biodiversitas 3

Upload: uchinkgarooenkz7805

Post on 12-Jul-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya LuasTumbuhan di Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The Geography of Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok flora malenesia. Mengapa Malaysia, Indonesia, dan Philipina memiliki rumpun tumbuhan bunga yang sama? Hal ini dipengaruhi oleh sejarah pembentukan daratan (geologi), kondisi iklim yang serupa (samasama beriklim tropis), ketinggian topografi yang serupa, dan kondisi fisika dan kimia tanah yang serupa pula. Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh spesies tumbuhan di bumi. Hutan hujan tropik di malenesia didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Biasanya Dipterocarceae merupakan tumbuhan tertinggi. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya keruing (dipterocarus spp.), meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu kapur (Dyrobalanops aromatica). Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropik, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat). Tumbuhan khas seperti durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), dan sukun (Artocarpus) di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Tumbuhan-tumbuhan ini juga terdapat di Malaysia dan Philipina. Di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia arnoldii. Tumbuhan Rafflesia tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Telrastigma. Di Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan hujan non-Dipterocarpaceae. Hutan ini kebanyakan menduduki lahan datar. Pohon-pohonnya rendah, hanya beberapa yang mencapai 30-40 m, Di antaranya adalah Ficus (kerabat beringin) dan matoa (Pometia pumata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian. Namun kini bibit buahnya telah diintroduksi ke beberapa tempat di Pulau Jawa dan telah berbuah. Selain hutan-hutan di atas, di Indonesia masih terdapat beberapa tipe hutan lain misalnya, hutan kerangas yang terdapat di sela-sela hutan hujan. Disini terdapat pohon yang mencapai 30 m. Hutan monsun tersebar pada ketinggian 0 sampai 800 m di daerah kering seperti Jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan dan Tenggara serta Irian Jaya (Papua). Di sini pohon dapat mencapai ketinggian 25 m. Di tempat-tempat tersebut terdapat pula hutan savana, yang berupa padang rumput dengan pepohonan yang terpencar.

2.1.3

Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya

Ketika Alfred Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia menemukan perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Ketika ia mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan perbedaan hewan di kedua daerah tersebut. Di Bali, terdapat banyak hewan yang mirip dengan hewan-hewan yang mirip hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan di Lombok hewan-hewannya mirip dengan Australia. Oleh sebab itu, kemudian ia membuat garis pemisah yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke Utara melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan. Garis ini disebut Garis Wallace. Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Timur). Setelah Wallace, Weber seorang ahli zoologi Jerman juga mengadakan penelitian tentang penyebaran hewan-hewan di Indonesia. Weber melihat bahwa hewan-hewan di Sulawesi tidak dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai hewan-hewan kelompok Australia. Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki sifat-sifat seperti halnya hewan-hewan di daerah Oriental. Oleh sebab itu, Weber mengatakan bahwa fauna di Sulawesi merupakan fauna peralihan. Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara ke Kepulauan Aru. Pulau Sulawesi merupakan pulau pembatas antara wilayah Oriental dan Australia atau merupakan wilayah peralihan yang paling mencolok. Sulawesi dihuni oleh sebagian hewan Oriental dan sebagian hewan Australia. Contohnya di Sulawesi terdapat oposum dari Australia namun juga terdapat kera macaca dari Oriental. 2.1.3.1 Fauna Daerah Oriental Hewan-hewan di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1). Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada. 2). Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan jenisjenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan. 3).

