bentuk penyajian kesenian jaranan jawa di desa pakunden kecamatan pesantren kota kediri
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : RISKA NOVIA RUSMANINGRUM, http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWADI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN
KOTA KEDIRI
Nama : Riska Novia RusmaningrumNIM : 092134234Jurusan : Sendratasik/Tari
ABSTRAKJaranan jawa merupakan kesenian tradisional yang dipengaruhi oleh
peninggalan-peninggalan primitif yang menyatu dengan kehidupan lingkungan masyarakat. Munculnya kesenian Jaranan Jawa dari kalangan rakyat maka kesenian tersebut termasuk kesenian rakyat atau lebih dikenal dengan kesenian tradisi. Pada pertunjukan kesenian Jaranan Jawa selalu menimbulkan trance atau ndadi, yang dipercaya masyarakat bahwa orang tersebut sedang kemasukan roh halus. Kepercayaan masyarakat terhadap roh halus sudah merupakan kepercayaan yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat jawa. Kesenian Jaranan Jawa merupakan suatu bentuk pertunjukan yang mampu memukau masyarakat karena adanya atraksi trance dari penarinya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai beikut: Bagaimana bentuk penyajian kesenian Jaranan Jawa di Kota Kediri. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui serta menjelaskan struktur pertunjukan kesenian Jaranan Jawa dan bentuk koreografi kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan trianggulasi metode, sumber data, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
Struktur pada pertunjukan kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri terdiri dari adegan jejer Jaranan, adegan celengan, adegan perangan Bujangganom dengan barongan, Adegan rampokan atau barongan. Sebelum adegan-adegan di atas mulai terlebih dahulu diadakan suguh sesaji atau slamatan di arena pertunjukan, kemudian pecutan 4 keblat 5 pancer, setelah itu pertunjukan dimulai. Pertunjukan kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri sangat digemari oleh
1
masyarakat, hal ini disebakan karena kesenian Jaranan Jawa ini berbeda dengan kesenian Jaranan lainnya di Kota Kediri.
Untuk melestarikan dan mempertahankan kesenian Jaranan Jawa, maka diperlukan partisipasi dan dukungan berbagai pihak baik dari seniman, masyarakat, maupun Pemerintah Daerah Kota Kediri. Adanya perhatian dan pemantauan terus menerus dari pihak pemerintah merupakan bentuk rasa kepedulian Pemerintah Terhadap kelestarian Kesenian tradisional seperti kesenian Jaranan Jawa ini.
Kata Kunci: Seni Pertunjukan Jaranan Jawa
2
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini kehidupan seni pertunjukan tradisional Indonesia
harus bersaing dengan produk-produk seni budaya yang datangnya dari luar
negeri. Berbagai bentuk seni pertunjukan tradisional yang mampu bersaing, maka
akan tetap eksis dan digemari masyarakat, sementara yang tak mampu
menyesuaikan dengan tuntutan jaman maka lambat laun akan punah ditelan
jaman. Kesenian tradisional kerakyatan salah satu bagian dari kebudayan yang
tidak luput dari pengaruh globalisasi. Tantangan global menuntut para seniman
untuk terus meningkatkan krativitas, agar dapat menjadian bagian dari sistem
tersebut. Adanya kreativitas dari seniman untuk memajukan kesenian tradisional .
Jawa Timur merupakan satu wilayah yang memiliki produk seni
pertunjukan tradisional yang sangat beragam. Salah satu produk seni pertunjukan
tradisional yang termasuk populer dan keberadaannya tersebar di berbagai daerah
di Jawa Timur adalah seni pertunjukan Jaranan. Seni pertunjukan sebagai sebuah
genre seni pertunjukan juga memiliki berbagai macam bentuk dan gaya penyajian.
