bioekologi dan deteksi senyawa bioaktif rotifera ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen...

201
BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI DAN ESTUARI SULAWESI UTARA JOICE R.T.S.L RIMPER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 8

Upload: phungtuyen

Post on 09-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI DAN ESTUARI SULAWESI UTARA

JOICE R.T.S.L RIMPER

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2 0 0 8

Page 2: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

ii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Bioekologi dan Deteksi

Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari

Sulawesi Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2008

Joice Rimper NIM C 661020031

Page 3: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

iii

ABSTRACT

JOICE R.T.S.L RIMPER. Bioecology and Bioactive compound Detection of Rotifera Brachionus spp. from Coastal Water and Estuary in North Sulawesi. Under supervisions of RICHARDUS F. KASWADJI, BAMBANG WIDIGDO and NAWANGSARI SUGIRI.

One of the most important microorganisms is the plankton. The existence of plankton affect the water where they live because this organism has an important role as source of food for many marine organisms. Rotifers are microscopic aquatic animals of the phylum Rotifera. The research aims to find out the existence and the most dominant rotifers in coastal territorial waters and estuaries in North Sulawesi, and the relationship between their abundance and some environmental parameters. To compare morphometry of wild rotifers Brachionus rotundiformis from different locations and the cultured rotifers fed with different microalgae within different salinities, analysing the life cycle and detecting bioactive compound. The research was done in coastal areas and estuaries of North Sulawesi. Plankton sampling was done in several brackishwater ponds and coastal areas along Manembo-nembo, Minanga, Wori, and Tumpaan. Samplings were conducted during east and west seasons, as well as high and low tides. Temperature, salinity, pH, turbidity, and dissolved oxygen were measured in situ using test kit water. Samples of rotifers were collected by deploying a pankton net horizontally along 10 m, and were preserved using formaldehyde solution for further identification and measurements. The rotifers were cultured with different salinity (4, 20, 40, 50, 60 ppt) and fed with different micro algae (Nannochloropsis oculata and Prochloron species). The measurement for morphology characteristic were conducted on lorica length, lorica width and anterior width.

Identification of rotifers revealed three species from all locations, i.e B. rotundiformis, B. caudatus, B. quadridentatus. The result of analysis shows that the lorica length, anterior width and lorica width taken from Minanga waters is larger than those from Manembo-nembo, Wori, and Tumpaan. B. rotundiformis which is fed by Prochloron species shows smallest size of lorica length. The bioactive production of crude extract of B. rotundiformis fed with N. oculata is larger than those which is fed with Prochloron species. The antibacterial activity detected from crude extract of B. rotundiformis is produced by itself although there is contribution from the microalga as food.

Page 4: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

iv

RINGKASAN

JOICE R.T.S.L RIMPER. Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. Dibimbing oleh RICHARDUS F. KASWADJI, BAMBANG WIDIGDO, dan NAWANGSARI SUGIRI. Potensi hayati laut tidak hanya organisme makro, tetapi juga organisme mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai makanan di laut. Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas pada organisme makro seperti ikan, udang dan rumput laut, sedangkan organisme mikro seperti plankton masih sangat terbatas pemanfaatannya. Rotifera adalah zooplankton yang merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang berpeluang untuk dikembangkan bagi kepentingan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sifat-sifat biologi B. rotundiformis antara lain morfometri dan daur hidup, menentukan keterkaitan antara parameter lingkungan dan musim terhadap kelimpahan rotifera, serta mendeteksi dan membandingkan aktivitas senyawa bioaktif dari rotifera B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa terobosan dalam penemuan senyawa-senyawa bioaktif unggulan khas tropis. Secara keseluruhan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Cara pengambilan sampel pada penelitian utama sama dengan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan empat lokasi yang memiliki kelimpahan rotifera yang cukup tinggi, yaitu perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan Wori sehingga empat lokasi tersebut yang ditetapkan menjadi lokasi pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan pada musim barat, musim timur dan pada saat pasang surut. Parameter yang diukur meliputi parameter lingkungan, kelimpahan rotifera, dan kelimpahan fitoplankton. Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ, dengan menggunakan Horiba U-10. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menarik jaring plankton secara horisontal di permukaan perairan. Air contoh yang terkonsentrasi pada botol plankton net dipindahkan dalam botol sampel dan ditambah bahan pengawet, kemudian sampel plankton diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya. Alga mikro yang digunakan sebagai pakan rotifera adalah jenis Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. Untuk aspek morfometri, bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur adalah panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL). Untuk kebutuhan ekstraksi, B. rotundiformis pada tahap awal dikultur pada suhu dan salinitas optimum yakni suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt, kemudian dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan dua jenis pakan berbeda (N. oculata dan Prochloron sp.). Untuk mendeteksi kandungan senyawa bioaktif maka dilakukan proses ekstraksi terhadap B. rotundiformis dan alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. Bakteri yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah bakteri gram positif dan gram negatif, bakteri uji

Page 5: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

v

tersebut adalah Vibrio cholerae, Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Metode pengujian antibakteri yang digunakan adalah metode agar kertas cakram (paper disc method). Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3. Untuk mengetahui perbedaan parameter lingkungan berdasarkan lokasi penelitian, musim, pasang surut serta pengaruh interaksi antara lokasi dan musim maupun interaksi antara stasiun dengan musim maka dilakukan analisis ragam (ANOVA) desain faktorial pada masing-masing parameter. Untuk membandingkan perbedaan kelimpahan rotifera antar lokasi, musim, pasang, surut dan stasiun penelitian, digunakan analisis non parametrik Kruskal-Wallis. Sedangkan untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang paling berperan dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan rotifera B. rotundiformis digunakan analisis diskriminan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotifera di perairan bagian timur yang berhadapan dengan Laut Maluku lebih melimpah dibanding dengan di perairan bagian barat yang berhadapan dengan Laut Sulawesi. Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian adalah dari kelas Monogononta yang merupakan anggota dari genus Brachionus. Identifikasi sampel rotifera di semua lokasi penelitian menemukan tiga jenis yaitu B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis lebih melimpah serta ditemukan di semua lokasi penelitian jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis juga paling mudah untuk dikultur di laboratorium, sedangkan dua spesies lainnya yaitu B. caudatus dan B. quadridentatus belum berhasil dikultur di laboratorium. Kelimpahan B. rotundiformis cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan akan menurun dengan meningkatnya nilai suhu, salinitas, dan kekeruhan. Setiap strain memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap kondisi lingkungannya. Hasil identifikasi dan pencacahan genus fitoplankton yang diperoleh selama penelitian adalah Diatom (Bacteriastrum, Bidulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiothrix) dan Dinoflagelata (Ceratium, Noctiluca, Prorocentrum, Pyrocystis). Persentase ukuran lorika terbesar yang ditemukan selama penelitian yaitu sebanyak 27 % di perairan Minanga, 63 % di perairan Manembo-nembo, 83 % di perairan Tumpaan dan 77 % di perairan Wori. Kombinasi salinitas 20 ppt dengan pakan Prochloron sp. menghasilkan ukuran lorika yang terkecil. Pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt terlihat adanya kecenderungan peningkatan ukuran lorika B. rotundiformis. Persentase miksis paling tinggi yaitu pada perlakuan pakan N. oculata sebesar 27,77%, sedangkan untuk pakan Prochloron sp. 19,44%. Respons bakteri uji terhadap ekstrak B. rotundiformis berbeda menurut salinitas dan jenis pakan. Salinitas 40 ppt paling potensial memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri, pada salinitas ini terjadi rangsangan miksis yang mampu merubah pola reproduksi. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi selain berasal dari B. rotundiformis itu sendiri tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis.

Page 6: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

vi

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

vii

BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI

DAN ESTUARI SULAWESI UTARA

JOICE R.T.S.L RIMPER

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2 0 0 8

Page 8: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

viii

Judul Disertasi : Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara

Nama : Joice R.T.S.L Rimper

NIM : C 661020031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji, M.Sc Ketua

Dr. Ir. Bambang Widigdo, M.Sc Prof. Dr. Drh. Nawangsari Sugiri

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian : 3 Desember 2008 Tanggal Lulus :

Page 9: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

ix

PRAKATA

Segala kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah turut bekerja dalam

segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi penulis, sehingga karya ilmiah

ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang penulis

kerjakan berdasarkan kajian di lapangan dan di laboratorium. Dalam pelaksanaan

penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah ini, penulis mendapat banyak

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah

membantu penyelesaian studi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji MSc, Dr. Ir. Bambang Widigdo MSc,

Prof. Dr. Drh. Nawangsari Sugiri sebagai Komisi Pembimbing yang berkenan

meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis sejak awal

penulisan proposal, pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto,

Dr. Mulyadi MSc, APU dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno MSc yang bersedia menjadi

penguji luar komisi pada ujian tertutup dan ujian terbuka. Ucapan terima kasih

juga Penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sam Ratulangi, Dekan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unversitas Sam Ratulangi yang telah

memberikan ijin melanjutkan pendidikan S3, serta semua staf pengajar dan staf

pegawai program studi Ilmu Kelautan IPB yang membantu kelancaran kegiatan

belajar mengajar penulis di program studi lmu Kelautan. Terima kasih juga

penulis tujukan kepada BPPS Diknas, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara,

Australian Centre For International Agricultural Research (Aciar) Project FIS,

Yayasan Damandiri, Yayasan Toyota dan Astra yang telah memberikan bantuan

dana pendidikan dan penelitian. Kepada Dr. Ir. Inneke Rumengan MSc,

Dr. Ir. Daniel Limbong MSc, Prof. Dr. Daniel Monintja, Dr. Ir. R. Mangindaan

MSc, Ir. Fitje Losung MSi, Ir. M. Hatta MSi, Ir. Nur Asia Umar MSi, Ir. Jane

Mamuaja MSc, Elly Engka SPi, Maria Mawu SPi, dan Anty Katunde SPi, terima

kasih banyak atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan

penelitian di lapangan dan di laboratorium.

Page 10: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

x

Hormat dan cinta saya buat semua keluarga saya, Mami, Oma, Ricky, Hetty,

Danny, Moses, dan Kel. Besar Kaparang Koluku yang penuh cinta, doa dan setia

memotivasi saya dalam penyelesaian studi. Terima kasih juga kepada Ibu Adel

Suparman Kansil, Kel. Kandou Pantouw, Ibu Esther dan Emmanuel Laumonier,

Ibu Lussyanti, Kel. Josep Karamoy, Silvana Harikedua, Ingerid Moniaga,

Jaqueline Motulo, Theo Lasut, Pingki Saerang, Alfret Luasunaung, Deyv Pijoh,

Edwin Ngangi, Joy Kumaat, Eva Mamahit, Lenda Lapian, Indri Manembu, Widhi

Warongan, Denny Karwur, Deiske Sumilat, Natalie Rumampuk, Rosita Lintang,

semua teman-teman Asrama Sam Ratulangi Bogor Baru I,II, Kel. Besar

CELEBICA, teman-teman di program studi Bioteknologi Kelautan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat dan teman-teman di program studi IKL IPB

yang selalu bersedia membantu penulis, terima kasih buat semua doa, pengertian

dan kebersamaan yang sudah kita lewati bersama.

Disadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, tetapi harapan

penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan

penelitian-penelitian selanjutnya.

Bogor, Desember 2008

Penulis

Page 11: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manado, 5 September 1965 sebagai anak sulung dari

pasangan Drs. P.H. Rimper (Alm) dan N.L Kaparang. Setelah menyelesaikan

pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1984 di Manado, Penulis menempuh

pendidikan sarjana di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas

Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado, dan lulus pada tahun 1989. Pada

tahun 1997, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan pada Program

Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk

melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi

yang sama diperoleh pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana

diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS).

Penulis bekerja sebagai staf dosen di Program Studi Bioteknologi Kelautan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado sejak

tahun 1990. Pelatihan dalam bidang kultur rotifera B. rotundiformis pernah

dilakukan di Department of Primary Industries & Fisheries-Northern Fisheries

Centre (DPI&F-NFC), Cairns Australia pada Februari-Maret 2008.

Karya ilmiah berjudul Distributions of Monogonont Rotifers Brachionus

spp. In North Sulawesi telah disajikan pada seminar internasional Joint Seminar

on Coastal Marine Science LIPI-JSPS di Yogyakarta pada bulan Agustus 2007,

dan artikel ini telah diterbitkan pada Jurnal MRI (Marine Research in Indonesia)

Vol.32, No. 2, 2007. Artikel lain berjudul Body size of rotifers (Brachionus

rotundiformis) from estuaries in North Sulawesi telah diterbitkan di Marine

Finfish Aquaculture Network Volume XIII No. I January-March 2008

(http://library.enaca.org/AquacultureAsia/Articles/jan-march-2008/rimper-etal08.

pdf). Artikel berjudul Bioekologi Rotifera dari Perairan Pantai dan Estuari

Sulawesi Utara telah diterbitkan pada Jurnal Ilmiah Forum Pascasarjana IPB

Volume 31 Nomor 1 Januari 2008. Artikel berjudul Kelimpahan Rotifera di

Sulawesi Utara telah diterbitkan pada Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani

UNHAS edisi Juni 2008. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari

program S3 penulis.

Page 12: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xii

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 4

2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1 Peranan Rotifera Dalam Perikanan .................................................. 6 2.2 Biologi Rotifera ................................................................................ 6 2.3 Biokimia Rotifera ............................................................................. 12 2.4 Ekologi Rotifera ............................................................................... 13

3 METODOLOGI ........................................................................................ 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 16 3.2 Penelitian Pendahuluan .................................................................... 16 3.3 Penelitian Utama .............................................................................. 17 3.3.1 Kajian Bioekologi ................................................................ 17 3.3.1.1 Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Rotifera .. 17 3.3.1.2 Kultur Alga Mikro Sebagai Pakan Rotifera ........... 18 3.3.1.3 Morfometri ............................................................. 20 3.3.1.4 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis .................... 20 3.3.1.5 Miksis ..................................................................... 22 3.3.2 Kajian Bioaktif ..................................................................... 22

3.3.2.1 Ekstraksi B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. ................................................. 22

3.3.2.2 Inokulum Bakteri dan Antibiotik Pembanding........ 27 3.3.2.3 Pembuatan Medium Agar ....................................... 27

3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri ............................. 28

3.4 Analisis Data .................................................................................... 30 3.4.1 Kelimpahan Rotifera dan Parameter Lingkungan ................ 30 3.4.2 Pengaruh Pakan terhadap Daur Hidup dan Morfometri B. rotundiformis ................................................................... 31 3.4.3 Persentase Miksis .................................................................. 34

3.4.4 Aktivitas Antibakteri............................................................. 34

Page 13: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xiii

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 36

4.1 Bioekologi ........................................................................................ 36 4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................ 36 4.1.2 Parameter lingkungan .......................................................... 37 4.1.3 Kelimpahan Rotifera ............................................................ 46 4.1.4 Morfometri Rotifera B. rotundiformis .................................. 58

4.1.4.1 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis dari alam .................................................................. 58 4.1.4.2 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis

Hasil Kultur ............................................................ 61 4.1.5 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis .................................. 65 4.1.6 Pertumbuhan Populasi Rotifera B. rotundiformis ................. 67 4.2 Bioaktif ............................................................................................. 70 4.2.1 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan N. oculata .................................................................. 70 4.2.2 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan Prochloron sp. ............................................................ 74 4.2.3 Aktivitas Antibakteri Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp........................................................................ 77

5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 83 5.1 Simpulan ........................................................................................... 83 5.2 Saran.................................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85

LAMPIRAN........................................................................................................ 91

Page 14: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xiv

DAFTAR TABEL Halaman

1 Komposisi medium kultur alga (Hirata, 1975) ......................................... 18

2 Komponen-komponen dalam metode ”Life Table” ................................. 32

3 Beberapa kategori morfologi spesies rotifera yang teridentifikasi selama penelitian ....................................................................................... 48

4 Koefisien dan struktur matriks setiap parameter pada masing-masing fungsi diskriminan kelimpahan B. rotundiformis ..................................... 54

5 Matriks korelasi Spearman kelimpahan rotifera (ind/m3), kelimpahan fitoplankton (sel/m3) dan parameter lingkungan ....................................... 57

6 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata ....................................................................................... 65

7 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. ................................................................................ 65

8 Hasil perhitungan beberapa parameter “life table” ................................. 66

9 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan N. oculata .............. 68

10 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. ........ 68

11 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda............ 70

12 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda ... 75

13 Diameter zona bening (mm) alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri uji ......................... 78

14 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap pakan N. oculata

dan Prochloron sp. dalam pembentukan zona bening ............................. 82

15 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis yang diberikan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap antibiotik dalam pembentukan zona bening ......................................................................... 82

Page 15: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xv

DAFTAR GAMBAR Halaman

1 Ruang lingkup penelitian .......................................................................... 5

2 Anatomi dan morfologi Rotifera B. rotundiformis ................................... 7

3 Daur hidup rotifera .................................................................................... 10

4 Peta lokasi penelitian ............................................................................... 17

5 Prosedur kultur alga sebagai pakan B. rotundiformis. .............................. 19

6 Bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur .................................. 20

7 Prosedur kultur individu B. rotundiformis ................................................ 21

8 Kultur dan pemanenan B. rotundiformis untuk ekstraksi senyawa bioaktif ...................................................................................................... 24

9 Prosedur ekstraksi ..................................................................................... 26

10 Pembuatan medium agar ........................................................................... 28

11 Pengujian aktivitas antibakteri .................................................................. 29

12 Hasil pengukuran suhu (ºC) selama penelitian ......................................... 38

13 Hasil pengukuran salinitas (‰) selama penelitian .................................... 39

14 Hasil pengukuran pH (skala pH) selama penelitian .................................. 40

15 Hasil pengukuran kekeruhan (NTU) selama penelitian ............................ 41

16 Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/l) selama penelitian ..................... 42

17 Hasil pengukuran nitrat (mg/l) selama penelitian ..................................... 43

18 Hasil pengukuran fosfat (mg/l) selama penelitian ..................................... 44

19 Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian .................................. 47

20 Kelimpahan B. rotundiformis .................................................................... 49

21 Kelimpahan B. caudatus ........................................................................... 50

22 Kelimpahan B. quadridentatus ................................................................. 51

23 Persentase kelimpahan rotifera ................................................................. 53

24 Koordinat tiap observasi dalam fungsi diskriminan .................................. 55

25 Kelimpahan Fitoplankton........................................................................... 56

26 Morfometri rotifera B. rotundiformis dari 4 lokasi (Alam) ....................... 59

27 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dari beberapa lokasi .... 60

28 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan N. oculata ........... 62

29 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan Prochloron sp. .... 62

Page 16: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xvi

30 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan salinitas berbeda ................................................................ 63

31 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas berbeda ........................................................ 64

32 Rata-rata persentase miksis ....................................................................... 69

33 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada salinitas yang berbeda ....................................................................... 71

34 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae pakan N. oculata. ...................................................................................................73

35 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. subtilis, pakan N. oculata. ................................................................................................ 73

36 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan N. oculata .................................................................................................. 74

37 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada salinitas yang berbeda ................................... 75

38 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae, pakan Prochloron sp. ................................................................................ 76

39 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. substilis, pakan Prochloron sp. ................................................................................ 76

40 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan Prochloron sp. ........................................................................................... 77

41 Diameter zona bening alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. ........................................................................................... 78

Page 17: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kelimpahan rotifera selama penelitian pendahuluan ................................ 91

2 Data parameter fisika kimia lingkungan selama penelitian ...................... 93

3 Hasil analisis ragam semua parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim dan pasang surut ................................................... 120

4 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar lokasi penelitian .......................................................... 140

5 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar stasiun penelitian .................................................................. 143

6 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar musim................................................................................................ 145

7 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar pasang surut....................................................................................... 146

8 Hasil analisis diskriminan rotifera B. rotundiformis ................................. 147

9 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan fitoplankton antar lokasi penelitian ............................................................................... 150

10 Ukuran lorika ............................................................................................ 154

11 Analisis ragam ukuran morfometri (PL, LL, LA) B. rotundiformis alam (4 lokasi) dengan yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda ........................................................................................... 158

12 Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening pada bakteri V. cholerae, B. subtilis, E. coli .......... 169

13 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas (X) ............. 175

14 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas (X) ...... 177

15 Peta Penelitian............................................................................................ 179

16 Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 181

Page 18: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

xviii

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto

Penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Ir. Yusli Wardiatno,M.Sc

Dr. Mulyadi, M.Sc, APU

Page 19: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lautan merupakan gudang mineral, nutrisi dan senyawa bioaktif yang

terkandung dalam biota laut yang beranekaragam. Potensi hayati laut tidak hanya

organisme makro, tetapi juga organisme mikro yang berfungsi sebagai produsen

primer dan sekunder dalam rantai makanan di laut. Sejauh ini pemanfaatan biota

laut masih terbatas pada organisme makro seperti ikan, udang dan rumput laut,

sedangkan organisme mikro seperti plankton masih sangat terbatas

pemanfaatannya. Rotifera adalah zooplankton yang merupakan salah satu sumber

daya hayati laut yang berpeluang untuk dikembangkan bagi kepentingan manusia

baik secara langsung maupun tidak langsung. Rotifera telah dimanfaatkan oleh

para operator Balai Benih Fauna Laut sebagai pakan alami, sehingga rotifera

dikenal sebagai biokapsul larva. Rotifera juga merupakan salah satu plankton

yang mempunyai potensi sebagai penyedia senyawa bioaktif.

Iklim tropis dapat menghasilkan fluktuasi parameter lingkungan yang cukup

tinggi sehingga dapat menyebabkan kehidupan biota laut berinteraksi satu dengan

lainnya dengan sangat dinamis, yang membuat organisme didalamnya dipacu

untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder sebagai senyawa yang

diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup baik sebagai upaya

pertahanan diri terhadap predator maupun perbaikan genetisnya untuk diturunkan

ke generasi berikutnya. Senyawa metabolit sekunder ini umumnya sangat

bermanfaat bagi manusia sebagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi.

Keragaman kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap keanekeragaman

organisme laut serta senyawa bioaktif yang dihasilkan. Keragaman biota laut yang

tinggi mendorong eksplorasi senyawa bioaktif dari biota laut yang dapat dikultur

tanpa menganggu kelestarian laut. Banyak peneliti telah mulai menggali informasi

lebih lanjut kemungkinan pemanfaatan senyawa bioaktif tersebut untuk dapat

digunakan bagi keperluan medis. Senyawa bioaktif yang telah diekstraksi dari

organisme laut seperti spons, menunjukkan adanya aktifitas farmakologi yang

sangat potensial untuk dikembangkan. Temuan yang positif pada spons telah

dilaporkan oleh Kerr, Russel dalam Widjhati et al. (2004) yang menunjukkan

Page 20: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

2

adanya indikasi kaitan antara spons dengan efek antikanker dan antibiotik. Namun

demikian, senyawa bioaktif dari plankton belum banyak dikembangkan.

Pada penelitian pendahuluan di Sulawesi Utara telah dijumpai rotifera

Brachionus rotundiformis menghuni perairan estuari dan tambak, dan

diperkirakan masih banyak jenis lainnya. Dari pengamatan awal terhadap

Brachionus sp. diketahui kisaran panjang tubuhnya adalah antara 125-300 μm,

kemudian diketahui pula bahwa ukuran tubuh Brachionus sp. bervariasi sehingga

saat ini dikenal ada dua tipe yaitu tipe L (large), dan tipe S (small). Perbedaan

kedua tipe ini didasarkan pada beberapa faktor seperti morfologi, respon fisiologi

dan genetika. Ukuran tubuh >200 μm (tipe L) digolongkan sebagai B. plicatilis

sedangkan ukuran tubuh <200 μm (tipe S) digolongkan sebagai B. rotundiformis

(Fu et al. 1990; Rumengan et al. 1991; Hirayama dan Rumengan 1993; Hagiwara

et al. 1995).

Dalam mempertahankan eksistensinya, B. rotundiformis memiliki sifat

biologis yang unik yaitu mampu merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi

seksual jika kondisi lingkungan berubah. Perubahan reproduksi tersebut diyakini

dikendalikan oleh semacam protein penginduksi seks (“sex-inducing protein”)

yakni sejenis "anti stress protein" yaitu suatu golongan protein yang diproduksi

sebagai upaya pertahanan diri terhadap kondisi ekstrim (Rumengan 2007a).

Dengan merubah kondisi lingkungan rotifera menjadi ekstrim kemungkinan dapat

merangsang produksi senyawa tertentu yang dapat berfungsi sebagai agen

perubahan reaksi fisiologis yang disebut senyawa bioaktif. Sementara itu rotifera

dari daerah tropis masih belum banyak dikaji, baik mengenai penyebaran

geografis, kelimpahan, sifat-sifat biologis, maupun kandungan senyawa

bioaktifnya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang

penyebaran geografis di suatu kawasan, sifat biologisnya maupun kandungan

senyawa bioaktif pada kondisi lingkungan yang berbeda. Informasi tentang

senyawa potensial pada rotifera B. plicatilis dan B. calyciflorus dari negara sub-

tropis pernah dilaporkan oleh Hara et al. (1984) dan Bowman et al. (1990), namun

hal yang sama pada rotifera tropis seperti B. rotundiformis belum pernah

dilaporkan, sehingga perlu dieksplorasi untuk kemungkinan dieksploitasi.

Penelitian ini difokuskan pada senyawa bioaktif dari rotifera asal Sulawesi Utara,

Page 21: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

3

karena senyawa bioaktif rotifera lokal belum pernah teridentifikasi sebelumnya.

Penelitian yang mengkaji kandungan senyawa bioaktif antibakteri belum

dilakukan untuk spesies B. rotundiformis. Penelitian ini juga merupakan langkah

awal dalam mengungkapkan keberadaan senyawa-senyawa bioaktif rotifera dan

berpeluang untuk ditindak-lanjuti sampai pada uji bioaktifitas secara in vivo pada

berbagai organisme jika terbukti memang ada senyawa-senyawa bioaktif.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah :

- Menganalisis sifat-sifat biologi B. rotundiformis antara lain tentang daur

hidup serta morfometri baik pada kondisi terkontrol (di kultur) maupun dari

beberapa lokasi.

- Menentukan keterkaitan antara parameter lingkungan dan musim terhadap

kelimpahan rotifera di perairan pantai dan estuari Sulawesi Utara.

Tujuan khusus adalah :

- Mendeteksi dan membandingkan aktivitas senyawa bioaktif dari rotifera

B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda

(N. oculata dan Prochloron sp.).

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan rotifera sebagai

produsen senyawa bioaktif yang mempunyai prospek untuk dikembangkan antara

lain sebagai bahan baku obat. Penelitian ini diharapkan akan membawa terobosan

dalam penemuan senyawa-senyawa bioaktif unggulan khas tropis serta dapat

menentukan lokasi yang tepat untuk memilih sumber rotifera yang baik di

Sulawesi Utara.

Page 22: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Rotifera yang telah berhasil dikultur sampai saat ini adalah jenis Brachionus

sp. Perbedaan pertumbuhan rotifera disebabkan oleh faktor lingkungan, maka

informasi mengenai pengaruh parameter lingkungan terhadap kelimpahan rotifera

sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sumber rotifera yang potensial untuk dikultur

dan diekstrak serta informasi tentang jenis-jenis rotifera yang ada di perairan

pantai dan estuari Sulawesi Utara. Kajian parameter lingkungan dengan

keberadaan rotifera dibatasi hanya pada dua musim yang berbeda yaitu musim

barat dan musim timur. Kajian daur hidup rotifera perlu dilakukan untuk

mengetahui kemampuan hidup rotifera, dan salah satu faktor yang berpengaruh

pada daur hidup rotifera adalah jenis pakan, sehingga dalam penelitian ini

dibandingkan pemberian jenis pakan yang berbeda, selanjutnya dilakukan

ekstraksi terhadap rotifera hasil budidaya (Gambar 1). Untuk produksi rotifera

diperlukan penerapan bioteknologi dengan memanipulasi lingkungan hidup, yakni

menciptakan lingkungan hidup yang seoptimal mungkin dengan pemberian alga

mikro yang berbeda. Kemudian akan diupayakan mengekstrimkan lingkungan

hidup dengan merendahkan dan menaikkan salinitas. Asumsi yang mendasari

perlakuan ini adalah keberadaan senyawa bioaktif dari rotifera sangat dipengaruhi

oleh kondisi lingkungannya, mengingat rotifera mampu bertahan dalam kondisi

ekstrim karena memiliki mekanisme pertahanan untuk kelangsungan eksistensinya

berdasarkan kemampuannya merubah pola reproduksi dari partenogenesis

menjadi reproduksi seksual. Reproduksi partenogenesis terjadi dalam kondisi

optimal sedangkan dalam kondisi ekstrim rotifera bereproduksi secara seksual.

Fenomena biologi ini mengindikasikan adanya metabolisme sekunder oleh

rotifera yang diyakini merupakan senyawa bioaktif.

Page 23: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

5

Gambar 1 Ruang lingkup penelitian

Kultur

AlamLaboratorium

Ekstraksi

AN

AL

ISIS

D

AT

A

MorfometriDaur Hidup

PEN

EL

ITIA

ND

AT

AANOVALife Table Multivariet

DISTRIBUSI, KELIMPAHANDAN

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF

HASIL PENELITIAN

Perlakuan : * Salinitas * Pakan Alami

Kelimpahan

Identifikasi

Aktivitas Antibakteri

Page 24: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

6

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Rotifera Dalam Perikanan

Rotifera telah lama dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan dan sebagai

pensuplai nutrisi dalam pengoperasian balai benih fauna laut, karena rotifera

merupakan makanan awal atau sebagai pakan hidup yang penting untuk larva ikan

(Fieder dan Purser 2000; Assavaaree et al. 2001). Pemanfaatannya sebagai pakan

alami sangat populer, karena rotifera mempunyai ciri biologi yang memenuhi

kriteria pakan yang baik bagi larva fauna laut yaitu ukurannya yang relatif kecil

(100-320 μm) sehingga cocok dengan bukaan mulut larva, memiliki laju renang

yang rendah sehingga mudah ditangkap oleh larva dan memiliki kandungan

nutrisi yang tinggi. Rotifera juga dianggap sebagai biokapsul yang cocok bagi

kebanyakan larva fauna laut karena dapat menjadi pentransfer unsur-unsur makro

dan vitamin ke larva tanpa efek polutan (Rumengan 1997). Untuk kegiatan

budidaya di daerah tropis, tipe SS (super small rotifers) adalah makanan awal

yang disukai oleh larva ikan kerapu dan ikan-ikan lain yang bukaan mulutnya

kecil (<100 µm), (Fukusho dan Iwamoto 1981).

2.2 Biologi Rotifera

Rotifera pertama kali diamati oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun

1675 (Davis 1955), kemudian pada tahun 1786 untuk pertama kalinya diteliti oleh

Muller (Fukusho 1989b). Nama "rotifera" berasal dari kata Latin yang berarti

"wheel-bearer" ini merujuk ke mahkota silium di sekitar mulut dari rotifera.

Pergerakan silium yang cepat pada beberapa spesies nampak seperti roda,

sehingga rotifera disebut pula hewan roda atau rotatoria. Rotifera termasuk

organisme mikroskopik, filter feeder, metazoa (organisme multiseluler), tersusun

dari kurang lebih 1000 sel (Brusca dan Brusca 1990). Rotifera dibagi menjadi tiga

kelas yaitu Monogononta, Bdelloidea, dan Seisonidea. Kelompok yang paling

besar adalah Monogononta sekitar 1500 jenis, kemudian Bdelloidea sekitar 350

jenis dan Seisonidea dua jenis (Kirk 1999).

Page 25: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

7

Rotifera berciri simetris bilateral, dinding tubuh dilindungi oleh lorika.

Tubuh rotifera terdiri atas kepala (depan), badan (tengah), dan kaki (bagian

posterior) yang biasanya kecil dengan jari yang mengandung kelenjar semen

untuk melekat. Antara bagian kepala dan badan tidak terlihat jelas pemisahannya.

Pada kebanyakan spesies, di bagian kepala terdapat korona (mahkota). Di dalam

badan terdapat perut dan organ reproduktif. Rotifera menyaring partikel-partikel

kecil dari kolom air dengan menggunakan silium pada korona yang terletak di

bagian anterior tubuh. Korona dapat juga digunakan sebagai daya penggerak, akan

tetapi banyak spesies menghabiskan kehidupannya dengan melekat pada substrat,

dan ada juga yang bersifat planktonik seperti Brachionus sp. Fungsi korona adalah

untuk menyaring makanan ke kepala dan membuang sisa. Alat pencernaan

makanan terdiri atas mulut, mastaks yang bersifat kitin dan gigi untuk mencerna

makanan (Gambar 2).

Gambar 2 Anatomi dan morfologi Rotifera B. rotundiformis (Wallace dan Snell 1991).

