bahan pr bab 4 akreditasi

23
Eka Y. Masruroh - Identifikasi Kebutuhan dan Harapan Masyarakat dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas sebagai usulan Penyusunan Peraturan Daerah Kesehatan Wilayah Kota Surabaya Tugas Akhir/Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Disusun oleh: Eka Y. Masruroh Universitas Airlangga Program Studi: Kesehatan Masyarakat Fakultas: Kesehatan Masyarakat Intisari: Puskesmas adalah organisasi fungsional dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar dari pemerintah bagi masyarakat luas yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Masalah yang akan dikaji lebih dalam pada penelitian ini adalah terjadinya penurunan jumlah kunjungan Puskesmas yang cukup tajam pada bulan Januari sebesar 46,11% dari 748.071 kunjungan menjadi 275.144 kunjungan di bulan Juli tahun 2008 akibat pendisiplinan pelaksanaan Peraturan Daerah Retribusi Pelayanan Kesehatan Kota Surabaya No.11 Tahun 2003 di wilayah Kota Surabaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilakukan di Kota Surabaya. Besar Sampel pertama adalah 10 Kepala Puskesmas sebagai responden, Puskesmas yang diambil secara Purposive Sampling sedangkan sampel kedua adalah 150 responden masyarakat secara Accidental Sampling. Hasil penelitian adalah teridentifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas baik dari pihak Puskesmas maupun masyarakat. Sumber daya kesehatan di Puskesmas meliputi pelayanan yang sering dimanfaatkan adalah pengobatan, belum semua Puskesmas memiliki kelengkapan sarana dan prasarana, tenaga kesehatan di Puskesmas tergolong cukup serta upaya mengelola keluhan adalah dengan memberikan pembinaan kepada petugas kesehatan. Puskesmas berharap agar Perda yang ada bisa mendukung kerja Puskesmas tanpa menekan inovasi pelayanan yang ada. Karakteristik masyarakat adalah sebagian besar wanita,

Upload: insan-kamila-alhumair

Post on 28-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akreditasi

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

Eka Y. Masruroh - Identifikasi Kebutuhan dan Harapan Masyarakat dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas sebagai usulan Penyusunan Peraturan Daerah Kesehatan Wilayah Kota Surabaya

Tugas Akhir/Skripsi Ilmu Kesehatan MasyarakatDisusun oleh: Eka Y. MasrurohUniversitas AirlanggaProgram Studi: Kesehatan MasyarakatFakultas: Kesehatan Masyarakat

Intisari:

Puskesmas adalah organisasi fungsional dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar dari pemerintah bagi masyarakat luas yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Masalah yang akan dikaji lebih dalam pada penelitian ini adalah terjadinya penurunan jumlah kunjungan Puskesmas yang cukup tajam pada bulan Januari sebesar 46,11% dari 748.071 kunjungan menjadi 275.144 kunjungan di bulan Juli tahun 2008 akibat pendisiplinan pelaksanaan Peraturan Daerah Retribusi Pelayanan Kesehatan Kota Surabaya No.11 Tahun 2003 di wilayah Kota Surabaya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilakukan di Kota Surabaya. Besar Sampel pertama adalah 10 Kepala Puskesmas sebagai responden, Puskesmas yang diambil secara Purposive Sampling sedangkan sampel kedua adalah 150 responden masyarakat secara Accidental Sampling.

Hasil penelitian adalah teridentifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas baik dari pihak Puskesmas maupun masyarakat. Sumber daya kesehatan di Puskesmas meliputi pelayanan yang sering dimanfaatkan adalah pengobatan, belum semua Puskesmas memiliki kelengkapan sarana dan prasarana, tenaga kesehatan di Puskesmas tergolong cukup serta upaya mengelola keluhan adalah dengan memberikan pembinaan kepada petugas kesehatan. Puskesmas berharap agar Perda yang ada bisa mendukung kerja Puskesmas tanpa menekan inovasi pelayanan yang ada. Karakteristik masyarakat adalah sebagian besar wanita, status sudah menikah, posisi di keluarga sebagai istri, tingkat pendidikan SLTA/SMA/sederajat, jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan tingkat pendapatan keluarga tergolong ekonomi menengah ke atas. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan pernah memperoleh pengalaman atau informasi tidak menyenangkan. Masih ada jenis pelayanan yang tidak tersedia di Puskesmas tetapi dibutuhkan masyarakat. Sehingga masyarakat berharap agar pelayanan kesehatan yang ada bisa sesuai kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat dan kebijakan kesehatan yang ada. Sangat diperlukan adanya kerjasama dan komunikasi efektif antara penyedia layanan (Puskesmas) dengan Pemerintah. Sehingga tingkat kesehatan masyarakat juga akan meningkat.

Page 2: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

1. 1. TUGAS AKK LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN KESEHATAN DI MEDOKAN SEMAMPIR SUKOLILO SURABAYA OLEH : KELOMPOK 3 Dwi Helynarti Syurandari, S.Si. Linur Ficca Agustina, S.KM. Dian Fadilah Adityaning Ayu, S.KM. Diyan Mutyah, S.Kep. Timbuktu Harthana, S.I.P. Fattahil Alim, S.KM. NIM. 101214153010 NIM. 101214153035 NIM. 101214153022 NIM. 101214153037 NIM. 101214153023 NIM. 101214153062 PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

2. 2. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam menunjang kegiatan kita sehari-hari. Untuk mewujudkan sehat tidaklah mudah, banyak faktor- faktor yang mempengaruhi serta membuat sehat itu sulit untuk diciptakan. Akan tetapi kebijakan-kebijakan pemerintah serta kesadaran diri merupakan hal yang patut diperhatikan untuk mewujudkan pembangunan kesehatan. Untuk itu perlunya keikutsertaaan serta berani mengambil peran dalam proses pembangunan kesehatan sangat diharapkan. Masyarakat yang peduli akan kesehatan dan sadar akan hidup sehat,tempat pelayanan kesehatan yang baik dan merata, akses yang mudah serta biaya yang terjangkau adalah beberapa contoh pembangunan kesehatan yang sukses. Namun melihat keadaan kita sekarang ini, penyakit jantung, anak yang kekurangan gizi, kemiskinan, diare dan banyak lainnya merupakan cermin untuk kita. Perlunya penataan yang baik dari segi kebijakan maupun kesadaran masyarakat akan berpengaruh besar dalam hal pembangunan kesehatan. Masalah kesehatan menjadi prioritas penting karena berpengaruh pada tingkat produktifitas seseorang ataupun kelompok. Banyak faktor yang mempengaruhi serta membuat tingkat kesehatan itu baik atau tidaknya. Maka dari itu kita perlu mengetahui bagaimana kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. 1

3. 3. 2 B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini faktor yang diteliti dibatasi pada kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatanDi Medokan Semampir Sukolilo Surabaya. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalahnya adalah ”Bagaimana kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabaya?” C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabaya. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman bagi peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian. 2. Bagi Praktis a. Bagi Profesi Dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. b. Bagi Responden Dapat menambah pengetahuan kepada responden terutama tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan.

4. 4. 3 c. Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan kajian dalam peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat. 3. Manfaat Teoritis a. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai masukan dan memberikan sumbangan pemikiran tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabaya.

5. 5. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Dasar Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis semua makhluk hidup termasuk binatang dan manusia mempunyai aktivitas masing-masing (Notoatmodjo, 2010 : 43). Skinner (1938), seorang ahli psikologis merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus

Page 3: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

Organisme Respon, sehingga teori Skinner ini disebut teori “SOR” (stimulus-organisme-respon). Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respon yaitu Respondent responsatau refleksif dan Operant respons atau instrumental respon (Notoatmodjo, 2010 : 43). Perilaku seseorang adalah sangat kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) sorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku, yakni kognitif (cognitive), efektif (effective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), 4

6. 6. 5 rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa dan peri tindak (Notoatmodjo, 2010 : 50). b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang Lawrence Green (1980) dalam Maulana 2009 mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan factor diluar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang berwujud dalam pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana. 3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensidari perilaku masyarakat (Maulana, 2009 : 226). c. Prosedur Pembentukan Perilaku Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons).

7. 7. 6 Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu: 1) Respondent Respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eleciting stimuli, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2) Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respon (Notoatmodjo, 2010 : 44). Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membantu perilaku itu sesuai yang diharapkan. Cara pembentukan perilaku tersebut, antara lain : 1) Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. 2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight) Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pngertian atau insight. Cara ini berdasarkan teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.

8. 8. 7 3) Perilaku dengan menggunakan model Pembentukan Pembentukan pribadi juga dapat ditempuh dengan menggunaka model dan contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara ini didasarkan atas teori belajar social (social lerning theory) atau observational lerning theory yang dikemukakan bandura (1997) (Maulana, 2009 : 224). d. Bentuk Perilaku Perilaku dapat diartikan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu terhadap rangsangan yang berasal dalam maupun dari luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu : 1) Perilaku tertutup Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalm bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010 : 44). 2) Perilaku terbuka

Page 4: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

9. 9. 8 Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar (Notoatmodjo, 2010 : 44). 3) Perilaku Kesehatan Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehatsakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) (unobservable), yang maupun berkaitan yang tidak dengan dapat diamati pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010 : 46). Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni : a) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior)

10. 10. 9 dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif) dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif).

11. 11. 10 b) Perilaku orang yang sakit atau terkena masalah Untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior) (Notoatmodjo, 2010 : 47). 2. Konsep Demand Dalam Sektor Kesehatan a. Pengertian Demand Kesehatan Dalam membahas konsep demand sektor kesehatan, perlu ada pembedaan mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting untuk dibahas mengingat terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya (lihat Bagian II). Beberapa pertanyaan kunci dalam membahas demand for health dan demand for health care: Mengapa orang ingin sehat? Apa yang menentukan demand seseorang untuk menjadi sehat? Apa pengaruh pelayanan kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan? Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk menjadi sehat tidaklah sama antarmanusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contoh, seorang

12. 12. 11 atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya dibanding seseorang yang menganggur. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara demand terhadap kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan? Menurut Teori Blum, kesehatan dipengaruhi oleh: (1) keturunan; (2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan kesehatan. Akan tetapi konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan hubungan antara demand terhadap kesehatan dan demand terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan hubungan tersebut digunakan konsep yang berasal dari prinsip ekonomi. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu input dalam proses menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan dapat dilukiskan pada Gambar 2.1. Dengan konsep ini, maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri.

13. 13. 12 FUNGSI PRODUKSI INPUT - Lingkungan hidup - Makanan - Olahraga - Gaya hidup - Genetis - Pelayanan kesehatan HASIL - Pendidikan - Pendapatan - Hari-hari/waktuwaktu hidup sehat Gambar 2.1 Proses produksi sehat Serupa dengan model ekonomi di atas, Grossman (1972)

Page 5: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

dalam penelitian yang sangat berpengaruh dalam khasanah ekonomi kesehatan menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. Grossman menguraikan bahwa demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain: 1) Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan rumah sakit pada umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel. 2) Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-

14. 14. 13 usaha peningkatan kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan. 3) Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera. 4) Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi. Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat dilakukan melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain. Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup. Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya Keinginan (Wants) Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran Permintaan (Demands) Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis Kebutuhan (Needs) Gambar 2.2 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs)

15. 15. 14 pembahasan mengenai demand terhadap pelayanan kesehatan akan dilakukan lebih mendalam dengan pendekatan-pendekatan sosial ekonomi. Dalam membahas pengertian ini, model dari Cooper (Posnett, 1988) merupakan kajian untuk dibahas. Secara skematis model tersebut digambarkan dalam Gambar 2.2. Dalam model ini dapat dilihat pula hubungan antara demand for health dan demand for health care. Berdasarkan model Grossman, keinginan seseorang bekerja menghasilkan pendapatan membutuhkan modal, antara lain kesehatan. Dalam istilah sosial disebut dengan keinginan untuk sehat. Dengan konsep keinginan ini seseorang dapat menilai dirinya sendiri. Kasus di bawah ini dapat dipergunakan untuk menerangkan demand for health dan demand for health care. Dra. Sartika, wanita berumur 45 tahun merasa sakit di bawah perut. Sebagai seorang sekretaris direktur perusahaan, dia merasakan bahwa sakit perutnya mengganggu pekerjaannya sehari-hari. Dia mempunyai keinginan (wants) untuk sehat, bebas dari rasa sakitnya. Pada titik ini, konsep human capital dari Grossman (1972) sangat relevan. Tanpa mempunyai kesehatan yang baik, Dra. Sartika tidak dapat bekerja dengan baik. Untuk mencoba mengatasi sakit yang dirasakannya, Dra. Sartika minum obat pengurang sakit perut yang dijual bebas. Informasi mengenai obat tersebut di perolehnya dari iklan sebuah acara televisi

16. 16. 15 swasta. Akan tetapi setelah dua hari minum obat, ternyata rasa sakit perut belum berkurang. Sesuai anjuran iklan televisi, Dra. Sartika kemudian mendatangi dokter perusahaannya untuk berkonsultasi. Dengan demikian, dari keinginannya menjadi sehat (dalam model Grossman disebut sebagai demand untuk kese-hatan), Dra. Sartika telah merubah demand akan kesehatan menjadi demand (permintaan) akan pelayanan tenaga medis, khususnya dokter umum. Pada keadaan ini sudah terjadi demand for health care. Oleh dokter perusahaan kemudian ia diberi obat, tetapi ternyata rasa sakitnya tidak berkurang. Selanjutnya, dokter perusahaan merujuk Dra. Sartika ke dokter spesialis penyakit dalam karena diduga ada

Page 6: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

kelainan di bagian perutnya. Dengan dikirimnya ke dokter spesialis penyakit dalam, demand Dra. Sartika telah "meningkat" menjadi demand terhadap pelayanan kedokteran spesialis. Pada pemeriksaan di tingkat dokter spesialis ini maka ada berbagai kemungkinan yang berkaitan dengan pemakaian teknologi tinggi, misalnya penggunaan USG atau CT Scan sebagai alat bantu diagnosis. Berbeda dengan pembelian dan penggunaan barang-barang ekonomi lain, Dra. Sartika tidak dapat menggunakan USG sesuai dengan keinginannya. Demand terhadap pemeriksaan USG akan ditentukan berdasarkan needs yang ditetapkan oleh dokter. Pada titik ini terjadi berbagai kemungkinan. Kemungkinan pertama, berbasis pada need, Dra. Sartika tidak perlu mempunyai demand terhadap pemakaian

17. 17. 16 USG. Sakit perut yang ada pada Dra. Sartika mungkin merupakan gejala penyakit psikosomatis akibat stress pekerjaan. Kemungkinan kedua, berbasis pada need, Dra. Sartika perlu mempunyai demand terhadap pemakaian USG. Sakit perut yang ada pada Dra. Sartika mungkin merupakan suatu gejala penyakit yang serius (misalnya tumor kandungan). Pada kemungkinan pertama, terjadi suatu keadaan yang disebut sebagai Supplier Induced Demand. Istilah ini menggambarkan suatu keadaan seorang dokter menetapkan demand pasiennya dengan cara tidak berbasis pada need. Patut ditekankan bahwa keadaan ini bukan suatu "over-treatment". Supplier Induced Demand terjadi akibat tidak seimbangnya informasi yang ada pada dokter dengan pasiennya (Rice 1998). Dokter meningkatkan demand pasiennya berbasis pada motivasi ekonomi untuk meningkatkan pendapatannya. Folland dkk (2001), memberikan suatu pernyataan bahwa supplier induced demand adalah penyalahgunaan hubungan dokter-pasien oleh dokter dalam usaha memperoleh keuntungan pribadi dokter. Sebagai gambaran dalam kasus tersebut, berbasis pada pendidikan dan pengalamannya, dokter lebih menguasai informasi keluhan sakit perut dibanding Dra. Sartika yang mengeluh. Dokter dalam hal ini bertindak sebagai pemberi jasa sekaligus bertindak sebagai wakil dari pasien untuk mendapatkan jasa lain, misalnya obatobatan, pemeriksaan, atau tindakan dokter lain. Pemahaman pasien

18. 18. 17 mengenai prosedur tindakan kesehatan sangat terbatas dan dokter mempunyai wewenang untuk bertindak atas nama pasien. Keadaan informasi yang dimiliki oleh penjual dan pembeli yang tidak seimbang ini serupa dengan hubungan kerja antara montir mobil dan pemilik mobil yang awam soal mesin dan hubungan pengacara dengan kliennya yang awam soal hukum. Akibat ketidakseimbangan pengetahuan ini maka hubungan kerja dapat disalahgunakan untuk keuntungan dokter, montir, ataupun pengacara. Supplier induced demand terutama terjadi pada sistem pembayaran fee-for-service. Apabila tidak terdapat etika yang kuat, maka dengan mudah akan terjadi penyimpangan profesi seperti diperiksanya Dra. Sartika dengan USG walapun secara medis tidak ada indikasi untuk hal tersebut. Pada keadaan ini dokter spesialis yang memberikan perintah agar Dra. Sartika diperiksa USG mendapat jasa medik atau keuntungan pribadi dari pemeriksaan terse-but, walaupun dokter menyadari bahwa Dra. Sartika tidak mempunyai need untuk menjalani pemeriksaan USG. Dengan bergesernya sifat rumah sakit menjadi suatu lembaga ekonomi, maka risiko penyimpangan profesi akan semakin tinggi akibat tuntutan investasi. Pada kasus di atas, apabila pembelian USG dilakukan atas dasar pinjaman kredit bank, maka kaidah-kaidah investasi harus diperhatikan misalnya melalui payback period. Prinsip

19. 19. 18 bahwa "bangsal rumah sakit harus diisi" atau “peralatan medik harus digunakan” dapat mendorong terjadinya Supplier Induced Demand. Sebaliknya dapat terjadi suatu keadaan yang disebut sebagai Supplier Reduced Demand. Istilah ini mencerminkan keadaan bahwa justru dokter atau rumah sakit menetapkan demand di bawah yang seharusnya. Pada kasus Dra. Sartika seharusnya diperiksa menggunakan USG. Akan tetapi, mungkin reimburstment asuransi kesehatan yang dimiliki perusahaan tersebut memberikan ganti rugi di bawah unit-cost

Page 7: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

pemeriksaan USG. Rumah sakit akan rugi jika menggunakan USG untuk Dra. Sartika. Secara perhitungan ekonomi, tidak diperiksanya Dra Sartika dengan USG akan menghindarkan rumah sakit dari kerugian. Dengan demikian, need Dra. Sartika tidak dapat terwujud sebagai demand. Contoh lain, pada sistem pembiayaan rumah sakit yang berbasis pada anggaran. Apabila rumah sakit dapat menyelenggarakan pelayanan di bawah anggaran, misalnya 90% maka 10% sisanya dapat masuk sebagai jasa rumah sakit. Dengan konsep seperti ini rumah sakit akan mempunyai insentif untuk melakukan Supplier Reduced Demand. Penggunaan Analisis Demand for Health dan Demand for Health Care Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung

20. 20. 19 es (Iceberg phenomenon). Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konsepsual, need akan pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. "Sedikit" tersebut bersifat variatif. Di negara-negara maju mungkin puncak gunung es akan terlihat relatif besar bila dibanding dengan negara-negara yang masih dalam keadaan miskin. Pelayanan kesehatan tentunya berusaha agar batas air menjadi serendah mungkin. Gambar 2.3 Need untuk pelayanan kesehatan

21. 21. 20 Besar kecilnya demand dan need sebaiknya dipahami dengan baik oleh tenaga-tenaga kesehatan. Dalam hal ini harus ada pengertian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand for health dan demand for health care melalui analisis yang tepat. Analisis demand yang pada akhirnya akan menghasilkan peramalan demand merupakan hal penting untuk dilakukan oleh suatu rumah sakit. Dari peramalan demand ini akan timbul berbagai pertanyaan seperti: (1) berapa jumlah dan jenis tenaga medis yang diperlukan untuk memenuhi demand terhadap pelayanan rumah sakit pada masa mendatang?; (2) apakah produksi pelayanan rumah sakit saat ini sudah cukup untuk memenuhi demand? ; dan (3) apakah sarana, prasarana, dan berbagai kegiatan pokok rumah sakit dapat diandalkan untuk memenuhi demand pada masa mendatang? Pada prinsipnya analisis demand merupakan aktivitas dasar dalam manajemen rumah sakit karena memberikan basis untuk menganalisis pengaruh pasar pada jenis kegiatan yang dihasilkan rumah sakit dan mengadaptasikannya. Selain itu analisis demand juga akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi demand dan memberikan arah untuk perencanaan rumah sakit. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) faktorfaktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:

22. 22. 21 kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis; penilaian pribadi akan status kesehatannya; variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan; variabel-variabel demografis dan organisasi. Di samping faktor-faktor tersebut terdapat faktor lain misalnya, pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain saling terkait secara kompleks. 1) Kebutuhan Berbasis Fisiologis Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan penting-nya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapat pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini maka demand pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktorfaktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan puncak gunung es yaitu demand, bukan kebutuhan (needs). 2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kese-hatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan normanorma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara Timur sejak

Page 8: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

23. 23. 22 dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap pelayaanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya. 3) Variabel-Variabel Ekonomi Tarif Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membu-tuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat

24. 24. 23 meninggal atau cacat seumur hidup. Masalah tarif rumah sakit merupakan hal yang kontroversial. Pernyataan normatif di masyarakat memang mengharapkan bahwa tarif rumah sakit harus rendah agar masyarakat miskin mendapat akses. Akan tetapi tarif yang rendah dengan subsidi yang tidak cukup dapat menyebabkan mutu pelayanan turun bagi orang miskin dan hal ini menjadi masalah besar dalam manajemen rumah sakit. 4) Penghasilan Masyarakat Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi, ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan penghasilan masya-rakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan antrian untuk mendapatkan pelayanan medis harus dikurangi dengan menyediakan pelayanan rawat jalan dengan perjanjian misalnya. Faktor penghasilan masya-rakat dan selera mereka merupakan bagian penting dalam analisis demand untuk keperluan pemasaran rumah sakit.

25. 25. 24 5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya. 6) Variabel-Variabel Demografis dan Umur Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri

26. 26. 25 meningkat demand-nya terhadap pelayanan kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa keun-tungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil

Page 9: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

diban-dingkan dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi. 7) Jenis Kelamin Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata. 8) Pendidikan Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

27. 27. 26 9) Faktor-Faktor Lain Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayan-an kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila akan diberikan maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah sakit. Patut dicatat bahwa pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara pening-katan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998) menya-takan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan demand untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan meningkatkan demand untuk pelayanan bedah caesar.

28. 28. 27 Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahanperubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus diperhatikan oleh rumah sakit karena pada saat inflasi tinggi, ataupun pada resesi ekonomi, demand terhadap pelayanan kesehatan akan dapat terpe-ngaruh. Pada saat krisis ekonomi di Indonesia, tercatat berbagai rumah sakit di Yogyakarta tidak mengalami penurunan demand. Justru bangsal-bangsal VIP tidak menurun penghuninya, bahkan menunjuk-kan kecenderungan naik. Salah satu dugaan adalah pasien kaya yang biasa pergi ke Jakarta atau Singapura, mengubah perilakunya untuk mencari penyembuhan pada rumah sakit di Yogyakarta. Ketika kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merebak di Singapura, pengamatan menunjukkan bahwa BOR kelas VIP di sebuah kota besar di Indonesia ternyata meningkat. Ada kemungkinan penduduk Indone-sia yang demand mencari pengobatan biasa ke Singapura, kemudian mengubahnya ke Indonesia akibat takut terkena SARS. 3. Keterkaitan Antara Needs, Demand Dan Perilaku Dalam Hal Pelayanan Kesehatan Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Oleh sebab itu, kesehatan merupakan salah satu modal utama untuk bekerja dan hidup dalam mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang

29. 29. 28 bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk menjadi sehat tidaklah sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contohnya, seorang atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya dibandingkan seseorang yang menganggur. Dimana menurut Teori Blum, kesehatan dipengaruhi oleh: (1) keturunan; (2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan kesehatan. Akan tetapi

Page 10: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan hubungan antara demand terhadap kesehatan dan demand terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan hubungan tersebut digunakan konsep yang berasal dari prinsip ekonomi. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu input, dimana input tersebut meliputi beberapa hal dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan dapat dilukiskan pada input : Lingkungan hidup, makanan, olahraga, gaya hidup, genetis, pelayanan kesehatan. Sedangkan fungsi produksinya yaitu dapat dilihat pada pendidikan dan pendapatan, sehingga menghasilkan hari-hari atau waktu-waktu hidup sehat. Dengan konsep ini, maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri.

30. 30. 29 Dalam teori grossman menguraikan bahwa demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain: 1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan rumah sakit pada umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel. 2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan.3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera.4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi. Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat dilakukan melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain. Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai Negara Timur sejak dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat

31. 31. 30 bahwa demand terhadap pelayaanan pengobatan altenatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya. Akan tetapi saat ini, masyarakat kita sudah banyak yang membutuhkan pelayanan kesehatan untuk pengobatan-pengobatan yang dianggap penting atau butuh oleh masyarakat. Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapat pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya.Berdasarkan situasi ini maka demand pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan puncak gunung es yaitu demand, bukan kebutuhan (needs). Akan tetapi, ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-

Page 11: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

32. 32. 31 rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan antrian untuk mendapatkan pelayanan medis harus dikurangi dengan menyediakan pelayanan rawat jalan dengan perjanjian misalnya. Faktor penghasilan masyarakat dan selera mereka merupakan bagian penting dalam analisis demand untuk keperluan pemasaran rumah sakit. Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di masyarakat kita sudah tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untu masyarakat miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya. Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan

33. 33. 32 kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam memberikan informasi pada masyarakat, untuk meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila akan diberikan maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah sakit. Patut dicatat bahwa pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand and needs. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998) menyatakan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan demand untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan meningkatkan demand untuk pelayanan bedah caesar . Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus diperhatikan oleh rumah sakit karena

34. 34. 33 pada saat inflasi tinggi, ataupun pada resesi ekonomi, demand terhadap pelayanan kesehatan akan dapat terpengaruh. Pada saat krisis ekonomi di Indonesia, tercatat berbagai rumah sakit di Yogyakarta tidak mengalami penurunan demand. Justru bangsal-bangsal VIP tidak menurun penghuninya, bahkan menunjukkan kecenderungan naik. Salah satu dugaan adalah pasien kaya yang biasa pergi ke Jakarta atau Singapura, mengubah perilakunya untuk mencari penyembuhan pada rumah sakit tersebut. Ketika kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merebak di Singapura, Pengamatan menunjukkan bahwa rumah sakit kelas VIP di sebuah kota besar di Indonesia ternyata meningkat. Ada kemungkinan penduduk Indonesia yang demand mencari pengobatan biasa ke Singapura, kemudian mengubahnya ke Indonesia akibat takut terkena SARS. Dengan informasi-informasi diatas maka, pelayanan kesehatan merupakan hal penting yang bisa mempengaruhi pola pikir perilaku masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan.

Page 12: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

35. 35. BAB 3 METODE PENELITIAN A. Responden Responden dalam penelitian ini adalah Di Medokan Semampir Sukolilo Surabayasebanyak 30 orang. B. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukolilo Kota Surabayadengan alasan masyarakatnya beragam. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03-04 Januari 2013. C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011). Peneliti mengumpulkan data menggunakan data primer tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabayalangsung didapat dari responden dengan cara penyebaran angket. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen adala alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar kuesioner. 34

36. 36. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013. Luas wilayah kecamatan sukolilo Kota Surabaya 23.69 km2 dengan jumlah penduduk 110.435 jiwa. Kepadatan penduduk/km2 yaitu 4.662 jiwa (Proyeksi Penduduk 2008, Badan Pusat Statistik Prop.Jatim). 2. Data Karakteristik Responden a. Usia Responden Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden di Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 0304 Januari 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. Usia 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun 40 - 49 tahun 50 - 59 tahun > 60 tahun Jumlah 11 4 7 3 5 30 Persentase (%) 36,7 13,3 23,3 10,0 16,7 100,0 Dari tabel 4.1 diketahui bahwa paling banyak responden usia 20-29 tahun yaitu 11 orang (36,7%). b. Jenis Kelamin Responden Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 0304 Januari 2013 35

37. 37. 36 No. 1. 2. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah 13 17 30 Persentase (%) 43,3 56,7 100,0 Dari tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari 50% jenis kelamin responden perempuan yaitu 17 orang (56,7%). c. Pendidikan Responden Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 0304 Januari 2013 No. 1. 2. 3. Pendidikan SLTA Diploma Universitas Jumlah 22 4 4 30 Persentase (%) 73,4 13,3 13,3 100,0 Dari tabel 4.3 diketahui bahwa lebih dari 50% responden pendidikan SLTA yaitu 22 orang (73,4%). d. Pekerjaan Responden Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 0304 Januari 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. Pekerjaan Tidak Bekerja Swasta IRT PNS Pensiun Jumlah 6 10 6 4 4 30 Persentase (%) 20,0 33,4 20,0 13,3 13,3 100

38. 38. 37 Dari tabel 4.4 diketahui bahwa paling banyak responden pekerjaan swasta yaitu 10 orang (33,4%). e. Penghasilan Responden Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Responden di Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 0304 Januari 2013 No. 1. 2. Penghasilan < Rp. 1.740.000,≥ Rp. 1.740.000,- Jumlah 21 9 30 Persentase (%) 70,0 30,0 100 Dari tabel 4.5 diketahui bahwa lebih dari 50% responden berpenghasilan < Rp. 1.740.000,- yaitu 21 orang (70%). f. Status Perkawinan Responden Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status PerkawinanResponden di Kelurahan Medokan Semampir KecamatanSukoliloKota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013 No. 1. 2. Status Perkawinan Belum menikah Menikah Jumlah 9 21 30 Persentase (%) 30,0 70,0 100 Dari tabel 4.6 diketahui bahwa lebih dari 50% responden status perkawinan menikah yaitu 21 orang (70%). B. Pembahasan Penelitian Hasil penelitian tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabaya............................

Page 13: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

39. 39. BAB 5 PENUTUP A. Kesimpulan Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, kita harus memulainyadari diri kita sendiri, untuk itu pemahaman akan pentingnya menjaga atau meningkatkankesehatan harus dimiliki oleh setiap individu,walaupun kita ketahui saat ini banyak masalah yang kita hadapi tentang persoalan kesehatan. Tidak hanya individu melainkansecara sosial juga harus bisa sehinggatercapainya menjaga dan pembangunan meningkatkan kesehatan yang kesehatannya, optimal. Dengan mengetahui teori Blum inikita dapat mengetahui determinan-determinan apa saja yang mempengaruhi kesehatan,untuk itu kita dapat meningkatkan derajat kesehatan kita dengan cara memperbaiki empatfaktor determinan yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, genetik, perilaku danpelayanan kesehatan. Permasalahan bidang kesehatan di Indonesia : 1. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah 2. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah 3. keterbatasan pelayanan kesehatan 4. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan. 5. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal 38

40. 40. 39 6. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal B. Saran Saat ini kita dapat melihat perilaku masyarakat terhadap kesehatan masih kurang,perlunya peran serta pemerintah dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan. Adanyapeningkatan dibidang pelayanan kesehatan, seperti memperbaiki fasilitas gedung ataumenambah peralatan kesehatan yang dibutuhkan sehingga mampu melayani masyarakatdengan baik, memberikan pelatihan terhadap tenaga medis maupun non medis dipuskesmas atau rumah sakit pemerintah, memenuhi standar SDM yang dibutuhkan suatutempat pelayanan kesehatan seperti dokter, peningkatan anggaran kesehatan agar dapatmencukupi serta membantu masyarakat kurang mampu, bekerjasama antara pemerintahdengan organisasi aktif yang ada di masyarakat agar dapat memantau atau mengontrolkebijakan pemerintah tentang kesehatan, adanya penyuluhan kepada masyarakat tentanginfo-info kesehatan yang terbaru atau mempermudah masyakat untuk memperolehinformasi tentang kesehatan, mempermudah akses ke tempat pelayanan juga hal yangharus diperhatikan pemerintah. Hal-hal seperti ini yang perlu kita tingkatkan agarpembangunan kesehatan kita berlangsung sukses, sehingga derajat kesehatan kitasemakin meningkat yang diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia.

41. 41. 40 Daftar Pustaka Tsauri, S.H. 2011., Determinan Yang Mempengaruhi Status kesehatan. http://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-mempengaruhistatus-kesehatan-2/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012 .Enida, Y.N. 2012., Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Masyarakat. http://yayangnurenida.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhistatus.html.Diakses pada tanggal 1 Mei 2012 .Suyatno, Ir. MKes. 2009., Masalah Kesehatan Masyarakat. http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/12/ikm7-masalah-kesehatanmasyarakat-compatibility-mode.pdf. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012 . DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Astuti, Maya. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : ECG Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fraser, M. diane. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta : ECG Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian KebidananDan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Ibrahim Miyata, Proverawati. 2010. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil .Yogyakarta : Nuha Medika Lailiyana, Dkk. 2010. Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : ECG

42. 42. 41 Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : ECG Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Notoatmdjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Yuniastuti, Ari. 2008.

Page 14: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

Gizi Dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Suparyanto. 2010. http://www.com, diakses tanggal 03 Juni 2012 Murtiyarini. 2012. http://www.com, diakses tanggal 03 Juni 2012 Wiku Andopoto MD, Muhammad Thohar Arifin MD. 2005. http://www.com, diakses tanggal 03 Juni 2012

Page 15: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

STUDI TINGKAT KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT DI WILAYAH SEMI PERKOTAAN KOTA SEMARANG

KUSTANTI, ADE ARI and Haryanto, Ragil and Rahdriawan, Mardwi (2002) STUDI TINGKAT KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT DI WILAYAH SEMI PERKOTAAN KOTA SEMARANG. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

Abstract

Fenomena perkembangan kota yang semakin pesat senantiasa diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk yang terlihat dari peningkatan aktivitas kota. Guna mendukung aktivitasnya, penduduk membutuhkan fasilitas pelayanan. Namun yang sering terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan fasilitas dengan pemenuhannya. Hal ini akan mengganggu aktivitas kota. Seperti juga halnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan di Kota Semarang. Fasilitas kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk untuk menunjang kebutuhan pelayanan kesehatan guna meningkatkan pelaksanaan aktivitas. Salah satu usaha peningkatan kesehatan pada masyarakat suatu kota adalah dengan cara menyediakan fasilitas kesehatan yang merata dan sesuai dengan keinginan masyarakat yang dilayani. Karena jika suatu fasilitas tidak diinginkan keberadaannya pada suatu lingkungan maka fasilitas tersebut akan ditinggalkan atau tidak dipergunakan oleh masyarakatnya. Kota Semarang dengan perkembangan kota yang cukup pesat, dilain sisi mempunyai permasalahan sehubungan dengan fasilitas kesehatan, yaitu terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan penyediaan. Selain itu terjadi aglomerasi distribusi fasilitas kesehatan di pusat kota, sedangkan pada wilayah semi perkotaan cenderung kurang pelayanan. Berdasarkan keadaan tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai Studi Tingkat Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Pendapat Masyarakat di Wilayah Semi Perkotaan Kota Semarang, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat di wilayah semi perkotaan Kota Semarang terhadap pelayanan fasilitas kesehatan berdasarkan pada pendapat dari masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan penyebaran kuisioner kepada masyarakat di wilayah semi perkotaan Kota Semarang, yang sebelumnya telah dilakukan penentuan wilayah sampel dan jumlah sampel yang digunakan yaitu 100 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah Stratified Random Sampling, penentuan sampel dilakukan secara bertingkat, dan pemilihan responden dilakukan secara acak. Hal ini dilakukan untuk menghindari subyektivitas dari peneliti, dan tiap satuan elementer mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan metode analisis tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis yang dilakukan diketahui bahwa masyarakat di wilayah semi perkotaan mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan puskesmas guna melayani kebutuhan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan keluarganya, dan ternyata tingkat kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas kesehatan tinggi, yang berarti masyarakat kurang terlayani pelayanan fasilitas kesehatan di lingkungannya. Sedangkan prioritas tingkat kebutuhan masyarakat di wilayah semi perkotaan Kota Semarang terhadap fasilitas kesehatan meliputi: biaya berobat, kualitas pelayanan yang dapat diberikan, ketersediaan fasilitas kesehatan, kelengkapan peralatan,

Page 16: Bahan Pr Bab 4 Akreditasi

lokasi, waktu, kondisi bangunan ( sarana ) , kepemilikan kartu kesehatan, dan proses pelayanan. Berdasarkan prioritas kebutuhan tersebut, masyarakat di wilayah semi perkotaan membutuhkan fasilitas kesehatan berupa puskesmas.