bentuk dan fungsi humor

Upload: swestiintanpramesti

Post on 14-Jul-2015

1.279 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada dasarnya humor adalah salah satu bentuk budaya yang bersifat universal. Setiap orang pasti memiliki rasa humor, perbedaannya hanya orang yang memiliki rasa humor tinggi dan rasa humor yang rendah. Humor adalah suasana hati yang bersifat sementara, dikatakan sementara karena munculnya humor itu terjadi karena humor langsung terjadi. Humor adalah sesuatu yang bersifat lucu yang dapat menggelikan hati atau rasa geli bagi yang mendengar maupun melihatnya. Humor itu tidak hanya bersifat sebagai penghibur saja, namun dalam penelitian humor juga memiliki ciri-ciri atau bentuk dan fungsi sendiri. Salah satu bentuk humor adalah berbentuk verbal dan nonverbal. Sedangkan fungsi humor tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri. Seperti fungsi bahasa yang dikemukakan oleh R. Jacobson. Oleh karena itu, penulis akan mendeskripsikan tentang bentuk dan fungsi humor yang terdapat pada siaran televisi. Salah satu contohnya adalah komedi situasi Abdel dan Temon.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk humor dalam komedi situasi Abdel dan Temon ? 2. Bagaimana fungsi humor dalam komedi situasi Abdel dan Temon ?

C. Tujuan Penulisan 1. Mendeskripsikan bentuk humor dalam komedi situasi Abdel dan Temon. 2. Mendeskripsikan fungsi humor dalam komedi situasi Abdel dan Temon.

1

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Humor Humor adalah suasana hati yang bersifat sementara, dikatakan sementara karena keadaan yang timbul akibat humor hanya berlangsung ketika humor itu terjadi. Setelah itu suasana hati akan kembali normal (Larousse, 1994 : 523). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 : 361), humor adalah sesuatu yang lucu, yang dapat menggelikan hati atau yang dapat menimbulkan rasa geli atau lucu bagi yang mendengarnya. Humor adalah salah satu bentuk budaya yang bersifat universal. Secara implisit menurut Soedjatmiko (1992 : 96), tidak ada seorang pun yang tidak pernah berhumor. Perbedaan humor antara orang yang satu dan orang lain terletak pada frekuensi dan tujuannya. Ada orang yang mempunyai selera humor tinggi, tetapi ada pula yang mempunyai selera humor rendah.

B. Bentuk Humor Humor dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe berdasarkan bentuknya, yaitu humor verbal dan humor nonverbal. Humor verbal adalah humor yang direalisasikan dengan kata-kata, sedangkan humor nonverbal adalah humor yang disajikan dengan tingkah laku, gerak-gerik, atau gambar. Humor juga dapat sebagai sarana yang memiliki peran penting dalam kehidupan, humor membutuhkan kreatifitas dalam penciptaannya. Bahasa yang termasuk didalamnya, seperti bunyi, kata, dan strukturnya harus mampu memancing senyum atau tawa seseorang. 1. Gaya bahasa Dari sisi linguistik, gaya bahasa merupakan ekspresi khas tulisan seseorang. Jika dilihat dari pilihan kata, gaya bahasa menjadi sumber leksikal. Dari segi kombinasi kata, gaya bahasa merupakan variasi sintaksis yang menyimpang dari norma bahasa. Penyimpangan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam interpretasi yang disesuaikan dengan konteksnya. Dalam humor, selain digunakan untuk menambah keindahan dalam arti yang sebenarnya, gaya bahasa juga digunakan untuk menambah kelucuan. Berdasarkan langsung dan tidaknya makna, gaya bahasa terbagi menjadi 2 :2

a. Gaya Bahasa Retoris Merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. No. Jenis Gaya Bahasa Retoris 1. Aliterasi Berwujud perulangan konsonan yang sama yang digunakan pada puisi atau prosa. 2. 3. Asonansi Apofasis Berwujud perulangan pada bunyi vokal yang sama. Digunakan seseorang untuk menegaskan sesuatu tapi tampaknya menyangkal. 4. Apostrof Berbentuk pengalihan amanat dari pendengar yang ada kepada sesuatu yang tidak ada. 5. Asindeton Bersifat padat dan didalamnya terdapat beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tetapi tidak dihubungkan dengan makna. 6. 7. Polisindeton Kiasmus Kebalikan dari gaya bahasa asindeton. Terdiri dari frasa, kata, atau klausa yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan, tapi susunannya terbalik. 8. Elipsis Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat dimana dalam susunan formal unsur itu harusnya ada. 9. Eufimisme Menggunakan ungkapan yang halus untuk menggantikan Pengertian

ungkapan yang dirasa kasar atau menyinggung perasaan. 10. Litotes Untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Contoh : kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali. 11. Pleonasme Gaya bahasa dengan menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. 12. 13. Tautologi Perifrasis Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Pengungkapan kalimat yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. 14. Erotesis Pertanyaan yang digunakan untuk tujuan penekanan yang wajar dan tidak membutuhkan jawaban. 15. Silepsis Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu kontruksi sintaksis. 16. Zeugma Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak3

gramatis untuk kontruksi sintaksis yang kedua sehingga menjadi kalimat rancu. 17. Hiperbola Gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dari kenyataan yang sebenarnya sehingga menjadi tidak masuk akal. 18. Paradoks Pengungkapan yang menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan namun sebenarnya keduanya benar. 19. Oksimoron Paradoks dalam satu frasa.

b. Gaya Bahasa Kiasan Merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna. No. Jenis Gaya Bahasa Kiasan 1. Simile Perbandingan yang bersifat eksplisit. Maksudnya langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal yang lain. 2. Metafora Semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora terjadi karena adanya substitusi antara kata pembanding dengan kata yang dibandingkan tergantung pada hubungan kemiripan. Umumnya, metafora dibentuk dengan membandingkan sesuatu yang nyata kepada sesuatu yang abstrak atau sebaliknya. 3. Personifikasi Menggambarkan benda-benda mati seolah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. 4. Epitet Semacam gaya acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. 5. Sinekdoke Semacam bahasa figuratif yang menggunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). 6. Metonimia Menggunakan sebuah kata untuk menyatakan hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk4

Pengertian

menyatakan kulitnya. 7. Antonomasia Suaut bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, gelar resmi atau jabatan untuk menggantikan nama diri. 8. Hipalase Semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu

dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada kata yang lain. Suatu kebalikan dari duatu relasi alamiah antara 2 komponen gagasan. 9. Ironi, Sinisme, Ironi adalah suatu acuan yang ingin menyatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Biasanya rangkaian kata-kata itu mengingkari maksud sebenarnya. Sinisme = ironi yang lebih kasar sifatnya. Sarkasme = suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. 10. Antifrasis Semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Antifrasis akan diketahui dengan jelas bila pembaca mengetahui dan dihadapkan pada kenyataan bahwa yang dikatakan itu adalah sebaliknya. 11. Satire Ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Pada umumnya satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuannya agar diadakan perbaikan secara khusus 12. Pun/Paranomasia Kiasan yang menggunakan kemiripan bunyi tetapi perbedaan besar dalam maknanya. 13. Repetisi Perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat, yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Sarkasme

C. Fungsi Humor Humor memiliki beberapa fungsi utama. Namun fungsi humor tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri. Pada dasarnya humor berfungsi sebagai penghibur, sarana pendidikan, sarana rekreasi yang dapat menyegarkan perasaan, dan kritikan secara tidak langsung. Menurut R. Jacobson fungsi bahasa terdiri dari : 1. Fungsi ekspresif/emotif

5

Apabila tumpuannya pada si penutur (addresser). Terjadi jika pengirim menggunakan bahasa untuk menunjukkan segala sesuatu yang menampakkan pribadinya. Fungsi emotif atau ekspresif berpusat pada sikap, status, dan keadaan emosi pembicara. Bentuknya berupa kata, frasa atau kalimat humor. Contoh : Sialan ! 2. Fungsi konatif Apabila tumpuan pembicaraan pada lawan bicara (addresse). Di dalam fungsi konatif, terdapat unsur mempengaruhi, mengajak, dan persuasi yang sering digunakan dalam bahasa iklan, pidato maupun ceramah keagamaan. Persuasi itu sendiri merupakan tindakan dari suatu pihak yang merupakan reaksi dari pihak lain. Contoh : Tolong ! 3. Fungsi referensial Apabila tumpuan pembicaraan pada konteks (context), mengacu pada hal, benda, orang, tindakan yang berarti pesan dipusatkan pada konteks. Mengutamakan isi atau topik pembicaraan. 4. Fungsi puitis Apabila tumpuan pembicaraan pada amanat (message). Fungsi puitis berorientasi pada amanat sebagai amanat, dan pada medium dengan segala aspeknya. Contoh : ini muka penuh luka siapa yang punya. 5. Fungsi fatis Apabila tumpuan pembicaraan pada kontak (contact). Fungsi fatis (istilah yang diambil dari Malinowski) bersangkutan dengan amanat yang bertujuan untuk menetapkan, mengukuhkan, memperpanjang atau menghentikan komunikasi. Contoh : apa kabar ? ; fungsinya untuk membuka pembicaraan. 6. Fungsi metalinguistik Apabila tumpuan pembicaraan pada kode (code). Fungsi metalinguistik bersangkutan dengan usaha menggambarkan bahasa itu sendiri sebagai kode. Contoh : Jakarta adalah ibukota negara Indonesia.

D. Komponen Tindak Tutur Komponen tuturan dalam pragmatik terdiri dari 8 komponen yang disebut dengan PARLANT (Parcipant, Acte, Raison, Locale, Agents, Norme, Ton dan Type). Untuk mengetahui konteks dalam suatu peristiwa, 8 komponen tutur ini ini juga dapat membantu dalam menganalisis fungsi dan bentuk humor.6

BAB III PEMBAHASAN

A. Bentuk dan Fungsi Humor dalam Komedi Situasi Abdel dan Temon Bukan Superstar yang Berjudul Hemat Energi I. Dialog 1. Temon selesai lari pagi di depan rumah tapi keadaannya masih ngos-ngosan dengan lidahnya yang sambil menjulur-julur. Abdel : Kok kamu kayak anjing pelacak gitu, mon. Ngos-ngosan gitu. Temon : Mendingan juga gue del, setiap hari gue lari pagi. Belajar hidup sehat dong, del. Nenek gue pernah bilang neng kene ing neng kono, di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Abdel : Nenek lu sama lu gag ada bedanya yaa, mon. Ngaco juga yaa. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat itu mensana en corpore sano. Temon : Itu kan produk luar, del. Kalo produk lokal, neng kene ing neng kono. Ngerti ora ? Letak humor pada dialog 1. terletak pada : 1. Kok kamu kayak anjing pelacak gitu, mon. Ngos-ngosan gitu. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 1 yaitu : P = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah mengejek tingkah Temon yang seperti anjing pelacak. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah ejekan. L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya mengejek. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Menggunakan bentuk gaya bahasa simile yaitu membandingkan sesuatu secara eksplisit dengan langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Ditandai dengan warna biru.

7

-

Termasuk fungsi emotif. Karena penutur menggunakan bahasa untuk menunjukkan bahwa tingkah Temon seperti anjing pelacak.

2.

Nenek lu sama lu gag ada bedanya yaa, mon. Ngaco juga yaa. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat itu mensana en corpore sano. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 2 yaitu : P = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menyalahkan kata-kata Temon dan membenarkan perkataan Temon. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah ejekan dan memberi tahu Temon agar Temon tahu yang betul. L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya mengejek. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Menggunakan bentuk gaya bahasa asonansi yaitu gaya bahasa yang terwujud dengan perulangan pada bunyi vokal yang sama. Ditandai dengan warna biru. mensana en corpore sano (fungsi puitis, karena menggunakan bahasa yang puitis). Termasuk fungsi referensial. Karena penutur (Abdel) memusatkan pada konteks topik pembicaraan.

3. Itu kan produk luar, del. Kalo produk lokal, neng kene ing neng kono. Ngerti ora ? Komponen tindak tutur dalam humor nomor 3 yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah mempertahankan pendapat Temon bahwa apa yang dikatakannya itu adalah benar hanya sedikit berbeda. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah memberi tahu Abdel maksud dari perkataan Temon tadi.8

L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya memberi tahu (sok tahu). Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Menggunakan bentuk gaya bahasa asonansi yaitu gaya bahasa yang terwujud dengan perulangan pada bunyi vokal. Ditandai dengan warna biru. neng kene ing neng kono. Menggunakan bentuk gaya bahasa aliterasi yaitu gaya bahasa yang terwujud dengan perulangan bunyi konsonan. Ditandai dengan warna biru. neng kene ing neng kono. Termasuk fungsi fatis. Karena penutur menggunakan bahasa untuk memutuskan atau menutup hubungan pembicaraan dengan kata Ngerti ora?.

II.

Dialog 2. Abdel masih membaca koran. Lalu ia menceritakan berita yang ada dalam

koran kepada Temon. Abdel : Gag mon, ni gue lagi baca koran. Ternyata pemerintah sedang melakukan penghematan di bidang listrik. Temon : Kok listrik bidang, kalo bidang tuh dada, paha. Itu bidang. Abdel : Mon, itu gag lu masalahin sebenernya gapapa, mon. Jadi berdebat terus kalo kita ngomong. Di sektor listrik. Temon : Naah, itu bener. Abdel : PLN akan mengadakan pemadaman bergiliran dalam waktu dekat. Temon : Aaa, giliran kita kapan del. Abdel : Belum ada jadwalnya, mon. Ini baru rencana. Lagian juga kenapa seneng sih dapat giliran pemadaman. Bukan berita gembira ini, mon. Pokoknya mon, mulai sekarang gue mencanangkan buat hemat listrik dirumah ini. Termasuk lo, harus hemat. Temon : Gue kan dari dulu juga udah hemat. Abdel : Lo ma bukan hemat, lo pelit. Jangankan duit, pulsa aja diminta lo gag ngasih.

9

Temon : Haaa, omong sama lu tu nyebelin yaa del. Mendingan gue lari pagi lagi aja dehh. (sambil lari lagi). Letak humor pada dialog 2 adalah sebagai berikut : 1. Kok listrik bidang, kalo bidang tuh dada, paha. Itu bidang. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 1 yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menyalahkan perkataan Abdel tentang bidang listrik. Temon membenarkan bahwa bidang itu berhubungan dengan pembentukan paha dan dada. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah memberi tahu kesalahan perkataan Abdel. L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya meyakinkan. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Menggunakan bentuk gaya bahasa pun/paranomasia yaitu kiasan yang menggunakan kemiripan bunyi tetapi perbedaan besar dalam maknanya. Ditandai dengan warna biru. Bidang makna pertama yaitu sektor-sektor tertentu seperti bidang listrik, bidang ekonomi, dan sebagainya. Bidang makna kedua adalah bentuk badan yang bidang dikarenakan sering berolahraga. Termasuk fungsi metalinguistik. Karena penutur menggunakan bahasa untuk menjelaskan bahasa.

2. PLN akan mengadakan pemadaman bergiliran dalam waktu dekat. Aaa, giliran kita kapan del. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 2 yaitu : P1 = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). P2 = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel).

10

A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menanyakan giliran pemadaman listrik dirumah Abdel dan Temon R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah untuk mengetahui kepastian giliran pemadaman listrik. L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya bertanya. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Menggunakan bentuk gaya bahasa erotesis, yaitu pertanyaan yang digunakan untuk tujuan penekanan yang wajar dan tidak membutuhkan jawaban. Ditandai dengan warna biru. Pertanyaan Temon itu tidak perlu dijawab karena sesungguhnya hal tersebut tidak perlu ditanyakan karena itu baru rencana pemerintah saja. Termasuk fungsi referensial. Karena penutur mengutamakan topik

pembicaraan tentang pemadaman listrik secara bergilir.

3. Lo ma bukan hemat, lo pelit. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 3 yaitu : P = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menegaskan bahwa Temon itu bukan tipe orang yang hemat tapi pelit. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah agar Temon sadar bahwa sebenarnya dia termasuk orang yang pelit. L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya mengejek. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Termasuk fungsi referensial. Karena penutur (Abdel) mengutamakan topik pembicaraan bahwa Temon itu bukan termasuk orang yang hemat tapi pelit.11

4. Haaa, omong sama lu tu nyebelin yaa del. Mendingan gue lari pagi lagi aja dehh. (sambil lari lagi). Komponen tindak tutur dalam humor nomor 4 yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah Temon kesal terhadap Abdel karena Abdel sering mengejeknya. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah untuk menghentikan hubungan komunikasi diantara Abdel dan Temon. L = Tempat terjadinya percakapan di teras depan rumah. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya marah. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Bentuk nonverbal, yaitu dengan tindakan Temon pergi lari pagi lagi. Padahal ia telah selesai lari pagi. Termasuk fungsi emotif karena penutur (Temon) kesal terhadap perilaku Abdel yang selalu menyebalkan.

III.

Dialog 3. Temon sedang asyik mendengarkan musik dikamar.

Abdel : (matiin tape-radio). Temon : Kok lu matiin sih del. Abdel : Hemat listrik mon. Temon : Haaah, gag bisa lihat orang seneng lu. Abdel : Bukan masalah seneng, lo gag pernah bayar listrik. Temon : Kata siapa gue gag pernah bayar listrik? Abdel : Hah, paling 2 kali setahun. Selebihnya gue. Temon : Yaa gue tau lu yang bayar, tapi kan yang antri gue. Abdel : Pokoknya sekarang harus hemat listrik. Temon : Haah, gag bisa liat orang seneng lu. Mending gue nyetrika dehh. (sambil bawa kabel tape-radio). Abdel : Kok lu bawa mon?12

Temon : Gue tahu, akal bulus lu. Nanti giliran gue nyetrika, lu enak-enakan denger kaset. Haaa, gue mau nyetrika dulu. Abdel : Sana setrika yang licin, muka lu sekalian biar gag lecek. (Hidupin taperadio). Dia gag tau bisa pake baterai.

Letak humor yang terdapat pada dialog 3 adalah sebagai berikut : 1. Yaa gue tau lu yang bayar, tapi kan yang antri gue. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 1 yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah alasan Temon saat diejek Abdel tidak pernah membayar listrik. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah memberikan alasan kepada Abdel bahwa walaupun ia tidak pernah bayar listrik dia selalu yang mengantri untuk membayar listrik. L = Tempat terjadinya percakapan di kamar. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya mengelak. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. fungsi referensial. Karena penutur mengutamakan topik

- Termasuk

pembicaraan bahwa yang membayar listrik Abdel tetapi yang mengantri bayar ialah Temon. 2. Haah, gag bisa liat orang seneng lu. Mending gue nyetrika dehh. (sambil bawa kabel tape-radio). Komponen tindak tutur dalam humor nomor 2 yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menggerutu karena ia merasa kesenangannya diganggu oleh Abdel. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah menyindir Abdel. L = Tempat terjadinya percakapan di kamar.13

A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya marah. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Bentuk nonverbal, yaitu dengan tindakan Temon mengambil kabel tape-radio tetapi ia tidak tahu bahwa tape-radionya bisa menggunakan baterai. Termasuk fungsi fatis karena penutur (Temon) ingin mengakhiri perdebatan dengan pergi menyetrika. Ditandai dengan warna biru.

3. Sana setrika yang licin, muka lu sekalian biar gag lecek. (Hidupin taperadio). Dia gag tau bisa pake baterai. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 3 yaitu : P = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menyindir Temon terlalu rajin menyetrika sampai licin, dengan mengejek agar muka Temon disetrika biar tidak lecek alias ganteng. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah mengusir dan menyuruh Temon untuk menyetrika dengan mengejek mukanya agar disetrika juga. L = Tempat terjadinya percakapan di kamar. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya mengejek. Tipe dialog percakapan. Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Bentuk nonverbal, yaitu dengan tindakan Abdel menghidupkan tape-radio dan ternyata menyala tanpa listrik tapi menggunakan baterai. Termasuk fungsi konatif yaitu dengan menyuruh Temon untuk menyetrika yang licin. Ditandai dengan warna biru.

IV.

Dialog 4. Temon bersiul sambil menyetrika bajunya.14

Abdel : (dateng sambil mencabut kabel setrika). Temon : Kok lu cabut sih del. Abdel : Penghematan listrik. Temon : Lha tapi kan, baju gue banyak yang belum disetrika. Abdel : Lu kalo setrika seminggu sekali dong, kemarin kan lu udah nyetrika sekarang nyetrika lagi. Kan boros kayak muka lu. Temon : Emang gue gag ada akal apa, orang aja diledekin bisa panas. Mudahmudahan ni setrika gue ledekin bisa panas. Heh, setrikaan jelek, belinya ditempat loak, semua keluarga lu bentuknya lancip-lancip kayak gini yaa. (sambil megang setrikaan) huaa, dah panas nih. Heh setrikaan jelek, beli ditempat loak, keluarga lu bentuknya pada lancip semua kayak gini yee, harganya murah.

