bantuan darurat (relief)
DESCRIPTION
reliefTRANSCRIPT
BANTUAN DARURAT
Bantuan Darurat
Menurut Peratruran Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengeloaan Bantuan
Bencana, yang disebut sebagai Bantuan darurat bencana adalah bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat tanggap darurat. Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan
kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan
dasar dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok rentan. Dalam Modul Pengelolaan
Penanganan Bencana yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum menginformasikan
mengenai bentuk bantuan darurat dalam kondisi bencana dapat berupa:
1. pangan,
2. sandang
3. tempat tinggal sementara
4. kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pendekatan pemberian bantuan dapat bersifat konvensional, artinya menempatkan masyarakat
sebagai korban dan penerima bantuan sehingga menimbulkan ketidakberdayaan dan
ketergantungan yang akhirnya tanpa disadari akan memperlambat proses pemulihan karena tidak
ada keswadayaan, atau dapat juga berbentuk kegiatan yang memberdayakan sehingga kondisi
korban lebih baik daripada sebelum terjadi bencana, dimana menempatkan masyarakat sebagai
pusat penanggulangan bencana, tidak hanya menjadi obyek, tapi juga subyek.
Adapun yang biasa dilakukan pada tahap pemberian bantuan darurat (Dhani Armanto, et.al, 2006
dalam modul pengelolaan penenganna bencana):
• Mendirikan pos komando bantuan.
• Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana (SATKORLAK
PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
• Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.
• Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
• Menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
• Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
• Memakamkan korban meninggal.
Bantuan darurat tersebut merupakan bagian dari bantuan logistic yang sangat dibutuhkan oleh
para korban bencana ataupun tenga kesehtaan yang bertugas dalam situasi bencana. Penundaan
BANTUAN DARURAT
terhadap respon darurat khususnya distribusi bantuan logistik yang tidak lancar dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi korban bencana. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya dalam Pasal 6 dan Pasal 8
telah mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, yang antara lain adalah memberikan perlindungan
pada masyarakat dari dampak bencana, dan pemulihan kondisi dari dampak bencana, termasuk di
dalamnya adalah bantuan logistik pada saat status keadaan darurat.
BANTUAN DARURAT
Hasil dan pembahasan
a. Bantuan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa bantuan yang umumnya diberikan pada saat
bencana adalah pakaian, makanan, tempat tinggal sementara, pelayanan kesehatan, dan
penyedian sarana sanitasi serta air bersih. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari bantuan
darurat bencana yang diupayakan oleh pemerintah dalam ketersediannya untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat tanggap darurat. Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan
kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan
dasar dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok rentan (PP No. 28 tahun 2008). Selain
itu, bantuan dalam upaya menyelenggarakan penanggulangan Krisis Kesehatan dapat berasal
dari:
a. Pemerintah dapat menerima bantuan dari dalam dan luar negeri.
b. Pemerintah Daerah dapat menerima bantuan dari dalam negeri.
Adapun bantuan tersebut dapat berupa bantuan teknis yang meliputi peralatan maupun tenaga
ahli yang diperlukan, bantuan program yang meliputi keuangan untuk pembiayaan program, dan
bantuan logistic kesehatan. Selain itu, berbagai barang maupun kebutuhan yang diterima sebagai
bantuan pada daerah bencana, haruslah dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh instansi yang
berwenang sebelum digunakan. Selain itu, bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri
mengikuti ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan
Kementerian atau lembaga terkait.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Permenkes No 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
Krisis Kesehatan, dimana dalam bantuan yang terima oleh suatu daerah baik tenaga kesehatan
warga Negara asing dan perlengkapannya untuk penanggulangan Krisis Kesehatan dapat
diterima dengan kriteria:
a) disetujui oleh Pemerintah berdasarkan:
1. rekomendasi dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Menteri Luar
Negeri, dan Menteri Kesehatan untuk tenaga kesehatan sipil;
2. memiliki sertifikat rekomendasi yang dikeluarkan oleh otoritas profesi negara asal
(professional regulatory authority) dan disahkan oleh Ketua Konsil Kedokteran
Indonesia/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia/Komite Farmasi Nasional;
BANTUAN DARURAT
3. rekomendasi dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Menteri
Kesehatan, dan Menteri Pertahanan untuk tenaga kesehatan militer;
b) dalam pelaksanaan tugas, tenaga kesehatan warga negara asing harus didampingi oleh
tenaga kesehatan warga negara Indonesia dengan kompetensi sama;
c) dalam pelaksanaan tugas harus di bawah kendali Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota setempat dan dilarang melakukan diluar kegiatan kesehatan
yang telah ditentukan;
d) harus segera meninggalkan wilayah negara Indonesia apabila masa tanggap darurat telah
berakhir; dan
e) wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan yang disampaikan kepada Menteri dengan
salinan laporan disampaikan kepada instansi pemberi rekomendasi.
Dengan penetapan criteria yang cukup ketat pada penerimaan bantuan, terutama yang berasal
dari luar negeri, bertujuan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam melindungi para korban
bencana dari hal-hal yang dapat memperburuk keadaan.
b. Instansi yang berwenag dalam pengkoordinasian bantuan darurat saat terjadinya
bencana
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa pada saat maupun setelah terjadinya
bencana, BNPB berwenang dalam mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan, dan
penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkat nasional. Sedangkan pengkoordinasian
pengendalian, pengumpulan dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkat daerah
dilakukan oleh BPBD masing-masing daerah. Pengkoordinasian diperlukan agar tidak terjadi
kegiatan yang tumpang tindih, dimana hal tersebut akan menyulitkan dalam upaya pengeloaan
bantuan yang dibutuhkan secara cepat, efektif, efisien dan merata, dimana hal hal tersebut
merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan bantuan logistik
pada saat status keadaan darurat bencana (Peraturan Kep. BNPB No. 10 Tahun 2012).
Pengelolaan bantuan logistik pada status keadaan darurat adalah suatu kegiatan terpadu dalam
mengelola barang bantuan penanggulangan bencana. Pendekatan terpadu tersebut mencakup
antara lain dalam pencarian sumber, pengadaan logistik, penjaminan kualitas, pengemasan,
BANTUAN DARURAT
pengiriman pengangkutan, penyimpanan di gudang dan pengelolaan persediaan logistik.
Kegiatan ini banyak melibatkan pelaku yang melakukan berbeda aktivitas (Peraturan Kep. BNPB
No. 10 Tahun 2012). Oleh karena itu, setiap pelaku harus terkoordinasi, ditetapkan
pengelolaannya dan dilakukan pemantauan yang tepat untuk memastikan bahwa semua bantuan
dijaga hingga bantuan tersebut didistribusikan kepada penerima bantuan.
Apabila terjadi bencana pada suatu daerah, maka yang berperan sebagai leader dalam upaya
penanggulangan bencana,secara operasional baik dalam peneriman bantuan darurat, maupun hal
lainnya adalah kepala daerah setempat yang bekerjasama dengan SKPD secara lintas sector.
Sedangkan yang berperan dalam bidang kesehatan sebaagai coordinator pelaksana teknis adalah
Kepala Dinas Kesehatan setempat. Hal tersebut sesuai dengan Permenkes No 64 Tahun 2013
tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, dimana dalam bila Krisis Kesehatan terjadi pada dua
kabupaten/kota atau lebih pada tahap tanggap darurat Krisis Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi bertindak selaku koordinator dalam penanggulangan Krisis Kesehatan. Sedangkan
dalam hal Krisis Kesehatan yang terjadi pada dua provinsi atau lebih pada tahap tanggap darurat
Krisis Kesehatan, Menteri Kesehatan bertindak selaku koordinator dalam penanggulangan Krisis
Kesehatan.
c. Peran PPKK dalam pemberian bantuan darurat
Pada saat terjadinya bencana di suatu daerah, maka Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan akan
men-support dalam upaya penanggulangan terkait masalah kesehatan yang ditemui pada wilayah
bencana tersebut, berdasarkan arahan dari pemegang pusaat koordinasi bencana di daerah
(BPBD). Apabila suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk korban yang selamat
maupun kebutuhan logistic terkait dengan upaya penanggulangan bencana, maka pusat bantuan
logistic regional yang terdekat dengan tempat kejadian bencana dapat turut memberikan bantuan.
Selain itu, peran PPKK adalah mengoordinasikan pemenuhan kebutuhan kesehatan antara lain
berupa sumber daya manusia kesehatan, pendanaan, fasilitas untuk mengoperasionalkan sistem
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan medik, obat dan perbekalan kesehatan, gizi,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi, dan
identifikasi korban sesuai kebutuhan.
BANTUAN DARURAT
Terdapat Sembilan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan regional yang tersebar di selruh
wilayah Indonesia (Lihat Gambar). Hal tersebut sesuai dengan fungsi dari Pusat Regional
Penanganan Krisis Kesehatan:
1. sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre) kesiapsiagaan dan
penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya;
2. fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obatobatan);
3. menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM kesehatan yang siap
digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan akibat bencana dan krisis kesehatan
lainnya;
4. sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional tersebut yaitu
dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.
Dengan demikian, secara singkat Pusat Penanggulangan Krisis Regional Kementerian Kesehatan
merupakan instansi yang berperan untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan
kesehatan dan masing‐masing dilengkapi dengan SDM kesehatan terlatih dan sarana, bahan, obat
serta perlengkapan kesehatan lainnya. Pada tahap tanggap darurat Krisis Kesehatan, Pusat
BANTUAN DARURAT
Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Subregional menyelenggarakan kegiatan dalam pemberian dukungan manajemen bencana, teknis
medis dan kesehatan masyarakat kepada daerah bencana sesuai kebutuhan dengan memobilisasi
sumber daya kesehatan yang tersedia atas persetujuan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan;