basic life support

6
Nama : Cintya Naya Danastri NPM : 0818011054 ARTIKEL “BASIC LIFE SUPPORT”

Upload: muhammad-dzikrifishofa

Post on 12-Aug-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Basic Life Support

Nama : Cintya Naya Danastri

NPM : 0818011054

ARTIKEL

“BASIC LIFE SUPPORT”

Selasa, 7 Oktober 2008

Page 2: Basic Life Support

Basic Life Support

Pengertian Apa yang akan kita lakukan jika kita menemukan seseorang yang

mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernapas spontan? Apakah kita dapat menentukan orang tersebut sudah meninggal?

Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami kematian, karena sebenarnya mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama, seseorang yang henti napas dan henti jantung dapat dipulihkan kembali.

Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar (BHD), atau dalam istilah Inggris disebut Basic Life Support (BLS).

Basic Life Support adalah wawasan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertolongan pertama dan pengetahuan mengenai tindakan apa yang harus dilakukan terhadap penderita bila terjadi kecelakaan.

Basic Life Support ini juga penting agar kita tidak salah dalam memberikan treatment terhadap korban luka agar luka yang diderita tidak semakin parah atau bahkan yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa si korban.

Basic Life Support merupakan tahap awal dari proses tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) / Cardio Pulmoner Resusitation (CPR), yang merupakan tindakan awal yang harus kita lakukan jika menemukan korban / pasien dalam keadaan tidak sadar. Setelah tahap BLS, kemudian dilanjutkan oleh tahap selanjutnya yaitu Advance Life Support / Bantuan Hidup Lanjut, dan Prolonge Life Support / Bantuan Hidup Jangka Panjang. Resusitasi merupakan segala bentuk usaha medis yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam gawat darurat untuk mencegah kematian. Penyebab kematian tersebut bisa berupa : kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan, shock, akibat dari serangan jantung dan kecelakaan rumah tangga. Dari ketiga tahap tersebut, tahap kedua dan ketiga dilakukan di tempat yang mempunyai instrument terapi yang lengkap, misalnya di rumah sakit.

Beberapa tahapan dalam Basic Life SupportBasic Life Support difokuskan pada bantuan nafas dan sirkulasi, yang

terdiri dari ABC, yaitu :A. Airway control / kontrol jalan nafas, menguasai jalan napas agar bebas dan

bersihB. Breathing support / bantuan pernapasan, yaitu ventilasi bantuan darurat

dan oksigenasi paru (secara buatan)C. Circulation support / bantuan sirkulasi, diagnosis nadi hilang (menentukan

ada tidaknya denyut nadi) dan mengadakan kompresi jantung luar (KJL), serta mengatasi pendarahan dan posisi stock, kemudian meminta bantuan Dinas Gawat Darurat setempat. Selagi menunggu pertolongan lebih lanjut datang, tindakan resusitasi tidak boleh dihentikan.

Page 3: Basic Life Support

Sebelum melakukan tahapan A (Airway), kita harus terlebih dahulu melakukan prosedur awal pada korban / pasien, yaitu :

1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolongTentunya kita sebagai penolong baru bisa menolong orang lain jika diri kita sendiri sudah terselamatkan.

2. Memastikan kesadaranUntuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan sambil memanggil namanya.

3. Meminta pertolonganJika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera meminta bantuan dengan cara berteriak untuk mengaktifkan sistem pelayanan medik lebih lanjut.

4. Memperbaiki posisi korbanUntuk melakukan tindakan bantuan dasar hidup yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi telentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi telentang.

5. Mengatur posisi penolongSegera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan nafas dan sirkulasi, penolong tidak perlu lagi mengubah posisi atau menggerakkan lutut.

A. Airway (jalan nafas)Setelah melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan :1. Pemeriksaan jalan nafas

Tindakan ini bertujuan untuk memastikan ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh benda asing. Jika jalan nafas tersumbat oleh benda keras, maka dapat dikorek menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan, mulut dibuka dengan teknik Cross Finger (ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban)

2. Membuka jalan nafasWalaupun jalan nafas telah dipastikan bebas sumbatan, biasanya pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, lidah dan epiglottis menutup faring dan laring, inilah salah satu penyumbatan jalan nafas. Pembebasan jalan nafas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu dan manuver pendorongan mandibula (Head Tild and Chin Lift), seperti pada gambar.

Obstruksi jalan nafas juga dapat dilakukan dengan Manuver Heimlich (hentakan subdiafragma abdomen) dan Jaw Trust (menengadahkan kepala pasien dengan mengangkat rahang bawah ke depan), seperti pada gambar.

Page 4: Basic Life Support

B. Breathing (bantuan nafas)Terdiri dari dua tahap, yaitu : 1. Memastikan korban / pasien tidak bernafas

Penolong melihat pergerakan naik turunnya dada, kemudian mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban / pasien lalu mendengar bunyi nafas dan merasakan hembusan nafas korban / pasien. Prosedur ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.

2. Memberikan bantuan nafasJika korban / pasien tidak bernafas, bantuan nafas dapat dilakukan dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan), dengan cara memberikan dua kali hembusan nafas dan waktu untuk tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan sampai dada korban terlihat mengembang. Penolong harus menarik nafas dalam agar pada saat menghembuskan nafas tercapai volume udara yang cukup, lalu perhatikan respon korban / pasien.

C. Circulation (bantuan sirkulasi)Terdiri dari dua tahapan, yaitu :1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pada korban / pasien

Tindakan ini dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban, dengan dua/tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah), raba dengan lembut kira-kira 5-10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong tetap harus memeriksa pernafasan korban. Jika tidak bernafas, berikan bantuan pernafasan, jika bernafas maka pertahankan jalan nafas.

2. Memberikan bantuan sirkulasiJika dipastikan tidak adanya denyut jantung, selanjutnya lakukan kompresi jantung luar, dengan teknik sebagai berkut :

Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri costa kanan atau kiri paling bawah sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum)

Dari pertemuan tulang dada diukur dua/tiga jari ke atas, karena daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.

Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan lainnya.

Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan kedalaman penekanan sekitar 1,2–2 inci (3,8–5 cm).

Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melakukan kompresi.

Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30:2 dilakukan baik oleh satu dua penolong, (dilakukan 4 siklus/menit)untuk kemudian dinilai apakah dilakukan siklus berikutnya atau tidak.

Hal yang harus diingat adalah selang waktu mulai dari menemukan korban/pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.