bau baseline) dan sebesar 41% apabila ada · meliputi 5 (enam) bidang yaitu: pertanian, kehutanan...
TRANSCRIPT
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan i
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri jika dibandingkan dengan
garis dasar pada kondisi Bisnis Seperti Biasa (BAU baseline) dan sebesar 41% apabila ada
dukungan internasional. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-
GRK) disusun sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut dan memberikan kerangka
kebijakan dan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemangku
kepentingan dan pelaku usaha dalam pelaksanaanya untuk kurun waktu tahun 2010-2020.
Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK) mengamanatkan kepada provinsi bertanggung jawab dalam
penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) selambat-
lambatnya 12 bulan sejak ditetapkannya Perpres RAN-GRK yang ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur. Penyusunan RAD-GRK merupakan penjabaran komitmen daerah
dalam penurunan emisi yang dijabarkan dalam program dan kegiatan yang dilakukan
daerah dan didukung dengan pengalokasian anggaran dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Menindaklanjuti Peraturan dimaksud maka Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
melalui Bappeda dengan dukungan dari Bappenas dan JICA (Japan International
Cooperation Agency), telah bekerjasama dengan Tim Ahli dan sektor terkait
mempersiapkan Rencana Aksi Daerah yang disusun sebagai salah satu Pedoman bagi SKPD
dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan terkait penurunan emisi GRK yang
terintegrasi ke dalam Rencana Pembangunan Daerah dengan berbagai kegiatan yang
meliputi 5 (enam) bidang yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut, Energi dan
Transportasi, Industri dan Pengelolaan Limbah. Melalui Rencana Aksi ini juga para
Perencana sektoral dapat memperoleh informasi yang akurat tentang Sumber dan Potensi
Penurunan Emisi GRK Provinsi Sumatera Selatan dalam memberikan kontribusi terhadap
target penurunan emisi GRK Nasional sebesar 26%.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan ii
Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Penyusun
yang berasal dari para Tim Ahli dan seluruh pihak terkait. Terima kasih pula kepada
Bappenas dan JICA atas dukungan dana yang diberikan sehingga Rencana Aksi Daerah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Semoga hasil kerja yang baik ini dapat
memberikan sumbangsih dan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang terkait.
Palembang, 5 Oktober 2012
Kepala Bappeda Sumatera Selatan,
Yohannes H. Toruan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan iii
Penanggungjawab : Gubernur Sumatera Selatan
Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel
Sekretaris : Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel
Tim Ahli
Koordinator : Budhi Setiawan, Ph.D
Anggota : 1. Sabaruddin, Ph.D (Sektor Pertanian)
2. Febrian Hadinata, ST, MT (Sektor Limbah)
3. Dr. M. Faizal (Sektor Energi)
4. Prof. Dr. Erika Buchary (Sektor Transportasi)
5. Prof. Dr. Hilda Zulkifli (Sektor Industri)
6. Dr. Najib Asmani (Sektor Kehutanan)
Editor
1. Regina Ariyanti
Bappeda Provinsi Sumatera Selatan
2. JICA Sumatera Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan
2
1.3 Keluaran
2
1.4 Dasar Hukum
2
1.5 Kerangka Waktu Penyusunan
3
BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK 4
2.1 Profil dan Karakteristik Daerah
4
2.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi 4
2.1.2 Klimatologi
4
2.1.3 Topografi
6
2.1.4 Geologi
6
2.1.5 Penutupan Lahan
8
2.1.6 Penduduk
10
2.1.7 Potensi Sumber Daya Alam
13
A. Kawasan Gambut
13
B. Hutan
14
C. Sumberdaya Air
14
D. Mineral dan Energi
16
2.1.8 Potensi Ekonomi
20
2.2 Program Prioritas Daerah
30
A. Rencana Pembangunan Jagka Panjang Daerah (RPJPD) 30
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 33
C.
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
41
D. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 42
2.3 Permasalahan Emisi GRK
42
2.3.1 Sumber Emisi Sektor Pertanian 43
a. Budidaya Padi
44
b. Pembakaran Limbah Pertanian 47
c. Peternakan
53
2.3.2 Sumber Emisi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 63
2.3.3 Sumber Emisi Sektor Energi
70
a. Emisi CO2 dari PLTU
71
b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PLN 71
c. Emisi CO2 dari Bahan Bakar (Pertamina) 72
d. Emisi CO2 eq dari PLTG Bukit Asam dan PLTD Keramasan 73
e. Emisi GRK dari Pembangkit Listrik PLTG milik PLN 74
f. Emisi GRK dari Pembangkit Listrik PLTG, PLTM milik swasta 76
g. Emisi CO2 dari Kayu Bakar 77
2.3.4 Sumber Emisi Sektor Transportasi 78
1 TIER 1
81
2 TIER 2
82
3 TIER 3
89
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan v
1) Penghitungan Emisi CO2 untuk kota Palembang 90
2) Perhitungan Emisi CO2 Sumatera Selatan 91
2.3.5 Sumber Emisi Sektor Industri 96
2.3.6 Sumber Emisi Sektor Sampah/Sampah 100
a. Sampah Domestik
101
b. Limbah Cair Domestik
107
c. Limbah Industri
111
BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 116
3.1. Pembagian Urusan
116
3.2. Ruang Lingkup Daerah
121
3.2.1 Sektor Pertanian
121
3.2.2 Sektor kehutanan dan lahan gambut 121
3.2.3 Sektor berbasis energi
121
3.2.4 Sektor Sampah/Limbah
122
BAB IV ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA PROVINSI SUMATERA SELATAN 123
4.1 BAU-Baseline Emisi Gas Rumah Kaca 123
4.1.2 Pertanian
123
a. Budidaya Padi 123
b. Pembakaran Limbah Pertanian 125
c. Peternakan
131
4.1.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 135
4.1.3 Energi
135
a. Emisi CO2 dari PLTU
136
b. Emisi CO2 eq dari PLTD milik PLN 136
c. Emisi CO2 eq dari Bahan Bakar 137
d. Emisi CO2 Kayu Bakar
139
e. Total Proyeksi Emisi CO2 di Sektor Energi 140
4.1.4 Transportasi
140
a. Proyeksi Emisi TIER 1
140
b. Proyeksi Emisi TIER 2
141
c. Proyeksi TIER 3
143
4.1.5 Industri
144
4.1.6 Sampah/Limbah
146
a. Sampah Domestik
147
1) Emisi dari Open Dumping: Un-managed Deep dan
Un-categorized 152
2) Emisi dari Open Burning 156
3)
Emisi dari Aktifitas Pengomposan Sampah Terolah
157
b. Limbah Cair Domestik dan Industri 158
4.2 Usulan Aksi Mitigasi dan Perkiraan Penurunan Emisi 161
4.2.1 Pertanian
161
a. Budidaya Padi
161
b. Pembakaran Limbah Pertanian 165
c. Peternakan
167
d. Rekapitulasi Emisi Pertanian Hasil Perhitungan GRK 171
4.2.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 173
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan vi
4.2.3 Energi
179
a. Usulan Aksi Mitigasi
180
4.2.4 Transportasi
181
a. Skenario Penurunan Emisi CO2 Kota Palembang 182
b. Scenario Penurunan Emisi CO2 Sumatera Selatan 183
4.2.5 Industri
187
4.2.6 Sampah/Limbah
191
a. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -1: Program
Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan 191
b. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -2: Program Minimasi
Sampah dengan prinsip 3R 192
c. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -3: Program
Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan 197
d. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -4: Program
Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah 200
e. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -5: Program
Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah 201
f. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -6: Program Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman
201
g. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -7: Program
Pengelolaan Badan Air 203
h. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -9: Program
Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat 203
i. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi-10: Program Inventori
dan Pengelolaan Limbah Industri 204
j. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -11: Program
Monitoring dan Evaluasi 205
k. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -12: Program Non-
teknis RAD-GRK Sektor Limbah 205
4.3. Skala Prioritas
207
4.3.1 Pertanian
207
4.3.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 212
4.3.3 Energi
215
4.3.4 Transportasi
219
4.3.5 Industri
224
4.3.6 Sampah/Limbah
227
BAB V STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK
232
5.1 Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran 232
5.1.1 Pertanian
232
5.1.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 234
5.1.3 Energi
235
5.1.4 Transportasi
236
5.1.5 Industri
237
5.1.6 Sampah/Limbah
238
5.2 Identifikasi Sumber Pendanaan
241
5.2.1 Pertanian
241
5.2.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 245
5.2.3 Energi
248
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan vii
5.2.4 Transportasi
255
5.2.5 Industri
256
5.2.6 Sampah/Limbah
257
5.3 Penyusunan Jadwal Implementasi 260
5.3.1 Pertanian
260
5.3.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 261
5.3.3 Energi
263
5.3.4 Transportasi
263
5.3.5 Industri
264
5.3.6 Sampah/Limbah
265
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI
267
6.1. Monitoring
267
6.2. Evaluasi
268
BAB VII PENUTUP
271
7.1 Kesimpulan
271
7.2 Saran
276
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2004-2010
10
Tabel II.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2015-2030
12
Tabel II.3 Proyeksi Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2015-2030
12
Tabel II.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2003-2008
21
Tabel II.5 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2003-2008
22
Tabel II.6 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
23
Tabel II.7 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
24
Tabel II.8 Kontribusi kelompok Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2003-2008 (%)
25
Tabel II.9 Pendapatan Perkapita di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 25
Tabel II.10 Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 29
Tabel II.11 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Besar dan
Sedang di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008
29
Tabel II.12 Program Prioritas Pembangunan di RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 35
Tabel II.13 Sebaran keragaman dan luas sawah di Prov Sumatera Selatan (2010) 44
Tabel II.14. Nilai default EF(T) untuk estimasi emisi CH4 asal enteric fermentation masing-
masing jenis ternak di Provinsi Sumatera Selatan
54
Tabel II.15 Nilai default EF(T) untuk estimasi emisi CH4 asal kotoran ternak akibat sistem
pengelolaan kotoran ternak masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera Selatan
56
Tabel II.16 Nilai default MS(T, S), Nex(T), dan EF3(ST) untuk estimasi emisi langsung N2O asal
kotoran ternak di bawah sistem pengelolaan tertentu masing-masing jenis ternak di
Provinsi Sumatera Selatan
61
Tabel II.17 Nilai default FracGasMS asal kotoran ternak di bawah sistem pengelolaan tertentu
masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera Selatan
61
Tabel II.18 Perubahan Lahan Pada Periode tahun 2006 – 2011 Provinsi Sumatera Selatan 64
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan ix
Tabel II.19 Faktor Emisi Karbon Diatas Permukaan Tanah 67
Tabel II.20 Faktor Emisi Karbon dari Lahan Gambut menggunakan model Hooijer, et.al.,
2010 yang dimodifikasi
68
Tabel II.21 Emisi GRK pada masing – masing zonasi tutupan lahan 69
Tabel II.22 Emisi CO2 Baseline pada PLTU Provinsi Sumatera Selatan 71
Tabel II.23 Emisi CO2 Baseline pada PLTD Provinsi Sumatera Selatan 71
Tabel II.24 Faktor Emisi Bahan Bakar 72
Tabel II.25 Penjualan BBM di Sumsel (2004-2010) menurut jenis konsumen 73
Tabel II.26 Emisi Co2 berdasarkan Jenis Konsumen 73
Tabel II.27 Jumlah Pemakaian Gas Batu Bara dan Diesel pada Pembangkit Listrik Bukit
Asam dan Keramasan
74
Tabel II.28 Emisi CO2 eq Baseline pada Pembangkit Listrik Bukit Asam dan Keramasan. 74
Tabel II.29 Daftar PLTG milik PLN pada Februari 2012 74
Tabel II.30 Emisi CO2 Baseline PLTG Sumatera Selatan 75
Tabel II.31 Emisi CO2 dari Lima Pembangkit PLTG, PLTMG Swasta 77
Tabel II.32 Asumsi Jumlah Pemakain Kayu Bakar dan Emisi CO2 yang dihasilkan 78
Tabel II.33. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda, tahun 2004 dan 2025 80
Tabel II.34 Jumlah Kendaraan Terdaftar 82
Tabel II.35 Pemakaian Jumlah BBM Tiap Kendaraan 83
Tabel II.36 Jumlah Pemakaian BBM Menurut Jenis Bahan Bakar 85
Tabel II.37 Jumlah Pemakaian BBM dan EMisi Baseline Menurut Jenis Kendaraan 86
Tabel II.38 Penggunaan BBM tahun 2012 87
Tabel II.39 Perbandingan CO2 (gram) antar moda transportasi 89
Tabel II.40 Emisi CO2 di Wilayah Kota Palembang 91
Tabel II.41 Analisa Emisi CO2 (Gr/Km) Di Ogan Komering Ilir Berdasarkan Perhitungan
Counting Tahun 2011
91
Tabel II.42 Analisa Emisi CO2 ( Gr/Km ) Di Linggau-Jambi Berdasarkan Perhitungan
Counting Tahun 2011
92
Tabel II.43 Analisa Emisi CO2 ( Gr/Km ) Di MUBA-Jambi Berdasarkan Perhitungan
Counting Tahun 2011
93
Tabel II.44 Analisa Emisi Co2 (gr/km ) Di Oku Timur Berdasarkan Perhitungan Counting
Tahun 2011
93
Tabel II.45 Analisa Emisi CO2 (Gr/Km) Di Linggau-Curup Berdasarkan Perhitungan
Counting Tahun 2011
94
Tabel II.46 Jumlah industri kecil formal di Sumatera Selatan Tahun 2012 97
Tabel II.47 Jumlah industri kecil non-formal di Sumatera Selatan 97
Tabel II.48 Industri Menengah dan Besar beserta tenaga kerja dan nilai investasinya di 98
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan x
propinsi Sumatera Selatan.
Tabel II.49 Kontribusi emisi GRK dari sektor industri di Indonesia 99
Tabel II.50 Data emisi CO2 dari enam industri potensial penghasil emisi di Propinsi
Sumatera Selatan (tahun 2010 dan 2012)
100
Tabel II.51. Komposisi Sampah Domestik Sumsel di TPA 103
Tabel II.52. Dry atter Content Sampah Domestik Sumsel di TPA 104
Tabel II.53. TPA di Wilayah Sumatera Selatan 104
Tabel II.54 Industri CPO di wilayah Sumatera Selatan 113
Tabel II.55 Industri Crum Rubber di wilayah Sumatera Selatan 113
Tabel II.56. Industri (bukan CPO dan Crum Rubber) di wilayah Sumsel 114
Tabel II.57 Rekapitulasi Potensi Emisi GRK Sumsel dan Permasalahannya 114
Tabel II.58. Rekapitulasi Identifikasi Awal Sumber Emisi Sektor Limbah Sumatera Selatan 115
Tabel II.59. Status Emisi GRK Sumsel Sektor Pengelolaan Limbah Domestik pada Tahun
2010
115
Tabel III.1 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38
Tahun 2007
116
Tabel III.2.Keterkaitan Bidang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada RAN dengan
Pembagian Urusan Pemerintahan
118
Tabel III.3. Pembagian Urusan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi dari Kelompok
Kerja/SKPD masing – masing sektor pada kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca
di Provinsi Sumatera Selatan
119
Tabel IV.1. Proyek populasi ternak besar di Provinsi Sumatera Selatan sampai tahun 2020 131
Tabel IV.2. Total emisi GRK asal ternak di Provinsi Sumatera Selatan sampai tahun 2020 134
Tabel IV.3. Potensi Emisi GRK (BAU Baseline/REL) sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 135
Tabel IV.4. Proyeksi Emisi CO2 PLTU Provinsi Sumatera Selatan 136
Tabel IV.5. Emisi BAU-Baseline PLTD PLN 137
Tabel IV.6. Prediksi Penjualan BBM dari Tahun 2011 sampai 2020 137
Tabel IV.7. Proyeksi Emisi CO2 menurut Jenis Konsumen Pertamina 138
Tabel IV.8. Proyeksi Emisi CO2 dari Kayu Bakar 139
Tabel IV.9. Proyeksi Total Emisi CO2 sektor Energi 140
Tabel IV.10. Proyeksi Emisi CO2 Sumatera Selatan sampai tahun 2020 144
Tabel IV.11. Proyeksi Emisi CO2 dari Industri di Provinsi Sumatera Selatan 145
Tabel IV.12. Prediksi Jumlah Penduduk Sumatera Selatan tahun 2010 dan Proyeksinya s.d
2020
149
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xi
Tabel IV.13. Komposisi dan Dry Matter Content Sampah Domestik Sumsel 149
Tabel IV.14. Estimasi dan Proyeksi Volume Sampah Sumsel per Tahun dari 2010 s.d 2020 152
Tabel IV.15 Rekapitulasi Aktifitas Pengangkutan, Pembuangan Sampah Sembarangan,
Komposting dan Open Burning (2010)
153
Tabel IV.16 Estimasi dan Proyeksi (BAU) Volume Sampah Sumsel Masuk ke TPA dari
2010 s.d 2020
154
Tabel IV.17 Estimasi dan Proyeksi (BAU) Sampah Terolah dari 2010 s.d 2020 154
Tabel IV.18 Rekapitulasi Sampah Open Dumping, Open burning dan terolah/dikomposkan
(BAU).
155
Tabel IV.19 Hasil Estimasi Emisi GRK dari aktifitas Open Dumping (BAU). 156
Tabel IV.20 Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Open Burning (BAU). 156
Tabel IV.21 Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Pengomposan Sampah
Domestik( BAU).
157
Tabel IV.22 Rekapitulasi Estimasi dan Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari sektor Sampah(
BAU).
158
Tabel IV.23 Potensi Emisi CH4 dan N2O untuk Air Limbah, Pengolahan Lumpur, dan Sistem
Pembuangan Air Limbah Domestik di Sumatera Selatan
159
Tabel IV.24. Potensi Emisi GRK dari Limbah Cair Domestik di Sumsel 159
Tabel IV.25. Potensi Emisi GRK Sektor Limbah Provinsi Sumatera Selatan 160
Tabel IV.26. Proyeksi cakupan luas areal budidaya padi metode SRI di Provinsi Sumatera
Selatan
161
Tabel IV.27. Rekapitulasi proyeksi besaran emisi GRK asal pembakaran jerami padi 166
Tabel IV.28. Rekapitulasi proyeksi besaran emisi GRK asal pembakaran jerami tebu 166
Tabel IV.29. Proyeksi potensi emisi CO2-e sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan 171
Tabel IV.30. Skenario mitigasi pada zonasi perencanaan 175
Tabel IV.31. Proporsi Emisi Tutupan Lahan Pada BAU Baseline and Setelah Aksi Mitigasi 176
Tabel IV.32. Emisi Gas Rumah Kaca BAU Baseline dan Target Penurunan Sektor
Kehutanan dan Lahan Gambut
179
Tabel IV.33. Emisi CO2e sebelum dan sesudah mitigasi sampai tahun 2020 180
Tabel IV.36. Reduksi Emisi CO2 Perhitungan Counting Selama 24 Jam Tahun 2011 182
Tabel IV.37. Perbandingan Emisi CO2 (ton/tahun) dengan rencana mitigasi untuk beberapa
perbatasan wilayah di Sumatera Selatan tahun 2012
184
Tabel IV.38. Rencana Mitigasi Emisi CO2 (ton/tahun) sampai dengan tahun 2020 di
Sumatera Selatan
185
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xii
Tabel IV.39. Skenario Penurunan Emisi CO2 mengikuti target nasional 26 % dan 41 % 187
Tabel IV.40.Rencana Pembangunan TPST 195
Tabel IV.41. Penurunan Emisi Aksi Mitigasi-1 s.d 2020 197
Tabel IV.42 Penurunan Emisi dari Aksi Rehabilitasi/Pembangunan TPA Semi-Aerobic 198
Tabel IV.43 Daftar dan Rencana Rehabilitasi TPA di Sumatera Selatan 199
Tabel IV.44 Biaya Operasional dan Maintenance TPA Semi-aerobic Skema Mitigasi-3 200
Tabel IV.45 Penurunan emisi dari flaring gas di TPA I Sukawinatan Palembang 201
Tabel IV.46 Trendline Penurunan Emisi dari Aksi Migrasi Pit-Latrin ke Septic Tank 203
Tabel IV.47 Estimasi Penurunan Emisi Kelompok Aksi Mitigasi-9 204
Tabel IV.48. Rekapitulasi Penurunan Emisi 206
Tabel IV.49. Prioritas strategi mitigasi Pertanian GRK di Provinsi Sumatera Selatan 207
Tabel IV.50 Matriks RAD – GRK Sektor Pertanian 208
Tabel IV.48 Matriks Skala Prioritas Sektor Pertanian 211
Tabel IV.52 Matriks RAD – GRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 212
Tabel IV.53 Matriks Skala Prioritas Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 213
Tabel IV.54 Matriks RAD – GRK Sektor Energi 215
Tabel IV.55 Matriks Skala Prioritas Sektor Energi 217
Tabel IV.56 Matriks RAD – GRK Sektor Transportasi 219
Tabel IV.57 Matriks RAD – GRK sektor Industri 224
Tabel IV.58 Matriks Skala Prioritas Sektor Industri 226
Tabel IV.57 Matriks RAD – GRK Sektor Pengelolaan Limbah 227
Tabel IV.58 Matriks Skala Prioritas Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah 230
Tabel V.1 Lembaga terkait dalam implementasi RAD-GRK di Provinsi Sumatera Selatan 233
Tabel V.2 Kelembagaan Publik Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 234
Tabel V.3 Kelembagaan Masyarakat/Pelaku Usaha 235
Tabel V.4 Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran dalam Rencana Aksi Daerah
Sumsel dalam penurunan GRK
236
Tabel V.5 Estimasi penurunan emisi dalam RKPD 2011 dan RKPD 2012 239
Tabel V.6. Pemetaan Kelembagaan terkait Implementasi RAD-GRK sektor Pengelolaan Limbah
240
Tabel V.7. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi sector Pertanian 242
Tabel V.8. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 246
Tabel V.9. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Energi 249
Tabel V.10. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi sector Transportasi 255
Tabel V.11. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Sampah/Limbah 258
Tabel V.12. Jadwal Implementasi RAD – GRK Sektor Pertanian 260
Tabel V.13. Jadwal Implementasi RAD – GRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 261
Tabel V.14. Jadwal Implementasi RAD - GRK Sektor Energi 263
Tabel V.15. Jadwal Implementasi RAD - GRK Sektor Industri 264
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Propinsi Sumatera Selatan 4
Gambar 2.2 Perbandingan pola spasial antara pengamatan dan proyeksi curah hujan
diatas wilayah Sumatera Selatan.
5
Gambar 2.3 Peta Geologi Provinsi Sumatera Selatan 8
Gambar 2.4 Persentase Tutupan lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber :
Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
9
Gambar 2.5 Peta Tutupan lahan Eksisting tahun 2010 Provinsi Sumatera Selatan (Sumber:
Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
9
Gambar 2.6 Peta Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010) 11
Gambar 2.7 Peta Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010) 11
Gambar 2.8 Peta Sebaran Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen
RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
13
Gambar 2.9 Peta Sebaran Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen
RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
14
Gambar 2.10 Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen
RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
16
Gambar 2.11 Peta Sebaran Kawasan Pertambangan di Provinsi Sumatera Selatan
(Sumber: Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
20
Gambar 2.12 Kontribusi sektor pertanian dalam emisi GRK di Indonesia 44
Gambar 2.13. Historis emisi CH4 dari areal sawah di Provinsi Sumatera Selatan (2005-
2011)
47
Gambar 2.14. Historis emisi CO2 akibat pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2005-2011)
49
Gambar 2.15. Historis emisi CO akibat pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2005-2011)
50
Gambar 2.16. Historis emisi CH4 akibat pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2005-2011)
50
Gambar 2.17. Historis emisi N2O akibat pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2005-2011)
51
Gambar 2.18. Historis emisi NOx akibat pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2005-2011)
51
Gambar 2.19. Historis emisi CO2 akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
52
Gambar 2.20. Historis emisi CO akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
52
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xiv
Gambar 2.21.Historis emisi CH4 akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
53
Gambar 2.22. Historis emisi N2O akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
53
Gambar 2.23. Historis emisi CH4 asal enteric fermentation ternak besar utama di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2012)
55
Gambar 2.24. Historis emisi CH4 asal kotoran ternak asal sistem pengelolaan kotoran
ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2012)
57
Gambar 2.25. Historis total emisi N2O secara langsung asal kotoran ternak pada berbagai
sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan
(2005-2011)
59
Gambar 2.26. Historis total emisi N secara tidak langsung melalui volatilisasi NH3 dan NOx
asal kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama
di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
62
Gambar 2.27. Historis total emisi N2O secara tidak langsung melalui volatilisasi asal
kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
63
Gambar 2.28 Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 (kiri) dan 2011 (kanan) Provinsi Sumatera
Selatan (Sumber : Baplan)
64
Gambar 2.29 Peta Sebaran Gambut di Provinsi Sumatera Selatan 66
Gambar 2.30 Proporsi Historikal Emisi GRK masing – masing zonasi Tutupan Lahan di
Provinsi Sumatera Selatan
69
Gambar 2.31 Emisi Baseline (historical) Total Bahan Bakar Provinsi Sumatera Selatan 72
Gambar 2.32 Emisi CO2 Baseline PLTG di Sumatera Selatan 75
Gambar 2.33 Hasil Perhitungan Emisi CO2 menggunakan Tier 1 Tahun 2010 81
Gambar 2.34 Prediksi Penggunaan Solar untuk mobil penumpang tahun 2010 84
Gambar 2.35 Proyeksi Penggunaan Premium untuk mobil penumpang tahun 2010 84
Gambar 2.36 Emisi Baseline (Historikal) Transportasi Provinsi Sumatera Selatan 86
Gambar 2.37 Emisi CO2 (ton/tahun) untuk masing-masing wilayah menggunakan metode
KAYA
96
Gambar 2.38 Kategori sumberutama emisi GRK dari kegiatan pengelolaan limbah 101
Gambar 2.39 Estimasi timbulan sampah Sumsel tahun 2010 berdasarkan standar timbulan
PU)
103
Gambar 2.40 Kondisi sampah yang terhampar sembarangan, juga dapat dikategorikan
dalam Uncategorized.
105
Gambar 2.41 Kondisi timbunan sampah di TPA I Sukawinatan (kanan) dengan ketinggian
timbunan > 5m dan TPA II Karya Jaya dengan muka air tanah tinggi, dikategorikan
dalam Un-managed deep.
106
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xv
Gambar 2.42 Salah satu upaya rehabilitasi TPA dari open dumping menuju semi-aerobic
landfill di TPA Bukit Kancil, Muara Enim, Sumsel
106
Gambar 2.43 Tantangan dalam aspek peran serta masyarakat, belum siapnya masyarakat
terlibat dalam minimasi sampah di sumber.
107
Gambar 2.44 53 % TPA di Sumsel diketahui telah memiliki bangunan pengomposan.
Gambaran yang cukup baik untuk program mitigasi dengan minimasi sampah
skala kota.
107
Gambar 2.45 Distribusi Pengolahan dan Pembuangan Air limbah domestik on-site Sumsel . 109
Gambar 2.46 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air
limbah domestik terpusat skala lingkungan yang sedang diuji coba di Palembang.
110
Gambar 2.47 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air
limbah domestik terpusat skala lingkungan yang sedang diuji coba di Palembang
110
Gambar 2.48 Tantangan: Sistem Pembuangan Air Limbah (Domestik) menyatu dengan
saluran drainase, berakhir di sungai atau retensi/rawa.
111
Gambar 4.1. Proyeksi BAU emisi CH4 dari areal sawah di Provinsi Sumatera Selatan
(2012-2020)
125
Gambar 4.2. Proyeksi emisi CO2 asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020)
127
Gambar 4.3. Proyeksi emisi CO asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020)
127
Gambar 4.4. Proyeksi emisi CH4 asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020)
128
Gambar 4.5. Proyeksi emisi N2O asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020)
128
Gambar 4.6. Proyeksi emisi NOx asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020)
129
Gambar 4.7. Proyeksi emisi CO2 asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
130
Gambar 4.8. Proyeksi emisi CO asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
130
Gambar 4.9. Proyeksi emisi CH4 asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
131
Gambar 4.10. Proyeksi emisi N2O asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
131
Gambar 4.11. Proyeksi emisi NOx asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
132
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xvi
Gambar 4.12. Proyeksi total emisi CH4 asal ternak besar di Provinsi Sumatera Selatan
(2012-2020)
133
Gambar 4.13. Proyeksi total emisi N2O secara langsung asal ternak besar di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
134
Gambar 4.14. Proyeksi total emisi N2O secara tidak langsung asal ternak besar di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020).
134
Gambar 4.15 Emisi BAU Baseline (REL) sektor Kehutanan dan Lahan Gambut Provinsi
Sumatera Selatan
136
Gambar 4.16 Emisi BAU – Baseline PLTD milik PLN 138
Gambar 4.17 Prediksi Emisi CO2e dari penjualan BBM tahun 2011 sampai 2020 139
Gambar 4.18 Emisi BAU – Baseline Kayu Bakar 140
Gambar 4.19 Proyeksi emisi CO2e total dari sektor energy di Provinsi Sumatera Selatan
sampai 2020
141
Gambar 4.20 Grafik Penjualan BBM sampai tahun 2020 142
Gambar 4.21 Grafik Emisi (Gg CO2 eq) dengan TIER 1 142
Gambar 4.22 Grafik Penjualan BBM Solar pada Kendaraan Mobil, Bus, dan Truck 143
Gambar 4.23 Grafik Penjualan BBM Premium pada Kendaraan Jenis Mobil dan Sepeda
Motor
143
Gambar 4.24 Emisi CO2 per jenis kendaraan dan bahan bakar, dan Emisi Total CO2
Provinsi Sumatera Selatan
144
Gambar 4.25 Prediksi Emisi CO2 (ton/tahun) untuk beberapa wilayah tahun 2020 144
Gambar 4.26 Prediksi Emisi CO2 (ton/tahun) sector Transportasi di Sumatera Selatan 145
Gambar 4.27 Proyeksi Emisi CO2 Sektor Industri Provinsi Sumatera Selatan 146
Gambar 4.28 Pengukuran bulk density sampah (Survey JICA SP3 2011 FY) 149
Gambar 4.29 Perbandingan tipe timbunan sampah (domestic) provinsi Sumatera Selatan. 156
Gambar 4.30 BAU Baseline Emisi GRK sector sampah Provinsi Sumatera Selatan. 159
Gambar 4.31 BAU Baseline Emisi GRK sector limbah provinsi Sumatera Selatan 161
Gambar 4.32 Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal sawah di Provinsi
Sumatera Selatan melalui implementasi SRI.
164
Gambar 4.33. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal sawah di Provinsi
Sumatera Selatan melalui penanaman varietas padi emisi CH4 rendah.
165
Gambar 4.34. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal sawah di Provinsi
Sumatera Selatan melalui kombinasi Metode SRI dan Varietas Rendah Emisi.
166
Gambar 4.35. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal pencernakan 170
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xvii
ternak di Provinsi Sumatera Selatan melalui pemberian pakan konsentrat.
Gambar 4.36. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi N2O secara langsung asal
kotoran ternak ternak di Provinsi Sumatera Selatan melalui penggalakan
fermentasi anaerob.
171
Gambar 4.37. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi N2O secara tidak langsung
asal kotoran ternak ternak di Provinsi Sumatera Selatan melalui penggalakan
fermentasi anaerob.
172
Gambar 4.38. Proyeksi penurunan emisi sektor pertanian melalui impelementasi aksi
mitigasi
173
Gambar 4.39 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan 2010 - 2030 175
Gambar 4.40 Emisi BAU Baseline dan Target Penurunan Emisisektor Kehutanan dan
Lahan Gambut Provinsi Sumatera Selatan
180
Gambar 4.42 Emisi CO2e (ton) sebelum dan sesudah mitigasi sampai tahun 2020 181
Gambar 4.43 Target Penurunan Emisi CO2 terhadap Emisi BAU – Baseline 186
Gambar 4.45 Target Penurunan Emisi CO2 pada Industri di Provinsi Sumatera Selatan 188
Gambar 4.46 Skematik Pengelolaan/Minimasi Sampah integrasi TPST-Bank Sampah 195
Gambar 4.47 Perkiraan distribusi pengelolaan sampah Sumsel 2020 dengan aksi mitigasi-1 197
Gambar 4.48 Trendline distribusi pengelolaan sampah Sumsel 2010-2020 dengan aksi
mitigasi-1
197
Gambar 4.49 Kenaikan persentase timbunan di semi-aerobic landfill dan penurunan
timbunan di un-managed deep, seiring rehabilitasi TPA di 10 kota/kab pada 2012
s.d 2015.
200
Gambar 4.50 Target Penurunan Emisi GRK sektor Sampah/Limbah 207
Gambar 5.1 Trendline penurunan Emisi dengan Program/Kegiatan pada RKPD 2011 dan
2012
241
Gambar 5.2 Pagu anggaran program/kegiatan penurunan emisi GRK dalam RKPD 2011-
RKPD 2012
242
Gambar 5.3 Proporsi Sumber Dana Program/Kegiatan Mitigasi Penurunan EMisi GRK
sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
248
Gambar 5.4 Total Anggaran Program/kegiatan Mitigasi RAD-GRK Sektor Pengelolaan
Limbah Th. 2013 – 2020
257
Gambar 6.1. Kerangka implementasi RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan 267
Gambar 6.2. Konsep continous improvenment dalam monev implementasi RAD-GRK
Provinsi Sumatera Selatan
270
Gambar 7.1 Emisi BAU-Baseline Provinsi Sumatera 272
Gambar 7.2 Target Penurunan Emisi GRK Total di Provinsi Sumatera Selatan 276
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan xviii
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri dan
sebesar 41% dengan dukungan internasional. Komitmen ini disampaikan oleh
Presiden Republik Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg, Amerika Serikat
pada bulan September 2009, dan dalam pertemuan Conference Of the Parties
(COP) 15 di Copenhagen, Denmark pada bulan Desember 2009. Sebagai tindak
lanjut dari komitmen tersebut maka Pemerintah menyusun Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memberikan pedoman bagi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha/swasta, dan masyarakat dalam
melaksanankan berbagai kegiatan/program untuk mengurangi emisi GRK dalam
periode tahun 2010-2020.
Rencana aksi ini harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-
2014. RAN-GRK ini dikukuhkan dalam bentuk Perpres No. 61 Tahun 2011 tersebut
mengamanatkan Pemerintah Provinsi untuk menyusun rencana aksi daerah
penurunan emisi di provinsinya masing-masing, agar target/sasaran penurunan
emisi secara nasional dapat tercapai. Substansi di dalam RAN-GRK merupakan
dasar penyusunan RAD-GRK di setiap provinsi, yang dikembangkan sesuai dengan
potensi, kemampuan, dan selaras dengan kebijakan pembangunan masing–masing
provinsi.
RAD-GRK adalah dokumen yang menyediakan arahan bagi pemerintah daerah
untuk melaksanakan berbagai kegiatan penurunan emisi, baik berupa kegiatan
langsung maupun tidak langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca dalam kurun
waktu tertentu. Adapun kegiatan inti untukmenurunkan emisi GRK meliputi 5
bidang, yaitu: pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi dan transportasi,
industri, serta pengelolaan limbah. Sedangkan kegiatan penurunan emisi Gas
Rumah Kaca diatur dalam Peraturan presiden No 71 tahun 2011 tentang pedoman
penyelenggaraan inventarisasi emisi Gas Rumah Kaca di daerah. Inventarisasi
GRK adalah kegiatan untuk memperoleh data mengenai tingkat, status, dan
kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai sumber emisi
dan penyerapnya termasuk simpanan karbon di tingkat peopinsi dan
kabupaten/kota.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 2
Propinsi Sumatera Selatan dipilih sebagai salah satu propinsi yang akan menjadi
sebagai Pilot Project penyusunan dokumen RAD-GRK. Di Sumatera Selatan,
kegiatan yang berhubungan dengan perubahan iklim dan pengurangan emisi Gas
Rumah Kaca, bukanlah sesuatu yang baru, karena Sumatera Selatan telah memiliki
beberapa kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seperti diketahui,
Sumatera Selatan dalam kegiatan perubahan iklim telah memiliki program REDD+,
NAMA, Inventarisasi GRK disektor persampahan, KRAPI (Kajian Risiko dan
Adaptasi perubahan Iklim), dll. Sehingga kegiatan penyusunan RAD-GRK ini akan
menyatukan semua kegiatan mitigasi yang pernah dilakukan di propinsi Sumatera
Selatan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011, kegiatan RAD-GRK bertujuan
untuk menyusun dokumen kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara
langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan
target pembangunan daerah yang tertuang di RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah), RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah), RTRWP/K (Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota) dan
Rencana Strategis SKPD terutama sector yang berhubungan langsung dengan
emisi gas rumah kaca.
1.3 Keluaran
Sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini maka diharapkan akan menghasilkan
sebuah dokumen kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan menurunkan emisi
gas rumah kaca, dimana dokumen tersebut berisi informasi mengenai tingkat,
status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai
sumber emisi (source) dan penyerapnya (sink) termasuk simpanan karbon (carbon
stock) di Sumatera Selatan.
1.4 Dasar Hukum
Landasan hukum penyusunan RAD-GRK di propinsi Sumatera Selatan antara lain:
a. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang pengesahan United
Nations Framework Convention on Climate Change.
b. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN)
c. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 3
d. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindangan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Penguatan Peran
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.
f. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014.
g. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
h. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.
i. Draft Akhir RTRW Propinsi Sumatera Selatan
1.5 Kerangka Waktu Penyusunan
Menurut Undang – Undang nomor 6i Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Gas Rumah Kaca yang menyatakan bahwa penyusunan RAD-GRK
diselesaikan dan ditetapkan dengan peraturan gubernur paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak ditetapkan Peraturan Presiden ini tanggal 20 September 2011.
Berdasarkan hal tersebut maka penyusunan dokumen RAD-GRK propinsi
Sumatera Selatan mempunyai batas waktu hingga bulan September tahun 2012.
Selengkapnya akan diuraikan dibawah ini.
RAD-GRK Development Maret April Mei Juni Juli Agust Sept
Pembentukan Tim
Pengembangan Working Plan
Kick Off Meeting
Pengumpulan Data
Perhitungan BAU Baseline
Pengajuan Aksi Mitigasi
Penentuan Skala Prioritas
Menentukan Target Reduksi Emisi GRK
Pengembangan Strategi Pelaksanaan dari
RAD-GRK
Draft Teks Peraturan Gubernur
Meeting/Workshop
Note : : Milestone
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 4
BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK
2.1 Profil dan Karakteristik Daerah
2.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi
Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Pulau Sumatera yang
mempunyai luas wilayah 91.806,36 Km2, yang terletak pada 1°- 4° Lintang Selatan
dan 102°-106° Bujur Timur. Provinsi Sumatera Selatan secara administratif dibagi
menjadi 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota, serta 217 kecamatan.
Adapun batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Provinsi Jambi.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Provinsi Lampung.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Gambar 2.1 Peta Administrasi Propinsi Sumatera Selatan
2.1.2 Klimatologi
Di Palembang, musim kering juga terpisah dengan jelas dari Juni hingga
September, sebagaimana diindikasikan oleh curah hujan rata - rata bulanan yang
kurang dari 150 mm, tetapi dua curah hujan maksimum terjadi pada sekitar bulan
Desember dan Maret. Dengan demikian, curah hujan di Palembang mewakili suatu
wilayah rezim iklim yang rumit (complex) dengan campuran puncak tunggal
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 5
monsoonal dan dua jenis equatorial. Pengaruh topografi, lautan, dan pulau-pulau
kecil dilepas pantai timur juga menambah kerumitan iklim di Sumatera Selatan.
Berdasarkan hasil kajian Sain Basis (Hadi, 2011), pola iklim di Sumatera Selatan
ditandai dengan perbedaan musim kering dan dua puncak curah hujan sekitar
Desember dan Maret dengan curah hujan rata – rata bulanan sekitar 250 mm. Suhu
rata - rata bulanan dengan dua puncak kelihatan tertinggal satu bulan atau lebih
dari equinoxes dengan nilai rata-rata sedikit diatas 27°C. Sangat menarik untuk
dicatat bahwasanya perbedaan suhu diantara bulan terpanas (Mei) dan bulan
terdingin ( Januari ) hanya sekitar 1°C. Meskipun hasil ini kelihatannya memberikan
indikasi bahwa iklim di Sumatera Selatan dapat dianggap tidak mengalami
perubahan dalam kurun waktu seabad.
Kejadian kekeringan di Sumatera Selatan adalah berkorelasi dengan kejadian El
Niño kuat serta Dipole Mode (+). Dampak ENSO/ Dipole Mode terhadap kekeringan
di Sumatera Selatan yang paling signifikan terjadi pada musim kemarau dan pada
saat peralihan dari musim kemarau memasuki musim penghujan. Tingkat
kekeringan kritis dapat juga diidentifikasi dari dry spell yaitu lamanya hari kering
tanpa hujan. Panjang rata - rata dry spell gabungan untuk September-Oktober-
November (SON) sepanjang lebih dari 8 hari yang sangat dipengaruhi oleh Dipole
Mode +.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.2 Perbandingan pola spasial antara pengamatan ((a) dan (c))
dan proyeksi ((b) dan (d)) curah hujan diatas wilayah Sumatera Selatan.
Contoh menampilkan data bulan September ((a) dan (c)) dan Desember
((b) dan (d)) rerata selama periode 2000 hingga 2008 (Sumber: Hadi, 2011)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 6
2.1.3 Topografi
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki topografi yang bervariasi mulai dari
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Wilayah pantai
timur sebagian besar merupakan daerah rawa dan payau yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut.
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki bentangan wilayah Barat-Timur
dengan ketinggian antara 400-1.700 mdpl. Daerah dengan ketinggian antara 400-
500 mdpl mencakup areal seluas 37 %. Wilayah barat merupakan wilayah
pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian rata-rata antara 900-1.200 mdpl.
Sedangkan kearah timur lahannya berbukit dan bergelombang. Pegunungan Bukit
Barisan ini terdiri dari Puncak Gunung Seminung (1.964 mdpl), Gunung Dempo
(3,159 mdpl), Gunung Patah (1.107 mdpl), dan Gunung Bungkuk (2.125 mdpl).
Disebelah barat Bukit Barisan merupakan lereng.
2.1.4 Geologi
Menurut penafsiran modern, lempeng Samudera Hindia saat ini mengalami
pergerakan di bawah Pulau Sumatera sebesar 6 cm per tahun. Pergerakan tersebut
dimulai sejak periode pertengahan tersier (Miocen). Pegunungan Bukit Barisan
akan terdorong kebawah membentuk saluran dalam kearah Sumatera bagian Barat.
Terjadi kenaikan permukaan benua di pantai timur dan gerakan penurunan di pantai
yang berlawanan, diluar daerah tangkapan air. Hal ini menunjukkan bahwa
pergerakan tersebut masih terus berlangsung, seperti digambarkan dibawah ini:
a. Pengurangan ukuran pantai barat, secara perlahan – lahan terjadi
penyusutan di bawah laut karena pergerakan penurunan.
b. Pengurangan kemiringan lereng dan daerah – daerah rawa di dataran pantai
timur yang disebabkan oleh pergerakan tilt-up.
Kemunculan penuh daerah Peneplain terjadi di akhir periode tersier sampai periode
awal Quarter (Villafranchien) karena pengikisan lapisan sedimen oleh erosi regresif
dan kadang – kadang menghasilkan perkerasan batuan. Pengujian Pedologik
dihasilkan dari pewarnaan ulang pada tanah (latosol).
Kejadian menekuk terjadi di seperempat bagian dari Bukit Barisan. Keretakan
terbuka dari arah Barat Laut sampai Tenggara melintasi Danau Ranau mengikuti
puncak bukit. Pergerakan lateral membagi Pulau Sumatera menjadi dua bagian.
Aktivitas Vulkanik menghasilkan momentum melalui kuaterner dan mencapai
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 7
puncaknya dengan ledakan kawah Ranau dan pembentukan breksi, aliran lava dan
abu tufa. Abu Vulkanik juga menutupi dataran Peneplain dimana material menutupi
perkerasan erosi yang dapat diamati secara cepat disepanjang jalan Trans-
Sumatera antara Muararupit dan Surulangun-Rawas.
Tatanan Tektonik (Tectonic Setting)
Berdasarkan tatanan tektoniknya (Tectonic Setting), wilayah Provinsi Sumatera
Selatan menempati cekungan belakang busur Paleogen (Paleogene Back-Arc
Basin) yang dikenal sebagai Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatera Basin)
di bagian timur, dan mendala busur vulkanik (volcanic arc) yang membentang
secara regional di sepanjang Bukit Barisan bagian barat. Kedua mendala tektonik
ini terbentuk akibat adanya interaksi menyerong (oblique) antara Lempeng
Samudera Hindia di barat daya dan Lempeng Benua Eurasia di timur laut pada
tersier (Malod, 1995. Hall, 1997 dan 2002). Pertemuan kedua lempeng bumi
tersebut terletak di sepanjang Parit Sunda (Sunda Trench) yang berada di lepas
Pantai Barat Sumatera, dimana lempeng samudera menyusup dengan penunjaman
miring -300(Fith, 1970) dibawah kontinen yang dikenal sebagai Paparan Sunda atau
Sundaland(de Coster, 1974).
Jenis struktur yang umum dijumpai dicekungan Sumatera Selatan terdiri dari
lipatan, sesar dan kekar. Struktur lipatan memperlihatkan orientasi barat laut-
tenggara, melibatkan sikuen batuan berumur Oligosen-Plistosen (Gafoer dkk,
1986). Sedangkan sesar yang ada merupakan sesar normal dan sesar naik. Sesar
normal dengan pola kelurusan barat laut-tenggara tampak berkembang pada
runtutan batuan berumur Oligosen-Moisen, sedangkan struktur dengan arah umum
timur laut-barat daya, utara-selatan, dan barat-timur terdapat pada sikuen batuan
berumur Plio-Plistosen. Sesar naik biasanya berarah barat laut-tenggara, timur laut-
barat daya dan barat-timur, dijumpai pada batuan berumur Plio-Plistosen dan
kemungkinan merupakan hasil peremajaan (reactivation) struktur tua yang berupa
sesar tarikan (extensional faults).
Struktur rekahan yang berkembang memperlihatkan arah umum timur laut-barat
daya, relatif tegak lurus dengan strike struktur regional atau sejajar dengan arah
pergerakan tektonik (tectonic motion) di Sumatera. Pembentukan struktur lipatan,
sesar dan kekar di cekungan Sumatera Selatan memberikan implikasi yang
signifikan terhadap akumulasi sumber daya minyak bumi, gas alam, batubara dan
panas bumi. Kumpulan struktur lipatan yang membentuk antiklinorium telah banyak
dijumpai berperan sebagai perangkap hidrokarbon. Selain struktur geologi, jenis
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 8
litologi penyusun stratigrafi cekungan Sumatera Selatan telah pula mengontrol
penyebaran sumberdaya energi fosil non fosil di wilayah ini.
Batuan yang mendasari (Basement) Cekungan Sumatera Selatan merupakan
kompleks batuan berumur pra-tersier, yang terdiri dari batu gamping, andesit,
granodiorit, pilit, kuarsit dan granit.
a. Formasi Lahat terdiri dari endapan tufa, aglomerat, breksi tufan, andesit, serpih,
batu lanau, batu pasir dan batubara.
b. Formasi Talang Akar terdiri dari batu pasir berukuran butir kasar-sangat kasar,
serpih, batu lanau dan batubara.
c. Formasi Baturaja terdiri dari batu gamping terumbu, serpih gampingan dan napal
atau batu lempung gampingan.
d. Formasi Baturaja terdiri dari serpih gampingan dan serpih lempungan.
e. Formasi Air Benakat dengan penyusun utama batu pasir.
f. Formasi Muara Enim terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan
batubara.
g. Formasi Kasai terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa.
Gambar 2.3 Peta Geologi Provinsi Sumatera Selatan
2.1.5 Penutupan Lahan
Pola penggunaan lahan eksisting di Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh
pertanian lahan kering yaitu 3.509.121,849 Ha (38,236%) yang tersebar hampir di
setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 9
Gambar 2.4 Persentase Tutupan lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber : Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
Jenis penggunaan lahan semak belukar merupakan jenis penggunaan yang cukup
luas di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 1.696.092 Ha (18,48%). Hal ini
menunjukkan masih cukup luasnya lahan non produktif yang masih dapat
ditingkatkan produktifitasnya menjadi kegiatan budidaya produktif. Berdasarkan
hasil analisis kesesuaian lahan, lahan semak belukar ini memiliki kesesuaian untuk
dikembangkan sebagai kawasan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan
pertanian tanaman tahunan.
Gambar 2.5 Peta Tutupan lahan Eksisting tahun 2010 Provinsi Sumatera Selatan
(Sumber: Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 10
2.1.6 Penduduk
Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2004 hingga tahun 2010
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 tercatat bahwa jumlah penduduk di
Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 7.446.401 jiwa, dimana jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebanyak
7.019.984 jiwa, dan 6.628.416jiwa pada tahun 2004.
Tabel II.1. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2004-2010
No Kabupaten/
Kota
Jumlah Penduduk (%)
2010 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010**
1 OKU 1.112.854 255.246 259.292 262.383 264.743 332.945 323.420 4,34
2 OKI 1.000.152 656.828 672.192 685.296 696.505 654.813 726.659 9,76
3 Muara Enim 621.876 632.222 649.691 656.318 660.906 754.708 717.717 9,64
4 Lahat 541.895 545.754 550.478 553.093 340.555 410.645 370.146 4,97
5 Musi Rawas 465.682 474.430 484.281 492.437 498.592 642.745 524.919 7,05
6 Musi Banyuasin 455.739 469.175 484.245 497.864 510.387 623.588 562.584 7,56
7 Banyuasin 712.813 733.828 757.398 778.627 798.360 748.161 749.107 10,06
8 OKU Timur *** 556.010 557.843 571.577 329.071 683.776 609.715 8,19
9 OKU Selatan *** 317.277 322.307 326.162 576.699 442.304 318.345 4,28
10 Ogan Ilir *** 356.983 365.333 372.431 378.570 416.803 380.861 5,11
11 Empat Lawang *** *** *** *** 213.559 247.350 220.694 2,96
12 Palembang 1.304.211 1.338.793 1.369.239 1.394.954 1.417.047 1.756.198 1.452.840 19,51
13 Pagar Alam 113.752 114.562 121.352 122.440 123.848 132.253 126.363 1,70
14 Lubuk Linggau 171.235 174.452 178.074 181.068 183.580 230.647 201.217 2,70
15 Prabumulih 128.207 130.340 132.752 134.686 136.253 189.531 161.814 2,17
Total 6.628.416 6.755.900 6.899.892 7.019.984 7.121.790 8.266.467 7.446.401 100,00
Jumlah penduduk terbesar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 terdapat
di Kota Palembang yaitu 1.452.840 jiwa atau sekitar 19,51% dari total jumlah
penduduk di Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan penduduk terkecil terdapat di
Kota Pagar Alam yaitu 126.363 jiwa atau 1,70 % dari total jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Selatan.
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan terjadi pada
periode tahun 2008-2010 yaitu sebesar 2,13%, sedangkan pertumbuhan penduduk
terkecil terjadi pada periode tahun 2007-2008 yaitu sebesar 1,45%.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 11
Gambar 2.6 Peta Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010)
Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 adalah 78
jiwa/km2. Kabupaten/kota dengan kepadatan penduduk>100 jiwa/km2 meliputi
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Kota Palembang, Pagar Alam,
Lubuk Linggau dan Prabumulih. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kota
Palembang yaitu sekitar 3.627 jiwa/km2.Hal ini disebabkan karena Kota Palembang
merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan yang berfungsi melayani seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.
Gambar 2.7 Peta Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 12
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk di Provinsi Sumatera Selatan, jumlah
penduduk tahun 2015 diprediksikan sebanyak 7.769.471 jiwa, pada tahun 2020
sebanyak 8.573.776 jiwa, dan pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2030
sebanyak 10.182.386 jiwa. Dimana jumlah penduduk terbanyak masih sama
dengan tahun 2005-2010, yaitu Kota Palembang. Hal ini disebabkan Kota
Palembang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan merupakan Ibukota
Provinsi Sumatera Selatan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Tabel II.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2030
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Proyeksi dan Eksisting (Jiwa)
2005 2010 2015 2020 2025 2030
1 OKU 255.246 323.420 334.443 354.218 388.929 423.595
2 OKI 656.828 726.659 757.916 823.344 889.253 955.509
3 Muara Enim 632.222 717.717 751.314 829.351 907.379 985.400
4 Lahat 545.754 370.146 431.379 489.012 546.165 602.974
5 Musi Rawas 474.430 524.919 547.172 595.559 644.251 693.163
6 Musi Banyuasin 469.175 562.584 624.888 720.000 813.988 907.168
7 Banyuasin 733.828 749.107 782.220 816.213 851.940 888.917
8 OKU Timur 556.010 609.715 630.026 682.457 735.361 788.604
9 OKU Selatan 317.277 318.345 336.804 357.733 379.176 400.990
10 Ogan Ilir 356.983 380.861 391.242 414.702 438.791 463.333
11 Empat Lawang ** 220.694 231.852 242.847 254.322 266.144
12 Palembang 1.338.793 1.452.840 1.545.839 1.663.814 1.879.267 2.092.904
13 Pagar Alam 114.562 126.363 130.381 142.298 154.274 166.291
14 Lubuk Linggau 174.452 201.217 213.440 238.432 263.316 288.124
15 Prabumulih 130.340 161.814 175.557 203.798 231.668 259.270
Total 6.755.900 7.446.401 7.884.473 8.573.776 9.378.081 10.182.386
Sumber : Dokumen RTRW.
Apabila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk pada tahun 2015, 2020, 2025 dan
2030, kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan.
Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010 sekitar 81 jiwa/km2,
pada tahun 2020 sekitar 93 jiwa/km2, dan pada tahun 2030 sekitar 111 jiwa/km2.
Tabel II.3. Proyeksi Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2030
No Kabupaten/Kota Tahun (Jiwa/Km
2)
2015 2020 2025 2030
1 OKU 67 74 81 88
2 OKI 41 45 48 52
3 Muara Enim 81 90 98 107
4 Lahat 81 92 103 114
5 Musi Rawas 44 48 52 56
6 Musi Banyuasin 44 50 57 64
7 Banyuasin 66 69 72 75
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 13
No Kabupaten/Kota Tahun (Jiwa/Km
2)
2015 2020 2025 2030
8 OKU Timur 187 203 218 234
9 OKU Selatan 61 65 69 73
10 Ogan Ilir 147 156 165 174
11 Empat Lawang 103 108 113 118
12 Palembang 3609 4153 4691 5224
13 Pagar Alam 206 225 243 262
14 Lubuk Linggau 532 594 656 718
15 Prabumulih 404 469 533 597
Total 85 93 102 111
Sumber : Dokumen RTRW, 2010.
2.1.7 Potensi Sumber Daya Alam
A. Kawasan Gambut
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki kawasan bergambut seluas 1,42
juta ha atau 15,46 % dari luas wilayah. Dengan luasan seperti ini menjadikan
Provinsi Sumatera Selatan sebagai provinsi terluas kedua di Pulau Sumatera
(setelah Provinsi Riau) yang memiliki kawasan gambut. Dilihat dari
ketebalannya, kawasan gambut di Provinsi Sumatera Selatan memiliki
ketebalan yang bervariasi antara 50 - 400 cm atau termasuk kategori dangkal
hingga dalam. Namun demikian 96,8 % termasuk gambut dangkal hingga
sedang, sisanya 3,2 % atau 45.009 ha merupakan gambut dalam yang
sebarannya terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin,
Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berdasarkan
Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, bahwa gambut
yang termasuk dalam kategori kawasan lindung apabila mempunyai ketebalan
lebih dari 3 m
.
Gambar 2.8 Peta Sebaran Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan
(Sumber: Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 14
B. Hutan
Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya hutan yaitu seluas
3.829.522,435 ha atau sekitar 41,73 % dari luas Provinsi Sumatera Selatan.
Namun pada saat ini dengan potensi sumberdaya hutan yang dimiliki Provinsi
Sumatera Selatan yang tidak dibarengi dengan kontrol dari pengelolaan
kawasan hutan mengakibatkan sering terjadinya penebangan kayu liar dan
perambahan hutan. Selain itu Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang rentan terhadap bencana kebakaran hutan, baik
yang disebabkan oleh manusia/masyarakat maupun yang disebabkan oleh
musim kemarau. Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di Provinsi
Sumatera Selatan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di dalam Provinsi
Sumatera Selatan saja, tapi dirasakan oleh masyarakat yang berada di wilayah
provinsi yang berdekatan, bahkan hingga menimbulkan dampak internasional
hingga ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Gambar 2.9 Peta Sebaran Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan (Sumber:
Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
C. Sumberdaya Air
Sumberdaya air di Provinsi Sumatera Selatan dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu sumberdaya air permukaan dan sumberdaya air tanah.
1. Air permukaan
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah kaya sumberdaya
air, karena dialiri oleh banyak sungai. Beberapa sungai yang relatif besar
adalah Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering dan Sungai Lematang.
Persediaan air di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada dasarnya sangat
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 15
tergantung dari sungai-sungai utama, yakni Sungai Musi dan anak-anak
sungainya. Ketergantungan masyarakat yang tinggal di sepanjang pinggiran
sungai terhadap keberadaan sungai tersebut masih sangat besar terutama
dalam memenuhi kebutuhan air untuk aktivitas sehari-hari. Sehingga masih
banyak penduduk yang memanfaatkan air sungai sebagai sumber air
bersih. Mereka mengambil air dari sungai kemudian diendapkan atau
ditambahkan kaporit, kemudian langsung digunakan sebagai air untuk
dimasak atau pada saat musim hujan mereka menampung air hujan untuk
dijadikan air minum. Kebiasaan ini sudah terjadi secara turun menurun sejak
dahulu. Hanya saja dulu air sungai masih belum terlalu tercemar. Saat ini
penggunaan air sungai tanpa pengolahan khusus akan sangat berbahaya
bagi kesehatan, karena pencemaran sungai sudah sangat tinggi.
2. Air tanah
Komponen utama pembentuk air tanah adalah air hujan yang sebagian
meresap ke dalam tanah di daerah imbuh (recharge area) dan sebagian
tersimpan di dalam akuifer serta sebagian lagi keluar secara alamiah di
daerah luah (discharge area). Berdasarkan tempatnya air tanah tidak
terlepas dari litologi dan morfologinya. Melihat persebaran keberadaan air
tanah di Provinsi Sumatera Selatan dapat dibedakan menjadi : wilayah air
tanah dataran, wilayah air tanah perbukitan dan wilayah air tanah kaki
gunung api (Robert, H. 1996). Namun, secara umum data potensi air tanah
di wilayah Provinsi Sumatera Selatan belum banyak dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Geologi Tata
Lingkungan, diketahui bahwa cekungan air tanah yang terdapat di Provinsi
Sumatera Selatan sebanyak 9 (sembilan) lokasi, yaitu :
- Dua cekungan di dalam provinsi
a) CAT Karangagung (Kab. Musi Banyuasin dan Kab. Ogan Komering
Ilir);
b) CAT Palembang-Kayuagung (Kab. Musi Banyuasin, Kab. Ogan
Komering Ilir, dan Kota Palembang dan Prabumulih).
- Tujuh cekungan lintas batas provinsi
a) CAT Jambi-Dumai (Prov. Sumsel, Prov. Jambi, dan Prov. Riau);
b) CAT Bangko-Sarolangun (Prov. Sumsel dan Prov. Jambi);
c) CAT Sugiwaras (Prov. Sumsel dan Prov. Jambi);
d) CAT Lubuk Linggau-Muara Enim (Prov. Sumsel, Prov. Bengkulu, dan
Prov. Lampung);
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 16
e) CAT Muaraduo-Curup (Prov. Sumsel dan Prov. Bengkulu).
f) CAT Baturaja (Prov. Sumsel dan Prov. Lampung).
g) CAT Ranau (Prov. Sumsel dan Prov. Lampung).
Gambar 2.10 Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Sumatera Selatan (Sumber:
Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
D. Mineral dan Energi
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai potensi sumberdaya energi yang
sangat melimpah, baik sumberdaya energi fosil maupun nonfosil. Jenis
sumberdaya energi fosil seperti batubara, minyak, dan gas bumi merupakan
cadangan yang patut diperhitungkan secara nasional karena potensinya yang
cukup besar. Demikian juga dengan potensi sumberdaya non fosil yang bersifat
terbarukan seperti panas bumi, biomasa, dan mini/mikro-hidro, terdapat dalam
jumlah yang signifikan. Potensi sumberdaya energi terbarukan ini apabila
dikembangkan secara optimal akan memberikan alternatif untuk menggantikan
penggunaan energi fosil.
1. Minyak Bumi
Potensi cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan hingga saat ini
tersebar di Kabupaten Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Banyuasin,
Musi Rawas, Ogan Komering Ulu, Ogan Ilir dan Kota Prabumulih. Cadangan
minyak di 8 (delapan) daerah tersebut diperkirakan sebesar 757,6 MMSTB
atau sekitar 8,78 % dari total cadangan minyak bumi nasional. Berdasarkan
statusnya cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan dengan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 17
status terbukti sebesar 448,2 MMSTB atau 10,7 % dari total cadangan
terbukti minyak bumi nasional.
Berdasarkan besarnya lifting yang terdapat di setiap derah penghasil, maka
terdapat beberapa sentra akumulasi besar dari minyak bumi di Provinsi
Sumatera Selatan, mulai dari yang terbesar sampai terkecil berturut-turut
adalah Kabupaten Musi Banyuasin (48,50%), Kabupaten Muara Enim
(24,04%), Kabupaten Musi Rawas (10,85%) dan Kabupaten Ogan Komering
Ulu (5,69%). Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi di 4 (empat)
kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai area prospek ekonomi
tinggi.
2. Gas Bumi
Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 24.179.980
BSCF. Bila dibandingkan dengan cadangan gas bumi nasional yaitu
185.797.870 BSCF, maka rasio potensi gas bumi Provinsi Sumatera Selatan
terhadap cadangan gas bumi nasional adalah 13,01%. Ada 2 (dua) sentra
akumulasi besar dari gas alam di Provinsi Sumatera Selatan apabila dilihat
berdasarkan lifting gas buminya, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin (48,41%)
dan Kabupaten Musi Rawas (39,21%). Wilayah kerja pertambangan gas
bumi di kedua kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai area prospek
ekonomi tinggi.
3. Batubara
Potensi batubara di Provinsi Sumatera Selatan cukup besar, yaitu 22.240,4
juta ton atau sekitar 38,5 % dari total cadangan sumberdaya batubara
nasional yaitu 57.847,7 juta ton. Sedangkan potensi cadangan yang siap
tambang di Provinsi Sumatera Selatan adalah sekitar 2.653,9 juta ton atau
sekitar 38 % dari cadangan siap tambang nasional yaitu 6.981,6 juta ton.
Cadangan batubara di Provinsi Sumatera Selatan tersebar di 6 (enam)
kabupaten. Cadangan batubara di Provinsi Sumatera Selatan dengan status
terukur sebesar 19.843,68 juta ton, cadangan batubara dengan status
terunjuk sebesar 2.071,79 juta ton dan cadangan batubara dengan status
terekam sebesar 325 juta ton. Pengusahaan batubara di Provinsi Sumatera
Selatan terlihat sangat prospektif untuk masa-masa yang akan datang. Hal
ini dapat dilihat dari penjualan batubara yang memperlihatkan
kecenderungan naik dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Kenaikan
penjualan batubara terlihat signifikan seiring dengan peningkatan kebutuhan
batubara, terutama untuk PLTU. Selain dipergunakan untuk PLTU, batubara
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 18
dimanfaatkan juga untuk memenuhi kebutuhan pabrik semen dan industri
lain (baja, smelter dan lain-lain).Pada tahun 2009 penjual batubara
mencapai 12.561.564 ton yang terdiri dari 7.547.714 ton dijual di dalam
negeri dan 4.416.311 ton dijual ke luar negeri.
4. Gas Metana(Coal Bed Methane/CBM)
Gas metana adalah gas yang terdapat didalam lapisan batubara. Pada
umumnya gas metana berasosiasi dengan gas CO2, N2 dan air. Wilayah
Provinsi Sumatera Selatan memiliki daerah prospektif seluas 20.000 km2
atau 27,03 % dari luas daerah prospektif di Indonesia. Sedangkan potensi
sumberdaya gas metana di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 120 TCF.
Gas metana dapat digunakan untuk keperluan gas domestik, pembangkit
listrik dan bahan baku untuk industri kimia. Peralatan dan infrastruktur yang
diperlukan dalam pemanfaatan gas metana adalah sama dengan yang
dipergunakan untuk gas bumi, sehingga di masa mendatang apabila gas
CBM telah diproduksi, maka dapat langsung disalurkan pada jaringan
pemipaan gas bumi yang telah tersedia.
5. Panas Bumi (Geothermal)
Panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Energi
tersebut berasal dari magma yang mendidihkan air yang ada di dalam tanah,
kemudian uap air yang ada dapat diubah menjadi tenaga listrik. Energi ini
tidak menimbulkan limbah seperti minyak bumi dan batubara. Potensi panas
bumi di Provinsi Sumatera Selatan berada di 3 (tiga) kabupaten yaitu
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Muara Enim dan Lahat. Potensi
panas bumi terbesar dan telah dikembangkan di Provinsi Sumatera Selatan
terdapat di Bukit Lumut Balai Kabupaten Muara Enim (835 MWe).
Berdasarkan manifestasi panas bumi di permukaan, lapangan Marga Bayur
dan Rantau Dedap mempunyai prospek untuk dikembangkan seperti
lapangan Lumut Balai. Akan tetapi, aksesibilitas menuju ke lokasi belum
memadai. Pengembangan lapangan-lapangan tersebut memerlukan
dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan infrastruktur dan
kebijakan pemanfaatan energi terbarukan. Pemanfaatan energi panas bumi
sebagai salah satu sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan
tentunya akan mendukung program Lumbung Energi Nasional bagi
Sumatera Selatan, dan sekaligus mendukung pengembangan energi mix
nasional.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 19
6. Energi Air
Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya air yang sangat potensial
untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, namun hingga saat ini
pemanfaatan potensi energi air untuk pembangkit listrik di Provinsi Sumatera
Selatan belum dikembangkan secara optimal. Hal ini merupakan peluang
yang besar untuk diversifikasi energi.
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat potensi sumberdaya air untuk
Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) yang tersebar di 5 (lima)
kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Lahat, Musi Rawas, OKU Selatan, Muara
Enim dan Kota Pagar Alam. Total daya yang dapat dihasilkan dari
sumberdaya air yang terdapat di 5 (lima) kabupaten/kota tersebut sekitar
8.506,08 KW. Namun hingga saat ini potensi sumberdaya air yang ada
tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan energi listrik di
Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini dapat dilihat dari daya terpasang pada
Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) yang baru mencapai 310 KW atau
3,64 % dari potensi total daya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.
Selain potensi sumberdaya air untuk PLTMH, di Provinsi Sumatera Selatan
juga memiliki sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terdapat di Sungai Lematang (83,2 MW),
Sungai Enim (47 MW) dan Danau Ranau (34 MW).
Dilihat dari potensi dan pemanfaatannya maka terdapat daerah yang belum
memanfaatkan potensi sumberdaya air yang dimiliki, yaitu Kabupaten Musi
Rawas yang memiliki potensi daya terbesar untuk PLTMH dan Kota Pagar
Alam.
Gambar 2.11 Peta Sebaran Kawasan Pertambangan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 20
2.1.8 Potensi Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan
masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan
pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Dengan perkataan lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar
pendapatan masyarakat meningkat secara mantap dan dengan tingkat pemerataan
yang sebaik mungkin.
A. Struktur dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Struktur ekonomi wilayah Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dari besaran
distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB sektoral
menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap
PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin
besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi wilayah.
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan kontribusi
terbesar dalam PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Namun perkembangan
kontribusi sektor ini cenderung menurun selama periode tahun 2003-2008.
Besarnya pendapatan dari sektor pertambangan didukung oleh pendapatan dari
sub sektor minyak dan gas bumi yaitu sebesar 19,26% dari total PDRB Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008. Selanjutnya, sektor kedua yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor
pertanian (19,92%). Besarnya pendapatan dari sektor ini didukung oleh
pendapatan dari sub sektor tanaman perkebunan yaitu sebesar 9,34% dan sub
sektor bahan makanan sebesar 4,77% dari total PDRB Provinsi Sumatera
Selatan. Kemudian diikuti oleh sektor industri dan pengolahan sebesar 17,45%
pada tahun 2008.
