bank sentral republik indonesia...5.3.3 peran bank indonesia di bidang sistem pembayaran 233 5.3.3.1...

306
Bank Sentral Republik Indonesia PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN BANK INDONESIA Sebuah Pengantar Editor: Perry Warjiyo

Upload: others

Post on 20-Jun-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

i

Bank Sentral Republik Indonesia

PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN

BANK INDONESIA

Sebuah Pengantar

Editor:Perry Warjiyo

Page 2: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

ii

Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia : Sebuah Pengantar.-- Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)- BI, 2004.i-xii, 294 hlm.; 18 x 23 cm

ISBN 979 - 3363 - 14 - 2

Bank Indonesia

Editor Bahasa: J.D. Parera

Edisi pertama 2004.Buku kebanksentralan ini diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan StudiKebanksentralan (PPSK) - BANK INDONESIA. Jl. MH. Thamrin No. 2,Gd. A Lt. 18, Jakarta 10010, No. telepon: 021- 3817628. No. fax: 021-3501912. E-mail: [email protected] penulis adalah peneliti di Bank Indonesia. Isi tulisan dalam buku iniadalah pendapat pribadi penulis, dan tidak selalu mewakili pendapat resmiBank Indonesia.

Page 3: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

iii

DAFTAR ISI

Daftar Isi iiiKata Sambutan ixKata Pengantar xi

Bab I Pendahuluan 11.1 Tujuan Buku 6Boks 1: Amandemen Undang-undang Bank Indonesia 81.2 Sistematika Penyajian 121.3 Materi Buku Sebagai Bahan Ajar 16

Bab II Kelembagaan 192.1 Perkembangan Status dan Kedudukan Bank Sentral 20

Boks 1: Tugas-tugas Bank Sentral 222.2 Perkembangan Status dan Kedudukan Bank Indonesia 242.3 Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia 28

2.3.1 Tujuan 282.3.2 Tugas 29

2.3.2.1 Tugas Menetapkan dan Melaksanakan KebijakanMoneter 30

2.3.2.2 Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran SistemPembayaran 33

2.3.2.3 Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank 342.4 Hubungan dengan Pemerintah 352.5 Hubungan Internasional 362.6 Dewan Gubernur 382.7 Independensi 40

2.7.1 Pengertian Independensi Bank Sentral 402.7.2 Independensi Bank Indonesia 43

Page 4: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

iv

2.8 Akuntabilitas dan Transparansi 452.8.1 Pengertian Akuntabilitas dan Transparansi Bank Sentral 462.8.2 Akuntabilitas dan Transparansi Bank Indonesia 48

Daftar Pustaka 51Lampiran : Hubungan Internasional yang Dilakukan Bank Indonesia 55

Bab III Kebijakan Moneter 613.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter 62

3.1.1 Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi 63Boks 1 : Hubungan Uang dan Kegiatan Ekonomi: Perbedaan PemikiranMonetarist vs Keynesian 663.1.2 Kebijakan Moneter dan Kebijakan Ekonomi Makro Lain 673.1.3 Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka 683.1.4 Kerangka Strategis Kebijakan Moneter 743.1.5 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter 783.1.6 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter 83

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia 863.2.1 Kebijakan Moneter Periode Pre-Krisis Ekonomi 1997 863.2.2 Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997 953.2.3 Kebijakan Moneter Periode Setelah Krisis Ekonomi 1997 98

3.2.3.1 Kerangka Strategis Kebijakan Moneter 1003.2.3.2 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter 1023.2.3.3 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter 1033.2.3.4 Proses Perumusan Kebijakan Moneter 1053.2.3.5 Mekanisme Pengendalian Moneter 108

3.2.4 Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa 1093.2.4.1 Kebijakan Nilai Tukar 1103.2.4.2 Kebijakan Moneter Devisa 113

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan Sasaran Kestabilan Harga :Menuju Inflation Targeting 1153.3.1 Kerangka Dasar Inflation Targeting 1163.3.2 Menuju Penerapan Inflation Targeting di Indonesia 121

Page 5: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

v

Boks 2 : Penentuan Sasaran Inflasi 126Boks 3 : Kebijakan Moneter Mengarah ke Depan 129

Daftar Pustaka 132

Bab IV Kebijakan Perbankan 1354.1 Gambaran Umum 136

4.1.1 Definisi dan Fungsi Bank dalam Perekonomian 1364.1.2 Kedudukan Perbankan dalam Sistem Perekonomian 1404.1.3 Alasan Bank Harus Diatur dan Diawasi 1414.1.4 Pengaturan den Pengawasan Perbankan yang Efektif 144

4.1.4.1 Pengaturan Bank Yang Efektif 1444.1.4.2 Pengawasan Bank Yang Efektif 148

Boks 1 : 25 Prinsip Dasar Pengawasan Bank yang Efektif 1494.2 Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia 154

4.2.1 Sistem Perbankan di Indonesia 154Boks 2 : Bank Syariah (Bank dengan Prinsip Bagi Hasil) 155Boks 3 : Sekilas Perkembangan Perbankan di Indonesia 157

4.2.2 Peranan Bank Indonesia dalam Kebijakan Perbankan 159Boks 4 : Siapa Yang Sebaiknya Mengatur dan Mengawasi Bank 162

4.2.3 Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan di Indonesia 1644.2.3.1 Perizinan di Bidang Perbankan 1654.2.3.2 Pengaturan dan Ketentuan Perbankan 1664.2.3.3 Pengawasan terhadap Bank 1674.2.3.4 Pemberian Sanksi terhadap Pelanggaran Ketentuan 169

4.2.4 Kebijakan dalam hal Bank-bank Mengalami Kesulitan 1704.2.5 Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Indonesia 172

4.2.5.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank 1724.2.5.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 1734.2.5.3 Hasil Penilaian dan Predikat Tingkat Kesehatan 1754.2.5.4 Faktor-faktor yang Menggugurkan Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank 175

Page 6: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

vi

4.2.6 Penerapan Prinsip-prinsip Pengawasan Bank yang Efektif di Indonesia 176

4.2.7 Kebijakan Perbankan di Indonesia Pascakrisis 1774.2.7.1 Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) 1774.2.7.2 Restrukturisasi Perbankan Indonesia 179

4.2.8 Menuju Perbankan Masa Depan 191Daftar Pustaka 206

Bab V Kebijakan Sistem Pembayaran 2095.1 Gambaran Umum 210Boks 1.1 Mekanisme Pembayaran Cek 211

5.1.1 Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian 2125.1.2 Elemen-elemen Sistem Pembayaran 2135.1.3 Lembaga yang Terkait dalam Sistem Pembayaran 2045.1.4 Prinsip-prinsip Dasar Sistem Pembayaran 2145.1.5 Risiko-risiko Sistem Pembayaran 2165.1.6 Karakteristik Instrumen dalam Sistem Pembayaran 2165.1.7 Proses Penyelesaian Pembayaran 219

5.2 Peran Bank Sentral dalam Sistem Pembayaran 2285.3 Sistem Pembayaran di Indonesia 229

5.3.1 Sejarah Sistem Pembayaran di Indonesia 2315.3.2 Cara Melakukan Pembayaran dan Setelmen 2335.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233

5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan FasilitatorPengembangan 234

5.3.3.2 Bank Indonesia sebagai Lembaga Pengawas 2355.3.3.3 Bank Indonesia sebagai Lembaga Penyelenggara 235

5.3.4 Aturan Hukum 2365.3.5 Lembaga yang Terkait dalam Sistem Pembayaran di Indonesia 237

Page 7: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

vii

5.3.6 Instrumen Pembayaran 2385.3.6.1 Instrumen Pembayaran Tunai 2385.3.6.2 Instrumen Pembayaran Nontunai 241

5.3.7 Sistem Setelmen Antarbank 2475.3.7.1 BI – RTGS 2485.3.7.2 Kliring 250

Daftar Pustaka 257Lampiran 1 Kebijakan Pengedaran Uang 260

Bab VI Organisasi Bank Indonesia 2656.1 Organisasi Bank Sentral Pada Umumnya 266

6.1.1 Implikasi Tujuan, Tugas, dan Wewenang pada Organisasi Bank Sentral 267

6.1.1.1 Tujuan dan Tugas Bank Sentral serta Implikasinya padaOrganisasi 2686.1.1.2 Wewenang Bank Sentral dan Implikasinya padaOrganisasi 269

6.2 Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia 2736.2.1 Implikasi Tujuan, Tugas, dan Wewenang terhadap

Organisasi 2736.2.2 Misi dan Visi, Bank Indonesia 2786.2.3 Struktur Organisasi Bank Indonesia 279

6.2.3.1 Kantor Pusat Bank Indonesia 2816.2.3.2 Kantor Bank Indonesia 2906.2.3.3 Kantor Perwakilan 291

Daftar Pustaka 292Lampiran 1 Struktur Organisasi Bank Indonesia 294

Page 8: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

viii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

ix

SAMBUTAN

GUBERNUR BANK INDONESIA

Sebagai sebuah kumpulan tulisan mengenai kebanksentralan,khususnya mengenai Bank Indonesia, buku ini mengupas hampir semuaaspek bank sentral, mulai dari perannya dalam perekonomian, kebijakanmoneter, perbankan dan sistem pembayaran, sampai dengan organisasiinternal Bank Indonesia. Walaupun dirancang sebagai buku pengantar,pembahasan pada buku ini meliputi pula diskusi mengenai paradigma-paradigma baru dalam ilmu ekonomi moneter dan perbankan. Independensidan akuntabilitas, single vs multiple target dalam kebijakan moneter, danArsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan contoh isu-isu terkini yangperlu mendapat porsi diskusi secukupnya jika kita ingin mengetahui peranyang harus dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai sebuah bank sentraldibawah naungan UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubahdengan UU No. 3 Tahun 2004.

Saya berharap buku ini dapat menjadi rujukan dan memperkayakhasanah kepustakaan mengenai kebanksentralan dalam rangkapeningkatan wawasan dan pembelajaran kepada masyarakat. Selain itu,saya juga berharap buku ini dapat menjadi salah satu representasi dariupaya Bank Indonesia untuk meningkatkan transparansi tentang tujuan,tugas dan peran, dan bagaimana kebijakan moneter dan perbankan itudilakukan, serta faktor-faktor apa yang dijadikan landasan dalampengambilan kebijakan.

GUBERNURBANK INDONESIA

Page 10: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

x

Akhirnya, saya mengucapkan selamat kepada para penulis dari PusatPendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) – Bank Indonesia atasditerbitkannya buku ini. Saya juga berharap agar buku-buku serupadengan topik yang relevan dengan kebanksentralan semakin banyakditerbitkan oleh PPSK. Semoga buku ini dapat bermanfaat, baik bagipara mahasiswa, akademisi, maupun bagi semua pihak yang inginmengetahui seluk-beluk kebanksentralan.

Jakarta, Agustus 2004

GUBERNURBANK INDONESIA

Burhanuddin Abdullah

Page 11: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

xi

Bank sentral memiliki fungsi dan peranan yang strategis dalammendukung perkembangan perekonomian suatu negara. Hal ini mengingattugas-tugas bank sentral pada umumnya mencakup perumusan danpelaksanaan kebijakan moneter, pengaturan dan pengawasan perbankan,dan pengaturan dan pelaksanaan sistem pembayaran. Dengan tugas danwewenang seperti ini, kebijakan yang ditempuh bank sentral berpengaruhlangsung terhadap peredaran uang dan suku bunga dalam perekonomian,operasi dan kesehatan perbankan, yang pada gilirannya akanmempengaruhi tidak hanya perkembangan sektor keuangan tetapi jugapertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kesejahteraan masyarakat secarakeseluruhan.

Dengan melihat peran strategis bank sentral tersebut, maka sangatlahperlu untuk mengetahui berbagai aspek mengenai bank sentral. Dalamkaitan ini, pemahaman yang menyeluruh mengenai peranan bank sentraldalam sektor keuangan dan perekonomian memerlukan tersedianya suatubahan rujukan yang utuh dan lengkap mengenai aspek kelembagaan danbekerjanya organisasi suatu bank sentral, kerangka kerja dan langkah-langkah kebijakan apa yang diterapkan, serta motivasi apa yang mendasariperilaku pelaksana kegiatan operasional bank sentral. Yang tidak kalahpentingnya adalah bagaimana tugas-tugas yang demikian penting tersebutdilaksanakan dan dipertanggung-jawabkan oleh bank sentral.

Berangkat dari pemikiran seperti ini, lingkup materi yang dibahas dalambuku ini menyangkut berbagai aspek yang terkait dengan keberadaan banksentral, mulai dari aspek kelembagaan, kebijakan-kebijakan yang ditempuh,sampai dengan organisasi. Sebagaimana layaknya sebuah buku rujukan,buku ini disusun untuk dapat memberikan tinjauan yang lengkap dan

KATA PENGANTAR

Page 12: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

xii

menyeluruh terhadap seluruh aspek kebanksentralan. Ulasan masing-masingaspek tersebut diawali dengan konsep dan penerapan di berbagai banksentral dan kemudian diikuti dengan pengalaman dan pelaksanaannya diIndonesia. Buku ini juga menggunakan bahasa yang cukup sederhana danmudah dipahami oleh masyarakat luas, dengan memberi penjelasan yangcukup mengenai istilah-istilah yang bersifat teknis. Selain itu, setiap bagiandalam tulisan ini dilengkapi dengan referensi bagi pembaca yang bermaksudmemperdalam pemahaman mengenai bagian yang bersangkutan.

Banyak pihak telah memberikan kontribusi berharga dalam penyusunanbuku ini. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepadaDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Direktorat Penelitian danPengaturan Perbankan, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran,Direktorat Hukum, Direktorat Pengedaran Uang, Direktorat Sumber DayaManusia, serta semua pihak yang telah membantu, mulai dari tahappenulisan sampai dengan tahap penerbitan buku ini.

Akhirnya, mudah-mudahan buku ini dapat memberikan informasi yangberharga dan menambah khasanah pengetahuan kita.

Jakarta, Juli 2004

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan

Perry Warjiyo

Direktur

Page 13: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

1

ank sentral mempunyai peran yang sangat strategis bagimasyarakat pada umumnya dan pembangunan ekonomi padakhususnya. Yang paling mendasar adalah perannya dalammencetak dan mengedarkan uang. Bank sentral merupakansatu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan

dan mengedarkan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah di suatunegara. Peran ini vital karena begitu penting dan luasnya fungsi uang dalamperekonomian.

Seluruh kegiatan ekonomi dan keuangan kita lakukan dengan uang.Fungsi uang tidak hanya dipergunakan sebagai alat pembayaran, tetapijuga sebagai media penyimpan kekayaan dan bahkan untuk berspekulasibagi sebagian masyarakat. Pengertian uang tidak terbatas pada uang kartal,yaitu uang kertas maupun logam, tetapi telah berkembang menjadi berbagaibentuk dan variasinya, dari uang giral, simpanan di bank, kartu kredit, dansebagainya, seiring dengan perkembangan pesat di sektor keuangan. Alhasil,perkembangan jumlah uang yang beredar akan berpengaruh langsungterhadap berbagai kegiatan ekonomi dan keuangan dalam perekonomian,apakah itu konsumsi, investasi, ekspor-impor, suku bunga, nilai tukar,pertumbuhan ekonomi, dan juga inflasi.

Dengan peran seperti ini wajar apabila bank sentral mempunyai tujuandan diberi tanggung jawab untuk mencapai dan memelihara kestabilannilai dari mata uang yang diedarkan tersebut. Terlebih lagi pada duniamodern sekarang ketika uang sebagai fiat money, dalam arti bahwa negaramemberikan kewenangan kepada bank sentral untuk menerbitkan dan

1 PendahuluanOleh: Perry Warjiyo

Page 14: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

2

Pendahuluan

mengedarkan uang tersebut atas dasar kepercayaan, tanpa adanyakewajiban untuk menyediakan sejumlah emas atau cadangan lain sebagaijaminan dari penerbitan uang tersebut seperti pernah dialami pada jamanstandar emas. Karena itu, kestabilan nilai dari mata uang tersebut merupakankewajiban mendasar bagi bank sentral agar kepercayaan negara danmasyarakat dapat tetap terpelihara. Dalam prakteknya, kestabilan nilai darimata uang dimaksud mencakup kestabilan nilai mata uang terhadap barangdan jasa –yang diukur dan tercermin pada laju inflasi serta kestabilanterhadap mata uang negara lain– yang diukur dan tercermin padaperkembangan nilai tukar atau kurs mata uang.

Kestabilan nilai mata uang, baik dalam arti inflasi maupun nilaitukar, sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yangberkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai uang yang stabildapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalammelakukan berbagai aktivitas ekonominya, baik konsumsi maupun investasi,sehingga perekonomian nasional dapat bergairah. Lebih dari itu, inflasiyang terkendali dan rendah dapat mendukung terpeliharanya daya belimasyarakat, khususnya yang berpendapatan tetap seperti pegawai negerisipil dan masyarakat kecil. Bagi golongan masyarakat ini, yang umumnyamencakup sebagian besar penduduk, harga-harga yang terus membumbungmenyebabkan kemampuan daya beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan semakin rendah. Demikian pula, inflasi dan nilai tukar yang tidakstabil akan mempersulit dunia usaha dalam perencanaan kegiatan bisnis,baik dalam kegiatan produksi dan investasi maupun dalam penentuan hargabarang dan jasa yang diproduksinya. Pengalaman Indonesia denganterjadinya krisis nilai tukar sejak tahun 1997 menunjukkan betapapentingnya mencapai dan menjaga laju inflasi yang rendah dan nilai tukaryang stabil tersebut.

Untuk dapat mencapai tujuan dalam menjaga kestabilan nilai matauang, kepada bank sentral diberikan beberapa kewenangan dalammelakukan tugasnya. Tugas pertama adalah merumuskan dan melaksanakankebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar danatau suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaiantujuan kestabilan nilai uang tersebut dan sekaligus mampu mendorongperekonomian nasional. Dalam kaitan ini, dalam mencapai sasaran inflasidan kestabilan nilai tukar bank sentral juga mempertimbangkan

Page 15: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

3

perkembangan dan prospek ekonomi makro secara keseluruhan. Hal inidilakukan agar pencapaian kestabilan nilai uang tersebut tidak mengganggudan sebaliknya justru ikut menggairahkan aktivitas ekonomi secarakeseluruhan. Pencapaian kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secaraketat dan berlebihan karena akan mempersulit dan menyebabkan aktivitasekonomi terkendala dan lesu. Sebaliknya, pengendalian uang beredar dansuku bunga tidak boleh terlalu longgar karena akan menyebabkan tidakterpeliharanya kestabilan nilai uang yang akan mendorong merosotnyakepercayaan masyarakat dan mempersulit perencanaan bisnis parapengusaha. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas kebijakan moneter, banksentral senantiasa memantau perkembangan dan kecenderungan berbagaivariabel ekonomi makro, moneter, dan keuangan. Lebih dari itu, bank sentraljuga senantiasa melakukan koordinasi dengan Pemerintah agar terjadisinergi antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal dan kebijakanekonomi makro lainnya. Hasil analisis dan pemantauan ini digunakan olehbank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneternya baik melaluipengendalian jumlah uang beredar maupun suku bunga.

Tugas kedua adalah mengatur dan melaksanakan sistem pembayaran,yang mencakup sekumpulan kesepakatan, aturan, standar, dan proseduryang digunakan dalam mengatur peredaran uang antarpihak dalammelakukan kegiatan ekonomi dan keuangan dengan menggunakaninstrumen pembayaran yang sah. Sistem pembayaran dapat berlangsungbaik secara tunai maupun nontunai. Sistem pembayaran tunai menyangkutpencetakan dan peredaran uang agar jumlah, denominasi, kelayakan,maupun keamanan uang sebagai alat pembayaran yang sah dapatmemenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan berbagai aktivitasekonomi. Sementara itu, sistem pembayaran nontunai menyangkutperedaran uang yang pada umumnya dalam bentuk giral dan produk-produkperbankan lainnya, baik melalui proses kliring antarbank, kartu kredit,maupun Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Peran sistem pembayaran nontunaiakan semakin besar dan vital dengan semakin berkembangnyaperekonomian suatu negara, khususnya dengan semakin dominannya peransistem pembayaran bernilai besar (high value payment system) dibandingkansistem pembayaran bernilai kecil/ritel (small value payment system). Sistemyang banyak dikembangkan untuk transaksi pembayaran bernilai besaradalah sistem Real Time Gross Settlement (RTGS). Melalui sistem RTGS,penyelesaian transaksi ekonomi dan keuangan antarpihak dapat dilakukan

Page 16: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

4

Pendahuluan

secara segera, transaksi per transaksi, tanpa harus menunggu proses kliringseluruh transaksi secara keseluruhan yang biasanya memerlukan satu hariuntuk penyelesaian. Sistem pembayaran bernilai besar dapat diumpamakansebagai urat nadi dalam suatu perekonomian yang mendukung transaksi-transaksi bernilai besar, seperti pasar uang antarbank, pasar modal, danperdagangan surat berharga. Keamanan dan efisiensi sistem ini tidak hanyamendukung pihak yang dilayaninya secara langsung, tetapi juga sistemkeuangan nasional secara keseluruhan.

Tugas ketiga adalah mengatur dan mengawasi perbankan. Peran pentingperbankan terutama terletak pada fungsinya sebagai lembaga kepercayaandalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentukkredit dan alternatif pembiayaan lainnya untuk dunia usaha. Lebih dari itu,perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan moneterkarena sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsungmelalui perbankan. Hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneterke inflasi dan aktivitas ekonomi riil melalui perbankan. Demikian pula,aktivitas perbankan sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan sistempembayaran, karena peredaran uang maupun pelaksanaan sistempembayaran nontunai pada umumnya melalui perbankan. Dengan katalain, pelaksanaan tugas kebijakan moneter, sistem pembayaran, danpengaturan perbankan saling terkait dan saling mendukung dalampencapaian tujuan kestabilan nilai uang yang menjadi tujuan dan tanggungjawab bank sentral. Dengan pertimbangan ini, wajar apabila aktivitasperbankan pada umumnya diatur dan diawasi secara ketat oleh bank sentral.Bentuk pengaturan dan pengawasan perbankan termaksud mencakupperizinan, penerapan prinsip kehati-hatian, pengawasan baik secaralangsung di perbankan maupun secara tidak langsung melalui pemantaunlaporan, dan pengenaan sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan yangberlaku. Dengan cara ini, kepercayaan masyarakat terhadap perbankandalam menjalankan fungsi intermediasi untuk mendukung perekonomiannasional dapat tetap terjaga dan terpelihara.

Peran, tujuan, dan tugas bank sentral yang demikian penting dan vitaltersebut masih belum banyak dipahami oleh sebagian masyarakat. Tidakterkecuali di Indonesia, pemahaman masyarakat terhadap Bank Indonesiajuga masih belum lengkap dan menyeluruh. Masyarakat berpendapat bahwaBank Indonesia masih dipandang sebagai layaknya bank-bank komersial,

Page 17: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

5

yang menerima simpanan masyarakat dan menyalurkan kredit danpembiayaan lain kepada dunia usaha. Masyarakat pada umumnya hanyamengetahui fungsi Bank Indonesia dalam mencetak dan mengedarkan uang,antara lain karena dicatumkannya nama Bank Indonesia dalam mata uangRupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah di Indonesia.Sebagian masyarakat belum mendalami betul tugas-tugas Bank Indonesiabaik dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengaturdan melaksanakan sistem pembayaran, maupun dalam mengatur danmengawasi perbankan.

Kebelumlengkapan dan kebelummenyeluruhan pemahamanmasyarakat luas terhadap tujuan, tugas, dan peran Bank Indonesia tersebutdalam beberapa hal dapat dimengerti. Ada beberapa alasan yangmelatarbelakangi kondisi faktual ini. Sebagai layaknya bank-bank sentrallain yang cenderung bersikap konservatif, diakui bahwa pada masa laluBank Indonesia kurang agresif menjelaskan peran dan tugas-tugasnyakepada masyarakat luas. Pada waktu itu Bank Indonesia merupakan bagiandari Pemerintah sehingga penjelasan mengenai kebijakannya dilakukanbersama-sama dan merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah.Penyediaan informasi oleh Bank Indonesia baik melalui penjelasanlangsung atau melalui media massa maupun dalam bentuk buku ataupublikasi lain masih terasa kurang. Di samping itu, kelembagaan dan tugas-tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral itu sendiri juga telah mengalamiperkembangan dari waktu ke waktu. Apalagi aspek-aspek kebanksentralandimaksud tidak mudah dipahami oleh masyarakat awam karenapemahaman terhadap hal-hal itu memerlukan pengetahuan yangmemadai.

Kondisi seperti ini yang telah dicoba untuk diubah dan diperbaiki olehBank Indonesia khususnya sejak pemberlakuan UU No. 23 Tahun 1999tentang Bank Indonesia. Hal ini seiring pula dengan lebih besarnyakewenangan dan independensi yang diamanatkan undang-undang tersebutkepada Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas-tugasnya baik di bidangmoneter, sistem pembayaran, maupun di bidang perbankan. Tentu sajaindependensi tersebut juga menuntut semakin besarnya akuntabilitas dantransparansi yang harus dipenuhi oleh Bank Indonesia. Denganpertimbangan inilah, maka Bank Indonesia semakin sering dan gencarmenjelaskan kepada masyarakat luas baik secara langsung melalui media

Page 18: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

6

Pendahuluan

masa, laporan pelaksanaan tugas kepada DPR, diskusi dengan para pakardan pengembangan kurikulum kebanksentralan di dunia akademis, maupunsecara tidak langsung melalui publikasi laporan berkala, buku-buku, danmedia komunikasi yang lain.

1.1 TUJUAN BUKU

Buku Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia—SebuahPengantar ini merupakan salah satu wujud nyata dari keinginan BankIndonesia untuk memperluas diseminasi informasi mengenai pelaksanaantugas-tugasnya. Oleh karena itu, buku ini memuat secara lengkap danmenyeluruh tinjauan kebanksentralan atas Bank Indonesia sebagai banksentral, baik mengenai aspek-aspek kelembagaan, kebijakan moneter,kebijakan sistem pembayaran, kebijakan perbankan, maupun aspekorganisasi dan manajemennya. Yang diinginkan dari penerbitan buku iniadalah memberikan penjelasan dan tinjauan yang lengkap dan menyeluruhtentang seluruh aspek kebanksentralan. Ulasan yang lebih rinci dan teknismengenai hal tertentu pada aspek-aspek kebanksentralan diberikan secaraumum, tanpa mengurangi esensi materi yang ingin disampaikan agarkeutuhan gambaran mengenai kebanksentralan dapat dipahami olehmasyarakat luas.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan penerbitan buku ini.Pertama, memberikan penjelasan yang lengkap dan menyeluruh mengenaiBank Indonesia sebagai bank sentral secara utuh kepada masyarakat luasdengan bahasa komunikasi yang lebih sederhana dan mudah dicerna.Selama ini penjelasan yang diberikan Bank Indonesia pada umumnyamengenai aspek tertentu dari pelaksanaan tugasnya sebagai bank sentral.Sebagai contoh, sesuai dengan ketentuan UU No. 23 Tahun 1999, padasetiap awal tahun Bank Indonesia menyampaikan kepada masyarakat luasmengenai evaluasi dan prospek ekonomi makro dan moneter secarakeseluruhan, sasaran inflasi yang ingin dicapai, dan rencana kebijakanmoneter yang akan dilakukan untuk setahun mendatang. Pada kesempatanlain, Bank Indonesia menjelaskan mengenai ketentuan-ketentuan baru yangdikeluarkan baik mengenai bidang moneter, sistem pembayaran, danperbankan. Penjelasan mengenai Bank Indonesia belum dilakukan secaralengkap dan menyeluruh dalam satu materi yang utuh baik mengenai aspek-

Page 19: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

7

aspek kelembagaan, kebijakan moneter, kebijakan perbankan, kebijakansistem pembayaran, maupun aspek organisasi dan manajemennya.

Kedua, diharapkan buku ini dapat dipergunakan sebagai buku standaruntuk pedoman pengajaran ilmu kebanksentralan di Indonesia. BankIndonesia memandang perlu memberikan pengetahuan kebanksentralankepada siswa dan publik dalam bahasa yang mudah dicerna. Bahkanterdapat keinginan yang kuat dari Bank Indonesia agar buku ini menjadidasar pengembangan kurikulum dan materi pengajaran kebanksentralandi berbagai lembaga pendidikan di Indonesia. Dalam hubungan ini, apabilakita amati materi pengajaran yang menyangkut kebanksentralan diIndonesia, baik di tingkat perguruan tinggi apalagi di tingkat sekolahmenengah atas, kita dapat melihat betapa masih kurang dan terbatasnyamateri dimaksud. Beberapa aspek kebanksentralan memang diajarkan diperguruan tinggi, misalnya, mengenai aspek kebijakan moneter yangbiasanya menjadi bagian dari mata kuliah ekonomi moneter atau matakuliah uang dan bank. Belum banyak, bahkan sering belum dijumpai,pengajaran materi mengenai aspek-aspek kebanksentralan yang lain,khususnya aspek sistem pembayaran dan aspek perbankan. Bahkan materi-materi pengajaran tersebut masih belum sesuai dan cocok dengan kondisiyang sebenarnya dilakukan Bank Indonesia. Selain itu, materi tersebutterkadang masih belum diperbarui sesuai dengan perkembangan terkini.

Ketiga, memperbarui dan menyederhanakan materi yang disajikandalam buku yang diterbitkan sebelumnya, yaitu Bank Indonesia: BankSentral Republik Indonesia—Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, danOrganisasi. Berbeda dengan buku sebelumnya yang dimaksudkan sebagaibahan ajar para dosen di tingkat perguruan tinggi dan buku peganganmahasiswa pada strata satu tingkat akhir dan strata dua tingkat awal denganminat studi moneter, buku ini lebih diarahkan untuk buku pegangan bagimahasiswa strata satu untuk semua minat studi dan semua jurusan, paraguru di tingkat sekolah menengah atas, dan masyarakat umum. Karena itu,tinjauan teoritis yang disajikan dalam buku terdahulu lebih disederhanakanatau dikurangi dalam buku ini, tanpa mengurangi esensi materi yangdisampaikan. Sementara itu, pengkinian materi dalam buku ini lebih banyakberkaitan dengan telah disahkannya amandemen UU No. 23 Tahun 1999tentang Bank Indonesia dengan UU No. 3 Tahun 2004 tanggal 15 Januari2004 yang lalu. Pada dasarnya amandemen ini menyangkut beberapa aspek

1.1 T u j u a n B u k u I n i

Page 20: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

8

Pendahuluan

penting, yaitu penetapan sasaran inflasi, pembentukan Badan Supervisi,pengalihan pengawasan bank, penyediaan fasilitas pembiayaan darurat(financial safety net) dalam mengatasi kesulitan sistem perbankan, danpenguatan akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia. (Boks 1.Amandemen Undang-undang Bank Indonesia). Berbagai aspek penting dariamandemen tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bab-bab yang terkaitdalam buku ini.

Sebagai salah satu langkah penguatan kelembagaan Bank Indonesia sebagaiBank Sentral Republik Indonesia, beberapa penyempurnaan terhadaplandasan hukum keberadaannya dilakukan melalui amandemen UU No. 23Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dengan UU No. 3 Tahun 2004. Beberapaaspek penting amandemen dimaksud meliputi: (1) penetapan sasaran inflasioleh Pemerintah, (2) penundaan pengalihan tugas pengawasan bank, (3)pengaturan fasilitas pembiayaan darurat bagi perbankan, (4) penyempurnaanmekanisme pencalonan Dewan Gubernur, (5) penguatan akuntabilitas dantransparansi, (6) pembentukan Badan Supervisi, dan (7) persetujuan anggaranoperasional oleh DPR.

Penetapan Sasaran Inflasi oleh PemerintahTujuan Bank Indonesia tidak mengalami perubahan, yaitu mencapai danmemelihara kestabilan nilai rupiah, dalam arti kestabilan harga (inflasi) dannilai tukar rupiah. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, dalamamandemen UU Bank Indonesia ditekankan agar kebijakan moneter yangditempuh oleh Bank Indonesia dilakukan secara berkelanjutan, konsisten,dan transparan. Di samping itu, untuk meningkatkan koordinasi kebijakanmoneter dengan kebijakan ekonomi lainnya, kebijakan moneter BankIndonesia juga harus mempertimbangkan kebijakan umum Pemerintah dibidang perekonomian.

Perubahan mendasar terletak pada kewenangan penetapan sasaran inflasi.Dengan adanya amandemen UU Bank Indonesia, penetapan sasaran inflasiyang sebelumnya dilakukan oleh Bank Indonesia diubah menjadi ditetapkanoleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Perubahan

AmandemenUndang-Undang Bank Indonesia

Boks1:

Page 21: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

9

1.1 T u j u a n B u k u I n i

ini di satu sisi mengurangi independensi Bank Indonesia dalam menetapkansasaran inflasi (goal independent), sementara independensi Bank Indonesiadalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter (instrumentindependent) tetap dipertahankan. Akan tetapi, di sisi lain perubahan ini akansemakin meningkatkan komitmen dan dukungan Pemerintah dalampencapaian sasaran inflasi oleh Bank Indonesia. Lebih dari itu, perubahanini akan semakin meningkatkan koordinasi dan sinergi antara kebijakanmoneter Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan ekonomi Pemerintahlainnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi maupun tujuan ekonomilain seperti penciptaan lapangan kerja.

Penundaan pengalihan tugas pengawasan bankSesuai UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tugas pengawasanbank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan dialihkan kepada LembagaPengawasan Sektor Jasa Keuangan (LPJK). LPJK yang akan dibentuk melakukanpengawasan terhadap bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuanganlainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, danperusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakkanpengelolaan dana masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalammenjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah danberkewajiban menyampaikan laporan kepada BPK dan DPR.

Amandemen UU Bank Indonesia memberikan pengaturan lebih lanjutmengenai waktu, persyaratan, dan mekanisme koordinasi atas rencanapengalihan tugas pengawasan bank tersebut. Pembentukan LPJK yang semulaakan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002 ditundamenjadi selambat-lambatnya 31 Desember 2010. Sepanjang lembagapengawasan dimaksud belum dibentuk, tugas pengaturan dan pengawasanbank dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Pengalihan fungsi pengawasan bankdari Bank Indonesia kepada LPJK tersebut dilakukan secara bertahap setelahdipenuhinya syarat-syarat yang meliputi infrastruktur, anggaran, personalia,struktur organisasi, sistem informasi, sistem dokumentasi, dan berbagaiperaturan pelaksanaan berupa perangkat hukum serta dilaporkan kepada DPR.Di samping itu, dalam amandemen juga ditegaskan bahwa dalam melakukantugasnya lembaga ini melakukan koordinasi dan kerjasama dengan BankIndonesia sebagai bank sentral yang akan diatur dalam undang-undangpembentukannya. LPJK dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan denganpelaksanaan tugas pengawasan bank dengan koordinasi Bank Indonesia danmeminta penjelasan dari Bank Indonesia keterangan dan data makro yangdiperlukan.

Page 22: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

10

Pendahuluan

Pengaturan fasilitas pembiayaan darurat bagi perbankanAmandemen UU Bank Indonesia memberikan pengaturan yang lebih jelasmengenai pemberian pendanaan dalam mengatasi bank-bank yang mengalamikesulitan. Dalam amandemen diatur bahwa dalam hal suatu bank mengalamikesulitan keuangan yang berdampak pada bank lain (sistemik) dan berpotensimengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesiadapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadibeban Pemerintah. Untuk itu, Bank Indonesia dapat membeli surat utangnegara yang diterbitkan Pemerintah di pasar primer dalam rangka pemberianfasilitas pembiayaan darurat tersebut. Ketentuan dan tata cara pengambilankeputusan mengenai kesulitan keuangan bank yang berdampak sistemik,pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber pendanaan yang berasaldari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diatur dalam undang-undang tersendiri, yang akan ditetapkan selambat-lambatnya akhir tahun 2004.

Fasilitas pembiayaan darurat atau financial safety net tersebut berbedadengan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yangdiberikan Bank Indonesia untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangkapendek suatu bank dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai lender oflast resort. Dalam kaitan ini, kesulitan likuiditas jangka pendek dapat terjadikarena adanya ketidaksesuaian antara arus dana masuk yang lebih kecildibandingkan arus dana keluar pada suatu bank. Kesulitan likuiditasdimaksud tidak selalu harus diartikan bahwa bank yang bersangkutanmengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan ataukesulitan bank yang berdampak sistemik. Untuk kesulitan likuiditas bankseperti ini, sesuai undang-undang Bank Indonesia diberi kewenangan untukmemberikan pinjaman kepada bank yang bersangkutan dengan jangka waktumaksimum 90 hari dengan jaminan yang berkualitas tinggi, bernilai cukup,dan mudah dicairkan.

Penyempurnaan mekanisme pencalonan Dewan GubernurAmandemen UU Bank Indonesia memberikan beberapa perubahan mengenaimekanisme pencalonan khususnya untuk para Deputi Gubernur BankIndonesia.

1Pertama, calon Deputi Gubernur diusulkan oleh Presiden

berdasarkan rekomendasi dari Gubernur Bank Indonesia. Selanjutnya dijelaskanbahwa usul Presiden tersebut dilakukan dengan memperhatikan pula aspirasimasyarakat, dan rekomendasi dari Gubernur Bank Indonesia diberikan setelahdilakukan proses seleksi secara transparan, akuntabel, dan obyektif.

1 Sementara itu, mekanisme pencalonan untuk Gubernur dan Deputi Gubernur Senior BankIndonesia pada prinsipnya tidak mengalami perubahan.

Page 23: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

11

Kedua, bakal calon Deputi Gubernur yang diseleksi berasal baik dari BankIndonesia maupun dari luar Bank Indonesia dengan pemberian kesempatanyang sama serta pemenuhan persyaratan sebagaima diatur dalam UU BankIndonesia. Persyaratan dimaksud, yaitu: (a) warga negara Indonesia, (b)memiliki integritas, akhlak, dan moral yang tinggi, dan (c) memiliki keahliandan pengalaman di bidang ekonomi, keuangan, perbankan, atau hukumkhususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas bank sentral.

Penguatan akuntabilitas dan transparansiAmandemen UU Bank Indonesia memberikan penegasan bahwa kinerjaDewan Gubernur dan Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas danwewenangnya dinilai oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk itu, BankIndonesia diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan dan laporantriwulanan secara tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnyakepada DPR dan Pemerintah. Penyampaian laporan kepada DPR adalahdalam rangka akuntabilitas, sedangkan laporan kepada Pemerintah adalahdalam rangka informasi.

Laporan tahunan dan triwulanan tersebut juga diwajibkan untuk disampaikankepada masyarakat secara terbuka melalui media massa denganmencantumkan ringkasannya dalam Berita Negara. Penyampaian informasikepada masyarakat, di samping sebagai cerminan asas transparansi, jugadimaksudkan agar masyarakat mengetahui arah kebijakan Bank Indonesiayang dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan penting dalamperencanaan usaha para pelaku pasar.

Pembentukan Badan SupervisiSesuai amandemen UU Bank Indonesia, untuk membantu DPR dalammelaksanakan fungsi pengawasan di bidang tertentu terhadap Bank Indonesia,dibentuk Badan Supervisi dalam upaya meningkatkan akuntabilitas,independensi, transparansi, dan kredibilitas Bank Indonesia. Tugas BadanSupervisi adalah membantu DPR dalam melakukan: (a) telaahan atas laporankeuangan tahunan Bank Indonesia, (b) telaahan atas anggaran operasionaldan investasi Bank Indonesia, dan (c) telaahan atas prosedur pengambilankeputusan kegiatan operasional di luar kebijakan moneter dan pengelolaanasset Bank Indonesia. Badan Supervisi menyampaikan laporan pelaksanaantugas kepada DPR sekurang-kurangnya sekali dalam tiga bulan atau sewaktu-waktu apabila diminta DPR.

Badan Supervisi dalam menjalankan tugasnya tidak melakukan penilaianterhadap kinerja Dewan Gubernur dan tidak ikut mengambil keputusan serta

1.1 T u j u a n B u k u I n i

Page 24: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

12

Pendahuluan

tidak ikut memberikan penilaian terhadap kebijakan di bidang sistempembayaran, pengaturan dan pengawasan bank, serta bidang-bidang yangmerupakan penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia.Badan Supervisi tidak boleh: (a) menghadiri rapat Dewan Gubernur, (b)mencampuri dan menilai kebijakan Bank Indoensia, (c) mengevaluasi kinerjaDewan Gubernur, (d) menyatakan pendapat untuk mewakili Bank Indonesia,dan (e) menyampaikan informasi yang terkait dengan pelaksanaan tugasnyalangsung kepada publik.

Persetujuan anggaran operasional oleh DPRSesuai amandemen UU Bank Indonesia, Dewan Gubernur menetapkananggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran untuk kegiatanoperasional dan anggaran untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, sertapengaturan dan pengawasan perbankan. Selanjutnya diatur bahwa anggarankegiatan operasional tersebut dan evaluasi pelaksanan anggaran tahun berjalandisampaikan kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan. Sementara itu,anggaran untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan danpengawasan perbankan dilaporkan secara khusus (tertutup) kepada DPR.

1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Buku ini terdiri dari enam bab. Bab I sebagai bab pendahuluanmemberikan latar belakang penerbitan buku, sasaran yang ingin dicapai,sidang pembaca, dan kemanfaatan buku ini. Bab II menjelaskan aspekkelembagaan Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia.Pemaparannya didahului dengan perkembangan status dan kedudukan banksentral di berbagai negara, yang pada umumnya bermula dari bank umumyang diberi tanggung jawab khusus pencetakan dan peredaran uang, sampaidengan tugas-tugas kebanksentralan yang kita kenal dewasa ini. Diuraikanperkembangan status dan kedudukan Bank Indonesia, dari periode sebelumkemerdekaan, periode awal kemerdekaan, periode UU No. 11 Tahun 1953yang merupakan awal berdirinya Bank Indonesia, periode UU No. 13 Tahun1968, sampai dengan periode UU No. 23 Tahun 1999. Isi Bab II difokuskanpada penjelasan rinci mengenai Bank Indonesia sebagai bank sentral dalamkonteks kekinian sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004.Penjelasan akan dimulai dengan uraian mengenai tujuan dan tugas-tugasBank Indonesia, baik dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan

Page 25: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

13

1.2 Sistematika Penyajian

moneter, mengatur dan melaksanakan sistem pembayaran, maupun dalammengatur dan mengawasi perbankan. Di samping itu, dipaparkan pulamengenai hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah, hubunganinternasional, serta susunan dan kewenangan Dewan Gubernur sebagaipimpinan tertinggi di Bank Indonesia. Bab II ditutup dengan penjelasanmengenai aspek independensi bank sentral yang pernah menjadi perdebatanpublik, serta kewajiban akuntabilitas dan transparansi sebagai konsekuensidari pemberian independensi yang lebih besar tersebut yang sering kurangdipahami oleh publik.

Bab III mengulas pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter.Secara rinci dalam bab ini diuraikan pelaksanaan tugas Bank Indonesiadalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Bab ini terdiridari tiga bagian, yaitu gambaran umum kebijakan moneter, pelaksanaankebijakan moneter di Indonesia pada saat ini, dan arah penerapan kebijakanmoneter dengan sasaran kestabilan harga ke depan. Pada bagian pertamadijelaskan beberapa substansi umum dari pelaksanaan kebijakan moneter,terutama dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap siklus kegiatanekonomi, koordinasi antara kebijakan moneter dengan kebijakan ekonomimakro lainnya, serta kebijakan moneter dalam perekonomian yang terbuka.Secara rinci dalam bagian ini dipaparkan pula kerangka strategis, mekanismetransmisi, dan kerangka operasional pelaksanaan kebijakan moneter diberbagai bank sentral pada umumnya. Pada bagian kedua akan diuraikanpelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia, mulai dari awal periodekemerdekaan Indonesia hingga dewasa ini. Pada bagian ini dijelaskan pulabeberapa aspek penting dari pelaksanaan kebijakan moneter dewasa ini,yang mencakup kerangka umum, mekanisme transmisi, dan prosesperumusan kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Padaakhir bab dijelaskan langkah-langkah yang ditempuh Bank Indonesia dalammemperkuat perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesiadengan kerangka kerja yang baru, yang sering dikenal dengan inflationtargeting framework dalam khasanah teori ekonomi moneter dan praktekpelaksanaan kebijakan moneter di negara-negara lain.

Bab IV memberikan uraian lengkap mengenai pelaksanaan tugas BankIndonesia di bidang pengaturan dan pengawasan perbankan. Bab ini terdiridari dua bagian. Pada bagian pertama dijelaskan gambaran umum kebijakanperbankan yang dapat dijumpai di berbagai negara yang mencakup dasar-

Page 26: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

14

Pendahuluan

dasar pemahaman tentang bank, termasuk di dalamnya definisi dan perananbank dalam perekonomian, pengertian sistem perbankan, dasarpertimbangan mengapa bank harus diatur dan diawasai, serta prinsip-prinsipbaku pengaturan dan pengawasan perbankan yang efektif. Pada bagiankedua diuraikan tentang sistem perbankan di Indonesia dan peranan BankIndonesia dalam mengatur dan mengawasi perbankan, termasuk didalamnya penjelasan mengenai kebijakan di bidang perizinan, pengaturanprinsip kehati-hatian, pengawasan, dan kebijakan dalam penanganan bank-bank yang mengalami kesulitan. Pada bagian ini dibahas pula isu-isu dibidang pengaturan dan pengawasan bank pascakrisis, antara lain mengenaipembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sertakebijakan restrukturisasi perbankan Indonesia seperti program penjaminanPemerintah, program rekapitalisasi bank umum, program restrukturisasikredit, dan program peningkatan ketahanan perbankan. Pada akhir babdijelaskan langkah-langkah yang sedang ditempuh Bank Indonesia dalampengembangan perbankan ke depan yang dirumuskan dalam ArsitekturPerbankan Indonesia (API).

Bab V mengulas tentang kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesiadalam mengembangkan sistem pembayaran yang aman, lancar, dan efisien.Penjelasan dimulai dengan memberikan gambaran umum sistempembayaran, mulai dari peran sistem pembayaran dalam perekonomian,elemen-elemen sistem pembayaran, lembaga yang terkait dalam sistempembayaran, prinsip-prinsip dasar sistem pembayaran, risiko-risiko sistempembayaran, karakteristik instrumen dalam sistem pembayaran, sampaiproses penyelesaian pembayaran (setelmen). Dalam kerangka sistempembayaran secara umum, dijelaskan peran bank sentral dalam sistempembayaran dan gambarannya di beberapa negara lain. Pembahasan yanglebih khusus mengenai sistem pembayaran di Indonesia dimulai denganmengulas sejarah sistem pembayaran di Indonesia dan cara-cara yang lazimdigunakan dalam melakukan pembayaran dan setelmen di Indonesia.Pembahasan dilanjutkan dengan mengulas peran Bank Indonesia di bidangsistem pembayaran, aturan hukum, dan lembaga yang terkait dalam sistempembayaran di Indonesia. Pembahasan kemudian dilanjutkan denganmengulas instrumen pembayaran, baik tunai (uang kertas dan logam)maupun nontunai (instrumen berbasis warkat, pemindahan dana,pendebetan secara langsung, instrumen berbasis kartu, dan instrumenmelalui kantor pos), dan sistem setelmen utama antarbank yang ada di

Page 27: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

15

1.2 Sistematika Penyajian

Indonesia, yaitu Bank Indonesia–Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)untuk sistem pembayaran bernilai besar dan kliring untuk sistem sistempembayaran bernilai kecil. Sebagai penutup bab ini, dalam lampiran dibahasmengenai kebijakan pengedaran uang, dari yang menyangkut pengadaanuang, penerbitan uang (emisi) baru, pencetakan uang, distribusi uang,penyetoran dan pengambilan uang di Bank Indonesia, hingga kebijakanuang segar dan penukaran uang yang dijalankan Bank Indonesia. Jugadibahas dalam lampiran adalah isu-isu yang terkait dengan pengedaran,antara lain mengenai hubungan Bank Indonesia dengan Perum Peruri dalampencetakan uang dan penanganan uang palsu.

Akhirnya pada Bab VI dijelaskan berbagai aspek mengenai organisasiBank Indonesia dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugas baik kebijakanmoneter, kebijakan perbankan, maupun kebijakan sistem pembayaran.Penjelasannya dimulai dengan uraian mengenai organisasi bank sentralpada umumnya. Dalam praktek, tujuan, tugas, dan wewenang bank sentraldi berbagai negara sangat bervariasi, dan bentuk koordinasi dan susunanunit-unit organisasinya juga berbeda-beda. Namun, secara umum organisasibank sentral terdiri dari dua tingkatan, yaitu unit-unit yang memilikikewenangan tertinggi dalam perumusan kebijakan yang mencakup policymaking body, executing body dan supervisory body, serta unit-unit yangmempunyai kewenangan di bawahnya dalam melaksanakan kegiatanoperasional atas kebijakan yang telah ditetapkan. Susunan organisasi BankIndonesia, yang dijelaskan pada bagian kedua bab ini, pada dasarnya tidakjauh berbeda dari organisasi bank-bank sentral lain di dunia. Pada tingkatanyang tertinggi, dijelaskan mengenai susunan organisasi Dewan Gubernursebagai pimpinan tertinggi di Bank Indonesia, proses perumusan kebijakanmelalui Rapat Dewan Gubernur, serta mekanisme pengawasan publikmelalui DPR, BPK, dan transparansi kebijakan Bank Indonesia. Sementaraitu, penjelasan mengenai organisasi Bank Indonesia pada tingkatan dibawahnya dimulai dengan uraian mengenai misi dan visi kemudian diikutidengan penjelasan satu per satu unit-unit organisasi Bank Indonesia padamasing-masing bidang pelaksanaan tugas, baik di bidang moneter, sistempembayaran, perbankan, maupun manajemen intern. Termasuk di dalamnyapenjelasan mengenai fungsi dan peran kantor-kantor Bank Indonesia baikdi berbagai wilayah Indonesia maupun kantor perwakilan di sejumlahnegara.

Page 28: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

16

Pendahuluan

1.3 MATERI BUKU SEBAGAI BAHAN AJAR

Seperti dikemukakan di atas, selain bermanfaat bagi masyarakat padaumumnya, buku ini juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan materipengajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesiasebagai bank sentral di Indonesia di berbagi lembaga pendidikan, khususnyadi perguruan tinggi tingkat sarjana. Berbeda dengan buku sebelumnya yangdiperuntukkan sebagai bahan ajar bagi mahasiswa tingkat akhir denganminat studi moneter pada jurusan studi pembangunan, buku ini dapatdiajarkan untuk seluruh minat studi pada jurusan studi pembangunanataupun jurusan lainnya. Meskipun demikian, buku ini tetap bermanfaatsebagai referensi dan bahan bacaan menarik bagi para mahasiswa padajenjang pendidikan Sarjana dengan minat studi moneter maupun padatingkat Magister yang berorientasi profesional. Dengan memahami materi-materi yang dimuat dalam buku ini, para mahasiswa akan mempunyaipengetahuan yang cukup mengenai landasan pemikiran dan pelaksanaantugas-tugas kebanksentralan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Untuk tingkat perguruan tinggi, terdapat beberapa alternatif yang dapatdisarankan untuk tujuan ini. Pertama, adalah memasukkan seluruh materiini dalam kurikulum kebanksentralan dan diberikan secara menyeluruhsebagai mata kuliah tersendiri. Alternatif ini lebih disarankan khususnyapada lembaga perguruan tinggi yang ingin memberikan pengetahuan yanglebih mendalam mengenai berbagai aspek kebanksentralan. Mata kuliahini tidak saja akan bermanfaat dalam memberikan ilmu pengetahuan bagimahasiswa dalam mendalami berbagai aspek kebijakan yang terkait denganbank sentral, tetapi juga dalam mempersiapkan mahasiswa agar lebihmampu bersaing dalam mendapatkan peluang kerja yang terkait denganBank Indonesia maupun pada lembaga-lembaga keuangan pada umumnya,seperti perbankan dan pasar modal. Apabila alternatif ini ditempuh, makaseluruh bab dalam buku ini dapat disampaikan dalam satu semester.

Alternatif lain adalah memasukkan materi-materi dalam buku ini kedalam mata kuliah yang telah ada. Misalnya, pada mata kuliah EkonomiMoneter pada tingkat pertama, bab-bab yang kiranya akan sangatbermanfaat untuk diajarkan terutama pada Bab II mengenai kelembagaanBank Indonesia, Bab III mengenai kebijakan moneter, Bab IV mengenaikebijakan perbankan, dan Bab V mengenai kebijakan sistem pembayaran.Penekanan materi mana yang ingin lebih diperdalam, akan tergantung pada

Page 29: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

17

fokus pengajaran. Pada perguruan tinggi yang ingin memfokus padapembekalan mengenai kebijakan moneter, tentu saja Bab II dan Bab IIIsangat relevan untuk diajarkan kepada mahasiswa secara mendalam.Sementara pada perguruan tinggi yang ingin memberikan pengetahuan yanglebih mengenai kebijakan perbankan, maka Bab II dan Bab IV pentinguntuk diberikan secara mendalam. Para pengajar tentunya lebih mengetahuikondisi mahasiswa maupun kebutuhan dari perguruan tinggi yangbersangkutan.

Selain tingkat perguruan tinggi, materi dalam buku ini juga akan sangatbermanfaat bagi para pengajar di tingkat sekolah menengah umum. BankIndonesia menyadari bahwa perkembangan yang demikian cepat padabidang ekonomi dan keuangan, khususnya yang menyangkut bidang tugasBank Indonesia, menyebabkan para pengajar di tingkat sekolah menengahumum mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan bacaan danreferensi untuk memperbarui pengetahuannya. Buku ini ditujukan untukmenjembatani kesenjangan pengetahuan dan kebutuhan referensi ini. Olehkarena itu, diharapkan materi dalam buku ini akan menjadi bahan bacaandan bahan pengajaran yang bermanfaat bagi para pengajar di tingkat sekolahmenengah umum. Semoga!

1.3 Materi Buku Sebagai Bahan Ajar

Page 30: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 31: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

19

ecara umum, Bank Sentral merupakan lembaga yang memilikiperan penting dalam perekonomian, terutama di bidangmoneter, keuangan, dan perbankan. Peran tersebut tercerminpada tugas-tugas utama yang dimiliki oleh bank sentral, yaitumenetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur

dan mengawasi bank, serta menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugasutama tersebut tidak selalu sama antara satu bank sentral dengan banksentral lainnya. Misalnya, terdapat bank sentral yang hanya bertugasmenetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta menjagakelancaran sistem pembayaran, sementara terdapat juga bank sentral lainyang hanya bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.Tugas utama yang pada umumnya dimiliki oleh bank sentral tersebut, jugadimiliki oleh Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia.

Bab ini akan menguraikan segi kelembagaan Bank Indonesia dalamrangka menjalankan tugas-tugasnya sebagai bank sentral. Uraian akandidahului dengan perkembangan status dan kedudukan bank sentral yangbermula dari bank umum yang diberi tanggung jawab khusus, sampaidengan perkembangannya yang terkini. Dalam bab ini dibahas jugagambaran tugas-tugas bank sentral di beberapa negara. Berikutnya akandibahas perkembangan status dan kedudukan Bank Indonesia sebagai banksentral Republik Indonesia. Pembahasan meliputi periode sebelumkemerdekaan, periode awal kemerdekaan, periode UU No. 11 Tahun 1953yang merupakan awal berdirinya Bank Indonesia, periode UU No. 13 Tahun1968, sampai dengan periode UU No. 23 Tahun 1999. Setelah itu, akan

2 KelembagaanBank Indonesia

Oleh: F.X. Sugiyono dan Ascarya

Page 32: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

20

Kelembagaan Bank Indonesia

diuraikan tujuan dan tiga tugas pokok Bank Indonesia yang merupakanpilar dalam pencapaian tujuan dan dilanjutkan dengan pembahasanmengenai hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah dan badan-badaninternasional dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Terakhir akan diuraikanmengenai independensi, akuntabilitas, dan transparansi yang melekat padaBank Indonesia dengan diberlakukannya undang-undang mengenai BankIndonesia yang baru, yaitu UU No. 23 Tahun 1999. Berbagai aspek pentingyang diatur dalam amandemen UU Bank Indonesia, yaitu UU No. 3 Tahun2004, akan disampaikan dalam berbagai bagian yang terkait denganamandemen dimaksud.

2.1 PERKEMBANGAN STATUS DAN KEDUDUKAN BANK SENTRAL

Bank sentral pada mulanya berkembang dari suatu bank yangmempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-bank pada umumnyaatau yang dikenal dengan sebutan bank komersial. Secara gradual banksentral diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dan berbeda daribank komersial, yaitu dalam pengaturan dan kebijakan seperti menerbitkanuang (kertas dan logam) dan bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah.Dalam perkembangan selanjutnya, bank yang kemudian dikenal sebagaibank sentral memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih terkait denganpengaturan dan kebijakan, dan dilepaskan dari berbagai tugas dan tanggungjawab yang pada umumnya dilakukan oleh bank komersial.

Pada awalnya bank sentral disebut sebagai bank of issue ‘bank sirkulasi’karena tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alatpembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversiuang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya. Denganberkembangnya perekonomian, alat pembayaran yang dipergunakan dalamberbagai transaksi ekonomi dan keuangan semakin berkembang pula dantidak hanya terbatas pada uang kertas dan logam. Masyarakat banyakmelakukan pembayaran melalui penarikan rekening giro dan simpanan dibank dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kartu debet, cek, bilyet giro,wesel, dan sebagainya. Proses pembayaran juga tidak hanya dilakukansecara langsung antara para pelaku transaksi, tetapi juga semakin banyakmelalui bank dan lembaga keuangan lainnya. Cara-cara pembayarandemikian melibatkan suatu proses penyelesaian transaksi antarbank di suatu

Page 33: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

21

daerah, antardaerah, bahkan antarnegara yang dikenal dengan sebutanproses kliring. Sejalan dengan itu, bank sentral diperlukan untuk mengaturdan menjaga kelancaran sistem pembayaran tersebut, dan bahkanmelaksanakan sistem pembayaran itu sendiri khususnya dalam hal belumada pihak swasta yang menyelenggarakannya.

Dengan semakin berkembangnya perekonomian, pengendalian jumlahuang beredar merupakan faktor yang sangat penting dalam seluruh kegiatanekonomi suatu negara, sebagaimana dikemukakan oleh Walter Bagehotbahwa money will not manage itself.

� Hal ini terkait dengan diperlukannya

uang untuk membiayai seluruh kegiatan ekonomi, seperti investasi danperdagangan, untuk meningkatkan produksi dan pendapatan, membukalapangan kerja, dan pada gilirannya untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat. Apabila jumlah uang beredar berlebihan dan tidak dikendalikansecara benar, maka akan terjadi inflasi yang akan menghambat peningkatanpendapatan riil masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.Demikian sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit, makakegiatan ekonomi akan terhambat. Untuk itulah diperlukan suatu lembagabank sentral yang berperan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakanmoneter, terutama untuk mengatur dan mengendalikan peredaran uangdalam perekonomian.

Keberadaan bank sentral juga diperlukan untuk mengatur danmengawasi perbankan agar aktivitasnya dapat berkembang sehat danberjalan lancar sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi. Hal itumengingat bahwa keberadaan regulator yang tidak berpihak akan membawabank-bank dapat melaksanakan operasinya secara efisien dan mampumemajukan perkembangan perekonomian. Contohnya, kalau tidak adaregulator, maka kepentingan para deposan akan kurang mendapat perhatian,dan juga akan dapat muncul praktek-praktek yang merugikan kepentingannasabah suatu bank. Demikian pula, bank-bank kecil dapat mengalamikesulitan karena belum tentu mampu bersaing dengan bank-bank yanglebih besar dan kuat. Selain sebagai regulator, bank sentral juga diperlukanuntuk berperan sebagai bankers’ bank dalam menjalankan fungsinya sebagailender of last resort ‘pemberi pinjaman terakhir’ bagi bank-bank yangmengalami kesulitan pendanaan jangka pendek (likuiditas) dan tidak dapatmemperoleh pinjaman dari bank lain.

2.1 Perkembangan Status dan Kedudukan Bank Sentral

Page 34: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

22

Kelembagaan Bank Indonesia

Dengan berkembangnya peran seperti diuraikan di atas, bank sentraltidak lagi identik dengan bank komersial atau lembaga keuangan lainnya.Masyarakat umum tidak dapat lagi menyimpan uangnya atau meminta kreditatau mentransfer uang di bank sentral. Bank sentral dibentuk sebagairegulator dan pembuat kebijakan untuk mencapai suatu tujuan sosialekonomi tertentu yang menyangkut kepentingan nasional atau kesejahteraanumum, seperti stabilitas harga dan perkembangan ekonomi.

� Dalam

perkembangan selanjutnya, untuk dapat melaksanakan perannya, banksentral mempunyai beberapa kewenangan antara lain: 1) mengedarkan uangsekaligus mengatur jumlah uang beredar, 2) mengatur dan mengawasikegiatan perbankan, 3) mengembangkan sistem pembayaran, dan 4)mengembangkan sistem perkreditan.

Peran dan tugas bank sentral tersebut umumnya telah diterapkan dibanyak negara dewasa ini. Meskipun demikian, cakupan tugas banksentral bervariasi dari satu negara ke negara lain. (Boks1: Tugas-tugasBank Sentral). Sementara itu, di sejumlah negara yang sedangberkembang peran bank sentral jauh lebih luas, yaitu termasuk jugasebagai agen pembangunan. Di samping menjalankan tugas-tugastersebut di atas, bank sentral juga diminta untuk melayani kebutuhanpembiayaan pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintahkarena terbatasnya sumber-sumber dana untuk pembiayaanpembangunan. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa pengalaman diberbagai negara, termasuk Indonesia, tuntutan peran bank sentral untukmembiayai pengeluaran Pemerintah secara berlebihan telah menyulitkanpelaksanaan tugas kebijakan moneter dan berdampak buruk padameningkatnya inflasi dan perekonomian secara keseluruhan.

Bank sentral pada umumnya mempunyai tiga tugas utama yang meliputipengendalian moneter, pengaturan dan pengawasan perbankan, danpengaturan sistem pembayaran. Tugas pengendalian moneter dimaksudkanuntuk menjaga kestabilan harga dan/atau pertumbuhan ekonomi. Sementara

Tugas-tugasBank Sentral

Boks1:

Page 35: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

23

2.1 Perkembangan Status dan Kedudukan Bank Sentral

Beberapa negara yang tugas pengendalian moneter dan pengawasanperbankannya dilakukan oleh bank sentral adalah Brasil, India, Malaysia,Selandia Baru, Filipina, dan Singapura. Secara umum, alasan penyatuan keduafungsi tersebut antara lain:1) Fungsi pengawasan bank dan pengendalian moneter memiliki sifat yang

interdependent sehingga kedua fungsi tersebut harus sejalan;2) Bank sentral lebih mudah memantau dan menindaklanjuti dampak

kebijakan moneter terhadap perbankan; dan3) Data dan informasi hasil pengawasan bank sangat diperlukan dalam

mengambil keputusan dan melaksanakan kebijakan moneter, demikianpula sebaliknya.

tugas dalam pengaturan dan pengawasan perbankan dimaksudkan untukmenjaga kestabilan sistem perbankan. Selanjutnya, tugas pengaturan sistempembayaran bertujuan mengembangkan sitem pembayaran dan infrastrukturkeuangan yang sehat.

Dalam prakteknya, bank sentral tidak seluruhnya menjalankan tiga tugasutama sebagaimana telah disebutkan di atas. Beberapa bank sentralmengemban dua tugas utama, bahkan ada juga bank sentral yang hanyamengemban satu tugas utama. Di bawah ini diberikan tabel bank sentralbeberapa negara dengan tugas masing-masing.

Sumber: berbagai referensi

Afrika Selatan Ya Ya TidakAmerika Ya Sebagian SebagianAustralia Ya Tidak YaBelanda Ya Sebagian YaBrasil Ya Ya SebagianBrunei Ya Tidak TidakHong Kong Ya Tidak TidakIndia Ya Ya SebagianIndonesia Ya Ya YaInggris Ya Tidak TidakItali Ya Sebagian YaJepang Ya Tidak YaJerman Ya Sebagian YaMalaysia Ya Ya YaPerancis Ya Sebagian SebagianSelandia Baru Ya Ya YaSingapura Ya Ya Sebagian

Tabel 1: Bank Sentral dan Tugasnya

Negara Otoritas Moneter Pengatur Bank Sistem Pembayaran

Page 36: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

24

Kelembagaan Bank Indonesia

2.2 PERKEMBANGAN STATUS DAN KEDUDUKAN BANK INDONESIA

Peran dan tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia telahmengalami evolusi dari yang semula sebagai bank sirkulasi, kemudianpernah diminta Pemerintah sebagai agen pembangunan, dan terakhir sejaktahun 1999 telah menjadi lembaga yang independen dengan tugas-tugasmerumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjagakelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank untukmencapai tujuan kestabilan nilai rupiah.

Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki bank sentralseperti yang ada pada saat ini. Pada periode tersebut fungsi bank sentralhanya terbatas sebagai bank sirkulasi. Tugas sebagai bank sirkulasidilaksanakan oleh De Javasche Bank NV yang diberi hak oktrooi Tahun1827, yaitu hak mencetak dan mengedarkan uang Gulden Belanda olehPemerintah Belanda.

Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dalampenjelasan bab VII pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa dibentuk sebuahbank sentral yang disebut Bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan danmengatur peredaran uang kertas. Selanjutnya, pada tanggal 19 September

Sementara itu, terdapat pula beberapa negara yang pengawasan banknyadilakukan oleh bank sentral bersama dengan lembaga lainnya. Beberapanegara yang menggunakan kebijakan tersebut, antara lain Amerika Serikat,Finlandia, dan Jerman. Di Amerika Serikat pemeriksaan bank dilakukan olehFederal Reserve System ‘Bank Sentral Amerika Serikat’ bekerja sama denganOffice of the Controller of the Currency, State Government dan Federal DepositInsurance Corporation (FDIC), dengan pembagian tugas pengawasan yangberbeda. Di Finlandia pengawasan bank dilakukan oleh Bank of Finland ‘BankSentral Finlandia’ bekerja sama dengan The Bank Inspectorate. Hal yang samadilakukan oleh Bundesbank ‘Bank Sentral Jerman’, yang melakukanpengawasan bank bersama Bundesaufsichtsamt fur das Kreditwesen.

Dalam pada itu, di negara-negara lain seperti Australia, Belgia, Inggris, Jepang,Korea Selatan, dan Swiss, fungsi pengawasan bank dipisahkan dari banksentral. Alasan pemisahan tersebut antara lain adanya kekhawatiran akanterjadinya pertentangan kepentingan antara tugas menjaga kestabilan moneterdan tugas pengawasan bank.

..

Page 37: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

25

1945 dalam sidang Dewan Menteri, Pemerintah Indonesia mengambilkeputusan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk bank miliknegara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah membentukyayasan dengan nama “Pusat Bank Indonesia.” Yayasan tersebut merupakancikal bakal berdirinya Bank Negara Indonesia (BNI).

Pada tahun 1949 berlangsung Konferensi Meja Bundar (KMB) di DenHaag, dan salah satu keputusan pentingnya adalah penyerahan kedaulatanIndonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Berkaitandengan masalah perbankan, pada saat tersebut utusan Pemerintahmengalami kesulitan untuk mengusahakan agar Bank Negara Indonesiayang telah didirikan sejak tahun 1946 ditetapkan sebagai bank sentral RISsehingga Pemerintah Indonesia terpaksa menerima De Javasche Banksebagai Bank Sentral. Dalam perkembangannya pada tanggal 6 Desember1951 dikeluarkan undang-undang nasionalisasi De Javasche Bank.

Pada 1 Juli 1953 dikeluarkan UU No. 11 Tahun 1953 tentang PokokBank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet Tahun 1922. Mulaisaat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia yang diberi nama BankIndonesia. Sejak keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral hinggatahun 1968, tugas pokok Bank Indonesia selain menjaga stabilitas moneter,mengedarkan uang, dan mengembangkan sistem perbankan, juga masihtetap melaksanakan beberapa fungsi sebagaimana dilakukan oleh bankkomersial. Namun demikian, tanggung jawab kebijakan moneter beradadi tangan Pemerintah melalui pembentukan Dewan Moneter yang tugasnyamenentukan kebijakan moneter yang harus dilaksanakan oleh BankIndonesia. Selain itu, Dewan Moneter juga bertugas memberikan petunjukkepada direksi Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai mata uangdan memajukan perkembangan perkreditan dan perbankan. Kesemuanyaini mencerminkan bahwa kedudukan Bank Indonesia pada periode tersebutmasih merupakan bagian dari Pemerintah.

Pada tahun 1968 dengan dikeluarkannya UU No. 13 Tahun 1968, BankIndonesia tidak lagi berfungsi ganda karena beberapa fungsi sebagaimanadilakukan oleh bank komersial dihapuskan.

� Namun demikian, misi Bank

Indonesia sebagai agen pembangunan masih melekat, demikian juga tugas-tugas sebagai kasir Pemerintah dan bankers’ bank. Selain itu, Dewan Monetersebagai lembaga pembuat kebijakan yang berperan sebagai perumuskebijakan moneter masih tetap dipertahankan. Tugas Bank Indonesia sebagai

2.2 Perkembangan Status dan Kedudukan Bank Indonesia

Page 38: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

26

Kelembagaan Bank Indonesia

agen pembangunan tercermin pada tugas pokoknya, yaitu pertamamengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai Rupiah, dan keduamendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluaskesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Tugas-tugas pokok yang diemban Bank Indonesia sebagai otoritas moneterpada periode tersebut, khususnya untuk memelihara kestabilan nilai rupiah,tidak selalu dapat sejalan dengan tugas lain Bank Indonesia, yaitu tugas untukmendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, misalnya, sering pula diikuti olehpeningkatan harga-harga (inflasi) yang tinggi. Hal ini disebabkan olehmenguatnya permintaan di dalam negeri sehubungan dengan meningkatnyapendapatan masyarakat sebagai dampak pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Inflasi yang tinggi berkelanjutan dan tidak terkendali pada gilirannya akanmengganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Selanjutnya, dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999,kedudukan Bank Indonesia selaku Bank Sentral Republik Indonesia telahdipertegas kembali. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia telah mempunyaikedudukan yang independen di luar Pemerintah sebagaimana bank-banksentral di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Chili, Filipina, Inggris,Jepang, Jerman, Korea Selatan, dan Swiss. Sebagai suatu lembaga yangindependen, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk merumuskandan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaantugasnya sesuai undang-undang tanpa campur tangan pihak di luar BankIndonesia. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia wajib menolak danmengabaikan setiap bentuk campur tangan atau intervensi dari pihak diluar Bank Indonesia. Dengan independensi tersebut, Bank Indonesia selakuotoritas moneter diharapkan dapat melaksanakan tugas dan wewenangnyasecara efektif.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia dinyatakansebagai badan hukum. Dengan status tersebut, Bank Indonesia mempunyaikewenangan untuk melakukan perbuatan hukum termasuk mengelolakekayaannya sendiri terlepas dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN). Selain itu, Bank Indonesia juga berwenang membuatperaturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dankewenangannya dan dapat bertindak atas namanya sendiri di dalam dandi luar pengadilan.

Page 39: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

27

Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukanBank Indonesia selaku lembaga negara yang independen tidak sejajardengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Mahkamah Agung (MA).Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen karenakedudukan Bank Indonesia berada di luar Pemerintah (baca Gambar 1).Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BankIndonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritasmoneter secara lebih efektif dan efisien.

2.3 Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

Gambar 1Struktur Bank Indonesia dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

M P R

DPR BPK MAPresiden

KepalaNegara

KepalaPemerintahan

BankIndonesia

Sumber : Menuju Independensi Bank Sentral (2000, oleh Didik J. Rachbini dkk, hlm. 166 (disesuaikan)

Selanjutnya, sesuai dengan amandemen UU No. 3 Tahun 2004ditegaskan bahwa –meskipun Bank Indonesia berkedudukan sebagailembaga negara yang independen– dalam melaksanakan tugas danwewenangnya Bank Indonesia dinilai kinerjanya oleh DPR dan melakukankoordinasi dengan Pemerintah dalam perumusan kebijakan moneternya.Untuk itu, Bank Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan tahunan danlaporan triwulanan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepadaDPR dalam rangka akuntabilitas dan kepada Pemerintah sebagai informasi.Dalam hubungannya dengan BPK, Bank Indonesia wajib menyampaikanlaporan keuangan tahunan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan danlaporan hasil pemeriksaan dimaksud disampaikan kepada DPR. Dalamrangka memenuhi asas transparansi, Bank Indonesia diwajibkan

Page 40: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

28

Kelembagaan Bank Indonesia

menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan tersebut kepadamasyarakat luas melalui media massa dengan menyampaikan ringkasannyadalam Berita Negara.

2.3 TUJUAN DAN TUGAS POKOK BANK INDONESIA

Tujuan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral RepublikIndonesia diatur secara jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004.

2.3.1 Tujuan

Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan memeliharakestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalamundang-undang tersebut adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barangdan jasa serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiahterhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin pada perkembanganlaju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukurberdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs)terhadap mata uang negara lain.

Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendukung pembangunanekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Kenaikan harga-harga (inflasi) yang tinggi dan terus menerus akanmenurunkan daya beli masyarakat, khususnya yang mempunyai pendapatantetap, sehingga tingkat kesejahteraannya menurun. Demikian pula, nilaitukar rupiah yang terus melemah, meskipun mungkin dapat meningkatkanpendapatan neto dari perdagangan luar negeri, akan meningkatkan harga-harga di dalam negeri, khususnya barang dan jasa yang harus diimpor dariluar negeri. Lebih dari, ketidakstabilan inflasi dan nilai tukar rupiahmenyebabkan dunia usaha dan para pelaku ekonomi akan mengalamikesulitan dalam menyusun perencanaan usahanya. Pada akhirnya, hal iniakan mengakibatkan fluktuasi perkembangan ekonomi secara keseluruhanyang berakibat buruk pada kesejahteraan masyarakat.

Penetapan tujuan tunggal pemeliharaan stabilitas nilai rupiah dalamundang-undang seperti di atas menjadikan sasaran yang harus dicapaidan batas tanggung jawab Bank Indonesia akan semakin jelas dan terfokus.

Page 41: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

29

2.3 Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

Meskipun tujuan diutamakan pada stabilitas nilai rupiah, hal ini tidakberarti bahwa Bank Indonesia tidak mempertimbangkan perkembanganekonomi dan keuangan secara keseluruhan. Dalam mencapai tujuantersebut, Bank Indonesia perlu mengarahkan kebijakannya untukmenyeimbangkan kondisi ekonomi internal, khususnya keseimbanganantara permintaan dan penawaran agregat, dengan kondisi ekonomieksternal yang tercermin pada kinerja neraca pembayaran. Perwujudankeseimbangan internal adalah terjaganya inflasi pada tingkat yang rendah,sementara dari sisi eksternal adalah terjaganya nilai tukar rupiah padatingkat perkembangan yang cukup kuat dan stabil. Untuk itu, BankIndonesia harus mempertimbangkan dan melakukan koordinasi denganPemerintah agar kebijakan yang ditempuhnya sejalan dan salingmendukung dengan kebijakan fiskal dan ekonomi lainnya.

2.3.2 Tugas

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sesuai undang-undangBank Indonesia mempunyai tiga tugas, yaitu:

1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan

3) Mengatur dan mengawasi bank.

Pelaksanaan ketiga tugas di atas mempunyai keterkaitan dan karenanyaharus dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan BankIndonesia secara efektif dan efisien (baca Gambar 2). Tugas menetapkandan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia antara lainmelalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga dalamperekonomian. Efektivitas pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungansistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal yang merupakansasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistempembayaran. Sistem pembayaran yang efisien, cepat aman, dan andal tersebutmemerlukan sistem perbankan yang sehat yang merupakan sasaran tugasmengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, sistem perbankan yang sehat,selain mendukung kinerja sistem pembayaran, akan mendukungpengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter danefektivitasnya dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan mencapai

Page 42: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

30

Kelembagaan Bank Indonesia

Gambar 2Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Mencapai dan Memelihara Kestabilan Nilai Rupiah

Men

etap

kan

& M

elak

sana

kan

Kebi

jaka

n M

onet

er

Men

gatu

r &

Men

jaga

Kela

ncar

an S

iste

m P

emba

yara

n

Men

gatu

r &

Men

gaw

asi B

ank

2.3.2.1 Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Pada dasarnya, kebijakan moneter yang ditempuh oleh otoritas monetermerupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro danberpengaruh besar terhadap berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan yangdilakukan masyarakat. Sejalan dengan itu, amandemen UU No. 3 Tahun2004 menekankan agar kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakansecara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan

stabilitas nilai rupiah terutama berlangsung melalui sistem perbankan. Denganketerkaitan pelaksanaan ketiga tugas secara saling mendukung tersebut, makapencapaian tujuan Bank Indonesia akan berhasil dengan baik.

Page 43: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

31

kebijakan umum Pemerintah di bidang perekonomian. Ketentuan inidimaksukan agar kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia dapatdijadikan acuan yang pasti dan jelas bagi dunia usaha dan masyarakatlainnya. Di samping itu, hal tersebut juga dimaksudkan agar kebijakanmoneter Bank Indonesia sudah mempertimbangkan dan dapatdikoordinasikan secara baik dengan kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomilainnya yang ditempuh Pemerintah sehingga mampu menciptakan kondisiekonomi makro yang baik, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi,dan perluasan kesempatan kerja.

Dalam rangka melaksanakan tugas menetapkan dan melaksanakankebijakan moneter tersebut, Bank Indonesia diberi kewenangan penuh untukmenetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran lajuinflasi dan untuk melakukan pengendalian moneter dengan menggunakanberbagai instrumen kebijakan moneter. Dalam kaitan ini, sesuai denganUU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan UU No. 3 Tahun 2004, sasaran laju inflasi sebagai sasaran akhirkebijakan moneter yang semula ditetapkan oleh Bank Indonesia telah diubahmenjadi ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan BankIndonesia. Perubahan ini dimaksudkan untuk semakin meningkatkankoordinasi antara kebijakan moneter Bank Indonesia dengan kebijakan fiskaldan ekonomi lainnya yang ditempuh Pemerintah dalam mencapai sasaranekonomi makro. Di samping itu, perubahan tersebut dimaksudkan pulauntuk memperkuat komitmen dan dukungan Pemerintah dalam pencapaiansasaran inflasi oleh Bank Indonesia.

Untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan, Bank Indonesiamenentukan sasaran-sasaran moneter yang dapat berupa besaran moneterdan atau suku bunga sesuai dengan perkembangan dan arah pergerakanekonomi dan keuangan ke depan.

1 Sasaran-sasaran moneter tersebut dicapai

melalui pengendalian moneter yang dilakukan Bank Indonesia denganmenggunakan berbagai instrumen moneter yang umum dipakai oleh banksentral. Instrumen moneter yang saat ini digunakan oleh Bank Indonesiaadalah instrumen tidak langsung yang meliputi operasi pasar terbuka,fasilitas diskonto, penetapan giro wajib minimum, dan imbauan, yangdalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara bersama-sama atau sendiri-

2.3 Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

1 Dalam hal ini, besaran moneter (monetary aggregates) antara lain dapat berupa uang beredar, uangprimer, atau kredit perbankan. Untuk selengkapnya, baca buku Seri Kebanksentralan No. 2, StatistikPenyusunan Uang Beredar, oleh Solikin dan Suseno, PPSK Bank Indonesia (2002).

Page 44: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

32

Kelembagaan Bank Indonesia

sendiri. Sementara itu, instrumen langsung yang pernah digunakan sepertipenetapan pagu kredit dan penetapan suku bunga tidak dilakukan lagimengingat instrumen tersebut kurang efektif dan tidak berorientasi pasar.

2

Agar pelaksanaan kebijakan moneter dapat secara efektif mencapaisasaran inflasi yang telah ditetapkan, maka harus dihindari penciptaan uangberedar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar pertimbangan moneter.Pengalaman di masa orde lama maupun selama masa krisis menunjukkanbahwa penggunaan kebijakan moneter untuk membiayai pengeluaranPemerintah telah berdampak buruk pada peningkatan laju inflasi dankegiatan perekonomian secara keseluruhan. Sejalan dengan itu, berdasarkanUU No. 23 Tahun 1999 ditetapkan bahwa Bank Indonesia dilarangmemberikan pinjaman kepada Pemerintah untuk membiayai pengeluaranAPBN baik secara langsung maupun melalui pembelian surat utang negara.Sesuai dengan amandemen UU No. 3 Tahun 2004, pengecualiandiperkenankan kepada Bank Indonesia untuk membeli surat utang negaraguna pendanaan fasilitas pembiayaan darurat yang dilakukan Pemerintahdalam rangka mengatasi kesulitan perbankan yang berdampak sistemikpada seluruh sistem keuangan dan perekonomian.

Selanjutnya, pelaksanaan kebijakan moneter tidak dapat dilepaskandari sistem nilai tukar dan sistem devisa yang ditetapkan. Dalam hal sistemnilai tukar, sejak 14 Agustus 1997 Pemerintah menetapkan sistem nilaitukar yang dianut adalah sistem nilai tukar mengambang dan Bank Indonesiamelaksanakan kebijakan berdasarkan sistem nilai tukar yang telahditetapkan. Pada sistem mengambang, pergerakan nilai tukar rupiahditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran valuta asing di pasar.Dalam hubungan ini, kebijakan nilai tukar yang ditempuh oleh BankIndonesia berupa intervensi di pasar valuta asing dimaksudkan agarpergerakan nilai tukar di pasar dapat berlangsung stabil. Intervensi valutaasing dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai suatu tingkat atau kisarannilai tukar rupiah tertentu. Di samping itu, stabilisasi nilai tukar rupiahsangat penting agar pengaruh nilai tukar terhadap kenaikan harga-harga,khususnya harga barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri, dapatterkendali sehingga mendukung upaya pencapaian sasaran inflasi.

3

2 Uraian yang lebih komprehensif mengenai instrumen pengendalian moneter terdapat pada bukuSeri Kebanksentralan No. 3, Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter, oleh Ascarya, PPSK BankIndonesia (2002).

3 Sistem nilai tukar yang lain adalah sistem tetap dan sistem mengambang terkendali. Dalam kaitan

Page 45: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

33

Pelaksanaan kebijakan moneter juga tidak dapat dilepaskan dari sistemdevisa yang dianut. Dalam hal ini, pemilihan sistem devisa oleh suatu negaraakan tergantung pada kondisi negara yang bersangkutan, khususnyaketerbukaan ekonominya dalam arti seberapa jauh negara yangbersangkutan ingin mengintegrasikan ekonominya dengan ekonomi global.Untuk Indonesia, sesuai UU No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisadan Nilai Tukar dianut sistem devisa bebas, yang berarti masyarakat dapatsecara bebas memperoleh dan menggunakan devisa. Akan tetapi, agar lalulintas devisa tersebut dapat mendukung pembangunan ekonomi dan tidakmenyulitkan pelaksanaan kebijakan moneter, maka sesuai UU dimaksudBank Indonesia diberi kewenangan untuk melakukan monitoring danmengeluarkan ketentuan kehati-hatian terhadap lalu lintas devisa yangmasuk dan keluar Indonesia. Sehubungan dengan itu, sejak tahun 2000Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan monitoring lalu lintas devisatersebut dan memantau perkembangan yang terjadi.

4

2.3.2.2 Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal diperlukanuntuk mendukung pelaksanaan kebijakan moneter yang efektif dan efisien.Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia diberi kewenangan untukmengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran yaitu dengan a)menetapkan penggunaan alat pembayaran dan b) mengaturpenyelenggaraan jasa sistem pembayaran.

a) Kewenangan Menetapkan Penggunaan Alat Pembayaran

Secara umum, terdapat dua jenis alat pembayaran, yaitu alatpembayaran tunai (uang kertas dan logam) dan nontunai (berbasiswarkat, seperti cek, bilyet giro dan wesel maupun berbasis elektronik,

2.3 Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

ini, kebijakan nilai tukar yang ditempuh bank sentral dapat berupa: (i) Devaluasi atau revaluasiterhadap mata uang asing pada saat sistem nilai tukar yang dianut adalah nilai tukar tetap; (ii)Penetapan nilai tukar harian dan lebar pita intervensi pada saat sistem nilai tukar yang dianut adalahmengambang terkendali.

4Sistem devisa yang lain adalah sistem devisa terkontrol dan sistem devisa semi terkontrol. Padasistem devisa terkkontrol, setiap perolehan devisa oleh masyarakat harus diserahkan kepada negara,dan setiap penggunaan devisa harus memperoleh izin dari negara. Dalam sistem devisa semi-terkontrol, perolehan devisa tertentu wajib diserahkan kepada negara, dan penggunaannya diperlukanizin dari negara, sementara jenis devisa lainnya dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan.

Page 46: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

34

Kelembagaan Bank Indonesia

seperti kartu kredit dan ATM). Untuk kelancaran sistem pembayaran,diperlukan pengaturan mengenai penggunaan kedua alat pembayarantersebut. Kewenangan Bank Indonesia dalam menetapkan penggunaanalat pembayaran tunai meliputi mengeluarkan, mengedarkan, menarik,dan memusnahkan uang rupiah, termasuk menetapkan macam, harga,ciri uang, bahan yang digunakan, serta tanggal mulai berlakunya. Untukitu, Bank Indonesia senantiasa berupaya menjamin ketersediaan uangdi masyarakat dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai.Sementara itu, untuk alat pembayaran nontunai, Bank Indonesiaberwenang menetapkan bentuk, keabsahan maupun keamananpenggunaannya dalam berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Halini ditujukan untuk meyakinkan bahwa seluruh alat pembayaran yangdipergunakan termasuk pengoperasiannya dilakukan secara aman sertadikelola dan dimonitor secara baik.

b) Kewenangan Mengatur dan Menyelenggarakan Sistem Pembayaran

Pengaturan diperlukan untuk menjamin kelancaran dan keamanansistem pembayaran. Terkait dengan itu, Bank Indonesia berwenangmenyelenggarakan sendiri sistem pembayaran atau memberi izinkepada pihak lain untuk menyelenggarakan jasa sistem pembayarandengan kewajiban menyampaikan laporan kegiatannya kepada BankIndonesia. Di samping itu, Bank Indonesia berwenang mengatur sistemkliring dan menyelenggarakan kliring antarbank, sertamenyelenggarakan penyelesaian akhir (setelmen) transaksi pembayaranantarbank, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

2.3.2.3 Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank

Tugas mengatur dan mengawasi bank penting tidak saja untukmendukung kelancaran sistem pembayaran, tetapi juga untuk meningkatkanefektivitas kebijakan moneter dalam mempengaruhi perkembanganekonomi dan inflasi. Hal itu mengingat lembaga perbankan berfungsisebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam mobilisasi dana danpenyaluran kredit perbankan (fungsi intermediasi) maupun dalam peredaranuang di dalam perekonomian.

Berdasarkan undang-undang, kewenangan Bank Indonesia dalammengatur dan mengawasi bank meliputi:

Page 47: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

35

1) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usahatertentu dari bank;

2) Menetapkan peraturan di bidang perbankan;

3) Melakukan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidaklangsung; dan

4) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan.

Keempat kewenangan tersebut merupakan satu kesatuan dalammendukung terciptanya sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien.Ketentuan perizinan ditujukan untuk meyakinkan bahwa bank yangdiperbolehkan beroperasi mempunyai modal yang cukup dan dikelola olehpengurus bank yang kompeten dan mempunyai integritas yang tinggi.Ketentuan kehati-hatian bank ditujukan untuk memberikan rambu-rambuyang harus dipatuhi oleh para pengurus bank sesuai standar yang berlakusecara internasional. Sementara itu, pengawasan bank diarahkan untukmeyakinkan bahwa rambu-rambu kehati-hatian tersebut dipatuhi olehpengurus bank. Apabila suatu bank melakukan pelanggaran atau bahkandiyakini tidak layak beroperasi, maka Bank Indonesia berwenang untukmemberikan sanksi baik secara administratif ataupun bahkan mencabutizin usaha bank yang bersangkutan.

2.4 HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesiamenjalin hubungan dengan Pemerintah, tidak saja dalam tingkatankoordinasi antarkebijakan, tetapi juga mencakup pula hubungan kerjaoperasional. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah telah diaturdengan jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesiasebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Pada tingkatoperasional, Bank Indonesia ditetapkan sebagai pemegang kas Pemerintah.Dalam hal ini, penerimaan dan pengeluaran Pemerintah dilakukan melaluirekeningnya yang disimpan di Bank Indonesia. Meskipun demikian, BankIndonesia dilarang memberi pinjaman kepada Pemerintah, termasuk dalambentuk saldo negatif dari rekening Pemerintah tersebut maupun denganmembeli surat utang negera yang diterbitkan Pemerintah di pasar. Selainpemegang kas Pemerintah, Bank Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah

2.4 Hubungan Dengan Pemerintah

Page 48: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

36

Kelembagaan Bank Indonesia

dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, sertamenyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap luarnegeri.

Pada tingkat koordinasi antarkebijakan, hubungan antara BankIndonesia dengan Pemerintah dilakukan untuk mengarahkan agar kebijakanyang menjadi kewenangan masing-masing dapat secara bersama-sama danbersinergi mencapai sasaran ekonomi makro, seperti inflasi, pertumbuhanekonomi, dan kesempatan kerja. Dalam hal ini, sesuai dengan UU BankIndonesia tersebut, Pemerintah berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalammenetapkan sasaran inflasi yang menjadi sasaran akhir kebijakan moneter.Sebaliknya, Bank Indonesia wajib memberikan pendapat dalam penyusunanRancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan ataukebijakan Pemerintah lainnya yang terkait dengan tugas dan wewenangBank Indonesia. Bank Indonesia juga memberi pendapat kepada Pemerintahdalam rangka penerbitan surat utang negara dan pencarian hutang luarnegeri. Sementara itu, Pemerintah wajib meminta pendapat dan ataumengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahasmasalah yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia. Demikian juga,Pemerintah dapat hadir dalam Rapat Dewan Gubernur di Bank Indonesiadengan hak bicara tanpa hak pengambilan keputusan.

2.5 HUBUNGAN INTERNASIONAL

Selain dengan Pemerintah, Bank Indonesia juga menjalin hubungan kerjadengan lembaga-lembaga internasional. Hubungan tersebut diperlukan dalamrangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Bank Indonesia maupunPemerintah yang berhubungan dengan negara-negara lain.

Secara umum, hubungan kerja sama internasional yang dijalin olehBank Indonesia terdiri dari (baca lampiran) :

1) Kerja sama yang dilakukan atas nama Bank Indonesia sendiri dalamrangka melaksanakan tugas-tugasnya, seperti keanggotaan bank sentraldi South East Asia Central Bank (SEACEN); dan

2) Kerja sama yang dilakukan untuk dan atas nama negaranya masing-masing, seperti keanggotaan suatu negara di lembaga keuanganinternasional seperti International Monetary Fund (IMF).

Page 49: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

37

Sebagaimana bank sentral lainnya, Bank Indonesia juga menjalin kerjasama internasional yang meliputi bidang-bidang:

1) Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing;

2) Penyelesaian transaksi lintas negara;

3) Hubungan koresponden;

4) Tukar-menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas bank sentral; dan

5) Pelatihan/penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran.

Keanggotaan Bank Indonesia di beberapa lembaga dan foruminternational atas nama Bank Indonesia sendiri, antara lain:

1) The South East Asian Central Banks Research and Training Centre(SEACEN Centre).

2) The South East Asian, New Zealand and Australia Forum of BankingSupervisors (SEANZA).

3) The Executives’ Meeting of East Asian and Pacific Central Banks (EMEAP)

4) ASEAN Central Bank Forum (ACBF)

5) Bank for International Settlement (BIS)�

6) Islamic Financial Sector Board (IFSB)

Sementara itu, keanggotaan Bank Indonesia mewakili pemerintahRepublik Indonesia, antara lain:

1) Association of South East Asian Nations (ASEAN)

2) ASEAN+3 (ASEAN + Cina, Jepang dan Korea)

3) Asian Development Bank (ADB)

4) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

5) Manila Framework Group (MFG)

6) Asia-Europe Meeting (ASEM)

7) Islamic Development Bank (IDB)

8) Consultative Group on Indonesia (CGI)

2.5 Hubungan Internasional

Page 50: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

38

Kelembagaan Bank Indonesia

9) International Monetary Fund (IMF)

10) World Bank, termasuk keanggotaan di International Bank forReconstruction and Development (IBRD), International DevelopmentAssociation (IDA) dan International Finance Corporation (IFC) danMultilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)

11) World Trade Organization (WTO)

12) Intergovernmental Group of 20 (G20)

13) Intergovernmental Group of 15 (G15, sebagai observer)

14) Intergovernmental Group of 24 (G24, sebagai observer)

2.6 DEWAN GUBERNUR

Secara umum, pimpinan suatu lembaga merupakan elemen pentingdalam suatu kelembagaan. Untuk lembaga bank sentral, kendalikepemimpinan berada pada suatu dewan yang disebut Dewan Gubernuratau Executive Board, Policy Board, atau sebutan lainnya. Dewan tersebutumumnya dipimpin oleh seorang gubernur, presiden, chairman, atausebutan lainnya. Dengan mengetahui tugas, wewenang, hak, dan tanggungjawab pimpinan suatu bank sentral, dapat diketahui beberapa hal, antaralain seberapa besar wewenang dan bagaimana proses perumusan kebijakanyang dilakukan Dewan Gubernur dalam melaksanakan tugasnya secaraindependen dalam rangka pencapaian tujuan bank sentral yang telahditetapkan.

Jumlah anggota Dewan Gubernur atau Executive Board atau PolicyBoard pada umumnya bervariasi dari satu bank sentral ke bank sentrallain. Sebagai contoh, Bank of Japan (BoJ) memiliki seorang Gubernur, duaDeputi Gubernur, dan enam anggota Policy Board. The Bundesbankmemiliki seorang presiden, seorang wakil, dan enam anggota ExecutiveBoard. The Federal Reserve System (FedRes) memiliki seorang Chairman,seorang wakil, dan lima anggota Dewan Gubernur. Sementara itu, EuropeanCentral Bank (ECB)

�memiliki seorang Presiden, seorang wakil, dan empat

anggota Executive Board.

Sesuai UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai Bank SentralRepublik Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dalam melaksanakan

Page 51: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

39

2.6 Dewan Gubernur

Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan terlebihdahulu mendapatkan persetujuan dari DPR. Khusus Deputi Gubernur, usulPresiden dilakukan dengan rekomendasi dari Gubernur dengan bakal calondari internal maupun eksternal Bank Indonesia. Untuk menjadi anggotaDewan Gubernur, calon yang bersangkutan harus memenuhi persyaratanantara lain: 1) warga negara Indonesia, 2) memiliki akhlak dan moral yangtinggi, dan 3) memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekonomi,keuangan, perbankan, atau hukum, khususnya yang berkaitan dengan tugasbank sentral.

5 Menurut undang-undang sebelumnya, yaitu UU No. 13 Tahun 1968, Bank Indonesia dipimpin olehDireksi yang terdiri dari seorang Gubernur dan minimal lima atau maksimal tujuh orang Direktur.

Gambar 3Susunan Dewan Gubernur Bank Indonesia

tugasnya, Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Gubernur, denganDeputi Gubernur Senior sebagai wakil dan minimal empat orang ataumaksimal tujuh orang Deputi Gubernur sebagai anggotanya.

5 Saat ini Bank

Indonesia memiliki seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior,dan enam Deputi Gubernur (gambar 3). Dewan Gubernur mempunyai masajabatan maksimum lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuksatu kali masa jabatan berikutnya. Untuk menjaga kesinambungan kebijakanbank sentral, penggantian Dewan Gubernur diatur secara berkala, yaitusetiap tahun paling banyak dua orang yang diganti.

DeputiGubernur

Gubernur

DeputiGubernur

Senior

DeputiGubernur

DeputiGubernur

DeputiGubernur

DeputiGubernur

DeputiGubernur

Page 52: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

40

Kelembagaan Bank Indonesia

Dewan Gubernur sebagai pimpinan Bank Indonesia berwenang untukmenetapkan kebijakan dalam melaksanakan tugas-tugasnya di bidangmoneter, sistem pembayaran, dan perbankan, di samping kebijakan dibidang manajemen internal. Dalam menjalankan tugasnya, DewanGubernur menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai suatuforum pengambilan keputusan tertinggi di Bank Indonesia. RDGdiselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untukmenetapkan kebijakan umum di bidang moneter, dan sekurang-kurangnyasekali dalam seminggu melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakanmoneter atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipil dan strategis.Pengambilan keputusan dalam RDG dilakukan atas dasar prinsipmusyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai,Gubernur menetapkan keputusan akhir.

2.7 INDEPENDENSI

Independensi adalah salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuanakhir suatu bank sentral. Permasalahan independensi telah ada semenjakbank sentral pertama berdiri. David Ricardo (1824) menganjurkan adanyaotonomi bank sentral dan menganjurkan pula agar bank sentral tidakmembiayai defisit anggaran belanja pemerintah. Independensi bank sentralmulai banyak diterapkan dan diperkuat dengan undang-undang di berbagainegara sejak tahun 1990-an. Seiring dengan demokratisasi yangberkembang, penataan kelembagaan pemerintahan dilakukan denganpemfokusan tujuan dan tugas, pemberian independensi, serta penguatanakuntabilitas dan transparansi pada masing-masing otoritas. Terkait denganbank sentral, pemberian independensi dilakukan dengan pemfokusantujuan, seperti kestabilan nilai rupiah atau kestabilan harga, pemberiankewenangan penuh dalam pelaksanaan tugas, serta penguatan akuntabilitasdan transparansi dalam pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan yangditetapkan dalam undang-undang.

2.7.1 Pengertian Independensi Bank Sentral

Secara umum, independensi didefinisikan sebagai kebebasan daripengaruh, instruksi/pengarahan, atau kontrol dari pihak/pihak-pihak lain.Jika diterapkan pada bank sentral, Meyer (2000) mengartikan independensi

Page 53: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

41

2 . 7 I n d e p e n d e n s i

sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi/pengarahan, atau kontrol, baikdari badan eksekutif maupun dari badan legislatif. Sementara itu, Fraser(1994) mendefinisikan independensi bank sentral sebagai kebebasan banksentral untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas daripertimbangan-pertimbangan politik. Yang tidak termasuk dalam pengertianindependen menurut Fraser adalah konsultasi/koordinasi denganPemerintah dalam rangka menyelaraskan kebijakan yang menjadikewenangan masing-masing.

Secara umum, sesuai dengan literatur yang berkembang, independensibank sentral dapat dibedakan dalam lima aspek di bawah ini.

6

1) Institutional independence ‘independensi kelembagaan’, yaitukedudukan lembaga bank sentral yang berada di luar lembagapemerintah dan bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihaklain. Hal ini sejalan dengan penataan kelembagaan pemerintahanseperti dikemukakan di atas. Dalam hubungan ini, lembaga bank sentralmempunyai fokus tujuan dan tugas tertentu yang ditetapkan olehundang-undang, demikian pula keberadaan kepemimpinan bank sentraldi luar susunan kabinet pemerintah. Independensi lembaga tersebutdisertai dengan penguatan akuntabilitas dan transparansi kepada publiksecara langsung dan atau melalui parlemen. Pada umumnya lembagabank sentral yang modern berada di luar pemerintah, seperti FederalReserve Amerika Serikat, European Central Bank (ECB), Bank of Japan(BoJ), Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), Bank of England (BoE),dan Bank of Canada (BOC).

2) Goal independence ‘independensi sasaran akhir’, yaitu kebebasan banksentral dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter (sepertisasaran inflasi, pertumbuhan ekonomi, atau yang lain) sebagaipenjabaran dari tujuan yang ditetapkan dalam undang-undang.Independensi jenis ini bervariasi dari yang penuh/tinggi sampai denganyang terbatas/rendah. Independensi tinggi seperti di Amerika Serikat,undang-undangnya hanya menyebutkan tujuan-tujuan yang harusdicapai sementara Federal Reserve memiliki kebebasan untukmenentukan prioritas sasaran akhir kebijakan moneternya sesuaikeadaan. Independensi cukup tinggi seperti di Uni Eropa, tujuan utama

6 Untuk pengertian dan konsep independensi yang berbeda-beda, baca lebih lanjut Fraser (1994),Meyer (2000), Grilli dkk (1991), Elgie (1995), Baka (1994), dan Mboweni (2000).

Page 54: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

42

Kelembagaan Bank Indonesia

ECB dalam menjaga stabilitas harga (tanpa menetapkan rentang waktusecara spesifik) ditetapkan dalam undang-undang, tetapi ECB masihmemiliki kebebasan menetapkan target lain dalam jangka pendek.Independensi rendah seperti di Selandia Baru dan Kanada, penetapansasaran inflasi dinegosiasikan atau ditetapkan bersama antara MenteriKeuangan dan Gubernur Bank Sentral. Sementara itu, independensipaling terendah seperti di Inggris, penetapan sasaran inflasi ditetapkanoleh Menteri Keuangan.

3) Instrument Independence ‘independensi instrumen’, yaitu kebebasanbank sentral dalam menggunakan instrumen moneter dan menetapkansendiri target-target operasional kebijakan moneter untuk mencapaisasaran akhir yang ditetapkan. Independensi instrumen dapat berupakewenangan penuh bank sentral dalam menetapkan jumlah uangberedar dan atau suku bunga, serta larangan pemberian pinjaman olehbank sentral kepada pemerintah. Pada umumnya, bank sentral yangmodern memiliki independensi instrumen dimaksud sehingga dapatmenentukan cara yang paling efektif dan dapat dipertanggungjawabkandalam mengarahkan kebijakan yang ditempuhnya untuk mencapaisasaran akhir yang telah ditetapkan. Sebagai gambaran, bank sentralseperti ECB, FedRes, dan BoJ memiliki kewenangan penuh dalammenetapkan suku bunga.

4) Personal Independence ‘independensi personal’, yaitu kemampuan dankewenangan dewan gubernur bank sentral sebagai badan pembuatkebijakan untuk menolak campur tangan pemerintah dan atau pihaklain dalam melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan undang-undang.Independensi personal dapat terwujud antara lain melalui penetapanmasa jabatan dewan gubernur yang berbeda dengan masa jabatanpemerintah, akhir masa jabatan anggota dewan gubernur secaraberjenjang, persetujuan anggota dewan gubernur oleh parlemen,kompetensi profesional dan integritas yang tinggi dari anggota dewangubernur, serta status hukum khusus undang-undang bank sentral.Sebagai gambaran, beberapa bank sentral yang memiliki tingkatindependensi personal tinggi sehingga dapat mengurangi campur tanganpemerintah antara lain ECB, FedRes, BOC dan BoJ.

5) Financial Independence ‘independensi keuangan’, yaitu kewenanganyang diberikan undang-undang kepada bank sentral untuk menetapkan

Page 55: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

43

dan mengelola anggaran dan aset kekayaannya tanpa persetujuan olehparlemen. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan bank sentraldilakukan melalui audit yang dilakukan oleh auditor independen yanghasilnya dipublikasikan kepada masyarakat. Pada umumnya kembagabank sentral yang modern mempunyai independen dalam aspekkeuangannya.

2.7.2 Independensi Bank Indonesia

Konsep independensi bank sentral telah banyak dibahas semenjak tahun1950-an. Mr. Sjafruddin Prawiranegara, presiden De Javasche Bank waktuitu, sudah mensinyalir adanya gangguan terhadap independensi karenarencana pembentukan dewan moneter. Beliau menyatakan :

Justru karena oleh sifat pekerjaan bank sirkulasi, pimpinannya tak bolehikut diombang-ambingkan oleh pengaruh dan kepentingan politik darisesuatu saat, maka tidaklah benar apabila Pemerintah diberi kekuasaanyang mutlak terhadap bank sirkulasi. Bahaya dari keadaan yang demikianitu ialah bahwa bank sirkulasi mungkin dipergunakan buat kepentinganpartai-partai politik, yang pada suatu saat kebetulan memegang kekuasaanNegara.

Pengaturan indepepensi Bank Indonesia telah ditetapkan dalam UUNo. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan UU No. 3 Tahun 2004. Berdasarkan kelima aspek independensiyang diuraikan di atas, tingkat independensi Bank Indonesia dapatdikemukakan sebagai berikut.

1) Independensi kelembagaan

Sesuai undang-undang, Bank Indonesia adalah lembaga negara yangindependen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas daricampur tangan Pemerintah dan atau pihak lain. Sebagaimana diuraikandi atas, tujuan Bank Indonesia difokuskan pada kestabilan nilai rupiahdengan tugas-tugas kebijakan moneter, sistem pembayaran, danperbankan. Demikian pula, kewenangan dan akuntabilitas BankIndonesia telah diatur secara jelas dalam undang-undang. Independensikelembagaan seperti ini bukan berarti bahwa Bank Indonesia adalahsuatu negara dalam negara karena independensi dimaksud hanya

2 . 7 I n d e p e n d e n s i

Page 56: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

44

Kelembagaan Bank Indonesia

terbatas pada tugas dan wewenang yang ditetapkan dalam undang-undang. Bank Indonesia tetap tunduk pada segala ketentuan hukum diIndonesia atas hal-hal yang bukan merupakan cakupan tugas danwewenang yang diatur dalam undang-undang Bank Indonesia.

2) Independensi sasaran akhir

Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan undang-undang,sasaran inflasi yang menjadi sasaran akhir kebijakan moneter BankIndonesia ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi denganBank Indonesia. Dengan demikian, Bank Indonesia mempunyai tingkatindependensi yang rendah dalam penetapan sasaran akhir kebijakanmoneternya. Kewenangan penetapan sasaran inflasi berada padaPemerintah, sementara Bank Indonesia memberikan rekomendasimengenai sasaran inflasi yang menurut pertimbangannya cukuprealistis sesuai dengan perkembangan ekonomi dan keuanganIndonesia dan dapat dicapai melalui kebijakan moneter yangditempuhnya.

3) Independensi Instrumen

Dalam rangka mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan, sesuaiundang-undang, Bank Indonesia memiliki wewenang untukmenetapkan sendiri sasaran-sasaran moneter dan melaksanakanpengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumenmoneter yang lazimnya dipergunakan oleh bank sentral. Instrumenmoneter dimaksud, antara lain operasi pasar terbuka, penetapan tingkatdiskonto, penetapan cadangan wajib minimum bank, dan pengaturankredit atau pembiayaan oleh bank-bank. Bank Indonesia juga dilarangmemberikan pinjaman kepada Pemerintah, baik secara langsungataupun melalui pembelian surat utang negara di pasar primer kecualidalam rangka penanganan kesulitan perbankan yang berdampaksistemik. Dengan kewenangan seperti ini, dapat dikatakan bahwa BankIndonesia memiliki tingkat independensi instrumen yang cukup tinggi.

4) Independensi personal

Sesuai undang-undang, pihak lain dilarang melakukan segala bentukcampur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia oleh DewanGubernur, dan Bank Indonesia (Dewan Gubernur) juga berkewajibanuntuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun

Page 57: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

45

dari pihak mana pun juga. Anggota Dewan Gubernur mempunyai masajabatan lima tahun yang berbeda dengan masa jabatan Pemerintah,dengan akhir masa jabatan secara berjenjang, dan dapat diangkatkembali satu kali. Anggota Dewan Gubernur diusulkan oleh Presidendengan persetujuan DPR. Sebagai bentuk akuntabilitas, kinerja DewanGubernur dan Bank Indonesia dinilai oleh DPR. Dengan pengaturanindependensi yang disertai dengan mekanisme akuntabilitas yang jelasseperti ini, dapat dikatakan bahwa Bank Indonesia memilikiindependensi personal yang sedang.

5) Independensi keuangan

Sesuai undang-undang, Dewan Gubernur berwenang menetapkananggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran untukkegiatan operasional dan anggaran untuk kebijakan moneter, sistempembayaran, serta pengaturan dan pengawasan perbankan.Selanjutnya, diatur bahwa anggaran kegiatan operasional tersebut danevaluasi pelaksanan anggaran tahun berjalan disampaikan kepada DPRuntuk mendapatkan persetujuan. Sementara itu, anggaran untukkebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan danpengawasan perbankan dilaporkan secara khusus (tertutup) kepadaDPR. Setelah berakhirnya tahun anggaran, Bank Indonesia diwajibkanmenyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK untuk dilakukanpemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan dimaksud disampaikankepada DPR. Bank Indonesia juga diwajibkan menyampaikan laporankeuangan tahunan kepada publik melalui media massa.

2.8 AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

Tuntutan terhadap akuntabilitas dan transparansi bank sentralmenunjukkan peningkatan khususnya sejak dekade terakhir. Fenomenatersebut antara lain didorong oleh semakin besarnya independensi banksentral dengan pemfokusan tujuan dan tugas yang jelas dalam tatananpemerintahan yang demokratis. Independensi yang tinggi menuntutakuntabilitas dan transparansi yang lebih besar pula untuk menjamin bahwapencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas yang sudah ditetapkandapat dilaksanakan dengan baik oleh bank sentral.

2 .8 Akuntabilitas dan Transparansi

Page 58: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

46

Kelembagaan Bank Indonesia

2.8.1 Pengertian Akuntabilitas dan Transparansi Bank Sentral

Suatu bank sentral yang baik adalah bank sentral yang berwibawa,dapat dipercaya, dan melakukan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu,akuntabilitas dan transparansi bank sentral menjadi penting. Bank sentralharus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya dan harus pulatransparan agar semua kebijakan yang dilakukannya dapat diketahui secaraterbuka oleh para pihak yang berkepentingan (stakeholder) sehingga merekadapat melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerjanya.Akuntabilitas dan transparansi terkait erat. Bank sentral yang lebih transparanakan mempermudah akuntabilitasnya yang pada akhirnya akanmeningkatkan kinerja bank sentral menjadi lebih baik (Poole, 2001).Selanjutnya, kinerja yang lebih baik akan meningkatkan kewibawaan dankredibilitas bank sentral yang bersangkutan.

Meningkatnya tuntutan akuntabilitas dan transparansi telah mendorongbanyak bank sentral semakin sering mengkomunikasikan berbagai kebijakanyang ditempuhnya. Hal ini didorong oleh pemikiran bahwa akuntabilitasbank sentral dilakukan kepada publik dalam tatanan masyarakat yangsemakin demokratis. Dengan kata lain, transparansi yang lebih luasmerupakan sarana utama bagi bank sentral dalammempertanggungjawabkan pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugasyang ditetapkan dalam undang-undang. Dari transpransi dimaksud,masyarakat dan para pelaku pasar dapat menilai seberapa jauh bank sentraltelah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Bagaimana pernyataan-pernyataan Ketua Bank Sentral AS, Alan Greenspan, di depan anggota Senatmaupun pengumuman keputusan kebijakan moneter Federal Reserve selaluditunggu-tunggu dan mempengaruhi perkembangan pasar keuangan danperekonomian AS dan dunia merupakan salah satu contoh. Demikian pulabank-bank sentral di dunia semakin menekankan transparansi denganmeningkatkan strategi komunikasi dan jumlah informasi yang disampaikankepada publik. Secara reguler pejabat tinggi bank sentral menjelaskankebijakan yang ditempuhnya kepada publik.

Secara umum Poole (2003) memberikan pengertian mengenaitransparansi kebijakan bank sentral sebagai pengungkapan informasi kepadapublik secara akurat, termasuk segala informasi yang dibutuhkan oleh parapelaku pasar dalam rangka membentuk opini selengkap mungkin mengenaikebijakan yang ditempuh bank sentral. Sementara dalam konteks Pedoman

Page 59: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

47

Praktek Kebijakan Moneter dan Keuangan yang Baik (Code of GoodPractices in Monetary and Financial Policies) yang dikembangkan IMF,Sundarajan dkk (2003) memberikan pengertian yang lebih konkrit bahwatransparansi kebijakan moneter dan keuangan merujuk pada kondisi ketikatujuan kebijakan, landasan hukum dan kelembagaan, keputusan kebijakandan dasar pertimbangannya, data dan informasi yang dipergunakan, danakuntabilitas badan pembuat kebijakan disampaikan kepada publik dengancara yang mudah dipahami, diakses, dan tepat waktu.

Pengertian ini sejalan dengan pandangan Geraats (2001) yangmeletakkan transparansi dalam tahapan-tahapan pemberian informasimengenai kebijakan bank sentral kepada publik. Dalam kaitan ini,transparansi dikelompokkan ke dalam lima aspek, yaitu: (i) keterbukaanmengenai tujuan kebijakan, seperti sasaran kestabilan harga atau inflasi(‘transparansi politik’), (ii) pengungkapan data, model, dan prakiraanekonomi yang dipergunakan bank sentral (‘transparansi ekonomi’), (iii)informasi mengenai strategi kebijakan dan prosedur pengambilan keputusaninternal pada bank sentral (‘transparansi prosedural’), (iv) pengomunikasiankeputusan kebijakan, seperti perubahan dan arah suku bunga (‘transparansikebijakan’), dan (v) keterbukaan pelaksanaan kebijakan yang diputuskan,seperti operasi moneter (’transparansi operasional’).

Terdapat beberapa cara dan media yang digunakan dalam transparansikebijakan bank sentral, seperti: (i) penjelasan melalui publikasi dokumenresmi, (ii) penjelasan kepada media massa ataupun lembaga perwakilanrakyat (parlemen), (iii) penjelasan secara langsung kepada masyarakatumum, dan (iv) cara penjelasan yang lain. Beberapa cara ini dapatdipergunakan sekaligus sesuai dengan keinginan otoritas moneter dalammemperluas transparansinya secara efektif. Dalam banyak hal, perluasantransparansi dapat dilakukan dengan mendorong diskusi di kalanganmasyarakat untuk menumbuhkan pemahaman yang utuh dan lengkapterhadap kebijakan yang ditempuh bank sentral.

Kepada siapa transparansi dan komunikasi kebijakan bank sentralmerupakan cerminan dari penerapan prinsip akuntabilitas demokrasi sepertitelah diuraikan sebelumnya. Dalam kaitan ini, Blinder dkk (2003)mengemukakan empat pihak yang menjadi target utama dari komunikasibank sentral, yaitu: (i) media massa dan masyarakat, (ii) pemerintah danparlemen, (iii) pasar keuangan, dan (iv) pemerhati bank sentral. Cakupan

2 .8 Akuntabilitas dan Transparansi

Page 60: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

48

Kelembagaan Bank Indonesia

informasi dan bagaimana metode komunikasinya akan tergantung padakeempat target komunikasi tersebut.

2.8.2 Akuntabilitas dan Transparansi Bank Indonesia

Akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia diatur secara jelas dalamUU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan UU No. 3 Tahun 2004. Dalam kaitan ini, amandemen UU BankIndonesia memberikan penegasan bahwa kinerja Dewan Gubernur danBank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dinilai olehDewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk itu, Bank Indonesia diwajibkanuntuk menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan secaratertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR danPemerintah. Penyampaian laporan kepada DPR adalah dalam rangkaakuntabilitas, sedangkan laporan kepada Pemerintah adalah dalam rangkainformasi.

Laporan tahunan yang disampaikan Bank Indonesia pada awal tahunanggaran memuat pelaksanaan tugas dan wewenangnya pada tahunsebelumnya, serta rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia untuk tahunyang akan datang dengan memperhatikan perkembangan laju inflasi sertakondisi ekonomi dan keuangan. Laporan triwulanan memuat pelaksanaantugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan yang bersangkutan.Laporan tahunan dan laporan triwulanan yang disampaikan oleh BankIndonesia dievaluasi oleh DPR dan digunakan sebagai bahan penilaiantahunan terhadap kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia sejalandengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR.

Sebagai cerminan transparansi, laporan tahunan dan laporan triwulanantersebut juga disampaikan kepada masyarakat secara terbuka melalui mediamassa. Setiap awal tahun anggaran, Bank Indonesia juga menyampaikaninformasi kepada masyarakat mengenai evaluasi terhadap pelaksanaankebijakan moneter pada tahun sebelumnya, dan rencana kebijakan moneterdan penetapan sasaran moneter untuk tahun yang akan datang. Dalampelaksanaannya, di samping laporan dan informasi yang diwajibkan dalamundang-undang di atas, Bank Indonesia juga senantiasa menyampaikaninformasi mengenai evaluasi perkembangan dan prospek ekonomi dan

Page 61: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

49

inflasi serta langkah-langkah kebijakan yang ditempuh. Berbagai penjelasanjuga disampaikan oleh pejabat Bank Indonesia dalam siaran pers, jumpawartawan, diskusi pakar, seminar, maupun kuliah di lembaga pendidikan.Penyampaian informasi kepada masyarakat, di samping sebagai cerminanasas transparansi, juga dimaksudkan agar masyarakat mengetahui arahkebijakan Bank Indonesia yang dapat dipakai sebagai salah satupertimbangan penting dalam perencanaan usaha para pelaku pasar.

Di bidang keuangan, sesuai undang-undang, Dewan Gubernurberwenang menetapkan anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputianggaran untuk kegiatan operasional dan anggaran untuk kebijakanmoneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan perbankan.Selanjutnya diatur bahwa anggaran kegiatan operasional tersebut danevaluasi pelaksanan anggaran tahun berjalan disampaikan kepada DPRuntuk mendapatkan persetujuan. Sementara itu, anggaran untuk kebijakanmoneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan perbankandilaporkan secara khusus (tertutup) kepada DPR. Selain itu, Bank Indonesiajuga diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BadanPemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan dan hasilpemeriksaan BPK dimaksud disampaikan kepada DPR sebagai bahanpenilaian kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia. Bank Indonesiajuga diwajibkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan dimaksudkepada masyarakat luas melalui media massa.

Untuk membantu DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan dibidang anggaran terhadap Bank Indonesia, dibentuk Badan Supervisi yangbertugas membantu DPR dalam melakukan: (a) telaahan atas laporankeuangan tahunan Bank Indonesia, (b) telaahan atas anggaran operasionaldan investasi Bank Indonesia, dan (c) telaahan atas prosedur pengambilankeputusan kegiatan operasional di luar kebijakan moneter dan pengelolaanasset Bank Indonesia. Badan Supervisi dalam menjalankan tugasnya tidakmelakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur dan tidak ikutmengambil keputusan, serta tidak ikut memberikan penilaian terhadapkebijakan di bidang sistem pembayaran, pengaturan dan pengawasan bankserta bidang-bidang yang merupakan penetapan dan pelaksanaan kebijakanmoneter Bank Indonesia.

Dalam rangka lebih meningkatkan transparansi, Bank Indonesia secaraberkala menerbitkan berbagai laporan dan publikasi seperti Laporan

2 .8 Akuntabilitas dan Transparansi

Page 62: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

50

Kelembagaan Bank Indonesia

Mingguan, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bulanan, TinjauanKebijakan Moneter Bulanan, Perkembangan Ekonomi dan MoneterTriwulanan, Laporan Triwulanan Perkembangan Kebijakan Moneter, danLaporan Tahunan. Selain itu, sesuai dengan perkembangan teknologiinformasi, Bank Indonesia juga mempunyai situs internet atau homepageyang berisikan informasi terkini mengenai data ekonomi moneter danorganisasi dan tata kerja Bank Indonesia.

Page 63: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

51

Ascarya (2002), Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter, SeriKebanksentralan No.3, PPSK, Bank Indonesia.

Baka, W. (1994-95), ‘Please Respect the National Bank’, Central Banking, vol.5,hlm.65-72.

Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Beberapa tahun penerbitan,Bank Indonesia.

Bofinger, Peter (2001), Monetary Policy: Goals, Institutions, Strategies,and Instruments, Oxford University Press, New York.

Burdekin R. et al. (1992), ‘A Monetary Constitution Case for an IndependentEuropean Central Bank’, The World Economy, vol.15/2.

Capie, Forest (1994), ‘The Evolution of Central Banking’, Seminar Paper, WorldBank.

Chandavarkar, Anand (1996), Central Banking in Developing Countries,London: MacMillan Press Ltd.

Cukierman, Alex (1992), Central Banking Strategy, Credibility andIndependence: Theory and Evidence, Cambridge.

Cukierman, Alex, et al. (1992), ‘Measuring the Independence of Central Banksand its Effect on Policy Outcomes’, The World Bank Economic Review,vol.6/3.

Doriyanto, Triatmo dan Pranoto, M. Seto (2000), Central Bank Independenceand Accountability : the Case of Indonesia, Makalah disampaikanpada EMEAP Central Banking Seminar, Tokyo, 14-19 Februari.

Elgie, Robert (1995), ‘Core Executive-Central Bank Relations: Central BankIndependence: What It Is and How to Compare It’, unpublishedPolitical Studies Association 1995 Annual Conference Paper, PoliticalStudies Association.

Esmara, Hendra, ed. (1987), Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan,Jakarta: PT Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA

Page 64: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

52

Kelembagaan Bank Indonesia

Fajardo, Feliciano R dan Manansala, Manuel M. (1994), Central Banking, MetroManila: Navotas Press.

Fraser, B.W. (1994), Central Bank Independence: What Does It Means?, Makalahpidato pada 20

th SEANZA Central Banking Course, Karachi, 23 Nopember.

Fry, Maxwell J. dkk. (1996), Central Banking in Developing Countries:Objectives, Activities and Independence, London: Routledge.

Geraats, Petra M. (2002), ‘Central Bank Transparency’, Survey Article, Universityof Cambridge, Massachussetts, March.

Gokbudak, Nuran (1996), ‘Central Bank Independence, The BundesbankExperience and the Central Bank of the Republic of Turkey’, DiscussionPaper, no.9610, Research Department, The Central Bank of the Republicof Turkey, March.

Grilli, V., Masciandaro D., and Tabellini, G. (1991), ‘Political and MonetaryInstitutions and Public Financial Policies in the Industrial Countries’,Economic Policy, vol. 13, hlm. 341-392.

Hadiwigeno, Soetatwo dan Wijaya, Faried (1980), Lembaga-lembaga Keuangandan Bank: Perkembangan, Teori dan Kebijaksanaan, Yogyakarta: BPFE-UGM.

Hartono, Noek (1976), Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya,mimeo.

Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha Indonesia (2003), PengkajianMengenai Independensi dan Akuntabilitas Bank Sentral, Jakarta.

Masciandro, D. dan Spinelli, F. (1994), ‘Central Banks Independence:Institutional Determinants, Rankings and Central Bankers’ Views’, ScottishJournal of Political Economy, vol.41/4.

Mboweni, TT. (2000), Central Bank Independence, Pidato pada theReuters Forum Lecture, Johannesburg, 11 Oktober, www.stlouisfed.org/news/speeches/1999/11_04_99.html.

Meyer, Laurence H. (2000), The Politics of Monetary Policy: BalancingIndependence and Accountability, Ceramah pada the University ofWisconsin, LaCrosse, Wisconsin, 24 Oktober, www.federalreserve.gov/boarddocs/speeches/2000/20001024.htm.

Page 65: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

53

Parkin, M. (1987), ‘Domestic Monetary Institutions and Deficits’, dalam J.Buchanan dkk. (eds), Deficits, Blackwell.

Pollard, Patricia S. (2003), ‘A Look Inside Two Central Banks: The EuropeanCentral Bank and the Federal Reserve’, Federal Reserve Bank of St.Louis Review, January/February, hlm.12-30.

Poole, William (1999), Central Bank Transparency: Why and How, Pidato padathe University of Missouri, Columbia, 4 Nopember,www.stlouisfed.org/news/speeches/1999/11_04_99.html

Prawiroardjo, Priasmoro (1987), Perbankan Indonesia 40 Tahun, KumpulanEsei untuk menghormati Sumitro Djojohadikusumo, P.T. Gramedia, Jakarta.

Rachbini, Didik J. dkk. (2000), Bank Indonesia: Menuju Independensi BankSentral, Jakarta: PT Mardi Mulyo.

Raharjo, Dawam (1995), Sejarah Bank Indonesia, Jakarta: LP3ES.

Ribeiro, Fausto de Andrade (2002), ‘Central Bank: Independence, Governanceand Accountability’, Minerva Program, Fall 2002, Institute of BrazilianIssues.

Rissal, Romeo (2002), Independensi dan Tuntutan Transformasi Bank Indonesia,Makalah disampaikan pada Seminar Sehari di Hotel Tiara Medan, 21 Maret.

Sabirin, Syahril (2000), Upaya Pemulihan Ekonomi Melalui Strategi KebijakanMoneter-Perbankan dan Independensi Bank Indonesia, Makalahdisampaikan pada Seminar Nasional Strategi Pemulihan Ekonomi EraPemerintahan Baru, KAGAMA, Jawa Timur, 5 Februari.

Sukandar, Ahmad (1998), Independensi Bank Indonesia, Pembahasan dari SegiHukum, Paper SESPIBI XXIII, Bank Indonesia, Jakarta.

Suseno (1998), Independensi Bank Indonesia dan Konflik Kepentingan antaraEfektifitas Kebijakan Moneter dan Pengawasan Bank, Paper SESPIBIXXIII, Bank Indonesia, Jakarta.

Tim RUU Bank Indonesia (1998), Naskah Akademis Rancangan Undang-undang tentang Bank Indonesia, Jakarta.

Tjahjono, Endy Dwi (2000), Perjalanan Panjang Independensi Bank Sentral:Dari Deregulasi Perbankan, Hingga Krisis Ekonomi, Menuju Bank Sentralyang Independen, Makalah no.2/DKM/OP/19, DKM, Bank Indonesia,Jakarta.

Daftar Pustaka

Page 66: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

54

Kelembagaan Bank Indonesia

(1953), UU No. 11 Tahun 1953 tentang Pokok BankIndonesia, Jakarta.

(1968), UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral,Jakarta.

(1999), UU No. 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia, Jakarta.

Page 67: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

55

Keterangan (sekilas mengenai organisasi)

Atas Nama Sendiri Sebagai Anggota

1. SEACEN, 1982, 12 bank sentral

SEACEN Centre merupakan pusat penelitian dan pelatihan di bidangkeuangan, moneter, perbankan, kebanksentralan, dan ekonomipembangunan bagi pegawai bank sentral yang menjadi anggotanya darikawasan Asia Tenggara. Termasuk juga memprakarsai dan memfasilitasikerja sama dalam bidang penelitian dan pelatihan yang berhubungandengan aspek kebijakan dan operasional bank sentral, survei ekonomidan prakiraan (outlook) tahunan, dan publikasi hasil survey, analisis dantelaah ulang.

2. SEANZA, 1957, 20 bank sentral

SEANZA dibentuk terutama untuk membantu mengatasi masalahketerbatasan sumber daya manusia yang ahli dan berpengalaman,khususnya pada tingkat manajerial menengah ke atas, yang dihadapi banksentral negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

3. EMEAP, 1991, 11 bank sentral

EMEAP merupakan organisasi kerja sama bank sentral dan otoritas moneterdi kawasan Asia dan Pasifik yang bertujuan untuk mempererat hubungankerja sama sesama anggotanya. Kerja sama ini dilakukan dalam bentukGovernors’ Meeting, Deputies’ Meeting dan Working Group. Bentuklainnya antara lain pembentukan jejaring regional untuk pertukaraninformasi.

4. ACBF, 2002, 10 bank sentral

ACBF dibentuk dengan tujuan untuk mengevaluasi perekonomian danrisiko keuangan yang mungkin timbul dengan menekankan pada policyoption dan implikasinya, serta mendorong dilakukannya langkah awal

LAMPIRAN

Hubungan Internasional yang Dilakukan Bank Indonesia

Organisasi (tahun berdiri, keanggotaan)

Page 68: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

56

Kelembagaan Bank Indonesia

untuk meminimalisasi risiko tersebut dengan bantuan dari beberapalembaga multilateral baik di tingkat regional maupun internasional.

5. BIS, Mei 1930, 49 bank sentral

BIS merupakan forum kerja sama keuangan dan moneter internasional,sebagai lembaga yang memainkan peran penting dalam menyediakan jasakeuangan dalam pengelolaan devisa, menjadi pusat riset ekonomi danmoneter, memberikan kontribusi dalam memahami pasar keuanganinternasional, dan menjadi forum pembahasan hasil riset moneter danperbankan

Atas Nama Pemeritah, Sebagai Anggota

1. ASEAN, Agustus 1967, 10 negara

ASEAN merupakan asosiasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara yangbertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, perkembangansosial, dan pembangunan kultural di kawasan ini. Selain itu, juga untukmendorong stabilitas ekonomi dan politik dikawasan ini dan memecahkanberbagai isu yang ada dalam kawasan ini. Kesemuanya itu untuk mencapaimasyarakat yang damai dan sejahtera di kawasan Asia tenggara.

2. ASEAN+3, 1997, 13 negara

ASEAN+3 merupakan forum kerja sama di bidang ekonomi dari negara-negara ASEAN ditambah Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Kerja sama inidi masa yang akan datang terus ditingkatkan sehingga meliputi juga bidangpolitik dan keamanan untuk mendorong perdamaian, kestabilan, dankesejahteraan di kawasan ini. Forum yang digelar antara lain berbentukPertemuan Puncak dan Pertemuan tingkat Menteri.

3. ADB, 1966, 61 negara

ADB adalah lembaga pembangunan keuangan yang ditujukan untukmemberantas kemiskinan melalui strategi pengurangan kemiskinan dikawasan Asia dan Pasifik. Untuk itu, ADB terus mendorong pertumbuhanekonomi, pembangunan sumber daya manusia, peningkatan status wanita,dan pelestarian lingkungan. Selain itu, kerja sama regional, pembangunansektor swasta, dan pembangunan sosial juga menjadi perhatian dalamrangka mencapai tujuan utama.

Page 69: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

57

4. APEC, 1989, 21 negara

APEC adalah forum utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi,dan kerja sama perdagangan dan investasi di kawasan sekitar Asia danPasifik. Anggotanya meliputi 47% perdagangan dunia. Tiga aspekprioritasnya adalah liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitas kegiatanusaha, dan kerja sama ekonomi dan teknis.

5. Manila Framework, Nopember 1997, 14 negara (bank sentral & DepKeu)

Manila Framework dibentuk setelah terjadinya krisis di beberapa negaraAsia pertengahan 1997 lalu. Tujuannya adalah menyediakan forum untukmendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi stabilitas keuangan di kawasanini. Grup ini bertemu dua kali setahun, yang dihadiri oleh pejabatdepartemen keuangan dan bank sentral negara anggotanya, ditambah wakildari IMF, WB, BIS, dan ADB.

6. ASEM, 1996, 25 negara

ASEM merupakan forum kerja sama negara Asia dan Eropa untukmemelihara perdamaian secara global, stabilitas, dan kemakmuran yangbertujuan untuk memajukan kegiatan perdagangan dan investasi yang lebihbesar antara dua kawasan melalui liberalisasi perdagangan, dan investasiserta fasilitasi di antara negara anggota.

7. IDB, Juli 1975, 54 negara anggota OIC

IDB merupakan agen pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkanpembangunan ekonomi dan perkembangan sosial negara anggotanya dankomunitas muslim, baik secara individu maupun kelompok, sesuai denganprinsip-prinsip syariah islam. Dalam rangka mencapai tujuan, IDBberpartisipasi dalam equity capital ‘modal ekuitas’ dan pemberian pinjamanuntuk proyek-proyek produktif dan perusahaan-perusahaan, selain jugamenyediakan bantuan keuangan kepada negara-negara anggotanya dalambentuk lain untuk pembangunan ekonomi dan sosial.

8. CGI, 1991, 30 negara & organisasi multilateral

CGI merupakan kelompok donor yang memberi bantuan dana kepadaIndonesia untuk kepentingan dana taktis pembangunan. Sektor utamapendanaan adalah penanggulangan masalah kemiskinan, pembangunaninfrastruktur, penanganan masalah-masalah pemerintahan yang bersih

L a m p i r a n 1

Page 70: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

58

Kelembagaan Bank Indonesia

(good governance), restrukturisasi perbankan, dan penanganan masalah-masalah kesejahteraan masyarakat. CGI terbentuk menggantikan IGGI(Intergovernmental Group on Indonesia). CGI melakukan pertemuan dialogsetiap tahun antara negara/organisasi multilateral donor dan pemerintahIndonesia untuk mengevaluasi kegiatan sebelumnya, rencana selanjutnya,dan biasanya diakhiri dengan komitmen/persetujuan untuk memberikanbantuan.

9. IMF, Desember 1945, 184 negara

IMF merupakan organisasi internasional yang dibentuk sesuai dengankesepakatan konferensi Bretton Woods tahun 1944 yang ditujukan untukmendorong kerja sama moneter internasional untuk menghindari terjadinyakembali economic disaster seperti great depression tahun 1930-an.Indonesia bergabung Februari 1967 (setelah pernah bergabung sebelumnyadan keluar). Dalam rangka mencapai tujuan, IMF memfasilitasi perluasandan pertumbuhan yang seimbang dari perdagangan internasional;mendorong stabilitas nilai tukar; membantu pembentukan sistempembayaran multilateral; dan membantu pendanaan bagi negara-negarayang mengalami kesulitas neraca pembayaran. Secara lebih umum IMFbertanggung jawab untuk memastikan stabilitas sistem keuanganinternasional.

10. World Bank/IBRD, Juli 1944, 184 negara

World Bank atau Bank Dunia merupakan organisasi internasional yangjuga dibentuk sesuai kesepakatan Bretton Woods tahun 1944 yangmerupakan sumber terbesar di dunia untuk bantuan pembangunan.Indonesia bergabung pada April 1967. Bank Dunia bukanlah sebuah bankseperti pada umumnya, melainkan sebuah agen pembangunan khususdari PBB yang terdiri dari lima organisasi yaitu IBRD (International Bankfor Reconstruction and Development), IDA (International DevelopmentAssociation), IFC (International Finance Corporation), MIGA (MultilateralInvestment Guarantee Agency) dan ICSID (International Centre forSettlement of Investment Disputes). Pada perkembangannya, Bank Duniamenjadi nama yang digunakan untuk IBRD dan IDA.

11. IDA, 1960, 164 negara anggota IBRD

IDA merupakan bagian dari World Bank yang membantu negara-negaratermiskin di dunia untuk mengurangi kemiskinan dengan memberikan

Page 71: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

59

kredit dengan bunga nol persen, dengan grace period 10 tahun danjangka waktu 35 sampai 40 tahun. IDA membantu membangun humancapital, kebijakan-kebijakan, institusi-institusi, dan infrastruktur fisikyang dibutuhkan negara-negara ini untuk mempercepat pertumbuhanyang environmentally sustainable. Tujuan IDA adalah mengurangikesenjangan antarnegara dan dalam negara. Terutama dalam hal aksesterhadap pendidikan dasar, kesehatan pokok dan air bersih, dansanitasi, dan untuk mendorong meningkatkan produktivitas masyarakat.Indonesia bergabung pada tahun 1968.

12. IFC, 1956, 175 negara anggota IBRD

IFC merupakan bagian dari World Bank yang bertujuan untuk mendoronginvestasi/petumbuhan sektor swasta yang sustainable di negara-negaraberkembang sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan danmeningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari the WorldBank Group, IFC juga mempunyai tujuan utama untuk meningkatkankualitas hidup masyarakat di negara-negara berkembang anggotanya.Indonesia bergabung pada tahun 1968. Aktivitas IFC termasuk pembiayaanproyek-proyek sektor swasta di negara-negara berkembang, membantuperusahaan swasta untuk mencari dana di pasar keuangan internasional,dan memberikan saran dan bantuan teknis untuk dunia usaha danpemerintah.

13. MIGA, 1988, 157 negara anggota IBRD

MIGA merupakan bagian dari World Bank yang bertujuan untukmendorong investasi asing langsung (foreign direct investment) di negara-negara berkembang untuk meningkatkan tingkat kehidupan masyarakatdan mengurangkan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut, MIGAmenawarkan political risk insurance/guarantees kepada para investor danpemberi pinjaman, dan juga membantu negara-negara berkembang untukmenarik dan menjaga investasi swasta.

14. WTO, 1995, 146 negara

WTO merupakan forum negosiasi kebijakan/peraturan-peraturanperdagangan internasional yang antara lain bertujuan untuk menanganiperselisihan perdagangan, memonitor kebijakan perdagangan nasionalnegara anggota, memberikan bantuan berupa pelatihan dan bantuan teknis

L a m p i r a n 1

Page 72: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

60

Kelembagaan Bank Indonesia

bagi negara-negara yang sedang berkembang, dan menjalin kerja samadengan organisasi internasional lainnya.

15. G20, September 1999, 19 negara, EU, IMF dan IBRD

G20 merupakan forum internasional menteri keuangan dan gubernur banksentral dari negara-negara industri dan berkembang untuk mendorongstabilitas keuangan dan ekonomi setelah terjadinya krisis keuangan danperbankan di Asia pada pertengahan 1997. G20 dibentuk atas prakarsaG7. Agenda group kemudian meluas sampai kepada masalah-masalahdan tantangan-tantangan globalisasi dan cara-cara untuk memerangikejahatan terorisme keuangan. G20 tidak memiliki sekretariat permanen,tetapi dirancang untuk mendorong pertukaran pandangan secara informaldan pembentukan konsensus mengenai isu-isu internasional.

Atas nama Pemeritah, Sebagai Pengamat

1. G15, Februari 1999, 17 negara berkembang dari Asia, Afrika, dan AmerikaSelatan

G15 merupakan kelompok dari 17 negara berkembang dari Asia, Afrika,dan Amerika Latin yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama danmemberikan input untuk kelompok internasional lain seperti WTO (theWorld Trade Organization) dan G7 (kelompok tujuh negara industrikaya).

2. G24, 1971, 24 negara

G24 merupakan kelompok dari 24 negara berkembang dari Afrika, AmerikaSelatan, Karibia, Asia, dan Eropa, yang tujuan utamanya adalahmenggalang persatuan posisi dari negara-negara berkembang dalam isu-isu moneter dan pembangunan keuangan. Negara anggota G77 bolehhadir sebagai pengamat. G24 beroperasi melalui dua level yaitu level,politis di tingkat menteri keungan/gubernur bank sentral dan official leveldi tingkat deputi.

Page 73: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

61

alam perkembangan sejarah peradaban manusia, peranan uangdirasakan sangat penting. Hampir tidak ada satu pun bagiandari kehidupan ekonomi manusia yang tidak terkait dengankeberadaan uang. Uang berfungsi tidak saja sebagai alatpembayaran, tetapi juga sebagai media penyimpan kekayaan

dan untuk dasar perhitungan berbagai transaksi ekonomi dan keuangan.Masyarakat memegang uang tidak saja dengan motif untuk bertransaksi,tetapi juga untuk berjaga-jaga dan bahkan untuk berspekulasi.

1 Sejalan

dengan itu, perkembangan jumlah uang beredar mempunyai keterkaitandengan dan pengaruh langsung pada perkembangan berbagai aktivitasperekonomian. Keterkaitan itu tercermin pada hubungan yang terjadi antarajumlah uang beredar dengan perkembangan variabel-variabel ekonomiutama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga.

Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorongpeningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangkapanjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

2 Sebaliknya, apabila

peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomiakan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran

3 KebijakanMoneter

Oleh: Perry Warjiyo dan Solikin

1 Untuk selengkapnya, baca buku Seri Kebanksentralan No. 1, Uang: Pengertian, Penciptaan, danPeranannya dalam Perekonomian, oleh Solikin dan Suseno, PPSK Bank Indonesia (2002). Untukmemudahkan dalam mencerna uraian dalam bab ini dengan baik, khususnya menyangkut istilah-istilah teknis di bidang moneter, pembaca disarankan untuk membaca pula buku tersebut dan literaturekonomi moneter lain.

2 Perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus dikenal dengansebutan inflasi.

Page 74: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

62

K e b i j a k a n M o n e t e r

masyarakat secara keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan.Kondisi tersebut antara lain melatarbelakangi upaya-upaya yang dilakukanoleh bank sentral suatu negara dalam mengendalikan jumlah uang beredardalam perekonomian. Kegiatan pengendalian jumlah uang beredar tersebutlazimnya disebut dengan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral.

Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu gambaran umum kebijakanmoneter, kebijakan moneter di Indonesia, dan arah penerapan kebijakanmoneter dengan sasaran kestabilan harga. Secara berurutan, bagian pertamaakan menjelaskan beberapa substansi umum dari pelaksanaan kebijakanmoneter, terutama yang terkait dengan siklus kegiatan ekonomi, keberadaankebijakan ekonomi makro lain, dan keterbukaan ekonomi. Pada bagian iniakan dipaparkan pula kerangka strategis, mekanisme transmisi, dan kerangkaoperasional kebijakan moneter yang umumnya ditempuh bank sentral.Setelah itu, bagian kedua akan menguraikan pelaksanaan kebijakan moneterdi Indonesia, mulai dari periode setelah awal kemerdekaan bangsa Indonesiahingga saat ini. Pada bagian ini akan disinggung pula beberapa aspekpenting kebijakan moneter yang dilaksanakan saat ini, yaitu kerangkaumum, mekanisme transmisi, dan proses perumusan kebijakan moneter.Sebagai penutup, bagian ketiga akan mengetengahkan kerangka kerjakebijakan moneter dengan sasaran kestabilan harga dan penerapannya diIndonesia.

3.1 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritasmoneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bungauntuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan.

3

Dalam praktek, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkantersebut adalah terjaganya stabilitas ekonomi makro yang antara laindicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknyaperkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnyalapangan/kesempatan kerja yang tersedia.

3 Dalam hal ini, besaran moneter (monetary aggregates) antara lain dapat berupa uang beredar, uangprimer, atau kredit perbankan. Untuk selengkapnya, baca buku Seri Kebanksentralan No. 2,Penyusunan Statistik Uang Beredar, oleh Solikin dan Suseno, PPSK Bank Indonesia (2002).

Page 75: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

63

Kebijakan moneter yang disebutkan di atas merupakan bagian integraldari kebijakan ekonomi makro, yang pada umumnya dilakukan denganmempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatunegara tertutup atau terbuka, serta faktor-faktor fundamental ekonomilainnya. Dalam pelaksanaannya, strategi kebijakan moneter dilakukanberbeda-beda dari suatu negara dengan negara lain, sesuai dengan tujuanyang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang diyakini berlaku padaperekonomian yang bersangkutan. Berdasarkan strategi dan transmisi yangdipilih, maka dirumuskan kerangka operasional kebijakan moneter.

3.1.1 Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi

Perkembangan ekonomi suatu negara tentu mengalami pasang surut(siklus) yang pada periode tertentu perekonomian tumbuh pesat dan padaperiode lain tumbuh melambat. Untuk mengelola dan mempengaruhiperkembangan perekonomian agar dapat berlangsung dengan baik danstabil, pemerintah dan atau otoritas moneter biasanya melakukan langkah-langkah yang dikenal dengan kebijakan stabilisasi ekonomi makro. Intidari kebijakan tersebut pada dasarnya adalah pengelolaan sisi permintaandan sisi penawaran suatu perekonomian agar mengarah pada kondisikeseimbangan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yangberkesinambungan.

Kebijakan moneter sebagai salah satu dari kebijakan ekonomi makropada umumnya diterapkan sejalan dengan siklus kegiatan ekonomi (businesscycle).

4 Dalam hal ini, kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi

ketika perekonomian sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat(boom) tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan padasaat perekonomian sedang melambat (depression atau slump). Dalam kajian

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

4Menurut pengertian yang dikemukakan oleh Burns dan Mirchell, dalam Measuring Business Cycle,NBER (1946), business cycle merupakan suatu jenis fluktuasi yang terjadi secara reguler padaperkembangan ekonomi suatu negara. Siklus tersebut umumnya terdiri dari ekspansi yang terjadipada kurun waktu tertentu ketika dunia usaha meningkatkan kegiatannya, yang kemudian diikutioleh perlambatan kegiatan ekonomi atau resesi, sampai akhirnya kembali pada pulihnyaperkembangan ekonomi dengan fase ekspansi pada siklus berikutnya. Urutan dari perubahan-perubahan tersebut terjadi secara berulang, meskipun lamanya kurun waktu satu siklus ekonomidapat bervariasi antara satu tahun lebih sampai dengan sepuluh atau dua belas tahun. Ulasan lebihlanjut mengenai business cycle dapat dibaca dalam Parkin dan Bade, Modern Macroeconomics,Philip Alan Publishers Ltd, 1988, hlm. 113-138.

Page 76: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

64

K e b i j a k a n M o n e t e r

literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneterekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansifadalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatanekonomi, yang antara lain dilakukan melalui peningkatan jumlah uangberedar. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneteryang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara laindilakukan melalui penurunan jumlah uang beredar.

Dalam pelaksanaannya, efektivitas kebijakan moneter tersebuttergantung pada hubungan antara uang beredar dengan variabel ekonomiutama seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dari sejumlah literatur,temuan utama yang menarik mengenai hubungan antara uang beredar,inflasi, dan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa dalam jangka panjang,hubungan antara pertumbuhan uang beredar dan inflasi adalah sempurna,sementara hubungan antara pertumbuhan uang atau inflasi denganpertumbuhan ekonomi cenderung mendekati nol. Temuan ini menunjukkanadanya suatu konsensus bahwa dalam jangka panjang, kebijakan moneterhanya akan berdampak pada inflasi, dan tidak banyak pengaruhnya terhadapkegiatan ekonomi riil. Perbedaan pendapat yang masih berlanjut baik dalamtataran teoritis maupun empiris terkait dengan ada tidaknya dan, kalauada, seberapa kuat pengaruh uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomidalam jangka pendek.

5 (Boks 1. Hubungan Uang dan Kegiatan Ekonomi:

Perbedaan Pemikiran Monetarist vs Keynesian).

Terlepas dari perbedaan sudut pandang di atas, umumnya kalanganpraktisi maupun akademisi meyakini bahwa dalam jangka pendekkebijakan moneter ekspansif dapat mendorong kegiatan ekonomi yangsedang mengalami resesi yang berkepanjangan. Sebaliknya, kebijakanmoneter kontraktif dapat memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadipada saat kegiatan perekonomian sedang mengalami boom. Gambaran

5 Konsensus dari temuan empiris dalam literatur mengenai pengaruh jangka pendek dari uang beredarmenunjukkan bahwa kebijakan moneter menyebabkan pergerakan aktivitas ekonomi riil yang sedikitmenaik dan kemudian menurun (hump-shaped). Artinya, bahwa pelonggaran (pengetatan) kebijakanmoneter dapat sedikit meningkatkan (menurunkan) pertumbuhan ekonomi riil dalam jangka yangsangat pendek dan kemudian pengaruhnya akan menghilang. Untuk penjelasan yang lebih rinci,silakan baca Carl E. Walsh, Monetary Theory and Policy, MIT Press (2001), khususnya bab 1.

Page 77: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

65

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Salah satu contoh yang dapat dijelaskan di sini adalah situasi padakurun waktu atau fase kegiatan perekonomian sedang mengalami resesi(misalkan dari A ke B). Bank sentral dapat memperpendek periode resesidengan melakukan kebijakan moneter yang ekspansif sehinggaperekonomian dapat lebih cepat mengalami pemulihan kembali (recovery).Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian mengalami perkembangan yangsangat pesat bank sentral dapat menghindari pemanasan kegiatan ekonomi(overheating) dengan melakukan kebijakan moneter yang kontraktif. Polapenerapan kebijakan moneter yang secara aktif bersifat “memperlunak”fluktuasi kegiatan ekonomi tersebut dikenal dengan counter-cyclicalmonetary policy.

Grafik 1.Siklus Kegiatan Ekonomi

Keterangan:Posisi pada huruf A, C, E, dan G menunjukkan perkembangan kegiatan ekonomi pada peak ‘titik balik tertinggi’ untuk kurunwaktu tertentu. Sementara itu, posisi pada huruf B, D, dan F menunjukkan perkembangan kegiatan ekonomi pada trough ‘titikbalik terendah’ untuk kurun waktu tertentu. Garis trend mencerminkan kecenderungan perkembangan kegiatan ekonomi dalamjangka panjang.

yang lebih jelas mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Output

Fase ekspansif

A

B

C

D

E

F

G

trend

Waktu

Page 78: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

66

K e b i j a k a n M o n e t e r

Perbedaan pendapat antara kelompok ekonom Keynesian dan Monetarist padadasarnya menyangkut cara bekerjanya mekanisme pasar dan faktor-faktor apayang menjadi sumber pendorong perkembangan permintaan agregat dalamekonomi. Dalam hal ini, kelompok Monetarist berasumsi bahwa mekanisme pasardi dalam perekonomian dapat berjalan secara sempurna sehingga harga-hargadapat segera menyesuaikan (naik atau turun) apabila terjadi perbedaan (lebihbesar atau lebih kecil) antara permintaan dan penawaran di pasar. Perkembanganharga tersebut sepenuhnya dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang beredardalam perekonomian yang disebabkan oleh kebijakan moneter yang ditempuhbank sentral.

1 Dengan kondisi seperti ini, kelompok Monetarist berpendapat

bahwa kebijakan moneter hanya berpengaruh terhadap nilai nominal (tetapi bukannilai riil) permintaan agregat melalui perubahan harga-harga tersebut denganpengaruh yang relatif stabil.

Kelompok Keynesian memandang bahwa permasalahan dalam suatuperekonomian pada dasarnya sangat kompleks sehingga tidak hanya uang yangberperan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, tetapi juga variabel-variabel lain. Dalam hal ini, kelompok Keynesian berasumsi bahwa terjadisejumlah kekakuan dalam bekerjanya mekanisme pasar di dalam perekonomiansehingga pasar tidak selalu dalam kondisi keseimbangan, misalnya, karena adanyakontrak kerja antara majikan dan pekerja atau adanya pengaturan harga sejumlahkomoditas oleh pemerintah. Dengan kondisi ini, apabila terjadi shocks ‘kejutan’dalam perekonomian, misalnya, kebijakan moneter yang secara aktif melakukanpelonggaran atau pengetatan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomiriil dalam jangka pendek, meskipun pada akhirnya dalam jangka menengah-panjang perkembangan harga juga akan terpengaruh.

Hubungan antara uang, dalam berbagai bentuk dan definisinya, dengan kegiatanperekonomian, khususnya pertumbuhan ekonomi dan inflasi, telah menjadi topikperdebatan antara kelompok Keynesian dan Monetarist sepanjang sejarah teoriekonomi moneter. Kelompok Monetarist berpendapat bahwa uang hanyaberpengaruh pada tingkat inflasi dan tidak pada pertumbuhan ekonomi riil.

Hubungan Uang dan Kegiatan Ekonomi:Perbedaan Pemikiran Monetarist vs Keynesian

Boks1:

1Seperti kata Milton Friedman, ekonom terkenal penganut paham Monetarist bahwa inflation is alwaysand everywhere a monetary phenomenon ‘inflasi selalu dan di mana pun merupakan fenomenamoneter’.

Page 79: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

67

Implikasinya adalah bahwa kebijakan moneter harus diarahkan hanya untukpengendalian inflasi dan tidak bisa dipergunakan untuk mempengaruhi kegiatanekonomi riil. Lebih lanjut lagi, pelaksanaan kebijakan moneter tersebut perludilakukan dengan rules yang dibakukan dan diarahkan untuk mengendalikaninflasi. Kebijakan moneter tidak dapat dipergunakan secara aktif mempengaruhikegiatan ekonomi riil, dalam arti dapat dilonggarkan apabila sektor riil sedanglesu dan diketatkan apabila terjadi peningkatan kegiatan ekonomi riil secaraberlebihan.

Di sisi lain, kelompok Keynesian berpendapat bahwa uang dapat mempengaruhikegiatan ekonomi riil di samping pengaruhnya terhadap inflasi. Implikasinyaadalah bahwa kebijakan moneter dapat dipergunakan sebagai salah satuinstrumen kebijakan untuk secara aktif mempengaruhi naik turunnya kegiatanekonomi riil. Dengan kata lain, bank sentral mempunyai discretion untukmempergunakan kebijakan moneter secara aktif membantu upaya-upaya untukmempengaruhi naik turunnya kegiatan ekonomi riil. Apabila kegiatan ekonomiriil dirasakan terlalu lesu, kebijakan moneter dapat dilonggarkan sehinggajumlah uang beredar dalam perekonomian bertambah dan dapat mendorongpeningkatan kegiatan ekonomi riil. Sebaliknya, apabila kegiatan ekonomi riildinilai terlalu cepat dan cenderung memanas, kebijakan moneter perludiketatkan sehingga terjadi penurunan kegiatan ekonomi riil dan tingkat inflasidapat terkendali.

Dengan latar belakang perbedaan pemikiran dalam teori ekonomi moneterseperti di atas, pandangan mana yang lebih dominan akan tergantung padakondisi yang terjadi pada perekonomian suatu negara. Tidak ada satu teoriataupun pandangan yang sesuai dan dapat menggambarkan sepenuhnya kondisidi semua negara karena adanya perbedaan yang terjadi baik pada bekerjanyamekanisme pasar, sistem perekonomian, ataupun cara-cara bank sentral dalammelaksanakan kebijakan moneter. Dengan demikian, pernyataan mengenaipandangan mana yang sesuai pada suatu perekonomian, apakah Monetaristatau Keynesian, senantiasa menjadi suatu pertanyaan empiris, meskipun hasilpengujian di banyak negara dapat memberikan kesimpulan umum mengenaikecenderungan-kecenderungan yang terjadi.

3.1.2 Kebijakan Moneter dan Kebijakan Ekonomi Makro Lain

Penerapan kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisahdengan penerapan kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan

Page 80: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

68

K e b i j a k a n M o n e t e r

fiskal, kebijakan sektor riil, dan lain-lain.6 Hal ini terutama mengingat

perkembangan ekonomi dan harga-harga ditentukan oleh perkembanganpada sisi permintaan dan sisi penawaran. Dalam kaitan ini, kebijakanmoneter dan fiskal lebih berpengaruh terhadap perkembangan ekonomidan harga melalui sisi permintaan, yaitu pengaruh jumlah uang beredardan suku bunga untuk kebijakan moneter dan pengaruh pengeluaranpemerintah untuk kebijakan fiskal. Sementara itu, pengaruh sisi penawarandari perkembangan ekonomi dan harga lebih banyak ditentukan olehkebijakan sektor riil, seperti industri, perdagangan, investasi, tenaga kerja,dan teknologi. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan kebijakanekonomi makro secara optimal, biasanya diterapkan policy mix ‘baurankebijakan’ yang terkoordinasi antara satu kebijakan dengan kebijakan lain.

Pengertian optimal di sini adalah pelaksanaan antarkebijakan dapatdikoordinasikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak yangbertentangan satu sama lain bagi pencapaian tujuan kebijakan ekonomimakro secara keseluruhan. Salah satu contoh penerapan bauran kebijakanyang banyak dikenal adalah bauran kebijakan moneter-fiskal (monetary-fiscal policy mix). Apabila perekonomian mengalami resesi berkepanjangan,kebijakan moneter dan fiskal yang sama-sama ekspansif dan dikoordinasikansecara tepat dapat mendorong kegiatan ekonomi dengan pengaruh yangmoderat pada perkembangan inflasi. Di sisi lain, apabila perekonomianmengalami pertumbuhan yang terlalu cepat dengan kecenderungan harga-harga yang meningkat, kebijakan moneter dan fiskal yang sama-samakontraktif dan terkoordinir akan bermanfaat bagi upaya untuk mengurangilaju ekspansi kegiatan perekonomian tersebut.

3.1.3 Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka

Dalam era perekonomian global, interaksi ekonomi antarnegaramerupakan salah satu aspek penting dari perkembangan ekonomi suatunegara yang semakin terbuka. Dengan semakin besarnya keterkaitan

6 Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan yang terkait dengan pengelolaan penerimaan dan pengeluarananggaran pemerintah. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan yang dapat dilaksanakansecara langsung oleh pemerintah dalam memelihara kestabilan ekonomi makro. Sebagai contoh,apabila pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan sehingga kestabilan ekonomi makroterganggu, pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran anggaran untuk mendorong pertumbuhanekonomi agar meningkat kembali.

Page 81: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

69

antarnegara, maka semakin terbuka pula perekonomian negara yangbersangkutan, seperti tercermin pada peningkatan transaksi perdagangandan arus dana antarnegara. Sebuah negara yang tidak dapat memenuhikebutuhan barang dan jasa tertentu dari produksi di dalam negeri dapatmengimpor barang dan jasa tersebut dari negara lain. Di sisi lain, suatunegara dapat mengekspor barang dan jasa yang diproduksinya kepadanegara lain yang membutuhkan. Demikian pula arus dana antarnegarasemakin meningkat dengan semakin terbukanya perekonomian danglobalisasi keuangan. Pendanaan investasi pada suatu negara tidak hanyaterbatas pada kredit perbankan maupun penjualan saham dan obligasi dipasar modal dalam negeri, tetapi dapat pula berasal dari penanaman modalasing, pinjaman luar negeri, ataupun surat-surat berharga yang dibeli olehinvestor asing.

