bentuk sediaan obat bubuk serta perkembangan terapi kanker di indonesia.pdf

Upload: sabila-robbani

Post on 06-Jul-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    1/15

    BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI

    INDONESIA

    Pratiwi Rostiningtyas Lusiono / 1306370833 / Departemen Teknik Kimia, Teknologi

    Bioproses

    1. BENTUK SEDIAAN OBAT

    Bentuk sediaan obat (BSO) merupakan salah satu hal yang penting untuk dipertimbangkan

    dalam proses pembuatan obat. Bentuk sediaan obat diperlukan agar penggunaan senyawa

    obat/zat berkhasiat dalam farmakoterapi dan dapat digunakan secara aman, efisien dan atau

    memberikan efek yang optimal. Pada umumnya, bentuk sediaan obat mengandung satu atau

    lebih senyawa obat yang diperlukan untuk suatu formulasi.7

    Bentuk sediaan obat dirancang sesuai dengan mekanisme dan tempat obat bekerja.

    Mekanisme obat yang dimaksud adalah kerja obat yang terbagi menjadi dua, yaitu sistemik

    dimana obat akan melalui sistem peredaran darah, dan non sistemik (lokal) dimana obat tidak

    melalui sistem peredaran darah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

    bentuk sediaan obat, yaitu sifat bahan obat, sifat sediaan obat , kondisi penderita, kondisi penyakit,

    harga.9

    2. MANFAAT BENTUK SEDIAAN OBAT

    Pemilihan bentuk sediaan obat memiliki beberapa manfaat yaitu:7

    1. Dapat melindungi senyawa obat dari kerusakan baik dari luar maupun dalam tubuh.

    2. Dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat.

    3. Dapat melengkapi kerja obat yang optimum (topikal, inhalasi).

    4. Menyesuaikan sifat beberapa obat yang tidak stabil dan tidak larut.

    5. Bentuk sediaan yang sesuai dapat menjaga kerja obat untuk penyakit pada berbagai organ

    tubuh.

    6. Dapat dikemas/dibentuk lebih menarik dan menyenangkan.

    3. MACAM-MACAM BENTUK SEDIAAN OBAT

    Secara umum, bentuk sediaan obat terbagi menjadi: 9 

    1. Bentuk sediaan padat, meliputi pulvis, pulveres, tablet, kapsul.

    2. Bentuk sediaan cair, meliputi solusio/mikstura, suspensi, emulsi, linimentum, losio.

    3. Bentuk sediaan setengah padat, meliputi unguentum, him, jeli.

    4. Bentuk sediaan khusus, meliputi injeksi , supositoria, ovula, spray, inhalasi.

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    2/15

    4. BENTUK SEDIAAN OBAT SERBUK

    Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.2 Pengertian lain

    serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,ditujukan untuk

    pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.3 

    Serbuk dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 9 

    1. Serbuk terbagi (Pulveres)9 

    Serbuk terbagi adalah serbuk Serbuk untuk obat dalam yang dibagi dalam bobot yang lebih

    kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

    2. Serbuk tak terbagi (Pulvis)9 

    Serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika dalam

    suatu serbuk, dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran sendok teh atau sendok lain,

    maka selalu sesendok rata serbuk. Sifat pulvis antara lain cocok untuk obat yang tidak stabildalam bentuk cairan serta absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet, namun

    tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan, iritatif, dan mempunyai

    dosis terapi yang rendah.

    Serbuk tak terbagi dapat dibagi menjadi 3 macam antara lain; 7 

    a. Serbuk tabur (Pulvis Adspersorius)7 

    Serbuk tabur adalah serbuk ringan obat luar untuk penggunaan topikal, dapat dikemas

    dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan

    pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan demean derajat halus

    100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi kulit. Sifat pulvis adspersorius antara lain

    mengandung bahan profilaksi atau pelican, untuk luka terbuka harus steril, sebagai

    pelumas harus bebas dari organisme patogen, dan sering terkontaminasi spora,

    kuman tetanus, serta kuman penyebab gangren.

    b. Serbuk gigi (Pulvis Dentifricius)7 

    Serbuk gigi, biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih

    dulu dalam chloroform / etanol 90 %. 

    c. Pulvis Sternutatorius7 

     Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga serbuk

    tersebut harus halus sekali. 

    d. Pulvis Effervescent 7 

    Serbuk yang mengandung CO2 (jika dilarutkan dalam air menimbulkan gas), untuk

    mempercepat penyerapan dalam lambung.

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    3/15

     

    Gambar 1 Bentuk sediaan pulvis 

    Sumber: http://diaokta-ilmu-resep-farmasi.com

    4.1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SERBUK 

      Kelebihan7 

    1. Dosis lebih tepat, lebih stabil daripada sediaan cair

    2. Memberikan disolusi yang lebih cepat

    3. Kombinasi bahan obat bervariasi sesuai kebutuhan pasien

    4. Dosis lebih tepat sesuai keadaan pasien

    5. Lebih stabil dibanding bentuk sediaan cair

    6. Ukuran partikel kecil sehingga disolusi dalam cairan tubuh lebih cepat disbanding serbuk, pil

    dan tablet

      Kekurangan7 

    1. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak / terurai dengan adanya kelembaban/kontakdengan udara

    2. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya

    3. Peracikannya relatif cukup lama.

    Serbuk yang baik memiliki karakteristik antara lain: 7

    1. Homogen dan kering.

    Kering artinya tidak boleh menggumpal atau mengandung air karena mengandung bahan

    yang higroskopis, efloresen, deliquesen ataupun campuran eutektik. Homogenitas artinya

    setiap bagian campuran serbuk harus mengandung bahan yang sama dalam perbandingan

    yang sama pula. Homogenitas dari suatu sediaan serbuk dapat dipengaruhi oleh faktor:

    - Ukuran partikel

    - Densitas/berat jenis

    2. Punya derajat kehalusan tertentu, sehingga;

    - Sediaan lebih homogen

    - Disolusi makin cepat sehingga kadar obat dalam darah yang tinggi cepat dicapai

    - Permukaan serbuk jadi luas dan daya absorpsi jadi besar. Hal ini penting untuk

    serbuk antasida, anti diare dan anti dotum

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    4/15

     

    4.2. CARA PEMBUATAN 

    Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu zat aktif, sedikit demi sedikit dan dimulai

    dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak.1

    Penimbangan

    1. Zat ditimbang masing-masing dengan kertas perkamen.

    2. Penimbangan < 50 mg dilakukan dengan pengenceran.

    3. Untuk zat cair ditimbang dengan cawan penguap yang telah ditara.

    4. Untuk zat kental/ekstrak ditimbang dengan kertas perkamen yang dilapisi paraffin.

    5. Untuk zat yang higroskopis seperti ZnO, MgO, sebelum ditimbang digerus dan diayak dahulu.

    Yang perlu diperhatikan1

    1. Zat yang berkhasiat keras, biasanya jumlahnya sedikit. Jadi harus digerus dulu zat tambahan

    seperti saccharum lactis untuk menutupi pori-pori mortir.

    2. Untuk zat berkhasiat yang berwarna, mortar harus dilapisi dengan zat tambahan, baru digerus

    dengan zat lain.

    3. Untuk zat dengan perbedaan BJ, masukan dulu serbuk yang BJnya besar kemudian yang

    kecil.

    4. Zat yang mempunyai Titik Eutetik jika 2 zat dicampur. Maka, penggerusan dilakukan secara

    masing-masing dengan saccharum lactis, baru kemudian dicampur. Contoh : Champora  – 

    Menthol.

    5. Tingtura dan ekstrak cair ditetesi dengan alcohol dilutus 70%, kemudian keringkan dengan

    saccharum lactis.

    6. Jika dalam resep pulvis atau pulveres ada tablet, maka tablet digerus lebih dulu, baru

    dicampur dengan bahan lain.

    7. Untuk minyak menguap ditambahkan terakhir.

    Cara mencampur obat-obatan antara lain;1

    1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak diencerkan,

    untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori dinding mortir. Cara yang baik

    adalah pilihlah mortir yang halus, masukkan dulu kira-kira sama bagian serbuk yang lain,

    digerus sendirian baru dimasukkan dan digerus bersama obat yang berkhasiat keras.

