bentuk tindak tutur ilokusi dalam program … · pada tanggal 28 oktober 1928 dalam peristiwa yang...
TRANSCRIPT
BENTUK TINDAK TUTUR ILOKUSI
DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Andreas Dwi Yunianto
NIM: 101224008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
BENTUK TINDAK TUTUR ILOKUSI
DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Andreas Dwi Yunianto
NIM: 101224008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”
“Belajarlah dari sebuah pengalaman, karena pengalaman adalah
guru terbaik dalam kehidupan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
Tuhan Yang Maha Esa
Atas berkat melimpah, kelancaran, dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi.
Orang tua tercinta Ignatius Djemingan dan Veronica Sri Sungkawaningsih
Terima kasih atas kerja keras, doa, dukungan dan segala upaya yang dilakukan
untuk mendukung anakmu ini.
Fina Eka Setiawanti dan Ispardanu Eko Rahardjo
Kakak yang selalu memberikan motivasi dan juga dukungan yang tiada henti.
Keluarga Besar Atmoharjono
Terima kasih atas saran, doa, dukungan dan motivasi yang selalu diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Yunianto, Andreas Dwi. 2017. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi pada Program
Sentilan Sentilun. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas mengenai bentuk tindak tutur ilokusi pada sebuah
acara televisi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur
ilokusi pada program Sentilan Sentilun. Subjek penelitian ini adalah tayangan atau
video program Sentilan Sentilun di Metro TV.
Penelitian bentuk tindak tutur iklokusi pada program Sentilan Sentilun ini
termasuk penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi tuturan yang
dilakukan dalam program Sentilan Sentilun. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri yang berbekal tentang pemahaman kajian
teori pragmatik yaitu, tindak tutur. Metode pengumpulan data yakni, pertama
simak, dan yang kedua yaitu catat. Dalam analisis data, penelitian ini
menggunakan metode kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi
konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi,
dan diklasifikasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami tindak
tutur yang dilakukan oleh penutur maupun mitra tutur untuk menyampaikan
tuturannya. Oleh sebab itulah, tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai suatu
pemahaman terhadap penggunaan tindak tutur terutama penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi.
Simpulan dalam penelitian ini adalah peneliti menemukan 4 bentuk tindak
tutur ilokusi yang sering digunakan dalam tuturan pada program Sentilan
Sentilun. Keempat wujud tindak tutur ilokusi itu adalah, tindak tutur ilokusi
direktif, tindak tutur ilokusi ekspresif, tindak tutur ilokusi deklaratif, dan tindak
tutur ilokusi representatif. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi direktif, bentuk
tuturan yang sering muncul mencakup 1) saran, 2) perintah, 3) permintaan, dan 4)
ajakan. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif, bentuk tuturan yang sering
muncul mencakup ungkapan 1) kekecewaan, 2) ketidaksenangan, dan 3)
ketidaksukaan. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi representatif, bentuk tuturan
yang sering muncul mencakup 1) mempertahankan, 2) merngatakan, dan 3)
mendeskripsikan. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi komisif, bentuk tuturan
yang sering muncul mencakup 1) menawarkan. Pada penggunaan tindak tutur
ilokusi deklaratif, bentuk tuturan yang sering muncul mencakup 1) menyatakan.
Penelitian bentuk tindak tutur ilokusi ini juga diharapkan bisa memberi
pengetahuan mengenai berbagai bentuk tindak tutur yang digunakan untuk
berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur.
Kata kunci : tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi
ekspresif, tindak tutur ilokusi deklaratif, tindak tutur ilokusi
representatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Yunianto, Andreas Dwi. 2017. The Form of Ilocution Act of Speech at Sentilan
Sentilun Program. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian
Literature and Education Study Program, Faculty of Teacher Training and
Education, Sanata Dharma University.
This research discusses about the form of ilocution act of speech at
sentilan sentilun program. This research ia amied to describe the form of ilocution
act of speech at sentilan sentilun program. The subject of this research is the
shows of Sentilan Sentilun Program in Metro TV.
This research of the form of ilocution act of speech is include of
descriptive-qualitative research, because this research contains the performed
speech in the shows of Sentilan Sentilun Program. The instrument used in this
research is the own researchers whose armed with sense of pragmatic study, that
is act of speech. Data collection used in this research are, first is listened to, and
second is note. In the data analysis, this research used contextual method, wich
means using contextual dimensions in interpreting the data wich had been
collected, identified, and classified. In this research, the researchers tried to
understand the act of speech whose doing by the speaker or interlocutor to deliver
the meaning. Therefor, the purpouse of this research is as comprehension the use
of act of speech especially the used of language for comunicating.
The conclusions of this research are the researchers found four form of
ilocution act of speech wich is frequently used in the speech of Sentilan Sentilun
Program. Those four forms are, the directive act of speech, the expressive act of
speech, the representative act of speech, and the declarative act of speech. In the
directive act of speech uses, the speech form wich frequently occours are 1)
suggestion, 2) command, 3) request, and 4) invitation. In the expressive act of
speech uses, the speech form wich frequently occours are 1) disappointment, 2)
displeasure, and 3) dislike. In the representative act of speech uses, the speech
form wich frequently occours are 1) retaining, 2) saying, and 3) described. In the
declarative act of speech uses, the speech form wich frequently occours is 1)
declaring. Hope the research of ilocution act of speech can tell about a variety of
forms wich used for comunicating between sepaker and interlocutor.
Keyword : the ilocution act of speech, the directive act of speech, the expressive
act of speech, the declarative act of speech, the representative act of
speech.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Bentuk Tindak Tutur Ilokusi
pada Program Sentilan Sentilun” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan selaku ahli materi yang telah
memberikan bantuan, saran, kritik, dan nasihat kepada peneliti,
sehingga penyusunan produk yang dihasilkan melalui penelitian ini
dapat berjalan dengan lancar.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah
banyak memberikan masukan, bantuan, bimbingan, dan ilmu kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5. Drs. J. Prapta Diharja, SJ, M.Hum., selaku dosen pembimbing II, yang
telah banyak memberikan masukan, bantuan, bimbingan, dan ilmu
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu dan bekal
kepada peneliti.
7. Keluargaku, Bapak Ignatius Djemingan, Ibu Veronica Sri
Sungkawaningsih, Fina Eka Setiawanti dan Ispardanu Eko Rahardjo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
1.5. Batasan Istilah .................................................................................... 9
1.6. Sistematika Penyajian ........................................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 12
2.1. Penelitian yang Relevan .................................................................... 12
2.2. Lingkup dan Fenomena Pragmatik .................................................. 15
2.2.1. Pragmatik .................................................................................. 15
2.2.2. Fenomena Pragmatik ................................................................ 17
2.2.2.1. Tindak Tutur ................................................................ 17
2.2.2.1.1. Lokusi .......................................................... 18
2.2.2.1.2. Ilokusi .......................................................... 18
2.2.2.1.3. Perlokusi ...................................................... 22
2.3 Konteks ............................................................................................ 23
2.3.1. Unsusr-unsur Konteks ............................................................. 24
2.3.1.1 Penutur dan Pendengar ................................................ 24
2.3.1.2. Topik Pembicaraan ...................................................... 24
2.3.1.3. Latar Peristiwa ............................................................. 25
2.3.1.4. Penghubung (Saluran) ................................................. 25
2.3.1.5. Kode ............................................................................. 25
2.3.1.6. Bentuk Pesan ............................................................... 25
2.3.1.7. Peristiwa Tutur ............................................................ 26
2.4. Kerangka Berpikir ............................................................................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 28
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 28
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 29
3.3 Sumber Data dan Penelitian ................................................................ 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 29
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................ 30
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 32
4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 32
4.2 Analisis Data ....................................................................................... 32
4.2.1 Tindak Tutur Ilokusi Direktif .................................................. 33
4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif ............................................... 37
4.2.3 Tindak Tutur Ilokusi Representatif ......................................... 43
4.2.4 Tindak Tutur Ilokusi Komisif ................................................. 47
4.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif .............................................. 50
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 54
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 59
5.1 Simpulan ...................................................................................... 59
5.2 Saran ............................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61
LAMPIRAN ................................................................................................... 63
BIODATA PENULIS .................................................................................... 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi
antarsesama pengguna bahasa. Syarat untuk terjadinya sebuah komunikasi sendiri
adalah adanya penutur dan mitra tutur. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari
bahasa Melayu. Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa persatuan di Indonesia
pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam peristiwa yang disebut Sumpah Pemuda.
Sejak saat itu, bahasa Melayu yang digunakan di wilayah Indonesia mulai dinamai
bahasa Indonesia. Namun, secara resmi penyebutan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi di Indonesia baru muncul pada tanggal 18 Agustus 1945 ketika
konstitusi Indonesia diresmikan dan dijadikan sebagai bahasa negara. Bahasa
memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang
dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi dan
bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda
pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi ini
tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
bernegara. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa
Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di
dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
Menurut Gorys Keraf (1997:1), bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan
satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa,
dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-
cara tertentu, yang telah disepakati secara bersama. Dengan demikian bahasa
digunakan sebagai alat komunikasi dalam berbagai keperluan tertentu, tetapi hal
itu akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dengan
komunikasi tersebut kita menjadi paham dengan ide atau gagasan dan kehendak
apa yang akan disampaikan oleh lawan tutur kita atau sebaliknya. Komunikasi itu
bisa dijalin melalui berbagai cara, bisa secara lisan, maupun tertulis, dan juga bisa
melalui berbagai macam alat komunikasi.
Menurut Kridalaksana (1984 : 24) bahasa adalah sistem arbitrer yang
digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi, atau mengidentifikasi diri.
Meningkatkan bahasa sebagai lambang makna dalam bahasa lisan, lambang itu
diwujudkan dalam bentuk tindak ujar dan dalam bahasa tulis, wujud simbol
tulisan dan keduanya memiliki tempat masing-masing. Bahasa lisan maupun
tulisan digunakan manusia untuk berikomunikasi. Komunikasi langsung misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sedang yang melalui media, contoh iklan di
televisi, siaran radio, penulisan opini atau artikel di majalah, surat kabar, dan lain-
lain.
Ilmu yang mengkaji tentang bahasa adalah linguistik. Linguistik sebagai
ilmu bahasa yang meneliti dan mengkaji seluk-beluk bahasa natural manusia,
tidak saja aspek-aspek internal tetapi juga bagian-bagian eksternalnya, di dalam
perkembangannya memiliki beberapa cabang atau ranting-ranting ilmu (Rahardi,
2003:9). Salah satu cabang ilmu linguistik yang bersifat eksternal adalah
pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antarabentuk-bentuk
linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu (Yule, 2006 : 3).
Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa
yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan
pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
“ekstralingual’ yang dibicarakan (Verhaar, 1996:14). Rahardi (2003:16)
mengatakan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud
penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Karena
pragmatik mengkaji maksud penutur sesuai dengan konteks dan lingkungan
sosialnya, bidang kajian pragmatik tentu berkaitan dengan kesantunan dan
ketidaksantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah bidang kajian pragmatik
yang sudah banyak diteliti dan dikaji secara mendalam oleh para peneliti.
Pragmatik juga mengkaji mengenai tindak tutur. Tindak tutur adalah
fenomena pragmatik yang berkenaan dengan tindakan penutur yang ditunjukkan
melalui tuturan. Tindak tutur menurut Yule (2006:82−84) adalah tindakan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Tindakan yang ditampilkan dengan
menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling
berhubungan.
Tindak tutur sendiri terdapat tiga kajian, yaitu tindak tutur lokusi, tindak
tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi disebut sebagai The
Act of Saying Something. Menurut Parker (1986:15), perspektif pragmatik tindak
tutr lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk
memahami tindak tutur. Lebih jauh, tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang
relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena cenderung dapat dilakukan tanpa
menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (Wijana, 2009: 20-
21). Tindak tutur ilokusi, penutur membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di
dalam pikiran. Tindak tutur ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif
suatu tuturan. Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk mealakukan sesuatu.
Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak
tutur ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something.
Pada tindak tutur perlokusi penutur tidak secara sederhana menciptakan
tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat.
Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya
pengaruh atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini
dapat secara sengaja atau tidak sengaja direaksiakan oleh penuturnya. Tindak tutur
yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya disebut
tindak tutur perlokusi. Tindak ini disebut The Act of Affecting Someone.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Seiring perkembangannya, proses komunikasi dengan massa bisa dilakukan
dengan berbagai cara, baik dengan menggunakan media elektronik maupun media
cetak. Media yang paling digemari oleh masyarakat pada umumnya adalah media
elektronik. Hal itu karena kemudahan dan kemenarikan dari kemasan yang ada
pada media elektronik. Apalagi dengan kemajuan zaman pada saat ini, media
elektronik dirasa lebih menjanjikan dibandingkan dengan media cetak, karena
banyak sekali alat yang dapat menunjang ketercapaian dari seseorang untuk
mengakses suatu berita atau informasi dengan menggunakan media elektronik,
dan tidak perlu untuk susah payah dalm mengaksesnya, diantaranya adalah
televisi dan internet. Pada dasarnya masyarakat tentu menginginkan informasi
yang lebih mudah, lebih cepat, faktual, aktual, dan sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini mengakibatkan media massa berlomba-lomba dalam menyajikan informasi
yang dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya. Salah satu media massa yang paling
banyak digunakan masyarakat saat ini adalah televisi.
Televisi juga bisa disebut sebagai bagian dari kebudayaan audio visual,
karena televisi juga sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
masyarakat luas bahkan sampai masyarakat yang tinggal di daerah terpencil
sekalipun. Unsur esensial dari kebudayaan televisi yaitu berupa penggunaan
bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti
pesan, informasi, pengajaran, ilmu dan hiburan. Televisi memberi banyak
kemungkinan ilustrasi visual, kaya akan tata gerak, tata warna dan berbagai bunyi
suara. Tidak mengherankan jika televisi memiliki daya tarik yang luar biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
apabila sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia
yang sudah terpengaruh oleh televisi.
Dengan perkembangan tersebut, persaingan antarstasiun televisi pun tidak
bisa dihindarkan. Berbagai stasiun televisi di Indonesia seperti berlomba-lomba
untuk membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya, acara
seperti musik, film, informasi khusus, acara kuis, talkshow, atau sinetron yang
memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton. Banyaknya program
talkshow sebagai hiburan di berbagai stasiun televisi belakangan ini tidak
membuat Metro TV sebagai satu-satunya stasiun televisi swasta yang mengambil
segmen berita menjadi gentar, justru Metro TV telah mengedepankan sebuah
acara talkshow yang diberi nama “Sentilan-Sentilun. Acara tersebut dibawakan
oleh Slamet Raharjo dan Butet Kertaradjasa. Sentilan-Sentilun merupakan sebuah
program talkshow yang disiarkan di Metro TV dalam sepesial program dan sering
ditayangkan setiap pukul 21.30 WIB. Acara ini merupakan perbincangan antara
dua orang tokoh utama yaitu Pak Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun.
Acara ini mengusung budaya Jawa yang sangat kental dan berisi kritikan-
kritikan terhadap persoalan yang sedang terjadi di masyarakat. Dua tokohnya
menggunakan logat Jawa dalam acara tersebut, dengan gaya yang santai tetapi
bersahaja, keduanya seakan ingin menonjolkan budaya Jawa yang sopan dan
santun. Tempatnya diatur seperti sebuah ruangan di dalam rumah dengan si
pemilik Slamet Raharjo yang berperan sebagai Pak Sentilan. Tema yang diusung
dalam acara ini biasanya tentang poilitik yang sedang hangat-hangatnya terjadi,
cara bahasa yang digunakan dalam penyampaiannya pun dilakukan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang sederhana, ringan dan kocak sehingga dapat dengan mudah dicerna oleh
pemirsa yang menyaksikan tayangan tersebut. Acara yang ditayangkan di Metro
TV ini, ternyata juga menjadi acara kegemaran para remaja, terutama mereka
yang suka dengan berita mengenai politik, seperti mahasiswa hukum dan juga
ilmu ekonomi, tetapi tidak menutup kemungkinan juga bagi mahasiswa lain yang
menyukai acara tersebut, dan acara ini tidak dibatasi usia, karena pesan yang
disampaikan dalam acara ini baik untuk semua kalangan.