Struktur ekonomi wilayah Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh tiga sektor
berturut-turut, yakni sektor pertambangan, pertanian, dan industri. Di samping
itu, terdapat pengelompokan tiga kegiatan ekonomi sektoral yang terdiri dari
kegiatan ekonomi primer (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan, dan pertambangan), sekunder (industri baik migas dan
non-migas, listrik, gas, dan air, serta bangunan), dan tersier (Perdagangan,
Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; serta Jasa-jasa). Besarnya kontribusi masing-masing kegiatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 21
ekonomi pada tahun 2008 adalah kegiatan ekonomi primer 43,36%, ekonomi
sekunder 25,53%, dan ekonomi tersier 31,10%. Dari angka tersebut di atas,
maka Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh kelompok kegiatan sektor
primer, yaitu pertanian dan pertambangan. Dominasi tersebut terjadi sejak
tahun 2003 hingga tahun 2008.
Tabel II.4. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun
2003-2008
No Lapangan Usaha Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PERTANIAN 11.111.295 12.495.630 14.358.881 17.300.120 20.080.335 22.965.527
a.Tanaman Bahan Makanan 2.687.544 2.925.392 3.417.772 4.299.814 5.113.040 5.777.636
b.Tanaman Perkebunan 4.882.162 5.544.702 6.464.934 7.452.310 8.504.813 9.560.085
c.Peternakan 869.214 975.112 1.054.465 1.251.997 1.543.626 1.928.279
d.Kehutanan 901.976 997.983 1.149.021 1.563.352 1.868.394 2.258.354
e.Perikanan 1.770.399 2.052.441 2.272.689 2.732.647 3.050.462 3.441.173
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13.221.726 16.051.383 23.247.361 25.060.662 27.412.484 34.007.690
a.Minyak dan Gas Bumi 10.866.322 13.398.664 20.230.806 21.532.737 23.375.542 29.351.296
b.Pertambangan Tanpa Migas 1.592.349 1.798.463 2.056.366 2.359.360 2.613.043 2.906.621
Penggalian 763.055 854.256 960.189 1.168.565 1.423.899 1.749.773
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 12.450.539 13.711.349 17.867.383 22.286.619 25.305.859 30.755.546
a.Industri Migas 4.958.738 5.449.945 8.574.029 10.895.958 11.614.895 15.212.769
b.Indutri Tanpa Migas 7.491.801 8.261.404 9.293.354 11.390.661 13.690.964 15.542.777
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 3.547.557 3.976.623 4.425.410 5.361.688 6.474.759 7.287.132
2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 63.830 70.544 77.069 88.568 103.886 115.265
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 990.988 1.026.772 1.025.440 1.171.592 1.359.906 1.507.564
4. Kertas dan Barang Cetakan 6.524 7.184 8.104 9.765 11.610 13.807
5. Pupuk. Kimia & Brg. dari Karet 2.563.893 2.831.292 3.361.787 4.295.724 5.204.285 5.992.505
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 164.239 181.460 208.679 256.233 300.519 364.550
7. Logam Dasar Besi & Baja 62.226 66.858 74.273 78.079 87.251 96.283
8. Alat Angk.. Mesin & Peralatannya 92.544 100.671 112.592 129.012 148.748 165.671
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 380.447 425.332 469.827 528.033 592.068 647.510
a.Listrik 325.540 362.129 398.054 443.832 494.578 531.901
b.Gas 4.912 8.476 11.361 16.048 21.958 29.609
c.Air Bersih 49.995 54.727 60.412 68.153 75.532 86.000
5 BANGUNAN 3.762.967 4.300.361 5.079.274 5.810.671 6.742.083 8.027.137
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.605.709 7.622.541 9.051.350 10.941.014 12.919.872 15.965.866
a.Perdagangan Besar & Eceran 6.071.697 7.022.768 8.336.020 10.066.454 11.833.200 14.577.765
b.Hotel 45.708 51.115 58.861 71.436 90.713 119.682
c.Restoran 488.304 548.658 656.469 803.124 995.959 1.268.419
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2.120.056 2.479.595 3.131.687 3.891.921 4.556.115 5.499.983
a.Pengangkutan 1.647.254 1.823.229 2.278.342 2.856.137 3.176.356 3.845.110
1. Angkutan Rel 124.544 134.201 135.271 142.504 142.305 149.708
2. Angkutan Jalan Raya 939.475 1.034.368 1.376.322 1.822.397 2.019.092 2.500.059
3. Angkutan Laut 241.745 254.694 289.080 325.952 365.463 415.107
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr 59.535 64.367 76.752 88.726 98.396 115.383
5. Angkutan Udara 105.269 137.423 169.867 206.677 248.502 319.620
6. Jasa Penunjang Angkutan 176.686 198.176 231.050 269.881 302.598 345.233
b.Komunikasi 472.802 656.366 853.345 1.035.784 1.379.759 1.654.873
1. Pos dan Telekomunikasi 463.624 645.457 841.386 1.023.056 1.365.881 1.641.055
2. Jasa Penunjang Komunikasi 9.178 10.909 11.959 12.728 13.878 13.818
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 1.980.596 2.261.167 2.653.394 3.162.870 3.750.156 4.492.248
a. Bank 119.449 148.153 175.837 198.685 221.251 235.889
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 30.624 33.813 39.328 48.838 55.622 61.177
c. Jasa Penunjang Keuangan 353 393 438 518 581 623
d. Sewa Bangunan 1.641.969 1.876.357 2.213.883 2.657.020 3.184.092 3.863.763
e. Jasa Perusahaan 188.201 202.451 223.908 257.809 288.610 330.796
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 22
No Lapangan Usaha Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
9 JASA-JASA 4.305.340 4.972.017 5.672.353 6.946.853 8.536.735 10.997.375
a. Pemerintahan Umum 2.722.395 3.261.621 3.809.152 4.862.807 6.138.385 8.198.517
b. Swasta 1.582.945 1.710.396 1.863.201 2.084.046 2.398.350 2.798.858
1. Sosial Kemasyarakatan 671.542 746.235 829.171 940.362 1.098.732 1.309.626
2. Hiburan & Rekreasi 16.758 17.836 19.940 22.493 25.095 28.222
3. Perorangan & Rumahtangga 894.645 946.325 1.014.090 1.121.191 1.274.523 1.461.010
TOTAL 55.938.675 64.319.375 81.531.510 95.928.763 109.895.707 133.358.882
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Tabel II.5. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun
2003-2008
No Lapangan usaha Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PERTANIAN 8.725.687 9.261.544 9.805.678 10.437.334 11.113.699 11.567.788
a.Tanaman Bahan Makanan 2.050.621 2.220.002 2.323.232 2.446.207 2.632.452 2.770.461
b.Tanaman Perkebunan 3.876.578 4.118.864 4.441.783 4.830.883 5.183.054 5.422.696
c.Peternakan 662.363 696.608 726.980 769.461 816.210 858.351
d.Kehutanan 836.940 874.268 907.403 931.358 934.675 921.978
e.Perikanan 1.299.185 1.351.802 1.406.280 1.459.425 1.547.308 1.594.302
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13.220.709 13.274.424 13.330.108 13.377.903 13.411.653 13.616.652
a.Minyak dan Gas Bumi 11.234.705 11.194.260 11.164.036 11.123.845 11.068.208 11.188.175
b.Pertambangan Tanpa Migas 1.407.290 1.466.959 1.514.787 1.556.141 1.590.532 1.638.414
Penggalian 578.714 613.205 651.285 697.917 752.913 790.063
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 7.942.045 8.408.110 8.807.199 9.273.621 9.801.805 10.136.764
a.Industri Migas 2.201.971 2.181.052 2.151.826 2.119.979 2.087.757 2.114.175
b.Indutri Tanpa Migas 5.740.074 6.227.058 6.655.373 7.153.642 7.714.048 8.022.589
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 2.705.126 2.959.678 3.214.506 3.509.276 3.844.151 4.042.828
2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 62.054 65.653 69.500 73.899 78.850 82.317
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 808.718 811.549 805.443 797.711 789.638 779.221
4. Kertas dan Barang Cetakan 5.688 5.941 6.269 6.664 7.149 7.589
5. Pupuk. Kimia & Brg. dari Karet 1.917.378 2.129.111 2.291.136 2.483.362 2.696.683 2.797.854
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 112.756 121.304 130.475 140.743 151.383 161.938
7. Logam Dasar Besi & Baja 41.635 42.776 44.029 45.302 46.444 47.302
8. Alat Angk.. Mesin & Peralatannya 86.719 91.046 94.015 96.685 99.750 103.540
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 205.662 216.931 231.369 248.673 267.073 281.069
a.Listrik 165.366 173.783 185.426 200.056 214.667 223.643
b.Gas 4.600 6.139 7.308 7.969 8.665 9.522
c.Air Bersih 35.696 37.009 38.635 40.648 43.741 47.904
5 BANGUNAN 3.069.555 3.332.309 3.585.898 3.845.876 4.157.657 4.412.936
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5.618.867 5.967.998 6.429.518 6.939.621 7.567.159 8.101.478
a.Perdagangan Besar & Eceran 5.157.180 5.469.969 5.899.908 6.373.082 6.930.089 7.364.230
b.Hotel 40.231 42.646 45.738 49.425 56.227 66.058
c.Restoran 421.456 455.383 483.872 517.114 580.843 671.190
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.612.040 1.797.325 2.005.038 2.216.756 2.534.185 2.886.983
a.Pengangkutan 1.219.197 1.315.074 1.401.592 1.492.152 1.596.752 1.703.748
1. Angkutan Rel 74.658 77.704 76.228 79.101 77.931 79.153
2. Angkutan Jalan Raya 679.488 715.025 757.525 803.170 853.689 904.293
3. Angkutan Laut 165.579 174.735 190.274 203.822 219.781 236.308
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr 47.325 49.165 51.211 53.531 56.079 58.537
5. Angkutan Udara 106.804 139.497 156.502 173.436 197.214 218.429
6. Jasa Penunjang Angkutan 145.343 158.948 169.852 179.092 192.058 207.028
b.Komunikasi 392.843 482.251 603.446 724.604 937.433 1.183.235
1. Pos dan Telekomunikasi 385.412 474.287 594.994 715.659 927.887 1.173.126
2. Jasa Penunjang Komunikasi 7.431 7.964 8.452 8.945 9.546 10.109
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 1.617.057 1.732.202 1.859.817 2.013.374 2.197.304 2.386.939
a. Bank 102.910 127.371 141.781 150.032 163.220 171.026
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 22.887 23.784 24.535 25.906 27.934 30.045
c. Jasa Penunjang Keuangan 263 266 274 288 307 322
d. Sewa Bangunan 1.316.302 1.397.386 1.500.328 1.631.457 1.783.450 1.945.459
e. Jasa Perusahaan 174.695 183.395 192.899 205.691 222.393 240.087
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 23
No Lapangan usaha Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
9 JASA-JASA 3.235.779 3.353.552 3.578.911 3.861.690 4.211.579 4.689.418
a. Pemerintahan Umum 1.908.892 1.947.437 2.077.473 2.249.280 2.461.461 2.729.434
b. Swasta 1.326.887 1.406.115 1.501.438 1.612.410 1.750.118 1.959.984
1. Sosial Kemasyarakatan 541.284 577.821 623.296 675.341 734.231 832.536
2. Hiburan & Rekreasi 15.303 15.781 16.553 17.409 18.424 19.814
3. Perorangan & Rumahtangga 770.300 812.513 861.589 919.660 997.463 1.107.634
TOTAL 45.247.401 47.344.395 49.633.536 52.214.848 55.262.114 58.080.027
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Tabel II.6. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
NO LAPANGAN USAHA
TAHUN Rata-Rata
2003- 2004
2004- 2005
2005- 2006
2006- 2007
2007- 2008
1 PERTANIAN 6,14 5,88 6,44 6,48 4,09 5,80
a. Tanaman Bahan Makanan 8,26 4,65 5,29 7,61 5,24 6,21
a. Tanaman Perkebunan 6,25 7,84 8,76 7,29 4,62 6,95
b.Peternakan 5,17 4,36 5,84 6,08 5,16 5,32
c. Kehutanan 4,46 3,79 2,64 0,36 -1,36 1,98
d.Perikanan 4,05 4,03 3,78 6,02 3,04 4,18
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,41 0,42 0,36 0,25 1,53 0,59
a.Minyak dan Gas Bumi -0,36 -0,27 -0,36 -0,50 1,08 -0,08
b.Pertambangan Tanpa Migas 4,24 3,26 2,73 2,21 3,01 3,09
c.Penggalian 5,96 6,21 7,16 7,88 4,93 6,43
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,87 4,75 5,30 5,70 3,42 5,00
a.Industri Migas -0,95 -1,34 -1,48 -1,52 1,27 -0,80
b.Indutri Tanpa Migas 8,48 6,88 7,49 7,83 4,00 6,94
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 9,41 8,61 9,17 9,54 5,17 8,38
2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 5,80 5,86 6,33 6,70 4,40 5,82
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,35 -0,75 -0,96 -1,01 -1,32 -0,74
4. Kertas dan Barang Cetakan 4,45 5,52 6,30 7,28 6,15 5,94
5. Pupuk. Kimia & Brg. dari Karet 11,04 7,61 8,39 8,59 3,75 7,88
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7,58 7,56 7,87 7,56 6,97 7,51
7. Logam Dasar Besi & Baja 2,74 2,93 2,89 2,52 1,85 2,59
8. Alat Angk.. Mesin & Peralatannya 4,99 3,26 2,84 3,17 3,80 3,61
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5,48 6,66 7,48 7,40 5,24 6,45
a.Listrik 5,09 6,70 7,89 7,30 4,18 6,23
b.Gas 33,46 19,04 9,04 8,73 9,89 16,03
c.Air Bersih 3,68 4,39 5,21 7,61 9,52 6,08
5 BANGUNAN 8,56 7,61 7,25 8,11 6,14 7,53
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6,21 7,73 7,93 9,04 7,06 7,60
a.Perdagangan Besar & Eceran 6,07 7,86 8,02 8,74 6,26 7,39
b.Hotel 6,00 7,25 8,06 13,76 17,48 10,51
c.Restoran 8,05 6,26 6,87 12,32 15,55 9,81
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11,49 11,56 10,56 14,32 13,92 12,37
a.Pengangkutan 7,86 6,58 6,46 7,01 6,70 6,92
1. Angkutan Rel 4,08 -1,90 3,77 -1,48 1,57 1,21
2. Angkutan Jalan Raya 5,23 5,94 6,03 6,29 5,93 5,88
3. Angkutan Laut 5,53 8,89 7,12 7,83 7,52 7,38
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr 3,89 4,16 4,53 4,76 4,38 4,34
5. Angkutan Udara 30,61 12,19 10,82 13,71 10,76 15,62
6. Jasa Penunjang Angkutan 9,36 6,86 5,44 7,24 7,79 7,34
b.Komunikasi 22,76 25,13 20,08 29,37 26,22 24,71
1. Pos dan Telekomunikasi 23,06 25,45 20,28 29,65 26,43 24,97
2. Jasa Penunjang Komunikasi 7,17 6,13 5,83 6,72 5,90 6,35
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 7,12 7,37 8,26 9,14 8,63 8,10
a. Bank 23,77 11,31 5,82 8,79 4,78 10,89
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 3,92 3,16 5,59 7,83 7,56 5,61
c. Jasa Penunjang Keuangan 1,14 3,01 5,11 6,60 4,89 4,15
d. Sewa Bangunan 6,16 7,37 8,74 9,32 9,08 8,13
e. Jasa Perusahaan 4,98 5,18 6,63 8,12 7,96 6,57
9 JASA-JASA 3,64 6,72 7,90 9,06 11,35 7,73
a. Pemerintahan Umum 2,02 6,68 8,27 9,43 10,89 7,46
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 24
NO LAPANGAN USAHA
TAHUN Rata-Rata
2003- 2004
2004- 2005
2005- 2006
2006- 2007
2007- 2008
b. Swasta 5,97 6,78 7,39 8,54 11,99 8,13
1. Sosial Kemasyarakatan 6,75 7,87 8,35 8,72 13,39 9,02
2. Hiburan & Rekreasi 3,12 4,89 5,17 5,83 7,54 5,31
3. Perorangan & Rumahtangga 5,48 6,04 6,74 8,46 11,05 7,55
TOTAL 4,63 4,84 5,20 5,84 5,10 5,12
Sumber : Hasil Analisis, 2010.
Tabel II.7. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
NO LAPANGAN USAHA TAHUN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PERTANIAN 19,28 19,56 19,76 19,99 20,11 19,92
a. Tanaman Bahan Makanan 4,53 4,69 4,68 4,68 4,76 4,77
b. Tanaman Perkebunan 8,57 8,70 8,95 9,25 9,38 9,34
b.Peternakan 1,46 1,47 1,46 1,47 1,48 1,48
c. Kehutanan 1,85 1,85 1,83 1,78 1,69 1,59
d.Perikanan 2,87 2,86 2,83 2,80 2,80 2,75
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 29,22 28,04 26,86 25,62 24,27 23,44
a.Minyak dan Gas Bumi 24,83 23,64 22,49 21,30 20,03 19,26
b.Pertambangan Tanpa Migas 3,11 3,10 3,05 2,98 2,88 2,82
c.Penggalian 1,28 1,30 1,31 1,34 1,36 1,36
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 17,55 17,76 17,74 17,76 17,74 17,45
a.Industri Migas 4,87 4,61 4,34 4,06 3,78 3,64
b.Indutri Tanpa Migas 12,69 13,15 13,41 13,70 13,96 13,81
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 5,98 6,25 6,48 6,72 6,96 6,96
2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,79 1,71 1,62 1,53 1,43 1,34
4. Kertas dan Barang Cetakan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5. Pupuk. Kimia & Brg. dari Karet 4,24 4,50 4,62 4,76 4,88 4,82
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,25 0,26 0,26 0,27 0,27 0,28
7. Logam Dasar Besi & Baja 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 0,08
8. Alat Angk.. Mesin & Peralatannya 0,19 0,19 0,19 0,19 0,18 0,18
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,45 0,46 0,47 0,48 0,48 0,48
a.Listrik 0,37 0,37 0,37 0,38 0,39 0,39
b.Gas 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02
c.Air Bersih 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
5 BANGUNAN 6,78 7,04 7,22 7,37 7,52 7,60
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12,42 12,61 12,95 13,29 13,69 13,95
a.Perdagangan Besar & Eceran 11,40 11,55 11,89 12,21 12,54 12,68
b.Hotel 0,09 0,09 0,09 0,09 0,10 0,11
c.Restoran 0,93 0,96 0,97 0,99 1,05 1,16
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3,56 3,80 4,04 4,25 4,59 4,97
a.Pengangkutan 2,69 2,78 2,82 2,86 2,89 2,93
1. Angkutan Rel 0,16 0,16 0,15 0,15 0,14 0,14
2. Angkutan Jalan Raya 1,50 1,51 1,53 1,54 1,54 1,56
3. Angkutan Laut 0,37 0,37 0,38 0,39 0,40 0,41
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
5. Angkutan Udara 0,24 0,29 0,32 0,33 0,36 0,38
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,32 0,34 0,34 0,34 0,35 0,36
b.Komunikasi 0,87 1,02 1,22 1,39 1,70 2,04
1. Pos dan Telekomunikasi 0,85 1,00 1,20 1,37 1,68 2,02
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 3,57 3,66 3,75 3,86 3,98 4,11
a. Bank 0,23 0,27 0,29 0,29 0,30 0,29
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 2,91 2,95 3,02 3,12 3,23 3,35
e. Jasa Perusahaan 0,39 0,39 0,39 0,39 0,40 0,41
9 JASA-JASA 7,15 7,08 7,21 7,40 7,62 8,07
a. Pemerintahan Umum 4,22 4,11 4,19 4,31 4,45 4,70
b. Swasta 2,93 2,97 3,03 3,09 3,17 3,37
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 25
NO LAPANGAN USAHA TAHUN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Sosial Kemasyarakatan 1,20 1,22 1,26 1,29 1,33 1,43
2. Hiburan & Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
3. Perorangan & Rumahtangga 1,70 1,72 1,74 1,76 1,80 1,91
Sumber : Hasil Analisis, 2010.
Tabel II.8. Kontribusi kelompok Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
N
o Lapangan Usaha
Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
A PRIMER 48,50 47,60 46,62 45,61 44,38 43,36
1 Pertanian 19,28 19,56 19,76 19,99 20,11 19,92
2 Pertambangan & Penggalian 29,22 28,04 26,86 25,62 24,27 23,44
B SEKUNDER 24,78 25,26 25,43 25,61 25,74 25,53
3 Industri Pengolahan 17,55 17,76 17,74 17,76 17,74 17,45
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,46 0,47 0,48 0,48 0,48
5 Bangunan 6,78 7,04 7,22 7,37 7,52 7,6
C TERSIER 26,70 27,15 27,95 28,80 29,88 31,10
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 12,42 12,61 12,95 13,29 13,69 13,95
7 Pengangkutan & Komunikasi 3,56 3,8 4,04 4,25 4,59 4,97
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,57 3,66 3,75 3,86 3,98 4,11
9 Jasa-jasa 7,15 7,08 7,21 7,4 7,62 8,07
TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Hasil Analisis, 2010.
1. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat
dinikmati oleh setiap penduduk secara rata-rata. Angka pendapatan
perkapita biasanya digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan penduduk.
Pendapatan perkapita di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan
terus menerus setiap tahunnya. Pendapatan perkapita pada tahun 2005
sebesar Rp. 12.263.299,00, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp.
18.720.194,00.
Tabel II.9. Pendapatan Perkapita di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-
2008
No Keterangan 2005 2006 2007 2008
1 PDRB Adh. Berlaku 81.531.510 95.928.763 109.895.707 133.358.882
2 Jumlah Penduduk 6.648.416 6.899.892 7.019.984 7.123.798
3 Pendapatan Perkapita 12.263.299 13.902.937 15.654.695 18.720.194
Sumber : Pengolahan Data, 2010
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 26
Lahan Sawah di Tugumulyo
Kabupaten Ogan Komering Ilir
Perkebunan Kelapa Sawit
Di Kabupaten Musi Banyuasin
a. Peran dan Produksi Sektoral
1) Pertanian
Sektor pertanian di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dikelompokkan
dalam sub sektor tanaman bahan makanan/pangan dan hortikultura, sub
sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
- Tanaman Pangan dan Holtikultura
Sesuai dengan penetapan Provinsi
Sumatera Selatan sebagai Lumbung
Pangan, maka sektor pertanian
khususnya sub sektor tanaman
pangan dan hortikultura menempati
prioritas utama untuk
pengembangannya. Dari semua
komoditi yang ada dan diusahakan oleh masyarakat, ada
beberapa komoditi yang memliki potensi dan peluang yang cukup
besar serta prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, yaitu
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar
(tanaman pangan); sedangkan untuk komoditi holtikultura terdiri
dari buah-buahan (duku, durian, jeruk, rambutan, pisang dan
nenas), serta sayur-sayuran (kacang panjang, cabe, tomat,
terong, dan timun).
- Tanaman Perkebunan
Subsektor Perkebunan merupakan
salah satu andalan yang menjadi
sumber pendapatan masyarakat dan
Pemerintah Daerah di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan. Jenis
komoditi tanaman perkebunan yang
paling menonjol dan banyak
diusahakan serta memiliki potensi pengembangan di Provinsi
Sumatera Selatan antara lain : karet, kelapa sawit dan kopi.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 27
Budidaya Perikanan Kolam Air Tawar
Di Kota Pagar Alam
- Peternakan
Subsektor peternakan di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan masih
memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan. Hal ini patut
mendapat perhatian khusus
mengingat bahan pangan asal ternak merupakan sumber protein
hewani yang tidak bisa digantikan oleh bahan pangan lainnya bagi
masyarakat.
Dari berbagai jenis ternak yang ada, beberapa ternak yang
memiliki potensi besar dan prospek yang baik untuk
dikembangkan antara lain, ayam ras pedaging, ayam buras, ayam
ras petelur, itik, kambing dan sapi potong.
- Perikanan
Sub sektor perikanan di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari
perikanan tangkap dan budidaya.
Produksi perikanan tangkap yang
berasal dari laut hanya dua wilayah
yang memiliki potensi untuk menjadi
sentra produksi yaitu Kabupaten
Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sedangkan untuk
perikanan tangkap yang berasal dari perairan umum hampir
semua wilayah kabupaten/kota berproduksi.
Untuk perikanan budidaya di wilayah Provinsi Sumatera Selatan
terdiri dari berbagai jenis usaha atau sistem budidaya (produksi)
nya. Untuk perikanan budidaya, dilihat dari jenis sistem budidaya
yang potensial adalah kolam air tawar, tambak, keramba dan
kolam air deras.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 28
Kawasan Pertambangan Batubara Bukit Asam, Muara Enim
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian
memiliki peranan yang sangat besar
dalam perekonomian Provinsi
Sumatera Selatan. Dalam komposisi
PDRB dengan migas, distribusi sektor
pertambangan dan penggalian
merupakan sektor dengan nilai
distribusi tertinggi, yakni 33,24 % (atas dasar harga konstan) dari
total PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008. Sedangkan dalam
komposisi PDRB tanpa migas, distribusi sektor pertambangan turun
menjadi 5,18 % (atas dasar harga konstan) dari total PDRB Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008.
Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki
kekayaan sumberdaya alam fosil yang melimpah.Hal ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya sekitar cadangan gas bumi 24.179,98
BSCF di Provinsi Sumatera Selatan atau ± 13,01% dari total
cadangan gas bumi di Indonesia.Selain itu, Provinsi Sumatera Selatan
juga memiliki cadangan batubara sekitar ± 38,44% dari total
cadangan batubara Nasional atau sebesar 22.240,47 juta ton,
sedangkan cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan
sebesar ± 8,78 % dari total cadangan minyak bumi Nasional atau
sebesar 757,60 MMSTB.
Selain itu, di Provinsi Sumatera Selatan juga terdapat cadangan
sumberdaya mineral lain yang tersebar di daerah kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Selatan. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi
energi dan sumberdaya mineral dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II.10. Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2009
No Komoditas Satuan
Potensi/Cadangan
% Nasional
Sumatera
Selatan
1 Minyak Bumi MMSTB 8.626,96 757,60 8,78
2 Gas Bumi BSCF 185.797,87 24.179,98 13,01
3 Batubara Juta Ton 57.847 22.240,47 38,44
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 29
Pabrik Pengolahan Teh di Kota Pagar Alam
4 Emas Ton Au 1.300 176 13,54
5 Perak Ton Ag 5.200 352,50 6,78
6 Pasir Kuarsa Juta Ton - 15,90 -
7 Kaolin Juta Ton - 99,21 -
8 Batu Gamping Juta Ton - 104,60 -
9 Bentonit Juta Ton - 65,18 -
10 Marmer Juta M3
- 269,63 -
11 Andesit Juta M3 - 11,45 -
12 Trass Juta M3 - 322,65 -
13 Seng Juta Ton Zn - 1,80 -
14 Besi Juta Ton Fe - 275 -
15 Coal Bed Methane Triliun Kubik - 18,30 -
Sumber : Statistik Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Selatan, 2009.
3) Sektor Industri
Sektor industri pengolahan di Provinsi
Sumatera Selatan terdiri dari sub sektor
industri migas dan non migas.
Berdasarkan distribusi PDRB atas dasar
harga konstan, sektor industri
pengolahan didominasi oleh sub sektor
industri tanpa migas sebesar 13,81%
dan industri migas sebesar 3,64%dari total PDRB atas dasar harga
konstan. Selanjutnya apabila dilihat berdasarkan laju pertumbuhan
ekonomi atas dasar harga konstan, sub sektor industri tanpa migas
terus mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun 2003-2008
dengan rata-rata laju pertumbuhan sekitar 6,94%, sedangkan sub
sektor industri dengan migas mengalami pertumbuhan yang negatif
dari tahun 2003 hingga tahun 2008.
Berdasarkan penyerapan tenaga kerja sub sektor industri tanpa
migas dapat menyerap tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan
sebanyak 24.509 tenaga kerja yang tersebar di 152 perusahaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai profil industri di Provinsi Sumatera
Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II.11. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri
Besar dan Sedang di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008
No Jenis Industri Jumlah
Perusahaan Tenaga Kerja
Nilai Produksi (Milyar Rp)
1 Makanan dan Minuman 51 8.282 2.705.645
2 Tekstil dan Pakaian Jadi 4 260 1.315
3 Kayu, Barang Kayu, dan Anyaman 46 5.151 318.046
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 30
4 Penertiban, percetakan dan media 2 121 11.113
5 Kimia dan Barang Kimia 4 5.200 1.523.015
6 Karet, Barang Karet dan Plastik 21 3.899 4.084.617
7 Barang Galian Bukan Logam 5 718 7.329
8 Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Perlengkapan 6 152 36.076
9 Perangkutan 7 356 41.918
10 Furnitur dan Industri Pengaolahannya 6 370 11.461
Total 152 24.509 8.740.535
Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka, 2008.
2.2 Program Prioritas Daerah
Program pembangunan di propinsi Sumatera Selatan tersusun dalam
beberapa rencana pembangunan mulai dari jangka panjang (RPJPD),
menengah (RPJMD), rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), dan
rencana pembangunan di tingkat satuan kerja perangkat daerah yang
disebut rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD).
Rencana – rencana pembangunan tersebut harus terintegrasi dan
berkelanjutan sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dengan
sasaran.
A. Rencana Pembangunan Jagka Panjang Daerah (RPJPD)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan
rencana pembangunan yang disusun untuk jangka waktu 20 tahun
mendatang. Oleh karena itu, seluruh perencanaan pembangunan
laiannya mulai dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), Rencana Kerja tahunan Pemerintah Daerah (RKPD) dan
Rencana Kerja tahunan SKPD harus mengacu kepada RPJPD.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang disusun untuk mencapai tujuan
pembangunan yang mengacu pada arah pembangunan dengan
dilandasi strategi pertumbuhan, pemerataan, keserasian, keseimbangan,
dan interkoneksitas, serta dinamis. Berdasarkan fungsi yang menjadi
kewenangan pemerintah propinsi, maka pencapaian sasaran
pembangunan dilakukan melalui penetapan arah pembangunan daerah
yang terdiri dari:
1. Agenda penetapan pertumbuhan ekonomi dan penegasan arah
pembangunan ekonomi.
2. Agenda peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
3. Agenda pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan
sumberdaya yang berkelanjutan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 31
4. Agenda pembangunan pemerintahan yang adil, jujur, bersih dan
bertanggung jawab.
Dalam upaya pencapaian visi pembangunan jangka panjang maka
diperlukan tahapan dan skala prioritas yang akan dituangkan kedalam
rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). Sasaran
pokok dalam RPJPD harus dapat diimplementasikan dalam empat
RPJMD selama kurun waktu 20 tahun kedepan.
Dalam tahapan tersebut program pembangunan diprioritaskan kepada:
a. Memantapkan pertumbuhan ekonomi dan menegaskan arah
pembangunan ekonomi :
- Mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi daerah melalui
peningkatan produktivitas sector pertanian, pertambangan dan
pariwisata.
- Pembangunan struktur ekonomi primer (pertanian,
pertambangan, dan penggalian) yang didukung oleh sector
sekunder melalui peningkatan nilai tambah sector primer,
manufaktur, dan jasa yang memiliki keterkaitan erat
- Perluasan sector unggulan daerah melalui penggalian sector –
sector baru yang berpotensi dan memiliki nilai tambah.
- Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan Daerah melalui
peningkatan investasi, peningkatan daya saing, peningkatan
ekspor komoditi unggulan yang mampu bersaing, dan penurunan
jumlah impor yang digantikan dengan produk local.
- Pengurangan angka penganguran di perkotaan
- Pengurangan angka kemiskinan dan aangka kesenjangan
pendapatan melalui pemberdayaan penduduk miskin,
pemerataan kesempatan bekerja dan berusaha, dan
peningkatan pertumbuhan sector riil
- Perbaikan kualitas sumberdaya manusia melalui pemerataan
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan peningkatan daya beli.
b. Menigkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat :
- Perbaikan kualitas dan pelayanan pendidikan
- Perbaikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pemerataan kesempatan dan akses terhadap informasi dan
teknologi, pemberdayaan lembaga penelitian, dan
penyebarluasan hasil dan implementasi hasil penelitian
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 32
- Perbaikan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
pemeriksaan dan pelayanan ibu dan bayi, peningkatan fasilitas
melahirkan dan pemerataan keterseediaan paramedic beserta
sarana kesehatannya
- Perbaikan kualitas pemukiman dan perumahan melalui
pemerataan penyediaan perumahan sehat sederhana beserta
sarana air bersih dan drainase serta air limbah, dan perbaikan
kawasan kumuh.
c. Pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya
yang berkelanjutan
- Perbaikan pemanfaatan sumberdaya energy yang berwawasan
lingkungan melalui mengidentifikasi kawasan lindung geologi
dan kawasan budidaya secara geologis, perbaikan sistem
pengelolaan energy dan teknologi energy, dan pemenuhan
kecukupan cadangan energy.
- Perencanaan dan penerapan tata ruang yang adil dan seimbang
melalui penetapan pola lokasi kota – kota, distribusi hirarki kota
seimbang dalam setiap tingkatan, dan distrubusi fungsi kota
yang sesuai dengan potensinya.
- Perbaikan sistem transportasi melalui peningkatan panjang jalan,
pemerataan akses antar pusat – pusat pemukiman dan akses
pada kawasan sentra produksi
- Perluasan pembangunan jaringan infrastruktur udara, jalan,
kereta api, laut/sungai melalui perluasan dan pemerataan
pelayanan territorial dengan membuka keran investasi dengan
pemberian insentif pajak dan non pajak serta alokasi APBD yang
menyertainya.
- Revitalisasi pertanan, perbaikan sistem agribisnis, dan perbaikan
institusi dan kelembagaan pengelolaan pertanian melalui
peningkatan luas dan areal tanam dan ternak, perbaikan sarana
produksi, peningkatan produktifitas, perbaikan sistem produksi,
pemasaran, dan lembaga pertanian.
d. Pembangunan pemerintahan yang adil, jujur, bersih, dan
bertanggung jawab
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 33
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera
Selatan merupakan penjabaran visi, misi, dan program Gubernur/wakil
Gubernur terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah. RPJMD Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2013 adalah tahapan 5 tahun kedua
dalam rangka mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Tahun 2005 – 2025. RPJMD merupakan pedoman
dalam penyusunan Rencana Strategis setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
setiap tahun. RPJMD harus terintegrasi pada perencanaan
pembangunan yang lainnya yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), Renstra SKPD, dan RKPD.
Program utama pembangunan yang ditetapkan pada RPJMD adalah:
1. Program Pengembangan Pendidikan
2. Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat
3. Program Revitalisasi Lembaga Kepelatihan dan Keterampilan
4. Program Pembangunan Pertanian
- Mengoptimalkan pengembangan lahan gambut dan daerah
pasang surut untuk produksi pertanian
- Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas infrastruktur jaringan
irigasi, jalan dan logistic
- Memperluas dan meningkatkan akses untuk memperoleh
pembiayaan pertanian (input) dalam meningkatkan produksi dan
mutu hasil pertanian
- Meningkatkan kapasitas dan penerapan teknologi pertanian dari
pra panen hingga distribusi hasil pertanian dengan dukungan
tenaga penyuluh dan pendamping, serta jaringan kemitraan
dengan usaha besar, untuk mendapatkan nilai tambah berbasis
agroindustri serta perluasan pasar nasional dan internasional
- Menginisiasi pembangunan pertanian yang sesuai dengan skala
ekonomi, teknis, dan lingkungan menurut kondisi daerah
5. Program Pembangunan Sumberdaya Energi
- Meningkatkan kapasitas dan produksi energy listrik dari
pemanfaatan berbagai sumber energy daerah untuk melayani
kebutuhan dasar, komersial, dan pemasokan regional (luar
daerah) secara berkelanjutan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 34
- Menambah dukungan dana APBD untuk pengembangan dan
memanfaatkan sumber energy terbarukan yang dapat menjamin
ketersediaan energy dalam jangka panjang, baik regional
maupun nasional
6. Program Pembangunan Industri Pengolahan dan Manufaktur
- Mendorong pembentukan klaster industri karet, kelapa sawit dan
kopi.
- Meningkatkan kapasitas dan keterpaduan produksi industri hulu
dan hilir yang menunjang pembangunan ekonomi daerah
berbasis klaster industri yang berkelanjutan.
- Memperluas pasar (nasional dan internasional) seiring dengan
peningkatan mutu produk atau komoditas unggulan daerah.
- Membangun kemitraan strategis antara koperasi, serta usaha
mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) dengan usaha besar
dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran.
7. Program Pengembangan Inovasi
- Membangun inkubator bisnis dan teknologi untuk
membangkitkan kreativitas masyarakat umum serta akademis
(pendidikan tinggi) dan lembaga penelitian dalam menemukan
dan mengembangkan inovasi baru yang berbasis temuan
daerah.
- Menambah dukungan dana APBD untuk meningkatkan
kapasitas pendidikan tinggi dan pusat-pusat penelitian dalam
merintis, mengembangkan dan membina inovasi daerah menuju
industri kreatif.
- Menyediakan dana ventura daerah yang bersumber dari
pemerintah maupun dunia usaha bagi pemanfaatan inovasi yang
memiliki prospek komersil.
- Meningkatkan produksi dan produktivitas barang dan jasa
melalui inovasi berkesinambungan
8. Program Peningkatan dan Pemerataan Pembangunan
- Membentuk forum bupati sebagai wahana komunikasi dan
interaksi pembangunan di tingkat Provinsi Sumatera Selatan.
- Menegaskan kewenangan provinsi dan kabupaten dalam
percepatan dan pemerataan pembangunan.
- Membangun keterkaitan ekonomi perkotaan dan perdesaan
serta lintas daerah dalam satu sistem ekonomi terpadu.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 35
- Memberikan dukungan khusus bagi unggulan daerah
(kabupaten) untuk penguatan kapasitas dan percepatan
pembangunan.
- Menyediakan fasilitas internet oleh provider untuk mewujudkan
infrastruktur ICT dalam penumbuhan daerah ekonomi baru dan
e-government.
9. Program Kerjasama Ekonomi dan Kelembagaan
- Memperbaiki kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan
melalui regulasi, deregulasi, dan keberpihakan pada masyarakat.
- Membangun kerjasama dengan lembaga keuangan dan usaha
besar untuk pembiayaan pembangunan usaha dan ekonomi
berbasis potensi daerah.
- Membangun aliansi strategik dengan daerah tetangga baik
regional, nasional maupun internasional, dalam mewujudkan
klaster ekonomi unggulan.
Untuk mewujudkan program utama tersebut maka disusun program prioritas
pendukung, seperti yang terlihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel II.12. Program Prioritas Pembangunan di RPJMD Provinsi Sumatera Selatan
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
Perluasan Jaringan
Irigasi
- Mengembangkan prasarana jaringan
irigasi dan rawa untuk mendukung
Sumatera Selatan menjadi daerah
surplus pangan
- Meningkatkan perencanaan tehnis
jaringan irigasi, rawa dan sungai
- Meningkatkan penanganan daerah
aliran sungai untuk mengatasi banjir
dan genangan
- Meningkatkan pemenuhan air baku
untuk kebutuhan masyarakat dan
sektor usaha lainnya
Pekerjaan Umum - Program Pengembangan dan
Pengelolaan Jaringan Irigasi
- Program Pengembangan dan
Pengelolaan Jaringan Rawa
- Program Penyediaan dan
Pengelolaan Air Baku/Air
Tanah
- Program Pengendalian Banjir
- Program Pembangunan
Talud/Turap dan Bronjong
Perbaikan dan
Peningkatan
Infrastruktur Jalan
Pertanian
- Mempercepat pembangunan dan
penyelesaian pembangunan jalan
akses menuju kawasan baru
berkembang
- Memelihara dan mempertahankan
kondisi jalan yang sudah ada
- Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan
- Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
- Menyiapkan dan merumuskan konsep Penataan Ruang - Program Perencanaan Tata
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 36
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
perkembangan sistem infrastruktur
wilayah yang mengacu pada dokumen
perencanaan terutama RTRW
Ruang
- Program Pemanfaatan Tata
Ruang
- Program Penataan Kawasan
Ketransmigrasian - Program pengembangan
wilayah strategis dan cepat
tumbuh
- Program Pengembangan
Wilayah Transmigrasi
- Program Pengembangan
Transmigrasi Lokal
- Program Pengembangan
Wilayah Tertinggal Cepat
Tumbuh
Peningkatan
Penyuluhan Pertanian
- Menjamin ketersediaan benih, obat ikan
dan pakan
- Menyediakan bantuan benih/bibit
- Memberikan fasilitasi pengembangan
pupuk dan pestisida organic
- Mengembangkan perbenihan dan
fasilitasi sertfikasi benih/bibit untuk
menjamin kualitas yang beredar di
masyarakat
- Program Pengembangan
Perbenihan Perkebunan
Ekstensifikasi dan
intensifikasi usaha
pertanian untuk
produksi pertanian
- Memperluas lahan pertanian dengan
pemanfaatan lahan gambut dan daerah
pasang surut
Penataan Ruang - Program perencanaan tata
ruang
- Program pemanfaatan tata
ruang
- Program penataan kawasan
Kehutanan - Program Pemanfaatan
Potensi Sumberdaya Hutan
- Program Optimalisasi
pemanfaatan hutan produksi
Meningkatkan
produktivitas petani
- Meningkatkan kualitas SDM (petani dan
nelayan) yang unggul dan memiliki
daya saing
- Meningkatkan mutu hasil sesuai
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
nilai tambah produk berupa
pemanfaatan lahan
- Meningkatkan pendidikan dan pelatihan
petani
- Revitalisasi PPL sebagai penyuluh dan
pembina serta pendamping
Pertanian - Program Pengembangan
Sistem Penyuluhan
- Program pemberdayaan
penyuluh pertanian
- Program Pengembangan
Proteksi Tanaman
Perkebunan
- Program Pengembangan
Perikanan Tangkap
- Program Pengembangan
Perikanan Budidaya
- Program Pengembangan
Peternakan
- Program Pencegahan
Penanggulangan Penyakit
Ternak
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 37
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
Kelautan dan
Perikanan
- Program Pengembangan
Perikanan Budidaya
- Program Pengembangan
Perikanaan Tangkap
- Program Optimalisasi
Pengolahan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
- Program Pemberdayaan
Masyarakat Dalam
Pengawasan dan
Pengendalian Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan
Peningkatan akses
pada pembiayaan
pertanian
Membangun lembaga keuangan mikro
agrobisnis pedesaan berbasis dana
penguatan modal usaha kelompok dan
kemitraan usaha
Pertanian - Program Pengembangan
Kelembagaan Usaha
Perkebunan
Pemantapan
Ketahanan Pangan
Pengendalian Pengkajian dan
Pengembangan Aspek Ketahanan
Pangan (Ketersediaan, Distribusi dan
konsumsi Pangan
Ketahanan
Pangan
- Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
- Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
- Program Lumbung Pangan
Melalui Desa Mandiri
Pangan dan Pembangunan
Lumbung Desa
Penerapan sistem
pengelolaan pertanian
yang terintegrasi
- Mengembangkan teknologi pengolahan
pascapanen dan agroindustri M
- Mengembangkan kawasan sentra
komoditi unggulan daerah
Pertanian - Program pengembangan
sentra – sentra produksi
tanaman pangan dan
hortikultura
Ketransmigrasian - Program pengembangan
wilayah strategis dan cepat
tumbuh
- Program pengembangan
wilayah transmigrasi
Memperluas akses
pasar komoditi
pertanian
- Mengembangkan jejaring pasar
hasil/produk pertanian lokal, domestik,
dan internasional
- Mengembangkan sistem infrastruktur
transportasi untuk memperluas jaringan
pemasaran hasil pertanian
Perdagangan - Program peningkatan
pemasaran hasil peternakan
Kelautan dan
perikanan
- Program Optimalisasi
Pengolahan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
- Program Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
Perkebunan
Pertanian
(Perkebunan)
- Program peningkatan
pemasaran produk pertanian
Perhubungan - Program pengembangan
perkeretaapian
- Program pengembangan lalu
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 38
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
lintas angkutan sungai,
danau dan penyeberangan
- Program pengembangan lalu
lintas angkutan jalan
- Program pengembangan
transportasi laut
- Program pengembangan
transportasi udara
Pengembangan
sumberdaya energy
terbarukan
- Menertibkan administrasi perizinan
kuasa pertambangan
- Melakukan pemuktahiran data
pertambangan dan energy
- Meningkatkan koordinasi perizinan
antara pusat dan daerah
- Mengatur pembagian penerimaan
pertambangan harus diatur dengan
undang-undang
Energy dan
Sumberdaya
Mineral
- Program pengembangan
produksi batubara dan migas
Optimalisasi
pengelolaan
sumberdaya energi
- Meningkatkan koordinasi dan
pengembangan kerjasama antar pihak
(masyarakat, swasta , dan pemerintah)
- Program kerjasama dan
membangun kemitraan
dengan investor untuk
optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya energy
- Program pengembangan
pemanfaatan energi baru
dan terbarukan (EBT)
- Program Pengembangan
Sumur Tua dan
Pengusahaan Migas
- Program Pengembangan
Potensi dan Kecukupan
Energi Listrik dan Bahan
Bakar
- Program promosi investasi
sektor pertambangan dan
energi
Peningkatan
kapasitas dan
produksi energy listrik
Meningkatkan kapasitas produksi energi
listrik untuk pemenuhan kebutuhan
daerah dan supplai ke daerah lain
- Program Pengembangan
Pemanfaatan Energi Baru
dan Terbarukan
- Program pengembangan
Jaringan Listrik Pedesaan
- Program Pengembangan
Potensi Dan Kecukupan
Energi Listrik dan Bahan
- Program pengembangan
potensi energi lokal/desa
Peningkatan nilai
tambah Pertambangan
dan energi
- Meningkatkan nilai tambah dari sektor
pertambangan dan energi
- Program peningkatan nilai
tambah energi dan
pertambangan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 39
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
Peningkatan
penelitian dan
pengembangan
energi terbarukan
- Diversifikasi pengolahan industri
pertambangan dan meningkatkan mutu
dari produk pertambangan
- Program Survei Geologi dan
Sumbedaya Mineral, Mitigasi
Bencana Alam Geologi, dan
Pemanfaatan Sumbedaya
Mineral
- Program penelitian dan
pengembangan pengolahan
energi terbarukan
Pengelolaan
sumbedaya energi
dan pertambangan
yang berwawasan
lingkungan
Meningkatkan pengelolaan
pertambangan harus berwawasan
lingkungan
- Program pembinaan dan
Pengawasan Lingkungan
dan Pertambangan
- Program Pemantauan
Pelaksanaan CSR
- Program Pembinaan dan
Pengawasan K3
- Program Perencanaan Tata
Ruang
- Program Pemanfaatan Tata
Ruang
- Program Penataan Kawasan
Peningkatan sarana
dan prasarana
pengelolaan energi
Meningkatkan sarana dan parasarana
pengangkutan dan infrastruktur
pengelolaan pertambangan dan energi
PU - Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
- Program Inspeksi Jalan dan
Jembatan
- Program Tanggap Darurat
Jalan dan Jembatan
- Program Pengembangan
Transportasi Laut
- Program Pengembangan
Perkeretaapian Program
Pengembangan Lalu Lintas
Angkutan Sungai, Dana dan
Penyeberangan
- Program Pengembangan
Lalu Lintas Angkutan Jalan
- Pengembangan
kluster industri
- Promosi dan
perluasan pasar
komoditas unggulan
daerah secara
terpadu
- Penguatan kemitraan
antara industri
besar dengan
industri kecil yang
mempererat industri
yang terintegrasi
- Menetapkan kompetensi indutri inti
daerah sebagai prime mover
pertumbuhan ekonomi daerah
- Mengembangkan industri yang berbasis
kearifan local
- Revitalisasi sektor pertanian yang
mendukung sektor industri
Industri - Program Peningkatan
Kemampuan Teknologi
Industri
- Program Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah
Mengembangkan promosi potensi
ekonomi daerah
Perdagangan - Program peningkatan dan
pengembangan ekspor
- Program Pengembangan
Kemitraan
- Program Pengembangan
Sistem Pendukung Usaha
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 40
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
- Pengembangan
keterkaitan industri
hulu dan hilir
- Peningkatan industri
pengolahan sektor
pertanian
- Pengembangan
industri inti yang
menciptakan
diversifikasi produk
turunan sektor
pertanian
- Pembangunan sarana
dan prasarana serta
peningkatan SDM
industri
bagi UKM
Percepatan
Pemertaan
pembangunan Antar
wilayah
- Mempercepat pembangunan
infrastruktur dasar pada daerah
tertinggal
- Mengidentifikasi potensi SDA dan
kearifan lokal daerah tertinggal
- Meningkatkan kualitas SDM daerah
tertinggal
- Meningkatkan pelayanan kebutuhan
pendidikan dan kesehatan
Transmigrasi - Program Pengembangan
Wilayah Tertinggal
- Program Transmigrasi Lokal
ESDM - Program Pengembangan
Jaringan Listrik Pedesaan)
- Program Pengembangan
Potensi Energi Lokal/Desa
- Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Air
Minum dan Air Limbah
- Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaa
Pembangunan
infrastruktur dasar
yang menghubungkan
wilayah dengan pusat
pertumbahan
- Mempercepat pembangunan
transportasi interkoneksi dengan
daerah pusat pertumbuhan
- Mempercepat pembangunan
infrastruktur komunikasi dan sarana
ekonomi
- Mempercepat pembangunan
infrastruktur dasar perkotaan dan
perdesaan
PU - Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
- Program Inspeksi Jalan dan
Jembatan
- Program Tanggap Darurat
Jalan dan Jembatan
- Program Rehabilitasi dan
pemeliharaan Jalan dan
Jembatan
Dishub - Program Pengembangan
Perkeretaapian
- Program Pengembangan
Transportasi Perkotaan
- Program Pengembangan
LLAJ
- Program Pengembangan
Terminal Terpadu Multi
Moda
- Program Pengembangan
Transportasi Laut
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 41
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
- Program Pengembangan
Transportasi Udara
- Program Pengembangan
LLASDP
PU CK - Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan
- Program Pengembangan
Perumahan
- Program Pengembangan
Kawasan Permukiman
- Program Pembangunan
Saluran Drainase
- Program Pengembangan
KinerjaPengelolaan Air
Minum dan Air Limbah
- Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
- Program Perencanaan
Pembangunan Daerah
- Program Perencanaan
Prasarana Wilayah dan
Sumber Daya Alam
- Program Perencanaan
Ruang
- Program Perencanaan
Pembangunan Ekonomi
- Program Perencanaan
Pembangunan Sosial
Budaya
- Program Pengembangan
data Informasi
- Program peningkatan
kapasitas kelembangaan
Perencanaan Pembangunan
daerah.
C. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
Renstra SKPD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi
sebagai dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan
arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang
dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, yang
disusun oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di bawah
koordinasi BAPPEDA Provinsi Sumatera Selatan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 42
D. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2013
setiap tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan yang memuat prioritas program dan kegiatan
dari Rencana Kerja SKPD. RKPD merupakan bahan utama pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah
Provinsi Sumatera Selatan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai
dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi.
2.3 Permasalahan Emisi GRK
Sumatera Selatan telah mencanangkan Green South Sumatra. Tujuan dari
program ini adalah untuk:
- Menata tata ruang hijau sesuai Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26
Tahun 2007 mengharuskan 30 persen dari wilayah kota sebagai ruang terbuka
hijau;
- Mendukung Komitmen Presiden Republik Indonesia untuk menurunkan emisi
nasional pada Tahun 2020 sebesar 26 % dengan kemampuan sendiri dan
sebesar 41 % dengan bantuan donatur global;
- Melakukan konservasi dan rehabilitasi hutan dengan mempertahan dan
memperkaya stok karbon, serta pembangunan pertanian yang ramah lingkungan
dengan pengembangan teknologi rendah karbon.
Sumatera Selatan berdasarkan kuota emisi pada Tahun 2020 secara nasional
berada pada peringkat keenam. Peringkat kuota emisi nasional pada Tahun 2020
secara berurutan yakni: Riau (308 juta ton), Kalimantan Tengah (207 juta ton),
Papua (193 juta ton), Kalimantan Timur (151 juta ton), Kalimantan Barat (124 juta
ton) dan Sumatera Selatan (60 juta ton). Sumatera Selatan dengan Komitmen
Penurunan Emisi Nasional pada Tahun 2020 dengan level penuruan emisi sebesar
26 persen, dari kuota emisinya ditargetkan menurunkan sebesar 29,7 juta ton, dan
pada level 41 persen ditargetkan sebesar 46,7 juta ton.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 43
Identifikasi awal tentang potensi sektoral dan sumber-sumber /serapan emisi GRK
yang terdapat di wilayah provinsi (termasuk wilayah kabupaten/kota) baik dari
bidang/kegiatan operasional/aset-aset milik pemerintah maupun dari
bidang/kegiatan operasional/aset-aset milik masyarakat/pelaku usaha dan
permasalahan yang dihadapinya.
2.3.1 Sumber Emisi Sektor Pertanian
Pertanian adalah sektor dengan emisi tertinggi ketiga di Indonesia, setelah
LULUCf dan gambut, dengan emisi mencapai 132 MtCO2e pada tahun 2005
(berdasarkan tata guna lahan saat itu). Emisi dari sektor ini diperkirakan akan
meningkat sampai dengan 25 persen menjadi 164 MtCO2e pada tahun 2030
(Gambar 2.12) dalam skenario BAU. Sebagian besar emisi karbon pertanian
bukan berupa karbon dioksida, melainkan gas rumah kaca lain seperti metana
(CH4) dan nitrogen oksida (N2O). Emisi-emisi tersebut berasal dari tiga sumber
utama: praktik pengelolaan pengairan untuk tanaman padi, penggunaan pupuk
buatan, dan pembakaran sisa panen. Dengan demikian, pengembangan
pertanian di Provinsi Sumatera Selatan saat ini juga menghadapi tantangan
yang lebih besar karena tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produksi
tetapi juga dituntut untuk memberikan kontribusi bagi penurunan emisi GRK.
Gambar 2.13 Kontribusi sektor pertanian dalam emisi GRK di Indonesia
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 44
Mengingat pembangunan sektor pertanian di Sumatera Selatan menempati
Prioritas 2, 3, 4, dan 5 dari prioritas pembangunan, dan jika mengacu pada
kontribusi emisi GRK sektor pertanian secara nasional mencapai anga 7%,
maka kontribusi emisi GRK sektor pertanian seiring dengan pembangunan
pertanian di Provinsi Sumatera Selatan menjadi penting. Ini menjadi penting
karena total areal pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah sekitar
6.091.219 ha atau 70% dari luas total propinsi ini. Di Provinsi Sumatera
Selatan emisi gas rumah kaca pada sektor pertanian bersumber dari budidaya
padi, pembakaran limbah pertanian, dan peternakan.
a. Budidaya Padi
Budidaya padi sawah yang secara terus menerus digenangi berkontribusi pada
peningkatan emisi GRK berupa CH4 dan N2O. Sumber gas metan dari
budidaya padi sawah dihasilkan karena terjadi kondisi anaerobik pada lahan
sawah akibat penggenangan air yang terlalu tinggi dan lama. Untuk
menghitung gas metan yang diemisikan dari budidaya padi, pola
penggenangan air menjadi faktor utama karena perbedaan pola penggenangan
akan menyebabkan jumlah emisi yang berbeda. Pola penggenangan terbagi
menjadi penggenangan terus menerus (continuously flooded), dan
penggenangan berkala (intermittently flooded).
Data menunjukkan bahwa sekitar 7% (605.838 ha) dari total wilayah Provinsi
Sumatera Selatan (8.701.742 ha) merupakan areal persawahan. Areal sawah
tersebut dapat dipilah menjadi sawah beririgasi, tadah hujan, lebak, dan
pasang surut yang menyebar di seluruh kabupaten, seperti pada Tabel II.13.
Tabel II.13. Sebaran keragaman dan luas sawah di Prov Sumatera Selatan
(2010)
Kabupaten/Kota
Tipologi Sawah (ha)
Total (ha) Irigasi
Tadah
Hujan Lebak Pasang Surut
Ogan Komering Ulu (OKU) 2.596 1.496 517 0 4.609
OKU Selatan 12.342 1.895 0 0 14.237
OKU Timur 34.671 30.420 12.006 0 77.097
Ogan Komering Ilir 650 43.614 56.389 15.821 116.474
Ogan Ilir 0 1.884 50.532 0 52.416
Muara Enim 6.684 4.423 17.764 0 28.871
Lahat 15.196 2.135 0 0 17.331
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 45
Kabupaten/Kota
Tipologi Sawah (ha)
Total (ha) Irigasi
Tadah
Hujan Lebak Pasang Surut
Musi Rawas 13.752 7.275 6.866 0 27.893
Musi Banyuasin 140 387 21.700 30.467 52.554
Banyuasin 0 0 39.087 149.684 188.771
Palembang 0 95 6.320 41 6.456
Prabumulih 350 328 100 0 778
Pagar Alam 3.451 0 0 0 3.451
Empat Lawang 12.928 795 0 0 13.723
Lubuk Linggau 858 319 0 0 1.177
TOTAL 103.478 95.066 211.281 196.013 605.838
Sumber : Diolah dari Statisik Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan (2010)
Dengan cakupan luas tersebut, maka ada potensi emisi CH4 yang secara
akumulatif besar. Karena emisi CH4 terjadi pada kondisi anaerob, maka
persoalan dan estimasi emisi CH4 asal sawah di Sumatera Selatan hanya akan
ditinjau pada tiga tipologi sawah, yaitu sawah irigasi, lebak, dan pasang surut.
Karena emisi CH4 terjadi pada kondisi anaerob, maka persoalan dan estimasi
emisi CH4 asal sawah di Sumatera Selatan hanya akan ditinjau pada tiga
tipologi sawah, yaitu sawah irigasi, lebak, dan pasang surut. Untuk
perhitungannya digunakan formula yang dikembangkan oleh Setyanto et al.
(2006), sebagai berikut;
CH4Emissionrice = A*CFsoil*SFwater regime*EFrice
Dimana:
CH4Emissionrice = Emisi metan tahunan dari budidaya padi (kg
CH4 th-1)
A = Luas panen (ha th-1)
CFsoil = Faktor koreksi untuk masing-masing jenis tanah
SFwater regime = Faktor skala untuk masing-masing rejim air.
Untuk sawah yang selalu digenangi 1,0
EFrice = Faktor emisi metan padi (kg CH4 th-1)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 46
Perhitungan emisi CH4 diperlukan data luas panen (A). Untuk itu perhitungan
ini didasarkan atas asumsi sebagai berikut:
1. Sawah irigasi mempunyai IP = 2,00 sehingga nilai A dalam persamaan di
atas adalah 2 kali luas areal sawah irigasi di setiap kabupaten, dan
2. Sawah lebak dan pasang surut mempunyai IP = 1,00 sehingga nilai A dalam
persamaan di atas adalah sama dengan total luas areal sawah lebak dan
pasang surut di setiap kabupaten.
Karena sebaran jenis tanah areal sawah di Provinsi belum tersedia, maka
diasumsikan sebagai berikut:
1. Areal sawah irigasi, lebak, dan pasang surut dilakukan berturut-turut pada
Tanah Ultisol, Inceptisol, dan Histosol,
2. Areal sawah beririgasi 100% pada Ultisol,
3. Sawah lebak 100% pada Inceptisol, dan
4. Sawah pasang surut 40% pada Histosol dan 60% pada Inceptisol.
Oleh karena itu, nilai faktor koreksi untuk ketiga jenis tanah tersebut (CFsoil)
adalah 0,29 untuk Ultisol; 1,12 (1,0-1,23) untuk Inceptisol; dan 2,39 (0,92-3,86)
untuk Histosol (Setyanto et al., 2006).
Pada ketiga tipologi sawah, budidaya padi dilaksanakan dalam kondisi
tergenang dengan tinggi genangan 5,0 cm secara terus menerus. Oleh karena
itu, faktor skala untuk kondisi genangan (SFwater regime) adalah 1,00 (Setyanto et
al., 2006).
Untuk nilai faktor emisi CH4 asal padi sawah (EFrice)mengacu pada hasil
penelitian Husny (2011). Hasil penelitian Husny (2011) menunjukkan bahwa
emisi CH4 dari tiga tipologi persawahan di Provinsi Sumatera Selatan adalah
berturut-turut sebesar 24,86 kg C-CH4 ha-1 musim-1 untuk sawah beririgasi;
25,67 kg C-CH4 ha-1 musim-1 untuk sawah lebak, dan 44,10 kg C-CH4 ha-1
musim-1 untuk sawah pasang surut.
Jika mengacu formula, asumsi, dan hasil penelitian dia atas, maka historis
emisi CH4 dari areal sawah di Provinsi Sumatera Selatan disajikan pada
Gambar 2.13. Hasil ini memperlihatkan bahwa meskipun adanya penurunan
emisi pada tahun 2006-2007, yaitu dari 19.957.679,25 kg CH4 th-1 menjadi
17.130.166,77 kg CH4 th-1 (-14,17%) yang berkaitan dengan penurunan luas
panen pada periode tersebut dari 544.464 ha menjadi 479.547 ha, CH4 asal
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 47
padi sawah di Provinsi Sumatera Selatan memperlihatkan adanya peningkatan
yang konsisten sejak tahun 2005 sampai 2011, yaitu sebesar 9,87%.
Peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan luas areal sawah yang memang
terus diupayakan oleh Provinsi Sumatera Selatan dalam menopang program
lumbung pangan. Upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen
baik melalui intensifikasi (peningkatan IP, perbaikan infrastruktut) maupun
ekstensifikasi juga merupakan program prioritas Provinsi Sumatera Selatan.
Gambar 2.13. Historis emisi CH4 dari areal sawah di Provinsi Sumatera
Selatan (2005-2011)
b. Pembakaran Limbah Pertanian
Ada dua sumber penting emisi GRK akibat pembakaran limbah pertanian di
Sumatera Selatan, yaitu pembakaran jerami padi dan pembakaran biomassa
tebu sebelum panen. Pembakaran jerami padi dilakukan pasca panen dengan
tujuan untuk mengurangi tumpukan biomassa jerami di lahan. Selain itu, para
petani juga menganggap bahwa abu sisa pembakaran dapat memperbaiki
kesuburan tanah. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Selatan telah menggalakkan program pembuatan pupuk
organik asal jerami padi sehingga praktek pembakaran jerami tidak dilakukan
lagi oleh petani sejak tahun 2005. Namun demikian, dalam dokumen RAD-
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 48
GRK ini tetap dipandang perlu untuk menghitung potensi emisi GRK dari
biomassa jerami padi.
Sebaliknya, pembakaran tebu dilakukan sebelum panen untuk mempermudah
panen dan mengurangi jumlah dan biaya tenaga kerja. Menurut Ripoli (2000)
komponen yang dibakar meliputi kelopak, pucuk, dan daun segar maupun daun
yang sudah mengering. Komponen tersebut mencakup sekitar 25% dari total
biomassa tebu atau sekitar 20 ton biomassa ha-1 (Lara, 2005).
Metode perhitungan yang digunakan untuk estimasi emisi CO2, CH4, NO, dan
NOx dari kedua sumber tersebut mengacu kepada Pendekatan Tier 2 (IPCC,
2006) dengan formula sebagai berikut :
Lfire = A*MB*Cf*Gef*10-3
Dimana :
Lfire = Jumlah emisi GRK akibat pembakaran (ton)
A = Luar areal (ha)
MB = Biomassa terbakar, meliputi biomassa, serasah dan kayu mati
(ton ha-1). Jika Tier 1 yang digunakan, maka serasah dan kayu
mati diasumsikan 0
Cf = Proporsi jerami padi terbakar
Gef = Faktor emisi (g kg-1 bimoassa terbakar)
Untuk estimasi emisi GRK asal pembakaran jerami padi mengacu pada asumsi
sebagai berikut:
1. Untuk nilai MB digunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Hidayat et al.,
(2006) bahwa produksi jerami padi di Indonesia rata-rata 13,5 ton ha-1 (12 -
15 ton ha-1) dengan kadar air rata-rata 11% (10 - 12%) dan proporsi jerami
yang dibakar rata-rata 63,5% (61 - 66%),
2. Untuk nilai Cf untuk jerami padi digunakan nilai default IPCC (2006), yaitu
0,8
3. Untuk nilai Gef digunakan nilai default IPCC (2006), yaitu 1.515 ± 95 (CO2),
92 ± 84 (CO), 2,7 (CH4), 0,07 (N2O), 2,5 ± 1,0 (NOx).
Jika mengacu formula, asumsi, dan hasil penelitian dia atas, maka historis
emisi CO2, CH4, NO, dan NOx dari pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan dapat diperkirakan seperti pada Gambar 2.14 sampai 2.18.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 49
Dinamika produksi pada di Provinsi Sumatera Selatan juga diikuti oleh
dinamika GRK (CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx) asal pembakaran jerami padi.
Sejalan dengan itu, emisi GRK (CO2, CO, CH4, NO, dan NOx) asal pembakaran
jerami padi juga menurun pada periode 2006-2007, yaitu dari 5.443.439,9 ton
menjadi 4.789.730,1 ton untuk CO2; dari 330.558,7 ton menjadi 290.861,5 ton
untuk CO; dari 9701,2 ton menjadi 8,536,2 ton untuk CH4; dari 251,5 ton
menjadi 221,3 ton untuk N2O; dan dari 8.982, 6 ton menjadi 7.903,8 ton untuk
NOx. Namun demikian secara umum emisi lima jenis GRK tersebut meningkat
sebesar 10% selama periode 2005-2011.
Gambar 2.14. Historis emisi CO2 akibat pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2011)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 50
Gambar 2.15. Historis emisi CO akibat pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2011)
Gambar 2.16. Historis emisi CH4 akibat pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2011)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 51
Gambar 2.17. Historis emisi N2O akibat pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2011)
Gambar 2.18. Historis emisi NOx akibat pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2011)
Lalu untuk estimasi emisi asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen
digunakan Pendekatan Tier 1 (IPCC, 2006) dengan formula seperti di atas dan
asumsi sebagai berikut :
1. Untuk biomassa tebu yang dibakar (nilai MB) digunakan pendekatan yang
dikemukakan oleh Lara (2005) yaitu sebesar 20 ton ha-1,
2. Untuk nilai Cf untuk digunakan nilai default IPCC (2006), yaitu 0,8
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 52
3. Untuk nilai Gef digunakan nilai default IPCC (2006), yaitu 1.515 ± 95 (CO2),
92 ± 84 (CO), 2,7 (CH4), 0,07 (N2O).
Jika mengacu formula, asumsi, dan hasil penelitian dia atas, maka historis
emisi CO2, CH4, NO, dan NOx dari pembakaran biomassa tebu sebelum panen
di Provinsi Sumatera Selatan dapat diperkirakan seperti pada Gambar 2.19
sampai Gambar 2.22.
Gambar 2.19. Historis emisi CO2 akibat pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
Gambar 2.20. Historis emisi CO akibat pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 53
Gambar 2.21.Historis emisi CH4 akibat pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
Gambar 2.22. Historis emisi N2O akibat pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
c. Peternakan
Peternakan merupakan sektor penting di Sumatera Selatan karena Sumsel
telah memprogram untuk menjadi salah satu sentra produksi daging di wilayah
Sumatera. Lima jenis ternak yang banyak dibudidayakan di Sumatera Selatan
meliputi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Jenis GRK penting pada
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 54
sektor peternakan CH4 dan N2O. Emisi GRK ini melalui dua mekanisme
penting, yaitu :
1. CH4 bersumber dari enteric fermentation yang berkaitan dengan sistem
pencernakan ternak, dan
2. CH4 dan N2O yang bersumber dari tindakan pengelolaan kotoran ternak
(IPCC, 2006).
Estimasi CH4 dan N2O dari ternak memerlukan data tentang jenis ternak,
populasi, dan pakan (jenis dan jumlah). Di provinsi Sumatera Selatan terdapat
lima jenis ternak besar penting, yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi.
Estimasi emisi CH4 asal enteric fermentation mengacu pada Pendekatan Tier 1
(IPCC, 2006) dengan formula dengan formula sebagai berikut :
Emisi = EF(T)*(N(T)/106)
Dimana :
Emisi = Emisi CH4 asal enteric fermentation (Gg CH4 th-1)
EF(T) = Faktor emisi untuk masing-masing jenis ternak (kg CH4 ekor-1 th
-1)
N(T) = Populasi masing-masing jenis ternak
T = Jenis ternak
Untuk aplikasi Tier 1 (IPCC, 2006), digunakan nilai EF(T) default IPPC (2006),
seperti dalam Tabel II.14.