    2. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal ini untuk

    menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum halus. Karena dengan

    menggerus akan banyak terjadi kristal kasar menjadi halus. Bila menggerus serbuk secara

    banyak, akan terjadi serbuk halus yang banyak pula, tetapi ada bagian-bagian kasar yang

    terlepas dan tidak ikut tergerus dengan baik. Maka itu lebih baik bagian-bagian serbuk digerusmasing-masing dalam mortir sampai halus baru dicampur.

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    5/15

    3. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka itu harus

    menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas. Hal ini khusus untuk

    menggerus Kalium Bromidum, Natrium Chloridum.

    4. Cara mencampur Camphora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut. Larutkan Camphora

    dengan spiritus fortior dalam mortir sampai cukup larut, jangan berlebihan, setelah itu diaduk

    dengan bahan lain misalkan Saccaharum Lactis sampai Spiritus fortiornya menguap. Pada

    waktu mengaduk jangan ditekan untuk menghindari Comphora menggumpal kembali.

    Tabel 1. Tabel nomor pengayak

    No.

    pengayak

    Lebar nominal

    lubang (mm)

    Garis tengah

    nominal kawat

    Perbandingan kira-

    kira jumlah luas

    lubang terhadap

    pengayak (%)

    Penyimpangan

    rata-rata

    maksimum (%)

    5 3,35 1,730 43 3,2

    8 2,00 1,175 40 3,3

    10 1.68 0,860 44 3,3

    22 0,710 0,445 38 3,9

    25 0,600 0,416 35 4,2

    30 0,500 0,347 35 4,4

    36 0,420 0,286 35 4,5

    44 0,355 0,222 38 4,8

    60 0,250 0,173 35 5,2

    85 0,180 0,119 36 5,6

    100 0,150 0,104 35 6,3

    120 0,125 0,087 35 6,5

    150 0,105 0,064 39 7,0

    170 0,090 0,059 36 7,3

    200 0,075 0,052 35 8.1

    300 0,053 0,032 39 9,1

    Sumber: Badan POM

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    6/15

    4.3. EKSIPIEN

    Eksipien adalah zat yang tidak aktif secara farmakologi digunakan sebagai zat

    tambahan dalam formula sediaan obat serbuk, bertujuan untuk membantu membentuk

    sediaan obat serbuk, dan memperrmudah teknologi pembuatan serbuk.8 

    Sediaan serbuk dan granul masing-masing terdiri dari dua komponen, yaitu bahan aktif

    ( Active Pharmaceutical Ingredient   atau API) dan zat penambah (eksipien). Bahan aktif

    setiap obat berbeda-beda, tergantung pada tujuan pengobatan dari sediaan tersebut.8 

    Keberadaan dua komponen berbeda tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut:  8 

      Memungkinkan bioavailabilitas

      Konsistensi dan pengontrolan bioavailabilitas obat

      Pemenuhan kebutuhan dosis

      Memudahkan obat langsung menuju sasaran

      Meningkatkan stabilitas API seperti perlindungan dari degradasi

    Beberapa jenis eksipien dalam granul dan serbuk antara lain;

    1. Binders (zat pengikat)

    Binders berlaku sebagai perekat untuk menyatukan serbuk atau granul untuk

    meningkatkan kekuatan mekanisnya. Binder dapat berbentuk sebagai;

    a) serbuk kering dengan eksipien lain pada granulasi kering (kompaksi roller, slugging )

    atau sebagai eksipien ekstra-granular pada granulasi basah untuk formulasi tablet;

    b) sebagai serbuk kering dengan eksipien intra-granular lain pada granulasi basah. Ketika

    cairan penggranulasi ditambahkan, binder   (zat pengikat) dapat larut sebagian atau larut

    seluruhnya dan kemudian membentuk sifat pengikatan untuk membantu pembentukan

    granul;

    c) Binder   yang sudah ditambahkan/ sudah terlaurt dalam cairan penggranulasi (pada

    granulasi basah) untuk meningkatkan efisiensi dan pengontrolan pembentukan granul.