Dalam acara tersebut Slamet Raharjo berperan sebagai Pak Sentilan yang
memainkan peran sebagai seorang tuan, dan Butet Kertaradjasa yang berperan
sebagai Mas Sentilun yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit
ceriwis dan kritis serta selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan
dialog pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengkritik dan
menggelitik fenomena-fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah,
dan bahkan panggung politik saat ini, tetapi bahasa yang digunakan merupakan
bahasa komunikasi sehari-hari yang santai namun tetap mengena pada tema yang
diusung.
Terdapat dua keunggulan dalam tayangan ini, pertama, acara ini dijadikan
sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat yang memang menyukai dunia
politik, dengan harapan mereka bisa lebih selektif dalam menyikapi para politisi,
dan yang kedua acara ini juga menunjukkan saran dan kritik bagi para politisi
dengan tujuan agar pihak yang dikritik menjadi sadar akan perbuatannya dan
mengubah sikapnya, karena dengan saran dan kritik bisa membuat seseorang
berubah menjadi lebih baik (http://www.anneahira.com/sentilan-sentilun-metro-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tv.htm). Pemilihan program Sentilan Sentilun sebagai objek penelitian karena
program tersebut merupakan program yang selalu menyajikan berbagai tuturan
mengenai berbagai masalah yang terjadi di masyarakat bahkan pada pemerintahan
di Indonesia dengan berbagai sindiran dan juga cara penyampaian yang unik dan
universal.
Peneliti memilih program ”Sentilan Sentilun” pada penelitian ini karena
pembawaan acara ini dilakukan dengan gaya khas Butet yang menyentil tetapi
menghibur dan selain itu, dalam program Sentilan Sentilun tuturan yang
diucapkan dalam dialog antara Butet (Sentilun) dan Slamet Rahardjo (Sentilan)
banyak mengandung tindak tutur ilokusi. Pada tindak ilokusi, penutur membentuk
tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Tindak ilokusi ditampilkan
melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Sebuah tuturan selain berfungsi
untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan
untuk mealakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah
tindak ilokusi. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something.
Penelitian ini akan menggunakan teori tindak tutur dalam kajian pragmatik.
Pemilihan pragmatik sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu
pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi
(Wijaya, 2008: 4). Pemilihan teori tindak tutur sendiri karena penggunaan bahasa
sebagai media berinteraksi para tokoh-tokoh cerita yang tertuang dalam dialog-
dialognya banyak mengandung tindak tutur ilokusi. Dengan kekuatan yang ada
pada Butet dan dikemas dengan cara yang menarik, juga bahasa yang mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dicerna oleh masyarakat pada umumnya. Acara parodi politik di televisi ini
merupakan pelepasan atau ungkapan dari kejenuhan hidup dan kondisi sosial
politik melalui tokoh-tokohnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan sebuah studi
deskriptif untuk mengetahui bagaimanakah tindak tutur ilokusi yang terdapat
dalam program”Sentilan Sentilun” di Metro TV.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu, bagaimana bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi pada
program Sentilan Sentilun yang ditayangkan di Metro TV?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur
ilokusi pada program Sentilan Sentilun yang ditayangkan di Metro TV
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pembelajaran teks
dalam bidang pragmatik yang dikaji melalui tindak tutur ilokusi.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi alternatif bagi peneliti
lain untuk mengkaji lebih dalam lagi terkait dengan hasil penemuan dalam
penelitian ini.
1.5 Batasan Istilah
1. Komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mengartikan
komunikasi sebagai ”pengiriman dan pemerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Ragam bahasa jurnalistik yang ada dalam wadah negara Indonesia, tentu
tidak akan semerta-merta mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan dan
aturan tata tulis serta tata ejaan yang berlaku resmi di dalam wadah bahasa
Indonesia (Rahardi, 2011:11). Dengan demikian, bahasa jurnalistik
haruslah memperhatikan kaidah kebahasaan dalam penulisan dan
pengucapannya, supaya memiliki sifat yang khas yaitu harus singkat,
padat, sederhana, lugas, jelas, dan menarik.
3. Kritik adalah tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan
baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya (KBBI).
4. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Manfaat dari belajar bahasa melalui
pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang
dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka dan jenis-
jenis tindakan yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara.
5. Tindak tutur adalah fenomena pragmatik yang berkenaan dengan tindakan
penutur yang ditunjukkan melalui tuturan. Tindak tutur menurut Yule
(2006:82−84) adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan
biasanya disebut tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan
menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling
berhubungan.
6. Sentilan Sentilun merupakan sebuah acara talkshow di Metro TV yang
disajikan dalam bentuk parodi, meski topik yang dibahasnya adalah topik-
topik berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6 Sistematika Penyajian
Penulisan penelitian ini meliputi lima bab. Bab I berisi pendahuluan.
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. Bab II menguraikan landasan teori. Landasan teori meliputi
penelitian yang relevan, dan kajian teori. Bab III memaparkan metodologi
penelitian. Metodologi penelitian berisi jenis penelitian, obyek penelitian, sumber
data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan
teknik analisis data. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil
penelitian berisi deskripsi data, dan analisis data, sementara dalam pembahasan
berisi paparan dari data yang didapat dari hasil analisis data. Bab V berisi
penutup, dalam penutup berisi kesimpulan dan saran mengenai penelitian yang
dibahas dalam skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian biasanya beranjak dari penelitian lain. Hal ini dimaksudkan
untuk menjadi titik tolak pada penelitian selanjutnya. Peninjauan terhadap
penelitian lain sangatlah penting dengan tujuan untuk mengetahui relevansi
penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu,
peninjauan penelitian sebelumnya dapat digunakan untuk membandingkan
seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti menemukan beberapa penelitian dengan topik yang relevan dengan
judul penelitiannya, diantaranya penelitian yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi
Dalam Film Hors De Prix Karya Pierre Salvadori”, “Tindak Tutur Direktif
Dalam Wacana Kelas (Kajian Mikroetnografi Terhadap Bahasa Guru”), “Tindak
Tutur Direktif Guru Dalam Wacana Interaksi Kelas Anak Tunarungu”.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa penelitian yang
berkaitan dengan topik yang diambil, diantaranya adalah penelitian dariIndah
Apriyanti Kusumaningsih mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Prancis
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.Skripsinya yang berjudul
“Tindak Tutur Ilokusi Dalam Film Hors De Prix Karya Pierre Salvadori”,Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ditemukan empat jenis tindak tutur ilokusi
pada percakapan antarpemain dalam film Hors de Prix yaitu tindak tutur asertif,
tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur ekspresif, 2) ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
empat fungsi ilokusi pada percakapan antarpemain dalam film Hors de Prix yaitu
fungsi kompetitif, konvivial, kolaboratif dan konfliktif.
Penelitian yang kedua berjudul “Tindak Tutur Direktif Dalam Wacana
Kelas (Kajian Mikroetnografi Terhadap Bahasa Guru”, yang dilakukan oleh Dian
Etikasari mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Program Studi pendidikan Bahasa,
SastraIndonesia, dan Daerah Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.Hasil dari
penelitiannya adalah bentuk tindak tutur direktif dalam wacana kelas dapat
disimpulkan meliputi (1) bentuk tindak tutur direktif suruhan, (2) bentuk tindak
tutur direktif perintah, (3) bentuk tindak tutur direktif permintaan, (4) bentuk
tindak tutur direktif ajakan, (5) bentuk tindak tutur direktif desakan, (6) tindak
tutur direktif larangan, (7) bentuk tindak tutur direktif menyarankan, dan (8)
bentuk tindak tutur direktif bujukan.
Penggunaan fungsi tindak tutur direktif dalam wacana kelas meliputi (1)
fungsi tindak tutur direktif suruhan dalam proses pembelajaran, (2) fungsi tindak
tutur direktif perintah dalam proses pembelajaran, (3) fungsi tindak tutur direktif
permintaan dalam proses pembelajaran, (4) fungsi tindak tutur direktif ajakan
dalam proses pembelajaran, (5) fungsi tindak tutur direktif desakan dalam proses
pembelajaran, (6) fungsi tindak tutur direktif larangan dalam proses pembelajaran,
(7) fungsi tindak tutur direktif menyarankan dalam proses pembelajaran, dan (8)
fungsi tindak tutur direktif bujukan dalam proses pembelajaran. Konteks tindak
tutur direktif dalam wacana kelas ditemukan pada kegiatan pendahuluan, inti, dan
akhir pada pembelajaran meliputi (1) kegiatan pendahaluan terdiri dari (a) tindak
tutur direktif dalam wacana kelas pada konteks menyiapkan kondisi kelas, (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tindak tutur direktif ajakan dalam wacana kelas pada konteks apersepsi, (c) tindak
tutur direkti bujukan dalam wacana kelas pada konteks menyampaikan salam dan
memberikan perhatian; (2) pada konteks kegiatan inti terdiri dari (a) tindak tutur
direktif suruhan dalam wacana kelas pada konteks mengevaluasi hasil tugas, (b)
tindak tutur direktif suruhan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan
konsep materi, (c) tindak tutur direktif memerintah dalam wacana kelas pada
konteks menjelaskan contoh, (d) tindak tutur direktif permintaan dalam wacana
kelas pada konteks memberikan perhatian dan motivasi, (e) tindak tutur direktif
ajakan dalam wacana kelas pada konteks mengevaluasi hasil latihan, (f) tindak
tutur direktif desakan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan contoh, (g)
tindak tutur direktif desakan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan
konsep materi, (h) tindak tutur direktif larangan dalam wacana kelas pada konteks
kedisiplinan, (i) tindak tutur direktif bujukan dalam wacana kelas pada konteks
menjelaskan contoh, selanjutnya (3) pada kegiatan akhir ditemukan tuturan
direktif, yaitu tindak tutur direktif desakan dalam wacana kelas pada konteks
mengevaluasi tugas siswa.
Penelitian yang ketiga berjudul “Tindak Tutur Direktif Guru Dalam Wacana
Interaksi Kelas Anak Tunarungu”yang dilakukan oleh Ardianto Tola mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Manado. Hasil dari penelitiannya adalah (1)
bentuk tindak tuturdirektif meliputi bentuk deklaratif, interogatif, dan imperatif.
(2) fungsi tindak tuturdirektif meliputi fungsi memerintah, meminta, melarang,
mengizinkan, menyarankan,mengharapkan, mengajak, menegur, dan memancing.
(3) strategi tindak tutur direktifmeliputi strategi langsung dan strategi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
langsung. Realisasi bentuk, fungsi, danstrategi tindak tutur direktif oleh guru
berdasarkan keragaman konteks yang melatariwacana percakapan di kelas.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwatindak
tutur yang sering digunakan dalam situasi tuturan langsung ataupun tidak
langsungyaitu tindak tutur ilokusi : a) refrensentatif, b) komisif, c) direktif d)
ekspresif, dan e) deklarasi.
2.2 Lingkup dan Fenomena Pragmatik
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Manfaat dari belajar bahasa melalui pragmatik
ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan
orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka dan jenis-jenis tindakan yang
mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Dalam sebuah komunikasi
atau percakapan, penutur dan mitra tutur tidak dapat meluputkan konteks situasi
tuturan. Mitra tutur tidak hanya memahami maksud dari tuturan penutur, tetapi
juga harus memahami konteks tuturan tersebut.
Pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik, sesungguhnya baru mulai
mencuat dan kemudian berkembang sejak tahun 1970-an. Sementara itu, istilah
ilmu bahasa pragmatik, yang semula disebut dengan pragmatik, sebenarnya sudah
mulai dikenal sejak masa hidupnya seorang filsuf sangat ternama, yakni Charles
Morris. Berdasarkan gagasan dan pemikirannya, sosok pragmatik lalu dapat
dikatakan mulai terlahir di dunia, dan mulai bertengger di atas bumi linguistik dan
hingga kini kian terbukti, bahwa sosok ilmu bahasa pragmatik berkembang secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
amat signifikan dan menjadi bagian dari ilmu bahasa yang tidak dapat diabaikan
(Rahardi, 2003:3−8).
Rahardi (2003 : 16) mengatakan bahwa ilmu bahasa pragmatik
sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan
sosial budaya tertentu. Kemudian, Cruse (2000 : 16) dalam Cummings (2007 : 2)
memaparkan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek
informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi
yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan,
tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna
yang dikodekan secara konvesional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-
bentuk tersebut. Seperti yang sudah dicantumkan pada bagian sebelumnya,
pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang
termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar,
dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual’ yang
dibicarakan (Verhaar, 1996 : 14).
Tarigan (1986 : 34) menjelaskan mengenai pengertian pragmatik, yaitu
telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara
menafsirkan kalimat. Telaah mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu dengan
memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah mengenai tindak ujar (speech acts)
yang harus menyadari benar-benar betapa pentingnya konteks ucapan/ungkapan.
Yule (2006 : 3−6) merangkum empat ruang lingkup yang tercakup dalam
pragmatik. Pertama, pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Kedua,
pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Ketiga, pragmatik adalah studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.
Pragmatik semakin menarik karena melibatkan bagaimana orang saling
memahami satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga
merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini
mengharuskan orang untuk saling memahami apa yang ada dalam pikiran mereka.
Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik merupakan ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan
dengan mengacu pada unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks, situasi dan
lingkungan, di mana tuturan itu lahir. Dengan demikian, jelaslah bahwa pragmatik
adalah ilmu yang terikat konteks. Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik
sangatlah penting dalam kajian ilmu kebahasaan.
2.2.2 Fenomena Pragmatik
Pragmatik sebagai ilmu bahasa yang terikat konteks mengkaji enam
fenomena, yaitu praanggapan, tindak tutur, implikatur, deiksis, kesantunan, dan
ketidaksantunan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan memaparkan satu dari
keenam fenomena pragmatik tersebut, yaitu tentang tindak tutur. Dalam fenomena
tindak tutur ini, peneliti hanya akan mengkaji salah satu bentuk dari tindak tutur,
yaitu tindak tutur ilokusi. Berikut pemaparan dari fenomena tindak tutur tersebut.
2.2.2.1 Tindak Tutur
Tindak tutur adalah fenomena pragmatik yang berkenaan dengan tindakan
penutur yang ditunjukkan melalui tuturan. Tindak tutur menurut Yule
(2006:82−84) adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
disebut tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu
tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan.
2.2.2.1.1 Lokusi
Tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan
suatu ungkapan linguistik yang bermakna.Tindak tutur lokusi disebut sebagai The
Act of Saying Something. Menurut Parker (1986:15), perspektif pragmatik tindak
lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami
tindak tutur. Lebih jauh, tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling
mudah untuk diidentifikasi karena cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan
konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (Wijana, 2009: 20-21).
Contoh : (1) Sapi adalah binatang mamalia
(2) Mata jumlahnya ada dua
Kalimat (1) dan (2) diutarakan penuturnya semata-mata untuk
menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk
mempengaruhi lawan tuturnya. Informasi yang dituturkan adalah termasuk jenis
binatang apasapi itu dan berapa jumlah mata.
2.2.2.1.2 Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi, penutur membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di
dalam pikiran. Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu
tuturan. Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak
ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Kalimat (3) s.d. (4) misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
cenderung tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga
melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan.
Contoh : (3) Saya tidak dapat hadir
(4) Rambutmu sudah panjang
Kalimat (3) bila diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja
merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi
untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Informasi ketidakhadiran penutur
dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan tutur sudah
mengetahui hal itu. Kalimat (4), bila diucapkan oleh seorang lelaki kepada
pacarnya, mungkin berfungsi untuk menyatakan kekaguman atau kegembiraan.
Akan tetapi, bila diutarakan oleh seorang ibu ke anak lelakinya, atau oleh seorang
guru kepada siswa laki-lakinya, kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau
memerintah agar sang siswa memotong rambutnya. Dari apa yang terurai di atas
jelaslah bahwa tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu
harus harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana
tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Oleh karena itu, tindak ilokusi merupakan
bagian sentral untuk memahami tindak tutur (Wijana, 2009: 22-23).
