bahan ajar teknis perdagangan internasional · sampai dengan bab 3. ... serta perbedaan keunggulan...
TRANSCRIPT
BAHAN AJAR TEKNIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI KEPABEANAN DAN CUKAI
Penyusun :
Mohamad Jafar Agung Budi Laksono
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2013
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT – Tuhan Yang Maha Esa,
yang dengan curahan nikmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan modul singkat
tentang dasar-dasar dalam ilmu kepabeanan. Bahan ajar ini disusun untuk mendukung
kegiatan belajar mahasiswa program Diploma I Kepabeanan khususnya yang berkaitan
pedagangan internasional dan keterkaitannya dengan ilmu kepabeanan. Bahan ajar ini
penting dalam proses belajar mengajar dalam program Diploma I karena kepabeanan selalu
terkait dengan kegiatan perdagangan internasional dimana institusi yang berwenang
mengawasi lalu lintas barang antar negara adalah institusi pabean (Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai).
Besar harapan kami agar bahan ajar ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya
untuk memberikan bekal kepada mahasiswa program Diploma I Kepabeanan yang pada
akhirnya akan menjadi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pengetahuan yang
memadai tentang pedagangan internasional akan mendukung pelaksanaan tugas sebagai
pegawai Bea dan Cukai dalam melakukan tugas pengawasan dan pelayanan.
Kami mengakui bahwa bahan ajar ini masih jauh dari sempurna, untuk itu bilamana
pembaca menjumpai kekurangan pada bahan ajar ini baik secara substansi maupun secara
teknik penulisannya mohon dapat menyampaikan masukannya kepada kami untuk
perbaikan dalam penyusunan selanjutnya.
Tentu dalam pembuatan bahan ajar ini tidak sedikit peran serta rekan-rekan dan
sahabat yang mendukung baik moril dan materiil kepda kami, untuk itu kami haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
terselesaikannya modul ini.
Tangerang Selatan, Agustus 2013
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................... iv
BAB I ALASAN DAN TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ..................................... 1
A. Alasan perdagangan internasional ........................................................................... 1
B. Teori perdagangan internasional ............................................................................. 4
C. Rangkuman ........................................................................................................... 14
D. Latihan ................................................................................................................... 14
BAB II MEKANISME TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ........................... 15
A. Mekanisme kontrak perdagangan internasional ..................................................... 15
B. Mekanisme penyerahan barang ............................................................................. 22
C. Mekanisme Pembayaran ....................................................................................... 33
D. Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional .......................................... 38
E. Rangkuman ........................................................................................................... 42
F. Latihan ................................................................................................................... 42
BAB III PENGANGKUTAN DAN KEPELABUHANAN ........................................................ 43
A. Jasa Pengangkutan ............................................................................................... 43
B. Kepelabuhanan ...................................................................................................... 49
C. Rangkuman ........................................................................................................... 54
D. Latihan ................................................................................................................... 54
Glossarium ................................................................................................................. ...v
Daftar Pustaka ............................................................................................................ viii
Biodata Penulis ........................................................................................................... xvi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Alur Proses Transaksi Perdagangan Internasional ........................................ 16
Gambar 2.2 : Alur Proses Terjadinya Sales Contract ......................................................... 18
Gambar 2.3 : Diagram Incoterm 2010.................................................................................. 23
Gambar 2.4 : Mekanisme Letter of Credit ............................................................................ 36
iv
PENDAHULUAN
Terjadinya interaksi dagang antar negara merupakan suatu keniscayaan, bahkan
telah dimulai ribuan tahun yang lalu. Perdagangan antar negara terjadi pada awalnya karena
suatu negara tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dan berkembang pada produk-
produk sekunder bahkan dewasa ini perdagangan internasional telah masuk pada produk-
produk yang bersifat lifestyle. Aparat pabean yang mendapat tugas mengawasi lalu lintas
barang impor dan barang ekspor harus memahami proses terjadinya perdagangan
internasional beserta dokumen yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.
Secara umum bahan ajar ini membahas tentang alasan dan teori yang mendasari
terjadinya perdagangan antar negara, mekanisme terjadinya perdagangan internasional,
dan hal-hal lainnya yang terkait dengan perdagangan internasional.Tata urutan pembahasan
bab 1, bab 2, dan bab 3 telah disusun secara berurutan, sehingga untuk mendapatkan
pemahaman yang optimal hendaknya pembaca membaca secara utuh mulai dari bab 1
sampai dengan bab 3.
Bahan ajar ini disusun secara ringkas dan sistematis sehingga diharapkan dapat
dengan mudah dipahami. Bahan ajar ini terbagi dalam tiga bab yang merupakan satu
rangkaian tidak terpisahkan antara satu bab dengan bab yang lainnya. Bab 1 membahas
tentang alasan dan teori yang mendasari terjadinya perdagangan antar negara. Pada bab 2
akan disampaikan mekanisme terjadinya perdagangan internasional mulai dibuatnya kontrak
penjualan, terminologi penyerahan barang, dan mekanisme pembayaran atas barang yang
diperjualbelikan. Terakhir pada bab 3 akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan jasa
pengangkutan barang dan kepelabuhanan.
BAB
ALASAN DAN TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sangatlah terkait erat
dengan kegiatan perdagangan internasional, karena obyek pengawasan DJBC adalah
barang impor dan ekspor. Belajar tentang perdagangan internasional dalam segala
aspeknya merupakan hal yang menarik dan selalu up to date untuk pegawai DJBC.
Sebelum anda belajar tentang teknis perdagangan internasional, terlebih dahulu anda harus
mempelajari alasan-alasan beserta teori-teori yang mendasari terjadinya perdagangan
internasional
A. Alasan terjadinya perdagangan internasional
Adanya perdagangan antar bangsa-bangsa di dunia merupakan suatu keniscayaan
yang tidak dapat dielakkan. Hal ini telah terjadi sejak dahulu kala di berbagai belahan dunia.
Suatu negara (kerajaan) yang kelebihan bahan pangan menjualnya ke negara (kerajaan)
yang membutuhkan. Negara yang kekurangan bahan pakaian membelinya dari negara yang
mampu memproduksi secara massal. Terdapat beberapa alasan terjadinya perdagangan
internasional, yaitu keterbatasan sumber daya, adanya pegeseran selera masyarakat,
adanya kemajuan teknologi, serta perbedaan keunggulan antara negara yang satu dengan
negara yang lain.
1. Keterbatasan Sumber Daya
Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa kebutuhan dan keinginan manusia
tidak terbatas, namun di sisi yang lain sumber daya yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan tersebut cenderung terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mampu menjelaskan alasan terjadinya perdagangan internasional
2. Mampu menjelaskan teori yang mendasari perdagangan internasional
1
2
bahwa tidak ada satupun negara di dunia ini yang mampu mencukupi kebutuhan negaranya
tanpa perlu bertransaksi dagang dengan negara yang lain.
Contoh keterbatasan sumber daya yang mendorong terjadinya perdagangan
internasional adalah China. Untuk menghidupi penduduknya yang lebih dari satu milyar
serta untuk memasok energi untuk industri yang semakin berkembang, China membutuhkan
ketersediaan Migas yang tidak sedikit. Mengingat China bukanlah negara dimana secara
geografis memiliki cadangan migas yang memadai maka jalan satu-satunya adalah dengan
membeli migas tersebut dari negara lain.
Jauh sebelum era modern dalam perdagangan internasional saat ini terjadi, banyak
negara-negara Eropa yang melakukan perjalanan jauh ke berbagai benua untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakatnya. Kita juga telah mengetahui sebelum era penjajahan di
nusantara dilakukan bangsa-bangsa Eropa, mereka pada awalnya berdagang rempah-
rempah yang harganya sangat mahal karena terbatasnya produksi di Eropa.
Pada fase berikutnya keterbatasan sumber daya ini berkembang menjadi
perdagangan untuk mendapatkan kejayaan bangsa. Fakta menunjukkan bahwa
perdagangan internasional telah menjadi tulang punggung bagi negara untuk meraih
kemakmuran, kesejahteraan dan kekuatan. Hal ini sudah banyak terbukti dalam sejarah
perkembangan dunia. Besar dan jayanya negara-negara di dunia tidak terlepas dari
keberhasilan dan aktivitas negara-negara tersebut di dalam perdagangan internasional.