Keterbukaan ekonomi suatu negara akan membawa konsekuensi padaperencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro, termasukkebijakan moneternya. Hal ini mengingat semakin besar transaksiperdagangan dan keuangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara,maka semakin besar pula aliran dana luar negeri yang masuk dan keluardari negara yang bersangkutan. Aliran dana luar negeri tersebut selanjutnyaakan mempengaruhi jumlah uang yang beredar, suku bunga, dan nilai tukardalam perekonomian, yang pada akhirnya akan berpengaruh padapertumbuhan ekonomi dan inflasi. Mekanisme dan besarnya pengaruhaliran dana luar negeri tersebut akan dipengaruhi oleh sistem nilai tukardan sistem devisa yang dianut negara yang bersangkutan.

a. Sistem Nilai Tukar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatumata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistemnilai tukar, yaitu: (1) fixed exchange rate ‘sistem nilai tukar tetap’, (2)managed floating exchange rate ‘sistem nilai tukar mengambangterkendali’, dan (3) floating exchange rate ‘sistem nilai tukar mengambang’.Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadapmata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu; misalnya, nilai tukar rupiahterhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp8.000 per dolar. Pada nilaitukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Page 82: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

70

K e b i j a k a n M o n e t e r

devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilaitukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapatmelakukan devaluasi ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.

7

Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergeraksesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihanpenawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemahapabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran yang ada di pasarvaluta asing.

8 Bank sentral dapat saja melakukan intervensi di pasar valuta

asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokanatau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untukmenghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi,intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilaitukar tertentu atau dalam kisaran tertentu.

Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yangberada di antara kedua sistem nilai tukar di atas. Dalam sistem nilai tukarini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakannilai tukar yang disebut intervention band ‘batas pita intervensi’. Nilai tukarakan ditentukan sesuai mekanisme pasar sepanjang berada di dalam bataskisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atasatau batas bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatismelakukan intervensi di pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerakkembali ke dalam pita intervensi.

9

7Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu negara untuk secara sepihakmenurunkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang lain; misalnya, nilai tukarrupiah yang semula ditetapkan sebesar Rp8.000 per dolar AS diturunkan menjadi Rp9.000 perdolar AS. Sebaliknya, revaluasi adalah kebijakan menaikkan nilai tukar negara tersebut terhadapmata uang lain. Kebijakan devaluasi atau revaluasi biasanya dilakukan dalam rangkamempertahankan kinerja perdagangan luar negeri suatu negara. Sebagai contoh, kebijakan devaluasidalam jangka pendek dapat meningkatkan daya saing sehingga merangsang kegiatan ekspor, denganasumsi negara lain tidak membalas dengan melakukan tindakan devaluasi dan eksportir dapatmeningkatkan efisiensi produksi untuk pemenuhan permintaan ekspornya.

8 Nilai tukar dikatakan melemah apabila diperlukan nilai uang yang lebih banyak untuk membelivaluta asing dalam jumlah yang sama; misalnya, nilai tukar rupiah melemah dari semula per dolar(dapat dibeli dengan) Rp8.000 menjadi Rp9.000 per dolar.

9 Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari pita intervensi, secara otomatisbank sentral akan menjual atau membeli devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga nilai tukarbergerak kembali dalam batas kisaran pita intervensi. Penetapan lebarnya kisaran intervensi tergantungpada besarnya cadangan devisa yang dimiliki bank sentral serta kemungkinan kebutuhan yangterjadi di pasar. Umumnya, hal ini akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangancadangan devisa dan volume transaksi di pasar valuta asing.

Page 83: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

71

Masing-masing sistem nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan.Pemilihan sistem yang diterapkan akan tergantung pada situasi dan kondisiperekonomian negara yang bersangkutan, khususnya besarnya cadangandevisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang dianut(bebas, semi terkontrol, atau terkontrol), dan besarnya volume pasar valutaasing domestik.

Sistem nilai tukar tetap mempunyai kelebihan karena adanya kepastiannilai tukar bagi pasar. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan cadangandevisa yang besar karena keharusan bagi bank sentral untukmempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan. Selain itu, sistemini dapat mendorong kecenderungan dunia usaha untuk tidak melakukanhedging ‘perlindungan nilai’ valuta asingnya terhadap risiko perubahannilai tukar. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyaicadangan devisa besar, dengan sistem devisa yang masih relatif terkontrol.Sementara itu, sistem nilai tukar mengambang mempunyai kelebihandengan tidak perlunya cadangan devisa yang besar karena bank sentraltidak harus mempertahankan nilai tukar pada suatu level tertentu. Akantetapi, nilai tukar yang terlalu berfluktuasi dapat menambah ketidakpastianbagi dunia usaha. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yangmempunyai cadangan devisa relatif kecil sementara sistem devisa yangdianut cenderung bebas.

10

Pergerakan nilai tukar di pasar dipengaruhi oleh faktor fundamentaldan nonfundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-variabelekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi,perkembangan ekspor impor, dan sebagainya.

11 Sementara itu, faktor

nonfundamental antara lain berupa sentimen pasar terhadapperkembangan sosial politik, faktor psikologi para pelaku pasar dalam“memperhitungkan” informasi, rumors, atau perkembangan lain dalammenentukan nilai tukar sehari-hari.

10Untuk sistem nilai tukar mengambang terkendali, kelebihan dan kekurangannya terletak di antarasistem nilai tukar tetap dan mengambang.

11 Ada berbagai pendekatan dalam teori keuangan internasional untuk menentukan nilai tukar secarafundamental, antara lain: Teori Purchasing Power Parity (PPP), Real Effective Exchange Rate (REER),dan Fundamental Effective Exchange Rate (FEER). Untuk selengkapnya, baca Iskandar, Sistem NilaiTukar, buku Seri Kebanksentralan, PPSK Bank Indonesia, yang akan diterbitkan dalam waktu dekat.

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Page 84: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

72

K e b i j a k a n M o n e t e r

b. Sistem Devisa

Devisa merupakan aset keuangan yang digunakan dalam transaksiinternasional. Penetapan sistem devisa pada suatu negara ditujukan untukmengatur pergerakan lalu lintas devisa antara penduduk dan bukanpenduduk dari suatu negara ke negara lain. Pada dasarnya ada tiga sistemdevisa, yaitu: (i) sistem devisa terkontrol, (ii) sistem devisa semiterkontrol,dan (iii) sistem devisa bebas. Pemilihan sistem devisa mana yang dianutakan tergantung pada kondisi negara yang bersangkutan, khususnyaketerbukaan ekonominya dalam arti seberapa jauh negara yangbersangkutan ingin mengintegrasikan ekonominya dengan ekonomi global.

Pada sistem devisa terkontrol, devisa pada dasarnya dimiliki oleh negara.Karena itu, setiap perolehan devisa oleh masyarakat harus diserahkankepada negara, dan setiap penggunaan devisa harus memperoleh izin darinegara. Pada sistem devisa semiterkontrol, kewajiban penyerahan danizin dari negara diterapkan untuk perolehan dan penggunaan devisa-devisatertentu, sementara jenis devisa lainnya dapat secara bebas diperoleh dandipergunakan. Pada sistem devisa bebas, masyarakat dapat secara bebasmemperoleh dan menggunakan devisa.

12

c. Sistem Nilai Tukar, Sistem Devisa, dan Kebijakan Moneter

Pada dasarnya, pemilihan sistem nilai tukar dan sistem devisa, sertaindependensi kebijakan moneter dari pengaruh perkembangan luar negerimerupakan tiga isu strategis dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakanmoneter dalam perekonomian terbuka.

13 Umumnya, dalam hal diterapkan

sistem devisa terkontrol, maka mobilitas aliran dana dari dan ke luar negericenderung terkendali sehingga dampaknya terhadap perkembangan jumlahuang beredar di dalam negeri juga relatif tidak besar. Sementara itu, dalam

12 Meskipun demikian, dalam praktek di kebanyakan negara yang menerapkan sistem devisa bebas,masih terdapat kewajiban bagi masyarakat untuk melaporkan perolehan dan penggunaan devisa.

13 Yang dimaksud independensi di sini adalah kemampuan bank sentral dalam melaksanakan kebijakanmoneter tanpa gangguan-gangguan yang bersumber dari perkembangan faktor-faktor eksternal, sepertimobilitas dana luar negeri dan perkembangan ekonomi global. Pengertian independensi di siniberbeda dengan independensi bank sentral yang terkait dengan pengaturan kelembagaan dankewenangan penuh dalam pelaksanaan tugas yang ditetapkan dalam undang-undang, terlepas daricampur tangan pemerintah maupun pihak lain, seperti dibahas dalam bagian lain dari bab ini maupunbab-bab lain di buku ini.

Page 85: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

73

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

hal diterapkan sistem devisa bebas, maka mobilitas aliran dana dari dan keluar negeri akan semakin meningkat baik dalam jumlah maupunfluktuasinya. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah uang beredar didalam negeri akan banyak dipengaruhi oleh aliran dana luar negeri tersebut.

Seberapa jauh kemampuan kebijakan moneter dalam mengatasipengaruh aliran dana luar negeri tersebut akan dipengaruhi oleh sistemnilai tukar yang dianut. Apabila suatu negara menerapkan sistem nilai tukartetap, maka kebijakan moneter harus diarahkan untuk mempertahankannilai tukar pada tingkat yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kebijakanmoneter sulit dilaksanakan secara independen karena aliran dana luar negeriyang terjadi akan berpengaruh langsung terhadap perkembangan jumlahuang beredar, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi di dalam negeri.Sebaliknya, apabila suatu negara menerapkan sistem nilai tukarmengambang, maka aliran dana luar negeri akan berpengaruh langsungterhadap perkembangan nilai tukar di pasar. Oleh karena itu kebijakanmoneter dapat lebih independen untuk difokuskan pada pengendalianjumlah uang beredar dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi daninflasi di dalam negeri.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam perekonomian terbukastabilitas nilai tukar, kebebasan mobilitas dana luar negeri, dan independensipelaksanaan kebijakan moneter tidak dapat dicapai secara bersamaan.Kondisi tersebut dalam literatur ekonomi dikenal dengan istilah impossibletrinity.

14 Yang dapat dicapai oleh bank sentral hanyalah dua dari tiga kondisi

di atas. Jadi, apabila diinginkan stabilitas nilai tukar dengan penerapan sistem

nilai tukar tetap, maka independensi kebijakan moneter mengharuskanpembatasan mobilitas dana luar negeri melalui penerapan sistem devisaterkontrol. Sebaliknya, apabila dikehendaki kebebasan mobilitas dana luarnegeri dengan penerapan sistem devisa bebas, maka independensi kebijakanmoneter mengharuskan dianutnya sistem nilai tukar mengambang agar -seperti diuraikan di atas - pengaruh mobilitas dana luar negeri tersebutdapat terserap oleh perubahan nilai tukar (dengan konsekuensi nilai tukartidak selalu stabil) dan jumlah uang beredar di dalam negeri tetap terkendali.

14 Istilah ini dikemukakan oleh Robert Mundel (1968) dalam bukunya International Economics, untukmenjelaskan ketidakmungkinan pencapaian tujuan stabilitas nilai tukar, kebebasan mobilitas danaluar negeri, dan independensi kebijakan moneter secara bersamaan. “Overtime, the three goalscannot be attained simultaneously” (hlm. 147).

Page 86: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

74

K e b i j a k a n M o n e t e r

3.1.4 Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

Kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait denganpenetapan tujuan akhir kebijakan moneter dan strategi untukmencapainya. Dalam kaitan ini, seperti telah dijelaskan sebelumnya,tujuan akhir yang ingin dicapai oleh kebijakan moneter lebih terkaitdengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Melalui pencapaian tujuanini, kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi optimal padapencapaian stabilitas ekonomi makro secara keseluruhan dan penciptaankesempatan kerja. Permasalahannya adalah bahwa kedua sasarankebijakan moneter tersebut di atas belum tentu dapat dicapai secarabersamaan karena seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tersebutbersifat kontradiktif. Misalnya, upaya untuk mendorong tingkatpertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnyadapat mendorong peningkatan harga sehingga pencapaian stabiltasekonomi makro tidak optimal.

Menyadari kontradiksi pencapaian sasaran tersebut, bank sentraldihadapkan pada dua alternatif. Pilihan pertama adalah memilih salah satusasaran untuk dicapai secara optimal dengan mengabaikan sasaran lainnya,misalnya memilih pencapaian tingkat inflasi yang relatif rendah denganmengabaikan pertumbuhan ekonomi khususnya dalam jangka pendek.Pilihan kedua adalah semua sasaran diusahakan untuk dapat dicapai, tetapitidak ada satu pun yang dicapai secara optimal; misalnya, mencapai tingkatinflasi yang tidak terlalu rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomiyang sedikit lebih tinggi. Menyadari kelemahan tersebut, dewasa inibeberapa negara secara bertahap telah bergeser menerapkan kebijakanmoneter yang lebih memfokuskan pada sasaran tunggal, yaitu stabilitasharga, sebagai sasaran jangka menengah-panjang. Hal ini sejalan denganperkembangan teori dan temuan empiris bahwa kebijakan moneter hanyaberpengaruh pada inflasi, dan tidak pada pertumbuhan ekonomi, dalamjangka menengah-panjang.

Secara prinsip terdapat beberapa strategi dalam mencapai tujuankebijakan moneter. Masing-masing strategi memiliki karakteristik sesuaidengan indikator tertentu yang digunakan sebagai nominal anchor ‘jangkarnominal’ atau semacam “sasaran antara” dalam mencapai tujuan akhir.Beberapa strategi kebijakan moneter tersebut, antara lain: (i) exchange ratetargeting ‘penargetan nilai tukar’, (ii) monetary targeting ‘penargetan besaran

Page 87: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

75

moneter’, (iii) inflation targeting ‘penargetan inflasi’, (iv) implicit but notexplicit anchor ‘strategi kebijakan moneter tanpa jangkar yang tegas’.

15

a. Penargetan nilai tukar

Strategi kebijakan moneter dengan penargetan nilai tukar mendasarkanpada keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnyaterhadap pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter. Umumnya, strategiini ditempuh oleh negara-negara yang perekonomian relatif kecil tetapisangat terbuka seperti Singapura dan Belanda. Dalam pelaksanaannya,terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh. Pertama, dengan menetapkannilai mata uang domestik terhadap harga komoditas tertentu yang diakuisecara internasional, seperti emas (standar emas). Kedua, denganmenetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara-negarabesar yang mempunyai laju inflasi yang rendah. Ketiga, denganmenyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara tertentuketika perubahan nilai mata uang diperkenankan sejalan dengan perbedaanlaju inflasi di antara kedua negara (crawling peg).

Kelebihan dari penargetan nilai tukar antara lain adalah sebagai berikut.Pertama, penargetan nilai tukar dapat meredam laju inflasi yang berasaldari perubahan harga barang-barang impor. Kedua, penargetan nilai tukardapat mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi. Ketiga,penargetan nilai tukar memberikan kaidah baku (rules) dan dapatmendisiplinkan pelaksanaan kebijakan moneter. Keempat, penargetan nilaitukar bersifat cukup sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami olehmasyarakat.

Di samping kelebihan-kelebihan di atas, penerapan strategi ini jugamempunyai kelemahan sebagai berikut. Pertama, penargetan nilai tukardalam kondisi ketika perekonomian suatu negara sangat terbuka danmobilitas dana luar negeri sangat tinggi akan menghilangkan independensikebijakan moneter domestik dari pengaruh luar negeri tersebut. Kedua,penargetan nilai tukar dapat menyebabkan setiap gejolak struktural yangterjadi di negara lain akan ditransmisikan atau berdampak secara langsung

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

15Uraian selengkapnya mengenai penerapan beberapa strategi kebijakan moneter di beberapa negaradapat dibaca di Frederick S. Mishkin (1999), “International Experiences with Different MonetaryPolicy Regimes”, Journal of Monetary Economics, 43

Page 88: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

76

K e b i j a k a n M o n e t e r

pada stabilitas perekonomian domestik. Ketiga, penargetan nilai tukar rentanterhadap tindakan spekulasi dalam pemegangan mata uang domestik.

b. Penargetan besaran moneter

Pada banyak negara, penargetan nilai tukar bukan menjadi pilihanutama dari strategi kebijakan moneternya karena tidak ada suatu negarayang mata uangnya secara meyakinkan dapat dijadikan sebagai acuandalam penetapan strategi kebijakan oleh negara lain. Untuk itu, beberapanegara lebih memilih penargetan besaran moneter, yaitu denganmenetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai sasaran antara,misalnya, uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2),serta kredit. Kelebihan utama dari penargetan besaran moneterdibandingkan dengan penargetan nilai tukar adalah dimungkinkannyakebijakan moneter yang independen sehingga bank sentral dapatmemfokuskan pencapaian tujuan yang ditetapkan seperti laju inflasi yangrendah dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Sebagaimana penargetan nilai tukar, penargetan besaran monetermemungkinkan masyarakat segera mengetahui stance ‘arah’ kebijakanmoneter yang ditempuh oleh bank sentral. Sinyal tersebut diharapkan dapatmengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap laju inflasi yang akan terjadiserta megurangi tekanan inflasi. Strategi ini sangat bergantung padakestabilan hubungan antara besaran moneter dengan sasaran akhirkebijakan (perkembangan harga dan output). Dengan semakinberkembangnya instrumen keuangan dan semakin terintegrasinyaperekonomian domestik dengan internasional, maka kestabilan hubungantersebut menjadi terganggu, seperti tercermin pada ketidakstabilan incomevelocity ‘tingkat perputaran uang dalam ekonomi’. Hal ini antara lain yangmenjadi alasan mengapa bank sentral tidak menerapkan strategi ini dengankaku, atau bahkan meninggalkan strategi ini.

c. Penargetan inflasi

Dengan melemahnya hubungan antara besaran moneter dan sasaranakhir dari kebijakan moneter, banyak negara mulai mengadopsi penargetaninflasi dalam pelaksanaan kebijakan moneternya. Penargetan inflasi

Page 89: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

77

dilakukan dengan mengumumkan kepada publik mengenai target inflasijangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai stabilitasharga sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter. Untukmencapai sasaran inflasi tersebut, strategi ini tidak mendasarkan pada satuindikator saja, misalnya, nilai tukar atau uang beredar saja, tetapimengevaluasi berbagai indikator kunci dan relevan untuk perumusankebijakan moneter. Yang diutamakan adalah pencapaian sasaran akhirinflasi, dan bukan pencapaian sasaran antara seperti uang beredar ataunilai tukar. Dengan menargetkan inflasi sebagai jangkar nominal, banksentral dapat menjadi lebih kredibel dan lebih fokus di dalam mencapaikestabilan harga sebagai tujuan akhir.

Walaupun penargetan dilakukan pada inflasi, strategi ini tidakmengabaikan pencapaian tujuan kebijakan moneter lainnya sepertiperkembangan output dan kesempatan kerja. Dalam hal ini, bank sentralsenantiasa berupaya untuk memperhitungkan stabilitas perkembanganoutput dan kesempatan kerja (pada tingkat tertentu) dalam jangka pendekdalam penetapan sasaran inflasi jangka-menengah yang ingin dicapai. Selainitu, dalam rangka meminimumkan penurunan perkembangan output, banksentral melakukan penyesuaian secara bertahap sasaran inflasi jangkapendek menuju ke arah pencapaian sasaran laju inflasi jangka menengah-panjang yang lebih rendah.

d. Strategi kebijakan moneter tanpa “jangkar” yang tegas

Dalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang memuaskanseperti inflasi yang rendah dan stabil serta pertumbuhan ekonomi yangsehat, beberapa negara lebih memilih strategi kebijakan moneter tanpamengungkapkan penargetan secara tegas. Akan tetapi, bank sentral tersebuttetap memberikan perhatian dan komitmen untuk mencapai tujuan akhirkebijakan moneter. Sebagai salah satu contoh adalah bank sentral AmerikaSerikat yang tidak menyebutkan secara tegas mengenai jangkar nominalyang digunakan.

Walaupun di Amerika Serikat strategi ini telah berhasil, strategi inidianggap kurang terbuka/transparan sehingga masyarakat cenderungmereka-reka maksud dan tujuan kebijakan yang dikeluarkan oleh banksentral. Hal ini dapat memicu ketidakpastian di pasar mengenai prospek

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Page 90: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

78

K e b i j a k a n M o n e t e r

perkembangan harga dan output. Ketidaktegasan strategi tersebut juga dapatmenurunkan akuntabilitas bank sentral di mata masyarakat dan parlemenkarena tidak adanya kriteria keberhasilan pencapaian kebijakan moneteryang umumnya ditentukan terlebih dahulu.

3.1.5 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank sentralbanyak dipengaruhi oleh keyakinan bank sentral yang bersangkutanterhadap suatu proses tertentu mengenai bagaimana kebijakan moneterberpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Proses dimaksuddikenal dengan sebutan mekanisme transmisi kebijakan moneter.

16 Secara

spesifik, Taylor (1995) menyatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakanmoneter adalah “the process through which monetary policy decisions aretransmitted into changes in real GDP and inflation.”

Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanismetransmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uangdalam perekonomian, yang pertama kali dijelaskan oleh Quantity Theoryof Money ‘Teori Kuantitas Uang’. Teori ini pada dasarnya menggambarkananalisis hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlahuang beredar dan inflasi, yang dinyatakan dalam suatu identitas yang dikenalsebagai “The Equation of Exchange”:

MV = PT

dimana jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaranuang (V) sama dengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T)dikalikan dengan tingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam keseimbangan,jumlah uang beredar yang digunakan dalam seluruh kegiatan transaksiekonomi (MV) sama dengan jumlah output yang - dihitung dengan hargayang berlaku - ditransaksikan (PT).

17

16Untuk uraian selengkapnya, baca buku Seri Kebanksentralan No. 11, Mekanisme Transmisi KebijakanMoneter di Indonesia, oleh Perry Warjiyo, PPSK Bank Indonesia (2004)

17Untuk melihat hubungan antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi, terdapat dua asumsiyang dipakai. Pertama, perkembangan tingkat perputaran uang (V) cukup stabil, atau paling tidakdapat diprediksi. Kebenaran dari asumsi ini merupakan pertanyaan empiris. Kedua, dalam jangkapanjang, perkembangan output atau transaksi riil (T) pada umumnya dapat dianggap konstan dantidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah uang beredar (long-run money neutrality) melainkanoleh perkembangan sisi penawaran dalam perekonomian, seperti jumlah dan produktivitas tenagakerja, ketersediaan modal, dan kemajuan teknologi.

Page 91: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

79

Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendekpertumbuhan jumlah uang beredar hanya mempengaruhi perkembanganoutput riil. Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah uangberedar akan mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada gilirannyamenyebabkan penurunan perkembangan output riil menuju posisi semula.Dalam keseimbangan jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredartidak berpengaruh pada pekembangan output riil, tetapi mendorongkenaikan laju inflasi secara proposional.

Jalur moneter yang bersifat langsung ini dianggap tidak dapatmenjelaskan pengaruh faktor-faktor selain uang terhadap inflasi, sepertisuku bunga, nilai tukar, harga aset, kredit, dan ekspektasi. Dalamperkembangan selanjutnya, selain jalur moneter langsung (direct monetarychannel), mekanisme transmisi pada umumnya juga dapat terjadi melaluilima jalur lainnya, yaitu interest rate channel ‘jalur suku bunga’, exchangerate channel ‘jalur nilai tukar’, assets price channel ‘jalur harga aset’, creditchannel ‘jalur kredit’, dan expectation channel ‘jalur ekspektasi’.

18 Dalam

praktek, transmisi kebijakan moneter masing-masing negara berbeda antarasatu dengan yang lainnya, tergantung pada perbedaan strukturperekonomian, perkembangan pasar keuangan, dan sistem nilai tukar yangdianut.

a. Jalur suku bunga

Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwakebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melaluiperubahan suku bunga. Dalam hal ini, pengaruh perubahan suku bungajangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah-panjangmelalui mekanisme penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di pasaruang.

19 Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi cost of

capital ‘biaya modal’, yang pada gilirannya akan mempengaruhi

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

18Untuk uraian selengkapnya, baca Bank for International Settlements, The Transmission Mechanismof Monetary Policy in Developing Economies, Januari 1997 dan Jan Kakes, Monetary Transmissionin Europe: The Role of Financial Market and Credit, Edward Elgar, 2000.

19 Dalam hal ini, apabila perubahan harga tidak dapat terjadi segera atau bersifat kaku (sticky prices),perubahan suku bunga nominal jangka pendek yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter banksentral akan mendorong perubahan suku bunga riil jangka pendek dan panjang. Dengan demikian,dengan kekakuan harga tersebut,kebijakan moneter ekspansif akan mendorong penurunan sukubunga riil jangka pendek, yang selanjutnya mendorong penurunan suku bunga riil jangka panjang.

Page 92: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

80

K e b i j a k a n M o n e t e r

pengeluaran investasi dan konsumsi yang merupakan komponen daripermintaan agregat.

20 Selain itu, pengaruh pergerakan nilai tukar dapat terjadi secara tidak langsung melalui perubahanpermintaan agregat (indirect pass-through).

Diagram 2.Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Nilai Tukar

Diagram 1.Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga

Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwapergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan penawaran danpermintaan agregat, dan selanjutnya output dan harga. Besar kecilnyapengaruh pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yangdianut oleh suatu negara. Misalnya, dalam sistem nilai tukar mengambang,kebijakan moneter ekspansif oleh bank sentral akan mendorong depresiasimata uang domestik dan meningkatkan harga barang impor. Hal iniselanjutnya akan mendorong kenaikan harga barang domestik, walaupuntidak terdapat ekspansi di sisi permintaan agregat.

20 Sementara itu, dalam

sistem nilai tukar mengambang terkendali, pengaruh kebijakan moneterpada perkembangan output riil dan inflasi menjadi semakin lemah (dengantime lag ‘tenggat waktu’ yang lama), terutama apabila terdapat substitusiyang tidak sempurna antara aset domestik dan aset luar negeri.

Kebijakan Moneter Suku Bunga Biaya ModalInvestasi/konsumsi

Jumlah Uang Beredar

Kebijakan Moneter Nilai TukarHarga

Relatif ImporH a r g a

Jumlah Uang BeredarPermintaan

Agregat

Page 93: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

81

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Diagram 3.Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Harga Aset

c. Jalur harga aset

Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan bahwakebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset dan kekayaanmasyarakat, yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran investasi dankonsumsi. Apabila bank sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif,maka hal tersebut akan mendorong peningkatan suku bunga, dan padagilirannya akan menekan harga pasar aset perusahaan. Penurunan hargaaset dapat berakibat pada dua hal. Pertama, mengurangi kemampuanperusahaan untuk melakukan ekspansi. Kedua, menurunkan nilai kekayaandan pendapatan, yang pada gilirannya mengurangi pengeluaran konsumsi.Secara keseluruhan, kedua hal tersebut berdampak pada penurunanpengeluaran agregat.

d. Jalur kredit

Mekanisme transmisi melalui jalur kredit menekankan bahwa pengaruhkebijakan moneter terhadap output dan harga terjadi melalui kreditperbankan. Transmisinya dapat dibedakan menjadi dua jalur. Pertama, banklending channel ‘jalur pinjaman bank’ yang menekankan pengaruhkebijakan moneter pada kredit karena kondisi keuangan bank, khususnyasisi aset. Kedua, firms’ balance sheet channel ‘jalur neraca perusahaan’yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuanganperusahaan, seperti cash flow ’arus kas’ dan leverage ’rasio utang terhadapmodal’, dan selanjutnya mempengaruhi akses perusahaan untukmendapatkan kredit.

Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank jugamerupakan komponen penting dalam mekanisme transmisi kebijakan

Kebijakan MoneterSuku Bunga Harga Aset Investasi/

Konsumsi

Jumlah Uang Beredar

Page 94: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

82

K e b i j a k a n M o n e t e r

moneter. Apabila bank sentral melaksanakan kebijakan moneter kontraktif,misalnya, melalui peningkatan rasio giro wajib minimum di bank sentral,cadangan yang ada di bank akan mengalami penurunan sehingga loanablefund ‘dana yang dapat dipinjamkan’ oleh bank akan mengalami penurunan.Apabila hal tersebut tidak diatasi dengan melakukan penambahan dana/pengurangan surat-surat berharga, maka kemampuan bank untukmemberikan pinjaman akan menurun. Kondisi ini menyebabkan penurunaninvestasi dan selanjutnya mendorog penurunan output.

Sementara itu, jalur neraca perusahaan menekankan bahwa kebijakanmoneter yang dilakukan oleh bank sentral akan mempengaruhi kondisikeuangan perusahaan. Dalam hal ini, apabila bank sentral melakukankebijakan moneter ekspansif, maka suku bunga di pasar uang akan turun,yang mendorong harga saham mengalami peningkatan. Sejalan denganpeningkatan harga saham tersebut, nilai pasar dari modal perusahaan(networth) akan meningkat dan rasio leverage perusahaan menurun, yangselanjutnya memperbaiki tingkat kelayakan permohonan kredit yangdiajukan perusahaan kepada bank.

21 Kondisi ini mendorong peningkatan

pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan investasi, dan padaakhirnya meningkatkan output.

21 Perbaikan networth dan leverage perusahaan tersebut akan mengurangi tindakan bank yangcenderung menyeleksi permohonan kredit yang buruk (adverse selection) atau tindakan perusahaanyang mau membayar suku bunga kredit yang lebih tinggi agar permohonan kreditnya disetujui bank(moral hazard).

Diagram 4.Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Kredit

Kebijakan Moneter Liabilitas

Bank

InvestasiJumlah Uang Beredar

Suku Bunga/

Harga saham

Nilai Bersih

PerusahaanPemberian

Kredit Bank

Ketersediaan

Kredit Bank

Page 95: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

83

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Diagram 5.Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Ekspektasi

e. Jalur ekspektasi

Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwakebijakan moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi pembentukanekspektasi mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi tersebutmempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi dalam melakukan keputusankonsumsi dan investasi, yang pada gilirannya akan mendorong perubahanpermintaan agregat dan inflasi. Sebagai contoh, dalam hal bank sentralmenempuh kebijakan moneter ekspansif, maka kenaikan jumlah uangberedar akan mendorong naiknya laju inflasi. Dengan harga-harga yangmeningkat, ekspektasi inflasi masyarakat akan meningkat pula, danselanjutnya, apabila tidak diatasi dengan kebijakan moneter kontraktif, akanmendorong laju inflasi meningkat lebih tinggi lagi.

3.1.6 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

Pada bagian sebelumnya telah dibahas kerangka strategis danmekanisme transmisi kebijakan moneter dalam pencapaian sasaran akhirantara lain stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan perluasankesempatan kerja. Selanjutnya, untuk mengetahui lebih jelas mengenaibagaimana kebijakan moneter itu dilaksanakan, maka diperlukanpemahaman mengenai kerangka operasional kebijakan moneter. Padaumumnya kerangka operasional kebijakan moneter mencakup instrumen,sasaran-operasional, dan sasaran-antara yang dipergunakan untuk mencapaisasaran akhir yang telah ditetapkan.

Sasaran-antara diperlukan karena untuk mencapai sasaran-akhir yangditetapkan, terdapat tenggat waktu antara pelaksanaan kebijakan moneter

Kebijakan Moneter Ekspektasi Inflasi/

Kegiatan Ekonomi

Jumlah Uang Beredar

Keputusan

Investasi/Konsumsi

Page 96: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

84

K e b i j a k a n M o n e t e r

dan hasil pencapaian sasaran-akhir.22

Oleh karena itu, diperlukan adanyaindikator-indikator yang lebih segera dapat dilihat untuk mengetahui indikasiarah pergerakan ekonomi dan inflasi ke depan dan respons kebijakanmoneter yang diperlukan, yang biasa disebut sasaran-antara. Sasaran-antarayang dipilih harus memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran-akhir.Beberapa pilihan sasaran-antara yang dapat digunakan antara lain besaranmoneter seperti M1 , M2, atau kredit dan suku bunga.

Selanjutnya, untuk mencapai sasaran-antara tersebut, bank sentralmemerlukan sasaran-sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisidapat berjalan sesuai dengan rencana. Sasaran-operasional yang dipilihharus memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran-antara, dapatdikendalikan bank sentral, dan informasi tersedia lebih awal daripadasasaran-antara. Beberapa pilihan sasaran-operasional yang dapat digunakanantara lain adalah uang primer (M0) dan suku bunga jangka pendek.

Sementara itu, instrumen moneter adalah instrumen yang dimiliki olehbank sentral yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidaklangsung untuk mempengaruhi sasaran-sasaran operasional yang telahditetapkan. Beberapa pilihan instrumen yang digunakan antara lain openmarket operation ‘operasi pasar terbuka’, reserve requirement ‘cadanganwajib minimum’, discount facility ‘fasilitas diskonto’, dan moral suasion‘imbauan’.

23

Rangkaian langkah-langkah bank sentral dari penentuan dan prakiraansasaran-antara, pemantauan variabel-variabel ekonomi-keuangan yangdijadikan dasar perumusan kebijakan moneter, hingga pelaksanaanpengendalian moneter di pasar uang untuk mencapai sasaran-akhir disebutkerangka operasional kebijakan moneter. Dalam praktek, kerangkaoperasional yang dilakukan bank sentral akan ditentukan oleh pendekatanyang dianut, yaitu apakah berdasarkan kuantitas besaran moneter (quantity-based approach) atau suku bunga sebagai harga besaran moneter (price-based approach). Umumnya, pendekatan berdasarkan kuantitas dilakukan

22 Tenggat waktu pengaruh kebijakan moneter terjadi karena diperlukan waktu: (i) untuk merumuskankebijakan moneter di bank sentral (inside lag), baik dalam mengetahui masalah (recognition lag),memutuskan kebijakan moneter (decision lag), dan melaksanakannya (action lag), serta (ii) untukkebijakan moneter berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi (outside lag).

23 Uraian yang lebih komprehensif mengenai instrumen pengendalian moneter terdapat pada buku

Seri Kebanksentralan No. 3, Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter, oleh Ascarya, PPSK BankIndonesia (2002).

Page 97: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

85

dengan menetapkan sasaran-operasional uang primer dan sasaran-antarajumlah uang beredar atau kredit pada tingkat tertentu. Sementara itu,pendekatan berdasarkan suku bunga dilakukan dengan menetapkan sasaran-operasional suku bunga jangka pendek pada tingkat tertentu, tetapiperkembangan suku bunga jangka menengah seperti suku bunga deposito,kredit atau yield obligasi tidak ditetapkan secara tegas sebagai sasaran-antara. Pengaruh perubahan sasaran-operasional suku bunga jangka pendekditransmisikan pada perubahan sasaran-akhir melalui perkembanganberagam information variables yang berfungsi sebagai indikator leadingdari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi, misalnya,ekspektasi inflasi dan suku bunga jangka panjang.

Secara ilustratif, kerangka operasional kebijakan moneter melalui keduapendekatan tersebut, yang mencerminkan keterkaitan antara instrumen,sasaran operasional, dan sasaran-antara, dan sasaran-akhir dapatdigambarkan sebagai berikut.

24

3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

24 Junggun Oh, “Inflation Targeting, Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules in Korea,Economic Paper, Vol. 2 No. 1, Bank of Korea, Maret 1999 (dimodifikasi).

Diagram 6.Kerangka Transmisi Operasional dengan Pendekatan Kuantitas

- Operasi pasar terbuka - Uang primer (M0) - Besaran moneter - Stabilitas harga

- Cadangan wajib minimum - Reserve bank (M1, M2, kredit) - Pertumbuhan Ek.

- Fasilitas diskonto - Suku bunga - Kesempatan kerja

Diagram 7.Kerangka Operasional dengan Pendekatan Suku Bunga

- Operasi pasar terbuka - Suku bunga - Stabilitas harga

- Cadangan wajib minimum (pasar uang/jk.pendek) - Pertumbuhan Ek.

- Fasilitas diskonto - Kesempatan kerja

- Imbauan

Instrumen Sasaran

Operasional

Sasaran

Akhir

Sasaran

Antara

Instrumen Sasaran

Operasional

Sasaran

AkhirVariabel-variabel

informasi

Page 98: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

86

K e b i j a k a n M o n e t e r

3.2 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Bagian sebelumnya telah mengulas kebijakan moneter ditinjau dari aspekteoretis. Pada bagian ini akan dipaparkan pelaksanaan kebijakan moneter diIndonesia. Pada bagian pertama akan dibahas kebijakan moneter sejak awalkemerdekaan hingga masa sebelum krisis ekonomi tahun 1997. Bagianselanjutnya akan membahas kebijakan moneter terkini dengan ulasan yanglebih lengkap, mencakup kerangka, mekanisme transmisi, proses perumusan,dan mekanisme pengendalian moneter di Indonesia. Bagian terakhir akanmembahas kebijakan nilai tukar dan devisa di Indonesia selama ini.

3.2.1 Kebijakan Moneter Periode Pre-Krisis Ekonomi 1997

Pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter mengalami evolusisesuai dengan pasang-surut perkembangan ekonomi dan iklim politikbangsa Indonesia. Perkembangan ekonomi sangat berpengaruh terhadappelaksanaan kebijakan moneter tidak hanya karena kebijakan moneter itudiarahkan untuk mempengaruhi berbagai variabel ekonomi makro,khususnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga karenaperkembangan ekonomi akan menentukan bagaimana reaksi BankIndonesia dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneternya.Secara khusus, perkembangan sektor keuangan sangat mempengaruhipelaksanaan kebijakan moneter karena mekanisme transmisi kebijakanmoneter pada dasarnya terjadi melalui sektor keuangan, sesuai denganfungsinya dalam intermediasi keuangan. Sementara itu, perjalanan politikbangsa Indonesia secara langsung maupun tidak langsung jugamenyebabkan terjadinya pergeseran peranan Bank Indonesia. Hal initerutama karena pelaksanaan kebijakan ekonomi makro, termasuk kebijakanmoneter, tidak dapat dilepaskan dari tatanan dan iklim politik suatu negara.Dengan kata lain, pelaksanaan kebijakan moneter sering kali dikaitkandengan pelaksanaan agenda politik pemerintah yang berkuasa, sepertilayaknya terjadi khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.

a. Periode 1945 – 1952

Pada awal kemerdekaan, untuk pertama kalinya pemerintah Indonesiamengambil keputusan untuk mendirikan bank sirkulasi berbentuk bank milik

Page 99: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

87

negara, dan dalam pelaksanaannya berupa pendirian Bank NegaraIndonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 1946. Keduabank milik negara tersebut dan beberapa bank swasta yang ditunjukpemerintah melaksanakan penukaran mata uang Hindia Belanda dan Jepangdengan mata uang Republik Indonesia (ORI) yang dikeluarkan olehpemerintah Indonesia. Tujuan pengeluaran/pengedaran ORI tersebut adalahuntuk menggantikan peranan mata uang Hindia Belanda dan Jepangdalam perekonomian Indonesia pada waktu itu.

Dalam perjalanannya, penggunaan ORI hanya mencapai usia tiga tahunlima bulan, sebelum akhirnya ditarik dari peredaran dan diganti denganuang De Javasche Bank. De Javasche Bank akhirnya diputuskan sebagaibank sentral pada penyerahan kedaulatan Indonesia pada pemerintahRepublik Indonesia Serikat (RIS). Beberapa waktu setelah pembentukanNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dilakukan nasionalisasiterhadap De Javasche Bank melalui Undang-Undang Nasionalisasi DeJavasche Bank pada tanggal 6 Desember 1951.

b. Periode tahun 1953 – 1967

Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah Indonesia mengeluarkanUU No.11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia sebagai penggantiJavasche Bank Wet tahun 1922. Dengan undang-undang tersebutdibentuklah Dewan Moneter, dan Menteri Keuangan bertindak sebagaiKetua, sementara Menteri Ekonomi dan Gubernur Bank Indonesia bertindaksebagai anggota. Dewan Moneter mempunyai berbagai tugas dankewenangan yang terkait erat dengan upaya-upaya untuk mengendalikankondisi moneter, antara lain menentukan kebijakan moneter secara umum,mengatur dan menstabilkan mata uang, serta memajukan urusan kreditdan perbankan pada umumnya .

Dengan diberlakukannya UU No.11 Tahun 1953 tentang Pokok BankIndonesia, tuntutan yang sangat besar diarahkan kepada Bank Indonesiauntuk ikut serta secara aktif dalam menata dan mengembangkanperekonomian nasional yang pada waktu itu mengalami banyakpermasalahan. Fokus dari peran yang diinginkan banyak terkait denganfungsi Bank Indonesia sebagai bank sirkulasi. Tantangan terbesar adalahmenyatukan mata uang yang pada waktu itu telah banyak beredar dan

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 100: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

88

K e b i j a k a n M o n e t e r

berbeda-beda di berbagai wilayah Indonesia. Karena itu, Bank Indonesiadituntut untuk menerbitkan mata uang baru, rupiah, sebagai satu-satunyaalat pembayaran yang sah di seluruh wilayah negara Indonesiamenggantikan mata-mata uang yang ada di masing-masing daerah. Satuhal yang menarik adalah bahwa nilai pembanding atau paritas yangdigunakan untuk penukaran mata uang suatu daerah dengan mata uangrupiah didasarkan pada perkiraan jumlah uang beredar sesuai dengankebutuhan perekonomian daerah yang bersangkutan.

25 Ini contoh konkrit

bagaimana peran bank sirkulasi dan kebijakan moneter yang dilakukanBank Indonesia, yang tidak saja sesuai dengan kondisi perekonomian yangpada waktu itu masih relatif tradisional, tetapi juga diarahkan untukmendukung persatuan dan kesatuan negara yang baru merdeka.

Pada masa awal berdirinya, Bank Indonesia, selain berfungsi sebagaibank sirkulasi, juga berperan sebagai bank komersial dengan memberikankredit langsung kepada pihak swasta, pemerintah, dan yayasan-yayasanpemerintah, selain kredit kepada bank-bank dan badan-badan perkreditanlainnya. Dengan mulai tertatanya mekanisme peredaran uang, terdapatkeinginan kuat Pemerintah agar Bank Indonesia berperan lebih aktif dalammeningkatkan kegiatan ekonomi. Inilah yang kemudian dikenal dengan peranBank Indonesia sebagai agen pembangunan. Pada prinsipnya, bentuk dariperan tersebut ada dua. Pertama, bentuk pembiayaan oleh Bank Indonesiamelalui pencetakan uang terhadap defisit anggaran pemerintah yang relatifbesar dan tidak terkontrol karena besarnya kepentingan politik pada waktuitu. Kedua, bentuk pembiayaan secara langsung oleh Bank Indonesia dalamsejumlah kegiatan ekonomi. Dalam kondisi tersebut, Bank Indonesia praktistelah melaksanakan tekanan kebijakan moneter ekspansif yang sebagian besarbersumber pada upaya pembiayaan defisit anggaran pemerintah.

Perkembangan politik pada waktu itu telah cenderung menimbulkanketimpangan dalam pelaksanaan kebijakan moneter, yang dicerminkan olehpencetakan uang yang berlebihan untuk pembiayaan defisit anggaransebagai akibat kebijakan fiskal yang ekspansif. Keiinginan yang kuat untukmenyenangkan rakyat telah mendorong Pemerintah menempuh kebijakan

25 Sebagai contoh, jumlah uang beredar yang wajar di suatu daerah sesuai dengan pertimbanganekonomi daerah yang bersangkutan diperkirakan Rp100 juta. Padahal, jumlah uang yang telahberedar dengan mata uang daerah yang bersangkutan telah berjumlah, misalnya, sebesar ORI200juta. Dengan demikian, uang yang telah beredar di daerah bersangkutan ditukar dengan rupiahdengan paritas 1 ORI= 1/2 rupiah.

Page 101: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

89

fiskal tanpa mengindahkan prinsip-prinsip kehati-hatian, yang cenderungmembutuhkan pengeluaran anggaran yang besar dan menyebabkanmembengkaknya defisit anggaran pemerintah. Pembangunan proyek-proyekmercu suar atau pengeluaran untuk militer menjadi contoh konkrit yangterjadi pada waktu itu. Kondisi seperti ini telah menimbulkan melonjaknyauang beredar jauh melebihi kebutuhan riil perekonomian sehinggamendorong naiknya harga-harga secara tajam. Akibatnya, laju inflasimembubung tinggi hingga mencapai lebih dari 600% pada tahun 1965,dan dikenal dengan sebutan periode hyperinflation.

c. Periode 1968 – 1997

Periode stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi (1968 – 1972)

Pengalaman selama periode sejak awal kemerdekaan sampai denganpertengahan tahun 1960-an memberikan pelajaran mengenai pentingnyaprinsip kehati-hatian dalam pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal.Pertama, bahwa kebijakan fiskal harus mampu mengendalikan defisit anggaranpada batas-batas yang wajar. Untuk itu, pengeluaran anggaran harus diseleksisecara ketat dan diprioritaskan pada jenis-jenis pengeluaran yang mampumendorong kegiatan ekonomi riil, dan karenanya pengeluaran-pengeluaranyang cenderung kurang strategis dan berlebihan harus dihindarkan. Kedua,bahwa kebijakan moneter tidak boleh dipergunakan untuk membiayai defisitanggaran pada sisi kebijakan fiskal. Kebijakan moneter harus tetap difokuskanpada pengendalian inflasi, dan karenanya pencetakan uang untuk membiayaidefisit anggaran pemerintah akan mengancam kestabilan harga dan kestabilanmoneter secara keseluruhan. Ketiga, bahwa kebijakan fiskal dan kebijakanmoneter perlu dikoordinasikan secara baik, dengan tetap berpegang padaprinsip independensi masing-masing instansi agar terjadi sinergi keduakebijakan tersebut dalam menjaga stabilitas ekonomi demi keberlangsunganpembangunan secara berkelanjutan.

Pada masa selanjutnya, yaitu sejak akhir tahun 1960-an, perkembanganekonomi dan keuangan terus terjadi. Pada awalnya, kebijakan Pemerintahlebih diprioritaskan untuk pemulihan stabilitas ekonomi yang sempatterancam pada pertengahan tahun 1960-an. Pengeluaran anggaran diseleksisecara ketat, defisit anggaran pemerintah dikendalikan, dan pembiayaandiupayakan dari pinjaman lunak luar negeri sehingga tidak mengancam

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 102: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

90

K e b i j a k a n M o n e t e r

stabilitas ekonomi, khususnya untuk pengendalian inflasi. Di sisi moneter,pencetakan uang untuk pembiayaan defisit anggaran pemerintah dihentikandan jumlah uang beredar dikendalikan. Upaya ini dibarengi denganpenyediaan barang dan jasa yang sangat dibutuhkan masyarakat. Denganpenegakan disiplin baik di sisi fiskal maupun di sisi moneter tersebut,stabilitas ekonomi dapat secara cepat dipulihkan, seperti terlihat denganmenurunnya secara drastis laju inflasi hingga di bawah 10%, sehinggakepercayaan untuk pemulihan kegiatan ekonomi dapat terbangun denganbaik. Dengan keberhasilan pemulihan stabilitas ekonomi ini, Pemerintahkemudian mulai melakukan perencanaan pembangunan nasional, baikdalam jangka panjang, menengah, dan pendek, sehingga kegiatanperekonomian nasional secara berangsur-angsur mulai tertata danmengalami peningkatan.

Penataan ekonomi, khususnya di sektor moneter dan perbankan lebihdimantapkan dengan dikeluarkannya UU No.13 Tahun 1968 tentang BankSentral. Dalam hal ini, tugas Bank Indonesia adalah membantu Pemerintahdalam dua hal, yaitu pertama mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitasnilai rupiah dan kedua mendorong kelancaran produksi dan pembangunanserta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.Kebijakan moneter dirumuskan oleh Dewan Moneter dan Bank Indonesiamelakukan tugas kebijakan moneter sesuai dengan keputusan Dewan Moneter.

Perlu dikemukakan, di satu sisi, pengaturan kelembagaan seperti inimempunyai nilai positif karena terintegrasi dan terkoordinirnya kebijakanmoneter dengan kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomi makro lainnya.Namun, di sisi lain pengaturan seperti ini mengaburkan fokus tugas, disiplin,dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam perumusan danpelaksanaan kebijakan tersebut. Tidak ada check and balance antarakebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan ekonomi makro lainnya.Lebih jauh lagi, pengaturan kelembagaan seperti ini memungkinkanpemanfaatan kebijakan moneter untuk pembiayaan fiskal sehingga prinsipkehati-hatian dan disiplin kebijakan ekonomi makro kurang dapat terjamin.

Periode pertumbuhan ekonomi dengan hasil minyak (1973 – 1982)

Peningkatan kegiatan perekonomian nasional kemudian mengalamidorongan lebih lanjut dengan hasil minyak yang meningkat khususnya pada

Page 103: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

91

awal dekade 1970-an. Ditemukannya ladang-ladang minyak di Indonesiatelah memberikan sisi positif dan negatif. Di satu sisi, hasil minyak telahmemberikan limpahan rezeki bagi penerimaan negara sehingga dapatdipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaranpembangunan dalam APBN. Dengan peran aktif dan kecenderungandominasi pemerintah, kebijakan fiskal telah memungkinkan terdorongnyakegiatan ekonomi riil. Namun, di sisi lain peningkatan penerimaan devisahasil minyak dan pengeluaran pemerintah telah menyebabkan ekspansijumlah uang beredar dari sisi fiskal. Kondisi ini mengharuskan kebijakanmoneter untuk melakukan penyerapan ekspansi moneter dari sisi fiskaltersebut agar tidak menimbulkan kelebihan likuiditas dalam perekonomianyang dapat meningkatkan laju inflasi.

Dengan latar belakang tersebut, pada tahun 1974 Pemerintah mulaimenempuh kebijakan kredit selektif dari sisi moneter. Tujuannya adalahagar jumlah uang beredar tetap terkendali sehingga laju inflasi dapat tetapterjaga. Hal ini terutama dilakukan dengan pengaturan terhadap besarnyaekspansi kredit yang diperbolehkan oleh perbankan, atau yang seringdikenal dengan pagu ekspansi aktiva neto. Jadi, setiap tahun Bank Indonesiamenyusun rencana ekspansi kredit secara nasional dengan menghitungberapa jumlah uang beredar yang sesuai dengan perkiraan laju inflasi danpertumbuhan ekonomi. Selanjutnya bank-bank diminta untukmenyampaikan rencana kredit kepada Bank Indonesia untuk kemudianditetapkan pagu kredit setahun ke depan untuk masing-masing bank. Paguindividual bank tersebut pada akhirnya akan menjadi dasar untukpenyaluran kredit likuiditas yang disediakan Bank Indonesia sesuai dengansektor/program yang sudah ditetapkan.

Meskipun kehidupan sektor perbankan kurang bergairah akibatkelangkaan sumber dana karena menurunnya penghimpunan danamasyarakat dan adanya pembatasan dalam pemberian kredit, kegiataninvestasi terus berlanjut, khususnya yang dilakukan oleh pemerintah.Selanjutnya, untuk memberikan ruang gerak yang lebih besar kepada bank-bank dalam pemanfaatan dana terutama dalam pemberian kreditnya kepadasektor swasta, Bank Indonesia pada tahun 1978 menurunkan reserverequirement bank-bank dari 30% menjadi 15%.

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 104: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

92

K e b i j a k a n M o n e t e r

Periode deregulasi, debirokratisasi, dan liberalisasi ekonomi (1983 – 1997)

Pada awal dekade 1980-an terjadi kemerosotan harga minyak di pasardunia sebagai akibat adanya kecenderungan terjadinya resesi dunia. Hal initelah menyebabkan terbatasnya penerimaan negara untuk pembiayaan APBN.Dominasi Pemerintah dalam menopang peningkatan kegiatan ekonomi tidakdapat lagi dipertahankan, dan akibatnya kelangsungan pembangunannasional terancam. Karena itu, Pemerintah kemudian menempuh serangkaiankebijakan reformasi di bidang ekonomi untuk mengatasi ancaman krisiskarena merosotnya harga minyak tersebut. Tujuannya adalah menumbuhkan,mendorong, dan meningkatkan peran sektor swasta dalam setiap aspekkehidupan ekonomi untuk menggantikan peran Pemerintah demikesinambungan pembangunan nasional. Karena itu, sejak awal dekade 1980-an Pemerintah menempuh kebijakan deregulasi, debirokratisasi, dan bahkanliberalisasi di berbagai sektor ekonomi, baik sektor perbankan dan keuangan,perdagangan, investasi, dan sebagainya.

Pada 1 Juni 1983 Pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasiperbankan, yang menandai era liberalisasi di sektor perbankan khususnyadan sektor keuangan pada umumnya. Kebijakan ini dan serangkaiankebijakan deregulasi di bidang perbankan dan sektor keuangan lainnyadalam periode sesudahnya telah mendorong begitu pesatnya perkembangansektor perbankan dan keuangan di Indonesia. Hal ini tidak saja dapat dilihatdari jumlah bank yang beroperasi, besarnya dana masyarakat yang dapatdimobilisasi baik dalam bentuk giro, tabungan dan deposito, tetapi jugadalam bentuk kredit dan jenis pembiayaan lainnya yang disediakan olehperbankan untuk dunia usaha. Demikian pula di pasar keuangan, terjadiperkembangan yang pesat baik dari sisi volume transaksi keuangan maupunberbagai produk keuangan (saham, obligasi, surat-surat berharga, danproduk-produk derivatif) yang diperdagangkan. Dengan perkembanganseperti ini, semakin banyak dana yang berputar di sektor keuangan danmempengaruhi keeratan hubungan antara uang, inflasi, dan outputdibanding dengan periode sebelumnya.

Kondisi ekonomi, khususnya sektor keuangan, seperti ini telahmembawa implikasi mendasar pada pelaksanaan kebijakan moneter olehBank Indonesia. Kebijakan moneter yang sebelumnya dilakukan secaralangsung dengan selective credit policy mulai beralih ke cara-cara tidaklangsung dan berorientasi pasar, antara lain dengan melakukan operasi di

Page 105: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

93

pasar uang (operasi pasar terbuka) untuk mengendalikan likuiditasperekonomian. Pengendalian moneter diarahkan pada jumlah uang beredar(M1 dan M2) sebagai sasaran-antara dan uang primer (M0) sebagai sasaranoperasional. Sementara itu, operasi di pasar uang dilakukan melalui lelangSertifikat Bank Indonesia (SBI) yang mulai diterbitkan pada tahun 1984sebagai instrumen utama kebijakan moneter. Pengendalian likuiditas jugadibantu dengan intervensi di pasar uang rupiah dengan cara memberipinjaman jangka pendek antara overnight hingga tujuh hari. Operasi dipasar uang dimaksud diarahkan untuk mencapai sasaran operasional uangprimer agar sasaran-antara jumlah uang beredar (M1 dan M2) tetapterkendali sesuai dengan perkiraan yang telah ditetapkan.

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk mendorong kegiatan ekonomidalam negeri dalam menghadapi persaingan global, pada tahun 1988Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan 27 Oktober 1988, yang secaraumum merupakan paket penyempurnaan kebijakan di bidang keuangan,moneter, dan perbankan.

26 Dalam hubungannya dengan upaya peningkatan

efektivitas pengendalian moneter, langkah-langkah yang ditempuh antaralain adalah penurunan reserve requirement dari 15% menjadi 2%. Selainitu, di bidang perbankan, dilakukan penciptaan iklim persaingan yang lebihkondusif melalui perlonggaran izin pendirian bank-bank baru dan bankcampuran. Kebijakan deregulasi yang cukup longgar tersebut telahmengakibatkan perkembangan yang sangat pesat sektor perbankan dankeuangan di Indonesia seperti diuraikan di atas.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan perbankan dan pasar keuangandi Indonesia tersebut, timbul permasalahan baru dalam pelaksanaankebijakan moneter, khususnya berkaitan dengan uapaya pengendalianjumlah uang beredar (M1 dan M2). Operasi dan produk perbankan baikdalam memobilisasi dana maupun dalam pembiayaan dunia usaha tidakhanya terbatas pada rekening giro, tabungan, deposito, ataupun kredit, tetapijuga telah bervariasi dalam berbagai bentuk instrumen pasar uang sepertinegotiable certificate of deposits, commercial papers, promissory notes,Automated Teller Machines (ATMs), dan sebagainya. Di sisi lain,

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

26 Perkembangan ekonomi yang kurang sehat sempat terjadi pada tahun 1987, saat masyarakat

melakukan spekulasi mata uang asing karena memperkirakan akan dilakukan devaluasi olehPemerintah. Untuk mengatasi perkembangan tersebut Pemerintah mengambil langkah kebijakanpengetatan moneter yang dikenal dengan “Gebrakan Sumarlin”, yang mengakibatkan penurunanlikuiditas perbankan yang tajam dan meredanya kegiatan spekulasi.

Page 106: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

94

K e b i j a k a n M o n e t e r

perkembangan pasar modal sendiri juga telah demikian pesat, baik dalambentuk volume transaksi maupun jenis surat-surat berharga yangdiperdagangkan. Akibatnya, terjadi kecenderungan adanya decoupling‘pelepasan’ keterkaitan antara sektor keuangan dan sektor riil sehinggasemakin renggang hubungan antara uang beredar dengan inflasi dan outputriil, khususnya dalam jangka pendek.

Selain itu, sebagai dampak dari liberalisasi sektor keuangan, aliran danaluar negeri yang masuk ke perekonomian Indonesia, khususnya pinjamanswasta, demikian besar dan pesat. Hal ini juga memanfaatkan periode boomdalam perekonomian Indonesia, dan didukung oleh gelombang globalisasidi sektor keuangan, perdagangan, dan investasi yang demikian pesat. Disatu sisi, besarnya aliran dana luar negeri tersebut mampu menutupkesenjangan tabungan-investasi (saving-investment gap) sehingga dapatmendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunannasional. Namun, di sisi lain aliran dana luar negeri tersebut juga kemudianmenimbulkan sejumlah permasalahan. Dana luar negeri tersebut padaumumnya berupa pinjaman luar negeri swasta, berjangka pendek, tidakmemperhitungkan risiko perubahan nilai tukar, dan banyak dimanfaatkanuntuk membiayai proyek-proyek swasta yang berjangka panjang dan tidakmenghasilkan devisa. Dari sisi moneter, besar dan mobilitas aliran danaluar negeri tersebut juga mempersulit pelaksanaan kebijakan moneter olehBank Indonesia.

Untuk menghindari dampak negatif dari ekspansi uang beredar yangberasal dari aliran dana luar negeri tersebut terhadap peningkatan inflasidan kestabilan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan penyerapankelebihan likuditas dalam perekonomian sehingga mendorong kenaikansuku bunga dalam negeri. Namun, kenaikan suku bunga ini semakinmendorong masuknya aliran dana luar negeri, khususnya dalam bentuksurat-surat berharga yang berjangka pendek. Akibatnya, seperti telah kitaketahui bersama, jumlah pinjaman luar negeri swasta dalam berbagai bentukdan jangka waktunya semakin membesar. Kondisi ini diperburuk lagi dengantidak dijalankannya proyek-proyek swasta yang dibiayai dari pinjaman luarnegeri sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat (goodcorporate governance) sehingga menjadi penyebab utama dari krisis sejaktahun 1997.

Page 107: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

95

3.2.2 Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997

Krisis yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah menimbulkanberbagai permasalahan yang demikian sulit dan kompleks di berbagaibidang. Krisis yang mulanya berasal dari krisis moneter telah berubah cepatmenjadi krisis ekonomi, krisis sosial budaya, krisis politik, dan menjadi“krisis multidimensi”. Pemicu utama krisis moneter tersebut adalah seranganspekulasi terhadap mata uang baht Thailand yang kemudian berdampakmenjalar (contagion effect) ke mata uang rupiah Indonesia. Melemahnyarupiah telah mendorong investor luar negeri menarik dananya pada waktubersamaan dari Indonesia yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio surat-surat berharga seperti commercial papers, promissory notes, dan medium-term notes maupun saham dan obligasi.

27 Kepanikan kemudian terjadi di

pasar valuta asing terutama karena perusahaan dan bank-bank di dalamnegeri ingin memborong devisa untuk membayar atau melindungikewajiban luar negerinya dari risiko nilai tukar. Akibatnya, nilai rupiahsemakin merosot hingga pernah mencapai tingkat terendah sekitar Rp15.000per dolar AS pada awal tahun 1998.

Menghadapi tekanan yang begitu besar terhadap melemahnya nilaitukar rupiah, pada awalnya Bank Indonesia, sesuai sistem nilai tukarmengambang terkendali yang berlaku pada waktu itu, melakukan intervensidi pasar valuta asing untuk mempertahankan kisaran nilai tukar yangditetapkan. Demikian besarnya pembelian valuta asing di pasarmengharuskan Bank Indonesia menyelamatkan jumlah cadangan devisayang tersedia dengan tetap berupaya menstabilkan rupiah, antara laindengan beberapa kali memperlebar kisaran intervensi nilai tukar rupiahdan terus mengendalikan likuiditas di pasar. Akan tetapi, tekanan yangsangat kuat dan demikian cepat terhadap melemahnya nilai tukar rupiahyang disertai dengan penurunan cadangan devisa dalam jumlah yang cukupbesar akhirnya memaksa Pemerintah untuk mengubah sistem nilai tukar

27 Surat-surat berharga dimaksud merupakan surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan

Indonesia yang diperjualbelikan kepada investor khususnya dari luar negeri yang ingin mendapatkankeuntungan dari tingginya perbedaan suku bunga di dalam negeri dengan suku bunga internasionalPerbedaannya terletak pada jangka waktu surat berharga tersebut. Umumnya, commercial papersberjangka waktu kurang dari satu tahun, prommissory notes berjangka waktu antara satu sampaitiga tahun, dan medium-term notes berjangka waktu antara tiga sampai lima tahun.

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 108: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

96

K e b i j a k a n M o n e t e r

yang berlaku. Selanjutnya, sejak tanggal 14 Agustus 1997 Indonesiamenganut sistem nilai tukar mengambang.

28 Selain itu, Pemerintah

Indonesia kemudian meminta bantuan pendanaan dengan mengikutiprogram IMF.

Tantangan yang selanjutnya terjadi dalam pelaksanaan kebijakanmoneter selama krisis adalah terjadinya kelangkaan dana perbankan sebagaiakibat penarikan dana oleh masyarakat yang sangat besar (rush).Perkembangan ini terjadi setelah Pemerintah menutup sejumlah bank yangdinilai tidak sehat sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan dalamprogram IMF.

29 Ditambah dengan semakin melemahnya nilai rupiah

terhadap dolar AS, kepercayaan masyarakat terhadap rupiah semakinberkurang sehingga nilai tukar rupiah terus mengalami penurunan yangsangat tajam. Untuk mencegah kehancuran sektor perbankan, sesuai denganprogram penjaminan kewajiban bank-bank, Pemerintah melalui BankIndonesia melakukan pembayaran atas penarikan dana oleh masyarakatdari perbankan dan kewajiban bank lainnya dalam jumlah yang sangatbesar yang berakibat pada meningkatnya jumlah uang beredar. Untukmengatasi tekanan atas melonjaknya laju inflasi baik karena melemahnyanilai tukar maupun meningkatnya jumlah uang beredar, Bank Indonesiaharus menyerap kelebihan likuiditas di masyarakat melalui kebijakanmoneter kontraktif, yang berakibat pada naiknya suku bunga dan persoalanlain di pasar keuangan secara keseluruhan. Laju inflasi pernah mencapai77,63% pada tahun 1998 sementara suku bunga SBI berjangka waktu 1bulan mencapai 38,44% pada tahun yang sama.

Kompleksitas permasalahan kemudian meningkat karena krisis moneterperbankan tersebut disertai dengan berbagai permasalahan baik di bidangekonomi maupun di bidang lain yang sebenarnya telah ada pada periodesebelum krisis. Di bidang ekonomi, struktur perekonomian yang bertumpupada konglomerasi perusahaan-perusahaan besar dengan jumlah hutangyang demikian besar, baik dari kredit perbankan dalam negeri maupundari hutang luar negeri, telah memperburuk pelemahan nilai tukar rupiahyang pada gilirannya mendorong terjadinya krisis hutang swasta dan krisisekonomi secara keseluruhan. Di bidang sosial politik, pergantian

28 Baca lebih lanjut pada subbagian sistem nilai tukar yang akan dijelaskan kemudian dalam bab ini.

29 Baca lebih lanjut dalam buku ini Bab 4, ”Kebijakan Perbankan.”

Page 109: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

97

pemerintahan yang kemudian terjadi beberapa kali dalam transisi demokrasiyang menyertai krisis ekonomi tersebut tidak saja menyebabkan penanganankrisis lebih sulit, tetapi juga memunculkan berbagai permasalahan sosialpolitik di Indonesia. Rentetan krisis seperti itu mengakibatkan perluasankrisis di Indonesia dari krisis moneter menjadi ”krisis multidimensi” sepertidikemukakan di atas.

Uraian krisis seperti di atas menunjukkan bahwa pembangunan nasionalpada periode sebelumnya mengandung banyak kelemahan dalam strukturdan sistem perekonomian maupun dalam sistem hukum dan politik yangmenimbulkan penyimpangan-penyimpangan atau distorsi ekonomi. Kondisiini telah menyebabkan lemah dan tidak sehatnya fundamentalperekonomian nasional dengan dominasi konglomerasi dalam ekonomi,besarnya utang luar negeri khususnya swasta, praktek tata kelola usahayang buruk, dan praktek-praktek KKN yang menimbulkan inefisiensi dandistorsi ekonomi. Di sisi lain, perkembangan ekonomi internasionalmengalami perubahan yang cepat dan mendasar menuju kepada sistemekonomi global yang ditandai dengan semakin terintegrasinya pasarkeuangan dunia yang memudahkan pergerakan aliran dana luar negeridisertai dengan semakin ketatnya persaingan di dunia internasional. Selainmenguntungkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,pergerakan aliran dana luar negeri juga meningkatkan kerentananperekonomian nasional. Kelemahan-kelemahan dalam perekonomianseperti dikemukakan di atas mengakibatkan rentannya Indonesia terhadapkejutan eksternal dari luar negeri, seperti tercermin pada serangan spekulasiterhadap nilai tukar rupiah.

Penanganan krisis tidak cukup diatasi dengan kebijakan moneter danfiskal yang berhati-hati (prudent), tetapi harus dibarengi dengan kebijakandi bidang lain, khususnya hukum dan politik. Langkah-langkah tersebutsangat penting tidak saja diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahanyang muncul, tetapi juga sekaligus dapat meletakkan landasanperekonomian nasional yang kukuh ke depan. Langkah-langkah dimaksudmencakup berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mempercepatpemulihan nasional serta penataan kelembagaan pemerintahan melaluistrategi pembangunan yang tepat dalam rangka mewujudkan perekonomiannasional yang mampu bersaing di kancah perekonomian internasional. Arahstrategi dan berbagai kebijakan yang ditempuh telah dituangkan dalam

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 110: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

98

K e b i j a k a n M o n e t e r

GBHN Tahun 1999-2004 beserta penjabarannya dalam Propenas Tahun2000-2004 dan dalam Repeta sebagai pelaksanaannya. Di samping itu,berbagai langkah kebijakan juga dirumuskan dalam sejumlah program danrencana aksi dalam Letter of Intent yang disepakati bersama antaraPemerintah dan IMF. Komitmen yang tinggi dari Pemerintah danpelaksanaan secara konsisten berbagai langkah yang dirumuskan tersebutmerupakan kunci kerberhasilan dalam mempercepat pemulihan ekonominasional.

3.2.3 Kebijakan Moneter Periode Setelah Krisis Ekonomi 1997

Strategi dan kebijakan yang ditempuh Pemerintah dalam upayapemulihan ekonomi nasional mencakup pula sejumlah langkah kebijakandan penataan kelembagaan di bidang moneter. Dari sisi kebijakan, langkah-langkah kebijakan moneter yang ditempuh lebih diarahkan kepada upayamenciptakan dan menjaga stabilitas moneter. Dengan masih rentannya nilaitukar rupiah dan relatif tingginya tekanan inflasi, kebijakan moneter yangpruden pada mulanya lebih ditekankan pada pengendalian jumlah uangberedar dalam perekonomian melalui pencapaian sasaran operasional uangprimer yang ditetapkan sesuai dengan program yang disepakati antaraPemerintah dengan IMF. Langkah kebijakan ini secara berangsur-angsurmampu menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan tekanan inflasi.Nilai tukar rupiah mulai stabil dan menguat dari rata-rata Rp9.316 perdolar AS pada tahun 2002 menjadi rata-rata Rp8.572 per dolar AS padatahun 2003. Demikian pula, laju inflasi menurun dari 10,03% pada tahun2002 menjadi 5,06% pada tahun 2003. Dengan perkembangan yangmenggembirakan ini, Bank Indonesia mulai dapat menurunkan suku bungaSBI secara bertahap untuk lebih mendorong sektor riil dan pemulihanekonomi nasional. Suku bunga SBI menurun dari 13,02% pada akhir tahun2002 menjadi 7,34% pada Juni 2004.

Dari sisi kelembagaan, penguatan Bank Indonesia sebagai bank sentralRI dilakukan dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentangBank Indonesia sebagai pengganti UU No.13 Tahun 1968 tentang BankSentral. Dalam landasan hukum yang baru ini, Bank Indonesia mempunyaitujuan yang lebih fokus, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilairupiah. Kestabilan nilai rupiah, dalam arti terkendalinya laju inflasi dan

Page 111: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

99

stabilnya nilai tukar rupiah, merupakan salah satu prasyarat mendasar bagitercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang padagilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaranBank Indonesia tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemulihan danreformasi perekonomian untuk keluar dari krisis ekonomi yang tengahmelanda Indonesia. Hal itu sekaligus meletakkan landasan yang kokohbagi pelaksanaan dan pengembangan perekonomian Indonesia di tengah-tengah perekonomian dunia yang semakin kompetitif dan terintegrasi.Sebaliknya, kegagalan untuk memelihara kestabilan nilai rupiah sepertitercermin pada kenaikan harga-harga dapat merugikan karena berakibatmenurunkan pendapatan riil masyarakat dan melemahkan daya saingperekonomian nasional dalam perekonomian dunia.

Untuk mencapai tujuan di atas, Bank Indonesia melaksanakan tiga tugaspokok, yaitu: (i) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, (ii)mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta (iii) mengaturdan mengawasi sistem perbankan.

30 Pada dasarnya, pelaksanaan ketiga

tugas ini mempunyai keterkaitan erat dalam upaya pencapaian kestabilannilai rupiah. Misalnya, efektivitas pelaksanaan tugas kebijakan monetermemerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, danandal. Sementara itu, sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman danandal tersebut juga tergantung pada sistem perbankan yang sehat. Selainitu, sistem perbankan yang sehat juga akan mendukung efektifitaspelaksanaan pengendalian moneter mengingat mekanisme transmisikebijakan moneter ke kegiatan ekonomi riil terutama berlangsung melaluisistem perbankan.

Dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BankIndonesia mempunyai wewenang untuk menetapkan sasaran-sasaranmoneter dan melakukan pengendalian moneter dengan cara-cara antaralain: (i) operasi pasar terbuka, (ii) penetapan tingkat diskonto, (iii) penetapancadangan wajib minimum, dan (iv) pengaturan kredit atau pembiayaan.

Terkait dengan hal tersebut di atas, efektivitas pelaksanaan kebijakanmoneter sangat tergantung pada sistem nilai tukar dan sistem devisa yangdipilih. Untuk itu, Bank Indonesia diberikan kewenangan untukmelaksanakan kebijakan nilai tukar dan pengelolaan cadangan devisa sesuai30

Uraian lengkap mengenai kebijakan dan sistem pengawasan perbankan serta kebijakan dan sistempembayaran di Indonesia akan disampaikan pada dua bab berikut dalam buku ini.

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 112: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

100

K e b i j a k a n M o n e t e r

dengan sistem nilai tukar dan sistem devisa yang ditetapkan, sejalan dengantujuan kebijakan moneter dalam rangka mendukung kesinambunganpelaksanaan pembangunan ekonomi.

3.2.3.1 Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sesuai dengan UU No.23Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan Bank Indonesia adalahmencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam hal ini, kestabilannilai rupiah mempunyai dua dimensi, yaitu kestabilan nilai rupiah terhadapbarang dan jasa (disebut dengan inflasi) dan kestabilan nilai rupiah terhadapmata uang negara lain (disebut dengan nilai tukar atau kurs rupiah). Dalamsistem nilai tukar mengambang yang dianut saat ini, nilai tukar rupiahditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing,dan karenanya Bank Indonesia tidak menargetkan atau berupaya untukmengarahkan perkembangan nilai tukar rupiah pada tingkat tertentu. Untukitu, sasaran akhir Bank Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian lajuinflasi yang rendah sesuai dengan kondisi perekonomian nasional.

Walaupun sasaran-akhir kebijakan moneter lebih diarahkan padapengendalian laju inflasi, Bank Indonesia tidak akan membiarkanperkembangan nilai tukar rupiah di pasar bergerak secara bergejolak danmenimbulkan ketidakpastian. Berkaitan dengan itu, Bank Indonesiamenempuh langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dengandua pertimbangan utama, yaitu: (i) kestabilan nilai tukar rupiah diperlukanuntuk memberikan kepastian dalam perekonomian, dan (ii) nilai tukar rupiahyang bergejolak dan merosot drastis akan menyulitkan Bank Indonesiadalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkannya.

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesiasebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, sasaran inflasiyang semula ditetapkan sendiri oleh Bank Indonesia telah diiubah menjadiditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia.

31

31 Perubahan ini di satu sisi mengurangi independensi Bank Indonesia dalam menetapkan sasaraninflasi (goal independent); akan tetapi Bank Indonesia tetap diberikan independensi dalammerumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter (instrument independent) dalam mencapai sasaraninflasi yang ditetapkan. Di samping untuk meningkatkan komitmen dan dukungan Pemerintah dalampencapaian sasaran inflasi, perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi kebijakanmoneter Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal Pemerintah, khususnya dalam mencapai sasaraninflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Page 113: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

101

Dalam kaitan ini, penetapan sasaran inflasi dilakukan denganmempertimbangan perkembangan dan prospek makroekonomi dankeuangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakankebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harusmempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.Ketentuan ini dimaksudkan agar kebijakan moneter yang diambil oleh BankIndonesia dapat dijadikan acuan yang pasti dan jelas bagi dunia usaha danmasyarakat luas. Di samping itu, ketentuan ini dimaksudkan pula agarkebijakan Bank Indonesia sudah mempertimbangkan dampaknya terhadapperekonomian nasional secara keseluruhan, termasuk bidang keuangannegara dan perkembangan sektor riil.

Dalam mencapai sasaran-akhir laju inflasi tersebut, secara periodik BankIndonesia memantau perkembangan berbagai variabel ekonomi riil,moneter, dan keuangan untuk meyakinkan bahwa sasaran inflasi yang telahditetapkan dapat dicapai. Pemantauan terhadap variabel ekonomi riildilakukan melalui analisis dan proyeksi perkembangan ekonomi makro,yaitu pertumbuhan ekonomi dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.Pemantauan dilakukan baik dari sisi permintaan (konsumsi, investasi,ekspor-impor baik swasta maupun pemerintah) maupun dari sisi penawaran(seluruh sektor ekonomi). Dengan pemantauan variabel-variabel tersebutdapat diketahui secara dini kemungkinan tekanan terhadap inflasi kedepan.

32

Sementara itu, pemantauan terhadap variabel-variabel moneter dankeuangan sebagai sasaran-antara dilakukan untuk menentukan berjalannyamekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor riil. Transmisi kebijakanmoneter pada umumnya berjalan melalui beberapa jalur, yaitu jalur uang,jalur kredit, jalur suku bunga, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalurekspektasi inflasi. Untuk itu, Bank Indonesia memantau terus perkembangansasaran-antara yang mencakup besaran-besaran moneter (M1 dan M2),suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Sedangkan variabel-variabel sektor

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

32 Secara teknis, pemantauan dilakukan baik terhadap data-data statistik maupun hasil-hasil surveiyang menunjukkan kecenderungan perkembangan dari variabel-variabel ekonomi riil dimaksud.Perkembangan sektor fiskal (realisasi APBN) dan neraca pembayaran juga dipantau terus. Selainanalisis terhadap perkembangan atau kecenderungan yang terjadi, penyusunan proyeksi jugadilakukan dengan sejumlah model-model ekonomi yang dikembangkan di Bank Indonesia.Kesemuanya dilakukan untuk menentukan kecenderungan tekanan-tekanan yang terjadi terhadapperkembangan output, khususnya output gap ’kesenjangan output’, yaitu perbedaan antarapermintaan dan penawaran agregat.

Page 114: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

102

K e b i j a k a n M o n e t e r

keuangan mencakup perkembangan dana perbankan, kredit danpembiayaan lain, kondisi kesehatan perbankan dan pasar modal. Melaluipemantauan tersebut dapat dianalisis seberapa jauh pengaruh kebijakanmoneter yang dilakukan Bank Indonesia, khususnya kecepatan dan tenggatwaktu terhadap perkembangan ekonomi riil dan inflasi ke depan. Denganpemantauan terhadap perkembangan sektor riil dan berjalannya mekanismetransmisi moneter seperti dijelaskan di atas, dapat dirumuskan kebijakanmoneter yang perlu ditempuh dalam rangka mengantisipasi perkembanganinflasi dan output riil ke depan.

3.2.3.2 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Pengkajian mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia terusdilakukan tidak saja karena mekanisme transmisi dimaksud dipengaruhioleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam perekonomian dan sektorkeuangan, tetapi juga penginian kajian transmisi moneter penting untukterus meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Beberapa hasil kajianpendahuluan menyimpulkan bahwa transmisi kebijakan moneter jalurmoneter langsung melalui uang primer (M0) dan uang beredar (M1 danM2) masih dipandang cukup relevan di Indonesia. Kajian terkini yang telahdilakukan menghasilkan beberapa temuan penting mengenai bekerjanyabeberapa jalur transmisi kebijakan moneter lain di Indonesia pada periodesebelum dan sesudah krisis ekonomi 1997.

33 Secara umum, hasil kajian

juga memperlihatkan bahwa bekerjanya mekanisme transmisi kebijakanmoneter di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perubahan struktural dankebijakan ekonomi keuangan.

Pada periode sebelum krisis, sejalan dengan liberalisasi sektor keuangandi Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan aliran masukmodal luar negeri yang sangat tinggi dan pada akhirnya mendorongtingginya pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi ini, jalur suku bungabekerja cukup baik dalam mentransmisikan pengaruh kebijakan moneterpada perubahan suku bunga simpanan dan pinjaman. Akan tetapi,

33 Untuk kajian selengkapnya, baca Transmission Mechanism of Monetary Policy in Indonesia, PerryWarjiyo dan Juda Agung (Editor), Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia,2002. Untuk uraian yang lebih umum mengenai hal ini, baca Perry Warjiyo, Mekanisme TransmisiKebijakan Moneter di Indonesia, buku Seri Kebanksentralan No. 11, PPSK Bank Indonesia (2004).

Page 115: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

103

perubahan suku bunga tersebut bukan merupakan faktor dominan dalammempengaruhi besarnya pengeluaran investasi dan konsumsi yang padawaktu itu lebih banyak didorong oleh tingginya pertumbuhan ekonomidan melimpahnya ketersediaan dana yang berasal dari luar negeri. Denganalasan yang sama, jalur pinjaman bank pada periode sebelum krisis kurangefektif dalam mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor riil. Demikianpula, jalur nilai tukar tidak begitu kuat peranannya mengingat pada periodesebelum krisis Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambangterkendali. Dalam kondisi ini, pergerakan nilai tukar tidak cukup signifikanmempengaruhi perkembangan output riil dan harga.

Pada periode setelah krisis, berbagai perubahan yang terjadi dalamperekonomian dan peralihan sistem nilai tukar dari sistem mengambangterkendali menjadi sistem mengambang/fleksibel mempunyai implikasiterhadap mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Dalamkondisi ini, jalur nilai tukar menjadi salah satu jalur penting dalammentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada kegiatan ekonomi riildan harga. Demikian pula halnya dengan jalur ekspektasi yang terlihatmempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhiperkembangan inflasi. Akan tetapi, perilaku ekspektasi inflasi lebih banyakdipengaruhi secara kuat oleh pergerakan nilai tukar dan perkembanganharga di masa lalu (inertia ’kelembaman’). Jalur suku bunga masih bekerjadengan baik, tetapi perilakunya sangat tergantung pada kondisi perbankansecara keseluruhan dan tingginya derajat ketidakpastian ekonomi. Hasilkajian juga menunjukkan pengaruh permasalahan disintermediasiperbankan terhadap efektivitas kebijakan moneter melalui mekanismetransmisi jalur kredit, baik karena perilaku pinjaman bank maupun kondisineraca keuangan perusahaan yang belum normal.

3.2.3.3 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

Kerangka operasional kebijakan moneter di Indonesia selama dalamprogram IMF hingga bulan Oktober 2003 pada dasarnya menggunakanuang primer (M0) sebagai sasaran operasional. Dengan kata lain, kerangkaoperasional kebijakan moneter yang diterapkan masih dipengaruhi olehstrategi penargetan besaran moneter seperti dijelaskan di muka. Meskipundemikian, sejalan dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 116: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

104

K e b i j a k a n M o n e t e r

Bank Indonesia, kebijakan moneter yang dilakukan diarahkan untukmencapai sasaran inflasi yang ditetapkan dan diumumkan kepada publik.Hal ini berarti bahwa sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada dasarnyatelah mulai menerapkan kerangka kebijakan moneter yang dikenal dengansebutan penargetan inflasi (inflation targeting framework). Pada bagian iniakan dijelaskan kerangka operasional kebijakan moneter berdasarkanpenargetan inflasi dengan sasaran-operasional uang primer, sementaralangkah-langkah Bank Indonesia dalam penerapan inflation targetingframework secara keseluruhan akan diuraikan pada bagian 3.3.

Dengan pengendalian uang primer (M0) sebagai sasaran-operasional,maka jumlah uang beredar di masyarakat (M1 dan M2) dapat dipengaruhiagar sejalan dengan sasaran akhir kebijakan moneter berupa kestabilanharga (inflasi). Di samping merupakan kesepakatan antara Pemerintah danIMF dalam Letter of Intent, penggunaan sasaran-operasional uang primertersebut dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, dalam kondisiekonomi dan keuangan yang sedang mengalami berbagai perubahanstruktural seperti di Indonesia, Bank Indonesia perlu memegang salah satuindikator yang paling dapat dikendalikan, yaitu uang primer. Kedua,meskipun masih terdapat ketidakpastian mengenai jalur mana yang palingkuat dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia,perkembangan uang primer masih mempunyai pengaruh yang cukupsignifikan terhadap perkembangan uang beredar, pertumbuhan ekonomi,dan inflasi.

Instrumen moneter utama yang dipergunakan Bank Indonesia untukmempengaruhi sasaran-operasional tersebut adalah Operasi Pasar Terbuka(OPT), di samping instrumen lain seperti Fasilitas Diskonto, Giro WajibMinimum (GWM), ataupun Imbauan. Instrumen OPT dilakukan melaluilelang surat-surat berharga, yang ditujukan untuk menambah ataumengurangi likuiditas di pasar uang, untuk mencapai sasaran operasionaluang primer yang telah ditetapkan. Sementara itu, fasilitas diskonto adalahfasilitas kredit yang diberikan kepada bank-bank dengan tingkat diskontoyang ditetapkan oleh Bank Indonesia. GWM merupakan jumlah alat likuidminimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam rekening gironya di BankIndonesia. Selanjutnya imbauan digunakan oleh Bank Indonesia dengantujuan agar semua bank dapat mengikuti langkah kebijakan moneter yangdiinginkan Bank Indonesia.

Page 117: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

105

Dalam pelaksanaannya, proses operasional pengendalian moneterdiawali dengan penyusunan program moneter dengan menetapkan sasaranuang primer (tahunan, triwulanan, bulanan, dan mingguan) sesuai dengankebutuhan likuiditas perekonomian yang diprakirakan berdasarkan proyeksiinflasi, pertumbuhan ekonomi, dan variabel lainnya. Dengan demikian,OPT yang dilakukan dengan lelang SBI secara mingguan diarahkan untukmencapai sasaran uang primer yang sudah ditetapkan. Akan tetapi, dalampelaksanannya perkembangan suku bunga juga dipertimbangkan dalamoperasi moneter dimaksud. Perubahan suku bunga yang terlalu tinggi danberfluktuasi dihindarkan agar tidak berdampak negatif terhadap kondisiperbankan yang masih rentan dan upaya pemulihan ekonomi nasional.Dengan keluarnya Indonesia dari Program IMF bulan Oktober 2003, BankIndonesia mulai tahun 2004 menggunakan suku bunga sebagai sasaran-operasional dalam pengendalian moneter.

34

3.2.3.4 Proses Perumusan Kebijakan Moneter

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, perumusankebijakan moneter di Bank Indonesia dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur(RDG). RDG diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulanuntuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, dan sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Diagram 8.

34 Pemikiran untuk menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional telah dikemukakan sejaksebelum terjadinya krisis tahun 1997. Baca, misalnya, Hartadi A. Sarwono dan Perry Warjiyo (1998),“Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter dalam Sistem Nilai Tukar fleksibel: Suatu Pemikiranuntuk Penerapannya di Indonesia”, dan Perry Warjiyo dan Doddy Zulverdi (1998), “PenggunaanSuku Bunga Sedbagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter di Indonesia”, keduanya dalam BuletinEkonomi Monter dan Perbankan, Vol. 1, No.1.(1980).

Instrumen

(OPT, GWM, dll)

Sasaran

Operasional

(Uang Primer)

Kestabilan

Harga

Sasaran Antara

(Uang Beredar

M1, M2)

Page 118: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

106

K e b i j a k a n M o n e t e r

kebijakan moneter tersebut. RDG bulanan yang membahas dan memutuskankebijakan umum moneter tersebut dapat dihadiri oleh seorang menteri ataulebih yang mewakili Pemerintah dengan hak bicara tanpa hak suara. Hal inidilakukan terutama dalam rangka mempererat koordinasi antara kebijakanmoneter yang dirumuskan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dankebijakan ekonomi makro lainnya yang ditempuh Pemerintah.

Dalam pelaksanaannya, RDG bulanan untuk menetapkan kebijakanumum di bidang moneter tersebut dilakukan sebagai berikut. Pada awaltahun dilakukan RDG untuk melakukan evaluasi atas perkembanganekonomi, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu tahunyang lalu dan prospeknya untuk periode ke depan. Telaah mengenai prospekekonomi makro dan moneter ke depan terutama dilakukan untukmenetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter untuk satu tahun ke depansesuai dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. RDG awal tahun sekaligusdimaksudkan untuk membahas dan mengesahkan laporan tahunan tertulisyang akan disampaikan kepada DPR dan Pemerintah sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 58 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesiasebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Laporan tahunantertulis dimaksud memuat: (a) pelaksanaan tugas dan wewenang BankIndonesia pada tahun sebelumnya dan (b) rencana kebijakan, penetapansasaran, dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang BankIndonesia untuk tahun yang akan datang dengan memperhatikanperkembangan laju inflasi serta kondisi ekonomi dan keuangan.

Pada setiap triwulan, yaitu setiap awal bulan April, Juli, Oktober, danDesember, dilakukan RDG untuk melakukan evaluasi atas perkembanganekonomi, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu triwulanyang lalu dan prospeknya untuk periode ke depan. Telaah mengenai prosekekonomi makro dan moneter ke depan terutama dilakukan untukmenentukan apakah sasaran inflasi yang telah ditetapkan masih dalam bataskisaran yang aman, serta untuk menetapkan arah dan sasaran kebijakanmoneter untuk satu triwulan ke depan. RDG triwulanan sekaligusdimaksudkan untuk membahas dan mengesahkan laporan triwulanantertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia yangakan disampaikan kepada DPR dan Pemerintah sebagaimana diamanatkandalam Pasal 58 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesiasebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004.

Page 119: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

107

Laporan tahunan dan laporan triwulanan yang disampaikan BankIndonesia tersebut dievaluasi oleh DPR dan digunakan sebagai bahanpenilaian tahunan terhadap kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia.Laporan tahunan yang disampaikan kepada DPR adalah dalam rangkaakuntabilitas, sedangkan laporan tahunan kepada Pemerintah adalah dalamrangka informasi. Selain itu, Bank Indonesia juga diwajibkan untukmenyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan tersebut kepadamasyarakat luas melalui media massa. Penyampaian informasi kepadamasyarakat, di samping sebagai cerminan asas transparansi, jugadimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui arah kebijakan moneteryang dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan penting dalamperencanaan usaha oleh para pelaku pasar.

Selanjutnya, pada bulan-bulan yang lain dilakukan RDG bulananuntuk mengevaluasi perkembangan inflasi, nilai tukar, moneter, danperbankan yang terjadi pada satu bulan yang lalu. Pembahasannya lebihdiarahkan untuk memantau perkembangan pencapaian target inflasi sertauntuk merumuskan kebijakan moneter yang perlu ditempuh pada satubulan yang akan datang. Pada RDG dimaksud dibahas pencapaian dantarget sasaran-operasional (pencapaian target uang primer dan suku bungapada periode tahun sebelumnya serta target uang primer dan suku bungasejak tahun berjalan) serta diputuskan langkah-langkah pengendalianmoneter yang diperlukan pada satu bulan yang akan datang. Termasukdi dalamnya arahan untuk pelaksanaan OPT mingguan dan sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing, serta arah suku bunga yang wajar.Keputusan kebijakan moneter dalam RDG bulanan ini disampaikankepada masyarakat luas yang biasanya dilakukan melalui siaran pers.

Berdasarkan arahan pengendalian moneter yang ditetapkan dalam RDGbulanan tersebut, pada setiap RDG mingguan dilakukan evaluasipelaksanaan pengendalian moneter pada minggu sebelumnya dan arahanuntuk pelaksanaan OPT dan sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing, sertaarah suku bunga di minggu mendatang. Selanjutnya, keputusan dalam RDGmingguan tersebut dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan OPTminggu yang bersangkutan. Keputusan pengendalian moneter dalam bentukOPT melalui lelang SBI dalam RDG mingguan ini juga disampaikan kepadamasyarakat luas yang biasanya dilakukan melalui siaran pers.

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 120: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

108

K e b i j a k a n M o n e t e r

3.2.3.5 Mekanisme Pengendalian Moneter

Berdasarkan sasaran inflasi yang ditetapkan, serta proyeksi pertumbuhanekonomi, nilai tukar, suku bunga, dan variabel ekonomi makro lainnya,Bank Indonesia melalui penyusunan Program Moneter dapatmemperkirakan permintaan uang yang sesuai dengan kebutuhan riilperekonomian. Dari perhitungan ini, dapat diperkirakan pertumbuhanjumlah uang beredar (M1 dan M2) yang dibutuhkan masyarakat.Selanjutnya, Bank Indonesia dapat memperkirakan posisi dan pertumbuhanuang primer sebagai sasaran-operasional kebijakan moneter. Sasaran-operasional tersebut ditentukan baik secara tahunan, kuartalan, bulanan,maupun mingguan untuk digunakan sebagai dasar pelaksanaan kebijakanmoneter Bank Indonesia.

Berdasarkan sasaran uang primer yang telah ditetapkan, Bank Indonesiamelakukan Operasi Pasar Terbuka (OPT) sebagai instrumen utama dalampengendalian moneter. OPT tersebut dilakukan Bank Indonesia dengantiga cara, yaitu (i) melalui lelang SBI, (ii) melalui penggunaan Fasilitas BankIndonesia (Fasbi) di pasar uang rupiah, dan (iii) melalui sterilisasi/intervensidi pasar valuta asing.

(i) Lelang SBI

Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnyatarget uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu BankIndonesia akan memperkirakan perkembangan uang primer dan,dengan membandingkan target yang ditetapkan, menentukan besarnyakelebihan likuiditas pasar uang yang harus diserap melalui OPT. Halini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapaekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di BankIndonesia), mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditasdi pasar uang. Dengan cara ini, Bank Indonesia dapat mencapai targetuang primer yang telah ditetapkan serta dapat mempengaruhiperkembangan suku bunga di pasar uang.

(ii) Fasilitas Bank Indonesia

Selain lelang SBI mingguan (yaitu tiap hari Rabu), Bank Indonesia jugamelakukan operasi moneter secara langsung di pasar uang rupiahmelalui Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi). Hal ini dilakukan secara harian,

Page 121: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

109

terutama apabila terjadi perkembangan di luar perhitungan yang dapatmenyebabkan tidak tercapainya target uang primer melalui lelang SBI.Caranya antara lain dapat dilakukan dengan secara langsungmenawarkan kepada bank-bank untuk menanamkan kelebihanlikuiditasnya di Bank Indonesia (berjangka waktu overnight hingga satuminggu) atau dengan cara membeli kembali SBI secara repurchaseagreement (repo) di pasar uang antarbank.

(iii) Sterilisasi/Intervensi valuta asing

Pada saat-saat tertentu, Bank Indonesia juga melakukan intervensi dipasar valuta asing. Hal ini dilakukan terutama apabila Pemerintah akanmembiayai kegiatan suatu proyek (membutuhkan rupiah) dengan caramenggunakan dana valuta asingnya yang disimpan sebagai cadangandevisa di Bank Indonesia. Apabila tidak terjadi tekanan melemahnyarupiah, ekspansi dari sisi fiskal tersebut umumnya diserap denganmenjual SBI. Akan tetapi, apabila pada saat yang bersamaan terdapattekanan pelemahan nilai tukar yang perlu dicegah, maka Bank Indonesiamenjual valuta asing untuk mensterilisasi ekspansi fiskal tersebut.Dengan cara ini, dapat dicapai dua tujuan sekaligus. Pertama,penyerapan kelebihan likuiditas di pasar uang akibat ekspansi sisi fiskaltersebut dapat dilakukan sehingga target uang primer dapat tercapai.Kedua, langkah ini sekaligus dapat membantu upaya untukmenstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah di pasar. Perlu dicatatbahwa langkah intervensi di pasar valuta asing tersebut dapat puladilakukan Bank Indonesia pada waktu sedang terjadi gejolak nilai tukarrupiah di pasar valuta asing, meskipun pada saat yang bersamaan tidakterjadi ekspansi moneter dari sisi fiskal.

3.2.4 Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pemilihan sistem nilai tukardan sistem devisa sangat mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter.Dalam kondisi suatu negara menerapkan sistem nilai tukar tetap, apabilaterjadi aliran dana luar negeri masuk/keluar, maka hal tersebut berpengaruhlangsung terhadap jumlah uang beredar di dalam negeri dan sebagaiakibatnya berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan moneter dalammempengaruhi kegiatan ekonomi dan inflasi. Karena itu, sistem nilai tukar

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 122: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

110

K e b i j a k a n M o n e t e r

tetap biasanya disertai dengan penerapan sistem devisa terkontrol karenamobilitas aliran dana dari dan ke luar negeri cenderung berkurang sehinggadapat mendukung pelaksanaan kebijakan moneter yang lebih efektif. Kondisisebaliknya terjadi untuk sistem nilai tukar mengambang dan sistem devisabebas ketika aliran dana luar negeri yang lebih bebas dapat diabsorbsimelalui pergerakan nilai tukar yang mengambang sesuai mekanisme pasarsehingga kebijakan moneter dapat lebih independen diarahkan padapencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi dan inflasi di dalam negeri.

Dalam konteks Indonesia, sistem dan kebijakan nilai tukar dan devisayang dianut, selain ditujukan untuk mendukung kesinambunganpelaksanaan pembangunan ekonomi, juga diarahkan untuk mendukungefektivitas pelaksanaan kebijakan moneter. Sesuai dengan UU No.23 Tahun1999, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkansistem nilai tukar yang telah ditetapkan. UU dimaksud juga memberikankewenangan bagi Bank Indonesia untuk mengelola cadangan devisa sertamenerima pinjaman luar negeri dalam rangka pengelolaan cadangan devisa.Pengaturan lebih lanjut mengenai sistem nilai tukar dan lalu lintas devisadimuat dalam UU No.24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan SistemNilai Tukar. UU ini menegaskan sistem devisa yang dianut di Indonesiaadalah sistem devisa bebas, sementara sistem nilai tukar ditetapkan olehPemerintah setelah mempertimbangkan rekomendasi dari Bank Indonesia.

3.2.4.1 Kebijakan Nilai Tukar

Dalam sejarah perekonomian Indonesia, sistem nilai tukar tetap, sistemmengambang terkendali, dan sistem mengambang pernah diterapkan diIndonesia. Sistem nilai tukar tetap dianut pada periode tahun 1973 hinggaMaret 1983.

35 Sementara itu, sistem nilai tukar mengambang terkendali

secara ketat diterapkan pada periode Maret 1983 – September 1986. Dalamperiode ini, Pemerintah pernah melakukan beberapa kebijakan devaluasiatas nilai tukar rupiah sebagai berikut.35

Sebelum 1973, Indonesia pernah menggunakan multiple exhange rate system ‘sistem nilai tukarberganda’ melalui penerapan Sistem Bukti Ekspor sejak tahun 1957. Peraturan-peraturan yang terkaitdalam penerapan sistem ini menyangkut pembatasan-pembatasan di bidang perdagangan dan lalu-lintas devisa. Kemudian, pada tahun 1967 mulai diberlakukan Sistem Bonus Ekspor yang bertujuanuntuk menggairahkan ekspor, dengan memperbolehkan masyarakat memindahtangankan ataumemperjualbelikan devisa hasil ekspor di pasar bebas dengan harga yang berubah setiap waktu(floating exchange rate system).

Page 123: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

111

(i) Devaluasi Nopember 1978 dari Rp 425 per USD menjadi Rp 625 perUSD;

(ii) Devaluasi Maret 1983 dari Rp 625 per USD menjadi Rp 825 per USD;dan

(iii) Devaluasi September 1986 dari Rp 1134 per USD menjadi Rp 1644per USD.

Selanjutnya, sistem nilai tukar mengambang terkendali secara lebihfleksibel pernah diterapkan di Indonesia dari September 1986 – Januari1994 dan dengan mekanisme pita intervensi dari Januari 1994 – Agustus1997. Dalam periode ini dilakukan kebijakan nilai tukar sebagai berikut.

(i) Bank Indonesia setiap hari mengeluarkan nilai tukar (kurs) tengah harian;

(ii) Pita intervensi pernah dilakukan pelebaran sebanyak 8 kali, yaitu dariRp 6 (0,25%) menjadi Rp 10 (0,5%) pada September 1992, menjadi Rp20 (1%) pada Januari 1994, menjadi Rp 30 (1,5%) pada September 1994,menjadi Rp 44 (2%) pada Mei 1995, menjadi Rp 66 (3%) pada Desember1995, menjadi Rp 118 (5%) pada Juni 1996, menjadi Rp 192 (8%) padaSeptember 1996, dan menjadi Rp 304 (12%) pada Juli 1997;

(iii) Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing untukmenjaga agar nilai tukar rupiah bergerak dalam batas-batas pitaintervensi yang ditetapkan, dengan cara membeli valuta asing apabilanilai tukar bergerak mendekati batas bawah dan menjual valuta asingapabila nilai tukar mendekati batas atas dalam pita intervensi yangtelah ditetapkan.

Sementara itu, sistem nilai tukar mengambang diterapkan di Indonesiasejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,sistem ini ditempuh sebagai reaksi Pemerintah dalam menghadapi demikianbesarnya gejolak dan cepatnya pelemahan nilai tukar rupiah pada sekitarJuli – Agustus 1997. Serangan spekulasi terhadap rupiah yang dipicu olehdampak menjalar serangan spekulasi terhadap mata uang baht Thailandtelah menyebabkan gejolak dan pelemahan nilai tukar rupiah, yangselanjutnya mendorong investor luar negeri menarik dananya secara besar-besaran dan pada waktu bersamaan dari Indonesia. Kepanikan kemudianterjadi di pasar valuta asing karena perusahaan dan bank-bank di dalamnegeri memborong valuta asing untuk membayar atau melindungi

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

Page 124: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

112

K e b i j a k a n M o n e t e r

kewajiban luar negerinya dari risiko nilai tukar, sementara sebagian parapelaku pasar berspekulasi untuk mencari keuntungan pribadi. Pada awalnyaPemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya menstabikan nilai tukarrupiah, antara lain dengan intervensi di pasar valuta asing dan beberapakali memperlebar kisaran pita intervensi nilai tukar rupiah sesuai sistemnilai tukar mengambang terkendali yang dianut waktu itu. Akan tetapi,tekanan yang sangat besar dan demikian cepat terhadap pelemahan nilaitukar rupiah yang disertai dengan penurunan cadangan devisa yang terusberlangsung memaksa Pemerintah mengubah sistem nilai tukar rupiahmenjadi sistem mengambang. Apabila sistem mengambang terkendali tetapdipertahankan, maka cadangan devisa negara yang mulai menipisdikuatirkan dapat terkuras habis dan menimbulkan krisis neraca pembayaranyang berat. Sejumlah negara tetangga, seperti Korea Selatan dan Thailand,juga melakukan hal yang sama dengan menerapkan sistem nilai tukarmengambang.

Selanjutnya, sistem nilai tukar mengambang tersebut dikukuhkandengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisadan Sistem Nilai Tukar. Sesuai dengan undang-undang tersebut, sistem nilaitukar di Indonesia ditetapkan oleh Pemerintah setelah mempertimbangkanrekomendasi yang disampaikan oleh Bank Indonesia. Hal ini mengingatperubahan sistem nilai tukar akan berdampak sangat luas, tidak saja terhadapkegiatan di bidang moneter dan sektor keuangan, tetapi juga terhadapkegiatan ekonomi riil baik konsumsi, investasi maupun perdagangan luarnegeri. Karena itu, perubahan sistem nilai tukar harus melalui pemikirandan penelitian yang matang, mempertimbangkan berbagai aspek baikekonomi, politik, maupun sosial. Dalam hal ini, Bank Indonesia perlumemberikan rekomendasi mengenai rencana perubahan sistem nilai tukartersebut, apabila akan dilakukan, terutama karena pengalaman danpengetahuannya di bidang ini maupun karena pengaruhnya terhadapkebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia diberikewenangan untuk melakukan kebijakan nilai tukar sesuai dengan sistemnilai tukar yang ditetapkan Pemerintah tersebut. Secara umum kebijakannilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia dapat berupa:

(i) devaluasi atau revaluasi mata uang rupiah terhadap mata uang asingdalam sistem nilai tukar tetap;

Page 125: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

113

(ii) intervensi di pasar valuta asing dalam sistem nilai tukar mengambang;dan

(i) penetapan nilai tukar harian dan lebar kisaran intervensi dalam sistemnilai tukar mengambang terkendali.

Dengan dianutnya sistem nilai tukar mengambang sejak Agustus 1997,pergerakan nilai tukar rupiah pada dasarnya ditentukan oleh kekuatanpenawaran dan permintaan valuta asing di pasar. Dalam kaitan ini, kebijakannilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia berupa intervensi di pasar valutaasing lebih diarahkan untuk menstabilkan atau menghindari gejolak nilaitukar rupiah di pasar. Intervensi dimaksud tidak dimaksudkan untukmencapai atau mengarahkan pergerakan nilai tukar rupiah pada tingkatatau kisaran tertentu.

36

3.2.4.2 Kebijakan Devisa

Dalam sejarah perekonomian Indonesia, beberapa kebijakan mengenaipengaturan devisa telah dilaksanakan sesuai dengan sistem devisa yangtelah diterapkan. Sistem devisa terkontrol pernah diterapkan di Indonesiaberdasarkan UU No. 32 Tahun 1964. Pada waktu itu, devisa dikelompokkanmenjadi dua, yaitu Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan Devisa Umum (DU).Sesuai dengan undang-undang pada waktu itu setiap perolehan devisa baikDHE maupun DU wajib diserahkan kepada negara, cq. Bank Indonesiaatau bank-bank yang ditunjuk. Demikian pula, setiap penggunaan devisabaik untuk impor maupun keperluan lainnya harus mendapat izin dari BankIndonesia. Dengan kewajiban seperti ini, Bank Indonesiamengadministrasikan pergerakan devisa yang masuk dan keluar Indonesiasehingga jumlah cadangan devisa, besarnya arus lalu lintas devisa, danpenggunaannya dapat dipantau dan diperkirakan secara lebih pasti.

3.2 Kebijakan Moneter di Indonesia

36 Pada awal penerapan sistem ini, dengan besarnya hutang luar negeri swasta Indonesia, semakinberat dan kompleksnya krisis yang kemudian merambah pula di sektor perbankan, perusahaan,maupun sektor ekonomi secara keseluruhan, apalagi dibarengi dengan kondisi sosial politik dalamnegeri yang tidak menentu, maka perkembangan nilai tukar rupiah terus melemah dan seringbergejolak. Perkembangan nilai tukar rupiah tidak lagi menggambarkan kondisi fundamental ekonomi-keuangan, tetapi sering dipengaruhi oleh faktor-faktor nonekonomi yang begitu bergejolak di Indo-nesia. Dengan semakin stabilnya kondisi sosial politik di dalam negeri, serta kemajuan dalam prosespemulihan ekonomi nasional, sejak tahun 2001 perkembangan nilai tukar rupiah terus menguatdan stabil. Di samping intervensi valuta asing, Bank Indonesia juga menempuh langkah-langkahpengaturan transaksi devisa, khususnya untuk membatasi kegiatan spekulasi di pasar.

Page 126: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

114

K e b i j a k a n M o n e t e r

Sistem devisa semiterkontrol pernah diterapkan di Indonesiaberdasarkan Perpu No. 64 Tahun 1970 menggantikan UU No. 32 Tahun1964. Pada waktu itu, perolehan DHE wajib diserahkan ke Bank Indonesiadan penggunaan harus mendapat izin dari Bank Indonesia, sementara untukDU dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan oleh masyarakat.Administrasi perolehan dan penggunaan DHE dilakukan oleh BankIndonesia, sementara lalu lintas devisa untuk jenis DU mulai tidak dapatdiadministrasikan dan dipantau secara baik.

Sistem devisa bebas mulai diterapkan di Indonesia dengan PP No. 1Tahun 1982 menggantikan baik UU No. 32 Tahun 1964 maupun PerpuNo. 64 Tahun 1970. Dengan peraturan ini, setiap penduduk dapat denganbebas memiliki dan menggunakan devisa. Ini berlaku baik bagi devisa dalambentuk DHE maupun DU. Tidak ada pengaturan mengenai kewajiban bagipenduduk untuk melaporkan devisa yang diperoleh dan dipergunakannya.Kebebasan sistem devisa kemudian diartikan juga tidak wajib lapor,meskipun di negara-negara lain kewajiban pelaporan ini masihdiberlakukan.

Penerapan PP No 1 Tahun 1982 tersebut menimbulkan permasalahan.Dari sisi hukum, timbul kerancuan dalam stratifikasi hukum nasional,karena PP No. 1 Tahun 1982 menganulir pengaturan yang lebih tinggi,yaitu UU No. 32 Tahun 1964 dan Perpu No. 64 Tahun 1970. Dari sisikebijakan ekonomi, PP No 1 Tahun 1982 tidak mengatur adanya kewajibanpelaporan atau pemantauan lalu lintas devisa. Tidak adanya pengaturanyang tegas mengenai kewajiban pelaporan lalu lintas devisa telahmenyebabkan monitoring devisa baik dalam bentuk hutang maupun lalulintas dana luar negeri jangka pendek tidak dapat secara efektif dilakukan.Berapa besarnya kewajiban luar negeri Indonesia, khususnya untuk swasta,tidak dapat diketahui jumlahnya dan juga penggunaannya secara jelasdan rinci. Ini yang kemudian sebagai salah satu sebab sulitnya penanganankrisis, baik dalam memperkirakan besarnya kebutuhan devisa untukpembayaran kewajiban luar negeri maupun dalam menangani negosiasipenjadwalan kembali dan langkah-langkah penyelesaian hutang luarnegeri swasta.

Kedua permasalahan tersebut kemudian sejak 17 Mei 1999 diselesaikandengan berlakunya UU No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa danSistem Nilai Tukar. Berkaitan dengan sistem devisa, dalam undang-undang

Page 127: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

115

tersebut ditegaskan dianutnya sistem devisa bebas di Indonesia, dalam artibahwa setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakandevisa. Namun, undang-undang tersebut juga menegaskan kewajiban bagisetiap penduduk untuk memberikan keterangan dan data mengenai kegiatanlalu lintas devisa yang dilakukannya, secara langsung atau melalui pihaklain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Lebih lanjut lagi, diaturkewenangan Bank Indonesia untuk menetapkan ketentuan atas berbagaijenis transaksi devisa yang dilakukan oleh bank dalam rangka penerapanprinsip kehati-hatian dalam pelaksanaan kebijakan devisa di Indonesia.Dengan berlakunya UU No. 24 Tahun 1999 tersebut, dapat dicegah dampaknegatif yang timbul atas penerapan sistem devisa bebas yang tanpa diikutidengan kebijakan pemantauan dan penerapan prinsip kehati-hatian dalamlalu lintas devisa seperti terjadi pada masa sebelumnya. Undang-undangini sekaligus menggantikan UU No. 32 Tahun 1964.

37

3.3 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA DENGAN SASARANKESTABILAN HARGA: MENUJU INFLATION TARGETING

Pemberlakuan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telahmembawa perubahan mendasar pada perumusan dan pelaksanaankebijakan moneter di Indonesia. Seperti telah disinggung di muka,berdasarkan UU tersebut kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesiadiarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sejalan denganitu, sejak tahun 2000 Bank Indonesia mulai menempuh langkah-langkahuntuk penerapan kerangka kerja kebijakan moneter berdasarkan suatukerangka yang dikenal dalam literatur ekonomi dan praktek di bank-banksentral lain dengan sebutan Inflation Targeting Framework. Hal ini antaralain tercermin pada penetapan dan pengumuman sasaran inflasi sebagaitujuan utama kebijakan moneter, penjelasan secara periodik kepadamasyarakat mengenai pelaksanaan kebijakan moneter yang ditempuh,

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

37 Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 24 Tahun 1999 tersebut, Bank Indonesia telah mengeluarkanketentuan untuk monitoring lalu lintas devisa, yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 1/9/1999tanggal 28 Oktober 1999. Dalam PBI tersebut diatur kewajiban pelaporan bagi setiap lalu lintasdevisa oleh dan melalui bank dan lembaga keuangan lainnya mulai 1 Maret 2000. Untuk transaksidi atas USD10.000 dilaporkan per transaksi, sementara untuk transaksi di bawah USD10.000dilaporkan secara gabungan. Dalam laporan tersebut dicantumkan tujuan dari transaksi devisa yangbersangkutan (ekspor/impor, utang luar negeri, dan sebagainya).

Page 128: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

116

K e b i j a k a n M o n e t e r

maupun pemberian independensi kepada Bank Indonesia dalammerumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter.

38

Inflation Targeting Framework merupakan kerangka kerja kebijakanmoneter yang relatif baru digunakan. Kerangka kerja kebijakan moneterini pertama kali diterapkan oleh Selandia Baru pada tahun 1990, dansemakin banyak diterapkan oleh bank sentral di negara-negara lain sebagailangkah mendasar dalam memperkuat efektivitas penerapan kebijakanmoneternya. Secara umum, kerangka kerja ini diyakini dapat membantubank sentral untuk mencapai dan memelihara kestabilan harga denganmenentukan sasaran kebijakan moneter secara eksplisit dengan berdasarkanpada proyeksi dan target inflasi tertentu ke depan. Bagaimana kerangkadasar inflation targeting tersebut umumnya diterapkan di bank-bank sentrallain dan bagaimana langkah-langkah yang ditempuh Bank Indonesia dalampenerapan kerangka kerja dimaksud dijelaskan di bawah ini.

3.3.1 Kerangka Dasar Inflation Targeting

Inflation Targeting Framework merupakan suatu kerangka kerjakebijakan moneter yang mempunyai ciri-ciri utama, yaitu adanya pernyataanresmi dari bank sentral dan dikuatkan dengan undang-undang bahwa tujuanakhir kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yangrendah, serta pengumuman target inflasi kepada publik. Pengumumantersebut mengandung arti bahwa bank sentral memberikan komitmen danjaminan kepada publik bahwa setiap kebijakan moneternya selalu mengacupada pencapaian target tersebut, dan bank sentral mempertanggung-jawabkan kebijakannya apabila target tersebut tidak tercapai.

Secara lebih rinci, karakteristik Inflation Targeting sebagaimanadikemukakan oleh Bernanke et al. (1999) dan Svensson (2000) dapatdirangkum pada tabel 1.

Prinsip dasar yang melandasi kerangka kerja Inflation Targeting tersebutadalah bahwa sasaran akhir dari kebijakan moneter diutamakan untuk

38 Untuk penjelasan lengkap mengenai langkah-langkah penerapan kerangka inflation targeting yangditempuh Bank Indonesia, baca Perry Warjiyo. “Towards Inflation Targeting: The Case of Indonesia”Inflation Targeting: Theories, Empirical Models and Implementation in Pacific Basin Countries, Januari2002; Charles Joseph dan Anton Gunawan (Editor), Monetary Policy and Inflation Targeting inEmerging Economies, Bank Indonesia, 2000.

Page 129: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

117

mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Hal inididasarkan pada dua pertimbangan pokok. Pertama, laju inflasi yang tinggimenimbulkan biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat karenamenurunnya daya beli atas pendapatan yang diperolehnya maupunmeningkatnya ketidakpastian yang dapat mempersulit perencanaan usahadan memperburuk kegiatan perekonomian. Kedua, perkembangan teoriekonomi dalam literatur dan temuan empiris di berbagai negara menunjukkanbahwa kebijakan moneter dalam jangka menegah-panjang hanyaberpengaruh pada inflasi, dan bukan pada pertumbuhan ekonomi, meskipunbelum terdapat kesepakatan mengenai bagaimana pengaruh kebijakanmoneter terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Berdasarkandua pertimbangan di atas, maka kontribusi optimal yang dapat disumbangkanoleh kebijakan moneter dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakatadalah dengan pencapaian dan pemeliharaan laju inflasi yang rendah danstabil. Dalam kaitan ini, pengendalian inflasi melalui kebijakan monetertersebut adalah dalam rangka stabilisasi dan penurunan laju inflasi dalamjangka menengah-panjang dan bukan dalam jangka pendek.

Bagaimana konsep dasar kebijakan moneter dengan kerangka InflationTargeting tersebut diterapkan di berbagai bank sentral, dapat dijelaskandengan pokok-pokok kerangka kerja sebagai berikut.

Tabel 1. Karakteristik Inflation Targeting

1 Kestabilan harga sebagai tujuan utama Ya Yakebijakan moneter

2 Pengumuman target inflasi Ya Ya3 Target inflasi jangka menengah Tidak jelas Ya4 Komunikasi intensif dengan publik Ya Ya5 Penggunaan monetary policy rule Tidak jelas Penargetan

secara spesifik prakiraan inflasi6 Publikasi prakiraan inflasi dan output Tidak perlu Ya7 Target ditetapkan oleh pemerintah Ya Tidak perlu

(goal dependence)8 Penggunaan instrumen secara Ya Ya, tetapi tidak

independen (instrumen independence) disebutkan secara tegas

Kriteria Bernanke et al Svensson

Sumber: Bofinger, Peter, Monetary Policy: Goals, Institutions, Strategies, and Instruments, Oxford University Press,2001, Hlm. 259.

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Page 130: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

118

K e b i j a k a n M o n e t e r

39 Kontradiksi atau trade-off antara tujuan mencapai inflasi yang rendah dengan pertumbuhan ekonomiyang tinggi dalam literatur ekonomi dikenal dengan Kurva Philips. Secara umum kurva inimenggambarkan hubungan jangka pendek yang searah, yaitu bahwa peningkatan inflasi terjadi sejalandengan peningkatan kegiatan ekonomi riil. Dengan demikian, apabila dikehendaki penurunan lajuinflasi untuk meminimalkan besarnya kerugian sosial masyarakat, penurunan pertumbuhan ekonomiyang dapat terjadi dalam jangka pendek perlu diperhitungkan pula dalam kerugian sosial dimaksud.

• Sasaran inflasi

Seperti telah dikemukakan, kerangka Inflation Targeting dimulai denganpenetapan dan pengumuman sasaran inflasi yang ingin dicapai olehbank sentral. Penetapan sasaran inflasi tentu saja denganmempertimbangkan berbagai faktor dan perkembangan ekonomi makronegara yang bersangkutan, terutama besarnya kerugian sosial yangditimbulkan oleh pengaruh tingginya inflasi terhadap penurunan dayabeli masyarakat (setelah memperhitungkan pengaruhnya terhadappertumbuhan ekonomi).

39 Selain itu, penetapan sasaran inflasi tersebut

harus mempertimbangkan pula efektivitas pencapaiannya melaluipelaksanaan kebijakan moneter bank sentral, termasuk jenis inflasi yangdipergunakan dan jangka waktu pencapaiannya. Pada umumnyasasaran inflasi ditetapkan untuk jenis inflasi yang dapat dipengaruhioleh kebijakan moneter dan ditetapkan untuk jangka waktu menengah-panjang yang umumnya lebih dari dua tahun ke depan. (Boks 2.Penentuan Sasaran Inflasi)

• Kebijakan moneter mengarah ke depan

Dengan inflasi sebagai sasaran akhir, perumusan kebijakan moneterdiarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan untuk jangkawaktu beberapa tahun ke depan. Mengingat adanya tenggat waktu daripengaruh kebijakan moneter terhadap inflasi, maka kebijakan moneteryang dilakukan sekarang merupakan langkah yang bersifat antisipatif,bukan reaktif, atas akan terjadinya tekanan inflasi di masa yang akandatang dibandingkan dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.Dengan demikian, rentang waktu (time horizon) mengenai seberapalama ke depan sasaran inflasi ingin ditetapkan akan tergantung darilamanya tenggat waktu pengaruh kebijakan moneter tersebut. Yangterpenting adalah menentukan mekanisme forward looking dalampenetapan arah kebijakan moneter di bank sentral. Hal ini pada akhirnyamengharuskan bank sentral untuk mampu mengevaluasi danmemperkirakan secara akurat perkembangan berbagai variabel ekonomi

Page 131: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

119

dan keuangan serta pengaruhnya terhadap proyeksi dan pencapaiansasaran inflasi ke depan sebagai dasar bagi perumusan kebijakanmoneter yang ditempuh sekarang. (Boks 3. Kebijakan MoneterMengarah Ke Depan)

• Transparansi

Penerapan Inflation Targeting menuntut transparansi (keterbukaan) yangtinggi dari bank sentral. Salah satu kunci sukses penerapan InflationTargeting terletak pada transparansi bank sentral dalam mengambil danmenjelaskan kebijakan moneter yang ditempuhnya kepada masyarakat.Transparansi tersebut sekaligus merupakan sarana untuk menunjukkankomitmen bank sentral dalam memerangi inflasi. Dengan semakinmeningkatnya transparansi, pelaku ekonomi akan semakin memahamidan meyakini dasar pertimbangan dan arah kebijakan moneter yangditempuh bank sentral dalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan.Apabila kredibilitas kebijakan moneter dapat diwujudkan, ekspektasiinflasi masyarakat yang terbentuk akan mengarah dan mengacu padasasaran inflasi yang diinginkan oleh bank sentral. Bentuk transparansidapat diwujudkan melalui penjelasan bank sentral kepada publik secaraperiodik mengenai perkembangan ekonomi terkini, proyeksi ekonomidan inflasi ke depan, dan kebijakan moneter yang diambil untukmenjaga laju inflasi tetap pada jalur pencapaian sasaran yang telahditetapkan.

• Akuntabilitas dan Kredibilitas

Dengan mengumumkan sasaran inflasi secara eksplisit kepada publikberarti melekat akuntabilitas karena pada akhirnya bank sentral harusmempertanggungjawabkan pencapaian sasaran tersebut kepada publik.Kredibilitas bank sentral dengan demikian akan sangat tergantung padakomitmen dan kemampuannya dalam mencapai target inflasi yangditetapkan. Untuk itu, penerapan Inflation Targeting mengharuskandiperkuatnya kompetensi sumber daya manusia dan dibangunnyadisiplin mekanisme pengambilan keputusan di dalam bank sentral. Padaakhirnya hal ini mengharuskan pengambilan keputusan kebijakanmoneter di bank sentral lebih didasarkan pada kualitas hasil evaluasidan penyusunan skenario proyeksi ke depan berdasarkanpengembangan model-model ekonomi yang berbasis pada penelitian.

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Page 132: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

120

K e b i j a k a n M o n e t e r

Koordinasi dengan Pemerintah juga dituntut tidak saja dalammempererat sinkronisasi kebijakan moneter dengan kebijakan ekonomilainnya, tetapi juga untuk mengendalikan sumber-sumber inflasi yangbukan berasal dari faktor-faktor moneter dan tidak dapat dipengaruhioleh kebijakan moneter.

Selain konsep dasar tersebut, keberhasilan penerapan kerangka kerjaInflation Targeting mensyaratkan beberapa hal.

• Pertama, kemandirian bank sentral terutama dalam melaksanakankebijakan moneter (instrument independent) harus diberikan dalamundang-undang dan dapat diwujudkan oleh bank sentral yangbersangkutan. Pemberian independensi dalam pelaksanaan kebijakanmoneter ini penting untuk memberikan kewenangan penuh kepadabank sentral dalam memilih dan menggunakan berbagai instrumenmoneter yang tersedia dalam rangka mencapai sasaran inflasi yangtelah ditetapkan.

• Kedua, penerapan inflation targeting umumnya disertai dengan sistemnilai tukar yang mengambang. Seperti dijelaskan di atas, penerapansistem nilai tukar mengambang dapat memperkuat independensi banksentral dalam menerapkan kebijakan moneternya dari pengaruhperkembangan ekonomi internasional.

• Ketiga, keberadaan suatu indikator harga yang relevan dengan sasarankebijakan moneter. Mengingat tidak semua komponen inflasi dapatdipengaruhi oleh kebijakan moneter, penyusunan indikator inflasi yangrelevan diperlukan tidak saja dalam menetapkan besarnya sasaran inflasiyang wajar, tetapi juga untuk memudahkan mekanisme pertanggung-jawaban kebijakan moneter oleh bank sentral.

• Keempat, bank sentral harus mampu membangun metodologi proyeksiinflasi yang baik. Seperti dijelaskan di atas, efektivitas kebijakan moneterakan ditentukan oleh kemampuan bank sentral dalam memproyeksiarah pergerakan ekonomi dan inflasi ke depan untuk dapatmengarahkan kebijakan moneter yang dilakukan sekarang padapencapaian sasaran inflasi ke depan.

• Kelima, tidak adanya dominasi sektor fiskal dalam arti bahwa banksentral harus dilindungi dengan undang-undang dan dibebaskan darisegala pengaruh atau kewajiban untuk membiayai pengeluaran-

Page 133: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

121

pengeluaran Pemerintah. Ekspansi moneter untuk pembiayaanpengeluaran fiskal telah terbukti secara nyata berdampak pada tidakterkendalinya uang beredar dan memperlemah efektivitas kebijakanmoneter dalam mempengaruhi dan mencapai sasaran inflasi yang telahditetapkan.

3.3.2 Menuju Penerapan Inflation Targeting di Indonesia

Seperti telah dikemukakan di atas, UU No.23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia telah memberikan landasan hukum yang jelas menyangkutkewenangan dan independensi Bank Indonesia dalam melaksanakantugasnya di bidang moneter, yaitu mencapai dan memelihara kestabilannilai rupiah. Undang-undang tersebut juga secara implisit mengamanatkankebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia mendasarkan padakerangka kerja yang dikenal dengan sebutan Inflation Targeting sepertidiuraikan di atas. Pertama, adanya pengaturan dan pemahaman bahwatujuan utama kebijakan moneter adalah kestabilan harga.

40 Kedua, adanya

penetapan dan pengumuman sasaran inflasi kepada masyarakat. Ketiga,adanya pengaturan bahwa sasaran inflasi merupakan sasaran akhir dansebagai dasar perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter. Keempat,adanya pemberian independensi kepada Bank Indonesia dalammerumuskan dan melaksanakan kebijakan moneternya. Kelima, adanyakewajiban bagi Bank Indonesia untuk menjelaskan pelaksanan kebijakanmoneternya kepada masyarakat sebagai perwujudan azas transparansi.Keenam, adanya mekanisme akuntabilitas bagi bank sentral untukmempertanggungjawabkan dan dinilai kinerjanya dalam pelaksanaankebijakan moneter oleh DPR.

Sejalan dengan pemberlakuan UU No. 23 Tahun 1999 tersebut makasejak tahun 2000 Bank Indonesia telah mulai menempuh langkah-langkahuntuk menerapkan kerangka kerja inflation targeting. Langkah-langkahkebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia dalam periode setelah

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

40 Meskipun UU No. 23 Tahun 1999 menyebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapaidan memelihara kestabilan nilai rupiah, yaitu dalam arti inflasi dan nilai tukar rupiah. Dengansistem nilai tukar mengambang yang dianut saat ini berarti pergerakan nilai tukar rupiah ditentukanoleh mekanisme pasar. Stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dimaksudkantidak untuk mencapai target nilai tukar rupiah pada tingkat atau kisaran tertentu, tetapi dalam rangkamenghindari gejolak yang tidak diinginkan dan untuk meminimalkan pengaruh nilai tukar rupiahpada laju inflasi.

Page 134: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

122

K e b i j a k a n M o n e t e r

krisis sebagaimana telah diuraikan secara panjang lebar pada bagian 3.2.3di atas, baik menyangkut kerangka strategis, mekanisme transmisi, kerangkaoperasional, proses perumusan kebijakan, maupun mekanismepengendalian moneter, merupakan upaya konkrit dan bagian penting daripenerapan inflation targeting di Indonesia. Secara ringkas, pokok-pokokkonsep dasar penerapan inflation targeting dimaksud dapat disarikan sebagaiberikut.

• Sasaran inflasi

Sejak tahun 2000, Bank Indonesia menetapkan dan mengumumkansasaran inflasi yang akan dicapai melalui kebijakan moneternya. Sasaraninflasi ditetapkan untuk jangka menengah-panjang (3-5 tahun ke depan),yang untuk saat ini adalah sebesar 6% pada tahun 2006. Jenis inflasiyang dipergunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), terutamauntuk memudahkan komunikasi dengan Pemerintah dan masyarakat.Akan tetapi, untuk dasar perumusan kebijakan moneter secara internal,Bank Indonesia mengembangkan jenis inflasi yang dapat dikendalikanoleh kebijakan moneter, dan dikenal dengan sebutan inflasi inti (coreinflation).

41 Dalam hubungan ini, perlu dikemukakan bahwa, dengan

amandemen UU No. 3 Tahun 2004 terhadap UU No. 23 Tahun 1999,sasaran inflasi yang semula ditetapkan sendiri oleh Bank Indonesiadiubah menjadi ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasidengan Bank Indonesia.

• Kebijakan moneter mengarah ke depan

Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia diarahkan untukmencapai sasaran inflasi yang ditetapkan ke depan. Untuk itu, BankIndonesia telah mengembangkan model-model proyeksi ekonomi, nilaitukar, dan inflasi serta berbagai penelitian yang diperlukan untukmemperkuat perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter secaraforward looking. Pengambilan keputusan kebijakan moneter dilakukanmelalui RDG bulanan baik pada awal tahun, setiap triwulanan, bulanan,maupun mingguan sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu.Hingga tahun 2003, operasi pengendalian moneter untuk pencapaiansasaran inflasi dilakukan dengan sasaran-operasional uang primer. Mulai

41 Inflasi inti dihitung dengan mengeluarkan dari inflasi IHK komponen harga barang yang ditetapkanoleh Pemerintah (administered prices) dan harga barang makanan yang menunjukkan fluktuasi yangberlebihan sebagai cerminan dari pengaruh pasokan dan perubahan iklim (volatile foods).

Page 135: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

123

tahun 2004, Bank Indonesia secara bertahap beralih ke suku bungasebagai sasaran-operasional seperti yang dilakukan di bank-bank sentrallain yang menerapkan kerangka inflation targeting.

• Transparansi

Penjelasan secara periodik mengenai pelaksanaan kebijakan moneterdilakukan oleh Bank Indonesia baik pada setiap awal tahun, triwulan,bulanan maupun mingguan. Dalam penjelasan setiap awal tahun dantriwulanan dikemukakan mengenai perkembangan pencapaian inflasidan pelaksanaan kebijakan moneter yang telah dilakukan serta proyeksiekonomi dan inflasi ke depan dan arah kebijakan moneter yang akanditempuh sebagaimana dibahas dan diputuskan dalam RDG. Penjelasandilakukan melalui penerbitan laporan tahunan dan laporan triwulanan,pemuatannya di sejumlah media massa, maupun melalui konferensipers apabila dipandang perlu. Penjelasan secara bulanan dan mingguanmengenai pelaksanaan kebijakan moneter yang diputuskan dalam RDGdilakukan melalui siaran pers.

• Akuntabilitas

Sesuai UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimanatelah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia diwajibkanuntuk menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulananmengenai pelaksanaan tugas dan wewenangnya, termasuk kebijakanmoneter, kepada DPR. Laporan tersebut dievaluasi oleh DPR dalamrangka penilaian secara tahunan atas kinerja Dewan Gubernur danBank Indonesia. Perubahan dalam undang-undang tersebutdimaksudkan untuk memperkuat mekanisme akuntabilitas pelaksanaantugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk dalam hal pelaksanaankebijakan moneter.

Berbagai persyaratan untuk mendukung keberhasilan penerapankerangka inflation targeting juga telah diatur dalam undang-undang danatau telah dikembangkan oleh Bank Indonesia. Mengenai independensiBank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter (instrumentindependent) dan pembatasan terhadap Bank Indonesia dalam pembiayaanpengeluaran fiskal Pemerintah (no fiscal dominance) telah diatur dalamUU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan UU No. 3 Tahun 2004. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia diberikan

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Page 136: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

124

K e b i j a k a n M o n e t e r

kewenangan penuh dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakanmoneternya, dan Pemerintah dan pihak lain dilarang untuk campur tangandalam pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia sebagaimana telahdiatur dalam undang-undang. Bank Indonesia juga dilarang untukmemberikan pinjaman kepada Pemerintah untuk membiayai pengeluaranfiskal, kecuali dalam rangka pemberian fasilitas pembiayaan darurat atasbeban APBN dalam rangka mengatasi krisis perbankan yang bersifat sistemikdan mengancam perekonomian nasional. Demikian pula, mengenai sistemnilai tukar juga dianut sistem nilai tukar mengambang sebagaimanadipersyaratkan dalam penerapan kerangka inflation targeting.

Mengenai indikator harga yang relevan dengan kebijakan moneter, BankIndonesia juga telah mengembangkan pengukuran inflasi inti dan modelpenetapan sasaran inflasi berdasar pada inflasi IHK dengan memperhitungkanperkembangan ekonomi dan keuangan. Bank Indonesia juga telah dan terusmemperkuat pengembangan model-model proyeksi ekonomi dan inflasi sertaberbagai penelitan lain yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan adanyamodel proyeksi inflasi yang baik dalam penerapan kerangka inflationtargeting. Dalam kaitan ini, untuk mendukung kualitas evaluasi dan proyeksiekonomi serta arah kebijakan moneter tersebut, juga ditempuh langkah-langkah persiapan operasional, seperti pengembangan model-modelekonomi untuk proyeksi inflasi, nilai tukar rupiah, ekonomi makro, hinggapengkajian transmisi dan pengembangan instrumen moneter. Termasuk didalamnya adalah perubahan mekanisme operasi pengendalian moneter darisemula berdasar uang primer menjadi suku bunga sebagai sasaran-operasional yang mulai diterapkan secara bertahap tahun 2004.

Meskipun berbagai langkah-langkah persiapan dan penguatan kebijakanmoneter telah dan terus dilakukan Bank Indonesia, penerapan kerangkainflation targeting di Indonesia tidaklah mudah. Hal ini terutama terkaitdengan kondisi perekonomian dan sistem perbankan yang sedang mengalamiperubahan struktural. Meskipun kredit perbankan telah mengalamipeningkatan, tingkat pertumbuhannya belum optimal dan pemanfaatannyaoleh sektor riil relatif rendah karena banyak dunia usaha yang masihmenghadapi restrukturisasi usaha dan kewajibanya baik terhadap pihak luarnegeri maupun perbankan dalam negeri. Permasalahan fungsi intermediasiperbankan yang belum berjalan normal pada akhirnya telah mempengaruhiefektivitas mekanisme transmisi dan kebijakan moneter yang ditempuh Bank

Page 137: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

125

Indonesia. Dengan kondisi demikian, langkah-langkah kebijakan moneterBank Indonesia, misalnya, dengan perubahan suku bunga SBI, tidak selaludapat secara efektif mempengaruhi perkembangan suku bunga perbankanmaupun berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan secara keseluruhan yangdiperlukan mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Perkembangan inflasi juga tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakanmoneter, tetapi juga oleh kebijakan Pemerintah di bidang harga(administered prices), seperti perubahan harga BBM, upah minimum, dantarif listrik dan telepon, serta oleh gangguan di sisi produksi dan distribusibarang karena kondisi sektor riil yang belum pulih. Melemahnya nilai tukarjuga menjadi faktor lain penyebab tidak mudahnya mengendalikan danmencapai sasaran inflasi. Berbagai faktor tersebut menjelaskan masih relatiftingginya laju inflasi sejak penerapan inflation targeting mulai tahun 2000,seperti tercermin pada laju inflasi yang masih berada pada tingkat 12,6%pada tahun 2001 dan 10,03% pada tahun 2002. Dengan membaiknyakondisi perekonomian, berkurangnya administered prices, dan stabilnyanilai tukar rupiah, laju inflasi menurun menjadi 5,06% pada tahun 2003.Perbaikan kondisi perekonomian dan perbankan diharapkan akan terusberlangsung ke depan dengan didukung oleh perbaikan kondisi sosial politiknasional, khususnya dengan peralihan Pemerintahan hasil Pemilu tahun2004. Apabila perbaikan seperti ini dapat diwujudkan, penerapan kerangkakebijakan moneter berdasar inflation targeting secara penuh dengan sukubunga sebagai sasaran-operasional yang telah dicanangkan Bank Indonesiamulai tahun 2004 ini diharapkan dapat berjalan dengan baik.

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Page 138: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

126

K e b i j a k a n M o n e t e r

Seperti telah diketahui, secara teoretis, pengertian inflasi merujuk pada perubahantingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Datamengenai perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jasasebagai komponen pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasayang diperdagangkan antara produsen dengan pedagang besar atau antar-pedagang besar (Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB), ataupun cakupan barangdan jasa yang dijual secara eceran dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat(Indeks Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara penghitungan inflasididasarkan pada perubahan indeks pada periode tertentu dengan indeks padaperiode sebelumnya. Sebagai contoh, laju inflasi bulanan dihitung dari perubahanindeks bulan ini dari indeks bulan sebelumnya, sementara inflasi tahunan dihitungdari indeks pada bulan yang sama dari tahun sebelumnya.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar tahun kalenderdengan memperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi makro. Untukmencapai sasaran inflasi tersebut, Bank Indonesia melaksanakan kebijakanmoneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harusmempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.Ketentuan ini dimaksudkan agar kebijakan moneter yang diambil oleh Bank In-donesia dapat dijadikan acuan yang pasti dan jelas bagi dunia usaha danmasyarakat luas. Di samping itu, ketentuan ini dimaksudkan pula agar kebijakanBank Indonesia sudah mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomiannasional secara keseluruhan, termasuk bidang keuangan negara danperkembangan sektor riil.

Dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000Bank Indonesia pada mulanya menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yangakan dicapainya untuk tahun yang bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasiyang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampakdari kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kebijakan Pemerintah di bidangharga dan pendapatan (administered prices and income policy).

1 Sebagai contoh,

sasaran inflasi ditetapkan sebesar 3-5% untuk tahun 2000 dan 4-6% untuk tahun

PenentuanSasaran Inflasi

Boks2:

1 Sejak bulan Oktober 1999, IHK gabungan dihitung dari43 kota, setelah kota Dili dikeluarkan. Jumlahkomoditas yang dicakup sebanyak 249 – 353 komoditas yang terdiri atas tujuh kelompok, yaitu: (i)bahan makanan; (ii) makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; (iii) perumahan; (iv) sandang;(v) kesehatan, (vi) pendidikan, rekreasi, dan olah raga; dan (vii) transpor dan komunikasi.

Page 139: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

127

2001. Pada periode yang sama, dampak administered prices and income policyterhadap inflasi diperkirakan untuk tahun 2000 dan 2001 masing-masing sekitar2% dan 2-2.5%. Dengan demikian, penambahan dua komponen inflasi tersebutmenunjukkan perkiraan Bank Indonesia untuk inflasi (berdasarkan) IHK, yaitusekitar 5-7% dan 6-8,5% masing-masing untuk tahun 2000 dan 2001.

Sejak tahun 2002, terjadi perubahan dalam jenis dan jangka waktu sasaran inflasiyang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jenis inflasi yang digunakan adalahperubahan IHK. Selain itu, Bank Indonesia juga menetapkan sasaran inflasi yangakan dicapai dalam jangka menengah. Sebagai contoh, untuk tahun 2002 sasaraninflasi ditetapkan sebesar 9-10% dan diarahkan untuk secara bertahap menjadisekitar 6-7% dalam jangka waktu lima tahun. Penggunaan total inflasi IHK sebagaisasaran inflasi didasarkan pertimbangan karena lebih mudah diterima oleh dandijelaskan kepada publik, sehingga diharapkan sasaran inflasi tersebut dapatdijadikan acuan dalam perencanaan usaha dan karenanya mampumempengaruhi ekspekasi iflasi yang terjadi di masyarakat. Sementara itu,ditetapkannya sasaran inflasi jangka menengah didasarkan pada pertimbanganbahwa pengaruh kebijakan moneter terhadap inflasi pada umumnya berlangsungdengan tenggat waktu yang sesuai kajian empiris sekitar enam sampai delapankuartal. Dengan demikian, penetapan sasaran inflasi tersebut dapatmengantisipasi prospek ekonomi makro ke depan dan mampu mendukung upayapemulihan ekonomi nasional.

Seperti dikemukakan di atas, penentuan sasaran inflasi dilakukan denganmemperhatikan prospek ekonomi makro, dan karenanya didasarkan padaperkembangan dan proyeksi arah pergerakan ekonomi ke depan. Hal inididasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat ketidak sejalanan (trade-off) antarapencapaian inflasi yang rendah dengan keinginan untuk mendorong lajupertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak inginmenargetkan inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihanekonomi nasional. Untuk itu, dengan menggunakan model-model makroekonomiyang dikembangkan, Bank Indonesia menganalisis dan memproyeksi berapalaju pertumbuhan ekonomi ke depan, dengan berbagai komponen-komponennyadan komposisinya baik yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisipenawaran. Dengan cara ini, dapat diukur kecenderungan terjadinya kesenjanganantara besarnya permintaan dengan penawaran agregat (yang diukur denganoutput potensial), atau yang sering disebut output gap ‘kesenjangan output’.Besarnya output gap inilah yang diperkirakan akan menentukan besarnya tekananterhadap inflasi ke depan.

Dalam menentukan sasaran inflasi tersebut, Bank Indonesia mempertimbangkanpula perkembangan harga barang dan jasa yang dipengaruhi oleh kebijakan

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Page 140: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

128

K e b i j a k a n M o n e t e r

moneter. Perkembangan harga seperti ini dalam literatur ekonomi dan praktekdi berbagai bank sentral dikenal dengan sebutan core inflation ‘inflasi inti’.

2

Inflasi inti dapat dihitung antara lain dengan mengeluarkan komponen hargabarang yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices) dan harga barangmakanan yang menunjukkan fluktuasi yang berlebihan sebagai cerminan daripengaruh pasokan dan perubahan iklim (volatile foods) dari inflasi IHK.

3

Mengingat tidak semua komponen inflasi IHK dapat dipengaruhi oleh kebijakanmoneter, penyusunan indikator inflasi inti seperti ini diperlukan tidak saja dalammenetapkan besarnya sasaran inflasi yang wajar, tetapi juga untuk memudahkanmekanisme pertanggung jawaban kebijakan moneter oleh bank sentral.Selain itu, Bank Indonesia juga mengukur kenaikan harga yang diakibatkan olehdepresiasi nilai tukar, atau sering disebut imported inflation. Pengaruh nilai tukarterhadap inflasi dapat terjadi secara langsung (direct pass-through) karenakenaikan harga barang-barang impor secara langsung mempengaruhi inflasi IHKdengan terjadinya depresiasi nilai tukar. Kenaikan harga karena nilai tukar jugadapat terjadi secara tidak langsung (indirect pass-through), yaitu melalui pengaruhdepresiasi nilai tukar terhadap penerimaan ekspor dan permintaan agregat, yangpada gilirannya mendorong tekanan inflasi. Karena itu, Bank Indonesiaberkepentingan terhadap kestabilan nilai tukar rupiah dalam rangka pengendalianinflasi tersebut. Pada gilirannya, keberhasilan pengendalian inflasi dapatmendorong penguatan dan kestabilan nilai tukar rupiah dengan semakin kecilnyaperbedaan harga di dalam negeri dengan harga di luar negeri.

Selain dipengaruhi kebijakan moneter, permintaan masyarakat dipengaruhi pulaoleh kebijakan fiskal (besarnya APBN). Hal ini dapat terjadi melalui pengeluaranPemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan dalamAPBN. Karena itu, dalam mengendalikan laju inflasi dari sisi permintaan, banksentral juga harus memperhitungkan dampak fiskal terhadap kegiatan ekonomidan inflasi. Ini yang sering disebut koordinasi kebijakan moneter dan fiskal dalamkonteks perumusan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro. Selain untukmengkoordinasikan langkah-langkah pengendalian terhadap sisi permintaan dariperekonomian nasional, koordinasi fiskal-moneter tersebut juga sangat pentingdalam mengantisipasi dan meminimalkan dampak perubahan kebijakanPemerintah di bidang harga dan pendapatan terhadap inflasi. Koordinasi antaraBank Indonesia dengan Pemerintah juga dilakukan untuk pengendalian tekanan

2 Sementara itu, inflasi yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dikenal denganheadline inflation.

3 Metode ini dikenal dengan sebutan exclusion method. Cara lain untuk menghitunginflasi inti adalah metode statistik dengan mengeluarkan komponen harga yang sangatberfluktuasi, yaitu yang berada pada sisi ekstrem kanan dan kiri dari distribusi statistikinflasi IHK, atau dikenal dengan sebutan trimmed method.

Page 141: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

129

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan

Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Kebijakan MoneterMengarah ke Depan

Boks3:

inflasi dari sisi penawaran, khususnya dengan kebijakan industri dan perdaganganuntuk memperlancar pasokan dan distribusi barang dan jasa bagi masyarakat.

Selanjutnya sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 yang mengamandemenbeberapa pasal dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sasaraninflasi yang semula ditetapkan sendiri oleh Bank Indonesia telah diiubah menjadiditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia.Perubahan ini di satu sisi mengurangi independensi Bank Indonesia dalammenetapkan sasaran inflasi (goal independent), sementara independensi BankIndonesia dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter (instrumentindependent) tetap dipertahankan. Akan tetapi, di sisi lain perubahan ini akansemakin mempererat koordinasi kebijakan moneter Bank Indonesia dengankebijakan fiskal Pemerintah yang telah terjalin selama ini. Dengan demikian,perubahan ini akan semakin meningkatkan komitmen dan dukungan Pemerintahdalam pencapaian sasaran inflasi yang harus dicapai Bank Indonesia. Lebih dariitu, perubahan ini akan semakin meningkatkan sinergi antara kebijakan moneterdengan kebijakan fiskal dan ekonomi lainnya dalam mendorong pertumbuhanekonomi maupun tujuan ekonomi lain seperti penciptaan lapangan kerja.

Perubahan kewenangan penetapan sasaran inflasi tersebut diperkirakan tidakakan mengubah secara mendasar jenis dan besarnya sasaran inflasi. Hal inimengingat selama ini telah terjalin koordinasi yang baik antara Pemerintah danBank Indonesia, khususnya dalam penetapan asumsi-asumsi variabel ekonomimakro dalam proses penyusunan APBN yang di dalamnya termasuk besarnyalaju inflasi ke depan. Barangkali yang diperlukan adalah pembakuan mekanismekoordinasi yang selama ini telah terjalin antara Pemerintah dan Bank Indonesia.Termasuk di dalamnya adalah mekanisme pengumuman sasaran inflasi olehPemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia. Dengan cara demikian, tidaksaja koordinasi dan komitmen antara Pemerintah dan Bank Indonesia akansemakin tinggi, tetapi juga dukungan publik dalam pencapaian sasaran inflasiyang ditetapkan juga akan semakin besar.

Seperti telah dikemukakan, dalam kerangka Inflation Targeting, perumusan danpelaksanaan kebijakan moneter bersifat forward looking ‘mengarah ke depan’,dalam arti bahwa bank sentral menempuh kebijakan moneter pada saat ini

Page 142: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

130

K e b i j a k a n M o n e t e r

sebagai langkah antisipatif (pre-emptive) untuk mencapai sasaran inflasi yangditetapkan untuk masa yang akan datang. Mengapa kebijakan moneter perludilakukan dengan berorientasi masa depan? Hal ini disebabkan oleh fakta empirisbahwa terdapat tenggat waktu yang relatif lama dari pengaruh kebijakan moneterterhadap perkembangan berbagai variabel ekonomi-keuangan dan sasaran-akhirinflasi. Dengan demikian, perumusan kebijakan moneter yang dilakukan saat iniharus memperhitungkan kemungkinan perkembangan ekonomi dan inflasi yangterjadi di masa yang akan datang melalui langkah-langkah yang bersifat antisipatif.

Orientasi kebijakan moneter yang demikian, mengharuskan bank sentral untukdapat: (a) memprakirakan pergerakan inflasi ke depan untuk dibandingkan dengansasaran yang ditetapkan, (b) mengetahui seberapa lama tenggat waktu daripengaruh kebijakan moneter saat ini dengan inflasi di masa yang akan datang,dan (c) mengetahui dengan baik bagaimana mekanisme transmisi kebijakanmoneter dalam mempengaruhi inflasi dan perekonomian. Pemahaman yang akuratdan menyeluruh atas ketiga aspek ini melalui pemodelan proyeksi ekonomi daninflasi, penelitian mekanisme transmisi moneter, serta penelitian mengenai perilakuberbagai variabel ekonomi-keuangan sangat penting dalam meningkatkanefektivitas kebijakan moneter.

Dalam kerangka kerja kebijakan moneter yang berlaku di Bank Indonesia saatini, orientasi perumusan kebijakan moneter juga mengarah ke depan. Hal initerutama karena lamanya tenggat waktu antara tindakan kebijakan moneter saatini dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan. Dari hasil kajian yang dilakukanoleh Bank Indonesia, dengan menggunakan jalur suku bunga dan nilai tukarmengenai transmisi kebijakan moneter ke inflasi, didindikasikan bahwa kebijakanmoneter membutuhkan waktu antara satu sampai dua tahun untuk dapatmempengaruhi harga-harga di pasar domestik.

1 Dengan tenggat waktu yang relatif

lama tersebut berarti kenaikan suku bunga SBI yang dilakukan saat ini barumemberikan pengaruh penurunan harga-harga pada satu sampai dua tahunkemudian. Oleh karena itu, dalam formulasi kebijakan moneter, yang perludipertimbangkan adalah proyeksi inflasi dan ekonomi makro dalam jangka satusampai dua tahun ke depan dibandingkan dengan targetnya pada periode tersebut.

Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter berorientasi ke depan tersebut,Bank Indonesia terus mengembangkan model-model proyeksi ekonomi dan inflasi.Di samping untuk mendukung analisis perkembangan ekonomi dan inflasi yangterjadi, pemodelan seperti ini penting untuk lebih mampu dalam memprakirakanpergerakan ekonomi dan inflasi ke depan untuk dibandingkan dengan sasaran

1 Hasil kajian dari negara lain, seperti Kanada dan Selandia Baru juga menghasilkan lag sekitar dua tahun. Sementara,lag di Brazil justru lebih cepat, sekitar enam kuartal

Page 143: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

131

yang ditetapkan. Sejumlah penelitian juga dilakukan untuk memahami denganbaik bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam mempengaruhiinflasi dan perekonomian. Pemahaman mengenai bagaimana perilaku berbagaivariabel ekonomi-keuangan juga ditingkatkan baik melalui penelitian maupunberbagai survei yang dilakukan. Berbagai langkah tersebut ditempuh untukmendukung efektivitas kebijakan moneter Bank Indonesia dalam mengarahkanperkembangan ekonomi dan inflasi ke depan agar tetap berada pada jalurpencapaian sasaran inflasi yang ditetapkan.

3.3 Kebijakan Moneter di Indonesia dengan Sasaran Kestabilan Harga:

Menuju Inflation Targeting

Page 144: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

132

K e b i j a k a n M o n e t e r

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Halim, et al. (2000), Framework for Implemeting Inflation Targeting inIndonesia, on BI-IMF Conference on Monetary Policy and InflationTargeting in Emerging Economies, Bank Indonesia.

Ascarya (2002), Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter, SeriKebanksentralan No. 3, PPSK, Bank Indonesia.

Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Beberapa tahun penerbitan,Bank Indonesia.

Barro R.J. and Gordon D.B. (1983), ‘Rules, Discretion and Reputation in AModel of Monetary Policy’, Journal of Monetary Economics,12.

Bernanke, B. et al.(1999), Inflation Targeting: Lessons from InternationalExperience, Princenton University Press.

Bofinger, Peter (2001), Monetary Policy: Goals, Institutions, Strategies, andInstruments, Oxford University Press.

Bond, T.J., et.al.(1994), ‘Monetary Targets’, URES Discussion Paper, Agustus,Bank Indonesia.

BSIS (1997), The Transmission Mechanism of Monetary Policy in DevelopingCountries”.

Cecchetti, Stephen G. (1998), ‘Policy Rules and Targets: Framing the CentralBanker’s Problem’, FRBNY Economic Policy Review, June.

Dornbusch, R., et al.(2001), Macroeconomics, 8th Edition, The McGraw-Hill/

Irwin.

Friedman, Milton (1991), Monetarist Economics, Basil Blackwell Ltd.

Grenville, S. (1997), The Evolution of Monetary Policy: From Money Targets toInflation Targets, Conference on Monetary Policy and Inflation Targeting,RBA, July.

Khan, Mohsin S. (2003), Current Issues in Designing and Conduct of MonetaryPolicy, Paper prepared for the RBI/IGIDR 5

th Annual Conference on

Money and Finance in Indian Economy, January.

Page 145: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

133

Laidler, David E.W. (1997), The Demand for Money, Harper &Row, Publ. Inc.

Madjardi, F. dkk. (2001), Penyempurnaan Perhitungan Inflasi Inti (Core Inflation),Laporan Hasil Penelitian, Bagian Studi Sektor Riil, Direktorat RisetEkonomi dan Kebijakan Moneter.

Miskhin, F.S.(1999), ‘International Experiences with Different MonetaryPolicy Regimes’, Journal of Monetary Economics, 43.

Parkin, M. and Bade R. (1988), Modern Macroeconomics, Philip Alan PublishersLtd.

Rothenberg, Alexander D.(2002), The Monetary-Fiscal policy Mix: EmpiricalAnalysis and Theoretical Implications, Working paper.

Samuelson, Paul.A. and William D. Nordhaus (2002), Economics, 7th Edition,

The McGraw-Hill/Irwin.

Sarwono, Hartadi A. (1996), Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter diIndonesia, Makalah SESPIBI Angkatan XXI, Bank Indonesia.

___________ dan Warjiyo, P. (1998), ‘Mencari Paradigma Baru ManajemenMoneter dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untukPenerapannya di Indonesia’, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.1, Bank Indonesia.

Solikin (1998), The Stability of Income Velocity, Demand for Money, and MoneyMultiplier in Indonesia, 1971-1996, Unpublished Working Paper,Department of Economics, The University of Michigan, August.

___________ dan Suseno (2002), Uang: Pengertian, Pencipataan, dan Peranannyadalam Perekonomian, Seri Kebanksentralan No.1, PPSK, Bank Indonesia.

___________ dan Suseno (2002), Penyusunan Statistik Uang Beredar, BukuSeri Kebanksentralan No.2, PPSK, Bank Indonesia.

Taylor, J.B. (1993), “Discretion Versus Policy Rules in Practice”, Carnegie-Rochester Conference Series on Public Policy, 39.

__________ (1995), ‘The Monetary Transmision Mechanism: An EmpiricalFramework’, Journal of Economic Perspectives, 9.

__________ , Editor (1999), ‘Monetary Policy Rules’, NBER Conference Report,The University of Chicago Press.

D a f ta r P u s ta k a

Page 146: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

134

K e b i j a k a n M o n e t e r

Walsh, Carl E. (2001), Monetary Policy and Theory, the MIT Press, the 3rd

printing.

Warjiyo, P. dan Doddy Zulverdi (1998), ‘Penggunaan Suku Bunga sebagaiSasaran Operasional Kebijakan Moneter di Indonesia’, Buletin EkonomiMoneter dan Perbankan, Vol. 1, No. 1, Bank Indonesia.

Warjiyo, P. and Juda Agung, Editor (2001), Transmision Mechanisms of MonetaryPolicy in Indonesia, Directorate of Economic Research and MonetaryPolicy, Bank Indonesia.

Warjiyo, Perry (2004), Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter diIndonesia, Buku Seri Kebanksentralan No. 11, PPSK, Bank Indonesia

Page 147: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

135

ank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagailembaga intermediasi, membantu kelancaran sistempembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagailembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakanpemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya

tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupunsecara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatuperekonomian yang sehat. Kajian dan analisis tentang keterkaitan antarakesehatan sistem perbankan dengan kondisi makroekonomi dan monetersuatu negara telah banyak dibahas, antara lain oleh Lindgren (1996) danGuitan (1997). Untuk menciptakan perbankan yang sehat tersebut antaralain diperlukan pengaturan dan pengawasan bank yang efektif. Kebijakanperbankan yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia padadasarnya merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan, menjaga, danmemelihara sistem perbankan yang sehat tersebut.

Dalam bab ini akan diuraikan secara ringkas kebijakan Bank Indonesiadalam mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Pada bagian awalakan diuraikan gambaran umum yang berisikan dasar-dasar pemahamantentang bank, termasuk di dalamnya definisi dan fungsi serta peranan bankdalam perekonomian, pengertian sistem perbankan, dan alasan mengapabank harus diawasi, serta prinsip-prinsip baku pengaturan dan pengawasanperbankan yang efektif. Pada bagian selanjutnya akan diuraikan tentangsistem perbankan di Indonesia dan peranan Bank Indonesia dalam mengaturdan mengawasi bank, termasuk kebijakan restrukturisasi perbankan yangdilakukan pascakrisis.

4 KebijakanPerbankan

Oleh: Suseno dan Piter Abdullah

Page 148: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

136

Kebijakan Perbankan

4.1 GAMBARAN UMUM

Untuk memahami kebijakan perbankan yang dirumuskan dandilaksanakan oleh otoritas moneter, akan lebih mudah apabila diawalidengan pemahaman tentang bank dan peranannya dalam perekonomian.Selain itu, karena bank merupakan bagian dari suatu sistem yang lebihbesar, maka mengetahui posisi bank dalam suatu sistem perekonomianakan memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai kebijakanperbankan. Berdasarkan pemahaman tentang bank dan kedudukanperbankan dalam suatu perekonomian tersebut, maka diharapkan akandapat dipahami kenapa suatu bank perlu diawasi.

4.1.1 Definisi dan Fungsi Bank dalam Perekonomian

Secara garis besar lembaga keuangan dapat dikelompokkan menjadilembaga keuangan bank, atau seringkali hanya disebut sebagai bank, danlembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bukan bank terdiridari lembaga-lembaga keuangan yang fungsi dan kegiatan pokoknyaberbeda dengan bank, misalnya, asuransi, dana pensiun, pegadaian,leasing (sewa guna usaha), dan factoring (anjak piutang). Perbedaannyadengan bank adalah bahwa lembaga-lembaga keuangan bukan banktersebut tidak menerima simpanan masyarakat dalam bentuk giro, tabungan,dan deposito, melainkan memperoleh sumber pendanaannya dari modal,pinjaman, iuran atau premi yang dibayar nasabahnya, dan penerbitan surat-surat berharga baik berjangka pendek maupun berjangka panjang.Sementara itu, penyaluran dana kepada dunia usaha dan pelayanan jasakeuangan lainnya yang diberikan lembaga keuangan bukan bank tergantungpada jenis dan operasinya. Perusahaan sewa guna usaha, misalnya,menyediakan pembiayaan untuk perolehan atau pemanfaatan barang modaldengan cara sewa yang memungkinkan pihak penyewanya membeli barangmodal tersebut pada saat berakhirnya masa kontrak. Dengan kemajuanteknologi dan berbagai inovasi keuangan yang terjadi pada saat ini, batas-batas pelayanan jasa keuangan yang diberikan oleh lembaga-lembagakeuangan menjadi semakin kabur.

