biografi k.h. turaichan adjhuri kudus 1915-1999...
TRANSCRIPT
BIOGRAFI K.H. TURAICHAN ADJHURI KUDUS 1915-1999 M
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Disusun oleh:
Ari Jumrotun
NIM: 13120019
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
v
MOTTO
حسان حسان إلا ال هل جزاء ال
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar Rahman : 60)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk
Almamaterku Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ibuku (Karniti) dan Bapakku (Toyib Usman)
tiada kata terindah selain terimakasih untuk kalian Barakallah..
vii
ABSTRAK
BIOGRAFI K.H. TURAICHAN ADJHURI KUDUS 1915-1999 M.
K.H. Turaichan Adjuri atau lebih akrab disapa mbah Turaichan merupakan
seorang ulama dari Kudus yang memiliki keahlian dalam ilmu falak. Mbah
Turaichan dikenal sosok yang kharismatik, gigih dan teguh pendirian. Ia adalah
salah seorang ulama pada abad XX dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Ia
merupakan salah satu ulama yang tidak memiliki pesantren dan tidak pernah
menetap di pesantren. Jenjang pendidikannya hanya di sekolah formal TBS
Kudus. Ia sosok ulama yang aktif dalam organisasi sosial keagamaan NU. Aktif
dalam dunia pendidikan sejak berusia 15 tahun. Perannya dalam dunia politik, ia
pernah menjadi wakil dari NU di dalam konstituante. Dalam penelitian ini dibahas
mengenai perjalanan hidup K.H. Turaichan Adjhuri, bagaimana aktivitas K.H.
Turaichan Adjuri semasa hidupnya, dan bagaimana pemikiran-pemikiran dari
K.H. Turaichan Adjuri.
Penelitian ini menggunakan teori peranan oleh Erving Goffman. Teori ini
digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peranan mbah Turaichan
dengan melihat pengaruh pola-pola kehidupan dalam struktur sosial. Metode yang
akan digunakan adalah metode sejarah. Peneliti menggunakan studi pustaka dan
wawancara dalam pengumpulan sumber. Selanjutnya, peneliti melakukan kritik
sumber dan interpretasi terhadap sumber sumber yang telah ditemukan untuk
melakukan penulisan sebagai hasil akhir dari proses penelitian sejarah.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa mbah Turaichan merupakan sosok
kiai yang berpengaruh dalam masyarakat. Ia memliki peranan penting dalam
beberapa bidang kehidupan yang ia geluti. Dalam organisasi keagamaan NU, ia
berkontribusi dalam ranah agama, pendidikan dan politik. Karyanya berupa
Almanak Menara Kudus yang menjadi rujukan masyarakat dalam melihat agenda-
agenda besar keagamaan.
Kata kunci: Biografi, Turaichan Adjhuri
viii
PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN1
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Tsa Ts te dan es ث
Jim J Je ج
ẖa ẖ ha (dengan garis bawah) ح
Kha Kh ka dan ha خ
Dal D De د
Dzal dz de dan zet ذ
Ra R Er ر
Za Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy es dan ye ش
Shad Sh es dan ha ص
Dlad Dl de dan el ض
Tha Th te dan ha ط
Dha Dh de dan ha ظ
ain „ koma terbalik diatas„ ع
غGhai
n gh ge dan ha
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
1Tim penyusun, Pedoman Akademik & Penulisan Skripsi (Yogyakarta: Jurusan Sejarah
dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga, cet. 1, 2010), hlm.
44-47.
ix
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha ه
lam alif La el dan a ال
Hamzah ‟ Apostrop ء
Ya Y Ye ى
2. Vokal
a. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dlammah U U
x
KATA PENGANTAR
بسم ا هلل الرحن الرحيمPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas rahmat, taufik,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi dengan
judul: “ Biografi K.H. Turaichan Adjhuri Kudus 1915-1999 M.”. Tidak lupa,
shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda besar Rasulullah
Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa kehendak Allah Swt. dan bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh
rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua
pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3. Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Bapak Drs. H. Musa, M.Si., selaku pembimbing skripsi yang sudah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran yang sangat
bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Siti Maryam, M.Ag., selaku penguji pertama dan ibu Zuhrotul Latifah
S.Ag., M.Ag., selaku penguji kedua yang telah berkontribusi banyak dalam
perbaikan skripsi ini selama pasca siding munaqosyah.
xi
6. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, Bapak Toyib Usman dan Ibu
Karniti. Terimakasih atas dukungan lahir batin yang telah kalian berikan pada
anak mu ini. Terimakasih atas do‟a, dan alfatihah yang tak pernah henti.
Terimakasih atas kesabaran, keikhlasan, dan pelajaran hidup yang telah kalian
ajarkan. Terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi, sehingga
skripsi ini bisa selesai. Tak lupa, adikku Muhammad Dwi Setiawan, yang
sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Barakallah, semoga Allah
senantiasa memberikan umur yang bermanfaat, rezeki yang barokah dan
kesehatan terhadap keluarga ku tercinta ini. Semoga Allah mengumpulkan kita
bersama di surga Nya, bersama dengan baginda Muhammad SAW, Aamiin.
7. Narasumber bapak K.H. Khoiruzzad, Bapak Sirril Wafa, K.H. Sya‟roni
Ahmadi, terimakasih untuk segala informasi dan pengetahuan serta
pengalaman selama proses wawancara. terimakasih banyak telah berkenan
menjadi narasumber untuk tugas akhir saya.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q, ibu Nyai H.
Khusnu Khotimah Warson beserta keluarga serta para ustadz-utadzah.
Terimakasih banyak atas ilmu yang diberikan, terimakasih banyak atas
pelajaran yang berharga. Tiada kata seindah do‟a, semoga Allah senantiasa
memberikan barokah dan keselamatan. Semoga kita dikumpulkan di surga-
Nya.
9. Teman, sahabat, dan keluarga di kamar 2D, Teman satu angkatan di komplek
Q dan kelas Khomis, mba Naela, Fauziyah, Fafa, mba Asya, Ikfi, Teh Yushi,
Kak Vivi, Vikriniyatin, mba Anindya, mba Muyas, Muna, mas Adib
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................ ii
HALAMAN NOTA DINAS ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8
E. Landasan teori ................................................................................ 10
F. Metode Penelitian........................................................................... 12
G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 16
BAB II: PERJALANAN HIDUP K.H. TURAICHAN ADJHURI ..... 17
A. Masa Kecil dan Keluarga ............................................................... 17
B. Pendidikan ...................................................................................... 23
C. Kepribadian dan Aktifitas .............................................................. 26
BAB III: PEMIKIRAN DAN KARYA K.H. TURAICHAN ADJHURI 32
A. Bidang Agama ................................................................................ 33
B. Bidang Pendidikan ......................................................................... 39
xiv
C. Bidang Politik ................................................................................ 43
BAB IV: KIPRAH K.H. TURAICHAN ADJHURI ............................ 49
A. Bidang Agama ................................................................................ 51
B. Bidang Pendidikan ......................................................................... 63
C. Bidang Politik ................................................................................ 65
BAB V: PENUTUP ............................................................................. 69
A. Kesimpulan .................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. 81
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silsilah Keluarga ......................................................... 76
Lampiran 2 : Almanak Menara Kudus .............................................. 77
Lampiran 3 : Foto-foto ...................................................................... 79
Lampiran 4 : Data Narasumber ......................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian mengenai sejarah lokal di Indonesia dalam seminar sejarah lokal
17-20 September 1984 M, mencakup lima tema pokok, yaitu: (1) dinamika
masyarakat pedesaan, (2) pendidikan sebagai faktor dinamisasi dan integrasi
sosial, (3) interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk, (4) revolusi
nasional di tingkat lokal, dan (5) biografi tokoh lokal.1 Hal ini menunjukkan
bahwa biografi tokoh lokal sangat diperhatikan untuk memperkaya penulisan
sejarah Indonesia.
Kiai adalah salah satu dari beberapa tokoh lokal yang berpengaruh di
Indonesia. Kiai merupakan aktor penafsir ajaran-ajaran Islam untuk disampaikan
kepada khalayak umum penganut agama tersebut. Sebutan kiai merupakan bentuk
panggilan kehormatan kepada seseorang yang memiliki pengetahuan agama yang
tinggi di lingkungan masyarakat Islam tradisional di pedesaan Jawa. Bagi
penduduk desa, kiai mempunyai peranan yang sangat besar. Ia tidak hanya
menjadi guru agama, namun juga merupakan penasehat dan pemimpin
masyarakat.2 Semakin tinggi ilmu yang dimiliki maka ia akan semakin dihormati
1 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2003), hlm. 145.
2 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa
(Yogyakarta: LKiS, 2013), hlm. 21.
2
masyarakat sekitarnya.3 Mereka memiliki peranan yang menentukan dalam
perkembangan sosial, kultur keagamaan dan politik.4
K.H. Turaichan Adjhuri adalah salah seorang kiai dari kalangan Nahdlatul
Ulama (NU) yang memiliki kharisma tinggi dan memiliki pengaruh besar bagi
masyarakat terutama muslim di Jawa Tengah. Ia banyak dikenal sebagai kiai yang
ahli dalam bidang ilmu falak. K.H. Turaichan Adjhuri atau yang lebih sering
disapa mbah Turaichan, lahir di Kudus pada tanggal 10 Maret 1915 M. Ia
merupakan anak dari pasangan kiai Adjhuri dan nyai Sukainah.5 Ia merupakan
keturunan ke-14 dari Syekh Ja‟far Shodiq, Sunan Kudus.6 Pendapat lain
mengatakan ia masih ada garis keturunan dengan K.H. Mutamakkin Pati.7
Istilah kiai identik dengan seorang ahli agama Islam yang memiliki atau
menjadi pemimpin pesantren, mengajarkan kitab-kitab klasik (kitab kuning) dan
atau memiliki keterkaitan dengan kelompok Islam Tradisional.8 Berbeda dengan
kiai pada umumnya yang memiliki atau menjadi pemimpin suatu pesantren, mbah
Turaichan merupakan salah satu kiai yang tidak memiliki pondok pesantren dan
tidak pernah tinggal di lingkungan pesantren secara langsung. Ia hanya mengaji
kepada kiai sekitar rumahnya.9 Ia menyelesaikan pendidikan formal hanya dua
3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai
(Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 60. 4 Ibid., hlm. 171.
5 A. Khoirul Anam dkk., Ensiklopedia Nahdlatul Ulama (Jakarta: Matabangsa dan
PBNU, 2014), hlm. 187. 6 http://tebuireng.org/kh-turaichan-adjhuri-ilmuwan-falak-asli-kudus/, diakses pada
tanggal 15 November 2016. 7 Ibid.
8 Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 55.