Coba Anda cari beberapa contoh negara yang memiliki keterbatasan sumber daya
sehingga harus mengimpor barang tertentu dari negara lain! Diskusikan dengan rekan-rekan
Anda untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap!
2. Pergeseran Selera
Dunia yang semakin berkembang menuju globalisasi membuat antar warga negara di
dunia ini mudah berbagi budaya dan kebiasaan yang berlaku dengan segala produk yang
mereka pergunakan. Pertukaran budaya tentu saja dapat menghasilkan pergeseran selera,
kemudian pergeseran selera masyarakat menghasilkan keinginan (want) dan kebutuhan
(need). Selanjutnya setiap kebutuhan akan mendorong permintaan dan munculnya orang-
orang kreatif untuk memenuhi permintaan tersebut.
Bukti pergeseran selera mendorong terjadinya perdagangan antar negara sangatlah
banyak. Coba kita perhatikan, di pusat-pusat perbelanjaan dan di berbagai gerai makanan
dan pakaian di negeri kita. Belum lama suatu model pakaian dipamerkan diluar negeri,
pakaian-pakaian tersebut tidak seberapa lama telah tersedia di toko-toko pakaian ternama di
dalam negeri.
3
Begitupun dengan makanan cepat saji yang menjadi trend gaya hidup perkotaan,
mulai McDonald, PizzaHut, sampai dengan Kentucky Fried Chicken. Makanan-makanan
tersebut saat ini telah merubah selera makan masyarakat perkotaan di Indonesia yang
semula akrab dengan makanan lokal semisal getuk, pempek mapun kerak telor. Contoh lain
adalah demam Black Barry beberapa saat yang lalu, hingga antrian panjang di gerai-gerai
handphone terjadi dimana-mana untuk mendapatkan gaya hidup berponsel ala Presiden
Amerika Serikat, Barrack Obama.
Semua hal yang tersebut di atas mulai pakaian, makanan, hingga hand phone
didatangkan ke Indonesia dari luar negeri karena adanya perubahan selera. Tidak sedikit
para pengguna barang-barang tersebut lebih didorong karena faktor gengsi dan status
sosial. Perlu dicatat bahwa semua barang-barang tersebut masih diimpor dari luar negeri.
Dengan demikian terbukti bahwa pergeseran selera merupakan faktor pentiing terjadinya
perdagangan luar negeri.
3. Kemajuan Teknologi
Perdagangan internasional terjadi juga disebabkan adanya kemajuan teknologi
diantara negara-negara di dunia. Inggris dan Amerika Serikat pada awal abad 20 unggul
dalam penguasaan teknologi utamanya industri tekstil dan transportasi. Hal ini berlangsung
sampai berakhirnya Perang Dunia II. Amerika Serikat sebagai pemenang perang cenderung
memindahkan teknologi tekstil ke negara-negara yang kalah perang seperti Jepang.
Sementara itu Amerika Serikat lebih konsentrasi pada industri otomotif karena lebih
menguntungkan. Periode ini berlangsung sampai tahun 1970-an. Selanjutnya Amerika
Serikat yang mempunyai banyak temuan-temuan (inovasi-inovasi) di bidang teknologi
informasi mengembangkan bisnis di bidang komputer dan teknologi informasi, sementara
bisnis otomotif dikembangkan oleh Jepang dan disusul oleh Korea Selatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa negara maju mengekspor barang-barang
teknologi tinggi ke negara yang kurang maju dan mengimpor barang-barang teknologi
rendah dari negara-negara kurang maju. Juga dapat dikatakan bahwa negara kurang maju
mengekpor barang-barang teknologi rendah dan impor barang-barang teknologi sedang dan
tinggi dari negara-negara maju dan lebih maju.