Terdapat hewan endemik, seperti: Badak bercula satu di Ujung Kulon Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil Monyet Presbytis thomasi Tarsius (Tarsius bancanus) Kukang (Mycticebus coucang)

4). Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik misalnya jalak bali

(Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar. 2.1.3.2 Fauna Daerah Australia Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah: 1). 2). 3). 4). Mamalia berukuran kecil Banyak hewan berkantung Tidak terdapat spesies kera Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam

Irian Jaya memiliki 110 spesies mamalia, termasuk di dalamnya 13 spesies mamalia berkantung, misalnya kanguru (Dendrolagus ursinus dan Dendrolagus inustus), kuskus (Spilocus maculatus), bandicot, dan oposum. Di Irian juga terdapat 27 spesies hewan pengerat (rodentia), dan 17 di antaranya merupakan spesies endemik. Irian Jaya memiliki koleksi burung terbanyak dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-kira ada 320 jenis, dan setengah di antaranya merupakan spesies endemik. Burung cendrawasih yang terkenal terdapat di Irian dan beberapa pulau di Maluku. Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, Padar, dan Rinca terdapat reptilia terbesar, yaitu komodo. Komodo merupakan reptilia purba yang bertahan hidup hingga kini. Sulawesi merupakan daerah peralihan yang mencolok menurut garis Weber. Hewan-hewan yang terdapat di pulau itu berasal dari oriental dan Australia. Di Sulawesi terdapat banyak hewan endemik, misalnya primata primitif Tarsius sectrum, musang sulawesi (Macrogalida musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.

2.1.4

Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka

Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka misalnya:

Babirusa (Babyrousa babyrussa) Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus) Macan kumbang (Panthera pardus) Orangutan (Pongo pygmaeus abelii) Badak sumatera (Decerorhinus sumatrensis) Tapir (Tapirus indicus) Gajah asia (Elephas maximus) Bekantan (Nasalis larvatus) Komodo (Varanus komodoensis)

Banteng (Bos sondaicus) Cendrawasih (Paradisaea minor) Kanguru pohon (Dendrolagus ursinus) Maleo (Marcochephalon maleo) Kakatua raja (Probosciger atterimus) Rangkong (Buceros rhinoceros) Kasuari (Casuarius casuarius) Buaya muara (Crocodylus porosus) Buaya irian (Crocodylus novaeguinae) Penyu tempayan (Caretta caretta) Penyu hijau (Chelonia mydas) Sanca bodo (Phyton molurus) Sanca hijau (Chondrophyton viridis) Bunglon sisir (Gonyochepalus dilophus)

Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:

Bedali (Radermachera gigantea) Putat (Planhonia valida) Kepuh (Stereula foetida) Bungur (Lagerstromia speciosa) Nangka celeng (Artocarpus heterophyllus) Kluwak (Pangium edule) Bendo (Artocarpus elasticus) Mundu (Garcinia dulcis) Sawo kecik (Manilkara kauki) Winong (Tertrameles nudiflora) Sanca hijau (Pterospermum javanicum) Gandaria (Bouea marcophylla) Matoa (Pometis pinnata) Sukun berbiji (Artocarpus communis)

2.1.5

Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik

Di Indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu haya ada di Indonesia, tidak terdapat di negara lain. Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet Presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya. Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. ciliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).

2.2

Keanekaragaman Hayati Dunia

Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal). Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu di berbagai tempat di permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap garis lintang, maka bumi dibagi dalam beberapa daerah iklim sebagai berikut. a). Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanyaq memiliki dua musim. b). Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju). c). Daerah kutub (artik) berada pada garis lintang lebih dari 660. d). Daerah peralihan antara subtropik dan kutub (subartik).

Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat bersifat siklik (misalnya musiman, harian). Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap matahari. Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.

2.2.1

Tundra

Tundra terdapat di lingkungan kutub utara dan kutub selatan, Green Land, Siberia utara. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu tertutup salju. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Tumbuhan semusim berumur pendek dan berbunga serempak pada musim panas, serta memiliki biji-biji yang dorman selama musim dingin. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa). Di bioma tundra juga terdapat burung yang umumnya membuat sarang pada musim panas. Burung ini adalah burung migran (berasal dari daerah lain).

2.2.2

Taiga

Taiga terdapat di antara daerah subtropik dan kutub, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Jadi, taiga terletak di sebelah selatan tundra. Tumbuhan khas yang ada di taiga adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pohon spruce, alder, dan birch), yang hijau sepanjang tahun. Taiga juga sering disebut sebagai hutan boreal. Seperti pada bioma tundra, di taiga juga sangat dingin pada musim salju, tetapi musim panasnya lebih lama. Hewan yang ada adalah beruang hitam dan serigala.

