bahan bacaan praktikum lapangan...

117
TANAH, FAKULTAS EBAHAN BACAAN PRAKTIKUM LAPANGAN MANAJEMEN DAS

Upload: tranliem

Post on 06-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

JURUSAN TANAH, FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

BAHAN BACAAN PRAKTIKUM LAPANGAN

MANAJEMEN DAS

Page 2: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

JURUSAN TANAH, FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

BAHAN BACAAN

PRAKTIKUM LAPANGAN

MANAJEMEN DAS

Oleh

Tim Pengampu Matakuliah Manajemen DAS

Page 3: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

IVIV

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

DAFTAR ISI

Materi dan Lokasi Praktikum ............................................................................................ v

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………. vii

1. Pengukuran Debit dan Sedimen di Sungai ............................................................... 1

2. Biooassesment Ekosistem Sungai............................................................................ 22

3. Dampak Tataguna Lahan Terhadap Sumberdaya Air............................................... 30

4. Isu Manajemen Di Sub DAS Sumber Brantas .......................................................... 41

5. Proses Perencanaan DAS Mikro Sebagai Basis Pengembangan Aksi Manajemen DAS

.................................................................................................................................. 55

6. Pemahaman Data Biofisik Dengan Pendekatan Spasial Sebagai Basis Manajemen DAS

.................................................................................................................................. 72

7. Memahami Fungsi Hutan Terhadap Hidrologi DAS .................................................. 88

8. Geohidrologi Dalam DAS.......................................................................................... 91

9. Persepsi dan Pengetahuan Stakeholders Terhadap Fungsi DAS............................. 108

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 116

Page 4: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

VV

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

MATERI DAN LOKASI PRAKTIKUM (STOP)MANAJEMEN DAS 2014

MATERI I

1. Pengukuran Debit dan Sedimen di Sungai (Sumber : Panduan Praktikum)2. Analisis Kualitas Air (Sumber : Panduan Praktikum)3. Biota Sungai (Sumber : Panduan Praktikum)4. Dampak Tataguna Lahan terhadap Sumberdaya Air (Sumber : Bahan Bacaan Praktikum)Fasilitator: Sri Sudaryanti; Patra, Sugeng Prijono, Kurniawan Sigit W., Ngadirin

MATERI II

5. Issu Managemen di Sub DAS Sumber Brantas (Sumber : Bahan Bacaan Praktikum)6. Proses Perencanaan DAS Mikro sebagai basis Pengembangan Aksi Managemen DAS (Sumber

: Bahan Bacaan dan Panduan Praktikum)Fasilitator: Widianto, Iva Dwi Lestari, Aditya Nugraha P

MATERI III

7. Pemahaman Batas DAS (Sumber : Panduan Praktikum)8. Pemahaman Data Biofisik dengan pendekatan spatial sebagai basis Managemen DAS (Sumber

: Bahan Bacaan Praktikum)Fasilitator: (1) Sudarto, Sativandi Riza, Siti Laelatul R

MATERI IV

9. Pengukuran Kanopi, Biodiversitas dan Nekromas (Sumber : Panduan Praktikum)10. Mengitung Cacing Tanah (Sumber : Panduan Praktikum)11. Mengamati Perakaran Tanaman (Sumber : Panduan Praktikum)12. Memahami Fungsi Hutan Terhadap Hidrologi DAS (Sumber : Panduan Praktikum)13. Memahami Pengaruh Alih Fungsi Hutan Terhadap LImpasan Permukaan dan Erosi (Sumber :

Panduan Praktikum)14. Geohidrologi dalam DAS (Sumber : Bahan Bacaan Praktikum)Fasilitator: (1)Didik Suprayogo, Nina Dwi Lestari; Sarkam

MATERI V

15. Pemahaman Komponen ekosistem DAS (Sumber : Panduan Praktikum)16. Memotret Permasalahan DAS (Sumber : Panduan Praktikum)17. Menyusun Profil Wilayah (Sumber : Panduan Praktikum)18. Menyusun Rencana Aksi (Sumber : Panduan Praktikum)Fasilitator: Widianto, Iva Dwi L

Page 5: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

VIVI

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

MATERI VI

19. Presepsi dan Pengetahuan Stakeholders Terhadap Fungsi DAS (Sumber : Bahan BacaanPraktikum)

20. Sistem Alami DAS dan Valuasi Lingkungan (Sumber : Panduan Praktikum)Fasilitator : Zaenal Kusuma, Rini Dwi Astuti, Suhartini, Istika Nita, Condro Puspo Nugroho.

Page 6: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

VIIPRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

KATA PENGANTARPraktikum Lapangan ini merupakan kegiatan di lapangan yang dilakukan olehmahasiswa untuk mempraktekkan ilmu atau materi yang didapat di dalam kelas.Kejelasan akan sebuah materi dari sebuah mata kuliah menjadi sangat pentingdipahami oleh setiap mahasiswa. Karena hal itu akan mempengaruhi hasil yanghendak dicapai dari materi itu sendiri. Oleh karenanya, perlu dilakukan adanyaPraktikum Lapangan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dianggap lebihefektif karena mahasiswa akan langsung menerapkan ilmu yang didapatkan dilapangan.

Praktikum Lapangan manajemen daerah aliran sungai (DAS) perlu dilakukansehubungan dengan maraknya isu lingkungan tentang kuantitas dan kualitasair yang semakin tidak sehat dan tidak bersih. Untuk itu mahasiswa diharapkandapat memahami komponen-komponen suatu DAS sehingga dapat mengetahuiterjadinya permasalahan dan sumber masalahnya di suatu DAS.

Untuk itu praktikum ini ditujukan agar mahasiswa mampumeningkatkan pengetahuan dan keyakinannya melalui pengalaman sendiri(learning by doing) dalam “membaca” bentang alam, memahami komponenmanajemen DAS, menjelaskan penyebab kerusakan, proses dan dampaknya sertadapat memahami pengetahuan dasar suatu perencanaan manajemen DAS untukmenyelesaikan permasalahan yang terjadi baik secara biofisik, sosial-ekonomi,kelembagaan.

Selamat menjalankan praktikum lapangan dan semoga bermanfaat.

Penyusun

Page 7: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

1. PENGUKURAN DEBIT DAN SEDIMEN DISUNGAI

1.1. PERSYARATAN PENGUKURAN DEBIT

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pengukuran debitdengan alat ukur arus agar dapat diperoleh lengkung debit yang dapatmenggambarkan hubungan antara tinggi muka air dengan debit, mulai dari keadaandebit terkecil sampai dengan debit terbesar, persyaratan yang di maksud antara, lainmeliputi :

1. lokasi pengukuran;2. jumlah dan waktu pengukuran;3. peralatan, tenaga pelaksana dan dana.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat tentang ketiga faktor tersebut.

1.2. Lokasi Pengukuran Debit

Setiap tenaga pelaksana pengukuran debit dengan alat ukur arus harus mengetahuikondisi hidrolis dari lokasi pengukuran, baik pada keadaan debit terkecil sampaidengan debit terbesar, paling tidak pada keadaan debit kecil, karena pada debit kecilkeadaan alur sungainya dapat dengan jelas diketahui.

Berikut ini disajikan persyaratan lokasi pengukuran yang haik untuk tempatpengukuran debit dengan alat ukur arus, persyaratan yang dimaksud antara lain :

1) mempunyai pola aliran yang seragam. dan mendekati jenis aliran sub kritik,kecepatan alirannya tidak terIalu lambat atau terIalu cepat. Pengukuran yangbaik pada lokasi yang mempunyai kecepatan aliran mulai dari 0,20 m/detsampai dengan 2,50 m/det;

2) tidak terkena pengaruh peninggian muka air dan aliran lahar;

3) kedalaman aliran pada penampang pengukuran harus cukup, kedalamanaliran yang kurang dari 20 cm biasanya sulit diperoleh hasil yang baik.

4) aliran turbulen yang disebabkan oleh batu-batu, vegetasi, penyempitan lebaralur sungai atau. karena sebab lainnya harus dihindarkan;

5) penampang pengukuran debit sebaiknya dekat pos duga air, diantarapenampang pengukuran debit dengan lokasi pos duga air tidak terjadipenambahan/pengurangan debit;

6) penampang pengukuran debit/penampang melintang lokasi pos duga airharus mampu melewatkan debit banjir;

Page 8: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

7) dilakukan pada alur sungai yang stabil, dimaksudkan pada lokasi tersebut.tidak terIalu banyak mengalami perubahan geometri oleh adanya prosesdegradasi/agradasi;

8) lokasi pengukuran debit mudah didatangi, tidak tergantung dari keadaancuaca khususnya pada musim penghujan atau pada saat terjadi banjir;

9) adanya penampang kendali, dimaksudkan agar dapat berfungsi sebagailokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga dapatdilakukan pembacaan tinggi muka air untuk debit nol, dan

10) sesuai dengan perencanaan, lokasi pengukuran debit harus sesuai denganyang direncanakan, artinya sedapat mungkin dilakukan pada suatupenampang palung sungai yang tetap.

Persyaratan-persyaratan tersebut pada umumnya sulit dijumpai pada suatu lokasialur sungai yang tetap dilapangan, walaupun demikian dapat. sebagai petunjukpemilihan lokasi pengukuran debit yang baik, minimal persyaratan nomor 1 sampai 5harus dapat terpenuhi.

1.3. Jumlah dan Waktu Pengukuran Debit

Pelaksanaan pengukuran debit hasiInya harus dapat menggambarkan sebuahlengkung debit untuk sebuah penampang basah yang tetap. Jumlah pengukurandebit minimal 10 buah untuk sebuah lengkung debit yang datanya tersebar mulaikeadaan aliran terendah sampai tertinggi. Untuk sebuah lengkung debit jumlahpengukuran debitnya tergantung dari banyak faktor, antara lain :

1) interval keadaan. tinggi muka air untuk debit terkecif dan terbesar;

2) stabilitas penampang kendali;

3) tuiuan penggunaan data;

4) frekuensi teijadinya banjir;

5) ketelitian pengukuran data pengukuran debit yang telah diperoleh dan

6) kemungkinan mengkalibrasi alat ukur arus.

Waktu pengukuran debit meliputi lama dan periode pelaksanaan. Apabilapengukuran debit dimaksudkan untuk membuat lengkung debit sebagai dasarperhitungan debit dalam menyusun buku publikasi debit (year books), maka waktupengukuran harus benar-benar diperhatikan. Pada saat aliran rendah pengukurandebit dilaksanakan dua kali dalam sekali waktu pengukuran, pengukuran debitdilaksanakan bolak-balik penampang basah yang sama. Sedangkan pada saat banjircukup satu kali dalam periode waktu pengukuran pada ketinggian muka air tertentu,untuk kemudian dilaksanakan pengukuran debit apabila selama banjir tersebut telahterjadi perubahan tinggi muka air. Ini dimaksudkan agar selama periode banjir dapatdiperoleh beberapa data debit pada beberapa keadaan tinggi muka air yangdianggap tetap.

Page 9: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Sedangkan periode pelaksanaannya tergantung musim. Pada, musim kemaraupada umumnya cukup satu sampai dua kali selama keadaan aliran masih tetaprendah. Pada musim penghujan memerlukan frekuensi pengukuran yang lebihbanyak, yaitu minimal 3 kali setiap bulannya dan setiap kali pengukuran debit padasaat banjir harus dapat diukur debitnya pada berbagai tinggi muka air yang dianggaptetap, terutama mulai keadaan puncak banjir sampai kembali menjadi keadaan alirannormal lagi.

1.4. Peralatan, Tenaga Pelaksana dan Dana

Peralatan yang digunakan harus dipelihara dengan baik agar dapat berfungsi sesuaidengan spesifikasinya. Terutama alat ukur arus sebagai alat ukur kecepatan aliran,karena merupakan alat yang utama dan harus dikalibrasi secara berkala.

Dalam melaksanakan pengukuran debit dengan alat ukur arus minimal diperlukan 3orang, orang tersebut harus mempunyal pendidikan dan pengalaman yang cukuptentang berbagai masalah yang berkaitan dengan pengoperasian pos duga air,pengukuran debit, merawat peralatan pengukuran debit. Disamping itu juga orangtersebut harus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, berdisiplin danmempunyai kesehatan yang cukup baik, bersedia melaksanakan pengukuran debitbanjir yang pada umumnya terjadi pada malam hari. Pada umumnya aliran banjir diIndonesia membawa material yang hanyut yang dapat membahayakan bagikeselamatan peralatan dan tenaga pelaksananya.

Dana untuk pengukuran debit harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan yangtelah direncanakan. Dana kadang-kadang dapat menjadi faktor pembatas dalamusaha memperoleh lengkung debit yang baik apabila dana tidak dapat tersediasesuai dengan kebutuhan untuk pengukuran debit dengan tepat waktu, terutamauntuk mengukur debit selama periode banjir.

1.5. Peralatan Pengukuran DebitPeralatan yang digunakan untuk mengukur debit dengan alat ukur arus terdiri darialat untuk mengukur kecepatan aliran, alat untuk mengukur kedalaman dan lebaraliran, selengkapnya terdiri dari jenis

1) alat ukur kecepatan aliran, alat ukur waktu dan alat hitung putaran baling-baling (counter);

2) alat ukur kedalaman aliran (sounding equipment);

3) alat ukur lebar aliran (witdh-measuring equipment);

4) alat perakitan (equipment assemblies);

5) alat tambahan (miscellaneous equipment); dan

6) alat transport lapangan.

Alat ukur kecepatan aliran yang biasa digunakan di Indonesia adalah alat ukur arusjenis standar, disamping jenis pigmy. Penggunaan peralatan harus disesuaikan

Page 10: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

dengan keadaan alur sungai yang akan diukur. Peralatan dan. perlengkapanpengukuran debit pada sungai-sungai yang lebar dan dalam serta alirannya derasseperti sungai Batang Hari di Jambi dan sungai Musi di Sumatera, Selatan akanberbeda dengan pengukuran debit di sungai-sungai di Jawa, Sumatera Barat danSulawesi. Demikian juga pengukuran debit pada sungai-sungai kecil dan dangkalakan menggunakan peralatan dan perlengkapan yang berbeda pula.

Berikut ini akan diuraikan tentang kelima, jenis peralatan tersebut.

1.6. Alat Ukur Arus Jenis StandarAlat ukur arus jenis standar adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran air

dengan spesifikasi tertentu sehingga mampu untuk mengukur kecepatan aliran mulaidari 0,20 m/det sampai dengan 2,50 m/det. Apabila alat ini ditempatkan pada suatutifik kedalaman aliran tertentu maka kecepatan aliran akan dapat ditentukanberdasarkan jumlah putaran rotor dan waktu lamanya pengukuran denganmenggunakan rumus tertentu. Dengan mengetahui jumlah putaran rotor per detikmaka kecepatan alirannya dapat dihitung dengan persamaan

Keterangan :

v = aN + b

v = kecepatan aliran (m/det)

a,b = konstanta yang biasanya telah ditentukan dari Pabriknya atau ditentukandari

kalibrasi setelah alat ukur arus digunakan sampai dengan periode waktutertentu.

N - jumlah putaran

Ada dua tipe alat ukur arus jenis standar, yaitu

1) alat ukur arus tipe canting dengan rotor berporos vertikal, dan

2) alat ukur arus tipe baling-baling dengan rotor berporos horizontal.

Masing-masing tipe alat ukur arus mempunyai keuntungan sendiri-sendiri apabiladigunakan. 'Untuk itu dalam memilih penggunaan masing-masing jenis alat ini harusselalu mempertimbangkan keadaan fisik sungai yang akan diukur.

Page 11: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1010

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 1.1. SKETSA ALAT UKUR ARUS (a) TIPE CANTING DAN (b) TIPEBALING-BALING

Alat ukur arus tipe canting mempunyai alat penggerak siIstim mangkok. Alatini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :

1) untuk mengukur aliran berkecepatan rendah hasilnya akan lebih baik;

2) bantalan poros terlindung dari air yang beriumpur-,

3) jika ada kerusakan rotor dapat diperbaiki tanpa merubah persamaan tera, dan

4) satu rotor saja dapat digunakan untuk pengukuran berbagai jenis kecepatan.aliran.

Alat ukur arus tipe baling-baling mempunyai alat penggerak sistim baling-baling, adapun keuntungan tipe ini antara lain

1) rotor tidak terlalu mengganggu aliran;

2) pengairuh lumpur atau kotoran terhadap rotor kecil sekali, dan

3) gesekan bantalan poros lebih kecil karena momen gesekan dapat ditiadakan.

1.7. Alat Ukur Arus Tipe CantingAlat ukur arus tipe canting yang umum digunakan adalah jenis AA-Prince,

pada umumnya banyak digunakan di Amerika Serikat dan di Inggris. Dapat dibuatdari baja anti karat, aluminium atau plastik, mempunyai ukuran standar dengan rotorbergaris tengah 12,7 cm dan tingginya 5,8 cm. Mempunyai enam mangkukberbentuk kerucut yang dibuat dari baja anti karat, Dilengkapi dengan ekor yangberfungsi untuk menjaga agar kedudukan alat tetap pada posisi menentang arus.

Kecepatan aliran yang diukur dengan alat ukur arus tipe canting padaumumnya cenderung lebih besar dibanding dengan kecepatan aliran yangsebenarnya (sekitar 5%). Hal ini disebabkan karena kecepatan aliran yang terukuradalah arah aliran horizontal tanpa memperhatikan arah aliran tegak luruspenampang atau arah miringnva. Kerusakan canting sampal tingkatan tertentusedikit sekali pengaruhnya terhadap hubungan antara v dan N pada persamaan 4.2.

Page 12: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1111

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

1.7.1. Alat Ukur Arus TIpe Baling-balingAlat ukur arus tipe baling-baling ada beberapa merk, antara lain OTT buatan

Jerman, NEYRPIC buatan Perancis, merk HASKELL dan HOFF buatan AmerikaSerikat.

Merk OTT banyak digunakan di Indonesia. Biasanya dibuat dari bahan bajaanti karat, bahkan sekarang telah banyak dibuat dari bahan plastik khusus. Pembuatalat ini telah mengembangkan tipe baling-baling yang secara langsung dapatmencatat proyeksi kecepatan aliran pada sudut siku-siku jika penampangpengukuran tidak tegak lurus aliran. Kemiringan aliran dapat sampai 45* dengankecepatan aliran sampai 2,5 m/det. Gambar 4.2 menunjukkan sketsa posisi alat ukurarus, misalnya pada arah AB, maka kecepatan yang diukur adalah sebesar v cos cz,bukan sebesar v seperti pada alat ukur arus tipe canting.

Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan alat ukur arus tipebaling-baling cenderung menghasilkan data kecepatan aliran yang lebihkecil daripada kecepatan aliran yang sesungguhnya. Cacat atau kerusakan kecil sajadari alat ini akan dapat merubah hubungan antara v dan N pada rumus 4.2.

Selain alat ukur arus standar ada pula jenis Pigmy atau mini. Alat jenis Pigmyini mempunyai rotor sebesar 2/5 kali rotor alat ukur arus standar dan hanya dipakaiuntuk mengukur aliran sungai kecil dan dangkal.

1.7.2. Alat Ukur Arus Jenis LainDisamping alat ukur arus jenis standar, terdapat juga alat ukur arus jenis lain

yaitu :

1) alat ukur arus optik (optical velocity meter);

2) alat ukur arus elektromagnetik (electromagneth point velocity meter), dan

3) alat ukur arus ultrasonik (ultrasonic point velocity meter)

1.7.3. Perlengkapan Alat Ukur ArusPada pelaksanaan pengukuran debit, alat ukur ans dilengkapi dengan alat

ukur waktu yang ketelitiannya sampal detik (stopwatch) dan alat hitung putaranbaling-baling (counter), Yang ketelitiannya sampai hitungan ratusan.

1.7.4. Alat Ukur Kedalaman AliranSetiap pengukuran debit dengan alat ukur arus harus melakukan pengukuran

kedalaman aliran. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam alat,tergantung dari kondisi airan sungai yang akan diukur. Macam-macam alat ukurkedalaman aliran tersebut antara lain :

1) batang duga (sounding roads).

2) alat pemberat (sounding weight).

3) alat penggulung (sounding reel).

Page 13: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1212

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

4) alat tangan penggulung (hand line)

5) alat duga sonic (sonic sounder).

Batang Duga

Apabila pengukuran debit dilakukan dengan merawas maka pengukurankedalaman aliran dapat dilakukan dengan menggunakan batang duga. Batang dugaini terdiri dari plat dasar batang bagian bawah, batang bagian tengah, batang bagianatas dan penuqjuk arah. Untuk sungai yang kedalamannya kurang dari 3 meterpengukuran kedalaman masih dapat menggunakan batang duga yangpengukurannya dilaksanakan dengan menggunakan perahu. Batang duga selainberfungsi untuk mengukur kedalaman juga berfungsi sebagai alat untuk memasangalat ukur arus.

Alat Pemberat

Apabila sungai yang diukur mempunyai ke, alian lebih dari 3 meter makapengukuran kedalamap dengan kabel duga dan alat pemberat. Alat pemberat inidapat digantung dengan kabel duga pada perah-u, jembatan atau kabel' gantungmelintang (Cable Way). Alat pemberat dipasang dibawah, alat ukur arus supaya alatukur tidak mudah berubah posisinya dan tidak mudah terhempas oleh dasar sungai.Alat pemberat yang umum digunakan adalah jenis C (Colombus). Beratalat pemberat bermacam-macam ada yang 10 Kg, 25 Kg,'Il 50 Kg, atau 75 Kg.Pemilihan penggunaan alat pemberat tergantung dari keadaan kecepatan aliransungai yang diukur,

Alat Penggulung

Alat penggulung dapat dipakai sebagai penggantung alat pemberat untukmengukur kedalaman aliran sungai. Alat penggulung ini berupa tabung sebagaitempat gulungan kabel duga yang dilengkapi pula dengan engkol dan roda gigi untukmenaikan dan menurunkan pemberat serta mengunci pada posisi kedalaman alirantertentu. Ada 5 tipe alat penggulung yang penggunaanya masing-masing tipetergantung dari berat alat pemberat dan kedalaman sungai.

Kelima tipe alat tersebut adalah

1) Tipe A Pack Reel

Tipe ini cocok untuk digunakan pada kabel gantung melintang karenaukurannya kecil dan tidak terlalu berat. Alat tipe ini dapat pula dipasangpada penderek dari jembatan atau pada tungkai dereil yang dipasang diperahu.

2) Tipe Canfield

Penggunaan tipe ini hampir sama dengan fipe A Pack Reel.

3) Tipe A – 55

Tipe ini digunakan untuk alat pemberat yang ringan.

Page 14: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1313

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

4) Tipe B – 56

Tipe ini dapat digunakan untuk hampir semua tipe pemberat dan dapatdibantu dengan engkol maupun baterai.

5) Tipe E – 53

Ini merupakan tipe alat penggulung yang paling berat dan dapatdigunakan dengan beban alat pemberat yang sangat berat.

Alat penggulung jenis A-55, B-56 dan E-53 dilengkapi dengan alat penunjukkedalaman secara langsung. Sedangkan alat pengapung tipe A Pack dan Canfielddilengkapi alat hitung (counter) yang menunjuk kedalaman secara langsung.

Alat Tangan Penggulung

Alat tangan penggulung dapat digunakan untuk mengukur kedalam aliransungai dari jembatan alat ini dilengkapi pula dengan alat pemberat. Alat dapat dirakitdengan mudah yang dapat berfungsi sebagai pengganti alat penggulung. Alat inidapat juga digunakan pada jembatan rangka, akan tetapi alat ini tidak untukdigunakan pada kereta gantung (Cable Car).

Alat Duga Sonik

Alat duga sonik dilengkapi dengan baterai bertegangan 6 atau 12 volt, dapatbekerja selama 10 jam dengan hanya sekali pengisian baterai. Disediakan tiga jenisalat pencatat kecepatan, yaitu untuk kecepatan 1, 3 atau 5 meter per jam. Ada empatinterval operasi, yaitu 0-20, 20-40. 40-60, dan 60-80 meter. Alat ini mempunyal beratlebih kurang 20 kg sehingga sangat mudah untuk dibawa. Alat pemancar suara(transduser) mempunyai sudut kemiringan enam derajat sehingga kesalahanpencatatan pada dasar sungai miring dapat dikurangi sekecil-kecilnya. Lokasipengukuran dapat dilakukan dekat tiang jembatan ataupun dekat bangunan lainnya.

Pengukuran dapat dilakukan tanpa menurunkan alat ukur arus sampai dasarsungai dan kedalaman akan tercatat segera setelah pemberat masuk di dalam air.Alat ukur arus dapat ditempatkan pada posisi 0,2 kedalaman atau hanya sedikit dibawah permukaan air dan nilai kecepatan aliran sudah dapat diukur dengan segera.Untuk menentukan nilai kecepatan aliran rata-rata harus digunakan angka koreksi.

Perubahan suhu air dapat berpengaruh terhadap kecepatan pancaran suara,akan tetapi pada air tawar kesalahan ini kurang dari 2 %. Kesalahan ini dapatdihilangkan sama sekali dengan mengatur alat duga sonik agar memberikan hasilyang sama dengan kedalaman rata-rata yang telah diukur dengan alat ukurkedalaman yang lainnya.

Page 15: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1414

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

1.7.5. Alat Ukur Lebar Aliran

Setiap pengukuran debit selain mengukur kedalan aliran jugaharus mengukur lebar aliran sungai. Untuk sungai yang ada jembatannya ataukabel gantung melintang, lebar aliran sungai dapat diukur dengan penggaris atau pitaukur. Untuk pengukuran debit dengan cara merawas atau dengan perahu lebarsungai dapat diukur dengan kabel ukur baja (tag Iii) Sedangkan untuk sungai yangsangat lebar dan tidak ada jembatan maupun kabel gantung melintang lebar aliransungai dapat diukut dengan menggunakan alat penyipat ruang.

Ada beberapa ukuran diameter kabel ukur baja antara lain 1/32, 1/16, 3/32atau 1/8 inchi. Kabel ukur baja ini biasanya dilengkapi dengan pentolan patri sebagaititik interval. Kabel ukur baja ini mempunyai ukuran panjang standar yaitu 100, 135165 meter. Dan ada tiga jenis yaitu Lee-Au, Pakron, Colombus A.

1.7.6. Alat PerakitanUntuk mengukur debit selain memerlukan alat arus, alat ukur kedalaman dan

alat ukur lebar aliran pada kondisi sungai tertentu masih juga diperlukan peralatanperakitan kabel gantung melintang, perahu. atau jembatan.

Pada sungai yang dalam, lebar dan tebingnya curam pengukuran debit dapatdilakukan dengan menggunakan perahu. Akan tetapi apabila kondisi sungai dalamdan tebingnya curam serta tidak ada jembatan maka pengukuran debit harusdilakukan melalui kabel gantung melintang yang dilengkapi dengan kereta gantung.Apabila tebing sungai sangat curam dan arus cukup deras maka pengukuran debitdapat dilakukan melalui kabel gantung melintang dari tepi sungai. Apabila di dekatlokasi pos duga air terdapat jembatan yang tidak berpilar dan memenuhi syarat untukpengukuran maka pengukuran debit dapat dilakukan melalui jembatan.

1.7.7. Peralatan TambahanPengukuran debit memerlukan pula adanya beberapa peralatan

tambahan antara lain : sepatu lapangan, baju pelampung, lampu senter, talitambang baja, kalkulator, peralatan tulis dan jas hujan, kesemuanyadimaksudkan untuk keselamatan peralatan dan team pengukur.

1.7.8. Alat Transport Lapangan

Alat Transport lapangan terutama mobil lapangan yang dirancang khususuntuk pengukuran debit harus tersedia dan harus dalam keadaan selalu siap pakai.Mobil lapangan harus mampu untuk sarana transport dalam segala musim.dan segala kondisi jalan menuju lokasi pengukuran debit/pos duga air.

Page 16: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1515

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

1.8. Pengukuran Debit di Lapangan

1.8.1. Prinsip

Prinsip pelaksanaan pengukuran debit dilakukan dengan mengukur tiga halseperti berikut ini.

1) luas penampang basah;

2) kecepatan aliran, dan

3) tinggi muka air.

Tinggi muka air dapat diukur dengan cara membaca elevasi permukaan padaalat papan duga air, apabila perbedaan fluktuasinya lebih besar dari pada 3cm, selama pengukuran debit dilaksanakan maka diperlukan koreksi terhadaptinggi muka air tersebut.

A. Pengukuran Luas Penampang Basah

1. Pengukuran Lebar Aliran

Pengukuran lebar aliran dilakukan dengan alat ukur lebar. Jenis alatukur lebar yang digunakan harus disesusaikan dengan lebar penampang basah danalat perakitan yang tersedia,

Jarak setiap sembarang vertikal pada penampang basah harus diukur dari titik tetappada tebing sungai. Pengukuran dengan merawas atau dari perahu pengukuranlebar dapat dilakukan dengan kabel ukur baja (tag line). Apabila pengukurandilakukan dari kabel gantung melintang atau dari jembatan pengukuran lebar alirandapat dilakukan dengan cara membuat interval lebar yang diukur menggunakanpenggaris atau pita ukur baja.

2. Pengukuran Kedalaman Aliran

Pengukuran kedalaman aliran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukurkedalaman di setiap vertikal yang telah ditentukan jaraknya. Jarak setiap vertikaldiusahakan serapat mungkin, supaya debit disetiap sub bagian penampang tidaklebih dari 1/5 bagian dari debit seluruh penampang basah.

Page 17: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1616

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 4.9. SKETSA PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN

Page 18: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1717

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Jenis alat ukur kedalaman aliran tergantung dari dalamnya aliran dan alat perakitanyang tersedia. Batang duga digunakan apabila pengukuran kedalaman aliran denganmerawas apabila kedalaman aliran kurang dari 1,5 m, atau dengan perahu padakedalaman aliran berkisar 1,5 - 3,0 m dan kecepatan alirannya rendah. Kabel dugadengan pemberat digunakan apabila kedalaman aliran lebih dari 2,5 mdan kecepatan alirannya tinggi, pelaksanaanya dapat menggunakan perahu,kereta gantung atau menggunakan "bridge crane" apabila di jembatan ataumenggunakan alat duga sonik. Pengukuran kedalaman aliran dengan batang dugadan pemberat diperlukan koreksi kedalaman aliran, apabila posisi kabel dugamembuat sudut lebih besar daripada 5 derajat terhadap garis vertikal.

B. Pengukuran Kecepatan Aliran

1. Prinsip Pengukuran Kecepatan Aliran

Untuk mengukur debit perlu mengukur kecepatan aliran rata-rata pada suatupenampang melintang sungai yang bersangkutan. Kecepatan aliran rata-rata dapatdiperoleh dengan cara mengukur kecepatan aliran pada beberapa titik dari beberapavertikal pada suatu penampang melintang dengan menggunakan ukur arus.Kecepatan aliran disetiap titik dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling selama periode waktu tertentu. Periode waktu pengukuran dapat ditentukandengan dua cara, yaitu dengan cara :

1) mengukur jumlah putaran baling-baling untuk lama waktu yang telahditentukan (t, pasti) setiap negara berbeda-beda dalam menentukan lamawaktu ini. Di Indonesia pada umumnya berkisar antara 40-70 detik; standarWMO minimal 60 detik; Perancis berkisar 40-60 detik; Selandia Baru berkisar40-70 detik; Jerman 50 detik; atau dengan

2) mengukur waktu yang diperlukan untuk mencapai jumlah putaran tertentu (N,pasti), cara ini belum lazim digunakan di Indonesia, dinegeri Belandamisalnya menentukan berapa lama yang diperlukan baling-baling alat ukurarus berputar sebanyak 100 buah putaran. Di Kanada, biasanya sebelum alatukur arus digunakan untuk mengukur kecepatan yang sebenarnya dicobadahulu selama 30 detik.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti, maka Alat ukur arus danperlengkapannya harus dalam keadaan baik, lokasi pengukuran harus memenuhisyarat, waktu pengukuran harus cukup dan kondisi pengukur harus betul-betul baik.

Lokasi pengukuran usahakan sedekat mungkin dengan bangunan pos dugaair. Dalam keadaan tertentu lokasi pengukuran dapat dilakukan di hulu atau di hilirbangunan pos duga masih mendekati sama dengan yang di pos duga air.

Dalam melaksanakan pengukuran debit tidak boleh terburu-buru karena tidakcukupnya waktu pengukuran. Apabila sampai di lokasi pengukuran sudah sore haridan kalau langsung mengukur diperkirakan akan sampai malam sehinggapengukuran debit dilaksanakan dengan tergesa-gesa maka sebaiknya pengukuranditunda esok harinya. Kecuali apabila pengukur membawa perlengkapan yangmemadai untuk pengukuran malam hari cukup aman dan hasil pengukuran pada

Page 19: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1818

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

ketinggian muka air saat itu sangat diperlukan maka pengukuran dapat dilaksanakansaat itu juga.

Lokasi pengukuran yang sulit dicapai dan tidak aman bagi pengukur akansangat mempengaruhi kualitas hasil pengukuran. Adanya gangguan pada aliranmisalnya banyak kayu hanyut akan mempengaruhi juga kualitas pengukuran.

2. Penentuan Jumlah Vertikal

Yang dimaksud dengan vertikal (vertical) adalah garis tegak pada posisipengukuran kedalaman aliran dilakan. Penentuan jumlah vertikal harusmempertimbangkan beberapa faktor antara lain :

1) keadaan sebaran aliran;

2) bentuk profil (dangkal, dalam atau tidak teratur);

3) waktu yang tersedia, dan

4) pengalaman team dari pengukur terhadap suatu lokasi pengukuran debit.

Pada umumnya setiap negara mempunyai aturan yang berbeda-beda dalampenentuan jumlah vertikal, misalnya

1) Indonesia, minimal 20 vertikal;

2) Australia, minimal 20 verfikal;

3) Inggris, 10 vertikal untuk sungai kecil, dan 20 vertikal untuk sungai besar;

4) Kanada, minimal 20 vertikal;

5) Cekoslavia, 7 - 15 vertikal;

6) New Zealand, 10 - 20 vertikal, dan

7) Amerika Serikat, 20 - 30 vertikal.

Di Indonesia ditentukan minimal 20 vertikal, jarak setiap vertikal 1 diusahakanserapat mungkin agar debit di setiap sub bagian penampang tidak lebih dari 1/5bagian dari debit seluruh penampang basah saat pengukuran. Jarak setiap vertikaltidak perlu mempunyai interval yang sama, akan tetapi tergantung dari debitnya.Penempatan setiap vertikal harus dipilih sebaik- baiknya berdasarkan variasikedalaman dan sebaran kecepatan aliran arah horizontal pada penampang basahpengukuran. Jarak setiap vertikal dapat ditentukan dengan interval jarak yang samaapabila penampang sungainya seragam. Untuk sungai kecil/lebarpenampang basahnya pendek, jumlah vertikalnya boleh kurang dari 20 buah,dengan mempertimbangkan ukuran diameter alat ukur arus yang digunakan,dimaksudkan agar disuatu bagian luas penampang basah tidak terjadi salingtumpang tindih pengukuran kecepatan alirannya. Apabila digunakan alat ukur arusmini Oenis Pigmy maka jarak setiap vertikal harus lebih dari 10 cm, jenis inimempunyai diameter 6,0 cm. Untuk memperoleh data pengukuran debit yang telitimaka pengukurannya harus dilakukan 2 kali, yaitu pengukuran pulang-pergi, gambar4.10 menunjukkan vertikal yang dimaksud. Apabila dalam pengukuran pulang danpergi tidak terjadi perubahan tinggi muka air yang berarti, maka 2 kali pengukuranpulang dan pergi tersebut dapat dipandang sebagai satu (single) data pengukuran.Akan tetapi apabila selama 2 kali

Page 20: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

1919

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

pengukuran tersebut terjadi perubahan tinggi muka air yang cukup besar maka dapatdipandang sebagai 2 data (double) pengukuran debit (biasanya kurang teliti).

Gambar 1. SKETSA JUMLAH VERTIKAL.

Gambar 2. SKETSA JUMLAH TITIK PENGUKURAN KECEPATAN

ALIRAN PADA VERTIKAL (a) SATU TITIK (b) DUA TITIK.

3. Jumlah titik Pengukuran Kecepatan Aliran Setiap Vertikal

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah titik pengukuran kecepatanaliran di setiap vertikal. Jumlah titik pengukuran kecepatan aliran tergantung daribeberapa faktor, antara lain:

1) ketelitian yang diperlukan;

2) tingkat perubahan tinggi muka air;

3) jenis sungai (lebar dan dangkal atau sempit dan dalam), dan

4) waktu yang diperlukan bergerak dari vertikal satu ke yang lainnya.

Page 21: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2020

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Cara untuk menentukan jumlah titik ada beberapa pendekatan, yaitu :

1) fungsi matematis;

2) grafik kurva kecepatan;

3) metode integrasi; dan

4) metode semi integrasi.

1) Fungsi Matematik

Distribusi kecepatan aliran pada sebuah vertikal dianggap bentuk kurvanyakurang lebih parabolis, eliptis atau bentuk lainnya. Berdasarkan anggapan tersebutmaka kecepatan aliran rata-rata disebuah vertikal hanya diukur di beberapa titik dankemudian dihitung hasilnya secara. aritmatik. Pengukuran dilaksanakan dengan :• metode satu titik;

• metode dua titik;

• metode tiga titik;

• metode lima titik; dan

• nietode bawah permukaan.

Gambar 4. 11 menunjukkan sketsa pengukuran kecepatan alian metode satu titik,pada 0,6 kedalaman dan metode dua titik yaitu pada 0,2 dan 0,8 kedalaman. Padagambar 4. 11. bagian (a) maka luas DFA - luas AFEB, maka kecepatan rata-ratanyadianggap sama dengan kecepatan aliran yang diukur pada titik 0,60 kedalaman.

Uraian selanjutnya adalah penentuan fungsi matematis apabila pengukurankecepatan aliran menggunakan alat ukur arus jenis standar.

• METODE SATU TITIK

a) Metode 0.60 kedalaman

Dalam cara ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada titik 0,6 kedalamanaliran dari permukaan air. Hasil pengukuran pada titik 0,6 kedalaman aliran iniadalah merupakan kecepatan rata-rata pada vertikal yang bersangkutan. Cara inidigunakan dengan syarat-syarat:

1) apabila kedalaman air antara 0,25 sampai 0,76 meter;

2) apabila aliran sungai membawa banyak sampah sehingga sulit untukmengukur pada titik 0,2 kedalaman afiran;

3) apabila ada suatu sebab lain sehingga alat ukur arus tidak dapatdiletakkan pada titik 0,8 kedalaman aliran, dan

4) apabila tinggi permukaan air sungai cepat berubah dan pengukuran harusdilaksanakan secara cepat.

Cara pengukuran ini dilakukan pada titik 0,2 kedalaman dan kecepatan rata-rata pada vertikal bersangkutan masih harus dikalikan dengan koefisien tertentu.Cara ini biasanya dilakukan untuk pengukuran banjir dengan kecepatan aliran sangattinggi sehingga pengukuran pada titik 0,6 dan 0,8 kedalaman tidak dapat dilakukan.

Page 22: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2121

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Apabila tidak mungkin menduga kedalaman, titik 0,2 kedalaman dapatditentukan dari penampang melintang di pos pengukuran yang sudah ada. Hargakoefisien yang biasa digunakan untuk menghitung kecepatan rata-rata dengancara pengukuran pada 0,2 kedalaman adalah 0,88, untuk lebih teliti koefisientersebut harus diselidiki di setiap lokasi pengukuran.

• METODE DUA TITIK

Pada metode ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada 0,2 dan 0,8 titikkedalaman aliran dari permukaan air. Kecepatan aliran rata-ratanya diperolehdengan merataratakan kecepatan aliran yang diukur pada kedua titik tersebut.

Cara ini disarankan untuk tidak digunakan mengukur kecepatan aliran padasungai dengan kedalaman aliran kurang dari 0,76 meter karena pada kedalamankurang dari 0,76 meter titik kedalaman pada 0, 8 dan 0, 2 akan kurang dari 0, 15meter haik dari permukaan air maupun dari dasar sungai untuk menghindari gesekanudara, ataupun da-sar sungai.

• METODE TIGA TITIK

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada, titik 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalamanaliran dari permukaan air. Sebenamya cara ini merupakan gabungan antara cara duatitik dengan cara pada 0,6 kedalaman. Kecepatan rata-rata tiap vertikal diperolehdengan merata-ratakan hasil pengukuran. pada 0,2 clan 0,8 kedalaman alirankemudian hasil rata-ratanya, diratarataka lagi dengan hasil pengukuran pada 0,6kedalaman aliran.

Alasan cara ini digunakan agar diperoleh data kecepatan aliran rata-rata yang lebihbaik, yaitu apabila distribusi kecepatan ata kearah vertikal tidaic normal; ataukecepatan aliran pada 0,8 kedalaman terganggu oleh gesekan. material didasarsungal sehingga tidak normal. Cara ini berlaku apabila kedalaman air yang diukurtidak kurang-dari -0576 meter.

• METODE LIMA TITIK

Alasan cara ini digunakan agar sama dengan cara tiga titik agar diperoleh datayang lebih baik kualitasnya.

Page 23: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2222

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

2. BIOASSESSMENT EKOSISTEM SUNGAI

REFLEKSI PEMBERDAYAAN PENELITIAN BIOASSESSMENT UNTUKPENILAIAN KUALITAS AIR SUNGAI

Sri SudaryantiFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya Malang2011

Abstrak

Penelitian bioassessment telah dimulai di Fakultas Perikanan Universitas Brawijayasejak tahun 1991 sampai sekarang. Pemantauan kualitas air sungai di Indonesiaselama ini hanya mengandalkan pendekatan fisika kimiawi, sedangkan pendekatanbiologis (bioassessment) menggunakan komunitas makroinvertebrata belummendapat perhatian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melakukan evaluasiterhadap hasil-hasil penelitian mulai 1992-2003. Kegunaannya untuk kepentinganperencanaan pengembangan penelitian bioassessment di Indonesia. Penelitiandilakukan dengan pendekatan arbitrary, program TWINSPAN, CANOCO (CCA)sampai model prediksi AUSRIVAS. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaankomunitas makroinvetebrata dapat digunakan untuk pengelolaan ekosistem sungaibaik untuk kepentingan perencanaan maupun pengendalian pencemarannya dalambentuk ecological group dari makroinvertebrata. Beberapa faktror pendorong danpenghambat telah teridentifikasi untuk kepentingan tindak lanjut.

KATA KUNCI : SUNGAI, BIO ASSESSMENT, MAKROINVERTEBRATA, INDONESIA

Pendahuluan

Sungai dan salurannya merupakan satu kesatuan dengan daerah tangkap hujan dandaerah pengaliran sungainya. Semua biota yang hidup di ekositemsungai dipengaruhi oleh arus yang mengalir satu arah dari hulu menuju hilir danberadaptasi dengan situasi seperti itu. Sungai adalah ekosistem perairan yangbersifat terbuka, artinya mudah mendapat pengaruh dari daerah sekitarnya baiksecara alami maupun oleh berbagai kegiatan manusia. Sungai yang sehat adalahsungai yang mampu mendukung proses ekologis ekosistem sungai. Menurut Karr(1999), sehat adalah kata lain untuk kondisi baik, sungai yang sehat mempunyaiciri-ciri alami, cepat pulih apabila terdapat gangguan tanpa banyak bantuanmanajemen, dan mampu mengenali resiko kerusakan. Makroinvertebrata adalahsalah satu biota yang hidup di ekosistem sungai. Organisme tersebutmempunyai peran yang penting di ekosistem sungai sebagai keystoneorganisms.

Page 24: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2323

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Mengapa pemantauan secara biologis ?

Selama ini pendekatan yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk melakukanpemantauan terhadap kualitas air sungai lebih mengandalkan pendekatan fisikakimiawi sedangkan pendekatan biota hanya menggunakan Escherecia coli (PP No82 tahun 2001). Hasil pengukuran secara fisika kimiawi umumnya mencerminkankondisi pada waktu pengambilan contoh dilakukan, hal ini sering memberikan hasilyang tidak sesuai karena hasil pengukuran kurang mencerminkan kondisi yang telahlalu, padahal masuknya polutan di perairan berlangsung terus menerus. Selain itu,dengan semakin kompleknya kegiatan industri, semakin sulit untuk melakukanidentifikasi jenis polutan tertentu di perairan. Pendekatan fisika kimiajuga membutuhkan biaya yang mahal sehingga hanya laboratorium tertentu yangdapat melaksanakan. Untuk mengatasi hal tersebut, bioassessment (pemberdayaanbiota perairan sebagai alat pemantauan dapat dijadikan alternatif). Bioassesmenthanya mencerminkan kondisi sungai dari gangguan organic terlarut, sedangkan untuktipe gangguan untuk organic yang tidak terlarut, misalnya yang berasal dari logamberat, menggunakan bioassay.

Mengapa makroinvertebrata ?

Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan denganmemberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan-hewan yang tidakmempunyai tulang belakang dan berukuran makroskopis, relatif tidak bergerak,mempunyai siklus hidup yang panjang, dan mempunyai keanekaragaman tinggi yangtersebar di hulu sampai hilir sungai. Pendekatan tersebut telah digunakan dibeberapa negara dan dikembangan berdasarkan kondisi spesifik lingkungan darimasing-masing negara. Oleh karena itu, tidak ada satupun dari system biomonitoingyang dapat diterapkan untuk banyak negara, Masing-masing system hanya sesuaiuntuk kondisi lingkungan masing-masing negara dimana system tersebutdikembangkan.

Tujuan bioassessment

Penggunaan komunitas makroinvertebrata untuk penilaian kualitas air sungai denganbioassessment menggunakan pendekatan analisis komunitas, artinya ketersediaankomposisi dari berbagai makroinvertebrata yang ditemukan dari site sungai sudahdapat digunakan untuk menilai kondisi kualitas air sungai (Sudaryanti, 1992; 1997b).Ditemukannya suatu kelompok makroinvertebrata mencerminkan kondisi kualitas airsungai apakah masih baik (tidak mengalami pencemaran oganik terlarut), atau telahmengalami pencemaran organic terlarut atau telah terganggu) (Sudaryanti, 2003).

Status penelitian

Periode 1991- sekarang (system arbitrary)

Penelitian bioassessment ini dimulai dengan menggunakan system arbitrary yaitupedomanyangsengajadibuatolehpenelitikarenapedoman yangdapatdijadikan

Page 25: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2424

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

acuan untuk system sungai tropis belum tersedia (Sudaryanti, 1992). Penggunaansystem arbitrary dengan mempertimbangan ekologi dari komunitasmakroinvertebrata.Tujuan system arbitrary adalah mengelompokan stasiun pengamatan menggunakandata ekologis makroinvertebrata. Pengelompokan pada setiap factor ekologismenjadi beberapa kelas berdasarkan sifat ekologis makroinvertebrata (Sudaryanti,1992).

Keluaran dari system arbitrary :

Keluaran dari sistem arbitrary adalah diperoleh beberapa kelompokmakroinvertebrata yang peka dan toleran terhadap gangguan lingkungan, sehinggadapat dikembangkan sebagai indicator ekologis (Sudaryanti, 1992; 1995a).

Periode 1994-sekarang

Sistem arbitrary hanya dapat dilakukan untuk mengelola data dengan jumlah stationrelatif kecil, misalnya kurang dari 15 stasiun. Untuk kepentingan jangkapanjang, tentu akan menyulitkan jika system tersebut digunakan untuk mengeloladata yang besar atau lebih dari 15 stasiun. Untuk mengatasi hal tersebut mulaiditerapkan penggunaan program TWINSPAN.Tujuan program TWINSPAN adalah mengelompokan stasiun-stasiun pengamatandengan menggunakan komunitas termasuk komunitas makroinvertebrata.

Keluaran program TWINSPAN dan CCA (Canonical Correspondence Analysis)

Keluaran dari program TWINSPAN menunjukan bahwa komunitas makroinvertebrataselain potensial diberdayakan indicator ekologis dalam pemantauan secara biologis,juga dapat digunakan untuk mengelompokan beberapa stasiun menjadi satukelompok berdasarkan kesamaan dari karakter komunitas makroinvertebrata yangmenyusunnya (Sudaryanti, 1995b; 1997a). Keluaran ini akan memudahkan tujuanpengelolaaan sumberdaya sungai yaitu untuk kepentingan preservasi, konservasi,dan rehabilitasi.Penggunaan program CANOCO, CCA (Canonical Correspondence Analysis).Program tersebut tujuannya menggunakan biota dalam hal ini makroinvertebrata danfactor ekologisnya secara bersama-sama untuk mengelompokan stasiun-stasiunpengamatan (Sudaryanti; 1995a; 1997a; 1998).Keluaran analisis CCA selain mendapatkan kelompok stasiun pengamatan yangmempunyai kesamaan karakter makroinvertebrata dan factor ekologisnya jugamendapatkan keerartan hubungan antara komunitas makroinvertebrata denganfactor ekologisnya. Untuk kepentingan manajemen ekosistem sungaikeluaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengelolaaan terpaduDaerah Aliran Sungai baik untuk kepentingan perencanaan maupun untukkepentingan pengawasan (indicator ekologis).

Page 26: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2525

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Periode 1998 –sekarang : model prediksi AUSRIVAS (Australian RiverAssessment Method) (Sudaryanti, 1998, Sudaryanti et al., 2001)

Pada tahun 1998 sebuah sistem bioasessment Australia (AUSRIVAS) telah diujicoba di DPS Brantas hulu dengan prosedur sebagai berikut :

• Sampling dilakukan di 84 lokasi acuan dan 15 lokasi uji. Pada masing-masinglokasi dilakukan pengambilan data macroinvertebrata dan data habitat. Datahabitat yang diambil adalah data habitat yang tidak dipengaruhi oleh kegiatanmanusia misalnya tinggi tempat, letak lintang, jarak dari sumber, persentasenaungan, lebar sungai, dan kedalaman.

• Identifikasi macroinvertebrata dilakukansampai tingkat famili

• Data macroinvertebrata kemudian diklasifikasi untuk membentukpengelompokan lokasi acuan menggunakan program UPGMA (UnweightedPair-Group arithMetic Averaging).

• Menghubungkan data pengelompokan lokasi acuan dengan data habitatnyamenggunakan program MDFA (Multiple Discriminant Function Analysis). Datahabitat yang berperan dalam pengelompokan lokasi acuan adalah ketinggiandari permukaan laut, jarak dari sumber, tipe habitat, lebar sungai, danpersentase vegetasi riparian.

• Menguji model dengan cara memasukan data habitat dari lokasi uji. ProgramMDFA(Multiple Discriminant Function Analysis), akan memprediksimacroinvertebrata yang ditemukan pada suatu lokasi uji jika lokasi tersebuttidak mengalami gangguan

• Hanya taxa yang mempunyai probability lebih 50% di pertimbangkan untukmenghitung taxa yang diharapkan ditemukan pada lokasi uji apabilakeadaannya tidak terganggu (tercemar)

• Membandingkan taxa yang ditemukan di lokasi uji(Observed) dengan taxayang diharapkan ditemukan di lokasi uji(Expected) . Keluarannya adalah rasioO/E.

• Melakukan interpretasi nilai O/E. Nilai O/E mendekati 1 adalah baik(Sudaryanti 2000).

Perumusan masalah

Kondisi sungai-sungai di Indonesia umumnya mempunyai pemanfaatan yangbervariasi. Sampai saat ini kita belum mempunyai system pemantauan secarabiologis yang diakui. Oleh karena itu, dipandang sangat perlu adanya upaya untukmengembangkan system pendugaan dan pemantauan biologis yang secara khususdikembangkan berdasarkan kondisi local.

Refleksi

Pemberdayaan komunitas makroinvertebrata untuk pendugaan kualitas airsungai secara kualitatif di dunia telah mulai sejak tahun 1908 di Eropa (Sudaryantiet al.,2000). Di Indonesia pendekatan tersebut masih relatif baru, Program Studi

Page 27: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2626

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya telahmemulai sejak akhir tahun 1990 (Sudaryanti, 1995b). Diseminasi mengenaipendekatan tersebut sebetulnya telah dilakukan oleh Fakultas Perikanan,melalui penyelenggaraan pelatihan bekerjasama dengan WageningenAgricultural University, the Netherlands pada tahun 1997 dengan pesertadari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia (Sudaryanti, 1997b). Pada tahun1998 Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya bekerjasama dengan BAPEDALJawa Timur dan The Australian Cooperative Research Centre of FreshwaterEcology mengadakan penelitian mengenai bioassessment di DAS Brantashulu. Kegiatan tersebut melibatkan secara aktif staf dari UniversitasAirlangga, ITS Surabaya, BTKL, BAPEDAL Serpong, dan Jasa Tirta. Hasil daripenelitian tersebut telah didesiminasi melalui penyelenggaraan Konferensi Nasionaldengan peserta dari berbagai stakeholders bioassessment sungai di Indonesia yangmewakili pihak pemerintah, Perguruan Tinggi, Laboratorium dll (Sudaryanti, 1999).Pada tahun 2001 diseminasi kegiatan bioassessment telah diterbitkan melalui jurnalberskala internasional yaitu Aquatic Ecology (Sudaryanti et al., 2001) dan Journal ofEnvironmental Management (Hart et al., 2001).Dari evaluasi hasil penelitian (1998-2003) (Sudaryanti, 2003) telah teridentifikasibeberapa factor pendorong dan penghambat untuk pengembangan bioassessmentdi Jawa Timur yaitu :

Adanya komitmen dosen dan mahasiswaTersedianya fasilitas peralatan pengambilan contoh yang lengkap denganstandar internasional di Fakultas Perikanan UNIBRAWTersedianya peralatan laboratorium yang memadai (tersedianyastrereomikroskup, fasilitas pemilahan dll)Tersedianya reference collection di Fakultas Perikanan UniversitasBrawijayaTersedianya data sekunder di UNIBRAW, ITS, dan UNAIRSecara kelembagaam mendapat dukungan dari BALITBANG Jawa Timur,BAPEDAL JawaTimur, KLH Pusat melalui pelaksanaan kerjasamapenelitian (Sudaryanti, 1997b; 1999; 2001; 2003).Terbentuknya Embrio Working GroupDukungan dari Perhimpunan Entomologi Indonesia (Sudaryanti et al., 2000;2003)Tersedianya prosedur sampling dengan standar internasional di FakultasPerikanan UNIBRAW

Sedangkan faktor penghambatnya adalah :Minat dosen dan mahasiswa masih rendahBelum ada appresiasi terhadap hasil-hasil penelitianKunci identifikasi khusus specimen Indonesia belum tersedia, selama inimasih menggunakan kunci dari negara lain, misalnya Australiayang berbahasa Inggris.Kurang tersedia ahli taksonomi makroinvertebrataJumlah peralatan pengambilan contoh dan laboratorium yang memadaiterbatas, suku cadang peralatan tidak tersedia di IndonesiaReference site semakin berkurangBelum tersedia kebijakan penelitian yang digariskan Perguruan TinggiDukungan kelembagaan belum ada di tingkat Universitas/ Fakultas/Jurusanmisalnya pengadaan penambahan peralatan pengambilan contoh danlaboratorium.

Page 28: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2727

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Pelajaran yang diambil

Macroinvertebarta mempunyai distribusi contagious, sehingga membutuhkan jumlahcontoh yang banyak (10 m) untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi untukmedapatkan kepadatan macroinvetebrata yang representatif. Pengolahancontoh dan identifikasi membutuhkan waktu lama. Alternatifnya perancangancontoh dilakukan dengan cepat. Kesulitan lainnya adalah distribusi dan kelimpahanmacroinvertabrata dapat dipengaruhi oleh faktor selain kualitas air. Halini membutuhkan pengetahuan mengenai ekologi macroinvertebrata. Kesulitanlainnya, variasi kelimpahan macroinvertebrata dipengaruhi oleh musim, terutamainsekta. Perilaku drift dari macroinvertebrata yang menyebabkanmacroinvertebrata dapat ditemukan di tempat yang tidak biasanya. Pengetahuantentang habitat yang disukai dan perilaku drifting akan mengatasi persoalan ini.Beberapa penelitian menunjukan bahwa perubahan komunitas makroinvertebratadi sungai-sungai di Jawa Timur selain karena faktor distribusi spatial jugatemporal walaupun penelitian dilakukan pada musim kemarau. Perubahankomunitas makroinvertebrata secara temporal pada suatu stasiun yang samadiduga adanya masukan air limbah rumah tangga, karena Instanlasi Pengolahlimbah rumah tangga belum populer.Dalam hal analisis, beberapa macroinvertabratatertentu sulit diidentifikasi. Keberlanjutan penelitian bioassessment membutuhkankerjasama terpadu dari para stakeholders termasuk dari aspek perlindunganhukum.

Penutup

Bioassessment dapat diaplikasikan untuk pemantauan ekosistem sungai diIndonesia karena selain dapat menilai status “kesehatan” ekosistem sungai (lihatLampiran 1) juga dapat memberikan rekomendasi prioritas rehabilitasinya.

Daftar Pustaka

Karr JR. 1999. Defining and measuring river health. Freshwater Biology 41, 221234.Blackwell Science Ltd.

