biro pbj prov. jatimp2bj.jatimprov.go.id/web/sudo/uploads/file/... · created date: 8/5/2019...
TRANSCRIPT
GUBERNUR JAWA TIMUR
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TI]VIUR
NOtvloR 188i 314 /KPTS/O1312019
TENTANG
KODE ETIK PENYELENGGARA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH PROV]NSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIIVIUR,
Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayal (2) Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 138 Tahun 2018 tentang
PenyelenggaraanDukunganPengadaanBarang/JasapadaPemerintah Provinsi Jawa Timur, perlu menetapkan Keputusan
Gubernur Jawa Timur tentang Kode Etik Penyelenggara Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
PeraturanPerundang-undangan(LembaranNegaraRepubliklndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 523a\;
2,Undang-UndangNomor23Tahun2ol4tentangPemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor
5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun2olsNomor53,TambahanLembaranNegaraRepubliklndonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2O1O tentang Disiplin
PegawaiNegerisipil(LembaranNegaraRepubliklndonesiaTahun2O1O Nomor T4,Fambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 5135);
4.PeraturanPresidenNomorl6TahunzolstentangPengadaanBarang/JasaPemerintah(LembaranNegaraRepubliklndonesia
Itlengingat
Tahun 2018 Nomor 33);peraturan [/lenteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2018 tentang
PembentukanUnitKerjaPengadaanBarang/JasadiLingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupateniKota;
6 Peraturan
5
-2-
[t/lenetapkan
KESATU
KEDUA
6. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Nomor 14
Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa;
7. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 138 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Dukungan Pengadaan Pengadaan Barang/Jasa
Pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
TUETVIUTUSKAN
Kode Etik Penyelenggara Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran.
Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU berisi
ketentuan tentang kewajiban, larangan, pembentukan majelis
pertimbangan kode etik dan prosedur penegakan kode etik.
Penyelengggara Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESATU, wajib bersikap dan berkomitmen mematuhi
ketentuan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA.
Ditetapkan di SurabaYa
pada tanggal 11 Juli 2019
TITUUR
NLAAR PARAWAN SA
KETIGA
KEETVIPAT Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
LAIUPIRAN
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TITMUR
NOtvlOR : 188/ 314 /KPTS101312019
TANGGAL : 11 JULI 2019
KODE ETIK PENYELENGGARA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN
PETUERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governmenf), maka personil yang
terlibat dalam pengadaan barang/jasa harus bersih, jujur dan bekerja sesuai dengan
tugas dan kewenangan serta sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 138 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Dukungan Pengadaan Barang/Jasa
pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa
perlu kode etik yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Dalam proses pengadaan barang/jasa, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
21lStentang Pengadaan Barang/Jasa, Pemerintah telah menetapkan etika pengadaan
untuk mengatur perilaku penyelenggara pengadaan barang/jasa, dalam melaksanakan
etika pengadaan barang/jasa perlu ditetapkan Kode Etik Penyelenggara Pengadaan
Barang/Jasa.
Kode Etik tersebut merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan
profesional secara tertulis yang dengan tegas menyatakan kewajiban yang harus
dilaksanakan dan larangan yang harus ditinggalkan, majelis pertimbangan kode etik
dan prosedur Penegakan kode etik.
Kode etik penyelenggara pengadaan perlu ditetapkan untuk menegakkan
integritas, kehormatan dan martabat penyelengara pengadaan barang/jasa.