9 A. Khoirul Anam dkk., Ensiklopedia Nahdlatul Ulama, hlm. 187
3
tahun dan seterusnya sudah dipercaya untuk mengajar di Madrasah Tasywiquth
Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus.10
Mbah Turaichan merupakan seorang kiai yang aktif dalam organisasi
keagamaan NU dan perpolitikan. Pada tahun 1960-an, ia pernah menjabat sebagai
Rais Syuriah NU tingkat cabang Kabupaten Kudus. Selain itu, ia merupakan
anggota panitia AD Hoc pusat pada tahun 1950-1951 M.11
Kiprahnya dalam dunia
perpolitikan terlihat pada tahun 1955 M, ia menjadi salah satu wakil NU di dalam
konstituante. Ia juga pernah menjabat sebagai qodhi (hakim) pada tahun 1955-
1977 M.12
Keahliannya dalam bidang ilmu falak terbukti, pada masa Jepang ia sering
diminta untuk menghitung jatuhnya awal dan akhir bulan Ramadhan oleh
pemerintah. Keahliannya dalam bidang ilmu falak pernah menjadikannya sebagai
ketua markas penanggalan di Jawa Tengah.13
Ia tergabung dalam tim Lajnah
Falakiyyah di PBNU dan juga tergabung dalam anggota tersebar Badan Hisab dan
Rukyat Depertemen Agama pada tahun 1973 M.14
Karya besarnya sebagai tokoh
kiai yang ahli dalam ilmu falak adalah kalender bernama Almanak Menara Kudus
(AMK).15
10
Ibid. 11
Syahrul Hidayat Dan Kevin W. Fogg, “Member Profiles: Turaichan Adjhuri,”
Konstituante.Net., Diakses Pada Tanggal 15 Januari 2017,
Http://Www.Konstituante.Net/En/Profile/NU_Turaichan_Adjhuri. 12
http://www.nu.or.id/post/read/11491/guru-para-ahli-falak-indonesia, diakses pada 15
Desember 2016. 13
Ibid. 14
Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), hlm. 17. 15
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta
(Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012), hlm. 293.
4
Selain terkenal kepakarannya dalam ilmu falak, ia juga dikenal sebagai
seorang kiai yang ahli dalam bidang fiqh. Ia berperan sebagai kiai dan pemikir
yang memiliki pandangan yang konsisten. Sebagai contoh pada kasus dalam
bahtsul masail, yang digelar pada Muktamar NU ke-26 di Semarang. Bahtsul
masail tersebut membahas mengenai boleh tidaknya al-Quran ditulis
menggunakan huruf latin. Dalam bahtsul masail tersebut, ia menyampaikan
pendapat yang berlawanan dengan mayoritas ulama yang hadir dalam muktamar
tersebut. Menurutnya al-Quran boleh ditulis dengan huruf latin dengan syarat
membacanya menggunakan kaidah tajwid yang benar.16
Sikap teguh pendirian tersebut juga terlihat pada beberapa pemikirannya
dalam bidang ilmu falak. Ia sering berbeda pendapat dengan pemerintah dalam
penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal. Selain itu, pada tahun 1984 M, ia
harus berurusan dengan aparat negara karena seruannya mengenai melihat
gerhana matahari total secara langsung, yang pada saat itu dilarang oleh
pemerintah Orde Baru.17
Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984 M telah menghasilkan
keputusan yang fundamental, yaitu menerima Pancasila sebagai asas tunggal.
Keputusan tersebut disepakati pada agenda Musyawarah Nasional (Munas)
sebelum dilaksanakan muktamar.18
Keputusan tersebut banyak mendapat respon
positif dari para peserta meski ada beberapa pihak tidak menyetujui keputusan
16
A. Khoirul Anam dkk., Ensiklopedia, hlm. 187. 17
Wawancara dengan K.H. Khoiruzzad di Langgardalem Kudus pada tanggal 04 Februari
2017. 18
M. Masyhur Amin, NU dan Ijtihad Politik Keagamaan (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996), hlm. 114.
5
tersebut. K.H. Turaichan Adjhuri merupakan salah satu tokoh yang tidak
menyetujui dijadikannya Pancasila sebagai asas tunggal. Ia memutuskan untuk
mufaroqoh (memisahkan diri) dari kepengurusan NU pusat dan hanya aktif dalam
organisasi NU lokal.19
Hal ini yang kemudian dikenal dengan istilah lokalitas
NU.20
Dalam bidang hukum, mbah Turaichan termasuk kiai yang sangat antusias
mendukung undang-undang pencatatan nikah oleh negara yang telah berlaku sejak
tahun 1946 M. Mbah Turaichan sangat menentang praktik-praktik nikah siri.
Menurutnya, selama hukum pemerintah berpijak pada kemaslahatan umat dan
tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka wajib bagi seluruh umat Muslim
yang menjadi warga negara Indonesia untuk menaatinya.21
Berdasarkan uraian di atas, orientasi penelitian ini berlandaskan kepada
beberapa alasan sebagai berikut: (1) Perjalanan hidup K.H. Turaichan Adjhuri
yang dianggap unik, yang mana ia berbeda dengan kiai pada umumnya yang
pernah tinggal di pesantren dan memiliki pesantren, ia merupakan seorang kiai
yang tidak pernah tinggal di pesantren dan tidak memiliki pesantren; (2) Aktivitas
K.H. Turaichan Adjhuri sebagai kiai yang tidak hanya aktif dalam organisasi
kegamaan NU, tetapi juga dalam dunia perpolitikan; (3) Pemikiran-pemikiran
yang dihasilkan oleh K.H. Turaichan Adjhuri yang sering berbeda dengan
19
http://tebuireng.org/kh-turaichan-adjhuri-ilmuwan-falak-asli-kudus/, diakses pada
tanggal 15 November 2016. 20
Wawancara dengan K.H. Khoiruzzad di Langgardalem Kudus pada tanggal 04 Februari
2017. 21
http://jayusmanfalak.blogspot.co.id/2012/08/turaichan-adjhuri-perumus-
kalender_1839.html, diakses pada tanggal 16 Desember 2016.
6
mayoritas ulama NU dan pemerintah, baik dalam bidang ilmu falak, Fiqh maupun
politik.
Dari alasan-alasan tersebut, maka peneliti memandang penting untuk
membahas mengenai perjalanan hidup K.H. Turaichan Adhjuri. Penelitian ini
betujuan untuk memperkenalkan seorang tokoh di Kudus dari kalangan NU yang
terkenal memiliki keahlian dalam ilmu falak. Dalam penelitian ini, peneliti
menjelaskan perjalanan hidup seorang tokoh dari ia lahir sampai meninggal.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai tokoh
intelektual Islam di Indonesia.
