bentuk survival homo erectus di lingkungan sangiran

17
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Sangiran mewakili salah satu situs fosil hominid tertua di Indonesia, digali pada akhir tahun 1930, dan dilanjutkan setelah perang dunia kedua oleh G.H.R. von Koenigswald, hasilnya lebih dari 40 fosil hominid ditemukan disana. Von Koenigswald mengikuti seniornya, Eugene Dubois dalam menamakan hominid dengan nama Pithecanthropus Erectus yang sebenarnya masuk dalam spesies Homo Erectus. Fosil Sangiran 2 ditemukan hanya bagian kubah otak (neurokrania) yang memperlihatkan torus atau tonjolan di bagian supraorbital di atas mata kiri. Fosil tersebut diperkirakan oleh von Koenigswald berumur kurang lebih 700.000 tahun yang lalu. Homo erectus hidup kurang lebih 1,8 juta sampai 300.000 tahun yang lalu dan dikenal sebagai spesies yang mampu menyebar ke seluruh penjuru dunia dan berkembang biak serta survive dengan baik di muka bumi ini. Dunia Paleoantropolgi 1 sekarang tahu bahwa manusia pertama muncul di benua afrika dan hanya hidup di benua tersebut selama beberapa juta tahun saja. Spesies manusia awal diketahui telah menyebar dalam jumlah yang besar keluar afrika adalah homo erectus yang ditemukan di Asia Tenggara. Pada tahun 1891 ilmuwan yang berasal dari Belanda, Eugene Dubois menemukan cranium (tengkorak genap) dari spesies manusia awal di Pulau Jawa. Eugene Dubois menamakannya Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia yang berjalan tegak. Temuan tersebut didapatkannya di Trinil, Nganjuk. Penemuan fosil 1 Ilmu yang mempelajari tentang asal usul atau soal terjadinya dan evolusi makhluk hidup (manusia) dengan menggunakan (sebagai bahan penelitian) sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil dari zaman dahulu, yang tersimpan di salam bumi yang didapat dengan metode- metode tertentu. Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Upload: darundiyo-pandupitoyo-s-sos

Post on 14-Jun-2015

1.418 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

1

BAB IPendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Sangiran mewakili salah satu situs fosil hominid tertua di Indonesia,

digali pada akhir tahun 1930, dan dilanjutkan setelah perang dunia kedua

oleh G.H.R. von Koenigswald, hasilnya lebih dari 40 fosil hominid

ditemukan disana. Von Koenigswald mengikuti seniornya, Eugene Dubois

dalam menamakan hominid dengan nama Pithecanthropus Erectus yang

sebenarnya masuk dalam spesies Homo Erectus. Fosil Sangiran 2

ditemukan hanya bagian kubah otak (neurokrania) yang memperlihatkan

torus atau tonjolan di bagian supraorbital di atas mata kiri. Fosil tersebut

diperkirakan oleh von Koenigswald berumur kurang lebih 700.000 tahun

yang lalu.

Homo erectus hidup kurang lebih 1,8 juta sampai 300.000 tahun

yang lalu dan dikenal sebagai spesies yang mampu menyebar ke seluruh

penjuru dunia dan berkembang biak serta survive dengan baik di muka

bumi ini. Dunia Paleoantropolgi1 sekarang tahu bahwa manusia pertama

muncul di benua afrika dan hanya hidup di benua tersebut selama

beberapa juta tahun saja. Spesies manusia awal diketahui telah menyebar

dalam jumlah yang besar keluar afrika adalah homo erectus yang

ditemukan di Asia Tenggara. Pada tahun 1891 ilmuwan yang berasal dari

Belanda, Eugene Dubois menemukan cranium (tengkorak genap) dari

spesies manusia awal di Pulau Jawa. Eugene Dubois menamakannya

Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia yang berjalan tegak.

Temuan tersebut didapatkannya di Trinil, Nganjuk. Penemuan fosil

1 Ilmu yang mempelajari tentang asal usul atau soal terjadinya dan evolusi makhluk hidup (manusia) dengan menggunakan (sebagai bahan penelitian) sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil dari zaman dahulu, yang tersimpan di salam bumi yang didapat dengan metode-metode tertentu.

Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan SangiranBy: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Page 2: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

2

mereka tersebar di seluruh bagian dunia, afrika, China, Malaysia,

Indonesia dsb. para ilmuwan sampai sekarang masih memperdebatkan

apakah homo erectus nenek moyang langsung dari manusia modern

(homo sapiens) mengingat fosil homo erectus yang ditemukan di

bengawan solo berumur sekitar 53.000 sampai 27.000 tahun yang lalu, di

waktu yang sama populasi dari homo sapiens juga mulai muncul, namun

bukan modern homo sapiens akan tetapi lebih ke archaic homo sapiens2.

Wilayah Sangiran adalah sebuah kubah geologis raksasa yang

terdapat di kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Ratusan tahun yang lalu

daerah ini dihuni oleh hampir 50% populasi homo erectus di dunia

(Tjiptadi dkk, 2004) dan Sangiran mengalami masa hunian paling lama

dibandingkan dengan situs-situs lain yang ada di Indonesia, diperkirakan

daerah ini dihuni oleh manusia purba kurang lebih selama satu juta tahun.

Bagaimana homo erectus mampu bertahan hidup lama di muka bumi

dimanapun mereka tinggal. Tentunya ini berhubungan dengan daya

survival mereka yang sangat tinggi dengan alam sekitarnya. Daya survival

ini mungkin berhubungan dengan perkembangan dari otak mereka, yang

membuat mereka lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan

alam, sehingga menciptakan karakteristik tersendiri baik dari budaya fisik

maupun kognitif.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah bentuk usaha survival Homo Erectus terhadap

lingkungan alam Sangiran? Serta bagaimana bentuk kehidupan sosial

Homo erectus Sangiran (Pithecanthropus erectus) sebagai bagian dari

usaha survival mereka?

2 Homo Sapiens Pra-modern (awal).

Page 3: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

3

1.3 Tujuan Penelitian

Selain memenuhi tuntutan akademis dari dosen pengajar mata

kuliah antropogenese, penulis juga merasakan keingintahuan yang

mendalam mengenai pola survival homo erectus di lingkungan alam

Sangiran, dan penulis juga ingin menyelidiki secara mendalam mengapa

Homo Erectus dikatakan sebagai spesies yang mengalami periode hidup

terlama dari manusia purba yang lainnya. Homo erectus muncul dan

berkembang biak di afrika setelah populasi homo ergaster dan menyebar

sampai ke asia sekitar 1,8-1,5 juta tahun yang lalu. Fosil termuda yang

pernah ditemukan dari spesies ini, dari sungai bengawan solo berumur

sekitar 53.000 sampai 27.000 tahun yang lalu (walaupun dating ini agak

kontroversial). Jadi bisa dikatakan bahwa homo erectus sebagai spesies

tersukses dalam perkembangannya keluar daerah dan tersukses dalam

bertahan hidup di muka bumi, tercatat mereka mendiami bumi ini selama

kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu3.

Penelitian ini akan berusaha memecahkan keingintahuan akademis

tentang bagaimana homo erectus mengoptimalkan apa yang mereka

dapat dari alam dan dengan kreativitasnya yang terus menerus

berkembang membuat mereka lebih mudah hidup berdampingan dengan

alam dan bertahan di dalamnya.

1.4 Kerangka Teori

“Homo erectus mempunyai volume otak yang bervariasi antara 750

sampai 1225 cc. Homo erectus awal bervolume otak rata-rata 900

cc, sementara itu populasi homo erectus akhir bervolume rata-rata

1100 cc” (Leakey 1994).

“Lapisan tanah yang tersingkap di kubah sangiran tersebut

berturut-turut dari pusat kubah sampai ke bibir kubah terbagi

menjadi empat formasi stratigrafi yaitu formasi kalibeng, formasi

3 Lihat Encarta Encyclopedia Premium

Page 4: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

4

Pucangan, formasi Kabuh, dan formasi Notopuro” (Tjiptadi dkk.

2004).

“Pada kala pleistosen atas kawasan sangiran masih berupa lautan

dalam yang berangsur-angsur berubah menjadi lautan dangkal

dengan kehidupan fortaminifera dan moluska laut” (Tjiptadi dkk.

2004).

“Temuan alat batu di situs Sangiran membuktikan tentang adanya

adaptasi manusia purba terhadap lingkungannya” (Tjiptadi dkk.

2004).

“Seperti manusia modern, homo erectus juga sudah menggunakan

api, dan untuk ukurannya, mereka mempunyai ukuran otak yang

lebih besar dari homo habilis”(National History Museum, 1991).

1.5 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan observasi

langsung ke situs Sangiran dan museum sangiran untuk mendapatkan

data, serta melakukan beberapa interview dengan informan yang betul-

betul menguasai pengetahuan dengan homo erectus Sangiran

(Pithecanthropus erectus). Data sekunder penulis mendapatkan dari

beberapa literatur buku dan web-site yang mengkaji tentang homo erectus

di Sangiran.

Page 5: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

5

BAB II

Deskripsi

Deskripsi Lokasi Penelitian

Situs Sangiran sebenarnya adalah nama kembar dari dua

pedukuhan kecil yang terletak di perbatasan Kabupaten Sragen dan

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kedua pedukuhan ini dipisahkan

oleh kali cemoro yang mengalir dari kaki gunung Merapi menuju ke sungai

Bengawan Solo. Dukuh sangiran sisi utara terletek di Desa Krikilan,

kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Sedangkan dukuh sangiran

selatan terletak di desa Krendowahono, kecamatan Gondang rejo,

Kabupaten Karanganyar. Namun sekarang kedua nama itu dipakai untuk

menyebut situs yang akhirnya ikut kabupaten Sragen. Situs ini terletak

antara 110°49’ hingga 110°53’ bujur timur, dan antara 07°24’ hingga

07°30’ lintang selatan. Sebaran temuan di ditus Sangiran ini sangat luas

yaitu ± 56 Km³, dan mengalami masa hunian yang paling lama

dibandingkan situs-situs lain di dunia Tahun 1936, von Koenigswald

berhasil menemukan rahang atas manusia purba (S1a) yang ukurannya

besar sehingga ia menamainya dengan fosil Meganthropus

Paleojavanicus, beberapa temuan meganthropus4 di sangiran antara lain:

1) Meganthropus A/Sangiran

2) Meganthropus B/Sangiran 8

3) Meganthropus C/Sangiran 33/BK 7905

4) Meganthropus D

5) Meganthropus I/Sangiran 27

4 Lihat www.wikipedia.org keyword: Meganthropus

Page 6: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

6

6) Meganthropus II/Sangiran 31

7) Meganthropus III

dan di tahun 1937 von Koenigswald berhasil menemukan fosil berupa

atap tengkorak spesies homo erectus yang akhirnya dia namai dengan

Pithecanthropus Erectus2.

Beberapa Temuan homo erectus yang lain:

1) Sangiran 1b

2) Sangiran 2

3) Sangiran 4

4) Sangiran 5

5) Sangiran 8

6) Sangiran 17

Homo erectus sudah bisa menggunakan api dan diperkirakan

sudah bisa berbahasa satu sama lain.

Deskripsi fisik Pithecantropus Erectus (homo erectus Sangiran)

Homo erectus yang hidup di daerah sangiran rata-rata memiliki

tinggi tubuh 165-180 cm untuk laki-laki dan 156-171 cm untuk perempuan.

Biphedal, perbandingan panjang lengan dan tungkai sudah proporsional,

torus di daerah supraorbitalis, prognant, badan terdapat bulu, namun tidak

memenuhi sekujur tubuh. Homo erectus mempunyai neurokrania yang

rendah dan memanjang dari depan hingga ke belakang, daerah

supraorbital yang prominent, dan volume otak dewasa 800 sampai 1250

cc, lebih besar dua kali lipat dari volume otak australopithecus. Otot-otot

yang prominen dan tebal melindungi daerah di sekitar tulang menandakan

bahwa badan homo erectus menahan pergerakan yang powerful dan

tegangan yang tinggi. Walaupun mereka mempunyai gigi yang lebih kecil

Page 7: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

7

dibandingkan dengan australopithecus, namun mereka memiliki rahang

yang besar dan kuat.

Sejarah Sangiran Dome

Sangiran dome atau kubah Sangiran adalah istilah yang dipakai

untuk menyebut kubah geologis yang berbentuk mangkuk menghujam ke

bawah bumi. Hal ini disebabkan oleh gerakan eksogen dari dalam bumi

yang mendorong keatas sehingga terbentuklah semacam gundukan tanah

yang sangat lebar dan besar. Dari situ daerah puncaknya lama kelamaan

mengalami deformasi, erosi, patahan sehingga terbentuklah kubah

tersebut, dan akhirnya menyingkap lapisan tanah purba yang

mengandung sisa-sisa kehidupan manusia purba.

Stratigrafi tanah

Stratigrafi tanah di sangiran dibedakan menjadi empat formasi

dimana masing-masing bagian telah ditentukan umur serta kandungan di

dalamnya. Keempat formasi tersebut antara lain:

1. Formasi Kalibeng

Formasi kalibeng tercatat sebagai lapisan tertua yang ada di sangiran,

umur dari lapisan tanah ini sekitar 3.000.000 sampai 1.800.000 juta tahun

yang lalu. Ditemukan di kali puren (tengah sangiran dome). Formasi

kalibeng sendiri dibagi menjadi empat lapisan . lapisan terbawah

mempunyai tebal kurang lebih 107 m yang merupakan endapan laut dalam,

berupa lempung abu-abu kebiruan dan lempung lanau dan ditemukan sisa-

sisa jasad moluska laut, jenis-jenis moluska laut yang ditemukan adalah:

A. Kelas Pelecypoda: B. Klas Gastropoda:

1) Venericardia 1. Orthaulax

2) Arca 2. Olivia

Page 8: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

8

3) Pecten 3. Turbo

4) Terlina 4. Eupleura

5) Ostrea 5. Strombus

6) Steinkern 6.Turritella

7) Fragmen Tridacna 7. Conus

8) Amonia 8. Urosalpinx

9) Vermetus 9. Buccina

10. Stinkern

2. Formasi Pucangan

Berumur 1.8 juta sampai 800 ribu tahun yang lalu. Formasi ini

terbagi dua, yaotu; fomasi pucangan bawah dan formasi pucangan atas.

Formasi pucangan bawah kedalamannya 0,7 sampai 50 meter berupa

endapan lahar dingin atau bereksi vulkanik yang terbwa aliran sungai dan

mengendapamn moluska air tawar di bagian bawah dan ganggang kersik

dibagian atas. Formasi pucangan atas ketebalannya mencapai 100 meter

berupa lapisan napal dan lempung yang merupakan pengendapan rawa-

rawa. Pada formasi ini terdapt sisipan endapan molusca laut yang

menunjukkan bahwa pada waktu itu pernah terjadi transgresi laut. Formasi

pucanngan banyak mengandung fosil-fosil binatang vertebrata seperti

Stegodon trigonocephalus, bibos palaeosondaicus, bubalus

palaeokerabau, cervus SP, Hippopotamus dll. Bahkan pada lapisan

pucangan yang paling atas mulai banyak ditemkan fosil-fosil manusia

purba.

3. Formasi Kabuh

merupakan lapisan stratigafi yang berumur 800 ribu sampai 250

ribu tahun yang lalu. Diformasi ini paling banyak ditemukan fosil binatang

mamalia, fosil manusia purba, alat-alat batu. Kandungan batuan formasi

ini tediri dari pasir, lanau, pasir besi, gravel air tawar. Foramasi kabuh

Page 9: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

9

terbagi menjadi empat lapisan yaitu; formasi kabuh terbawah, kabuh

bawah, kabuh tengah, dan formasi kabuh atas. Formasi kabuh terbawah

mengandung lapisan yang dikenal dengan istilah grenzbank artinya

lapisan pembatas. Lapisan ini merupakan batas antara formasi pucangan

denga formasi kabuh. Ketebalan formasi ini antara 0,1 smpai 46,3 meter.