Letak humor pada dialog 4 adalah sebagai berikut : 1. Kan boros kayak muka lu. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 1 yaitu : P = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah mengejek Temon bahwa boros hemat listrik itu ibarat muka Temon yang boros. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah ejekan. L = Tempat terjadinya percakapan di dalam rumah tempat untuk menyetrika. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya mengejek. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Bentuknya menggunakan gaya bahasa ironi yaitu ingin menyatakan sesuatu dengan makna yang berlainan. kan boros kayak muka lu, maksud boros sama seperti muka Temon adalah boros listrik itu sama borosnya seperti muka Temon yang lebih tua daripada umurnya. Termasuk fungsi referensial bahwa si penutur (Abdel) ingin mengatakan bahwa muka Temon lebih tua dari umurnya.

15

2. Emang gue gag ada akal apa, orang aja diledekin bisa panas. Mudahmudahan ni setrika gue ledekin bisa panas. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 2 yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah mencibir bahwa tanpa kabel pun Temon memiliki akal agar setrikaan tetap panas. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah agar Temon masih bisa menyetrika bajunya itu. L = Tempat terjadinya percakapan di dalam rumah tempat untuk menyetrika. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya sindiran. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Bentuk gaya bahasa personifikasi yaitu mengibaratkan benda mati seperti benda hidup. Ditandai dengan warna biru, Temon menganggap bahwa setrika bisa panas apabila diledekin seperti manusia. Termasuk fungsi emotif karena penutur (Temon) kesal terhadap perilaku Abdel yang selalu menyebalkan. Ia mempunyai akal lain agar tetap bisa menyetrika.

V.

Dialog 5. Abdel keluar kamar mandi dalam keadaan masih bersabun.

Abdel : Mon. Temon : Apa sih teriak-teriak. Cerewet ! Abdel : Air lu matiin? Temon : Kan lu sendiri yang bilang, hemat listrik. Abdel : Yaa. Listrik yang hemat. Air gag usah. Temon : Sehari mandi 3 kali, boros ! Abdel : Emang lu, seminggu sekali, jorok ! Temon : Kucing aja ga mandi, larinya cepet. Abdel : Emang gue pelari. Ni gue gimana ni?16

Temon : Tunggu bentar. Nih. (sambil ngasih air putih segelas). Bawel. Abdel : Heh. Emang gue kesurupan? Dikasih air putih. Gue mau mandi.

Letak Humor pada dialog 5 adalah sebagai berikut : 1. Kan lu sendiri yang bilang, hemat listrik. Yaa. Listrik yang hemat. Air gag usah. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 1, yaitu : P1 = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). P2 = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah menjawab perkataan Temon bahwa hanya listrik yang perlu dihemat, air tidak perlu. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah menjelaskan maksud hemat listrik bukan hemat air. L = Tempat terjadinya percakapan di depan kamar mandi. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya marah. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Termasuk fungsi referensial karena penutur memusatkan konteks topik pembicaraan bahwa listrik saja yang perlu hemat tetapi air tidak perlu.

2. Kucing aja ga mandi, larinya cepet. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 2, yaitu : P = Temon (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Abdel). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah Temon mengatakan bahwa tidak perlu mandi-mandi sering karena kucing saja tidak mandi larinya bisa cepat. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah mengejek Abdel bahwa tidak perlu mandi sering-sering yang penting bisa lari cepat. L = Tempat terjadinya percakapan di depan kamar mandi.17

A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya ejekan. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Bentuk gaya bahasa satire yaitu mengejek Abdel yang rajin mandi 3 kali sehari tetapi kalah dengan kucing yang tidak pernah mandi tetapi larinya cepat. Termasuk fungsi konatif bahwa penutur (Temon) menyindir dan menyuruh Abdel agar tidak rajin mandi.

3. Heh. Emang gue kesurupan? Dikasih air putih. Gue mau mandi. Komponen tindak tutur dalam humor nomor 3, yaitu : P = Abdel (Gender : laki-laki, usia : sekitar 25 tahun, bahasa indonesia, sebagai teman satu kos Temon). A = Isi percakapan yang diucapkan adalah Abdel butuh air banyak bukan segelas air putih untuk mandi. R = Tujuan mengatakan percakapan tersebut adalah memberi tahu Temon bahwa dia ingin mandi dan butuh air yang banyak bukan kesurupan yang butuh air putih. L = Tempat terjadinya percakapan di depan kamar mandi. A = Bahasa lisan. N = Norma sosial. T = Intonasi nadanya marah. Tipe dialog percakapan.

Analisis bentuk dan fungsi humor : Bentuk verbal, yaitu berbentuk ujaran kalimat yang terdiri dari kata-kata. Termasuk fungsi emotif karena penutur (Abdel) kesal terhadap Temon yang hanya memberikan segelas air putih untuk mandi.

18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Humor adalah hal-hal atau tindakan yang bersifat lucu, menghibur, dan menyenangkan. Humor tidak hanya sebagai obat pelipur lara saja, tetapi juga memiliki bentuk atau ciri-ciri dan fungsi dalam sisi pragmatik. Berdasarkan hasil penelitian bentuk dan fungsi humor dalam komedi situasi Abdel dan Temon Bukan Superstar yang berjudul Hemat Energi dapat diketahui bahwa : 1. Bentuk Humor No. 1. Bentuk Humor Bentuk Verbal Jumlah 15 Keterangan Bentuk humor dengan kata-kata. 2. Bentuk Nonverbal 3 Bentuk humor yang direalisasikan yang direalisasikan

dengan tingkah laku, gerak, gambar. 3. Gaya Bahasa Simile 1 Membandingkan sesuatu sama dengan hal yang lain secara langsung. 4. Gaya Bahasa Personifikasi 1 Menggambarkan benda mati seolah memiliki sifat kemanusiaan. 5. Gaya Bahasa Ironi 1 Mengatakan sesuatu dengan makna lain yang berlainan. 6. Gaya Bahasa Satire 1 Ungkapan menertawakan, mengejek yang mengandung kritik. 7. Gaya Bahasa Paranomasia 1 Menggunakan kemiripan bunyi tetapi memiliki maknanya. 8. Gaya Bahasa Aliterasi 1 Berwujud perulangan konsonan yang sama. 9. Gaya Bahasa Asonansi 2 Berwujud sama. 10. Gaya Bahasa Erotesis 1 Pertanyaan untuk penekanan tapi tidak membutuhkan jawaban. Total 27 perulangan vokal yang perbedaan besar dalam

19

2. Fungsi Humor No. 1. Fungsi Humor Emotif Jumlah 4 Keterangan Menggunakan bahasa untuk menunjukkan perasaan yang tampak pada penutur. 2. 3. 4. 5. Konatif Referensial Puitis Fatis 2 6 1 2 Menggunakan bahasa sebagai persuasi. Mengutamakan konteks isi pembicaraan. Menggunakan bahasa secara puitis. Menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengadakan, menjamin, atau memutuskan pembicaraan dengan penerima. 6. Metalinguistik 2 Menggunakan bahasa untuk menjelaskan bahasa. Total 17

B. Saran 1. Agar pembaca dapat mengetahui bentuk humor yang terdapat pada komedi situasi Abdel dan Temon Bukan Superstar. 2. Agar pembaca dapat mengetahui fungsi humor yang terdapat pada komedi situasi Abdel dan Temon Bukan Superstar.

20

DAFTAR PUSTAKA

Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta : Depdikbud.

Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : ANDI.

Muna, Abiyyatul. 2011. Bentuk dan Fungsi Humor dalam komik Petualangan Asterix : Larose et Le Glaive. Skripsi S1. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, FBS Yogyakarta.

www.youtube.com/AbdeldanTemonBukanSuperstar. Diunduh pada tanggal 10 Desember 2011

21

LAMPIRAN

No.

Kode Data Verbal

Bentuk Nonverbal Gaya Bahasa Simile Asonansi

Fungsi

1. 2.

Dialog I.1 Dialog I.2

X X

Emotif Puitis Referensial

3.

Dialog I.3

X

-

Asonansi Aliterasi

Fatis

4.

Dialog II.1

X

-

Pun/ Paranomasia

Metalinguistik

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Dialog II.2 Dialog II.3 Dialog II.4 Dialog III.1 Dialog III.2 Dialog III.3 Dialog IV.1 Dialog IV.2 Dialog V. 1 Dialog V.2 Dialog V.3

X X X X X X X X X X X

X X X -

Erotesis Ironi Personifikasi Satire -

Referensial Referensial Emotif Referensial Fatis Konatif Referensial Emotif Referensial Konatif Emotif

22