bimbingan agama bagi muallaf di markaz ......abstrak taufikurrahman.105270007415.2020. bimbingan...

104
BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ DAKWAH MAHAD AL-BIRR UNISMUH MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh TAUFIKURRAHMAN NIM : 105270007415 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ DAKWAH MA’HAD AL-BIRR UNISMUH MAKASSAR

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh TAUFIKURRAHMAN NIM : 105270007415

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

  • ABSTRAK

    TAUFIKURRAHMAN.105270007415.2020. Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar ( dibimbing oleh Zakaria Al-Anshori Dan Muhammad Ali Bakri ).

    Dengan Rumusan Masalah sebagai berikut :1.Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar sebagai program pembinaan muallaf? 2.Bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar? 3.Bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar?

    Tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Agar mengetahui latar belakang berdirinya markaz dakwah mahad al-birr unismuh makassar. 2. Agar mengetahui bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf di markaz dakwah al-birr unismuh makassar. 3. Agar mengetahui Pengaruh bimbingan agama bagi muallaf di markaz dakwah mahad al-birr unismuh makassar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang pembimbing dan empat orang santri muallaf yang telah mengikuti kegiatan bimbingan agama selama empat bulan.. hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses bimbingan agama terhadap muallaf berjalan dengan baik dan memberikan pengaruh positif terhadap keimanan muallaf. Hal ini terlihat dari pemahaman muallaf tentang ajaran agama Islam, pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan meningkat, semangat dan antusias para muallaf dalam menuntut ilmu, serta perubahan sikap dan prilaku (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukan oleh para muallaf. Metode yang digunakan pembimbing meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab dan menghafal dalil-dalil. Sedangkan materi yang disampaikan meliputi aqidah, ibadah dan al-Qur‟an dengan fokus pada kajian rutin tentang dasar-dasar akidah Islamiyah untuk membentengi akidah para muallaf. Selain itu para muallaf juga dibekali dengan pelatihan khutbah dan ceramah supaya kelak dapat menjadi da‟i yang handal di tengah masyarakat. Keyword : Bimbingan Agama, Muallaf

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

    Kepasrahan atas ketetapan Allah yang bersenyawa dengan

    ketundudukan pada kekuasaan-Nya yang tak tertandingi, telah

    meniscayakan kita untuk selalu bernaung di bawah lindungan-Nya dari

    konspirasi yang menjebak. Begitupun kebijaksanaan hati yang telah

    mampu memberi pertimbangan pada rasio disaat akan memutuskan suatu

    ketetapan, telah pula mengajarkan kita untuk pandai mensyukuri

    samudera nikmat yang di hamparkan-Nya yang tak terhingga.

    Alhamdulillah dengan izin dan kekuasaan Allah dan kerja keras yang

    selama ini penulis lakukan mampu menyelesaikan penulisan karya ilmiah

    dengan judul: “Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma’had

    Al-Birr Unismuh Makasar.”

    Dalam menyusun skripsi ini, penulis menghadapi berbagai

    hambatan namun berkat kesabaran, ketekunan, dan keinginan penulis

    untuk menyelesaikan skripsi ini, kesemuanya itu dapat dijalani dengan

    baik. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan

    mudah tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih dan syukur masing-masing kepada:

    1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan dan

    kelancaran serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

  • 2. Kedua orang tua saya yang telah membimbing dan memfasilitasi

    saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    3. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    4. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Agama

    Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    5. Syaikh Toyyib Khury selaku pendiri yayasan AMCF.

    6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., M.A. selaku ketua prodi Komunikasi

    Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    7. Pembimbing satu dan dua saya Dr. Moh. Ali Bakri S.Sos., M.Pd.

    dan Dr. Abdul Fattah,S.Th.I,M.Th.I.

    8. Semua dosen dan staf ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar yang

    saya tidak bisa sebutkan satu per satu lagi.

    9. Semua rekan-rekan saya yang telah memotivasi dan membantu

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang

    telah diberikan dan saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat buat

    semuanya, dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

    Makassar, 2 November 2020

    TAUFIKURRAHMAN

    NIM :105270007415

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL............................................................................. i

    HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH ...................................................... iv

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................. v

    ABSTRAK .......................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ......................................................................... vii

    DAFTAR ISI ...................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8

    A. Pengertian Dakwah ...................................................................... 8

    B. Konsep Bimbingan Agama .......................................................... 23

    C. Muallaf.......................................................................................... 34

    BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 38

    A. Pendekatan dan desain penelitian ................................................ 38

    B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ....................................... 39

    C. Subjek Dan Objek Penelitian ........................................................ 40

    D. Sumber Data ................................................................................ 42

  • E. Teknik Pemeriksa Data ............................................................... 43

    F. Teknik Penulisan…………..………………………..……………………44

    G. Fokus Penelitian ........................................................................... 44

    H. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................... 44

    I. Instrumen penelitian .................................................................... 46

    J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 47

    K. Teknik Analisa Data ..................................................................... 49

    BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 52

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 52

    B. Hasil Dan Analisa Data Penelitian ................................................ 61

    C. Metode Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah

    M‟ahad AL-Birr Unismuh Makassar .............................................. 72

    D. Pengaruh Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah

    Ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar ................................................ 74

    BAB V PENUTUP .............................................................................. 80

    A. Kesimpulan .................................................................................. 80

    B. Saran ........................................................................................... 82

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 83

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... 88

    LAMPIRAN......................................................................................... 89

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sifat hakikat manusia adalah makhluk beragama (homoreligius),

    yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima

    nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama serta sekaligus

    menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan bagi sikap dan perilaku.

    Dapat juga dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki motif

    beragama, rasa kemauan dan kemampuan untuk memahami serta

    mengamalkan nilai agama.1

    Manusia merupakan makhluk yang menentukan diri, dalam arti

    bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih kebutuhan dalam hidupnya.

    Manusia pada dasarnya ingin bebas dan bertanggungjawab atas

    pandangan hidup dan menentukan takdirnya sendiri. Individu dipengaruhi

    keinginan pribadi yang dihubungkan kepada pengalaman-pengalaman

    mereka sendiri.2

    Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak memberi ruang

    pada warganya untuk tidak beragama dan tidak percaya pada Tuhan.

    Orang bebas memilih agama, tetapi tidak bebas untuk tidak beragama

    sehingga identitas agama dicantumkan dalam kartu tanda penduduk serta

    1

    Syamsu dan Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT.

    Remaja Rosda Karya, 2006), cet ke-2 h. 155 2Gerald Corey dan Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja

    Pemimpin Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 136.

  • dokumen resmi lain.3

    Adanya kebebasan beragama yang dilindungi oleh negara ini

    membuat manusia Indonesia bebas memilih kepercayaan atau agama

    yang akan dianutnya. Tidak jarang kita temukan diberbagai tempat ibadah

    seperti Masjid, Gereja, Wihara atau tempat ibadah lainnya, ada orang

    yang menyatakan keimanan untuk meyakini salah satu agama. Hal ini

    termasuk beberapa orang yang berpindah keyakinan (konversi beragama)

    dari agama Kristen-Katholik menjadi agama Islam atau biasa disebut

    sebagai muallaf (orang-orang yang baru masuk Islam).

    Menurut Sayyid Sabiq, muallaf adalah golongan yang diusahakan

    untuk merangkul dan menarik serta mengukuhkan hati mereka dalam

    keislaman yang disebabkan karena belum mantapnya keimanan mereka,

    atau untuk menolak bencana yang mungkin mereka lakukan terhadap

    kaum muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan

    untuk kepentingan mereka.4

    Kedudukan muallaf sendiri dalam Islam diartikan sebagai orang

    yang hatinya dijinakan agar cenderung kepada Islam dan orang yang

    belum mengetahui dan memahami ajaran Islam. Oleh karena itu posisi

    muallaf sendiri masih membutuhkan pembinaan, bimbingan, dan

    pengetahuan seputar agama Islam. Sebagaimana tertera dalam al-Qur`an

    Surat at-Taubah ayat 60 :

    3Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta: Noura Books,

    2012), h. xviii. 4Sayyid Sabiq. Terjemah Fiqih Sunah. Jilid 3 (Bandung: Al-Ma‟arif, 1994) h. 113.