penyelenggara pengadaan merupakan profesi yang rentan mendapatkan tekanan dari
berbagai pihak baik secara internal maupun eksternal. Pihak-pihak yang memberikan
tekanan tersebut mempengaruhi integritas dan profesionalitas penyelenggara
pengadaan dalam mengambil keputusan. Hal ini akan berpotensi pada pengambilan
keputusan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan prosedur dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah. Sehingga perlunya penyelenggara pengadaan memahami
kewajiban dan larangan dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, dan perlunya
dibentuk majelis pertimbangan kode etik untuk melaksanakan prosedur penegakan
kode etik.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksudpenetapan Kode Etik dimaksudkan sebagai pedoman professional individu
penyelenggarapengadaanbarang/jasayangbertanggungjawabdalammelaksanakan tugas dan kegiatan pemilihan penyedia barang/jasa, perencanaan,
pengelolaan kontrak, pemeriksaan hasil pekerjaan dan layanan penyelesaian
sengketa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah, bimbingan teknis'
pendampingan dan/atau konsultasi penyusunan rencana persiapan pengadaan dan/
atau pengelolaan kontrak dan jasa lain yang terkait'
2. Tuiuan
-2-
2. Tujuan
Kode Etik bertujuan agar penyelengara pengadaan barang/jasa melaksanakan
antara lain:
a. menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan
dan profesionalisme sumber daya manusia;
b. bersikap jujur dan adil serta tidak memihak dalam melayani pemberi tugas,
kerabat kerja, klien dan masyarakat secara taat asas;
c. berjuang dan meningkatkan kompetensi dan martabat profesi ahli pengadaan;
d. menggunakan pengetahuan dan keterampilan serta perilaku dalam pelaksanaan
tugas dan pengambilan keputusan secara terbuka, transparan, efisien, efektif,
adil, persaingan sehat, akuntabel dan kredibel untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat;
e. melakukan kegiatan pengadaan barang / jasa sesuai peraturan, kaidah,
kompetensi dan kewenangan;
f . memberi pendapat dan mengeluarkan pernyataan publik secara obyektif, jujur,
akuntabel dan kredibel;g bekerja untuk Pemerintah Daerah, pemberi kerja, klien dan masyarakat secara
profesional, patuh dan taat asas serta menghindari konflik kepentingan;
h. membangun reputasi professional penyelengara pengadaan barang/jasa
berdasarkan prestasi dan bersaing secara adil dan sehat; dan
i. menegakkan kehormatan, integritas dan martabat profesi penyelengara
pengadaan barang/jasa serta tidak kompromi terhadap korupsi, kolusi dan
nepotisme.
C. PENGERTIAN
Di dalam Keputusan Gubernur ini, yang dimaksud dengan:
1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur.
5. Biro Administasi Pembangunan yang selanjutnya disebut Biro adalah Biro
Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.
6. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Provinsi Jawa Timur.
7. Bagian pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Bagian Pengadaan
adalah Bagian pengadaan Barang/Jasa Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Timur.
B. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah provinsi yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan.
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
selanjutnya disingkat UKPBJ adalah Bagian Pengadaan Barang/Jasa yang menjadi
pusat keunggulan Pengadaan Barang/Jasa dan bertindak sebagaiAgen Pengadaan'
I
10. Penyelenqqara
-3-
10. Penyelenggara Pengadaan Barang/Jasa adalah Pengguna Anggaran, Kuasa
Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan, Pokja Pemilihan, stafpendukung dan Pembantu Pelaksana Kegiatan yang mengelola pengadaan
barang/jasa pada UKPBJ Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
11. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Perangkat Daerah.
12. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah Pejabat yang
diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
13. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat dengan PPK adalah pejabat
yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran Anggaran Pendapatan
Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi.
14. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/ pejabat fungsional/personel yang
bertugas melaksanakan pengadaan langsung, penunjukan langsung, dan/atau
e-purchasing.'15. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan pengadaan barang/jasa.
16. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang
bertugas memeriksa administasri hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa.
17. Pengelola pengadaan barang/jasa adalah Pejabat Fungsional yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
18. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber
daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan
Penyedia Barang/Jasa.
19. Staf pendukung adalah Staf Biro yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil/Calon
pegawai Negeri Sipil yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan dukungan dan/atau
penunjang pengadaan barang/jasa.
20. pembantu pelaksana kegiatan adalah Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
dan/ atau pegawai tidak tetap dengan perjanjian kerja pada Biro yang dibutuhkan
dalam penyelenggaraan d ukungan dan/atau penunjang pen gadaan barang/jasa.
21. Kode Etik penyelenggara Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kode
Etik adalah norma perilaku penyelenggara pengadaan barang/jasa'
22. l,Aajelis Pertimbangan Kode Etik penyelenggara Pengadaan Barang/Jasa Daerah
yang selanjutnya disebut Majelis Pertimbangan Kode Etik adalah tt/ajelis yang
bertugas menilai norma perilaku penyelenggara pengadaan barang/jasa'
D. KEWAJIBANPenyelenggara pengadaan barang/jasa wajib melaksanakan Kode Etik yang terdiri
atas:
melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;a
b. bekerja
4
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan dokumenpengadaan yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinyapenyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
terjadinya persaingan tidak sehat;d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan
barang/jasa;f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan
negara dalam pengadaan barang/jasa;g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan
tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan negara;
h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun
yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa;
i. cermat dalam bertindak dan mengambil keputusan,j. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. patuh kepada perintah yang sah, wajar dan memiliki dasar hukum yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan;
l. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan dan/atau kewenangan yang dimiliki;
n. tidak menyimpang dari standar operasional prosedur yang telah ditetapkan;
o. Proaktif dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya; dan
p tanggap/responsif dalam menyelesaikan persamalahan pengadaan barang/jasa.
E. LARANGANPenyelenggara pengadaan barang/jasa dalam melaksanakan Kode Etik dilarang:
a. meminta dan/atau menerima imbalan dalam bentuk apapun dari penyedia
barang/jasa, kuasa atau wakilnya baik langsung maupun tidak langsung atau
perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan penyedia barang/jasa;
b. memberikan fakta, data dan informasi yang tidak benar dan/atau segala sesuatu
yang belum pasti atau diPutuskan;
c. menggunakan fasilitas/sarana kantor untuk kepentingan pribadi, kelompok
dan/atau pihak lain;
d. melakukan negosiasi, pertemuan dan/atau pembicaraan dengan penyedia
barang/jasa, kuasa atau wakilnya baik langsung maupun tidak langsung atau
perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan penyedia barang/jasa di luar kantor
baik dalam jam kerja maupun di luar jam kerja;
e, melaksanakan proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang disl<riminatif/pilih
kasih;
f. melakukan
-5-
f. melakukan pertemuan dengan penyedia barang/jasa yang sedang mengikuti
proses tender kecuali hal-hal yang diperbolehkan berdasarkan peraturan
pengadaan barang/jasa yaitu penjelasan lapangan, klarifikasi teknis/ lapangan,
pembuktian kualifikasi, negosiasi teknis danl atau harga dan hal lain yang
diperbolehkan;g melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme dengan pihak perangkat daerah dalam
pelaksanaan pengadaan barang/Jasa;
h. mengucapkan perkataan yang tidak etis dan bersifat melecehkan kepada penyedia
barang/jasa, kuasa atau wakilnya baik langsung maupun tidak langsung atau
perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan Penyedia Barang/Jasa atau
masyarakat;i. melakukan intervensi dan penyalahgunaan wewenang secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa; danj. saling melakukan intervensi dan penyalahgunaan wewenang secara langsung
maupun tidak langsung antar penyelenggara pengadaan barang/jasa.
F. MAJELIS KODE ETIK
1. KedudukanMajelis Pertimbangan Kode Etik bersifat adhoc sebagai komite pengawas perilaku
penyelenggara pengadaan barang/jasa berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
2. TugasIr/ajelis Pertimbangan Kode Etik mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
perilaku penyelenggara pengadaan barang/jasa berdasarkan kode etik.
3. KewenanganDalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam nomor 2, It/ajelis
Pertimbangan Kode Etik berwenang untuk:
a. melaksanakan pengawasan langsung terhadap perilaku penyelenggara
pengadaan barang/jasa ;
b. menerima pengaduan/keluhan dari Penyedia Barang/Jasa, UKPBJ dan
jajarannya, OPD dan/atau masyarakat;
c. mengumpulkan dan/atau mencari tahu fakta, data dan/atau informasi terkait
pengaduan/keluhan Yang diterima;
d. mengolah dan/atau menganalisa pengaduan/keluhan yang diterima;
e. melaksanakan pemanggilan terhadap penyelenggara pengadaan barang/jasa dan
pihak terkait seperti pelapor dan saksi;
f . melaksanakan pemeriksaan atas pengaduan/keluhan yang diterima;
g. menilai adalatau tidaknya pelanggaran kode etik oleh penyelenggara pengadaan
barang/jasa baik yang dilaporkan oleh penyedia barangliasa, kuasa atau wakilnya
baik langsung maupun tidak langsung atau perusahaan yang mempunyai afiliasi
dengan penyedia barang/jasa atau masyarakat dan/atau yang dipertanyakan oleh
penyelenggara pengadaan barang/jasa;
h mengusulkan pemberian sanksi atas pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh
penyelenggara pengadaan barang/jasa untuk ditetapkan oleh Gubernur atau
pejabat yang diberikan kewenangan untuk memberikan hukuman bagi
penyelenggara pengadaan barang/jasa; dan
i. melaporkan
I
-6-
i. melaporkan tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.Laporan ltlajelis Pertimbangan Kode Etik kepada Gubernur sebagaimana dimaksudpada huruf i mengenai orang pribadi penyelenggara pengadaan barang/jasa bersifatrahasia.