Page 26: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

8

Makanan rotifera umumnya terdiri atas dekomposisi material organik atau

mati seperti halnya ganggang dan fitoplankton yang cocok dengan ukuran mulut

(Örstan 1999). Rotifera pemakan alga bersel satu bergigi pendek dan lebar,

sedangkan rotifera pemakan getah tanaman besar bergigi tajam untuk menusuk

sel-sel tanaman (Sugiri 1989; Nogrady et al. 1993; Örstan 1999; Romimohtarto

dan Juwana 1999). Rotifera mengalami apa yang disebut dengan polimorfisme

yaitu bentuk dan ukuran lorikanya mengalami semacam plastisitas jika kondisi

lingkungan hidupnya berubah (Nogrady et al. 1993). Polimorfisme ini dapat

mengakibatkan suatu perbedaan ukuran sebesar 15% (Fukusho 1989b).

Rotifera yang telah teridentifikasi kebanyakan hidup di air tawar dan hanya

sekitar 50 jenis saja yang hidup di air laut (Nogrady et al. 1993). Namun diantara

jenis-jenis rotifera tersebut yang paling terkenal karena telah dimanfaatkan secara

luas sebagai pakan adalah dari genus Brachionus. Menurut Lubzens et al. (2001),

penelitian pada B. plicatilis dan B. rotundiformis selang tiga dekade ini

mengalami peningkatan yang sangat besar, dan sejauh ini penelitian yang terbaik

yakni pada dua spesies rotifera ini. Beberapa pertimbangan yang menjadikan

rotifera genus Brachionus penting untuk diteliti, karena memiliki siklus

partenogesis yaitu bereproduksi secara aseksual dan seksual, jika bereproduksi

secara seksual akan menghasilkan telur yang dapat disimpan bertahun-tahun serta

merupakan makanan yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan budidaya larva

ikan dan krustasea (Birky dan Gilbert 1971; Watanabe et al. 1983; Lubzens 1987).

Rotifera Brachionus sp. terdiri atas dua tipe yang berbeda morfologinya

terutama bentuk duri dan lorikanya, yaitu tipe S (small, 140-220 μm) dan L (large,

230-320 μm). Untuk tipe S lorikanya lebih kecil dan lebih bulat dengan duri yang

ramping dan tajam, sedangkan tipe L bentuk lorikanya lebih besar dan berbentuk

agak lonjong dengan duri yang lebar dan tumpul (Rumengan 1990; Fulks dan

Main 1991; Fukusho dan Iwamoto 1981). Kedua tipe ini mempunyai banyak

perbedaan antara lain dalam hal respon terhadap lingkungan, fisiologi dan

genetika. Tipe S adalah B. rotundiformis, sedangkan rotifera tipe L adalah

B. plicatilis (Fu et al. 1990; Rumengan et al. 1991; Hirayama dan Rumengan

1993; Hagiwara et al. 1995). Untuk rotifera tipe SS secara genetik tidak terpisah

dari strain S tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan strain-S umumnya.

Page 27: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

9

Rotifera jantan dan betina memiliki perbedaan morfologi yang mencolok.

Rotifera jantan berukuran jauh lebih kecil dari betina yaitu kira-kira seperempat

ukuran betina, dan rentang hidupnya singkat. Rotifera betina dapat bertahan hidup

beberapa hari hingga lebih dari sebulan tergantung medium dan suhu. Rotifera

jantan hanya hadir pada keadaan tidak normal, misalnya : kualitas makanan

menurun serta peningkatan suhu dan salinitas. Rotifera jantan tidak tumbuh sejak

ditetaskan, karena tidak mempunyai alat pencernaan sehingga tidak bisa makan,

tidak memiliki kandung kemih dan hanya mempunyai sebuah testis yang berisi

sperma, sehingga fungsi rotifera jantan hanyalah untuk memproduksi sperma saja,

ketika sudah membuahi rotifera betina maka rotifera jantan akan segera mati

(Rumengan 1990).

Fenomena biologi yang paling unik yang dimiliki rotifera adalah

menyangkut kemampuannya merubah pola reproduksi. Model reproduksi rotifera

terdiri atas dua tipe yaitu partenogenesis dan seksual. Dalam kondisi optimal,

rotifera cenderung bereproduksi secara partenogenesis atau reproduksi individu

betina yang menghasilkan keturunan tanpa kawin. Pada kondisi partenogenesis,

individu betina hanya dengan mitosis dapat menghasilkan telur diploid yang

kemudian menetas menjadi betina, betina tipe ini disebut betina amiktik. Jika

kondisi lingkungan berubah, sering ditafsirkan sebagai kondisi ekstrim

(rangsangan miksis), betina mengalami perubahan ke reproduksi seksual dan

menghasilkan betina miktik dan amiktik. Individu betina diinduksi untuk

mengalami meiosis sehingga menghasilkan telur haploid. Telur ini jika dibuahi

oleh jantan akan membentuk telur dorman yang diploid, namun jika tidak dibuahi

akan menetas menjadi jantan yang haploid, betina demikian disebut betina miktik

(Gambar 3). Miksis adalah percampuran gen yang terjadi pada waktu profase

meiosis (adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu dari kromosom

homolog). Rangsangan miksis dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah klon atau strain serta umur, sedangkan faktor eksternal

adalah suhu, salinitas, kepadatan jenis makanan, kepadatan rotifera, dan

perubahan medium (Hagiwara dan Hirayama 1993).

Page 28: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

10

Gambar 3 Daur hidup rotifera

(Sumber : Modifikasi dari Birky 1964 dalam Rumengan 1990)

Page 29: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

11

Jantan membentuk spermatozoa yang akan membuahi sel-sel telur, dengan

demikian betina memproduksi telur (zigot) dengan kulit yang tebal. Telur ini

bersifat dorman untuk periode yang panjang, kemudian telur ini akan berkembang

menjadi hewan betina. Telur dorman atau resting egg memiliki dinding telur yang

tebal, berukuran lebih besar dari telur amiktik, mempunyai rongga pada sisi telur,

berbentuk oval, dan berwarna coklat atau orange. Telur dorman ini tahan terhadap

kondisi perairan yang kurang baik dan tahan terhadap kekeringan, serta berada

pada fase istirahat untuk waktu yang cukup lama bahkan sampai bertahun-tahun.

Setelah melewati masa istirahat, jika menemui kondisi lingkungan yang normal,

telur dorman akan menetas menjadi betina amiktik dan kembali memasuki siklus

reproduksi aseksual. Telur dorman dapat di simpan pada air laut 5 ºC dalam

kondisi gelap (Sugiri 1989; Hagiwara et al. 1997; Hagiwara et al. 1998; Kirk

1999). Menurut Munuswamy et al. 1996, telur dorman B. plicatilis berbentuk bola

dengan bukit berombak pada permukaan sedangkan telur dorman B. rotundiformis

bukitnya kecil dan padat. Penyebaran pori pada permukaan telur secara jelas

membedakan kedua spesies ini. Setiap spesies memiliki karakter permukaan dan

membran yang artistik.

Pada penelitian ini alga mikro yang dicoba sebagai pakan untuk rotifera

B. rotundiformis adalah Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. Alga mikro

N. oculata merupakan salah satu pakan yang populer untuk kultur rotifera di

Jepang (Maruyama dan Hirayama 1993), sedangkan Prochloron sp. merupakan

pakan yang baru dicoba.

Alga mikro N. oculata merupakan fitoplankton yang termasuk dalam kelas

Eustigmatophyceae dengan bentuk tubuh yang bulat berdiameter 2-4 μm. Pada

umumnya setiap sel mengandung sebuah kloroplas, sebuah nukleus dan beberapa

mitokondrion. Pigmen fotosintesis yang dominan adalah klorofil a, dan ß-karoten,

sedangkan komposisi total asam lemak ω3 HUFA yaitu 42,7% (EPA 30,5%,

DHA 12,2%) (Maruyama et al. 1986). Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty

(1995), kandungan nutrisi N. oculata adalah protein 57,06%, lemak 21%, dan

karbohidrat 23,59%.

Page 30: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

12

Prochloron sp. adalah salah satu alga mikro yang hidupnya bersimbiosis

dengan Ascidian. Alga mikro ini ditemukan hidup di daerah perairan pantai laut

tropis dengan kedalaman kira-kira antara 1-40 m. Alga mikro ini melakukan

proses fotosintesis sama dengan alga mikro lain dan memiliki keunikan tersendiri

yaitu tergolong alga mikro yang bersifat prokariot (1 sel) atau mempunyai daerah

inti dalam sel tapi bukan merupakan inti sel itu sendiri. Sistem reproduksi dari

alga mikro Prochloron cukup unik karena bereproduksi secara biner. Alga mikro

ini berbentuk bulat dan diameternya berukuran 10-30 μm. Kelebihan lain yang

dimiliki alga mikro ini yaitu mengandung pigmen fikobilin, klorofil a dan b,

protein, asam amino, fenol (Lewin dan Cheng 1989).

2.3 Biokimia Rotifera

Kajian menyangkut biokimia rotifera lebih sedikit jika dibandingkan dengan

kajian biologinya, terutama yang berorientasi pada pengungkapan potensi

molekulernya. Wallace dan Snell (1991) merangkum dari beberapa laporan

penelitian, bahwa integumen atau dinding tubuh rotifera mengandung semacam

lapisan filamen dengan ketebalan yang bervariasi yang disebut lamina

intrasitoplasmik. Tubuh rotifera B. plicatilis yang dilapisi dengan kutikula dan

disebut lorika telah diperiksa sifat biokimianya yaitu berupa senyawa protein

mirip keratin. Mereka juga mendapatkan komposisi lorika rotifera yaitu protein

sebanyak 3% dari total protein rotifera. Dalam tubuh rotifera terdapat organ yang

disebut mastaks yang berfungsi sebagai gigi bagi rotifera. Dilaporkan bahwa

mastaks ini mengandung semacam lapisan kitin yang berkembang menjadi

semacam rahang yang disebut trofi. Trofi inilah yang menggerus partikel yang

ditelan rotifera.

Kleinow et al. (1991), menemukan adanya enzim-enzim bersifat hidrolitik

terutama glikosidase dan proteinase. Selain itu rotifera mengandung enzim-enzim

hidrolitik seperti protease alkali (Hara et al. 1984), dan senyawa unik lain seperti

Glutathion S-transferase (Bowman et al. 1990) yang bermanfaat antara lain

melindungi rotifera dari senyawa senobiotik seperti peptide dan pestisida.

Informasi-informasi tentang hal ini masih terbatas pada rotifera B. plicatilis dan

Page 31: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

13

B. calyciflorus dari negara bermusim empat, namun hal yang sama belum

dilaporkan dari rotifera di daerah tropis. Disamping itu juga dilaporkan bahwa

rotifera kaya akan lipid berasam lemak tak jenuh. Lipid ini yang merupakan daya

tarik para operator balai benih untuk menggunakan rotifera sebagai sumber nutrisi

larva ikan laut. Olsen et al. (1993), menemukan antara lain tingginya kandungan

asam lemak omega-3 seperti EPA dan DHA pada B. plicatilis.

Rotifera dapat merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual

diawali dengan adanya stimulus dari luar. Hal ini diyakini dikendalikan oleh

semacam protein penginduksi seks (“sex-inducing protein”) yakni sejenis "anti

stress protein" yaitu suatu golongan protein yang diproduksi sebagai upaya

pertahanan diri terhadap kondisi ekstrim. Dengan merubah kondisi lingkungan

rotifera menjadi ekstrim kemungkinan dapat merangsang produksi senyawa ini.

Senyawa-senyawa anti-stress dan enzim-enzim bersifat hidrolitik yang diproduksi

rotifera akibat perubahan lingkungan juga mempunyai prospek yang cerah di

masa datang, karena dapat berguna untuk terapi dalam kedokteran (Rumengan

2007a).

2.4 Ekologi Rotifera

Rotifera tersebar di Amerika, Eurazia, Australia dan juga di Indonesia.

Rotifera termasuk hewan yang hidupnya kosmopolitan, dapat ditemukan hampir

di semua jenis perairan. Kebanyakan rotifera merupakan penghuni habitat air

tawar dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan penghuni lautan dan payau.

Rotifera sebagian hidup bebas dalam air dan sebagian hidup menetap. Rotifera

juga ditemukan di lingkungan yang lembab, air mengalir seperti arus atau sungai,

lumut, karang, genangan hujan, sampah daun, jamur yang tumbuh dekat pohon

mati, dalam tangki limbah pabrik, bahkan pada krustasea dan larva insekta (Kirk

1999). Disamping itu rotifera ditemukan melimpah pada perairan yang kaya akan

nanoplankton dan detritus (Liao et al. 1983). Beberapa hidup melekat dalam

tabung yang dibuatnya dari sekresi atau dari partikel asing, misalnya Collotheca

menghuni tabung transparan, sedangkan Floscularia membentuk tabung terdiri

atas batu-batu mikroskopis. Setelah bertahun-tahun mengalami kekeringan

Page 32: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

14

beberapa spesies akan kembali aktif dalam 10 menit setelah mengalami

pembasahan. Rotifera kelas Bdelloidea ditemukan hampir di semua lingkungan air

tawar, adakalanya di payau dan perairan laut, menghuni lumut, dapat merayap

pada lumut atau berenang dengan bebas, dan di kolam. Bdelloidea dikenal

mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertahan hidup pada kondisi kering

yang dikenal sebagai proses kriptobiosis (Sugiri 1989; Kirk 1999).

Kondisi hidrologis perairan yang mencakup suhu, salinitas, kadar fosfat dan

nitrat dapat mempengaruhi perkembangan fitoplankton dan zooplankton secara

bersamaan. Liao et al. (1983) mengemukakan bahwa B. plicatilis dapat

berkembang baik pada suhu 1 ºC sampai 35 ºC. Menurut Fulks dan Main (1991),

rotifera akan mencapai reproduksi maksimum pada suhu antara 30 ºC dan 34 ºC.

Menurut Gomez (2003), suhu pertumbuhan yang optimal pada tipe L dan tipe S

juga berbeda. Tipe S pertumbuhan optimalnya pada 28-35 ºC, sedangkan untuk

tipe L pada 22-28 ºC. Rotifera berkembang dengan baik pada salinitas 10 sampai

20 ppt dan mampu hidup pada kisaran salinitas 5-40 ppt. Sedangkan untuk pH

berkisar antara 7,7-8,7. King dan Miracle dalam Korstad et al. (1989) menemukan

rentang hidup rotifera berkisar 6-13,5 hari.

Hasil penelitian pada rotifera B. rotundiformis (Tipe-S) dan B. plicatilis

(Tipe-L) yang di kultur pada suhu 23 ºC dan 35 ppt menunjukkan B.

rotundiformis lebih toleran pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan B.

plicatilis, sedangkan B. plicatilis lebih toleran pada salinitas yang lebih rendah

dari pada B. rotundiformis. Salinitas mempunyai efek yang lebih besar dari pada

suhu. Ketersediaan rotifera menurun pada salinitas yang rendah (Fieder dan Purser

2000). Selanjutnya, hasil penelitian dari Assavaaree et al. (2001) menunjukkan

bahwa kemampuan hidup tertinggi dari B. rotundiformis strain-S Fukuoka yaitu

pada 35 ppt. Pertumbuhan dan produktivitas dari rotifera B. plicatilis dan B.

rotundiformis berhubungan dengan peningkatan salinitas dalam sistim kultur.

Produktivitas rotifera dicapai pada salinitas 5 ppt kemudian pada salinitas yang

lebih tinggi. Sebaliknya ukuran rotifera sebanding dengan peningkatan salinitas

pada sistim kultur. Menurut James dan Abu (1990), karena produktivitas rotifera,

kualitas gizi, dan kelangsungan hidup, maka direkomendasikan untuk

menggunakan salinitas 20 ppt untuk rotifera tipe-S dan 30 ppt untuk rotifera tipe-

Page 33: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

15

L pada sistim kultur. Hasil dari De Araujo et al. (2001), tingginya tekanan

lingkungan menurunkan fekunditas dan rentang hidup dari B. rotundiformis strain

Hawai dan Langkawi. Selanjutnya hasil penelitian Yoshinaga et al. (2004), juga

menunjukkan bahwa DNA rotifera Brachionus sp. dari perairan Manembo-nembo

berbeda dengan rotifera Brachionus sp. dari perairan Jepang.

Potensi keanekaragaman hayati laut sangat besar, ini dimungkinkan oleh

variasi dan khasnya lingkungan abiotik laut. Pemahaman akan besarnya potensi

kelautan seringkali terbatas hanya pada eksploitasi makro flora dan fauna laut

seperti ikan, udang, kerang dan rumput laut yang dikategorikan sebagai

sumberdaya yang dapat dipanen secara langsung dan dikomersialisasikan.

Sumberdaya hayati laut lainnya seperti flora dan fauna mikro dengan kandungan

senyawa metabolit primer dan sekunder masih relatif tidak terjamah. Meskipun

hingga saat ini telah ditemukan metabolit sekunder dari mikroba, namun proses

metabolisme sekunder dari mikroba masih dipercaya sebagai sumber yang tidak

pernah habis dari senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antimikroba, antivirus,

antitumor, dan sebagai agen bagi kepentingan farmasi dan pestisida pertanian.

Komponen bioaktif meliputi daya preventif terhadap penyakit, daya promotif

meningkatkan kesehatan, dan daya kuratif atau pengobatan penyakit. Jadi sangat

perlu untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya laut yang

masih belum banyak dieksplorasi menjadi produk yang mempunyai nilai potensial

sebagai obat dan produk yang bernilai tinggi.

Page 34: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

16

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Secara

keseluruhan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan

penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh data

tentang kelimpahan rotifera di beberapa perairan pantai dan estuari Sulawesi

Utara yang kemudian digunakan untuk menentukan lokasi penelitian selanjutnya

sebagai sumber hewan uji. Stasiun pengamatan di setiap lokasi adalah di pantai,

muara, tambak dan di setiap stasiun ditetapkan tiga titik pengambilan sampel.

Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada musim timur (Agustus-September

2004). Penelitian utama dilakukan pada musim barat (Januari 2005) dan musim

timur (Agustus 2005). Penelitian laboratorium dilakukan di laboratorium

Bioteknologi Kelautan dan laboratorium Kimia Bahan Hayati Laut Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.

3.2 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara mengambil contoh pada

beberapa lokasi yaitu di Perairan Poigar, Amurang, Tumpaan, Wori, Manado,

Kema, Manembo-nembo, Minanga dan Belang. Pengambilan sampel rotifera

dilakukan di pantai, muara dan tambak. Cara pengambilan sampel rotifera pada

penelitian utama sama dengan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan.

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan empat lokasi yang memiliki

kelimpahan rotifera yang cukup tinggi, yaitu perairan Manembo-nembo, Minanga,

Tumpaan dan Wori (Lampiran 1), sehingga empat lokasi tersebut yang ditetapkan

menjadi lokasi pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya. Dua lokasi

mewakili perairan pantai yang terbuka ke arah Laut Sulawesi yaitu perairan

Tumpaan dan Wori, sedangkan dua lokasi lainnya mengarah ke Laut Maluku

yaitu perairan Manembo-nembo dan Minanga (Gambar 4 dan Lampiran 15).

Page 35: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

17

.

Gambar 4 Peta lokasi penelitian

(Sumber : JICA, 2000. Data Digital JICA untuk Daerah Sulawesi Utara)

3.3 Penelitian Utama

3.3.1 Kajian Bioekologi

3.3.1.1 Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Rotifera

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ditetapkan empat lokasi

pengambilan sampel yaitu di Perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan

Wori. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan pada

musim barat, musim timur dan pada saat pasang surut. Parameter yang diukur

meliputi parameter lingkungan, kelimpahan rotifera, dan kelimpahan fitoplankton.

Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan

oksigen terlarut dilakukan secara in situ, dengan menggunakan Horiba U-10.

Pengambilan air contoh untuk analisis kandungan nutrien (nitrat dan fosfat)

Tumpaan

Wori

Manembo- nembo

Minanga

Sulawesi Utara

Page 36: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

18

dilakukan dengan cara mengambil air di setiap stasiun sebanyak 1,5 liter

kemudian dimasukkan kedalam cool box dan dianalisis di laboratorium. Pengujian

kadar nitrat menggunakan metode brusin dengan alat spektrofotometer, dan

pengujian kadar fosfat menggunakan metode asam askorbat dengan alat

spektrofotometer.

Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan dengan

cara menarik jaring plankton secara horisontal di permukaan perairan sepanjang

sepuluh meter, (mesh size jaring plankton 40 μm untuk rotifera dan 28 μm untuk

fitoplankton). Untuk stasiun pantai dan muara penarikan jaring dilakukan searah

garis pantai sedangkan di stasiun tambak dilakukan searah dengan lebar tambak

yaitu pada bagian kiri, kanan dan tengah tambak. Air contoh yang terkonsentrasi

pada botol plankton net dipindahkan dalam botol sampel plankton berlabel, dan

ditambah bahan pengawet formalin dengan konsentrasi akhir empat persen.

Larutan formalin diperoleh dari campuran satu bagian formalin teknis dengan

sembilan bagian air yang mengandung sampel (Arinardi et al. 1977). Selanjutnya

sampel plankton dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dihitung

kelimpahannya (Bekleyen 2001). Identifikasi jenis plankton dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi Newell dan Newell (1963); Yamaji (1982); Bold

dan Wynne (1985); Sournia (1986); Wallace dan Snell (1991).

3.3.1.2 Kultur Alga Mikro Sebagai Pakan Rotifera

Alga mikro yang digunakan sebagai pakan rotifera adalah jenis

Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. dengan kepadatan 3 x 106 sel/ml.

Alga mikro dikultur dalam medium yang bersalinitas 20 ppt dengan komposisi

unsur hara seperti yang digunakan oleh Hirata (1975) (Tabel 1).

Tabel 1 Komposisi medium kultur alga (Hirata 1975)

Bahan Konsentrasi (ppm)

(NH4)2SO4 122,6

Na2HPO412H2O 23 Clewat 32 15

Page 37: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

19

500 ml

1000 ml

Sentrifuse

Alga Inokulasi

Supernatan dibuang Presipitat diambil

250 ml

Stok air laut yang digunakan terlebih dahulu disaring dengan aspirator 13

menggunakan kertas filter millipore 0,45 μm untuk menyaring partikel-partikel

ataupun mikroorganisme yang terdapat pada air laut. Sebelum digunakan, medium

kultur disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 ºC selama 30 menit (Cheng et al.

2004).

Kultur alga dimulai dengan inokulasi masing-masing alga dari stok ke labu

Erlenmeyer (250 ml) yang telah diisi medium Hirata dengan menggunakan pipet

steril, dan selanjutnya labu Erlenmeyer diletakkan dalam lemari pemeliharaan.

Wadah pemeliharaan sebelumnya dicuci kemudian dibilas dengan akuades,

dikeringkan dan disterilkan dengan otoklaf pada suhu 100 ºC selama 1 menit.

Wadah kultur dilengkapi dengan aerator supaya alga mikro tidak mengendap dan

mendorong pertumbuhan alga. Lemari pemeliharaan alga dilengkapi lampu TL 20

watt sebagai sumber cahaya bagi alga. Ruang pemeliharaan dilengkapi dengan

alat pendingin ruangan (AC) yang diatur pada suhu 25 ºC. Setelah mencapai

pertumbuhan optimum yang ditandai dengan perubahan warna alga mikro menjadi

hijau pekat (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), alga mikro dipindahkan ke dalam

wadah pemeliharaan yang lebih besar yakni 500 ml, kemudian 1000 ml (Gambar

5). Sebelum digunakan sebagai pakan rotifera, alga mikro yang sudah mencapai

pertumbuhan optimum disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.

Bagian supernatan dibuang dan presipitatnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang diberi penutup, selanjutnya ditempatkan pada lemari pendingin sebagai stok

pakan untuk rotifera.

Gambar 5 Prosedur kultur alga sebagai pakan B. rotundiformis

Page 38: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

20

3.3.1.3 Morfometri

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa rotífera

B. rotundiformis memiliki kelimpahan tertinggi dan mampu bertahan di

laboratorium dibanding dengan B. caudatus dan B. quadridentatus, sehingga jenis

tersebut yang digunakan sebagai organisme uji pada penelitian selanjutnya

(Lampiran 1). Untuk aspek morfometri, bagian-bagian tubuh B. rotundiformis

yang diukur adalah panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL)

(Gambar 6).

Keterangan :

PL = Panjang Lorika

LA = Lebar Anterior

LL = Lebar Lorika

Gambar 6 Bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur

3.3.1.4 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis

Untuk mengetahui daur hidup B. rotundiformis, digunakan telur generasi

pertama (TGP) yang berasal dari satu klon. Untuk mendapatkan telur generasi

pertama, B. rotundiformis yang sedang membawa telur dimasukkan dalam tabung

reaksi kemudian tabung reaksi tersebut dikocok dengan tangan agar telur-telurnya

rontok. Telur-telur yang telah rontok tersebut dipisahkan dari induknya dan

PL

LL

LA

Page 39: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

21

dipindahkan ke dalam cawan petri yang berbeda dengan pemberian pakan berbeda

yaitu N. oculata dan Prochloron sp. kemudian dibiarkan hingga menetas. Tetasan

ini dianggap sebagai induk (P). Setelah induk (P) dipelihara secara individual

hingga menghasilkan telur, telurnya dirontokkan kembali dengan cara cawan

dikocok, telur inilah sebagai telur generasi pertama (TGP), selanjutnya telur

tersebut dipindahkan ke dalam multiwellplate dan dikultur dengan metode life

tabel (Pianka 1988; Rumengan 1990) (Gambar 7). Pengamatan dilakukan dua kali

sehari dengan interval waktu 12 jam untuk menghitung jumlah telur dan anak

yang dihasilkan. Kultur dilakukan dan diamati sampai semua telur generasi

pertama (TGP) B. rotundiformis ditemukan mati.

Gambar 7 Prosedur kultur individu B. rotundiformis

Tabung Cawan

Multiwellplate

Pipet

Setiap 12 jamAnak rotifera

Dikeluarka

Page 40: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

22

3.3.1.5 Miksis

Informasi terjadinya miksis pada B. rotundiformis dibutuhkan untuk

mengetahui keadaan stres yang diduga memacu produksi senyawa bioaktif.

Untuk itu digunakan B. rotundiformis dari telur generasi pertama (TGP). Telur

generasi pertama (TGP) dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak tiga butir

telur per tabung yang telah diisi alga mikro yang berbeda (N. oculata dan

Prochloron sp.). Setiap perlakuan pakan dilakukan tiga kali ulangan, tiap ulangan

menggunakan enam tabung reaksi, jadi ada 36 tabung untuk perlakuan dua jenis

pakan alga N. oculata dan Prochloron sp. Pengamatan dilakukan setiap hari dan

dihitung jumlah B. rotundiformis yang dihasilkan. Perhitungan dilaksanakan di

bawah stereomikroskop dengan perbesaran 40 kali. Aspek-aspek yang diamati

adalah Betina amiktik (♀♀), Betina miktik (♂♀), Betina tanpa telur (♀?) dan

Betina yang membawa telur dorman (♀D). Betina amiktik (♀♀) adalah betina

yang melakukan reproduksi partenogenesis, telurnya oval dan berwarna agak

gelap. Betina miktik (♂♀) adalah betina yang membawa telur bulat berwarna abu-

abu dan ukurannya kira-kira setengah telur amiktik dan nantinya menetas jadi

jantan. Betina tanpa telur (♀?) adalah betina yang belum membawa telur, karena

itu belum dapat diidentifikasi miktik atau amiktik. Betina yang membawa telur

dorman (♀D) adalah telurnya oval, berukuran sama dengan telur amiktik,

berwarna coklat atau oranye dan terdapat rongga udara pada sisi telur.

3.3.2 Kajian Bioaktif

3.3.2.1 Ekstraksi B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp.

Untuk kebutuhan ekstraksi, B. rotundiformis dikultur dalam wadah 1000 ml.

Pada tahap awal B. rotundiformis dikultur pada suhu dan salinitas optimum yakni

suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt (James dan Abu 1990). Kemudian sebagian

B. rotundiformis diadaptasikan pada salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt.

Untuk memperoleh salinitas yang rendah yaitu diencerkan dengan aquades,

kemudian diukur dengan bantuan refraktometer sampai dicapai salinitas yang

diinginkan. Sedangkan untuk memperoleh salinitas yang lebih tinggi, air laut

dididihkan (sekitar dua jam) dan didinginkan, setelah itu diukur dengan

Page 41: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

23

refraktometer sampai diperoleh salinitas yang diinginkan. Adaptasi

B. rotundiformis pada salinitas yang berbeda dilakukan dengan cara menurunkan

dan menaikkan salinitas medium sebesar 2 ppt setiap dua hari dalam tabung reaksi

10 ml yang berisi 10 individu. Setelah diadaptasikan, B. rotundiformis

dipindahkan kedalam wadah 1000 ml dengan kepadatan 50 individu dan dikultur

pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan dua jenis pakan berbeda

(N. oculata dan Prochloron sp.). Panen B. rotundiformis dilakukan dengan

menggunakan jaring plankton 40 μm dan dikerjakan dalam wadah berisi es.

B. rotundiformis yang tersaring dipindahkan ke dalam tabung Ependorf dengan

menggunakan pipet. Hasil saringannya disimpan dalam Ependorf yang sudah

diberi label, setelah itu dibungkus dengan alumunium foil dan disimpan dalam

freezer pada suhu -20 ºC (Gambar 8).

Page 42: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

24

Gambar 8 Kultur dan pemanenan B. rotundiformis untuk ekstraksi senyawa bioaktif

Disaring

dimasukkan

dalam ependorf

- Diberi label - Dibungkus

dengan alumuniubm foil

- Diberi label kembali

Di simpan di freezer

(-20 0C)

10 ml

C A B

1 Individu l

Dari alam

10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 ppt

D E

4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt

4 ppt 40 ppt 50 ppt 60 ppt

20 ppt

1000

1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml

adaptasi

Page 43: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

25

Untuk mendeteksi kandungan senyawa bioaktif maka dilakukan proses

ekstraksi terhadap B. rotundiformis dan alga mikro N. oculata dan Prochloron sp.

Tujuan pengujian alga mikro adalah untuk memastikan apakah alga mikro sebagai

pakan B. rotundiformis juga memberikan kontribusi terhadap kandungan senyawa

bioaktif yang dimiliki oleh B. rotundiformis. Untuk mendapatkan ekstrak kasar,

sampel B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. digerus dengan alat

penggerus (lumpang) dan dihomogenasikan dengan metanol 80 % perbandingan

1:2 (satu bagian sampel plankton dan 2 bagian metanol). Homogenat yang ada

direndam selama 24 jam, setelah itu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm

selama 15 menit, sehingga diperoleh presipitat 1 dan supernatan 1. Dalam

presipitat 1 ditambahkan lagi metanol 1:2 kemudian diinkubasi selama 8 jam,

setelah itu disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga

diperoleh presipitat 2 dan supernatan 2. Selanjutnya supernatan 1 dan 2 dengan

presipitat 1 dan 2 yang diperoleh, dievaporasi dengan menggunakan rotari vacum

evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar rotifera B. rotundiformis, N. oculata

dan Prochloron sp. (Harborne 1987; Houghton 1998) (Gambar 9).

Page 44: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

26

Gambar 9 Prosedur ekstraksi

- Pengocokan - Sentrifus (3000 rpm, 15’)

Pengocokan

Homogenasi sampel + metanol 80 % (1:2)

Sampel digerus (dihancurkan)

Lumpang

Shaker

Presipitat 1 ditambahkan metanol 80% (1:2)

Ekstrak Kasar

Presipitat 1,2 dan supernatan

EVAPORASI

Sentrifus 15 it

Presipitat 1, supernatant 1

Presipitat 2, supernatant 2

Page 45: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

27

3.3.2.2 Inokulum Bakteri dan Antibiotik Pembanding

Bakteri yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah bakteri

gram positif dan gram negatif. Mikroba-mikroba tersebut digolongkan dalam

mikroba patogen atau penyebab penyakit, dan kedua golongan mikroba tersebut

yang akan dicegah pertumbuhannya dengan antibakteri yang terdapat pada

B. rotundiformis. Bakteri uji tersebut adalah Vibrio cholerae (gram negatif, bentuk

batang bengkok/spiral), Bacillus subtilis (gram positif, bentuk batang) dan

Escherichia coli (gram negatif, bentuk bulat), (Ndukwe et al. 2005). Isolat bakteri

dalam medium miring ditumbuhkan di cawan petri yang berisi medium agar steril

dengan cara digores menggunakan jarum öse. Setelah bakteri berumur 24 jam,

masing-masing bakteri tersebut dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan

NaCl (larutan saline 0,9 %) sebanyak 10 ml dan diukur kepadatannya hingga 109

sel/ml dengan menggunakan metode McFarland. Antibiotik pembanding yang

digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Dosis masing-masing antibiotik

adalah 0,5 mg/ml.

3.3.2.3 Pembuatan Medium Agar

Medium agar dibuat dari nutrien agar (NA) sebanyak 2 gram yang

dilarutkan dalam 100 ml aquades lalu dipanaskan sambil diaduk, kemudian

disterilkan dengan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC. Selanjutnya nutrien

agar dituang dalam cawan petri steril secara merata masing-masing 15 ml dan

dibiarkan mengeras. Untuk memastikan medium agar ini bersih dan tidak

terkontaminasi bakteri lain, maka medium agar dibiarkan selama 24 jam. Medium

agar yang tidak terkontaminasi dengan bakteri lain selanjutnya digunakan untuk

kebutuhan uji aktivitas antibakteri (Gambar 10).

