baku mutu emisi

35
SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2O)"4 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BtrRGtrRAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PBRTAMBANGAN DBNGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA trSA :i::. W -1- Menimbang Mengingat 1. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal20 ayat (2) huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Menteri mengatur ketentuan mengenai baku mutu emisi; bahv,a usaha dan/atau kegiatan pertambanga-n berpotensi menimbuikan pencemaran udara oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan terhadap emisi gas yang di buang ke udara; bahwa ketentuan mengenai baku mutu emisi untuk usaha dan/atau kegiatan pertambangan yang menqacu pada emisi untuk kegiatan lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran V-A dan Lampiran V-B Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP- 13/MENLH l03ltggs tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dipandang Judah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan plrlu dilakukan penyempurnaan; bahwa berdasar-kan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu trmisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Pertambangan- Undang-Undang Nomor 32 tahun 2OOg tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2AO9 ilo-o. l4O, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pemantauan Pencemaran Udara (Lembaran Negara 6.. 'L MENTERI LINGKUNGAN HIDUP RtrPIELIK INDONESIA, C. d. b, 2. Republik...

Upload: isniazzahra

Post on 04-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Baku Mutu Emisi

TRANSCRIPT

  • SALINAN

    PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 4 TAHUN 2O)"4

    TENTANG

    BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BtrRGtrRAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PBRTAMBANGAN

    DBNGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA trSA:i::.

    W-1-

    Menimbang

    Mengingat 1.

    bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal20 ayat (2)huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,Menteri mengatur ketentuan mengenai baku mutuemisi;

    bahv,a usaha dan/atau kegiatan pertambanga-nberpotensi menimbuikan pencemaran udara oleh karenaitu perlu dilakukan pemantauan terhadap emisi gasyang di buang ke udara;

    bahwa ketentuan mengenai baku mutu emisi untukusaha dan/atau kegiatan pertambangan yang menqacupada emisi untuk kegiatan lain sebagaimana tercantumdalam Lampiran V-A dan Lampiran V-B KeputusanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-13/MENLH l03ltggs tentang Baku Mutu Emisi SumberTidak Bergerak dipandang Judah tidak sesuai denganperkembangan teknologi dan plrlu dilakukanpenyempurnaan;

    bahwa berdasar-kan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlumenetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hiduptentang Baku Mutu trmisi Sumber Tidak Bergerak BagiUsaha dan/ atau Kegiatan Pertambangan-

    Undang-Undang Nomor 32 tahun 2OOg tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2AO9ilo-o. l4O, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);

    Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentangPemantauan Pencemaran Udara (Lembaran Negara

    6.. 'L

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUP RtrPIELIK INDONESIA,

    C.

    d.

    b,

    2.

    Republik...

  • a.).

    4.

    -2-Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);

    Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2OI2 tentanglzin Lingkungan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 48);

    Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2O1O tentangKedudukan Tugas, Fungsi dan Fungsi KementerianNegara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan FungsiEselon I Kementerian Negara sebagaimana telahbeberapa diubah terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 92 Tahun 2oll (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor t42);

    MEMUTUSKAN :

    PtrRATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP TtrNTANGBAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGIUSAHA DAN /ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN.

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:i. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan

    kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan' danpengusahaan mineral atau 'batubara yang meliputipenyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,konstruksi, penambaflgarr, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

    2. Proses pdhgolahan adalah kegiatan pengolahan bahantdmbang yang menghasilkan emisi dari prosespengeringan, kalsinasi, peleburan, pemurnian, danf atautanur tiup.

    3. Pengoperasian mesin penunjang produksi adalah proseskegiatan yang menghasilkan emisi dari pengglrnaangenset, ketel uap dan/atau pembangkitan listrik tenagauap.

    4. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yangdihasilkan dari suatu kegiatan yarrg masuk dan/ataudimasukkannya ke dalam udara ambien yar,gmempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagaiunsur pencemar.

    Menetapkan

    5. Emisi Fugitif adalah emisimelewati cerobong, ventilasiemisi yang setara.

    yang secara teknis tidakatau sistem pembuangan

    6. Pencemaran...

  • 6. Pencemaran Udara adalah masuknya ataudimasukkannya zat, energi, danf atau komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehinggamelampaui Baku Mutu Emisi yang telah ditetapkan.

    Baku Mutu Bmisi adalah batas kadar paling tinggidan/atau beban emisi paling tinggi yang diperbolehkanmasuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.

    Kondisi Darurat adalah kondisi yang memerlukantindakan secara cepat, tepat, dan terkoordinasi terhadapsistem peralatan atau proses yang di luar kondisi normaldan tidak normai atau karena alasan keselamatan.

    Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup.

    Pasal 2

    Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan batasanbaku mutu emisi dan kewajiban rnelakukan pemantauanemisi sumber tidak bergerak kepada penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan pertambangan.

    Pasal 3

    (1) Pemantauan emisi s6bagaimana dimaksud dalam Pasal2 dilakukan untuk mengetahui pemenuhan ketentuanbaku mutu emisi.

    (2) Pemantauan sumber emisi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan terhadap sumber emisi pada:

    a. proses pengolahan; danb. pengoperasian mesin penunlr.tg produksi.

    Pasal 4

    Jenis usaha dan/atau kegiatan pertambangan yang diaturdalam Peraturan Menteri ini meliputi:a. bijih nikel;b. bUih bauksit;c. bijih timah;d. brjih besi;e. bijih mineral lainnya; danf. batubara.

    7.

    B.

    9.

    Pasal 5 ...

  • Pasal 5

    Kecuali proses pengolahan usaha dan/atau kegiatanpertambangan batubara sebagaimana dimaksud daiam Pasal4 huruf f, pemenuhan baku mutu emisi untuk prosespengolahan dilakukan dengan ketentuan:

    a. proses pengolahan bijih nikel sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 huruf a yang menggunakan pirometalurgidan menghasilkan produk berupa sulfida nikel, nikelbesi, paduan besi dan nikel, dan besi kasar wajibmemenuhi baku mutu emisi sebagaimana tercantumdalam Lampiran i yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

    b. proses pengolahan brjih bauksit sebagairnana dimaksuddalam Pasal 4 huruf b wajib memenuhi baku mutu emisisebagaimana tercantum dalam Lampiran II PeraturanMenteri ini;

    c. proses pengolahan bijih timah sebagaimana dimaksudialam p...t 4 huruf c wajib memenuhi baku mutu emisisebagaimana tercantum dalam Lampiran III PeraturanMenteri ini;

    d. proses pengolahan bijih besi sebagaimana dimaksudd"alam Pasal 4 huruf d wajib memenuhi baku mutu emisisebagaimana tercantum dalam Lampiran IV PeraturanMenteri ini;

    e. pengolahan bijih mineral lainnya sebagaimana dimaksuddalam pasal 4 huruf e wajib memenuhi baku mutu emisisebagaimana tercantum dalam Lampiran V PeraturanMenteri ini;

    ' Pasal 6Pengoperasian mesin penunjang produksi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b untuk usahadan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4wajib memenuhi baku mutu emisi sebagaimana tercantumdalam Lampiran VI Peraturan Menteri ini.