A. Batasan dan Rumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan biografi.
Dalam kajian ini dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak lahir
sampai meninggal dunia meliputi latar belakang kehidupan, peranan dan
perjuangan serta karya dan pemikirannya dalam bidang agama, pendidikan dan
politik. Penelitian ini mengkaji tentang seorang tokoh dari kalangan NU yaitu
K.H. Turaichan Adjhuri.
K.H. Turaichan Adhjuri merupakan salah satu kiai dari Kabupaten Kudus
yang terkenal memiliki keahlian dalam bidang ilmu falak. Ia terkenal sebagai
seorang kiai yang memiliki pemikiran yang teguh dan konsisten. Peneliti memberi
batasan tahun 1915-1999 M. Tahun 1915 M menjadi batasan awal penelitian
dikarenakan pada tahun tersebut K.H. Turaichan Adjhuri dilahirkan di Kudus.
7
Adapun tahun 1999 M menjadi batas akhir dalam penelitian, karena pada tahun
tesebut K.H. Turaichan Adjhuri wafat pada usia 84 tahun.
Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana latar belakang kehidupan K.H. Turaichan Adjhuri ?
2. Bagaimana peranan K.H. Turaicahan Adjhuri semasa hidupnya ?
3. Bagaimana pemikiran K.H. Turaicahan Adjhuri ?
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan lebih jauh sosok K.H. Turaicahan Adjhuri
2. Untuk menjelaskan perjalanan hidup, aktivitas dan peranan K.H.
Turaichan Adjhuri
3. Untuk menganalisis pemikiran K.H. Turaichan Adjhuri dalam bidang
sosial politik, keagamaan dan pendidikan.
Dengan kata lain tujuan yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan
kehidupan, peranan dan pemikiran K.H. Turaichan Adjhuri semasa hidupnya.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan sumbangan terhadap khazanah intelektual Islam berkaitan
dengan kajian tokoh Islam yaitu K.H. Turaichan Adjhuri
2. Melengkapi penelitian yang sudah ada tentang K.H. Turaichan
Adjhuri.
8
C. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang biografi K.H. Turaichan Adjhuri belum banyak
mendapat perhatian. Sebagian penelitian yang sudah ada membahas tentang
keahlian K.H. Turaichan Adjhuri dalam bidang ilmu falak. Berdasarkan
penelusuran yang telah dilakukan peneliti terhadap referensi-referensi yang
berkaitan dengan penulisan, peneliti menemukan beberapa karya yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan. Berikut ini merupakan karya-karya yang dapat
dijadikan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini.
Pertama, tesis karya Sayful Mujab mahasiswa Pasca Sarjana IAIN
Walisongo Semarang yang berjudul “Konsep Penentuan Awal Bulan Hijriyyah
Menurut K.H. Turaichan Adjhuri” tahun 2013. Dalam karya ini dijelaskan tentang
pemikiran hisab awal bulan Hijriyyah K.H. Turaichan Adjhuri dan kriteria
penentuan awal bulan Hijriyyah menurut K.H. Turaichan Adhjuri. Persamaan
karya ini dengan penelitian yang dilakukan adalah terkait tokoh yaitu K.H.
Turaichan Adjhuri dan pemikirannya dalam bidang ilmu falak. Perbedaan karya
ini dengan penelitian yang dilakukan adalah karya ini fokus membahas pemikiran
K.H. Turaichan Adjhuri dalam bidang ilmu falak, sedangkan penelitian ini tidak
hanya membahas mengenai pemikirannya dalam bidang ilmu falak, tetapi
membahas mengenai latar belakang kehidupan, peranan serta pemikiran dalam
bidang fiqh dan politik. Penelitian yang dilakukan ini merupakan pelengkap dari
karya tersebut.
9
Kedua, tesis karya M. Yusron Nafi mahasiswa Pasca Sarjana IAIN
Walisongo Semarang yang berjudul “Pemikiran Hisab Rukyat K.H. Turaichan
Adjhuri dan Aplikasinya” tahun 2007. Dalam karya ini dijelaskan tentang
pemikiran K.H. Turaichan Adjhuri dalam hal hisab dan rukyat serta
pengaplikasiannya dalam ilmu falak. Persamaan karya ini dengan penelitian yang
dilakukan adalah terkait dengan pemikiran tokoh dalam bidang ilmu falak.
Penelitian yang dilakukan ini merupakan pelengkap dari karya tersebut.
Ketiga, buku karya Abdurrahman Mas‟ud yang berjudul Kiai Tanpa
Pesantren: Potret Kiai Kudus. Karya tersebut diterbitkan di Yogyakarta oleh
Gama Media pada tahun 2013. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang relasi kiai
dan pesantren dalam studi Islam di Jawa dan dijelaskan realitas kiai dan pesantren
di Kudus. Dalam buku ini dimunculkan tokoh-tokoh kiai dari Kudus yang menjadi
figur nasional namun tidak memiliki pesantren, di antaranya adalah K.H.
Turaichan Adjhuri. Dalam buku ini juga dijelaskan kontribusi para kiai tanpa
pesantren di masyarakat. Persamaan karya tersebut dengan penelitian yang
dilakukan terletak pada adanya kesamaan pembahasan tokoh dalam buku tersebut,
yaitu K.H. Turaichan Adjhuri. Perbedaan karya ini dengan penelitian yang
dilakukan adalah terletak pada fokus kajiannya. Penelitian ini membahas satu
tokoh kiai tanpa pesantren dari Kudus lebih dalam lagi. Penelitian ini sebagai
pelengkap dari penelitian yang sudah dilakukan tersebut.
