batas maksimum pemberian pembiayaan di...
TRANSCRIPT
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI
BAITUTTAMWIL TAMZIS WONOSOBO
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syari’ah
OLEH :
EDY NUGROHO
NIM : (072503034)
PRODI PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
Dalam islam mengajarkan, “Sesuatu yang Dalam islam mengajarkan, “Sesuatu yang Dalam islam mengajarkan, “Sesuatu yang Dalam islam mengajarkan, “Sesuatu yang berlebihan tidaklah baik”berlebihan tidaklah baik”berlebihan tidaklah baik”berlebihan tidaklah baik”
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini Kupersembahkan;
• Bapak dan Ibu yang terhormat, yang senantiasa selalu mendoa’akan Aku
dan menanti kesuksesanku. Bersama do’a dan pengharapan semoga Allah
memberikan Rahmat, Taufik, serta mengulurkan kasih sayang-Nya dan
mengampuni segala dosa serta selalu melindungi. Amin...
• Untuk Simbah yang selalu mendoakan aku, makasih Mbah....
• Untuk Adikku Tersayang Dedy Sumawiguna yang menantikan
kesuksesanku, makasih ya Dek…
• Untuk seluruh Keluarga Besarku, terima kasih atas dukungan dan do’anya
• Untuk Teman-Teman D3 seangkatan 2007, jangan patah semangat, terus
berjuang dan keep trying!
• Buat Teman-Teman yang magang di TamzisWonosobo, trimakasih atas
semua dukungannya
• Semua pihak yang telah membantu selama proses penulisan Tugas Akhir
ini, hingga Tugas Akhir ini terwujud.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
Tugas Akhir ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga Tugas Akhir tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang,
Deklarator,
Edy Nugroho
ABSTRAK
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BAITUTTAMWIL
TAMZIS WONOSOBO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran BMPP terhadap
kestabilan kas di Baituttamwil Tamzis Wonosobo, pelaksanaan BMPP di
BT Tamzis Wonosobo perlu dibenahi agar lebih baik, dengan cara lebih
teliti dalam melakukan pencairan. Hal tersebut dilakukan guna
menghindari kredit atau pembiayaan macet.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris yang
bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis
dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung
dari lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
dengan obyek yang diteliti. Adapun data penelitian ini diperoleh dari
pengelola dan pengawas syari’ah BMT. Selain itu penulis juga
menggunakan data sekunder sebagai pendukung data primer yang
diperoleh secara tidak langsung melalui bahan kepustakaan dari buku,
dokumen, laporan, peraturan perundang-undangan dan sumber terulis
lainnya yang sesuai denga maslah yang diteliti. Adapun teknik
pengumpulan data ang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan bersifat kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
BMPP pada BT Tamzis memiliki peranan penting dalam setiap
pembiayaan. Hal ini dlakukan agar BT Tamzis senantiasa dapat
terpelihara dan dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Dan
sesuai peraturan perbankan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa kita ikuti teladannya. Hanya dengan
limpahan nikmat dan pertolongan serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
maka penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan meskipun masih jauh dari
kesempurnaan.
Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat ujian Munaqosah, yang selanjutnya akan memnperoleh gelar Ahli Madya di
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Bersamaan dengan terealisasinya
pemyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul “Batas Maksimum Pencairan Kredit Di
Baituttamwil Wonosobo” tak lepas dari bantuan berbagai pihak oleh karenanya
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A. selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang,
2. Bapak Drs. H. Muhyiddin M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang,
3. Bapak Dr. Imam Yahya,M.Ag, selaku Ketua Prodi Perbankan Syari’ah,
4. Bapak Nur fatoni, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penyusunan Tugas Akhir ini,
5. Para Dosen dan Staff pengajar di lingkungan IAIN Walisongo Semarang,
6. Kedua Orang Tuaku Tercinta, Bpk. Masruchan dan Ibu Jukaenah yang tak
pernah berhenti berdo’a untukku dan selalu mendukungku,
7. Bpk Attabik Ali, selaku pembimbing dalam pelaksanaan magang di
Baituttamwil Tamzis Wonosobo yang memberikan ijin kepada peneliti dan
segenap karyawan yang telah membantu hingga terseleseinya Tugas Akhir
ini,
8. Keluarga besar D3 PBS khususnya angkatan ’07, makasih atas semua
dukungannya, dan buat angkatan ’08 & ’09 tetap semangat !!!
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan yang telah
membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis hanya mampu
menghaturkan sebuah ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas dari hati
sanubari yang paling dalam, serta iringan do’a semoga Allah memberikan
rahmat dan keselamatan kepada kita semua, Amin…..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu saran, kritik, masukan akan selalu penulis
harapkan. Semoga dengan disusunnya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang,03 Mei 2010
Edy Nugroho
072503034
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
DEKLARASI ................................................................................................... vi
ABSTRAKSI ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
E. Metode Penelitian...................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan........................................................ ........ 8
BAB II : GAMBARAN UMUM BT TAMZIS WONOSOBO
A. Sejarah Berdirinya .................................................................... 9
B. Visi dan Misi BT Tamzis ......................................................... 11
C. Struktur Organisasi ..................... ............................................ 12
D. Produk-Produk ........................................................................ 13
E. Manajemen Koperasi .............................................................. 18
BAB III : LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Arti Penting BMPP........................ ........................................... 22
B. Kriteria dan Pelaksanaan BMPP ........................................ 23
C. Tingkat Kesehatan............ ............................................. ............ 24
D. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia ............................... 25
E. Pelaksanaan BMPP di BT TamzisWonosobo ......................... 35
F. Analisis........................................................................................ 36
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 38
B. Saran.......................................................................................... 38
C. Penutup...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di setiap lembaga keuangan syari’ah memiliki Batas Maksimum
pemberian pembiayaan (BMPP) dalam setiap pencariannya. Undang-undang
nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian disusun untuk mempertegas Jati
diri, kedudukan, permodalan, dan pembinaan Koperasi sehingga dapat lebih
menjamin kehidupan Koperasi sebagaimana diamanatkan oleh pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan pinjam
oleh Koperasi serta Kepmen Koperasi dan UKM No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
KJKS maka semakin jelas bahwa kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syari’ah
perlu di tumbuh kembangkan.
Penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana perlu
dilakukan, antara lain dengan penyebaran portofolio penyediaan dana yang
diberikan agar resiko penyediaan dana tersebut tidak terpusat pada peminjam
atau kelompok peminjam tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, perlu
dilakukan penyempurnaan terhadap Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit No.31/61/KEP/DIR.1
1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/13/PBI/2009 - Batas Maksimum Pemberian Kredit
2
Dalam ekonomi syari’ah. Terbukti dengan kenyataan bahwa Rasulullah
dan Khulafaur Rasyidin (khalifah yang empat) hanya sekali melakukan
anggaran defisit. Dalam ilmu ekonomi hal ini akan mencegah ekspansi
moneter yang
Selanjutnya mengontrol inflasi dan kestabilan nilai tukar uang. Utang
yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang menunjukkan ketidak
efektifan fungsi utang itu sendiri karena hal itu berarti melanggengkan saving
investment gap. Untuk mengatasi saving investment gap dalam jangka waktu
pendek dapat diatasi dengan utang sebagaimana pernah dilakukan oleh
Rasulullah ketika jatuhnya kota Makkah, yang dilunasi sebelum satu tahun
yaitu setelah perang Hunayan.