    Pasal 7

    Baku mutu emisi pengolahan brji mineral lainnyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, dikecualikanterhadap parameter:

    a. Sulfur Dioksida (SOz) jika pembakarannya dilakukanpada tungku pembakaran menggunakan energi kurangdari 25 MW (dua puluh lima Mega Watt) atau satuan lainyang setara dan menggunakan bahan bakar gas dengan

    kandungan...

  • kandungan sulfur kurang dari atau sama dengan O,5o/o(no1 koma lima persen) berat; dan/atau

    b. Total Partikulat jika pembakarannya dilakukan padatungku pembakaran menggunakan energi kurang dari 25MW (dua puluh lima Mega Watt) atau satuan lain yangsetara dan menggunakan bahan bakar gas.

    Pasal 8(1) Baku mutu emisi dari pengoperasian mesin penunjang

    produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,dikecuaiikan terhadap sumber emisi dari:

    a. hasil pembakaran untuk uji laboratorium;b. Genset;c. ketel uap; dand. pembangkit listrik tenaga uap.

    (2) Sumber emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b harus memenuhi kriteria:a. mempunyai kapasitas di bawah 1OO HP (seratus

    horse power);

    b. beroperasi secara kumulatif kurang dari 1000(seribu)jam per tahun;

    c. digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatanperbaikan dan/atau kegiatan pemeliharaan yangsecara kumulatif berlangsung seiama kurang dariatau sarna dengan 200 (dua ratus) jam per tahun;dan/atau

    d. digunakan untuk menggerakkhn derek dan

    (3) K"t":r",;l:tTfr mutu em.isi sebagaimanh ai*"t sudpada ayat (1) huruf c dan huruf d diatur dalamPeraturan Menteri tersendiri.

    Pasal 9Pemantauan sumber emisi sebagaimana dimaksud dhlamPasal 3 ayat (1) dilakukan dengan tahapan:

    a. men1rusun rencana pernantauan emisi;b. memantau emisi;c. menghitung beban emisi; dan .d. men1rusun laporan pemantauan sumber emisi tidak

    bergerak.

    Pasal 10 ...

  • N*;hMffi-ZVHffiY.%ffi&SZ

    'aii\t$-6-

    Pasal 10Rencana pemantauan emisi sebagaimana dimaksud dalamPasai t huruf a paling sedikit terdiri dari:a. penetapan penanggung jawab kegiatan;b. pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan

    perbaikan sarana dan prasarana pemantauan emisisumber tidak bergerak;

    c. identifikasi, penamaan dan pengkodean seluruh sumberemisi;

    Pasal 1 1(1) Identifikasi, penamaan dan pengkodean seluruh sumber

    emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1O huruf cpaling sedikit berisi:

    a. sumber emisi utama;b. emisi Fugitif;c. proses yang menyebabkan terjadiriya emisi;d. titik koordinat, dan parameter utama yang

    dihasilkan dari sumber emisi;

    e. pencatatan data aktivitas, faktor emisi, faktoroksidasi dan konversi emisi; dan

    f. pemilihan metodologi yang digunakan untukmenghitung beban emisi.

    (2) Parameter utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d meliputi:a. Sulfur Dioksida (SOz);b. Nitrogen Oksida 1NO,);c. Opasitas;d. Oksigen (Oz);e. Karbon Monoksida (CO);f. Karbon Dioksida (COz); dang. Total Partikulat.

    (3) Tata cara identifikasi, penamaan dan pengkodeansumber emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sesuai dengan Lampiran VII PeraturanMenteri ini.

    Pasal 12 ...

  • -7 -

    Pasal 12(1) Terhadap sumber emisi yang diidentifikasi, dinamai dan

    diberikan kode sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10dilakukan pemantauan emisi dan penghitungan bebanemisi.

    (2) Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan cara:

    a. terus-menerus;b. manual; ataua. penghitungan neraca massa.

    Pasal 13(1) Pemantauan emisi dengan cara terus-menerus

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf awajib dilakukan menggunakan sistem pemantauan emisisecara terus-menerus (CEivIS) untuk:

    a. proses pengolahan, jika energi yang digunakan lebihbesar sama dengan 25 MW (dua puluh lima MegaWatt) pembangkit energi; dan

    b. pengoperasian mesin penunjang produksi, jikakapasitas desainnYa:

    1) lebih besar sarna dengan dart 25 MW (dua puluhlima Mega Watt); atau

    2) kurang dati 25 MW (dua puluh lima Mega Watt)- dengan kandungan sulfur dalam bahan bakarlebih dari 2o/o (dua persen) dan beroperasi secaraterus-menerus.

    (2) Terhadap proses pengolahan dan pengoperasian mesinpenunjang produksi sebagaimana dimaksud pada ayatif l yang memiliki lebih dari satu sumber emisi,pemantauan dengan menggunakan sistem pemantauanemisi secara terus-menerus (CEMS) dilakukan padasumber emisi dengan beban emisi paling tinggi'

    Pasal 14(1) Hasil pemantauan emisi dengan cara terus-menerus

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 memenuhi bakumutu emisi apabila data rata-rata harian pemantauanselama 3 (tiga) bulan berturut-turut memenuhi bakumutu emisi sebagaimana diatur dalam PeraturanMenteri ini.

    (2) Dalam hal terjadi kondisi tidak normal, hasilpemantauan emisi dengan cara terus-menerus dapat

    melebihi...

  • (3)

    melebihi baku mutu emisi paling banyak 5% (limapersen) dari data rata-rata harian pemantauan selama 3(tiga) bulan berturut-turut sebagaimana dimaksud padaayat (1).

    Kondisi tidak normal sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diakibatkan antara lain dari adanya:

    a. penghentian sementara dan penyalaan kembalioperasi produksi;

    b. kalibrasi peralatan; danf atauc. kondisi lain yang menyebabkan sistem pemantauan

    emisi terus-menerus tidak dapat digunakan secaraoptimal.

    Pasal 1 5Pemantauan emisi dengan cara manual sebagaimanadimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b wajibdilakukan terhadap sumber emisi pada:

    a. proses pengolahan yang tidak termasuk dalamketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat (1) hurufa;

    b. pengoperasian mesin penunjang produksi selainyang dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b; dan

    c. proses" pengolahan dan pengoperasian mesinpenunjang produksi yang.memiliki lebih dari satusumber emisi dan bukan sebagai sumber emisidengan beban emisi tertinggi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (2).

    (21 Pemantauan emisi- dengan cara manual sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit:

    a. 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan terhadap prosespengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a;

    b. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun terhaciappengoperasian mesin penunjang produksisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengankapasitas desain lebih kecii atau sama dengan 570kW (lima ratus tduh puluh Kilo Watt) atau satuanlain yang setara;

    c. 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun terhadap kegiatanpenunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b dengan kapasitas desain 570 kW (lima ratustujuh puluh Kilo Watt) sampai dengan 3 MW (tigaMega Watt) atam satuan lain yang setara; dan

    (1)

    d. 1 (satu) ...

  • d. 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan terhadap kegiatanpenunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b dengan kapasitas desain lebih besar dari 3MW (tiga Mega Watt) atau satuan lain yang setara.

    Pasal 16(1) Dalam hal sistem pemantauan emisi dengan cara

    terus-menerus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat (1) mengalami kerusakan dan tidak dapatdigunakan dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga)bulan dan paling lama 1 (satu) tahun, penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pemantauanemisi dengan cara manual.

    {2) Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)bulan.

    Pasal 17(1) Pemantauan emisi dengan cara manual sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 wajib dilakukanoleh laboratorium terakreditasi.

    (2\ Dalam hal tidak terdapat laboratorium'terakreditasi diu,ilayah provinsi tempat usaha dan/kegiatan dilakukan,pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (i) heirusdilakukan oleh laboratorium rujukan yang ditunjuk olehgubernur.

    (3) Hasil pemantauan emisi dengan cara manual memenuhibaku mutu emisi jika hasil uji laboratorium sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayal (2) memenuhi bakumutu emisi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

    ''1'

    Pasal 1B(1) Pemantauan emisi dengan cara penghitungan neraca

    massa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2)huruf c dilakukan terhadap parameter Sulfur Dioksida(SOz) pada usaha dan/atau kegiatan pengolahan nikelmate.

    (2) Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam)bulan.

    (3) Pemantauan emisi dengan cara penghitungan neracamassa sebagaimana dimaksud pada ayat (i) dilakukansesuai petunjuk teknis operasional penghitungan neraca

    massa..,

  • massa yang wajib disusun dan disampaikan olehpenanggungjawab usaha dan/atau kbgiatan kepadaMenteri paling lama 1 (satu) bulan setelah PeraturanMenteri ini berlaku.

    (4) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)harus dilakukan audit oleh auditor lingkungan hidup.

    (5) Tata cara audit sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam PeraturanMenteri Lingkungan Hidup mengenai Audit LingkunganHidup.

    (6) Hasil pemantauan emisi dengan cara penghitunganneraca massa memenuhi baku mutu emi.si dalamPeraturan Menteri ini jika hasil audit sebagaimanadimaksud pada ayat (4) menyatakan cara penghitunganneraca massa dilakukan sesuai:a. pilihan metodologi penghitungan beban emisi

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruff; dan

    b. petunjuk teknis operasional sebagaimana dimaksudpada ayat (3).

    Pasal 19(1) Terhadap hasil pemantauan emisi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 1B harusdilakukan penghitungan beban emisi sebagaimanadimaksud dalam Pasal t huruf c.

    (2) Hasil pemantauan emisi dengan cara terus-menerusdapat digunakan untuk menghitung beban emisi jikahasil pemantauannya memenrrhi ketentuan dalam Pasal14 ayat (1).

    t3) Hasil'pemantauan emisi dengan cara manual dapatdigunakan untuk menghitung beban emisi jika hasilpemantauannya memenuhi ketentuan dalam Pasal 17.

    (4) Hasil pemantauan emisi dengan cara penghitunganneraca massa dapat digunakan untuk menghitungbeban emisi jika hasil pemantauannya memenuhiketentuan dalam Pasal 18 ayat (6).

    (5) Penghitungan beban emisi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan cara:

    a. mengalikan konsentrasi dengan iaju alir dan jamoperasi untuk pemantauan emisi dengan cara terus-menerus dan/atau manual; atau

    b. membandingkan jumlah penggunaan sulfur dalamproses pengolahan dan pengoperasian mesin

    penunJang...

  • - 11-

    penunjang produksi dengan jumiah sulfur yangierdapat dalam produk dan limbah per ton produksisulfida nikel untuk pemantauan emisi dengan carapenghitungan neraca massa.

    (6) Tata cara penghitungan beban emisi sebagaimaladimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran VIIIPeraturan Menteri ini'

    Pasal 20

    (1) Iraporan pemantauan sumber emisi sebagaimanadimaksud daiam Pasal t huruf d paling sedikit memuat:a. Perencanaan pemantauan emisi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 1O dan Pasal 11;

    b. Hasil pemantauan emisi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 18; dan

    c. Hasil penghitungan beban emisi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19.

    (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusunpuiirrg sedikit:

    a. 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untukperencanaan pemantauan emisi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11;

    b. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk hasilpemantauan dengan cara terus-menerussebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

    c. 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan untuk hasilpemantauan emisi dengan cara manual terhadapkegiatan pengolahan sebagaimana dimaksud da-lamP.asal 17 ayat (2) huruf a;

    d. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun untuk hasilpemantauan emisi dengan cara manual terhadapkegiatan penunjang sebagaimana dimaksud daiamPasal 17 ayat (2) huruf b;

    e. 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk hasilpemantauan emisi dengan cara manual terhadapkegiatan penunjang sebagaimana dimaksud dalamPasai 17 ayat (2) huruf c;

    t. 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan untuk hasilpemantauan emisi dengan cara manual terhadapkegiatan penunjang sebagaimana dimaksud dalamPasal 17 aYat (2) huruf d;

    g. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan unluk hasil- pemantauan emisi dengan cara manual dalam halpemantauan dengan cara terus menerus tidak dapat

    dilakukan...

  • W-12-

    dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasai 19;atau

    h. 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan untukpemantauan secara perhitungan neraca massasebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.

    (3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajibdisampaikan kepada Menteri dengan tembusan kepada:

    a. gubernur;b. bupati/walikota; danc. instansi daerah yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan dibidang pertambangan'

    (4) Format iaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (2\, dan ayat (3) sebagaimana tercantum dalamLampiran IX Peraturan Menteri ini.

    Pasal 2 1

    Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,Pasal 6, Pasal 13, Pasal 15 sampai dengan Pasal 18, danPasal 20, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajibmelakukan:

    a. pengelolaan data dan informasi pemantauan emisi;b. penanggulangan kedar-uratan pencemaran udara emisi

    sumber tidak bergerak; dan

    c. pemantauan emisi yang memperhatikan aspekkesehatan dan keselamatan kerja.

    Pasal 22

    (1) Pengelolaan data dan informasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21 huruf a dilakukan antara lain melaluikegiatan pen5rusunan, pencatatan, penyimpanan, danpenjaminan mutu data dan informasi pemantauanemisi.

    t2) Data dan infomasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)untuk pemantauan emisi dengan cara terus meneruspaling sedikit berupa:

    a. catatan aktifitas kalibrasi, perbaikan, pemeliharaafl,serta penyesuaian yang dilakukan termasukrekaman digital dan/atau rekaman gra{ik;

    b. petunjuk operasional pemantauan dan data darihasil sistem pemantauan emisi secara terus-menerlls;

    c. catatan ...

