balai penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit .... laporan-20… · laporan akhir...

62
i DUL PENELITIAN Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DHP) PADA PENDERITA MALARIA Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax TANPA KOMPLIKASI DI PROVINSI GORONTALO DAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016 Junus Widjaja Hayani Anastasia Phetisya Pamela Frederika Sumolang Muchlis Syahnuddin Nelfita Tri Juni Wijatmiko Cathrine Lameanda Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala Jln.Masitudju No.58 Labuan Panimba Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala 2016

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

i

DUL PENELITIAN

Laporan Akhir Penelitian

MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT DihydroartemisinPiperaquine (DHP) PADA PENDERITA MALARIA Plasmodium falciparum danPlasmodium vivax TANPA KOMPLIKASI DI PROVINSI GORONTALO DAN

PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

Junus WidjajaHayani Anastasia

Phetisya Pamela Frederika SumolangMuchlis Syahnuddin

NelfitaTri Juni WijatmikoCathrine Lameanda

Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber

Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala

Jln.Masitudju No.58 Labuan Panimba Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala

2016

Page 2: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

ii

Page 3: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

iii

Page 4: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

iv

Page 5: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

v

Page 6: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

vi

SUSUNAN TIM PENELITI

1. Junus Widjaja,SKM.,M.Sc sebagai Ketua Tim Penelitian

2. Hayani Anastasia, SKM., MPH sebagai Anggota Tim Penelitian

3. Pamela Phetisya F.S., S.Si sebagai Anggota Tim Penelitian

4. dr.Muchlis Sunudin sebagai Anggota Tim Penelitian

5. Nelfita sebagai Anggota Tim Penelitian

6. Tri Juni Wijatmiko sebagai Anggota Tim Penelitian

7. Cathrine Lameanda sebagai Anggota Tim Penelitian

Page 7: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

vii

Page 8: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

viii

Page 9: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

ix

PERSETUJUAN ATASAN

Judul Penelitian

MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT DihydroartemisinPiperaquine (DHP) PADA PENDERITA MALARIA Plasmodium falciparum danPlasmodium vivax TANPA KOMPLIKASI DI PROVINSI GORONTALO DAN

PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

Page 10: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

kesehatan, pemikiran dan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian

yang berjudul: Mengevaluasi Efektifitas lebih lanjut Dihydroartemisin Piperaquine (DHP) pada

penderita malaria Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax tanpa komplikasi di Provinsi

Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2016”

Terlaksananya penelitian ini mulai perencenaan sampai dengan penulisan hasil

penelitian adalah berkat dukungan dari berbagai baik lembaga maupun individual. Untuk itu

kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

3. Kepala Litbang P2B2 Lititbang P2B2 Donggala Kabupaten Donggala

4. Kepala Dinas Kesehatan Kab.Gorontalo

5. Kepala Dinas Kesehatan Kab.Boalemo

6. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pohuwato

7. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Tojo Una Una

8. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan moril selama penelitian ini berjalan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan akhir ini. Untuk itu penulis

berterima kasih atas kritik, saran dan masukan yang diberikan demi perbaikan laporan

penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Donggala, Desember 2016

Penulis

Page 11: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xi

RINGKASAN EKSEKUTIF

MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT DihydroartemisinPiperaquine (DHP) PADA PENDERITA MALARIA Plasmodium falciparum danPlasmodium vivax TANPA KOMPLIKASI DI PROVINSI GORONTALO DAN

PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

Dalam rangka mencapai eliminasi malaria di Indonesia telah ditetapkan target eliminasimalaria secara bertahap, dimana pada tahun 2030 diharapkan diseluruh wilayah di Indonesiasudah mencapai tahapan eliminasi malaria.

Di Indonesia, P. falciparum telah dilaporkan resisten terhadap obat standar (klorokuin,kina, sulfadoxin-pyrimetamin) begitu juga P. vivax resisten terhadap klorokuin. Untukmengatasi masalah ini, WHO telah merekomendasikan penggunaan artemisinin basedcombination therapy (ACT). Pada tahun 2004, WHO merekomendasikan penggunaan obatantimalaria kombinasi berbasis artemisinin (Artemisinin Combination Therapy /ACT) sebagaiterapi lini pertama dalam penanganan malaria tanpa komplikasi di daerah yang telahdikonfirmasi multidrug resistance untuk mencegah kegagalan terapi, resistensi dan relaps.Salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan program Eliminasi malaria adalahpenggunaan ACT sebagai lini pertama untuk malaria falciparum tanpa komplikasi.

Propinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah merupakan daerah endemis malaria diIndonesia, Pada Tahun 2013 telah diobati sebanyak 10.023 penderita dengan ACT, saat initerdapat 2 regimen ACT yang digunakan yaitu Artesunate Amodiaquin (AAQ) danDihydroartemisinin Piperaquin (DHP).

Sejak digunakan tahun 2008, kombinasi DHP belum pernah dievaluasi Oleh karena ituevaluasi penggunaan DHP ini penting dilakukan untuk menilai apakah kombinasi DHP inimasih cukup efektif melawan malaria P.falciparum dan P.vivax. Penelitian ini bertujuanmemonitor efektifitas DHP pada pengobatan malaria yang disebabkan P. falciparum danP.vivax tanpa komplikasi di Propinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah.

Penelitian ini merupakan studi prospektif single-arm yang dilakukannya evaluasirespons klinis dan parasitologi dengan mengamati secara langsung pengobatan terhadappenderita malaria P. falciparum dan P. vivax tanpa komplikasiOutcome utama (proporsikesembuhan pada hari ke-42 dan proporsi kegagalan pengobatan) yang diukur pada setiap harifollow-up akan dianalisis dengan menggunakan metode Kaplan-Meier dan variabel perancudiukur dengan regresi.

Hasil Mass Blood Survey (MBS) di sembilan desa yang ada di Prov.Gorontalo dan ProvSulawesi Tengah dari total sediaan darah diperiksa 485 hasil pemeriksaan tidak ditemukanpenderita malaria.

Page 12: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xii

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling berisiko terhadap malaria. Dari 496kabupaten di Indonesia 396 kabupaten daerah endemis malaria. Malaria adalah salah satuindikator keberhasilan Millenium Development Goal (MDGs) yang harus dicapaiIndonesia. Pada tahun 2004 WHO merekomendasikan penggunaan obat antimalariakombinasi berbasis artemisinin (Artemisinin Combination Therapy /ACT) sebagai terapi linipertama dalam penanganan malaria tanpa komplikasi di daerah yang telah dikonfirmasimultidrug resistance untuk mencegah kegagalan terapi, resistensi dan relaps. Tujuanmemonitoring efektifitas dari Dihydroartemisinin Piperaquin (DHP) pada pengobatanmalaria yang disebabkan P. falciparum dan P.vivax tanpa komplikasi di wilayah ProvinsiGorontalo dan Sulawesi Tengah. Hasil Mass Blood Survey (MBS) di sembilan desa yangada di Prov.Gorontalo dan Prov Sulawesi Tengah dari total sediaan darah diperiksa 485hasil pemeriksaan tidak ditemukan penderita malaria.

Kata Kunci: Malaria, Artemisinin Combination Therapy (ACT), DihydroartemisininPiperaquin (DHP)

Page 13: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL PENELITIAN i

SK PENELITIAN ii

SUSUNAN TIM PENELITI vi

PERSETUJUAN ETIK vii

PERSETUJUAN ATASAN viii

KATA PENGANTAR ix

RINGKASAN EKSEKUTIF x

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK/PETA xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah Penelitian 3

C. Tujuan Penelitian 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5

III.METODE PENELITIAN 11

A. Kerangka Teori 11

B. Kerangka Konsep 12

C. Definisi Operasional Variabel 13

D. Disain Penelitian 15

E. Hipotesis 15

F. Tempat dan Waktu 16

G. Populasi dan Sampel 16

H. Instrumen Pengumpulan Data 18

I. Bahan dan Prosedur pengumpulan data 19

J. Pengolahan dan Analisis Data 28

Page 14: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xiv

IV. HASIL 30

V. PEMBAHASAN 33

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 35

A. Kesimpulan 35

B. Saran 35

DAFTAR PUSTAKA

UCAPAN TERIMA KASIH

LAMPIRAN

Page 15: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 1. Hasil Mass Blood Survey (MBS) Di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bualemo danKabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Tahun 2016 ............................................................... 32

Table 2. Hasil Mass Blood Survey (MBS) Di Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una UnaProv.Sulawesi Tengah ................................................................................................................. 32

Page 16: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori 11

Gambar 2. Kerangka Konsep 12

Gambar 3. Bagan Disain Penelitian 15

Gambar 4. Bagan alur pelaksanaan penelitian 24

Page 17: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Naskah Penjelasan 38

Lampiran 2. Lembar Persetujuan 40

Lampiran 3. Kuesioner 41

Lampiran 4. Form Sediaan Darah 42

Lampiran 5. Form Kepatuhan Subyek 44

Page 18: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2011 The World Malaria Report melaporkan bahwa setengah dari penduduk

dunia berisiko terkena malaria, hal ini dapat berdampak pada penurunan kualitas sumber daya

manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti masalah sosial, ekonomi bahkan

berpengaruh terhadap ketahanan nasional.1

Indonesia adalah satu salah negara yang paling berisiko terhadap malaria. Dari 496

kabupaten di Indonesia 396 kabupaten daerah endemis malaria.Malaria adalah salah satu

indikator keberhasilan Millenium Development Goal (MDGs) yang harus dicapai Indonesia

yaitu mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus malaria, dari angka kejadian

malaria pada tahun 1990 sebesar 4,68/1000 penduduk, menjadi < 1 per 1000 penduduk pada

tahun 2015 (yang berarti telah terjadi penurunan angka kejadian secara nasional sebesar >

50%). Dalam rangka mencapai eliminasi malaria di Indonesia telah ditetapkan target eliminasi

malaria secara bertahap, dimana pada tahun 2030 diharapkan diseluruh wilayah di Indonesia

sudah mencapai tahapan eliminasi malaria.2

Komitmen Global Tentang Eliminasi Malaria bagi setiap Negara ditetapkan pada

pertemuan WHA 60 tanggal 18 Mei 2007, adapun petunjuk pelaksanaan eliminasi malaria

tersebut telah dirumuskan oleh WHO dalam Global Malaria Programme (GMP). Di dalam

Global Malaria Programme (GMP) dinyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus

terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi

kebijakan dan strategi yang tepat. GMP menargetkan 80% penduduk terlindungi dari penyakit

malaria dan mendapatkan pengobatan Arthemisinin based Combination Therapy (ACT).2 Salah

satu faktor yang berperan dalam keberhasilan program Eliminasi malaria adalah penggunaan

ACT sebagai lini pertama untuk malaria falciparum tanpa komplikasi.3

Plasmodium falciparum telah dilaporkan di Indonesia, resisten terhadap obat standar

(klorokuin, kina, sulfadoxin-pyrimetamin) begitu juga P. vivax resisten terhadap klorokuin.

Untuk mengatasi masalah ini, Pada tahun 2004 WHO merekomendasikan penggunaan obat

Page 19: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

2

antimalaria kombinasi berbasis artemisinin (Artemisinin Combination Therapy /ACT) sebagai

terapi lini pertama dalam penanganan malaria tanpa komplikasi di daerah yang telah

dikonfirmasi multidrug resistance untuk mencegah kegagalan terapi, resistensi dan relaps.

Penggunaan ACT merupakan kombinasi dari dua atau lebih 4 obat antimalaria berdasarkan

potensi sinergistik bertujuan meningkatkan efikasi dan mencegah resistensi dari masing-masing

obat.4

Penggunaan ACT sebagai pilihan obat baru karena dapat menurunkan jumlah parasit

yang lebih besar, yaitu sekitar 10.000 setiap siklus aseksual dibandingkan dengan obat

antimalaria yang ada saat ini yang hanya menurunkan jumlah parasit sekitar 100-1000 per siklus

aseksual. Selain itu ACT juga dapat membunuh parasit secara cepat sehingga kombinasi ACT

ini direkomendasikan oleh WHO sebagai obat antimalaria. Beberapa kombinasi ACT yang

direkomendasikan oleh WHO untuk pengobatan malaria adalah artemeterlumefantrin, artesunat-

amodiakuin, artesunat-meflokuin, dan artesunatsulfadoksin- pirimetamin.5 Selanjutnya WHO

juga merekomendasikan kombinasi obat baru untuk pengobatan malaria falciparum tanpa

komplikasi dengan Dihydoartemisinin piperakuin (DHP), yang saat ini juga telah digunakan di

beberapa negara termasuk Indonesia.6

ACT yang merupakan kombinasi artesunat-amodiakuin (AAQ) sudah diperkenankan

dan digunakan oleh program malaria sejak tahun 2004 tetapi tidak berdasarkan hasil penelitian

di Indonesia. Hasil dari beberapa uji klinik AAQ menunjukkan efikasi yang beragam, sehingga

dibutuhkan dan disiapkan ACT alternatif efektif yaitu Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP)

dalam rangka eliminasi. DHP telah digunakan di Papua sejak 2006 dan hasil uji klinik

menunjukkan DHP lebih baik dibandingkan dengan AAQ.7

Saat ini adanya perhatian yang lebih terhadap akan munculnya dan kemungkinan

penyebaran resistensi falciparum terhadap ACT. Monitoring rutin penggunaan ACT sangat

penting untuk perubahan kebijakan pengobatan dan membantu deteksi cepat perubahan

sensitivitas P. falciparum terhadap artemisinin.7 WHO terus melacak resistensi malaria terhadap

artemisinin, komponen utama obat malaria yang dikenal dengan terapi kombinasi berbasis

artemisinin. Selain itu WHO saat ini merekomendasi monitoring ACT setiap 2 tahun pada

semua daerah sentinel dan perubahan kebijakan pengobatan obat anti malaria yang mengalami

Page 20: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

3

kegagalan 28 atau 42 hari (tergantung obat yang digunakan) dan melebihi 10%.8 Empat negara

di Asia Tenggara melaporkan resistensi artemisinin pada tahun 2013. 9

Propinsi Gorontalo salah satu daerah endemis malaria di Indonesia, Laporan Dinkes

Prov. Gorontalo tahun 2014 Angka API (Annual Parasite Incidence) selama 2 tahun terakhir

mengalami penurunan, tahun 2013 sebesar 1.2/1000 penduduk, pada tahun 2014 sebesar

0.8/1000 penduduk.

Selain itu Propinsi Sulawesi Tengah juga daerah endemis malaria, data dari Dinkes

tahun 2014 API sebesar 1.3/1000 penduduk sedangkan pada tahun 2015 sebesar 0.10/1000

penduduk. Di semua wilayah kabupaten/kota ditemukan kasus malaria dan yang paling banyak

di Kab. Donggala dan Kab.Toli-Toli.10

Saat ini telah digunakan ACT yaitu Dihydroartemisinin Piperaquin (DHP), upaya

pengobatan dengan menggunakan DHP telah dilakukan tetapi sampai saat ini kasus malaria

masih tinggi. Munculnya malaria falciparum yang resisten seperti yang dilaporkan beberapa

penelitian akan menjadi masalah utama terhadap kegagalan eradikasi malaria dan belum ada

obat lain yang tersedia untuk mengantikan artemisinin yang sama efektifnya.

Setelah digunakan sejak tahun 2008, kombinasi DHP dan Primakuin (PQ) belum pernah

dievaluasi di provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Oleh karena itu evaluasi penggunaan

DHP ini penting dilakukan untuk mengkaji apakah kombinasi DHP ini masih cukup efektif

untuk mengobati malaria P.falciparum dan P.vivax.

Kurang efektifnya obat anti malaria terhadap Plasmodium merupakan masalah di daerah

endemik karena dapat menyebabkannya terjadi resistensi. Tiga faktor yang mempengaruhi

kecepatan terjadinya kurang efektifnya obat anti malaria, Faktor tersebut adalah faktor

operasional misalnya dosis subterapik, kepatuhan inang yang kurang, faktor farmakologik dan

faktor transmisi malaria, termasuk intensitas, drug pressure dan respon imun inang.11

B. Perumusan Masalah Penelitian

Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah masih merupakan daerah endemis malaria dan

upaya pengobatan dengan menggunakan DHP telah dilakukan tetapi sampai saat ini kasus

Page 21: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

4

malaria masih tinggi.DHP telah digunakan sejak tahun 2013 tetapi sampai sekarang belum

pernah dilakukan monitoring penggunaannya di lapangan

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum:

Memonitoring efektifitas dari DHP pada pengobatan malaria yang disebabkan P.

falciparum dan P.vivax tanpa komplikasi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Tujuan khusus:

1. Menentukan efektivitas klinis dan parasitologi dari pengobatan DHP pada pasien

malaria yang disebabkan oleh P. falciparum tanpa komplikasi, dengan mengukur

proporsi adequate clinical and parasitological response (ACPR),early treatment

failure, late clinical failure, dan late parasitological failure.

2. Menentukan fever clearance time, parasite clearance time, response hematologi,

dan post-treatment gametosit dari pengobatan DHP.

3. Menentukan variabel perancu (berat badan, umur, rekrudensi)

4. Mengevaluasi efek samping

5. Mengevaluasi adanya adverse events.

D. Manfaat Penelitan

1. Bahan informasi tentang efektivitas DHP pada pengobatan malaria yang disebabkan P.

falciparum dan P.vivax.

2. Bahan pertimbangan bagi pengelola program malaria dan kebijakan kesehatan dalam

pengendalian malaria.

3. Memberikan sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan tentang efektivitas DHP

Page 22: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengobatan malaria umumnya mengacu kepada rekomendasi Badan Kesehatan Dunia

(World Health Organization /WHO) yang disesuaikan dengan kemampuan dan status malaria di

Indonesia serta perkembangan ilmu. Depkes sendiri mempunyai pedoman yang diperbaharui

sesuai kebutuhan.

Menurut WHO tahun 2001 Obat antimalaria yang tersedia di dunia umumnya dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Obat antimalaria kelompok kuinolin (chloroquin, kina, primaquin, amodiaquin,

mefloquin, dan halofantrin)

2. Obat antimalaria kelompok anti folat (sulfadoksin, pirimetamin, proguanil,

chlorproguanil dan dapson)

3. Obat antimalaria kelompok baru (artemisinin, lumenfantrin, atovakuon, tafenokuin,

pironaridin, piperaquin dan artemisin, WR 99210 dan antibiotik)

A. Golongan Artemisin

Berasal dari tanaman Artemisinin annua L.(bahasa Cina : Qinghaosu). Termasuk

kelompok seskuiterpen lakton yang mempunyai beberapa formula seperti : artemisinin,

artemeter, arte eter, artesunat, asam artelinik dan dihidroartemisinin. Obat ini bekerja

sangat cepat dengan waktu paruh kira-kira 2 jam, larut dalam air, bekerja sebagai obat

sizontosidal darah.

Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian tunggal menimbulkan

rekrudensi, oleh karena itu direkomendasikan untuk dipakai dalam kombinasi dengan obat

anti malaria lain, dengan demikian juga akan memperpendek lama pemakaian obat. Obat

ini cepat diubah dalam bentuk aktifnya dan tersedia dalam bentuk oral, parenteral/injeksi

dan suppositoria.

Dimasa sekarang dengan berkembangnya dan membaiknya fasilitas pemeriksaan

laboratorium, diagnosa malaria diusahakan ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

mikroskopi. Di daerah yang sudah mempunyai data efikasi obat antimalaria standar,

Page 23: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

6

pengobatan dengan obat antimalaria kombinasi sangat direkomendasikan dan harus

diberikan dengan pengobatan radikal.

Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan

memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan Artemisinin telah

dipilih sebagai obat utama karena efktif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan

pengobatan. Selain itu Artemisinin juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua

stadium termsuk gametosid. Juga efektif terjadap semua spesies plasmodium. Laporan

kegagalan Artemisinin belum dilaporkan hingga saat ini.

Pengobatan kombinasi dilakukan bila sudah ada studi tentang pola resisten di suatu

daerah melalui survei resistensi. Bila suatu obat mengalami resistensi > 25% maka obat

tersebut tidak dianjurkan untuk digunakan. Tujuan terapi kombinasi adalah untuk

meningkatkan efikasi antimalaria maupun aktivitas sinergestik antimalaria dan

memperlambat progresifitas resistensi parasit terhadap obat-obat yang baru.