    Cairan penggranulasi yang umum digunakan adalah air, dan sesekali digabungkan dengan

    etanol dalam sistem co-solven. 8 

    2. Lubrikan

    Lubrikan kompresi dapat menghindari penempelan serbuk/granul pada cetakan

    pada saat pengeluaran hasil cetakan dari cetakan setelah proses kompaksi. Lubrikan yang

    umum digunakan adalah magnesium stearat, dan dapat digunakan alternatif lain seperti

    asam stearat, sodium stearyl fumarate, sodium behenate. Lubrikan cenderung bersifat

    hidrofobik, sehingga kadarnya harus dioptimasi. Kekurangan lubrikan dapat menyebabkan

    kompresi yang lengket, sedangkan lubrikan yang berlebihan dapat menyebabkan

    perubahan kekerasan tablet dan laju disolusi.  8 

    Lubrikan juga dapat digunakan apabila kompresi tidak dilibatkan, contohnya pada

    campuran serbuk sebagai bahan pengisi kapsul untuk menghindari penempelan serbuk/

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    7/15

    granul pada permukaan kapsul. 8 

    3. Glidants

    Glidants yang umum digunakan adalah koloid silikon dioksida (secara tradisional 

    biasanya menggunakan talc). Pada proses pelepasan obat kecepatan tinggi, aliran serbuk

    yang baik sangat penting. Aliran serbuk yang baik dapat dicapai dengan cara penempelan

    glidants pada partikel sehingga mengurangi gesekan intra-partikel. Glidants  paling sering

    digunakan pada formulasi serbuk kering, dan dapat juga ditambahkan pada granul untuk

    meningkatkan aliran setelah kompresi. Jumlah glidants  yang dibutuhkan sangat sedikit,

    hanya 0,2%,. Glidants mempunyai densitas yang sangat kecil, yaitu hanya 0,03  –  0,04

    g/cm8.

    4. Disintegran

    Disintegran adalah bahan pembantu untuk mendis-agregasi sediaan padat, contohnya

    sodium starch glycolate dan croscarmellose sodium. Disintegran menyebabkan pemutusan

    sedian padat dengan mengontakkan ke kelembaban. Umumnya, disintegrasi adalah tahap

    pertama dari proses disolusi, meskipun disolusi dapat terjadi bersamaan dengan

    disintegrasi. 8 

    Mekanisme aksinya adalah sebagai berikut: 1) dalam banyak kasus, kontak dengan air

    dapat menyebabkan disintegrasi, dengan cara memecahkan kekuatan intra-partikel

    kohesif; 2) apabila terjadi pembengkakan pada serbuk/granul/tablet seiring penambahan

    air, jalur penetrasi dapat dilebarkan dengan kerusakan fisik oleh disintegran dan laju

    penetrasi air ke dalam sediaan padat dapat meningkat. 8

     Fungsi macam-macam eksipien dalam serbuk8:

    1. Zat pengisi, untuk membuat bobot serbuk sesuai yang diharapkan

    S Aerosil, kaosil: daya serap zat-zat berkhasiat dosis kecil dan S Avicel, pati, manitol,

    sorbitol dan gula

    2. Pengikat, untuk mengikat massa agar kompak dan padat Contoh: gom arab, pvp, gelatin

    3. Zat disintegran, untuk mempercepat waktu hancur serbuk dalam saluran cerna

    Contoh: amilum, starch, metal selulosa

    4. Lubrikan (Pelicin), untuk memperbaiki daya alir serbuk

    contoh: talk, mg-stearat, asam stearat,dll

    5. Zat warna, untuk membedakan kadar zat berkhasiat dari serbuk yang mengandung zat

    berkhasiat yang sama

    6. Zat pengaroma, untuk menutupi rasa yang kurang enak

    4.4. BIOAVAILABILITAS

    Bioavailabilitas menyatakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi

    sistemik. Sirkulasi sistemik dipengaruhi oleh daya terapeutik, aktivitas toksik obat dan aktivitas

    klinis. Bioavailabilitas sangat bergantung pada faktor obat dan faktor pengguna obat. Faktor

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    8/15

    obat mencakup kelarutan obat, ukuran partikel, bentuk fisik obat, dosis, teknik formulasi dan

    eksipien. Sedangkan faktor pengguna mencakup umur, berat badan, luas permukaan tubuh,

    waktu dan cara obat diberikan, kecepatan pengosongan lambung, gangguan hepar dan ginjal,

    serta interaksi obat lain.10 

     Ukuran Partikel

    Semakin kecil partikel dan semakin luas permukaan obat, maka obat semakin mudah larut.