Berdasarkan karya-karya yang sudah ada, peneliti belum menemukan
karya yang secara khusus membahas tentang biografi K.H. Turaichan Adjhuri
Kudus. karya-karya yang sudah ada hanya membahas singkat tentang riwayat
10
hidup tokoh ini. Dari karya-karya penelitian yang sudah ada, membahas tentang
pemikiran K.H. Turaichan Adjhuri dalam bidang ilmu falak dan belum ditemukan
karya penelitian yang membahas secara khusus mengenai biografi K.H. Turaichan
Adjhuri dan pemikirannya dalam bidang selain ilmu falak. Oleh sebab itu,
penelitian ini menjadi penting untuk dikaji guna melengkapi penelitian-penelitian
yang sudah ada mengenai K.H. Turaichan Adjhuri.
D. Landasan Berfikir
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yaitu mendeskripsikan
peristiwa-peristiwa masa lampau seorang tokoh sebagai individu. Sejarah biografi
adalah salah satu corak penulisan sejarah untuk menangkap sistem interaksi.
Penulisan biografi adalah untuk mengetahui dan merekam kejadian dan situasi
yang mengitari kehidupan tokoh.22
Dalam penelitian ini peneliti menyajikan
sebuah penjelasan tentang biografi K.H. Turaichan Adjhuri beserta pemikiran dan
peranannya dalam masyarakat. Perjalanan seorang tokoh meskipun sangat kecil
namun menjadi bagian dari sejarah yang lebih besar.23
Menurut Kuntowijoyo, setiap biografi harus mengandung empat hal, yaitu
kepribadian tokoh, kekuatan sosial yang mendukung, lukisan sejarah zaman, dan
keberuntungan atau kesempatan yang datang.24
22
Taufik Abdullah, Manusia Dalam Kemelut Sejarah (Jakarta:LP3ES, 1983), hlm. 4-5. 23
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, hlm. 203. 24
Ibid., hlm. 206.
11
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
biografis intelektual. Pendekatan ini berusaha untuk melihat perkembangan tokoh
terutama dalam hal aktivitas sosial keagamaan dan pemikiran secara individual
untuk menemukan sumber dan perilaku sosial keagamaan, serta bentuk-bentuk
pemikirannya. Selain itu pendekatan ini juga bertujuan untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam mengenai pribadi seseorang berdasarkan
pengetahuan, latar belakang sosial, latar belakang pendidikan, dan lingkungan
sekitar yang mempengaruhi pemikirannya.25
Pendekatan biografis adalah sebuah pendekatan dalam penelitian yang
memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang sosial,
proses pendidikan, pemikiran-pemikiran tokoh, dan kontribusi tokoh dalam
masyarakat.26
Sedangkan, pendekatan intelektual yaitu pendekatan yang
difokuskan pada pemikiran, ide-ide tokoh yang mempengaruhi tindakan
seseorang. Seorang sejarawan idealistis berpendapat bahwa pikiran-pikiran
seseorang dapat mempengaruhi tindakan.27
Kepemimpinan kiai diwujudkan ke dalam tiga hal, yaitu (1) kiai sebagai
pemangku masjid dan madrasah, (2) kiai sebagai seorang pengajar dan pendidik,
dan (3) kiai sebagai seseorang yang ahli dan penguasa hukum Islam.28
Dari
konsep tersebut akan dapat dilihat bahwa dalam berdakwah, seorang kiai tidak
25
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi (Jakarta: Kencana,
2012), hlm. 26
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
Gramedia Pustaka, 1992), hlm 77 27
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, hlm. 177. 28
Abdurrahman Mas‟ud, Kiai Tanpa Pesantren:Potret Kiai Kudus (Yogyakarta:Gama
Media, 2014), hlm. 182.
12
harus memiliki pondok pesantren sebagai media penyalurannya. Konsep ini
digunakan untuk melihat peran K.H. Turaichan Adjhuri sebagai sosok kiai NU
tanpa pesantren dalam berdakwah di masyarakat.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial yang
dikemukakan oleh Erving Goffman. Teori ini menyatakan bahwa peranan sosial
adalah salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam
pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang
menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial.29
Teori peranan sosial ini
memiliki relevansi dengan peranan yang dilakukan oleh K.H. Turaichan Adjhuri
sebagai seorang kiai yang memiliki wawasan ilmu keagamaan yang tinggi serta
aktif dalam masyarakat.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.30
Dalam metode penelitian sejarah
ada empat tahapan, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber),
interpretasi (analisis fakta sejarah), dan historiografi (penulisan sejarah).31
29
Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Terj. Mestika Zed dan Zulfami (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 68. 30
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press,
2015), hlm. 39. 31
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Ombak,
2011), hlm. 104.
13
1. Heuristik (Pengumpulan Data)
Heuristik merupakan suatu cara untuk menemukan, menangani dan
memperinci bibliografi atau mengklarifikasi dan merawat catatan.32
Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan sunber-sumber primer dan sekunder.
Sumber-sumber primer tersebut meliputi pengumpulan arsip yang berkaitan
dengan K.H. Turaichan Adjhuri berupa lampiran nasab dan hasil karyanya.
selanjutnya dilakukan wawancara kepada keluarga yaitu K.H. Khoiruzzad dan
Sirril Wafa yang merupakan anak dari K.H. Turaichan Adjhuri. Wawancara
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Wawancara tidak langsung
dilakukan melalui komunikasi menggunakan aplikasi pesan whatsApp. Untuk
sumber-sumber sekunder, peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak
terkait dengan tokoh yaitu K.H. Syaroni Ahmad yang merupakan salah satu murid
dari mbah Turaichan.
Selain melakukan wawancara dilakukan analisis terhadap buku-buku
terkait dengan penelitian. Sumber-sumber tersebut dicari di beberapa
perpustakaan seperti perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, perpustakaan Pasca
Sarjana UIN Walisongo Semarang, Perpustakaan Kota Kudus, dan lain-lain.
Pencarian sumber juga dilakukan melalui media internet yang terkait dengan
penelitian.
32
Ibid., hlm. 104.