Salah satunya yaitu bentuk seni pertunjukan Jaranan Jawa yang tumbuh dan
berkembang di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
Membahas tentang seni pertunjukan Jaranan, secara eksplisit tidak hanya
melihat seni pertunjukan Jaranan sebagai deskripsi informasi tentang
keberadaannya di Kota Kediri, tetapi harus mengupas secara tuntas tentang
bentuk penyajian dan koreografi seni pertunjukan Jaranan. Pengertian Jaranan
yang diungkapkan oleh Pigeaud (1938: 347) bahwa tari kuda tersebut merupakan
pertunjukan yang menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu yang
menirukan gerak kuda sebagai tari penyamaran dalam pertunjukan seni desa yang
merupakan pertunjukan rakyat Desa Swapraja. Maka dari itu sangat sayang sekali
3
apabila seni pertunjukan Jaranan ini tidak dijadikan tulisan yang bermanfaat,
khususnya seni pertunjukan Jaranan Jawa sekarang ini sangat terkikis dengan
adanya perkembangan jaman, sehingga dengan adanya hal seperti ini peneliti
sangat antusias untuk meneliti tentang seni pertunjukan Jaranan Jawa yang
berada di Kota Kediri.
Seni pertunjukan Jaranan Jawa merupakan suatu bentuk pertunjukan yang
menggunakan properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan properti
lainnya yang mendukung dalam penyajian ialah cambuk (pecut). Seni pertunjukan
Jaranan Jawa hidup di Desa Pakunden, seni pertunjukan Jaranan Jawa
mempunyai sesuatu yang membuat masyarakat Desa Pakunden menyukai
kesenian tersebut. Pada seni pertunjukan Jaranan Jawa di Desa Pakunden ini
dalam pertunjukannya terdapat atraksi-atraksi yang berbeda dengan seni
pertunjukan Jaranan lain yang berada di Kota Kediri. Seni pertunjukan Jaranan
lainnya di Kota Kediri tidak ada adengan yang mencambuk antara penari kuda
dengan penari kuda, tetapi di seni pertunjukan Jaranan Jawa di Kota Kediri ini
ada adegan yang menghadirkan atraksi antara penari kuda dan penari kuda. Hal
tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terutama dalam
bentuk pertunjukan yang beda dengan Jaranan lain. Seni pertunjukan Jaranan pada
umumnya memakai kostum yang lengkap, tetapi penari seni pertunjukan Jaranan
Jawa tidak menggunakan baju atasan, tidak berias dan gerakan yang sangat
sederhana. Setelah adanya perkembangan jaman para penari di seni pertunjukan
Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri ini sudah
mengunakan busana lengkap dan berias. Diharapkan hasilnya dapat dijadikan
acuan sebagai bentuk Jaranan Jawa yang biasa menjadi icon Kota Kediri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk Penyajian
Jacqueline, (1985: 6) mengungkapkan bentuk adalah aspek yang secara
estetis dinilai oleh penonton Bentuk seni pertunjukan Jaranan Jawa di wilayah
Kabupaten Kediri semua hampir sama. Ada beberapa elemen-elemen
pendukung dalam seni pertunjukan Jaranan Jawa diantaranya adalah cerita
dan penokohan. Seni pertunjukan Jaranan Jawa termasuk dalam bentuk seni
teater, atau dramatari, karena di dalamnya terdapat cerita dan penokohan, yang
dalam ceritannya mengungkapkan tentang cerita Panji. Panji adalah tokoh ideal
putra raja yang tidak terkalahkan dalam setiap peperangan dan menjadi pujaan
setiap wanita. Panji di lukiskan pula sebagai petualang cinta yang dalam
pengembaraan dan pencarian kekasihnya selalu terlibat percintaan dengan para
putri raja maupun gadis biasa. Di Jawa Timur, karakter Panji disejajarkan
dengan tokoh Arjuna, putra menengah panca pandawayang suka melakukan
petualangan cinta (Bandem dan Murgianto 1996: 43). Dalam beberapa cerita
Panji, diceritakan pula bahwa dalam suatu perburuan, Raden Panji bertemu
dengan gadis yang kemudian menjadi kekasihnya. Menurut Poerbatjaraka,
perburuan itu, sebagai salah satu pertemuan dengan kekasih, adalah awal dari
cerita Panji. Ini karena, dalam setiap dongeng yang menyebutkan Raden Panji