2.2.3

Hutan Gugur

Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 100 cm per tahun, memiliki empat musim. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah.

2.2.4

Hutan Hujan Tropik

Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa.

2.2.5

Padang Rumput

Padang rumput banyak terdapat di Nusa tenggara, Amerika Serikat bagian Tengah, Afrika Tengah dan Selatan, serta Eropa Timur. Bioma ini curah hujannya rendah yaitu 25 -30 cm per tahun. Tumbuhan utama adalah rumput-rumputan. Hewannya meliputi bison, zebra, kanguru, jerapah, kijang, singa, serigala, jaguar, binatang pengerat, reptilia, dan beberapa burung. Padang rumput di daerah tropik disebut sebagai savana.

2.2.6

Gurun

Bioma gurun terdapat di Asia Kecil, Afrika utara, Chima, Mongolia, dan Amerika Barat. Curah hujan sangat rendah kurang lebih 25 cm per tahun, suhu sangat tinggi di siang hari dan sangat rendah di malam hari, kelembapan udara rendah, tanahnya tandus. Tumbuhannya terutama kaktus, dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu hujan cepat tumbuh, cepat berbunga dan memiliki biji yang dorman). Hewan yang ada adalah unta, tikus, ular, kadal, dan semut.

2.2.7

Bioma Berdasarkan Altitudinal

Telah diuraikan bahwa permukaan bumi berdasarkan latitudinal dapat dibedakan menjadi daerah tropik, subtropik, dan kutub. Masing-masing daerah tersebut memiliki jenis organisme dan keanekaragaman yang berbeda. Di daerah peralihan antara subtropik dan kutub terdapat hutan taiga yang terdiri dari tumbuhan berdaun jarum dan di daerah kutub terdapat tundra. Gambaran penyebaran bioma secara horizontal (berdasarkan latitudinal atau garis lintang) ternyata mirip dengan gambaran penyebaran secara vertikal (berdasarkan tinggi di atas permukaan laut atau altitudinal). Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa memiliki penyebaran vertikal yang mirip dengan pola penyebaran horizontal di atas. Pola penyebaran vertikal ini dimulai dari wilayah pantai hingga ke puncak Jayawijaya di Irian Jaya (Papua), yaitu hutan hujan tropik, hutan gugur, taiga, dan di puncak gunung bersalju Jayawijaya terdapat tundra.

2.2.8

Bioma Air Tawar

Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnya sungai. Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga. 2.2.8.1 Organisme Air Tawar Berdasarkan cara hidupnya, organisme yang hidup di air dapat dibedakan menjadi sebagai berikut. a). Plankton, yaitu organisme yang berukuran mikroskopik yang hidup melayang-layang dalam air. Plankton dibedakan atas fitoplankton (plankton tumbuhan), zooplankton (plankton hewan), dan bakterioplankton (bakteri). b). Nekton, yaitu organisme yang hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.

c). Neuston, yaitu organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air. d). Bentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai penghancur (dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga. e). Perifiton, yaitu organisme yang melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada benda-benda lain di air.

2.2.8.2 Pembagian Bioma Air Tawar Secara fisik bioma air tawar dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu litoral, limnetik, dan profundal. a). Litoral merupakan daerah air yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai dasar. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, dan hewan bentos. b). Limnetik merupakan daerah yang tebuka dan dapat ditembus cahaya matahari. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, nekton, dan neuston. c). Profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus olah cahaya matahari. Habitat air tawar memiliki kadar garam yang lebih rendah daripada sel-sel organisme yang ada di habitat ini. Dengan demikian, tekanan osmosis air tawar lebih rendah dibandingkan dengan tekanan osmosis sel-sel organisme air tawar. Akibat perbedaan tekanan osmosis tersebut maka hewan air tawar, misalnya ikan, terus-menerus kemasukan air. Untuk mengatasi hal tersebut, ikan beradaptasi dengan mengeluarkan banyak urin dan mengabsorbsi garam-garaman melalui insangnya.