Namun bila saving investment gap berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang, maka solusi nya adalah dengan meningkatkan saving, antara
lain dengan mengontrol kredit konsumtif melalui kebijakan fiskal. Instrumen
bunga bukan merupakan instrumen yang efektif untuk mempengaruhi tingkat
saving. Cara kedua adalah dengan sistem bagi hasil.2
Pemberlakuan bunga di awal transaksi, yang tidak mempertimbangkan
apakah peminjam akan untung atau rugi dalam usahanya, merupakan sebuah
ketidakadilan. Bank konvensional, sebagai bagian dari sistem ekonomi
kapitalis, hanya mau tahu berapa bunga yang dia terima dari nasabah
peminjam terlepas dari apakah usaha debitur maju atau bangkrut. Kalau
peminjam tidak dapat mengembalikan angsuran tepat pada waktunya, maka
2 Adiwarman Azwar Karim, Manajemen Bank Syari’ ah, Jakarta:, 2008, hlm. 56
3
bank secara otomatis memberlakukan bunga tidak hanya terhadap cicilan
yang masih harus dibayar, tapi juga terhadap bunga bulan sebelumnya. Jadi,
bunga-berbunga. Sistem bunga sudah tidak adil, apalagi bunga-berbunga,
jelas makin tidak adil. Itulah yang selama ini dilakukan oleh bank-bank
konvensional.
Dalam praktek bank konvensional, hubungan antara pihak bank dan
nasabah menjadi tidak seimbang, karena bank selalu berada pada posisi tawar
yang lebih tinggi dari pada nasabah. Hal itu mencerminkan
ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut. Sebetulnya istilah kreditur-
debitur itu sendiri sudah mengandung kontraksi bahwa hubungan kedua belah
pihak tidak seimbang.3
Penerapan di BT Tamzis Wonosobo dalam prakteknya melakukan
pencairan pembiayaan maksimum 70-75% dengan agunan/jaminan yang
masih berlaku.
Demikian perbedaan peraturan antara undang-undang pemerintah
dengan peraturan yang ada pada BT Tamzis Wonosobo, undang-undang
pemerintah mengatakan Penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan
dana perlu dilakukan, antara lain dengan penyebaran portofolio penyediaan
dana yang diberikan agar resiko penyediaan dana tersebut tidak terpusat pada
peminjam atau kelompok peminjam tertentu. Sedangkan peraturan yang ada
di BT Tamzis Wonosobo mengatakan batas maksimum pencairan
pembiayaan adalah 70% dengan agunan dan catatan yang berlaku. Hal itulah
3 Dr Setiawan Budi Utomo, Hutang Dalam Perspektif Islam,Jakarta ;1997, cet ke-2,hlm.45
4
yang menyebabkan penulis tertarik untuk menulis tentang BMPP di BT
Tamzis Wonosobo.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam tugas
akhir ini adalah Bagaimana kriteria dan Pelaksanaan BMPP di BT Tamzis
Wonosobo?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1) Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis di BT Tamzis
Wonosobo adalah sebagai berikut:
Untuk bekal di masa yang akan datang guna dapat menerapkan suatu
keadaan lebih baik secara teknis maupun praktis.
2) Manfaat Penelitian
a. Hasil penerapan diharapkan menyumbang kajian ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya.
b. Diharapkan dapat memberikan masukan dalam usaha perbaikan atas
kekurangan yang ada dalam upaya pengembangan BMT yang lebih
baik.
c. Melatih bekerja dan berpikir kreatif dengan mencoba mengaplikasikan
teori-teori yang didapat selama studi, serta memenuhi salah satu syarat
5
guna mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Syari’ah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Dari hasil survey lapangan di BT Tamzis Wonosobo pada bulan
februari 2010, secara umum belum ada yang mengkaji mengenai BMPP
(Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan). Hasil yang sama didapatkan
ketika melakukan survey kepustakaan, yaitu belum ada yang mengkaji
mengenai BMPP pada Tamzis Wonosobo. Dari sinilah dapat dipahami bahwa
penelitian tentang judul BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN
PEMBIAYAAN di BT Tamzis Wonosobo belum pernah dilakukan. Hal ini
dilakukan guna menghindari pengulangan terhadap penelitian yang sama.
Artinya bahwa penyusunan tugas akhir yang dilakukan penulis bukan usaha
penjiplakan dan pengulangan.
E. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data yang jelas (valid) dalam penelitian ini, maka
penulis akan menggunakan identifikasi sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis / lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
6
2. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode ini merupakan pengumpulan-pengumpulan data dengan
cara mengamati langsung terhadap objek tertentu di lapangan yang
menjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja di BT Tamzis
Wonosobo serta mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan
BMPP
b. Dokumentasi
Yaitu dengan cara mencari data mengenali hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen,
agenda dan sebagainya.
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan wawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu. Wawancara tersebut penulis lakukan dengan cara
tanya jawab kepada bagian-bagian yang terkait dengan tema yang
diangkat di BT Tamzis Wonosobo yaitu bagian accounting,
administratif, marketing. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
penyimpangan atau salah pengertian mengenai permasalahan.
3. Sumber Data
a. Data Primer
7
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu maupun perseorangan, seperti hasil wawancara atau
hasil pengisian kuesioner.4 Dengan data ini penulis mendapatkan
gambaran umum tentang BT Tamzis Wonosobo, serta data mengenai
BMPP di BT Tamzis Wonosobo.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain.5
4. Analisis Data
Dari data-data yang terkumpul, penulis berusaha menganalisis data
tersebut. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan tehnik analisis
deskriptif, yaitu data-data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam
bentuk kata-kata maupun gambar, kemudian di deskripsikan sehingga
dapat memberikan kejelasan kenyataan yang realistis. Misalnya, pak
Mahmud mengajukan pembiayaan di BT Tamzis Wonosobo sebesar 150
juta dengan agunan sertifikat sebidang tanah dengan nilai jual kisaran 225
juta. 70%(batas maksimum pemberian pembiayaan di Tamzis Wonosobo)
dari 225 juta adalah Rp 157.500.000. akhirnya pengajuan pembiayaan pak
mahmud dapat dicairkan. Menurut Gay (1976) metode ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya
proses penelitian / riset.
4 Husen Umar, Research Method in Finance and Banking, Jakarta : PT Gramedia Pustaka,
2003,cet. 2,hlm.156
8
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memberi kemudahan dalam memahami Tugas Akhir, maka penulis
menguraikan susunan penulisan secara sistematis, adalah sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan TA.
Bab 2 : Gambaran umum di BT Tamzis Wonosobo
Pada bab ini diuraikan tentang sejarah berdirinya, visi dan
misi, struktur organisasi, produk-produk, manajemen
koperasi.
Bab 3 : Pembahasan
Pada bab ini menjelaskan tentang kriteria dan pelaksanaan
BMPK di Tamzis Wonosobo secara Islami
Bab 4 : Penutup
Berisi tentang kesimpulan, saran, dan penutup.
9
BAB II
GAMBARAN UMUM BAITUTTAMWIL TAMZIS WONOSOBO
A. Sejarah Berdirinya
Tamzis merupakan lembaga keuangan syari’ah non bank yang didirikan
di kecamatan kretek, kabupaten Wonosobo pada tanggal 22 Juni 1992. Pada
awalnya merupakan lembaga di bawah muhammadiyah cabang kretek
Wonosobo yang diberi tugas menarik dan menyalurkan zakat, infaq, sodaqoh
(zis) atau biasa disebut Baituttamwil. Dalam penyalurannya tidak diberikan
secara langsung, tetapi diberikan dalam bentuk pinjaman (qordhul hasan) agar
lebih banyak masyarakat yang menikmati.
Karena manajemen dana juga mengalir pada petani dan pedagang di
pasar, sehingga penyaluran dana tidak hanya dengan akad qordhul hasan saja,
akhirnya diputuskan adanya pemisahan manajemen yaitu, untuk pengelolaan
dana mal (zakat, infaq, dan shadaqah) di amanatkan kepada lembaga khusus
yaitu beperlurzam yang sekarang namanya diubah menjadi Tamadun,
sedangkan koperasi jasa keuangan syari’ah Baituttamwil TAMZIS secara
khusus mengelola dana komersial (sebagai Baituttamwil).
