan sehari semalam lagi, maka kelihatan semakin payah. Maka tatkala aku

melihatnya aku berkata kepadanya, “Hendaklah kau tahu wahai ibuku, seandainya

kau memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu melayang satu demi satu, maka tidak

akan aku tigggalkan agama ini karena apapun juga, maka kalau kau mau makan

makanlah , kalau tidak maka jangan makan”. Lantas diapun makan.” (Tafsir Ibnu

Katsir)

Allah subhanahu wata’ala menyediakan balasan/ pahala yang besar bagi siapa yang

taat pada orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya,

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada

murka orang tua.” (HR Tirmidzi kitab al-Birr wa ash-Shilah, dishahihkan oleh al-

Albany). Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah perbuatan yang paling utama?” Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Iman kepada Allah dan RasulNya”.

“Kemudian apalagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Berbuat

baik kepada Orang tua.” Kemudian apalagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

menjawab, “Berjuang di jalan Allah.” (HR. Bukhari kitab al-Hajj dan Muslim bab

Bayan kaunil iman billah min afdhailil a’mal)

Dan pahala yang besar ini tidak mudah diperoleh kecuali dengan melaksanakan

kewajiban-kewajiban kepada orang tua kita. Ada beberapa kewajiban kita terhadap

orang tua, di antaranya:

Yang pertama: Berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan atau

perbuatan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, Artinya, “Maka sekali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”, dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS: al-

Qur’an-Isro: 23)

Yang kedua: Rendah hati terhadap keduanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

Artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

Page 52: Birul Walidain Word

kesayangan”. (QS: al-Isro: 24)

Yang ketiga: Mendoakan keduanya baik semasa hidupnya ataupun sesudah

meninggalnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, Artinya, “Dan ucapkanlah,

Wahai Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil.” (QS: al-Isro: 24)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila anak Adam mati

maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah atau ilmu

yang bermanfaat atau anak soleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim kitab al-

Washiyyah)

Yang Keempat: Mentaati keduanya dalam kebaikan. Allah subhanahu wata’ala

berfirman, Artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu , maka janganlah

kamu mengikuti keduanya , dan pergaulilah keduanya dengan baik”. (QS: Luqman:

15)

Yang Kelima: Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal, yaitu apabila

meninggal dalam keadaan Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman menceritakan

tentang nabi Ibrahim ’alaihissalam Artinya, “Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan

kedua ibu bapakku dan semua orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab/

kiamat”. (QS Ibrohim: 41)

Juga firman-Nya tentang Nabi Nuh ’alaihissalam, Artinya, “Ya Tuhanku ampunilah

aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang

beriman laki-laki dan perempuan.” (QS: Nuh: 28)

Yang Keenam: Melunasi hutangnya dan melaksanakan wasiatnya, selama tidak

bertentangan dengan syari’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkan

ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib dilunasi, dan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menambahkan bahwa hutang kepada Allah

subhanahu wata’ala berupa shaum nadzar lebih berhak untuk dilunasi.

Yang Ketujuh: Menyambung tali kekerabatan mereka berdua, seperti: Paman dan

bibi dari kedua belah pihak, kakek dan nenek dari kedua belah pihak. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik hubungan/

silaturahim adalah hubungan/ silaturohim seorang anak dengan teman dekat

bapaknya.” (HR. Muslim kitab al-Qur’an-birr wash shilah).

Yang Kedelapan: Memuliakan teman-teman mereka berdua. Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam memuliakan teman-teman istrinya tercinta Khadijah radhiyallahu

Page 53: Birul Walidain Word

‘anha, maka kita muliakan pula teman-teman istri kita. Dan teman-teman orang tua

kita lebih berhak kita muliakan, karena di dalamnya ada penghormatan kepada

orang tua kita.

Semoga Allah subhanahu wata’ala tidak menjadikan kita semua termasuk orang-

orang yang mendapati masa tua orang tuanya, namun kita tidak bisa berbuat baik

kepadanya, karena berbakti kepada keduanya adalah salah satu jalan untuk meraih

surga.

Berkat Doa Seorang   Ibu

— December 20, 2011

Do’a orang tua pada anak adalah do’a yang amat ampuh dan manjur. Baik do’a ortu

tersebut adalah do’a kebaikan atau do’a kejelekan, keduanya sama-sama manjur. Di

antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah ma’ruf di tengah-

tengah kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah.

Imam Abu ‘Abdillah, Muhammad bin Isma’il al-Bukhary dinilai sebagai Amirul

Mukminin dalam hadits, tidak ada seorang ulama pun yang menentang pendapat ini.

Lalu apa nikmat Allah atas sejak ia masih kecil?

Imam al-Lalika`iy meriwayatkan di dalam kitabnya Syarh as-Sunnah dan Ghanjar di

dalam kitabnya Taariikh Bukhaara mengisahkan sebagai berikut:

”Sejak kecil Imam al-Bukhary kehilangan penglihatan pada kedua matanya alis buta.

Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim ‘alaihis

salam yang berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah telah mengembalikan

penglihatan anakmu karena begitu banyaknya kamu berdoa.”

Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah

mengembalikan penglihatannya.  (Asy-Syifa` Ba’da Al-Maradh karya Ibrahim bin

‘Abdullah al-Hazimy sebagai yang dinukilnya dari kitab Hadyu as-Saary Fi

Muqaddimah Shahih al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalany,

www.alsofwah.or.id)

Page 54: Birul Walidain Word

Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam

akan manjurnya do’a orang tua pada anaknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

� �وم م�ظل ال و�د�عو�ة� اف�ر� م�س� ال و�د�عو�ة� �د� و�ال ال د�عو�ة� ف�يه�ن� ك� ش� � ال ��ات اب �ج� ت م�س د�ع�و�ات$ �ث� �ال ث

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang

yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536.

Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اف�ر� م�س� ال و�د�عو�ة� � �م الص�ائ و�د�عو�ة� ، �د� و�ال ال د�عو�ة� د, �ر� ت � ال د�ع�و�ات$ �ث� �ال ث

“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa

seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani

mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no.

1797). Dalam dua hadits ini disebutkan umum, artinya mencakup doa orang tua

yang berisi kebaikan atau kejelekan pada anaknya.

Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

�د�ه� �و�ل ل �د� و�ال ال و�د�عو�ة� اف�ر� م�س� ال و�د�عو�ة� � م�ظل�وم ال د�عو�ة� ف�يه�ن� ك� ش� � ال �ه�ن� ل �ج�اب� ت �س ي د�ع�و�ات$ �ث� �ال ث

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi,

doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR. Ibnu

Majah no. 3862. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Riwayat ini

menyebutkan bahwa doa baik orang tua pada anaknya termasuk doa yang

mustajab.

Semoga setiap orang tua tidak melupakan doa untuk anaknya dalam kebaikan.

Semoga Allah pun memperkenankan do’a kebaikan kita pada anak-anak kita. Moga

mereka menjadi anak yang sholeh nantinya dan berbakti pada ortu serta bermanfaat

untuk Islam.

Page 55: Birul Walidain Word

Wallahu waliyyut taufiq.

@ Ummul Hamam Riyadh KSA, 21 Dzulqo’dah 1432 H (19/10/2011)

www.rumaysho.com

Posted in BIRRUL WALIDAIN, KISAH

Dec20

Keridhoan orangtua adalah kunci masuk   surga

— November 10, 2010

2

Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda

الوالد سخط في الرب وسخط الوالد رضى في الرب رضى

((Keridhoan Allah berada pada keridhoan orangtua dan kemarahan Allah berada

pada kemarahan orangtua))[1]

النبي إلى جاء جاهمة أن السلمي جاهمة بن معاوية وسلم  عن عليه الله رسول  صلى يا فقال

الجنة فإن فالزمها قال نعم قال أم من لك هل فقال أستشيرك جئت وقد أغزو أن أردت الله

رجليها تحت

Dari Mu’awiyah bin Jahimah As-Sulami bahwasanya Jahimah datang kepada Nabi

shallallahu ‘alihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku

menemuimu untuk meminta pendapatmu”. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam

berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Rasulullah shallallahu

‘alihi wa sallam berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada

di bawah kedua kakinya”[2]

Maka hendaknya seorang anak berusaha untuk mencarai keridhoan orangtua,

menyenangkan hati orangtua, membuat mereka tersenyum dan tertawa.

Sesungguhnya senyuman orangtua karena ridho terhadap anaknya meskipun

nampaknya sepele namun ia bernilai besar di sisi Allah.

