biji asam terfermentasi utk pakan flushing babi final

12
BAGIAN I FILSAFAT, ILMU DAN FILSAFAT ILMU Ditinjau dari asal katanya ‘philos + sophos” yang berarti “cinta akan kebijaksanaan”, maka pada prinsipnya Filsafat berhubungan dengan kebijkasanaan. Oleh karena itu, mempelajari Filsafat pada dasarnya mengantar orang kepada pertimbangan dan tindakan-tindakan “bijak dan manusiawi” (actus humnis) dari pada hanya berbuat sesuatu (actus hominis). Karena hubungan itu maka Filsafat merupakan sesuatu yang diawali dengan pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan yang bijak pula. Dalam hal ini, filsafat pertama-tama mengajarkan cara, metoda dan bagaimana cara orang mempertanyakan segala sesuatu. Kemudian diharapkan akan terbentuk suatu system berpikir terbuka, sehingga membedakannya baik dengan sifat ilmu yang menuntut jawaban-jawaban tertentu sesuai dengan obyek yang dipelajari ataupun dengan ideology atau dogma yang bersifat tertutup atau terbatas. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa Filsafat adalah suatu proses usaha mencari terus menerus akan kebenaran dimana kebenaran ini tidak bersifat tunggal atau tertentu. Perkembangan dan Aspek-Aspek Filsafat Filsafat pertama (first philosophy) dikenal sebagai Metafisika; berasal dari kata Yunani, meta ta physica, yang berarti berada di belakang benda-benda fisik, yang bergerak dan berubah-ubah. Metafisika, kemudian dikenal dalam berbagai bentuk menurut pemahaman: - Sebagai Pengetahuan tentang sebab dan adanya (ousia), tentang hal-hal abadi yang tidak bias digerakkan atau teologi. - Sebagai suatu studi tentang makna, struktur dan prinsip dari segala sesuatu yang ada sejauh ada. Aristoteles menyatakan bahwa filsafat pertama disebut juga proto philosophia). Christian Wolf dalam Kebung (2011), membagi metafisika dalam dua bentuk, yakni : metafisika umum (ontology) dan metafisika khusus. Metafisika Khusus terdiri dari Psikologi (tentang hakikat manusia), Kosmologi (tentang hakikat dan asal usul alam semesta), dan Teologi (hakikat dan eksistentsi Tuhan). Dari sifatnya, Metafisika bukan merupakan ilmu ketika ilmu itu 1

Upload: ari-hestaliana

Post on 27-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

BAGIAN I

FILSAFAT, ILMU DAN FILSAFAT ILMU

Ditinjau dari asal katanya ‘philos + sophos” yang berarti “cinta akan

kebijaksanaan”, maka pada prinsipnya Filsafat berhubungan dengan kebijkasanaan.

Oleh karena itu, mempelajari Filsafat pada dasarnya mengantar orang kepada

pertimbangan dan tindakan-tindakan “bijak dan manusiawi” (actus humnis) dari pada

hanya berbuat sesuatu (actus hominis). Karena hubungan itu maka Filsafat merupakan

sesuatu yang diawali dengan pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan yang bijak

pula. Dalam hal ini, filsafat pertama-tama mengajarkan cara, metoda dan bagaimana

cara orang mempertanyakan segala sesuatu. Kemudian diharapkan akan terbentuk

suatu system berpikir terbuka, sehingga membedakannya baik dengan sifat ilmu yang

menuntut jawaban-jawaban tertentu sesuai dengan obyek yang dipelajari ataupun

dengan ideology atau dogma yang bersifat tertutup atau terbatas. Singkatnya, dapat

dikatakan bahwa Filsafat adalah suatu proses usaha mencari terus menerus akan

kebenaran dimana kebenaran ini tidak bersifat tunggal atau tertentu.