  • c. catatan kejadian kondisi tidak normal, tanggal mulaikejadian, nama fasilitas atau unit, penyebabkejadian. keluhan masyarakat dan upayapenanganan ),ang dilakukan dalam jangka waktu 3 x24 (tiga kali dua puluh empat)jam setelah terjadinyakondisi tidak normal

    (3) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk pemantauan emisi dengan cara manual palingsedikit berupa:

    a. jam operasi produksi, kandungan parameter utamadalam bahan bakar dan jumlah bahan bakar yanggunakan, j adwal pemeliharaan;

    b. nama laboratorium, tanggal pengarnbilan sampel,nama petugas pengambil sampel, tanggal analisis ujisampel dilakukan, metode analisis sampel, dan hasilanalisa laboratorium; dan

    c. kejadian kondisi tidak normal, tanggal mulaikejadian, nama fasilitas atau unit, penyebabkejadian, keluhan masyarakat dan upayapenanganan yang dilakukan dalam jangka waktu 3 x24 (tiga kali dua puluh empat)jam setelah terjadinyakondisi tidak normal.

    (4) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan ayat (Q) wajib disimpan paling singkat selama 5(lima) tahun sejak data dan informasi dihasilkan.

    Pasal 23(1) Dalam melakukan penanggulangan kedaruratan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2I huruf b,penan ggungj awab usaha dan / atau ke giatan harus :

    a. memiliki struktur organisasi dan mekanismepenanganan kondisi darurat;

    b. memiliki prosedur untuk menganalisa risiko danrespon terhadap keadaan darurat;

    c. memiliki rencana, program, prosedur tanggapdarurat, pelatihan, evaluasi, dan- penyempurnaanrencana tanggap darurat;

    d. memiliki peralatan dan sistem komunikasipenanganan kondisi darurat; dan

    e. melaksanakan penanggulangan keadaan daruratsesuai dengan prosedur yang ditetapkan termasukkegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, hartabenda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,pengurusan pengungsi, penyelamatan, sertapemulihan prasarana dan sarana.

    (2) Apabila ,.,

    --- !a

  • t4-

    (2) Apabila terjadi keadaan darurat, penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib melaporkan terjadinya keadaan daruratklpada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota, sesuaikewenangannya dalam bentuk:

    a. laporan tertulis pendahuluan paling lama 1 x 24(satu kali dua Puluh emPat)jam; dan

    b. laporan tertulis secara lengkap paling lama 5 (lima)hari kerja sejak terjadinya kondisi darurat'

    (3) Tata cara pelaporan kondisi darurat sebagaimanatercantum aalam Lampiran X Peraturan Menteri ini'

    Pasal 24

    Terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerjasebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c dilakukan

    """r^i dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

    mengenai keselamatan dan kesehatan kerja'

    Pasal 25

    Bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 huruf a dan huruf c yang:

    a. telah beroperasi sebelum ditetapkannya PeraturanMenteri ini, berlaku baku mutu emisi sebagaimanatercantum dalam Lampiran I bagian A dan Lampiran IIIbagian A, dan wajib memenuhi baku mutu emisise6agaimana tercantum dalam Lampiran i bagian B danLamfiran III bagian B paling lama 5 (lima) tahun sejakditetapkannya peraturan Menteri ini'

    b. Izin Lingkungannya telah diterbitkan dan belumberoperasl pu.d. saat ditetapkannya peraturan Menteriini, berlaku baku mutu emisi sebagaimana tercantumdaiam Lampiran I bagian A dan Lampiran III bagian A'danwajibmemenuhibakumutuemisisebagaimanatercantum dalam Lampiran I bagian B dan Lampiran ilibagian B paling lama tanggal 1 Januati 2OlB;

    c. Izir. Lingkungannya belum diterbitkan dan belumberoperasl pu.dr. saat ditetapkannya Peraturan Menteriini berlaku baku mutu emisi sebagaimana tercantumO"T Lampiran I bagian B dan Lampiran III bagian B'

    Pasal 26

    Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, baku mutuemisi untuk jenis kegiatan lain sebagaimana tercantumdalam Lampiran v-A dan Lampiran v-B Keputusan Menteri

    Negara...

  • -15-

    Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-13/MENLH 10311.995tenlang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerakdinyatakan tidak berlaku terhadap usaha dan/atau kegiatanpertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

    Pasal 27

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri ini cienganmenempatkannya dalam Berita.Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Oktober 2Ot4

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPRtrPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    Diundangkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2074

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    AMIR SYAMSUDIN

    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI4 NOMOR 1535

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    Rosa Vivien Ratnawati

  • -1-

    LAMPIRAN IPERATURAN MENTtrRI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2074TENTANGPENGBLOLAAN EMISI SUMBtrR TIDAKBERGERAK BAGI USAHA DANi ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    BAKU MUTU EMISI KBGIATAN PERTAMBANGAN SUMBER EMISIPENGOLAHAN BIJIH NIKBL

    A. Baku Mutu trmisi Pengolahan Bijih Nikel

    NO SUMBtrR PARAMETER

    KADARPALINGTINGGI

    (ms/Nm3)

    1 Nikel Mate SOz (ke/ke Ni) 0,86

    2.Tanur Reduksi(reduction kitn)

    SOz 800Partikulat 250

    NOx 800H2S 10Zn 50Ni 50

    Opasitas (7o) 30

    J.Tanur Pengering

    (DrUei

    SOz 700Partikulat 250

    NOx 800Opasitas (%) 30

    4.Tungku Listrik

    (Furnace)

    SOz 700PM 250NOx 800H2S 10

    Ooasitas (7o) 30Zn 50Ni 50

    5.Pengering Produk

    (Product Dryer)

    SOz 600Partikulat . 250

    NOx 600Opasitas (%) 30

    Catatan:1. Khusus untuk Nikel Mate, Sulfur Dioksida (SOz) dihitung dari seluruh

    kegiatan (tanur, tungku listrik, pengering dan pembangkit) untuk ratarata satu tahun.

    2. Baku mutu Sulfur Dioksida (SOz) tidak berlaku untuk Nikel Mate.3. Semua parameter diukur pada kondisi standar yaitu 25oC (dua puluh

    lima derajat selsius) dan 1 (satu) atmosper.4. Semua parameter dikoreksi dengan oksigen (Oz) 7Oo/o (sepuluh persen).

    B. BAKU MUTU...

  • -2-

    B. Baku Mutu Emisi Pengolahan Bijih Nikel

    Catatan:1. Khusr.Ls untuk Nikel Mate, Sulfur Dioksida (SOz) dihitung dengan

    neraca masa dari seluruh kegiatan untuk tanur, tungku listrik,pengering, dan pembangkit untuk rata*rata satu tahun.

    2. Baku mutu Sulfur Dioksida (SOz) tidak berlaku untuk nikel mate.3. Semua parameter diukur pada kondisi standar yaitu 25oC (dua puluh

    lima derajat selsius) dan 1 (satu) atmosper.4. Semua parameter dikoreksi dengan oksigen 1O7o (sepuluh persen).

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPRBPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    NO SUMBER PARAMETER

    KADARPALINGTINGGIms/Nms

    1 Nikel Mate SOz (ke/ke Ni) 0.Bo

    2.Tanur Reduksi(reduction kiln\

    SOz 800Partikulat 15O

    NO' 800HzS 10Zn 50Ni 30

    Opasitas (%) 20

    .)J.

    Tanur Pengering(DrUe4

    SOz 700Partikulat 150

    NO" 800Ooasitas (7o) 20

    4.Tungku Listrik

    (Furnace)

    SOz 700Partikulat 150

    NO" 800HzS 10

    Opasitas (%o) 20Zn 501\r 30

    5.Pengering Produk

    (Product Dryer)

    SOz 600Partikulat 150

    NO" 600Ooasitas (7o) 20

    Rosa Vivien Ratnawati

  • a-J-

    LAMPIRAN II. PERATURAN MtrNTER] L]NGKUNGAN HIDUP

    REPUBLIK INDONESiANOMOR 4 TAHUN 2074TENTANGPENGBLOLAAN EMISI SUMBER TIDAKBERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    BAKU MUTU trMISI KEGIATAN PENGOLAHAN BIJIH BAUKSITSUMBER EMISI PROSES SMELTER GRADE ALUMINA (SGA) DAN CHEMICAL

    GRADE ALUMINA (CGA)

    NO SUMBER PARAMETER

    KADARPALINGTiNGGI(mslNm3)

    1.Tungku Pembakar

    (Rotary Kiln)Dengan Proses SGA

    SOz 750PM 150Nox 800HF 10Ti 5Pe 5

    Ooasitas (%o) 20

    2.Tungku Pembakar

    (Rotary Kiln)Dengan Proses CGA

    SOz 75APM 150Nox 800HF 10HCl 5Ti 5Fe 5

    Opasitas (7o'l 20

    .).Tanur Pengering

    (DrUer)

    SOz 750PM 150Nox BO0

    Opasitas (%o) 20Keterangan:1. Semua parameter diukur pada kondisi standar yaitu 25oC (dua puluh lima,

    derajat selsius) dan 1 (satu) atmosper.2. Semua parameter dikoreksi dengan oksigen (Oz\lO% (sepuluh persen).

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    Rosa Vivien Ratnawati

  • -4-

    LAMPIRAN IIIPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2OL4TENTANGPENGELOLAAN EMISI SUMBER TIDAKBERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    BAKU MUTU EMISI KEGIATAN PENGOLAHAN BIJIH TIMAHSUMBtrR EMISI PELEBURAN TIMAH

    A. Baku Mutu Emisi Kegiatan Pengolahan Bijih rimah sumber EmisiPeleburan Timah

    SUMBER PARAMETER

    KADARPAL]NGTINGGI

    (ms/Nm3)

    Peleburan Timah

    Partikulat 250SOz 800NO" 750NHe 0.5HCi 5Sn 10Pb 5

    TVOC 10Ooasitas (7o) 20

    Keterangan:1. Semua parameter diukur pada kondisi standar yaitu 25oC (dua puluh

    lima derajat selsius) dan 1 (satu) atmosper.2. Semua parameter dikoreksi dengan oksigen (Oz) lO'/o (sepuluh persen).

    B. BAKU MUTU...

  • B. Baku Mutu Emisi Kegiatan Pengolahan Bijih Timah Sumber EmisiPeleburan Timah

    SUMBER PARAMETERBAKUI\.4UTLT

    (ms/Nm3)

    Peleburan Timah

    Partikulat 150SOz BOONOx 750NH 0.5HCI 5Sn 5Pb 5

    TVOC 5Opasitas (%) 20

    Keterangan:1. Semua parameter diukur pada kondisi standar yaitu 25oC (dua puluh

    lima derajat seisius) dan 1 (satu) atmosper.2. Semua parameter dikoreksi dengan oksigen (oz) 10% (sepuluh persen).

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    Rosa Vivien Ratnawati

  • -6-

    LAMPIRAN IVPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUPRBPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2OI4TENTANGPENGELOLAAN EMISI SUMBER TIDAKBERGtrRAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    BAKU MUTU trMISI KEGIATAN PERTAMBANGANSUMBER EMISI PENGOLAHAN BIJIH BESI

    Keterangan:1. Semua parameter diukur pada kondisi standar yaitu yaitu 25oC (dua

    puluh lima derajat selsius) dan 1 (satuJ atmosper.2. Semua parameter dikoreksi dengan oksigen (O2) TOyo (sepuluh persen).

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYASalinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    NO SUN{BER PARAMtrTtrR

    KADARPALINGTINGGI

    (mslNm3)

    1 Tanur Reduksi(reduction kiln)

    SOz BOOPM 150NO" BOOHzS 10Zn 50Fe 10

    Opasitas (%) 20

    2.Tanur Pengering

    (DrUer)

    SOz 700PM 150NO, BOO

    Opasitas (7o) 20

    3.Tungku Listrik

    (Furnace)

    SOz 700PM 150NO, 800HzS 10

    Ooasitas (%o) 20Zn 50Fe 10

    Rosa Vivien Ratnawati

  • Baku MutuGenset atau

    -B-

    LAMPIRAN VIPtrRATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 5 TAHUN 2OI4TENTANGPENGELOLAAN EMISI SUMBER TIDAKBERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAI\{ BAN GAN

    BAKU MUTU trMISl KBGIATAN PERTAMBANGANSUMBER EMISI KEGIATAN PENUNJANG

    Emisi Proses Pembakaran dari Mesin Pembakaran Dalam dariPembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD)

    NO KAPASlTAS PARAMETER

    KADAR PALINGTINGGI

    (ms/Nm3)BAHANBAKARMINYAK

    BAHANBAKAR

    GASi.

  • -9-

    LAMPIRAN VIIPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUPRtrPUBLIK INDONtrSIANOMOR 4 TAHUN 2014TBNTANGPENGELOLAAN BMISI SUMBER TIDAKBERGtrRAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    FORMAT INVENTARISASI PENCEMARAN UDARA USAHA DAN/ATAU

    FORMAT INVENTARISASI PBNCtrMARAN UDARA USAHA DAN/ATAU KEGIATANPERTAMBANGAN

    NAMA PERUSAHAANALAMAT KEGIATANKab/Kota :Provinsi :No. Telp/Fax :

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    .Rosa Vivien Ratnawati

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    KEGIATAN PERTAMBANGAN

    IDENTIF'IKASI SUMBER EMISI

    :?E d .. M

    - d h0ucA ffi.d T q Ei E H,T E =

    !l g- c/lld)

    b0d

    66_a!-tr-.i:

    bo _Ybo (J

    F

    PERHITUNGAN BEBAN EMISI PARAMETER UTAMA

  • -10-

    LAMPIRAN VIIIPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 201,4TBNTANGPENGELOLAAN EMISI SUMBER TIDAKBERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAI\,I BANGAN

    TATA CARA PENGHITUNGAN BEBAN EMISI

    A. Perhitungan Beban Bmisi Dari Hasil Pengukuran Secara Terus-menerusM en ggun akan C ontinu ou s .Emlssions Mo nit oring Sg s t em ( C EM S )

    1. Parameter Emisi yang dihitung :Parameter beban emisi yang dihitung adalah parameter gas rumah kacadan parameter utama sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1-1.

    Tabel 1- 1 . Parameter Beban EmisiNo. Gas Rumah Kaca Parameter Utama

    1

    2J

    COzCH+NzO

    SO"NO"Partikulat

    2. Beban EmisiE Ca,x Q x 0,0O36x [Op Hours]a VauxA

    dimana:E : Laju emisi pencemar (kg/hari)C.,, = Konsentrasi terukur rata-rata harian (mg/Nm3)a = Laju alir emisi volumetrik (m3/detik)0,0036 : Faktor konversi dari mg/detik ke kgljamOp Hor-lrs : Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) hariV.u : Laju alir rata-rata harian (m/detik)A : Luas penampang cerobong (rn2)

    3. Beban Emisi Tahunann

    Et.h-,rnrr,. = I Ei=1

    dimana:Etahunan : Beban Emisi tahunan (kg/tahun)n : Jumlah hari dalam 1 (satu) tahunE = Beban Bmisi (kg/hari)

    B. Perhitungan Beban Emisi Dari Hasil Pengukuran ManualBeban Emisi

    E = C x Q x 0,0036 x [Op Hours] .................(1)

    dimana: ...

  • il-

    dimana:

    E Laju emisi pencemar (kg/tahun)C Konsentrasi terukur (mg/Nms)a : Laju alir emisi (gas buang) volumetric (m3/detik)0,0036 Faktor konversi dari mg/detik ke kgljamOp Hours Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) tahunv = Laju alir (m/detik)A Luas penampang cerobong (m2)

    C. Perhitungan Beban Emisi berdasarkan Kandungan Sulfur di Bahan Bakar

    Beban Emisi

    E = Qrx [Op Hours] x [Crl 100] x {MWp/EWr}

    dimana:E = Laju emisi pencemar (kg/tahun)Qr Bahan bakar yang digunakan (kg/jam)Op Hours Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) tahunCi Kandungan sulfur (S) dalam bahan bakar

    (%)MWp Berat molekul SOz (64)ANs Berat Atom S (32)

    D. Perhitungan Beban trmisi (COz)

    Beban Emisi

    Ecoz : EF x AcCC x OF x MWcoz/ANc .......... (3)

    dimana:Ecoz : Emisi COz (ton)DF : Jumlah konsumsi bahan bakar (kton)AcCC : Kandungan Karbon Aktual (ton C/kton)OF : Faktor OksidasiMWcoz : Berat Molekul COz(aa)ANc = Berat Atom C (12)

    Tabel Faktor Oksidasi:No. Bahan Bakar OF1 oil 0,992. Natural Gas o,995.)- Coal 0,98

    b. Beban Emisi Tahunan

    Et.h...,r', : Ecoz x Op Hours ............. .....(4)

    dimana:Et"h,rrrro : Beban Emisi tahunan (ton/tahun)Ecoz : Emisi COz (ton)Op Hours : Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) tahun

    E. Perhitungan

  • -12-

    E. Perhitungan Beban trmisi SO2 menggunakan neraca massaIntensitas emisi Sulfur Dioksida (SOz) dihitung menggunakan metodeneraca masa untuk keseluruhan kegiatan pabrik termasuk pembangkitsebagai berikut:

    Total Emisi Sulfur yang dibuang ke udara adalah:Ss=Si"-Sout

    . Se = Sulfur yang dibuang ke udara (kg)

    . Sin : Sulfur yang masuk ke pabrik (kg)r Sout :Sulfur dalam dalam produk matte dan ampas bijih (slag)(kg)

    Menghitung total masukan sulfur ke dalam pabrik sulfur yang masuk ke pabrikadalah sebagai berikut:

    Su : Sn"t rt,*. * Suspo + Stij*r -l- Ssolar * Smurni

    ' sba'lub"' : fffi.1TTffifrtX"?f,#'i:fiafi) , 6,-r.h batubarayang digunakan)

    ' S,spo : [ffi*]"f3]:t'lyil:"'ffiil'?3f8fY'f"'ff,:'#;,'J]fr',[?_digunakan)

    ' soij*' = i"lTHtiX'ffi 3J,'l.J?}am biji) x fiumlah bijih yang diorah)

    ' Ssorar = tl*t;:?I t*m..telm"ffi'If' bakar diesel) x rumrah

    bahan bakar diesel yang digunakan )

    o Smumi : [1 - (fraksi berat kadar air (lengas) dalam sulfur murni) xfiumlah sulfur murni)

    Menghitung Total sulfur yang keluar sebagai atau berada dalam mate andampas bijih

    Sout = Smatte + Scstag + Sr"1ug

    o Sout = sulfur yang keluar (kg)

    o smate = ir:ffii*ffi I$fl.*i:i",$*f-o,u nicker mate) x fiumiah

    produk nikel mate)

    r scsras I r,?-':::,T:::::i":;-;T;.:", :,":::::

    pengkonversi) x fium1ah ampas bijih yang berasal dari unitpengkonversi )

    Srslag : Sulfur dalam ampas bijih yang berasal dari dari tungku

    = ii:H5'i?rat sulfur dalam slag yang berasat dari tungkulistrik) x fiumlah slag yang dihasilkan dari tungku listrik)

    Untuk menghitung..

  • -13

    Untuk menghitung jumlah Sulfur Dioksida (SOz) 1'ang dikeluarkan ke udaradigunakan rumus:

    Esoz =2xSe

    . Esoz : Jumlah Sulfur Dioksida (SOz) yang dikeluarkan ke udarao 2 : faktor konversi dari Sulfur ke Sulfur Dioksida (SOz). Se = Sulfur 1-ang dibuang ke udara (kg)

    Intensitas Bmisi Sulfur Dioksida (SOz) = (2 x ES)/ (total produk nikel dalambentuk mate)

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONtrSIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    Rosa Vivien Ratnawati

  • -74-

    LAMPIRAN IXPtrRATURAN MENTERi LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2014TENTANGPENGELOLAAN EMISI SUMBtrR TIDAKBtrRGERAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN BMISI SUMBER TIDAKBERGERAK BAGI USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN

    A. Laporan Hasil Pemantauan dan Pengukuran Secara Terus-menerusIvI en ggunak an Continuous Emissions Monit oring Sg stem (CEM S)l. Identitas Perusahaan

    a. Nama Perusahaanb. Alamat Perusahaan

    1) Kabupaten lKota2) Provinsi3) No. Telp./Fax.

    c. Jenis pembangkit /Jenis kegiatand. Kapasitas pembangkit totale. Jumlah cerobong

    2. Kondisi Operasional Pembangkit per Unitl Unit Kegiataria. Nama unit pembangkit/Unit

    Kegiatanb. Jumlah bahan bakar yang

    digunakan per bulan (ton)c. Jumlah daya listrik yang

    dihasilkan (MWh)d. Kandungan sulfur bahan bakar

    rata-rata per bulan (%)e. Nilai kalori netto bahan bakar

    (TJ/kton bahan bakar)f. Waktu operasional

    pembangkit/unit kegiatan pertiga bulan (Jam)

    g. Panas Masuk (Heat Input)(BTU/Jam atau MMBTU/Jam)

    3. 'Pelaporan CEMSa. Nama Cerobongb. Koordinatc. Dimensi Cerobong

    1) Diameter2) Panjang x Lebar3) Tinggi

    d. Parameter yang diukure. Baku Mutu

    Konsentrasi...

  • -15

    Konsentrasi Rata-rataHarian

    (mg/Nm:)

    Laju AlirRata-

    i rataHarian

    (m/detik)

    Persentase Data

    ivlelebihiBakuMutu(o6) o**

    Persentase CEMSTidak

    Beroperasi

    (oklx*x*

    WaktuOperasi

    Pembangkit fiam)Terkoreksi*

    Catatan:* Konsentrasi rata-rata harian terukur adalah konsentrasirata-rata harian yang terbaca dari CEMS.** Konsentrasi rata-rata harian terkoreksi adalah konsentrasirata-rata harian yang telah dikoreksi dengan faktor koreksioksigen.

    Dihitung dengan rumus;

    Cu, "or. = C..,, harian X (27 - Oz ,orr) f (27 - Ozterukur),

    Dimana:

    Oz yang ditetapkan dalam Baku Mutu Emisi (mg/Nm3)Cavharian Konsentrasi rata-rata harian terukur sebelum dikoreksi

    dengan koreksi Oz (mg/Nm:)02 .o.. Koreksi oz yang ditetapkan dalam Baku Mutu trmisi (%)02 teruk . Persentase oz diukur langsung dalam gas emisi (%)*** Persentase data melebihi bakumutu adalah jumlah data yang

    melebihi dibagi total data harian dan dinyatakan dalam persen (%).**** Persentase CEMS tidak beroperasi adalah lama waktu ctrMStidak beroperasi (Kalibrasi, problem CEMS) per hari dan

    _ dinyatakan dalam persen (%).

    4. Perhitungan Beban Emisi dari Hasil pengukuran CEMSa. Beban Emisi

    E : Cuux Q x 0,0036 x [Op Hours]

    Q=va,xAdimana:

    E = Laju emisi pencemar (kg/hari)C", : Konsentrasi terukur rata-rata harian (mg/Nm3)a : Laju alir emisi volumetrik (m3/detik)0,0036 = Faktor konversi dari mg/detik ke kgljamOp Hours = Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) hariVav

    A: Laju alir rata-rata harian (m/detik)= Luas penampang cerobong (mz)

    b. Beban^.-

  • - 16-

    b. Beban Emisi Tahunan

    nEtu]rrrr"', I tr

    i=1

    dimana:Et*,r,.,u, = Beban Emisi tahunan (kg/tahun)n = Jumlah hari dalam 1 (satu) tahunE = Beban Emisi (kg/hari)

    B. Laporan Hasii Pemantauan Dan Pengukuran Secara Manual1. Identitas Perusahaan

    a. Nama perusahaanb. Alamat perusahaan'

    1) Kabupaten lKota2) Provinsi3) No. telp./fax.

    c. Jenis kegiatan/Prosesd. Jumlah cerobong

    2. Kondisi Operasiona.l Prosesa. Nama unit pengolahan/prosesb. Jumlah bahan bakar yang digunakan

    per bulan (ton)c. Kandungan sulfur bahan bakard. rata-rata {Vo)e. Nilai kalori netto bahan bakarf. (TJ/kton bahan bakar)g. Waktu operasional unit per enamh. bulan (Jam)i. Jumlah Bahan bakar yang digunakanj. per jarnltahun, ton/Jam)

    3. Pemantauan Emisi secara Manuala. Nama cerobongb. Koordinatc. Dimensi cerobong

    1) Diameterl)2) Panjang x Lebarz)3) Tinggi

    d. Tanggal samplinge. Laboratorium penguji

    r) Untuk cerobong yang berpenampang lingkaran') Untuk cerobong yang berpenampang persegi

    oksigen...

    No. Parameter SatuanMetodeAnalisis

    BakuMutu

    KonsentrasiTerukur' Terkoreksi--

    1 Sulfur Dioksida{SOcl

    mg/Nrn3

    2. Nitrogen Oksida(NOx)

    mg/Nm3

    J. Tota-l Partikulat mslNrn34. Karbon Monoksida

    lco)mg/Nm3

    5. Karbon DioksidatCOel

    mg/Nm3

    6. Opasitas o//o

  • -77-

    No. Parameter Satuan MetodeAnalisisBakuMutu

    Konsentrasiffi

    7, Oksigen (Oz o//oB. Laiu Alir (v) m/detik9 Parameter lain yang

    ada dalam lampiranI atau II atau IIIatau fV atau V

    Catatan:n Konsentrasi terukur adalah konsentrasi yang diukur secara manual** Konsentrasi terkoreksi adalah konsentrasi y2n* telah dikoreksidengan faktor koreksi oksigen.

    Dihitung dengan rumus :

    Ccorr = Cterukur x (21, - Oz "oo)lQl - Oztemkur),

    dimana:C.o* Konsentrasi terkoreksi dengan koreksi Oz yang

    ditetapkan dalam Baku Mutu Emisi (mg/Nm3)Cterukur Konsentrasi terukur sebelum dikoreksi dengan

    koreksi oksigen (Oz) (mg/Nm302 "o.. Koreksi oksigen (Oz) yang ditetapkan clalam BakuMutu trmisi (%)02 terukur Persentase oksigen (Oz) diukur langsung dalam gas

    emisi (%)

    4. Perhitungan Beban Emisi dari Hasil Pengukuran Manual

    E : CxQx0,0036x [OpHours] ........(1)

    dimana:E Laju emisi pencemar (kg/tahun)C Konsentrasi terr-rkur (mg/Nm3)a Laju alir emisi (gas buang) volumetric (m3/detik)0,0036 = Faktor konversi dari mg/detik ke kgljamOp Hours Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) tahunv Laju alir (m/detik)

    , A Luas penampang cerobong (m2)

    5. Perhitungan Beban Emisi berdasarkan Kandungan Sulfur di BahanBakar

    E : Qrx [Op Hours] x [Cr-|100] x {Mwp/EWddimana:

    E = Laju emisi pencemar (kg/tahun)Qr Bahan bakar yang digunakan (kg/jam)Op Hours = Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) tahunCr Kandungan sulfur (S) dalam bahan bakar

    %tMWp Berat molekul SOz (6a)ANs Berat Atom S (32)

    6. Perhitungan...

  • 6. Perhitungan Beban Bmisi (COz)a. Beban Emisi

    Ecoz = DF x AcCC x OF x MWcoz/ANc .......... (3)

    dimana:Ecoz = Emisi COz (ton)DF = Jumlah konsumsi bahan bakar (kton)AcCC : Kandungan Karbon Aktual (ton C/kton)OF : Faktor OksidasiMWcoz = Berat Molekul Caz$a)ANc = Berat Atom C (12)

    Tabel Faktor Oksidasi:No. Bahan Bakar OF1 oil 0,992. Natural Gas 0.995/)J. Coal 0.98

    b. Beban Emisi Tahunan

    Etrh.,rrrt = Ecoz x Op Hours .....' .........(4)

    dimana:Et"hror', = Beban Emisi tahunan (ton/tahun)Ecoz = Emisi COz (ton)Cp Hours = Jam operasi pembangkit selama 1 (satu) tahun

    C. Laporan Hasil Pemantauan Melalui Penghitungan Neraca Massa

    1. IdentitasPerusahaana. Nama Perusahaanb. Alamat Perusahaan

    1) Kabupaten lKola2) Provinsi3) No. Telp./Fax.

    c. Jenis pembangkit /Jenis kegiatand. Kapasitas pembangkit totale. Jumlah cerobong

    2. Kondisi Operasional Prosesa. Nama unit pengolahan/prosesb. Jumlah bahan bakar yang digunakanc. per bulan (ton)d. Kandungan sulfurbahan bakare. rata-rata (o/o)f. Nilai kalori netto bahan bakarg. (TJ/kton bahan bakar)h. Waktu operasional unit per enami. bulan (Jam)j. Jumlah Bahan bakar yang digunakan

    per jamltahun, ton/Jam)

    3. Pemantauan...

  • -19-

    3. Pemantauan melalui Penghitungan Neraca Massa

    Intensitas emisi Sulfur Dioksida (SOz) dihitungneraca masa untuk keseluruhan kegiatan pabriksebagai berikut:

    menggunakan metodetermasuk pembangkit

    a. Penshitun Emisi Sulfur

    Total Emisi Sulfur yang dibuang ke udara adalah:Se:Si.-Sout

    . Se : Sulfur yang dibuang ke udara (kg)

    . Sin : Sulfur yang masuk ke pabrik (kg)r Sout = Sulfur dalam dalam produk matte dan ampas bijih (slag)(kg)

    Menghitung total masukan sulfur ke dalam pabrik sulfur yang masuk ke pabrikadalah sebagai berikut:

    Sir, = St,rt trr. * SHspo + Suuitr + Ssolar * Smurni

    ' sbu"'b*" = ffff*Y"fril:"]];#ffi"ftlffi"i:i) * 13,*1uh batubara

    yang digunakan)

    ' S,sro : iftrt1l"frl::tffti"'ffi#'1fif3fY',iiffill";,E?ff',[fl-digunakan)

    ' suij*' = i"Tt#:t*'ffi 3J;ili?,am biji) x fiumrah bijih yang ciolah)

    ' ssorar = ilHt:?I'Sffi,t35,H'ffi'If' 0,u., dieser) x fiumrah

    bahan bakar diesel yang digunakan )

    r Smurni = [1 - (fraksi-berat kadar air (lengas) dalam sulfur murni) xfiumlah sulfur murni)

    Menghitung Total sulfur yang keluar sebagai atau berada dalam mate andampas bijih

    Sout = Smatte * Scslag + St=t^g

    o Sout : sulfur yang keluar (kg)

    ' sma'ie : ir:#1Hffi Iffiy;5",$*|-*,u nickdl mate) x fiumrahproduk nikel mate)

    o Scsias = Sulfur dalam ampas bijih dari unit pengkonversi (conuerter)(kg)

    Sbatubara

    Fraksi...

  • 4t

    St"1.g

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro H_ukum dan Humas,

    -20-

    (fraksi berat sulfur dalam ampas bijih berasal dari unitpengkonversi) x fiumlah ampas bijih yang berasal dari unitpengkonversi )

    Sulfur dalam ampas bijih yang berasal dari dari tungkulistrik (kg)(fraksi berat sulfur dalam slag yang berasal dari tungkulistrik) x fiumlah slag yang dihasilkan dari tungku listrik )

    b. Pen itunsan Beban Emisi SO2Parameter Se

    (Sin - Sout)Faktor

    KonversiSatuan

    (kglkg Ni)BakuMutu ESo2

    so2

    Untuk menghitung jumlah Sulfur Dioksida (SOz) yang dikeluarkan ke udaradigunakan rumus:

    Esoz =2xSB

    . Esoz = Jumlah Sulfur Dioksida (SOz) yang dikeluarkan ke udarao 2 = faktor konversi dari Sulfur ke Sulfur Dioksida (SOz). Sp, = Sulfur yang dibuang ke udara (kg)

    Intensitas Emisi Sulfur Dioksida (SOz) = (2 x ES)/(total produk nikel dalambentuk mate)

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    BALTHASAR KAMBUAYA

    " l---Rosa Vivien Ratnawati

  • $r

    -27-

    LAMPIRAN XPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2014TtrNTANGPENGELOLAAN BMISI SUMBER TIDAKBtrRGERAK BAGI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN

    FORMAT PELAPORAN KONDISI DARURAT PENGELOLAAN EMISI BAGI

    MENTERI LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

    ttdBALTHASAR KAMBUAYA

    Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Hukum dan Humas,

    USAHA DAN/ATAU KtrGIATAN PERTAMBANGAN

    FORMAT LAPORAN KEADAAN DARURAT EMISI UDARA USAHADAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN

    NAMA PERUSAHAANALAMAT KBGIATANKab/Kota :Provinsi :No. Telp/Fax :trmail :

    RINGKASAN KEJADIANTanggal mulai kejadian/jam mulai kejadian

    Fasilitas/unit (sebutkan merk, tahun pembuatan, mulai dioperasikan,ka"pasitas desain dan operasional :

    Deskripsi keadaan darurat

    Penyebab Bejadian

    Apakah kejadian sudah dapat diatasi? Jika Ya, kapan? :

    Apakah ada keluhan dari masyarakat karena kejadian ini? :

    Tindakan koreksi yang telah dilakukan :

    Tindakan koreksi jangka panjang (pencegahan) yang direncanakan :

    Catatan : lampirkan prosedur penanganan

    Penanggung jawab kegiatan

    Rosa Vivien Ratnawati