lung tinampen buah kopi pemangku adat kepada … 17.pdfpenari jaranan yang menurut mitologi di kebun...

1
Feature Feature Edisi 10, Edisi 10, Mei - Juni 2015 Mei - Juni 2015 17-buletin ptpn12 D i suatu pagi yang bertepatan dengan Hari Selasa Pon tang- gal 19 Mei 2015, di Kebun Ba- ngelan yang sudah berhawa cukup dingin ini tidak tampak seperti hari- hari biasa. Iringan karyawan Kebun Ba- ngelan berarak menuruni jalan menuju ke sumber air Umbulan yang terletak tidak jauh dari komplek kantor dan pabrik Ke- bun Bangelan. Beberapa karyawan yang bertugas dengan segenap suka cita mem- bawa makanan dan beberapa “uborampe” lainnya sebagai syarat prosesi kenduri yang akan dilaksanakan di sebuah altar sesembahan di sisi sebelah barat Sumber Air Umbulan. Tampak di barisan depan iringan, Mbah Saridi berpakaian setelan jas lengkap dengan blangkonnya berjalan didampingi oleh beberapa staf Kebun Bangelan. Ya, beberapa tahun terakhir Mbah Saridi merupakan pemangku adat yang mandegani terlaksananya selamat- an buka giling dan petik perdana yang dilaksanakan setiap menjelang musim panen kopi. Mulai dari penentuan hari pelaksanaan sampai dengan hari H be- liau berperan yang cukup penting, yaitu sebagai “penghubung” antara maksud atau niat kebun dengan Tuhan YME se- cara adat Jawa dan juga dengan mahluk yang dianggap sebagai pemangku Ke- bun Bangelan (Sing Mbahurekso). Pada Tahun ini dipilihlah hari Selasa Pon yang jatuh pada tanggal 19 Mei 2015 sebagai hari baik untuk penyelenggaraan selamatan. “Menawi wulan sakmeniko wontene namung dinten Seloso Pon” (kalau bulan Mei ini adanya hanya hari Selasa Pon),” ujar Mbah Saridi ketika ditemui oleh pa- nitia pelaksana untuk meminta bantuan penentuan hari pelaksanaan. Memang secara hitungan Jawa, Se- lasa Pon dianggap sebagai hari yang baik untuk mengawali musim panen dengan harapan panen dan pengolahan yang berlangsung bisa mendapatkan hasil biji kopi pasar yang mentes dengan mutu yang baik. Prosesi selamatan buka giling dan petik perdana selalu dimulai dengan rang- kaian kenduri di Umbulan, dipimpin oleh Mbah Saridi dan diikuti oleh perwakilan karyawan kebun. Suasana yang cukup sakral ini diakhiri dengan suasana ceria dari segenap karyawan yang hadir ketika kenduri tersebut selesai yang dilanjutkan makan pagi bersama dari makanan yang sudah di-doa-i oleh Mbah Saridi dan Ustadz Giman selaku pembina rohani Ke- bun Bangelan. Prosesi yang kedua adalah mengi- rimkan sesaji ke tempat yang dianggap sebagai pusat aktivitas makhluk gaib penunggu kebun, dengan maksud bahwa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar proses panen tidak mendapat gang- guan dari mahluk-mahluk gaib yang bera- da di kebun. Setelah prosesi kedua ini se- lesai, Mbah Saridi dan rombongan menuju ke pabrik guna menjemput pengantin kopi yang sudah bersiap dengan seperangkat penari jaranan yang menurut mitologi di kebun memang sebagai pelengkap untuk prosesi selamatan ini. “Kedah wonten jaranan kagem sugu- han” (harus ada kesenian jaranan untuk persembahan), ”Mbah Saridi menambah- kan. Nilai nyata yang bisa diambil adalah secara tidak langsung kebun ikut berperan melestarikan budaya Jaranan ini sebagai nilai budaya tanah jawa yang adiluhung. Selanjutnya pengantin dan rombongan kesenian jaranan ini dibawa ke kebun yang lokasinya sudah disiapkan untuk prosesi petik perdana. Dengan iringan musik jaranan, Mbah Saridi mulai mema- sang sesaji dan berdoa dengan diapit oleh pengantin kopi yang pada kesempatan tahun ini Ananda Deni dan Ananda Fita yang dijadikan sebagai simbol penganten kopi. Keduanya adalah putera-puteri kary- awan Kebun Bangelan. Buah kopi hasil dari petik perdana tersebut kemudian dibawa ke pabrik dengan diiringi oleh ke- senian jaranan tersebut. Tamu undangan dan warga masyara- kat dengan antusias menunggu datang- nya rombongan pengantin kopi ini tiba di lingkungan pabrik. Tamu undangan be- rasal dari elemen Muspika baik dari Ke- camatan Wonosari maupun Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, kepala desa dan perangkat dari desa sekitar ke- bun, serta tokoh-tokoh agama dan tokoh- tokoh masyarakat termasuk dua anggota DPRD Kab Malang yang berasal dari Desa Bangelan dan Jambuwer. Manajer Wilayah III Malang juga berkesempatan hadir dalam acara selamatan ini. Acara inti selamatan buka giling dan petik perdana diawali dengan prosesi “lung tinampen” buah kopi yang sudah dipetik oleh Asisten Tanaman kepada Manajer Kebun yang dilanjutkan pe- nyerahan buah kopi oleh Manajer Kebun kepada Astekpol untuk selanjutnya dilak- sanakan buka giling yang ditandai dengan bunyi sirine kebun sebagai tanda bahwa secara resmi masa panen dan pengola- han di Kebun Bangelan dimulai. Para tamu undangan kemudian me- masuki ruang sortasi untuk mengikuti acara selanjutnya. Setelah sambutan- sambutan (Manajer Kebun, Muspika, dan Manwil III), Mbah Saridi memimpin semua yang hadir dengan ikrar Jawa sebagai perwujudan doa agar semua proses panen dan pengolahan diberi kemudahan dan kelancaran oleh Tuhan YME yang kemudian ditutup doa oleh Ustadz Giman Anshori. Itulah sekelumit cerita warisan budaya adiluhung yang lestari di Kebun Bangelan sebagai sebuah manifestasi doa kepada Tuhan YME. Mudah-mudahan Kebun Bangelan dapat mencapai kuantitas dan kualitas produksi sesuai dengan harapan. Aamiin Ya Robbal Alamiin. Selamatan Buka Giling & Petik Kopi Perdana Kebun Bangelan 2015 Spiritualisme di Balik Tradisi Turun Temurun Oleh: Ari Visianto Kebun Bangelan Prosesi selamatan di Sumber Umbulan (Foto: dok. Kebun Bangelan) Lung Tinampen buah kopi pemangku adat kepada Astan

Upload: lenga

Post on 09-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lung Tinampen buah kopi pemangku adat kepada … 17.pdfpenari jaranan yang menurut mitologi di kebun memang sebagai pelengkap untuk prosesi selamatan ini. “Kedah wonten jaranan kagem

17-buletin ptpn12

FeatureFeatureEdisi 10, Edisi 10, Mei - Juni 2015Mei - Juni 2015

17-buletin ptpn12

Di suatu pagi yang bertepatan dengan Hari Selasa Pon tang-gal 19 Mei 2015, di Kebun Ba-ngelan yang sudah berhawa

cu kup dingin ini tidak tampak seperti hari-hari biasa. Iringan karyawan Kebun Ba-ngelan berarak menuruni jalan menuju ke sumber air Umbulan yang terletak tidak jauh dari komplek kantor dan pabrik Ke-bun Ba ngelan. Beberapa karyawan yang bertugas dengan segenap suka cita mem-bawa makanan dan beberapa “uborampe” lainnya sebagai syarat prosesi kenduri yang akan dilaksanakan di sebuah altar sesembahan di sisi sebelah barat Sumber Air Umbulan.

Tampak di barisan depan iringan, Mbah Saridi berpakaian setelan jas lengkap dengan blangkonnya berjalan didampingi oleh beberapa staf Kebun Bangelan. Ya, beberapa tahun terakhir Mbah Saridi merupakan pemangku adat yang mandegani terlaksananya sela mat-an buka giling dan petik perdana yang dilaksanakan setiap menjelang musim panen kopi. Mulai dari penentuan hari pelaksanaan sampai dengan hari H be-liau berperan yang cukup pen ting, yaitu sebagai “penghubung” antara maksud atau niat kebun dengan Tuhan YME se-cara adat Jawa dan juga dengan mahluk yang dianggap sebagai pemangku Ke-bun Bangelan (Sing Mbahurekso).

Pada Tahun ini dipilihlah hari Selasa Pon yang jatuh pada tanggal 19 Mei 2015 sebagai hari baik untuk penyelenggaraan selamatan.

“Menawi wulan sakmeniko wontene namung dinten Seloso Pon” (kalau bulan Mei ini adanya hanya hari Selasa Pon),” ujar Mbah Saridi ketika ditemui oleh pa-nitia pelaksana untuk meminta bantuan penentuan hari pelaksanaan.

