bahan dan metode - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 ....

13
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan analisis laboratorium dilaksanakan pada bulan Juni 2010- Maret 2011 di Balai Penelitian Ternak Ciawi dan Laboratorium Terpadu Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahan Penelitian Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba betina barbados cross (BC) atau persilangan barbados 4-5 bulan dengan jumlah 16 ekor dan domba betina komposit sumatera (KS) 4-5 bulan jumlah 16 ekor. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang terdapat dalam sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m 2 dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari besi dan lantainya terbuat dari kayu dengan atap dari asbes yang dilapisi isolasi penyerap panas. Tempat pakan menempel di depan yang terbuat dari kayu dengan ukuran 50 x 30 x 40 cm. Untuk tempat konsentrat digunakan ember plastik yang dimasukkan ke dalam tempat pakan. Air minum disediakan melalui pipa air otomatis. Ransum Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah: (A) Pennisetum purpureum dan konsentrat komersial sebagai kontrol, (B) Pennisetum purpureum dan campuran 5% onggok pada konsentrat komersial, (C) Pennisetum purpureum dan campuran 2% CRM pada konsentrat komersial, (D) Pennisetum purpureum dan campuran 5% cassapon (60% onggok dan 40% CRM) pada konsentrat komersial. Sediaan bakteri asetogenik (Acetanoanaerobium noterae) diberikan secara probiotik pada domba KS dan BC untuk perlakuan CRM dan cassapon dengan frekuensi pemberian tiap 4 minggu sebanyak 100 ml/ekor.

Upload: duongnhi

Post on 11-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

31

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dan analisis laboratorium dilaksanakan pada bulan Juni 2010-

Maret 2011 di Balai Penelitian Ternak Ciawi dan Laboratorium Terpadu Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Bahan Penelitian

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba betina barbados

cross (BC) atau persilangan barbados 4-5 bulan dengan jumlah 16 ekor dan

domba betina komposit sumatera (KS) 4-5 bulan jumlah 16 ekor.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang terdapat dalam

sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m2

dengan tinggi 7 m. Kandang

individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari besi dan lantainya

terbuat dari kayu dengan atap dari asbes yang dilapisi isolasi penyerap panas.

Tempat pakan menempel di depan yang terbuat dari kayu dengan ukuran 50 x 30

x 40 cm. Untuk tempat konsentrat digunakan ember plastik yang dimasukkan ke

dalam tempat pakan. Air minum disediakan melalui pipa air otomatis.

Ransum

Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah: (A) Pennisetum

purpureum dan konsentrat komersial sebagai kontrol, (B) Pennisetum purpureum

dan campuran 5% onggok pada konsentrat komersial, (C) Pennisetum purpureum

dan campuran 2% CRM pada konsentrat komersial, (D) Pennisetum purpureum

dan campuran 5% cassapon (60% onggok dan 40% CRM) pada konsentrat

komersial. Sediaan bakteri asetogenik (Acetanoanaerobium noterae) diberikan

secara probiotik pada domba KS dan BC untuk perlakuan CRM dan cassapon

dengan frekuensi pemberian tiap 4 minggu sebanyak 100 ml/ekor.

Page 2: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

32

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pemberian pakan dilakukan sekali sehari secara bertahap, pertama diberikan

konsentrat (05.00 WIB) dengan jumlah kurang lebih 2% dari rataan bobot badan,

kemudian rumput gajah (07.00 WIB) sejumlah 2.5 kg. Penimbangan sisa rumput

gajah dilakukan sebelum pemberian konsentrat. Air minum diberikan secara ad-

libitum melalui keran pipa air otomatis pada masing-masing kandang. Pemberian

obat-obatan dan antibiotik diberikan pada domba yang sakit.

Metode

Rancangan Percobaan dan Tahapan Penelitian

I. Uji Efektivitas Cassapon

1. Pengamatan fisik intensitas penggumpalan CRM dengan onggok dengan

perbandingan massa (gram) sebagai berikut CRM : onggok (0:100, 10:90,

20:80, 30:70, 40:60, 45:55, 50:50, 55:45, 60:40, 65:35, 70:30).

Pengamatan dilakukan dengan melihat penggumpalan yang terjadi selama

delapan hari dengan tiga kali pengambilan sampel setiap 4 hari.

2. Pengamatan jumlah protozoa pada cassapon secara in vitro. Cassapon

yang diuji adalah cassapon 0 , 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 dengan

perbandingan CRM : onggok masing-masing (0:100), (10:90), (20:80),

(30:70), (40:60), (50:50), (60:40), dan (70:30). Prosedur In vitro yang telah

dilaksanakan adalah sebagai berikut (Thalib et al. 2000):

a. Penimbangan substrat dengan perbandingan rumput giling kering :

cassapon = 0.25 : 0.25 gram. Substrat kemudian dimasukan ke dalam

botol in vitro.

b. Substrat, larutan basal (campuran mikro mineral, buffer/penyangga,

makro mineral, resazurine dan aquadest sebanyak 43 ml yang telah

dialiri CO2 selama satu jam dan larutan reducing agent 2 ml) dialiri

CO2 kemudian disimpan di refrigerator selama satu hari.

c. Cairan rumen domba vistula atau inokulan segar 5 ml dicampur ke

dalam botol in vitro dan dikondisikan anaerob dengan menambah gas

CO2 kemudian ditempatkan di penangas air bersuhu 39°C.

Page 3: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

33

d. Pengambilan sampel dilakukan dengan waktu 0, 10, 12, 24, 36, dan 48

jam dengan menggunakan syringe. Jumlah protozoa total dihitung

dengan menggunakan haemositometer secara triplo (Ogimoto & Imai

1981).

Yij = µ + αi + ε ij

Keterangan :

i = Cassapon 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70.

Yij = Nilai intensitas kuantitas protozoa dan bakteri pada taraf cassapon

ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh taraf cassapon yang diberikan ke-i

ε ij = Galat percobaan pada taraf cassapon ke-i dan ulangan ke-j.

II. Pengaruh Cassapon dan CRM pada Domba KS dan BC

A. In Vitro Pengaruh Cassapon dan CRM

Percobaan in vitro dilakukan terhadap ransum A,B,C, dan D. Prosedur in

vitro dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut (berdasarkan

Theodorou dan Brooks (1990) dan Thalib et al. (2000):

1. Membuat larutan basal yang terdiri atas larutan penyangga (buffer),

makromineral, mikromineral, resazurine dan reducing agent

(komposisi bahan di lampirkan di lampiran 1). Larutan basal non

reducing agent dialirkan gas CO2 selama satu jam untuk kondisi

anaerob.

2. Menimbang substrat konsentrat dan rumput gajah giling dengan

komposisi masing-masing 0.5 gram. Kemudian substrat dituang ke

botol in vitro.

3. Larutan resazurine yang telah dialiri gas CO2 kemudian dituang ke

botol in vitro sebanyak 86 ml dan mikromineral sebanyak 4 ml.

Kemudian botol in vitro dialiri gas CO2. Botol ditutup dan dikocok

untuk kemudian disimpan di refrigerator dengan suhu 5°C selama satu

hari.

Page 4: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

34

4. Cairan inokulan atau cairan domba fistula segar 10 ml dituang ke botol

in vitro kemudian dialiri gas CO2 supaya terjaga dalam kondisi

anaerob. Botol in vitro kemudian diletakkan di penangas air dengan

suhu 39°C sesuai dengan suhu tubuh domba.

5. Pengukuran produksi gas metana dilakukan dengan waktu 3, 6, 12, 24,

dan 48 jam. Prosedur pengukuran gas metana disajikan pada

subpeubah.

6. Pengukuran kecernaan bahan kering in vitro (IVDMD) dan kecernaan

bahan organik in vitro (IVOMD) mulai dilakukan setelah pengambilan

gas metana selesai (hari ketiga). Prosedur disajikan pada subpeubah.

7. Pengukuran pH dan dilakukan langsung setelah pengukuran gas

metana selesai.

8. Pengukuran bakteri, protozoa dan N-NH3 dilakukan pada hari keempat.

Prosedur pengukuran disajikan pada subpeubah.

9. Pengukuran VFA dilakukan setelah pengukuran gas metana selesai

dengan contoh inokulan beku.

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + ε ijk

Keterangan :

Yij = Respons yang diamati sebagai akibat faktor A taraf ke-i, faktor B

taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh utama faktor A (bangsa domba) taraf ke-i

βj = Pengaruh utama faktor B (perlakuan pakan) taraf ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j

ρk = Pengaruh kelompok ke-k

ε ijk = Galat percobaan atau pengaruh acak yang menyebar normal

B. In Vivo Pengaruh Cassapon dan CRM

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan acak

kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah

faktor ransum yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu: kontrol (A), campuran

onggok (B), campuran CRM (C) dan campuran cassapon (D). Faktor

kedua adalah faktor bangsa domba yang terdiri dari dua perlakuan, yaitu:

domba komposit sumatera (KS) dan domba persilangan barbados (BC).

Page 5: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

35

Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + ε ijk

Keterangan :

Yij = Respons yang diamati sebagai akibat faktor A taraf ke-i, faktor B

taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh utama faktor A (perlakuan ransum) taraf ke-i

βj = Pengaruh utama faktor B (bangsa domba) taraf ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j

ρk = Pengaruh kelompok ke-k

ε ijk = Galat percobaan atau pengaruh acak yang menyebar normal

Peubah yang diamati

1. Pertambahan Bobot Badan

Data bobot badan dihitung setiap dua minggu sekali dengan menggunakan

timbangan dengan kapasitas 112 kg dan skala 200 gram merk Patterson®.

Penghitungan bobot badan dilakukan hingga akhir percobaan yang

dilakukan di kandang metabolis untuk dihitung pertambahan bobot badan

harian. Penghitungan bobot badan harian adalah sebagai berikut :

PBBH =

1

14( (BB2- BB1)+ (BB3- BB2) + …. +(BBi- BB(𝑖−1))

i

Keterangan: i adalah frekuensi penimbangan, jumlah penimbangan yang

dilakukan adalah 15 selama penelitian berlangsung.

2. Respons Fisiologis Ternak

Respons fisiologis yang diamati adalah laju denyut jantung, laju respirasi,

suhu rektal, dan suhu permukaan kulit.

a. Denyut Jantung

Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur jumlah

detakan di bagian dada kiri atas (dekat lengan) dekat tulang axilla

sebelah kiri dengan menggunakan stetoskop. Penghitungan denyut

jantung dengan cara menghitung jumlah denyutan jantung selama satu

menit. Hitungan diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan

data denyut jantung. Data denyut jantung adalah rata-rata dari ketiga

penghitungan (Schmidt-Nielsen 1997).

Page 6: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

36

b. Laju Respirasi

Penghitungan proses respirasi dilakukan dengan menghitung aliran

napas pada rongga dada dengan stetoskop. Penghitungan laju respirasi

dilakukan dengan cara menghitung frekuensi napas selama satu menit.

Penghitungan diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan

data frekuensi respirasi. Data frekuensi respirasi adalah rata-rata dari

ketiga penghitungan (Schmidt-Nielsen 1997).

c. Suhu Rektal

Suhu rektal diukur dengan memasukkan termometer klinis ke rektal

domba ± 1 menit. Kemudian dihitung suhu tubuhnya berdasarkan

rumus St = 0.86 Sr + 0.14 Sk (St = suhu tubuh, sk = suhu permukaan

kulit) (Schmidt-Nielsen 1997).

d. Suhu Permukaan Kulit

Panas tubuh dihitung dengan menembakan sinar uv dari alat

penghitung panas tubuh empat titik lokasi pengukuran, yaitu di bagian

punggung tepat di belakang pundak (A), bagian dada tepat di belakang

ketiak (B), tungkai kaki depan bagian atas (C), dan tungkai kaki depan

bagian bawah (metacarpus) (D). Rataan suhu permukaan kulit dihitung

berdasarkan rumus Sk = 0.25 (A + B) + 0.32 C + 0.18 D (Schmidt-

Nielsen 1997).

3. Kondisi lingkungan

Temperature Humidity Index (THI) dihitung menggunakan rumus Marrai

et al. (2007) dan LPHSI (1990):

THI = Tbk − (0.55 − 0.55 RH)( Tbk – 55.8)

Keterangan: Tbk = Suhu termometer bola kering (°F)

Tbb = Suhu termometer bola basah (°F)

Nilai THI < 82 = Tidak terdapat cekaman panas

Nilai THI 82-84 = Cekaman panas normal

Nilai THI 84-86 = Mulai terjadi cekaman panas

Nilai THI >86 = Cekaman panas berlebih

Page 7: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

37

4. Nilai Dugaan Komposisi Tubuh

Nilai dugaan komposisi tubuh dihitung dengan metode urea space.

Prosedur urea space adalah dengan cara mengambil sampel darah pada

bagian vena jungularis, penyuntikan urea ke tubuh domba dan diambil

kembali sampel darah yang telah terdapat kandungan urea tubuh. Selisih

antara pengambilan sampel sebelum dan sesudah penyuntikan urea adalah

kandungan protein yang terabsorbsi. Secara rinci dijelaskan sebagai

berikut (Warsiti 2004; Astuti & Sudarman 2009):

a. Pengambilan sampel darah domba sebanyak 5 ml melalui vena

jugularis menggunakan syringe sebelum diinjeksi dengan larutan urea

(menit ke-0).

b. Injeksi larutan urea (20% w/v) sebanyak 0.65 ml untuk setiap kilogram

bobot badan metabolis melalui vena jugularis selama 2 menit secara

perlahan.

c. Injeksi cairan saline (0.9% NaCI) sebanyak 3 ml melalui vena jugularis

dengan tujuan untuk mendorong larutan urea. Penentuan waktu nol

untuk injeksi larutan urea dilakukan dengan menghitung titik tengah

antara waktu mulai injeksi urea sampai dengan waktu selesai injeksi

saline.

d. Mengambil sampel darah sebanyak 5 ml melalui vena jugularis dengan

syringe pada saat menit ke-12 setelah urea diinjeksikan, selanjutnya

sampel darah tersebut langsung dimasukkan ke dalam tabung evendorf

yang mengandung bubuk EDTA.

e. Sampel darah yang telah diambil kemudian langsung disentrifus

dengan kecepatan 10.000 x g dan suhu 5°C selama 10 menit, setelah

itu diambil plasma darahnya untuk dianalisis kadar ureanya dengan

menggunakan kit (Human Gaselchaft-Germany). Apabila tidak dapat

dianalisis pada hari itu juga, sampel plasma darah disimpan di dalam

freezer.

f. Urea space atau ruang urea dihitung dengan menggunakan rumus

Astuti dan Sudarman (2009); Panaretto dan Till (1963):

Page 8: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

38

Urea Space (%) = Konsentrasi urea yang disuntikan

10 x BB x Selisih konsentrasi urea x 100%

Setelah itu dihitung kandungan protein, lemak, dan air tubuh domba dengan

menggunakan rumus Astuti dan Sudarman (2009); Panaretto dan Till (1963):

Air Tubuh (%) = 59.1 + (0.22 US) – 0.04 BB

Protein tubuh (%) = (0.265 Air Tubuh) – 0.47

Lemak tubuh (%) = 98 – (1.32 Air tubuh)

5. Konsumsi Nutrien Ransum (BK, BO, NDF, GE, SK, PK)

Konsumsi ransum, diukur dengan menghitung selisih antara pakan yang

diberikan dengan sisa pakan yang tidak dimakan. Perhitungannya adalah

dengan mengalikan hasil analisis proksimat bahan dengan pemberian

ransum kemudian dikurangi dengan sisa ransum yang telah dikalikan

dengan hasil analisis proksimat (AOAC 1995).

Konsumsi nutrien = Pemberian nutrien ransum – Sisa nutrien ransum

6. Kecernaan Nutrien Ransum (BK, BO, NDF, GE, SK, PK)

Penghitungan kecernaan nutrien ditentukan dengan metode koleksi total

pada kandang metabolis. Masa adaptasi kandang dilakukan selama tiga

hari dan pengumpulan data selama tujuh hari. Pencatatan jumlah ransum

yang diberikan dan sisanya dicatat, demikian juga feses dan urin yang

dikeluarkan. Setiap pemberian ransum diambil contoh untuk dianalisis.

Seusai penelitian semua contoh ransum dikomposit dan diambil 10%

untuk dianalisis komposisi zat-zat makanannya. Feses yang keluar

dikumpulkan dan ditimbang bobotnya, kemudian dioven 60oC selama 2

hari. Setelah kering, feses ditimbang dan disimpan dalam kantong plastik

yang tertutup rapat. Selesai penelitian, semua sampel dikomposit dan

diambil 10% untuk dianalisis komposisi kimianya. Hal yang sama juga

dilakukan terhadap urine, tetapi pada urine ditambahkan H2SO4 10%

sebanyak 100 ml per hari ke dalam ember penampungan agar nitrogen

dalam urine tidak menguap. Selanjutnya, dianalisis kandungan N totalnya.

Page 9: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

39

Kecernaan nutrien dapat dihitung dengan rumus (AOAC 1995; Pond et al.

1995), yaitu :

Kecernaan nutrien = Nutrien yang dikonsumsi (g) – Nutrien dalam feses (g)

Nutrien yang dikonsumsi (g) x 100%

Keterangan :

Nutrien yang dikonsumsi = ∑ konsumsi BK x kandungan nutrien ransum

Konsumsi BK = jumlah konsumsi ransum (As fed) x kadar BK ransum

Nutrien dalam feses = % nutrien dalam feses x BK feses x ∑ produksi

feses

Penghitungan Uji Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In vitro

a. Substrat rumput gajah giling dan konsentrat ditimbang berturut–turut

sebanyak 0.5g : 0.5 g. Substrat dimasukkan ke dalam cawan porslen

kemudian dioven 105°C selama 24 jam.

b. Cawan porselen didinginkan di dalam deksikator ± 2 jam.

Penimbangan cawan porslen.

c. Cawan porslen tersebut ditanur dengan suhu 500°C selama 8 jam.

Selanjutnya cawan porslen didinginkan ke dalam desikator ± 3 jam

untuk ditimbang data. Data ini sebagai blanko DMD dan OMD.

BK (DM) = Bobot kering

Bobot sampel dan BO (OM) =

Bobot kering − Bobot abu

Bobot kering

d. Penyaringan cairan rumen + substrat hasil inkubasi untuk mendapatkan

substrat dengan metode vakum menggunakan cynter glass. Setelah itu

mengikuti prosedur yang sama dengan urutan a, b dan c sebelumnya.

Hasil yang didapat dihitung sebagai kecernaan bahan kering (KCBK

atau IVDMD) dan bahan organik (KCBO atau IVOMD).

IVDMD = DM .Bobot Sampel –(Bobot Kering −Blanko )

(DM .Bobot Sampel ) x 100%

IVOMD = DM .OM . Bobot Sampel − ( Bobot kering −blanko − Abu −Blanko )

(DM .OM . Bobot Sampel ) x 100%

Page 10: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

40

7. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Rasio konversi pakan adalah perbandingan antara konsumsi pakan dengan

pertambahan bobot badan harian.

8. Kadar Metabolit Rumen

Pengambilan cairan rumen dilakukan setelah koleksi total selesai dengan

menggunakan pompa vacum yang dimasukkan dari mulut. Cairan rumen

ditampung dengan botol film dan selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Pengamatan dilakukan terhadap :

a. Tingkat keasaman (pH) cairan rumen.

Tingkat keasaman (pH) cairan rumen diukur dengan menggunakan pH

meter yang telah dikalibrasi dengan larutan pH 4 dan pH 7.

b. Kadar VFA total dan Parsial

VFA total dan parsial diukur dengan teknik gas kromatografi (GC

Chrompack CP 9002) yang dilengkapi dengan komputer. Cairan

rumen dimasukkan ke dalam tabung eppendorf sebanyak 1 ml

ditambah 0.003g asam sulfo-5-salisilat dihidrat, kemudian disentrifuge

dengan kecepatan 12.000 rpm selama sepuluh menit. Sebanyak 0.4 µl

cairan jernih diinjeksi ke kromatografi dan hasilnya dapat dilihat pada

layar monitor. Sebelum injeksi sampel, terlebih dahulu diinjeksi

dengan larutan VFA standar. Perhitungan konsentrasi dalam sampel

dilakukan dengan menggunakan rumus :

VFA parsial (mM) = Area VFA contoh x Konsentrasi standar x 1000

Area standar x BM

Keterangan:

BM = bobot molekul VFA parsial

VFA Total = jumlah dari semua VFA parsial dalam sampel

c. Kadar N-amonia (N-NH3) cairan rumen

Kadar N-amonia akan ditentukan dengan teknik mikro difusi Conway

(AOAC 1995). Sebanyak 1 ml supernatan diletakkan di alur sebelah

kiri sekat cawan conway dan 1 ml larutan NaOH ditempatkan di alur

sebelah kanan. Pada cawan kecil di bagian tengah diisi asam borat

Page 11: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

41

berindikator merah metil 3 ml. Kemudian cawan conway ditutup rapat

dengan tutup bervaselin lalu digoyang-goyang sehingga supernatan

bercampur dengan NaOH. Larutan dibiarkan selama 24 jam pada suhu

kamar. Amonia yang terikat dengan asam borat dititrasi dengan HCl

0.0114 N sampai warna kemerah-merahan. Kadar NH3 dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

N-NH3 (mg/ml) = (ml HCl x 17 x N HCl x 1000)

N-NH3 (mM) = (ml HCl x N HCl x 1000) mM

d. Konsentrasi Gas Metana

Produksi gas metana ditentukan dengan cara perhitungan stoikiometri

VFA dengan menggunakan cairan rumen dari masing-masing domba

percobaan in vivo berdasarkan rumus Owen dan Goetsch (1988);

Widiawati dan Thalib (2009):

Gas CH4 (mol) = 0.5(mol Asetat)+0.5(mol Butirat)-0.5(mol propionat)

Prosedur pengamatan produksi gas metana secara in vitro dengan

menggunakan inokulum atau cairan rumen domba fistula. Waktu

inkubasi dilakukan dengan interval 3, 6, 12, 24, dan 48 jam. Prosedur

penyiapan bahan telah dijelaskan sebelumnya pada halaman 33. Gas

metana diukur dengan cara menampung gas hasil fermentasi dengan

syringe pengukur volume. Dengan sistem konektor T, gas dalam siring

tersebut diinjeksikan ke dalam dua tabung yang dihubungkan secara

serial dan keduanya berisi larutan NaOH 5 N, dan selanjutnya gas CH4

lepas dan ditampung oleh syringe pengukur volume yang kedua

(Thalib et al. 2000 dan Tjandraatmaja 1981).

Gas CH4 (% v/v) =

Gas CH 4

Gas Total

Laju gas fermentasi (CH4, CO2, dan Gas Total) dihitung dengan rumus

(McDonald 1981) menggunakan perangkat lunak NEWAY®

:

Y = a+b(1-e-ct

)

Page 12: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

42

Keterangan:

a = Jumlah cairan fermentasi yang hilang (bila digunakan) atau

measured washing loss

B = potensi rumen terdegradasi atau potential degradation for non-

water soluble material dihitung (a+b)-A

c = laju produksi gas (ml/jam)

t = waktu inkubasi atau fermentasi (jam)

e = bilangan natural (2,718)

e. Jumlah koloni bakteri

Jumlah koloni bakteri dihitung dengan metode anaerob (Ogimoto &

Imai 1981). Cairan rumen 0.5 ml dimasukkan ke dalam tabung

pengencer yang berisi 4.5 ml larutan pengencer (10 kali pengenceran),

pengenceran diulang sampai tujuh kali. Untuk tabung yang ke-7

diambil 0.5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

media, kemudian diputar dengan roller hingga kering (agar diam tidak

berubah). Selanjutnya diinkubasi selama 14 hari, tetapi pada hari ke-5

mulai dihitung koloni bakterinya dan diulang pada hari ke-14.

Jumlah koloni bakteri (TPC) = 2 x (Jumlah koloni hari ke−5 + hari ke−14

2) x 10

7 koloni

f. Jumlah protozoa

Jumlah protozoa total dihitung dengan menggunakan haemositometer

(Ogimoto & Imai 1981). Sebanyak 0.5 ml cairan rumen dimasukkan ke

dalam larutan MFS (Methylgreen Formal-Salin), kemudian di teteskan

pada haemositometer dan jumlah protozoa dapat dilihat di bawah

mikroskop dengan pembesaran 400 kali.

Cara penghitungan :

Digunakan 25 kotak besar haemositometer dengan ukuran masing-

masing 1/250 mm3, sehingga 25 kotak = 1/10 mm

3 atau 10

-4 ml. Jika

dalam 25 kotak terdapat protozoa sebanyak B, artinya dalam 10-4

ml

cairan rumen terdapat protozoa sebanyak B x 101. Maka dalam 1 ml

cairan rumen akan terdapat protozoa sebanyak B x 101 x 10

4 = B x 10

5

Page 13: BAHAN DAN METODE - repository.ipb.ac.id · sebuah bangunan berbentuk panggung seluas 150 m. 2 . dengan tinggi 7 m. Kandang individu berukuran 1.5 x 0.7 x 1 m. Kandang terbuat dari

43

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat hasil

berbeda nyata (P≤0.05) analisis dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal (Mattjik

& Sumertajaya 2006). Semua data dianalisis dengan SAS V.9.1 dan Minitab

V.15.1.