  • ِملِيَن َعلَۡيَها َوٱۡلُمَؤلََّفِة قُلُوُبُهۡم َوِفي ِكيِن َوٱۡلَعَٰ ُت لِۡلفَُقَرٓاِء َوٱۡلَمَسَٰ َدَقَٰ إِنََّما ٱلصَّ

    ُ َعلِيٌم ِِۗ َوٱَّللَّ َن ٱَّللَّ ِبيِلِۖ َفِريَضة مِّ ِ َوٱۡبِن ٱلسَّ ِرِميَن َوِفي َسِبيِل ٱَّللَّ َقاِب َوٱۡلَغَٰ ٱلرِّ

    ٠٦َحِكيم Terjemahnya :

    “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.5 (Q.S. at-Taubah : 60)‟‟ Setelah menyatakan keislamannya, banyak muallaf (orang-orang

    yang baru masuk Islam) hidup dalam keadaan serba kesulitan. Mereka

    kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan terusir dari keluarga yang tidak

    mau menerima keislaman mereka. Kondisi hidup yang jauh dari

    kelayakan, merasa terbuang dan kehilangan kesejahteraan yang dulu

    pernah dimiliki, mereka pilih demi memenuhi gemuruh batin akan

    kebenaran ajaran Islam.6 Keadaan ini ditambah dengan keimanan para

    muallaf yang masih lemah karena baru memeluk Islam. Untuk itu

    persoalan penguatan keimanan muallaf menjadi hal penting dalam

    melakukan bimbingan agama Islam karena mereka (para muallaf)

    membutuhkan keteguhan iman, kalau hal ini dibiarkan maka para muallaf

    ini akan kembali pada agama sebelumnya. Sebagai orang baru yang

    pindah agama, muallaf membutuhkan perhatian, kasih sayang, ajakan,

    5Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma

    Examedia Arkanleema, 2009), h. 196. 6Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center,

    2012), h. 3.

  • bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang memperhatikan kondisi

    tersebut.

    Keputusan untuk menjadi muallaf merupakan sebuah keputusan

    yang sangat sulit dalam hidup mereka, karena menyangkut nasib mereka

    di dunia dan juga di akhirat. Mereka memilih agama melalui ketekunan

    dan pengorbanan. Berbagai tekanan mereka rasakan baik dari keluarga,

    karib- kerabat, dan kawan-kawan non muslim yang menentang keputusan

    mereka, ditambah tuntutan untuk mempelajari agama baru dalam waktu

    yang singkat. 7 Dua kaimat syahadat merupakan pintu gerbang untuk

    memasuki Islam.

    Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk

    mengetahui agama yang dianutnya. Semakin banyak pengetahuan yang

    didapat, maka semakin banyak pula manfaat yang akan didapat. Hal ini

    tentu harus dilaksanakan melalui program bimbingan dan pembinaan

    yang intensif kepada muallaf melalui pesantren khusus.

    Keberadaan Markaz Dakwah Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF

    di daerah Gowa Kota makassar memberikan harapan baru bagi para

    muallaf supaya tidak ada lagi kekhawatiran dalam menjalankan

    keislamannya, tidak ada lagi rasa terbuang dan tentunya tidak lagi

    kembali murtad (kembali ke agama lamanya) karena mendapa mendapati

    Islam merupakan agama yang membawa kedamaian bagi para

    pemeluknya. Selain itu keimanan muallaf sebagai seorang muslim yang

    7Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center,

    2012), h. 3.

  • baru diharapkan meningkat dan menjadi penerus perjuangan dakwah

    Islam kepada semua orang.

    Oleh karena itu mengingat begitu pentingnya dan mulianya amanah

    yang agung ini, maka dalam melaksanakannya hendaklah memiliki pola

    pembinaan yang baik dan benar hingga terwujudnya para muallaf yang

    benar benar memiliki keimanan yang kokoh.

    Berdasarkan fenomena dan kejadian yang telah dipaparkan diatas,

    penulis akan membahas lebih lanjut dan akan menuangkan dalam sebuah

    skripsi yang berjudul “ Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz

    Dakwah Ma’had Al- Birr Unismuh Makassar”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penulis dapat

    merumuskan permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut :

    1. Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr

    Unismuh Makassar sebagai program pembinaan muallaf?

    2. Bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam

    meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz

    Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar?

    3. Bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam

    meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz

    Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar?

  • C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin

    dicapai dari penelitian ini antara lain :

    1. Untuk mengetahui Bagaimana latar belakang pendirian Markaz

    Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar sebagai program

    pembinaan keagamaan muallaf.

    2. Untuk mengetahui bagaimana metode bimbingan agama bagi

    muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam

    di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar.

    3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi

    muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-

    islam di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar.

    D. Manfaat Penelitian

    Dari tujuan yang telah dirumuskan dapat diambil manfaat sebagai

    berikut :

    1. Manfaat Praktis

    a. Sebagai pengembangan ilmu dan nilai keagamaan kepada para

    Muallaf.

    b. Untuk menambah semangat para muallaf dalam menuntut ilmu dan

    menanamkan nilai keagamaan yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan

    Al-Hadits Nabi.

  • c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang tertarik dalam

    bidang yang sama dengan penelitian ini.

    2. Manfaat teoritis, yaitu diharapkan dapat menambah wawasan bagi

    ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pembinaan

    muallaf.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengertian Dakwah

    1. Pengertian dakwah

    Secara harfiyah, dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan

    yang artinya panggilan, seruan, atau ajakan. Maksudnya adalah mengajak

    dan menyeru manusia agar mengakui Allah swt. Sebagai Tuhan yang

    benar, lalu menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan-ketentuan-Nya

    yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Dengan demikian, target

    dakwah adalah mewujudkan sumber daya manusia yang bertakwa

    kepada Allah swt. Dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam kehidupan

    masyrakat, khususnnya kehidupan umat islam, dakwah memiliki

    kedudukan yang sangat penting.8

    Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa

    pendapat yang berbeda yang telah banyak didefinisikan oleh para ahli

    yang mendalami masalah dakwah. Namun antara definisi yang satu

    dengan yang lain tidak jauh berbeda. Beberapa definisi tentang dakwah

    yang kemukakan oleh para ahli berikut ini adalah :9

    8 Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib & Mubalig, ( Jakarta : Al Qalam, Cetakan

    pertama, 2005), h.1 9 Muh. Syahrul, Wawasan Pendidikan, Pengertian Dakwah Menurut Para Ahli, di

    akses pada Rabu 8 Februari 2017, http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/ pengertian-dakwah-menurut-para-ahli.html

    http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/

  • a. Shalahuddin Sanusi : ”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan

    yang negatif menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan yang

    ma‟ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil”.

    b. Timur Djaelani : “Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk

    berbuat baik dan menjauhi yang buruk sebagai pangkal tolak

    kekuatan mengubah masyarakat dan keadaan yang kurang baik

    kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu

    pembinaan”.

    c. Thoha Yahya Omar : “Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara

    bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan

    untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”

    d. A. Hasymi : “Dakwah Islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini

    dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiah yang terdahulu telah

    diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.”

    e. Abdul Karim Zaidan : “Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.”

    Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia

    kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik,

    diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama berada

    di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia

    adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi.

  • Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’a yang

    berarti mengajak, mengundang, menyeru, menarik, serta memanggil. 10

    Dakwah ialah menyeru manusia supaya taat dan beriman kepada Allah

    dan Rasul. Dakwah ialah mengajak manusia mengamalkan nilai-nilai yang

    dibawa oleh Islam bagi kehidupan dan keseimbangan manusia. Dakwah

    adalah usaha mengingatkan fitrah manusia dan menyeruh kepada

    manusia agar tidak menyembah tuhan selain Allah. Dakwah ialah usaha

    untuk memperbaiki dan membangun masyarakat yang taat kepada Allah.

    Dalam kamus bahasa Indonesia, istilah dakwah berarti penyiaran

    agama dan pengembangan di kalangan umat (masyarakat), propaganda,

    penyiaran, seruan untuk meningkatkan amal ibadah bagi pemeluk

    beragama.11

    Berdasarkan pengertian di atas tugas dakwah dapat dipahami

    sebagai bagian dari tanggung jawab setiap muslim dalam menyebarkan

    ajaran agamanya ke tengah-tengah masyarakat. Kewajiban ini merupakan

    tanggung jawab individu manapun dengan kedudukan yang bervariasi.

