bahan_tinjauan botani

8
Nama Botani : Graptophyllum pictum,(Linn),Griff. Graptophyllum hortenes,Ness. Nama Lokal : Daun Ungu ( Indonesia);Demung,Tulak Wungu (Jawa); Daun Temen-temen,Handeuleum (sunda);Karotong (Madura);Temen (Bali);Daun Putri,Dongora (Ambon); Kobi-kobi (Ternate) Familia: Acanthaceae Daerah asal tumbuhan : Indonesia Spesifikasi Tumbuhan : Daun ungu (Graptophyllum pictum) adalah tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak,ukurannya kecil dan tingginya hanya mencapai 3 meter.Tumbuhan ini biasanya tumbuh liar di pedesaan atau sengaja ditanam sebagai tanaman hias atau atanaman obat.Daun ungu mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap-hadapan.Bunganya indah,bersusun dalam satu rangkaian tandan yang berwarna merah tua.Batangnya berwarna ungu.Penampang batangnya berbentuk mendekati segitiga tumpul.Tumbuhan ini diduga merupakan tumbuhan asli dari daerah Irian.Daun ungu cocok tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut. Komposisi kandungan kimia : Daun ungu (Graptophyllum pictum) memiliki kandungan kimia antara lain alkaloid,pektin, dan asam formiat. Khasiat dan Manfaat untuk pengobatan : Ambeien,memperlancar haid,bisul,reumatik/encok,melancarkan buang air seni.

Upload: rain-zahrain

Post on 15-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bvbvn

TRANSCRIPT

Page 1: bahan_tinjauan botani

Nama Botani : Graptophyllum pictum,(Linn),Griff.

Graptophyllum hortenes,Ness.

Nama Lokal : Daun Ungu ( Indonesia);Demung,Tulak Wungu (Jawa); Daun Temen-temen,Handeuleum (sunda);Karotong (Madura);Temen (Bali);Daun Putri,Dongora (Ambon); Kobi-kobi (Ternate)

Familia: Acanthaceae

Daerah asal tumbuhan : Indonesia

Spesifikasi Tumbuhan :

Daun ungu (Graptophyllum pictum) adalah tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak,ukurannya kecil dan tingginya hanya mencapai 3 meter.Tumbuhan ini biasanya tumbuh liar di pedesaan atau sengaja ditanam sebagai tanaman hias atau atanaman obat.Daun ungu mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap-hadapan.Bunganya indah,bersusun dalam satu rangkaian tandan yang berwarna merah tua.Batangnya berwarna ungu.Penampang batangnya berbentuk mendekati segitiga tumpul.Tumbuhan ini diduga merupakan tumbuhan asli dari daerah Irian.Daun ungu cocok tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut.

Komposisi kandungan kimia : Daun ungu (Graptophyllum pictum) memiliki kandungan kimia antara lain alkaloid,pektin, dan asam formiat.

Khasiat dan Manfaat untuk pengobatan : Ambeien,memperlancar haid,bisul,reumatik/encok,melancarkan buang air seni.

Page 2: bahan_tinjauan botani

Nama Indonesia yang lazim dipakai : Daun Wungu

Nama Latin : Graptophyllum pictum Griff.

G. hortenes,Ness.

Nama Indonesia lain : Daun putri,Demung,Tulak,Puding,Puding perada,Daun ungu,Daun temen-temen, Handeuleum,Karoton,Karotong.

Jenis,Bentuk,Tempat tumbuh dan lain-lain :

Perdu : tegak,tinggi sampai 8 meter,asli dari Irian,di Jawa sampai 1250 m diatas permukaan laut, sebagai perhiasan atau dipagar-pagar.Kulit dan Daun : rasa seperti lendir,berbau tidak enak. Penggunaan: Kulit (dibuat halus) melarut. Daun : obat sakit susu (daun ditambah air kelapa,dibuat panas, kemudian diletakan di atas susu yang sakit) Obat bawasir seduhan daun wungu ditambah daun urat,obat sakit batu empedu (obat pencahar)

Daun Wungu

Grapthophylli picti Folium

Daun wungu adalah daun Grapthophyllum pictum (L) Griff, suku Acanthaceae mengandung Flavonoid total tidak kurang dari 0,46% dihitung sebagai rutin.

Identitas Simplisia

Pemerian berupa lembaran daun kering agak menggulung warna hijau kecoklatan,bentuk jorong, dengan panjang 8-10 cm, lebar 3-5 cm, ujung daun mengkerut, pangkal daun lancip,pinggir daun agak berombak.Tangkai daun lebih kurang 1 cm,warna ungu kehijauan sampai ungu kehitaman.Tulang daun menyirip; sangat menonjol; warna ungu kehitaman.