sebagai pahlawan, perburuan itu pasti ada. Salah satu cerita pada kesenian
Jaranan Jawa adalah cerita Panji yaitu Raja Airlangga memiliki seorang putri
yang bernama Dewi Sangga Langit Dewi Songgolangit merupakan putri
mahkota dari Kerajaan Kediri dalam salah satu versi cerita asal-usul Reyog
Ponorogo. Bentuk seni pertunjukan Jaranan Jawa di wilayah Kabupaten
Kediri semua hampir sama. Ada beberapa elemen-elemen pendukung dalam
seni pertunjukan Jaranan Jawa diantaranya adalah:
5
1. Penokohan
a. Tokoh Jaranan
b. Tokoh Celeng
c. Tokoh bujangganom
d. Tokoh Barongan
e. Tokoh Gambuh
B. Struktur Pertunjukan
Struktur penyajian pada seni pertunjukan Jaranan Jawa ini terdiri dari
empat bagian yaitu: Prapembuka, Pembuka, Pertunjukan, Penutup yang dapat
dipapakan penjelasannya dibawah ini:
1. Prapembuka
Menurut Dekky Susanto seorang seniman Jaranan Satu hari sebelum
pertunjukan Jaranan diselenggarakan gambuh mengadakan ritual di punden
atau tempat yang dikeramatkan di Desa tersebut, dengan tujuan meminta izin
kepada dhanyang yang menjaga desa tersebut agar pertunjukan berjalan
dengan lancar tanpa ada halangan. Pada ritual tersebut dilengkapi dengan
suguh sesaji yang dilengkapi dengan pisang raja setangkep,bunga harum, dupa,
cok bakal, dansekul pethak gondo arum (kemenyan). Ritual ini harus dilakukan
oleh gambuh (pawang), karena hal ini merupakanpenghormatan kepada
dhanyang yang menjaga desa tersebut.
2. Pembukaan
Sebelum pertunjukan berlangsung, para gambuh (sesepuh / pawang)
mengadakan slamatan atau suguh di arena yang akan digunakan untuk
pertunjukan. Dimana mereka meminta doa agar pertunjukan tersebut berjalan
dengan lancar tanpa halangan apapun.
6
Gambar 4.1 Slamatan atau Suguh yang dilakukan oleh Para Gambuh Sebelum Pertunjukan dimulai.
3. Pentunjukan
a. Adegan Jejer Jaranan
b. Adegan Celengan
c. Adegan Bujangganom dan Kucingan
d. Adegan Rampokan atau Barongan
4. Penutupan
Penutupan dalam pertunjukan Jaranan Jawa ini yaitu slamatan,
dimana dalam slamatan ini mengucap rasa syukur bahwa dalam
pertunjukan berlangsung tidak ada halangan apapun yang terjadi.
C. Gerak
Ciri pola gerak tari yang digunakan dalam Jaranan Jawa merupakan
identifikasi dan pengembangan gerak yang bersumber dari perilaku gerak
sehari-hari yang biasa dilakukan oleh masyarakat petani dan pedagang. Gerak
7
perilaku petani dan pedagang yang paling dominan ialah gerakan kaki ( gerak
berjalan atau gerak melangkah). Perilaku berjalan kaki merupakan gerak yang
setiap hari dilakukan para petani dan pedagang pulang pergi ke sawah dan
pasar yang jauh dari tempat tinggal. Pola gerak kaki juga bersumber dari
menirukan gerak kuda. Selain gerak kaki juga ditekankan pada gerak kepala,
yakni ketika kaki bergerak maka diikuti juga gerak kepala yang dilakukan
secara bergantian dengan gerak kepala.Ada beberapa motif gerak yang terdapat
pada kesenian Jaranan Jawa yaitu:
1. Motif Gerak Ukel
2. Motif Gerak Ayam Alas
3. Motif Gerak Loncat Gagah
4. Motif Gerak Jalan Mundur
5. Motif Gerak Jalan Lenggang
6. Motif Gerak Gedrukan
7. Motif Gerak Ogek Lambung
D. Tata Rias dan Busana
Tata rias dan busana adalah aspek visual pendukung tari yang secara
langsung dapat dinikmati oleh penonton. Rias dan busana merupakan dua
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan sebagai pendukung penyajian suatu
bentuk tari ataupun pertunjukan (Wahyuni, 2011: 2). Fungsi tata rias dan
busana sangat erat dengan tema atau karakter sehingga memperjelas karakter
tokoh. Penggunaan rias dan busana akan memberi tekanan yang dinamis dan
meningkatkan keserasian serta dapat menonjolkan ekspresi wajah. Tata busana
yang terdapat pada kesenian Jaranan Jawa yaitu hem atasan, celana bumbung,
stagen, iket atau udeng, kalung kace, deker tangan, rapek, jarik, sabuk timang.