    Penyebaran ajaran Islam secara merata harus ditingkatkan dengan

    dengan jalan memanggil, mengajak ke jalan yang benar (amar ma’ruf) dan

    mencegah perbuatan merugikan (nahi mungkar). Umat Islam tanpa

    kecuali memiliki kesempatan melaksanakan tugas mulia ini dengan

    10

    Oemar Bakri dan Nuh, Kamus Bahasa Arab Indonesia Inggris, (Jakarta: Mutiara, 1958), h. 104

    11 Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Mitra Pressindo : Media

    Center), h. 169

  • menggunakan teknik dan metode yang sesuai dengan menggunakan

    kondisi dan kemampuan masing-masing orang.12

    Penyampaian materi dakwah hendaknya tidak dilakukan dengan

    paksaan, melainkan dengan membangkitkan semangat dan kesadaran

    batin individu yang merupakan kebutuhan tiap-tiap untuk mencapai

    kebahagiaannya dunia dan akhirat. Materi dakwah diupayakan sesuai

    dengan kebutuhan manusia dan mudah dilaksanakan (tidak menyulitkan).

    Hal ini tidak sulit dilakukan mengingat tuntunan Al-Qur‟an maupun Al-

    hadist lengkap dan menyeluruh serta meliputi seluruh pemasalahan dan

    kebutuhan umat manusia. Salah satu pengertian dakwah dapat dipahami

    dari dalam Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :

    ة نُكۡم أُمَّ َيۡدُعوَن إِلَى ٱۡلَخۡيِر َوَيۡأُمُروَن ِبٱۡلَمۡعُروِف َوَيۡنَهۡوَن َعِن َوۡلَتُكن مِّ

    ِئَك ُهُم ٱۡلُمۡفلُِحوَن ٓ ٱۡلُمنَكِرِۚ َوأُْولََٰ

    Terjemahannya :

    “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mnyeru kepada kebajikan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran : 104).13

    Dakwah senantiasa menuntut keterlibatan umat Islam seluruhnya

    untuk dapat menyemarakkan dakwah melalui masjid atau majelis – majelis

    ta‟lim yang ada di masyarakat. Apabila seluruh umat Islam bersatu dan

    12

    Hasniah Hasan, Metode Dakwah Terapan, (Surabaya : PT Bina Ilmu, Cet I, 2005), h. 2

    13 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT.

    Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 63

  • dakwah merupakan puncak kebaikan dan kebahagiaan

    sebagaimana Firman dalam Qur‟an surah Fusilat ayat 33 Allah yang

    berbunyi:

    ا َوَقاَل إِنَِّني ِمَن لِحا ِ َوَعِمَل َصَٰ ن َدَعآ إِلَى ٱَّللَّ مَّ ُعوَن ُنُزٗلا َقۡوٗلا مِّ َتدَّ ٱۡلُمۡسلِِميَن

    Terjemahannya :

    “Siapakah yang lebih baik pertuturannya daripada mereka yang menggunakannya untuk menyeru manusia ke jalan Allah.14

    2. Hukum dakwah

    Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim, yang Islam

    ibarat darah dalam tubuh manusia. Ia menyebabkan ummat ummat hidup

    dan terus tumbuh dan berkembang. Dakwahlah yang mampu

    menggerakkan umat untuk tetap terikat dengan aturan Allah swt dan

    Rasul-Nya. Namun sebaliknya, disaat ummat meninggalkan dakwah, umat

    tidak akan lagi terwarnai oleh fikrah dan kepribadian Islam. Dan dakwah

    juga memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam kehidupan, maka

    secara hukum dakwah menjadi kewajiban yang harus di emban oleh

    setiap muslim. Ada banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai rujukan

    untuk mendudukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas dakwah,

    baik dari Al-Qur‟an maupun hadits Nabi. Di antaranya adalah dalil berikut

    ini Qur‟an Surah Ali Imran Ayat 110 :

    14

    Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya: Mahkota 1989), h. 282.

  • ٍة أُۡخِرَجۡت لِلنَّاِس َتۡأُمُروَن ِبٱۡلَمۡعُروِف َوَتۡنَهۡوَن َعِن ٱۡلُمنَكِر ُكنُتۡم َخۡيَر أُمَّ

    ۡنُهُم ٱۡلُمۡؤِمُنوَن ِب لََكاَن َخۡيرا لَُّهمِۚ مِّ ِِۗ َولَۡو َءاَمَن أَۡهُل ٱۡلِكَتَٰ َوُتۡؤِمُنوَن ِبٱَّللَّ

    ِسقُوَن َوأَۡكَثُرُهُم ٱۡلَفَٰ Terjemahannya :

    “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mecegah dari ayng mungkar, dan beriman kepada Allah....”15

    بلغوا عني ولو آية 16

    “sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.”17

    3. Unsur-Unsur dakwah

    Pemahaman masyarakat sampai sekarang masih terkesan bahwa

    dakwah hanya dipahami dan diidentikkan dengan tabligh, ceramah

    agama, pengajian di masjid-masjid dan segala bentuk derivatif

    konvensionalnya. Sudah saatnya bahwa dakwah juga harus didenifisikan

    sebagai ilmu, seni dan ketrampilan mentransformasikan informasi (nilai

    dan ajaran Islam) dan aset intelektual (misalnya pikiran keagamaan, hasil

    penelitian keagamaan, dan pengalaman ilmiah keagamaan) ke dalam

    nilai-nilai kesabaran dan ketahanan dalam diri mad‟u. Dakwah biasanya

    dimulai dari sekumpulan fakta mengenai sesuatu yang disebut data

    (pengalaman

    15

    Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 64

    16 Abu Fadhli Ahmad Bin „Ali Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Hajar Asqalany,

    Ithraf Al-Musnad Al-Muta’aly Bi Athrafi Al-musnad Al-hambali, (Damaskus : Bairut), h. 852

    17 Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib & Mubalig, ( Jakarta : Al Qalam, Cetakan

    pertama, 2005), h. 2

  • keagamaan dalam sejarah kehidupan umat manusia) kemudian

    membentuk informasi yaitu data yang dapat mengubah persepsi (sasaran

    dakwah) untuk kemudian memungkinkan terjadinya perubahan keputusan

    dan perilaku. Dalam kegiatan atau aktivitas dakwah, perlu diperhatikan

    unsur-unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain

    adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan

    dakwah, yang meliputi: Da‟i, mad‟u, materi, media dan metode dakwah.

    Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut :

    a. Pengertian dan Kualifikasi Da‟i

    Da‟i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail

    (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang

    melakukan dakwah. Secara terminologi da‟i yaitu setiap orang muslim

    yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, Da‟i

    merupakan orang yang melakukan dakwah, atau dapat diartikan sebagai

    orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad‟u).18

    Dakwah yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan ataupun

    perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau

    satu lembaga. Maka, yang dikenal sebagai da‟i atau komunikator dakwah

    itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:19

    1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang dewasa

    di mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan satu yang

    18

    Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) , h. 261.

    19 Wahyu Ilami, Komunikasi Dakwah, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,

    2010), h. 19

  • melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam,

    sesuai dengan perintah :” Sampaikan walau satu ayat”.

    2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus

    (mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan

    panggilan ulama.

    Pada dasarnya tugas pokok seorang da‟i adalah meneruskan tugas

    Nabi Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat

    dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da‟i

    adalah merealisasikan ajaran Alquran dan sunah di tengah masyarakat

    sehingga Alquran dan sunah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun

    hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran di

    luar Alquran dan sunah, menghindarkan masyarakat dari berpedoman

    pada ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain yang tidak

    dibenarkan Alquran dan Sunnah.Keberadaan da‟i dalam masyarakat luas

    mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da‟i adalah sebagai

    berikut:20

    1) Meluruskan akidah.

    2) Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.

    3) Menegakkan amar ma‟ruf nah munkar

    4) Menolak kebudayaan yang destruktif

    20

    Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah,(Wonosobo : Amzah , 2009), h. 70-75

  • „Abd al-Karim Zaydan juga menghendaki kesempurnaan sesseorang

    pendakwah. Ia menuntut pendakwah agar memiliki pemahaman Islam

    yang mendalam, iman yang kokoh, dan hubungan yang kuat dengan Allah

    SWT. Secara terperinci, al-Bayanuni memberikan persyaratan pendakwah

    sebagai berikut :21

    1) Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan

    didakwahkan.

    2) Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.

    3) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang

    didakwahkan.

    4) Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten

    (istiqamah) dalam pelaksanaanya.

    5) Memiliki kepekaan yang tajam.

    6) Bijak dalam mengambil metode.

    7) Perilakunya terpuji.

    8) Berbaik sangka dengan umat Islam

    9) Menutupi cela orang lain

    10) Berbaur dengan masyarakat jika dipandang baik untuk dakwah

    dan menjauh jika justru tidak menguntungkan.