2.2.9

Bioma Air Laut

Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa. Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar. Ikan laut misalnya, mengatasi kekurangan cairan akibat keluarnya cairan tubuh secara osmosis, dengan cara bayak minum air, sedikit mengeluarkan urin dan mengekskresikan garam-garaman melalui insang. Suhu air di permukaan lebih tinggi daripada di bagian dalam, karena permukaan menyerap panas dari cahaya matahari. Perbedaan ini menyebabkan air yang ada di permukaan tidak dapat bercampur dengan air yang ada di lapisan bawahnya. Ini disebabkan air yang suhunya lebih dingin memiliki massa jenis yang lebih besar. Di antara kedua lapisan air yang dingin dan lapisan yang hangat itu terdapat lapisan termoklin. 2.2.9.1 Pembagian Bioma Air Laut Sampai berapa dalamkah cahaya matahari dapat menembus laut? Hal ini tergantung pada kejernihan air dan letak geografinya. Laipsan air yang dapat ditembus oleh cahaya disebut daerah fotik. Kedalaman daerah fotik kira-kira sampai kedalaman 200 m daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari disebut daerah afotik.

Sebagaimana pada ekosistem air tawar, ekosistem laut pun dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan kedalamannya, yaitu sebagai berikut. a). Daerah litoral, yaitu daerah laut yang berbatasan dengan daratan. Daerah litoral dapat ditembus oleh cahaya matahari sampai ke dasar. b). Daerah neritik, merupakan daerah laut dangkal sampai pada kedalaman 200 m.

c). Daerah batial, yaitu daerah dengan kedalaman 200-300 m. d). Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 2000 m.

Daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi adalah daerah litoral dan neritik. Karena banyak cahaya matahari, di daerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut lainnya. Pada sinag hari plankton bergerak menuju ke laipsan yang lebih dalam, sedangkan pada malam hari bergerak menuju ke permukaan laut. Ikan-ikan mengikuti gerakan plankton tersebut. Itulah sebabnya, para nelayan mencari ikan di malam hari. Di daerah batial atau dasar laut yang tidak ada cahaya hanya dihuni oleh ikan-ikan khas, misalnya ikan yang dapat mengeluarkan cahaya. Umumnya organisme yang hidup di daerah ini menunggu jatuhan bahan organik dari daerah permukaan 2.2.9.2 Vegetasi Pantai Di perbatasan antara laut dan darat terdapat daerah pasang surut. Tumbuhan ynag hidup di daerah pantai harus menyesuaikan diri dengan hempasan gelombang. Biasanya tumbuhan yang ada berupa tumbuhan menjalar dengan geragih yang panjang. Vegetasi pantai membentuk formasi yang diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan. Pada pantai yang landai biasanya terdapat daerah pasang surut yang berlumpur. Daerah ini membentuk hutan bakau yang disebut dengan mangrove. Tumbuhan yang terdapat di mangrove misalnya Avicennia, Rhizophora, Achantus, Cerbera, Bruguiera, dan Ceriops. Mangrove yang dasarnya koral berpasir umumnya didominasi oleh Sooeratia alba. Semua pohon di daerah mangrove mempunyai akar yang khas. Ada yang berakar napas seperti Avicennia dan Sonneratia. Ada yang berakar jangkar untuk menahan pengaruh pasang surut. Di muara sungai dikenal ekosistem pantai lumpur (mangrove) terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Irian. Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Avicennia dan Sonneratia. Di pantai selatan Jawa, Bali, dan NTT, pantai barat Sumatera, dan kepulauan Maluku terdapat ekosistem pantai batu. Vegetasi umumnya adalah ganggang laut, di antaranya Euchema, Sargasum, dan Gellidium. Di perairan jernih, terbentuk terumbu karang. Indonesia memiliki terumbu karang

dengan kenanekaragaman tinggi yang tergolog kelas dunia misalnya di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan Natuna.