berjuang demi setetes air · jan kerap terjadi banjir dan erosi yang membawa ... dengan dukungan...

3
BERJUANG DEMI SETETES AIR USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh:Yasser Premana Kawasan Ekosistem Seulawah merupakan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan yang berada di Kemukiman Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Kawasan ini memiliki luas sekitar 6.300 ha dengan Kawasan Sumber Air Alur Mancang (KSAM) sebagai area intinya. Wilayah ini merupakan sum- ber air utama bagi masyarakat disekitarnya dan merupakan salah satu wilayah hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh yang menjadi sumber air utama bagi warga Banda Aceh, ibukota Propinsi Aceh. Selain itu, kawasan ini juga kaya akan keanekaragaman hayati baik flora dan fauna langka seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris Suma- trensis) dan Gajah Sumatra (Elephas maximus). Meskipun telah ditetapkan sebagai kawasan konser- vasi, namun keberadaan kawasan ini tidak terlepas dari ancaman yang mengancam kelestariannya. Ber- bagai aktivitas ilegal seperti perambahan, peneba- ngan liar, pembakaran hutan dan perburuan satwa masih terus terjadi. Alih fungsi kawasan dari hutan konservasi menjadi kawasan budidaya tanaman pertanian adalah ancaman lainnya. Deforestasi dan degradasi hutan menjadi tak terelakkan. Bencana seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan menjadi ancaman terhadap ketersediaan air bersih. Stabili- tas ketersediaan air tidak normal, pada musim hu- jan kerap terjadi banjir dan erosi yang membawa aliran lumpur, sedangkan pada musim kemarau ter- “Bekerjalah setulus hati. Jangan tinggalkan air mata, tapi tinggalkanlah mata air untuk anak cucu kita” itulah pesan Anzurdin USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Upload: ngongoc

Post on 11-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERJUANG DEMI SETETES AIR · jan kerap terjadi banjir dan erosi yang membawa ... Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti Di-nas Kehutanan Aceh, USAID, Fauna & Flora Inter-

BERJUANG DEMI SETETES AIR

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Yasser Premana

Kawasan Ekosistem Seulawah merupakan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan yang berada di Kemukiman Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Kawasan ini memiliki luas sekitar 6.300 ha dengan Kawasan Sumber Air Alur Mancang (KSAM) sebagai area intinya. Wilayah ini merupakan sum- ber air utama bagi masyarakat disekitarnya dan merupakan salah satu wilayah hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh yang menjadi sumber air utama bagi warga Banda Aceh, ibukota Propinsi Aceh. Selain itu, kawasan ini juga kaya akan keanekaragaman hayati baik flora dan fauna langka seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris Suma- trensis) dan Gajah Sumatra (Elephas maximus).

Meskipun telah ditetapkan sebagai kawasan konser-vasi, namun keberadaan kawasan ini tidak terlepas dari ancaman yang mengancam kelestariannya. Ber- bagai aktivitas ilegal seperti perambahan, peneba- ngan liar, pembakaran hutan dan perburuan satwa masih terus terjadi. Alih fungsi kawasan dari hutan konservasi menjadi kawasan budidaya tanaman pertanian adalah ancaman lainnya. Deforestasi dan degradasi hutan menjadi tak terelakkan. Bencana seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan menjadi ancaman terhadap ketersediaan air bersih. Stabili- tas ketersediaan air tidak normal, pada musim hu-jan kerap terjadi banjir dan erosi yang membawa aliran lumpur, sedangkan pada musim kemarau ter-

“Bekerjalah setulus hati. Jangan tinggalkan air mata, tapi tinggalkanlah mata air untuk anak cucu kita” itulah pesan Anzurdin

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Page 2: BERJUANG DEMI SETETES AIR · jan kerap terjadi banjir dan erosi yang membawa ... Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti Di-nas Kehutanan Aceh, USAID, Fauna & Flora Inter-

jadi kekeringan, debit air menurun secara drastis.

Selama belasan tahun masyarakat Saree harus antri selama berjam-jam pada malam hari hanya untuk mendapatkan satu jerigen air bersih, sedangkan di siang hari air sangat sulit didapatkan. Untuk mem-beli air bersih, masyarakat harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.10.000,-/hari atau Rp. 300.000,-/bulan untuk skala rumah tangga. Sedangkan untuk usaha, masyarakat harus mengeluarkan Rp. 50.000,-/hari atau Rp. 1.500.000,-/bulan.

Rusaknya fungsi hutan juga menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Berdasarkan data Stasiun Klima-tologi Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (BP2HT) Saree dan Indrapuri-Aceh Besar selama 30 tahun terakhir (1981-2011), iklim kawasan berubah dari Tipe A (Daerah Sangat Basah) ke Tipe B (Daerah Basah) dan dari Tipe B ke Tipe C (Daerah Agak Basah).

Perubahan tipe iklim ini berdampak nyata terhadap menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat di se- kitar kawasan yang sebagian besar menggantung-

kan hidupnya dari kelestarian hutan. Masyarakat sekitar hutan yang berada di Desa Sukadamai dan Sukamulia yang total berjumlah 425 Kepala Keluarga (KK), adalah mereka yang paling merasakan kesuli-tan memperoleh air. Anzurdin, salah seorang tokoh masyarakat Desa Sukadamai menyatakan, ”Kalau ka- mi membiarkan keadaan ini terus terjadi mungkin seluruh masyarakat di Kemukiman Saree harus me- ngungsi meninggalkan kampung halamannya karena air sudah tak lagi tersedia”.

