bio reaktor
DESCRIPTION
Bio ReaktorTRANSCRIPT
Deskripsi, Keuntungan serta Kerugian Penggunaan Bioreaktor
Batch, Semi-Continuous, dan Continuous
Oleh,
NADIA TUADA AFNAN
1306413422
Teknologi Bioproses Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424
Reaktor dan Bioreaktor
Definisi reaktor ialah wadah terjadinya proses produksi dengan masukan
(input reactant) tertentu dan menjadi keluaran (output product). Proses produksi
dalam industri kimia pasti melibatkan reaktor sebagai tempat bereaksinya reaktan.
Tidak jauh berbeda dengan reaktor, bioreaktor pun merupakan sebuah wadah
(sistem) terjadinya reaksi. Perbedaan antar keduanya terletak pada proses reaksi
yang terjadi di dalamnya.
Secara definisi, bioreaktor merupakan wadah atau sistem terjadinya sebuah
konversi biologis. Jika pada reaktor zat-zat reaktan bereaksi satu sama lain secara
kimiawi, pada bioreaktor terdapat agen proses (process agent) yang membantu
mengubah reaktan menjadi produk biologis. Agen proses yang umum digunakan
ialah sel bakteri dan produk biologis yang dihasilkan dapat berupa enzim, protein,
metabolit sekunder, insulin, bahkan gen tertentu.
Bioreaktor memiliki definisi yang sangat luas karena dapat pula berarti
sistem yang melibatkan enzim, mikroorganisme, bahkan jaringan hewan ataupun
tumbuhan. Akan tetapi, dalam tugas mandiri ini definisi bioreaktor akan
dipersempit menjadi (a) wadah kultivasi sel dalam medium yang terkontrol dan
(b) wadah transformasi reaktan oleh agen proses.
1. Bioreaktor
1.1 Tujuan Penggunaan Bioreaktor
Bioreaktor mengandung medium standar yang menyediakan nutrisi bagi
pertumbuhan sel. Oleh karena itu, bioreaktor digunakan untuk menjaga kondisi
optimal sel. Kondisi optimal sel diindikasikan dengan kondisi aktifitas metabolis
yang menunjang tingginya tingkat reproduksi serta laju aktifitas sel dengan tujuan
mengontrol proses biokimia secara alamiah. Pada fase tersebut, sel akan
menghasilkan kuantitas serta kualitas produk yang baik.
Bioreaktor banyak digunakan dalam pendaur ulangan sampah organik baik
dalam bentuk cair maupun padatan. Selain itu, bioreaktor juga digunakan sebagai
media tumbuh dalam kultur sel ataupun jaringan. Terkadang diperlukan sedikit
modifikasi pada bioreaktor untuk menyesuaikan proses serta hasil yang
diinginkan.
Bioreaktor juga disebut fermentor karena sering kali proses yang terjadi di
dalamnya merupakan proses fermentasi oleh sel bakteri. Walaupun fermentasi
sejatinya merupakan reaksi anaerobik, bioreaktor tidak hanya digunakan dalam
reaksi anaerobik namun juga reaksi aerobik.
Produk bioreaktor terbentuk dari 3 proses utama;
a. Proses yang mana produk dihasilkan oleh sel baik secara ekstraseluler
maupun intraseluler. Contoh dari produk tersebut ialah, alkohol, asam
sitrat, dan metabolit sekunder
b. Proses yang menghasilkan massa sel. Contohnya ialah produksi single cell
protein.
c. Proses yang memodifikasi senyawa yang ditambahkan ke fermentor
(Biotransformasi). Dalam hal ini agen biologi (sel) berfungsi sebagai
biokalasitor yang dapat mengubah reaktan menjadi produk.
1.2 Jenis-jenis Bioreaktor
Penentuan penggunaan jenis bioreaktor untuk sebuah proses dengan
mempertimbangkan aspek ekonomis, keunggulan, dan hasil percobaan
sebelumnya.
Bioreaktor yang sesuai dengan kebutuhan serta tujuan peneliti dapat
dikembangkan dari jenis-jenis reaktor dasar. Terdapat 10 macam reaktor dasar
yang umum digunakan dalam proses produksi. Namun hanya 3 macam bioreaktor
yang akan diuraikan mendalam pada tulisan ini yakni, Batch reactor, Semi-
Continuous reactor, dan Continuous reactor.
1.2.1 Batch bioreactor
Batch ini merupakan rektor yang paling umum digunakan dalam proses
produksi. Reaktor batch memiliki jumlah volume konstan selama running reaksi.
Tahap awal yang dilakukan ialah melakukan sterilisasi. Setelah proses tersebut,
medium steril serta sel kultur diinokulasi dalam reaktor tersebut. Setelah itu, sel
akan tumbuh secara alami selama periode waktu tertentu. Pengadukan pada
reaktor baik dilakukan untuk menjaga suhu serta meratakan komposisi medium.