Page 56: Birul Walidain Word

dinukil dari firanda.com

Posted in BIRRUL WALIDAIN

Nov10

APABILA ORANG TUA TELAH   TIADA

— November 9, 2010

2

Jika orang tua telah tiada, maka yang harus kita lakukan

adalah:

1. Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur)

bila kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu mereka masih

hidup.

2. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.

3. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.

4. Membayarkan hutang-hutangnya.

5. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.

6. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah

menyambungnya.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita

dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah,

mawaddah wa rahmah. Aamiin.

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin

Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul

Qa'dah 1427H/Desember 2006]

Posted in AMALIAH PRAKTIS, BIRRUL WALIDAIN

Page 57: Birul Walidain Word

Nov09

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG   TUA

— November 9, 2010

1

Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega

menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini

dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai

kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup…

Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”. Sang anak menimpali :

“Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!”.

Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari istri

anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah,

berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin

yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu

terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku

ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia

mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku”

Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan

jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah.

Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah

kehinaan, neraka.

Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya

menyakitkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya,

“Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang mendapati

orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka”

[Hadits Riwayat Muslim]

Page 58: Birul Walidain Word

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam

Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan

Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo –

Solo 57183]

sumber : almanhaj.or.id

Posted in BIRRUL WALIDAIN, KISAH

Nov09

KISAH TELADAN KEPADA ORANG   TUA

— November 9, 2010

2

Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan

kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.

Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk

masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku

benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.

“Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia

menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah

kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda :

“Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang karena do’a

Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku

mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar

kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta

menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu

Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan

Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis

gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah mengabulkan

Page 59: Birul Walidain Word

do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta

berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya :

“Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab :

“Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.

Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang

keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti

kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam

satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik

matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang

yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke

Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah

menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi

dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi

sahabat Beliau di dunia.

Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman

datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin Amir

bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau Uwais

bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad kemudian

beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia

menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku mendengar Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman

yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan

sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang

sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku

hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.

Page 60: Birul Walidain Word

(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia

memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia

menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi)

untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka bersama orang

yang tidak dikenal”.

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil

ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda

penyesalannya.

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam

Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan

Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo –

Solo 57183]

sumber : almanhaj.or.id

Posted in BIRRUL WALIDAIN, KISAH

Nov09

Surat Dari Ibu Yang Terkoyak   Hatinya

— November 9, 2010

1

Anakku…. Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan

deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi

matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat

engkau meremukkan kalbuku sebelumnya. Sejak dokter mengabari tentang

kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal

kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku

mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena

kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang

Page 61: Birul Walidain Word

tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu.

Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami. Berikutnya, aku layaknya

pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu.

Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu

dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu. Masa remaja pun

engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk

mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau

menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau

menempuh hidup baru. Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku

yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski

melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah

ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat

anakku. Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar

sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu

semakin susah melakukan gerakan.

Anakku… Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima

kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu.

Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan

rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu

enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu,

mana upah Ibu selama ini ?

Anakku.. Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan

luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus

duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat

yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain.

Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan

menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati

melakukannya,

Anakku… Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan

dan cahaya diriku…

Page 62: Birul Walidain Word

Anakku… Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan

berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat

kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah,

kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku.. Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu.

Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika

engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih

maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi

tanggungannya sendiri”.

Anakku… Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang

sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan,

itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan

kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah

menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti

mereka menyayangiku waktu aku kecil”. Anakku… Allah berfirman: “Dan dalam

kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang

tua.

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam

Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan

Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo –

Solo 57183]

sumber : almanhaj.or.id

Posted in BIRRUL WALIDAIN

Nov09

Urgensi Berbakti kepada Dua orang   Tua

Page 63: Birul Walidain Word

— October 4, 2010

2

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana

Islam- adalah persoalan utama, dalam jejeran hukum-hukum yang terkait dengan

berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup mengentalkan wacana

‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah Shallallahu’alaihi

Wasallam, dalam banyak sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus,

agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Allah ‘menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya,

dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:

“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan

hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang

tuanya, meskipun mereka kafir:

“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak

ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya

secara baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya

memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan

memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta,

bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..[1]“

3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin

berjihad kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau bertanya, “Apakah

kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda,

Page 64: Birul Walidain Word

“Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.” (Riwayat Al-

Bukhari dan Muslim)

4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh

kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang Sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan,

wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang

tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka

sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (Riwayat Muslim)

Beliau juga pernah bersabda:

“Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’ menuju Surga. Bila engkau mau, silakan

engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya.”

(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, “Hadits ini shahih.” Riwayat

ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti ‘pintu

pertengahan’, yakni pintu terbaik.

5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.

“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah,

bergantung pada kemurkaan kedua orang tua[2].”

6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.

Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sambil

mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau

bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.”

“Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi

Wasallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”

Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik

kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan

pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang

paling utama.

Page 65: Birul Walidain Word

7. Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah.

Hal itu dapat dipahami melalui kisah ‘tiga orang’ yang terkurung dalam sebuah gua.

Masing-masing berdoa kepada Allah dengan menyebutkan satu amalan yang

dianggapnya terbaik dalam hidupnya, agar menjadi wasilah (sarana) terkabulnya

doa. Salah seorang di antara mereka bertiga, mengisahkan tentang salah satu

perbuatan baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan

pintu gua terkuak, batu yang menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa

keluar dari gua tersebut. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

8. Berbakti kepada orang tua, dapat memperluas rezki.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin rezkinya

diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia

menjaga tali silaturahim.” (Al-Bukhari dan Muslim)

Berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk aplikasi silaturahim yang paling

afdhal yang bisa dilakukan seorang muslim, karena keduanya adalah orang terdekat

dengan kehidupannya.

9. Doa orang tua selalu lebih mustajab.

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi

Wasallam bersabda, “Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan lagi:

Doa orang tua untuk anaknya, doa seorang musafir dan orang yang yang

terzhalimi.”

10. Harta anak adalah milik orang tuanya.

Saat ada seorang anak mengadu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,

“Wahai Rasulullah! Ayahku telah merampas hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau

dan juga hartamu, kesemuanya adalah milik ayahmu[3].”

11. Jasa orang tua, tidak mungkin terbalas.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

Page 66: Birul Walidain Word

“Seorang anak tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia

mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan.” (Dikeluarkan oleh

Muslim)

12. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.

Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

bersabda, “Maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat

menjawab, “Tentu mau, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau

bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.”

Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian

palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para

Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (Al-Bukhari dan Muslim)

13. Orang yang durhaka terhadap orang tua, akan mendapatkan balasan

‘cepat’ di dunia, selain ancaman siksa di akhirat[4].

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ada dua bentuk perbuatan dosa

yang pasti mendapatkan hukuman awal di dunia: Memberontak terhadap

pemerintahan Islam yang sah, dan durhaka terhadab orang tua[5].”

Alhamdulillah. Kesemua bukti tersebut –dan masih banyak lagi bukti-bukti ilmiah

lainnya, termasuk konsensus umat Islam terhadap urgensi berbakti kepada orang

tua yang sama sekali tidak boleh terabaikan–, kesemuanya, menunjukkan betapa

bakti kepada orang tua adalah kebajikan maha penting, bahkan yang terpenting dari

sekian banyak perbuatan baik yang diperuntukkan terhadap sesama makhluk

ciptaan Allah. Sedemikian pentingnya, hingga riwayat-riwayat yang menjelaskan

tentang adab, prilaku dan sikap seorang anak terhadap orang tuanya, bertaburan

dalam banyak hadits-hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, bahkan juga dalam

beberapa ayat Al-Qur’an.

[1] Tafsir Al-Qurthubi XIV : 65.

[2] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, “Hadits ini shahih.”

Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani. Diriwayatkan juga oleh Ath-

Thabrani dalam Al-Awsath

Page 67: Birul Walidain Word

[3] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani

[4] Dicuplik dari wa bil waalidain ihsaana oleh Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsin –

Select.Islamiy.com.

[5] Diriwayatkan oleh Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Al-Albani.

dinukil dari buletin ustadzkholid

Posted in BIRRUL WALIDAIN

Oct04

Memuliakan Orang   Tua

— October 4, 2010

Pemuliaan Islam terhadap sosok orang tua, amat lugas. Wujud pemuliaan itu sudah

beberapa langkah mendahului gemuruh propaganda sejenis, yang baru-baru saja

muncul belakangan ini, dari kalangan Barat. Sebut saja contohnya: jaminan untuk

kaum manula, perhatian terhadap kaum jompo dan lain sebagainya. Kenapa

demikian? Karena Islam sudah jauh-jauh hari langsung menghadirkan ‘perintah

tegas’ bagi seorang mukmin, untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya.