Perkembangan dan Aspek-Aspek Filsafat

Filsafat pertama (first philosophy) dikenal sebagai Metafisika; berasal dari kata

Yunani, meta ta physica, yang berarti berada di belakang benda-benda fisik, yang

bergerak dan berubah-ubah. Metafisika, kemudian dikenal dalam berbagai bentuk

menurut pemahaman:

- Sebagai Pengetahuan tentang sebab dan adanya (ousia), tentang hal-hal abadi

yang tidak bias digerakkan atau teologi.

- Sebagai suatu studi tentang makna, struktur dan prinsip dari segala sesuatu

yang ada sejauh ada. Aristoteles menyatakan bahwa filsafat pertama disebut juga

proto philosophia).

Christian Wolf dalam Kebung (2011), membagi metafisika dalam dua bentuk,

yakni : metafisika umum (ontology) dan metafisika khusus. Metafisika Khusus terdiri

dari Psikologi (tentang hakikat manusia), Kosmologi (tentang hakikat dan asal usul

alam semesta), dan Teologi (hakikat dan eksistentsi Tuhan). Dari sifatnya, Metafisika

bukan merupakan ilmu ketika ilmu itu dipahami sebagai sesuatu yang bersifat pasti

dan final; tetapi dapat dikatakan ilmu jika ilmu dipandang sebagi suatu penelitian yang

berhubungan dengan sikap dan metode tertentu.

Peranan metafisika bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

Mengajarkan cara berpikir cermat dalam pengembangan ilmu (tanpa titik henti).

Menuntut orisinalitas berpikir yang perlu bagi ilmu, yakni mengajarkan kreatif dan

rasa ingin tahu untuk selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang belum

terungkap (discovery) dan bukan hanya pembenaran semata (justification).

1

Page 2: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

Memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu, sehingga

pertanyaan yang diajukan memiliki landasan yang kuat.

Membuka peluang bagi perbedaan visi utuk suatu realita bahwa tidak ada

kebenaran absolute selain Tuhan.

Ilmu memiliki dua macam obyek yaitu obyek material dan obyek formal.

Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Misalnya manusia

yang menjadi sasaran penyelidikan dari beberapa ilmu, yakni: ilmu pendidikan, ilmu

sosial, dan psikologi. Sementara tubuh manusia menjadi sasaran penyelidikan ilmu

kedokteran,ilmu farmasi, dan ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan. Obyek formal

berhubungan dengan pendekatan dan metode yang digunakan dalam melakukan

pemahaman dan penyelidikan terhadap obyek material ilmu. Pendekatan dan metode

tersebut terdiri dari 3 jenis yaitu :1) pendekatan deduktif yang menghasilkan metode-

metode penyelidikan atau penelitian berbasis penalaran deduktif, yakni yang dilakukan

dalam penelitian kuantitatif; 2) pendekatan induktif adalah metode penelitian yang

berbasis penalaran induktif, yakni penelitian kualitatif; dan 3) pendekatan kombinasi

penalaran deduktif dan pendekatan induktif, yang dilakukan dalam action research/kaji

tindak. Hasil kaji tindak kemudian dianalisis secara deduktif dan proses yang dilakukan

dalam tindakan analisis induktif dengan penalaran induktif melalui berbagai

pengamatan yang terkait dengan sasaran penelitian.

Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa Filsafat menjadi akar dari segala

pengetahuan manusia, baik pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan non ilmiah.

Pengetahuan-pengetahuan tersebut selalu dikritisi baik oleh diri sendiri maupun orang

lain. Kritisan-kritisan tersebut adalah tentang “apa” (aspek ontology), ‘bagaimana

atau metode apa’ yang digunakan untuk menemukan (aspek epistemology) dan

apa manfaat atau kegunaan pengetahuan itu dan makluk lainnya serta lingkungan

dimana dia hidup (aspek aksiologi (Rahmat dkk, 2011).

