biografi - · pdf fileprofil bupati r. soedarsono (masa bhakti 1958-1962) ..... 37 ......

123
BIOGRAFI PARA BUPATI JOMBANG Oleh: Fahrudin Nasrulloh Dian Sukarno Yusuf Wibisono DITERBITKAN OLEH: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010

Upload: doananh

Post on 06-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BIOGRAFI PARA BUPATI JOMBANG

Oleh: Fahrudin Nasrulloh

Dian Sukarno Yusuf Wibisono

DITERBITKAN OLEH: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010

Page 2: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

2

BIOGRAFI PARA BUPATI JOMBANG Pemerintah Kabupaten Jombang Cetakan pertama, Desember 2010 Biografi Para Bupati Jombang © Pemerintah Kabupaten Jombang, 2010 Penyunting : Fahrudin Nasrulloh Pemeriksa aksara : Jabbar Abdullah Perbaikan akhir : Abdul Wahab Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Fahrudin Nasrulloh, Dian Sukarno, Yusuf Wibisono Biografi Para Bupati Jombang Cet. 1. -- Jombang: Pemerintah Kabupaten Jombang, 2010 150 hlm.; 21 cm

ISBN:

Page 3: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1 IDENTITAS BUKU ............................................................................................... 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3 PENGANTAR PENULIS ....................................................................................... 4 BAB I SEJARAH SINGKAT KABUPATEN JOMBANG ................................ 8 BAB II BIOGRAFI PARA BUPATI JOMBANG ............................................... 17

1. Profil R.A.A. Soeroadiningrat (Masa Bhakti 1910-1930) ................ 17 2. Profil R.A.A. Setjoadiningrat (Masa Bhakti 1930 – 1946) ............... 25 3. Profil Bupati R. Boediman Rahardjo (Masa Bhakti 1946-1949) ..... 29 4. Profil R. Moestadjab Soemowidagdo (Masa Bhakti 1949-1950) ..... 31 5. Profil R. Istadjab Tjokrokoesoemo (Masa Bhakti 1950-1956) ......... 33 6. Profil Bupati M. Soebijakto (Masa Bhakti 1956-1958) .................... 35 7. Profil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ................... 37 8. Profil Bupati R. Hassan Wirjoekoesoemo (Masa Bhakti 1962-

1966) ................................................................................................. 43

9. Profil Bupati Ismail (Masa Bhakti 1966-1973) ................................. 45 10. Profil Bupati R. Soedirman (Masa Bhakti 1973-1979) ..................... 49 11. Profil Achmad Hudan Dardiri (Masa Bhakti 1979-1983) ................ 57 12. Profil Bupati Noeroel Koesmen (Masa Bhakti 1983-1988) .............. 76 13. Profil Bupati Tarmin Hariadi (Masa Bhakti 1988-1993) .................. 83 14. Profil Bupati Soewoto Adiwibowo (Masa Bhakti 1993-1998) ......... 86 15. Profil Bupati Drs.H. Affandi, M.Si (Masa Bhakti 1998-2003) ......... 95 16. Profil Bupati Drs. H. Suyanto (Masa Bhakti 2003 – 2008) .............. 98 17. Profil Bupati Drs. H. Ali Fikri (Masa Bhakti 2008-2008) ................ 107

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 119 TENTANG PENULIS ............................................................................................ 123

Page 4: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

4

PENGANTAR PENULIS Sebagai salah satu upaya dalam rangka memajukan pembangunan dan

pengembangan sumber daya manusia di setiap wilayah kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, Kabupaten Jombang merupakan wilayah yang cukup siknifikan dengan berbagai

sumber daya manusianya dan potensi agrarisnya untuk diperhitungkan di masa

mendatang. Sebagai sebuah cermin kesejarahan baik di masa lalu, kini, dan kelak, profil

bupati yang telah memimpin dan mewarnai kesejarahan Jombang terasa menjadi penting

dituliskan untuk dijadikan teladan, tolok ukur, kaca benggala, atau evaluasi bagi siapa

saja, khususnya bagi masyarakat Jombang.

Kesejarahan yang bersifat historis-komunal tersebut tidak lepas dari peran warga

Jombang dalam berpartisipasi serta turut berproses dalam pembangunan dan

pembentukan citra Kabupaten Jombang sebagai kota santri yang memiliki karakter

egaliter, ramah, beriman, dan senantiasa mampu memunculkan harapan-harapan baru

yang konstruktif demi mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan di segala bidang.

Kiranya bakal berharga jika kehadiran buku Biografi Para Bupati Jombang ini

mampu memenuhi sebagian dari kebutuhan literasi dalam konteks historis yang paling

elementer bagi masyarakat Jombang untuk kemudian dijadikan acuan dalam banyak hal

terkait, sehingga mempunyai fungsi dan edukasi bagi warganya secara luas.

Biografi para Bupati Jombang dalam buku ini dimulai dari masa Bupati R.A.A.

Soeroadiningrat (Masa Bhakti 1910-1930) sampai Bupati Drs. H. Ali Fikri (Masa Bhakti

2008-2008). Masa Bupati Suyanto yang menjabat kembali sebagai Bupati Jombang dari

2009 sampai dengan 2013 akan dibukukan tersendiri secara khusus.

Perlu disampaikan, penggunaan kata ”biografi” dalam judul di atas dimaksudkan

sebagai harapan bahwa di kemudian waktu tiap sosok Bupati Jombang dapat dituliskan

kembali secara lebih lengkap, mendetail, dan menyeluruh. Dan dalam buku ini belumlah

memenuhi maksud tersebut. Karena itu, kami menggunakan kata ”profil” di tiap sosok

Bupati di sini, yang dalam arti lain bisa bermakna semacam ”biografi kecil”.

Konsekuensi intelektual dari penulisan biografi memang berat dan kompleks.

Kompleksitas ini muncul ketika teks telah berhadapan dengan pembaca. Untuk itu,

kiranya penting kami sodorkan semacam ilustrasi ikhwal problema penulisan biografi

dari sejarawan Taufik Abdullah ini:

Page 5: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

5

Terkabarlah bahwa seorang penulis biografi muda usia mendatangi pembimbingnya. Ia merasa gelisah dan kecewa. Tak mungkin rasanya ia menulis biografi dari seorang tokoh dengan sejujurnya. Bagaimana mungkin, sebab istri si tokoh masih hidup. Dengan tenang si pembimbing memberi jawaban: ”Bunuh istrinya!”

Akhir ceritanya? Si penulis muda tentu tidak membunuh istri dari tokoh yang diselidikinya secara fisik. Ia mencoba ”membunuhnya” sebagai faktor yang akan mempengaruhi tulisannya. Begitulah, setidaknya yang diusahakannya. Membunuh, demi kejujurannya terhadap sasaran yang dipelajarinya. Tentu masalahnya tidak semudah itu. Ini barulah salah satu aspek sampingan dari problema yang dihadapi dalam penulisan biografi. Kemungkinan munculnya kemarahan, kejengkelan atau, rasa tersinggung keluarga dan teman dekat mereka yang diteliti, barulah salah satu masalah saja. Ini baru menyangkut soal yuridis dan, mungkin, politis dalam penulisan.

Menjadikan biografi sebagai sasaran penelitian dan penulisan kadang-kadang dapat membawa orang pada dua kemungkinan yang bertolak belakang. Ia – si peneliti, jika itu yang dikehendakinya – bisa merasa puas dengan data dasar mengenai tokohnya. Lahirnya diketahui. Orang tuanya dikenal. Tempat dan tingkat pendidikannya dicantumkan. Kedudukan yang pernah dijabat ditelusuri. Dan seterusnya. Tak salah. Tetapi, jika ini yang dilakukan, bukankah lebih baik jika ia tidak berhenti pada satu orang saja? Akan lebih baik lagi dilanjutkan dengan catatan tentang tokoh-tokoh lain, yang mungkin sepekerjaan, sestatus atau sedaerah, dengan yang pertama. Apa yang didapatkannya merupakan bahan yang akan sangat berharga bagi studi sosiologis-historis tentang kelompok sosial dari tokoh-tokoh itu.

Kemungkinan kedua ialah terlibatnya pada hal-hal yang bersifat spekulatif-filosofis. Penghargaan yang sadar terhadap masalah ini sering berarti telah lebih dulu menempatkan tokohnya dalam konteks sejarah yang kosmis sifatnya. Ia telah lebih dulu menentukan sikap, sebelum menelitinya. Tetapi jika tidak, berarti ia sesungguhnya telah menentukan pilihan ideologisnya. Dengan keterlibatannya dalam kehidupan tokohnya ia biasanya telah beranggapan bahwa peranan tokohnya dominan. Dan, seperti yang sering terjadi, ia akan terbuai pada hagiografi di mana biografi telah menjadi riwayat para ”orang suci”, bukan manusia biasa.1

Ada rasa genting sekaligus pelik jika penulisan biografi kecil ini mengacu pada

paparan akademis Taufik Abdullah di atas. Secara jujur, dalam konteks lapangan riset

yang kami hadapi, justru sebaliknya. Dari 17 sosok bupati dalam buku ini, hampir 10-an

lebih yang sudah meninggal dan sama sekali belum tertelusuri data pribadinya secara

akurat. Memang butuh bertahun-tahun, jika yang diinginkan adalah sebuah biografi

lengkap. Dan kiranya apa yang kita sebut sebagai ”data”, tak pernah habis dan selalu ada

yang baru. Tentu dengan batasan-batasan tertentu.

Demi semua tujuan yang diacu dalam penulisan buku ini di atas, kita berharap

besar dalam setiap periode pemilihan bupati akan mempunyai pemimpin yang mampu

menjadi pengayom, memberi teladan, dan memakmurkan mereka. Kinerja pemimpin

haruslah diemban dengan sungguh-sungguh, tidak mengabaikan tanggung jawab, dan

tidak pula demi kepentingan diri sendiri. Sebagai penutup, kami sodorkan kembali tulisan

1 Taufik Abdullah, ”Manusia dalam Sejarah: Sebuah Pengantar”, dalam Manusia dalam Kemelut Sejarah,

(LP3S. Jakarta. 1978). Hlm.1-2.

Page 6: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

6

salah seorang Bupati Jombang yang terpahat di ruang tamu lantai satu bagian luar dari

ruang Sekda, sebagai cerminan bagaimana seorang pemimpin dan pegawai negara

berwatak, bertugas, dan berpikiran ke depan:

Gedung ini dibangun untuk meningkatkan fasilitas kerja bagi para karyawan/karyawati Pemerintah

Daerah Tingkat II Jombang, dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan serta keterampilan melaksanakan tugas pokok yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di segala bidang kehidupan.

Oleh karena itu, kepada kita semua dituntut untuk mau dan mampu bekerja dengan sungguh-sungguh, serta mampu berfikir, bersikap dan berbuat yang terbaik.

Jangan kecewakan pimpinanmu, rekanmu, keluargamu dan dirimu sendiri, karena tindakanmu yang tidak terpuji. Bina terus kebersamaan, kebanggaan dan kesetiaan kepada Korpri, agar menjadi kekuatan yang kokoh dan tegar, dengan dilandasi rasa iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selamat bertugas, berkarya dan beramal!! Semoga dalam menjalankan tugas dan pengabdian kita, selalu mendapatkan petunjuk, bimbingan

dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jombang, 23 Agustus 2005 Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jombang

ttd

H. Soewoto Adiwibowo

Tandasan Bupati Soewoto mengisyaratkan betapa urgennya seorang pemimpin

(atau pegawai negara) dalam konteks peran elite politik agar dapat dijadikan pegangan

dan kepercayaan dalam merumuskan kebijakan pemerintah demi hajat hidup orang

banyak. Fenomena terkini tentang pemilihan kepala daerah dalam kontes Pilkada

terkesan seolah hanya permainan politik dan intrik yang mengumbar janji-janji

kesejahteraan semata, sementara ketika seseorang telah terpilih dengan segala kharisma

yang dimilikinya ataupun yang dibuat-buat tentu dihadapkan dengan tanggung jawab

untuk merealisasikan program-programnya secara baik dan benar, tepat sasaran dan tidak

diselewengkan. Ini menjadi tantangan bersama, terutama bagi seorang pemimpin.

Politik populis demikian merupakan bagian dari dinamika perpolitikan Indonesia

kontemporer yang harus disikapi secara terbuka dan kritis. Kini, pertanyaan paling utama,

menurut Daniel Dhakidae, bagi politik populis adalah kemampuannya menyelesaikan

masalah ekonomi-politik yang begitu mengancam. Politik populis sering gagal

mengembangkan manajemen politik yang efisien dan efektif. Jenis politik seperti ini

lebih mengandalkan kemegahan dalam janji-janji resmi, formale Versprechen,

dibandingkan dengan mengerjakan janji substantif, inhaltliche Versprechungen

Page 7: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

7

(Steinert). Pada saatnya irasionalisme politik kharismatik yang menjadi inti politik

populis harus berpasangan dengan politik rasional dalam suatu manajemen ekonomi-

politik yang lebih berarti. Hanya dengan itu milenium ketiga menjadi tantangan dan

bukan keranjang sampah.2

Akhirnya, tiada ranting yang tak patah, bahwa buku Biografi Para Bupati

Jombang ini hanyalah sebagian kecil ikhtiar pendokumentasian yang tentunya masih

banyak kekurangan dan kemungkinan kealpaan atau ketelodoran merangkai data yang

kami susun. Karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangatlah kami harapkan. Tak

terlupa pula kami sampaikan beribu terima kasih kepada semua narasumber dan sejumlah

informan yang turut membantu penggalian data sehingga penerbitan buku ini dapat

berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Tim Penulis

2 Baca Daniel Dhakidae, ”Populisme, Pemimpin Kharismatik, dan Masa Depan Politik Indonesia”, dalam

Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global. (PT Kompas Media Nusantara. Jakarta. 2000). Hlm. 64-65.

Page 8: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

8

BAB I

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN JOMBANG

Jombang adalah kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur.

Luas wilayahnya 1.159,50 km², dan jumlah penduduknya 1.165.720 jiwa, dalam hitungan

statistik tahun 2005. Pusat Kota Jombang terletak di tengah-tengah wilayah kabupaten,

memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km (1,5 jam

perjalanan) dari barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Jombang

memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan jalur lintas selatan

Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Yogyakarta), jalur Surabaya-Tulungagung, serta jalur

Malang-Tuban.

Jombang juga dikenal dengan sebutan “kota santri”, karena banyaknya sekolah

pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayah tersebut. Bahkan ada pameo yang

mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir

seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok

pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Rejoso.

Banyak tokoh terkenal Indonesia yang dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah

mantan Presiden Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional K.H. Hasyim

Asy’ari dan K.H. Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid (Cak Nur),

serta budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun).

Konon, kata “Jombang” merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa “ijo” dan

“abang”. Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan

(nasionalis atau kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis

di Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah

Kabupaten Jombang. Sementara lambang Kabupaten Jombang menyimpan makna

filosofis tersendiri. Berbentuk perisai, di dalamnya berisi gambar: padi dan kapas,

gerbang Mojopahit dan benteng, Balai Agung (Pendopo Kabupaten Jombang), menara

dan bintang sudut lima diatasnya berdiri pada beton lima tingkat, gunung, dua sungai satu

panjang satu pendek.

Ada pun arti gambar lambang Kabupaten Jombang terdiri dari beberapa hal.

Page 9: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

9

Gambar Perisai: Mengandung arti alat untuk melindungi diri dari bahaya. Gambar Padi

dan Kapas: berarti kemakmuran, sebagai harapan masyarakat jombang, khususnya

bangsa Indonesia umumnya. Gambar Gerbang Mojopahit: berarti jaman dahulunya

Jombang wilayah kerajaan Mojopahit wewengkon krajan sebelah barat. Gambar Benteng:

berarti jaman dulunya Jombang merupakan benteng Mojopahit sebelah barat, hal ini

menyebabkan masyarakat bermental kuat, dinamis dan kritis. Gambar Balai Agung:

berarti para pejabat daerah dalam membimbing masyarakat bersifat mengayomi seperti

tugas balai yang tetap berdiri tegak dan kukuh, guna memelihara persatuan/kesatuan

rakyat di dalam daerahnya. Gambar Tangga Beton Lima Tingkat: berarti terus tetap

berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, demi

persatuan kesatuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Warna Putih berarti dalam

menjalankan tugas tetap berpegang pada kesucian, sepi ing pamrih rame ing gawe.

Gambar Bintang Sudut Lima dan Menara: berarti Ketuhanan Yang Maha Esa. Jombang

terkenal di segala penjuru tanah air sebagai tempat yang banyak Pondok Pesantren.

Pondok-pondok tersebut adalah Tebuireng, Rejoso, Denanyar, Tambak Beras dan

sebagainya. Gambar Gunung: berarti Jombang selain terdiri dari daerah rendah, sebagian

terdiri dari tanah pegunungan. Warna Hijau berarti banyak membawa kemakmuran.

Gambar Dua sungai: berarti Kesuburan Jombang dialiri oleh 2 (dua) sungai yaitu Sungai

Brantas dan Sungai Konto yang banyak membawa kemakmuran bagi daerah Jombang.

Sedang Makna filosofis warna dari symbol Kabupaten Jombang terdiri dari

tercermin dalam beberapa jenis warna. Warna Hijau dan Merah tua: warna dari perisai

berarti perpaduan 2 warna Jo dan Bang (Ijo dan Abang) sama dengan Jombang. Hijau:

Kesuburan, ketenangan, kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merah: Keberanian,

dinamis dan kritis. Biru Langit Cerah, juga berarti kecerahan wajah rakyat yang optimis.

Coklat: Warna Tanah Asli, segala sesuatu menampakkan keasliannya. Kuning: Warna

keagungan dan kejayaan. Putih: Kesucian.

Penemuan fosil Homo Mojokertensis di lembah Sungai Brantas menunjukkan

bahwa seputaran wilayah yang kini adalah Kabupaten Jombang diduga telah dihuni sejak

ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 929 Masehi menurut berita prasasti Turyyan yang

ditemukan secara in situ (masih berada di tempat pertama kali ditemukan), Mpu Sindok

peletak Dinasti Isyana atau Isyana Wangsa di Jawa Timur telah memindahkan ibukota

Page 10: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

10

kerajaannya ke Tamwlang. Letak Tamwlang ini diduga di daerah Kecamatan Tembelang,

Kabupaten Jombang. Kemudian pada tahun 937 Masehi menurut berita prasasti Anjuk

Ladang, Nganjuk, ibukota tersebut dipindah oleh Raja Dharmawangsa Teguh ke

Watugaluh. Watugaluh ini diduga sekarang adalah Desa Watugaluh di wilayah

Kecamatan Diwek, Jombang.3

Tahun 1006 Masehi, sekutu Sriwijaya dari kerajaan Wora-wari (letak kerajaan ini

mungkin sekitar Ponorogo) menghancurkan ibukota Kerajaan Mataram Hindu Medang

dan menewaskan Raja Dharmawangsa Teguh. Airlangga, sang menantu putera Raja

Udayana Bali yang ketika itu masih sangat muda, berhasil meloloskan diri dari kepungan

musuh. Bukti petilasan sejarah Airlangga ketika menghimpun kekuatan kini dapat

dijumpai di Sendang Made, Kecamatan Kudu. Tahun 1019, Airlangga mendirikan

kerajaan baru yang wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali.

Pada tahun 1042 Masehi, Airlangga turun tahta dan membagi dua kerajaannya.

Sebelah barat disebut Kadiri (Kediri) dengan ibukotanya yang baru yakni Daha.

Sedangkan di sebelah timur disebut Janggala dengan ibukotanya yang lama yakni

Kahuripan. Bila melihat peta perkembangan kekuasan Dinasti Airlangga maka tidak

mengherankan bila ketika itu Jombang sudah menjadi lalu lintas yang kerap dilalui. Pada

era 1293-1500 Masehi ditandai dengan berkuasanya Majapahit sebagai kerajaan Hindu

terakhir di Semenanjung Malaya. Kerajaan Majapahit tercatat sebaga salah satu Negara

terbesar dalam sejarah Indonesia.4 Kemudian data etnografi yang menyisir seberapa

akurat cerita babad, mitos, dan legenda menjadi rujukan penting bagi Hari Kelahiran kota

ini.5

3 Hasil penelitian dari tim sejarah UGM tahun 2008 berjudul “Penelusuran Hari Jadi Jombang”

menyebutkan perihal data Prasasti Turryan (851 Śaka). Prasasti ini ditemukan di Watu Godek, Malang. Damais (1955) membaca prasasti ini dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rake Sindok. Terbuat dari batu, berukuran 126 x 117 cm. Berisi tentang permohonan bangunan suci di daerah Turryan oleh Dang Atu Pu Sahitya. Menurut Damais, penanggalan tersebut dikonversi menjadi 14 Juli 929 M. Raja Sindok di akhir prasasti menitah-guratkan bahwa ia memulai ibokotanya di Tamwlang. Lokasi ini diinterpretasi sebagai Desa Tembelang, di utara Kota Jombang. Selanjutnya ditemukan lagi Prasasti Poh Rinting (851 Śaka/23 Oktober 929 M); Prasasti Gĕwĕg (855 Śaka/14 Agustus 933 M); Prasasti Gurit, masa Airlangga (955 Śaka); Prasasti Sendang Made (diperkirakan masa Kerajaan Kediri).

4 Lan Fang, Inspirasi Jombang, PT. Revka Petra Media, Surabaya. 2009. 5 Salah satu legenda kawentar dari Jombang adalah cerita Kebokicak. Semula cerita Kebokicak ditulis

dalam bahasa Jawa kuno. Belum diketahui siapa yang menulis dalam bahasa ini. Cerita lain menyebut: adalah Kiai Farhan yang pertama kali mendapatkan cerita ini melalui wisik yang diperolehnya dari Lembu Peteng, putra Brawijaya V, lalu ia menuliskannya. Kemudian ia menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Saat itu, pada tahun 1960, Kiai Farhan bersama Bayan Darmin berkeinginan menyebarkan

Page 11: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

11

Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah yang kini disebut sebagai Kabupaten

Jombang merupakan gerbang Majapahit. Gapura barat adalah Desa Tunggorono,

Kecamatan Jombang, sedang gapura selatan adalah Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng.

Hingga sekarang banyak dijumpai nama-nama desa atau kecamatan yang diawali dengan

prefiks “mojo”, di antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah,

Mojongapit, dan sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah Candi

Arimbi di Kecamatan Bareng.

Sehubungan dengan merosotnya Kerajaan Majapahit, Agama Islam mulai

berkembang di kawasan ini, di mana penyebarannya dari pesisir pantai utara Jawa Timur.

Jombang kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan

surutnya pengaruh Mataram, kolonialisasi Belanda menjadikan Jombang sebagai bagian

dari wilayah VOC pada akhir abad ke-17, yang kemudian sebagai bagian dari Hindia

Belanda. Etnis Tionghoa juga berkembang; Kelenteng Hong San Kiong di Gudo (konon

didirikan pada tahun 1700) yang masih berfungsi hingga kini. Sampai sekarang masih

ditemukan di sejumlah kawasan di Jombang yang mayoritas penduduknya adalah etnis

Tionghoa dan Arab.6

Ini menjelaskan posisi Jombang sebagai daerah kota raja yang diperhitungkan

sejak jaman Kerajaan Majapahit. Sebaliknya, karena menjadi pusat perkotaan maka ada

konsekuensi yang muncul dalam dinamika kehidupan masyarakat Jombang. Sejak jaman

dahulu Jombang menjadi wilayah yang terbuka dalam menerima semua unsur

perdagangan dan kebudayaan yang masuk dari luar. Baik itu melalu kehidupan agrarisnya

maupun melalui peran-peran perguruan-perguruan dan padepokan-padepokan. Dan bukan

unsur-unsur dari dalam Pulau Jawa saja tetapi juga meliputi aspek-aspek dari luar Jawa.

cerita ini pada khalayak Jombang sebagai cerita yang dibayangkan merupakan asal-usul daerah Jombang. Namun dengan cara bagaimana? Lewat tabligh Islam jelas sangatlah riskan. Di tahun itupun ia tak punya koneksi penerbit. Maka, lewat tradisi ludruklah ia mencoba mensosialisasikannya. Ia lantas menemui beberapa sutradara Ludruk Massa Baru Jombang, yakni: Pardi, Juri, Syai’in, dan Ngaidi Wibowo.

Dari Ludruk Massa Baru inilah kisah Kebokicak dipentaskan pada 1968 di Rejoso Pinggir, dan tahun 1972 di Ngembul, Kesamben. Hingga kini--meski meludrukkan cerita Kebokicak wajib dengan selametan dan sesajenan terlebih dahulu--terkadang masih digelar terutama oleh grup Ludruk Duta Karisma pimpinan Ngaidi Wibowo. Selain dari Pak Ngaidi, sumber cerita ini diserap (Agustus 2006) dari Kiai Hafidz (cicit Kiai Farhan) yang konon pernah ditaskhihkan pula pada Kiai Jamal di Ponpes Al-Muhibbin, Tambak Beras, Jombang. Baca lebih rinci esai Fahrudin Nasrulloh “Babad Jombang yang Dibayangkan”, Radar Mojokerto, 7 Juni 2009 dalam bukunya Jejak Langkah dan Pikiran Insan Jombang (Disporabudpar Jombang: 2010).

6 Purwadi, Babad Jombang, (2008, belum diterbitkan).

Page 12: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

12

Mengingat kekuasaan Majapahit saat itu terbentang dari Sumatra, Semenjanjung Malaya,

Kalimantan, Bali bahkan sampai ke Phlipina. Inilah yang menjadi dasar historis kenapa

kehidupan Jombang sangat majemuk.7

Memasuki abad ke-14, pengaruh Majapahit berangsur-angsur melemah karena

kerap terjadi perang saudara. Sementara pedagang-pedagang muslim dan para penyebar

Agama Islam mulai memasuki nusantara. Memang pada kitab Nagarakertagama tidak

menyebutkan tentang keberadaan Islam. Tetapi nampaknya pada waktu itu sudah ada

keluarga Kerajaan Majapahit yang beragama Islam. Dalam tempo singkat, Agama Islam

diserap oleh masyarakat. Karena siar Agama Islam dilakukan dengan cara yang sangat

mentolelir kebudayaan awal. Bahkan termasuk kebudayaan di luar Jawa. Di bagian barat

nusantara muncullah sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Agama Islam,

yaitu Kesultanan Malaka. Yang kemudian disusul kesultanan-kesultanan Islam lainnya

seperti Demak, Pajang dan Mataram. Kesultanan-kesultanan ini berusaha mendapatkan

legitimasi politik atas kekuasan mereka melalui hubungan dengan Kerajaan Majapahit.

Maka ketika kekuasaan Kerajaan Majapahit runtuh, Jombang menjadi bagian Kerajaan

Mataram Islam. Pada abad ke-17, pengaruh Mataram melemah. Kolonialisasi Belanda

menjadikan Jombang bagian dari VOC yang kemudian menjadi bagian dari Hindia

Belanda. 8

Tahun 1811, didirikanlah Kabupaten Mojokerto, di mana meliputi pula wilayah

yang kini adalah Kabupaten Jombang. Jombang merupakan salah satu residen di dalam

Kabupaten Mojokerto. Bahkan Trowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan

Majapahit), adalah masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling) Jombang.9

7 Lan Fang, ibid,. 8 Ibid,. 9 Sebagai bandingan, apabila melihat kesejarahan Kota Kediri, kita bisa mengacu pada semisal Babad

Khadiri yang diterbitkan Penerbit Tan Khoen Swie, Kediri, pada akhir 2006. Juga ada beberapa naskah babad lain yang diacukan pada sejumlah kesejarahan kota lain. Tersebutlah karya Willem Walraven (1887-1943) berjudul Modjokerto in de motregen (KITLV, Leiden, 1998). Buku berbahasa Belanda ini masih belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Ada tiga bab menarik dalam buku tersebut yang mengulas perihal afdeeling Jombang di zaman Hindia Belanda. Tampaknya di situ Walraven merekam perjalanan jurnalistiknya menyusuri sejumlah kota di Jawa: Jombang, Mojokerto, Batu, Bangkalan, Tuban, Pasir Putih, Panarukan, Kalianget, Rembang, dan Muria. Pun 5 bab khusus berjudul Oosthoeksche reis-impressies (kesan-kesan perjalanan di Jawa Timur). Dalam ranah bahasan ikhtiar konservasi dan munculnya cerita Kebokicak sebagai salah satu pijakan lahirnya Babad Jombang, kalimat Barthes tersebut, seakan membentang menggulirkan pengkajian di medan “ilmu-ilmu sosial” yang penggarapannya bertolak berdasarkan pada prosedur yang dianggap ilmiah, atau di sanalah penyajian fakta diberlakukan. Dalam hal ini, apa yang berlayapan tanpa terceritakan, membabarkan

Page 13: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

13

Sekitar tahun 1900 penyebaran Agama Kristen yang dilakukan pendeta-pendeta

dari Belanda dan daratan Eropa telah mendorong percepatan jumlah pengikut Agama

Kristen, khususnya di wilayah Jawa Timur. Daerah Mojowarno, Jombang menduduki

basis terbesar di wilayah karesidenan Surabaya dengan jumlah jemaat mencapai 4.528

jiwa, mengungguli wilayah Kediri dan Madiun 2.085 penganut, serta Swaru (Pasuruhan)

sekitar 1.956 umat Kristiani.10 Ini sekaligus membuktikan betapa warga di wilayah

Kabupaten Jombang sangat pluralis dan menjunjung tinggi toleransi dalam kebhinekaan.

Daftar nama Bupati Jombang mulai R.A.A. Soeroadiningrat hingga Suyanto

Masa pergerakan nasional, wilayah Kabupaten Jombang memiliki peran penting

dalam menentang kolonialisme. Beberapa putera Jombang merupakan tokoh perintis

kemerdekaan Indonesia, seperti K.H. Hasyim Asy'ari (salah satu pendiri NU dan pernah

menjabat sebagai ketua Masyumi) dan K.H. Wachid Hasyim (salah satu anggota

BPUPKI termuda, serta Menteri Agama RI pertama). Undang-undang Nomor 12 Tahun

“kegelisahan kreatif” bahwa cikal-bakal yang terdapat dalam tradisi tutur suatu masyarakat layak dituliskan.

10 J.D. Wolterbeek, Babad Zending Ing Tanah Djawi, Petronella-Hospitaal Jogjakarta.

Page 14: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

14

1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur

mengukuhkan Jombang sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur.11

Alfred Russel Wallace (1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan

Teori Evolusi dan terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi dan bermalam di

Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Setidaknya ada tiga kawasan yang tercatat dalam berbagai literatur yaitu

Wonosalam, Japanan, dan Mojoagung. Letak geografis tiga kawasan ini berada di sisi

timur Kabupaten Jombang memanjang ke selatan dengan jarak jika ditarik garis lurus

kurang lebih 15 km. Tiga titik kawasan ini juga tak jauh dari Trowulan, yang diyakini

menjadi salah satu pusat kejayaan Kerajaan Majapahit.

Di dalam Java a Traveler’s Anthology disebutkan bahwa Wallace mengunjungi

kebun kopi di Wonosalam di kaki Gunung Arjuna dan mengumpulkan spesimen burung

merak di Wonosalam. Di dalam catatan ini Wallace menulis “Wonosalam” dengan ejaan

“Wonosalem” dan terletak di kaki Gunung Arjuna. Padahal, Wonosalam yang ada di

Jombang ini berada di kaki Gunung Anjasmoro. Ada kemungkinan gunung yang saat ini

dinamakan Gunung Anjasmoro, pada saat itu belum mempunyai nama atau kalaupun

sudah mempunyai nama, tetapi kurang dikenal dan masih menjadi bagian dari Gunung

Arjuna yang memang letaknya berada dalam satu gugusan.12

Jadi mungkinkah ada nama Wonosalam lain di kaki Gunung Arjuna? Sejauh ini

tampaknya bisa diduga bahwa tidak ada Wonosalam selain yang di Jombang. Apalagi

dalam perjalanannya ke Wonosalam, seperti disebutkan dalam The Malay Archipelago,

—merupakan salah satu buku perjalanan ilmiah terbaik pada abad ke-19—, Wallace

sempat singgah di Candi Arimbi yang letaknya di Dusun Ngrimbi, Desa Pulosari,

Kecamatan Bareng, namun secara geografis lebih dekat dengan Wonosalam. Jadi ini bisa

menjadi titik acuan Wonosalam manakah yang ditapaki Wallace pada tahun 1861 itu.

Dalam kisah perjalanannya, ketika menuju Wonosalam ia melihat hutan yang

sangat indah dan melewati bangunan Candi Arimbi yang juga sangat menakjubkan yang

dia anggap sebagai pusara seorang raja. Mungkin praduga Wallace tidak salah, karena

11 Dihimpun dari berbagai sumber: di antaranya: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jombang. 12 Junaedi, “Wallace di Jombang”, harian Surya, 15 Juli 2010.