“Telah kami pesankan seorang manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada

kedua orang tuanya.” (Al-Ahqaaf : 15)

Ibnu Katsier menjelaskan, “Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk

berbuat baik kepada kedua orang tua, sekaligus juga melimpahkan kasih sayang

kita kepada mereka.” [Lihat Tafsir Al-Qur’aan Al-’Azhiem IV : 159].

“Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun,

dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (An-Nisaa : 36)

Perintah itu, bahkan diseiringkan dengan perintah untukmengesakan Allah sebagai

kewajiban utama seorang mukmin. Sehingga amatlah jelas, perintah itu

mengandung ‘tekanan’ yang demikian kuat.

Page 68: Birul Walidain Word

Sekarang, bandingkanlah substansi ajaran Islam itu dengan realitas yang

berkembang di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia sekarang ini.

Banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat

atau sekadar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah ‘uzur’.

Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan

punya segudang aktivitas. Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan

mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo!!

dinukil dari buletin ustadzkholid

Posted in BIRRUL WALIDAIN

Oct04

Saat Ibunda Telah   Wafat

— October 4, 2010

1

Ada beberapa wujud manefestasi cinta kasih kepada sang bunda, yang masih dapat

kita lakukan saat sang bunda sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Semua

bentuk implementasi cinta kasih itu pada dasarnya lebih bersifat tugas dan

kewajiban kita. Dengan atau tanpa muatan cinta kasih, semua tugas itu harus kita

pikul. Namun adalah kenistaan, bila kita melaksanakan semuanya tanpa landasan

cinta kepadanya. Berikut ini, penulis paparkan beberapa di antaranya:

Pertama: Melaksanakan perjanjian dan pesan sang bunda.

Diriwayatkan dari Syaried bin Suwaid Ats-Tsaqafi, bahwa ia menuturkan, “Wahai

Rasulullah! Ibuku pernah berpesan kepadaku untuk memerdekakan seorang budak

wanita yang beriman. Aku memiliki seorang budah wanita berkulit hitam. Apakah aku

harus memerdekakannya?” “Panggil dia.” Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi

Wasallam. Saat wanita itu datang, beliau bertanya, “Siapa Rabbmu?” Budak wanita

itu menjawab, “Allah.” “Lalu, siapa aku?” Tanya Rasulullah Shallallahu’alaihi

Wasallam lagi. Wanita itu menjawab, “Engkau adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi

Page 69: Birul Walidain Word

Wasallam.” Beliaupun bersabda, “Merdekakan dia. Karena dia adalah wanita

mukminah[1].”

Kedua: Mendoakan sang ibu, membacakah shalawat dan memohonkan

ampunan baginya.

Ibnu Rabi’ah meriwayatkan: Saat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah

Shallallahu’alaihi Wasallam, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani

Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam! Apakah masih

tersisa bakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?”

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Ya. Bacakanlah shalat

untuk mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka,

peliharalah silaturahim yang biasa dipelihara kala mereka masih hidup, juga, hormati

teman-teman mereka[2].”

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba

yang shalih di Surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku

bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan

ampun dari anakmu[3].”

Salah satu dari tanda cinta kasih kita kepada ibu adalah munculnya pengharapan

agar si ibu selalu hidup berbahagia. Bila ia sudah meninggal dunia, kita juga

senantiasa mendoakannya, membacakan shalat untuknya serta memohonkan

ampunan untuknya. Semua perbuatan tersebut bukanlah hal-hal yang remeh. Dan

juga, amat jarang anak yang mampu secara telaten melakukan semua kebajikan

tersebut. Padahal, ditinjau dari segi kelayakan, dan segi kesempatan serta

kemampuan, sudah seyogyanya setiap anak berusaha melakukannya. Dari

kwantitas, semua amalan tersebut tidak membutuhkan banyak waktu. Sekadar

perhatian dan kesadaran, yang memang sangat dituntut. Bila seorang anak merasa

sangat kurang berbakti kepada kedua orang tuanya, inilah kesempatan yang masih

terbuka lebar, untuk menutupi kekurangan tersebut, selama hayat masih dikandung

badan.

Ketiga: Memelihara hubungan baik, dengan teman dan kerabat ibu.