Kandungna lapisan ini antara lian brupa batu atau gamping calcareous

dari btu pasir konglomerat.temuan dari lapisan ini antara lian fosil tulang

ikan hiu, kura-kura, buaya, binatang mamalia darat, dan fosil manusia

purba. Lapisan ini juga mengandung alat batu tertua ciptaan Homo

Erectus yang pernah hidup di sangiran. Formasi kabuh bawah ketebalan

lapisan sekitar 3,5 sampai 17 meter. Lapisan ini banyak menghasilkan

fosil manusia binatang mamalia dan juga fosil manusia purba. Formasi

kabuh tengah ketebalannya antara 5 samapai 20 meter dan banyak

menghasilkan fosil-fosil manusia purba. Formasi kabuh ats tebal

lapisannya 3,7 sampai 16 meter. Kandungan batuannya hampir sama

dengan formasi kabuh tengah. Namun sampai saat ini dilapisan kabuh

atas belum pernah ditemukan fosil manusia purba.

4. formasi Notopuro

formasi ini secara tidak selaras terletak di atas formasi kabuh, dan

terebart di bagian atas perbukitan diseliling kubah Sangiran. Formasi ini

mengandung gravel, pasir, lanau, dan lempung. Juga terdapat lahan, batu

pumisan, dan tuva. Ketebalan lapisan ini mencapai 47 meter dan terbagi

menjadi tiga lapisan yaitu formadi notopuro bawah dengan ketebalan

antara 3,2 sampai 28,9 meter. Formasi notopuro tengah mempunyai

ketebalan 20 meter dan formasi notopuro atas dengna ketebalan 25

meter. Pada formasi notopuro ini sngat jarang sekalli di jumpai fosil.

Page 10: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

10

BAB III

Analisa Data

3.1 Analisis General

Bagaimana Homo erectus menaklukkan alam? Bagaimanakah pola

kehidupan mereka di sangiran? Seperti yang sudah penulis jelaskan tadi

bahwa Homo erectus mempunyai volume otak antara 750-1225 cc

sehingga dimungkinkan mereka memiliki pemikiran yang lebih cerdas

dibandingkan manusia-manusia purba pendahulunya. Pemikiran cerdas

adalah awal dari terbentuknya kemajuan, terbukti mereka sudah bisa

menyiasati tantangan alam dengan membuat berbagai peralatan yang

dibuat khusus untuk memudahkan kegiatan sehari-hari (Simanjuntak,

2001). Alat-alat tersebut kebanyakan terbuat dari bebatuan, adapun alat

batu yang banyak ditemukan di Sangiran adalah serpih dan bilah, serut

dan gurdi, bakalan kapak batu, beliung persegi, kapak perimbas, batu inti,

dan terakhir adalah bola batu. Mengapa diperlukan alat-alat semacam ini?

Kita kembali ke masa pleistosen di Sangiran. Pada masa itu diperkirakan

Sangiran adalah lingkungan yang terdiri dari daerah paya-paya di utara

dan lingkungan sungai dengan endapan lahar di selatan. Kehidupan awal

manusia purba terdapat di sekitar rawa-rawa tepi pantai dan muara sungai

yang terletak di sebelah utara kali cemoro sekarang. Pada kala pleistosen

tengah permukaan air laut turun (zaman glacial) sehingga danau dan

rawa-rawa disana mengering dan berubah menjadi daratan, homo erectus

diperkirakan tinggal sekitar aliran kali cemoro sekarang yang dulunya

berupa daerah delta dengan keadaan tanah yang subur dan ditumbuhi

beberapa variant tumbuhan dan juga rerumputan yang membentuk

sabana luas dan lembah-lembah bermeander, tentunya hal ini akan

menarik bermacam hewan dan tentunya manusia untuk tinggal di

dalamnya. Keadaan subur ini tidak serta merta datang dari langit, namun

Page 11: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

11

melalui proses yang sangat panjang, karena pembentukan delta sendiri

merupakan proses sedimentasi material-material padat yang dibawa oleh

air sungai dan dalam waktu yang lama membentuk suatu daratan

tersendiri. Air sungai selain membawa material-material padat juga

membawa mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tanah seperti humus

misalnya. Bukti kesuburan ini diperkuat dengan ditemukannya fosil-fosil

binatang vertebrata yang herbivora seperti misal penemuan fosil bubalus

paleokerabau (kerbau) pada formasi Kabuh, fosil jenis gajah purba

stegodon trigonocephalus, mastodon, elephas namadicus, fosil cervus Sp,

fosil tulang-tulang domba, tanduk cervus hippelaphus dsb.(lihat lampiran)

di formasi pucangan atas dan Kabuh. Dalam rantai makanan, binatang-

binatang ini merupakan sumber makanan bagi homo erectus selain buah-

buahan. Disinilah alat-alat batu tersebut digunakan, semisal serpih dan

bilah, biasanya dipakai untuk menguliti dan memotong binatang buruan

Dengan volume otak yang lebih besar maka diperlukan kubah tengkorak

yang lebih besar, maka dari itu dahi mereka tidak lagi miring seperti para

pendahulunya, dan konsekuensi dari pelurusan dahi (frontal), reduksi

tonjolan (torus) pada daerah supraorbital, maka bagian occipital dari

kranium agak tertarik ke depan. Semakin otak itu mereka gunakan untuk

berpikir menaklukkan alam, maka lipatan-lipatan otak akan terus

bertambah dan akan semakin menambah kecerdasan mereka.

Konsekuensi lain dari penambahan volume otak, homo erectus

membutuhkan lebih banyak nutrisi dan kalori, karena memang tenaganya

juga banyak terkuras untuk berpikir keras menaklukkan alam. Nutrisi itu

mereka dapatkan dari daging-daging hewan besar yang mereka masak

terlebih dahulu menggunakan api. Kanibalisme di masa homo erectus

diperkirakan tidak ada mengingat melimpah ruahnya binatang dan

tanaman di lingkungan mereka.

Page 12: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

12

3.2 Kehidupan Sosial Homo erectus Sangiran

Dalam kehidupan homo erectus, api tidak hanya digunakan

sebagai media pemasak makanan, tetapi juga sebagai alat pengumpul

antar personal. Api yang mereka nyalakan bersama bisa membuat

individu-individu lain berkumpul di sekitar api tersebut, kemungkinan ini

adalah awal pembentukan suatu kelompok hidup dari homo erectus

seperti yang dungkap oleh tim Natural History Museum (1991). Dari

terbentuk kelompok ini kekuatan mereka akan semakin solid. Karena otak

mereka yang semakin cerdas, akhirnya terjadilah suatu tatanan struktural

dalam kelompok. Di masa seperti itu biasanya yang terkuat dan paling

beranilah yang jadi pemimpin kelompok tersebut seperti yang dirilis oleh

BBC dalam film dokumenternya yang berjudul Walking With Cavemen

(2002). Setelah itu mulailah terjadi pembentukan fungsi-fungsi dan tugas

dalam kelompok tersebut semisal dalam pencarian makanan atau food

gathering.

“Some members of the group would band together to go and hunt large

animals. Others would gathers seed and fruits. Food would be brought

back to the home base to be cooked and shared out amongst the

members of group” Natural History Museum (1991).

Jadi dalam hal ini bisa dikatakan homo erectus sudah hidup berkelompok

dan mempunyai struktur dalam kelompok khususnya di bidang pencarian

makanan. Kelompok ini juga memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, hal

ini mungkin bisa kita lihat dalam kutipan diatas yang menerangkan bahwa

sesudah memasak makanan yang didapat dari hasil berburu, maka akan

Page 13: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

13

dibagi ke semua anggota kelompok seperti yang dipercaya oleh semua

paleoantropolog dengan istilah Food-Sharing-hypothesis5.

“Hipotesa mengenai kemah induk dan berbagi makanan mengintegrasikan

begitu banyak aspek perilaku dan kehidupan sosial manusia yang penting bagi

para antropolog…sistem timbal balik, tukar menukar, kekerabatan, cara

bertahan hidup, pembagian kerja, dan bahasa. Melihat apa yang tempaknya

merupakan unsur-unsur hidup berburu-mengumpul yang terdapat dalam

peninggalan itu, belulang dan batu-batu, para arkeolog menarik kesimpulan

bahwa semua unrsur selebihnya ikut. Sungguh gambaran yang sangat lengkap”

(lihat Potts 1988 dalam Leakey 1994).