    11) Menempatkan orang lain sesuai dengan kedudukannya dan

    mengetahui kelebihan masing-masing individu .

    21

    Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Surabaya : Kencana, 2008), h. 218-219

  • 12) Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling

    menasihati dengan sesama pendakwah.

    b. Pengertian dan Karakteristik Mad‟u

    Secara etimologi kata mad‟u dari bahasa Arab, diambil dari bentuk

    Sim maf‟ul (kata yang menunjukkan objek atau sasaran). Menurut

    terminologi mad‟u adalah orang atau kelompok yang lazim disebut dengan

    jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang da‟i, baik

    mad‟u itu orang dekat atau jauh, muslim atau nun-muslim, laki-laki

    ataupun perempuan.Jadi, mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra

    dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah,

    baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak,

    dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad Abduh

    membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:22

    1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat

    berpikir secara kritis, cepat mengkal persoalan.

    2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat

    berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap

    pengertian-pengertian yang tinggi.

    3) Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah

    merekayang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam

    batas tertentu, tidak sanggup mendalami benar.

    22 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),

    h. 20

  • Sasaran dakwah atau objek dakwah meliputi masyarakat yang

    dapat dilihat dari beberapa segi seperti: segi sosiologis berupa

    masyarakat pedesaan, kota besar. segi struktur kelembagaan, berupa

    masyarakat, pemerintah dan keluarga.Segi tingkat usia, berupa anak-

    anak, remaja dan orang tua. Segi tingkat hidup seperti orang menengah,

    kaya dan miskin.

    c. Ruang Lingkup Materi Dakwah

    1) Pengertian materi dakwah

    Materi dakwah (maddah ad-da‟wah) adalah pesan –pesan dakwah

    Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek

    dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang ada di dalam kitabullah

    maupun sunnah rasul-nya. Pesan –pesan dakwah yang disampaikan

    kepada objek dakwah adalah pesan –pesan yang berisi ajaran islam.23

    2) Sumber materi dakwah

    Keseluruhan materi dakwah, pada dasarnya bersumber pada dua

    sumber pokok ajaran islam. Kedua sumber ajaran islam itu adalah:

    a) Al-qur‟an

    Agama islam adalah agama yang menganut ajaran kitab allah,

    yakni al-qur‟an. Al-quran merupakan sumber petunjuk sebagai

    landasan islam. Karena itu, sebagai materi tama dalam berdakwah,

    23

    Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Wonosobo : Amzah, 2009), h. 8

  • alquran menjadi sumber utama dan pertama yang menjadi

    landasan untuk materi dakwah.

    b) Hadis

    Hadis merupakan sumber kedua islam. Hadis merupakan

    penjelan- penjelasan dari nabi dalam merealisasikan kehidupan

    berdasarkan al-quran. Dengan menguasai materi hadis maka

    seseorang da‟i telah memiliki bekal dalam menyampaikan tugas

    dakwah.

    3) Materi dakwah

    Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah

    yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa

    materi dakwah dapat diklafikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:24

    (a) Masalah keimanan (aqidah)

    Keimanan dalam islam adalah bersifat I‟tiqad bathiniyah yang

    mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.

    Yang meliputi:

    1. Iman kepada Allah

    2. Iman kepada malaikat-Nya

    3. Iman kepada kitab-kitab-Nya

    4. Iman kepada kepada rasul-rasul-Nya

    5. Iman kepada hari akhir

    6. Iman kepada qadha dan qodar

    24

    Ali Yafie, Dakwah dalam Al-QuR’an dan As-Sunnah, (Jakarta: Rajawali, 1992)

  • Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasanya tertuju pada

    masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi

    juga masalah yang dilarang sebagai lawanya, meliputi :

    1. Syirik (menyekutukan adanya tuhan)

    2. Inkar dengan adanya tuhan

    (b) Masalah keislaman (syariah)

    Syariah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir

    (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna

    mengatur hubungan antara manusia dengan tuhanya dan mengatur

    pergaulan hidup antara sesama manusia. Yang meliputi:

    1. Ibadah (dalam arti khas):

    a. Thaharah

    b. Shalat

    c. Zakat

    d. Shaum

    e. Haji

    2. Muamalah dalam arti luas

    a) Al-Qununul khas (hukum perdata)

    1) Muamalah (hukum niaga)

    2) Munakahat (hukum nikah)

    3) Waratsah (hukum waris)

    b) Al-Qununul „am (hukum publik)

    1) Hinayah (hukum pidana)

  • 2) Khilafah (hukum negara)

    3) Jihad (hukum perang dan damai)25

    (c) Masalah budi pekerti (akhlakul karimah)

    Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah)

    merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan

    keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap,

    bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan

    masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai

    penyempurna keimanan dan keislaman. Yang meliputi:

    1. Akhlaq terhadap khaliq

    2. Akhlaq terhadap makhluk, yang meliputi:

    a. Akhlaq terhadap manusia

    1) Diri sendiri

    2) Tetangga

    3) Masyarakat

    b. Akhlaq terhadap bukan manusia

    1) Flora

    2) Fauna.26

    4) Jenis-jenis Media Dakwah

    Media berasal bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

    perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Arab media sama

    25

    RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007)

    26 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional

    Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007)

  • dengan wasilah atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat atau

    perantara.27 Banyak alat yang bisa di jadikan media dakwah. Secara lebih

    luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apa pun yang halal bisa

    digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai

    media dakwah bila di tunjukan untuk berdakwah. Semua alat itu

    tergantung dari tujuanya. Jadi, yang dimaksud dengan media dakwah

    adalah peralatan yang digunakan dalam menyampaikan materi dakwah.

    Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset

    rekaman, majalah, dan surat kabar.

    Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah menjadi lima macam, yaitu:

    lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak: 28

    1) Lisan, merupakan media yang sederhana yang menggunakan lidah

    dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,

    bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

    2) Tulisan, yaitu media berupa tulisan seperti: buku, majalah, surat

    menyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.

    3) Lukisan, dapat berupa gambar, karikatur dan sebagainya.

    4) Audio Visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra

    pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk

    televisi, slide, ohp, internet dan sebgainya.

    5) Akhlak, yaitu suatu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan

    ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u

    27

    Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Surabaya : Kencana, 2008), h. 403 28

    Maula, sari,Unsur-Unsur Dakwah, Di akses pada Kamis 19 januari 2017, Maulasari22.blogspot.co.id/2015/06/unsur-unsur-dakwah..html

  • B. Konsep Bimbingan Agama

    1. Pengertian Bimbingan

    Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan adalah

    suatu proses, cara, perbuatan membina atau pembaharuan,

    penyempurna atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara

    evesian dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 29 Jadi

    Bimbingan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup

    urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan,

    memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha

    perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkan.

    Menurut Zakiah Derajat bahwa: “ Bimbingan adalah upaya

    pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara

    terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,

    menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang

    utuh dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat,

    keinginan, meningkatkan dengan mengembangkan kearah terciptanya

    martabat, mutu dan kemampunan manusia optimal dan kepribadian yang

    mandiri.30

    29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

    Keempat, (Jakarta: Gramedika Pustaka Utama, 2008), hlm. 193 30 Zakiah Derajat, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Cet 3, (Jakarta:

    Pustaka Antara,2002), hlm. 141

  • 2. Pngertian Agama

    Menurut Kamus Ilmiah Populer, “agama” adalah ajaran, sistem

    yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada

    Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

    pergaulan antara manusia dan manusia, serta manusia dan

    lingkungannya.31 Sedangkan “keagamaan” menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama.32

    Jadi bimbingan agama adalah suatu proses atau usaha untuk

    membimbing, mempertahankan, mengembangkan atau menyempurnakan

    ajaran-ajaran agama baik dari segi akidah, ibadah, dan akhlak untuk

    mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini, pembinaan keagamaan

    ditujukan bagi muallaf untuk menambah iman dan taqwa kepada Allah

    SWT.

    Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin Ancok dan Fuat

    Nashori Suroso, terdapat lima macam dimensi keberagamaan, yaitu

    keyakinan, peribadatan atau praktek agama, penghayatan, pengamalan,

    dan pengetahuan agama:

    Pertama dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan-

    pengharapan dimana orang beragama berpegang teguh pada pandangan

    teologis tertentu dan mengakui kebenaran pandangan tersebut, yaitu

    pandangan agama Islam yang merujuk pada seberapa tingkat keimanan

    31

    Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 10. 32 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa, hal. 12

  • seorang Muslim.33

    Kedua, dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku

    pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan oleh seseorang untuk

    menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek ritual

    mengacu pada tindakan keagamaan dan ketaatan atas komitmen pada

    ritual, seperti shalat.34

    Ketiga, dimensi penghayatan. Dimensi ini berisikan dan

    memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-

    pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang

    yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai

    pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir ( ia

    akan mencapai kontak dengan kekuatan supernatural).35

    Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu

    kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki

    sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab

    suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan berkaitan

    satu sama lain karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah

    syarat bagi penerimaannya.36

    33 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

    Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 77. 34

    Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

    Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 77.

    35Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

    Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.78. 36

    Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

    Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 78.

  • Kelima, dimensi pengamalan. Konsekuensi komitmen agama

    berlainan dari keempat dimensi di atas. Dimensi ini mengacu pada

    identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman,

    dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi ini mengukur

    sejauh mana seseorang patuh terhadap aturan agama. Apakah

    kepatuhan itu merupakan bagian dari komitmen agama atau semata-

    mata hanya merupakan aturan agama.37

    Keenam, Konsep religiusitas Glock dan Stark ini merupakan

    konsep yang valid karena konsep ini tidak melihat keberagamaan

    seseorang dari satu dimensi saja tetapi mencoba memperhatikan dari

    berbagai dimensi. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yang

    menginginkan pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Menurut

    hemat penulis, rumusan Glock dan Stark ini memiliki kesesuaian dengan

    Islam. Meskipun tidak semuanya sesuai, dimensi keyakinan dapat

    disejajarkan dengan akidah, dimensi praktek agama disejajarkan dengan

    syariah, dan dimens ibadah.

    3. Tujuan Bimbingan Agama

    Peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    sebagaimana dimaksudkan oleh GBHN, hanya dapat dibina melalui

    pengajaran agama yang intensif dan efektif. Tujuan umum dari pembinaan

    37Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi

    Islam atas Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 78.

  • keagamaan yaitu untuk membina manusia beragama agar mampu

    melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna

    sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam keseluruhan

    kehidupannya dalam rangka mencapai kebahagian dan kejayaan hidup di

    dunia dan akhirat.38

    Menurut H.M. Arifin, tujuan bimbingan agama adalah untuk

    membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference (pegangan

    rohani) dalam memecahkan problemnya. Bimbingan dan penyuluhan

    agama yang ditujukan untuk membantu si terbimbing agar dengan

    kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran

    agamanya.39

    Tujuan bimbingan keagamaan ini juga merupakan dakwah Islam

    karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat

    Islam agar dapat mencapai keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat.

    Jadi bimbingan agama Islam merupakan bagian dari dakwah Islam.

    Nabi kita Muhammad SAW mengatakan: “aku diutus untuk

    menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” (HR. Bukhari, Hakim, dan

    Baihaqi). Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW juga berfungsi

    sebagai pembimbing agama di tengah-tengah umatnya. Demikian juga,

    para sahabat Nabi dan para ulama merupakan pembimbing keagamaan

    dalam kehidupan masyarakat. Disamping itu, tujuan pembinaan

    38 Dzakiyah Darajat, dkk., “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2004), hal. 172. 39

    Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 39.

  • keagamaan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT karena Allah

    menciptakan manusia di bumi semata-mata untuk menyembah-Nya.

    Firman Allah dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56:

    َوَما َخلَۡقُت ٱۡلِجنَّ َوٱۡۡلِنَس إِٗلَّ لَِيۡعُبُدوِن

    Terjemahnya :

    “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.‟‟40

    Tujuan pembinaan keagamaan adalah untuk melindungi dan

    menjaga agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan manusia, serta

    berbagai hal lain yang terkait sehingga tercapai kebahagiaan hidup di

    dunia dan di akhirat. Tujuan lain adalah untuk memelihara hak-hak asasi

    manusia sehingga tercipta keadaan hidup yang aman, tertib, dan

    aman.41

    4. Materi pembinaan keagamaan

    Menurut Kamus Ilmiah Populer, “materi” adalah segala sesuatu

    yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, atau

    diwacanakan. Materi adalah salah satu komponen yang harusada

    dalam proses pembinaan. Tanpa materi, tujuan dari pembinaan itu tidak

    akan tercapai. Pada dasarnya materi pokok yang disampaikan dalam

    40 Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur‟an dan…, hal. 521.

    41 H. Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 112.

  • pembinaan agama Islam adalah inti dari ajaran agama Islam itu sendiri,

    yaitu:

    a. Akidah

    Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu,„aqdan-

    aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, dan perjanjian yang kokoh.

    Secara teknis akidah berarti keimanan, kepercayaan, dan keyakinan.

    Tumbuhnya kepercayaan itu di dalam hati, jadi akidah adalah

    kepercayaan yang menyimpul di dalam hati. 42 Inti ajaran ini kemudian

    dijabarkan dalam bentuk rukun iman dan kemudian melahirkan ilmu

    tauhid. Materi akidah bertujuan mengembangkan dimensi keyakinan

    sehingga dengan akidah, Muslim dapat mengukur seberapa jauh ia

    mepercayai nilai-nilai keagamaannya. Materi akidah ini merupakan materi

    yang paling penting diberikan kepada muallaf karena dengan penanaman

    akidah, nilai tauhid akan tumbuh dalam hati muallaf tersebut, dan ia

    semakin yakin dengan keesaan Allah.43

    b. Syariah

    Syariah adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-

    Nya, agar manusia menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang

    berkaitan dengan akidah, amaliyah, maupun akhlak.44 Hukum Islam lebih

    lanjut membutuhkan pelestarian melalui perwujudan dan pemeliharaan

    42 Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam dimensi dan Pendekatan, (Jakarta:

    Kencana, 2012), hal.259. 43 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah

    Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), hal. 60 44

    Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal.277.

  • dengan cara menunaikan ibadah oleh hamba. Ibadah tidak hanya sebatas

    menjalankan rukun Islam, tetapi ibadah juga berlaku pada semua aktivitas

    duniawi yang didasari rasa ikhlas. Materi syariah untuk mengembangkan

    dimensi religious practice atau praktek agama. Materi peribadatan

    merupakan manifestasi rasa syukur oleh makhluk terhadap Pencipta.

    Ibadah merupakan wujud keimanan yang perlu ditanamkan dalam diri

    seorang muallaf sebagai pengenalan tentang dasar-dasar peribadatan

    Islam, seperti shalat, puasa, zakat, atau haji.45

    c. Akhlak

    Akhlak secara etimologis berasal dari kata khalaqa- yakhluqu-

    khalqan dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. 46

    Akhlak adalah amalan yang merupakan manifestasi dari kedua amal di

    atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.47

    Tujuan pengajaran akhlak untuk mengembangkan dimensi etika. Akhlak

    dapat mengukur seberapa jauh seorang Muslim mampu mengamalkan

    ajaran-ajaran agamanya. Materi ini juga dapat mengembangkan dimensi

    pengamalan sosial sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh

    keterlibatan sosial keagamaan seseorang. Materi ini penting diberikan

    kepada muallaf dalam pembinaannya karena materi ini dapat menjadi

    pedoman muallaf dalam bertindak dan berperilaku yang sesuai dengan

    45Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal. 279.

    46 Ibid., hal. 262.

    47 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus…, hal. 60.

  • ajaran Islam, yaitu akhlaqul karimah.48 Selain itu, materi ini juga dapat

    menjadi pegangan dalam membina hubungan antar sesama manusia

    sehingga nantinya muallaf dapat bersosialisasi dengan baik dengan

    masyarakat sekitar.

    d. Setelah ketiga inti ajaran di atas, kemudian dilengkapi dengan

    pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadis,

    ditambah lagi dengan sejarah Islam untuk mengembangkan

    dimensi pengetahuan agama.49 Pendalaman materi sejarah Islam

    dapat mengukur seberapa banyak pengetahuan agama dan

    seberapa tinggi motivasi pengetahuan agama muallaf. Materi ini

    juga penting bagi pembinaan keagamaan muallaf karena dengan

    sejarah Islam para muallaf dapat mempelajari sosok-sosok

    tauladan, seperti Nabi Muhammad SAW, serta para nabi dan

    rasul lainnya.

    Materi lain dalam pembinaan keagamaan adalah doa-doa yang

    merupakan materi untuk mengembangkan dimensi religious feelings atau

    pengalaman perasaan agama. Materi ini perlu diberikan kepada muallaf

    karena dengan doa-doa yang diajarkan akan mengajak muallaf untuk

    selalu ingat kepada Allah baik dalam keadaan sendiri maupun ramai, baik

    dalam susah maupun senang.

    Dalam penyampaian materi pembinaan keagamaan kepada

    48 Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal.264.

    49 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus…, hal. 60.

  • muallaf, kita perlu memperhatikan tujuan, metode, dan perkembangan

    keagamaan muallaf tersebut. Apabila penyampaian materi tepat, ini akan

    berpengaruh dalam perkembangan agama pada muallaf itu sendiri.

    5. Metode Bimbingan Agama

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara

    teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar

    tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.50 Firman Allah dalam surah An-

    Nahl ayat 125:

    ِدۡلُهم ِبٱلَِّتي ِهَي ٱۡدُع إِلَىَٰ َسِبيِل َربَِّك ِبٱۡلِحۡكَمِة َوٱۡلَمۡوِعَظِة ٱۡلَحَسَنِةِۖ َوَجَٰ

    أَۡحَسُنِۚ إِنَّ َربََّك ُهَو أَۡعلَُم ِبَمن َضلَّ َعن َسِبيلِِهۦ َوُهَو أَۡعلَُم ِبٱۡلُمۡهَتِديَن

    Terjemahnya :

    “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.‟‟51

    Dalam rangka memberikan pembinaan keagamaan kepada anak

    bimbing, para pembina memerlukan beberapa metode antara lain sebagai

    berikut:

    a. Interview Method (Metode Wawancara)

    Interview (wawancara merupakan suatu alat untuk memperoleh

    fakta ,data,informasi dari anak bimbing secara lisan dimana terjadi

    50 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa…, hal.

    740.

    51 Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur‟an dan terjemahnya…, hal. 281.

  • pertemuan empat mata dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan

    untuk bimbingan. Fakta-fakta psikologis yang menyangkut pribadi anak

    bimbing diperlukan untuk memberikan pelayanan bimbingan.52

    b. Group Guidance (Bimbingan Kelompok)

    Bimbingan kelompok dapat mengembangkan sikap sosial, sikap

    memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya menurut

    penglihatan orang lain dalam kelompok itu karena ia ingin mendapatkan

    pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubugannya dengan

    orang lain.53

    c. Metode Dipusatkan pada Keadaan Klien

    Metode ini disebut juga nondirective (tidak mengarahkan). Dalam

    metode ini terdapat dasar pandangan bahwa anak bimbing sebagai

    makhluk mandiri yang memiliki kemampuan berkembang sendiri dan

    sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self- consistency).54

    d. Directive Counseling (Konseling Mengarahkan)

    Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa anak

    bimbing sebagai makhluk yang membutuhkan arahan hingga

    dapat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai

    pencari kemantapan diri sendiri (self- consistency).55

    52 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal. 69. 53 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.70. 54

    Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.71. 55 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.71.

  • C. Muallaf

    a. Pengertian muallaf

    Menurut Kamus Ilmiah Populer, “muallaf” adalah orang yang baru

    atau belum lama masuk Islam.56 Muallaf adalah orang yang masih dalam

    situasi transisi karena baru memeluk agama Islam atau orang yang ada

    keinginan untuk masuk Islam tetapi masih ragu-ragu.57 Secara prinsip,

    pengertian “muallaf” adalah orang-orang yang baru memeluk agama

    Islam. Namun dari substansi tersebut, para ahli fiqih memberikan makna

    lain dari pengertian muallaf itu sendiri.

    Dalam kajian fiqih klasik, muallaf diklasifikasikan menjadi empat

    macam yaitu: pertama, muallaf Muslim ialah orang yang sudah masuk

    Islam tetapi niat dan imannya perlu pemantapan. Kedua, orang yang telah

    masuk Islam, niat dan imannya sudah cukup kuat, dan juga terkemuka

    (tokoh) di kalangan umatnya. Ketiga, muallaf yang mempunyai

    kemampuan untuk mengantisipasi kejahatan yang datang dari kaum kafir.

    Keempat, muallaf yang mempunyai kemampuan mengantisipasi

    kejahatan yang datang dari kelompok pembangkang wajib zakat.58

    Yusuf Qardlawi membagi muallaf menjadi tujuh golongan. Antara

    lain: golongan yang diharapkan ke-Islamannya atau ke-Islaman

    kelompoknya atau keluarganya, golongan yang dikhawatirkan perilaku

    56

    Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 423. 57

    K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas,

    1995), 58 M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan

    Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 204.

  • kriminalitasnya, pemimpin serta tokoh masyarakat yang masuk Islam dan

    mempunyai sahabat-sahabat orang kafir (non-Muslim), pemimpin dan

    tokoh kaum Muslim yang berpengaruh di kalangan kaumnya tetapi

    imannya perlu pembinaan; kaum Muslim yang bertempat tinggal di

    benteng-benteng dan daerah perbatasan dengan musuh, kaum Muslim

    yang membutuhkan dana untuk mengurus dan memerangi kelompok

    pembangkang kewajiban zakat.59 Menurut Abu Ya‟la, muallaf terdiri dari

    dua golongan: orang Islam dan orang musyrik. Mereka terbentuk menjadi

    empat kategori:

    1) hati mereka dijinakkan agar cenderung menolong kaum Muslim;

    2) hati mereka yang dijinakkan agar cenderung untuk membela umat

    Islam; 3) mereka yang dijinakkan agar masuk Islam; 4) mereka yang

    diijinakkan dengan diberi zakat agar kaum dan suku mereka tertarik

    masuk Islam.60

    Berdasarkan beberapa pengertian tentang muallaf di atas, dapat

    disimpulkan bahwa yang dimaksud “muallaf” dalam penelitian ini yaitu

    orang non-Islam yang baru masuk Islam dan perlu bimbingan untuk

    meningkatkan keimanannya kepada Allah. Untuk itu, diperlukan

    pembinaan keagamaan untuk mengukuhkan iman mereka sehingga

    mereka tidak kembali lagi ke agama sebelumnya.

    59Ibid., hal. 205.

    60Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2008), hal. 54-55.

  • b. Muallaf Dalam Islam

    Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang dijinakan hatinya

    dan diteguhkan hatinya agar mantap dalam keislamannya dan

    kedudukannya disamakan tingginya dengan orang Islam lainnya.61

    Pada masa Nabi SAW, para muallaf tersebut diposisikan sebagai

    penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan

    terus memberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam.

    Salah satu alasan Nabi SAW, memberikan zakat kepada mereka adalah

    menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan

    “Al-Muallafah Qulubuhum”.62

    Pada masa pemerintahan Abu Bakar, para muallaf tersebut masih

    menerima zakat seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Namun tidak

    demikian pada masa khalifah Umar bin Khattab, beliau memperlakukan

    ketetapan penghapusan bagian untuk para muallaf karena ummat Islam

    telah kokoh dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah menyalahgunakan

    pemberian zakat dengan enggan melakukan syari‟at dan

    menggantungkan kebutuhan hidup dengan zakat sehingga mereka

    enggan berusaha.63

    61 Yunus Yahya, Muslim Tionghoa Kumpulan Karangan (Jakarta : Yayasan Abu

    Karim Oei Tjeng Hien, 1985), h. 75. 62

    Syarif Hade Masyah, Hikmah di balik Hukum Islam (Jakarta: Mustaqim, 2002),

    h. 306-307.

    63Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan

    CiptaPersada Indonesia, 2000), h. 294.

  • Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, ada dua orang muallaf

    menemui Umar yaitu Uyainah bin Hisa dan Aqra‟ bin Haris meminta hak

    mereka dengan menunjukan surat yang telah direkomendasikan oleh

    Khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi umar menolak

    surat itu dengan mengatakan : “Allah sudah memperkuat Islam dan tidak

    memerlukan kalian. Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang

    ada”. Ini adalah suatu Ijtihad Umar dalam menerapkan suatu Nash al-

    Qur‟an yaitu surat at-Taubah ayat 60 yang menunjukan pembagian zakat

    kepada muallaf. Umar melihat pada berlakunya tergantung pada keadaan,

    kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan itu sudah tidak ada lagi,

    ketentuan itu pun tidak berlaku, inilah jiwa nash tadi.64

    Dari penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

    muallaf adalah orang yang baru memeluk Islam yang dirangkul dan

    diteguhkan hati mereka kedalam keislaman. Karena mereka baru

    memeluk Islam dan baru mengetahui agama Islam, maka mereka berada

    pada posisi pihak yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan

    agama.

