bank indonesia v s ojk

11
PERANAN BANK INDONESIA PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) Kelas : PAK 12B Nama Anggota : 1. Dyah Desiani P (128 304 046) 2. Marisa Ditasari (128 304 048) 3. Atika Dian P (128 304 049) PRODI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

Upload: marisa

Post on 21-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rpp myob

TRANSCRIPT

Page 1: Bank Indonesia v S OJK

PERANAN BANK INDONESIA PASCA LAHIRNYA

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Kelas : PAK 12B

Nama Anggota :

1. Dyah Desiani P (128 304 046)

2. Marisa Ditasari (128 304 048)

3. Atika Dian P (128 304 049)

PRODI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2014

Page 2: Bank Indonesia v S OJK

A. Perbankan

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat;

2. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara

konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional (BUK) dan

Bank Perkreditan Rakyat (BPR);

3. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip

Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS);

4. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa

yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang

syariah.

Sedangkan perbankan itu adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Jasa Perbankan atau Jasa Bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara

langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai

lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan,

sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta sebagai lembaga yang

memberikan jaminan kepada nasabahnya.

B. Berbagai jenis Jasa Perbankan

1. Transfer

Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu

sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang

ditunjuk sebagai penerima transfer. Dalam arti lain, transfer adalah kiriman uang yang

diterima bank termasuk hasil inkasoyang ditagih melalui bank tersebut yang akan diteruskan

kepada bank lain untuk dibayarkan kepada nasabah (trasfer). Baik transfer uang keluar atau

Page 3: Bank Indonesia v S OJK

masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya

bila satu cabang mendebet cabang lain mengkredit.

Jenis Transfer:

a. Transfer Keluar

Salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu lintas

pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar. Media untuk melakukan transfer ini

adarlah secara tertulis ataupun melalui kawat.

Bila terjadi pembatalan transfer, haruslah diperhatikan bahwa pembatalan tersebut

hanya dapat dilakukan bila transfer keluar belum dibayarkan kepada si penerima uang dan

untuk itubank pemberi amanat harus meberi perintah berupa “stop payment” kepada cabang

pembayaran. Pembayaran pembatalan ini baru dapat dilakukan oleh bank pemberi amanat

kepada nasabah pemberi amanat hanya apabila telah diterima berita konfirmasi dari bank

pembayar bahwa memang transfer dimaksud belum dibayarkan.

b. Transfer Masuk

Transfer masuk, dimana bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk

membayar sejumlah uang kepada seseorang beneficiary. Dalam hal ini bank pembayar akan

membukukan hasil transferkepada rekening nsabah beneficiary bila ia memiliki rekening di

bank pembayar. Transfer masuk tidak dikenakan lagi komisi karena si nasabah pemberi

amanat telah dibebankan sejumlah komisi pada saat memberikan amanat transfer.

Jika terjadi pembatalan, pertama – tamayang harus dilakukan adalah memeriksa

apakah hasil transfer telah dibayarkan kepada beneficiary. Bila ternyatra belum, akan diblokir

dan dibatalkan untuk kemudian dikembalkikan kepada cabang pemberi amanat melalui

pemindahbukuan.

2. Inkaso

Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh nasabah (baik perusahaan maupun

perorangan) untuk melakukan penagihan terhadap surat-surat berharga (baik yang

berdokumen maupun yang tidak berdokumen) yang harus dibayar setelah pihak yang

Page 4: Bank Indonesia v S OJK

bersangkutan (pembayar atau tertarik) berada ditempat lain (dalam atau luar negeri)

menyetujui pembayarannya. Dalam arti lain, Inkaso merupakan kegioatan jasa bank untuk

melakukan amanat dari pihak ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau

badan tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh pemberi amanat.

a. Warkat Inkaso

1. Warkat inkaso tanpa lampiran

Yaitu warkat-warkat inkaso yang tidak dilampirkan dengan dokumen-dokumen

apapun seperti cek, bilyet giro, wesel dan surat berharga.

2. Warkat Inkaso dengan lampiran

Yaitu warkat-warkat inkaso yang dilampirkan dengan dokumen-dokumen lainnya

seperti kwitansi, faktur, polis asuransi dan dokumen-dokumen penting.

b. Jenis Inkaso

1. Inkaso keluar

Merupakan kegiatan untuk menagih suatu warkiat yang telah diterbitkan oleh nasabah

bank lain. Di sisi bank menerima amanat dari nasabahnya sendiri untuk menagih

warkat tersebut kepada seseorang nasabah bank lain di kota lain.

2. Inkaso Masuk

Merupakan  kegiatan yang masuk atas warkat yang telah diterbitkan oleh nasabah

sendiri. Dalam kegiatan inkaso masuk, bank hanya memeriksa kecukupan dari

nasabahnya yang telah menerbitkan warkat kepada pihak ketiga.

3.  Kliring

Kliring adalah suatu cara penyelesaian utang – piutang antara bank-bank peserta

kliring dalam bentuk warkat atau surat-surat berharga disuatu tempat tertentu. Pelaksanaan

kliring tetap menjadi tanggung jawab BI dan diatur oleh BI bukan OJK.

