bahan menlab tugas 1 dan 2

58
Pengolahan dan Penanganan Limbah Laboratorium Jumat, 10 Juni 2011 Melihat belum optimalnya pelayanan kesehatan di masyarakat dan untuk menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, pendirian rumah sakit baik oleh pemerintah maupun swasta khususnya di daerah perkotaan semakin meningkat. Dampak negatif pendirian rumah sakit-rumah sakit tersebut salah satunya adalah pencemaran lingkungan akibat limbah yang tidak ditangani secara serius. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk, disentri, demam typhoid dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam. Limbah klinis lebih bersifat infeksius daripada limbah non klinis Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah dan swasta telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. A. Limbah Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

Upload: prima-fitria-hillman

Post on 31-Jul-2015

122 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Pengolahan dan Penanganan Limbah LaboratoriumJumat, 10 Juni 2011

Melihat belum optimalnya pelayanan kesehatan di masyarakat  dan untuk menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, pendirian rumah sakit baik oleh pemerintah maupun swasta khususnya di daerah perkotaan semakin meningkat. Dampak negatif pendirian rumah sakit-rumah sakit tersebut salah satunya adalah pencemaran lingkungan akibat limbah yang tidak ditangani secara serius. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk, disentri, demam typhoid dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam. Limbah klinis lebih bersifat infeksius daripada limbah non klinis

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

Sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah dan swasta telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan  terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit.

A.    LimbahLimbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak

digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan FKM-UI mendefinisikan limbah/sampah ialah benda bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1986).

B.     Limbah Rumah SakitMenurut Arifin (2008), limbah rumah sakit adalah semua sampah

dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.

Page 2: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun dan radoiaktivitas. Menurut Depkes RI (1997)

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis non infeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium.Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah.Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat. Hal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit.

C.    Jenis-jenis limbahJenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :

1.    Limbah KlinikLimbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit

resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.

2.      Limbah PatologiLimbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari

unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

3.      Limbah Bukan KlinikLimbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak

berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.

4.      Limbah Radioaktif

Page 3: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Walaupun limbah ini tidak  menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut.

Tempat limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya.

1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik

2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah bukan  klinik3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu

dinyatakan aman sebelum dibuang.

D.    Pengelolaan limbahPengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah

sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :

1.      Pemisahan Limbaha.    Limbah harus dipisahkan dari sumbernyab.    Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelasc.    Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan kemana

kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

2.      Penyimpanan LimbahDibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat

digunkanan kantung kertas yang tahan bocor(dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

3.      Penanganan Limbaha.       Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat

bagian atasnya dan diberik label yang jelas.b.      Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga  jika dibawa mengayun menjauhi

badan limbah tidak tercecer keluar dan diletakkan ditempat  tertentu untuk dikumpulkan.c.       Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan  warna yang sama telah

dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai.d.      Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak

sebelum diangkut ketempat pembuangan.

Page 4: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

4.      Pengangkutan LimbahKantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah

bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu(misalnya bila ada  kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5.      Pembuangan LimbahSetelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat

penimbunan sampah (Land-fill site), semua limbah infeksi harus diolah dengan cara desinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi, dan insinerasi. Jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam

teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga

sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari

sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari

bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.

Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi

memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat

dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan

yang relatif kecil.

Metode insinerasi digunakan untuk membuang limbah laboratorium ( cair atau

padat ), sebelum atau sesudah di autoklav dengan membakar limbah tersebut dalam alat

insenerasi (insenerator). insenerasi bahan infeksi dapat digunakan sebagai pengganti

autoklav hanya jika alat insenerasi berada dibawah pengawasan laboratorium dan

dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan bakar sekunder. alat insenerasi

dengan ruang bakar tunggal tidak memuaskan untuk menangani bahan infeksi, mayat

hewan percobaan, dan plastic. Bahan tersebut tidak dirusak dengan sempurna, sehingga

asap yang keluar dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan mikroorganisme dan zat

kimia toksik. ada beberapa model ruang bakar yang baik tetapi yang ideal adalah yang

memungkinkan suhu pada ruang bakar yang pertama paling sedikit 800° C dan pada ruang

bakar kedua 1000°C. waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya paling edikit

0,5 detik. bahan untuk insenerasi, bahkan bila harus diautoklav dulu, harus dikemas dalam

kantong plastic. petugas pelaksana insenerasi harus menerima instruksi yang benar

tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.

Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator

berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC. Suatu rumah

sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah

rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu

saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik

Page 5: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak

terpakai lagi.

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

a.    Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meterb.    Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi  75 cmc.    Tambahkan lapisan kapurd.   Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5

meter dibawah permukaan tanahe.    Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

(Setyo Sarwanto, 2003).

Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable), misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.

Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).

E.      Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit:

1.             Pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan.

2.             Karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit,

3.             pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar

4.             Masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Dampak buangan air limbah rumah sakit yang tidak memenuhi aturan mengakibatkan mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut

F.     Dampak Positif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Page 6: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan memberikan dampak postif terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah sakit itu sendiri, seperti:

1.    Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga meningkatkan pengawasan pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus akan dapat mencegah penyebaran penyakit (infeksi nosokomial).

2.    Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut

3.    Keadaan lingkungan yang bersih juga mencerminkan keberadaan sosial budaya masyarakat disekitar rumah sakit

4.    Dengan adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan berkurang juga tempat berkembang biaknya serangga dan tikus sehingga populasi kepadatan vektor sebagai mata rantai penularan penyakit dapat dikurangi.

G.    Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Rumah SakitDampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya

yang tidak baik atau tidak saniter dapat berupa :

1.      Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal dilingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.

2.      Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja

3.      Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi peralatan medis ataupun peralatan yang ada.

4.      Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.

5.      Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi pernyakit terutama kholera, disentri, thypus abdominalis (Kusnoputranto, 1986).

Air limbah yang mempunyai sifat fisik, kimiawi, dan bakteriologi yang dapat menjadi sumber pengotoran dan menimbulkan bau yang tidak enak

Page 7: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

serta pemandangan yang tidak menyenangkan, bila tidak dikelola dengan baik.

Pengelolaan Limbah Laboratorium01:47  LANSIDA  1 comment

Sebelum terinci lebih jauh mengenai bagaimana cara menangani limbah laboratorium, ada baiknya mengingat kembali apakah definisi limbah. Definisi limbah adalah produk buangan yang telah dipakai. Sedang produk limbah laboratorium secara umum adalah limbah bahan kimia. Definisi limbah bahan kimia sendiri adalah buangan bahan kimia yang telah dipakai, campuran bahan kimia atau bahan kimia yang belum dipakai namun sudah rusak.

Sedang teori hukum alam yaitu suatu zat tidak ada yang lenyap (nothing vanishes) artinya bahan kimia apapun apabila dibuang tidak akan lenyap dari lingkungan kita. Ada kemungkinan mengubah material dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Akan tetapi material asli dan material yang telah diubah tetap berada di lingkungan kita. Itulah problematika besar bagi kita. Dengan demikian apabila kita menerapkan

Page 8: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

manajemen limbah yang baik akan mengurangi efek buruk dari material terhadap lingkungan di masa mendatang.

Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.Sumber limbah tersebut antara lain dari :� Bahan baku kadaluarsa� Bahan habis pakai (misal eluan dan medium biakan yang tidak terpakai)� Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)Berkaitan dengan pembuangan limbah ini, bukan hanya ketentuan hukum saja yang mengatur dan menjerat, akan tetapi termasuk juga pengertian tanggung jawab pribadi terhadap lingkungan. Sehingga sudah semestinyalah harus ditekankan untuk mengumpulkan dan secara profesional membuang residu bahan kimia.

Potensi Polutan Air (WGK)Perusahaan besar seperti Merck mencantumkan potensi polutan air terhadap berbagai kelas dengan Wassergefaehrdungsklassen (WGK) berdasarkan bahaya polusi yang ditimbulkan.Kriteria penilaiannya berdasarkan NWG (nicht wassergefaehrdend) yaitu :0 = tidak berbahaya untuk air1 = senyawa penyebab polusi ringan2 = senyawa penyebab polusi3 = senyawa penyebab polusi berat

WGK 1 WGK 2 WGK 3Asam asetatAlumunium kloridaBesi kloridaMagnesium kloridaMetanol

AsetonitrilKlorobenzenaKobal nitratTembaga(II) sulfatTimah hitam klorida

BenzenaKadmium kloridaKloroformNikel sulfatKalium kromat

Definisi Limbah Bahan Kimia Berbahaya adalah Limbah yang mempunyai efek toksik dan berbahaya terhadap manusia.Adapun klasifikasi pengumpulan limbah labotorium antara lain :

Kelas JenisA Pelarut organik bebas halogen dan senyawa

organik dalamlarutan

B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organikdalam larutan

C Residu padatan bahan kimia laboratorium organikD Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian

kandungankemasan pada pH 6 -8

E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan larutannya

F Senyawa beracun mudah terbakarG Residu air raksa dan garam anorganik raksa

Page 9: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

H Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah

I Padatan anorganikJ Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik

Untuk pelarut organik bebas halogen - kelas A antara lain :

• Aliphatic and alicyclic hydrocarbons• Aromatic hydrocarbons• Alcohols• Ketones• Esters• Ethers• Glycol ethers

Pelarut Organik mengandung Halogen – Kelas B :• CFC (chlorinated fluorinated hydrocarbons)• CHC (chlorinated hydrocarbons)• HHC (halogenated hydrocarbons)

Cara Pengumpulan Limbah LaboratoriumPembuangan Limbah

Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah terpisah menurut tipe bahan kimia yang berkaitan 

Wadah diberi label (A-J)  Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam satu kategori tidak

bereaksi satu sama lain  Pengecekan untuk kandungan asam dan basa  Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan penetral.

Wadah Cairan Pelarut Organik� Dapat tahan terhadap bahan kimia yang disimpan� Tidak mudah pecah/rusak� Anti-bocor dan rapat gas� Memiliki sertifikat UN untuk pengangkutan limbah internasional� Wadah harus ditempatkan di ruang berventilasi baik� Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah penguapan uap berbahaya� Pilih wadah yang tepat (mengeliminir kebocoran)

Kemasan untuk limbah asam dan basa:Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner

Page 10: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

1. Corong untuk kemasan baja nirkarat2. Corong untuk kemasan Kombinasi3. Corong untuk kemasan PE

1                                     2                                  3

Sedang untuk pelarut organik yang secara umum bersifat mudah terbakar, perlakuan wadah/penampungnya :• Hindari sumber nyala (api terbuka, loncatan listrik, elektris statis, permukaan panas)• Grounding (“Bumikan”) wadah penampungan

Persyaratan Wadah

Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran. 

Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang

hendak dikemas. 

Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam (teflon, baja,

karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak bereaksi bereaksi denganlimbah B3

yang disimpannya.

Prinsip Pengemasan Limbah B3 :

1. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.

2. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya

pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama

penyimpanan. 

3. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan

kemasan lain. 

4. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

Page 11: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

5. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai

bagian pengelolaan limbah.

Senyawa Inkompatibel (tidak boleh dicampur)

Senyawa Tidak boleh dicampur dengan

Eksplosif ataumenghasilkan

panas, gas atau

substansi yang

mudah menyala

Menghasilkan gas toksik, atau tidak stabil atau substansi berbahaya

Asam asetat Alkohol, asam kromat, etilen glikol,asam nitrat,asam perklorat, peroksida, permanganat

x

Asetat anhidrat Asam kromat, etilen glikol, asam nitrat, asam perklorat, peroksida, permanganat.alkohol, air : senyawa yang mengandung hidroksil

x

Aseton Campuran asam nitrat / asam sulfat pekat

x

Asetilen halogen, tembaga dan alloy nya, silver dan mercury, garam logam berat

x

Logam alkali Air, asam, alkohol, halogen, asam halida,oksigen udara,garam, hidrokarbon terhalogenasi, seluruh oksidator, karbondioksida

x

Alkil aluminium Air, udara,alkohol x

Aluminium klorida

Air, alkohol, hidrida x

BubukAluminium

Semua agen oksidator, asam, alkali,hidrokarbon halogenasi, peroksida

x

Amoniak danalkil amina yanglebih rendah

halogen, bubuk logam, asam,merkuri (dari termometer), kalsiumhipoklorit, asam fluorida

x

Ammonium nitrat

Asam, bubuk logam, cairan mudahmenyala, klorat, nitrat, sulfur,senyawa organik bercabang ataumaterial mudah menyala

x

Senyawa arsenik

Senyawa pereduksi x

Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari materi diatas seperti :• Manajemen limbah yang baik mengurangi efek buruk dari material terhadap lingkungan• Jangan buang limbah langsung ke lingkungan atau ke saluran air (meledak!)• Limbah juga memberikan potensi polusi terhadap air

Page 12: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

• Kelompokan limbah laboratorium berdasarkan klasifikasinya• Wadah juga harus dipilih yang sesuai dengan limbah yang ditampung• Perhatikan sifat inkompetibelitas tiap zat kimia yang dibuang yang bisa memunculkan reaksi eksotermis hingga ledakan.

Pengumpulan Limbah LaboratoriumLimbah laboratorium harus dikumpulkan dalam wadah yang terpisah sesuai dengan jenis bahan kimianya

untuk dibuang. Kaleng wadah sebagai contoh, diberi label sesuai dengan daftar yang dijelaskan dibawah

ini dan diberi label dengan huruf A-K. Dalam menjalankannya, harus dipastikan bahwa bahan kimia yang

Page 13: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

dikumpulkan dalam satu kategori tidak bereaksi satu sama lain. Minimal periksa kandungan asam dan

basanya. Banyak pembuangan dari suatu perusahaan yang mensyaratkan larutan dalam keadaan netral.

A Pelarut organik bebas halogen dan bahan organik dalam larutan.

B Pelarut organik yang mengandung halogen dan bahan organik dalam larutan. Peringatan: Jangan gunakan wadah aluminium!

C Residu padat bahan kimia organik laboratorium.

D Garam dalam larutan; isi dalam wadah harus diatur pada pH 6-8.

E Residu bahan anorganik yang beracun dan garam-garam logam berat serta larutannya.

F Senyawa beracun yang mudah terbakar.

G Residu merkuri dan garam merkuri anorganik.

H Residu garam logam, masing-masing logam harus dikumpulkan secara terpisah.

I Padatan anorganik.

K Pisahkan kumpulan kaca, logam, dan limbah plastik.

Kumpulan wadah harus diberi label dan simbol bahaya dan frase keselamatan dengan jelas. Mohon catat

bahwa double labelling mungkin diperlukan, misalnya jika cairan mudah terbakar dalam bentuk larutan

aqueous dikumpulkan dalam kategori D, jika larutan organik yang bereaksi secara kaustik, mengandung

basa dan asam atau beracun dikumpulkan dalam kategori selain dari E dan F.

Label khusus dan simbol status bahaya terdapat di dalam nomor katalog "Peralatan laboratorium,

aksesoris, dan keamanan produk".

Tentunya, kategori lain mungkin di disain jika:

Page 14: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Hal ini sangat berarti

Tersedia ruangan yang cukup

Total volume penyimpanan yang diijinkan tidak boleh berlebihan.

Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan seperti bahan-

bahan pengiritasi dan bahan-bahan beracun dikumpulkan bersama; dengan dua wadah - satu wadah

untuk bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan dan wadah yang lain untuk bahan-bahan beracun -

mungkin digunakan.

Bahan-bahan kimia dalam wadah tertutup:

Kumpulkan: Pindahkan dan perlakukan hanya di dalam wadah khusus. Gunakan prinsip resiko

keselamatan pribadi yang minimal!

Bahan kimia dalam jumlah lebih sedikit:

Perlakuan: dengan sifat mudah terbakar, mengoksidasi, atau reaktif terhadap air atau zat-zat lain. Untuk

mencegah reaksi yang sulit dikendalikan, direkomendasikan untuk membungkus limbah kimia secara

terpisah (plastik atau wadah) sebelum menempatkan mereka ke dalam bejana! Perhatian khusus harus

diambil dengan menggunkan bahan peledak, yang mana harus dibuang secara terpisah dalam bentuk

padat.

Wadah untuk pelarut organik:

Agar dapat membuang limbah laboratorium dengan baik dan untuk meminimalkan efek rutin

laboratorium, kumpulan wadah yang didisain untuk bahan-bahan limbah harus:

Mampu menampung bahan kimia yang terlibat

Tidak mudah pecah

Tahan bocor dan kebocoran gas

Kepemilikan sertifikat PBB (UN) untuk pengangkutan apabila barang tersebut diangkut melalui jalan

umum.

Sebagai tambahan, poin dibawah ini harus diperhitungkan:

Wadah harus diletakan pada tempat yang berventilasi baik

Wadah harus ditutup rapat untuk mencegah evaporasi uap berbahaya

Pilih wadah yang dapat mencegah limbah yang disimpan pada tempat penyimpanan dalam jangka

waktu yang sangat lama. Hal ini juga meminimalisasi resiko kebocoran.

Pemilihan wadah yang telah mendapat persetujuan PBB (UN-approved containers) didaftar pada katalog

berdasarkan "Peralatan laboratorium, aksesoris, dan keselamatan produk."

Berdasarkan percobaan di laboratorium, wadah-wadah dibawah ini dapat direkomendasikan:

Page 15: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Wadah untuk limbah organik cair, limbah aqueous dan limbah terkontaminasi, asam dan

basa:

Combi-container, 10 l dengan PE inliner, Ord. No. 9.43442.1013 atau PE container, Ord. No.

9.54528.1010.

Wadah untuk limbah kimia solid/padat: 

Sebisa mungkin limbah dikumpulkan dalam wadah yang terbuat dari bahan yang sama - kaca,

logam, plastik - seperti wadah produk aslinya.

Macam-macam LimbahPosted on June 11, 2010 

1. A. Pengertian Limbah

Page 16: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Definisi limbah atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)

suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan

berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity, flammability, reactivity, dancorrosivity) serta konsentrasi

atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan

kesehatan manusia.

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb,

Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida,

fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah

industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-

alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta

pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah

hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun

sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3

dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut untuk

daftar lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari

Pemerintah Indonesia.

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah

sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau

konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan

lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk

hidup lain.

Limbah dapat dikatakan sebagai  limbah B3 apabila setelah melalui

pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik mudah

Page 17: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, penyebab

infeksi, dan bersifat korosif.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

baik industri maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal

sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan

kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan

manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah

tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Limbah memberikan arti teknis adalah sebagai barang yang

dihasilkan oleh sebuah proses dan dapat dikategorikan sebagai

bahan yang sudah tidak terpakai . Limbah merupakan buangan

yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industry maupun

domestic (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah),

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak

dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis

sampah ini pada umumnya berbentuk padat dan cair.

Sampah (refuse) atau limbah adalah sebagian dari sesuatu yang

tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang,

yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

(termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human

waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat

(Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam,

diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor,

bangunan umum, industri, dan jalan.

Page 18: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

1. B. Macam-macam Limbah dan Bahaya Limbah

A. 1. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat

diklasifikasikan menjadi:

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki

sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung

biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses

koagulasi dan flokulasi.

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses

pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung

padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut.

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan

biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana

padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak

mengandung padatan organik.

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter

yaitu total solids residue(TSR), kandungan fixed residue (FR),

kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content),

volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat

korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta

sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb,

Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida,

fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah

industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-

alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta

pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah

hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun

sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3

dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut untuk

Page 19: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

daftar lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari

Pemerintah Indonesia.

1. 2. Limbah Logam Berat Beracun di Perairan

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih

besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik,

mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya

bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen,

1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd),

dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya.

Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini

menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim

bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan

amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal,

dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat

proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga

mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis

penguraiannya (Manahan, 1977).

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya

racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi

ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn),

timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co)

(Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan

toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia

yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ >

Cd2+>Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut

Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990)

sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3

kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi  yang terdiri dari atas unsur-

unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari

unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri

atas unsur Mn dan Fe.

Page 20: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung

terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak

langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan

sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982)

yaitu :

1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam

lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit

terurai (dihilangkan)

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan,

dan akan membahayakan kesehatan manusia yang

mengkomsumsi organisme tersebut

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu

lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu

sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang

akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam

air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial

dalam skala waktu tertentu

Kadmium dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah

pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada

keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan

baterai alkali. Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis.

Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit paru-

paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan

kelenjer pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang

(Clarkson, 1988;  dan Saeni, 1997).

Tembaga merupakan logam yang ditemukan dialam dalam bentuk

senyawa dengan sulfida (CuS). Tembaga sering digunakan pada

pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan listrik, gelas , dan alloy.

Tembaga masuk keperairan merupakan faktor alamiah seperti

Page 21: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

terjadinya pengikisan dari batuan mineral sehingga terdapat debu,

partikel-partikel tembaga yang terdapat dalam lapisan udara akan

terbawa oleh hujan. Tembaga juga berasal dari buangan bahan

yang mengandung tembaga seperti dari industri galangan kapal,

industri pengolahan kayu, dan limbah domestik.

Pada konsentrasi  2,3 – 2,5 mg/l dapat mematikan ikan dan akan

menimbulkan efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir

(Saeni, 1997). Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa

hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan  dalam urine karena

sebagian terikat dengan protein, sebagian dieksresikan melalui

empedu ke dalam usus dan dibuang kefeses, sebagian lagi

menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga menyebabkan penyakit

anemia dan tuberkulosis.

Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang

bersifat racun dalam bentuk Pb-arsenat. Dapat juga berasal dari

proses korosi lead bearing alloys. Kadang-kadang terdapat dalam

bentuk kompleks dengan zat organik seperti hexaetil timbal, dan

tetra alkil lead (TAL) (Iqbal dan Qadir, 1990)

Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh

melalui makanan dan minuman yang dikomsumsi serta melalui

pernapasan dan penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia,

timbal dapat menghambat aktifitas enzim yang terlibat dalam

pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit

anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam timbal

adalah kurangnya nafsu makan, kejang, kolik khusus, muntah dan

pusing-pusing. Timbal dapat juga menyerang susunan saraf dan

mengganggu sistem reproduksi, kelainan ginjal, dan kelainan jiwa

(Iqbal dkk 1990; Pallar, 1994)

Page 22: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

1. 3. Limbah Udang sebagai Material Penyerap Logam Berat

Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan

ekornya. Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang (hewan

golongan invertebrata) yaitu sebagai pelindung (Neely dan Wiliam,

1969). Kulit udang mengandung protein (25 % – 40%), kalsium

karbonat (45% – 50%), dan khitin (15% – 20%), tetapi besarnya

kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udangnya.

sedangkan kulit kepiting mengandung protein (15,60% – 23,90%),

kalsium karbonat (53,70 – 78,40%), dan khitin (18,70% – 32,20%),

hal ini juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya

(Focher et al., 1992). Kandungan khitin dalam kulit udang lebih

sedikit dari kulit kepiting, tetapi kulit udang lebih mudah didapat

dan tersedia dalam jumlah yang banyak sebagai limbah.

Khitin berasal dari bahasa Yunani yang berarti baju rantai besi,

pertama kali diteliti oleh Bracanot pada tahun 1811 dalam residu

ekstrak jamur yang dinamakan fungiue. Pada tahun 1823 Odins

mengisolasi suatu senyawa kutikula serangga janis ekstra yang

disebut dengan nama khitin (Neely dan Wiliam, 1969). Khitin

merupakan konstituen organik yang sangat penting pada hewan

golongan orthopoda, annelida, molusca, corlengterfa, dan

nematoda. Khitin biasanya berkonyugasi dengan protein dan tidak

hanya terdapat pada kulit dan kerangkanya saja, tetapi juga

terdapat pada trachea, insang, dinding usus, dan pada bagian

dalam kulit pada cumi-cumi (Neely dan Wiliam, 1969). Adanya

khitin dapat dideteksi dengan reaksi warna Van Wesslink. Pada

cara ini khitin direaksikan dengan I2-KI yang memberikan warna

coklat, kemudian jika ditambahkan asam sulfat berubah warnanya

menjadi violet. Perubahan warna dari coklat hingga menjadi violet

menunjukan reaksi positif adanya khitin.

-(1-4). Perbedaannya dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang

terikat pada atom karbon yang kedua pada khitin diganti oleh

Page 23: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

gugus asetamida (NHCOCH-(1-4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa

(N-asetil-D-Glukosamin) (Hirano, 1986; Tokura, 1995). Struktur

khitin sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara

monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi Khitin

termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul

tinggi dan merupakan melekul polimer berantai lurus dengan nama

lain 2) sehingga khitin menjadi sebuah polimer berunit N-

asetilglukosamin (The Merck Indek, 1976).

Khitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10 (Hirano, 1976)

merupakan zat padat yang tak berbentuk (amorphous), tak larut

dalam air, asam anorganik encer, alkali encer dan pekat, alkohol,

dan pelarut organik lainnya tetapi larut dalam asam-asam mineral

yang pekat. Khitin kurang larut dibandingkan dengan selulosa dan

merupakan N-glukosamin yang terdeasetilasi sedikit, sedangkan

khitosan adalah khitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin.

-1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa merupakan turunan dari khitin

melalui proses deasetilasi. Khitosan juga merupakan suatu polimer

multifungsi karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam

amino, gugus hidroksil primer dan skunder. Adanya gugus fungsi

ini menyebabkan khitosan mempunyai kreatifitas kimia yang tinggi

(Tokura, 1995).Khitosan yang disebut juga dengan

Khitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan

basa kuat, sedikit larut dalam HCl dan HNO3, dan H3 PO4, dan tidak

larut dalam H2SO4. Khitosan tidak beracun, mudah mengalami

biodegradasi dan bersifat polielektrolitik (Hirano, 1986). Disamping

itu khitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat

organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu, khitosan relatif

lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan

induistri kesehatan (Muzzarelli, 1986). Saat ini budi daya udang

dengan tambak telah berkembang dengan pesat, karena udang

Page 24: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

merupakan komoditi ekspor yang dapat dihandalkan dalam

meningkatkan ekspor non -migas dan merupakan salah satu jenis

biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada

umumnya diekspor dalam bentuk udang beku yang telah dibuang

bagian kepala, kulit, dan ekornya.

Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang,

pengalengan udang, dan pengolahan kerupuk udang berkisar

antara 30% – 75% dari berat udang. Dengan demikian jumlah

bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi

(Anonim, 1994). Limbah kulit udang mengandung konstituen utama

yang terdiri dari protein, kalsium karbonat, khitin, pigmen, abu,

dan lain-lain (Anonim, 1994). Meningkatnya jumlah limbah udang

masih merupakan masalah yang perlu dicarikan upaya

pemanfaatannya. Hal ini bukan saja memberikan nilai tambah pada

usaha pengolahan udang, akan tetapi juga dapat menanggulangi

masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, terutama

masalah bau yang dikeluarkan serta estetika lingkungan yang

kurang bagus (Manjang, 1993). Saat ini di Indonesia sebagian kecil

dari limbah udang sudah termanfaatkan dalam hal pembuatan

kerupuk udang, petis, terasi, dan bahan pencampur pakan ternak.

Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang,

limbah udang telah dimanfaatkan di dalam industri sebagai bahan

dasar pembuatan khitin dan khitosan.  Manfaatnya di berbagai

industri modern banyak sekali seperti industri farmasi, biokimia,

bioteknologi, biomedikal, pangan, kertas, tekstil, pertanian, dan

kesehatan. Khitin dan khitosan serta turunannya mempunyai sifat

sebagai bahan pengemulsi koagulasi dan penebal emulsi (Lang,

1995).

Isolasi khitin dari limbah kulit udang dilakukan secara bertahap

yaitu tahap pemisahan protein (deproteinasi) dengan larutan basa,

Page 25: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

demineralisasi, tahap pemutihan (bleancing) dengan aseton dan

natrium hipoklorit. Sedangkan transformasi khitin menjadi khitosan

dilakukan tahap deasetilasi dengan basa berkonsentrasi tinggi,

seperti terlihat pada gambar 1 (Ferrer et al., 1996; Arreneuz,

1996., dan Fahmi, 1997). Khitin dan khitosan yang diperoleh dari

limbah kulit udang digunakan sebagai absorben untuk menyerap

ion kadmium, tembaga, dan timbal dengan cara dinamis dengan

mengatur kondisi penyerapan sehingga air yang dibuang ke

lingkungan menjadi air yang bebas dari ion-ion logam berat.

Mengingat besarnya manfaat dari senyawa khitin dan khitosan

serta tersedianya bahan baku yang banyak dan mudah didapatkan

maka perlu pengkajian dan pengembangan dari limbah ini sebagai

bahan penyerap terhadap logam-logam berat diperairan.

1. 4. Limbah Deterjen

Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah

menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern

mulai rumah tangga sampai industri. Deterjen umumnya tersusun

atas lima jenis bahan penyusun, yaitu :

1. surfaktan, yang merupakan senyawa Alkyl Bensen

Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada

pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh

mikroorganisme (nonbiodegradable).

2. senyawa fosfat (bahan pengisi), yang mencegah menempelnya

kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat

digunakan oleh semua merk deterjen memberikan andil yang

cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang

menyebabkan Booming Algae (meledaknya populasi tanaman air)

3. Pemutih dan pewangi (bahan pembantu), zat pemutih

umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset

organisasi konsumen Malaysia (CAP) Pemutih dapat

Page 26: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk penwangi

lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat

makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk

semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan

kemampuan mencuci.

4. bahan penimbul busa, yang sebenarnya tidak diperlukan

dalam proses pencucian dan tidak ada hubungan antara daya

bersih dengan busa yang melimpah.

5. Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.

Menurut Asosiasi Pengusaha Deterjen Indonesia (APEDI), surfaktan

anionik yang digunakan di Indonesia saat ini adalah alkyl benzene

sulfonate rantai bercabang (ABS) sebesar 40% dan alkyl benzene

sulfonate rantai lurus (LAS) sebesar 60%. Dibandingkan dengan

LAS, ABS merupakan senyawa yang lebih sukar terurai secara

alami. Oleh karenanya, pada banyak negara di dunia penggunaan

ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di

Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum

ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk

deterjen, antara lain karena : harganya murah, kestabilannya

dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah.

Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan

lingkungan. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia

berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit

terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk. Hal

ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar

saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi

iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang

mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin

parah.

Page 27: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah

deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker

(karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa

benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk

senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan

klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum,

mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung

klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi. Saat ini,

instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan

air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu

mengolah limbah deterjen secara sempurna.

Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau

kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab

proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada

sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan

eceng gondok yang secara tidak langsung dapat membahayakan

biota air dan lingkungan. Di beberapa negara Eropa, penggunaan

fosfat telah dilarang dan diganti dengan senyawa substitusi yang

relatif lebih ramah lingkungan.

Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen, konsumen

mempunyai hak untuk memperoleh informasi suatu produk secara

jelas, hak untuk memilih dan hak untuk menuntut/menggugat

produsen apabila produk mereka tidak sesuai dengan klaimnya

Berkaitan dengan hak konsumen tersebut, diperlukan transparansi

dari produsen mengenai kandungan produk deterjen yang

dihasilkannya dalam bentuk pelabelan komposisi bahan baku.

Persepsi masyarakat bahwa deterjen yang menghasilkan busa

melimpah mempunyai daya cuci yang baik adalah tidak benar.

Page 28: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Untuk merubah persepsi tersebut, diperlukan partisipasi baik dari

pihak konsumen maupun produsen. Di satu pihak, konsumenharus

tahu bahwa tidak ada kaitan antara daya cuci dan busa melimpah.

Di lain pihak, produsen seharusnya tidak lagi menggunakan “busa

melimpah” dalam mempromosikan produknya.

Produksi deterjen Indonesia rata-rata per tahun sebesar 380 ribu

ton. Sedangkan tingkat konsumsinya, menurut hasil survey yang

dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di wilayah Jabotabek pada

tahun 2002, per kapita rata-rata sebesar 8,232 kg.

Regulasi yang berkaitan dengan deterjen di Indonesia masih belum

sepenuhnya mengakomodasi aspek lingkungan. Standar, sebagai

salah satu produk regulasi, yang berlaku sekarang dan digunakan

sebagai acuan bagi produk deterjen sudah berumur lebih dari 15

tahun dan tidak sesuai lagi dengan tuntutan produk yang

berwawasan lingkungan, sehingga perlu direvisi, seiring dengan

perkembangan teknologi dan perkembangan baku mutu

lingkungan.

1. 5. Limbah Tinja

Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik

adalah mikroorganisme patogenyang terkandung dalam tinja,

karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh

manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus

infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu

pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4 mikroorganisme

patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing

dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli (E-

coli). Menurut catatan badan Kesehatan dunia (WHO) melaporkan

bahwa air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan

Page 29: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih

dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan

tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala

yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya.

Saat ini E-coli adalah mikroorganisme yang mengancam Kali Mas.

Bakteri penghuni usus manusia dan hewan berdarah panas ini telah

mengkontaminasi badan air Kali Mas, dari Kajian Dhani Arnantha

staf peneliti Lembaga kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah

menyebutkan bahwa di Hulu Kali Mas tepatnya di daerah Ngagel

jumlah E-coli dalam 100 ml air Kali Mas mencapai 350 milyar –

1600 milyar padahal dalam baku mutu yang ditetapkan oleh

Pemerintah dalam PP 82/2001 tentang Pengendalian Limbah cair

menyebutkan bahwa badan air yang dimanfaatkan sebagai bahan

baku air minum seperti Kali Mas kandungan E-coli dalam 100 ml

air tidak boleh lebih dari 10.000.

Setelah tinja memasuki badan air, E-coli akan mengkontaminasi

perairan, bahkan pada kondisi tertentu E-coli dapat mengalahkan

mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam pelvix

ginjal dan hati.

Tingginya tingkat pencemaran domestik Kali Mas memberikan

dampak yang signifikan terhadap kualitas kesehatan masyarakat

yang tinggal disepanjang bantaran Kali Mas, hal ini merujuk pada

data yang dikeluarkan oleh Paguyuban Kanker Anak Jawa Timur

RSUD Dr Soetomo Oktober 2003 yang menyebutkan bahwa 59%

penderita kanker anak adalah leukimia dan sebagian besar dari

penderita kanker ini tinggal di Daerah Aliran Sungai Brantas

(termasuk Kali Surabaya dan Kali Mas). Jenis Kanker lainnya yang

umum diderita Anak yang tinggal di Bantaran Kali adalah kanker

Page 30: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

syaraf (neuroblastoma), Kanker kelenjar getah bening (Limfoma),

kanker ginjal (tumor wilms), dan Kanker Mata.

Ancaman serius ini harus memicu peran aktif Pemerintah dalam

mengendalikan pencemaran domestik, karena dibandingkan

dengan Limbah cair industri, penanganan sumber limbah domestik

sulit untuk dikendalikan karena sumbernya yang tersebar. Upaya

yang dimaksudkan bukan penyuluhan kepada masyarakat untuk

tidak membuang tinja atau deterjen kesungai, tetapi lebih kepada

mengarahkan industri-industri kita untuk menerapkan cleaner

production (industri yang berwawasan lingkungan) dengan

menerapkan pengolahan limbah dan menghasilkan produk-produk

ramah lingkungan.

Sebagai konsumenpun masyarakat pemakai detergen juga harus

berani memilih dengan menggunakan produk-produk yang

dihasilkan oleh industri yang telah memiliki predikat hijau, predikat

hijau ini diberikan oleh Kantor kementrian Lingkungan Hidup

dalam program Proper (Program Pentaatn Industri) dalam program

ini diberikan predikat emas untuk industri yang menerapkan

industri bersih, predikat Hijau untuk industri yang telah

mengelolah limbahnya dan telah mengembangkan community

development bagi masyrakat sekitar, predikat biru, Predikat Merah

dan Predikat hitam bagi industri yang menimbulkan kerusakan

lingkungan.

Dengan memilih produk-produk dari industri berpredikat hijau

berarti kita juga ikut serta dalam menjaga kualitas lingkungan.

1. C. Karakteristik Limbah

Karakteristik limbah:

Page 31: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

1. Berukuran mikro

2. Dinamis

3. Berdampak luas (penyebarannya)

4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

1. Volume limbah

2. Kandungan bahan pencemar

3. Frekuensi pembuangan limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan

menjadi 4 bagian:

1. Limbah cair

2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual

maupun pengujian, yaitu :

1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air

normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH

netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industri yang

belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan

mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan

organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika daya

dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah

dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.

2.   Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak

akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air

warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu

Page 32: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air

lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air

yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil

degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan

mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan

berbau sehingga mengubah rasa.

3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid

dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang

berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak

larut sempurna akan mengendapdidsar sungai, dan yang larut

sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan

organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi

melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD.

Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri

dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, bahan buangan

anorganik.

1. D. Cara Pengelolaan Limbah

A. 1. Tekhnologi Pengolahan Air Limbah

i. a. Trickling filter

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan

domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah

tidak memenuhi baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat

Kota Jakarta. Jakarta merupakan sebuah ibukota yang amat padat

sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan

sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Terdapat sebuah

penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik

sampel sumber air tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara

kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air

Page 33: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan

mangan.

Trickling filter. Sebuah trickling filter bed yang

menggunakan plastic media.

Bagaimana dengan air limbah industri? Dalam kegiatan industri, air

limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari

sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang

atau gagal, pencucian dan pembilasan

peralatan, blowdownbeberapa peralatan seperti kettle boiler dan

sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi

baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah

secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe

pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe

pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi

bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan,

juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan

pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk

menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air

tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.

Parameter Konsentrasi (mg/L)

COD 100 – 300

BOD 50 – 150

Minyak nabati 5 – 10

Minyak mineral 10 – 50

Zat padat tersuspensi (TSS) 200 – 400

Page 34: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

pH 6.0 – 9.0

Temperatur 38 – 40 [oC]

Ammonia bebas (NH3) 1.0 – 5.0

Nitrat (NO3-N) 20 – 30

Senyawa aktif biru metilen 5.0 – 10

Sulfida (H2S) 0.05 – 0.1

Fenol 0.5 – 1.0

Sianida (CN) 0.05 – 0.5

Batasan Air Limbah untuk Industri (Kepmen LH No.

KEP-51/MENLH/10/1995).

Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana

yang dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya

investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk

itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai

dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah

(UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.

Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa

parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik,

karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik

merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah.

Page 35: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical

oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak

dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH).

Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari

parameter total suspended solids(TSS), pH, temperatur, warna,

bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam

air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.

1. b. Hazardous Material ContainerPenanganan atau pengolahan Limbah B3, dengan metode Hazardous Material Container.

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat

bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini

menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses

pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan

limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang

bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa

kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari

karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak

bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah

yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana

kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak

bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau

dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan

peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam

pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus

dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami

penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah.

Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per

kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah

biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

Page 36: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam

sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum

akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus

dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2

kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari

adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan

penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak

bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan

kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi

yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon,

dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang

bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan

yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk

memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi

yang tahan api dan korosi.

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum

memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002.

Namun, kita dapat merujuk peraturan pengangkutan yang

diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan

hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus,

dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di

antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi

pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke

lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus

memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak

berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah

terbagak harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya

sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah

kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute

pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban

Page 37: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

kelengkapanMaterial Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap

truk dan di dinas pemadam kebarakan.

Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan,

topografi, dan faktor-faktor lainnya harus diperhatikan

agar secured landfill tidak merusak lingkungan. Pemantauan pasca-

operasi harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air

tidak terkontaminasi oleh limbah B3.

Pembuangan limbah B3 (Disposal); Strategi yang digunakan dalam

pengelolaan B3 dan limbah B3 adalah melalui pengembangan

sistem dan peningkatan kapasitas pengawasan dan perizinan;

mendorong penerapan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Recovery);

penguatan kapasitas kelembagaan daerah dalam pengelolaan B3

dan limbah B3; aliansi strategi dengan stakeholders tingkat lokal,

nasional, regional, maupun internasional.

Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah

dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan

(disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan

untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur

pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai

pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui

Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga

jenis yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill

single liner, dan (3) landfill clay liner dan masing-masing memiliki

ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.

Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah

setempat, lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah

penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (leachate),

dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di

Page 38: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi

geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah

penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis

tudung drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi

penutup. Secured landfill harus dilapisi sistem pemantauan kualitas

air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui

apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured

landfill tidak boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia

dan habitat di sekitarnya.

Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini

masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang

komprehensif terhadap efek yang mungkin ditimbulkan. Data

menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat

paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak

ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di

Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3

cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur

dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam

formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang

memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi

tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan

gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan

tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi

wilayah setempat.

Limbah B3 diinjeksikan sedalam suatu formasi berpori yang berada

jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara

lapisan tersebut harus terdapat

lapisanimpermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal

sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur

ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.

Page 39: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi

karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan

kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut

dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat

mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat

membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat

aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih

rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai

pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well).

Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika

Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:

1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh

bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara

lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.

2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti

disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga

tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.

3. Pengolahan Awal (Pretreatment); Tahap pengolahan ini

melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan

padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.

Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini

ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil

separation.Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:

Page 40: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

1. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment); Pada dasarnya,

pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama

dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses

yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap

pertama ialah neutralization, chemical addition and

coagulation,flotation, sedimentation, dan filtration.

1. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment); Pengolahan

tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut

dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik

biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada

pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic

lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization

basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor

and filter.

1. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment); Proses-proses

yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga

ialah coagulation and sedimentation, filtration,carbon

adsorption, ion exchange, membrane separation,

serta thickening gravity or flotation.

2. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment); Lumpur yang terbentuk

sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian

diolah kembali melalui prosesdigestion or wet

combustion, pressure filtration, vacuum

filtration, centrifugation,lagooning or drying bed, incineration,

atau landfill.

3. c. Sedimentation

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan

karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan

indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas.

Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan

secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan,

Page 41: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi

yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan

karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-

pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau

bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:

1. 1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-

proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan

diolah.

2. 2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan

untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.

3. 3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan

untuk penerapan skala sebenarnya.

Sedimentation. Sebuah primary sedimentation tank di sebuah unit

pengolahan limbah domestik. Sedimentation tank merupakan salah

satu unit pengolahan limbah yang sangat umum digunakan.

Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah.

Solusi terbaik dari pengolahan limbah pada dasarnya ialah

menghilangkan limbah itu sendiri. Produksi bersih (cleaner

production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan

menghilangkan terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di

seluruh bagian-bagian proses dapat dicapai dengan penerapan

kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih, serta

perubahan mendasar pada sikap dan perilaku

manajemen. Treatment versus Prevention? Mana yang menurut

teman-teman lebih baik?? Saya yakin kita semua tahu

jawabannya.Reduce, recyle, and reuse.

1. E. Hipotesis

Apakah teman-teman tahu, apakah yang disebut dengan limbah?

Sebagai mahasiswa, teman-teman pasti tahu apa itu limbah.

Bagaimanakah keadaan Indonesia dengan adanya pencemaran

Page 42: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

limbah yang sangat membahayakan kehidupan ekosistem dan

lingkungan?

Dampak limbah domestik akan semakin terlihat saat memasuki

musim kemarau, hal ini dikarenakan volume debit air limbah tetap

sedangkan volume debit air Kali Mas dan Kali Surabaya mengalami

penurunan hingga 3 kali. Pada musim penghujan debit air Kali

Surabaya mencapai 60 m3/detik sedangkan pada musim kemarau

debit air turun menjadi 20 m3/detik. Hal ini menurunkan

kemampuan pengenceran air sungai terhadap kualitas limbah

domestik, akibatnya muncul buih-buih putih membentuk jajaran

pulau busa, dampak seperti ini sering terlihat dipintu pelepasan

saluran pembuangan di Darmo Kali hingga Pasar Keputarn dan

Kayun hingga Monumen Kapal selam seperti yang nampak pada

berita Surabaya news, Senin 7 Juni 2004.

Limbah domestik terbagi dalam dua kategori yaitu pertama, limbah

cair domestik yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen,

minyak dan pestisida.Kedua adalah limbah cair yang berasal dari

kakus seperti sabun, shampo, tinja dan air seni.

Limbah cair domestik menghasilkan senyawa organik berupa

protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat Pada musim kemarau

saat debit air Kali Mas turun hingga 300% maka masukan bahan

organik kedalam badan air akan mengakibatkan penurunan

kualitas air.

Pertama, badan air memerlukan oksigen ekstra guna mengurai

ikatan dalam senyawa organik (dekomposisi), akibatnya akan

membuat sungai miskin oksigen, membuat jatah oksigen bagi biota

air lainnya berkurang jumlahnya. Pengurangan kadar Oksigen

Page 43: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

dalam air ini sering mengakibatkan peristiwa ikan munggut (ikan

mati masal akibat kekurangan Oksigen).

Kedua, Limbah organik mengandung padatan terlarut yang tinggi

sehingga menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi

cahaya matahari bagi biota fotosintetik.

Ketiga, puluhan ton padatan terlarut yang dibuang hampir lebih

dari 3 juta orang di Surabaya akan mengendap dan merubah

karakteristik dasar sungai, akibatnya beberapa biota yang menetap

didasar sungai akan tereleminasi atau bahkan punah.

Dampak limbah organik ini umumnya disebabkan oleh dua jenis

limbah cair yaitu deterjen dan tinja. Deterjen sangat berbahaya

bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa

detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat

karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap

masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan

menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan

jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia.

1. F. Indonesia dengan Pencemaran lingkungan dan Limbah

Kondisi geografis wilayah Indonesia semakin memudahkan

pembuangan dan penyelundupan limbah B3, ditambah pula masih

rendahnya kesadaran para pelaku usaha/kegiatan tentang bahaya

dan pentingnya pengelolaan B3 dan limbah B3.  Hal inilah yang

mendasari pentingnya pengelolaan B3 dan limbah B3.

Pembangunan yang pesat dibidang ekonomi disatu sisi akan

meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu dengan meningkatnya

pendapatan masyarakat, tetapi di sisi lain akan berakibat pada

Page 44: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

penurunan kesehatan akibat adanya pencemaran yang berasal dari

limbah industri dan rumahtangga. Hal ini karena kurangnya atau

tidak memadainya fasilitas atau peralatan untuk menangani dan

mengelola limbah tersebut.

Pembanguan bidang kesehatan Indonesia telah berjalan selama

lebih kurang dua dasawarsa. Peningkatan derajat kesehatan yang

optimal sebagai tujuan dari pembangunan bidang kesehatan telah

dilaksanakan, seperti peningkatan dan pemerataan pembangunan

bidan kesehatan.

Untuk mencapai hidup yang sehat, masyarakat selalu berinteraksi

dengan 4 faktor, yaitu faktor lingkungan, perilaku individu dan

masyarakat, pelayanan kesehatan, dan faktor bawaan (genetik).

Lingkungan sehat yang diharapkan adalah suatu lingkungan hidup

yang terencana, terorganisasi dinilai dari semua faktor yang ada

pada lingkungan fisik manusia, dikelola sedemikian rupa sehingga

derajat kesehatan dapat ditingkatkan.

Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi

dengan lingkungan masih banyak sekali masalah–masalah

lingkungan yang perlu segera mendapat perhatian. Kebanyakan

masyarakat, terutama terutama yang hidup didaerah pedesaan

belum mengetahui bahwa banyak sekali masalah–masalah

lingkungan disekitarnya mereka yang dapat berakibat buruk

terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka.

Keadaan dan masalah lingkungan yang berkaitan dengan

kesehatan masyarakat nampak sangat beragam. Berbagai faktor

lingkungan yang merugikan belum dapat diatasi, yang penting

Page 45: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

artinya dalam peningkatan masyarakat itu sendiri. Ada juga faktor

lingkungan yang bersifat menguntungkan, belum dapat ditangani

dengan baik sebagai karakteristik kehidupan masyarakat, sifat–

sifat dan kebiasaan, serta tingkat pengetahuan masyarakat yang

masih rendah.

Menurut organisasi kesehtan dunia (WHO), sanitasi didefinisikan

sebagai pengawasan faktor–faktor dalam lingkungan fisik manusia

yang dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap

perkembangan jasmani, maka berarti pula suatu usaha untuk

menurunkan jumlah penyakit manusia sedemikian rupa sehinga

derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai.

1. G. Solusi atau Usaha yang dilakukan untuk Mengatasi

Pencemaran Limbah atau Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengenalan usaha–usaha sanitasi ditujukan kepada seluruh

masyarakat, diutamakan kepada penduduk yang berpenghasilan

rendah dan tingkat pengetahuan rendah baik dikota maupun di

desa. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan

perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Beberapa

cara yang dapat diterapkan sebagai usaha meningkatkan

kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut :

1. 1. Menggalakan Penyuluhan Tentang Hidup Sehat

Kepedulian dari lembaga–lembaga kesehatan seangat diharapakan

masyarakat. Pemanfaatan tempat–tempat pelayanan kesehatan

masyarakat merupakan upaya ideal dlam mewujudkan kesadaran

masyarakat untuk berperilaku sehat. Kepercayaan masyarakat

terhadap petugas–pertugas kesehatan dilingkungan adalah

merupakan nilai tambah tersendiri. Masyarakat akan lebih mudah

menerima masukan–masukan yag diberikan.

Page 46: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Gambaran umum menunjukan bahwa lingkungan yang bermasalah

bagi kesehatan didominasi oleh penduduk berpenghasilan rendah

dengan tingkat pengetahuan yang rendah. Adanya asumsi bahwa

timbulnya penyakit karena kutukan adalah tidak relevan sama

sekali. Masyarakat harus diberitahu bahwa terjadinya penyakit

adalah karena adanya interaksi antara 3 faktor, yaitu enviroment,

host dan agent. Penyuluhan–peyuluhan dapat diberikan pada saat

kegiatan–kegiatan masyarakat berlangsung.

Penyuluhan yang cukup efektif dapat dilakukan terhadap ibu rumah

tangga, karena kondisi kesehatan keluarga erat hubungannya

dengan tingkat pengetahuan ibu. Pembinaan terhadap ibu–ibu

dapat dilakukan posyandu. Ibu rumah tangga dapat dianjurkan

untuk memulai perilaku sehat secara secara dini terhadap

balitanya.

Kepada masayrakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai, perlu

dilakukan penyuluhan tentang penyehatan air agar layak konsumsi,

dan diajak untuk mengenal perubahan–perubahan yang terjadi

disungai, seperti perubahan warna air, banyaknya ikan yang mati

atau gangguan lain, dimana berarti sumber air yang mereka pakai

telah kemasukan benda asing yang berbahaya bagi kehidupan

mereka.

1. 2. Memberi Contoh Lingkungan Sehat bagi masyarakat

Kebanyakan masyarakat tidak akan menerima langsung isi

penyuluhan–penyuluhan tentang kesehatan. Masyarakat lebih

tertarik dengan hal–hal yang peraktis dan kurang sukar

memikirkan secara mendalam apa yang harus dilakukan terhadap

lingkungannya agar mereka terhindar dari penyakit. Sebaiknya

masyarakat langsung ditunjukan contoh–contoh lingkungan sehat

Page 47: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

yang akan dijadikan panutan agar lebih efektif dan membantu.

Contoh lingkungan sehat bagi masyarakat yang cocok adalah suatu

rumah sederhana dengan perkarangan yang bersih, mempunyai

jamban yang cukup syarat kesehatan, air yang cuup tersedia, dan

tempat pembuangan air limbah serta sampah tersedia baik. Dari

adanya contoh–contoh seperti ini, masyarakat akan mengerti

bahwa dengan kesederhanaan yang mereka miliki, mereka dapat

juga menikmati lingkungan yang sehat dan terhindar dari penyakit–

penyakit yang timbul karena keadaan lingkungan sekitar mereka.

Poster–poster sederhana juga dapat membantu masyarakat

mengenal dan menerapkan sanitasi lingkungan. Sarana–sarana

desa seperti balai desa dan pusat pelayanan kesehtan tersebut

sering dikunjungi masyarakat.

3. Menunjang Kesehatan Mayarakat Dalam Bidang Sanitasi

Lingkungan

Konsep dan teknis sanitasi yang cocok bagi suatu wilayah,

kadangkala dapat timbul dari masyarakat sendiri. Hal ini

merupakan sumbangan besar bagi terlaksananya usaha sanitasi

lingkungan. Sanitasi lingkungan yang dilakukan masyarakat

kadang-kadang hanya tidak sengaja. Segai contoh, pemanfaatan

sampah rumahtangga oleh masyarakat tani untuk dijadikan

kompos. Tujuan utama mereka adalah untuk menambah bahan

organik pada tanaman yang diusahakan. Secara tidak sadar

sebenarnya mereka telah ikut meniadakan vektor–vektor penyakit

yang hidup di sampah–sampah.

Kegiatan–kegiatan sanitasi seperti ini merupakan suatu potensi.

Adanya dukungan dari pihak–pihak yang berkompeten akan

menumbuhkan peran serta masyarakat. Masyarakat diberitahu

Page 48: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah satu cara

melepaskan mereka dari gangguan vektor penyakit.

1. 4. Pemberian Pengahargaan Bagi Lingkungan Sehat

Keinginan untuk dihargai adalah mutlak dalam diri manusia.

Penghargaan dapat dinyatakan melalui dukungan terhadap apa

yang telah dilakukan, pemberian tambahan sarana–sarana dan

hadiah jika memungkinkan. Adanya penghargaan akan lebih

memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap

keadaan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.

1. H. Tujuan yang akan Dicapai

2. Terbentuknya Budaya Hidup Bersih bagi masyarakat yang ada di

lingkungan sekitar;

3. Terciptanya pola hidup bersih secara individu dengan kehidupan

nyata di masing–masing rumah tangga;

4. Terciptanya kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat

sekitarnya;

5. Terciptanya kesadaran masyarakat akan bahaya yang akan

ditimbulkan dari pembuangan limbah atau sampah secara

sembarangan;

Memupuk kebiasaan masyarakat agar tidak membuang sampah

sembarangan

Page 49: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

ORGANISASI LABORATORIUM

1. Pengelolaan LaboratoriumLaboratorium sering diartikan sebagai suatu ruangan atau tempat untuk melakukan percobaan atau penelitian. Ruang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding atau alam terbuka misalnya kebun botani.

A. Desain LaboratoriumPada umumnya bentuk, ukuran, tata ruang suatu laboratorium didesain sedemikian rupa sehingga pemakai laboratorium mudah melakukan aktifitasnya.Disamping bentuknya, ukuran laboratorium perlu mendapat perhatian karena fungsi laboratorium di sekolah-sekolah tidak hanya digunakan untuk percobaan yang bersifat individual. Jumlah siswa yang melebihi kapasitas ruangan laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya percobaan atau aktifitas lainnya. Sebuah laboratorium yang ukuran lantai seluas 100 m² dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio setiap siswa menggunakan tempat seluas 2,5 m² dari keseluruhan luas laboratorium. Laboratorium untuk keperluan pratikum mahasiswa membutuhkan ukuran lebih luas lagi, misalnya 3 – 4 m² untuk setiap mahasiswa.

Jenis LaboratoriumJenis laboratorium biasanya disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan laboratorium tersebut. Kadang- kadang atas dasar efisiensi, suatu ruangan laboratorium difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar IPA. Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Sciense classroom-laboratory. Kelebihan jenis laboratorium ini bersifat multi guna.

Tata Letak LaboratoriumPemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.

Page 50: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain:1. Tidak terletak pada arah mata angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya.2. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan banguna lainnya.3. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrol dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium.

Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sain umumnya terdiri atas ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan pratikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri atas ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai pratikum atau percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaannya jarang. Selain ruang-ruangan tersebut, mungkin juga sebual laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan specimen, ruangan khusus untk penyimpana bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi/staf.Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan harus dapat ditempati lemari yang akan digunakan untuk penyimpanan alat-alat atau bahan. Demikian juga ruang persiapan, harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan penyiapan bahan-bahan atau alat-alat.

B. Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran

Laboratorium memiliki peranan sebagai tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Di dalam

pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas.

Fungsi lain dari laboratoium adalah sebagai tempat display atau pameran.

C. Fasilitas Laboratorium

Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakai

laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan

oleh semua pemakai laboratorium, contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sink), aliran listik, gas.

Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen,

kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K,

pemadam kebakaran, dll.

D. Personal

Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan, laboratorium dapat di kelola secara

baik. Salah satu bagian dari pengelola laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau

personal laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifas dan efisiensi laboratorium termasuk

fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan pratikum.

Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium. Tugas teknisi

laboratorium membantu penyiapan alat-alat/bahan-bahan pratikum, pengecekan secara periodik,

pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu

disusun struktur organisasi laboratorium.

Tugas penanggung jawab laboratorium selain mengkoordinir berbagai aspek laboratorium, juga mengatur

penjadualan penggunaan laboratorium. Penjadualan ini dikoordinasikan dengan bagian kurikulum dan

Page 51: Bahan Menlab Tugas 1 Dan 2

mempertimbangkan usulan-usulan guru.

Pada laboratorium dengan peralatan laboratorium yang rumit atau kompleks, biasanya perlu diangkat

seorang operator alat. Operator alat bertanggung jawab terhadap alat yang dioperasikannya, oleh kerena

itu operasi harus selalu siap jika sewaktu-waktu alat tersebut digunakan.

E. Anggaran

Kelancaran kegiatan laboratorium dan kesinambungan fungsionalisasi laboratorium sangat tergantung

kepada anggaran yang memadai. Pengertian anggaran disini adalah suatu proses yang meliputi

perencanaan sistematik untuk suatu kegiatan yang menghemat uang.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2082787-organisasi-laboratorium/

#ixzz25Vc8BkBG