1. Aspek Ontologi

Menurut istilahnya, Ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah

ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Istilah Ontologi berasal dari bahasa

Yunani yang artinya ilmu “tentang yang ada”. Beberapa landasan yang diperlukan

dalam Ontologi adalah : Landasan pernyataan (Metafisika) dan asumsi-asumsi dalam

memecahkan suatu masalah.

2. Aspek Epistemologi

Aspek epistimologi membahas tentang “bagaimana cara manusia mencari

pengetahuan dan seperti apa pengetahuan” tersebut. Dalam aspek

epistemologi digunakan beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan

premis minor.

Analogi, analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang

menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.

2

Page 3: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak

langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.

Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan,

kebenaran, dan kepastian.

Premis Minor, premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir

dan dalil-dalilnya.

3. Aspek Aksiologi

Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang “untuk apa ilmu itu

digunakan”. Dalam aspek aksiologi dibutuhkan Moral conduct, estetic expresion, dan

sosioprolitical. Artinya bahwa seorang ilmuan harus mengetahui apa “temuannya”,

melakukan “sosialisasi” tentang temuannya, sehingga “tidak disalahgunakan” dan

semuanya harus dilakukan dengan prinsip ‘moral’.

Filsafat Ilmu

Mohar dalam Aceng Rahmat dkk (2011) mengemukakan bahwa Filsafat Ilmu

adalah suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat asas menuju penemuan

keterangan tentang pengetahuan yang benar.

Sasaran filsafat ilmu adalah penataan dan pengetahuan tentang dasar asas-asas

yang dapat menerangkan terjadinya ilmu pengetahuan. diawali dengan menjelaskan

unsur-unsur yang terlibat dalam penelitian ilmiah, yakni : prosedur-prosedur

pengamatan, pola-pola argumentasi, metode penyajian dan perhitungan, dan asumsi-

asumsi metafisika. Langkah berikutnya adalah: mengevaluasi dasar-dasar validitasnya

berdasarkan sudut pandang logika formal, dan metodologi.

Menurut objek telaahnya Filsafat ilmu dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu

filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Objek telaahan ilmu-ilmu alam

adalah alam dan caranya dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah. Sementara; objek

telaahan ilmu-ilmu sosial adalah manusia sebagai pencipta, penemu, dan pemilik serta

pelaku pengetahuan itu sendiri.

Landasan Filsafat Ilmu

Sumantri (1998) menguraikan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara

filsafat yang bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai hakikat ilmu

menurut aspek-aspek Filsafat, yang meliputi :

1. Menurut Aspek Ontologis.

Fokus pertanyaan menurut aspek Ontologi meliputi: Obyek apa yang ditelaah?

Bagaimana wujud dan hakikat dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara

obyek ilmu dan daya tangkap manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra

yang digunakan menghasilkan ilmu? Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh

aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra manusia. Berdasarkan batasan

tersebut maka ilmu mempelajari obyek-obyek empiris, berupa berbagai jenis

3

Page 4: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

ternak, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan manusia. Dari pertanyaan aspek

ontologis tersebut lahirlah klasifikasi ilmu pengetahuan dan bidang-bidangnya.

2. Menurut Aspek Epistemologis

Pertanyaan menurut aspek Epistemologi meliputi : Bagaimana merangkai

pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur, tersebut menjadi ilmu?

Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa sajakah yang harus

diperhatikan agar didapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut

kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara atau teknik dan sarana apa yang

membantu dalam mendapat pengetahuan berupa ilmu? Karena itu, maka

Epistemology disebut juga teori pengetahuan yang membahas secara mendalam

segenap proses yang terlibat dalam usaha manusia dalam mencari dan

memperoleh pengetahuan. Sementara, Ilmu merupakan pengetahuan yang

didapat melalui proses tertentu yang dikenal dengan nama metode keilmuan yang

ditetapkan melalui metode penelitian ilmiah yang menghasilkan temuan yang

disebut ilmu atau science dan pengetahuan atau knowledge. Penerapan Metode

keilmuan dapat dilakukan melalui: penalaran deduktif (dalam penelitian

quantitatif); penalaran induktif (dalam penelitian qualitatif) dan penggabungan

kedua jenis penalaran (mixed method) tersebut (dalam perpaduan penelitian

quantitatif dan qualitatif).