Sudaryanti S. 1992. Biological assessment of the Brantas river. Fisheries Project.Faculty of Fisheries. Brawijaya University Malang.Sudaryanti S and Marsoedi. 1995a. Biological approach to stream water quality in theBrantas river. The Centre for Environmental Studies, Brawijaya UniversityMalang.Buletin Perikanan, volume 6, Desember 1995.

Sudaryanti S. 1995b. Classification and ordination macroinvertebrate communities inthe Brantas river, East Java related to environmental variables. Department ofAquatic Ecology and Water Quality Management, Wageningen AgriculturalUniversity, the Netherlands.

Sudaryanti S. 1997a. Bioassessment of the Brantas river, East Java, Indonesia.Department of Aquatic Ecology and Water Quality Management, WageningenAgricultural University, the Netherlands.

Page 29: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2828

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Sudaryanti S. 1997b. Proceedings of training on strategic to monitor stream waterquality using biological approach. Faculty of Fisheries, Brawijaya University, Malangand Wageningen Agricultural University, the Netherlands.

Sudaryanti S. 1998. A preliminary study on using multivariate technique to assessthe Brantas river water quality. First Symposium on Environmental Chemistry andToxicology, Yogyakarta 23-24 February 1998.

Sudaryanti S, Trihadiningrum Y, Rosmanida, Purwati SU, Supriyanto H, and YuliyantiL.1998. A trial of the Australian River Bioassessment method in the Brantas river,East Java. International conference on Waste water and Water Quality, Lombok, 19-22 October 1998.

Sudaryanti S, Trihadiningrum Y, Rosmanida, Purwati SU, Supriyanto H, and YuliyantiL. 1999. The river health of the upper Brantas catchment. National Conference onRiver Health Bioassessment. Brawijaya University, Malang 8-10 March 1999.

Sudaryanti S. 1999. Proceedings of the National Conference on River HealthBioassessment. Brawijaya University in cooperation with the Australian CooperativeResearch Centre for Freshwater Ecology, and the BAPEDAL-PCI Project.

Sudaryanti S. 2000a. Bioassessment : An alternative to assess Brantas river waterquality. Paper presented at the one-day seminar on the Brantas river : the presentstatus and its prospect. The Centre for Environmental Studies, Brawijaya University,Malang 18 Januari 2000, Indonesia.

Sudaryanti S, Soehardjono, and Wardoyo. 2000b. State of the art macroinvertebrateas bioindicator. Paper presented at the National Symposium of Entomologist.Indonesian Association for Entomologist, Jakarta

Hart BT, Davies P, Humphrey C, Norris R, Sudaryanti S, and TrihadiningrumY.2001;Application of the Australian River Bioassessment method (AUSRIVAS) in theBrantas River, East Java, Indonesia. Journal of Environmental Management 62:93-100. Academic Press, UK.

Sudaryanti S, Trihadiningrum Y, Hart BT, Davies PE, Humphrey C, Norris R,Simpson J, and Thurtell L. 2001. Assessment of the biological health of the BrantasRiver, East Java, Indonesia using the Australian River Assessment Method(AUSRIVAS). Journal of Aquatic Ecology, 35 (2):135-146. June 2001. KluwerAcademic Publisher,the Netherlands.

Sudaryanti S. 2001. Pemanfaatan Potensi Keaneragaman Hayati untuk pemantauankualitas air sungai di Jawa Timur. Kerjasama Pusat Penelitian LingkunganHidup Universitas Brawijaya Malang dengan Badan Penelitian dan PengembanganPropinsi Jawa Timur.

Sudaryanti S. 2003. The role of Aquatic insect for detecting water pollution. Paperpresented at the Seminar on the role of insect on environmental management.Indonesian Association on Entomologist. Malang.

Page 30: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

2929

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Sri Sudaryanti.2003. Pengembangan Bioassessment Kualitas Air Sungai di JawaTimur. Kerjasama Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Brawijaya Malangdengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Timur

Tabel Jenis Makroinvertebrata untuk bioassessment (hanya berlaku di DAS Brantashulu)

Status kesehatansungai

Taksa makroinvertebrata Kualitas fisikakimia

Sehat PerlidaePerlodidaeNemouridaeGlossosomatidaeLepidosmatidaeElmidae

Oksigen terlarut> 6.5- 7 mg/l

Terganggusedikit

LeptophebidaeCaenidaeTipulidaeGomphidae

5,5-6,5 mg/l

Terganggusedang

HydropsychidaeHydrobiidae

4-5 mg/l

Terganggu berat Chironomous thummiPhysidae

2-3 mg/l

Terganggusangat berat

TubificidaeGlosiphonidae

< 2 mg/l

Page 31: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3030

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

3. DAMPAK TATAGUNA LAHAN TERHADAPSUMBERDAYA AIR

3.1. Skenario Penggunaan LahanLaju pertambahan penduduk yang berlangsung lebih cepat dari pada

pertambahan produksi makanan menimbulkan kekhawatiran akan kekuranganpersediaan makanan di masa depan. Kondisi ini berarti kebutuhan sandang, pangandan papan selalu meningkat sehingga manusia selalu berusaha untukmemenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini memicu manusia untuk melakukan alih gunalahan, misal alih fungsi hutan menjadi kawasan pertanian intensif dan arealpertanian yang berubah fungsi menjadi permukiman. Dampak dari aktivitastersebut adalah berubahnya karakteristik hidrologis DAS dengan indikator debitpuncak air larian permukaan (surface runoff).

Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah air larian permukaanmeningkat apabila (Bosch dan Hewlett, 1982; Hibbert, 1993 dalam Asdak, 2007):1. Hutan yang ditebang atau dikurangi dalam jumlah yang cukup besar.2. Terjadi pengubahan jenis vegetasi dari tanaman berakar dalam menjadi berakar

dangkal.3. Terjadi pengubahan jenis vegetasi dari tanaman dengan kapasitas intersepsi

(tajuk daun) tinggi ke tanaman intersepsi yang lebih rendah.Pengaruh penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologis DAS adalah

vegetasi dapat memperlambat jalannya limpasan permukaan dan memperbesarjumlah air yang tertahan diatas permukaan tanah sehingga menurunkanlaju limpasan permukaan. Dampak dari penurunan laju limpasan permukaanadalah turunnya debit puncak air sungai dan waktu menuju debit puncak (Asdak,2007). Jadi terdapat hubungan antara jenis penggunaan lahan dengankaraktersitik hidrologi suatu DAS.

Tabel 3.1.Perbandingan besarnya limpasan permukaan antara hutan alam tidakterganggudanperkebunankopiberumur16 tahun(Januari-April198).

PeubahHutan

tidak terganggu

Perkebunan kopiberumur 16 tahun

Lereng (%) 52-65 46-49

Curah hujan (mm) 926,5 926,5

Limpasan permukaan (m3/ha) 104,75 633,37

Persentase curah hujan 11,3 68,4

Erosi (ton/ha/6 bulan) 0,28 1,18

Sumber: gintings(1981)

Dampak dari alih guna lahan adalah meningkatnya limpasan permukaan,seperti pada penelitian oleh Gintings (1981) dalam Hamilton (1983) denganmembandingkan antara perkebuanan kopi dengan hutan tidak terganggu. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pengubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi

Page 32: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3131

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

kebun kopi berdampak pada kenaikan limpasan permukaan menjadi 633,37 m3/haatau naik 6 kali lipat (Tabel 3.1).

Hasil penelitian tersebut didukung oleh Suprayogo et al (2007) yaitu padakondisi iklim tropika basah, limpasan permukaan pada lahan yang mengalami alihfungsi lahan dari hutan menjadi tanaman semusim pada skala plot dapat meningkat3 sampai 15 kali lipat sedangkan erosi tanah meningkat 250 hingga 600 kalidibanding hutan. Peningkatan limpasan permukaan merata sepanjang musimtergantung besar-kecilnya curah hujan.

Ardiyansyah (2007) dalam penelitianya menyatakan bahwa pengubahanpengunaan lahan dari hutan ke non hutan menurunkan infiltrasi maksimum sehinggamenaikkan air limpasan permukaan. Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa pengubahan penggunaan lahan hutan menjadi non hutan berdampak padapeningkatan jumlah air larian permukaan (surface runoff).

Peningkatan jumlah air larian permukaan akan memperbesar debit puncakair larian permukaan. Kondisi ini mengakibatkan bertambahnya jumlah volume airsungai sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya bahaya banjir. Risiko banjirakan semakin besar seiring dengan peningkatan kemungkinan terjadinya bahayabanjir (hazard).

Diley et al (2005) dalam Leon (2006) merumuskan risiko sebagai suatuhubungan matematika yaitu :

Risk = hazard x eksposure x vulnerability, dimanahazard adalah kemungkinan terjadinya bahaya suatu bencana

seperti bahaya banjir, tsunami, dan gempa bumi; vulnerability berkaitan tingkatkerentanan dari dalam diri manusia, secara ekonomi, infrastruktur ketika menghadapi(exposure) suatu bencana. Jadi berdasarkan pengertian tersebut makapeningkatan bahaya banjir akan berdampak pada peningkatan risiko banjir, dansebaliknya.

Salah satu upaya mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya banjir adalahpengaturan bentuk penggunaan lahan di DAS. Berbagai hasil penelitianmenunjukaan bahwa keberadaan hutan di DAS mampu mengurangi terjadinyabahaya banjir sehingga semakin luas hutan maka bahaya banjir akan semakinberkurang.

Simulasi bentuk penggunaan lahan pada berbagai skenario dilakukan untukmelihat dampak pengubahan bentuk pengunaan lahan di DAS terhadap sumberdaya air. Guna melihat hal tersebut berikut ini terdapat dua contoh hasil penelitianyang berlokasi di DAS Brantas Hulu, Jawa Timur dan DAS Samin , Jawa Tengah .

A. DAS Brantas Hulu, Jawa Timur

Contoh kasus yang pertama ini merupakan hasil penelitian yang dilakukandi DAS Brantas Hulu yang berlokasi di Kota Batu, Jawa Timur. Kondisi penggunaanlahan di DAS Brantas hulu telah mengalami pengubahan dari waktu ke waktu. Gunamelihat hal tersebut berikut ini terdapat 4 skenario bentuk penggunaan lahan yaituskenario 1 mencerminkan kondisi pengguanaan lahan sebelum reformasi, skenario 2menggambarkan kondisi penggunaan lahan setelah reformasi, kondisi 3menunjukkan kondisi pengunaan lahan berdasarkan RTRW wilayah administratifKota Batu, dan skenario 4 mewakili kondisi penggunaan lahan yang ada saat ini ataueksisiting. Berikut ini penjelasan lebih rinci dari masing-masing skenario tersebut:

Page 33: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3232

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

1. Skenario 1 (S1): kondisi sebelum reformasi.

Skenario S1 merupakan hasil interpretasi dan klasifikasi bentuk penggunaanlahan yang mengacu pada citra satelit Landsat tahun 1989. Bentuk penggunaan lahanyang terdapat di DAS Brantas hulu meliputi kebun, tegalan, hutan alami, lahanterbuka, permukiman, sawah, semak belukar, dan hutan produksi. dominan meliputihutan alami, kebun (kebun apel), semak belukar, dan permukiman. Sebaran secaraspasial berbagai bentuk penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada gambardibawah ini (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Peta penggunaan lahan di DAS Brantas Hulu sebelumreformasi.

Berdasarkan klasifikasi citra Landsat 1989 menunjukkan bahwa keberadaanhutan alami dan kebun (apel) mendominasi di DAS Brantas Hulu yaitu sebesar 30,51% dan 23, 41% dari total luas DAS yaitu 17384.51 hektar (Gambar3.2).

Gambar 3.2. Grafik persentase luas penggunaan lahan di DAS Brantas hulu sebelumreformasi.

Page 34: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3333

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

2. S2: kondisi sesudah reformasi

Skenario ini menggambarkan kondisi penggunaan lahan sesaat setelahterjadinya reformasi pada tahun 1998/1999. Pada masa kepemimpinan presidenAbdurahman Wahid menyatakan bahawa hutan untuk rakyat, pernyataan ini diartikanoleh masyarakat bahwa keberadaan hutan adalah untuk kesejahteraan masyrakatsehingga banyak hutan yang diubah menjadi lahan pertanian intensifseperti hortikultura dan tegalan. Guna melihat hal ini citra satelit yang menjadi acuanadalah Landsat ETM 2002.

Gambar 3.3. Peta penggunaan lahan di DAS Brantas Hulu sebelumreformasi.

Hasil kasifikasi citra menunjukkan bahwa terrjadi pengubahan luas hutanalami menjadi 10% dari totol luas DAS. Hal ini terjadi karena hutan alami telahberubah menjadi hutan terganggu, hutan produksi, dan semak belukar. Hutanproduksi dalam hal ini adalah hutan-hutan milik Perhutani yang telah ditanamitanaman semusim (tetelan). Sementara itu, hutan terganggu mempunyai kondisiyang lebih bagus daripada hutan produksi dimana tegakan pohon masihmendominasi. Sementara itu, semak belukar kebanyakan adalah lahan yang dulunyahutan dan setelah ditebang pohonnya menjadi lahan terlantar yang kemudianditumbuhi oleh semak belukar. Lahan-lahan ini pada umumnya berada pada posisilereng yang curam. Lebih jelasnya, jenis penutupan lahan dan luasannya disajikanpada tabel berikut.

Page 35: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3434

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 3.4. Grafik persentase luas penggunaan lahan di DAS Brantas hulu sesudahreformasi

3. S3: kondisi berdasar RTRW

Pasca reformasi kondisi pengunaan lahan di DAS Brantas menjadi tidakterkontrol. Pemanfaatn lahan tidak lagi melihat kaedah konservasi dan tingkatkemampuan lahannya. Lahan dengan tingkat kemiringan curam yang seharusnyadigunakan sebagai lahan hutan tetap digunakan sebagai lahan hortikultura. Kondisiini terus berkembang sehingga berdampak pada berbagai kejadian bencana yangtelah terjadi seperti banjir dan tanah longsor. Oleh sebab itu, pememerintah KotaBatu menyusun Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) untuk menata ulangpenggunaan lahan di DAS Brabtas Hulu sehingga fungsi DAS dari aspek ekonomidan hidrologis dapat tercapai. Pelaksanaan RTRW telah dimplementasikan sejaktahun 2005. Dalam RTRW ini ditetapkan bahwa seluruh kawasan hutan yang telahberubah fungsi dikembalikan lagi pada fungsi sebenarnya yaitu sebagai hutan alamidan hutan produksi (Hutan Tanaman Industri). Berikut ini sebaran spasial bentukpenggunaan lahan berdasarkan RTRW Kota Batu Gambar 3.5)

Gambar 3.5. Peta penggunaan lahan di DAS Brantas Hulu berdasarkanRTRW.

Page 36: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3535

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Bentuk penggunaan lahan yang direkomendasikan berdasarkan RTRWKota Batu terdiri atas delapan jenis yaitu kebun, sayuran, hutan alami, lahan terbuka,permukiman, sawah, agroforestri, dan hutan produksi. Hutan produksi dan hutanalami mnempati persentasi yang paling besar yaitu 35,88% dan 20,93 %(Gambar3.6).

Gambar 3.6. Grafik persentase luas penggunaan lahan di DAS Brantas huluberdasarkan RTRW.

4. S4: kondisi aktual

Kondisi aktual menggambarkan komposisi bentuk penggunaan lahan yangada saat ini. Citra satelit yang digunakan adalah citra landsat ETM tahun 2006. Hasilklasifikasi citra tersebut digunakan sebagai acuan simulasi yang menggambarkankondisi aktual saat ini. Berikut ini sebaran spasial penggunaan lahan pada kondisiaktual (Gambar 3.7)

Gambar 3.7. Peta penggunaan lahan di DAS Brantas Hulu pada kondisiaktual.

Page 37: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3636

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Hasil klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan citra satelit menunjukkanbahwa kondisi actual di DAS Brantas tersusun atas Sembilan jenis penggunaanlahan lahan meliputi kebun, tegalan, hutan alami, lahan terbuka, permukiman,sawah, semak, hutan produksi, dan hutan terganggu. Keberadaan hutan alami hanyasebagian kecil dari totakl luas DAS Brantas yaitu 7,9 %, sedangkan yang dominanadalah permukiman dan tegalan yaitu masing –masing sebesar 25,2% dan 20%.

Gambar 3.8. Grafik persentase luas penggunaan lahan di DAS Brantas hulu padakondisi aktual.

5. Dampak pengubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologi di DASBrantas Hulu, Jawa Timur.

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat pengaruh pengubahanpenggunaan lahan terhadap sumberdaya air adalah fluktuasi debit saat musimkemarau dan hujan. Fluktuasi debit antara musim hujan dan musim kemarau padasetiap skenario penggunaan lahan menunjukkan bahwa kondisi landuse aktualmempunyai perbedaan total debit musim kemarau dan musim penghujan yang palingtinggi. Nilai perbedaan tersebut hampir sama dengan kondisi pada saat landusesetelah reformasi. Sementara itu, skenario landuse ke-3 menunjukkannilai perbedaan debit musim kemarau dan penghujan yang paling rendah dalam halini jumlah debit musim kemarau telah melebihi 50% dari debit total padamusim penghujan. Rasio serta perbandingan antara debit kemarau denganpenghujan ditunjukkan pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 3.2. Rasio debit musim kemarau dan penghujan (data hujan tahun 2004)

RasioLanduse Kemarau/Penghujan

Actual Landuse 0.38

Scenario 1 0.51

Scenario 2 0.39

Scenario 3 0.66

Hasil simulasi menunjukkan bahwa debit air sungai saat musim penghujantertinggi terjadi pada skenario S2 (setelah reformasi) sedangkan terendah terjadi

Page 38: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3737

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Dis

char

ge(j

uta

m3)

pada S1 (sebelum reformasi). Hal ini berarti pengubahan penggunaan lahan hutanmenjadi pertanian intensif berdampak pada peningkatan debit air sungai. Kondisi inijuga terjadi pada skenario S4 (penggunaan lahan kondisi actual), artinya dampakpengubahan penggunaan lahan hutan masih terjadi hingga saat ini, hal ini terlihatpada nilai debit saat musim hujan masih tergolong lebih tinggi dari pada S1(Gambar3.9).

350

300

250

200

150

100

50

-

Actual Landuse Scenario 1 Scenario 2 Scenario 3

Debit Penghujan Debit Kemarau

Gambar 3.9. Grafik perbandingan debit musim kemarau dan penghujan (data hujantahun 2004)

Jadi berdasarkan hasil simulasi pada berbgai skenario tersebut dapatdisimpulkan bahwa pengubahan penggunaan lahan akan berdampak padakarakteristik hidrologis DAS yang dapat terlihat dengan indikator debit pada saatmuasim keammarau dan penghujan. Peningkatan debit air sungai pada saatpenghujan akan berdampak pada peningkatan terjadinya bahaya banjir sehinggarisiko banjir di bagian hilir DAS dapat meningkat.

B. DAS Samin, Jawa Tengah

Contoh kasus yang kedua ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan diDAS Samin yang berlokasi di Kabupaten Karangnyar, Propinsi Jawa Tengah. Empatjenis skenario dengan mengatur luasan hutan disimulasikan untukmelihat bagaimana pengaruh pengubahan penggunaan lahan terhadap fungsihidrologis DAS dengan indikator debit puncak air larian permukaan pada titikoutlet DAS. Berikut ini keempat jenis skenario tersebut (Tabel 3.3):

Tabel 3.3. Skenario bentuk penggunaan lahan yang digunakan dalam simulasi diDAS Samin

Kode Skenario

S0 Luas hutan 0% ,utamakan aspek sosial ekonomi

S15 Luas hutan 15% (sebagai kontrol), kondisi eksisiting.

S30 Luas hutan 30% , fungsi hutan mengurangi debit air larian

Page 39: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3838

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

S100 Luas hutan 100%, utamakan aspek fisik.

1. Skenario S0Skenario ini mensimulasikan bentuk penggunaan lahan di DAS Samin dari

aspek ekonomi saja, artinya hanya mementingkan peningkatan kesejahteraanmasyarakat. Seluruh DAS diubah menjadi lahan pertanian intensif meliputihortikultura, tegalan, kebun campur, dan sawah.

Gambar 3.10. Peta bentuk penggunaan lahan pada skenario S0.

Hutan dan lahan terbuka diubah menjadi hortikultura sedangkanpermukiman tetap seperti kondisi eksisiting. Pengubahan hutan dan lahan terbukamenjadi hortikultura karena mata pencaharian masyarakat sekitar daerah tersebutsebagai petani (BPS Kecamatan Karanganyar, 2008).

2. Skenario S15Skenario ini mensimulasikan kondisi eksisting berdasarkan hasil klasifikasi

citra Landsat ETM 1 Oktober 2002. Persentase luas hutan adalah 15% dari luastotal DAS Samin. Perlakukan ini sebagai kontrol atau pembanding terhadapperlakukan yang lain. Nilai debit air larian diasumsikan sebagai debit terjadinya banjirkarena data debit banjir hasil pengukuran lapangan tidak tercatat. Suatu skenariodpat dikatakan mapu mengurangi risiko banjir terjadi apabila nilai debit air larian lebihkecil daripada S15.

Gambar 3.11. Peta bentuk penggunaan lahan pada skenario S15.

3. Skenario S30Skenario ini mensimulasikan penambahan luas hutan diduga mampu

mengurangi debit air larian di DAS Samin. Luas hutan dibuat 30% dari total luasDAS. Lahan hortikultura dan tegalan diubah menjadi hutan, sedangkan sawah dankebun campur tetap sesuai kondisi eksisting. Pengubahan sawah menjadi hutansangat kecil kemungkinannya karena pada areal persawahan terdapat irigasi teknis

Page 40: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

3939

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

sehingga petani dapat bercocok tanam padi sepanjang tahun. Selain itu daris aspekfisik lahan tersebut cocok untuk persawahan.

Gambar 3.12. Peta bentuk penggunaan lahan pada skenario S30.

4. Skenario S100Skenario ini mensimulasikan bentuk penggunaan lahan dari aspek fisik saja

yaitu pengurangan debit puncak air larian. Hasil penelitian Gintings (1981) dalamHamilton (1983) menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dari hutanmenjadi kebun kopi berdampak pada kenaikan air larian sebesar 6 kali lipat.

Gambar 3.13. Peta bentuk penggunaan lahan pada skenario S100.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pengurangan debit puncak air lariansecara maksimal apabila seluruh kawasan di DAS Samin diubah menjadi hutan.Kenyataan dilapangan proses ini sulit terjadi, namun hal ini penting untuk melihatfungsi hutan dalam menurunkan debit puncak air larian permukaan. Jadipertimbangan lainnya adalah hutan mampu mengurangi debit puncak air larian.

Dampak pengubahan penggunaan lahan terhadap fungsi hidrologis di DASSamin, Jawa Tengah

Indikator yang digunakan dalam penelitin adalah debit puncak air larianpermukaan (surface runoff). Debit puncak S15 hasil simulasi adalah 24,07 m3/dt,angka ini digunakan sebagai kontrol. Pembukaan lahan hutan menjadi hortikulturapada skenario S0 terbukti meningkatkan debit puncak air larian yaitu 24,72 m3/dt.(Gambar 4.11). Hal ini berarti bentuk penggunaan lahan yang hanyamemprioritaskan aspek ekonomi saja dapat meningkatkan debit puncak permukaan.

Page 41: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4040

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 3.14. Grafik debit puncak air larian permukaan pada berbagai skenariobentuk penggunaan lahan di DAS Samin

Penambahan luasan hutan berpengaruh terhadap pengurangan rerata debitaliran permukan yaitu pada perlakuan S3 yaitu sebesar 23,33 m3/dt. Hutan yangberfungsi menurunkan debit aliran permukaan terbukti pada perlakuan S100 yaitumenghasilkan debit paling rendah sebesar 21,91 m3/dt.

Berdasarkan hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa pengubahanbentuk penggunaan lahan di DAS Samin berpengaruh terhadap sumberdaya airdalam hal ini debit puncak air larian permukaan di titik outlet. Peningkatan debitpuncak air larian berdampak pada peningkatan risiko banjir di bagian hilir DAS.Kondisi ini menuntut adanya pengelolaan DAS yang komprehensif sehingga tidaksaling merugikan kepentingan masyrakat bagian hulu maupun hilir (Gambar3.15).Jadi pengubahan penggunaan lahan di DAS berpengaruh terhadap karakteristikhidrologis DAS tersebut.

Debit puncakoutlet

hujan

Risiko banjirdi hilir

m3/dt

25.00

24.00

23.00

22.00

21.00

20.00

24.72

24.07

23.3322.91

21.91

22.92

Skenario bentuk penggunaanlahan di DAS Samin

S0 S15 S30 S60 S100 SOp

Gambar 3.15 .Hubungan pengubahan bentuk penggunaan lahan denganpengurangan risko banjir di hilir DAS Samin

Page 42: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4141

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

4. ISU MANAJEMEN DI SUB DAS SUMBERBRANTAS

4.1. Isu Hidrologi Menuju DAS yang SehatPerhatian utama pengambil keputusan di tingkat Pemerintah Kota Batu terkait

dengan isu-isu hidrologi di DAS Sumber Brantas akan diuraikan sebagai berikut.

4.1.1. Tarik ulur kepentingan budidaya hortikultura di kawasanpegunungan dengan implementasi tata ruang daerah

DAS Sumber Brantas yang sebagian besar masuk wilayah Kota Batuditetapkan sebagai salah satu wilayah resapan air DAS Brantas. Untuk ituPemerintah Kota Batu menetapkan Tata Ruang Wilayah dengan menetapkankawasan lindung yang luasnya sekitar 10.352 ha atau 52% dari wilayah Kota Batudan kawasan budidaya seluas 9.555 ha atau 48%. Sementara itu, kondisi kawasanlindung yang ada di Kota Batu pada saat ini baru mencapai 33%. Wilayah yangsemestinya sebagai kawasan lindung saat ini masih berupa semak belukar (13%),sebagian lagi digunakan sebagai usaha tani sayuran dan kebun apel (5%) dansisanya sebagai lahan kering berupa tegalan yang juga diusahakan untuk usaha tanisayur-mayur.

Gambar 4.1. Beberapa sudut kawasan budidaya di DAS Sumber Brantas, wilayah

KotaBatu.

Page 43: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4242

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Secara demografis, Kota Batu yang luasnya 199,1 km2 memiliki jumlah pendudukmencapai 182.885 jiwa pada tahun 2007, sehingga tingkat kepadatan penduduk diwilayah ini termasuk sangat tinggi yakni mencapai sebesar 919 orang/km2. Demikianpula tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat Kota Batu atau sekitar 34%adalah tamatan SD, sementara lulusan SLTP dan SLTA masing-masing 17%, dansekitar 6% adalah tamatan perguruan tinggi. Sementara itu yang tidak/belum sekolahdan tidak lulus SD mencapai sekitar 26% dari penduduk Kota Batu.

Kondisi demografi dan tingkat pendidikan yang demikian serta didukung oleh kondisitanah yang subur menyebabkan sebagian besar masyarakat menjatuhkan pilihanmata-pencaharian pada bisang pertanian. Sektor pertanian hortikultura (sayur, bungadan buah-buahan) menjadi andalan masyarakat Kota Batu. Nilai ekonomi komoditashortikultura yang sangat tinggi membuat masyarakat Kota Batu “kelaparan lahan”sehingga setiap jengkal tanah tidak ada yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatanpertanian. Adanya kesempatan menanam sayuran di lahan Perhutani tidak disia-siakan oleh masyarakat yang tidak memiliki lahan maupun yang sudah memilikilahan sendiri.

Pola kehidupan yang demikian memberikan dampak positif terhadap pendapatandan pendapatan per-kapita masyarakat Kota Batu. Pendapatan per kapitamasyarakat Kota Batu memperlihatkan fenomena kenaikan yang signifikan selamabeberapa tahun terakhir, yaitu dari Rp. 3.752.924,84 pada tahun 2001 menjadi Rp.3.865.829,88 pada tahun 2002, dan tahun 2003 sebesar Rp. 3.949.952,17 kemudianpada tahun 2004 meningkat menjadi Rp. 4.066.437,47 pada tahun 2005 Rp.4.258.056,20 serta tahun 2006 menjadi Rp. 4.394.253,80.

Namun sayang usaha pertanian tersebut dilakukan di kawasan resapan air dansistem budidaya pertanian yang dilakukan seringkali kurang mengindahkan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air. Upaya untuk mengalihkan jenis komoditas sayuranmenjadi tanaman tahunan menjadi kurang menarik bagi masyarakat, mungkinkarena imbalan pendapatan yang diterima tidak sepadan dengan praktek yangsekarang.

Telah terjadi tarik-ulur antara Pemerintah Kota Batu, Perum Perhutani danmasyarakat khususnya di lahan Perhutani untuk mengganti tanaman sayurandengan tanaman tahunan yang dapat melindungi tanah dan air. Perkembanganterakhir menunjukkan bahwa sudah mulai ada titik temu antara ketiga pihak tersebutuntuk mengganti tanaman sayuran dengan tanaman kopi yang akan ditanam disela-sela tegakan pohon (pinus dsb).

4.1.2. Kerusakan ekologi hutan akibat perambahan hutan untukbudidaya tanaman sayur

DAS Sumber Brantas yang luasnya 17.344 ha atau sekitar 9.6 % dari totalluas DAS Brantas Hulu merupakan salah satu bagian dari kawasan resapan sistemKali Brantas di Jawa Timur. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001, telah terjadideforestasi di DAS Sumber Brantas seluas 1.597 ha, yang dialih-gunakan(sementara) sebagai kawasan pertanian tanaman semusim khususnya sayurandengan kondisi konservasi tanah dan air yang sangat memprihatinkan.

Sebagian besar deforestasi diakibatkan oleh penebangan tegakan pohon secarailegal di kawasan hutan Perhutani, sebagai akibat ketidak-pastian ekonomi dan

Page 44: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4343

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

politik pada masa krisis moneter dan sebagai dampak dari proses otonomi daerahKota Batu. Hal serupa juga terjadi di kawasan Tahura R. Soerjo, walau tidakseparah di kawasan Perhutani. Masyarakat dan bahkan pejabat di Kota Batu sendiritidak bisa mengenali batas-batas kawasan yang berada di bawah pengelolaanPerum Perhutani dan Tahura R. Soerjo, sehingga penebangan terjadi dimana-mana.Mulai tahun 2000, baik Perum Perhutani maupun Tahura R. Soerjo yang sedangberusaha melakukan rehabilitasi hutan, harus menghadapi masalah konflikkepentingan dengan masyarakat lokal yang telah merasakan keuntungan ekonomiketika melakukan budidaya tanaman sayuran di kawasan hutan. Konflik denganmasyarakat ini timbul terutama karena adanya kesenjangan komunikasi(communication gap) atau komunikasi yang lemah antara pengetahuan masyarakat,kebijakan pemerintah Kota Batu dan kebijakan Perum Perhutani dalam menjalankanPengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Gambar 4.2. Penanaman sayuran secara intensif diantara tegakan pinus di

kawasan hutan produksi dan lindung Perhutani DAS Sumber

Brantas.

4.1.3. Menurunnya debit mata air utama di Kota BatuKawasan hutan lindung di bawah pengelolaan Tahura R. Soerjo dan Perum

Perhutani serta hutan produksi dibawah Perum Perhutani yang berada di DASSumber Brantas merupakan areal resapan dari 111 buah mata air utama yang ada diwilayah Kota Batu. Deforestasi yang telah terjadi di kawasan hutan lindung maupundi kawasan hutan produksi mengakibatkan perubahan penutupan hutan sehingga

Page 45: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4444

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

memberikan dampak terhadap kurang berfungsinya kawasan resapan. Akibatnya, 53buah mata air pada musim kemarau didapati sudah mati diantaranya sumberBayuning, sumber Terongbelok, sumber Gemulo, sumber Kasinan, sumber CobanRais, dan sumber Gunung Biru (Koran Tempo, 29 Nopember 2006). Sementara itudebit 58 mata air yang masih ada juga menurun. Penelusuran yang dilakukan olehmasyarakat Bumiaji pada tahun 2008 mendapatkan sebuah lagi mata air mati yangterletak di atas sumber Pesanggrahan (Malang Post, 8 Agustus 2008).

Dampak yang lain adalah meningkatnya debit puncak aliran sungai dan tingginyamuatan sedimen pada musim penghujan serta menurunnya aliran dasar sungai(base-flow) di musim kemarau. Pengukuran dan pengamatan rutin terhadap debitKali Brantas di kawasan Kota Batu memang belum ada, tetapi hal-hal tersebut dapatdisimpulkan dari berbagai hasil studi dan indikator yang disampaikan oleh berbagaipihak di Kota Batu.

4.1.4. Banjir dan sedimentasi wadukDAS Sumber Brantas yang luasnya 17,3 ribu hektar merupakan salah satu anaksungai Kali Brantas dibangian hulu disamping enam Sub-DAS lainnya yangbermuara di Waduk Karangkates. Berdasarkan data dari BP DAS Brantas (2006),ternyata DAS Sumber Brantas memberikan kontribusi sedimentasi tertinggi keduasetelah DAS Amprong. Berdasarkan perkiraan BP DAS Brantas, besarnya sedimenyang masuk sungai dari DAS Sumber Brantas mencapai 86,7 ribu m3 setiap tahun.

Sedimen dari DAS Sumber Brantas berasal dari erosi yang terjadi rata-rata sebesar143 ton/ha/tahun. Erosi terutama dari kawasan budidaya pertanian (sayuran) dankawasan hutan Perhutani yang ditanami tanaman semusim. Selain karena faktorlereng yang curam, besarnya kehilangan tanah dipicu oleh sifat tanah yang mudahtererosi (erodibilitas tanah) dan absennya vegetasi penutup tanah khususnya padaawal musim penghujan.

Page 46: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4545

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 4.3. Erosi dan longsor yang terjadi di bagian hulu DAS mengakibatkanpendangkalan sungai dan waduk, serta kerusakan sarana irigasi(check-dam Talun) akibat banjir bandang di Kali Brantas bagian hulu.

Tingginya tingkat erosi di kawasan ini sangat merisaukan Perum Jasa Tirta 1 (PJT)yang sangat berkepentingan dalam menjaga kelestarian umur efektif bendungan dibagian hilir, seperti Bendungan Sengguruh, Sutami, Lahor dan Wlingi sertabangunan-bangunan air lainnya. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh PJT1, umur efektif Bendungan Sutami yang direncanakan selama 100 tahun berkurangmenjadi hanya 30 tahun saja akibat pendangkalan waduk. Pada tahun 2003kapasitas efektif waduk Sengguruh hanya tinggal 42% dan waduk Sutami tinggal57% dibanding saat pembangunan (PJT, 2006). Oleh karena itu PJT memilikikepentingan untuk ikut serta menjaga kawaaan DAS Sumber Brantas, paling tidakuntuk menekan jumlah sedimen yang masuk ke sungai dan memelihara fungsikawasan resapan beserta sumber-sumber airnya.

4.1.5. Kontaminasi pestisida dan pupuk dalam aliran airWilayah Kota Batu dan sekitarnya merupakan sentra produksi hortikultura (buah dansayur) yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Usaha tani hortikultura sangatsesuai di kawasan ini, yang memiliki tanah vulkanik subur, cukup air serta suhuudara sejuk pada ketinggian di atas 600 m dpl. Pertanian yang berbasis tanamanbuah dan sayur umumnya dikelola secara sangat intensif, dengan masukan (input)

Page 47: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4646

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

yang sangat tinggi seperti pengolahan tanah, penggunaan bibit, pupuk dan pestisida,serta penerapan irigasi. Pengunaan masukan kimia untuk pertanian hortikulturasudah sangat tinggi dosisnya, sehingga jika tidak menggunakannya maka besarkemungkinan produksi menurun bahkan tidak jarang gagal panen karena seranganhama dan penyakit.

Pemakaian bahan kimia dengan takaran yang sudah melebihi batas mengakibatkanterjadinya pencucian sisa pestisida dan pupuk sehingga menyebar mengikuti aliranair menuju air tanah (ground water) atau ke sungai. Selain itu sisa bahan aktif(residu) juga terdapat dalam produk buah atau sayur yang dipanen, sehinggamelebihi ambang batas yang diperkenankan.

Pada tahun 2005, terdapat 20 sumber air di kawasan DAS Sumber Brantas yangdiduga tercemar oleh pestisida, dan yang paling menderita adalah sumber airBanyuning dan Gemulo (Tempo, 25 Agustus 2005). Sumber-sumber air yang didugatercemar pestisida ini lokasinya berada di bagian bawah (hilir) dari kawasanpertanian yang didominasi oleh tanaman sayuran. Namun menurut pendapat KepalaDinas Pertanian Kota Batu, mata air masih aman dari pestisida, tetapi kalau airpermukaan kemungkinan besar sudah sedikit tercemar.

Penelitian kualitas air akibat pencemaran pupuk dan pestisida di Kota Batu sampaisejauh ini masih sangat sedikit, sehingga sulit mendapatkan hasil publikasi yang bisadikutip. Sementara monitoring dan pengukuran terhadap kualitas air belum pernahdilakukan, karena memang sangat mahal. Upaya monitoring kualitas air sungaimelalui indikator bentos (vertebrata air) sudah pernah dilakukan tetapi belum bisadilaksanakan secara rutin.

4.1.6. Limbah industri, perhotelan dan domestik dalam aliran airWilayah Kota Batu yang terletak di pegunungan dengan hawa sejuk danpemandangan indah serta dihuni penduduk hampir 200 ribu orang, memiliki kegiatanperkonomian yang sangat aktif di sektor pariwisata, pertanian dan industri pertanian.Kegiatan-kegiatan tersebut menghasilkan berbagai bentuk limbah dalam jumlahcukup banyak. Setiap hari Kota Batu menghasilkan sampah sebanyak 350 m3,namun hanya sekitar 30% saja yang bisa diangkut ke TPA (tempat pembuanganakhir). Selebihnya, sampah yang tidak tertampung kebanyakan berada di rumah-rumah penduduk berupa sampah domestik. Sebagian kecil dapat dimanfaatkanmenjadi kompos dan kerajinan dari sampah rumah tangga (TEMPO Interaktif, 3September 2008). Sampah ini sangat potensial mencemari sungai yang mengalir diKota Batu termasuk Kali Brantas, mengingat masyarakat memiliki perilaku sukamembuang sampah ke sungai. Upaya sedang dilakukan oleh Pemerintah Kota Batuuntuk membangun TPA baru di daerah Tlekung seluas 6 hektar dengan teknologi“sanitary landfiled” supaya bisa menampung dan mengolah sampah kota tersebut.

Selain sampah domestik, sampah pertanian juga sangat berpotensi mencemarisungai, terutama kotoran sapi. Masih banyak peternak sapi perah yang membuangkotoran bercampur sisa pakan langsung ke saluran drainasi yang akhirnya masuk kesungai. Upaya membangun instalasi pengolahan limbah ternak untuk menghasilkanbiogas sudah sering disosialisasikan tetapi nampaknya masih belum banyak diminatipetani.

Masyarakat di Kelurahan Temas (Kota Batu) sejak tahun 2006 telahmengembangkan pengolahan limbah terpadu dengan sistem wetland, untuk

Page 48: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4747

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

menampung limbah rumah tangga dan limbah industri rumah tangga. Pengelolaan inidikerjakan oleh Karang Taruna Temas dan LSM Fokal Mesra Kota Batu. Karenadinilai berhasil, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendukung dana pengembangansistem ini dengan menambah kapasitas (volume) penampungan limbah sehinggabisa menampung limbah dari 500 rumah-tangga, sementara sebelumnya hanya dari40 rumah-tangga (TEMPO Interaktif, 29 Agustus 2008).

Gambar 4.4. Sampah pertanian, sampah domestik dan sampah industri rumah-tangga dibuang bukan di tempat sampah yang disediakan,berpotensi mencemari mata air dan sungai (kiri atas).

Sumber sampah yang lain adalah dari sektor pariwisata, terutama hotel dan restoranbesar. Seharusnya mereka mempunyai instalasi pengolahan limbah sendiri sesuaidengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yangmewajibkan perusahaan untuk mengelola sampahnya. Sampah dalam industri hoteldan restoran tak boleh diendapkan lebih dari satu hari. Jika harus mengelola sendiri,manajemen merasa kesulitan karena mereka bukan perusahaan pengolah sampah,sehingga biasanya diserahkan kepada kontraktor. (TEMPO Interaktif, 28 September2008).

Kenyataanya, masih banyak limbah rumah tangga dan limbah industri/perusahaanyang dibuang pada tempat pembuangan sampah liar yang berada di dekatpemukiman penduduk dan lokasi pabrik atau bahkan dibuang langsung ke sungai(Gambar 3.4.). Untuk mengatasi masalah pencemaran sampah ini Pemerintah Kota

Page 49: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

48PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Batu telah merencanakan membangun instalasi pengolahan limbah terpadu untukmengolah limbah domestik dan industri. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah(Bappeda) Kota Batu sudah mulai melakukan kajian dan penelitian.

4.1.7. Konflik stakeholder sebagai akibat ketidak teraturanpemanfaatan sumber air dan aliran sungai

Konflik atau potensi konflik yang disebabkan oleh rebutan penguasaan air sudahmulai dirasakan di Kota Batu. Beberapa tahun yang lalu telah terjadi tarik ulur antaraPemkot Batu dan Pemkot Malang (PDAM) terkait dengan pembagian dana ataspenggunaan air dari Kota Batu oleh PDAM Kota Malang.

Dalam penelusuran bersama masyarakat ditemukan adanya beberapa instansi danperusahaan besar yang mengambil air langsung dari mata air di kawasan hutan(Tahura dan Perhutani). Berbagai pihak merasa tidak pernah memberikan ijin untukpengambilan air dan terjadi saling lempar tanggung-jawab atas terjadinya kasus ini.

Selain instalasi pengambilan air yang besar, di lapangan juga ditemukan banyaksekali instalasi penyedotan air dalam skala kecil dengan pompa mesin untukkeperluan irigasi lahan-lahan disekitarnya.

Persoalan timbul pada musim kemarau ketika debit air Kali Brantas sangat kecil,kebutuhan sehari-hari untuk domestik dan lain-lainnya ternyata tidak terpenuhi, makapersoalan penyedotan air dihulu menjadi isu yang menimbulkan potensi konflik.

Gambar 4.5. Pompa air “berserakan” secara tersembunyi maupun terang-terangan

di sekitar sumber air di DAS Sumber Brantas, untuk menyedot air

secara “ilegal” digunakan untuk irigasi dan berbagai keperluan

lainnya secara

Page 50: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

4949

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

4.1.8. Berkembangnya kawasan pemukiman dan industri dikawasan resapan

Kawasan DAS Sumber Brantas secara tradisional merupakan daerah resapan yangsangat potensial bagi kesetimbangan hidrologi di DAS Brantas. Namun, fungsitersebut akhir-akhir ini menjadi sangat terganggu akibat perkembangan penutupanlahan yang tidak terkendali. Gangguan terbesar adalah penebangan hutan baik ilegalmaupun legal, mengakibatkan semakin luasnya tanah terbuka yang menyebabkansemakin besarnya limpasan permukaan dan erosi, akibat menurunnya laju infiltrasi.

Limpasan permukaan semakin besar dengan berkurangnya kawasan resapan akibattertutup oleh bangunan baik perluasan pemukiman, pembangunan hotel, industri,dsb. Salah satu contoh pembangunan perusahaan jamur yang berada di kawasanSumber Brantas seluas beberapa hektar (Gambar 4.1.).

Gambar 4.6. Kondisi tutupan lahan di kawasan resapan DAS Sumber Brantas

terbuka di hulu dan pemukiman di tengah (foto kanan),

dan bangunan untuk industri/perusahaan di bagian hulu

yang menutupi permukaan tanah sebagai kawasan resapan (foto kiri)

4.2. Tugas:Pemeliharaan Fungsi DAS Sumber Brantasmelalui Mekanisme Imbal Jasa

Masalah hidrologi DAS Sumber Brantas sebenarnya sudah dirasakan sejak awaltahun 1980-an, terutama oleh Proyek Brantas (sekarang Perum Jasa Tirta), yangmembangun dan mengelola beberapa bendungan di sepanjang Kali Brantas sejaktahun 1970-an. Sementara masalah hidrologi di DAS Brantas sendiri sudah jauhlebih dulu muncul, sehingga mulai tahun 1960an sudah mulai direncanakan dandibangun beberapa bendungan untuk mengendalikan banjir di sepanjang KaliBrantas.

Page 51: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5050

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Permasalahan yang dihadapi Proyek Brantas adalah besarnya tingkat sedimentasi diwaduk-waduk akibat erosi yang terjadi di bagian hulu, termasuk DAS SumberBrantas, yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Pada saat itu masih belumdirasakan adanya masalah yang terkait dengan fluktuasi debit air. Upaya-upayapencegahan erosi sudah dilaksanakan oleh beberapa institusi pemerintah, termasukinisiatif dari Proyek Brantas yang selanjutnya diserahkan kepada PJT 1 sebagaipengelola. Upaya penghijauan dan reforestasi, bantuan kepada masyarakat (petani)untuk membuat bangunan konservasi (teras, drop structure, gully plug, saluranpembagi, penguat teras dsb), serta mendorong petani untuk menerapkan upayakonservasi tanah dan air dalam praktek pertanian mereka.

Upaya-upaya yang sudah menggunakan daya dan dana sangat besar itu ternyatatidak memberikan hasil seperti yang diinginkan. Sedimentasi di waduk tetap tinggisehingga ada perkiraan terjadi penurunan kapasitas efektif waduk dibandingkapasitas yang direncanakan. Hasil studi JICA pada tahun 1998 dan survei yangdilakukan PJT antara tahun 1992-2003 menunjukkan bahwa kapasitas tampungantotal waduk Sutami tinggal 50 % dari yang direncanakan semula (PJT I, 2005).Dalam kaitan ini, PJT 1 dan PT PJB (Pembangkitan Jawa-Bali) adalah stakeholderyang berkepentingan langsung terhadap upaya perbaikan konservasi tanah dan airdi DAS Sumber Brantas. Akibat pendangkalan waduk juga secara berantai dirasakanoleh masyarakat luas, antara lain melalui ketersediaan listrik (PLN). Dengan semakinberkembangnya aktivitas masyarakat di sepanjang Kali Brantas, semakin banyakpula aktivitas yang bergantung dari ketersediaan air sungai ini baikjumlah (kuantitas), kualitas, maupun kontinyuitasnya. Pemanfaatan air sungai iniantara lain untuk irigasi (sawah seluas 340.000 ha), industri (ratusan pabrik danperusahaankecil sampai besar), bahan baku air minum PDAM sebanyak 300 juta m3,menghasilkan enerji listrik 1 milliar kWh tahun-1, dsb (PJT 1, 2006).

Kondisi hidrologi DAS Sumber Brantas sesudah tahun 2000 ternyata tidak semakinbaik tetapi justru sebaliknya semakin kritis. Alih-guna lahan hutan menjadilahan budidaya pertanian tidak saja memicu peningkatan erosi dan sedimentasi,tetapi juga mengakibatkan banjir dan kekeringan. Semakin banyak wargamasyarakat tergantung dan terlibat dalam pengelolaan tanah/lahan di kawasanhulu sehingga permasalahan DAS Sumber Brantas semakin kompleks.Permasalahan pengelolaan DAS Sumber Brantas yang melibatkan ribuan wargamasyarakat Kota Batu, Perum Perhutani, Tahura R. Soerjo dan Pemerintah KotaBatu ternyata tidak mudah diselesaikan. Salah satu alasan yang sering diungkapkanadalah minimnya reward terhadap upaya-upaya pengelolaan lahan dalam bentukperhatian/penghargaan dan dukungan dana. Kondisi terkini mengharuskan semuapihak baik masyarakat di hulu, tengah maupun hilir Kali Brantas untuk memikultanggung jawab bersama dalam memelihara DAS dengan melakukanpengelolaan DAS secara tepat. Bentuk tanggung jawab setiap stakeholder perludirumuskan secara adil sesuai dengan tindakan/aksi yang bisa diperankan olehmasing-masing pihak. Salah satu upaya yang ditawarkan adalah mekanismeimbal-jasa lingkungan (payment of environmental services - PES) dengankonsep sepuluh tahap Sistem Dukungan Negosiasi (Jeanes at al., 2006) untukmembantu para pihak untuk memperbaiki mosaik penggunaan lahan dariprespektif fungsi DAS yang mengalami degradasi untuk menuju praktekpenggunaan lahan yang sehat (profitable, sustainable) (Tabel3). Mekanisme yang sudah diterapkan di beberapa negara, juga sudah diuji-cobakandi beberapa tempat (DAS) di Indonesia. Mekanisme ini juga sudah pernah diteliti dandiuji-cobakan dalam skala kecil di DAS Brantas (Gunawan et al., 2005).

Page 52: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5151

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Tabel 3.SelupuhtahapSistemDukunganNegosiasi(Jeanesatal.,2006).

Tahapan Sepuluh tahapan pendekatan dukungan negosiasi DAS

1 Karakterisasi. (hujan, kepadatan penduduk, status migrasi, usahapertanian utama) dan diagnosis issue utama dan masalahnyaterkait dengan fungsi DAS dan perikehidupan (termasuk sumber airminum)

2 Penilaian Bentang Lahan, kemiringan, penggunaan lahan dan zonasivegetasi, toposequen tanah dari punggung bukit ke sungai.

3 Pemahaman aliran air dan kosekuensi aliran lateral (pengangkutan danpemerangkapan) tanah, unsur hara, polutan dll. Intersepsi, transpirasi,aliran permukaan, aliran dalam tanah, aliran bawah tanah, mata air, dll.Apa yang diangkut aliran air (tanah, unsur hara, garam-garam, polutan,bahan organic, limbah domestik) dan apa yang dapat dipisahkan(penyaringan)

4 Pencirian system penggunaan lahan terkait dengan hasil/tenaga kerja/kebutuhan masukan biaya produksi / keuntungan dan dampak-dampaknya terhadap aliran air (evapotranspirasi, dampak padapemadatan tanah, penutupan lahan).

5 Pencirian mosaik bentang lahan dalam pandangan terpisah-pisah –terpadu, dan kosekuensinya terhadap mempertemukan fungsi produksidan fungsi lingkungan.

6 Pemahaman tradeoffs antara fungsi agronomis relatif (RAF) dan fungsilingkungan relative (REF), sebagai contoh dalam bentuk jumlahpenduduk yang kecukupan pendapatan per km2 sebagai RAF dan jumlahpenduduk dengan kecukupan air bersih asebagai REF indikator –dibangun dari tahapan 4.

7 Mosaik bentang lahan (dibangun dari tahapan 5) dalam kontek aliran airdan “externalities” untuk pembuatan keputusan di lahan petani;keberadaan aturan dan insentif (‘carrots and sticks’) di tingkatmasyarakat dan pemerintah; apakah moasik bentang lahan yang adakonfigurasinya stabil untuk memenuhi sebuah kebutuhan

8 Analisis praktek pola dan penggunaan lahan yang ada berdasarkanprespektif para pihak (termasuk gender dan pemerataan).

9 Pemahaman masalah yang ada dan konflik pada tingkat pengetahuanlokal, kebijakan dan ilmiah: apakah ada berbagi prespektif (tetapi biasberbeda apresiasi keluaran yang beragam) atau apakah kebutuhan untukleveling off” sebagai tahapan dalam negosiasi.

10 Kelanjutan kesepakaran negosiasi, diikuti dengan kegiatan monitoringdan dampaknya terhadap layanan lingkungan dan perikehidupanmasyarakat

Hasil studi LP3ES bersama YPP dan PJT I (Gunawan et al., 2005) menunjukkanadanya potensi yang cukup besar untuk memperbaiki kondisi DAS Brantas melaluipengelolaan DAS yang disukung oleh mekanisme imbal-jasa lingkungan. Potensi iniditanggapi secara positif oleh masyarakat di Jawa Timur, sehingga Pemerintah

Page 53: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

52PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Provinsi Jawa Timur bersama DPRD dan masyarakat Jawa Timur sudah mulaimenyiapkan Peraturan Daerah (Perda) mengenai mekanisme imbal-jasa lingkunganini. Konsep Perda ini sedang dibahas secara intensif dengan melibatkan masyarakatluas (LSM, Perguruan Tinggi, petani, kalangan industri, pengusaha, dsb) sejak tahun2007, namun sampai saat ini masih belum selesai.

Berdasarkan situasi, kondisi dan kebutuhan DAS Sumber Brantas, serta denganmemperhatikan konteks yang lebih luas (DAS Brantas dan Provinsi Jawa Timur),maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme imbal jasa lingkungan sangat potensialuntuk dikembangkan sebagai salah satu pilar pengelolaan DAS Sumber Brantas.Jika hal ini menjadi kesepakatan bersama untuk dilaksanakan maka masih banyakhal-hal yang perlu disiapkan oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Untuk itudiskusikan dengan anggota kelompok dan tetapkan macam kegiatan yang perludilakukan dalam setiap tahapan agar pelaksanaan membangun komunikasi dalammenjalankan Jasa Lingkungan di DAS Sumber Brantas dapat berjalan dengan baikdengan mengisi Tabel berikut:

Tabel 4.3. Macam Kegiatan yang perlu dilakukan dalam Membangun Komunikasi

dalam Menjalankan Jasa Lingkungan di DAS Sumber Brantas

Tahap Dukungan negosiasi DAS Macam Kegiatan yang perlu dilakukan

1 Karakterisasi dan diagnosis DAS.

2 Penilaian Bentang Lahan.

3 Pemahaman aliran air

Page 54: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5353

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

4 Pencirian system penggunaan lahan

5 Pencirian mosaik mempertemukan fungsiproduksi dan fungsi lingkungan.

6 Pemahaman tradeoffs

7 Mosaik bentang lahan dan; keberadaan aturandan insentif

Page 55: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5454

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

8 Analisis praktek pola dan penggunaan lahanberdasarkan prespektif stakeholder.

9 Pemahaman pengetahuan lokal, kebijakan danilmiah:

10 Kelanjutan kesepakaran negosiasi,

Page 56: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5555

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

5. PROSES PERENCANAAN DAS MIKROSEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN AKSI

MANAJEMEN DAS

5.1. PendahuluanPemberdayaan masyarakat melalui satuan DAS mikro merupakan suatu hal yangbaru. Pemahaman akan hal ini masih simpang-siur antar berbagai pihak. Oleh sebabitu perlu waktu yang hampir setahun untuk menyamakan persepsi diantara parapengelola DAS. Walaupun masih belum dicapai kesepahaman yang sama programini tetap harus dimulai. Oleh karena itu dengan berbagai hambatan akhirnya programpemberdayaan masyarakat dengan melalui satuan DAS mikro dimulai pada tahun2002.

Sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat melalui DAS Mikro, upayamempertahankan kelestarian lahan dan sumberdaya alam pada umumnya menjadisalah satu bagian program yang penting. Berikut ini disampaikan konsep peganganbagi fasilitator lapangan berkaitan dengan pengelolaan biofisik khususnya lahan.Dalam pedoman lapangan ini hanya dituliskan garisbesarnya saja, sementara masihbanyak hal yang tidak termuat didalamnya. Latar belakang teoritis sebaiknyadipahami oleh para fasilitator sehingga penyesuaian dan pengembangan pedomanlapangan ini dapat dibuat oleh para fasilitator secara mandiri.

Pedoman ini bukan merupakan petunjuk teknis yang harus dilaksanakan secarakaku di lapangan. Para fasilitator harus dapat mengambil keputusan dalammenghadapi kondisi sebenarnya di lapangan dengan penuh tanggung-jawab. Olehsebab itu sebaiknya para fasilitator selalu mau belajar dan mengembangkan dirimelalui berbagai cara terutama dengan membaca berbagai informasi teknologitertulis yang banyak sekali dipublikasikan.

Secara khusus materi ini disiapkan untuk membekali fasilitator lapangan agarmemiliki suatu metodologi dalam mengembangkan langkah-langkah pendampinganbagi program pelestarian lahan melalui pendekatan DAS mikro dan mampumempertanggung-jawabkan setiap langkah yang diambilnya baik kepada masyarakatmaupun kepada atasannya.

5.2. PengertianKegiatan ini merupakan gerakan masyarakat dalam memecahkan masalah DASMikro termasuk:

1. Kualitas air sungai

• Tingginya muatan sedimen yang berasal dari berbagai proses erosi dan/ataulongsor

• Kontaminasi zat kimia yang disebabkan penggunaan zat kimia berlebihanpada daerah hulu

Page 57: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5656

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

2. Kuantitas air sungai: terlalu banyak air pada musim hujan dan terlalu sedikit air

pada musim kemarau dan berubahnya debit total tahunan

3. Kekurangan atau kelebihan air di dalam suatu DAS

Masalah yang akan dipecahkan kemungkinan berkaitan dengan pengaruhpengelolaan di hulu terhadap hilir sehingga memerlukan keikutsertaan masyarakat dihulu dan hilir DAS tersebut. Karena melibatkan berbagai kelompok masyarakat makapenanganan Pengelolaan DAS Mikro jauh lebih sulit dibandingkan dengan perlakuanpada tingkat lapang seperti pada PoP. Dalam banyak hal solusi masalah DASmemerlukan negosiasi antara berbagai pihak (stakeholders) tentang bagaimanapemecahan masalah DAS. Sebagai contoh, tingginya konsentrasi zat kimia padasungai karena tingginya penggunaan zat agrokimia di hulu perlu dipecahkan melaluinegosiasi antara petani di hulu dan pengguna air di hilir.

