berjualan di selasar rusunawa tidak dikenai biaya warga ... fileutara, desy (40) juga me-ngeluhkan...

1
Metropolitan 28 Suara Pembaruan Selasa, 4 Oktober 2016 [JAKARTA] Para penghu- ni rumah susun sewa seder- hana (Rusunawa) Rawa- bebek, Pulogebang, Jakarta Timur, membutuhkan pe- kerjaan tetap. Sebagian, pa- ra penghuni rusunawa kehi- langan mata pencarian dan menjadi pengangguran saat dipindahkan ke rusunawa. Mereka berharap Pemprov DKI Jakarta mencarikan la- pangan pekerjaan. Beberapa warga yang direlokasi dari Pasar Ikan, Jakarta Utara, mengeluhkan hal tersebut. Seperti yang dialami, Siti Sunengsih (42), penghuni blok F lantai IV Rusunawa Rawabebek. "Kami sekeluarga terpak- sa pisah rumah. Suami saya masih kerja di sekitar Pasar Ikan sedangkan saya tinggal di Rawabebek. Seminggu se- kali, suami saya pulang ke Rawabebek," ujar Siti Sunengsih, Selasa (4/10). Siti membuka lapak da- gang sayuran di Rusunawa Rawabebek dan baru se- minggu sekali bisa bertemu dengan suaminya. Suaminya masih bekerja se- bagai penjaga rumah di se- kitar Pasar Ikan. "Suami dan anak saya kontrak di Pasar Ikan, daripada bolak -balik Rawabebek-Pasar Ikan mendingan kontrak di sana," ungkapnya. Dia berharap, setelah tinggal di Rusunawa Rawa- bebek, mendapat pekerjaan dan dapat penghasilan tetap. "Sekarang ini, kadang-ka- dang dapat duit, kadang-ka- dang enggak," tuturnya. Selain Siti Sunengsih, warga lainnya yang dulu- nya bermukim di RT 01/ RW 04 Penjaringan, Jakarta Utara, Desy (40) juga me- ngeluhkan tidak adanya pe- masukan setelah direlokasi ke blok A lantai II Rusunawa Rawabebek, se- jak April 2016 lalu. Saat tinggal di Pasar Ikan, Desy punya usaha ju- alan pakaian yang dirintis bersama suaminya. Namun setelah dipindahkan ke Rawabebek, praktis bisnis jual-beli pakaian tersebut terbengkalai. "Sudah tidak ada kerja- an lagi, buat bayar rusun karena tidak dapat pema- sukan uang," ungkapnya. Untuk mengakalinya, Desy bersama suaminya te- tap berjualan pada Kamis dan Minggu di Pasar Ikan. "Seminggu dua kali, kami jualan pakaian di tempat yang lama. Kalau jualan pakaian di rusunawa, tidak laku. Kebanyakan yang jualan, tapi pembelinya sepi," ucapnya. Lain halnya dengan Rohana (61), penghuni blok F lantai I, dalam satu kamar ukuran studio, ia tinggal bersama lima anggota kelu- arganya. "Terlalu sempit, saya sudah mengajukan permintaan kamar baru, tapi belum ditanggapi pengelo- la," ujar Rohana. Dia pun berharap, sete- lah penghuni Pasar Ikan di- pindahkan ke rusunawa yang baru, ia mendapat dua kamar agar tidak terlalu sempit bagi anggota keluarganya. Penghuni blok A dan F Rusunawa Rawabebek dike- nakan sewa kamar Rp 300.000 per bulan. Apabila mereka telat bayar dikenakan denda Rp 6.000 per bulan. Tidak jauh dari blok A dan F, terdapat rusunawa yang dihuni oleh warga Bukit Duri, Jakarta Selatan. Rata-rata mereka baru se- bulan tinggal di Rusunawa Rawabebek. Mereka pun mengeluh- kan menjadi pengangguran setelah direlokasi oleh Pemprov DKI. Saih (42), warga Bukit Duri, yang mengajukan proposal usaha dagang nasi uduk di selasar Rusunawa Rawabebek. "Saat tinggal di Bukit Duri, saya bekerja di Mester Jatinegara. Sekarang kejauh- an lokasinya dari rusun. Saya ingin dagang nasi uduk," im- buhnya. Terpisah, Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Rusunawa Rawabebek, Ade Setiartini, pihaknya berupa- ya membantu penghuni ru- sun dengan memperboleh- kan mereka berdagang di selasar atau kios-kios yang telah disediakan. "Mereka dibolehkan bu- ka usaha di selasar dan kios yang telah disediakan," ujar Ade. Khusus bagi penghuni yang buka lapak di selasar, tidak dikenakan biaya sewa. "Mereka hanya diwajibkan menjaga kebersihan sekitar. Nantinya akan dipusatkan di blok Merpati Rusunawa Rawabebek bagi yang buka usaha di selasar," katanya. Terkait permintaan war- ga yang mengajukan kamar atau unit baru, kata Ade, se- suai dengan kebijakan satu kepala keluarga atau satu peta bidang, mendapat satu unit kamar. "Mereka boleh menga- jukan kamar tambahan, tapi harus ada rekomendasi dari lurah, ada surat keterangan lurah setempat bahwa yang mengajukan ini merupakan warganya," katanya. [160] [JAKARTA] Pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) Kalijodo, di Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan dan Kelurahan Tambora yang merupakan perbatasan wila- yah antara Jakarta Utara dan Jakarta Barat direncanakan rampung pada akhir Desember mendatang. Saat ini, kontraktor pengerjaan RPTRA masih melakukan proses pengurukan. Kepala Bidang Jalur Hijau Dinas Pertamanan dan Pemakaman Pemprov DKI Jakarta, Budi, menga- takan, sampai saat ini pi- haknya masih melakukan proses penimbunan tanah agar lahan yang dahulunya berisi bangunan warga itu bisa dijadikan rata setinggi Jalan Kepanduan II. "Kita akan bangun RPTRA di lokasi ini, tar- getnya memang akan dise- lesaikan pada Desember 2016, tapi jika proses pe- ngerjaan masih terhambat berbagai kendala teknis, mungkin baru bisa terlak- sana pada awal 2017," ujar Budi, Selasa (4/10) pagi. Ia mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melaku- kan pengkajian kontur tanah yang cocok untuk lokasi pembangunan RPTRA agar tidak mengalami penurunan permukaan tanah secara sig- nifikan bila nanti di atasnya dibangun arena bermain dan ruang terbuka hijau (RTH). "Kita juga sedang per- timbangkan jenis tanaman apa yang cocok untuk dita- nam di sekitar area RPTRA ini, karena cuaca di wila- yah Jakarta Utara ini cen- derung sering hujan asam dan rentan terendam banjir rob," tambahnya. Wali Kota Jakarta Utara, Wahyu Haryadi, mengata- kan, Pemprov DKI sampai saat ini terus berkoordinasi dengan pihak perusahaan yang hendak menyumbang pendanaan. "Perusahaan yang berko- mitmen baru-baru ini dari Sinar Mas, tapi itu nanti dari Pemprov yang mengurus pe- rihal teknis pendanaan, kita hanya membantu proses pengamanan dan memberi- kan saran terhadap konsep pembangunan RPTRA yang cocok dan ideal di lokasi ter- sebut," katanya. [C-7] Berjualan di Selasar Rusunawa Tidak Dikenai Biaya Warga Rawabebek Butuh Pekerjaan Tetap RPTRA Kalijodo Ditargetkan Rampung Desember SP/MIKAEL NIMAN Salah satu sisi dari Rusunawa Rawabebek, Pulogebang, Jakarta Timur.

Upload: doandien

Post on 23-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Metropolitan28 Sua ra Pem ba ru an Selasa, 4 Oktober 2016

[JAKARTA] Para penghu-ni rumah susun sewa seder-hana (Rusunawa) Rawa-bebek, Pulogebang, Jakarta Timur, membutuhkan pe-kerjaan tetap. Sebagian, pa-ra penghuni rusunawa kehi-langan mata pencarian dan menjadi pengangguran saat dipindahkan ke rusunawa. Mereka berharap Pemprov DKI Jakarta mencarikan la-pangan pekerjaan.

Beberapa warga yang direlokasi dari Pasar Ikan, Jakarta Utara, mengeluhkan hal tersebut. Seperti yang dialami, Siti Sunengsih (42), penghuni blok F lantai IV Rusunawa Rawabebek.

"Kami sekeluarga terpak-sa pisah rumah. Suami saya masih kerja di sekitar Pasar Ikan sedangkan saya tinggal di Rawabebek. Seminggu se-kali, suami saya pulang ke Rawabebek," ujar Siti Sunengsih, Selasa (4/10).

Siti membuka lapak da-gang sayuran di Rusunawa Rawabebek dan baru se-minggu sekali bisa bertemu d e n g a n s u a m i n y a . Suaminya masih bekerja se-bagai penjaga rumah di se-kitar Pasar Ikan. "Suami dan anak saya kontrak di Pasar Ikan, daripada bolak-balik Rawabebek-Pasar Ikan mendingan kontrak di sana," ungkapnya.

Dia berharap, setelah tinggal di Rusunawa Rawa-bebek, mendapat pekerjaan dan dapat penghasilan tetap. "Sekarang ini, kadang-ka-dang dapat duit, kadang-ka-dang enggak," tuturnya.

Selain Siti Sunengsih, warga lainnya yang dulu-nya bermukim di RT 01/RW 04 Penjaringan, Jakarta Utara, Desy (40) juga me-ngeluhkan tidak adanya pe-masukan setelah direlokasi k e b l o k A l a n t a i I I Rusunawa Rawabebek, se-jak April 2016 lalu.

Saat tinggal di Pasar Ikan, Desy punya usaha ju-alan pakaian yang dirintis bersama suaminya. Namun setelah dipindahkan ke Rawabebek, praktis bisnis jual-beli pakaian tersebut terbengkalai.

"Sudah tidak ada kerja-an lagi, buat bayar rusun karena tidak dapat pema-sukan uang," ungkapnya.

Untuk mengakalinya, Desy bersama suaminya te-tap berjualan pada Kamis dan Minggu di Pasar Ikan.

"Seminggu dua kali, kami jualan pakaian di tempat yang lama. Kalau jualan pakaian di rusunawa, t idak laku. Kebanyakan yang jualan, tapi pembelinya sepi," ucapnya.

Lain halnya dengan Rohana (61), penghuni blok

F lantai I, dalam satu kamar ukuran studio, ia tinggal bersama lima anggota kelu-arganya. "Terlalu sempit, saya sudah mengajukan permintaan kamar baru, tapi belum ditanggapi pengelo-la," ujar Rohana.

Dia pun berharap, sete-lah penghuni Pasar Ikan di-pindahkan ke rusunawa yang baru, ia mendapat dua kamar agar tidak terlalu sempit bagi anggota keluarganya.

Penghuni blok A dan F Rusunawa Rawabebek dike-nakan sewa kamar Rp 300.000 per bulan. Apabila mereka telat bayar dikenakan denda Rp 6.000 per bulan.

Tidak jauh dari blok A dan F, terdapat rusunawa

yang dihuni oleh warga Bukit Duri, Jakarta Selatan. Rata-rata mereka baru se-bulan tinggal di Rusunawa Rawabebek.

Mereka pun mengeluh-

kan menjadi pengangguran setelah direlokasi oleh Pemprov DKI.