Page 46: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

28

Gambar 10 Pembuatan medium agar

3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian antibakteri dilakukan untuk menentukan kesanggupan membunuh

atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup. Metode pengujian

antibakteri yang digunakan adalah metode agar kertas cakram (paper disc method)

berdasarkan Jorgensen et al. 1999 dan Waksman 1974 dalam Wangidjaja 2002.

Pada cara difusi ini larutan senyawa antibakteri akan berdifusi dari kertas saring

yang mengandung senyawa antibakteri lalu masuk kedalam medium agar yang

telah diinokulasi dengan mikroba penguji. Setelah inkubasi, terjadi hambatan dari

pertumbuhan bakteri uji sehingga terjadi daerah bening yang terbentuk di sekitar

kertas cakram yang ditetesi suspensi senyawa antibakteri tersebut. Daerah

hambatan yang terbentuk luasnya berbeda-beda sesuai dengan kadar senyawa

antibakteri yang dikandungnya.

Otoklaf

Nutrien agar 2 gr

Dilarutkan

Ditimbang

Aquades 100 ml

Dituang

Nutrien agar

Page 47: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

29

Pengujian antibakteri dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Hayati Laut

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat. Medium agar yang telah disiapkan

diolesi bakteri uji dengan menggunakan kapas steril. Setelah itu kertas cakram

yang terbuat dari kertas saring Whatman steril berdiameter 6 mm diletakkan diatas

medium agar yang telah diolesi bakteri uji. Selanjutnya 1 mg ekstrak kasar B.

rotundiformis dilarutkan dalam 1 ml pelarut metanol (1 mg/ml), dan dari

konsentrasi ekstrak kasar ini diambil 1 mikro liter dan diteteskan ke kertas cakram

yang telah disiapkan, juga diteteskan antibiotik pembanding dan metanol sebagai

kontrol, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi 24 jam, diukur

zona bening yang terbentuk yaitu berupa daerah bening sekeliling kertas cakram.

Dalam pengujian ini bakteri yang digunakan adalah bakteri V. cholerae, B. subtilis

dan E. coli. Antibiotik yang dicoba sebagai pembanding adalah tetrasiklin dan

amoksisilin.

Besarnya diameter zona hambat yang terbentuk dari masing-masing ekstrak

kasar B. rotundiformis dibandingkan dengan yang dibentuk oleh antibiotik dan

metanol. Makin besar diameter zona bening atau zona hambat dari ekstrak berarti

makin besar daya antibakterinya (Gambar 11).

Gambar 11 Pengujian aktivitas antibakteri

Inkubas

Ukur zona

bening

Page 48: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

30

3.4 Analisis Data

3.4.1 Kelimpahan Rotifera dan Parameter Lingkungan

Untuk menghitung kelimpahan plankton, terlebih dahulu dihitung volume

air laut yang tersaring dengan mengikuti rumus Vs = πr2d. Dimana : V = volume

air yang tersaring (l), π = 3,14, r = radius mulut plankton net, d = panjang

lintasan. Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3.

Kelimpahan plankton dihitung berdasarkan rumus : N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs).

N = Jumlah sel per meter3, n = Jumlah individu yang teramati, Vr = Volume air

yang tersaring dalam cod end, Vo = Volume air yang diamati, Vs = Volume air

yang tersaring.

Perhitungan kelimpahan rotifera diawali dengan menghitung volume air

yang tersaring dengan menggunakan rumus APHA (1992) yaitu:

V= π r2 d

Dimana :

V = volume air yang tersaring

π = 3,141592654

r = radius mulut plankton net (0,15 m)

d = panjang lintasan (10 m)

Kelimpahan rotifera dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3 yang

dihitung berdasarkan rumus : N = n x (Vs/Vo) x (1/Vt)

Dimana :

N = jumlah ind/meter kubik

n = jumlah ind yang diamati

Vt = Volume air tersaring (706,858 L)

Vo = Volume air yang diamati (0,0010 L)

Vs = Volume air dalam cod end (0,0280 L)

Untuk mengetahui perbedaan parameter lingkungan berdasarkan lokasi

penelitian, musim, pasang surut serta pengaruh interaksi antara lokasi dan musim

maupun interaksi antara stasiun dengan musim maka dilakukan analisis ragam

(ANOVA) desain faktorial pada masing-masing parameter.

Page 49: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

31

Untuk membandingkan perbedaan kelimpahan rotifera antar lokasi, musim,

pasang, surut dan stasiun penelitian, digunakan analisis non parametrik Kruskal-

Wallis. Karena itu pengaruh interaksi antar faktor (lokasi, musim, pasang, surut

dan stasiun) tidak dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik secara

simultan untuk melihat pengaruh interaksi antar faktor-faktor tersebut. Jika hasil

analisis Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka

dilanjutkan dengan uji pembandingan menggunakan Mann-Whitney untuk

menguji perbedaan setiap tingkatan dalam faktor lokasi, stasiun, musim, pasang

dan surut (Zar 1984).

Untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang paling berperan dalam

membedakan tinggi rendahnya kelimpahan rotifera B. rotundiformis maka

digunakan analisis diskriminan (Bengen 1999). Dalam analisis ini terlebih dahulu

setiap observasi dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kelimpahan

B. rotundiformis. Analisis ini menggunakan perangkat lunak SPSS release 10.0.5.

3.4.2 Pengaruh Pakan terhadap Daur Hidup dan Morfometri B. rotundiformis

Untuk mengetahui daur hidup B. rotundiformis digunakan metode life table

(Tabel 2), (Pianka 1988; Rumengan 1989). Pengaruh jenis pakan terhadap daur

hidup B. rotundiformis digunakan uji t berpasangan antara dua jenis pakan yang

digunakan. Parameter yang diuji meliputi harapan hidup, laju reproduksi, waktu

generasi dan waktu penggandaan. Morfometri B. rotundiformis (panjang lorika,

lebar lorika dan lebar anterior) dinalisis ragam (ANOVA) untuk membandingkan

morfometri antara B. rotundiformis hasil kultur dengan B. rotundiformis dari alam

(4 lokasi).

Page 50: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

32

Tabel 2 Komponen-komponen dalam metode ”Life Table” Kolom Simbol Cara

Hitung Keterangan

1 X Input Umur dalam hari 2 nx Input Jumlah individu yang hidup pada umur x. 3 lx nx/no Kemungkinan individu hidup pada umur x 4 dx nx-nx+1 Jumlah individu yang mati selama selang waktu x sampai x+1/2 5 qx dx/nx Laju mortalitas selama selang waktu x sampai x+1/2 6 Lx (nx+nx-1)/2 Rata-rata jumlah individu yang hidup selama selang waktu x sampai x+1/2 7 Tx ∑Lx Jumlah kumulatif Lx dihitung dari dasar tabel ke atas sampai ke umur x 8 ex Tx/lx Rata-rata harapan hidup individu sejak berumur x 9 Cx Input Jumlah anak yang dihasilkan semua betina hidup selang waktu x sampai x+1/2 10 mx Cx/nx Rata-rata jumlah anak yang dihasilkan

seekor betina pada umur x dari x sampai x+1/2 atau fertility rate

11 Vcx lxmx Total jumlah anak yang dihasilkan tiap betina hidup selama selang waktu x sampai x1/2 12 Zcx lxmxx Total jumlah anak yang dihasilkan tiap betina sampai hari x

Parameter- perameter yang dihitung berdasarkan metode life table adalah :

1. Harapan hidup (life time, ex)

Harapan hidup untuk individu pada umur x dihitung sebagai berikut :

ex = (Tx)/nx

dimana : Tx = Jumlah kumulatif lx nx = Jumlah individu pada umur x

2. Laju Fertilitas (fertility rate, mx)

Laju fertilitas adalah rata-rata jumlah turunan yang dihasilkan setiap

individu betina pada waktu berumur x selama selang waktu x sampai x+1/2.

Dihitung sebagai berikut : mx = Cx/nx

dimana : Cx = Jumlah telur yang dihasilkan semua betina hidup selang waktu x sampai x+1/2

nx = Jumlah individu pada umur x

Page 51: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

33

3. Laju Reproduksi Neto (net reproduction rate, Ro)

Laju reproduksi neto adalah jumlah kali populasi bertambah banyak selama

satu waktu generasi atau jumlah anak yang diperkirakan dapat dilahirkan

seekor betina seumur hidupnya.

Dihitung sebagai berikut :

n Ro = ∑ (lx mx)

x=i

dimana : lx = Ketahanan hidup pada umur x mx = Laju fertilitas i = 0 n = 7,5

4. Waktu Generasi (mean generation time, TG)

Waktu Generasi adalah rata-rata periode waktu antara kelahiran induk dan

kelahiran anak.

Dihitung sebagai berikut : n

TG = Σ (lx mxX)/Ro x=i

dimana : Ro = Laju reproduksi neto atau net reproduction rate lx = Kemungkinan betina hidup pada umur x

mx = Laju fertilitas atau fertility rate i = 0 n = 7,5

5. Waktu Penggandaan (doubling time, Dt)

Waktu penggandaan adalah waktu yang dibutuhkan individu untuk

bertambah dua kali lipat atau jika berkurang menjadi setengahnya.

Dihitung sebagai berikut : Dt = (loge 2)/r

dimana : Dt = Waktu penggandaan (doubling time) r = Pertumbuhan maksimum populasi (Intrinsic rate of

increase) dengan struktur umur yang stabil dalam lingkungan yang menguntungkan.

Perhitungan r menggunakan persamaan : n

∑e-rx lx mx = 1 x=i

Page 52: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

34

3.4.3 Persentase Miksis

Untuk perhitungan persentase miksis dilakukan dengan menggunakan

formula yang digunakan oleh Hagiwara (1998) yaitu :

♂♀ + ♀D Persentasi miksis = x 100 ♂♀ + ♀♀ +♀? + ♀D

Aspek-aspek yang diamati adalah :

1. Betina miktik (♂♀) :

Betina yang membawa telur bulat berwarna abu-abu dan ukurannya kira-kira

setengah telur amiktik.

2. Betina amiktik (♀♀) :

Betina yang telurnya oval berisi penuh dan berwarna agak gelap.

3. Betina tanpa telur (♀?) :

Betina yang belum membawa telur, karena itu belum diketahui tipe miktik

atau amiktik.

4. Betina miktik yang membawa telur dorman (♀D) :

Telurnya oval, berukuran sama dengan telur amiktik, berwarna coklat atau

oranye dan terdapat rongga udara pada sisi telur.

3.4.4 Aktivitas Antibakteri

Analisis yang digunakan untuk membandingkan zona bening yang

dihasilkan dari perlakuan salinitas dan pakan adalah analisis faktorial, dengan

5 tingkatan salinitas (4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt) dan 2 jenis pakan

(N. oculata dan Prochloron sp.) diulang sebanyak 3 kali (5x2x3). Kombinasi

kedua faktor tersebut dicoba pada B. rotundiformis yang diambil dari satu lokasi

yaitu perairan Minanga.

Model linier yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai

berikut :

Yijk = μ+ Si + Pj + SPij + εijk

Page 53: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

35

Yijk = Respon pada perlakuan kombinasi salinitas ke-i, jenis pakan ke-j ulangan

ke-k

μ = Rata-rata umum

Si = Pengaruh kombinasi salinitas ke-i (i= 4ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt)

Pj = Pengaruh jenis pakan ke-j (j= N. oculata dan Prochloron sp.)

SPij = Pengaruh interaksi antara kombinasi salinitas ke-i dengan jenis pakan ke-j

εijk = Galat atau error perlakuan kombinasi salinitas ke-i, jenis pakan ke-j

ulangan ke-k

Untuk mengoreksi aktivitas antibakteri ekstrak kasar B. rotundiformis maka

analisis dibandingkan dengan kontrol yaitu besarnya zona hambat kedua jenis

pakan yang digunakan. Pembandingan ini dilakukan menggunakan Uji-Dunnet.

Untuk menghitung efektifitas B. rotundiformis dalam pembentukan zona bening

maka dihitung efisiensi relatif terhadap alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis

(N. oculata, Prochloron sp.) dan antibiotik, yang dinyatakan dalam persentase.

Page 54: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

36

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bioekologi

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perairan Manembo-nembo, Minanga, Wori dan

Tumpaan Sulawesi Utara. Perairan Manembo-nembo dan Minanga adalah dua

lokasi yang berhadapan dengan Laut Maluku sedangkan perairan Wori dan

Tumpaan adalah perairan pantai yang terbuka ke arah Laut Sulawesi.

Perairan Manembo-nembo terletak di semenanjung Minahasa di pantai

timur. Berdasarkan peta daratan pesisir, Manembo-nembo terletak memanjang

dari barat daya ke timur laut yang berhadapan langsung dengan laut Maluku, serta

memiliki dua muara sungai yaitu sungai Tuna dan sungai Sagerat. Karakteristik

pantai Manembo-nembo adalah pasir, lumpur dan lempung (Bakosurtanal 1991a).

Kondisi aktual lahan di daerah dekat pantai sebagian besar dimanfaatkan sebagai

daerah permukiman dan area pertambakan.

Perairan Minanga merupakan wilayah pantai yang mengarah ke tenggara

berhadapan dengan laut Maluku. Pantainya memiliki dua muara sungai yaitu

sungai Minanga pada bagian timur dan sungai Abuang pada bagian barat. Perairan

pantai Minanga terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lumpur yang berasal dari

berbagai macam batuan dan endapan danau, garis pantainya berpasir dan

bertebing terjal (Bakosurtanal 1995). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar

dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan.

Daratan pesisir Wori berhadapan dengan laut Sulawesi, terdapat beberapa

pulau yang ada didepannya seperti Pulau Siladen, Bunaken dan Manado Tua yang

saling berdekatan. Daratan tersebut berbentuk tanjung yang memanjang dari

selatan ke utara dengan formasi hutan bakau di daerah dekat pantai dan hutan

campuran di bagian belakangnya. Perairan pantai Wori memiliki karakteristik

pasir, lumpur dan lempung (Bakosurtanal 1991b). Lahan di daerah dekat pantai

sebagian besar dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan.

Perairan Tumpaan berhadapan dengan Teluk Amurang dan Pulau Tatapaan,

memiliki empat muara sungai yaitu muara Sungai Balombang, Ranorenet,

Ranotuana dan Tinundek. Karakteristik pantainya berupa pasir, lumpur dan

Page 55: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

37

lempung (Bakosurtanal 1991b). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar

dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan. Area tambak di

Perairan Manembo-nembo, Minanga, Wori dan Tumpaan merupakan area tempat

budidaya ikan bandeng, mujair dan udang.

4.1.2 Parameter lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur selama penelitian meliputi beberapa

parameter fisika kimia yaitu suhu, salinitas, pH, kekeruhan, kadar oksigen terlarut

dan nutrien (nitrat, fosfat). Hasil pengukuran beberapa parameter lingkungan pada

empat lokasi, dua musim serta pada saat pasang dan surut disajikan dalam

Gambar 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan Lampiran 2.

Page 56: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

38

25

30

35

Suhu

(ºC

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

25

30

35

Suhu

(ºC

)

1 Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

25

30

35

Suhu

(ºC

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

25

30

35

Suhu

(ºC

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

25

30

35

Suhu

(ºC

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

25

30

35

Suhu

(ºC

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 12 Hasil pengukuran suhu (ºC) selama penelitian

Pasang Surut

Page 57: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

39

10

15

20

25

30

35Sa

linita

s (‰

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

10

15

20

25

30

35

Salin

itas

(‰)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

10

15

20

25

30

35

Salin

itas

(‰)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

10

15

20

25

30

35

Salin

itas

(‰)

1 Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

10

15

20

25

30

35

Salin

itas

(‰)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

10

15

20

25

30

35

Salin

itas

(‰)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 13 Hasil pengukuran salinitas (‰) selama penelitian

Pasang Surut

Page 58: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

40

5

6

7

8pH

(ska

la p

H)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

5

6

7

8

pH (s

kala

pH

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

5

6

7

8

pH (s

kala

pH

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

5

6

7

8

pH (s

kala

pH

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

5

6

7

8

pH (s

kala

pH

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

5

6

7

8

pH (s

kala

pH

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 14 Hasil pengukuran pH (skala pH) selama penelitian

Pasang Surut

Page 59: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

41

60

80

100

120

140K

eker

uhan

(NT

U)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

60

80

100

120

140

Kek

eruh

an (N

TU

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

60

80

100

120

140

Kek

eruh

an (N

TU

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

60

80

100

120

140

Kek

eruh

an (N

TU

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

60

80

100

120

140

Kek

eruh

an (N

TU

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

60

80

100

120

140

Kek

eruh

an (N

TU

)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 15 Hasil pengukuran kekeruhan (NTU) selama penelitian

Pasang Surut

Page 60: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

42

5

6

7O

ks.T

erla

rut (

mg/

l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

5

6

7

Oks

.Ter

laru

t (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

5

6

7

Oks

.Ter

laru

t (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

5

6

7

Oks

.Ter

laru

t (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

5

6

7

Oks

.Ter

laru

t (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

5

6

7

Oks

.Ter

laru

t (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 16 Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/l) selama penelitian

Pasang Surut

Page 61: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

43

0

0.5

1

1.5

2N

itrat

(mg/

l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

0

0.5

1

1.5

2

Nitr

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

0

0.5

1

1.5

2

Nitr

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

0

0.5

1

1.5

2

Nitr

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

0

0.5

1

1.5

2

Nitr

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

0

0.5

1

1.5

2

Nitr

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Gambar 17 Hasil pengukuran nitrat (mg/l) selama penelitian

Page 62: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

44

0

0.5

1Fo

sfat

(mg/

l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

0

0.5

1

Fosf

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

0

0.5

1

Fosf

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

0

0.5

1

Fosf

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

0

0.5

1

Fosf

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

0

0.5

1

Fosf

at (m

g/l)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Gambar 18 Hasil pengukuran fosfat (mg/l) selama penelitian

Page 63: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

45

Hasil pengukuran parameter lingkungan selama penelitian menunjukkan,

bahwa suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut berbeda menurut

lokasi, stasiun, musim, pasang dan surut (Lampiran 3). Nilai suhu dan salinitas di

perairan pantai berbeda dibandingkan dengan di muara dan tambak. Rendahnya

suhu dan salinitas di Minanga kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh

masukan air tawar yaitu aliran air sungai yang relatif lebih besar jika

dibandingkan dengan tiga lokasi lainnya. Karena salah satu faktor yang

mempengaruhi fluktuasi salinitas tergantung pada aliran air sungai, sirkulasi air

dan juga musim. Suhu air di musim barat lebih rendah dibandingkan dengan

musim timur, tetapi tidak berbeda menurut pasang dan surut. Rata-rata salinitas

pada musim timur lebih tinggi dibandingkan dengan musim barat dan lebih tinggi

pada saat pasang dari pada surut. Tingginya salinitas pada musim timur

disebabkan karena musim panas atau terjadi penguapan yang relatif tinggi dan

curah hujan (presipitasi) yang relatif rendah jika dibandingkan dengan musim

barat yang rata-rata curah hujannya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan debit air

tawar melalui aliran sungai menurun pada saat musim timur sehingga salinitas

rata-rata pada tiga stasiun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim

barat. Karena faktor yang mempengaruhi fluktuasi salinitas adalah curah hujan

serta penguapan yang sangat dipengaruhi oleh musim (Wyrtki 1961; Parsons et al.

1984; Arinardi 1997).

Rata-rata pH di pantai lebih tinggi dibandingkan dengan di tambak dan

muara. Rendahnya pH di muara sangat erat kaitannya dengan banyaknya bahan

organik yang ikut terbawa aliran sungai sehingga proses dekomposisi mikroba

sangat intensif. Rata-rata pH air di Manembo-nembo lebih tinggi dibandingkan

Minanga, Wori dan Tumpaan. Rata-rata pH pada saat pasang lebih tinggi

dibandingkan pada saat surut dan lebih tinggi di musim timur dari pada musim

barat (Lampiran 3). Nilai pH yang rendah pada musim barat bertepatan dengan

curah hujan yang tinggi. Rata-rata oksigen terlarut berbeda diantara keempat

lokasi penelitian, nilai tertinggi yaitu di perairan Tumpaan, dan lebih tinggi di

muara kemudian pantai dan tambak. Perbedaan kadar oksigen terlarut nyata

terlihat antar musim dan antar pasang dan surut.

Page 64: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

46

Kekeruhan berbeda menurut musim, pasang, surut, dan kekeruhan paling

tinggi yaitu pada musim barat saat surut (Lampiran 3). Rata-rata kekeruhan di

Minanga dan Wori lebih tinggi dibandingkan dengan Manembo-nembo dan

Tumpaan. Perbedaan kekeruhan ini banyak dipengaruhi oleh masukan air tawar

dan pergerakan massa air. Tingginya masukan air tawar pada musim barat

menyebabkan tingginya konsentrasi partikel-partikel terlarut yang menyebabkan

tingginya kekeruhan di perairan pantai dan muara. Pergerakan pasang dan surut

memungkinkan terdorongnya massa air tawar dari muara ke pantai pada saat air

surut, dan dalam waktu yang bersamaan arus pasang dan surut sangat besar

pengaruhnya terhadap pengadukan substrat dasar perairan pantai dan estuari yang

dapat menyebabkan meningkatnya kekeruhan.

4.1.3 Kelimpahan Rotifera

Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian adalah dari kelas

Monogononta yang merupakan anggota dari genus Brachionus (Wallace dan Snell

1991). Identifikasi sampel rotifera di semua lokasi penelitian menemukan tiga

jenis yaitu B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. Hasil pengukuran

rata-rata morfometri rotifera yang meliputi lebar anterior (LA), panjang lorika

(PL) dan lebar lorika (LL) dari masing-masing spesies rotifera tertera pada

Gambar 19.

Beberapa ciri umum morfologi rotifera Brachionus adalah memiliki ekor

berbentuk melingkar tanpa segmen, lorika melingkupi bagian belakang dan perut

dengan beberapa bagian duri bagian depan (Fukusho 1989b). Hasil pengamatan

morfologi terhadap semua spesies rotifera yang diperoleh selama penelitian

menunjukkan adanya duri baik pada bagian anterior maupun posterior (Tabel 3).

Duri pada rotifera selain berfungsi sebagai pertahanan mereka terhadap predator,

juga berfungsi untuk membantu pengapungan mereka di dalam kolom air (Sugiri

1989). Beberapa ciri penampilan umum lainnya yang teramati pada rotifera

Brachionus adalah bentuk lorika yang hampir bulat dan bagian anterior yang

relatif kecil.

Page 65: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

47

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

LA = 67,20 μm LA = 79,52 μm LA = 96,32 μm

PL = 158,20 μm PL = 169,96 μm PL = 159,88 μm

LL = 117,32 μm LL = 117,88 μm LL = 147,84 μm

Keterangan :

LA = Lebar Anterior

PL = Panjang Lorika

LL = Lebar Lorika

Gambar 19 Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian

LA

PL

LL

LA

PL

LL

LA

PL

LL

Page 66: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

48

Tabel 3 Beberapa kategori morfologi spesies rotifera yang teridentifikasi selama penelitian (Wallace dan Snell 1991).

Kategori No Spesies Klas Jumlah Bentuk Jumlah Jml

duri/tonjolan lorika duri/tonjolan Ekor

pada anterior

pada posterior

1. B. rotundiformis Monogononta Depan : 6 Bentuk - 1

Duri. lorika Belakang : 4 posterior

tonjolan kecil runcing

dan bulat 2. B. caudatus Monogononta Depan : 4 Bentuk 2 duri - duri dan 2 lorika Tonjolan. sedikit Belakang : 4 bujur/

tonjolan kecil langsing.

Bagian bawah lorika ada dua duri

3. B. quadridentatus Monogononta Depan : 6 Bentuk 2 duri 1

duri. Lorika pinggir, Belakang : 4 seperti 2 tonjolan

tonjolan kecil tong/

hampir bulat, bengkak pada

pantatnya

Kelimpahan rata-rata rotifera yang ditemukan selama penelitian menurut

lokasi, musim, stasiun, pasang dan surut disajikan dalam Gambar 20, 21, 22, dan

Lampiran 2.

Page 67: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

49

0

2000

4000

6000

8000

10000B

.rot

undi

form

is (i

nd/m

3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

Bro

tund

iform

is (i

nd/m

3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

0

2000

4000

6000

8000

10000

B. r

otun

difo

rmis

(ind

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.r

otun

difo

rmis

(ind

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.r

otun

difo

rmis

(ind

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.r

otun

difo

rmis

(ind

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 20 Kelimpahan B. rotundiformis

Pasang Surut

Page 68: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

50

0

2000

4000

6000

8000

10000B

. cau

datu

s (in

d/m

3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B. c

auda

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

0

2000

4000

6000

8000

10000

B. c

auda

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B. c

auda

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

0

2000

4000

6000

8000

10000

B. c

auda

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B. c

auda

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 21 Kelimpahan B. caudatus

Pasang Surut

Page 69: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

51

0

2000

4000

6000

8000

10000B.

quad

riden

tatu

s (in

d/m

3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.qu

adrid

enta

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.qu

adrid

enta

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.qu

adrid

enta

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.qu

adrid

enta

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

0

2000

4000

6000

8000

10000

B.qu

adrid

enta

tus (

ind/

m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 22 Kelimpahan B. quadridentatus

Pasang Surut

Page 70: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

52

Hasil analisis Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa kelimpahan ketiga

spesies rotifera berbeda nyata berdasarkan lokasi dan stasiun penelitian. Spesies

B. rotundiformis dan B. quadridentatus ditemukan di semua lokasi penelitian

sedangkan B. caudatus hanya pada lokasi tertentu saja yaitu di perairan

Manembo-nembo dan Minanga. B. rotundiformis lebih melimpah dibandingkan

dengan kedua spesies lainnya. Hasil uji Mann-Whitney untuk membandingkan

rata-rata kelimpahan ketiga spesies rotifera menunjukkan bahwa kelimpahan

B. rotundiformis di Manembo-nembo tidak berbeda nyata dengan di Minanga.

B. rotundiformis lebih melimpah di Manembo-nembo dan Minanga dibandingkan

dengan di Wori dan di Tumpaan. B. caudatus di Manembo-nembo lebih melimpah

dibandingkan dengan di Minanga, sedangkan di Wori dan Tumpaan tidak

dijumpai spesies ini. B. quadridentatus lebih melimpah di Minanga dibandingkan

dengan di Manembo-nembo, Wori dan Tumpaan. Kelimpahan spesies B.

quadridentatus di Manembo-nembo, Wori dan Tumpaan tidak memperlihatkan

perbedaan yang nyata (Lampiran 4) (Rimper et al. 2007).

Hasil analisis Mann-Whitney (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kelimpahan

B. rotundiformis yang tertinggi adalah di tambak dan terendah di pantai.

Kelimpahan B. caudatus yang tertinggi terdapat di muara dan terendah di pantai,

sedangkan di tambak tidak ditemukan spesies ini. Kelimpahan B. quadridentatus

yang tertinggi di muara kemudian diikuti tambak dan pantai. Persebaran

B. quadridentatus mirip dengan B. caudatus yaitu lebih melimpah di muara

dibandingkan dengan tambak maupun pantai. B. caudatus dan B. quadridentatus

cenderung lebih melimpah di muara dibandingkan dengan pantai maupun tambak,

sedangkan B. rotundiformis cenderung menyebar dengan kelimpahan yang

meningkat dari arah pantai ke muara dan tambak. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa B. rotundiformis lebih menyukai habitat yang berair tenang

seperti daerah muara dan tambak. B. rotundiformis juga lebih melimpah pada

musim timur dibandingkan dengan musim barat (Lampiran 6), sedangkan hasil uji

pembandingan antara pasang dan surut tidak memperlihatkan adanya perbedaan

yang nyata pada kelimpahan ketiga spesies rotifera (Lampiran 7). Gambar 23

menunjukkan persentase kelimpahan rotifera menurut lokasi, stasiun, musim,

pasang, surut dan spesies.

Page 71: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

53

Kelimpahan Rotifera Menurut Lokasi

38%

6% 2%

54%

Manembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Kelimpahan Rotifera Menurut Musim

29%

71%

Barat

Timur

Kelimpahan Rotifera Menurut Stasiun

55%

2%

43%Tambak

Pantai

Muara

Kelimpahan Rotifera Menurut Pasang Surut

50%

50%

Pasang

Surut

Kelimpahan Rotifera Menurut Spesies

89%

1%

10%

B.rotundiformis

B.caudatus

B.quadridentatus

Gambar 23 Persentase kelimpahan rotifera

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa B. rotundiformis lebih

melimpah jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. Untuk

mendeterminasi lebih detail faktor-faktor yang paling berperan dalam

membedakan tinggi rendahnya kelimpahan B. rotundiformis, dilakukan analisis

diskriminan. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah suhu,

Page 72: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

54

salinitas, pH, kekeruhan, kadar oksigen terlarut dan kelimpahan fitoplankton. Data

kelimpahan B. rotundiformis dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu rendah

(<1000 ind/m3), sedang (1100-3000 ind/m3) dan tinggi (>3100 ind/m3).

Pengelompokan rata-rata kelimpahan dalam tiga kategori melalui hasil analisis

ragam menunjukkan perbedaan rata-rata kelimpahan antar ketiga kategori tersebut

(Lampiran 8).

Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa sebagian besar keragaman

tinggi rendahnya kelimpahan B. rotundiformis (93,5 %) terjelaskan pada sumbu

diskriminan satu dan sisanya (6,5 %) terjelaskan pada sumbu diskriminan dua,

dengan koefisien (terstandarisasi) masing-masing parameter adalah seperti

disajikan dalam (Tabel 4, Gambar 24). Parameter lingkungan seperti suhu,

salinitas dan oksigen terlarut berperan memisahkan antara kelompok kelimpahan

B. rotundiformis yang rendah dengan kelompok kelimpahan sedang dan tinggi,

sedangkan pH, kekeruhan dan kelimpahan fitoplankton berperan besar

memisahkan antara kelompok kelimpahan sedang dan rendah dengan kelompok

kelimpahan tinggi. Nilai koefisien dan struktur matriks yang lebih tinggi

menunjukkan peranan yang lebih besar, demikian pula sebaliknya dengan nilai

yang lebih rendah.

Tabel 4 Koefisien dan struktur matriks setiap parameter pada masing-masing

fungsi diskriminan kelimpahan B. rotundiformis

Koef. Fungsi Diskriminan Struktur Matriks Parameter

Fungsi 1 Fungsi 2 Fungsi 1 Fungsi 2

Suhu -0,173 0,578 0,202* 0,127 Salinitas 0,813 -0,105 0,395* 0,149 pH -0,084 -0,354 -0,095 -0,269* Kekeruhan 0,517 0,533 0,134 0,697* Oks.terlarut 0,704 0,429 0,574* 0,003 Kelimpahan Fitoplankton -0,447 0,820 0,520 0,540*

Keterangan : Tanda (*) menunjukkan sumbu dimana suatu parameter lebih besar korelasinya

Page 73: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

55

Fungsi 120-2-4

Fung

si 2

3

2

1

0

-1

-2

-3

3

2

1

Group Centroid3= Tinggi2= Sedang1= Rendah

Group

Gambar 24 Koordinat tiap observasi dalam fungsi diskriminan

Hasil identifikasi dan pencacahan genus fitoplankton yang diperoleh selama

penelitian adalah Diatom (Bacteriastrum, Bidulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus,

Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiothrix) dan Dinoflagelata

(Ceratium, Noctiluca, Prorocentrum, Pyrocystis). Kelimpahan fitoplankton

menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut disajikan pada Gambar 25 dan

Lampiran 2.

Page 74: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

56

0

50000

100000

150000

200000

250000

Fito

plan

kton

(sel

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Barat

0

50000

100000

150000

200000

250000

Fito

plan

kton

(sel

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Pantai-Musim Timur

0

50000

100000

150000

200000

250000

Fito

plan

kton

(sel

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Barat

0

50000

100000

150000

200000

250000

Fito

plan

kton

(sel

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Muara-Musim Timur

0

50000

100000

150000

200000

250000

Fito

plan

kton

(sel

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Barat

0

50000

100000

150000

200000

250000

Fito

plan

kton

(sel

/m3)

1Manembo Minanga Tumpaan Wori

Tambak-Musim Timur

Keterangan :

Gambar 25 Kelimpahan Fitoplankton

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton berbeda

menurut lokasi penelitian, tetapi tidak berbeda menurut stasiun penelitian. Rata-

rata kelimpahan fitoplankton di Manembo-nembo (168131 sel/m3) tidak berbeda

nyata dengan kelimpahan di Minanga (176576 sel/m3). Tetapi rata-rata

kelimpahan fitoplankton di Manembo-nembo dan Minanga berbeda nyata dengan

di Wori (107007 sel/m3) dan Tumpaan (105824 sel/m3) (Lampiran 9).

Pasang Surut

Page 75: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

57

Persebaran fitoplankton di musim barat (146110 sel/m3) lebih melimpah jika

dibandingkan dengan musim timur (132670 sel/m3). Kelimpahan fitoplankton

yang lebih tinggi pada musim barat kemungkinan disebabkan oleh kosentrasi

nitrat yang relatif lebih tinggi (1,33 mg/l) (Lampiran 2). Rata-rata kelimpahan

fitoplankton tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara pasang dan surut,

karena peningkatan dan pertumbuhan populasi fitoplankton pada perairan

berhubungan dengan ketersediaan nutrien (Tomascik et al. 1997; Sumich 1992;

Odum 1971).

Analisis korelasi Spearman (Spearman corelation rank) menunjukkan ada

korelasi antar kelimpahan ketiga spesies rotifera dengan parameter lingkungan

(Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan B. rotundiformis

cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan akan

menurun dengan meningkatnya nilai suhu (26,17-31,43 ºC), salinitas (14,33-

32,97 ‰), dan kekeruhan (93,3-129 NTU) (Lampiran 2). Hasil yang didapatkan

oleh Gomez (2003), suhu pertumbuhan yang optimal untuk B. rotundiformis yaitu

pada 28-35 ºC, dan hasil dari Fieder dan Purser (2000), B. rotundiformis lebih

toleran pada suhu diatas 23 ºC. Sedangkan menurut hasil penelitian dari James

dan Abu (1990), pertumbuhan B. rotundiformis berhubungan dengan peningkatan

salinitas. Menurut hasil penelitian dari Assavaaree et al. (2001), kemampuan

hidup tertinggi dari B. rotundiformis strain-S Fukuoka yaitu pada 35 ppt. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa setiap strain memiliki kemampuan adaptasi yang

berbeda terhadap kondisi lingkungannya.

Tabel 5 Matriks korelasi Spearman kelimpahan rotifera (ind/m3), kelimpahan fitoplankton (sel/m3) dan parameter lingkungan

Korelasi B. rotun B. caud B. quad Suhu Sal pH K’ruhan DO Fitopl

B.rotun 1,00 0,45(**) 0,48(**) -0,31(**) - 0,52(**) 0,01 -0,25(**) -0,41(**) 0,34(**)

B. caud 0,45(**) 1,00 0,62(**) -0,22(**) -0,14 0,18(*) 0,37(**) -0,41(**) 0,49(**)

B.qua 0,48(**) 0,62(**) 1,00 -0,26(**) -0,38(**) -0,06 0,48(**) -0,26(**) 0,34(**)

Suhu -0,31(**) -0,22(**) -0,23(**) 1,00 0,46(**) 0,02 -0,11 0,10 -0,31(**)

Sal -0,52(**) 0,13 0,38(**) 0,46(**) 1,00 0,29(**) 0,01 0,12 0,05

pH 0,01 0,18 -0,06 0,02 0,29(**) 1,00 -0,00 -0,29(**) 0,30

K’ruhan -0,25(**) 0,37(**) 0,48(**) -0,11 -0,01 0 1,00 -0,14 0,30

DO -0,41(**) -0,41(**) -0,26(**) 0,10 -0,12 -0,29 -0,14 1,00 -0,75 Fitopl 0,34(**) 0,49(**) 0,34(**) -0,32(**) -0,05 0,30 0,30(**) -0,75(**) 1,00

Keterangan : (*) signifikan pada α = 0.05 dan (**) signifikan pada α = 0.01

Page 76: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

58

4.1.4 Morfometri Rotifera B. rotundiformis

4.1.4.1 Karakteristik morfometri B. rotundiformis dari alam

Kajian morfometri rotifera B. rotundiformis meliputi ukuran lorika yaitu

panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior. Berdasarkan hasil pengukuran

selama penelitian diketahui bahwa rotifera yang ditemukan di perairan Sulawesi

Utara memiliki ukuran panjang lorika rata-rata yang tidak melebihi 200 μm,

sehingga digolongkan sebagai B. rotundiformis, karena menurut Fu et al. (1990);

Rumengan et al. (1991); Hirayama dan Rumengan (1993); Hagiwara et al. (1995);

Rumengan et al. (2007b), ukuran tubuh >200 μm (tipe L-large) digolongkan

sebagai B. plicatilis dan ukuran tubuh <200 μm tipe (S-small) digolongkan

sebagai B. rotundiformis. Perbedaan kedua tipe ini didasarkan pada beberapa

faktor seperti morfologi, respon fisiologi dan genetika. Ukuran tubuh tipe S

(small) lorikanya lebih kecil, lebih bulat dengan duri yang ramping dan tajam,

sedangkan tipe L (large) bentuk lorikanya lebih besar dan agak lonjong dengan

duri yang lebar dan tumpul (Lampiran 10).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. rotundiformis lebih melimpah serta

ditemukan di semua lokasi penelitian jika dibandingkan dengan B. caudatus dan

B. quadridentatus. B. rotundiformis juga yang paling baik dan bertahan untuk

dikultur di laboratorium, sedangkan dua spesies lainnya yaitu B. caudatus dan

B. quadridentatus belum berhasil dikultur di laboratorium. Oleh karena itu secara

khusus B. rotundiformis dipilih untuk diukur dan dibandingkan morfometrinya,

yaitu yang diperoleh dari empat lokasi penelitian dan hasil kultur di laboratorium

dengan perlakuan lima tingkatan salinitas (4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt)

dan dua jenis pakan (N. oculata, Prochloron sp.).

Gambar 26 dan Gambar 27 menunjukkan ukuran lorika B. rotundiformis

yang diperoleh selama penelitian. Hasil pengukuran morfometri berdasarkan

lokasi penelitian menunjukkan bahwa di perairan Minanga ditemukan ukuran rata-

rata yang paling besar (164,08 μm) dibanding dengan yang ditemukan di perairan

Manembo-nembo (159,60 μm), Tumpaan (155,40 μm) dan Wori (153,72 μm)

(Lampiran 10).

Page 77: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

59

PL LL LA

ManemboMinanga

WoriTumpaan

5060708090

100110120130140150160170180

Gambar 26 Morfometri rotifera B. rotundiformis dari 4 lokasi (Alam)

Persentase ukuran lorika terbesar yang ditemukan selama penelitian yaitu

sebanyak 27 % di perairan Minanga, 63 % di perairan Manembo-nembo, 83 % di

perairan Tumpaan dan 77 % di perairan Wori (Gambar 27). Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa ketersediaan fitoplankton di Minanga lebih melimpah

dibanding dengan tiga lokasi lainnya (Lampiran 9) serta kisaran suhu di Minanga

lebih rendah 27,10-30,23 ºC dibanding dengan tiga lokasi lainnya antara 28,57-

32,23 ºC (Lampiran 2). Menurut hasil penelitian yang diperoleh Assavaaree et al.

(2001), B. rotundiformis strain Fukuoka lebih menyukai suhu yang rendah

(26-27 ºC). Lebih besarnya morfometri B. rotundiformis asal Minanga diduga

karena ketersediaan fitoplankton yang cukup dan faktor suhu yang nyaman bagi

B. rotundiformis.

Page 78: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

60

Minanga

27%

27%

7%7%

32%

Wori

3%20%

77%

Keterangan :

>170.9

161-170.9

151-160.9

141-150.9

131-140.9

121-130.9

111-120.9

< 100.9

Gambar 27 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dari beberapa lokasi

Manembo

7%

63%

30%

Tumpaan

7%10%

83%

Page 79: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

61

4.1.4.2 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis Hasil Kultur

Berdasarkan hasil analisis terhadap morfometri B. rotundiformis hasil kultur

di laboratorium dengan perlakuan lima tingkatan salinitas dan dua jenis pakan,

menunjukkan bahwa ketiga parameter morfometri (Panjang lorika, Lebar lorika,

Lebar anterior) berbeda pada berbagai kombinasi salinitas dan pakan (Lampiran

10 dan Lampiran 11).

Ukuran panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior B. rotundiformis yang

terkecil adalah pada perlakuan pakan Prochloron sp. Hasil penelitian

menunjukkan kombinasi salinitas 20 ppt dengan pakan Prochloron sp.

menghasilkan ukuran lorika yang terkecil. Pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt,

50 ppt dan 60 ppt terlihat adanya kecenderungan peningkatan ukuran morfometri

B. rotundiformis. Hal ini disebabkan karena adanya gejala polimorfisme yang

terjadi pada B. rotundiformis yaitu bentuk dan ukuran lorikanya mengalami

semacam plastisitas jika kondisi lingkungan hidupnya berubah (Nogrady et al.

1993; Rimper et al. 2008). Polimorfisme ini bahkan dapat juga mengakibatkan

suatu perbedaan yang cukup besar yaitu sebesar 15% (Fukusho 1989b). Menurut

James dan Abu 1990, ukuran B. rotundiformis sebanding dengan peningkatan

salinitas. Hasil yang diperoleh Snell dan Carillo (1984) menunjukkan adanya

pengurangan rata-rata panjang lorika dari strain B. plicatilis seiring dengan

meningkatnya salinitas. Gambar 28, 29, 30 dan 31 menunjukkan morfometri

B. rotundiformis dengan perlakuan pakan dan salinitas yang berbeda.

Page 80: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

62

PL LL LA

4 ppt20 ppt

40 ppt50 ppt

60 ppt

5060708090

100110120130140150160170180

Gambar 28 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan N. oculata

PL LL LA

4 ppt

20 ppt40 ppt

50 ppt60 ppt

5060708090

100110120130140150160170

180

Gambar 29 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan Prochloron sp.

Page 81: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

63

Salinitas 40 ppt (N. oculata )

7%

27%13%

13% 17%

13%10%

Salinitas 20 ppt (N. oculata )

13%17%

13% 23%

17%17%

Salinitas 60 ppt (N. oculata )

24%

3%3%

31%

13% 13%

13%

Salinitas 4 ppt (N. oculata )

24%

13%13%

31%

13%3% 3%

Salinitas 50 ppt (N. oculata )

28%

20%

20%

13%

3%3%

13%

Keterangan :

Gambar 30 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan salinitas berbeda

>170.9

161-170.9

151-160.9

141-150.9

131-140.9

121-130.9

111-120.9

< 100.9

Page 82: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

64

Salinitas 60 ppt (Prochloron sp.)

30%

3%

17%

7% 10%

33%

Salinitas 50 ppt (Prochloron sp.)

30%

33%

10%

17%10%

Salinitas 20 ppt (Prochloron sp.)

40%

57%

3%

Keterangan :

>170.9

161-170.9

151-160.9

141-150.9

131-140.9

121-130.9

111-120.9

< 100.9

Gambar 31 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan

Prochloron sp. dan salinitas berbeda

Salinitas 4 ppt (Prochloron sp.)

28%20%

8%4% 8%

32%

Salinitas 40 ppt (Prochloron sp.)

23%

3%3%

17%

41%

13%

Page 83: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

65

4.1.5 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis

Hasil perhitungan analisis ”life table” rotifera B. rotundiformis dengan

perlakuan pakan N. oculata dan Prochloron sp. disajikan pada Tabel 6 dan

Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis dengan metode ”life table” diketahui bahwa

daur hidup B. rotundiformis berbeda menurut jenis pakan.

Tabel 6 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata

X nx lx dx qx Lx Tx ex Cx mx VCx ZCx0 35 1 0 0 17,50 164,75 4,71 0 0 0 0

0,5 35 1 0 0 17,50 147,25 4,21 58 1,66 1,66 0,83 1 35 1 0 0 17,50 129,75 3,71 72 2,06 2,06 2,06

1,5 35 1 0 0 17,50 112,25 3,21 57 1,63 1,63 2,44 2 35 1 0 0 17,50 94,75 2,71 69 1,97 1,97 3,94

2,5 35 1 0 0 17,50 77,25 2,21 78 2,23 2,23 5,57 3 35 1 0 0 17,50 59,75 1,71 62 1,77 1,77 5,31

3,5 35 1 0 0 15,75 42,25 1,21 60 1,71 1,71 6 4 28 0,80 7 0,22 11,50 26,50 0,95 59 2,11 1,69 6,74

4,5 18 0,64 10 0,43 7,50 15,00 0,83 41 2,28 1,46 6,59 5 12 0,67 6 0,40 4,50 7,50 0,63 32 2,67 1,78 8,89

5,5 6 0,50 6 0,67 2,00 3,00 0,50 17 2,83 1,42 7,79 6 2 0,33 4 1,00 0,75 1 0,50 5 2,50 0,83 5,00

6,5 1 0,50 1 0,67 0,25 0,25 0,25 3 3 1,50 9,75 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 7 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi

pakan Prochloron sp. X nx lx dx qx Lx Tx ex Cx mx VCx ZCx 0 35 1 0 0 17,5 171,75 4,91 0 0 0 0

0,5 35 1 0 0 17,5 154,25 4,41 24 0,69 0,69 0,34 1 35 1 0 0 17,5 136,75 3,91 23 0,66 0,66 0,66

1,5 35 1 0 0 17,5 119,25 3,41 30 0,86 0,86 1,29 2 35 1 0 0 17,5 101,75 2,91 41 1,17 1,17 2,34

2,5 35 1 0 0 17,5 84,25 2,41 66 1,89 1,89 4,71 3 35 1 0 0 16,75 66,75 1,91 91 2,60 2,60 7,80

3,5 32 0,91 3 0,09 15,5 50 1,56 79 2,47 2,26 7,90 4 30 0,94 2 0,06 12,75 34,5 1,15 79 2,63 2,47 9,88

4,5 21 0,70 9 0,35 8,5 21,75 1,04 55 2,62 1,83 8,25 5 13 0,62 8 0,47 5,75 13,25 1,02 22 1,69 1,05 5,24

5,5 10 0,77 3 0,26 4,25 7,5 0,75 20 2 1,54 8,46 6 7 0,70 3 0,35 2,25 3,25 0,46 12 1,71 1,20 7,20

6,5 2 0,29 5 1,11 0,75 1 0,50 14 7 2 13 7 1 0,50 1 0,67 0,25 0,25 0,25 3 3 1,50 10,50

7,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 84: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

66

Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan harapan hidup

B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dengan pemberian pakan

Prochloron sp. Laju reproduksi B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata

dengan yang diberi pakan Prochloron sp. juga berbeda. Rotifera B. rotundiformis

yang diberi pakan N. oculata memiliki kemampuan yang lebih besar untuk

memproduksi telur. Pakan N. oculata mungkin lebih mudah dicerna oleh

B. rotundiformis jika dibandingkan dengan pakan Prochloron sp. serta kandungan

nutrisi yang dimiliki oleh N. oculata (protein 57,06%, lemak 21%, karbohidrat

23,59%). Menurut Maruyama dan Hirayama (1993) alga mikro N. oculata

merupakan salah satu pakan yang populer untuk kultur rotifera di Jepang.

B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. lebih panjang waktu

generasinya dari pada yang diberi pakan N. oculata. Menurut King (1966),

perbedaan spesies alga sebagai pakan B. rotundiformis dapat menghasilkan waktu

generasi yang berbeda. Waktu penggandaan (doubling time) B. rotundiformis

dengan pemberian pakan N. oculata lebih cepat dari pada dengan pemberian

pakan Prochloron sp. Jenis pakan mempengaruhi waktu B. rotundiformis untuk

bertambah dua kali lipat (Tabel 8).

Tabel 8 Hasil perhitungan beberapa parameter “life table”

Jenis Pakan Parameter N. oculata Prochloron sp.

ex (Harapan hidup) 27,31 30,58

Ro (Laju reproduksi) 21,71 15,97

TG (Waktu generasi) 3,27 3,30

Dt (Waktu penggandaan) 0,23 0,25

Page 85: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

67

4.1.6 Miksis Rotifera B. rotundiformis

Rotifera memiliki pola reproduksi seksual dan aseksual (partenogenesis).

Dalam kondisi normal tanpa ada tekanan lingkungan, rotifera cenderung

bereproduksi partenogenesis yaitu dengan mitosis dapat menghasilkan telur

diploid yang kemudian menetas menjadi betina lagi. Tipe betina ini disebut

dengan istilah amiktik, artinya tanpa rekombinasi genetik terbentuk individu yang

sama persis dengan induknya. Tetapi jika ada faktor-faktor tertentu berupa

rangsangan miksis atau terjadi percampuran gen, maka betina amiktik mengalami

perubahan ke reproduksi seksual dan menghasilkan betina miktik dan amiktik.

Jika telur miktik dibuahi maka akan terbentuk telur dorman.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah betina miktik tertinggi pada

perlakuan pakan N. oculata terlihat pada hari ke-4, sedangkan dengan perlakuan

pakan Prochloron sp. terlihat pada hari ke-5. Jumlah betina amiktik tertinggi pada

kedua perlakuan jenis pakan terlihat pada hari ke-5. Jumlah betina dewasa tanpa

telur pada perlakuan jenis pakan N. oculata terlihat lebih banyak jika

dibandingkan pada perlakuan pakan Prochloron sp. Kehadiran tipe betina miktik

yang membawa telur dorman terlihat pada perlakuan pakan Prochloron sp. hari

ke-7, sedangkan pada perlakuan pakan N. oculata tidak ditemukan telur dorman

(Tabel 9 dan Tabel 10). Namun ketidak hadiran betina dorman pada perlakuan

jenis pakan N. oculata dapat juga disebabkan oleh tidak terbuahinya telur haploid

yang dihasilkan betina miktik oleh sel sperma rotifera (Brusca dan Brusca, 1990).

Pembentukan telur dorman dimungkinkan jika tingkat keberhasilan fertilisasi

tinggi, dan fertilisasi ini dimungkinkan dengan adanya interaksi yang intensif

antara jantan dan betina. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan populasi

B. rotundiformis yang dikultur pada suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt dengan

perlakuan jenis pakan N. oculata dan Prochloron sp. dapat dilihat pada Tabel 9

dan 10.

Page 86: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

68

Tabel 9 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan N. oculata

Rata-rata kepadatan (individu) Hari Betina miktik Betina amiktik Betina tanpa telur Betina+dorman

1 0 0 0 0 2 1,3 1,3 2,3 0 3 2 1 3,6 0 4 8,3 9 22,3 0 5 5,3 27,6 84,3 0 6 1,3 13,3 154,6 0 7 0,3 2,3 78 0 8 0 0 0 0

Tabel 10 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp.

Rata-rata kepadatan (individu) Hari Betina miktik Betina amiktik Betina tanpa telur Betina+dorman

1 0 0 0 0 2 1,3 1,3 2,6 0 3 2,3 1,3 5,3 0 4 3,6 3,7 11,3 0 5 13 28,3 70,3 0 6 2,3 12,3 138,3 0 7 0 2,3 40 0,3 8 0 0 0 0

Perhitungan persentase miksis dibutuhkan untuk memperoleh informasi

miksis yang mengindikasikan keadaan stres pada B. rotundiformis yang diduga

memacu produksi senyawa bioaktif (Rumengan 2007a). Gejala miksis terdeteksi

selama penelitian, terlihat adanya peningkatan setelah hari ke-2 dan hari ke-3,

kemudian menurun sampai akhir pengamatan (Gambar 32). Persentase miksis

B. rotundiformis pada setiap perlakuan jenis pakan selama masa kultur bervariasi.

Persentase miksis paling tinggi yaitu pada perlakuan pakan N. oculata sebesar

27,77%, sedangkan untuk pakan Prochloron sp. 19,44%. Menurut Hagiwara dan

Hirayama (1993), miksis dapat terjadi karena adanya pengaruh dari faktor internal

dan faktor eksternal. Hagiwara dan Hirayama (1993) melaporkan bahwa jenis

pakan merupakan salah satu faktor yang merangsang terjadinya miksis pada

rotifera atau jenis alga mikro merupakan faktor penginduksi miksis. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan faktor jenis pakan memberi pengaruh sebagai

Page 87: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

69

perangsang miksis. Diyakini dalam penelitian ini bahwa perubahan kondisi

lingkungan yang menyebabkan peningkatan persentase miksis tersebut.

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8

Periode kultur (Hari)

Pros

enta

se m

iksi

s

N. oculata Prochloron sp.

Gambar 32 Rata-rata persentase miksis

Page 88: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

70

4.2 Bioaktif

4.2.1 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan N. oculata

Senyawa bioaktif rotifera masih dalam taraf penjajakan, dan laporan tentang

biokimia rotifera serta jenis-jenis senyawa bioaktif belum banyak publikasinya.

Terdeteksinya senyawa bioaktif dalam penelitian ini merupakan langkah awal

yang penting.

Untuk menguji aktivitas antibakteri pada B. rotundiformis maka dilakukan

pengamatan terhadap pembentukan zona bening yang dicoba pada tiga jenis

bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian aktivitas antibakteri dari

B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt

dengan pakan N.oculata terhadap tiga bakteri uji V. cholerae, B. subtilis, dan

E. coli terlihat adanya pembentukan zona bening (Gambar 33). Tabel 11

menunjukkan adanya perbedaan aktivitas dari masing-masing ekstrak kasar

terhadap masing-masing bakteri uji serta antibiotik pembanding dan metanol

sebagai kontrol. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan

tetrasiklin. Amoksisilin digunakan pada bakteri uji B. subtilis karena amoksisilin

digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan infeksi

yang disebabkan oleh bakteri Streptococci, Staphilococcus non penicilin dan

Bacillus. Tetrasiklin pada bakteri V. cholerae karena tetrasiklin digunakan untuk

infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti V. cholerae, Mucoplasma

(gram negatif, spiral) dan E. coli (gram negatif, bulat) (Schunack et al. 1990;

Winotopradjoko 2000).

Tabel 11 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda

Diameter zona bening (mm) Salinitas (ppt) V. cholera n B. subtilis n E. coli N

4 4,33 ± 2,30 3 0 3 2,50 ± 0 3

20 2,25 ± 0,35 3 2,50 ± 0 3 2,76 ± 2,19 3

40 3,75 ± 0,35 3 3,50 ± 0,50 3 4,66 ± 0,57 3

50 3,25 ± 1,06 3 4,50 ± 1,41 3 2,60 ± 1,04 3

60 3,00 ± 0 3 4,25 ± 1,77 3 1,60 ± 1,15 3

Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi

Page 89: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

71

0

5

10

15

20

25D

iam

eter

zon

a be

ning

(mm

)

4 20 40 50 60 Metanol Antibiotik

Salinitas (ppt)

Pakan N. oculata

V.cholerae

B.subtilis

E.coli

Gambar 33 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata

pada salinitas yang berbeda

Aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar senyawa B. rotundiformis yang diberi

pakan N. oculata terdeteksi menghambat aktivitas ketiga jenis bakteri uji, tetapi

tidak semua tingkatan salinitas, jadi terdapat perbedaan diameter zona bening

pada ketiga jenis bakteri uji. Zona bening paling besar terbentuk pada bakteri E.

coli salinitas 40 ppt yaitu 4,66 mm, sedangkan bakteri uji yang tidak terbentuk

zona bening adalah bakteri uji B. subtilis salinitas 4 ppt.

Respons bakteri uji terhadap ekstrak kasar B. rotundiformis berbeda

menurut salinitas dan jenis pakan. Jika dibandingkan respons bakteri uji terhadap

ekstrak senyawa dari B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dan

Prochloron sp. secara umum terlihat ketiga jenis bakteri uji tersebut lebih rentan

terhadap ekstrak B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dari pada dengan

pakan Prochloron sp. Salinitas 40 ppt paling potensial memicu B. rotundiformis

memproduksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri, diduga pada salinitas

ini terjadi rangsangan miksis yang mampu merubah pola reproduksi. Rotifera

dapat merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual diawali dengan

adanya stimulus dari luar. Fenomena biologi ini mengindikasikan adanya

metabolisme sekunder oleh rotifera yang diyakini merupakan senyawa bioaktif.

Senyawa bioaktif dari rotifera sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya,

Page 90: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

72

jika kondisi lingkungan berubah atau terjadi rangsangan miksis, maka rotifera

mengalami perubahan pola reproduksi. Karena menurut Hagiwara dan Hirayama

(1993), faktor yang dapat menyebabkan terjadinya rangsangan miksis adalah

salinitas dan jenis pakan. Jadi salinitas 40 ppt dan pakan N. oculata yang

menunjukkan aktivitas antibakteri yang besar jika dibandingkan dengan pakan dan

salinitas lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salinitas rendah tidak selalu

memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas

antibakteri. Respons jenis bakteri terhadap senyawa aktif yang dihasilkan terlihat

berbeda menurut jenis bakteri. Diameter zona bening yang terbentuk pada ekstrak

B. rotundiformis yang dikultur dengan alga mikro N. oculata, menunjukkan

bakteri E. coli yang memiliki zona bening paling besar kemudian bakteri B.

subtilis dan V. cholerae.

Pada bakteri uji V. cholerae, zona bening yang terbesar terdapat pada

ekstrak hasil kultur salinitas 4 ppt yaitu 4,33 mm, kemudian diikuti oleh salinitas

40 ppt (3,75 mm), 50 ppt (3,25 mm), 60 ppt (3 mm), dan yang terkecil adalah 20

ppt (2,25 mm). Perbedaan besarnya zona bening pada salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50

ppt, dan 60 ppt tidak menyolok, tetapi pada salinitas 20 ppt zona bening yang

dihasilkan adalah yang terkecil. Aktivitas ekstrak kasar B. rotundiformis hasil

kultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt semua ampuh

terhadap bakteri uji V. cholerae (Gambar 34 dan Lampiran 12). Hal ini

menandakan bahwa substan antibakteri yang terkandung pada semua ekstrak kasar

B. rotundiformis mampu menghambat mikroorganisme (Lay 1994).

Page 91: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

73

Gambar 34 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.

Ekstrak kasar B. rotundiformis yang diuji pada bakteri B. subtilis tidak

semua menghasilkan zona bening seperti pada bakteri V. cholerae. Pada bakteri

B. subtilis, diameter zona bening terbesar terdapat pada salinitas 50 ppt yaitu 4,50

mm, selanjutnya diikuti oleh salinitas 60 ppt (4,25 mm), salinitas 40 ppt (3,50

mm) dan salinitas 20 ppt (2,50 mm), sedangkan pada salinitas 4 ppt tidak

terdeteksi pembentukan zona bening. Aktivitas ekstrak kasar dari B. rotundiformis

yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt tidak semua

ampuh terhadap bakteri uji B. subtilis (Tabel 12, Gambar 35 dan Lampiran 12).

Gambar 35 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. subtilis, pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, A= Amoksisilin.

40

T

M 60

50

V. cholerae

4

20

60

50

A

M

B. subtilis

4

20

40

Page 92: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

74

Hasil pengujian pada ekstrak kasar B. rotundiformis dari hasil kultur lima

tingkatan salinitas yang diuji pada bakteri E. coli menunjukkan diameter zona

bening terbesar yaitu pada salinitas 40 ppt dengan diameter 4,66 mm, kemudian

diikuti oleh salinitas 20 ppt (2,76 mm), salinitas 50 ppt (2,60 mm), salinitas 4 ppt

(2,50 mm), dan salinitas 60 ppt (1,60 mm). Ekstrak kasar B. rotundiformis dengan

bakteri E. coli terlihat pada semua tingkatan salinitas terbentuk zona bening

(Gambar 36 dan Lampiran 12).

Gambar 36 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan

N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin. 4.2.2 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan Prochloron sp.

Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kasar B. rotundiformis yang

dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, dan 60 ppt dengan pakan

Prochloron sp. terhadap tiga bakteri uji V. cholerae, B. subtilis, E. coli

menunjukkan adanya perbedaan aktivitas dari masing-masing perlakuan. Jika

dibandingkan aktivitas antibakteri B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan

N. oculata dan Prochloron sp. maka aktivitas dengan pakan Prochloron sp. lebih

kecil. Aktivitas antibakteri B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp.

terdeteksi menghambat aktivitas dari ketiga jenis bakteri uji, tetapi tidak semua

tingkatan salinitas. Terdapat perbedaan diameter zona bening yang terbentuk dari

ketiga jenis bakteri uji.

50

40

E.coli

4

20

M

T

60

Page 93: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

75

Tabel 12 dan Gambar 37 menunjukkan hasil pengukuran diameter zona

bening ekstrak kasar B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap

3 jenis bakteri uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pakan

Prochloron sp. dan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt yang terbentuk zona

bening, sedangkan pada salinitas 20 ppt tidak terbentuk zona bening.

Tabel 12 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda

Diameter zona bening (mm) Salinitas (ppt) V. cholerae n B. subtilis n E. coli N

4 2,00 ± 0 3 2,25 0 0,35 3 0 3

20 0 3 0 3 0 3

40 3,33 ± 1,75 3 2,50 ± 0,87 3 2,00 ± 0 3

50 3,00 ± 0 3 2,00 ± 0 3 2,25 ± 0,18 3

60 0 3 2,00 ± 0 3 3,00 ± 0 3

Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi

0

5

10

15

20

25

Dia

met

er z

ona

beni

ng (m

m)

4 20 40 50 60 Metanol Antibiotik

Salinitas (ppt)

Pakan Prochloron sp.

V.cholerae

B.subtilis

E.coli

Gambar 37 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan

Prochloron sp. pada salinitas yang berbeda

Ekstrak kasar B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. yang memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji V. cholerae hanya pada salinitas 4 ppt,

40 ppt dan 50 ppt. Diameter zona bening yang paling besar yaitu 3,33 mm pada

Page 94: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

76

salinitas 40 ppt, kemudian diikuti oleh salinitas 50 ppt (3 mm) dan salinitas 4 ppt

(2 mm), sedangkan pada salinitas 20 ppt dan salinitas 60 ppt tidak terdeteksi

adanya aktivitas terhadap bakteri uji V. cholerae (Gambar 38).

Gambar 38 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt,

50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.

Ekstrak kasar B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan Prochloron sp.

yang diuji pada bakteri B. substilis, tidak semua perlakuan salinitas terdeteksi

adanya aktivitas antibakteri. Diameter zona bening yang paling besar yaitu pada

salinitas 40 ppt (2,50 mm), kemudian diikuti oleh salinitas 4 ppt (2,25 mm), 50

ppt (2 mm) dan 60 ppt (2 mm), pada salinitas 20 ppt tidak terdeteksi adanya

aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji B. subtilis (Gambar 39).

Gambar 39 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. substilis, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt,

50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, A= Amoksisilin.

20

4

20

B. subtilis

60

A

40

50 M

4

20

60

A

40

B. subtilis

M 4

60

20

50 40

M

50

T

40

60

20

4

V. cholerae

Page 95: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

77

Ekstrak kasar B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 40 ppt, 50 ppt

dan 60 ppt terhadap bakteri uji E. coli terdeteksi adanya aktivitas antibakteri,

sedangkan hasil kultur pada salinitas 4 ppt dan 20 ppt tidak terdeteksi aktivitas

antibakteri. Diameter zona bening yang terbesar adalah 3 mm pada salinitas

60 ppt, kemudian 2,25 mm pada salinitas 50 ppt dan 2 mm pada salinitas 40 ppt

(Gambar 40).

Gambar 40 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt,

50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa zona bening terbesar yang

terbentuk pada perlakuan jenis pakan N. oculata maupun pakan Prochloron sp.

yaitu pada salinitas 40 ppt.

4.2.3 Aktivitas Antibakteri Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp.

Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. yang digunakan sebagai pakan

B. rotundiformis juga diuji aktivitas antibakterinya untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh alga mikro terhadap pembentukan zona bening pada ekstrak kasar

B. rotundiformis. Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. diekstrak dan diuji

terhadap tiga jenis bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli. Hasil uji aktivitas

antibakteri dari alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp.

menunjukkan bahwa alga mikro N. oculata terdeteksi memiliki aktivitas

antibakteri dengan terbentuknya zona bening, sedangkan ekstrak dari alga mikro

Prochloron sp. tidak terdeteksi aktivitas antibakteri dengan pembentukan zona

50

T

60

40

4

20

M

E. coli

Page 96: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

78

bening. Tabel 13 dan Gambar 41 menunjukkan besarnya diameter zona bening

yang terbentuk pada alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp.

Tabel 13 Diameter zona bening (mm) alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri uji

Zona Bening (mm)

Pakan V. cholerae B. subtilis E. coli

N. oculata 1,5 ± 0 1,5 ± 2,30 2,66 ± 1,15

Prochloron sp. 0 0 0

0

5

10

15

20

25

Dia

met

er z

ona

beni

ng (m

m)

N. oculata Prochloron sp. Metanol Antibiotik

Perlakuan

Pakan

V. cholerae

B. subtilis

E. coli

Gambar 41 Diameter zona bening alga mikro N. oculata dan alga mikro

Prochloron sp.

Hasil pengujian terhadap rotifera B. rotundiformis diketahui bahwa dalam

tubuh B. rotundiformis terdeteksi senyawa antibakteri, tetapi jenis pakan juga

memberi pengaruh. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan aktivitas dari

ekstrak B. rotundiformis yang diberi alga mikro yang berbeda, karena yang diberi

alga mikro N. oculata zona beningnya lebih besar jika dibandingkan dengan yang

diberi alga mikro Prochloron sp.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter zona bening pada ekstrak

alga mikro N. oculata lebih kecil jika dibandingkan dengan diameter zona bening

dari B. rotundiformis dengan pakan N. oculata, sehingga dapat dipastikan bahwa

senyawa antibakteri yang terdeteksi pada B. rotundiformis berasal dari

Page 97: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

79

B. rotundiformis itu sendiri, tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai

pakan B. rotundiformis. Konsentrasi zat aktif dalam ekstrak uji mempengaruhi

diameter zona bening, semakin tinggi konsentrasi zat aktif dalam ekstrak uji maka

semakin besar diameter zona bening yang dibentuk (Pelczar dan Chan 1988).

Berdasarkan perlakuan salinitas, secara umum B. rotundiformis yang dikultur

pada salinitas 40 ppt dengan pakan alga mikro N. oculata memiliki aktivitas

antibakteri yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan B. rotundiformis

yang dikultur dengan alga mikro Prochloron sp. dan salinitas lainnya. Disamping

itu juga dari hasil perhitungan persentase miksis diketahui bahwa persentase

miksis terbesar terlihat pada B. rotundiformis dengan pakan N. oculata. Informasi

persentase miksis mengindikasikan keadaan stres pada B. rotundiformis dan

diyakini hal ini memicu produksi senyawa bioaktif.

Analisis ragam terhadap diameter zona bening menunjukkan bahwa pada

ketiga jenis bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli, diameter zona bening

dipengaruhi oleh interaksi antara jenis pakan dan salinitas. Pengaruh utama jenis

pakan dan salinitas secara nyata berpengaruh terhadap besarnya zona bening. Uji

beda rata-rata diameter zona bening menunjukkan bahwa B. rotundiformis hasil

kultur pada salinitas 20 ppt lebih kecil dari pada salinitas 4 ppt dan 50 ppt pada

bakteri V. cholerae, kemudian lebih kecil dibanding dengan salinitas 40 ppt pada

E. coli dan lebih kecil lagi jika dibandingkan dengan salinitas 40 ppt, 50 ppt dan

60 ppt pada B. subtilis. Lebih kecilnya zona bening pada salinitas 20 ppt karena

salinitas 20 ppt merupakan salinitas optimal bagi B. rotundiformis sehingga

B. rotundiformis tidak mengalami stres atau tekanan lingkungan (James dan Abu

1990).

Pada kondisi lain dengan menganggap jenis bakteri sebagai satu perlakuan

tersendiri yang dikombinasikan dengan pengaruh salinitas dan pakan, maka

besarnya zona bening sangat ditentukan oleh interaksi antara jenis pakan, salinitas

dan bakteri yang digunakan, meskipun pengaruh faktor tunggal bakteri tidak

berbeda nyata dalam membentuk zona bening. Berdasarkan hasil analisis ragam

dapat dikatakan bahwa besarnya zona bening yang terbentuk dipengaruhi oleh

salinitas dan jenis pakan yang digunakan. Untuk menjelaskan hubungan antara

salinitas dengan aktivitas antibakteri dari B. rotundiformis maka dilakukan regresi

Page 98: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

80

antara salinitas dengan diameter zona bening yang terbentuk pada tiga jenis

bakteri. Analisis regresi dilakukan baik pada jenis pakan N. oculata maupun

pakan Prochloron sp. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa diameter zona

bening yang terbentuk pada B. rotundiformis yang dikultur dengan pakan

N. oculata bakteri B. subtilis nyata berkorelasi linier positif dengan salinitas

sedangkan pada bakteri V. cholerae dan E. coli tidak memperlihatkan korelasi

yang nyata dengan salinitas. Hubungan antara diameter zona bening (Y) dengan

salinitas (X) pada bakteri B. subtilis mengikuti persamaan regresi

Y= 0,223 + 0,051X (R2 = 0,714) (Lampiran 13). Dapat dikatakan bahwa aktifitas

antibakteri pada B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada bakteri

B. subtilis meningkat lebih dari setengah setiap peningkatan salinitas sebesar 10

ppt. Berbeda dengan respon yang ditunjukkan oleh B. rotundiformis yang dikultur

dengan pakan Prochloron sp. Analisis regresi antara diameter zona bening (Y)

dengan salinitas (X) menunjukkan hubungan linier positif yang nyata hanya

terlihat pada bakteri E. coli yang mengikuti persamaan Y = -0,580 + 0,058 X

(R2 = 0,926) (Lampiran 14). Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri

pada B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada bakteri E. coli

meningkat lebih dari setengah setiap peningkatan salinitas sebesar 10 ppt.

Berdasarkan hasil analisis regresi antara diameter zona bening dengan salinitas

dan jenis pakan untuk uji aktivitas antibakteri B. rotundiformis pada tiga jenis

bakteri uji, maka sebaiknya kultur B. rotundiformis dilakukan pada salinitas dan

jenis pakan tertentu.

Untuk menjelaskan seberapa besar respon aktivitas antibakteri dari

B. rotundiformis dipengaruhi oleh jenis pakan atau diakibatkan oleh aktifitas

biologis dalam tubuh B. rotundiformis itu sendiri maka dilakukan analisis untuk

melihat pengaruh dari ekstrak alga mikro terhadap aktivitas pembentukan zona

bening sebagai kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme

pembentukan aktivitas antibakteri dalam tubuh B. rotundiformis dan pengaruh

alga mikro dalam proses tersebut. Dengan demikian dilakukan pembandingan

antara zona bening yang diperlihatkan pada ekstrak B. rotundiformis hasil kultur

berbagai kombinasi salintas dan pakan dengan zona bening yang dihasilkan oleh

alga mikro yang digunakan sebagai pakan B. rotundiformis.

Page 99: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

81

Zona bening yang terbentuk antara B. rotundiformis yang diberikan pakan N.

oculata dengan alga mikro N. oculata, yaitu lebih besar yang dihasilkan oleh B.

rotundiformis hasil kultur dengan pakan N. oculata, salinitas 40 ppt, 50 ppt dan 60

ppt, pada bakteri uji B. subtilis dari pada yang dihasilkan oleh alga mikro N.

oculata itu sendiri. Senyawa bioaktif dalam tubuh B. rotundiformis dipengaruhi

oleh pakannya dan hanya terjadi pada salinitas ekstrim lebih tinggi pada bakteri

B. subtilis tetapi tidak untuk bakteri V. cholerae dan E. coli. Hal ini

mengindikasikan bahwa zona bening yang terbentuk pada ekstrak

B. rotundiformis dengan pakan N. oculata terhadap bakteri V. cholerae dan

E. coli, lebih besar dipengaruhi alga mikro N. oculata itu sendiri sebagai pakan

dibandingkan dengan proses fisiologi dalam B. rotundiformis.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan besarnya zona bening yang

terbentuk pada ekstrak B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. dengan

ekstrak alga mikro Prochloron sp. sebagai kontrol. Pada bakteri uji V. cholerae,

zona bening yang terbentuk lebih besar kecuali pada salinitas 20 ppt. Mekanisme

pembentukan senyawa antibakteri terhadap bakteri uji E. coli terlihat pada kondisi

ekstrim yaitu salinitas lebih tinggi sedangkan pada bakteri uji V. cholerae terjadi

baik pada kondisi salinitas tinggi maupun rendah.

Untuk mengetahui kontribusi B. rotundiformis menghasilkan senyawa

antibakteri, maka dihitung efisiensi relatif B. rotundiformis hasil kultur pada

beberapa tingkatan salinitas dan pakan serta antibiotik yang digunakan. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa efisiensi relatif B. rotundiformis yang dikultur

dengan pakan N. oculata dan salinitas 4 ppt lebih efektif dalam pembentukan zona

bening pada bakteri V. cholerae, sedangkan respon pada bakteri B. subtilis lebih

efektif pada salinitas 50 ppt dan 60 ppt. Efektifitas yang paling besar dalam

pembentukan zona bening yaitu pada B. rotundiformis dengan pakan N. oculata,

salinitas 40 ppt, dan bakteri uji E. coli (Tabel 14). Untuk B. rotundiformis dengan

pakan Prochloron sp. tidak terdeteksi senyawa antibakteri, sehingga efektifitas

B. rotundiformis menjadi 100% yang berarti bahwa senyawa antibakteri yang

dihasilkan karena proses biologi dari dalam tubuh B. rotundiformis.

Page 100: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

82

Tabel 14 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap pakan N. oculata dan

Prochloron sp. dalam pembentukan zona bening

N. oculata Prochloron sp. Salinitas(ppt) V.cholerae B.subtilis E.coli V.cholerae B.subtilis E.coli

4 65,36 0 40 100 100 100

20 33,33 40 45,65 100 100 100

40 60 57,14 67,81 100 100 100

50 53,85 66,67 42,31 100 100 100

60 50 64,71 6,25 100 100 100

Hasil perhitungan efisiensi relatif B. rotundiformis dalam menghasilkan

senyawa antibakteri terhadap antibiotik menunjukkan bahwa pemberian pakan

N. oculata relatif lebih efektif dibandingkan dengan pemberian pakan Prochloron

sp. Zona bening yang terbentuk pada ketiga jenis bakteri uji yaitu lebih besar yang

diberi perlakuan pakan N. oculata. Efisiensi relatif B. rotundiformis yang diberi

pakan N. oculata pada salinitas 4 ppt dan 40 ppt pada bakteri V. cholerae

melampaui 50% dari antibiotik, kemudian salinitas 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt pada

bakteri B. subtilis dan salinitas 40 ppt pada bakteri E. coli. Efisiensi relatif

pembentukan zona bening dari B. rotundiformis pada perlakuan pakan Prochloron

sp. tidak mencapai 50% dari antibiotik (Tabel 15).

Tabel 15 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap antibiotik dalam

pembentukan zona bening

N. oculata Prochloron sp. Salinitas(ppt) V.cholerae B.subtilis E.coli V.cholerae B.subtilis E.coli

4 63,40 0 36,60 29,28 32,94 0

20 32,94 36,60 40,41 0 0 0

40 54,90 51,24 68,23 48,76 36,60 29,28

50 47,58 65,89 38,07 43,92 29,28 32,94

60 43,92 62,23 23,43 0 29,28 43,92

Page 101: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

83

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Rotifera di perairan bagian timur yang berhadapan dengan Laut Maluku

(Manembo-nembo, Minanga) lebih melimpah dibanding dengan di perairan

bagian barat yang berhadapan dengan Laut Sulawesi (Wori, Tumpaan).

Rotifera yang ditemukan di perairan pantai dan estuari adalah

B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. Rotifera B.

rotundiformis lebih melimpah dibanding dengan B. caudatus dan B.

quadridentatus. B. rotundiformis lebih melimpah di tambak dari pada di

pantai dan di muara, sedangkan B. caudatus dan B. quadridentatus

cenderung melimpah di muara dibanding pantai maupun tambak.

Kelimpahan ketiga jenis rotifera cenderung meningkat dengan

meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan menurun dengan meningkatnya

suhu, salinitas, oksigen terlarut dan kekeruhan.

2. Daur hidup rotifera B. rotundiformis berbeda menurut jenis pakan. Ukuran

B. rotundiformis dengan pemberian pakan alga mikro Prochloron sp. lebih

kecil dibandingkan dengan B. rotundiformis yang diberi pakan alga mikro

N. oculata. Ada kecenderungan peningkatan ukuran B. rotundiformis pada

perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt.

3. Rotifera B. rotundiformis memiliki aktifitas antibakteri. Aktifitas antibakteri

yang terdeteksi dipengaruhi oleh salinitas dan jenis pakan yang berbeda.

Secara umum salinitas 40 ppt adalah yang paling potensial memicu

B. rotundiformis memproduksi senyawa antibakteri dibandingkan dengan

salinitas yang lebih rendah dan lebih tinggi. Alga mikro N. oculata

merupakan pakan yang baik dalam memproduksi bahan aktif antibakteri.

Rotifera B. rotundiformis dengan perlakuan pakan alga mikro N. oculata

memiliki aktivitas antibakteri lebih besar dari pada yang diberi pakan

Prochloron sp. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi selain berasal dari

B. rotundiformis itu sendiri tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro

sebagai pakan B. rotundiformis.

Page 102: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

84

5.2 Saran

1. Penelitian lanjutan untuk pemurnian dan karakterisasi fisika dan kimia

senyawa yang diekstrak dari rotifera B. rotundiformis.

2. Penelitian lanjutan terhadap aktifitas antibakteri dari B. rotundiformis

dengan menggunakan jenis bakteri dan pakan lain.

3. Penelitian lanjutan untuk alga mikro Prochloron sp. sebagai pakan

B. rotundiformis untuk kebutuhan kultur masal.

Page 103: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

85

DAFTAR PUSTAKA

Arinardi OH. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 30:63-95.

Arinardi OH, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, Riyono SH. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.

Assavaaree M, Hagiwara A, Lubzens E. 2001. Factor Affecting Low Temperature Preservation of the Marine Rotifer Brachionus rotundiformis Tschugunoff. Hydrobiologia 446/447:355-361.

Bakosurtanal. 1991a. Peta Rupa Bumi Indonesia. Bitung : Lembar RBI 2417-24/33.

Bakosurtanal. 1991b. Peta Rupa Bumi Indonesia. Wori : Lembar RBI 2417-51/53.

Bakosurtanal. 1995. Peta Lingkungan Pantai Indonesia. Kotabunan : Lembar LPI 2416-02.

Barnes R. 1987. Invertebrate Zoology. Phyladephia : W.B. Saunders Co.

Bekleyen A. 2001. A Taxonomical Study on The Rotifera Fauna of Devegeçidi Dam Lake (Diyarbak›r-TURKEY). Turk. J. Zool. 25:251-255.

Bengen DG. 1999. Sinopsis Analisis Statistik Multivariabel/Multidimensi. Bogor : Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Birky CW, Gilbert JJ. 1971. Parthenogenesis in Rotifers : the Control of Sexual and Asexual Reproduction. Am. Zool. 11:245-266.

Bold HC, Wynne MJ. 1985. Introduction to The Algae. New Jersey : Prentice-Hall. Inc.

Bowman BP, Snell TW, Cochrane BJ. 1990. Isolation and Purification of Glutathione S-transferase From Brachionus plicatilis and Brachionus calyciflorus (Rotifera). Physiol 95B(3):619-624.

Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Massachusett : Sinayer associates, Inc. Publisher Sunderland.

Caroco NA, Tamse, Boutros O, Valiela I. 1987. Nutrient Limitation of Phytoplankton Growth in Brackish Coastal Ponds. Can. J. Fish. Aquat. Sci, 44:473-476.

Cheng SH, Aoki S, Maeda M, Hino A. 2004. Competition Between The Rotifer Brachionus rotundiformis and The Ciliate Euplotes vannus Fed on two Different Algae. Aquaculture 241:331-343.

Davis C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan : State Univ.

Page 104: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

86

De Araujo AB, Hagiwara A, Snell TW. 2001. Effect of Unionized Ammonia, Viscosity and Protozoan Contamination on Reproduction and Enzyme Activity of The Rotifer Brachionus rotundiformis. Hydrobiologia 446-447:363-368.

Fieder DS, Purser GJ. 2000. Effect of Rapid Changes in Temperature and Salinity on Availability of The Rotifers Brachionus rotundiformis and Brachionus plicatilis. Aquaculture 189:85-99.

http://ae.inno-vet-com/articles/2001/0201. [14 Mei 2003].

Fu Y, Hirayama K, Natsukari Y. 1990. Strains of The Rotifer Brachionus plicatilis Having Particular Patterns of Isozymes. Manila Philippines:37-40.

Fukusho K. 1989a. Biology and Mass Production of The Rotifer Brachionus plicatilis. Int. J. Aq. Fish. Technol 1:232-240.

Fukusho K. 1989b. Strain Differences. http://allserv.rug.ac.be/aquaculture/stiho/

[16 Oktober 2003].

Fukusho dan Iwamoto. 1981. Strain Differences. http://allserv.rug.ac.be/aquaculture/stiho/. [16 Oktober 2003].

Fulks W, Main KL. 1991. Rotifer and Microalgae Culture System. Hawai : The Oceanic Institute.

Gomez A. 2003. Dr. Africa Gomez. http://www.uv.es/. [16 Oktober 2003].

Hagiwara A, Hirayama K. 1993. Preservation of Rotifer and In Application In The Finfish Hatchery. TMI conference proceedings 2:61-71.

Hagiwara A, Kotani T, Snell TW, Assavaree AM, Hirayama K. 1995. Morphology Reproduction, Genetics and Mating Behavior of Small Tropical Marine Brachionus Strain. J. Mar. Biol. Ecol 194:25-37.

Hagiwara A, Balompapueng MD, Munuswamy N, Hurayama K. 1997. Mass Production and Preservation of The Resting Eggs of The Euryhaline Rotifer Brachionus plicatilis and Brachionus rotundiformis. http://www.sciencedirect.com/science/. [11 April 2003].

Hagiwara A, Hino A, Hirano R. 1998. Comparison of Resting Egg Formation Among Five Japanese Stocks of The Rotifer Brachionus plicatilis. J. Mar. Biol. Ecol 194:25-37.

Hara K, Arano H, Ishihara T. 1984. Purification of Alkaline Proteases of The Rotifer Brachionus plicatilis. Bull.Jap.Soc.Sci.Fish 50(9):1605-1609.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Hashimoto Y. 1979. Marine Toxins and Other Bioactive Marine Metabolites. Japan : Scientific societies press.

Hirata H. 1975. Preliminary Report on The Photoperiodic Acclimation for Growth of Chlorella Cells in Syncronized Culture. Japan : Kagoshima University.

Hirayama K, Rumengan IFM. 1993. Fecundity Patterns of S and L Type Rotifers Brachionus plicatilis. Hydrobiolgia 255/256:153-157.

Page 105: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

87

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London : Chapman and Hall.

Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton, Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta : Kanisius.

James CM, Abu RT. 1990. Efficiency of Rotifer Chemostats in Relation to Salinity Regimes for Producing Rotifer for Aquaculture. J. Aqua.in the tropics 5(2):103-116.

JICA. 2000. Data digital JICA untuk Daerah Sulawesi Utara. Sulawesi Utara.

Jorgensen JH, Turnidge JD, Washington JA. 1995. Antibacterial Susceptibility Test : Dilution and Disk Diffusion Methods. In: Murray PR, Pfaller MA, Tenover FC, Baron EJ, Yolken RH, ed. Mannual of clinical microbiology, 7th ed. J. Washington, DC : ASM Press; 1999:1526-1543.

King CE. 1966. Food, Age, and The Dynamics of A Laboratory Population of Rotifer. Washington : Department of Zoology University of Washington.

Kirk KL. 1999. Introduction to The Rotifera. http://www.ucmp.berkeley.edu/phyla/ rotifera/aurotifera.html. [29 Juni 2004 ].

Kleinow WH, Wratil K, Kuhle, Eseh B. 1991. Electron Microscope Studies of The Digistive Tract of Brachionus plicatilis. Zoomorphology 111:67-80.

Korea-Us Aquaculture. Utilization of Rotifer Brachionus spp. as a Live Food Organism for Hatchery-Based Seed Production. http://www.lib.noaa.gov/korea/korean aquaculture/algal.htm. [26 Maret 2007].

Korstad J, Olsen Y, Vadstein O. 1989. Life History Charakteristic of Brachionus plicatilis (Rotiffera) Fed Different Algae. Hydrobiologia 186/187:43-50.

Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Liao IC, Su HM, Lin JH. 1983. Larvae Food for Penaid Prawns. In CRC and Book of Maricultur Vol I. Crustacea Aguacultur (J.P McKey and J.R Moore eds).

Lewin RA, Cheng L. 1989. Prochloron A Microbial Enigma. London : Chapman and Hall.

Lubzens E. 1987. Raising Rotifers For Use in Aquaculture. Hydrobiologia 147:245-255.

Lubzens E, Zmora O, Barr Y. 2001. Biotechnology and Aquaculture of Rotifers. Hydrobiologia 446/447:337-353.

Maruyama IT, Nakamura T, Matsubayashi Y, Ando, Maeda T. 1986. Identification of The Algae Known as Marine Chlorela as A Member of The Eustig Mathophyceae. Jap. J. Phycol. 34:312-325.

Page 106: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

88

Maruyama I, Hirayama K. 1993. The Culture of The Rotifer Brachionus plicatilis with Chlorella vulgaris Containing Vitamin B12 in Its Cells. J. World Aquac. Soc. 24:194-198.

Munuswamy N, Hagiwara A, Murugan G, Hirayama K, Dumont HJ. 1996. Structural Differences Between The Resting Eggs of Brachionus plicatilis and Brachionus rotundiformis (Rotifera, Brachionidae): An Electron Microscopic Study. Hydrobiologia 318(3):219-223.

Ndukwe KC, Okeke IN, Lamikanra A, Adesina SK, Aboderin O. 2005. Antibacterial Activity of Aqueous Extracts of Selected Chewing Sticks. J. Contemp Dent Pract (6)3:086-094.

Newell GE, Newell RC. 1963. Marine Plankton: A Practical Guide. London : Hutchinson Educational.

Nogrady T, Wallace RL, Sneel TW. 1993. Rotifera, Biology, Ecology and Systematic Volume 2. Netherland : Academic Publishing.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelpia : W.B. Saunders Co.

Örstan A. 1999. Introduction to The Rotifera. http://www.ucmp.berkeley.edu/phyla/ rotifera/aurotifera.html. [29 Juni 2004 ].

Olsen Y, Reitan KI, Vadstein O. 1993. Dependence of Temperature on Loss Rates of Rotifers, Lipids and 3 Fatty Acids in Starved Brachionus plicatilis Cultures. Hydrobiologia 255/256:13-20.

Parsons TR, Takahashi M, Hargrave B. 1984. Biological Oceanography Process. Third Edition. New York : Pergamon Press.

Pelczar MJJr, Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1,2 Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta : UI Pr. Terjemahan dari : Elements of Microbiology.

Pianka ER. 1988. Evolutionary Ecology, 4th Edition. New York : Harper Collins Publishers Inc.

Rimper J, Kaswadji K, Widigdo B, Sugiri N, Rumengan IFM. 2007. Monogonont Rotifers Brachionus spp. In North Sulawesi. J. Marine Research in Indonesia 32(2):103-108.

Rimper J, Kaswadji K, Widigdo B, Sugiri N, Rumengan IFM. 2008. Body size of rotifers (Brachionus rotundiformis) from estuaries in North Sulawesi.

Aquaculture XIII (1):49-50.

Romimohtarto K, Juwana S. 1999. Biologi Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.

Rumengan IFM. 1990. Studies of Growth Characteristic and Karyotype of S and L Type Rotifers, Brachionus plicatilis. [Dissertation]. Japan : Nagasaki University Graduate School of Marine Science and Engineering.

Rumengan IFM, Kayano H, Hirayama K. 1991. Kariotypes of S and L Type Rotifer Brachionus plicatilis O.F. Muller. Marine Biology and Ecology 154:171-176.

Page 107: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

89

Rumengan IFM. 1997. Rotifer Laut (Brachionus spp) Sebagai Bio Kapsul Bagi Larva Berbagai Jenis Fauna Laut. Warta Wiptek no 19.

Rumengan IFM. 2007a. Prospek Bioteknologi Rotifer Brachionus rotundiformis. Squalen 2(1):17-21.

Rumengan IFM, Sulung M, Lantiunga Z, Kekenusa J. 2007b. Morfometri Rotifer Brachionus rotundiformis strain SS asal tambak Minanga dan tambak Watuliney Sulawesi Utara yang dikultur pada salinitas yang berbeda. J. Riset Akuakultur (2)2: 221-229.

Sea Grant Lakes Network. 2007. Class Monogononta-Order Ploima Family Brachionidae. http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Zooplankton/Rotifers. [26 Maret 2007].

Schunack W, Mayer K, Haake M. 1990. Senyawa Obat, Buku Pelajaran Kimia Farmasi Edisi ke-2. Jogjakarta : Gaja Mada University Press.

Snell TW, Carrillo K. 1984. Body Size Variation Among Strains of The Rotifer Brachionus plicatilis. Aquaqulture 37:359-367.

Sournia A. 1986. Atlas Du Phytoplancton Marin Vol I. Paris : Centre National de La Recherche Scientifique.

Sugiri N. 1989. Zoologi Avertebrara II. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.

Sumaryono W. 2004. Prospek, Tantangan dan Strategi Pengembangan Bioteknologi Kelautan di Indonesia. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Sumich JL. 1992. An Introduction to The Biology of Marine Life. Fifth edition. America : WCB Wm.C.Brown Publishers.

Susana T. 1999. Telaah Mengenai Kandungan Nitrat di Beberapa Perairan Sekitar Pulau Jawa. Jakarta : Balitbang Oseanografi, Puslitbang Oseanologi-LIPI.

The Academy of Natural Sciences. 2001. Rotifer Family Brachionidae. http://www.ansp.org/. [7 Maret 2002].

Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology of The Indonesian Seas. Part Two. Vol. VIII. Singapore : Periplus Editions.

Valiela I. 1995. Marine Ecological Processes. New York : Springer-Verlag Inc.

Wallace RL, Snell TW. 1991. Rotifera, Ecology and Classification of North American freshwater Invertebrates. California : Academic Press. Inc.

Wangidjaja RG. 2002. Ekstrak Bunga dan Getah Semboja Sebagai Antibakteri dan Bahan Aktif untuk Pergeseran Gigi Seri Kelinci. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Watanabe T, Kitajima C, Fujita S. 1983. Nutritional Values of Live Organisms Used in Japan For Mass Propagation of Fish. Aquaculture 34:115-143.

Page 108: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

90

Widjhati R, Supriyono A, Subintoro. 2004. Pengembangan Senyawa Bioaktif dari Biota Laut. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika (Pusat P2TFM) BPPT.

Winotopradjoko M. 2000. ISO Indonesia (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Jakarta : PT. Anem Kosong Anem (AKA).

Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asean Waters. California : Scripps Inst. of oceanography La jolla.

Yamaji I. 1982. Illustrations of The Marine Plankton of Japan. Osaka : Hoikusha publishing Co.Ltd.

Yoshinaga T, Minegishi Y, Rumengan IFM, Kaneko G, Furukawa S, Yanagawa, Y, Tsukamoto K, Watabe S. 2004. Molecular phylogeny of the rotifers with two Indonesian Brachionus lineages. Coastal Marine Science 29(1):45-56.

Zar JH. 1984. Biostatistical Analysis. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hal International, Inc.

Page 109: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

91

Lampiran 1 Kelimpahan rotifera selama penelitian pendahuluan

Lokasi Stasiun Pasang B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus Manembo Pantai Pasang 52,8 0 39,6 Muara 3961,2 105,6 752,6 Tambak 4727,0 0,0 0,0 Pantai Surut 105,6 79,2 66,0 Muara 5572,1 264,1 647,0 Tambak 6337,9 0 0 Minanga Pantai Pasang 343,3 0 158,4 Muara 8252,5 158,4 1056,3 Tambak 10272,7 0,0 290,5 Pantai Surut 224,5 0,0 52,8 Muara 8252,5 52,8 2125,8 Tambak 9480,4 0 462,1 Tumpaan Pantai Pasang 145,2 0 237,7 Muara 224,5 0 79,2 Tambak 1267,6 0 39,6 Pantai Surut 39,6 0 26,4 Muara 435,7 0 316,9 Tambak 699,8 0 26,4 Wori Pantai Pasang 105,6 0 66,0 Muara 7301,8 303,7 818,6 Tambak 5255,2 0 0 Pantai Surut 198,1 105,6 66,0 Muara 6324,7 277,3 660,2 Tambak 6536,0 0 0 Belang Pantai Pasang 211,3 0 26,4 Muara 409,3 0 13,2 Tambak 448,9 0 13,2 Pantai Surut 171,7 0 0,0 Muara 105,6 0 39,6 Tambak 448,9 0 13,2

Page 110: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

92

Lampiran 1 Lanjutan Lokasi Stasiun Pasang B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus Manado Pantai Pasang 26,4 0 13,2 Muara 26,4 26,4 52,8 Tambak 39,6 0 0 Pantai Surut 26,4 13,2 39,6 Muara 92,4 26,4 52,8 Tambak 237,7 0 0 Kema Pantai Pasang 118,8 0,0 52,8 Muara 132,0 26,4 39,6 Tambak 264,1 0 0 Pantai Surut 26,4 13,2 26,4 Muara 118,8 26,4 184,9 Tambak 132,0 0 0 Amurang Pantai Pasang 52,8 0 79,2 Muara 79,2 0 66,0 Tambak 277,3 0 13,2 Pantai Surut 26,4 0 26,4 Muara 118,8 0 66,0 Tambak 198,1 0 13,2 Poigar Pantai Pasang 0 0 0 Muara 0 0 0 Tambak 0 0 0 Pantai Surut 0 0 0 Muara 0 0 0 Tambak 0 0 0

Page 111: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

93

Lampiran 2 Data parameter fisika kimia lingkungan selama penelitian Manembo-nembo

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Manembo Pantai Barat Pasang 1 79,2 0 0 228264 29,4 26,9 7 115 5,7 Manembo Pantai Barat Pasang 2 39,6 0 0 192613 30,7 28,1 6,4 115 5,8 Manembo Pantai Barat Pasang 3 79,2 0 0 183205 31 28,2 6,8 115 5,8 Manembo Muara Barat Pasang 1 2139 158,4 356,5 276788 29,5 22,2 6,6 118 5,8 Manembo Muara Barat Pasang 2 2178,7 118,8 277,3 183205 30,6 22,3 7,3 124 5,8 Manembo Muara Barat Pasang 3 2416,3 39,6 237,7 195584 29,2 22,2 7,3 124 5,8 Manembo Tambak Barat Pasang 1 3921,6 0 0 160923 30,6 23,4 6,4 85 5,7 Manembo Tambak Barat Pasang 2 3525,5 0 0 170826 30,5 23,6 6,4 82 5,7 Manembo Tambak Barat Pasang 3 3525,5 0 0 143098 30,7 23,4 6,4 72 5,7 Manembo Pantai Barat Surut 1 118,8 0 158,4 195584 31,8 25,5 6,4 117 5,9 Manembo Pantai Barat Surut 2 118,8 0 118,8 160923 31,7 25,7 7 115 5,9 Manembo Pantai Barat Surut 3 79,2 0 39,6 153496 31 27 6,6 118 5,9 Manembo Muara Barat Surut 1 1941 158,4 633,8 245099 29,6 16,6 6,6 122 6 Manembo Muara Barat Surut 2 1703,3 118,8 554,6 210438 30,2 18,2 6,2 125 6 Manembo Muara Barat Surut 3 1782,5 118,8 594,2 190632 30,2 13 6,6 125 6 Manembo Tambak Barat Surut 1 2970,9 0 0 151020 30,7 23,5 6,9 83 5,8 Manembo Tambak Barat Surut 2 2693,6 0 0 147554 31,6 23,4 6,1 74 5,9 Manembo Tambak Barat Surut 3 3882 0 0 149535 31 23,6 6,2 82 5,9

Page 112: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

94

Lampiran 2 Lanjutan Manembo-nembo

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO

Manembo Pantai Timur Pasang 1 158,4 0 79,2 160923 31,1 30,1 7 105 6,1 Manembo Pantai Timur Pasang 2 79,2 0 39,6 143098 31,4 31,1 7 106 6,1 Manembo Pantai Timur Pasang 3 79,2 0 79,2 136166 31,1 31,2 6,7 107 6,1 Manembo Muara Timur Pasang 1 6932,1 356,5 911,1 226778 31,2 23,8 7 100 6,1 Manembo Muara Timur Pasang 2 7130,1 277,3 752,6 183205 31,7 23,7 7,1 103 6,1 Manembo Muara Timur Pasang 3 7328,2 277,3 792,2 192613 31,7 23,8 7,5 97 6,1 Manembo Tambak Timur Pasang 1 6219,1 0 0 136166 30,2 23,8 7,4 100 6 Manembo Tambak Timur Pasang 2 4951,5 0 0 146069 30,6 23,9 8,1 97 6 Manembo Tambak Timur Pasang 3 4555,4 0 0 143098 30,2 24 7,8 103 6 Manembo Pantai Timur Surut 1 158,4 158,4 79,2 131214 29 31,8 7,5 109 6,1 Manembo Pantai Timur Surut 2 198,1 118,8 79,2 111409 28,9 32,4 7,5 110 6,1 Manembo Pantai Timur Surut 3 198,1 39,6 39,6 103981 28,9 31,8 7,3 101 6,1 Manembo Muara Timur Surut 1 6139,8 316,9 752,6 160923 28,6 21,1 6 103 6,1 Manembo Muara Timur Surut 2 6258,7 237,7 673,4 147554 28,8 21,7 6,2 105 6,1 Manembo Muara Timur Surut 3 6417,1 277,3 554,6 154486 28,8 21 6,2 106 6,1 Manembo Tambak Timur Surut 1 6139,8 0 0 147554 29,1 24,1 6 101 6,1 Manembo Tambak Timur Surut 2 6932,1 0 0 147554 29,2 24,2 7,5 103 6,1 Manembo Tambak Timur Surut 3 6536 0 0 141117 29,3 24,2 6,7 97 6,1

