bilirubin
DESCRIPTION
spoTRANSCRIPT
PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)
MEDIS RSIA NUN SURABAYA
2014 – 2016
No. Dokumen: No.Revisi: Halaman :1/6
KEJANG DEMAM
1. Definisi Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar serum
bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan
berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90. Sedangkan ik-
terus neonatorum adalah keadaan klinis bayi yang ditandai oleh
pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi biliru-
bin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus tampak secara klinis
bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
2. Anamnesis 1. Riwayat ikterus pada anak sebelumnya
2. Riwayat keluarga anemi dan pembesaran hati dan limpa
3. Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
4. Riwayat infeksi maternal
5. Riwayat trauma persalinan
6. Riwayat asfiksia
3. Diagnosis 1. Hiperbilirubinemia fisiologis
a) Terjadi peningkatan bilirubin indirek pada cukup bulan
dengan puncak 6-8 mg/dL pada usia 3 hari.
b) Kadar 12 mg/dL masih dalam batas fisiologis.
c) Pada bayi prematur dapat meningkat 10-12 mg/dL pada
usia 5 hari.
PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)
MEDIS RSIA NUN SURABAYA
2014 – 2016
No. Dokumen: No.Revisi: Halaman :1/6
KEJANG DEMAM
Diagnosa2. Hiperbilirubinemia non fisiologis
a) Ikterus mulai sebelum berusia 36 jam.
b) Peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dL/jam.
c) Total bilirubin serum >15 mg/dL pada bayi cukup bulan
dan diberi susu formula.
d) Total bilirubin serum >17 mg/dL pada bayi cukup bulan
dan diberi ASI.
e) Ikterus klinis >8 hari pada bayi cukup bulan dan >14
hari pada bayi kurang bulan.
4. Diagnosa
Banding
1. Infeksi virus, sepsis atau meningitis
2. Kelainan kongenital susunan syaraf pusat
3. Trauma persalinan
4. Kelainan metabolisme bawaan
5. Pemeriksaan
Penunjang
1. Bilirubin total
2. Bilirubin direk dan indirek
3. Faal hati
PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)
MEDIS RSIA NUN SURABAYA
2014 – 2016
No. Dokumen: No.Revisi: Halaman :1/6
KEJANG DEMAM
4. Albumin
5. Golongan darah (ABO dan Rhesus) ibu dan anak
6. Darah rutin
7. Hapusan darah
8. Retikulosit
9. Coomb test
10. Kadar enzim G6PD (pada riwayat keluarga dengan defisiensi
G6PD)
11. USG abdomen (pada ikterus berkepanjangan)
6. Tata Laksana 1. Breastfeeding Jaundice
a. Pantau jumlah ASI yang diberikan , apakah sudah mencukupi atau belum
b. Pemberian ASI sejak lahir minimal 8 kali sehari.
c. Pemberian air putih , air, gula, dan formula pengganti tidak diper-lukan.
d. Pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi buang air kecil dan buang air besar.
e. Jika kadar bilirubin mecapai 15 mg/dl, perlu dilakukan penamba-han volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara.
f. Pemeriksaan komponen ASI dilakukan bila hiperbilirubinemia
PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)
MEDIS RSIA NUN SURABAYA
2014 – 2016
No. Dokumen: No.Revisi: Halaman :1/6
KEJANG DEMAM
menetap >6 hari kadar bilirubin >20 mg/dl , atau riwayat terjadi breastfeeding jaundice pada anak sebelumnya.
2. Breastmilk Jaundice
a. American Academy of Pediatrics , ASI tetap diberikan
Penghentian fototerapiTergantung dari usia saat fototerapi dan
penyebab hiperbilirubinemia. Pada bayi yang masuk rumah sakit
(TSB 18 mg/dl), fototerapi dapat dihentikan bila TSB <13 mg/
dL atau 14 mg/dL.
Tranfusi tukardilakukan bila kadar total serum bilirubin melam-
paui garis seperti pada Tabel 3 Guideline tranfusi tukar pada
bayi usia gestasi 35 minggu atau lebih.
Tranfusi tukar segera bila bayi menunjukkan tanda ensefalopati
bilirubin akut (hipertonia, opistotonus, panas, menangis me-
lengking) atau TSB ≥5 di atas garis. Faktor risiko : isoimun
PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)
MEDIS RSIA NUN SURABAYA
2014 – 2016
No. Dokumen: No.Revisi: Halaman :1/6
KEJANG DEMAM
hemolitik, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas temper-
atur, sepsis asidosis
7. Edukasi 1. Meyakinkan penderita bahwa kejang demam mempunyai prognosis
yang baik.
2. Memberikan cara penanganan kejang yang benar.
3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali.
4. Tidak ada kontra indikasi pemberian vaksinasi pada penderita
kejang demam
5. Pemberian obat untuk mencegah frekuensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat.
8. Prognosis Dubia ad Bonam
9. Tingkat Eviden
10. Tingkat
rekomendasi
11. Penelaah kritis
12. Indikator medis
13. Kepustakaan 1. Pedoman Diagnosis dan Terapi bag/smf ilmu kesehatan anak edisi
III, 2008 Rumah sakit umum dokter sutomo surabaya Hal. 56-58.
2. Buku Saku Pelayan Kesehatan Anak di Rumah Sakit ,2009 World
Health Organization
Ketua Komite Medik Ketua SMF
PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)
MEDIS RSIA NUN SURABAYA
2014 – 2016
No. Dokumen: No.Revisi: Halaman :1/6
KEJANG DEMAM
(dr. Danu Maryoto Teguh, SpOG (K) (dr. Danu Maryoto Teguh, SpOG (K))
Direktur
RSIA NUN Surabaya
(Numbi Mediatmapratia, dr)