bahan kejang
DESCRIPTION
kejangTRANSCRIPT
BAB II
Tinjauan Pustaka
I. DEFINISI
Kejang demam atau disebut juga febrile Convulsion adalah bangkitan kejang yang
etrjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rekal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam,kemudian kejang kembali tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
kejang demam. Kejang demam merupakan bangkitan kejang pada bayi atau anak-anak yang
disebabkan oleh demam.
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,
ensefalitis dan ensefalopati. Kejang demam juga harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang
ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi
2 golongan, yaitu kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan
umum, tonik maupun klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam 24 jam dan kejang
demam kompleks yang memiliki ciri salah satu dari: yang berlangsung lebih dari 15 menit,
kejang fokal, partial atu umum yang di dahului partial dan multiple (Lebih dari 1 kali kejang
dalam 24 jam).
II. EPIDEMIOLOGI
1. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Menurut Tejani
NR (2008), kejang demam terjadi pada anak berusia 3 bulan – 5 tahun.
2. Insiden tertinggi pada umur 18 bulan.
3. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang demam sederhana dan
20% kejang demam kompleks.
4. Kejang pertama terbanyak di usia 17-23 bulan.
5. Anak lelaki lebih sering mengalami kejang demam dibandingkan dengan anak wanita.
6. Kejadian kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan.
1
7. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
8. Antara 2% - 5% anak-anak di Amerika Serikat menderita kejang demam pada hari kelima
kelahiran (fifth birthday) mereka, dan sekitar sepertiganya berulang minimal sekali.
Angka yang sama dari kejang demam di Amerika Serikat juga ditemukan di Eropa Barat.
9. Insiden kejang demam di India sekitar 5-10%, di Jepang sekitar 8,8%, di Guam sekitar
14%, di Hongkong sekitar 0,35%, dan di China sekitar 0,5-1,5%.
III. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam
biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari
pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai
beberapa menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga
melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan
demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis.
Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab
kejang demam yang paling sering. Atau infeksi oleh virus herpes manusia 6 juga sering
menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering
menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak.
Beberapa hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:
Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
Riwayat demam yang sering
Kejang pertama adalah complex febrile seizure (kejang fokal, hanya melibatkan salah
satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat
(selama demam berlangsung).
Resiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor resiko, 25% dengan 1 faktor
resiko, 50% dengan 2 faktor resiko, dan dapat mencapai 100% dengan ≥ 3 faktor resiko.
2
IV. PATOFISIOLOGI
Sel dan organ otak memerlukan suatu energy yang didapat dari metabolisme untuk
mempertahankan hidupnya. Bahan baku terpenting untuk metabolism otak adalah glukosa.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sifat proses ini adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-
paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.
Sel memiliki suatu membran dengan dua permukaan yaitu permukaan dalam dan
permukaan luar oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi Kalium dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan bahan enzim Na-K-ATPase yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Dan pada kondisi demam kenaikan
suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatanlistrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
dan terjadilah kejang.
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, ini tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak
3
dengan ambang kejang yang rendah, dapat terjadi kejang pada suhu 38ºC, sedangkan pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40 ºC atau lebih. Dari
kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi
pada ambang kejang yang rendah; sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan
pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung lama (> 15 menit)
biasanya terjadi apnea (henti nafas), meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolime otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas merupakan
faktor penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak selama belangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak sehingga terjadi kerusakan sel
neuron otak.
Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama; dapat menjadi "matang" dikemudian hari sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.
V. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar
sistem saraf pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis Media Akut. Serangan
kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan
sifat bangkitan kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat anak tidak
memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan
sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.
4
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
Kejang umum tonik dan atau klonik
Umumnya berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
Kejang lama, > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Living Stone membagi kriteria kejang menjadi 2, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana / KDS
2. Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam
Gejala lain yang dapat muncul seperti:
o Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-
tiba).
o Kejang tonik-klonik atau grand mal.
o Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-
anak yang mengalami kejang demam) .
o Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik).
o Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit).
o Lidah atau pipinya tergigit.
o Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
5
o Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya).
o Gangguan pernafasan.
o Apneu (henti nafas).
o Kulitnya kebiruan.
VI. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami
demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur dengan cara
memasukkan termometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,5o
Celsius. (8) Dari anamnesa biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada naggota keluarga
lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung). Sedangkan dari pemeriksaan fisik neurologis tidak
didapatkan adanya kelainan.
Pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada kasus kejang demam lebih
ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya demam, antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan
lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang
dpat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Maka
tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bayi kurang dari 12, diharuskan
b. Bayi antara 12-18 bulan, dianjurkan
c. Bayi > 18 bulan, tidak rutin kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
3. Elektroensefalografi
6
Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang yang tidak khas (misalnya kejang
demam komplikasi pada usia > 6 tahun atau kejang demam fokal).
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed tomography scan (CT-Scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi, seperti:
a. Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema
VII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kejang demam antara lain penyakit infeksi pada sistem susunan
saraf seperti meningitis,ensefalitis, dan abses otak.
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena. Dosis diazepam intravena
adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5
menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam
rektal, dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,7 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untukanak dengan berat badan lebih dari
10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis
7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulangi lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan intravena waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
7
5 menit
5 menit
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila
kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat intensif untuk
diberikan anastesi umum dengan thiopental yang diberikan oleh seorang ahli anastesi. Bila
kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya,
apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
2. Pemberian obat pada saat demam
Penatalaksanaan jangka panjang termasuk menjelaskan kepada kedua orang tua cirri-
ciri serangan yang relativ tidak berbahaya pada kejang demam dan mengajarkan mereka
8
KEJANG (+)
Diazepam Rektal (2)
Dosis Sda
Rujuk Ke Rumah Sakit
KEJANG (+)
Diazepam Rektal (1)0,5-0,75 mg/kg, atau
5 mg bila BB , 10 atau usia < 3 tahun7,5 mg bila usia 3 tahun
10 mg bila<10 kg
bagaimana mengenali dan menangani serangan yang terjadi di kemudian hari; bagaimana
menggunakan antipiretik secara aman dan efektif.
a. Antipiretik
Kejang demam terjadi pada saat demam, maka tujuan utama pengobatan adalah
mencegah demam meningkat. Berikan Paracetamol 10mg/kgBB/hari setiap 4-6
jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Selain itu juga dapat
diberikan kompres air hangat bila suhu lebih dari 39oC dan kompres air biasa bila
suhu lebih dari 38oC.
b. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam atau
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.
3. Pemberian obat rumatan
Yang termasuk dalam jenis obat rumatan yaitu fenobarbital 3-4mg/kgBB/2 dosis, asam
valproat 15-40 mg/kgBB dalam 2 atau 3 kali pemberian. Adapun indikasi pemberian
obat adalah sebagai berikut:
Kejang lebih dari 15 menit
Ada kelainan neurologiknyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemoparesis, paresis todd, serebral palsy, retradarsi mental, dan hidrosefalus.
Kejang fokal
Dipetimbangkan bila:
1. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
2. Kejang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
3. Kejang lebih dari atau sama dengan 4 kali dalam setahun
4. Pengobatan penyebab
Penyebab dari kejang demam baik KDS maupun Epilepsi yang diprovokasi demam
biasanya adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang tepat dan adequat akan sangat berguna untuk menurunkan
demam, yang pada gilirannya akan menurunkan resiko terjadinya kejang. Secara
akademis, anak yang datang dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dikerjakan
pemeriksaan punksi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi di
9
otak maupun meningitis. Selanjutnya apabila menghadapi anak dengan kejang yang
berlangsung lama diperlukan pemeriksaan : Punksi lumbal, darah lengkap, glukosa,
elektrolit: K,Mg,Ca,Na Nitrogen darah dan fungsi hati. Pemeriksaan foto kranium,
EEG, Brain Scan, Computerized Tomografi, Pneumo Encephalografi, dan Arteriografi.
5. Edukasi pada orang tua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang
sebagian orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus
dikurangi dengan cara diantaranya:
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat.
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau
penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan
khusus.
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
10
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter
untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah
yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan
selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut:
Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
Pemberian oksigen melalui face mask
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika
telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan
ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang
(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan.
Untuk mencegah serangan pada seorang anak dengan bawaan kejang demam,
begitu anak mengalami demam yang terpenting secepat mungkin usahakan turunkan
suhu badannya, dengan cara memberi obat penurun panas atau kompres. Selain itu
perbanyak minum air putih.
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada kejang demam adalah:
Luka yang terjadi pada saat kejang karena terjatuh atau tidak disengaja
Menggigit lidahnya sendiri
Menghirup cairan atau aspirasi, pneumonia.
Luka karena kejang yang lama dan complicated
Efek samping dari terap pengobatan untuk mengobati dan mencegah kejang.
X. PROGNOSIS
1. Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak
11
sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 %
s/d 0,74 %.
2. Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan
pertama dari serangan pertama.
3. Epilepsi
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang
diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh
seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c. Kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami
serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau
tidak sama sekali faktor di atas.
4. Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih
dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang
fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat
flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS
mengalami hemiparese sesudah kejang lama.
5. Retardasi Mental
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang
kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan
atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam
diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi
mental adalah 5x lebih besar.
12
XI. PENCEGAHAN
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada sebagian
besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah.
Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak yang
sering mengalami kejang demam. Tetapi hal ini sekarang sudah jarang dilakukan.
Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada saat mereka
menderita demam, bisa diberikan diazepam (baik yang melalui mulut maupun melalui
rektal).
13