Page 15: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

15

menurut berbagai kisah, Candi Arimbi dibangun sebagai tempat perabuan

Tribhuwanatunggadewi yang merupakan penjelmaan dari Dewi Parwati.

Selain itu, dalam kisahnya yang lain di Wonosalam, Wallace selain

mengumpulkan berbagai jenis spisemen ayam hutan dan berbagai burung, utamanya

burung merak, juga mengunjungi kebun-kebun kopi. Dan sampai sekarang, kopi tetap

menjadi salah satu komoditas perkebunan utama petani di Wonosalam, selain cengkih

dan kakao serta berbagai jenis durian utamanya durian bido.

Entah bagaimana keadaan kebun-kebun kopi di Wonosalam ketika itu.

Kemungkinan kebun-kebun kopi dibangun bersamaan dengan kebijakan tanam paksa,

yaitu pada masa Gubernur Jenderal Johannes van Den Bosch berkuasa pada pertengahan

abad ke-18. Apalagi kawasan Mojowarno, kawasan barat daya dan berdekatan dengan

Wonosalam, pada abad 18 merupakan pusat kebudayaan kolonial Belanda, yang tentu

saja segala kebijakan kolonial akan “terpancar” ke sekitarnya. Jejak peradaban kolonial

Belanda di Mojowarno hingga saat ini pun masih terlihat dengan peninggalan bangunan-

bangunan rumah tua dan gereja-gereja, termasuk peninggalan Pabrik Gula Tjoekir di

barat Mojowarno.

Hanya saja, sekitar 40 tahun semenjak kedatangan Wallace atau sekitar awal

tahun 1900-an, perusahaan-perusahaan kolonial Belanda mulai menata dan membangun

kembali perkebunan kopi di Wonosalam dengan sistem sewa lahan dengan “merayu” dan

“memelihara” kalangan elite penguasa lokal. Perkebunan dicetak terutama di kawasan

tinggi di lereng Gunung Anjasmoro, mulai dari Dusun Segunung (Desa Carangwulung)

hingga berderet ke selatan sampai Dusun Sumberjahe dan Sumberarum (Desa

Sambirejo). Bahkan, di Dusun Segunung sejak awal 1920-an sudah dibangun pabrik

pengolah kopi. Bangunan ini bertahan hingga awal tahun 2000-an sebelum diruntuhkan

oleh pemilik tanah saat ini.

Eksotisme Jombang selain yang terlukiskan dalam kunjungan Alfred Wallace di

atas, berbagai macam obyek wisata di Jombang juga tak kalah menariknya jika

dibandingkan dengan kabupaten lain. Seperti Goa Sigolo-golo, Sumber Boto, Kedung

Cinet, Sumber Penganten, Goa Sriti, Sendang Made, Air Terjun Tretes, dan lain-lain. 13

Tanggal 20 Maret 1881, Jombang secara resmi memperoleh status kabupaten, 13 Nanang PME dkk, Pesona Wisata Jombang, (Parbupora, Kabupaten Jombang, 2005).

Page 16: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

16

dengan memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto. Akan tetapi Kabupaten Jombang ini

baru pada tahun 1920 mempunyai seorang Bupati yaitu Raden Adipati Arya

Soeroadiningrat sebagai Bupati Jombang pertama. Hingga sampai dengan periode 2009-

2013, Kabupaten Jombang diteruskan dan dijalankan dengan gemilang beserta segala

persoalannya oleh Bupati Suyanto.

Page 17: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

17

BAB II

BIOGRAFI PARA BUPATI JOMBANG

1. Profil R.A.A. Soeroadiningrat (Masa Bhakti 1910-1930)

Kanjeng Sepuh atau Kanjeng Jimat adalah panggilan kesayangan warga Jombang

untuk Bupati Jombang pertama yakni Raden Adipati Arya Soeroadiningrat atau R.A.A.

Soeroadiningrat.14 Beliau menjabat sebagai Bupati Jombang sejak 1910 hingga 1930.

Sebelum masa kepemimpinan beliau, Jombang merupakan daerah afdeeling Karesidenan

Surabaya dengan pusat pemerintahan Jombang. Secara geografis Jombang terletak pada

titik ketinggian 40 meter di atas permukaan air laut. Namun sebelum masuk di bawah

afdeeling Surabaya terlebih dahulu Jombang menjadi bagian afdeeling Mojokerto

wilayah paling barat. Kemudian pada tahun 1881 Jombang dipisahkan menjadi afdeeling

tersendiri. Sekitar tahun 1910 afdeeling resmi dipisahkan dan menjadi sebuah kabupaten

baru dengan cakupan luas sekitar 920 km persegi. Sebagai daerah afdeeling baru

Jombang dibagi menjadi dua kontrol afdeeling, yaitu kontrol afdeeling Jombang, meliputi

distrik Jombang dan Ploso. Kontrol afdeeling kedua terletak di Mojoagung yang

membawahi distrik Mojoagung dan Ngoro.15

R.A.A Soeroadiningrat merupakan keturunan ke-15 dari Prabu Brawijaya V, Raja

terakhir Majapahit.16 Menurut silsilah, R.A.A. Soeroadiningrat, dalam silsilah disebutkan

R.A.A. Soeroadiningrat V (Bupati Jombang I) adalah putera dari R.A.A. Soeroadiningrat

IV (Regent Sedayu, 1855-1884). R.A.A. Soeroadiningrat IV merupakan keturunan

langsung Raden Museng atau R.A.A. Soeroadiningrat III (Regent Sedayu, 1816-1855). 14 Menurut versi keluarga sebutan Kanjeng Jimat diperuntukkan R.A.A. Soeroadiningrat IV yang berada di

Sedayu, Gresik. 15 Penelusuran Hari Jadi Jombang, diterbitkan oleh Kantor Parbupora Kabupaten Jombang bekerjasama

dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2008. 16 Heather Sutherland., Silsilah Keluarga Penguasa Jawa Madura Anak Turun Brawijaya V. Tanpa

penerbit.

Page 18: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

18

Raden Museng adalah keturunan dari Raden Anom dan Raden Ayu Suradilaga (Patih

Panembahan Madura). Raden Anom merupakan putera Tjakraningrat IV (1718-1745).

Tjakraningrat IV keturunan dari Raden Undakan atau Tjakraningrat II (Panembahan

Madura,1648-1707 dan Bupati-Wedana Bangwetan,1705-1707). Raden Undakan putera

dari Raden Prasena atau Tjakraningrat I (Adipati Madura, 1624-1648). Raden Prasena

putera Raden Kara (Pangeran Tengah Arosbaya, Bangkalan, 1592-1621). Raden Kara

putra Raden Pratanu (Pangeran Lemahluhur/Lemahduwur, Arosbaya, Bangkalan, 1531-

1592). Raden Pratanu putra Ki Pragalba (Pangeran Palakaran, Bangkalan). Ki Pragalba

putra Ki Demung (Demang Palakaran, Kota-Anyar, Arosbaya, Bangkalan). Ki Demung

putra Nyi Ageng Buda. Nyi Ageng Buda putri Aria Pratikel/Pabekel (Madekan,

Sampang). Aria Pratikel putra Aria Menger (Madekan, Sampang). Aria Menger putra

Raden Lembu Peteng (Madekan, Sampang, Madura). Raden Lembu Peteng putra Prabu

Brawijaya V (Kertawijaya/Bra Tumapel, 1447-1478) dengan Kanjeng Ratu Handarawati

(Putri Cempa).

foto R.A.A. Soeroadiningrat tahun 1930-an

Masa kecil Raden Adipati Arya Soeroadiningrat bernama Bagus Badrun. Beliau

merupakan putera dari salah satu selir R.A.A. Soeroadiningrat IV. Sebagai putera seorang

Regent atau Adipati, maka Bagus Badrun harus menjalani proses pendadaran sebagai

Page 19: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

19

kader pemimpin bangsanya. Sebagai bekal terjun ke masyarakat, Bagus Badrun kecil

menimba ilmu agama di Pesantren Giri. Tidak cukup hanya ilmu agama, Bagus Badrun

juga mendalami ilmu kanuragan atau beladiri di Perguruan Gilingwesi. Proses

membangun watak dasar pemimpin masa itu benar-benar dilakukan secara paripurna.

Karena selain melalui jalur agama, juga menggunakan jalur budaya dan tradisi setempat.

Sehingga pemimpin yang dihasilkan betul-betul mumpuni untuk menjadi Pamong Praja,

artinya panutan dan pembimbing rakyat, tidak sebaliknya menjadi Pangreh Praja atau

penguasa rakyatnya.

Bagus Badrun diangkat oleh Pemerintah Belanda menggantikan ayahandanya

R.A.A. Soeroadiningrat IV sebagai Regent atau Adipati di daerah Sedayu, Gresik pada

kurun waktu 1884-1910, bergelar R.A.A. Soeroadiningrat V, sebelum menjabat

kedudukan yang sama di wilayah Jombang pada periode berikutnya. Pengangkatannya

sebagai Adipati Sedayu menimbulkan kecemburuan di kalangan saudaranya. Salah satu

di antara yang kurang setuju Bagus Badrun menggantikan ayahandanya adalah saudara

lain Ibu bernama Raden Jamilun. Kelak Raden Jamilun memposisikan diri sebagai

oposan R.A.A. Soeroadiningrat V hingga menjadi Regent atau Adipati di Jombang.17

Berbeda dengan R.A.A. Soeroadiningrat yang berprinsip mengikuti arus air tapi

jangan sampai terbawa arus, artinya mengikuti kemauan Belanda, tetapi tetap berjuang

dan bekerja untuk rakyat. Bagi Raden Jamilun sikap moderat ala saudaranya itu sangat

bertentangan dengan hati nurani. Maka Raden Jamilun memilih berjuang membela rakyat

dengan cara dan keyakinannya sendiri. Ia akhirnya menjadi penyamun seperti kisah

Robin Hood di Inggris atau kisah Brandal Lokajaya, nama Raden Said atau Sunan

Kalijaga ketika melakukan hal yang sama pada kurun waktu akhir Majapahit.

Kejahatan maling Jamilun akhirnya terdengar juga oleh Pemerintah Belanda.

Namun pihak Belanda tidak bisa berkutik, karena Raden Jamilun adalah saudara R.A.A.

Soeroadiningrat yang pada waktu itu sangat disegani Belanda dan disayang rakyatnya.

Sehingga sepak terjang Raden Jamilun dengan jalan mencuri harta kaum berduit dan

hasilnya dibagi-bagikan untuk rakyat kecil, terus berlanjut tanpa ada yang menghentikan.

Meskipun tidak sedikit maling-maling kroco atau kelas teri harus

17 Wawancara dengan Agus Heliyana sebagai buyut menantu R.A.A Soeroadiningrat dan Bapak Raden

Panji Darmodi selaku cucu R.A.A. Soeroadiningrat, pada hari Rabu, 29 September 2010, jam 18.30 WIB di Café Garuda, Jln. Dr. Sutomo, Jombang.

Page 20: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

20

mempertanggungjawabkan perbuatannya di sebuah mahkamah pengadilan Belanda yang

disebut landraad.

Surat pengangkatan R.A.A. Soeroadiningrat V tidak begitu saja diterbitkan oleh

pihak pemerintah Hindia Belanda. Artinya selain pandangan pihak Keratuan Belanda,

juga ada pihak-pihak lain yang mendorong dipilihnya Kanjeng Sepuh sebagai Bupati

Jombang pertama. Pejabat yang dimaksud adalah Bupati Mojokerto ketiga Raden Adipati

Arya Kramadjajaadinegara. Karena masa sebelumnya Jombang masuk dalam bagian

afdeeling Mojokerto, sehingga ikatan batin antara penguasa dua wilayah ini masih sangat

kuat. R.A.A. Kramadjajaadinegara sendiri memiliki orang kepercayaan untuk memantau

perkembangan Jombang bernama Imam Zahid, seorang penghulu di Sumobito. Bahkan

Imam Zahid inilah yang mengambil beselit/Surat Keputusan pengangkatan R.A.A.

Soeroadiningrat V sebagai Bupati Jombang ke Batavia.18

Konon dalam perjalanan membawa SK dari Batavia, Imam Zahid menyempatkan

diri membeli bibit mangga gadung. Pohon mangga itu kemudian ditanam di depan masjid

Sumobito. Sekarang pohon mangga gadung tersebut masih dapat kita saksikan di

halaman masjid Sumobito, Kabupaten Jombang.

Masa awal jabatan Raden Adipati Arya Soeroadiningrat V sebagai Bupati

Jombang ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan Pendopo Kabupaten

Jombang pada tanggal 22 Februari 1910 dan penanaman pohon beringin kunthing di

halaman pendapa serta beringin di lokasi Ringin Conthong. Penanaman pohon beringin

ini menurut simbolisme Jawa adalah sebagai lambang pengayoman seorang pemimpin

kepada kawula atau rakyat yang dipimpinnya.

Sebagai pemimpin lulusan pondok pesantren dan perguruan seni beladiri, R.A.A.

Soeroadiningrat V memiliki bekal keilmuan yang cukup. Tulisan tangan beliau dikenal

sangat indah, terutama jika menggunakan huruf Arab Pego dan huruf Jawa. Namun

sangat jelek jika memakai huruf latin. Hal ini diakui oleh Bapak Raden Panji Darmodi

selaku cucu beliau.

Sosok R.A.A. Soeroadiningrat V juga dikenal sebagai seorang tokoh pluralis dan

moderat. Bukti kepluralisan beliau diwujudkan pada penghormatan terhadap keyakinan

18 Wawancara dengan Bapak Nasrul Illah, pemerhati budaya, pada hari Jumat, tanggal 8 Oktober 2010

pukul 09.30 di Disporabudpar Kabupaten Jombang.

Page 21: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

21

lain di luar Agama Islam yang beliau anut. Bahkan di ruang kerja beliau terdapat patung

Budhis simbol Agama Buddha dan Batara Wisnu sebagai simbol Agama Hindu.

Meskipun demikian R.A.A. Soeroadiningrat bukan penganut sinkretis agama.

R.A.A. Soeroadiningrat dengan R.A. Ayu Maimunah

Upaya untuk mendekati Belanda digunakan Bupati Jombang pertama sebagai

media penyambung. Sehingga memudahkan agenda tersembunyi beliau untuk

semaksimal mungkin memakmurkan rakyat. Dengan cara ini akhirnya rakyat tidak

terbebani, baik pungutan pajak yang mencekik maupun kebijakan lain. Justru banyak

kaum jelata menghormati beliau sebagai sosok pengayom dan mengerti kebutuhan

rakyat. Karena beliau dikenal juga sebagai orang pintar yang bisa mengobati orang sakit

dengan ramuan-ramuan tradisional. Atas jasa baik beliau sebagai pemimpin dan disukai

rakyatnya, maka Pemerintah Belanda memberikan bintang kehormatan Ridder Der

Oranye Nasaw atau bintang kehormatan sebagai tangan kanan Raja (orang kepercayaan

Belanda).

Mengenai kewaskitaan Kanjeng Sepuh atau R.A.A. Soeroadiningrat V ini, banyak

saksi yang masih bisa menceritakan. Seperti misalnya; suatu hari diceritakan bahwa

Kanjeng Sepuh telah membeber (menggelar) tikar di Pendopo Kabupaten untuk

pengobatan gratis. Dikatakan demikian karena pasien yang berobat biasanya tidak

menyerahkan uang sebagai ongkos melainkan hasil bumi yang mereka miliki, seperti

Page 22: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

22

pisang, kelapa, dan beras satu takar. Tikar atau klasa dalam bahasa Jombang digunakan

antrian pasien atau warga Jombang yang ingin berobat. Tiba-tiba ketika giliran salah satu

pasien, Kanjeng Sepuh berpesan kepada anak si pasien agar memberikan ramuan daun

Sembung kepada Mbok (Ibunya) sampai hari Rebo Wage. Kemudian setelah tiba hari

Rebo Wage menurut pesan Kanjeng Sepuh, pasien bersangkutan meninggal dunia. Benar

tidaknya kewaskitaan ini wallahua’lam bishawab.

Salah satu acara pesta rakyat yang digelar rutin setiap tahun oleh Kanjeng Sepuh

adalah pesta memperingati ulang tahun Ratu Belanda Yuliana. Biasanya dilakukan di

Pendopo Kabupaten dengan diwarnai arak-arakan massal para petani yang memamerkan

hasil bumi mereka. Mungkin semacam karnaval yang kita kenal sekarang untuk

memperingati kemerdekaan. Hasil-hasil bumi yang diarak keliling dengan menggunakan

kendaraan dokar sepanjang jalan-jalan di Kota Jombang tersebut adalah hasil bumi

terbaik yang mereka miliki. Kemudian pada sesi akhir acara dilakukan penyerahan hadiah

dari Pemerintah Belanda kepada pemenang yang menyajikan hasil bumi terbaik,

terbanyak, dan terbesar. Hasil-hasil bumi itu berupa pala pendhem; seperti uwi, gembili,

tales dan lain-lain, termasuk padi dan palawija. Puncak acara peringatan ulang tahun Ratu

Yuliana dilakukan dengan menggelar tarian dansa ala Eropa dan pertunjukan karawitan.

Di setiap kesempatan selalu digunakan Kanjeng Sepuh untuk memperluas

jaringan lobby. Sering di sela-sela tugas beliau sebagai Bupati, beliau secara sengaja

bergabung dengan orang-orang Belanda dan asing lainnya di sebuah komunitas selatan

kantor pos sekarang yang dulu bernama community society. Atau kelompok high class

zaman Belanda. Kegiatan community society ini antara lain olahraga bersama di rumah

bola (bowling) dan bilyard. Posisi rumah bola adalah kantor telkom sekarang. Di situlah

sering Kanjeng Sepuh mendapatkan perhatian lebih dari pejabat Pemerintah Belanda.

Tidak mengherankan jika Dr. Van Der Plass selaku Residen Surabaya sangat menaruh

hormat pada Kanjeng Sepuh. Rasa hormat ini bahkan cenderung mengarah pada

persaudaraan antar bangsa. Karena Dr. Van Der Plass sering melakukan kunjungan ke

kediaman Kanjeng Sepuh. Akhirnya beberapa mesin uang Belanda di tanah Jawa berupa

pabrik-pabrik gula banyak didirikan di daerah Jombang. Tidak kurang dari tujuh pabrik

gula pernah berdiri di Kabupaten Jombang, antara lain; pabrik gula Tjoekir, Ceweng,

Djombang Baru, Peterongan, Ploso, Sumobito, dan Mojoagung.

Page 23: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

23

Kanjeng Sepuh adalah figur Bupati yang sederhana. Kesan ini terekam pada

keseharian beliau yang menyukai laku prihatin. Pada setiap malam Jumat Legi beliau

selalu membakar dupa sebagai media kontemplasi. Dupa tersebut biasanya dibuat oleh

Raden Ajeng Asiyah Airmuna sebagai putri keduanya. Bahan-bahan yang digunakan

untuk membuat dupa dengan aroma khas dan berkelas diperoleh dari warisan turun-

temurun, antara lain menggunakan kulit duku, kemenyan, dan ramuan-ramuan lainnya.

Keteladanan hidup sederhana ini juga ditunjukkan dengan tidak bergaya hidup mewah,

meskipun gaji Kanjeng Sepuh sebagai Adipati sebesar 1000 gulden setiap bulan

memungkinkan untuk itu. Sebagai pembanding uang 15 gulden saja pada waktu itu bisa

digunakan untuk membeli sebuah rumah mewah plus pekarangannya.

Masa pensiun Kanjeng Sepuh sebagai Bupati di Jombang, terjadi perang dunia II.

Ketika itu Jepang mulai masuk ke wilayah Indonesia setelah berhasil mematahkan

dominasi Barat dengan mengebom pangkalan Angkatan Laut Amerika Pearl Harbor di

Hawaii. Semula kehadiran bala tentara Jepang disambut dengan sukacita, tetapi setelah

bangsa Indonesia tersadar bahwa tindakan Jepang lebih parah, bahkan lebih sadis dari

Belanda, maka mulailah perlawanan di mana-mana. Tidak terkecuali di Jombang.

Kedatangan Jepang ternyata menyulut penderitaan panjang rakyat Jombang. Salah satu

bentuk kebiadaban gaya baru ala prajurit Jepang tersebut berupa penculikan gadis-gadis

belia untuk digunakan sebagai budak seks tentara Jepang. Penculikan berakhir perkosaan

massal itu yang kemudian terungkap sebagai jugun ianfu (wanita pemuas nafsu tentara

Jepang).

Untuk menghindari kebiadaban bala tentara Jepang, akhirnya Kanjeng Sepuh

bersama beberapa cucu beliau yang sudah beranjak remaja memutuskan untuk sementara

mengungsi ke suatu tempat/desa bernama Gempollegundi (sekarang Kecamatan Gudo).

Di desa itulah sekitar empat hari Kanjeng Sepuh ditolong Lurah dan warga setempat agar

tidak diketahui tentara Jepang. Pengungsian ini terjadi setelah melakukan serangkaian

diskusi antara Kanjeng Sepuh dan putranya R.A.A. Setjoadiningrat serta penasehat

spiritual beliau yang terkenal dengan sebutan Mbah Jimbrak, Lurah Gambang (Desa

Plumbongambang, Kecamatan Gudo).

Benar juga dugaan Kanjeng Sepuh, setelah empat hari mengungsi di

Gempollegundi, Kanjeng Sepuh dan keluarga memutuskan kembali ke Ndalem

Page 24: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

24

Kasepuhan yang berada di Jalan Arjuna (sekarang Jalan dr. Sutomo, tepatnya lokasi

rumah sakit Muhammadiyah). Setiba di sana kondisi Kasepuhan sudah diacak-acak bala

tentara Jepang. Kamar tidur Kanjeng Sepuh dan keluarga kusut masai bekas digunakan

serdadu Jepang. Beberapa potong roti sisa prajurit Jepang tertinggal di meja kamar tidur

beliau. Beruntung para prajurit Jepang itu sudah meninggalkan kediaman Kanjeng Sepuh.

Sehingga kehidupan keluarga Bupati Jombang pertama itu bisa normal kembali.

Setelah jabatan Kanjeng Sepuh sebagai Bupati pertama Jombang diserahkan

kepada putra beliau Raden Adipati Arya Setjoadiningrat, maka mulailah masa pensiun

beliau. Untuk mengisi waktu di sela aktifitas pensiun, Kanjeng Sepuh sering melukis di

kamar pribadi beliau. Aktifitas melukis ini membuktikan bahwa Kanjeng Sepuh memiliki

bakat terpendam sebagai seniman lukis, meskipun menolak dikatakan sebagai seniman.

Raden Adipati Arya Soeroadiningrat (Kanjeng Sepuh) murud kasidan jati atau

dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa pada 20 April 1946, tepatnya bulan Suro, hari

Jumat Pahing.19 Banyak kalangan dan kolega beliau merasa sangat kehilangan, termasuk

para tokoh ulama. Sebagai bentuk penghormatan terakhir sebelum jenazah dimakamkan

di pemakaman keluarga Pulo Sampurno, sebanyak empat ulama pemimpin empat pondok

pesantren besar di Kabupaten Jombang melakukan sholat jenazah bagi almarhum.

Raden Adipati Arya Soeroadiningrat meninggalkan seorang istri bernama Raden

Ayu Maimunah Soeroadiningrat dan 3 orang putri-putra, yaitu Raden Ayu Badariyah,

Raden Ayu Asiyah Airmuna, dan Raden Adipati Arya Sarwadji atau Raden Adipati Arya

Setjoadiningrat VIII.

19 Hasil wawancara dengan buyut menantu Kanjeng Sepuh Mas Agus Heliyana, hari Kamis, tanggal 30

September 2010, jam 18.30 WIB.

Page 25: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

25

2. Profil R.A.A. Setjoadiningrat (Masa Bhakti 1930-1946)

Raden Adipati Arya Setjoadiningrat atau lengkapnya Raden Adipati Arya

Setjoadiningrat VIII adalah Bupati Jombang kedua setelah Raden Adipati Arya

Soeroadiningrat V. Beliau adalah putera ketiga dari Kanjeng Sepuh bernama kecil Raden

Adipati Arya Sarwadji. Meskipun dikenal sebagai keturunan ningrat, Kanjeng Bupati

Setjoadiningrat dikenal sebagai sosok bupati pejuang. Apalagi setelah menikah dengan

garwa/istri kedua beliau Raden Ayu Poppy Kadarin, karena istri pertama beliau

meninggal dunia. Raden Ayu Poppy Kadarin ini sangat terkenal sebagai istri bupati yang

menjunjung tinggi pengabdian, baik kepada suami maupun bangsa dan negara. Hal ini

tidak mengherankan karena beliau masih keturunan dr. Abdul Kadir selaku dokter pribadi

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dari almarhumah istri pertama Raden Setjo dikaruniai enam putra-putri; Raden

Panji Willy Soedjono, Raden Edi Soewondo, Raden Ayu Ani Rochani, Raden Ayu Nora

Soetarinah, Raden Poegoeh Soeratno, dan Raden Ayu Mimik Soeseni. Sedangkan dengan

istri sambungan Raden Ayu Poppy Kadarin beliau dikaruniahi dua momongan.

Suksesi kepemimpinan dari Kanjeng Sepuh (Raden Adipati Soeroadiningrat V)

kepada Raden Adipati Arya Setjoadiningrat berlangsung lancar, karena jauh sebelumnya

jabatan tersebut sudah dipersiapkan. Ada dua alasan mengapa Raden Adipati Arya

Setjoadiningrat VIII yang menggantikan ayahandanya. Pertama karena beliau satu-

satunya putera laki-laki, sehingga otomatis sebagai penerus tahta kebangsawanan. Kedua

Raden Setjo telah dikirim mengikuti pendidikan Kepamongprajaan atau dalam bahasa

Belanda dikenal dengan istilah Opleding S Chool di Blitar.

Pada tahun-tahun awal jabatan Bupati yang diembannya, Raden Setjo

menitikberatkan pada pembangunan pertanian. Apalagi pengairan pada waktu itu sangat

mudah diperoleh. Ini disebabkan hutan-hutan di pegunungan Wonosalam masih rimbun.

Page 26: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

26

Fokus perhatian Kanjeng Setjo terutama pada perkebunan karet dan tebu. Karena

permintaan pasar dunia mengarah pada dua komoditas tersebut. Meskipun gula masih

didominasi negara-negara Amerika Latin seperti Brazil dengan gula bitnya.

Perubahan konstelasi politik dan militer pada sekitar tahun 1941 terjadi cukup

signifikan dengan beralihnya peta kekuatan dari Barat yang dikomandoi negara-negara

Eropa dan Amerika menuju kekuatan Dunia Timur yang diwakili oleh Jepang. Apalagi

mimpi Jepang untuk menjadi Imperium Asia Jepang tidak dapat dibendung lagi. Jepang

menganggap bahwa penghalang utama cita-cita mereka adalah Armada terkuat Amerika

Serikat di Pasifik yang berpangkalan di Hawaii, yaitu Peral Harbor. Karena itu disusun

rencana serangan rahasia oleh Laksamana Isoroku Yamamoto pada September 1941.

Pada tanggal 28 Februari malam menjelang 1 Maret 1942, tentara ke-16 Jepang

berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yakni di Teluk Banten, Eretan (Jawa Barat),

dan di Kragan (Jawa Tengah). Dari Kragan, pasukan divisi ke-48 bergerak ke tiga

jurusan. Satu kolone pasukan yang bergerak melalui rute utara tiba di Surabaya pada

tanggal 8 Maret 1942. Kolone lainnya bergerak ke arah barat dan berhasil menduduki

Semarang. Gerakan ke arah selatan oleh kolone Sakaguchi menuju Cilacap.20

Kolone kedua yang menuju arah Surabaya melalui rute utara akhirnya sampai

juga ke daerah Kabupaten Jombang. Pada awalnya kedatangan mereka dielu-elukan

rakyat terutama kaum muda, karena propaganda Jepang yang terkenal dengan sebutan

tiga “A”, yaitu; Jepang Cahaya Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Pelindung

Asia. Apalagi di kalangan rakyat sangat mempercayai Ramalan Prabu Jayabaya Raja

Kediri yang berbunyi, ”Akan datang pada suatu masa jago kate dari timur laut berpakaian

seperti klaras (daun pisang kering) yang akan membebaskan Nusantara.”

Masa pendudukan Jepang Raden Adipati Arya Setjoadiningrat tetap

dipertahankan sebagai Bupati oleh penguasa Jepang. Apalagi putera pertama beliau

Raden Panji Willy Soedjono mendapat didikan kemiliteran dari balatentara Jepang. Pada

waktu itu Raden Willy mendapat pangkat Shodanco atau setara Letnan pada jenjang

20 Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI (Zaman

Jepang dan Zaman Republik Indonesia). 2007. Hlm.7.

Page 27: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

27

kepangkatan TNI sekarang. Pilihan berkarir di kemiliteran putera pertama Kanjeng Setjo

nantinya diikuti oleh adiknya Raden Edi Soewondo.21

Jepang menduduki Indonesia selama tiga setengah tahun, tetapi dampak yang

ditimbulkan sungguh luar biasa. Termasuk kondisi pemerintahan dan kehidupan ekonomi

yang makin terpuruk. Barang-barang kebutuhan rumah tangga sangat sulit diperoleh.

Kalaupun ada harganya melambung tinggi. Sehingga pernah pemerintah pendudukan

Jepang, khususnya di Jombang memprovokasi rakyat agar menjarah toko-toko milik etnis

Cina. Masa itu adalah kondisi tersulit yang dialami Pemerintahan Kabupaten di bawah

Raden Adipati Arya Setjoadiningrat.

Setelah Jepang dikalahkan oleh balatentara Sekutu dan Jawa Timur diduduki

kembali oleh Belanda, mantan Residen Surabaya Dr. Van Der Plass mengunjungi Raden

Setjo disertai permintaan agar beliau mau mempertahankan jabatan Bupati sebagai

kepanjangan tangan Belanda. Peristiwa ini sempat menimbulkan ketidaksenangan kaum

Republikan karena mengira Raden Setjo figur Bupati pro Belanda. Tetapi sebenarnya

kesediaan Kanjeng Setjo sebagai bentuk strategi agar pembelaan beliau terhadap para

pejuang tidak diketahui. Sehingga meskipun secara kasat mata beliau terkesan pro

Belanda, di balik itu komunikasi dengan para gerilyawan di hutan-hutan tetap

dipertahankan. Pola komunikasi itu dilakukan dengan bantuan kurir yang sengaja datang

pada malam hari ketika suasana sedang sepi. Si kurir menyampaikan kebutuhan para

pejuang, sebaliknya Kanjeng Setjo menyediakan segala hal yang diperlukan. Antara lain

persediaan senjata yang diperoleh melalui pasar gelap.

Ketika meletus perang secara sporadis di Mojoagung antara tentara Belanda dan

para pejuang, pada transisi masa pendudukan Jepang, istri Kanjeng Setjo, Raden Ayu

Poppy menggalang aksi dapur umum di belakang Pendopo Kabupaten untuk mendukung

logistik para pejuang. Setiap lurah di Kabupaten Jombang menyerahkan bahan-bahan

makanan dan sayur-mayur untuk kepentingan tersebut. Hampir setiap hari truk-truk sisa

pendudukan Jepang digunakan untuk mengangkut logistik ke garis depan pertempuran.

Kanjeng Setjo sebagai Bupati Jombang kedua memegang jabatan tidak kurang

dari 16 tahun. Selama kepemimpinan beliau dihabiskan untuk perjuangan, karena kurun

21 Wawancara dengan Bapak Raden Panji Darmodi, cucu Kanjeng Sepuh di ndalem Pesanggrahan, Jalan

K.H. Ahmad dahlan, pada 30 September 2010, jam 21.30 WIB.

Page 28: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

28

waktu 1930 hingga 1946 merupakan gencar-gencarnya revolusi fisik. Masa di mana

pendudukan Jepang berlangsung, dilanjutkan proklamasi kemerdekaan, sedangkan di sisi

lain Belanda ingin kembali menjajah Indonesia.

Menjelang masa pensiun dan menjelang era Republik, Raden Adipati Arya

Setjoadiningrat VIII mengabdikan hidupnya sebagai Residen di Surabaya sampai masa

pensiun. Sebagaimana ayahanda Raden Adipati Arya Soeroadiningrat, ketika wafat pada

tanggal 9 Juni 1963, jenazah Raden Adipati Arya Setjoadiningrat dimakamkan di

kompleks pemakaman keluarga di Pulo Sampurno, Kecamatan Jombang.

Page 29: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

29

3. Profil Bupati R. Boediman Rahardjo (Masa Bhakti 1946-1949)

R. Boediman Rahardjo adalah salah satu sosok Bupati Jombang dari unsur

kepolisian. Ia tercatat sebagai perwira Polri pertama yang menduduki jabatan sebagai

pemimpin Jombang. Kota santri ini mengalami puncak kepemimpinan daerah dari tiga

unsur TNI/Polri dan orang sipil. Dari sekian unsur yang berasal dari TNI Angkatan Darat,

kepolisian, dan dari warga sipil ini mencerminkan keberagaman yang unik dan tentu hal

tersebut memberi warna dan kontribusi tersendiri dalam keberjalanan pemerintahan di

Kabupaten Jombang.