Berkaitan dengan tindak ilokusi, Searle (dalam Richard, 1995:79-81)
mengembangkan teori menjadi lima macam, yaitu tindak direktif (directives), (2)
tindak komisif (commissives), (3) tindak representative (representatives), (4)
tindak deklaratif (declaratives), dan (5) tindak ekspresif (expressives). Tindak
direktif adalah suatu pernyataan permintaan agar seseorang melakukan atau
berhenti melakukan sesuatu. Dardjowidjojo (2012 : 95) juga menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tindak direktif adalah tindak ujaran dengan tujuan agar pendengar melakukan
sesuatu. Termasuk ke dalam tindak direktif adalah saran, permintaan, perintah,
dan permohonan. Selanjutnya, tindak komisif adalah pernyataan yang berfungsi
untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan. Tindak ujaran ini dianggap
sama dengan tindak ujaran direktif, hanya saja arahnya berbeda. Dardjowidjojo
(2012:95) mengungkapkan bahwa pada ujaran direktif, pendengarlah yang
diharapkan melakukan sesuatu, sedangkan pada tindak komisif, “perintah” itu
diarahkan kepada penutur sendiri. Tindak komisif ini mencakup menjanjikan dan
menawarkan.
Sejalan dengan Searle, Yule (2006 : 92–94) juga mengklasifikasikan tindak
tutur menjadi lima jenis fungsi umum, yaitu deklaratif, representatif, ekspresif,
direktif, dan komisif. Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia
melalui tuturan.
Contoh : Pastor : Sekarang saya menyebut Anda berdua suami-istri.
Seperti contoh tersebut menggambarkan, penutur harus memiliki peran
institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi
secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan
kata-kata.
Jenis tindak tutur selanjutnya adalah representatif. Representatif merupakan
jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan.
Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.
Contoh :Bumi itu datar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Itu merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur
yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif,
penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya).
Selanjutnya, tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang
menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan
pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan,
kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.
Contoh: Sungguh, saya minta maaf.
Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh
penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur.
Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh
orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi
keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan,
pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif.
Contoh 1: Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit.
2: Jangan menyentuh itu!
Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia
dengan kata (lewat pendengar).
Jenis tindak tutur yang terakhir adalah komisif. Jenis tindak tutur ini adalah
jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap
tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa
saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji,
ancaman, penolakan, dan ikrar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Contoh : Saya akan kembali.
Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan
dunia dengan kata-kata (lewat penutur).
2.2.2.1.3 Tindak Perlokusi
Pada tindak perlokusi penutur tidak secara sederhana menciptakan tuturan
yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat. Sebuah
tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau
efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara
sengaja atau tidak sengaja direaksikan oleh penuturnya(Wijana, 2009 : 22-23).
Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan
tuturnya disebut tindak perlokusi. Tindak ini disebut The Act of Affecting
Someone. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (5) dan (6) dibawah ini:
Contoh : (5) Rumahnya jauh
(6) Kemarin saya sibuk
Seperti telah dipelajari dalam tindak ilokusi, kalimat sejenis (5) dan (6)
tidak hanya mengandung lokusi. Bila kalimat (5) diutarakan oleh seseorang
kepada ketua perkumpulan, ilokusinya adalah secara tidak langsung
menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat terlalu aktif di
dalam organisasinya. Adapun efek perlokusi yang mungkin diharapkan agar ketua
tidak terlalu banyak memberikan tugas kepadanya. Bila kalimat (6) diutarakan
oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri rapat kepada orang yang
mengundangnya, kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk meminta maaf, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perlokusi (efek) yang diharapkan adalah orang yang mengundang dapat
memakluminya.
2.3. Konteks
Menurut Halliday dan Hassan (1985 : 5), konteks adalah teks yang
menyertai teks lain. Pengertian hal yang menyerupai teks itu meliputi tidak hanya
dilisankan dan dituliskan, tetapi termasuk kejadian-kejadian nonverbal lainnya
keseluruhan lingkungan teks itu.
Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
(1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu
komunikasi, (2) konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-
sama diketahui oleh penutur dan mitra tuturnya, (3) konteks linguistik yang terdiri
atas kalimat-kalimat atau ujaran-ujaran yang mendahului dan mengikuti ujaran
tertentu dalam suatu peristiwa komunikasi, konteks linguistik itu disebut juga
dengan istilah koteks, dan (4) konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar (setting)
yang melengkapi hubungan antara penutur dan mitra tuturnya (cf. Syafi’ie, 1990 :
126).
Ciri-ciri keempat jenis konteks tersebut diidentifikasi mula-mula dilihat dari
beberapa pentingnya pemahaman tentang konteks linguistik, karena dengan itu,
kita dapat memahami dasar suatu ujaran dalam suatu komunikasi.Tanpa
mengetahui struktur bahasa dan wujud pemakaian kalimat, tentu kita tidak dapat
berkomunikasi dengan baik.Namun, pengetahuan tentang struktur bahasa saja
jelas tidak cukup. Ini harus dilengkapi dengan pengetahuan konteks fisiknya, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
di mana komunikasi itu terjadi, apa objek yang dibicarakan, dan begitu juga
bagaimana tindakan si penutur.
2.3.1 Unsur-unsur Konteks
Interaksi verbal selalu terdapat beberapa factor yang memiliki peranan
dalam peristiwa seperti itu, misalnya penutur dan mitra tutur, topic pembicaraan,
suasana dan tempat pembicaraan, dan lain-lain.Brown dan Yule (1983 : 89)
menyebutkan bahwa unsur-unsur atau komponen tutur yang menjadi ciri-ciri
konteks, ada delapan macam, yaitu (1) penutur, (2) pendengar, (3) pokok
pembicaraan, (4) latar, (5) penghubung: bahasa lisan/tulisan, (6) dialek (kode), (7)
bentuk pesan, dan (8) peristiwa tutur.
2.3.1.1 Penutur dan Pendengar
Penutur dan pendengar yang terlibat dalam peristiwa tutur disebut
partisipan. Partisipan harus memperhatikan latar belakang (sosial, budaya, dan
lain-lain) dan kondisi objektif partisipan (fisik, mental, kemahiran berbahasa, dan
lain-lain).Mengetahui latar belakang partisipan pada suatu situasi akan
memudahkan untuk menginterpretasikan penuturnya.
2.3.1.2 Topik Pembicaraan
Mengetahui topik pembicaraan yang dibicarakan dapat mempermudah
memahami isi wacana, sebab topik pembicaraan yang berbeda akan menghasilkan
bentuk wacana yang berbeda pula. Partisipan akan memahami dan menangkap
makna berdasarkan topik yang sedang dibicarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.3.1.3 Latar Peristiwa
Latar peristiwa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi makna dan
representasi wacana.Latar peristiwa dapat berupa tempat, keadaan psikologis
partisipan, atau semua hal yang melatari terjadinya peristiwa tutur.Tempat lebih
banyak berpengaruh pada peristiwa tutur lisan tatap muka sedangkan keadaan
psikologis partisipan di samping berpengaruh pada peristiwa tutur lisan juga
banyak berpengaruh pada peristiwa tutur yangtertulis.
2.3.1.4 Penghubung (Saluran)
Penghubung adalah medium yang dipakai untuk menyampaikan topik
tutur.Untuk menyampaikan informasi, seorang penutur dapat mempergunakan
penghubung dengan bahasa lisan atau tulis lengkap dengan paralinguistiknya.
Ujaran lisan dapat dibedakan menjadi ujaran langsung dan uraian tidak langsung.
Pemilihan penghubung itu sangat bergantung kepada beberapa faktor, yaitu
kepada siapa ia berbicara, dalam situasi bagaimana.
2.3.1.5 Kode
Jika penghubung lisan, dapat menggunakan kode antara salah satu dialek
bahasa yang ada.Bisa juga menggunakan ragam bahasa yang paling tepat untuk
hal itu. Sebagai contoh, akan sangat aneh jika ragam nonbaku digunakan dalam
acara resmi seperti acara kenegaraan. Pemilihan kode yang tepat sangat
berpengaruh pada efektivitas komunikasi.
2.3.1.6 Bentuk Pesan
Unsur selanjutnya yang dapat memengaruhi adalah bentuk pesan.Pesan
yang disampaikan haruslah tepat, karena bentuk pesan bersifat fundamental dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
penting.Banyak pesan yang tidak sampai ke pendengar karena bentuk pesannya
tidak sesuai dengan si pendengar dan situasinya.Sebagai contoh, jika pendengar
bersifat umum, jangan menggunakan bentuk pesan yang khusus, gunakanlah
bentuk pesan yang bersifat umum dan heterogen supaya dapat menjangkau ke
seluruh lapisan pendengar.
2.3.1.7 Peristiwa Tutur
Unsur terakhir adalah peristiwa tutur.Peristiwa tutur yang dimaksud adalah
peristiwa tutur tertentu yang mewadahi kegiatan bertutur, misalnya pidato,
percakapan, seminar, sidang pengadilan, konferensi, acara kenduri, dan lain-lain.
Hymes (1975 : 52) menyatakan bahwa peristiwa tutur sangat erat dengan latar
peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam
konteks situasi tertentu. Peristiwa tutur tersebut dapat memengaruhi hasil wacana
yang dihasilkan. Hasil wacana atau tindak tutur dalam pidato, berbeda dengan
hasil wacana atau tindak tutur dalam seminar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.4 Kerangka Berpikir
Pragmatik (tindak tutur
ilokusi dalam
programSentilan Sentilun)
Tuturan dalam tayangan
Sentilan Sentilun
Tindak tutur ilokusi menurut
Searle
Deklaratif Komisif Representatif Ekspresif Direktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dan berikut akan
diuraikan hal-hal yang menandainya. Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data-data tuturan yang ada pada tayangan Sentilan Sentilun. Hal
ini berdasarkan definisi Arikunto (2009 : 234) mengenai penelitian deskriptif,
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena.
Berdasarkan jenis penelitiannya, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik, dan dengan cara deskripsi (dalam bentuk kata-kata dan bahasa), pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah (Moleong, 2006 : 6). Dengan demikian, data dari penelitian ini dinyatakan
dalam bentuk verbal (bahasa). Berdasarkan metode deskriptif kualitatif ini peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
melakukan analisis tindak tutur ilokusi terhadap acara Sentilan Sentilun di Metro
TV.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang, tempat data penelitian
melekat, dan dipermasalahkan (Arikunto, 2003). Subjek penelitian ini adalah
tayangan atau video acara Sentilan Sentilun di Metro TV. Sementara itu, objek
penilitian ini adalah tindak tutur yang terdapat dalam video Sentilan Sentilun.
3.3 Sumber Data dan Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tayangan atau
video Sentilan Sentilun yang tayang di Metro TV. Sementara itu, data dalam
penelitian ini berupa tuturan yang terdapat dalam video Sentilan Sentilun yang
tayang di Metro TV.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik simak
dan catat. Sudaryanto melalui Mahsun (2005 : 92) mengungkapkan, metode simak
adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak
penggunaan bahasa. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik
pengumpulan data.
1. Peneliti memilih 10 tayangan Sentilan Sentilun yang akan diteliti.
2. Peneliti menyimak 10 tayangan Sentilan Sentilun. Menyimak, hal ini
dilakukan peneliti untuk memahami tuturan mana saja yang termasuk
dalam data yang akan dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3. Peneliti melakukan transkrip tuturan dengan metode catat. Metode catat
adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak.
Metode mencatat yang dilakukan bertujuan untuk melakukan pencatatan
pada setiap tuturan yang terdapat dalam program Sentilan Sentilun.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Moleong (2006 : 198)
menyatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
instrumen penelitian. Yang dimaksud dengan penelitisendiri atau manusia sebagai
instrumen penelitian adalah peneliti sekaligus merupakan perencana,
pelaksanapengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitiannya. Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti sendiri yang berbekal tentang pemahaman kajian teori
pragmatik yaitu, tindak tutur.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya yang peneliti lakukan untuk menangani
langsung masalah yang terkandung pada data. Dalam analisis, terdapat kegiatan
menguraikan atau membedah masalah. Kegiatan analisis dapat dihentikan bila
peneliti menemukan kaidah, atau dalil yang berkaitan dengan objek yang menjadi
masalah penelitian (Sudaryanto, 1993 : 6). Teknik analisis data yang dilakukan
peneliti untuk mendapatkan data tuturan pada video tayangan Sentilan Sentilun
antara lain :
a. Identifikasi data, hal ini dilakukan untuk menemukan tuturan pada
program Sentilan Sentilun yang termasuk dalam tindak tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Klasifikasi data, membuat pengelompokan tuturan ke dalam lima
jenis tindak tutur ilokusi.
c. Deskripsi, hal ini dilakukan untuk mendeskripsikan data yang telah
dikelompkan ke dalam lima jenis tindak tutur ilokusi menurut Searle
yang ada pada setiap tayangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian deskripsi data dan pembahasan. Deskripsi data berupa
tuturan yang ada pada acara Sentilan Sentilun. Bagian pembahasan berisi uraian
atau bahasan dari data yang telah dideskripsikan pada bagian deskripsi data.
Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai data diambil dari program
Sentilan Sentilun. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah tuturan yang
terdapat dalam program Sentilan Sentilun. Tema besar yang diusung dalam acara
Sentilan Sentilun adalah kritik melalui komedi. Peneliti mengambil periode secara
acak, yaitu antara tahun 2014, 2015, dan 2016. Pada periode tersebut peneliti
mengambil 10 video secara acak yang akan dianalisis dengan menggunakan teori
tindak tutur ilokusi menurut Austin dan Searle.
Peneliti menemukan 51 data ilokusi pada 10 video yang diambil dalam
penelitian ini. Pada bagian ini peneliti hanya akan memaparkan sebagain data dari
data yang diperoleh. Karena dalam 51 data tersebut terdapat beberapa data yang
tergolong dalam tindak tutur ilokusi yang sama.
4.2 Analisis Data
Pada analisis data ini, peneliti akan menganalisis dari data berdasarkan
metodologi penelitian. Data yang terkumpul diklasifikasikan, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
diidentifikasi sesuai dengan teori bentuk tindak tutur ilokusi menurut Austin dan
Searle. Berikut dipaparkan data yang diperoleh oleh peneliti.
4.2.1 Tindak Tutur Ilokusi Direktif
Searle (dalam Richard, 1995 : 79-81) tindak tutur ilokusi direktif adalah
tindak ujaran dengan tujuan agar pendengar melakukan sesuatu. Tindak tutur
ilokusi direktif mencakup saran, permintaan, perintah, dan permohonan. Berikut
data yang termasuk ke dalam tindak tutur direktif.
(1) Data tuturan 1
Sentilan : Masa panggung kampanye dianggap panggung dangdutan.
Mestinya menyampaikan visi dan misi, bukan malah jadi
panggung hiburan. Itu salahnya dimana bu? Ibu Siti : Sebenarnya salahnya sudah lama. Jadi kita ini mestinya tidak
menampilkan hal-hal yang sifatnya asesoris, bukan substansi. Jadi
kalau goyang-goyang masih diperlukan, nyanyi dangdut silahkan,
tapi substansinya bukan disitu.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
(2) Data tuturan 2
Cak Lontong : Lho saya ini sangat mengerti seorang Soekarno. Dari namanya ini
jangan salah kamu, ini yang mengatasi segala kesukaran. “Sukar
No”, iya kan? Ini yang mengatasi segala kesulitan bangsa.
Sentilun : Hehe (tertawa kecil) Begini lho Cak Lontong, menurut
analisis saya (semua penonton di studio mengikuti ucapan
Sentilun) kalau kamu mau ngaku mirip Bung Karno jangan
hanya meniru penampilannya saja, tapi juga harus pikiran
dan sikap perjuangannya, yang penting itu bukan
penampilannya, tapi nilainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Dihadiri oleh Ibu Megawati
Soekarno Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno.
(3) Data tuturan 3
Bambang .W : Itu yang terjadi dalam kasus korupsi di Banten misalnya orang
menyebut ini adalah dinasti korupsi.
Sentilun : Kalau kita ini sebagai bangsa ingin betul terbebas dari
korupsi, sebenarnya jangan hanya menyalahkan usaha
pemberantasna begini kepada KPK.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(4) Data tuturan 4
Sentilan : Kami percaya pada suara rakyat, biasa kan pemimpin yang bicara
tapi kalau di Republik Sentilan Sentilun tidak. Silahkan Mr.
Sentilun.
Sentilun : Ya kan saya juru bicara. Jadi begini lho ya, soal isu
pergantian menteri itu jangan sampai membuat kita pada
ribut sendiri, cakar-cakaran. Harusnya semuanya itu tenang,
sabar, karena itu lah menurut analisis saya (semua penonton di
studio mengikuti ucapan Sentilun) jangan sampai isu
perombakan kabinet ini malah mengganggu kinerja
pemerintah, jangan sampai terjadi kegaduhan politik, dan
yang terpenting para menteri musti bekerja dengan kompak.