    64

    Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan

    CiptaPersada Indonesia, 2000), h. 295.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Desain Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis

    deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu studi tentang penelitian yang

    berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisis secara

    deskriptif dengan menafsirkan secara kualitatif. Untuk itu data-data

    penelitian yang dikumpulkan adalah dalam bentuk konsep-konsep.

    Menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moleong, penelitian kualitatif yaitu

    semua penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,

    gambar, dan bukan angka- angka, semua yang dikumpulkan

    kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.65

    Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

    berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

    kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana

    peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

    dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

    induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

    daripada generalisasi.66

    65

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Rosda Karya,

    2002), cet. ke- 17, h. 3. 66

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung :

    Alfabeta, 2014), cet. Ke-21, h. 9.

  • Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi

    kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta

    disajikan dalam suatu pandangan yang utuh.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini bertempat di Markaz Dakwah mahad al birr

    Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF Jl. nuri no. 9 A Kelurahan

    Sungguminasa Kecamatan Somba opu kabupaten gowa Provinsi

    Sulawesi selatan.

    Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian ini didasarkan

    pada fakta sebagai berikut :

    a. Mayoritas santri muallaf di Markaz Dakwah Pembinaan

    Muallaf Yayasan AMCF adalah muallaf yang berasal dari

    daerah terpencil .

    b. Keberadaan muallaf yang selama ini kurang begitu

    diperhatikan oleh lembaga, instansi maupun ormas-ormas

    Islam yang cukup besar maupun kecil dalam memberikan

    bimbingan dan pembinaan. Mengingat mereka sangat

    membutuhkan hal itu dari sesama saudaranya sebagai

    muslim.

  • c. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh

    mengenai pengaruh bimbingan agama terhadap

    penguatan keimanan muallaf di Markaz Pembinaan

    Muallaf Yayasan AMCF .

    C. Subjek dan Objek Penelitian

    1. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi sumber atau

    informan yang dapat memberikan keterangan mengenai masalah

    penelitian.67 Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian

    adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi yang

    relevan dengan obyek yang diteliti .

    1. Adapun teknik pengambilan informan yang menjadi subjek dalam

    penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju.

    Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang

    yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Maka kemudian

    menjadi sumber informasi tentang orang lain yang juga dapat

    dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukan ini

    kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta

    menunjukan orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi

    anggota sampel. Demikian prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah

    67 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina

    Aksara,1989), h.91.

  • anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.68

    2. Objek Penelitian

    Objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian suatu

    penelitian.69 Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kegiatan

    penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan

    AMCF.

    3. Dokumentasi

    Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai

    macam data seperti data tertulis, pengambilan foto, data statistik dan

    data-data di perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat

    dijadikan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.70

    Peneliti mengumpulkan data dari berbagai macam informasi

    seperti buku-buku, majalah, artikel melalui website, dan data lainnya

    mengenai bimbingan agama dan keimanan. Selanjutnya peneliti

    melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada subjek

    penelitian. Dalam mendokumentasikan data, peneliti menggunakan

    seperangkat alat untuk menyimpan dan merekam hasil wawancara dan

    hasil dari observasi, seperti kamera, recorder, buku cacatan, pena, serta

    seperangkat alat pendukung lainnya.

    68

    Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2004),cet. Ke-6, h. 63.

    69 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina

    Aksara,1989), h.59.

    70Ibid, h. 39.

  • 4. Catatan Lapangan

    Catatan yang berisi tentang hal-hal yang diamati oleh peneliti

    dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan

    deskriptif dengan keterangan tanggal, waktu dan menyertakan informasi-

    informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang

    hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang

    berlangsung dan lain sebagainya.

    D. Sumber Data

    Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai

    berikut :

    1. Data Primer

    Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

    dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan

    langsung, artinya peneliti berperan sebagai pengamat dan wawancara

    langsung lagi mendalam kepada informan. Data primer yang diperoleh

    dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan

    pembimbing/pembina agama dan para muallaf di Yayasan AMCF.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau melalui sumber-

    sumber informasi tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen

    yang berkaitan dengan penelitian. data sekunder biasanya digunakan

    sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang tepat dan

    sesuai dengan tujuan penelitian. data sekunder yang digunakan dalam

  • penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

    E. Teknik Pemeriksa Data

    Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

    konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).71 Untuk dapat

    menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksa data, dalam hal

    ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi disini adalah teknik

    pemeriksa keabsahan data melalui sumber lainnya diluar data itu untuk

    keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Jadi

    triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

    memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun teknik

    triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data

    adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.72

    Triangulasi menurut sumber lainnya berarti membandingan dan

    mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

    melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton

    1987:331), hal itu dapat dicapai dengan jalan :73

    1. Membandingkan dua hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

    2. Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum

    dengan apa yang di katakan secara pribadi.

    71

    Ibid, h. 321.

    72 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Pernada Media Group, 2009), cet. ke-4, h. 330

    73 Ibid, h. 330-331.

  • 3. Membandingkan apa yang di katakan orang-orang tentang

    situasi penelitian dengan apa yang di katakannya sepanjang

    waktu.

    4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

    berbagai pendapat dan pandangan orang.

    F. Teknik Penulisan

    Dalam teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku

    “Pedoman Penulisan Skripsi, ” dalam buku pedoman akademik yang ada

    dikampus.

    G. Fokus penelitian

    Fokus penelitian seluruhnya merujuk kepada rumusan masalah, dan

    fokus peneltian ada dua poin yaitu:

    1. Bimbingan Agama

    2. Muallaf

    H. Deskripsi Fokus Penelitian

    1. Muallaf

    a. Menurut Kamus Ilmiah Populer, “muallaf” adalah orang yang

    baru atau belum lama masuk Islam.74 Muallaf adalah orang yang

    masih dalam situasi transisi karena baru memeluk agama Islam

    atau orang yang ada keinginan untuk masuk Islam tetapi masih

    74

    Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 423.

  • ragu-ragu.75 Secara prinsip, pengertian “muallaf” adalah orang-

    orang yang baru memeluk agama Islam. Namun dari substansi

    tersebut, para ahli fiqih memberikan makna lain dari pengertian

    muallaf itu sendiri.

    2. Bimbingan agama

    a.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan adalah

    suatu proses, cara, perbuatan membina atau pembaharuan,

    penyempurna atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang

    dilakukan secara evesian dan efektif untuk memperoleh hasil

    yang lebih baik. 76 Jadi Bimbingan adalah suatu proses atau

    pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian,

    diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara

    pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha

    perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkan. Menurut

    Zakiah Derajat bahwa: “ Bimbingan adalah upaya pendidikan

    baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara

    terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka

    memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar

    kepribadian yang seimbang utuh dan selaras, pengetahuan dan

    ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan, meningkatkan

    dengan mengembangkan kearah terciptanya martabat, mutu dan

    75

    K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas,

    1995), 76

    Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedika Pustaka Utama, 2008), hlm. 193

  • kemampunan manusia optimal dan kepribadian yang mandiri.77

    b. Agama

    Menurut Kamus Ilmiah Populer, “agama” adalah ajaran, sistem

    yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

    kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang

    berhubungan dengan pergaulan antara manusia dan manusia,

    serta manusia dan lingkungannya. 78 Sedangkan “keagamaan”

    menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang

    berhubungan dengan agama.79

    I. Instrumen Penelitian

    Instrument penelitian merupakan salah satu unsure yang sangat

    penting dalam penulisan karena berfungsi sebagai alat atau sarana

    pengumpulan data, masalah dan aspek yang diteliti. Instrument adalah

    sarana peneltian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk

    mengumpulkan data seabagai pengolahan.

    Untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah agar

    hipotesis dapat di uji kebenarannya, maka penulis mempergunakan

    instrument penelitian yang dianggap tepat yaitu :80

    1. Pedoman observasi adalah instrumen yang digunakan dalam

    pengamatan ataupun observasi di lokasi penelitian.

    77 Zakiah Derajat, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Cet 3, (Jakarta:

    Pustaka Antara,2002), hlm. 141

    78 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 10. 79

    Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa, hal. 12 80

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktis, h. 156

  • 2. Pedoman wawancara merupakan instrument atau sebuah

    konsep pertanyaan tertulis yang dijadikan pedoman oleh

    penelitian dalam melakukan proses pengumpulan data dari para

    responden.