Masa-masa kepemimpinan Bupati R. Boediman Rahardjo, kondisi keamanan di

tanah air belum stabil karena niat buruk Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Dan ia ditunjuk oleh Pemerintah Pusat di Jakarta bukan tanpa alasan, mengingat

kemampuannya sebagai pemimpin di kesatuan Polri sangat disegani. Sehingga ia

mendapat tugas memimpin Jombang sebagai basis pertahanan terakhir kaum Republikan

pada saat agresi militer Belanda.

Atas pertimbangan keamanan teritorial, pada awal kepemimpinan Bupati R.

Boediman didirikanlah sebuah Akademi Perwira di Mojoagung. Daerah Mojoagung ini

dianggap sebagai tempat strategis untuk menghadang Belanda yang datang dari arah

Trowulan. Akademi Perwira ini di bawah kendali langsung Kementrian Pertahanan. Atau

tepatnya Pangkowilhan atau Panglima Komando Wilayah Pertahanan II, Kementrian

Pertahanan.

Salah satu putera Jombang yang sukses sebagai lulusan Akademi ini adalah

Jendral Himawan Sutanto, putera Muhamad, seorang asisten Wedana di Diwek.

Page 30: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

30

Muhamad sendiri adalah seorang Daidanco (Komandan Militer se-Indonesia) di era

pendudukan Jepang.22

Sebagai seorang pemimpin dari kesatuan yang tergolong elit pada masa itu, tidak

mengherankan jika R. Boediman Rahardjo diberi amanat memimpin Jombang dengan

memegang kendali daerah Mojoagung sebagai ibukota pemerintah darurat kabupaten.

Terbukti kemudian pasukan agresor Belanda tidak mampu memasuki Jombang

melalui Mojoagung. Sehingga mereka memilih jalan memutar dari arah Babat, Lamongan

menuju Ploso, baru masuk Jombang sebagai tujuan utama.

Pertempuran demi pertempuran terjadi antara prajurit Republikan atau para

pejuang kemerdekaan dengan tentara Belanda yang ingin kembali menjajah. Tidak jarang

penghadangan dilakukan dengan berbekal senjata seadanya, itupun hasil rampasan dari

tentara pendudukan Jepang yang sudah dikalahkan sebelumnya. Laskar-laskar atau

prajurit dari berbagai kesatuan bahu-membahu untuk mengusir penjajah dari bumi

pertiwi. Dalam situasi demikian, kedudukan seorang pemimpin wilayah seperti Bupati R.

Boediman menjadi cukup vital. Mengingat fungsinya selain sebagai pengayom

masyarakat, juga penyedia kebutuhan logistik prajurit di medan pertempuran.

Kemampuaan memenejemen kesatuan Polri mendorong Bupati R. Boediman

melaksanakan tugas secara maksimal. Sehingga kulminasi dari sinergitas antar kekuatan

dari elemen bangsa Indonesia benar-benar menjadi catatan penting sebagai bagian dari

salah satu pioner pejuang demi menjaga keutuhan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.

22 Wawancara dengan Joko Suparto (eks TRIP) di kediamannya di Kaliwungu Selatan Gg II, Jombang,

pukul 10.30 WIB.

Page 31: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

31

4. Profil R. Moestadjab Soemowidagdo (Masa Bhakti 1949-1950)

Ia merupakan Bupati yang memiliki fisik dan prinsip hidup seperti Bima dalam

cerita pewayangan. Gelar kebangsawanan “Raden” di depan namanya menunjukkan

bahwa dirinya masih keturunan darah biru. Sosok R. Moestadjab Soemowidagdo yang

tinggi besar menjadikannya mudah dikenali. Sampai-sampai Suparto Brata seorang

penulis Jawa menyebutnya dengan deskripsi yang tidak jauh dari kondisi fisik sang

pemimpin: gagah ibarat Werkudara alias Bima.23

Kepemimpinan Bupati R. Moestadjab di Kabupaten Jombang memperteguh posisi

strategis Jombang sebagai benteng pertahanan terakhir para pejuang Republikan. Karena

letak Jombang yang berada di lintas batas yang menghubungkan kota-kota lain dari

seluruh penjuru Jawa Timur, menjadikan kota ini sangat ideal dijadikan benteng

pertahanan. Sehingga kesatuan-kesatuan pejuang seperti Laskar Hizbullah, Kompi

Wanara pimpinan mantan Menteri Kehutanan Soedjarwo, batalyon Merak pimpinan

mantan Gubernur Jawa Timur Soenandar Priyo Soedarmo, pernah bermarkas di Jombang.

Masa 1949-1950 adalah periode perjuangan bangsa Indonesia menegakkan

kemerdekaan. Belanda dengan berbagai dalih dan alasan ingin mencengkeram dengan

kuku-kuku kolonialisnya di bumi pertiwi. Maka di era kepemimpinan R. Moestadjab

Soemowidagdo adalah masa penentu keberlangsungan pemerintahan sesudahnya. Karena

jika para pejuang yang berada di garis depan tidak kuasa menghadapi agresor Belanda,

maka kemungkinan Kabupaten Jombang akan luluh-lantak dalam peristiwa agresi

tersebut.

Bupati R. Moestadjab Soemowidagdo adalah salah satu sosok Bupati Jombang

yang bertangan dingin. Kepiawaiannya dalam memimpin Jombang di masa-masa awal

Republik Indonesia, membuktikan bahwa Bupati R. Moestdjab sebagai sosok pemimpin

23 Surabaya Post, 10 November 1976

Page 32: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

32

pilihan di masa transisi. Transisi sebagai kepala daerah kabupaten yang sebelumnya di

bawah kekuasaan penguasa Hindia Belanda.

Rumah dinas yang pernah ditempati Bupati Moestadjab di Jl. K.H. Wahid Hasyim Jombang

Meskipun hanya satu tahun memimpin Kabupaten Jombang masa bhakti 1949-

1950, namun sepak terjangnya menjadi landasan bagi strategi kepemimpinan Kabupaten

Jombang era sesudahnya. Paling tidak Bupati R. Moestadjab telah meletakkan kerangka

acuan bagi para penggantinya. Mengingat dalam situasi yang tidak pasti tentunya

diperlukan figur yang kuat secara prinsip dan idealistik. Sehingga sangat tepat dijadikan

teladan bagi warga masyarakat yang dipimpinnya.

Atas prestasi memimpin kota santri di Jombang, akhirnya pemerintah pusat

menugaskan R. Moestadjab Soemowidagdo menjadi Walikota Surabaya. Di tempat tugas

yang baru ini ia langsung tancap gas menjadi ketua pembangunan Tugu Pahlawan

sebagai tetenger (penanda) peristiwa 10 Nopember Surabaya.

Selain dikenal sebagai pemimpin yang disegani, R. Moestadjab Soemowidagdo

juga memiliki kepedulian terhadap nasib para seniman. Mengenai hal ini bisa dibuktikan

dengan diberikannya sebuah rumah atas tanggungannya kepada almarhum Cak Kandar

salah satu seniman lukis Jawa Timur.24

24 Wawancara dengan Syahlan Husain (Sekretaris Umum Dewan Kesenian Jatim) di kantor Dewan

Kesenian Jawa Timur di Jl. Wisata Menanggal Surabaya, pada Selasa, 9 November 2010, pukul 12.30 WIB.

Page 33: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

33

5. Profil R. Istadjab Tjokrokoesoemo (Masa Bhakti 1950-1956)

Kondisi Republik Indonesia yang baru diproklamasikan pada tahun 1945

mengalami ujian yang tidak ringan. Kedatangan pasukan Sekutu yang diboncengi

Belanda menjadi batu sandungan bagi negara yang baru berdiri. Situasi yang tidak

menentu ketika itu juga melanda Jombang, meskipun konon tidak cukup berpengaruh

pada kondisi perekonomian rakyat. Karena posisi Jombang sebagai penentu strategis

basis pertahanan para pejuang.

Di tengah ketidakpastian itulah muncul dua opsi besar di Republik ini, yaitu

golongan cooperation dan kubu non cooperation. Artinya mereka yang pro Belanda dan

golongan yang anti penjajah Belanda. Akhirnya dari kemunculan kubu-kubu ini

mendorong pemerintah pusat untuk selektif menentukan para pemimpin di daerah

termasuk para bupatinya. Mereka yang sebelumnya dikenal sangat pro Belanda akan

diberhentikan dari jabatan, bahkan dibuang jauh dari lingkaran pemerintahan. Karena

komitmen loyalitas kebangsaannya dianggap meragukan.

Beruntung akhirnya Jombang mendapat jatah seorang pemimpin dari kalangan

non cooperation atau tepatnya pegawai sipil pamongpraja di luar pegawai yang diangkat

Belanda. Ia adalah R. Istadjab Tjokrokoesoemo yang dikenal sebagai Republikan sejati

dan tokoh yang memiliki nyali menentang penjajahan Belanda. Ia akhirnya cukup dikenal

sebagai bupati di era perjuangan.25

Sepak terjang Bupati R. Istadjab Tjokrokoesoemo ternyata diwarisi oleh salah

seorang putranya, Ismanoe, yang memilih menjadi pejuang yang bertempur di garis

depan. Ibarat buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Bupati R. Istadjab dan putranya Ismanoe

adalah dua sisi mata uang bagi sejarah bangsa Indonesia yang muncul dari Kabupaten

25 Wawancara dengan Joko Suparto (eks TRIP) di Kaliwungu Selatan Gg. II Jombang, pada tanggal 15

Desember 2010, pukul 10.45 WIB.

Page 34: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

34

Jombang. Satu panggilan jiwa yang digerakkan oleh pemilik segala maha: Tuhan Yang

Maha Esa.

Sebagai bupati pejuang, maka Bupati Istadjab membuka penuh pintu rumah

dinasnya jika para pejuang membutuhkan. Rumah dinas yang kini masih bisa disaksikan

di sebelah selatan Ringin Conthong Jombang ini adalah saksi bisu proses perjuangan

arek-arek Jombang dalam menentang penjajahan Belanda.

Rumah dinas yang pernah ditempati Bupati Istadjab di Jl. Wahid Hasyim Jombang

Masa pengabdian Bupati Istadjab di Jombang membawa pengaruh pada karirnya

di kemudian waktu. Karena jabatan baru sebagai Walikota Surabaya sudah menunggu.

Waktu sekitar enam tahun memimpin kota santri menjadi pijakan untuk selanjutnya

bertugas memimpin kota terbesar kedua di Indonesia itu.

Kini setelah tahun demi tahun terus berganti dan zaman kian berubah, segores

catatan sejarah yang melibatkan sepak terjang para pemimpin Jombang masa lalu adalah

dokumen yang wajib diketahui dan diwariskan kepada generasi muda. Agar tujuan

pengajaran sejarah tidak melenceng dan tenggelam. Menurut R. Moh. Ali, sejarah adalah

sarana mengenalkan orang yang berjuang kepada orang yang sedang berjuang, benar-

benar bisa diwujudkan. Termasuk upaya mewarisi nilai-nilai kejuangan para pendahulu.

Sebagaimana diingatkan founding fathers atau pendiri negara Bung Karno; Jas Merah!

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.

Page 35: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

35

6. Profil Bupati M. Soebijakto (Masa Bhakti 1956-1958 dan 1960-1961)

Salah satu bupati era transisi pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru yang

dimiliki Kabupaten Jombang adalah M. Soebijakto. Ia adalah sosok bupati yang memiliki

tingkat kematangan politik yang teruji. Sehingga tidak mengherankan jika ia menjabat

dua kali sebagai Bupati Jombang, yaitu masa bhakti tahun 1956-1958 dan masa bhakti

kedua 1960-1961. Hal yang jarang ditemui seorang bisa memegang jabatan sampai dua

kali pada masa yang serba sulit itu.

Ia dilahirkan di tengah kultur Madura, tepatnya di daerah Situbondo, Jawa

Timur.26 Masa kecilnya kental dengan suasana masyarakat Madura yang sangat agamis.

Selain itu daya juang dan etos kerja yang tinggi yang menjadi trademark penghuni pulau

garam juga melekat erat pada diri M. Soebijakto. Hal tersebut kelak sangat

mempengaruhi pengambilan keputusan di era transisi pemerintahan yang memerlukan

strategi dan pola kebijakan yang taktis, agar pemerintahan tetap tegak berdiri.

Selain sebagai pejabat yang disegani di lingkungan kerja, ia juga dikenal sebagai

sosok yang menjunjung tinggi silaturahmi dan kekerabatan. Tidak mengherankan kalau ia

selalu ramah pada setiap orang, apalagi terhadap kolega terdekatnya. Salah satu fakta

yang diakui oleh Bapak Bupati R. Soedirman bahwa ia mendapat kehormatan kala pesta

pernikahannya dihadiri oleh Bupati M. Soebijakto.

Selain sebagai kepala daerah, Bupati M. Soebijakto juga dikenal sebagai aktifis

Partai Nasional Indonesia (PNI). Sebuah organisasi politik yang dibangun oleh Bung

Karno sebagai salah seorang founding fathers bangsa Indonesia. Sehingga paham-paham

kebangsaan yang dipopulerkan Presiden Soekarno melekat erat dalam keseharian sosok

M. Soebijakto. Paham yang dikenal sebagai Marhaenisme itu menjunjung tinggi

pembelaan terhadap kaum lemah atau wong cilik.

26 Wawancara dengan Ibu Su’udiyah R. Soedirman di rumahnya di Jl. Dharma Husada Indah Surabaya, 13

Desember 2010, pukul 13.00 WIB.

Page 36: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

36

Pemimpin Jombang yang ramah ini seolah melengkapi kharismanya sebagai

pemimpin daerah berjuluk kota santri. Apalagi pertemuan dua aliran kebudayaan besar,

yaitu Mataraman dan Arek menimbulkan sifat kritis tetapi egaliter dan senantiasa terbuka

untuk berdialog dengan masyarakatnya. Sehingga kepemimpinan Bupati M. Soebijakto

sangat tepat diperuntukkan bagi Kabupaten Jombang.

Prestasi memimpin daerah di era transisi ternyata tidak mengurangi perannya

menjadi kepala rumah tangga. Bahkan salah satu menantunya, Anton Sujarwo, pernah

berhasil menduduki jabatan Kapolri.

Prestasi demi prestasi ditorehkan dan jabatan demi jabatan disandang oleh Bupati

M. Soebijakto. Rupanya pengabdiannya memimpin Jombang mendapat apresiasi positif

dari pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah pusat. Salah satunya adalah

posisi sebagai Pembantu Gubernur Jawa Timur di Madiun, telah mengantarkan puncak

karirnya setelah memimpin Jombang.

Seperti peribahasa harimau mati meninggalkan belang, manusia mati

meninggalkan nama besar. Semoga sumbangsihnya dalam memimpin Kabupaten

Jombang menjadi sebuah catatan emas yang mewarnai perjalanan kota santri sebagai

bagian integral Bangsa Indonesia.

Page 37: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

37

7. Profil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962)

R. Soedarsono merupakan Bupati Jombang yang ke tujuh. Ia menjabat sebagai

bupati pada periode 1958 hingga 1962. Soedarsono lahir di Magetan 24 September 1921,

tepatnya di Desa Sumber Rambe, Kecamatan Karangrejo. Ayahnya bernama Abdullah

Martodirjo, seorang Kepala Desa yang berpengaruh kala itu. Soedarsono terlahir sebagai

anak ke lima dari enam bersaudara. Lazimnya seorang Kepala Desa, ayah Soedarsono

mempunyai sawah yang cukup luas, dan punya banyak hewan ternak.27

Meski anak dari keluarga berpangkat, masa kecil Soedarsono tidak jauh beda

dengan anak desa pada umumnya. Berkecipak dengan lumpur di sawah, bermain petak

umpet, hingga mandi di sungai. Tidak jarang, Soedarsono kecil juga ikut

menggembalakan kerbau di sawah sembari bermain jerami. Kakeknya bernama K.H. M.

Tauhid, seorang ulama desa setempat. Dari kakeknya itulah ia mempelajari banyak ilmu

agama, mulai dari salat hingga mengaji. Berdasarkan keterangan dari keluarganya, jika

ditarik garis ke atas, K.H. M. Tauhid masih ada keturunan dari seorang pejuang yang juga

sahabat dari Pangeran Diponegoro, yakni Sentot Alibasyah Prawirodirjo.

Zaman penjajahan Belanda tidak sembarang orang bisa mengenyam pendidikan.

Namun tidak begitu dengan Soedarsono yang notabene anak seorang Kepala Desa. Ia

memulai pendidikannya di HIS (Sekolah dasar tujuh tahun berbahasa Belanda atau

Hollandsch Inlandsche School) Magetan dan lulus pada tahun 1938. Setelah itu ia

melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni MULO (Meer Uitgebreid Lager

Onderwijs atau kini SMP). Saat bersekolah di MULO, Soedarsono harus meninggalkan

27 Wawancara dengan Endang Sri Ernawati (anak ketiga R. Soedarsono) di Jalan Iskandar Muda No 12, Wersah Jombang, pada Minggu, 24 Oktober 2010.

Page 38: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

38

kampung halamannya. Karena sekolah setingkat SMP itu berada di kota Malang. Di

sekolah itu ia menuntut ilmu selama tiga tahun, dan pada tahun 1941 ia dinyatakan lulus.

Soedarsono muda tak pernah lelah mencari ilmu. Selepas dari MULO ia

melanjutkan pendidikannya di Kweekschool (sekolah pendidikan guru pada zaman

Belanda) di Malang. Di sekolah itulah ia mengenal seorang gadis asal Tulungagung yang

kelak menjadi istrinya, yakni Roro Oentari. Tepat tahun 1941, Soedarsono tamat dari

Kweekschool. Selanjutnya, ia mengabdikan diri sebagai guru di SR (Sekolah Rakyat) VI

Caruban, Madiun. Pria asal Desa Sumber Rambe ini memulai karirnya menjadi guru

terhitung mulai 1 September 1942. Namun sekitar satu tahun kemudian, atau tepatnya 30

Maret 1943, ia pindah menjadi juru bahasa di Kediri Syu Gyugun Dai I Daidan (Tentara

sukarela bentukan Jepang ).

Beberapa bulan kemudian, atau tepatnya 3 Oktober 1943, Jepang membentuk

Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Bersama para pemuda seusianya, Soedarsono ikut

mendaftarkan diri dalam wadah tersebut. Layaknya seorang militer, ia dilatih teknik

memegang senjata hingga cara menembak oleh Jepang. Namun sekitar pertengahan

Agutus 1945, muncul permasalahan dalam diri Soedarsono. Ia ditangkap Jepang dengan

tuduhan terlibat pemberontakan PETA Blitar pada 14 Februari 1945. Selanjutnya, ia

bersama anggota PETA lainnya dibawa ke Cirebon. Rencananya, dalam rentang 1 hingga

15 Agustus 1945, para tawanan ini hendak dihukum mati. Namun takdir berbicara lain.

Belum sempat eksekusi dilakukan, peta politik perang dunia II berubah. Tepat 14

Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Kondisi itu berakibat

dibebaskannya para tawanan Jepang, termasuk Soedarsono.

Pasca Kemerdekaan

Usai proklamasi dikumadangkan oleh Dwi Tunggal Soekarno – Hatta, eks tentara

PETA dimasukkan dalam wadah BKR (Badan Keamanan Rakyat). Begitu pula dengan

Soedarsono, yang notabene pernah mendapatkan pendidikan militer PETA. Pria

kelahiran Magetan ini menggabungkan diri di BKR Tulungagung. Namun hal itu

dijalaninya hanya sekitar satu tahun. Karena pada 11 November 1946, ia dipercaya

menjabat sebagai Kabag Umum (Kepala Bagian Umum) Jawatan Penerangan (Japen)

Page 39: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

39

Kabupaten Tulungagung. Kejujuran dan kesederhanaannya, membuat karir Soedarsono

terus menanjak. Pada tahun yang sama, Soedarsono mengakhiri masa lajangnya. Ia

menyunting anak seorang pejabat Tulungagung, yang bernama Roro Oentari. Pernikahan

itu dilakukan pada 25 Mei 1946.

Tiga tahun kemudian ia diangkat sebagai pemimpin sementara Japen Kabupaten

Tulungagung. Hal itu sesuai surat penetapan yang ditanda tangani Pemimpin Umum

Jawatan Penerangan Karesidenan Kediri, Hardjosoemarmo. Dalam surat tertanggal 20

Oktober 1949 tersebut diterangkan, pengangkatan Soedarsono itu bersifat sementara.

Alasannya, pemimpin sebelumya, Koeswo, mundur dari jabatan pemimpin.

Meski menjabat pemimpin Japen, bukan berarti perjuangan Soedarsono dalam

rangka mempertahankan kemerdekan RI padam. Saat agresi Belanda I meletus, 21 Juli

1947, ia kembali memanggul senjata. Soedarsono ikut bergerilya dengan pejuang lainnya

guna menghalau Belanda yang ingin menguasai RI kembali. Begitu pula saat Belanda

melakukan agresi militer II, 19 Desember 1948. Puncaknya, bersama CMKT (Comando

Militer Kabupaten Tulungagung) yang dipimpin Mayor Sastroatmodjo, ia berhasil

merebut kembali Tulungagung dari tangan Belanda.

Usai KMB (Konferensi Meja Bundar), Desember 1949, sebagai Japen ia

mendapat tugas menghadiri konferensi Dinas Kementerian Penerangan RI di Yogyakarta.

Konferensi itu dihadiri oleh Kepala Japen Provinsi/Kabupaten dan Kepala studio (Radio

RRI) se- Jawa. Dalam forum itu, Prof. DR Soepomo, salah satu delegasi RI, memberikan

penjelasan hasil dari KMB yang baru saja digelar di Denhag, Belanda. Harapannya, hasil

perundingan itu disosialisasikan di masing-masing daerah.

Karir Soedarsono terus bergulir. Tanggal 1 Februari 1950, ia dipindah dari

Tulungagung dan menjabat sebagai Kepala Japen Kabupaten Jombang. Kepercayaan

menjabat sebagai Kepala Japen Kabupaten Jombang itu diemban Soedarsono selama

delapan tahun. Yakni, mulai 1 Februari 1950 hingga 21 Maret 1958. Secara otomatis,

seluruh keluarganya yang ada di Tulungagung juga diboyong ke Jombang. Saat itu,

Soedarsono dan istrinya, Roro Oentari, tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan Setya

Budi. Di rumah itu pula mereka membesarkan ke empat anaknya.

Page 40: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

40

Lewat SK Mendagri Diangkat Menjadi Bupati

Meski sejak kecil tidak pernah punya cita-cita menjadi seorang bupati, namun

garis hidup berbicara lain. Soedarsono mencapai puncak karirnya pada 22 Maret 1958. Ia

diangkat menjadi Bupati Jombang yang ke tujuh, menggantikan bupati sebelumnya, M

Soebijakto. Hal itu ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri,

Sanoesi Hardjadinata. Dalam surat keputusan itu dijelaskan, sesuai dengan rapat yang

digelar oleh DPRD Jombang tanggal 1 Maret 1958, mereka menyetujui Soedarsono

menjadi Kepala Daerah (Bupati) Tingkat II Jombang. Seminggu kemudian, hasil rapat

DPRD itu dikirim ke Menteri Dalam Negeri, Sanoesi Hardjawinata, untuk dimintakan

pengesahan. Gayungpun bersambut. Menteri Dalam Negeri tidak keberatan atas usulan

itu. Selanjutnya, pada 22 Maret 1958 terbitlah Surat Keputusan Menteri yang intinya

mengesahkan Soedarsono menjadi bupati.

Saat menjabat sebagai bupati, karakter sederhana, disiplin, dan tegas, merupakan

sesuatu yang lekat dengannya. Bukan hanya itu, untuk menambah wawasan, bupati ke

tujuh ini selalu rajin membaca buku serta surat kabar. Buku koleksinya yang hingga kini

masih terawat misalnya, karya besar mantan Presiden Soekarno yang berjudul Di Bawah

Bendera Revolusi (DBR). Kebiasaan yang lain yang tidak pernah lepas dari Soedarsono

adalan sarapan berita. Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor kabupaten, ia selalu

menyempatkan diri membaca koran. Jika ada sesuatu yang dianggap penting, maka ia

akan mengambil gunting. Berita tersebut dipotong kemudian dikliping.

Menjaga kesehatan, berolahraga, hidup bersih, juga merupakan sesuatu yang tidak

terpisahkan dalam diri bapak empat anak ini. Maka tidak heran, saat pagi buta ia sudah

bersih-bersih rumah. Selanjutnya, ia mengeluarkan sepeda kumbang merk Hercules

miliknya. Dengan sepeda itulah ia berkeliling kota. Selain berolahraga, hal tersebut

dilakukan untuk memantau perkembangan masyarakat. Kegiatan berolahraga itu semakin

padat jika memasuki hari Kamis dan Minggu. Wajar saja, bupati ke tujuh ini juga paling

hobby dengan olahraga tenis. Bupati Soedarsono meyakini, selain untuk menjaga

kesehatan, hal-hal yang bersifat informal semisal olahraga, merupakan salah satu media

untuk membangun komunikasi dengan jajaran di bawahnya. Dengan tenis itu pula

hubungan emosi antara atasan dan bawahan bisa lebih terjaga.

Page 41: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

41

Saat menjabat sebagai orang nomor satu di Jombang, pria asli Magetan ini juga

dikenal cukup sederhana. Betapa tidak, saat itu Soedarsono dan keluarganya masih

mengontrak rumah di Jalan Setya Budi Jombang. Sedangkan kendaraan yang ada di

rumahnya hanya ada satu buah sepeda kumbang. Praktis, ke empat anaknya harus rela

bergantian jika ingin bepergian dengan sepeda. Di ujung masa tugasnya, Soedarsono baru

membeli rumah di Jalan WR Supratman No 4 Jombang. Kini rumah itu masih terawat

dan ditempati oleh anaknya yang nomor satu, Hj Endang Sri Undarti. Jabatan Soedarsono

berakhir pada 5 Januari 1962. Meski begitu ia belum pensiun. Mantan bupati ini masih

sempat menduduki beberapa pos strategis di Pemkab, semisal menjabat sebagai Wedono,

dan Patih (setingkat Sekretaris Daerah) pada tahun 1971.

Terhitung sejak 1 Oktober 1971, mantan bupati ini pindah tugas lagi. Oleh

pemerintah pusat ia diberi kepercayaan menjabat sebagai Kepala Bagian Pemerintahan

Kabupaten Mojokerto. Posisi itu ia pegang hingga masa pensiun, yakni tahun 1977. Usai

pensiun, pemikiran Soedarsono masih banyak dibutuhkan masyarakat. Selanjutnya, ia

menjabat sebagai Sekretaris DPD II Golkar Kabupaten Mojokerto. Pemilu pertama Orde

Baru pun digelar pada tahun itu. Walhasil, Soedarsono terpilih menjadi wakil rakyat dan

masuk dalam FKP (Fraksi Karya Pembangunan). Jabatan itu sesuai dengan SK (Surat

Keputusan) Gubernur Jawa Timur, Soenandar Prijosoedarmo, tertanggal 4 Juli 1977.

Dalam surat dengan Nomor: PM 012.4/40/1977/SK itu dijelaskan bahwasannya

Soedarsono ditetapkan menjadi anggota DPRD Kabupaten Mojokerto bersama 39

anggota dewan lainnya.

Meski bertugas di Mojokerto, namun ia masih tetap pulang ke rumahnya di Jalan

WR. Supratman Jombang. Secara otomatis, selama lima tahun menjabat sebagai wakil

rakyat, Soedarsono harus bolak-balik dari Jombang ke Mojokerto. Karena kesederhanaan

itu pula, ia lebih memilih naik bus saat berangkat dinas. Jabatan terakhir yang disandang

oleh suami dari Roro Oentari ini adalah Ketua LVRI (Legiun Veteran Republik

Indonesia) cabang Kabupaten Jombang. Amanah itu dilakoninya pada tahun 1986. Selain

menjabat Ketua LVRI, ia juga aktif di DPD Golkar Jombang dengan posisi sekretaris.

Sedangkan di bidang keagamaan, mantan Bupati Jombang ini aktif sebagai takmir Masjid

Al Ikhlas yang ada di Jalan WR Supratman. Di Masjid itu juga ia kerap memberikan

ceramah-ceramah keagamaan.

Page 42: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

42

Rumah R Soedarsono di Jl. W.R. Supratman No.4 Jombang

Memang benar kata orang bijak, sekat antara hidup dan mati tak setebal kain

kafan. Begitu juga dengan Soedarsono, pada hari Selasa 6 Mei 1997 bapak empat anak

ini dipanggil menghadap Ilahi. Bupati ke tujuh ini meninggal di usia yang ke 76 tahun di

RS Dokter Soetomo Surabaya. Kabupaten Jombang pun berduka. Padahal sebelumnya, ia

masih memberikan ceramah di Masjid Al Ikhlas sehari sebelumnya. Di tengah-tengah

ceramah, Soedarsono pingsan. Oleh para jamaah yang hadir ia dilarikan ke RSUD

Jombang. Karena kondisinya yang terus memburuk, selanjutnya dirujuk ke Surabaya. Di

rumah sakit terbesar di Jawa Timur itulah ia meninggal.

Soedarsono dimakamkan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Pulo Sampurno

Jombang. Seluruh kerabat, pejabat, mantan bupati, serta masyarakat umum ikut

melepaskan kepergiannya. Ia meninggalkan empat orang anak dan sembilan orang cucu.

Empat orang anak itu masing-masing; Endang Sri Undarti, Edi Raharjo, Endang Sri

Ernawati, serta Endang Sri Ruliati.

Page 43: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

43

8. Profil Bupati R. Hassan Wirjoekoesoemo (Masa Bhakti 1962-1966)

R. Hassan Wirjokoesoemo adalah putera keluarga bangsawan di Pamekasan,

Madura. Masa kecilnya dilalui penuh keceriaan anak-anak khas pulau garam, ceria dan

penuh warna, sebagaimana diungkapkan penyair Clurit Emas Zawawi Imron: Madura

Kau adalah Lautku! Yang bisa diartikan bahwa Madura adalah sawah ladang kehidupan

bagi warga masyarakatnya yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan.

Lagi-lagi cadasnya karang Madura dan tingginya ombak di lautnya telah melahirkan

seorang R. Hassan sebagai calon pemimpin masa depan.

Sebagai seorang Bupati, R. Hassan Wirjokoesoemo adalah sosok bupati berotak

cemerlang dan bervisi ke depan. Salah satu putera terbaik yang pernah dimiliki

Kabupaten Jombang, karena ia adalah pejabat pertama yang menerima pendidikan khusus

kepamongprajaan. Ia mengenyam pendidikan khusus sebagai siswa pamongpraja zaman

Belanda atau lebih dikenal dengan sebutan MOSVIA.28 Dan ia tercatat sebagai siswa

berprestasi di lembaga pendidikan yang cukup bergengsi itu.

Sebagai salah satu lulusan terbaik MOSVIA, sepak terjang Bupati R. Hassan

diwujudkan dengan menerapkan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat kecil, serta

tetap tidak meninggalkan hal-hal baik yang sudah dirintis oleh para senior pemimpin

Jombang sebelumnya. Sehingga semakin menguatkan posisi Kabupaten Jombang sebagai

urat nadi utama perekonomian maupun pengembangan agama dan budaya.

Pola-pola pengembangan kepemimpinan yang bertolak dari prinsip pamong mulai

diberlakukan. Praktek pangreh praja atau penguasa sengaja dihindari semaksimal

mungkin. Dengan jalan begitu konsep bersatunya rakyat dengan pemimpin menjadi satu

hal yang tidak bisa ditawar lagi. Prinsip-prinsip ini selaras dengan usia Republik yang

menginjak remaja, 17 tahun sejak diproklamasikan tahun 1945.

28 Wawancara dengan Bapak R. Soedirman di rumahnya di Jl. Dharma Husada Indah Surabaya, pada 13

Desember 2010, pukul 12.45 WIB.

Page 44: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

44

Sebagaimana Bupati M. Soebijakto, R. Hassan Wirjokoesoemo adalah salah satu

kader Partai Nasional Indonesia (PNI) yang cukup militan. Ia adalah Soekarnois sejati

yang meletakkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya melebihi kepentingan

individu maupun kelompok. Rupanya api revolusi yang terus dikobarkan oleh Sang

Proklamator Bung Karno mampu merasuk hingga ke darah dan daging seorang R.

Hassan. Ajaran-ajaran tentang kebangsaan, tentang keyakinan dan toleransi benar-benar

telah memupuk jiwa kepemimpinannya.