Artemisinin dipilih sebagai basis terapi kombinasi pada malaria yang penting saat ini

dikarenakan : kemampuan menurunkan parasitemia lebih cepat 10 kali dari pada obat-obat

antimalaria lainnya; mempunyai efek samping yang minimal; 2 juta kasus dilaporkan telah

diobati dengan basis Artemisinin tanpa adanya efek toksis; Artemisinin diabsorbsi cepat

melalui oral; dapat diberikan melalui intravena maulun intramuskular dengan pemberian 1

kali sehari; dapat mengurangi karier gametosit pada manusia; belum ada dilaporkan

resistensi terhadap Artemisinin walaupun sudah lama digunakan di negara Cina.

Penggunaan golongan Artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan

rekrudensi, karena WHO memberikan petunjuk penggunaan Artemisinin dengan

mengkombinasikan dengan obat antimalaria lainnya. Kombinasi obat ini dapat berupa

kombinasi kombinasi obat tetap ( fixed dose) atau kombinasi tidak tetap (non fixed dose).

Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian. Contoh Co-artem yaitu kombinasi

artemeter (20mg) +lumenfantrine (120mg). Dosis Coartem 2x4 tablet sehari selama 3 hari.

Kombinasi tetap lainnya Dihidroartemisinin (40mg)+ piperaquin (320mg) yaitu Artekin.

Dosis Artekin untuk dewasa : dosis awal 2 tablet, 8 jam, 24 jam dan 32 jam kemudian,

masing-masing 2 tablet.

Page 24: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

7

Kombinasi ACT yang tidak tetap saat ini misalnya :

1. Artesunat + Mefloquin

2. Artesunat + Amodiaquin

3. Artesunat + chloroquin

4. Artesunat + Sulfadoksin-pirimetamin

5. Artesunat + pyronaridine

6. Artesunat + chlorproguanil-dapson(CDA/Lapdap plus)

7. Dihidroartemisinin + Piperaquin+ Trimethoprim (Artecom)

8. Artecom +Primaquin (CV8)

9. Dihidroartemisinin + naphthoquinDari kombinasi di atas yang tersedia di Indonesia saat ini ialah kombinasi Artesunat

+ Amodiaquin dengan nama dagang Artesdiaquin atau Artesumoon. Artesdiaquin tersedia

untuk program yang saat ini diedarkan ke 10 propinsi. Obat ini dalam sediaan terpisah yaitu

tablet kecil Artesunat 50 mg sebanyak 12 tablet; dan tablet besar amodiaquin 200 mg

sebanyak 8 tablet, dikemas dalam 1 dos.

Dosis untuk orang dewasa yaitu Artesunat (50mg/tablet) 200mg pada hari I-III(4

tablet). Amodiaquin (200mg/tablet) yaitu 3 tablet hari I-II dan 1,5 tablet hari III.

Artesumoon adalah kombinasi yang dikemas sebagai blister dengan aturan pakai tiap

blister/hari (artesunat+amodiaquin) diminum selama 3 hari. Dosis amodiaquin adalah 25-30

mg/kg BB selama 3 hari.Catatan : untuk pemakaian obat golongan Artemisinin harus

disertai /dibuktikan dengan pemeriksaan parasit positif.

B. Pemantauan Respon Pengobatan/Deteksi Resistensi terhadap Obat Malaria

Pemantauan respon pengobatan sangat penting untuk deteksi dini kegagalan

pengobatan, untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas.

Page 25: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

8

1.Tes in vivo

Secara praktis dugaan resistensi terhadap obat malaria dapat dilihat pada kasus akut

malaria Falciparum yang tidak berespon dengan pengobatan standar atau terjadi

rekrudesensi dari gejala dan parasit dalam darah yang terdeteksi setelah hilang sementara

waktu oleh karena pengobatan. Kriteria untuk mengetahui parasit malaria resisten terhadap

4 Aminokuinolin dipergunakan sejak tahun 1974 sebagai prosedur baku untuk menentukan

respon parasit malaria terhadap kloroquin dan telah direkomendasi oleh WHO. Tes in vivo

meliputi tes standard yaitu dilakukan pemeriksaan darah tetes tebal malaria setiap hari

selama 7 hari yang biasanya dilakukan di Rumah Sakit atau Puskesmas rawat nginap; atau

tes diperpanjang/lengkap ( extended test) yang biasanya dilakukan di lapangan / di lokasi

yaitu tes selama 28 hari, pemeriksaan malaria ditambah dengan hari 14, 21 sampai 28 hari

setelah pengobatan.

Untuk mengetahui mengetahui resistensi lebih awal dipergunakan tes 3 hari

( Simplified 3 days resistency test ) yaitu dilakukan pemeriksaan malaria tiap hari

sampai 48 jam setelah pengobatan ( hari ke 3).

Interpretasi hasil tes:

a. Resistensi derajat III : bila parasit tidak menurun atau malahan naik pada standard tes 7

hari; atau hitung parasit pada 48 jam pengobatan tidak turun di bawah 75%

dibandingkan hari I (sebelum terapi) pada tes 3 hari.

b. Resisten derajat II : bila parasit menurun tetapi tidak pernah hilang selama 7 hari atau

hilang sementara kemudian muncul kembali pada hari ke 7 pada tes standar.

c. Resisten derajat I dini : parasit menjadi negativ selama 7 hari tetapi muncul kembali

setelah hari ke 8 sampai hari ke-14.resistensi derajat I kasep : parasit menjadi negativ

selama 7 hari tetapi muncul kembali setelah hari ke- 15 sampai hari ke-28.

Tes resistensi di atas hanya ditentukan berdasarkan pemeriksaan parasit, oleh karena

itu WHO pada tahun 1996 yang disempurnakan pada tahun 2001 menetapkan penentuan

respon terhadap pengobatan yang memasukkan kriteria klinis di samping pemeriksaan

parasitologis.

Protokol standard WHO mengklasifikasikan penilaian efikasi obat berdasarkan 4

kategori, yaitu:

Page 26: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

9

1. Kegagalan Pengobatan Dini (KPD)/ Early Treatment Failure (ETF)

a. Munculnya tanda bahaya atau malaria berat pada hari pertama sampai hari ke 3 sejak

dijumpainya parasitemia (H1,H2,dan H3 serta Parasitemia)

b. Parasitemia pada hari ke 2 lebih tinggi dari pada hari ke 0 ( H2>H0)

c. Parasitemia pada hari ke 3 lebih besar atau sama dengan 25% hari ke 0 ( H3≥25%

H0)

d. Parasitemia pada hari ke 3 dengan temperatur aksila≥ 37,50C.

2. Kegagalan Pengobatan Kasep (KPK/(Late Treatment Failure (LTF)

a. Late Clinical Failure (LCF)

- Berkembangnya menjadi tanda bahaya atau malaria berat setelah 3 hari sejak

kemunculan parasitemia tanpa sebelumnya dijumpai kriteria Early Treatmet

Failure (Jenis parasit=H0)

- Munculnya parasitemia dan suhu aksila ≥37,50C (riwayat demam) pada salah satu

hari sejak hari ke 4 sampai hari ke 28 tanpa sebelumnya dijumpai kriteria Early

Treatment Failure

b. Late Parasitological Failure ( LPF)

- Ditemukannya parasitemia pada salah satu hari sejak hari ke 7 sampai

hari ke 28 dan suhu aksila 37,50C, tanpa sebelumnya dijumpai salah

satu kriteria Early Treatment Failure dan Late Clinical Failure

3. Respon Klinik dan Parasitologi Memadai (RPKM)/Adequate clinical and

parasitological response (ACPR):

- Hilangnya parasitemia pada hari ke 28 tidak berhubungan dengan suhu aksila

tanpa sebelumnya dijumpai salah satu kriteria ETF.LCF dan LPF atau tidak ada

parasitemia selama diikuti.

2. Tes in vitro

Dengan menggunakan tes standart kit yang didistribusi oleh WHO di Manila.

Medium yang sama digunakan pada TRAGER’S kultur. Tes terdiri dari:

Page 27: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

10

a. piringan plastik ukuran 8x12cm mengandung 12 macam obat yang diencerkan

(Kloroquin, quinine atau mefloquin sesuai kebutuhan)dan kontrol.

b. darah heparin/EDTA diteteskan pada medium, kemudian diinkubasi pada suhu

37,50C selama 24-36 jam.

c. Setelah itu supernatan diambil dan dibuat preparat tebal.

d. Setelah pengecatan hasil tes didapat dengan menghitung proporsi schizont dewasa

dibandingkan dengan kontrol.

Page 28: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

11

III. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

PenggunaanACT

Resistensi plasmodium terhadap Chloroquinedan Sulfadoksin Pirimetamin

Kegagalanpengobatan

Peningkatan kasusmalaria, KLB

malaria dan anemia

Aktivitassinergistik dan

perbaikan efikasipengobatan

Sangat cepatmenurunkan

gejala klinis danparasitemia.

Mutasi gen (dhfr, dhps, pfcrt, pfmdr1)

Malaria berat dankematian

1. Faktor operasional : dosis subterapeutik.2. Faktor farmakologik : rendahnya kadar puncak obat dalam

plasma darah pada dosis terapi3. Faktor transmisi malaria : intensitas, drug pressure dan

imunitas

Page 29: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

12

Faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi yaitu faktor operasional, farmakologi dan

transmisi malaria. Resistensi obat anti malaria seperti chlorokuin dapat menyebabkan

terjadinya malaria berat sampai pada kematian. Untuk mengatasi resistensi digunakan obat

Artemisinin Combination Terapi (ACT), yang sangat cepat menurunkan tingkat parasitemia.

B. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini variable independen yaitu DHP dan variable dependen yaitu densitas parasit

(ACPR, ETF, LCF, LPF), efek samping dan rekrudensi

Gambar 2. Kerangka konsep

Densitas parasit sampai hari ke 42Densitas parasit hari ke 0

- Berat badan- Umur- Rekrudensi

Dihydroartemisinin Piperaquine(DHP)

- Early treament failure (ETF)- Late Clinical Failure (LCF)- Late Parasitological Failure (LPF)- Adequate clinical and

parasitological response( ACPR)

Efek samping

Page 30: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

13

C. Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Operasional Hasil ukur Skalapengukuran

1. Penderita malariaP.falciparum danP.vivax

Orang yang menderitamalaria P.falciparum atauP.vivax

Pemeriksaanmikroskopis(positif malariadan negatifmalaria)

Ordinal

2. DihydroartemisinPiperaquine (DHP)

Obat malaria kombinasiderivat artemisinin denganpiperaquine yangdigunakan sebagai obatstandar

3. Early TreatmentFailure (ETF)

a. Munculnya tanda bahayaatau malaria berat pada harike-1, 2, atau 3 dengandisertai parasitaemia

b. Parasitemia pada hari ke-2lebih tinggi dari pada harike-0 (H2 >H0)

c. Parasitemia pada hari ke-3lebih besar atau samadengan 25% parasitaemiahari ke-0(H3 ≥25% H0)

d. Parasitemia pada hari ke-3dengan temperatur aksila≥37,50C.

1. Ya2. Tidak

Ordinal

4. Late ClinicalFailure (LCF)

a. Munculnya tanda bahayaatau malaria berat disertaiparasitemia pada salah satudiantara hari ke-4 hinggahari hari ke-28 padapasien yang sebelumnyatidak dijumpai kriteriaEarly Treatmet Failure

b. Munculnya parasitemiapada salah satu haridiantara hari ke-4 hinggahari ke-28 dengan suhuaksila ≥37,50C, padapasien yang sebelumnyatidak dijumpai kriteriaEarly Treatmet Failure.

1. Ya2. Tidak

Ordinal

5. Late ParasitologicalFailure (LPF)

munculnya parasitemia padasalah satu diantara hari ke-7

1. Ya2. Tidak

Page 31: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

14

hingga hari hari ke-42 dengansuhu aksila ≥37,50C, padapasien yang sebelumnya tidakdijumpai kriteria EarlyTreatmet Failure atau LateClinical Fai ure

6. Adequate Clinicaland ParasitologicalResponse (ACPR)

Tidak ditemukan parasitemiapada hari ke-28, tanpamemperhitungkan suhu aksila,pada pasien yang sebelumnyatidak dijumpai kriteria EarlyTreatmet Failure, LateClinical Failure, atau LateParasitological Failure

1. Ya2. Tidak

Ordinal

7. Berat badan Berat responden pada saatpengukuran yang dihitungdengan kg

Ordinal

8. Rekrudensi Terinfeksinya kembali subyekpenelitian setelah diberikanpengobatan

Ordinal

9. Keberhasilanpengobatan

Berhasilnya obat menunjukkanefektifitas pengobatan.Keberhasilan pengobatandibagi menjadi 2 kategori:

1. Berhasil, jikaproporsikegagalanpengobatan ≤10%

2. Tidakberhasil, jikaproporsikegagalanpengobatan≥10%

10. Penurunanefektifitas

Terjadinya kegagalanpengobatan ACT yangditandai dengan proporsi totalkegagalan pengobatan ≥ 10%.

Page 32: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

15

Skrining pasien (menilaieligibility) (n=….)

Dikeluarkan (n =….)Tidak memenuhi criteria inklusi (n =….)Menolak untuk berpartisipasi (n = ….)

Alasan lain (n = ….)

Menerima pengobatan DHP (n =….)

Lost to follow-up (alasan) (n = ….)Pengobatan tidak berlanjut (alasan)

(n = ….)

Analysis (n = ….)Dikeluarkan dari analysis (alasan)

(n = ….)

Dimasukkan dalam penelitian(n = ….)

(follow up 42 hari)

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi prospektif single-arm yang dilakukannya evaluasi respons

klinis dan parasitologi dengan mengamati secara langsung pengobatan terhadap penderita

malaria P. falciparum dan P. vivax tanpa komplikasi.12

Gambar 3. Bagan desain Penelitian

Inform consent

Page 33: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

16

E. Hipotesis

DHP efektif secara klinis dan parasitologi pada pengobatan malaria yang disebabkan

oleh P. falciparum dan P. vivax tanpa komplikasi

F. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Tengah dan waktu penelitian mulai

Maret sampai dengan November 2016.

G. Populasi dan Sampel

1. Definisi Populasi dan SampelPopulasi penelitian adalah seluruh penduduk yang tinggal di lokasi penelitian yaitu di

wilayah Propinsi Sulawesi Tengah.

Sampel penelitian adalah penduduk yang didiagnosis sebagai penderita malaria

falciparum dan P. vivax berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis.

2. Kriteria Inklusi dan EksklusiKriteria Inklusi

Umur pasien di atas 6 tahun

Positif menderita malaria P.falciparum dan P.vivax

Densisitas Parasit 500-10.000/ul

Riwayat panas dalam waktu 48 jam

Temperatur aksila>37.5oC

Hb ≤ 12/gr%

Mampu datang untuk kunjungan follow-up dan punya akses mudah ke fasilitas

kesehatan

Catatan :

a. Penimbangan badan akan dilakukan untuk penentuan dosis pengobatan

b. Temperatur – aksila, kalau<36o C diulang,

c. Microskopik-WHO,1991-Giemsa pH7.2

d. Parasit per ul= jml parasite per 8000 leukosit

e. Prosedur folow-up :

Page 34: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

17

Jumlah kasus yang tidak dapat menyelesaikan (drop-out) harus<10%

Drop-out termasuk:

1) Adanya penyakit yang muncul selama folow-up yang akan mengganggu hasil

2) Kepindahan penderita dari tempat studi ke luar jangkauan folow-up aktif

3) Kegagalan untuk menyelesaikan pengobatan karena pembatalan informed

concent

4) Pemberian obat antimalarial oleh pihak ke tiga selama follow up

5) Deteksi adanya infeksi campuran selama follow up

Kriteria Eksklusi Adanya tanda-tanda menjadi malaria berat. Adanya alergi terhadap golongan Artemisinin. Ibu hamil dan/atau ibu menyusui.

Kurang gizi berat Demam karena penyakit lain termasuk mixed infection

Minum obat antimalaria sebelum dan selama follow up. Minum antibiotik

Tidak menderita malnutrisi berat Tidak ada Tanda bahaya atau gejala malaria berat dan malaria dengan komplikasi Tidak ada gejala panas karena penyakit lain

3. Besar SampelPenghitungan besar sampel didasarkan pada pada perkiraan proporsi kegagalan

pengobatan dengan DHP, confidence level, dan presisi yang diinginkan.

Rumus sampel

(α/2) 2.p(1-p)N = ----------------------

d2

Dengan asumsi proporsi kegagalan pengobatan DHP di area penelitian sebesar 13%7,

pada confidence level 95% dan presisi 10%, dibutuhkan besar sampel minimum

sebanyak 44 pasien. Untuk memungkinkan loss to follow-up dan withdrawal sebesar

20% selama 42 hari waktu follow-up, dibutuhkan sebanyak total 55 pasien untuk

Page 35: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

18

diikutkan dalam penelitian. Sampel diperoleh saat penderita malaria berobat ke

Puskesmas dan survei malaria di lapangan.

4. Cara Pemilihan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang tinggal di lokasi penelitian yaitu di

wilayah Propinsi Sulawesi Tengah.

Sampel penelitian adalah penduduk yang didiagnosis sebagai penderita malaria

falciparum dan P. vivax berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen Lapangan : - Alat untuk pengambilan, pewarnaan dan pemeriksaan. mikroskop

compound, timbangan badan, termometer suhu, lancet, kapas,

slide, tisue, FTA, giemsa, air mineral, FTA dan kuesioner.

Laboratorium :

Alat untuk isolasi DNA yaitu falcone tube, micropipet, vortex,

waterbath, blue dan yellow tip, sentrifuge, alkohol, metanol,

FTA, Etanol, SE buffer,quanidine, kloroform, erythrocylen liysis

buffer kloroform Isopropanol,NaCl, TE buffer.

Alat untuk amplifikasi gen dengan menggunakan genotype markers: Merozoite

Surface Protein 1 (MSP1) dan Merozoite Surface Protein 2 (MSP2) dan

Glutamate Rich Protein (GLURP).

Cara pengumpulan data

Penemuan penderita

Cara pengumpulan data dengan cara

Page 36: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

19

- Penemuan penderita malaria P.falciparum atau P.vivax tanpa komplikasi yang

dilakukan di Puskesmas dan di lapangan.

- Melakukan pemeriksaan fisik, berat badan, suhu tubuh, pemeriksaan sediaan

darah (pada H0, H1, H2, H3, H7, H14, H21, H28 dan H42) serta pemeriksaan

hematologi.

Wawancara :

Wawancara menggunakan kuesioner.

I. Bahan dan Prosedur pengumpulan data

1. Bahan

Lapangan yaitu alkohol, methanol, giemsa, lancet, slide, kapas, tissue emersi oil,

termometer suhu dan kertas saring (FTA card) serta kantung plastik.

Laboratorium yaitu untuk isolasi DNA metode Chelex 100 (menggunakan FTA

card) atau Guanidin Isothiocyanate (menggunakan darah penderita) amplifikasi gen

msp1, msp 2 dan glurp menggunakan 2 pasang primer forward dan reverse dengan

menggunakan nested PCR menggunakan primer forward OKI 1 5’TAG AAG ATG

CAG TAT TGA CAG GTT A 3’ dan primer reverse OKI 2 5’ ATT CTA ATT

CAA GTG GAT GAC TAA ATA A -3’, erythrocyte lysis buffer, SE buffer,

guanidine isothiocyanate , klorofom, NaCl, isopropanol, etanol 70%, TE buffer,

tissue dan falcon tube.

MSP 1 M1-OF 5'-CTA GAA GCT TTA GAA GAT GCA GTA TTG-

3'

M1-OR 5'-CTT AAA TAG TAT TCT AAT TCA AGT GGA

TCA-3'

MSP 2

M2-OF 5'-ATG AAG GTA ATT AAA ACA TTG TCT ATT

ATA-3'

M2-OR 5'-CTT TGT TAC CAT CGG TAC ATT CTT-3'

Primer PCR GLURP G-F3: 5’- ACA TGC AAG TGT TGA TCC TGA AG -3’

Page 37: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

20

G-F4: 5'-TGT AGG TAC CAC GGG TTC TTG TGG-3'

Primer PCR GLURP

(Nested)

G-NF: 5’-TGT TCA CAC TGA ACA ATT AGA TTT AGA

TCA -3’

G-F4: 5'-TGT AGG TAC CAC GGG TTC TTG TGG-3'

Prosedur Kerja

1. Tahap persiapan

Mempersiapkan peralatan dan bahan survei.

Mempersiapkan surat ijin penelitian di lokasi penelitian

Melakukan membentuk tim pelaksana di Propinsi dan Kabupaten pada saat

survei pendahuluan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penemuan penderita malaria P.falciparum, ada 2 kegiatan yaitu

Menunggu penderita demam yang datang memeriksakan diri ke Puskesmas.

Setiap pasien yang datang kepuskesmas dalam keadaan demam, akan

diambil data demografi dasar (nama, umur, dan jenis kelamin) dan dilakukan

pemeriksaan fisik (suhu tubuh, berat badan, dan hemoglobin) oleh dokter

puskesmas, serta dilakukan pengambilan sediaan darah tepi akan dilakukan

oleh petugas mikroskopis puskesmas dan akan dibuat sediaan tebal dan tipis

dan selanjutnya akan diperiksa dengan mikroskop, kemudian akan dicatat

dalam form. Jika pasien dinyatakan positif menderita malaria P.falciparum

atau P.vivax dan memenuhi semua kriteria penelitian maka disertakan dalam

penelitian.

Melakukan pencarian penderita demam di lapangan. Pencarian penderita

malaria P.falciparum dilapangan dilakukan di desa yang endemis malaria.

Survei ini akan dilakukan oleh peneliti dan petugas puskesmas. Survei ini

diawali dengan mengumpulkan masyarakat pada suatu tempat yang telah

ditetapkan dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Setiap masyarakat yang

datang dalam keadaan demam dan mau diperiksa akan diambil data

Page 38: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

21

demografi dasar (nama, umur, dan jenis kelamin) dan dilakukan pemeriksaan

fisik (suhu tubuh, berat badan, dan hemoglobin) oleh dokter. setelah itu

dilakukan pengambilan sediaan darah tepi akan dilakukan oleh petugas

mikroskopis puskesmas dan akan dibuat sediaan tebal dan tipis dan

selanjutnya akan diperiksa dengan mikroskop, kemudian akan dicatat dalam

form. Jika pasien dinyatakan positif menderita malaria P.falciparum atau

P.vivax dan memenuhi semua kriteria penelitian maka disertakan dalam

penelitian. Yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan klinis malaria

yaitu dokter puskesmas.

b. Persetujuan Setelah Penjelasan

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi, kepada pasien atau

orang tua pasien (untuk pasien anak-anak) diberikan penjelasan yang cukup

dan mengisi informed consent.

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi juga akan diminta

mengisi kuesioner yang telah disediakan untuk mengetahui riwayat

penyakit malaria dan obat anti malaria yang telah digunakan sebelumnya.

c. Pemberian obat DHP

Sebelum minum obat DHP pasien mendapatkan penjelasan tentang cara

minum DHP tablets dalam 3 hari dengan pembagian dosis 10mg

basa/kgBB/hari/oral pada Hari 0 (H0) dan Hari ke 1 (H1) serta 5 mg

basa/kgBB/hari/oral pada Hari ke 2 (H2) Pemberian obat DHP akan

dilakukan oleh dokter puskesmas.

Untuk mendapatkan compliance pengobatan yang baik, semua pasien

diawasi oleh petugas kesehatan saat minum obat dan diobservasi adanya

perubahan gejala dan keluhan selama pengobatan yang sebelumnya tidak

ada. Jika suhu aksila ≥ 38°C, pasien diberi paracetamol 10 mg/kgBB setiap

8 jam.

Penemuan penderita malaria selain P.falciparum atau P.vivax segera

diobati dengan obat anti malaria yang sama.

Page 39: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

22

d. Follow up pasien.

Follow up pada penderita akan dilakukan oleh petugas puskesmas dengan

mengunjungi rumah penderita. Follow up dilakukan dengan pengambilan

sediaan darah jari pada hari H1, H2, H3, H7, H14, H21, H28 dan H42,

Selanjutnya sediaan darah diwarnai dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis.

Loss to follow terjadi ketika pasien subyek penelitian tidak kembali pada saat

kunjungan yang telah dijadwalkan atau pasien tersebut tidak dapat

ditemukan.

Pasien subyek penelitian dikatakan withdrawn ketika memenuhi kriteria

berikut ini

- Mengundurkan diri dengan keputusan sendiri dari penelitian.

- Gagal menyelesaikan pengobatan karena:

Muntah terus menerus. Pasien yang muntah dua kali setelah diberi

pengobatan akan dikeluarkan dari penelitian dan diberikan pengobatan

penyelamatan.

Tidak datang pada kunjungan yang telah dijadwalkan pada 3 hari

pertama.

Munculnya adverse event yang serius yang mengharuskan

pemberhentian pengobatan sebelum waktu penelitian selesai.

Pelanggaran terhadap kriteria pemilihan sampel:

- Munculnya tanda malaria berat pada hari ke-0, atau

- Kesalahan memilih pasien yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria

pemilihan sampel

Pelanggaran protocol oleh pasien subyek penelitian atau pihak lain

yang disebabkan oleh pemberian obat antimalaria atau antibiotik

dengan kemampuan antimalaria.

Munculnya penyakit lain selama follow-up yang mempengaruhi

kejelasan klasifikasi hasil pengobatan.

Adanya mono-infeksi dengan spesies Plasmodium lainnya selama

Page 40: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

23

waktu follow-up.

Misklasifikasi pasien karena kesalahan laboratorium (parasitaemia),

yang menyebabkan harus diberikannya pengobatan penyelamatan.

Adanya re-infeksi yang teridentifikasi pada saat analisis PCR.

e. Penanganan pasien parah

Bila selama pemantauan ini terdapat gejala atau tanda malaria berat atau

komplikasi, pasien dikeluarkan dari penelitian dan dirujuk ke rumah sakit

untuk diterapi sesuai dengan standar pengobatan malaria berat, misalnya

dengan Quinine dihydrocloride per intravena dan terapi penunjang lainnya

sesuai dengan kondisi pasien.

3. Pengambilan SD dan Penghitung Kepadatan Parasit

Apusan sediaan darah dibuat sesuai prosedur yang ditetapkan WHO (1991)13, sebagai

berikut:

- Ujung jari yang telah dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, diusuk dengan

lancet steril, tetes darah pertama dihapus dengan kapas kering dan tetes darah

kedua ditempelkan pada kaca sediaan yang telah diberi nomor, kode dan tanggal

pemeriksaan, diambil sebanyak 2-3 tetes darah dan kemudian dilebarkan dengan

ujung gelas objek, sehingga membentuk lingkaran dengan diameter kira-kira 1 cm.

- Sediaan darah tetes tebal dibiarkan di udara terbuka sampai kering, kemudian

diwarnai dengan giemsa 5% dibiarkan selama 15-20 menit. Sediaan darah

kemudian dicuci dengan hati-hati, dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.

Pemeriksaan dibawah mikroskop untuk mengetahui jenis Plasmodium yang

menginfeksi.

- Kepadatan parasit dihitung dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit

dalam sediaan darah tebal dan jumlah leukosit rata-rata 8000/µl darah, sehingga

jumlah parasit dapat dihitung dengan cara :

Jumlah parasit/µl darah = jumlah parasit yang terhitung x 8000

Jumlah leukosit terhitung

Page 41: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

24

Memenuhi kriteria inklusi

dan esklusi

DHP : Dihydroartemisin Piperaquine

Gambar 4 : Bagan alur pelaksanaan penelitian

Pasien

Pemeriksaan oleh dokter

Riwayat demam 48 jamterakhir/klinis malaria

Pemeriksaan mikroskopis sediaan darah (H0)

P.vivax P.falciparumInfeksi campuran/Mix Negatif

DHPDHP

Evaluasi H1,H2, H3,H7,H14, H21,H28, H42

Penyakit lain

Penemuan penderita malaria P.falciparum

Pasif Aktif

Page 42: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

25

f. Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium

Gejala dan tanda klinik semua pasien dicatat di dalam form.

Dokter, paramedis dan mikroskopis puskesmas telah dilatih terlebih dahulu sebelum

penelitian ini dilaksanakan, Sediaan darah tebal dan tipis dibuat dua buah dan diwarnai

dengan zat pewarna giemsa 10%. Semua sediaan darah diperiksa oleh mikroskopis yang

telah dilatih dan tidak mengetahui keadaan pasien.

Sediaan hapus tebal dikatakan positif jika didapatkan setidaknya satu bentuk parasit

aseksual setelah diperiksa 200 lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali. Usapan

darah tebal dianggap negatif jika tidak ditemukan parasit dalam 200 lapangan pandang

dengan pembesaran 1000 kali.

Kepadatan parasit dihitung per 200 leukosit dan dihitung dengan asumsi jumlah leukosit

pada orang normal rata-rata 8000/µL.

Sediaan darah diambil dari jari dengan usapan tebal dan tipis diambil pada H0,H1, H2,

H3, H7, H14, H21, H28 dan H42 dan pada hari lain dimana pasien mengeluh demam lagi.

Usapan darah tipis digunakan untuk identifikasi spesies parasit. Semua sediaan darah akan

di cross check oleh mikroskopis dari Laboratorium Parasitologi Balitbangkes RI.

Blood blots (20µl) pada kertas FTA dilakukan pada hari dimana pasien diambil darahnya

untuk sediaan darah tebal (H1, H2, H3, H7, H14, H21, H28 dan H42), dan hari dimana

pasien mengeluh demam kembali atau terjadi parasetemia.

Karier gametosit (Gametocytes carriage) dihitung berdasarkan proporsi pasien dengan

gametositemia.

Pemeriksaan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan untuk

membedakan reinfeksi dan rekrudensi akibat kegagalan terapi, dengan menggunakan

genotype markers: Merozoite Surface Protein 1 (MSP1) dan Merozoite Surface Protein 2

(MSP2) dan Glutamate Rich Protein (GLURP). Pemeriksaan PCR akan dilakukan di

Laboratorium Biomolekuler Balai Litbang P2B2 Donggala dan akan didampingi tenaga

peneliti dari Balitbangkes RI. (Terlampir Sertifikat ‘Good Clinical Laboratory Practice

National Training’).

Pemeriksaan hemoglobin dilakukan dengan alat digital metoda strip pada H0, H1, H2, H3,

Page 43: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

26

H7, H14, H21, H28 dan H42.

Observasi klinik terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat dan kemungkinan

adanya tanda atau gejala malaria berat dilakukan selama periode penelitian.

Data hasil follow up dicatat di dalam kartu malaria.

g. Analisis Laboratorium (PCR)

a. Isolasi DNA Metode Chelex Saponin modification

1. Potong blot darah ke ukuran yang sesuai dari kemudian dimasukkan ke dalam tabung

1,5 ml eppendorf.

2. Tambahkan 1 ml 0,5 ml saponin dalam 1 x PBS pH 7,4 kemudian vortex selama 5-10

detik.

3. Inkubasi lebih malam di 4°C.

4. Sentrifugasi 12.000 rpm selama 5 detik.

5. Buang supernatan dengan hati-hati.

6. Tambahkan 1 ml 1xPBS pH 7,4, vortex beberapa kali selama 5-10 detik.

7. Sentrifugasi 12.000 rpm selama 5 detik, dan buang supernatan dengan hati-hati.

8. Ulangi langkah 6-7 sekali lagi.

9. Tambahkan 100ul steril ddH2O + 150ul 20 % Chelex.

10. Inkubasi pada 95°C selama 10 Menit , vortex setiap 2 menit

11. Sentrifugasi 12.000 rpm selama 10 detik

12. Transfer solusi sebanyak mungkin tabung bentuk micro label baru, disimpan pada -

20C atau langsung digunakan untuk PCR amplifikasi

b. Isolasi DNA P.falciparum dengan metode Guanidin Isothiocyanate

1. Disiapkan 2-3ml darah EDTA dalam falcon tube 15 ml kemudian ditambahkan 1 x

erythrocyte lysis buffer sampai 5 kali pengenceran (8-12ml).

2. Tabung dibolak balik 2-3kali supaya campur, kemudian didiamkan di dalam es selama

20 menit.

3. Disentrifugasi 10 menit dengan kecepatan 750 g, kemudian supernatan dibuang,

Page 44: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

27

dinding falcon tube dibersihkan dengan membalikkan tube pada kertas tissue.

4. Ditambahkan 100ul SE buffer, dicampur dengan pipet kemudian dipindahkan kedalam

tabung eppendrof 1,5 ml.

5. Ditambahkan 100ul quanidine isothiocyanate 4M, campu dengan menggunaka pipet.

6. Ditambahkan 700ul kloroform dan 400ul NaCl 4M, dikocok kuat dengan tangan ± 2

menit.

7. Disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit (terjadi 3 fase organik

yaitu bagian atas, tengah dan bawah)

8. Bagian atas dipindahkan ke dalam tabung eppendrof 1,5ml dengan menggunakan pipet

9. Kemudian tambahkan 1x volume isoproponal kemudian dikocok perlahan dengan

tangan.

10.Tabung disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 2 menit, terbentuk pelet

DNA, supernatan dibuang.

11.Pelet DNA dicuci dengan 300 ul etanol 70%, sentrifugasi 10.000 rpm selama 5 menit,

kemudian supernatan dibuang

12.Sisa larutan dihisap dengan tissue (jangan menyentuh endapan DNA)

13.Pelet dikeringkan pada suhu kamar selama 15 menit atau 55°C selama 4-5menit.

14. Pelet ditambahkan TE buffer 1 x sebanyak 100-400ul (tergantung pelet) kemudian

disimpan pada suhu 4°C semalam lalu ditetapkan kadar DNAnya.

c. Pemeriksaan kemurnian dan Kadar DNA.14

1. Dibuat dilusi 2ul DNA ditambahkan 98ul aguades kemudian divortex 20 detik

2. Diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 260nm untuk DNA dan 280

nm untuk protein.

3. Hasil dibaca berupa absorbansi, rasio DNA/protein, konsentrasi DNA (ug/ml) dan

kadar protein (mg/ml). Rasio antara DNA dan protein murni yaitu 1,7-2,0, bila

rasionya kurang dari 1,7 berarti ada kontaminasi protein sedangkan bila rasio lebih dari

2,0 berarti ada kontaminasi RNA dan DNA terputus-putus.

d. Amplifikasi Gen

Page 45: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

28

1. Nested yang pertama akan mengamplifikasi daerah sepanjang 537 bp yang

mengandung kodon 76 dengan menggunakan primer. Tiap campuran terdiri dari 7ul

DNA hasil ekstraksi sebagai cetakan (template), 15 ul green master mix, 2 ul primer

mix (primer forward dan primer reverse) dan 6ul ddH2O dengan volume akhir 30ul.

Amplifikasi dilakukan dengan menggunakan mesin PCR ABI-Applied Biosystem.

2. Kondisi siklus pertama yaitu denaturasi pada suhu 94°C selama 3 menit, annealing

padasuhu 56°C selama 30 detik dan ekstensi pada suhu 60°C selama 1 menit. Pada

siklus berikutnya sampai siklus ke 45 lama denaturasi dipersingkat menjadi 30 detik

tanpa mengubah kondisi lainnya. Pada ekstensi yang terkahir diberi perpanjangan

waktu selama 3 menit.

e. Deteksi Hasil PCR. 14

1. Hasil amplifikasi DNA diperiksa secara elektroforesis pada gel agarose 2% dalam

buffer Tris-Boric acid EDTA/TBE (Tris Boarte 0,045M; ethylene diamine tetra acetic

acid 0,001 M pH 8,0) yang mengandung 1ug/ml etidium bromida dan menggunakan

aparatus elektroforesis Horizontal Mini Sub DNA (Bio-Rad Lab).

2. Sebanyak 7ul larutan DNA hasil PCR dipisahkan dengan tegangan 100 volt selama 20

menit.

3. Visualisasi pita DNA yang telah diwarnai dengan etidium bromida dilakukan dengan

menggunakan ultra violet pada geldoc 1000 imaging system.

J. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan selama 42 hari follow-up akan dianalisis dengan menggunakan

lembar analisis pada Excel spreadsheet yang didesain oleh Global Malaria Programme.

Program yang dikembangkan tersebut juga mendukung double data entry untuk

mengurangi risiko data entry error dan langsung menyediakan informasi tentang criteria

yang dievaluasi pada penelitian ini.12.

Outcome utama (proporsi kesembuhan pada hari ke-42 dan proporsi kegagalan

pengobatan) yang diukur pada setiap hari follow-up akan dianalisis dengan

menggunakan metode Kaplan-Meier, yang memungkinkan data dari pasien yang

Page 46: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

29

mundur dari penelitian (withdrawn) atau yang loss to follow-up untuk diikutsertakan

dalam analisis. Proporsi pasien yang sembuh dan proporsi kegagalan pengobatan pada

hari ke-42 follow-up berdasarkan PCR-corrected dan PCR-uncorrected akan dianalisis

dengan menggunakan metode ini. Sebagai pembanding analisis “per-protocol”

berdasarkan PCR-corrected dan PCR-uncorrected juga akan dilakukan dalam

menghitung kesembuhan pada hari ke-42 dan proporsi kegagalan pengobatan (ACPR,

ETF, ECF, LPF). Analisis dengan metode ini hanya mengikutkan data dari pasien

dengan data primary outcome yang lengkap selama periode follow-up.

Fever clearance time, parasite clearance time, dan kadar hemoglobin akan dianalisis

dengan menggunakan mean dan standar deviasi jika datanya terdistribusi normal dan

menggunakan median, inter quartile range dan range jika datanya tidak terdistribusi

normal (skewed). Adverse events, loss to follow-up, withdrawn, hematologic recovery

pada hari ke-42, dan gametosit pada hari ke-7, 14, 21, 28 dan 42 akan dianalisis dengan

menghitung proporsi.

Untuk mengetahui hubungan antara umur, berat badan dan rekrudensi dengan

keberhasilan pengobatan akan dilakukan analisis logistic regression. Multiple logistik

regression akan dilakukan untuk mengestimasi asosiasi adjusted dengan semua variabel

dan juga untuk mengecek adanya confounding factor. Adanya kemungkinan interaksi

juga akan di selidiki dengan multiple logistic regression dan likelihood ratio test dengan

membandingkan model dengan dan tanpa interaksi. Analisis akan dilakukan dengan

menggunakan program pengolah data STATA 14.

Page 47: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

30

IV. HASIL

Pelaksanaan penelitian diawali dengan survei pendahuluan yang bertujuan untuk

menentukan lokasi penelitian, Kegiatan ini meliputi pengumpulan data kasus malaria

selama tahun 2016 dilanjutkan dengan kunjungan ke puskesmas untuk mengumpulkan data

kasus malaria, mengumpulkan slide malaria yang positif, pengecekan alat dan bahan yang

digunakan pemeriksaan mikroskopis malaria serta melakukan wawancara kepada petugas

mikroskopis dan pengelola malaria di puskesmas.

Provinsi Gorontalo terdiri atas 6 kabupaten/kota yaitu, Kota Gorontalo, Kab.

Gorontalo, Kab. Gorontalo Utara, Kab. Boelemo, Kab. Bone Bolango, dan Kab. Pohuwato,

Dua kabupaten diantaranya merupakan daerah endemis malaria yaitu, Kab. Gorontalo dan

Kab. Pohuwato. Data puskesmas di Kab. Gorontalo menunjukkan bahwa sampai dengan

triwulan 1 2016 jumlah kasus malaria di daerah tersebut yaitu:

a. Puskesmas Telaga biru Kec. Telaga biru, sampel diperiksa 74 SD ( positif 5 kasus)

b. Puskesmas Limboto Kec.Limboto, sampel diperiksa 60 SD (positif 19 kasus)

c. Puskesmas Limboto Barat Kec.Limboto barat, yang diperiksa 47 SD ( positif kasus)

d. Puskesmas Tibawa Kec. Tibawa, sampel diperiksa 118 SD (positif 8 kasus)

e. Puskesmas Dungaliyo Kec. Dungaliyo, sampel diperiksa 606 SD (positif 15 kasus) -

-> ada MBS.

Selain mengumpulkan data kasus malaria, peneliti juga melakukan kunjungan ke

Puskesmas Limboto, serta melakukan wawancara dengan petugas mikroskopis dan mencek

alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis di Puskesmas.