Jumlah anggota dalam satu kelompok kurang lebih 40 individu. Jenis

penyakit yang diderita sebagian besar karena luka dan jenis-jenis

penyakit menular seperti yang ditulis oleh Jacob (1998). Luka-luka

paling banyak karena homo erectus menggantungkan hidupnya pada

kegiatan berburu dan meramu di tengah alam liar, sehingga tak sedikit

individu yang menjadi korban luka. Kelompok Homo Erectus juga

hidup nomaden, mereka tinggal dalam waktu yang relatif singkat di

suatu tempat, dan berpindah lagi bila mereka merasa ada tempat

yang lebih cocok untuk mereka.

Tradisi penguburan belum ditemukan, mengindikasikan bahwa

mereka tidak punya anggapan tentang hidup setelah mati. Imajinasi

seperti itu nanti muncul pada saat perkembangan evolusi otak

selanjutnya. Tradisi penguburan akan muncul bersamaan dengan

sadarnya manusia akan adanya kekauatan-kekauatan metafisik yang

amaha dahsyat berada diluar jangkauan mereka dan mengambil

nyawa seseorang saat waktunya telah tiba.

5 Baca buku Richard Leakey, Asal usul manusia. Jakarta, Percetakan PT. Gramedia, 2003: hal.82

Page 14: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

14

3.3 Penggunaan alat batu Homo erectus Sangiran

ada beberapa argumen dari para ahli paleoantropolog tentang

alat batu homo erectus di Jawa. Pendapat pertama menyatakan

bahwa homo erectus di Jawa terisolasi di lingkungan yang jauh dari

manapun sehingga mereka tidak menggunakan alat batu seperti homo

erectus lainnya di afrika, pendapat kedua adalah homo erectus Jawa

adalah vegetarian, jadi mereka tidak butuh alat batu. Pendapat ini

didasarkan oleh penelitian penemuan fosil gigi homo erectus Jawa

oleh P. F. Puech, dan yang ketiga adalah Van Hekereen (1972) yang

mengungkapkan bahwa homo erectus Jawa membuat alat dari tulang

dan bambu. Namun penulis lebih bersimpati pada pendapat dari

Truman Simanjuntak yang mengatakan bahwa homo erectus Jawa

harus membuat alat dari batu untuk membuat alat dari material lain.

Dalam berburu, homo erectus Sangiran dimungkinkan menggunakan

tombak dari kayu yang diberi mata tombak dari batu yang telah

dibentuk lancip dan tajam, untuk menguliti serta memotong binatang

hasil buruannya, mereka menggunakan Bilah dan serpih yang

fungsinya hampir seperti pisau di zaman modern bahan baku dari

bilah dan serpih sendiri adalah batuan rijang yang memang mudah

untuk ditatah oleh batu yang lebih kuat. Sedangkan alat yang

digunakan untuk membuat alat yaitu batu inti yang berupa bongkah

batu besar yang dipercaya merupakan inti dari sebuah batu, dipakai

untuk membentuk bilah dan serpih. Biasanya bahan baku dari alat

batu inti adalah batuan tufa, batuan kersikan, batuan kwarsa, kalsedon

dll. Terdapat satu alat yang menurut penulis sangatlah unik, yaitu bola

batu. Batu berukuran sedang yang berbentuk bola, ada yang

berpendapat bola batu tersebut memang sengaja dibentu seperti itu,

namun ada juga yang berpendapat kalau bola batu tersebut terbentuk

secara alamiah karena telus menggelinding dari satu tempat lain. Bola

batu tersebut diyakini sebagai alat lempar homo erectus dalam

berburu. Kemudian ada serut yang digunakan untuk menyerut kayu

Page 15: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

15

yang akan dijadikan tombak, dan gurdi, alat yang digunakan untuk

melubangi sesuatu. Dengan hidup berkelompok mereka lebih merasa

aman daripada hidup menyendiri.