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata,epidermis atas,sisik kelenjar, sel litosis, berkas pengangkut dan rambut penutup.

Pola kromatografi

Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada kromatografi <61> dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak : Etil asetat P- asam format P- asam asetat glasial P- air

Fase diam : Silika gel 60 F254

Larutan uji : 10% dalam etanol P gunakan larutan uji KLT seperti yang tertera pada kromatografi

Larutan pembanding : Rutin 0,05% dalam etanol P

Page 3: bahan_tinjauan botani

Volume penotolan : Totolkan 10 µl larutan uji dan 1µl larutan pembanding

Deteksi : Sitroborat Lp, panaskan lempeng pada suhu 110°C selama 5-10 menit dan UV366

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar flavonoid total tidak kurang dari 0,46% dihitung sebagai rutin

larutan uji

Timbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, masukkan kedalam Erlenmeyer,tambahkan 21 ml metanol P dan 0,6 ml asam klorida P 57%, refluks pada suhu 70°C selama 30 menit.Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke dalam labu terukur 100 ml,tambahkan aseton P sampai tanda,kocok.Pipet 20 ml larutan ke dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 ml, lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut menggunakan etil asetat P 15 ml, 10 ml, dan 5 ml. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan kedalam labu terukur 50 ml,tambahkan etil asetat P sampai tanda.Pipet 10 ml larutan kedalam labu terukur 25 ml,tambahkan 1 ml larutan alumunium klorida 5% Lp dan Larutan 5% asam asetat P dalam metanol P sampai tanda.

Larutan Pembanding

Timbang saksama lebih kuran 10 mg rutin masukkan ke dalam Erlenmeyer,tambahkan 21 ml metanol P dan 0,6 ml asam klorida P 57%,refluks pada suhu 70°C selama 30 menit.Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke dalam labu terukur 100 ml,tambahkan aseton P sampai tanda,kocok.Pipet 20 ml larutan ke dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 ml, lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut menggunakan etil asetat P 15 ml, 10 ml, dan 5 ml. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan kedalam labu terukur 50 ml,tambahkan etil asetat P sampai tanda.Pipet 10 ml larutan kedalam labu terukur 25 ml,tambahkan 1 ml larutan alumunium klorida 5% Lp dan Larutan 5% asam asetat P dalam metanol P sampai tanda.

Larutan blanko

Larutan uji tanpa penambahan larutan alumunium klorida 5% Lp

Pengukuran

Ukur serapan ketiga larutan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 425 nm. Hitung % rutin dalam serbuk dengan rumus

%Rutin= Au−AbAp−Ab

x Cp x VW

x100%

Au = Serapan Larutan uji

Ap = Serapan larutan pembanding

Ab = Serapan larutan blanko

Page 4: bahan_tinjauan botani

Cp = kadar larutan pembanding

V = Volume larutan pembanding (dalam ml)

W = bobot serbuk (dalam gram)

Ekstrak kental daun wungu

Grapthophylli picti Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun wungu adalah ekstrak yang dibuat dari daun Grapthophyllum pictum (L) Griff, suku Acanthaceae mengandung Flavonoid total tidak kurang dari 1,63% dihitung sebagai rutin.

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar flavonoid total tidak kurang dari 1,63%

Lakukan Penetapan kadar sebagai berikut :

larutan uji

Timbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak, masukkan kedalam Erlenmeyer,tambahkan 21 ml metanol P dan 0,6 ml asam klorida P 57%, refluks pada suhu 70°C selama 30 menit.Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke dalam labu terukur 100 ml,tambahkan aseton P sampai tanda,kocok.Pipet 20 ml larutan ke dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 ml, lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut menggunakan etil asetat P 15 ml, 10 ml, dan 5 ml. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan kedalam labu terukur 50 ml,tambahkan etil asetat P sampai tanda.Pipet 10 ml larutan kedalam labu terukur 25 ml,tambahkan 1 ml larutan alumunium klorida 5% Lp dan Larutan 5% asam asetat P dalam metanol P sampai tanda.

Larutan Pembanding

Timbang saksama lebih kuran 10 mg rutin masukkan ke dalam Erlenmeyer,tambahkan 21 ml metanol P dan 0,6 ml asam klorida P 57%,refluks pada suhu 70°C selama 30 menit.Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke dalam labu terukur 100 ml,tambahkan aseton P sampai tanda,kocok.Pipet 20 ml larutan ke dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 ml, lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut menggunakan etil asetat P 15 ml, 10 ml, dan 5 ml. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan kedalam labu terukur 50 ml,tambahkan etil asetat P sampai tanda.Pipet 10 ml larutan kedalam labu terukur 25 ml,tambahkan 1 ml larutan alumunium klorida 5% Lp dan Larutan 5% asam asetat P dalam metanol P sampai tanda.

Larutan blanko

Larutan uji tanpa penambahan larutan alumunium klorida 5% Lp

Page 5: bahan_tinjauan botani

Pengukuran

Ukur serapan ketiga larutan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 425 nm. Hitung % rutin dalam serbuk dengan rumus

%Rutin= Au−AbAp−Ab

x Cp x VW

x100%

Au = Serapan Larutan uji

Ap = Serapan larutan pembanding

Ab = Serapan larutan blanko

Cp = kadar larutan pembanding

V = Volume larutan pembanding (dalam ml)

W = bobot serbuk (dalam gram)

Page 6: bahan_tinjauan botani

Metode Spektroskopi

Spektroskopi merupakan suatu metode untuk penentuan rumus struktur dari suatu senyawa. Menurut Anwar (1994) bahwa spektroskopi bila dibandingkandengan metode kimia konvensional (metode basah), spektroskopi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : Jumlah zat yang diperlukan untuk analisis relatif kecil dan zat tersebut sering kali dapat diperoleh kembali dan waktu pengerjaannya relatif cepat.

Dasar metode spektroskopi adalah molekul pada suatu energi level tertentu,misalnya E1,disinari dengan sinar tertentu. Sinar ini akan melewati molekul itudan seterusnya melewati suatu detektor. Selama molekul itu tidakmenyerap sinar itu maka sinar yang terdeteksi akan sama intensitasnyadengan sinar yang berasal dari sumber. Pada frekuensi yangmemungkinkan terjadinya pemindahan energi level molekul misalnya dariE1 keE2,maka sinar akan diserap oleh frekuensi yang memungkinkan terjadinyapemindahan energi level molekul misalnya dari E1ke E2,maka sinar akan diserap oleh molekul dan tidak akan tampak dalamdetektor (Siregar, 1988).

1). Spektrofotometri Ultra Lembayung (UV)

Spektrofotometri UV adalah suatu alat yang menggambarkan antara panjang gelombang atau frekuensi lawan intensitas serapan (absorbansi). Spektrosfotometri UV ini menghasilkan radiasi (cahaya) dengan panjang gelombang 200– 400 nm (Anwar, 1994). Pada umumnya spektrofotometri UV umumnyahanya menunjukkan jumlah peak (puncak ) yang kecil jumlahnya.Puncak-puncak dilaporkan sebagai panjang gelombang.

Spektrofotometri ini biasanya juga digunakan untuk mendeteksi konjugasi. Molekul-molekul yang tidak mempunyai ikatan rangkap atau hanya mempunyai satu ikatan tidak menyerap sinar 200-800 nm. Lainhalnya dengan senyawa-senyawa yang mempunyai sistem konyugasi yang dapat menyerap sinar pada daerah ini, semakin panjang sistem konyugasinya maka makin besar panjang gelombang absorpsi (Siregar,1988).

Untuk menganalisis struktur dari senyawa-senyawa dari metabolitsekunder seperti senyawa flavonoid, spektroskopi UV merupakan carayang terbaik untuk mengkarakterisasi jenis-jenis senyawa flavonoiddan menentukan pola oksigenasi. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebasyang terdapat pada inti flavonoid dapat ditentukan juga denganmenambahkan pereaksi geser (Markham, 1988).

Spektrum Flavonoid Umum

Spektroskopi serapan lembayung dan serapan sinar tampak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Disamping itu, kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi (pereaksi geser) ke dalam larutancuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Cara ini berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugushidroksil fenol (Markham, 1988 : 38).Spektrum flavonoid (gambar 2) biasanya ditentukan dalam larutan denganpelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada rentang240-285 nm (pita II) dan

Page 7: bahan_tinjauan botani

300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatannisbi maksimal tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifatflavonoid dan pola oksigenasinya.

Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara (5,7,4‟) adalah kekuatan nisbi yang rendah pada pita Idalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Ciri nisbi ini tidak berubah,bahkan bila pola oksigenasi berubah, sekalipun rentang maksimal serapan pada jenis flavonoid (tabel 2) yang berlainan tumpang tindih sebagai keseragaman polaoksigenasi. Keseragaman dalam rentang maksimal ini akan bergantung pada polahidroksilasi dan pada derajat substitusi gugus hidroksil (Markham, 1988 : 39