3. Menurut Aspek Aksiologis

Bentuk pertanyaan menurut aspek Aksiologi, meliputi: Untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu digunakan? Bagaimana hubungan antara penggunaan ilmu dan

kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik procedural

yang merupakan operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral?

Tujuan Filsafat ilmu

1. Memperdalam unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh dapat

dipahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan dan perkembangan serta kemajuan ilmu di

berbagai bidang sehingga dapat diperoleh gambaran proses penemuan ilmu

sejak zaman Yunani kuno sampai pada zaman post modern.

3. Mempertegas bahwa antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

4

Page 5: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

BAGIAN II

TINJAUAN FILSAFAT TENTANG:

PEMANFAATAN BIJI ASAM TERFERMENTASI PROBIOTIKUNTUK OPTIMALISASI POTENSI REPRODUKSI BABI BETINA DI NTT

PENDAHULUAN

1. Landasan Ontologi: Pemanfaatan biji asam sebagai pakan

Salah Satu kebijakan Nasional tahun 2009 tentang pengembangan ternak non

ruminansia adalah pemanfaatan potensi pakan lokal. Tujuan utamanya adalah untuk

mengurangi ketergantungan peternak pada pakan import sehingga menekan biaya

pakan. Sampai saat ini sekitar 60% komponen pakan non ruminansia (ayam dan babi)

harus diimport, sedangkan pada dasarnya banyak sumber daya pakan lokal yang

potensil yang belum dikaji secara ilmiah sehingga kemanfaatannya belum terjamin.

Biji asam merupakan salah satu pakan potensil yang banyak tersedia tetapi

belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan babi di NTT. Towaha (2011)

melaporkan kandungan nutrisi biji asam adalah: air (13%); PK (20%), Lemak (5.5%),

abu (2.4%) dan BETN (59%). Ketersediaan biji asam dianggap cukup karena pohon

asam tersebar di hampir 80% pulau di NTT dengan potensi produksi biji asam di NTT

sebesar 3000ton/tahun, ini termasuk limbah produksi Fabrik Asam Kawak di Kabupaten

Timor Tengah Selatatan (TTS) sebanyak 2000-3000ton biji asam/tahun setara dengan

2700ton tepung biji asam/tahun. Kenyataan ini menggambarkan bahwa biji asam

berpotensi sebagai bahan penyusun ransum ataupun pakan suplemen protein. Akan

tetapi, potensi biji asam belum dimanfaatkan secara optimal, karena dua kendala

utama, yakni: pengolahan yang tergolong sulit karena keras dan terindikasi

mengandung antinutrisi berupa tannin dan golongan polisakarida tak tercerna. Oleh

karena itu, biji asam perlu diolah dan diberikan perlakuan terlebih dahulu sebelum

diberikan agar efektif dan efisien dimanfaatkan oleh ternak. Dengan demikian yang

menjadi masalah dalam pemanfaatan biji asam sebagai pakan adalah “Bagaimana

cara mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam sehingga

potensi nutrisinya dapat dimanfaatkan secara optimal”.

2. Landasan Epistimologi : Bagaimana mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam

Ditinjau dari kandungan nutrisi yang kaya akan karbohidrat (BETN 58-59%) dan

karakteristik biji asam yang keras (Pugalenthi et al., 2004; Towaha, 2011), maka cara

yang cocok untuk mengolah biji asam adalah cara mekanik dan dilanjutkan dengan

fermentasi. Cara mekanik meliputi: sangrai dilanjutkan dengan perendaman dalam air

untuk melepaskan kulit kemudian digiling menjadi tepung. Sementara, fermentasi

adalah dengan mencampurkan tepung biji asam dengan probiotik dalam perbandingan

tertentu kemudian difermentasi selama waktu tertentu.