3.4 Kemampuan Berbahasa

Bagaimana homo erectus Sangiran berkomunikasi? Mengingat

komunikasi adalah salah satu hal penting dalam usaha bertahan hidup

di alam. Ditambah lagi dengan kehidupan berkelompok mereka yang

mau tidak mau membutuhkan komunikasi satu sama lain. Seorang

ilmuwan bernama Jeffrey Laitman pernah berkata bahwa kecakapan

berbahasa dari Homo Erectus sepadan dengan kecakapan berbahasa

dari manusia modern umur enam tahun didasarkan pada bentuk

basikraniumnya.

Hal inilah yang membedakan spesies Homo Erectus dengan

bangsa kera, simpanse contohnya, disebelah kiri, mereka (simpanse)

punya sistem suara dengan laring terletak tinggi di tenggorakan,

susunan yang memungkinkan bernafas sekaligus menelas tetapi

membatasi ragam bunyi yang bisa dihasilkan di rongga faring.

Sedangkan mulai dari spesies Homo Erectus smpai Homo Sapien

modern memliki laring yang rendah. Akibatnya manusia tidak bisa

bernafas dan menelan bersamaan, tetapi bisa menghasilkan ragam

bunyi yang yang merentang lebar. Jadi bisa disimpulkan bahwa homo

erectus telah mempunyai kemampuan menghasilkan vokal-vokal

tertentu sepesi dalam kata-kata boot, father, dan feet. Seperti yang

diungkapkan oleh Leakey (1994) Semua spesies yang lebih purba dari

homo erectus mempunyai laring tinggi seperti simpanse seperti contoh

pada homo habilis atau homo heidelbergensis. Hal ini juga terjadi

pada homo erectus yang tinggal Sangiran.

Page 16: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

16

BAB IV

Kesimpulan

Evolusi perkembangan otak adalah salah satu hal terpenting

dalam sejarah evolusi manusia. Perkembangan otak ini juga

mempengaruhi perkembangan pola pikir manusia. Dengan berpikir,

manusia bisa berjuang mengalahkan alam. Perkembangan ini jelas

terlihat dari bukti-bukti fosil tengkorak yang ditemukan semisal

australopithecus yang hidup lima juta tahun yang lalu mempunyai

kapasitas otak sebesar 550 cc, berkembang di homo habilis yang

hidup sekitar 2,5 juta tahun yang lalu mempunyai volume otak sebesar

650 cc, da homo habilis yang hidup 1,8 juta sampai 300.000 tahun

yang lalu. Jelas sekali bahwa seleksi alam sangatlah berpengaruh

disini, yang terbaik selalu bisa berkembang biak dan mengambil alih

lingkungan dari yang lama dan ketinggalan zaman. Dan awal dari

perubahan hidup itu adalah perubahan otak.

Homo erectus bisa berdampingan baik dengan lingkungannya

di Sangiran, walaupun ada beberapa ahli yang mengatakan rata-rata

kematian homo erectus di Sangiran kurang lebih 20 tahun. Namun

mereka selalu beregenerasi dan menghasilkan keturunan-keturunan

yang otaknya terus berkembang sehingga bisa bertahan hidup di

muka bumi.

Dengan menggunakan otak, mereka mampu menciptakan alat

batu sendiri dan berhasil menggantungkan hidup mereka dari

peralatan hidup yang mereka buat. Semisal untuk berburu mereka

butuh senjata, senjatapun harus dibuat dari alat batu lain. Mereka juga

bisa melihat gejala-gejala alam yang bersifat periodik yang merupakan

warisan dari para pendahulunya. Usaha survival mereka terasa

Page 17: Bentuk Survival Homo Erectus di Lingkungan Sangiran

Tugas AkhirAntropogenese

17

lengkap dengan ditunjang kemampuan bahasa yang mereka miliki,

dan tidak lagi mengandalkan bahasa isyarat untuk berbicara pada

individu lainnya. Jadi pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa usaha

survival yang mereka miliki sebenarnya berawal dari evolusi

perkembangan otak mereka (homo erectus) dan dari perkembangan

otak mereka muncullah berbagai macam kreativitas dan imajinasi

yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi suatu

konsekuensi dari perekembangan otak itu sendiri. Kreativitas dan

imajinasi itulah yang membuat mereka dan kita bisa tetap melanjutkan

eksistensi di bumi ini.

Novus Ordo Seclorum