Tetapi seperti peribahasa air susu dibalas dengan air tuba, rupanya kejujuran dan

ketegasan sosok Bupati R. Hassan Wirjokoesoemo berbuah pahit. Sebab konon ia

berseberangan pandangan dengan penguasa orde baru, dan tentu saja masih banyak yang

belum tergali dari sosok yang terbilang “sunyi” ini, si pendukung fanatis Bung Karno

yang berdiri tegak di atas kaki spirit Marhaenisme.

Beruntung sekali Kabupaten Jombang dipimpin oleh orang-orang pilihan, karena

suri tauladannya akan menjadi catatan abadi sejarah kota santri. Apapun karya yang telah

ditorehkan. Termasuk sosok Bupati R. Hassan Wirjokoesoemo yang telah memberi

warna pada perjalanan panjang Kabupaten Jombang.

Page 45: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

45

9. Profil Bupati Ismail (Masa Bhakti 1966-1973)

Ia adalah sosok Bupati “Internasional”, karena dilahirkan dari pasangan ayah

Jawa Tengah, Indonesia dan ibu Melayu, Singapura. Latar belakang keluarga berbeda

bangsa inilah yang mencetak seorang Ismail menjadi pemimpin yang memiliki daya

jangkau visioner terkait pembinaan generasi muda sebagai aset bangsa masa depan. Hal

ini dibuktikan dengan sepak terjang beliau yang mengutamakan jalur pembinaan generasi

muda ketika memimpin Jombang. Salah satu pilihan pembangunan kader masa depan itu

dilakukan Bupati Ismail melalui organisasi Gerakan Pramuka.29

Pak Kardjan (adik ipar Bupati Ismail) saat diwawancarai di rumahnya

Mengawali karir sebagai seorang Polisi Istimewa zaman pendudukan Jepang,

Ismail seolah menempa diri untuk menghadapi tugas yang diembannya di kemudian hari.

Jabatan Polisi Istimewa terus disandang hingga kesatuan berubah menjadi Mobrig atau

Mobil Brigade, kemudian berubah lagi menjadi Brimob atau Brigade Mobil. Akhirnya

29 Wawancara dengan Bapak Kardjan (usia 70 tahun, adik ipar Bupati Ismail) di Geneng gang II (jalan

Madura) pada hari: Senin, 01 Nopember 2010, pukul 11.00 WIB.

Page 46: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

46

beliau bertugas di Pekanbaru, Riau sebelum menjabat sebagai Bupati Jombang periode

1966-1973. Rupanya amanat menduduki jabatan sebagai pemimpin Jombang tidak serta-

merta diperoleh dengan mudah, karena Ismail harus menyisihkan enam kandidat lainnya

yang sama-sama dipromosikan oleh kesatuan masing-masing.

Sebelum menjadi pejabat resmi Bupati Jombang, beliau menduduki jabatan

sebagai Danres atau Komandan Kepolisian Resort Jombang (sekarang Kapolres). Pada

awalnya amanat penugasan sebagai Bupati dijalani sebagai caretaker atau pengganti antar

waktu karena terjadi kekosongan jabatan Bupati Jombang.30

Masa transisi dari Orde Lama menuju Orde Baru menyebabkan kondisi politik

maupun perekonomian tidak stabil. Menghadapi hal demikian Bupati Ismail memiliki

kiat memperbanyak pelatihan berbagai jenis keterampilan, seperti pelatihan menjahit,

memasak, pertanian, peternakan, perkebunan, dan lain-lain. Keseluruhan pelatihan itu

dikemas dalam kegiatan Kepramukaan atau Kepanduan menurut istilah pada waktu itu.

Dalam masa kepemimpinan beliau Gerakan Pramuka sebagai lembaga pencetak kader

pemimpin bangsa mendapat tempat yang layak di hati masyarakat, khususnya warga

Kabupaten Jombang. Melalui tangan dingin beliau pulalah Jombang tercatat dengan tinta

emas sebagai daerah subur organisasi Gerakan Pramuka.

Berbagai upaya dilakukan agar Gerakan Pramuka diterima oleh warga masyarakat

sebagai pendidikan alternatif melengkapi lembaga pendidikan formal yang ada. Tidak

kurang dari 25 desa se-Kabupaten Jombang didirikan Gugus Depan Desa sebagai ujung

tombak terdepan pengembangan Pramuka. Hasilnya kader-kader pramuka militan cukup

banyak dijumpai di desa-desa tersebut. Antara lain Desa Plandi, Jombang. Akhirnya

upaya ini mendapat perhatian dari badan kepanduan dunia yang pernah berkunjung ke

Jombang.

Pengembangan pramuka di lini terdepan diwujudkan dengan membentuk kader

pramuka setingkat satuan karya. Satuan karya yang akhirnya disingkat Saka ini bertujuan

untuk menampung generasi muda sesuai bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya.

Kalau orang mengenal Satuan Karya Taruna Bumi di bawah binaan Departemen

Pertanian, maka diakui atau tidak embrio Satuan Karya Taruna Bumi berawal di

30 Wawancara dengan Bapak Kistam Mulyono (adik ipar Bupati Ismail) di Perumahan Jombang Permai ,

Jl. Alpukat No.18, hari Kamis, 4 Nopember 2010, pukul 10.26 WIB.

Page 47: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

47

Kabupaten Jombang melalui instruksi langsung Bupati Ismail.31 Sejumlah instruktur yang

merangkap pengawas lapangan pelaksanaan program Gerakan Pramuka disiapkan. Tidak

jarang instruktur itu dijabat langsung para polisi di tingkat kepolisian sektor atau

kecamatan. Tugasnya antara lain melakukan pendampingan dan arahan-arahan yang

diperlukan warga masyarakat selama mengikuti pelatihan Gerakan Pramuka.

Era pemerintahan Orde Baru yang ditandai dengan penerapan tahapan

pembangunan yang lebih dikenal dengan PELITA, atau singkatan dari Pembangunan

Lima Tahun dan REPELITA, kependekan dari Rencana Pembangunan Lima Tahun,

antara lain direalisasikan melalui pemerataan potensi melalui program transmigrasi.

Partisipasi generasi muda Pramuka di Kabupaten Jombang dalam program tersebut

berupa pengiriman transmigran pemuda Pramuka ke wilayah Lampung. Tidak kurang

dari seratus pemuda Pramuka asal kota santri Jombang dikirim ke lokasi transmigrasi.

Hal ini berkat dorongan Bupati Ismail yang menantang generasi muda sebagai pioner

pembangunan bangsa berpartisipasi melalui program transmigrasi. Terbukti kemudian

tidak kurang dari tokoh Lampung mulai setingkat camat hingga anggota DPRD adalah

kader muda Pramuka yang dikirim oleh Bupati Ismail ketika itu. Untuk di Jombang salah

satu bukti peran Bupati Ismail dalam pengembangan Gerakan Pramuka adalah

dibangunnya Sanggar Pramuka di Taman Kebonrojo, Jombang.

Ismail menikah dengan seorang gadis Surabaya bernama Saminah, tepatnya di

jalan Pakis, Surabaya. Dari pernikahan tersebut lahir empat puteri-putera, antara lain;

Istrining Rahayu atau lebih dikenal dengan sebutan Mbak Ning (tinggal di Jakarta),

Ismiyanto berdomisili Jakarta, Istrining Rochanah tinggal di Gresik, dan Isminaryono

bermukim di Tulungagung.

Latar belakang keluarga antar bangsa serta pendidikan kedisiplinan yang

diperoleh di kepolisian menyebabkan Bupati Ismail dikenal cukup tegas, bahkan

cenderung keras pada awal-awal memimpin Jombang. Untuk menerapkan disiplin dan

etos kerja yang tinggi di lingkungan kantor pemerintah daerah Kabupaten Jombang,

beliau menerapkan hukuman jemur badan pada setiap pegawai negeri sipil di lingkup

pemerintah daerah yang terbukti terlambat masuk kantor, dalam bahasa Jombang dikenal

31 Wawancara dengan Kak Sukardi, salah satu pembina pramuka di Kwartir Cabang Gerakan Pramuka

Jombang, di Desa Plandi, pada 26 September 2010, pukul 10:00 WIB.

Page 48: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

48

dengan istilah dipares atau dijejer. Hukuman ini berlaku pada seluruh pegawai, meskipun

dari lingkungan keluarga Bupati Ismail sendiri. Tidak jarang jika salah seorang karyawan

Pemda mengulangi pelanggaran, keesokan harinya, maka kepala atau atasan langsung

karyawan bersangkutan juga diperlakukan sama; dijemur di halaman pemda. Menurut

pengakuan sejumlah pensiunan yang pernah merasakan dipimpin Bupati Ismail, pola-pola

hukuman jemur badan tersebut ternyata cukup sangkil (efektif) untuk menimbulkan efek

jera bagi pelaku maupun peringatan dini bagi siapa saja yang berniat melakukan

pelanggaran.

Selain dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin, Bupati Ismail juga seorang

pemimpin dan kepala keluarga sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana. Hal ini

dibuktikan selama beliau memimpin Jombang sampai memasuki masa pensiun belum

memiliki rumah sendiri. Beliau akhirnya memanfaatkan mess atau asrama sebelah selatan

polres Jombang untuk tinggal bersama keluarga. Apalagi pada masa itu rumah dinas

bupati pun belum dibangun. Memasuki masa pensiun beliau memilih pulang kampung ke

rumah mertua di Jalan Pakis, Surabaya. Hal lain kesederhanaan seorang Ismail adalah

tidak seenak sendiri menggunakan fasilitas jabatan. Termasuk tidak satupun dari putera-

puteri beliau yang menjadi pegawai negeri di lingkungan pemerintah Kabupaten

Jombang.

Bupati Ismail wafat sebagai seorang pahlawan bangsa setelah menjalani

perawatan di salah satu rumah sakit di Jakarta pada tahun 1982. Meninggalkan seorang

istri dan empat orang anak. Sedangkan keluarga atau saudara Bupati Ismail sebagian

masih menjadi warga negara Singapura. Jenazah beliau dimakamkan dengan upacara

militer di Taman Makam Pahlawan Jl. Mayjend. Sungkono, Surabaya.

Page 49: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

49

10. Profil Bupati R. Soedirman (Masa Bhakti 1973-1979)

R. Soedirman atau lengkapnya R. Soedirman Mertoadikoesoemo merupakan

sosok bupati fenomenal yang pernah dimiliki Kabupaten Jombang. Mengapa demikian?

Hal itu antara lain disebabkan terobosan beliau dalam pembangunan keolahragaan dan

kesenian, khususnya bidang sepakbola dan seni musik (group band). Lewat tangan dingin

beliau Kabupaten Jombang menempatkan posisi yang cukup diperhitungkan dalam

kancah persepakbolaan nasional era 1970-an hingga 1980-an. Masa ketika PSID

(Persatuan Sepakbola Indonesia Djombang) menjadi tim favorit di tingkatan Jawa Timur

dan wilayah Indonesia Timur mendampingi tim-tim papan atas seperti Persebaya dan

lain-lain.

Berlatar belakang sebagai seorang perwira polisi Bupati R. Soedirman memiliki

pendekatan yang khas dengan orang-orang di sekitarnya, terutama di lingkungan kerja.

Meskipun dikenal sebagai sosok bupati yang memiliki “daya bakar” cukup tinggi, artinya

agak temperamental namun beliau memiliki rasa empati yang tinggi, apalagi terhadap

bawahan. Sehingga tidak mengherankan ada sebagian anak buah Bupati R. Soedirman

sewaktu beliau masih aktif menjabat Bupati Jombang, sengaja memancing kemarahan

beliau hanya untuk mendapatkan uang saku dari sang bupati.32

Ketegasan seorang Bupati R. Soedirman, kemudian ditafsirkan sebagian orang

“temperamental”, sebenarnya mungkin dipengaruhi pribadinya yang berlatar belakang

sebagai salah satu putra pulau penghasil garam; Madura. Ia dilahirkan di Bangkalan,

Madura pada tanggal 3 Juli 1932. Sehingga kerasnya kehidupan nelayan secara tidak

langsung menempa jiwa raga Bupati R. Soedirman. Bibit-bibit kepemimpinannya mulai

terlihat sejak duduk di bangku SMP di Pamekasan sekitar tahun 1945. Sekolah yang

terletak di Jalan Adipati Azis (sekarang jalan Pujangga), Pamekasan, Madura ini dulunya

32 Dituturkan dari berbagai sumber, baik dari mantan pemain PSID maupun mantan staf di lingkungan

pemerintah Kabupaten Jombang.

Page 50: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

50

dikenal sebagai sekolah MULO. Karena Sudirman remaja sudah dibiasakan kost oleh

orang tuanya, maka kemandirian telah melekat sejak di bangku SMP.

Ada peristiwa menarik sekaligus tak terlupakan ketika menjelang akhir semasa ia

di SMP. Pada waktu itu Belanda, melalui Van Mook, seorang ahli strategi untuk

melanggengkan kekuasaan mereka di tanah air, sengaja memecah-belah Indonesia

dengan membentuk RIS (Republik Indonesia Serikat). Bukan negara kesatuan yang

dicita-citakan para founding fathers atau pendiri negara. Akibat politik yang dijalankan

Van Mook itulah Indonesia terancam desintegrasi, karena dibentuk negara-negara kecil

seperti negara Madura, negara Pasundan, negara Jawa Timur dan lain-lain. Saat itulah R.

Soedirman yang masih berusia 15 tahun bangkit melawan kesewenang-wenangan

pemerintah Hindia Belanda dengan melakukan demonstrasi menentang pembentukan

negara Madura.

Alhasil tuntutan yang dilakukan kaum terpelajar, meskipun masih remaja, berhasil

mengembalikan status Madura sebagai bagian tak terpisahkan dari NKRI. Mengenai

peristiwa ini, R. Soedirman teruji sebagai pemimpin masa depan. Apalagi dalam rapat-

rapat rahasia yang dilakukan sebelum meletus demonstrasi besar-besaran menolak

pembentukan negara Madura, telah terjadi kesepakatan di antara peserta rapat. Jika di

negara maju seperti Amerika, maka pemimpin aksi adalah kaum terpelajar dari kalangan

mahasiswa. Tetapi di Madura karena status pendidikan tertinggi melekat pada R.

Soedirman, maka seluruh aktivis sepakat menunjuknya sebagai pemimpin di usia yang

masih belia.

Selepas SMP R. Soedirman melanjutkan ke jenjang SMA di Pamekasan, namun

tidak lama, selanjutnya Madiun menjadi tempatnya menuntut ilmu. Dipilihnya kota

Madiun dengan pertimbangan biaya kost yang masih murah.

Setelah merampungkan bangku Taman Madya atau SMA, ia mengikuti Kursus

Komandan Polisi di Sukabumi. Lagi-lagi pertimbangan sekolah murah menjadi pilihan.

Di sinilah prestasi demi prestasi R. Soedirman mulai menonjol. Hal tersebut dibuktikan

bahwa dirinya tercatat sebagai lulusan terbaik pendidikan yang dikenal luas masyarakat

sebagai Sekolah Brigadir. Atas prestasi sebagai siswa terbaik, akhirnya R. Soedirman

mendapat prioritas menentukan daerah mana untuk mendarmabaktikan tugasnya.

Akhirnya Jawa Timur menjadi pilihan, kecuali Madura, mengingat ia merasa sebagai

Page 51: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

51

putera Jawa Timur. Tidak dipilihnya Madura, meskipun ia dilahirkan di Bangkalan,

karena ia sangat teguh menjaga amanat. Dengan tidak bertugas di Madura, maka

diharapkan potensi kedekatan kerabat yang diduga menumbuhsuburkan praktek-praktek

nepotisme dapat ditekan seminimal mungkin.

Besuki menjadi daerah pertama masa tugas R. Soedirman dengan jabatan Dandis

(Komandan Distrik) atau setingkat Kepolisian Sektor sekarang. Berturut-turut jabatan

demi jabatan disandang, hingga menjadi Danres (Komandan Resort) Kepolisian

Lumajang, Jawa Timur pada tahun 1973. Memasuki tahun 1973 hingga 1979 ia resmi

ditugaskan menjadi Bupati Jombang.

R. Soedirman saat serah terima jabatan

sebagai Danres Lumajang pada tahun 1973

Kultur Jombang yang unik dengan perpaduan agamis dan nasionalis mendorong

sejumlah karya monumental diwujudkan Bupati R. Soedirman. Dengan satu tekat, ”Aku

bukan orang Jombang, tapi ingin menjadi orang Jombang. Saya ingin berbuat yang

terbaik bagi Jombang!”33 Langkah pertama ditempuh dengan melanjutkan pembangunan

Masjid Jamik alun-alun yang sudah dimulai sejak bupati sebelumnya. Termasuk

33 Wawancara dengan R. Soedirman di rumahnya di Jl. Dharma Husada Indah, Surabaya, pada hari Senin,

13 Desember 2010 jam 12.00 WIB.

Page 52: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

52

melakukan terobosan pipanisasi pada tempat wudlu jamaah. Tentang hal ini, mulanya ide

Bupati R. Soedirman ditentang habis-habisan oleh kaum muslimin di Jombang. Karena

mereka hanya mau dibuatkan kulah (jedingan); yaitu sebuah tandon air untuk berwudlu.

Tetapi ia kukuh menerapkan pipanisasi dengan alasan kesehatan. Akhirnya

proyek itu terwujud setelah ia pulang dari menunaikan ibadah haji di tanah suci. Bupati

R. Soedirman menyampaikan kepada kaum muslimin di Jombang, bahwa di sumur zam-

zam pun pemerintah Arab Saudi menerapkan pipanisasi. Tidak seperti di Indonesia yang

lebih memilih kulah dengan kondisi berlumut dan kumuh.

Jabatan Bupati yang semula disakralkan sebagian orang di Jombang pada waktu

itu mulai diubah sedikit demi sedikit oleh Bupati R. Soedirman. Antara lain setiap sholat

Idul Fitri maupun Idul Adha, semula Bupati berada di dalam masjid, sedangkan pejabat

setingkat Dandim berada di alun-alun. Maka sejak R. Soedirman menjabat bupati sudah

dilakukan perombakan dengan mendudukkan muspida pada satu tempat yang sama di

dalam masjid.

Sekitar tahun 1973 masa awal R. Soedirman sebagai Bupati Jombang, Pemkab

belum memiliki kantor yang representatif. Dengan sepenuh daya, akhirnya Bupati R.

Soedirman mulai membangun kantor pemerintah kabupaten, tepatnya di Jalan K.H.

Wahid Hasyim. Menurutnya keberadaan kantor pemerintahan adalah hal paling

mendesak yang musti diwujudkan, mengingat layanan publik bertumpu pada sebuah

kantor. Tempat seluruh aktivitas pemerintahan berlangsung.

Setelah terbangun kantor pemerintah kabupaten, langkah berikutnya Bupati R.

Soedirman membangun monumen Kretarto. Sosok Brigjen Kretarto adalah pejuang

kemerdekaan yang cukup heroik asal Kabupaten Jombang, sehingga dipandang perlu

meletakkan monumen tersebut agar generasi muda tidak terputus akar sejarahnya.

Peletakan batu pertama pembangunan monumen berbahan dasar perunggu ini dilakukan

di simpang empat arah timur Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang.

Untuk memberi wadah generasi muda putus sekolah dan membekali mereka

dengan aneka keterampilan, maka dibangunlah SIF atau sekarang dikenal PSBR (Panti

Sosial Bina Remaja) di Jl. Wahidin Sudirohusodo. Pembangunan ini menggunakan dana

dari APBN.

Page 53: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

53

Bupati R. Soedirman bersama rombongan dalam suatu kunjungan

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, pernah Bupati R. Soedirman ditegur

oleh paspampres, karena Pemkab Jombang tidak membangun pagar pendapa. Menurut

mereka hal tersebut dikhawatirkan mempengaruhi keselamatan tamu negara, khususnya

presiden. Keberatan paspampres langsung dijawab tegas olehnya, ”Saya punya prosedur

sendiri dalam pengamanan di lingkup pemerintah Kabupaten Jombang!” Ketegasan

Bupati Jombang ini barangkali sangat jarang dilakukan pada waktu itu. Apalagi ketika

diangkat sebagai Bupati Jombang, R. Soedirman adalah bupati termuda yang dimiliki

Republik ini.

Di bidang pendidikan, terobosan Bupati R. Soedirman adalah membangun

sejumlah gedung sekolah. Salah satunya adalah SMP Negeri Ngoro di Desa Jombok,

Kecamatan Ngoro yang diberi nama SMP Batalyon Merak, sebagai pengingat kisah

perjuangan Batalyon yang dipimpin mantan Gubernur Jawa Timur, Soenandar Prijo

Soedarmo, di wilayah Kabupaten Jombang.

Untuk mencukupi kebutuhan air minum bagi warga Kota Jombang, ia

membangun sarana air bersih yang dipusatkan di Desa Plandi, Jombang.

Seperti kata pepatah bahwa setiap zaman melahirkan pemimpinnya, maka era

kepemimpinan Bupati R. Soedirman sangat pas dengan kondisi masyarakat Jombang

waktu itu. Artinya tidaklah salah bahwa kemudian ia mengusung olahraga sepakbola

sebagai daya dorong semangat bagi warga Jombang pada umumnya. Karena melalui

sepakbola, emosi komunal hingga kesetiakawanan kolosal sangat mudah dibentuk.

Page 54: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

54

Keseriusan Bupati R. Soedirman untuk menjadikan sepakbola sebagai ikon

Jombang, antara lain ditempuh melalui perekrutan para pemain tidak hanya internal

Kabupaten Jombang, melainkan juga merekrut pemain dari kabupaten-kabupaten lain.

Bahkan tidak jarang ia sebagai ketua umum PSID terjun langsung ke lapangan

mendampingi proses latihan. Pernah dalam suatu peristiwa saat pertandingan PSID

melawan kesebelasan pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo, Bupati R. Soedirman

mengeluarkan darah akibat hantaman batu penonton yang beringas menyaksikan tim

kesebalasan mereka dikalahkan PSID Jombang.

Bonus atau penghargaan bagi pemain adalah salah satu strategi Bupati Soedirman

untuk memompa semangat tim agar tidak mudah kendor. Sebaliknya kalau pemain

melakukan kesalahan, maka jangan berharap mendapatkan bonus berlimpah. Sebaliknya

mungkin akan mendapat sanksi tegas. Selain bonus bagi para pesepakbola berprestasi,

mereka juga mendapatkan layanan kesehatan gratis di RSUD Jombang. Untuk yang satu

ini tidak ada seorang dokter pun yang mampu menolak instruksi Bupati Soedirman.

Karena akibatnya yang paling ringan adalah mutasi bagi dokter yang secara sengaja

maupun tidak teledor menangani kesehatan para pemain. Di samping berbagai macam

bonus yang diberikan, para pemain PSID juga mendapat kesempatan diangkat sebagai

pegawai negeri sipil di pemerintah Kabupaten Jombang.

Sebuah cerita lucu di balik layanan kesehatan gratis bagi pemain PSID, suatu hari

tidak kurang dari sepuluh pemain sepakbola yang berobat di RSUD Jombang dengan

berbagai macam keluhan. Mereka rela menunggu lama hanya untuk mendapatkan

layanan tersebut. Entah karena jengkel atau jenuh, salah seorang dokter yang menangani

pengobatan para pesepakbola itu dengan bergurau menembakkan atau melemparkan

jarum suntik ke pantat para pemain dari kejauhan. Tetapi sebelumnya para pemain harus

berbaris rapi sambil memelorotkan celana masing-masing. Dokter RSUD ketika itu

sambil tersenyum jenaka melemparkan satu-persatu jarum suntik ke pantat para pemain

dari jarak tidak kurang dari dua meter.34

Prestasi demi prestasi PSID mulai ditorehkan. Kalau sebelum masa

kepemimpinan Bupati R. Soedirman nama PSID tidak cukup diperhitungkan, pada kurun

34 Disampaikan oleh Pak Asnan (mantan kapten PSID) era Bupati Soedirman dalam sesi wawancara pada

hari Sabtu, 30 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB, di Desa Candi Jombang.

Page 55: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

55

waktu 1977 itulah PSID sedikit demi sedikit PSID melebarkan kepiawaian permainan di

lapangan hijau dengan mengalahkan hampir seluruh tim yang dimiliki Jawa Timur

kecuali Persebaya yang merupakan tim papan atas. Prestasi ini akhirnya yang

mengantarkan PSID bersama Persebaya melawat ke Denpasar menghadapi tim-tim

wilayah timur, antara lain; Persatuan Sepakbola Denpasar (Perseden) dan Perselobar atau

Persatuan Sepakbola Lombok Barat.

R. Soedirman Mertoadikoesoemo menikah dengan seorang gadis dari Sumenep,

Madura bernama Su’udiyah pada tanggal 28 Agustus 1954. Dari pernikahan tersebut

mereka dikaruniahi 7 momongan: Sri Sudiharti (Mbak Titik), Sudarsih (Mbak Darsih)

istri Kapolda Makasar, Endang Rahmawaty (Mbak Endang), Nenik Meilani (Mbak

Nanik), Dewi Fraisin (Mbak Wiwik), Bagus Ahmad Fauzi Efendi (Mas Bagus), Mas

Bagus Siswantoro (almarhum).35

R. Soedirman bersama istri saat diwawancarai

di ruang tamu rumah mereka pada 13 Desember 2010

Apa yang telah ditorehkan Bupati R. Soedirman memang pantas diteladani oleh

generasi penerus, terutama komitmennya terhadap pembangunan keolahragaan dan

kesenian. Paling tidak ia telah menciptakan sejarah sebagai seorang pemimpin yang

notabene pernah memimpin kota yang memiliki ratusan pondok pesantren. Di masa

35 Keterangan Bapak Chairil Hariya Udaya, SH. (keponakan Bupati R. Soedirman) dalam wawancara hari

Sabtu, 30 Oktober 2010, jam 11.30 WIB, dan Ibu Su’udiyah R. Soedirman pada wawancara hari Senin, 13 Desember 2010, pukul 12.00 WIB.

Page 56: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

56

pensiunnya ia diamanati memimpin Paguyuban Madura Jawa Timur menggantikan

Bapak Mohammad Noor, mantan Gubernur Jawa Timur.

Kini prestasi PSID hanya sebatas kenangan pasca kepemimpinan Bupati R.

Soedirman. Sebenarnya kilau keberhasilan yang telah diraih pada masa lalu sangat

mungkin dapat diperoleh kembali manakala roda kepengurusan dan elemen pendukung

PSID, baik penonton sepakbola maupun warga masyarakat Jombang menomorsatukan

amanat sebagaimana era Bupati R. Soedirman. Maka tidak aneh rasanya kalau

masyarakat persepakbolaan Jombang sangat kehilangan figur ketua umum sekaligus

Bupati Jombang yang bernama lengkap HR. Soedirman Mertoadikoesoemo.

Page 57: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

57

11. Profil Achmad Hudan Dardiri (Masa Bhakti 1979-1983)

Achmad Hudan Dardiri adalah Bupati Jombang yang ke-12. Ia lahir pada 7

April 1924, di Malang, Jawa Timur. Sosok yang mengagumi tokoh nasional Mohammad

Yamin ini memulai karirnya dari dunia kemiliteran di masa awal Perang Kemerdekaan.

Ia lahir dan dibesarkan oleh orang tuanya di Malang dalam suasana keluarga yang

memegangi keteguhan dalam menjalankan ajaran Agama Islam.36

Ayah kandungnya bernama Haji Achmad Dardiri, lahir tahun 1960 di Malang.

Ia merupakan seorang pegawai di wilayah Kabupatenan Malang, dan pensiun pada tahun

1960, berpendidikan HIS, dan ikut berorganisasi di perkumpulan Nahdlatul Ulama pada

tahun 1926. Sang ayahanda ini meninggal pada tahun 1978.

Jika dirunut silsilah keluarga dari garis Haji Achmad Dardiri, keluarga Pak

Hudan ini memiliki persambungan darah hingga ke Raja Majapahit. Runutan silsilahnya

seperti berikut: Raja Majapahit berputra: Batara Katong. Betara Katong berputra: Sunan

Drajad. Sunan Drajad berputra: Kyai Tegal Arum I. Kyai Tegal Arum I memiliki putra:

Kyai Tegal Arum II. Kyai Tegal Arum II berputra: Kyai Terongrancang. Kyai

Terongrancang berputra: Kyai Joyosetiko I. Kyai Joyosetiko I memiliki putra: Kyai

Musahal. Lalu Kyai Musahal berputra: B.A. Marman. Kemudian B.A. Marman memiliki

anak: R.A. Nap. Selanjutnya R.A. Nap berputri R.A. Napsiah. Lalu R.A. Napsiah

berputra: Soekasah Sosroamijoyo. Dan Soekasah Sosroamijoyo memiliki putra Achmad

Dardiri, yang kemudian memiliki putra yang pertama bersebut Achmad Hudan Dardiri.37

36 Wawancara dengan Amidar Nurma Winarti (anak kelima A. Hudan Dardiri), pada 18 Agustus 2010,

pukul 13.32 WIB, di Jl. Raya Langsep No. 49, Malang. Wawancara ini didampingi oleh Nasrul Ilahi (dari kantor Disporabudpar Jombang) dan keponakan Pak Hudan, Bapak Sonhadji, yang tinggal di Perum Candi Indah, Blok K, No. 19, Jombang. Ia juga bersumbangsih data perihal sosok Pak Hudan.

37 Gatot Muhdi Islam Dardiri dan Setiabakti, Silsilah Keluarga Besar Buyut Nihayah dan Buyut Nafsiyah, Edisi I, Januari 2000, Malang.

Page 58: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

58

Amidar Nurma Winarti, saat diwawancarai pada 18 Agustus 2010

Sementara ibu kandung Pak Hudan bernama Siti Aminah, lahir pada tahun

1910, di Malang, di Jl. Tongan Gang I/ 287. Kemudian pindah rumah di Jl. Arief

Margono 19 Malang. Rumah yang terakhir ini merupakan rumah keluarga Pak Hudan di

mana semua kerabat dan sanak-familinya sering berkumpul dan bersilaturahmi. Sang ibu,

sebagaimana sang ayah Pak Hudan, dahulunya juga mengikuti organisasi berupa

perkumpulan Muslimat NU pada tahun 1932, sebagai suatu bentuk pengayaan dan

penghayatan dalam bersosial dan dalam pengembangkan keilmuan Agama Islam.

Perkawinan Haji Hudan Dardiri dengan Siti Aminah melahirkan 12 putra-putri.

Dan Achmad Hudan Dardiri adalah anak pertama mereka. Lalu saudara-saudaranya

secara berurutan adalah sebagai beikut:

2. Khususiyah (tinggal di Blitar).

3. Susiati (tinggal di Jombang).

4. Miskiyah (tinggal di Surabaya).

5. Juriyah (tinggal di Jakarta).

6. Harir (tinggal di Mondoroko, Malang).

7. Gatot Dardiri (tinggal di Malang).

8. Hamid Dardiri (tinggal di Malang).

9. Tuning Badriyah (tinggal di Malang).

10. Lukman Dardiri (tinggal di Malang).

11. Farida Dardiri (tinggal di Malang).

12. Ninik Dardiri (tinggal di Malang).

Page 59: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

59

Masa kecil Hudan bersama orang tua dan saudara-saudaranya tersebut ia jalani

dengan penuh keprihatinan dan hidup dalam kesederhanaan. Ia masuk sekolah semacam

Madrasah di daerah Jagalan. Di sela-sela waktu senggang ia belajar ngaji secara intensif

kepada Sutan Hasan Halim, yang kemudian menjadi bapak angkatnya karena Hudan kecil

begitu disayanginya dan lantaran kepandaian dan ketekunannya dalam belajar. Ia juga

aktif mengikuti kegiatan kepanduan pramuka yang kelak dunia kepramukaan ini

digelutinya hingga di usia lanjut. Di samping bersekolah di Madrasah, ia juga masuk

Sekolah Rendah (SR) dari tahun 1930 sampai 1938. Kemudian masuk Sekolah Guru

Muallimin dari 1938 sampai 1941.

Masa muda Achmad Hudan Dardiri

Lalu ia masuk sekolah Taman Dewasa pada 1943. Saat itu bimbingan dari

seorang tokoh muslim lokal, Kyai Haji Sukri, telah mampu menambah wawasan

keislaman Hudan dan memberi pengaruh besar dalam kepemimpinannya kelak. Dalam

kesemangatan belajar di usia remaja hingga dewasa itu, Achmad Hudan Dardiri tak

menyia-nyiakan waktu untuk berleha-leha dan bermalas-malasan. Selain didikan dari

kedua orang tuanya yang keras dan berdisiplin tinggi, ia juga mendapatkan pengajaran

yang ketat dan asuhan yang penuh perhatian serta gemblengan untuk memegangi prinsip

hidup dan agama dari Kyai Haji Sukri dan Sutan Hasan Halim.