14
2. Verifikasi ( Kritik Sumber)
Setelah sumber-sumber yang dibutuhkan terkumpul, tahap selanjutnya
adalah melakukan verifikasi atau kritik sumber untuk mendapatkan keabsahan
sumber.33
Tahap ini dilakukan dengan membandingkan beberapa sumber yang
telah diperoleh untuk kemudian didapatkan sumber yang asli dan benar. Untuk
mendapatkan keaslian sumber digunakan kritik ekstern, sedangkan untuk
mendapatkan kebenaran sumber digunakan kritik intern.34
Kritik dilakukan
sebagai alat pengendali atau pengecek proses serta mendeteksi adanya kekeliruan
yang terjadi.
Kritik ekstern dilakukan dengan cara menyeleksi segi-segi fisik dari
sumber yang ditemukan sehingga ditemukan fakta mengenai keaslian dari sumber
tersebut.35
Kritik ekstern ini dilakukan pada sumber-sumber tertulis, untuk melihat
keaslian dari arsip-arsip terkait tokoh yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
Selanjutnya peneliti melakukan kritik intern. Kritik intern bertujuan mengkaji
keaslian isi data yang diperoleh oleh peneliti.36
Kritik intern dilakukan pada
sumber tertulis dan wawancara. Kritik intern pada sumber tertulis dilakukan
dengan melihat isi dari arisp-arsip maupun buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian, sedangkan, kritik intern pada wawancara dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara antar informan.
33
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 77. 34
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, hlm. 108. 35
Ibid., hlm. 102. 36
Ibid., hlm. 110.
15
3. Interpretasi (Analisis fakta Sejarah)
Interpretasi merupakan tahap penafsiran atau analisis fakta sejarah.
Analisis sejarah bertujuan mengumpulkan fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-
sumber sejarah dan teori-teori sejarah, sehingga tersusun fakta sejarah ke dalam
suatu interpretasi yang menyeluruh.37
Dalam tahap ini peneliti menggunakan
sumber-sumber yang telah diperoleh yang sudah melalui tahap verifikasi untuk
selanjutnya dilakukan interpretasi dengan bantuan teori dan pendekatan yang
peneliti gunakan. Tahap ini merupakan upaya untuk membuat kronologi tentang
peristiwa sejarah, sehingga menghasilkan konstruksi sejarah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Fakta sejarah tidak dapat menjelaskan apapun kepada
kita tanpa dibarengi dengan tafsiran manusia.38
Dengan menggunakan teori
peranan sosial, maka diharapkan bisa menjelaskan lebih luas lagi mengenai
aktivitas-aktivitas serta pemikiran-pemikiran K.H. Turaichan Adjhuri.
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Tahap terakhir dalam metode penelitian sejarah adalah historiografi
(penulisan sejarah). Historiografi merupakan penyusunan sejarah yang didahului
oleh penelitian terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu.39
Menurut F.R.
Ankersmith ada dua lapisan dalam proses penulisan sejarah. Pertama, merupakan
lapisan fakta-fakta sejarah. Kedua, rangkaian fakta-fakta sehingga menjadi kisah
37
Ibid., hlm. 114. 38
Frederick, wiliam H, dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia (Jakarta:
LP3ES, 1984),hlm. 10. 39
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 5.
16
yang padu.40
Pada tahap ini peneliti menyajikan hasil penelitian sejarah secara
kronologis dan sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memberi suatu gambaran yang sistematis dan mudah dipahami,
maka penulis membagi penyajian penelitian menjadi lima bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan berfikir, metode
penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini memberikan gambaran umum
mengenai seluruh rangkaian penelitian sebagai dasar bagi pembasahan pada bab-
bab selanjutnya.
Bab II membahas tentang K.H. Turaichan Adjhuri yang meliputi
kehidupan masa kecil, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, kepribadian
dari K.H. Turaichan Adjhuri serta aktivitas-aktivitasnya dalam organisasi sosial
keagamaan dan politik. Pada bab ini didapatkan deskripsi mengenai latar belakang
kehidupan dan aktivitas dari K.H. Turaichan Adjhuri. Bab ini menjadi dasar
analisis terhadap buah pemikiran yang dihasilkan oleh tokoh.
Bab III membahas mengenai pemikiran-pemikiran dan karya yang
dihasilkan oleh tokoh. Pemikiran tersebut meliputi pemikiran dalam bidang ilmu
40
F.R. Ankersmith, Refteksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern Tentang
FIlsafat Sejarah, terj. Dick Hartono (Jakarta: PT. Gramedia, 1987), hlm. 62.
17
falak, pendidikan serta pemikiran dalam bidang politik. Dalam bab ini didapatkan
analisis mengenai pemikiran-pemikin dan karya K.H. Turaichan Adhjuri.
Bab IV membahas mengenai kiprah K.H. Turaichan Adjhuri dalam bidang
agama, pendidikan dan politik. Pada bab ini diuraikan kontribusi K.H.Turaichan
Adjhuri dalam dunia pendidikan, organiasi sosial keagamaan dan politik. Bab ini
menjadi pelengkap bab sebelumnya yang membahas mengenai pemikiran yang
dihasilkan oleh tokoh.
Bab V berisi penutup meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan tersebut
berisi jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam penelitian yang dilengkapi
dengan saran-saran atas segala kekurangan dari penelitian ini.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
K.H. Turaichan Adjhuri dari Kudus merupakan seorang kiai yang terkenal
sebagai ahli falak. Dia banyak berkontribusi secara umum dalam hal penanggalan.
K.H. Turaichan Adjhuri adalah putra kelima dari lima bersaudara dari pasangan
Kiai Adjhuri dan Nyai Dewi Sukainah. Ia lahir di Langgardalem Kudus pada
tanggal 10 Maret 1915 M. Dia berasal dari keluarga dan lingkungan yang
memiliki nilai religius yang tinggi. Hal ini terlihat bahwa dia masih memiliki
silsilah yang sampai kepada Syekh Ja‟far Shodiq Sunan Kudus dan
K.H.Mutamakkin Pati. Pada Usia 27 tahun, dia menikah dengan Nyai Dewi
masniah dan dikaruniai 10 anak.
K.H. Turaichan Adjhuri tidak mengenyam dunia pendidikan formal yang
panjang. dia hanya belajar di Madrasah TBS Kudus selama dua tahun dan mengaji
kepada kiai sekitar rumahnya. Pada usia 15 tahun, karena kecerdasannya ia sudah
diminta untuk mengajar di sekolah yang ia tempati untuk mengajar. Dalam proses
belajar ia banyak mengembangkan keilmuannya secara autodidak. Ketika dia
mengalami kesulitan dia meminta pengarahan dan koreksi dari guru-gurunya.
Aktivitas harian K.H. Turaichan Adjhuri selain mengajar di sekolah adalah
aktif dalam organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama (NU). Keahliannya
dalam ilmu keagamaan dan keaktifannya dalam organisasi NU menjadikannya
70
menjabat sebagai Rais Syuriah NU cabang Kudus. Ia sempat menjadi wakil NU
sebagai anggota konstituante. Dalam tingkat nasional ia aktif dalam bidang falak.
Ia tergabung dalam tim Lajnah Falakiyyah PBNU dan Tim Tersebar Hisab Rukyat
Departemen Keagamaan sebagai wakil dari kota Kudus.
Banyak peranan yang K.H. Turaichan Adjhuri berikan bagi masyarakat
umum. Dalam bidang ilmu falak, diantara peranannya adalah meluruskan arah
kiblat masjid al-Aqsa Menara Kudus. Hal ini dilakukan karena adanya perputaran
bumi yang bisa menyebabkan bergesernya arah kiblat pada awal pembuatannya.
Ia kemudian menjadi orang pertama yang memublikasikan jadwal rashdul kiblat
dalam karyanya berupa Almanak Menara Kudus. Almanak tersebut memiliki
manfaat yang besar bagi masyarakat dalam masalah penanggalan.
K.H. Turaichan Adjhuri terkenal sebagai seorang kiai yang tegas,
demokratis, dan konsisten dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
Pemikiran yang muncul darinya tidak sembarang ia lontarkan. Ia sangat
berpegang teguh dengan al-Quran, Hadis, Ijma‟ dan Qiyas dalam menyelesaikan
sebuah masalah.
Beberapa pemikiran yang datang dari K.H. Turaicahn Adjhuri dinilai
tegas, seperti keputusannya keluar dari keanggotaan NU pusat. Keputusan tersebut
memiliki latar belakang yang kuat, yaitu karena NU menerima keputusan
Pancasila sebagai asas tunggal. Menurutnya, NU sebagai organisasi sosial
keagamaan harus tetap berasaskan kepada hukum Islam. Keputusan K.H.
Turaichan keluar dari NU pusat menjadi pelopor adanya lokalitas NU. Pemikiran
71
lainnya yang dianggap tegas adalah ketika terjadi gerhana matahari, ia secara
terang-terangan menentang pemerintah. Bentuk penolakan yang ia lakukan
berdampak ia harus berurusan dengan aparat hukum. Segala bentuk penolakan
yang ia lakukan sudah dipertimbangkan dengan berlandaskan dengan hukum
syar‟i.
B. Saran
Penelitian ini penulis akui masih jauh dari kata sempurna, bahkan tidak
dapat untuk dikatakan cukup baik. Akan tetapi, penulis berharap penelitian ini
dengan segala keterbatasan dan kekurangannya mampu dijadikan sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Penelitian mengenai biografi K.H. Turaichan Adjhuri dalam pandangan
penulis masih belum selesai. Masih terdapat celah-celah untuk dikaji kebih lanjut
dari aspek-aspek yang belum diterliti sebelumnya. oleh sebab itu, ada kesempatan
bagi peneliti-peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan atau pun menggali
kajian lainnya. Meskipun demikian, penulis sendiri masih ingin melanjutkannya
suatu nanti. Masih banyak data yang belum diperoleh oleh peneliti, sehingga
diharapkan akan adanya penelitian lanjutan.
Akhir kata semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
72
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, Taufik. Manusia Dalam Kemelut Sejarah. Jakarta: LP3ES, 1983.
Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta:
Ombak, 2011.
Amin, M. Masyhur. NU dan Ijtihad Politik Keagamaan. Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1996.
Anam ,A.Khoirul Dkk., Ensiklopedia Nahdlatul Ulama. Jakarta: Matabangsa dan
PBNU, 2014.
Ankersmith, F.R. Refteksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern Tentang
Filsafat Sejarah, Terj. Dick Hartono. Jakarta: PT. Gramedia, 1987
Azhari, Susiknan. Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
______________. Ensiklopedi Hisab Rukyat . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Burke, Peter. Sejarah Dan Teori Sosial, Terj. Mestika Zed dan Zulfami. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2000.
Daman, Rozikin. Membidik NU: Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittah.
Yogyakarta: Gama Media, 2001.
Dirdjosanjoto, Pradjarta. Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai Langgar di
Jawa. Yogyakarta: Lkis, 2013.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai.
Jakarta: LP3ES, 1982.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI
Press, 2015.
Hambali, Slamet. Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam
Semesta. Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.
Harahap, Syahrin. Metodologi Studi Tokoh Dan Penulisan Biografi. Jakarta:
Kencana, 2012.
Izzan, Ahmad Dan Imam Saifullah. Studi Ilmu Falak; Cara Mudah Belajar Ilmu
Falak. Banten; Pustaka Aufa Media, 2013.
73
Kartodirdjo, Sartono . Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992.
Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak:Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta, Buana
Pustaka, 2004.
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:Tiara Wacana, 2003.