Page 113: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

95

Lampiran 2 Lanjutan Minanga

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Minanga Pantai Barat Pasang 1 79,2 0 0 228264 27,8 24,3 7 108 6,2 Minanga Pantai Barat Pasang 2 118,8 0 0 192613 28,1 25,4 7 108 6,2 Minanga Pantai Barat Pasang 3 79,2 0 0 185681 28,2 25 7,1 110 6,2 Minanga Muara Barat Pasang 1 1782,5 39,6 594,2 259953 28,3 21,6 6,5 117 6,2 Minanga Muara Barat Pasang 2 2178,7 39,6 475,3 235196 28,1 21,7 7,1 122 6,2 Minanga Muara Barat Pasang 3 2574,8 39,6 594,2 213904 28,4 22 6 124 6,2 Minanga Tambak Barat Pasang 1 4357,3 0 277,3 160923 27 13,1 6,5 101 6,2 Minanga Tambak Barat Pasang 2 4555,4 0 158,4 220341 27,4 15,8 6,2 98 6,2 Minanga Tambak Barat Pasang 3 3763,1 0 198,1 242128 26,9 14,4 6,5 103 6,2 Minanga Pantai Barat Surut 1 118,8 0 39,6 190632 27,2 24,5 6,5 110 6,3 Minanga Pantai Barat Surut 2 118,8 0 79,2 195584 27,2 25 6,6 112 6,3 Minanga Pantai Barat Surut 3 79,2 0 39,6 185681 27,3 24,5 7,1 109 6,3 Minanga Muara Barat Surut 1 2574,8 118,8 831,8 245099 26 16,6 7 124 6,3 Minanga Muara Barat Surut 2 2733,2 39,6 713 225293 26,2 16,8 6 126 6,3 Minanga Muara Barat Surut 3 2970,9 39,6 792,2 240147 26,3 16,9 6,5 127 6,3 Minanga Tambak Barat Surut 1 3367 0 356,5 160923 27,1 11,8 6,6 103 6,3 Minanga Tambak Barat Surut 2 3882 0 316,9 153496 26,8 16 6,5 105 6,3 Minanga Tambak Barat Surut 3 3842,4 0 237,7 149535 27,5 14,9 6 106 6,3

Page 114: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

96

Lampiran 2 Lanjutan Minanga

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Minanga Pantai Timur Pasang 1 396,1 0 198,1 162409 30 28,9 6,2 110 6,3 Minanga Pantai Timur Pasang 2 198,1 0 198,1 156962 30,3 26,7 6,7 112 6,4 Minanga Pantai Timur Pasang 3 277,3 0 158,4 146069 30,3 26,3 7,3 108 6,4 Minanga Muara Timur Pasang 1 7724,3 198,1 1148,7 153496 29,2 23,5 6,3 124 6,4 Minanga Muara Timur Pasang 2 8318,5 118,8 831,8 137651 29 23,4 7,4 119 6,4 Minanga Muara Timur Pasang 3 8516,6 158,4 1188,4 152506 29,1 23,4 6,7 117 6,4 Minanga Tambak Timur Pasang 1 8912,7 0 356,5 126263 30,5 19,1 6,6 91 6,3 Minanga Tambak Timur Pasang 2 10893,3 0 277,3 141117 30,2 20,1 6,7 88 6,3 Minanga Tambak Timur Pasang 3 11289,4 0 198,1 146069 30 19,2 7 89 6,3 Minanga Pantai Timur Surut 1 356,5 0 39,6 130224 29,2 29,2 7,1 112 6,4 Minanga Pantai Timur Surut 2 198,1 0 79,2 114875 29,3 29,5 6,5 108 6,4 Minanga Pantai Timur Surut 3 198,1 0 39,6 101506 29,2 27,4 6,3 111 6,4 Minanga Muara Timur Surut 1 8120,4 79,2 1980,6 237176 28,6 18 6,7 124 6,4 Minanga Muara Timur Surut 2 8714,6 79,2 2059,8 195584 28,8 20 6,3 126 6,4 Minanga Muara Timur Surut 3 10101 39,6 2139 180729 28,9 17,3 6,3 133 6,4 Minanga Tambak Timur Surut 1 9704,9 0 396,1 121311 27,8 20,3 6,2 90 6,4 Minanga Tambak Timur Surut 2 9982,2 0 435,7 136166 28,6 19,3 6,1 89 6,4 Minanga Tambak Timur Surut 3 10893,3 0 475,3 131214 28,9 20,5 6,3 90 6,4

Page 115: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

97

Lampiran 2 Lanjutan Tumpaan

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Tumpaan Pantai Barat Pasang 1 79,2 0 0 143098 29,8 25,6 6,9 104 6,7 Tumpaan Pantai Barat Pasang 2 39,6 0 0 145574 30 30,4 7 104 6,7 Tumpaan Pantai Barat Pasang 3 79,2 0 0 132700 30,4 33 7,2 104 6,7 Tumpaan Muara Barat Pasang 1 198,1 0 198,1 103981 29,6 20,3 6,1 117 6,7 Tumpaan Muara Barat Pasang 2 79,2 0 158,4 101506 29,5 21,2 6,7 113 6,7 Tumpaan Muara Barat Pasang 3 158,4 0 198,1 93583 29,7 20,7 6,1 114 6,7 Tumpaan Tambak Barat Pasang 1 237,7 0 0 103981 28 18,5 5,5 93 6,7 Tumpaan Tambak Barat Pasang 2 158,4 0 0 98039 28,5 18,7 6,1 94 6,7 Tumpaan Tambak Barat Pasang 3 198,1 0 0 131214 28,7 18,3 6,4 93 6,7 Tumpaan Pantai Barat Surut 1 39,6 0 0 121311 30,1 28,5 5,5 104 6,8 Tumpaan Pantai Barat Surut 2 79,2 0 0 126263 30,4 30,4 6,1 106 6,8 Tumpaan Pantai Barat Surut 3 39,6 0 0 80709 30,4 29,6 5,9 107 6,8 Tumpaan Muara Barat Surut 1 118,8 0 118,8 170826 29,9 15,4 6,2 117 6,8 Tumpaan Muara Barat Surut 2 158,4 0 79,2 111409 30,1 16,1 6,4 118 6,8 Tumpaan Muara Barat Surut 3 158,4 0 79,2 100020 30,1 16,6 5,6 118 6,8 Tumpaan Tambak Barat Surut 1 277,3 0 0 119826 28,5 17,9 6,7 96 6,7 Tumpaan Tambak Barat Surut 2 198,1 0 0 96554 28,6 18,5 6,4 94 6,8 Tumpaan Tambak Barat Surut 3 158,4 0 0 100515 28,7 18,8 7,3 95 6,8

Page 116: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

98

Lampiran 2 Lanjutan Tumpaan

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Tumpaan Pantai Timur Pasang 1 79,2 0 0 104476 31,3 33 7,3 99 6,9 Tumpaan Pantai Timur Pasang 2 39,6 0 0 98039 31,5 33 6,9 99 6,9 Tumpaan Pantai Timur Pasang 3 79,2 0 0 98039 31,5 32,9 6,8 102 6,9 Tumpaan Muara Timur Pasang 1 158,4 0 158,4 84670 29,9 22,3 6,2 104 6,9 Tumpaan Muara Timur Pasang 2 198,1 0 158,4 77243 30,4 22,3 6,2 102 6,9 Tumpaan Muara Timur Pasang 3 198,1 0 118,8 81700 30,5 22,4 6 102 7 Tumpaan Tambak Timur Pasang 1 475,3 0 0 81700 29,3 19,8 5,9 87 6,8 Tumpaan Tambak Timur Pasang 2 396,1 0 0 111409 29,4 20,1 6,8 87 6,9 Tumpaan Tambak Timur Pasang 3 356,5 0 0 95564 29,7 20,1 6,8 86 6,9 Tumpaan Pantai Timur Surut 1 79,2 0 0 111409 31,1 25,6 6,8 100 7,1 Tumpaan Pantai Timur Surut 2 118,8 0 0 86651 31,3 26,8 6,7 102 7,1 Tumpaan Pantai Timur Surut 3 79,2 0 0 92098 31,4 26,8 6,7 103 7,1 Tumpaan Muara Timur Surut 1 316,9 0 0 146069 30 17,8 6,2 104 7,2 Tumpaan Muara Timur Surut 2 277,3 0 0 88632 30,5 17,6 6 105 7,2 Tumpaan Muara Timur Surut 3 198,1 0 158,4 81204 29,4 17,9 6 105 7,3 Tumpaan Tambak Timur Surut 1 356,5 0 0 98039 29,9 19,9 6,9 88 7 Tumpaan Tambak Timur Surut 2 356,5 0 0 98039 30,2 19,4 6,9 88 7 Tumpaan Tambak Timur Surut 3 237,7 0 0 93583 30,4 19,5 6 88 7

Page 117: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

99

Lampiran 2 Lanjutan Wori

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Wori Pantai Barat Pasang 1 39,6 0 39,6 136166 30 26,8 5,8 118 6,5 Wori Pantai Barat Pasang 2 39,6 0 0 143098 30 25,8 5,7 116 6,5 Wori Pantai Barat Pasang 3 39,6 0 0 125768 30,3 25,8 6,7 115 6,5 Wori Muara Barat Pasang 1 198,1 0 198,1 158943 28 21,8 6,5 119 6,5 Wori Muara Barat Pasang 2 158,4 0 118,8 131214 28,7 21,8 6,9 120 6,5 Wori Muara Barat Pasang 3 158,4 0 118,8 136166 28,5 21,9 6,4 122 6,5 Wori Tambak Barat Pasang 1 990,3 0 39,6 92098 28,7 20,7 6,8 102 6,4 Wori Tambak Barat Pasang 2 1029,9 0 39,6 121311 28,5 21,2 5,9 99 6,4 Wori Tambak Barat Pasang 3 990,3 0 79,2 106457 28,5 21,4 6,3 96 6,4 Wori Pantai Barat Surut 1 39,6 0 39,6 103981 31 25,7 7 121 6,5 Wori Pantai Barat Surut 2 39,6 0 39,6 131214 31,2 26 6,4 116 6,5 Wori Pantai Barat Surut 3 39,6 0 79,2 91603 31 27,5 5,9 116 6,5 Wori Muara Barat Surut 1 198,1 0 158,4 141117 29,6 16,9 6,4 130 6,5 Wori Muara Barat Surut 2 118,8 0 158,4 91603 29,7 17,3 6,4 127 6,5 Wori Muara Barat Surut 3 118,8 0 79,2 81700 29,9 17,5 6,4 130 6,5 Wori Tambak Barat Surut 1 1069,5 0 39,6 104972 32,2 21,6 6,6 102 6,5 Wori Tambak Barat Surut 2 1069,5 0 39,6 99525 31,9 20,2 5,8 104 6,5 Wori Tambak Barat Surut 3 1029,9 0 79,2 96554 32,6 21,4 5 99 6,5

Page 118: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

100

Lampiran 2 Lanjutan Wori

Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Wori Pantai Timur Pasang 1 158,4 0 277,3 111904 31,2 26,1 6,1 112 6,6 Wori Pantai Timur Pasang 2 118,8 0 198,1 96554 31,2 28 6,9 112 6,6 Wori Pantai Timur Pasang 3 118,8 0 237,7 101010 31,5 26,6 6,6 114 6,6 Wori Muara Timur Pasang 1 277,3 0 118,8 106457 29,6 23,1 6,6 113 6,6 Wori Muara Timur Pasang 2 277,3 0 79,2 98039 30,9 23,2 6,1 113 6,6 Wori Muara Timur Pasang 3 118,8 0 39,6 93583 30,8 23,3 5,6 114 6,6 Wori Tambak Timur Pasang 1 1188,4 0 39,6 102991 29,5 22,1 7,2 86 6,6 Wori Tambak Timur Pasang 2 1267,6 0 39,6 102991 29,3 22,3 7,2 85 6,6 Wori Tambak Timur Pasang 3 1307,2 0 39,6 96554 29,6 22,2 6 84 6,6 Wori Pantai Timur Surut 1 39,6 0 39,6 103981 30,8 30,3 6,8 108 6,6 Wori Pantai Timur Surut 2 39,6 0 39,6 96554 31 31,9 6 109 6,6 Wori Pantai Timur Surut 3 39,6 0 0 91603 30,9 28,4 5,8 110 6,6 Wori Muara Timur Surut 1 594,2 0 316,9 85166 30,3 19,7 5,4 111 6,6 Wori Muara Timur Surut 2 396,1 0 356,5 91603 29,5 19,8 6 114 6,7 Wori Muara Timur Surut 3 356,5 0 277,3 86651 30,4 19,5 6,8 115 6,7 Wori Tambak Timur Surut 1 752,6 0 39,6 95069 30,7 22,8 5,2 90 6,6 Wori Tambak Timur Surut 2 713 0 0 99525 29,8 22,8 5,7 95 6,6 Wori Tambak Timur Surut 3 594,2 0 39,6 98535 29,2 22,8 5,3 95 6,6

Page 119: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

101

Lampiran 2 Lanjutan

Suhu (º C)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 30,37 0,49 Surut 31,50 0,25 Timur Pasang 31,20 0,10 Surut 28,93 0,03 Minanga Barat Pasang 28,03 0,12 Surut 27,23 0,03 Timur Pasang 30,20 0,10 Surut 29,23 0,03 Tumpaan Barat Pasang 30,07 0,18 Surut 30,30 0,10 Timur Pasang 31,43 0,07 Surut 31,27 0,09 Wori Barat Pasang 30,10 0,10 Surut 31,07 0,07 Timur Pasang 31,30 0,10 Surut 30,90 0,06 Manembo Muara Barat Pasang 29,77 0,43 Surut 30,00 0,20 Timur Pasang 31,53 0,17 Surut 28,73 0,07 Minanga Barat Pasang 28,27 0,09 Surut 26,17 0,09 Timur Pasang 29,10 0,06 Surut 28,77 0,09 Tumpaan Barat Pasang 29,60 0,06 Surut 30,03 0,07 Timur Pasang 30,27 0,19 Surut 29,97 0,32 Wori Barat Pasang 28,40 0,21 Surut 29,73 0,09 Timur Pasang 30,43 0,42 Surut 30,07 0,28

Page 120: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

102

Lampiran 2 Lanjutan Suhu (º C)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Tambak Barat Pasang 30,60 0,06 Surut 31,10 0,26 Timur Pasang 30,33 0,13 Surut 29,20 0,06 Minanga Barat Pasang 27,10 0,15 Surut 27,13 0,20 Timur Pasang 30,23 0,15 Surut 28,43 0,33 Tumpaan Barat Pasang 28,40 0,21 Surut 28,60 0,06 Timur Pasang 29,47 0,12 Surut 30,17 0,15 Wori Barat Pasang 28,57 0,07 Surut 32,23 0,20 Timur Pasang 29,47 0,09 Surut 29,90 0,44

Salinitas (ppt)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 27,73 0,42 Surut 26,07 0,47 Timur Pasang 30,80 0,35 Surut 32,00 0,20 Minanga Barat Pasang 24,90 0,32 Surut 24,67 0,17 Timur Pasang 27,30 0,81 Surut 28,70 0,66 Tumpaan Barat Pasang 29,67 2,17 Surut 29,50 0,55 Timur Pasang 32,97 0,03 Surut 26,40 0,40 Wori Barat Pasang 26,13 0,33 Surut 26,40 0,56 Timur Pasang 26,90 0,57 Surut 30,20 1,01

Page 121: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

103

Lampiran 2 Lanjutan Salinitas (ppt)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Muara Barat Pasang 22,23 0,03 Surut 15,93 1,54 Timur Pasang 23,77 0,03 Surut 21,27 0,22 Minanga Barat Pasang 21,77 0,12 Surut 16,77 0,09 Timur Pasang 23,43 0,03 Surut 18,43 0,81 Tumpaan Barat Pasang 20,73 0,26 Surut 16,03 0,35 Timur Pasang 22,33 0,03 Surut 17,77 0,09 Wori Barat Pasang 21,83 0,03 Surut 17,23 0,18 Timur Pasang 23,20 0,06 Surut 19,67 0,09 Manembo Tambak Barat Pasang 23,47 0,07 Surut 23,50 0,06 Timur Pasang 23,90 0,06 Surut 24,17 0,03 Minanga Barat Pasang 14,43 0,78 Surut 14,23 1,26 Timur Pasang 19,47 0,32 Surut 20,03 0,37 Tumpaan Barat Pasang 18,50 0,12 Surut 18,40 0,26 Timur Pasang 20,00 0,10 Surut 19,60 0,15 Wori Barat Pasang 21,10 0,21 Surut 21,07 0,44 Timur Pasang 22,20 0,06 Surut 22,80 0,00

Page 122: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

104

Lampiran 2 Lanjutan pH (skala pH)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 6,73 0,18 Surut 6,67 0,18 Timur Pasang 6,90 0,10 Surut 7,43 0,07 Minanga Barat Pasang 7,03 0,03 Surut 6,73 0,19 Timur Pasang 6,73 0,32 Surut 6,63 0,24 Tumpaan Barat Pasang 7,03 0,09 Surut 5,83 0,18 Timur Pasang 7,00 0,15 Surut 6,73 0,03 Wori Barat Pasang 6,07 0,32 Surut 6,43 0,32 Timur Pasang 6,53 0,23 Surut 6,20 0,31 Manembo Muara Barat Pasang 7,07 0,23 Surut 6,47 0,13 Timur Pasang 7,20 0,15 Surut 6,13 0,07 Minanga Barat Pasang 6,53 0,32 Surut 6,50 0,29 Timur Pasang 6,80 0,32 Surut 6,43 0,13 Tumpaan Barat Pasang 6,30 0,20 Surut 6,07 0,24 Timur Pasang 6,13 0,07 Surut 6,07 0,07 Wori Barat Pasang 6,60 0,15 Surut 6,40 0,00 Timur Pasang 6,10 0,29 Surut 6,07 0,41

Page 123: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

105

Lampiran 2 Lanjutan pH (skala pH)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Tambak Barat Pasang 6,40 0 Surut 6,40 0,25 Timur Pasang 7,77 0,20 Surut 6,73 0,43 Minanga Barat Pasang 6,40 0,10 Surut 6,37 0,19 Timur Pasang 6,77 0,12 Surut 6,20 0,06 Tumpaan Barat Pasang 6,00 0,26 Surut 6,80 0,26 Timur Pasang 6,50 0,30 Surut 6,60 0,30 Wori Barat Pasang 6,33 0,26 Surut 5,80 0,46 Timur Pasang 6,80 0,40 Surut 5,40 0,15

Kekeruhan (NTU)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 115,00 0 Surut 116,67 0,88 Timur Pasang 106,00 0,58 Surut 106,67 2,85 Minanga Barat Pasang 108,67 0,67 Surut 110,33 0,88 Timur Pasang 110,00 1,15 Surut 110,33 1,20 Tumpaan Barat Pasang 104,00 0,00 Surut 105,67 0,88 Timur Pasang 100,00 1 Surut 101,67 0,88 Wori Barat Pasang 116,33 0,88 Surut 117,67 1,67 Timur Pasang 112,67 0,67 Surut 109,00 0,58

Page 124: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

106

Lampiran 2 Lanjutan

Kekeruhan (NTU)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Muara Barat Pasang 122,00 2,00 Surut 124,00 1 Timur Pasang 100,00 1,73 Surut 104,67 0,88 Minanga Barat Pasang 121,00 2,08 Surut 125,67 0,88 Timur Pasang 120,00 2,08 Surut 127,67 2,73 Tumpaan Barat Pasang 114,67 1,20 Surut 117,67 0,33 Timur Pasang 102,67 0,67 Surut 104,67 0,33 Wori Barat Pasang 120,33 0,88 Surut 129,00 1 Timur Pasang 113,33 0,33 Surut 113,33 1,20 Manembo Tambak Barat Pasang 79,67 3,93 Surut 79,67 2,85 Timur Pasang 100,00 1,73 Surut 100,33 1,76 Minanga Barat Pasang 100,67 1,45 Surut 104,67 0,88 Timur Pasang 89,33 0,88 Surut 89,67 0,33 Tumpaan Barat Pasang 93,33 0,33 Surut 95,00 0,58 Timur Pasang 86,67 0,33 Surut 88,00 0 Wori Barat Pasang 99,00 1,73 Surut 101,67 1,45 Timur Pasang 85,00 0,58 Surut 93,33 1,67

Page 125: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

107

Lampiran 2 Lanjutan Oksigen Terlarut (mg/l)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 5,77 0,03 Surut 5,90 0 Timur Pasang 6,10 0 Surut 6,10 0 Minanga Barat Pasang 6,20 0 Surut 6,30 0 Timur Pasang 6,37 0,03 Surut 6,40 0 Tumpaan Barat Pasang 6,70 0 Surut 6,80 0 Timur Pasang 6,90 0 Surut 7,10 0 Wori Barat Pasang 6,50 0 Surut 6,50 0 Timur Pasang 6,60 0 Surut 6,60 0 Manembo Muara Barat Pasang 5,80 0 Surut 6,00 0 Timur Pasang 6,10 0 Surut 6,10 0 Minanga Barat Pasang 6,20 0 Surut 6,30 0 Timur Pasang 6,40 0 Surut 6,40 0 Tumpaan Barat Pasang 6,70 0 Surut 6,80 0 Timur Pasang 6,93 0,03 Surut 7,23 0,03 Wori Barat Pasang 6,50 0 Surut 6,50 0 Timur Pasang 6,60 0 Surut 6,67 0,03

Page 126: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

108

Lampiran 2 Lanjutan Oksigen Terlarut (mg/l)

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Tambak Barat Pasang 5,70 0 Surut 5,87 0,03 Timur Pasang 6,00 0 Surut 6,10 0 Minanga Barat Pasang 6,20 0 Surut 6,30 0 Timur Pasang 6,30 0 Surut 6,40 0 Tumpaan Barat Pasang 6,70 0 Surut 6,77 0,03 Timur Pasang 6,87 0,03 Surut 7,00 0 Wori Barat Pasang 6,40 0 Surut 6,50 0 Timur Pasang 6,60 0 Surut 6,60 0

Page 127: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

109

Lampiran 2 Lanjutan

Nitrat (mg/l)

Lokasi Stasiun Musim Rata-rata SE Manembo Pantai Barat 0,80 0 Timur 0,40 0 Minanga Barat 1,00 0,10 Timur 1,05 0,05 Tumpaan Barat 0,85 0,05 Timur 0,60 0 Wori Barat 2,05 0,05 Timur 1,70 0 Manembo Muara Barat 1,10 0,10 Timur 0,85 0,05 Minanga Barat 1,30 0 Timur 0,80 0,10 Tumpaan Barat 1,25 0,05 Timur 0,65 0,15 Wori Barat 1,50 0 Timur 1,25 0,05 Manembo Tambak Barat 1,05 0,05 Timur 0,70 0 Minanga Barat 1,50 0 Timur 1,30 0 Tumpaan Barat 0,60 0 Timur 0,95 0,05 Wori Barat 1,60 0 Timur 1,40 0

Page 128: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

110

Lampiran 2 Lanjutan Fosfat (mg/l)

Lokasi Stasiun Musim Rata-rata SE Manembo Pantai Barat 0,20 0,18 Timur 0,25 0,16 Minanga Barat 0,29 0,16 Timur 0,35 0,12 Tumpaan Barat 0,51 0,17 Timur 0,62 0,26 Wori Barat 0,43 0,16 Timur 0,46 0,17 Manembo Muara Barat 0,21 0,18 Timur 0,27 0,17 Minanga Barat 0,33 0,13 Timur 0,36 0,13 Tumpaan Barat 0,52 0,17 Timur 0,70 0,34 Wori Barat 0,44 0,16 Timur 0,48 0,17 Manembo Tambak Barat 0,20 0,19 Timur 0,23 0,17 Minanga Barat 0,28 0,16 Timur 0,34 0,13 Tumpaan Barat 0,50 0,18 Timur 0,54 0,19 Wori Barat 0,41 0,17 Timur 0,45 0,17

Page 129: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

111

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. rotundiformis/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Pantai Barat Pasang 66,0 13,2 Surut 105,6 13,2 Timur Pasang 105,6 26,4 Surut 184,9 13,2Minanga Barat Pasang 92,4 13,2 Surut 105,6 13,2 Timur Pasang 290,5 57,5 Surut 250,9 52,8Tumpaan Barat Pasang 66,0 13,2 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 66,0 13,2 Surut 92,4 13,2Wori Barat Pasang 39,6 0 Surut 39,6 0 Timur Pasang 132,0 13,2 Surut 39,6 0Manembo Muara Barat Pasang 2244,7 86,6 Surut 1808,9 69,9 Timur Pasang 7130,1 114,3 Surut 6271,9 80,3Minanga Barat Pasang 2178,7 228,7 Surut 2759,6 115,1 Timur Pasang 8186,5 238,1 Surut 8978,7 586,8Tumpaan Barat Pasang 145,2 34,9 Surut 145,2 13,2 Timur Pasang 184,9 13,2 Surut 264,1 34,9Wori Barat Pasang 171,6 13,2 Surut 145,2 26,4 Timur Pasang 224,5 52,8

Surut 448,9 73,5

Page 130: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

112

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. rotundiformis/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Tambak Barat Pasang 3657,5 132,0 Surut 3182,2 359,0 Timur Pasang 5242,0 501,8 Surut 6536,0 228,7Minanga Barat Pasang 4225,3 238,1 Surut 3697,1 165,5 Timur Pasang 10365,1 735,2 Surut 10193,5 359,0Tumpaan Barat Pasang 198,1 22,9 Surut 211,3 34,9 Timur Pasang 409,3 34,9 Surut 316,9 39,6Wori Barat Pasang 1003,5 13,2 Surut 1056,3 13,2 Timur Pasang 1254,4 34,9

Surut 686,6 47,6

Page 131: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

113

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. caudatus/ ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Pantai Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 105,6 34,9Minanga Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Manembo Muara Barat Pasang 105,6 34,9 Surut 132,0 13,2 Timur Pasang 303,7 26,4 Surut 277,3 22,9Minanga Barat Pasang 39,6 0,0 Surut 66,0 26,4 Timur Pasang 158,4 22,9 Surut 66,0 13,2Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0

Surut 0 0

Page 132: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

114

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. caudatus/ ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Tambak Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Minanga Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0

Surut 0 0

Page 133: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

115

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. quadridentatus/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Pantai Barat Pasang 0 0 Surut 105,6 34,9 Timur Pasang 66,0 13,2 Surut 66,0 13,2Minanga Barat Pasang 0 0 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 184,9 13,2 Surut 52,8 13,2Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 13,2 13,2 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 237,7 22,9 Surut 26,4 13,2Manembo Muara Barat Pasang 290,5 34,9 Surut 594,2 22,9 Timur Pasang 818,6 47,6 Surut 660,2 57,5Minanga Barat Pasang 554,6 39,6 Surut 779,0 34,9 Timur Pasang 1056,3 112,8 Surut 2059,8 45,7Tumpaan Barat Pasang 184,9 13,2 Surut 92,4 13,2 Timur Pasang 145,2 13,2 Surut 52,8 52,8Wori Barat Pasang 145,2 26,4 Surut 132,0 26,4 Timur Pasang 79,2 22,9

Surut 316,9 22,9

Page 134: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

116

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. quadridentatus/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Tambak Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Minanga Barat Pasang 211,3 34,9 Surut 303,7 34,9 Timur Pasang 277,3 45,7 Surut 435,7 22,9Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 52,8 13,2 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 39,6 0

Surut 26,4 13,2

Page 135: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

117

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Pantai Barat Pasang 201360,7 13723,1 Surut 170001,0 12969,9 Timur Pasang 146729,0 7373,7 Surut 115534,7 8127,6 Minanga Barat Pasang 202186,0 13191,7 Surut 190632,3 2858,7 Timur Pasang 155146,7 4803,5 Surut 115535,0 8296,7 Tumpaan Barat Pasang 140457,3 3944,0 Surut 109427,7 14430,3 Timur Pasang 100184,7 2145,7 Surut 96719,3 7511,3 Wori Barat Pasang 135010,7 5036,0 Surut 108932,7 11699,7 Timur Pasang 103156,0 4559,2

Surut 97379,3 3597,0

Page 136: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

118

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Muara Barat Pasang 218525,7 29349,5 Surut 215389,7 15917,0 Timur Pasang 200865,3 13237,9 Surut 154321,0 3860,2 Minanga Barat Pasang 236351,0 13305,7 Surut 236846,3 5950,9 Timur Pasang 147884,3 5124,6 Surut 204496,3 16893,2 Tumpaan Barat Pasang 99690,0 3136,0 Surut 127418,3 21951,4 Timur Pasang 81204,3 2158,3 Surut 105301,7 20496,1 Wori Barat Pasang 142107,7 8538,2 Surut 104806,7 18378,9 Timur Pasang 99359,7 3774,6

Surut 87806,7 1946,0

Page 137: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

119

Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut

Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE

Manembo Tambak Barat Pasang 158282,3 8112,5 Surut 149369,7 1004,0 Timur Pasang 141777,7 2934,0 Surut 145408,3 2145,7 Minanga Barat Pasang 207797,3 24266,4 Surut 154651,3 3337,8 Timur Pasang 137816,3 5950,9 Surut 129563,7 4366,9 Tumpaan Barat Pasang 111078,0 10213,1 Surut 105631,7 7188,7 Timur Pasang 96224,3 8582,6 Surut 96553,7 1485,3 Wori Barat Pasang 106622,0 8433,5 Surut 100350,3 2464,9 Timur Pasang 100845,3 2145,7

Surut 97709,7 1350,9

Page 138: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

120

Lampiran 3 Hasil analisis ragam semua parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim dan pasang surut

Univariate Analysis of Variance a. Suhu

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 36

Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72

1

234

LOKASI

123

STASIUN

12

MUSIM

12

PASUT

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: SUHU

154.367a 12 12.864 17.290 .000126475.068 1 126475.068 169991.6 .000

86.593 3 28.864 38.796 .00021.730 2 10.865 14.603 .00014.694 1 14.694 19.750 .000

.640 1 .640 .860 .35529.921 3 9.974 13.405 .000

.789 2 .395 .530 .59097.465 131 .744

126726.900 144251.832 143

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .613 (Adjusted R Squared = .578)a.

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: SUHU

29.636 .072 29.494 29.778Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. STASIUN

Dependent Variable: SUHU

29.369 .124 29.122 29.61530.185 .124 29.939 30.43229.354 .124 29.108 29.600

STASIUNTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 139: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

121

Lampiran 3 Lanjutan

3. LOKASI

Dependent Variable: SUHU

30.208 .144 29.924 30.49328.314 .144 28.029 28.59830.167 .144 29.882 30.45129.856 .144 29.571 30.140

LOKASIManembo-nemboMinangaWoriTumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

4. PASUT

Dependent Variable: SUHU

29.703 .102 29.502 29.90429.569 .102 29.368 29.771

PASUTPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

5. MUSIM

Dependent Variable: SUHU

29.317 .102 29.116 29.51829.956 .102 29.754 30.157

MUSIMBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

6. MUSIM * STASIUN

Dependent Variable: SUHU

29.142 .176 28.793 29.49029.863 .176 29.514 30.21128.946 .176 28.598 29.29429.596 .176 29.248 29.94430.508 .176 30.160 30.85729.762 .176 29.414 30.111

STASIUNTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

MUSIMBarat

Timur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. LOKASI * MUSIM

Dependent Variable: SUHU

30.483 .203 30.081 30.88629.933 .203 29.531 30.33627.344 .203 26.942 27.74729.283 .203 28.881 29.68630.039 .203 29.637 30.44130.294 .203 29.892 30.69729.400 .203 28.998 29.80230.311 .203 29.909 30.713

MUSIMBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LOKASIManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 140: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

122

Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

SUHU

36 28.313936 29.855636 30.166736 30.2083

1.000 .305

LOKASIMinangaTumpaanWoriManembo-nemboSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .744.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.

Alpha = .05.b.

Stasiun Homogeneous Subsets

SUHU

48 29.354248 29.368748 30.1854

.996 1.000

STASIUNMuaraTambakPantaiSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .744.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.

Alpha = .05.b.

b. Salinitas Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 36

Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72

1

234

Lokasi

123

Stasiun

12

Musim

12

PasangSurut

Value Label N

Page 141: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

123

Lampiran 3 Lanjutan

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Salinitas

7996.520a 12 666.377 93.059 .00067634.671 1 67634.671 9445.089 .000

489.257 3 163.086 22.775 .0007079.677 2 3539.839 494.334 .000

195.534 1 195.534 27.306 .000169.434 1 169.434 23.661 .000

12.715 3 4.238 .592 .62149.904 2 24.952 3.485 .034

938.069 131 7.16176569.260 144

8934.589 143

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .895 (Adjusted R Squared = .885)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Salinitas

21.672 .223 21.231 22.113Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Stasiun

Estimates

Dependent Variable: Salinitas

17.087 .386 16.323 17.85231.579 .386 30.815 32.34316.350 .386 15.586 17.114

StasiunTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Lokasi

Estimates

Dependent Variable: Salinitas

24.600 .446 23.718 25.48219.964 .446 19.082 20.84621.886 .446 21.004 22.76820.239 .446 19.357 21.121

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Pasang Surut

Estimates

Dependent Variable: Salinitas

22.757 .315 22.133 23.38120.588 .315 19.964 21.211

Pasang SurutPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 142: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

124

Lampiran 3 Lanjutan Musim

Estimates

Dependent Variable: Salinitas

20.507 .315 19.883 21.13122.838 .315 22.214 23.461

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

6. Pasang Surut * Stasiun

Dependent Variable: Salinitas

18.172 .446 17.290 19.05532.664 .446 31.782 33.54617.435 .446 16.552 18.31716.003 .446 15.120 16.88530.494 .446 29.612 31.37715.265 .446 14.383 16.148

StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

Pasang SurutPasang

Surut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. Lokasi * Musim

Dependent Variable: Salinitas

23.322 .631 22.074 24.57025.878 .631 24.630 27.12618.533 .631 17.286 19.78121.394 .631 20.147 22.64220.594 .631 19.347 21.84223.178 .631 21.930 24.42619.578 .631 18.330 20.82620.900 .631 19.652 22.148

MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LokasiManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

Salinitas

36 19.963936 20.238936 21.886136 24.6000

.972 1.000 1.000

LokasiMinangaTumpaanWoriManembo-nemboSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 7.161.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 143: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

125

Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Homogeneous Subsets

Salinitas

48 16.350048 17.087548 31.5792

.367 1.000

StasiunMuaraTambakPantaiSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 7.161.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.