4. Tanggung JawabDalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, lvlajelis Pertimbangan Kode Etik
bertanggung jawab atas:
a. terlaksananya pengawasan perilaku penyelenggara pengadaan barang/jasa
berdasarkan Kode Etik;
b. tenuujudnya transparansi dan akuntabilitas penyelesaian pengaduan atas perilaku
penyelenggara pengadaan barang/jasa; dan
c. terlaksananya penerapan Kode Etik pada setiap pelaksanaan tugas seluruhpenyelenggara pengadaan barang/jasa.
5. Personel dan SekretariatSusunan personel, masa tugas, pengangkatan, pemberhentian dan honorarium serta
sekretariat [\Iajelis Pertimbangan Kode Etik akan ditetapkan dalam Keputusan
Gubernur.
G. PROSEDUR PENEGAKAN KODE ETIK
1. Pemeriksaan Atas Dasar Pengaduan
a. Laporan pengaduan terhadap adanya dugaan pelanggaran kode etik harus
memuat:
1) identitas pengadu berupa Kartu Tanda Penduduk;
2) laporan pengaduan ditandatangani oleh pengadu; dan
3) bukti pelanggaran kode etik.
b. Pemeriksaan atas dasar pengaduan dari masyarakat, laporan Perangkat
Daerah, media massa, dan/atau pihak lain di luar Unit Kerja Pengadaan
Barang/Jasa dilakukan dengan mekanisme:
1) sekretariat tMajelis Pertimbangan Kode Etik menyusun telaahan atas
pengaduan yang diterima dan menyampaikannya kepada Ketua tt/ajelis;
2) ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik mengadakan rapat yang
dipersiapkan oleh Sekretariat untuk membahas pengaduan;
3) rapat tt/ajelis Pertimbangan Kode Etik membahas dan membuat
kesimpulan apakah pengaduan layak atau tidak layak ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan;
4) apabila tidak layak proses penanganan pengaduan dihentikan dan
diberikan penjelasan tertulis yang patut kepada pihak pengadu;
5) apabila layak proses penanganan pengaduan ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan oleh sidang lVlajelis Pertimbangan Kode Etik, dengan :
a) Pemeriksaan laPoran;
b) Pemeriksaan bukti; dan
c) pemanggilan Pihak.
6) sesuai
7
6) sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti yang ada, tt/ajelis
Pertimbangan Kode Etik memutuskan dan menetapkan ada atau tidak
pelanggaran terhadap Kode Etik;
7) apabila diputuskan dan ditetapkan bahwa telah terjadi pelanggaran
terhadap Kode Etik, maka dalam putusannya Majelis Pertimbangan
Kode Etik harus mencantumkan hukuman disiplin yang diberikan
kepada pejabat penyelenggara pengadaan barang/jasa yang
melanggar;8) Keputusan tt/ajelis Pertimbangan Kode Etik dilaporkan kepada
Gubernur dengan tembusan kepada Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah
dan Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat
Sekretariat Daerah untuk diambil keputusan; dan
9) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk menetapkan pemberian hukuman
berdasarkan Keputusan tvlajelis Pertimbangan Kode Etik.
c. Hukuman sebagaimana dimaksud pada angka 7) berupa :
1) Hukuman untuk melakukan permintaan maaf secara tertulis kepada
pimpinan penyelenggara pengadaan barang/jasa; dan/ atau
2) Hukuman disiplin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2), dikenakan
berdasarkan tingkat pelanggaran Kode Etik dan tidak bersifat kumulatif
hukuman.