(Tayangan 6 Agustus 2016 bertema “Kabinet Tidak Kompak”)
Konteks : Pada episode ini diceritakan bahwa Republik Sentilan Sentilun
sedang mengalami kekacauan pada kabinetnya. Hal ini juga terjadi
pada dunia politik Indonesia yang sedang mengalami reshuffle
kabinet. Terjadi kekacauan yang berujung pada perpecahan
antaranggota dewan di DPR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Empat tuturan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi direktif yaitu
tindak ujaran dengan tujuan agar pendengar melakukan sesuatu. Pada keempat
data tuturan di atas, setiap tuturan yang diutarakan bermaksud agar mitra tutur
melakukan sesuatu seperti yang disebutkan dalam tuturannya.
Data tuturan 1 diambil pada episode “Pemanis Panggung Kampanye”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 1 termasuk
tindak tutur ilokusi direktif. Pada tindak tutur ilokusi direktif ini, tuturan yang
diutarakan bermaksud agar mitra tutur melakukan sesuatu. Pada data tuturan 1,
tuturan yang diucapkan oleh Sentilan mempunyai maksud untuk meminta sebuah
jawaban mengenai kesalahan yang terjadi dalam kampanye dan secara tidak
langsung meminta kepada ibu Siti Zuhro, M.A untuk melakukan perubahan
terhadap kesalahan kampanye yang marak terjadi. Karena pada kenyataannya
dalam sebuah kampanye porsi hiburan memang lebih besar daripada penyampaian
visi dan misinya. Tuturan tersebut disampaikan oleh Sentilun dan didengar oleh
ibu Siti Zuhro, M.A yang merupakan anggota tim pakar revisi RUU pilkada tahun
2010-2014 di Kemendagri RI. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur
tersebut adalah untuk meminta. Selajutnya, karena bermaksud untuk meminta,
tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur meminta atau permintaan. Tindak
tutur yang menghendaki lawan tutur melakukan sesuatu seperti halnya permintaan
tergolong tindak tutur direktif.
Data tuturan 2 diambil pada episode “Tamu Istimewa”. Berdasarkan pada
penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 2 merupakan tindak tutur
ilokusi direktif. Pada tindak tutur ilokusi direktif ini, tuturan yang diutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bermaksud agar mitra tutur melakukan sesuatu. Pada data tuturan 2, tuturan yang
diucapkan Sentilun bermaksud meminta kepada Cak Lontong untuk tidak meniru
penampilan dari Soekarno saja tetapi sikap dan pemikiran Soekarno juga. Tuturan
tersebut disampaikan secara langsung kepada mitra tutur yaitu Cak Lontong.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah untuk meminta.
Selajutnya, karena bermaksud untuk meminta, tindak tutur tersebut dapat disebut
tindak tutur meminta atau permintaan. Tindak tutur yang menghendaki lawan
tutur melakukan sesuatu seperti halnya permintaan tergolong tindak tutur direktif.
Data tuturan 3 diambil pada episode “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 3
merupakan tindak tutur ilokusi direktif. Pada tindak tutur ilokusi direktif ini,
tuturan yang diutarakan bermaksud agar mitra tutur melakukan sesuatu. Pada data
tuturan 3, tuturan yang diucapkan Sentilan bermaksud meminta secara tidak
langsung kepada masyarakat untuk ikut membantu KPK dalam memberantas
korupsi, agar negara bisa benar-benar terbebas dari korupsi. Karena pada
kenyataannya saat ini, korupsi juga bukan hanya terjadi di kalangan pejabat
ataupun pemerintahan, tetapi juga di kalangan masyarakat biasa. Tuturan tersebut
disampaikan oleh Sentilun dan didengar oleh pak Bambang Widjojanto yang
merupakan wakil ketua KPK. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur
tersebut adalah untuk meminta. Selajutnya, karena bermaksud untuk meminta,
tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur meminta atau permintaan. Tindak
tutur yang menghendaki lawan tutur melakukan sesuatu seperti halnya permintaan
tergolong tindak tutur direktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Data tuturan 4 diambil pada episode “Kabinet Tidak Kompak”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 4
merupakan tindak tutur ilokusi direktif. Pada tindak tutur ilokusi direktif ini,
tuturan yang diutarakan bermaksud agar mitra tutur melakukan sesuatu. Pada data
tuturan 4, tuturan yang diucapkan oleh Sentilun merupakan sebuah permintaan
agar isu perombakan kabinet yang terjadi dalam pemerintahan jangan sampai
membuat kinerja dari pemerintah menjadi kacau. Sentilun memposisikan diri
sebagai masyarakat yang ikut bersedih karena kekacauan yang terjadi dalam tubuh
pemerintah membawa dampak yang buruk pada kinerja pemerintahan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah untuk meminta.
Selajutnya, karena bermaksud untuk meminta, tindak tutur tersebut dapat disebut
tindak tutur meminta atau permintaan. Tindak tutur yang menghendaki lawan
tutur melakukan sesuatu seperti halnya permintaan tergolong tindak tutur direktif.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 1
sampai 4 di atas merupakan tindak tutur ilokusi direktif. Sesuai dengan pernyataan
bahwa tindak tutur ilokusi direktif adalah tindak ujaran dengan tujuan agar
pendengar melakukan sesuatu. Pada keempat tindakan tersebut berisi permintaan
dan saran yang diutarakan secara langsung dan tidak langsung oleh penututr.
Tuturan yang diucapkan bermaksud agar mitra tutur melakukan sebuah perubahan
atau tindakan berdasarkan pada tuturan yang diucapkan oleh penutur.
4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
Searle (dalam Richard, 1995 : 79-81) tindak tutur ilokusi ekspresif adalah
tindak tutur berupa ungkapan kesenangan, kekecewaan, suka, tidak suka, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sebagainya. Tindak ekspresif mencakup ungkapan kesenangan, kekecewaan, suka,
tidak suka, dan sebagainya. Berikut data yang termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif.
(5) Data tuturan 5
Sentilan : Nah pendapat kamu bagaimana lun?
Sentilun : Ya kalau menurut analisis saya (semua penonton di studio
mengikuti ucapan Sentilun) yang terpenting itu adalah
bagaimana pemerintahan bisa bekerja dengan efektif
melaksanakan program-program yang dijanjikan. Kalau
hanya janji-janji melulu “capek deh”.
(Tayangan 6 Agustus 2016 bertema “Kabinet Tidak Kompak”)
Konteks : Pada episode ini diceritakan bahwa Republik Sentilan Sentilun
sedang mengalami kekacauan pada kabinetnya. Hal ini juga terjadi
pada dunia politik Indonesia yang sedang mengalami reshuffle
kabinet. Terjadi kekacauan yang berujung pada perpecahan
antaranggota dewan di DPR.
(6) Data Tuturan 6
Mahfud MD : Iya saya mengikuti juga berita itu, dan ya sedikit kaget. Jadi
Mahkamah Konstitusi itu mengirim surat ke Presiden karena
Presiden membentuk tim seleksi yang dari tujuh anggotanya itu ada
dua yang Mahkamah Konstitusi keberatan, karena orang ini mnjadi
pengacara yang sering berperkara di Mahkamah Konstitusi, Pak
Todung Mulya Lubis dan Refly Harun. Tapi dari sudut aturan itu
tidak ada masalah dan itu tidak ada hubungannya dengan suatu
kasus tertentu.
Sentilun : Oh, begitu to.
Mahfud MD : Iya, saya juga kurang sreg memandang perkemabangan itu
karena MK yang begitu besar berkirim surat dengan kop MK
hanya membicarakan soal kecil.
(Tayangan 22 Desember 2014 bertema “Menanti Hakim yang Jujur dan
Adil)
Konteks : Episode ini membahas mengenai pemilihan Hakim Konsitusi.
MK mengirim surat kepada presiden dengan menggunakan kop
MK, karena keberatan dengan keputusan presiden yang membentuk
tim seleksi. Pada episode tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Mahfud
M.D. yang merupakan mantan Ketua MK ke-2 pada periode
Agustus 2008-April 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(7) Data Tuturan 7
Sentilan : Wuiss (ungkapan kagum) mendadak pintar.
Sentilun : Memang pintar ndoro hehe (tertawa kecil), jadi harus tahu
persis ndoro. Setiap masalah itu akan bisa diselesaikan kalau
kita tahu akar masalahnya. Tapi lihat anggota dewan itu sering
kali menyelesaikan masalah dengan menambah-nambah
masalah.
(Tayangan 10 November 2014bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(8) Data Tuturan 8
Sentilun : Lah ya kan penting bawahan itu
Sentilan : Ya betul ya, kalau melihat kasus-kasus korupsi yang berhasil
dibongkar KPK itukan, bahkan kemarin sewaktu perayaan
hari anti korupsi di Jogja itu disebutkan bahwa korupsi itu
sudah menjadi budaya. Ini kan menyedihkan sekali pak.
Bambang .W : Dulu Bung Hatta menyebutkan kalau korupsi itu budaya dan
faktanya sekarang ini yang namanya korupsi itu ada diberbagai
level kehidupan masyarakat, tapi memang ada isu penting disitu.
Dulu kalau orang berkorban memberikan sesuatu itu karna
keikhlasannya, jadi sekarang ada distorsi nilai. Kalau sekarang
orang memberikan sesuatu karna tidak ada makan siang gratis.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(9) Data Tuturan 9
Anies .B : Iya, jadi yang terjadi di lapangan ada banyak masalah. Kalau kita
lihat Inspektorat jendral pun di kementrian kita sudah
mengingatkan bahwa ada banyak masalah di dalam implementasi.
Kamudian pilihannya hanya didiamkan, kalau didiamkan ini tidak
bakal rame mas tetapi di kelas-kelas akan ada masalah terus.
Sentilan : Sepertinya pembiaran itu sduah biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
Kelima tuturan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif
yaitu tindak ujaran yang mengandung ungkapan kesenangan, kekecewaan, suka,
tidak suka, dan sebagainya. Pada kelima data tuturan di atas, setiap tuturan yang
diutarakan bermaksud untuk menyampaikan ungkapan kesenangan, kekecewaan,
suka, tidak suka, dan sebagainya kepada mitra tutur.
Data tuturan 5 diambil pada episode “Kabinet Tidak Kompak”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 5
merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif. Tindak tutur ilokusi ekspresif
merupakan tindak tutur yang mengandung ungkapan kesenangan, kekecewaan,
suka, tidak suka, dan sebagainya. Pada data tuturan 5, tuturan yang diucapkan
oleh Sentilun merupakan sebuah sindiran dan ungkpan kekecewaan yang tertuju
pada pemerintah mengenai kinerja pemerintahan yang tidak beres, hal itu
ditunjukkan dalam kalimat terakhir yang diucapkan Sentilun “kalau hanya janji-
janji melulu capek deh”. Kalimat tersebut menunjukkan kekecewaan Sentilun
yang memposisikan diri sebagai masyarakat yang geram akan janji-janji yang
diberikan oleh pemerintah tetapi prakteknya belum terlaksana. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah ungkapan kekecewaan.
Selajutnya, karena bermaksud untuk menyampaikan rasa kekecewaan, tindak tutur
tersebut dapat disebut tindak tutur ekspresif. Tindak tutur yang berisi ungkapan
kekecewaan tergolong tindak tutur ilokusi ekspresif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Data tuturan 6 diambil pada episode “Menanti Hakim yang Jujur dan
adil”. Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 6
merupakan tindak tutur ilokusiekspresif. Tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan
tindak tutur yang mengandung ungkapan kesenangan, kekecewaan, suka, tidak
suka, dan sebagainya. Pada data tuturan 6, tuturan yang diucapkan oleh Mahfud
M.D (mantan ketua MK ke-2 pada periode Agustus 2008-April 2013) tersebut
berisi sindiran atas dasar rasa ketidaksenangan tentang kasus pengiriman surat ke
presiden oleh MK dengan menggunakan kop MK, padahal masalah yang
dibicarakan bukanlah masalah yang besar. Tuturan tersebut juga merupakan
sebuah ungkapan ketidaksenangan dari Mahfud M.D akan sikap MK yang
melebih-lebihkan masalah yang sebenarnya bukan merupakan masalah yang
besar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah
ungkapan ketidaksenangan. Selajutnya, karena bermaksud untuk menyampaikan
rasa ketidaksenangan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur ekspresif.
Tindak tutur yang berisi ungkapan ketidaksenangan tergolong tindak tutur ilokusi
ekspresif.
Data tuturan 7 diambil pada episode “Dagelan Politik di DPR”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 7
merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif. Tindak tutur ilokusi ekspresif
merupakan tindak tutur yang mengandung ungkapan kesenangan, kekecewaan,
suka, tidak suka, dan sebagainya. Tuturan yang diucapkan Sentilun merupakan
ungkapan ketidaksenangan akan kinerja pemerintah dalam menyelesaikan sebuah
masalah. Mereka cenderung tidak menyelesaikan sebuah masalah, tetapi malah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menambah masalah dengan saling serang antarfraksi di DPR. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah ungkapan ketidaksenangan.
Selajutnya, karena bermaksud untuk menyampaikan rasa ketidaksenangan, tindak
tutur tersebut dapat disebut tindak tutur ekspresif. Tindak tutur yang berisi
ungkapan ketidaksenangan tergolong tindak tutur ilokusi ekspresif.
Data tuturan 8 diambil pada episode “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 8
merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif. Tindak ilokusi ekspresif merupakan
tindak tutur yang mengandung ungkapan kesenangan, kekecewaan, suka, tidak
suka, dan sebagainya. Tuturan yang diucapkan Sentilan merupakan ungkapan
kekecewaan mengenai kasus korupsi yang marak terjadi dan sudah membudaya di
Indonesia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah
ungkapan kekecewaan. Selajutnya, karena bermaksud untuk menyampaikan rasa
kekecewaan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur ekspresif. Tindak
tutur yang berisi ungkapan kekecewaan tergolong tindak tutur ilokusi ekspresif.
Data tuturan 9 diambil pada episode “Menteri Baru Kurikulum
Baru”.Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 9
merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif. Tindak tutur ilokusi ekspresif
merupakan tindak tutur yang mengandung ungkapan kesenangan, kekecewaan,
suka, tidak suka, dan sebagainya. Tuturan yang diucapkan Sentilun mengandung
ungkapan ketidaksenangan pada pemerintah karena selalu kurang tanggap akan
persoalan yang seharusnya segera mendapat tindakan tetapi malah dibiarkan
sehingga berkepanjangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tersebut adalah ungkapan ketidaksenangan. Selajutnya, karena bermaksud untuk
menyampaikan rasa ketidaksenangan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak
tutur ekspresif. Tindak tutur yang berisi ungkapan ketidaksenangan tergolong
tindak tutur ilokusi ekspresif.
Data tuturan 5 sampai 9 di atas merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif.
Sesuai dengan pernyataan bahwa tindak tutur ilokusi ekspresif adalah tindak tutur
yang berupa ungkapan kesenangan, kekecewaan, suka, tidak suka, dan
sebagainya. Kelima tuturan di atas dikatakan sebagain tindak tutur ekspresif
karena semua tuturan yang ada mencerminkan sebuah ungkapan kekecewaan dan
ketidaksenangan atas realita di masyarakat yang terjadi.
4.2.3 Tindak Tutur Ilokusi Representatif
Searle (dalam Richard, 1995 : 79-81) tindak tutur ilokusi representatif
adalah tindak tutur yang dapat dinilai benar atau salahnya. Tindak tutur ilokusi
representatif ini mencakup mempertahankan, mengatakan, meragukan,
menyangkal, melaporkan, mendeskripsikan, dan bercerita. Berikut data yang
termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi representatif.
(10) Data tuturan 10
Sentilun : Mas Denis bisa bikin video yang bisa menanamkan virus
kebaikan?
Denis : Ya bisa saja, bagaimana cara agar orang mau untuk
menonton video yang kita buat itu, jelas video kita harus
mengajarkan sesuatu kepada penonton.
(Tayangan 15 Oktober 2016 bertema “Santun di Media Sosial”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai perkembangan media
sosial. Perkembangan media sosial membawa dampak negatif dan
positif pada penggunanya, khususnya anak-anak. Pada episode
tersebut dihadiri oleh Denis Adhiswara seorang penggiat Media
Sosial dan bapak Asrorun Ni’am yang merupakan Ketua KPAI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(11) Data tuturan 11
Sentilun : Iya Ndoro, yang kemarin itu dalam kampanye, orang-orang
pandai malah merusak sendi-sendi demokrasi.