Contoh intervensi DAS adalah sistem pengelolaan air, bangunan terjunan air,perbaikan saluran drainase, perbaikan filter suatu lansekap secara vegetatif(misalnya dengan penanaman rumput atau pohon-pohonan, penanaman menurutgaris kontur, perbaikan pagar hidup pada skala DAS dst.).

Metode:

Kegiatan dimulai dengan karakterisasi dan identifikasi masalah suatu DAS danpenilaian apakah masalah tersebut relevan dengan mandat pengelolaan DAS.

• Pembuatan peta wilayah DAS secara partisipatif dan pengidentifikasiantentang apa dan di mana masalah tersebut.

• Perumusan pemecahan masalah dengan menggunakan pengetahuan lokal.• Pemaduan antara solusi lokal dengan solusi berdasarkan ilmu pengetahuan.

Di dalam tahap ini perlu dikaji secara mendalam apa implikasi yang dapat

ditimbulkan dengan penggunaan teknik yang baru diperkenalkan.

• Dalam setiap intervensi perlu diupayakan untuk menggunakan sebanyak-banyaknya sumber daya lokal. Sebagai contoh, apakah akan menggunakan

batu atau bambu untuk membangun bangunan terjunan, sangat ditentukan

oleh banyak tidaknya bahan tersebut pada DAS setempat.

5.3. Persiapan oleh FasilitatorSebelum melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatanDAS mikro, maka diperlukan langkah-langkah persiapan untuk membekali parafasilitator agar memiliki landasan dan dasar yang kuat dalam melangkah selanjutnya.Tahap persiapan ini sangat tergantung dari mana program ini dimulai, apakah mulaidari nol atau dimulai dari suatu tahap tertentu. Hal ini sangat tergantung darikemajuan program PIDRA di lapangan. Namun demikian, para fasilitator dapatmempelajari uraian berikut ini dan melakukan evaluasi diri untuk menentukan dimana posisinya pada saat ini. Pedoman ini juga dapat dipakai sebagai check-list(daftar acuan) untuk mengetahui apa yang sudah dan belum dimiliki. Langkahpersiapan ini ditujukan untuk membekali para fasilitator dengan informasi yang

Page 58: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5757

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

dibutuhkan dalam pendampingan nantinya. Hal ini dianggap perlu karena fasilitatornantinya harus bekerja dan mengambil keputusan sendiri sehingga harus memilikikonsep yang tepat, benar dan konsisten (tidak berubah-ubah).

Kegiatan2 berikut dilakukan oleh fasilitator (PTL dan FLSM) dan jika perlu didampingioleh Tim Ahli (Komiisi Pelaksana, Komisi Teknik, Peneliti, Konsultan, dsb). Kegiatanini ditujukan untuk menyiapkan konsep pengelolaan biofisik DAS mikro yang akandipakai sebagai acuan dalam mendampingi masyarakat.

Langkah2 yang diperlukan dalam menyiapkan skenario pengelolaan DASmikro adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan Peta DAS dan Sub DASPeta DAS atau Sub DAS di mana desa atau dusun sasaran PIDRA ini terletak,dengan skala antara 1 : 10.000 sampai 1 : 50.000 tergantung luasnya. Peta-petatersebut seharusnya bisa diperoleh dari dari BPDAS (BRLKT) atau instansi lain yangberwenang, berikut rancangan teknis rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dariDAS tersebut. Informasi tentang rencana dan program pengembangan kawasantersebut baik oleh pemerintah (pusat & daerah) maupun swasta (perkebunan,perhutani, peternakan, dsb) perlu dibahas di tingkat kabupaten. Perencanaanpengelolaan DAS mikro harus memperhatikan perencanaan dan pengembangan ini.

b. Menggambarkan Desa PIDRA pada Peta DASWlayah desa atau dusun yang menjadi sasaran PIDRA digambarkan pada petaDAS atau Peta Sub DAS yang ada, kemudian digambarkan batas-batas kawasanDAS mikro didalam dan sekitar desa tersebut (bisa satu atau lebih DAS mikro).Pembuatan batas DAS mikro dapat dilakukan dengan menggunakan foto udara(stereoskop) atau dengan penyelusuran lapangan. Luas sebuah DAS mikro sangatberagam, bisa antara 5 – lebih dari 100 ha. Namun untuk keperluan ini perlu dibuatbatasan sebuah DAS mikro dengan memperhatikan keragaman penggunaan lahan,luas pemilikan lahan, dan bentuk permukaan atau kelerengan dan wilayahadministrasi.

Sketsa peta DAS mikro memberikan informasi tentang batas-batas pemilikan ataupenguasaan lahan, batas persil, kelerengan, penggunaan atau penutupan lahan danpohon yang dominan, bangunan atau konstruksi, sungai, parit atau saluran air danlandmark lainnya yang dominan. Peta ini digambar dengan skala antara 1 :500 sampai 1 : 1.000.

c. Identifikasi dan Karakterisasi DAS MikroPada fase ini perlu dilakukan pendataan secara cepat (misalnya dengan teknik RRAatau sondeo) tentang kepemilikan atau penguasaan lahan yang ada di wilayah DASmikro, meliputi penggalian informasi :

Lahan : sistem penguasaan, luas, penggunaan dan rencana pengembangan

Identifikasi biofisik dan permasalahan yang berhubungan dengan kerusakan

lahan dan lingkungan

d. Rancangan Pengembangan DAS MikroBerdasarkan peta dan karakterisasi DAS Mikro serta identifikasi potensi danpermasalahan dapat dibuat rancangan pengelolaan. Pada tahap ini harus dicarialternatif pemecahan masalah sebanyak mungkin melalui pengalamannya sendiri,bertanya kepada orang lain yang lebih tahu & ahli, membaca literatur dan

Page 59: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5858

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

sebagainya. Pada tahap ini perlu memperhatikan rancangan yang lebih tinggitingkatnya (misalnya rancangan DAS, Sub DAS, Kabupaten, dst). Rancanganpengembangan dan pengelolaan DAS mikro ini dituangkan dalam sebuah petadengan skala 1 : 500 sampai 1 : 1000.

Idealnya, proses ini dilakukan untuk seluruh wilayah desa untuk kemudiandigabungkan dalam wilayah Sub DAS atau DAS (tergantung luasnya) pada skalakerja yang lebih kecil, misalnya 1 : 2.500 sampai 1 : 5.000. Peta ini merupakanpenggabungan dari beberapa DAS mikro sehingga menyerupai permainan “jigzawpuzzle”.

5.4. Pemetaan DAS Mikro oleh MasyarakatInti dari pendekatan DAS mikro adalah pemberdayaan masyarakat agar mampumemahami potensi dan permasalahan yang dihadapi serta menyusun rencana untukmengatasi problem tersebut. Hal seperti ini dilakukan bersama-sama dalam suatukelompok yang memiliki keterkaitan sumberdaya yang ada dalam suatu kawasanDAS mikro. Tugas para fasilitator dan pendamping lapangan untuk memberdayakanmereka agar masyarakat tersebut memiliki kemampuan untuk mengidentifikasipotensi dan permasalahan yang dihadapi serta mencari jalan keluar yang palingtepat untuk kondisi mereka sendiri. Proses-proses tersebut perlu diperagakan olehmasyarakat sebelum mereka mengimplementasikan dengan menggunakan berbagaialat peraga misalnya peta, gambar, maket, dan sebagainya. Oleh karena itupemetaan DAS mikro secara partisipatif oleh masyarakat bukan hanya suatukegiatan yang mengada-ada tetapi memiliki peran strategis dalam prosespemberdayaan masyarakat.

Beberapa kegiatan yang dianggap perlu dilakukan masyarakat dalamrangka melakukan pengelolaan DAS mikro adalah :

a. Pembentukan Kelompok DAS Mikro

Pertama-tama dilakukan penyebaran isu tentang pentingnya pengelolaan lahan danlingkungan yang lebih efektif bila dilaksanakan berdasarkan satu satuanwilayah alami (misalnya DAS mikro – DAS). Kemudian memfasilitasi berkumpulnyaanggota masyarakat (petani atau pemilik lahan) yang persilnya termasuk dalamkawasan DAS mikro tertentu dan memfasilitasi pembentukan kelompok yang akanmenangani pengelolaan kawasan DAS mikro untuk tujuan kelestarian lahan danlingkungan hidup dan meningkatkan hasil dari usaha tani di kawasan DAS mikrotersebut sehingga bisa berkontribusi terhadap penghasilan keluarga masing-masing. Proses ini bisa berjalan cepat tetapi bisa juga perlu waktu yang sangat lama.

Pertanyaan-pertanyaan untuk dibahas bersama :

Bagaimana PIDRA memfasilitasi terbentuknya kelompok ini ?

Apa yang menjadi visidanmisi kelompok DAS mikro ini ?

Apakah persamaandanperbedaaannya dengan kelompok tani mandiri ?

Bagaimana proses pendampingannya ? Monitoring dan evaluasinya ?

Page 60: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

5959

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

b. Kegiatan Utama KelompokSalah satu kegiatan utama Kelompok DAS mikro adalah perbaikan lahan danlingkungan agar dapat mendukung kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat secaralestari. Kelompok DAS mikro perlu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengarahpada perbaikan (rehabilitasi) dan pengawetan (konservasi) lahan dan lingkunganhidup. Melalui kelompok ini setiap anggotanya perlu memahami konsep pengelolaanlahan dan lingkungan secara benar dan mampu menerapkan dalampraktek kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan danketrampilan khusus tentang pengelolaan lahan dan lingkungan serta persamaanpersepsi bagi setiap anggota kelompok dan dengan anggota masyarakat lainnya.Melalui kelompok petani hamparan DAS mikro ini, diadakan penyadaran mengenaiperan setiap orang dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan baik lokalsampai global. Secara praktis mereka juga diberi latihan ketrampilan praktis untukmenerapkannya dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Untuk merencanakansampai menerapkan pengelolaan lahan yang berwawasan konservasi pada kawasanyang dikuasainya, maka dapat diikuti prosedur berikut :

1) Persiapan : analisis potensi dan permasalahan (swot) oleh kelompok

Kelompok dan semua anggotanya diberdayakan agar mampu mengidentifikasisumberdaya yang ada disekitarnya serta memahami potensi dan permasalahan yangdihadapi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang. Kemampuan inidapat dituangkan dalam suatu bentuk peraga yakni berupa Peta Sketsa DAS mikroyang bisa menunjukkan persil-persil, kepemilikan, jalan, sungai atau saluran air,tebing, pohon-pohon penting, penggunaan lahan dan kenampakkan fisik lainnya.

Kelompok mengidentifikasi permasalahan pada kawasannya, baik secara individu(masing-masing pemilik pada lahannya sendiri) atau secara bersama (anggotakelompok mengidentifikasi permasalahan dari lahan milik orang lain dikelompoknya). Hasil identifikasi permasalahan dicatat dan digambarkan dalam petayang menunjukkan lokasi atau titik-titik dimana terdapat permasalahan yangsehubungan dengan kelestarian lahan.

2) Perencanaan : penyusunan rancangan pengelolaan lahan oleh kelompok

Kelompok menyusun rencana pengelolaan lahan di kawasan DAS mikro untuk dasarbagi perencanaan dan pengelolaan lahan yang dimiliki oleh petani anggota kelompoktersebut. Berdasarkan kondisi aktual (potensi) dan permasalahan yang dihadapi,kelompok mendiskusikan dan mencari cara-cara terbaik mengatasi permasalahan.Proses ini menghasilkan berbagai usulan (aternatif) pemecahan masalah yangdisepakati bersama. Permasalahan yang tidak dapat dijawab dalam proses ini dapatdiupayakan pemecahannya melalui program penelitian secara partisipatif (PoP =Penelitian oleh Petani).

Usulan aletrnatif pemecahan masalah dapat dirumuskan dalam Peta RencanaPengelolaan dan Konservasi Lahan yang menunjukkan lokasi (titik dan daerah)dengan berbagai alternatif rencana pemecahan menurut versi petani. Setiap anggotakelompok kemudian menjabarkan rencana kegiatan masing-masing di lahannyasendiri.

3) Penerapan(implementasi)

Rencana yang dibuat kelompok atau individu mungkin sangat ideal sehingga :

Page 61: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6060

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

• tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh petani atau oleh kelompok, perlubantuan atau subsidi dari luar, dan

• waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kondisi yang diharapkan bisasangat lama, tidak bisa selesai dalam satu atau dua tahun saja

Yang penting bahwa kelompok sudah memiliki rencana yang jelas dan telah adakesepakatan serta upaya untuk melaksanakannya secara konsisten. Penerapanrencana yang dibuat tersebut mungkin perlu dibantu baik melalui program PIDRAatau program-program lain melalui Pemerintah Kabupaten atau swasta.

4) MonitoringdanEvaluasiSemua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dan anggotanya juga perluada monitoring dan evaluasi secara internal untuk menjamin berlangsungnyakegiatan secara benar Adanya mekanisme kesepakatan kelompok untuk menyusunrencana pengelolaan merupakan suatu upaya menumbuhkan proses salingmengontrol antar anggota. Namun demikian perlu dipersiapkan mekanismemonitoring dan evaluasi internal yang lebih sistematis.

5.5. PenutupProses pemetaan DAS mikro secara partisipatif dan Peta perencanaan pengelolaanDAS mikro yang dibuat secara partisipatif bukanlah merupakan standar atau targetyang harus dicapai dalam pendekatan pengelolaan DAS, namun merupakanoutcome atau cerminan dari kemampuan masyarakat untuk memahami persoalansumberdaya yang dikuasai maupun yang mempengaruhinya.

Masyarakat diharapkan dapat dan mampu melakukan identifikasi sumberdaya yangdisekitarnya baik yang dimiliki atau dikuasai pihak lain dan memahami potensi sertapermasalahan yang dihadapi pada saat ini dan di masa akan datang. Mereka jugadiharapkan memiliki pengetahuan dan teknologi untuk memecahkan masalahtersebut serta memilih yang terbaik bagi mereka. Selanjutnya masyarakat jugadiharapkan memiliki kemampuan untuk menerapkan teknologi yang dipilih baiksecara mandiri atau mencari bantuan dari pihak-pihak lain.

Oleh sebab itu yang perlu mendapat penekanan adalah proses pemberdayaanmasyarakat agar mereka memiliki kemampuan dalam beberapa hal yang mungkinsering dianggap mustahil bagi mereka untuk memnguasainya. Dalam hal inilah peranfasilitator atau pendamping sangat diperlukan.

Page 62: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6161

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Contoh Peta Sosial Desa

Page 63: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6262

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 64: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6363

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 65: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6464

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Punggung

bukit

Punggung

bukit

Contoh Sketsa Peta DAS Mikro

Page 66: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

65PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Contoh Sketsa Peta Dusun

Page 67: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6666

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 68: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6767

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 69: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6868

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 70: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

6969

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 71: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7070

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 72: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7171

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Page 73: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7272

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

6. PEMAHAMAN DATA BIOFISIK DENGANPENDEKATAN SPASIAL SEBAGAI BASIS

MANAJEMEN DAS

6.1. PendahuluanDAS Sumber Brantas dikenal juga sebaga DAS Brantas Hulu, karena di kawasan initerdapat beberapa mata air yang dinyatakan sebagai titik awal aliran Kali Brantas.Ada pihak-pihak yang menyebutkan bahwa DAS Brantas Hulu meliputi beberapaSub-DAS diantaranya adalah SubDAS Sumber Brantas, SubDAS Amprong, SubDASBango, SubDAS Lesti, SubDAS Metro, SubDAS Lahor dan SubDAS Lemon. Totalluas seluruh DAS Brantas Hulu 200 km2, dan semuanya merupakan daerahtangkapan air hujan dari waduk Karangkates.

DAS Sumber Brantas adalah salah satu DAS p[aling kritis dari sekitar 29 DAS yangada di Jawa Timur. Hampir separoh dari wilayah DAS ini termasuk dalam kategorilahan kritis (BKPH XI, 2006). Isu lingkungan yang paling menonjol di kawasan iniadalah (a) alih-guna lahan dari hutan menjadi tanaman sayur-sayuran, (b) penurunankuantitas dan kualitas air, dan (c) degradasi lahan.

Perubahan penggunaan lahan (alih-guna lahan) di DAS Sumber Brantas sebenarnyasudah berlangsung sejak awal abad 20, tetapi itu terjadi secara lambat (gradual).Alih-guna lahan semakin cepat terjadi pada tahun 1960-an dan mencapai puncaknyapada akhir tahun 1990-an, tepatnya tahun 1998-1999 ketika terjadi situasi peralihanyang dikenal dengan masa reformasi. Perbandingan citra satelit kawasan ini yangdiambil pada tahun 1991, 2001 dan 2005 menunjukkan adanya pengurangan tutupanlahan sebagai hutan alam dan hutan tanaman (produksi) dan meningkatnya luaspenggunaan lahan untuk perkebunan, tegal, semak belukar dan pemukiman.Alihguna lahan hutan menjadi tegalan, yakni lahan tadah hujan ditanami sayuran,sangat berpotensi mengalami kerusakan akibat erosi. Hal ini juga sudah dipahamioleh masyarakat setempat (Studi Detail Konservasi Sub DAS Brantas Hulu, 2006).Sejak tahun 1970-an usaha tani hortikultura (sayuran dan bunga) merupakan sumberpenghasilan utama sebagian besar petani di Kota Batu. Pada akhir tahun 1990-anterjadi penebangan hutan besar-besaran, sebagian besar dijadikan tegalan danditanami sayuran.

Penurunan kuantitas dan kualitas air di DAS Brantas Hulu diindikasikan dariseringnya terjadi banjir dan kekeringan di wilayah Kota Batu maupun bagian hilirnya.Banjir mulai terjadi pada tahun 2000, selanjutnya terjadi hampir setiap musimpenghujan dan yang paling besar terjadi pada tahun 2004. Indikator lainnya adalahmengecilnya debit sebagian besar mata air di kawasan ini, dan bahkan dua per tigajumlah mata air mengering atau mati selama satu dekade terakhir. Penurunan debitmata air juga sudah dirasakan dan dipahami oleh masyarakat setempat. Apabilasepuluh tahun lalu kebutuhan air warga Dusun Kekep (Tulungrejo) dapat dicukupidari sebuah sumber air saja, tetapi saat ini air yang diperoleh dari empat sumber airternyata masih belum mencukupi kebutuhan warga dusun tersebut (Studi KelestarianSumber-sumber Air di Kota Batu, 2006).

Page 74: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7373

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Kerusakan lahan diyakini oleh banyak pihak berawal dari proses pembukaan lahanhutan yang memiliki kelerengan curam untuk ditanami tanaman semusim terutamasayuran. Kehilangan tanah akibat erosi di beberapa kawasan DAS Mikro ditaksirsebesar 1.500 ton ha-1 tahun-1.

Permasalahan sumberdaya alam di DAS Brantas Hulu selain disebabkan oleh faktorekonomi juga oleh faktor sosial yang memicu terjadinya konflik-konflik di tingkatmasyarakat maupun pemerintahan. Perbedaan cara pandang terhadap upayapengelolaan sumberdaya alam di DAS ini jika dibiarkan akan memperparahkerusakan sumberdaya alam di wilayah ini. Oleh karena itu diperlukan upaya-upayapemahaman bersama oleh seluruh stakeholder yang terkait tentang keadaan DASBrantas Hulu serta apa yang tengah terjadi di sub DAS ini. Untuk mewujudkan hal ituperlu mengajak seluruh stakeholder agar dapat bersama-sama mencermati danmemahami kondisi dan permasalahan apa yang sedang terjadi di sub DAS BrantasHulu serta mencarikan solusi dari permasaahan tersebut.

6.2. Gambaran Umum Lokasi Studi

6.2.1. Kondisi Landscape Dan Iklim, Geologi Das Sumber Brantas

6.2.1.1. Kondisi LandscapeDAS Sumber Brantas terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur, dengan luassekitar 17.343,77 Ha. Wilayah DAS ini sebagian besar berada di Kota Madya Batudan sebagian kecil berada di Kabupaten Malang (Kecamatan Pujon danKarangploso). Bagian hulu termasuk kawasan Taman Hutan Raya (Tahura Suryo).Secara geografik terletak pada 115017’0’’ hingga 118019’0’’ Bujur Timur dan7055’30’’ hingga 7057’30’’ Lintang Selatan.

DAS Sumber Brantas ini berada di wilayah pegunungan volkanik yangmengelilinginya, yaitu: Gunung Arjuna-Welirang, Gunung Anjasmara dan GunungKawi-Butak. Gambaran relief dan kompleks pegunungan yang membatasi DASSumber Brantas telah disajikan pada pada Gambar 2.3.

6.2.1.2. Kondisi IklimSecara kuantitas, nilai curah hujan tahunan rerata di sekitar DAS Sumber Brantasdan sekitarnya sesuai yang tercatat pada stasiun penakar adalah relatif besar.Sepanjang periode 30 tahun terakhir (1975 – 2004), curah hujan rerata tahunan padadaerah studi sebesar 1876,70 mm dengan nilai terkecil sebesar 1009,9 mm yangterjadi pada tahun 2004 dan terbesar sebesar 3060,7 mm yang terjadi pada tahun1992. Bulan kering biasa terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober, sedangkanbulan basah biasa terjadi antara awal bulan November sampai dengan April. Curahhujan rerata bulanan terbesar adalah 398,98 mm pada bulan Januari dan terkecilsebesar 10,98 mm pada bulan Agustus.

Dari hasil pencatatan pada Stasiun Tlekung selama 5 (lima) tahun terakhir (1996 –2000), diperoleh nilai suhu udara rerata bulanan minimum sebesar 22,80oC yangterjadi pada bulan Januari dan maksimum sebesar 25,12oC yang terjadi pada bulanMei. Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata sebesar 85,33%. Kelembapanudara maksimum sebesar 88.60% terjadi pada bulan April dan minimum sebesar81,20% yang terjadi pada bulan Februari.

Page 75: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7474

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

6.2.1.3. Kondisi GeologiInformasi Geologi diperoleh dari Peta Geologi skala 1:100.000 Lembar Malang(Santosa, et.al., 1992). Secara umum tanah yang berkembang di DAS SumberBrantas berkembang dari bahan volkanik hasil gunung api, yang dipengaruhi olehGunung Arjuno dan Anjasmoro di bagian utara, dan Gunung Panderman di bagianselatan.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Malang (Santosa, et.al., 1992), formasi geologiyang dijumpai di kawasan Kota DAS Sumber Brantas ada lima, berturut-turut dariyang paling luas yaitu: 1). Qvaw (Batuan Gunungapi Arjuna Welirang), 2).Qpat (Batuan Gunungapi Anjasmara Tua), 3). Qvp (Batuan Gunungapi Panderman),4). Qpvkb (Batuan Gunungapi Kawi-Butak). dan 5). Qpva (BatuanGunungapi Anjasmara Muda). Sebaran masing-masing formasi disajikan padaGambar 2.9. Ditinjau dari umur batuan, Kompleks Pegunungan Anjasmara-Lalijiwaadalah pegunungan tua yang telah mati dan mengalami perusakan bentukkerucut gunungapi. Kompleks pegunungan yang aling muda adalah Arjuna-Welirang,dimana Gunung Arjuna sedang istirahat dan Gunung Welirang masih aktif denganmengeluarkan gas (belerang).

Gambar 2.9. Peta geologi DAS Sumber Brantas

Qpat Old Anjasmara Volcanic Product

Qpvkb Kawi-Butak Volcanic Product

Qpva Young Anjasmara Volcanic Product

Qvaw Arjuna-Welirang Volcanic Product

Qvp Panderman Volcanic Product

Page 76: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7575

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Batuan paling tua di wilayah Kota Batu adalah Batuan Anjasmara Tua (Qpat) yangtersusun atas bahan breksi gunungapi, tuf breksi, tuf dan lava. Satuan ini didugasebagai alas dari Batuan Gunungapi Kuarter Bawah dan diperkirakan berumurPlistosen Awal - Tengah; hal itu berdasarkan adanya singkapan dari BatuanGunungapi Anjasmara Tua yang tertindih takselaras langsung olehBatuan Gunungapi Arjuna-Welirang yang berumur Plistosen Akhir. Batuangunungapi ini tertindih oleh Batuan Gunungapi Anjasmara Muda dan BatuanGunungapi Panderman.

Batuan Anjasmara Muda menindih batuan Anjasmara Tua, dengan demikian makaumur batuan ini lebih muda dibandingkan dengan Batuan Anjasmara Tua. Batuan inimerupakan batuan gunungapi kuarter bawah yang tersusun atas bahan breksigunungapi, tuf breksi, lava, tuf dan aglomerat. Lava yang menyusun merupakansisipan melidah dalam breksi dengan tebal beberapa meter. Batuan gunungapi inidiperkirakan berumur Plistosen Tengah, berdasarkan kedudukan stratigrafinya yangtertindih oleh Batuan Gunungapi Kuarter Tengah.

Batuan Gunungapi Kawi termasuk dalam batuan gunungapi kuarter tengah yangtersusun atas bahan breksi gunungapi, tuf lava, aglomerat dan lahar. Batuangunungapi ini diperkirakan berumur Plistosen Akhir bagian awal, tertindih olehBatuan Gunungapi Kuarter yang lebih muda dan Tuf Malang,

Batuan Gunungapi Panderman merupakan parasit pada lereng timur laut dariGunung Kawi-Butak, berbentuk kerucut (lateral eruption). Satuan ini termasuk kedalam batuan gunung api kuarter atas yang tersusun atas bahan breksi gunungapi,lava, tuf, breksi tufan, aglomerat dan lahar. Batuan gunungapi ini diperkirakanberumur Plistosen Akhir-Holosen.

Batuan Gunungapi Arjuna-Welirang merupakan batuan yang paling muda dikawasan Kota Batu. Merupakan satuan geologi yang terbentuk dari bahan volkanikyang terdiri dari breksi gunungapi, lava, breksi tufan dan tuf.

Struktur geologi yang terdapat di wilayah ini terlihat membujur utara selatan dariCangar sampai Desa Bulukerto. Satu retakan juga terdapat menyilang di DesaTemas – Pandanrejo – Giripurno. Informasi ini memberikan peringatan bahwa jikaada ativitas volkanik lanjutan, jalur yang dilewati struktur ini merupakan jalur yangberbahaya. Disamping itu, pada pembahasan hidrologi hal ini akan berdampak padakondisi hidrologi kawasan Kota Batu.

Informasi geologis ini selanjutnya dipakai untuk menjelaskan geomorfologi dankondisi tanah. Hal ini proses geomorfologis sangat dipengaruhi oleh batuan padamasing-masing lokasi. Demikian juga halnya dengan tanah, salah satu faktorpembentuk tanah adalah bahan induk tanah yang merupakan hasil pelapukan daribatuan induknya.

6.2.1.4. GeomorfologiGeomorfologi adalah suatu ilmu yang mengkaji bentuk lahan di muka bumi, termasukevolusi bentuk lahan dari waktu ke waktu. Dengan demikian, geomorfologi inimerupakan suatu pendekatan untuk memahami, menjelaskan dan mendeskripsikansuatu lanskap.

DAS Sumberbrantas dikelilingi oleh tiga komplek pegunungan, yaitu Gunung Arjuno-Welirang di bagian timur laut, Gunung Anjasmoro di bagian barat laut, dan Gunung

Page 77: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7676

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Kawi Butak – Panderman di bagian barat daya. Ketiga komplek pegunungan inimerupakan pegunungan volkanik, sehingga DAS Sumberbrantas secarageomorfologi memiliki bentuk lahan (landform) dalam grup volkanik. Hal inidikarenakan DAS Sumberbrantas tersusun atas batuan induk volkanik, berupaberupa bahan-bahan volkan yang berupa breksi gunungapi, tuf breksi, lava, tuf danaglomerat.

6.2.1.5. Kondisi LandformKondisi geologi dan proses pembentukan lahan menghasilkan bentuk lahan yangdipengaruhi oleh proses volkanisme. Berdasarkan atas reliefnya, bentuk lahan diKota Batu dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: (1). jalur pelembahan sempit(Ac) dan jalur aliran lahar (Al), (2). dataran (P), (3). perbukitan (H), dan (4).pegunungan (M). Dimana, berdasarkan posisinya pada suatu lereng dan kemiringanlerengnya masih dapat dibagi lagi menjadi berbagai macam bentuk lahan. Sebaranmasing-masing bentuk lahan disajikan pada Gambar 2.10.

Jalur pelembahan tersebar di seluruh lokasi merupakan hasil proses denudasional /pengikisan dari bentuk lahan asalnya. Pada beberapa jalur, ditumpuki olehsedimentasi lahar tua atau debris. Kedalaman, lebar dan bentuknya tergantunglokasi jalur ini. Di bagian lereng atas pegunungan umumnya cukup lebar dan dalamdengan lemah bentuk V. Di bagian dataran, tidak terlalu lebar, tidak terlalu dalamdan berbentuk U.

Sistem dataran dijumpai di bagian tengah, merupakan dataran volkanik antarpegunungan yang terbentuk oleh berbagai bahan hasil letusan dan atau sedimentasihasil erosi dan atau longsor dari kawasan perbukitan / pegunungan di atasnya.Berdasarkan atas posisi dan proses pegikisan yang dapat dibagi lagi ke beberapasubsistem, yaitu: dataran bagian bawah (Pl), bagian tengah (Pm), bagian atas (Pu),dataran yang tertoreh (Pd) dan bagian dataran yang mengalami erosi berlebihan(Ps).

Page 78: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7777

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 2.10. Peta landform DAS Sumber Brantas

Sistem perbukitan dijumpai di bagian lereng tengah atau kaki kompleks pegununganyang ada di sekitarnya. Relief perbukitan memiliki amplitudo ketinggian antara 50 –300 m. Berdasarkan atas posisi dan kemiringan lerengnya dapat dibedakanatas: puncak/punggung perbukitan (Hp), pereng perbukitan (Hs), kaki perbukitan (Hc),dan lereng perbukitan yang tertoreh (Hd).

Sistem Pegunungan berapa di bagian lereng atas kompleks pegunungan yang ada,yaitu Gunung Arjuna-Welirang, Anjasmara dan Kawi-Butak. Berdasarkan ataskonfigurasi permukaannya, grup ini dapat dikelompokkan menjadi beberapakelompok, yaitu: Plato, spurs dan punggung gunung (Mp), kerucut gunung vulkanikpada bagian lereng atas (Mu), lereng-lereng gunung curam (Ms), bahan tertimbunakibat longsoran di gunung (Mc ), gunung tertoreh dengan punggung tajam sejajar(Md), Kerucut gunung vulkanik terisolir, curam sampai sangat curam (Mi), dan bekaslongsoran tanah di gunung (Ml).

6.2.1.6. Kondisi LerengKemiringan lereng di DAS Sumber Brantas sangat bervariasi dari datar sampai

sangat curam. Lereng datar dijumpai pada dataran antar gunungapi di bagian

Page 79: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

7878

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

tengah, termasuk dataran sempit antara Gunung Arjuna dan Anjasmara. Lerengterjal umumnya dijumpai pada tebing lereng hampir di semua lokasi. Lereng datarsampai agak datar (<8 %) sekitar 19.18 % luas areal berada pada dataran volkanikantar pegunungan. Sebagian besar berada di Kecamatan Junrejo dan Batu dansebagian kecil di Kecamatan Bumiaji. Di Kecamatan Bumiaji biasanya diusahakanuntuk tanaman pangan (padi dan jagung), sedangkan di Kecamatan Batu danBumiaji untuk tanaman sayuran. Lereng landai (8-15 %) sekitar 16.8 % luas wilayahpada dataran berombak di kaki perbukitan yang dimanfaatkan untuk lahan budidaya(tanaman pangan di Kecamatan Bumiaji dan Batu), dan sayuran dan/atau buah-buahan di Kecamatan Bumiaji. Lereng agak curam (15-25 %) sekitar 15.45 % luaswilayah pada dataran berombak-bergelombang di kaki perbukitan yang budidayatanaman pangan dan kebun campuran (Kecamatan Junrejo dan Batu) dan kebunapel dan/atau sayuran di Kecamatan Bumiaji. Lereng curam (25-40) sekitar 15.47 %luas wilayah pada kawasan kaki perbukitan atau tebing lembah yang ada di DASSumber Brantas. Penggunaan lahan berupa kebun campuran, tanaman panganatau sayuran. Lereng sangat curam sampai terjal (>40 %) sekitar 33.10 % dijumpai dikawasan perbukitan pegunungan dan tebing sungai. Lahan ini umumnya berupahutan, semak belukar atau bambu (di pinggir sungai di kawasan budidaya).

6.2.1.7. Kondisi Jenis TanahTanah yang terbentuk cukup bervariasi dari tanah-tanah muda sampai tanah yangcukup tua. Tanah muda (Entisol) dijumpai pada di jalur pelembahan atau lerengpegunungan yang memiliki solum tanah sangat dangkal. Andisol dijumpai di lerengatas dan tengah pegunungan yang ada di sekeliling DAS Sumber Brantas. Inseptisoldijumpai pada hampir seluruh lahan dataran dan beberapa lokasi di lerengpegunungan. Molisol umumnya merupakan tanah-tanah Inceptisol yang memilikiwarna hitam di permukaan, sehingga umumnya dijumpai pada dataranbergelombang di kawasan hutan. Alfisol umumnya dijumpai pada dataran di kaki-kakiperbukitan di Sekitar Kota Batu. Sebaran jenis tanah disajikan pada Gambar 2.12.

6.2.1.8. Penciri (atribut) HidrologiSesuai dengan bahan induk pembentuk Lansekap dan penyusun tanahnya, makakarakteristik hidrologi DAS Sumber Brantas dapat dibedakan atas tiga kelompok(Gambar 2.13). Ketiga kelompok karakteristik hidrologi tersebut dijelaskan sebagaiberikut.

a. Bagian timur laut (Lereng Gunung Arjuna)

Aliran sungai radian berasal dari puncak kerucut Gunung Arjuna. Punggung bukiktdan lembah sungai memanjang dari puncak sampai bagian kaki perbukitan, denganpola drainase dendritik agak parallel. Pola drainase dikontrol oleh proses volkanismeyang berupa stratovolcano, sehingga membentuk sungai memaknjang dari puncakkerucut gunungapi sampai bagian dataran. Batuan singkapan pada bagian atasmenyebabkan limpasan permukaan cukup tinggi di wilayah ini, untungnya mulailereng tengah ke bawah tumpukan material tufa volkanik cukup tebal sehinggaresapan air cukup tinggi. Pada kenyataannya, tidak banyak mata air yang munculpada lereng pegunungan ini.

Page 80: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

79PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 2.11. Peta kelerengan DAS Sumber Brantas

Page 81: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8080

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 2.12. Peta jenis tanah DAS Sumber Brantas

b. Bagian barat (Lereng Gunung Anjasmara),

Batuan yang berasal dari leleran lava menyebabkan terdapatnya batuanimpermeable di bagian bawah lapisan tufa volkanik di sebagian besar lerengini. Relief lebih kasar karena sifat bahan induk dan proses perusakan krucutvolkanik oleh gempa volkanik di masa yang lampau. Pola drainase dendritik denganpanjang sungai tidak terlalu panjang pada lembah dalam dan curam. Padakenyataannya, banyak dijumpai mata air dari kawasan ini.

c. Bagian selatan (Lereng Gunung Panderman dan Kawi)

Pola drainase dendritik berasal dari kaki Gunung Kawi-Butak dan Panderman. Tanahsolumdangkaldenganbatuankokoh dibagianbawahmenyebabkansebagianbesar

Page 82: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8181

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

air hujan akan mengalami mengalir di permukaan. Tanah dalam umumnya yangdipengaruhi oleh bahan dari Gunung Kawi-Butak. Mata air yang muncul di wilayah inilebih banyak dipengaruhi oleh Gunung Kawi dan Butak.

b

a

c

Gambar 2.13. Peta pembagian subcatchment di DAS Sumber Brantas

Sementara itu, atribut-atribut hidrologi DAS Sumber Brantas yang dihasilkan daripeta DEM ditunjukkan pada gambar 2.14. Terdapat 15 subdas dengan daftar danluasan seperti yang disajikan pada Tabel 2.4.

Page 83: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8282

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Table 2.4. Areas of the subcatchments in Upper Brantas Watersheed

SubcatctmentID

Area

Ha %

1 876.788 5.062 1850.898 10.673 1520.337 8.774 129.836 0.755 1076.827 6.216 740.345 4.277 1327.340 7.658 2162.346 12.479 793.625 4.58

10 962.241 5.5511 1090.600 6.2912 440.990 2.5413 1895.813 10.9314 1151.678 6.6415 1324.116 7.63

Total 17343.780 100

Routing distance dari setiap subDAS ke outlet DAS di ujung Sungai Brantas diPendem disajikan pada Tabel 2.5.

Table 2.5. Routing distance dari centroid subcatchment ke outlet Sungai Brantas diPendem

Subcatctment ID RoutDist-Pendem (km)1 21.3192 24.0903 19.2694 2.1495 16.1766 15.1177 16.1798 11.1849 17.770

10 4.52911 6.41812 4.97413 10.46214 11.08115 15.202

Page 84: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8383

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 2.14. Peta pembagian subcatchment di DAS Sumber Brantas

6.2.2. Klasifikasi Penutupan Lahan Di Das Sumber BrantasHasil dari proses klasifikasi penutupan lahan dengan metode hierarki adalah petapenutupan lahan di DAS Sumber Brantas, Jawa Timur. Luas setiap penggunaanlahan di DAS Sumber Brantas pada tahun 1989 dan 2002 disajikan pada Tabel 2.6.

Page 85: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8484

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Ricefield

Dry

land

Garden

Natu

ralFore

st

Pro

duction

Fore

st

Shurb

Bare

land

Setllement

No

Data

(cloud

and

shado

w)

Sedangkan penyebaran setiap penggunaan lahan pada tahun 1989 dan 2002berturut-turut disajikan pada Gambar 2.16 dan 2.17.

Tabel 2.6. Luas penggunaan lahan di DAS Sumber Brantas.

No Landuse1989 2002

Ha % Ha %

1 Ricefield 714.15 4.11 672.39 3.87

2 Dryland 1,655.55 9.52 2,297.97 13.22

3 Garden 4,023.60 23.14 2,928.42 16.84

4 Natural Forest 5,357.16 30.82 4,034.52 23.21

5 Production Forest 1,222.47 7.03 1,655.64 9.52

6 Shurb 2,332.26 13.42 3,742.38 21.53

7 Bareland 31.85 0.18 25.83 0.15

8 Settlement 240.57 1.38 1,346.67 7.75

9 No Data (Cloud and Shadow 1.806.90. 10.39 680.69 3.91

Total 17,384.51 100.00 17,384.51 100

Selama 13 tahun terdapat beberapa perubahan penggunaan lahan. Beberapamacam penggunaan lahan mengalami penurunan yang cukup nyata, yaitu kebundan hutan alami. Sedangkan beberapa penggunaan lahan mengalami peningkatanluasan, antara lain: tegalan, hutan produksi, semak belukar dan pemukiman. Secaraspasial perubahan ini cukup rumit dari satu bentuk penggunaan ke bentukpenggunaan yang lain. Perubahan penggunaan lahan pada tahun 1989 dan 2002disajikan pada Gambar 2.15.

2,000.00

1,500.00

1,000.00

500.00

-

(500.00)

(1,000.00)

(1,500.00)

Gambar 2.15. Perubahan penggunaan lahan antara tahun 1989 ke tahun 2002.

Page 86: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8585

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Tersedianya citra yang diambil pada waktu yang berbeda, dimana citra tahun 1989direkam pada bulan Februari (musim basah), sedangkan citra tahun 2002 direkampada bulan Agustus. Terlepas dari adanya alihguna lahan yang memangbanyak terjadi di kaawasan ini, kondisi ini juga berdampak pada luasnya lahanbervegetasi (daun penuh) pada tahun 1989 dan daun gugur pada tahun 2002.Berkurangnya luas kebun (apel dan jeruk) tampaknya karena pengaruh hal ini,karena pada bulan- agustus banyak apel yang sudah selesai masa panen danmengalami perompesan sehingga terkesan tidak bervegetasi.

Gambar 2.18 menunjukkan bahwa landuse utama di DAS Sumber Brantas adalahlahan sawah (3.87%), tanaman pertanian (agricultural land =13.22% dan kebun =16.84 %) serta hutan (hutan alami = 9.37 % , hutan terganggu= 13.84% danagroforestry berbasis pohon = 9.52%).

Lahan sawah umumnya dijumpai pada wilayah datar di bawah ketinggian 800 m diKecamatan Junrejo dan Batu. Wilayah datar yang tidak cukup mendapatkan airhujan biasanya digunakan sebagai lahan tegalan dengan tanaman ketela ataijagung. Wilayah datar dengan ketinggian lebih 800 m banyak digunakan untukbudidaya sayuran dan/atau bunga.

Gambar 2.16. Penggunaan lahan pada tahun 1989 di DAS Sumber Brantas

Page 87: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8686

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Gambar 2.17. Peta penggunaan lahan pada tahun 2002 di DAS Sumber Brantas

Sayuran seperti kobis, wortel, kacang-kacangan banyak diusahakan pada dataranberombak-bergelombang dengan ketinggian antara 800-1000 m di Kecamatan Batudan Bumiaji bagain bawah. Sedangkan kentang bisanya ditanam pada lahanberombak dan bergelombang dengan ketinggian lebih dari 1000 mm, khususnya diKecamatan Bumiaji.

Kebun campuran dengan aneka tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan banyakdijumpai pada kawasan dataran bergelombang atau perbukitan dengan lereng curam(>25 %) di lereng Gunung Panderman di bagian selatan DAS Sumber Brantas. Padalereng Hunung Arjuna dan Anjasmara umumnya, kalau tidak lahan kering dengantanaman sayuran biasanya berupa hutan produksi.

Page 88: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8787

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

13.84

9.52 16.84

13.22

21.53

0.34

3.873.57 7.75

0.15

9.37

Garden Agricultural Land Natural Forest Bare Land

Setllement Shadow Rice Field Cloud

Shrub Disturb Forest Tree Base Agroforestry

Gambar 2.18. Penggunaan lahan di DAS Sumber Brantas tahun 2002

Di bawah tegakan tanaman muda pada hutan produksi biasanya juga ditanamisayuran dan atau tanaman pangan sampai kanopi tanaman kayu-kayuan cukuprapat. Penggunaan lahan monokultur dengan pemberian pupuk yang tidak seimbangmenyebabkan terjadinya degradasi kesuburan tanah. Hal ini ditandai dengansemakin tingginya jumlah pupuk, baik pupuk yang diberikan melalui tanah maupunyang diberikan melalui penyemprotan daun. Untungnya, bahan induk yang berupabahan volkanik yang memiliki kandungan hara tinggi masih memiliki cadangan harayang cukup tinggi. Sebagian besar kebun apel ditengarai telah mengalami degradasikesuburan tanah, meskipun secara fisik masih cukup baik bagi berbagai usaha tani.

Selain karena usaha tani monokultur dengan pemberian pupouk yang tidakseimbang, degradasi tanah di wilayah ini juga disebabkan oleh erosi dan longsorkarena penggunaan lahan yang tidak sesuai dengandaya dukungnya. Erosi danlongsor cukup tinggi di wilayah ini, khususunya di Kecamatan Bumiaji yang memilikilahan dengan kemiringan cukup curam dan digunakan untuk budidaya tanamankentang. Kentang yang tidak menghendaki genangan, menyebabkan air hujansebagian besar melimpas di permukakan sehingga menyebabkan terjadinyaerosi dan longsor teras.

Page 89: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8888

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

7. MEMAHAMI FUNGSI HUTAN TERHADAPHIDROLOGI DAS

7.1. PendahuluanPenghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untukmenyukseskan program pemerintah. Namun upaya reboisasi yang telahmenghabiskan biaya dan tenaga cukup banyak tersebut, belum menunjukkan hasilyang optimal. Salah satu penyebab kegagalannya adalah karena bentuk reboisasiyang dipilih masih belum belum dapat memenuhi kebutuhan masyara at. Gunamencapai keberhasilan konservasi lahan di suatu kawasan DAS, diperlukanpemahaman yang mendalam tentang kriteria dan indikator yang terlibatproses proses-proses hidrologi.

di dalam

Terganggunya fungsi hidrologi DAS seringkali dikaitkan dengan adanya kesalahandalam pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan yang kurang tepat di bagian huluakibatnya akan dirasakan di bagian hilir (Agus et al., 2002), salah satu contoh adalahsemakin banyaknya lahan hutan yang digunakan sebagai lahan pertanian yagintensif dengan kondisi lahan agak terbuka. Disisi lain keberhasilan pengelolaan DASditentukan tingkat penutupan tanah oleh vegetasi hutan.

Pada prinsipnya upaya mempertahankan fungsi DAS adalah berhubungan denganupaya mempertahankan tingkat penutupan permukaan tanah untuk menjaga agarjumlah dan kualitas air tersedia sepanjang waktu (Van Noordwijk et al. 2004).Penutupan permukaan tanah oleh pohon dapat berupa hutan alami, atau sebagaipermudaan alam, agroforestri, atau pohon monokultur (misalnya hutanindustri).

tanaman

Hutan berperanan penting dalam pengaturan tata air DAS melalui pengaruh tegakanpohon dalam (a) mengubah pola aliran air hujan, dan (b) perbaikan sifat tanah,secara skematis disajikan dalam Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Skema peran pohon sebagaipengatur tata air dalam tanah (Hairiahet al., 2004)

Gambar 2. Skema peran akar pohon dalammempertahankan porositas tanah melaluipeningkatan antivitas akar dan cacing tanah

(Hairiah et al., 2004)

Page 90: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

8989

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Hutan dapat mempertahankan fungsi DAS melalui perannya dalam beberapa halantara lain adalah:

1. Zona di atas tanah. Peran pohon pada zona di bagian atas tanah dibagi menjadi2 yaitu:a. Tutup hijau. Fungsi ini diberikan oleh tajuk pohon dan tumbuhan bawah yang

mengintersepsi (menahan) air hujan yang jatuh ke permukaan tanah(Gambar 6). Intersepsi air hujan ini penting untuk:• Mengurangi daya pukul air hujan terhadap permukaan tanah.• Menambah jumlah air hujan yang masuk kedalam tanah secara

perlahan-lahan.• Mempertahankan iklim mikro. Lapisan air tipis (waterfilm) yang

tertinggal pada permukaan daun dan batang selanjutnya akanmenguap (evaporasi). Hal ini penting untuk mempertahankankelembaban udara.

b. Tutup coklat. Fungsi ini diberikan oleh lapisan seresah yang tebal dipermukaan tanah. Seresah adalah bagian mati tanaman berupa daun,cabang, ranting, bunga dan buah yang gugur dan tinggal di permukaantanah baik yang masih utuh ataupun telah sebagian mengalami pelapukan.Termasuk pula hasil pangkasan tanaman atau dari sisa-sisa penyiangangulma yang biasanya dikembalikan ke dalam lahan pertanianoleh pemiliknya.

Seresah bermanfaat dalam:

• Mempertahankan kegemburan tanah melalui: perlindungan permukaan tanahdari pukulan langsung tetesan air hujan, sehingga agregat tidak rusak danpori makro tetap terjaga.

• Menyediakan makanan bagi organisma tanah terutama makroorganisma‘penggali tanah’, misalnya cacing tanah. Dengan demikian jumlah pori makrotetap terjaga.

• Menyaring partikel tanah yang terangkut oleh limpasan permukaan. Dengandemikian, air yang mengalir ke sungai tetap jernih.

c. Serapan air oleh pohon. Untuk hidupnya pohon menyerap air dari dalamtanah, sehingga meningkatkan jumlah ruang pori dalam tanah yangmemungkinkan air hujan untuk masuk ke dalam tanah. Bila resapan aircukup cepat, maka tingkat limpasan permukaan akan berkurang.

2. Zona di dalam tanah• Pori makro tanah. Akar pohon yang berkembang dalam profil tanah sangat

bermanfaat dalam mempertahankan jumlah pori makro tanah, karena akarpohon yang mati meninggalkan liang sehingga jumlah pori makro tanahbertambah (Gambar 7).

• Resapan air. Tunggul pohon dan akar pohon yang mati menimbulkan lubangatau cekungan dalam tanah, yang dapat berfungsi mengurangi kecepatanlimpasan permukaan sehingga memberi kesempatan kepada air untukmeresap ke dalam tanah.

Page 91: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9090

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

3. Bentang lahan• Bentang lahan yang kasar, permukaan tanah yang tidak seragam, termasuk

adanya cekungan dan rawa, memberi peluang aliran air untuk untuk berhentilebih lama dan mengalami infiltrasi. Kondisi kekasaran permukaan padabentang lahan tersebut juga berfungsi sebagai filter sedimen.

• Adanya pengelolaan drainase di daerah hulu juga akan mempengaruhi fungsihidrologi DAS. Pengelolaan lahan setelah konversi hutan di daerah hulubiasanya ditujukan untuk perbaikan drainase guna melindungi tanaman daribahaya penggenangan dan/atau aliran permukaan. Adanya daerah rawapada suatu lansekap mempunyai peranan penting dalam mengurangiterjadinya banjir di daerah hilir. Namun sebaliknya, jika ada usahamengurangi frekuensi terjadinya banjir di daerah hulu dengan mempercepataliran ke hilir, justru akan meningkatkan resiko banjir di daerah hilir.

• Jalan setapak yang terbentuk oleh aktivitas manusia, hewan atau rodakendaraan. Pada hutan alami, perlintasan hewan biasanya meninggalkanjalan setapak yang merupakan pemicu pertama terbentuknya jalur aliranpermukaan walaupun tingkatannya masih belum terlalu membahayakan.Jalan setapak yang terbentuk oleh roda pedati atau kendaraan berat selamapenebangan pohon di hutan cenderung meningkatkan intensitas aliranpermukaan dan penghanyutan sedimen ke sungai.

Ketiga aspek hutan tersebut memberikan dampak yang berbeda terhadap total debitsungai tahunan, debit sungai dimusim kemarau, debit banjir sesaat dan kualitas air.Setiap tipe hutan berbeda kondisi vegatasi, tanah dan bentang lahannya. Cara alihguna lahan hutan dan pemulihannya melalui kegiatan “reforestasi” juga akanmempengaruhi cara dan kercepatan perubahan kondisi vegetasi, tanah dan bentanglahan dalam menjaga fungsi DAS. Pemahaman tentang “peran hutan dalam fungsiDAS” perlu dispesifikasi sebelum kita menilai dampak alih guna lahan hutanterhadap fungsi DAS. Tipe hutan dan tipe penggunaan lahan lainnya yang dialih-gunakan akan menentukan apakah “peranan hutan dalam fungsi DAS” adalahnegatif, netral atau bahkan positif terhadap hidrologi DAS. Atas dasar definisi “yangmeluas” tentang “hutan” seperti diuraikan diatas, ‘deforestasi’ dapat dipandangsebagai kehilangan fungsi hutan.

Jadi, dampak umum dari konversi hutan dan atau perubahan penutupan lahan olehpohon pada suatu bentang lahan dapat dipahami dari kombinasi dan interaksiberbagai proses tersebut di atas. Dengan demikian upaya mempertahankan fungsiDAS dapat difokuskan pada pengurangan aliran air BUKAN pada jenis pohon yangditanam.

Page 92: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9191

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

8. GEOHIDROLOGI DALAM DAS

8.1. PendahuluanMataair adalah aliran air tanah (water table) yang terpotong oleh topografi sehinggaair memancar ke permukaan bumi. Untuk memahami asal-usul mataair diperlukanpengetahuan dasar tentang air tanah, proses pembentukannya dan alirannya. Olehkarena itu dalam bab ini akan dibahas lebih dahulu hal-hal yang terkait dengan airtanah dan mataair.

8.2. Air TanahAir tanah adalah air yang menempati rongga – rongga dalam lapisan batuan. Ilmupengetahuan yang mempelajari mengenai terjadinya penyebaran dan gerakan air dibawah tanah disebut Hidrologi Air Tanah. Geohidrologi hampir mempunyaipengertian yang sama dengan hidrologi air tanah, sedangkan hidrogeologi lebihbanyak ditekankan pada geologinya. Hidrologi air tanah merupakan pengetahuankhusus yang merangkum unsur-unsur geologi, hidrologi dan mekanika fluida.Geologi mempengaruhi penyebaran air tanah, hidrologi menentukan pemberian danpengisian air ke dalam tanah, sedangkan mekanika fluida menjelaskanmengenai gerakannya.(Bisri, hal:10)

8.2.1.Sejarah Air Tanah.Air tanah merupakan salah satu sumber akan kebutuhan air bagi kehidupan makhlukdi muka bumi. Usaha memanfaatkan dan mengembangkan air tanah dilakukan sejakjaman kuno. Dimulai dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhanasekali, yaitu timba sebagai alat pengambil air yang diikat dengan tali pada ujungsebatang bambu atau kayu memanjang, dan pada pangkal bambu atau kayutersebut diberi alat pemberat, sehingga pengambilan air dilakukan dengan sistempegas. Kemudian berkembang, dengan menggali dan membuat sumur-sumurdangkal dengan memakai cara-cara yang sederhana pula. Baru pada tahun-tahunterakhir ini pemanfaatan dan pengambilan air tanah dilakukan dengan menggunakanteknik dan cara yang cukup canggih. Salah satunya ialah dengan cara mengeborsumur-sumur dalam yang mempunyai kedalaman antara 50 – 200 meter atau lebihdalam, serta memasang pompa-pompa turbin untuk memompa air tanah tersebut.

Bangsa Persia telah memanfaatkan dan mengembangkan air tanah sejak 800 tahunsebelum masehi. Mereka membuat terowongan air pada tanah alluvium di dekat kakigunung dengan dilengkapi sumur induk dan beberapa lubang yang mereka namakan“KANATS” seperti Gambar 2.1.

Page 93: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9292

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

kaki gunung

sumur

penghasil air

kanats corongpangkal

saluran

sawah

batuan kedap air alluviummuka air

tanah

Gambar 2.1 Potongan Suatu Kanats

Kanats ini hingga sekarang banyak dibuat terutama oleh bangsa-bangsaTimur Tengah. Iran membuat kanats secara besar-besaran dengan jumlah 22.000kanats untuk memenuhi 75 % kebutuhan air seluruh negeri. Panjang kanats antara5 – 30 km. Debit yang dihasilkan adalah berpola, tidak jarang dapatmenghasilkan 100m3/hari.

8.2.2.Terjadinya Air TanahUntuk menguraikan terjadinya air tanah diperlukan peninjauan kembali bagaimanadan dimana air tanah tersebut berada, juga penyebaran di bawah permukaan tanahdalam arah vertikal maupun horisontal.

a. Asal Air Tanah

Hampir semua air tanah dapat dianggap sebagai bagian dari daur hidrologi,termasuk air permukaan dan air atmosfir. Sejumlah kecil air tanah yang berasal darisumber lain dapat pula masuk ke dalam daur tersebut (Gambar 2.2)

b. Penyebaran Vertikal Air Tanah

Terdapatnya air tanah di bawah permukaan tanah dapat dibagi dalam daerah jenuhdan tidak jenuh. Dalam daerah jenuh semua rongga terisi oleh air dibawah tekananhidrostatik. Daerah tidak jenuh terdiri atas rongga-rongga yang berisi sebagian olehair, sebagian oleh udara.

Page 94: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9393

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Awan Awan Awan

hujan hujan hujan

angin

Transpirasi

Awan

hujan

Evaporasiair

Perkolasi

laut

EvaporasiEvaporasi

Permukaan phreatik

(muka air tanah)

aliran air tanah aliran air tanah

Gambar 2.2 Daur Hidrologi

Daerah tidak jenuh terletak di atas daerah jenuh sampai kepermukaan tanah. Daerahjenuh sebelah atasnya dibatasi oleh batas lapisan jenuh atau lapisan kedap air,bawahnya merupakan lapisan kedap air, berupa tanah liat atau batuan dasar(bedrock). (Bisri, hal: 4)

Air yang berada didalam daerah jenuh dinamakan air tanah. Air yang berada didalam daerah tidak jenuh dinamakan air mengambang atau air dangkal (vaduswater). Daerah tidak jenuh dibagi menjadi daerah dangkal, daerah antara dan daerahkapiler (Gambar 2.3)

Daerah Air Dangkal

Tanah di daerah air dangkal ini berada di dalam keadaan tidak jenuh, kecualikadang-kadang bila terdapat banyak air dipermukaan tanah seperti yang berasal daricurah hujan dan irigasi. Daerah tersebut dimulai dari permukaan tanah sampai kedaerah akar utama (major root zone). Tebalnya beragam menurut jenis tanaman danjenis tanah. Daerah air dangkal mempunyai arti penting bagi pertanian.

Daerah Antara

Daerah antara ini berada diantara batas bawah dan daerah air dangkal sampai batasatas dari daerah kapiler. Ketebalannya sangat beragam, yaitu antara 0 yang terjadibila muka air tanah mendekati permukaan tanah, sampai beberapa ratus meter padakeadaan muka air tanah yang dalam. Daerah ini berguna memungkinkanmengalirnya air ke bawah, dari daerah dekat permukaan tanah sampai permukaanair tanah. Air yang tidak bergerak (air pellicular) ditahan dalam daerah ini oleh gaya-gaya higroskopis dan kapiler. Kelebihan airnya merupakan air gravitasiyang mengalir ke bawah karena pengaruh gravitasi.

Page 95: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9494

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Air dangkal Daerah Airdangkal

AirGravitasi

Air Kapiler

Daerah antara

Daerah Kapiler

Daerah TidakJenuh

Muka Air tanah

Air tanahDaerah Jenuh

Gambar 2.3. Penyebaran Vertikal Air Tanah

Daerah Kapiler

Daerah kapiler berada antara permukaan air tanah sampai batas kenaikan kapilerdari air.

8.2.3. Sifat Batuan Yang Mempengaruhi Air TanahUntuk mengetahui keadaan dan kedudukan air tanah harus diketahui karaktergeologinya, untuk diidentifikasi susunannya dalam hubungan dengan kemampuanmenahan, menampung, mengalirnya air serta besar kapasitasnya.

Suatu lapisan yang mempunyai susunan sedemikian, sehingga dapat melepaskanair dalam jumlah yang cukup dinamakan akuifer.

Air tanah berada dalam formasi geologi yang tembus air yang dinamakan akuifer,yaitu formasi–formasi yang mempunyai struktur di mana dimungkinkan adanyagerakan air melaluinya dalam keadaan kondisi medan biasa. Sebaliknya formasiyang sama sekali tidak tembus air adalah formasi tersebut banyak mengandung airtetapi tidak dimungkinkan adanya gerakan air yang melaluinya seperti padabatulempung.

Menurut Thomas, susunan geologi yang dapat berlaku sebagai akuifer adalah :- kerikil dan pasir

- batugamping

- batuan gunung berapi

- batu pasir

- tanah lempung khusus yang bercampur dengan bahan yang lebih kasar

Page 96: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9595

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

- konglomerat

- batuan kristalin (Bisri hal: 5)

Porositas dalam endapan ini tergantung pada bentuk dan susunan masing-masingbutir dan tingkat sementasi serta pemadatannya. Besarnya porositas berada antaramendekati 0% sampai lebih dari 15% tergantung dari faktor-faktor tersebut diatasdan tipe material.

TABEL 2.1 POROSITAS BEBERAPA BAHAN SEDIMEN

VAN POROSITAS ( % )

TANAH

Tanah Liat

Lanau ( Silt )

Pasir medium sampai kasar

Pasir berbutir sampai sama ( Uniform )Pasir halus sampai medium

Kerikil

Kerikil berpasir

Batu pasir

SHALE

BATU KAPUR

50 - 60

45 - 55

40 - 50

35 - 40

30 - 40

30 - 35

30 - 40

20 - 35

10 - 20

1 - 10

1 - 10

8.2.4. Kriteria Air TanahAir tanah yang bersangkutan dengan pengembangan air, diklasifikasi dalam 5(lima) jenis sesuai dengan keadaan kondisi air tanah yakni, air tanah dalam dataranalluvial, air tanah dalam kipas detrital, air tanah dalam terras dilluvial, air tanah dikaki gunung api dan air tanah dalam zone batuan retak.

1. Air Tanah Dataran Alluvial

Volume air tanah dalam dataran alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran danpermeabilitas dari akuifer yang terbentuk. Air susupan, air tanah yang dalam dan airtanah sepanjang pantai mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Air Susupan ( influent water )

Air tanah dalam lapisan yang mengendap di dataran banjir ditambah langsung dariperesapan air sungai, disebut air susupan. Titik permulaan peresapan air sungaidapat diperkirakan dari garis kontur permukaan air tanah. Permukaan air tanah inidangkal, sehingga pengambilan air dapat diadakan dengan sumur dangkal ataudrainase pengumpul. Arah aliran air berubah dan air tanah itu keluar ke sungaisehingga memerlukan penyelidikan yang cukup untuk menentukan carapengambilan air. Untuk meningkatkan effisiensi pengambilan air, maka arah letakdrainasepengumpulharustegakluruspadagariskonturpermukaanair.

Page 97: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9696

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

H=

42h

b. Air Tanah Di Lapisan Yang Dalam

Alluvium dan dillivium yang diendapkan setebal tujuh puluh sampai beberapa ratusmeter di dataran alluvium terdiri selang-seling dari lapisan pasir dan kerikil, lapisanloam dan lapisan lempung. Air tanah dilapisan yang dalam selalu tertekan danseringkali permukaan air yang tertekan itu terdapat di dekat permukaan tanah.

1. Permeabilitas dari akuifer adalah kira-kira 10 -2 sampai 10 -3 cm/detdan mengingat permukaan air hidrolik itu dalam, maka pengambilan airdilakukan dengan sumur dalam (sumur pompa).

2. Untuk pipa-pipa ∅ 300 mm, dalam 100 meter, kapasitas pompaadalah kira-kira 1.000 sampai 3.000 m 3/hari.

3. Penurunan permukaan tanah dapat terjadi oleh konsolidasi lapisanlempung yang disebabkan oleh penurunan permukaan air tanah.

4. Jika pemompaan diadakan pada lapisan yang dalam, maka penurunanpermukaan air tertekan itu besar dan jari-jari lingkaran pengaruh dapatmencapai beberapa kilometer.

c. Air Tanah Sepanjang Pantai

Mengingat sumur di tepi pantai itu tidak dapat dipergunakan kembali setelahdimasuki air asin, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

S : Permukaan air laut

f : Permukaan air tanah

W : Sumur

B : Batas antara air asin dan air tawar

W

fS h

B

Gambar 2.4. Air Tanah Sepanjang Pantai

Page 98: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9797

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

S

Untuk Air Tanah Bebas

W1 W2 W3f

S

A

B

Gambar 2.5 Air Tanah Bebas

Percampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur dapat terjadi pada :• Dasar sumur terletak dibawah perbatasan antara air asin dan air tawar.

• Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari

permukaan air laut, sehingga daerah pengaruhnya mencapai tepi pantai.

• Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat

dipertahankan, perbatasan itu dapat naik secara abnormal yang disebabkan

oleh penurunan permukaan air di dalam sumur selama pemompaan.

Untuk Air Tanah Terkekang

E F

G C

S

SM

Ba

Gambar 2.6. Air Tanah Terkekang

Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akuifer terkekang ditentukan olehdalamnya akuifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Jadi kadang-kadangmeskipun sumur itu dalam dan di tepi pantai, tidak akan terdapat percampuran airasin. Kadang-kadang percampuran itu terjadi meskipun sumur itu dangkal dancukup jauh dari pantai.

Page 99: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9898

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Alluvium Di Atas Lembah Yang Tenggelam

Jika lapisan pasir dan kerikil dengan permeabilitas yang tinggi diendapkan di atasdasar lembah yang tenggelam yang mempunyai daerah pengaliran yang kecil

dibandingkan dengan luasnya lembah itu, maka sering juga air asin dapat menyusup

agak jauh kedalam daratan melalui lapisan pasir dan kerikil ini.

2. Air Tanah Di Dalam Kipas Detrital

C F

C1f

B

Gambar 2.7 Air Tanah dalam Kipas Detrital

Gambar 2.7 memperlihatkan endapan kipas detrital itu dibagi atas endapan diataskipas, endapan dibagian ujung kipas. Kesemuanya mempunyai karakteristiksebagai berikut :

• Endapan dibagi atas kipas terdiri dari lapisan pasir dan kerikil yang tidakterpilih. Zone penambahan dimana air tanah itu sulit di tampung,terbentuk pada bagian hulu endapan ini. Permeabilitas endapanpada bagian atas kipas adalah kira-kira 10 -1 sampai 10 -2 cm/det.

• Endapan di bagian kipas terutama terdiri dari lapisan pasir danpermeabilitasnya adalah kira-kira 10-2 sampai 10-3 cm/det, permukaanair tanah bebas umumnya dalam.

• Endapan loam pada ujung bawah kipas umumnya berbentuk lensa.Akuifer yang terdapat di bawah endapan ini adalah air tanah yangterkekang.

• Makin dekat ke ujung dasar kipas, permukaan air tanah itu makindangkal dan sering kali air akan keluar di ujung bawah kipas. Tetapi padabagian ini dapat terbentuk juga zone air tanah terkekang yang dangkal,mengingat bagian ini tertutup dengan lapisan lempung.

Page 100: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

9999

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

3. Air Tanah dalam Terras Diluvial

Vf Sp

D1Ba

A1

Gambar 2.8 Air Tanah dalam Teras Diluvial

Air tanah dalam terras diluvial yang tertutup dengan endapan terras yang agak tebalditentukan oleh keadaan bahan dasar dan daerah pengaliran dari terras. Kondisi-kondisinya adalah sebagai berikut :

• Pada lembah bagian dari batuan dasar terdapat akuifer yang tebal danmata air akan keluar pada bagian dimana batuan dasar itu letaknyadangkal.

• Jika terras itu bersambung dengan kaki gunung api dan lapisanendapannya juga bersambung dengan lapisan kasar gunung itu, makapengisisan air tanah akan menjadi besar meskipun daerah aliran terras itukecil.

4. Air Tanah di Kaki Gunung Api

Mengingat kaki dari gunung api itu mempunyai topografi dan geografi yang aneh,maka air tananya mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Kaki gunung api itu mempunyai latar belakang yang tinggi, sehingga bagian ini

mempunyai curah hujan yang lebih banyak daripada daerah sekelilingnya.

Pengisian air tanah tentu lebih banyak.

Fragmen-fragmen batuan gunung api mempunyai ruang-ruang yang banyak dan

dapat dengan mudah menyalurkan air tanah. Pada bagian ujung terras akan

berbentuk akuifer yang besar dengan mata air yang banyak.

Mengingat pada bagian dasar aliran lava itu terdapat banyak retakan dan ruang-

ruang, maka air tanah dengan mudah dapat melalui dasar sepanjang lembah itu .

Begitu juga dengan air tanah yang memiliki sifat seperti air celah.

Page 101: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

100100100

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

5. Air Tanah di Zone Retakan

Mengingat lapisan-lapisan zaman Tersier mempunyai kepadatan yang besar,porositas efektif antara butir tanah adalah kecil. Koefisien permeabilitasnya adalahkira-kira 10-4 sampai 10-6 cm/dt dan tidak terbentuk akuifer. Akan tetapi jika terdapatzona sesar yang memotong lapisan-lapisan ini, maka didalamnya terdapat air celah.

Sesar

turun atau geser dengan lapisan teratas yang turun mempunyai banyak ruang-ruang(rongga-rongga) dan dapat dengan mudah mengandung air celah. Selanjutnyamengingat air tanah yang terkumpul pada zone sesar bisa sedemikian besarmelampaui topografi maka akan menjadi mataair struktural. Kondisi airtanah sepertiini dapat diambil berlimpah-limpah air tanah yang kwalitasnya baik secaraterus menerus, jika pengambilannya dilakukan dengan pemboran pada titik yangtepat dan cukup dalam. Jika dibiarkan bebas hanya menggunakan debit alamiahdari mataair struktural saja.

A = Permukaan LapisanHomogin

Fa = Sesar TurunFa f

A

A

Gambar 2.9 Zona Air Tanah dalam Sesar Turun

Sh = Shale

Fa = Sesar Geser-Turun

f = Permukaan Air TanahBebas Fa

f

T

Ba

Sh

Gambar 2.10 Kenaikan Permukaan Air Tanah oleh Sesar geser

Page 102: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

102102102

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Sebaiknya sesar geser dimana lapisan bawahnya yang turun,kebanyakan mempunyai ruang-ruang yang sedikit yang disebabkan olehpembentukan sesar tanah liat. Air tanah itu terbendung oleh dasar, sehinggapermukaan air tanah yang naik. Pengambilan air tanah dapat diusahakan denganpenggalian sumur horisontal

2.1.5. Formasi Volkanik Sebagai Akuifer

Untuk pekerjaan pengembangan air tanah di daerah volkanik yang juga mempunyaibanyak potensi untuk terdapatnya air tanah, maka harus dikenali lebih dahulu batuanapa yang berfungsi sebagai akifer. Dengan mengetahui jenis batuan apa yang bisamenjadi akifer maka pencarian lokasi terdapatnya air tanah akan lebih efektif,adapun jenis Formasi batuan volkanik yang dapat menjadi akifer yaitu :

1. Batupasir yang tidak tersemen tuf, batuan ini berpotensi sebagai akiferyang baik karena terdiri atas butir-butir pasir yang kecil dengan porositas /ruang antar butir yang besar. Selain itu karena adanya permeabilitaspada batupasir yang pada umumnya lebih besar dibandingkan dengansedimen yang lain sehingga fluida mudah sekali melewati rongga antarbutir batuan ini. Batupasir ini umumnya terjadi di kaki gunung denganfasies Fluviovolkanik, jadi materialnya berasal dari material gunungapiterdekat dan jenis batuannya adalah batuan sedimen yang diendapkansistem sungai. Pada kondisi akifer terkekang karena adanya lapisanpenutup diatas akifer maka tekanan air menjadi tinggi dan jika dibor akanmenjadi sumur artesis. Contoh yang bagus di mataair UmbulanKabupaten Pasuruan dimana akifer adalah batupasir sedangkan lapisanpenutup adalah lava basal yang kedap air, debit mataair > 5000 liter/detik. Untuk daerah Pasrepan di sebelah Baratlautnya jugadijumpai banyak sumur bor artesis dengan debit diatas 40 liter/detik,bedanya lapisan penutup disambung oleh batuan tuf yang tersemenkedap air, jadi begitu pemboran menembus tuf maka air tanah langsungmemancar ke permukaan tanpa pompa.

2. Breksi Lahar adalah batuan volkanik yang merupakan campuran pasir,lumpur dan kerakal-bongkah batuan beku sebagai fragmen terasing didalamnya. Jika breksi lahar sudah diendapkan maka efek pemampatanmaterial akan menyebabkan tercucinya material lumpur keluar daribatuan, akibatnya ada ruang antar butir pasir yang bisa diisi oleh airtanah. Kondisi breksi yang seperti itu akan membuat breksi berpotensimenjadi akifer yang baik meskipun batuan bervariasi dengan kerakal-bongkah, contoh di Ngoro, Mojokerto, di daerah Ngoro Industrial Parkakifernya adalah jenis ini yang berasal dari Formasi Arjuno Tuadengan kisaran debit pemompaan 20 – 40 liter/detik.

4. Konglomerat volkanik, adalah batuan yang terdiri atas kumpulan fragmenbatuan beku yang bentuk butirnya rounded-well rounded umumnyatersemen lemah, sehingga menyisakan ruang antar butir yang cukupbesar dengan koefisien permeabilitas mencapai orde 10 -2 sampai 10 -1

sehingga sangat mudah dilalui air tanah dan batuan konglomeratvolkanik dapat berfungsi sebagai akifer yang bagus. Sebagai contoh diSelatan Mojosari, Mojokerto pemboran dari PT.Multi Bintang yang

Page 103: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

103103103

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

debitnya > 25 liter/detik berasal dari konglomerat Formasi Pugeran yangmerupakan produk kipas aluvial yang berumur setara dengan breksilahar Formasi Anjasmoro Tua, pada beberapa titik bor ebitmencapai 46 liter/detik, lapisan tersebut bersifat akifer bebas / tidakterkekang.

5. Lava terkekarkan, batuan lava yang semula umumnya kedap air dan masifsehingga porositas maupun permeabilitasnya kecil, tetapi jika mengalamiretakan karena pengaruh gaya tarik permukaan lava pada saatpendinginan lava, akan mengalami retakan yang sangat intensif. Akibatretakan ada celah-celah yang berfungsi sama dengan pori antar butir,sehingga pada lava yang demikian dikenal sebagai permeabilitas sekunderdan bisa menjadi akifer yang cukup baik. Sebagai contoh di Singosari,Malang, perkebunan teh Wonosari, hasil pemborannya yang berdebit 10 –20 Liter / detik berasal dari lava andesit yang terkekarkan dari FormasiArjuno Tua.

8.3. Klasifikasi Mata AirBerdasarkan asal-usul terjadinya / genesanya mataair dapat dikelompokkan menjadi3 jenis yaitu : Mataair Topografi, Mataair Struktur dan Mataair Stratigrafi. Masing-masing mataair mempunyai karakter geologi yang khas dilokasi sekitar pemunculanmataair dan menghasilkan besar debit yang berbeda-beda. Adapun definisi dangambaran visual dari ketiga mataair tersebut adalah sebagai berikut :

8.3.1. Mata Air TopografiMataair Topografi adalah mataair yang muncul sebagai akibat pemotongan muka airtanah (water table) dengan permukaan tanah / topografi, hal ini menjadi sangat jelasbila mataair berada di pinggir tebing sungai. Jumlah mataair seperti ini disepanjangtebing sungai bisa lebih dari 3 buah tetapi tidak ada kelurusan dari mataair yangbanyak tersebut. Posisi dari mataair mengikuti lekuk tebing yang ada dengan debityang umumnya kecil yaitu kurang dari 20 liter / detik pada beberapa kasusdilaporkan debit

maksimal mataair topografi bisa mencapai 25 liter/detik. Adapun visualisasi mataair

topografi dapat dilihat pada gambar. 2.11.

M a t a a i r M A T A k u i f e r

Gambar 2.11. Penampang melintang mataair Topografi

Page 104: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

104104104

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

8.3.2. Mata Air StrukturMataair struktur adalah mataair yang pemunculan airnya dipermukaan bumi terkaiterat dengan adanya struktur sesar, minimal akan didapatkan 3 buah mataair yangberdekatan yang posisinya mempunyai kelurusan satu dengan yang lain. Kelurusanyang ada bukan semata-mata karena topografi melainkan kelurusan yangdisebabkan oleh sesar, jadi untuk memastikan jenis mataair ini maka harusbisa dibuktikan di lapangan dengan adanya unsur-unsur sesar di sekitar lokasimataair. Adapun penciri unsur sesar adalah : gawir sesar, zona sesar, breksisesar, goras- garis dan milonit., jika tidak didapatkan adanya penciri unsur sesarmaka mataair dikategorikan sebagai mataair topografi.

Air yang muncul di mataair struktur umumnya berasal dari akifer dalam yangterkekang atau setengah terkekang yang posisinya jauh di dalam bumi, tetapi karenaadanya sesar maka zona sesar merupakan zona retakan yang lemah danmerupakan permeabilitas sekunder sehingga bisa dilewati air tanah dari akifer bawahke permukaan bumi. Debit mataair jenis ini umumnya menengah berkisar 10 – 40liter/detik tetapi bisa juga hanya 1 liter/detik tergantung dari perforasi retakannyaintensif atau tidak.

Mataair struktur karena berkaitan dengan gerakan sesar, maka jika lempeng bumiyang tersesarkan cukup besar akan menimbulkan gesekan besar yang membuatpanas. Akibat dari panas terebut akan membuat air tanah yang naik ke permukaanbumi menjadi panas, jadi selain berasosiasi dengan kelurusan, mataair topografi bisaberasosiasi dengan mataair panas. Perbedaan dengan mataair panas hasilpostvolkanik adalah kandungan sulfurnya tidak sekuat mataair panas post volkanik,selain adanya penciri unsur sesar. Pada mataair panas postvolkaniklokasi mataairnya pasti didekat gunungapi atau intrusi sedangkan mataair panassesar tidak harus. Pada mataair panas postvolkanik umumnya berassosiasidengan batuan yang teralterasi sedangkan mataair panas sesar tidak, suhumataair panas asal sesar bisa berkurangdalam hitungan 25-50 tahun tapi tidakmenurun pada mataair panas postvolkanik, Lihat Gambar 2.12.

8.3.3. Mataair StratigrafiMataair stratigrafi adalah mataair yang muncul ke permukaan bumi oleh sebabadanya susunan batuan yang sangat khas yaitu adanya lapisan penutup yang kedapair di atas suatu akifer. Mataair akan muncul di ujung lapisan penutup yang kedapdengan jumlah umumnya lebih dari 2 buah dengan debit yang cukup besar > 40liter/detik untuk masing-masing mataair utama, bila terdapat 5 mataair jnis ini bisaterjadi yang utama 3 buah berdebit > 40 liter/detik sedangkan yang 2 buah < 40liter/detik . Debit yang sangat fantastis dari mataair ini lebih besar dari 5000liter/detik yaitu pada mataair Umbulan, Pasuruan (mataair terbesar di P.Jawa),dimana lapisan penutupnya adalah lava basalt yang tersingkap jelas di pinggir jalanmenuju Lombang kira-kira 2-3 Km di Selatan Umbulan.

Kondisi akifer untuk mataair ini adalah terkekang sehingga tekanan air cukup besardan cadangan airnya juga besar. Besar kecilnya cadangan air tanah akan sangattergantung dari :

- Luas dan panjangnya lapisan penutup.

- Tingkat kekedapan lapisan penutup

Page 105: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

105105105

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

- Luas daerah isian di atas.

- Permeabilitas tanah dan batuan daerah isian

- Curah hujan di daerah isian.

M a ta a i r

M a t a a i r

M a t a a i r

A k u i f e r

A k u if e r

Gambar.2.12. Mataair struktur

Kondisi yang gundul/gersang di dekat mataair tipe ini samasekali tidak berpengaruhterhadap fluktuasi debit mataair, tetapi kondisi di daerah isian yang bisa sangat jauhakan mempengaruhi debit. Sebagai contoh : Mataair umbulan daerah isiannyaberasal dari lautan pasir G.Tengger yang sangat luas setara kota Malang,permeabilitas pasir sangat tinggi walaupun tidak ada hutan, curah hujan > 3000mm/tahun.

Batuan kedap air sebagai lapisan penutup sangat bervariasi tergantung lokasinya,pada daerah volkanik batuan berupa : Lava Basalt, Lava Andesit, Tuf dan di kakigunung dari faies fluviovolkaniknya bisa berupa batulempung. Di daerah Pasrepanlapisan penutupnya berupa Tuf, sedangkan di Daerah Bangsal sampai Puri,Mojokerto lapisan penutupnya adalah batulempung. Untuk perencanaandaerah konservasi mataair stratigrafi pasti menyangkut daerah isian yang jauh dari

lokasi mataair, perubahan tata guna lahan di daerah isian pasti akan mengubahinfiltrasi menjadi limpasan permukaan, untuk jelasnya lihat Gambar 2.13.

Page 106: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

106106106

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

R ec h a r g e Area

M a t a a ir

C ap R o c k

Ak u ifer

Gambar 2.13. Penampang melintang mataair Stratigrafi

8.4. Kondisi Mataair di Kota BatuJumlah matair yang sementara ini berhasil diinventarisir kurang lebih 110 buahdengan berbagai karakter mataair berdebit besar maupun kecil. Mataair banyakdijumpai pada tebing – tebing yang terpotong oleh topografi maupun struktur geologiberupa kekar dan sesar, seperti mata air Kali mranak, mata air Binangun, mata airsumberbrantas dan lain lain. Penyebaran kawasan pemunculan mataair di daerahpenelitian berdasarkan pengamatan lapangan dan data sekunder berada di DsTulungrejo (14 lokasi), Ds Bulukerto (4 lokasi), Ds. Bumiaji (9 lokasi), Ds.Sumbergondo (2 lokasi), Ds. Gunungsari (4 lokasi), Ds. Pandanrejo (1 lokasi), DsOro oro ombo (2 lokasi), Ds. Sidomulyo (4 lokasi), Ds. Pesanggrahan (1 lokasi), Ds.Ngaglik (2 lokasi), Ds Punten (6 lokasi), Kelurahan Sisir (3 lokasi), Kelurahan Temas(3 lokasi), Ds. Mojorejo (2 lokasi), Ds. Tlekung (4 lokasi). Akibat penjarahan hutanlindung seluas kurang lebih 5900Ha, debit air turun sekitar 50%, bahkan sebagianmati.

8.4.1. Kelompok Mataair AnjasmoroKelompok ini dari hasil pengamatan sementara mempunyai ciri :

- Akifer potensialnya adalah pasir dan breksi lahar dari Formasi Anjasmoro

Tua

- jarang lapisan penutup berupa tuf, lebih banya akifer bebas.

- Banyak memiliki mataair berdebit 1 – 25 liter/detik.

- Jenis mataair umumnya mataair topografi.

Page 107: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

107107107

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

8.4.2. Kelompok Mataair Kawi – PandermanKelompok ini dari hasil pengamatan sementara mempunyai ciri :

- Akifer potensialnya adalah breksi lahar Formasi Panderman

- Tidak ada lapisan penutup sehingga jenisnya akifer bebas.

- Banyak memiliki mataair berdebit 1 - 30 liter/detik.

- Jenis mataair umumnya mataair topografi dan struktur.

- Kadang-kadang berasosiasi dengan mataair panas asal hidrotermal..

8.4.3. Kelompok Mataair ArjunoKelompok ini dari hasil pengamatan sementara mempunyai ciri :

- Akifer potensialnya adalah breksi lahar Formasi Arjuno Tua

- Lapisan penutupnya lava andesit yang tebal dan kedap air.

- Sifat akifer terkekang.

- Banyak memiliki mataair berdebit besar > 40 liter/detik.

- Jenis mataair umumnya mataair stratigrafi.

Page 108: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

109109109

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

9. PERSEPSI DAN PENGETAHUANSTAKEHOLDERS TERHADAP FUNGSI DAS

9.1. Analisis Stakeholder: Kepentingan dan perannyaAnalisa stakeholder menunjukkan bahwa perhatian terhadap fungsi DAS relatiftinggi, namun diantara stakeholder masih belum jelas integrasi target-targetpengelolaan DAS yang digarap serta indikator kinerja yang dihasilkan dalammemperbaiki kondisi hidrologi DAS. Setiap stakeholder merencanakan danmelakukan tindakan pengelolaan DAS secara sektoral yang disesuaikan dengankepentingan dan mandat masing-masing instansi. Rencana dan tindakanpengelolaan DAS oleh setiap instansi ini bisa berbeda tetapi tidak jarang terjaditumpang-tindih kegiatan maupun sasaran yang dituju. Koordinasi sudah sangatsering diwacanakan bahkan pertemuan koordinasi antar pihak juga sudah menjadiagenda bersama, namun istilah koordinasi masih sebatas pertemuan belum sampaipada tindakan nyata. Sampai sejauh ini peencanaan dan tindakan pengelolaan DASbelum didasarkan pada integrasi kesepakatan stakeholder dalam menetapkanprioritas pengelolaan DAS.

Dalam analisis kepentingan dan peran stakeholder pengelolaan hidrologi DAS diKota Batu berikut ini dipisahkan antara stakeholder dari luar (tingkat Provinsi danPusat) dan stakeholder dari dalam wilayah Kota Batu.

9.2. Kepentingan dan Peran Stakeholder Tingkat Pusat danProvinsi

Kegiatan perencanaan dan pengelolaan hidrologi DAS yang terkait denganstakeholder tingkat Provinsi Jawa Timur dan tingkat pusat baik langsung maupuntidak langsung ternyata cukup banyak dilakukan di wilayah Kota Batu, walaupunluasnya “hanya” sekitar 170 km2 ini. Beberapa instansi pada tingkat lebih tinggisangat berkepentingan dengan kawasan ini, yang merupakan bagian hulu darisebuah DAS yang dihuni oleh penduduk yang sangat besar jumlahnya di bagianyang paling strategis dari Provinsi Jawa Timur.

Beberapa stakeholder di tingkat Provinsi Jawa Timur yang terkait denganpengelolaan hidrologi DAS Sumber Brantas adalah Badan Pengendalian DampakLingkungan Daerah (Bapedalda), Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan UmumPengairan, Dinas Kesehatan, Dinas Enerji dan Sumberdaya Mineral. Sementara itubeberapa dinas dan instansi lain yang secara tidak langsung jugasering berhubungan dengan isu DAS adalah Dinas Pertanian, Dinas Peternakan danBadan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas). Kelompok berikutnya adalahinstansi atau lembaga pusat yang beroperasi di daerah seperti Balai BesarWilayah Sungai (BBWS) Kali Brantas, Perum Jasa Tirta I (PJT), Perum PerhutaniKPH Malang, dan Balai Pengelolaan DAS Brantas (BP DAS). Pihak lain yangberperan dalam bidang ini di Kota Batu adalah Environmental Services Program(ESP)-USAID Jawa Timur, sebuah LSM international yang memiliki kegiatan ditingkat nasional. Sdebenarnya masih ada pihak luar lain yang juga berperan yakni

Page 109: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

110110110

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

dari Perguruan Tinggi yang ada di Kota Malang seperti Universitas Brawijaya(UB), Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Universitas Muhamadiyah Malang(UMM).

Berikut ini diuraikan secara ringkas dalam matriks kepentingan setiap pihak dalampengelolaan DAS, kemudian peran yang sudah dilakukan dalam pengelolaan DASSumber Brantas serta persepsi dan pengetahuan masing-masing stakeholderterhadap pencapaian DAS yang sehat (Tabel 4.1.).

Tabel 4.1. Kepentingan dan Peran Stakeholder Pemerintah/non-PemerintahTingkat Pusat dan Provinsi dalam Pengelolaan DAS Sumber Brantas

Stakeholder(Stakeholder)

Kepentingan dalampengelolaan DAS

Peran yang dilakukan dalampengelolaan DAS Sumber

Brantas

Persepsi dan Pengetahuantentang pencapaian DAS yang

sehat

BAPEDALDA Jatim 1. Konservasi Sumber Air

2. Perlindungan Kualitas Air

3. Pendidikan Lingkungan

4. Penerapan KebijakanPROKASIH

1. Inventarisasi dan identifikasisumber-sumber air dansumber pencemar

2. Menetapkan pedomanperhitungan daya tampingbeban pencemaran

3. Menetapkan persyaratanpembuangan air limbah keair atau sumber air

4. Memantau kualitas air padasumber air dan badan sungai

Sungai Brantas merupakan salahsatu bahan baku air minum bagipenduduk Jawa Timur telahtercemari oleh buangan limbahdomestik dan limbah industri, untukitu perlu dibentuk lembagatersendiri dalam menetapkankebijakan, perencanaan,pengendalian dan pengawasanbidang pembangunan lingkunganhidup

BBWS Kali Brantas Pengelolaan air sungai 1. Perencanaan konservasisumberdaya air dalam DAS

2. Pembangunan ckhek Damuntuk mengurangisedimentasi waduk

Infrastruktur pengelolaansumberdaya air di sepnajang sungaiterganggu fungsinya karenasedimentasi, sampah dan banjir

Dinas KehutananJawa Timur

Koordinasi antar lembaga teknisuntuk pengelolaan hutan yangdisesuaikan dengan kebijakanGubernur dalam pengelolaanhutan

1. Koordinasi Forum DAS yangditetapkan berdasarkan SKGubernur,

2. Koordinasi pelaksanaanGerakan NasionalRehabilitasi Hutan dan Lahan(GN-RHL),

3. Inisiasi Kebijakan Perdauntuk pengetrapan JasaLingkugan

Pendayagunaan potensi sumberdayaalam, hutan, sarana prasaranaserta pemberdayaan masyarakatuntuk mendorong perekonomianrakyat

Tahura R Soerjo Konservasi biodiversitas hutan,konservasi sumberdaya air.

Perlindungan hutan melaluipembentukan dan memfungsikanKelompok Tani Tahura (KTT),Paguyuban Kepala Desa dan JagaWana dari masyarakat setempat

BP DAS Brantas Implementasi Pengelolaan DASmelalui pendekatan DAS Mikro,Mengaktifkan forum DAS,Monitoring dan evaluasi kinerjaDAS

1. Koordinasi implementasiGerakan NasionalRehabilitasi Hutan dan Lahan(GN-RHL),

2. Penyelenggaraan pertemuanrutin forum DAS,

Implementasi DAS Mikro sebagaikegiatan Forum DAS dapatmembantu penyehatan DAS

Page 110: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

111111111

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

3. Monitoring dan evaluasihidrologi DAS

Perum PerhutaniKPH Malang

Pengusahaan hutan melaluipendekatan Pengelolaan HutanBersama Masyarakat (PHBM)

1. Perencanaan, Pemeliharaandan Pengawasan usaha disektor kehutanan baik dikawasan hutan lindungmaupun produksi,

2. Fasilitasi LembagaMasyarakat Desa Hutandalam implementasi PHBM,

3. Rehabilitasi hutan rusak

Kerjasama pengelolaan hutanmelalui PHBM dengan masyakat danstakeholder yang berkepentingandalam pengelolaan hutan atasdasar Forest ResourceManagement dan Community BasedForest Management dapatmengembalikan fungsi hidrologihutan

Perum Jasa Tirta I Pengusahaan sumberdaya airdengan pemanfaataninfrastruktur bangunan air disepanjang sungai Kali Brantas,namun menghadapi masalahbahwa sumber daya air yangdikelola 85% bukan dialokasikanuntuk kegiatan komersil.

1. Implementasi konsep jasalingkungan hulu-hilir melaluipemberdayaan desa contoh,

2. Monitoring kualitas dankuantitas air,

3. Rehabilitasi lahan dibantaran sungai,

4. Pemeliharaan bangunan airdan sungai di K. Brantas

5. Inisiator Gerakan NasionalKemitraan Penyelamatan Air(GN-KPA) denganmemfasilitasi PenyusunanRencana Konservasi TanahDesa (RKTD) danimplementasinya.

6. Mendukung kegiatan GN-RHL

Kerusakan hutan dan lahanberdampak terhadap tingginyatingkat erosi dan sedimentasi danmengancam kelestariansumberdaya air. Kondisi ini dapatmenurunkan fungsi infrastrukturbangunan air yang telah di bangundengan investasi yang sangat tinggi.

Dinas PekerjaanUmum PengairanJatim

Koordinasi antar lembaga teknisuntuk pengelolaan sumber dayaair yang disesuaikan dengankebijakan Gubernur dalampengelolaan SDA

Perencanaan infrastrukturjaringan irigasi

Pemanfaatan sumberdaya air untukirrigasi

Dinas Energi danSumber daya MineralJatim

Pemanfaatan dan konservasisumber daya air bawah tanah

Kajian geo-hidrologi (geo-listrik) Pemenuhunan kebutuhan airmelalui cadangan air bawah tanah

Dinas Kesehatan(Sanimas) Jatim

Peningkatan kesehatanmasyarakat melalui sanitasilingkungan

Penanganan limbah industri dandomestik di Desa Temas secarakomunal dengan bangunan“wetland”

Peningkatan kualitas air di badansungai dan kualitas air yangdikonsumsi masyarakat

PDAM Kota Malang Mempertahankan pasokan airuntuk kebutuhan air minum kotaMalang yang secara historisinfrastrukturnya telah dibangunsejak Jaman Belanda, namundengan otonomi daerah saat inimasuk wilayah Kota batu

Pengembangan negoisasi hargaair baku dengan Pemkot Batu

Konservasi sumber air bakudibutuhkan untuk keberlanjutanpenyediaan air baku warga KotaMalang

EnvironmentalService Propram(ESP)- USAID

Penanganan kesehatan balitaterhadap diare melalui pendidikankesehatan masyarakat, sanitasilingkungan, penanganan sampah,penyediaan

Pemberdayaan masyarakatmelalui sekolah lapanganpengelolaan lingkungan, fasilitasiLMDH untuk implementasi PHBM,pengelolaan sampah dan sanitasi

Integrasi hulu hilir terhadappengelolaan sumberdaya air untukmendukung kesehatan balitaterhadap diare.

Page 111: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

110110110

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

air bersih masyarakat danperlindungan air melaluipengelolaan DAS

masyarat, inisiasi pembentukanforum pengelolaan lingkungan,Fasilitasi komunikasi tree partiesdalam pengelolaan lingkungan

UB (UniversitasBrawijaya)

Penelitian, Pendidikan danPengabdian pada Masyarakat

1. Fasilitasi Pemkot danMasyarakat Kota Batu dalampengelolaan DAS

2. Peningkatan kualitas SDMlewat pelatihan danpendampingan langsung dantidak langsung

3. Peningkatan kapasitasPemkot danLSM lokal

4. Fasilitasi pengembangankonsep pengelolaan DAS

UNISMA (UniversitasIslam Malang)

Penelitian, Pendidikan danPengabdian pada Masyarakat

1. Fasilitasi Masyarakat KotaBatu dalam peningkatanpendapatan melalui berbagaiprogram kegiatanmasyarakat

2. Peningkatan kapasitasmasyarakat

UMM (UniversitasMuhamadiyahMalang)

Penelitian, Pendidikan danPengabdian pada Masyarakat

3. Fasilitasi Pemkot danMasyarakat Kota Batu dalampengelolaan DAS (GNKPA)

4. Fasilitasi pengembangankonsep pengelolaan DAS

9.3. Kepentingan dan Peran Stakeholder Tingkat KotaIdentifikasi terhadap stakeholder yang berperan dalam kegiatan perencanaan danpengelolaan hidrologi DAS Sumber Brantas menghasilkan sederet stakeholder baikdari lembaga pemerintah maupun non-pemerintah di Kota Batu.

Stakeholder yang terkait dengan pengelolaan DAS dari lembaga pemerintah adalahlembaga legislatif (DPRD), Walikota Batu, Badan Perencanaan PembangunanDaerah (Bappeda), Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, DinasBina Marga dan Pengairan, Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya dan Pemukiman,Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Kantor Koperasi dan UKM, PDAM Kota Batu,dan MUSPIKA (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) Batu, Bumiaji dan Junrejo.

Daftar stakeholder non-pemerintah yang berperan aktif dalam konteks pengelolaanDAS di Kota Batu adalah Harapan Putih Sentosa, Yayasan PengembanganPedesaan (YPP), Yayasan Pusaka, Paramitra Jawa Timur, Fokal Mesra, (darikelompok LSM), dari kelompok petani seperti Kelompok Tani Tahura (KTT),Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), IPPHTI, Kelompok Tani (Buah, Bungadan Sayur), dan Serikat Petani Gunung Biru (SPGB), serta dari kelompok pengusahaHIPPAM, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

Sebagai sebuah catatan sejarah, bahwa sebelum tahun 1990an Batu merupakankota kecamatan yang menjadi salah satu bagian dari Kabupaten Malang. Pada 6Maret 1993, dibentuk dan diresmikan Kota Administrasi Batu yang meliputi wilayah

Page 112: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

111PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo. Barulah pada 21 Juni2001 status Batu resmi menjadi Kota berdasarkan UU No 11 Tahun 2001. Kota Batumenjadi daerah otonomi dipimpin seorang Walikota. Walikota Batu pertama, ImamKabul menjabat pada periode 2001 s/d 2007. Sebelum pilkada bulan Oktober 2007,Walikota meninggal dunia (26 Agustus 2007), sehingga jabatan walikota Batudipegang oleh seorang pelaksana harian (plh), sampai terpilihnya walikota definitif.Pilkada baru dilaksanakan 5 Nopember 2007 dan terpilih pasangan Walikota EddyRumpoko dan Wakil Walikota H. Achmad Budiono, SH. MM, yang dilantik pada padahari Senin 23 Desember 2007, setelah memenangkan pilkada pada 5 November2007 lalu.

Terjadi ketidak-pastian di kalangan birokrasi Kota Batu sejak meninggalnya WalikotaImam Kabul sehingga banyak hal yang menyangkut kebijakan seolah diambangkankarena menunggu kepastian walikota yang baru. Demikian pula sejak walikota EddyRumpoko dilantik sampai masih terjadi suasana yang mengambang, karena adanyaisu perubahan organisasi dan mutasi jabatan di lingkungan SKPD Kota Batu. Hal initernyata sangat berpengaruh terhadap sikap dan kebijakan yang diambil olehbeberapa dinas, khususnya yang terkait dengan penelitian RHA, yakni sebagaistakeholder dari lembaga pemerintah (PEK). Isu tersebut akhirnyamenjadi kenyataan pada bulan Desember 2008, di mana terjadi perubahan yangcukup besar di beberapa SKPD yang terkait dengan penelitian RHA ini. Selainmutasi pejabat atau pimpinan SKPD ternyata juga ada perubahan strukturorganisasi beberapa SKPD. Perubahan SKPD yang terkait dengan isupengelolaan DAS pada bulan Desember 2008 adalah sebagai berikut :

2001-Desember 2008 Mulai Desember 2008

Dinas Kehutanan dan LingkunganHidup

menjadi Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Sumberdaya Air dan Enerji menjadi Dinas Pengairan dan Bina Marga

Dinas Pertanian dan Peternakan menjadi Dinas Pertanian dan Kehutanan

Berikut ini diuraikan secara ringkas dalam matriks kepentingan setiap pihak dalampengelolaan DAS, kemudian peran yang sudah dilakukan dalam pengelolaan DASSumber Brantas serta persepsi dan pengetahuan masing-masing stakeholderterhadap pencapaian DAS yang sehat (Tabel 4.2.).

Tabel 4.2. Kepentingan dan Peran Stakeholder Pemerintah/non-Pemerintah

Tingkat Kota Batu dalam Pengelolaan DAS Sumber Brantas

Stakeholder(Stakeholder)

Kepentingan dalampengelolaan DAS

Peran yang dilakukan dalampengelolaan DAS Sumber

Brantas

Persepsi dan Pengetahuantentang pencapaian DAS yang

sehatDPRD dan Wali Kota Implementasi visi tahun 2003-2007

“Batu, Agropolitan bernuansapariwisata dengan masyarakatmadani”, menuju visi 2007-2012 :Kota Batu sebagai sentra pariwisataberbasis pertanian, didukung olehsumberdaya manusia, sumberdayaalam, dan sumberdaya budaya sertapemerintahan yang kreatif, inovatif,dan bersih bagi seluruh rakyat yangdijiwai keimanan dan ketaqwaan

1. Penetapan Missi : (a) Pening-katan SDM untuk mengelolaSumber Daya Alam berbasispertanian dan pariwisata yangberwawasan lingkungan, dan (b)Perwujudan peningkatanlingkungan hidup dan terkenda-linya tata ruang daerah

2. Penerbitan Peraturan DaerahNo. 6 / 2005 tentang Perlin-dungan dan Pengelolaan Air

Pengembangan agropolitan dan wisatayang didukung penerapan motto “BatuHijau Lestari” dengan pendekatankultural dan struktural

Page 113: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

112112112

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

kepada Tuhan Yang Maha Esa Bawah Tanah dan AirPermukaan

3. Meningkatkan peran Kota Batusebagai Kota pertanian (agro-politan), khususnya untuk jenistanaman sayur, buah dan bungaserta menguatnya perdaganganhasil pertanian dan industripertanian (agro-industri) yangdiperhitungkan,

4. Meningkatkan posisi dan peranKota Batu dari “Kota Wisata”menjadi “sentra Wisata” yangdiperhitungkan di tingkatregional atau bahkan nasional

BAPPEDA Mewujudkan Tata Ruang Daerahdengan Penetapan Kawasan Lindung,Luasnya sekitar 52% (10,352 Ha) danKawasan Budidaya 48% (9,555Ha) dari luas wilayah Kota Batu.

1. Pemetaan dan penyusunan dataspatial untuk perencanaan tataruang,

2. Koordinasi Instansi terkait untukimplementasi tararuang daerah

Penerapan tata ruang daerah dapatmenciptakan lingkungan yang sehat

Dinas Pertanian danKehutanan

Peningkatan Peran Serta Masyarakatdalam Rehabilitasi Hutan dan LahanPeningkatan kualitas lingkunganhidup dengan penanganan lahankritis, baik di dalam maupun di luarkawasanhutan.

1. Bantuan Ternak untuk mendu-kung rehabilitasi hutan

2. membina Kelompok Tani LMDHdan RLKT;

3. Sosialisasi Pencegahan danDampak Kebakaran Hutan danLahan

4. Perlindungan dan PengamatanHutan Terpadu

Pengelolaan hutan denganpemberdayaan perikehidupan danperekonomian masyakat solusikonservasi dan rehabilitasi hutan dankerusakan sumberdaya lahan danmengupayakan mitigasi dan adaptasipemanasan global

Dinas Lingkungan Hidup Pengelolaan lingkungan hidup untukmenjamin kualitas air dan sanitasimasyarakat

1. Pengembangan TeknologiPersampahan dan PemantauanKualitas Lingkungan

2. maupun Pengkajian DampakLingkungan termasukPembuatan Teknologi BiogasLimbah Ternak ;

3. Pengelolaan Prokasih;Pengadaan Sarana danPrasarana Pemantauan KualitasAir ;

4. Peningkatan Konservasi DaerahTangkapan Air serta PembuatanDam Penahan ;

5. Pengembangan Data danInformasi Lingkungan sertaPenyuluhan

6. Pengendalian Polusi danPencemaran;

7. Penghijauan Kanan Kiri Jalan,8. Pengadaan dan Pemeliharaan

Sarana dan PrasaranaPencegahan Bahaya Kebakarandan PengelolaanPersampahan/Pemeliharaandan Pengembangan

9. Ruang Terbuka Hijau.

Peningkatan peran serta masyarakatdalam menjaga kelestarian lingkunganhidup kota Batu

Dinas Bina Marga danPengairan

mewujudkan polapengelolaan sumber daya air yangterpadu dan berkelanjutan,

1. Pembangunan dan pemeliharaansaluran irigasi, dam, pembuatanplengsengan dan penguatan

Pengelolaan sumberdaya air melaluipemulihan debit sumber air utama danpenataan pemanfaatan sumberdaya air

Page 114: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

113113113

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

terkendalinyapemanfaatan air tanah, meningkatnyakemampuan pemenuhan kebutuhanairbagi rumah tangga, permukiman,pertanian, dan industri, denganprioritas utamauntuk kebutuhan pokok masyarakatserta berkurangnya dampak bencanabanjirdan kekeringan.

tebing sungai,2. Pelayanan Sistem Irigasi3. Pengembangan penampungan

air melalui waduk mini untukpenyediaan air bersih

4. Pemberdayaan petani pemakaiair (HIPPA)

5. Pemanfaatan sumber-sumberair bersih

6. Perencanaan pembangunan danpembuatan jaringan irigasi,perencanan dan pembuatanjaringan air bersih/minum.

7. Pengembangan sumur bor danreservoir untuk pengadaan airbersih

8. Pengawasan Air Bersih danPelatihan HIPPAM serta Wasdal

9. Pemanfaatan Air Bawah Tanahdan Mata Air.

10. Pengembangan energi alternatifdengan biogas

berdasarkan regulasi pemerintahdaerah

Dinas Kesehatan Mewujudkan Kebijakan LingkunganHidup Sehat

Penyelenggaraan PenyehatanLingkungan di tempat Penyediaan AirBersih

Perbaikan kesehatan masyarakatmelalui perbaikan sanitasi konsumsiair masyakarat

Dinas Cipta Karya danPemukiman

perencanaan pembangunaninfrastruktur pembangunanJaringan Air Minum/Air Bersih

Penyediaan jaringan air bersih baikdalam fasilitasi PDAM dan HIPAM

Pemanfaatan sumberdaya air untukpemerataan penyediaan air bersihwarga masyarakat

Kantor PemberdayaanMasyarakat

Pengembangan usaha produktif danperlindungan lingkungan melaluibantuan peberdayaan masyakat olehaparat desa dan organisasikemasyarakatan di tingkat desa

Bantuan dana segar untuk kegiatanmasyakarat sesuai kebutuhan desayang disusun dari RESBANG Desa.

Penguatan kelembagaan desa untukmemaduan kemajuan pembangunandan perlindungan lingkungan

Kantor Koperasi danUKM

Pembinaan, pelatihan danpendampingan dalam bidangkewirausahaan maupun pengelolaammanajemenkoperasi

Pembentukan Kelompok KerjaProgram Pengembangan Usaha Kecildan Mikro serta Perkuatan StrukturKeuangan Koperasi.

Pembinaan perkonomian masyakaratdesa sekitar hutan melaluipengembangan koperasi

PDAM Kota Batu Pengusahaan sumberdaya air untukpenyediaan air bersih masyarakat

Melakukan managemen pemafaatanair dan penyediaan infrastrukturuntuk penyediaan air bersihmasyarakat dan industry sertaperhotelan

Pengelolaan restribusi air yangsebagian digunakan untukpenyelamatan sumber air disekitarmata air

MUSPIKA Penegakan hukum UU No 23 tahun1997 tentang Pengelolaan Hidup, UUNo 7 Tahun 2004 tentangSumberdaya Air, Kep Men LH No 07tahun 2001 tentang Pejabat danPengawas Lingkungan Hidup Daerah,Keputusan Bersama Kementrian LH,Kejaksaaan dan Kepolisian No KEP -04/ MENLH/04/2004, KEP208/A/JA/04/2004, No Pol: Kep-19/IV/2004 tentang PenegakanHukum Lingkungan Hidup Terpadu,Keputusan Gubernur Jatim No 45tahun 2002 tentang baku mutulimbah cair bagi industry ataukegiatan usaha lainnya di Jawa Timur

Pengawas_Penyidik bidang lingkunganhidup, Pembuktian Tindak PidanaLingkungan Hidup, MendukungKebijakan Pemerintah Daerah, danmemfasilitasi peran masyarakatdalam menaati peraturanperundang-undangan di bidanglingkungan

Penegakan hokum dapat mencegahkerusakan lingkungan

Page 115: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

114114114

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

LSM Harapan PulihSentosa

Fasilitasi Rehabilitasi hutan Fasilitasi kegiatan PHBM oleh LMDHdan Perhutani

Penguatan masyarakat untukmerehabilitasi hutan

YPP Fasilitasi penerapan JasaLingkungan Hulu-hilir

Penguatan kelembagaan kelompoktani untuk rehabilitasi lahan danhutan, menjadi mediator dalamrehabilitasi lahan

Penguatan Kelembagaan Masyarakatdapat sebagai roda penggerahrehabilitasi lahan dan hutan yangefektif

Yayasan Pusaka Fasilitasi dan advokasipermasalahan lingkungan

Pengembangan kegiatan GerakanRehabilitasi Hutan dengan programGIRAB

Pendekatan cultural dan structuraldapat sebagai penggerak efektif dalamrehabilitasi hutan dan lahan

LSM Paramitra Pengembangan Jasa Linglkunganmelalui mekanise pengembanganperaturan daerah

Fasilitasi pengembangan peraturandaerah tentang jasa lingkungan,fasilitasi koordinasi kegiatan TahuraR Soerjo dengan masyarakat,Pengembangan Perdes Lingkungan

Penguatan kelembagaan masyarakatdapat sebagai pendorong percepatanrehabilitasi lahan dan hutan sertakonservasi kawasan lindung

Kelompok Tani Tahura(KTT)

Pengembangan kegiatan konservasibiodiversitas dan pemanfaan fungsihutan non kayu untuk usahaproduktif

Pengembangan rencana aksi untukkonservasi biodiversitas danpemanfaatan fungsi hutan non kakyudan pengembangan sistempengamanan hutan

Konservasi biodiversitas hutan dapatmenjaga kelestarian sumberdaya air

Lembaga MasyarakatDesa Hutan (LMDH)

Perbaikan perikehidupan anggotamelalui peran aktif dalamimplementasi PHBM

Penguatan pesanggem dalam rangkamendukung implementasi PHBM diwilayah Perhutani

Perbaikan perekonomian pesanggem,dan kebersamaan dank e solidanorganisasi LMDH dapat mendukungpengembangan fungsi ekologis hutan

IPPHTI Impelentasi pengendalian hamapenyakit terpadu dalam usahabudidaya pertanian

Pengembangan dan implementasipengendalian hama penyakit terpaduyang menekan sekecil mungkinkontaminasi pestisida dalam aliranair

Perbaikan kualias air melaluiimplementasi Pengendalian Hama-Penyakit Terpadu ( PHT)

HIPPAM Penyediaan air bersih masyarakatpedesaan yang murah denganmanagemen masyarakat desa itusendiri

Perencanaan, pengembangan danpemanfaatan sumber air untukpenyediaan dan pemerataan airbersih masyarakat pedesaan

Konservasi sumber air penting untukkeberlanjutan penyediaan air besihkebutuhan rumah tangga

HIPA Pemanfaatan dan pengelolaan airuntuk irrgiasi baik di lahanperkebunan apel, lahan kering danlahan sawah

Pengaturan kebutuhan air bakuuntuk irrigasi

Konservasi sumber air penting untukkeberlanjutan penyediaan air irigasidalam pendukung usaha pertanian

FOKAL MESRA Pemantauan kondisi lingkungan danpemberdayaan masyarakat untukpengelolaan lingkungan

Fasilitasi Masyarakat untukpengelolaan lingkungan danrehabilitasi hutan dan lahan,pemantauan kualitas air di badansungai

Pemanfaatan sumberdaya alam untukkesejahteraan masyarakat harusselaras alam

Kelompok Tani Pemanfaatan sumberdaya air untukirrigasi

Penggunaan pestisida yang dapatmenyebabkan kontaminasi aliran air

Pengaturan pemanfaatan air yang lebihefisien dan pengembanganpengendalian HPT dapat memperbaikikondisi lingkungan

Serikat Petani GunungBiru (SPGB)

Memperjuangan anggotanya yangmayoritas tidak memiliki lahan untukmendapatkan lahan garapan dihutandengan menjaga kelestarian hutan

Pemanfaatan lahan hutan denganmengusahakan tanaman dibawahtegakan

Konservasi Gunung Biru denganmenyertakan masyarakat untukpeningkatan ekonominya dapatmelestarikan sumberdaya air.

Persatuan PengusahaHotel dan Restauran(PHRI)

Pemanfaatan sumber air untukkebutuhan usaha perhotelan

Berpartisipasi dalam rehabilitasihutan

Pasokan air baku untuk kebutuhanusaha perhotelan penting melaluirehabilitasi hutan

PEK terkait dengan RHA di DAS Sumber Brantas menjadi sangat menarik akibatadanya periode transisi di Kota Batu. Terlihat bahwa kebijakan yang diambil olehDinas-dinas sangat tergantung dari figur pimpinan daerah dalam hal ini walikota.Salah satu isu penting terkait dengan RHA yang bisa dijadikan contoh adalahhubungan antara hutan dan air (banjir dan kekeringan). Semua komponen di Kota

Page 116: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

115115115

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Batu tampaknya sepakat bahwa penurunan fungsi hidrologi di kawasan inidisebabkan oleh penebangan pohon di hutan kawasan Perhutani yang tidak segeradihutankan kembali. Hampir semua komponen masyarakat dan pemerintahmenyadari bahwa untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah dengan caramenghutankan kembali kawasan Perhutani dan Tahura yang gundul dan rusak.Namun kesepakatan semacam ini tidak langsung bisa diimplementasikan.

Proses penghutanan kembali terhambat oleh kegiatan masyarakat sekitar hutanyang menanami tanah-tanah gundul tersebut dengan tanaman semusim khususnyasayur-sayuran. Tanaman sayur ternyata memberikan hasil yang luar biasa besarbagi para petani, sehingga mereka enggan menghentikan kegiatannya itu. Program-program yang dikembangan pemerintah untuk membatasi penanaman sayurternyata tidak mampu menghentikannya.

Penghutanan kembali atau menanam pohon kehutanan 100% di lahan Perhutanijelas sudah tidak memungkinkan lagi akibat adanya keterlibatan masyarakat didalamkawasan hutan. Masyarakat tidak mungkin disingkirkan atau diusir dari kawasan itu,sehingga satu-satunya jalan adalah melibatkan mereka dalam pengelolaanhutan (konsep PHBM oleh Perhutani). Salah satu kompromi yang ditawarkanoleh Perhutani adalah mengganti tanaman sayuran dengan tanaman tahunan.Dari berbagai pilihan, ditawarkan porang dan kopi untuk ditanam disela-selatanaman pokok (tegakan). Namun usulan masyarakat dan Perhutani ini tidakdisetujui oleh birokrasi Pemkot Batu. Namun setelah pergantian walikota, justruide ini menjadi program Pemkot Batu untuk menghentikan penanaman sayursebagai tanaman sela di lahan Perutani dan menggantinya dengan tanaman kopi.Bahkan di awal tahun2009 ini Pemkot Batu memberikan berbagai bentuk insentif untuk mempercepatpelaksanaan penanaman kopi ini.

Itulah salah satu contoh perubahan yang mendasar dari kebijakan yang sangatdipengaruhi oleh figur kepala daerah dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini.Kesimpulannya, PEK yang digali dari unsur birokasi (lembaga pemerintah daerah)dapat berubah karena pengaruh dari pimpinan tertinggi di daerah tersebut.

Page 117: Bahan Bacaan Praktikum Lapangan PengDAS-2011tanah.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Bahan-Bacaan-Praktikum... · lokasi pengukuran debit dan peninggi muka air yang baik, sehingga

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

116116116

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pertimbangan Penelitian Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, 2005.Investigasi Geologi Bersama Masyarakat untuk Penyelamatan Mata Air diDAS Brantas Hulu.

Widianto, Fahmudin Agus dan Didik Suprayogoo, 2001. PENGELOLAAN DASMIKRO SECARA PARTISIPATIF Dalam rangka Program PIDRA.

Widianto, Suprayogo, D, Sudarto dan Lestariningsih I.D. 2008. Rapid HydrologicalAppraisal Implementationat Upper Brantas Watershed, East Java. Trees inmulti-Use Landscapes in Southeast Asia (TUL-SEA): A negotiation supporttoolbox for Integrated Natural Resource Management. World AgroforestryCentre (ICRAF) Southeast Asia, The Federal Ministry for EconomicCooperation and Development (BMZ), Germany and Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya, Malang.