Saih (42), warga Bukit Duri, yang mengajukan proposal usaha dagang nasi uduk di selasar Rusunawa Rawabebek.

"Saat tinggal di Bukit Duri, saya bekerja di Mester Jatinegara. Sekarang kejauh-an lokasinya dari rusun. Saya ingin dagang nasi uduk," im-buhnya.

Terpisah, Kepala Satuan Pe layanan (Kasa tpe l ) Rusunawa Rawabebek, Ade Setiartini, pihaknya berupa-ya membantu penghuni ru-sun dengan memperboleh-kan mereka berdagang di selasar atau kios-kios yang telah disediakan.

"Mereka dibolehkan bu-ka usaha di selasar dan kios

yang telah disediakan," ujar Ade.

Khusus bagi penghuni yang buka lapak di selasar, tidak dikenakan biaya sewa. "Mereka hanya diwajibkan menjaga kebersihan sekitar. Nantinya akan dipusatkan di blok Merpati Rusunawa Rawabebek bagi yang buka usaha di selasar," katanya.

Terkait permintaan war-ga yang mengajukan kamar atau unit baru, kata Ade, se-suai dengan kebijakan satu kepala keluarga atau satu peta bidang, mendapat satu unit kamar.

"Mereka boleh menga-jukan kamar tambahan, tapi harus ada rekomendasi dari lurah, ada surat keterangan lurah setempat bahwa yang mengajukan ini merupakan warganya," katanya. [160]

[JAKARTA] Pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) Kalijodo, di Ja lan Kepanduan I I , Kelurahan Pejagalan dan Kelurahan Tambora yang merupakan perbatasan wila-yah antara Jakarta Utara dan Jakarta Barat direncanakan r ampung pada akh i r Desember mendatang. Saat ini, kontraktor pengerjaan RPTRA masih melakukan proses pengurukan.

Kepala Bidang Jalur Hijau Dinas Pertamanan dan Pemakaman Pemprov DKI Jakarta, Budi, menga-takan, sampai saat ini pi-haknya masih melakukan proses penimbunan tanah agar lahan yang dahulunya berisi bangunan warga itu bisa dijadikan rata setinggi

Jalan Kepanduan II."Kita akan bangun

RPTRA di lokasi ini, tar-getnya memang akan dise-lesaikan pada Desember 2016, tapi jika proses pe-ngerjaan masih terhambat berbagai kendala teknis, mungkin baru bisa terlak-sana pada awal 2017," ujar Budi, Selasa (4/10) pagi.

Ia mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melaku-kan pengkajian kontur tanah yang cocok untuk lokasi pembangunan RPTRA agar tidak mengalami penurunan permukaan tanah secara sig-nifikan bila nanti di atasnya dibangun arena bermain dan ruang terbuka hijau (RTH).

"Kita juga sedang per-timbangkan jenis tanaman apa yang cocok untuk dita-

nam di sekitar area RPTRA ini, karena cuaca di wila-yah Jakarta Utara ini cen-derung sering hujan asam dan rentan terendam banjir rob," tambahnya.

Wali Kota Jakarta Utara, Wahyu Haryadi, mengata-kan, Pemprov DKI sampai saat ini terus berkoordinasi dengan pihak perusahaan yang hendak menyumbang pendanaan.

"Perusahaan yang berko-mitmen baru-baru ini dari Sinar Mas, tapi itu nanti dari Pemprov yang mengurus pe-rihal teknis pendanaan, kita hanya membantu proses pengamanan dan memberi-kan saran terhadap konsep pembangunan RPTRA yang cocok dan ideal di lokasi ter-sebut," katanya. [C-7]

Berjualan di Selasar Rusunawa Tidak Dikenai Biaya

Warga Rawabebek Butuh Pekerjaan Tetap

RPTRA Kalijodo Ditargetkan Rampung Desember

SP/Mikael NiMaN

Salah satu sisi dari Rusunawa Rawabebek, Pulogebang, Jakarta Timur.