Anies B : Jadi begitu, selesai pilpres sebenarnya ide apapun dari sisi
manapun bisa dipakai. Iya, karena ini kan Indonesia kita semua,
bukan Indonesia sebagian. Sekarang kita membuat siapapun yang
terpilih bisa bekerja bersama-sama.
(Tayangan 11 Agustus 2014 bertema “Pemimpin Baru Indonesia Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, Indonesia telah selesai dalam
melakukan pilpres. Saat itu Indonesia telah memiliki presiden baru
yaitu Pak Jokowi. Episode saat itu dihadiri oleh Anies Baswedan
yang menjadi juru bicara presiden terpilih.
(12) Data Tuturan 12
Asri .W : Ya tidak boleh malas-malasan, ayo giat bekerja dong seperti aku,
tiap hari bangun pagi, habis itu olahraga. Lihat badanku, seperti
Madona walaupun kaki seperti maradona.
Sentilun : Pokoknya sekarang itu aku maunya malas-malasan saja.
Kalau kita miskin maka kita ini akan dapat bantuan.
Enakkan, ini contohnya kartu-kartu ini, kartu sehat, kartu
pintar, dan kartu sejahtera, nah asik to? Modalnya hanya
miskin doang ini.
(Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
Ketiga tuturan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi representatif
yaitu tindak tutur yang dapat dinilai benar atau salahnya. Pada ketiga data tuturan
di atas, setiap tuturan yang diutarakan bermaksud untuk menyampaikan kesalahan
yang terjadi kepada mitra tutur.
Data tuturan 10 diambil pada episode “Santun di Media Sosial”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan10
merupakan tindak tutur ilokusi representatif. Tindak tutur ilokusi representatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
adalah tindak tutur yang dapat dinilai benar atau salahnya. Tuturan yang
diucapkan oleh Denis Adhiswara mendeskripsikan agar banyak yang menonton
video yang dibuat, kita (para kreator/pembuat video) harus membuat video yang
bermanfaat bagi yang menonton agar tidak terjadi hal negatif akibat media sosial
yang kurang terkontrol khususnya pada anak-anak. Karena pada kenyataannya
masih banyak video yang memuat hal negatif ditemukan di media sosial saat ini.
Tuturan yang diucapkan oleh Denis Adhiswara seorang penggiat Media Sosial
didengar langsung oleh bapak Asrorun Ni’am yang merupakan Ketua KPAI
(Komisi Perlindungan Anak Indonesia) yang juga wajib untuk ikut meminimalisir
dampak negatif media sosial bagi anak. Pada data tutran 10 tersebut tuturan yang
diucapkan oleh Denis Adhiswara bermakna ingin menujukan bahwa masih ada
sebuah kesalahan yang terjadi di media sosial yang berdampak buruk pada anak.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah ujaran yang
menunjukkan sebuah kesalahan. Selajutnya, karena bermaksud untuk
menunjukkan sebuah kesalahan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur
representatif. Tindak tutur yang menunjukkan sebuah kalimat bisa dinila benar
atau salahnya tergolong tindak tutur ilokusi representatif.
Data tuturan 11 diambil pada episode “Pemimpin Baru Indonesia
Baru”.Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 11
merupakan tindak tutur ilokusi representatif. Tindak tutur ilokusi representatif
adalah tindak tutur yang dapat dinilai benar atau salahnya. Tuturan yang
diucapkan oleh Sentilun bermaksud untuk menceritakan tentang bobroknya
demokrasi di Indonesia dikarenakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dalam memegang amanat yang diberikan oleh Negara. Kata “orang pandai” di
atas menunjukan adanya sebuah sindiran pada para pejabat Negara.Tuturan
tersebut diucapkan oleh Sentilun ketika berbincang dengan Anies Baswedan yang
saat itu menjadi juru bicara Presiden terpilih yaitu pak Jokowi. Pada data tutran 11
tersebut, tuturan yang diucapkan oleh Sentilun menunjukkan adanya sebuah
kesalahan pada sistem kerja pemerintrahan, yaitu mengenai sistem demokrasi.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah ujaran yang
menunjukkan sebuah kesalahan. Selajutnya, karena bermaksud untuk
menunjukkan sebuah kesalahan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur
representatif. Tindak tutur yang menunjukkan sebuah kalimat bisa dinila benar
atau salahnya tergolong tindak tutur ilokusi representatif.
Data tuturan 12 diambil pada episode “Kartu Sakti Jokowi”. Berdasarkan
pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 12 merupakan tindak
tutur ilokusi representatif. Tindak tutur ilokusi representatif adalah tindak tutur
yang dapat dinilai benar atau salahnya. Tuturan yang diucapkan Sentilun
bermaksud untuk mempertahankan argumennya mengenai bantuan yang diberikan
kepada orang miskin. Sentilun menganggap bahwa dengan berpura-pura miskin
pemerintah akan perduli dan akan memberikan bantuan padanya. Pada data tutran
12 tersebut, tuturan yang diucapkan oleh Sentilun menunjukkan kesalahan dalam
sebuah sistem pemerintahan mengeai pemberian bantuan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah ujaran yang menunjukkan sebuah
kesalahan. Selajutnya, karena bermaksud untuk menunjukkan sebuah kesalahan,
tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur representatif. Tindak tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menunjukkan sebuah kalimat bisa dinila benar atau salahnya tergolong tindak
tutur ilokusi representatif.
Data tuturan 10 sampai 12 di atas merupakan tindak tutur ilokusi
representatif. Sesuai dengan pernyataan bahwa tindak tutur ilokusi representatif
adalah tindak tutur yang dapat dinilai benar atau salahnya. Ketiga tuturan di atas
mengungkapkan kebenaran dari sebuah kenyataan mengenai sesuatu. Dalam
tindak tutur representatif ini penilaian benar atau salah dari sesuatu dinilai
berdasarkan kenyataan yang terjadi di masyarakat saat itu.
4.2.4. Tindak Tutur Ilokusi Komisif
Searle (dalam Richard, 1995 : 79-81) tindak tutur ilokusi komisif adalah
pernyataan yang berfungsi untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan.
Tindak tutur ilokusi komisif ini mencakup menjanjikan dan menawarkan. Berikut
data yang termasuk ke dalam tindak tutur komisif.
(13) Data tuturan 13
Sentilun : Asalamualaikum ndoro
Sentilan : Wa’alaikumsalam
Sentilun : Ini saya mau mengenalkan kawan saya ndoro, dari kampung.
(Tayangan 10 November 2014bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Saat itu Sentilun membawa temannya yang bernama Akbar
untuk dikenalkan kepada Sentilan (Ndoro).
(14) Data tuturan 14
Caca : Cinta?
Sentilun : Iya, kalau kamu Cinta berarti aku mirip Rangga. Mau tidak
aku baca puisi untukmu?
Caca : Coba, kalau kamu beneran Rangga.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Pada saat itu Sentilun berbincang
dengan bintang tamu Caca Frederica dan menawarkan untuk
membacakan sebuah puisi untuknya.
(15) Data tuturan 15
Sentilun : Dek Asri, kamu mau tidak kalau saya memberikan bantuan?
Asri .W : Ya mau dong mas, kamu mau kasih bantuan apa?
Sentilun : Aku akan memberikan bantuan nafas buatan. Maksudnya nanti
jaga-jaga kalau dek Asri pingsan begitu.
Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
Ketiga tuturan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi komisif yaitu
tindak tutur yang berfungsi untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan.
Pada ketiga data tuturan di atas, setiap tuturan yang diutarakan bermaksud untuk
menawarkan sesuatu kepada mitra tutur.
Data tuturan 13 diambil pada episode “Dagelan Politik di DPR”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 13
merupakan tindak tutur ilokusi komisif. Tindak tutur ilokusi komisif adalah
pernyataan yang berfungsi untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan.
Tuturan yang diucapkan Sentilun merupakan sebuah penawaran untuk
mengenalkan temannya kepada Sentilan (Ndoro). Tuturan tersebut diucapkan
langsung kepada Sentilan (Ndoro) agar Sentilan mau berkenalan dengan teman
dari Sentilun. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
untuk menawarkan. Selanjutnya, karena berfungsi untuk mengusulkan atau
menawarkan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur mengusulkan atau
menawarkan. Dengan kata lain, tindak tutur yang mendorong penutur melakukan
sesuatu seperti halnya mengusulkan tergolong tindak tutur komisif.
Data tuturan 14 diambil pada episode “Mentri Baru Kurikulum
Baru”.Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 14
merupakan tindak tutur ilokusi komisif. Tindak tutur ilokusi komisif adalah
pernyataan yang berfungsi untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan.
Tuturan yang diucapkan oleh Sentilun bermaksud menawarkan kepada Caca
untuk membacakan puisi. Kalimat tersebut diutarakan langsung kepada Caca
karena Sentilun bermaksud untuk menghibur Caca yang sedang sedih. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah untuk menawarkan.
Selanjutnya, karena berfungsi untuk mengusulkan atau menawarkan, tindak tutur
tersebut dapat disebut tindak tutur mengusulkan atau menawarkan. Dengan kata
lain, tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu seperti halnya
mengusulkan tergolong tindak tutur komisif.
Data tuturan 15 diambil pada episode “Kartu Sakti Jkowi”. Berdasarkan
pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 15 merupakan tindak
tutur ilokusi komisif. Tindak tutur ilokusi komisif adalah pernyataan yang
berfungsi untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan. Tuturan yang
diucapkan Sentilun bermaksud untuk menawarkan bantuan kepada Asri Welas,
berbentuk bantuan nafas buatan. Kalimat tersebut diutarakan langsung kepada
Asri Welas ketika membicarakan mengenai bantuan pemerintah yang berupa kartu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sakti Jokowi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah
untuk menawarkan. Selanjutnya, karena berfungsi untuk mengusulkan atau
menawarkan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur mengusulkan atau
menawarkan. Dengan kata lain, tindak tutur yang mendorong penutur melakukan
sesuatu seperti halnya mengusulkan tergolong tindak tutur komisif.
Data tuturan 13 sampai 15 di atas merupakan tindak tutur ilokusi komisif.
Sesuai dengan pernyataan bahwa tindak komisif adalah pernyataan yang berfungsi
untuk menjanjikan atau untuk menolak suatu tindakan. Kedua tuturan di atas
mengungkapkan sebuah tuturan yang mengandung penawaran kepada mitra tutur.
Hal itu didasarkan pada situasi dan kondisi pada saat penutur dan mitra tutur
melakukan percakapan secara langsung ataupun tidak langsung.
4.2.5. Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Searle (dalam Richard, 1995:79-81) tindak tutur ilokusi deklaratif adalah
tindak tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi yang baru.
Tindak tutur ilokusi deklaratif ini mencakup mendeklarasikan dan menyatakan.
Berikut data yang termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi deklaratif.
(16) Data tuturan 16
Sentilan : Jadi yang negatif itu dilupakan, tidak usah diperdulikan?
Denis A : Iya jadi kita fokus ke yang bagus-bagus, yang positif-positif
supaya mereka yang positif itu tergerak dan semangat untuk
buat konten positif terus. Tetapi seharusnya bukan hanya
anak-anak saja yang disorot, sebaiknya daripada melimpahkan
hal tersebut kepada pemerintah untuk menutup hal tersebut,
orang tua juga harus dididik untuk melek media online.
(Tayangan 15 Oktober 2016 bertema “Santun di Media Sosial”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai perkembangan media
sosial. Perkembangan media sosial membawa dampak negatif dan
positif pada penggunanya, khususnya anak-anak. Pada episode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tersebut dihadiri oleh Denis Adhiswara seorang penggiat Media
Sosial dan bapak Asrorun Ni’am yang merupakan Ketua KPAI.
(17) Data Tuturan 17
Anies .B : Berat ya?
Caca : Berat sekali Pak, karena guru-guru saya juga bingung.
Gurunya saja bingung bagaimana muridnya, pasti makin
bingung.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
(18) Data Tuturan 18
Sentilun : Jadi begini, menurut analisis saya (penonton mengikuti ucapan
Sentilun). Kalau bicara soal pendidikan Ndoro pasti tidak lepas dari
ongkos, biaya Ndoro. Sekolah itu mahal Ndoro.
Sentilan : Oh iya betul itu, itu yang bikin pusing biaya sekolah itu
mahalnya pol, di malayasia itu dari SD sampai SMA itu gratis,
kalau pinter di sekolah lanjutannya pun (perguruan tinggi)
dapat beasiswa, jadi jangan heran kalau orang perbatasan itu
pada lari ke Negara sebelah, itu penting lho pak.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
Ketiga tuturan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi deklaratif yaitu
tindak tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi yang baru.
Pada ketiga data tuturan di atas, setiap tuturan yang diutarakan bermaksud agar
tercipta situasi atau kondisi baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Data tuturan 16 diambil pada episode “Santun di Media Sosial”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 16
merupakan tindak tutur ilokusi deklaratif. Tindak tutur ilokusi deklaratif adalah
tindak tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi yang baru.
Kalimat yang diucapkan oleh Denis Adhiswara tersebut merupakan sebuah
pernyataan mengenai sikap yang harus diambil oleh para penonton mengenai isi
konten video yang dibuat. Kalimat tersebut bertujuan agar ada perubahan pada
sikap penonton video di media sosial khususnya anak-anak untuk lebih menyoroti
hal-hal yang positif, dan juga agar orang tua harus ikut berperan untuk
mewujudkan hal tersebut. Kalimat yang diutarakan oleh Denis Adhiswara itu
diharapkan bisa membawa perubahan pada para pengguna media sosial khususnya
anak-anak karena pada saat itu juga hadir Asrorun Ni’am yang merupakan ketua
KPAI, yang diharapkan bisa membuat sebuah tindakan mengenai permasalahan
yang terjadi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah
untuk menyatakan. Selanjutnya, karena berfungsi untuk menyatakan, tindak tutur
tersebut dapat disebut tindak tutur pernyataan. Dengan kata lain, tindak tutur yang
mendorong penutur melakukan sesuatu dengan sebuah pernyataan tergolong
tindak tutur deklaratif.
Data tuturan 17 diambil pada episode “Menteri Baru Kurikulum Baru”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 17
merupakan tindak tutur ilokusi deklaratif. Tindak tutur ilokusi deklaratif adalah
tindak tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi yang baru.
Tuturan yang diucapkan oleh Caca merupakan sebuah pernyataan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
keberatannya menjalani kurikulum 2013. Karena saat itu guru yang menjadi pusat
utama dalam pelaksanaan kurikulum tersebut juga masih mengalami kesulitan
dalam memahaminya.
Tuturan Caca tersebut diharapkan membawa sebuah perubahan agar
kurikulum 2013 bisa terlaksana dengan baik dengan memperhatikan dari sisi guru
dan murid karena pada saat itu Caca berbicara langsung dengan Menteri
Pendidikan yaitu Anies Baswedan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak
tutur tersebut adalah untuk menyatakan. Selanjutnya, karena berfungsi untuk
menyatakan, tindak tutur tersebut dapat disebut tindak tutur pernyataan. Dengan
kata lain, tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu dengan sebuah
pernyataan tergolong tindak tutur deklaratif.
Data tuturan 18 diambil pada episode “Menteri Baru Kurikulum Baru”.
Berdasarkan pada penanda yang ditemukan pada tuturan, data tuturan 18
merupakan tindak tutur ilokusi deklaratif. Tindak tutur ilokusi deklaratif adalah
tindak tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi yang baru.
Tuturan yang diucapkan oleh Sentilan merupakan sebuah pernyataan mengenai
biaya pendidikan yang mahal. Sentilan membandingkan dengan Negara
Malayasia yang tidak mengenakan biaya pada peserta didik dari jenjang SD,
SMP, dan SMA. Sentilan menambahkan dengan kalimat bahwa peserta didik yang
berprestasi akan diberikan beasiswa lanjutan untuk jenjang yang labih tinggi
(perguruan tinggi). Dalam kalimat yang diucapkannya tersebut juga terdapat
kalimat sindiran yaitu “jadi jangan heran kalau orang perbatasan itu pada lari ke
negara sebelah, itu penting lho pak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kalimat yang diucapkan Sentilan diharapkan membawa perubahan terhadap
sistem pendidikan di Indonesia, karena Sentilan berbicara langsung dengan Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa tindak tutur tersebut adalah untuk menyatakan.