Wilayah Kerja Puskesmas Limboto meliputi 14 desa dan ada lima kelurahan yang

sering terjadi malaria yaitu, Kel. Tulanaa, Kel. Kayu Bulan, Kel. Hungalua, dan Kel. Kayu

Merah, Jumlah kasus malaria yang terjadi selama tahun 2016 yaitu Bulan Januari 16 kasus,

bulan Februari 2 kasus, bulan Maret 2 kasus, bulan April tidak ada kasus. Tenaga

mikrokopis di Puskesmas Limboto dengan latar pendidikan perawat dan telah dilatih

mikroskopis malaria pada tahun 2011, Jumlah mikroskop yang ada di Puskesmas Limboto

berjumlah 2 buah. berdasarkan informasi petugas puskesmas juga pelaksanaan cross check

slide selalu dilakukan oleh petugas Kabupaten, slide yang cross check di periksa langsung

Page 48: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

31

di puskesmas dan Pengunaan obat Dihydroartemisinin piperaquine (DHP) sejak tahun

2012.

Peneliti juga melakukan kunjungan ke Puskesmas Telaga Biru dan wawancara

dengan petugas mikroskopis malaria yaitu ibu Pemi Panigoro dan Petugas pengelola

malaria ibu Yurdan Nani.Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru meliputi 14 desa. adapun

desa yang sering terjadi malaria yaitu Tuladengi, Limo Ato, Tulapatobe, Lopoyo,

Tapalubo, sedangkan jumlah kasus malaria selama tahun 2016 yaitu tujuh kasus malaria

dari delapan puluh enam kasus yang diperiksa, selama pengobatan pada penderita malaria

dengan menggunakan DHP ditemukan ada efek samping obat selama pengobatan DHP.

Ada beberapa slide malaria yang telah dinyatakan positif oleh petugas puskesmas

selanjutnya dilakukan crosscheck di Balai Litbang P2B2 Donggala. Berdasarkan hasil

crosscheck 33 slide positif malaria yang berasal dari Puskesmas Limboto dan Telaga Biru,

semua hasil pemeriksaan negatif.

Kegiatan selanjutnya melakukan survei darah malaria atau Mass Blood Survey

(MBS), kegiatan ini dilakukan berdasarkan hasil survei pendahuluan sebelumnya. Ada pun

Survei MBS dilakukan di Kabupaten yaitu Kab. Gorontalo, Kab. Boelemo dan Kab.

Pohuwato.

Survei MBS dilakukan di lima puskesmas yaitu Puskesmas Telaga biru, Puskesmas

Limboto, Puskesmas Limboto barat, Puskesmas Saritani dan Puskesmas Buntulia. Ada pun

Desa yang pilih untuk pelaksanaan MBS yaitu Kelurahan Dutulanaa, Kelurahan Tinelo,

Kelurahan Ulapato A, Desa Tungalo, Desa Saritani dan Desa Hulawa.

Ada pun jumlah MBS malaria sebagai berikut:

Page 49: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

32

Table 1. Hasil Mass Blood Survey (MBS) Di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bualemo danKabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Tahun 2016

No Nama Kelurahan/Desa Kabupaten Jumlah SDyang di periksa

Hasilpemeriksaan

1 Dutulanaa Kec.Limboto Kab. Gorontalo 41 Negatif2 Tinelo Kec.Limboto Kab. Gorontalo 71 Negatif3 Ulapato A Kec. Telaga biru Kab. Gorontalo 36 Negatif4 Tungulo Kec.Limboto barat Kab. Gorontalo 41 Negatif5 Saritani Kec. Wonosari Kab. Bualemo 41 Negatif6 Karya Indah Kec. Buntulia Kab.Pohuwato 26 Negatif

Jumlah 256

Hasil pemeriksaan dari 256 slide semua negatif selain itu peneliti juga

melakukan cross check terhadap slide positif malaria hasil kegiatan MBS yang telah

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan hasil cross chek juga semua slide

negatif.

Peneliti juga melakukan MBS di Puskesmas Dataran bulan Kec. Ampana Tete.

Ada pun Desa yang pilih untuk pelaksanaan MBS, desa yang endemis malaria Bulan Jaya,

Suka maju dan Girimulyo. Ada pun jumlah MBS malaria sebagai berikut:

Table 2. Hasil Mass Blood Survey (MBS) Di Dataran Bulan Kabupaten Tojo Una UnaProv.Sulawesi Tengah Tahun 2016

No Nama Desa Jumlah SD yang diperiksa

Hasil pemeriksaan

1 Bulan Jaya 27 Negatif2 Sukamaju 65 Negatif3 Girimulyo 135 Negatif

Jumlah 227

Hasil MBS di tiga desa di wilayah Kabupaten Tojo Una Una semua slide negatif.

Page 50: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

33

V. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil MBS selama penelitian di Prov. Gorontalo dan Prov.Sulawesi

Tengah, tidak ditemukan kasus malaria positif tetapi data malaria selama 2 tahun terakhir

masih banyak kasus malaria hal ini dapat disebabkan karena kasus malaria telah menurun

atau karena pemeriksaan mikroskopis malaria yang tidak tepat (positif false).

Masih banyak faktor yang menyebabkan penanggulangan malaria di Indonesia

belum berhasil. Kesalahan atau ketidaktepatan diagnosis Plasmodium malaria merupakan

salah satu faktor penyebab. Kesalahan diagnosis parasit malaria dapat disebabkan karena

pembuatan sediaan darah (apus tebal dan tipis) yaitu mulai dari pengambilan, pengeringan,

pewarnaan dan penyimpanan slide. Langkah awal untuk menentukan Plasmodium malaria

dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat dari warna inti dan sitoplasma Plasmodium,

perubahan warna inti dan sitoplasma dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Pembuatan

sediaan darah yang kurang baik dapat menyebabkan perubahan warna inti dan sitoplasma

Plasmodium.

Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu kemampuan tenaga mikroskopis dalam

mendiagnosis Plasmodium malaria. Penentuan tenaga mikroskopis malaria harus melalui

proses rekrutmen petugas yang tepat, pelaksanaan pelatihan yang baik dan sistem pendukung

lain yang baik/memadai. Kemampuan tenaga mikroskopis harus didukung oleh sistem

supervisi yang baik, alat dan reagen/bahan yang memenuhi standar kualitas, dan jaringan

pendukung (Support Net Work) serta lingkungan kerja laboratorium yang baik.15

Menurut WHO tenaga mikroskopis malaria yang handal harus memiliki

pengetahuan tentang prosedur kerja malaria, tahu tentang perawatan mikroskop sampai

teknik pemeriksaan dalam mengidentifikasi parasit malaria secara benar dan tepat atau

perhitungan tingkat sensitifitas, spesitifitas dan akurasi identifikasi spesiesnya adalah

mendekati 100 %. Oleh karena itu, frekuensi pemeriksaan parasit yang terstandarisasi harus

mencapai 40 slide dalam satu hari sehingga kualitas mikroskopis dapat dipertahankan,

dengan ketentuan bahwa satu kaca sediaan 5 menit dan istirahat 10 menit dan diteruskan 40

slide selanjutnya sampai selesai.16

Page 51: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

34

Kemampuan seorang mikroskopis malaria baik dalam membuat sediaan darah,

mewarnai dan memeriksanya sangat menentukan ditemukan parasit malaria. Oleh karena itu,

ketepatan dan kebenaran pemeriksaan sediaan darah oleh mikroskopis malaria perlu dipantau

dan diamati secara terus-menerus atau berkala sehingga dapat memperoleh data yang valid,

akurat dan terpercaya.

Diagnosa malaria dan identifikasi spesies malaria yang akurat akan menentukan

jenis pengobatan dan juga menentukan kebenaran pelaporan kemanjuran obat. Kesalahan

diagnosis malaria oleh petugas mikroskopis dapat menyebabkan obat anti malaria mengalami

resistensi atau kerusakan organ tubuh pada pasien yang pengobatannya tidak tepat.

Selain dapat mendiagnosis dengan tepat, tenaga mikroskopis di puskesmas harus

memiliki pengetahuan tentang perawatan dan penyimpanan mikroskop dalam suhu kamar.

Semua tindakan tersebut supaya menghindari jamur, bakteri dan partikel lainnya yang

menyerang lensa okuler dan lensa obyektif mikroskop, dan juga mengindari kerusakan

mikroskop yang fatal karena mikroskop sangat sensitif terhadap debu dan tindakan yang

kasar. Sebab, tujuan utama perawatan dan penyimpanan mikroskop adalah untuk

memastikan kesiapan mikroskop dan kualitas hasil pembacaan slide.17

Pemeriksaan mikroskop secara berkala perlu dilakukan oleh teknisi mikroskopis

dalam melakukan pemeriksaan proses pencopotan dan pemasangan kembali mikroskop yang

mengalami kerusakan termasuk proses pembersihan dan lubrikasi. Frekuensi pemeriksaan

mikroskop tergantung pada jumlah waktu pemakaian.

Keterbatasan Penelitian Keberlanjutan penelitian ini sangat ditentukan dengan

penemuan penderita positif malaria di lokasi penelitian. Penelitian ini belum bisa menjawab

tujuan khusus penelitian karena kegiatan yang dilakukan baru survei pendahulaun yang tidak

menemukan kasus positif malaria, dan penelitian ini tidak bisa dilanjutkan karena mengalami

efiisiensi anggaran penelitian.

Page 52: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1.Kesimpulan

Hasil survei pendahuluan menunjukkan kegiatan MBS yang dilakukan tidak

menemukan penderita positif malaria di wilayah Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi

Tengah.

2 .Saran

Perlunya meningkatkan kualitas tenaga mikroskopis puskesmas dalam pemeriksaan

slide malaria.

Page 53: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

36

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, 2012, World Malaria Report 2011, Geneva. akses tanggal 10 maret 2014http://www.who.int/malaria/wmr2008.

2. Kemenkes RI, Eliminasi malaria, 20093. Feachem RGA, Philips AA, Hwang J, Cotter C, Wielgosz B, Greenwood BM, Sabot

O, Rodroguez MH, Abeyasinghe RR, Ghebreyesus TA, Snow RW, 2010. Shrinkingthe malaria map: progrees and prospects. Lancet 376: 1566-1578

4. Tjitra E., 2004. Pengobatan Malaria dengan Kombinasi Artemisinin. In : Simposiumnasional Pengendalian Malaria di Surabaya, tgl 29-30 Nov 2004.