Pada tanggal 14 November 1994, KJKS Tamzis mendapat status badan
hukum dengan nomor 122277/ B.H/ VI/ XI/ 1994 dari departemen koperasi9.
Dengan alamat di Jl. Kyai Muntang Wonosobo yang sebelumnya berada di
Kertek. Dan atas kegigihan pengelolaannya TAMZIS dengan motto “Happy
Life Happy Syari’ah”, memperoleh 2 penghargaan sebagai koperasi
berprestasi tingkat nasional (2001) dan tingkat kabupaten (2002) yang kini
memiliki 1 kantor pusat yang representatif, 14 kantor cabang pembantu dan 11
kantor cabang.10
Saat krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi
berkepanjangan tahun 1998 telah membuktikan bahwa ekonomi rakyat lebih
10 Profil Baituttamwil Tamzis
10
mampu bertahan dari hempasan badai krisis. Dan lembaga-lembaga keuangan
syari’ah telah memberi inspirasi kepada bank dan lembaga-lembaga keuangan
besar untuk menetapkan prinsip syari’ah. Menciptakan iklim yang kondusif
bagi KJKS Tamzis untuk maju dan berkembang. Dengan bukti ini menjadikan
pengelola TAMZIS bersemangat dan optimis koperasi syari’ah akan terus
berkembang dan maju mencapai visi yang hendak dicapai.
Pada tahun 2003 dengan prestasi dan kinerja yang terus meningkat,
TAMZIS mendapat izin dari Departemen Koperasi Republik Indonesia untuk
membangun cabang di berbagai kota di Indonesia. TAMZIS melayani anggota
dengan sistem jemput bola. Dengan prinsip ingin menciptakan kemudahan
pengembangan ekonomi. Marketing TAMZIS akan senantiasa siap
memberikan pelayanan di tempat anggota, selain itu proses pencarian dana
diusahakan secepat dan sepraktis mungkin dengan tetap berpegang pada
prinsip syari’ah dan azaz profisionalitas.
Untuk menjamin keamanan dana dan surat-surat berharga milik anggota
dari pencurian, kebakaran atau musibah lainnya. Semua kantor pelayanan
telah dilengkapi dengan sistem keamanan dan peralatan standar TAMZIS.
Sebagai bagian dari pelayanan anggota, manajemen TAMZIS
menggunakan sistem informasi secara integral, yang memadukan program
simpanan dan pembiayaan dengan program akuntansi, sehingga mampu
menampilkan informasi keuangan baik neraca maupun laba rugi secara cepat
dan akurat. Secara garis besar dapat diuraikan data TAMZIS Wonosobo
sebagai berikut :
Nama Lembaga : KJS BAITUTTAMWIL TAMZIS
Motto : “Happy Life Happy Syari’ah”
Berdiri : 22 Juli 1992
Badan Hukum : 12277/ B.H/ VI/ XI/ 1994 14 November 1994
NPWP : 1.606.549.2-524
Alamat : Jl. Kyai Muntang No. 3 Wonosobo-Jawa Tengah
Telepon / Fax : 0286-325303 / 0286-325064
11
B. Visi dan Misi KJKS Baituttamwil TAMZIS
1. Visi :11
“Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah Utama, terbaik, dan
terpercaya”.
“To be prominent Shari’a Micro Finance Institution, the best end trusted”.
2. Misi :12
- Membantu dan memudahkan masyarakat mengembangkan kegiatan
ekonomi produktifnya
- Mendidik masyarakat untuk jujur, bertanggung jawab, profesional dan
bermanfaat
- Menjaga kesucian umat dari praktek riba yang menindas dan dilarang
agama
- Membangun dan mengembangkan sistem ekonomi yang adil, sehat
dan sesuai syari’ah
- Menciptakan sistem kerja yang efisien dan inovatif
11
Ibid,
12 Ibid,
12
B. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi KJKS Baituttamwil TAMZIS Wonosobo
Pengurus
1. Ketua : Ir. H. Saat Suharto
2. Wakil Ketua I : H. Mudasir Chamid
(Bidang Organisasi)
3. Wakil Ketua II : Ir. H. Sholeh Yahya
(Bidang Usaha)
4. Sekretaris : Drs. Yusuf Effendi
5. Wakil Sekretaris : Drs. H. Khozin
6. Bendahara : H. Aswandi Danoe A. S. Sos
7. Wakil Bendahara : H. Subakdo
8. Ketua Dewan Pengawas Syari’ah : H. Teguh Ridwan, BA
9. Wakil Ketua Pengawas Syari’ah : Habib Mahfur
KJKS BAITUTTAMWIL WONOSOBO
KANTOR PUSAT
MANAJER UMUM
WAKIL MANAJER
MANAJER OPERASIONAL
MANAJER ADUM
HRD & ADM
DEVISI –
TAMADUN
DEVISI
PENJAMIN
DEVISI
PEMBIAYAAN
DEVISI
Intenal
Control/ IT
Cab. Wonosobo Cab. Yogyakarta Cab. Jakarta Cab. Banjarnegara Cab. Bandung
Cab. Temanggung Cab. Purwokerto Cab. Cilacap Cab. Magelang Cab. Klaten
13
Manajemen :
1. Manager : Budi Santoso
2. Wakil Manager : Tri Supriyowijiyanto
3. Manager Investasi : Erwin Saleh
4. Manager Pembiayaan : Attabik Ali
C. Produk-Produk
KJKS Baituttamwil TAMZIS mengoperasikan usahanya dengan
menghimpun dana dari masyarakat dan di salurkan lewat pembiayaan kepada
masyarakat golongan ekonomi dan menengah ke bawah. Adapun produk yang
ditawarkan terdiri dari dua produk yaitu penghimpunan dana (saving) dan
produk penyaluran dana (pembiayaan).13
13
Profil Baituttamwil Tamzis
Produk-Produk Baituttamwil Tamzis Wonosobo
Funding Jasa
Simpanan
Mutiara
Ijabah
Simpanan
Pendidikan
S. Haji Safa
S. Qurma
Landing
P. BBA
(Investasi)
P. Mudharab
P. Murabah
P. Musyarak
P. Ijarah
Tamzis Fast Service/
Bridging Loan
Sewa Beli
Arafah (arisan
ta’awuni haji)
14
1. Produk Penghimpunan dana
a. Simpanan Mutiara (memudahkan transaksi syari’ah anda)
Merupakan jenis simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu
sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan prinsip wadiah yad adh
dhamamah, yaitu menerima titipan dari anggota atau masyarakat
kemudian disalurkan atau diputarkan dalam usaha yang produktif.