    3. Pedoman dokumentasi adalah instrument yang digunakan untuk

    mencatat ataupun mendata data-data yang diperlukan dalam

    penelitian.

    Adapun pemilihan wawancara sebagai sumber data yang utama

    sedangkan dokumentasi dan observasi sebagai data pelengkap.

    J. Teknik Pengumpulan Data

    Pada tahap penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa

    dipertanggungjawabkan, maka dapat diperoleh melalui :

    a. Wawancara

    Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara

    bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan

    kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya

    langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak

    berstruktur, dimana di dalam metode ini memungkinkan pertanyaan

    berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga

    diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku. 81 Adapun

    dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama antara

    lain Kepala Desa dan para Tokoh-tokoh yang ada di desa Padang Raya.

    81

    Singarimbun, Masri dan Efendi Sofwan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3S, 1989)

  • Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memeproleh data secara

    luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.

    b. Observasi Langsung

    Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara

    melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi harus

    dilakukan secara teliti dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa

    diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau

    pengetahuan yang lebih luas tentang objek penelitian mempunyai dasar

    teori dan sikap objektif.82

    Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan

    dengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan para

    Orang tua. Juga mengamati bagaimana mereka mendidik anak remaja

    mereka. Dengan observasi secara langsung, peneliti dapat memahami

    konteks data dalam berbagaisituasi, maksudnya dapat memperoleh

    pandangan secara menyeluruh. Untuk itu peneliti dapat melakukan

    pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait

    dengan objek penelitian.

    82

    Soeratno, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 1995)h. 99

  • c. Dokumnetasi

    Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpul data

    yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis

    dan rasional. Teknik dokumentasi sengaja digunakan dalam penelitian ini,

    ada 4 sebab yaitu : 83

    pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari

    waktu.

    kedua, merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya

    dalam merefleksikan situasi yang terjadi dimasa lampau, maupun

    dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan.

    ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang

    kaya, secara kontekstualrelevan dan mendasar dalam konteksnya.

    keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan legal yang dapat

    memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara

    dokumentasi ini, dicatat dalam format rekaman dokumentasi.

    K. Teknik Analisa Data

    Terdapat dua metode pendekatan analisis data, yaitu metode

    deduktif dan induktif.

    1. Metode Deduktif

    Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau

    jeneralisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-

    fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau jeneralisasi tersebut. Misalnya:

    83

    S. Margono, Metodologi PenelitianPendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),h. 181.

  • petani selalu rugu dalam mengembangkan usahanya. Kemudian

    dijabarkan fakta-fakta tentang angka-angka produksi dibandingkan modal

    usaha, dan sebagainya. Metode Deduktif digunakan dalam sebuah

    penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian di

    buktikan dengan pencarian fakta. Contoh: Penelitian bahasa Arab

    kebanyakannya berangkat dari kaidah-kaidah bahasa Arab kemudian

    dicarilah fakta-fakta yang terdapat dalam sumber data, dalam hal ini

    sumber datanya al-Qur‟an. Metode deduktif dalam tahapan-tahapannya,

    sama dengan metode lain, yaitu:84

    a. Tahapan Sepekulasi (berasal dari bahasa latin “speculum / cermin”).

    b. Tahapan Observasi dan klasifikasi.

    c. Tahapan perumusan hipotesis.

    2. Metode Induktif

    Metode Induktif adalah kebalikan dari metode deduktif. Contoh-

    contoh kongkrit dan fakta-fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian

    dirumuskan menjadi suatu kesimpulan atau jeneralisasi. Pada metode

    induktif, data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta. Di dalam

    penelitian linguistic sering digunakan metode induktif dan deduktif,

    mengapa demikian? Karena linguistic termasuk ilmu yang berusaha

    84

    Makalah Update, Pengertian Metode Induktif dan Deduktif, Di akses pada Rabu15 Februari 2017, http://makalah-update.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html

  • menyusun teori tentang bahasa. Kelebihan dari metode induktif adalal

    sebagai berikut:85

    a. Metode induktif lebih dapat menemukan kenyataan yang kompleks

    yang terdapat dalam data.

    b. Metode induktif lebih dapat membuat hubungan antara peneliti

    dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan

    dipertimbangkan.

    c. Metode induktif lebih dapat memberikan latar secara penuh dan

    dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya

    pengalihan kepada latar lainnya.

    d. Metode induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang

    mempertajam hubungan-hubungan.

    e. Metode deduktif memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit

    sebagai bagian dari setuktur analitik.

    85

    Makalah Update, Pengertian Metode Induktif dan Deduktif, Di akses pada Rabu15 Februari 2017, http://makalah-update.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    1. Sejarah Singkat Berdirinya Markaz Dakwah Mahad Al birr

    Unismuh Makassar

    Markaz dakwah ini di dirikan pada tahun 2009 Pendirian Markaz

    dakwah Pembinaan Muallaf ini di bentuk karna banyaknya orang di

    berbagai wilayah Indonesia timur yang menjadi muallaf dan perlu

    pembinaan dan perlunya penguatan akidah dan ibadah bagi para muallaf

    tersebut, penguatan ini bertujuan untuk mengantisipasi gerakan

    pemurtadan yang dilakukan para missionaris Kristen didaerah pedalaman,

    penguatan ibadah dan akidah islam ini juga untuk mencegah para muallaf

    murtad dan kembali ke agama mereka yang dulu di sebabkan tidak

    adanya pemahaman yang benar tentang islam dan pembinaan dan

    pendidikan agama bagi mereka .

    Dalam rangka menjawab problematika ini, Markaz dakwah

    Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF hadir sebagai solusi atas persoalan

    mendasar para muallaf. untuk membina, mendidik, dan menyantuni para

    muallaf sampai mereka mampu menjadi juru dakwah. Para muallaf dididik

    secara sistemik dan programatik berorientasi pada pembentukan aqidah

    Islam yang kuat dan kaffah. Membekali mereka dengan keterampilan

    khusus, sehingga memiliki kemampuan yang nantinya dapat bermanfaat

    dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk mencari alternatif solusi diatas

  • maka di adakan Pelatihan Dan Pendidikan Dasar-Dasar Keislaman Bagi

    Muallaf Di Markaz Dakwah Mahad Al Birr Unismuh Makassar.

    2. Visi, Misi Dan Tujuan Markaz Dakwah Mahad Al Birr Unismuh

    Makassar

    Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu

    organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi,

    hal ini karena perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar dan

    belajar asal jadi. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, Pesantren

    Pembinaan Muallaf memiliki visi dan misi yang jelas sebagai penuntun

    langkah kedepan.

    a. Visi

    ”Terbentuknya pribadi muallaf yang berpegang teguh kepada

    aqidah salimah, memahami Quran dan Sunnah serta mencontoh

    ahlak Rasulullah dalam kehidupan di tengah masyarakat”

    b. Misi

    1. Membina pribadi muallaf secara intensif dengan wawasan

    keislaman yang benar

    2. Mampu memebaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

    3. Mengetahui tata cara shalat lima waktu dan pelaksanaannya

    4. Memahami Rukun Islam dan Rukun Iman

    5. Mampu menghafal surat-surat dan doa-doa pendek dan hadits

    pilihan

  • 6. Mengetahui sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW dan

    menteladaninya dalam kehidupan sehari-hari

    7. Menjadi tauladan dan sebagai kader dai ditengah masyarakat

    Memberikan bantuan materil dan spiritual

    c. Maksud Dan Tujuan

    Maksud dan tujuan didirikannya Markaz dakwah ini adalah untuk

    membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan,

    dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yang

    berguna. Dilihat dari sudut ini, tampak jelas peran dan fungsi Markaz

    Dakwah Pembinaan Muallaf yayasan amcf ini yang semula hanya

    bergerak di bidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian merambah

    pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas Markaz Dakwah Mahad Al birr

    Yayasan amcf yang semakin luas tersebut sesuai dengan tuntutan zaman

    yang menghendaki implementasi syi`ar Islam bukan hanya pada tataran

    konvensional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan.

    3. Program Markaz Dakwah Mahad Al Birr Unismuh Makassar

    Di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar kegiatan

    bimbingan agama dan pembinaan dilakukan setiap hari. Pada kegiatan

    bimbingan agama dan pembinaan ini diikuti oleh seluruh santri muallaf

    yang tinggal di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar

    tersebut . di mulai dari bangun pada pukul 04:30 untuk bergegas ke

    masjid untuk menunaikan sholat subuh secara berjamaah kemudian

    dilanjutkan deng