___________, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
Marpuang, Watni. Pengantar Ilmu Falak. Jakarta: Prenada Media, 2015.
Mas‟ud, Abdurrahman. Kiai Tanpa Pesantren: Potret Kiai Kudus.
Yogyakarta:Gama Media, 2014.
Musonnif, Ahmad. Ilmu Falak: Metode Hisab Awal Waktu Sholat,Arah
Kiblat,Hisab Urf, dan Hisab Hakiki Awal Bulan. Yogyakarta: Teras, 2011.
Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006.
Saleh, Wancik. Hukum Perawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978.
Saridjo, Marwan. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Darma Bakti,
1982.
Sitompul, Einar Martahan. NU dan Pancasila: Sejarah dan Peranan NU Dalam
Perjuangan Umat Islam di Indonesia Dalam Rangka Penerimaan Pancasila
Sebagai Satu-Satunya Asas. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989
Soeroto, Soeri Frederick, Dan Wiliam H. Pemahaman Sejarah Indonesia. Jakarta:
LP3ES, 1984.
Warson Munawwir, Ahmad. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,
Cet. 4 .Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Yatim, Badri. Historiografi Islam. Jakarta: Logos, 1995.
Zahro, Ahmad. Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahsul Masa’il 1926-1999.
Yogyakarta: LKIS, 2004.
74
Tesis dan Skripsi:
Habibi, Miftakhur Rohman. ”Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat
Masjid Menara Kudus Jawa Tengah” Skripsi Jurusan Ilmu Falak Fakultas
Syariah IAIN WaliSongo Semarang. 2011. Tidak diterbitkan.
Maghfur, Ahmad Ma‟ruf. “Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan dan Matahari
dalam Kitab fath al-Rauf al-Mannan”. Skiripsi Jurusan Ilmu Falak Fakultas
Syariah IAIN Walisongo. 2012. Tidak diterbitkan.
Mujab, Saiful. ”Konsep Penentuan Awal Bulan Hijriyyah Menurut K.H.
Turaichan Adjhuri”. Tesis Pasca Sarjana Jurusan Ilmu Falak Fakultas
Syariah IAIN Walisongo. 2013. Tesis tidak diterbitkan.
M.N.Ahla AN. “Peran Pengajian Jumat Fajar Oleh K.H. Sya‟roni Amadi di
Masjid Menara Kudus Terhadap Konflik Masyarakat Muhammadiyah dan
NU di Kudus” Skripsi Jurusan Sosiologi fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakrata. 2014. Tidak diterbitkan.
Nafi, M. Yusron. “Pemikiran Hisab Rukyat K.H. Turaichan Adjhuri dan
Aplikasinya”. Tesis Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Walisongo.
2007. Tidak diterbitkan.
Wawancara:
K.H. Khoiruzzad di Langgardalem Kudus pada tanggal04 Februari 2017 dam 14
Maret 2017.
Sirril Wafa Via Pesan WhatsApp pada tanggal 03 April 2017, 04 April 2017, 17
April 2017, 18 April 2017, dan 06 Juni 2017.
K.H. Syaroni Ahmadi di Kudus pada tanggal 15 Maret 2017.
Internet:
http://tebuireng.org/kh-turaichan-adjhuri-ilmuwan-falak-asli-kudus/, diakses pada
tanggal 15 November 2016
http://www.nu.or.id/post/read/11491/guru-para-ahli-falak-indonesia, diakses pada
15 Desember 2016
75
http://jayusmanfalak.blogspot.co.id/2012/08/turaichan-adjhuri-perumus-
kalender_1839.html, diakses pada tanggal 16 Desember 2016.
http://www.murianews.com/2016/06/16/86060/baru-70-pesantren-di-kudus-yang-
lakukan-pemutakhiran-data.html
http://www.gardabala.id/2015/12/konsep-penanggalan-jawa-asapon.html dan
https://semangatjava.wordpress.com/2012/04/09/penanggalan-jawa-asapon-
tahun-alif-dimulai-selasa-pon/
http://nukudus.com/KH-Turaichan-adjhuri-Kudus-guru-besar-ilmu-falak/, diakses
pada 10 Agustus 2017.
76
Lampiran-lampiran
Silsilah Keluarga mbah Turaichan
(Sumber: Mujab, Saiful. ”Konsep Penentuan Awal Bulan Hijriyyah Menurut K.H.
Turaichan Adjhuri”. Tesis Pasca Sarjana Jurusan Ilmu Falak Fakultas
Syariah IAIN Walisongo. 2013. Tesis tidak diterbitkan.)
77
78
Almanak Menara Kudus
79
K.H.Turaichan Adjhuri, K.H. Arwani Amin, K.H. Ma‟mun Ahmad
(Sumber: Instagram Format Jogja)
80
Data Narasumber
Nama Usia Alamat Keterangan
K.H.Khoiruzzad ±73 Langgar dalem Kudus Anak
Sirril Wafa 58 Jakarta Anak
K.H. Sya‟roni Ahmadi ±86 Kudus Murid
81
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Ari Jumrotun
Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 29 September 1995
Nama Ayah : Toyib Usman
Nama Ibu : Karniti
Asal Sekolah : MA NU BANAT KUDUS
Alamat Yogyakarta : Jl. K.H. Ali Maksum tromol Pos 5, PP Al-
Munawwir Komplek Q Krapyak Sewon
Bantul Yogyakarta 55002
Alamat Asal : Ds. Pandak Colo RT 05/03 Dawe Kudus
E-mail : [email protected]
No.Hape : 081226839773
B. Riwayat Pendiddikan
1. Pendidikan Formal
a. MI NU Thoriqotussa‟diyyah
b. MTS NU Raden UmarSa‟id
c. MA NU Banat Kudus
d. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Pendidikan non-formal
a. TPQ at-Taqwa Kudus
b. PTQ al-Mubarok Kudus
c. PP. al-Munawwir Komplek Q Yogyakarta