Setoran awal sebesar Rp. 5.000,- dan selanjutnya minimal
Rp. 1.000 dengan saldo minimal Rp. 5.000. Produk ini sangat cocok
untuk pembayaran listrik, telepon, air dan kendaraan dan sangat
cocok pula bagi mereka yang memiliki usaha perdagangan dipasar
maupun di sentra usaha lainnya. Anggota dapat menyetor dan
mengambil tabungan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan di semua
kantor cabang.
b. Simpanan Qurma (Qurban, walimah dan aqidah)
Jenis simpanan ini ditujukan guna membantu merencanakan
ibadah qurban, walimah maupun aqiqah yang menggunakan prinsip
wadiah dengan pemberian bagi hasil setiap bulan. Setoran awal
minimal Rp. 5.000 dan selanjutnya minimal Rp. 1.000 dapat
disetorkan langsung atau didatangi pihak Tamzis baik di rumah atau
di tempat usaha.
c. Simpanan Haji Safa
Jenis simpanan ini ditujukan bagi masyarakat yang akan
mempersiapkan biaya haji dengan cara menabung. Simpanan ini
menggunakan prinsip wadi’ah dengan bagi hasil yang diberikan
setiap bulan. Setoran pertama minimal Rp. 20.000 selanjutnya
minimal Rp. 5.000 proses menabung dapat disetor langsung atau
ditangani ke rumah (tempat usaha)
d. Simpanan Pendidikan
Simpanan pendidikan khusus untuk siswa sekolah, oleh karena
itu menabung melatih siswa untuk kedisiplinan berhemat yang perlu
15
ditanamkan sejak kecil. Siswa tidak harus ke kantor untuk menabung
tapi petugas datang ke sekolah untuk mengolektif tabungan dengan
setoran awal Rp. 5.000 dan selanjutnya minimal Rp. 2.000
penyetoran dapat dilakukan setiap saat dan penarikannya hanya dapat
dilakukan sekali dalam satu tahun atau pada saat pergantian ajaran
baru.
e. Ijabah (Investasi berjangka mudharabah)
Ijabah adalah simpanan berjangka atau deposito yang banyak
diminati anggota, terutama kalangan pegawai dan pengusaha. Produk
ini sangat tepat sebagai sarana infestasi yang sesuai dengan syar’I
yang menggunakan prinsip mudharabah. Setoran minimal Rp.
1.000.000 dan kelipatanya bagi hasil setiap akhir bulan.
Ijabah ini secara otomatis dapat diperpanjang dan dapat di
rancang untuk membiayai suatu proyek tertentu (sesuai syarat yang
tertuang pada akad)
2. Produk Penyaluran Dana.
a. Al Bai'i bitsaimani ajil (BBA)
Produk ini ditawarkan bagi anggota yang membutuhkan barang
investasi, seperti kendaraan bermotor dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Jenis dan merek kendaraan bermotor bebas, sesuai dengan
permintaan.
- Tahun pembuatan tidak lebih dari delapan tahun, untuk
kendaraan roda empat.
- Tahun pembuatan tidak lebih dari lima tahun, untuk kendaraan
roda dua
- Uang muka minimal 30% untuk kendaraan baru, dan 50 % untuk
kendaraan bekas.
Pelaksanaanya, Tamzis sebagai pihak penjual dan aggota
sebagai pembeli. Awalnya Tamzis membelikan produk sesuai
permintaan anggota kemudian dijual dengan pola angsuran setelah
16
kesepakatan keuntungan telah dilakukan, atau bisa juga sesuai
dengan akad wakalah, di mana anggota diberi sejumlah uang sebagai
perwakilan. Tamzis untuk membeli barang sesuai dengan permintaan
tersebut.
b. Pembiayaan musyarakah
Sementara ini hanya bisa dilaksanakan Tamzis sebagai sarta
menyalurkan dana dan diperuntukan proyek-proyek yang
profitabilitasnya tinggi.
c. Pembiayaan modal usaha (mudharabah)
- Diperuntukan bagi usaha produktif yang memiliki tingkat
keuntungan yang baik, dan membutuhkan tambahan modal kerja
untuk operasionalisasi usahanya.
- Menggunakan sistem mudharabah, di mana Tamzis menyetorkan
sejumlah uang untuk tambahan modal kerja bagi anggota.
- Pemohon mengajukan rancangan kerja yang usahanya telah
berjalan minimal selama satu tahun.
- Jangka waktu pembiayaan rata-rata 3 sampai dengan 6 bulan. Di
Tamzis pembiayaan mudharabah menempati posisi pertama
sebagai pembiayaan yang banyak digunakan, terutama para
pedagang pasar yang merupakan anggota terbesar di Tamzis.
- Dengan pembagian keuntungan berdasar pada profit and loss
sharing, maka Tamzis berhak atas bagi hasil sesuai nisbah bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, dan apabila
usaha anggota mengalami kerugian dan tanpa penyelewengan
atau kesenjangan dan dapat dibuktikan dengan jelas, maka
Tamzis hanya mengambil pokok yang di setor saja.
Jumlah anggota pembiayaan ini merupakan bagian terbesar dari
seluruh jumlah pembiayaan yang dilayani oleh KJKS Baituttamwil
Tamzis karena pengguna produk ini mayoritas adalah pedagang pasar
dan merupakan anggota terbesar di KJKS Baituttamwil Tamzis.
17
3. Jasa
a. Tamzis Fast Service (TFS) / Bridging Loan.
Tamzis Fast Service (TFS) Merupakan pembiayaan mudharabah
yang di peruntukan bagi anggota khusus yang bersifat mendadak,
dimana dana dapat dicairkan maksimal 1 hari dari pengajuan
pembiayaan atas kebutuhan dana anggota tersebut. Dengan jangka
waktu 1 bulan jenis pembiayaan ini lebih menguntungkan. Namun,
Tamzis hanya bisa memberikan pembiayaan ini pada anggota khusus
(VIP) yang memiliki usaha produktif dengan profitabilitas tinggi.
Biasanya para pedagang yang usahanya telah berjalan selama 1
tahun.
b. Sewa beli
Merupakan pembiayaan bagi hasil anggota yang hendak
menyewa peralatan yang dibutuhkan seperti alat produksi dan
kendaraan, dan nantinya barang tersebut dimiliki dengan
membelinya. Di mana Tamzis menetapkan biaya sewa barang
tersebut. Adapun akad yang digunakan yaitu bai'i takjiri.
c. Arafah (arisan ta'awuni haji)
Dirancang bagi jama'ah (pengajian, bimbingan haji dan lain-
lain) atau kelompok yang bersapakat untuk saling tolong menolong
(Ta'awun). Produk ini sangat cocok untuk orang yang sudah saling
mengenal untuk mempererat tali ukhuwah, tanpa menggunakan
undian, untuk menjamin kepastian haji dan peserta tidak dibebani
untuk biaya pengelolaan.
persyaratan antara lain :
- Sudah memenuhi syarat mampu haji (istiqoh)
- Satu kelompok terdiri dari 5 orang.
18
D. Manajemen Koperasi
Operasional sehari-hari Tamzis dilaksanakan oleh manajer yang
bertanggung jawab kepada pengurus. Dalam hal ini pengurus hanya
mengawasi kinerja dan produk syari'ah.
Pengelolaan usaha Tamzis melalui berbagai bidang dilakukan secara
professional dengan tetap memperhatikan anggota. Manajemen tersebut
dilaksanakan dalam hal sebagai berikut:
a. Operasionalisasi usaha
Dalam operasional usahanya Tamzis mendasarkan kegiatannya pada
perundang-undangan perkoperasian, Kompen no.91/ kep/ m.kukm/ IX/
2004 tentang petunjuk pelaksanaan koperasi jasa keuangan syari’ah
(KJKS) yang mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi dan
pelaksanaan produk-produk KJKS dan fatwa DSN tentang produk-produk
syari’ah sebagai acuan operasional simpanan maupun pembiayaan.
Simpanan yang diterima anggota dalam berbagai bentuk produk
untuk kemudian akan disalurkan Tamzis kepada anggota lain dalam
rangka menunjang/menambah modal usaha. Biasanya usah diutamakan
dari masyarakat kaya, yaitu dari ijabah dan penyaluran kepada pedagang di
pasar, pengusaha kecil dan menengah ataupun usaha lainnya. Mayoritas
leading dana berasal dari mikro finance sebanyak 80% dari total anggota
dengan akad mudharabah. Sedangkan secara nominal mikro finance
menerima pembiayaan paling banyak yaitu 60-70% dari total pembiayaan
yang diberikan.
Persyaratan menjadi anggota Tamzis cukup mendaftar kepada
anggota atau datang langsung ke kantor. Dengan menyertakan setoran dan
foto copy identitas seperti (SIM, KTP dan tanda pengenal lainnya).
Dengan menjadi anggota, tentu saja bisa mengajukan pembiayaan sesuai
dengan kebutuhan dan dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Dengan mengajukan permohonan pembiayaan anggota beserta jaminan
dan keterangan sejarah usaha yang sedang digeluti.
19
Tim yang terdiri dari Kadiv Administrasi, Kadiv Marketing, dan
Marketing akan menilai, mengamati, survei dan mencarikan pembiayaan
dengan plafon, jangka waktu, bagi hasil, system pembayaran, akad
pembayaran, jaminan dan tentu saja persetujuan kepada cabang dan
manajer Tamzis apabila pembiayaan bernilai besar dan signifikan. Setelah
itu, anggota menunggu kapan waktu pencairan serta menyerahkan jaminan
untuk pembiayaan.
Lampiran-lampiran yang diperlukan dalam pengajuan pembiayaan
antara lain :
1. Copy KTP Suami/ istri
2. Copy KK
3. Copy Copy SIUP
4. Copy NPWP
5. Copy Nota pembelian atau penjualan
6. Copy Akte pendirian perusahaan
7. Copy TDP
Dan biasanya marketing bertanggung jawab langsung atas pencairan
dengan tetap mempertahankan 5C+ 1S agar kemacetan dapat dihindari.
Dan pembiayaan diberikan untuk usaha syari’ah dan menguntungkan.
Pada tahun 2009 aset Tamzis mencapai 121 milyar lebih, ini
merupakan peningkatan sebesar 70°% dibanding tahun lalu, yang berarti
lebih tinggi dari target yang direncanakan untuk tahun 2009 sebesar 18
milyar.
Sekalipun persaingan usaha semakin meningkat akan tetapi dengan
pelayanan yang terbaik maka Tamzis masih bisa memberikan pelayanan
yang terbaik. Dan Pada tahun 2010 pembiayaan juga tumbuh sebesar 80%,
yang sebagian besar adalah usaha mikro kecil dan menengah.
b. Pelayanan
Dengan prinsip ingin menciptakan kemudahan pengembangan
ekonomi, Tamzis melayani anggota dan masyarakat dengan sistem jemput
bola. Selain itu proses pencairan dana diusahakan secepat mungkin dan
20
sepraktis mungkin dengan tetap berpegang pada asas profesionalitas.
Untuk menjamin keamanan dana dan Surat berharga milik anggota,
dari pencurian, kebakaran atau musibah lainnya, semua kantor Tamzis
dilengkapi dengan brankas dan peralatan standar perbankan lainnya.
Sebagai bagian dari pelayanan kepada masyarakat, manajemen
Tamzis menggunakan sistem informasi secara integral (Integrated
Accounting System) yang memadukan program simpanan dan pembiayaan
dengan program pembukuan sehingga mampu menampilkan informasi
keuangan maupun laba rugi secara cepat dan akurat.
Usaha untuk meningkatkan pelayanan anggota dan memenuhi
kebutuhan masyarakat serta mempermudah transaksi dengan anggota yang
lokasinya berjauhan, maka Baituttamwil TAMZIS telah membuka kantor-
kantor pelayanan, diantaranya: 4 kantor pelayanan berada di kabupaten
Banjarnegara, 6 kantor pelayanan berada di kabupaten Wonosobo, 2
kantor pelayanan berada di kabupaten Temanggung, 1 kantor pelayanan
berada di kabupaten Magelang, 1 kantor pelayanan berada di kabupaten
Klaten, 5 kantor pelayanan berada di Yogyakarta, 2 kantor pelayanan
berada di kabupaten Banyumas, l kantor pelayanan berada di kabupaten
Cilacap, 1 kantor pelayanan berada di kabupaten Purbalingga, 1 kantor
pelayanan berada di kabupaten Bandung, serta yang paling baru adalah
kantor pelayanan Jakarta. Jaringan tersebut membuktikan bahwa
keberadaan TAMZIS diterima masyarakat dengan baik.14
Dalam bidang sistem informasi untuk menjamin tersedianya
informasi factual dan akurat mengembangkan system inform (integrated
accounting Sistem/AIS) yang mampu menampilkan data akuntansi dengan
cepat dan tepat. Dan pelaporan neraca maupun L/R dapat ditampilkan
setiap saat.
- Menjalin kerjasama antar lembaga
Untuk membantu anggota KJKS Baituttamwil Tamzis dalam
14
Brosur Baituttamwil Tamzis
21
memenuhi kebutuhan dana yang dihimpun sendiri, Tamzis yang
mengadakan kerjasama dengan:
a. Bank Bukop Copy in Syari’ah Cabang Jakarta
b. Program bagi hasil dengan PT. Sarana Jateng Ventura Semarang,
dan
c. Program bagi hasil dengan Perum sarana pengembangan usaha.
c. Organisasi / SDM
Sebagaimana biasanya suatu perusahaan tentu saja mempunyai SDM
yang mampu dan profesional mengoperasikan kerjanya. Dan untuk
menunjang karir karyawan juga meningkatkan kinerja perusahaan maka
berbagai pelatihan dilaksanakan, seperti pelatihan dasar yang menitik
beratkan pada kinerja dasar dan mengetahui produk syari'ah serta
pelaksanaannya, pelatihan tingkat madya, meliputi materi problem solving
dan ketrampilan lain, serta memberi kesempatan belajar / kuliah kepada
karyawan yang dianggap layak, pengadaan short course, pendelegasian ke
pelatihan tingkat nasional maupun seminar-seminar yang berkaitan dengan
ekonomi islam.15
15
Profil Baituttamwil Tamzis
22
BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
I. ARTI PENTING BMPP
Dalam dunia investasi sudah kaprah (umum) bahwa investasi pada satu
objek investasi akan lebih beresiko dari pada berinvestasi pada beberapa objek
investasi. Misalnya dalam investasi saham di pasar modal, sangat beresiko bila
kita hanya menanamkan dana pada satu jenis saham. Memang return yang
diperoleh kemungkinan besar, tetapi resikonya juga amat besar. Markowist
penemu dan ahli teori portofolio menasehati kita agar tidak menaruh telur pada
satu keranjang, tapi taruhlah pada beberapa keranjang (wadah). Bila wadah yang
satu terguling dan telur pecah, maka masih ada telur di wadah yang lain. Nasihat
ini memberikan inspirasi bahwa dalam investasi, diversifikasi investasi adalah
solusi untuk menurunkan resiko.
