beton bertulang
DESCRIPTION
oiTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Beton Bertulang
Pengertian beton bertulang adalah campuran antara semen Portland
atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. (SNI –
03 – 2847 – 2002 pasal 3.12)
Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton dan baja. Sifat
kedua bahan ini dapat diketahui dari “teknologi beton” nya.(Gideon,
1993)
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit
yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada
struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat dari
penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus +
aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa
keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja
tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan geser. Penggabungan
antara material beton dan baja tulangan memungkinkan pelaku
konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk
menahan gaya tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara
keseluruhan menjadi lebih kuat dan aman.
(
http://jumantorocivilengiinering.blogspot.co.id/2013/06/betonbertulang.
html,2013, p. 1)
2.2. Analisis dan Perencanaan
2.2.1. Perencanaan
Semua komponen struktur beton bertulang harus
direncanakan cukup kuat sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan dalam standar SK SNI 03-
2847-2002 tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, dengan menggunakan faktor beban dan faktor
reduksi kekuatan φ yang sesuai.
2.2.2. Modulus Elastisitas
Nilai modulus elastisitas beton dan baja tulangan
ditentukan sebagai berikut:
1) Untuk nilai wc diantara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3, nilai modulus
elastisitas beton Ec dapat diambil sebesar (wc)1.5 0.0043
√ƒ'c (dalam MPa). Untuk beton normal Ec dapat diambil
sebesar 4700 √ƒ'c .
2) Modulus elastisitas untuk tulangan non-prategang Es boleh diambil sebesar
200000 MPa.
2.3. Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan
Struktur harus direncanakan hingga semua penampang
mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang
dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor.
2.3.1. Kuat Perlu
Kuat perlu didefinisikan sebagai kekuatan suatu komponen
struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban
terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan
adanya beban dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan
dalam tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung. Kuat perlu yang dipersyaratkan dalam pasal
tersebut adalah:
U = 1,4 D
U = 1,2D + 1,6L (SK SNI 03-2847-2002 pasal 11.2(1))
U = 0,75 ( 1,2.D + 1,6.L + 1,6.W )
U = 0,9.D + 1,3.W (SK SNI 03-2847-2002 pasal 11.2(2))
U = 1,05 ( D + 0,6.L + E )
U = 0,9 ( D + E ) (SK SNI 03-2847-2002 pasal 11.2(3))
dimana D : beban mati, L : beban hidup, W : beban angin, dan E : beban gempa.
2.3.2. Kuat Rencana
Kuat rencana komponen struktur dan penampangnya,
sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan
torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang
dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini,
dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ . Faktor reduksi kekuatan
φ ditentukan sebagai berikut:
Momen lentur tanpa gaya aksial
φ = 0.80 (SK SNI 03-2847-2002
pasal 11.3(2(1))) Gaya aksial tarik, atau momen dengan gaya
tarik
φ = 0.80 (SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.3(2(2(a)))) Gaya aksial tekan, atau momen dengan gaya tekan
φ = 0.65 (SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.3(2(2(b)))) Gaya geser
φ = 0.75 (SK SNI 03-2847-2002 pasal 11.3(2(3))).
2.3.3. Kuat Rencana Tulangan
Dalam perencanaan, kuat leleh tulangan ƒy dibatasi tidak boleh melebihi
550 MPa.
2.4. Beban Lentur dan Aksial
Ketentuan ini berlaku untuk perencanaan komponen
struktur terhadap beban lentur atau aksial atau kombinasi dari
beban lentur dan aksial. Ketentuan ini diambil berdasarkan standar
SK SNI 03-2847-2002 tentang tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung.
Tipe Keruntuhan pada Komponen Beton BertulangMenurut Dr. Resmi Bestari Muin , MS Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana dan Ahadi (2013), ada 3 kemungkinan type / kasus keruntuhan yang terjadi pada perencanaan dengan menggunakan kekuatan batas ini ( dalam Keruntuhan Beton Bertulang , 2013, P.4):
• Tulangan Kuat (Overreinvorced ). Keruntuhan type ini terjadi akibat tulangan terlalu banyak, sehingga beton yang tertekan hancur terlebih dahulu (beton mencapai kekuatan batasnya terlebih dahulu). Keruntuhan ini terjadi secara tiba-tiba (brittle failure).
• Tulangan Lemah (Underreinvorced ). Pada kasus ini tulangan mencapai tegangan lelehnya (fy) terlebih dahulu, setelah itu baru beton mencapai regangan batasnya ( c ), dan selanjutnya struktur runtuh. Pada kasus ini terlihat ada tanda-tanda berupa defleksi yang besar sebelum terjadi keruntuhan.• Balanced Reinvorced . Pada type keruntuhan ini, saat terjadi keruntuhan ( beton mencapai regangan batasnya, c ), tulangan juga pas mencapai tegangan lelehnya (fy) . Keruntuhan ini juga terjadi secara tiba-tiba.
Beberapa istilah-istilah pada dasar-dasar perencanaan struktur beton bertulang :
• Tegangan : intensitas gaya per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan kg/cm2 , M pa atau N/mm2 .• fc (kuat tekan beton yang disyaratkan) : tegangan beton yang ditetapkan/digunakan pada perencanaan, dengan aplikasi pengujian di lapangan berupa hasil benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.• fy ( kuat tarik leleh ) : tegangan tarik leleh minimum yang disyaratkan pada tulangan.
– Jika berupa momen, maka kuat nominal dimaksud adalah momen nominal ( Mn ).– Jika berupa gaya tekan, maka kuat nominal dimaksud adalah kuat tekan nominal ( Pn ).– Jika berupa gaya geser, maka kuat nominal dimaksud adalah kuat geser nominal ( Vn ).
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting.
Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur,
besar maupun kecil – bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan,
dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct),
drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses besar beton sebagai
bahan konstruksi yang universal cukup mudah dipahami jika dilihat dari
banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain (“Beton
Bertulang”, 2011, Januari) :
a) beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan
dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang
struktur dengan ketebalan penutup beton yangmemadai sebagai pelindung
tulangan hanya mengalami kerusakan padapermukaannya saja tanpa mengalami
keruntuhan.
c) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat
panjang. Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan
sampai kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini
dapat dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan
berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam hitungan
tahun, karena lamanya proses pemadatan pasta semen.
f) Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi
tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan
semacam itu.
g) Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk
yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai
atap kubah dan cangkang besar.
h) Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
(pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan
baja, yang mungkin saja harus didatangkan daridaerah lain.
i) Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang
lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus
mengenal dengan baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang
tersebut antara lain :
a) Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
b) Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya
sampai beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara
mungkin diperlukan untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya,
misalnya pada atap, dinding, dan struktur-struktur sejenis, sampai bagian-bagian
beton ini cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di
Amerika Serikat, biaya bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari
total biaya suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas
bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton bertulang,
hal utama yang harus dilakukan adalah mengurangi biaya bekisting.
c) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-
panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi
momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani
seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur
baja dan kayu.