bedah buku

2
Bedah buku Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram (STAHN Gde Pudja Mataram). Buku yang berjudul : “Sistem Kawin Lari Adat Bali Lombok dan Filosofinya” Om Swastyastu Yth. Bapak/Ibu Pejabat Struktural-Fungsional STAHN Gde Pudja Mataram. Ketua PHDI Prov. NTB dan PHDI Kota Mataram yang saya hormati. Bapak/Ibu Dosen dan Adik-Adik Mahasiswa selaku peserta bedah buku yang saya hormati pula. Pertama tama ijinkan saya ingin menyampaikan penghargaan/apresiasi kepada Bapak atas keuletan dan ketekunan Bapak bisa menghasilkan sebuah buku yang berjudul Sistem Kawin Lari Adat Bali Lombok dan Filosofinya. Kehadiran buku ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Hindu yang ada di Lombok khususnya di NTB. Pada umumnya, mengingat perkawinan itu adalah kebutuhanhidup seorang manusia normalnya. Saya secara pribadi sangat bersyukur karena diberikan kesempatan dan kepercayaan oleh lembaga STAHN Gde Pudja Mataram sebagai pembedah sekaligus mengoreksi, memberikan masukan terhadap isi buku Bapak yang telah diterbitkan oleh Paramita Surabaya. Dalam penerbitan selanjutnya kita harapkan isinya lebih sempurna lagi terhadap semua rangkaian kawin lari adat Bali Lombok dan nilai filosofinya terhadap rangkaian dan sarana prasarana upakara yang dipergunakan. Dalam prosesi perkawinan yang dimaksud. Dalam kesempatan yang baik ini, saya akan mencoba mengkritik isi, memberikan masukan dan saran terhadap isi buku Bapak dalam forum yang formal ini: 1. Kata sambutan yang diberikan oleh lembaga tertinggi umat Hindu yaitu PHDI dan Dharma upapati paruman pandhita provinsi NTB sebaiknya lengkap dengan stampelnya karena diatas telah menggunakan kertas KOP terhadap dua lembaga tersebut diatas. Kalau bisa dalam penerbitan selanjutnya dari unsur pemerintah ikut memberikan sambutan.

Upload: lomboktenun

Post on 12-Jul-2016

9 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

agama

TRANSCRIPT

Page 1: Bedah Buku

Bedah buku

Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram (STAHN Gde Pudja Mataram).

Buku yang berjudul : “Sistem Kawin Lari Adat Bali Lombok dan Filosofinya”

Om Swastyastu

Yth. Bapak/Ibu Pejabat Struktural-Fungsional STAHN Gde Pudja Mataram.

Ketua PHDI Prov. NTB dan PHDI Kota Mataram yang saya hormati.

Bapak/Ibu Dosen dan Adik-Adik Mahasiswa selaku peserta bedah buku yang saya hormati pula.

Pertama tama ijinkan saya ingin menyampaikan penghargaan/apresiasi kepada Bapak atas keuletan dan ketekunan Bapak bisa menghasilkan sebuah buku yang berjudul Sistem Kawin Lari Adat Bali Lombok dan Filosofinya. Kehadiran buku ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Hindu yang ada di Lombok khususnya di NTB. Pada umumnya, mengingat perkawinan itu adalah kebutuhanhidup seorang manusia normalnya. Saya secara pribadi sangat bersyukur karena diberikan kesempatan dan kepercayaan oleh lembaga STAHN Gde Pudja Mataram sebagai pembedah sekaligus mengoreksi, memberikan masukan terhadap isi buku Bapak yang telah diterbitkan oleh Paramita Surabaya. Dalam penerbitan selanjutnya kita harapkan isinya lebih sempurna lagi terhadap semua rangkaian kawin lari adat Bali Lombok dan nilai filosofinya terhadap rangkaian dan sarana prasarana upakara yang dipergunakan. Dalam prosesi perkawinan yang dimaksud. Dalam kesempatan yang baik ini, saya akan mencoba mengkritik isi, memberikan masukan dan saran terhadap isi buku Bapak dalam forum yang formal ini:

1. Kata sambutan yang diberikan oleh lembaga tertinggi umat Hindu yaitu PHDI dan Dharma upapati paruman pandhita provinsi NTB sebaiknya lengkap dengan stampelnya karena diatas telah menggunakan kertas KOP terhadap dua lembaga tersebut diatas. Kalau bisa dalam penerbitan selanjutnya dari unsur pemerintah ikut memberikan sambutan.

2. Pada halaman 5. Perkawinan bersifat Religius dan Obligator, hal ini dan seterusnya untuk mendapatkan keturunan yang suputra. Bapak mengutip Buku Nitisastra orang yang melahirkan anak Suputra lebih tinggi keutamaannya dari membuat 100 yadnya. Saran kami kalau bisa kutip lengkap agar lebih ilmiah isinya.

3. Dalam buku Bapak halaman 22 ada menyebutkan proses kawin selarian yaitu ada ngendek, peradang, mesayut ketelun (mabyakala), mesayut widhi widana, nyongkolan, parikrama kaitannya dengan sarana upakara saat nyongkolan mestinya ada penjelasan nilai-nilai filosofisnya terhadap semua proses ini. Contoh misalnya mengapa memakai sarana tebu, tiker dadakan yang dibuat dari daun pandan yang masih hijau. Saat selabar bawa bobok dari daun kelapa yang sudah tua, apakah tidak bisa memakai daun alang-alang misalnya. Semua ini harus ada pemaparannya secara filosofi.

4. Masalah tampilan foto pada kulit buku dan lampiran foto-foto tampilan foto di kulit bukunya tidak ada kejanggalan karena dengan melihatkan tampilan foto depan sudah menggambarkan isi buku. Akan tetapi lamporan foto-foto yang dibelakang sebaiknya ditampilkan pada pembahasan pada pembahasan terkait dengan rangkaian perkawinan.

Page 2: Bedah Buku

5. Tentang sekilas riwayat penulis yang sudah lumbrah kita lihat mestinya ditaruh pada kulit belakang tidak didalam isi pembahasan buku.

6. Halaman 117 keterangan wuku sapta wara panca wara dan sad wara tidak ada penjelasannya, sehingga para pembaca tidak paham dan mengerti.

Demikian kritik dan saran masukan saya terhadap isi buku ini agar dalam penerbitan berikutnya lebih sempurna lagi.

Mataram, 9 Oktober 2015

Pembahas Dua

( Drs. I Ketut Nuasa, M.Ag )NIP. 19610107 198903 1001