Penempatan dana yang tidak didukung oleh kemampuan lembaga
keuangan dalam mengelola konsentrasi penempatan dana secara efektif akan
memperbesar resiko atau kegagalan lembaga keuangan. Untuk mengurangi
potensi kegagalan usaha lembaga keuangan sebagai akibat dari konsentrasi
penyediaan dana tersebut maka lembaga keuangan perlu menerapkan prinsip
kehati-hatian, antara lain dengan melakukan penyebaran dan diversifikasi
portofolio penyediaan dana terutama melalui pembatasan penyediaan dana,baik
kepada pihak terkait maupun kepada pihak tidak terkait sebesar presentase
tertentu dari modal bank atau yang dikenal dengan Batas Maksimum Pemberian
23
Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (LLL). Dalam hal berkaitan dengan
BMPK, lembaga keuangan yang memiliki peran dalam perekonomian nasional
khususnya sebagai lembaga intermediasi maka meskipun terdapat pembatasan
dalam penyediaan dananya, lembaga leuangn tetap perlu didorong untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi melalui langkah-langkah penyaluran dana
kepada sektor rill dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu,
penyediaan dana tertentu diberikan kelonggaran atau pengecuailian dalam
penerapan BMPK, antara lain penyediaan dana kepada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bidang usahanya mempengaruhi hajat hidup orang
banyak termasuk pembangunan infrastruktur, penyediaan dana yang dijamin
oleh prime bank dan lembaga pembangunan multilateral, serta penyediaan dana
kepada nasabah dengan pola kemitraan intiplasma. Di samping itu, sejalan
dengan upaya konsolidasi perbankan, penyertaan modal kepada lembaga
keuagan lain dapat tidak diperhitungkan dalam BMPK.23
II. KRITERIA DAN PELAKSANAAN BMPP
BMT merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling
sederhana yang saat ini banyak muncul dan tenggelam di Indonesia. Sayangnya,
gairah munculnya begitu banyak BMT di Indonesia tidak didukung oleh faktor-
faktor pendukung yang memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan
berjalan dengan baik. Fakta yang ada di lapangan menunjukkan banyaknya
23
Dr. Taswan, SE, M.SI., Manajemen Perbankan Konsep,Teknik, & Aplikasi, Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, cet. Ke 2, 2010, hlm. 347
24
BMT yang tenggelam dan bubar yang disebabkan oleh berbagai macam hal
antara lain: manajemennya yang amburadul, pengelola yang tidak amanah dan
profesional, tidak dipercaya masyarakat, kesulitan modal dll. Akibatnya, citra
yang timbul di masyarakat sangat jelek. BMT identik dengan jelek, tidak dapat
dipercaya, dan sebagainya.
Suatu BMT tetap harus memenuhi kriteria-kriteria layaknya sebuah bank
syariah besar dengan beribu-ribu nasabahnya. Salah satu alasan yang sederhana
adalah sebuah lembaga yang mengelola uang masyarakat, tentunya harus
kredibel, dapat dipercaya oleh masyarakat. Siapapun pasti ingin dirinya
diyakinkan bahwa uang yang dia simpan di suatu BMT aman dari resiko apapun
dan setiap saat dapat mengambil uangnya kembali.24
III. TINGKAT KESEHATAN
Tingkat kesehatan BMT merupakan suatu kondisi yang terlihat sebagai
gambaran kinerja dan kualitas BMT, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dan
dapat mempengaruhi aktivitas BMT serta pencapaian target-target BMT, untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Penilaian tingkat kesehatan BMT sangat
bermanfaaat untuk memberikan gambaran mengenai kondisi aktual BMT
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi nasabah dan pengelola.
selain itu, dengan mengetahui tingkat kesehatannya akan membantu pihak-pihak
tertentu dalam pengambilan keputusan sehingga terhindar dari kesalahan
pengambilan keputusan.
24
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/13/PBI/2009 - Batas Maksimum Pemberian Kredit
25
Beberapa faktor baik internal maupun eksternal yang dapat
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung tingkat kesehatan BMT,
yaitu:25
1. Faktor SDM, kondisi BMT sangat dipengaruhi oleh kemampuan SDM
dalam mengelola BMT.
2. Faktor sumber daya, termasuk didalamnya adalah dana dan fasilitas kerja.
Dalam melakukan penilaian terhadap BMT terdapat 5 aspek yang
menjadi acuan dasar penilaian. Dasar penilaian ini mengacu pada sistem
penilaian kesehatan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) yang dikenal
dengan istilah CAMEL (Capital adequacy, Asset quality, Management of risk,
Earning ability, dan Liquidity sufficiency). Kelima aspek tersebut adalah modal,
kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
IV. SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG BATAS
MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT
a. KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Surat Keputusan ini dengan :
a) Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan-Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998;
25
Ibid,
26
b) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) adalah prosentase
perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan
terhadap modal Bank;
c) Penyediaan Dana adalah penanaman dana Bank baik dalam Rupiah
maupun valuta asing, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan
dana antar-Bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada
transaksi rekening administratif;
d) Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, termasuk :
1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note
Purchase Agreement (NPA);
2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang;
e) Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas
Kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar modal dan pasar uang, antara lain : Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Surat Berharga
Komersial (Commercial Papers), Sertifikat Reksadana, dan Medium
Term Note;
f) Penempatan adalah penanaman dana Bank pada Bank lainnya berupa
giro, call money, deposito berjangka, sertifikat deposito, Kredit yang
diberikan dan penempatan lainnya;
g) Penyertaan adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar
modal, serta dalam bentuk penyertaan modal sementara pada perusahaan
debitur untuk mengatasi akibat kegagalan Kredit;
h) Transaksi Rekening Administratif adalah komitmen dan kontinjensi
(Off-Balance Sheet) yang terdiri dari warkat penerbitan jaminan,
27
akseptasi/endosemen, irrevocable Letter of Credit (L/C) yang masih
berjalan, akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka, penjualan
Surat Berharga dengan syarat repurchase agreement (repo), standby L/C
dan garansi lainnya, serta transaksi derivatif yang mempunyai risiko
Kredit;
i) Risiko Kredit untuk transaksi derivatif adalah nilai pasar (the mark to
market value) dari seluruh perjanjian/kontrak yang menjanjikan
keuntungan yang belum dapat terealisir namun secara potensial dapat
menjadi kerugian Bank apabila pihak lawan wanprestasi;
j) Kredit Program adalah kredit yang didukung oleh Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) yang diberikan untuk mendukung swasembada
pangan, pengembangan koperasi, pengusaha kecil, petani, pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, sebagaimana dimaksud dalam
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/156/KEP/DIR
tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit
Program, serta Penyediaan Dana kepada PERTAMINA untuk pengadaan
bahan bakar minyak (BBM) dan Penyediaan Dana kepada Badan Urusan
Logistik (BULOG) dalam rangka pengadaan pangan;
k) Peminjam adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang
memperoleh satu atau lebih Penyediaan Dana;
l) Kelompok Peminjam adalah sejumlah Peminjam yang satu sama lain
mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan/atau
hubungan keuangan;
m) Pihak Terkait adalah Peminjam dan/atau Kelompok Peminjam yang
mempunyai keterkaitan dengan Bank karena merupakan :
1. Pemegang saham perorangan yang memiliki saham 10% (sepuluh
perseratus) atau lebih dari modal disetor Bank;
2. Pemegang saham berbentuk perusahaan/badan yang memiliki saham
10% (sepuluh perseratus) atau lebih dari modal disetor Bank;
3. Anggota dewan komisaris Bank;
4. Anggota direksi Bank;
28
5. Keluarga dari pihak-pihak tersebut dalam angka 1, angka 3 dan
angka 4;
6. Perorangan yang memiliki saham 25% (duapuluh lima per seratus)
atau lebih dan/atau yang mengendalikan operasional, pengawasan
atau pengambilan keputusan baik langsung maupun tidak langsung,
atas perusahaan-perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2;
7. Pejabat Bank yang mempunyai fungsi eksekutif, yaitu yang
mempunyai pengaruh terhadap operasional Bank dan/atau
bertanggungjawab langsung kepada Direksi termasuk pejabat Satuan
Kerja Audit Intern dan Dewan Audit;
8. Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari
pihak-pihak dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 7 di atas
dengan kepemilikan 10% (sepuluh perseratus) atau lebih dari modal
disetor perusahaan;
9. Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat pengaruh dalam
operasional, pengawasan atau pengambilan keputusan dari pihak-
pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 7
walaupun pihak-pihak tersebut tidak memiliki saham pada
perusahaan dimaksud;
10. Anak perusahaan Bank dengan kepemilikan Bank lebih dari 25%
(duapuluh lima perseratus) dari modal disetor Perusahaan dan/atau
apabila Bank mempengaruhi perusahaan tersebut;
n) Kriteria keluarga dalam pengertian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud
dalam huruf m angka 5 adalah keluarga sampai dengan derajat kedua
dalam garis lurus maupun garis kesamping, termasuk mertua, menantu
dan ipar, sehingga yang dimaksud dengan keluarga meliputi sebagai
berikut :
1) Orang tua kandung/tiri/angkat;
2) Saudara kandung/tiri/angkat;
3) Suami/isteri;
4) Anak kandung/tiri/angkat;
29
5) Suami/isteri dari anak kandung/tiri/angkat;
6) Kakek/nenek kandung/tiri/angkat;
7) Cucu kandung/tiri/angkat;
8) Saudara kandung/tiri/angkat dari suami/isteri;
9) Suami/istri dari saudara kandung/tiri/angkat;
10) Saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
11) Mertua;
o) Pihak Tidak Terkait adalah Peminjam dan/atau Kelompok Peminjam
diluar Pihak Terkait;
p) Modal adalah modal Bank sebagaimana dimaksud dalam Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR tanggal 29
Mei 1993 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia Nomor 31/146/KEP/DIR tanggal 12 November 1998;
q) Pelampauan BMPK adalah selisih lebih sesuai dengan rumus sebagai
berikut :
Penyediaan Dana pada tanggal laporan BMPK x 100% - [ BMPK ] ;
Modal pada tanggal laporan BMPK
r) Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih sesuai dengan rumus sebagai
berikut:
Penyediaan Dana pada saat pemberiannya x 100% - [ BMPK ]. Modal
pada saat pemberian Penyediaan Dana.
Pasal 2
1) Saat pemberian dalam pengertian Pelanggaran BMPK dikaitkan dengan
waktu realisasi Penyediaan Dana.
2) Bank wajib melarang nasabah peminjam untuk melakukan penarikan
Penyediaan Dana apabila berakibat terjadinya Pelanggaran BMPK.
30
Pasal 3
Perhitungan Penyediaan Dana dalam pengertian Pelanggaran BMPK
ditetapkan sebagai berikut :
a. Kredit yang diberikan didasarkan atas baki debet;
b. Jaminan yang diterbitkan Bank didasarkan atas nilai nominal;
c. Surat Berharga didasarkan atas harga perolehan;
d. Penyertaan didasarkan atas jumlah dana yang ditanamkan;
e. Tagihan yang diambilalih dalam rangka anjak piutang didasarkan atas
nilai pengambilalihan;
f. Transaksi Derivatif didasarkan atas nilai dari Risiko Kreditnya;
g. Nilai tukar yang dipergunakan untuk Penyediaan Dana dalam valuta
asing didasarkan atas nilai tukar pada saat pemberian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
Pasal 4
1) Pelampauan BMPK yang terjadi karena perubahan nilai tukar dan/atau
penurunan Modal atas Penyediaan Dana yang telah diberikan, tidak
dikategorikan sebagai Pelanggaran BMPK.
2) Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dikenakan sanksi Pelanggaran BMPK.
Pasal 5
1) Bank Indonesia berwenang melakukan koreksi atas penggolongan
Pihak Terkait dan Kelompok Peminjam yang dilakukan oleh Bank.
2) Koreksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disesuaikan
kembali seperti penggolongan Bank sepanjang Bank dapat
menyampaikan bukti-bukti dan dokumentasi yang mendukung.
31
Pasal 6
1) Bank yang memiliki rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) lebih kecil atau sama dengan 0% (nol perseratus) dilarang
melakukan Penyediaan Dana dalam bentuk apapun.
2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi
Bank yang telah memperoleh persetujuan dari Pemerintah untuk
mengikuti program rekapitalisasi dengan dana Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun
1998 tanggal 31 Desember 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank
Umum.
3) Perhitungan untuk Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK
bagi Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diperkenankan
menggunakan asumsi besarnya Modal sesuai dengan persyaratan rasio
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.26
b. BMPK UNTUK PIHAK TIDAK TERKAIT
Pasal 7
BMPK bagi Peminjam atau Kelompok Peminjam yang merupakan Pihak
Tidak Terkait ditetapkan setinggitingginya:
a. 30% (tigapuluh perseratus) dari Modal sejak diberlakukannya Surat
Keputusan ini sampai dengan akhir tahun 2001;
b. 25% (duapuluh lima perseratus) dari Modal selama tahun 2002;
c. 20% (duapuluh perseratus) dari Modal sejak tanggal 1 Januari 2003.
Pasal 8
26
Dr. Taswan, SE, M.SI., Manajemen Perbankan Konsep,Teknik, & Aplikasi, Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, cet. Ke 2, 2010, hlm. 347
32
1) Suatu perusahaan digolongkan sebagai anggota suatu Kelompok
Peminjam apabila memenuhi sekurangkurangnya salah satu kriteria
keterkaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan dan hubungan
keuangan dengan satu atau lebih perusahaan lainnya, sebagai berikut :
a. 25% (duapuluh lima perseratus) atau lebih dari hak kepemilikan
masing-masing perusahaan dikuasai oleh suatu perusahaan atau
seseorang atau secara bersama oleh suatu keluarga;
b. Salah satu perusahaan menguasai 25% (duapuluh lima perseratus)
atau lebih hak kepemilikan perusahaan lain;
c. Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan pejabat lainnya
yang mempunyai fungsi eksekutif pada salah satu perusahaan,
menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pejabat
eksekutif pada perusahaan lainnya yang berwenang memutuskan
hal-hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan;
d. Dalam hal tidak terdapat hubungan kepemilikan dan/atau
kepengurusan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c di
atas, dua atau lebih perusahaan dianggap kelompok apabila
terdapat hubungan keuangan sebagai berikut :
- Satu perusahaan bertindak sebagai penjamin Penyediaan Dana
yang diterima oleh perusahaan lainnya;
- Satu perusahaan memberikan bantuan keuangan kepada
perusahaan lainnya sehingga mengakibatkan adanya
pengendalian usaha oleh perusahaan pemberi bantuan.
2) Perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan/atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tidak diperlakukan sebagai
Kelompok Peminjam.
c. BMPK UNTUK PIHAK TERKAIT
Pasal 9
33
1) BMPK bagi Pihak Terkait baik sebagai satu Peminjam atau Kelompok
Peminjam ditetapkan setinggi-tingginya sebesar 10% (sepuluh
perseratus) dari Modal.
2) BMPK untuk jumlah seluruh Pihak Terkait ditetapkan setinggi-
tingginya sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari Modal.
Pasal 10
1) Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait melalui Bank lain, perusahaan
pembiayaan dan/atau Bank Perkreditan Rakyat dikenakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
2) Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait melalui Bank lain dalam
rangka pertukaran Penyediaan Dana (loan swap) dengan risiko pada
Bank dikenakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
3) Perusahaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
perusahaan yang melakukan satu atau lebih kegiatan sewa guna usaha,
anjak piutang, kartu kredit, dan pembiayaan konsumen.
4) Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998.27
Pasal 11
1) Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait tidak boleh bertentangan
dengan prosedur umum pemberian Penyediaan Dana yang berlaku dan
wajib tetap memberikan keuntungan yang wajar bagi Bank.
2) Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait wajib mendapat persetujuan
Dewan Komisaris Bank.
3) Apabila kualitas Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait menurun
menjadi kurang lancar, diragukan dan macet, Bank wajib mengambil
27
Ibid, hlm.350
34
langkah-langkah penyelesaian dengan cara restrukturisasi kredit
dan/atau pelunasan oleh debitur, selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 60 hari.
Pasal 12
1) Perusahaan tergolong Pihak Tidak Terkait yang menerima penyertaan
modal sementara Bank dalam rangka restrukturisasi kredit sesuai
dengan ketentuan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi
Kredit, dikecualikan dari pengertian Pihak Terkait.
2) BMPK untuk perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.28
d. PENYEDIAAN DANA YANG TIDAK DIPERHITUNGKAN
DALAM BMPK
Pasal 13
1) Ketentuan BMPK dikecualikan untuk Penyediaan Dana sebagai
berikut :
a. Penanaman dana pada Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang
yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia;
b. Bagian Penyediaan Dana yang diterbitkan dan/atau dijamin oleh
Pemerintah Indonesia atau dijamin oleh Bank Indonesia;
c. Penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk
mengatasi akibat kegagalan Kredit sebagaimana dimaksud dalam
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR
tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit;
d. Bagian Penyediaan Dana yang dijamin dengan agunan tunai berupa
giro, deposito, tabungan, setoran jaminan yang diblokir disertai
dengan surat kuasa pencairan;
28
Ibid, hlm. 353
35
e. Penempatan, sepanjang program penjaminan Pemerintah berlaku
dan Bank tempat Penempatan memenuhi persyaratan program
penjaminan;
f. Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka yang
diterbitkan atas dasar L/C berjangka (Usance L/C) yang sesuai
dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits
(UCP) yang berlaku, dan telah diaksep oleh bank-bank utama
(prime bank) di luar negeri berdasarkan pemeringkatan oleh
lembaga pemeringkat internasional seperti Moody’s dan Standard
& Poors.
2) Ketentuan BMPK dikecualikan untuk Penyediaan Dana sampai dengan
31 Desember 2000 yaitu:
a. Kredit Program yang disalurkan melalui Bank sebagai pelaksana
(executing);
b. Pembukaan L/C (outstanding L/C) dalam rangka impor dan
pembukaan L/C dalam negeri (Surat Kredit Berdokumen Dalam
Negeri/SKBDN) sampai dengan Bank pembuka tersebut (opening
bank) melakukan pembayaran kepada Bank penegosiasi
(negotiating bank), baik di luar negeri maupun di dalam negeri.29
V. PELAKSANAAN BMPP DI TAMZIS WONOSOBO
BMPP di Tamzis Wonosobo diterapkan ketika ada seorang nasabah yang
mengajukan pembiayaan dengan agunan/jaminan tertentu. Proses pencairannya
pun tidak berlangsung mudah, harus melewati beberapa syarat. Ketika nasabah
mengajukan pembiayaan, marketing akan melakukan survey tentang identitas
nasabah yang mengajukan pembiayaan. Setelah marketing mendapatkan data-
data tentang nasabah yang mengajukan, laporan tersebut diberikan kepada
29
Ibid, hlm 361
36
bagian manager marketing (MM) lalu dimusyawarahkan pada marketing yang
bersangkutan, setelah di ACC oleh MM kemudian diserahkan kepada kadiv
administrasi tapi apabila pengajuan tidak di ACC maka pembiayaan tidak dapat
dicairkan.
Di BT Tamzis Wonosobo tidak ada kriteria-kriteria khusus dalam
menentukan BMPP, hanya menganut pada peraturan perbankan tentang Batas
Maksimum Pemberian Pembiayaan. Setelah melakukan tanya jawab kepada Bp
Haris dan Bp Rena, Menurut Bp. Haris (manager marketing) dan Bp. Rena
(manager marketing area) setiap pengajuan pembiayaan maksimal bisa cair
sampai 70% dari jaminan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Jadi batas
maksimum pencairan pembiayaan di BT Tamzis Wonosobo adalah sebesar 70%
dari nilai jaminan atau agunan.
Dalam pandangan islam Tidak ada pembahsan khusus tentang BMPP,
juga tidak ada fatwa MUI yang membahas langsung tentang BMPP. BMPP di
BT Tamzis Wonosobo mengacu pada peraturan bank indonesia,dan pada
akhirnya BT Tamzis Wonosobo memberikan batasan pemberian kredit
maksimum 70% dalam setiap pengaujuannya.
VI. Analisis
Dari pembahasan yang telah dibahas, penulis mencoba menganalisis
dengan menggunakan metode analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
37
Opportunities, Threats). Yaitu suatu ,metode penelaahan tentang kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu satuan organisasi.30
1. Strengths (Kekuatan)
Kekuatan BMPP di Baituttamwil Tamzis adalah:
Menjaga kestabilan modal pada BT Tamzis Wonosobo
2. Weaknesses (Kelemahan)
Yang di maksud dengan kelemahan disini adalah kekurangan
dalam hal ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang bagi BT
Tamzis dalam menjalankan peraturan perbankan adalah:
a) Tidak bisa menjalankan manajemen perusahaan secara maksimal
dengan adanya peraturan tentang perbankan
b) Manajemen di BT Tamzis Wonosobo tidak bisa melakukan pencairan
yang melampaui batas maksimum
3. Opportunities (Peluang)
Peluang bagi BMPP di Tamzis Wonosobo adalah:
a) BT Tamzis Wonosobo dalam hal permodalan dan kas akan stabil
dikarenakan BMPP yang sesuai peraturan perbankan
b) Untuk ke depannya BT Tamzis Wonosobo dapat melakukan pencairan
lebih banyak atau lebih maksimal
4. Threats (Ancaman)
Adalah factor-faktor lingkungan yang tidak/kurang
menguntungkan bagi suatu organisasi, seperti:
30
Sofyan P. Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta: PT.Bumi Aksara,2005,hlm.172
38
Adanya ketentuan perbankan atau perundang-undangan yang
terdapat perbedaan dari BMPP yang ada di Tamzis.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis pada
Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) BMPP di Tamzis Wonosobo mengacu pada nilai agunan maksimum
pembiayaan sebesar 70%
2) Peraturan Bank Indonesia tentang perbankan hanya untuk bahan
pengambilan kebijakan di BT Tamzis Wonosobo
4.2. SARAN
1) Memberikan penyuluhan tentang BMPP di Tamzis Wonosobo kepada
masyarakat wonosobo, agar masyarakat lebih paham batasan maksimum
pencairan pada BT Tamzis Wonosobo.
2) Menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat akan pentingnya batasan
pencairan guna menjaga kestabiltasan sisem perbankan.
3) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah guna meningkatkan
profesionalisme kerja para karyawan BT Tamzis Wonosobo.
4) Meningkatkan teknologi yang akan mendukung dalam pengelolaan dan
perkembangan BT Tamzis Wonosobo.
39
4.3. PENUTUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala kerendahan hati
penulis panjatkan, akhirnya walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis mengakui bahwa dalam
penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan yang semuanya itu
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Semoga
kekurangan ini bisa menjadi motivasi bagi penulis untuk lebih giat dalam
menempuh kegiatan-kegiatan lainnya.
Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan mahasiswa pada umumnya, sebagai masukan dan bahan
kritikan. Serta segala daya dan upaya serta kekuatan senantiasa teriring
rahmat dan keselamatan dari Allah SWT. Amin ya robbal ‘alamin.
40
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/13/PBI/2009 - Batas Maksimum Pemberian
Kredit
Azwar Karim Adiwarman , Manajemen Bank Syari’ ah, Jakarta:, 2008,
Budi Utomo Setiawan Dr, Hutang Dalam Perspektif Islam,Jakarta ;1997, cet ke-2
Umar Husen, Research Method in Finance and Banking, Jakarta : PT Gramedia
Pustaka, 2003,cet. 2
Taswan Dr. , SE, M.SI., Manajemen Perbankan Konsep,Teknik, & Aplikasi,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, cet. Ke 2, 2010,
Modul BT Tamzis Wonosobo.
Brosur BT Tamzis Wonosobo.
http//www.bi.go.id