Aerasi dapat ditambahkan pada reaktor batch jika reaksi yang diinginkan
merupakan reaksi aerob. Udara yang dialirkan membawa oksigen bagi sel dan
mengeluarkan CO2 dari reaktor. Namun, adanya aliran air tersebut membuat
reaktor tersebut bersifat semi-kontinyu.
Bioreaktor Batch umumnya digunakan jika produksi berskala kecil,
dengan fluida kental serta fluida bersifat lengket sehingga sulit mengalir dalam
reaktor kontinyu. Bioreaktor batch dapat menghasilkan produk beragam dalam
sebuah proses produksi, serta meminimalkan kontaminasi serta mutasi sel.
Berikut adalah keuntungan dari penggunaan reaktor batch;
a. Mengurangi kemungkinan kontaminasi dan mutasi sel pada periode
awal pertumbuhan.
b. Lebih ekonomis. Pada volume yang sama, pembuatan bioreaktor batch
lebih ekonomis dibandingkan dengan pembuatan bioreaktor kontinyu.
c. Fleksibel. Dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai jenis sel.
d. Efisien. Tingkat konversi bahan baku oleh sel pada bioreaktor batch
tinggi.
Bioreaktor batch tidak terlepas dari kerugian, berikut adalah kerugian dari
penggunaan bioreaktor jenis batch;
a. Produktifitas rendah. Walaupun memiliki tingkat konversi yang tinggi,
bioreaktor batch memerlukan waktu yang lama dalam proses
sterilisasi, pemanasan, pendinginan, dan berbagai persiapan lain
sebelum reaktor tersebut dapat digunakan.
b. Hanya digunakan untuk produksi berskala kecil.
c. Biaya untuk pegawai relatif mahal. Pegawai tetap dibayar walaupun
proses produksi sedang berhenti (reaktor dibersihkan untuk running
ke-2)
Gambar 1. Bioreaktor Batch
d. Resiko terpapar bakteri patogen dan racun tinggi. Karena reaktor
sering dibongkar untuk sterilisasi ulang sehingga laboran atau teknisi
kontak langsung dengan bakteri patogen berbahaya.
1.2.2 Semi-kontinyu
Bioreaktor tipe semi-kontinyu merupakan modifikasi dari bioreaktor batch
dan bioreaktor kontinyu. Bioreaktor semi-kontinyu banyak digunakan jika fase sel
menghasilkan produk berbeda dengan fase pertumbuhan. Tahap awal
pengaplikasian bioreaktor semi-kontinyu adalah dengan menumbuhkan sel pada
reaktor mode batch. Ketika sel telah tumbuh dan siap menghasilkan produk,
reaktan ditambahkan ke dalam bioreaktor untuk merangsang sel berproduksi
secara stasioner.
Keuntungan dari penggunaan Bioreaktor tipe semi-kontinyu ialah;
a. Yield produk tinggi. Sel terus-menerus bereaksi dengan adanya
penambahan bahan baku yang ke dalam Bioreaktor.
b. Optimal. Proses produksi sangat memanfaatkan kondisi sel pada fase
pertumbuhan (log phase). Waktu produksi pun relatif lebih cepat
karena tidak terganggu proses sterilisasi berulang kali.
c. Proses mendekati konstan. Proses produksi akan terus berlangsung
selama bahan baku mencukupi dan tidak banyak sel yang bermutasi.
Akan tetapi, dengan kontinyuitas hanya dapat berlangsung hingga
waktu tertentu di mana sel bermutasi serta terkontaminasi.
Gambar 2. Bioreaktor Semi-kontinyu
Kemungkinan kerugian yang didapatkan jika menggunakan Bioreaktor
tipe semi-kontinyu;
a. Produktifitas rendah. Produktifitas terhambat karena proses
membutuhkan waktu untuk menumbuhkan sel hingga fase optimal,
pemanasan, sterilisasi, pendinginan, serta pembersihan reaktor.
b. Biaya kontrol produksi relatif mahal.
Bioreaktor semi-kontinyu biasanya digunakan jika metode batch reaktor
tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi ekspektasi produktifitas. Selain itu,
bioreaktor tipe semi-kontinyu hanya dapat digunakan jika sel tidak mudah
bermutasi. Pada sel yang mudah bermutasi, lebih baik menggunakan bioreaktor
tipe batch untuk mengurangi efek mutan terhadap yield produk.
1.2.3 Kontinyu
Bioreaktor kontinyu merupakan jenis reaktor di mana terdapat aliran feed
maupun produk yang berkesinambungan selama jangka waktu yang relatif lama.
Medium steril bernutrisi masuk secara terus menerus ke dalam bioreaktor. Pada
saat yang sama, produk juga dihasilkan dan dipanen secara terus menerus
sehingga merupakan proses yang bersifat steady state.
Variabel maupun parameter pada bioreaktor terjaga tetap sehingga tidak
membutuhkan banyak kontrol serta penyesuaian. Proses produksi yang
menggunakan tipe bioreaktor kontinyu haruslah memanfaatkan jenis sel yang
tidak mudah bermutasi akibat lingkungan (sistem reaktor).
Gambar 3. Bioreaktor Kontinyu
Berikut adalah keuntungan dari penggunaan bioreaktor tipe kontinyu;
a. Mengurangi jumlah pegawai. Proses produksi dengan bioreaktor tipe
kontinyu dirancang bekerja secara otomatis. Proses tersebut tidak
memerlukan banyak kontrol dan penyesuaian sehingga dapat
mengurangi jumlah serta biaya yang dikeluarkan untuk pegawai.
b. Meminimalkan resiko paparan. Proses yang telah berjalan secara
otomatis memperkecil frekuensi kontak pegawai/laboran dengan sel.
c. Efektif secara waktu. Proses produksi dengan bioreaktor tidak
membutuhkan waktu sterilisasi, pengosongan reaktor, maupun
pemanasan berulang kali. Proses tersebut dapat berlangsung secara
terus-menerus untuk jangka waktu yang relatif lama. Sehingga tidak
banyak waktu terbuang dalam tahap persiapan produksi.
d. Memaksimalkan produksi dengan jumlah yang banyak.
Bentuk-bentuk kerugian reaksi dengan bioreaktor kontinyu;
a. Investasi peralatan besar. Biaya yang dibutuhkan untuk membangun
site serta membuat rangkaian bioreaktor besar.
b. Non-fleksibel. Proses yang telah berjalan secara otomatis lebih sulit
diatur untuk menghasilkan produk yang beragam.
c. Resiko kontaminasi serta mutasi besar. Proses produksi yang dirancang
berjalan dalam waktu yang relatif lama memperbesar kemungkinan sel
untuk bermutasi. Selain itu, proses kultivasi yang singkat juga
memungkinkan sel tidak terseleksi dengan baik sehingga kontaminan
dapat hidup bersama dengan sel yang diinginkan.
Umumnya produk yang dihasilkan dengan bioreaktor bertipe kontinyu
ialah vinegar maupun air hasil olahan limbah.
2. Aplikasi bioreaktor kontinyu dalam produksi Insulin
Bioreaktor banyak digunakan di industri terlepas dari aplikasi biomedis.
Bioreaktor dapat digunakan untuk berbagai tujuan mulai dari mendaur ulang
sampah hingga memproduksi obat. Terdapat berbagai jenis bioreaktor yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan serta tujuan.
Pada proses produksi penisilin, media bernutrisi yang mengandung gula
asam fenilasetat ditambahkan ke secara kontinu. Asam fenilasetat ini digunakan
untuk membuat rantai samping benzil pada penisilin G. Penisilin G diekstraksi
dari filtrat dan dikristalisasi. Untuk membuat penisilin semisintetik, penisilin G
dicampur dengan bakteri yang mensekresi enzim asilase. Enzim ini akan melepas
gugus benzil dari penisilin G dan mengubahnya menjadi 6-aminopebicillanic acid
(6-APA). Aminopenicilanic acid adalah molekul yang digunakan untuk membuat
penisilin jenis lain. Bebagai gugus kimia ditambahkan pada aminopenicillanic.
Hal yang serupa juga terjadi pada sefalosporin C yang diperoduksi oleh
cephalosporium acremonium. Molekul sepalosporin C dapat ditranspormasi
dengan melepas rantai samping α-aminodipic acid dan menambahkan gugus baru
yang memiliki kisaran antibakteri yang lebih luas.
Strain streptomyces griseus dan Actinomycetes lainnya menghasilkan
streptomisin dan bebagai antibiotik lainnya. Spora S. Griseus diinokulasi kedalam
media untuk mendapatkan kultur pertumbuhan dengan biomassa miselia yang
tinggi sebelum dimasukkan kedalam tangki inokulum. Media dasar untuk
praduksi streptomisin mengandung pati kedelai sebagai sumber nitrogen, glukosa
sebagai sumber karbon, dan NaCl. Temperatur optimum untuk proses fermentasi
ini berkisar pada 28°C, dengan kecepatan pengadukan dan aerasi yang tinggi
diperlukan untuk mendapatkan produksi streptomisin yang maksimal. Proses
fermentasi berlangsung sekitar 10 hari dengan jumlah streptomisin yang dipanen
berkisar 1g/L.
Referensi
Cemre Özgöçmen. 2014. Bioreactors and Insulin Production. Journal from: Faculty Engineering of Near East University.
Wang, Daniel I. C. 1979. Fermentation and Enzyme Technology. New York: John
Wiley.
Williams, John. A. 2002. Keys to Bioreactor Selesctions. New York: CEP
Magazine