8
Gambar 4.5 Tata Rias Pada Kesenian Jaranan Jawa Kota Kediri (Doc. Pribadi 08-05-2013)
E. Musik Pengiring
Dalam pertunjukan tari Jaranan Jawa selalu diiringi dengan
seperangkat ansambel musik instrumen tradisional yang terdiri dari gong
kempul, kendhang, kenong, angklung, trompet, saron, demung. Ciri-ciri pada
Jaranan Jawa yang paling dominan pada instrumen angklung dimana pada
kesenian Jaranan lainnya atau pada perkembangan kesenian
Jarananinstrumennya tidak menggunakan angklung, adapun yang lain yaitu
musik pengiring terletak pada teknik tabuhan instrumen dengan kesesuaian
nada yang disuarakan. Masyarakat kediri sudah akrab dengan teknik tabuhan
nada yang dibunyikan musik tersebut merupakan musik milik kesenian
Jaranan Jawa karena bunyi iringan musiknya sangat khas dan menjadi
identitas. Teknik memukulnya adalah berselang satu kemudian bersama.
Apabila di tulis dalam notasi yaitu:
Kenong : - 6 – 6 – 6- 6
Kempul: - - - 6 - - - 6
9
Kelengkapan instrumen yang lain adalah satu slompret yang larasnya yang
lebih mengacu pada laras pelog.
F. Properti
Ada beberapa perlengkapan atau properti dan sesaji yang tidak pernah di
tinggalkan keberadaannya sebagai ciri khas dalam pertunjukan kesenian Jaranan
Jawa yaitu:
1. Kuda Kepang
2. Pecut (Cambuk)
3. Celeng
4. Topeng Bujangganom
5. Barongan
6. Sesaji yang di dalamnya terdapat:
a. Ayam jawa yang masih hidup
b. Panggang ayam
c. Pisang raja satu lirang
d. Kinangan,yang didalamnya terdiri dari: daun sirih, kapur sirih,
gambir, tembakau, jambe, kemenyan.
e. Rujak manis
f. Beras kuning
g. Cok bakal (Badek, kelapa, gula kelapa, telur jawa)
h. Cananga adorata (bunga kenaga) dan minyak wangi.
G. Pola Lantai
Pola lantai yang digunakan dalam penyajian kesenian Jaranan Jawa
sangat sederhana, mengapa demikian mengingat bahwa properti kuda kepang
pada Jaranan Jawa sangat besar. Apabila pola lantai yang digunakan terlalu
10
banyak akan mengganggu kenyamanan gerak penari. Sehingga hanya ada
beberapa pola lantai saja misalnya:
1. Berjajar
2. Berjajar berpasangan
3. Berderet
4. Melingkar.
H. Arena Pentas
Oleh karena properti Jaranan Kepangnya berukuran besar, maka
kebutuhan arena pentas untuk pertunjukan Jaranan Jawa memerlukan tempat
yang sangat luas lebih kurang berukuran 10 x 20 meter. Dengan adanya arena
yang luas maka penari akan leluasa menari dan bisa mengekspresikan gerak
dan kemampuan penari yang sedang mengalami trance.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pertunjukan kesenian Jaranan Jawa merupakan kesenian yang
hidup dan berkembang menjadi milik masyarakat Desa Pakunden
Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Berdasarkan penelitian dapat peneliti
simpulkan.
Kesenian Jaranan Jawa merupakan cikal bakal atau akar dari
Jaranan yang kini mulai berkembang diantaranya ada Jaranan pegon,
Sentherewe, dan campursari. Dalam artian Jaranan Jawa memiliki unsur
primitif dan magis yang sangat kuat. Karena itu Jaranan ini wujudnya
sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat dari gerak, rias busana maupun
iringannya. Di Daerah Kediri Jaranan Jawa sudah berkurang pelaku
seninya. Karena pada saat ini, grup Jaranan Jawa yang tersebar di daerah
Kediri hanya tinggal beberapa grup Jaranan saja.
Pertunjukan Jaranan Jawa ditengah perjalanannya pernah
mengalami kemunduran kurang lebih tahun tahun 1975 saat itu gedung
bioskop mulai banyak berdiri dan diminati masyarakat luas sehingga
kesenian tradisi seperti kesian Jaranan Jawa mulai tersisihkan, hampir
semua kesenian tradisi terkikis oleh sebuah modernisasi. Kesenian Jaranan
tergeser dengan pertunjukan yang sudah modern seperti sekarang,
sehingga minat masyarakat untuk menyewa Jaranan Jawa berkurang.
Tetapi untuk saat ini kesenian Jaranan Jawa sangat didukung oleh
masyarakat Kota Kediri khususnya Kecamatan Pesantren, hal ini terbukti
bahwa banyaknya minat masyarakat untuk menyaksikan kesenian Jaranan
Jawa ini .
12
Kesenian Jaranan Jawa pada saat ini mempunyai perkembangan
yang baik karena mempunyai struktur pertunjukan yang baik dan yang
dulunya penari kuda kepang tidak memakai kostum atasan (telanjang
dada), tetapi sekarang sudang menggunakan kostum atasan. Selain itu
dalam pertunjukan gerak tari yang sederhana tetapi tetap mempunyai
penekanan-penekanan tertentu agar tetap kelihatan hidup, iringan yang
hadir sekaligus menguatkan vocal, tata busana dan tata rias yang baik,
properti yang terawat, tempat pertunjukan yang tidak terikat, waktu
pementasan yang fleksibel.
B. Saran
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada para
pelaku, pendukung, serta seniman kesenian Jaranan Jawa agar terus
mempertahankan dan mengembangkan kesenian yang berada di wilayah
mereka. Kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan akan
mampu menjaga kelestarian kesenian tradisi dilingkungan wilayahnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandem, I Made dan Murgianto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Denpasar, Bali: KANISIUS.
Basrowi & Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rineka Cipta.
Djelantik. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Goris Keraf. 1981. Eksposisi Dan Deskripsi. Ende – Flores: Nusa Indah.
Harymawan, RMA. 1986. Dramaturgi 1. Bandung: PT. Rosdakarya
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Murgiyanto, Sal dkk. 1983. Koreografi “Pengetahuan Dasar Komposisi Tari”. Yogyakarta. MSPI.
Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi “Beberapa Masalah Tari di Indonesia”. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pigeud. 1983. Pertunjukan Rakyat Jawa (Sumbangan Bagi Ilmu Antropologi oleh Dr. Pigeud di Yogyakarta). Solo: Vikslectuur Batavia
Sedyawati, Edy. 1992. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugito, Bambang dkk. 2009. Koreografi Etnik Jawa Timur. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.
14
Sudarsono. 1998. Tari-Tarian Indonesia I, Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan.
Sudarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: UGM University press.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta.
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari (Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru). (Terjemahan Ben Suharto) Yogyakarta: IKALASTI.
Suharto, Ben. 1984. Tari: Analisa Bentuk Gaya dan Isi Sebagai Penunjang Proses Kreatif. Yogyakarta: Lagaligo Untuk Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta.
Rahayu, Eko Wahyuni. 2011. Hand Out Analisis Tari. Surabaya: UNESA.
15