Menderita selama bertahun-tahun karena kekura- ngan air, pada tahun 2007 Anzurdin dan beberapa orang di Kemukiman Saree berinisiatif melindungi satu-satunya sumber air mereka yang berada di Gunung Seulawah.

Dengan motto ”berjuang demi setetes air” masya- rakat membentuk Forum Alur Mancang Saree (FAMS). Anzurdin ditunjuk sebagai ketua forum dan menetapkan sebuah kawasan perlindungan yang diberi nama Kawasan Sumber Air Alur Mancang Saree (KSAM). Tujuannya adalah untuk memperta- hankan keberlanjutan ketersediaan sumber air ber-

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Foto: (dari atas ke bawah) 1. Papan informasi yang dipasang oleh Forum Alur Mancang Saree (FAMS)

2. Patroli dan monitoring perlin- dungan Kawasan Sumber Air Alur Mancang Saree (KSAM)

Page 3: BERJUANG DEMI SETETES AIR · jan kerap terjadi banjir dan erosi yang membawa ... Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti Di-nas Kehutanan Aceh, USAID, Fauna & Flora Inter-

sih bagi masyarakat di Kemukiman Saree dan menja-ga kelestarian Kawasan KSAM seluas 602 ha.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti Di-nas Kehutanan Aceh, USAID, Fauna & Flora Inter- national, Porifera serta pihak terkait lainnya, berba- gai upaya konservasi terus dilakukan. Pembuatan dan perbaikan saluran air, patroli dan monitoring perlin- dungan kawasan, kampanye perlindungan kawasan, rehabilitasi lahan dan perbaikan trail sistem untuk jalur patroli, merupakan lima agenda utama pro- gram yang dilakukan oleh FAMS.

Program ini tidak hanya memberikan dampak bagi kelestarian kawasan air KSAM tapi juga sebagai bentuk kepedulian masyarakat Saree dalam men-jalankan konsep ”hutan lestari masyarakat sejahtera” yang menjadi motto Dinas Kehutanan Propinsi Aceh.

Atas keterbatasan sumber daya yang ada, FAMS membutuhkan dukungan dari semua pihak. ”Jadilah gula pasti semut akan datang - berbuatlah terlebih da-hulu pasti akan datang yang mau membantu” meru- pakan strategi yang disampaikan Anzurdin kepada masyarakatnya untuk menjaring dukungan berbagai pihak dalam upaya pelestarian KSAM.

Pada tahun 2010, Desa Sukadamai dan Sukamulia mendapatkan dana dari program PNPM sebesar Rp. 150.000.000,-/desa. Kedua desa sepakat meng-gabungkan uangnya untuk membangun bak penam-pungan air dan jaringan pemipaan dari KSAM ke pemukiman penduduk yang berjarak ±3 km. Saat ini air sudah sampai ke rumah-rumah penduduk de- ngan mudah.

”Kebutuhan hidup sehari-hari akan air sudah terpenuhi. Anak-anak laki-laki dan perempuan di Saree yang du-lunya mandi belum tentu sehari sekali, kini sudah bisa mandi dua kali sehari” kata Anzurdin.

Untuk memastikan kelesetarian hutan, FAMS mene- repkan skema Pembayaran Jasa Lingkungan. Dari 425 KK yang ada di Kemukiman Saree, FAMS memu-

ngut iuran sebanyak Rp. 25.000,-/KK. Dana hasil iuran dialokasikan 70% untuk pengelola air yang se-bahagian besarnya dikembalikan lagi untuk kegiatan perlindungan kawasan dan perbaikan jaringan pe- mipaan air, 20% untuk desa dan 10% untuk forum. Selain pembayaran jasa lingkungan yang diperoleh dari pengelolaan air tersebut, FAMS juga menda- pat masukan dari aktivitas wisata dari para pecinta alam yang ingin mendaki Gunung Seulawah atau kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala (FMIPA). Sebagian warga memanfaatkan aktivitas-aktivitas itu dengan menjadi penunjuk jalan (guide).

Atas kerja kerasnya menjaga wilayah hutan dan sumber air bersih, pada Juni 2016 FAMS diganjar Kalpataru, penghargaan paling bergengsi di bidang lingkungan hidup dengan predikat Penyelamat Hutan. Program ”Perlindungan Sumber Air dalam Ekosis- tem Seulawah” yang dimulai di Saree telah meng- insipirasi desa-desa wilayah tangkapan air untuk me- lakukan usaha yang sama.

“Bekerjalah setulus hati. Jangan tinggalkan air mata, tapi tinggalkanlah mata air untuk anak cucu kita” itulah pesan Anzurdin saat ia berpartisipasi dalam workshop ”Identifikasi Pembayaran Jasa Lingkungan” yang dilaksanakan oleh LESTARI di Gayo Lues, 9 Ok-tober 2016.

Dulu Anzurdin dan masyarakat di Kemukiman Saree berjuang demi setetes air, Kini tetes-tetes air itu telah melahirkan harapan yang lebih besar akan kehidupan masyarakat yang lebih layak. Usaha An- zurdin dan masyarakat di Kemukiman Saree adalah pembelajaran penting yang patut diteladani masya- rakat di kawasan-kawasan serapan air lainnya di Indonesia.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: Anzurdin menyampaikan pendidikan konservasi untuk siswa sekolah di lokasi Kawasan Sumber Air Alur Mancang Saree (KSAM)