berita ibu
DESCRIPTION
veritaTRANSCRIPT
Kemilau Jokowi Pudar Sebelum 100 Hari
Jakarta - Pertama kalinya dalam sejarah peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia disambut meriah oleh rakyat pada 20 Oktober 2014 lalu. Usai dilantik di gedung MPR/DPR Jakarta, lautan rakyat dengan suka cita 'mengarak' Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dari Jembatan Semanggi sampai Istana Negara.
Hari itu warga diperbolehkan masuk Istana untuk lebih dekat dengan Presiden Ke-7 Indonesia tersebut. Tak cukup dengan pawai, Presiden Jokowi juga menyapa warga di seluruh Indonesia melalui teleconference.
Selepas petang, mantan Gubernur Jakarta itu menyapa pendukung yang sebagian besar adalah kalangan relawan yang giat mengkampanyekannya tanpa pamrih di lapangan Monumen Nasional. Rakyat bergembira menyambut Presiden ke-2 yang terpilih secara langsung itu.
Kini tak ada lagi pesta. Pemerintahan Presiden Jokowi memasuki usia seratus hari. Sayangnya menjelang seratus hari usia pemerintahan Jokowi, terjadi konflik antara Kepolisian RI dengan Komisi Pemberantasan Korupsi yang memicu rasa kecewa mantan para relawannya.
Perseteruan dipicu oleh langkah Jokowi yang mengajukan nama Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI. Nama Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu santer disebut terkait dengan kepemilikan rekening 'gendut'.
Setelah KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka, muncul aksi 'perlawanan'. Penyidik Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri yang dipimpin pejabat baru Irjen Budi Waseso menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Perseteruan antara Polri dengan KPK pun meruncing.
Pada Minggu (25/1/2015), Presiden Joko Widodo membentuk Tim Independen untuk menyelesaikan konflik antar dua lembaga penegak hukum tersebut. Sebuah fakta diungkap oleh tim yang beranggotakan sembilan tokoh antikorupsi tersebut.
Ketua Tim 9 Syafi'i Ma'arif mengatakan ada partai politik yang 'merecoki' Presiden Jokowi. Salah satunya dengan ngotot mengajukan nama Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri.
Syafi'i menyebut saat ini Presiden Jokowi terbebani oleh persoalan Komjen Budi Gunawan. Sayangnya beban tersebut bukan berasal dari lawan politik, melainkan dari partai pengusung.
"Umumnya dari partailah. Saya ndak bisa menyebut partainya. Memang berat ini. Pak Jokowi ini diusung partai, tapi dia bukan tokoh partai. Saran saya dia kan dipilih rakyat, jadi utamakan rakyat," kata Syafi'i.
Soal tekanan partai politik ke Jokowi bukan kali ini aja diungkap. Kiprah kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai tidak independen juga menjadi sorotan media asing. Salah satunya The New York Times yang menyebut sosok Jokowi mulai kehilangan kilaunya akibat tekanan dari parpol.
Dalam artikel yang ditulis koresponden The New York Times Joe Cochrane berjudul 'For Indonesians, President’s Political Outsider Status Loses Its Luster', dijabarkan berbagai kebijakan dan keputusan Presiden Jokowi yang justru merusak citranya sendiri.
Artikel yang terbit di edisi cetak Minggu 18 Januari 2015 dan menjadi pembicaraan di twitter Jumat (23/1/2015), sosok Jokowi disebut sebagai 'political outsider' yang menjanjikan pemerintahan yang merakyat atau 'people-centric politics' ketika dia terpilih menjadi Presiden RI.
3 Bulan Lagi, Mini Market Dilarang Jual Minuman Keras
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel
resmimelarang peredaran minuman keras berkadar alkohol 5 persen di mini
market.
Hal tersebut tertuang pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 06/M-
DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan,
peredaran, dan penjualan minuman beralkohol.
Rachmat mengatakan, ketentuan tersebut mulai berlaku 3 bulan dari sekarang. Itu
ditujukan supaya mini market bisa menghabiskan stok gudang.
"Permendag dikeluarkan berlaku untuk tiga bulan, diharapkan mini market
membereskan," kata dia, di Jakarta, Rabu (28/1/2015).
Dia mengatakan, peredaran minuman beralkohol perlu ditekan lantaran
mengancam konsumennya, apalagi marak dijual lingkungan perumahan.
"Ini akan memberikan dampak tidak baik masa depan, oleh karena itu Menteri
Perdagangan keluarkan peraturan untuk generasi muda," ujar Rachmat.
Dia menegaskan, larangan tersebut karena di negara maju minuman beralkohol
tidak terjual bebas. "Di negara maju, kalau alkohol tidak boleh dibeli di bawah 20
tahun, terlalu bebas ini. Meski pengawasan diingkatkan tetap saja berjualan," tandas
dia. (Amd/Ahm)
Jokowi Dinilai Belum Punya Konsep Pembangunan yang Jelas
Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi XI DPR RI Fadel Muhammad menilai
Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih belum memiliki
fokus pembangunan yang jelas dalam 100 hari pertama pemerintahannya.
"Memang kita lihat banyak komplikasi banyak memang hal-hal yang belum terlalu
fokus beliau laksanakan," ujarnya di Gedung DPR RI, seperti dikutip Rabu
(28/1/2015).
Dia menjelaskan, kabinet ini seharusnya bukan hanya mementingkan blusukan,
tetapi harus memiliki konsep pembangunan yang jelas, bukan hanya asal
membangun.
"Banyak hal-hal fundamental yang berhubungan dengan kerja itu beliau banyak
kunjungan-kunjungan ke daerah jadi menurut saya kabinet kita membangun negara
bukan hanya kerja saja," lanjut dia.
Selain itu, dalam 100 hari pertamanya, pemerintah Jokowi dinilai belum mempunyai
strategi yang matang untuk menjalankan konsep yang ada. Hal ini diharapkan dapat
lebih terlihat setelah 100 hari.
"Juga harus ada konsep dan strategi itu perlu dalam pelaksanaannya. Selama 100
hari ini tidak nampak dimata saya konsep strateginya sepeti apa. Bukan hanya tidak
fokus tapi jelas membangun bangsa bagaimana," tandasnya. (Fik/Nrm)
Tim 9: Presiden Harus Tegaskan Kembali Komitmen Pemberantasan Korupsi
Jakarta - Tim Independen (Tim 9) menyampaikan beberapa butir pernyataan sikap yang bisa dilakukan oleh Presiden Joko Widodo terkait polemik KPK-Polri. Salah satunya meminta Jokowi
menegaskan kembali komitmennya untuk memberantas korupsi.
"Presiden agar menegaskan kembali komitmennya terhadap pemberantasna korupsi dan penegakan hukum pada umumnya sesuai harapan masy luas," kata ketua Tim Independen Syafii Maarif di Kantor Setneg, Jakarta Pusat, Rabu (28/1/2015).
Syafii menyampaikan Tim Independen siap memberi masukan untuk meredam hubungan KPK-Polri yang seolah memanas. Setelah dipanggil pertama kali oleh Jokowi pada minggu lalu, Tim langsung membuat sejumlah analisis. Di antaranya meminta Presiden Jokowi untuk tidak melantik Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri.
"Presiden seyogyanya memberikan kepastian kepada siapapun penegak hukum yang berstatus tersangka untuk mengundurkan diri demi menjaga marwah baik Polri maupun KPK," tuturnya.
"Presiden seyogyanya tidak melantik calon Kapolri sebagai tersangka dan mempertimbangkan kembali untuk mengusulkan calon baru Kapolri, agar institusi polri segera mendapat calon Kapolri yang definitif," lanjutnya.