Selanjutnya, karena berfungsi untuk menyatakan, tindak tutur tersebut dapat
disebut tindak tutur pernyataan. Dengan kata lain, tindak tutur yang mendorong
penutur melakukan sesuatu dengan sebuah pernyataan tergolong tindak tutur
deklaratif.
Data tuturan 16 sampai 18 di atas merupakan tindak tutur ilokusi deklaratif.
Sesuai dengan pernyataan bahwa tindak tutur ilokusi deklaratif adalah tindak
tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi yang baru. Ketiga
tuturan di atas mengungkapkan sebuah pernyataan mengenai permasalahan
tertentu. Hal itu didasarkan pada kenyataan yang ada di masyarakat. Pernyataan
yang diungkapkan oleh penutur diharapkan bisa membawa perubahan ke arah
yang lebih baik dengan meninjau ulang setiap permasalahan yang ada.
4.3 Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini, peneliti akan memaparkan terkait hasil
penelitian yang sudah didapat dari proses analisis data.Dalam penelitian ini,
dibahas mengenai bentuk tindak tutur ilokusi pada program Sentilan Sentilun.
Peneliti mengambil data tuturan yang termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi
menurut Searle. Searle (dalam Richard, 1995:79-81) membagi tindak tutur ilokusi
tersebut menjadi lima macam, yaitu tindak direktif (directives), (2) tindak komisif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(commissives), (3) tindak representative (representatives), (4) tindak deklaratif
(declaratives), dan (5) tindak ekspresif (expressives).
Sebelum melakukan proses analisis data, peneliti menyimak tayangan
Sentilan Sentilun untuk mengambil tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam
tindak tutur ilokusi. Tuturan yang menunjukkan tindak tutur ilokusi kemudian
diambil untuk diklasifikasikan berdasarkan lima jenis tindak tutur ilokusi menurut
Searle. Tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 51.
Dari 51 tindak tutur ilokusi itu peneliti menemukan 16 data tindak tutur ilokusi
direktif, 14 data tindak tutur ilokusi ekspresif, 10 tindak tutur ilokusi representatif,
3 tindak tutur ilokusi komisif, dan 8 tindak tutur ilokusi deklaratif.
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori tindak tutur menurut Searle. Searle membagi tindak tutur
tersebut ke dalam lima jenis yaitu, tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi
ekspresif, tindak tutur ilokusi representatif, tindak tutur ilokusi deklaratif, dan
tindak tutur ilokusi komisif. Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa
tindak tutur ilokusi yang sering digunakan dalam tayangan Sentilan Sentilun yaitu
tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi ekspresif, tindak tutur ilokusi
representatif, dan tindak tutur ilokusi deklaratif. Sementara itu, tindak komisif
juga ditemukan tetapi hanya sebagian kecil saja.
Berkaitan dengan hal di atas, peneliti menemukan bahwa tindak tutur yang
banyak ditemukan dalam tuturan program Sentilan Sentilun adalah tindak tutur
ilokusi tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi ekspresif, tindak tutur
ilokusi daklaratif dan tindak tutur ilokusi representatif. Karena setiap tayangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sentilan Sentilun membahas mengenai masalah dunia politik soisal yang terjadi di
masyarakat ataupun pemerintahan.
Setiap tuturan yang diutarakan dalam topik bahasan memuat sebuah kritikan
dan sindiran pada kasus-kasus yang terjadi. Setiap tuturan yang disampaikan
dalam tayangan Sentilan Sentilun mempunyai maksud agar mitra tutur melakukan
sebuah tindakan berdasarkan tuturan yang disampaikan. Selanjutnya, tuturan yang
disampaikan bersifat langsung dan tidak langsung. Bersifat langsung ketika
tuturan yang diutarakan, disampaikan langsung kepada pihak yang terkait dalam
permasalahan yang pada saat itu dibahas dan hadir langsung pada acara tertsebut.
Bersifat tidak langsung ketika tuturan yang diutarakan bermakna sindiran pada
pihak terkait yang pada saat itu tidak hadir langsung pada acara tersebut.
Pada penggunaan tindak tutur ilokusi direktif, bentuk tuturan yang sering
muncul mencakup 1) saran, 2) perintah, 3) permintaan, dan 4) ajakan. Pada
penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif, bentuk tuturan yang sering muncul
mencakup ungkapan 1) kekecewaan, 2) ketidaksenangan, dan 3) ketidaksukaan.
Pada penggunaan tindak tutur ilokusi representatif, bentuk tuturan yang sering
muncul mencakup 1) mempertahankan, 2) merngatakan, dan 3) mendeskripsikan.
Pada penggunaan tindak tutur ilokusi komisif, bentuk tuturan yang sering muncul
mencakup 1) menawarkan. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi deklaratif,
bentuk tuturan yang sering muncul mencakup 1) menyatakan.
Peneliti menggunakan tiga teori yang relevan dengan penelitian ini. Hasil
penelitian dari teori relevan yang pertama menunjukkan bahwa: 1) ditemukan
empat jenis tindak tutur ilokusi pada percakapan antarpemain dalam film Hors de
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Prix yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, dan tindak
tutur ekspresif, 2) ditemukan empat fungsi ilokusi pada percakapan antarpemain
dalam film Hors de Prix yaitu fungsi kompetitif, konvivial, kolaboratif dan
konfliktif.
Hasil penelitian dari teori relevan yang kedua menyatakan bahwa bentuk
tindak tutur direktif dalam wacana kelas dapat disimpulkan meliputi (1) bentuk
tindak tutur direktif suruhan, (2) bentuk tindak tutur direktif perintah, (3) bentuk
tindak tutur direktif permintaan, (4) bentuk tindak tutur direktif ajakan, (5) bentuk
tindak tutur direktif desakan, (6) tindak tutur direktif larangan, (7) bentuk tindak
tutur direktif menyarankan, dan (8) bentuk tindak tutur direktif bujukan.
Hasil penelitian dari teori relevan yang ketiga adalah (1) bentuk tindak
tuturdirektif meliputi bentuk deklaratif, interogatif, dan imperatif. (2) fungsi
tindak tuturdirektif meliputi fungsi memerintah, meminta, melarang,
mengizinkan, menyarankan,mengharapkan, mengajak, menegur, dan memancing.
(3) strategi tindak tutur direktifmeliputi strategi langsung dan strategi tidak
langsung. Realisasi bentuk, fungsi, danstrategi tindak tutur direktif oleh guru
berdasarkan keragaman konteks yang melatari wacana percakapan di kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan empat tindak tutur ilokusi yang sering
digunakan, yaitu tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi ekspresif, tindak
tutur ilokusi representatif, dan tindak tutur ilokusi deklaratif. Sementara untuk
tidak tutur tindak tutur ilokusi direktif, dalam penelitian ini peneliti menemukan
beberapa bentuk tindak tutur ilokusi direktif yang sering digunakan yaitu, ajakan,
permintaan, harapan, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada tindak tutur ilokusi konteks sangat diperhatikan agar tercapainya
kberhasilan maksud tuturan yang ingin disampaikan. Konteks yang dimaksud
antara lain : penutur dan pendengar, latar peristiwa, bentuk pesan dan peristiwa
tutur. Penutur harus memperhatikan pendengar tuturannya tersebut, siapa , latar
budaya apa dan dari kalangan apa. Pedengar pada program tersebut adalah
penonton umum dan mahasiswa di studio, latar peristiwa pada saat itu adalah di
studio tempat berlangsungnya program tersebut, bentuk pesan yang disampaikan
yag digunakan adalah bahsa umum dicampur dengan bahasa daerah (bahasa
jawa), dan peristiwa tutur pada saat itu adalah disebuah acara talk show yang
mengusung tema sosial politik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua hal pokok, yaitu (1) simpulan dan (2) saran.
Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini. Sementara itu,
saran berisi hal-hal yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan, baik
mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, maupun peneliti lain. Berikut adalah
pemaparan dari kedua hal tersebut.
5.1 Simpulan
Penelitian ini membahas satu masalah pokok yaitu, bentuk tindak tutur
ilokusi pada program Sentilan Sentilun. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat 51 data ilokusi yang ditemukan dalam 10 video program Sentilan
Sentilun yang diambil secara acak pada setiap periode. Tindak tutur
ilokusi tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Terdapat 16 data tindak tutur ilokusi direktif, 14 data tindak tutur
ilokusi ekspresif, 10 data tindak tutur ilokusi representatif, 3 data
tindak tutur ilokusi komisif, dan 8 data tindak tutur ilokusi deklaratif.
b. Berkaitan dengan tindak tutur ilokusi menurut Searle, dalam 10
tayangan video Sentilan Sentilun tindak tutur ilokusi yang sering
digunakan yaitu tindak tutur ilokusi deklaratif, tindak tutur ilokusi
representatif, tindak tutur ilokusi ekspresif dan tindak tutur ilokusi
direktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
c. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi direktif, bentuk tuturan yang
sering muncul mencakup 1) saran, 2) perintah, 3) permintaan, dan 4)
ajakan. Pada penggunaan tindak tutur ilokusi ekspresif, bentuk tuturan
yang sering muncul mencakup ungkapan 1) kekecewaan, 2)
ketidaksenangan, dan 3) ketidaksukaan. Pada penggunaan tindak tutur
ilokusi representatif, bentuk tuturan yang sering muncul mencakup 1)
mempertahankan, 2) merngatakan, dan 3) mendeskripsikan. Pada
penggunaan tindak tutur ilokusi komisif, bentuk tuturan yang sering
muncul mencakup 1) menawarkan. Pada penggunaan tindak tutur
ilokusi deklaratif, bentuk tuturan yang sering muncul mencakup 1)
menyatakan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran
yang sekiranya perlu diperhatikan. Berikut saran-saran dari peneliti.
1. Bagi Peneliti Lanjutan
a. Penelitian ini membahas mengenai tindak tutur ilokusi pada program
Sentilan Sentilun. Diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan topik
secara lebih menarik dan mengkaji lebih dalam mengenai topik bahasan.
b. Apabila dilihat dari sisi pragmatik, masih terdapat aspek yang belum
dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu, bagi peneliti lain atau pihak
yang berminat untuk mengadakan penelitian, diharapkan bisa
mengembangkan secara lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Indah. 2016. “Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Hors De Prix Karya
Pierre Salvadori”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chumming, Louise. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Etikasari, Dian. 2012. “Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Kelas (Kajian
Mikroetnografi Terhadap Bahasa Guru”. Skripsi. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hassan 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotikal Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
http://www.anneahira.com/sentilan-sentilun-metro-tv.htm diakses pada tanggal 18
Oktober 2014.
http://kbbi.web.id/surjan diakses pada tanggal 19 Oktober 2014.
Hymes, Dell. 1974. Foundation in Sociolinguistics: An Etnographic Approach.
Philadelphia: University of Pennsylvan Press, Inc.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995).
Keraf, Gorys. 1987. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Koentjoroningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi 3. Jakarta: Aksara
Baru.
Leech, Geoffrey 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terj. Jakarta: UI Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:
Dioma.
Searle (1969). Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge
University Press.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya.
Tarigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkara.
Tola, Ardianto. 2013. “Tindak Tutur Direktif Guru dalam Wacana Interaksi Kelas
Anak Tunarungu". Skripsi. Manado: Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Manado.
Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DATA TUTURAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Data Tutran Tindak Tutur Ilokusi Direktif
(1) Data tuturan 1
Sentilan : Masa panggung kampanye dianggap panggung dangdutan.
Mestinya menyampaikan visi dan misi, bukan malah jadi
panggung hiburan. Itu salahnya dimana bu? Ibu Siti : Sebenarnya salahnya sudah lama. Jadi kita ini mestinya tidak
menampilkan hal-hal yang sifatnya asesoris, bukan substansi. Jadi
kalau goyang-goyang masih diperlukan, nyanyi dangdut silahkan,
tapi substansinya bukan disitu.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
(2) Data tuturan 2
Cak Lontong : Lho saya ini sangat mengerti seorang Soekarno. Dari namanya ini
jangan salah kamu, ini yang mengatasi segala kesukaran. “Sukar
No”, iya kan? Ini yang mengatasi segala kesulitan bangsa.
Sentilun : Hehe (tertawa kecil) Begini lho Cak Lontong, menurut
analisis saya (semua penonton di studio mengikuti ucapan
Sentilun) kalau kamu mau ngaku mirip Bung Karno jangan
hanya meniru penampilannya saja, tapi juga harus pikiran
dan sikap perjuangannya, yang penting itu bukan
penampilannya, tapi nilainya.
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Dihadiri oleh Ibu Megawati
Soekarno Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno.
(3) Data tuturan 3
Bambang .W : Itu yang terjadi dalam kasus korupsi di Banten misalnya orang
menyebut ini adalah dinasti korupsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Sentilun : Kalau kita ini sebagai bangsa ingin betul terbebas dari
korupsi, sebenarnya jangan hanya menyalahkan usaha
pemberantasna begini kepada KPK.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(4) Data tuturan 4 Sentilan : Kami percaya pada suara rakyat, biasa kan pemimpin yang bicara
tapi kalau di Republik Sentilan Sentilun tidak. Silahkan Mr.
Sentilun.
Sentilun : Ya kan saya juru bicara. Jadi begini lho ya, soal isu
pergantian menteri itu jangan sampai membuat kita pada
ribut sendiri, cakar-cakaran. Harusnya semuanya itu tenang,
sabar, karena itu lah menurut analisis saya (semua penonton di
studio mengikuti ucapan Sentilun) jangan sampai isu
perombakan kabinet ini malah mengganggu kinerja
pemerintah, jangan sampai terjadi kegaduhan politik, dan
yang terpenting para menteri musti bekerja dengan kompak.
(Tayangan 6 Agustus 2016 bertema “Kabinet Tidak Kompak”)
Konteks : Pada episode ini diceritakan bahwa Republik Sentilan Sentilun
sedang mengalami kekacauan pada kabinetnya. Hal ini juga terjadi
pada dunia politik Indonesia yang sedang mengalami reshuffle
kabinet. Terjadi kekacauan yang berujung pada perpecahan
antaranggota dewan di DPR.
(5) Data tuturan 5
Sentilan : Kesini mau apa ini?
Sentilun : Ini, dia kesini mau jadi asisten ndoro, bukan asisten dosen lho
ya tapi asisten batur (Bahasa jawa, artinya pembantu) haha
(tertawa). Sekarang kan lagi zaman revolusi mental, maka
pembantu pun harus punya asisten biar kelihatan keren. Boleh
ya ndoro?
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Saat itu Sentilun membawa temannya yang bernama Akbar
untuk dikenalkan kepada Sentilan (Ndoro).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(6) Data tuturan 6
Sentilun : Oo, bukan begitu Ndoro, bantuannya sekarang itu semakin
canggih pakai tekhnologi. Pak Habibie dulu pernah bilang “ini
adalah era Hightech”. Jadi dengan tekhnologi ini semoga bisa
meminimalisir penyelewengan, betul to?
Ibu Khofifah : Iya betul mas.
Sentilun : Jadi jangan sampai kita mendengan kabar soal dana bantuan
yang dipotong, “disunat”, sampai-sampai rakyat yang
menerimanya itu makin kecil, makin kecil, kecil, keciiil
sehingga rakyat akhirnya cuma menerima “ekstraknya”.
(Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
(7) Data tuturan 7
Sentilan : Nah kalau menurut kamu gimana ini Sentilun?
Sentilun : Kalau saya itu bisanya hanya berharap kok ndoro. Semoga
saja para anggota DPR kita cepat menyadari, bahwa sebagai
wakil rakyat mereka itu harus berprinsip bersatu. Rakyat
bersatu tak bisa dikalahkan, tapi kalau DPR berseteru tak bisa
diharapkan.
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(8) Data tuturan 8
Mucle : Padahal banyak ya?
Bambang W : Padahal cukup banyak dan sekarang sedang dibangun terus. Kami
melakukan koordinasi yang cukup kuat dengan direktorat jendral
pajak untuk meningkatkan itu. Kedua itu di sumber daya alam,
yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang tidak diinginkan
oleh investor karna kita punya agunen. Hampir sebagian besar
kekayaan alam kita itu dibawah 10 besar, maksutnya 10 besar itu
tidak ada yang dibawah 11 besar emas nomor 2, tembaga nomor 1,
batu bara nomor 3 kayak gitu jadi luar biasa tambang batu baranya.
Tapi selama ini perampokan, perampasan harta kekayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Indonesia, sumber daya Indonesia itu digunakan laut sebagai sarana
dan prasarana dan kita tidak bisa memberikan konsentrasi pada
laut.
Sentilun : Wahh. Jadi semoga saja Ndoro negara kita ini suatu saat
benar-benar akan bebas dari korupsi. Karena ya Ndoro,
korupsi itu membuat orang menjadi rakus, semakin serakah.
Orang belajar itu ambil manfaatnya, orang kena musibah
ambil hikmahnya, tapi orang korupsi itu ambil sebanyak-
banyaknya.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(9) Data tuturan 9
Sentilun : Nah pentingnya disitu. Jadi kampanye itu nanti berguna untuk
pendidikan politik. Orang yang mulanya cuek-cuek sama politik
jadi melek politik karena datang di kampanye.
Ibu Siti : Pentingnya tadi itu sebenarnya agar para pemilih tidak memilih
“kucing dalam karung”.
Sentilun : Ya saya sih hanya bisa berharap, semoga saja kampanye kita
itu semakin tertib meskipun kadang-kadang dalam politik itu
aturan sengaja dilanggar, tapi justru jadi cara untuk
mendapatkan keuntungan.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
(10) Data tuturan 10
Mucle : Nah ini yang menguntungkan itu kalau calegnya itu sendiri adalah
artis. Dia kan tidak perlu ngundang artis lagi, orang dia juga artis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sentilun : Ya kalau saya harapannya semoga artis yang dihadirkan itu
bukan sekedar untuk menjadi pemanis, memangnya gula-gula
(semua tertawa). Saya yakin sekarang ini rakyat juga sudah
cerdas kok, tidak akan memilih karena siapa artisnya tetapi
memilih apa program partainya.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
(11) Data tuturan 11
Cak Lontong : Lho, saya itu bilang sama anak saya “kamu itu menuntut ilmu
jangan hanya masalah sekolah, kamu bisa belajar dimana saja”.
Anak saya itu home schooling, jadi temannya ke sekolah dia di
rumah saja. (semua tertawa)
Sentilun : Nah sekarang ini Ndoro dalam situasi politik Indonesia hari
ini, yang penting itu satu, saatnya sekarang ini bersatu padu
memilih pemimpin. Tapi ingat, jangan sampai bersatu padu
memilih yang keliru.
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Hal itu dikaitkan dengan sosok
Jokowi yang diusung dari partai PDIP menjadi calon presiden pada
pemilihan presiden saat itu. Dihadiri oleh Ibu Megawati Soekarno
Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno.
(12) Data tuturan 12
Mucle : Mas Sentilun hari ini kelihatannya ganteng banget, abis krimbat
ya?
Sentilun : Emm, kamu ini lho tumben banget.
Mucle : Saya ini kan dasarnya memang baik mas. Eh mas kabarnya
kan mau ada resufle kabinet, tolongin saya lah mas. Oh iya
mas, ini ada oleh-oleh sedikit dari istri saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(Tayangan 6 Agustus 2016 bertema “Kabinet Tidak Kompak”)
Konteks : Pada episode ini diceritakan bahwa Republik Sentilan Sentilun
sedang mengalami kekacauan pada kabinetnya. Hal ini juga terjadi
pada dunia politik Indonesia yang sedang mengalami reshuffle
kabinet. Terjadi kekacauan yang berujung pada perpecahan
antaranggota dewan di DPR.
(13) Data tuturan 13
Sentilan : Kamu itu resah kenapa?
Mucle : Saya ini kan rakyat biasa, kalau bicara masalah Hakim
Konstitusi, saya itu ingin memiliki Hakim Konstitusi yang
ideal. Karena pada dasarnya kita itu kan pasti menginginkan
sesuatu yang ideal.
(Tayangan 22 Desember 2014 bertema “Menanti Hakim yang Jujur dan
Adil)
Konteks : Episode ini membahas mengenai pemilihan Hakim Konsitusi.
MK mengirim surat kepada presiden dengan menggunakan kop
MK, karena keberatan dengan keputusan presiden yang membentuk
tim seleksi. Pada episode tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Mahfud
M.D. yang merupakan mantan Ketua MK ke-2 pada periode
Agustus 2008-April 2013.
(14) Data tuturan 14
Sentilan : Terus bagaimana menurut kamu ini lun (Sentilun)?
Sentilun : Menurut analisis saya (semua penonton di studio mengikuti
ucapan Sentilun), ditengah kepentingan kekuasaan seperti
yang Ndoro bilang tadi, persaingan dari kekuatan-kekuatan
politik, saya itu hanya bisa berharap, semoga Mahkamah
Konstitusi tetap utuh, solid, tegak berdiri dan berwibawa.
Jangan sampai nanti ada kabar gembira yang menyatakan
bahwa Mahkamah Konstitusi kini sudah ada ekstraknya.
(Tayangan 22 Desember 2014 bertema “Menanti Hakim yang Jujur dan
Adil)
Konteks : Episode ini membahas mengenai pemilihan Hakim Konsitusi.
MK mengirim surat kepada presiden dengan menggunakan kop
MK, karena keberatan dengan keputusan presiden yang membentuk
tim seleksi. Pada episode tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Mahfud
M.D. yang merupakan mantan Ketua MK ke-2 pada periode
Agustus 2008-April 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(15) Data tuturan 15
Anies B : Jadi begitu, selesai pilpres sebenarnya ide apapun dari sisi
manapun bisa dipakai. Iya, karena ini kan Indonesia kita semua,
bukan Indonesia sebagian. Sekarang kita membuat siapapun yang
terpilih bisa bekerja bersama-sama.
Sentilun : Kalau pemerintahan yang baru nanti itu benar-benar bekerja
untuk memperbaiki nasib rakyat, semuanya itu wajib
membantu. Rakyat pasti akan terus mendukung pemerintahan
yang baik, makanya marilah kita berlomba-lomba dalam
kebaikan jangan hanya berlomba-lomba memperebutkan
jabatan dan kekuasaan.
(Tayangan 11 Agustus 2014 bertema “Pemimpin Baru Indonesia Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, Indonesia telah selesai dalam
melakukan pilpres. Saat itu Indonesia telah memiliki presiden baru
yaitu Pak Jokowi. Episode saat itu dihadiri oleh Anies Baswedan
yang menjadi juru bicara presiden terpilih.
(16) Data tuturan 16
Ibu Khofifah : Kalau ini, uang kemudian proses pengirimannya melalui digital
harapannya “tidak mampir-mampir”. Ada kekhawatiran bahwa iya
apakah masyarakat itu bisa? Saya rasa kalau ada kelompok
masyarakat yang belum bisa menggunakan sim card coba tolong
kalau di kantor pos itu sekaligus diajarkan.
Sentilun : Jangan sampai semua program bantuan ini salah di lapangan,
jangan sampai itu terulang lagi. Nanti seperti lapangan bola
atau lapangan tembak atau jadi sekedar lapangan pekerjaan
bagi yang menyelenggarakan.
(Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Data Tuturan Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
(17) Data tuturan 17
Sentilan : Nah pendapat kamu bagaimana lun?
Sentilun : Ya kalau menurut analisis saya (semua penonton di studio
mengikuti ucapan Sentilun) yang terpenting itu adalah
bagaimana pemerintahan bisa bekerja dengan efektif
melaksanakan program-program yang dijanjikan. Kalau
hanya janji-janji melulu “capek deh”.
(Tayangan 6 Agustus 2016 bertema “Kabinet Tidak Kompak”)
Konteks : Pada episode ini diceritakan bahwa Republik Sentilan Sentilun
sedang mengalami kekacauan pada kabinetnya. Hal ini juga terjadi
pada dunia politik Indonesia yang sedang mengalami reshuffle
kabinet. Terjadi kekacauan yang berujung pada perpecahan
antaranggota dewan di DPR.
(18) Data tuturan 18
Mahfud MD : Iya saya mengikuti juga berita itu, dan ya sedikit kaget. Jadi
Mahkamah Konstitusi itu mengirim surat ke Presiden karena
Presiden membentuk tim seleksi yang dari tujuh anggotanya itu ada
dua yang Mahkamah Konstitusi keberatan, karena orang ini mnjadi
pengacara yang sering berperkara di Mahkamah Konstitusi, Pak
Todung Mulya Lubis dan Refly Harun. Tapi dari sudut aturan itu
tidak ada masalah dan itu tidak ada hubungannya dengan suatu
kasus tertentu.
Sentilun : Oh, begitu to.
Mahfud MD : Iya, saya juga kurang sreg memandang perkemabangan itu
karena MK yang begitu besar berkirim surat dengan kop MK
hanya membicarakan soal kecil.
(Tayangan 22 Desember 2014 bertema “Menanti Hakim yang Jujur dan
Adil)
Konteks : Episode ini membahas mengenai pemilihan Hakim Konsitusi.
MK mengirim surat kepada presiden dengan menggunakan kop
MK, karena keberatan dengan keputusan presiden yang membentuk
tim seleksi. Pada episode tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Mahfud
M.D. yang merupakan mantan Ketua MK ke-2 pada periode
Agustus 2008-April 2013.
(19) Data tuturan 19
Sentilan : Wuiss (ungkapan kagum) mendadak pintar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Sentilun : Memang pintar ndoro hehe (tertawa kecil), jadi harus tahu
persis ndoro. Setiap masalah itu akan bisa diselesaikan kalau
kita tahu akar masalahnya. Tapi lihat anggota dewan itu sering
kali menyelesaikan masalah dengan menambah-nambah
masalah.
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(20) Data tuturan 20
Sentilun : Lah ya kan penting bawahan itu
Sentilan : Ya betul ya, kalau melihat kasus-kasus korupsi yang berhasil
dibongkar KPK itu kan, bahkan kemarin sewaktu perayaan
hari anti korupsi di Jogja itu disebutkan bahwa korupsi itu
sudah menjadi budaya. Ini kan menyedihkan sekali pak.
Bambang .W : Dulu Bung Hatta menyebutkan kalau korupsi itu budaya dan
faktanya sekarang ini yang namanya korupsi itu ada diberbagai
level kehidupan masyarakat, tapi memang ada isu penting disitu.
Dulu kalau orang berkorban memberikan sesuatu itu karna
keikhlasannya, jadi sekarang ada distorsi nilai. Kalau sekarang
orang memberikan sesuatu karna tidak ada makan siang gratis.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(21) Data tuturan 21
Anies .B : Iya, jadi yang terjadi di lapangan ada banyak masalah. Kalau kita
lihat Inspektorat jendral pun di kementrian kita sudah
mengingatkan bahwa ada banyak masalah di dalam implementasi.
Kamudian pilihannya hanya didiamkan, kalau didiamkan ini tidak
bakal rame mas tetapi di kelas-kelas akan ada masalah terus.
Sentilan : Sepertinya pembiaran itu sduah biasa.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
(22) Data tuturan 22
Sentilun : Jangan Khawatir ndoro, menurut analisis saya (diikuti oleh
penonton di studio). Bagaimanapun yang namanya anggota
dewan itu tetap orang-orang yang terhormat, orang-orang
pintar, orang-orang cerdas, dan terpelajar. Saya yakin kok
kalau sedang sendirian dan merenung, mereka itu juga
“mungkin” bisa malu melihat tingkah mereka yang ribut
melulu.
Sentilan : Oh, punya perasaan juga.
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(23) Data tuturan 23
Sentilan : Ini bagaimana kalau menurut kamu?
Sentilun : Korupsi itu bagaimanapun ya korupsi...maling.
Sentilan : Siapapun dia.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(24) Data tuturan 24
Sentilan : Ooh begitu. Kalau ada hadiah saat kampanye itu artinya apa?
Sentilun : Itu artinya rakyat dapat sedekah.
Sentilan : Ooh, terus kalau ada pidato di panggung kampanye?
Sentilun : Itu artinya rakyat dapat “musibah”, soalnya hanya dengerin
janji-janji.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
(25) Data tuturan 25
Sentilun : Bung Karno itu kan juga dikenal sebagai pemimpin yang
menginginkan bangsanya mandiri. Itulah yang membedakan Bung
Karno dengan para pemimpin hari ini.
Sentilan : Bedanya?
Sentilun : Lho kalau dulu ya, Bung Karno itu pidato “Saudara-saudara,
Amerika kita setrika, Inggris kita linggis” Bung Karno itu dulu
(semua tertawa), kalau yang sekarang ini malah banyak TKI
kita yang disetrika, sementara rakyat hidup kembang kempis.
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Hal itu dikaitkan dengan sosok
Jokowi yang diusung dari partai PDIP menjadi calon presiden pada
pemilihan presiden saat itu. Dihadiri oleh Ibu Megawati Soekarno
Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno.
(26) Data tuturan 26
Mucle : Saya ini kan dasarnya memang baik mas. Eh mas kabarnya kan
mau ada resufle kabinet, tolongin saya lah mas. Oh iya mas, ini ada
oleh-oleh sedikit dari istri saya.
Sentilun : Apa itu maksudnya, kok kamu jadi baik banget sama aku to?
Ini maksudnya nyuap? Kamu harus tahu, ini itu Republik
Sentilan Sentilun yang namanya suap menyuap itu tidak ada.
(Tayangan 6 Agustus 2016 bertema “Kabinet Tidak Kompak”)
Konteks : Pada episode ini diceritakan bahwa Republik Sentilan Sentilun
sedang mengalami kekacauan pada kabinetnya. Hal ini juga terjadi
pada dunia politik Indonesia yang sedang mengalami reshuffle
kabinet. Terjadi kekacauan yang berujung pada perpecahan
antaranggota dewan di DPR.
(27) Data tuturan 27
Mahfud MD : Harusnya biarkan saja, karena itu kan hak presiden. Menurut
Konstitusi, Presiden itu mengangkat tiga orang hakim, DPR
memilih tiga orang, dan Mahkamah Agung tiga orang. Nah dulu
waktu jaman Pak SBY itu tidak ada seleksi. Tiba-tiba orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
muncul begitu, sehingga tidak ada kompetisi diantara orang-orang
yang sama. Kemudian tiba-tiba muncul, dan kadang kala dari
partai politik yang kemudian menimbulkan persoalan di
masyarakat. Nah sekarang ini pemerintah membuat tim agar
masyarakat menilai dan siapapun yang meras mampu untuk
mencalonkan diri atau diusulkan oleh orang lain itu terbuka.
Sentilun : Kalau saya itu ya setuju seperti apa yang dikatakan Pak
Mahfud itu tadi, soal Independensi Hakim Konstitusi. Baik dia
yang akan dipilih atau yang sudah terpilih. Hakim Konstitusi
itu kan Hakim tertinggi, mereka-mereka itu penjaga konstitusi.
Kalau mereka tidak bisa menjaga independensi nanti bahaya,
nanti bisa tergoda korupsi.
(Tayangan 22 Desember 2014 bertema “Menanti Hakim yang Jujur dan
Adil)
Konteks : Episode ini membahas mengenai pemilihan Hakim Konsitusi.
MK mengirim surat kepada presiden dengan menggunakan kop
MK, karena keberatan dengan keputusan presiden yang membentuk
tim seleksi. Pada episode tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Mahfud
M.D. yang merupakan mantan Ketua MK ke-2 pada periode
Agustus 2008-April 2013.
(28) Data tuturan 28
Anies B : Ya memang unik, para relawan itu tidak dibayar bukan karena
mereka tak bernilai, tapi mereka tidak dibayar karena tak ternilai.
Jadi orang itu serasa memiliki tanggung jawab juga, masih banyak
juga orang Indonesia yang masuk wilayah politik dan mereka tidak
mengorbankan harga dirinya. Mereka menjaga harga dirinya
dengan mengatakan “jangan bayar saya, karena saya tidak bisa
dinilai dengan rupiah”
Sentilan : Iya, bagaimana yanggapan kamu?
Sentilun : Yang penting itu begini Ndoro, satu hal yang kerap sekali
dirasakan oleh rakyat itu, yaitu negara yang seringkali tidak
pernah hadir pada saat rakyat membutuhkan. Kadang-kadang
pemerintah itu seperti polisi, justru tidak ada disaat
dibutuhkan, datangnya belakangan.