Tabel II.14. Nilai default EF(T) untuk estimasi emisi CH4 asal enteric
fermentation masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera
Selatan
Jenis Ternak Nilai EF(T) (kg CH4 ekor-1
th-1
)
Sapi potong 47
Kerbau 55
Kambing 5
Domba 5
Babi 1,0
Keterangan: Tingkat uncertainty ±30-50% (IPCC, 2006)
Jika mengacu formula dan nilai default di atas, maka historis emisi CH4 asal
enteric fermentation ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan adalah
seperti pada Gambar 2.23.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 55
Gambar 2.23. Historis emisi CH4 asal enteric fermentation ternak besar utama
di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2012)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa emisi GRK (CH4 dan N2O) dari
ternak juga dapat bersumber dari kotoran ternak baik kotoran padat maupun
cair. Dua faktor penting yang mempengaruhi emisi CH4 adalah jumlah kotoran
yang dihasilkan dan proporsi kotoran yang mengalami perombakan secara
anaerob. Jumlah kotoran ditentukan oleh jumlah kotoran setiap ekor hewan
dan populasi hewan. Proporsi kotoran yang yang mengalami proses
perombakan secara anaerob ditentukan oleh sistem pengelolaan kotoran
ternak. Jika kotoran ternak ditampung dalam kolam atau bak penampungan,
misalnya digunakan untuk proses fermentasi untuk menghasilkan bio-gas,
maka proses dekomposisi seara anaerob terjadi dan akan menghasilkan CH4
dalam jumlah besar. Sebaliknya jika kotoran ternak dibiarkan di lapangan,
maka proses perombakan akan terjadi secara aerob dan menghasilkan CH4
dalam jumlah kecil.
Sistem peternakan di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar dilakukan
dalam skala kecil dan dibiarkan bebas. Oleh karena itu, peluang untuk
terjadinya proses perombakan secara anaerob dapat dikategorikan kecil.
Namun demikian, perhitungan tetap perlu dilakukan untuk melihat potensi CH4
sebagai sumber bio-gas seandainya digunakan sebagai sumber energi
alternatif yang sebetulnya sudah diterapkan di beberapa daerah di Sumatera
Selatan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 56
Estimasi emisi CH4 asal dekomposisi anaerob kotoran ternak mengacu pada
Pendekatan Tier 1 (IPCC, 2006) dengan formula dengan formula sebagai
berikut :
Emisi = EF(T)*(N(T)/106)
Dimana :
Emisi = Emisi CH4 asal dekomposisi anaerob kotoran ternak (Gg
CH4 th-1)
EF(T) = Faktor emisi untuk masing-masing jenis ternak (kg CH4
ekor-1 th
-1)
N(T) = Populasi masing-masing jenis ternak
T = Jenis ternak
Untuk aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006), digunakan nilai EF(T) default
IPPC (2006), seperti dalam Tabel II.15.
Tabel II.15. Nilai default EF(T) untuk estimasi emisi CH4 asal kotoran ternak
akibat sistem pengelolaan kotoran ternak masing-masing jenis
ternak di Provinsi Sumatera Selatan
Jenis Ternak Nilai EF(T) (kg CH4 ekor-1
th-1
)
Sapi potong 1
Kerbau 2
Kambing 0,22
Domba 0,2
Babi 7
Keterangan: Tingkat uncertainty ±30% (IPCC, 2006)
Sumber: IPCC (2006)
Jika mengacu formula dan nilai default di atas, maka historis emisi CH4 asal
sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan
adalah seperti pada Gambar 2.24.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 57
Gambar 2.24. Historis emisi CH4 asal kotoran ternak asal sistem pengelolaan
kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-
2012)
Lalu N2O juga merupakan GRK yang teremisi baik secara langsung maupun
tidak langsung selama di penyimpanan dan tindakan pengelolaan sebelum
kotoran ternak digunakan di lahan pertanian. Emisi N2O dari kotoran ternak
secara langsung terjadi di lahan, kandang ternak, dan padang penggembalaan.
Sedangkan emisi secara tidak langsung terjadi setelah aplikasi kotoran ternak
di lahan pertanian.
Emisi N2O secara langsung terjadi melalui nitrifikasi dan denitrifikasi. Besaran
emisi tergantung pada kandungan N dan C kotoran ternak, dan lama masa
endap (penyimpanan). Nitrifikasi merupakan proses oksidasi N-NH3 menjadi N-
NO3- (N-Nitrat) dengan hasil antara berupa N-NO2
- (N-Nitrit) yang memerlukan
suplai oksigen. Jika suplai oksigen terhamat sehingga menimbulkan suasana
anaerob, maka baik N-NO3- dan N-NO2
- diubah menjadi N2O dan N2 melalui
proses denitrifikasi. Kedua mekanisme tersebut dapat terjadi pada kondisi
peternakan di Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena itu, dilakukan estimasi
emisi N2O melalui kedua mekanisme tersebut.
Karena belum tersedianya data spesifik baik untuk tingkat nasional maupun
lokal, maka perhitungan emisi langsung N2O mengadopsi Tier 1 (IPCC, 2006)
dengan mengacu pada nilai Faktor Emisi default IPCC (2006) dengan formula
sebagai berikut :
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 58
Dimana :
N2OD(mm) = Emisi langsung N2O asal kotoran ternak di bawah sistem
pengelolaan tertentu (kg N2O th-1)
N(T) = Populasi masing-masing jenis ternak
Nex(T) = Rata-rata ekskresi N setiap ekor masing-masing ternak
(kg N ekor-1 th
-1)
MS(T, S) = Proporsi total eksresi N tahunan masing-masing ternak
yang dikelola di bawah sistem pengelolaan tertentu
EF3(S) = Faktor emisi untuk emisi langsung N2O asal kotoran
ternak di bawah sistem pengelolaan tertentu (kg N2O-N kg
N-1)
S = Sistem pengelolaan kotoran ternah yang diterapkan
T = Jenis ternak
44/28 = Konversi emisi N2O-N(mm) menjadi emisi N2O(mm)
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sistem peternakan di Provinsi Sumatera
Selatan besar dilakukan dalam skala kecil dan dibiarkan bebas, maka untuk
perhitungan emisi N2O secara langsung digunakan asumsi sistem pengelolaan
kotoran ternak sebagai berikut :
1. Kotoran ternak sapi dan kerbau ditampung (dry lot), dibiarkan di lapangan
(Paddock/Range), dan untuk bahan bakar,
2. Kotoran babi biasanya ditampung dan dicampur antara padat dan cair
(Liquid/Slurry) dan sebagian disimpan sampai kering (Dry Lot).
Oleh karena itu, aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006) untuk menghitung
emisi N2O secara langsung menggunakan nilai Nex(T) MS(T, S), dan EF(T) default
IPPC (2006), seperti dalam Tabel II.15 dan hasil perhitungan disajikan pada
Gambar 2.25.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 59
Gambar 2.25. Historis total emisi N2O secara langsung asal kotoran ternak
pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
Selain secara langsung, emisi gas N asal kotoran ternak juga dapat terjadi
secara tidak langsung melalui volatilisasi NH3 dan NOx. Perhitungan ini
mengadopsi Tier 1 (IPCC, 2006) menggunakan formula sebagai berikut:
Dimana :
Nvolatilisasi-MMS = Jumlah kehilangan N akibat volatisasi dalam bentuk
NH3 dan NOx (kg N th-1)
N(T) = Populasi masing-masing jenis ternak (ekor)
Nex(T) = Rata-rata eksresi N setiap ekor masing-masing ternak
(kg N ekor-1 th
-1)
MS(T, S) = Proporsi total eksresi N tahunan masing-masing
ternak yang dikelola di bawah sistem pengelolaan
tertentu
FracGasMS = Proporsi total ekskresi N masing-masing jenis ternak
yang dikelola (%)
S = Sistem pengelolaan kotoran ternah yang diterapkan
T = Jenis ternak
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 60
Perhitungan kehilangan N melalui volatilisasi ini juga didasarkan atas asumsi
sistem pengelolaan kotoran ternak sebagai berikut :
1. Kotoran ternak sapi dan kerbau disimpan dan dibiarkan mengering (dry lot),
dibiarkan di lapangan (Paddock/Range), dan untuk bahan bakar,
2. Kotoran babi biasanya ditampung dan dicampur antara padat dan cair
(Liquid/Slurry) dan sebagian disimpan sampai kering (Dry Lot).
Oleh karena itu, aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006) untuk menghitung
Nvolatilisasi-MMS digunakan nilai Nex(T), MS(T, S), dan FracGasMS default IPPC (2006).
Nilai default Nex(T) dan MS(T, S) mengacu pada pada Tabel II.16, Nilai default
FracGasMS mengacu pada Tabel II.17 dan hasil perhitungannya disajikan pada
Gambar 2.27.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 61
Tabel II.16. Nilai default MS(T, S), Nex(T), dan EF3(ST) untuk estimasi emisi langsung N2O asal kotoran ternak di bawah sistem pengelolaan
tertentu masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera Selatan
Jenis
Ternak
Nilai
Nex(T) (kg
N ekor-1
th-1)
Nilai MS(T,S) Nilai EF3(S) (kg N2O-N (kg kotoran)-1)
Ditampung
(Liquid/
Slurry)
Ditampun
g (Dry
Lot)
Tidak
Dikelola
(Paddock/
Range)
Digunakan
untuk Pupuk <
24 Jam (Daily
Spread)
Fermentasi
(Anaerobic
Digester)
Ditampun
g (Liquid/
Slurry)
Ditampun
g (Dry
Lot)
Tidak Dikelola
(Paddock/ Range)
Digunakan
untuk Pupuk
< 24 Jam
(Daily
Spread)
Fermentasi
(Anaerobic
Digester)
Sapi perah 0,47 0,38 0,0 0,20 0,29 0,06
0,0 0,02
0,02 (0,007-0,06)
0,0 0,0
Sapi potong 0,34 0,0 0,46 0,50 0,02 0,0 0,02 (0,007-0,06)
Kerbau 0,32 0,0 0,41 0,50 0,04 0,0 0,02 (0,007-0,06)
Kambing 1,37 0,0 0,46 0,50 0,02 0,0 0,01 (0,003-0,03)
Domba 1,17 0,0 0,46 0,50 0,02 0,0 0,01 (0,003-0,03)
Babi 0,50 0,40 0,54 0,0 0,0 0,06 0,02 (0,007-0,06)
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan kisaran nilai Sumber: IPCC (2006)
Tabel II.17. Nilai default FracGasMS asal kotoran ternak di bawah sistem pengelolaan tertentu masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera
Selatan
Keterangan: * = Nilai tidak tersedia, maka dianggap 0 (nol). Angka dalam kurung menunjukkan kisaran nilai Sumber: IPCC (2006)
Jenis Ternak FracGasMS
Ditampung (Liquid/ Slurry) Disimpan (Solid Storage) Ditampung (Dry Lot) Fermentasi (Anaerobic Digester)
Sapi Perah 0,40 (0,15 - 0,45) 0,30 (0,1 - 0,4) 0,20 (0,10 - 0,35) 0,35 (0,20 - 0,80)
Sapi potong 0,0* 0,45 (0,10 - 0,65) 0,30 (0,20 - 0,50) 0,0*
Kerbau 0,0* 0,45 (0,10 - 0,65) 0,30 (0,20 - 0,50) 0,0*
Kambing 0,0* 0,12 (0,05 - 0,20) 0,0* 0,0*
Domba 0,0* 0,12 (0,05 - 0,20) 0,0* 0,0*
Babi 0,48 (0,15 - 0,60) 0,45 (0,10 - 0,65) 0,0* 0,40 (0,25 - 0,75)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 62
Gambar 2.26. Historis total emisi N secara tidak langsung melalui volatilisasi NH3 dan NOx asal kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
Estimasi emisi N2O secara tidak langsung (N2OG(mm) menggunakan persamaan
berikut :
Dimana :
N2OG(mm) = Emisi N2O tidak langsung akibat volatisasi (kg N2O th-1)
EF(4) = Faktor emisi N2O asal deposisi N pada tanah dan
permukaan air, kg N2O-N (kg NH3-N + NOx-N
Tervolatilisasi)-1. Nilai default IPCC (2006) = 0,01 (0,002 -
0,05) kg N2O-N (kg NH3-N + NOx-N Tervolatilisasi)-1.
44/28 = Konversi emisi N2O-N(mm) menjadi emisi N2O(mm)
Aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006) untuk menghitung N2OG(mm)
menggunakan nilai EF4 default IPPC (2006), yaitu 0,01. Hasil perhitungannya
disajikan pada Gambar 2.27.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 63
Gambar 2.27. Historis total emisi N2O secara tidak langsung melalui volatilisasi
asal kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran
ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
Berdasarkan hasil pada Gambar 2.24 sampai 2.27, emisi GRK asal ternak
besar di Provinsi Sumatera Selatan menurun. Penurunan ini bukan berkaitan
dengan telah adanya langkah atau upaya untuk menurunkan emisi GRK tetapi
disebabkan oleh penurunan populasi ternak terutama sejak tahun 2007 sampai
2010.
2.3.2 Sumber Emisi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan dan lahan gambut bersumber dari
perubahan tutupan lahan dan lahan gambut. Perubahan tutupan lahan terjadi
sebagian besar diakibatkan kegiatan deforestrasi pada kawasan hutan terutama di
kawasan hutan primer baik itu hutan lahan kering, hutan mangrove, dan hutan rawa.
Deforestasi itu sendiri dapat di akibatkan oleh illegal logging, pembukaan lahan
pertanian oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan, dan atau oleh kebakaran
hutan. Perubahan tutupan lahan juga disebabkan oleh degradasi hutan.
Berdasarkan data peta tutupan lahan tahun 2006 dan 2011 dari Baplan, di
Sumatera Selatan selama periode tahun 2006 – 2011 terjadi 4.41 % deforestasi
sebagian besar lahan menjadi perkebunan, hutan tanaman, dan pertanian lahan
kering (campur).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 64
Gambar 2.28 Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 (kiri) dan 2011 (kanan) Provinsi
Sumatera Selatan (Sumber : Baplan)
Tabel II.18. Perubahan Lahan Pada Periode tahun 2006 – 2011 Provinsi
Sumatera Selatan
Penutupan Lahan 2006
Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan
Hutan Lahan Kering Primer
301,316.63
Hutan Lahan Kering Primer 299,099.90
Hutan Lahan Kering Sekunder
356.55 Degradasi
Pertanian Lahan Kering Campur
882.26 Deforestrasi
Semak Belukar 977.92 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Hutan Lahan Kering Sekunder
302,676.22
Hutan Lahan Kering Sekunder
276,890.01
Perkebunan 2,321.78 Deforestrasi
Pertanian Lahan Kering 156.29 Deforestrasi
Pertanian Lahan Kering Campur
18,268.96 Deforestrasi
Semak Belukar 3,466.40 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Tanah Terbuka 1,572.77 Deforestrasi
Hutan Mangrove Primer
142,883.32
Hutan Mangrove Primer 104,366.45
Hutan Mangrove Sekunder 37,721.28 Degradasi
Belukar Rawa 753.31 Deforestrasi
Tambak 33.96 Deforestrasi
Tanah Terbuka 8.68 Deforestrasi
Hutan Rawa Primer 30,174.91
Hutan Rawa Primer 11,678.07
Hutan Rawa Sekunder 7,976.62 Degradasi
Perkebunan 6,246.59 Deforestrasi
Belukar Rawa 1,036.55 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Tanah Terbuka 3,237.08 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Hutan Tanaman 215,779.04 Hutan Tanaman 203,627.42
Pertanian Lahan Kering 142.92 Degradasi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 65
Penutupan Lahan 2006
Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan
Semak Belukar 1,127.65 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Tanah Terbuka 10,881.05 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Semak Belukar 536,669.68
Semak Belukar 513,330.54
Hutan Lahan Kering Sekunder
26.14 Reforestrasi
Hutan Tanaman 222.78 Reforestrasi
Perkebunan 19,157.06 Reforestrasi
Pertanian Lahan Kering Campur
50.93 Reforestrasi
Tanah Terbuka 3,882.23 Degradasi
Perkebunan 666,867.94 Perkebunan 666,867.94
Pemukiman 169,989.80 Pemukiman 169,989.80
Tanah Terbuka 277,351.70
Tanah Terbuka 250,355.84
Hutan Tanaman 9,263.56 Reforestrasi
Sawah 10.41
Semak Belukar 9,459.36
Pertanian Lahan Kering 71.85 Reforestrasi
Pertanian Lahan Kering Campur
1,713.59 Reforestrasi
Perkebunan 6,477.08 Reforestrasi
Rumput 267,451.78
Rumput 263,664.95
Perkebunan 3,456.52 Reforestrasi
Pertanian Lahan Kering Campur
24.97 Reforestrasi
Tanah Terbuka 305.35
Air 98,447.23 Air 98,447.23
Hutan Mangrove Sekunder
31,064.53
Hutan Mangrove Sekunder 29,343.60
Hutan Tanaman 1,682.49 deforestrasi
Tambak 38.44 deforestrasi
Hutan Rawa Sekunder
225,105.52
Hutan Rawa Sekunder 190,638.92
Perkebunan 14,654.30 Deforestrasi
Pertanian Lahan Kering 1,808.88 Deforestrasi
Belukar Rawa 6,927.76 Degradasi
Tanah Terbuka 11,075.67 Deforestrasi (kebakaran hutan)
Belukar Rawa 1,333,684.71
Belukar Rawa 890,305.27
Hutan Mangrove Sekunder 965.21 Reforestrasi
Hutan Tanaman 62,374.69 Reforestrasi
Semak Belukar 366,180.72 degradasi (kebakaran hutan)
Tambak 234.50
Tanah Terbuka 13,624.31 degradasi (kebakaran hutan)
Pertanian Lahan Kering
570,024.09 Tanah Terbuka 54.02 deforestrasi
Pertanian Lahan Kering 569,970.07
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 66
Penutupan Lahan 2006
Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan
Pertanian Lahan Kering Campur
2,865,496.26
Pertanian Lahan Kering Campur
2,856,423.83
Perkebunan 7,497.24 diversifikasi
Tanah Terbuka 1,575.19 Reforestrasi
Sawah 410,839.08 Sawah 410,839.08
Tambak 59,806.98 Tambak 59,806.99
Bandara/Pelabuhan 248.76 Bandara/Pelabuhan 248.76
Transmigrasi 56,601.73 Transmigrasi 56,601.73
Pertambangan 28,194.75 Pertambangan 28,194.76
Rawa 145,853.63
Rawa 133,388.41
Hutan Tanaman 11,933.39 Reforestrasi
Perkebunan 531.83 Reforestrasi
Sumatera Selatan mempunyai lahan gambut seluas 1 262 385 hektar, terluas kedua
di Pulau Sumatera setelah Provinsi Riau. Sebagian besar lahan gambut masih
berupa tutupan hutan dan menjadi habitat bagi berbagai spesies fauna dan
tanaman langka. Lebih penting lagi, lahan gambut menyimpan karbon (C) dalam
jumlah besar. Gambut juga mempunyai daya menahan air yang tinggi sehingga
berfungsi sebagai penyangga hidrologi areal sekelilingnya. Konversi lahan gambut
akan mengganggu semua fungsi ekosistem lahan gambut tersebut.
Gambar 2.29 Peta Sebaran Gambut di Provinsi Sumatera Selatan
Dalam keadaan hutan alami, lahan gambut berfungsi sebagai penambat (sequester)
karbon sehingga berkontribusi dalam mengurangi gas rumah kaca di atmosfir,
walaupun proses penambatan berjalan sangat pelan setinggi 0-3 mm gambut per
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 67
tahun (Parish et al., 2007) atau setara dengan penambatan 0-5,4 t CO2 ha-1 tahun-
1 (Agus, 2009). Apabila hutan gambut ditebang dan di drainase, maka karbon
tersimpan pada gambut mudah teroksidasi menjadi gas CO2 (salah satu gas rumah
kaca terpenting). Selain itu lahan gambut juga mudah mengalami penurunan
permukaan (subsiden) apabila hutan gambut dibuka. Oleh karena itu diperlukan
kehati-hatian dan perencanaan yang matang apabila akan mengkonversi hutan
gambut. Perencanaan harus mengacu pada hasil studi yang mendalam mengenai
karakteristik gambut setempat dan dampaknya bila hutan gambut dikonversi.
Deforestasi hutan dan penggunaan lahan gambut untuk sistem pertanian yang
memerlukan drainase dalam (> 30 cm) serta pembakaran atau kebakaran
menyebabkan emisi CO2 menjadi sangat tinggi. Emisi lahan gambut di Provinsi
Sumatera Selatan sebagian besar diakibatn oleh aktivitas yang terjadi di lahan
gambut seperti deforestrasi pada hutan gambut, drainase untuk perkebunan dan
hutan tanaman, dan kebakaran lahan gambut. Berdasarkan informasi terakhir,
jumlah hot spot (titik panas) yang terpantau di Provinsi Sumsel mengalami
peningkatan drastis. Selama lima hari (1–5 September), hot spot tembus 1.154 titik.
(http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/, diakses tgl 27
September 2012 pukul 2:26 PM).
Berdasarkan data sumber emisi tersebut akan diketahui jumlah potensi emisi GRK
di Provinsi Sumatera Selatan. Emisi akibat perubahan tutupan lahan dihasilkan dari
dari data aktivitas perubahan tutupan lahan yang dipengaruhi oleh factor emisi tiap
– tiap jenis tutupan lahan.
Emisi (C) = Data Aktivitas x Faktor Emisi
Data aktivitas perubahan lahan berdasarkan perubahan lahan yang terjadi pada
periode tahun 2006 – 2011 (sumber data dari Baplan).
Tabel II.19. Faktor Emisi Karbon Diatas Permukaan Tanah
Kode PL Penutupan Lahan AGC
2001 Hutan Lahan Kering Primer 195.4
2002 Hutan Lahan Kering Sekunder 169.7
2004 Hutan Mangrove Primer 170
2005 Hutan Rawa Primer 196
2006 Hutan Tanaman 64
2007 Semak Belukar 15
2010 Perkebunan 63
2012 Permukiman 1
2014 Tanah Terbuka 0
3000 Rumput 4.5
5001 Air 0
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 68
Kode PL Penutupan Lahan AGC
20041 Hutan Mangrove Sekunder 120
20051 Hutan Rawa Sekunder 155
20071 Belukar Rawa 15
20091 Pertanian Lahan Kering 8
20092 Pertanian Lahan Kering Campur 10
20093 Sawah 5
20094 Tambak 0
20121 Bandara/Pelabuhan 5
20122 Transmigrasi 10
20141 Pertambangan 0
50011 Rawa 0
Sedangkan emisi pada lahan gambut, selain dipengaruhi factor emisi dari stok
karbon tiap jenis tutupan lahan juga dipengaruhi oleh factor emisi dari drainase
masing – masing tutupan lahan
Tabel II.20. Faktor Emisi Karbon dari Lahan Gambut menggunakan model
Hooijer, et.al., 2010 yang dimodifikasi
PENGGUNAAN LAHAN Asumsi kedalaman
drainase (cm) Emisi CO2 (t/ha/th)
Hutan gambut primer 0 0
Hutan gambut tebangan 30 19
Karet rakyat 50 32
Kelapa sawit 60 38
HTI 50 32
Tanaman campuran/Agroforest 50 32
Belukar gambut 30 19
Tanaman semusim 30 19
Pemukiman 70 45
Rumput/resam 30 19
Sawah 10 6
Pertambangan 100 64
Dari analisa metode diatas (menggunakan aplikasi Abacus beta 09) diketahui
bahwa emisi GRK paling tinggi berasal dari lahan gambut baik itu dikawasan hutan
maupun diluar kawasan hutan, kemudian diikuti oleh emisi akibat perubahan lahan
pada Kawasan Hutan Lindung.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 69
Tabel II.21. Emisi GRK pada masing – masing zonasi tutupan lahan
No. Tutupan Lahan Emisi CO2 ton/tahun Total historical
Emmision Proporsi Emisi
(%)
1 Gambut_Non hutan 5,335,245.34 26,676,226.70 41.79
2 Gambut_kwsn hutan 3,265,647.57 16,328,237.84 25.58
3 Hutan Lindung 2,388,259.14 11,941,295.69 18.71
4 Hutan Suaka Alam 1,028,461.44 5,142,307.21 8.06
5 Hutan Produksi Tetap 625,937.12 3,129,685.61 4.90
6 Hutan Produksi Terbatas 248,288.72 1,241,443.59 1.94
7 Hutan Suaka Alam Laut 5,245.72 26,228.58 0.04
8 Pertanian 56,561.99 282,809.93 0.44
9 Pertahanan Keamanan 8,995.16 44,975.81 0.07
10 Perikanan 3,383.07 16,915.36 0.03
11 Perairan 104.98 524.92 0.00
12 Industri - - -
13 Kawasan Tanjung Api-Api - - -
14 Permukiman (3,898.99) (19,494.94) (0.03)
15 Hutan Produksi Konversi (141,588.27) (707,941.37) (1.11)
16 Perkebunan (54,133.41) (270,667.05) (0.42)
Total Emisi historikal Sumsel 63,832,547.89
Gambar 2.30 Proporsi Historikal Emisi GRK masing – masing zonasi Tutupan
Lahan di Provinsi Sumatera Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 70
2.3.3 Sumber Emisi Sektor Energi
Di Sumatera Selatan pada tahun 2010 kapasitas terpasang pembangkit listrik PLN
dari PLTD mencapai 6,15 MW yang dihasilkan dari 172 unit, dengan produksi
tenaga listrik sebesar 14,64 GWh, PLTGU sebesar 150 MV yang diproduksi dari
PLTGU Palembang Timur, dan PLTG sebesar 80 MV dari PLTGU Gunung Megang.
Sehubungan dengan program pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang
mencanangkan sebagai Lumbung Energi, hal ini akan berkontribusi terhadap emisi
gas rumah kaca. Emisi GRK di sektor energy bersumber dari pembangkit –
pembangkit listrik (PLTD dan PLTU) yang masih menggunakan bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, dan batubara yang akan menghasilkan emisi CO2.
Permasalahan yang timbul akibat emisi GRK ini sebagai berikut :
1. Penerapan hemat energi di kalangan masyarakat masih belum optimal
seperti pemakaian lampu, pendingin (AC), baik di rumah, perkantoran,
tempat usaha, demikian juga pada kenderaan bermotor.
2. Upaya penerapan manajemen energi belum mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh, sehingga konsumsi energi masih belum optimal sesuai
dengan kebutuhan energi yang sesuai.
3. Penerapan audit energi pada sebagian perusahaan belum sepenuhnya
dilaksanakan, karena masih dianggap beban.
4. Kurangnya kesadaran sebagian masyarakat dalam upaya menghemat
pemakaian energi terutama pada fasilitas umum.
5. Upaya konservasi energi terutama energi fosil belum optimal dilakukan
mengingat adanya kesan bahwa potensi sumber energi fosil terutama
batubara di Sumatera Selatan sangat besar.
6. Diversifikasi energi terutama peningkatan energi baru dan terbarukan masih
belum mendapat perhatian baik dari segi pengembangan teknologi dan
penerapannya.
7. Efisiensi pemanfaatan energy yang dihasilkan pada system pembangkit
listrik yang menggunakan bahan bakar fosil (terutama batubara) belum
maksimal, sehingga konsumsi bahan bakar masih cukup besar.
Emisi gas rumah kaca sektor energy difokuskan pada emisi CO2 yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik yang menggunakan energl fosil seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik
Tenaga Mesin Gas (PLTMG), dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD, emisi
CO2 yang dihasilkan dari pemakaian bahan bakar oleh masyarakat dan emisi CO2
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 71
yang dihasilkan dari proses pembakaran kayu bakar. Penghitungan emisi CO2
dilakukan dengan cara mengetahui kuantitas material yang akan menghasilkan
GRK dan faktor emisinya. Perhitungan ini menggunakan IPCC dan atau LEAP.
a. Emisi CO2 dari PLTU
Perhitungan emisi CO2 berdasarkan kapasitas listrik terpasang (MW) pada
PLTU di Sumatera Selatan, dan waktu operasional PLTU (jam/tahun).
Berdasarkan data tersebut maka diketahui emisi CO2 historikal/baseline.
Tabel II.22. Emisi CO2 Baseline pada PLTU Provinsi Sumatera Selatan
TAHUN KAPASITAS TERPASANG (MW) Emisi CO2 (ton/tahun)
2005 751.85 4,893,551.06
2006 759.40 4,942,691.59
2007 818.25 5,325,727.41
2008 855.45 5,567,850.31
2009 849.45 5,528,798.23
2010 969.15 6,307,887.22
Kenaikan rata-rata kapasitas PLTU selama 5 tahun dari tahun 2005 sampai
tahun 2010 adalah 43,46 MW, atau dalam persentase : 5,78. Sehingga
dihasilkan emisi CO2 pada tahun 2011 sebesar 6,672,483.10 ton/tahun.
b. Pembangkit Listrik Tenaga Disesl (PLTD) milik PLN
PT. PLN memiliki PLTD yaitu PLTD Sungai Juaro yang terletak di Palembang
dan PLTD Tanjung Enim yang terletak di Tanjung Enim, kabupaten Muara
Enim. PLTD Sungai Juaro memiliki 2 (dua) unit pembangkit dengan kapasitas
total terpasang 25.200 kW dan daya mampu total sebesar 24.000 kW. PLTD
Tanjung Enim memiliki 2 (dua) unit pembangkit dengan kapasitas total
terpasang 12.736 kW dan daya mampu total sebesar 12.600 kW pada tahun
2011.
Tabel II.23. Emisi CO2 Baseline pada PLTD Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Produksi Listrik (kWh) Faktor Emisi (ton
CO2e/kWh) Emisi (ton CO2e/tahun)
2007 34,037,500
0.000743
25,289.86
2009 35,934,600 26,699.41
2011 45,422,700 33,749.07
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 72
c. Emisi CO2 dari Bahan Bakar (Pertamina)
Berdasarkan data dari Pertamina terdapat 10 jenis bahan bakar yang
didistribusikan oleh Pertamina ke masyarakat yaitu Avigas, Avigas, BB2L,
Premix, Pertamax, Minyak Tanah, Minyak Diesel, Minyak Solar, dan Minyak
Bakar (Lampiran 2). Emisi CO2 baseline didapatkan dari perkalian Jumlah
Bahan Bakar dan factor emisi dari masing – masing jenis bahan bakar
(Lampiran 2).
Tabel II.24. Faktor Emisi Bahan Bakar
BAHAN BAKAR Faktor emisi
(kg CO2e/liter)
Avigas 2.6
Avtur 2.6
BB2L 2.6
Premix 2.6
Pertamax 2.6
Premium 2.6
Minyak tanah 2.58
Minyak diesel 2.2
Minyak Solar 2.2
Minyak Bakar 2.2
Sumber: IPCC, 2006.
Gambar 2.31 Emisi Baseline (historical) Total Bahan Bakar Provinsi Sumatera
Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 73
Berdasarkan data penjualan BBM di Sumatera Selatan dari tahun 2004 sampai
2010, diketahui bahwa penjualan BBM terbesar adalah untuk konsumen
transportasi (72%), industri (24%) dan paling kecil adalah untuk konsumen
rumah tangga (4%).
Tabel II.25. Penjualan BBM di Sumsel (2004-2010) menurut jenis konsumen
Tahun Penjualan BBM (kilo liter)
Industri Transportasi Rumah tangga Jumlah
2004 424,244 1,093,259 290,975 1,808,478
2005 319,798 975,179 291,622 1,586,599
2006 423,055 775,478 212,717 1,411,250
2007 681,750 525,682 244,981 1,452,413
2008 651,640 575,641 261,841 1,489,122
2009 357,068 1,068,733 54,853 1,480,654
2010 373,780 1,118,754 57,420 1,549,954
Sumber: Pertamina
Tabel II.26. Emisi Co2 berdasarkan Jenis Konsumen
Tahun Total Emisi
(ton)
Emisi CO2 -eq (ton)
Transportasi Industri Rumah Tangga
2004 3,470,983.90
2,499,108.41
599,786.02 23,991.44
2005 2,694,217.76
1,939,836.79
465,560.83 18,622.43
2006 3,317,499.54
2,388,599.67
573,263.92 22,930.56
2007 3,497,021.98
2,517,855.83
604,285.40 24,171.42
2008 2,714,126.94
1,954,171.40
469,001.14 18,760.05
2009 1,681,234.52
1,210,488.85
290,517.33 11,620.69
2010 3,688,326.16
2,655,594.84
637,342.76 25,493.71
Sumber : Analisa Data
d. Emisi CO2 eq dari PLTG Bukit Asam dan PLTD Keramasan
Emisi CO2 dihasilkan dari jumlah pemakaian gas batubara dan diesel yang
digunakan oleh pembangkit listrik Bukit Asam dan Keramasan
.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 74
Tabel II.27. Jumlah Pemakaian Gas Batu Bara dan Diesel pada Pembangkit
Listrik Bukit Asam dan Keramasan
Tahun Keramasan Gas
(MMBTU) Bukit Asam
Batubara (Kg) Keramasan HSD (Ltr)
Keramasan IDO/MFO (Ltr)
Bukit Asam HSD (Ltr)
2007 14,006,657 1,023,017,276 9,211 7,989,494 4,353,070
2008 11,124,899 1,119,272,829 9,771 11,428,276 3,103,062
2009 14,652,044 1,110,671,769 5,078 8,461,520 5,372,532
2010 20,379,237 1,000,887,733 2,454 8,461,520 6,200,261
2011 22,802,852 828,122,843 - 10,922,668 4,871,276
Jumlah 82,965,689 5,081,972,450 26,514 47,263,478 23,900,201
Berdasarkan data tersebut diatas maka diketahui emisi CO2 yang dihasilkan
dari pemakaian gas batubara dan minyak diesel pada proses pembangkit listrik
di Bukit Asam dan Keramasan.
Tabel II.28. Emisi CO2 eq Baseline pada Pembangkit Listrik Bukit Asam
dan Keramasan.
TAHUN
Emisi CO2 (ton/tahun)
Keramasan Gas
(MMBTU)
Bukit Asam Batubara
(Kg)
Keramasan HSD (Ltr)
Keramasan IDO/MFO
(Ltr)
Bukit Asam HSD (Ltr)
Total emisi
2007 836,700 2,210,111.84 20.26 17,576.89 9,576.75 3,073,985.42
2008 664,555.39 2,418,060.95 21.50 25,142 6,827 3,114,606.78
2009 875,252.42 2,399,479.35 11.17 18,615 11,820 3,305,177.85
2010 1,217,371.21 2,162,303.49 5.40 18,615 13,641 3,411,936.02
2011 1,362,147.93 1,789,064.70 0 24,030 10,717 3,185,959.31
e. Emisi GRK dari Pembangkit Listrik PLTG milik PLN
Untuk memenuhi kebutuhan energy listrik di Sumatera Selatan, PLN telah
membangun dan memproduksi listrik dari pembangit listrik tenaga gas (PLTG).
Pada kondisi bulan Februari 2012, PLTG tersebut aadalah sebagaimana
tercantum pada table di bawah ini.
Tabel II.29. Daftar PLTG milik PLN pada Februari 2012
NO NAMA SENTRAL JUMLAH DAYA
UNIT TERPASANG
1 Keramasan 3 44,850
2 Inderalaya (RNT) 1 50,000
3 Inderalaya (S. Tiga) 2 40,000
4 Merah Mata LM 2000 Ex Tlg Duku 1 15,000
5 Talang Duku FR5 1 20,000
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 75
NO NAMA SENTRAL JUMLAH DAYA
UNIT TERPASANG
6 Mounted Merah Mata 1 20,000
7 Mounted Merah Mata 2 20,000
8 Apung 1 30,000
9 Keramasan AKE (RNT) 1 1 50,000
10 Keramasan AKE (RNT) 2 2 50,000
11 EX. Sunyaragi 1 20,000
12 PLTMG NAVIGAT 1 30,000
TOTAL 16 389,850
Tabel berikut menunjukkan produksi energy listrik dan perhitungan emisi CO2e
dari PLTG milik PLN sebagaimana tersebut di atas, dengan menggunakan
factor emisi adalah 0,743 kg CO2e/kWh dari tahun 2007 sampai 2011.
Tabel II.30. Emisi CO2 Baseline PLTG Sumatera Selatan
Tahun Produksi (kWh) Emisi (ton CO2e/th) 2007 834,326,352 619,904,479.54 2008 632,788,420 470,161,796.06 2009 882,842,283 655,951,816.27 2010 1,254,112,110 931,805,297.73 2011 1,565,632,785 1,163,265,159.26
Gambar 2.32 Emisi CO2 Baseline PLTG di Sumatera Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 76
f. Emisi GRK dari Pembangkit Listrik PLTG, PLTM milik swasta
Berikut ini disajikan emisi GRK dari berbagai pembangkit PLTG, PLTMG yang
dimiliki oleh swasta dan produksi listrik pada tahun 2010
1. Pembangkit Listrik PLTG PT. Asrigita Prasarana
Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh
Listrik yang disalurkan ke PLN : 1,103,492,190 kWh
Pemakaian bahan bakar : 7,835.75 MMSCF
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 844,464.08 ton
2. Pembangkit Lisrik : PLTG MUSI I
Pemilik : PT. PURA DAYA PRIMA
Lokasi : Palembang, Sumatera Selatan
Daya terpasang : 3 X 4, 61 MW (13,83 MW) + 6 MW
Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh
Mulai operasi : Juni 2006
Gross product : 114,091,708 kWh
Netto product : 112,256,385 kWh
Pemakaian sendiri : 2,801,984 kWh
Bahan bakar : 1,084,252.86 BTU
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 84,770.14 ton CO2e.
3. Pembangkit Listrik : PLTG GUNUNG MEGANG
Pemilik : PT. Meppo - Gen
Lokasi : Gunung Megang
Daya terpasang : 2 X 40 MW
Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh
Mulai operasi : Juni 2006
Gross product : 446,870,940 kWh
Netto product : 441,965,200 kWh
Pemakaian sendiri : 4,905,740 kWh
Import : 299,500 kWh
Bahan bakar : 4,394,213.24 MMBTU
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 332,025.11 ton CO2e.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 77
4. Pembangkit Listrik : PLTG PRABUMULIH
Pemilik : PT. ELNUSA PRIMA ELEKTRIKA
Lokasi : Prabumulih, Sumatera Selatan
Daya terpasang : 2 x 6 MW (12 MW)
Beban Puncak : 139.8 MW
Beban rata-rata : 120.74 MW
Produksi Yang Disalurkan ke PLN : 86,795,900 kWh
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 64,489.35 ton CO2e.
5. Pembangkit Listrik : PLTMG SAKO
Pemilik : PT. PT. MULTIDAYA PRIMA
ELEKTRINDO
Lokasi : Kalidoni, Palembang
Daya terpasang : 2 x 6 MW (12 MW)
Mulai operasi : Juni 2008
Beban Puncak : 127.9 MW
Beban rata-rata : 103.2 MW
Produksi Yang Disalurkan ke PLN : 81,075,704 kWh
Bahan bakar : 818,865 MSCF
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 60,239.25 ton CO2e.
Tabel II.31. Emisi CO2 dari Lima Pembangkit PLTG, PLTMG Swasta
No Nama Pembangkit Emisi CO2e (ton) Persentase Emisi CO2e
1 PLTG PT. ASRIGITA PRASARANA 844,464.08 60.93
2 PLTG MUSI II 84,770.14 6.12
3 PLTG GUNUNG MEGANG 332,025.11 23.96
4 PLTG PRABUMULIH 64,489.35 4.65
5 PLTMG SAKO 60,239.25 4.35
JUMLAH 1,385,987.93 100.00
g. Emisi CO2 dari Kayu Bakar
Diasumsikan bahwa 50% persen dari masyarakat Provinsi Sumatera Selatan
masih menggunakan kayu bakar untuk mendukung kegiatan rumah tangga,
dengan volume bakar per orang setiap tahunnya 1.2 m3. Besar emisi CO2
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 78
sangat dipengaruhi oleh massa jenis kayu yang diasumsikan sebesar 1 ton/m3
dengan factor emisi untuk kayu bakar 1.75.
Tabel II.32. Asumsi Jumlah Pemakain Kayu Bakar dan Emisi CO2 yang
dihasilkan
Penduduk pemakai
kayubakar
Jumlah kayu
(m3/tahun)
Jumlah kayu
(ton/tahun)
Emisi CO2
(Gg/tahun)
Emisi CO2
(ton/tahun)
3,215,094 3,858,112.80 3,858,112.80 6,751.70 6,751,697.40
3,259,396 3,911,274.60 3,911,274.60 6,844.73 6,844,730.55
3,314,208 3,977,049.60 3,977,049.60 6,959.84 6,959,836.80
3,377,950 4,053,540.00 4,053,540.00 7,093.70 7,093,695.00
3,449,946 4,139,935.20 4,139,935.20 7,244.89 7,244,886.60
3,509,982 4,211,978.40 4,211,978.40 7,370.96 7,370,962.20
3,560,895 4,273,074.00 4,273,074.00 7,477.88 7,477,879.50
3,611,318 4,333,581.00 4,333,581.00 7,583.77 7,583,766.75
3,725,197 4,470,236.40 4,470,236.40 7,822.91 7,822,913.70
2.3.4. Sumber Emisi Sektor Transportasi
Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber pencemaran udara yang sangat
berpengaruh di daerah perkotaan, selain industri dan rumah tangga. Kondisi emisi
kendaraan bermotor dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi
pembakaran dalam mesin. Pada saat terjadi pembakaran sempurna, emisi paling
signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas
cabon dioksida dan uap air, namun kondisi ini jarang terjadi. Hampir semua bahan
bakar mengandung polutan. Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang
menggunakan BBM antara lain CO, HC, SO2, NO2 dan partikulat. Kumpulan
pencemaran udara tadi akan menyebabkan terjadinya Green House Gases.
Sektor transportasi yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca secara
global, yaitu:
a. Subsektor Pelayaran/Maritim:
• Berkontribusi hingga 3,3% dari total emisi gas kaca di tahun 2007
• Diperkirakan akan meningkat sebanyak dua atau tiga kali lipat di tahun 2050
• Konsumsi 1 ton BBM memproduksi 3 ton emisi CO2
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 79
• Di tahun 2006, total ~2 milyar ton CO2 dihasilkan dari total konsumsi BBM
sebanyak ~640 juta ton
b. Subsektor Penerbangan:
• Berkontribusi hingga 3% dari emisi CO2 dunia (UN Intergovernmental Panel
on Climate Change)
• Konsumsi 1 ton kerosin akan memproduksi 3,15 ton emisi CO2
• Di tahun 2025, emisi CO2 dari indsutri penerbangan global akan meningkat
hingga 50 – 70 % atau mencapai 1,2 dan 1,5 milyar ton.
• Potensi pertukaran karbon di seluruh dunia diperkirakan dapat melebihi 660
juta metriks ton CO2 per tahun
c. Subsektor Angkutan Darat/Jalan:
• Berkontribusi hingga 15% dari emisi CO2 dunia
• Konsumsi 1000 galon bensin BBM memproduksi 8,9 ton emisi CO2 (US EPA)
Pola kebijakan yang diambil dalam mengatur setiap moda transportasi akan sangat
mempengaruhi biaya transportasi yang berbentuk kebutuhan atau permintaan
energi untuk transportasi. Pada akhirnya juga akan berpengaruh pada pemilihan
penggunaan jenis transportasi. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda,
2004 dan 2025 dapat dilihat pada tabel berikut. Hubungan antara konsumsi energi
transportasi menurut moda pada tahun 2004 diproyeksikan dan diperoleh
proyeksinya sampai tahun 2025. Pada tahun 2004, moda jalan raya mendominasi
pemakaian energi, yaitu mencapai 69,72% dari total konsumsi untuk sektor
transportasi. Penggunaan energi untuk moda jalan raya dari yang terbesar sampai
terkecil adalah angkutan truk (27,83%), angkutan mobil penumpang (27,58%),
sepeda motor (12,88%), dan bus (1,43%). Pada tahun 2025, konsumsi energi untuk
moda ini diperkirakan mengalami kenaikan hingga 77,63%, dengan distribusi untuk
angkutan truk (32,01%), angkutan mobil penumpang (20,37%), sepeda motor
(24,17%), dan bus (1,08%).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 80
Tabel II.33. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda, tahun 2004 dan
2025
Jenis Transportasi
2004 2025
Total Persentasi
(%)
Konsumsi
(Juta SBM)
Total Persentasi Konsumsi
(Juta SBM)
Mobil Penumpang
69,72
27,58 0.9297
77,63
20,37 2.4727
Sepeda Motor 12,88 0.4344 24,17 2.9335
Bus 1,43 0.0483 1,08 0.1284
Truk 27,83 0.9379 32,01 3.8843
Kereta Api 7,58 0.2556 5,60 0.6799
ASDP 7,02 0.2368 5,19 0.6299
Angkutan Laut 13,59 0.4582 10,04 1.2186
Angkutan Udara 2,09 0.0705 1,55 0.1876
Jumlah 100 3.3716 100 12.135
Sumber: Analisis Energi Transportasi, Masterplan Sumsel Lumbung Energi Nasional, 2005
Pertumbuhan penggunaan energi dapat dipengaruhi oleh kebijakan terhadap
pemilihan moda, terutama moda angkutan jalan raya. Dalam konteks ini, pemakaian
energi untuk transportasi jalan akan mengalami perubahan jika ada kebijakan yang
mewajibkan angkutan berat (petikemas) harus menggunakan angkutan kereta api.
Melihat, uraian tentang pemetaan energi pada uraian diatas, harapan pada
batubara yang akan dikembangkan untuk briket dan bahan bakar transportasi
setelah diubah menjadi energi listrik. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
penggunaan energi batu bara untuk transportasi masih menunjukkan angka nol,
demikian juga halnya dengan penggunaan gas alam dan biomassa. Bila
dikembangkan, maka akan ada energi alternative untuk transportasi.
Proyeksi penggunaan energi tahun 2025 ini, dengan mengasumsikan bahwa tidak
ada sentuhan pada kebijakan terhadap pemilihan moda maka tren pertumbuhan
penggunaan energi untuk moda angkutan jalan raya akan terus naik (7,91%) Untuk
itu harus ada kebijakan yang lahir dalam memperbaiki proporsi pemilihan moda.
Perubahan kebijakan seperti mewajibkan angkutan berat dan angkutan petikemas
diangkut dengan angkutan kereta api akan mempengaruhi perubahan angka
penggunaan energi untuk transportasi jalan.
Merujuk kepada dominasi penggunaan Energi Transportasi Sumsel sampai tahun
2025 sejumlah 77,63 persen, maka masih wajar kiranya untuk perhitungan RAD
GRK Transportasi Sumsel dibatasi pada Transportasi Jalan Raya.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 81
Permasalahan Transportasi saat ini, yang pada akhirnya menyumbang kepada
meningkatnya emisi CO2 di Sumatera Selatan adalah:
• Truk (modifiksi) yang berlebihan dari komposisi LHR
• Pertumbuhan Jumlah Kendaraan
• Tidak Terintegrasi Sistem Transportasi
• Tidak tumbuhnya angkutan moda lain spt KA dan Sungai
• Tata Ruang
• Kemacetan Lalu Lintas
• Perilaku Pengemudi
• Kebijakan BBM
Oleh sebab itu perhitungan Emisi CO2 diharapkan menggunakan karakteristik local
dan mencerminkan pembedaan akibat karakteristik masalah diatas, yaitu
menggunakan Tier 3.
Penggunaan Bahan Bakar Fosil Dalam kajian ini dilakukan ketiga Tier tersebut.
a. Penghitungan Tier 1 dilakukan dengan Metode IPCC
b. Penghitungan Tier 2 dilakukan dengan Metode IPCC, namun menggunakan
data jumlah kendaraan menurut modanya yang dikeluarkan statistic daerah
(BPS Sumatera Selatan) dan Kementrian Perhubungan
c. Penghitungan Tier 3 dilakukan dengan menggunakan metode Analisis
Dekomposisi Kaya
1. TIER 1
Penghitungan Tier 1 dilakukan tanpa koreksi atau tanpa memasukkan fakta
karakteristik local (jumlah kendaraan terdaftar pertahun). Jumlah konsumsi
energy Transportasi diperhitungkan berdasarkan Jumlah Penjualan BBM yang
ada pada data Statistik, yaitu sebanyak 1,068,733 kilo liter pada tahun 2009.
Gambar 2.33 Hasil Perhitungan Emisi CO2 menggunakan Tier 1 Tahun 2010
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 82
2. TIER 2
Penghitungan Tier 2 dilakukan dengan memasukkan fakta karakteristik local
(jumlah kendaraan terdaftar pertahun). Tidak menggunakan data Asal Tujuan
dan Matriks Pembebanan lalu lintas, karena pada data tersebut agak sulit
mendapatkan gambaran komposisi lalu lintas secara actual di lapangan.
Data Volume BBM dipecah menurut yang digunakan oleh setiap jenis
kendaraan. Pertama kali dilakukan tabulasi jumlah kendaraan berdasarkan data
sekunder sebagai berikut:
Tabel II.34. Jumlah Kendaraan Terdaftar
Tahun Mobil Penumpang Bus Truk Motor Jumlah
2 3 4 5 6 7
2007 301,955 63,891 99,861 850,639 1,316,346
2008 346,968 65,611 100,033 1,757,324 2,269,936
2009 365,540 69,407 100,722 2,013,404 2,549,073
2010* 383,175 72,077 107,245 2,676,318 3,238,815
* prediksi Sumber : BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2011
Selanjutnya, jumlah pemakaian BBM dapat dilihat dari kilometer perjalanan
kendaraan dibagi dengan jumlah liter BBM perkilometer.
Jumlah rata rata perjalanan kendaraan truk batu bara dan kelapa sawit
diperoleh dari data survey Ardhi (2010) pada Tugas Akhir Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya Studi dan dipergunakan juga untuk Tatrawil
Sumatera Selatan (Dishub Sumsel, 2011), rata rata 274 km pulang pergi dalam
wilayah. Karena pada saat survey wawancara angkutan umum dan barang luar
kota, mayoritas trip angkutan umum adalah perjalanan luar kota sebagaimana
yang dilakukan oleh Truk rural, maka diasumsikan juga perjalanan bus 274 km.
Sedangkan mobil penumpang diasumsikan 2 kali perjalanan rata rata dalam
kota kota di Sumatera selatan yang 7,49 km menjadi 15 km perhari, (Study
Master Plan Transportasi, Bappeda, 2006). Sedangkan motor rata rata
melakukan perjalanan 5km. Angkutan pribadi rata rata 8,162 km perjalanan
perhari untuk dalam kota Palembang (Buchari E., 2011). Untuk cakupan
wilayah Sumsel, perjalanan rata rata perhari mengikuti asumsi diatas, yaitu
15km perhari (dengan asumsi minimal 2 perjalanan perhari dilakukan oleh
perorangan).
Kemudian diperoleh jumlah BBM yang dipakai oleh kendaraan sebagai berikut:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 83
Tabel II.35. Pemakaian Jumlah BBM Tiap Kendaraan
Pemakaian BBM Mobil Penumpang Bus Truk Motor Jumlah
Tahun 2010 (lt) 736,875.00 3,590,745.09 6,530,028.89 1,244,799.07 12,102,448.05
Tahun 2010 (kl) 736.88 3,590.75 6,530.03 1,244.80 12,102.45
300hari operasi pertahun (x300)
221,062.50 1,077,223.53 1,959,008.67 373,439.72 3,630,734.41
Persentasi 6,08% 29,67% 53,96% 10,29% 100%
Sumber: Analisis Data
Jumlah penggunaan BBM menurut moda jauh lebih besar dari total penjualan
karena beberapa Asumsi yang terlalu di generalisir, yaitu:
1) Kemungkinan tidak semua kendaraan yang terdaftar di Sumsel digunakan di
provinsi ini.
2) Tidak semua kendaraan beroperasi penuh selama 300 hari setahun
3) Kemungkinan ada kendaraan yang tidak beroperasi, atau disimpan saja di
rumah, terutama untuk yang mempunyai banyak kendaraan.
Karena Jumlah penggunaan BBM berdasarkan statistic hasil penjualan adalah
1.068.733 kilo liter pada tahun 2009. Maka di proyeksikan data tersebut untuk
tahun 2010 menjadi 1.106.480 kilo liter. Penggunaan BBM per moda kendaraan
terdaftar menurut table 3.2 diambil persentasi proporsinya saja, kemudian
dikalikan dengan Total Penjualan BBM untuk Transportasi menurut statistic
Dinas Pertambangan, ESDM Sumsel, yang tanpa membedakan jenis Solar
atau premium. Cara membedakan kendaraan mana yang menggunakan Solar
dan mana yang menggunakan premium, dilakukan dengan melihat fakta
dilapangan bahwa 100% motor menggunakan premium, 100% bus dan truk
menggunakan Solar. Sedangkan kendaraan Mobil ada yang menggunakan
Solar dan ada juga yang menggunakan premium. Untuk mengetahui berapa
proporsi masing masing penggunaan solar dan premium mobil dari data
penjualan BBM tidak dapat diperoleh dari data ESDM tersebut. Oleh sebab itu
digunakan data Statistik produksi perjenis BBM, Solar dan Premium yang
diproyeksikan untuk tahun 2010.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 84
Gambar 2.34 Prediksi Penggunaan Solar untuk mobil penumpang tahun 2010
Gambar 2.35 Proyeksi Penggunaan Premium untuk mobil penumpang tahun
2010
Dari kedua proyeksi penggunaan Premium dan Solar pada kendaraan diperoleh
jumlah pemakaian solar dan premium, yang diambil presentasenya saja untuk,
yaitu 49% menggunakan premium, dan 51% menggunakan solar. Prosentase
ini dikalikan dengan penggunaan BBM pada modil sehingga diperoleh jumlah
pemakaian Solar untuk mobil dan Premium untuk mobil. Karena penggunaan
Petramax masih sangat rendah pada tahun 2010 sehingga prosentasinya
diabaikan pada perhitungan ini. Oleh sebab itu dipakai asumsi pendekatan
prosentasi komposisi kendaraan untuk membagi penggunaan BBM tersebut,
sebagai berikut:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 85
Tabel II.36. Jumlah Pemakaian BBM Menurut Jenis Bahan Bakar
Kendaraan Premium Premium Solar (kl) Solar (kl)
Mbl penumpang (car) 49% 32964,25 51% 34309.73
Bus 100% 328292.616
Truk 100% 597056.608
Motor 100% 113856.792
Sumber: Analisis data, 2012
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 86
Tabel II.37. Jumlah Pemakaian BBM dan EMisi Baseline Menurut Jenis Kendaraan
Tahun Solar (KL) Premium (KL)
FE Solar FE Premium Emisi Solar (ton) Emisi Premium (ton)
Mobil Bus Truk Mobil Sepeda Motor Mobil Bus Truk Mobil Sepeda Motor
2007 16030 153508 284266 15402 56476
3.283 3.070
52,621.93 503,911.02 933,138.68 47,283.29 173,378.20
2008 17554 168097 311281 16866 61843 57,622.93 551,800.98 1,021,820.96 51,776.93 189,854.60
2009 32590 312089 577924 31312 114818 106,982.53 1,024,471.71 1,897,109.10 96,128.86 352,484.92
2010 23549 225504 417587 22625 82963 77,301.73 740,246.39 1,370,782.75 69,459.26 254,691.83
Gambar 2.36 Emisi Baseline (Historikal) Transportasi Provinsi Sumatera Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 87
Perhitungan dengan Tier 1 dan Tier 2 menghasilkan sangat besar jumlah
penggunaan BBM Transportasi, yang berakibat pada besarnya Emisi CO2
akibat Transportasi. Sekarang, menjadi pertanyaan besar adalah apakah
semuanya penjualan BBM dari Pertamina yang menjadi data dasar perhitungan
ini benar benar digunakan untuk di Sumatera Selatan?
Data Penggunaan BBM tahun 2012 pada uraian diatas disajikan pada table
berikut untuk keperluan analisis dan justifikasi penggunaan BBM yang
sebenarnya.
Tabel II.38. Penggunaan BBM tahun 2012
Jenis Kendaraan Solar (kl) Premium (kl) Pencurian/Pengiriman BBM Sumsel ke daerah lain
Jambi, Bengkulu, Bangka
Mobil Solar 21185
Palembang Kota lainnya Perkiraan Total
Mobil Premium
22050
Bus 211152
Truk 391010
Motor
77683
Total 623347 99733 94
90 kl/tahun Belum terdata
229950*
=31,80%
Sumber : Analisis Data
*) Hitungan berdasarkan asumsi bahwa ada lima kota yang melakukan penyimpangan distribusi penjualan BBM. Walaupun sesungguhnya hamper setiap Kabupaten/Kota melakukan hal yang sama. Kutipan Berita:
1) Kasus di Jakarta Utara, 30 Maret 2012
Casyono (41), warga Kampung Bulak Turi RT 08/01, Marunda, Cilincing
menimbun bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan harus berurusan
dengan pihak kepolisian. Dia ditangkap aparat kepolisian berikut barang
buktinya berupa 5.000 liter solar yang diangkut dalam truknya di Simpang
Lima, Semper, Koja, Dalam penangkapan itu, petugas menyita sedikitnya
satu truk modifikasi tangki berwarna kuning bernopol B 9094 TQA beserta
tangki duduknya berkapasitas 1.000 liter.
Dalam menjalankan aksinya, pelaku hanya beraksi seorang diri dengan
modus operandinya dari jam 02.00 dini hari hingga 09.00 pagi dengan
mengisi solar di 10 SPBU dengan jumlah 1.000 liter setiap harinya dengan
modal Rp 4,5 juta. Pengakuan tersangka sudah menjalankan aksinya
sebanyak lima kali yang setiap harinya mengisi di 20 SPBU Jakarta Utara. Di
masing-masing SPBU diisi 50 liter, dan setiap harinya mengisi di tangki
duduk sebanyak 1.000 liter solar, sehingga totalnya selama lima kali
mencapai 5.000 liter.
2) Kasus di Palembang, 30 Agustus 2012 (Sripo.com)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 88
Bisnis solar ilegal terbongkar, 11 tangki solar ilegal, di kawasan Jl Purwasari,
RT 52 RW 10, Bukit Sangkal, Kalidoni, Palembang ditangkap dan
diamankan. Tangki - tangki bermuatan puluhan ribu liter itu diduga baru saja
di distribusikan ke berbagai tempat. Selain didistribusikan di Sumsel,
dugaan sementara jejaknya juga bergerak ke luar kota, mengingat pelat
nomor kendaraan berasal dari Jambi, Bengkulu, Bangka. Rincian 11 mobil
tangki bertuliskan PT Agung Pratama Sriwijaya, yang dijadikan barang bukti,
yaitu enam mobil tangki berkapasitas 16 ribu liter, tiga tangki berkapasitas 5
ribu liter, dan dua truk modifikasi berkapasitas 5 ribu liter.
Masih banyak lagi terjadi di daerah lain. Ini hanya contoh kejadian
penyimpangan data dan fakta penggunaan BBM per wilayah provinsi akibat
dari kesenjangan harga antara BBM untuk umum dan Industri.
3) Pagaralam, Mei 2012 (Tribunenews.com)
Pagaralam merupakan wilayah yang cukup strategis, hal ini membuat
masyarakat yang berdomisili di sekitar Wilayah Kota Pagaralam senantiasa
melakukan pembelian BBM di Kota Pagaralam, dan memperoleh
kemudahan dalam pembelian BBM di SPBU, karena tidak adanya peraturan
pemerintah yang membatasi pembelian BBM Bersubsidi di Pagaralam.
Masyarakat wilayah sekitar yang dimaksud antara lain masyarakat Provinsi
Lampung di selatan, Provinsi Bengkulu di barat, Kabupaten Lahat di utara
serta Kabupaten OKU di Timur.
Berdasarkan Fakta Penyimpangan distribusi penjualan BBM yang diuraikan di atas,
maka penggunaan Tier 1 dan 2 untuk penghitungan Emisi CO2, sangat terlalu
tinggi dari kenyataannya. Oleh sebab itu digunakan Tier 3 dengan Metode
Dekomposisi Kaya.
Selain itu Perhitungan BAU berdasarkan metode IPCC tidak memperhitungkan fuel
Ekonomi. Sedangkan pada Metoda Perhitungan Kaya memperhitungkan Fuel
economy menurut jenis kendaraan. Walaupun pada kenyataannya kendaraan
kendaraan di Indonesia khususnya untuk Truk dan Tangki Cair, sudah banyak
berubah akibat di modifikasi besar fuel tank nya. Untuk hal ini dapat ditelusuri lagi
kebenarannya, seperti hasil riset Buchari E, (2012) yang akan diterbitkan pada
Proceeding Seminar FSTPT ke 15 di Bekasi.
Oleh sebab itu dilakukan juga sebagai alternative pembanding perhitungan dengan
Metoda Kaya pada sub bab berikut ini. Pendekatan batas Area sebaran emisi
merujuk kepada asumsi studi sebelumnya yang dilakukan SH Sumaryati Sumaryati,
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 89
N Nurlaini, D Gusnita - pada jurnal Indonesian Journal of Physics, 2008 tentang
“Simulasi Penyebaran CO2 di Semarang dengan Software LADM” yang melakukan
pengukuran penyebaran CO2 mencakup luasan 50 x 50 km2.
3. TIER 3
Penghitungan Tier 3 dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis
Dekomposisi Kaya yang dikenal adalah Metode Analisis Dekomposisi Kaya
dengan rumus sebagai berikut:
CETPEmissionsCO 2
Keterangan :
P = Population
T = Transport intensity ( e.g VMT/capita )
E = Energy Intensity ( e.g MJ/mile )
C = Carbon Intensity ( e.g gCO2-eq/MJ )
Dilakukan beberapa asumsi untuk bahan bakar, kendaraan, dan aktivitas travel.
Berikut ini contoh perhitungan untuk medapatkan perhitungan pengeluaran
emisi CO2 pada moda kendaraan.
Table berikut ini, menyajikan pendekatan untuk menghitung Emisi CO2 dengan
rumus KAYA, yaitu dengan menghitung Emisi CO2 perorang per jenis
kendaraan
Tabel II.39. Perbandingan CO2 (gram) antar moda transportasi
Moda Transportasi
Fuel economy
Jumlah penumpang
Jenis bahan bakar
Emisi CO2 per satuan berat bahan bakar
Berat jenis bahan bakar
Emisi CO2 per penumpang
per km
km/l orang g CO2/kg bahan
bakar kg/l
gram CO2 per orang per km
Jalan kaki/Sepeda
0 1 - - 0.75 0
Bis (isi 50 orang) 3.5 50 solar 3180 0.85 15
Metromini (isi 25 orang)
4 25 solar 3180 0.85 27
Mikrolet (isi 8 orang)
7.5 8 bensin 3180 0.75 40
Mobil pribadi (isi 3 orang)
9.8 3 bensin 3180 0.75 81
Mobil pribadi (isi 1 orang)
9.8 1 bensin 3180 0.75 243
Sepeda motor (isi 1 orang)
28 1 bensin 3180 0.75 85
Sumber: http://xa.yimg.com
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 90
Dengan meningkatnya jumlah Lalu lintas Harian Rata rata pada suatu jalan,
dan km perjalanan kendaraan perpenumpang, maka dapat diketahui
meningkatnya Emisi CO2 pada jalan tersebut. Perhitungan Emisi CO2 dari LHR
yang ada dapat dilakukan untuk memperoleh berapa besaran Emisi CO2 yang
telah terjadi. Untuk kendaraan non motor menghasilkan zero emisi CO2.
Dari hasil survey counting, didapat perhitungan emisi di setiap kawasan
perbatasan tersebut. Untuk mencari nilai emisi digunakan rumus berikut.
a. Perhitungan Arus Lalu lintas (traffic count)
Analisa data survei traffic count digunakan untuk mendapatkan gambaran
umum arus lalu lintas yang antara lain meliputi meliputi:
- Jumlah kendaraan yang lewat (volume) dalam satuan waktu (smp/jam),
- Komposisi moda yang digunakan.
1) Penghitungan Emisi CO2 untuk kota Palembang
Beberapa pengukuran Emisi CO2 diudara telah dilakukan berbagai instansi
dan perorangan. Dengan merujuk kepada salah satu penelitian dan jurnal
“Simulasi Penyebaran CO2 di Semarang dengan Software LADM” yang
melakukan pengukuran penyebaran CO2 mencakup luasan 50 x 50 km2.
Dengan mengasumsikan cakupan luasan diatas, kota Palembang yang
mempunyai luas 400, 92 km2 ini dibagi menjadi 4 wilayah di pinggir kota dan
1 wilayah di pusat kota. Perhitungan dilakukan dengan metode KAYA
dengan mengambil data Counting Survey di lokasi tersebut.
Dari kuesioner wawancara diperoleh data pilihan moda transportasi kalau
ada perubahan. Karena data modal split pilihan ini merupakan hasil
wawancara tentu komposisinya berbeda dengan hasil counting. Maka
diasumsikan persentasi pilihan adalah sama untuk semua orang di tiap zona.
Maka persentasi yang dipilih oleh responden dikalikan dengan hasil counting
dijalan tersebut.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 91
Tabel II.40. Emisi CO2 di Wilayah Kota Palembang
Lingkup Wilayah EMISI CO2, ton/hari EMISI CO2, ton/tahun
Mariana 9.69 3536.85
Kenten Laut 30.59 11165.35
Alang Alang Lebar 43.95 16041.75
Indralaya 29.48 10760.2
Ampera - Jaka Baring* ) 74.59 27225.35
Total 188,3 68729,50
2) Perhitungan Emisi CO2 Sumatera Selatan
Dari hasil survey counting di lima titik perbatasan Provinsi Sumatera
Selatan, didapat perhitungan emisi di setiap kawasan perbatasan tersebut.
Untuk mencari nilai emisi digunakan rumus berikut.
a) Data tahun 2011
Untuk jumlah emisi CO2 (gr/km) di perbatasan OKI-Lampung
berdasarkan survey counting Tahun 2011 dapat dilihat pada table II.41.
Tabel II.41. Analisa Emisi CO2 (Gr/Km) Di Ogan Komering Ilir
Berdasarkan Perhitungan Counting Tahun 2011
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2( gr/km )
1 Sepeda/becak 0 30 0
2 MTR 5022 19 411804
3 MP 3187 17 248586
4 AU 2876 2 109288
5 BKU 391 0 5865
6 BKNU 0 1 0
7 BBU 154 1 2310
8 BBNU 128 30 1920
9 MH 1000 6 270000
10 TU 2 AS 2557 15 690390
11 TC 2 AS 475 3 128250
12 TU 3-5 AS 464 3 125280
13 TC 3-5 AS 113 1 30510
14 TG 0 0 0
15 TT 37 0 9990
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 92
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2( gr/km )
16 TK 20 345 2 93150
17 TK 40 125 1 33750
Total Emisi CO2 2,161,093
Sumber: Hasil Analisa
Dari tabel II.41 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai emisi CO2 yang
dikeluarkan kendaraan yang terbesar adalah truk umum 2 as dengan
jumlah 690390 gr/km. Sedangkan jumlah keseluruhan emisi CO2 di
perbatasan OKI-Lampung sebesar 2.161.093 gr/km.
Sedangkan untuk perbatasan Linggau-Jambi, nilai emisi CO2 diuraikan
pada tabel II.42 Untuk daerah perbatasan Lubuk Linggau-Jambi, nilai
emisi CO2 nya yaitu 515,204 gr/km. Jenis kendaraan yang memiliki nilai
emisi terbesar adalah truk umum 2 as yaitu sebesar 151.200 gr/km.
Tabel II.42. Analisa Emisi CO2 ( Gr/Km ) Di Linggau-Jambi
Berdasarkan Perhitungan Counting Tahun 2011
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan persentase Emisi CO2 ( gr/km )
1 Sepeda/becak 0 0 0
2 MTR 1129 30 92578
3 MP 991 27 77298
4 AU 161 4 6118
5 BKU 24 1 360
6 BKNU 40 1 600
7 BBU 70 2 1050
8 BBNU 70 2 1050
9 MH 418 11 112860
10 TU 2 AS 560 15 151200
11 TC 2 AS 30 1 8100
12 TU 3-5 AS 36 1 9720
13 TC 3-5 AS 17 0 4590
14 TG 0 0 0
15 TT 5 0 1350
16 TK 20 146 4 39420
17 TK 40 33 1 8910
Total Emisi CO2 515,204
Sumber: Hasil Analisa
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 93
Untuk daerah MUBA-Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari
tabel terlihat bahwa nilai total emisi CO2 yang ada di perbatsan MUBA-
Jambi adalah 1.055.679 gr/km. Sedangkan untuk nilai emisi yang
terbesar di perbatasan ini adalah mobil hantaran yaitu sebesar 383400
gr/km. Selain itu juga, truk kontainer 40ft berada di urutan kedua yaitu
nilai emisinya 233782 gr/km.
Tabel II.43. Analisa Emisi CO2 ( Gr/Km ) Di MUBA-Jambi
Berdasarkan Perhitungan Counting Tahun 2011
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan persentase Emisi CO2 ( gr/km )
1 Sepeda/becak 0 0 0
2 MTR 2851 35 173706
3 MP 2227 27 24776
4 AU 652 8 1770
5 BKU 118 1 30
6 BKNU 2 0 1050
7 BBU 70 1 105
8 BBNU 7 0 137970
9 MH 511 6 383400
10 TU 2 AS 1420 17 14040
11 TC 2 AS 52 1 54000
12 TU 3-5 AS 200 2 4860
13 TC 3-5 AS 18 0 3780
14 TG 14 0 6480
15 TT 24 0 11610
16 TK 20 43 1 4320
17 TK 40 16 0 233782
Total Emisi CO2 1,055,679
Sumber: Hasil Analisa
Tabel II.44. Analisa Emisi Co2 (gr/km ) Di Oku Timur Berdasarkan
Perhitungan Counting Tahun 2011
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2 ( gr/km )
1 Sepeda/becak 1 0 0
2 MTR 4650 50 381300
3 MP 1557 17 121446
4 AU 213 2 8094
5 BKU 95 1 1425
6 BKNU 6 0 90
7 BBU 74 1 1110
8 BBNU 0 0 0
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 94
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2 ( gr/km )
9 MH 514 6 138780
10 TU 2 AS 1707 19 460890
11 TC 2 AS 13 0 3510
12 TU 3-5 AS 230 2 62100
13 TC 3-5 AS 3 0 810
14 TG 0 0 0
15 TT 5 0 1350
16 TK 20 157 2 42390
17 TK 40 1 0 270
Total Emisi CO2 1,223,565
Sumber: Hasil Analisa
Daerah perbatasan OKU Timur-Lampung memiliki nilai emisi sebesar
1.223.565 gr/km. Nilai emisi yang terbesar didapat dari kendaraan truk
umum 2 as yaitu sebesar 460.890 gr/km. Selain itu, kendaraan sepeda
motor juga memilki nilai emisi CO2 yang tinggi. Ini dikarenakan
banyaknya jumlah kendaraan sepeda bermotor sehingga nilai emisnya
cukup tinggi yaitu sebesar 381.300 gr/km.
Tabel II.45. Analisa Emisi CO2 (Gr/Km) Di Linggau-Curup
Berdasarkan Perhitungan Counting Tahun 2011
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan persentase Emisi CO2 ( gr/km )
1 Sepeda/becak 0 0 0
2 MTR 3016 53.75 247312
3 MP 1679 29.92 130962
4 AU 228 4.06 8664
5 BKU 5 0.09 75
6 BKNU 42 0.75 630
7 BBU 5 0.09 75
8 BBNU 22 0.39 330
9 MH 252 41 68040
10 TU 2 AS 269 44 72630
11 TC 2 AS 13 2 3510
12 TU 3-5 AS 0 0 0
13 TC 3-5 AS 0 0 0
14 TG 0 0 0
15 TT 0 0 0
16 TK 20 78 13 21060
17 TK 40 2 0 540
Total Emisi CO2 553,828
Sumber: Hasil Analisis
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 95
Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai emisi yang terbesar itu berasal dari
kendaraan sepeda motor dengan nilai emisi sebesar 247.312 gr/km.
Sedangkan urutan yang kedua adalah mobil pribadi dengan nilai emisi
sebesar 130.962 gr/km. Sedangkan untuk angkutan barang, nilai emisi
yang terbesar adalh truk umum 2 as dengan nilai emisi 72.630 gr/km.
Nilai total emisi CO2 untuk perbatasan Lubuk Linggau-Curup adalah
553.828 gr/km.
b) Data tahun 2012
Dengan merujuk kepada salah satu penelitian dan jurnal “Simulasi
Penyebaran CO2 di Semarang dengan Software LADM” yang
melakukan pengukuran penyebaran CO2 mencakup luasan 50 x 50 km2.
Sumatera Selatan yang perkotaan dan build up area mencapai kurang
lebih 100 km2, maka diambil perhitungan disetiap perbatasan luar kota
sebagai berikut:
(1) Kab. Banyuasin
(2) Kab. Sekayu
(3) Kota Palembang
(4) Kota Prabumulih
(5) OKU Induk
(6) Tanjung Api-Api
(7) Kab. OKU Timur (Muara Enim -Baturaja)
(8) Kab. Muara Enim
(9) Kab. Lahat
(10) Empat Lawang
(11) Kota Pagar Alam
(12) Kab. OKU Timur (OKI-OKUT)
(13) Kab. OKU Selatan
(14) OKI (PG-OKI)
(15) Kab. OKI (Indralaya-Kayu Agung)
(16) OKUT ( Martapura - Lampung)
(17) Lubuk Linggau
(18) MURA
(19) MUBA
Hasil perhitungan Emisi CO2 yang berdasarkan pengukuran LHR di
Kabupaten Kota se Sumatera Selatan disajikan pada grafik berikut ini.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 96
Gambar 2.37 Emisi CO2 (ton/tahun) untuk masing-masing wilayah menggunakan
metode KAYA
2.3.5. Sumber Emisi Sektor Industri
Propinsi Sumatera Selatan memiliki sektor industri dasar (industri hulu) yaitu
kelompok industri yang mengolah barang-barang modal, yang produksi umumnya
digunakan sebagai bahan baku industri lainnya serta Industri Aneka yang
merupakan kelompok industri berskala menengah dan besar, mengolah
sumberdaya alam dan produk-produk yang dihasilkan oleh industri lainnya menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi dan menggunakan teknologi dari yang
sederhana sampai dengan yang mutakhir, dan investasinya pada umumnya tidak
besar.
Berdasarkan potensinya menghasilkan emisi GRK ke lingkungan maka industri
dasar memiliki potensi cukup besar sedangkan industri aneka memiliki potensi
rendah. Oleh karenanya pembahasan akan dilakukan terbatas pada industri dasar
dengan skala kapasitas tinggi.
Dari kabupaten dan kota dalam administrasi Propinsi Sumatera Selatan maka
beberapa kota dan kabupaten memiliki berbagai aktivitas sumber industri , seperti
Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin dan lain-lain, sedangkan
kota Pagar Alam; Lubuk Linggau hanya memiliki industri besar bidang makanan,
minuman dan industri skala kecil lainnya yang berpotensi rendah terhadap emisi
GRK. Beberapa kabupaten OKU Timur, OKU Selatan dan Empat Lawang tidak
diperoleh data (Sumber Disperindag Propinsi Sumatera Selatan, 2011).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 97
Data rekapitulasi industri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera
Selatan menunjukkan bahwa industri di Propinsi Sumatera Selatan terbagi dalam
dua kategori yaitu :
1. Industri Kecil Menengah yang terdiri dari industri formal dan formal
2. Industri Dasar Menengah dan Besar meliputi industri Agro, Kimia, Logam,
Mesin, Alat Angkut dan Standarisasi
Sebagian besar industri yang ada di Sumatera Selatan merupakan Industri Kecil
Menengah tercakup 5 bidang usaha/jenis usaha yaitu industri pangan, kimia dan
bahan bangunan, sandang, logam dan kerajinan umum.
Industri Dasar Menengah dan Besar dibagi dalam 6 (enam) jenis usaha yaitu :
1. Kertas dan barang cetakan
2. Pupuk, kimia, dan barang dari karet
3. Semen dan galian non logam
4. Logam dasar, besi dan baja
5. Alat angkut, mesin dan peralatan
6. Barang lainnya.
Dalam rangka penyusunan RAD-GRK bidang industri difokuskan pada industri kecil
menengah dan pangan, sedangkan untuk industri menengah besar difokuskan pada
industri crumb rubber, cpo, minyak goreng dan industry makanan.
Tabel II.46. Jumlah industri kecil formal di Sumatera Selatan Tahun 2012
NO. KABUPATEN/KOTA JENIS INDUSTRI (unit usaha)
PANGAN KBB SANDANG LOGAM KERAUM
1. Palembang 456 575 270 551 119
2. Banyuasin 61 318 6 32 4
3. Musi Banyuasin 374 488 82 390 115
4. Pagar Alam 48 14 1 17 10
5. Empat Lawang 2 - - - -
6. Lahat 109 85 4 72 14
7. Musi Rawas
8. Lubuk Linggau 152 197 17 212 54
9. Oku 130 234 13 113 22
10. Oku Timur 668 167 1 87 2
11. Oku Selatan 258 39 2 9 -
12. Prabumulih 100 51 30 64 3
13. Oki 215 147 11 29 65
14. Ogan Ilir 108 35 32 35 14
15. Muara Enim 186 262 8 114 18
Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012.
Tabel II.47. Jumlah industri kecil non-formal di Sumatera Selatan
NO. KAB/KOTA JENIS INDUSTRI (unit usaha)
PANGAN KBB SANDANG LOGAM KERAUM
1. Palembang 515 469 517 862 135
2. Banyuasin 5.375 683 271 114 1.007
3. Musi Banyuasin 4.417 380 176 223 235
4. Pagar Alam 201 129 25 123 25
5. Empat Lawang 151 82 53 89 21
6. Lahat 3.835 336 203 440 103
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 98
7. Musi Rawas 252 206 4 37 73
8. Lubuk Linggau 1.160 98 656 200 56
9. Oku 304 10 172 32 34
10. Oku Timur - - - - -
11. Oku Selatan 11 - - - -
12. Prabumulih 353 243 139 142 47
13. Oki 1.255 1.470 169 570 1.315
14. Ogan Ilir 643 434 551 761 291
15. Muara Enim 76 277 19 79 24
Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012.
Tabel II.48. Industri Menengah dan Besar beserta tenaga kerja dan nilai investasinya di propinsi Sumatera Selatan.
No. Jenis Industri Jumlah unit
usaha Tenaga kerja
(ORG) Investasi (RP. 000)
1 Kertas dan barang cetakan 6 2.003 219.871.797 + US$ 866.100.100
2 Pupuk,kimia,dan barang dari karet 84 35.954 3.413.279.047
3 Semen dan galian non logam 25 2.451 38.273.203
4 Logam dasar,besi dan baja 17 625 391.548.737
5 Alat angkut, mesin dan peralatan 22 2.611 26.652.733
6 Barang lainnya 52 1.648 151.886.020
Jumlah 206 45.262 4.241.511.537+US$ 866.100.100
Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012
Dengan terdapatnya sekian banyak macam industri dengan berbagai kategorinya,
maka timbul berbagai permasalahan khusunya terhadap lingkungan hidup.
Permasalahan terjadi baik di badan perairan umum, tanah maupun udara yang
ketiganya merupakan sumber media penerima bahan pencemaran. Dengan
berkembangnya kesadaran dunia akan pentingnya kesehatan lingkungan maka
emisi CO2 mendapat perhatian khusus. Tabel di bawah ini menunjukkan berbagai
permasalahan dari sektor industry di Propinsi Sumatera Selatan.
1. Penggunaan bahan bakar dengan sumber energy listrik, gas, kayu bakar dan
solar banyak digunakan oleh sebagian besar industri dalam proses industrinya.
2. Sebagian besar industri khususnya industry kecil menengah belum mengenal
adanya manajemen energi dan masih minimnya pengetahuan tentang green
industri.
3. Perawatan mesin dan perlatana proses produksi yang berkaitan dengan
sumber pemakaian bahan bakar belum dipelihara dengan baik sehingga
menghasilkan banyak emisi ditambah belum adanya peraturan masa apakai
mesin/peralatan
4. Belum diterapkannya audit energy dan konservasi energy pada industri.
5. Lemahnya koordinasi yang menyangkut kewenangan perijinan dan lingkup
pembinaan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah propinsi
maupun pemerintah pusat.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 99
Data inventori pada tahun 2010 menunjukkan bahwa minimal terdapat 8 subsektor
industri mengkonsumsi energi dalam jumlah besar seperti disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel II.49. Kontribusi emisi GRK dari sektor industri di Indonesia
No Subsektor industri
Emisi GRK
(MTon
CO2e)
Persentase
(%)
Target
penurunan pada
tahun 2020*
Target
penurunan
pada tahun
2020**
1 Semen 32 27,97 0,280 1,398
2 Baja 8,34 7,29 0,073 0,364
3 Pulp and paper 31,02 27,11 0,271 1,356
4 Tekstil 11,09 9,69 0,097 0,485
5 Petrokimia 11,46 10,02 0,100 0,501
6 Keramik 1,36 1,19 0,012 0,059
7 Pupuk 11,23 9,82 0,098 0,491
8 Makanan dan minuman 7,91 6,91 0,069 0,346
Total 114,41 100 1 5
Catatan: *: skenario 26% ; **: skenario 41%
Emisi gas CO2 dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara
merupakan parameter terbesar yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
pemanasan global. Data juga menunjukkan bahwa proporsi penggunaan batubara
ternyata memegang peran penting sebagai sumber bahan bakar semua industri.
Data pemakaian batubara mencapai 2.736.900.261,12 ton/tahun, dibanding
pemakaian solar 57.418,58 ton/tahun. Selain batubara, maka sebagian besar
industri di Sumatera Selatan menggunakan solar, gas dan listrik.
Dari sektor industri identifikasi yang telah dilakukan di Propinsi Sumatera Selatan
menunjukkan bahwa terdapat enam jenis industri yang memiliki potensi sebagai
penghasil emisi CO2 ke dalam atmosfer yaitu:
1. Industri semen
2. Industri pulp and paper
3. Industri pupuk urea
4. Industri crude palm oil (CPO)
5. Industri karet remah (crumb rubber)
6. Industri makanan dan minuman
Sebagai catatan bahwa data emisi dari industri semen, pulp and paper serta
industri pupuk diperoleh dari Kementerian Perindustrian RI, sedangkan data lainnya
merupakan data primer yang diperoleh langsung dari survei lapangan. Dalam hal
pengumpulan data memang diakui menemui banyak sekali kendala karena selama
ini data pemantauan terhadap industri tidak memiliki catatan tentang penggunaan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 100
bahan bakar sebagai potensi penghasil emisi. Oleh karenanya data yang diolah di
dalam kajian ini merupakan rekapitulasi hasil sampling terhadap sebagian besar
industri dalam wilayah propinsi Sumatera Selatan. Pengumpulan dan analisis data
primer dilakukan terhadap industri primer penghasil Crude palm oil (CPO); industri
karet remah (crumb rubber), serta industri minyak goreng dan makanan lainnya.
Tabel II.50. Data emisi CO2 dari enam industri potensial penghasil emisi di
Propinsi Sumatera Selatan (tahun 2010 dan 2012)
No Subsektor industri Emisi GRK (Ton CO2/tahun) tahun
2010*
**Emisi GRK
(Ton CO2/tahun)
tahun 2012
1 Semen Tidak ada data 1.014.235,00
2 Pulp and paper 23.212.457,80 979.250,40
3 Pupuk Urea 316.226,37 + 326.265,31 = 642.491,70 286.832,29
4 CPO Tidak ada data 20.913,75**
5 Crumb Rubber Tidak ada data 91.568,56**
6 Makanan dan minuman Tidak ada data 56.532,00**
Total 2.434.686,09
Sumber: * Kementerian Perindustrian, 2010 ** data primer pokja industri.
Walaupun demikian dari perhitungan dapat dicatat bahwa total emisi yang
dikeluarkan oleh berbagai industri baik industri besar maupun IKM di Propinsi
Sumatera Selatan menunjukkan nilai yang cukup besar yaitu 2,526,254.65 ton
CO2/tahun.
2.3.6 Sumber Emisi Sektor Sampah/Sampah
Pengelolaan limbah adalah hal yang harus dilakukan. Pengelolaan sampah yang
buruk akan berakibat pencemaran lingkungan, baik tanah, air maupun udara, yang
akan mengganggu kesehatan lingkungan dan masyarakat. Sebaliknya, pengelolaan
sampah yang baik akan meminimalisir dampak negatif limbah dan memaksimal
potensi limbah.
Bidang limbah menyumbang sekitar 11% untuk total emisi GRK Indonesia (SNC,
2010). Namun demikian, bidang pengelolaan limbah tetap menjadi sangat penting
untuk pemerintah daerah karena terkait aspek lingkungan dan kesehatan. Tidak
hanya itu, potensi mitigasi dari bidang limbah dan kaitannya dengan tujuan
pembangunan membuat bidang limbah menjadi sangat penting untuk desain RAD-
GRK Indonesia. Pembagian limbah dapat dilakukan menjadi beberapa kategori
utama sesuai dengan jenis dan karakter serta cara pengaturan dan organisasi
dalam menanganinya.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 101
Sumber-sumber utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang tercakup dalam
inventarisasi emisi GRK dari kegiatan pengelolaan limbah mencakup kategori
pengelolaan limbah berdasarkan IPCC Guideline 2006 sebagaimana disampaikan
pada Gambar 1.1 (Buku II Metode Perhitungan Tingkat Emisi GRK Kegiatan
Pengelolaan Limbah, Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional).
Catatan: Penomoran ”4” pada gambar sesuai dengan penomoran pada IPCC 2006 GLs
Gambar 2.38 Kategori sumberutama emisi GRK dari kegiatan pengelolaan
limbah
a. Sampah Domestik
SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan,
mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas zat
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi perkotaan.
Sampah domestik timbul dari sisa pemakaian produk, baik dari aktifitas
domestik / rumah tangga, pasar, pertokoan, penyapuan jalan dan taman. Sektor
sampah domestik merupakan sumber emisi yang sangat “boros”. Boros dalam
artian emisi yang dihasilkan mungkin merupakan emisi maksimum yang dapat
dihasilkan. Hal ini diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang masih pada taraf
minimal. Penegakan peraturan yang belum maksimal, kelembagaan dengan
sumber daya manusia yang belum merata kompetensinya, teknik operasional
yang belum ramah lingkungan, pendanaan yang masih mengandalkan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 102
APBN/APBD, dan peran serta masyarakat yang minim merupakan komponen
yang menyebabkan pengelolaan sampah berjalan pada trek minimal.
Beberapa permasalahan dalam pengelolaan sampah domestik di Sumatera
Selatan dalam kaitannya dengan emisi GRK antara lain;
1. Aspek Kebijakan dan Peraturan Perundangan;
i. Peraturan daerah tentang persampahan yang belum diterapkan secara
optimal.
2. Aspek Kelembagaan
i. Kurang jelasnya tugas pokok dan fungsi pengelola sampah domestik
ii. Belum meratanya kompetensi SDM di Dinas/Badan Kebersihan.
3. Aspek Teknik Operasional
i. Masih belum terangkutnya 100% sampah ke TPA. Hal ini mengakibatkan
masih maraknya aktifitas direct burning, baik yang dilakukan masyarakat
itu sendiri maupun oleh petugas Dinas/Badan Kebersihan di TPS – TPS.
ii. Belum tersosialisasinya program pemilahan dan minimasi sampah seperti
pengomposan dan daur ulang.
iii. Pola operasional TPA yang masih open dumping/unmanaged.
iv. Masih tingginya praktik pembakaran dan pembuangan sampah di
sungai/saluran air oleh masyarakat
4. Aspek Pembiayaan
i. Biaya operasional yang minim dan masih bergantung pada APBN dan
APBD.
ii. Terbatasnya biaya investasi / pembangunan yang berasal dari APBN dan
APBD
iii. Minimnya tarif retribusi dibandingkan kebutuhan biaya operasional dan
pemeliharaan pengelolaan sampah domestic
5. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta
i. Belum dipahaminya potensi kerja sama dengan pihak swasta dalam
pengelolaan sampah
ii. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah
yang benar
Secara nasional, timbulan sampah untuk pedesaan dan perkotaan berkisar
antara 0,4 - 0,6 kg/jiwa/hari (Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan
kota sedang di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum). Sedangkan bulk
density sampah pada truk yang masuk ke TPA sebesar 0,347 ton/m3 (JICA SP3
2011 FY). Nilai timbulan sampah juga dapat mengikuti data BPS (2006) pada
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 103
Buku II Metode Perhitungan Tingkat Emisi GRK Kegiatan Pengelolaan Limbah,
Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional, yaitu;
a. Untuk kota metropolitan sebesar 0,28 ton/kapita/tahun,
b. Untuk kota besar sebesar 0,22 ton/kapita/tahun,
c. Untuk kota sedang sebesar 0,20 ton/kapita/tahun, dan
d. Untuk kota kecil sebesar 0,19 ton/kapita/tahun.
Gambar 2.39 Estimasi timbulan sampah Sumsel tahun 2010 berdasarkan
standar timbulan PU)
Dari hasil kegiatan JICA Sub-Project 3: Capacity Development for Developing
National GHG Inventory pada tahun 2011, didapatkan komposisi, dry matter
content dan bulk density sampah (domestik) dari areal urban dan sub-urban
yang diwakili kota Palembang dan Inderalaya. Sedangkan untuk areal
rural/pedesaan akan dilakukan pada tahun 2012. Tabel 2.51 dan 2.52
menyajikan data komposisi dan dry matter content sampah Sumatera Selatan.
Tabel II.51. Komposisi Sampah Domestik Sumsel di TPA
No. Tipe daerah
Komponen Urban Sub-Urban Rural
1 Sisa Makanan 56,9% 60,8%
Survey JICA SP3, 2012-
2013 FY
2 Kertas, Karton dan Nappies 15,1% 14,9%
3 Kayu dan Sampah Taman 5,4% 1,3%
4 Kain dan Produk Tekstil 2,7% 0,9%
5 Karet dan Kulit 0,3% 0,4%
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 104
6 Plastik 17,5% 20,1%
7 Logam 0,5% 0,3%
8 Gelas 0,9% 1,2%
9 Lain – lain 0,8% 0,1%
10 Total 100,0% 100,0%
Sumber: Pilot Project JICA SP3, 2011
Tabel II.52. Dry Matter Content Sampah Domestik Sumsel di TPA
No. Komponen Tipe daerah
Urban Sub-Urban Rural
1 Sisa Makanan 19% 25%
Survey JICA SP3, 2012-
2013 FY
2 Kertas, Karton dan Nappies 36% 59%
3 Kayu dan Sampah Taman 52% 49%
4 Kain dan Produk Tekstil 80% 44%
5 Karet dan Kulit 97% 84%
6 Plastik 75% 76%
7 Logam - -
8 Gelas 89% 93%
9 Lain – lain 92% 85%
Sumber: Pilot Project JICA SP3, 2011
Data memperlihatkan cakupan layanan sampah yang bervariasi antar satu
kota/kabupaten dengan kota/kabupaten yang lain. Data Adipura menunjukkan
persentase cakupan layanan sampah yang baik untuk kota/kabupaten yang
mendapatkan Adipura. Sementara untuk kota/kabupaten yang belum mendapat
Adipura, cakupan layanan persampahan masih minim, akibatnya pembuangan
sampah secara sembarangan dan aktifitas open burning oleh masyarakat
menjadi lebih banyak. Aktifitas – aktifitas ini menjadi sumber emisi GRK sektor
sampah untuk Sumatera Selatan. Cakupan layanan persampahan se-Sumsel
pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 35,54% (Kinerja Persampahan dalam
Penilaian Adipura, 2011). Layanan pengangkutan terbaik ada di kota
Prabumulih dan Palembang dengan lebih dari 75% layanan pengangkutan
sampah kota. Gambar 2.40 memperlihatkan aktifitas pembuangan sampah
sembarangan dan pembakaran langsung akibat kurangnya layanan
pengangkutan sampah ke TPA. Kota Palembang merupakan daerah dengan
tingkat pengolahan sampah yang paling maju. 5,5 % sampah domestic telah
terolah. Kota Palembang saat ini sedang menjalankan program biomassa.
Tabel II.53. TPA di Wilayah Sumatera Selatan
No. Kota / Kabupaten Nama TPA Tipe TPA
1 Ogan Komering Ulu TPA Gn. Meraksa Un-managed deep
2 Ogan Komering Ilir TPA Kayu Agung Un-managed deep
3 Muara Enim TPA Bukit Kancil menuju semi-aerobic landfill
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 105
No. Kota / Kabupaten Nama TPA Tipe TPA 4 L a h a t TPA Sukarami Un-managed deep
5 Musi Rawas TPA Un-managed deep
6 Musi Banyuasin TPA Teladan Un-managed deep
7 Banyuasin Sedang dibangun
8 OKU Selatan TPA Desa Bendi Un-managed deep
9 OKU Timur TPA menuju semi-aerobic landfill
10 Ogan Ilir TPA Palem Raya Un-managed deep
TPA Tanjung Raja Un-managed deep
11 Empat Lawang Un-managed deep
12 Palembang TPA I Sukawinatan Un-managed deep
TPA II Karya Jaya Un-managed deep
13 Prabumulih TPA Sungai Menang Un-managed deep
14 Pagar Alam TPA Kota Pgr. Alam menuju semi-aerobic landfill
15 Lubuk Linggau TPA Lubuklinggau menuju semi-aerobic landfill
Keterangan:
Un-managed deep : ketinggian timbunan sampah > 5m atau muka air tanah (m.a.t) tinggi, jarat m.a.t dengan dasar landfill < 3m
Un-managed shallow:
ketinggian timbunan sampah < 5 m dan muka air tanah dalam(m.a.t) tinggi, jarat m.a.t dengan dasar landfill <>3m
Uncategorized: belum dapat dikategorikan (penilaian sementara)
Gambar 2.40 Kondisi sampah yang terhampar sembarangan, juga dapat dikategorikan dalam Uncategorized.
Gambar 2.41 Kondisi timbunan sampah di TPA I Sukawinatan (kanan) dengan ketinggian timbunan > 5m dan TPA II Karya Jaya dengan muka air tanah tinggi, dikategorikan dalam Un-managed deep.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 106
Gambar 2.42 Salah satu upaya rehabilitasi TPA dari open dumping menuju
semi-aerobic landfill di TPA Bukit Kancil, Muara Enim, Sumsel
Minimasi/Pengolahan Sampah di Sumber
Program minimasi sampah di Sumatera Selatan memiliki tantangan berat dalam
aspek peran serta masyarakat (lihat gambar 2.43 dan 2.44). 68% masyarakat
berpenghasilan rendah belum siap memilah sampah dan 87% masyarakat
berpenghasilan rendah belum bersedia terlibat dalam komposting (Seftiago D.,
2012). Akan tetapi, komitmen penuh dari pemerintah provinsi Sumsel dengan
dukungan penuh dari Bupati/Walikota telah mengimplementasikan program
Bank Sampah pada beberapa kawasan antara lain Palembang.
Gambar 2.43 Tantangan dalam aspek peran serta masyarakat, belum siapnya
masyarakat terlibat dalam minimasi sampah di sumber.
Minimasi/Pengolahan Sampah di TPA
Mayoritas TPA di Sumatera Selatan telah memiliki fasilitas bangunan 3R dan
komposting. Gambar 2.44 memperlihatkan bahwa 53 % TPA di Sumsel telah
memiliki fasilitas ini. Data ini menunjukkan potensi yang besar dari minimasi
sampah di TPA, terutama untuk program pengomposan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 107
Gambar 2.44 53 % TPA di Sumsel diketahui telah memiliki bangunan
pengomposan. Gambaran yang cukup baik untuk program
mitigasi dengan minimasi sampah skala kota.
b. Limbah Cair Domestik
Air limbah dapat menjadi sumber metan (CH4) ketika diolah atau dibuang
secara anaerobik. Air mlimbah dapat juga merupakan sumber emisi nitrous
oxide (N2O). Emisi karbon dioksida(CO2) dari air limbah tidak diperhitungkan
dalam IPCC Guidelines karena air limbah merupakan zat biogenic dan tidak
tidak dimasukkan dalam total emisi nasional. Data yang diperlikan untuk
estimasi emisi GRK sektor limbah cair meliputi; (a) data fraksi masyarakat pet
pendapatan dan fraksi penggunaan sistem pengolahan dan pengelolaan
sampah serta (b) data TOW.
TOW (total organically degradable material in wastewater) adalah jumlah
(massa) bahan-bahan organik limbah cair yang dapat terdegradasi. TOW
limbah cair domestik di suatu wilayah adalah total BOD (kG) yang dihitung
berdasarkan jumlah populasi dikalikan kG BOD perkapita. Angka default (IPCC
2006 GL) untuk BOD di Indonesia (merujuk data Asia, Middle East, dan Afrika)
adalah 40 gram/kapita/hari atau dalam rentang 35 – 45 gram/kapita/hari (vol 5
ch.6 Table 6.5).
Di Sumatera Selatan, terdapat beberapa sistem pembuangan air limbah
domestik sesuai dengan struktur pemukiman. Pada daerah pemukiman yang
terstruktur, pembuangan penanganan air limbah dilakukan secara individual
pada masing-masing rumah tangga dan secara komunal memanfaatkan
fasilitas umum, seperti jamban umum atau MCK. Sistem yang digunakan
adalah “onsite” (setempat). Sedangkan pada pemukiman tidak terstruktur,
sebagian penduduk menggunakan tangki septik individual, cubluk dan banyak
yang menggunakan sungai/anak sungai sebagai jamban. Air bekas cucian,
dapur dan kamar mandi disalurkan langsung ke saluran drainase. Pada
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 108
pemukiman kumuh di pinggiran sungai, sungai digunakan sebagai tempat
pembuangan air limbah sekaligus jamban. Disisi lain, belum terdapat sistem
pengelolaan air limbah yang memadai untuk dapat mengurangi pencemaran
yang diakibatkan air limbah tersebut.
Kondisi saat ini, air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air
kamar mandi, dan air limpahan dari septik tank dibuang ke saluran drainase
bergabung dengan air hujan mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui
saluran alami dan saluran buatan. Jaringan air limbah rumah tangga mengikuti
saluran air/drainase yang tersedia. Pengolahan air limbah terjadi secara alami
ketika air limbah mengalir. Air limbah rumah tangga di wilayah Sumatera
Selatan sebagian besar berakhir di sungai atau rawa.
Pengolahan air limbah domestik kawasan Sumatera Selatan umumnya
menggunakan sistem sanitasi setempat/on-site, tipe pengolahan dan
pembuangan uncollected, dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola
secara individu maupun secara komunal yang dilengkapi dengan tangki septik
atau cubluk. Selain itu, dengan adanya sungai – sungai yang mengalir melalui
wilayah Sumatera Selatan, dimanfaatkan sebagai saluran/tempat pembuangan
air limbah.
Untuk sistem pengelolaan limbah cair domestik di kawasan Sumatera Selatan
saat ini masih belum mengenal sewer system. Sewer system merupakan
sistem pembuangan air limbah dimana semua air kotor di suatu wilayah, baik
air bekas cucian, air dari dapur, air dari kamar mandi, maupun air dari kakus
disalurkan bersama ke suatu tempat untuk diolah. Sewer system ini bersifat
tertutup dan dipisahkan dari sistem pembuangan air hujan. Penggunaan sistem
sanitasi terpusat sampai saat ini belum bisa dilaksanakan karena setelah
dicoba pilot proyek di kelurahan 26 Ilir kota Palembang, pengelolaan limbah
terpadu gagal diaplikasikan karena kondisi topografi dan biaya tinggi. Pada
kawasan pinggiran sungai, masih banyak penduduk menggunakan aliran
sungai sebagai pembuangan air limbah. Pada pengelolaan air limbah individual
di kawasan dengan muka air tanah tinggi, masalahnya adalah kondisi tangki
septik yang tidak kedap air.
Berdasarkan Rekapitulasi Data Dasar Kondisi Keciptakaryaan Prov. Sumsel
Tahun 2010, pengolahan dan pembuangan limbah cair domestik Sumsel
merupakan sistem IPAL on-site/uncollected, yang terbagi menjadi:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 109
1. Uncollected dengan Tangki Septik sebesar 50,8%,
2. Uncollected dengan Open pits/Latrines sebesar 49,20 % dengan kondisi
spesifik daerah berada pada iklim basah, dan atau muka air tanah yang lebih
tinggi dan latrine.
Gambar 2.45 Distribusi Pengolahan dan Pembuangan Air limbah domestik on-
site Sumsel
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengelolaan limbah cair adalah dengan
membangun pilot project baffled septic tank, sebuah unit pengolah air limbah
(domestik) skala lingkungan kapasitas 20 – 100 KK (lihat gambar 2.24).
Gambar 2.25 menyajikan harapan pada tahun 2013 bahwa 30% area di
Sumsel telah tercapai pelayanan sanitasi lingkungan (RPJM Sumsel).
Gambar 2.46 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk
pengolahan air limbah domestik terpusat skala lingkungan yang
sedang diuji coba di Palembang.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 110
Gambar 2.47 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk
pengolahan air limbah domestik terpusat skala lingkungan yang
sedang diuji coba di Palembang.
Beberapa permasalahan dalam pengelolaan limbah cair domestik Sumatera
Selatan dalam kaitannya dengan emisi GRK antara lain;
(a) Masih menyatunya saluran limbah dan saluran drainase. Air limbah yang
berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air kamar mandi, dan air
limpahan dari septik tank dibuang ke saluran drainase bergabung dengan
air hujan mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui saluran alami dan
saluran buatan.
(b) Air limbah rumah tangga sebagian besar berakhir di kolam retensi, sungai
atau rawa, dimana pengolahan terjadi secara alami selama proses
pengaliran di saluran drainase. Pengerukan lumpur rawa, kolam retensi
dan sungai juga merupakan sumber emisi GRK.
(c) Pada kawasan pinggiran sungai, masih banyak penduduk menggunakan
aliran sungai sebagai pembuangan air limbah.
(d) Penggunaan sistem sanitasi terpusat sampai saat ini belum bisa
dilaksanakan karena setelah dicoba pilot proyek di kelurahan 26 Ilir kota
Palembang, pengelolaan limbah terpadu gagal diaplikasikan karena kondisi
topografi (datar) dan biaya tinggi.
(e) Banyaknya sistem pengolahan on-site, tangki septik, yang tidak memenuhi
persyaratan teknis.
(f) Banyaknya area rawa yang memerlukan bangunan pengolah air limbah
dengan desain khusus seperti Tripikon-S, tangki septik dengan peresapan
yang ditinggikan. Teknologi ini belum banyak dikenal dan diaplikasikan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 111
Gambar 2.48 Tantangan: Sistem Pembuangan Air Limbah (Domestik) menyatu
dengan saluran drainase, berakhir di sungai atau retensi/rawa.
c. Limbah Industri
Limbah padat industri berasal dari industri yang menghasilkan buangan padat
sisa produksi. Terdapat empat prinsip dalam minimasi limbah industri yaitu;
pengurangan limbah dari sumber, daur ulang, pengambilan dan pemanfaatan
kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih. Bahasan pengurangan
emisi GRK dari sektor pengelolaan limbah industri terbatas pada upaya daur
ulang dan pemanfaatan kembali.
Kurangnya sosialisasi penurunan emisi GRK ke pelaku industri merupakan
sebab utama dari minimya pemanfaatan sampah industri seperti pengolahan
limbah kelapa sawit menjadi energi panas listrik dan kompos. Sampah industri
umumnya dibuang/ditimbun ke dalam sanitary landfill yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Pada industri skala kecil – menengah, sampah industri
langsung dibakar atau dibuang ke TPS atau TPA. Pada industri khusus seperti
rumah sakit, sering kali sampah medis dibakar di dalam incinerator.
Sedangkan tantangan utama dalam hal penurunan emisi pada sektor limbah
cair industri adalah bagaimana cara menekan emisi pengeluaran karbon
dioksida di industri dengan menerapkan konsep clean development
mechanism, termasuk pada pengolahan limbah cair. Pemanfaatan limbah cair
ini misalnya dengan mengolah limbah cair kelapa sawit menjadi biogas.
Selama ini, umumnya limbah cair industri umumnya diolah dalam kolam –
kolam IPAl/lagoons sebelum dibuang ke badan air. Pada industri skala kecil –
menengah, limbah cair bahkan langsung dibuang ke badan air seperti pada
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 112
beberapa industri tahu, pencucian mobil, dsb. Minimnya pemanfaatan limbah
cair industri disebabkan oleh kurangnya sosialisasi ke pelaku industri tentang
pemahaman konsep dan program penurunan emisi GRK. Selain itu, faktor
penguasaan teknologi berbasis lingkungan juga belum banyak dipahami oleh
pelaku industri.
Industri pengolahan karet dan sawit merupakan industri dominan di Sumatera
Selatan. Pada tahun 2011, dari 2.295.847 Ha lahan perkebunan di Sumsel,
1.110.000 Ha merupakan lahan karet dan 800.000 ha merupakan lahan kelapa
sawit (Data base dinas perkebunan Sumsel, 2009 – 2011). Sehingga, untuk
penyusunan RAD-GRK Sumsel pada tahun 2012, upaya inventarisasi dan
mitigasi sektor limbah industri difokuskan di sektor sawit dan karet. Tabel II.54
menyajikan jenis industri terkait produksi limbah cair industri karet dan sawit di
Sumatera Selatan. Sementara tabel II.57 dan II.58 merekapitulasi potensi dan
sumber emisi sektor limbah di provinsi Sumatera Selatan.
Pada tahun 2010, perkebunan kelapa sawit Indonesia diperkirakan dapat
menyerap hingga 500ribu tenaga kerja dan diperkirakan akan menjadi
produsen CPO terbesar di dunia. Akan tetapi, seiring dampak positif industri
CPO, terdapat dampak negatif terhadap lingkungan akibat sisa produksi
melingkupi limbah padat, cair dan gas.
Tabel II.54. Industri CPO di wilayah Sumatera Selatan
No. Nama Pabrik Kap.
terpasang No. Nama Pabrik
Kap. terpasang
(ton TBS/jam) (ton TBS/jam) 1 PT. Karya Sawit Lestari 250 17 PT. P. Hijau Asri & Group 35 2 PT. Bumi Sawit Permai 18 PT. Perdana Sawit Mas 30 3 PT. PP Lonsum Indonesia 215 19 PT. Karya Sawit Lestari 100 4 PT. Smart Tbk. 90 20 PT. Surya Hutama Sawit 30 5 PT. Bina Sains Cemerlang 30 21 PT. Berkat Sawit Sejati 45 6 PT. Dendy Marker Indah L. 60 22 PT. Sampoerna Agro Tbk. 300 7 PT. Karya Indo Sejahtera 60 23 PT. Palm Pro Micro Mil 10 8 PT. Tania Selatan 210 24 PT. Perkebunan Minanga Ogan 60 9 PT. Pinago Utama 90 25 PT. Perkebunan Mitra Ogan 150
10 PTPN VII 180 26 PT. Bumi Sawindo Permai 30 11 PT. Hindoli 180 27 PT. Cipta Futura 30 12 PT. Guthrie Peconia Ind. 90 28 PT. Surya Bumi Agrolanggeng 45 13 PT. Sentosa Mulia Bahagia 30 29 PT. Multrada Multi Maju 60 14 PT. Wana Potensi Guna 60 30 PT. Eka Jaya Multi Perkasa 45 15 PT. Pinang Witmas Sejati 45 31 PT. Sinar Alam Permai 8 16 PT. Bumi Sawit Permai 30 Total 2.598
Sumber: (Dinas Perindustrian Sumsel)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 113
Produksi CPO di Sumsel amatlah besar, dengan total kapasitas terpasang
2.160 ton TBS/jamdiperkirakan akan mampu mengolah 13,5 juta ton TBS,
dimana 20 - 23% akan menjadi Tandan Kosong Sawit (TKS) dan 50% akan
menjadi limbah cair.
Selain industri CPO, industri crum rubber merupakan industri dominan di
Sumatera Selatan. Berdasarkan data Dinas Perindustrian Sumsel, pada tahun
2010, terdapat 23 industri crum rubber di wilayah Sumsel dengan total
kapasitas terpasang sebesar 1,22 juta ton per tahun (lihat tabel II.55). Dengan
debit limbah cair maksimum 40 m3 per ton produk, diperkirakan maksimum
akan dihasilkan 48,94 juta m3 limbah cair per tahun dari industri crum rubber.
Tabel II.55. Industri Crum Rubber di wilayah Sumatera Selatan
No. Nama Perusahaan Kap. Terpasang
No. Nama Perusahaan Kap. Terpasang
(ton/tahun) (ton/tahun) 1 PT. Pancasamudera Simpati 90.000 13 PT. Gadjah Ruku 80.000 2 PT Sunan Rubber 60.000 14 PT. Sri Trang Lingga Ind. 80.000 3 PT Badja Baru 60.000 15 PT. Lingga Djaja 30.000 4 PT. Remco 50.000 16 PT. Prasidha Aneka Niaga 60.000 5 PT. Aneka Bumi Pratama 93.000 17 PT. Bintang Gasing Persada 36.000 6 PT. Hoktong I 65.000 18 PT. Melania Indonesia 2.300 7 PT. Hoktong II 100.000 19 PT. Lonsum Indonesia 43.200 8 PT. Kirana Musi Persada 36.000 20 PT. Felda Indo Rubber 40.000 9 PT. Multi Agro Kencana Prima 30.000 21 PT. Nibung Artha Mulia 18.000
10 PT. Mardec Musi Lestari 30.000 22 PT. Bumi Beliti Abadi 60.000 11 PT. Muara Kelingi I 55.000 23 PT Kirana Windu 50.000 12 PT. Muara Kelingi II 55.000 Total 1.223.500
Sumber: (Dinas Perindustrian Sumsel, 2010)
Sedangkan industri lain yang terdapat di Sumsel, tersaji dalam tabel 2.56
Tabel II.56. Industri (bukan CPO dan Crum Rubber) di wilayah Sumsel
No. Nama Perusahaan Jenis Industri Kap. Terpasang (ton/tahun)
1 PT. Sinar Alam Permai Minyak Goreng 70.000 2 PT. Laura Indo Pengolahan dan
Pengawetan udang 300
3 PT. Dharma Niaga P. Steel Pabrik Seng 12.000 4 PG. Cinta Manis Gula 5 PT. Sumatera Prima Fibreboard Pemb. Panel kayu 6 PT. Thamrin Brothers Pemb. Pakan ternak 7 PT. Pinago Utama SIR 36.000 8 PT. Interbis Sejahtera Biskuit 34.000 9 PT. Indofood Sukses Makmur Mie Instant 563juta bungkus/thn 10 PT. Sriwijaya Alam Segar Mie Instant 162juta bungkus/thn Sumber: (Dinas Perindustrian Sumsel, 2010)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 114
Tabel II.57. Rekapitulasi Potensi Emisi GRK Sumsel dan Permasalahannya
Komponen Potensi Emisi Permasalahan
Sampah Domestik
- Aktifitas penimbunan sampah
domestik ke TPA
- Aktifitas pembuangan sampah
secara sembarangan
- Aktifitas open/direct burning
sampah domestik.
- Aktifitas pengolahan sampah
secara biologis
A
- Peraturan daerah tentang persampahan yang belum
diterapkan secara optimal.
- Kurang jelasnya tugas pokok dan fungsi pengelola sampah
domestic
- Belum meratanya kompetensi SDM di Dinas/Badan
Kebersihan
- Masih belum terangkutnya 100% sampah ke TPA. Hal ini
mengakibatkan masih maraknya aktifitas direct burning,
baik yang dilakukan masyarakat itu sendiri maupun oleh
petugas Dinas/Badan Kebersihan di TPS – TPS.
- Belum tersosialisasinya program pemilahan dan minimasi
sampah seperti pengomposan dan daur ulang
- Pola operasional TPA yang masih open
dumping/unmanaged
- Biaya operasional yang minim dan masih bergantung pada
APBD
- Terbatasnya biaya investasi / pembangunan yang berasal
dari APBN dan APBD
- Minimnya tarif retribusi dibandingkan kebutuhan biaya
operasional dan pemeliharaan pengelolaan sampah
domestic
- Belum dipahaminya potensi kerja sama dengan pihak
swasta dalam pengelolaan sampah
- Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengelolaan sampah yang benar
Limbah Cair Domestik
- Aktifitas pembuangan limbah
cair ke sungai, danau dan
rawa.
- Aktifitas pembuangan limbah
cair ke IPAL
- Aktifitas pembuangan limbah
cair ke WC/Kakus dengan
septik tank.
- Masih menyatunya saluran limbah dan saluran drainase.
- Air limbah rumah tangga sebagian besar langsung berakhir
di sungai atau rawa tanpa melalui proses pengolahan.
- Sulitnya mengaplikasikan penggunaan sistem sanitasi
terpusat dikarenakan kondisi topografi (datar) dan biaya
tinggi.
- Banyaknya sistem pengolahan on-site yang tidak
memenuhi persyaratan teknis.
- Banyaknya area rawa yang memerlukan bangunan
pengolah air limbah dengan desain khusus.
Limbah Industri
- Aktifitas pembuangan
sampah industri sisa
produksi ke landfill.
- Aktifitas Biological
Treatment of Solid Waste
misal pengomposan.
- Aktifitas incineration dan
a. Belum semua industri melakukan konsep clean
development mechanism terutama untuk
pemanfaatan potensi sampah
b. Kurangnya sosialisasi penurunan emisi GRK ke
pelaku industri
c. Masih banyaknya industri, terutama skala kecil dan
menengah yang membuang limbah cair langsung ke
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 115
Komponen Potensi Emisi Permasalahan open burning sampah
industri.
- Aktifitas pembuangan limbah
cair ke IPAL seperti; lagoon,
reaktor anaerobik, IPAL
aerobik, dsb.
- Aktifitas pengolahan lumpur
saluran drainase tanpa melalui proses pengolahan terlebih
dahulu.
d. Kurangnya sosialisasi upaya penurunan emisi GRK dari
berbagai aktifitas pembuangan dan atau pengolahan
limbah cair ke pelaku industri.
Tabel II.58. Rekapitulasi Identifikasi Awal Sumber Emisi Sektor Limbah
Sumatera Selatan
Bidang Potensi Sumber Emisi
Pemerintah Daerah Masyarakat/Pelaku Usaha
Pengelolaan Sampah Domestik.
- aktifitas pembuangan dan
penimbunan sampah domestik ke
TPA
- aktifitas pengomposan sampah
skala kawasan dan kota
- aktifitas open burning sampah domestik
- aktifitas pembuangan sampah secara
sembarangan oleh masyarakat di TPS, tepi
sungai, dsb.
Pengelolaan
Limbah Industri
- aktifitas pembuangan sampah industri sisa
produksi ke landfill
- aktifitas Biological Treatment of Solid Waste
- aktifitas incineration dan open burning
sampah industri
- aktifitas pembuangan limbah cair ke IPAL
seperti; lagoon, reaktor anaerobik, IPAL
aerobik, dsb.
- aktifitas pengolahan lumpur
Pengelolaan Limbah Cair Domestik
pemanfaatan kolam retensi sebagai kolam penampung limbah domestik
- aktifitas pembuangan limbah cair ke sungai,
danau dan rawa.
- aktifitas pembuangan limbah cair ke IPAL
- aktifitas pembuangan limbah cair ke
WC/Kakus dengan septik tank.
Tabel II.59. Status Emisi GRK Sumsel Sektor Pengelolaan Limbah Domestik
pada Tahun 2010
No. Komponen Emisi GRK Th.2010
(ton CO2 eq)
1. Timbunan Sampah 171.437
2. Pembakaran Terbuka Burning Sampah Domestik 90.862
3. Komposting Sampah Domestik 3.501
4. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik 469.148
Total 734.948
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 116
BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP
3.1. Pembagian Urusan
Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK mengamanatkan kepada
pemerintah daerah provinsi dalam hal ini Gubernur untuk menyusun Rencana Aksi
Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). Penyusunan RAD-GRK harus berpedoman
pada prioritas pembangunan daerah yang terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Rencana Strategis SKPD, dan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah. Hal ini bertujuan agar dokumen RAD-GRK dapat disinergikan dengan
dokumen rencana pembangunan daerah, sehingga memiliki keterkaitan dengan
wewenang dan kepemerintahan dari masing – masing lembaga. Lembaga ini secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan emisi gas rumah kaca,
dimana kewenangan dari setiap lembaga baik nasional, provinsi, kabupaten/kota
berpedoman pada Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Undang – Undang tersebut menyebutkan bahwa Pemerintahan daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan
Pemerintah Pusat seperti politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, dan agama. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
Tabel III.1. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007.
Pemerintah Pusat
a. Penyelenggaraan sendiri urusan pemerintahan
b. Pelimpahan sebagian urusan pemerintahan kepada gubernur selaku wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi
c. Penugasan sebagian urusan pemerintahan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan
Pemerintah
Provinsi
a. Penyelenggaraan sendiri urusan pemerintahan tingkat
Provinsi
b. Penugasan sebagian urusan pemerintahan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan asas
tugas pembantuan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 117
Pemerintah
Kabupaten/Kota
a. Penyelenggaraan sendiri urusan pemerintahan tingkat
kabupaten/kota
b. Penugasan sebagian urusan pemerintahan kepada
pemerintah desa berdasarkan asas tugas pembantuan
Pada prakteknya, pembagian urusan pemerintahan akan bersifat sangat kontekstual
dan dimungkinkan untuk terjadi perbedaan antara suatu periode ke periode lainnya
maupun antar daerah. Oleh karenanya, pada pengaturan teknis untuk setiap
bidang, maka urusan pemerintahan perlu dilakukan dengan melihat pengaturan
yang dilakukan melalui kementerian/lembaga pemerintahan non departemen yang
membidangi urusan pemerintah tersebut.
Pemerintah Pusat melalui Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
memiliki kewenangan untuk menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK) untuk pelaksanaan urusan wajib dan pilihan. NSPK tersebut kemudian
berfungsi sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan setiap urusan wajib serta pilihan
tersebut. Dengan pembagian kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah,
maka opsi mitigasi dapat diusulkan sepanjang masih di dalam cakupan
kewenangan tersebut.
Pengertian urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
berkaitan dengan pelayanan dasar. Sedangkan, urusan pilihan adalah urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 118
Tabel III.2. Keterkaitan Bidang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada RAN dengan Pembagian Urusan Pemerintahan
Bidang
Pembagian Urusan Pemerintah (PP No 38 Tahun 2007)
Urusan Wajib Urusan Pilihan
Pek
erj
aan
Um
um
Peru
mah
an
Pen
ata
an
Ru
an
g
Pere
ncan
aan
Pem
ban
gu
nan
Perh
ub
un
gan
Lin
gku
ng
an
Hid
up
Pert
an
ian
dan
keta
han
an
Keh
uta
nan
Peri
nd
ustr
ian
En
erg
i d
an
Su
mb
er
Daya
Min
era
l
Pertanian ● ● ●
Kehutanan dan Lahan Gambut ● ● ●
Energi dan transportasi ● ● ● ●
Industri ● ●
Pengelolaan Limbah ● ●
Dalam konteks eksekusi urusan pemerintahan terkait dengan penurunan emisi
GRK, akan sangat berkaitan dengan penyusunan organisasi perangkat daerah,
terutama pada perumusan Tugas Pokok dan Fungsi suatu Dinas Daerah dan/atau
Lembaga Teknis Daerah, maupun sub organisasi yang bersangkutan (dalam hal ini
adalah Unit Pelaksana Teknis).
Program yang dihasilkan dari Rencana Aksi Daerah Gas Rumah kaca provinsi
Sumatera Selatan harus dapat di integrasikan ke dalam rencana pembangunan
propinsi Sumatera Selatan. Untuk itu maka dilakukan pemetaan kelembagaan yang
berperan sebagai penghasil emisi dan pelaku mitigasi emisi berdasarkan
permasalahan dan sumber emisi yang diidentifikasi sebelumnya. Kelembagaan
tersebut harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari kelompok kerja dan
satuan kerja perangkat daerah masing – masing sektor terkait dengan penurunan
gas rumah kaca (GRK) berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Nomor 8 Tahun 2008 dan Nomor 7 tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah
Provinsi Sumatera Selatan (Table 3.3).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 119
Tabel III.3. Pembagian Urusan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi dari Kelompok Kerja/SKPD masing – masing sektor pada kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca di Provinsi Sumatera Selatan
Sektor SKPD Provinsi Sub Bidang Kab/Kota SKPD Kab/Kota
Pertanian
Bappeda
UPTB Tata Ruang Musi Banyuasin Bappeda; Dinas Pertanian dan peternakan; Dinas Kehutanan; Dinas PU Pengairan; Dinas Pertambangan dan Energi
Ekonomi Banyuasin Bappeda; Dinas Pertanian dan peternakan; Dinas Kehutanan; Dinas PU Pengairan
Dinas Pertanian
Produksi Tanaman Pangan Ogan Komering Ilir Bappeda; Dinas Pertanian, Dinas Peternakan; Dinas Kehutanan; Dinas Pertambangan dan Energi; Dinas PU Cipta Karya dan Pengairan
Sarana dan Prasarana Musi Rawas Bappeda; Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan Perikanan; Dinas Kehutanan; Dinas Pertambangan dan Energi; Dinas PU Pengairan
Dinas Peternakan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak
Lahat Bappeda; Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; Dinas Peternakan dan Perikanan; Dinas Kehutanan dan Perkebunan; Dinas PU Pengairan; Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pertambangan dan Energi
Listrik dan Pemanfaatan Energi Pagar Alam Bappeda; Dinas Tanaman Pangan Hortikultura; Dinas Peternakan dan Perikanan; Dinas Pekerjaan Umum; Dinas Kehutanan dan Perkebunan;
Dinas Kehutanan UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
OKU Timur Bappeda; Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; Dinas Peternakan dan Perikanan; Dinas Kehutanan dan Perkebunan; Dinas PU Pengairan; Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas PU Pengairan Bidang Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
Kehutanan dan Lahan Gambut
Bappeda UPTB Tata Ruang Musi Banyuasin Bappeda; Dinas Kehutanan; Dinas Perkebunan; Dinas Koperasi, PPKM, Penanaman Modal,Peng. Pasar
Ekonomi Musi Rawas Bappeda; Dinas Kehutanan; Dinas Perkebunan
Dinas Perkebunan Kelembagaan Usaha Ogan Komering Ilir Bappeda; Dinas Kehutanan; Dinas Perkebunan; Dinas Perindag dan Koperasi
Dinas Kehutanan
Bidang Pemanfaatan Hasil Hutan
Bidang Planologi Kehutanan,
UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Energi
Bappeda Ekonomi OKU Timur Bappeda; Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pertambangandan Energi
Bidang Sarana Teknik Musi Banyuasin Bappeda; Dinas Pertambangan dan Energi
Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi
Muara Enim Bappeda; Dinas Pertambangan dan Energi
Transportasi
Bappeda UPTB Tata Ruang Palembang Bappeda; Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; Dinas PU Binamarga
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Perkeretaapian
OKU Timur Bappeda; Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; Dinas PU Binamarga
Bidang Bina Sistem Transportasi Perkotaan
Musi Banyuasin Bappeda; Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; Dinas PU Binamarga
Lubk Linggau Bappeda; Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; Dinas PU Binamarga
Musi Rawas Bappeda; Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; Dinas PU Binamarga
Industri Bappeda Ekonomi Palembang Bappeda; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Pertambangan dan Energi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 120
Sektor SKPD Provinsi Sub Bidang Kab/Kota SKPD Kab/Kota
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Bidang Industri Kecil Menengah Musi Rawas Bappeda; Dinas Perindustrian, perdagangan, dan pasar; Dinas pertambangan dan energi; Dinas Perkebunan; Dinas Kehutanan
Bidang Industri Argo Kimia, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Standarisasi
Lubuk Linggau Bappeda; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pertambangandan Energi
Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi
OKU Timur Bappeda; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Perkebunan Bidang Kelembagaan Usaha Musi Banyuasin Bappeda; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Kehutanan Bidang Pemanfaatan Hasil Hutan
Pengelolaan Sampah
Bappeda UPTB Tata Ruang Palembang BLH; PU CK; Dinas Kebersihan
BLH Pengendalian, Pencemaran dan Pengelolaan Limbah
Ogan Ilir BLH; PU CK; Dinas Kebersihan
PU Cipta Karya Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman
Muara Enim BLH; Pu Cipta Karya dan Pengairan
OKU Timur BLH; PU Cipta Karya
Musi Banyuasin BLH; Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 121
3.2. Ruang Lingkup Daerah
Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca terbagi ke dalam 5 (lima) bidang yaitu
pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energy, industri, transportasi, dan
pengelolaan limbah
3.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian yang menghasilkan emisi menurut IPCC adalah peternakan,
berasal dari aktivitas pencernaan hewan dan pengelolaan kotoran ternak (domestic
livestock: enteric fermentationvand manure management), budidaya padi, khusus
untuk budidaya padi sawah (rice cultivation: flooded rice fields), pembakaran
padang sabana (prescribed burning of savannas), pembakaran limbah pertanian
(field burning of agriculture residues), dan tanah pertanian (agricultural soil). Untuk
kegiatan rencana aksi daerah gas rumah kaca di Provinsi Sumatera Selatan, sektor
pertanian di fokuskan kepada budi daya padi pada lahan sawah irigasi, lebak dan
pasang surut, biomass (pembakaran limbah perkebunan tebu), dan peternakan.
3.2.2. Sektor kehutanan dan lahan gambut
Kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan dan lahan
gambut difokuskan pada kegiatan yang mengakibatkan baik secara langsung
maupun tidak langsung deforestrasi, degradasi hutan, dan perubahan tutupan
lahan. Berdasarkan hal tersebut maka SKPD yang berwenang untuk menurunkan
emisi gas rumah kaca di provinsi Sumatera Selatan adalah Dinas Kehutanan dan
Dinas Perkebunan beserta bidang dan sub bidang yang bersangkutan.
3.2.3. Sektor berbasis energi
Sektor penghasil emisi gas rumah kaca yang berbasis energi adalah sektor energi,
industri dan transportasi. Sumber emisi gas rumah kaca pada sektor ini berdasarkan
penggunaan energy fosil pada kegiatan produksi pada industri kecil dan menengah,
transportasi darat, dan pembangkit listrik, sehingga kegiatan penurunan emisi gas
rumah kaca akan difokuskan pada sumber emisi tersebut. Berdasarkan hal tersebut
maka SKPD yang berwenang untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di provinsi
Sumatera Selatan adalah Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Perhubungan,
Dinas Peridustrian dan Perdagangan, serta bidang dan sub bidang yang
bersangkutan dimasing – masing instansi tersebut.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 122
3.2.4. Sektor Sampah/Limbah
Limbah Padat dan Limbah Cair merupakan sumber emisi gas rumah kaca di sektor
pengelolaan sampah di provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan penurunan emisi gas
rumah kaca di Provinsi Sumatera Selatan difokuskan pada pengelolaan limbah
padat. SKPD yang bertugas dan berwenang untuk menurunkan emisi gas rumah
kaca tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya, dan Dinas Kebersihan (untuk tingkat pemerintahan Kabupaten/Kota).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 123
BAB IV ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA PROVINSI SUMATERA
SELATAN
Pelaksanaan kegiatan mitigasi emisi GRK mencakup empat kegiatan penting.
Pertama menduga besar emisi dan/atau pengambilan karbon (perubahan stok
karbon) berdasarkan data historis sebelum dilaksanakannya skenario aksi (historic
baseline). Kedua, memproyeksikan besarnya perubahan emisi dan/atau
pengambilan karbon jika tanpa skenario aksi. Ketiga, memproyeksikan besarnya
perubahan emisi dan/atau pengambilan karbon jika ada implementasi skenario
mitigasi. Keempat, menduga besarnya perbedaan stok karbon untuk kondisi Kedua
dan Ketiga.
4.1 BAU-Baseline Emisi Gas Rumah Kaca
Untuk menentukan apakah penurunan emisi atau peningkatan pengambilan karbon
bersifat tambahan, maka perlu diketahui terlebih dahulu baseline-nya. Baseline
adalah sebuah referensi untuk mengukur perubahan yang terjadi akibat intervensi
suatu tindakan. Baseline yang berhubungan dengan perubahan iklim merupakan
emisi GRK tanpa kebijakan intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi perubahan iklim.
Tujuan penyusunan baseline ialah untuk mencegah terjadinya opini terhadap
penurunan emisi atau peningkatan pengambilan karbon yang sebenarnya juga
terjadi tanpa adanya proyek tindakany yang nyata. Jadi baseline dapat dikatakan
sebagai kondisi yang sangat mungkin terjadi pada kondisi tidak ada tindakan nyata.
4.1.2 Pertanian
Berdasarkan baseline historis (historical baseline), diproyeksikan juga emisi untuk
tahun 2011 sampai 2020 untuk masing-masing sub-sektor pertanian seperti
dijelaskan dalam Bab II. Data yang digunakan dalam perhitungan rpoyeksi dalam
bab ini adalah dasar perhitungan dalam Sub-bab 2.3.1 dan data dari SKPD terkait.
a. Budidaya Padi
Peningkatan luas areal sawah yang memang untuk menopang program lumbung
pangan juga akan membawa konsekuensi peningkatan emisi CH4 asal padi sawah
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 124
di masa depan. Untuk proyeksi emisi CH4 asal budidaya padi, maka perlu dihitung
peningkatan luas sawah di Provinsi Sumatera Selatan. Perhitungan ini dilakukan
dengan merujuk pada perkembangan luas sawah dari tahun 2005 sampai 2010,
yang menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 9,87% per tahun. Jika besaran
peningkatan ini digunakan sebagai dasar untuk proyeksi (forward looking), maka
emisi CH4 mulai tahun 2012 sampai 2020 dapat diproyeksikan dengan asumsi
sebagai berikut :
1. Besaran peningkatan luas areal sawah dari tahun 2011 sampai 2020
konstan, yaitu sebesar 9,87%, dan
2. Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan luas areal sawah
dan/atau peningkatan luas panen (IP). Asumsi ini dimungkinkan karena
masih ada peluang untuk meningkatkan luas sawah karena masih ada areal
sawah (irigasi, lebak, dan pasang surut) yang belum dibudidayakan. Lalu,
IP=2 ditingkatkan menjadi IP=3 dan IP=1 menjadi IP=2 melalui perbaikan
jaringan irigasi
Hasil proyeksi disajikan pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jika sistem dan
praktek budidaya padi di sawah di Provinsi Sumatera Selatan masih seperti saat ini
(BAU Baseline), maka ada potensi peningkatan emisi CH4 dari 30.547.988,56 kg
CH4 th-1 pada tahun 2011 menjadi 71.348.632 kg CH4 th-1 pada tahun 2020 atau
meningkat sebesar 133,6% dengan total akumulasi selama kurun waktu 10 tahun
(2011 sampai 2020) sebesar 484.344.412,3 kg CH4.
Gambar 4.1. Proyeksi BAU emisi CH4 dari areal sawah di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 125
b. Pembakaran Limbah Pertanian
Jika mengacu pada laju peningkatan luas panen sebesar 9,87% per tahun,
maka akan ada korelasi yang positif dengan peluang peningkatan jumlah jerami
yang dihasilkan dan dibakar sehingga pada saat yang sama ada peluang untuk
terjadinya peningkatan emisi CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx asal pembakaran
jerami padi secara proporsional terhadap biomassa jerami. Jika besaran
peningkatan ini digunakan sebagai dasar untuk proyeksi (forward looking),
maka emisi CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx asal pembakaran jerami padi di
Provinsi Sumatera Selatan mulai tahun 2012 sampai 2020 diproyeksikan
(forward looking), maka emisi CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx asal pembakaran
jerami padi mulai tahun 2012 sampai 2020 dapat diproyeksikan dengan asumsi
sebagai berikut :
1. Besaran peningkatan jumlah biomassa padi dari tahun 2011 sampai 2020
konstan, yaitu sebesar 9,87%, dan
2. Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan luas areal sawah
dan/atau peningkatan luas panen (IP). Asumsi ini dimungkinkan karena
masih ada peluang untuk meningkatkan luas sawah karena masih ada areal
sawah (irigasi, lebak, dan pasang surut) yang belum dibudidayakan. Lalu,
IP=2 ditingkatkan menjadi IP=3 dan IP=1 menjadi IP=2 melalui perbaikan
jaringan irigasi.
Hasil proyeksi disajikan pada Gambar 4.2 sampai 4.6 menunjukkan bahwa jika
praktek pembakaran jerami dilakukan, maka ada potensi peningkatan emisi
CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx berturut-turut dari 8.918.733,18 ton; 541.599,6
ton; 15.894,8 ton; 412,1 ton; 14.717,4 ton pada tahun 2011 menjadi
20.807.279,07 ton; 1.263.544,3 ton; 37.0823 ton; 961, 4 ton; dan 34.335,4 ton
pada tahun 2020 atau masing-masing meningkat sebesar 133,3%.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 126
Gambar 4.2. Proyeksi emisi CO2 asal pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
Gambar 4.3. Proyeksi emisi CO asal pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 127
Gambar 4.4. Proyeksi emisi CH4 asal pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
Gambar 4.5. Proyeksi emisi N2O asal pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 128
Gambar 4.6. Proyeksi emisi NOx asal pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
Untuk proyeksi angka peningkatan emisi CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx asal
pembakaran biomassa tebu sebelum panen di Provinsi Sumatera Selatan
digunakan asumsi sebagai berikut:
1. Luas areal tetap, yaitu berbasis luas areal pada tahun 2010 sebesar 17.664
ha, dan
2. Laju peningkatan emisi bersumber dari peningkatan produksi dan biomassa
yang dibakar, yaitu sebesar 4,9%. Penetapan angka ini didasarkan atas
data historis mulai tahun 2005 sampai 2010. Peningkatan produksi
biomassa ini dapat bersumber dari input teknologi budidaya tebu, seperti
pemupukan berimbang dan spesifik lokasi (berbasis ruang), penggunaan
varietas unggul.
Implementasi kedua asumsi di atas dalam proyeksi (forward looking) emisi CO2,
CO, CH4, N2O, dan NOx asal pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan peningkatan emisi CO2, CO, CH4,
N2O, dan NOx masing-masing dari 428.175,26 ton, 26.001,41 ton, 763,08 ton,
19,78 ton, dan 706,56 ton pada tahun 2011 berturut-turut menjadi 658.568,67
ton, 39.992,29 ton, 1.173,69 ton, 30,43 ton, dan 1.086,75 ton pada tahun 2020.
Jika dihitung laju peningkatannya berbasis tahun 2012, maka diperoleh laju
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 129
peningkatan sebesar 6,7% per tahun. Proyeksi emisi CO2, CO, CH4, N2O, dan
NOx disajikan pada Gambar 4.7 sampai 4.11.
Gambar 4.7. Proyeksi emisi CO2 asal pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
Gambar 4.8. Proyeksi emisi CO asal pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 130
Gambar 4.9. Proyeksi emisi CH4 asal pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
Gambar 4.10. Proyeksi emisi N2O asal pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 131
Gambar 4.11. Proyeksi emisi NOx asal pembakaran biomassa tebu sebelum
panen di Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020).
c. Peternakan
Penurunan emisi GRK asal ternak di Provinsi Sumatera Selatan yang disajikan
pada Gambar 2.12 sampai 2.16 bukan berkaitan dengan telah adanya langkah
atau upaya untuk menurunkan emisi GRK tetapi disebabkan oleh penurunan
populasi ternak terutama sejak tahun 2007 sampai 2010. Penurunan populasi
ternak ini memacu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk menjadi
swasembada daging melalui program revitalisasi peternakan. Oleh karena itu,
Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Peternakan telah memproyeksikan
(forward looking) target populasi ternak sampai tahun 2020, seperti pada Tabel
4.1.
Tabel IV.1. Proyek populasi ternak besar di Provinsi Sumatera Selatan
sampai tahun 2020
Jenis
Ternak
Populasi (ekor pada Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sapi Perah 154 163 168 180 190 200 211 223 235 248
Sapi
Potong 246.295 265.583 278.906 292.821 307.403 322.712 338.783 355.654 373.365 391.893
Kerbau 29.143 29.511 29.747 29.985 32.504 32.778 33.053 33.330 33.610 33.893
Kambing 331.589 412.446 416.570 420.736 425.280 429.873 434.516 439.208 443.952 448.746
Domba 32.458 34.150 34.492 34.837 35.213 35.593 35.977 36.366 36.758 37.155
Babi 31.114 37.727 38.971 40.261 41.594 42.970 44.392 45.860 47.378 48.946
Peningkatan populasi ternak yang telah ditargetkan tersebut membawa juga
konsekuensi peningkatan peluang terjadinya emisi GRK. Oleh karena itu, perlu
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 132
juga dilakukan proyeksi (forward looking) emisi GRK asal ternak, seperti
disajikan pada Gambar 4.12 sampai 4.14. Hasil proyeksi memperlihatkan
adanya potensi peningkatan emisi CH4 sebesar 51,5%, yaitu dari 15,65 Gg CH4
th-1 pada tahun 2011 menjadi 23,70 Gg CH4 th-1 pada tahun 2020 (Gambar
4.29). Peningkatan ini bersumber dari peningkatan emisi akibat proses
pencernakan (enteric fermentation) sebesar 7,75 Gg CH4 th-1 (dari 15,04 Gg
CH4 th-1 pada tahun 2011 menjadi 22,78 Gg CH4 th
-1 pada tahun 2020) dan dari
emisi akibat sistem pengelolaan kotoran ternak sebesar 0,31 Gg CH4 th-1 (dari
0,61 Gg CH4 th-1 pada tahun 2011 menjadi 0,92 Gg CH4 th
-1 pada tahun 2020).
Gambar 4.12. Proyeksi total emisi CH4 asal ternak besar di Provinsi Sumatera
Selatan (2012-2020).
Selain emisi CH4, kegiatan peternakan juga menyebabkan emisi N2O baik
secara langsung akibat proses nitrifikasi dan denitrifikasi maupun secara tidak
langsung melalui volatilisasi NH3 dan NOx. Oleh karena itu, dilakukan juga
proyeksi (forward looking) melalui kedua mekanisme ini, seperti disajikan pada
Gambar 4.13 dan 4.14. Hasil proyeksi memperlihatkan adanya potensi
peningkatan emisi N2O secara langsung sebesar 38,3%, yaitu dari 14.042,03 kg
N2O th-1 pada tahun 2011 menjadi 19.435,53 kg N2O th-1 pada tahun 2020
(Gambar 4.13). Lalu emisi N2O secara tidak langsung meningkat sebesar
55,70%, yaitu dari 2,53 kg N2O th-1 pada tahun 2011 menjadi 3,93 kg N2O th-1
pada tahun 2020 (Gambar 4.14), dan total emisi GRK asal ternak disajikan
pada Tabel 4.2.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 133
Gambar 4.13. Proyeksi total emisi N2O secara langsung asal ternak besar di
Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020).
Gambar 4.14. Proyeksi total emisi N2O secara tidak langsung asal ternak besar
di Provinsi Sumatera Selatan (2012-2020).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 134
Tabel IV.2. Total emisi GRK asal ternak di Provinsi Sumatera Selatan sampai tahun 2020
Jenis GRK dan Sumber
Populasi (ekor pada Tahun)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
CH4 (Gg CH4 th-1):
Enterik 15,04 16,39 16,39 17,74 18,59 19,35 20,15 20,99 21,86 22,78
Pengelolaan Kotoran 0,61 0,69 0,71 0,74 0,77 0,80 0,82 0,85 0,88 0,91
Total CH4 15,65 17,08 17,10 18,48 19,36 20,15 20,97 21,84 22,74 23,69
N2O (kg N2O th-1) :
Langsung 14.042,03 16.815,42 17.099,83 17.392,09 17.724,80 18.046,39 18.377,83 18.719,52 19.071,95 19.435,53
Tidak Langsung 2,53 2,78 2,90 3,03 3.18 3,31 3,46 3,61 3,77 3,93
Total N2O 14.044,56 16.818,20 17.102,73 17.395,42 17.727,98 18.049,70 18.381,29 18.723,13 19.075,72 19.539,46
Sumber: Hasil perhitungan mengacu kepada data Dinas Peternakan Sumsel (2012)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 135
4.1.2 Kehutanan dan Lahan Gambut
Berdasarkan emisi historical periode tahun 2006 – 2011, kemudian dilakukan
proyeksi emisi sampai tahun 2020. Proyeksi emisi GRK disumsikan jika kegiatan
yang dilakukan merupakan kegiatan inti yang dijalankan seperti saat ini. Proyeksi
emisi dilakukan secara linier per 5 tahun, sehingga dihasilkan emisi pada tahun
2020 sebesar 179,935,999.28 ton CO2 eq. Proyeksi emisi ini disebut REL
(Reference Emission Level) yaitu acuan jumlah emisi dalam jangka waktu tertentu
dihitung dari emisi akibat perubahan penggunaan lahan.
Tabel IV.3. Potensi Emisi GRK (BAU Baseline/REL) sektor Kehutanan dan
Lahan Gambut
Tahun 2011 2015 2020
Emisi Hutan 25,202,079.78 45,784,800.04 61,982,574.46
Emisi Lahan Gambut 38,630,468.11 77,975,942.05 117,953,424.82
Emisi Total 63,832,547.89 123,760,742.09 179,935,999.28
Gambar 4.15 Emisi BAU Baseline (REL) sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Provinsi Sumatera Selatan
4.1.3 Energi
Pada sektor energy, emisi gas rumah kaca difokuskan pada emisi CO2 yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan energy fosil seperti PLTU,
PLTU, PLTG, PLTGU, dan PLTD, emisi CO2 yang dihasilkan dari pemakaian bahan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 136
bakar oleh masyarakat dan emisi CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran
kayu bakar. Penghitungan emisi CO2 dilakukan dengan cara mengetahui kuantitas
material yang akan menghasilkan GRK dan faktor emisinya. Perhitungan ini
menggunakan IPCC dan atau LEAP.
a. Emisi CO2 dari PLTU
Prediksi emisi gas rumah kaca dilakukan berdasarkan emisi CO2 baseline,
rencana penambahan kapasitas PLTU, dan rencana pembangunan
pembangkit – pembangkit listrik baru yang menggunakan bahan bakar fosil.
Kenaikan rata-rata kapasitas PLTU selama 5 tahun dari tahun 2005 sampai
tahun 2010 adalah 43,46 MW, atau dalam persentase : 5,78. Sehingga
dihasilkan emisi CO2 proyeksi sampai tahun 2020 (Tabel IV.4)
Tabel IV.4. Proyeksi Emisi CO2 PLTU Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Faktor pengali
emisi CO2
Emisi CO2 (Gg/tahun)
Grafik
2010 1.0578 6,307,887.22
2011 1.0578 6,672,483.10
2012 1.0578 7,058,152.62
2013 1.0578 7,466,113.85
2014 1.0578 7,897,655.23
2015 1.0578 8,354,139.70
2016 1.0578 8,837,008.97
2017 1.0578 9,347,788.09
2018 1.0578 9,888,090.24
2019 1.0578 10,459,621.86
2020 1.0578 11,064,188.00
b. Emisi CO2 eq dari PLTD milik PLN
Berdasarkan kenaikan produksi listrik rata-rata pertahun adalah 2.846.300
kWh atau 8% pada kondisi baseline maka proyeksi emisi CO2e sampai
tahun 2020, sebagaimana pada Tabel di bawah ini.:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 137
Tabel IV.5. Emisi BAU-Baseline PLTD PLN
Tahun Produksi Listrik dari
PLTD (kWh) Faktor Emisi
(ton CO2e/kWh) Emisi (ton CO2e/tahun
2012 45,422,700.00 0.000743 33,749.07
2013 49,056,516.00 0.000743 36,448.99
2014 52,981,037.28 0.000743 39,364.91
2015 57,219,520.26 0.000743 42,514.10
2016 61,797,081.88 0.000743 45,915.23
2017 66,740,848.43 0.000743 49,588.45
2018 72,080,116.31 0.000743 53,555.53
2019 77,846,525.61 0.000743 57,839.97
2020 84,074,247.66 0.000743 62,467.17
Gambar 4.16 Emisi BAU – Baseline PLTD milik PLN
c. Emisi CO2 eq dari Bahan Bakar
Prediksi konsumsi BBM sampai tahun 2020 berdasarkan persentase kenaikan
penjualan BBM dari tahun 2009 ke 2010 yaitu sebesar 4,68% atau setara dengan
69.300 kL, Dengan demikian penjualan BBM dari tahun 2011 sampai tahun 2020
diperkirakan sebagaimana pada Tabel di bawah ini.
Tabel IV.6. Prediksi Penjualan BBM dari Tahun 2011 sampai 2020
Tahun Jumlah Total (kL) Jenis Konsumen (kL)
Industri Transportasi Rumah tangga
2010 1,549,954.00 371,988.96 1,115,966.88 61,998.16
2011 1,622,491.85 389,398.04 1,168,194.13 64,899.67
2012 1,698,424.47 407,621.87 1,222,865.62 67,936.98
2013 1,777,910.73 426,698.58 1,280,095.73 71,116.43
2014 1,861,116.95 446,668.07 1,340,004.21 74,444.68
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 138
2015 1,948,217.23 467,572.13 1,402,716.40 77,928.69
2016 2,039,393.79 489,454.51 1,468,363.53 81,575.75
2017 2,134,837.42 512,360.98 1,537,082.94 85,393.50
2018 2,234,747.81 536,339.48 1,609,018.43 89,389.91
2019 2,339,334.01 561,440.16 1,684,320.49 93,573.36
2020 2,448,814.84 587,715.56 1,763,146.69 97,952.59
Untuk memprediksi emisi CO2e, pada masing-masing jenis konsumen, diasumsi
bahwa persentase emisi GRK dari masing-masing jenis konsumen dianggap setara
dengan persentase penjualan BBM-nya. Dengan demikian emisi CO2e dari ketiga
jenis konsumen pada tahun 2011 sampai 2020 adalah sebagaimana dinyatakan
pada Tabel dan Gambar di bawah ini.
Tabel IV.7. Proyeksi Emisi CO2 menurut Jenis Konsumen Pertamina
Tahun Emisi total ton CO2e Emisi ton CO2e menurut konsumen
Industri Transportasi Rumah Tangga
2010 3,688,326.20 885,198.29 2,655,594.86 147,533.05
2011 3,860,939.87 926,625.57 2,779,876.70 154,437.59
2012 4,041,631.85 969,991.64 2,909,974.93 161,665.27
2013 4,230,780.22 1,015,387.25 3,046,161.76 169,231.21
2014 4,428,780.74 1,062,907.38 3,188,722.13 177,151.23
2015 4,636,047.68 1,112,651.44 3,337,954.33 185,441.91
2016 4,853,014.71 1,164,723.53 3,494,170.59 194,120.59
2017 5,080,135.79 1,219,232.59 3,657,697.77 203,205.43
2018 5,317,886.15 1,276,292.68 3,828,878.03 212,715.45
2019 5,566,763.22 1,336,023.17 4,008,069.52 222,670.53
2020 5,827,287.74 1,398,549.06 4,195,647.17 233,091.51
Gambar 4.17 Prediksi Emisi CO2e dari penjualan BBM tahun 2011 sampai 2020
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 139
d. Emisi CO2 Kayu Bakar
Untuk memprediksi emisi GRK dari kayu bakar, maka perhitungan berdasarkan
prediksi jumlah penduduk dan jumlah kayu bakar yang dibutuhkan. Prediksi data
penduduk tahun 2011 sampai 2030 dihitung berdasarkan kenaikan rata-rata
pertahunnya. Pertambahan rata-rata/tahun penduduk Sumatera Selatan 127.525,75
jiwa atau 1,98 %.
Tabel IV.8. Proyeksi Emisi CO2 dari Kayu Bakar
Tahun Jumlah Penduduk Emisi CO2 Emisi CO2
Sumsel (jiwa) (ton CO2/tahun) (Gg/tahun)
2010 7,450,394 7,822,913.70 7,822.91
2011 7,597,912 7,977,807.39 7,977.81
2012 7,748,350 8,135,767.98 8,135.77
2013 7,901,768 8,296,856.18 8,296.86
2014 8,058,223 8,461,133.94 8,461.13
2015 8,217,776 8,628,664.39 8,628.66
2016 8,380,488 8,799,511.94 8,799.51
2017 8,546,421 8,973,742.28 8,973.74
2018 8,715,640 9,151,422.38 9,151.42
2019 8,888,210 9,332,620.54 9,332.62
2020 9,064,197 9,517,406.43 9,517.41
Gambar 4.18 Emisi BAU – Baseline Kayu Bakar
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 140
e. Total Proyeksi Emisi CO2 di Sektor Energi
Berdasarkan total emisi CO2 baseline diasumsikan bahwa kenaikan emisi CO2e
partahun dalah 4,5 %. Dengan demikian maka emisi CO2 sampai tahun 2020
adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel di bawah ini.
Tabel IV.9. Proyeksi Total Emisi CO2 sektor Energi
Tahun Emisi CO2e (ton)
2010 2,136,618,492.94
2011 2,232,766,325.12
2012 2,333,240,809.75
2013 2,438,236,646.19
2014 2,547,957,295.27
2015 2,662,615,373.56
2015 2,782,433,065.37
2017 2,907,642,553.31
2018 3,038,486,468.21
2019 3,175,218,359.28
2020 3,318,103,185.44
Gambar 4.19 Proyeksi emisi CO2e total dari sektor energy di Provinsi Sumatera
Selatan sampai 2020
4.1.4 Transportasi
a. Proyeksi Emisi TIER 1
Proyeksi emisi sampai tahun 2020 berdasarkan tren data series dari penjualan BBM
tahun 2000 – 2009 sehingga menghasilkan emisi sebesar 2895094 Gg atau 2 895
094 000 ton CO2e.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 141
Gambar 4.20 Grafik Penjualan BBM sampai tahun 2020
Gambar 4.21 Grafik Emisi (Gg CO2 eq) dengan TIER 1
b. Proyeksi Emisi TIER 2
Berdasarkan tren fluktuasi BBM dari tahun sebelumnya (2007 – 2011) maka
diperoleh proyeksi penggunaan BBM per kendaraan sampai dengan tahun 2020.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 142
Gambar 4.22 Grafik Penjualan BBM Solar pada Kendaraan Mobil, Bus, dan Truck
Gambar 4.23 Grafik Penjualan BBM Premium pada Kendaraan Jenis Mobil dan
Sepeda Motor
Selanjutnya dilakukan perhitungan emisi CO2 dengan metode IPCC, untuk setiap
jenis moda angkutan. Pada perhitungan Tier 2 diketahui emisi total CO2 adalah
2895093.944 ton pada tahun 2020.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 143
Gambar 4.24 Emisi CO2 per jenis kendaraan dan bahan bakar, dan Emisi Total CO2
Provinsi Sumatera Selatan
c. Proyeksi TIER 3
Beberapa titik survey counting LHR mempunyai data tahun 2011 dan 2012, ada
juga yang mempunyai data tahun 2010, 2012. Maka di prediksi Emisi CO2 hasilnya
sebagai berikut:
Gambar 4.25 Prediksi Emisi CO2 (ton/tahun) untuk beberapa wilayah tahun 2020
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 144
Sehingga proyeksi emisi CO2 Sumatera Selatan untuk tahun-tahun berikutnya, yaitu
tahun 2013 sampai tahun 2021 diprediksi dengan menggunakan persentase
pertumbuhan lalu lintas yaitu sebesar 15 % setiap tahunnya.
Tabel IV.10. Proyeksi Emisi CO2 Sumatera Selatan sampai tahun 2020
No Tahun Emisi CO2 (ton/tahun)
1 2012 2.036.551,784
2 2013 2.342.034,552
3 2014 2.693.339,734
4 2015 3.097.340,694
5 2016 3.561.941,799
6 2017 4.096.233,068
7 2018 4.710.668,029
8 2019 5.417.268,233
9 2020 6.229.858,468
Gambar 4.26 Prediksi Emisi CO2 (ton/tahun) sector Transportasi di Sumatera
Selatan
4.1.5 Industri
Dengan asumsi terjadi peningkatan emisi tanpa intervensi (BAU) adalah 5% per
tahun, maka pada tahun 2020 total emisi akan mencapai 3,732,428.68
tonCO2/tahun.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 145
Tabel IV.11. Proyeksi Emisi CO2 dari Industri di Provinsi Sumatera Selatan
tahun BAU-Baseline (ton/tahun)
2012 2,526,254.65
2013 2,652,567.38
2014 2,785,195.75
2015 2,924,455.54
2016 3,070,678.32
2017 3,224,212.23
2018 3,385,422.84
2019 3,554,693.99
2020 3,732,428.68
Gambar 4.27 Proyeksi Emisi CO2 Sektor Industri Provinsi Sumatera Selatan
4.1.6 Sampah/Limbah
Sesuai dengan arahan pokja pusat yang diketuai Dinas PU Cipta Karya, pada RAD
GRK sektor pengelolaan limbah pada tahun penyusunan 2012, analisis emisi GRK
dibatasi hanya pada sektor limbah domestik saja. Sehingga untuk keseragaman
dengan daerah lain, maka perhitungan BAU Baseline dan pengurangan emisi hanya
melingkupi limbah domestik.
Akan tetapi dalam pembahasan sumber emisi pada bab 2.3, terdapat sumber emisi
dari sektor limbah industri, terutama dari industri CPO dan Crum Rubber. Sehingga
untuk pengembangan rencana aksi/kegiatan pada tahun 2013, walaupun belum
disertai perhitungan detail, telah dimasukkan bahasan tentang limbah industri dalam
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 146
RAD-GRK 2012. Diharapkan arahan untuk limbah industri ini dapat menjadi
landasan untuk kegiatan inventori, penyempurnaan perhitungan dan kegiatan aksi
pada tahun 2013 ke depan.
a. Sampah Domestik
Emisi GRK yang diukur untuk sektor sampah domestik Sumsel bersumber dari;
a. Aktifitas penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPA),
b. Aktifitas pembakaran langsung oleh masyarakat (open burning),
c. Aktifitas komposting dari sampah terolah
Untuk pengukuran estimasi BAU baseline emisi GRK Sumsel sektor sampah
domestik, hanya diukur emisi yang bersumber dari point a, point b dan point c, yaitu
dari aktifitas penimbunan sampah di TPA dan tempat lainnya dengan metode open
dumping, pembakaran langsung/open burning oleh masyarakat dan pengomposan
sampah terolah. Aktifitas insinerasi dan pengolahan lumpur domestik tidak dihitung
karena di Indonesia, aktifitas ini hampir tidak pernah dilakukan untuk sektor sampah
domestik.
Adapun data persampahan (domestik) yang perlu untuk dikumpulkan meliputi;
1. Data TPA, melingkupi;
a. Karakter Fisik TPA; luas, kedalaman timbunan, muka air tanah.
b. Sistem pengoperasian TPA; open dumping, controlled landfill, atau
sanitary landfill.
2. Profil daerah. Data ini bisa didapat dari Biro Pusat Statistik. Misal: Palembang
dalam Angka 2011
3. Timbulan dan komposisi sampah domestik dalam liter/orang/hari dan
kg/orang/hari. Data timbulan sampah domestik/kapita/hari mungkin bisa didapat
dari Master Plan Persampahan Kota/Kabupaten tersebut. Pada kasus tidak
terdapat data timbulan ini, dapat diambil data timbulan pada SNI 19-3964-1994
SK.SNI M-36-1991-03 sesuai dengan kategori kota/kabupaten-nya.
4. Komposisi dan dry matter content sampah dari survey yang dilakukan JICA
SP3 pada rentang 2011 – 2012.
5. Cakupan (% layanan) persampahan kota/kabupaten.
6. Kondisi eksisting sistem persampahan, termasuk jumlah sampah yang diangkut
ke TPA. Misal dari Buku Putih PU dan laporan kantor pengelola TPA.
7. Peraturan daerah, kelembagaan dan pendanaan terkait pengelolaan sampah
domestik.
8. RPJMD dan Master Plan terkait sektor sampah domestik.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 147
9. % open burning sampah oleh masyarakat.
10. Pengumpulan data 3R/daur ulang sampah on-site, skala kawasan, skala kota
(komposting, daur ulang, biogas).
Dengan menggunakan first order decay method, estimasi GRK dari TPA dan open
burning akan didapat. Untuk mengestimasi emisi GRK dari TPA dengan
menggunakan IPCC GL 2006, dimasukkan beberapa parameter antara lain:
a. Komposisi dan dry matter content sampah (lihat tabel IV.12).
b. Tipe zona timbunan sampah,
c. Jumlah penduduk (lihat tabel IV.13),
d. Timbulan sampah,
Untuk mengestimasi volume sampah di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010
dan memproyeksikannya sampai dengan tahun 2020, diperlukan data timbulan,
jumlah dan pertumbuhan penduduk pada tahun 2010. Mengingat hasil survey
timbulan sampah kota Palembang pada tahun 208 sebesar 0,37 kg/jiwa/hari dan
mengikuti standar PU, ditetapkan asumsi timbulan sampah; (a) 0,6 kg/jiwa/hari
untuk kota besar, (b) 0,5 kg/jiwa/hari untuk kota sedang dan (c) 0,4 kg/jiwa/hari
untuk kota kecil/kabupaten. Diperkirakan timbulan sampah total Sumatera Selatan
pada tahun 2010, tahun awal perhitungan emisi, sebesar 1.239 Gg pada tahun
2010 dengan distribusi perkabupaten seperti terlihat pada gambar 2.39.
Setelah menentukan estimasi sampah Sumsel sebesar 0,4 kg/ jiwa/hari, jumlah dan
pertumbuhan penduduk dilihat dari data statistik kependudukan dari Biro Pusat
Statistik Sumsel. Dengan ketiga data ini, prediksi volume sampah 2010 dan
proyeksi s.d 2020 dapat dihitung dan disajikan pada tabel IV.14. Pada tahun 2010,
jumlah penduduk Sumsel terukur sejumlah 7,45 juta jiwa dan akan terus meningkat
sampai mendekati 9 juta jiwa pada tahun 2020 (lihat tabel IV.12). Kota terbanyak
penduduknya adalah kota Palembang sejumlah hampir 1,5 juta jiwa dan paling
sedikit penduduk adalah kabupaten Empat Lawang sebanyak 221 ribu jiwa.
Pertumbuhan penduduk tertinggi pada kabupaten Musi Banyuasin, sebuah daerah
penghasil migas sekaligus dilalui jalan lintas timur Sumatera, sedangkan terendah
pada kabupaten OKU Selatan, sebuah daerah di ujung bukit barisan yang
merupakan pecahan dari kabupaten OKU.
Selain data volume sampah. Data komposisi dan karakteristik sampah merupakan
komponen yang penting dalam estimasi GRK sektor sampah domestik. Tabel IV.13
dan IV.14 menyajikan komposisi dan dry matter content sampah Sumsel, yang
didapat dari kegiatan JICA SP3 pada tahun 2011 di Palembang dan Ogan Ilir.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 148
Komponen sisa makanan mendominasi sebesar 58,85% (% berat basah) dengan
dry matter content sebesar 23,34%. Komponen plastik sebesar 18,75% (%berat
basah) dengan dry matter content sebesar 78,21% dan kertas sebesar 14,99% (%
berat basah) dengan dry matter content sebesar 52,33%. Komponen lain tidak
ditemukan secara signifikan (lihat tabel IV.13).
Sedangkan untuk mengkonversi volume sampah dari satuan massa ke satuan
volume atau sebaliknya, digunakan bulk density sampah sebesar 0,347 ton/m3
(Survey JICA SP3 FY).
Gambar 4.28 Pengukuran bulk density sampah (Survey JICA SP3 2011 FY)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 149
Tabel IV.12. Prediksi Jumlah Penduduk Sumatera Selatan tahun 2010 dan Proyeksinya s.d 2020
No. Kota / Pertumbuhan Tahun
Kabupaten Penduduk 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Ogan Komering Ulu 3,04% 324.045 333.896 344.046 354.505 365.282 376.387 387.829 399.619 411.768 424.285 437.184
2 Ogan Komering Ilir 2,01% 727.376 741.996 756.910 772.124 787.644 803.476 819.625 836.100 852.906 870.049 887.537
3 Muara Enim 2,00% 716.676 731.010 745.630 760.542 775.753 791.268 807.094 823.235 839.700 856.494 873.624
4 L a h a t 1,22% 369.974 374.488 379.056 383.681 388.362 393.100 397.896 402.750 407.664 412.637 417.671
5 Musi Rawas 1,88% 525.508 535.388 545.453 555.707 566.155 576.798 587.642 598.690 609.945 621.412 633.095
6 Musi Banyuasin 3,25% 561.458 579.705 598.546 617.999 638.084 658.821 680.233 702.340 725.167 748.734 773.068
7 Banyuasin 1,62% 750.110 762.262 774.610 787.159 799.911 812.870 826.038 839.420 853.019 866.837 880.880
8 OKU Selatan 0,62% 318.428 320.402 322.389 324.388 326.399 328.422 330.459 332.507 334.569 336.643 338.731
9 OKU Timur 1,53% 609.982 619.315 628.790 638.411 648.178 658.096 668.164 678.387 688.767 699.305 710.004
10 Ogan Ilir 1,62% 380.904 387.075 393.345 399.717 406.193 412.773 419.460 426.255 433.161 440.178 447.309
11 Empat Lawang 0,74% 221.176 222.813 224.462 226.123 227.796 229.482 231.180 232.890 234.614 236.350 238.099
12 Palembang 1,78% 1.455.284 1.481.188 1.507.553 1.534.388 1.561.700 1.589.498 1.617.791 1.646.588 1.675.897 1.705.728 1.736.090
13 Prabumulih 2,95% 161.984 166.763 171.682 176.747 181.961 187.329 192.855 198.544 204.401 210.431 216.638
14 Pagar Alam 1,21% 126.181 127.708 129.253 130.817 132.400 134.002 135.623 137.264 138.925 140.606 142.308
15 Lubuk Linggau 2,30% 201.308 205.938 210.675 215.520 220.477 225.548 230.736 236.043 241.472 247.025 252.707
∑ Penduduk Total 7.450.394 7.589.945 7.732.401 7.877.828 8.026.294 8.177.869 8.332.625 8.490.634 8.651.972 8.816.716 8.984.945
Tabel IV.13. Komposisi dan Dry Matter Content Sampah Domestik Sumsel
No. Komponen Sampah Komposisi sampah Dry Matter Content
(% Berat Basah) (%)
1 Sisa Makanan 58,85% 23,34%
2 Kertas, Karton dan Nappies 14,99% 52,33%
3 Kayu dan Sampah Taman 3,36% 53,61%
4 Kain dan Produk Tekstil 1,80% 55,45%
5 Karet dan Kulit 0,34% 90,31%
6 Plastik 18,79% 78,21%
7 Logam 0,40% 100,00%
8 Gelas 1,05% 93,44%
9 Lain - lain 0,42% 88,61%
Total 100,00% -
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 150
Metode Perhitungan Emisi Sampah Domestik:
2006 IPCC Guidelines for National Green House Gas Inventory
Suatu panduan telah disusun oleh Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) untuk program National Green House Gas Inventory pada tahun 2006.
Berdasarkan IPCC 2006 GL, tingkat emisi GRK dari SWDS ditentukan dengan
metode first order decay (FOD). Berdasarkan metoda ini, total emisi gas CH4 pada
tahun T adalah total gas CH4 yang dihasilkan pada tahun T dikoreksi dengan
besarnya gas CH4 yang dimanfaatkan atau dibakar (Tim ITB, 2012). Persamaan
estimasi GRK digunakan untuk menentukan tingkat emisi CH4 dari SWDS, yaitu:
CH4 Emissions T, Ggram = [∑xCH4generatedx,T – RT] * (1-OXT),
dengan;
CH4 Emissions T = emisi pada tahun T,
∑xCH4generatedx,T = Jumah dari potensi emisi pada tahun T dari berbagai
komponen sampah,
RT = banyaknya CH4 yang direcovery untuk dimanfaatkan atau
dibakar dan,
OXT = Faktor Oksidasi.
Sedangkan gas metan yang dihasilkan pada proses dekomposisi sampah dihitung
berdasarkan persamaan – persamaan berikut:
CH4generatedT = DDOCmdecompT * F * 16/12
DDOCmdecompT = DDOCmaT – 1*(1-e-k)
DDOCmaT = DDOCmdT + (DDOCmaT - 1-e-k)
DDOCm = W*DOC*DOCf*MCF
dengan;
DDOCm = massa DOC tersimpan di SWDS yang dapat terdekomposisi, Gg
DDOCmdecompT = DDOCm pada tahun T, Ggram
DDOCmaT = DDOCm yang terakumulasi di SWDS pada akhir tahun T, Gg
DDOCmdT = DDOCm yang disimpan di SWDS pada tahun T, Gg
F = Fraksi (%volume) CH4 pada gas landfill yang ditimbulkan,
W = Massa sampah yang tersimpan di SWDS, Gg
DOC = DOC pada tahun penyimpanan, fraksi (Ggram C/Ggram sampah)
DOCf = Fraksi DOC yang dapat terdekomposisi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 151
MCF = Faktor koreksi (dekomposisi aerobik) di tahun penyimpanan,
fraksi
Sedangkan untuk emisi dari aktifitas open burning dihitung dengan menjumlahkan
emisi CO2, emisi CH4 dan emisi N2O yang dihasilkan.
Fossil CO2 Emissions = Total Amount of Waste open-burned x Dry
Matter Content x Fraction of Carbon in Dry Matter x Fraction of Fossil
Carbon in Total Carbon x Oxidation Factor x Conversion Factor
Methane Emissions = Total Amount of Waste Open-burned (Wet
Weight) x Methane Emission Factor
Nitrous Oxide Emissions = Total Amount of Waste Open-burned (Wet
Weight) x Nitrous Oxide Emission Factor
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 152
Tabel IV.14. Estimasi dan Proyeksi Volume Sampah Sumsel per Tahun dari 2010 s.d 2020
No. Kota / Timbulan Volume Sampah (Gg)
Kabupaten (kg/jiwa/hr) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 OKU 0,4 47 49 50 52 53 55 57 58 60 62 64
2 OKI 0,4 106 108 111 113 115 117 120 122 125 127 130
3 Muara Enim 0,4 105 107 109 111 113 116 118 120 123 125 128
4 L a h a t 0,4 54 55 55 56 57 57 58 59 60 60 61
5 Musi Rawas 0,4 77 78 80 81 83 84 86 87 89 91 92
6 Musi Banyuasin 0,4 82 85 87 90 93 96 99 103 106 109 113
7 Banyuasin 0,5 137 139 141 144 146 148 151 153 156 158 161
8 OKU Selatan 0,4 46 47 47 47 48 48 48 49 49 49 49
9 OKU Timur 0,4 89 90 92 93 95 96 98 99 101 102 104
10 Ogan Ilir 0,4 56 57 57 58 59 60 61 62 63 64 65
11 Empat Lawang 0,4 32 33 33 33 33 34 34 34 34 35 35
12 Palembang 0,6 319 324 330 336 342 348 354 361 367 374 380
13 Prabumulih 0,5 30 30 31 32 33 34 35 36 37 38 40
14 Pagar Alam 0,5 23 23 24 24 24 24 25 25 25 26 26
15 Lubuk Linggau 0,5 37 38 38 39 40 41 42 43 44 45 46
∑ Sampah Total 1.239 1.262 1.286 1.310 1.335 1.360 1.385 1.411 1.438 1.465 1.493
1) Emisi dari Open Dumping: Un-managed Deep dan Un-categorized
Tidak semua sampah Sumsel diangkut ke TPA, sebagian tidak terangkut,
sebagian terolah baik pada skala sumber, kawasan maupun skala kota.
Untuk sampah tidak terangkut, sebagian besar terhampar di TPS, TPA
ilegal, pinggir sungai, pinggir jalan dan halaman warga. Sebagian lainnya,
untuk sampah tidak terangkut dibakar secara langsung oleh masyarakat
(open burning). Distribusi pengelolaan sampah domestik di Sumatera
Selatan disajikan dalam tabel IV.15
Berdasarkan jumlah sampah dan persentase un-managed deep, tabel IV.16
menyajikan estimasi sampah yang terangkut ke TPA. TPA di Sumsel dapat
dikategorikan dalam un-managed deep. Hal ini dikarenakan timbunan
sampah yang melebihi 5 m dan atau muka air tanah yang tinggi.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 153
Tabel IV.15. Rekapitulasi Aktifitas Pengangkutan, Pembuangan Sampah Sembarangan, Komposting dan Open Burning (2010)
No. Kota / Kabupaten ∑ penduduk Estimasi Sampah Volume Sampah Volume Sampah Sampah Tdk Terangkut (Gg)
(2010) Total (Gg) Terangkut (Gg) Terolah (Gg) Terhampar Open Burning
1 Ogan Komering Ulu 324.045 47,3 4,7 0,0 34,1 8,5
2 Ogan Komering Ilir 727.376 106,2 10,6 0,2 76,3 19,1
3 Muara Enim 716.676 104,6 10,5 4,7 71,6 17,9
4 L a h a t 369.974 54,0 5,4 0,8 38,3 9,6
5 Musi Rawas 525.508 76,7 7,7 0,0 55,2 13,8
6 Musi Banyuasin 561.458 82,0 8,5 0,0 58,8 14,7
7 Banyuasin 750.110 109,5 11,0 0,0 78,9 19,7
8 OKU Selatan 318.428 46,5 5,1 0,0 33,1 8,3
9 OKU Timur 609.982 89,1 8,9 0,0 64,1 16,0
10 Ogan Ilir 380.904 55,6 5,6 0,0 40,0 10,0
11 Empat Lawang 221.176 32,3 3,2 0,0 23,3 5,8
12 Palembang 1.455.284 212,5 167,9 10,1 27,6 6,9
13 Prabumulih 161.984 23,6 16,6 1,2 4,7 1,2
14 Pagar Alam 126.181 18,4 9,4 0,6 6,7 1,7
15 Lubuk Linggau 201.308 29,4 16,8 1,5 8,9 2,2
Sumatera Selatan 7.450.394 1087,8 291,8 19,1 621,5 155,4
Persentase 27% 2% 57% 14% Sumber: Hasil Analisa (2012)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 154
Tabel IV.16. Estimasi dan Proyeksi (BAU) Volume Sampah Sumsel Masuk ke TPA dari 2010 s.d 2020
No. Kota / masuk ke Jumlah Sampah (Gg)
Kabupaten TPA 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Ogan Komering Ulu 10,0% 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7
2 Ogan Komering Ilir 10,0% 11 11 11 12 12 12 13 13 13 14 14
3 Muara Enim 10,0% 10 11 11 11 12 12 13 13 13 14 14
4 L a h a t 10,0% 5 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7
5 Musi Rawas 10,0% 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10
6 Musi Banyuasin 10,4% 9 9 9 10 10 10 11 11 12 12 13
7 Banyuasin 10,0% 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14
8 OKU Selatan 10,9% 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6
9 OKU Timur 10,0% 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 11
10 Ogan Ilir 10,0% 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7
11 Empat Lawang 10,0% 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
12 Palembang 79,0% 168 173 177 182 187 193 198 204 209 215 221
13 Prabumulih 70,0% 17 17 18 19 19 20 21 22 23 24 24
14 Pagar Alam 51,0% 9 10 10 10 10 10 11 11 11 11 12
15 Lubuk Linggau 57,2% 17 17 18 19 19 20 20 21 22 23 23
Total 292 300 309 318 327 337 346 357 367 378 389
Sedangkan tabel IV.17 menyajikan estimasi dan proyeksi sampah terhampar
sembarangan dalam kondisi un-categorized, berdasarkan jumlah sampah
total dan persentase sampah terhampar sembarangan.
Tabel IV.17. Estimasi dan Proyeksi (BAU) Sampah Terolah dari 2010 s.d 2020
No. Kota / Kabupaten Estimasi Volume Volume Sampah Terolah
Sampah Total (Gg) (Gg) (%)
1 Ogan Komering Ulu 47,31 0,00 0,0%
2 Ogan Komering Ilir 106,20 0,25 0,2%
3 Muara Enim 104,63 4,73 4,5%
4 L a h a t 54,02 0,76 1,4%
5 Musi Rawas 76,72 0,00 0,0%
6 Musi Banyuasin 81,97 0,00 0,0%
7 Banyuasin 109,52 0,00 0,0%
8 OKU Selatan 46,49 0,00 0,0%
9 OKU Timur 89,06 0,04 0,0%
10 Ogan Ilir 55,61 0,00 0,0%
11 Empat Lawang 32,29 0,00 0,0%
12 Palembang 212,47 10,06 4,7%
13 Prabumulih 23,65 1,18 5,0%
14 Pagar Alam 18,42 0,62 3,4%
15 Lubuk Linggau 29,39 1,47 5,0%
Sumatera Selatan 1087,76 19,12 1,8%
Tabel IV.18 menyajikan rekapitulasi total volume sampah tertimbun (open
dumping), baik dalam kategori Un-Managed Deep/ke TPA maupun Un-
categorized/terhampar sembarangan, terolah/dikomposkan, dan dibakar
langsung/open dumping dalam wilayah provinsi Sumatera Selatan. 84%
sampah tertimbun dalam kondisi un-managed deep dan un-categorized
(BAU) Sedangkan perbandingan open dumping dalam kondisi Un-managed
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 155
deep/di TPA dan Un-categorized/terhampar sembarangan. Pada kondisi
BAU, 32% timbunan sampah Sumsel diperkirakan dalam kondisi Un-
managed deep/di TPA dan 68% timbunan sampah dalam kondisi Un-
categorized/terhampar sembarangan (lihat gambar 4.29).
Tabel IV.18. Rekapitulasi Sampah Open Dumping, Open burning dan
terolah/dikomposkan (BAU).
No. Komponen Jumlah Sampah (Gg)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Total Sampah 1.088 1.119 1.152 1.185 1.219 1.255 1.291 1.329 1.368 1.408 1.449
2 Open dumping 913 940 967 995 1.024 1.054 1.084 1.116 1.148 1.182 1.217
3 % Open dumping 84% 84% 84% 84% 84% 84% 84% 84% 84% 84% 84%
3 Open burning 155 160 164 169 174 179 184 190 195 201 207
4 Terolah 19 20 20 21 21 22 23 23 24 25 26
Gambar 4.29 Perbandingan tipe timbunan sampah (domestic) provinsi Sumatera Selatan.
Dengan memasukkan persentase tipe timbunan, persentase timbunan
sampah, jumlah penduduk, timbulan dan komposisi sampah ke dalam 2006
IPCC GL untuk SWDS, dapat diketahui estimasi emisi GRK sektor sampah.
Untuk sampah industri, estimasi emisi GRK masih menggunakan Tier I
sesuai dengan panduan 2006 IPCC GL. Data yang dibutuhkan adalah PDRB
Sumsel, sebesar Rp. 157,77 T atau sekitar 16.784,04 Juta dollar. 5 Gg
sampah diperkirakan akan dihasilkan setiap juta dollar GDP/tahun.
Sehingga pada tahun 2010 diperkirakan sampah industri sebesar 50 Gg dan
terus meningkat s.d 50 Gg sampah industri pada tahun 2020. Diasumsikan
seluruh sampah industri masuk ke zona timbunan dengan distribusi tipe
timbunan dan komposisi sampah mengikuti default 2006 IPCC GL.
Tabel IV.19 memperlihatkan hasil estimasi emisi GRK sektor sampah
(domestik dan industri) dengan menggunakan spreadsheet 2006 IPCC GL.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 156
Tabel IV.19. Hasil Estimasi Emisi GRK dari aktifitas Open Dumping (BAU).
Methane generated
Year Food Garden Paper Wood Textile Nappies Sludge MSW Industrial Total
Methane
recovery
Methane
emission
A B C D E F G H J K L
Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg
2010 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0 0,00
2011 6,9 0,2 1,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 8,2 0 8,16
2012 11,6 0,5 1,9 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 14,1 0 14,10
2013 14,9 0,6 2,7 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 18,5 0 18,53
2014 17,3 0,8 3,6 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 21,9 0 21,93
2015 19,0 1,0 4,4 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 24,6 0 24,64
2016 20,3 1,1 5,1 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 26,9 0 26,86
2017 21,3 1,2 5,8 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 28,8 0 28,76
2018 22,1 1,3 6,5 0,0 0,5 0,0 0,0 0,0 30,4 0 30,42
2019 22,8 1,4 7,2 0,0 0,5 0,0 0,0 0,0 31,9 0 31,92
2020 23,4 1,5 7,9 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0 33,3 0 33,31
2021 24,0 1,5 8,5 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0 34,6 0 34,63
2) Emisi dari Open Burning
Jumlah sampah yang dibakar secara langsung oleh masyarakat Sumsel
relatif tinggi, sekitar 13 % dari total keseluruhan volume sampah, atau sekitar
142,6 Gg sampah pada tahun 2010 (lihat tabel IV.15). Jumlah sampah yang
dibakar secara terbuka/open burning diperkirakan naik sampai dengan 173
Gg pada tahun 2020 (lihat tabel IV.18 ). Tabel IV.20 menyajikan emisi CO2,
CH4 dan N2O dari aktifitas open burning di Sumsel. Pada tahun 2020,
diperkirakan 4,51 Gg CH4 ekuivalen akan dihasilkan dari aktifitas open
burning (BAU).
Tabel IV.20. Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Open Burning (BAU).
Tahun Hasil Estimasi Emisi Tahun Hasil Estimasi Emisi
(2006 IPCC GL) (2006 IPCC GL)
2010 68,17 Gg CO2 ≈ 3,25 Gg CH4
2016
76,24 Gg CO2 ≈ 3,63 68,17 1,08 Gg CH4 ≈ 1,08 Gg CH4 1,21 Gg CH4 ≈ 1,21 1,08
0,0000651 Gg N2O ≈ 0,0010 Gg CH4 0,0000728 Gg N2O ≈ 0,0011 0,0000651
Total emisi 4,33 Gg CH4 Total emisi 4,84 2011 69,02 Gg CO2 ≈ 3,29 Gg CH4
2017
77,68 Gg CO2 ≈ 3,70 69,02 1,09 Gg CH4 ≈ 1,09 Gg CH4 1,23 Gg CH4 ≈ 1,23 1,09
0,0000659 Gg N2O ≈ 0,0010 Gg CH4 0,0000742 Gg N2O ≈ 0,0011 0,0000659
Total emisi 4,38 Gg CH4 Total emisi 4,93
2012 70,31 Gg CO2 ≈ 3,35 Gg CH4
2018
79,16 Gg CO2 ≈ 3,77 70,31 1,11 Gg CH4 ≈ 1,11 Gg CH4 1,25 Gg CH4 ≈ 1,25 1,11
0,0000671 Gg N2O ≈ 0,0010 Gg CH4 0,0000756 Gg N2O ≈ 0,0011 0,0000671
Total emisi 4,46 Gg CH4 Total emisi 5,02
2013 72,08 Gg CO2 ≈ 3,43 Gg CH4
2019
80,67 Gg CO2 ≈ 3,84 72,08 1,14 Gg CH4 ≈ 1,14 Gg CH4 1,28 Gg CH4 ≈ 1,28 1,14
0,0000688 Gg N2O ≈ 0,0010 Gg CH4 0,0000770 Gg N2O ≈ 0,0011 0,0000688
Total emisi 4,57 Gg CH4 Total emisi 5,12
2014 73,44 Gg CO2 ≈ 3,50 Gg CH4
2020
82,21 Gg CO2 ≈ 3,91 73,44 1,16 Gg CH4 ≈ 1,16 Gg CH4 1,30 Gg CH4 ≈ 1,30 1,16
0,0000701 Gg N2O ≈ 0,0010 Gg CH4 0,0000785 Gg N2O ≈ 0,0012 0,0000701
Total emisi 4,66 Gg CH4 Total emisi 5,22
2015 74,82 Gg CO2 ≈ 3,56 Gg CH4
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 157
Tahun Hasil Estimasi Emisi Tahun Hasil Estimasi Emisi
(2006 IPCC GL) (2006 IPCC GL)
1,18 Gg CH4 ≈ 1,18 Gg CH4 0,0000714 Gg N2O ≈ 0,0011 Gg CH4
Total emisi 4,75 Gg CH4
3) Emisi dari Aktifitas Pengomposan Sampah Terolah
Berdasarkan estimasi dan proyeksi sampah terolah pada tabel IV.21, dapat
diprediksi jumlah emisi GRK dari kegiatan pengomposan sampah. Dari tabel
4.1 Volume 5 2006 IPCC GL, diambil nilai emisi 4 g CH4 dan 0,3 g N2O per
kg sampah dikomposkan. Diperkirakan 0,228 Gg CH4 ekuivalen akan
dikeluarkan dari aktifitas pengomposan 27 Gg sampah domestik pada tahun
2010 dan terus meningkat sampai dengan 0,263 Gg CH4 ekuivalen pada
tahun 2020 dari hasil pengomposan 31 Gg sampah.
Tabel IV.21. Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas
Pengomposan Sampah Domestik( BAU).
No. Tahun Emisi GRK dari komposting
Gg CH4 Gg N2O Total
21 310 (Gg CH4)
1 2010 0,079 0,006 0,167
2 2011 0,081 0,006 0,170
3 2012 0,082 0,006 0,173
4 2013 0,084 0,006 0,177
5 2014 0,085 0,006 0,180
6 2015 0,087 0,007 0,183
7 2016 0,089 0,007 0,187
8 2017 0,090 0,007 0,191
9 2018 0,092 0,007 0,194
10 2019 0,094 0,007 0,198
11 2020 0,096 0,007 0,202
Dari perhitungan estimasi emisi open dumping, open burning dan
pengomposan, didapat 11 titik dari tahun 2010 s.d tahun 2020 yang digunakan
sebagai baseline emisi BAU sektor sampah Sumatera Selatan. Tabel IV.22 dan
gambar 4.30 menyajikan baseline emisi BAU sektor sampah provinsi Sumatera
Selatan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 158
Tabel IV.22. Rekapitulasi Estimasi dan Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari sektor Sampah( BAU).
No. Tahun Emisi GRK dari sumber (Gg CH4) Total Estimasi Emisi
base year (Gg CH4)
Timbunan open burning Komposting BAU
1 2010 8,16 4,33 0,17 12,66 2 2011 14,10 4,38 0,17 18,65 3 2012 18,53 4,46 0,17 23,16 4 2013 21,93 4,57 0,18 26,68 5 2014 24,64 4,66 0,18 29,48 6 2015 26,86 4,75 0,18 31,79 7 2016 28,76 4,84 0,19 33,78 8 2017 30,42 4,93 0,19 35,54 9 2018 31,92 5,02 0,19 37,14
10 2019 33,31 5,12 0,20 38,63 11 2020 34,63 5,22 0,20 40,05
Gambar 4.30 BAU Baseline Emisi GRK sector sampah Provinsi Sumatera Selatan.
b. Limbah Cair Domestik dan Industri
Dikarenakan di Sumsel belum meliki sistem sewerage (collected), sumber emisi
GRK untuk air limbah domestik Sumsel hanya bersumber dari pembuangan dan
pengolahan setempat/uncollected, melingkupi;
a. Aktifitaspembuangan di septic tank,
b. Aktifitas pembuangan di jamban/latrin,
c. Aktifitas pembuangan langsung ke sungai.
Data air limbah (domestik) yang perlu untuk dikumpulkan meliputi;
1. Pengumpulan data BOD air limbah domestik.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 159
2. Pengumpulan data sewer dan IPAL domestik, baik eksisting maupun rencana.
Data juga melingkupi kapasitas dan sistem pengolahan.
3. Pengumpulan data pengolahan air limbah domestik on-site; septic tank dan pit-
latrine, atau lainnya. Data eksisting dan rencana akan dikumpulkan oleh tim.
4. Pengumpulan peraturan daerah, kelembagaan dan pendanaan terkait
pengelolaan air limbah domestik.
5. Pengumpulan dokumen Master Plan/Outline Plan Air limbah.
Tabel IV.23. Potensi Emisi CH4 dan N2O untuk Air Limbah, Pengolahan Lumpur, dan Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik di Sumatera Selatan
Tipe Pengolahan dan Pembuangan Potensi Emisi CH4 dan N2O
Un
co
lle
cte
d
Tangki Septik Pengurasan lumpur secara teratur akan mengurangi produksi
CH4.
Open pits/Latrines Pits/latrine akan menghasilkan CH4 ketika temperatur dan waktu
retensi memungkinkan.
Pembuangan langsung ke sungai Pits/latrine akan menghasilkan CH4 ketika temperatur dan waktu
retensi memungkinkan.
Sumber: Hasil Analisa
Keterbatasan data menggiring perkiraan emisi GRK sektor limbah cair masih dalam
tingkatan tier I. Dukungan JICA SP1, dapat memperbaiki kualitas estimasi dengan
penajaman pada data distribusi pengelolaan air limbah untuk perhitungan MCF
(lihat tabel IV.23). Nilai estimasi emisi didasarkan pada jumlah penduduk provinsi
Sumsel, dengan asumsi nilai degradable organic component sebesar 14,6 kg
BOD/cap.yr dan maximum methane producing capacity sebesar 0,6 kg CH4/kgBOD
sesuai panduan 2006 IPCC GL Chapter 6. Dari hasil estimas, emisi GRK sektor
limbah cair domestik sebesar 16,69 Gg CH4 dan akan terus meningkat s.d 20,10
Gg CH4 pada tahun 2020.
Tabel IV.24. Potensi Emisi GRK dari Limbah Cair Domestik di Sumsel
No. Tahun Emisi Metan
(Gg CH4) 1 2010 22,34 2 2011 22,76 3 2012 23,19 4 2013 23,62 5 2014 24,06 6 2015 24,51 7 2016 24,97 8 2017 25,44 9 2018 25,92
10 2019 26,40 11 2020 26,90
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 160
Sedangkan untuk limbah cair industri, emisi didasarkan pada total produk dari
berbagai produk industri di Sumatera Selatan. Tabel IV.26 menyajikan estimasi
emisi GRK sektor limbah cair industri Sumatera Selatan.
Sehingga dari sektor sampah dan limbah cair domestik, didapatkan estimasi emisi
sebesar 66,94 Gg CH4 (1.405.766 ton CO2 eq) pada tahun 2020 seperti terlihat
pada tabel IV.25 dan gambar 4.31.
Tabel IV.25. Potensi Emisi GRK Sektor Limbah Provinsi Sumatera Selatan No. Tahun Emisi GRK (Gg CH4) Emisi GRK (ton CO2 eq)
Sampah
Domestik
Limbah
Cair
Domestik
Total Sampah
Domestik
Limbah Cair
Domestik Total
1 2010 12,66 22,34 35,00 265.800 469.148 734.948
2 2011 18,65 22,76 41,41 391.668 477.935 869.604
3 2012 23,16 23,19 46,35 486.462 486.887 973.349
4 2013 26,68 23,62 50,30 560.363 496.007 1.056.370
5 2014 29,48 24,06 53,54 619.026 505.297 1.124.324
6 2015 31,79 24,51 56,31 667.662 514.762 1.182.424
7 2016 33,78 24,97 58,75 709.397 524.404 1.233.801
8 2017 35,54 25,44 60,98 746.357 534.226 1.280.583
9 2018 37,14 25,92 63,06 779.991 544.233 1.324.223
10 2019 38,63 26,40 65,03 811.294 554.427 1.365.720
11 2020 40,05 26,90 66,94 840.955 564.811 1.405.766
Gambar 4.31 BAU Baseline Emisi GRK sector limbah provinsi Sumatera Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 161
4.2 Usulan Aksi Mitigasi dan Perkiraan Penurunan Emisi
4.2.1. Pertanian
a. Budidaya Padi
Seperti diisajikan pada Gambar 4.1 bahwa emisi CH4 asal budidaya padi di Provinsi
Sumatera Selatan dari tahun 2005 sampai 2011 meningkat dari 17.707.514,28
menjadi 30.618.724,18 kg CH4 atau meningkat rata-rata sebesar 12,5% per tahun.
Jika pola budidaya masih tetap seperti semula dan laju peningkatan dianggap
konstan, maka diperkirakan emisi CH4 akan meningkat dari 30.547.988,56 kg CH4
pada tahun 2011 menjadi 71.348.632 kg CH4 atau meningkat sekitar 134%. Angka
ini merupakan angka yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu langkah untuk
menekan laju CH4 asal budidaya padi di Provinsi Sumatera Selatan. Ada tiga
langkah utama yang diusulkan, yaitu:
1. Implementasi budidaya padi berbasis System Rice Intensification (SRI)
(Skenario I),
2. Penanaman padi varietas rendah emisi (Skenarion II),
3. Kombinasi antara skenarion I dan Skenario II (Skenario III), dan
4. Perbaikan dan optimalisasi sistem irigasi.
Skenarion I (System Rice Intensification/SRI) sesungguhnya telah diintroduksi Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Selatan mulai tahun 2011 yang lalu. Sistem ini
berazaskan efisiensi penggunaan air dengan mengatur genangan air sesuai
kebutuhan. Statistik dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan (2012)
menunjukkan bahwa luasan budidaya padi dengan SRI pada tahun 2011, 2012, dan
proyeksi 2013, berturut-turut sebesar 320, 2.800, dan 7.640 ha. Jika mengacu pada
angka pergerakan implementasi Metode SRI dari tahun 2011 sampai 2013 tersebut,
maka rata-rata peningkatan luas areal Budidaya Padi dengan Metode SRI adalah
sekitar 1% per tahun. Jika angka ini dipakaai sebagai dasar untuk pengembangan
areal SRI sampai tahun 2020, maka pergerakan luas areal Budidaya Padi Metode
SRI di provinsi Sumatera Selatan seperti pada Tabel 4.26. Karena pengembangan
ini juga disertai dengan perbaikan jaringan irigasi, maka dimungkinkan untuk dapat
dilakukan 2 kali tanam per tahun.
Tabel IV.26. Proyeksi cakupan luas areal budidaya padi metode SRI di Provinsi
Sumatera Selatan
Sistem Luas (ha) pada Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
SRI 320 2.800 7.640 7.716 7.794 7.872 7.950 8.030 8.110 8.191
Sumber: Hasil perhitungan mengacu kepada data Dinas Tanaman Pangan Sumsel (2012)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 162
Hasil penelitian Husny (2011) menunjukkan bahwa implementasi SRI di sawah
irigasi, lebak, dan pasang surut jika dibandingkan dengan metode budidaya padi
konvensional (dasar perhitungan BAU baseline), dapat menekan emisi CH4
berturut-turut dari 24,86; 25,67; dan 44,1 kg CH4 th-1 menjadi 13,31; 12,1; dan 35,75
kg CH4 th-1. Karena pengembangan areal SRI pada Tabel IV.26 belum ditentukan
lokasinya (irigasi, lebak atau pasang surut), maka perhitungan proyeksi emisi dari
metode SRI ini didasarkan atas asumsi :
1. Penanaman dengan Metode SRI telah diterapkan di Provinsi Sumatera
Selatan sejak tahun 2011 (320 ha), 2012 (2.800 ha), dan telah diproyeksikan
rencana luas areal dalam Rencana Kerja Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Selatan untuk tahun 2013, yaitu sebesar 7.640 ha,
2. Metode SRI hanya diimplementasikan di areal sawah irigasi dengan nilai EF
= 13,31 kg CH4 th-1, dan
3. Untuk proyeksi mulai tahun 2014 sampai 2020, mengacu kepada proporsi
luas areal SRI terhadap luas total sawah, yaitu 1% pada tahun 2013 sampai
2020.
Dengan skenario ini, maka diperoleh proyeksi reduksi emisi CH4 asal sawah di
Provinsi Sumatera Selatan seperti pada Gambar 4.32.
Implementasi skenario aplikasi SRI mulai 2011 sampai 2020 akan menghasilkan
total penurunan emisi CH4 sebesar 13.133.211,3 Gg CH4 atau 2,7%, yaitu dari
484.378.962,1 kg CH4 bila berbasis BAU menjadi 471.245.750,8 kg CH4. Jika
hanya bertumpu pada skenario ini, maka upaya ini tidak dapat memberikan hasil
yang signifikan. Agar upaya penurunan emisi ini lebih bermakna, maka penurunan
emisi CH4 dari areal sawah di Provinsi Sumatera Selatan perlu diupayakan melalui
mekanisme lain.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 163
Gambar 4.32 Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal sawah di
Provinsi Sumatera Selatan melalui implementasi SRI.
Upaya alternatif yang dapat dilakukan adalah melalui Skenarion II, yaitu penanaman
padi varietas rendah emisi CH4. Proyeksi penurunan emisi CH4 melalui skenario ini
didasarkan atas asumsi sebagai berikut :
1. Perhitungan emisi CH4 asal sawah yang ditanam padi rendah emisi
didasarkan luas areal tanam dan panen,
2. Penanaman padi rendah emisi Varietas Ciherang sudah dimulai tahun
2011. Pengadaan bibit dilakukan melalui alokasi anggaran Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Selatan,
3. Data dan perencanaan Dinas Pertanian Tanaman Pengan Provinsi
Sumatera selatan menunjukkan bahwa ada alokasi bibit untuk sawah seluas
176.000 ha, 200.000 ha, dan 225.000 ha berturut-turut pada tahun 2011,
2012, dan 2013. Sekitar 65% (60-70%) dari alokasi tersebut adalah bibit
padi Varietas Ciherang yang merupakan padi rendah emisi. Berdasarkan
angka tersebut, berarti bahwa ada sawah seluas 114.000, 130.000, dan
146.250 ha ditanami padi Ciherang pada tahun 2011, 2012, dan 2013,
4. Proporsi luas areal sawah yang ditanami dengan padi varietas rendah emisi
diproyeksikan mengalami penambahan proporsional terhadap alokasi benih
Vaietas Ciherang setiap tahun sampai tahun 2020, yaitu sebesar 65% (60-
70%) dari total alokasi benih untuk Provinsi Sumatera Selatan,
5. Benih padi Varietas Ciherang terdistribusi di ketiga tipologi sawah di Provinsi
Sumatera Selatan, yaitu sawah irigasi, lebak, dan pasang surut dengan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 164
proporsi distribusi 54,72%, 21,75%, dan 23,53%, berturut-turut untuk sawah
irigasi, lebak, dan pasang surut.
Implementasi skenario ini memberikan proyeksi reduksi emisi CH4 asal sawah di
Provinsi Sumatera Selatan seperti pada Gambar 4.33
Gambar 4.33. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal sawah di
Provinsi Sumatera Selatan melalui penanaman varietas padi emisi
CH4 rendah.
Berdasarkan hasil pada Gambar 4.34 di atas, implementasi skenario penanaman
padi Varietas Ciherang ini telah mampu menurunkan emisi CH4 sebesar 87%
sampai 88% pada tahun 2011 dan 2012. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya
budidaya padi di Provinsi Sumatera Selatan telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap upaya penurunan emisi GRK. Program yang sama juga sudah
dialokasikan anggarannya untuk tahun 2013 dengan proyeksi luas areal mencapai
7.640 ha (Tabel IV.26) dengan penurunan emisi CH4 sebesar 87%. Selanjutnya
hasil poyeksi penurunan emisi CH4 sampai tahun 2020 melalui penanaman padi
Varietas Ciherang ini juga akan tetap dapat menurunkan emisi pada kisaran 87%
sampai 88%. Oleh karena itu, program ini perlu mendapat dukungan lebih lanjut.
Jika kedua skenario tersebut (SRI dan Varietas Rendah Emisi ) diimplementasikan
secara bersama maka langkah tersebut mulai tahun 2013 sampai 2020 diperkirakan
akan menyebabkan penurunan emisi CH4 sekitar 91% (Gambar 4.34)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 165
Gambar 4.34. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal sawah di
Provinsi Sumatera Selatan melalui kombinasi Metode SRI dan
Varietas Rendah Emisi.
b. Pembakaran Limbah Pertanian
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa dengan mengacu pada
data historis (2005-2011), maka diproyeksikan peningkatan luas panen sawah di
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 9,87% per tahun. Peningkatan luas
panen ini tentunya menimbulkan konsekuensi logis akan terjadinya peningkatan
potensi emisi GRK (CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx). Meskipun petani di Provinsi
Sumatera Selatan sudah tidak membakar jerami padi sejak tahun 2005, namun
estimasi emisi GRK (Tabel 4.29) masih tetap diperlukan agar program zero burning
melalui pemanfaatan jerami padi untuk kompos masih tetap perlu dilakukan yang
hasilnya.
Kelima jenis GRK tersebut diperkirakan akan meningkat sebesar 133% selama
kurun waktu 2011 sampai 2020 jika program pemanfaatan jerami padi ini tidak terus
digalakkan. Ada tiga langkah utama yang diusulkan, yaitu:
1. Edukasi petani secara terus menerus tentang pemanfaatan jerami padi
untuk kompos dan pakan ternak, dan
2. Pembenaman langsung jerami padi ke tanah setelah dicacah terlebih
dahulu. Langkah ini penting untuk mempertahankan tingkat bahan organik
tanah.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 166
Tabel IV.27. Rekapitulasi proyeksi besaran emisi GRK asal pembakaran jerami
padi
Jenis GRK Emisi (ton) pada Tahun Berbasis BAU
2011 2020
CO2 8.918.733,18 20.807.279,07
CO 541.599,64 1.263.544,34
CH4 15.894,77 37.082,28
N2O 412,09 961,40
NOx 14.717,39 34.335,44
Sumber: Perhitungan berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan (2012)
Implementasi skenario di atas memungkinkan untuk tetap mempertahankan praktek
pemanfaatan jerami padi tanpa membakar. Praktek tanpa membakar jerami ini
selain didorong oleh upaya pemanfaatan jerami padi untuk kompos, juga didorong
oleh kesadaran para petani untuk menerapkan Permenhut No. 10 Tahun 2010
tentang Mekanisme Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan
Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau lahan.
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa dengan mengacu pada
data historis (2005-2011) dan luas areal dianggap konstan, maka diproyeksikan
peningkatan produksi biomassa tebu di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2012
sampai 2020 adalah sebesar 4,9% per tahun. Peningkatan produksi ini tentu
menimbulkan konsekuensi logis akan terjadinya peningkatan potensi emisi GRK
(CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx) sebesar 5,3% per tahun jika praktek membakar
sebelum panen dilakukan (Tabel IV.30).
Tabel IV.28. Rekapitulasi proyeksi besaran emisi GRK asal pembakaran
jerami tebu
Jenis GRK Emisi (ton) pada Tahun Berbasis BAU
2011 2020
CO2 428.175,36 658.568,67
CO 26.001,41 39.992,29
CH4 763,08 1.173,68
N2O 19,78 30,43
NOx 706,56 1.086,746
Sumber: Perhitungan berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan (2012)
Karena pembakaran biomassa sebelum panen tebu sudah tidak dilakukan lagi,
maka ada dua langkah utama yang diusulkan melalui SKPD terkait, yaitu:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 167
1. Edukasi petani secara terus menerus tentang pemanfaatan biomassa tebu
untuk kompos. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan sendiri oleh petani
tebu atau juga dijual untuk sumber pendapatan tambahan bagi petani, dan
2. Pembenaman langsung biomassa tebu ke tanah setelah dicacah terlebih
dahulu.
Kedua langkah di atas penting untuk mempertahankan tingkat bahan organik tanah.
Selain itu, pemanfaatan kompos dan biomassa tebu sebagai sumber bahan organik
juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. Implementasi skenario di atas
memungkinkan untuk tetap mempertahan praktek panen tebu tanpa harus
membakar terlebih dahulu.
c. Peternakan
Hasil proyeksi menunjukkan adanya peningkatan emisi GRK (CH4 dan N2O) asal
ternak besar di Provinsi Sumatera Selatan. Peningkatan ini berkorelasi positif
dengan peningkatan populasi ternak yang sudah merupakan program kerja Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Selatan sebagai upaya untuk menjadikan provinsi ini
sebagai salah satu sentra penghasil daging. Oleh karena itu, perlu upaya antisipasi
untuk menekan emisi GRK asal ternak tanpa mengganggu program kerja Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan provinsi ini sebagai salah
satu sentra produksi daging di Sumatera.
Data dalam Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa emisi CH4 asal pencernakan jauh
lebih tinggi daripada emisi CH4 asal sistem pengelolaan kotoran. Oleh karena itu,
direkomendasikan agar upaya untuk mengurangi emisi CH4 asal ternak ini lebih
dititikberatkan pada upaya mengurangi emisi CH4 asal pencernakan.
Emisi CH4 asal sistem pencernaan ternak (enteric fementation) merupakan proses
internal dalam sistem pencernakan ternak yang dipengaruhi oleh sistem
pencernakan itu sendiri, umur ternak, serta kuantitas dan kualitas pakan ternak.
Sapi, kerbau, kambing, dan domba tergolong ternak ruminansia yang mempunyai
sistem pencernakan yang besar (rumen) yang memungkinkan terjadinya proses
fermentasi yang intensif sehingga menyebabkan emisi CH4 dalam jumlah besar.
Sebaliknya, ternak non-ruminansia, seperti babi, menyebabkan emisi CH4 lebih
rendah. Selain itu, emisi CH4 akan semakin tinggi dengan semakin tingginya
pasokan pakan yang kemudian berkaitan dengan ukuran, laju pertumbuhan dan
produksi ternak. Strategi mitigasi yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain
untuk menekan emisi CH4 asal sistem pencernaan ternak adalah melalui :
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 168
1. Seleksi genetik sapi yang mempunyai produktivitas tinggi,
2. Penggunaan dan pengembangan pakan ternak rendah emisi, dan
3. Penggalakan program fermentasi anaerob kotoran ternak.
Opsi Pertama memerlukan investasi finansial dan waktu yang besar dan panjang.
Namun program ini tetap perlu dipertimbangkan. Perbaikan genetik dapat
memperbaiki efisiensi biologis dan mereduksi emisi CH4 per unit produk ternak yang
dihasilkan. Karena seleksi genetik ini belum masuk dalam skema program
pengembangan ternak di Provinsi Sumatera Selatan dan masih terbatasnya
informasi yang tersedia, maka skenario mitigasi ini belum dapat diproyeksikan.
Opsi Kedua memerlukan investasi relatif kecil dibandingkan dengan Opsi Pertama.
Sebagai gambaran untuk hasil Opsi Pertama ditunjukkan oleh hasil penelitian
Robertson & Waghorn (2002) menunjukkan bahwa sapi genotipe New Zealand
Freisian yang diberi pakan konsentrat tinggi menghasilkan emisi 8% sampai 11%
emisi CH4 lebih rendah daripada jika kedua genotipe sapi tersebut diberi pakan
rumput. Selain itu, penelitian lain oleh Boadi & Wittenberg (2002) menunjukkan
adanya variasi emisi CH4 sebesar 27% pada sapi yang diberi pakan rumput.
Variabilitas hasil ini menggambarkan adanya potensi untuk menurunkan emisi CH4
melalui pengembangan pakan rendah emisi atau kombinasi keduanya. Pada
dasarnya skenario ini dapat diimplementasikan untuk peternakan di Provinsi
Sumatera Selatan dengan asumsi sebagai berikut:
1. Pakan ternak menggunakan konsentrat tinggi,
2. Tingkat penurunan emisi CH4 mengacu pada hasil penelitian Robertson &
Waghorn (2002), yaitu berkisar 8 sampai 11%. Untuk itu diambil angka
penurunan sebesar 10% per tahun sampai 2020, dan
3. Skenario ini mulai diimpelemntasikan pada tahun 2013.
Implementasi skenario ini memberikan proyeksi reduksi emisi CH4 asal ternak sapi
di Provinsi Sumatera Selatan seperti pada Gambar 4.35. Berdasarkan hasil pada
Gambar 4.35 tampak bahwa implementasi skenario penggunaan pakan konsentrat
tinggi secara akumulatif mulai tahun 2013 sampai 2020 akan menghasilkan
penurunan emisi CH4 sebesar 16,44 Gg CH4, yaitu dari 164,36 Gg CH4 bila berbasis
BAU menjadi 147,93 Gg CH4 bila berbasis penggunaan pakan konsentrat tinggi.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 169
Gambar 4.35. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi CH4 asal
pencernakan ternak di Provinsi Sumatera Selatan melalui pemberian
pakan konsentrat.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa peternakan juga menyebabkan emisi
N2O baik secara langsung akibat proses nitrifikasi dan denitrifikasi maupun secara
tidak langsung melalui volatilisasi NH3 dan NOx. Hasil pada Tabel 4.2
memperlihatkan bahwa emisi N2O secara langsung jauh lebih tinggi daripada
secara tidak langsung. Oleh karena itu, direkomendasikan agar upaya untuk
mengurangi emisi N2O asal ternak ini lebih dititikberatkan pada upaya mengurangi
emisi N2O secara langsung.
Seperti diketahui bahwa emisi N2O terjadi selama penyimpanan dan tindakan
pengelolaan kotoran ternak. Jumlahnya tergantung pada sistem dan durasi
tindakan pengelolaan yang dilakukan. Karena pembentukan N2O terjadi di bawah
kondisi aeraob lalu diikuti kondisi anaerob, maka sistem pengelolaan kotoran ternak
yang memungkinkan kondisi aerob merupakan kondisi yang sangat ideal untuk
pembentukan N2O.
Kotoran ternak di Provinsi Sumatera Selatan belum dikelola dan direncanakan
secara baik. Kotoran masih dibiarkan tersebar di lahan, jalan, dan pekarangan.
Oleh karena itu, ada peluang untuk memanfaatkan kotoran ternak ini untuk
menekan emisi N2O dengan meningkatkan proporsi kotoran ternak yang dikelola
dengan sistem fermentasi anaerobik. Selain menekan emisi N2O, sistem ini dapat
menyediakan biogas dan pupuk organik yang dapat mengkoreksi kandungan bahan
organik dan kesuburan tanah. Oleh karena itu, skenario yang diusulkan adalah
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 170
meningkatkan proporsi kotoran ternak untuk biogas melalui pembangunan
bioreaktor (anaerobic digester), dengan asumsi sebagai berikut :
1. Proporsi kotoran ternak yang telah dimanfaatkan untuk biogas melalui
fermentasi anaerobik belum tercatat sehingga saat ini dianggap 0%,
2. Sebaliknya kotoran yang dibiarkan tidak dikelola (paddock/range) dan
ditampung terbuka (dry lot) menempati proporsi terbesar, yaitu berturut-turut
sebesar 50% dan 41 sampai 46% (mengacu pada nilai default IPCC (2006)),
3. Laju pengalihan pengelolaan dilakukan dari tidak dikelola (paddock/range)
dan ditampung terbuka (dry lot) ke sistem fermentasi anaerob dengan
membangun bioreaktor adalah 2,5% per tahun, dan
4. Upaya mitigasi ini mulai dilakukan pad tahun 2013.
Melalui implementasi skenario ini, maka penurunan emisi N2O asal kotoran ternak
diproyeksikan seperti pada Gambar 4.36 dan 4.37. Berdasarkan hasil pada
Gambar 4.36 dan 4.37 tersebut tampak bahwa implementasi skenario penggalakan
fermentasi anaerob kotoran ternak secara akumulatif mulai tahun 2013 sampai
2020 akan menghasilkan penurunan emisi N2O secara langsung sebesar 42.919,74
kg N2O atau sebesar 29,4%, yaitu dari 145.867,96 kg N2O bila berbasis BAU
menjadi 102.948,22 kg N2O bila berbasis penggalakan fermentasi anaerob (Gambar
4.37), dan penurunan emisi N2O secara tidak langsung sebesar sebesar 5,4 kg
N2O atau sebesar 19,9%, yaitu dari 27,2 kg N2O bila berbasis BAU menjadi 21,8 kg
N2O bila berbasis penggalakan fermentasi anaerob (Gambar 4.37).
Gambar 4.36. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi N2O secara
langsung asal kotoran ternak ternak di Provinsi Sumatera Selatan
melalui penggalakan fermentasi anaerob.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 171
Gambar 4.37. Skenario proyeksi (2011-2020) penurunan emisi N2O secara tidak
langsung asal kotoran ternak ternak di Provinsi Sumatera Selatan melalui
penggalakan fermentasi anaerob.
d. Rekapitulasi Emisi Pertanian Hasil Perhitungan GRK
Rakapitulasi ini menyajikan emisi dari masing-masing sub-sektor dalam pertanian
kecuali pembakaran biomassa jermai padi dan tebu karena petani tidak melakukan
pembakaran lagi seperti dijelaskan sebelumnya. Dengan mengacu pada IPCC
(2007), maka konversi CH4 dan N2O menjadi CO2-e menggunakan acuan Global
Warming Potentials (GWP) 100 tahun, yaitu 21 dan 296 berturut-turut untuk CH4
dan N2O. Hasil proyeksi emisi GRK dan estimasi penurunan emisi GRK melalui
implementasi berbagai skenario mitigasi sub-sektor budidadaya padi dan ternak
disajikan pada Tabel IV.31.
Tabel IV.29. Proyeksi potensi emisi CO2-e sektor pertanian di Provinsi
Sumatera Selatan
Emisi BAU (ton CO2e th
-1) Emisi Mitigasi (ton CO2e th
-1)
Tahun Sawah Ternak Skenario SRI Skenario
VRE Skenario SRI+VRE
Pakan Ternak Konsentrat
Fermentasi
2011 642.233,31 332.747,24 625.555,29 74.562,08 57.884,06 315.816,57 4.157,19
2012 705.621,73 363.629,04 686.900,67 84.729,63 66.008,57 344.133,24 4.716,31
2013 775.266,60 364.209,57 753.957,93 95.320,84 74.012,16 323.232,45 4.529,83
2014 851.785,41 393.267,92 828.483,43 105.912,04 82.610,06 349.307,07 4.336,53
2015 935.856,63 412.864,25 910.365,71 116.503,25 91.012,32 365.955,09 4.143,59
2016 1.028.225,68 428.515,87 1.000.330,87 131.416,25 103.521,43 380.855,84 3.937,98
2017 1.129.711,56 445.955,43 1.099.176,72 137.685,65 107.150,82 396.463,11 3.724,42
2018 1.241.214,09 464.222,53 1.207.779,78 148.276,86 114.842,55 412.812,44 3.502,54
2019 1.363.721,92 483.357,56 1.327.103,11 158.868,06 122.249,25 429.940,04 3.271,95
2020 1.498.321,27 503.405,05 1.458.204,81 169.459,27 129.342,80 447.885,87 3.032,25
Sumber: Perhitungan berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan (2012) dan Dinas Peternakan (2012)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 172
Sektor budidaya padi memberikan kontribusi lebih besar daripada ternak dalam
emisi GRK. Untuk itu diusulkan 3 skenario, yaitu implementasi budidaya padi
sistem SRI, penanaman varietas rendah emisi, seperti Ciherang, Cisantana, Tukad
Balian, dan Way Apo Buru, dan kombinasi skenario 1 dan 2. Implentasi Skenario 1
dan 2 sebetulnya sudah dilakukan sejak tahun 2011 sehingga sebetulnya petani
padi di Provinsi Sumatera Selatan sudah memberikan kontribusi dalam menekan
emisi GRK. Implementasi Skenario 1 sendiri memberikan kontribusi penurunan
emisi GRK hanya sekitar 2,7%, dan implementasi Skenario 2 sendiri mampu
memberikan kontribusi penurunan emisi GRK sampai 88%. Tampaknya kombinasi
kedua skenario tersebut (Skenario 1 dan 2) secara bersama-sama akan
memberikan dampak yang sangat baik karena dapat menurunkan emisi CO2 ke
atmosfir sebesar 91%.
Usaha ternak juga memegang peran penting di Sumatera Selatan. Ini sejalan
dengan program Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan untuk menjadikan
provinsi ini sebagai salah satu pusat industri ternak di masa depan. Upaya mitigasi
melalui pemberian pakan ternak rendah emisi dan penggalakan pemanfaatan
kotroan ternak untuk biogas memberikan kontribusi penurunan emisi GRK sebesar
3 sampai 10,5%. Pemanfaatan kotoran ternak untuk produksi biogas ini juga
merupakan program bidang energi.
Total emisi sektor pertanian berbasis BAU dan penurunan akibat aksi mitigasi
disajikan pada Gambar 4.38. Implementasi aksi mitigasi dengan mengkombinasikan
berbagai skenario (Metode SRI, Penanaman Padi Varietas Rendah Emisi, Pakan
Ternak Konsentrat, dan Fermentasi Anaerobik Kotoran Ternak) akan dapat
menurunkan total emisi (2011 sampai 2020) sebesar 66,9%, yaitu dari
14,363,132.66 ton CO2-e menjadi 4,754,423.33 ton CO2-e.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 173
Gambar 4.38. Proyeksi penurunan emisi sektor pertanian melalui impelementasi
aksi mitigasi
4.2.2. Kehutanan dan Lahan Gambut
Dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh kegiatan
perubahan penutupan lahan dan lahan gambut maka diperlukan kegiatan (mitigasi)
yang dapat menurunkan besaran emisi GRK sampai dengan tahun 2020. Skenario
penurunan emisi GRK sektor kehutanan dan lahan gambut menggunakan zonasi
rencana tata ruang wilayah provinsi Sumatera Selatan, rencana izin investasi
perkebunan dan hutan tanaman serta rencana strategis pembangunan Provinsi
Sumatera Selatan sebagai panduan dalam melakukan aksi mitigasi penurunan
emisi GRK.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Sumatera
Selatan di bagi ke dalam 14 kawasan/zonasi yaitu :
1. Hutan Lindung,
2. Hutan SUaka Alam,
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 174
3. Hutan Suaka Alam Laut,
4. Hutan Produksi Tetap,
5. Hutan Produksi Terbatas,
6. Hutan Produksi Konversi,
7. Perkebunan,
8. Pertanian,
9. Perikanan,
10. Perairan,
11. Pertahanan Keamanan,
12. Industri,
13. Kawasan Tanjung Api – Api, dan
14. Pemukiman.
Gambar 4.39 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan 2010 -
2030
Dalam rangka menurunkan emisi GRK, proporsi rencana kegiatan/program
pembangunan dari SKPD terkait dimasukkan ke dalam analisa penurunan emisi
GRK. Seperti rencana program investasi perkebunan dan Hutan Tanaman pada
Dinas Perkebunan dan Dinas Kehutanan yang telah mempunyai izin tetapi belum di
implementasikan oleh pihak ke 3, dan rencana/program rehabilitasi hutan pada
BPDAS dan dinas Kehutanan dijadikan sebagai salah satu aksi mitigasi. Analisa
scenario penurunan emisi gas rumah kaca dilakukan berdasarkan proporsi besaran
emisi BAU Baseline dimana 67.37 % dari emisi total berasal dari lahan gambut baik
yang berada diluar kawasan hutan maupun pada kawasan hutan. Selain
berdasarkan proporsi emisi baseline, dan berdasarkan rencana izin investasi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 175
Perkebunan dan Hutan Tanaman pada zonasi Hutan Produksi Tetap, Hutan
Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Konversi.
Tabel IV.30. Skenario mitigasi pada zonasi perencanaan
Zonasi Perencanaan Tutupan Lahan 2011 Tutupan Lahan 2020 Luas (Ha)
Hutan Lindung
Semak Belukar Hutan Lahan Kering Sekunder 14,165.21
Tanah Terbuka Hutan Lahan Kering Sekunder 671.07
Belukar Rawa Hutan Rawa Sekunder 3,811.19
Tambak Hutan Mangrove Sekunder 0.05
Belukar Rawa Hutan Mangrove Sekunder 10,928.16
Tanah Terbuka Semak Belukar 919.91
Gambut Kawasan Hutan
Tanah Terbuka Belukar Rawa 18,921.47
Semak Belukar Belukar Rawa 10,283.62
Semak Belukar Hutan Rawa Sekunder 9,420.66
Semak Belukar Hutan Tanaman 8,226.90
Tanah Terbuka Hutan Rawa Sekunder 3,250.48
Tanah Terbuka Sawah 13,146.85
Tanah Terbuka Hutan Mangrove Sekunder 1,902.13
Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Mangrove Sekunder 1,157.87
Gambut non Hutan
Semak Belukar Belukar Rawa 16,485.74
Semak Belukar Sawah 16,485.74
Tanah Terbuka Belukar Rawa 1,162.78
Tanah Terbuka Sawah 1,550.37
Tanah Terbuka Semak Belukar 1,162.78
Rumput Belukar Rawa 21,821.33
Rumput Sawah 14,547.55
HPK
Semak Belukar Perkebunan 24,363.59
Belukar Rawa Perkebunan 50,634.79
Tanah Terbuka Perkebunan 1,953.99
Pertanian Lahan Kering Campur Perkebunan 94.36
Rumput Perkebunan 2,317.89
Tanah Terbuka Hutan Tanaman 7,514.11
HPTerbatas
Semak Belukar Perkebunan 72,873.96
Belukar Rawa Perkebunan 3.43282498
Tanah Terbuka Perkebunan 7,755.79
Pertanian Lahan Kering Campur Perkebunan 17,990.01
Rumput Perkebunan 651.99
Pertanian Lahan Kering Campur Hutan Tanaman 47,714.00
HPTetap
Semak Belukar Perkebunan 5,589.08
Belukar Rawa Perkebunan 39,224.78
Tanah Terbuka Perkebunan 19,540.22
Pertanian Lahan Kering Campur Perkebunan 3,170.63
Rumput Perkebunan 10,210.11
Semak Belukar Hutan Tanaman 103,228.00
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 176
Zonasi Perencanaan Tutupan Lahan 2011 Tutupan Lahan 2020 Luas (Ha)
Belukar Rawa Hutan Tanaman 43,861.55
Tanah Terbuka Hutan Tanaman 82,124.13
Rumput Hutan Tanaman 28,402.61
Tabel IV.31. Proporsi Emisi Tutupan Lahan Pada BAU Baseline and Setelah
Aksi Mitigasi
Tutupan Lahan
Bau Baseline/REL Aksi Mitigasi
2011 2015 2020 2011 2015 2020
Gambut_Non hutan 5,335,245.34 5,259,956.34 5,285,477.13 5,335,245.34 5,210,909.02 5,424,384.22
Gambut_kwsn hutan 3,265,647.57 3,234,512.09 3,249,987.38 3,265,647.57 1,610,847.66 2,768,538.12
Hutan Lindung 2,388,259.14 2,056,034.89 1,749,475.51 2,388,259.14 (1,146,266.38) (449,690.07)
Hutan Suaka Alam 1,028,461.44 933,647.68 843,248.94 1,028,461.44 933,647.68 843,248.94
Hutan Produksi Tetap 625,937.12 253,154.52 10,130.63 625,937.12 (16,137,993.45) (1,638,475.27)
Hutan Produksi Terbatas
248,288.72 234,504.72 220,533.10 248,288.72 (5,305,686.49) (351,005.27)
Hutan Suaka Alam Laut
5,245.72 247,048.80 165,040.46 5,245.72 247,048.80 165,040.46
Pertanian 56,561.99 52,049.74 47,900.32 56,561.99 52,049.74 47,900.32
Pertahanan Keamanan
8,995.16 8,935.88 8,877.27 8,995.16 8,935.88 8,877.27
Perikanan 3,383.07 3,302.46 3,223.76 3,383.07 3,302.46 3,223.76
Perairan 104.98 69.77 65.69 104.98 69.77 65.69
Industri - - - - - -
Kawasan Tanjung Api-Api
- - - - - -
Permukiman (3,898.99) (3,903.81) (3,900.28) (3,898.99) (3,903.81) (3,900.28)
Hutan Produksi Konversi
(141,588.27) (111,107.39) (87,865.75) (141,588.27) (3,297,091.56) 3,447.78
Perkebunan (54,133.41) (182,566.84) (257,142.72) (54,133.41) (182,566.84) (257,142.72)
Oleh karena itu diusulkan 8 program utama dengan 23 kegiatan pendukung yang
diestimasikan dapat mengurangi emisi GRK sebesar 173 314 374.31 ton CO2-eq
atau sebesar 96.21 % dengan biaya mitigasi total diperkirakan sebesar Rp 2 364
613 113 527,- . Biaya penurunan mitigasi tersebut 63.92 % berasal dari APBD
Kabupaten/Kota sebesar Rp 1,883,865,125,700,- , 26.93 % dari APBD Provinsi
sebesar Rp 793,779,242,795,- dan 9.14 % dari APBN sebesar Rp
269,375,785,681,-.
1. Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi
Rawa
Program ini mecakup kegiatan rehabilitasi, pemeliharaan, peningkatan serta
operasi jaringan reklamasi rawa di lahan gambut terutama untuk pertanian dan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 177
perkebunan. Program ini berlokasi di kabupaten OKI, Banyuasin, dan Musi
Banyuasin yang mempunyai lahan gambut.
Program ini berdasarkan kewenangannya berada dibawah tanggung jawab
Dinas PU Pengairan. Dalam pelaksanaanya program ini menggunakan
anggaran sebesar Rp 65.41 Milyar yang berasal dari APBD Kabupaten Kota,
APBD Provinsi, dan APBN
2. Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
Mengingat sebagian tanah terbuka, semak belukar, dan rumput terletak dilahan
gambut sehingga dapat digunakan sebagai pengembangan untuk lahan
pertanian yang berkelanjutan sebagai perwujudan dari misi ke 2 dari RPJMD
Provinsi Sumatera Selatan yaitu membangun pertanian pangan dan
perkebunan berskala teknis dan ekonomis dengan infrastruktur yang cukup dan
penerapan teknologi tepat guna.
Program mitigasi ini diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp. 4.78
Milyar selama periode tahun 2013 – 2020 yang bersumber dari APBD
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, dan APBN. Program ini di prioritaskan pada
kabupaten yang mempunyai lahan gambut seperti Musi Banyuasin, Banyuasin,
dan OKI.
3. Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan
terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan
hortikultura
Kegiatan pada program ini antara lain konversi lahan terlantar menjadi lahan
sawah dalam rangka mewujudkan Provinsi Sumatera Selatan sebagai
Lumbung Pangan Nasional. Pada scenario penurunan emisi 32583.67 Ha dari
lahan semak belukar, tanah terbuka, dan rumput dikonversi menjadi lahan
pertanian sawah, dan lahan pertanian lainnya. Program ini membutuhkan
anggaran sebesar Rp. 19.2 M yang berasal dari APBD Provinsi dan APBN.
4. Program Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Program ini mencakup Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan, Kegiatan Bimbingan Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan, Kegiatan Pengamanan Hutan, dan Kegiatan Penyelidikan Kasus-
kasus Peredaran hasil Hutan.
Kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan terutama
pada kawasan hutan dan lahan gambut. Program ini dapat menurunkan emisi
sebesar 6 451 438.57 ton CO2 – eq dengan biaya mitigasi sebesar Rp. 32.98 M
yang berasal dari APBD Provinsi dan APBN.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 178
5. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut
Program ini selain sebagai mitigasi untuk mengurangi emisi GRK tetapi juga
untuk mencegah terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, dan
ketersediaan air. Program ini dapat menurunkan emisi sebesar 57 953 515.75
ton CO2 – eq dengan biaya penurunan sebesar Rp. 122.14 M. Biaya penurunan
berasal dari dana DAK, APBD Provinsi dan APBN. Progam ini terdiri dari 3
kegiatan yaitu Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan
Penghijauan Hutan, Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan,
Kegiatan Rehabilitasi Hutan Catchment Area.
6. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri
Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
Program mitigasi ini mempunyai 3 kegiatan pendukung yaitu : Kegiatan
Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat
dan Lumbung Kayu Desa, Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
Budidaya Rotan dan Gaharu, Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
Budidaya Rotan dan Gaharu. Program ini menurunkan emisi 2 726 036.68 ton
CO2 – eq dengan biaya penurunan sebesar Rp. 20.01 Miliyar yang berasal dari
dana APBD Provinsi dan APBN.
7. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Program ini bertujuan untuk menjamin kepastian kawasan hutan sehingga
dapat berfungsi secara optimal, dan potensi sumber daya hutan dapat
termanfa-atkan secara lebih optimal. Program ini ditujukan untuk kawasan
Hutan Tanaman yang ada di zonasi Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produki
Tetap dan Hutan Produksi Konversi. Program ini mempunyai 4 kegiatan
turunan yaitu Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH),
Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan, Kegiatan
Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan, dan Kegiatan Inventarisasi
Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi.
Program ini dapat diperkirakan akan menurunkan emisi GRK sebesar 75 609
094.27 ton CO2 – eq dengan biaya Rp 27.8 Miliyar selama periode tahun 2013
– 2020. Pendanaan ini bersumber dari APBD Provinsi dan APBN.
8. Program Pengembangan Sentra-sentra Produksi Perkebunan
Program ini ditujukan untuk membantu perkebunan – perkebunan rakyat baik
itu kelapa sawit, karet, kopi, dan atau kakao/lada. Program ini membutuhkan
anggaran penurunan mitigasi paling tinggi dibandingkan dengan program –
program mitigasi yang lainnya disektor kehutanan dan lahan gambut, yaitu
sebesar Rp 2.07 Triliyun selama periode tahun 2013 – 2020 yang diperkirakan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 179
akan menurunkan emisi sebesar 35 877 571.27 ton CO2 – eq. Dana tersebut
berasal dari APBD Kabupaten/kota, APBD Provinsi, dan APBN.
Program ini terdiri dari 5 kegiatan yaitu :
- Peremajaan dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat
- Pengembangan Kelapa sawit Rakyat
- Pengembangan Kopi Sambung
- Diversifikasi Tanaman Kopi, Kakao/Lada
- Bantuan benih karet untuk batang bawah
Tabel IV.32. Emisi Gas Rumah Kaca BAU Baseline dan Target Penurunan
Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Tahun 2011 2015 2020
BAU Baseline/REL 3,832,547.89 23,760,742.09 179,935,999.28
Aksi Mitigasi 63,832,547.89 (26,200,939.78) 6,621,624.96
Penurunan - 149,961,681.86 173,314,374.31
Gambar 4.40 Emisi BAU Baseline dan Target Penurunan Emisisektor Kehutanan
dan Lahan Gambut Provinsi Sumatera Selatan
4.2.3. Energi
Target penurunan emisi GRK sektor energi pada tahun 2020 disesuaikan dengan
target nasional yaitu 26 % jika menggunakan dana sendiri atau 41 % jika ada
bantuan dana dari luar negeri.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 180
Berdasarkan program Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan khususnya progman
melalui SKPD terkait yaitu Dinas Pertambangan dan Energi, maka penurunan emisi
CO2e belum dapat memenuhi target nasional.
Dengan memperhatikan kemampuan daerah Sumstera Selatan, maka penurunan
emisi CO2e diperkirakan hanya mencapai 4 sampai 6%.
Tabel IV.33. Emisi CO2e sebelum dan sesudah mitigasi sampai tahun 2020
Tahun Emisi CO2e (ton) Penurunan dari
Mitigasi * % penurunan
Emisi CO2e setelah mitigasi
2010 2,136,618,492.94
2,136,618,492.94
2011 2,232,766,325.12
2,232,766,325.12
2012 2,333,240,809.75 105,860,168.97 4.54 2,227,380,640.78
2013 2,438,236,646.19 107,956,019.65 4.43 2,330,280,626.54
2014 2,547,957,295.27 110,094,356.02 4.32 2,437,862,939.25
2015 2,662,615,373.56 112,274,533.21 4.22 2,550,340,840.35
2015 2,782,433,065.37 168,497,861.42 6.06 2,613,935,203.95
2017 2,907,642,553.31 170,765,207.24 5.87 2,736,877,346.07
2018 3,038,486,468.21 173,077,136.57 5.70 2,865,409,331.64
2019 3,175,218,359.28 175,434,841.78 5.53 2,999,783,517.50
2020 3,318,103,185.44 177,833,229.24 5.36 3,140,269,956.20
Gambar 4.42 Emisi CO2e (ton) sebelum dan sesudah mitigasi sampai tahun 2020
a. Usulan Aksi Mitigasi
Usulan mitigasi dimaksudkan untuk mengurangi emisi GRK melalui beberapa
kegiatan antara lain :
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 181
Pada Pembangkit :
1. Penggunaan peralatan yang hemat energi
2. Peningkatan efisiensi dalam proses produksi
3. Pelaksanaan manajemen energi, dll
Pada Konsumen (rumah tangga)
1. Penggunaan peralatan yang hemat energi (penerangan, pemanas air, AC,
lemari pendingin, TV dll
Pada Konsumen (komersial)
1. Perbaikan sistem kelistrikan
2. Perbaikan/modifikasi selubung bangunan
3. Perbaikan sistem tata udara
4. Perbaikan sistem penerangan
5. Pengaturan pola operasi lift/elevator
6. Pelaksanaan manajemen energi, dll
Untuk kegiatan mitigasi GRK sampai tahun 2020 akan dilakukan upaya-upaya
sebagai berikut:
• Tersusunnya guideline penurunan emisi dari sektor energy
• Fasilitasi dan insentif pengembangan teknologi rendah emisi
• Inventory potensi emisi CO2 pada sektor energi
• Tersusunnya data base dan Inventory pengurangan emisi CO2 pada sektor
energi
• Pemantauan dan evaluasi program mitigasi
• Penerapan ISO 14001 Tentang Sistem Manajemen Lingkungan dan ISO
50001 tentang konservasi energi
• Penerapan manajemen energi
• Penyusunan roadmap emisi CO2 sektor energi
• Pengembangan dan penelitian teknologi rendah emisi pada sektor energi
4.2.4. Transportasi
Pembahasan untuk Strategi pada perkotaan agak berbeda dengan daerah luar kota
(rural), karena ada perbedaan karakteristik seperti jarak perjalanan, moda
transportasi yang digunakan dan jumlah perjalanan (rit) yang dilakukan juga
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 182
berbeda. Berikut ini dibahas Rencana Penurunan Emisi CO2 kota Palembang
sebagai ibukota Provinsi Sumsel dibahas secara detail pada sub bab berikut ini.
a. Skenario Penurunan Emisi CO2 Kota Palembang
Rencana Penurunan Emisi CO2 untuk kota Palembang, diperlakukan khusus
berbeda dengan kota lainnya di Sumatera selatan, karena kota Palembang adalah
ibukota Sumatera Selatan yang merupakan kota metropolitan dan mempunyai
aktifitas yang sangat tinggi bila disbanding dengan kota lainnya di Sumatera
Selatan.
Rencana Penurunan dilakukan perkawasan dengan merujuk kepada salah satu
penelitian pada jurnal “Simulasi Penyebaran CO2 di Semarang dengan Software
LADM” yang melakukan pengukuran penyebaran CO2 mencakup luasan 50 x 50
km2. Maka dihitung rencana aksi perkawasan.
Untuk kawasan khusus Olahraga, wilayah Jaka Baring diberlakukan Skema Green
Transport, yaitu mempromosikan penggunakan kendaraan non motor Sepeda,
becak dan mengijinkan sedikit sekali bus transmusi dan bus panitia yang masuk ke
area tersebut. Pada saat even Olah raga Sea Games XXVI, tanggal11-22
November 2011 di Kawasan Jakabaring, Palembang. Sudah dilakukan kajian
dengan stated preference survey, dimana dan pendekatan modal shift dari
angkutan motor (pribadi dan umum) ke angkutan motor benar benar sudah terjadi
dengan “Supply Push” dan good will pemerintah provinsi Sumatera Selatan,
sehingga perhitungannya dapat disajikan pada table berikut.
Kemudian untuk empat kawasan lainnya direncanakan dengan pengalihan moda
ke angkutan kombinasi dengan schema “Park and Ride”.
Tabel IV.36. Reduksi Emisi CO2 Perhitungan Counting Selama 24 Jam Tahun
2011
Lingkup
Wilayah
Hitungan
Emisi
CO2, Gr
Kebijakan
(Do Nothing)
Berdasarkan
Preferensi
Kebijakan
(Supply
Push)
Penurunan Emisi
CO2
Gram Perhari
Reduksi
Emisi CO2
Ton/hari
Reduksi
Emisi
CO2
Ton/thn
Target
Mariana 9,692,708 4,880,506 - 4,812,202 4.81 1755.65 Pesimis
Mariana 3,902,619 5,790,088 5.79 2113.35 Optimis
Kenten Laut 30,595,02
4 29,887,717 - 707,307 0.71 259.15 Pesimis
Kenten Laut 11,985,220 18,609,804 18.61 6792.65 Optimis
Alang Alang
Lebar
43,947,08
2 27,563,961 - 16,383,121 16.38 5978.7 Pesimis
Alang Alang
Lebar 23,481,416 20,465,667 20.46 7467.9 Optimis
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 183
Lingkup
Wilayah
Hitungan
Emisi
CO2, Gr
Kebijakan
(Do Nothing)
Berdasarkan
Preferensi
Kebijakan
(Supply
Push)
Penurunan Emisi
CO2
Gram Perhari
Reduksi
Emisi CO2
Ton/hari
Reduksi
Emisi
CO2
Ton/thn
Target
Indralaya 29,483,21
8 20,668,752 - 8,814,466 8.81 3215.65 Pesimis
Indralaya 18,775,090 10,708,128 10.71 3909.15 Optimis
Ampera -
Jaka
Baring*)
74,594,17
9.46 55,707,383.37 - 18,886,796.08 18.89 6894.85 Pesimis
Ampera -
Jaka
Baring*)
46.116.684.55 28477494.90 28.48 8935.2 Optimis
Sumber: Data Counting 2011 dan wawancara preferensi moda angkutan pilihan penduduk
*) data counting tahun 2010 selama 12 jam sibuk
b. Scenario Penurunan Emisi CO2 Sumatera Selatan
Skenario untuk penurunan atau Mitigasi Emisi CO2 di Sumatera Selatan dilakukan
dengan cara penurunan LHR pada ruas jalan Palembang Betung, yang pada tahun
2011 mempunyai Volume Capacity ratio (V/C) 1,58 dan pada tahun 2011 1,33
menjadi 1,00. Hal tersebut dilakukan dengan cara melakukan pengurangan Motor
10%, Mobil pribadi 8%, Truk Umum 2 As 10%, Truk 3-5 As umum sampai 15%.
Untuk Tahun 2015-2018, dilakukan pengurangan lagi untuk angkutan barang,
dengan harapan pada tahun 2015 sistem angkutan KA, jalan tol dan angkutan
sungai sudah terbangun. Penurunan sudah dapat dilakukan lebih jauh lagi untuk
mobil hantaran (pick up) sebesar 10%, Truk umum 2 As diturunkan sebesar 20%,
Truk umum 3-5 As diturunkan sebesar 15%, Truk Cair 3-5 As diturunkan sebesar
8%.
Untuk tahun 2020 dilakukan strategi pengurangan lagi untuk angkutan barang, dan
mobil penumpang. Dengan tahun 2015 sistem angkutan KA, jalan tol dan angkutan
sungai sudah terbangun maka tinggal melakukan penurunan untuk angkutan
penumpang 20%. Lebih jauh diturunkan Truk umum 2 As sebesar 10%, Truk umum
3-5 As diturunkan sebesar 10%, Truk Cair 3-5 As diturunkan sebesar 8%.
Gambaran penurunan yang realistis dan pesimis tanpa kemampuan untuk Supply
Push adalah sebagai table dan gambar berikut.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 184
Tabel IV.37. Perbandingan Emisi CO2 (ton/tahun) dengan rencana mitigasi
untuk beberapa perbatasan wilayah di Sumatera Selatan tahun 2012
No. Lingkup Wilayah BAU - Baseline Emisi CO2 (ton/hari)
BAU - Baseline Emisi CO2 (ton/tahun)
Mitigasi Emisi CO2 (ton/tahun)
1 Betung - Jambi 118,940 43.413,239 29.086,870
2 Jambi - Betung 147,441 53.816,122 36.056,802
3 Betung - Sekayu 64,251 23.451,772 15.712,687
4 Sekayu - Betung 101,511 37.051,559 24.824,544
5 Betung - Palembang 138,700 50.625,646 33.919,183
6 Palembang - Betung 183,405 66.942,675 44.851,592
7 Inderalaya - Palembang 603,831 220.398,235 147.666,817
8 Palembang - Inderalaya 509,226 185.867,315 124.531,101
9 Inderalaya - Prabumulih 298,727 109.035,256 73.053,622
10 Prabumulih - Inderalaya 285,192 104.095,248 69.743,816
11 Inderalaya - Kayuagung 284,621 103.886,545 69.603,985
12 Kayuagung - Inderalaya 269,109 98.224,964 65.810,726
13 Palembang - Tanjung Api Api 218,036 79.583,023 53.320,626
14 Tanjung Api Api - Palembang 316,202 115.413,617 77.327,123
15 Baturaja - Muara Enim 159,286 58.139,383 38.953,386
16 Muara Enim - Baturaja 210,913 76.983,106 51.578,681
17 Muara Enim - Prabumulih 201,918 73.699,950 49.378,966
18 Prabumulih - Muara Enim 199,961 72.985,904 48.900,555
19 Muara Enim - Lahat 198,485 72.447,113 48.539,565
20 Lahat - Muara Enim 238,138 86.920,534 58.236,758
21 Empat Lawang - Lahat 64,372 23.495,919 15.742,266
22 Lahat - Empat Lawang 54,799 20.001,463 13.400,981
23 Pagar Alam - Lahat 26,948 9.836,057 6.590,158
24 Lahat - Pagar Alam 29,271 10.683,802 7.158,147
25 Pagar Alam - Pendopo 16,377 5.977,579 4.004,978
26 Pendopo - Pagar Alam 17,639 6.438,315 4.313,671
27 OKI - OKUT 23,419 8.547,818 5.727,038
28 OKUT - OKI 16,558 6.043,681 4.049,266
29 OKUS - Lampung 9,841 3.592,016 2.406,651
30 Lampung - OKUS 13,789 5.033,025 3.372,127
31 Pagar Gunung - OKI 42,511 15.516,679 10.396,175
32 OKI - Pagar Gunung 13,805 5.038,730 3.375,949
33 Baturaja - OKUT 122,105 44.568,256 29.860,731
34 OKUT - Baturaja 107,270 39.153,481 26.232,832
35 Baturaja - OKUS 12,932 4.720,092 3.162,462
36 OKUS - Baturaja 12,491 4.559,054 3.054,566
37 Martapura - Lampung 172,985 63.139,536 42.303,489
38 Lampung - Martapura 74,589 27.225,076 18.240,801
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 185
No. Lingkup Wilayah BAU - Baseline Emisi CO2 (ton/hari)
BAU - Baseline Emisi CO2 (ton/tahun)
Mitigasi Emisi CO2 (ton/tahun)
TOTAL 5,579,594 2.036.551,784 1.364.489,696
Sumber : Hasil Analisis Berdasarkan Survey Counting selama 24 jam.
Dengan menggunakan analisis yang sama seperti pada Tabel IV.37, dilakukan
perhitungan rencana mitigasi untuk tahun-tahun berikutnya pada daerah – daerah
diatas (kabupaten/kota).
Tabel IV.38. Rencana Mitigasi Emisi CO2 (ton/tahun) sampai dengan tahun
2020 di Sumatera Selatan
No Tahun Emisi CO2 BAU - Baseline (ton/tahun) Target Penurunan Emisi
CO2 (ton/tahun)
1 2012 2,036,551.78 1,364,489.70
2 2013 2,342,034.55 1,569,163.15
3 2014 2,693,339.73 1,804,537.62
4 2015 3,097,340.69 2,075,218.27
5 2016 3,561,941.80 2,386,501.01
6 2017 4,096,233.07 2,744,476.16
7 2018 4,710,668.03 3,156,147.58
8 2019 5,417,268.23 3,629,569.72
9 2020 6,229,858.47 4,174,005.17
Gambar 4.43 Target Penurunan Emisi CO2 terhadap Emisi BAU – Baseline
Dari perbandingan tabel tersebut dapat dilihat perbedaan nilai emisi CO2
(ton/tahun) yang cukup signifikan. Nilai emisi CO2 (ton/tahun) tanpa rencana
mitigasi pada tahun 2020 (Tabel IV.37) sebesar 4.174.005,174 (ton/tahun).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 186
Sedangkan untuk nilai emisi CO2 (ton/tahun) dengan rencana mitigasi sebesar
6.229.858,468 (ton/tahun). Penurunan optimis dapat dicapai sebesar 2055853.29
(ton/tahun), yaitu 49,25 %.
Namun karena Aksi Penurunan di bidang Transportasi ini sangat membutuhkan
biaya yang besar dan komitmen yang tinggi, maka sebaiknya penurunan mengikuti
target pemerintah dengan 26% tanpa bantuan dana pihak luar dan 41% dengan
bantuan dana luar, patut diikuti.
Rencana Aksi penurunan Emisi CO2 Transportasi dilakukan dengan Konsep
Sustainable Transport, Multimodal Transport. Perencanaan transportasi yang
berkelanjutan (sustainable transport) sudah menjadi bagian yang tidak terelakkan
saat ini. Kendaraan dengan menggunakan BBM kalau masih dapat bertahan,
tentunya akan lebih efisien dan efektif bila terpadu dalam bentuk angkutan
multimodal (MMT).
Angkutan Multimoda (Multimodal Transport) adalah rangkaian angkutan barang dan
orang yang menggunakan dua atau lebih moda tranportasi, yang mempunyai
kombinasi dan saling ketersambungan pada transfer pointnya. Berikut ini diuraikan
pendekatan perencanaan dengan Multimoda Penumpang dan Barang secara
bertutur turut.
1) Peningkatan Transportasi Multimoda
a) Membagi Arus Lintas Barang dari Lintas Timur ke Lintas Barat dengan
membuka jaringan jalan dan jalan tol baru (2012-2015)
b) Shifting Logistic Transport dari jalan ke rel (2015-2018)
• Memperbaiki Simpul multimoda di Stasiun KA
• Meningkatkan Terminal di Stasiun KA
c) Shifting Logistic Transport dari jalan ke sungai (2012-2020)
• Membangun Lock dan Dam
• Mendirikan Dredging Company dan membuat dredging program.
• Meningkatkan kemampuan dilayai Sungai dan Kanal
2. Pencatatan rutin Emisi di South Sumatera
3. Capacity Building
a) Mendirikan Centre of Excellence for Multimodal Transport di Universitas
Sriwijaya
b) Membangun Multimodal Organization
c) Membangun CO2 Emission data base
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 187
4.2.5. Industri
Sektor industri menghasilkan data awal yang dipergunakan sebagai baseline yaitu
data primer tahun 2012, hal ini dilakukan mengingat kendala tidak tersedianya data
series di industri, khususnya industri kecil dan menengah. Perhitungan total emisi
mencakup semua data baik primer (IKM) maupun sekunder (industri besar: semen,
pulp and paper dan pupuk), yang menghasilkan data emisi sebesar 2.434,69
Gigaton CO2/tahun. Data ini kemudian yang dipergunakan untuk memprediksi
jumlah emisi yang akan ditimbulkan berdasarkan skenario 26% dan skenario 41%.
Tabel IV.39. Skenario Penurunan Emisi CO2 mengikuti target nasional 26 %
dan 41 %
tahun BAU - Baseline Industri skenario 26% Industri skenario 41%
------------------- ton CO2 - eq / tahun ------------------
2012 2,526,254.65 2,526,254.65 2,526,254.65
2013 2,652,567.38 2,444,151.37 2,396,784.10
2014 2,785,195.75 2,364,716.45 2,273,948.91
2015 2,924,455.54 2,287,863.17 2,157,409.03
2016 3,070,678.32 2,213,507.62 2,046,841.82
2017 3,224,212.23 2,141,568.62 1,941,941.18
2018 3,385,422.84 2,071,967.64 1,842,416.69
2019 3,554,693.99 2,004,628.69 1,747,992.84
2020 3,732,428.68 1,939,478.26 1,658,408.20
Gambar 4.45 Target Penurunan Emisi CO2 pada Industri di Provinsi Sumatera
Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 188
Berdasarkan besar emisi CO2 pada kondisi baseline dan target penurunan emisi
maka strategi mitigasi dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagi Industri Perkebunan Kelapa Sawit (penghasil CPO)
- Menggunakan pestisida ramah lingkungan untuk menekan biaya
pengelolaan lingkungan
- Memanfaatkan sumber bahan bakar ramah lingkungan khususnya
pemanfaatan cangkang sawit dari hasil samping produksi dengan kajian
lebih mendalam tentang emisi CO2 yang ditimbulkan.
- Mengganti peralatan yang membutuhkan energy besar dengan peralatan
yang lebih efisien, dan melakukan perawatan terhadap semua peralatan
pabrik.
- Melakukan audit energy internal secara rutin.
b. Bagi Industri Karet remah (Crumb Rubber)
- Sosialisasi pedoman teknis Implementasi Konservasi Energi dan
Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Industri (poin 3. e).
- Mengurangi pemanfaatan bahan bakar batubara dan solar, dan
meningkatkan pemanfaatan bahan bakar alternatif dengan kajian mendalam
emisi CO2 yang dapat dikurangi.
- Melakukan konservasi energi melalui penggantian peralatan yang memiliki
penggunaan energi tinggi.
- Mengembangkan penggunaan Deodorized rubber untuk mengurangi bau
sehingga bisa menekan biaya sosial seklaigus memanfaatkannya langsung
di petani untuk menaingkatkan kualitas SIR.
- Melakukan audit energi internal secara reguler
c. Bagi Industri Makanan
- Menggalakkan penggunaan sumber bahan bakar yang ramah lingkungan
sehingga dapat mengurangi pemakaian sumber energi solar dan listrik
- Melakukan perawatan terhadap peralatan pabrik secara kontinyu.
- Mengganti peralatan yang sudah usang sehingga menghindari keborosan
pemakaian energi.
- Melakukan audit energy secara internal dan kontinyu untuk terus
menemukan inovasi konservasi energi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 189
d. Bagi Industri Pupuk
Emisi GRK pada sektor industri sangat berkaitan dengan pemanfaatan energi
dan material dalam proses produksi pabrik. Peningkatan efisiensi dalam
pemanfaatan energi dan material, selain mengurangi emisi GRK, juga
menurunkan biaya produksi, meminimalisasi efek volatilitas harga bahan bakar
dan menjaga keberlangsungan proses produksi pabrik. Hal ini akan akan
meningkatkan daya saing industri. Oleh karena itu, pabrik disarankan memiliki
manajemen emisi GRK sendiri yang selanjutnya akan digunakan sebagai self
evaluation tentang seberapa efisien proses produksi yang berlangsung di
pabrik.
Dari evaluasi tersebut, pabrik dapat menyusun langkah-langkah perbaikan
harus dilakukan dengan mempertimbangkan kelayakan ekonominya. Kegiatan
ini sebaiknya dilakukan secara kontinyu.Sebagai langkah awal, pabrik
disarankan melakukan inventarisasi emisi sendiri. Data-data yang terkait
dengan aktifitas proses produksi yang mengeluarkan emisi GRK sebaiknya
lengkap, akurat, dan melibatkan jangka waktu tertentu (bukan hanya berupa
one point data). Kelengkapan dan kualitas data sangat mempengaruhi
keakuratan perhitungan emisi dan efisiensi yang akan dijadikan dasar dalam
penyusunan self evaluation.
e. Bagi Industri Pulp and Paper
Hasil pembahasan pertemuan dunia tentang “PaperTech 2010: Make Indian
Pulp and Paper Industri World Class” di Hyderabad, beberapa hal penting yang
harus dijadikan pencermatan industri adalah :
- Di dalam sistem pengolahan limbah dimana energi banyak digunakan
khususnya di dalam Biological Secondary Treatment maka dibutuhkan
aerator dengan konsumsi energi rendah sehingga tidak hanya menghasilkan
transfer oksigen maksimal tetapi sekaligus dapat menghasilkan pengadukan
pada seluruh volume dalam tanki aerasi.
- Tahun 2004 the Swedish involvement in the Indonesian paper and pulp
Industry menghasilkan lima kebutuhan yang harus dipenuhi industri yaitu: (i)
penduduk lokal harus diberikan hak nya terhadap lahan yang dimiliki; (ii)
hutan bernilai tinggi tidak boleh dikonversi menjadi perkebunan; (iii) suplai
kayu harus berasal dari produksi yang secara sosial dan lingkungan
berkelanjutan; (iv) penduduk lokal yang kehilangan kehidupannya harus
diberikan sumber pendapatan alternatif dibandingkan dengan cara lllegal
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 190
logging dan (v) ekspansi industri pulp and paper harus segera dihentikan
hingga permasalahan suplai kayu bisa diatasi.
- Emisi GRK pada sektor industri sangat berkaitan dengan pemanfaatan
energi dan material dalam proses produksi. Peningkatan efisiensi dalam
pemanfaatan energi dan material, selain mengurangi emisi GRK, juga akan
menurunkan biaya produksi, meminimalisasi efek volatilitas harga bahan
bakar dan menjaga keberlangsungan proses produksi pabrik. Hal ini akan
meningkatkan daya saing industri. Oleh karena itu, pabrik disarankan
memiliki manajemen emisi GRK sendiri yang selanjutnya akan digunakan
sebagai self evaluation tentang seberapa efisien proses produksi yang
berlangsung di pabrik. Dari evaluasi tersebut, pabrik dapat menyusun
langkah-langkah perbaikan harus dilakukan dengan mempertimbangkan
kelayakan ekonominya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara kontinyu.
Sebagai langkah awal, pabrik disarankan melakukan inventarisasi emisi
sendiri. Data-data yang terkait dengan aktivitas proses produksi yang
mengeluarkan emisi GRK.
f. Bagi Industri Semen
- Pengembangan Skema Penurunan Emisi GRK di Industri Semen.Kegiatan
ini dilakukan pada tahun 2009-2010 bekerja sama dengan Agence Française
de Développement (AFD). Output dari kegiatan ini antara lain Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 12/M-IND/PER/1/2012 tentang Peta Panduan
(Road Map) Pengurangan Emisi CO2 Industri Semen di Indonesia. Pada
peraturan ini ditargetkan industri semen dapat mengurangi emisi CO2
sebesar 2 % pada tahun 2011-2015 secara sukarela dan 3 % pada tahun
2016-2020 secara wajib. Melalui kegiatan ini juga diketahui langkah-langkah
yang dapat di ambil industri untuk menurunkan emisi GRK baik melalui
pengelolaan energi (energi efisiensi), modifikasi proses maupun pengelolaan
limbah.
- Kegiatan inventori emisi GRK disektor industri.
Kegiatan ini dilakukan pada tahun 2010 (Juni-September) terhadap 8 sub
sektor industri yang tergolong sebagai industri pengimisi utama GRK,
dengan jumlah target 700 pabrik. Sub sektor industri dimaksud adalah
semen, baja, pulp & kertas, keramik, tekstil, pupuk, petrokimia dan makanan
& minuman yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil kegiatan inventori
tersebut menggambarkan emisi GRK dari masing-masing industri target
yang berasal dari penggunaan energi, penerapan proses, dan limbah.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 191
Jumlah emisi GRK yang dihasilkan masing-masing sub sektor dapat
digunakan sebagai emisi GRK skenario BAU (Bussines as Usual) pada
tahun 2010.
- Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 di Sektor
Industri (Fase-1) Prep-ICCTF MOI 2010-2011. Kegiatan ini dilakukan pada
tahun 2010-2011(September 2010-Desember 2011) di 35 industri baja dan
15 industri pulp & kertas yang tersebar di wilayah Sumatera Utara, Jambi,
Riau, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
4.2.6 Sampah/Limbah
Diusulkan 11 kelompok rencana aksi mitigasi untuk sektor pengelolaan limbah yang
terdiri dari 51 kegiatan. Rencana aksi yang diusulkan melingkupi aspek
perencanaan, koordinasi, tindakan dan pemantauan. Dari 51 kegiatan dalam 11
rencana aksi tersebut, diperkirakan akan didapat penurunan emisi pada tahun 2020,
sebesar 239.048 ton CO2 eq dari estimasi emisi GRK Sumsel sektor limbah
sebesar 1.405.766 ton CO2 eq, atau didapat penurunan sebesar 17,0%.
Diperkirakan biaya mitigasi total, dari 2013 sampai dengan 2020, sebesar Rp.
542,96 Milyar untuk kegiatan di 15 kota/kabupaten. Dari total APBD 15
kota/kabupaten direncanakan sebesar Rp. 254,26 M, dari APBD provinsi Sumsel
sebesar Rp. 65,93 Milyar dan dari APBN sebesar Rp. 222,77 Milyar.
a. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -1: Program Penyusunan Perencanaan
Pengelolaan Persampahan
Kelompok aksi mitigasi ini merupakan kegiatan perencanaan yang dibutuhkan untuk
merencanakan, membangun dan mengoperasikan sarana – prasarana
persampahan. Terdapat 3 kegiatan yaitu;
1) Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kota/kab.,
2) Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 15 kota/kab
3) Penyusunan AMDAL TPA 15 kota/kab
4) Perencanaan Teknik TPST 3R
Kegiatan perencanaan dilakukan pada tahun 2013, dengan biaya total sebesar Rp.
23,75 Milyar dari APBN dan APBD.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 192
b. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -2: Program Minimasi Sampah dengan
prinsip 3R
Minimasi sampah merupakan dasar dari pengelolaan sampah. Dengan 3R (reduce,
reuse dan recycle), sampah harus diminimalisir. Sekitar 60% komponen sampah
(domestic) Sumsel berupa sisa makanan, dan 1 – 6 % lainnya berupa sampah kayu
dan taman. Artinya terdapat sampah organic sekitar 61 – 66 % yang dapat
digunakan sebagai bahan kompos. Berdasarkan estimasi volume sampah sebesar
1239 Gg sampah pada tahun 2010, dan asumsi 61% komponen sampah
merupakan bahan organic, maka terdapat 755,8 Gg sampah organic sebagai bahan
kompos, dan akan terus meningkat sampai 910,7 Gg sampah organic pada tahun
2020.
Terdapat 5 kegiatan aksi, baik fisik maupun non-fisik, dalam program minimasi
sampah, yaitu;
1. Pembangunan TPS Terpadu (TPST),
2. Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah,
3. Pendirian Bank Sampah,
4. Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk
Reklamasi Tambang (pola Kemitraan),
5. Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun
(kearifan lokal sumsel).
6. Program kampung iklim dan Menuju Indonesia Hijau.
Dengan asumsi kondisi eksisting sampah terolah berada di TPST, baik itu di
pemukiman, di pasar maupun di TPA, hanya sekitar 2% sampah yang berhasil
terolah di Sumsel. Sedangkan, untuk minimasi biaya pengelolaan sampah, PU CK
telah menetapkan sekitar 30% sampah harus telah diminimasi mulai dari sumber.
Untuk mengejar target tersebut, direncanakan akan dibangun sejumlah TPST di
seluruh kota/kabupaten di Sumsel untuk meningkatkan komposisi sampah terolah,
baik komposting untuk sampah organik maupun 3R untuk sampah non-organik.
Dengan aksi mitigasi ini, dengan kombinasi pembangunan TPST, operasional Bank
Sampah, sosialisasi komposting gali timbun sampah pedesaan dan program
kampung iklim serta Indonesia Hijau, diperkirakan pada tahun 2020, dari 1.493 Gg
sampah, 102 Gg (6,8%) sampah akan dikomposkan dan 37 Gg (2,5%) persen akan
didaur-ulang.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 193
Integrasi Pembangunan TPST - Pendirian Bank Sampah dan kaitannya dengan
skala Program Minimasi Sampah
Berdasarkan metode pengolahan dan tanggung jawab pengelolaan, maka skala
program pengolahan/minimasi sampah dibedakan menjadi beberapa skala
(Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP, 2011), yaitu;
1. Skala individu; yaitu pengolahan/minimasi yang dilakukan oleh penghasil
sampah secara langsung di sumbernya (rumah tangga/kantor/sekolah/dll).
Contoh; pemilahan sampah, komposting skala individu.
2. Skala kawasan; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani suatu
lingkungan/kawasan (perumahan, perkantoran, pasar, dll). Lokasi pengolahan
skala kawasan dilakukan di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu).
Proses yang dilakukan pada TPST umumnya berupa; pemilahan, pencacahan
sampah organik, pengomposan, penyaringan kompos, pengepakan kompos
dan pencacahan plastik-kertas untuk daur ulang.
3. Skala kota; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau
seluruh wilayah kota dan dikelola oleh pengelola kebersihan kota. Lokasi
pengolahan dilakukan di Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) yang
umumnya menggunakan bantuan peralatan mekanis.
Sementara itu Bank Sampah merupakan inovasi agar sampah mempunyai nilai
tambah. Dengan menabung sampah, masyarakat akan terdorong untuk melakukan
kegiatan pengolahan sampah ini.
Dengan membentuk bank sampah di TPST yang dibangun, keberhasilan program
minimasi sampah ini dan keberlanjutan kegiatan di TPST akan lebih terjamin.
Skema kelembagaan pengelolaan sampah di TPST dapat mengikuti alur sbb:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 194
Gambar 4.46 Skematik Pengelolaan/Minimasi Sampah integrasi TPST-Bank
Sampah
Dengan luas lahan 50 – 1000 m2, TPST dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu;
tempat kontainer, tempat pemilahan dan tempat penyimpanan. Pada tiap TPST,
juga dilengkapi dengan kontainer yang berfungsi untuk mengumpulkan residu yang
akan dibuang ke TPA.
Jika sampah belum terpilah, sebelum dikomposkan, sampah segar yang diterima
oleh TPST mengalami proses pemilahan/sorting terlebih dahulu oleh petugas
sebelum dikomposkan. Untuk 7 jam kerja dan 2 orang pekerja dapat dipilah sampah
sebesar 14 m3 sampah.
Luas tempat sorting diperkirakan sebesar 12,58 m2 dengan dimensi bak
penimbunan sbb;
Material Volume (m3) Dimensi Bak (m) Frek. Pengambilan
(kali/hari)
Kertas 4,07 1,5 x 0,8 x 0,5 8
Ka. UPTD Kebersihan Kecamatan
Koordinator
Ketua
Wakil Ketua
Bendahara Sekretaris
Divisi Komposting
Sampah Basah
Divisi Tabungan
Sampah dan Penjualan
Divisi Daur Ulang
Sampah Kering
Anggota Masyarakat
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 195
Logam 0,09 1,5 x 0,5 x 0,5 1
Plastik 2,44 1,5 x 0,8 x 0,5 4
Kaca 0,01 0,2 x 0,5 x 0,5 1
Sisa Pilah 7,40 1,5 x 0,8 x 0,5 12
Selanjutnya sampah yang mudah dikomposkan, dicacah, kemudian ditumpuk untuk
proses pengomposan. Beberapa alternatif pengomposan dapat dilakukan antara
lain dengan proses aerobik atau proses fakultatif. Dengan windrow komposting
terbuka, luas area komposting dipekirakan seluas 400 m2 untuk sampah input 1
m3/jam.
Kegiatan pengolahan/minimasi sampah skala kawasan ini harus disokong oleh
program sosialisasi yang dapat saja tergabung dalam program kampung iklim,
menuju Indonesia hijau, STBM, dan lain – lain program sanitasi lingkungan. Selain
mengurangi dapak negatif sampah, produk dari kegiatan ini bernilai ekonomi;
Harga Sampah Segar dari Masyarakat
Kertas kardus Rp. 1.200/kg
Kertas arsip Rp. 2.300/kg
Kertas koran Rp. 1.300/kg
Plastik sachet Rp. 15/sachet
Botol dan gelas plastik Rp. 2.000/kg
Plastik kresek Rp. 700/kg
Gabus, Plastik, botol dan kaleng Tergantung ukuran
Harga Produk 3R (terdapat “nilai tambah”)
Kompos cair Rp. 10.000 / botol
Kerajinan (tas, vas bunga, sarung bantal, sarung
galon air, tas, dompet, rompi dll)
Rp. 5.000 – 125.000 / buah
Kompos Rp. 2.000 – 3.000 / karung
Tabel IV.40. Rencana Pembangunan TPST
No. Kota / Rencana Pembangunan TPST (unit) Jumlah Kabupaten 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Ogan Komering Ulu 1 1 1 2 1 2 1 9
2 Ogan Komering Ilir 1 1 1 1 1 2 1 8
3 Muara Enim 2 1 2 1 2 1 1 10
4 L a h a t 1 2 1 1 1 2 2 10
5 Musi Rawas 1 1 1 1 1 1 1 7
6 Musi Banyuasin 1 1 1 2 2 2 2 11
7 Banyuasin 1 1 1 2 2 1 1 9
8 OKU Selatan 1 1 1 1 4
9 OKU Timur 1 2 1 1 1 1 2 9
10 Ogan Ilir 1 1 1 1 4
11 Empat Lawang 1 1 1 1 1 1 1 1 8
12 Palembang 1 2 2 1 1 1 8
13 Prabumulih 1 2 1 1 1 6
14 Pagar Alam 1 1 1 1 4
15 Lubuk Linggau 1 1 1 1 4
Tambahan di TPST 5 18 16 16 14 14 14 14 111
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 196
Selain skala kawasan, pengolahan sampah dapat dilakukan pada skala sumber
dengan melibatkan masyarakat pedesaan untuk menerapkan lagi budaya gali-
timbun sampah organik. Salah satu kearifan lokal yang telah banyak ditinggalkan
oleh masyarakat Sumsel adalah mengubur sampah organik untuk kemudian
dijadikan pupuk kompos tanaman. Untuk area perkotaan, umumnya lahan tidak
tersedia untuk melakukan hal ini, tetapi di pedesaan, lahan pekarangan masih
tersedia luas untuk melakukan aktifitas kubur sampah organik ini. Tetapi budaya
telah bergeser, masyarakat desa sedikit malas memilah sampah organik-anorganik,
dan lebih suka membakar sampah/open burning atau membuang sampah ke
sungai/anak sungai. Keseluruhan program minimasi sampah ini dapat terintegrasi
dengan program kampung iklim dan menuju Indonesia Hijau
Gambar 4.47 Perkiraan distribusi pengelolaan sampah Sumsel 2020 dengan aksi mitigasi-1
Gambar 4.48 Trendline distribusi pengelolaan sampah Sumsel 2010-2020 dengan aksi
mitigasi-1
Untuk kelompok aksi mitigasi-2, diperlukan total biaya Rp. 88,1 Milyar sampai tahun
2020, biaya mitigasi terhitung sebesar Rp. 3.238.631/ton CO2 eq.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 197
Tabel IV.41. Penurunan Emisi Aksi Mitigasi-1 s.d 2020
No. Tahun Emisi Sampah Domestik
(Gg CH4)
Penurunan
Emisi
BAU MITIGASI-2 Gg CH4
1 2010 12,66 12,66 0,00
2 2011 18,65 18,65 0,00
3 2012 23,16 23,16 0,00
4 2013 26,68 26,54 0,14
5 2014 29,48 29,20 0,27
6 2015 31,79 31,37 0,42
7 2016 33,78 33,20 0,58
8 2017 35,54 34,79 0,75
9 2018 37,14 36,22 0,92
10 2019 38,63 37,53 1,11
11 2020 40,05 38,75 1,30
c. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -3: Program Peningkatan Sarana-
Prasarana Persampahan
Kelompok aksi ini terdiri dari kegiatan peningkatan aspek teknis dari pengelolaan
sampah, meliputi sarana – prasarana pengumpulan, pengangkutan dan
pengelolaan akhir. Dalam rentang 2013 – 2020, terdapat 6 kegiatan dalam rencana
aksi ini, meliputi;
a. Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic
Landfill di 10 kota/kab.
b. Operasional TPA semi-aerobic (termasuk pengadaan tanah timbun) di 15
kota/kab.
c. Penambahan sarana persampahan
Kegiatan yang cukup signifikan dalam menurunkan emisi adalah beroperasinya TPA
dengan sistem semi-aerobic. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Persampahan
mewajibkan seluruh stake holder, termasuk pemerintah, untuk melakukan
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Salah satu poin utama adalah
memperbaiki skema operasional TPA dari open dumping menjadi sanitary atau
controlled landfill.
Salah satu komponen proteksi lingkungan pada TPA yang direhabilitasi/dibangun
adalah komponen ventilasi gas vertikal yang terhubung dengan saluran penyalur
lindi pada lapisan liner. Selain itu terdapat ventilasi gas horizontal yang terhubung
dengan ventilasi gas horizontal pada setiap lapisan antara di timbunan sampah.
Koneksi saluran penyalur lindi – ventilasi gas vertikal – ventilasi gas horizontal
menyebabkan suplai udara, selain berasal dari atas, juga berasal dari saluran
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 198
penyalur lindi. Suplai oksigen dari bawah ini menjadikan kondisi timbunan berada
dalam kondisi semi-aerobic. Nilai Metan Correction Factor (MCF) pada timbunan
dengan kondisi semi-aerobic hanya sebesar 0,5, lebih kecil jika berada dalam
kondisi open dumping un-managed yang sebesar 0,8. Mengecilnya nilai MCF ini
otomatis akan mengurangi produksi metan dari timbunan sampah di TPA. Tabel
IV.42 menyajikan daftar dan rencana rehabilitasi TPA di seluruh Sumatera Selatan.
Gambar 4.49 menyajikan distribusi tipe timbunan sampah di Sumatera Selatan
setelah beroperasinya TPA yang telah direhabilitasi/dibangun dengan desain semi-
aerobic landfill.
Tabel IV.42. Penurunan Emisi dari Aksi Rehabilitasi/Pembangunan TPA Semi-Aerobic.
No. Tahun Emisi Sampah Domestik (Gg CH4)
Penurunan Emisi
BAU MITIGASI-3 Gg CH4 1 2010 12,66 12,66 0,00 2 2011 18,65 18,65 0,00 3 2012 23,16 23,16 0,00 4 2013 26,68 26,49 0,19 5 2014 29,48 28,98 0,50 6 2015 31,79 30,95 0,84 7 2016 33,78 32,16 1,62 8 2017 35,54 33,34 2,20 9 2018 37,14 34,50 2,64
10 2019 38,63 35,65 2,99 11 2020 40,05 36,77 3,27
Sampai dengan tahun 2013, TPA masih beroperasi dengan skema BAU, yaitu open
dumping kategori un-managed deep. Mulai 2014, dengan rencana aksi mitigasi-2:
Rehabilitasi TPA menuju semi-aerobic landfill pada 15 kota/kabupaten mulai dari
2012 s.d 2015, kecuali TPA I Sukawinatan Palembang (dimana TPA ini hampir
dalam kondisi penuh dan semua timbunan kelak akan kembali ke TPA II Karya
Jaya), semua TPA di ibukota kota/kabupaten direncanakan mulai beroperasi
dengan konstruksi semi-aerobic landfill pada 2013 s.d 2016. Dengan skema ini,
pada tahun 2020, akan didapat penurunan emisi sebesar 3,27 Gg CH4 atau
sebesar 68.682 ton CO2 eq.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 199
Tabel IV.43. Daftar dan Rencana Rehabilitasi TPA di Sumatera Selatan
No. Kota / Kabupaten Nama TPA Kondisi Eksisting
Program Rehabilitasi TPA
Pembangunan Operasional
1 Ogan Komering Ulu
TPA Gn. Meraksa Open Dumping 2015 2016
2 Ogan Komering Ilir TPA Kayu Agung Open Dumping 2013 2014
3 Muara Enim TPA Bukit Kancil Open Dumping 2012 2013
4 L a h a t TPA Sukarami Open Dumping 2014 2015
5 Musi Rawas Open Dumping 2014 2015
6 Musi Banyuasin TPA Teladan Open Dumping 2013 2014
7 Banyuasin Open Dumping 2014 2015
8 OKU Selatan TPA Desa Bendi Open Dumping 2015 2016
9 OKU Timur Open Dumping 2012 2013
10 Ogan Ilir TPA Palem Raya Open Dumping 2013 2014
11 Empat Lawang Open Dumping 2015 2016
12 Palembang TPA II K. Jaya Open Dumping 2015 2016
13 Prabumulih TPA Sungai Menang Open Dumping 2013 2014
14 Pagar Alam TPA Kota Pgr. Alam Open Dumping 2012 2013
15 Lubuk Linggau TPA Lubuklinggau Open Dumping 2012 2013
Catatan: Yang berwarna biru, tidak ditemukan di RKPD, jadi merupakan usulan mitigasi RAD.
Gambar 4.49 Kenaikan persentase timbunan di semi-aerobic landfill dan penurunan
timbunan di un-managed deep, seiring rehabilitasi TPA di 10 kota/kab
pada 2012 s.d 2015.
Dibutuhkan sekitar Rp. 103,52 Milyar untuk kelompok aksi mitigasi ini. Perhatian
lebih harus diberikan pada operasional TPA semi-aerobic, karena akan dibiayai oleh
APBD. Biaya mitigasi terhitung sebesar Rp. 1.507.152/ton CO2 eq. Tabel IV.108
menyajikan kebutuhan kasar dana operasional dan perawatan TPA semi-aerobic
untuk skema mitigasi ini.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 200
Tabel IV.44. Biaya Operasional dan Maintenance TPA Semi-aerobic Skema Mitigasi-3
No Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Ogan Komering Ulu 371 375 379 383 387
2 Ogan Komering Ilir 496 501 506 512 517 522 528
3 Muara Enim 488 493 498 503 508 513 518 523
4 L a h a t 373 374 376 378 379 381
5 Musi Rawas 430 434 437 441 444 448
6 Musi Banyuasin 457 464 471 478 485 493 501
7 Banyuasin 568 573 578 584 589 594
8 OKU Selatan 363 363 364 365 366
9 OKU Timur 450 453 456 459 462 465 469 472
10 Ogan Ilir 377 379 381 383 386 388 390
11 Empat Lawang 322 322 323 323 324 324
12 Palembang 3.250 3.303 3.357 3.413 3.469
13 Prabumulih 748 763 778 794 810 826 843
14 Pagar Alam 511 514 517 520 524 527 530 534
15 Lubuk Linggau 732 743 754 766 778 790 802 815
Total Biaya OM 2.180 4.281 6.025 10.072 10.194 10.318 10.445 10.575
d. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -4: Program Peningkatan Pengelolaan
Gas Sampah
Sekitar 19,5 % (berat basah) sampah domestik di Sumatera Selatan dihasilkan di
kota Palembang. Dengan cakupan layanan pengangkutan sampah hingga 76%,
timbunan sampah di TPA I Sukawinatan dan TPA II Karya Jaya, emisi GRK dari
kedua TPA di Palembang menjadi sangat signifikan. Proyek CDM merupakan
langkah ideal untuk menurunkan emisi di TPA. TPA I Sukawinatan telah memenuhi
syarat teknis untuk aplikasi LFG, dimana instalasi-nya telah terbangun dan
beroperasi, yaitu;
a. Sampah dibawa ke TPA sekitar 600 ton
b. Ketinggian sampah 5 – 15 m,
c. Terdapat timbangan sampah,
d. Jumlah kendaraan berat dan operator memadai,
e. Anggaran dan perhatian Pemkot yang memadai,
Tabel IV.45 menyajikan estimasi penurunan emisi dan perkiraan biaya untuk
operasional proyek CDM ini.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 201
Tabel IV.45. Penurunan emisi dari flaring gas di TPA I Sukawinatan Palembang
Tahun ∑ sampah utk ∑ emisi TPA I ∑ emisi TPA I ∆ emisi TPA
proyek CDM (Gg) BaU (Gg CH4) mitigasi-4 (Gg CH4) mitigasi-4 (Gg CH4)
2010 125,93 1,16 0,06 1,10
2011 128,17 2,00 0,10 1,90
2012 130,45 2,63 0,13 2,50
2013 132,77 3,11 0,15 2,96
2014 135,13 3,49 0,17 3,32
2015 137,54 3,80 0,18 3,62
2016 139,99 4,07 0,19 3,87
2017 142,48 4,30 0,20 4,09
2018 145,01 4,51 0,21 4,29
2019 147,60 4,70 0,22 4,47
2020 150,22 4,88 0,23 4,65
Diperkirakan, s.d tahun 2020, akan didapat penurunan emisi sebesar 4,65 Gg CH4
atau setara 97.579 ton CO2 eq dari kelompok aksi flaring gas metan di TPA I
Sukawinatan.
e. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -5: Program Penyusunan Perencanaan
Pengelolaan Air Limbah
Sama seperti kelompok aksi miitigasi-1, kelompok aksi mitigasi ini merupakan
kelompok aksi perencanaan, tetapi untuk pengelolaan air limbah. Terdapat 5
kegiatan yaitu;
1) Penyusunan Master Plan Air Limbah 15 kota/kabupaten.,
2) Studi Kelayakan dan DED Septik Tank Komunal,
3) Studi Kelayakan dan DED MCK Komunal,
4) Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Komunal
5) Penyusunan SOP Pengelolaan Septik Tank Komunal
Kegiatan perencanaanaan dilakukan pada tahun 2013, dengan biaya total sebesar
Rp. 13,52 Milyar dari APBN dan APBD.
f. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -6: Program Pembangunan prasarana
Waste Water Treatment Pemukiman
Kelompok aksi ini terdiri dari kegiatan pembangunan prasarana air limbah, terutama
untuk penyediaan septic tank dan MCK, baik pribadi maupun komunal. RPJM
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 202
Sumsel menyatakan cakupan layanan air limbah domestik s.d 40% pada tahun
2015. Terdapat 3 kegiatan dalam rencana aksi ini, meliputi;
1. Pembangunan MCK Plus
2. Pemb. MCK Sanimas
3. Pembangunan Septik Tank Komunal
Dalam program kerja Dinas PU CK PPLP selalu terdapat kegiatan pembangunan
MCK Komunal, IPAL Komunal, Tangki septik komunal, sedangkan di Dinas
Kesehatan juga terdapat kegiatan jamban sehat untuk mengejar target penurunan
emisi dari kelompok aksi ini. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan inti dalam
Program Percepatan Sanitasi Pemukiman. Dengan adanya pekerjaan ini, secara
tidak langsung terdapat migrasi sistem pengolahan on-site black water, dari latrin
menuju ke sistem tangki septik. Dari sini, akan terdapat penurunan emisi sebesar
1,44 Gg CH4 atau 30.228,9 ton CO2 eq dari kegiatan ini seperti tersaji pada tabel
IV.110. Berlokasi di 15 kota/kab., selama 4 tahun, 2014 – 2017, total biaya mitigasi
untuk rencana aksi mitigasi -6 sebesar Rp. 72 Milyar untuk peningkatan layanan air
limbah sekitar 52.000 KK. Biaya mitigasi terhitung sebesar Rp. 2.381.829/ton CO2
eq. Biaya infrastruktur yang mahal merupakan kendala dalam aksi mitigasi ini,
sehingga ditargetkan program bantuan fisik untuk aksi mitigasi ini hanya 38%,
sedangkan 62% lainnya dikejar dari program non-fisik seperti sosialisasi dan
peraturan.
Perhitungan target jumlah KK yang ber-migrasi dari pit-latrine ke tangki septik
adalah sbb:
Rural Urban High Income
Urban Low Income
Komposisi Penduduk per strata 0,54 0,12 0,34
% migrasi latrin ke septik tank 0,09 10% 0,03 0,10
Jumlah penduduk Sumsel 2020 8.984.945 orang
Jumlah penduduk bangun WC/MCK 823.021 orang
Jumlah KK bangun WC (1 rumah @5org)
137.170 KK
38% bantuan pemerintah (fisik) 52.125 KK
Sedangkan target pembangunan fisik bantuan pemerintah, 38%, untuk 52.125 KK
adalah;
Nama Kapasitas per unit
Harga Satuan
Jumlah terbangun
Penduduk Terlayani
Harga Total
Sumber Dana
(KK) (Rp. Juta) (unit) (KK) (Rp. Juta) 1 MCK Plus 200 200 120 24.000 24.000 DAK Sanitasi 2 MCK Sanimas 200 400 60 12.000 24.000 APBN Reg
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 203
3 Septik Tank Komunal 1000 1500 16 16.000 24.000 APBN Reg Jumlah: 52.000 72.000
Tabel IV.46. Trendline Penurunan Emisi dari Aksi Migrasi Pit-Latrin ke Septic
Tank
No. Tahun Emisi GRK (Gg CH4) Penurunan Emisi
BAU Mitigasi-6 Gg CH4 1 2010 22,34 22,34 0,00 2 2011 22,76 22,76 0,00 3 2012 23,19 23,19 0,00 4 2013 23,62 23,62 0,00 5 2014 24,06 23,70 0,36 6 2015 24,51 23,79 0,72 7 2016 24,97 23,89 1,08 8 2017 25,44 24,00 1,44 9 2018 25,92 24,48 1,44 10 2019 26,40 24,96 1,44 11 2020 26,90 25,46 1,44 = (ton CO2 eq) 30.228,9
g. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -7: Program Pengelolaan Badan
Air
Program pengelolaan badan air dibuat untuk mengurangi limbah yang masuk ke
badan air. Menjaga badan air berarti menjaga emisi di badan air menjadi minimal.
Terdapat 2 kegiatan dalam kelompok aksi ini yaitu;
1. Sosialisasi prokasih/superkasih dan,
2. Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi.
Diperkirakan kelompok aksi ini akan memerlukan biaya sebesar Rp. 18,8 Milyar di
15 kota/kab untuk masa kegiatan selama 8 tahun.
h. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -9: Program Pemberdayaan Kesehatan
Lingkungan dan Masyarakat
Terdapat 4 kegiatan dalam rencana aksi ini yang terkait upaya penurunan emisi
GRK, meliputi;
1. Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat.
2. Pembentukan lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan.
3. PHAST Pasar dan Sekolah.
4. STBM, CLTS dan PHBS
5. Sosialisasi kebersihan dan kesehatan kota (+ sosialisasi pelarangan open
burning).
6. Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 204
Dari kelompok aksi ini, diperkirakan akan didapat penurunan emisi sebesar 15.355
ton CO2 eq. dengan biaya total, s.d 2020, sebesar Rp. 53,8 Milyar.
Tabel IV.47. Estimasi Penurunan Emisi Kelompok Aksi Mitigasi-9
No. Tahun Emisi Sampah Domestik (Gg CH4) Penurunan Emisi
BAU Open Burn Mitigasi-9 Gg CH4
1 2010 4,33 4,33 0,00
2 2011 4,38 4,38 0,00
3 2012 4,46 4,46 0,00
4 2013 4,57 4,41 0,17
5 2014 4,66 4,36 0,30
6 2015 4,75 4,34 0,41
7 2016 4,84 4,35 0,49
8 2017 4,93 4,36 0,57
9 2018 5,02 4,40 0,63
10 2019 5,12 4,44 0,68
11 2020 5,22 4,49 0,73
= (ton CO2 eq) 15.355,10
i. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi-10: Program Inventori dan Pengelolaan
Limbah Industri
Dikarenakan pelingkupan dari pokja pusat dan atas pertimbangan keseragaman
dengan provinsi lain, BAU Baseline dan trendline aksi mitigasi sektor limbah industri
belum dihitung. Walaupun begitu, untuk memberi ruang bagi penyempurnaan RAD-
GRK sektor pengelolaan limbah dan sebagai arahan kegiatan/program pada tahun
2013 – 2020, pada RAD-GRK 2012 ini telah dimasukkan rencana aksi yang
menyangkut aspek inventori dan pengelolaan limbah sektor industri.
Bekerjasama dengan asosiasi industri terkait, terdapat beberapa kegiatan dalam
rencana aksi ini, yaitu;
1. Pemantauan dan inventori limbah cair (inlet) dan padat per sektor industri.
2. Sosialisasi Clean Development Mechanism,
3. Standarisasi pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit.
4. Sosialisasi pemanfaatan limbah PKS,
5. Standarisasi bangunan dan perawatan IPAL industri Crum Rubber,
Sektor industri yang paling mendesak untuk diperhatikan adalah Pabrik Kelapa
Sawit. Dengan kapasitas produksi dan nilai COD inlet yang sangat besar, total emisi
GRK dari PKS dapat menjadi sangat tinggi. Terdapat beberapa kegiatan minimasi
emisi dari limbah PKS ini, antara lain;
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 205
a. Tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, papan partikel
dan energi.
b. Wet Decanter Solid dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan pakan ternak.
c. Cangkang dapat dimanfaatkan sebagai arang, karbon aktif dan papan
partikel.
d. Serabut dapat dimanfaatkan sebagai pulp, energi dan papan partikel.
e. Limbah cair untuk pupuk dan air irigasi.
f. Air kondensat untuk air umpan broiler.
Sedangkan untuk industri Crum Rubber dan sektor lainnya, perawatan IPAL aerobik
merupakan aksi mitigasi yang realistis dalam menurunkan emisi dari limbah cair
industri. Sedangkan peningkatan aksi 3R/daur-ulang dan komposting, srta
pengurangan aktivitas penimbunan, merupakan aksi yang realistis dalam
menurunkan emisi limbah padat industri.
j. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -11: Program Monitoring dan Evaluasi
Terdapat 10 kegiatan dalam rencana aksi ini, dengan biaya total s.d 2020 sebesar
Rp. 56,62 Milyar, meliputi;
1. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Persampahan.
2. Survey Persampahan Sumsel
3. Monitoring kualitas lingkungan.
4. Pengembangan kapasitas SDM, kelembagaan dan laboratorium.
5. Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah.
6. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Air Limbah.
7. Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Persampahan
8. Inventariasasi GRK, Monitoring dan Evaluasi Mitigasi Penurunan GRK
sektor Pembangunan.
9. Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi
10. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD
terkait aksi mitigasi
k. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -12: Program Non-teknis RAD-GRK
Sektor Limbah
Terdapat 6 kegiatan dalam rencana aksi ini, dengan biaya total s.d 2020 sebesar
Rp. 39,05 Milyar, meliputi;
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 206
1. Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten.
2. Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor limbah.
3. Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel.
4. Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah.
5. Pengembangan Kelembagaan Inventarisasi Emisi GRK.
6. Pertemuan Stakeholder RAD-GRK
Tabel IV.48. Rekapitulasi Penurunan Emisi
No. Tahun BAU Penurunan Emisi GRK (Gg CH4) ∑penurunan emisi
(tonCO2eq) Mitigasi-
2
Mitigasi-
3
Mitigasi-
4
Mitigasi-
6
Mitigasi-
8 (Gg CH4) (tonCO2eq) (%)
1 2010 734.948 0,00 0,00 1,10 0,00 0,00 1,10 23.171 3,15%
2 2011 869.604 0,00 0,00 1,90 0,00 0,00 1,90 40.003 4,60%
3 2012 973.349 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 2,50 52.537 5,40%
4 2013 1.056.370 0,14 0,19 2,96 0,00 0,17 3,46 72.654 6,88%
5 2014 1.124.324 0,27 0,50 3,32 0,36 0,30 4,76 99.883 8,88%
6 2015 1.182.424 0,42 0,84 3,62 0,72 0,41 6,01 126.195 10,67%
7 2016 1.233.801 0,58 1,62 3,87 1,08 0,49 7,64 160.528 13,01%
8 2017 1.280.583 0,75 2,20 4,09 1,44 0,57 9,04 189.923 14,83%
9 2018 1.324.223 0,92 2,64 4,29 1,44 0,63 9,92 208.354 15,73%
10 2019 1.365.720 1,11 2,99 4,47 1,44 0,68 10,69 224.477 16,44%
11 2020 1.405.766 1,30 3,27 4,65 1,44 0,73 11,38 239.048 17,00%
Gambar 4.50 Target Penurunan Emisi GRK sektor Sampah/Limbah
Dengan 50 program kegiatan dalam 11 kelompok aksi mitigasi yang direncanakan,
disertai pelaksanaan bertahap sesuai target mitigasi, terlihat baseline mitigasi
terlihat mendatar. Baseline mitigasi yang melandai menunjukkan bahwa aksi
mitigasi sektor pengelolaan limbah mampu menahan laju kenaikan emisi yang
ditunjukkan oleh BAU Baseline. Dihubungkan dengan laju pertumbuhan penduduk,
misalnya kota dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, harus diiringi dengan
peningkatan kegiatan mitigasi yang tinggi juga. Selain itu, aspek perundangan
17,00%
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 207
menjadi keberhasilan rencana mitigasi sektor pengelolaan limbah ini. Diharapkan.
Dengan biaya mitigasi sebesar Rp. 542,96 Milyar untuk tahun pelaksanaan 2013 s.d
2020. Akan tetapi, dengan keterbatasan APBD, diharapkan bantuan APBN untuk
mensukseskan RAD-GRK ini.
4.3. Skala Prioritas
4.3.1. Pertanian
Perubahan iklim akibat emisi GRK merupakan persoalan yang kompleks sehingga
perlu upaya penanganan yang bersifat holistik. Oleh karena itu, program prioritas
daerah dalam dokumen Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca di Provinsi Sumatera Selatan diselaraskan dengan program/kegiatan
yang sudah disusun oleh daerah yang dalam hal ini diwadahi didalam beberapa
kebijakan perencanaan pembangunan daerah, meliputi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta Rencana Strategis
Sektoral, seperti yang telah dijelaskan dalam Bab II. Dengan memperhatikan
pokok-pokok tersebut, maka disusun prioritas seperti pada Tabel IV.49.
Tabel IV.49. Prioritas strategi mitigasi Pertanian GRK di Provinsi Sumatera
Selatan
Sumber Emisi Prioritas Strategi Mitigasi
Sawah (irigasi.
Lebak. Pasut)
1. Perbaikan dan optimalisasi sistem irigasi.
2. Implementasi budidaya padi berbasis System Rice Intensification (SRI),
3. Penanaman padi varietas rendah emisi,
4. Pengembangan padi organik,
5. Pengembangan pemupukan spesifik lokasi,
6. Penyuluhan dan edukasi.
Pembakaran Limbah
Pertanian
1. Pengembangan pertanian organik
2. Pemanfaatan jerami padi dan biomassa tebu untuk kompos. Kompos
yang dihasilkan dapat digunakan sendiri oleh petani padi dan petani
tebu atau juga dijual untuk sumber pendapatan tambahan,
3. Pembenaman langsung jerami pada biomassa tebu ke tanah setelah
dicacah terlebih dahulu sebagai sumber bahan organik tanah,
4. Pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak diperkaya,
5. Penyuluhan dan edukasi
Ternak
1. Penggunaan dan pengembangan pakan ternak rendah emisi.
2. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber biogas,
3. Seleksi genetik sapi yang mempunyai produktivitas tinggi,
4. Penyuluhan dan edukasi.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 208
Tabel IV.50. Matriks RAD – GRK Sektor Pertanian
No. Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(ton CO2eq)
Perkiraan Biaya Mitigasi Perkiraan
Biaya Penurunan Emisi (Rp.
jt/ton CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Rp. Juta Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9)
A. Program Minimasi Emisi CO2 dari Sawah
9,223,324.17 2,047,923 0.22
1 Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
- 1,038,739 APBD, APBN
- 2020 2013
Ditjen PSP, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas PU Pengairan Prov/Kab/Kota
2 Implementasi Budidaya Padi Metode SRI
4,465,274 185,124 APBN 0.04 2020 2013
Ditjen PSP, Satker Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
3 Pengembangan Sumberdaya Air untuk Padi
- 9,606 APBN - 2020 2013
Satker Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
4
Pembangunan Embung/Dam Parit (Konservasi dan Antisipasi Anomali Iklim)
- 13,723 APBN - 2013 2013
Satker Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
5 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pupuk Organik
- 6,004 APBD, APBN
- 2013 2013 Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
6 Pengadaan Benih Padi Rendah Emisi (Ciherang)
13,140,399 313,583 APBN 0.02 2020 2013 Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
7
Pengadaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTAN)
- 481,144 APBD - 2013 2013 Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
B.
Program Pengelolaan Jerami Tanpa Bakar
168,197.87 2,745 0.0163
1 Pengembangan Pertanian Organik
- 172 APBN, APBD
- 2020 2011 Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
2
Pengadaan Sarana Pembuatan Pupuk Organik (Pencacah Jerami, Rumah, dsb)
- 2,573 APBN, APBD
- 2020 2011 Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
C. Program Mitigasi Emisi GRK Asal Ternak
4,191,174.46 32,392 0.0077
1 Recovery Gas Metan Asal Kotoran Ternak
385,385 16,000 APBN, APBD
0.0415 2015 2012 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
2 Fasilitasi UPTD BIB
- 9,721 APBD - 2020 2013 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
3 Pengembangan Pakan Ternak Rendah Emisi
3,805,789 3,431 APBN, APBD
0.0009 2020 2013 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
4 Pembinaan Pengolahan Hasil
- 2,287 APBD - 2020 2013 Satker Dinas Peternakan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 209
No. Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(ton CO2eq)
Perkiraan Biaya Mitigasi Perkiraan
Biaya Penurunan Emisi (Rp.
jt/ton CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Rp. Juta Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9)
Peternakan Prov/Kab/Kota
5
Penyusunan SOP Pengelolaan Kotoran Ternak Ramah Lingkungan
- 457 APBD - 2020 2013 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
6
Sosialisasi penggunaan anaerobic treatment bioreactor dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai kompos
- 497 APBD - 2020 2013 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
D.
Program Pemberdayaan dan Sadar Lingkungan
- 343.08 -
1 Pengengembangan Sekolah Lapang Iklim
- 343.08 APBD - 2020 2013
Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan, Penddidikan Prov/Kab/Kota
E. Program Monitoring dan Evaluasi
- 63,368.55 -
1
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Aksi Mitigasi Penurunan GRK
- 20,013 APBN - 2013 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
2
Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi
- 26,154 APBD - 2013 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
3
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD
- 17,202 APBD - 2013 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
F. Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Pertanian
- 49,101.24 -
1 Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten
- 1,715 APBN. APBD
- 2020 2013 Bappeda Prov
2 Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor Pertanian
- 12,865 APBN. APBD
- 2014 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
3 Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel
- 9,149 APBN. APBD
- 2014 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
4
Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Pertanian
- 1,000 APBD - 2013 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
5
Pembentukan Sekretariat dan Data base RAD-GRK Sektor Pertanian
- 1,500 APBD - 2013 2013
Bappeda, Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 210
No. Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(ton CO2eq)
Perkiraan Biaya Mitigasi Perkiraan
Biaya Penurunan Emisi (Rp.
jt/ton CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Rp. Juta Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9)
6 Pertemuan Stakeholder RAD-GRK
- 11,436 APBD - 2020 2013 Bappeda Prov
7 Penyuluhan dan Edukasi Petani
- 11,436 APBD - 2015 2013
Satker Dinas Peternakan, Tanaman Pangan Prov/Kab/Kota
Total kegiatan 26 kegiatan
Total Penurunan emisi terhitung 9,608,709.33 tonCO2eq
BAU Emisi 2020 14,363,132.66 tonCO2eq
Persentase penurunan emisi ter-estimasi 66.90 %
Total Biaya Mitigasi 2,195,873 (Rp. Juta)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 211
Tabel IV.51. Matriks Skala Prioritas Sektor Pertanian
Kriteria Satuan Aksi Mitigasi -1: Aksi Mitigasi -2: Aksi Mitigasi -3:
Program Minimasi Emisi CO2 dari Sawah
Program Mitigasi Emisi GRK Asal Ternak
Program Pengelolaan Jerami Tanpa Bakar
Jumlah penurunan emisi ton CO2
eq 9,223,324.1743
4,191,174.4590 168,197.8671
Biaya mitigasi Rp. (juta) 2,047,923.2028 32,392.3845 2,744.6131
Biaya penurunan emisi Rp. jt/ton 0.2220 0.0077 0.0163
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif
1. Mengurangi emisi metan sehingga mengurangi dampak terhadap lingkungan,
1. Mengurangi emisi metan Mempertahankan zero burning dengan memanfaatkan biomassa tanaman untuk sumber bahan organik tanah
2. Efisiensi sumberdaya air dengan tetap mempertahankan produktivitas padi
2. Metan dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif
3. Mempertahankan atau bahkan meningkatkan cadangan C tanah sawah melalui memanfaatkan jerami padi sebagai sumber bahan organik
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Kriteria Satuan Aksi Mitigasi -4: Aksi Mitigasi -5: Aksi Mitigasi -6:
Program Pemberdayaan dan Sadar Lingkungan
Program Monitoring dan Evaluasi
Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Pertanian
Jumlah penurunan emisi ton CO2
eq -
- -
Biaya mitigasi Rp. (juta) 343.077 63,368.552 49,101.244
Biaya penurunan emisi Rp./ton - - -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Awareness campaign Advokasi implementasi program dan kegiatan, evaluuasi dan perbaikan program kegiatan
Capacity building baik kelembagaan maupun personal terkait RAD-GRK
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 212
4.3.2. Kehutanan dan Lahan Gambut
Tabel IV.52. Matriks RAD – GRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
No. Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020 (ton CO2eq)
Perkiraan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi
(Rp. jt/ton CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Keterangan Rp(juta) Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9) (10)
A. Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa
(400,863.99) 65,415 APBDP, APBN 0.1632 2020 2013 Dinas PU Pengairan
Pemeliharaan jaringan rawa untuk kepentingan pertanian di lahan gambut dalam rangka Sumsel Lubung Pangan
B. Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
(24,982.84) 4,786 APBDP 0.1916 2020 2013 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pemeliharaan jaringan rawa untuk kepentingan pertanian di lahan gambut dalam rangka Sumsel Lubung Pangan
C.
Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
(4,891,985.62) 19,146 APBDP 0.0039 2020 2013 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pemeliharaan jaringan rawa untuk kepentingan pertanian di lahan gambut dalam rangka Sumsel Lubung Pangan
D. Program Perlindungan Hutan dan Konservasi SDH
6,451,438.57 32,982 APBDP 0.0051 2020 2013 Dinas Kehutanan, BKSDA
Kegiatan dilakukan pada zonasi Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Suaka Alam Laut
E. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut
57,953,515.76 122,144 APBD, APBN 0.0021 2020 2013 Dinas Kehutanan, BPDAS, BKSDA
Kegiatan dilakukan pada zonasi Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Suaka Alam Laut
F.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
2,726,036.69 20,010 APBDP 0.0073 2020 2013 Dinas Perkebunan
Kegiatan ditujukan pada Hutan Rakyat
G. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
75,609,094.27 27,771 APBDP, APBN 0.0004 2020 2013 Dinas Kehutanan, BPDAS.
Kegiatan berupa perhutanan sosial, seperti hutan kemasyarakatan
H. Program Pengembangan Sentra-sentra Produksi Perkebunan
35,877,571.27 2,072,360 APBDK,
APBDP, APBN 0.0578 2020 2013
Dinas Perkebunan
Kegiatan ditujukan membantu perkebunan rakyat (karet, kelapa sawit, dan kopi)
Total 173,299,824.11 2,364,613.11
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 213
Tabel IV.53. Matriks Skala Prioritas Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Contoh Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi I : Peningkatan,
Rehabilitasi, Operasi, dan
Pemeliharaan Jaringan
Reklamasi Rawa
Aksi Mitigasi II: Pengelolaan
Lahan Gambut untuk pertanian
berkelanjutan
Aksi Mitigasi III : Pengembangan
Pengelolaan lahan pertanian di lahan
gambut terlantar dan terdegradasi
untuk mendukung sub sektor
perkebunan, peternakan dan
hortikultura
Aksi Mitigasi IV : Program
Perlindungan Hutan dan
Konservasi SDH
Potensi Mitigasi (Jumlah Penurunan
Emisi) Ton CO2 eq (400,863.99) (24,982.84) (4,891,985.62) 6,451,438.57
Biaya Mitigasi Rp (Juta) 65,415 4,786 19,146 32,982
Biaya Mitigasi (biaya penurunan
emisi per ton CO2eq) Rp/ton 163,184.04 191,590.81 3,913.73 5,112.30
Konsistensi Dengan Tujuan
Lingkungan Hidup
- meningkatkan produktivitas
pangan dan menjaga
keberadaan lahan gambut
(rawa) sebagai sumber
pengairan bagi pertanian
- Mewujudkan daerah surplus pangan
yang berkelanjutan dan komoditas
perdagangan yang berdaya saing
tinggi
- pemanfaatan lahan terbuka terlantar
(semak belukar, tanah terbuka dan
rumput) untuk pertanian
Membangun pertanian terutama pangan
dan perkebunan berskala teknis dan
ekonomis dengan infrastruktur yang cukup
dan penerapan teknologi tepat guna
penurunan jumlah hot spot
kebakaran hutan dan lahan,
dan berkurangnya gangguan
terhadap kawasan hutan.
Keberlanjutan Pilihan secara jangka
panjang Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Kelayakan : Teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Hasil Penilaian Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 214
Contoh Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi V : Program
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Gambut
Aksi Mitigasi VI : Program Peningkatan Ketahanan
Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri
Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
Aksi Mitigasi VII : Program
Pemanfaatan Potensi Sumber
Daya Hutan
Aksi Mitigasi VIII : Program
Pengembangan Sentra-sentra
Produksi Perkebunan
Potensi Mitigasi (Jumlah
Penurunan Emisi)
Ton
CO2 eq 57,953,515.76 2,726,036.69 75,609,094.27 35,877,571.27
Biaya Mitigasi Rp
(Juta) 122,143.53 20,010.45 27,770.81 2,072,359.64
Biaya Mitigasi (biaya
penurunan emisi per ton
CO2eq)
Rp/ton 2,107.61 7,340.49 367.29 57,761.98
Konsistensi Dengan Tujuan
Lingkungan Hidup
meningkatkan rehabilitasi hutan dan
lahan sehingga dapat mengurangi
resiko bencana alam, dan
kesejahteraan masyarakat dalam
usaha komoditas kehutanan lebih
meningkat
Persentase berkembangnya pola kemitraan dengan
masyarakat melalui pengembangan hutan tanaman
- Terjaminnya kepastian kawasan
hutan sehingga dapat berfungsi
secara optimal, dan potensi
sumber daya hutan dapat
termanfa-atkan secara lebih
optimal
- menghijaukan lahan terbuka
sebagai Hutan Tanaman
meningkatkan produktivitas
perkebunan rakyat (karet,
kelapa sawit dan kopi)
Keberlanjutan Pilihan secara
jangka panjang Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Kelayakan : Teknik,
ekonomi, sosial Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Hasil Penilaian Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 215
4.3.3. Energi
Skala Prioritas Aksi Mitigasi pada sektor Energi adalah:
a. Pemanfaatan energi terbarukan rendah emisi GRK seperti energi air, energi
panas bumi dn energi surya
b. Meningkatkan pemanfaatan limbah organik (seperti limbah pertanian,
perkebunan) untuk menjadai bahan bakar seperti boiler, guna menekan
konsumse bahan bakar minyak dan gas. Juga meningkatkan pemanfaatan
limbah organik dari kotoran hewan untuk dijadikan biogas (gas metana,
CH4). Sebagai bahan bakar gas.
c. Penghematan konsumsi energi listrik oleh masyarakat, sektor komersial dan
industry untuk kebutuhan penerangan, AC, pemanas dll.
d. Efisiensi peralatan proses sehingga dalam industri
Tabel IV.54. Matriks RAD – GRK Sektor Energi
No Kegiatan Inti
Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline
Tahun
2010 (ton
CO2e)
Perhitungan Biaya
Mitigasi Perkiraan
Biaya
Penurunan
Emisi (Rp
juta /ton
CO2e)
Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)
Mulai
Pelaksanaan
(tgl/bln/th)
Pelaksana Keterangan Rp.
(juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (50 (6) (7) (8) (9)
A SEKTOR ENERGI
I
Kebijakan yang
dilaksanakan
untuk menunjang
RAD-GRK
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
1.
Penyuluhan hemat
energy (100
peserta)
0
1.000
per
tahun
APBD - 2013-2020 2013
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
2
Pembinaan dan
Pengawasan
Pengusahaan
Ketenagalistrikan
Lintas
Kabupaten/Kota
0 200 per
tahun APBD - 2013-2020 2013
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
3
Audit Energi pada
gedung pemerintah
(2 instansi)
0 600 per
tahun APBD - 2013-2020 2013
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
4
Pengembangan
Potensi dan
Kecukupan Bahan
bakar (15 kab/kota)
0 200 APBD - 2013-2020 2013
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
5
Pembinaan dan
Monitoring
Pengusahaan
panas Bumi (2
WKP)
0 100
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 216
No Kegiatan Inti
Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline
Tahun
2010 (ton
CO2e)
Perhitungan Biaya
Mitigasi Perkiraan
Biaya
Penurunan
Emisi (Rp
juta /ton
CO2e)
Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)
Mulai
Pelaksanaan
(tgl/bln/th)
Pelaksana Keterangan Rp.
(juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (50 (6) (7) (8) (9)
6
Sosialisasi
Pemanfaatan
konversi energy
gas dan LPG 3 kg
0 100
pertahun APBD - 2013-2020 2012
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
7
Inventarisasi dan
evaluasi
perkembanga
kondisi PLTS dan
PLTMH terpasang
(5 kab/kota)
0 200
pertahun APBD - 2013-2020 2012
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
II
Implementasi
Teknis
Penurunan Emisi
GRK
1
Peningkatkan
pembangunan
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya
(PLTS)
Pengadaan
dan
Pemasangan
Pembangkit
Listrik Tenaga
Surya (PLTS)
280 unit @ 50
W di Ogan Ilir
15,12
16,20
1.991
2.000
APBD
APBD
131,68
123,45
2012
2013
2012
2012
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
Potensi sinar
matahari
Sumsel :
50x109 MW
280 unit
(2012)
300 unit
(2013)
Reduksi CO2
: 1,08 ton/kW
2
Pembangunan
Pembangkit Listrik
Tanaga Panas
Bumi (PLTP)
Pembangunan dan
opersi PLTP Lumut
Balai Muara Enim
(kap 2 x 55 MW)
54.000.000
APBN
dan
swasta
2016
2014
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
Lumut Balai
(ME)
direncanakan
1x 55 MW
3
Peningkatkan
pembangunan
Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro
(PLTMH)
Pembangunan
PLTMH Kap 8
kW di Desa
Tunggul Bute
Unit Ke-2 di
Kab. Lahat
(tahun 2012).
Tahun
berikutnya
akan dibangun
di tempat2
lainnya yang
layak
301,6
3.600
(2012)
4.000
(2013-
2017)
11,94
APBD
2012-2020
202
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Sumsel
Potensi
mikrohidro :
Muara Enim
(S. Lematang
32,2 MW, S.
Enim 47
MW),
OKUS :
(Danau
Ranau 34
MW)
Reduksi CO2
: 3,77 ton/kW
Program
dilakukan
sampai tahun
2017
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 217
Tabel IV.55. Matriks Skala Prioritas Sektor Energi
Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi -1: Aksi Mitigasi -2: Aksi Mitigasi -3:
Penyuluhan hemat energy (100 peserta) Pembinaan dan Pengawasan
Pengusahaan Ketenagalistrikan Lintas Kabupaten/Kota
Audit Energi pada gedung pemerintah (2 instansi)
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq 0 0 0
Biaya mitigasi Rp. (juta) 1.000 200 per tahun 600 per tahun
Biaya penurunan emisi Rp./ton - - -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Perbaikan pembinaan dan pengawasan ketenaga listrikan listas kab dan kota di Sumsel
Mengurangi dampak negatif dari pemborosan energi
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi -4: Aksi Mitigasi -5: Aksi Mitigasi -6:
Pengembangan Potensi dan Kecukupan Bahan bakar (15 kab/kota)
Pembinaan dan Monitoring Pengusahaan panas Bumi (2 WKP)
Sosialisasi Pemanfaatan konversi energy gas dan LPG 3 kg
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq 0 0 0
Biaya mitigasi Rp. (juta) 200 100 100 per tahun
Biaya penurunan emisi Rp./ton - - -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Mengembangkan potensi energy an kecukupan bahan bakar sehingga krisis
energy dapat dihindari
Pengusahaan panas bumi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
hidup
Reduksi emisi GRK untuk perlindungan lingkungan hidup, karena emisi lebih
rendah pada LLPG
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 218
Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi -7: Aksi Mitigasi -8: Aksi Mitigasi -9:
Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5
kab/kota)
Pengadaan dan Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS)
Pembangunan dan operasi PLTP Lumut Balai Muara Enim (kap 2 x 55
MW)
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq 0 15.12 54.000.000
Biaya mitigasi Rp. (juta) 200 1.991 sd 2.000 per tahun -
Biaya penurunan emisi Rp. juta/ton 123 - 132 -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Mengurasi emisi dan perlindungan kualitas lingkungan hidup, melalui pengadaan energy rendah emisi
Mengurangi emisi GRK melalui produksi energy dari PLTS
Mengurangi emisi GRK guna perlindungan kualitas lingkungan
sebagai akibat pemanfaatan eneergi panas bumi sebagai pengganti energy
dari fosil.
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi -10: Aksi Mitigasi -11:
Pembangunan PLTMH Kap 8 kW di Desa Tunggul Bute Unit Ke-2 di Kab.
Lahat (tahun 2012).Tahun berikutnya akan dibangun di tempat2 lainnya yang layak
Penghematan listrk pada peralatan listrik, penerangan dll
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq 301,6 105 sd 124 juta ton -
Biaya mitigasi Rp. (juta) 3.600 sd 4.000 per tahun -
Biaya penurunan emisi Rp./ton -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Reduksi emisi GRK guna perlindungan
lingkungan hidup
Penurunan emisi GRK disebabkan adanya penghematan pemakaian
energy listrik pada peralatan elektrik dan penerangan
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 219
4.3.4. Transportasi
Tabel IV.56. Matriks RAD – GRK Sektor Transportasi
B SEKTOR TRANSPORTASI
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian
Kegiatan (Tahun)
Mulai Pelaksanaan
(tgl/bln/th) Pelaksana Keterangan
Rp. (juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
TURUNAN DARI RAN GRK
1 Kampanye penggunaan BBG utk angkutan umum
43000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
2 ITS 260000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
3 Traffic Impact Control (Andal lalin) 20000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
4 Penetapan Manajemen Parkir 90000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
5 Reformasi Sistem Transit (BRT) 170000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
6 Peremajaan Angkutan Umum 30000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
7 Pemasangan Converter Kit 4000 - APBN
2010-2014
Kemenhub
8 Pelatihan Smart Driving 166,7 - APBN
2010-2014
Kemenhub
9 Membangun NMT (pedestrian dan jalur sepeda)
17500 - APBN
2010-2014
Kemenhub
10 Peningkatan Jalan 33300 - APBN
2010-2014
Kemenhub
Jumlah 667966,7
MITIGASI SUMSEL
1 Park and Ride, 4 lokasi 20283.05 40 APBD
2010-2014
Dishub
2 Mengembangkan Jaringan BRT/monorail 50.000. APBD 2010-2014
Dishub
3 Promosi/ Campaign for Clean Air Transport;
1.000. APBD 2010-2014
Dishub
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 220
B SEKTOR TRANSPORTASI
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian
Kegiatan (Tahun)
Mulai Pelaksanaan
(tgl/bln/th) Pelaksana Keterangan
Rp. (juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
4 Membangun Infrastruktur untuk pejalan kaki dan Pesepeda
8935.2 4.000.0 APBD
2010-2014
Dishub
5.. Moda Jalan: Mendorong Modal shift ke Angkutan Umum dengan cara
a.
Peningkatan Transportasi Multimoda 1.2 APBD 1,85 2013-2014 2013 Dinas
Perhubungan
a) membuka jaringan jalan dan jalan tol baru (2012-2015) Membantu kerjasama PT. Jasamarga di daerah dengan Perusahaan Daerah (BUMD)
Betung – Batas Jambi : 198 km (60 km full standard : 138 km HGH) ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
Kayu Agung – Pematang Panggang : 186 km ( 40 km full standard : 146 HGH) ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
Prabumulih - Palembang : 93 km : 93 km full standard ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
Palembang - TAA : 70 km : HGH : 70 km (full standart : 2 km) ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
b. Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di daerah Gunung medan untuk Stock Pile
1.2 APBD 1,05 2013-2015 2013 Dinas
Perhubungan
c. Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di Stasiun Simpang, Keramasan
1.200. APBD
2013-2015 2013 Dinas
Perhubungan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 221
B SEKTOR TRANSPORTASI
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian
Kegiatan (Tahun)
Mulai Pelaksanaan
(tgl/bln/th) Pelaksana Keterangan
Rp. (juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
d. Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di Stasiun Kertapati, Keramasan
Rp. 1.200 APBD
2013-2015 2013 Dinas
Perhubungan
e. Pengembangan Angkutan Sungai: Study DED Pembangunan Lock and Dam
Rp. 1.200 APBD 2,13 2013-2015 2013 Dinas
Perhubungan
f. Mendirikan Dredging Company dan membuat dredging program
Rp. 500. APBD 0,89 2013-2015 2013 Dinas
Perhubungan
g. Memelihara Kemampuan sungai untuk dilayari (navigability)
Rp. 500. APBD 0,89 2013-2015 2013 Dinas
Perhubungan
PENDUKUNG SDM (CAPACITY BUILDING)
KEGIATAN PENDUKUNG NASIONAL
1 Pengujian seluruh kendaraan bermotor termasuk kendaraan pribadi dan sepeda motor
2010-2020 2010 Kemenhub
Terlaksananya pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) bagi kota/kab yang belum memiliki unit
2
2010-2020 2010 Kemenhub
Terlaksanannya pengujian seluruh kendaraan agar tdk ada yang melebihi batas emisi
3 Penerapan Standar Emisi CO2 untuk mbl penumpang
2010-2020 2010 Kemenhub Terlaksananya Standar Emisi CO2 untuk mbl penumpang
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 222
B SEKTOR TRANSPORTASI
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian
Kegiatan (Tahun)
Mulai Pelaksanaan
(tgl/bln/th) Pelaksana Keterangan
Rp. (juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
4 Pengembangan SIstem Logistik Modern
2010-2020 2010 Kemenhub
Tersedianya paket system logistic modern untuk mengurangi km kendaraan perjalanan
5 Penerapan Car Lebelling untuk setiap kendaraan
2010-2020 2010 Kemenhub
Penerapan Car Lebelling untuk setiap kendaraan dan jenis BBM yg digunakan
6 Penerapan Pajak Kendaraan berdasarkan tingkat emisi
2010-2014 2010 Kemenhub
Terlaksananya Pajak Kendaraan berdasarkan tingkat emisi setiap 5 tahun untuk mendorong penggunaan angkutan umum
7 Penanaman Pohon di pinggir Jalan Nasional sepanjang 10000km
2010-2014 2010 Kemen PU Penghijauan di pinggir Jalan sepanjang Nasional
SUMATERA SELATAN
1 Mengirim Student ke Hydraulic Laboratory, Antwerpen, Belgium
Rp. 1.200 APBD
Dishub
2 Membuat kebijakan untuk Multimoda Transport:
- 980 APBD
2010-2014
Dishub
3 Pencatatan rutin Emisi Transportasi di Sumatera Selatan (Inventory)
Rp. 1.500. APBD
5 tahun 2013 Dinas
Perhubungan
4 Capacity Building Pemda Sumsel
APBD
Bappeda Provinsi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 223
B SEKTOR TRANSPORTASI
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari
Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian
Kegiatan (Tahun)
Mulai Pelaksanaan
(tgl/bln/th) Pelaksana Keterangan
Rp. (juta) Sumber
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
5 Centre of Excellence for Multimodal Transport
Rp. 600 APBD
Litbangda nov Sumsel
a) Membangun Multimodal Organization
b) Membangun CO2 Emission data base
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 224
4.3.5. Industri
Tabel IV.57. Matriks RAD – GRK sektor Industri
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline
Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu
Penyelesaian Kegiatan
(Tahun)
Mulai Pelaksan
aan (tgl/bln/th
)
Pelaksana Ket
A SEKTOR INDUSTRI
(juta) sumber
I
Program Peningkatan
kapasitas IPTEK dalam
system produksi
Dinas
Pertambangan dan Energi
Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri CPO
1.305 5.350 APBN 4 7 tahun Jan 2013-
2020
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri Makanan dan Minuman (Industri Menengah Besar)
26.000 5.350 APBN 0,21 7 tahun Jan 2013 -
2020
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri batubata (IKM)
1400 4.000 APBD 2,85 5 tahun 2013-2018
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
2 Program pengembangan IKM
Sosialisasi produksi bersih bagi IKM
- 5.550 APBD - 3 tahun Jan 2013-
2020
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Sosialisasi konservasi energy bagi industry kecil menengah (IKM) di Sumsel
4.000 APBD 3 tahun 2013-2020
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Penerapan penggunaan biomassa sebagai ganti penggunaan listrik pada industry bata
9.085,14 5100 APBD 0,57 3 tahun 2014-2017
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 225
No Kegiatan Inti
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline
Tahun 2010 (ton CO2e)
Perhitungan Biaya Mitigasi
Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu
Penyelesaian Kegiatan
(Tahun)
Mulai Pelaksan
aan (tgl/bln/th
)
Pelaksana Ket
3
Program Peningkatan Kemampuan
Teknologi Industri
Bantuan peralatan produksi hemat energy bagi IKM
7500 APBD 3 tahun 2013-2016
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Bimbingan Teknis pengoperasian peralatan hemat energy
4000 APBD 3 tahun 2013-2016
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
4
Program Monitoring dan Evaluasi RAD-
GRK
Monev penerapan bahan bakar ramah lingkungan pada Industri Menengah dan Besar (Crumb Rubber dan CPO)
2.900 APBD 6 tahun 2014-2020
Monev penerapan bahan bakar ramah lingkungan pada Industri Kecil dan Menengah (IKM)
3.100 APBD 6 tahun 2014-2020
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 226
Tabel IV.58. Matriks Skala Prioritas Sektor Industri
Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi -1: Aksi Mitigasi -2: Aksi Mitigasi -3:
Program Peningkatan Kapasitas IPTEK dan sistem produksi
Program Penegmbangan IKM Program Pengembangan IKM
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq 28.705 9.085 -
Biaya mitigasi Rp. (juta) 14.700 5.100 9.550-
Biaya penurunan emisi Juta Rp./ton 7.06 0,57 -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif - Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternative pada industry CPO
- Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternative pada industri Makanan dan Minuman
- Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternative pada industri Kecil menengah (IKM) batu bata
- Penerapan penggunaan biomassa (kayu bakar) sebagai ganti penggunaan listrik
- Sosialisasi Produksi Bersih bagi IKM di Sumsel
- Sosialisasi Konservasi energy bagi industry Kecil Menengah (IKM) di Sumsel
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Kriteria Satuan
Aksi Mitigasi -4: Aksi Mitigasi -5:
Program Peningkatan Kemampuan Teknoogi Industri
Program Monitoring dan Evaluasi RAD-GRK
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq - -
Biaya mitigasi Rp. (juta) 11.500 6.000
Biaya penurunan emisi Juta Rp./ton -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif - Bantuan peralatan produksi hemat energy bagi IKM
- Bimbingan Teknis Pengoperasian peralatan hemat energi
- Monev penerapan bahan bakar ramah lingkungan pada Industri Menengah dan Besar (crumb rubber dan CPO)
-
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 227
4.3.6. Sampah/Limbah
Tabel IV.57. Matriks RAD – GRK Sektor Pengelolaan Limbah
1. Bidang : Pengelolaan Limbah 2. Sub-bidang : 3. Penanggung Jawab : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan
No.
Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi
dari Baseline 2020 (tonCO2eq)*
Perkiraan Biaya Mitigasi Biaya Penurunan Emisi (Rp./ton
CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Rp(juta) Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9)
A. Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan — 23.750 —
1 Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kota/kab. 9.000 APBD Prov.; APBN 2014 2011 Satker PLP
2 Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 15 kota/kab 7.500 APBD K/K 2014 2011 PU CK K/K
3 Penyusunan AMDAL TPA 10 kota/kab 2.500 APBD K/K 2014 2011 PU CK K/K
4 Perencanaan Teknik TPST 3R 2.250 APBD K/K 2014 2011 PU CK K/K
B. Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R 27.203 88.100 3.238.631
1 Pembangunan TPS Terpadu (TPST) 55.500 APBD K/K; APBD Prov.;
APBN 2020 2013
Satker PLP, PU CK K/K BLH Prov.(pilot project)
2 Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah 9.000 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013 Satker PLP, BLH Prov.
3 Pendirian Bank Sampah 6.000 APBD K/K; APBN 2020 2013 BLH K/K
4 Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk Reklamasi Tambang (pola Kemitraan)
1.600 APBD Prov.; APBN
2020 2013 BLH Prov.
5 Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun (kearifan lokal sumsel)
6.400 APBD K/K; APBD Prov.
2020 2013 BLH K/K & BLH Prov.
6 Program Kampung Iklim dan Integrasi 3R - CSR Swasta
9.600 APBD Prov; APBN;
2020 2013 BLH Prov.
C. Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan 68.682 103.515 1.507.512
1 Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic Landfill di 15 kota/kab.
50.000 APBD K/K; APBN 2015 2013 Satker PLP, PU CK K/K
2 Operasional TPA semi-aerobic di 15 kota/kab; dan pengadaan tanah timbun
68.682 53.515 APBD K/K 2020 2013 DKP K/K
3 Penambahan sarana - prasarana persampahan 52.500 APBD K/K; APBN 2020 2013 DKP K/K
D. Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah 97.579 16.000 163.970
1 Recovery gas metan di TPA I Sukawinatan (CDM-Project) 97.579 16.000 APBD K/K; APBN 2020 2013 DKP Plbg, swasta
E. Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah — 14.020 —
1 Penyusunan Master Plan Air Limbah 15 kota/kabupaten 9.000 APBD Prov.; APBN 2013 2013 Satker. PLP
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 228
No.
Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi
dari Baseline 2020 (tonCO2eq)*
Perkiraan Biaya Mitigasi Biaya Penurunan Emisi (Rp./ton
CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Rp(juta) Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9)
2 Studi Kelayakan dan Septik Tank Komunal 1.000 APBD Prov.; APBD K/K 2013 2013 PU CK K/K
3 Studi Kelayakan & DED MCK Sanimas 3.750 APBD Prov.; APBD K/K 2013 2013 PU CK K/K
4 Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Komunal 250 APBD K/K; APBD Prov. 2013 2013 BLH Prov.
5 Penyusunan SOP Pengelolaan IPAL Komunal 20 APBD K/K 2014 2014 BLH K/K
F. Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman 30.229 72.000 2.381.829
1 Pembangunan MCK Plus 24.000 APBD K/K; APBN 2020 2013 PU CK K/K
2 Pemb. MCK Komunal Sanimas 24.000 APBN 2014 2014 Satker. PLP
3 Pembangunan Septik Tank Komunal 24.000 APBD Prov. 2015 2015
Satker. PLP; PU CK K/K
G. Program Pengelolaan Badan Air — 18.800 —
1 Sosialisasi prokasih/superkasih 6.000 APBD K/K 2020 2013 BLH K/K
2 Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa & kolam retensi.
12.800 APBD K/K; APBD Prov.; APBN
2020 2013 BLH K/K & BLH Prov.
H. Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat 15.355 53.800 3.503.721
1 Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat 6.000 APBD K/K 2020 2013 Dinkes K/K
2 Pembentukan lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan 3.600 APBD K/K 2020 2013 Dinkes K/K
3 PHAST Pasar, Sekolah
22.800 APBD Prov., APBN
2020 2013
Dinkes Prov., Dinkes K/K
4 STBM, CLTS, PHBS
13.000 APBD Prov., APBN
2020 2013
Dinkes Prov., Dinkes K/K
5 Sosialisasi kebersihan dan kesehatan kota dan pelarangan open burning 15.355 1.200 APBD Prov. 2020 2013 BLH Prov.
6 Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) 7.200 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013 BLH K/K & BLH Prov.
J. Program Inventori dan Pengelolaan Limbah Industri
4.800
1 Pemantauan dan inventori limbah cair (inlet) dan padat per sektor industri.
2.000 APBD Prov.
2020 2013 BLH Prov.
2 Sosialisasi Clean Development Mechanism
1.200 APBD Prov.
2020 2013 BLH Prov., asosiasi industri
3 Standarisasi pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
200 APBD Prov.
2020 2013 BLH Prov., GAPKI
4 Sosialisasi pemanfaatan limbah PKS
1.200 APBD Prov.
2020 2013 BLH Prov., GAPKI
5 Standarisasi bangunan dan perawatan IPAL industri Crum Rubber
200 APBD Prov.
2020 2013 BLH Prov., GAPKINDO
K. Program Monitoring dan Evaluasi — 56.620 —
1 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Persampahan 6.800 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013 BLH Prov., DKP K/K
2 Survey persampahan Sumsel
1.600 APBD Prov.
2020 2013 BLH Prov.
3 Monitoring kualitas lingkungan 4.000 APBD Prov. 2020 2013 BLH Prov.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 229
No.
Rencana Aksi
Jumlah Penurunan Emisi
dari Baseline 2020 (tonCO2eq)*
Perkiraan Biaya Mitigasi Biaya Penurunan Emisi (Rp./ton
CO2eq)
Pelaksanaan
Pelaksana Rp(juta) Sumber Selesai Mulai
(1) (2) (3) (4a) (4b) (5) (7) (8) (9)
4 Pengembangan kapasitas SDM, kelembagaan dan laboratorium 10.300 APBD Prov.; APBN 2020 2013 BLH Prov.
5 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah 1.200 APBD Prov. 2020 2013 BLH Prov.
6 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Air Limbah 6.800 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013 BLH K/K & BLH Prov.
7 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Persampahan 1.200 APBD Prov. 2020 2013 Satker PLP, BLH Prov.
8 Inventariasasi GRK, Monitoring dan Evaluasi Mitigasi Penurunan GRK sektor Pembangunan
8.800 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013 BLH Prov. & BLH K/K
9 Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi 9.800 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013
Bappeda K/K & Bappeda prov.
10 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD 6.120 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013
Bappeda K/K & Bappeda prov.
L. Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Limbah — 39.050 —
1 Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten 1.200 APBN 2020 2013 BLH Prov.
2 Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor limbah 9.000 APBD K/K 2013 2013 BLH K/K
3 Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel 12.550 APBD K/K; APBD Prov. 2013 2013 BLH K/K & BLH Prov.
4 Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah 1.500 APBD Prov. 2013 2013 BLH Prov.
5 Pengembangan Kelembagaan Inventarisasi Emisi GRK 8.000 APBD K/K; APBD Prov. 2012 2012 BLH K/K & BLH Prov.
6 Pertemuan Stakeholder RAD-GRK 6.800 APBD K/K; APBD Prov. 2020 2013
Bappeda K/K & Bappeda prov.
Total kegiatan 50 Kegiatan
Total Penurunan emisi terhitung 239.048 tonCO2eq
BAU Emisi 2020 1.405.766 tonCO2eq
Persentase penurunan emisi ter-estimasi 17,0%
Total Biaya Mitigasi 542,96 Rp. Milyar
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 230
Tabel IV.58. Matriks Skala Prioritas Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah
Kriteria Satuan Aksi Mitigasi -1: Aksi Mitigasi -2: Aksi Mitigasi -3:
Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R
Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq — 27.203 68.682
Biaya mitigasi Rp. (juta) 23.750 88.100 103.515
Biaya penurunan emisi Rp./ton 3.238.631 1.507.152
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Perencanaan perbaikan lingkungan, memenuhi tuntutan UU No. 18 Th. 2008 dan PP 61/2011, PP 71/2011
Mengurangi dampak negatif dan optimalisasi potensi ekonomi sampah tidak terangkut, peningkatan kualitas sanitasi lingkungan, memenuhi tuntutan UU No. 18 Th. 2008 mengikuti target minimasi sampah mulai dari sumber
Pengurangan gangguan lingkungan di sekitar TPA, memenuhi tuntutan UU No. 18 Th. 2008.
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Kriteria Satuan Aksi Mitigasi -4: Aksi Mitigasi -5: Aksi Mitigasi -6:
Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah
Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq 97.579 - 30.229
Biaya mitigasi Rp. (juta) 16.000 14.020 72.000
Biaya penurunan emisi Rp./ton 163.970 - 2.381.829
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Mengurangi emisi metan, dapat diperdagangkan, merupakan sumber energi alternatif. Biaya pembangunan berasal dari swasta
Perencanaan perbaikan sanitasi lingkungan sesuai MDG's 2015 untuk mencapai RPJM 2014
Perluasan cakupan layanan air limbah, mengejar target MDG's, peningkatan kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 231
Kriteria Satuan Aksi Mitigasi -7: Aksi Mitigasi -8: Aksi Mitigasi -9:
Program Pengelolaan Badan Air Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
Program Inventori dan Pengelolaan Limbah Industri
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq — 15.355 -
Biaya mitigasi Rp. (juta) 18.800 53.800 4.800
Biaya penurunan emisi Rp./ton 3.503.721 -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Meningkatkan sanitasi lingkungan, peningkatan kesehatan masyarakat.
Meningkatkan sanitasi lingkungan, peningkatan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Seiring MDG's 2015
landasan/arahan untuk kegiatan inventori, penyempurnaan perhitungan dan kegiatan aksi terkait pengelolaan limbah industri
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi Tinggi
Kriteria Satuan Aksi Mitigasi -10: Aksi Mitigasi -11:
Program Monitoring dan Evaluasi Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Limbah
Jumlah penurunan emisi ton CO2 eq - -
Biaya mitigasi Rp. (juta) 56.620 39.050
Biaya penurunan emisi Rp./ton - -
Konsistensi dengan tujuan lingkungan hidup
Kualitatif Monitoring dan evaluasi keberhasilan RAD-GRK
Menjaga kontinuitas program RAD-GRK
Keberlanjutan secara jangka panjang Kualitatif Layak Layak
Kelayakan: teknik, ekonomi, sosial Kualitatif Layak Layak
Hasil penilaian Tinggi Tinggi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 232
BAB V STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK
Rencana aksi pengurangan emisi GRK meliputi berbagai aktivitas mitigasi untuk
mengurangi secara signifikan emisi GRK yang ditimbulkan dan sekaligus
meningkatkan peranan sebagai penyerap GRK. Upaya-upaya (langkah-langkah
operasional) disusun dalam kerangka waktu tahun 2013 dan 2020, dengan
melaksanakan rencana aksi prioritas seperti dijelaskan dalam Bab IV. Untuk itu
perlu disusun strategi implementasi skenario yang diharapkan mampu memfasilitasi
realisasi rencana aksi.
5.1 Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran
5.1.1. Pertanian
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyadari bahwa implementasi skenario
RAD-GRK Sektor Pertanian memerlukan dukungan dan respon dari berbagai
lembaga terkait. Dokumen RAD-GRK sektor pertanian ini disusun melalui proses
yang melibatkan SKPD terkait, yaitu Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas
Perkebunan, Dinas Kehutanan, PU Pengairan, Badan Pusat Statistik, Badan
Lingkungan Hidup, dan Bappeda. Dalam implementasinya, kelembagaan yang
diharapkan berpartisipasi dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, yaitu;
1. Kelembagaan pemerintah (Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas
Perkebunan, Dinas Kehutanan, PU Pengairan, Badan pusat Statistik, Badan
Lingkungan Hidup, Bappeda dan perguruan Tinggi),
2. Kelembagaan swasta (industri pupuk, industri benih, dan industri alsintan),
dan
3. Kelembagaan Masyarakat (koperasi, kelompok tani, organisasi
kepemudaan, LSM dan perbankan).
Keterlibatan lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah dalam implementasi
RD-GRK ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Khusus untuk sektor pertanian ini, SKPD
yang bertanggung jawab dalam implementasi RAD-GRK ini adalah Dinas Tanaman
Pangan, Dinas Peternakan, dan PU Pengairan. Selain itu, kegiatan ini juga
melibatkan organisasi daerah non-dinas yang meliputi Bappeda dan Badan
Lingkungan Hidup. Unsur perguruan tinggi yang terlibat adalah Tim Kajian
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 233
Perubahan Iklim Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya dan juga akademisi
dan peneliti lainnya.
Dua lembaga lain yang juga penting adalah Lembaga Swasta dan Lembaga
Kemasyarakatan. Lembaga Swasta yang terlibat meliputi industri benih, industri
pupuk dan indistri alat dan mesin pertanian, dan lembaga keuangan seperti
perbankan. Lalu Lembaga Kemasyarakatan meliputi Kelompok Tani, Organisasi
Kepemudaan (Karang Taruna), Koperasi (KUD), dan LSM yang relevan.
Secara rinci peran masing-masing pihak terkait dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel V.1. Lembaga terkait dalam implementasi RAD-GRK di Provinsi
Sumatera Selatan
Instansi Peran Kegiatan yang Menghasilkan
GRK Upaya Menurunkan GRK
Lembaga Pemerintah :
1. Kementerian Pertanian,
2. Dinas Pertanian,
3. Dinas Peternakan,
4. Dinas Kehutanan,
5. Dinas Perkebunan,
6. PU Pengairan
7. Bappeda
8. Perguruan Tinggi
1. Perancangan dan
implementasi peraturan daerah terkait RAD-GRK
2. Evaluasi kebijakan sektor pertanian,
3. Sinkronisasi sektor pertanian dan peternakan dengan sektor lain yang terkait
4. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi,
5. Penerapan teknologi budidaya padi SRI organik,
6. Pengembangan dan penggunaan pupuk organik,
7. Pengembangan pertanian organik,
8. Penyusunan rekomendasi pempukan spesifik lokasi,
9. Pengembangan pakan ternak rendah emisi,
10. Penggalakan pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas,
11. Pemanfaatan sisa biogas untuk kompos,
12. Seleksi genetik ternak rendah emisi,
13. Edukasi petani dan masyarakat umum.
1. Pengembangan lahan
sawah untuk mempertahankan Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan,
2. Peningkatan produksi jerami padi yang mengiringi pengembangan lahan sawah dan peningkatan produktivitas sawah,
3. Kerusakan jaringan irigasi, 4. Pengembangan Sumatera
Selatan sebagai sentra produksi daging,
5. Peningkatan produksi kotoran ternak yang mengiringi peningkatan populasi ternak untuk mendukung Sumatera Selatan sebagai sentra produksi daging.
1. Penyusunan dokumen
RAD-GRK, 2. Evaluasi kebijakan
sektor pertanian dan peternakan,
3. Perbaikan jaringan irigasi,
4. Implementasi SRI, 5. Penanaman VRE, 6. Pemanfaatan limbah
pertanian untuk sumber bahan organik tanah,
7. Pengembangan pakan konsentrat untuk mengurangi asupan pakan rumput,
8. Pemanfaatan kotoran ternak untuk produksi biogas melalui intensifikasi fermentasi anaerobik,
9. Penyuluhan dan edukasi penduduk,
10. Seleksi genetik untuk padi dan ternak, dan
11. Pemanfaatan limbah biogas untuk pupuk kompos.
Lembaga Swasta :
1. Industri benih,
2. Industri pupuk,
3. Industri alsintan.
1. Penyediaan saprodi meliputi
VRE, pupuk, dan alsintan
Kelembagaan Masyarakat :
1. Kelompok Tani,
2. KUD,
3. Organisasi Kepemudaan,
4. LSM, dan
5. Perbankan
1. Pengadaan saprodi
2. Menampung produk
pertanian dengan jaminan
harga yang layak,
3. Edukasi publik, dan
4. Akses modal yang
terjangkau.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 234
5.1.2. Kehutanan dan Lahan Gambut
Tabel V.2. Kelembagaan Publik Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Instansi Peran Bagian Terkait RAD -
GRK Keterkaitan dengan Usaha Penurunan Emisi
GRK
(1) (2) (3) (4)
Dinas Kehutanan Penyiapan perumusan
kebijakan pelaksanaan
pengurusan di bidang
kehutanan
Pengkoordinasian
pengurusan hutan,
meliputi inventarisasi dan
tata guna hutan,
perencanaan dan
pengendalian kehutanan,
pengelolaan hutan,
perlindungan hutan, serta
rehabilitasi hutan dan
lahan
Pengkoordinasian,
pengendalian dan
pengawasan serta
evaluasi pelaksanaan
pengurusan hutan
Program Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
- Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan,
- Kegiatan Pengamanan Hutan, dan - Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran
hasil Hutan
UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut
- Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan,
- Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan, dan
- Kegiatan Rehabilitasi Hutan Catchment Area
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
- Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa,
- Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Budidaya Rotan dan Gaharu, dan
- Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
- Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH),
- Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan,
- Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan, dan
- Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan
BPDAS (Balai Pemeliharaan Daerah Aliran Sungai) Musi
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial pada daerah aliran sungai
Rehabilitasi Hutan dan Lahan di daerah aliran sungai
BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam)
pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
Konservasi Kawasan Hutan
perlindungan hutan dan penegakan hukum
Pencegahan Kebakaran Hutan
Dinas Perkebunan
Pelaksanaan proses pemberian izin dan pembinaan usaha sesuai tugasnya
Program Pengembangan Sentra-sentra Produksi Perkebunan beserta kegiatan – kegiatan pendukungnya seperti Peremajaan dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat
- Pengembangan Kelapa sawit Rakyat,
- Pengembangan Kopi Sambung,
- Diversifikasi Tanaman Kopi, Kakao/Lada, dan
- Bantuan benih karet untuk Batang Bawah
Penyelenggaraan penyuluhan dan pembinaan kemitraan usaha perkebunan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura
program Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
pelaksanaan pembinaan pengujian teknologi dalam rangka penetapan teknologi anjuran
Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
Dinas PU Pengairan
Perumusan perencanaan kebijakan teknis pengelolaan dan pengembangan SDA/Pengairan mencakup irigasi, rawa, sungai dan danau, pembinaan serta perizinan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian di bidang SDA/Pengairan
Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 235
Instansi Peran Bagian Terkait RAD -
GRK Keterkaitan dengan Usaha Penurunan Emisi
GRK
(1) (2) (3) (4)
Bappeda
Koordinator umum pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan seluruh bidang/kegiatan RAD - GRK
Pengkoordinasian, pengintegrasian, penyingkronisasian perencanaan diantara SKPD
Monitoring dan Evaluasi RAD - GRK
Tabel V.3. Kelembagaan Masyarakat/Pelaku Usaha
NO. NAMA LEMBAGA KEGIATAN
1. GIZ Demonstration Activity (DA) Merang Musi Banyuasin pada lahan
gambut seluas 24.000 ha
2. CER INDONESIA DA seluas 30.000 HA pada TNKS Musi Rawas
3. ZSL Sustainable Lanscape Management dengan Konservasi
Harimau Sumatera di Dangku Musi Banyuasin
4. Forum DAS Sumsel Advokasi konservasi Daerah Aliran Sungai di Sumsel
5. PERHEPI Komda Palembang Inisiasi kerjasama membangun Desa Konservasi
6. Selaras Research Institute (SRI)
Palembang
Sosialisasi dan penyiapan kegiatan biofuel dari tumbuhan
bintaro
7. Yayasan Pasak Bumi Program Mengelola Hutan Bersama Rakyat (MHBR) dan
Mengelola Hutan Rakyat (MHR)
8. Wahana Bumi Hijau Pengembangan masyarakat sekitar hutan dan peduli illegal
logging
9. KESMADA Pengembangan masyarakat sekitar hutan
10. WALHI Tata ruang hijau
11. Working Group Perubahan Iklim Unsri Riset tentang perubahan iklim
12. AMAN Advokasi tentang hak adat
13. HPH - Tanaman 21 Perusahaan Pemegang Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan
Kayu (IUPHHK)
14. Industri Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit
5.1.3. Energi
Lembaga/institusi yang diharapkan berkonstribusi dalam penurunan emisi GRK baik
secara teknis maupun manajemen adalah :
a. Pemerintah pusat,
b. Pemerintah daerah (kabupaten/kota).
c. BUMN/BUMD
d. BUMS
e. Masyarakat
f. Lembaga Swadaya masyarakat (LSM)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 236
Tabel V.4. Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran dalam Rencana
Aksi Daerah Sumsel dalam penurunan GRK
Kegiatan Mitigasi Instansi/Lembaga yang terlibat
Kebijakan yang dilaksanakan untuk menunjang RAD-GRK
Penyuluhan hemat energy (100 peserta) Dinas Pertambangan dan Energi
Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Ketenagalistrikan Lintas Kabupaten/Kota
Dinas Pertambangan dan Energi
Audit Energi pada gedung pemerintah (2 instansi) Dinas Pertambangan dan Energi
Pengembangan Potensi dan Kecukupan Bahan bakar (15 kab/kota) Dinas Pertambangan dan Energi
Sosialisasi Pemanfaatan konversi energy gas dan LPG 3 kg Dinas Pertambangan dan Energi
Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5 kab/kota)
Dinas Pertambangan dan Energi
Implementasi Teknis Penurunan Emisi GRK
Pengadaan dan PemasanganPLTS Dinas Pertambangan dan Energi
Pembangunan dan operasi PLTP Lumut Balai Muara Enim PT. Pertamina Geotermal Energi
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Dinas Pertambangan dan Energi
Implementasi hemat energi Konsumen PLN
5.1.4. Transportasi
Komponen kelembagaan dan pembagian peran dalam kegiatan implementasi RAD-
GRK sektor transportasi di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan tim Koordinasi dalam usaha implementasi kegiatan penurunan
emisi GRK dapat beranggotakan.
a. Kelompok kerja (Pokja) yang telah ditetapkan berdasarkan SK
Gubernur tentang Tim Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan
Emisi GRK Provinsi Sumatera Selatan.
b. SKPD terkait dengan pembagian urusan/ tanggung jawab dan ruang
lingkup bidang dan sub bidang sesuai dengan kegiatan dalam
wilayah administratif.
c. Tim anggaran Pemerintah Daerah
d. Bidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Bappeda
e. Akademisi dari Perguruan Tinggi di Provinsi Sumatera Selatan
f. LSM, stakeholder terkait bidang Transportasi di Provinsi Sumatera
Selatan
g. Forum kegiatan tim koordinasi bersifat independen dan berkoordinasi
dengan tim Pokja dalam upaya penurunan GRK.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 237
2. Monitoring dan evaluasi dapat dimuat dalam laporan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah (LAKIP) dengan justifikasi bahwa indikator target kinerja
penurunan emisi GRK sudah termuat dan teritegrasi dalam RPJMD, Renstra
dan RENJA SKPD. Serta kebijakan lain yang bersifat sektoral yang telah
terkuantifikasi secara jelas.
3. Mekanisme pelaporan yang dilakukan adalah segala permasalahan dan
hasil perhitungan GRK, hasil pengulasan/evaluasi kebijakan pembangunan
sektoral maupun berdasarkan tata ruang, beserta hasil implementasi
kebijakan berkaitan dengan usaha penurunan GRK kepada Bappeda pada
tingkat provinsi oleh SKPD tingkat provinsi dan kabupaten/ kota.
4. Hasil pelaporan kemudian dilakukan koordinasi dan pembahasan pada
tingkat Provinsi sebagai masukan dan konsep pelaporan dan implementasi
RAD tentang penurunan emisi GRK pada tingkat Nasional.
5. Hasil laporan tersebut merupakan bahan masukan dalam perumusan
kebijakan pembangunan dan mekanisme penganggaran pada tingkat pusat,
maupun kabupaten/ kota setiap tahunnya.
6. Kegiatan koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah yang dibantu oleh
Asisten Sekretaris Daerah dengan penanggung jawab kegiatan adalah
Kepala Daerah. SKPD sebagai unsur pelaksana tehnis dalam pelaksanaan
kegiatan mitigasi dan inspektorat sebagai unsur pengawas pelaksanaan
kegiatan tersebut di daerah.
5.1.5. Industri
Implementasi aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca sektor industri akan
melibat SKPD dan lembaga yang terkait dengan sektor industri, seperti :
1. Bappeda sebagai koordinator umum pelaksanaan, pemantauan dan
pelaporan seluruh bidang/kegiatan RAD – GRK
2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang berwenang dalam pengawasan
dan pengendalian teknis terhadap kebijaksanaan dan pengembangan industri
dan perdagangan serta pengawasan dan pengendalian mutu, serta
pemantauan standar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Pelaku Usaha, yaitu pihak industri sebagai penyebab terjadinya emisi gas
rumah kaca yang dihasilkan dari proses yang berlangsung di industri –
industri tersebut. Pelaku usaha ini adalah pihak yang secara langsung/ teknis
berhubungan dengan aksi/kegiatan mitigasi penurunan emisi GRK.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 238
5.1.6. Sampah/Limbah
Sumatera Selatan sejatinya telah melaksanakan program pengurangan emisi sektor
pengelolaan limbah, yang tergabung dalam beberapa program SKPD, antara lain;
a. Program Pemantauan Kualitas Lingkungan pada BLH,
b. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH pada
BLH,
c. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH pada BLH,
d. Program Pengelolaan sumber-sumber emisi GRK pada BLH.
e. Program pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan pada
PUCK/Satker PLP,
f. Program Pengembangan Kinerja Pengelolan Air Minum dan Air Limbah
pada PUCK/Satker PLP,
g. Program Pengendalian Banjir pada Balai Besar Wilayah Sungai VII dan,
h. Program Pengembangan lingkungan sehat, pada Dinas Kesehatan,
Jika berjalan dengan baik, dari ketujuh program yang teridentifikasi dalam RKPD
2011 dan 2012, akan didapat penurunan emisi sebesar 7,26% dengan biaya
mitigasi sebesar Rp. 170,45 Milyar. Kontribusi minim kota/kabupaten masih terlihat.
Pada RKDP 2011 belum terlihat kontribusi dari APBD Kota/Kabupaten, sedangkan
pada RKPD 2012 telah terlihat kontribusi kota/kabupaten sebesar 3%. Data ini
menunjukkan pentingnya kegiatan sosialisasi mitigasi emisi GRK sampai ke tingkat
kota/kabupaten.
Gambar 5.1 Trendline penurunan Emisi dengan Program/Kegiatan pada RKPD
2011 dan 2012
7,26 %
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 239
Tabel V.5. Estimasi penurunan emisi dalam RKPD 2011 dan RKPD 2012
Total Penurunan emisi terhitung 102.571 ton CO2 eq.
BAU Emisi 2020 1.412.531 ton CO2 eq. Persentase penurunan emisi ter-estimasi 7,26 % Total Biaya Mitigasi (RKPD 2011 dan 2013) 170,45 Rp. (Milyar)
Gambar 5.2 Pagu anggaran program/kegiatan penurunan emisi GRK dalam RKPD
2011-RKPD 2012
Mengingat estimasi penurunan emisi 2020 sektor pengelolaan limbah terhitung dari
RKPD 2011 dan 2012 yang hanya mencapai 7,26%, maka diperlukan upaya –
upaya percepatan untuk mencapai target penurunan RAD – GRK sebesar 14,78%,
yaitu;
• Men-sosialisasi-kan, sampai ke tingkat kota/kabupaten, penyusunan
program sanitasi lingkungan terkait penurunan emisi GRK di dalam
dokumen RAD-GRK Sumsel, baik untuk penganggaran APBD maupun
APBN.
• Menyokong pokja Program Percepatan Sanitasi dan Pemukiman
(PPSP) dalam rangka penyusunan program prasarana sanitasi lingkungan.
• Membentuk pokja asistensi untuk kota/kabupaten dalam rangka
penyusunan program terkait penurunan emisi, termasuk persyaratan –
persyaratan yang diminta pusat dan atau provinsi.
• Meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam kegiatan
minimasi sampah dan limbah cair, dengan keterlibatan dalam operasional
TPST, Bank Sampah dan membangkitkan kembali kebijakan lokal sistem
gali timbun sampah organik pedesaan, keterlibatan dalam program kampung
ramah lingkungan, integrasi 3R – CSR Swasta, baik untuk reklamasi lahan
tambang, maupun untuk pendayagunaan ekonomis lainnya.
• Mempersiapkan inventori, perhitungan dan program untuk sektor
pengelolaan limbah industri.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 240
Tabel V.6. Pemetaan Kelembagaan terkait Implementasi RAD-GRK
sektor Pengelolaan Limbah
Institusi Bagian terkait inisiatif GRK Keterkaitan dgn aksi mitigasi emisi GRK
Satker PLP; BLH Prov.; BLH Kota/Kab.; Dinas PU CK Kota/Kab.; Dinas/Badan/UPTD Kebersihan Kota/Kab.
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan;
dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
A. Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
a.1 Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kota/kab.
a.2 Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 10 kota/kab
a.3 Penyusunan AMDAL TPA 10 kota/kab
a.4 Perencanaan Teknik TPST 3R
B. Program Minimasi Sampah dgn prinsip 3R
b.1 Pembangunan TPS Terpadu (TPST)
b.2 Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah
b.3 Pendirian Bank Sampah
b.4 Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk Reklamasi Tambang (pola Kemitraan)
b.5 Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun (kearifan lokal sumsel)
b.6 Program Kampung Iklim (15 K/K) dan Menuju Indonesia Hijau (5 K/K)
C. Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan
c.1 Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic Landfill di 10 kota/kab.
c.2 Operasional TPA semi-aerobic di 15 kota/kab; dan pengadaan tanah timbun
c.3 Penambahan sarana persampahan
Dinas Kebersihan Kota; Swasta
Pengelolaan Gas Metan di TPA I Sukawinatan
terus diimplementasikan untuk kegiatan implementasi;
D. Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah
d.1 Recovery gas metan di TPA I Sukawinatan (CDM-Project)
Satker PLP; BLH Prov.; Dinas PU CK Kota/Kab.; BLH Kota/Kab
Program Pengembangan Kinerja Pengelolan Air Minum dan Air Limbah;
dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
E. Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
e.1 Penyusunan Master Plan Air Limbah 15 kota/kabupaten
e.2 Studi Kelayakan & DED Septik Tank Komunal
e.3 Studi Kelayakan & DED MCK Sanimas
e.4 Sosialisasi Rencana Pembangunan Septik Tank Komunal
e.5 Penyusunan SOP Pengelolaan Septik Tank Komunal
F. Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman
f.1 Pembangunan MCK Plus
f.2 Pemb. MCK Sanimas
f.3 Pembangunan Septik Tank Komunal
BLH Prov.; BLH Kota/Kab.
Program Pemantauan Kualitas Lingkungan
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
H. Program Pengelolaan Badan Air
h.1 Sosialisasi prokasih/superkasih
h.2 Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi.
Dinas Kesehatan Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
I. Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
i.1 Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat
i.2 Pembentukan lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan
i.3 PHAST Pasar, Sekolah 15K/K
i.4 STBM, CLTS, PHBS 15 K/K
BLH Prov.; BLH Kota/Kab.
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
i.5 Sosialisasi kebersihan dan kesehatan kota (+ sosialisasi pelarangan open burning)
i.6 Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata)
BLH Prov.; BLH Kota/Kab.
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
J. Program Inventori dan Pengelolaan Limbah Industri
j.1 Pemantauan dan inventori limbah cair (inlet) dan padat per sektor industri.
j.2 Sosialisasi Clean Development Mechanism
j.3 Standarisasi pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
j.4 Sosialisasi pemanfaatan limbah PKS
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 241
Institusi Bagian terkait inisiatif GRK Keterkaitan dgn aksi mitigasi emisi GRK
j.5 Standarisasi bangunan dan perawatan IPAL industri Crum Rubber
BLH Prov.; BLH Kota/Kab.
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
J. Program Monitoring dan Evaluasi
j.1 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Persampahan
j.2 Survey persampahan Sumsel
j.3 Monitoring kualitas lingkungan
j.4 Pengambangan kapasitas SDM, kelembagaan dan laboratorium
j.5 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah
j.6 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Air Limbah
Satker PLP Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan;
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
j.7 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Persampahan
Bappeda Prov.; Bappeda Kota/Kab.
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
j.8 Inventariasasi GRK, Monitoring dan Evaluasi Mitigasi Penurunan GRK sektor Pembangunan
j.9 Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi
j.10 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD
BLH Prov.; Bappeda Prov.; BLH Kota/Kab.; Bappeda Kota/Kab.
Program Pengelolaan sumber-sumber emisi GRK
Dapat ditingkatkan untuk kegiatan implementasi sbb;
L. Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Limbah
l.1 Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten
l.2 Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor limbah
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH
l.3 Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel
l.4 Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah
l.5 Pengembangan Kelembagaan Inventarisasi Emisi GRK
l.6 Pertemuan Stakeholder RAD-GRK
5.2 Identifikasi Sumber Pendanaan
5.2.1. Pertanian
Sumber pendanaan yang dibutuhkan dalam upaya implementasi RAD-GRK di
Provinsi Sumatera Selatan adalah melalui pendanaan pusat, daerah, pihak swasta
melalui program CSR serta dukungan internasional. Dalam hal ini dukungan
pendanaan tersebut didasarkan atas usulan aksi mitigasi yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah tertuang dalam dokumen RAD-
GRK Provinsi Sumatera Selatan.
1. Dukungan Pendanaan Pusat berasal dari Dana Dekonsentrasi untuk
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan,
2. Dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
3. Dukungan Pendanaan Internasional berasal dari hibah, pinjaman, maupun
upaya internasional dalam memberikan dukungan dana dari setiap aksi
mitigasi yang dilakukan oleh Provinsi Sumatera Selatan. Untuk ini perlu dipilih
dan ditentukan aksi mitigasi yang benar-benar membutuhkan dukungan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 242
Tabel V.7. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi sector Pertanian
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. juta)
Total Biaya (Rp. juta)
Lokasi
SKPD
APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN (lead actor) Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Program Minimasi Emisi CH4 dari Sawah
1
Implementasi Budidaya Padi Metode SRI
1,023
1,125
1,238
1,362
1,498
1,648
1,812 1,994 15,165 16,682 18,350 20,185 22,203 24,423 26,866 29,552 185,124
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Ditjen PSP, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas PU Pengairan Prov/Kab/Kota
2
Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
67,015
72,376
78,167
84,420
91,173
98,467
106,34
5
114,852
28,500 31,350 34,485 37,934 41,727 45,900 50,489 55,538 1,038,739
Palembang, BA, Muba, OI, OKI, OKUT, OKUS, OKU, M Enim, Lahat, Empat Lawang, M Rawas, LB Linggau, Pagar Alam
Ditjen PSP, Satker Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
3
Pengembangan Sumberdaya Air untuk Padi
840 924 1,016 1,118 1,230 1,353 1,488 1,637 9,606 OI, OKI, M Enim
Satker Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
4
Pembangunan Embung/Dam Parit (Konservasi dan Antisipasi Anomali Iklim)
1,200 1,320 1,452 1,597 1,757 1,933 2,126 2,338 13,723 BA, Muba, OI, OKI, OKUT, OKUS, OKU, M. Enim, Mura
Satker Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
5
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pupuk Organik
300 330 363 399 439 483 531 585 225 248 272 299 329 362 399 438 6,004
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
6
Pengadaan Benih Padi Rendah Emisi (Ciherang)
27,421 30,163 33,179 36,497 40,147 44,162 48,578 53,436 313,583
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
CSR
7
Pengadaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTAN)
44,977 48,575 52,461 56,658 61,190 66,085 71,372 77,082 240 264 290 319 351 387 425 468 481,144
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
B. Program Pengelolaan Jerami Tanpa Bakar
1
Pengembangan Pertanian Organik
100 110 121 133 146 161 177 195 15 17 18 20 22 24 27 29 172 Banyuasin, Muba, OI, OKI, Lahat, Empat Lawang, P. Alam
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 243
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. juta)
Total Biaya (Rp. juta)
Lokasi
SKPD
APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN (lead actor) Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2
Pengadaan Sarana Pembuatan Pupuk Organik (Pencacah Jerami, Rumah, dsb)
300 330 363 399 439 483 531 585 225 248 272 299 329 362 399 438 2,573
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota
3
C.
Program Mitigasi Emisi GRK Asal Ternak
1
Recovery Gas Metan Asal Kotoran Ternak
200 200 200 200 200 200 200 200 1,800 1,800 1,800 1,800 1,800 1,800
1,800 1,800 16,000
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota, Satker Dinas ESDM Prov/Kab/Kota
2 Fasilitasi UPTD BIB 850 935 1,029 1,131 1,244 1,369 1,506 1,656 9,721 Palembang
Satker Dinas eternakan Prov/Kab/Kota
3
Pengembangan Pakan Ternak Rendah Emisi
300 330 363 399 439 483 531 585 3,431 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
4
Pembinaan Pengolahan Hasil Peternakan
200 220 242 266 293 322 354 390 2,287
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
5
Penyusunan SOP Pengelolaan Kotoran Ternak Ramah Lingkungan
20 22 24 27 29 32 35 39 20 22 24 27 29 32 35 39 457
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
6
Sosialisasi penggunaan anaerobic treatment bioreactor dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai kompos
150 165 182 497
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota
D
Program Pemberdayaan dan Sadar Lingkungan
1 Pengengembangan sekolah Lapang Iklim
30 33 36 40 44 48 53 58 343 OKU, OKUS, OKUT, M. Enim. Mura
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas Dikbud Prov/Kab/Kota
E Program Monitoring dan Evaluasi
1
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Aksi Mitigasi Penurunan GRK
750 825 908 998 1,098 1,208 1,329 1,462 1,000 1,100 1,210 1,331 1,464 1,611 1,772 1,949 20,013
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Bappeda kota /kab. & Bappeda prov.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 244
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. juta)
Total Biaya (Rp. juta)
Lokasi
SKPD
APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN (lead actor) Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2
Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi
1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 1,500 1,650 1,815 1,997 2,196 2,416 2,657 2,923 26,154
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Bappeda kota /kab. & Bappeda prov.
3
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD
750 1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 1,125 750 825 908 998 1,098 1,208 1,329 1,462 17,202
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Bappeda kota /kab. & Bappeda prov.
F
Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Pertanian
1 Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten
150 165 182 200 220 242 266 292 1,715 Palembang Bappeda Prov/Kab/Kota
2
Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor Pertanian
1,125 1,238 1,361 1,497 1,647 1,812 1,993 2,192 12,865
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota
3
Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel
400 440 484 532 586 644 709 779 400 440 484 532 586 644 709 779 9,149
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Bappeda Prov/Kab/Kota
4
Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Pertanian
500 500 1,000 Provinsi Pemprov, DPRD
5
Pembentukan Sekretariat dan Data base RAD-GRK Sektor Pertanian
750 750 1,500
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Bappeda Prov/Kab/Kota
6 Pertemuan Stakeholder RAD-GRK
500 550 605 666 732 805 886 974 500 550 605 666 732 805 886 974 11,436
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Bappeda Prov/Kab/Kota
7 Penyuluhan dan Edukasi Petani
500 550 605 666 732 805 886 974 500 550 605 666 732 805 886 974 11,436
OKU, OKUS, OKUT, OKI, OI, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Lubuk Linggau, Empat Lawang
Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota
Sub- Biaya (Rp. Juta)
118,112 127,526 137,064 147,913 159,638 172,309 186,004 200,805 9,383 8,946 9,841 10,625 11,688 12,857 14,142 15,557 75,571 82,948 91,063 99,989 109,808 120,609 132,490 145,559 2,195,873
Total Biaya (Rp. Juta) 1,249,371 93,039 858,037
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 245
5.2.2. Kehutanan dan Lahan Gambut
Program Mitigasi sector kehutanan dan lahan gambut dan kegiatan pendukungnya
diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp 2.36 Triliyun selam periode tahun
2013 – 2020. Pendanaan ini berasal dari APBD Kabupaten/Kota sebesar Rp. 1.883
Triliyun, APBD Provinsi sebesar Rp. 789.6 Miliyar, dan APBN sebesar Rp. 261.93
Miliyar.
Gambar 5.3 Proporsi Sumber Dana Program/Kegiatan Mitigasi Penurunan EMisi
GRK sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 246
Tabel V.8. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. Juta)
Total Biaya (Rp. Juta)
Lokasi SKPD (lead
actor) Keterangan APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1)0 (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30)
A Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa
1 Rehabilitasi Daerah Rawa
23203
25059
27064
29229
31568
34093
36820
39766 37500 40500 43500 46500 49500 52500 55500 58500 48396
MUBA, Banyuasin, OKI
PU Pengairan
2 Operasi dan Pemeliharaan Rawa 1600 1728 1866 2016 2177 2351 2539 2742 17019 MUBA, Banyuasin, OKI
PU Pengairan
B Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
450 486 525 567 612 661 714 771 4786 MUBA, Banyuasin, OKI
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
C
Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
1800 1944 2100 2267 2449 2645 2856 3085 19146 MUBA, Banyuasin, OKI
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; Dinas Peternakan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Perkebunan
D Program Perlindungan Hutan dan Konservasi SDH
1 Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
450
500
540
583
630
680
735
793
922.9 997 1076 1163 1256 1356 1465 1582 14728
Kab. OKI, OI, Banyuasin, Muba, Muara Enim, Mura, OKU, Lahat, serta Kota Prabumulih
Dinas Kehutanan;
2 Kegiatan Bimbingan Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
500
550
594
642
693
748
808
873 5408
Kab. OKI, Mura, Banyuasin, Muara Enim, Muba, dan Lahat
Dinas Kehutanan;
3 Kegiatan Pengamanan Hutan
600
650
702
758
819
884
955
1,031 468 505 546 590 637 688 743 802 11378
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan; BPDAS Musi; BKSDA
4 Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan
130
150
162
175
189
204
220
238 1468
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan;
E Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut
1 Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan
550
600
648
700
756
816
882
952 5904
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan; BPDAS; BKSDA
3 Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan
640
650
702
758
819
884
955
1,031 6440
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
4 Kegiatan Rehabilitasi Hutan Catchment Area
8000 8640 9331.2 10078 10884 11755 12695 13711
2400
2500
2700
2916
3149
3401
3673
3967 109800
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan, BPDAS, BKSDA
F Program Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
1
Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa
250
275
297
321
346
374
404
436 225 243 262.44 283 306 331 357 386 5097
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
2 Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Budidaya Rotan dan Gaharu
640
660
713
770
831
898
970
1047 6529
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
3 Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan
800
850
918
991
1071
1156
1249
1349 8384
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
G Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
1 Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
400
600
648
700
756
816
882
952 270 292 315 340 367 397 428 463 8626
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 247
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. Juta)
Total Biaya (Rp. Juta)
Lokasi SKPD (lead
actor) Keterangan APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1)0 (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30)
2 Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan
280
300
324
350
378
408
441
476 302.4 327 353 381 411 444 480 518 6173
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
3 Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan
540
600
648
700
756
816
882
952 297 321 346 374 404 436 471 509 9053
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
4 Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi
350
400
432
467
504
544
588
635 3919
14 kab/kota kec Palembang
Dinas Kehutanan
H Program Pengembangan Sentra-sentra Produksi Perkebunan
1 Peremajaan dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat
131544
142068 153433 165708 178964 193281 208744 225443 11500 25000 27000 29160 31493 34012 36733 39672 20000 21600 23328 25194 27210
29387
31737
34276
1846487
Mura, LLG, Muba, Banyuasin, OKI, OI, OKU, OKUS, OKUT, Prabumulih, Lht, Muara Enim, Empat Lawang, Pagar Alam
Dinas Perkebunan
2 Pengembangan Kelapa sawit Rakyat
360
360
389
420
453
490
529
571 400
432
467
504
544
588
635
686
7827
Lht, Muba, Banyuasin, LLG, OKU, OKUT,OKUS
Dinas Perkebunan
3 Pengembangan Kopi Sambung
3175.20 3429 3704 4000 4320 4665 5039 5442
325
325
351
379
409
442
478
516
240
259
280
302
327
353
381
411 39551
Muara Enim, Empat Lawang, Lht, Pagaralam, OKUS
Dinas Perkebunan
4 Diversifikasi Tanaman Kopi, Kakao/Lada
11189
12084 13051 14095 15222 16440 17755 19176
1555
3400
3672
3966
4283
4626
4996
5395 1500
1620
1750
1890
2041
2204
2380
2571
166859
OKUS, Muara Enim, Pagaralam, Empat Lawang, OKUT, Lahat
Dinas Perkebunan
5 Bantuan benih karet untuk batang bawah
175 450 486 525
567
612 661 714 700 756 816 882 952 1029 1111 1200 11636
Mura, LLG, Muba, Banyuasin, OKI, OI, OKU, OKUS, OKUT, Prabumulih, Lht, Muara Enim, Empat Lawang, Pagar Alam
Dinas Perkebunan
TOTAL 177111 191280 206582 223109 240958 260234 281053 303537 63795 83478 89916 96630 103640 110971 118649 126701 25325 27351 29539 31903 34455 37211 40188 43403
2364613.11
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 248
5.2.2. Energi
Dalam melaksanakan aksi untuk menurunkan emisi GRK sector energy dibutuhkan
dana yang cukup dan berkelanjutan agar target penurunan GRK dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan. Sumber dana yang diharapkan dapat berasal dari
antara lain :
a. Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN)
b. Anggaran Pembangunan dan Belanja daerah (APBD) Propinsi, Kabupaten
dan Kota
c. BUMN, BUMD, BUMS
d. Masyarakat
e. Bantuan luar negeri
Dalam rangka menurunkan emisi GRK sector energy diusulkan 2 Program utama
mitigasi dengan 11 kegiatan pendukung yang diperkirakan akan membutuhkan
dana sebesar Rp 18.4 Milyar selama periode implementasi tahun 2013 – 2020.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 249
Tabel V.9. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Energi
No
Kegiatan Inti 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A SEKTOR ENERGI
I Kebijakan yang dilaksanakan untuk menunjang RAD-GRK
1 Penyuluhan hemat energy (100 peserta)
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biya Mitigasi Rp. (juta)
1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 8000
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
9
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
2 Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Ketenagalistrikan Lintas Kabupaten/Kota
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biya Mitigasi Rp. (juta)
200 200 200 200 200 200 200 200 1600
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 250
No
Kegiatan Inti 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
8
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
3
Audit Energi pada gedung pemerintah (2 instansi)
600 per tahun APBD - 2013-2020 2013 2 instansi per tahun
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biya Mitigasi Rp. (juta)
600 600 600 600 600 600 600 600 4800
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
8
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 251
No
Kegiatan Inti 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
4 Pengembangan Potensi dan Kecukupan Bahan bakar (15 kab/kota)
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biya Mitigasi Rp. (juta)
200 200 200 200 200 200 200 200 1600
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
9
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
6 Sosialisasi Pemanfaatan konversi energy gas dan LPG 3 kg
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biya Mitigasi Rp. (juta)
100 100 100 100 100 100 100 100 800
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
9
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 252
No
Kegiatan Inti 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
7 Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5 kab/kota)
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biya Mitigasi Rp. (juta)
200 200 200 200 200 200 200 200 1600
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
9
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
II Implementasi Teknis Penurunan Emisi GRK
1 Pengadaan dan PemasanganPLTS Kap. 50 W
Jumlah Unit PLTS
280 300 300 300 300 300 300 300 300
2,600
Jumlah Penurunan Emisi dari Baseline Tahun 2010 (ton CO2e)
15.12 16.20 16.20 16.20 16.20 16.20 16.20 16.20 16.20 113.4
0
Penurunan emisi kumulatif (ton CO2e)
15.12 31.32 47.52 73.72 89.92 108.12 124.32 140.52 156.72
Biya Mitigasi Rp. (juta)
1,990
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
17,99
1
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 253
No
Kegiatan Inti 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
131.68 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46
1,119.36
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1
9
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
2 Pembangunan dan operasi PLTP Lumut Balai Muara Enim
Kapasitas (MW) 2 x 55
Jumlah Penurunan Emisi (ton CO2e)
54,000,000 54,000,000 54,000,000 54,000,000 54,000,000
Biya Mitigasi Rp. (juta)
Sumber Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
131.68 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46 123.46
1,119.36
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 2
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2014 2015 2016
Pelaksana PT. Pertamina
Geotermal Energi
3 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Kapasitas, kW 8
Lokasi Tunggu Bute,
Lahat
Jumlah Penurunan Emisi (ton CO2e)
301.60 301.60 301.60 301.60 301.60 301.60
Penurunan kumulatif CO2e
301.60 603.20 904.80 1206.40
1,508.00
1,809.60
1,809.60
1,809.60
1,809.60
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 254
No
Kegiatan Inti 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Biya Mitigasi Rp. (juta)
3,600
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
Sumber APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan 2
(Tahun)
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2014 2015
Pelaksana DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE Sumsel DPE
Sumsel
4 Implementasi hemat energi
Pemakaian listrik (kwh)
2,849,524,959.69
2,905,945,553.89
2,963,483,275.86
3,022,160,244.72
3,081,999,017.56
3,143,022,598.11
3,205,254,445.55
3,268,718,483.58
3,333,439,109.55
Penghematan listrik (kwh)
142,476,247.98
145,297,277.69
148,174,163.79
151,108,012.24
154,099,950.88
157,151,129.91
160,262,722.28
163,435,924.18
166,671,955.48
Penurunan emisi CO2e (ton)
105,859,852.25
107,955,877.33
110,093,403.70
112,273,253.09
114,496,263.50
116,763,289.52
119,075,202.65
121,432,891.66
123,837,262.92
Biya Mitigasi Rp. (juta)
Sumber Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN
Perkiraan Biaya Penurunan Emisi (Rp juta /ton CO2e)
Perkiraan Waktu Penyelesaian Kegiatan (Tahun)
1 1 1 1 1 1 1 1 9
Mulai Pelaksanaan (tgl/bln/th)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN Konsumen PLN
Total penurunan emisi
105,860,168.97
107,956,019.65
110,094,356.02
112,274,533.21
168,497,861.42
170,765,207.24
173,077,136.57
175,434,841.78
177,839,229.24
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 255
5.2.3. Transportasi
Identifikasi sumber pendanaan diuraikan sesuai dengan Rencana Transportasi
Multimoda Dengan Konsep Sustainable Transport untuk Rencana Aksi Mitigasi
Emisi CO2 berikut ini.
Tabel V.10. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi sector Transportasi
No Rencana Aksi (Kegiatan) Biaya Produk Kegiatan Penurunan
Ton/thn Sumber Dana
1. Park and Ride, 4 lokasi Rp. 40.000.000.000
Infrastruktur Park and Ride
29218.25
Pemkot Palembang
2. Membangun Infrastruktur untuk pejalan kaki dan Pesepeda
Rp. 4.000.000.000 Infrastruktur untuk pejalan kaki dan Pesepeda
Pemkot Palembang
3 Membuat kebijakan untuk Multimoda Transport: Rp. 500.000.000 kebijakan untuk
Multimoda Transport: Pemkot Palembang
4. Mengembangkan Jaringan BRT Rp.
50.000.000.000 Jaringan BRT Pemkot
Palembang
5. ITS
Rp. 5.000.000.000 Pemkot Palembang
6. Promosi/ Campaign for Clean
Air Transport; Rp. 1.000.000.000 Leaflet, Kegiatan Pemkot
Palembang
7. Provide Converter Kit for Gasoline
Rp. 4.000.000.000 Converter Kit for Gasoline Pemkot
Palembang
8. Mendorong Modal shift ke Angkutan Umum dengan cara
1) Peningkatan Transportasi Multimoda a) membuka jaringan jalan dan jalan tol baru (2012-2015) Membantu kerjasama PT. Jasamarga di daerah dengan Perusahaan Daerah (BUMD) • Betung – Batas Jambi :
198 km (60 km full standard : 138 km HGH) ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
• Kayu Agung – Pematang Panggang : 186 km ( 40 km full standard : 146 HGH) ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
• Prabumulih - Palembang : 93 km : 93 km full standard ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
• Palembang - TAA : 70 km : HGH : 70 km (full standart : 2 km) ; pembebasan tanah sebagian APBD 2012 dan 2013
Rp. 1.200.000.000 Study Amdal Jalan Toll dan Feasibility Study Membagi Arus lalu lintas Barang dari Jalan Lintas Timur dan Lintas Barat
Litbang Kemenhub
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 256
No Rencana Aksi (Kegiatan) Biaya Produk Kegiatan Penurunan
Ton/thn Sumber Dana
b) Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di daerah Gunung medan untuk Stock Pile
Rp. 1.200.000.000 Shifting Logistic Transport dari jalan ke rel (2015-2018)
Litbang Kemenhub
c) Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di Stasiun Simpang, Keramasan
Rp. 1.200.000.000 Shifting Logistic Transport dari jalan ke rel (2015-2018)
Litbang Kemenhub
d) Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di Stasiun Kertapati, Keramasan
Rp. 1.200.000.000 Shifting Logistic Transport dari jalan ke rel (2015-2018)
Litbang Kemenhub
e) ) Study DED Pembangunan Lock and Dam Rp. 1.200.000.000
Shifting Logistic Transport dari jalan ke sungai (2012-2020)
Litbang Kemenhub
f) Mendirikan
Dredging Company dan membuat dredging program.
Rp. 500.000.000 Shifting Logistic Transport dari jalan ke sungai (2012-2020)
Litbang Kemenhub
g) Memelihar
a Kemampuan sungai untuk dilayari (navigability)
Rp. 500.000.000 Shifting Logistic Transport dari jalan ke sungai (2012-2020)
Litbang Kemenhub
h) Mengirim
Student ke Hydraulic Laboratory, Antwerpen, Belgium
Rp. 1.200.000.000 Mampu membuat Model Penampang Dasar Sungai Musi, Ogan dan Lematang
Litbang Kemenhub
2. Pencatatan rutin Emisi di Sumatera Selatan
Rp. 1.500.000.000 Data Emisi Langsung sebagai perbandingan hasil perhitungan dengan Metode Penghitungan Emisi
Dinas Perhubungan Sumsel
3 Capacity Building
Centre of Excellence for Multimodal Transport
d) Membangun Multimodal Organization
e) Membangun CO2 Emission data base
Rp. 600 000 000 Kerjasama dengan di Universitas Sriwijaya
Dinas Perhubungan Sumsel
5.2.4. Industri
Aksi mitigasi terdari 4 Program utama yang didukung oleh 9 kegiatan pendukung
selama periode tahun 2013 – 2020 yang diperkirakan membutuhkan dana sebesar
Rp 46.85 Miliyar yang bersumber dari dana APBD (Tabel IV.57).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 257
5.2.5. Sampah/Limbah
Gambar 5.4 Total Anggaran Program/kegiatan Mitigasi RAD-GRK Sektor
Pengelolaan Limbah Th. 2013 – 2020
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 258
Tabel V.11. Matriks Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Sampah/Limbah
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. Juta) Total Lokasi SKPD
APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN Biaya Lokasi (lead actor)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 (Rp. Juta
A. Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
1 Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kota/kab. 4.200
4.800 9.000 15 K/K Satker PLP
2 Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 15 kota/kab 7.500
7.500 15 K/K PU CK K/K
3 Penyusunan AMDAL TPA 10 kota/kab 2.500 2.500
5.000 15 K/K PU CK K/K
4 Perencanaan Teknik TPST 3R 2.250
2.250 15 K/K PU CK K/K
A. Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R
1 Pembangunan TPS Terpadu (TPST) 500 1.800 1.600 1.600 1.400 1.400 1.400 1.400 250 900 800 800 700 700 700 700 1.750 6.300 5.600 5.600 4.900 4.900 4.900 4.900 55.500 15 K/K
Satker PLP, PU CK K/K
2 Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah 750 750 750 750 750 750 750 750 375 375 375 375 375 375 375 375 9.000 15 K/K
Satker PLP, BLH Prov.
3 Pendirian Bank Sampah 75 75 75 75 75 75 75 75
675 675 675 675 675 675 675 675 6.000 15 K/K BLH Prov.
4 Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk Reklamasi Tambang (pola Kemitraan) 50 50 50 50 50 50 50 50 150 150 150 150 150 150 150 150 1.600 Sumsel BLH Prov.
5 Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun (kearifan lokal sumsel) 750 750 750 750 750 750 750 750 50 50 50 50 50 50 50 50 6.400 15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
6 Program Kampung Iklim dan Menuju Indonesia Hijau
1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 9.600 15 K/K BLH Prov.
C. Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan
1 Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic Landfill di 10 kota/kab. 5.000 5.000 20.000 20.000 50.000 10 K/K
Satker PLP, PU CK K/K
2 Operasional TPA semi-aerobic di 15 kota/kab; dan pengadaan tanah timbun 2.180 4.281 6.025 10.072 10.1947 10.318 10.445
53.515 15 K/K DKP K/K
3 Penambahan sarana persampahan
7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
52.500 15 K/K DKP K/K
D. Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah
1 Recovery gas metan di TPA I Sukawinatan (CDM-Project) 200 200 200 200 200 200 200 200
1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 16.000 Palembang
DKP Plbg, swasta
E. Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
1 Penyusunan Master Plan Air Limbah 15 kota/kabupaten 4.200
4.800 9.000 15 K/K Satker. PLP
2 Studi Kelayakan dan DED Septik Tank Komunal 1.000 5.625
1.000 Sumsel.
Satker PLP, PU CK K/K
3 Studi Kelayakan & DED MCK Sanimas 3.750
3.750 15 K/K PU CK K/K
4 Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Komunal 100 150
250 Sumsel. BLH Prov.
5 Penyusunan SOP Pengelolaan IPAL Komunal 20
20 Sumsel. BLH Prov.
F. Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman
1 Pembangunan MCK Plus
600 600 600 600
5.400 5.400 5.400 5.400
24.000 15 K/K PU CK K/K
2 Pemb. MCK Sanimas
6.000 6.000 6.000 6.000
24.000 15 K/K Satker. PLP
3 Pembangunan Septik Tank Komunal
6.000 6.000 6.000 6.000 24.000 Sumsel
Satker. PLP , PU CK K/K
G. Program Pengelolaan Badan Air
1 Sosialisasi prokasih/superkasih 750 750 750 750 750 750 750 750
6.000 15 K/K BLH K/K
2 Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi. 750 750 750 750 750 750 750 750 350 350 350 350 350 350 350 350 500 500 500 500 500 500 500 500 12.800 15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
H. Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
1 Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat 750 750 750 750 750 750 750 750
6.000 15 K/K Dinkes K/K
2 Pembentukan lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan 450 450 450 450 450 450 450 450
3.600 15 K/K Dinkes K/K
3 PHAST Pasar, Sekolah
960 960 960 960 960 960 960 960 1.890 1.890 1.890 1.890 1.890 1.890 1.890 1.890 22.800 15 K/K Dinkes Prov.,
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 259
No. Rencana Aksi dan Kegiatan
Rencana Sumber Biaya (Rp. Juta) Total Lokasi SKPD
APBD Kota/Kabupaten APBD Provinsi APBN Biaya Lokasi (lead actor)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 (Rp. Juta
Dinkes K/K
4 STBM, CLTS, PHBS
375 375 375 375 375 375 375 375 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 13.000 15 K/K
Dinkes Prov., Dinkes K/K
5 Sosialisasi kebersihan dan kesehatan kota (+ sosialisasi pelarangan open burning) 150 150 150 150 150 150 150 150 1.200 Sumsel BLH Prov.
6
Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) 750 750 750 750 750 750 750 750 150 150 150 150 150 150 150 150 7.200 15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
J. Program Inventori dan Pengelolaan Limbah Industri
1
Pemantauan dan inventori limbah cair (inlet) dan padat per sektor industri
250 250 250 250 250 250 250 250
2.000 Sumsel BLH Prov.
2 Sosialisasi Clean Development Mechanism
150 150 150 150 150 150 150 150
1.200 Sumsel BLH Prov.
3 Standarisasi pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
200
200 Sumsel BLH Prov.
4 Sosialisasi pemanfaatan limbah PKS
150 150 150 150 150 150 150 150
1.200 Sumsel BLH Prov.
5
Standarisasi bangunan dan perawatan IPAL industri Crum Rubber
200
200 Sumsel BLH Prov.
K. Program Monitoring dan Evaluasi
1 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Persampahan 750 750 750 750 750 750 750 750 100 100 100 100 100 100 100 100 6.800 15 K/K
BLH Prov., DKP K/K
2 Survey Persampahan Sumsel
200 200 200 200 200 200 200 200
1.600 Sumsel BLH Prov.
3 Monitoring kualitas lingkungan 500 500 500 500 500 500 500 500 4.000 Sumsel BLH Prov.
4 Pengembangan kapasitas SDM, kelembagaan dan laboratorium
1.500 1.500 1.000 500 500 500 500 500 2.250 2.250 10.300 Sumsel BLH Prov.
5 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah
150 150 150 150 150 150 150 150 1.200 Sumsel BLH Prov.
6 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Air Limbah 750 750 750 750 750 750 750 750 100 100 100 100 100 100 100 100 6.800 15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
7 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Persampahan
150 150 150 150 150 150 150 150 1.200 Sumsel
Satker PLP, BLH Prov.
8 Inventariasasi GRK, Monitoring dan Evaluasi Mitigasi Penurunan GRK sektor Pembangunan 900 900 900 900 900 900 900 900 200 200 200 200 200 200 200 200 8.800
15 K/K & Prov.
BLH K/K & BLH Prov.
9 Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 100 100 100 100 100 100 100 100 9.800
15 K/K &Prov.
Bappeda K/K & Bappeda prov.
10 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD 750 750 750 750 750 750 750 750 15 15 15 15 15 15 15 15 6.120
15 K/K &Prov.
Bappeda K/K & Bappeda prov.
L. Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Limbah
1 Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten
150 150 150 150 150 150 150 150 1.200 Palembang BLH Prov.
2 Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor limbah 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125
9.000 15 K/K. BLH K/K
3 Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel 3.750 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 400 75 75 75 75 75 75 75 12.550 15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
4 Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah 1.500
1.500 Sumsel BLH Prov.
5 Pengembangan Kelembagaan Inventarisasi Emisi GRK
7.500
500 8.000
15 K/K & Prov.
BLH K/K & BLH Prov.
6 Pertemuan Stakeholder RAD-GRK
750 750 750 750 750 750 750 750 100 100 100 100 100 100 100 100 6.800 15 K/K &
Prov. Bappeda K/K & Bappeda prov.
Sub- Biaya (Rp. Juta) 32.745 39.580 26.481 28.225 32.072 31.594 31.718 31.845 17.225 12.600 6.500 6.000 5.900 5.900 5.900 5.900 19.565 51.915 51.215 31.015 30.315 12.915 12.915 12.915 542.955
Total Biaya (Rp. Juta) 254.260 65.925 222.770
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 260
5.3 Penyusunan Jadwal Implementasi
5.3.1. Pertanian
Jadwal dan pendanaan untuk kegiatan implementasi Rencana Aksi Daerah tentang
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Sumatera Selatan dilakukan secara
terstruktur dan terintegrasi dengan mekanisme penganggaran dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran pendapatan Belanja Negara
(APBN), maupun dukungan pendanaan internasional. Secara lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel V.7.
Tabel V.12. Jadwal Implementasi RAD – GRK Sektor Pertanian
No. Program/Kegiatan Tahun Mitigasi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Perancangan dan implementasi peraturan
daerah terkait RAD-GRK
2 Evaluasi Kebijakan Sektor Pertanian dan
Peternakan
3 Sinkronisasi sektor pertanian dan
peternakan dengan sektor lain terkait
4 Perbaikan dan pemeliharaan jaringan
irigasi
5 Penerapan teknologi budidaya padi SRI
organik
6 Pengembangan dan penggunaan pupuk
organik
7 Pengembangan pertanian organik
8 Penyusunan rekomendasi pemupukan
spesifik lokasi
9 Pengembangan pakan ternak rendah emisi
10 Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk
Biogas
11 Pemanfaatan sisa biogas untuk kompos
12 Seleksi genetik ternak rendah emisi
13 Edukasi petani dan masyarakat umum
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 261
5.3.2. Kehutanan dan Lahan Gambut
Tabel V.13. Jadwal Implementasi RAD – GRK Sektor Kehutanan dan Lahan
Gambut
No
Rencana Aksi dan Kegiatan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Lokasi
A Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa
1 Rehabilitasi Daerah Rawa MUBA, Banyuasin, OKI
2 Operasi dan Pemeliharaan Rawa MUBA, Banyuasin, OKI
B Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
MUBA, Banyuasin, OKI
C
Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
MUBA, Banyuasin, OKI
D Program Perlindungan Hutan dan Konservasi SDH
1 KegiatanPencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Kab. OKI, OI, Banyuasin,
Muba, Muara Enim,
Mura, OKU, Lahat, serta
Kota Prabumuli
2 Kegiatan Bimbingan Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Kab. OKI, Mura,
Banyuasin, Muara Enim,
Muba, dan Lahat
3 Kegiatan Pengamanan Hutan 14 kabupaten/kota kecuali Palembang
4 Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan
14 kabupaten/kota kecuali Palembang
E Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut
1 Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan
14 kabupaten/kota kecuali Palembang
2 Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan
14 kabupaten/kota kecuali Palembang
3 Kegiatan Rehabilitasi Hutan Catchment Area
14 kabupaten/kota kecuali Palembang
F
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
1
Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa
14 kabupaten/kota
kecuali Palembang
2 Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Budidaya Rotan dan Gaharu
14 kabupaten/kota
kecuali Palembang
3 Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan
14 kabupaten/kota
kecuali Palembang
G Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
1 Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
14 kabupaten/kota
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 262
No
Rencana Aksi dan Kegiatan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Lokasi
kecuali Palembang
2 Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan
14 kabupaten/kota
kecuali Palembang
3 Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan
14 kabupaten/kota
kecuali Palembang
4 Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi
14 kabupaten/kota
kecuali Palembang
H Program Pengembangan Sentra-sentra Produksi Perkebunan
1 Peremajaan dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat
Mura, LLG, Muba,
Banyuasin, OKI, OI, OKU,
OKUS, OKUT,
Prabumulih, Lht, Muara
Enim, Empat Lawang,
Pagar Alam
2 Pengembangan Kelapa sawit Rakyat
Lht, Muba, Banyuasin,
LLG, OKU, OKUT,OKUS
3 Pengembangan Kopi Sambung
Muara Enim, Empat
Lawang, Lht, Pagaralam,
OKUS
4 Diversifikasi Tanaman Kopi, Kakao/Lada
OKUS, Muara Enim,
Pagaralam, Empat
Lawang, OKUT, Lahat
5 Bantuan benih karet untuk batang bawah
Mura, LLG, Muba,
Banyuasin, OKI, OI, OKU,
OKUS, OKUT,
Prabumulih, Lht, Muara
Enim, Empat Lawang,
Pagar Alam
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 263
5.3.3. Energi
Tabel V.14. Jadwal Implementasi RAD - GRK Sektor Energi
No. Kegiatan Mitigasi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I Kebijakan yang dilaksanakan untuk menunjang RAD-GRK
1 Penyuluhan hemat energy (100 peserta)
2 Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Ketenagalistrikan Lintas Kabupaten/Kota
3 Audit Energi pada gedung pemerintah (2 instansi)
4 Pengembangan Potensi dan Kecukupan Bahan bakar (15 kab/kota)
6 Sosialisasi Pemanfaatan konversi energy gas dan LPG 3 kg
7 Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5 kab/kota)
II Implementasi Teknis Penurunan Emisi GRK
1 Pengadaan dan PemasanganPLTS
2 Pembangunan dan operasi PLTP Lumut Balai Muara Enim
3 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
4 Implementasi hemat energi
5.3.4. Transportasi
Jadwal Implementasi Aksi Mitigasi dengan mengadopsi Rencana Induk Transportasi
Kota Palembang dan sekitarnya, serta laporan Tataran Transportasi Wilayah
Sumatera Selatan. Semaua aksi tergambar dalam skema waktu sebagai gambar
berturut turut berikut ini.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 264
5.3.5. Industri
Tabel V.15. Jadwal Implementasi RAD - GRK Sektor Industri
No. Kegiatan Mitigasi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I Program Peningkatan kapasitas IPTEK dalam system produksi
1 Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri CPO
2 Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri Makanan dan Minuman (Industri Menengah Besar)
3 Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri batubata (IKM)
II Program pengembangan IKM
1 Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5 kab/kota)
III Implementasi Teknis Penurunan Emisi GRK
1 Sosialisasi produksi bersih bagi IKM
2 Sosialisasi konservasi energy bagi industry kecil menengah (IKM) di Sumsel
3 Penerapan penggunaan biomassa sebagai ganti penggunaan listrik pada industry bata
IV Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
1 Bantuan peralatan produksi hemat energy bagi IKM
2 Bimbingan Teknis pengoperasian peralatan hemat energy
V Program Monitoring dan Evaluasi RAD-GRK
1 Monev penerapan bahan bakar ramah lingkungan pada Industri Menengah dan Besar (Crumb Rubber dan CPO)
2 Monev penerapan bahan bakar ramah lingkungan pada Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 265
5.3.6. Sampah/Limbah
No. Rencana Aksi dan Kegiatan Jadwal Implementasi Lokasi Lead Actor
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
1 Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kota/kab.
15 K/K Satker PLP
2 Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 15 kota/kab
15 K/K PU CK K/K
3 Penyusunan AMDAL TPA 10 kota/kab
15 K/K PU CK K/K
4 Perencanaan Teknik TPST 3R
15 K/K PU CK K/K
B. Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R
1 Pembangunan TPS Terpadu (TPST)
15 K/K
Satker PLP, PU CK K/K BLH Prov. (pilot project)
2 Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah
15 K/K
Satker PLP, BLH Prov.
3 Pendirian Bank Sampah
15 K/K BLH K/K
4 Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk Reklamasi Tambang (pola Kemitraan)
Sumsel BLH Prov.
5 Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun (kearifan lokal sumsel)
15 K/K.
BLH K/K & BLH Prov.
6 Program Kampung Iklim (15 K/K) dan Menuju Indonesia Hijau (5 K/K)
15 K/K BLH Prov.
C. Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan
1 Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic Landfill di 15 kota/kab.
15 K/K
Satker PLP, PU CK K/K
2 Operasional TPA semi-aerobic; pengadaan tanah timbun
15 K/K DKP K/K
3 Penambahan sarana - prasarana persampahan
15 K/K DKP K/K
D. Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah
1 Recovery gas metan di TPA I Sukawinatan (CDM-Project)
Palembang DKP Plbg, swasta
E. Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
1 Penyusunan Master Plan Air Limbah 15 kota/kabupaten
15 K/K Satker. PLP
2 Studi Kelayakan dan DED Septik Tank Komunal
Sumsel
Satker PLP, PU CK K/K
3 Studi Kelayakan & DED MCK Sanimas
15 K/K PU CK K/K
4 Sosialisasi Rencana Pembangunan Septik Tank Komunal
Sumsel BLH Prov.
5 Penyusunan SOP Pengelolaan Septik Tank Komunal
Sumsel BLH Prov.
F. Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman
1 Pembangunan MCK Plus
15 K/K PU CK K/K
2 Pembangunan MCK Sanimas
15 K/K Satker. PLP
3 Pembangunan Septik Tank Komunal
Sumsel Satker. PLP
G. Program Pengelolaan Badan Air
1 Sosialisasi prokasih/superkasih
15 K/K BLH K/K
2 Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi.
15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
H. Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
1 Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat
15 K/K Dinkes K/K
2 Pembentukan lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan
15 K/K Dinkes K/K
3 PHAST Pasar, Sekolah
15 K/K
Dinkes Prov. & Dinkes K/K
4 STBM, CLTS, PHBS
15 K/K
Dinkes Prov. & Dinkes K/K
5 Sosialisasi kebersihan dan kesehatan kota (+ sosialisasi pelarangan open burning)
15 K/K BLH Prov.
6 Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata)
15 K/K
BLH K/K & BLH Prov.
J. Program Inventori dan Pengelolaan Limbah Industri
1 Pemantauan dan inventori limbah cair (inlet) dan padat per sektor industri
Sumsel BLH Prov.
2 Sosialisasi Clean Development Mechanism
Sumsel BLH Prov.
3 Standarisasi pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Sumsel BLH Prov.
4 Sosialisasi pemanfaatan limbah PKS
Sumsel BLH Prov.
5 Standarisasi bangunan dan perawatan IPAL industri Crum Rubber
Sumsel BLH Prov.
K Program Monitoring dan Evaluasi
1 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Persampahan
15 K/K BLH Prov., DKP K/K
2 Survey Persampahan (domestik) Sumsel Sumsel BLH Prov.
3 Monitoring kualitas lingkungan
Sumsel BLH Prov.
4 Pengembangan kapasitas SDM, kelembagaan dan laboratorium
Sumsel BLH Prov.
5 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah
Sumsel BLH Prov.
6 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan Air Limbah
15 K/K & Sumsel
BLH K/K & BLH Prov.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 266
No. Rencana Aksi dan Kegiatan Jadwal Implementasi Lokasi Lead Actor
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
7 Bantek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Persampahan
15 K/K
Satker PLP, BLH Prov.
8 Inventarisasi GRK, Monitoring dan Evaluasi Mitigasi Penurunan GRK sektor Pembangunan
15 K/K & Provinsi
BLH K/K & BLH Prov.
9 Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Anggaran terkait Aksi Mitigasi
15 K/K & Provinsi
Bappeda K/K & Bappeda prov.
10 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD
15 K/K & Provinsi
Bappeda K/K & Bappeda prov.
L. Program Non-teknis RAD-GRK Sektor Limbah
1 Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten
Palembang BLH Prov.
2 Penyusunan RAD-GRK kota/kab. Sektor limbah
15 K/K. BLH K/K
3 Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumsel
15 K/K & Provinsi.
BLH K/K & BLH Prov.
4 Penyusunan Perda Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah
Provinsi BLH Prov.
5 Pengembangan Kelembagaan Inventarisasi Emisi GRK
15 K/K & Provinsi
BLH K/K & BLH Prov.
6 Pertemuan Stakeholder RAD-GRK
15 K/K & Provinsi
Bappeda K/K & Bappeda prov.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 267
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI
Kerangka implementasi RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada
Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Kerangka implementasi RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan
6.1. Monitoring
Untuk menjamin implementasi RAD-GRK efektif dan tepat waktu, maka perlu
dilakukan monitoring yang bertujuan untuk mengikuti perubahan emisi GRK akibat
aksi mitigasi dibandingkan dengan emisi BAU baseline. Pelaksanaan monitoring
implementasi RAD-GRK di sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan
melibatkan berbagai pihak terkait dari unsur pemerintah (pusat dan daerah),
perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat. Kegiatan monitoring ini fokus pada
beberap aspek, yaitu:
Implementsi RAD-GRK
Prov. Sumsel
RAN-GRK Indonesia
Penyusunan RAD-GRK
Prov. Sumsel
Penetapan Pergub RAD-
GRK Prov. Sumsel
RPJMD Prov. Sumsel
Renstra SKPD
RKPD SKPD
INTEGRASI
Usulan program/kegiatan
SKPD
MUSRENBANG Dana :
Nasional (APBN dan APBD
Internasional (Pinjaman, Hibah)
MONEV Umpan Balik
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 268
1. Identifikasi sumber emisi GRK dan menetapkan baseline data emisi GRK
Provinsi Sumatera Selatan dengan berkoordinasi dengan SKPD terkait
(Dinas Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Kehutanan, Dinas
Perkebunan, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Perhubungan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Selatan),
2. Identifikasi program SKPD terkait (Renstra, RPJMD, RKPD) yang berpotensi
memberikan kontribusi menurunkan emisi GRK yang kemudian dituangkan
sebagai program dan/atau kegiatan mitigasi dalam RAD-GRK. Langkah ini
dilanjutkan dengan melakukan penghitungan potensi penurunan emisi GRK
dan kemudian dijadikan target capaian penurunan Emisi GRK,
3. Perancangan piranti monitoring implementasi emisi GRK,
4. Penelusuran (tracking) proses implementasi RAD-GRK di Provinsi Sumatera
Selatan, dan
5. Mengukur capaian atau hasil. Langkah ini bertujuan untuk mengukur emisi
GRK akibat aksi mitigasi dan membandingkan hasilnya dengan emisi GRK
BAU baseline, seperti yang telah ditetapkan dalam Bab 2 dan Bab 4. Hasil
yang diperoleh kemudian digunakan sebagai bahan untuk diproses lebih
lanjut, yaitu evaluasi.
Monitoring memerlukan dan melibatkan unit/dan atau personil yang
bertanggungjawab, serta piranti untuk melakukannya. Langkah ini melibatkan;
1. Bappeda provinsi dan kabupaten/kota,
2. Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, PU Pengairan, BLH tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Pertambangan
dan Energi, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kebersihan kabupaten/Kota
3. Lembaga swasta (industri),
4. Perguruan tinggi,
5. Donor, dan
6. LSM.
6.2. Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk menilai kinerja aksi mitigasi dalam menurunkan emisi
GRK. Seperti halnya monitoring, evaluasi ini juga melibatkan berbagai pihak terkait
dari unsur pemerintah (pusat dan daerah), perguruan tinggi, swasta, dan
masyarakat. Kegiatan monitoring ini fokus pada beberap aspek, yaitu:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 269
1. Melakukan verifikasi dan analisis hasil monitoring,
2. Melakukan penilaian kinerja aksi mitigasi yang telah dituangkan dalam
dokumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan,
3. Melakukan evaluasi dan melakukan revisi dokumen RAD-GRK dengan
konsep continous improvement yang meliputi 4 komponen penting, yaitu
Plan, Do, Study, and Act (PDSA Concept) (Gambar 6.2),
4. Memberikan rekomendasi terkait rencana aksi penurunan emisi GRK, dan
5. Melaporkan hasil monev kepada SKPD dan lembaga terkait di tingkat
provinsi dan pusat.
Proses evaluasi ini juga memerlukan dan melibatkan unit/dan atau personil yang
bertanggungjawab untuk memantau kemajuan dan permasalahan atau kendala,
serta piranti untuk melakukannya. Langkah ini melibatkan;
1. Bappeda provinsi dan kabupaten/kota,
2. Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, PU Pengairan, BLH tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Pertambangan
dan Energi, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kebersihan kabupaten/Kota
3. Lembaga swasta (industri),
4. Perguruan tinggi,
5. Donor, dan
6. LSM
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 270
Gambar 6.2. Konsep continous improvenment dalam monev implementasi RAD-
GRK Provinsi Sumatera Selatan
STUDY • Mempelajari hasil implementasi
aksi mitigasi untuk melihat apa
yang telah dicapai dan bisa
dijadikan pelajaran.
• Mengamati, mengukur, dan
monitor pengaruh yang timbul
pada emisi GRK akibat aksi
mitigasi dibandingkan dengan
BAU Baseline.
DO Implementasi aksi
mitigasi yang telah
dituangkan dalam
dokumen RAD-GRK .
PLAN Merencanakan skenario aksi
mitigasi emisi GRK.
Merencanakan besaran target
penurunan emisi GRK pada
masing-masing skenario.
ACT Adopsi aksi mitigasi jika
memberikan hasil seperti
yang diharapkan. Jika
tidak, redisain aksi mitigasi
Ulangi konsep PSDA ini
dengan merujuk hasil yang
diperoleh.
Siklus PDSA merupakan
dasar pokja RAD-GRK
Sektor Pertanian Provinsi
Sumsel dalam implementasi
aksi mitigasi. Siklus ini
berbasis konsep continous
improvement.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 271
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan
a. Sumber Emisi GRK Provinsi Sumatera Selatan yaitu:
No Sumber Emisi Emisi Historikal
(ton CO2 - eq) No. Sumber Emisi
Emisi Historikal
(ton CO2 - eq)
1 Budidaya Padi 3,223,876.50 12 Industri Cpo 53,539.53
2 Peternakan 174,106.73 13 Industri Crumb Rubber 91,568.56
3 Perubahan Penutupan Lahan 25,202,079.78 14 Industri Makanan 100,828.87
4 Gambut 38,630,468.11 15 Industri Pulp and Papper 979,250.40
5 PLTU 1,195,541,239.00 16 Industri Semen 1,014,235
6 PLTD 30,224.24 17 Industri Pupuk 286,832.29
7 PLTG (PLN) 931,805,297.73 18 Timbunan 467,460
8 PLTG dan PLTMG (Swasta) 1,385,986.93 19 open burning 182,910
9 Bahan Bakar Minyak (tanpa
transportasi) 32,831.34 20 Komposting 7,140
10 Kayu 7,822,913.70 21 Limbah Cair Domestik 947,100
11 Kendaraan bermotor 2,036,551.78
b. Emisi BAU-Baseline Provinsi Sumatera Selatan:
Tahun Pertanian
Kehutanan dan Lahan Gambut
Energi Transportasi Industri Sampah/ Limbah
Total
------------------------------------------------------------ ton CO2 eq / tahun ---------------------------------------------------------
2010 - - 2,136,618,492.94 - -
734,948 2,137,353,440.94
2011 974,980.54 63,832,547.89 2,232,766,325.12 - -
869,604 2,298,443,457.55
2012 1,069,250.78 78,814,596.44 2,333,240,809.75 2,036,551.78 2,434,686.09
973,349 2,418,569,243.84
2013 1,139,476.17 93,796,644.99 2,438,236,646.19 2,342,034.55 2,556,420.39
1,056,370 2,539,127,592.29
2014 1,245,053.33 108,778,693.54 2,547,957,295.27 2,693,339.73 2,684,241.41
1,124,324 2,664,482,947.28
2015 1,347,720.88 123,760,742.09 2,662,615,373.56 3,097,340.69 2,818,453.48
1,182,424 2,794,822,054.70
2016 1,456,741.55 134,995,793.53 2,782,433,065.37 3,561,941.80 2,959,376.16
1,233,801 2,926,640,719.41
2017 1,575,666.98 146,230,844.97 2,907,642,553.31 4,096,233.07 3,107,344.97
1,280,583 3,063,933,226.30
2018 1,705,436.62 157,465,896.40 3,038,486,468.21 4,710,668.03 3,262,712.22
1,324,223 3,206,955,404.48
2019 1,847,079.48 168,700,947.84 3,175,218,359.28 5,417,268.23 3,425,847.83
1,365,720 3,355,975,222.66
2020 2,001,726.32 179,935,999.28 3,318,103,185.44 6,229,858.47 3,597,140.22 1,405,766 3,511,273,675.73
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 272
Gambar 7.1 Emisi BAU-Baseline Provinsi Sumatera
c. Usulan Aksi Mitigasi RAD – GRK Provinsi Sumatera Selatan
Sektor Aksi Mitigasi
Pertanian
a. Subsektor Budidaya Padi Sawah;
- Perbaikan dan optimalisasi sistem irigasi,
- Implementasi budidaya padi berbasis System Rice Intensification (SRI),
- Penanaman padi varietas rendah emisi,
- Pengembangan padi organik,
- Pengembangan pemupukan spesifik lokasi,
- Penyuluhan dan edukasi.
b. Subsektor Peternakan;
- Penggunaan dan pengembangan pakan ternak rendah emisi,
- Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber biogas,
- Seleksi genetik sapi yang mempunyai produktivitas tinggi,
- Penyuluhan dan edukasi.
Kehutanan dan Lahan Gambut
a. Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa
- Rehabilitasi Daerah Rawa
- Operasi dan Pemeliharaan Rawa
b. Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
c. Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
d. Program Perlindungan Hutan dan Konservasi SDH
- KegiatanPencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
- Kegiatan Bimbingan Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
- Kegiatan Pengamanan Hutan
- Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 273
Sektor Aksi Mitigasi
e. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut
- Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan
- Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan
- Kegiatan Rehabilitasi Hutan Catchment Area
f. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa
- Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa
- Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Budidaya Rotan dan Gaharu
- Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan
g. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
- Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
- Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan
- Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan
- Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi
h. Program Pengembangan Sentra-sentra Produksi Perkebunan
- Peremajaan dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat
- Pengembangan Kelapa sawit Rakyat
- Pengembangan Kopi Sambung
- Diversifikasi Tanaman Kopi, Kakao/Lada
- Bantuan benih karet untuk batang bawah
Energi
a. Kebijakan yang dilaksanakan untuk menunjang RAD-GRK
- Penyuluhan hemat energy (100 peserta)
- Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Ketenagalistrikan Lintas Kabupaten/Kota
- Audit Energi pada gedung pemerintah (2 instansi)
- Pengembangan Potensi dan Kecukupan Bahan bakar (15 kab/kota)
- Sosialisasi Pemanfaatan konversi energy gas dan LPG 3 kg
- Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5 kab/kota)
b. Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
- Pengadaan dan PemasanganPLTS
- Pembangunan dan operasi PLTP Lumut Balai Muara Enim
- Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
- Implementasi hemat energi
Transportasi
a. Park and Ride, 4 lokasi
b. Membangun Infrastruktur untuk pejalan kaki dan Pesepeda
c. Membuat kebijakan untuk Multimoda Transport:
d. Mengembangkan Jaringan BRT
e. ITS
f. Promosi/ Campaign for Clean Air Transport;
g. Provide Converter Kit for Gasoline
h. Mendorong Modal shift ke Angkutan Umum dengan cara
i. Peningkatan Transportasi Multimoda
- membuka jaringan jalan dan jalan tol baru (2012-2015) Membantu kerjasama PT. Jasamarga di daerah dengan Perusahaan Daerah (BUMD)
- Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di daerah Gunung medan untuk Stock Pile
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 274
Sektor Aksi Mitigasi
- Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di Stasiun Simpang, Keramasan
- Study DED Perbaikan Simpul multimoda di Stasiun KA di Stasiun Kertapati, Keramasan
- Study DED Pembangunan Lock and Dam
- Mendirikan Dredging Company dan membuat dredging program.
- Memelihara Kemampuan sungai untuk dilayari (navigability)
- Mengirim Student ke Hydraulic Laboratory, Antwerpen, Belgium
j. Pencatatan rutin Emisi di Sumatera Selatan
k. Capacity Building
l. Centre of Excellence for Multimodal Transport
- Membangun Multimodal Organization
- Membangun CO2 Emission data base
Industri
a. Program Peningkatan kapasitas IPTEK dalam system produksi
- Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri CPO
- Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri Makanan dan Minuman (Industri Menengah Besar)
- Penerapan substitusi biomassa sebagai bahan bakar alternatif pada Industri batubata (IKM)
b. Pengelolaan Lahan Gambut untuk pertanian berkelanjutan
- Inventarisasi dan evaluasi perkembanga kondisi PLTS dan PLTMH terpasang (5 kab/kota)
c. Pengembangan Pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
- Sosialisasi produksi bersih bagi IKM
- Sosialisasi konservasi energy bagi industry kecil menengah (IKM) di Sumsel
- Penerapan penggunaan biomassa sebagai ganti penggunaan listrik pada industry bata
d. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
- Bantuan peralatan produksi hemat energy bagi IKM
- Bimbingan Teknis pengoperasian peralatan hemat energy
Sampah/Limbah
Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
- Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kota/kab.
- Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 15 kota/kab
- Penyusunan AMDAL TPA 10 kota/kab
- Perencanaan Teknik TPST 3R
Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R
- Pembangunan TPS Terpadu (TPST)
- Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah
- Pendirian Bank Sampah
- Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk Reklamasi Tambang (pola Kemitraan)
- Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun (kearifan lokal sumsel)
- Program Kampung Iklim (15 K/K) dan Menuju Indonesia Hijau (5 K/K)
Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan
- Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic Landfill di 15 kota/kab.
- Operasional TPA semi-aerobic; pengadaan tanah timbun
- Penambahan sarana - prasarana persampahan
Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah
- Recovery gas metan di TPA I Sukawinatan (CDM-Project)
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 275
Sektor Aksi Mitigasi
Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
- Penyusunan Master Plan Air Limbah 15 kota/kabupaten
- Studi Kelayakan dan DED Septik Tank Komunal
- Studi Kelayakan & DED MCK Sanimas
- Sosialisasi Rencana Pembangunan Septik Tank Komunal
- Penyusunan SOP Pengelolaan Septik Tank Komunal
Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman
- Pembangunan MCK Plus
- Pembangunan MCK Sanimas
- Pembangunan Septik Tank Komunal
Program Pengelolaan Badan Air
- Sosialisasi prokasih/superkasih
- Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi.
Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
- Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat
- Pembentukan lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan
- PHAST Pasar, Sekolah
- STBM, CLTS, PHBS
- Sosialisasi kebersihan dan kesehatan kota (+ sosialisasi pelarangan open burning)
- Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata)
Program Inventori dan Pengelolaan Limbah Industri
- Pemantauan dan inventori limbah cair (inlet) dan padat per sektor industri
- Sosialisasi Clean Development Mechanism
- Standarisasi pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
- Sosialisasi pemanfaatan limbah PKS
- Standarisasi bangunan dan perawatan IPAL industri Crum Rubber
d. Target Penurunan Emisi GRK Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Pertanian
Kehutanan dan Lahan Gambut
Energi Transportasi Industri Sampah/ Limbah
Total
------------------------------------------------------------ ton CO2 eq / tahun ---------------------------------------------------------
2010 2,136,618,492.94 711,777 2,137,330,269.94
2011 377,892.82 63,832,547.89 2,232,766,325.12 829,601 2,297,806,366.83
2012 414,858.10 41,324,175.97 2,227,380,640.78 1,364,489.70 2,434,686.09 920,812 2,273,839,662.64
2013 401,774.44 18,815,804.06 2,330,280,626.54 1,569,163.15 2,355,558.79 983,716 2,354,406,642.98
2014 436,253.66 (3,692,567.86) 2,437,862,939.25 1,804,537.62 2,279,003.13 1,024,441 2,439,714,606.80
2015 461,111.01 (26,200,939.78) 2,550,340,840.35 2,075,218.27 2,204,935.53 1,056,229 2,529,937,394.38
2016 488,315.25 (19,636,426.83) 2,613,935,203.95 2,386,501.01 2,133,275.12 1,073,273 2,600,380,141.50
2017 507,338.34 (13,071,913.88) 2,736,877,346.07 2,744,476.16 2,063,943.68 1,090,659 2,730,211,849.37
2018 531,157.53 (6,507,400.94) 2,865,409,331.64 3,156,147.58 1,996,865.51 1,115,869 2,865,701,970.32
2019 555,461.24 57,112.01 2,999,783,517.50 3,629,569.72 1,931,967.38 1,141,243 3,007,098,870.85
2020 580,260.92 6,621,624.96 3,140,269,956.20 4,174,005.17 1,869,178.44 1,166,718 3,154,681,743.69
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 276
Gambar 7.2 Target Penurunan Emisi GRK Total di Provinsi Sumatera Selatan
e. Kelembagaan, Sumber Anggaran, Periode Pelaksanaan Mitigasi dan Biaya
Mitigasi RAD – GRK Provinsi Sumatera Selatan
Sektor Instansi yang terkait Aksi Mitigasi % Target
Penurunan Emisi
Sumber Anggaran
Periode Pelaksanaa
n
Biaya Mitigasi (Rp Milyar)
Pertanian
Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan, Dinas PU Pengairan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, BPDAS Musi, BKSDA, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Cipta karya, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Dinas Kebersihan kab/kota Badan Pusat Statistik
66.9
APBD
kab/kota
APBD Provinsi
APBN
2013 - 2020
2,195.87
Kehutanan dan Lahan Gambut
96.32 2,364.60
Energi 5.36 18.4
Transportasi 33 114.8
Industri 26 46.85
Sampah/Limbah 17 542.96
7.2 Saran
1. Perlu adanya sosialisasi RAD-GRK kepada SKPD di tingkat kabupaten kota di
lingkungan Provinsi Sumatera Selatan, dan
2. Perlu membentuk sekretariat RAD – GRK Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
dibawah koordinasi Bappeda untuk keperluan Monitoring dan Evaluasi
pelaksanaan aksi - aksi mitigasi.
3. Perlu adanya sosialisasi kepada Pelaku Usaha
4. RAD-GRK dijadikan salah satu pedoman dalam penyusunan perencanaan
5. Perlu adanya edukasi publik.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 277
Lampiran 1. Produksi jerami dan proporsi yang dibakar
Kabupaten/Kota
Tipologi Sawah (ha) Luas Panen (A) (ha) Produksi Jerami (ton) Jerami Dibakar (ton)
Irigasi Lebak Pasang Surut
Irigasi Lebak Pasang Surut
Irigasi Lebak Pasang Surut
Irigasi Lebak Pasang Surut
13.5 ton ha
-1 (Hidayat et al., 2006) 36.5% (Hidayat et al., 2006)
Ogan Komering Ulu (OKU)
2.596 517 0 5.192 1.034 0 70.092 13.959 0 25.584 5.095 0
OKU Selatan 12.342 0 0 24.684 0 0 333.234 0 0 121.630 0 0
OKU Timur 34.671 12.006 0 69.342 24.012 0 936.117 324.162 0 341.683 118.319 0
Ogan Komering Ilir 650 56.389 15.821 1.300 112.778 3.1642 17.550 1.522.503 427.167 6.406 555.714 155.916
Ogan Ilir 0 50.532 0 0 101.064 0 0 1.364.364 0 0 497.993 0
Muara Enim 6.684 17.764 0 13.368 35.528 0 180.468 479.628 0 65.871 175.064 0
Lahat 15.196 0 0 30.392 0 0 410.292 0 0 149.757 0 0
Musi Rawas 13.752 6.866 0 27.504 13.732 0 371.304 185.382 0 135.526 67.664 0
Musi Banyuasin 0 21.700 30.467 0 43.400 60.934 0 585.900 822.609 0 213.854 300.252
Banyuasin 0 39.087 149.684 0 78.174 299.368 0 1.055.349 4.041.468 0 385.202 1.475.136
Palembang 0 6.320 41 0 12.640 82 0 170.640 1.107 0 62.284 404
Prabumulih 350 100 0 700 200 0 9.450 2.700 0 3.449 986 0
Pagar Alam 3.451 0 0 6.902 0 0 93.177 0 0 34.009 0 0
Empat Lawang 12.928 0 0 25.856 0 0 349.056 0 0 127.405 0 0
Lubuk Linggau 858 0 0 1.716 0 0 23.166 0 0 8.456 0 0
TOTAL 103.478 211.281 19.6013 206.956 422.562 392.026 2.793.906 5.704.587 5.292.351 1.019.776 2.082.174 1.931.708
TOTAL JERAMI 13.790.844 JERAMI DIBAKAR 5.033.658
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 278
Lampiran 2
6. Jenis Bahan Bakar dari Pertamina
No Jenis Bahan
Bakar
Faktor emisi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
(ton CO2e/kL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL) (KL)
1 Avigas 2.6 17 18 40 4 32 0 0 38
0
2 Avtur 2.6 11,957 11,849 12,866 12,490 21,747 21,875 0 27,944 11,977 28,496 20,934
3 BB2L 2.6 5,315 4,960 785 0 0 0 0 0 0
0
4 Premix 2.6 2,880 3,360 2,490 970 4,110 0 0 0 0
0
5 Pertamax 2.6 0 0 0 2,129 4,650 4,675 0 4,550 1,510 10,124 10,124
6 Premium 2.6 353,664 267,442 278,556 224,580 366,504 343,221 432,044 489,044 413,270 15,618 661,788
7 Minyak tanah 2.58 358,893 299,183 286,406 217,940 290,975 293,372 242,943 244,961 142,733 5,674 3,392
8 Minyak diesel 2.2 65,909 48,749 53,127 456,023 45,096 17,665 37,088 22,015 12,509 36,420 14,367
9 Minyak Solar 2.2 945,089 612,487 627,093 31,042 693,710 408,267 629,948 633,084 524,328 568,534 803,343
10 Minyak Bakar 2.2 99,780 672,741 61,034 53,928 28,447 17,665 45,415 30,776 25,121 88,490 36,006
JUMLAH
1,843,504 1,920,789 1,322,397 999,106 1,455,271 1,106,740 1,387,438 1,452,412 1,131,448 724,860 1,549,954
7. Emisi CO2 dari Jenis – Jenis Bahan Bakar dari Pertamina
Bahan Bakar Faktor emisi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
(ton CO2e/kL) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton
CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton
CO2e)
Avigas 2.6 44.2 46.8 104 10.4 83.2 0 0 98.8 0 0 0
Avtur 2.6 31088.2 30807.4 33451.6 32474 56542.2 56875 0 72654.4 31140.2 74089.6 54428.4
BB2L 2.6 13819 12896 2041 0 0 0 0 0 0 0 0
Premix 2.6 7488 8736 6474 2522 10686 0 0 0 0 0 0
Pertamax 2.6 0 0 0 5535.4 12090 12155 0 11830 3926 26322.4 26322.4
Premium 2.6 919526.4 695349.2 724245.6 583908 952910.4 892374.6 1123314.4 1271514.4 1074502 40606.8 1720648.8
Minyak tanah 2.58 925943.94 771892.14 738927.48 562285.2 750715.5 756899.76 626792.94 631999.38 368251.14 14638.92 8751.36
Minyak diesel 2.2 144999.8 107247.8 116879.4 1003250.6 99211.2 38863 81593.6 48433 27519.8 80124 31607.4
Minyak Solar 2.2 2079195.8 1347471.4 1379604.6 68292.4 1526162 898187.4 1385885.6 1392784.8 1153521.6 1250774.8 1767354.6
Minyak Bakar 2.2 219516 1480030.2 134274.8 118641.6 62583.4 38863 99913 67707.2 55266.2 194678 79213.2
JUMLAH 4341621.34 4454476.94 3136002.48 2376919.6 3470983.9 2694217.76 3317499.54 3497021.98 2714126.94 1681234.52 3688326.16
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 279
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Pemprov Sumsel. 2005. Master Plan lumbung pangan Sumatera Selatan. Bappeda
Pemprov Sumsel.
Bappeda Pemprov Sumsel. 2012. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan
2012. Bappeda Pemprov Sumsel.
BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Sumsel Dalam Angka. 2010. BPS Provinsi Sumatera
Selatan.
Hidayat, M., Harjono, Marsudi, dan Andri. 2006. Rancang bangun alat-mesin pencacah jerami
padi untuk penyiapan bahan pakan ternak ruminansia. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.
IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Prepared by the
National Greenhouse Gas Inventories Programme, Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K.,
Ngara T. and Tanabe K. (eds). IGES, Japan.
Lara, L., Artaxo, P., Martinelli, L., Camargo, P., Victoria, R., and Ferraz, E. 2005. Properties of
aerosols from sugar-cane burning emissions in Southeastern Brazil. Atmospheric
Environment 39(26): 4627-4637.
Ripoli, T.C.C, Molina Jr., W.F., and Ripoli, M.L.C. 2000. Energy potential of sugarcane
biomas in Brazil. Scientia Agricola 57(4): 677-681.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 280