bahan bab 4

29
BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian yang meliputi: (1) deskripsi keterlaksanaan pembelajaran (2) perolehan skor postes kemampuan kognitif (hasil belajar) dan kemamapuan berpikir kritis siswa, (3) persentase pencapaian siswa dalam tes hasil belajar dan kemamampuan berpikir kritis, (4) hasil pengujian hipotesis, dan (5) persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran paduan PS-Kooperatif Tipe STAD. 4.1 Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran Pebelajaran pada hakekatnya bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas pebelajar melalui berbagi interaksi dan pengalaman belajar di kelas. Kemajuan belajar akan berkembang sesuai dengan kemampuan pebelajar. Selain itu peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif sangat berperan dalam menentukan proses pembelajaran. Media belajar, seperti modul dan LKS dapat memudahkan siswa dalam menangkap isi pesan pembelajaran. Berpegang pada teori konstruktivistik, berbagai pendekatan pembelajaran yang bertumpu pada siswa layak dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Strategi yang dikembangkan juga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan gambaran keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan strategi/model pembelajaran 78

Upload: mas-yuni-mulyanto

Post on 28-Jun-2015

226 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: bahan bab 4

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian yang meliputi: (1) deskripsi keterlaksanaan

pembelajaran (2) perolehan skor postes kemampuan kognitif (hasil belajar) dan kemamapuan

berpikir kritis siswa, (3) persentase pencapaian siswa dalam tes hasil belajar dan kemamampuan

berpikir kritis, (4) hasil pengujian hipotesis, dan (5) persepsi siswa terhadap penerapan model

pembelajaran paduan PS-Kooperatif Tipe STAD.

4.1 Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pebelajaran pada hakekatnya bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan

kreatifitas pebelajar melalui berbagi interaksi dan pengalaman belajar di kelas. Kemajuan

belajar akan berkembang sesuai dengan kemampuan pebelajar. Selain itu peran guru dalam

menciptakan suasana belajar yang kondusif sangat berperan dalam menentukan proses

pembelajaran. Media belajar, seperti modul dan LKS dapat memudahkan siswa dalam

menangkap isi pesan pembelajaran. Berpegang pada teori konstruktivistik, berbagai pendekatan

pembelajaran yang bertumpu pada siswa layak dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik. Strategi yang dikembangkan juga akan sangat berpengaruh terhadap

kualitas proses pembelajaran.

Berikut ini akan dipaparkan gambaran keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan

dengan strategi/model pembelajaran problem solving, kooperatif tipe STAD, dan pembelajaran

paduan problem solving dan kooperatuf tipe STAD. 4.1.1 Kelas Poblem Solving

78

Page 2: bahan bab 4

Pada pembelajaran dengan menggunakan model problem solving, guru memberikan

media pembelajaran berupa LKS yang diberikan satu minggu sebelum pembelajaran

dilaksanakan. Pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model problem solving ini

diseting secara individu, dalam arti siswa menyelesiakan tugas dan menjawab LKS secara

individu. Namun dalam melaksanakan praktikum di laboratorium guru membagi kelas dalam 8

kelompok konvensional.

Pada tahap pembelajaran dengan model problem solving, ada beberapa kegiatan yang

dilakukan yaitu:

(a) Review materi pokok hidrolisis garam. Pada kegiatan ini, guru mengulas kembali materi-

materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam dan memberi pertanyaan-

pertanyaan untuk mengingatkan kembali, seperti mengingatkan kembali tentang teori asam basa.

(b) Pemberian informasi mengenai model pembelajaran problem solving, dalam kegiatan ini

guru memberikan informasi mengenai proses/tahapan dalam pembelajaran problem solving.

Guru memberikan penjelasan bahwa siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran, siswa

sendiri yang harus memahami konsep hidrolisis garam dengan mengkaji literatur dan

menyelesaikan pertanyan-pertanyaan dalam LKS, sementara guru hanya berperan sebagai

fasilitator. Keberhasilan siswa dalam memahami materi akan dapat dilihat berdasarkan nilai

tugas/LKS dan kuis yang diberikan.

(c) Pemberian motivasi, kegiatan pemberian motivasi ini dilakukan dengan menghubungkan

materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Dengan pemberian motivasi ini diharapkan

siswa akan lebih tertarik dalam mempelajari materi.

(d) Pemberian materi, dalam kegiatan ini guru menyampaikan materi apa yang akan dipelajari.

Guru meminta siswa untuk membuka LKS dan memahami perintah yang disampaikan dalam

LKS.

Page 3: bahan bab 4

(e) Studi literatur, dalam kegiatan ini guru meminta siswa untuk mengkaji literatur, memperoleh

informasi sebanyak-banyaknya untuk menyelesaiakan pertanyaan- pertanyaan dalam LKS.

(f) Diskusi kelas, dalam diskusi kelas guru meminta perwakilan siswa (secara sukarela) untuk

maju ke depan menjawab pertanyaan dalam LKS. Sementara siswa lainnya menanggapi jawaban

temannya di depan sambil mengkoreksi jawaban LKS teman satu bangkunya.

(g) Kuis, dilaksanakan setelah kegaitan pembelajaran selesai dilaksanakan. Soal kuis berkaitan

dengan materi yang telah dipelajari. Nilai kuis dijadikan dasar sebagai skor penentu peningkatan

individu.

Untuk mengukur keaktifan siswa digunakan lembar observasi. Keaktifan siswa dalam

pembelajaran ini di antaranya adalah keaktifan siswa dalam diskusi kelas, keaktifan siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas/LKS, dan keaktifan siswa dalam melaksanakan kerja di laboratorim.

Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium dan

keaktifan siswa dalam menjawab pertanyan dilaksanakan oleh guru dibantu oleh observer.

Berdasarkan pengamatan/observsi yang dilakukan oleh observer terhadap proses

pembelajaran dapat diketahui bahwa secara umum pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran problem solving telah berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.

Begitu pula dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh observer

terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran yang terangkum dalam lembar observasi proses

problem solving (Lampiran 21) menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan baik, hanya sebagian siswa saja yang kurang bisa mengikuti dengan

baik, dalam hal mengkaji literatur dan menyelesaikan soal/masalah, dengan alasan tidak

mempunyai buku. Hal ini bisa dipahami, karena memang siswa yang sifatnya heterogen dan

mempunyai tingkat kedisiplinan yang bebeda-beda. Dampak lanjutan dari hal tersebut adalah

tingkat pemahaman yang berbeda antara siswa yang aktif dengan siswa yang pasif dalam

menyelesaikan tugas/masalah. Siswa yang aktif tentu saja akan lebih bisa menguasai materi,

Page 4: bahan bab 4

sebaliknya siswa yang pasif akan merasa kesulitan dalam mengusai materi dengan

menggunakan model belajar seperti ini (problem solving). Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil

belajar (nilai LKS, kuis, dan tes hasil belajar). Nilai LKS dan nilai kuis untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 25. Sementara untuk

mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium yang diukur

sebagai nilai psikomotor/kinerja dapat dilihat pada Lampiran 23. Data lembar observasi proses

problem solving pada Lampiran 21 menunjukkan bahwa 71% siswa pada pertemuan II dan II,

dan 76% siswa pada pertemuan IV dan V dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

4.1.2 Kelas Kooperatif Tipe STAD

Pada pembelajaran dengan menggunakan model STAD, guru memberikan media

pembelajaran yang berupa LKS yang diberikan satu minggu sebelum pembelajaran

dilaksanakan. Pada tahap pembelajaran dengan model STAD, ada beberapa kegiatan yang

dilakukan yaitu:

(a) Review materi pokok hidrolisis garam. Pada kegiatan ini, guru mengulas kembali materi-

materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam dan memberi pertanyaan-

pertanyaan untuk mengingatkan kembali, seperti mengingatkan kembali tentang teori asam

basa.

(b) Pemberian informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada kegiatan

ini, guru memberikan informasi mengenai proses pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

aturan untuk melakukan diskusi. Siswa dalam berdiskusi kelompok harus mampu bertanggung

jawab dalam menyelesaiakan tugas dalam membantu teman yang mengalami kesulitan.

Tanggung jawab untuk membantu teman ini sangat berperan karena akan mempengaruhi

keberhasilan tiap anggota kelompok untuk mengerjakan kuis, nilai kuis juga akan berpengaruh

Page 5: bahan bab 4

terhadap keberhasilan kelompok. Keberhasilan kelompok didapatkan dari perolehan nilai tugas

kelompok dan nilai kuis seluruh anggota kelompok.

(c) Pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan di awal pembelajaran. Hal ini

disebabkan pembentukan kelompok hanya dibutuhkan satu kali selama pembelajaran materi

pokok hidrolisis garam, sehingga pembentukan kelompok ini lebih efektif bila dilakukan pada

awal kegiatan belajar mengajar setelah pemberian informasi mengenai penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa diminta untuk membentuk kelompok setiap sebelum

pelajaran kimia dilakasanakan. Kelompok-kelompok dibentuk berdasarkan data prestasi belajar

siswa dan diperoleh pengelompokkan seperti yang tertera pada Lampiran 26.

(d) Pemberian motivasi. Kegiatan pemberian motivasi ini dilakukan untuk menghubungkan

materi yang akan dipelajari dengan fenomena sehari-hari. Ketika pemberian motivasi ini

dilakukan siswa menjawab dengan serentak, tetapi guru menunjuk beberapa siswa untuk

menjawab.

(e) Penyajian materi. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD,

langkah awal pembelajaran adalah penyajian materi. Penyajian materi dilakukan seperti metode

ceramah biasa, tetapi materi yang disajikan tidak bersifat detail melainkan terfokus pada materi-

materi inti yang akan didiskusikan dalam kelompok. Penyajian materi berlangsung kurang lebih

15 menit berdasarkan urutan yang tertera pada rencana pembelajaran yang telah disusun.

(f) Diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok, peneliti dan observer melakukan penilaian

terhadap keaktifan siswa dalam berdiskusi.

(g) Diskusi kelas. Hasil jawaban LKS yang telah didiskusikan kemudian ditukarkan dengan

kelompok yang lain. Dalam diskusi kelas, perwakilan dari satu kelompok menjawab satu soal

sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Menanggapi dalam hal ini adalah argumentasi

kelompok tersebut terhadap jawaban soal, apakah sudah benar atau masih salah.

Page 6: bahan bab 4

(h) Kuis. Setelah diskusi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kuis. Dalam mengerjakan kuis,

hampir seluruh siswa mengerjakan sendiri. Meskipun ada siswa yang berusaha mencari bantuan

jawaban, tapi hal ini segera diantisipasi dengan memberikan perhatian khusus kepada siswa

tersebut. Nilai kuis ini digunakan untuk perhitungan skor kelompok yang dijadikan sebagai skor

untuk penentuan penghargaan kelompok. Nilai kuis pada tiap-tiap kelompok untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 26.

(i) Penghargaan kelompok. Penghargaan ini dilakukan dengan merata-rata jumlah rata-rata kuis

seluruh anggota kelompok ditambah dengan skor tugas kelompok dibagi dua. Kelompok yang

terbaik akan diberikan tepuk tangan oleh kelompok yang lain dengan tujuan untuk memberiakn

motivasi kepada kelompok lainnya untuk berprestasi. Rekapitulasi nilai tugas/LKS dan nilai kuis

yang dijadikan pertimbangan sebagai penentu penghargaan kelompok dapat dilihat pada

Lampiran 26.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dicatat pada lembar observasi

kooperatif siswa dalam proses pembelajaran, dapat disimpulkan secara umum bahwa siswa

sudah cukup aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok. Walaupun ada sebagian kecil siswa

yang pasif dengan ditandai bercanda, acuh tak acuh. Namun kondisi tersebut bisa diatasi ketika

guru mendekati dan menanyakan sudah sampai mana dalam melaksanakan diskusi kelompok.

Dari kondisi ini terlihat bahwa kelompok yang mempunyai anggota pasif, kegiatan diskusi

kurang berlangsung maksimal. Kecenderungan anggota kelompok yang berkemampuan tinggi

dan mempunyai usaha yang keras berusaha ikut mengerjakan tugas kelompok, sementara

anggota kelompok yang pasif akan cenderung diam. Nilai keaktifan siswa dalam mengerjakan

LKS dapat dilihat pada Lampiran 26, sementara nilai praktikum di laboratorium (unjuk kinerja)

dapat dilihat pada Lampiran 23. Nilai LKS dan nilai kuis yang dinilai secara individu sebagai

dasar penentuan penghargan kelompok. Penghargaan kelompok ini menjadikan masing-masing

kelompok termotivasi untuk berprestasi.

Page 7: bahan bab 4

4.1.3 Kelas PS-Kooperatif STAD

Sama dengan kelas PS dan kelas kooperatif tipe STAD, sebelum pembelajaran

dilaksanakan, guru memberikan LKS yang sama dengan kelas PS satu minggu sebelum

pembelajaran dilaksanakan. Pembelajaran dengan model paduan PS- kooperatif STAD ini pada

dasarnya sama dengan kelas PS hanya saja diseting secara kooperatif tipe STAD. Sebelum

pembelajaran guru membagi kelas dalam kelompok STAD yang dibagi berdasarkan nilai hasil

belajar/kemamapuan awal siswa. tahapan- tahapan yang dilaksanakan pada kelas PS-kooperatif

STAD ini adalah: (a) Review materi pokok hidrolisis garam. Pada kegiatan ini, guru mengulas

kembali materi-materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam dan

memberi pertanyaan-pertanyaan untuk mengingatkan kembali materi sebelumnya yang ada

kaitannya dengan materi hidrolisis garam, seperti mengingatkan kembali tentang teori asam

basa.

(b) Pemberian informasi mengenai model pembelajaran kooperatif PS-Kooperatif STAD. Pada

kegiatan ini, guru memberikan informasi mengenai proses pembelajaran model paduan PS-

kooperatif STAD. Pada dasarnya proses pembelajaran sama dengan pembelajaran model PS

hanya saja pemecahan masalah dilakukan secara kooperatif/kelompok. Disini juga dijelaskan

aturan dalam melakukan diskusi termasuk juga penghargaaan kelompok yang diperoleh dari

skor individu masing- masing anggota kelompok. Karena model pembelajaran yang diterapkan

adalah problem solving, maka dalam proses pembelajaran siswa harus berperan secara aktif

dalam menemukan konsep dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari literatur.

(c) Pembentukan kelompok STAD. Sama dengan kelas STAD, pembentukan kelompok

dilakukan pada awal pembelajaran. Selama proses pembelajaran siswa akan berada pada

kelompoknya sampai proses pembelajaran selesai. Pembagian kelompok ini ditetapkan oleh

guru didasarkan pada nilai prestasi belajar/kemampuan awal siswa.

Page 8: bahan bab 4

(d) Pemberian motivasi. Kegiatan pemberian motivasi ini dilakukan untuk menghubungkan

materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian motivasi dilakukan

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan konsep hidrolisis garam, dan

siswa menjawab dengan bergantian. Pemberian motivasi ini dimaksudkan agar siswa lebih

tertarik untuk mempelajari konsep hodrolisis garam.

(e) Pemberian materi, dalam kegiatan ini guru menyampaikan materi apa yang akan dipelajari.

Dalam pemberian materi, guru tidak menyampaikannya secara detail, tetapi hanya

menyampaikan pokok-pokoknya saja. Guru meminta siswa untuk membuka LKS dan

memahami perintah yang disampaikan dalam LKS. Oleh karena pembelajaran yang diterapkan

adalah problem solving, maka dalam LKS dikemukakan beberapa pernyataan dan pertanyaan

yang berhubungan dengan materi dan siswa diminta untuk memahami dan menjawab

pertanyaan yang ada.

(f) Studi literatur. Dalam kegiatan ini guru meminta siswa untuk mengkaji literatur,

memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk menyelesaiakan pertanyaan- peranyaan

dalam LKS.

(g) Diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok, peneliti dan observer melakukan penilaian

terhadap keaktifan siswa dalam berdiskusi.

(h) Diskusi kelas, Hasil jawaban LKS yang telah didiskusikan kemudian ditukarkan dengan

kelompok yang lain. Dalam diskusi kelas, perwakilan dari satu kelompok menjawab satu soal

sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Menanggapi dalam hal ini adalah argumentasi

kelompok tersebut terhadap jawaban soal, apakah sudah benar atau masih salah.

(i) Kuis. Setelah diskusi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kuis. Kuis dikerjakan secara

individu, meskipun siswa masih berada dalam kelompoknya namun guru tetap mengantisipasi

agar siswa tidak saling bekerjasama dalam menjawab dengan cara berkeliling dan

Page 9: bahan bab 4

memperhatikan dengan cermat aktivitas siswa selama pelaksanaan kuis. Nilai kuis ini digunakan

sebagai skor dasar untuk penentuan penghargaan kelompok. Nilai kuis pada tiap-tiap kelompok

untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 28.

(j) Penghargaan kelompok. Penghargaan ini dilakukan dengan merata-rata jumlah rata-rata kuis

seluruh anggota kelompok ditambah dengan skor tugas kelompok dibagi dua. Kelompok yang

terbaik akan diberikan tepuk tangan oleh kelompok yang lain dengan tujuan untuk memberiakan

motivasi kepada kelompok lainnya untuk berprestasi . Rekapitulasi nilai tugas/LKS dan nilai

kuis yang dijadikan pertimbangan sebagai penentu penghargaan kelompok dapat dilihat pada

Lampiran 27.

Untuk mengetahui keaktifan siswa digunakan lembar observasi, seperti terlihat pada

Lampiran 22. Keaktifan siswa dalam pembelajaran ini ada diantaranya adalah keaktifan siswa

dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, keaktifan siswa dalam menyelesaikan

tugas-tugas/LKS, dan keaktifan siswa dalam melaksanakan kerja di laboratorim (unjuk kinerja).

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan secara umum bahwa siswa sudah cukup aktif

dalam melaksanakan diskusi kelompok meskipun ada sebagian kecil siswa yang pasif adalm

melaksanakan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam

melaksanakan praktikum di laboratorium dan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan

dilaksanakan oleh guru dibantu oleh observer. Nilai LKS siswa untuk mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 27. Berdasarkan data tersebut

dapat diketahui bahwa hampir semua siswa dapat menyelesaikan LKS dengan baik. Sementara

untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium yang

diukur sebagai nilai psikomotor/kinerja dapat dilihat pada Lampiran 23, dan nilai kuis untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 27. Nilai

LKS dan nilai kuis yang dinilai secara individu sebagai dasar penentuan penghargan kelompok.

Penghargaan kelompok ini akan memacu siswa untuk berprestasi dan berusaha untuk meraih

Page 10: bahan bab 4

penghargaan yang lebih tinggi. Hal ini terbukti bahwa masing- masing kelompok akan

berlomba-lomba dalam memperoleh penghargaan kelompokyang tertinggi, seperti terlihat pada

Lampiran 27

4.2 Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui kesahihan suatu data yang akan

digunakan sebagai dasar untuk bisa melakukan analisus lanjutan. Uji prasyarat yang dimaksud

adalah uji normalitas dan homogenitas. Hasil perhitungan inilah yang nantinya menentukan

dapat/tidaknya suatu data untuk dilakukan analisis selanjutnya (ANAVA) dan LSD (beda nyata

terkecil) untuk mengetahui model pembelajaran mana yang berbeda dan yang tidak berbeda

secara nyata.

4.2.1 Uji Normalitas Kemampuan Awal

Analisis dengan menggunakan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh terdistribusi secara nornal ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data

kemampuan awal dan data ulangan harian (postes). Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 31,

hasil uji normalitas terhadap nilai kemampuan awal siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Uji Normalitas Kemampuan AwalUji Statistik Kemampuan Awal Kemamampuan Kemamampuan

Metode PS Awal Metode Awal Metode PS-STAD STAD

Chi-Square 14.094 19,714 18,103Df 18 17 16Asymp. Sig 0,723 0,289 0,318

Data uji normalitas dan homogenitas kemampuan awal siswa lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 31. Dasar pengambilan keputusan adalah:

■ Apabila nilai probabilitas (Sig) < 0,05, maka distribusi adalah tidak normal

Page 11: bahan bab 4

■ Apabla nilai probabilitas (Sig) > 0,05 , maka distribusi adalah normal. Berdasarkan data di

atas diperoleh bahwa semua data variabel adalah terdistribusi normal karena nilai probabilitas

(0,723; 0,289; 0,318) > 0,05.

4.2.2 Uji Homogenitas Kemamampuan Awal

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga kelompok kelas tersebut

homogen atau tidak. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SPSS terhadap

kemamampuan awal siswa kelas problem solving, kelas STAD, dan kelas PS-STAD diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Homogenitas Kemamampuan AwalMetode N Subset for alpha=

0,05 1

PS 42 71,7857STAD 42 75,2619PS-STAD 39 74,8333Sig. 0,266

Hipotesis:

Ho = varians populasi adalah identik H1 = varians

populasi dalah tidak identik Kriteria pengujian:

Ho diterima apabila probabilitas (Sig) > 0,05 Ho

ditolak apabila probabilitas (Sig) < 0,05 Atau:

Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel

Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel

Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh data:

Probabilitas (Sig.) = 0,266

Fhitung = 0,703

Ftabel = 3,072

Page 12: bahan bab 4

Berdasarkan data statistik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal dari

ketiga kelas (PS, STAD, PS-STAD) mempunyai varian yang identik karena Sig (0,497) > 0,05,

dan Fhtung (0,703) < Ttabel (3,072).

4.3 Uji Anava dan LSD terhadap Kemampuan Awal

Data skor kemamapuan awal (prestasi belajar) untuk semua kelas telah diuji dengan

menggunakan uji normalitas dan homogenitas dan dinyatakan terdistribusi normal dan

keragamannya dinyatakan homogen (Lampiran 31 dan 30), sehingga dapat dikatakan bahwa

kemamampuan awal siswa dalam keadaaaan setara. Berdasarkan data uji normalitas dan

homogenitas ini selanjutnya dapat lakukan analisis varian (ANAVA) dan uji lanjutan (PostHoc

Test) menggunakan LSD.

4.3.1 Analisis Varian (Anava)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data kemampuan awal siswa,

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Uji Anava Kemampuan AwalSum of Squares

df Mean Square F Sig

Postes Between Group 299,436 2 149,718 1,479 0,232Within Group 12150,857 120 101,257Total 12450,293 122

Hipotesis:

Ho = ketiga rata-rata populasi adalah identik H1 = ketiga rata-

rata populasi dalah tidak identik Kriteria pengujian:

Ho diterima apabila probabilitas (Sig) > 0,05 Ho

ditolak apabila probabilitas (Sig) < 0,05 Atau:

Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel

Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel

Page 13: bahan bab 4

Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh data:

Probabilitas (Sig.) = 0,232

Fhitung = 1,379

Ftabel (2; 120; 0,05) = 3,072

Berdasarkan data statistik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa data kemampuan

awal dari ketiga kelas (PS, STAD, PS-STAD) mempunyai rata-rata yang identik (tidak

berbeda secara nyata) karena Sig.(0,232) > 0,05, dan Fhitung (1,479) < Ttabel (3,072).

4.3.2 Post Hoc Test Beda Nyata Terkecil (LSD) Kemampuan Awal

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data kemampuan awal

siswa, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data Uji Lanjutan LSD Antar Kelas PS, STAD, dan PS-

STAD

Kriteria pengujian adalah dengan melihat ada tidaknya tanda "*" pada kolom

"Mean Different". Jika ada tanda "*" maka perbedaan tersebut berbeda secara signifikan,

jika tidak ada maka perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil pengujian lanjutan dengan

menggunakan teknik LSD (berbeda nyata terkecil) menyimpulkan

Mean Std. Sig. 95% ConfidenceDependent (I) (J) Difference Error Interval

Variable Kelas Kelas (I-J) Low

Bound

Upper

Bound

STAD PS-STAD 0,4286 2,2377 0,980 -4,8818 5,7389

Hasil PS 3,4762 2,1959 0,257 -1,7349 8,6873

Belajar LSD PS- STAD -0,4286 2,2377 0,980 -5,7389 4,8818

Postes STAD PS 3,0476 2,2377 0.364 -2,2628 8,3580

PS STAD -3,4762 2,1959 0,257 -8,6873 1,7349

PS-STAD -3,0476 2,2377 0,364 -8,3580 2,2626The mean different is significant at the 0,5 level

Page 14: bahan bab 4

bahwa rata-rta kemampuan awal pada semua metode (PS, Kooperatif STAD, PS- STAD) adalah

tidak berbeda secara nyata.

4.4 Perolehan Skor dan Distribusi Perolehan Skor Hasil Belajar dan

Kemamampuan Berpikir Kritis Siswa

Dari hasil penelitian diperoleh data hasil belajar dan kemamampuan berpikir kritis

kelas problem solving, kelas kooperatif STAD, dan kelas paduan PS-Kooperatif STAD, data

tersebut menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi dan tingkat berpikir kritis

siswa yang mencakup 6 indikator berpikir kritis. Skor hasil belajar dan kemamampuan berpikir

kritis dari ketiga kelompok kelas dapat dilihat pada Lampiran 28. Sementara distribusi jawaban

untuk hasil belajar dan kemamapuan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 29.

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa kemampuan hasil belajar dan berpikir kritis

siswa pada kelas paduan problem solving dan kooperatif tipe STAD lebih baik daripada

kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas problem solving ataupun kelas kooperatif STAD.

Hal ini ditunjukkan dari hasil rata-rata kelas terhadap nilai tes hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis siswa, yakni kelas problem solving dengan rata-rata kelas 69,143, kelas

kooperatif STAD 73,476, dan kelas paduan problem solving-kooperaif STAD 77,974.

4.5 Persentase Pencapaian Siswa dalam Tes Hasil Belajar dan Kemamampuan Berpikir

Kritis.

Paparan perolehan skor hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis didasarkan pada

aspek yang diukur meliputi: (1) pemahaman tentang sifat larutan garam, (2) pemahaman tentang

menentukan jenis-jenis larutan garam, (3) pemahaman tentang menentukan jenis garam yang

mengalami hidrolisis di air, (4) pemahaman tentang menentukan hubungan tetapan hidrolisis

(Kh), tetapan ionisasai asam, dan tetapan ionisasai basa, (5) pemahaman untuk menentukan

konsentrasi ion H/OH" dan pH hidrolisis, seperti tertera pada kisi-kisi soal materi hidrolisis

Page 15: bahan bab 4

garam Lampiran 4. Distribusi jawaban siswa untuk mengukur tingkat pemahaman siswa

terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 29. Berdasarkan data Lampiran 29, maka

persentase pencapaian pada tiap-tiap indikator/aspek yang diukur adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Persentase Pencapaian Materi

% PencapaianAspek yang diukur Nomor Soal PS STAD PS-STAD

■ Menentukan jenis-jenis larutangaram berdasarkan asam-basapenyusunnya dari data 86,31 85,91 89,53percobaan sebelumnya. 1, 2a, 2b

■ Mengelompokkan beberapagaram berdasarkan jenisnya.

■ Menentukan jenis-jenis garamyang dapat terhidrolisis. 71,03 74,8 76,92

■ Menyebutkan contoh garamyang terhidrolisis dan 3, 4, 5menjelaskan alasannya.

■ Menghitung pH larutan garamdari [OH-] dan [H+] 6a, 6b, 6c, 7 59,97 64,29 68,43

Soal nomor 1, 2a, dan 2b merupakan pertanyaaan untuk mengukur pemahaman untuk

menentukan jenis-jenis larutan garam berdasarkan percobaan dan kemamapuan untuk

mengelompokkan beberapa garam berdasarkan jenisnya. Persentase penguasaan siswa dari

ketiga kelas terhadap konsep lebih dari 75 % yang membuktikan bahwa siswa telah mampu

menentukan jenis-jenis larutan garam dan mengelompokkan bedasarkan jenisnya. Persentase

tertinggi dicapai oleh kelas PS- STAD. Soal nomor 3, 4, dan 5 mengukur pemahaman dalam

menentukan jenis garam yang dapat terhidrolisis dan menyebutkn contoh serta alasan mengapa

suatu garam dapat terhidrolisis. Pencapaian tertinggi diperoleh kelas PS-STAD yakni 76,92%,

sementara pencapaian kurang dari 75% dari kelas PS dan STAD membuktikan bahwa siswa

belum bisa menguasai materi tersebut. Soal nomor 6a, 6b, 6c, dan 7 mengukur

Page 16: bahan bab 4

tingkat pemahaman siswa dalam menentukan pH larutan garam. Pencapaian tertinggi

diperoleh kelas PS-STAD yakni 68,43%, persentase pencapaian dari ketiga kelas kurang dari

75 % mengindikasikan bahwa siswa belum bisa menguasai materi penentuan pH larutan

garam.

Beradaskan distribusi jawaban pada Lampiran 26, diperoleh persentase hasil belajar

dan kemamampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Hasil Belajar Dan Kemamapuan

Berpikir KritisPersentase pencapaian

No soal

Kategori Hasil belajar Kemampuan berpikir kritis

PS STAD PS- STAD

1 Keterampilan berpikir kritis

- Mengorganisasi

(3)

94,05 91,67 97,44

2a Hasil belajar C2, pemahaman - 88,09 88,69 89,742b Hasil belajar C2, pemahaman - 76,79 77,38 81,413 Hasil belajar C2, pemahaman - 66,86 71,43 73,724 Keterampilan

berpikir kritis- Memperoleh

informasi (2)69,05 72,62 73,72

5 Keterampilan berpikir kritis

- Mengevaluasi (6) 76,19 80,36 83,33

6a Hasil belajar C3, penerapan - 58,33 63,10 66,036b Keterampilan

berpikir kritis- Menggeneralisasi

(5) dan menganalisis (4)

63,69 66,07 69,87

6c Keterampilan berpikir kritis

- Menggeneralisasi(5) dan menganalisis

(4)

54,74 57,74 64,74

7 Keterampilan berpikir kritis

- Memfokuskan (1) 63,09 70,24 73,08

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas secara garis besar persentase pencapaian hasil belajar

tertinggi diperoleh kelas PS-STAD. Aspek hasil belajar (Taksonomi Bloom) yang lebih

dikuasai oleh siswa adalah aspek pemahaman (C2) daripada aspek penerapan (C3). Aspek

berpikir kritis dengan persentase pencapaian tertinggi diperoleh kelas PS-STAD. Persentase

aspek berpikir kritis yang dominan adalah

Page 17: bahan bab 4

aspek mengorganisasai, sementara kemamampuan berpikir siswa yang dinilai kurang adalah

kemampuan dalam menggeneralisasai dan menganalisis.

4.6 Hasil Uji Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesis (Anava dan LSD) terhadap data postest dilakukan uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara nirmal

dan uji homogenitas ntuk mengetahui apaha ketiga data tersebut mempunyai varian identik

ataukah tidak. Berdasarkan analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 4.7 Uji Normalitas PostesUji Statistik Kemampuan Awal Kemamampuan Kemamampuan

Metode PS Awal Metode Awal Metode PS-STAD STAD

Chi-Square 23,571 16,769 17,429Df 16 14 15Asymp. Sig 0,099 0,269 0,294

Dasar pengambilan keputusan adalah:

■ Apabila nilai probabilitas (Sig) < 0,05, maka distribusi adalah tidak normal

■ Apabla nilai probabilitas (Sig) > 0,05 , maka distribusi adalah normal. Berdasarkan data di

atas diperoleh bahwa semua data variabel adalah terdistribusi normal karena nilai probabilitas

(0,099; 0,269; 0,294) > 0,05.

Sementara analisis uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.8 Uji Homogenitas PostesMetode N Subset for alpha= 0,05

1 2 3PS 42 69,1429STAD 42 73,4762PS-STAD 39 77,9744Sig. 1,000 1,000 1,000

Page 18: bahan bab 4

Hipotesis:

Ho = varians populasi adalah identik H1 = varians

populasi dalah tidak identik Kriteria pengujian:

Ho diterima apabila probabilitas (Sig) > 0,05 Ho

ditolak apabila probabilitas (Sig) < 0,05 Atau:

Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel

Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel

Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh data:

Probabilitas (Sig.) = 0,182

Fhitung = 1,731

Ftabel (2; 120; 0,05) = 3,072

Berdasarkan data statistik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga kelas (PS,

STAD, PS-STAD) mempunyai varian yang identik karena Sig.(0,182) > 0,05, dan Fhitung (1,731)

< Ttabel (3,072).

Data skor postes untuk semua kelas telah diuji dengan menggunakan uji normalitas

dan homogenitas dan dinyatakan terdistribusi normal dan keragamannya dinyatakan homogen

(Lampiran 34 dan 33). Selanjutnya dapat lakukan analisis varian (ANAVA) dan uji lanjutan

menggunakan Post Hoc Test (LSD). Hasil analisis varian dipaparkan pada Tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Data Uji Anava PostesSum of df Men Square F Sig

Squares

Postes Between Group 1577,423 2 788,711

Within Group 7558,593 120 62,988 12,522 0,000

Page 19: bahan bab 4

9136,016 122

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh harga

F 12,522 pada sig 0,000 atau Fhitung lebih besar dari Ftabel (3,072) pada taraf uji 5% maka

penelitian menolak hipotesis nihil (Ho), dan menerima hipotesis observasi yang diajukan

dengan sangat nyata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan belajar

dan kemampuan berpikir kritis antara kelompok siswa yang menggunakan model

pembelajaran problem solving (PS), kooperatif STAD, dan PS- STAD.

Langkah selanjutnya untuk mengetahui model pembelajaran mana yang mampu

memberikan dampak pada peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan teknik LSD (beda nyata terkecil), diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10 Data Uji Lanjutan LSD Postes Kelas PS, STAD, dan PS-STAD

Mean Std. Sig. 95% Confidence

Dependent (I) (J) Difference Error Interval

Variable Kelas Kelas (I-J) Low Upper

Bound Bound

PS STAD -4,3333* 1,7319 0,036 -8,443 -0,2233

Hasil PS-STAD -8,8315* 1,7649 0,000 -13,0198 -4,6432

Belajar LSD STAD PS 4,4333* 1,7649 0,032 -8,6865 -0,3098

Postes PS-STAD -4,5982* 1,7319 0,036 0,2233 8,4434

Total

Page 20: bahan bab 4

PS- PS 8,8315* 1,7649 0,032 0,3098 8,6865

STAD STAD 4,4982* 1,7649 0,000 4,6432 13,0198The mean different is significant at the 0,5 level

Kriteria pengujian adalah dengan melihat ada tidaknya tanda "*" pada kolom

"Mean Different". Jika ada tanda "*" maka perbedaan tersebut berbeda secara signifikan,

jika tidak ada maka perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil pengujian lanjutan dengan

menggunakan teknik LSD (berbeda nyata terkecil) menyimpulkan bahwa perbedaan

belajar dan kemamapuan berpikir kritis siswa pada kelas PS, STAD, dan PS-STAD

berbeda secara nyata.

4.7 Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Paduan PS-Kooperatif STAD

Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap model pembelajaran paduan

problem solving dengan seting kooperatif tipe STAD pada penelitian ini dicari dengan

menggunakan angket persepsi. Angket persepsi ini terdiri dari 6 indikator yang tersebar

dalam 16 pernyataan seperti terlihat pada Lampiran 8. Distribusi jawaban angket persepsi

dapat dilihat pada Lampiran 32. Berdasarkan data pada Lampiran 32, maka persentase

persepsi siswa pada setiap indikator seperti terlihat pada Tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Persentase Persepsi Siswa Pada Setiap IndikatorIndikator Nomor

angket% Persepsi

siswa

Senang belajar Kimia 3, 5, 8, 16 76Mudah memahami pelajaran 4, 10, 15 77,67Termotivasi untuk belajar dan menyelesaikan tugas 9, 11, 12, 13 80Saling menghargai dan berani mengemukakan pendapat 6 60

Kerjasama dengan teman 1, 2, 7 80Kesesuaian metode pembelajarn dan materi 14 78

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar siswa

memberikan persepsi yang positif terhadap setiap indikator, namun persentase

Page 21: bahan bab 4

persepsi kurang dari 75% memperlihatkan bahwa indikator saling menghargai dan berani

mengemukakan pendapat yang termasuk dalam aspek kooperatif dalam hal ini masih dinilai

kurang.