(Tayangan 11 Agustus 2014 bertema “Pemimpin Baru Indonesia Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, Indonesia telah selesai dalam
melakukan pilpres. Saat itu Indonesia telah memiliki presiden baru
yaitu Pak Jokowi. Episode saat itu dihadiri oleh Anies Baswedan
yang menjadi juru bicara presiden terpilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(29) Data tuturan 29
Sentilun : Aku akan memberikan bantuan nafas buatan. Maksudnya nanti
jaga-jaga kalau dek Asri pingsan begitu. (semua tertawa)
Asri .W : Ah, itu nggak romantis ah, nggak kayak Cinta sama Rangga.
Sentilan : Sudah, sudah, sudah, lagi ngomongin bantuan sosial kok
malah bercanda, sampai bantuan pernapasan segala. Begini
lho misalnya kalau gunung meletus, orang yang tadinya
memiliki ekonomi bagus habis semua hartanya.
(Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
(30) Data tuturan 30
Sentilun : Kalau aku si dulu ya waktu sekolah itu paling suka kalau
gurunya tidak datang. Caca : Eh itu (menunjuk ke salah satu penonton) tertawanya seneng
banget, jangan-jangan sama seperti mas Sentilun itu.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Data Tuturan Tindak Tutur Ilokusi Representatif
(31) Data tuturan 31
Sentilun : Mas Denis bisa bikin video yang bisa menanamkan virus
kebaikan?
Denis : Ya bisa saja, bagaimana cara agar orang mau untuk
menonton video yang kita buat itu, jelas video kita harus
mengajarkan sesuatu kepada penonton.
(Tayangan 15 Oktober 2016 bertema “Santun di Media Sosial”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai perkembangan media
sosial. Perkembangan media sosial membawa dampak negatif dan
positif pada penggunanya, khususnya anak-anak. Pada episode
tersebut dihadiri oleh Denis Adhiswara seorang penggiat Media
Sosial dan bapak Asrorun Ni’am yang merupakan Ketua KPAI.
(32) Data tuturan 32
Sentilun : Iya Ndoro, yang kemarin itu dalam kampanye, orang-orang
pandai malah merusak sendi-sendi demokrasi.
Anies B : Jadi begitu, selesai pilpres sebenarnya ide apapun dari sisi
manapun bisa dipakai. Iya, karena ini kan Indonesia kita semua,
bukan Indonesia sebagian. Sekarang kita membuat siapapun yang
terpilih bisa bekerja bersama-sama.
(Tayangan 11 Agustus 2014 bertema “Pemimpin Baru Indonesia Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, Indonesia telah selesai dalam
melakukan pilpres. Saat itu Indonesia telah memiliki presiden baru
yaitu Pak Jokowi. Episode saat itu dihadiri oleh Anies Baswedan
yang menjadi juru bicara presiden terpilih.
(33) Data tuturan 33
Asri .W : Ya tidak boleh malas-malasan, ayo giat bekerja dong seperti aku,
tiap hari bangun pagi, habis itu olahraga. Lihat badanku, seperti
Madona walaupun kaki seperti maradona.
Sentilun : Pokoknya sekarang itu aku maunya malas-malasan saja.
Kalau kita miskin maka kita ini akan dapat bantuan.
Enakkan, ini contohnya kartu-kartu ini, kartu sehat, kartu
pintar, dan kartu sejahtera, nah asik to? Modalnya hanya
miskin doang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
(34) Data tuturan 34
Akbar :Daripada jadi pembantu presiden, mending jadi pembantu rumah
tangga.
Sentilan : Lho kenapa begitu? Bedanya apa?
Akbar : Lho kalau pembantu rumah tangga kerja dulu, tidak beres
baru diprotes baru dimarahi. Kalau pembantu
presiden/menteri belum kerja sudah banyak yang protes
ndoro.
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(35) Data tuturan 35
Asri .W : Ini Ndoro, masa katanya mas Sentilun mau berhenti kerja mau
jadi orang miskin saja. Katanya kalau miskin bisa dapat bantuan
dari pemerintah.
Sentilan : Ya tidak benar kalau begitu caranya. Pemerintah itu
memberi bantuan biar kamu tidak malas.
(Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
(36) Data tuturan 36
Sentilun : Saya itu malah curiga ndoro, jangan-jangan orang yang di
Senayan itu memang rombongan orang-orang bermasalah.
Memang kamu tahu hewan apa yang paling bermasalah? Akbar : Buaya!
Sentilun : Kok buaya, buaya tidak bermasalah.
Akbar : Lha terus apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Sentilun : Hewan perwakilan rakyat
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(37) Data tuturan 37
Bambang .W : Dulu Bung Hatta menyebutkan kalau korupsi itu budaya dan
faktanya sekarang ini yang namanya korupsi itu ada
diberbagai level kehidupan masyarakat, tapi memang ada isu
penting disitu. Dulu kalau orang berkorban memberikan
sesuatu itu karna keikhlasannya, jadi sekarang ada distorsi
nilai. Kalau sekarang orang memberikan sesuatu karna tidak
ada makan siang gratis.
Sentilun : Pamrih ya?
SEMUANYA: Owwwwww
Bambang .W : Ya jadi ada sesuatu.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(38) Data tuturan 38
Sentilan : Haha (tertawa) setuju saya kalau begitu, setuju.
Akbar : Iya, misal lagi ada anggota dewan yang pergi ke luar negeri.
Tidak masalah itu, yang jadi masalah kenapa mereka harus
balik lagi.
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Persoalan timbul akibat adanya perselisihan antarfraksi di
DPR. Pada episode tersebut dihadiri oleh Refly Harun seorang
Pakar Hukum Tata Negara.
(39) Data tuturan 39
Sentilun : Melihat panggung-panggung kampanye yang penuh hiburan,
barangkali itu memang cerminan politik kita. Kalau sudah di
panggung kampanye membawa artis, mungkin yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
terhibur seperti yang saya bilang tadi justru “politisinya”.
Setidaknya politisi bisa menghibur diri bahwa dalam lima
tahun sekali mereka sudah merasa “membahagiakan”
rakyatnya.
Sentilan: : Kamu tidak usah ikut-ikutan jadi artis! Kita itu harus bisa
mendidik masyarakat kalau datang ke kampanye bukan buat
nonton artis.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
(40) Data tuturan 40
Sentilun : Iya, saya setuju. Betul, terujinya disitu Ndoro.
Megawati : Nah kalau dia nanti memecahkan problem itu sebagai solusi,
disitu akan sangat terlihat orang ini tegas atau tidak.
Cak Lontong : Kalau melihat pemimpin itu harus utuh, jangan hanya dari
penampilan. Bisa saja dalam sebuah kelembutan itu muncul
sebuah ketegasan. Iya kan, bisa juga dalam sebuah
kesederhanaan itu muncul sebuah kewibawaan (semua
bertepuk tangan). Harus dilihat sikap dan tindakkannya, harus
sesuai yang diucapkan dan yang dilakukan.
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Hal itu dikaitkan dengan sosok
Jokowi yang diusung dari partai PDIP menjadi calon presiden pada
pemilihan presiden saat itu. Dihadiri oleh Ibu Megawati Soekarno
Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Data Tuturan Tindak Ilokusi Komisif
(41) Data tuturan 41
Sentilun : Asalamualaikum ndoro
Sentilan : Wa’alaikumsalam
Sentilun : Ini saya mau mengenalkan kawan saya ndoro, dari kampung.
(Tayangan 10 November 2014 bertema “Dagelan politik di DPR”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai kerusuhan yang terjadi di
DPR. Saat itu Sentilun membawa temannya yang bernama Akbar
untuk dikenalkan kepada Sentilan (Ndoro).
(42) Data tuturan 42
Caca : Cinta?
Sentilun : Iya, kalau kamu Cinta berarti aku mirip Rangga. Mau tidak
aku baca puisi untukmu?
Caca : Coba, kalau kamu beneran Rangga.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Pada saat itu Sentilun berbincang
dengan bintang tamu Caca Frederica dan menawarkan untuk
membacakan sebuah puisi untuknya.
(43) Data tuturan 43
Sentilun : Dek Asri, kamu mau tidak kalau saya memberikan bantuan?
Asri .W : Ya mau dong mas, kamu mau kasih bantuan apa?
Sentilun : Aku akan memberikan bantuan nafas buatan. Maksudnya nanti
jaga-jaga kalau dek Asri pingsan begitu.
Tayangan 17 November 2014 bertema “ Kartu Sakti Jokowi”)
Konteks : Episode ini membahas mengenai program bantuan pemerintah
yang disebut kartu sakti Jokowi. Kenyataan dilapangan ternyata
berbeda dengan harapan, banyak kasus mengenai penyaluran
bantuan yang tidak tepat sasaran. Episode tersebut dihadiri oleh ibu
Khofifah yang merupakan Menteri Sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Data Tuturan Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
(44) Data tuturan 44
Sentilan : Jadi yang negatif itu dilupakan, tidak usah diperdulikan?
Denis A : Iya jadi kita fokus ke yang bagus-bagus, yang positif-positif
supaya mereka yang positif itu tergerak dan semangat untuk
buat konten positif terus. Tetapi seharusnya bukan hanya
anak-anak saja yang disorot, sebaiknya daripada melimpahkan
hal tersebut kepada pemerintah untuk menutup hal tersebut,
orang tua juga harus dididik untuk melek media online.
(Tayangan 15 Oktober 2016 bertema “Santun di Media Sosial”)
Konteks : Pada episode ini membahas mengenai perkembangan media
sosial. Perkembangan media sosial membawa dampak negatif dan
positif pada penggunanya, khususnya anak-anak. Pada episode
tersebut dihadiri oleh Denis Adhiswara seorang penggiat Media
Sosial dan bapak Asrorun Ni’am yang merupakan Ketua KPAI.
(45) Data tuturan 45
Anies .B : Berat ya?
Caca : Berat sekali Pak, karena guru-guru saya juga bingung.
Gurunya saja bingung bagaimana muridnya, pasti makin
bingung.
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
(46) Data tuturan 46
Sentilun : Jadi begini, menurut analisis saya (penonton mengikuti ucapan
Sentilun). Kalau bicara soal pendidikan Ndoro pasti tidak lepas dari
ongkos, biaya Ndoro. Sekolah itu mahal Ndoro.
Sentilan : Oh iya betul itu, itu yang bikin pusing biaya sekolah itu
mahalnya pol, di malayasia itu dari SD sampai SMA itu gratis,
kalau pinter di sekolah lanjutannya pun (perguruan tinggi)
dapat beasiswa, jadi jangan heran kalau orang perbatasan itu
pada lari ke Negara sebelah, itu penting lho pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
(Tayangan 15 Desember 2014 bertema “Menteri Baru Kurikulum Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, pendidikan di indonesia sedang
mengalami kekacauan akibat pergantian kurikulum. Kekacauan
terjadi akibat ketidaksiapan dari pendidik untuk menerima sistem
yang ada pada kurikulum 2013. Episode ini dihadiri oleh Anies
Baswedan yang menjabat sebagai menteri pendidikan saat itu.
(47) Data tuturan 47
Mucle : Ya I agrre, I agrre aja, I agrre itu ayam negeri. Saya setuju
Sentilun : Tapi begini ya, menurut analisis saya (semua penonton di
studio mengikuti perkataan Sentilun) sering terjadi upaya-
upaya kelemahan terhadap KPK itu terus aja. Tapi ya ndoro
semua rakyat itu berharap jangan sampai KPK itu jadi lemah.
Kita kan tau orang-orang yang gembosin apalagi wakil rakyat
itu lo asem tenan.
(Tayangan 9 Januari 2015 bertema “Sepak Terjang Pemburu Koruptor”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang mengalami banyak
kasus korupsi. Banyak pejabat yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi. Pada program Sentilan Sentiuln saat itu
dihadiri oleh Bambang Widjojanto yang berkedudukan sebagai
wakil ketua KPK.
(48) Data tuturan 48
Sentilan : Ya mendengarkan programnya. Kira-kira bagaimana itu bu?
Ibu Siti : Jadi untuk menjadi anggota DPR di pusat, DPRD provinsi
ataupun Kabupaten kota itu harusnya orang yang sudah
punya substansi, punya konsep. Jadi ketika yang bersangkutan
sudah berniat menjadi anggota legislatif itu sudah tahu apa
tugas-tugas nantinya ketika yang bersangkutan terpillih. Satu,
mereka harus mampu menjadi bagian untuk merumuskan
Undang-Undang, jadi fungsi legislasi, fungsi pengawasan,
fungsi budgeting. Dengan seperti itu pastinya kalau dia betul-
betul caleg (Calon Legislatif) yang baru muncul,
menyampaikan kepada masyarakat di dapilnya itu (daerah
pemilihan) apa adanya.
(Tayangan 25 Maret 2014 bertema “Pemanis Panggung Kampanye”)
Konteks : Pada saat video itu tayang, indonesia sedang memasuki masa
kampanye pilpres. Pada saat kampanye, umumnya di indonesia
terdapat hiburan untuk memeriahkana acara kampanye tersebut.
Namun porsi hiburan yang disajikan lebih besar daripada
penyampaian visi dan misi. Pada program Sentilan Sentiuln yang
bertema Pemanis Panggung Kampanye dihadiri oleh Ibu Siti Zuroh
yang berkedudukan sebagai pengamat politik di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(49) Data tuturan 49
Cak Lontong : Ya aslinya juga tidak cerdas.
Sentilun : Begini lho Cak Lontong, menurut analisis saya (semua
penonton di studio mengikuti perkataan Sentilun) kita itu
sebenarnya tidak hanya membutuhkan pemimpin yang cerdas,
tapi juga pemimpin yang bijak. Buat apa cerdas, kalau
kecerdasannya hanya dipakai untuk membohongi rakyat.
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Hal itu dikaitkan dengan sosok
Jokowi yang diusung dari partai PDIP menjadi calon presiden pada
pemilihan presiden saat itu. Dihadiri oleh Ibu Megawati Soekarno
Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno.
(50) Data tuturan 50
Sentilan : Wah, bagus itu.
Sentilun : Saya ingin mengucapkan selamat kepada pemimpin baru
kita. Selamat menjalankan amanat yang mungkin memang
berat, maka jadilah pemimpin yang dicintai rakyat, bukan
pemimpin yang ditakuti rakyat.
(Tayangan 11 Agustus 2014 bertema “Pemimpin Baru Indonesia Baru”)
Konteks : Pada saat video ini tayang, Indonesia telah selesai dalam
melakukan pilpres. Saat itu Indonesia telah memiliki presiden baru
yaitu Pak Jokowi. Episode saat itu dihadiri oleh Anies Baswedan
yang menjadi juru bicara presiden terpilih.
(51) Data tuturan 51
Sentilan : Bagaimana menurut kamu? (menunjuk Sentilun)
Sentilun : Ya kita itu memang membutuhkan pemimpin yang
negarawan, bukan pemimpin yang pura-pura seperti yang
dikatakan oleh Ibu Mega tadi. Jadi pemimpin yang mengejar
kekuasaan dan kedudukan tapi pemimpin yang betul-betul
menempatkan kepentingan Bangsa di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(Tayangan 23 juni 2014 bertema “Tamu Istimewa”)
Konteks : Tayangan yang bertema “Tamu Istimewa” membahas mengenai
sosok Soekarno yang menjadi teladan karena kepiawaiannya dalam
memimpin Negara Indonesia. Hal itu dikaitkan dengan sosok
Jokowi yang diusung dari partai PDIP menjadi calon presiden pada
pemilihan presiden saat itu. Dihadiri oleh Ibu Megawati Soekarno
Putri yang merupakan anak kandung dari Soekarno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BIODATA PENULIS
Andreas Dwi Yunianto lahir di Ciamis, Jawa
Barat pada tanggal 15 Juni 1992. Mulai mengenyam
pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Cempaka
Kuning, Cilacap. Kemudian melanjutkan pendidikan
Sekolah Dasar di SD Panulisan timur 02 Cilacap, ia
menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar pada
tahun 2004. Kemudian melanjutkan studinya di SMP Negeri 2 Dayeuhluhur dan
tamat pada tahun 2007. Pendidikan tingkat menengah atas di tempuhnya di SMA
Negri 1 Dayeuhluhur dan tamat pada tahun 2010.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas, ia melanjutkan
studi S1 di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Selama
menjadi mahasiswa, ia aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang
diselenggarakan di dalam program studinya. Masa pendidikannya berakhir dengan
menyelesaikan skripsi mengenai Bentuk Tindak tutur Ilokusi Dalam Program
Sentilan Sentilun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI