bentuk penyajian kesenian jaranan jawa di desa pakunden kecamatan pesantren kota kediri

21
BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI Nama : Riska Novia Rusmaningrum NIM : 092134234 Jurusan : Sendratasik/Tari ABSTRAK Jaranan jawa merupakan kesenian tradisional yang dipengaruhi oleh peninggalan-peninggalan primitif yang menyatu dengan kehidupan lingkungan masyarakat. Munculnya kesenian Jaranan Jawa dari kalangan rakyat maka kesenian tersebut termasuk kesenian rakyat atau lebih dikenal dengan kesenian tradisi. Pada pertunjukan kesenian Jaranan Jawa selalu menimbulkan trance atau ndadi, yang dipercaya masyarakat bahwa orang tersebut sedang kemasukan roh halus. Kepercayaan masyarakat terhadap roh halus sudah merupakan kepercayaan yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat jawa. Kesenian Jaranan Jawa merupakan suatu bentuk pertunjukan yang mampu memukau masyarakat karena adanya atraksi trance dari penarinya. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai beikut: Bagaimana bentuk penyajian kesenian Jaranan Jawa di Kota Kediri. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui serta menjelaskan struktur pertunjukan kesenian Jaranan Jawa dan bentuk koreografi kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.metode yang digunakan dalam penelitian adalah 1

Upload: alim-sumarno

Post on 29-Oct-2015

604 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : RISKA NOVIA RUSMANINGRUM, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWADI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN

KOTA KEDIRI

Nama : Riska Novia RusmaningrumNIM : 092134234Jurusan : Sendratasik/Tari

ABSTRAKJaranan jawa merupakan kesenian tradisional yang dipengaruhi oleh

peninggalan-peninggalan primitif yang menyatu dengan kehidupan lingkungan masyarakat. Munculnya kesenian Jaranan Jawa dari kalangan rakyat maka kesenian tersebut termasuk kesenian rakyat atau lebih dikenal dengan kesenian tradisi. Pada pertunjukan kesenian Jaranan Jawa selalu menimbulkan trance atau ndadi, yang dipercaya masyarakat bahwa orang tersebut sedang kemasukan roh halus. Kepercayaan masyarakat terhadap roh halus sudah merupakan kepercayaan yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat jawa. Kesenian Jaranan Jawa merupakan suatu bentuk pertunjukan yang mampu memukau masyarakat karena adanya atraksi trance dari penarinya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai beikut: Bagaimana bentuk penyajian kesenian Jaranan Jawa di Kota Kediri. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui serta menjelaskan struktur pertunjukan kesenian Jaranan Jawa dan bentuk koreografi kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan trianggulasi metode, sumber data, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.

Struktur pada pertunjukan kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri terdiri dari adegan jejer Jaranan, adegan celengan, adegan perangan Bujangganom dengan barongan, Adegan rampokan atau barongan. Sebelum adegan-adegan di atas mulai terlebih dahulu diadakan suguh sesaji atau slamatan di arena pertunjukan, kemudian pecutan 4 keblat 5 pancer, setelah itu pertunjukan dimulai. Pertunjukan kesenian Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri sangat digemari oleh

1

Page 2: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

masyarakat, hal ini disebakan karena kesenian Jaranan Jawa ini berbeda dengan kesenian Jaranan lainnya di Kota Kediri.

Untuk melestarikan dan mempertahankan kesenian Jaranan Jawa, maka diperlukan partisipasi dan dukungan berbagai pihak baik dari seniman, masyarakat, maupun Pemerintah Daerah Kota Kediri. Adanya perhatian dan pemantauan terus menerus dari pihak pemerintah merupakan bentuk rasa kepedulian Pemerintah Terhadap kelestarian Kesenian tradisional seperti kesenian Jaranan Jawa ini.

Kata Kunci: Seni Pertunjukan Jaranan Jawa

2

Page 3: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini kehidupan seni pertunjukan tradisional Indonesia

harus bersaing dengan produk-produk seni budaya yang datangnya dari luar

negeri. Berbagai bentuk seni pertunjukan tradisional yang mampu bersaing, maka

akan tetap eksis dan digemari masyarakat, sementara yang tak mampu

menyesuaikan dengan tuntutan jaman maka lambat laun akan punah ditelan

jaman. Kesenian tradisional kerakyatan salah satu bagian dari kebudayan yang

tidak luput dari pengaruh globalisasi. Tantangan global menuntut para seniman

untuk terus meningkatkan krativitas, agar dapat menjadian bagian dari sistem

tersebut. Adanya kreativitas dari seniman untuk memajukan kesenian tradisional .

Jawa Timur merupakan satu wilayah yang memiliki produk seni

pertunjukan tradisional yang sangat beragam. Salah satu produk seni pertunjukan

tradisional yang termasuk populer dan keberadaannya tersebar di berbagai daerah

di Jawa Timur adalah seni pertunjukan Jaranan. Seni pertunjukan sebagai sebuah

genre seni pertunjukan juga memiliki berbagai macam bentuk dan gaya penyajian.

Salah satunya yaitu bentuk seni pertunjukan Jaranan Jawa yang tumbuh dan

berkembang di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.

Membahas tentang seni pertunjukan Jaranan, secara eksplisit tidak hanya

melihat seni pertunjukan Jaranan sebagai deskripsi informasi tentang

keberadaannya di Kota Kediri, tetapi harus mengupas secara tuntas tentang

bentuk penyajian dan koreografi seni pertunjukan Jaranan. Pengertian Jaranan

yang diungkapkan oleh Pigeaud (1938: 347) bahwa tari kuda tersebut merupakan

pertunjukan yang menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu yang

menirukan gerak kuda sebagai tari penyamaran dalam pertunjukan seni desa yang

merupakan pertunjukan rakyat Desa Swapraja. Maka dari itu sangat sayang sekali

3

Page 4: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

apabila seni pertunjukan Jaranan ini tidak dijadikan tulisan yang bermanfaat,

khususnya seni pertunjukan Jaranan Jawa sekarang ini sangat terkikis dengan

adanya perkembangan jaman, sehingga dengan adanya hal seperti ini peneliti

sangat antusias untuk meneliti tentang seni pertunjukan Jaranan Jawa yang

berada di Kota Kediri.

Seni pertunjukan Jaranan Jawa merupakan suatu bentuk pertunjukan yang

menggunakan properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan properti

lainnya yang mendukung dalam penyajian ialah cambuk (pecut). Seni pertunjukan

Jaranan Jawa hidup di Desa Pakunden, seni pertunjukan Jaranan Jawa

mempunyai sesuatu yang membuat masyarakat Desa Pakunden menyukai

kesenian tersebut. Pada seni pertunjukan Jaranan Jawa di Desa Pakunden ini

dalam pertunjukannya terdapat atraksi-atraksi yang berbeda dengan seni

pertunjukan Jaranan lain yang berada di Kota Kediri. Seni pertunjukan Jaranan

lainnya di Kota Kediri tidak ada adengan yang mencambuk antara penari kuda

dengan penari kuda, tetapi di seni pertunjukan Jaranan Jawa di Kota Kediri ini

ada adegan yang menghadirkan atraksi antara penari kuda dan penari kuda. Hal

tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terutama dalam

bentuk pertunjukan yang beda dengan Jaranan lain. Seni pertunjukan Jaranan pada

umumnya memakai kostum yang lengkap, tetapi penari seni pertunjukan Jaranan

Jawa tidak menggunakan baju atasan, tidak berias dan gerakan yang sangat

sederhana. Setelah adanya perkembangan jaman para penari di seni pertunjukan

Jaranan Jawa di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri ini sudah

mengunakan busana lengkap dan berias. Diharapkan hasilnya dapat dijadikan

acuan sebagai bentuk Jaranan Jawa yang biasa menjadi icon Kota Kediri.

4

Page 5: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk Penyajian

Jacqueline, (1985: 6) mengungkapkan bentuk adalah aspek yang secara

estetis dinilai oleh penonton Bentuk seni pertunjukan Jaranan Jawa di wilayah

Kabupaten Kediri semua hampir sama. Ada beberapa elemen-elemen

pendukung dalam seni pertunjukan Jaranan Jawa diantaranya adalah cerita

dan penokohan. Seni pertunjukan Jaranan Jawa termasuk dalam bentuk seni

teater, atau dramatari, karena di dalamnya terdapat cerita dan penokohan, yang

dalam ceritannya mengungkapkan tentang cerita Panji. Panji adalah tokoh ideal

putra raja yang tidak terkalahkan dalam setiap peperangan dan menjadi pujaan

setiap wanita. Panji di lukiskan pula sebagai petualang cinta yang dalam

pengembaraan dan pencarian kekasihnya selalu terlibat percintaan dengan para

putri raja maupun gadis biasa. Di Jawa Timur, karakter Panji disejajarkan

dengan tokoh Arjuna, putra menengah panca pandawayang suka melakukan

petualangan cinta (Bandem dan Murgianto 1996: 43). Dalam beberapa cerita

Panji, diceritakan pula bahwa dalam suatu perburuan, Raden Panji bertemu

dengan gadis yang kemudian menjadi kekasihnya. Menurut Poerbatjaraka,

perburuan itu, sebagai salah satu pertemuan dengan kekasih, adalah awal dari

cerita Panji. Ini karena, dalam setiap dongeng yang menyebutkan Raden Panji

sebagai pahlawan, perburuan itu pasti ada. Salah satu cerita pada kesenian

Jaranan Jawa adalah cerita Panji yaitu Raja Airlangga memiliki seorang putri

yang bernama Dewi Sangga Langit Dewi Songgolangit merupakan putri

mahkota dari Kerajaan Kediri dalam salah satu versi cerita asal-usul Reyog

Ponorogo. Bentuk seni pertunjukan Jaranan Jawa di wilayah Kabupaten

Kediri semua hampir sama. Ada beberapa elemen-elemen pendukung dalam

seni pertunjukan Jaranan Jawa diantaranya adalah:

5

Page 6: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

1. Penokohan

a. Tokoh Jaranan

b. Tokoh Celeng

c. Tokoh bujangganom

d. Tokoh Barongan

e. Tokoh Gambuh

B. Struktur Pertunjukan

Struktur penyajian pada seni pertunjukan Jaranan Jawa ini terdiri dari

empat bagian yaitu: Prapembuka, Pembuka, Pertunjukan, Penutup yang dapat

dipapakan penjelasannya dibawah ini:

1. Prapembuka

Menurut Dekky Susanto seorang seniman Jaranan Satu hari sebelum

pertunjukan Jaranan diselenggarakan gambuh mengadakan ritual di punden

atau tempat yang dikeramatkan di Desa tersebut, dengan tujuan meminta izin

kepada dhanyang yang menjaga desa tersebut agar pertunjukan berjalan

dengan lancar tanpa ada halangan. Pada ritual tersebut dilengkapi dengan

suguh sesaji yang dilengkapi dengan pisang raja setangkep,bunga harum, dupa,

cok bakal, dansekul pethak gondo arum (kemenyan). Ritual ini harus dilakukan

oleh gambuh (pawang), karena hal ini merupakanpenghormatan kepada

dhanyang yang menjaga desa tersebut.

2. Pembukaan

Sebelum pertunjukan berlangsung, para gambuh (sesepuh / pawang)

mengadakan slamatan atau suguh di arena yang akan digunakan untuk

pertunjukan. Dimana mereka meminta doa agar pertunjukan tersebut berjalan

dengan lancar tanpa halangan apapun.

6

Page 7: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

Gambar 4.1 Slamatan atau Suguh yang dilakukan oleh Para Gambuh Sebelum Pertunjukan dimulai.

3. Pentunjukan

a. Adegan Jejer Jaranan

b. Adegan Celengan

c. Adegan Bujangganom dan Kucingan

d. Adegan Rampokan atau Barongan

4. Penutupan

Penutupan dalam pertunjukan Jaranan Jawa ini yaitu slamatan,

dimana dalam slamatan ini mengucap rasa syukur bahwa dalam

pertunjukan berlangsung tidak ada halangan apapun yang terjadi.

C. Gerak

Ciri pola gerak tari yang digunakan dalam Jaranan Jawa merupakan

identifikasi dan pengembangan gerak yang bersumber dari perilaku gerak

sehari-hari yang biasa dilakukan oleh masyarakat petani dan pedagang. Gerak

7

Page 8: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

perilaku petani dan pedagang yang paling dominan ialah gerakan kaki ( gerak

berjalan atau gerak melangkah). Perilaku berjalan kaki merupakan gerak yang

setiap hari dilakukan para petani dan pedagang pulang pergi ke sawah dan

pasar yang jauh dari tempat tinggal. Pola gerak kaki juga bersumber dari

menirukan gerak kuda. Selain gerak kaki juga ditekankan pada gerak kepala,

yakni ketika kaki bergerak maka diikuti juga gerak kepala yang dilakukan

secara bergantian dengan gerak kepala.Ada beberapa motif gerak yang terdapat

pada kesenian Jaranan Jawa yaitu:

1. Motif Gerak Ukel

2. Motif Gerak Ayam Alas

3. Motif Gerak Loncat Gagah

4. Motif Gerak Jalan Mundur

5. Motif Gerak Jalan Lenggang

6. Motif Gerak Gedrukan

7. Motif Gerak Ogek Lambung

D. Tata Rias dan Busana

Tata rias dan busana adalah aspek visual pendukung tari yang secara

langsung dapat dinikmati oleh penonton. Rias dan busana merupakan dua

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan sebagai pendukung penyajian suatu

bentuk tari ataupun pertunjukan (Wahyuni, 2011: 2). Fungsi tata rias dan

busana sangat erat dengan tema atau karakter sehingga memperjelas karakter

tokoh. Penggunaan rias dan busana akan memberi tekanan yang dinamis dan

meningkatkan keserasian serta dapat menonjolkan ekspresi wajah. Tata busana

yang terdapat pada kesenian Jaranan Jawa yaitu hem atasan, celana bumbung,

stagen, iket atau udeng, kalung kace, deker tangan, rapek, jarik, sabuk timang.

8

Page 9: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

Gambar 4.5 Tata Rias Pada Kesenian Jaranan Jawa Kota Kediri (Doc. Pribadi 08-05-2013)

E. Musik Pengiring

Dalam pertunjukan tari Jaranan Jawa selalu diiringi dengan

seperangkat ansambel musik instrumen tradisional yang terdiri dari gong

kempul, kendhang, kenong, angklung, trompet, saron, demung. Ciri-ciri pada

Jaranan Jawa yang paling dominan pada instrumen angklung dimana pada

kesenian Jaranan lainnya atau pada perkembangan kesenian

Jarananinstrumennya tidak menggunakan angklung, adapun yang lain yaitu

musik pengiring terletak pada teknik tabuhan instrumen dengan kesesuaian

nada yang disuarakan. Masyarakat kediri sudah akrab dengan teknik tabuhan

nada yang dibunyikan musik tersebut merupakan musik milik kesenian

Jaranan Jawa karena bunyi iringan musiknya sangat khas dan menjadi

identitas. Teknik memukulnya adalah berselang satu kemudian bersama.

Apabila di tulis dalam notasi yaitu:

Kenong : - 6 – 6 – 6- 6

Kempul: - - - 6 - - - 6

9

Page 10: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

Kelengkapan instrumen yang lain adalah satu slompret yang larasnya yang

lebih mengacu pada laras pelog.

F. Properti

Ada beberapa perlengkapan atau properti dan sesaji yang tidak pernah di

tinggalkan keberadaannya sebagai ciri khas dalam pertunjukan kesenian Jaranan

Jawa yaitu:

1. Kuda Kepang

2. Pecut (Cambuk)

3. Celeng

4. Topeng Bujangganom

5. Barongan

6. Sesaji yang di dalamnya terdapat:

a. Ayam jawa yang masih hidup

b. Panggang ayam

c. Pisang raja satu lirang

d. Kinangan,yang didalamnya terdiri dari: daun sirih, kapur sirih,

gambir, tembakau, jambe, kemenyan.

e. Rujak manis

f. Beras kuning

g. Cok bakal (Badek, kelapa, gula kelapa, telur jawa)

h. Cananga adorata (bunga kenaga) dan minyak wangi.

G. Pola Lantai

Pola lantai yang digunakan dalam penyajian kesenian Jaranan Jawa

sangat sederhana, mengapa demikian mengingat bahwa properti kuda kepang

pada Jaranan Jawa sangat besar. Apabila pola lantai yang digunakan terlalu

10

Page 11: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

banyak akan mengganggu kenyamanan gerak penari. Sehingga hanya ada

beberapa pola lantai saja misalnya:

1. Berjajar

2. Berjajar berpasangan

3. Berderet

4. Melingkar.

H. Arena Pentas

Oleh karena properti Jaranan Kepangnya berukuran besar, maka

kebutuhan arena pentas untuk pertunjukan Jaranan Jawa memerlukan tempat

yang sangat luas lebih kurang berukuran 10 x 20 meter. Dengan adanya arena

yang luas maka penari akan leluasa menari dan bisa mengekspresikan gerak

dan kemampuan penari yang sedang mengalami trance.

11

Page 12: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pertunjukan kesenian Jaranan Jawa merupakan kesenian yang

hidup dan berkembang menjadi milik masyarakat Desa Pakunden

Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Berdasarkan penelitian dapat peneliti

simpulkan.

Kesenian Jaranan Jawa merupakan cikal bakal atau akar dari

Jaranan yang kini mulai berkembang diantaranya ada Jaranan pegon,

Sentherewe, dan campursari. Dalam artian Jaranan Jawa memiliki unsur

primitif dan magis yang sangat kuat. Karena itu Jaranan ini wujudnya

sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat dari gerak, rias busana maupun

iringannya. Di Daerah Kediri Jaranan Jawa sudah berkurang pelaku

seninya. Karena pada saat ini, grup Jaranan Jawa yang tersebar di daerah

Kediri hanya tinggal beberapa grup Jaranan saja.

Pertunjukan Jaranan Jawa ditengah perjalanannya pernah

mengalami kemunduran kurang lebih tahun tahun 1975 saat itu gedung

bioskop mulai banyak berdiri dan diminati masyarakat luas sehingga

kesenian tradisi seperti kesian Jaranan Jawa mulai tersisihkan, hampir

semua kesenian tradisi terkikis oleh sebuah modernisasi. Kesenian Jaranan

tergeser dengan pertunjukan yang sudah modern seperti sekarang,

sehingga minat masyarakat untuk menyewa Jaranan Jawa berkurang.

Tetapi untuk saat ini kesenian Jaranan Jawa sangat didukung oleh

masyarakat Kota Kediri khususnya Kecamatan Pesantren, hal ini terbukti

bahwa banyaknya minat masyarakat untuk menyaksikan kesenian Jaranan

Jawa ini .

12

Page 13: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

Kesenian Jaranan Jawa pada saat ini mempunyai perkembangan

yang baik karena mempunyai struktur pertunjukan yang baik dan yang

dulunya penari kuda kepang tidak memakai kostum atasan (telanjang

dada), tetapi sekarang sudang menggunakan kostum atasan. Selain itu

dalam pertunjukan gerak tari yang sederhana tetapi tetap mempunyai

penekanan-penekanan tertentu agar tetap kelihatan hidup, iringan yang

hadir sekaligus menguatkan vocal, tata busana dan tata rias yang baik,

properti yang terawat, tempat pertunjukan yang tidak terikat, waktu

pementasan yang fleksibel.

B. Saran

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada para

pelaku, pendukung, serta seniman kesenian Jaranan Jawa agar terus

mempertahankan dan mengembangkan kesenian yang berada di wilayah

mereka. Kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan akan

mampu menjaga kelestarian kesenian tradisi dilingkungan wilayahnya.

13

Page 14: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bandem, I Made dan Murgianto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Denpasar, Bali: KANISIUS.

Basrowi & Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rineka Cipta.

Djelantik. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Goris Keraf. 1981. Eksposisi Dan Deskripsi. Ende – Flores: Nusa Indah.

Harymawan, RMA. 1986. Dramaturgi 1. Bandung: PT. Rosdakarya

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Murgiyanto, Sal dkk. 1983. Koreografi “Pengetahuan Dasar Komposisi Tari”. Yogyakarta. MSPI.

Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi “Beberapa Masalah Tari di Indonesia”. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pigeud. 1983. Pertunjukan Rakyat Jawa (Sumbangan Bagi Ilmu Antropologi oleh Dr. Pigeud di Yogyakarta). Solo: Vikslectuur Batavia

Sedyawati, Edy. 1992. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugito, Bambang dkk. 2009. Koreografi Etnik Jawa Timur. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.

14

Page 15: BENTUK PENYAJIAN KESENIAN JARANAN JAWA DI DESA PAKUNDEN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

Sudarsono. 1998. Tari-Tarian Indonesia I, Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan.

Sudarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: UGM University press.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari (Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru). (Terjemahan Ben Suharto) Yogyakarta: IKALASTI.

Suharto, Ben. 1984. Tari: Analisa Bentuk Gaya dan Isi Sebagai Penunjang Proses Kreatif. Yogyakarta: Lagaligo Untuk Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta.

Rahayu, Eko Wahyuni. 2011. Hand Out Analisis Tari. Surabaya: UNESA.

15