Warkat kliring antara lain: cek, bilyet giro, CD, nota debet dan nota kredit. Warkat

harus dinyatakan dalam mata uang rupiah, bernilai nominal penuh, dan telah jatuh tempo.

a. Kliring dibagi 2 (dua), yaitu:

1. Kliring Manual

2. Kliring Elektronik

Page 5: Bank Indonesia v S OJK

b. Bank Peserta Kliring

Bank yang termasuk sebagai peserta kliring adalah bank umum yang berada dalam

wilayah tertentu dan tidak dihentikan kepesertaanya dalam kliring oleh Bank Indonesia.

Sebuah bank dapat dilarang untuk mengikuti kliring karena berbagai alasan.

Jika salah satu peserta kliring karena suatu hal tidak dapat turut serta dalam kliring,

peserta tersebut wajib mengajukan permohonan pada penyelenggara kliring sepuluh hari

sebelumnya.

c. Pertemuan Kliring Dilakukan dalam dua Tahap yaitu:

1. Kliring Penyerahan

Pada saat ini hanya penyerahan warkat debet/CEK/BG yang masih dilakukan secara

hardcopy, sedangkan warkat kredit sudah dalam bentuk softcopy, dengan mencantumkan

stempel “kliring” dan nomor kode kelompok peserta, poersetujuan penyelenggara dan peserta

lain.

2. Kliring Retur

Setelah warkat dikembalikan kemudian dikelompokan menurut peserta dan dicatat

dalam daftar kliring retur lengkap dengan nilai nominalnya. Penyelenggara selanjutnya

menyusun neraca gabungan pserta.

d. Kliring Elektronik

Kliring elektronik adalah kliring lokal dalam pelaksanaan perhitungan dan

pembuatan bilyet saldo kliring yang didasarkan pada data keuangan elektronik disertai

penyampaian warkat surat berharga.

Tujuan diselenggarakannya kliring elektronik ini adalah:

1. Meningkatkan kualitas dan kapasitas layanan sistem pembayaran cepat, akurat, andal,

aman dan lancar.

2. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keamanan pelaksanaan dan pengawasan proses.

Page 6: Bank Indonesia v S OJK

C. Bank Indonesia

Bank Indonesia selaku bank sentral memiliki tiga kewajiban dalam menjaga kestabilan rupiah

yakni menetapkan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,

serta mengatur dan mengawasi perbankan.

D. OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen dan bebas dari campur tangan

pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,

pemeriksaan dan penyidikan di sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang RI No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.

Visi dan Misi OJK

Visi

Menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan

konsumen dan masyarakat dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar

perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan

umum.

Misi

1. Mewujudkan terselenggaranya seluruhkegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara

teratur, adil, transparan dan akuntabel.

2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil

3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Fungsi dan Tugas OJK

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di

sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Page 7: Bank Indonesia v S OJK

Latar belakang pengalihan Tugas BI ke OJK

Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur,

adil, transparan dan akuntabel serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh

secara berkelanjutan dan stabil. Serta mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat.

Fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor

perbankan beralih ke OJK. Lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential merupakan

tugas dan wewenang OJK seperti pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan,

kesehatan, aspek kehati-hatian dan pemeriksaan bank. Sementara Bank Indonesia bertugas

untuk mengatur lingkup macropudential.

Hubungan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sebenarnya berbagi kewenangan dimana saat

masa pengalihan pengawasan Bank dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan

memerlukan kordinasi yang baik agar tidak saling mengambil alih tugas, perbedaaan BI

dengan OJK adalah BI berperan sebagai pengawas aspek makroprudensial dan OJK berperan

sebagai pengawas mikroprudensial.

Pengawasan makroprudensial dan pengawasan mikroprudensial masing-masing memiliki

tujuan yang berbeda. Pengawasan makroprudensial bertujuan untuk mengarahkan dan

mendorong bank serta sekaligus mengawasinya agar dapat berperan dalam berbagai program

pencapaian ekonomi makro.

Sedangkan, pengawasan mikroprudensial bertujuan untuk mengupayakan agar

setiap bank secara individual dapat senantiasa berada dalam keadaan sehat sehingga pada

akhirnya bank mampu menjaga kepercayaan masyarakat sebagai kunci utama dalam bisnis

perbankan.

Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas BI dan OJK

Ruang lingkup bentuk kerjasama dan koordinasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas

dan wewenang BI dan OJK yang sejalan dengan UU BI dan UU OJK meliputi :

1. Bekerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masing-

masing

Page 8: Bank Indonesia v S OJK

2. Pertukaran informasi lembaga jasa keuangan serta pengelolaan bank dan perusahaan

pembiayaan oleh BI dan OJK

3. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan atau digunakan BI oleh OJK

4. Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan pada OJK.

Peran Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia

tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan

sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa

diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat

dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang

signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan

merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan

salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem

keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,

ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan

akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa

stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.