Definisi, pengertian, dan cakupan kegiatan operasional banksebagaimana diatur oleh ketentuan yang berlaku dapat bervariasi antarasatu negara dan negara yang lain. Meskipun demikian, terdapat kesamaan

Page 149: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

137

sifat-sifat dasar dari suatu bank. Sifat-sifat tersebut adalah: 1) memilikikewajiban yang harus dibayar setiap saat apabila ditagih (yaitu dana-danayang disimpan oleh masyarakat) sebagaimana terlihat pada sisi pasiva neracadan 2) memiliki harta yang tidak likuid yang penilaiannya tidak mudahserta berjangka waktu lebih lama dibandingkan dengan kewajiban yangdimiliki (Diamond dan Dybvig, 1983). Sifat-sifat dasar bank tersebut tampakjelas pada sumber pendanaannya yang berasal dari simpanan masyarakatdalam bentuk giro, tabungan, dan deposito serta pada penyaluran dananyadalam bentuk kredit kepada dunia usaha dan alternatif investasi lainnya.

Dalam sistem perbankan modern, bank dapat melakukan kegiatan yangbervariasi sesuai dengan ketentuan hukum yang mengaturnya. Di AmerikaSerikat, misalnya, terdapat investment bank ’bank investasi’ yang kegiatannyaberbeda dengan commercial bank ’bank komersial’. Berbeda dengan bankkomersial yang menerima simpanan masyarakat dan menyalurkan dananyadalam bentuk kredit seperti yang umumnya dikenal masyarakat, bankinvestasi melakukan usahanya terkait dengan penanaman dana dalam bentukportofolio investasi, perdagangan dan proses penerbitan saham, obligasi,dan surat-surat berharga lainnya. Di Jerman terdapat universal bank, yaitusuatu bank yang dapat memberikan jasa keuangan yang sangat luas, tidaksaja terbatas pada jenis-jenis usaha seperti yang dilakukan bank komersialdan bank investasi, tetapi termasuk juga pelayanan jasa-jasa keuanganlainnya, misalnya, asuransi (Heffernan, 1996).

Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang-undang, yangdimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana darimasyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembalikepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalamrangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam bab ini definisidan pengertian bank yang dipergunakan adalah bank sebagaimana diaturdalam undang-undang tersebut. Dengan demikian, usaha bank di Indonesiatergolong pada jenis-jenis usaha yang umumnya dilakukan oleh bankkomersial di banyak negara. Dari jenis-jenis usaha dimaksud, bankmerupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsiintermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana(penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan dana(peminjam dana atau debitur). Berdasarkan fungsinya ini, bank disebutsebagai lembaga intermediasi atau lembaga perantara.

4.1 Gambaran Umum

Page 150: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

138

Kebijakan Perbankan

Sebagai lembaga perantara, pihak-pihak yang kelebihan dana, baikperseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapatmenyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro,tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan danpreferensinya. Sementara itu, pihak-pihak yang kekurangan danmembutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank.Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, maupunkredit konsumsi. Fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik apabilakedua belah pihak tersebut, yaitu penyimpan dana dan peminjam dana,memiliki kepercayaan terhadap bank. Oleh karena itu, bank sering jugadisebut sebagai lembaga kepercayaan. Kebijakan perbankan yang efektifterutama harus diarahkan untuk menjaga kepercayaan masyarakatterhadap perbankan. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat tersebut,dapat dipastikan bahwa fungsi intermediasi tidak akan dapat dilakukandengan baik.

Apabila proses intermediasi tersebut berjalan dengan baik, maka semuapihak, yaitu bank, pihak yang mempunyai kelebihan dana, pihak yangmembutuhkan dana, dan pada gilirannya perekonomian secara keseluruhanakan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank. Pihak yangmempunyai kelebihan dana akan memperoleh manfaat berupa pendapatanbunga dari dana yang disimpan di bank, di samping kemudahan bertransaksimelalui berbagai pelayanan jasa keuangan yang diberikan bank sepertipenarikan dana tunai, transfer, dan sebagainya. Sementara itu, pihak yangmembutuhkan dana memperoleh manfaat berupa ketersediaan dana daribank untuk melakukan investasi atau produksi. Bank sendiri akanmemperoleh manfaat berupa selisih pendapatan dan biaya bunga yangbiasa disebut spread. Di sisi lain, perekonomian juga mendapatkan manfaatberupa mekanisme alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien.Dengan proses intermediasi seperti ini, bank sebagai lembaga intermediasiberperan penting dalam memobilisasi dana-dana masyarakat untukdiputarkan sebagai salah satu sumber pembiayaan utama bagi dunia usaha,baik untuk investasi maupun produksi, dalam rangka mendorongpertumbuhan ekonomi.

Selain sebagai lembaga intermediasi, bank juga memberikan pelayanandalam lalu lintas sistem pembayaran. Sebagaimana diuraikan dalam babyang membahas tentang sistem pembayaran, dengan adanya bank, maka

Page 151: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

139

berbagai cara pembayaran yang diperlukan untuk memfasilitasi kegiatanekonomi masyarakat dapat berjalan dengan lebih lancar. Masyarakat dapatmelakukan berbagai pembayaran melalui bank, baik secara tunai maupunnontunai (seperti cek, giro, transfer, kliring, Anjungan Tunai Mandiri/ATM,dan kartu kredit). Dengan sistem pembayaran yang efisien, aman, dan lancar,perekonomian dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, salah satukebijakan perbankan adalah dimaksudkan untuk menjaga keamanan dankelancaran lalu lintas pembayaran tersebut. Apabila lalu lintas pembayarantersebut tidak aman dan lancar, maka dapat dipastikan bahwa kegiatanperekonomian akan mengalami berbagai hambatan dan memerlukan biayayang lebih tinggi.

Selain memiliki kedua fungsi di atas, bank juga berfungsi sebagai mediadalam mentransmisikan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral.Dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dan pelayanan sistempembayaran, bank memegang peran penting sebagai lembaga yang dapatmenciptakan uang (uang giral maupun uang kuasi) dan hampir seluruhproses perputaran uang dalam perekonomian terjadi melalui perbankan.Di sinilah mekanisme transmisi kebijakan moneter dari bank sentral keperbankan dan kemudian ke perekonomian terjadi. Kebijakan moneter yangbertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhanekonomi, antara lain dilakukan dengan cara mengendalikan jumlah uangberedar dan atau tinggi rendahnya suku bunga. Melalui berbagai instrumenkebijakan moneter yang dimiliki, bank sentral dapat mempengaruhi jumlahuang beredar dan atau suku bunga perbankan yang kemudian akanmempengaruhi jumlah kredit perbankan, dan pada akhirnya akanmempengaruhi jumlah investasi dan kegiatan perekonomian secarakeseluruhan. Dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter seperti itu,maka keberadaan dan kesehatan bank merupakan prasyarat bagi kebijakanmoneter yang efektif.

Berdasarkan uraian tentang fungsi bank di atas, bank sebagai lembagakepercayaan mempunyai peran yang penting dalam suatu perekonomian,yaitu berperan sebagai lembaga intermediasi, memberikan jasa lalu lintaspembayaran, serta sebagai sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter.Karena peranannya yang begitu penting tersebut, setiap negara senantiasaberupaya agar lembaga perbankan selalu berada dalam kondisi yang sehat,aman, dan stabil.

4.1 Gambaran Umum

Page 152: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

140

Kebijakan Perbankan

4.1.2 Kedudukan Perbankan Dalam Sistem Perekonomian

Bank sebagaimana diuraikan pada butir 4.1.1 pada dasarnya merupakanbagian dari suatu sistem yang lebih besar yang disebut dengan sistemperbankan. Sistem perbankan dapat diartikan sebagai kumpulan darilembaga, kegiatan usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usahayang memungkinkan bank melaksanakan fungsinya dengan baik. Dengandemikian, sistem perbankan tidak hanya terdiri dari bank sebagai lembaga,tetapi antara lain juga termasuk di dalamnya pasar uang antarbank,instrumen-instrumen yang dipergunakan, produk-produk yang dihasilkan,berbagai ketentuan dan aturan main, serta interaksi antara berbagai unsurtersebut. Berdasarkan pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa sistemperbankan di satu negara akan berbeda dengan sistem perbankan di negaralainnya.

Sebagaimana telah diuraikan juga pada butir 4.1.1 secara kelembagaanbank merupakan bagian dari lembaga keuangan. Berdasarkan pengertianini, maka sistem perbankan juga dapat dikatakan sebagai bagian dari suatusistem yang lebih luas, yaitu sistem keuangan. Sistem keuangan merupakankumpulan dari pasar, lembaga keuangan, hukum, peraturan, kebiasaanbertransaksi, dan teknik yang memungkinkan piranti keuangan yang terdiridari uang dan surat-surat berharga diperdagangkan, suku bunga dan hargasurat berharga ditentukan, serta jasa-jasa lembaga keuangan dihasilkan dandijual. Pengertian tersebut di atas antara lain menjelaskan hal-hal yangtercakup dalam sistem keuangan, yaitu pasar keuangan, lembaga keuangan,dan piranti keuangan.

Selain sebagai bagian dari sistem keuangan, sistem perbankan jugamerupakan bagian dari sistem moneter. Secara kelembagaan sistem moneterterdiri dari otoritas moneter

dan bank atau lembaga lain yang menjalankan

fungsi moneter. Bank termasuk dalam sistem moneter karena bank selainmenjadi sarana dalam transmisi kebijakan moneter juga dapat menciptakanuang.

Perlu dicatat bahwa selain bank, di beberapa negara lain juga terdapat

lembaga yang dapat menciptakan sesuatu yang didefinisikan sebagai uang.Dalam praktek, bank umum di Indonesia adalah bank yang dapatmenciptakan uang giral dan uang kuasi. Sebagai bank umum, bank dapatmemberikan jasa lalu lintas pembayaran dengan menerima simpananmasyarakat dalam bentuk rekening giro, yang penarikannya dapat dilakukansetiap saat dengan menggunakan cek atau alat pembayaran lalu lintas giral

Page 153: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

141

lainnya. Cek atau alat pembayaran lalu lintas giral ini dapat difungsikansebagai uang dan disebut sebagai uang giral.

Sementara itu, tabungan dan

deposito berjangka yang disimpan masyarakat di bank umum dikategorikansebagai uang kuasi.

4.1.3 Alasan Bank Harus Diatur dan Diawasi

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadi krisisperbankan, perhatian pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesiaterhadap kebijakan pengaturan dan pengawasan bank semakin besar.Perhatian tersebut antara lain karena semakin disadari arti penting dan peranstrategis sektor perbankan dalam suatu perekonomian. Kegagalan suatubank khususnya yang bersifat sistemik akan dapat mengakibatkan terjadinyakrisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu perekonomian. Kajian yangdilakukan Lindgren (1996) menunjukkan bahwa banyak negara yangperekonomiannya rusak sebagai akibat tidak sehatnya sektor perbankan.Sektor keuangan, terutama di negara-negara berkembang, masih didominasioleh lembaga perbankan. Di Indonesia, misalnya, menurut Yunus Husein(2003), industri perbankan menguasai sekitar 93% dari total aset industrikeuangan. Dalam kondisi yang demikian, apabila lembaga perbankan tidaksehat dan tidak dapat berfungsi secara optimal, maka dapat dipastikan akanberakibat pada terganggunya kegiatan perekonomian. Menurut AndrewCrockett (1997) stabilitas dan kesehatan sektor perbankan sebagai bagiandari stabilitas sektor keuangan terkait erat dengan kesehatan suatuperekonomian.

Apabila suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat, makafungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan berfungsi denganoptimal. Dengan terganggunya fungsi intermediasi tersebut, maka alokasidan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi danpembiayaan sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjaditerbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalulintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar danefisien. Selain itu, sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambatefektivitas kebijakan moneter. Melihat akibat yang ditimbulkan oleh sistemperbankan yang tidak sehat tersebut, maka dapat disimpulkan pentingnyapengaturan dan pengawasan bank sebagai upaya menciptakan danmemelihara kesehatan sistem perbankan.

4.1 Gambaran Umum

Page 154: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

142

Kebijakan Perbankan

Bank adalah unit usaha yang khusus karena dalam menjalankankegiatan operasionalnya tergantung pada sumber dana dari masyarakat.Oleh karena itu, kelangsungan hidup suatu bank ditentukan olehkepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Dari pengertian inilahtimbul istilah bank sebagai lembaga kepercayaan. Merosotnya kepercayaanmasyarakat terhadap bank akan membawa akibat yang buruk terhadapkelangsungan hidup bank yang bersangkutan. Apabila kemerosotan tersebuttidak hanya terjadi terhadap satu bank, tetapi meluas terhadap sistemperbankan, maka dapat dipastikan bahwa merosotnya kepercayaan tersebutakan mengakibatkan krisis perbankan. Mengingat sektor perbankan dinegara berkembang seperti Indonesia masih mendominasi sektor keuangan,maka krisis perbankan juga berarti krisis di sektor keuangan dan bahkanperekonomian secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian bank sebagaimana telah diuraikan pada butir4.1.1, bank sebenarnya sangat rentan. Bagaimanapun baik atau sehatnyasuatu bank, apabila terjadi krisis kepercayaan yang mengakibatkanpenarikan dana masyarakat secara besar-besaran, maka dapat dipastikanbank tersebut akan hancur. Masyarakat penyimpan dana di bank padaumumnya memiliki informasi yang sangat terbatas mengenai kondisi(keuangan dan kesehatan) bank tempat ia menyimpan dananya. Kondisiini mengakibatkan suatu bank rentan terhadap bank run

atau penarikan

dana masyarakat dari perbankan. Ketidakpastian atas kondisi tingkatkesehatan suatu bank dapat mengakibatkan penarikan dana masyarakatdari sistem perbankan secara besar-besaran. Rush terhadap perbankan inipada umumnya bersifat menular dan tidak pandang bulu, dan dapat terjadipada bank yang dalam kondisi baik (sehat) atau buruk (tidak sehat). Kejadianini sering disebut sebagai masalah perbankan yang bersifat sistemik. Halini pada umumnya terjadi apabila kepercayaan masyarakat terhadap sistemperbankan sangat rendah. Apabila kepercayaan masyarakat tidak dapatsegera dipulihkan, maka akibatnya terhadap suatu perekonomian akansangat berbahaya. Kebijakan pengaturan dan pengawasan yangdilaksanakan oleh otoritas pengawas pada dasarnya adalah dalam rangkamenjaga kepercayaan masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingandengan bank

Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan, apakah karena banktersebut memang tidak sehat ataupun karena bank tersebut terkena bank

Page 155: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

143

run, maka masyarakat pemilik dana akan mengalami kerugian. Dalamkondisi yang demikian, maka diperlukan pengaturan dan pengawasanbank untuk melindungi dana masyarakat. Tanpa campur tanganpemerintah, kegagalan bank berarti kerugian bagi masyarakat pemilik dana(deposan). Untuk memperoleh dananya kembali deposan harus menunggubank tersebut dilikuidasi dan mengkonversikan hartanya menjadi alatlikuid yang dapat dibagi untuk para deposan. Pada saat itu, kemungkinanbesar deposan hanya menerima sebagian dana yang ditabung. Untuk itu,diperlukan suatu financial safety net ‘jaring pengaman keuangan’ yangumumnya memerlukan kebijakan pemerintah. Sebagai contoh, pada saatterjadinya likuidasi terhadap 16 bank di Indonesia, pada awalnya kepadanasabah hanya dibayar maksimum Rp20 juta. Baru setelah diberlakukanprogram penjaminan oleh pemerintah, dana nasabah bank yang dilikuidasitersebut dibayar seluruhnya dan kepercayaan masyarakat terhadap bankkembali pulih. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwauntuk keperluan perlindungan terhadap masyarakat tersebut padaumumnya diperlukan dana yang tidak sedikit. Dalam praktek yang sudahterjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia, beban yang telahdikeluarkan dalam melindungi dana masyarakat tersebut akhirnya akanmenjadi beban ekonomi suatu negara.

Mengingat besarnya risiko yang

dihadapi pemerintah apabila dihadapkan pada masalah perbankan ini,maka pemerintah sangat berkepentingan dengan pengaturan danpengawasan bank

Uraian di atas kiranya dapat memberikan gambaran betapa pentingperanan pengaturan dan pengawasan bank dalam rangka menciptakan danmemelihara kesehatan sistem perbankan. Kesehatan bank tidak hanyamenjadi kepentingan pemilik dan pengelola bank yang bersangkutan, tetapimerupakan kepentingan masyarakat dan pemerintah serta perekonomiannasional. Pengaturan dan pengawasan bank tidak hanya dimaksudkan untukmenjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan,tetapi juga dimaksudkan untuk mencegah kerugian masyarakat danpemerintah. Selain itu, pengaturan dan pengawasan bank memungkinkantersedianya informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengankepentingannya. Dengan informasi tersebut, masyarakat dapat mengambilkeputusan yang lebih baik dalam melakukan transaksi dan kegiatan lainnyayang terkait dengan bank.

4.1 Gambaran Umum

Page 156: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

144

Kebijakan Perbankan

4.1.4 Pengaturan dan Pengawasan Perbankan yang Efektif

Pengaturan dan pengawasan bank yang efektif sangat dibutuhkan untukmenjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.Apakah pengaturan dan pengawasan tersebut akan menjamin tidak akanada bank yang dilikuidasi atau terjadinya krisis? Dalam kenyataannyamemang pengaturan dan pengawasan tidak dapat menjamin seratus persenbahwa tidak akan ada bank yang dilikuidasi atau terjadi krisis perbankan.Pengaturan dan pengawasan bank sebenarnya hanyalah merupakan bagiandari pengawasan yang lebih bersifat komprehensif atau menyeluruh, yaituoleh pengurus bank, masyarakat dan pasar, serta oleh otoritas yang mengaturdan mengawasi bank.

Pengawasan bank pada dasarnya menjadi tanggung jawab pengurus(pemilik dan pengelola) bank yang bersangkutan karena hal ini merupakanbagian dari good corporate governance dalam bank. Masyarakat penggunajasa bank dan pasar juga mempunyai kewajiban untuk melakukanpengawasan terhadap bank dengan menambahkan disiplin pasar (marketdicipline) terhadap pengawasan yang dilakukan oleh pengurus bank.Namun, kekuatan pasar tersebut terbatas efektivitasnya, terutama di negara-negara berkembang, baik karena kemampuan dalam mengawasi maupunketerbatasan informasi mengenai bank yang bersangkutan. Untuk mengatasikelemahan tersebut, pada umumnya suatu negara dilengkapi denganpembentukan suatu lembaga yang diberi otoritas untuk mengatur danmengawasi bank. Pengawasan oleh otoritas pengawas merupakanpelengkap atas pengawasan yang dilaksanakan oleh pemilik/pengurus danoleh masyarakat. Perbandingan pelaksanaan pengaturan dan pengawasanbank di berbagai negara dapat dibaca pada tabel 1. hlm 200.

4.1.4.1 Pengaturan Bank Yang Efektif

Pengaturan terhadap bank dilakukan dengan membuat berbagaiketentuan untuk mengatur keberadaan dan seluruh kegiatan operasionalbank. Peraturan atau ketentuan tersebut sering disebut dengan prudentialbanking regulation atau pengaturan tentang prinsip-prinsip kehati-hatianpada bank, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang diperlukanuntuk menjamin kelangsungan hidup dan pengelolaan bank secara sehatsehingga mampu menjaga kepercayaan masyarakat dan menjalankan

Page 157: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

145

fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan pelayanan sistem pembayaranbagi perekonomian. Dalam pelaksanaanya, pengaturan bank mencakupketentuan-ketentuan tentang izin pendirian atau pembukaan bank baru,cakupan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan bank, kecukupanpermodalan, dan persyaratan bagi para pengurus bank. Berbagai ketentuantersebut diadakan selain untuk keperluan pengawasan oleh otoritaspengawas, juga harus memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingandengan bank untuk mendapat informasi yang diperlukan.

Ketentuan tentang perizinan bank sangat diperlukan karena jumlah bankakan menentukan struktur pasar dan persaingan dalam sistem perbankandi negara yang bersangkutan. Izin pendirian bank yang sangat liberal dapatmeningkatkan jumlah dan operasi bank dalam mendukung kegiatanekonomi, mendorong persaingan dan efisiensi usaha bank, danmenguntungkan bagi pelayanan kepada nasabah bank. Akan tetapi, apabilamodal bank-bank tersebut tidak cukup besar dan dikelola secara tidak baik,maka bank-bank tersebut dapat dipastikan akan menimbulkan masalah.Sebaliknya, izin pendirian yang ketat atau bahkan penutupan izin pendiriandapat mengakibatkan kondisi yang tidak sehat karena persaingan jugamenjadi tidak sehat. Bank-bank yang sudah mendapatkan izin seakan-akanmendapatkan proteksi sehingga mereka cenderung dikelola secara tidakoptimal.

Pengaturan perizinan sebaiknya tidak diarahkan untuk memberikanproteksi terhadap bank-bank yang sudah ada, tetapi diarahkan agar bank-bank dapat beroperasi secara efisien dan sehat dalam memberikanpelayanan kepada masyarakat. Prosedur pemberian izin yang baik harusdapat meyakinkan bahwa bank-bank yang diberi izin adalah sehat dandapat beroperasi secara aman dan berhati-hati. Untuk itu harus ada rencanausaha yang jelas dan dikelola oleh pengurus yang fit and proper, yaitukompeten dan mempunyai integritas dan tanggung jawab yang tinggi.Dalam pemberian izin, masalah struktur kepemilikan dan keterkaitandengan keuangan dan kelompok usaha tertentu juga harus dipertimbangkankarena hal ini akan menentukan persaingan dan struktur perbankan yangakan terbentuk. Demikian pula, pengaturan bank harus mencakup ketentuandan prosedur yang diperlukan untuk mengatasi bank-bank yang bermasalahhingga pencabutan izin bank yang tidak lagi dapat melangsungkanusahanya.

4.1 Gambaran Umum

Page 158: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

146

Kebijakan Perbankan

Selain harus mengatur masalah izin bank, otoritas harus pula mengaturkegiatan operasional suatu bank, apa yang boleh dan apa yang tidak bolehdilakukan. Pengaturan mengenai cakupan kegiatan operasional juga akanmenentukan struktur industri perbankan di negara yang bersangkutan.Kegiatan operasional bank ini dapat bervariasi dari satu negara ke negarayang lain tergantung dari faktor, misalnya, besar kecilnya kegiatan danstruktur perekonomian maupun luas wilayah geografis. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah bahwa pembatasan-pembatasan terhadap cakupankegiatan operasional suatu bank, misalnya, pembatasan untuk melakukankegiatan di daerah tertentu atau pembatasan untuk menyalurkan kredit padasektor tertentu, kadang dapat mengurangi efisiensi terhadap sistemperbankan. Sebaliknya, memperbolehkan suatu kegiatan tertentu sebaiknyajuga harus dinyatakan secara jelas. Secara umum pengaturan hendaknyamengarahkan suatu bank agar tidak melakukan kegiatan operasional yangmengandung risiko berlebihan.

Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian harus dapat meyakinkanbahwa pemilik dan pengelola bank adalah orang yang fit and proper ataukompeten dan mempunyai integritas dan tanggung jawab yang tinggi.Otoritas pengawas sebaiknya melakukan fit and proper test terhadappengurus bank. Pengaturan juga harus secara jelas mengatur peran dantanggung jawab pemilik dan pengelola bank. Hal ini penting karena bankyang sehat hanya mungkin dikelola oleh bankir yang baik pula. Denganpengurus bank yang fit and proper tersebut, pengelolaan bank diharapkanakan menjadi lebih baik. Sebelum suatu bank diberi izin, pemilik mayoritasatau pemegang saham pengendali, direksi, dan pimpinan bank harusterlebih dahulu mendapat persetujuan dari otoritas pengawas. Setelah bankberoperasi, dengan berbagai ketentuan kehati-hatian yang dikeluarkan olehotoritas pengawas, pengelolaan bank harus menjadi semakin baik. Berbagaikonflik kepentingan antara pengurus dengan nasabah (kreditur maupundebitur) harus dihindarkan.

Ketentuan kecukupan modal harus menetapkan modal bank yang cukupbesar sehingga mampu mendukung pengembangan operasi dankelangsungan hidup bank, menutup kemungkinan risiko yang terjadi, danmemberikan insentif bagi pemilik untuk menjaga kepentingannya dalambank. Pengawas selanjutnya harus memeriksa kebenaran setoran modaltersebut, terutama untuk memastikan bahwa modal tersebut tidak berasal

Page 159: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

147

dari pinjaman dan benar-benar disetor secara tunai. Setelah bank melakukankegiatan operasional, maka diberlakukan ketentuan Kewajiban PenyediaanModal Minimum (KPMM), atau sering pula disebut Capital Adequacy Ratio(CAR). Besarnya KPMM tersebut dihitung berdasarkan risiko atas aktiva,termasuk aktiva yang masih bersifat administratif (off-balance sheet), yangdapat timbul baik dari risiko kredit maupun risiko karena perubahan hargasurat-surat berharga, suku bunga, maupun kurs. KPMM tersebut selanjutnyaakan dihitung berdasarkan suatu rasio terhadap aktiva tertimbang menurutrisiko (ATMR). Misalnya, pada tahun 1988 the Basel Committee onBanking Supervision (BCBS) menetapkan rasio modal sebesar 8%. Dalamhal terdapat tanda-tanda bahwa modal bank mulai berkurang, maka pemilikpengendali diharuskan untuk menambah modal atau kehilangan hakpengendaliannya atas bank.

Sejalan dengan pengaturan kecukupan modal tersebut, juga harus diaturkriteria penilaian terhadap aktiva produktif

yang dimiliki bank yang pada

umumnya berupa penyaluran kredit. Untuk menentukan kualitasnya, aktivaproduktif tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Lancar (L), Dalam PerhatianKhusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), atau Macet (M). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas aktiva produktif adalah prospek usaha,kondisi keuangan terutama yang berkaitan dengan arus kas debitur, dankemampuan pembayaran kredit oleh debitur. Untuk menutup risiko kerugiandalam setiap penanaman dana, bank diwajibkan untuk membentuk suatucadangan, –disebut Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)–, yangjumlahnya akan semakin besar dengan semakin buruknya klasifikasi aktivaproduktif tersebut. Penilaian tentang kecukupan modal akan sangat terkaitdengan kualitas aktiva produktif dan besarnya PPAP yang dibentuk. Secaraumum dapat dikatakan bahwa semakin baik kualitas aktiva produktif dansemakin besar PPAP yang telah dibentuk dibandingkan dengan yangditentukan, maka akan semakin baik pula kondisi modal bank yangbersangkutan.

Pengaturan juga harus dilakukan untuk membatasi berbagai kegiatanoperasional bank yang mengandung risiko tinggi, misalnya, kegiatan yangmelibatkan pihak-pihak terkait (pengurus dan kelompok usaha sendiri) daneksposur tehadap transaksi valuta asing. Hal ini penting karena kegiatanbank pada hakikatnya penuh dengan risiko, seperti risiko karena kekuranganlikuiditas, fluktuasi suku bunga dan nilai tukar, kredit macet, persaingan,

4.1 Gambaran Umum

Page 160: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

148

Kebijakan Perbankan

ataupun kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan. Pengaturan risikotersebut sebenarnya adalah untuk membantu pengelola bank agar tidakmelakukan hal-hal yang mengandung risiko yang berlebihan danmembahayakan kelangsungan usaha bank. Dalam hal-hal tertentupengaturan risiko dapat berupa penetapan batasan rasio-rasio tertentu,misalnya, batas maksimum pemberian kredit, persentase tertentu alat likuidyang harus disediakan, batasan persentase posisi devisa neto, dansebagainya. Dewasa ini, pengaturan risiko mencakup pula kewajiban bagibank untuk menerapkan manajemen berbasis risiko, yang pada dasarnyamencakup kebijakan umum maupun pedoman operasional mengenaipenilaian risiko dominan yang dihadapi bank, pengukuran besarnya risikodan pengaruhnya terhadap modal, dan langkah-langkah yang telahditempuh untuk pengendalian risiko tersebut.

4.1.4.2 Pengawasan Bank yang Efektif

Dengan adanya pengaturan tentang kehati-hatian di bidang perbankansebagaimana diuraikan pada butir 4.1.4.1 tersebut, tugas pengawas bankpada prinsipnya adalah memantau dan memeriksa apakah pemilik danpengelola bank telah melaksanakannya. Dengan pengawasan, maka akandapat segera dilakukan langkah-langkah yang diperlukan apabila terdapatperaturan atau ketentuan yang tidak dilaksanakan. Pengawasan yang baikadalah pengawasan yang dilakukan dengan mengombinasikan pengawasanoff site (tidak langsung) dan on site (langsung), meskipun tekanan padamasing-masing jenis pengawasan tersebut berbeda-beda di berbagai negara.

Pengawasan secara tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukanmelalui berbagai laporan yang disampaikan oleh bank. Laporan-laporantersebut pada umumnya berupa laporan keuangan, yaitu neraca dan laporanrugi laba serta berbagai laporan yang terkait dengan kegiatan operasionalbank seperti laporan tentang kualitas aktiva bank. Dengan pengawasantidak langsung, pengawas dapat memantau perkembangan operasi bankdan ketaatan pengurus bank terhadap ketentuan yang berlaku sehinggadapat mengidentifikasi penyimpangan atau hal-hal yang memerlukanperhatian, serta dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan. Selainitu, pengawas juga dapat memperoleh berbagai informasi dari berbagaipihak, seperti data mengenai kondisi suatu bank, serta menentukan prioritas

Page 161: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

149

terhadap bank mana yang perlu segera dilakukan pemeriksaan secaralangsung.

Sementara itu, pengawasan secara langsung dilakukan dengan langsungmendatangi dan melakukan pemeriksaan terhadap bank yang bersangkutan.Pengawasan secara langsung dapat bersifat umum, yaitu terhadap seluruhkegiatan operasi bank, atau bersifat khusus, yaitu pada aspek-aspek tertentukegiatan bank seperti transaksi valuta asing atau untuk menginvestigasiterjadinya indikasi penyimpangan. Pengawasan langsung terutama dilakukanuntuk memeriksa kebenaran dan akurasi laporan keuangan dan seluruhkegiatan operasional bank, menilai kualitas manajemen dan sistempengawasan yang dimiliki bank, serta berbagai pemeriksaan yang tidak dapatdilakukan secara langsung. Pengawasan jenis ini dapat dilakukan secaraperiodik, misalnya, setiap tahun atau dilakukan pada saat saat diperlukan.

Prinsip-prinsip pengaturan dan pengawasan yang efektif di banyaknegara mengacu kepada praktek-praktek yang lazim dan terbaik secarainternasional. Dalam hal pengawasan bank, prinsip-prinsip dasar tersebutmenjadi suatu standar yang dikenal dengan sebutan 25 Core Principles forEffective Banking Supervision yang dikeluarkan oleh Bank for InternationalSettlement (BIS). Prinsip-prinsip dasar pengawasan bank yang efektif inimencakup tujuh aspek penting yaitu: aspek kelembagaan, perizinan,ketentuan kehati-hatian, metode pengawasan, informasi, masalahkewenangan, dan pengawasan lintas negara (baca boks 1).

Prinsip-prinsip pengaturan dan pengawasan bank yang efektif pada dasarnyamengacu kepada praktek-praktek pengaturan dan pengawasan bank terbaikyang dilakukan di berbagai negara (international best practices). Dalam halpengawasan bank, prinsip-prinsip dasar tersebut menjadi suatu standar yangdirekomendasikan oleh Basel Committee on Banking Supervision, Bank forInternational Settlement (BIS) untuk diterapkan di berbagai negara dan

25 Prinsip Dasar PengawasanBank yang Efektif

Boks 1:

4.1 Gambaran Umum

Page 162: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

150

Kebijakan Perbankan

mencakup 7 aspek yaitu: aspek kelembagaan, perizinan, ketentuan tentangkehati-hatian, metode pengawasan, informasi, masalah kewenangan, danpengawasan lintas negara atau batas (cross border). Ketujuh aspek inikemudian dituangkan dalam 25 Core Principles on efective bankingSupervision (Prinsip-Prinsip Dasar Pengawasan Perbankan yang Efektif).

Formulasi butir-butir pengaturan dan pengawasan yang efektif dilakukandengan menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut .• Tujuan utama pengawasan adalah untuk memelihara kepercayaan

masyarakat dan memelihara sistem keuangan. Tujuan tersebutdimaksudkan untuk dapat meminimalkan risiko serta kerugian masyarakatpenyimpan dan maupun bagi para kreditur.

• Otoritas pengawas harus mendorong terciptanya disiplin pasar melaluipengaturan dan pengawasan yang baik.

• Untuk dapat menjalankan tugasnya secara efektif, otoritas pengawas harusmempunyai independensi dan kewenangan yang cukup untukpengambilan suatu keputusan.

• Otoritas pengawas harus memiliki pemahaman yang tinggi mengenaibisnis perbankan dan dapat memastikan bahwa risiko yang dihadapioleh bank telah ditangani dengan sebaik-baiknya.

• Pengawasan yang efektif mensyaratkan adanya penilaian terhadap profilrisiko (risk profile) dari masing-masing bank, dan sumber daya yang cukuptelah dialokasikan secara cukup untuk hal tersebut.

• Pengawas bank harus dapat memastikan bahwa bank memiliki sumberdaya yang cukup untuk menangani risiko yang dihadapi, termasukkecukupan modal, manajemen yang sehat, serta sistem akuntansi danpengendalian yang cukup

• Perlu adanya kerja sama yang erat antara otoritas pengawas di satu negaradengan otoritas pengawas di negara lain, khususnya untuk bank-bankyang beroperasi secara internasional.

Selanjutnya secara rinci 25 butir prinsip dasar pengawasan bank yang efektiftersebut adalah sebagai berikut.

Kelembagaan1. Sistem pengawasan bank yang efektif memerlukan penetapan tanggung

jawab dan tujuan yang jelas bagi setiap lembaga yang terkait dalamtugas-tugas pengawasan bank. Masing-masing lembaga harus memilikiindependensi operasional dan sumber daya yang cukup. Pengawasanbank memerlukan kerangka hukum yang memadai termasuk ketentuanperizinan dan pengawasannya, kewenangan untuk memastikan

Page 163: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

151

kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dari prinsip-prinsipperbankan yang aman dan sehat, serta perlindungan formal bagi parapengawas bank. Selain itu, diperlukan pula adanya konsensus untuktukar menukar informasi antarlembaga otoritas pengawas danperlindungan kerahasiaan data yang dipertukarkan.

Perizinan2. Kegiatan yang diperbolehkan bagi lembaga yang diberi izin operasi

dan diawasi sebagai bank harus didefinisikan secara jelas, danpenggunaan kata bank dalam nama lembaga harus diawasi.

3. Otoritas perizinan harus memiliki kewenangan untuk menetapkankriteria dan menolak segala proposal pendirian bank yang tidakmemenuhi standar. Proses perizinan sekurang-kurangnya mencakuppenilaian terhadap struktur kepemilikan organisasi bank, komisaris dandireksi, rencana operasi dan pengendalian intern, serta proyeksi laporankeuangan termasuk permodalannya. Khusus untuk usul pendirian olehbank asing, maka harus terlebih dahulu dimintakan rekomendasi darihome/parent country supervisory authority.

4. Otoritas pengawas harus memiliki kewenangan untuk me-review danmenolak berbagai proposal mengenai pemindahan kepemilikan ataupengendalian bank secara signifikan (controlling interest).

5. Otoritas pengawas harus memiliki kewenangan menetapkan kriteriauntuk me-review akuisisi atau investasi mayoritas oleh bank, dan dapatmemastikan bahwa afiliasi/struktur perusahaan tidak membawa bankpada risiko yang berlebihan atau mengganggu efektivitas pengawasan.

Persyaratan dan Ketentuan Kehati-hatian6. Otoritas pengawasan harus menetapkan kebutuhan penyediaan modal

minimum (KPMM) untuk semua bank berdasarkan prinsip kehati-hatian,yang sekurang-kurangnya mencerminkan risiko yang diambil dankemampuan bank untuk menyerap kerugian. Khusus bagi bank yangberoperasi secara internasional, persyaratan tersebut sekurang-kurangnya adalah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Basle CapitalAccord.

7. Dalam sistem pengawasan bank telah tercakup penilaian terhadapkebijakan, praktek-praktek, dan prosedur perkreditan dan penanaman,termasuk manajemen portofolio aset bank.

8. Otoritas pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telahmenetapkan dan melaksanakan kebijakan, praktek-praktek, danprosedur dalam melakukan penilaian terhadap kualitas aset dankecukupan cadangan.

4.1 Gambaran Umum

Page 164: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

152

Kebijakan Perbankan

9. Otoritas pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memilikisistem informasi manajemen untuk mengidentifikasi konsentrasi risikodalam portofolio bank. Dalam hal ini otoritas harus menetapkanbatasan maksimum eksposur risiko terhadap nasabah individual dangrup baik terkait maupun tidak terkait.

10. Dalam rangka menghindari penyalahgunaan kredit kepada pihak yangterkait, otoritas pengawas harus menetapkan batas maksimumpemberian kredit (BMPK) bagi pihak yang terkait, dan bank telahmelakukan pemantauan secara efektif termasuk upaya-upaya lainnyadalam mengatasi timbulnya risiko.

11. Otoritas pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memilikikebijakan dan prosedur yang memadai untuk mengidentifikasi,memantau, dan mengendalikan country risk dan transfer risk dalamkegiatan perbankan internasional, termasuk kecukupan cadangan untukmengantisipasi risiko.

12. Otoritas pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memilikisistem yang dapat menghitung secara akurat, memantau danmengendalikan market risk secara memadai, dan jika perlu otoritasharus memiliki kewenangan untuk menetapkan special limit/capitalcharge tertentu atas market risk exposure.

13. Otoritas pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memilikiproses manajemen risiko yang komprehensif, termasuk kompetensimanajemen, untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau danmengendalikan berbagai risiko potensial, dan jika perlu bank harusmenyediakan modal untuk menopang risiko tersebut.

14. Otoritas pengawas harus menetapkan bahwa bank telah memilikipengendalian intern yang memadai, sebanding dengan jenis danukuran bisnis bank, antara lain mencakup delegasi kewenangan dantanggung jawab, pemisahan tugas dan fungsi, rekonsiliasi, pengamananaset, dan audit internal/eksternal yang independen, serta fungsipenegakan kepatuhan.

15. Otoritas pengawas harus menetapkan bahwa bank telah memilikikebijakan, praktek-praktek, dan prosedur yang memadai, termasuk strictknow your customer rules untuk meningkatkan standar etika danprofesionalisme dalam sektor keuangan dan mencegah terjadinyapraktek-praktek kriminal.

Metode Pengawasan bank16. Sistem pengawasan bank yang efektif sekurang-kurangnya mencakup

atau merupakan kombinasi dari bentuk on-site examination dan off-site supervision.

Page 165: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

153

17. Pengawas bank harus melakukan kontak secara teratur denganmanajemen bank dan memiliki pemahaman yang seksama terhadapkegiatan bank yang diawasi.

18. Kegiatan pengawas bank sekurang-kurangnya perlu mencakup tahap-tahap pengumpulan data, pengkajian, dan analisis terhadap laporan-laporan bank (prudential), baik secara individual maupun konsolidasi.

19. Pengawas bank harus melakukan kegiatan pembuktian secaraindependen terhadap kebenaran informasi pengawasan, baik melaluion-site examination maupun menggunakan jasa auditor eksternal.

20. Salah satu aspek yang mendasar dari pengawasan adalah kemampuanpengawasan bank untuk mengawasi grup perbankan secara konsolidasi.

Persyaratan Informasi21. Pengawas bank harus dapat memastikan bahwa bank telah memiliki

catatan akuntansi yang memadai berdasarkan kebijakan dan prinsip-prinsip yang berlaku dan diterapkan secara konsisten, sehingga dapatmenyajikan/ memublikasikan secara berkala laporan keuangan danhasil usaha bank secara berkala dengan wajar dan benar.

Kewenangan Formal Lembaga Pengawas22. Otoritas pengawas harus memiliki kewenangan untuk melakukan

langkah-langkah tindak lanjut pengawasan apabila dijumpai adanyabank yang tidak mampu memenuhi ketentuan kehati-hatian (misalnya,ketentuan Capital Adequacy Ratio/CAR), pelanggaran terhadapketentuan yang berlaku, atau karena adanya hal-hal lain yang dapatmengancam kepentingan nasabah. Dalam pengertian ekstrem prinsipini harus meliputi kewenangan otoritas pengawas untuk mencabut ataumemberikan rekomendasi pencabutan izin usaha bank.

Cross-Border Banking23. Pengawas bank harus melakukan pemantauan dan pengawasan bank

secara konsolidasi dan global serta penerapan ketentuan kehati-hatiansecara memadai terhadap seluruh aspek kegiatan dari unit-unit usahabank yang beroperasi di luar negeri (kantor cabang, agency, bankcampuran, dan atau subsidiaries).

24. Dalam melakukan pengawasan secara konsolidasi, pengawas bankperlu melakukan kontak dan tukar menukar informasi bank yangdiawasi secara teratur dengan otoritas pengawas negara lain, terutamahost country supervisory authority.

25. Otoritas pengawas harus mensyaratkan bahwa terhadap kegiatanoperasional kantor cabang bank asing diperlakukan sama dengan bank

4.1 Gambaran Umum

Page 166: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

154

Kebijakan Perbankan

lokal, dan otoritas pengawas harus memiliki kewenangan untuk tukarmenukar informasi yang diperlukan oleh pengawas negara asalnya(home/parent country supervisory authority).

4.2 SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

Kebijakan perbankan di Indonesia telah berkembang dari waktu kewaktu dalam kurun yang cukup panjang. Kebijakan tersebut jugaberkembang sesuai dengan perkembangan sektor ekonomi, moneter, dankhususnya perkembangan industri perbankan di Indonesia. Kebijakanperbankan yang dirumuskan dan dilaksanakan dalam bentuk pengaturandan pengawasan tersebut sebenarnya merupakan penjabaran lebih lanjutdari apa yang sudah diamanatkan oleh undang-undang. Pada saat ini,kebijakan perbankan di Indonesia pada dasarnya mengacu pada undang-undang pokok tentang perbankan dan undang-undang tentang BankIndonesia. Berdasarkan dua undang-undang tersebut, kebijakan perbankandirumuskan dan dilaksanakan.

Kebijakan perbankan pada dasarnya bertujuan untuk menunjangpelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan pertumbuhanekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyatbanyak. Kebijakan perbankan juga diarahkan untuk menyehatkan bank,baik secara individu maupun perbankan nasional. Selanjutnya, perluditekankan bahwa kelangsungan hidup dan penyehatan bank merupakantanggung jawab bersama, yaitu bank-bank yang bersangkutan, pemerintah,serta masyarakat pengguna bank.

4.2.1 Sistem Perbankan di Indonesia

Pada awal bab ini telah disebutkan bahwa keberadaan danperkembangan jenis serta jumlah bank di suatu negara akan membentuksistem perbankan yang unik dalam arti berbeda antara satu negara dannegara yang lain. Sistem perbankan di Indonesia (dalam arti jenis dan jumlahbank) berbeda dengan sistem perbankan di negara-negara lain.

Jenis bank di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam UU No.7 Tahun1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun

Page 167: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

155

1998 meliputi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Yangdimaksud dengan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatanusaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (baca boks 2).Sementara itu, yang dimaksud dengan BPR

adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yangdalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Bank Syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil,sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Bank Syariah sudah beroperasidi Indonesia sejak tahun 1992, yaitu dengan beroperasinya Bank MuamalatIndonesia. Namun, bank Syariah diatur secara formal sejak di amandemennyaUU No.7 Tahun 1992 dengan UU No.10 Tahun 1998 dan UU No.23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia. Sejak saat tersebut mulai berkembanglahbank dengan prinsip bagi hasil di Indonesia.

Jumlah Bank Syariah telah berkembang sangat pesat sejak tahun 1998 denganpertumbuhan 54% per tahun. Pada saat ini telah beroperasi dua bank umumsyariah (BUS), yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri,delapan bank konvensional yang mempunyai unit usaha syariah (UUS), yaituBank IFI, Bank Negara Indonesia (BNI) , Bank Jabar, Bank Rakyat Indonesia(BRI), Bank Danamon, Bank Bukopin, Bank Internasional Indonesia, dan TheHongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC), yang merupakan UUSbank asing, serta 84 BPR Syariah. Meskipun jumlahnya telah cukup banyak,namun apabila dilihat dari volume usaha (total aset) masih kecil, yaitu sebesar0,51% dari volume usaha bank yang beroperasi secara konvensional padaakhir Agustus 2003.

Berbeda dengan bank yang beroperasi secara konvensional (bank umum atauBPR biasa) yang mempergunakan suku bunga, bank syariah beroperasiberdasarkan prinsip bagi hasil. Seorang penabung di bank syariah tidakmenerima pendapatan bunga dari uang yang ditabung, tetapi menerimapendapatan bagi hasil dari dana yang ditanamkan di bank. Demikian juga

Bank Syariah(Bank dengan Prinsip Bagi Hasil)

Boks 2:

Page 168: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

156

Kebijakan Perbankan

dengan pembiayaan berdasarkan bagi hasil (kalau di bank umum disebutsebagai kredit), bank tidak mendapatkan pendapatan bunga kredit tetapimemperoleh pendapatan bagi hasil.

Karena terdapat perbedaan dalam cara operasinya, maka pengaturan danpengawasan terhadap bank syariah juga berbeda. Hal tersebut merupakantantangan tersendiri bagi Bank Indonesia. Misalnya, apakah perlu Bank syariahdi atur dalam suatu undang-undang tersendiri, dan sebagainya.

Peranan utama Bank Indonesia dalam pengembangan bank syariah adalahdalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan bank syariahyang sehat dan konsisten (istiqamah) terhadap prinsip-prinsip syariah. Ataulebih konkritnya adalah dalam mewujudkan perbankan syariah yang mampumenggerakkan sektor riil melalui kegiatan pembiayaan berbasis ekuitas dalamkerangka tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapaikemaslahatan umat.

Perbedaan utama antara Bank Umum dengan BPR terletak padapemberian jasa lalu lintas pembayaran. Bank Umum disebut dapatmemberikan jasa lalu lintas pembayaran karena bank umum antara laindiperbolehkan menerima simpanan masyarakat dalam bentuk rekening giro,yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau alatpembayaran lalu lintas giral lainnya dan ikut serta dalam kegiatan kliring.Terkait dengan hal ini, maka bank umum dapat menciptakan uang giralsehingga bank umum juga disebut sebagai Bank Pencipta Uang Giral(BPUG). Sementara itu, BPR tidak diperkenankan menerima simpananmasyarakat dalam bentuk rekening giro dan juga tidak dapat ikut sertakegiatan kliring, sehingga disebut sebagai bank yang tidak memberikanjasa lalu lintas pembayaran.

Pengelompokan bank di Indonesia selain didasarkan kepada jenisnyasebagaimana dijelaskan di atas, dapat juga dilakukan berdasarkankepemilikan dan ruang lingkup operasinya. Dalam hal kepemilikan, bankumum di Indonesia dibedakan menjadi bank milik pemerintah yang biasadisebut bank persero, bank milik pemerintah daerah, bank pembangunandaerah (BPD), bank asing, bank campuran, dan bank milik swasta nasional.Sementara itu, berdasarkan ruang lingkup operasinya bank umum dibedakanmenjadi bank yang dapat melakukan kegiatan transaksi devisa atau bank

Page 169: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

157

devisa dan bank yang tidak dapat melakukan kegiatan transaksi devisa ataubank nondevisa.

Berdasarkan jenis dan pengelompokan bank di atas, maka sistemperbankan di Indonesia pada April 2004 meliputi 136 bank umum yangterdiri dari 5 bank persero, 26 BPD, 74 bank swasta nasional devisa, 31bank asing dan campuran. Sementara itu, pada saat yang sama terdapat2.148 BPR (tidak termasuk BKD dan LDKP), yang 83 di antaranya adalahBPR Syariah.

Perkembangan sejarah sistem perbankan khususnya menyangkut jenisbank dan otoritas pengawasan bank selengkapnya dapat dibaca padaboks 3.

Perbankan Indonesia sebenarnya telah memiliki sejarah yang sangat panjang.Sebelum kemerdekaan, misalnya, telah terdapat sejumlah bank yang berasaldari negeri Belanda, bank-bank pribumi dan bank-bank lainnya. Pada saatpendudukan Jepang, hampir semua bank tersebut ditutup atau dilikuidasidan hanya tiga buah bank yang diperbolehkan untuk beroperasi, yaituYokohama Speciebank, Shomin Ginko bank (sebelumnya bernama AlgemeneVolkscredietbank) dan Tyokin Kyoku Ginko (Prawiroardjo, 1987)

Pada awal kemerdekaan Indonesia, terutama saat terjadinya perangkemerdekaan, kembali terjadi perubahan dalam struktur perbankan diIndonesia. Pada masa perang kemerdekaan tersebut pemerintahan NICAkembali merehabilitasi bank-bank Belanda yang semula ditutup olehpemerintah penjajah Jepang, sehingga di daerah yang dikuasai Belandaterdapat bank-bank Belanda, sementara di daerah-daerah yang dikuasaipemerintah Republik Indonesia terdapat bank-bank pribumi. PemerintahRepublik Indonesia pada awal kemerdekaan juga telah memutuskan untukmembentuk Bank Sirkulasi yang nanti akan berperan sebagai bank sentral.Bank sentral tersebut akhirnya terbentuk dengan adanya nasionalisasiDe Javasche Bank dan dengan ditetapkannya UU No.11 Tahun 1953 tentangBank Indonesia.

Sekilas Perkembangan Perbankandi Indonesia

Boks 3:

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 170: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

158

Kebijakan Perbankan

Berbagai perubahan politik di Indonesia dalam pertengahan kedua tahun1950-an, juga membawa perubahan terhadap perkembangan industriperbankan. Proses nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda jugadilakukan terhadap bank-bank milik Belanda. Selanjutnya, situasi politik yangberkembang sejak Dekrit Presiden pada 1 Juli 1959 juga sangat besarpengaruhnya terhadap industri perbankan di Indonesia, terutama denganmunculnya pemikiran pembentukan bank tunggal, yaitu dengan menggabungsemua bank termasuk bank sentra menjadi Bank Negara Indonesia.

Dengan berlakunya UU No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan,dan UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Indonesia, maka berakhirlah sejarahBank Tunggal. Dengan dua UU tersebut, industri perbankan selanjutnya ditatakembali. Dalam perkembangannya industri perbankan mengalami kemajuanyang pesat terutama dengan adanya deregulasi perbankan yang dimulai padatahun 1983, dan seterusnya, khususnya setelah deregulasi pada tahun 1988.Berbagai perkembangan tersebut telah mendorong Pemerintah untuk kembalimelakukan pembenahan yang selanjutnya dituangkan dalam UU No.7 Tahun1992 tentang Perbankan untuk mengganti undang-undang perbankan yangberlaku sebelumnya. Krisis perbankan yang terjadi pada akhir 1997 dan awal1998 kembali telah mendorong Pemerintah untuk mengamandemen undang-undang perbankan dengan UU No.10 tahun 1998.

Dalam rangka menyelamatkan perbankan nasional, Pemerintah telahmelakukan penyehatan terhadap perbankan nasional dengan programrestrukturisasi dan rekapitalisasi. Dengan program tersebut, berbagaipermasalahan disektor perbankan secara bertahap dapat diatasi.

Sejak terjadinya krisis, sejumlah bank telah dilikuidasi, dibekukan kegiatanopersionalnya, atau dilakukan merger.

1

Sebagaimana diketahui, krisis telah mengakibatkan merosotnya kepercayaanmasyarakat terhadap perbankan, terganggunya fungsi intermediasi, dan sistempembayaran. Selain itu, sejumlah bank telah mengalami kerugian danmodalnya menurun drastis. Untuk mengatasi permasalahan tersebutPemerintah telah melakukan rekapitalisasi terhadap sejumlah bank. Sebagaiakibat dari program rekapitalisasi tersebut, Pemerintah mendominasikepemilikan perbankan nasional.

1 Bank yang dilikuidasi : Bank Andromeda, Anrico, Astria Raya, Citrahasta Dharmamanunggal, Dwipa Semesta,Guna Internasional, Harapan Sentosa, Industri, Jakarta, Kosagraha Semesta, Mataram Dhanarta, Pacific, Pinaesaan,Umum Majapahit Jaya, Sejahtera Bank Umum, South East Asia Bank, Bank Paribas BBD Indonesia, LTCB CentralAsia, dan Indovest. Sementara itu, bank yang dalam status BBO adalah : BDNI, Deka, Hokindo, Umum Nasional,Subentra, Surya, Pelita, Modern, dan Bank Centris Internasional.

Page 171: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

159

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

4.2.2 Peranan Bank Indonesia dalam Kebijakan Perbankan

Peranan Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan tidak terlepas darisejarah perkembangan bank dan sejarah keberadaan Bank Indonesia itusendiri. Dilihat dari keberadaannya, lembaga perbankan di Indonesia telahada jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Namun demikian, pengaturandan pengawasan bank secara formal baru mulai dikenal sejakdiberlakukannya UU No. 11 Tahun 1953 tentang Bank Indonesia. Mulaisaat itu, pula Bank Indonesia berperan besar sebagai penentu kebijakanperbankan di Indonesia.

Peranan Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan yang ditetapkandalam UU No. 11 Tahun 1953 dapat dibaca dalam pasal 7, ayat 3, 4, dan 5yang menyatakan bahwa “Bank (Indonesia) memajukan perkembangan yangsehat dari urusan kredit dan urusan bank di Republik Indonesia padaumumnya dan dari urusan kredit nasional dan urusan bank nasional padakhususnya”. Ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 1953 dimaksud dijabarkanlebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1955 tanggal 1 Januari1955, tentang Pengawasan Terhadap Urusan Kredit. Dalam PP tersebut,masalah perizinan, pengaturan, pengawasan, maupun pemberian sanksi ataspelanggaran terhadap suatu ketentuan mulai ditetapkan. Misalnya, masalahizin pendirian bank, berbagai pengaturan termasuk ketentuan permodalan,pelaksanaan pengawasan, pemberian sanksi terhadap pelanggaran, sampaipencabutan izin usaha bank mulai diatur dalam PP tersebut.

Masalah pengawasan selanjutnya diatur lebih rinci dalam PP No.1 tahun1955 pasal 5 yang berbunyi:

“Bank (Indonesia) melakukan atas nama Dewan Moneter pengawasanterhadap badan-badan kredit yang ada atau yang akan didirikan di Indonesiaguna kepentingan solvabilitet dan likwiditet badan-badan kredit itu danguna kepentingan pemberian kredit secara sehat dan berdasarkan asas-asas kebijakan bank yang tepat”.

Berdasarkan bunyi pasal tersebut terlihat bahwa pada waktu ituwewenang pengawasan sebenarnya berada di tangan Dewan Moneter, danBank Indonesia melakukan pengawasan atas nama Dewan Moneter. Daripasal tersebut juga terlihat bahwa pengaturan terhadap bank masih sangatsederhana, misalnya, fokus pengawasan yang hanya diarahkan padamasalah solvabilitas dan likuiditas. Dilihat dari struktur organisasi Bank

Page 172: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

160

Kebijakan Perbankan

Indonesia pada tahun 1953 sebagaimana ditulis Dawam Rahardjo (1995),terlihat bahwa kegiatan pengawasan belum dilakukan oleh suatu unittertentu di Bank Indonesia. Unit yang khusus dibentuk untuk melakukantugas pengawasan baru terlihat dalam struktur organisasi Bank Indonesiapada tahun 1960.

Peranan Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan menjadi semakinjelas setelah dilakukan pembenahan ekonomi, keuangan, dan moneter diIndonesia. Hal tersebut secara formal dituangkan dalam bentuk undang-undang, yaitu dengan dikeluarkannya UU No.14 Tahun 1967 tentangPerbankan. Peran Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bankkemudian lebih dipertegas dengan dikeluarkannya UU No.13 Tahun 1968tentang Bank Indonesia. Berdasarkan kedua undang-undang ini, BankIndonesia tetap memiliki peranan dalam kebijakan perbankan, tetapi strategidan pola kebijakan pengaturan dan pengawasan bank mengalamiperubahan, yaitu bahwa pengaturan dan pengawasan bank dilakukan olehBank Indonesia atas nama Departemen Keuangan, dan tidak lagi atas namaDewan Moneter.

Berdasarkan undang-undang tersebut karena Bank Indonesiamelaksanakan pengawasan atas nama Menteri Keuangan, maka berbagaiketentuan pelaksanaan baik yang menyangkut perizinan, pengaturan,pengawasan, sampai pemberian sanksi atas suatu pelanggaran, sebagaimanayang diatur dalam kedua undang-undang tersebut, lebih lanjut dituangkandalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan. Dalam hal ini, Bank Indonesiahanya melaksanakan berbagai keputusan tersebut. Sebagai contoh,pemberian izin pembukaan dan penutupan suatu bank, berdasarkanundang-undang dan keputusan menteri keuangan, sepenuhnya menjadiwewenang Menteri Keuangan Bank Indonesia dalam hal ini hanyaberwenang memberikan rekomendasi.

Berbagai perkembangan yang terjadi dalam perekonomian Indonesia,termasuk dengan adanya deregulasi perbankan yang dimulai pada tahun1983 dan berlanjut sampai 1988, tidak mengubah peran Bank Indonesiadi bidang pengaturan dan pengawasan bank. Perubahan yang sangat pesatyang terjadi setelah deregulasi di sektor perbankan kembali mendorongdilakukannya berbagai pembenahan berbagai ketentuan di bidangperbankan, yang selanjutnya dituangkan dalam Undang-Undang No.7Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perbankan.

Page 173: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

161

Peranan Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan baru berubahsetelah UU No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankandiamandemen dengan dikeluarkannya UU 10 Tahun 1998 tentangPerbankan. Dengan perubahan undang-undang tersebut peranan BankIndonesia dalam kebijakan perbankan mengalami perubahan yang drastis.Perubahan dalam undang-undang tersebut antara lain mengatur: (1)pengalihan wewenang perizinan di bidang perbankan dari MenteriKeuangan kepada Pimpinan Bank Indonesia, (2) pemilikan bank oleh pihakasing tidak dibatasi, tetapi tetap memperhatikan prinsip kemitraan, (3)pengembangan bank berdasarkan syariah, (4) perubahan cakupan rahasiabank yang semula meliputi sisi aktiva dan pasiva dari neraca bank menjadihanya nasabah penyimpan dan simpanannya, (5) pembentukan lembagapenjamin simpanan (LPS), dan (6) pendirian badan khusus yang bersifatsementara dalam rangka penyehatan perbankan.

Peranan penting Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan, yaitusebagai otoritas tunggal yang berwenang mengatur dan mengawasiperbankan tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam UU No. 23Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang tersebutdinyatakan bahwa fungsi pengawasan bank merupakan salah satu pilarpenting yang harus dilakukan Bank Indonesia dalam menciptakan danmemelihara stabilitas nilai rupiah. Namun demikian, dalam undang-undangtersebut dinyatakan juga bahwa pengawasan bank akan dialihkan dari BankIndonesia ke Lembaga Pengawasan Sektor Jasa Keuangan (LPJK) yangindependen yang sudah harus dibentuk berdasarkan undang-undangselambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002.

LPJK yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap bank danperusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputiasuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaanpembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakkan pengelolaandana masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankantugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajibanmenyampaikan laporan kepada BPK dan DPR. Dalam melakukan tugasnya,lembaga ini melakukan koordinasi dan kerja sama dengan Bank Indonesiasebagai bank sentral yang akan diatur dalam undang-undangpembentukannya. LPJK dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitandengan pelaksanaan tugas pengawasan bank dengan koordinasi Bank

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 174: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

162

Kebijakan Perbankan

Indonesia dan meminta penjelasan, keterangan dan data makro yangdiperlukan dari Bank Indonesia.

Selanjutnya dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesiasebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 ditetapkan bahwapembentukan LPJK tersebut yang semula akan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002 ditunda menjadi selambat-lambatnyatanggal 31 Desember 2010. Sepanjang lembaga pengawasan dimaksudbelum dibentuk, tugas pengaturan dan pengawasan bank dilaksanakan olehBank Indonesia. Pengalihan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesiakepada LPJK tersebut dilakukan secara bertahap setelah dipenuhinya syarat-syarat yang meliputi infrastruktur, anggaran, personalia, struktur organisasi,sistem informasi, sistem dokumentasi, dan berbagai peraturan pelaksanaanberupa perangkat hukum serta dilaporkan kepada DPR. Penundaan waktupengalihan fungsi pengawasan bank tersebut menandakan bahwa masalahini tidaklah sederhana dan memerlukan persiapan yang matang.Permasalahannya tidak terbatas pada persiapan organisasi lembaga baruyang akan dibentuk, tetapi juga terkait erat dengan siapa yang sebaiknyamelakukan fungsi pengawasan bank. Kontroversi mengenai hal ini jugaterjadi di negara-negara lain. Isu mengenai siapa yang harus mengawasibank ini selanjutnya dapat dibaca pada boks 4.

Banyak hal yang dapat diambil dari pengalaman krisis perbankan yang terjadidi berbagai negara termasuk di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Salahsatunya adalah pengaturan dan pengawasan bank. Beberapa studi yang telahdilakukan menunjukkan bahwa krisis perbankan yang terjadi di berbagaibelahan dunia terjadi karena kurangnya independensi lembaga pengatur danpengawas perbankan dari berbagai tekanan dan intervensi politik danpemerintah.

1Hasil studi ini mendorong menguatnya argumen bahwa

pengaturan dan pengawasan bank sebaiknya memiliki independensi, baik

Siapa Yang Sebaiknya Mengaturdan Mengawasi Bank

Boks 4:

1 Banyak sekali artikel yang membahas masalah ini, misalnya, Lindgren (1999) untuk kawasanAsia, dan lain-lain.

Page 175: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

163

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

dari pemerintah berupa intervensi politik, maupun dari dunia usaha.Independensi tersebut dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara stabilitassektor keuangan

2.

Selain hasil studi berdasarkan pengalaman krisis di atas, faktor lain yangjuga mendorong menguatnya argumen perlunya independensi pengawasandan pengaturan bank adalah adanya kecenderungan dalam beberapa tahunterakhir untuk mengeluarkan fungsi pengawasan bank dari bank sentral danmembentuk lembaga tunggal yang independen yang mengatur dan mengawasiseluruh lembaga keuangan (baik bank maupun lembaga keuangan nonbanklainnya).

3

Kedua hal ini, yaitu independensi pengawasan bank dan pemisahan fungsipengawasan bank dari bank sentral selanjutnya menjadi bagian yang tidakterpisahkan dalam diskusi tentang otoritas mana yang lebih tepat untukmenjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan bank. Apakah fungsi tersebutsebaiknya berada di bank sentral atau sebaiknya berada di luar bank sentral?Dari sisi bank sentral, ada kecenderungan pendapat bahwa pengaturan danpengawasan bank akan lebih baik dilakukan secara independen oleh banksentral. Dalam hal ini independensi pengaturan dan pengawasan bankdiharapkan akan melengkapi dan menunjang independensi bank sentralsebagai otoritas moneter. Pendapat ini didasarkan kepada kenyataan bahwastabilitas sektor keuangan memiliki keterkaitan yang sangat erat denganstabilitas moneter. Stabilitas sektor keuangan dan stabilitas moneter ibaratnyadua sisi dari satu keping mata uang, yang berarti keduanya memang tidakdapat dipisahkan.

Pada sisi lainnya, banyak pula yang berpendapat bahwa bank merupakanbagian dari lembaga keuangan dan dengan alasan efisiensi, maka pengaturandan pengawasan perbankan sebaiknya digabungkan menjadi satu denganpengaturan dan pengawasan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan olehsatu lembaga independen. Penggabungan fungsi pengaturan dan pengawasanseluruh lembaga keuangan ini telah dilakukan di beberapa negara.

2 Sampai saat ini sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan,sehingga stabilitas industri perbankan akan mempunyai andil yang sangat besar terhadapstabilitas sektor keuangan di Indonesia.

3 Dokumen yang diterbitkan oleh Bank for International Settlement (BIS) yang berjudul “TheBasel Core Principles on Effective Banking Supervision” secara tegas menyatakan dalam Coreprinciples No.1 bahwa “regulation agency possess operational independence and adequateresources”.

Page 176: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

164

Kebijakan Perbankan

Permasalahan siapa yang sebaiknya mengatur dan mengawasi bank menjaditopik bahasan di hampir setiap negara termasuk di Indonesia. Masalah inimulai menjadi topik pembahasan yang hangat di Indonesia pada saatpembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia. Pada saatitu masalah ini menjadi perhatian berbagai pihak karena adanya pemikiranuntuk menjadikan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang independen,sementara ada pertanyaan apakah sebagai bank sentral yang independentersebut Bank Indonesia masih harus mengatur dan mengawasi bank.

Polemik tentang siapa yang sebaiknya mengatur dan mengawasi bankseharusnya terhenti dengan disetujuinya RUU tentang Bank Indonesia menjadiUU yaitu UU No.23 tahun 1999 yang selanjutnya telah diubah melalui UUNo 3 Tahun 2004. Dalam UU tersebut pasal 34 ayat (2) secara tegas dinyatakanbahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas jasasektor keuangan yang independen dan dibentuk berdasarkan undang-undang.Pembentukan lembaga pengawas tersebut akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada 31 Desember 2010.

Meskipun UU No 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia secara tegas telahmenyatakan pengawasan bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasanindependen dan selambat-lambatnya dibentuk tahun 2010, namun perdebatantentang siapa yang sebaiknya mengatur dan mengawasi bank di Indonesiadalam skala yang rendah tidak masih terus berlangsung. Hal ini menunjukkanbahwa permasalahannya bukan hanya sekedar mengalihkan atau tidakmengalihkan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia. Masalahnyaadalah bagaimana fungsi pengaturan dan pengawasan tersebut dapatdilaksanakan dengan efektif dan efisien, dan sejauh mana ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasan yang efektif danefisien.

4.2.3 Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan di Indonesia

UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubahdengan UU No.10 Tahun 1998, serta UU No.23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, selainmenetapkan Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas pengatur danpengawas bank di Indonesia, juga memuat berbagai hal yang menjadipokok-pokok kebijakan pengaturan dan pengawasan bank. Pokok-pokok

Page 177: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

165

kebijakan tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam berbagai ketentuanpelaksanaan, yaitu dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI).

Cakupan kebijakan pengaturan dan pengawasan bank tersebut secaragaris besar dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, yaituperizinan, pengaturan, pengawasan, dan pemberian sanksi.

4.2.3.1 Perizinan di Bidang Perbankan

Pendirian suatu bank harus memenuhi suatu peraturan tertentu danpelaksanaan ketentuan tersebut juga diawasi secara ketat oleh BankIndonesia serta instansi terkait lainnya. Pemberian izin pendirian suatu bankdilakukan dalam dua tahap, yaitu izin prinsip dan izin usaha. Yang dimaksuddengan izin prinsip adalah izin atau persetujuan untuk melakukan persiapanpendirian bank. Sementara itu, izin usaha adalah izin untuk melakukankegiatan usaha bank setelah persiapan yang dilakukan sesuai izin prinsipselesai dilakukan. Untuk mendapatkan izin usaha bank umum dan BPRsesuai dengan ketentuan yang berlaku harus dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya mengenai (a) susunan organisasi dan kepengurusan, (b)permodalan, (c) kepemilikan, (d) keahlian di bidang perbankan, dan (e)kelayakan rencana kerja.

Dalam hal perizinan ini, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang,kewenangan Bank Indonesia meliputi:

• Pemberian dan pencabutan izin usaha suatu bank. Pemberian izin inidilakukan dengan surat keputusan Gubernur Bank Indonesia;

• Pemberian izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor banktermasuk pemberian izin atau persetujuan peningkatan status kantorbank, misalnya, dari kantor kas menjadi kantor pembantu ataupeningkatan dari kantor cabang pembantu menjadi kantor cabangpenuh. Pemberian izin ini dilakukan dengan surat keputusan GubernurBank Indonesia.

• Pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank. Pemberianizin ini dilakukan dengan surat keputusan Gubernur Bank Indonesia.

• Pemberian izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatantertentu. Termasuk dalam kegiatan tertentu ini, misalnya, izin untuk

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 178: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

166

Kebijakan Perbankan

melakukan kegiatan usaha sebagai bank devisa, melakukan kegiatanusaha berdasarkan prinsip syariah, dan sebagainya.

4.2.3.2 Pengaturan dan Ketentuan Perbankan

Kebijakan pengaturan bank dilaksanakan oleh Bank Indonesiadengan mengeluarkan berbagai ketentuan kehati-hatian tentangperbankan dengan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yangberlaku. Pengeluaran peraturan dan ketentuan di bidang perbankan yangdilakukan oleh Bank Indonesia tidak terlepas dari bentuk kewenanganBank Indonesia yang diatur dalam UU No.7 Tahun 1992 tentangPerbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998dan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telahdiubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Berdasarkan undang-undangtersebut Bank Indonesia diberi wewenang untuk memberikan danmencabut izin usaha bank, mengatur dan mengawasi bank, sertamengenakan sanksi terhadap bank.

Peraturan dan ketentuan perbankan di atas ditetapkan dalam bentukPeraturan Bank Indonesia (PBI) dan memuat prinsip kehati-hatian di bidangperbankan. Ini berarti peraturan dan ketentuan perbankan tersebut berfungsimemberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha perbankanyang berhati-hati sehingga dapat mewujudkan sistem perbankan yang sehat.Berbagai peraturan tentang kehati-hatian tersebut senantiasa disesuaikandengan standar yang berlaku secara internasional. Sehubungan denganpentingnya upaya untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat tersebut,maka peraturan-peraturan perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesiaharus didukung dengan sanksi-sanksi yang adil.

Pokok-pokok ketentuan atau peraturan perbankan yang ditetapkandengan Peraturan Bank Indonesia secara garis besar memuat: (1) perizinanbank, (2) kelembagaan bank, termasuk kepengurusan dan kepemilikan, (3)kegiatan usaha bank pada umumnya, (4) kegiatan bank berdasarkan prinsipsyariah, (5)merger, konsolidasi, dan akuisisi bank, (6) sistem informasiantarbank, (7) tata cara pengawasan bank, (8) sistem pelaporan bank kepadaBank Indonesia, (9) penyehatan bank, (10) pencabutan izin usaha, likuidasi,dan pembubaran bentuk hukum bank, dan (11) lembaga-lembagapendukung sistem perbankan.

Page 179: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

167

4.2.3.3 Pengawasan terhadap Bank

Kebijakan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadapperbankan bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat pemilikdana serta menjaga kelangsungan usaha bank sebagai lembaga kepercayaandan sebagai lembaga intermediasi. Pengawasan tersebut dilaksanakan baiksecara tidak langsung (off-site supervision) maupun secara langsung (on-site examination).

Untuk keperluan pengawasan tersebut, Bank Indonesia mewajibkanseluruh bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasansesuai dengan ketentuan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Laporan-laporan tersebut antara lain berupa laporan mingguan, bulanan,dan tahunan. Kewajiban penyampaian laporan yang terkait dengankegiatan usaha bank ini diperlukan untuk memantau keadaan bank yangbersangkutan. Dalam hal-hal tertentu, kewajiban tersebut bahkan jugadapat dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan induk, perusahaananak, pihak terkait, dan pihak terafiliasi dari suatu bank (misalnya, dalamhal pihak-pihak tersebut mendapat fasilitas tertentu dari bank ataumempunyai peranan tertentu dalam kegiatan operasional bank). Secarakhusus kepada bank-bank diwajibkan pula untuk menyampaikan kepadaBank Indonesia neraca dan perhitungan rugi/laba tahunan beserta seluruhpenjelasannya serta laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentukyang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan rugi/labatahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit atau diperiksa oleh akuntanpublik.

Pengawasan tidak langsung dilakukan Bank Indonesia dengan meneliti,menganalisis, serta mengevaluasi laporan-laporan yang disampaikan olehsuatu bank dengan tujuan untuk mengetahui apakah bank telahmelaksanakan ketentuan perbankan sekaligus untuk menilai kinerjaperbankan. Sementara itu, pengawasan langsung dilakukan dalam bentukpemeriksaan langsung pada bank yang bersangkutan yang diikuti dengantindakan-tindakan perbaikan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang,seluruh bank wajib memberikan kesempatan kepada pemeriksa bank untukmemeriksa buku-buku serta berkas-berkas yang ada pada bank. Selain itu,bank juga wajib membantu apabila diperlukan dalam rangka memperolehkebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yangdilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 180: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

168

Kebijakan Perbankan

Pemeriksaan secara langsung tersebut dapat dilakukan secara berkalamaupun setiap waktu apabila diperlukan. Tujuan dari pemeriksaan tersebutadalah untuk memperoleh kebenaran atas informasi kegiatan usaha bankyang disampaikan kepada Bank Indonesia dan untuk mengetahui kepatuhanbank terhadap ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.Pemeriksaan terhadap bank dapat dilakukan oleh petugas dari BankIndonesia atau dapat pula dilakukan oleh pihak lain, misalnya, akuntanpublik untuk dan atas nama Bank Indonesia. Perlu dicatat bahwa segalahal yang terkait dengan pengawasan baik langsung maupun tidak langsungadalah bersifat rahasia.

Dengan semakin kompleks dan majunya operasi bank, BankIndonesia terus meningkatkan kompetensinya dalam mengawasi bank.Salah satu strategi yang ditempuh otoritas adalah dengan menerapkanpengawasan bank berbasis risiko sebagaimana diterapkan pula di negara-negara maju. Pengawasan ini dimaksudkan tidak saja untukmengevaluasi praktek dan kualitas manajemen risiko yang dilakukanbank, tetapi juga untuk menilai besarnya risiko yang dihadapi bank danpengaruhnya terhadap modal bank. Strategi lain yang ditempuh adalahdengan memfokuskan pada bank-bank yang mempunyai risiko sistemikyang tinggi, yaitu bank-bank yang apabila mengalami kesulitan dapatberdampak besar dan menimbulkan efek domino kepada bank-banklain. Dengan fokus pengawasan seperti ini, Bank Indonesia dapatmemantau dan melakukan langkah-langkah untuk menciptakan stabilitassistem perbankan secara keseluruhan.

Yang tak kalah pentingnya adalah peningkatan transparansi operasibank kepada masyarakat, antara lain dengan mewajibkan bank untukmemublikasikan kondisi banknya secara triwulanan kepada masyarakatluas melalui media masa dan website Bank Indonesia. Transparansi inipenting untuk meningkatkan peran masyarakat dan pasar dalam ikutmengawasi bank sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pengawasanbank yang menyeluruh. Seperti telah ditekankan sebelumnya, pengawasanbank merupakan bagian dari pengawasan yang lebih bersifat komprehensifatau menyeluruh, yaitu oleh pengurus bank, masyarakat dan pasar, sertaoleh otoritas yang mengatur dan mengawasi bank.

Page 181: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

169

4.2.3.4 Pemberian Sanksi terhadap Pelanggaran Ketentuan

Untuk menjaga efektivitas ketentuan perundang-undangan danperaturan lainnya yang dikeluarkan, kebijakan pengawasan bank yangditetapkan Bank Indonesia mencakup pula berbagai sanksi apabila terjadipelanggaran yang dilakukan bank terhadap ketentuan dan peraturan yangada. Berat atau besarnya sanksi akan bervariasi sesuai dengan bentukpelanggaran yang dilakukan. Secara umum sanksi tersebut dikelompokkandalam dua kelompok, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana.Selanjutnya sanksi administratif juga diklasifikasikan mulai yang palingringan sampai yang paling berat. Dalam Pasal 52 UU No.7 Tahun 1992tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun1998 disebutkan bahwa Bank Indonesia dapat menetapkan sanksiadministratif terhadap bank-bank yang tidak memenuhi kewajibannyasebagaimana ditentukan dalam undang-undang, bahkan Bank Indonesiadapat mencabut izin usaha bank suatu bank.

Sanksi administratif tersebut antara lain dapat berupa: (1) denda uang,(2) teguran tertulis, (3) penurunan tingkat kesehatan bank, (4) pelaranganuntuk turut serta dalam kegiatan kliring, (5) pembekuan kegiatan usahatertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secarakeseluruhan, (6) pemberhentian pengurus bank (untuk selanjutnyamenunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai Rapat UmumPemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi dapat mengangkat penggantiyang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia), dan (7) pencantumananggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orangtercela di bidang perbankan. Dalam hal-hal tertentu Bank Indonesia jugadapat menetapkan sanksi administratif kepada pihak terafiliasi

yang tidak

memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang,atau menyampaikan pertimbangan kepada instansi yang berwenang untukmencabut izin yang bersangkutan. Pelaksanaan lebih lanjut mengenai sanksiadministratif tersebut ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Selain sanksi administratif tersebut di atas, terhadap pelanggaran suatuketentuan juga dapat dikenakan sanksi pidana. Sanksi pidana inidiklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu sanksi pidana yang termasuksanksi terhadap pelanggaran ketentuan dan sanksi pidana yang termasukdalam kelompok kejahatan. Pemberian sanksi atas pelanggaran ketentuan

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 182: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

170

Kebijakan Perbankan

ini antara lain dimuat dalam pasal 48 ayat 2 UU No.7 Tahun 1992 yangtelah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwaanggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang lalai memberikanketerangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam pasal 30ayat 1 dan ayat 2 serta pasal 34 ayat 1 dan ayat 2, diancam dengan pidanakurungan sekurang-kurangnya satu tahun dan paling lama dua tahun danatau denda sekurang-kurangnya Rp1 miliar dan paling banyak Rp2 miliar.Dapat ditambahkan bahwa dalam pasal 30 ayat 1 dan 2 tersebut diaturtentang penyampaian laporan, keterangan, maupun penjelasan mengenaiusaha dan kewajiban bank untuk memberikan kesempatan dan membantupemeriksa dari Bank Indonesia. Adapun pasal 34 ayat 1 dan 2 mengaturkewajiban bank, untuk menyampaikan laporan keuangannya kepadaBank Indonesia.

Pelanggaran yang termasuk dalam kategori pidana kejahatan adalahsebagaimana diatur dalam pasal 46, yaitu tentang perizinan bank, pasal 47tentang rahasia bank dan pasal 47A tentang perpajakan.

4.2.4 Kebijakan dalam Hal Bank-bank Mengalami Kesulitan

Sebagaimana telah ditegaskan di muka, pengaturan dan pengawasanbank bukan dimaksudkan untuk menjamin bahwa tidak akan ada bankyang bermasalah, baik secara individu maupun secara keseluruhan. Dengandemikian, meskipun Bank Indonesia telah mengupayakan pengaturan danpengawasan terhadap bank-bank di Indonesia, kemungkinan adanya bankyang mengalami kesulitan atau bahkan kesulitan yang sifatnya lebih luasdan bersifat sistemik tetap saja ada. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun2004, dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesiamembahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan ataumembahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yangmembahayakan perekonomian nasional, maka Bank Indonesia dapatmelakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-undang tentangperbankan yang berlaku.

Sesuai dengan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimanatelah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, apabila suatu bankmengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, maka

Page 183: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

171

Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar (1) pemegang sahammenambah modal, (2) pemegang saham mengganti dewan komisaris danatau direksi bank, (3) bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaanberdasarkan prinsip syariah yang macet dan memperhitungkan kerugianbank dengan modalnya, (4) bank melakukan merger atau konsolidasidengan bank lain, (5) bank dijual kepada pembeli yang bersediamengambil alih seluruh kewajiban, (6) bank menyerahkan pengelolaanseluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain, dan (7) bankmenjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepadabank atau pihak lain.

Selanjutnya apabila berbagai tindakan yang dilakukan Bank Indonesiatersebut belum dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, maka BankIndonesia dapat mencabut izin usaha bank, dan meminta kepada direksiuntuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengantujuan membubarkan badan hukum bank dimaksud, dan membentuk timlikuidasi. Apabila direksi bank yang bersangkutan tidak menyelenggarakanRUPS, maka Bank Indonesia dapat meminta kepada pengadilan untukmengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank danpenunjukan tim likuidasi serta perintah pelaksanaan likuidasi sesuai denganketentuan yang berlaku.

Seperti diketahui kesulitan yang dihadapi oleh suatu bank kadangkaladapat meluas dan bersifat sistemik. Kesulitan yang demikian tentu sajatidak hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi dapatmembahayakan industri perbankan atau bahkan membahayakanperekonomian secara keseluruhan. Sesuai dengan UU No. 7 Tahun 1992tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun1998, apabila menurut penilaian Bank Indonesia telah terjadi kesulitanperbankan yang dapat membahayakan perekonomian nasional, maka ataspermintaan Bank Indonesia, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan DPRdapat membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangkapenyehatan perbankan. Sebagai contoh dengan terjadinya krisis perbankanpada awal tahun 1998 di Indonesia telah dibentuk Badan PenyehatanPerbankan Nasional (BPPN). Bank-bank yang dalam kondisi tidak sehatdiserahkan oleh Bank Indonesia kepada BPPN untuk dilakukanpenyehatan. Penjelasan lebih lanjut mengenai BPPN dapat dibaca padasubbab mengenai kebijakan perbankan Indonesia pascakrisis.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 184: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

172

Kebijakan Perbankan

Selanjutnya sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, dalamhal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemikdan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan,Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat, atau disebutpula financial safety net, yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah.

1

Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitankeuangan bank yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaandarurat, dan sumber pendanaan yang berasal dari APBN diatur dalamundang-undang tersendiri, yang akan ditetapkan selambat-lambatnya akhirtahun 2004.

4.2.5 Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia

Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanakan oleh BankIndonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan danmemelihara kesehatan bank, baik secara individu maupun perbankansebagai suatu sistem. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah sepertiapakah bank yang disebut sehat itu. Apa saja yang menjadi indikatorkesehatan sebuah bank dan bagaimana pengukurannya?

4.2.5.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bankyang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain,bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memeliharakepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapatmembantu kelancaraan lalu lintas pembayaran, serta dapat mendukungefektivitas kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebutdiharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakatserta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

1 Fasilitas pembayaran darurat, atau financial safety net, berbeda dengan pemberian kredit ataupembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan Bank Indonesia, dalam rangka menjalankanfungsinya sebagai lender of last resort, kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangkapendek bank yang bersangkutan. Fasilitas pendanaan jangka pendek untuk kesulitan likuiditas bankini tidak selalu harus diartikan bahwa bank yang bersangkutan mengalami kesulitan yangmembahayakan kelangsungan usahanya dan atau kesulitan bank yang sistemik.

Page 185: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

173

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harusmempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik,mengelola dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsipkehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untukmempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnyasehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bankharus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telahditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacupada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

Berdasarkan pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998, bank wajibmemelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupanmodal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,dansolvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajibmelakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Mengingat peranan industri perbankan yang sangat strategis dalamsuatu perekonomian, maka yang berkepentingan terhadap tingkatkesehatan bank tidak hanya pemilik dan pengelola bank yangbersangkutan, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan terutama parapengguna jasa perbankan.

4.2.5.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secaragaris besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset Quality,Management, Earning, and Liquidity). Kelima faktor tersebut berkaitan danmemang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabilasuatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagiapabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih darisatu faktor), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Sebagai contoh,suatu bank mengalami masalah likuiditas, (meskipun modal bank tersebutcukup, selalu untung, dikelola dengan baik, dan kualitas aktiva produktifnyabaik). Apabila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi, maka dapatdipastikan bank tersebut akan menjadi tidak sehat. Demikian pula padawaktu krisis perbankan terjadi di Indonesia, sebetulnya tidak semua bankdalam kondisi tidak sehat. Akan tetapi, karena terjadi rush, bank-bank

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 186: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

174

Kebijakan Perbankan

mengalami kesulitan likuiditas sehingga sejumlah bank yang sebenarnyasehat menjadi tidak sehat.

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuksemua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalampenilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR.Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanyapada bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaianselanjutnya dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara Bank Umum danBPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk Bank Umum dan BPRditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2Bobot Penilaian Faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR

1 Permodalan 25% 30%2 Kualitas Aktiva Produktif 30% 30%3 Kualitas Manajemen 25% 20%4 Rentabilitas 10% 10%5 Likuiditas 10% 10%

No Faktor CAMEL Bank Umum BPR

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnyadilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yangberpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatantersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktivaproduktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukandengan melakukan kuantifikasi atas hasil penilaian komponen dari masing-masing faktor tersebut. Faktor dan komponen tersebut selanjutnya diberisuatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan suatubank. Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yangdinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atasdasar bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit ataspelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkandengan tingkat kesehatan bank.

Page 187: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

175

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimanadiuraikan di atas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikaninformasi dan aspek-aspek lain yang secara materiil dapat berpengaruhterhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya, akandiperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatanbank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat, dan Tidak Sehat.

4.2.5.3 Hasil Penilaian dan Predikat Tingkat Kesehatan

Berdasarkan penjumlahan nilai kredit dari faktor-faktor CAMEL sesuaibobotnya (baca tabel 1), kemudian dikurangi dengan penalti karenapelanggaran atas ketentuan yang mempengaruhi tingkat kesehatan, makaakan diperoleh total nilai kredit tingkat kesehatan bank. Total nilai kredittersebut selanjutnya akan menentukan predikat tingkat kesehatan suatu banksebagai berikut:

• 81- 100 predikat Sehat

• 66 - <81 predikat Cukup Sehat

• 51 - <66 predikat Kurang Sehat

• 0 - <51 predikat Tidak Sehat

4.2.5.4 Faktor-faktor yang Menggugurkan Penilaian TingkatKesehatan Bank

Tingkat kesehatan suatu bank dapat berubah setiap terdapat perubahandalam faktor-faktor yang dinilai. Selain itu, tingkat kesehatan suatu bankjuga dapat gugur apabila berdasarkan penelitian terdapat praktek-praktekyang tidak sehat yang dilakukan atau terjadi pada bank yang bersangkutan.

Predikat tingkat kesehatan Sehat, Cukup Sehat, dan Kurang Sehat dapatgugur dan menjadi Tidak Sehat apabila terdapat perselisihan intern, campurtangan oleh pihak-pihak di luar bank, window dressing dalam pembukuan,praktek bank dalam bank, kesulitan yang mengakibatkan pengunduran diridari kliring, dan terdapat praktek lain yang dapat membahayakankelangsungan usaha bank.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 188: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

176

Kebijakan Perbankan

4.2.6 Penerapan Prinsip-prinsip Pengawasan Bank yang Efektif diIndonesia

Sebagaimana telah diuraikan pada subbab 4.2.3.3 di atas, BankIndonesia melakukan pengawasan bank dengan cara langsung dan tidaklangsung. Menimbang pentingnya peranan pelaksanaan fungsi pengawasanbank ini terhadap penciptaan sistem perbankan yang sehat, Bank Indonesiaselalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pengawasan bank dengansenantiasa melakukan evaluasi terhadap praktek yang ada dan berupayamenyesuaikan dengan standar yang berlaku secara internasional. Dengancara demikian, Bank Indonesia selaku otoritas pengawas dapat melakukanpenilaian apakah praktek pengawasan yang dilakukan sudah cukup baik,dan apakah masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan.

Untuk pemantapan sistem pengawasan, Bank Indonesia senantiasaberupaya untuk meningkatkan tingkat kepatuhan terhadap prinsip-prinsipdasar pengawasan bank yang efektif yang telah disepakati secarainternasional dalam meningkatkan efektifitas pengawasan perbankan, ataudikenal dengan sebutan 25 Basle Core Principles. Seperti telah disebutkansebelumnya, prinsip-prinsip dasar pengawasan bank yang efektif tersebutmencakup tujuh aspek penting yaitu: aspek kelembagaan, perizinan,ketentuan kehati-hatian, metode pengawasan, informasi, masalahkewenangan, dan pengawasan lintas negara. Sebagai contoh, evaluasiterhadap 25 prinsip tersebut sampai dengan akhir tahun 2002 dapatdisimpulkan bahwa hampir seluruhnya telah terlaksana secara penuh,atau terlaksana sebagian besar, atau terlaksana secukupnya.

2 Hanya satu

prinsip yang belum dilaksanakan, yaitu berkaitan dengan kebijakan danprosedur bank untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengendalikanrisiko dalam kegiatan perbankan internasional. Untuk itu, pada tahun2003 Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan bahwa setiap bankharus secara formal menerapkan manajemen risiko agar bank dapatmelakukan proyeksi dan mengambil kebijakan untuk mengantisipasipotensi kerugian di masa mendatang. Pelaksanaan ketentuan ini dilakukansecara bertahap dan akan dilakukan penegakan aturan secara formal awaltahun 2005.

3

2 Baca Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2002.

3 Baca Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2003.

Page 189: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

177

4.2.7 Kebijakan Perbankan di Indonesia Pascakrisis

Krisis keuangan yang terjadi di Asia mulai pertengahan tahun 1997telah memicu krisis perbankan di beberapa negara, seperti Korea Selatan,Thailand, dan Indonesia. Di Indonesia sendiri, krisis perbankan tersebutdiawali dengan dilikuidasinya beberapa bank, yang selanjutnya memicumenurunnya kepercayaan masyarakat yang tercermin dari penarikan secarabesar-besaran dana masyarakat dari bank. Dalam rangka menanggulangimerosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan ini, Pemerintahdan Bank Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan di bidangperbankan. Kebijakan tersebut adalah program penjaminan Pemerintahdengan pemberian dana talangan4

kepada bank-bank yang mengalami rush,pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau BPPN, danrestrukturisasi perbankan.

4.2.7.1 Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional(BPPN).

Seperti dijelaskan pada subbab 4.2.4, dalam keadaan ketika menurutpenilaian Bank Indonesia telah terjadi kesulitan perbankan yang dapatmembahayakan perekonomian nasional, maka atas permintaan BankIndonesia, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan PerwakilanRakyat (DPR) dapat membentuk badan khusus yang bersifat sementaradalam rangka penyehatan perbankan. Dalam konteks inilah BPPN dibentuk.BPPN adalah suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 27pada tanggal 27 Februari Tahun 1998 tentang Pembentukan BPPN, dengantujuan penyehatan perbankan di Indonesia. Pendirian BPPN hanya bersifatsementara dan berlaku selama lima tahun, dapat diperpanjang untuk suatujangka waktu tertentu sepanjang masih diperlukan untuk menjalankantugasnya.

BPPN diberi tugas untuk memulihkan kondisi perbankan nasional sertamengembalikan uang negara yang telah disalurkan ke sektor perbankan.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

4Dana talangan tersebut diberikan oleh Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan programpenjaminan Pemerintah terhadap simpanan masyarakat dan kewajiban lainnya pada bank dan dalamrangka menjalankan fungsinya sebgai lender of last resort, dan selanjutnya dana tersebut menjadibagian dari apa yang dikenal sebagai dana BLBI. Pada tanggal 2 Juli 2003, DPR telah sepakat danselanjutnya menetapkan bahwa BLBI merupakan kebijakan Pemerintah yang dilaksanakan olehBank Indonesia.

Page 190: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

178

Kebijakan Perbankan

Pada awal berdirinya BPPN dibekali seperangkat kewenangan sebagaimanatertuang dalam landasan hukum operasionalnya, yaitu Keppres No. 34Tahun 1998 tentang Tugas dan Kewenangan Badan Penyehatan PerbankanNasional. Perangkat kewenangan ini kemudian diperkuat denganditetapkannya UU No. 10 Tahun 1998 (Undang-undang Perbankan) dandijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1999 tentang BPPN(PP 17/1999) yang secara lebih rinci mengatur landasan hukum operasionalBPPN. Dengan demikian, landasan hukum operasional BPPN menjadi lebihkokoh dan memungkinkan BPPN mengaktualisasikan berbagai kewenanganyang memang diperlukan termasuk berbagai tindakan yang oleh perundang-undangan lain diatur secara berbeda.

Sesuai UU Perbankan, tiga tugas pokok BPPN adalah melakukanpenyehatan perbankan, menyelesaikan aset bermasalah, danmengupayakan pengembalian uang negara yang telah tersalur pada sektorperbankan. Dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut, BPPN juga ditetapkansebagai pelaksana dari program penjaminan Pemerintah terhadap simpananmasyarakat dan kewajiban lainnya pada bank. Mengenai tugas penyehatanperbankan, dapat dijelaskan bahwa sesuai UU No.10 Tahun 1998 tentangPerbankan, program penyehatan yang dilakukan oleh BPPN adalah khususterhadap bank-bank yang ditetapkan dan diserahkan oleh Bank Indonesiakepada BPPN. Di luar itu, seluruh otoritas perbankan masih tetap beradadi Bank Indonesia.

Terkait dengan pembagian tugas penyehatan perbankan antara BPPNdan Bank Indonesia sebagaimana dijelaskan di atas, perlu diketahui apayang menjadi kriteria suatu bank untuk kemudian diserahkan oleh BankIndonesia kepada BPPN agar disehatkan kembali. Dalam hal ini terdapattiga kelompok klasifikasi pengawasan bank, yaitu bank-bank yang tidakdalam pengawasan khusus, bank-bank dalam pengawasan khusus, danterakhir bank-bank yang diserahkan kepada BPPN. Penjelasan dan prosespenyerahan bank-bank dalam pengawasan khusus oleh Bank Indonesiamenjadi bank-bank yang diserahkan kepada BPPN dapat dibaca di bawahini.

(1) Bank dalam pengawasan khusus (BDP). Kesulitan yang dihadapi olehsuatu bank dapat bervariasi dari yang paling ringan sampai kesulitanyang sangat berat. Apabila suatu bank mengalami kesulitan yang sangatberat sehingga dapat membahayakan kelangsungan usahanya, maka

Page 191: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

179

Bank Indonesia dapat menempatkan bank tersebut dalam suatupengawasan khusus. BDP tersebut di atas wajib melakukan langkah-langkah yang diperlukan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesiadalam jangka waktu enam bulan untuk bank yang terdaftar di pasarmodal dan tiga bulan untuk bank yang tidak terdaftar di pasar modal.

(2) Bank-bank yang diserahkan kepada BPPN. Apabila jangka waktupenyehatan BDP tersebut terlampaui dan beberapa persyaratan tertentumasih tidak dapat dipenuhi, maka bank tersebut oleh Bank Indonesiadapat diserahkan kepada BPPN untuk dilakukan penyehatan. Jangkawaktu program penyehatan di BPPN adalah selama 18 bulan sejakbank tersebut ditetapkan sebagai BDP dan diserahkan kepada BPPN.Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan ternyata programpenyehatan oleh BPPN belum selesai, maka BPPN dapat mengajukanperpanjangan waktu disertai dengan alasan diperlukannyaperpanjangan tersebut, atau BPPN dapat memberikan rekomendasiuntuk mengubah status bank dari BDP menjadi Bank Beku KegiatanUsaha (BBKU).

Sejak berdirinya awal tahun 1998 hingga dibubarkan bulan Oktober2003, BPPN telah melakukan dan menyelesaikan sebagian besar tugas-tugasnya. Bank-bank yang semula dalam penyehatan oleh BPPN telahdiserahkan kembali kepada Bank Indonesia untuk pengawasannya. Sebagianbesar aset yang dikelola BPPN telah dijual dan hasilnya disetorkan ke kasnegara. Masih terdapat sebagian kecil aset yang semula dikelola BPPNbelum dapat diselesaikan, dan dengan dibubarkannya BPPN selanjutnyaaset-aset tersebut dikelola oleh suatu perusahaan yang dibentuk Pemerintahkhusus untuk itu. Pelaksanaan program penjaminan selanjutnya dilakukanoleh Unit Pelaksana Program Penjaminan (UP3) di bawah DepartemenKeuangan. Sementara itu, pengelolaan kepemilikan Pemerintah dalam bank-bank yang direkapitalisasi selanjutnya menjadi kewenangan Menteri NegaraBUMN.

4.2.7.2 Restrukturisasi Perbankan Indonesia

Krisis perbankan yang terjadi mulai akhir tahun 1997 telah merusaksendi-sendi terpenting dalam sistem perbankan Indonesia, yaitu kepercayaanmasyarakat, solvabilitas, dan profitabilitas bank. Untuk itu, dalam rangka

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 192: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

180

Kebijakan Perbankan

memulihkan kembali sistem perbankan Indonesia dilakukan programrestrukturisasi yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi olehperbankan pascakrisis tersebut. Program restrukturisasi ini diwujudkandalam bentuk pemulihan kepercayaan masyarakat, serta perbaikansolvabilitas dan profitabilitas bank. Diharapkan melalui programrestrukturisasi ini dapat dibangun kembali sistem perbankan yang sehat,kuat, dan mampu mencegah terjadinya krisis di masa mendatang.

Restrukturisasi perbankan pada intinya dilakukan melalui dua programutama, yaitu Program Penyehatan Perbankan yang meliputi ProgramPenjaminan, Program Rekapitalisasi Bank Umum, dan Program RestrukturisasiKredit, serta Program Pemantapan Ketahanan Sistem Perbankan yang meliputiPengembangan Infrastruktur, Peningkatan Mutu Pengelolaan Perbankan, danterakhir Pemantapan Pengawasan Bank. Berbagai program restrukturisasiperbankan ini dapat dibaca pada gambar 1.

Gambar 1.Program Restrukturisasi Perbankan Indonesia

Sumber: Informasi Strategis dan Terkini Bank Indonesia – Biro Gubernur

Good

Corporate

Governance

ProgramRestrukturisasi

Perbankan

Pengaturan dan

PengawasanIn

frastr

uktu

r

Perb

anka

nK

etah

anan Perbankan

Restorasi Perbanka

n

Bank

Um

umBPR

BPDBPP

N

BankPemerintah

BankSwastaNasional

Blanket

Guarantee

ProgramRekapitalisasi

Restr

uktu

risas

i

Kred

it

LPS

LPJK

Bank Sy

ariah

BPR

Fit & Proper

Test

Wawancara

New EntryCompliance

Director Entry &Exit Policy LawEnforce-ment International

StandardsKualitasPengawas

SATG

ASBI

Prakar

saJak

arta

Page 193: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

181

(1) Program Penyehatan Perbankan

Sebagaimana telah dijelaskan, bank merupakan lembaga yang hanyadapat berfungsi apabila mendapatkan kepercayaan masyarakat khususnyapemilik dana. Krisis perbankan yang terjadi di Indonesia sesungguhnyaberawal dari krisis kepercayaan tersebut. Likuidasi beberapa bank padaakhir tahun 1997 telah menyebabkan timbulnya keraguan masyarakatpemilik dana akan keamanan menyimpan dana di bank. Keraguan iniditambah dengan rumors negatif tentang bank yang selanjutnya memicuterjadinya rush, yang akhirnya menyebabkan kesulitan likuiditas perbankanyang ditandai dengan menurunnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpunoleh perbankan.

Di sisi lain, melemahnya rupiah terhadap mata uang asing di masa-masa krisis telah menyebabkan dua persoalan besar bagi bank. Pertama,melemahnya nilai tukar rupiah tersebut mengakibatkan banyak perusahaanskala besar yang menjadi debitur bank mengalami kebangkrutan dan tidakdapat lagi mengembalikan kredit yang mereka terima (peningkatan Non-Performing Loans/kredit macet). Tingginya kredit macet yang berartimemburuknya Kualitas Aktiva Produktif (KAP) perbankan selanjutnyamenyebabkan menurunnya kemampuan perbankan untuk menghasilkanlaba, atau dengan kata lain terjadi permasalahan rentabilititas.

Kedua, permasalahan yang timbul dari merosotnya nilai tukar rupiahterkait dengan kewajiban bank. Sebagaimana diketahui sebelum krisisterjadi, banyak bank di Indonesia yang memanfaatkan dana luar negeri(offshore) yang dianggap lebih murah dibandingkan sumber dana dalamnegeri (onshore). Besarnya pinjaman luar negeri dalam bentuk valuta asingini menjadi tidak tertanggungkan oleh perbankan pada saat nilai tukarrupiah merosot tajam. Kondisi ini bersama-sama dengan meningkatnyakredit macet (yang berarti meningkatnya PPAP/Penyisihan PenghapusanAktiva Produktif) menyebabkan perbankan mengalami permasalahanpermodalan yang serius ketika CAR perbankan anjlok hingga menjadinegatif.

Program penyehatan perbankan pada intinya berupaya menyelesaikanpersoalan-persoalan perbankan seperti diuraikan di atas, yaitu persoalanlikuiditas yang lebih disebabkan oleh masalah kepercayaan masyarakat,persoalan rentabilitas yang disebabkan oleh buruknya Kualitas Aktiva

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 194: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

182

Kebijakan Perbankan

produktif (KAP) ketika kredit macet sangat tinggi, serta persoalan solvabilitasyang disebabkan oleh menurunnya permodalan bank hingga negatif. Sesuaipersoalan yang dihadapi tersebut, program penyehatan perbankan yangdilakukan Pemerintah bersama Bank Indonesia meliputi programpenjaminan Pemerintah, program rekapitalisasi bank, dan programrestrukturisasi kredit.

a. Program Penjaminan Pemerintah

Program penjaminan merupakan upaya utama dalam rangkamenstabilkan perbankan Indonesia setelah mengalami krisiskepercayaan. Sangat disadari bahwa dalam kondisi yang masihbergejolak ketika kepercayaan masyarakat kepada bank masih bersifatlabil, maka semua program penyehatan perbankan lainnya akan sangatsulit diharapkan dapat berhasil. Oleh karena itu, sebagai langkah awalprogram penyehatan perbankan dilakukan program penjaminan yangditujukan untuk memulihkan kembali kepercayaan masyarakat kepadabank yang pada gilirannya akan menjaga kemampuan bank menyerapdana masyarakat.

Melalui program penjaminan tersebut, Pemerintah menjaminpembayaran semua kewajiban bank-bank yang berbadan hukumIndonesia baik kewajiban kepada masyarakat dalam bentuk simpanangiro, tabungan dan deposito, kewajiban kepada pihak luar negeri,maupun kewajiban bank lainnya. Dalam hubungan ini, BPPNditetapkan sebagai pelaksana program penjaminan Pemerintah tersebut,sementara Bank Indonesia berfungsi menyediakan dana talangan untukpembayaran program tersebut dan membantu BPPN dalamadministrasinya. Dana talangan yang dikeluarkan Bank Indonesia untukpembayaran program penjaminan Pemerintah tersebut dikenal denganapa yang disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).Penyelesaian BLBI selanjutnya telah dicapai melalui kesepakatan antaraPemerintah dan Bank Indonesia yang disetujui DPR dengan penerbitansurat utang pemerintah kepada Bank Indonesia.

Program penjaminan secara bertahap terbukti mampu meredam krisiskepercayaan yang dialami perbankan. Hal ini ditunjukkan olehberkurangnya insiden penarikan dana besar-besaran (rush) dariperbankan, khususnya apabila terjadi penutupan bank. Masyarakat tidak

Page 195: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

183

lagi takut menyimpan dananya di perbankan karena meyakini bahwa,dalam hal terjadi penutupan bank, dana yang disimpan di bank dijamindan akan dibayar oleh Pemerintah. Dana yang disimpan masyarakatpada perbankan, baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito,terus mengalami peningkatan sejak tahun 1998 hingga sekarang. Halini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat kepada perbankantelah pulih. Pulihnya kepercayaan masyarakat kepada perbankanmerupakan modal yang sangat penting bagi program penyehatanperbankan lainnya.

Program penjaminan pemerintah tersebut disadari memiliki beberapakelemahan. Pertama, karena program tersebut menjamin pembayaranseluruh kewajiban yang ada pada bank, maka dana yang harus disediakansangat besar. Hal ini tercermin pada besarnya dana BLBI yang selamaini telah dikeluarkan untuk pembayaran program penjaminan tersebut.Kedua, program tersebut cenderung mendorong potensi morald hazardbaik di sisi perbankan maupun di sisi masyarakat umum. Para praktisiperbankan menjadi tidak berhati-hati dalam mengelola bank, sementaramasyarakat tidak selektif dalam memilih bank tempat penanamandananya. Dengan kelemahan-kelemahan ini, dan mempertimbangkan

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Tabel 3Jadwal Pentahapan Penjaminan Pemerintah PascaUndang-undang

Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS)

1 Agustus 2004 - 1 Februri 2005 Rancangan undang-undang (RUU) di undangkan

1 Februari 2005 - 1 Agustus 2005 Penjaminan yang ditanggung Dana Pihak Ketiga (DPK) danPasar Uang Antar Bank (PUAB)

1 Agustus 2005 - 1 Februari 2006 - RUU LPS berlaku efektif- LPS beroperasi penuh- Penjaminan hanya tinggal DPK, jumlahnya secara menyeluruh masih ditanggung

1 Februari 2006 - 1 Agustus 2006 Penjaminan yang ditanggung Rp 5 miliar

1 Agustus 2006 - 1 Februari 2007 Penjaminan yang ditanggung Rp 1 miliar

1 Februari 2007- dan seterusnya Mulai penjaminan Rp 100 juta

Periodisasi Tahapan Kegiatan

Sumber: Depkeu

Page 196: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

184

Kebijakan Perbankan

pula bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan telah pulih,maka pada saat penulisan buku ini DPR bersama Pemerintah pada 15Juli 2004 telah menyetujui dan menandatangani naskah RUU tentangLembaga Penjaminan Simpanan (LPS) sebagai pengganti programpenjaminan Pemerintah tersebut. LPS yang akan dibentuk ini padawaktunya akan menjamin simpanan masyarakat pada bank sampaijumlah tertentu saja. Hingga terbentuknya LPS ini, Pemerintah masihakan tetap menjamin sepenuhnya kewajiban bank sesuai dengan programpenjaminan yang berlaku. Jadwal pentahapan penjaminan pemerintahpascaundang-undang dapat dilihat pada tabel 3.

b. Program Rekapitalisasi Bank

Program rekapitalisasi bank merupakan pilar utama penyehatanperbankan melalui penyelesaian permasalahan solvabilitas yangdisebabkan oleh minimnya modal bank. Seperti dikemukakansebelumnya, krisis telah menyebabkan bank-bank di Indonesiamengalami kekurangan modal dari jumlah yang ditetapkan sesuaiketentuan CAR, bahkan banyak di antaranya yang modalnya negatif,karena kerugian yang dialaminya. Bagi Pemerintah, pilihan kebijakanyang dapat ditempuh untuk menangani permasalahan tersebut adalahmenutup bank yang bersangkutan atau menambah modal melaluipenyertaan modal Pemerintah. Banyaknya bank yang mengalamipermasalahan permodalan setelah krisis mengharuskan Pemerintahuntuk menambah modal pada bank-bank yang diperkirakan layak untukterus beroperasi, sementara bank-bank lainnya yang kekurangan modaldan diperkirakan tidak mampu terus beroperasi ditutup dan dicabutizin usahanya.

Dengan dasar pemikiran seperti ini, inti dari program rekapitalisasiadalah penyertaan modal oleh Pemerintah kepada bank-bank yangmengalami kesulitan modal dan diperkirakan masih dapat terusberoperasi untuk mendukung perekonomian nasional. Cakupanprogram ini meliputi seluruh bank-bank umum yang berbadan hukumIndonesia. Untuk dapat direkapitalisasi oleh Pemerintah, bank-banktersebut harus memenuhi persyaratan antara lain penambahan modaldari pemilik lama, mempunyai rencana bisnis dan prospek untuk

Page 197: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

185

beroperasi secara sehat kembali, dan berperan penting dalam sistempembayaran dan perekonomian nasional. Dengan demikian, programini ditujukan untuk menyehatkan baik individu bank maupun industriperbankan secara keseluruhan sehingga mampu memaksimumkankontribusinya terhadap perekonomian nasional secara sehat.

Penyertaan modal Pemerintah pada bank-bank yang direkapitalisasidilakukan sampai dengan jumlah tambahan modal yang diperlukanagar bank yang bersangkutan memenuhi ketentuan CAR minimumsebesar 4%, setelah diperhitungkan setoran tambahan modal daripemilik. Penyertaan modal Pemerintah dilakukan melalui penerbitanobligasi pemerintah. Dengan demikian, setelah direkapitalisasi, bankyang bersangkutan akan memiliki aset berupa obligasi Pemerintah disisi aktiva, dan penyertaan modal pemerintah dalam komposisi modalbank yang bersangkutan. Obligasi yang dimiliki perbankan dapatmenjadi salah satu sumber pendanaan bagi bank-bank rekapitalisasimelalui penerimaan bunga maupun dengan cara menjual danmemperdagangkannya. Dalam kenyataannya, sebagian besar modalbank-bank rekapitalisasi merupakan penyertaan modal Pemerintah.Akan tetapi, penyertaan modal pemerintah dimaksud bersifat sementaradan secara bertahap dijual kembali melalui program divestasi secarabertahap pada investor yang berminat.

c. Program Restrukturisasi Kredit

Berbeda dengan dua program penyehatan perbankan terdahulu yangterfokus kepada pembenahan kondisi perbankan dari sisi pasiva yaitudana pihak ketiga dan modal bank, program restrukturisasi kredit lebihterfokus kepada upaya pembenahan di sisi aktiva khususnya aktivaproduktif berupa kredit. Inti dari program ini adalah penyelesaian kreditbermasalah yang seperti diketahui pascakrisis nilai tukar pada tahun1997 mengalami lonjakan yang sangat tajam. Program restrukturisasikredit ini dilakukan baik oleh bank sendiri maupun melalui mediasidari satuan tugas restrukturisasi kredit yang dibentuk oleh BankIndonesia pada bulan Desember 1998. Satuan tugas ini berakhir masakerjanya pada 31 Desember 2001 dan selanjutnya upaya restrukturisasikredit dilaksanakan sendiri oleh masing-masing bank.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 198: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

186

Kebijakan Perbankan

Restrukturisasi kredit pada prinsipnya bertujuan membantu pemulihanusaha debitur sehingga mampu kembali menjalankan aktivitasusahanya. Untuk kredit yang masih berada pada portofolio perbankan,keberhasilan restrukturisasi kredit diharapkan mendorong debitur dapatkembali memenuhi kewajibannya kepada bank yang pada gilirannyamemperbaiki kualitas portofolio kredit bank. Sementara untuk kredityang berhasil direstrukturisasi oleh BPPN akan ditransfer kembalikepada perbankan yang selanjutnya akan mendorong kembalipenyaluran kredit oleh perbankan.

(2) Program Peningkatan Ketahanan Perbankan

Krisis perbankan yang terjadi sejak awal tahun 1998 telah memberikanpengalaman yang sangat berharga bagi Indonesia. Banyak hal yang dapatdan harus diambil sebagai pelajaran agar krisis serupa tidak terjadi lagipada masa mendatang. Untuk itu, seiring dengan program penyehatan yangdilakukan, upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan perbankan untukmenjalankan fungsinya juga ditempuh agar perbankan menjadi lebihtangguh dalam menghadapi segala tantangan. Upaya ini, yang disebutprogram peningkatan ketahanan perbankan, dilakukan melalui: (a)perbaikan infrastruktur perbankan, (b) peningkatan mutu pengelolaan bank(c) penyempurnaan ketentuan perbankan, dan (d) pemantapan sistempengawasan bank.

a. Pengembangan Infrastruktur

Pelajaran yang dapat diambil dari krisis perbankan yang lalu antaralain bahwa bank-bank yang sebelum krisis memilih target debituradalah pengusaha kecil dan menengah yang tidak banyak bergantungkepada impor cenderung dapat selamat dari krisis. Bank-bank initerutama berbentuk BPR. Selain itu, permasalahan likuiditas yangmenghantam bank pada masa krisis lebih besar pengaruhnya kepadabank yang menerapkan sistem konvensional dan tidak begitu besarberpengaruh kepada bank yang menerapkan sistem syariah. Keduapelajaran ini menjadi salah satu masukan guna mendukung ketahanansistem perbankan yang mantap. Oleh karena itu, dalam upayameningkatkan ketahanan sistem perbankan, pengembanganinfrastruktur perbankan dilakukan dengan jalan pengembangan BPR

Page 199: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

187

dan bank syariah. Selain itu, untuk tetap menjaga kepercayaanmasyarakat khususnya pasca- penghentian program penjaminanpemerintah direncanakan pula pembentukan LPS sebagai pelengkappengembangan infrastruktur perbankan Indonesia (baca kembaliprogram penjaminan).

b. Peningkatan Mutu Pengelolaan Perbankan

Pengalaman krisis perbankan yang lalu menunjukkan bahwa buruknyapengelolaan perbankan, yang antara lain disebabkan lemahnya sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting yang memicuterjadinya krisis perbankan. Atas dasar pengalaman ini, untukmemperkuat ketahanan sistem perbankan, maka mutu pengelolaanperbankan harus dapat ditingkatkan guna menghindarkan terjadinyakrisis yang sama pada masa mendatang. Upaya peningkatan mutupengelolaan perbankan telah dimulai pada tahun 1999 dengan fokuspenciptaan Good Corporate Governance (GCG) di lingkunganperbankan. GCG ini selanjutnya dilakukan melalui fit and proper testterhadap pemilik dan pengurus bank, penerapan wawancara bagi calonpemilik dan pengurus bank (new entry), penunjukan direktur kepatuhan(compliance director), dan investigasi tindak pidana di bidangperbankan.

Fit and proper test merupakan upaya menciptakan sumber daya manusiaperbankan yang memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi.Penilaian dilakukan terhadap dewan komisaris, direksi, dan pejabateksekutif bank yang selama ini telah aktif di bank dalam pengelolaankegiatan operasional serta didasarkan atas hasil pengawasan danpemeriksaan yang dilakukan Bank Indonesia.

Agar bank hanya dimiliki dan dikelola secara profesional oleh orang-orang yang mempunyai integritas dan kompetensi serta senantiasamematuhi ketentuan perbankan yang berlaku, Bank Indonesiamelakukan wawancara terhadap pengurus baru (new entry) termasukpimpinan kantor perwakilan bank dan calon pemilik bank. Wawancaradalam rangka seleksi ini mencakup penilaian atas bersih diri (tidaktermasuk dalam daftar orang tercela/DOT), moral dan akhlak, sertakompetensi dan komitmen dalam dunia perbankan.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 200: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

188

Kebijakan Perbankan

Untuk lebih menegakkan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalampengelolaan bank, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank untukmenunjuk salah seorang anggota direksinya sebagai direktur kepatuhan.Dalam hal ini direktur kepatuhan atau compliance directordimaksudkan sebagai bagian penting dari sistem pengendalian internalyang dilaksanakan oleh manajemen bank yang secara aktif mengambilberbagai langkah untuk mencegah manajemen bank mengambilkeputusan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur ketidakpatuhan,penyimpangan, atau bahkan pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian (prudential banking).

c. Penyempurnaan Ketentuan Perbankan

Disadari bahwa industri perbankan merupakan industri yang sangatdinamis dan mengandung risiko yang tinggi. Oleh karena itu, untukmenjamin ketahanan sistem perbankan, penyempurnaan ketentuanyang mengatur industri ini mutlak harus terus menerus dilakukan. Dalamhal ini, selama periode pascakrisis, sejak tahun 1998 sampai dengantahun 2002, Bank Indonesia telah cukup banyak melakukanpenyempurnaan ketentuan perbankan. Pada tahun 1998, misalnya,Bank Indonesia telah menyempurnakan dan mengeluarkan beberapaketentuan mengenai prinsip kehati-hatian. Penyempurnaan ini ditujukanagar ketentuan kehati-hatian perbankan di Indonesia sesuai denganketentuan yang berlaku secara internasional dan tidak bersifatdiskriminatif.

Pada tahun 1999, Bank Indonesia menyempurnakan dan/ataumengeluarkan ketentuan yang bersifat melengkapi ketentuan kehati-hatian perbankan yang dikeluarkan pada tahun 1998, yaitu ketentuanmengenai kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM), danKualita Aktiva Produktif (KAP), Pencadangan Penghapusan AktivaProduktif (PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), PosisiDevisa Neto (PDN). Selain itu, pada tahun yang sama telah dikeluarkanpula ketentuan mengenai penyedian Sistem Informasi Debitur (SID),dan ketentuan mengenai portofolio obligasi pemerintah bagi bankpeserta program rekapitalisasi. Di bidang permodalan, dilakukanpenyesuaian ketentuan dengan modal minimum pendirian bank

Page 201: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

189

umum dan BPR ditingkatkan dan sumber dana untuk modal disetortidak boleh berasal dari pinjaman atau dari kegiatan yang melanggarhukum, termasuk dari dan untuk tujuan pencucian uang (moneylaundering).

Pada tahun 2000, Bank Indonesia menyempurnakan ketentuanperbankan mengenai fit and proper test, penetapan status bank, exitpolicy, Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), restrukturisasi kredit,penilaian aktiva produktif, pendanaan jangka pendek, perdaganganportofolio obligasi pemerintah, bank syariah, laporan bulanan bank,fasilitas likuiditas intrahari, dan kelembagaan bank umum.

Selanjutnya pada tahun 2001, Bank Indonesia melakukanpenyempurnaan ketentuan di sisi pengawasan, prinsip kehati-hatian,dan ketentuan lainnya. Di sisi pengawasan hal-hal yang disempurnakanpengaturannya meliputi laporan berkala bank umum, kewajibanpenyediaan modal minimum bank umum (CAR), transparansi kondisikeuangan bank, dan exit policy. Selain itu, di lingkup prinsip kehati-hatian Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan mengenai proyek kreditmikro, kredit usaha kecil, pembatasan transaksi rupiah dan pemberiankredit valuta asing oleh bank, dan penerapan prinsip mengenal nasabah(know your customer). Ketentuan lainnya yang dikeluarkan oleh BankIndonesia antara lain ketentuan tentang peningkatan persentaseportofolio obligasi pemerintah yang dapat diperdagangkan oleh bank,ketentuan tentang jaminan pembiayaan internasional, ketentuan tentangprogram penjaminan pemerintah, dan ketentuan tentangPenyempurnaan Pedoman Akuntansi Indonesia (PAPI).

Pada tahun 2002, Bank Indonesia melanjutkan penyempurnaan danpengeluaran ketentuan baru yang antara lain mengatur perubahankegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umumberdasarkan prinsip syariah, penetapan margin suku bunga simpananpihak ketiga yang dijamin pemerintah, KAP, dan penyempurnaan prinsipkehati-hatian dalam rangka pembelian kredit oleh bank dari BPPN.

Selanjutnya, pada tahun 2003 Bank Indonesia telah mengeluarkan 11ketentuan di bidang perbankan yang mencakup: sistem pengawasan,prinsip kehati-hatian, likuiditas perbankan, dan penjaminan pemerintah.Dari 11 ketentuan tersebut, tiga ketentuan khusus mengatur perbankan

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 202: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

190

Kebijakan Perbankan

syariah, dua ketentuan mengatur BPR, dan enam ketentuan mengaturperbankan konvensional. Salah satu ketentuan kehati-hatian yangpenting adalah penerapan manajemen risiko bagi bank umum dankewajiban penyediaan modal minimum bank umum denganmemperhitungkan risiko pasar.

d. Pemantapan Pengawasan Bank

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan sistem perbankanadalah melalui pemantapan pengawasan bank. Program ini merupakankesepakatan pemerintah dengan IMF yang tertuang pada Letter of Intent(LoI) yang diwujudkan oleh Bank Indonesia dengan menyusun MasterPlan perbankan yang berisikan program pokok pemantapan efektivitaspengawasan perbankan. Program pokok tersebut antara lain mencakupprogram special surveillence ‘pengawasan intensif’ dan on-sitesupervisory presence (OSP) ‘penempatan pengawas Bank Indonesia’di beberapa bank yang secara sistemik memiliki pengaruh yang cukupbesar bagi perekonomian. Sebagian besar program tersebut telahdilakukan selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.

Selain itu, sejalan dengan program pokok pemantapan efektivitaspengawasan perbankan, Bank Indonesia secara bertahap sejak tahun2000 telah mengembangkan risk based supervision (RBS) ‘pengawasanbank berbasis risiko’. Pada prinsipnya RBS merupakan konseppengawasan yang mengedepankan faktor risiko sebagai pendekatanutama sehingga tindakan pengawasan dapat dilakukan secara tepat,efektif, dan efisien.

Masih terkait dengan kesepakatan antara pemerintah dan IMF di atas,Bank Indonesia juga diharuskan menyesuaikan standar pengawasanbank sesuai dengan standar internasional pengawasan banksebagaimana dimuat dalam 25 Basel Core Principles for EffectiveBanking Supervision (baca kembali boks 1). Dalam hal ini, BankIndonesia telah menyusun suatu Detailed Action Plan yang memuatlangkah-langkah pokok dalam kerangka pengaturan dan pengawasanbank untuk memastikan pemenuhan Bank Indonesia terhadap standarinternasional di bidang pengawasan bank dalam dua tahun, yaitu daritahun 2000 sampai dengan 2002. Pencapaian Bank Indonesia untuk

Page 203: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

191

pelaksanaan 25 prinsip tersebut dapat dibaca kembali pada subbab4.2.6 tentang penerapan prinsip-prinsip pengawasan bank yang efektifdi Indonesia.

4.2.8 Menuju Perbankan Masa Depan

Dengan berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintahdan Bank Indonesia, perbankan Indonesia telah berangsur-angsur pulih darikrisis. Bank-bank telah mampu meningkatkan mobilisasi dana darimasyarakat dan menyalurkan kredit kepada dunia usaha. Profitabilitasperbankan telah membaik dengan penerimaan bunga dari kredit dan obligasiPemerintah maupun penerimaan dari pelayanan jasa perbankan lainnya.Permodalan perbankan pada umumnya juga telah memenuhi ketentuanpermodalan yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu CAR minimal 8% padatahun 2003.

Dengan perkembangan positif tersebut, Bank Indonesia terusmelakukan langkah-langkah pembangunan sistem perbankan Indonesiayang sehat, kuat, dan mampu bersaing secara global ke depan. Dalamkaitan ini, beberapa tantangan yang dihadapi ke depan antara lain: (i)kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih relatif rendah untukmendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, (ii) struktur perbankanyang belum optimal dengan terkonsentrasi pada 11 bank besar yangmenguasai sekitar 75% aset perbankan di Indonesia, (iii) pemenuhankebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa perbankan yang relatifkurang seperti tercermin pada masih terbatasnya akses dan tingginya sukubunga kredit, (iv) pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan terutamauntuk penguatan prinsip kehati-hatian, kemampuan SDM pengawas bank,dan penegakan hukum yang efektif, (v) kapabilitas perbankan yang relatiflemah terutama pada penerapan corporate governance, core banking skills,dan kemampuan daya saing secara global, (vi) profitabilitas bank yangmasih rentan terhadap perubahan suku bunga dan nilai tukar serta biayaoperasional yang relatif tinggi, dan (vii) perlindungan terhadap nasabahbank yang harus ditingkatkan antara lain melalui mekanisme pengaduannasabah, transparansi informasi bank kepada nasabah, dan edukasi kepadamasyarakat agar lebih memahami berbagai jenis dan risiko produkperbankan.

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 204: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

192

Kebijakan Perbankan

Dengan berbagai tantangan di atas, langkah-langkah penataan industriperbankan ke depan perlu dilakukan agar berkembang lebih sehat, kuatdan mampu bersaing secara global. Pada tahun 2003 Bank Indonesiatelah merumuskan cetak biru untuk pembangunan perbankan Indonesiake depan dengan meluncurkan apa yang disebut dengan ArsitekturPerbankan Indonesia (API). API merupakan suatu kerangka dasar sistemperbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah,bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampaisepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industriperbankan di masa mendatang dalam API dilandasi oleh visi mencapaisuatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakankestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorongpertumbuhan ekonomi nasional.

Guna mempermudah pencapaian visi API di atas, maka ditetapkanbeberapa sasaran yang ingin dicapai yang dirumuskan ke dalam enam pilarpengembangan API ke depan, yaitu:

1) Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampumemenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunanekonomi nasional yang berkesinambungan;

2) Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif danmengacu pada standar internasional;

3) Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saingyang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko;

4) Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuatkondisi internal perbankan nasional;

5) Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanyaindustri perbankan yang sehat; dan

6) Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasaperbankan.

Keenam pilar API tersebut menunjang pencapaian visi API sebagaimanadigambarkan sebagai berikut.

Page 205: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

193

Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan, serta mengacukepada tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan, maka keenam pilarAPI sebagaimana diuraikan di atas akan dilaksanakan melalui beberapaprogram kegiatan sebagai berikut.

1. Program penguatan struktur perbankan nasional

Program ini bertujuan memperkuat permodalan bank umum(konvensional dan syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bankmengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi,maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatankapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatanpermodalan bank dilaksanakan secara bertahap.

Upaya peningkatan modal bank-bank tersebut dapat dilakukan denganmembuat business plan yang memuat target waktu, cara, dan tahap

Gambar 2.Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

StrukturPerbankanyang sehat

SistemPengawasan

yang Independendan Efektif

InfrastrukturPendukung yang

Mencukupi

SistemPengaturanyang Efektif

IndustriPerbankanyang kuat

PerlindunganKonsumen

Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisienguna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam

rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional

Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6Pilar 1

Page 206: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

194

Kebijakan Perbankan

pencapaian. Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui: (a)penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru,(b) merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapaipersyaratan modal minimum baru, (c) penerbitan saham baru atau secondaryoffering di pasar modal, (d) penerbitan subordinated loan.

Dengan demikian, dalam waktu sepuluh sampai lima belas tahun kedepan program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akanmengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaituterdapatnya:

• dua sampai tiga bank yang mengarah kepada bank internasional dengankapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasionalserta memiliki modal di atas Rp50 triliun,

• tiga sampai lima bank nasional yang memiliki cakupan usaha yangsangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antaraRp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun,

• 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usahatertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masingmasing bank.Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar sampai denganRp10 triliun,

• Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatasyang memiliki modal di bawah Rp100 miliar.

Secara keseluruhan, struktur perbankan Indonesia dalam kurun waktusepuluh sampai lima belas tahun ke depan diharapkan akan terbentuksebagaimana Gambar 3.

2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan sertamemenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international bestpractices. Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan prosespenyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principlesfor Effective Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh. Dalamjangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajardengan negara-negara lain dalam penerapan international best practices

Page 207: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

195

termasuk 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision. Darisisi proses penyusunan kebijakan perbankan diharapkan dalam waktu duatahun ke depan Bank Indonesia telah memiliki sistem penyusunan kebijakanperbankan yang efektif yang telah melibatkan pihak-pihak terkait dalamproses penyusunannya.

3. Program peningkatan fungsi pengawasan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitaspengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapaidengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasiantarlembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko,peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi sektorperbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke depan

Gambar 3 .Struktur Perbankan Indonesia Sesuai Visi API

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Permodalan(Rp Triliun)

BPR

BankInternasional

Bank Nasional

Daerah Korporasi Ritel Lainnya

Bank dengankegiatan usaha

terbatas

50

10

0.1

Bank dengan fokus:

Page 208: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

196

Kebijakan Perbankan

diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesiaakan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan olehotoritas pengawas di negara lain.

4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasionalperbankan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance(GCG), kualitas manajemen risiko dan kemampuan operasional manajemen.Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuanoperasional (termasuk manajemen risiko) yang handal diharapkan dapatmeningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampailima tahun ke depan diharapkan kondisi internal perbankan nasionalmenjadi semakin kuat.

5. Program pengembangan infrastruktur perbankan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukungoperasional perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembagapemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim/pola penjaminankredit. Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalammeningkatkan kualitas keputusan kreditnya. Penggunaan lembagapemeringkat kredit dalam publicly-traded debt yang dimiliki bank akanmeningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen keuangan perbankan.Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan meningkatkanakses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke depan diharapkantelah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi.

6. Program peningkatan perlindungan nasabah

Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melaluipenetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirianlembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produkperbankan, dan edukasi bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahunke depan diharapkan program-program tersebut dapat meningkatkankepercayaan nasabah pada sistem perbankan.

Page 209: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

197

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Implementasi dari keenam program dilakukan secara bertahap mulaitahun 2004. Untuk itu, Bank Indonesia telah menyusun action plan‘rencana aksi’ dari masing-masing program API tersebut secara rinci besertadengan periode pelaksanaannya yang secara rinci dapat dibaca pada Tabel2 halaman 201. Langkah-langkah ini menunjukkan arah kebijakan dankeseriusan Bank Indonesia dalam membangun industri perbankanIndonesia yang sehat, kuat dan efisien, tidak saja untuk mendukungpeningkatan pembangunan ekonomi nasional, tetapi juga untuk mampuberkompetisi secara global.

Tabel 4.Tahap-tahap Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia

Memperkuat permodalan Banka. Meningkatkan persyaratan modal minimum bagi bank

umum ( termasuk BPD) menjadi Rp100 miliarb. Mempertahankan persyaratan modal Rp3 triliun untuk

pendirian bank baru sampai dengan 1 Januari 2011

Memperkuat daya saing BPRa. Meningkatkan linkage program antara bank umum

dengan BPRb. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPRc. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk

BPR

Meningkatkan akses kredita. Memfasilitasi pembentukan skim penjaminan kreditb. Mendorong penyaluran kredit untuk sektor usaha

tertentu

PeriodePelaksanaan

2004-2010

2004-2010

2004

20042004-2005

2004-20062004-2006

1

2

3

No Kegiatan (Pilar I)

1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional

JangkaWaktu

7 tahun

7 tahun

1 tahun

1 tahun1 tahun

3 tahun3 tahun

Page 210: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

198

Kebijakan Perbankan

Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakanperbankana. Melibatkan pihak ketiga dalam setiap

pembuatan kebijakan perbankan.b. Membentuk panel ahli perbankan.c. Memfasilitasi pembentukan lembaga

riset perbankan di daerah maupun pusat.

Implementasi secara bertahap 25 Basel Core Principles forEffective Banking Supervision

PeriodePelaksanaan

2004

20042004-2005

2004-2013

1

2

No Kegiatan (Pilar II)

2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

JangkaWaktu

1 tahun

1 tahun2 tahun

10 tahun

Meningkatkan koordinasi antarlembaga pengawasa. Melakukan koordinasi dan kerjasama secara reguler.

Melakukan konsolidasi sektor perbankan Bank Indonesiaa. Mengonsolidasi fungsi pengawasan dan pemeriksaan.b. Mereorganisasi sektor perbankan Bank Indonesia.c. Membentuk tim enforcement.d. Membentuk tim khusus pemeriksa spesialis.

Meningkatkan kompetensi pemeriksa banka. Melakukan sertifikasi pemeriksa bank.b. Melakukan attachment pemeriksa di lembaga.

pengawas internasional.

Mengembangkan sistem pengawasan berbasis risikoa. Mendisain risk-based model untuk pengawasan.

Meningkatkan efektivitas enforcementa. Menyempurnakan proses investigasikejahatan perbankan.b. Meningkatkan transparansi pengawasan dan enforcement.c. Membentuk internal ombudsman untuk permasalahan

pengawasan.d. Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas bank.

PeriodePelaksanaan

2004

2004-20052004-20052004-20052004-2005

2004-20052004-2005

2004-2005

2004-20052004-20052004-2005

2004

1

2

3

4

5

No Kegiatan (Pilar III)

3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan

JangkaWaktu

1 tahun

2 tahun2 tahun2 tahun2 tahun

2 tahun2 tahun

2 tahun

2 tahun1 tahun2 tahun

1 tahun

Page 211: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

199

Mengembangkan Credit Bureaua. Melakukan inisiatif pembentukan credit bureau.

Mengoptimalkan penggunaan credit rating agenciesa. Mempersyaratkan rating /peringkatbagi obligasi yang

diterbitkan oleh bank.

PeriodePelaksanaan

2004-2005

2004-2005

1

2

No Kegiatan (Pilar V)

5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan

JangkaWaktu

2 tahun

2 tahun

Meningkatkan Good Corporate Governancea. Menetapkan standar minimum untuk GCG.b. Mendorong bank-bank untuk go public.

Meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankana. Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko.

Meningkatkan kemampuan operasional banka. Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing

penggunaan fasilitas operasional guna menekan biaya.b. Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka

peningkatan operasional bank.

PeriodePelaksanaan

2004-20052004-2005

2005

2004-2005

2004-2005

1

2

3

No Kegiatan (Pilar IV)

4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan

JangkaWaktu

2 tahun2 tahun

1 tahun

2 tahun

2 tahun

4.2 Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia

Page 212: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

200

Kebijakan Perbankan

Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabaha. Menetapkan persyaratan minimum mekanisme

pengaduan konsumen.

Membentuk lembaga mediasi independena. Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan.

Menyusun transparansi informasi produka. Memfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi

informasi produk bank.

Mempromosikan edukasi untuk konsumena. Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi kepada

konsumen mengenai produk-produk finansial.

PeriodePelaksanaan

2004-2005

2004-2005

2004-2005

2004

1

2

3

4

No Kegiatan (Pilar VI)

6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

JangkaWaktu

2 tahun

2 tahun

2 tahun

1 tahun

TABEL 1. GAMBARAN UMUMPENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK DI BERBAGAI NEGARA *

A. Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu fungsi dari bank sentral

Direktorat Pengaturan danPengawasan Bank, BankNegara Malaysia (BMND).

Lbg. yg diawasi : Commercialbanks, finance companies,merchant banks, discount housesand money brokers.

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

Dewan DirekturBMNdapatmengeluarkanperaturan yangterkait.

BMN mempunyaiwewenang penuhdalam anggaran.

Gubernur Bank BMNditunjuk oleh Raja danmempunyaiakuntabilitas terhadapDewan Direktur.

Menteri Keuanganmemberi danmencabut izinberdasarkanrekomendasi dariBMN.

Board of Financial Supervision(BFS), Reserve Bank of India(RBI).

Lbg. yg diawasi : Commercialbanks, long-trem creditinstitution and nonbankingfinance companies.National Bank for Agricultureand Rural Development (NABARD)bertanggung jawab untukpengawasan public sector andregional rural bank.

Dialokasikan darianggaran RBI.

BFS menjadi anggotaDewan Gubernur RBI.

BFS sebagai anggotadewan RBI. AnggotaDewan Gubernur RBIditunjuk oleh danbertanggung jawabkepada pemerintahpusat.

RBI berwenangmemberi danmencabut izin bank-bank komersial.NABARD berwenanguntuk memberi danmencabut izin ruralbank.

1 Malaysia

2 India

* Diolah dari Mrc Quintyn and Michael W. Taylor, Regulatory and Supervisory Independence and Financial Stability,IMF Working Paper, WP/02/46

Page 213: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

201

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

Direktorat Pengawasan Bank,de Nederlansche Bank (DNB)

Lbg. yg diawasi :Commercial banks.

DNB berwenangmengatur bank-bank. Bank-bankdiajak berkonsultasipada waktumenyusun peraturanperbankan.Koordinasi jugadilakukan denganMenteri Keuangan.

Anggaran Pengawasanberasal dari dana yangdipungut darilembaga-lembagayang diawasi.

Presiden DNB ditunjukberdasarkan suratkeputusan Kerajaan.Presiden DNBbertanggung jawabkepada suatu KomiteParlemen.

DNB berwenangmemberi danmencabut izin bank.

General Inspectorate ofBanking Supervision (GINB).

Lbg. yg diawasi : Commercialbanks, cooperative banks, andrepresentative offices offoreign banks.

GINB berwenangmengatur ataumengeluarkanketentuanprodensial untuksistem perbankan.

Anggaran operasionalNational Bank ofPoland (NBP).

Ketua CBS adalahPresiden NBP yangditunjuk oleh Parlemen(Lawer Camber) ataspermintaan presiden.

CBS denganpersetujuan MenteriKeuangan memberidan mencabut izinbank.

Banking and FinancialInstitution Supervision (BFIS)Departement, Central Bank ofThe Gambia (CBG).

Lbg. yg diawasi :Commercial banks, Insurancecompanies and nonfinancialinstitutions (micro-finance).

Board dari CBGberwenang untukmengatur bank-bank.

Anggaran dari CBG. Ketua BFIS ditunjukoleh Dewan GubernurCBG. Boardbertanggung jawabkepada Departementof State for Finace andEconomic Affair.

CBG dapat memberidan mencabut izinbank.

Bank Supervision Depatement(BSD), Bank of Ghana (BOG).

Lbg. yg diawasi :Commercial, development,merchant and ruralbanks.

BSD dapatmelakukanlegislasi danmenyusunketentuanprodensial dariundang–undangperbankan.

Anggaran BOG. Gubernur ditunjuk olehpemerintahberdasarkanrekomendasi darimenteri keuangan.Gubernur adalah ketuadan bertanggung jawabterhadap Board.

Izin bank diberi dandicabut oleh BOGsetelah disetujuioelah Secretare(seorang pejabat yangditunjuk oleh Board).

4 Belanda

5 Polandia

6 Gambia

7 Ghana

Bank Supervision Departement,Czech National Bank (CNB).

Lbg. yg diawasi :Commercial banks, foreignbanks branches and personsother than banks licensed underseparate Acts.

CNB mempunyaiwewenang untukmengatur bankberdasarkanundang-undang.

Anggaran dialokasikandari anggaran CNB.

Gubernur CNB danwakilnya ditunjuk olehPresiden. KepalaBanking Supervisionditunjuk danbertanggung jawabkepada DewanDirektur.

CNB perlu mintapendapat menterikeuangan sebelummemberi danmencabut izin bank.

8 CzechRepublic

Direktorat Pengawasan danpemeriksaan Bank, Central Bankof the Philipine (BSP).

Lbg. yg diawasi : Bank, financecompanies and nonbank financialinstitutions.

Dewan Moneterdapatmengeluarkanketentuan-ketentuanprodensial.

Pengawasan dibiayaidari anggaran BSPsetelah disetujui olehDewan Moneter. Biayapemeriksaan termasukdalam anggaran ini.

Dewan Moneterditunjuk oleh Presiden.Gubernur BSPbertanggung jawabterhadap DewanMoneter.

BSP dan DewanMoneter memberi danmencabut izin bank.

3 Fhilipina

Page 214: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

202

Kebijakan Perbankan

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

The Bank SupervisoryDepartement, Bank of Italy.

Lbg. yg diawasi :Commercial banks and financialinstitutions.

Menteri Keuanganmengeluarkanketentuan tentangpengawasan,sementara ituBank of Italy dapatmengusulkanketentuan-ketentuanprodensial.

Anggaran dialokasikandari anggaran Bank ofItaly.

Gubernur Bankditunjuk berdasarkanresolusi dari Bank ofItaly Excecutive Boardberdasarkan ataspersetujuan presidendan perdana menteri.Gubernur bertanggungjawab terhadapAdmnistrative Courts.

Bank of Itali dapatmemberi danmencabut izin bank.

9 Itali

Bank Supervision Departement,Saudi Arabian Monetary Agency(SAMA)

Lbg. yg diawasi :Commercial banks and exchangedealers.

SAMA denganpersetujuan MenteriKeuangan danMenteriPerekonomianmempunyaiwewenang untukmengeluarkanketentuanprodensial.

Anggaran bank sentral. Gubernur ditunjukberdasarkan suratkeputusan darikerajaan. DewanDirektur ditunjuk olehPemerintah. Keduanyabertanggung jawabkepada MenteriKeuangan.

SAMA mengeluarkanrekomendasi kepadaMenteri Keuangan danPerekonomianNasional untukmemberi ataumencabut izin suatubank.

10 Saudi Arab

Bank Supervison Departement(BSD), South African ReserveBank.(SARB).

Lbg. yg diawasi :bank and mutual funds.

Menteri Keuanganbertanggung jawabuntukmengeluarkanketentuan-ketentuanperbankan,termasuk sejumlahpedomanoperasional danketentuan pentinglainnya.

Mempunyai anggarantersendiri yangdialokasikan dari danaSARB yang telahdisetujui oelhGubernur.

Gubernur SARBditunjuk olehPresiden. The Regestardari bank-bank adalahKepala dari BSD danditunjuk oleh SARBsetelah disetujuiMenteri Keuangan.Regestar (secaraoperasional)bertanggung jawabkepada Gubernur banksentral, dan menterikeuangan.

SARB adalah satu-satunya lembaga yangberwenang untukmemberi izin bank.Dalam hal-haltertentu, sebagaimanadiatur dalam undang-undang SARB jugaberwenang unrukmencabut izin bank.Namun dalam hal-haltertentu izin tersebutharuslah denganpersetujuan menterikeuangan.

11 AfrikaSelatan

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

Federal Ministry of Finance(FMF).

Lbg. yg diawasi :All domestic banks andbranches of foreign banks.

FMF adalah satu-satunya lembagayang mengaturbank.

Anggaran pengawasanadalah bagian darianggaran FMF. Dana-dana yang dipungutdari perbankandigunakan untukkeperluan-keperluankhusus (misalnya untukkeperluan penunjukandari KomisarisPemerintah untukbank-bank tertentu.

Menteri Keuanganbertanggung jawabpenuh atas hal-halyang berkaitan denganpengawasan.

FMF adalah lembagapengawas yangberwenang untukmemberi danmencabut izin bank.

1 Austria

B. Pengawasan Bank berada dibawah Menteri Keuangan

Page 215: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

203

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

Financial Supervisory Commission(FSC) dan Financial SupervisoryService (FSS).

Lbg. yg diawasi : Bank and otherfinancial institutions.

Seluruh ketentuanyang berkaitandengan sektorkeuangan disusundan disampaikanoleh MenteriKeuangan danMenteriPerekonomiantetapi sebelumnyaharusdikonsultasikanterlebih dahuludengan FSC.

Anggaran untukpengawasan berasaldari Bank of Korea(BOK), Pemerintah dandana dari lembagakeuangan yang diawasiFSS, dana-dana yangdipungut dari jasa-jasayang diberikan olehFSS. iuran tahunan darilembaga-lembagakeuangan yangbesarnya ditentukanberdasarkan totalLiabilities nya.

FSC terdiri darisembilan anggotayang ditunjuk olehPresiden. Ketua FSCadalah Gubernur FSSdan bertanggungjawab padaPemerintah. FSCditempatkan dibawahkantor PerdanaMenteri, walaupundemikian FSC harusmelaksanakan tugassecara independen.

FSC mempunyaiwewenang untukmemberi danmencabut izinlembaga keuangan.FSC juga bertanggungjawab atasrestrukturisasi sektorkeuangan.

Financial Services Agency (FSA).

Lbg. yg diawasi : Bank,securities companies, insurancecompanies and other privatesector financial institutions.

Berdasarkanundang-undangFSA diberikewenangan untukmengatur lembagakeuangan.

Anggaran dialokasikandari anggaran belanjapemerintah.

Kepala FSA adalahKomisaris yangditunjuk oleh MenteriKeuangan atas izinDiet. Komisarisbertanggung jawabterhadap kantorkabinet. FSAmerupakan organ luardari kantor kabinet.

Perizinan merupakankewenangan FSA.

Federal Banking Commission(FBC).

Lbg. yg diawasi : Bank, securitiesdealers, and investmentcompanies

FBC mempunyaikewengan untukmengaturlembaga-lembagakeuangan.

Pendapatan dan biayaFBC diatur berdasarkanketentuan yangdikeluarkan olehPemerintah Federal.FBC mempunyaikewenangan yangterbatas dalammenentukan gaji staf(pengawas).

Dewan Federalmenunjuk ketua FBC.FBC setiap tahunmemberikan laporankepada dewan federalmelalui FederalDepartment ofFinance.

FBC mempunyaiwewenang untukmemberi danmencabut izin-izin.Namun demikiankeputusan-keputusandari FBC dapatditinjau olehperadilan federal(Federal Court).

Financial Service Authority (FSA). FSA diberiwewenang untukmembuatketentuan-ketentuan yangberada dalambidangkompetensinya.

FSA dapat menyusunanggarannya sendiri.FSA dapat memungutdana dari lembagayang diawasi. FSAadalah suatu PrivateCompany Limited byGuarantee. FSA jugamempunyai otonomidalam mengatur stafpengawas.

Ketua dan DewanFSAditunjuk dandiberhentikan olehMenteri Keuangan( jangka waktupenunjukannya tidakditetapkan ).Parlemen dapatmelakukan konfirmasiatau Hearings ataspenunjukan tersebut.Ketua FSA jugabertanggung jawabsecara langsungkepada Parlemen.

FA diberi wewenanguntuk mencabut izin.

1 Korea

2 Jepang

3 Swiss

4 Inggris

C. Pengawasan Bank berada pada suatu lembaga tersendiri

Page 216: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

204

Kebijakan Perbankan

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

Federal Deposit InsuranceCooporation (FDIC).

Badan federaldapatmengeluarkanketentuanprodensial sesuaidengankewenangannyayang diatur denganundang-undang.

FDIC adalah badanindependen yangdibentuk olehKonggres. Anggarandiperoleh dari premiasuransi. FDICmempunyai otonomipenuh dalammenentukan stafpenggajian danmasalah anggaranlainnya.

Ketua dan anggotaDewan Direkturditunjuk olehPresiden dan disahkanoleh Senat. KetuaOCC dan OTS menjadianggota dewan FDIC.

FDIC tidak dapatmemberi danmencabut izin.

Controller of The Curency(OCC).

Prinsipnya samadengan FDIC.

Adalah suatu biro yangindependen dalam USTreasury. Danadiperoleh dariassesment terhadapbank-bank. OCCmempunyaikewenganan penuhdalam menentukanstaf dan gaji pegawai.

Ketua dan anggotaDewan OCCditunjuk oleh Presidendan disahkan olehSenat.

OCC mempunyaiindepensi dalammemberi danmencabut izin.

Federal Reserve System (FRS) Prinsipnya samadengan FDIC.

Adalah suatu biro yangdana diperoleh darikegiatannya sebagaibank sentral.

Ketua dan anggotadewan ditunjuk olehPresiden dan disahkanoleh Senat. Direkturpengaturan danpengawasan bankditunjuk danbertanggung jawabkepada DewanGubernur.

FRS dapatmenyetujuikeanggotaan dalamFRS untuk StateCarter Bank danpembentukan BankHolding Company danFinancial HoldingCompany.

Finance and Capital MarketCommission (FCMC).

FCMC dapatmengeluarkanketentuan-ketentuan yangmengatur kegiatandari lembaga yangdiawasi.

Anggaran dibiayai daridana yang dipungutdari lembaga yangdiawasi. Besarnyapungutan tersebutditentukan oleh FCMCtetapi tidak bolehmelebihi jumlah yangditetapkan olehundang-undang.

FCMC dikelola olehsuatu dewan yangketuanya ditunjukoleh Parlemen.

FCMC mempunyaiwewenang untukmemberi danmencabut izin.

5 Amerika

6 Latvia

Page 217: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

205

No Negara Lembaga Kewenangan Anggaran Akuntabilitas Perizinan

Menteri Keuangan danBank of Thailand.

Menteri Keuanganadalah otoritasyang melakukanpengaturan bank.SupervisionDepartment andFinacial InstitutionPolicy adalahlembaga yangmelakukanpengawasan danpemeriksaan sertamerumuskanletentuan-ketentuan yangberkaitan denganlembaga keuangan.

Anggaran olehPemerintah.

Gubernur dan DeputyGubernur ditunjukoleh Raja berdasarkanrekomendasi dariKabinet.

Menteri keuanganyang berwenangdibidang perizinan.

1 Thailand

D. Negara dengan Pola Pengawasan Bank yang lain

The Financial SupervisionAuthority (FSA), yang melakukakegiatan bersama dengan Bankof Finland dan Meteri Keuangan.

FSA mengeluarkanketentuan-ketentuan untukkeperluanpengawasan.

Biaya operasionaluntuk keperluanpengawasan diperolehdari dana yangdipungut dari lembagayang diawasi.

Presiden menunjukDirektur Jendral FSAberdasarkanrekomendasi dariParlementarySupervisory Council(PSC). FSAbertanggung jawabpada PSC hanya dalamurusan administrasi.

Menteri Keuanganyang mempunyaikewenangan memberidan mencabut izin.

2 Finlandia

Page 218: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

206

Kebijakan Perbankan

DAFTAR PUSTAKA

Akerlof, George (1970), ‘The Market for ‘lemon’: Quality, Uncertainty andthe market mechanism,’ Quaterly Journal of Economics, 84.

Bank Indonesia (2000), Himpunan Ketentuan Perbankan Indonesia (HKPI),Volume 1,2,3 dan 4, Jakarta.

Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, beberapa tahun penerbitan,Bank Indonesia.

Crockett, Andrew (1997), Maintaining Financial Stability in Global Economy, ASymposium Sponsored by The Federal Reserve Bank of Kansas City,Jackson Hole, Wyoming, August 28-30, 1997. Book for B usiness, NewYork

Diamond, Douglas W., and Philips H. Dybvig (1983), ‘Bank Run, DepositInsurance, and Liquidity,’ Journal of Political Economy, Vol, 91, June,hlm.401-19.

Enoch, Charles et al. (2001), ‘Indonesia: Anatomy of Banking Crisis TwoYears of Living, Dangerously 1997-99’, IMF Working Papers, WP/01/52,International Monetary Fund, May.

Guitan, Manuel (1997), ‘Banking Soundness : The Other Dimension ofMonetary Policy’, in Banking Soundness and Monetary Policy, Issues andExperiences in the Global Economy, Edited by Charle Enoch and John Green,International Monetary Fund.

Handa, Jagdish (2000), Monetay Economics, Routledge, London

Heffernan, Shelagh (1996), Moderm Banking In Theory and Practice , JohnWiley&Son ltd., New York.

Mishkin, Frederic S. (1997), ‘The Cause and Propagation of FinancialInstability: Lesson for Policymakers’, in Maintaining Financial Stability inGlobal Economy, A Symposium Sponsored by The Federal Reserve Bankof Kansas City, Jackson Hole, Wyoming, August 28-30.

Page 219: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

207

D a f ta r P u s ta k a

Mishkin, Frederic S. (2000), The Economics of Money, Banking, and FinancialMarkets, Addison Wesley, six

th Edition.

Prawiroardjo, Priasmoro (1987), ‘Perbankan Indonesia 40 tahun’, dalamTeori Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Kumpulan Esai untukmenghormati Sumitro Djojohadikusumo, di sunting oleh HendraEsmara, PT Gramedia Jakarta.

Solikin dan Suseno (2002a), Uang: Penciptaan dan Peranannya dalamPerekonomian, PPSK, Bank Indonesia.

Solikin dan Suseno (2002b), Penghitungan Statistik Uang Beredar, PPSKBank Indonesia.

Page 220: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 221: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

209

istem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari perkembanganuang

1� dalam fungsinya untuk penyelesaian transaksi dari

berbagai aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat.Perkembangannya diawali dari pembayaran secara tunaisampai kepada pembayaran elektronis yang bersifat nontunai.

Sistem pembayaran tunai berkembang dari uang yang berbentuk barang(commodity money), termasuk emas, hingga uang kertas dan logam yangdikeluarkan bank sentral (fiat money). Sementara itu, sistem pembayarannontunai berkembang dari yang berbasis warkat (cek, bilyet giro, dansebagainya) sampai kepada yang berbasis elektronik (kartu dan electronicmoney). Dengan perkembangan tersebut, peran sistem pembayaran menjadisemakin penting dalam perekonomian.

Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan darisistem keuangan dan perbankan suatu negara. Keberhasilan sistempembayaran akan menunjang perkembangan sistem keuangan danperbankan, sebaliknya risiko ketidaklancaran atau kegagalan sistempembayaran akan berdampak negatif pada kestabilan ekonomi secarakeseluruhan. Berkenaan dengan permasalahan tersebut, maka sistempembayaran perlu diatur dan dijaga keamanan serta kelancarannya olehsuatu lembaga, dan umumnya dilakukan oleh bank sentral.

5 KebijakanSistem Pembayaran

Oleh: Ascarya dan Sri Mulyati Tri Subari

1 Penjelasan lebih rinci dapat dibaca dalam Solikin dan Suseno (2002), Uang: Pengertian, Penciptaan,dan Perannya dalam Perekonomian, buku Seri Kebanksentralan No.1, Pusat Pendidikan dan StudiKebanksentralan, Bank Indonesia, Jakarta.

Page 222: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

210

Kebijakan Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang aman dan lancar merupakan salah satuprasyarat bagi pencapaian stabilitas moneter dan keuangan yang merupakantujuan utama dari bank sentral. Oleh karena itu, bank sentral pada umumnyaterlibat dalam penyelenggaraan sistem pembayaran, terutama sebagaipembuat kebijakan dan peraturan, penyelenggara, serta pengawas dalamrangka mengontrol risiko, baik yang diakibatkan oleh transaksi harian,seperti risiko likuiditas dan risiko kredit, maupun risiko yang bersifat sistemik.

Dalam bab ini akan diuraikan kebijakan sistem pembayaran diIndonesia. Uraian akan didahului dengan gambaran umum sistempembayaran, definisi, peran dan elemen, serta risiko-risiko yang perludiperhatikan demi kelancaran sistem pembayaran. Kemudian akan dibahasinstrumen dan proses penyelasaian pembayaran secara konseptual.Selanjutnya, akan dibahas peran bank sentral dalam sistem pembayaran diberbagai negara. Pada subbab berikutnya akan dibahas kewenangan BankIndonesia di bidang sistem pembayaran. Pada subbab terakhir akandiuraikan sistem pembayaran di Indonesia yang mencakup tinjauan umum,sasaran, aturan hukum, lembaga terkait, instrumen, serta sistem penyelesaianakhir setelmen.

5.1 GAMBARAN UMUM

Sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup pengaturan,kontrak/perjanjian, fasilitas operasional, dan mekanisme teknis yangdigunakan untuk penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksipembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran“nilai” antarperorangan, bank, dan lembaga lainnya baik domestik maupunantarnegara. Dalam prakteknya, transaksi pembayaran dilakukan denganinstrumen tunai dan nontunai. Instrumen pembayaran yang digunakan olehsuatu masyarakat tergantung kepada banyak faktor, antara lain tingkatekonomi, budaya, dan preferensinya. Namun demikian, instrumen tunaibiasanya digunakan untuk transaksi bernilai kecil di tingkat ritel dan antar-individu, sementara instrumen nontunai umumnya digunakan untuktransaksi bernilai besar. Persentase penggunaan pembayaran nontunai padaumumnya meningkat terus sejalan dengan perkembangan ekonomi negarayang bersangkutan, dengan kecenderungan penggunaan pembayaran tunaiyang menurun. Misalnya, di Jepang, Jerman, dan Inggris pembayaran dengan

Page 223: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

211

5.1 Gambaran Umum

tunai dan cek semakin menurun, sementara pembayaran dengan instrumenlain (berbasis elektronik, seperti kartu) semakin meningkat.

Perkembangan sistem pembayaran di atas berbeda-beda sesuai dengankondisi ekonomi dan sistem keuangan suatu negara. Semakin berkembangsuatu perekonomian, peran sistem pembayaran nontunai semakin penting.

MekanismePembayaran Cek

Boks1:

Misalkan, A (nasabah bank X) membayar kepada B (nasabah bank Y) dengancek sebesar Rp1.000,-. Dalam sistem pembayaran yang sederhana, transaksitersebut dapat diselesaikan dengan:1) B dapat menguangkan cek tersebut secara tunai ke bank X;2) B dapat menyerahkan cek tersebut ke bank Y untuk dibukukan kerekeningnya.

Dalam hal ini, bank Y akan membawa cek tersebut ke lembaga kliring danselanjutnya lembaga kliring akan mengurangi rekening bank X dan menambahrekening bank Y yang ada di lembaga kliring tersebut, masing-masing sebesarRp1.000,-. Bank X mengurangi rekening A, sementara bank Y menambahrekening B masing-masing Rp1.000,-.

Gambar 1 : Mekanisme Pembayaran Cek

Aliran Uang

Aliran Cek

Pembayar A Penerima B

Bank Penerima YBank Pembayar X

Lembaga Kliring

Page 224: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

212

Kebijakan Sistem Pembayaran

Dengan adanya perkembangan seperti tersebut di atas, pembahasan sistempembayaran lebih banyak terkait dengan instrumen nontunai dan umumnyamenggunakan instrumen yang berbasis dokumen maupun elektronik.Mekanisme pembayaran nontunai sederhana digambarkan pada boks 1.

Sesuai dengan pengertian sistem pembayaran sebagaimana tersebut diatas, dalam pelaksanaan diperlukan adanya komponen sistem pembayaranyang memadai, antara lain:

1) Institusi atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran;

2) Instrumen yang digunakan dalam sistem pembayaran yang mengaturhak dan kewajiban keuangan peserta pembayaran;

3) Kerangka hukum yang mengatur ruang lingkup hukum dan instrumensistem pembayaran, hak dan kewajiban peserta, sanksi, dan aturanlainnya untuk menjamin terlaksananya sistem pembayaran secarahukum; dan

4) Kerangka kebijakan sistem pembayaran yang jelas, baik kebijakanumum maupun operasional, yang mendasari pengembangan sistempembayaran.

Dalam pelaksanaan sistem pembayaran, seluruh komponen tersebutdi atas berkaitan.

5.1.1 Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian

Peran sistem pembayaran dalam perekonomian semakin hari semakinpenting seiring dengan semakin meningkatnya volume dan nilai transaksi,serta sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi. Dengan semakinmeningkatnya transaksi tersebut, maka risiko yang ditimbulkan menjadisemakin besar karena terganggunya sistem pembayaran dapatmembahayakan stabilitas sistem dan pasar keuangan secara keseluruhan.

Menurut Sheppard (1996) peran penting sistem pembayaran dalamperekonomian adalah sebagai berikut:

1) Sebagai elemen penting dalam infrastruktur keuangan suatuperekonomian untuk mendukung stabilitas keuangan. Hal itudisebabkan sistem keuangan dan perbankan berkaitan erat dengan

Page 225: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

213

5.1 Gambaran Umum

sistem pembayaran. Gangguan di sistem pembayaran akanmenimbulkan keterlambatan atau kegagalan kewajiban pembayaran,yang pada gilirannya akan menyebabkan turunnya kepercayaanmasyarakat terhadap likuiditas dan stabilitas sistem keuangan danperbankan. Demikian pula sebaliknya. Krisis keuangan dan perbankanyang mempengaruhi satu atau lebih bank peserta sistem pembayaranakan mempengaruhi setelmen antarbank dan dapat menyebabkankemacetan di dalam keseluruhan sistem pembayaran. Oleh karena itu,diperlukan koordinasi yang baik antara pihak bank dan pengawas pasarkeuangan dengan pengawas sistem pembayaran, untuk memastikanagar masalah-masalah tersebut dapat diantisipasi dan diselesaikanseawal mungkin;

2) Sebagai saluran penting dalam pengendalian ekonomi yang efektif,khususnya melalui kebijakan moneter. Dengan lancarnya sistempembayaran, kebijakan moneter dapat lebih cepat mempengaruhilikuiditas perekonomian sehingga proses transmisi kebijakan moneterdari sistem perbankan ke sektor riil dapat menjadi lancar; dan

3) Sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi. Dengan lancarnyasistem pembayaran, penyelesaian berbagai transaksi ekonomi dapatlebih cepat dan aman sehingga akan mempercepat perputaran uang,mempermudah perencanaan keuangan usaha, dan pada akhirnya akanmeningkatkan produktivitas perekonomian.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peranan sistempembayaran penting dalam suatu perekonomian, yaitu untuk menjagastabilitas keuangan dan perbankan, sebagai sarana transmisi kebijakanmoneter, serta sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi suatunegara. Untuk itu, sistem pembayaran perlu diatur dan diawasi denganbaik agar sistem pembayaran berjalan dengan aman dan lancar.

5.1.2 Elemen-elemen Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran ditujukan untuk memungkinkan masyarakat sebagaipelaku ekonomi dapat melakukan transaksi pembayaran secara cepat danaman. Menurut Sheppard (1996), apa pun bentuk sistem pembayaran padaumumnya memiliki tiga elemen utama.

Page 226: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

214

Kebijakan Sistem Pembayaran

1) Otorisasi pelaksanaan pembayaran, yaitu pembayar memberikanotorisasi kepada banknya untuk mentransfer dana;

2) Pertukaran perintah pembayaran antarbank yang terlibat dalam prosestransaksi pembayaran. Proses ini biasanya disebut kliring; dan

3) Setelmen antarbank yang terlibat dalam proses transaksi pembayaran.Bank pembayar harus membayar bank penerima, baik bilateral maupunmelalui rekening yang dimiliki bank-bank tersebut pada lembagapenyelenggara kliring, yang umumnya adalah bank sentral.

5.1.3 Lembaga yang Terkait dalam Sistem Pembayaran

Berbagai lembaga terkait dalam sistem pembayaran mulai dari lembagayang menyelenggarakan sistem pembayaran, lembaga yang memberikanjasa pelayanan pembayaran, lembaga yang mengatur dan mengawasi sistempembayaran, sampai kepada lembaga yang mendukung. Sistempembayaran dapat diselenggarakan oleh bank sentral atau lembagaindependen (milik pemerintah atau swasta) yang diberi wewenang untukmenyelenggarakan sistem pembayaran seperti The Tokyo BankersAssociation di Jepang. Lembaga yang memberikan jasa pelayananpembayaran adalah bank, lembaga keuangan bukan bank (seperti creditunions di Amerika Serikat dan credit cooperatives di Jerman)

2, dan kantor

pos. Selanjutnya, lembaga pengatur dan pengawas sistem pembayaran padaumumnya dilakukan oleh bank sentral sendiri atau bekerja sama denganbadan lain yang ditunjuk dan diberi wewenang untuk itu. Terakhir, untukmenyelesaikan disputes dan complaints, pengguna terdapat lembaga-lembaga arbitrase seperti Financial Ombudsman Service (FOS) di Inggris.

5.1.4 Prinsip-prinsip Dasar Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang aman dan efisien sangat penting untukberfungsinya sistem keuangan yang efektif. Untuk itu, The Committee onPayment and Settlement Systems (CPSS) dari bank sentral kelompok negaraG10 (kelompok sepuluh negara maju) mengembangkan prinsip-prinsip

2 Di Indonesia, Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak diperkenankan untuk memberikan jasa dalamlalu lintas pembayaran.

Page 227: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

215

dasar penting sistem pembayaran (CPSS-BIS, 2000) yang meliputi 10 kriteriadi bawah ini.

1) Sistem ini harus memiliki landasan hukum yang kuat;

2) Sistem ini harus mempunyai aturan dan prosedur yang memungkinkanpeserta memahami risiko keuangan yang mungkin akan dihadapi;

3) Sistem ini harus memiliki prosedur yang jelas untuk manajemen risikokredit dan risiko likuiditas;

4) Sistem ini harus menjamin agar setelmen dapat dilakukan pada hariyang sama, minimal pada akhir hari;

5) Untuk sistem yang memiliki multilateral netting, sistem ini minimalharus mampu memastikan penyelesaian setelmen harian yang cepatpada saat peserta tidak mampu menyelesaikan kewajibannya untuksatu setelmen terbesar;

6) Aset yang digunakan untuk setelmen sebaiknya berada di bank sentral(claim on the central bank). Dalam hal aset yang berada di luar banksentral yang digunakan, maka aset tersebut harus tidak memiliki (ataukecil) risiko kredit dan risiko likuiditas;

7) Sistem ini harus menjamin tingkat keamanan dan kepercayaanoperasional yang tinggi, dan harus memiliki penanganan darurat untukpenyelesaian pemrosesan harian yang cepat;

8) Sistem ini harus menyediakan alat untuk melakukan pembayaran yangpraktis untuk pemakainya dan efisien untuk perekonomian;

9) Sistem ini harus memiliki tujuan dan kriteria yang transparan untukpeserta, yang memungkinkan akses yang adil dan transparan; dan

10) Pengaturan (governance arrangements) dari sistem ini harus efektif,akuntabel, dan transparan.

Prinsip-prinsip dasar sistem pembayaran tersebut di atas dimaksudkansebagai pedoman umum untuk mendorong perancangan dan pelaksanaansistem pembayaran global yang lebih aman dan efisien. Hal ini terutamauntuk kasus negara-negara sedang berkembang yang sedang membangunsistem pembayarannya agar menjadi lebih baik dalam menghadapiperkembangan pasar keuangan nasional maupun internasional.

5.1 Gambaran Umum

Page 228: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

216

Kebijakan Sistem Pembayaran

5.1.5 Risiko-risiko Sistem Pembayaran

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa sistem pembayaran pentingdalam suatu perekonomian. Untuk itu, sistem pembayaran perlu diaturdan diawasi mengingat terdapat berbagai risiko yang mungkin dihadapi.

Menurut CPSS-BIS (1996) risiko pembayaran dapat dibagi dalam limajenis.

1) Risiko kredit, yaitu risiko ketika salah satu peserta dalam sistempembayaran tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuhtempo atau di masa mendatang;

2) Risiko likuiditas, yaitu risiko ketika salah satu peserta dalam sistempembayaran tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajibannyapada saat jatuh tempo, meskipun mungkin mampu pada waktu yangakan datang;

3) Risiko hukum, yaitu risiko ketika kerangka hukum yang lemah atauketidakpastian hukum yang dapat menyebabkan atau memperburukrisiko kredit dan risiko likuiditas;

4) Risiko operasional, yaitu risiko yang ditimbulkan oleh faktor-faktoroperasional, seperti tidak berfungsinya secara teknis atau kesalahanoperasional, yang dapat menyebabkan atau memperburuk risiko kreditdan risiko likuiditas; dan

5) Risiko sistemik, yaitu risiko ketika ketidakmampuan salah satu pesertauntuk memenuhi kewajibannya, atau gangguan pada sistemmenyebabkan ketidakmampuan peserta lain untuk memenuhikewajibannya yang jatuh tempo. Selanjutnya, kegagalan pembayarantersebut dapat menyebar secara luas sehingga pada akhirnya dapatmembahayakan sistem atau pasar keuangan.

5.1.6 Karakteristik Instrumen dalam Sistem Pembayaran

Menurut Sheppard (1996) instrumen dalam sistem pembayaranmempunyai tiga karakteristik utama, yaitu bentuk fisik, sistem pengamanan,dan basis pembayaran.

Page 229: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

217

Gambar 2:Contoh Instrumen Pembayaran Berbentuk Warkat (Cek)

1) Bentuk Fisik

Secara fisik, instrumen dalam sistem pembayaran dapat berupa: 1)warkat atau dokumen, seperti cek, bilyet giro, nota debet, nota kredit,dan sebagainya, 2) kartu, seperti kartu kredit, kartu debet, kartu ATM,smart cards, dan sebagainya, atau 3) tanpa fisik melalui internet atautelepon.

5.1 Gambaran Umum

BANK ABCCABANG RATU PLAZAKEBAYORAN BARU

CEK No. 000001.......................................................

Atas penyerahan cek ini bayarlah kepada ......................................................................................... atau pembawauang sejumlah rupiah (dalam huruf)................................................................................................................................................................................................................................................................ Rp

{PT. SAFARIJl. Fatahilah No. 3Jakarta Pusat

Tanda tangan dan cap jangan melewati garis ini Tanda tangan (dan cap perusahaan)

Pri

ntid

by

PT

Sarm

a P

erka

sa

3Tanda air (watermark) merupakan gambar yang akan terlihat apabila diterawang ke arah cahayaatau diarsir dengan pinsil pada kertas tipis; Benang pengaman (security thread) merupakan bahantertentu yang ditanam pada kertas uang dan tampak sebagai suatu garis melintang; Cetak intagliomerupakan cetak timbul berbentuk relief yang terasa kasar bila diraba; cetak tersembunyi merupakancetakan yang hanya dapat dilihat bila disinari dengan lampu ultra violet; Rectoverso merupakangambar hasil cetak yang beradu tepat atau saling mengisi di bagian muka dan belakang kertas uangdan terlihat jelas apabila diterawangkan ke arah cahaya.

2) Sistem Pengamanan

Sistem pengamanan transaksi pada suatu instrumen dalam sistempembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Sistempengamanan ini ditujukan untuk memverifikasi bahwa instruksidiberikan oleh yang berhak/pemilik rekening, dan bukan merupakanpemalsuan. Bentuk pengamanan utama dalam sistem pembayaranberbeda-beda sesuai dengan bentuk instrumen pembayarannya. Untukuang tunai, sistem pengamannya dapat berbentuk tanda air, benangpengaman, cetak intaglio, cetak tersembunyi, dan rectoverso.

3 Untuk

instrumen berbentuk warkat atau dokumen, sistem pengamannya dapat

Page 230: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

218

Kebijakan Sistem Pembayaran

berbentuk nomor seri dan tanda tangan pemilik rekening. Untukinstrumen berbentuk kartu, sistem pengamannya berbentuk personalidentification number/PIN ‘nomor identifikasi pribadi’ yang dimasukkanoleh pemberi instruksi (yang diasumsikan hanya diketahui oleh pemilikrekening). Sedangkan untuk instrumen tanpa fisik melalui internet atautelepon, sistem pengamannya dapat berbentuk satu /serangkaianpassword ‘kata kunci’ atau pertanyaan yang harus dijawab oleh pemberiinstruksi.

3) Basis Pembayaran

Instrumen pembayaran ada yang berbasis kredit dan berbasis debet.Transaksi dengan instrumen berbasis kredit memiliki struktur yangsama dengan transfer tunai langsung dari pembayar ke penerimadengan menggunakan mekanisme rekening bank. Transaksi berbasiskredit dimulai dengan penyampaian instruksi pembayaran daripembayar ke bank pembayar yang selanjutnya disampaikan ke bankpenerima. Transaksi ini bermanfaat apabila pembayar harusmenyelesaikan pembayaran sebelum menerima barang atau jasayang dibelinya. Sementara itu, transaksi dengan instrumen berbasisdebet (seperti cek) dimulai dengan penyampaian instruksipembayaran dari pembayar ke penerima dana. Pembayaran danadilakukan setelah instruksi pembayaran diserahkan penerima(biasanya melalui lembaga intermediasi/bank) kepada bankpembayar, dan bank pembayar telah memutuskan untuk membayarsesuai instruksi pembayaran tersebut. Selain adanya tenggang waktudalam pembayaran dan risiko bahwa pembayar tidak memiliki danayang cukup, fasilitas kredit biasanya diberikan oleh bank penerimakepada penerima dana setelah menerima dan memverifikasi instruksipembayaran. Transaksi ini banyak digunakan di negara tertentusebagai alat pembayaran selain pembayaran tunai karena penerimadan pembayar menginginkan pertukaran sesuatu yang tangible‘nyata’ sebagai pengganti uang tunai yang fleksibel untuk digunakandi mana saja. Seperti yang dapat dibaca pada gambar 3, untuktransaksi dengan instrumen berbasis kredit, instruksi pembayarandan dana bergerak dengan arah yang sama, sedangkan untuktransaksi dengan instrumen berbasis debet, instruksi pembayarandan dana bergerak dengan arah yang berlawanan.

Page 231: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

219

Pembayaran

Instrumen Pembayaran

Instrumen Pembayaran

Instrumen Pembayaran

Pembayaran

Berbasis Debet

Berbasis Kredit

PenerimaPembayar

Pembayar Penerima

BANK

BANK

BANK

BANK

5.1 Gambaran Umum

5.1.7 Proses Penyelesaian Pembayaran

Proses penyelesaian pembayaran merupakan proses ketika instruksipembayaran dipertukarkan antara bank pembayar dan bank penerima, danbagaimana bank-bank yang bersangkutan menyelesaikan kewajibankeuangan (setelmen) di antara mereka sehingga dapat dilakukan pendebetanatau pengkreditan rekening nasabah. Proses penyelesaian pembayaran dapatdilakukan secara batch atau real time, bilateral atau multilateral, dengansistem net atau gross. Sedangkan sistem penyelesaian akhir (setelmen)pembayaran yang dipilih tergantung pada besar kecilnya transaksipembayaran.

Gambar 3:Transaksi dengan Instrumen Berbasis Debet dan Transaksi dengan

Instrumen Berbasis Kredit

Page 232: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

220

Kebijakan Sistem Pembayaran

1) Hubungan Bilateral dan Multilateral

Hubungan bilateral adalah hubungan antara satu bank dengan banklain tanpa melalui pihak ketiga dan setiap bank memiliki rekening di bankkorespondennya. Hubungan multilateral adalah hubungan antarbank yangdilakukan melalui pihak ketiga atau agen setelmen. Transaksi melaluihubungan multilateral diperlukan pada saat jumlah pihak yang bertransaksicukup banyak. Kedua hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 4dan 5.

Gambar 4:Hubungan Bilateral

Page 233: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

221

2) Sistem Batch dan Real Time

Pada sistem batch instruksi pembayaran dikumpulkan terlebih dahulu,sedangkan pemrosesannya dilakukan kemudian dalam jumlah tertentusekaligus pada satu waktu tertentu sehingga sering juga disebut sebagaisistem deferred ‘tertunda’. Sementara itu, pada sistem real time ‘seketika’penyampaian dan pemrosesan instruksi pembayaran dilakukan satu demisatu seketika setiap datangnya instruksi pembayaran. Fasilitastelekomunikasi dan komputerisasi modern diperlukan untuk pemrosesansecara real time ini. Sistem gross pada umumnya menggunakan pemrosesansecara real time, sedangkan sistem net pada umumnya menggunakanpemrosesan secara batch. Proses kliring pada umumnya memprosestransaksi pembayaran secara batch, sedangkan sistem real time grosssettlement (RTGS) memproses transaksi pembayaran secara real time.

5.1 Gambaran Umum

Gambar 5:Hubungan Multilateral

Page 234: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

222

Kebijakan Sistem Pembayaran

3) Gross dan Net Settlement

Gross settlement adalah sistem transfer ketika penyelesaianpembayaran dilakukan secara individual setiap ada instruksi pembayaran.Sedangkan net settlement adalah sistem transfer ketika penyelesaianpembayaran dilakukan pada setiap periode waktu yang ditentukan(biasanya sekali atau dua kali dalam satu hari kerja), setelah semua instruksipembayaran direkapitulasi untuk masing-masing bank. Pada grosssettlement bank sentral biasanya bertindak sebagai pengelola sistem; banksentral berada pada pusat aliran informasi yang menerima dan mengirimsemua pesan-pesan pembayaran (baca gambar 8). Sedangkan, pada netsettlement bank sentral biasanya bertindak sebagai penyelenggara sistemsetelmen (kliring).

Pada gross settlement, setiap instruksi pembayaran dikirim dari bankpembayar ke bank sentral dan secara individu diselesaikan pada rekeningbank pembayar dan bank penerima sehingga akan terdapat pembukuandebet dan kredit untuk setiap instruksi pembayaran. Seperti contoh padagambar 6, terdapat aliran instruksi pembayaran dua arah antara Bank A

Gambar 6:Aliran Gross Settlement

BANK A BANK B

BANK D BANK C

(50)

(70)

(60)(80)

(60)

(40)

(30) (20)

(90)

(10)

Page 235: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

223

dan Bank C; Bank A mempunyai pembayaran masuk (tagihan) sebesarRp20,- dan pembayaran keluar (kewajiban) sebesar Rp80,- kepada BankC. Sedangkan, instruksi pembayaran searah terjadi antara Bank B dan BankD; Bank B mempunyai kewajiban sebesar Rp60,- kepada Bank D sepertitampak pada gambar 6. Dengan gross settlement, setiap instruksipembayaran akan diselesaikan pada rekening bank di bank sentral.

Pada net settlement, Bank tidak menyelesaikan instruksi pembayaransecara individu seperti pada gross settlement, melainkan bankmengumpulkan semua tagihan dan kewajiban dalam periode tertentu dankemudian dibuatkan posisi final sebelum proses setelmen. Dengandemikian, jumlah pembukuan setelmen akan berkurang dengan adanyaproses netting ini. Prosedur netting ada dua, yaitu bilateral (net settlementbilateral) dan multilateral (net settlement multilateral). Pada net settlementbilateral, bank membuat posisi final untuk masing-masing bank mitrakerjanya. Sedangkan, pada net settlement multilateral, setiap bank membuatsatu posisi final untuk semua bank mitra kerjanya (korespondennya),sehingga hanya akan ada satu setelmen untuk setiap bank. Selain itu, prosessetelmennya dilakukan melalui agen setelmen atau penyelenggara kliring

5.1 Gambaran Umum

Gambar 7:Aliran Net Settelment Multilateral

Page 236: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

224

Kebijakan Sistem Pembayaran

yang menerima semua instruksi pembayaran, menghitung posisi netmultilateral setiap bank peserta, dan menyampaikannya kepada bank sentralyang akan membukukannya pada rekening masing-masing bank. Dengannet settlement multilateral posisi akhir Bank A adalah pembayar net (Rp170,-), bank C dan D adalah penerima net (Rp20,- dan Rp150,-), dan Bank Badalah nihil net (baca gambar 7).

4) Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi pembayaran dapat merupakan transaksi pembayaran bernilaikecil dan besar. Sistem pembayaran/transfer dan setelmen dari keduatransaksi ini berbeda. Sistem pembayaran bernilai besar dapat diumpamakanseperti urat nadi sistem pembayaran suatu negara. Operasi pasar uang danpasar modal yang aman dan efisien sangat bergantung pada kelancaransistem pembayaran bernilai besar. Dengan berjalan lancarnya sistempembayaran bernilai besar ini, maka kelancaran sistem pembayarannasional akan terjaga. Model umum sistem pembayaran bernilai besar yangpaling penting dan banyak digunakan oleh negara maju maupunberkembang adalah model gross settlement yang dioperasikan oleh banksentral secara real time ‘seketika’, atau yang sering dikenal sebagai sistemReal Time Gross Settlement (RTGS).

RTGS adalah sistem setelmen yang memproses setiap transaksi secaraindividual secara berkesinambungan dan seketika. RTGS dapat dilakukanbaik dengan maupun tanpa fasilitas intrahari, yaitu suatu fasilitas pinjamanpada hari yang sama yang diberikan bank sentral kepada bank pesertakliring/RTGS apabila terjadi kekurangan dana pada rekeningnya di banksentral sesuai ketentuan. Beberapa negara yang menerapkan RTGS denganfasilitas intrahari, antara lain Denmark, Itali, Belanda, Portugal, Swedia,Spanyol, dan Filipina. Sementara itu, negara-negara yang menerapkan RTGStanpa fasilitas intrahari, antara lain Cina, Jerman, Jepang, Korea, dan Swiss.Meskipun tidak menyediakan fasilitas intrahari, pada umumnya sistem RTGSyang diterapkan memiliki sistem mekanisme antrian yang canggih. Dalamsistem RTGS, tiap transaksi diselesaikan pada rekening bank yangbertransaksi yang berada di bank sentral secara gross danberkesinambungan. Setelmen dalam sistem RTGS bersifat segera, final, danirrevocable ’tidak dapat dibatalkan’. Selain itu, risiko kredit karena adanya

Page 237: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

225

5.1 Gambaran Umum

tenggat waktu menjadi tidak ada. RTGS merupakan konsep yang dirancanguntuk meminimalkan risiko manajemen pada setelmen pembayaranantarbank. Implementasi RTGS di seluruh dunia didasarkan pada kebutuhanbank sentral untuk melembagakan mekanisme untuk meminimalkan risikosistemik pada sistem transfer bernilai besar.

Dilihat dari aliran informasi, ada berbagai tipe struktur RTGS, yaitustruktur V, struktur Y, struktur L, dan struktur T. Struktur RTGS yang palingbanyak digunakan adalah struktur V. Pada sistem RTGS berstruktur V (bacagambar 8), bank pengirim mengirim instruksi pembayaran kepada banksentral, yang kemudian mengirimkannya ke bank penerima setelah setelmendilakukan (setelah rekening bank pengirim didebet dan rekening bankpenerima dikredit).

Dalam jaringan sistem pembayaran suatu negara, sistem RTGSmerupakan poros yang merupakan tempat setelmen akhir dari sistem-sistemsetelmen antarbank (baca gambar 9), seperti Automated Clearing House(ACH), Delivery versus Payment (DvP), Automated Teller Machines (ATM),Interbank Giro (IBG), dan Payment versus Payment (PvP). ACH ataulembaga kliring merupakan lembaga yang menyelenggarakan kliring

Gambar 8:Aliran Informasi pada Sistem RTGS berstruktur V

Page 238: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

226

Kebijakan Sistem Pembayaran

antarbank secara elektronik, otomasi, semiotomasi, atau manual untukpesertanya yang pada umumnya adalah bank umum. Instruksi pembayaranatau warkat yang dikliringkan dapat berupa cek, bilyet giro, nota kreditatau debet, dan warkat penerimaan atau pengiriman transfer. Lembagakliring melakukan proses netting untuk semua instruksi pembayaran secaramultilateral dan melakukan setelmen dari kewajiban net dari masing-masingpeserta pada akhir hari melalui sistem RTGS. DvP merupakan sistempembayaran untuk setelmen pembayaran dan penyerahan surat-suratberharga yang diperdagangkan di pasar surat-surat berharga maupun dibank sentral (dalam rangka operasi pasar terbuka). Dengan sistem DvP ini,proses setelmen pembayaran dan penyerahan surat-surat berharga dapatdilakukan lebih cepat dan efisien, dan risiko setelmen pada transaksi suratberharga berkurang. Setelmen akhir sistem DvP ini dilakukan melalui sistemRTGS. Automated Teller machines (ATM) merupakan fasilitas layanan ritelperbankan yang berbasis kartu, seperti kartu kredit, ATM, dan EFTPOS.Setelmen transaksi-transaksi ini dapat dilakukan secara bilateral antarbankatau melalui lembaga switching. Sementara itu, setelmen akhirnya padawaktunya dilakukan melalui sistem RTGS. IBG atau sistem giro antarbankmerupakan sistem pembayaran rutin partai besar (bulk) antarbank yang

Gambar 9:Sistem RTGS Sebagai Poros untuk Sistem-sistem Setelmen Antarbank

Page 239: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

227

5.1 Gambaran Umum

dirancang untuk memproses pembayaran antarbank bernilai kecil dalamjumlah besar. IBG memproses transaksi pembayaran debet dan kredit untukpembayaran gaji dan tagihan (seperti listrik dan telepon) secara online atauoffline. Tujuan utama sistem ini adalah memungkinkan pembayaran tanpamemerlukan warkat pendukung. Setelmen akhir sistem giro antarbank inidilakukan melalui sistem RTGS. PvP merupakan sistem pembayaran untuktransaksi valuta antara mata uang domestik dan mata uang asing yangdilakukan di dalam negeri dan lintas negara. Setelmen akhir sistem PvP inidilakukan melalui sistem RTGS.

5) Kliring

Kalau sistem pembayaran bernilai besar merupakan urat nadi sistempembayaran, maka sistem pembayaran bernilai kecil dapat diumpamakansebagai jaringan kompleks dari pembuluh darah yang menghubungkanseluruh perekonomian suatu negara. Berjalannya ekonomi yang efisienbergantung pada kelancaran sistem pembayaran bernilai kecil yang efisien,murah, dapat diandalkan, dan aman dalam menghubungkan semua pelakuekonomi. Setelmen sistem pembayaran bernilai kecil pada umumnyamenggunakan sistem kliring. Kliring adalah suatu proses transmisi,rekonsiliasi dan konfirmasi dari perintah pembayaran atau transfer sekuritasyang dapat meliputi proses netting dari instruksi pembayaran atau transfersekuritas tersebut, serta proses penyusunan posisi final dari peserta kliringuntuk tujuan setelmen.

Kliring pada umumnya merupakan sistem penyelesaian transaksimultilateral berbasis tertunda (deferred) dan secara netto (net). Deferredatau batch dilakukan karena instruksi pembayaran dikumpulkan terlebihdahulu, sedangkan pemrosesannya dilakukan kemudian dalam jumlahtertentu sekaligus pada satu waktu tertentu. Net dilakukan karena setiapbank membuat satu posisi final untuk semua bank mitra kerjanya(korespondennya), sehingga hanya akan ada satu setelmen untuk setiapbank. Proses kliring dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain kliringmanual, semiotomasi, otomasi, dan elektronik.

1) Sistem kliring manual

Sistem kliring manual merupakan sistem penyelenggaraan kliring yangdalam pelaksanaan penghitungan dan pembuatan rekapitulasi

Page 240: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

228

Kebijakan Sistem Pembayaran

penghitungan (Bilyet Saldo Kliring) serta pemilahan warkat dilakukansecara manual oleh setiap peserta kliring.

2) Sistem kliring semiotomasi

Sistem kliring semiotomasi adalah sistem penyelenggaraan kliring yangdalam pelaksanaan penghitungan dan pembuatan rekapitulasipenghitungan (Bilyet Saldo Kliring) dilakukan secara otomasi, sedangkanpemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta kliring.

3) Sistem kliring otomasi

Sistem kliring otomasi adalah sistem penyelenggaraan kliring yangdalam pelaksanaan penghitungan dan pembuatan rekapitulasipenghitungan (Bilyet Saldo Kliring) serta pemilahan warkat dilakukanoleh penyelenggara secara otomasi.

4) Sistem kliring elektronik

Sistem kliring elektronik adalah sistem penyelenggaraan kliring yangdalam pelaksanaan penghitungan dan pembuatan rekapitulasipenghitungan (Bilyet Saldo Kliring) dilakukan secara elektronik disertaidengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untukdipilah secara otomasi. Selanjutnya, hasil penghitungan secara otomasidicocokkan dengan penghitungan secara elektronik.

Dengan semakin berkembangnya sistem kliring elektronik, kliringdengan setelmen real time net multilateral menjadi hal yang mungkin untukdilakukan.

5.2 PERAN BANK SENTRAL DALAM SISTEM PEMBAYARAN

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, secara umum sistempembayaran merupakan salah satu prasyarat bagi pencapaian tujuan utamabank sentral, yaitu stabilitas moneter dan keuangan. Hal itu telahmemberikan alasan yang kuat bagi bank sentral untuk ikut terlibat dalampenyelenggaraan sistem pembayaran, setidaknya bank sentral harusmemiliki peran atau tanggung jawab sebagai pengawas dan pembuatperaturan untuk mengontrol risiko yang diakibatkan oleh transaksi harian,seperti risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko yang bersifat sistemik(Chandavarkar, 1996).

Page 241: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

229

Keterlibatan atau peran bank sentral dalam sistem pembayaran secaraumum meliputi empat hal (Sheppard, 1996).

1) Pemakai sistem pembayaran; bank sentral mempunyai transaksi-transaksi yang harus dilaksanakan, seperti setelmen dari operasi pasarterbuka, transaksi devisa, pembayaran tagihan, gaji, pensiun, dansebagainya.

2) Anggota sistem pembayaran; bank sentral perlu membayar danmenerima pembayaran atas nama nasabahnya sendiri sepertipemerintah dan lembaga keuangan internasional.

3) Penyedia sistem pembayaran; bank sentral menyediakan fasilitas danmenyelenggarakan sistem pembayaran.

4) Pelindung kepentingan umum; sebagai regulator, pengawas anggotasistem pembayaran (pengawas perbankan), administrasi danperencanaan, dan arbitrase dalam hal terjadi perselisihan.

Keterlibatan bank sentral dalam penyelenggaraan sistem pembayaranbervariasi dari satu bank sentral ke bank sentral lain (baca tabel 1). Padaumumnya bank sentral berperan sebagai pelindung kepentingan umum,khususnya sebagai regulator dan pengawas sistem pembayaran. Bank sentraljuga berperan sebagai penyedia sistem pembayaran, terutama apabila belumdapat diselenggarakan oleh pihak swasta. Dalam hal sistem pembayarantelah dapat diselenggarakan oleh pihak swasta, bank sentral berperansebagai pemakai dan anggota sistem pembayaran.

5.3 SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, telahditetapkan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia sebagai bank sentraladalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Efektivitaspelaksanaan tugas Bank Indonesia ini memerlukan dukungan sistempembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Hal itu merupakansasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistempembayaran. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia harusmemainkan peran aktif dalam pengembangan sistem pembayaran.

5.2 Peran Bank Sentral dalam Sistem Pembayaran

Page 242: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

230

Kebijakan Sistem Pembayaran

Sumber: Maxwell dkk. (1996), Chandavarkar (1996), BIS dan website bank sentral yang bersangkutan.

Keberadaan suatu sistem pembayaran yang aman dan handal dapatmendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia memperkuat pengendalianmoneter dan meningkatkan stabilitas dan keamanan sektor keuangantermasuk perbankan. Dengan demikian, sistem pembayaran merupakansalah satu komponen yang terintegrasi dari fungsi bank sentral lainnya,yaitu moneter dan perbankan. Keberadaan sistem pembayaran yangmenjamin aliran dana yang efisien, aman, handal, dan berisiko rendahdapat mempermudah para pelaku ekonomi untuk melakukan akses terhadapberbagai keperluan pembayaran. Sebaliknya, jika sistem pembayaranmengalami gangguan, maka yang terkena dampaknya adalah sistem

Australia Ya Payment System Board dari Reserve Bank of AustraliaIndonesia Ya Operator, regulator, dan pengawasItali Ya Operator dan pengawasJepang Ya Operator dan pengawasJerman Ya Operator dan pengawasMalaysia Ya Kliring dan transfer elektronikMeksiko Ya RegulatorSaudi Arabia Ya Operator dan pengawasSelandia Baru Ya Operator dan pengawasSri Lanka Ya KliringAmerika Sebagian Pengawas dan operatorBangladesh Sebagian Kliring di kota-kota, Sonali Bank ditempat lainBelanda Sebagian Pengawas dan operatorIndia Sebagian Kliring ditempat ada kantor bankInggris Sebagian Pengawas dan operator RTGSPakistan Sebagian Kliring ditempat ada kantor bankAfrika Selatan Sedikit Berpartisipasi dan menjalankan setelmenBrunei Sedikit Dilakukan oleh Brunei Association of BanksCili Sedikit Aturan dan partisipasiHong Kong Sedikit Memberikan saran dalam regulasiPerancis Sedikit PengawasSingapura Sedikit Chairman Singapore Clearing House Association

Tabel 1:Peran Bank Sentral dalam Sistem Pembayaran

Keterlibatandalam SistemPembayaran

Hubungan dengan Sistem PembayaranNegara

Page 243: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

231

keuangan secara menyeluruh. Selain itu, keberadaan sistem pembayaranyang efisien dan aman juga merupakan salah satu prasyarat khususnyabagi kelancaran perdagangan baik di dalam negeri maupun antarnegaraserta bagi perekonomian pada umumnya.

Salah satu cara yang dilakukan Bank Indonesia agar dapatmemelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan adalahdengan meningkatkan efisiensi sistem keuangan melalui peningkatanfaktor keamanan dan stabilitas transaksi keuangan. Untuk mencapaisasaran tersebut, telah dilakukan berbagai pengembangan di bidangsistem pembayaran yang terkoordinasi, dapat dipercaya, efisien, danadil (semua pihak dapat berpartisipasi sepanjang memenuhi kriteria yangditetapkan).

Peran penting Bank Indonesia lainnya yang terkait dengan sistempembayaran, yang tidak dapat dipisahkan dengan tugas Bank Indonesia,adalah melakukan pencetakan dan pengedaran uang. Dalam kebijakan dibidang pengedaran uang, Bank Indonesia berupaya untuk menyediakanuang yang layak edar dan memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari sisinominal maupun pecahannya.

5.3.1 Sejarah Sistem Pembayaran di Indonesia

De Javasche Bank merupakan bank milik pemerintah Hindia Belandayang didirikan pada tahun 1828 yang diharapkan mendukung kebijakanekonomi di koloninya Indonesia. Dalam hal sistem pembayaran, DeJavasche Bank mempunyai hak khusus sebagai bank sirkulasi yang diizinkanuntuk mencetak dan mengedarkan uang. Pembayaran tunai merupakancara pembayaran yang lazim digunakan pada saat itu, sedangkanpembayaran melalui rekening koran baru dikenal sejak 1 Januari 1907.Perjanjian penghitungan kliring untuk wilayah Batavia (sekarang Jakarta)pertama kali ditandatangani pada 15 Februari 1909, yang kemudian diikutiuntuk wilayah Semarang dan Surabaya (1909), Medan (1915), Bandung(1921), dan Makasar (1922).

Babak baru sejarah perbankan Indonesia dimulai sejak dikeluarkannyaUU No. 11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli 1953yang menandakan berdirinya Bank Indonesia sebagai bank sentral RepublikIndonesia sesuai dengan UUD 1945. Dalam hal sistem pembayaran,

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 244: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

232

Kebijakan Sistem Pembayaran

pengembangan sistem pembayaran rekening koran (dengan cek, bank draft,nota kredit, dan warkat lainnya) dimulai sejak akhir Desember 1954.

Sesuai dengan UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, BankIndonesia menyelenggarakan kliring antarbank untuk bank-bank yangberada dalam wilayah kliring yang sama. Untuk kota-kota yang memilikibanyak bank dengan volume kliring tinggi, tetapi tidak ada kantor BankIndonesia, kliring diselenggarakan oleh bank milik pemerintah atau bankpembangunan daerah yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Pekalonganmerupakan kota pertama tempat kliring diselenggarakan oleh BNI 1946pada tahun 1982.

Dengan semakin berkembangnya sistem kliring dan bertambahnyajumlah warkat dan peserta, penyelenggaraan kliring manual menjadi semakinsulit, terutama di Jakarta dan kota besar lainnya. Sistem otomasi kliring(berbasis warkat) kemudian bertahap diterapkan secara terbatas semenjak 7April 1990. Penerapan sistem otomasi kliring sepenuhnya baru dimulai sejak4 Juni 1990 di Jakarta yang dikenal dengan Otomasi Kliring Jakarta (OKJ).Dalam tahapan selanjutnya otomasi kliring diterapkan di Surabaya (OKSpada 6 Januari 1992) dan Medan (OKM pada 11 Januari 1994).

Pada kota-kota dengan jumlah peserta dan warkat yang masih sedikit,umumnya diterapkan sistem Semiotomasi Kliring Lokal (SOKL). Dalam SOKLwarkat kliring masih dipertukarkan secara manual antarpeserta, tetapipencatatan data kliring dilakukan dengan komputer dan disket untuk prosestransaksi antarbank. SOKL pertama kali diterapkan di Kantor Bank Indonesia(KBI) Jambi dan diikuti oleh KBI dan non-KBI lainnya.

Pada tahun 1995 Bank Indonesia mulai menerapkan Sistem otomasitransfer dana Antarkantor Terintegrasi (SAKTI) yang menyediakan fasilitasuntuk transaksi antarkantor bank berdasarkan rekening bank yang ada diBank Indonesia dengan menggunakan transmisi data elektronik dari seluruhkantor-kantor Bank Indonesia dengan mengunakan VSAT dan fasilitas framerelay.

Cepatnya peningkatan aktivitas kliring di Indonesia memerlukan sistemkliring yang lebih cepat, akurat, dan aman. Pada 18 September 1998, BankIndonesia meresmikan pendirian Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ),ketika transmisi warkat kliring dilakukan secara online menggunakankomputer dan alat komunikasi elektronik.

Page 245: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

233

Dengan adanya kebutuhan untuk meminimalisir risiko-risiko yangditimbulkan oleh sistem pembayaran, pada 20 Agustus 1999 Bank Indonesiasecara resmi menerapkan sistem transfer elektronik antarbank yang disebutBank Indonesia Layanan Informasi dan Transaksi Elektronik (BI-LINE). BI-LINE merupakan sistem transfer dana elektronik secara real time ‘seketika’dari bank-bank ke masing-masing rekening bank di Bank Indonesia, kebank lain, atau ke rekening pemerintah melalui Bank Indonesia yangmenggantikan penyerahan warkat rekening koran Bank Indonesia (BilyetGiro Bank Indonesia) dari bank ke Bank Indonesia. Sistem ini dikembangkansecara terbatas untuk bank di Jakarta sebagai solusi-antara sebelum BankIndonesia menerapkan sistem RTGS. Sejak diterapkannya Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada 17 Nopember 2000 di Jakarta,penggunaan sistem BI-LINE hanya terbatas untuk lembaga keuangan bukanbank (LKBB) atau kantor pemerintah tertentu, seperti Direktorat JenderalPajak. BI-RTGS juga sudah diterapkan di beberapa KBI dan secara bertahapakan diterapkan di semua KBI di seluruh Indonesia.

5.3.2 Cara Melakukan Pembayaran dan Setelmen

Mayoritas masyarakat di Indonesia masih lebih menyukai penggunaanuang tunai sebagai alat pembayaran barang dan jasa sehari-hari, bahkanuntuk transaksi bernilai tinggi khususnya di kota kecil atau wilayah yangjauh dari kota besar. Penggunaan cek dan bilyet giro umumnya terbatasuntuk perusahaan atau anggota masyarakat dari golongan ekonomi kuat.Berbagai layanan pembayaran untuk konsumen seperti yang ada di negaramaju sudah mulai bermunculan, seperti jaringan dan sistem layanan bankonline, layanan kredit/debet langsung secara elektronik, kartu kredit/debet,jaringan ATM dan POS, smart card, dan postal money order. Akhir-akhirini terdapat kecenderungan di kota-kota besar untuk menggunakan layananperbankan elektronik melalui telepon/internet.

5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran

Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaransebagaimana ditetapkan dalam UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesiaberwenang untuk menetapkan kebijakan, mengatur, melaksanakan, dan

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 246: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

234

Kebijakan Sistem Pembayaran

memberi persetujuan, perizinan, dan pengawasan atas penyelenggaraanjasa sistem pembayaran sebagaimana diterapkan oleh UU no. 23 th. 1999.Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai transaksi-transaksi yang harusdilaksanakan seperti setelmen operasi pasar terbuka, menyelesaikan tagihan-tagihan, gaji, dan pensiun, serta transaksi yang terkait dengan rekeningPemerintah dan lembaga keuangan internasional yang ada di BankIndonesia. Bank Indonesia juga berperan sebagai pengguna dan sebagaianggota sistem pembayaran.

5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan FasilitatorPengembangan

Salah satu peran pokok Bank Indonesia dalam sistem pembayaranadalah sebagai regulator, fasilitator, dan katalisator pengembangan sistempembayaran di Indonesia. Secara umum, pengaturan terhadap sistempembayaran di Indonesia yang diatur dalam berbagai ketentuan yangdikeluarkan oleh Bank Indonesia memuat, antara lain :

1) Cakupan wewenang dan tanggungjawab penyelenggara sistempembayaran, termasuk tanggung jawab yang berkaitan denganmanajemen risiko;

2) Jenis penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dan prosedur pemberianpersetujuan;

3) Persyaratan keamanan dan efisiensi dalam penyelenggaraan jasa sistempembayaran;

4) Penyelenggara jasa sistem pembayaran yang wajib menyampaikanlaporan, jenis laporan kegiatan, dan tata cara penyampaiannya;

5) Jenis dan persyaratan keamanan instrumen pembayaran yang dapatdigunakan di Indonesia termasuk instrumen pembayaran yang bersifatelektronis, seperti kartu Automated Teller Machine (ATM), kartu debet,kartu kredit, kartu prabayar, dan kartu elektronik; dan

6) Sanksi terhadap pelanggaran ketentuan Bank Indonesia yang tidakditaati.

Untuk mewujudkan adanya suatu sistem pembayaran yang efisien,cepat, aman, dan handal, Bank Indonesia secara terus-menerus melakukan

Page 247: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

235

penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada sesuaidengan perencanaan sistem pembayaran nasional. Penyempurnaan danpengembangan tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan,pengembangan mekanisme dan infrastruktur serta ketentuan yang diarahkanuntuk mengurangi risiko pembayaran antarbank, dan peningkatan efisiensipelayanan jasa sistem pembayaran.

5.3.3.2 Bank Indonesia Sebagai Lembaga Pengawas

Dalam kaitannya dengan pengawasan sistem pembayaran, BankIndonesia memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperolehlayanan jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat, dan aman. Dalammenjalankan fungsi pengawasan sistem pembayaran ini, selain berwenanguntuk memberikan izin operasional, Bank Indonesia juga berwenangmelakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baikyang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun oleh pihak lain. Dalammemantau penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Indonesiamewajibkan seluruh penyelenggara jasa sistem pembayaran di Indonesiauntuk menyampaikan laporan. Hal ini dimaksudkan juga untuk memperolehinformasi yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan tugas BankIndonesia.

5.3.3.3 Bank Indonesia sebagai Lembaga Penyelenggara

Penyediaan jasa sistem pembayaran (transfer dana) di Indonesia padaumumnya dilakukan oleh perbankan dan PT Pos Indonesia. Walaupunsecara umum terdapat keterkaitan antara kedua penyedia jasa tersebut,keduanya menggunakan sistem yang berbeda.

Pada awalnya, jasa sistem pembayaran banyak dilakukan melalui sistemyang diselenggarakan oleh PT Pos Indonesia (dulu dikenal dengan KantorPos dan Giro). Sejalan dengan semakin memasyarakatnya sistem perbankandi Indonesia, jasa sistem pembayaran sebagian besar dilakukan melaluisistem perbankan. Sementara itu, instrumen sistem pembayaran yangdigunakan pada umumnya berbasis warkat dan penyelesaiannya dilakukanmelalui sistem kliring lokal atau antardaerah, dan sebagian besar dilakukanoleh Bank Indonesia.

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 248: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

236

Kebijakan Sistem Pembayaran

Dengan berkembangnya teknologi informasi, sistem pembayaran mulaimenggunakan instrumen berbasis elektronik. Sejalan dengan perkembangantersebut, sejak November 2000 Bank Indonesia mengoperasikan sistemBank Indonesia – Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Sistem RTGS yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia menyediakankeandalan, kecepatan, dan kepastian dalam mengirim dan menerima dana.Hal tersebut menjadi penting karena di samping mengurangi risiko sistempembayaran, penggunaan sistem ini telah mengubah cara tradisionalpenyelesaian transfer dana yang selama ini berbasis warkat (paper based)menjadi berbasis elektronis (electronic based).

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris,Australia dan Selandia Baru pada umumnya telah menerapkan sistemRTGS. Sementara itu, sebagian besar negara-negara berkembang sepertiThailand, Malaysia, dan menyusul Sri Lanka, juga telah menerapkan sistemRTGS.

5.3.4 Aturan Hukum

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, kepada Bank Indonesia diberiwewenang untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.Untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan perangkat hukum yangmencakup undang-undang dan peraturan-peraturan terkait dalam sistempembayaran, termasuk juga aturan main berbagai pihak yang terlibat,misalnya, antarbank, antarbank dengan bank sentral, antarbank dannasabah, dan lain-lainnya.

Perangkat hukum ini sangat penting untuk menjamin adanya aspeklegalitas dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Ketiadaan perangkathukum tertentu dapat menghambat penyelenggaraan dan pengembangansistem pembayaran. Sebagai contoh, perkembangan sistem pembayaranelektronik memerlukan perangkat hukum yang mengatur bukti pembayaranelektronik agar penyelenggaraan sistem tersebut menjadi lebih efektif danefisien.

Aturan hukum pokok yang menjadi dasar sistem pembayaran diIndonesia adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dan UU No. 23 Tahun

Page 249: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

237

1999 tentang Bank Indonesia. KUHPerdata di antaranya mengatur berbagaihukum perjanjian yang menjadi dasar dalam perjanjian yang berhubungandengan sistem pembayaran. KUHD menetapkan berbagai ketentuantentang warkat pembayaran antara lain cek, promes, wesel aksep, daninstrumen pembayaran lain-lainnya. Sementara itu, UU No. 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia meletakkan dasar bagi Bank Indonesiasebagai lembaga yang berwenang untuk mengatur dan menjagakelancaran sistem pembayaran. Selain itu, ketentuan-ketentuan lainnyayang berhubungan dengan sistem pembayaran diatur dalam berbagaiperaturan Bank Indonesia.

5.3.5 Lembaga yang Terkait dalam Sistem Pembayaran di Indonesia

Di samping aturan hukum tersebut, pelaksanaan sistem pembayaranmelibatkan lembaga-lembaga yang secara langsung maupun tidak langsungberperan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Secara umum,lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pembayaran meliputi antaralain bank sentral, bank, dan lembaga bukan bank, seperti kantor pos,lembaga kliring, pasar modal, lembaga penerbit kartu kredit, lembagapenyedia jasa jaringan komunikasi di bidang sistem pembayaran, danlembaga terkait sistem pembayaran lainnya. Masing-masing lembagatersebut mempunyai peranan yang berbeda dalam penyelenggaraan sistempembayaran.

Bank Indonesia merupakan lembaga utama yang menyelenggarakansistem pembayaran dengan sistem kliring dan BI-RTGS. Bank Indonesiajuga merupakan lembaga yang mengatur dan mengawasi sistempembayaran. Sementara itu, bank umum merupakan lembaga utama yangmemberikan jasa pelayanan pembayaran. Bank umum di Indonesiamenyediakan jasa pelayanan pembayaran yang hampir sama. Bank-bankpada umumnya menyediakan rekening koran, tabungan, dan deposito.Pelayanan ritel ini menawarkan cek/bilyet giro, kartu debet dan kredit,jaringan ATM, dan sistem transfer dana elektronik pada titik penjualan(Electronic Funds Transfer at Point-of-Sale/EFTPOS). Beberapa bank jugabertindak sebagai agen setelmen untuk kliring EFTPOS, jaringan ATMswitching, dan setelmen saham dan obligasi.

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 250: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

238

Kebijakan Sistem Pembayaran

Khusus mengenai jasa pembayaran berupa transfer dana, terdapat duasistem besar yang berbeda. Satu sistem dioperasikan oleh perbankan,sedangkan yang lain dioperasikan oleh PT Pos Indonesia. Bank umummerupakan bagian terbesar dalam kelompok lembaga keuangan yangmenyediakan jasa transfer dana, baik melalui rekening di Bank Indonesia,melalui hubungan bilateral, maupun melalui jaringan transfer dana antar-kantor cabang. Sementara itu, PT Pos Indonesia terkait denganpenyelenggaraan jasa pembayaran terutama untuk pengiriman uang danpenyetoran pajak. Jasa pengiriman uang ini dijalankan sebagai sistem yangmandiri, lepas dari perbankan. Sementara itu, untuk mendukungpelaksanaan jasa pengiriman uang tersebut, PT Pos Indonesia memelihararekening di beberapa bank umum.

Untuk penyelenggaraan jasa efek, berdasarkan ketentuan SuratKeputusan Menteri Keuangan tahun 1990, kegiatan kliring dan penyelesaiantransaksi bursa efek diselenggarakan oleh PT Kliring Deposit Efek Indonesia(PT KDEI) di bawah pengawasan Badan Pengawasan Pasar Modal(BAPEPAM). PT KDEI - yang kemudian dipecah menjadi dua entitas terpisah,yaitu PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT KPEI) dan PT KustodianSentral Efek Indonesia (PT KSEI) – berwenang melakukan regulasi kegiatankliring dan penyelesaian transaksi efek.

5.3.6 Instrumen Pembayaran

Instrumen pembayaran dapat berupa cash ‘tunai’ atau noncash‘nontunai’ yang paper-based ‘berbasis warkat’ dan nonpaper-based ‘berbasisbukan warkat’. Penggunaan instrumen pembayaran tunai maupun nontunaidewasa ini telah berkembang dengan cepat, terutama penggunaaninstrumen pembayaran nontunai.

5.3.6.1 Instrumen Pembayaran Tunai

Instrumen pembayaran tunai adalah mata uang yang berlaku diIndonesia, yaitu Rupiah, yang terdiri dari uang logam dan uang kertas.Berdasarkan undang-undang yang berlaku saat ini, yaitu UU No. 23 Tahun1999, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mencetak danmengedarkan uang kartal dan uang logam. Dalam kebijakan di bidang

Page 251: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

239

pengedaran uang, Bank Indonesia berupaya untuk menyediakan uang yanglayak edar dan memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari sisi nominalmaupun pecahannya. Uang kertas rupiah dalam peredaran terdiri daridenominasi 100, 500, 1.000, 5.000, 10.000, 20.000, 50.000, dan 100.000,sedangkan uang logam Rupiah dalam peredaran terdiri dari denominasi 1,5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1.000. Penjelasan lebih lanjut tentang instrumenpembayaran tunai atau manajemen pengedaran uang dapat dibaca padalampiran 1.

Gambar 10:Uang Kertas Pecahan Rp100.000,-

Depan

Belakang

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 252: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

240

Kebijakan Sistem Pembayaran

Gambar 12:Uang Logam Pecahan Rp100,-, Rp200,-, Rp500,- dan Rp1.000,-

Gambar 11:Uang Kertas Pecahan Rp50.000,-

Depan

Belakang

Page 253: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

241

5.3.6.2 Instrumen Pembayaran Nontunai

Di Indonesia, instrumen pembayaran nontunai disediakan terutamaoleh sistem perbankan. Instrumen yang disediakan terdiri dari instrumenyang berbasis warkat, seperti cek, bilyet giro, nota debet, dan nota kredit,serta instrumen yang berbasis bukan warkat, seperti kartu ATM, kartudebet, dan kartu kredit. Penggunaan alat pembayaran nontunai yangberbasis bukan warkat di masyarakat semakin meningkat. Hal itudisebabkan antara lain oleh semakin banyaknya inovasi dalammenciptakan instrumen yang dilakukan oleh perbankan untuk memenuhikebutuhan konsumen.

a) Instrumen berbasis warkat

Instrumen berbasis warkat telah diatur dalam hukum dan dikenal dalampraktek perbankan di Indonesia. Instrumen berbasis warkat yang saat inidigunakan, antara lain:

• Cek: surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uangtertentu.

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Gambar 13:C e k

BANK ABCCABANG RATU PLAZAKEBAYORAN BARU

CEK No. 000001.......................................................

Atas penyerahan cek ini bayarlah kepada ......................................................................................... atau pembawauang sejumlah rupiah (dalam huruf)................................................................................................................................................................................................................................................................ Rp

{PT. SAFARIJl. Fatahilah No. 3Jakarta Pusat

Tanda tangan dan cap jangan melewati garis ini Tanda tangan (dan cap perusahaan)

Pri

ntid

by

PT

Sarm

a P

erka

sa

Page 254: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

242

Kebijakan Sistem Pembayaran

• Bilyet Giro: surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan danauntuk memindahbukukan (tidak berlaku untuk penarikan tunai)sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekeningpemegang yang disebutkan namanya.

Gambar 14:Bilyet Giro

BANK ABCCABANG RATU PLAZAKEBAYORAN BARU

Bilyet Giro No. 000001.......................................................

Diminta kepada Saudara supaya pada tanggal..............................................................................................................memindahkan dana atas beban rekening kami sejumlah Rp.kepada rekening ............................................ pada bank ..............................................................................................dengan permintaan supaya bank ini mengkreditkan rekening nasabah tersebut di atas sejumlah rupiah (dalam huruf).......................................................................................................................................................................................

{ PT. DEWIJl. Fatahilah No. 3Jakarta PusatTanda tangan dan cap jangan melewati garis ini Tanda tangan, nama jelas (dan cap perusahaan)

Pri

ntid

by

PT

Sarm

a P

erka

sa

BANK ABCCABANG RATU PLAZAKEBAYORAN BARU

NOTA DEBET No. 000001.......................................................

Kepada : ...........................................................................................................................................................................kami debet rekening Saudara valuta ................................................................sejumlah Rpberhubung dengan : .......................................................................................................................................................................................................................................terbilang : ......................................................................................................................................................................................................................................................

Tanda tangan yang berwenang

Pri

ntid

by

PT

Sarm

a P

erka

sa

BANK ABC

Gambar 15:Nota Debet

• Nota Debet: warkat yang digunakan untuk menagih dana pada banklain untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkattersebut.

Page 255: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

243

• Nota Kredit: warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana padabank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkattersebut.

Gambar 16:Nota Kredit

BANK ABCCABANG RATU PLAZAKEBAYORAN BARU

NOTA KREDIT No. 000001.......................................................P

rintid by PT Sarm

a Perkasa

Kepada : ...................................................................................................... sejumlah Rp.Terbilang : ........................................................................................................................................................................Untuk : ..................................................................................................................No. Rekening :.........................................................................................................Atas Permintaan : : ......................................................................................................Keterangan : .......................................................................................................

Tanda tangan yang berwenang

BANK ABC

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

• Wesel Bank Untuk Transfer: wesel yang diterbitkan oleh bank khususuntuk sarana transfer.

Gambar 17:Wesel Bank untuk Transfer

BANK ABCCABANG RATU PLAZAKEBAYORAN BARU

NOTA KREDIT No. 000001.......................................................

Pri

ntid

by

PT

Sarm

a P

erka

sa

Atas penunjukan surat wesel PERTAMA ini (jika wesel KEDUA yang sebunyi dan setanggal belum dibayar), diminta:supaya membayar kepada : .................................................................................................................................................atau order uang sejumlah : ................................................................................................Rp.

Tanda tangan yang berwenang

BANK ABCKepada Bank ................................

................................

................................di

Page 256: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

244

Kebijakan Sistem Pembayaran

• Surat Bukti Penerimaan Transfer: surat bukti penerimaan transfer dariluar kota yang dapat ditagihkan kepada bank penerima dana transfermelalui kliring lokal.

b) Pemindahan dana

Saat ini bank-bank memberikan berbagai jenis layanan pemindahandana melalui jaringan kantornya, termasuk perintah pembayaran secarareguler dan pemindahan dana secara elektronis.

Layanan pemindahan dana bagi nasabah bank dapat dilakukan olehbank melalui: 1) transfer elektronik antarbank, 2) sistem kliring berbasiswarkat untuk transaksi lokal, 3) jaringan bank koresponden, bagipemindahan dana lintas wilayah, dan 4) sistem RTGS baik untukpemindahbukuan dana lokal maupun lintas wilayah.

Dewasa ini pemindahan dana antarbank yang berjumlah besar, yaitumelebihi Rp100 juta, dan/atau yang bersifat mendesak diselesaikan melaluiBI-RTGS.

c) Pendebetan Secara Langsung

Pemakaian fasilitas pendebetan secara langsung masih dibatasi untuktransaksi di dalam satu bank. Mengingat belum ada sistem giro antarbank,perusahaan telekomunikasi dan perusahaan listrik harus memiliki perjanjiandengan bank umum dalam menangani penerimaan pembayaran tagihandari nasabahnya untuk pembayaran jasa telekomunikasi dan listrik.

d) Instrumen berbasis kartu

Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai jenis kartupembayaran, antara lain yang bersifat kredit seperti kartu kredit, private-label cards (misalnya, kartu pasar swalayan), dan yang bersifat debet sepertidebit card dan ATM. Di samping itu, dalam perkembangannya terdapatjenis kartu yang dananya telah tersimpan dalam chip elektronik pada kartutersebut (dikenal sebagai smart card atau chip card), seperti kartu teleponprabayar.

Page 257: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

245

• Kartu Kredit

Kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembagapembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapatdipergunakan sebagai alat pembayaran dan pengambilan uang tunai.Kartu kredit dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran di tempat-tempat tertentu, seperti supermarket, pasar swalayan, hotel, dan restoranyang telah mengikat perjanjian dengan bank/lembaga pembiayaan. Disamping itu, kartu kredit dapat dipergunakan untuk pengambilan uangtunai di berbagai tempat, misalnya gerai bank atau ATM yang tersebardi berbagai tempat.

Transaksi yang dilakukan dengan kartu kredit melibatkan berbagai pihakyang saling berkepentingan, yang masing-masing terikat dalam suatuperjanjian. Dalam mekanisme penggunaan kartu kredit terdapatsedikitnya tiga pihak yang terlibat langsung untuk setiap transaksipenggunaan dan pembayaran kartu kredit. Pihak-pihak dimaksud adalahbank/lembaga pembiayaan, merchant ‘pedagang’, dan card holder‘pemegang kartu’.

Fungsi bank/lembaga pembiayaan adalah sebagai pihak penerbit danatau pihak pembayar kartu kredit yang ditagihkan oleh pedagang.Pedagang adalah tempat belanja bagi pemegang kartu yang telahmengikat perjanjian dengan bank/lembaga pembiayaan. Sedangkanpemegang kartu merupakan nasabah yang tertera namanya dalam kartukredit sekaligus merupakan pihak yang berhak menggunakan kartukredit tersebut.

Mekanisme penggunaan kartu kredit dimulai dari penerbitan kartukredit, transaksi pembayaran atau penarikan uang tunai, sampai dengantransaksi pembayaran oleh bank dengan melibatkan pihak-pihak yangberkepentingan. Mekanisme ini dimulai dari permohonan penerbitankartu, transaksi pembelanjaan, transaksi pengambilan uang tunai,pembayaran dari nasabah ke bank, sampai dengan penagihan yangdilakukan oleh lembaga penerbit dan pembayaran kartu kredit. Contohkartu kredit yang dikenal oleh masyarakat antara lain VISA, MasterCard,American Express (AMEX), dan Diners.

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 258: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

246

Kebijakan Sistem Pembayaran

• Kartu ATM

Salah satu instrumen pembayaran berbasis kartu yang penting dalamsistem pembayaran adalah kartu ATM yang transaksinya dilakukanmelalui mesin ATM. Mesin ATM ini merupakan mesin yang dapatmelayani kebutuhan nasabah secara otomatis setiap saat (24 jam) selamatujuh hari dalam seminggu termasuk hari libur. Lokasi ATM biasanyatersebar di tempat-tempai strategis. Pelayanan yang diberikan ATM,antara lain: 1) menarik uang tunai yang dapat dilakukan nasabah diberbagai ATM yang memiliki hubungan dengan bank penerbit kartuATM, 2) melihat, mengecek, meminta / mencetak saldo rekeningpemegang / nasabah, dan 3) melayani pembayaran lainnya, sepertipembayaran listrik, telpon, kartu kredit, transfer uang, dan lain-lain.

Layanan ATM mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990-an. Sampaisaat ini ada lima jaringan ATM bersama dalam negeri (ALTO, ATMBERSAMA, CAKRA, FLASH, dan BCA) dan dua jaringan ATM bersamainternasional (CIRRUS dan PLUS). Jaringan ATM bersama tersebut belumsaling terhubung sehingga beberapa bank terpaksa menjadi anggotalebih dari satu jaringan.

• Kartu Debet

Kartu debet merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yangpembayarannya dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekeningnasabah di bank penerbit kartu tersebut.

Fasilitas pembayaran dengan pendebetan secara langsung di tempatpenjualan (EFTPOS) semakin digemari, terutama di kota-kota besar,seperti Jakarta. Beberapa bank menawarkan kartu debet dalam rangkaprogram Maestro dan Visa Electron. Sedangkan bank-bank lainmenawarkan kartu atas nama bank sendiri, sehingga berkembangberbagai jenis terminal yang beragam di tempat pedagang. Visi “satuterminal untuk setiap gerai” menghadapi kendala besar disebabkankurang adanya kesepakatan usaha antarberbagai pihak, serta adanyakekurangan pada penyediaan infrastruktur bersama untuk melakukanswitching ‘pengalihan’ transaksi. Pada beberapa bank penerbit kartudebet terdapat kombinasi fungsi kartu debet dan kartu ATM dalam satukartu sekaligus (kartu debet dan kartu ATM).

Page 259: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

247

e) Instrumen Melalui Kantor Pos

Instrumen sistem pembayaran yang cukup penting yang disediakan olehlembaga keuangan bukan bank (PT Pos Indonesia) adalah giro dan poswesel baik dalam negeri maupun luar negeri. Giro digunakan terutamaoleh instansi pemerintah untuk menerima penyetoran berbagai jenis pajak,melaksanakan pembayaran gaji dan pensiunan pegawai negeri, danmembayar tagihan listrik dan telepon dan berbagai transaksi pembayaranlainnya. Sementara itu, wesel pos umumnya digunakan untuk mengirimkanuang kepada perorangan yang tidak memiliki rekening bank. Selain itu,instrumen lain yang disediakan oleh PT Pos Indonesia adalah Cek Pos danPostal Traveler’s Cheques.

f) Instrumen Berbasis Internet/Telepon

Jasa electronic banking melalui internet dan/atau telepon telahdisediakan oleh sejumlah bank besar sejak pertengahan 1999. Penggunaaninstrumen berbasis internet untuk melakukan transaksi, selain memerlukanverifikasi pengaman seperti PIN dan password, juga memerlukan komputerpribadi (PC). Penggunaan komputer tersebut dapat dilakukan tanpa ataudengan proprietary software yang dipasang oleh bank pada PC nasabah.Penggunaan instrumen berbasis telepon untuk transaksi dapat dilakukandengan menghubungi bank melalui dial-in ‘telepon’ dengan melaluiverifikasi tertentu, seperti identitas, rekening, transaksi terakhir, ataupassword. Produk/jasa yang ditawarkan antara lain informasi saldo,pembukuan rekening, transfer, payment gateway (untuk pembayarantelepon, listrik, dan lain-lain), kliring, dan penutupan rekening.

5.3.7 Sistem Setelmen Antarbank

Ada dua sistem pembayaran antarbank di Indonesia, yaitu sistemantarbank untuk transaksi ritel dan sistem antarbank untuk pembayaranbernilai besar. Sebagian besar pembayaran ritel dilaksanakan oleh bankumum dengan menggunakan berbagai instrumen, yaitu cek dan bilyet giro,warkat pemindahan dana (nota kredit) dan bank draft ‘wesel aksep’.Sementara itu, untuk pembayaran yang bernilai besar dan/atau mendesakdiselesaikan melalui sistem BI-RTGS.

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 260: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

248

Kebijakan Sistem Pembayaran

Cek dan pembayaran warkat nontunai lainnya diselesaikan melaluilembaga kliring yang diselenggarakan secara langsung oleh Bank Indonesiaatau oleh bank umum yang memperoleh izin penyelenggaraan kliring dariBank Indonesia. Sejalan dengan sifat transaksi multilateral, transaksi kliringmenggunakan metode penyelesaian secara net (deferred net multilateralsettlement). Sementara transaksi ATM, EFTPOS dan kartu kredit serta sumberpembayaran lainnya diselesaikan secara bilateral, baik secara net maupungross.

4�Dilihat dari waktu penyelesaian akhir traksaksi (setelmen), pada

sistem kliring dilakukan pada akhir hari terjadinya transaksi (same daysettlement ‘penyelesaian pada hari yang sama’). Sementara itu, pada sistemRTGS dilakukan pada setiap transaksi.

5.3.7.1 BI – RTGS

Dengan semakin berkembangnya perekonomian, kebutuhan darimasyarakat akan adanya sistem pembayaran yang lebih cepat, efisien, danaman menjadi semakin meningkat. Sejalan dengan itu, kebijakan BankIndonesia di bidang sistem pembayaran diarahkan pada pengurangan danpencegahan risiko pembayaran antarbank yang bersifat sistemik, terutamayang diakibatkan oleh adanya kegagalan dalam pembayaran yang bernilaibesar. Salah satu realisasi dari kebijakan tersebut adalah dikembangkannyasuatu sistem setelmen berbasis gross dengan sistem online ‘koneksielektronik’ antara bank-bank dengan Bank Indonesia. Sistem ini dikenaldengan nama sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS),yang diluncurkan pertama kali pada 17 November 2000. Sistem RTGS jugamampu menjadi sumber informasi yang sangat bermanfaat, baik dalamrangka pengawasan bank maupun pelaksanaan kebijakan moneter.

Sistem BI-RTGS adalah proses setelmen pembayaran yang dilakukanper transaksi (individually processed/gross settlement) dan bersifat real time(electronically processed), ketika rekening bank peserta dapat didebet/

4 Penyelesaian net dan gross settlement mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada settlementgross, setiap instruksi pembayaran masuk dan keluar dilakukan pembukuan masing-masing padasisi debet atau kredit. Setiap instruksi pembayaran tersebut diteruskan dari bank pembayar ke banksentral dan diselesaikan secara individual pada rekening bank pembayar dan bank penerima dibank sentral. Sementara itu, pada net settlement, proses penyelesaian setelmen diawali denganpengumpulan semua instruksi pembayaran masuk dan keluar dalam jangka waktu yang telahditentukan (biasanya satu hari kerja penuh). Selanjutnya dilakukan proses netting terhadap sisi debetdan kredit, dan akhirnya dilakukan posting setelmen .

Page 261: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

249

dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran danpenerimaan pembayaran. Tujuan dikembangkannya sistem BI-RTGS diantaranya adalah:

1) Menyediakan sarana transfer dana antar bank yang lebih cepat, efisien,andal, dan aman kepada bank dan nasabahnya;

2) Kepastian setelmen dapat diperoleh dengan segera;

3) Menyediakan informasi rekening bank secara real time dan menyeluruh;

4) Meningkatkan displin dan profesionalisme bank dalam mengelolalikuiditasnya; dan

5) Mengurangi risiko-risiko setelmen.

Tersedianya sistem BI-RTGS dapat mendorong bank untuk menjalankanmanajemen likuiditas secara lebih baik. Dengan demikian, penggunaansistem BI-RTGS dapat menurunkan risiko kredit dan risiko likuiditas dalamsistem pembayaran.

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Gambar 18:Konfigurasi BI-RTGS

Terminal RTGS

Bank A

Back-End

Internal network

Bank

Branch

Bank

Branch

Bank

Branch

Bank

Branch

Bank

Branch

Terminal RTGS

Bank B

Back-End

Internal network

SNA Network

to RCC

Bank IndonesiaRTGS Central Computer

Data

Network

Page 262: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

250

Kebijakan Sistem Pembayaran

Penyelenggara sistem BI-RTGS adalah Kantor Pusat Bank Indonesia.Penyelenggara bertugas melakukan pengendalian sistem terhadap semuaaktivitas kegiatan transfer dana yang dilakukan peserta. Sementara itu,peserta sistem BI-RTGS adalah seluruh bank umum di Indonesia. Di sampingitu, lembaga-lembaga selain bank yang memiliki rekening giro di BankIndonesia dapat menjadi peserta sistem BI-RTGS dengan persetujuan BankIndonesia, sepanjang keikutsertaan lembaga selain bank tersebut adalahuntuk memperlancar sistem pembayaran nasional. Sementara itu, KantorPusat dan Kantor Bank Indonesia secara otomatis menjadi peserta sistemBI-RTGS.

5.3.7.2 Kliring

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999 tentangBank Indonesia pada pasal 17 ayat 1 dinyatakan bahwa penyelenggaraankegiatan kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asingdilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan BankIndonesia. Pengertian kliring menurut Peraturan Bank Indonesia No. 1/3/PBI/1999 tanggal 13 Agustus 1999 perihal Penyelenggaraan Kliring Lokaldan Penyelesaian Akhir Transaksi Pembayaran Antarbank Atas Hasil KliringLokal adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarbank(DKE), baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannyadiselesaikan pada waktu tertentu.

Tujuan utama dilaksanakan kliring, antara lain:

1) Untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral antarbank di seluruhIndonesia;

2) Untuk melaksanakan penghitungan penyelesaian utang piutang yanglebih mudah, aman, dan efisien; dan

3) Untuk menjadi salah satu bentuk pelayanan sistem pembayaran bankkepada nasabah masing-masing.

Sistem kliring dibutuhkan oleh para pesertanya untuk mempermudahperhitungan dan penyelesaian kewajiban atau tagihan pembayaranantarmereka. Sebenarnya para pihak yang bertransaksi bisa melakukanhubungan bilateral tanpa melalui proses kliring, tetapi pada tingkat tertentu,apabila jumlah pihak yang bertransaksi pembayaran bertambah banyak,

Page 263: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

251

maka hubungan bilateral tidak efisien. Sebagai contoh, melalui mekanismekliring nasabah dapat menyerahkan warkat cek atau warkat Bilyet Giroyang dimilikinya ke bank tempat nasabah memiliki rekening. Kemudian,jika bank menganggap warkat tersebut memenuhi syarat untuk dikliringkan,maka bank peserta kliring akan melakukan kliring ke penyelenggara kliring.

Keberadaan suatu lembaga penyelenggara kliring yang mempertemukansejumlah peserta dalam suatu proses kliring yang teratur penting. Skemapada gambar 4 dan 5 halaman 210-211menggambarkan bagaimanakeberadaan suatu lembaga penyelenggara kliring dapat meningkatkanefisiensi para peserta kliring dalam menyelesaikan kewajiban atau tagihanpembayaran. Pada skema tersebut diberikan contoh hubungan bilateralenam pihak dibandingkan dengan hubungan enam pihak tersebut melaluisuatu lembaga penyelenggara kliring.

Dalam pelaksanaannya, penyelesaian kewajiban dan tagihan melaluikliring dilakukan dengan cara menyerahkan warkat-warkat melalui lembagakliring. Warkat yang diselesaikan melalui sistem kliring terdiri dari beberapajenis warkat debet yang merupakan kewajiban bagi bank, misalnya, cek,bilyet giro, nota debet, wesel bank untuk transfer (WBUT), serta beberapajenis warkat kredit yang merupakan tagihan bagi bank, seperti nota kreditdan surat bukti penerimaan transfer (SBPT). Setiap warkat harus dinyatakandalam rupiah, dengan nilai nominal yang dikliringkan sama dengan nilainominal pada warkat atau sebesar 100%, dan harus jatuh tempo selambat-lambatnya saat kliring.

Pihak-pihak yang terlibat di dalam kliring terdiri dari lembagapenyelenggara kliring dan peserta kliring. Adapun yang dimaksud denganlembaga penyelenggara kliring adalah Bank Indonesia atau bank/pihak lainyang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Sementara itu, peserta kliring adalahbank-bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai pesertakliring. Peserta kliring dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bank pesertalangsung dan bank peserta tidak langsung. Bank peserta langsung dapatmengirim dan menerima pembayaran atas namanya sendiri, sedangkanbank peserta tidak langsung hanya dapat mengirim dan menerimapembayaran melalui bank peserta kliring langsung.

Dilihat dari sisi penyelenggaraannya, di wilayah kliring yang terdapatKantor Bank Indonesia, kliring dilakukan oleh Bank Indonesia. Sementara

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Page 264: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

252

Kebijakan Sistem Pembayaran

itu, di wilayah kliring yang tidak terdapat Kantor Bank Indonesia, kliringdilakukan oleh bank/pihak lain yang ditunjuk Bank Indonesia.

Sistem kliring Bank Indonesia melakukan penyelesaian transaksi secaranet multilateral pada hari yang sama (T+0). Penyelesaian transaksi secaranet multilateral adalah penyelesaian transaksi melalui kliring (multilateral)yang diselesaikan dengan jalan memperhitungkan selisih (netto) antarakewajiban (warkat debet) dan tagihan (warkat kredit). Pembukuan hasilnetting tersebut dilakukan pada hari yang sama (T+0). Selanjutnya, sejakpelaksanaan sistem BI-RTGS, perhitungan hasil kliring dilakukan secaragross dan bilateral, dan langsung dibukukan ke rekening bank melaluikomputer sentral BI-RTGS.

Sistem kliring yang dipakai di Indonesia meliputi sistem kliring manual,semiotomasi, otomasi, dan elektronik. Penerapan sistem kliring tertentudikaitkan dengan banyaknya jumlah bank peserta kliring dan jumlahtransaksi yang ditangani. Semakin banyak jumlah peserta dan transaksinya,sistem kliring yang dipakai adalah sistem yang lebih canggih.

1) Sistem Kliring Manual

Kliring yang dilakukan oleh non-KBI di kota kecil atau wilayah yangjauh dari KBI dengan jumlah bank peserta dan jumlah warkat sedikit padaumumnya dilakukan dengan sistem kliring manual. Pada sistem kliringmanual penghitungan rekapitulasi (pembuatan Bilyet Saldo Kliring) danpertukaran warkat-warkat kliring di antara peserta kliring dilakukan secaramanual. Setelah proses netting di lembaga kliring selesai, masing-masingbank menyelesaikan transaksi pada rekening nasabahnya dan membuatdaftar warkat yang dikembalikan/ditolak pada hari yang sama.

2) Sistem Kliring Semiotomasi

Kliring yang dilakukan oleh KBI dengan jumlah bank peserta dan jumlahwarkat sedikit dilakukan dengan sistem kliring semiotomasi yang disebutSemiotomasi Kliring Lokal (SOKL). Pada sistem kliring semiotomasi bankmenyampaikan file dalam disket yang berisi informasi tentang catatan kliringke penyelenggara kliring (KBI atau bank pemerintah yang ditunjuk) untukpenghitungan posisi setelmen (proses netting) dan pembuatan laporan kliring

Page 265: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

253

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Gambar 19:Bagan Aliran Sistem Kliring Manual

Bank - Bank

Pertukaran Warkat

Penyusunan Rekap /

Neraca Kliring

Penyusunan BSK

Penyusunan Rekap /

Neraca Gabungan

Pengecekan dan

Penandatanganan BSK

Penyelesaian Kliring

Penyelenggara Kliring

BSK : Bilyet Saldo Kliring

Gambar 20:Bagan Aliran Sistem Kliring Semiotomasi

B a n k

C l e a r i n gR e p o r t

C h e q u e s &L i s t i n g

O u t s o r t e dC h e q u e s

S e t t l e m e n t

Bank IndonesiaBranches

Page 266: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

254

Kebijakan Sistem Pembayaran

(Bilyet Saldo Kliring). Sementara tu, warkat-warkat kliring dipertukarkansecara manual di antara peserta kliring. Proses selanjutnya adalahrekonsiliasi atas hasil pertukaran warkat dan laporan kliring.

3) Sistem Kliring Otomasi

Kliring yang dilakukan oleh KBI dengan jumlah bank peserta dan jumlahwarkat banyak dilakukan dengan sistem kliring otomasi. Pada sistem kliringotomasi semua proses dari penghitungan, rekapitulasi, pembuatan laporankliring (Bilyet Saldo Kliring), pertukaran warkat, dan rekonsiliasi dilakukansecara otomasi. Sistem otomasi kliring mengharuskan penggunaan warkatyang seragam dalam bentuk, kualitas, dan penulisannya. Sistem otomasikliring dimulai dari penerimaan warkat kliring dari semua peserta kliringoleh KBI penyelenggara kliring sebagai input untuk mesin reader/sorter‘baca/sortir’.

Mesin ini kemudian akan melakukan proses pembacaan, pensortiran,penghitungan, netting, rekapitulasi, dan pembuatan laporan kliring. Setelahitu, setelmen akhir dilakukan melalui sistem BI-RTGS pada rekening masing-masing bank di kantor Pusat Bank Indonesia. Semua warkat yang ditolakdikembalikan ke bank yang menyerahkan warkat tersebut.

Gambar 21:Bagan Aliran Sistem Kliring Otomasi

B a n k

C l e a r i n gR e p o r t

V o u c h e rB a t c h e s

O u t s o r t e dC h e q u e s S e t t l e m e n t

BI Automated Clearing System

R e a d e r /S o r t e r

S u r a b a y a& M e d a n

AutomaticInterface

Page 267: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

255

5.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

4) Sistem Kliring Elektronik

Kliring yang dilakukan oleh KBI dengan jumlah bank peserta dan jumlahwarkat sangat banyak dilakukan dengan sistem kliring elektronik. Padasistem kliring elektronik proses penghitungan, rekapitulasi, dan pembuatanlaporan kliring (Bilyet Saldo Kliring) dilakukan secara elektronik melaluiterminal elektronik di bank peserta kliring, sehingga bank peserta kliring

Gambar 22:Bagan Aliran Sistem Kliring Elektronik

Keterangan :

TPK-PLA Terminal Peserta Klir ing

PLA Peserta Langsung Aktif

PC Personal Komputer

CE Comunication Equipment

R/E Reader Encoder

DKE Data Klir ing Elektronik

JKE Jaringan Komunikasi Data

R/S Reader Sorter

WARKET

R/EC/E

P/C

DKE JKD

SISTEM PUSAT KLIRING ELEKTRONIK

SPKE TIDAKLAPORAN

MATCHING

SETTLEMENTSETTLEACCOUNTING

MESIN R/S

MATCH

MESIN R/S

LOKET

TPK - PLA

Page 268: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

256

Kebijakan Sistem Pembayaran

tidak perlu datang ke penyelenggara kliring untuk menyampaikan warkatkliring. Sementara itu, pertukaran warkat dan rekonsiliasi dilakukan secaraotomasi melalui komputer pusat kliring elektronik. Dengan sistem ini, proseskliring dapat diselesaikan dengan lebih cepat, akurat, dan aman, sertamengurangi risiko tidak terprosesnya warkat kliring.

Page 269: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

257

Bank Indonesia, Laporan tahunan Bank Indonesia, Beberapa tahun penerbitan,Bank Indonesia.

Bank Indonesia (2000), ‘Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement’, BriefingPaper, Bank Indonesia, Jakarta.

Capie, Forest (1994), ‘The Evolution of Central Banking’, Seminar Paper, WorldBank.

Chandavarkar, Anand (1996), Central Banking in Developing Countries,MacMillan Press Ltd., London.

Committee on Payment and Settlement Systems (2000), Core Principles forSystemically Important Payment Systems, Bank for International Settlements,Basel, Switzerland.

Committee on Payment and Settlement Systems (2001) Recommendations forSecurities Settlement Systems, Bank for International Settlements, Basel,Switzerland, Nopember.

Committee on Payment and Settlement Systems (2002), Assessment Methodologyfor Recommendations for Securities Settlement Systems, Bank for InternationalSettlements, Basel, Switzerland, Nopember.

Committee on Payment and Settlement Systems (2003), Payment and SettlementSystems in Selected Countries, Bank for International Settlements, Basel,Switzerland, April.

Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (2002), Outlook Sistem BankIndonesia-Real Time Gross Settlement, DASP, Bank Indonesia, Jakarta,Januari.

European Central Bank/ECB (2001), Blue Book on Payment and SecuritiesSettlement System in the European Union, Juni.

European Central Bank/ECB (2002), Blue Book on Payment and SecuritiesSettlement System in Accession Countries, Agustus.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTARA PUSTAKA

Page 270: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

258

Kebijakan Sistem Pembayaran

Fajardo, Feliciano R dan Manansala, Manuel M. (1994), Central Banking,Navotas Press, Navotas, Metro Manila.

Fry, Maxwell J. dkk. (1996), Central Banking in Developing Countries: Objectives,Activities and Independence, Routledge, London.

Fry, Maxwell J. dkk. (1999), Payment System in Global Perspective, Bank ofEngland, London.

Hongkong Monetary Authority (1995), ‘Risk Reduction and EnhancedEfficiency in Large Value Payment Systems: A Private Sector Response’,Seminar Paper on Global Payment System, HKMA, Nopember.

Johnson, Omotunde E.G. (1998), Payment Systems, Monetary Policy, and theRole of the Central Bank, International Monetary Fund.

Lietaer, Bernard A. (2002), The Future of Payment Systems, Unisys Corporation,Mei.

Makhijani, Dyah N.K. (2002), ‘Divestasi Kliring Bank Indonesia: Wajib atauPilihan’, Makalah SESPIBI, Bank Indonesia, Jakarta, Mei.

Massey, Katy (1999), International Payment System, Informa BankingTechnology, Informa Business Publishing, Agustus.

Payment System Working Group (1995), Indonesia National Payment SystemBlue Print, Bank Indonesia, Desember.

Pollard, Patricia S. (2003), ‘A Look Inside Two Central Banks: The EuropeanCentral Bank and the Federal Reserve’, Federal Reserve Bank of St. LouisReview, January/February, hlm.2-30.

Prawiroardjo, Priasmoro (1987), Perbankan Indonesia 40 Tahun, KumpulanEsei untuk menghormati Sumitro Djojohadikusumo, P.T. Gramedia,Jakarta.

Raharjo, Dawam (1995), Sejarah Bank Indonesia, LP3ES, Jakarta.

Reserve Bank Of New Zealand (2002), Payments and Settlement Systems inNew Zealand, Reserve Bank of New Zealand, Pebruari.

Sheppard, David (1996), «Payment Systems», Handbook in Central Banking no.8,Centre for Central Banking Studies Bank of England, Mei.

Page 271: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

259

Solikin dan Suseno (2002), Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Perannya dalamPerekonomian, Seri Kebanksentralan No.1, PPSK, Bank Indonesia, Jakarta.

Tim Kerja Sistem Pembayaran Nasional (1996), White Paper, Berkaitan denganReformasi Sistem Pembayaran Nasional di Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta,Pebruari.

Tim RUU Bank Indonesia (1998), Naskah Akademis Rancangan Undang-undangtentang Bank Indonesia, Jakarta.

The Executives’ Meeting of East Asian and Pacific Central Banks/EMEAP(2002), Red Book on Payment System in EMEAP Countries, EMEAP.

Van den Bergh, Paul dan Veale, John M. (1994), ‘Payment System Risk andRisk Management’, di Bruce J. Summers (ed.), The Payment System: Design,Management, and Supervision, International Monetary Fund, WashingtonDC, hlm.89 – 105.

(1953), UU No, 11 Tahun 1953 tentang Bank Indonesia, Jakarta.

(1968), UU No, 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Jakarta.

(1999), UU No, 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Jakarta.

DAFTARA PUSTAKA

Page 272: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

260

Kebijakan Sistem Pembayaran

Kebijakan Pengedaran UangPeran Bank Sentral dalam Kebijakan Pengedaran Uang

Dalam kebijakan pengedaran uang, hampir semua bank sentralberperan penting di dalamnya karena mereka memiliki wewenang dalammengeluarkan dan mengedarkan uang dengan berbagai variasi. EuropeanCentral Bank (ECB) mempunyai hak khusus untuk menyetujui pengeluaranuang dalam euro area yang dapat dikeluarkan oleh ECB sendiri atau banksentral anggotanya. Di Amerika, Federal Reserve mempunyai wewenanguntuk mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas, sedangkan DepartemenKeuangan mengeluarkan dan mengedarkan uang logam. Di Hong Kong,Hong Kong Monetary Authority (HKMA) mendelegasikan wewenangnyakepada tiga bank komersial untuk mengeluarkan dan mengedarkan uangyang dicetak oleh sebuah perusahaan percetakaan uang milik HKMA. Apapun variasinya, otoritas pengeluaran dan pengedaran uang tetap beradapada bank sentral sebagai otoritas moneter.

Kewenangan Bank Indonesia dalam Kebijakan Pengedaran Uang

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, telahditetapkan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur danmenjaga kelancaran sistem pembayaran. Di bidang pengedaran uang, BankIndonesia adalah satu-satunya lembaga yang mempunyai wewenang untukmengeluarkan dan mengedarkan uang. Beberapa kewenangannya antaralain menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahanyang digunakan, dan tanggal mulai berlakukanya sebagai alat pembayaranyang sah. Berdasarkan hal tersebut, Bank Indonesia memiliki kewenanganuntuk menetapkan jenis uang (uang kertas dan uang logam) yang diterbitkansebagai alat pembayaran yang sah, serta besarnya nilai nominal, bahanyang digunakan, maupun ciri-cirinya. Di samping itu, Bank Indonesia jugaberwenang untuk mencabut, menarik, dan memusnahkan uang tersebutdari peredaran.

LAMPIRAN 1

Page 273: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

261

Sebagai konsekuensinya, dengan pertimbangan-pertimbangan tertentuBank Indonesia dapat menerbitkan, mencabut, dan menarik uang rupiahdari peredaran dengan memberikan penggantian dengan nilai yang sama.Selanjutnya Bank Indonesia juga memberikan kesempatan kepadamasyarakat untuk melakukan penukaran uang dalam pecahan yang samadan atau pecahan lainnya, melakukan penukaran uang yang cacat danatau uang tidak layak edar, dan menukarkan uang yang rusak sebagiankarena terbakar dan atau sebab lain dengan nilai yang sama atau lebihkecil dari nilai nominalnya, tergantung dari tingkat kerusakan uang. Selainhal-hal di atas, Bank Indonesia juga melakukan pemusnahan uang yangdianggap tidak layak untuk diedarkan kembali.

Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia

Sasaran

Sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkandan mengedarkan uang, Bank Indonesia mempunyai tanggung jawab untukdapat memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlahnominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalamkondisi layak edar. Sehubungan dengan itu, sasaran pengedaran uangdiarahkan untuk:

1) Dapat mempermudah kelancaran transaksi pembayaran tunai sertadapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat, dengan karakteristikmudah digunakan dan nyaman, tahan lama, mudah dikenali, dan sulitdipalsukan;

2) Selalu mengupayakan tersedianya jumlah uang tunai yang cukupdengan berbagai pecahan dalam rangka memenuhi kebutuhanmasyarakat maupun perekonomian nasional;

3) Terciptanya kelancaran arus uang tunai baik secara regional maupunnasional; dan

4) Melakukan penanganan kas yang didukung oleh ketentuan dan prosedurserta peralatan yang menjamin adanya kelancaran, kecepatan, dankeamanan serta efisiensi biaya.

Lampiran 1

Page 274: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

262

Kebijakan Sistem Pembayaran

Pengadaan Uang

Tujuan pengadaan uang adalah agar Bank Indonesia mempunyai stokuang yang cukup dalam berbagai pecahan dengan kondisi layak edar untukmemenuhi kebutuhan masyarakat akan uang tunai. Pengadaan uangmempunyai fungsi yang penting untuk memperlancar pembayaran tunaidan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap rupiah karena selalutersedianya uang yang dibutuhkan.

Dalam melakukan pengadaan uang, Bank Indonesia akan melakukanpencetakan uang yang didasarkan pada rencana cetak uang tahunan.Kegiatan pengadaan uang meliputi 1) penerbitan uang (emisi) baru dan2) pencetakan uang yang telah diterbitkan sebagaimana diuraikan dibawah ini.

Distribusi Uang

Distribusi atau pengiriman uang antarkantor Bank Indonesia bertujuanuntuk memenuhi kebutuhan kas setiap Kantor Bank Indonesia dalam rangkamenjaga posisi/persediaan kas yang aman. Kebutuhan kas tersebut meliputikebutuhan uang untuk persediaan yang seharusnya ada di khazanah sertauntuk keperluan pembayaran, penukaran, dan penggantian uang selamajangka waktu tertentu. Pengiriman uang didasarkan pada rencana distribusiuang yang menetapkan jumlah dan pecahan uang yang dikirim selamaperiode tertentu. Dengan adanya rencana distribusi uang tersebutdiharapkan akan dapat dicapai keterpaduan dengan rencana pengadaanuang dan pengiriman uang dapat terlaksana secara efisien, efektif, cepat,tepat waktu, dan sesuai dengan kebutuhan.

Kebijakan Uang Segar

Tujuan Kebijakan Uang Segar adalah untuk mewujudkan tersedianyauang yang layak edar di masyarakat sehingga diharapkan dapat menjagacitra dan integritas Bank Indonesia sebagai lembaga penerbit uang danmenjaga tingkat kesehatan masyarakat dalam penggunaan uang dimaksud.

Page 275: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

263

Pencabutan dan Pemusnahan Uang

Tujuan dari pencabutan uang dari peredaran adalah untuk mencegahdan meminimalisasi peredaran uang palsu serta untuk penyederhanaankomposisi dan emisi pecahan. Dasar pertimbangannya antara lain tingkatpemalsuan yang cukup tinggi dan lamanya beredar (lebih dari tujuh tahun).

Pemusnahan uang dilakukan terhadap uang rupiah yang sudah tidaklayak edar yang masuk kembali ke dalam kas Bank Indonesia dari peredaranmasyarakat, uang rupiah yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran,dan hasil cetak tidak sempurna yang diserahkan oleh perusahaan percetakanuang kepada Bank Indonesia.

Hubungan BI dengan PERURI

Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga sistempembayaran termasuk di dalamnya sistem pembayaran tunai. Tugas bidangsistem pembayaran tunai meliputi kewenangan mengeluarkan danmengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkanuang dari peredaran. Secara implisit, kewenangan tersebut termasuk dalambidang pencetakan, tetapi pelaksanaan fungsi tersebut tidak langsungdilakukan oleh Bank Indonesia. Kegiatan pencetakan uang Rupiahdiserahkan kepada Perum Peruri sebagai badan usaha milik negara (BUMN)yang didirikan khusus dengan tujuan melayani kebutuhan/cetak uang kertasdan uang logam Rupiah sesuai dengan pesanan Bank Indonesia.

Penanganan Uang Palsu

Pemalsuan uang merupakan jenis kejahatan yang sudah sangat lamamuncul di dunia seiring dengan digunakannya alat bantu (uang) di dalamkegiatan transaksi perekonomian. Berbagai bentuk alat bantu tersebut selaludiupayakan untuk dipalsu karena adanya keperluan masyarakat untukmemenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan uang asli tidak mudah untukdiperoleh. Hal tersebut menimbulkan motivasi sebagian masyarakat untukmelakukan pemalsuan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi.

Ancaman tindak pidana pemalsuan uang rupiah semakin besar yangdiakibatkan situasi perekonomian negara yang sedang terpuruk. Dalam

Lampiran 1

Page 276: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

264

Kebijakan Sistem Pembayaran

keadaan seperti itu semakin banyak masyarakat yang ingin mendapatkanbanyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yangmudah. Hal ini menjadi salah satu motivasi yang kuat bagi para pemalsudalam melakukan perbuatannya, di samping motivasi lainnya sepertimotivasi politis, misalnya, mengacaukan perekonomian negara.

Berdasarkan temuan-temuan, jenis-jenis pemalsuan uang rupiah dapatberupa lukisan tangan, color transfer, cetak sablon, cetak offset, fotokopiberwarna, dan color printer.

Dalam rangka ikut serta melakukan upaya pemberantasan uang palsu,Bank Indonesia lebih banyak bertindak preventif, sedangkan upaya represifpada umumnya dilakukan melalui kerja sama dengan instansi terkait.

Lampiran 1

Page 277: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

265

rganisasi1 dapat diartikan sebagai unit yang terkoordinasi yang

berfungsi untuk mencapai tujuan bersama atau tujuan-tujuanyang telah ditetapkan

�(Gibson et al, 2000). Pengertian ini

menunjukkan bahwa elemen utama dari suatu organisasi adalahtujuan yang ingin dicapai sehingga bentuk koordinasi dan

susunan unit dari suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh tujuannya.Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, unit-unit dalam organisasi perludilengkapi dengan tugas dan wewenang yang jelas. Oleh karena itu, gunamemahami suatu organisasi, perlu dipahami tujuan, tugas, dan wewenangdari organisasi yang bersangkutan.

Sejalan dengan pengertian tersebut, organisasi bank sentral dapatdigambarkan sebagai unit yang diberi tugas dan wewenang yang jelas dandikoordinasikan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam praktek, tujuan, tugasdan wewenang bank sentral di berbagai negara sangat bervariasi, tergantungdari struktur sosial, politik, dan ekonomi masing-masing negara. Dengandemikian, bentuk koordinasi dan susunan unit organisasi bank sentral diberbagai negara pun berbeda-beda. Dilihat dari kewenangannya, susunanunit dalam organisasi bank-bank sentral pada umumnya terdiri atas duatingkatan, yaitu unit yang mempunyai kewenangan tertinggi dalamkebijakan dan unit-unit di bawahnya yang melaksanakan kegiatan

6OrganisasiBank Indonesia

Oleh: Syahrul Bahroen dan Suarpika Bimantoro

1 Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu organon yang artinya adalah alat. Dalam disiplinilmu organisasi terdapat berbagai difinisi mengenai organisasi, tetapi dalam uraian ini digunakandifinisi tersebut karena pembahasan selanjutnya akan lebih difokuskan pada bagaimana susunandan bentuk koordinasi unit-unit yang ada pada organisasi bank sentral.

Page 278: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

266

Organisasi Bank Indonesia

operasional dari kebijakan yang ditetapkan. Demikian pula halnyadengan susunan unit dalam organisasi Bank Indonesia yang padadasarnya tidak jauh berbeda dengan jenjang organisasi bank-bank sentrallain di dunia.

Bab ini akan menguraikan berbagai aspek mengenai organisasi BankIndonesia. Uraian dimulai dengan penjelasan organisasi bank-bank sentralpada umumnya yang meliputi unit yang mempunyai kewenangan yangtertinggi dan unit-unit yang mempunyai wewenang di bawahnya.Selanjutnya akan diuraikan gambaran umum organisasi Bank Indonesia,seperti tujuan, tugas, dan wewenang, termasuk wewenang dari unit yangmemiliki kewenangan tertinggi dan unit-unit di bawahnya. Pada bagianberikutnya juga akan dikemukakan bagaimana unit-unit tersebutdikoordinasikan untuk mencapai tujuannya. Salah satu cara untukmengkoordinasikan unit-unit dalam organisasi adalah melalui pembentukanstruktur organisasi, penetapan visi dan misi Bank Indonesia yang akandiuraikan pada bahasan berikutnya. Pada bagian akhir akan diuraikan lebihlanjut mengenai unit-unit di bawah unit yang memiliki kewenangan tertinggiyang disebut satuan kerja sebagaimana tercantum pada bagan organisasiBank Indonesia.

6.1 ORGANISASI BANK SENTRAL PADA UMUMNYA

Bank Sentral sebagai sebuah organisasi umumnya dibentuk dandidirikan berdasarkan undang-undang. Pembentukan organisasi bank sentraldalam undang-undang menunjukkan adanya peran penting dan pengaruhyang cukup besar dari bank sentral bagi perekonomian suatu negara. Dalamundang-undang tersebut pada umumnya diatur berbagai faktor yangmempengaruhi susunan unit-unit dan bentuk koordinasi dari unit-unit dalamorganisasi bank sentral seperti tujuan, tugas, wewenang bank sentral, sertahal-hal lain yang menyangkut hubungan bank sentral dengan lembaganegara lainnya, seperti bagaimana hubungannya dengan pemerintah dandengan parlemen.

Pada umumnya, penetapan tujuan, tugas, dan wewenang bank sentraldalam undang-undang sangat dipengaruhi oleh struktur sosial, politik, danekonomi dari masing-masing negara. Hal tersebut pada gilirannya akanmempengaruhi seberapa banyak tujuan yang harus dicapai, bagaimana

Page 279: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

267

tugas dan wewenang yang diberikan pada bank sentral, dan kesemuanyaitu pada akhirnya akan berpengaruh pada bagaimana tingkat independensi,transparansi, dan akuntabilitas dari suatu bank sentral.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi susunan unit dan bentuk koordinasi dari organisasi sebuahbank sentral adalah tujuan, tugas, wewenang, serta faktor-faktor lain, sepertihubungan bank sentral dengan pemerintah dan dengan parlemen. Faktor-faktor tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi berbagai aspek lainnyadalam organisasi seperti tingkat independensi, transparansi, danakuntabilitas dari masing-masing bank sentral. Selanjutnya, secarakeseluruhan faktor-faktor tersebut di atas akan mempengaruhi susunan danbentuk koordinasi unit dalam organisasi sebuah bank sentral atau dikenaldengan sebutan struktur organisasi. Secara umum, struktur organisasisetidaknya menggambarkan empat sisi dasar dari sebuah organisasi, yaituhirarki kewenangan, departemenisasi, rentang kendali, serta posisi staf danlini.

2� Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi dari suatu bank

sentral dapat dilihat pada bagan organisasi dari bank sentral tersebut. Baganorganisasi adalah suatu diagram yang menggambarkan bagaimana bentukkewenangan formal dan hubungan pembagian kerja dari suatu organisasi(Kreitner dan Kincki, 2000).

Agar diperoleh gambaran mengenai organisasi bank sentral, berikutini diuraikan beberapa implikasi dari tujuan, tugas, dan wewenang terhadapsusunan unit dan bentuk koordinasi dari organisasi bank sentral.

6.1.1 Implikasi Tujuan, Tugas, dan Wewenang pada Organisasi BankSentral.

Tingkat kompleksitas organisasi suatu bank sentral dipengaruhi olehbeberapa faktor seperti tujuan, tugas, dan wewenangnya. Pada umumnya,semakin banyak tujuan yang harus dicapai, semakin banyak tugas-tugasnyadan semakin besar wewenangnya maka, semakin kompleks susunan danbentuk koordinasi unit-unit dalam organisasinya. Misalnya, bank sentralyang memiliki tugas sebagai pengendali moneter, pengawas bank, dan

6.1. Organisasi bank sentral pada umumnya

2Dalam pandangan para ahli organisasi, ada yang menyebutkan faktor-faktor dari struktur organisasisetidaknya terdiri dari upaya pengkoordinasian, tujuan bersama yang ingin dicapai, pembagiankerja, dan hierarkhi/aras kewenangan.

Page 280: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

268

Organisasi Bank Indonesia

sistem pembayaran, struktur organisasinya akan lebih kompleksdibandingkan dengan struktur organisasi bank sentral yang hanyamempunyai tugas sebagai pengendali moneter dan sistem pembayaran.Demikian pula halnya dengan wewenang yang diberikan. Wewenang ituakan mempengaruhi kompleksitas susunan unit dan bentuk koordinasi dariunit-unit dalam organisasi bank sentral. Bank sentral yang diberi wewenangpenuh untuk menetapkan dan menjalankan kebijakannya akan berbedastruktur organisasinya dengan bank sentral yang hanya diberi wewenangsebagai pelaksana kebijakan dari pemerintah.

6.1.1.1 Tujuan dan Tugas Bank Sentral serta Implikasinya padaOrganisasi.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, penetapan tujuan bank sentralpada umumnya diatur dalam undang-undang. Tujuan yang diatur dalamketentuan perundang-undangan dapat bermacam-macam seperti kestabilanharga, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, tingkat pengangguranyang rendah, nilai tukar yang wajar, dan kesejahteraan umum (Chandavarkar,1996). Dalam praktek, terdapat bank sentral yang hanya memiliki satu tujuandan ada Bank Sentral yang memiliki lebih dari satu tujuan.

Kompleksitas organisasi bank sentral yang memiliki satu tujuan berbedadengan bank sentral yang memiliki banyak tujuan. Hal ini disebabkan padabank sentral yang memiliki banyak tujuan harus dapat meminimalkanconflict of interest ’perbedaan kepentingan’ antara tujuan yang satu denganyang lain dan lebih dituntut untuk dapat melakukan sinkronisasi strategiyang akan diterapkan dalam mencapai salah satu tujuannya tanpa harusmengorbankan pencapaian tujuan yang lain.

Selajutnya, sebagai pedoman operasional untuk mencapai tujuantersebut, pada umumnya bank sentral diberi tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas tersebut bervariasi antara bank sentral di dunia. Ada tugas bank sentralyang dalam undang-undang ditetapkan sangat rinci, ada yang tugasnyahanya ditetapkan garis besarnya saja. Namun demikian, secara umum tugas-tugas tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat bidang, yaitu bidangmoneter, bidang pengawasan perbankan, bidang sistem pembayaran, danbidang manajemen internal.

Page 281: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

269

Tujuan dan wewenang serta pilihan strategi untuk melaksanakan tugasbank sentral akan mempengaruhi struktur organisasi bank sentral. Strukturorganisasi bank sentral yang memiliki tugas di bidang pengendalian moneterdan sistem pembayaran (tanpa pengawasan bank) akan lebih sederhanadibandingkan dengan struktur organisasi bank sentral yang memiliki tugasdi bidang pengendalian moneter, pengawasan bank, dan pengaturan sistempembayaran. Contoh organisasi bank sentral yang memiliki bidang tugaspengendalian moneter dan sistem pembayaran dapat dibaca pada baganorganisasi Reserve Bank of Australia, sedangkan yang memiliki bidang tugaspengendalian moneter, pengawasan perbankan, dan pengaturan sistempembayaran dapat dibaca pada bagan organisasi Bank Negara Malaysia.

6.1.1.2 Wewenang Bank Sentral dan Implikasinya pada Organisasi

Di samping tujuan dan tugas sebagaimana diuraikan di atas, wewenangyang diberikan oleh undang-undang kepada bank sentral juga akanmempengaruhi struktur organisasi bank sentral. Berdasar wewenangnya,menurut Chen Yuan (1990) organisasi bank sentral terdiri dari dua tingkatan,yaitu unit yang mempunyai kewenangan tertinggi (the highest authority)dan unit-unit di bawahnya (the second level). Unit dengan kewenangantinggi tersebut dapat terdiri dari satu, dua, atau tiga badan yang mempunyaikewenangan sebagai badan pembuat kebijakan (policy making body), badanpelaksana kebijakan (executing body), dan badan pengawas (supervisorybody). Sementara itu, di tingkat kedua terdapat unit-unit yang melaksanakankegiatan operasional dari unit yang memiliki kewenangan tertinggi di bidangpembuatan kebijakan.

3�Unit operasional ini umumnya berada di bawah

badan pelaksana kebijakan.

Jumlah badan yang ada di suatu bank sentral tergantung pada wewenangyang diberikan oleh undang-undang kepada bank sentral, khususnya padaorganisasi di tingkat kewenangan tertinggi. Dalam hal ini, Chen Yuan (1990)mengklasifikasikan bank sentral ke dalam 3 kelompok. Pertama, bank sentralyang wewenang membuat kebijakan dan wewenang melaksanakankebijakan berada pada satu badan, misalnya, Federal Reserve System of

6.1. Organisasi bank sentral pada umumnya

3 Ulasan lebih lanjut mengenai hal ini dapat dibaca dalam Chen Yuan (th 1990) ‘Structure of thecentral bank’, Makalah yang disampaikan pada Konferensi Internasional Bank Sentral, Beijing, 5-7Januari, 1990

Page 282: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

270

Organisasi Bank Indonesia

the United States dan Bank of England. Kedua, bank sentral yang wewenangmembuat kebijakan dan wewenang melaksanakan kebijakan berada padadua badan yang terpisah, misalnya, Bank of Japan, Deutshce Bundesbank,dan Bank of Italy. Ketiga, bank sentral yang wewenang membuat kebijakan,wewenang melaksanakan kebijakan, dan wewenang mengawasi kebijakanberada pada tiga badan terpisah, misalnya, Bank of France, the NationalBank of Belgium, dan the National Bank of Switzerland.

Bo-Yung Chung (1992) memberikan penjelasan lebih lanjut mengenaitiga badan yang memiliki kewenangan tertinggi di organisasi bank sentral.

4�

1) Badan Pembuat Kebijakan. Badan Pembuat Kebijakan adalah unit dalamorganisasi bank sentral yang diberi wewenang oleh konstitusi untukmemformulasikan dan menetapkan kebijakan yang akan ditempuh dalammelaksanakan tugas guna mencapai tujuannya, termasuk kebijakan yangmenyangkut manajemen internal dalam bank sentral tersebut;

2) Badan Pelaksana Kebijakan. Badan Pelaksana Kebijakan adalah unitdalam organisasi bank sentral yang diberi wewenang untukmelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh badan pembuatkebijakan;

3) Badan Pengawas. Badan Pengawas adalah lembaga atau unit organisasiyang diberi wewenang untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan olehbadan pelaksana kebijakan.

Selanjutnya, dalam menguraikan mengenai organisasi bank sentral padaumumnya, akan dikemukakan ketiga badan tertinggi pada organisasi banksentral, yaitu badan pembuat kebijakan, badan pelaksana kebijakan, danbadan pengawas.

a. Badan Pembuat Kebijakan

Badan pembuat kebijakan pada organisasi bank sentral umumnyaberbentuk dewan (council) dan dalam merumuskan kebijakan,keputusan diambil berdasarkan pada suara mayoritas. Jumlah anggotadewan bervariasi antara satu bank sentral dengan bank sentral yanglain. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota badan pembuat kebijakan

4 Ulasan lebih lanjut mengenai hal ini dapat dibaca dalam Bo-Yung Chung (th 1992), “Central BankOrganization” makalah yang disampaikan pada 19th SEANZA Central Banking Course, November,1992.

Page 283: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

271

yang paling sedikit terdiri dari lima anggota seperti di Belanda, sampaiyang banyak, yaitu terdiri dari 40 orang anggota seperti di Swiss(Chandavarkar, 1996).

Dalam praktek nama badan pembuat kebijakan di beberapa negarajuga berbeda-beda, sebagaimana contoh di bawah ini.

6.1. Organisasi bank sentral pada umumnya

Penunjukan ketua dan anggota badan pembuat kebijakan padaorganisasi bank sentral tidak sama antara satu negara dengan negaralain. Pada negara yang bank sentralnya independen, umumnyapenunjukan/pengangkatan ketua dan anggota badan pembuatkebijakan dilakukan oleh kepala pemerintahan, dan harus mendapatpersetujuan dari parlemen. Sementara pada bank sentral yang kurangindependen, penunjukan dan pengangkatan ketua dan anggotadilakukan oleh kepala pemerintahan tanpa harus mendapat persetujuanparlemen.

Ketua Badan Pembuat Kebijakan dapat berasal dari bank sentral sendirimaupun berasal dari luar. Umumnya, apabila ketua badan pembuatkebijakan berasal dari bank sentral, maka bank sentral tersebut lebihindependen, dan Ketua Badan Pembuat Kebijakan biasanya gubernur/chairman/president, misalnya di Amerika Serikat, Jerman, dan SelandiaBaru. Sebaliknya, apabila ketua badan pembuat kebijakan berasal dariluar bank sentral, bank sentral tersebut umumnya kurang independen,dan Ketua Badan Pembuat Kebijakan biasanya adalah menterikeuangan, misalnya di Brunei Darussalam.

Amerika Serikat (Board of Governors) Dewan Gubernur5

7 orangJerman (Executive Board) Dewan Eksekutif

68 orang

Perancis (General Council) Dewan Umum 13 orangJepang (Policy Board) Dewan Kebijakan 9 orang

Negara Nama Badan Jumlah

Sumber : The Morgan Stanley Central Bank Directory, 2003.

5 Khusus dalam rangka pengambilan kebijakan moneter dilakukan dalam FOMC (Federal OpenMarket Committee) beranggotakan 12 orang yang terdiri dari tujuh dewan gubernur dan lima dari12 Presiden Federal Reserve Regional (The Morgan Stanley Central Bank Directory, 2003).

6Belum termasuk anggota dewan yang ditunjuk sebanyak 10 orang.

Page 284: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

272

Organisasi Bank Indonesia

b. Badan Pelaksana Kebijakan

Badan pelaksana kebijakan adalah unit/badan dalam organisasi banksentral yang diberi kewenangan untuk melaksanakan danmerealisasikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh badan pembuatkebijakan. Selain itu, badan pelaksana kebijakan juga bertugasmelakukan tindakan-tindakan administratif serta bertindak sebagai wakilresmi dari organisasi bank sentral sebagai badan hukum dalamberhubungan dengan pihak luar.

Dalam melaksanakan tugasnya, sistem yang digunakan oleh badanpelaksana kebijakan dapat dibedakan atas sistem dewan (councilsystem) dan sistem unilateral (unilateral system). Masing-masing sistemmemiliki karakteristik sendiri-sendiri. Dalam sistem dewan, tanggungjawab keputusan merupakan tanggung jawab bersama. Sementaradalam sistem unilateral, tanggung jawab keputusan berada padapengambil keputusan tertinggi, yang umumnya adalah gubernur.

Selain itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, badan pelaksanakebijakan umumnya dilengkapi dengan berbagai unit organisasi dibawahnya, seperti departemen/direktorat, kantor-kantor cabang, dankantor perwakilan. Subunit-subunit dari badan pelaksana kebijakantersebut merupakan unit-unit yang bertugas untuk melaksanakankegiatan operasional sehari-hari dari kebijakan yang diputuskan badanpelaksana kebijakan dalam merealisasikan keputusan/kebijakan yangtelah ditetapkan oleh badan pembuat kebijakan.

c. Badan Pengawas

Badan pengawas adalah lembaga atau unit yang dapat berada di luaratau di dalam organisasi bank sentral yang mempunyai tugas danwewenang untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada banksentral. Umumnya badan pengawas bertugas untuk memastikan bahwapelaksanaan tugas-tugas bank sentral telah dilakukan secara wajar(fairness) dan rasional.

Ruang lingkup pengawasan dan pemeriksaan umumnya meliputiseluruh kegiatan operasi bank sentral termasuk pembukuan danadministrasi. Dengan demikian, pada dasarnya pelaksanaan daripengawasan dan pemeriksaan oleh badan pengawas dimaksudkan

Page 285: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

273

untuk menguji tingkat akuntabilitas dan transparansi dari pelaksanaantugas bank sentral.

Dalam praktek, cakupan ruang lingkup tugas dari badan pengawasbervariasi antara bank sentral yang satu dengan bank sentral yang lain.Ada badan pengawas dari bank sentral yang diberi wewenang danmemiliki tugas meneliti dengan seksama kebijakan yang diambil olehbadan pembuat kebijakan, seperti yang terjadi di Federal Reserve Bankof New Zealand, dan ada pula yang tugasnya hanya melakukanpemeriksaan dan pangawasan terhadap aset dan kewajiban sertamengaudit rekening bank sentral, seperti yang terjadi di Bank of China.Nama dari badan pengawas juga bervariasi. Di Bank of China badanpengawas disebut dengan The Supervisory Board, sedangkan di SelandiaBaru dan Kanada disebut Board of Directors.

6.2 GAMBARAN UMUM ORGANISASI BANK INDONESIA

Seperti organisasi bank sentral pada umumnya, susunan unit dan bentukkoordinasi dalam organisasi Bank Indonesia juga terkait erat dengan undang-undang yang melandasinya, yaitu UU No. 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Didalam undang-undang tersebut telah diatur secara jelas tujuan, tugas, danwewenang Bank Indonesia sebagai bank sentral Republik Indonesia,termasuk hubungannya dengan lembaga negara lainnya khususnya DPR.Pengaturan dalam undang-undang ini mendasari bidang-bidang utamadalam organisasi sesuai tujuan dan tugas-tugas yang telah ditetapkan, tingkatkewenangan dalam perumusan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan,visi dan misi, serta struktur organisasi Bank Indonesia secara keseluruhan.Secara lebih jelas, gambaran mengenai organisasi Bank Indonesiaberdasarkan berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 dapat dibaca padalampiran 1.

6.2.1 Implikasi Tujuan, Tugas, dan Wewenang terhadap OrganisasiBank Indonesia

Sesuai undang-undang, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai danmemelihara kestabilan nilai rupiah, baik dalam arti kestabilan harga (inflasi)

6.1. Organisasi bank sentral pada umumnya

Page 286: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

274

Organisasi Bank Indonesia

maupun kestabilan nilai tukar rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut,sesuai undang-undang Bank Indonesia mempunyai tiga tugas, yaitumenetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur danmengawasi bank, serta mengatur dan menjaga kelancaran sistempembayaran. Dalam pelaksanaannya, ketiga tugas tersebut mempunyaiketerkaitan yang erat satu dengan yang lain. Tugas menetapkan danmelaksanakan kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia antara lainmelalui pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga. Efektivitaspelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yangefisien, cepat, aman, dan andal. Keberhasilan tugas sistem pembayarantersebut memerlukan sistem perbankan yang sehat yang merupakan sasarantugas mengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, sistem perbankan yangsehat akan mendukung pelaksanaan tugas di bidang pengendalian moneter,mengingat pelaksanaan kebijakan moneter dan pengaruhnya terhadapinflasi dan aktivitas ekonomi riil transmisinya dilakukan melalui sistemperbankan.

Sejalan dengan tugas-tugas tersebut, organisasi Bank Indonesiadikelompokkan ke dalam tiga sektor utama, yaitu sektor moneter, sektorperbankan, dan sektor sistem pembayaran, ditambah dengan satu sektorpendukung, yaitu sektor manajemen intern. Organisasi sektor moneter terdiridari sejumlah direktorat dan biro yang melaksanakan tugas-tugas untukmerumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter yang diberikan olehDewan Gubernur. Direktorat dan biro yang berada dalam organisasi sektorperbankan melaksanakan tugas-tugas untuk perumusan pengaturan,pengawasan, pemeriksaan, pengenaan sanksi hingga investigasi di bidangperbankan. Organisasi sektor pembayaran mencakup direktorat dan biroyang bertugas melaksanakan pengedaran uang dan sistem pembayaran non-tunai. Sementara itu, direktorat dan biro yang berada dalam organisasi sektormanajemen intern melaksanakan tugas-tugas dukungan internal organisasiseperti sumber daya manusia, hukum, keuangan intern, pengawasan intern,kehumasan, dan teknologi informasi. Dalam pelaksanaannya, keempatsektor tersebut berkaitan erat dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugasuntuk pencapaian tujuan Bank Indonesia.

Di samping untuk mendukung tujuan dan tugasnya, struktur organisasiBank Indonesia juga dipengaruhi oleh kewenangan dari unit-unit yang adadalam organisasinya. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bahasan

Page 287: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

275

organisasi bank-bank sentral pada umumnya, struktur organisasi BankIndonesia juga terdiri dari dua tingkat, yaitu tingkat kewenangan tertinggidan tingkat di bawahnya. Wewenang pada tingkat tertinggi yang diberikanoleh undang-undang Bank Indonesia akan menentukan pertama, apakahwewenang membuat kebijakan dan melaksanakan kebijakan berada padasatu badan, atau berada pada dua badan yang terpisah, kedua, apakah adabadan yang berfungsi sebagai badan pengawas, dan ketiga, bagaimanahubungan dan mekanisme kerja antar badan tersebut. Dengan demikian,wewenang yang diberikan oleh undang-undang kepada Bank Indonesiaakan mempengaruhi susunan dan bentuk koordinasi unit organisasi di BankIndonesia pada kedua tingkat tersebut. Susunan dan bentuk koordinasi unitorganisasi pada tingkat tertinggi akan diuraikan di bawah ini, sedangkanunit organisasi di tingkat kedua akan dikemukakan dalam uraian mengenaivisi dan misi serta struktur organisasi Bank Indonesia.

Sesuai dengan undang-undang, dalam melaksanakan tugas-tugas yangditetapkan, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiriatas seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya empat orang atau sebanyak-banyaknya tujuh orang DeputiGubernur. Hal ini sejalan dengan pengaturan pelaksanaan tugassebagaimana ditetapkan dalam UU No. 23 Tahun 1999 pasal 38 ayat 1yang menerangkan bahwa Dewan Gubernur melaksanakan tugas danwewenang Bank Indonesia. Dewan Gubernur dipimpin oleh Gubernurdengan Deputi Gubernur Senior sebagai wakil. Dalam hal Gubernur danDeputi Gubernur Senior berhalangan, Gubernur atau Deputi GubernurSenior menunjuk seorang Deputi Gubernur untuk memimpin DewanGubernur. Apabila karena sesuatu hal penunjukan ini tidak dapatdilaksanakan, maka salah seorang Deputi Gubernur yang paling lama masajabatannya bertindak sebagai pemimpin Dewan Gubernur.

Ketentuan mengenai kewenangan tertinggi dalam membuat kebijakantelah pula diatur dalam penjelasan pasal 43 UU No. 23 Tahun 1999 tentangBank Indonesia yang menyebutkan bahwa “Rapat Dewan Gubernur (RDG)adalah forum pengambilan keputusan tertinggi dalam menetapkan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang bersifat prinsipil dan strategis”. Kebijakanprinsipiil dan strategis adalah kebijakan-kebijakan yang mempunyai dampakluas baik ke dalam maupun ke luar Bank Indonesia, misalnya, kebijakanumum moneter, kebijakan di bidang pengaturan dan kelancaran sistem

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 288: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

276

Organisasi Bank Indonesia

pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan bank. Rapat DewanGubernur (RDG) dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya olehlebih dari separuh anggota Dewan Gubernur. Adapun cara pengambilankeputusan dilakukan berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat.Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan akhir.

Dari uraian di atas, secara organisatoris dapat dipahami bahwa badanpembuat kebijakan di Bank Indonesia menurut UU No. 23 Tahun 1999adalah Dewan Gubernur sebagai satu kesatuan badan yang berwenangmenetapkan kebijakan yang bersifat prinsipil dan strategis melaluimekanisme RDG. Sementara itu, badan pelaksana kebijakan adalah masing-masing anggota Dewan Gubernur untuk melaksanakan kebijakan yangditetapkan oleh Dewan Gubernur dan atau menetapkan kebijakan yangtidak bersifat prinsipiil dan strategis sesuai dengan kewenangan masing-masing melalui mekanisme rapat bidang atau rapat antarbidangterbatas.

�Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, tiap-tiap anggota Dewan

Gubernur dibantu oleh satuan-satuan kerja di bawahnya.

Dalam pelaksanaan tugas sebagai badan pelaksana kebijakan dilakukanpembagian kerja di antara anggota Dewan Gubernur sesuai dengan bidangtugas masing-masing. Dalam kaitan ini, Gubernur selaku ketua badanpelaksana kebijakan melakukan pembagian tugas di antara anggotanya.Pembagian kerja di antara anggota Dewan Gubernur didasarkan padabidang-bidang yang menjadi tugas Bank Indonesia. Secara umum masing-masing anggota Dewan Gubernur membidangi antara tiga sampai denganempat satuan kerja yang berada di Kantor Pusat, termasuk satuan kerja didaerah (Kantor Bank Indonesia) dan satuan kerja di luar negeri (KantorPerwakilan Bank Indonesia). Pada prinsipnya pembidangan tersebutdilakukan dengan mempertimbangkan bidang keahlian dari masing-masinganggota Dewan Gubernur dan dengan memperhatikan keseimbanganpembagian beban kerja.

Selanjutnya, dalam rangka pengkoordinasian pelaksanaan tugasnya,dapat dilakukan melalui rapat bidang yang dipimpin oleh Deputi Gubernuryang membawahkan satuan kerja dalam satu bidang tugas Bank Indonesiaataupun dapat pula melalui rapat-rapat antarbidang. Ketentuan mengenaihal ini telah diatur dalam penjelasan pasal 43 ayat (1) huruf a dan huruf byang menegaskan bahwa “ ….Untuk hal-hal lain tidak perlu dibahas dalamrapat Dewan Gubernur, tetapi cukup ditetapkan dalam rapat bidang yang

Page 289: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

277

dipimpin oleh tiap-tiap Deputi Gubernur sesuai dengan kewenangannyaatau rapat antarbidang terbatas yang dapat dihadiri oleh anggota DewanGubernur yang terkait, dengan catatan keputusan tersebut dilaporkankepada rapat mingguan Dewan Gubernur untuk diketahui”.

Sebagaimana praktek mengenai organisasi bank sentral di dunia yangtidak secara tegas menyebut suatu badan pengawas, maka dalam UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia juga tidak dicantumkan secara tegasadanya suatu badan pengawas dalam struktur organisasinya. Namundemikian, pada prinsipnya pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugasBank Indonesia dilakukan oleh DPR. Hal ini dapat dibaca pada pasal 58UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun2004 yang menyatakan bahwa Bank Indonesia diwajibkan menyampaikanlaporan tahunan dan laporan triwulanan secara tertulis tentang pelaksanaantugas dan wewenangnya kepada DPR. Laporan tahunan dan triwulanantersebut dievaluasi oleh DPR dan digunakan sebagai bahan penilaiantahunan terhadap kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia.

Untuk membantu DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan dibidang tertentu terhadap Bank Indonesia, sesuai dengan pasal 58Aamandemen UU No. 3 Tahun 2004 dibentuk Badan Supervisi dalam upayameningkatkan akuntabilitas, independensi, transparansi, dan kredibilitasBank Indonesia. Dalam penjelasan pasal 58A ini dinyatakan bahwa yangdimaksud dengan pengawasan di bidang tertentu adalah melakukan tugas:(a) telaahan atas laporan keuangan tahunan Bank Indonesia, (b) telaahanatas anggaran operasional dan investasi Bank Indonesia, dan (c) telaahanatas prosedur pengambilan keputusan kegiatan operasional di luar kebijakanmoneter dan pengelolaan aset Bank Indonesia. Hasil telaahan atas laporanpelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia di bidang tertentu tersebutdisampaikan oleh Badan Supervisi kepada DPR.

Badan supervisi dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud diatas tidak melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur dan tidakikut mengambil keputusan serta tidak ikut memberikan penilaian terhadapkebijakan di bidang sistem pembayaran, pengaturan dan pengawasan bank,serta bidang-bidang yang merupakan penetapan dan pelaksanaan kebijakanmoneter. Badan Supervisi tidak dapat: (a) menghadiri Rapat DewanGubenur, (b) mencampuri dan menilai kebijakan Bank Indonesia, (c)mengevaluasi kinerja Dewan Gubernur, (d) menyatakan pendapat untuk

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 290: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

278

Organisasi Bank Indonesia

mewakili Bank Indonesia, dan (e) menyampaikan informasi yang terkaitdengan pelaksanaan tugasnya langsung kepada publik.

Sesuai undang-undang, Bank Indonesia sebagai lembaga negara jugadiwajibkan untuk menyusun laporan keuangan Bank Indonesia setelahberakhirnya setiap tahun anggaran, yang berupa neraca, laporanpenerimaan dan penerimaan beserta lampiran-lampirannya. Laporankeuangan tahunan dimaksud disampaikan kepada Badan PemeriksaKeuangan (BPK) untuk kemudian dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya,laporan hasil pemeriksaan oleh BPK disampaikan kepada DPR sebagai salahsatu alat pengawasannya terhadap Bank Indonesia.

6.2.2 Misi dan Visi Bank Indonesia

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sesuai UU No. 23 Tahun1999 tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilannilai rupiah. Rumusan tersebut merupakan pedoman bagi Bank Indonesiadalam menetapkan misi dan visinya. Penetapan misi dan visi tersebutmerupakan hal yang penting karena perumusan misi dan visi dapat lebihmemperjelas tujuan organisasi, mempermudah perencanaan dan prosespengambilan keputusan, serta mempermudah pengkoordinasian unit-unitdalam organisasi.

Misi Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilairupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangankestabilan sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjangyang berkesinambungan. Bagi Bank Indonesia, perumusan misi dimaksuddiharapkan dapat membantu organisasi dalam:

1) menetapkan dan menjaga konsistensi, serta kejelasan tujuan organisasi;

2) memberikan referensi untuk perencanaan dan proses pengambilankeputusan;

3) memperoleh komitmen para anggota Dewan Gubernur dan seluruhpegawai, melalui komunikasi yang jelas tentang tugas organisasi; dan

4) memperoleh dukungan dan pengertian dari pihak-pihak yangberkepentingan terhadap pelaksanaan tugas organisasi.

Page 291: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

279

Visi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapatdipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.Yang dimaksud dengan ‘dipercaya’ dalam visi tersebut adalah apabila pihakyang berkepentingan dengan Bank Indonesia mengakui bahwa setiapproduk atau kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapatdipercaya dan dijadikan acuan bagi lembaga, institusi atau pihak-pihaklain baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Visi tersebut dimaksudkanuntuk jangka waktu yang lama dan berjangka panjang, meskipun tanpamengurangi adanya peluang untuk melakukan penyesuaian dari waktu kewaktu dalam rangka mendukung pencapaian Misi Bank Indonesia.

Visi tersebut merupakan suatu konsep ideal yang diharapkan dimilikioleh Bank Indonesia yang disadari pencapaiannya tidak dapat diwujudkandalam waktu singkat, sehingga diperlukan arah strategis untuk mencapainyadan dilakukan secara bertahap serta berkesinambungan. Pernyataan visicukup penting bagi Bank Indonesia, karena dapat:

1) memperjelas arah organisasi ke depan;

2) memotivasi anggota Dewan Gubernur dan pegawai Bank Indonesiauntuk melaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan;

3) mengkoordinasikan tindakan serta kebijakan dari anggota DewanGubernur dan pegawai secara lebih efisien dan efektif; dan

4) memberikan keyakinan dalam pencapaian misi organisasi.

6.2.3 Struktur Organisasi Bank Indonesia.

Sebagaimana halnya dengan struktur organisasi pada bank-bank sentraldi dunia, empat sisi dasar dari struktur organisasi Bank Indonesia juga dapatdilihat dari bagan organisasinya yang menggambarkan hierarkhikewenangan, departemenisasi, rentang kendali, dan posisi staf dan lini.Dalam bagan organisasi tergambar bahwa Dewan Gubernur merupakanbadan yang memiliki otoritas tertinggi dalam hierarkhi kewenangan di dalamstruktur organisasi Bank Indonesia. Peran Dewan Gubernur adalah sebagaibadan pembuat kebijakan dan sekaligus sebagai badan pelaksana kebijakan.Dalam pelaksanaannya, Dewan Gubernur sebagai badan pelaksanakebijakan dibantu oleh berbagai satuan kerja di bawahnya. Satuan -satuan

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 292: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

280

Organisasi Bank Indonesia

kerja tersebut meliputi direktorat atau unit setingkat direktorat, biro yangtidak berada di bawah direktorat, Kantor Bank Indonesia, dan KantorPerwakilan Bank Indonesia. Sampai dengan saat ini satuan kerja di KantorPusat Bank Indonesia berkedudukan di Jakarta, dan terdiri dari 21 Direktorat,empat Unit Khusus, satu Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, sertatiga Biro yang tidak berada di bawah Direktorat. Satuan kerja Bank Indonesiadi daerah disebut Kantor Bank Indonesia (KBI) dan berjumlah 37 kantor.Sedangkan satuan kerja Bank Indonesia di luar negeri dinamakan KantorPerwakilan (KPw) dan berjumlah empat kantor yang berlokasi di London,New York, Tokyo, dan Singapura. Struktur Organisasi Bank Indonesia secaramenyeluruh dapat dilihat pada lampiran 1.

Dalam pelaksanaan tugasnya, masing-masing satuan kerja di KantorPusat, KBI dan KPw membawahkan subunit-subunit satuan kerja sesuaidengan lingkup tugas dan beban kerjanya. Satuan kerja di Kantor Pusatyang berbentuk:

1) Direktorat membawahkan beberapa Biro, Bagian dan atau Tim;

2) Biro (yang tidak berada di bawah Direktorat) membawahkan beberapaTim, dan atau Bagian;

3) Unit Khusus membawahkan Tim-Tim; dan

4) Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan membawahkan KelompokPeneliti.

Sementara itu, KBI membawahkan bidang dan atau seksi sesuai dengankelas dan ruang lingkup bidang tugas KBI. Adapun Kantor Perwakilanmembawahkan kelompok peneliti ekonomi, SubDealing Room, dan SeksiAdministrasi.

Dalam membentuk satuan kerja (departemenisasi), Bank Indonesiaselalu memperhatikan faktor-faktor seperti kesamaan tugas, fungsi, wilayah,rentang kendali, serta menghindari adanya duplikasi tugas dan wewenangantara satuan kerja yang satu dengan satuan kerja yang lain. Di sampingitu, pembentukan satuan kerja dan unit di bawahnya juga memperhatikanprinsip-prinsip pembentukan organisasi yang efektif dan efisien yang dianutoleh Bank Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) pembentukanstruktur organisasi didasarkan pada strategi organisasi, 2) pemisahan yangjelas antara wewenang dan tanggung jawab dari perumusan kebijakan dan

Page 293: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

281

penerapan kebijakan, 3) penekanan pada proses kerja yang efisien sertahasil yang baik, 4) struktur dan sistem manajemen yang menjaminterlaksananya koordinasi otomatis dan pengawasan yang melekat, 5)pengelompokan tugas berdasar kesamaan jenis tugas, 6) rentang kendaliyang efisien, 7) pendistribusian beban tugas atas dasar keseimbangan, 8)pemisahan satuan kerja atas dasar alur proses kerja yang utuh, dan 9)pembiayaan yang efisien untuk memperoleh hasil yang optimal.

Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa satuan kerja di Kantor Pusatyang terdiri dari Direktorat, Unit Khusus dan Pusat Pendidikan dan StudiKebanksentralan dipimpin oleh seorang Direktur, sedangkan Biro baik yangberada di bawah direktorat maupun yang tidak berada di bawah direktoratdipimpin oleh Kepala Biro setingkat dengan Deputi Direktur. Satuan kerjadi daerah adalah Kantor Bank Indonesia, dipimpin oleh seorang PemimpinBank Indonesia (PBI) setingkat dengan Direktur untuk KBI kelas I, setingkatdengan Deputi Direktur untuk KBI Kelas II, setingkat dengan Kepala Bagianuntuk KBI kelas III, dan setingkat dengan Deputi Kepala Bagian untuk KBIkelas IV dan V. Sementara itu, satuan kerja di luar negeri adalah KantorPerwakilan, dipimpin oleh Kepala Kantor Perwakilan setingkat denganDirektur atau Deputi Direktur.

6.2.3.1 Kantor Pusat Bank Indonesia

Pengorganisasian satuan kerja di Kantor Pusat dilakukan berdasarkantugas dan peran yang dijalankan. Tugas dan peran satuan kerja tersebutmerupakan penjabaran dari tugas-tugas Bank Indonesia yang diamanatkanoleh undang-undang, yaitu tugas di sektor moneter, di sektor perbankandan di sektor sistem pembayaran. Untuk memperlancar tugas-tugas pokoktersebut, satuan kerja di sektor moneter, perbankan, dan sistempembayaran perlu di dukung oleh supporting unit ‘unit pendukung’ yangdinamakan sektor manejemen intern. Prinsip pembidangan ini jugadigunakan sebagai kerangka kerja dalam pengoranisasian satuan kerja BankIndonesia di daerah.

Untuk memberikan gambaran mengenai organisasi Bank Indonesia,berikut ini akan diuraikan beberapa tugas yang dilakukan oleh satuan-satuankerja di Kantor Pusat sesuai dengan pembagian sektornya.

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 294: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

282

Organisasi Bank Indonesia

A. Sektor Moneter

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter diperlukan beberapasatuan kerja yang dikelompokkan dalam sektor moneter untuk mendukungpencapaian tugas-tugas yang telah ditetapkan. Satuan kerja di sektor monetertersebut terdiri dari lima Direktorat dan satu Biro, yaitu:

1) Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter;

2) Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter;

3) Direktorat Pengelolaan Moneter;

4) Direktorat Pengelolaan Devisa;

5) Direktorat Luar Negeri; dan

6) Biro Kredit.

Dasar pertimbangan yang melandasi pembentukan satuan kerja tersebutantara lain untuk lebih memfokuskan dan mempermudah penyelesaianserta koordinasi tugas dari masing-masing satuan kerja yang terkait denganpencapaian tujuan kebijakan moneter.

Secara umum, dapat dikemukakan beberapa tugas yang dilakukan olehmasing-masing satuan kerja di sektor moneter adalah sebagai berikut.

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter (DKM) mempunyaitugas antara lain: (1) melakukan analisis dan evaluasi mengenaiperkembangan dan proyeksi ekonomi dan moneter, (2) mengevaluasi danmerumuskan rekomendasi kebijakan umum di bidang ekonomi danmoneter, dan (3) melakukan riset-riset yang diperlukan untuk mendukungperumusan kebijakan moneter.

Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) mempunyai tugasantara lain: (1) mengumpulkan, mengolah, menyajikan, danmengembangkan statistik ekonomi dan moneter, (2) menyusun proyeksineraca pembayaran, dan (3) melaksanakan dan mengembangkanpemantauan kegiatan lalu lintas devisa.

Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM) mempunyai tugas antaralain: (1) menyiapkan usul target dan melaksanakan operasi pasarterbuka (OPT), (2) mengembangkan pasar uang rupiah dalam negeri,(3) melaksanakan dan menatausahakan fasilitas pendanaan jangka pendek,

Page 295: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

283

dan (4) menatausahakan dan mengembangkan pasar Obligasi Pemerintahdan Surat Perbendaharaan Negara.

Direktorat Pengelolaan Devisa (DPD) mempunyai tugas antara lain:(1) memelihara kecukupan dan stabilitas nilai cadangan devisa, (2)merumuskan strategi kebijakan investasi portfolio cadangan devisa, dan(3) menganalisis transaksi devisa serta memonitor perkembangan nilai tukarrupiah serta melakukan intervensi/sterilisasi.

Direktorat Luar Negeri (DLN) mempunyai tugas antara lain: (1)melakukan pengelolaan Pinjaman Luar Negeri (PLN), (2) melakukankegiatan untuk memperoleh Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) untukkepentingan Pemerintah maupun BI sendiri, (3) melakukan pemantauandan analisis PLN Pemerintah, Bank Indonesia, dan Swasta, dan (4)memberikan saran/pertimbangan kepada Pemerintah berkaitan dengan PLN.

Biro Kredit (BKr) mempunyai tugas antara lain: (1) melakukan penelitiandan merumuskan kebijakan perkreditan perbankan dengan memperhatikanstabilitas moneter, (2) merumuskan kebijakan bantuan teknis dalam rangkameningkatkan pemberian kredit kepada usaha kecil dan usaha mikro, (3)menatausahakan Surat Utang Pemerintah, dan (4) melakukan kerja samadengan instansi/lembaga terkait dalam pencapaian sasaran kebijakanperkreditan perbankan yang telah dirumuskan.

B. Sektor Perbankan

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengaturan dan pengawasan bankdiperlukan beberapa satuan kerja yang dikelompokkan dalam sektorperbankan untuk mendukung pencapaian tujuan Bank Indonesia danmelaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan. Satuan kerja di sektorperbankan tersebut terdiri dari delapan Direktorat, dan satu Unit Khususdan satu Biro.

1) Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan;

2) Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan;

3) Direktorat Pengawasan Bank 1 dan Direktorat Pengawasan Bank 2;

4) Direktorat Pemeriksaan Bank 1 dan Direktorat Pemeriksaan Bank 2;

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 296: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

284

Organisasi Bank Indonesia

5) Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat;

6) Direktorat Perbankan Syariah; dan

7) Unit Khusus Investigasi Perbankan.

Secara umum dapat dikemukakan beberapa tugas yang dilakukan olehmasing masing satuan kerja di sektor perbankan adalah sebagai berikut.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) mempunyaitugas antara lain: (1) meneliti aspek-aspek sistem keuangan dan ataumengembangkan kerangka analisis sistem keuangan, (2) memantauperkembangan, dan melakukan koordinasi dalam rangka memeliharastabilitas sistem keuangan, (3) merekomendasikan kebijakan/ketentuanuntuk mencapai sasaran stabilitas sistem keuangan, dan (4) meneliti risikokegiatan operasional dan perkembangan produk, jasa dan manajemen bankumum konvensional serta merumuskan kebijakan, ketentuan, dan pedomanpengawasan bank umum konvensional.

Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan (DPIP) mempunyai tugasantara lain: (1) menerbitkan dan mencabut izin operasional dankelembagaan bank umum konvensional baru, pembukaan kantor cabangbank asing dan kantor perwakilan bank asing di wilayah kerja Kantor PusatBank Indonesia termasuk izin operasional dan kelembagaan kantor cabangsyariah dari bank umum konvensional, (2) menyediakan danmengembangkan sistem informasi bank umum, termasuk informasiperkreditan dan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perbankan BankIndonesia (SIM SPBI), dan (3) melakukan fit and proper serta mengeloladaftar orang-orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan ataupengurus bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Direktorat Pengawasan Bank 1 dan 2 (DPwB1 dan DPwB2) mempunyaitugas antara lain: (1) melakukan penilaian tingkat kesehatan bank umum,(2) membina dan memantau pelaksanaannya, (3) melakukan pemantauankhusus (special surveillance) terhadap bank-bank dalam program khusus,termasuk melaksanakan dan menindaklanjuti hasil On-site SupervisoryPresence (OSP), dan (4) memberikan rekomendasi pemberian perubahan,pencabutan izin operasional, kepengurusan, kepemilikan dewan audit(SKAI), dan kelembagaan bank umum konvensional serta rekomendasipencantuman nama pemilik pengurus bank serta pihak afiliasi dalam daftar

Page 297: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

285

orang-orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan atau pengurusbank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Direktorat Pemeriksaan Bank 1 dan 2 (DPmB1 dan DpmB2)mempunyai tugas antara lain: (1) melakukan pemeriksaan (umum dankhusus) atas bank umum konvensional, (2) menyusun Laporan HasilPemeriksaan (umum dan khusus) atas bank umum konvensional, danmenyusun laporan penyimpangan/pelanggaran yang dilakukan olehindividual bank dan kelompok bank tertentu (financial fraud and violationslinkages) sebagai bahan pertimbangan penyelidikan, dan (3) memberikanmasukan kepada DPNP tentang hal-hal yang bersifat strategis serta langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan usaha dan peningkatankinerja bank umum konvensional.

Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (DPBPR) mempunyaitugas antara lain: (1) melakukan pengawasan dan pemeriksaan BankPerkreditan Rakyat (BPR) konvensional, (2) melakukan pengaturan danmerumuskan kebijakan BPR konvensional termasuk melakukan kajian/penelitian mengenai perkembangan kegiatan, produk dan jasa, sertamanajemen bank perkreditan rakyat konvensional, (3) memberikanrekomendasi pemberian, perubahan, pencabutan izin operasional,kepengurusan, kepemilikan dan kelembagaan BPR konvensional yangberkantor di wilayah kerja KBI dan KPBI, dan (4) memberikan rekomendasipencantuman nama pemilik pengurus bank serta pihak afiliasi dalam daftarorang-orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan atau pengurusbank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Direktorat Perbankan Syariah (DPS) mempunyai tugas antara lain: (1)melakukan kajian/penelitian atas perkembangan kelembagaan dan kegiatanindustri, produk dan jasa serta manajemen bank umum syariah dan BPRsyariah, (2) melakukan kajian/penelitian dan pengembangan sistem danpiranti moneter syariah dan pasar keuangan syariah, (3) melakukanpengaturan dan merumuskan kebijakan bank umum syariah dan bankperkreditan syariah termasuk mengembangkan pola dan teknik pengawasanserta pemeriksaan bank umum syariah dan BPR Syariah,(4) melakukanpengawasan, pemeriksaan, dan penilaian tingkat kesehatan bank umumsyariah dan BPR Syariah, dan (5) memberikan dan mencabut izinoperasional dan kelembagaan serta kepengurusan dan kepemilikan bankumum syariah dan BPR Syariah.

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 298: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

286

Organisasi Bank Indonesia

Unit Khusus Investigasi Perbankan (UKIP) mempunyai tugas antaralain: (1) menindaklanjuti hasil penilaian kepatuhan pemilik, pengurus danpejabat eksekutif bank terhadap peraturan perundang-undangan yangberlaku, (2) melakukan investigasi/pemeriksaan forensik terhadap dugaanadanya penyimpangan di bidang perbankan, khususnya yang mengandungunsur pidana, dan (3) memberikan rekomendasi tindakan hukum antaralain berupa sanksi administratif, pencekalan.

C. Sektor Sistem Pembayaran

Dalam rangka pencapaian tujuan Bank Indonesia diperlukanpelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan di bidang sistem pembayaran.Oleh karena itu diperlukan beberapa satuan kerja yang dikelompokkandalam sektor sistem pembayaran untuk mendukung pencapaian tugas-tugasyang telah ditetapkan. Organisasi Sektor Sistem Pembayaran di BankIndonesia terdiri dari dua direktorat yaitu:

1) Direktorat Pengedaran Uang; dan

2) Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran.

Secara umum, beberapa tugas yang dilakukan oleh masing-masingsatuan kerja di sektor sistem pembayaran adalah sebagai berikut.

Direktorat Pengedaran Uang (DPU) mempunyai tugas antara lain: (1)melakukan perencanaan atas kebutuhan uang tunai, (2) melakukanpengadaan uang dan bahan uang tunai, (3) melakukan berbagai penelitianyang berkaitan dengan peningkatan efisiensi perkasan, pengadaan, dandistribusi uang tunai di seluruh Indonesia, (4) memberikan pelayanan kaskhususnya untuk daerah Jabotabek, dan (5) melakukan distribusi uang tunaike seluruh daerah di Indonesia.

Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) memiliki tugasantara lain: (1) melakukan pengaturan dan pengembangan SistemPembayaran Nasional, (2) mengembangkan pola pengawasan SistemPembayaran Nasional bekerja sama dengan Sektor Perbankan, (3)melakukan pengawasan atas penyelenggaraan sistem pembayaran yangdilakukan oleh perbankan, Bank Indonesia dan pihak-pihak nonbank diluar Bank Indonesia, (4) melakukan pengembangan Sistem Pembayaran

Page 299: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

287

Nasional, sesuai dengan Acuan Pokok Reformasi Sistem PembayaranNasional, (5) menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan sistempembayaran oleh pihak-pihak di luar Bank Indonesia, (6) melakukaninterbank settlemen untuk mata uang Rupiah dan menyelenggarakan kliringuntuk wilayah Jakarta, dan (7) melaksanakan fungsi Bank Indonesia sebagaikasir pemerintah.

D. Manajemen Intern

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pencapaian tujuan BankIndonesia pelaksanaan tugas-tugas satuan kerja di sektor moneter,perbankan, dan sistem pembayaran, sektor manajemen intern memerlukanbeberapa satuan kerja pendukungnya yang dikelompokkan ke dalam sektormanajemen intern. Satuan kerja yang termasuk dalam Sektor ManajemenIntern adalah sebagai berikut.

1) Direktorat Pengawasan Intern;

2) Direktorat Hukum;

3) Direktorat Teknologi Informasi;

4) Direktorat Keuangan Intern;

5) Direktorat Sumber Daya Manusia;

6) Direktorat Logistik dan Pengamanan;

7) Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan;

8) Unit Khusus Program Transformasi;

9) Biro Gubernur;

10) Biro Sekretariat;

11) Unit Khusus Manajemen Informasi; dan

12) Unit Khusus Museum Bank Indonesia.

Kedua belas satuan kerja tersebut mempunyai peranan dan tugas untukmendukung keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas satuan-satuan kerjalainnya baik di sektor moneter, sektor perbankan, dan sektor sistempembayaran.

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 300: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

288

Organisasi Bank Indonesia

Selanjutnya dapat dikemukakan beberapa tugas yang dilakukan masing-masing satuan kerja di sektor manajemen intern adalah sebagai berikut.

Direktorat Pengawasan Intern (DPI) mempunyai tugas antara lain: (1)melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugassatuan kerja di Bank Indonesia, (2) merumuskan pola pengembanganpengawasan intern Bank Indonesia, dan (3) memberikan rekomendasipenyempurnaan ketentuan yang terkait dengan aspek-aspek pengawasanintern.

Direktorat Hukum (DHk) mempunyai tugas antara lain: (1) memberikanopini, advis, dan bantuan hukum terhadap kebijakan yang dikeluarkan olehBank Indonesia, perbuatan keperdataan, dan perjanjian Internasional yangdilakukan oleh Bank Indonesia, (2) mewakili Dewan Gubernur BankIndonesia dalam perkara di peradilan umum dan peradilan tata usaha negarayang berkaitan dengan Bank Indonesia sebagai lembaga negara termasukmemberikan perlindungan dan bantuan hukum kepada anggota DewanGubernur, mantan anggota Direksi/Dewan Gubernur, pegawai, dan mantanpegawai Bank Indonesia, (3) merumuskan Rancangan Undang-Undang danRancangan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan tugas BankIndonesia, dan (4) melakukan koordinasi dengan satuan kerja di BankIndonesia atau departemen terkait di luar Bank Indonesia dalam rangkamerumuskan komitmen terhadap lembaga internasional.

Direktorat Teknologi Informasi (DTI) mempunyai tugas antara lain:(1) merumuskan arah dan strategi teknologi informasi yang terpadu, dan(2) melakukan perencanaan, pengembangan, pengawasan dan pengujiankualitas serta pengamanan sistem teknologi informasi.

Direktorat Keuangan Intern (DKI) mempunyai tugas antara lain: (1)menyusun dan mengembangkan sistem keuangan intern, anggaran danakunting serta perangkat kerja lainnya, (2) menyusun laporan keuanganBank Indonesia, (3) melakukan perencanaan dan pengendalian keuangan,(4) melakukan penilaian kinerja anggaran satuan kerja, dan (5) melakukanfungsi pengendalian keuangan (financial controller function) danmemberikan rekomendasi implikasi keuangan atas usul dan ataupelaksanaan suatu kebijakan.

Direktorat Sumber Daya Manusia (DSDM) mempunyai tugas antaralain: (1) menetapkan arah strategi dan kebijakan di bidang Organisasi dan

Page 301: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

289

Manajemen Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, (2) melaksanakanpemenuhan kebutuhan pegawai dan satuan kerja yang dapat meningkatkanmotivasi pegawai dan kinerja organisasi, (3) mengupayakan perbaikanproses kerja secara berkesinambungan agar lebih efektif dan efisien, dan(4) merumuskan serta melaksanakan program-program yang terkait denganperubahan pola pikir dan perilaku pegawai agar sejalan dengan nilai-nilaistrategis Bank Indonesia.

Direktorat Logistik dan Pengamanan (DLP) mempunyai tugas antaralain: (1) merencanakan dan menatausahakan kebutuhan sarana danprasarana logistik, (2) melakukan pengadaan, pemeliharaan, pengelolaandan penghapusan sarana dan prasarana logistik, dan (3) merencanakandan melaksanakan operasional sistem pengamanan.

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) mempunyai tugasantara lain: (1) melakukan penelitian dalam rangka pengembangan keilmuantentang kebanksentralan, (2) menyelenggarakan seminar/ konferensi ataskajian hasil penelitian baik yang bersifat nasional maupun internasional,dan (3) mempublikasikan berbagai karya tulis dalam bentuk buku ataumakalah.

Unit Khusus Program Transformasi (UKPT) mempunyai tugas antaralain: (1) merancang, menyusun, melaksanakan Program Transformasi yangditetapkan oleh Dewan Gubernur dan (2) melaporkan hasil evaluasipelaksanaan program transformasi dan rekomendasi perbaikan kepadaDewan Gubernur.

Biro Gubernur (B Gub) mempunyai tugas antara lain: (1) merumuskan,memantau, dan mengevaluasi perencanaan Bank Indonesia, (2) memenuhikebutuhan kedinasan Gubernur Bank Indonesia, dan (3) merumuskan danmemberikan informasi kebijakan Bank Indonesia kepada pihak eksterndan intern.

Biro Sekretariat (BSk) mempunyai tugas antara lain: (1)menyelenggarakan jasa kesekretariatan dan keprotokolan bagi DewanGubernur dan (2) melakukan pengelolaan arsip Bank Indonesia.

Unit Khusus Manajemen Informasi (UKMI) mempunyai tugas antaralain: (1) merumuskan, menetapkan arah strategis, ketentuan dan kebijakan,serta melaksanakan perencanaan strategis manajemen informasi BankIndonesia, (2) merumuskan, menetapkan, mengelola dan mengembangkan

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 302: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

290

Organisasi Bank Indonesia

arsitektur manajemen informasi, dan (3) mengumpulkan, mengelola danmendistribusikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Unit Khusus Museum Bank Indonesia (UKMBI) mempunyai tugas antaralain: (1) menetapkan landasan strategis organisasi Museum Bank Indonesia,(2) merumuskan dan mempersiapkan pengadaan koleksi dan materimusium, dan (3) merumuskan cetak biru museum Bank Indonesia.

6.2.3.2 Kantor Bank Indonesia

Dalam mendukung pelaksanaan kebijakan serta tugas-tugas BankIndonesia, maka telah dibentuk Kantor Bank Indonesia (KBI) di berbagaidaerah. KBI pada dasarnya merupakan kepanjangan tangan (extended arms)dalam pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesia dan melaksanakanhubungan kerja dengan pihak-pihak lain yang terkait (external stakeholders).

Saat ini terdapat 37 KBI di seluruh Indonesia, yang mempunyai bebantugas di bidang sistem pembayaran, ekonomi moneter, perbankan, danmanajemen intern. Dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi danmelaksanakan kebijakan Kantor Pusat di wilayah kerja masing-masing.Adapun beberapa tugas yang dilakukan oleh KBI adalah sebagai berikut.

1) Bidang sistem pembayaran meliputi pelaksanaan operasional sistempembayaran (tunai dan nontunai) kepada perbankan, pemerintah, danpihak ketiga di wilayah kerjanya;

2) Bidang ekonomi dan moneter meliputi pelaksanaan kebijakan ekonomidan moneter yang telah ditetapkan Kantor Pusat, pengkajian ekonomiregional (KER), pengkajian efektivitas pelaksanaan kebijaksanaanekonomi moneter pusat untuk wilayah propinsi, menyediakan statistikekonomi, keuangan dan perbankan, serta memberi masukan kepadapemerintah daerah setempat dalam bidang pembangunan ekonomi;

3) Bidang perbankan meliputi pelaksanaan pembinaan dan pengawasanBank, perusahaan pembiayaan dan pedagang valuta asing yangberkantor pusat di wilayah kerja KBI, serta berperan aktif dalammenciptakan iklim perbankan yang sehat di wilayah kerjanya; dan

4) Bidang manajemen intern meliputi perencanaan operasional kegiatanKBI termasuk anggarannya dan mendukung kelancaran pelaksanaan

Page 303: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

291

bidang-bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran tersebutdi atas.

Sebagai wakil Bank Indonesia di daerah, KBI diwajibkan untuk membinahubungan baik dengan pemda, instansi pemerintah lainnya, dan masyarakatsetempat agar dapat memberi masukan dan sekaligus memperoleh informasiyang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas Bank Indonesia yangdilaksanakan oleh satuan kerja di Kantor Pusat maupun di daerah.

6.2.3.3 Kantor Perwakilan

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesia,diperlukan informasi dan analisis mengenai keadaan ekonomi, moneter,dan perbankan yang terjadi di luar Indonesia, khususnya pada pusat-pusatpasar keuangan dan modal dunia. Selain itu, untuk mendukung peningkatankualitas perumusan kebijakan dan memberikan informasi yang terkaitdengan tugas Bank Indonesia kepada berbagai pihak di luar negeri, BankIndonesia membuka beberapa Kantor Perwakilan (KPw) di luar negeri.Sampai uraian ini diturunkan, terdapat empat kantor perwakilan BankIndonesia, yaitu KPw New York, KPw London, KPw Tokyo, dan KPwSingapura. Adapun beberapa tugas yang dilakukan oleh kantor perwakilantersebut adalah sebagai berikut.

1) Melakukan analisis ekonomi, moneter, dan perbankan di wilayahkerjanya yang dinilai strategis dan bermanfaat bagi Bank Indonesia;

2) Membantu pelaksanaan pengelolaan cadangan devisa bagi yangmempunyai Sub Dealing Room;

3) Membina hubungan dengan lembaga-lembaga internasional danlembaga-lembaga lainnya yang berkaitan dengan kepentingan BankIndonesia di wilayah kerjanya; dan

4) Membantu pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap kantorbank dan lembaga pembiayaan nasional dalam wilayah kerjanya.

Dengan pengetahuan dan pemahaman tentang struktur organisasi BankIndonesia seperti diuraikan di atas, pembaca dapat memahami dan menilaikinerja Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia.

6.2. Gambaran Umum Organisasi Bank Indonesia

Page 304: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

292

Organisasi Bank Indonesia

Bank Indonesia, SK Dir-PDG-BI - SE BI, Jakarta.

Bank Indonesia, Sistem Perencanaan, Anggaran dan Manajemen KinerjaBank Indonesia, Jakarta.

Bendaly, Lislie (1999), Organization 2005, Four Steps Organizations MustTake to Succed in The New Economy, Park Avenue.

Chandavarkar, Anand (1996), Central Banking in Developing Countries,MacMillan Press Ltd., London.

Chung, Bo-Yung (1992), Central Bank Organization, makalah yangdisampaikan pada 19th SEANZA Central Banking Course, November.

Dalton Gene W., et al. (1970), Organization Structure and Design, RichardD. Irwin, Inc. & The Dorsey Peress.

Deane, Marjorie and Robert Pringle (1995), The Central Banks, Viking,New York.

French, Wendell L., et al. (2000), ‘Organization Development andTransformation: Managing Effective Change’, McGraw-Hill HigherEducation.

Fry, Maxwell J. Dkk (1996), Central Banking In Developing Countries:Objectives and Independence, London: Routledge.

National Bureau of Economic Research (1995), Organization Structure andCredibility : Evidence from Comercial Bank Securities Activities BeforeThe Glass Steagall Act, National Bureau of Economic Research.

Rachbini, Didik J. dkk. (2000) Bank Indonesia : Menuju Independensi BankSentral, PT. Mardi Mulyo, Jakarta.

Raharjo, Dawam (1995), Sejarah Bank Indonesia, LP3ES.

Kreitner, Robert and Angelo Kinicki (2001), Organizational Behavior,McGraw-Hill, Fifth Edition.

Robbins, Stephen P. (2001), Organizational Behavior, Prentice HallInternational, Inc, 9 Edition.

DAFTAR PUSTAKA

Page 305: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

293

Daftar Pustaka

Sloan School of Management (2001), Management of Change in ComplexOrganization, MIT.

Sundararajan. V., Petersen Arne & Sensenbrenner Gabriel (1997), CentralBank Reform in The Transition Economies, International Monetary Fund.

Suseno (1998), Independensi Bank Indonesia dan Konflik Kepentinganantara Efektifitas Kebijakan Moneter dan Pengawasan Bank, PaperSESPIBI XXIII, Bank Indonesia.

Tim RUU Bank Indonesia (1998), Naskah Akademis Rancangan Undang-undang tentang Bank Indonesia, Jakarta.

Tim Penulis LP3ES (1995), Bank Indonesia dalam Kilisan Sejarah Bangsa,Jakarta, PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Yuan, Chen (1990), Structure of the Central Banking, makalah yangdisampaikan pada Konferensi Internasional Bank Central, Beijing, 5-7januari.

Zimmerman, Brickley Smith (2001), Managerial Economics andOrganizational Architecture, McGraw-Hill International Edition.

(1953), UU No, 11 Tahun 1953 tentang Bank Indonesia, Jakarta.

(1968), UU No, 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Jakarta.

(1999), UU No, 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Jakarta.

Page 306: Bank Sentral Republik Indonesia...5.3.3 Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 233 5.3.3.1 Bank Indonesia sebagai Regulator dan Fasilitator Pengembangan 234 5.3.3.2 Bank

294

Organisasi Bank Indonesia

Lampiran 1Lampiran 1Lampiran 1Lampiran 1Lampiran 1

DEW

AN

GU

BER

NU

R

DK

M

Tim

IDW

B1

Kas

T

Pd

PAPU

Kas

K

PrK

eu

LKeu

GE

OPU PP

U

PTPU

Admp

AkR

DR

APD PT

D

Admv

SMon

SNP

SRKP

PDIE

Adm

s

APL

N

PLN

EXIM

KEP

I

PAdk

Tim

AkD

v

Kl

DSM

DPM

DPD

DLN

BK

rD

PIP

DPw

B1

DPw

B2

DA

SPD

LPD

TID

SDM

DK

ID

PBPR

DPU

Tim

IDW

B2

Tim

Tim

IDB

PR

Mdn

Bna

Lsm

Sbg

Pdg

Pbr

Jb Bn

Btm

Bd

Pg Bdl

Cn

Tsm

Sm Yk Slo

Pwt

Sb Dpr

Ml

Mtr

Kpa Kd

Jr

Bjm

Mks

Mo

Kdi Ab

Jap

Pal

Tt

APK SP

PK

SSR

SEI

PRAd

SEM

PSPN

BSk A

rsPro

Tim

IDM

B1

DPm

B1

DPm

B2

IDM

B2

DPI

Tim

BG

ub

Tim

AdP

I

DH

k Tim

NY

Lnd

Tky

Sn

Ang

PmTI

PDE

PPTI

PgL-

I

PgL-

II

PgJ

Pam

PrLJ

DPN

P

UK

IP

PNPB Tim

IDPn

P

DtB Prz

Tim

IDPi

P

Dep

uti G

uber

nur S

enio

r

Dep

uti-D

eput

i Gub

ernu

r

Gub

ernu

r

Ptk

Bpp Plk

Smr

PTR

PPSK PP

r

STR

UK

TUR

OR

GA

NIS

ASI

BA

NK

IND

ON

ESIA

PgK

P

PPbP

ProS

Kel

.