5. WHO, 2006 briefing on Malaria Treatment Guidelinesand artemisinin monotherapies.diakses tanggal 5 Juli 2014 www.who.int/.../atoz/meeting_briefing19april.pdf

6. WHO, 2010, Global Malaria Programme, Effectiveness of Non-Pharmaceutical Formsof Artemisia annua L. against malaria, diakses tanggal 5 juli 2004www.who.int/.../position_statement_herbal_reme

7. Hasugian A.R., Purba H.L.E., Kenangalem E., Wuwung R.M., Ebsworth E.P.,Maristela L., Panttinen P.M.P., Laihad F., Anstey N.M., Tjitra E.,and Price R.N.Dihydroartemisinin-Piperaquine versus Artesunate-Amodiaquine: Superior Efficacyand Posttreatment Prophylaxis against Multidrug-Resistant Plasmodium falciparumand Plasmodium vivax Malaria. UKPMC Funders Group

8. WHO, 2012, Global Malaria Programme, Up on artemisinin resistance, diaksestanggal 8 agustus 2014 www.update-software.com/BCP/.../CD010927.pdf

9. Yenni Y., 2013, Buktinya malaria resisten Artemisinnin di Asia, JurnalBionature,Vol.14 Nomor 2, Oktober 2013

10. Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tengah, 2013, Profile Prov.Sulawesi Tengah.11. White NJ. Delaying Antimalarial Drug Resistance with Combination Chemotherapy.

Parasitologia 1999; 41: 301-308.12.WHO, 2009, Methods for Surveillance of Antimalarial Drug Efficacy, Geneva.13.WHO, 1991, Basic Laboratory Methods in Medical Parasitolgy, Geneva.14. Omar SA, Makokha FW, Mohammed FA, Kimani FT, Magowa G. 2007. Prevalence of

Plasmodium falciparum chloroquine resistance gene markers, pfcrt-76 and pfmdr1-86,eight years after cessation of chloroquine use ini Mwea, Kenya. J Infect.DevelopingCountries ; 1(2);195-201.

15. Depkes RI, (2003).Diagnosis Malaria Namru, Yogyakarta.16. WHO, 2005.Biregional Workshop on Quality Assurance For Malaria Microscopy,

Kuala Lumpur, Malaysia 18-21 Apri 2005.17. Mau F & Desato Y, Studi Kualitas (Quality Assurance) Pemeriksaan Mikroskopis

Malaria Di Pulau Sumba Tahun 2009, J Ekologi Kesehatan Vol.12 No.2: Hal 79-86Juni 2013.

Page 54: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

37

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tengah yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula pada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bualemo, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Pohuwato dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una yang

telah memberikan ijin dan fasilitas selama penelitian ini, Ucapan terima kasih penulis

sampaikan pula pada Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala yang telah memberikan arahan dan

masukan dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih ini juga penulis sampaikan kepada Kepala

Puskesmas Limboto, Kepala Puskesmas Limboto barat, kepala Puskesmas Saritani, Kepala

Puskesmas Buntulia dan Kepala Puskesmas Dataran Bulan yang telah membantu dilapangan

dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terimakasih ini juga penulis sampaikan kepada ibu

Dr. Eko Rahajeng dan Drs. Kasnodiharjo sebagai reviwer dalam penyelesaian laporan akhir

penelitian ini.

Page 55: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

38

Lampiran 1

Naskah Penjelasan dan Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Pemeriksaan darah)

NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEK

DAN FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitannyamuk Anopheles. Propinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah endemis malaria, masih tingginyainsiden malaria di wilayah Gorontalo dan upaya pengendalian yang belum berhasil, hal ini mungkindisebabkan antara lain penggunaan DHP belum maksimal, sehingga dapat menyebabkan resistensi obatanti malaria yang cukup tinggi.

Kami meminta anda untuk turut mengambil bagian dalam penelitian yang berjudul “MENGEVALUASI EFEKTIVITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DHP)PADA PENDERITA MALARIA Plasmodium falciparum TANPA KOMPLIKASI DIWILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016” Penelitian ini bertujuan untukmemperoleh data dan mengukur angka keberhasilan/efektifitas DHP pada pengobatan malariafalciparum tanpa komplikasi.

PEMERIKSAAN DARAH DAN PENGOBATANSetelah anda dinyatakan positif malaria Plasmodium falciparum maka diwajibkan subyek untukmengkonsumsi DHP selama 3 hari berturut-turut. Selain itu juga akan dilakukan pengambilansediaan darah tepi sebanyak 8 (Delapan) kali yaitu pada hari ke H1, H2, H3, H7, H 14, H21, H28 danH42. Untuk pengambilan sediaan darah tepi H1 – H3, waktunya sama dengan waktu minum obat.Subyek akan diberikan Dihydroartemisin piperaquine tablets dalam 3 hari dengan pembagiandosis 10mg basa/kgBB/hari/oral pada H0 daan H1 serta 5 mg basa/kgBB/hari/oral pada H2.Pemberian obat DHP akan dilakukan oleh dokter puskesmas.

KETIDAKNYAMANAN DAN EFEK SAMPING OBATSelama penelitian, subyek akan tersita waktunya sebentar untuk minum obat dan pengambilan darah tepiyang akan dilakukan oleh tenaga medis setempat.Efek samping obat yang kemungkinan akan dirasakan yaitu mual, muntah, kejang otot, dan pusing.

KERAHASIAANUntuk menjaga kerahasiaan sampel dikenali dengan memberikan nomor identitas pengganti nama dandata yang dihasilkan tidak diberikan kepada pihak ketiga.

Page 56: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

39

PERTANYAAN-PERTANYAANApabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda, anda dapat menghubungiJunus Widjaja, SKM, M.Sc (081342767785); Hayani Anastasia ,SKM, MPH (0811459507); PhetisyaPF Sumolang, S.Si (085296599559); dr.Muchlis Syahnuddin (08114511541)..KEIKUTSERTAAN SUKARELA DAN HAK UNDUR DIRIKeikutsertaan anda bersifat sukarela, setiap waktu anda dapat mengundurkan diri tanpa dikenai sanksiatau bayaran. Sebagai tanda terima kasih kami akan memberikan bahan kontak berupa uang sebesarRp.10.000 (Sepuluh ribu rupiah).

KEUNTUNGANDapat mengetahui apakah anda menderita malaria dan mengalami resisten obat anti malaria dan tidaktanpa harus membayar, selain itu akan menerima bahan kontak berupa uang. Pengobatan malariadilakukan oleh petugas puskesmas setempat terhadap penderita yang diketahui positif menderita malaria.Apabila selama proses penelitian terjadi efek samping obat ataupun Kejadian Tidak Diinginkan (KTD),maka subyek akan diobati tanpa dikenakan biaya.

Page 57: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

40

Lampiran 2.

LEMBAR PERSETUJUAN

TANDA TANGAN

Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera di atas ini dan saya telah diberi kesempatan untukmengajukan pertanyaan dan membicarakan proyek penelitian ini dengan anggota tim penelitian. Saya memahamimaksud, risiko, waktu dan prosedur penelitian ini. Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, sayamenyatakan keikutsertaan saya secara sukarela dalam penelitian ini.

Nama Responden Tanggal/bulan/tahun Tanda tangan/cap jempol

Nama Orangtua/Wali Tanggal/bulan/tahun Tanda tangan/cap jempol

Nama Saksi Tanggal/bulan/tahun Tanda tangan/cap jempol

Keterangan:

- Persetujuan dan tanda tangan responden yang berumur dibawah 18 tahun diwakili orang tua/wali- Nama saksi diwakili oleh ketua RT/RW atau Lurah setempat

Page 58: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

41

Lampiran 3KUESIONER

A. Pengenalan Lokasi

1 No rumah :

2 No kode :

3 Propinsi :

4 Kecamatan :

5 Kelurahan :

6 Puskesmas :

7 Desa :

8 RT/RW :

9 Nama Kepala Rumah Tangga

1. Apakah demam dalam 24 jam terakhir?A. Ya (lanjut no.2)B. Tidak

2. Selain demam gejala lain yang dirasakanA. Sakit kepalaB. MualC. Lainnya sebutkan......

3. Apakah ada minum obat anti malaria dalam 2 minggu ini?A. Ya (lanjut ke no. 3)B. Tidak

4. Obat apa yang diminum dalam 2 minggu ini?A. KlorokuinB. SPC. ACT

5. Apakah ada kelainan yang dirasakan saat minum obat?A. MualB. PusingC. Lain....D. Tidak ada

6. Dimana mendapat obat anti malaria :A. Puskesmas D.Lainnya..B. WarungC. Tetangga

7. Berapa dosis obat anti malaria yang diminum:.....8. Bagaimana cara minum obat anti malaria

A. SekaligusB. Bertahap .......

Page 59: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

42

Lampiran 4FORMULIR SEDIAAN DARAH MALARIA

INDENTITY

INDENTITAS

Code No:

No kode

Study site:

Lokasi

Village/Desa: Subdistric/Kelurahan: Primary Health

Care/Puskesmas:

RT/RW: Distric/Kecamatan: Province/Propinsi:

Name:

Nama

Name of quardian:

Nama KK

Sex

Jenis Kelamin

Age/Umur

Body weight:

Berat Badan

Hight/Tinggi

Emplovee:

Pekerjaan

Page 60: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

43

Plasmodium: Pos/Neg*, spesies:...........................................

Sediaan Darah : Tebal/ Tipis

No/Lp Lekosit/eritrosit* Stadium plasmodium

Trophozoite Skizont Gametosit

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Str

Jumlah

*)s : Coret yang tidak perlu

Kepadatan plasmodium/ ul darah

8000 x Jumlah plasmodium (Troph) = ...........Plasmodium/ul

Jml lekosit

Pemeriksa

( )

Page 61: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

44

Lampiran 5

FORM KEPATUHAN SUBYEK DALAM MENGKONSUMSI DHP

No. Nama Subyek DosisJam, tgl/bulan/thn

KeteranganHari 1 Hari 2 Hari 3

Page 62: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · Laporan Akhir Penelitian MENGEVALUASI EFEKTIFITAS LEBIH LANJUT Dihydroartemisin Piperaquine (DH P) PADA

45