    Dengan memperkecil ukuran partikel, dosis obat yang diberikan juga dapat diperkecil

    sehingga signifikan dari segi ekonomis. 10 

     Solvabilitas Obat

    Pengaruh daya larut bergantung pada sifat kimia dan sifat fisika obat. Sifat kimia meliputi

    pembentukan garam dan pembentukan ester. 10 

    - Pembentukan garam

    Obat yang terionisasi lebih mudah dalam air daripada bentuk tidak terionisasi.Pembentukan garam penting dalam hal zat aktif berada dalam saluran cerna, kelarutan

    modifikasi sewaktu transit di dalam saluran cerna dikarenakan adanya perbedaan pH

    lambung dan usus. 10 

    - Pembentukan ester

    Daya larut dan kecepatan larut obat dapat dimodifikasi dengan membentuk ester.

    Pembentukan ester dapat memperlambat kelarutan obat, yaitu menghindarkan degradasi

    obat di lambung, memperlama masa kerja obat, dan menutupi rasa yang tidak enak.  10 

    Sifat fisika yaitu modifikasi bentuk fisik obat, diantaranya:- Bentuk kristal atau amorf

    Bentuk amorf tidak memiliki struktur tertentu dan terdapat ketidakteraturan dalam

    dimensinya. Umumnya amorf lebih mudah larut dari kristalnya.  10 Contoh: Novobiocin.

    - Pengaruh polimorfisme

    Polimorfisme terjadi jika suatu zat menghablur dalam berbagai bentuk kristal yang berbeda

    akibat suhu, tekanan dan kondisi penyimpanan. 10 Contohnya pada steroid, barbiturat dan

    kloramfenikol.

    - Bentuk solven dan hidrat

    Bentuk hidrat memiliki sifat yang berbeda dengan bentuk akhirat, terutama dari kecepatan

    disolusi. Ampisilina akhirat lebih mudah larut daripada ampisilina terhidrat.  10 

     Teknik Formulasi

    Faktor pembuatan obat dapat mengurangi bioavailabilitas obat, diantaranya:

    - Peningkatan kompresi atau tekanan saat pembuatan meningkatkan kekerasan tablet

    sehingga menyebabkan waktu disolusi dan disintegrasi menjadi lebih lama

    - Penambahan jumlah bahan pengikat pada tablet atau granul akan meningkatkan

    kekerasan tablet

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    9/15

    - Peningkatan jumlah pelincir (lubrikan) pada tablet mengurangi sifat hidrofilik tablet

    sehingga sulit terbasahi. Hal ini memperpanjang waktu disintegrasi dan disolusi

    - Granul yang keras dengan waktu kompresi cepat dan kekuatan tinggi menyebabkan

    peningkatan suhu kompresi, sehingga obat berbentuk kristal mikro akan membentuk

    agregat yang lebih besar. 10 

     Eksipien

    Eksipien dapat mengakibatkan perubahan disolusi dan absorpsi obat. Zat aktif permukaan

    atau zat hidroksil yang mudah larut dalam air (polivinil pirolidon dan carbowax) dapat

    meningkatkan kecepatan disolusi tablet. Zat pengikat pada tablet dapat memperlambat

    disolusi dan sebaliknya zat penghancur seperti amilum dapat mempercepat disolusi.  10 

     Bentuk Sediaan

    Kecepatan disolusi juga dipengaruhi oleh bentuk sediaan obat. Kecepatan disolusi obat dari

    berbagai sediaan oral menurun sesuai dengan urutan berikut:Larutan < suspensi < emulsi < serbuk < kapsul < tablet < film coated < dragee (salut gula) <

    enteric coated < sustained release/retard

    Dapat dilihat bahwa tablet, meskipun praktis dan murah, memiliki efektivitas lebih rendah

    dibandingkan dengan sediaan cair, serbuk dan kapsul. 10 

    4.5. FARMAKOKINETIK

    Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap

    obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme

    (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentukaktif merupakan proses eliminasi obat5.