Probiotik adalah istilah yang dikenakan pada mikroorganisme hidup yang

digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat pakan, memperbaiki keseimbangan

5

Page 6: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

mikroflora dalam saluran pencernaan host. Food and Agriculture Organization of the

United Nations (FAO) and the World Health Organization (WHO) pada 2002 dalam Hori

(2010), menetapkan definisi Probiotik sebagai : “mikroorganisme hidup yang apabila

diberikan dalam jumlah yang cukup memperbaiki kesehatan host” dan merupakan

jenis bakteri atau jamur bersahabat dan berlawanan dengan antibiotik. Manfaatnya

adalah mengurai jenis nutrisi (terutama jenis karbohidrat) tak tercerna sehingga

memperkaya nutrisi pakan dan memperbaiki keseimbangan mikroflora saluran

pencernaan host. Probiotik digunakan sebagai bahan fermentasi atau diberikan sebagai

suplemen makanan (antara lain oleh Kunaepah, 2009). Probiotik berada dalam

berbagai jenis dan nama komersilnya di pasaran (Hyronimus et al., 2000); ( Mahmood,

et al.,2005).

Hori (2010) menggolongkan Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu jenis

probiotik. Saccharomyces cerevisiae dikenal sebagai ragi kering (dreid yeast) adalah

bakteri sel tunggal yang merupakan sumber protein mudah tercerna dan energi serta

vitamin B compleks, telah digunakan dalam fermentasi pakan dan suplementasi.

Saccharomyces cerevisiae mengandung enzim α-galaktosidase yang mampu

mengurai senyawa oligosakarida (jenis polisakarida) menjadi di dan mono sakarida

yang sederhana sehingga dapat dicerna enzim dalam saluran pencernaan (Pugalenthi

et al., 2004). Karena kemampuan tersebut, Saccharomyces cerevisiae sangat baik

dalam proses fermentasi biji asam.

Fermentasi biji asam menggunakan Saccharomyces cerevisiae dan penanganan

hasil fermentasinya dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1). Biji asam

mula-mula disangrai pada suhu 80-1000C selama 30 menit, kemudian dilanjutkan

dengan perendaman dalam air selama 12 jam untuk melepaskan kulit biji (seedcoat);

2). Daging biji asam selanjutnya dijemur hingga mencapai kondisi lembab kemudian

digiling menjadi tepung; 3). Tepung biji asam difermentasikan selama 24-48 jam

menggunakan Saccharomyces cerevisiae dengan perbandingan: 2mg Saccharomyces

cerevisiae : 100g biji asam; 4). Tepung biji asam hasil fermentasi selanjutnya diangkat

dari wadah fermentasi dan diangin-anginkan (dijemur bukan dibahwa sinar matahari)

untuk menghilangkan hawa panas dan aroma asam yang terbentuk selama proses

fermentasi sehingga kelihatan seperti tepung segar. 5). Tepung segar hasil jemuran

siap digunakan atau disimpan sebagai pakan tunggal atau campuran.

3. Landasan Aksiologi: Tujuan pengolahan dan pemanfaatan biji asam hasil fermentasi.

Tujuan utama dari pengolahan biji asam adalah untuk mengoptimal potensi

nutrisi biji asam sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ternak non ruminansia

khususnya ternak babi.

Sebagai kegiatan yang telah berlangsung dari generasi ke generasi oleh

sebagian besar masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), maka beternak babi

telah dianggap sebagai bagian tradisi masyarakat di wilayah ini (Ly et al.,2010). Hal ini

6

Page 7: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

karena ternak babi merupakan sarat dalam adat di beberapa daerah dan dianggap

pelengkap suatu pesta rakyat di wilayah ini. Walaupun demikian kegiatan budidaya

tersebut lebih banyak dijalankan tanpa pengetahuan yang memadai tanpa

memperhaikan produktivitas ternak babi.