Memang secara hitungan Jawa, Se-lasa Pon dianggap sebagai hari yang baik untuk mengawali musim panen dengan

harapan panen dan pengolahan yang berlangsung bisa mendapatkan hasil biji kopi pasar yang mentes dengan mutu yang baik.

Prosesi selamatan buka giling dan petik perdana selalu dimulai dengan rang-kaian kenduri di Umbulan, dipimpin oleh Mbah Saridi dan diikuti oleh perwakilan karyawan kebun. Suasana yang cukup sakral ini diakhiri dengan suasana ceria dari segenap karyawan yang hadir ketika kenduri tersebut selesai yang dilanjutkan makan pagi bersama dari makanan yang sudah di-doa-i oleh Mbah Saridi dan Ustadz Giman selaku pembina rohani Ke-bun Bangelan.

Prosesi yang kedua adalah me ngi-rimkan sesaji ke tempat yang dianggap se bagai pusat aktivitas makhluk gaib penunggu kebun, dengan maksud bahwa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar proses panen tidak mendapat gang-guan dari mahluk-mahluk gaib yang bera-da di kebun. Setelah prosesi kedua ini se-lesai, Mbah Saridi dan rombongan menuju ke pabrik guna menjemput pengantin kopi yang sudah bersiap dengan seperangkat penari jaranan yang menurut mitologi di kebun memang sebagai pelengkap untuk prosesi selamatan ini.

“Kedah wonten jaranan kagem sugu-han” (harus ada kesenian jaranan untuk persembahan), ”Mbah Saridi menambah-kan.

Nilai nyata yang bisa diambil adalah secara tidak langsung kebun ikut berperan melestarikan budaya Jaranan ini sebagai nilai budaya tanah jawa yang adiluhung. Selanjutnya pengantin dan rombongan kesenian jaranan ini dibawa ke kebun yang lokasinya sudah disiapkan untuk prosesi petik perdana. Dengan iringan musik jaranan, Mbah Saridi mulai mema-

sang sesaji dan berdoa dengan diapit oleh pengantin kopi yang pada kesempatan tahun ini Ananda Deni dan Ananda Fita yang dijadikan sebagai simbol pe nganten kopi. Keduanya adalah putera-pu teri kary-awan Kebun Bangelan. Buah kopi hasil dari petik perdana tersebut kemudian dibawa ke pabrik dengan diiringi oleh ke-senian jaranan tersebut.

Tamu undangan dan warga masyara-kat dengan antusias menunggu datang-nya rombongan pengantin kopi ini tiba di lingkungan pabrik. Tamu undangan be-rasal dari elemen Muspika baik dari Ke-camatan Wonosari maupun Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, kepala desa dan perangkat dari desa sekitar ke-bun, serta tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat termasuk dua anggota DPRD Kab Malang yang berasal dari Desa Bangelan dan Jambuwer. Manajer Wilayah III Malang juga berkesempatan hadir dalam acara selamatan ini.

Acara inti selamatan buka giling dan petik perdana diawali dengan prosesi “lung tinampen” buah kopi yang sudah dipetik oleh Asisten Tanaman kepada Manajer Kebun yang dilanjutkan pe-nyerah an buah kopi oleh Manajer Kebun kepada Astekpol untuk selanjutnya dilak-sanakan buka giling yang ditandai dengan bunyi sirine kebun sebagai tanda bahwa secara resmi masa panen dan pengola-han di Kebun Bangelan dimulai.

Para tamu undangan kemudian me-masuki ruang sortasi untuk mengikuti acara selanjutnya. Setelah sambutan-sambutan (Manajer Kebun, Muspika, dan Manwil III), Mbah Saridi memimpin semua yang hadir dengan ikrar Jawa sebagai perwujudan doa agar semua proses panen dan pengolahan diberi kemudahan dan kelancaran oleh Tuhan YME yang kemudian ditutup doa oleh Ustadz Giman Anshori.

Itulah sekelumit cerita warisan budaya adiluhung yang lestari di Kebun Bangelan sebagai sebuah manifestasi doa kepada Tuhan YME. Mudah-mudahan Kebun Bangelan dapat mencapai kuantitas dan kualitas produksi sesuai dengan harapan. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

Selamatan Buka Giling & Petik Kopi Perdana Kebun Bangelan 2015

Spiritualisme di Balik Tradisi Turun Temurun

Oleh: Ari VisiantoKebun Bangelan

Prosesi selamatan di Sumber Umbulan (Foto: dok. Kebun Bangelan)Lung Tinampen buah kopi pemangku adat kepada Astan