      Absorpsi

     Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.

    Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai

    rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,

    dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus.Absorpsi obat meliputi proses obat dari

    saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada

    level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport

    pasif. Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.

    Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek

    first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan

     jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

      Distribusi

    Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan

    tubuh

      Metabolisme

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    10/15

      Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga

    menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Tujuan metabolisme obat adalah

    mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui

    ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian

    berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik. Beberapa obat diberikan dalam

    bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme

    obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol.

    Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan

    kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).

      Ekskresi

    Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang

    dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin

    (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.Organ terpenting untuk ekskresi obatadalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.

    Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi

    melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal

    mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun.

    Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama

    feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum

    Hal-hal lain terkait Farmakokinetik6:

    a. Waktu ParuhWaktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari

    tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu

    paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.

    b. Onset, puncak, and durasi

    Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat

    tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin

    banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi

    puncak~ puncak respon. Durasi, Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi.

    5. TERAPI GEN

    Terapi gen adalah suatu teknik untuk memperbaiki gen yang cacat/rusak sehingga dapat

    menimbulkan penyakit. Clinical trial terapi gen sudah dimulai sejak tahun 1990. Bila terjadi

    perubahan dari gen, maka protein yang terbentuk tidak lagi dapat melakukan fungsi yang normal,

    sehingga akan menimbulkan kelainan genetik.4  Oleh karena itu, dikembangkanlah pengobatan

    terapi gen ini.

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    11/15

      Prinsip terapi gen

    Jika versi normal dari gen untuk penyakit manusia telah berhasil diklon, maka sangat berguna

    untuk memperbaiki kecacatan/mutasi gen tersebut4

      Target Terapi Gen

      Human somatic cell (sel yang dapat berkembang biak) : Modifikasi gen yang tidak melewati

    keturunan, target sel stem, fibroblas dan sel stem lainnya

      Germ-line : modifikasi gen yang mencakup sel reproduksi, target sperma atau sel telur

      Pendekatan terapi gen yang berkembang adalah :

      Menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang mengalami ketidaknormalan.

      Melenyapkan gen abnormal dengan gen normal dengan melakukan rekombinasi homolog.

      Mereparasi gen abnormal dengan cara mutasi balik selektif, sedemikian rupa sehingga

    akan mengembalikan fungsi normal gen tersebut.

      Mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut, lebih kearah gagasan mencegah

    diekspresikannya gen-gen yang jelek atau abnormal, dikenal dengan istilah gene silencing.

      Gene silencing adalah satu proses membungkam ekspresi gen yang pada mulanya

    diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk melawan virus.

      Metode Terapi Gen

      Terapi Gen Ex vivo

    Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system hemopoietik, hati) atau

     jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam laboratorium.

    Selama pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu.

    Kemudian diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien.

    Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan tidak ada respon

    imun yang merugikan setelah infuse atau transplantasi.

    Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis, kebanyakanmenggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam sel penerima.4

      Terapi Gen In Vivo

    Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab

    pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi

    gen somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan

    memberikan gen tertentu baik secara local maupun sistemik. Penggunaan vector retrovirus

    memerlukan kondisi sel target yang sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan

    tetapi, banyak jaringan yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya dalam

    keadaan tidak membelah. Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    12/15

    vector virus maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target yang

    sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. System penghantar gen in

    vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik dalam sel target. Gen itu

    dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi

    walaupun ada perubahan kondisi.4

      Penggunaan Terapi Gen :

      Penyakit defisiensi ADA (Adenosin Deaminase),

      Hemofilia,

      Thallasemia,

      Memperpanjang usia sel/ penanggulangan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan

    keuzuran

      Pengobatan dengan gen terapi meliputi

    1. Imunoterapi

    Menggunakan sel yang telah dimodifikasi secara genetik dari partikel virus untuk

    menstimulir sistem imun tubuh sehingga mampu mengalahkan keganasan sel kanker.