Sejak tahun 2008 peran ternak babi bagi masyarakat semakin besar dengan

variatifnya hasil industri pengolahan daging babi, yakni: Se’i, sate, bakso dan tulang

rusuk babi di Kota Kupang. Munculnya industri tersebut telah semakin meningkatkan

animo masyarakat untuk beternak babi terutama babi peranakan karena cepat

bertumbuh. Hal ini menyebabkan permintaan akan ternak babi meningkat baik untuk

bibit maupun untuk kebutuhan industri, tetapi dipihak lain ketersediaan babi terbatas.

Salah satu faktor penyebab adalah daya reproduksi babi betina rendah, sebagai akibat

rendah/kurangnya perhatian peternak terhadap kebutuhan nutrisi babi betina

menjelang kawin. Indikator yang terlihat adalah rendahnya litter size (jumlah anak) per

kelahiran. Johns et al (2009) melaporkan bahwa liter size ternak babi di NTT berada

pada kisaran : yakni: 1 – 4 ekor untuk skala rumah tangga dan 6 – 10 ekor untuk skala

usaha atau jumlah anak tidak mencapai potensi, yakni seperti jumlah susu yang

dimiliki induk. Mencermati kendala tersebut maka salah satu permasalahan yang urgen

diselesaikan adalah “perbaikan quantitas dan qualitas pakan induk”.

Flushing adalah program pemberian pakan tambahan pada babi betina

menjelang (10 – 14 sebelum) dan 7 hari setelah dikawinkan (Hougse, 1959). Dalam

program flushing penambahan jumlah unit biasanya digunakan pakan yang sama,

sedangkan dalam penambahan kualitas biasanya menggunakan sumber protein atau

energi. Tujuan utama flushing adalah meningkatkan jumlah produksi folikel dan

meningkatkan ovulasi sehingga mengoptimal/meningkatkan liter size induk babi.

Menurut anjuran Hougse (1959) bahwa flushing sangat bermanfaat dan effisien

dilakukan pada induk babi dengan kondisi badan kurus. Dengan demikian, strategi

flushing diharapkan dapat digunakan untuk optimalisasi potensi babi betina di NTT

yang memiliki penampilan kurus pada umumnya.

Dari sudut ekonomi, dampak program flushing adalah meningkatnya biaya

produksi sebagai akibat dari jumlah unit pakan bertambah dan tingginya harga pakan

sumber protein atau energi yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan pakan lokal

yang mudah dan murah tapi berkualitas baik seperti biji asam merupakan tindakan

alternatif yang potensil dilakukan.

Perumusan Masalah:

Dari uraian tersebut maka permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi

potensi reproduksi babi betina di NTT”.

Tujuan:

7

Page 8: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

Tujuan studi ini adalah untuk mengoptimal manfaat biji asam untuk optimalisasi potensi

reproduksi babi betina di NTT, yang dibagi dalam 2 tahap penelitian, yakni:

1. Penelitian 1: Pengolahan dan fermentasi biji asam selama 24, 48 jam: untuk

mendapatkan hasil fermentasi yang terbaik untuk pakan flushing

2. Penelitian 2: Flushing dilakukan pada babi betina dara (calon induk) dan

induk yang pernah melahirkan 1-2 kali, selama 10, 12, 14 hari sebelum dan

7 sesudah dikawinkan. Tujuannya untuk mendapatkan liter size tertinggi.

HIPOTHESIS:

Berdasarkan Permasalahan, solusi dan tujuan yang dicapai dalam studi ini maka

rumusan Hipotesis yang dapat dibangun adalah:

“Fermentasi dengan probiotik adalah cara mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT”

METODE PELAKSANAAN

Metode yang tepat digunakan dalam studi ini adalah metode percobaan.

Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk fermentasi dan Rancangan Acak Kelompok

untuk Flushing. Parameter yang dipelajari akan meliputi: jumlah anak perkelahiran,

bobot lahir anak, jumlah anak yang mati, berat sapih anak, performans induk

(pertambahan berat badan, kasus aborsi). Analisis data akan menggunakan Anova dan

Uji Duncan. Objek Penelitian akan meliputi: bij asam, probiotik, ternak babi betina, yang

terdiri dari : babi dara dan induk yang pernah 1-2 kali melahirkan.

Lingkupan dan tahapan kegiatan akan meliputi:

1). Pengolahan biji asam, dilanjutkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces

cerevisiae selama 24, 48 jam untuk memperoleh pakan flushing yang berkualitas,

aman dimakan dan murah. pengolahan dilakukan secara mekanik, yakni sangrai

dilanjutkan perendaman untuk melepaskan kulit biji; penggilingan daging biji dan

dilanjutkan dengan fermentasi. Indikator yang diteliti meliptui: kandungan nutrisi

dan anti nutrisi sebelum dan sesudah fermentasi.

2). Program flushing: pemberian pakan pada calon induk (babi dara) dan induk yang

pernah melahirkan 1-2 kali selama 10, 12, 14 hari sebelum 7 hari setelah

dikawinkan. Indikator akan meliputi: jumlah folikel, jumlah kasus aborsi

(kesehatan induk), jumlah anak lahir hidup dan mati, berat badan lahir per ekor

anak.

8

Page 9: Biji Asam Terfermentasi Utk Pakan Flushing Babi Final

DAFTAR PUSTAKA

Chiba,L.I., 2010., Pig Nutrition and Feeding. In Animal Nutrition Handbook Section 11.

Hougse C.N., 1959. Rations for Pregnant Sows. NDSU. Libraries. NDAC. Extension Service Fargo. North Dakota Agricultural College.

Hori ., 2010. Probiotics. In Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Edited by Cho S.S and E.T. Fiwocchiaro. CRC Press. Taylor and Frnacis Gorup. 2010.pg 194.

Hyronimus B., C. Lemarrec, A. Hadj Sassi, and A. Deschamps. 2000. Acid and bile

tolerance of spore-forming latic acid bacteria. International Journal of Food

Microbiology 61 (2000) 193 – 197

Johns, C., I. Patrick, M. Geong and J. Ly., 2009. Smallholder commercial pig production in NTT - opportunities for better market integration. SADI-ACIAR Research Report

Kebung, Konrad, 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Prestasi Pustaka Publisher Jakarta.

Kunaepah, U., 2009. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa Terhadap aktivitas antibakteri, polifenol totalDan mutu kimia kefir susu kacang merah. Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009

Ly, J., U. Ginting, M. and RDH Likadja., 2010. Pig Production In NTT Regions. Full Paper presented in Aciar and Udayana University Pig Production in Eastern Indonesia Workshop Udayana University, Denpasar 26th – 27th July 2010

Lipiński. K., G. Chrostowski, P. Matusevičius and H. Skórko-Sajko., 2012. The effect of diets supplemented with Saccharomyces cerevisiae Boulardii probiotic yeast on the reproductive performance of Pregnant and lactating sows. VETERINARIJA IR ZOOTECHNIKA (Vet Med Zoot). T. 59 (81). 2012

Mahmood, T., M.S. Anjum, I. Husain and R. Perveen., 2005. Effect of Probiotic and growth promoters on chemical composition of broilers carcass. International Journal of Agriculture & Biology. 1560-8530/2005/07-6-1036-1037.

Rahmat. A.; C. Semiawan; D. Nomida; I. Aryanto; K. Djoyosuroto; M. Djamaris; Nadiroh; N. Putra dan S. Akhadiah. Filsafat Ilmu Lanjutan. Editor S. Akhadiah dan W. Dewi Listyasari. Kencana Prenada Media Group Jakarta.

Suriasumantri. Y., 1996. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar. Jakarta: Sinar Kasih.

9