Alpha = .05.b.

c. Oksigen terlarut Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 36

Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72

1

234

Lokasi

123

Stasiun

12

Musim

12

PasangSurut

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

16.739a 12 1.395 30.280 .0005917.456 1 5917.456 128450.0 .000

3.452 3 1.151 24.981 .00010.764 2 5.382 116.824 .000

.601 1 .601 13.038 .000

.226 1 .226 4.898 .0291.464 3 .488 10.594 .000.233 2 .116 2.528 .084

6.035 131 4.607E-025940.230 144

22.774 143

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .735 (Adjusted R Squared = .711)a.

Page 144: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

126

Lampiran 3 Lanjutan Estimated Marginal Means Lokasi

Univariate Tests

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

3.452 3 1.151 24.981 .0006.035 131 4.607E-02

ContrastError

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The F tests the effect of Lokasi. This test is based on the linearly independentpairwise comparisons among the estimated marginal means.

2. Grand Mean

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

6.410 .018 6.375 6.446Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Musim

Estimates

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

6.475 .025 6.425 6.5256.346 .025 6.296 6.396

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Stasiun

Estimates

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

6.121 .031 6.060 6.1826.777 .031 6.716 6.8386.333 .031 6.272 6.395

StasiunTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

5. Lokasi * Musim

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

6.522 .051 6.422 6.6226.478 .051 6.378 6.5786.433 .051 6.333 6.5335.967 .051 5.867 6.0676.572 .051 6.472 6.6726.639 .051 6.539 6.7396.372 .051 6.272 6.4726.300 .051 6.200 6.400

MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LokasiManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 145: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

127

Lampiran 3 Lanjutan Pasang Surut

Estimates

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

6.450 .025 6.400 6.5006.371 .025 6.321 6.421

Pasang SurutPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. Pasang Surut * Stasiun

Dependent Variable: Oksigen Terlarut

6.160 .036 6.090 6.2316.817 .036 6.746 6.8876.373 .036 6.302 6.4446.081 .036 6.010 6.1526.738 .036 6.667 6.8086.294 .036 6.223 6.365

StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

Pasang SurutPasang

Surut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

Oksigen Terlarut

36 6.200036 6.336136 6.500036 6.6056

1.000 1.000 .157

LokasiMinangaTumpaanManembo-nemboWoriSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.607E-02.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.

Alpha = .05.b.

Stasiun Homogeneous Subsets

Oksigen Terlarut

48 6.120848 6.333348 6.7771

1.000 1.000 1.000

StasiunTambakMuaraPantaiSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.607E-02.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 146: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

128

Lampiran 3 Lanjutan d. Kekeruhan Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 36

Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72

1

234

Lokasi

123

Stasiun

12

Musim

12

PasangSurut

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kekeruhan

22072.056a 12 1839.338 52.269 .0001633923.062 1 1633923.062 46431.541 .000

2827.076 3 942.359 26.779 .00016226.167 2 8113.083 230.551 .0001914.063 1 1914.063 54.392 .000146.007 1 146.007 4.149 .044268.076 3 89.359 2.539 .059690.667 2 345.333 9.813 .000

4609.882 131 35.1901660605.000 144

26681.938 143

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .827 (Adjusted R Squared = .811)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Kekeruhan

106.521 .494 105.543 107.499Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Lokasi

Estimates

Dependent Variable: Kekeruhan

105.333 .989 103.377 107.289110.806 .989 108.850 112.761110.167 .989 108.211 112.123

99.778 .989 97.822 101.734

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 147: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

129

Lampiran 3 Lanjutan Stasiun

Estimates

Dependent Variable: Kekeruhan

91.979 .856 90.285 93.673110.562 .856 108.869 112.256117.021 .856 115.327 118.715

StasiunTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Musim

Estimates

Dependent Variable: Kekeruhan

110.167 .699 108.784 111.550102.875 .699 101.492 104.258

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Pasang Surut

Estimates

Dependent Variable: Kekeruhan

105.514 .699 104.131 106.897107.528 .699 106.145 108.911

Pasang SurutPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

6. Lokasi * Musim

Dependent Variable: Kekeruhan

108.500 1.398 105.734 111.266102.167 1.398 99.401 104.933112.444 1.398 109.678 115.210109.167 1.398 106.401 111.933114.833 1.398 112.067 117.599105.500 1.398 102.734 108.266104.889 1.398 102.123 107.655

94.667 1.398 91.901 97.433

MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LokasiManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. Pasang Surut * Stasiun

Dependent Variable: Kekeruhan

90.972 .989 89.016 92.928109.556 .989 107.600 111.511116.014 .989 114.058 117.970

92.986 .989 91.030 94.942111.569 .989 109.614 113.525118.028 .989 116.072 119.984

StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

Pasang SurutPasang

Surut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 148: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

130

Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

Kekeruhan

36 99.777836 105.333336 110.166736 110.8056

1.000 1.000 .968

LokasiTumpaanManembo-nemboWoriMinangaSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 35.190.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.

Alpha = .05.b.

Stasiun Homogeneous Subsets

Kekeruhan

48 91.979248 110.562548 117.0208

1.000 1.000 1.000

StasiunTambakPantaiMuaraSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 35.190.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 149: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

131

Lampiran 3 Lanjutan e. pH Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 36

Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72

1

234

Lokasi

123

Stasiun

12

Musim

12

PasangSurut

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: pH

17.067a 12 1.422 7.939 .0005927.717 1 5927.717 33090.903 .000

10.519 3 3.506 19.573 .0001.121 2 .560 3.128 .047

.550 1 .550 3.071 .0822.428 1 2.428 13.556 .0001.562 3 .521 2.906 .037

.887 2 .444 2.476 .08823.467 131 .179

5968.250 14440.533 143

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .368)a.

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: pH

6.416 .035 6.346 6.486Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Lokasi

Estimates

Dependent Variable: pH

6.803 .071 6.663 6.9426.519 .071 6.380 6.6596.094 .071 5.955 6.2346.247 .071 6.108 6.387

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 150: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

132

Lampiran 3 Lanjutan Stasiun

Estimates

Dependent Variable: pH

6.369 .061 6.248 6.4906.540 .061 6.419 6.6606.340 .061 6.219 6.460

StasiunTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Musim

Estimates

Dependent Variable: pH

6.354 .050 6.255 6.4536.478 .050 6.379 6.576

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Pasang Surut

Estimates

Dependent Variable: pH

6.546 .050 6.447 6.6456.286 .050 6.187 6.385

Pasang SurutPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

6. Lokasi * Musim

Dependent Variable: pH

6.589 .100 6.392 6.7867.017 .100 6.819 7.2146.511 .100 6.314 6.7086.528 .100 6.330 6.7256.161 .100 5.964 6.3586.028 .100 5.830 6.2256.156 .100 5.958 6.3536.339 .100 6.142 6.536

MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LokasiManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. Pasang Surut * Stasiun

Dependent Variable: pH

6.499 .071 6.359 6.6386.669 .071 6.530 6.8096.469 .071 6.330 6.6096.239 .071 6.099 6.3786.410 .071 6.270 6.5496.210 .071 6.070 6.349

StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

Pasang SurutPasang

Surut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 151: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

133

Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

pH

36 6.094436 6.247236 6.519436 6.8028

.419 1.000 1.000

LokasiWoriTumpaanMinangaManembo-nemboSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .179.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.

Alpha = .05.b.

Stasiun Homogeneous Subsets

pH

48 6.339648 6.368848 6.5396

.054

StasiunMuaraTambakPantaiSig.

Tukey HSD a,bN 1

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .179.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.

Alpha = .05.b.

f. Nitrat Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 12

Minanga 12Wori 12Tumpaan 12Tambak 16Pantai 16Muara 16Barat 24Timur 24Pasang 24Surut 24

1

234

Lokasi

123

Stasiun

12

Musim

12

PasangSurut

Value Label N

Page 152: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

134

Lampiran 3 Lanjutan

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Nitrat

22.893a 12 1.908 8.651 .00062.678 1 62.678 284.212 .00019.772 3 6.591 29.885 .000

.689 2 .344 1.562 .2241.721 1 1.721 7.806 .008

4.025E-02 1 4.025E-02 .183 .672.367 3 .122 .555 .648.303 2 .152 .687 .510

7.719 35 .22193.289 4830.612 47

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .748 (Adjusted R Squared = .661)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Nitrat

1.143 .068 1.005 1.280Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Lokasi

Estimates

Dependent Variable: Nitrat

.621 .136 .346 .8961.137 .136 .862 1.4132.193 .136 1.917 2.468.620 .136 .345 .895

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Stasiun

Estimates

Dependent Variable: Nitrat

1.216 .117 .978 1.4551.238 .117 1.000 1.476

.974 .117 .735 1.212

StasiunTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 153: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

135

Lampiran 3 Lanjutan Musim

Estimates

Dependent Variable: Nitrat

1.332 .096 1.137 1.527.953 .096 .759 1.148

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Pasang Surut

Estimates

Dependent Variable: Nitrat

1.114 .096 .919 1.3081.172 .096 .977 1.366

Pasang SurutPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

6. Lokasi * Musim

Dependent Variable: Nitrat

.787 .192 .397 1.176

.455 .192 6.579E-02 .8441.328 .192 .939 1.718

.947 .192 .557 1.3362.515 .192 2.126 2.9041.870 .192 1.481 2.259

.698 .192 .309 1.088

.542 .192 .152 .931

MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LokasiManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. Musim * Stasiun

Dependent Variable: Nitrat

1.359 .166 1.022 1.6961.362 .166 1.025 1.7001.275 .166 .938 1.6121.074 .166 .737 1.4111.114 .166 .777 1.451

.673 .166 .335 1.010

StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

MusimBarat

Timur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 154: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

136

Lampiran 3 Lanjutan Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Fosfat

2.196a 12 .183 3.662 .0016.439 1 6.439 128.856 .000

.343 3 .114 2.285 .096

.181 2 9.067E-02 1.815 .178

.563 1 .563 11.274 .002

.161 1 .161 3.222 .081

.487 3 .162 3.251 .033

.460 2 .230 4.608 .0171.749 35 4.997E-02

10.384 483.945 47

SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .557 (Adjusted R Squared = .405)a.

Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

Nitrat

12 .620012 .6208 .620812 1.137512 2.1925

1.000 .050 1.000

LokasiTumpaanManembo-nemboMinangaWoriSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .221.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.a.

Alpha = .05.b.

Stasiun Homogeneous Subsets

Nitrat

16 .973716 1.216316 1.2381

.262

StasiunMuaraTambakPantaiSig.

Tukey HSD a,bN 1

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .221.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 155: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

137

Lampiran 3 Lanjutan g. Fosfat Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Manembo-nembo 12

Minanga 12Wori 12Tumpaan 12Tambak 16Pantai 16Muara 16Barat 24Timur 24Pasang 24Surut 24

1

234

Lokasi

123

Stasiun

12

Musim

12

PasangSurut

Value Label N

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: Fosfat

.366 .032 .301 .432Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Stasiun

Estimates

Dependent Variable: Fosfat

.400 .056 .287 .513

.280 .056 .167 .393

.419 .056 .305 .532

StasiunTambakPantaiMuara

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Lokasi

Estimates

Dependent Variable: Fosfat

.287 .065 .156 .419

.279 .065 .148 .410

.472 .065 .341 .603

.427 .065 .296 .558

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 156: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

138

Lampiran 3 Lanjutan Pasang Surut

Estimates

Dependent Variable: Fosfat

.308 .046 .216 .401

.424 .046 .332 .517

Pasang SurutPasangSurut

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Musim

Estimates

Dependent Variable: Fosfat

.475 .046 .382 .567

.258 .046 .165 .351

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

6. Lokasi * Musim

Dependent Variable: Fosfat

.542 .091 .356 .7273.333E-02 .091 -.152 .219

.310 .091 .125 .495

.248 .091 6.307E-02 .434

.472 .091 .286 .657

.472 .091 .286 .657

.575 .091 .390 .760

.278 .091 9.307E-02 .464

MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur

LokasiManembo-nembo

Minanga

Wori

Tumpaan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

7. Musim * Stasiun

Dependent Variable: Fosfat

.375 .079 .215 .535

.422 .079 .262 .583

.626 .079 .466 .787

.425 .079 .265 .585

.137 .079 -2.294E-02 .298

.211 .079 5.081E-02 .372

StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara

MusimBarat

Timur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets

Fosfat

12 .279212 .287512 .426712 .4717

.170

LokasiMinangaManembo-nemboTumpaanWoriSig.

Tukey HSD a,bN 1

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.997E-02.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 157: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

139

Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Homogeneous Subsets

Fosfat

16 .280016 .400016 .4188

.199

StasiunPantaiTambakMuaraSig.

Tukey HSD a,bN 1

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.997E-02.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000.a.

Alpha = .05.b.

Nilai p-value hasil analisis ragam parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim, pasang, surut, interaksi antara lokasi dengan musim dan interaksi stasiun dengan musim

Parameter Lingkungan lokasi stasiun musim pasut lokasi *

musim stasiun * musim

Suhu (º C) 0,000 0,000 0,000 0,292 0,000 0,446 Salinitas (‰) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,092 0,898 pH (skala pH) 0,000 0,022 0,118 0,000 0,117 0,074 Kekeruhan (NTU) 0,000 0,000 0,000 0,015 0,063 0,002 Oks.Terlarut (mg/l) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,452 Nitrat (mg/l) 0,000 0,597 0,001 0,286 0,828 0,187 Fosfat (mg/l) 0,000 0,072 0,001 0,000 0,395 0,681

Keterangan : p-value <0.05 menunjukkan pengaruh yang nyata

Page 158: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

140

Lampiran 4 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar lokasi penelitian

Kruskal-Wallis Test

Ranks

36 89.0436 99.2636 55.1136 46.58

14436 90.5436 81.4636 59.0036 59.00

14436 70.9636 104.0736 72.0636 42.92

144

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotalManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotalManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank

Test Statistics a,b

40.803 34.392 40.4753 3 3

.000 .000 .000

Chi-SquaredfAsymp. Sig.

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Lokasib.

Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Minanga)

Ranks

36 33.06 1190.0036 39.94 1438.007236 39.54 1423.5036 33.46 1204.507236 29.24 1052.5036 43.76 1575.5072

LokasiManembo-nemboMinangaTotalManembo-nemboMinangaTotalManembo-nemboMinangaTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsa

524.000 538.500 386.5001190.000 1204.500 1052.500

-1.398 -1.420 -2.971.162 .155 .003

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Grouping Variable: Lokasia.

Page 159: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

141

Lampiran 4 Lanjutan Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Wori)

Ranks

36 46.38 1669.5036 26.63 958.507236 44.00 1584.0036 29.00 1044.007236 35.94 1294.0036 37.06 1334.0072

LokasiManembo-nemboWoriTotalManembo-nemboWoriTotalManembo-nemboWoriTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

292.500 378.000 628.000958.500 1044.000 1294.000

-4.013 -4.285 -.229.000 .000 .819

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

Grouping Variable: Lokasia.

Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Tumpaan) Ranks

36 46.61 1678.0036 26.39 950.007236 44.00 1584.0036 29.00 1044.007236 42.78 1540.0036 30.22 1088.0072

LokasiManembo-nemboTumpaanTotalManembo-nemboTumpaanTotalManembo-nemboTumpaanTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

284.000 378.000 422.000950.000 1044.000 1088.000

-4.118 -4.285 -2.821.000 .000 .005

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

Grouping Variable: Lokasia.

Mann-Whitney Test (Minanga Vs Wori) Ranks

36 47.49 1709.5036 25.51 918.507236 42.50 1530.0036 30.50 1098.007236 46.67 1680.0036 26.33 948.0072

LokasiMinangaWoriTotalMinangaWoriTotalMinangaWoriTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Page 160: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

142

Lampiran 4 Lanjutan Test Statistics a

252.500 432.000 282.000918.500 1098.000 948.000

-4.463 -3.750 -4.166.000 .000 .000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

Grouping Variable: Lokasia.

Mann-Whitney Test (Minanga Vs Tumpaan) Ranks

36 48.83 1758.0036 24.17 870.007236 42.50 1530.0036 30.50 1098.007236 50.64 1823.0036 22.36 805.0072

LokasiMinangaTumpaanTotalMinangaTumpaanTotalMinangaTumpaanTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

204.000 432.000 139.000870.000 1098.000 805.000

-5.018 -3.750 -5.934.000 .000 .000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

Grouping Variable: Lokasia.

Mann-Whitney Test (Wori vs Tumpaan)

Ranks

36 39.97 1439.0036 33.03 1189.007236 36.50 1314.0036 36.50 1314.007236 45.67 1644.0036 27.33 984.0072

LokasiWoriTumpaanTotalWoriTumpaanTotalWoriTumpaanTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsa

523.000 648.000 318.0001189.000 1314.000 984.000

-1.416 .000 -3.882.157 1.000 .000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus

Grouping Variable: Lokasia.

Page 161: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

143

Lampiran 5 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar stasiun penelitian

NPar Tests

Descriptive Statistics

144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894144 .026130 .0682326 .0000 .3565144 .212907 .3682056 .0000 2.1390144 2.00 .819 1 3

B. rotundiformisB. caudatusB. quadridentatusStasiun

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Kruskal-Wallis Test

Ranks

48 101.4448 29.3248 86.74

14448 59.0048 63.3948 95.11

14448 55.2548 53.5348 108.72

144

StasiunTambakPantaiMuaraTotalTambakPantaiMuaraTotalTambakPantaiMuaraTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank

Test Statistics a,b

80.455 46.243 56.6972 2 2

.000 .000 .000

Chi-SquaredfAsymp. Sig.

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Stasiunb.

NPar Tests Mann-Whitney Test (Tambak Vs Pantai)

Ranks

48 71.59 3436.5048 25.41 1219.509648 47.00 2256.0048 50.00 2400.009648 48.23 2315.0048 48.77 2341.0096

StasiunTambakPantaiTotalTambakPantaiTotalTambakPantaiTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Page 162: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

144

Lampiran 5 Lanjutan Test Statistics a

43.500 1080.000 1139.0001219.500 2256.000 2315.000

-8.156 -1.750 -.102.000 .080 .919

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Grouping Variable: Stasiuna.

NPar Tests Mann-Whitney Test (Tambak Vs Muara)

Ranks

48 54.34 2608.5048 42.66 2047.509648 36.50 1752.0048 60.50 2904.009648 31.52 1513.0048 65.48 3143.0096

StasiunTambakMuaraTotalTambakMuaraTotalTambakMuaraTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

871.500 576.000 337.0002047.500 1752.000 1513.000

-2.057 -5.554 -6.046.040 .000 .000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Grouping Variable: Stasiuna.

NPar Tests Mann-Whitney Test (Pantai Vs Muara)

Ranks

48 28.42 1364.0048 68.58 3292.009648 37.89 1818.5048 59.11 2837.509648 29.26 1404.5048 67.74 3251.5096

StasiunPantaiMuaraTotalPantaiMuaraTotalPantaiMuaraTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

188.000 642.500 228.5001364.000 1818.500 1404.500

-7.107 -4.712 -6.832.000 .000 .000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Grouping Variable: Stasiuna.

Page 163: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

145

Lampiran 6 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar musim

NPar Tests

Descriptive Statistics

144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894144 .026130 .0682326 .0000 .3565144 .212907 .3682056 .0000 2.1390144 1.50 .502 1 2

B. rotundiformisB. caudatusB. quadridentatuMusim

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

72 62.69 4514.0072 82.31 5926.00

14472 70.31 5062.0072 74.69 5378.00

14472 68.85 4957.5072 76.15 5482.50

144

MusimBaratTimurTotalBaratTimurTotalBaratTimurTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsa

1886.000 2434.000 2329.5004514.000 5062.000 4957.500

-2.827 -.927 -1.072.005 .354 .284

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Grouping Variable: Musima.

Page 164: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

146

Lampiran 7 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar pasang surut

NPar Tests

Descriptive Statistics

144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894144 .026130 .0682326 .0000 .3565144 .212907 .3682056 .0000 2.1390144 1.50 .502 1 2

B. rotundiformisB. caudatusB. quadridentatusPasang Surut

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

72 72.06 5188.5072 72.94 5251.50

14472 71.14 5122.0072 73.86 5318.00

14472 71.72 5164.0072 73.28 5276.00

144

Pasang SurutPasangSurutTotalPasangSurutTotalPasangSurutTotal

B. rotundiformis

B. caudatus

B. quadridentatus

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

2560.500 2494.000 2536.0005188.500 5122.000 5164.000

-.126 -.575 -.229.900 .565 .819

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

B. rotundiformis B. caudatusB.

quadridentatus

Grouping Variable: Pasang Suruta.

Page 165: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

147

Lampiran 8 Hasil analisis diskriminan rotifera B. rotundiformis Group Statistics

29.9067 1.10410 89 89.00024.3528 4.78905 89 89.0006.4753 .52727 89 89.000

107.4831 9.85360 89 89.0006.5719 .33608 89 89.000

121.6675 35.79725 89 89.00029.4524 1.86805 21 21.00020.3810 2.83666 21 21.0006.4952 .59873 21 21.000

109.2381 17.90504 21 21.0006.2048 .28892 21 21.000

178.3243 62.67560 21 21.00029.2500 1.38219 34 34.00020.6882 3.62297 34 34.0006.6412 .54446 34 34.000

100.9412 13.56229 34 34.0006.1735 .20934 34 34.000

161.7097 31.01681 34 34.00029.6854 1.32765 144 144.00022.9083 4.65584 144 144.0006.5174 .54263 144 144.000

106.1944 12.48959 144 144.0006.4243 .35621 144 144.000

139.3844 45.78790 144 144.000

SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan FitoplanktonSuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan FitoplanktonSuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan FitoplanktonSuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton

Group1

2

3

Total

Mean Std. Deviation Unweighted WeightedValid N (listwise)

Tests of Equality of Group Means

.953 3.507 2 141 .033

.843 13.154 2 141 .000

.984 1.173 2 141 .312

.943 4.294 2 141 .015

.720 27.483 2 141 .000

.744 24.248 2 141 .000

SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton

Wilks'Lambda F df1 df2 Sig.

Pooled Within-Groups Matrices

1.000 .425 .012 -.195 -.032 -.347.425 1.000 .331 -.087 -.363 .036.012 .331 1.000 .050 -.275 .249

-.195 -.087 .050 1.000 -.198 .452-.032 -.363 -.275 -.198 1.000 -.533-.347 .036 .249 .452 -.533 1.000

SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplan

CorrelatioSuhu Salinitas pH Kekeruhan

OksigenTerlarut

KelimpahanFitoplankton

Page 166: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

148

Lampiran 8 Lanjutan Covariance Matricesa

1.763 2.866 -.010 -2.450 .041 -23.8272.866 21.677 .667 -1.703 -.122 -36.019-.010 .667 .294 .131 -.055 6.288

-2.450 -1.703 .131 155.990 -.392 191.962.041 -.122 -.055 -.392 .127 -10.574

-23.827 -36.019 6.288 191.962 -10.574 2096.531

SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplan

GroupTotal

Suhu Salinitas pH KekeruhanOksigenTerlarut

KelimpahanFitoplankton

The total covariance matrix has 143 degrees of freedom.a.

Summary of Canonical Discriminant Functions Eigenvalues

1.184a 93.5 93.5 .736.082a 6.5 100.0 .275

Function12

Eigenvalue % of Variance Cumulative %CanonicalCorrelation

First 2 canonical discriminant functions were used in theanalysis.

a.

Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients

-.173 .578.813 -.105

-.084 -.354.517 .533.704 .429

-.447 .820

SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton

1 2Function

Structure Matrix

.574* .003

.395* -.149

.202* .127

.134 .697*-.520 .540*-.095 -.269*

Oksigen TerlarutSalinitasSuhuKekeruhanKelimpahan FitoplanktonpH

1 2Function

Pooled within-groups correlations between discriminatingvariables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.

Largest absolute correlation between each variable andany discriminant function

*.

Page 167: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

149

Lampiran 8 Lanjutan

Canonical Discriminant Function Coefficients

-.133 .443.189 -.024

-.155 -.653.042 .044

2.315 1.409-.011 .021

-17.172 -24.896

SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton(Constant)

1 2Function

Unstandardized coefficients

Functions at Group Centroids

.845 -.011-1.260 .599-1.434 -.342

Group123

1 2Function

Unstandardized canonical discriminantfunctions evaluated at group means

Page 168: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

150

Lampiran 9 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan fitoplankton antar lokasi penelitian

Kruskal-Wallis Test

Ranks

36 103.3836 106.2836 40.9936 39.36

144

LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotal

fitoplanktonN Mean Rank

Test Statistics a,b

86.6423

.000

Chi-SquaredfAsymp. Sig.

fitoplankton

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Lokasib.

Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Minanga)

Ranks

36 34.72 1250.0036 38.28 1378.0072

LokasiManembo-nemboMinangaTotal

fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Wori)

Ranks

36 53.00 1908.0036 20.00 720.0072

LokasiManembo-nemboWoriTotal

fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

54.000720.000

-6.694.000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

fitoplankton

Grouping Variable: Lokasia.

Page 169: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

151

Lampiran 9 Lanjutan Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Tumpaan)

Ranks

36 52.65 1895.5036 20.35 732.5072

LokasiManembo-nemboTumpaanTotal

fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

66.500732.500

-6.553.000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

fitoplankton

Grouping Variable: Lokasia.

Mann-Whitney Test (Minanga Vs Wori)

Ranks

36 52.53 1891.0036 20.47 737.0072

LokasiMinangaWoriTotal

fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

71.000737.000

-6.500.000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

fitoplankton

Grouping Variable: Lokasia.

Mann-Whitney Test (Minanga Vs Tumpaan)

Ranks

36 52.47 1889.0036 20.53 739.0072

LokasiMinangaTumpaanTotal

fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

73.000739.000

-6.478.000

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

fitoplankton

Grouping Variable: Lokasia.

Page 170: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

152

Lampiran 9 Lanjutan Mann-Whitney Test (Wori Vs Tumpaan)

Ranks

36 37.51 1350.5036 35.49 1277.5072

LokasiWoriTumpaanTotal

fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics a

611.5001277.500

-.411.681

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

fitoplankton

Grouping Variable: Lokasia.

Kruskal-Wallis Test Ranks

48 64.6748 72.6048 80.23

144

StasiunTambakPantaiMuaraTotal

fitoplanktonN Mean Rank

Test Statistics a,b

3.3432

.188

Chi-SquaredfAsymp. Sig.

fitoplankton

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Stasiunb.

Mann-Whitney Test Ranks

72 74.44 5359.5072 70.56 5080.50

144

MusimBaratTimurTotal

FitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Estimates

Dependent Variable: VAR00007

146.110 2.774 140.622 151.598132.659 2.774 127.171 138.147

MusimBaratTimur

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Page 171: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

153

Lampiran 9 Lanjutan

Test Statistics a

2452.5005080.500

-.558.577

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

Fitoplankton

Grouping Variable: Musima.

Mann-Whitney Test

Ranks

72 77.51 5580.5072 67.49 4859.50

144

Pasang SurutPasangSurutTotal

FitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsa

2231.5004859.500

-1.441.150

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)

Fitoplankton

Grouping Variable: Pasang Suruta.

Page 172: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

154

Lampiran 10 Ukuran lorika Ukuran lorika (Alam)

Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan PL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL

159,60 58,80 117,60 176,40 84,00 126,20 142,80 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 117,50 142,80 67,20 117,60 142,80 58,80 109,00 159,60 58,80 117,60 134,40 67,20 106,27 142,80 67,20 109,20 151,20 67,20 118,00 142,80 67,20 109,20 184,80 67,20 134,50 142,80 58,80 109,20 142,80 58,80 109,00 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 126,00 151,20 58,80 117,60 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 193,20 75,60 141,35 151,20 67,20 117,60 151,20 75,60 118,00 159,60 67,20 117,60 159,60 75,60 110,28 159,60 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 142,80 67,20 109,20 184,80 67,20 134,34 142,80 58,80 100,80 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 176,40 75,60 126,32 159,60 67,20 109,20 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 132,33 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 151,20 67,20 110,28 151,20 67,20 109,20 151,20 67,20 118,00 151,20 58,80 109,20 176,40 75,60 130,33 142,80 58,80 109,20 151,20 58,80 109,00 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 159,60 75,60 126,00 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 168,00 75,60 132,33 151,20 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 126,00 176,40 75,60 134,50 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 142,80 58,80 108,27 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 142,80 67,20 112,11 151,20 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 151,20 67,20 109,20 159,60 67,20 126,00 151,20 58,80 109,20 151,20 58,80 101,00 151,20 67,20 109,20 168,00 75,60 126,30 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 134,40 58,80 104,26 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 126,00 168,00 75,60 126,00 159,60 67,20 117,60 168,00 67,20 118,00 151,20 58,80 109,20 159,60 67,20 116,60 151,20 58,80 109,20 151,20 58,80 109,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 128,00 159,60 67,20 117,60 168,00 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 159,60 75,60 115,28 168,00 67,20 117,60 168,00 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 159,60 75,60 120,30 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 109,00 159,60 67,20 109,20 176,40 75,60 131,10 151,20 58,80 109,20 159,60 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 126,30 159,60 67,20 117,60 151,20 58,80 101,00 168,00 67,20 117,60 159,60 67,20 118,50 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 168,00 67,20 122,31 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00

Page 173: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

155

Lampiran 10 Lanjutan Ukuran panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) B. rotundiformis yang dikultur di laboratorium pada beberapa salinitas dan pakan N. oculata.

4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 pptPL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL

151,20 58,80 117,60 100,80 42,00 67,20 151,20 92,40 134,40 134,40 67,20 109,20 151,20 92,40 126,00134,40 67,20 126,00 109,20 58,80 100,80 100,80 75,60 109,20 168,00 92,40 117,60 134,40 84,00 117,60126,00 50,40 100,80 109,20 58,80 109,20 117,60 67,20 92,40 100,80 75,60 100,80 126,00 67,20 109,20151,20 67,20 117,60 126,00 50,40 92,40 142,80 67,20 126,00 151,20 58,80 126,00 151,20 75,60 117,60151,20 50,40 92,40 126,00 50,40 84,00 168,00 75,60 117,60 142,80 67,20 109,20 151,20 84,00 126,00134,40 67,20 109,20 92,40 33,60 75,60 134,40 58,80 109,20 151,20 58,80 117,60 134,40 75,60 117,60142,80 75,60 109,20 134,40 67,20 126,00 159,60 75,60 134,40 134,40 67,20 117,60 142,80 75,60 126,00126,00 58,80 92,40 151,20 67,20 126,00 126,00 67,20 100,80 142,80 58,80 109,20 126,00 58,80 109,20151,20 58,80 92,40 142,80 67,20 126,00 159,60 75,60 142,80 151,20 67,20 134,40 151,20 92,40 134,40134,40 58,80 109,20 151,20 67,20 134,40 134,40 75,60 117,60 134,40 58,80 109,20 134,40 67,20 126,00126,00 75,60 117,60 117,60 50,40 84,00 142,80 58,80 92,40 142,80 75,60 100,80 126,00 58,80 117,60126,00 67,20 100,80 134,40 67,20 109,20 134,40 75,60 117,60 151,20 67,20 126,00 126,00 58,80 109,20159,60 67,20 109,20 126,00 50,40 109,20 168,00 75,60 134,40 159,60 84,00 109,20 159,60 67,20 126,00168,00 67,20 117,60 92,40 50,40 84,00 151,20 75,60 126,00 142,80 67,20 117,60 168,00 92,40 134,40142,80 67,20 117,60 117,60 58,80 92,40 159,60 84,00 117,60 151,20 75,60 109,20 142,80 67,20 109,20126,00 75,60 117,60 142,80 50,40 109,20 100,80 58,80 84,00 117,60 58,80 100,80 126,00 50,40 92,40117,60 50,40 84,00 159,60 50,40 100,80 117,60 50,40 92,40 109,20 67,20 109,20 117,60 58,80 100,80142,80 67,20 126,00 151,20 50,40 117,60 151,20 75,60 117,60 159,60 75,60 92,40 142,80 67,20 109,20142,80 75,60 126,00 142,80 58,80 100,80 142,80 75,60 109,20 151,20 67,20 109,20 142,80 58,80 100,80151,20 67,20 109,20 142,80 67,20 117,60 168,00 50,40 92,40 142,80 50,40 100,80 151,20 67,20 92,40109,20 58,80 92,40 126,00 58,80 117,60 84,00 42,00 75,60 109,20 58,80 84,00 109,20 50,40 75,60117,60 75,60 109,20 100,80 42,00 84,00 126,00 58,80 92,40 126,00 58,80 100,80 117,60 67,20 84,00126,00 58,80 92,40 142,80 67,20 117,60 100,80 50,40 75,60 117,60 67,20 92,40 126,00 58,80 92,40134,40 75,60 117,60 126,00 75,60 100,80 159,60 75,60 117,60 134,40 58,80 109,20 134,40 58,80 109,20151,20 67,20 100,80 126,00 58,80 100,80 134,40 75,60 109,20 117,60 75,60 117,60 151,20 67,20 100,80151,20 67,20 109,20 134,40 67,20 92,40 159,60 75,60 126,00 142,80 67,20 109,20 151,20 84,00 117,60126,00 67,20 117,60 151,20 67,20 126,00 109,20 50,40 92,40 126,00 75,60 92,40 126,00 58,80 100,80100,80 50,40 84,00 84,00 58,80 92,40 142,80 58,80 92,40 117,60 67,20 100,80 100,80 50,40 92,40117,60 75,60 117,60 126,00 50,40 100,80 109,20 67,20 92,40 126,00 75,60 109,20 117,60 58,80 84,00151,20 58,80 100,80 134,40 50,40 100,80 134,40 75,60 109,20 126,00 67,20 100,80 151,20 67,20 100,80

Page 174: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

156

Lampiran 10 Lanjutan

Ukuran panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) B. rotundiformis yang dikultur di laboratorium pada beberapa salinitas dan pakan Prochloron sp.