    2. Viro onkolitik

    Menggunakan partikel sel virus yang bereplikasi didalam sel kanker dan menyebabkan sel

    kanker menjadi mati.

    3. Transfer gen

    Teknik ini relatif baru, dengan cara memperkenalkan gen 2 baru yang dimasukan kedalam

    sel kanker atau mengelilingi jaringan kanker sehingga dapat menghentikan pertumbuhan

    dan menghancurkan sel kanker.

    Dalam terapi gen ini kita memerlukan satu molekul yang berfungsi sebagai karier disebut

    sebagai vektor . Vektor inilah yang membawa gen /DNA yang normal ke sel target pasien ,

    dan yang biasa dipakai sebagai vektor adalah virus yang telah diubah secara genetik.

      Jenis virus yang digunakan untuk terapi gen

    1. Retro virus

    Golongan virus yang dapat membuat rantai ganda DNA dari genomnya dan disatukan

    dengan kromosom sel inangnya mis: HIV (human defisiensi virus)

    2. Adeno virus

    Golongan virus dengan rantai DNA gandanya dapat menyebabkan infeksi pada saluran

    pernapasan, saluran pencenaan dan menimbulkan kematian, contohnya virus influenza

    3. Adeno-assosiated virus.

    Virus yang digunakan kecil mempunyai single strandid DNA dan dapat memasukan

    material genetik di tempat spesifik pada kromosom 19.

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    13/15

    4. Herpes simpleks

    Golongan virus dengan rantai ganda DNA yang menginfeksi sebagian dari sel seperti sel

    neuron

      Kendala terapi gen

    1. Terapi gen akan efektif bila gangguan terjadi pada gen tunggal

    2. Virus yang berfungsi sebagai vektor, dalam tubuh manusia bisa berubah sifatnya sehingga

    menimbulkan penyakit

    3. Masih banyak terapi gen yang keberhasilannya pendek sehingga perlu diulang

    4. Sistem imun tubuh akan mengurangi efek terapi gen . Begitu pula terapi gen yang berulang

    akan menyebabkan sistem imun tubuh akan meningkat daya tolaknya

    6. TERAPI PROTEIN

    Terapi Protein adalah pengobatan medis yang memiliki potensi yang besar dalam

    bidang kesehatan yang masih dalam tahap penelitian. Ide awal dari terapi ini sama dengan

    terapi gen, tapi tidak seperti terapi gen, terapi protein memberikan protein tubuh dalam

     jumlah tertentu untuk membantu memperbaiki penyakit, mengobati rasa sakit atau

    membuat ulang struktur.11 

    Protein tidak begitu sulit untuk dibuat. Protein dapat dibuat dengan beberapa cara,

    melalui laboratorium, ditumbuhkan pada hewan atau kultur dalam berbagai jenis sel.

    Karena banyak penyakit menunjukkan tingkat protein yang tidak cukup dalam satu atau

    lebih sistem tubuh, hanya dengan menambahkan protein yang kuat tidak begitu tidak

    masuk akal. Namun, ada beberapa masalah dengan terapi ini, termasuk fakta bahwa

    penaruhan protein dalam tubuh harus hati-hati dilakukan. 

    Dewasa ini, tidak selalu mungkin untuk memberikan protein kecuali langsung ke

    sumber yang dibutuhkan. Penaruhan protein yang dilakukan melalui darah atau saluran

    pencernaan bisa mendegradasi kandungan protein tersebut dan itu mungkin tidak pernahmencapai target yang diinginkan. Soal pengiriman masih tetap rumit dan penelitian banyak

    terfokus pada pengiriman langsung ke daerah yang dituju, seperti jantung atau otak.  11 

    Ketika di tempat tujuan, protein yang tidak hadir dalam tingkat yang cukup, akan

    bertindak persis seperti yang dirancang untuk dilakukan. Misalnya, beberapa studi telah

    mengevaluasi penggunaan protein tertentu dalam menangani penyakit kardiovaskular.

    Terutama ketika pembuluh darah atau arteri menjadi tersumbat, jenis yang tepat dari

    protein mungkin mengatasi masalah ini adalah dengan membangun bagian baru untuk

    aliran darah. Beberapa dokter merasa bahwa terapi protein jenis ini mungkin akhirnyamenjadi begitu sukses dan dapat menghilangkan kebutuhan untuk operasi rumit seperti

    bypass surgery . 11 

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    14/15

    Terapi protein dengan subjek manusia cukup banyak dilakukan, namun kebanyakan

    uji coba dilakukan pada hewan. Beberapa manfaat potensial dari terapi ini meliputi

    menyembuhkan kondisi nyeri kronis, menangkap penyakit yang menyebabkan degradasi

     jaringan, mengembalikan atau membangun kembali jaringan, dan intervensi dini pada

    tahap janin untuk mencegah ekspresi cacat lahir tertentu. Isu-isu yang sama dapat diatasi

    dengan terapi gen juga, meskipun banyak ilmuwan berpendapat terapi protein saat ini lebih

    maju dan lebih mudah digunakan. Kedua terapi memiliki peran besar dalam masa depan

    kedokteran. 11 

    Terapi protein terbagi menjadi 4 golongan, yakni:12 

    1. Kelompok I: terapi protein dengan enzimatik atau aktivitas regulasi

    a) Mengganti protein yang sudah defesiansi dan abnormal

    b) Memperbesar jalur yang sudah ada.

    c) Menyediakan fungsi baru atau aktivitas baru.

    2. Kelompok II: terapi protein dengan aktivitas penargetan khusus

    a) Menginteferensi dengan molekul atau organisme

    b) Mengirimkan senyawa lain atau protein

    Kelompok terapi a menggunakan aktivitas penargetan khusus untuk mengganggu

    molekul atau organisme dengan mengikat khusus mereka dan menghalangi fungsi mereka,

    menargetkan mereka untuk penghancuran, atau merangsang jalur sinyal. Kelompok ini

    telah berkembang sebagai teknologi antibodi monoclonal.12 

    3. Kelompok III: vaksin proteina) Melindungi terhadap agen asing yang merusak.

    b) Mengobati penyakit autoimun.

    c) Mengobati kanker.

    4. Kelompok IV: diagnostik protein

    Kelompok diagnostik protein IV adalah kelas yang kuat mempengaruhi pengambilan

    keputusan klinis. diagnostik ini menggunakan teknologi dan terapi yang dikembangkan di

    kelas-kelas lain untuk menjawab pertanyaan klinis.12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. BPOM. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.  Jakarta : Badan

    Pengawas Obat dan Makanan

    2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

    3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta

    4. Edward, Zulkarnain MS PhD. 2010. Terapi Gen. Padang: universitas Andalas.

    5. Gilbadi, Milo et all. 2007. Pharmacokinetics Second Edition. Informa Healthcare, Newyork6. Hakim, Lukman. 2002. Farmakokinetika. Bursa Buku. Yogyakarta

  • 8/18/2019 BENTUK SEDIAAN OBAT BUBUK SERTA PERKEMBANGAN TERAPI KANKER DI INDONESIA.pdf

    15/15

    7. Murti, Tri. 2011. Bentuk sediaan obat (BSO), Bioavailabilitas obat serta pemilihan BSO

    dalam preskripsi. Universitas Gajah Mada

    8. Winardani, D. (2010). Optimasi Formulasi Tablet Dispersible Natrium Diklofenak dengan

    Bahan Penghancur Explotab dan Bahan Pelicin Magnesium Stearat. Surakarta: Universitas

    Muhammadiyah Surakarta. 

    9. Saputr, Angga Eka. Bentuk Sediaan Obat.

    10. Sulastri, Anna Dwi. Bioavailabilitas Obat dalam Farmakokinetik

    11. Ellis-Christensen, T. (2016). What is Therapy Protein?  Diambil pada April 11, 2016, dari

    http://www.wisegeek.com/what-is-protein-therapy.htm

    12. Leader, B. (2008, January). Box 1 | Functional classification of protein therapeutics. Diambil

    pada April 11, 2016, dari http://www.nature.com/nrd/journal/v7/n1/box/nrd2399_BX1.html