Didikan dari mereka sangatlah bermanfaat dalam membentuk karakter dan jati

dirinya. Karena itu, salah satu keahliannya yang cukup disegani adalah kemampuannya

dalam menguasai 3 bahasa asing dengan lancar, yakni bahasa Inggris, bahasa Belanda,

Page 60: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

60

dan bahasa Arab, selain bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Di samping itu, didikan dari

para guru-gurunya untuk bertabligh dan menyiarkan Agama Islam baik di pelosok desa

maupun di daerah sekitar tempat tinggalnya sangatlah ditekankan. Hal ini sebagai media

penggemblengan dakwah dan pembentukan jadi diri sebagai muslim yang baik ia

jalankan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh jiwa raga.

A. Hudan Dardiri di suatu hari saat berdakwah

Di masa Perang Kemerdekaan, Achmad Hudan Dardiri masuk kesatuan Chu

Gakko (penerjemah) pada 1944 sampai 1947. Dan melanjutkan studinya hingga ke

Universitas Brawijaya dari tahun 1964 sampai tahun 1966, dengan mengambil Fakultas

Hukum, dan lulus dengan predikat Sarjana Muda.

Pada tahun 1950-an Achmad Hudan Dardiri berkenalan dengan seorang gadis

asal Solok, Sumatra Barat, ketika ia ikut andil bergerilya di masa Perang Kemerdekaan

RI, di Blitar. Di kota kelahiran Bung Karno tersebut, kedua insan ini menjalin hubungan

erat. Saat itu sang gadis, yang kemudian dikenalnya dengan nama Emma Yuliasma, yang

lahir di Solok, Minangkabau, Sumatra Barat, pada 8 Juli 1925, juga bertugas dalam

barisan Palang Merah Indonesia dan membantu di bagian logistik para gerilyawan.

Asmara dua sejoli ini makin bertumbuh di masa pergolakan itu. Penuh

romantisme dan cita-cita luhur demi membela tanah tumpah darah, bangsa dan negara.

Page 61: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

61

Perkenalan sampai hubungan cinta itu akhirnya membuat mereka bersepakat untuk

menjalinnya secara lebih serius dalam sebuah pernikahan.

Perkawinan antara A. Hudan Dardiri dengan Emma Yuliasma pada 9 September 1951

Selang beberapa waktu kemudian, persiapan dan saling anjangsana antar dua

keluarga pun berlangsung dengan mematangkan berbagai rencana perkawinan. Maka

pada 9 September 1951, mereka resmi menikah. Emma Yuliasma selanjutnya, sebagai

istri, selalu mendukung perjuangan suaminya di medan tempur. Mendampingi sang suami

dengan penuh kasih sayang. Mengasuh anak-anak mereka hingga dewasa. Ia kemudian

menekuni profesi sebagai bidan. Kemudian masuk Organisasi Golkar dan Ikatan Bidan

Indonesia pada 1957-1969.

Dari perkawinan tersebut, lahirlah putra-putri A. Hudan Dadiri dengan Emma

Yuliasma. Mereka adalah: Asrul Kemal Dardiri (lahir 21 Agustus 1952), Indah Agustina

(lahir 19 Agustus 1954), Aida Dani Asma (lahir 22 Februari 1956), Islana Gadis Yulidani

(lahir 13 Agustus 1958), dan Amidar Nurma Winarti (lahir 4 Januari 1962), Indira

Damayanti (lahir 17 Januari 1965).

Pendidikan yang eliau terapkan di keluarga adalah bagaimana memposisikan diri

sebagai manusia atau lebih khusus sebagai muslim yang baik dan mampu menjadi cermin

bagi sesama, baik dalam berakhlak yang mulia, welas asih, tenggang rasa, dan tidak

merendahkan derajat orang lain. Sikap mental ini diturunkan dan diajarkannya dengan

Page 62: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

62

semangat demokratis, saling menghargai, dan berpegang pada intisari ajaran-ajaran Al-

Qur’an dan Sunnah, yang semua itu penerapannya didasarkan pada prilaku akhlak

Rasulullah saw. Oleh karena itu, cara mendidik kepada semua anak-anak beliau, tidak

menggunakan kekerasan atau penghukuman yang justru dapat merontokkan karakter dan

kebebasan berekpresi mereka. Pak Hudan lebih pada mendengar, mengamati,

menyarankan hal yang terbaik. Maka, di mata anak-anaknya, Pak Hudan adalah sosok

bapak, sekaligus sahabat dan guru kehidupan.

Putra-putri A. Hudan Dardiri dan Emma Yuliasma

Sementara mertua Achmad Hudan Dardiri adalah Abdul Manan Sutan Bagindo

yang lahir pada tahun 1889, dari Minangkabau. Ia adalah seorang pegawai air minum

kota di daerah Solok. Pensiun pada tahun 1954, dan meninggal pada tahun 1968.

Sedangkan ibu mertuanya bernama Hajah Nuriyah, dari Minangkabau juga. Namun

keduanya bercerai pada tahun 1930. Hajah Nuriyah ini meninggal pada tahun 1994.

Riwayat perjuangan Achmad Hudan Dardiri dalam membela tanah air di masa

pergolakan Perang Kemerdekaan adalah sebagai berikut:

1. Perang Kemerdekaan, di Pulau Jawa, tahun 1945-1950, sebagai Penyelidik Militer

Khusus.

2. Perang Kemerdekaan, di Jawa Timur, tahun 1947-1948, di Markas Besar

Pertempuran TCDT.

Page 63: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

63

3. Perang Kemerdekaan, di Malang dan Blitar, tahun 1947-1950, TRIP. DE17/Det I.

Cinderamata TRIP. DE17/Det I

Sedangkan riwayat jabatan dan pengabdian sosial yang pernah diemban oleh A.

Hudan Dardiri di sepanjang hidupnya adalah sebagai berikut:

1. Guru Madrasah tingkat swasta, tahun 1941-1942, di Blitar.

2. Guru SMP, tahun 1947-1950, di Blitar.

3. Guru swasta SMA Muhammadiyah, tahun 1949-1957, di Blitar.

4. Guru tingkat Taman Dewasa, tahun 1950-1957, di Blitar.

5. Guru tingkat Taman Madya, tahun 1957-1966, di Malang.

6. Guru dalam kesatuan instansi Departemen Pendidikan yang meliputi: SMA Negeri I

Malang (1951-1957), SMA Negeri II Malang (1957-1966), SMKA Malang (1952-

1960), SHD Malang (1960-1966), PGSLP Malang (sebagai dosen, 1955-1966),

KPAA Malang (1961-1966), IKIP Malang (sebagai dosen, 1957-166).

7. Guru di instansi Departemen Agama di SGAI/PGAA Malang (1953-1958), SGHI

Malang (1953-1956), IAIN (sebagai dosen, 1960-1966).

8. Guru di Departemen Kehakiman, pada instansi Kejaksaan (1953-1956), KMCA

(1956-1966).

9. Dosen IKIP Negeri Malang (1957-1966).

10. Dosen IAIN Malang (1960-1967).

11. Sebagai Caretaker di instansi Pemda Kotapraja Malang (1967-1969).

Page 64: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

64

12. Walikota Pasuruan, di instansi Departemen Dalam Negeri (1969-1975).

A. Hudan Dardiri ketika dilantik menjadi Walikota Pasuruan

13. Anggota DPRD I Jatim, di instansi Pemda tingkat I Malang (1975-1978).

14. Bupati Jombang, di instansi Departeman Dalam Negeri (1978-1983).

15. Rektor IKIP PGRI Jatim, di instansi Yayasan PGRI (1975-1985).

16. Rektor IKIP PGRI Surabaya, di instansi Yayasan PGRI (1985- sekitar 1996).

17. Pj. Rektor UNIPA Surabaya (1998-1999).

Semenjak menjabat sebagai Walikota Pasuruan pada tahun 1969-1975, ia

mengembangkan semangat toleransi dan demokrasi baik di kalangan pemerintahan

maupun kepada warga Pasuruan. Pasuruan yang merupakan daerah di ujung timur

wilayah Jawa Timur memiliki potensi budaya dan sumber alam yang luar biasa.

Keberagaman masyarakatnya juga mencerminkan kerukunan yang terjalin dengan baik.

Etnis tionghoa dan Arab terbilang cukup banyak. Toleransi antar etnis dan antar agama

menjadi prioritas yang dicanangkan A. Hudan Dardiri, selain pengembangan dan

pembangunan dalam sektor pemerintahan dan kebutuhan publik secara luas. Dalam

menjalankan tugas-tugas kenegaraan itu ia berumah dinas di kompleks balaikota

Pasuruan di Jl. Balaikota No. 12, Pasuruan.

Page 65: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

65

Salah satu toleransi yang dikembangkan sebagai bentuk kesadaran bagaimana

memahami dan menghayati nilai-nilai Agama Islam terbukti dalam suatu peristiwa yang

terjadi di Masjid Agung Pasuruan. Saat itu persiapan shalat Jumat hendak dilaksanakan.

Masjid ini merupakan masjid terbesar. Pemangku dan takmir masjid kebanyakan

dipegang oleh orang-orang keturunan Arab. Tradisi khutbah dengan menggunakan

bahasa Arab ada di sini. Suatu hari, pada tahun 1969, Pak Hudan melaksanakan Jumatan

di Masjid ini. Ia datang lebih awal sebelum jamaah lain. Ia langsung menuju dan duduk

di shaf terdepan. Tiba-tiba muncul seoarang takmir bertampang dan berperawakan Arab

menemuinya dan memintanya untuk bergeser ke belakang. Si takmir itu mengatakan

bahwa shaf depan hanya untuk penggede dan syaikh-syaikh Arab saja. Pak Hudan

terkaget sejenak. Ia tertegun, namun dengan senyum santun ia mengangguk dan berbalik

menuju shaf paling belakang.

Jamaah mulai banyak. Shaf-shaf mulai terisi penuh. Azan dikumandangkan.

Khotib yang muncul adalah orang keturunan Arab. Berkhutbah dengan menggunakan

bahasa Arab. Tak sampai 20 menit khutbah selesai. Wiridan sebentar. Lalu salah satu

takmir lain mengumumkan bahwa Walikota Pasuruan yang baru sedang ikut bershalat

Jumat di masjid tersebut dan diminta ke mimbar podium untuk memberikan semacam

pidato kecil. Pak Hudan yang sedari awal datang yang digeser duduk ke shaf paling

belakang lantas maju ke depan. Dengan baju dan celana panjang yang sederhana serta

berkopyah hitam ia membelah shaf para jamaah dengan merunduk permisi, penuh hati-

hati dan sopan.

Di atas mimbar itu Pak Hudan menyampaikan rasa terima kasihnya yang tak

terhingga kepada seluruh masyarakat Pasuruan yang telah menerima dirinya sebagai

Walikota. Ia mengharapkan dukungan warganya untuk membantu dalam proses

pembangunan di segala bidang. Menghimbau kepada segenap masyarakat untuk tetap

menjalin kebersamaan antar pemeluk agama dan etnis. Ia menyinggung sedikit sebelum

soal khutbah yang disampaikan khotib, mengucapkan wassalam dari mimbar itu.

“Apakah sedoyo jamaah Jumat mangertos nopo ingkang dipun sampaikan khotib kolo

wau?” Tanyanya kepada seluruh jamaah. Semua jamaah diam. Para penggede warga

Arab terutama takmirnya juga tak angkat bicara. “Jika semuanya jamaah mengerti

Page 66: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

66

khutbah dengan menggunakan bahasa Arab, ya monggo saja. Tetapi jika tidak paham,

untuk apa khutbah bahasa Arab itu dijadikan khutbah rutin setiap Jumat?

Maka, alangkah baiknya jika khutbah yang rutin tersebut juga diselingi dengan

bahasa Jawa atau dengan bahasa Indonesia. Ini sekedar saran saya, sebagai warga

Pasuruan sebagaimana panjenengan sedoyo. Semoga ada kebaikan dan manfaatnya di

kemudian hari.” Begitulah Pak Hudan menutup pidato pendeknya. Ini merupakan salah

satu contoh bagaimana sebuah peristiwa terjadi dan bagaimana seorang Pak Hudan

mampu memposisikan diri sebagai pribadi dan sebagai walikota.

Di antara karakter demikian yang telah terbentuk sejak kecil hingga dewasa

mengantarkan Pak Hudan memiliki cara pandang universal di dalam melihat berbagai

persoalan. Hal ini ia upayakan terus agar semua langkahnya tidak terkotakkan dalam

tempurung subyektifitasnya sendiri. Agar tidak berpikiran sempit dan picik.

Pengembangan kepribadian dan pengalaman bersosial dalam segala lini aktivitas

hidupnya di masyarakat ia tujukan sebagai ikhtiar demi pengabdian. Memberi manfaat

bagi sesame. Sebanyak mungkin menyumbangkan apa ia miliki baik berupa wawasan dan

pengalaman kepada siapa pun.

Ini menjadi modal yang sangat berharga, lebih-lebih sebagai pemimpin, yang

menjadi suluh dan panutan masyarakatnya. Hal itu tidak lepas dari sepak terjangnya

untuk tidak berhenti mengisi seluruh kehidupannya dalam berbagai kegiatan sosial. Di

antara kerja intelektual dan pengabdiannya yang tercatat baik adalah riwayat

berorganisasi yang meliputi Organisasi Pelajar, Organisasi Mahasiswa, Organisasi

Massa, Organisasi Politik, Organisasi Profesi, dan Organisasi Olah Raga, adalah sebagai

berikut:

1. Kepanduan Indonesia, sebagai anggota, tahun 1935-1941, di Malang.

2. Seinendan, sebagai anggota, tahun 1942-1945, di Malang.

3. Ikatan Pelajar Indonesia, sebagai ketua bagian sosial, tahun 1945-1947, di Malang.

4. Pelajar Islam Indonesia, sebagai anggota, di Malang.

5. Pandu Rakyat Indonesia, sebagai sekretaris karesidenan Malang, tahun 1945-1950, di

Malang dan Blitar. Tahun 1957 non aktif.

6. Palang Merah Indonesia, sebagai sekretaris, tahun 1948-1950, di Blitar.

7. Partai NU, sebagai wakil ketua cabang, tahun 1963-1969, di Malang.

Page 67: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

67

8. Badan Musyawarah Angkatan 1945, sebagai ketua bagian kebudayaan, tahun 1960-

1969, di Malang.

9. Pembina PGRI Pasuruan (1973).

10. Sekber Golkar, sebagai ketua Pembina, tahun 1970-1975, di Pasuruan.

11. Partai Golkar, sebagai ketua cabang, tahun 1978-1983, di Jombang.

12. Partai Golkar, sebagai wakil ketua tingkat I, tahun 1983- sekitar 1990an, di Surabaya.

13. Anggota TRIP Malang.

14. Anggota PGRI (1961-2007).

15. Penasehat PD I PGRI Jawa Timur (1988-2007).Pengurus PPLP PT PGRI (1986-

2007).

16. Anggota MPR RI.

17. Ketua Golkar Jawa Timur.

18. Pengurus Pramuka Jawa Timur.

19. Wakil Ketua APTISI Jawa Timur.38

Bertemu Presiden Seoharto dalam aktivitas kepramukaan

Sikap hidup yang merakyat dalam pola kepemimpinan Pak Hudan dan

pengalamannya di Pasuruan sebagai walikota, menjadi satu kebutuhan penting bagi

upaya dasar membangun mental pemimpin agar tepat dan benar dalam menentukan

38 Data blangko Clearance-Test Calon Legislatif, diterbitkan oleh Tim Penelitian Khusus Calon Legislatif

Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur 1997. Dan buku Memperingati1000 Hari H.A. Hudan Dardiri, University Press, Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya, 2010.

Page 68: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

68

kebijakan pemerintahan dan memberi kontribusi konkrit bagi warga. Hal inilah yang

dibutuhkan seorang pemimpin. Berbagai pengalaman, dalam konteks bertugas di

pemeintahan ataupun jalinan persahabatan dengan banyak tokoh nasional, membuat

kepribadiannya semakin ulet dan kokoh dalam upaya memahami bagaimana beliau

mengabdikan dirinya bagi rakyat banyak.

berjumpa dengan Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta, sekitar 1980-an

Pengusulan dirinya sebagai Bupati Jombang lewat Departeman Dalam Negeri

pada 1978, diawali ketika masa itu Pak Hudan menempati posisi sebagai anggota DPRD

Tingkat I di Malang, Jawa Timur. Jadi sekitar 2 tahun setelah beliau bertugas sebagai

Walikota Pasuruan. Proses pemilihan kepala daerah saat itu berupa penunjukan langsung

dari pusat, yang prakteknya sering melalui pengajuan dari sejumlah pejabat penting di

jajaran kepolisian maupun kemiliteran. Saat itu Pak Hudan secara langsung ditawari oleh

Pak Witarmin, Pangdam V Brawijaya, Surabaya, untuk mengemban tugas kenegaraan

sebagai Bupati Jombang. Tawaran tersebut diapresiasi dengan baik dan dipersiapkan

proses legitimasinya secara prosedural. Sejak itulah, terhitung mulai tahun 1978 hingga

tahun 1983, A. Hudan Dardiri memimpin dan bertugas mengabdikan dirinya sebagai

Bupati Jombang.

Page 69: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

69

A. Hudan Dardiri saat bertugas di kantornya sebagai Bupati Jombang

Roda pemerintahan dijalankan sebagaimana yang seharusnya dan semaksimal

mungkin. Hal yang paling pokok tentunya mengacu pada terwujudnya masyarakat

Jombang yang sejahtera, agamis dan bertoleransi. Dengan visi utama mewujudkan

pemerintahan yang baik, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, membangun struktur

perekonomian yang kokoh, mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, yaitu

pembangunan yang dilaksanakan tidak semata untuk mengejar pertumbuhan, namun

bagaimana pertumbuhan yang ada sekaligus dapat dirasakan secara merata hasilnya oleh

semua lapisan masyarakat dengan tetap mempertimbangkan faktor alam dan lingkungan

sekitarnya.

Fokus yang menjadi prioritas pembangunan yang dicanangkan dan digerakkan

Pak Hudan kala itu adalah pembangunan di wilayah infrastruktur jalan dan irigasi. Ini

mengingat wilayah Jombang sebagai daerah agraris. Fokus urgensif di bidang

pembangunan jalan di beberapa wilayah yang belum tergarap secara optimal mulai beliau

tingkatkan dengan perbaikan yang siknifikan, tentu terlebih dahulu dengan melihat serta

mengevaluasi persoalan-persoalan mendasar yang ada.

Dalam hal pertanian, beliau menitikberatkan pada sektor irigasi yang baik.

Karena ini merupakan persoalan penting bagi para petani. Pada masa itu ia membuat

terobosan berupa pembuatan sumur bor di daerah yang dipertimbangkan nyata-nyata

kesulitan air. Pengairan yang lancar tidak semua didapat oleh para petani. Wilayah-

wilayah tertentu yang menjadi ujung sentral penggarapannya adalah di daerah Kabuh,

Page 70: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

70

Puri Semanding, Plandaan, Sumberjo, Kebon Dalem (Bareng), Kepuh Rejo bagian

selatan. Juga pembenahan dan pembuatan bendungan air di daerah Jati Banjar (Ploso)

dan Talun Kidul di Kecamatan Sumobito. Pengembangan dan sumbangsih Pak Hudan

demikian secara kuntinyu dan ajeg terus beliau upayakan hingga masa jabatannya sebagai

Bupati Jombang berakhir pada tahun 1983.

Banyak penghargaan yang telah diraih Pak Hudan di sepanjang hidupnya. Di

antaranya adalah: Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra, Bintang Melati, Dharma Bakti,

Pancawarsa, dan penghargaan dari BKKBN. Semua penghargaan dan prestasi serta

aktifitasnya baik di ranah pemerintahan dan organisasi sosial lainnya tidak bisa

dilepaskan bagaimana kita “menatap” sosok Pak Hudan yang betul-betul mencintai hidup

dan memaknainya. Salah satu karakter kuat yang menyemat dalam dirinya adalah

kecintaan dalam ilmu pengetahuan. Tradisi membaca yang bagus juga koleksi buku-

bukunya menjadi tolok-ukur kepribadiannya yang selalu haus akan segala pengetahuan.

Dari ilmu hukum, tata negara dan pmerintahan, berbagai jenis ensiklopedi, sejarah-

sejarah bangsa, ilmu tafsir dan sejarah Islam, biografi tokoh-tokoh nasional maupun luar

negeri, seni rupa, sampai pada bacaan sastra dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Lanskap perpustakaan pribadi Pak Hudan di lantai 2 rumahnya

Koleksi perpustakaan Pak Hudan barangkali jumlahnya mencapai puluhan ribu.

Di lantai 2 rumahnya, di ruang utama, empat sisi semuanya dipenuhi rak-rak penuh buku

dan foto-foto yang benar-benar didokumentasikannya dengan baik. Ini merupakan ruang-

Page 71: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

71

baca bagi semua keluarga. Setiap kumpul sanak-famili, ruang-baca ini menjadi tempat

yang sangat mengasyikkan untuk membaca dan menambah wawasan keilmuan. Salah

satu buku koleksinya yang tertebal adalah sejarah Gresik. Buku ini disusun oleh Dukut

Imam Widodo dan kawan-kawan dengan judul Grissee Tempo Doeloe, yang diterbitkan

oleh Pemerintah Kabupaten Gresik.

Buku Grissee Tempo Doeloe koleksi Pak Hudan Tidak hanya tradisi membaca yang menonjol yang tampaknya sudah terlatih dan

terbina sejak dini, namun kecintaannya terhadap dunia sastra juga terimplementasikan

dalam karya puisi-puisinya. Beliau pengagum berat Chairil Anwar di mana puisi-puisi

seperti “Kerawang-Bekasi”, “Diponegoro”, “Aku”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, menjadi

obor kekuatan untuk memaknai hidup dan arti sebuah perjuangan di masa kemerdekaan.

Penyair tersohor Indonesia era 1945 ini kita kenal sebagai tonggak penyair angkatan ’45

yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah pemikiran dan perkembangan

kesusastraan Indonesia. Ada satu puisi Pak Hudan tentang cinta dan perjuangan yang

berjudul “Riwayat”39. Puisi ini ditulisnya pada 8 April 1946:

Riwayat

Kekasihku… Kau tak ingkar janji Memang tak pernah berjanji

39 A.H. Hudan Dardiri Pujangga, Pusara, Pusaka Sang Empu: Kumpulan Puisi A.H. Hudan Dardiri dan

Kawan-kawannya, tanpa nama penerbit, Malang, 2010. Hlm. 1.

Page 72: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

72

Tetapi kau serahkan kembali Lembaran suara hati Permulaan revolusi Kutanya apakah salahku ini

Rahasia kusimpan Usia maupun pekerjaan Aku tabukan daging dan ikan Aku rindu jadi tanaman Naik menjulang awan

Sejak itu tiada tegur sapa Salahku apa Aku hanya ingin ke medan laga Bila Izrail tiba Tak butuh taman bahagia Sumpahku mati atau merdeka Tak harapkan puja puji Hanya Tuhan pemiliknya

Ketika kau betulkan dasi Warna merah darah Rasa darahku membeku Apa salahku Hanya kepada-Nya aku berserah Bukan idamanku kali ini

Entah apa nanti Kekasihku... sampai nanti Tapi aku pasti menanti

Meski beliau berkarya puisi, tapi hal itu tidak dijadikan sebagai profesi

kepengarangan. Puisi-puisi beliau ditulis, dengan kedalaman dan coraknya sendiri, secara

riil beliau gunakan untuk misalnya mempererat persahabatan. Seringkali pula ia gunakan

untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada orang-orang yang dikenalnya. Atau pada

saat menyambut Hari Raya Idul Fitri, semua staf di pemerintahan yang beliau pimpin,

diberikanlah ucapan berbentuk puisi kepada mereka.

Beliau juga kerap di saat menyambut ulang tahun dirinya dengan mengundang

seperlunya kepada sejumlah kerabat, sahabat, dan tetangga dengan kado berupa puisi

dalam bentuk buku kecil fotopian maupun yang beliau pasang dalam bentuk poster.

Seperti contoh puisi berlambar “Hari Kelahiran” di bawah ini, saat beliau berulang tahun

pada 7 April 2007, di Malang:

Page 73: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

73

Poster besar yang dipajang di ruang tamu Pak Hudan Hari Kelahiran Hari kelahiranku April tanggal tujuh Ternyata aku menjadi sepuh Cicit saja baru tujuh Semoga aku tidak rapuh Aku harus jadi panutan Di depan aku menjadi teladan Di tengah bersama menjadi kesatuan Di belakang aku memberi dorongan Ulang tahunku tidak berpesta pora Hidup harus bersahaja Hidup pasti penuh dosa Mohon maaf atas salah khilaf yang sengaja Perhatian dan doa anda Terima kasih kusampaikan Semoga Allah mengabulkan Doa ikhlas anda kepada saya Di masa tuanya Pak Hudan tinggal bersama keluarganya di Jl. Raya Langsep

No. 49, Malang. Menjalani kehidupan bersahaja dan ikut meramaikan masjid di

lingkungan sekitar sebagai bagian dari takmir masjid. Ketika pada 1998 beliau ditinggal

Page 74: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

74

sang istri tercinta, Emma Yuliasma, beliau sungguh sangat terpukul hebat. Namun semua

itu beliau pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Anak-anak beliau merasa sedih juga dan

menyarankan sang Bapak untuk menikah lagi. Menikah di sini dengan maksud bukan

sebagaimana manusia berumur 40-50-an yang masih bersemangat untuk membina

keluarga baru dan melahirkan anak. Pura-putri beliau menyarankan itu sekedar untuk

sebagai pendamping masa tua. Sebagai teman ngobrol dan bertukar rasa. Hal ini dianggap

juga untuk mengurangi kepikunan dan saling menjaga di saat-saat tertentu.

rumah A. Hudan Dardiri di Jl. Raya Langsep No. 49 Malang

Tentu anak-anaknya tidak sembarang pilih. Mereka mengetahui dan memilih

yang tepat untuk calon istri sang Bapak. Tersebutlah sosok Niken Mudrikah. Ia juga

sudah sepuh sepantaran Pak Hudan. Ia ajukan perempuan ini. Ternyata Pak Hudan tidak

menyangka, bahwa Niken adalah kekasihnya dahulu di Malang, namun mereka tidak

bersambung hubungan. Niken menikah dengan orang lain dan memiliki beberapa putra

dan cucu. Sudah lama juga Niken ditinggal suaminya.

Pak Hudan menyetujui niat baik anak-anaknya tersebut. Lalu mereka

dinikahkan secara sederhana pada tahun 1999. Bu Niken mendampingi Pak Hudan yang

lahir pada 7 April 1924 ini, sampai beliau wafat di Malang pada Selasa Wage, pukul

04.00 WIB, 26 Juni 2007. Satu kenangan dari sang cucu, Riyangka namanya, kepada

sang kakek berupa puisi berjudul “Unsent Letter”. Inilah penggalan terakhir dari puisi

panjangnya itu:

Page 75: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

75

To day, I still miss you And I will always do, until the day I meet you again But for now I just want to say I love you, Mbah Kakung… (Yogyakarta, 17 Desember 2009)40

40 Keluarga Alm. A. Hudan Dardiri, Memperingati 1000 Hari H.A. Hudan Dardiri, 25 Maret 2010,

Malang.

Page 76: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

76

12. Profil Bupati Noeroel Koesmen (Masa Bhakti 1983-1988)

Tidak terlalu banyak yang bisa dibincangkan mengenai sosok Noeroel Koesmen,

kecuali bagi segelintir orang yang benar-benar mengenalnya dengan baik dan akrab. Ia

sangat berhati-hati dalam segala perkataan dan tindakan. Orangnya kalem, rendah hati,

sopan santun yang lembut dan sangat menghargai pendapat orang lain. Ia memiliki

pandangan yang dalam sekaligus keluasan daya telusur dan lacakan dalam segala bidang

yang digelutinya. Dalam menyikapi sesuatu, beliau selalu mempertimbangkan berbagai

aspek dan perkara-perkara kecil lainnya ketika diperhadapkan pada suatu persoalan pelik.

Hal ini bisa dijadikan pandangan untuk meninjau dan mencermati sepak

terjangnya semasa beliau menjabat sebagai Bupati Jombang pada periode 1983 hingga

1988. Penunjukan dirinya sebagai bupati tatkala itu prosesnya tidak jauh berbeda dengan

bupati di masa sebelumnya ketika Jombang dipimpin oleh Bapak A. Hudan Dardiri.

Sebagai catatan, menurut beliau, mekanisme kondite sebagai perwira atau rapot

keperwiraannya untuk pemilihan seorang bupati disesuaikan dengan wilayah yang

dipersiapkan dengan proses tertentu.

Ketika menjabat sebagai Komandan Kodim di Sumenep (1977-1980), ia memang

sudah dikenal baik dan dekat dengan warga serta ulama setempat. Dari kemiliteran, lalu

beliau ditawarkan ke Partai Golkar. Berkas-berkas dilengkapi, kemudian disekolahkan ke

Jakarta selama 9 bulan untuk belajar khusus tentang kepemimpinan, teknik sipil,

manajemen pemerintahan dan teknologi pemerintahan. Setelah itu barulah beliau bisa

terjun ke lapangan sebagai Bupati Jombang. Prinsip kepemimpinan yang diterapkannya

di Jombang menggunakan corak “ludrukan”, yakni: “Yo Opo Apike, Yo Opo Enake, Yo

Opo Benere”. Artinya: “Bagaimana baiknya, Bagaimana Enaknya, Bagaimana Benarnya

(seharusnya)”. Ketiga-tiganya ini harus berjalan seiring, seiya-sekata. Tidak bisa sendiri-

sendiri. Aplikasinya adalah memadukan “karep” (keinginan) bersama. Keinginan rakyat

Page 77: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

77

bersama. Untuk bisa melangkah bersama. Dan demi kebutuhan dan kesejahteraan

bersama.

Karena itu pemimpin harus selalu melahirkan gagasan-gagasan baru. Pemimpin

sebagai produk ide. Jika rakyat menyambut ide pemimpin dan saling memahami

kehendak dan kebutuhan, maka rakyat musti menjalankan konsekuensinya untuk bisa

bergerak dan berbuat melakukan yang terbaik. Ide bersama tersebut ditumpukan pada

situasi yang terjadi, problem-problemnya, dan hal tersebut membutuhkan ketajaman

lahir-batin dalam melihat keadaan di lapangan dan tahu betul kebutuhan yang harus

dipikirkan dan dipenuhi.

Di sinilah dimulai sesuatu napak-tilas bahwa Jombang sebagai wilayah serta

manusianya yang hidup di dalamnya tak henti direnungkan beliau untuk menentukan

langkah-langkah apa yang dijadikan landasan dalam membuat kebijakan pemerintahan.

Artinya juga, Jombang sebagai sebuah kesejarahan yang panjang tentunya menyimpan

makna-makna tersendiri, dari yang bersifat simbolik maupun yang historis. Bagi Noeroel

Koesmen, kata “Jombang”, pertama kali beliau dekati dengan menggunakan latar kondisi

geografis. Realitas lapangan, di mana tanah Jombang di masa lalu dilihat sebagai daerah

yang penuh rawa-rawa. Kata “Jombang”, boleh jadi harus dilacak kembali di mana

selama ini didasarkan pada ungkapan “ijo” dan “abang”. Ungkapan ini boleh jadi sebuah

tafsir tersendiri yang bisa kontekstual karena dirujukkan pada komunitas warganya:

warga “santri” dan “abangan”.

Mengenai profil akan sosok ini, dan kiprahnya sebagai Bupati Jombang,

diharapkan mampu memberi cermin sejauh mana perkembangan Jombang tatkala

dipimpinnya. Noeroel Koesmen lahir pada 30 April 1937, di Jember. Bapaknya bernama

M. Kusno Wiryo Kusumo, dan ibunya bernama Rr. Rukanti. Riwayat pendidikannya

sebagai berikut:

1. SD, SMP, dan SMA di Jember.

2. Akademi Militer tahun 1958-1961.

Kemudian riwayat bertugasnya setelah beliau menjadi perwira adalah:

1. Pendidikan Pusat Artileri Medan, di Cimahi, Jawa Barat, pada tahun 1961-1965.

2. Batalion Armed II, di Medan, Sumatera Utara, sebagai Komandan Kompi, tahun

1966-1967.

Page 78: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

78

3. Depo Pendidikan Armed, sebagai wakil Komandan Batalion, di Pematang Siantar,

pada tahun 1968-1972.

4. Kepala Seksi Operasi di Resimen Armed 4, di Medan, Sumatera Utara, tahun 1972.

5. Komandan Batalian Depo Pendidikan Armed, di Pematang Siantar, tahun 1973-1977.

6. Komandan Batalion Armed 8, di Jember, tahun 1977.

7. Komandan Kodim di Sumenep, tahun 1977-1980.

8. Komandan Kodim di Kediri, tahun 1980-1982.

9. Kepala Staf Korem di Kediri, tahun 1980-1982.

10. Bupati Jombang, tahun 1983-1988.

11. Anggota DPRD Jawa Timur, tahun 1992-1997.

12. Pengurus PMI (Palang Merah Indonesia) Jawa Timur, mulai tahun 1990-sekarang.

Selain itu, ia kerapkali diundang ke berbagai tempat dan acara sebagai pembicara

tentang Ketahanan Nasional sejak tahun 1988 hingga tahun 1990.

Di antara visi pokok yang digerakkan Noeroel Koesmen pada masa

pemerintahannya di Kabupaten Jombang adalah memajukan dan mengembangkan dunia

pertanian. Apa saja persoalan yang dihadapi masyarakat petani Jombang dan bagaimana

beliau menyelesaikannya serta terobosan-terobosan apa saja yang sudah dilakukannya.

Semua itu, menurut beliau, pertama kali yang harus dipelajari adalah bagaimana kita

melihat Jombang dalam perspektif kesejarahan dan topografi wilayah sebarannya.

Perspektif ilmu tanah beliau terapkan di sini. Bahwa dahulu Jombang di daerah-

daerah tertentu merupakan wilayah rawa-rawa yang sangat susah diolah dan

diberdayakan potensinya. Beliau menggunakan lacakan dengan ungkapan

“Jejombangan”: yang artinya suatu daerah yang di sana-sini banyak airnya. Bukan berarti

sering dilanda banjir. Tapi begitulah yang kita kenal sebagai daerah rawa-rawa. Dengan

kadar luapan 2 sungai penting, baik dari Kali Brantas atau atau Kali Konto. Maka sebaran

dari luapan tersebut mempengaruhi kondisi tanah sekitarnya yang dangkal dan berawa-

rawa.

Terlebih dahulu mari kita cermati bahwa sebagian besar kondisi topografi

Kabupaten Jombang adalah berupa dataran rendah dan sebagian kecil berupa daerah

perbukitan dan pegunungan. Ketinggian wilayah Kabupaten Jombang berada pada

kisaran 0-1.500 meter di atas permukaan laut. Dengan perbandingan kurang lebih 90%

Page 79: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

79

dari luas wilayah berada pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut dan kurang

lebih 10% nya berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.

Karena itu maka secara topografis Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 3

kesatuan wilayah yaitu:

1. Wilayah bagian selatan yang berupa daerah pegunungan dengan kondisi yang

bergelombang.

2. Wilayah bagian tengah yang didominasi oleh dataran rendah dengan kondisi tanah

subur. Bagian inilah yang merupakan wilayah terluas di Kabupaten Jombang.

3. Wilayah bagian utara (bagian utara Sungai Brantas) yang merupakan daerah

perbukitan kapur dengan kondisi tanah yang relative kurang subur.

Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Jombang sangat dipengaruhi

oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Brantas san Sungai Konto. Dengan panjang +/- km,

Sungai Brantas membelah Kabupaten Jombang menjadi 2 bagian yaitu: sebelah utara

(24%) dan sebelah selatan (76%).

Kabupaten Jombang beriklim tropis dengan suhu rata-rata 270 - 340 Celcius. Dan

memiliki beberapa bulan basah dengan tingkat curah hujan yang bervariasi. Bulan basah

tertinggi terjadi pada sekitar bulan November sampai Juni dengan curah rata-rata berkisar

1.625 mm/tahun. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Oldeman yang mendasarkan pada

jumlah bulan basah dan kering maka Kabupaten Jombang termasuk ke dalam tipe D4.41

Dari data topografis di atas, Noeroel Koesmen berusaha mengurai keadaan tanah

dan bumi Jombang sebagai bahan untuk mengembangkan dan memajukan petani

Jombang agar menjadi penghasil padi yang diperhitungkan di wilayah Provinsi Jawa

Timur. Persoalan yang sering muncul di lapangan yang dialami dan dipraktekkan para

petani misalnya, ketika musim tanam lombok dan harga lombok melonjak, maka mereka

ramai-ramai tanam lombok. Demikian pula pada jenis tanaman lainnya, yang hal ini

dimaksudkan untuk menyelingi masa tanam padi. Situasi inilah yang beliau sebut sebagai

“kelatahan tanam”: ketidaktepatan penggunaan lahan pertanian karena tidak

memperhatikan kondisi dan “tubuh tanah”.

41 Lan Fang, Inspirasi Jombang, ibid.

Page 80: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

80

Noeroel Koesmen saat diwawancarai di teras rumahnya di Jl. Baskara Utara 14 B, Mulyosari, Surabaya, pada 31 Juli 2010 Baginya, Jombang merupakan daerah penyanggah utama yang memiliki posisi

sentral di wilayah Jawa Timur. Wilayah tengah sebagi penyanggah (buffer) ini sejak

jaman dahulu di masa Kerajaan Majapahit yang menempatkan posisi Jombang sebagai

gerbang kerajaan sebelah barat. Jarak tempuh ini disamakan dengan jarak tempuh

“kuda”. Rata-rata kecepatan kuda yang dikendarai prajurit misalnya sebagai penyampai

berita berkisaran antara kurang lebih 30 km. Jombang-Kediri memiliki jarak tempuh

sekitar 30 km. Kediri-Blitar, kurang lebih 30 km. Jombang-Nganjuk memiliki jarak

tempuh sekisar 35 km. Demikian juga di wilayah sekirasan itu. Ini memperkirakan

kekuatan lari kuda yang per 30 km harus istirahat.

Gambaran demikian digunakan asumsi oleh Noeroel Koesmen untuk

menempatkan dan menyebut Jombang sebagai daerah penyanggah kota atau daerah

lainnya. Oleh karena itu sumber daya padi dan lebih spesifik penggalakan dunia pertanian

menjadi acuan penting untuk memproyeksikan Jombang sebagai pusat lumbung padi dan

lalu-lintas niaga lainnya. Sangat disayangkan jika saat itu daerah Jombang tidak termasuk

daerah Gerbangkertosusila di mana beberapa wilayah lainnya seperti Mojokerto,

Lamongan, atau Surabaya masuk dalam kategori ini. Padahal posisi strategisnya

memungkinkan Jombang untuk itu.

Maka dari itu, pengembangan Jombang sebagai basis penghasil padi harus

menjadi perhatian yang tidak bisa disepelekan. Jombang memiliki hamparan tanah

Page 81: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

81

pertanian yang luas dan humusnya (kadar kesuburan) sangat tinggi dan bagus. Jalur

transportasi musti dioptimalkan. Peningkatan pengetahuan akan dunia pertanian harus

digalakkan. Mempertajam ancangan pembangunan untuk menempatkan Jombang sebagai

pusat agribisnis dan oleh sebab itu perlu meningkatkan teknologi pertanian yang baik.

Saat itu yang diupayakan Noeroel Koesmen adalah menjadikan Kecamatan Peterongan

dan Mojoagung sebagai daerah industri agar dapat melayani daerah-daerah lain maupun

luar kota.

Di masa beliau memimpin sebagai bupati, Jombang memperoleh keberhasilan

sebagai penghasil besar tertinggi se Indonesia selama tiga tahun berturut-turut, yakni

tahun 1986, tahun 1987, dan tahun 1988. Mendapatkan juara Nasional selama tiga tahun

berturut-turut dalam penghasilan tebu dengan dijalankannya TRIS (Tebu Rakyat

Intensifikasi), dan juara harapan tingkat nasinal di bidang kopi rakyat.

Salah satu cita-citanya yang belum terlaksana adalah mendirikan semacam

“Laboratorium Hama” yang rencananya ditempatkan di Kecamatan Mojoagung. Ini untuk

mengatasi hama kutu loncat yang kerap menyerang padi dan membuat para petani gagal

panen. “Laboratorium Tanah” juga belum tercapai, di mana usaha ini ditujukan untuk

penelitian kondisi tanah yang selalu mengalami perubahan di saat pengolahannya dan

situasi cuaca yang bisa berubah sewaktu-waktu. Kebutuhan akan air di lahan pertanian di

Jombang tidak sepenuhnya bergantung pada Kali Brantas dan Kali Konto. Penggunaan

air dari Kali Brantas misalnya yang mengalir ke Jombang juga tergantung pada kondisi

kebutuhan para petani di daerah Nganjuk dan Kediri. Karenanya, penggalian “sumur bor”

di sekitar daerah pertanian dipilih para petani untuk mengaliri sawah-sawah mereka,

tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Pemikiran Pak Noeroel di atas seolah menggugah bagaimana kita memikirkan

lebih mendalam ihwal filosofi ekologis yang dititik-beratkan pada kosep ”tubuh tanah”.

Artinya, di kalangan petani, lebih khusus bagi para peneliti pertanian dan instansi Dinas

Pertanian, agar tidak semata mengeksploitasi tanah untuk tujuan ekonomi semata. Tanah

sebagai ”tubuh” juga memiliki kehidupan sendiri yang patut dijaga dan dilestarikan

setelah manusia mengolahnya dengan berbagai cara dan dengan jenis tanaman apa saja

yang secara berkala ditanam. Tanah juga bisa ”sakit” dan tidak lagi subur, sebab

pengolahan yang semena-mena dan tidak mempertimbangkan efek-efek tertentu yang

Page 82: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

82

justru akan merugikan petani sendiri. Dampak yang demikian, beliau sebut sebagai

”kelatahan olah tanam”, yang bagi petani hal ini sering dilakukan, misalnya ketika harga

lombok melonjak, mereka ramai-ramai menanam lombok lagi.

Ini merupakan percikan kecil dari pemikiran Pak Noeroel. Beliau selalu terjun ke

lapangan, melihat keadaan yang terjadi, dan dari situlah persoalan diurai dan dipecahkan.

Apa yang sebenarnya dibutuhkan masyakarat, bagi beliau, harus beranjak dari data

lapangan dan bukti riil tersebut digunakan untuk menentukan langkah dan merumuskan

kebijakan pemerintah.

Page 83: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

83

13. Profil Bupati Tarmin Hariadi (Masa Bhakti 1988-1993)

Tarmin Hariadi adalah sosok bupati ke-14 yang dimiliki Kabupaten Jombang.

Seorang bupati yang agamis dan teguh memegang komitmen. Hal ini tidak

mengherankan karena Bupati Tarmin Hariadi dilahirkan sebagai anak kelima dari enam

bersaudara sebagai seorang ajengan (kiai “kampung”) asal Desa Karangwareg,

Kecamatan Karangasem, Cirebon, Jawa Barat, yang bernama Kiai Raswan. Meskipun

bukan seorang figur kiai besar, Kiai Raswan sangat disegani di kampungnya. Selain

sebagai pemangku masjid, beliau juga menjadi Imam Masjid di desa tersebut.

Sosok Kiai Raswan menjadi barometer awal seorang Tarmin Hariadi untuk

meyakini prinsip-prinsip tentang kehidupan. Justru dari keseharian sosok ayahnya yang

Kiai “kampung” itu meneguhkan pilihan jalan hidup yang menganut ajaran-ajaran

kesederhanaan, daya juang yang tinggi, dan memegang teguh ketauhidan. Apalagi kakak-

kakaknya telah menapak sukses terlebih dulu dengan menjadi guru dan sejumlah jabatan

penting untuk ukuran waktu itu. Sehingga makin mendorong Tarmin kecil memilih jalur

kemiliteran guna mengubah nasib, terutama ekonomi keluarga yang pas-pasan karena

kondisi pergolakan fisik. Tarmin kemudian mampu membuktikan setelah ditempa

sebagai prajurit TNI dengan sejumlah jabatan strategis yang pernah disandangnya.42

Tarmin kecil dilahirkan pada tanggal 14 Agustus 1942, masa ketika pergolakan

fisik antara embrio Indonesia yang belum diproklamasikan dengan tentara pendudukan

Jepang yang berambisi membangun imperium Jepang Asia. Sehingga tempaan bertubi-

tubi berupa krisis ekonomi yang disebabkan pendudukan Jepang itulah salah satu pemicu

Tarmin kecil memegang teguh cita-cita untuk secepatnya mengubah nasib dan pantang

menyerah, apapun yang terjadi. Terbukti kemudian jenjang militer menjadi pintu gerbang

karir beliau selanjutnya.

42 Wawancara dengan Dede Rutana, anak keempat Bupati Tarmin di ruang kerja Bappeda Kabupaten

Jombang, pada hari Senin, 4 Oktober 2010, pukul 14.00 WIB.

Page 84: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

84

Sebagai putera pemangku masjid di desanya, Tarmin Hariadi tidak berbeda

dengan anak-anak seusianya. Karena masjid bagi mereka telah dijadikan rumah kedua

setelah rumah orang tua masing-masing. Kebiasaan tidur di masjid usai sholat isya dan

mengaji menjadi keasyikan tersendiri. Terutama bagi anak laki-laki, karena di antara

mereka bisa saling bercerita, bercanda, bahkan merajut mimpi indah tentang cita-cita.

Rutinitas tidur di masjid atau mushola telah mendorong anak-anak, khususnya di desa

Karangwareg, Kecamatan Karangasem, Cirebon sebagai rentetan merajut cita-cita.

Artinya mereka berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melakukan puasa

sunah dan sholat malam untuk mengimbangi usaha mereguk ilmu sebanyak-banyaknya di

bangku sekolah.

Lulusan Akademi Militer Nasional Magelang angkatan 1965 ini pernah

menduduki jabatan dari mulai Danton (Komandan Peleton) Yonif 511 Blitar, Danki Pan

Yonif 511 Blitar, Wadanyon (Wakil Komandan Batalyon) 512 Malang, Danyon 512

Malang, dan Secaba Rindam V Brawijaya, Dandim Lumajang, Paban Madya MBS

ABRI, Aspers Garnisun Surabaya, Wa Aspers Kodam V Brawijaya, Aspers Kodam V

Brawijaya, Aster Kodam V Brawijaya, hingga Wakil Asisten Personalia (Wa Aspers)

Kodam V Brawijaya. Setelah berpangkat kolonel pada tahun 1988, beliau mengemban

tugas menjadi pejabat sipil Bupati Jombang masa bhakti 1988-1993.

Tidak lama setelah lulus sebagai perwira pada kurun waktu 1965, beliau

melangsungkan pernikahan dengan pujaan hatinya sewaktu masih sekolah bernama

Patonah. Gadis ini dinikahi Tarmin karena tanggungjawab yang besar terhadap keluarga.

Salah satunya terus berlanjut ketika mendampingi sosok Tarmin sebagai istri yang

menomorsatukan pendidikan anak dan peran domestik keluarga. Artinya meskipun

sebagai istri pejabat, Patonah tetap menjalankan tugas utama sebagai ibu rumah tangga.

Tidak serta merta menyerahkan segala urusan keluarga kepada pembantu. Dari

pernikahan tersebut pasangan Tarmin Hariadi – Patonah dikaruniai empat putera-puteri;

pertama Dudi Rudiana (lahir tahun 1966), kedua Tarina Handaningrum (lahir 1968),

ketiga Tati Susilowati (lahir tahun 1970), dan keempat atau yang terakhir Dede Rutana

(lahir tahun 1974).

Latar belakang sebagai putera Kai serta ditunjang pendidikan militer

menyebabkan dua prinsip utama menjadi karakter khas seorang Tarmin Hariadi.

Page 85: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

85

Pertama, anti berbohong, artinya satu kata satu perbuatan. Kedua, memegang komitmen,

baik berupa janji maupun yang berkaitan dengan tugas sedapat mungkin tidak

menyalahgunakan jabatan. Pernah kejadian sewaktu beliau masih menjabat Bupati

Jombang, tidak satupun keluarga maupun putera-puteri seorang Tarmin yang pernah

memenangkan tender proyek di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang.

Ada dua hal yang menjadi fokus garapan Bupati Tarmin ketika mengemban

amanat memimpin Kabupaten Jombang. Kota yang memiliki seratus lebih pondok

pesantren ini seolah bukan hal baru bagi seorang Tarmin yang memang anak Kiai. Dua

hal yang menjadi target utama dibagi menjadi program jangka pendek dan jangka

panjang. Untuk program jangka pendek adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan

peningkatan pertanian (pangan), perbaikan prasarana jalan dan lain-lain. Sedangkan

program jangka panjang meliputi pembangunan industri untuk ekspor dan mengurangi

pengangguran.

Sebagai penunjang percepatan program tersebut dilakukan dari skup internal

berupa penerapan disiplin di lingkup pemerintah Kabupaten Jombang. Khusus pada

penerapan disiplin kerja dan disiplin kinerja, Bupati Tarmin mengawali rutinitas apel pagi

sebelum menjalankan tugas. Melalui kegiatan apel itulah beliau dapat menyampaikan

hal-hal yang dianggap penting untuk dilaksanakan pada hari itu.

Setelah melaksanakan tugas sebagai Bupati Jombang, Tarmin Hariadi masih

mengemban amanat sebagai Bupati Lumajang. Setelah jabatan terakhir sebagai Bupati

Lumajang memasuki masa purna jabatan, Tarmin sempat dipromosikan untuk menduduki

pos penting jabatan di Provinsi Jawa Timur. Namun dengan kerendahan hati tugas

tersebut terpaksa ditolak, karena beliau lebih memilih menikmati masa pensiun.

Kini Tarmin Hariadi benar-benar menikmati usia pensiun dengan aktifitas rutin

keagamaan di Malang, Jawa Timur. Selain menjadi ketua paguyuban orang Sunda

bernama Parahiyangan. Empat putera-puteri dan tujuh cucu melengkapi kebahagiaan

seorang Tarmin Hariadi.

Page 86: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

86

14. Profil Bupati Soewoto Adiwibowo (Masa Bhakti 1993-1998)

Soewoto Adiwibowo merupakan Bupati Jombang periode 1993 – 1998. Dalam

masa lima tahun kepemimpinannya, lulusan AMN (Akademi Militer nasional) ini

mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk kemajauan Jombang. Maka tidak

heran jika selama itu banyak prestasi yang tertoreh, baik dalam bidang pertanian maupun

dalam bidang pemerintahan. Kini bapak dari empat anak ini menghabiskan masa tuanya

di kota dingin Malang, tepatnya di Perumahan Pondok Blimbing Indah Araya Blok B-8

No. 8.43

Menggelindingnya roda pemerintahan Bupati Soewoto dimulai pada 23 Agustus

1993. Hal itu ditandai dengan dilantiknya pria yang berpangkat Kolonel (Inf) tersebut

menggantikan bupati sebelumnya, Tarmin Hariadi. Pelantikan berlangsung khidmat dan

dipimpin secara langsung oleh Gubernur Jawa Timur waktu itu, Soelarso. Ratusan pasang

mata menyaksikan pelantikan itu.

Soewoto menyadari, Jombang merupakan basis pondok pesantren. Oleh

karenanya, membangun hubungan yang sinergis antara pemerintah dengan pondok

pesantren adalah suatu keniscayaan. Nah, sehari setelah pelantikan, pria kelahiran

Bojonegoro ini mengumpulkan seluruh ulama kota santri di Pendopo Kabupaten

setempat. Hari itu, ia memperkenalkan diri sekaligus mengajak seluruh ulama untuk

bergandeng tangan demi kemajuan Jombang.

Setelah itu, ia mulai melakukan pendekatan ke masyarakat Jombang. Karena

Soewoto berprinsip, sebaik apapun program yang ia gulirkan, tanpa dukungan dari

masyarakat luas tentunya hasilnya akan sia-sia. Maka tidak heran, selama lima tahun

menjabat sebagai bupati, sebanyak 306 desa di Kabupaten Jombang pernah 43 Hasil wawancara dengan mantan Bupati Jombang, Soewoto Adibowo, pada 5 Oktober 2010, di

kediamannya Perumahan Pondok Blimbing Indah Araya Blok B-8 No 8.

Page 87: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

87

dikunjunginya beserta istri. Langkah itu juga ia wujudkan dengan membuat media untuk

membangun komunikasi dengan masyarakatnya. Salah satunya membuat tabloid ”Gema

Desa” yang disingkat Masa. Tabloid itu didistribusikan ke seluruh desa yang ada di

Jombang. Harapannya, akan terbangun komunikasi dua arah antara pemerintah dan

masyarakat. Dengan begitu pembangunan yang ia gulirkan senafas dengan keinginan

masyarakat.

Sentuhan tangan dingin Soewoto yang pertama dilakukan adalah memunculkan

ikon Kabupaten Jombang lewat piala Adipura. Ia tak pernah lelah mengajak masyarakat

untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. Hasilnya tidak sia-sia, pada tahun

pertama kepemimpinannya, Kabupaten Jombang berhasil menyabet piala bergengsi dari

Presiden Soeharto kala itu.

Dengan diraihnya penghargaan tersebut, ia berharap rasa memiliki yang ada di

hati masyarakat terhadap daerahnya semakin meningkat. Selanjutnya, jika rasa memiliki

sudah muncul, maka akan lebih mudah mengajak masyarakat untuk bergerak

membangun daerah. Alhasil, selama dipimpin oleh Bupati Soewoto, Kabupaten Jombang

menjadi langganan piala Adipura. Yakni sebanyak empat kali, mulai tahun 1994 hingga

tahun 2007. Sebenarnya pada 1998 Jombang bertekad merebut piala Adipura ke lima atau

yang biasa disebut dengan Adipura Kencana. Hanya saja, memanasnya situasi politik

yang ditandai dengan gerakan refomasi, mengakibatkan anugerah piala tersebut

ditiadakan.

Tidak cukup sampai di situ. Awal memimpin Kabupaten Jombang, bapak empat

anak ini mulai melirik sektor pertanian yang akan di jadikan primadona dalam

pembangunan. Hal itu didasari oleh peta Jombang yang membujur dengan membentuk

garis linear. Selanjutnya, untuk memaksimalkan potensi itu, Bupati Soewoto membuat

peta wilayah pertanian. Dalam arti, mana wilayah yang dikhususkan untuk tanaman

pangan dan mana wilayah yang dikonsentrasikan untuk non pangan dibuat pembagian

secara jelas. Hasilnya tidak sia-sia, pada tahun kedua kepemimpinannya Kabupaten

Jombang menjadi percontohan penggunaan pupuk pril atau yang biasa dikenal dengan

urea tablet tingkat nasional. Selain itu, Jombang juga dijadikan sebagai salah satu

lumbung pangan nasional.

Page 88: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

88

Bergeraknya roda pembangunan yang digagas oleh Soewoto berbuah manis. Hal

itu bisa dilihat dari meningkatnya jumlah PAD (Pendapatan Asli Daerah) saat itu. Ia

mencatat, kala pertama menjabat sebagai bupati, jumlah PAD Kabupaten Jombang hanya

sebesar Rp 2,1 miliar per tahun. Akan tetapi jumlah itu meningkat tajam pada akhir masa

jabatannya, yakni tembus Rp 11,6 miliar atau ada peningkatan sekitar Rp 9 miliar.

Terobosan-terobosan selanjutnya terus dilakukan oleh Bupati Soewoto, semisal masalah

pelaksanakan ibadah haji.

Saat itu pelaksanaan haji di Jombang cenderung semrawut. Tidak jarang

masyarakat bawah yang sudah terlanjur menjual sawah untuk ibadah haji gagal berangkat

hanya karena terganjal kuota. Kondisi itu diperparah dengan maraknya rekomendasi dari

oknum pejabat. Praktis, seseorang yang punya kedekatan dengan pejabat bisa dengan

mudah mendapatkan kuota. Sedangkan bagi masyarakat bawah, harus rela antre dengan

ketidakpastian kapan bisa berangkat. Atas dasar itu, pada tahun 1997 pelaksanaan haji di

Jombang menggunakan sistem undian alias nomor urut.

Teknisnya, seluruh yang mendaftar haji dicatat. Pada hari yang sudah ditentukan,

para pendaftar dikumpulkan di alun-alun setempat. Kemudian mereka mengambil nomor

undian yang sudah dimasukkan dalam kotak. Dari situlah para jamaah haji mendapatkan

nomor urut dan mengetahui apakah dirinya berangkat ke tanah suci atau tidak. Semisal,

jumlah kuota haji pada saat itu 100 orang, padahal jamaah yang mendaftar ada 150 orang.

Setelah mengambil nomor urut, maka akan diketahui siapa saja yang mendapatkan nomor

1 hingga 100. Merekalah yang dipastikan berangkat ibadah haji, selebihnya harus

menunggu tahun berikutnya.

Dengan metode itu, azas keadilan lebih dikedepankan. Menariknya lagi, waktu itu

Jombang merupakan satu-satunya daerah yang menggunakan sistem undian. Tak heran,

terobosan itu sanggup membuat ”iri” Departemen Agama (Depag) Provinsi Jawa Timur.

Selanjutnya mereka melakukan studi banding tentang metode pemberangkatan haji yang

digagas oleh Bupati Soewoto. Gayungpun bersambut. Pemerintah pusat juga melirik

metode baru tersebut. Hal itu ditandai dengan datangnya 12 orang dari Kementrian

Agama untuk melihat secara langsung pemberangkatan haji dengan sistem undian itu.

Rencananya, apa yang telah dilakukan oleh Kabupaten Jombang akan diadopsi oleh

Page 89: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

89

pemerintah pusat. Namun belum sempat rencana terwujud, gerakan Reformasi 1998

bergulir.

Satu hal lagi yang masih diingat oleh Bupati Soewoto hingga kini adalah

suksesnya pelaksanaan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat Jawa Timur di

Jombang pada tahun 1996. Selain sukses sebagai tuan rumah, kota santri Jombang juga

sukses sebagai juara umum. Padahal persiapan untuk menggelar momen akbar itu cukup

singkat, yakni hanya dua bulan. Sebenarnya, ada dua daerah yang terpilih menjadi tuan

rumah dalam pelaksanaan MTQ waktu itu, yaitu Madura dan Bojonegoro.

Hanya saja, saat pelaksanaan MTQ kurang tiga bulan, dua daerah tersebut

menyatakan tidak sanggup. Akhirnya Gubernur Jawa Timur saat itu, H. Basofi

Soedirman, memanggil Bupati Soewoto. Dalam pertemuan itu, gubernur meminta agar

Jombang menjadi tuan rumah. Kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja. Bupati

segera bekerja keras dan membentuk kepanitiaan MTQ. Alun-alun yang terletak di depan

Pendopo Kabupaten disulap menjadi masjid raksasa. Di setiap sudutnya dipasang menara

yang lengkap dengan kubah. Ternyata mepetnya persiapan justru menjadikan semangat

tersendiri bagi Kabupaten Jombang. Terbukti, Jombang berhasil meraih sukses ganda.

Pertama, pelaksanaan MTQ berjalan cukup baik. Kedua, Jombang berhasil menyabet

gelar juara umum. Hingga kini, menara di setiap sudut alun-alun Jombang itu masih

terawat dengan baik.

Gapura Jombang di Desa Temuwulan, Kecamatan Perak sebagai perbatasan dengan Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang kota

Page 90: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

90

Pada era kepemimpinan Soewoto pula, sejumlah gapura masuk Kota Jombang

dibangun. Gapura itu hingga kini masih ada, yakni berada di Desa Temuwulan,

Kecamatan Perak, dan gapura masuk kota yang ada di wilayah Kecamatan Peterongan.

Kedua gapura ini dibangun tahun 1997. Pembangunan batas kota itu bukan tanpa sebab.

Salah satunya adalah untuk membedakan mana wilayah kota dan mana kawasan non

kota. Buah tangan Soewoto lainnya adalah gedung DPRD yang berada di Jalan Wahid

Hasyim saat ini. Sebelumnya, gedung wakil rakyat Kabupaten Jombang itu berada di

sebelah selatan kantor Pemkab lama (sekarang kantor Bakesbangpollinmas). Karena

tempat tersebut dirasa kurang layak, akhirnya dibangunlah gedung DPRD baru yang

sebelumnya merupakan gedung pertemuan.

gedung DPRD yang berada di Jalan Wahid Hasyim No. 110

Dekat dengan Bawahan

Selain cukup dekat dengan masyarakat, Bupati Soewoto juga cukup dekat dengan

jajaran yang ada di bawahnya. Komunikasi dan koordinasi selalu ia lakukan, baik bersifat

formal maupun informal. Pun demikian, sesuai dengan latar belakangnya yang berbasis

militer, ia mempunyai rasa disiplin cukup tinggi. Hal itu pula yang membuat ia cukup

disegani oleh anak buahnya.

Soewoto menyadari, menata organisasi pemerintahan tidak semudah menata

benda-benda mati. Namun diperlukan manajerial kepemimpian yang mumpuni. Pedoman

yang ia pegang saat itu adalah ”The Right Man on the Right Place”, yaitu, menempatkan

Page 91: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

91

seseorang sesuai dengan bidangnya. Dengan begitu, segala tugas, pokok, dan fungsi,

berjalan secara seimbang dan berkesinambungan.

Bukan hanya itu, saat pertama kali menjabat sebagai bupati, organisasi

pemerintahan di Kabupaten Jombang kurang solid. Korps berseragam coklat keki itu

tersekat-sekat sesuai dengan asal almamaternya. Misalnya, lulusan dari UGM

(Universitas Gajah Mada) membentuk kelompok sesama UGM, lulusan Unibraw

(Universitas Brawijaya) membentuk sekat dengan sesama Unibraw, begitu seterusnya.

Akibat dari kondisi itu, kerja-kerja di pemerintahan menjadi kaku dan kurang sehat. Nah,

membongkar sekat-sekat itulah PR (Pekerjaan Rumah) yang pertama kali dilakukan

Soewoto dalam bidang organisasi pemerintahan.

Guratan kata Bupati Soewoto tentang kepemimpinan dan kedisiplinan dalam menjalankan tugas-tugas negara sebagai pegawai Pemerintah Kabupaten Jombang. Tulisan ini terletak di dinding ruang tamu Pemkab Jombang lantai I

Walhasil, dibongkarnya sekat-sekat tersebut membuat suasana kerja kembali

mencair. Selanjutnya, setiap hari Senin ia mengumpulkan seluruh SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) guna melakukan koordinasi dan evaluasi. Dalam pertemuan rutin itu

tidak pernah ditentukan tema yang akan dibahas. Semunya mengalir secara alami.

Dengan begitu, seorang Kepala Dinas atau Kepala Bagian selalu siap jika diminta

mempresentasikan program kerjanya masing-masing. Hal itu sangat berbeda jika tema

Page 92: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

92

dalam rapat rutin itu sudah ditentukan terlebih dulu. Dinas yang kebagian tema tersebut

akan siap-siap, sedangkan dinas yang belum waktunya presentasi akan leha-leha.

Guna memacu kinerja, Soewoto juga melakukan kunjungan secara mendadak ke

instansi yang ada di bawahnya. Semisal, secara tiba-tiba ia datang ke Bagian Urusan

Kepegawaian. Di kantor itu ia menemui Kepala Bagian dan menanyakan berapa jumlah

pegawai yang akan pensiun, berapa jumlah honorer, dan sejumlah pertanyaan lainnya.

Tidak jarang, pejabat yang mendapat kunjungan mendadak itu harus kelabakan karena

tidak siap. Pun demikian, ia tidak pernah marah. Hal itu dilakukan agar jajaran di

bawahnya selalu siap menghadapi segala kemungkinan.

Lahir dari Keluarga Sederhana

Bupati Soewoto lahir di saat Jepang menancapkan kuku jajahannya di bumi

Indonesia. Ia lahir di Bojonegoro 20 Desember 1944, tepatnya di Desa Kadipaten,

Kecamatan kota. Soewoto merupakan anak ke-3 dari 11 bersaudara dari pasangan

Samudi Kartodihardjo dan Rukmi. Masa kecilnya tidak jauh berbeda dengan anak desa

pada umumnya. Bermain perang-perangan, bermain kasti, hingga bermain sepak bola

bersama teman sebayanya. Dari kedua orangtuanya itulah Soewoto kecil selalu diajarkan

kesederhanaan. Maklum saja, kehidupan keluarganya bisa dikatakan pas-pasan. Bahkan

Soewoto mengakui, bisa makan enak hanya setahun sekali, yakni pada saat lebaran. Pun

demikian, semangat untuk menjadi orang besar tidak pernah padam.

Garis hidup memang rahasia Ilahi. Begitu juga dengan Soewoto, sejak kecil ia

tidak pernah punya cita-cita yang muluk. Semisal, menjadi seorang tentara atau menjadi

bupati sekalipun. Pemikirannya sederhana. Menamatkan SMA, bekerja, kemudian

membantu kedua orang tua untuk membesarkan adik-adiknya. Karena ia yakin, dengan

mengantongi ijazah SMA sangat mudah untuk mencari pekerjaan saat itu.

Saat usianya menginjak tujuh tahun, ia didaftarkan oleh ayahnya bersekolah SR

(Sekolah Rakyat) di Desa Kadipaten. Meski dari keluarga kurang mampu, namun soal

pelajaran Soewoto kecil terbilang moncer. Ia tidak pernah sekalipun tinggal kelas.

Hasilnya, pada tahun 1958 ia lulus SR (setingkat SD). Soewoto kemudian melanjutkan

sekolah ke SMP (Sekolah Menengah Pertama) Bojonegoro yang notabene satu-satunya

sekolah negeri kala itu. Duduk di bangku SMP, prestasi akademiknya tidak

Page 93: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

93

mengecewakan. Sama halnya waktu duduk di sekolah SR, Soewoto kecil tidak pernah

tinggal kelas. Ia lulus SMP Negeri Bojonegoro pada tahun 1961. Selanjutnya, ia

meneruskan pendidikan di SMA Negeri Bojonegoro. Di sekolah itu, jurusan B (ilmu

pasti) yang menjadi pilihannya. Tepat tahun 1964, Soewoto menyelesaikan masa SMA-

nya.

Selepas SMA, ia berniat untuk bekerja. Namun, keinginan anak ke-3 dari 11

bersaudara ini harus dipendam terlebih dahulu. Pasalnya, ia lebih tertarik untuk menjadi

seorang taruna ABRI (sekarang TNI). Semua itu berawal ketika keponakannya yang

notabene terlebih dulu lulus dari AMN di Magelang cuti kedinasan. Saat itulah ia

bertekad untuk menjadi taruna juga. Bersama dengan 71 orang lainnya ia pun ikut-ikutan

mendaftar. Berbagai persyaratan ia penuhi, bermacam tes ia jalani. Saat pengumuman

tiba, Soewoto seakan tidak percaya, dirinya diterima sebagai calon taruna di lembaga

pendidikan militer tersebut. Pria asli Bojonegoro ini menjalani pendidikan militer selama

tiga tahun, yakni mulai tahun 1964 hingga lulus pada 1967. Ia lulus AMN dengan

pangkat Letnan Dua (Letda).

Sebagai seorang taruna, Soewoto menyadari harus siap ditugaskan di mana saja.

Pada tahun 1968, tugas pertamanya di Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) VIII

Jember. Setelah itu, tahun 1975 ia dipindahkan tugas ke Pusat Pendidikan (Pusdik)

Armed Cimahi Jawa Barat. Di pusat pendidikan tersebut, Soewoto bertugas selama enam

tahun. Selanjutnya, pada 1981, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon Armed XII di

Ngawi. Tiga tahun menjabat sebagai Komandan Batalyon, ia kemudian dipindah jabatan

sebagai staf Markas Besar (Mabes) ABRI di Jakarta, yakni mulai tahun 1984.

Baru pada tahun 1990, ia kembali bertugas di Jawa Timur, saat itu ia dipercaya

sebagai Komandan Resimen Armed/Kostrad yang bermarkas di Singosari, Malang. Di

tempat tersebut, bapak empat anak ini hanya bertugas selama dua tahun. Karena pada

1992, ia dipindah lagi ke Kodam V/Brawijaya sebagai Asisten Perencana dengan pangkat

Kolonel. Selama satu tahun itulah tugasnya yang terakhir. Pasalnya pada 23 Agustus

1993 Soewoto mendapatkan tugas karya dari pemerintah pusat untuk menjabat sebagai

Bupati Jombang.

Sibuk berkarir, bukan berarti perwira TNI ini lupa akan kodratnya sebagai laki-

laki. Soewoto melepas masa lajangnya pada 9 Maret 1969. Ia menyunting gadis kelahiran

Page 94: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

94

24 September 1951, Ninik Darmini, yang juga masih tetangganya satu kampung di

Bojonegoro. Dari perkawinan itu, pasangan Soewoto Adiwibowo dan Ninik Darmini

dikarunia empat orang anak yang semuanya perempuan. Mereka adalah: Endang

Nursilawati, Eva Nursilarini, Ely Nursiladewi, dan Erlin Nursilaningrum. Kini anak dari

mantan bupati ini semuanya sudah berkeluarga. Namun, salah satu dari mereka ada yang

masih tinggal di Jombang. Sehingga mantan bupati ini meski tinggal di Malang, dalam

sekali waktu masih menyempatkan waktu untuk mengunjungi kabupaten yang pernah ia

pimpin selama lima tahun.

Page 95: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

95

15. Profil Bupati Affandi (Masa Bhakti 1998-2003)

Seolah meneguhkan Kabupaten Jombang sebagai kota santri yang memiliki lebih

dari seratus pondok pesantren besar kecil, Bupati Drs. H. Affandi, M.Si memberikan

warna kepemimpinannya dengan segala hal yang bercirikan keislaman. Upaya itu

ditempuh dengan menerapkan manajemen islami dan hubungan kerja menurut konsep

Agama Islam. Antara lain dengan anjuran pemakaian jilbab bagi karyawati di lingkup

Pemkab dan selalu menebar salam ketika pertemuan. Untuk meneguhkan rasa syukur

sebagai hamba Allah, maka ia selalu mengajak hadirin di setiap acara yang ia hadiri

untuk mengawali acara dengan mengucapkan tiga kali kalimat hamdalah.

Salah satu bentuk terobosan di masa kepemimpinan Bupati Affandi adalah

pemaksimalan peran dan fungsi Badan Amil Zakat Kabupaten. Bahkan mendorong

organisasi serupa di masyarakat untuk memajukan ekonomi umat melalui pengelolaan

zakat secara amanah dan profesional. Maka sejak saat itu ada program pengentasan

kemiskinan dan beasiswa bagi anak yang orangtuanya tidak mampu dari dana zakat,

infaq, dan shodaqoh kaum muslimin.

Semenjak di bawah kepemimpinan Bupati Affandi, majelis-majelis pengajian dan

istighotsah terus digalakkan. Antara lain yang dijadikan agenda rutin setiap hari Jumat

pagi di lingkup pemerintah Kabupaten Jombang.

Sebagai seorang pemimpin yang mencoba untuk menjunjung tinggi amanah,

maka ia dikenal sebagai sosok muslim yang menerapkan Islam secara kaffah atau murni

menurut Syariat. Baginya urusan Syariat adalah nomor satu sebagai insan yang memiliki

iman. Mengenai hal ini ia selalu berpesan kepada keluarga agar berpegang teguh pada tali

Islam (agama Allah), insyaallah keluarga akan tetap rukun dan bersatu.

Page 96: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

96

Begitulah semangatnya menerjemahkan konsep-konsep kepemimpinan islami

sampai-sampai bedug masjid pun ditempatkan di sebuah sudut Pendopo Kabupaten,

seolah bersanding mesra dengan gamelan yang dipajang di sisi lain ruang yang sama.44

Sebagai seorang pemimpin yang sekaligus kepala rumah tangga, Bupati Affandi

dikenal sebagai sosok pengayom, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat sekitar

di mana ia tinggal. Setiap orang yang berdekatan dengannya selalu merasa nyaman

mendapat siraman rohani dan tausiyah yang tidak jarang ia sampaikan di setiap

kesempatan.

Selama menjabat menjadi Bupati Jombang masa bhakti 1998-2003, Drs. H.

Affandi, M.Si membangun silaturahmi antar sesama muslim maupun membangkitkan

acara rutin pengajian keluarga besar Bani Ahmad yang merupakan garis nasab atau

silsilahnya.

Kesederhanaan hidup adalah salah satu keunggulan yang melekat erat pada

pribadi Bupati Affandi. Bahkan selepas dirinya berdinas di ketentaraan dan kembali ke

kampung halaman, tidak satu pun kesan kemewahan yang tampak. Ia memilih

menggunakan mobil sederhana dibandingkan menggunakan fasilitas mobil yang mewah,

meskipun sebenarnya ada peluang itu. Prinsip hidup sederhana ini barangkali dilandasi

oleh masa kecilnya sebagai putera daerah yang berasal dari pelosok. Tepatnya salah satu

desa di Kecamatan Plandaan, daerah utara Sungai Brantas yang berbatasan langsung

dengan wilayah Kabupaten Nganjuk.

Setelah memimpin Jombang selama lima tahun, akhirnya Drs. H. Affandi, M.Si

purna tugas sebagai Bupati Jombang. Rasa kehilangan yang mendalam dialami oleh para

koleganya, termasuk para kepala dinas. Maka untuk memberi kesan dan penghormatan

kepada pengayom Jombang ini, dilakukan prosesi kirab boyongan dari Pendopo

Kabupaten Jombang ke rumahnya di dekat Embong Miring, Desa Denanyar, Kecamatan

Jombang. Prosesi tersebut menggunakan rombongan dokar dan becak yang sudah

disiapkan sebelumnya.

Kini di masa pensiunnya, ia lebih banyak bergiat di rumah saja dan mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Bahkan menurut sekretaris Bani Ahmad yang merupakan

44 Wawancara dengan Khoirudin (salah satu kerabat Bupati Affandi) di MTS Agus Salim Gudo, pada 11

Desember 2010, pukul 10.30 WIB.

Page 97: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

97

keluarga besarnya, Pak Affandi sering mendapatkan kunjungan pejabat pusat yang

sengaja datang untuk mendapatkan tausiyah. Demikianlah sosok Bupati Affandi, sebuah

prinsip kepemimpinan yang memadukan spirit keislaman dalam segala aspek

pembangunan yang diterapkannya dalam keberjalanan pemerintahan Kabupaten

Jombang.

Page 98: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

98

16. Profil Bupati Suyanto (Masa Bhakti 2003 – 2008)

Suyanto lahir di Jombang pada 5 Januari 1962. Ia lahir dari pasangan Sukito dan

Asmah. Pasangan ini melahirkan 6 orang anak: Suyanto, Subandriyah,

Supracahyaningsih, Sadarestuwati, Sujayanah, dan yang terakhir adalah Sumrambah. Ibu

terkasih Suyanto, Asmah, meninggal pada tahun 2002, sedangkan Sukito menyusul wafat

beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 2008.45

Riwayat pendidikan Suyanto dimulai dari SDN Banjaragung (lulus tahun 1973).

Ia lalu melanjutkan ke SMP Negeri Mojoagung (lulus tahun 1977). Lantas meneruskan

sekolahnya di SMA Negeri 1 Surabaya (lulus tahun 1980). Kemudian gelar sarjana S-1

diperolehnya di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya pada tahun 1985.46

Tak cukup itu, ia lantas menempuh jenjang pendidikan S-2-nya di Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya dengan mengambil konsentrasi Manajemen Agribisnis, dan lulus pada

tahun 2007. Pada tahun 1986 hingga 1994, Suyanto menempa hidupnya dengan menjadi

guru. Mengajar murid-murid adalah sebentuk latihan, bagaimana kesabaran, ketelatenan,

dan keprihatinan harus digembleng sekuat baja. Pada tahun 1994 ia mulai menekuni

dunia wiraswasta hingga tahun 2000.

Kiprahnya mulai diperhitungkan ketika ia menjabat sebagai wakil Bupati

Jombang pada tahun periode 1998 hingga 2003 mendampingi Bupati Affandi. Tahun

2003 ia mencalonkan diri sebagai Bupati Jombang dan kenyataan itu benar-benar

terwujud hingga memimpin Jombang sampai tahun 2008. Bersama wakil Bupati Ali Fikri

ia menggenjot pertumbuhan dan perkembangan Jombang hingga masa jabatannya

berakhir di pertengahan 2008. Ia kemudian mencalonkan diri kembali sebagai Bupati

45 Wawancara dengan Sumrambah pada Senin, 15 November 2010, pukul 15.00 WIB, di Perum Griya

Kencana, Candimulyo, Jombang. Juga dari data BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Jombang.

46 Data arsip BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Jombang.

Page 99: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

99

Jombang dan menjalani proses demokrasi Indonesia lewat apa yang kita kenal sebagai

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di mana ia disorong oleh Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP).

Potensi-potensi Kabupaten Jombang

Luas daerah Jombang yang terdiri dari 1159,50 km menyimpan catatan penting.

Dengan jumlah penduduk 1.340.229 jiwa pada tahun 2000-an. Ada 21 kecamatan, dan

302 desa dan 4 kelurahan. Salah satu potensi yang terus diberdayakan di masa

pemerintahan Bupati Suyanto adalah sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan.

Sebagai daerah agraris yang mencakup dunia pertanian, perkebunan, peternakan

termasuk di dalamnya sektor perikanan tak disangkal menjadi garapan utama untuk

diberdayakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang. Lahan yang luas demikian, dapat

diupayakan pengembangannya dan itu memang didukung oleh aliran sejumlah sungai dan

anak sungai, terutama Sungai Kali Brantas. Misalnya Desa Bareng sebagai salah satu

penghasil padi yang luar biasa. Pada saat masa tanam padi, petani pengolah tanah telah

menggunakan traktor penggembur tanah. Suasana pedesaaan yang subur makmur

demikian alangkah menunjukkan bahwa potensi agraris Jombang telah berlangsung turun

temurun sejak silam. Jombang sebagai daerah penghasil jagung dan kecambah dapat

ditilik pada beberapa desa yang berkonsentrasi memberdayakan cocok tanam dengan

baik. Salah satunya juga, Desa Segodorejo, yang pernah meraih prestasi sebagai desa

terbaik tingkat nasional.

Dalam sektor perkebunan, Jombang memiliki Kecamatan Wonosalam,

utamanya di Desa Wonosalam, sebagai desa perkebunan yang membudidayakan berbagai

jenis pola perkebunan. Jenis perkebunan ini meliputi cengkeh, kakao, kopi dan durian.

Cukuplah luas untuk tiga macam tanaman tersebut. Demikian juga pada cengkeh.

Komoditi ini menjadi pokok target dan favorit petani karena prospek pasarnya sungguh

menguntungkan dan berpeluang besar ke depannya. Sebagian yang lain tentu saja

tanaman durian yang lebih banyak, di samping kakao dan kopi.

Memang keistimewaan Wonosalam yang dikenal masyarakat luas adalah

duriannya. Durian yang tergolong istimewa ini tidak berukuran terlalu besar. Namun

agak sedang dan memiliki isi yang padat, tebal dan kering selaputnya. Aromanya khas,

Page 100: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

100

tidak menyengat. Dengan rasa manis yang mantap. Sebagian besar warga Wonosalam

menanam pohon durian ini. Petani durian terkadang menjualnya dengan sistem tebasan di

mana petani menjual pohonnya dalam kondisi belum berbuah. Si pembeli merawat durian

tersebut sampai masa panen.

Dalam bidang peternakan, Kabupaten Jombang memiliki potensi yang baik,

termasuk perikanannya. Penduduk Jombang rata-rata beternak ayam dan itik, sebagaian

yang lain beternak sapi perah dan kambing. Pangsa pasar yang baik ini sangat

diperhitungkan Bupati Suyanto sebab ternak sapi khususnya mampu memproduksi susu

sebagai protein nabati yang baik untuk kesehatan dan kebugaran.

Hampir pada sebagian besar warga Desa Jogoroto, Kecamatan Jogoroto,

didapati para peternak ikan lele. Kolam yang ditempatkan di lahan warga tiap keluarga

betul-betul menginspirasi sebagai pendapatan sampingan yang sekaligus merupakan

lahan bisnis ikan yang menggiurkan. Penampungan bibit-bibit ikan lele di desa ini

banyak dijadikan jujugan (pusat kulakan) para tengkulak yang disebar atau dijual pada

para peternak lele.

Ragam potensi usaha yang berkembang di Kabupaten Jombang, selain yang

disebutkan tadi, masihlah banyak yang lain yang sebenarnya bisa diperhitungkan. Bupati

Suyanto berusaha terus menggalakkan sektor lain itu. Misalnya, industri batu bata di

Desa Bandung Kecamatan Diwek, usaha pembuatan genteng di Desa Karanglo

Kecamatan Mojowarno, industri pembuatan krupuk, dan permen juga tahu-tempe. Bisa

dibilang rata-rata warga Jombang memiliki usaha rumahan sendiri yang tumbuh dari

kreativitas mereka sendiri.

Bupati Suyanto menilai bahwa tiap sektor usaha di Kabupaten Jombang selalu

ada pioner-pioner yang memulai dan menggerakkan segala usaha tersebut. Sektor-sektor

usaha yang bercokol sendiri ini tidaklah diciptakan oleh pemerintah daerah. Pemerintah

daerah hanya menyokong dan mendukungnya. Karena warga Jombang mempunyai

”budaya malu”. Dalam arti bila seorang warga di sebuah desa tidak mempunyai usaha

rumahan maka ia akan merasa malu sendiri. Karena itu rata-rata semua warga di desa

tidak pernah kelihatan ”menganggur”. Selalu ada saja yang dikerjakan baik secara

kelompok maupun sendiri-sendiri.47

47 Lan Fang, Inspirasi Jombang, ibid.

Page 101: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

101

Dunia industri kreatif sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa batik

Jombangan juga berkembang di Jombang. Pada tahun 2000 Pemerintah Kabupaten

Jombang mengirimkan warganya untuk mengikuti pelatihan membatik yang

diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Timur. Salah satu warganya,

Maniati, dikirim ke sana. Maniati ini, dari Desa Jatipelem Kecamatan Diwek, mulai

menekuni usaha batik sejak tahun 1993. Mulanya ia memproduksi jenis batik jumputan

yang dijualnya di lingkungannya sendiri. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, yang

selanjutnya diadakan pula di Dinas Perindustrian Kabupaten Jombang, Maniati mulai

berinisiatif membentuk kelompok pengrajin batik di desanya. Pemerintah Kabupaten

Jombang turut serta dan memberi perhatian intensif pada kelompok ini.

Tersebutlah dan dikenallah kemudian batik Sekar Jati, sebagai ciri khas batik

Jombangan. Jenis batik Jombangan ini kian berkembang coraknya, seperti batik

sasirangan, batik kremesan, batik cap atau batik printing, dan batik tulis, selain batik

jumputan yang menjadi awal kemunculannya. Banyak bahan kain yang dipergunakan.

Motifnya juga berpusparagam. Dari motif tebu, bunga melati, padi yang melambai-

lambai, hingga motif cakra segitiga yang menjadi ciri khas Kabupaten Jombang. Motif

cakra ini terinspirasi dari ukir-pahat Candi Arimbi, salah satu candi peninggalan Kerajaan

Majapahit yang terletak di wilayah eksotis Kecamatan Wonosalam. Nuansa batik Sekar

Jati jika dilihat tampak lembut seperti panorama alam yang indah memukau dan anggun

dan cocok dipakai oleh siapa pun, dari anak-anak, dewasa, sampai kalangan tua. Untuk

motif yang penuh karakter Jombangannya, ditonjolkanlah warna merah dan hijau yang

diambil dari warna lambang Kota Jombang.

Maniati memiliki 20 orang karyawan. Semuanya dikerjakan secara manual agar

tampak alami dan tidak menggunakan bahan kimiawi. Industri batik ini juga

memproduksi desain pakaian jadi, dari kemeja laki-laki dan perempuan. Salah satu

pemasarannya, selain dijual secara orderan dan memasok ke beberapa toko di Jombang

dan di luar Jombang, usaha Maniati ini dipasarkan dan diperkenalkan dalam sejumlah

pameran industri kreatif baik yang dihelat di tingkat regional maupun nasional. Upaya ini

penting untuk mendongkrak transaksi penjualan dan orientasi mutu yang terus

ditingkatkan dan oleh sebab itu Bupati Suyanto benar-benar mendorong dan memberi

Page 102: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

102

semangat agar ciri khas Batik Sekar Jati tersebut menjadi kebanggaan Kabupaten

Jombang kini dan di kemudian hari.

Ada pun industri kreatif yang lain adalah ayaman bambu di Desa Ngoro, cor

kuningan di Desa Mojotrisno yang sudah berkembang sejak tahun 1970, dan manik-

manik kaca di Desa Plumbon Gambang di Kecamatan Gudo. Hampir penduduk desa ini

menekuni kerajinan manik-manik kaca. Ada sekitar 111 pengrajin di mana setiap

bulannya mampu menyerap 5 sampai 10 ton pecahan kaca dari para pengepul kaca. Kini

usaha ini sudah merambah pasar nasional bahkan sudah ada yang menembus transaksi ke

luar negeri.

Bagi Bupati Suyanto, adalah penting bagi warga Jombang melihat berbagai

potensi yang dimiliki Jombang ini untuk terus digalakkan dan dihidupkan semangat

kreatifitasnya dalam berbagai sektor kehidupan. Sumber daya alam, produk-produk

kehutanan, pertanian dan perkebunan, maupun produk olahan berupa kerajinan, wisata,

pendidikan, pondok pesantren dan industri kecil yang bergeliat di sekitarnya. Tidak

ketinggalan pula potensi-potensi kesenian dan aset budaya yang ada di Kabupaten

Jombang. Ia berpendapat bahwa roda perekonomian daerah harus terus didorong

percepatannya. Sebab potensi daerah selalu bergerak dinamis seiring dengan

perkembangan kebutuhan warga, teknologi, dan investasi. Maka peran pemerintah adalah

sebagai regilator, fasilitator, dan menyedia infrastruktur.

Tonggak Keberhasilan Bupati Suyanto

Suyanto ditetapkan sebagai Bupati Jombang dimulai dari titimangsa 17

September 2003 sampai 12 Mei 2008, dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor: 123.35-497 Tahun 2003, Tanggal 17 September 2003.48

Hal terpokok yang bisa dicatat dari Bupati Suyanto dalam periode 2003 sampai

2008 adalah keberhasilannya mengembangkan pusat kesehatan masyarakat yang setara

dengan rumah sakit kecil. Ini bisa dilacak di berbagai puskesmas dengan menciptakan

pelayanan sebanding dengan rumah sakit umum atau daerah. Kondisi ini

mempertimbangkan bahwa angka kemiskinan di daerah Jombang pada tahun 2007

tercatat mencapai 83.724 jiwa.

48 Data arsip BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Jombang.

Page 103: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

103

Misalnya Puskesmas Mojoagung yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis

bagi warga miskin. Pengobatan cum-cuma ini berupaya memberi solusi dan menepis

mahalnya ongkos berobat di rumah sakit. Seorang Maksum, dari Desa Mojotrisno,

Mojoagung, bahkan mendapatkan pelayanan gratis saat membawa mertuanya yang sakit

katarak ke Puskesmas Mojoagung. Mertua Maksum itu langsung dioperasi dan sembuh.

Penyakit lainnya yang lebih ganas pun dapat pelayanan yang sama. Syaratnya, pasien

cukup menyodorkan kartu jaminan kesehatan masyarakat atau surat keterangan miskin.49

Puskesmas Mojoagung lebih mirip rumah sakit kecil dibandingkan dengan pusat

kesehatan di pedesaan atau kota kecamatan. Ada unit gawat darurat, klinik kebidanan,

klinik gigi, laboratorium, alat USG dan rontgen, serta ruang rawat inap. Bahkan dalam

kondisi darurat, menurut Sriwulani Sumargo (salah seorang dokter spesialis radiologi),

puskesmas mampu melakukan bedah kandungan. Klinik akupuntur juga ada, hal yang

terbilang langka ukuran sebuah puskesmas. Pelayanan puskesmas ini bermacam-macam.

Dari pengobatan sampai perkara kecantikan. Pengunjungnya bisa mencapai 150-an per

bulan.

Prestasi dari gagasan Bupati Suyanto ini dapat dibuktikan dalam survei

kepuasan pasien yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Jombang tahun 2007 yang

memberikan skor 80,28 untuk Puskesmas Mojoagung, dari skor tertinggi 100. Puskesmas

Plumbongambang juga mencapai skor di atas 80. Ini berarti banyak pasien yang merasa

puas dengan pelayanan pemerintah itu. Awal tahun 2005, Pemerintah Daerah dan Bupati

Suyanto mulai meluncurkan program ”Puskesmas Idaman-Idolaku” dan ”Rumah Sakit

Cintaku”. Tujuannya untuk menggenjot kualitas puskesmas dan rumah sakit yang

konsisinya serba butut dan ”payah dalam pelayanan”. 49 Majalah Tempo,”Tokoh Pilihan Tempo 2008: Ada Tenggat di Alun-alun”. Edisi Khusus Tempo 28

Desember 2008. hlm. 46-49. Edisi ini Tempo memilih 10 bupati dari sekirar 300 bupati yang memimpin di 472 kabupaten dan kota se-Indonesia. 10 sosok bupati ini menurut Tempo paling berhasil membangun daerahnya: menyulap yang kumh menjadi bersih, membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan, mengubah puskesmas menjadi rumah sakit mini, membuat jaringan teknologi informasi untuk memudahkan layanan masyarakat hingga ke desa-desa, serta berprinsip mengedepankan kepentingan masyarakat di atas segalanya. Bagi Andi Mallarangeng, bupati yang baik adalah harus mampu menggunakan kewenangan untuk menciptakan perbaikan pelayanan publik, pemberdayaan warga, dan meningkatkan kapasitas daerah. Bupati Suyanto dari Jombang merupakan salah seorang yang terpilih di sini di antara para bupati lainnya: Andi Hatta Marakarma (Bupati Luwu Timur, Sulawesi Selatan), Anak Gde Agung (Bupati Badung, Bali), Jusuf Serang Kasim (Wali Kota Tarakan, Kalimantan Timur), Herry Zudianto (Wali Kota Yogyakarta), Ilham Arif Sirajuddin (Wali Kota Makassar), Djarot Saiful Hidayat (Wali Kota Blitar), Untung Sarono Wiyono Sukarno (Bupati Sragen), Joko Widodo (Wali Kota Solo), dan David Bobihoe (Bupati Gorontalo).

Page 104: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

104

Bupati Suyanto memulainya dengan merayu sejumlah dokter spesialis agar mau

bekerja di rumah sakit daerah dan puskesmas. Di Mojoagung dan Cukir, Bupati Suyanto

menyediakan sarana canggih seperti peralatan rongten. Ia sempat disemprot Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur ketika menempatkan dokter spesialis di puskesmas.

Mungkin hal demikian dianggap sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya dan yang

semestinya. Penampilan rumah sakit daerah juga ia permak sebaik mungkin dan memang

kelihatan elegan.

Bupati Suyanto saat bersantai di rumahnya

(repro dari Tempo, 2008)

Ruang perawatan VIP (Very Important Person) dibangun. Ketika beres di

urusan fasilitas dan dokter, Bupati Suyanto mulai memperhitungkan tarif berobat. Ia

ingin tarif berobat dibuat seringan mungkin sehingga semua warga terbebani biaya

mahal. Kesan mahal baginya perlu dihapus dan tidak jadi momok siapa pun. Kalau perlu

gratis sekalian. Untuk kepastian tarif, ia menerbitkan peraturan daerah tentang biaya

pungut di puskesmas. Daftarnya wajid dipasang di loket pendaftaran. Hasilnya dapatlah

dirasakan, biaya itu tergolong sangat murah. Biaya cek darah, urine, atau tinja Rp. 2000.

Operasi kecil Rp. 20.000. Rawat inap komplit dengan tiga kali makan sehari juga Rp.

20.000.

Page 105: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

105

Dari sinilah Bupati Suyanto menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak

pelayanan kepada masyarakat luas. Karena itu banyak pasien puskesmas merasa bangga

dan dihargai serta diberikan kemudahan ketika mereka berobat atau menjalani operasi di

puskesmas. Pada tahun 2005, jumlah pasien rawat inap mencapai 14.669 orang, pada

tahun 2007 menjadi 24.535 orang. Kini Jombang memiliki 13 puskesmas rawat inap.

Puskesmas Mojoagung dan puskesmas Cukir banhkan sudah mengantongi sertifikasi ISO

9001: 2000. Kendati demikian, masih ada warga yang merasa kecewa dan mengeluh

karena sering dokter puskesmas tidak ada di tempat sebab kesibukan lain yang tidak

diketahui. Bupati Suyanto merasa itu wajar sebagai sebuah proses, dan ia menghendaki

lebih banyak dokter lagi yang bisa di tempatkannya di sejumlah puskesmas yang belum

memiliki pelayanan yang demikian.

Di bawah kepemimpinan Bupati Suyanto, pertumbuhan perekonomian Jombang

melejit siknifikan. Tahun 2005 perekonomian naik menjadi 5,34%, tahun 2006 naik

menjadi 5,73%, dan tahun 2007 naik menjadi 6,07%. Sementara belanja daerah tahun

2005 adalah 66 miliar Rupiah, dan pendapatannya di akhir tahun mencapai 429 miliar

Rupiah. Anggaran belanja tahun 2006 adalah 79 milair Rupiah, dan perolehan

pendapatan daerah di akhir tahun mencapai 496 miliar Rupiah. Anggaran belanja tahun

2007 adalah 88 miliar Rupiah, dan pendapatan yang masuk ke kas pemerintah daerah

mencapai 757 miliar Rupiah.

Bupati Suyanto menjabat sebagai kepala daerah sejak tahun 2003 hingga 2008.

Dan mencalonkan diri kembali sebagai Bupati Jombang untuk periode selanjutnya. Ia pun

terpilih dalam putaran Pilkada di penghujung tahun 2008 dan resmi menjabat sebagai

Bupati Jombang untuk periode 2009-2013.

Bupati Suyanto berkantor di Jl. KH. Wahid Hasyim No. 137 Jombang. Di

samping tugasnya yang padat baik di Jombang maupun di luar kota, ia sekali waktu juga

menyempatkan untuk kumpul-kumpul dengan keluarganya di Dusun Serning, RT 25 RW

10, Desa Banjaragung, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.50 Istri Bupati Suyanto

adalah Wiwik Nuriyati, seorang PNS guru SD bidang olah raga di Kecamatan Bareng.

Dari perkawinan ini mereka memiliki 2 anak: Dita Aci Pandi Aski (sekarang berkuliah di

Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya), dan Mohammad Pandi Alam

50 Data arsip BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Jombang.

Page 106: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

106

(bersekolah di SMA 2 Jombang). Kini selain mendampingi sang suami dan mengasuh 2

anaknya, ia bergabung dan bersumbangsih pikiran dan tenaganya sekaligus menjadi ketua

di wilayah Jawa Timur dalam organisasi IPSBI (Ikatan Pelestari Seni Budaya Indonesia).

Page 107: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

107

17. Profil Bupati Ali Fikri (Masa Bhakti 2008-2008)

Sosok Ali Fikri dalam sejarah Bupati-Bupati Jombang tercatat sebagai bupati

yang memiliki kharisma tersendiri sebagai seorang yang berpendirian teguh, tegas,

mandiri dan lahir dari keluarga muslim yang taat. Beliau lahir pada 22 April 1961, di

Desa Sumobito, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Bapaknya bernama

Hafidzon yang lahir pada tahun 1918, dan ibunya bernama Mariyam yang lahir pada

tahun 1925. Ia merupakan anak yang ke-8 dari 10 bersaudara. Anak-anak Hafidzon

tersebut terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan.51

10 putra-putri dari Bapak Hafidzon dan Ibu Mariyam itu adalah:

1. Nadhiroh (lahir 1946)

2. Taufiqur Rahman (lahir 1948)

3. Ahmad Zaim (lahir 1950)

4. Wardah Hafidz (lahir 1952)

5. Nasrulloh (lahir 1955)

6. Lilik Aslihati (lahir 1957)

7. Farid Wajdi (lahir 1959)

8. Ali Fikri (lahir 1961)

9. Tatik Sa’adati (lahir 1965)

10. Ainur Rofik (lahir 1969)

Jika menilik lebih jauh tentang kelurga Hafidzon, kita akan sedikit banyak

mengerti ihwal kehidupan sosial-keagamaan di mana wilayah Sumobito merupakan basis

penyebaran Islam serta poros aktivitas dakwah yang dijalankan para sesepuhnya secara

51 Wawancara dengan Ali Fikri, Kamis, 22 April 2010. di Jl. Gubernur Suryo, Gang 7, Blok K, No. 24,

Jombatan, Jombang.

Page 108: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

108

konsisten. Sebuah masjid bercokol di sini, di tengah kecamatan. Arah timur-barat Kantor

Pos Sumobito. Berdekatan juga dengan Koramil Sumobito dan stasiun Sumobito. Masjid

tersebut konon tergolong tua. Ali Fikri memperkirakan masjid itu berdiri sekitar tahun

1860-an. Seorang arsitek berkebangsaan asing, pada tahun 1925, pernah melakukan riset

tentang makam-makam dan masjid-masjid di seluruh Indonesia dan menyebutkan masjid

ini termasuk catatan penting dalam sejarah masjid di Indonesia.

Masjid ini berkembang dan digerakkan syiar dan kegiatan tablighnya sejak

dahulu pada masa Imam Zahid. Imam Zahid merupakan kakek Ali Fikri dari garis ayah,

yakni Bapak Hafidzon. Konon Imam Zahid berasal dari trah keluarga Pesantren Dresmo

yang nasabnya langsung bila dirunut sampai ke Raden Patah Demak. Dari Imam Zahid

dengan istrinya ini menurunkan 12 putra-putri:

1. Maknunah

2. Mahfudzoh

3. Izzatin

4. Abdul Latif

5. Mohammad Nasich

6. Khusnul Khuluq

7. M. Samsul Huda

8. M. Choirul Anam

9. Makinun Amin

10. Chafidzon

11. Shochiful Islam

12. Sa’dullah Chumaidi

Dari sini keluarga Ali Fikri ini bertemulah dengan keluarga Abdul Lathief.

Abdul Lathief memiliki 15 putra. Salah satunya bernama Muhammad. Dan Muhammad

pun mempunyai 15 anak yang mana salah satu putranya adalah budayawan dan penyair

Emha Ainun Nadjib. Menurut Nasrul Ilahi, adik Cak Nun itu, Ali Fikri sejak usia belasan

juga turut diasuh oleh pamannya Sa’dullah Chumaidi. Hafidzon meninggal pada tahun

1992. Pendidikan yang keras dan berdisiplin tinggi dari bapaknya dan Chumaidi turut

membentuk kepribadian Ali Fikri.

Page 109: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

109

Pelajaran hidup sejak kecil yang diterimanya dari sang bapak menekankan pola:

semakin besar seorang anak, maka semakin besar pula ajaran baginya untuk bisa

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan dilatih untuk empati terhadap saudara-

saudaranya dan orang lain. Chumaidi pun meninggal dalam status lajangnya pada tahun

1997. Namun ia memiliki dedikasi yang besar terhadap syiar Islam di wilayah Sumobito

dan menaja dunia spiritual dan disiplin hidup terhadap sosok Ali Fikri di kemudian hari.

Dari kanan: Sa’dullah Chumaidi, Hafidzon, Makinun Amin, M. Choirul Anam,

Abdul Lathief, dan di suatu pertemuan keluarga tahun 1980-an, di rumah besar keluarga Hafidzon di depan masjid besar

Kehidupan di masjid besar Sumobito (kini masjid tersebut diberi nama Masjid

Imam Zahid) secara tidak langsung membentuk karakter egaliter, luwes, menghargai

pendapat orang lain, juga menempa wawasan pengetahuan dan bersosial dengan

masyarakat luas. Masa kecil Ali Fikri terbilang ”mbetik” (bandel). Ia kadangkala

keluyuran sampai tak kenal waktu. Wajar saja, sebagai anak kampung, pergaulan yang

luas dengan teman-temannya dari berbagai penjuru desa memberikan pengalaman

tersendiri.

Tahun 1972, saat itu beliau baru menginjak kelas 5 SD, di suatu malam, Ali

kecil nekad keluar rumah untuk menonton wayang. Sebelumnya ia banyak mendengar

dari teman-temannya yang bercerita tentang lakon-lakon pewayangan. Ada tokoh Semar,

Gareng, Petruk, Gatotkoco dan lain-lain yang membuatnya penasaran seperti apakah

pertunjukan wayang itu. Ketika ia menuruti kenekatannya itu dan pulang lewat jendela,

alangkah takutnya kalau-kalau di pagi harinya diketahui sang bapak. Ternyata benar.

Page 110: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

110

Namun sang bapak tidak marah dan hanya bertanya kepadanya dari mana ia semalam

keluar rumah. Kegemaran masa kecil yang tak terlupakan juga ia alami saat menyaksikan

Ludruk Putra Birawa Jombang dan Gambus Misri. Beberapa kesenian khas Jombang ini

cukup melekat menjadi memori tersendiri dalam jejak-jejak perjalanan hidupnya.

Ali Fikri berfoto bareng keluarga besar Hafidzon dalam reuni Bani Imam Zahid tahun 2007

Jenjang pendidikan Ali Fikri dimulai dari:

1. MI (Madrasah Ibtidaiyyah) Khairiyyah Sumobito pada 1967 sampai 1969.

2. SDN Sumobito pada tahun 1967 sampai 1973.

3. SMPN I Jombang pada 1973 sampai 1976.

4. Kulliyatul Muallimin Al-Islami Gontor pada 1976 sampai 1981.

5. IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta pada 1982 sampai 1987 dengan gelar BA

atau Sarjana Muda.

Setelah lulus dari jenjang pendidikan terakhir itu Ali Fikri pulang kampung dan

mengajar sebagai guru di SMP Khairiyyah Sumobito sejak 1988 hingga 2010. Beliau

menjabat sebagai kepala sekolah di SMP tersebut mulai 1990 hingga 2010. Pada tahun

1988 juga ia menyunting seorang gadis yang bernama Euis Murniati yang lahir di Jakarta

pada tahun 1963. Pernikahan mereka menghasilkan 4 putra-putri: Raissya Aulia

Rahmawati (lahir 1990), Amalia Fitriani (lahir 1992), Ivan Taufiqurrahman (lahir 1994),

dan Sa’dullah Iskandar Hafidz (lahir 1999).

Page 111: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

111

Pada tahun 1990 ia diterima sebagai Pegawai Negeri di Departemen Agama

sampai tahun 2000. Masa tugasnya sejak 1990 sampai 1996 adalah di Depag Bojonegoro.

Perjalanan bertugas yang jauh ini jelas sangat melelahkan dan mengeluarkan biaya yang

tidak sedikit. Nyaris semua gajinya habis di tengah perjalanan, namun beliau tetap

melakoninya dengan tulus ikhlas dan penuh pengabdian. Baru pada tahun 1996 beliau

dipindahtugaskan di Depag Jombang sampai tahun 2000. Pada tahun 1999 beliau

mengundurkan diri dari instansi ini karena masuk sebagai anggota DPRD Jombang

sampai tahun 2003.

Pada 24 September 2003 karir politik Ali Fikri menanjak prestisius di mana kala

itu posisi beliau terpilih menjadi Wakil Bupati Jombang hingga satu periode penuh

sampai tahun 2008 mendampingi Bupati Suyanto. Munculnya otonomi daerah dengan

diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan selanjutnya Undang-undang No.

32 tahun 2004 terkait kewenangan dan rincian tupoksi (tugas pokok dan fungsi)

pemerintah daerah semakin memacu kiprah dua sosok Jombang ini untuk memajukan

Jombang sebagai daerah yang memiliki potensi dalam berbagai aspek baik di bidang

pertanian, penentuan kebijakan pemerintah, sektor keagamaan, dan potensi wisata serta

peningkatan sumber daya manusianya.

Pengalaman terjun di dunia politik tidak semata-mata bagaimana menjalankan

gerak kebijakan yang selanjutkan bagaimana hal tersebut dimanifestasikan pada

masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan prioritas sebagai acuannya. Pengalaman

dan pemikiran politik selama 5 tahun di komisi A dan komisi C di DPRD Jombang dari

Partai PAN juga 5 tahun di Pemda Jombang telah turut membentuk kepribadiannya dan

pemikiran-pemikirannya dalam berbagai hal di masa selanjutnya.

Pada masa menghangatnya Pilkada di awal 2008, Bupati Suyanto yang

didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mencalonkan kembali sebagai

Bupati Jombang periode 2008 sampai 2013. Otomatis sesuai aturan yang berlaku, beliau

untuk sementara mengundurkan diri dari jabatannya tersebut tanpa menggandeng

kembali Ali Fikri. Saat itu kandidat dari berbagai partai turut bertaruh dalam Pilkada.

Mereka adalah Nyono Suherli dan Abdul halim Iskandar dari Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB), Drs. Suharto, M.Si dan Abdul Mujib dari Partai Demokrat (PD), dan Munjidah

Wahab dan Basaruddin dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kandidat yang

Page 112: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

112

terakhir ini tidak lolos seleksi. Kemudian, tampuk pemerintahan Jombang untuk

menggantikan Bupati Suyanto secara otomatis pula dipegang oleh Wakil Bupati, Ali

Fikri. Ali Fikri pun menjabat sebagai Bupati Jombang terhitung mulai 12 Juni 2008

sampai 23 September 2008.52

Gubernur Jawa Timur, Imam Utomo, saat melantik Ali Fikri sebagai Bupati Jombang, pada 12 Juni 2008, di pendopo Kabupaten Jombang

Karakter kepemimpinan Ali Fikri bertolak pada satu pegangan prinsip: “Hidup

dan Menghidupi, Bergerak dan Menggerakkan”. Posisi Ali Fikri pada saat itu bisa

dibilang cukup krusial dan dilematis sebagai pemimpin tunggal tanpa wakil tidak

sebagaimana sebelumnya, dan salah satu tugas yang musti disegerakan adalah pertama

bagaimana ia menyukseskan Pilkada 2008 itu di daerah dan secara keseluruhan

membantu dengan penuh seluruh agenda puncak Pilkada tersebut dari Provinsi Jawa

Timur.

Kedua, pada bulan Juli, Ali Fikri melakukan perubahan APBD sebagai suatu

strategi penindaklanjutan anggaran agar terfokus secara tepat guna dan pada sasaran 52 Wawancara dengan Ali Fikri di Jl. Gubernur Suryo, Gang 7, Blok K, No. 24, Jombatan, Jombang, pada

Sabtu, 6 November 2010, pukul 13:21 WIB.

Page 113: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

113

bidang yang dituju. Intinya bagaimana DPRD mampu merealisasikan bahwa rakyat

Jombang memiliki hak tahu akan APBD Jombang itu untuk apa saja dan sudah berjalan

seperti apa. Publikasi APBD di media tampaknya menjadi penting agar fungsi koreksi

publik berjalan dengan baik dan hal itu juga berfungsi untuk meminimalisir praktek

korupsi di jajaran birokrat. Problem yang mengkhawatirkan terjadinya korupsi dan

praktek “asal menghabiskan anggaran” di akhir tahun perlu dicarikan jalan keluar yang

baik.

Ali Fikri bersama istri seusai pelantikan bupati

Karena itu, satu kebijakan yang dibuat Ali Fikri terkait itu, dan dengan melihat

Jombang sebagai kota santri beliau merealisasikan penghargaan terhadap para hafidz dan

hafidzah se-Jombang untuk diberi insentif sebesar 1 juta per bulan. Tercatat ada 46 hafidz

dan hafidzah dari berbagai kecamatan yang memeroleh tunjangan tersebut. Menurutnya,

aset generasi muda Muslim yang selama ini tak begitu diperhitungkan ini sejatinya

mereka di masyarakat memiliki kontribusi yang luar biasa dalam pembentukan karakter

bangsa yang agamis dan bermartabat. Penajaman fungsi dan potensi agar mereka punya

andil besar yang riil di masyarakatnya merupakan tujuan utama. Kebijakan ini berjalan

mulai pada Juli sampai September 2008. Setelah itu entah masih diteruskan atau tidak.

Page 114: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

114

Pembahasan dalam perda terkait sisa anggaran tersebut benar-benar jadi

pertimbangan penting bagi Ali Fikri. Contoh lain adalah bagaimana kabag sosial Pemda

Jombang memantau dan mengoreksi kinerja bagian prasarana jalan dan bagian pengairan

yang mana masing-masing anggarannya sebesar 50 Milliar itu. Maka peran Ali Fikri di

sini terlihat meski tak begitu terketahui banyak pihak.

Dalam hal penangangan banjir yang kerap terjadi di sejumlah titik daerah di

Jombang tidaklah lepas dari peran progresif dan kinerja bagian pengairan Pemda. Banjir

yang sering terjadi berpusat di aliran Kali Gunting yang menampung arus air hujan dari

Wonosalam, Bareng, dan Mojoagung, yang dampaknya sangat terasa sampai ke

Kecamatan Sumobito. Ali Fikri lalu bergerak dan terjun ke lapangan bersama bagian

pengairan menuju DAM A. Yani di Sido Kampir dan DAM Balong Sono. Di sini

diketahui bagaimana pengaturan waktu dan situasi hujan dengan ketepatan membuka

saluran 2 DAM tersebut secara efisien dan kondisional.

Ali Fikri saat diwawancarai pada 22 April 2010

di Jl. Gubernur Suryo, Gang 7, Blok K, No. 24, Jombatan Dalam tindakan pemberdayaan dan penyantunan kaum miskin, di mana

program PKH (Program Kelurga Harapan) dari pusat diturunkan ke tiap kabupaten. PKH,

menurut Inswiardi (seorang pendamping PKH di Kecamatan Wonosalam), adalah sebuah

program perlindungan sosial kepada RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin) agar bisa

dengan mudah mengakses layanan kesehatan den pendidikan. Program ini diluncurkan

tahun 2007, di bawah kendali Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial dari

Kementerian Sosial.

Page 115: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

115

Dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, PKH baru terealisir pada 17

kecamatan. Program ini, pada saat kepemimpinan Ali Fikri, terlihat tampak semrawut dan

menyulitkan pihak penerima yang harus mengantri panjang di kantor pos-kantor pos dan

juga karena tidak semua warga mampu menjangkau jaraknya, terutama yang benar-benar

tidak punya kendaraan dan mereka sebagian telah berusia lanjut. Warga miskin yang

sudah tercatat sebagai penerima santunan sebesar 300 ribu di 21 kecamatan, dan

dibagikan per tiga bulan itu, diselesaikan Ali Fikri dalam waktu 3 hari dengan cara beliau

mengintruksikan bagian Pemda dan kantor pos untuk terjun langsung ke setiap

kecamatan dan membagikan santunan tersebut. Terobosan ini terbilang sangat

menggembirakan wong cilik dan tidak membebani dan meribetkan mereka. Inilah ikhtiar

greget Ali Fikri untuk memulyakan kaum miskin.

Dalam arti lain, peran orang miskin itu nyata tapi seringkali tak dirasakan oleh

orang lain. Ketika Jombang untuk kesekian kali mendapatkan penghargaan Adipura, yang

salah satu fokus utamanya dinilai dari kebersihan kotanya, maka peran Pasukan Kuning

yang gajinya cuma 200 ribu sebulan, sangat berperan aktif dalam menciptakan Jombang

sebagai kota yang bersih, beriman, indah dan nyaman itu.

Karena itu, meski Ali Fikri merupakan Bupati Jombang yang paling pendek

masa jabatannya, beliau dalam kepemimpinannya menerapkan “Manajemen Syukur”

untuk menghargai kerja orang lain terutama bagi mereka hidupnya sangat-sangat

kekurangan. Pegawai pemerintah setidaknya bersyukur dengan kemapanan hidup yang

telah diperolehnya dengan cara mensyukuri dan menghargai kerja orang bawahan

mereka.

Ali Fikri memang melaksanakan dan melanjutkan program sebelumnya semasa

dengan Bupati Suyanto. Namun beliau juga punya wewenang kala menggantikannya

untuk melaksanakan tugas-tugas yang diembannya agar dapat “lebih” bermakna. Di

antaranya ia memosisikan diri sebagai penggerak untuk mengubah pola pikir birokrat.

Yakni pola pikir bekerja yang benar dan menjalankan tanggung jawabnya dengan

sepenuh hati. Bahwa menjadi PNS adalah berkah yang didambakan banyak orang, tapi

sesungguhnya tidaklah untuk kepentingan diri sendiri. Ada orang lain yang harus dibantu,

diayomi, dan dipermudah urusan-urusannya di birokrasi pemerintahan.

Page 116: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

116

Ketika rasa “syukur” itu terpatri dalam sanubari, maka mereka akan bekerja

dengan baik dan langsung terasakan manfaatnya. Sehingga beliau di jajaran pegawai

dalam suatu acara pertemuan kedinasan sering beranekdot semacam ini: “Kenapa banyak

orang royokan (berebut) jadi PNS?” Dan semua pegawai tak satu pun yang memberi

jawaban. “Karena antara PNS yang goblok dengan PNS yang pinter yang segolongan,

sama bayarannya.”

Hal yang tak tergantikan dan teramat istimewa bagi Ali Fikri selama kurang

lebih 4 bulan menjabat sebagai Bupati Jombang adalah alangkah menjadi pemimpin di

negeri ini ibarat menjadi seorang raja. “Sabdo pandito ratu” istilah Jawanya. Artinya

semua keinginan dan perintah pimpinan akan dilaksanakan bawahannya tanpa pikir

panjang. Seolah kebijakan yang dianggapnya sudah benar dan beranjak dari kenyataan

dan kebutuhan masyarakat telah cukup untuk menentukan langkah-langkah yang bersifat

instruktif dan menjadi keputusan pemerintah yang tidak bisa diganggu-gugat. Kekuasaan

pemimpin yang demikian, menurutnya, memang “nggegirisi” (menakutkan dan genting).

Efek dan dampak dari sebuah kebijakan tanpa pemikiran yang mendalam dan

musyawarah justru akan membuat segala kebijakan yang dijalankan tidak berguna atau

terbengkalai, sementara dana rakyat sudah digunakan untuk itu.

Di sisi lain, mental ABS (Asal Bapak Senang) atau oknum pegawai atau orang

di luar birokrasi yang mempunyai hubungan erat dengan pimpinan seringkali melakukan

tindakan tidak etis atau menjilat ketika mereka mengajukan kerja sama (proposal) untuk

pembangunan “ini” atau “itu”. Kerja sama dalam bentuk ikatan bisnis yang bersifat

struktural-birokratis memang hal yang lazim yang tidak sepi dari praktek suap menyuap

dan korupsi. Dan hal demikian menjadi tantangan besar bagi setiap pemimpin untuk

mereformasi sistem birokrasi yang ada agar tercipta suatu pemerintahan yang bersih

sehingga roda pembangunan untuk menyejahterakan rakyat tercapai dengan gemilang.

Page 117: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

117

BAB III

PENUTUP

Tidak disangkal bahwa peran pemimpin daerah dalam hal ini seorang bupati

merupakan tonggak penting untuk mengukur dan menilai sejauh mana sumbangsih dan

kiprah kepemimpinannya dapat berjalan sesuai yang diharapkan warganya serta

bagaimana memanifestasikan janji sumpah bhakti seorang kepala daerah. Harapan itu

tentunya tercermin pada tiap masa jabatan bupati yang secara periodik berlangsung dan

dijalankan selama 5 tahun. Secara lokal-historis, Kabupaten Jombang memiliki karakter

khusus baik secara sosiologis maupun geografis. Dua hal pokok inilah yang dijadikan

salah satu pijakan pemikiran dalam pembangunan di Kabupaten Jombang yang selaras

dengan tujuan mendasar pemerintahan Jombang untuk merealisasikan: “Terwujudnya

Masyarakat Jombang Yang Sejahtera, Agamis dan Berdaya Saing serta Berbasis

Agribisnis”.

Maka dari itu, para Bupati Jombang tentunya akan memerhatikan dan membuat

catatan tersendiri sebagai pertimbangan dalam menentukan roda pembangunan di segala

bidang. Visi yang dicanangkan dalam pemerintahan itu adalah:

1. Mewujudkan pemerintahan yang baik, yaitu mengandung makna penyempurnaan

struktur kelembagaan pemerintah daerah yang dititikberatkan pada proses penataan

struktur organisasi agar dapat menjalankan fungsi-fungsi yang diamanatkan

peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan pemerintahan daerah

yang profesional, efektif, berkompetensi tinggi serta tanggap terhadap tugas pokok

dan fungsinya dalam pelayanan publik.

2. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yaitu dengan mengupayakan partisipasi

seluruh komponen masyarakat, pemerintahan daerah dan swasta agar pembangunan

di Kabupaten Jombang mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang

berkompetensi tinggi dan mempunyai keunggulan kompetitif, mempunyai integritas

dan jati diri masyarakat santri yang dipandu oleh nilai-nilai luhur budaya dan agama.

3. Membangun struktur perekonomian yang kokoh dengan berbasis keunggulan

kompetitif di bidang agribisnis, yaitu mengembangkan daerah dengan memperkuat

perekonomian daerah yang berbasis pada kekuatan sektor pertanian dan produk

Page 118: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

118

unggulan daerah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan

produksi, distribusi, dan pelayanan; mengurangi kesenjangan sosial secara

menyeluruh, menumbuhkan keberpihakan pada ekonomi kerakyatan; serta

memantapkan program penanggulangan kemiskinan.

4. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, yaitu pembangunan yang

dilaksanakan tidak semata untuk mengejar pertumbuhan, namun bagaimana

pertumbuhan yang ada sekaligus dapat dirasakan secara merata hasilnya oleh semua

lapisan masyarakat dengan tetap mempertimbangkan faktor alam dan lingkungan

sekitarnya.53

Dengan demikian, pandangan serta pemikiran dan tindakan para Bupati Jombang

yang telah diuraikan pada Bab II di atas diharapkan mampu memberi khazanah tersendiri

sebagai kronik kecil tentang profil kepemimpinan yang dimiliki Jombang dari periode ke

periode. Latar belakang yang beragam dari sosok-sosok Bupati Jombang tersebut

dapatlah dijadikan cermin dalam lintasan sejarah kepemimpinan daerah beserta segala

problem dan perjuangan yang mereka hadapi dan pertaruhkan. Jika ditemukan ada

kekhilafan, kekurangan, penyelewengan, kebobrokan, atau kebijakan yang tidak pro

rakyat misalnya, adalah hal yang wajar karena mereka juga sebagaimana manusia biasa

yang tidak luput dari hal-hal yang demikian.

Tentu warga Jombang patut berterima kasih dan bersyukur sembari menilik

kembali sejauh mana kontribusi dan pengabdian mereka sehingga di masa mendatang

dapat dijadikan bahan pengetahuan dan wawasan untuk menumbuhkan kecintaan dan

rasa memiliki akan daerahnya dan pula terhadap kemajuan bangsa Indonesia secara luas.

53 http://www.jombangkab.go.id/

Page 119: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

119

Daftar Pustaka

Buku

Agoes Sofyan Yudhiarma dan Aru Armando. Berjuang di Jalan Terjal: Pokok-pokok

Pemikiran Imam Supardi. RM Books. Jakarta. 2008.

A.H. Hudan Dardiri. Pujangga, Pusara, Pusaka Sang Empu: Kumpulan Puisi A.H.

Hudan Dardiri dan Kawan-kawannya. Tanpa nama penerbit. Malang. 2010.

Babad Khadiri. Penerbit Tan Khoen Swie. Kediri. 2006. Heather Sutherland. Silsilah Keluarga Penguasa Jawa Madura: Anak Turun Brawijaya

V. Tanpa tahun dan penerbit.

Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global. PT Kompas Media

Nusantara. Jakarta. 2000.

Isnandar. Legenda Gunung Pucangan. Jombang: Paguyuban Jarahnitra (Sejarah lan

Nilai-nilai Tradisional). Jombang. 2005.

Fahrudin Nasrulloh. Jejak Langkah dan Pikiran Insan Jombang. Disporabudpar

Jombang. 2010.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia

VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia. 2007.

Keluarga Alm. Hudan Dardiri. Memperingati 1000 Hari H.A. Hudan Dardiri, 25 Maret

2010, Malang.

Keluarga Alm. H.A. Hudan Dardiri. Memperingati 1000 Hari H.A. Hudan Dardiri,

University Press, Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya, 2010.

Lan Fang. Inspirasi Jombang. PT. Revka Petra Media. Surabaya. 2009.

Onghokham. Rakyat dan Negara. Penerbit Sinar Harapan bekerja sama dengan LP3S.

Jakarta. 1983.

Nanang PME dkk. Pesona Wisata Jombang. Parbupora. Kabupaten Jombang. 2005.

Purwadi. Babad Jombang. Belum diterbitkan. 2008.

Ngaidi Wibowo. Carita Kebokicak. Manuskrip. Belum diterbitkan. Jombang. 2002.

Taufik Abdullah dkk. Manusia dalam Kemelut Sejarah. LP3S. Jakarta. 1978.

Umar Junus. Mitos dan Komunikasi. Penerbit Sinar Harapan. Jakarta. 1981.

Willem Walraven. Modjokerto in de motregen. KITLV, Leiden, 1998.

Page 120: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

120

Media Massa

-- Junaedi, “Wallace di Jombang”, harian Surya, 15 Juli 2010.

-- Majalah Tempo. Edisi Khusus Tempo, 28 Desember 2008.

-- Surabaya Post, 10 November 1976.

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jombang,

http://125.164.208.60/e_info/main/sejarah.php,http://hi-

in.facebook.com/,http://maziman.wordpress.com/sejarah-

jombang/,http://guruit07.blogspot.com/2009/01/sejarah-singkat-kabupaten-jombang.html

Dokumen

-- Penelitian dari tim sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta tahun 2006

berjudul “Penelusuran Hari Jadi Jombang”. Arsip Kantor PARBUPORA Kabupaten

Jombang.

-- Dokumen foto R.A.A. Soeroadiningrat koleksi Agus Heliyana sebagai buyut

menantu R.A.A Soeroadiningrat di Café Garuda, Jln. Dr. Sutomo, Jombang.

-- Dokumen lukisan reproduksi dari foto bergambar R.A.A. Soeroadiningrat bersama

istri, koleksi Bapak Raden Panji Darmodi selaku cucu R.A.A. Soeroadiningrat, di

Café Garuda, Jln. Dr. Sutomo, Jombang.

-- Data blangko Clearance-Test Calon Legislatif, diterbitkan oleh Tim Penelitian

Khusus Calon Legislatif Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur 1997.

-- Riwayat pekerjaan yang diperinci, ditulis R Soedarsono pada 14 April 1986.

-- Riwayat Pendidikan R Soedarsono, ditulis R Soedarsono pada 14 April 1986.

-- Putusan Menteri Dalam Negeri, Sanoesi Hardjawinata, Nomor: Des.71/II/35.

-- Surat Penetapan yang diterbitkan Jawatan Penerangan Karesidenan Kediri Nomor:

142/D/49, yang ditanda tangani Pemimpin Umum, Hardjosoemarmo.

-- Surat Pernyataan R Soedarsono mengenai Perjuangan dalam Agresi Belanda I dan II.

-- Data arsip BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Jombang tentang Identitas

Pribadi Bupati Suyanto.

Page 121: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

121

Wawancara

-- Wawancara dengan Agus (buyut menantu R.A.A Soeroadiningrat) dan Raden Panji

Darmodi (cucu R.A.A. Soeroadiningrat), pada Rabu, 29 September 2010, di

Jombang.

-- Wawancara dengan Raden Panji Darmodi (cucu R.A.A. Soeroadiningrat), pada

Rabu, 29 September 2010, di Jombang.

-- Wawancara dengan buyut menantu Kanjeng Sepuh Mas Agus Heliana, pada Kamis,

30 September 2010, Jombang.

-- Wawancara dengan Noeroel Koesmen di Jl. Baskara Utara 14 B, Mulyosari,

Surabaya, pada 31 Juli 2010.

-- Wawancara dengan Soewoto Adiwibowo, pada 5 Oktober 2010, di kediamannya di

Perumahan Pondok Blimbing Indah Araya Blok B-8 No 8, Malang.

-- Wawancara dengan Amidar Nurma Winarti (anak kelima A. Hudan Dardiri), pada 18

Agustus 2010, pukul 13.32 WIB, di Jl. Raya Langsep No. 49, Malang. Wawancara

ini didampingi oleh Nasrul Ilahi (dari kantor Disporabudpar Jombang) dan

keponakan Pak Hudan, Bapak Sonhadji, yang tinggal di Perum Candi Indah, Blok K,

No. 19, Jombang. Ia juga bersumbangsih data perihal sosok Pak Hudan.

-- Wawancara dengan Ali Fikri, di Jl. Gubernur Suryo, Gang 7, Blok K, No. 24,

Jombatan, Jombang, pada Kamis, 22 April 2010.

-- Wawancara dengan Ali Fikri di Jl. Gubernur Suryo, Gang 7, Blok K, No. 24,

Jombatan, Jombang, pada Sabtu, 6 November 2010.

-- Wawancara dengan Endang Sri Ernawati (anak ketiga R Soedarsono) di Jl. Iskandar

Muda No 12, Wersah, Jombang, pada Minggu, 24 Oktober 2010.

-- Wawancara dengan Dede Rutana (anak keempat Bupati Tarmin Hariadi) di ruang

kerja Bapeda Jombang, pada Senin, 4 Oktober 2010.

-- Wawancara dengan Pak Asnan, mantan kapten PSID era Bupati R. Soedirman, pada

hari Sabtu, 30 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB di desa Candi Jombang.

-- Wawancara dengan Chairil Harja Hudaya ( keponakan Bupati R. Soedirman) pada

hari Sabtu, 30 Oktober 2010, pukul 11.30 WIB.

Page 122: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

122

-- Wawancara dengan Bapak Kardjan (usia 70 tahun, adik ipar Bupati Ismail) di

Geneng gang II (jalan Madura) pada hari Senin, 1 Nopember 2010, pukul 11.00

WIB.

-- Wawancara dengan Bapak Kistam Mulyono (adik ipar Bupati Ismail) di Perumahan

Jombang Permai, Jl. Alpukat No.18, hari Kamis, 4 Nopember 2010, pukul 10.26

WIB.

-- Wawancara dengan Kak Sukardi, salah satu pembina pramuka di Kwartir Cabang

Gerakan Pramuka Jombang, di Desa Plandi, pada 26 September 2010, pukul 10:00

WIB.

-- Wawancara dengan Sumrambah, pada Senin, 15 November 2010, pukul 15.00 WIB,

di Perum Griya Kencana, Candimulyo, Jombang.

-- Wawancara dengan Bapak R. Soedirman tentang sosok R. Hassan Wirjokoesoemo di

rumahnya di Jl. Dharma Husada Indah Surabaya, pada 13 Desember 2010, pukul

12.45 WIB.

-- Wawancara ihwal Bupati Soebijakto dengan Ibu Su’udiyah R. Soedirman di

rumahnya di Jl. Dharma Husada Indah Surabaya, 13 Desember 2010, pukul 13.00

WIB.

-- Wawancara dengan R. Soedirman di rumahnya di Jl. Dharma Husada Indah,

Surabaya, pada hari Senin, 13 Desember 2010, pukul 12.00 WIB.

-- Wawancara dengan Joko Suparto (eks TRIP) di kediamannya di Kaliwungu Selatan

Gg II, Jombang, pukul 10.30 WIB.

-- Wawancara tentang Bupati Mustadjab dengan Syahlan Husain (Sekretaris Umum

Dewan Kesenian Jatim) di kantor Dewan Kesenian Jawa Timur di Jl. Wisata

Menanggal Surabaya, pada Selasa, 9 November 2010, pukul 12.30 WIB.

-- Wawancara ihwal Bupati Istadjab dengan Joko Suparto (eks TRIP) di Kaliwungu

Selatan Gg. II Jombang, pada tanggal 15 Desember 2010, pukul 10.45 WIB.

-- Wawancara tentang Bupati Affandi dengan Khoirudin (salah satu kerabat Bupati

Affandi) di MTS Agus Salim Gudo, pada 11 Desember 2010, pukul 10.30 WIB.

Page 123: BIOGRAFI -  · PDF fileProfil Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962) ..... 37 ... berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

123

Tentang Tim Penulis Fahrudin Nasrulloh, lahir 16 Agustus 1976 di Jombang. Alumnus Pesantren Denanyar Jombang (1995), pesantren Salafiyyah Al-Muhsin Nglaren Yogyakarta (2005), dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2002) Fakultas Syari’ah, jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum. Bekerja sebagai editor freelance dan bergiat di komunitas Lembah Pring Jombang, Tim Pelestarian dan Perlindungan Seni-Budaya Jombang, Jurnal Kebudayaan Banyumili Mojokerto, dan Majavanjava Cinema Club. Menulis sejumlah buku, puisi, cerpen dan esai di beberapa media. Beberapa karyanya masuk dalam Syekh Bejirum dan Rajah Anjing (Jurnal Cerpen Indonesia, Yayasan AKAR: 2006); Loktong (antologi cerpen: CWI, Jakarta, 2006); Ratusan Mata di Mana-mana (Jurnal Cerpen Indonesia, 2008); Jogja 5,9 Skala Richter (antologi puisi: Bentang, 2006); Tongue in Your Ear (esai sastra: Festival Kesenian Yogyakarta ke-19, FKY Pressplus, 2007); Kumpulan Cerpen Khas Ranesi (PT. Grasindo, Jakarta, 2007); Regenerasi Panggung Muda Cerpen Indonesia (Jurnal Cerpen Indonesia, Yayasan AKAR Indonesia: 2009); kumpulan cerpen Perayaan Kematian Liu Sie (Yayasan TIKAR, Yogyakarta: 2009); kumpulan cerpen Jalan Menikung ke Bukit Timah (Temu Sastrawan Indonesia II, Pangkalpinang: 2009); kumpulan cerpen Ujung Laut Pulau Marwah (Temu Sastrawan Indonesia III, Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Tajungpinang, 2010); kumpulan cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto: 2010); Pesta Penyair: Antologi Puisi Jawa Timur (DKJT dan Pemprov Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur: 2009). Buku yang telah terbit Inspirasi Meraih Sukses (Lafal Indonesia, Yogyakarta: 2006); Syaikh Branjang Abang (Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2007), Geger Kiai (Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2009); kumpulan esai Jejak Langkah dan Pikiran Insan Jombang (Disporabudpar Jombang: 2010). Kini sedang menyiapkan buku Kronik Ludruk Jombang. Email: [email protected]. Kontak person. 081578177671. Dian Sukarno, lahir pada 1 Agustus 1972 di Jombang. Ia adalah penulis buku dan artikel seni-budaya yang produktif. Bekerja sebagai wartawan radio El-Shinta cabang Jombang. Ia juga penelusur sejarah dan pimpinan sanggar tari Lung Ayu, di Sengon, Jombang. Salah satu bukunya yang sudah terbit adalah Cerita Rakyat Jombangan (Disporabudpar Jombang: 2008). Kontak person: 081654978821. Yusuf Wibisono, lahir di Jombang pada 9 Desember 1977. Kini ia bekerja sebagai wartawan beritajatim.com. Kontak person: 085648248121.