4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 pptPL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL

126,00 50,40 100,80 84,00 42,00 84,00 126,00 58,80 100,80 134,40 67,20 92,40 126,00 58,80 109,20109,20 75,60 109,20 100,80 58,80 92,40 100,80 50,40 92,40 117,60 50,40 75,60 109,20 50,40 84,00100,80 50,40 84,00 100,80 58,80 92,40 117,60 42,00 84,00 92,40 42,00 75,60 100,80 42,00 84,00117,60 75,60 117,60 100,80 58,80 84,00 126,00 58,80 100,80 126,00 67,20 100,80 117,60 50,40 100,80134,40 75,60 117,60 100,80 50,40 58,80 134,40 67,20 117,60 117,60 50,40 100,80 134,40 58,80 117,60126,00 50,40 117,60 100,80 50,40 67,20 142,80 58,80 117,60 126,00 58,80 109,20 126,00 58,80 109,20109,20 50,40 75,60 92,40 42,00 75,60 92,40 50,40 84,00 117,60 50,40 75,60 109,20 50,40 84,00134,40 67,20 100,80 117,60 58,80 109,20 126,00 67,20 100,80 126,00 58,80 100,80 134,40 58,80 109,20117,60 75,60 117,60 117,60 50,40 100,80 134,40 58,80 109,20 126,00 67,20 109,20 117,60 50,40 84,00142,80 84,00 109,20 109,20 58,80 100,80 126,00 67,20 109,20 142,80 75,60 117,60 142,80 67,20 100,80134,40 75,60 117,60 100,80 42,00 84,00 126,00 58,80 92,40 117,60 50,40 84,00 134,40 50,40 92,40142,80 67,20 100,80 109,20 58,80 100,80 134,40 58,80 100,80 126,00 58,80 109,20 142,80 58,80 100,80134,40 67,20 100,80 117,60 58,80 100,80 126,00 58,80 92,40 117,60 50,40 92,40 134,40 67,20 100,80126,00 67,20 109,20 117,60 58,80 100,80 84,00 58,80 92,40 126,00 58,80 109,20 126,00 58,80 92,40117,60 50,40 92,40 117,60 58,80 100,80 126,00 50,40 92,40 117,60 50,40 92,40 117,60 50,40 84,00126,00 84,00 117,60 109,20 50,40 84,00 126,00 58,80 109,20 142,80 58,80 109,20 126,00 58,80 100,80117,60 50,40 100,80 134,40 58,80 109,20 100,80 58,80 84,00 117,60 50,40 84,00 117,60 58,80 92,40100,80 58,80 109,20 117,60 58,80 100,80 109,20 50,40 100,80 100,80 50,40 100,80 100,80 50,40 84,00126,00 67,20 100,80 109,20 50,40 100,80 117,60 58,80 100,80 126,00 58,80 117,60 126,00 50,40 84,00126,00 58,80 100,80 109,20 58,80 100,80 126,00 58,80 117,60 134,40 75,60 126,00 126,00 67,20 100,80134,40 75,60 109,20 117,60 58,80 100,80 134,40 67,20 109,20 134,40 67,20 117,60 134,40 84,00 142,80126,00 50,40 109,20 117,60 58,80 100,80 126,00 67,20 100,80 126,00 50,40 100,80 126,00 84,00 151,20109,20 50,40 100,80 109,20 58,80 100,80 109,20 42,00 75,60 84,00 42,00 75,60 109,20 42,00 84,00159,60 58,80 92,40 109,20 50,40 100,80 151,20 75,60 117,60 142,80 67,20 109,20 159,60 75,60 100,80126,00 75,60 100,80 92,40 58,80 75,60 134,40 50,40 92,40 126,00 58,80 92,40 126,00 58,80 92,40109,20 75,60 109,20 100,80 50,40 92,40 126,00 33,60 84,00 117,60 42,00 75,60 100,80 42,00 84,00134,40 75,60 117,60 100,80 42,00 92,40 117,60 50,40 84,00 100,80 50,40 84,00 109,20 58,80 92,40142,80 84,00 109,20 100,80 42,00 100,80 117,60 50,40 67,20 100,80 50,40 67,20 109,20 50,40 84,00134,40 67,20 100,80 117,60 58,80 100,80 126,00 58,80 109,20 126,00 67,20 100,80 126,00 58,80 109,20117,60 50,40 100,80 117,60 58,80 100,80 117,60 58,80 100,80 109,20 58,80 100,80 126,00 58,80 117,60

Page 175: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

157

Lampiran 10 Lanjutan Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dari 4 lokasi penelitian

Lokasi Panjang lorika Lebar lorika Lebar anterior

Manembo-nembo 159,60 116,20 66,08

Minanga 164,08 122,92 71,68

Wori 153,72 114,80 65,24

Tumpaan 155,40 115,37 65,80

Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dengan salinitas berbeda dan pakan N. oculata

Salinitas Panjang lorika Lebar lorika Lebar anterior

4 ppt 136,36 107,80 64,96

20 ppt 127,40 103,32 57,12

40 ppt 136,36 108,36 68,04

50 ppt 136,08 108,08 67,76

60 ppt 136,36 108,64 68,04

Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dengan salinitas berbeda dan pakan Prochloron sp.

Salinitas Panjang lorika Lebar lorika Lebar anterior

4 ppt 124,99 104,50 64,51

20 ppt 108,36 93,80 54,04

40 ppt 122,08 98,00 56,84

50 ppt 120,68 96,88 56,84

60 ppt 123,20 99,12 57,68

Page 176: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

158

Lampiran 11 Analisis ragam ukuran morfometri (PL, LL, LA) B. rotundiformis alam (4 lokasi) dengan yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda

Oneway

ANOVA

133945.6 13 10303.506 53.202 .0007660.324 401 193.667211605.9 4144381.567 13 1106.274 15.181 .0009221.431 401 72.8713602.998 4141463.845 13 2420.296 15.698 .0001824.063 401 154.1753287.909 414

Between GroupWithin GroupsTotalBetween GroupWithin GroupsTotalBetween GroupWithin GroupsTotal

Panjang Lorika (um

Lebar Anterior (um

Lebar Lorika (um)

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Homogeneous Subsets

Panjang Lorika (um)

30 108.790025 118.9080 118.908030 119.2433 119.243330 120.6267 120.626730 121.733330 126.1600 26.160030 127.4000 27.400030 37.700030 37.983330 37.983330 160.160030 160.440030 161.000030 163.8000

.068 .521 .069 .999

Type RotiferKultur Sal 20 Pakan ProchloroKultur Sal 4 Pakan ProchloronAlam MinangaKultur Sal 40 Pakan ProchloroAlam TumpaanKultur Sal 4 Pakan NannoKultur Sal 20 Pakan NannoAlam ManemboKultur Sal 40 Pakan NannoAlam WoriKultur Sal 60 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan ProchloroKultur Sal 50 Pakan ProchloroKultur Sal 50 Pakan NannoSig.

Tukey HSDa,bN 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577.a.

The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I erroguaranteed.

b.

Page 177: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

159

Lampiran 11 Lanjutan Lebar Anterior (um)

30 52.210030 56.1633 56.163330 56.1633 56.163330 56.9933 56.9933 56.993330 57.1200 57.1200 57.120025 62.2080 62.2080 62.208030 64.1867 64.186730 65.2400 65.240030 65.8000 65.800030 66.0800 66.080030 68.5667 68.566730 68.8500 68.850030 68.8500 68.850030 71.6800

.621 .270 .074 .145 .182

Type RotiferKultur Sal 20 Pakan ProchloKultur Sal 40 Pakan ProchloAlam MinangaAlam TumpaanKultur Sal 20 Pakan NannoKultur Sal 4 Pakan ProchlorKultur Sal 4 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan ProchloKultur Sal 50 Pakan ProchloAlam ManemboKultur Sal 40 Pakan NannoAlam WoriKultur Sal 50 Pakan NannoSig.

Tukey HSDa,bN 1 2 3 4 5

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577.a.

The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels arb.

Lebar Lorika (um)

30 92.690030 95.7267 95.726730 96.8333 96.833330 97.9400 97.940025 101.0880 101.0880 101.088030 103.3200 103.3200 103.320030 106.5167 106.5167 106.516730 109.3667 109.366730 109.6500 109.650030 109.9333 109.933330 114.8000 114.800030 115.3667 115.366730 116.2000 116.200030 122.9200

.064 .055 .261 .143 .400

Type RotiferKultur Sal 20 Pakan ProchlAlam MinangaKultur Sal 40 Pakan ProchlAlam TumpaanKultur Sal 4 Pakan ProchloKultur Sal 20 Pakan NannoKultur Sal 4 Pakan NannoAlam ManemboKultur Sal 40 Pakan NannoAlam WoriKultur Sal 60 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan ProchlKultur Sal 50 Pakan ProchlKultur Sal 50 Pakan NannoSig.

Tukey HSDa,bN 1 2 3 4 5

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577.a.

The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels b.

Page 178: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

160

Lampiran 11 Lanjutan Univariate Analysis of Variance

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Panjang Lorika

127.6800 13.84661 30118.2720 10.54749 25123.4036 13.21971 55127.4000 20.10723 30108.3600 10.42879 30117.8800 18.55664 60136.3600 23.10285 30122.0800 14.25072 30129.2200 20.34728 60136.0800 16.85783 30120.6800 14.20797 30128.3800 17.29747 60136.3600 15.85881 30123.2000 13.65789 30129.7800 16.10397 60132.7760 18.50859 150118.5269 13.75699 145125.7722 17.81089 295

Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotal

SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Panjang Lorika

21989.534a 9 2443.282 9.770 .0004643299.667 1 4643299.667 18566.559 .000

6247.030 4 1561.757 6.245 .00014946.997 1 14946.997 59.767 .000

700.839 4 175.210 .701 .59271275.478 285 250.089

4759765.920 29593265.012 294

SourceCorrected ModelInterceptSalinitasPakanSalinitas * PakanErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .236 (Adjusted R Squared = .212)a.

Page 179: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

161

Lampiran 11 Lanjutan Salinitas

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Panjang Lorika

5.096 2.959 .086 -.727 10.919-6.244* 2.959 .036 -12.067 -.421-5.404 2.959 .069 -11.227 .419-6.804* 2.959 .022 -12.627 -.981-5.096 2.959 .086 -10.919 .727

-11.340* 2.887 .000 -17.023 -5.657-10.500* 2.887 .000 -16.183 -4.817-11.900* 2.887 .000 -17.583 -6.217

6.244* 2.959 .036 .421 12.06711.340* 2.887 .000 5.657 17.023

.840 2.887 .771 -4.843 6.523-.560 2.887 .846 -6.243 5.1235.404 2.959 .069 -.419 11.227

10.500* 2.887 .000 4.817 16.183-.840 2.887 .771 -6.523 4.843

-1.400 2.887 .628 -7.083 4.2836.804* 2.959 .022 .981 12.627

11.900* 2.887 .000 6.217 17.583.560 2.887 .846 -5.123 6.243

1.400 2.887 .628 -4.283 7.083

(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm

(I) SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a Lower BoundUpper Bound

95% Confidence Interval forDifferencea

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjua.

Jenis Pakan

Univariate Tests

Dependent Variable: Panjang Lorika

14946.997 1 14946.997 59.767 .00071275.478 285 250.089

ContrastError

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The F tests the effect of Jenis Pakan. This test is based on the linearlyindependent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

Page 180: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

162

Lampiran 11 Lanjutan

4. Salinitas * Jenis Pakan

Dependent Variable: Panjang Lorika

127.680 2.887 121.997 133.363118.272 3.163 112.047 124.497127.400 2.887 121.717 133.083108.360 2.887 102.677 114.043136.360 2.887 130.677 142.043122.080 2.887 116.397 127.763136.080 2.887 130.397 141.763120.680 2.887 114.997 126.363136.360 2.887 130.677 142.043123.200 2.887 117.517 128.883

Jenis PakanNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron sp

SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests Salinitas

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Panjang LorikaTukey HSD

5.5236 2.95216 .335 -2.5810 13.6283-5.8164 2.95216 .283 -13.9210 2.2883-4.9764 2.95216 .444 -13.0810 3.1283-6.3764 2.95216 .198 -14.4810 1.7283-5.5236 2.95216 .335 -13.6283 2.5810

-11.3400* 2.88727 .001 -19.2665 -3.4135-10.5000* 2.88727 .003 -18.4265 -2.5735-11.9000* 2.88727 .000 -19.8265 -3.9735

5.8164 2.95216 .283 -2.2883 13.921011.3400* 2.88727 .001 3.4135 19.2665

.8400 2.88727 .998 -7.0865 8.7665-.5600 2.88727 1.000 -8.4865 7.36654.9764 2.95216 .444 -3.1283 13.0810

10.5000* 2.88727 .003 2.5735 18.4265-.8400 2.88727 .998 -8.7665 7.0865

-1.4000 2.88727 .989 -9.3265 6.52656.3764 2.95216 .198 -1.7283 14.4810

11.9000* 2.88727 .000 3.9735 19.8265.5600 2.88727 1.000 -7.3665 8.4865

1.4000 2.88727 .989 -6.5265 9.3265

(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm

(I) SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Based on observed means.The mean difference is significant at the .05 level.*.

Page 181: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

163

Lampiran 11 Lanjutan Panjang Lorika

Tukey HSD a,b,c

60 117.880055 123.4036 123.403660 128.380060 129.220060 129.7800

.322 .187

SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 4 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 250.089.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929.a.

The group sizes are unequal. The harmonic meanof the group sizes is used. Type I error levels arenot guaranteed.

b.

Alpha = .05.c.

Univariate Analysis of Variance Descriptive Statistics

Dependent Variable: Lebar Anterior

64.9600 8.23423 3064.5120 11.80989 2564.7564 9.92227 5557.1200 9.71619 3054.0400 6.50038 3055.5800 8.34166 6068.0400 11.74551 3056.8400 8.73604 3062.4400 11.71381 6067.7600 8.80539 3056.8400 9.27635 3062.3000 10.52252 6068.0400 12.35134 3057.6800 10.51785 3062.8600 12.51588 6065.1840 10.99671 15057.7572 9.89369 14561.5336 11.09334 295

Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotal

SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Lebar Anterior

8313.331a 9 923.703 9.447 .0001115438.389 1 1115438.389 11407.770 .000

2876.178 4 719.045 7.354 .0003813.459 1 3813.459 39.001 .0001472.470 4 368.117 3.765 .005

27866.966 285 97.7791153162.080 295

36180.298 294

SourceCorrected ModelInterceptSalinitasPakanSalinitas * PakanErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .230 (Adjusted R Squared = .205)a.

Page 182: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

164

Lampiran 11 Lanjutan Salinitas

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Lebar Anterior

9.156* 1.850 .000 5.515 12.7972.296 1.850 .216 -1.345 5.9372.436 1.850 .189 -1.205 6.0771.876 1.850 .311 -1.765 5.517

-9.156* 1.850 .000 -12.797 -5.515-6.860* 1.805 .000 -10.414 -3.306-6.720* 1.805 .000 -10.274 -3.166-7.280* 1.805 .000 -10.834 -3.726-2.296 1.850 .216 -5.937 1.3456.860* 1.805 .000 3.306 10.414

.140 1.805 .938 -3.414 3.694-.420 1.805 .816 -3.974 3.134

-2.436 1.850 .189 -6.077 1.2056.720* 1.805 .000 3.166 10.274-.140 1.805 .938 -3.694 3.414-.560 1.805 .757 -4.114 2.994

-1.876 1.850 .311 -5.517 1.7657.280* 1.805 .000 3.726 10.834

.420 1.805 .816 -3.134 3.974

.560 1.805 .757 -2.994 4.114

(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm

(I) SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forDifferencea

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.

Jenis Pakan

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Lebar Anterior

7.202* 1.153 .000 4.932 9.471-7.202* 1.153 .000 -9.471 -4.932

(J) Jenis PakanProchloron spNannochloropsis ocul

(I) Jenis PakanNannochloropsis oculProchloron sp

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a Lower BoundUpper Bound

95% Confidence Interval forDifferencea

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.

Page 183: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

165

Lampiran 11 Lanjutan 4. Salinitas * Jenis Pakan

Dependent Variable: Lebar Anterior

64.960 1.805 61.406 68.51464.512 1.978 60.619 68.40557.120 1.805 53.566 60.67454.040 1.805 50.486 57.59468.040 1.805 64.486 71.59456.840 1.805 53.286 60.39467.760 1.805 64.206 71.31456.840 1.805 53.286 60.39468.040 1.805 64.486 71.59457.680 1.805 54.126 61.234

Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron sp

SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests Salinitas Homogeneous Subsets

Lebar Anterior

Tukey HSD a,b,c

60 55.580060 62.300060 62.440060 62.860055 64.7564

1.000 .661

SalinitasSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 97.779.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929.a.

The group sizes are unequal. The harmonic meanof the group sizes is used. Type I error levels arenot guaranteed.

b.

Alpha = .05.c.

Page 184: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

166

Lampiran 11 Lanjutan Univariate Analysis of Variance

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Lebar Lorika

107.8000 12.29870 30104.4960 10.86602 25106.2982 11.68176 55103.3200 16.67644 30

93.8000 12.09924 3098.5600 15.22143 60

108.3600 18.10356 3098.0000 12.92568 30

103.1800 16.44688 60108.0800 10.97076 30

96.8800 15.39956 30102.4800 14.40881 60108.6400 15.43113 30

99.1200 16.85783 30103.8800 16.72628 60107.2400 14.86850 150

98.2510 14.11587 145102.8217 15.16242 295

Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotal

SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Lebar Lorika

8195.676a 9 910.631 4.370 .0003111188.300 1 3111188.300 14928.779 .000

1774.815 4 443.704 2.129 .0775669.298 1 5669.298 27.204 .000

549.858 4 137.465 .660 .62159394.586 285 208.402

3186419.040 29567590.261 294

SourceCorrected ModelInterceptSalinitasPakanSalinitas * PakanErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .121 (Adjusted R Squared = .094)a.

Page 185: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

167

Lampiran 11 Lanjutan Salinitas

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Lebar Lorika

7.588* 2.701 .005 2.272 12.9042.968 2.701 .273 -2.348 8.2843.668 2.701 .175 -1.648 8.9842.268 2.701 .402 -3.048 7.584

-7.588* 2.701 .005 -12.904 -2.272-4.620 2.636 .081 -9.808 .568-3.920 2.636 .138 -9.108 1.268-5.320* 2.636 .044 -10.508 -.132-2.968 2.701 .273 -8.284 2.3484.620 2.636 .081 -.568 9.808

.700 2.636 .791 -4.488 5.888-.700 2.636 .791 -5.888 4.488

-3.668 2.701 .175 -8.984 1.6483.920 2.636 .138 -1.268 9.108-.700 2.636 .791 -5.888 4.488

-1.400 2.636 .596 -6.588 3.788-2.268 2.701 .402 -7.584 3.0485.320* 2.636 .044 .132 10.508

.700 2.636 .791 -4.488 5.8881.400 2.636 .596 -3.788 6.588

(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm

(I) SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 ppm

Salinitas 40 ppm

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 ppm

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a Lower BoundUpper Bound

95% Confidence Interval forDifferencea

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjua.

Jenis Pakan

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Lebar Lorika

8.781* 1.684 .000 5.467 12.095-8.781* 1.684 .000 -12.095 -5.467

(J) Jenis PakanProchloron spNannochloropsis o

(I) Jenis PakanNannochloropsis oProchloron sp

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a ower BoundUpper Bound

% Confidence Interval Differencea

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to na.

Page 186: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

168

Lampiran 11 Lanjutan

4. Salinitas * Jenis Pakan

Dependent Variable: Lebar Lorika

107.800 2.636 102.612 112.988104.496 2.887 98.813 110.179103.320 2.636 98.132 108.508

93.800 2.636 88.612 98.988108.360 2.636 103.172 113.548

98.000 2.636 92.812 103.188108.080 2.636 102.892 113.268

96.880 2.636 91.692 102.068108.640 2.636 103.452 113.828

99.120 2.636 93.932 104.308

Jenis PakanNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron sp

SalinitasSalinitas 4 ppm

Salinitas 20 pp

Salinitas 40 pp

salinitas 50 ppm

Salinitas 60 pp

Mean Std. ErrorLower BoundUpper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests Salinitas Homogeneous Subsets

Lebar Lorika

Tukey HSD a,b,c

60 98.560060 102.4800 102.480060 103.1800 103.180060 103.8800 103.880055 106.2982

.268 .605

SalinitasSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 208.402.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929.a.

The group sizes are unequal. The harmonic meanof the group sizes is used. Type I error levels arenot guaranteed.

b.

Alpha = .05.c.

Page 187: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

169

Lampiran 12 Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening pada bakteri V. cholerae, B. subtilis, E. coli

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: V. Cholera

69.362a 9 7.707 11.354 .000136.448 1 136.448 201.011 .00038.488 1 38.488 56.699 .00021.667 4 5.417 7.980 .0019.207 4 2.302 3.391 .028

13.576 20 .679219.386 3082.938 29

SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .836 (Adjusted R Squared = .763)a.

Pakan Pairwise Comparisons

Dependent Variable: V. Cholera

2.265* .301 .000-2.265* .301 .000

(J) pakanProchloronNannochloropsis

(I) pakanNannochloropsisProchloron

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. a

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).

a.

Salinitas Homogeneous Subsets

V. Cholera

6 1.12336 1.50006 1.7517 1.75176 3.12506 3.1633

.682 .053

Salinitas20 ppt60 ppt40 ppt50 ppt4 pptSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .679.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 188: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

170

Lampiran 12 Lanjutan Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: B. Subtilis

64.947a 9 7.216 14.067 .000172.848 1 172.848 336.940 .00010.788 1 10.788 21.030 .00029.487 4 7.372 14.370 .00024.672 4 6.168 12.024 .00010.260 20 .513

248.055 3075.207 29

SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .864 (Adjusted R Squared = .802)a.

Pakan Pairwise Comparisons

Dependent Variable: B. Subtilis

1.199* .262 .000-1.199* .262 .000

(J) pakanProchloronNannochloropsis

(I) pakanNannochloropsisProchloron

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).

a.

Salinitas Homogeneous Subsets

B. Subtilis

6 1.12676 1.25006 3.12506 3.25006 3.2500

.998 .998

Salinitas4 ppt20 ppt60 ppt40 ppt50 pptSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .513.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 189: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

171

Lampiran 12 Lanjutan Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: E. Coli

51.945a 9 5.772 7.628 .000137.046 1 137.046 181.114 .00014.173 1 14.173 18.730 .00017.379 4 4.345 5.742 .00320.392 4 5.098 6.737 .00115.134 20 .757

204.124 3067.078 29

SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .774 (Adjusted R Squared = .673)a.

Pakan

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: E. Coli

1.375* .318 .000-1.375* .318 .000

(J) pakanProchloronNannochloropsis

(I) pakanNannochloropsisProchloron

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. a

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).

a.

Salinitas Homogeneous Subsets

E. Coli

6 1.25006 1.38006 2.3000 2.30006 2.4250 2.42506 3.3317

.174 .278

Salinitas4 ppt20 ppt60 ppt50 ppt40 pptSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .757.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 190: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

172

Lampiran 12 Lanjutan Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas, pakan dan jenis bakteri terhadap zona bening

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Zona Bening

187.662a 29 6.471 9.963 .000444.933 1 444.933 685.045 .000

58.548 1 58.548 90.144 .00034.305 4 8.576 13.204 .000

1.408 2 .704 1.084 .34510.835 4 2.709 4.171 .005

4.901 2 2.450 3.773 .02934.229 8 4.279 6.588 .00043.436 8 5.430 8.360 .00038.970 60 .649

671.565 90226.632 89

SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitasBakterpakan * Salinitaspakan * BakterSalinitas * Bakterpakan * Salinitas * BakterErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .828 (Adjusted R Squared = .745)a.

Pakan Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Zona Bening

1.613* .170 .000-1.613* .170 .000

(J) Jenis PakanProchloronNannochloropsis

(I) Jenis PakanNannochloropsisProchloron

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. a

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).

a.

Salinitas Homogeneous Subsets

Zona Bening

18 1.251118 1.8467 1.846718 2.3083 2.308318 2.777818 2.9333

.188 .431 .151

Salinitas20 ppt4 ppt60 ppt40 ppt50 pptSig.

Tukey HSD a,bN 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .649.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 191: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

173

Lampiran 12 Lanjutan Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening tanpa membedakan jenis bakterinya (gabung) Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Zona Bening

103.688a 9 11.521 7.497 .000444.933 1 444.933 289.519 .000

58.548 1 58.548 38.097 .00034.305 4 8.576 5.581 .00110.835 4 2.709 1.763 .145

122.944 80 1.537671.565 90226.632 89

SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .458 (Adjusted R Squared = .396)a.

Pakan

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Zona Bening

1.613* .261 .000-1.613* .261 .000

(J) Jenis PakanProchloronNannochloropsis

(I) Jenis PakanNannochloropsisProchloron

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).

a.

Salinitas Homogeneous Subsets

Zona Bening

18 1.251118 1.8467 1.846718 2.3083 2.308318 2.777818 2.9333

.088 .074

Salinitas20 ppt4 ppt60 ppt40 ppt50 pptSig.

Tukey HSD a,bN 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 1.537.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 192: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

174

Lampiran 12 Lanjutan Zona bening (mm)

Pakan Salinitas Ulangan V. cholerae B. subtilis E. coli N. oculata 4 1 6,60 0,00 2,50 N. oculata 4 2 4,38 0,00 2,50 N. oculata 4 3 2,00 0,00 2,50 N. oculata 20 1 1,92 2,50 5,29 N. oculata 20 2 2,61 2,50 1,54 N. oculata 20 3 2,21 2,50 1,45 N. oculata 40 1 3,24 3,36 5,27 N. oculata 40 2 3,19 4,03 4,15 N. oculata 40 3 4,08 3,86 4,57 N. oculata 50 1 4,42 3,17 3,60 N. oculata 50 2 2,35 5,98 2,68 N. oculata 50 3 2,98 4,35 1,52 N. oculata 60 1 3,00 4,35 2,78 N. oculata 60 2 3,00 2,50 0,48 N. oculata 60 3 3,00 5,90 1,54

Prochloron sp. 4 1 2,00 2,15 0,00 Prochloron sp. 4 2 2,00 2,64 0,00 Prochloron sp. 4 3 2,00 1,97 0,00 Prochloron sp. 20 1 0,00 0,00 0,00 Prochloron sp. 20 2 0,00 0,00 0,00 Prochloron sp. 20 3 0,00 0,00 0,00 Prochloron sp. 40 1 5,31 3,48 2,00 Prochloron sp. 40 2 1,99 1,80 2,00 Prochloron sp. 40 3 2,69 2,25 2,00 Prochloron sp. 50 1 3,00 2,00 2,07 Prochloron sp. 50 2 3,00 2,00 2,43 Prochloron sp. 50 3 3,00 2,00 2,25 Prochloron sp. 60 1 0,00 2,00 3,00 Prochloron sp. 60 2 0,00 2,00 3,00 Prochloron sp. 60 3 0,00 2,00 3,00

Page 193: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

175

Lampiran 13 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas (X)

Regression V. cholerae

ANOVAb

.346 1 .346 .514 .486a

8.753 13 .6739.099 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Salinitasa.

Dependent Variable: Cholerab.

Coefficientsa

2.438 .420 5.798 .000-.007 .010 -.195 -.717 .486

(Constant)Salinitas

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Choleraa.

Regression B. subtilis

ANOVAb

16.137 1 16.137 32.399 .000a

6.475 13 .49822.611 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Salinitasa.

Dependent Variable: Subtilisb.

Coefficientsa

.223 .362 .616 .548

.051 .009 .845 5.692 .000(Constant)Salinitas

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Subtilisa.

Page 194: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

176

Lampiran 13 Lanjutan Regression E. coli

ANOVAb

.040 1 .040 .121 .733a

4.233 13 .3264.273 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Salinitasa.

Dependent Variable: Colib.

Coefficientsa

1.149 .292 3.931 .002-.003 .007 -.096 -.348 .733

(Constant)Salinitas

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Colia.

Page 195: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

177

Lampiran 14 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas (X)

Regression V. cholerae

ANOVAb

.373 1 .373 .205 .658a

23.627 13 1.81724.000 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Salinitasa.

Dependent Variable: V. Cholerab.

Coefficientsa

1.270 .691 1.839 .089-.008 .017 -.125 -.453 .658

(Constant)Salinitas

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: V. Choleraa.

Regression B. subtilis

ANOVAb

.961 1 .961 .995 .337a

12.563 13 .96613.524 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Salinitasa.

Dependent Variable: B. Subtilisb.

Coefficientsa

1.367 .504 2.713 .018.012 .013 .267 .997 .337

(Constant)Salinitas

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: B. Subtilisa.

Page 196: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

178

Lampiran 14 Lanjutan Regression E. coli

ANOVAb

21.033 1 21.033 162.546 .000a

1.682 13 .12922.715 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Salinitasa.

Dependent Variable: E. Colib.

Coefficientsa

-.580 .184 -3.146 .008.058 .005 .962 12.749 .000

(Constant)Salinitas

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: E. Colia.

Page 197: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

179

Lampiran 15 Peta Penelitian a). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Manembo-nembo

1.4°

1.4°

1.5°

1.5°

Lint

ang

125.0° 125.1° 125.1° 125.2° 125.2°Bujur

Sulawesi Utara

L a u t M a l u k u

Skala 1 : 35.000

M

P

T

b). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Minanga

124.1 124.4 124.7 125

Bujur

0.5

0.8

1.1

Lint

ang

Skala 1 : 25.000

L a u t M a l u k u

T M

PSulawesi U

tara

Keterangan : P = Pantai M = Muara

Page 198: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

180

T = Tambak Lampiran 15 Lanjutan c). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Wori

1.0°

1.2°

1.4°

1.6°

1.8°

Linta

ng

124.6° 124.8° 125.0° 125.2° 125.4°Bujur

Skala 1 : 25.000

L a u t M a l u k u

L a u t S u l a w e s i

M

P

T

d). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Tumpaan

1.0°

1.2°

1.4°

1.6°

Lint

ang

124.2° 124.4° 124.6° 124.8° 125.0° 125.2°Bujur

Sulawes

i Utar

a

Laut Sulawesi

Laut

Maluku

P

T

M

Skala 1 : 17.000

Keterangan : P = Pantai

Page 199: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

181

M = Muara T = Tambak Lampiran 16 Dokumentasi penelitian Keterangan : Kultur dan pemanenan rotifera (A-D), Penggerusan sample (E,F), Homogenisasi dengan metanol 80% (G), Sampel yang sudah disentrifuse (H), Evaporasi (I), Media NA disterilisasi dan dimasak (J,K,L).

1A

K

HG

FE

C

D

B

LJ

I

Page 200: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

182

Lampiran 16 Lanjutan

Ket : Penggoresan bakteri (A-C), Pengujian aktivitas antibakteri (D-K), Inkubasi (L),

Alat yang digunakan di lapangan (M,N,O)

CBA

FED

LJ

H I

K

G

M N O

Page 201: BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA ... · mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai ... Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas

183

Lampiran 16 Lanjutan

a. Manembo-nembo

Pantai Muara Tambak b. Minanga

Pantai Muara Tambak

c. Tumpaan

Pantai Muara Tambak

d. Wori

Pantai Muara Tambak