2. Pemeriksaan Atas Dasar Temuan
a. Pemeriksaan atas dasar temuan dilakukan oleh tvlajelis Pertimbangan Kode Etik
dan/atau hasil temuan lembaga pemeriksa yang dibentuk dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan mekanisme:
1) ketua [\Iajelis Pertimbangan Kode Etik mengadakan rapat yang dipersiapkan
oleh Sekretariat [\Iajelis Pertimbangan Kode Etik untuk membahas hasil
temuan;
Z) rapat l\Iajelis Pertimbangan Kode Etik membahas dan membuat kesimpulan
apakah hasil temuan layak atau tidak layak ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan;
3) apabila tidak layak proses penanganan hasil temuan dihentikan dan
diberikan penjelasan tertulis yang patut kepada pihak pengadu;
4) apabila layak proses penanganan hasil temuan ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan oleh sidang tt/ajelis Pertimbangan Kode Etik dengan:
a) pemeriksaan laPoran;
b) Pemeriksaan bukti; dan
c) pemanggilan Para Pihak.5) sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti yang ada Majelis Pertimbangan
Kode Etik memutuskan dan menetapkan ada atau tidak pelanggaran
terhadaP Kode Etik;
6) apabila diputuskan dan ditetapkan bahwa telah tejadi pelanggaran terhadap
Kode Etik maka dalam putusannya lVlajelis Pertimbangan Kode Etik harus
mencantumkan hukuman disiplin yang diberikan kepada penyelenggara
pengadaan barang/jasa yang melanggar;
7) Keputusan
a
-8-
7) Keputusan tMajelis Pertimbangan Kode Etik dilaporkan kepada Gubernurdengan tembusan kepada Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah dan AsistenPerekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat SekretariatDaerah untuk diambil keputusan; dan
8) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk menetapkan pemberian hukuman
berdasarkan putusan tMajelis Pertimbangan Kode Etik.
b. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada angka 6) mengikuti ketentuanpada klausul H.1.c
c. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada huruf b dikenakan berdasarkan
tingkat pelanggaran Kode Etik.
3. Mekanisme PemanggilanPemanggilan para pihak yang diduga melakukan pelanggaran kode etik memenuhi
mekanisme.a. tMajelis Pertimbangan Kode Etik memanggil secara tertulis para pihak yang
diduga melakukan pelanggaran kode etik untuk dilakukan pemeriksaan;
b. pemanggilan oleh tt/ajelis Pertimbangan Kode Etik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya laporan
pengaduan/temuan;
c. dalam hal pihak yang dipanggil tidak hadir tanpa alasan yang sah pada tanggal
pemeriksaan yang ditentukan, pemanggilan kedua dilakukan paling lama 7(tujuh) hari kerja sejak hari ketidakhadiran pada pemanggilan pertama;
d. apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukan dalam surat pemanggilan
kedua, pihak yang dipanggil tetap tidak hadir dianggap telah melanggar kode
etik; dan
e. dalam hal terjadi pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud pada huruf d,
tr/ajelis Pertimbangan Kode Etik melaporkan kepada Gubernur sesuai
mekanisme penanganan pelanggaran kode etik.
H. PEMBIAYAANPembiayaan kegiatan tr/ajelis Pertimbangan Kode Etik dibebankan pada Anggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur.
I. KETENTUAN LAIN - LAIN
Bagi personel yang menjabat sebagai Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, maka Kode
Etik yang diterapkan mengikuti Kode Etik Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa yang ditetapkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
A TI[/UR
R PARAWANSA
s\,
*
EB il
4
SALINAN
-9-
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada:
Yth. : 1. Sdr. [Vlenteri Dalam Negeri di Jakarta.2. Sdr Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah di Jakarta.
3. Sdr. lnspektur Provinsi Jawa Timur di Sidoarjo.4. Sdr. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
di Surabaya.5. Sdr Kepala Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Timur di Surabaya.