Page 70: Birul Walidain Word

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang tetap ingin

menjaga hubungan silaturahim dengan ayahnya yang sudah wafat, hendaknya ia

menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya yang masih hidup[4].”

Keempat: Melaksanakan beberapa ibadah untuk kebaikan sang ibu.

Sa’ad bin Ubadah pernah bertanya, “Ibuku sudah meninggal dunia. Sedekah apa

yang terbaik, yang bisa kulakukan untuknya?” Rasulullah Shallallahu’alaihi

Wasallam menjawab, “Air. Gali saja sumur. Lalu katakan: ‘pahala penggunaan

sumur ini, untuk ibu Saad[5].”

Demikianlah sekilas tentang hubungan dengan ibu yang menjadi salah satu dari

kedua orang tua, sengaja dibatasi pembahasan ini hanya seputar ibu, agar lebih

singkat. Mudah-mudahan bermanfaat.

[1] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasaai.

[2] Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak IV : 155, dan beliau berkata,

“Hadits ini shahih berdasarkan system periwayatan Al-Bukhari dan Muslim, namun

keduanya tidak mengeluarkan hadits tersebut. Adz-Dzahabi berkata, “Shahih.”

[3] Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh

Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaa-id X : 210.

[4] Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Lihat penjelasannya dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-

Shahihah nomor 1342.

[5] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasaa-ie.

dinukil dari buletin ustadzkholid

Posted in BIRRUL WALIDAIN

Oct04

Ketika orang tua telah berusia   senja

— October 4, 2010

Page 71: Birul Walidain Word

1

Pada saatnya, usia juga yang membatasi kepawaian seorang ibu mengasuh

anaknya. Kasih ibu, memang tak dapat dihentikan sang waktu. Namun sebagai

manusia, kekuatannya tidak pernah abadi. Akhirnya, sang ibu harus melalui juga

masa-masa yang belum pernah dibayangkan selama ini. Kulitnya mulai keriput,

tenaganya mulai jauh berkurang, tulang-tulangnyapun mulai terasa rapuh, suaranya

berubah menjadi sengau, tak mampu menyetabilkan nada yang keluar. Saat itulah,

ia mulai sangat membutuhkan belaian kasih sang anak. Ia mulai memerlukan

adanya orang lain di sisinya, untuk menyelesaikan segala hal, termasuk pekerjaan-

pekerjaan ringan sekalipun, yang selama ini bisa dia selesaikan seorang diri. Saat

itulah, bakti seorang anak menjadi suatu hal yang teramat dibutuhkan:

“ Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada

keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah

kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka

berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:”Wahai Rabbku, kasihilah

mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

(Al-Isra : 23-24)

Saat usia semakin tua, bisa jadi kepekaan seorang ibu bertambah. Ia lebih mudah

tersinggung, lebih mudah melampiaskan amarahnya, lebih mudah tersentuh hatinya

hanya oleh kata-kata atau ucapan, yang bila itu diucapkan seorang anak di waktu

mudanya, tidak akan diperdulikan sama sekali. Oleh sebab itu, Al-Qur’an

memberikan bimbingan yang demikian santun, agar seorang anak membiasakan diri

berbicara dan bersikap secara mulai, santun dan terpuji, terhadap kedua orang

tuanya, terutama sekali ibunya.

Suatu hari, Rasulullah naik ke atas mimbar, lalu beliau berkata: “Amin, amin, amin.”

Kontan, seorang Sahabat bertanya: “Kenapa engkau mengucapkan amin, amin dan

amin, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tadi datang Jibril menemuiku, lalu ia

berkata: “Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan, lalu ia tidak mendapatkan

ampunan Allah, maka ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa

Neraka.” Akupun berkata: ‘Amin.’ Lalu Jibril berkata lagi: “Barangsiapa yang

Page 72: Birul Walidain Word

mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya, atau keduanya, pada saat

mereka sudah berusia lanjut, namun ia tidak berkesempatan berbakti kepada

mereka, maka ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka.”

Akupun berkata: ‘Amin.’ Lalu Jibril berkata lagi: “Barangsiapa yang mendengar

namaku (Nabi Muhammad) disebutkan, lalu ia tidak membaca shalawat untukku,

maka bila ia mati, ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka.”

Akupun berkata: ‘Amin.‘ Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (904, oleh Al-Bukhari dalam

Al-Adab Al-Mufrad (646) dan Ibnu Khuzaimah (1888)