4. Perbedaan Keunggulan Yang Dimiliki Suatu Negara
Alasan berikutnya yang mendasari terjadinya perdagangan internasional adalah
karena adanya perbedaan keunggulan antar negara. Pembahasan tentang keunggulan ini
selanjutnya dapat Anda pelajari dalam sub bab berikutnya yaitu tentang teori perdagangan
internasional yang meliputi teori keunggulan mutlak dan teori keunggulan komparatif.
4
B. Teori perdagangan internasional
1. Teori Klasik
Teori klasik atau bisa juga disebut aliran klasik muncul akhir abad ke 18 dan
permulaan abad ke 19. Pada umumnya para ahli ekonomi yang mengemukakan teorinya
pada sekitar abad tersebut, dinamakan kaum klasik. Aliran klasik sendiri dalam
sejarahnya ada dua yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo Klasik. Yang termasuk aliran klasik
adalah mereka yang mengemukakan teorinya sebelum tahun 1870 an, yang termasuk
dalam golongan ini adalah Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo dan John Stuart
Mill. Yang termasuk aliran neo klasik adalah mereka yang mengemukakan teorinya
sesudah tahun 1870 an, yang termasuk dalam golongan ini adalah Alfred Marshall,
Leon Walras dan Knut Wicksel.
a. Merkantilis
Pelopor Teori Merkantilisme antara lain Sir Josiah Child, Thomas Mun, Jean Bodin,
Von Hornich dan Jean Baptiste Colbert. Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang
menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau
modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volume
perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat
digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas
maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara tersebut, dan modal ini dapat
diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah/mengurangi impor
sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan menjadi positif. Merkantilisme
mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan
melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong ekspor (melalui
berbagai insentif) dan mengurangi impor (misalnya dengan pemberlakuan tarif yang tinggi).
Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan
sistem ekonomi merkantilisme.
Ajaran merkantilisme ini sangat dominan diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal
periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara sudah
mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam
mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai
lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong
terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa
akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18,
seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam
5
bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang
notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.
Paham Merkantilisme pada dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi
setiap negara kolonialis untuk memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka
memperoleh kekayaan yang banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah
untuk melindungi perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara
yang ada di masing-masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi
Merkantilisme dengan tujuan untuk:
a. Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan besar
dari perdagangan luar negeri;
b. Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
c. Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai
daerah monopoli perdagangannya.
Politik Merkantilisme melahirkan terbentuknya persekutuan-persekutuan dagang
masyarakat Eropa, seperti EIC (kongsi perdagangan Inggris di India) dan VOC (kongsi
perdagangan Belanda di Indonesia). Inggris bangkit melalui penjelajahan samudera untuk
mencari daerah-daerah baru yang kemudian dijadikan sebagai koloni. Begitu juga dengan
masyarakat Eropa lainnya, seperti Prancis, Belanda, dan Spanyol. Oleh karena itu dalam
perkembangan politik ekonomi, Merkantilisme secara langsung atau tidak telah
menimbulkan adanya konsekuensi perebutan daerah koloni. Penjelajahan samudera atau
pelayaran bangsa-bangsa Barat tersebut akhirnya sampai di Kepulauan Nusantara yang
kaya akan rempah-rempah, seperti lada, cengkih, pala, fuli (bunga pala), dan lain-lain. Bagi
bangsa-bangsa Eropa, rempah-rempah merupakan barang komoditas yang sangat laku di
pasaran Eropa. Oleh karena itu, mereka segera menukar bahan komoditas tersebut dengan
barang-barang kebutuhan rakyat Indonesia. Selanjutnya, untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih besar lagi, mereka memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Bahkan, tidak hanya dengan memonopoli perdagangan, mereka juga melakukan pemerasan
dan penguasaan daerah yang kemudian dikenal dengan penjajahan atau kolonialisme.
b. Teori keunggulan mutlak.
Teori ini digagas oleh Adam Smith. John Adam Smith nama lengkapnya
(lahir di Kirkcaldy, Skotlandia, 5 Juni 1723 – meninggal di Edinburgh,
Skotlandia, 17 Juli 1790 pada umur 67 tahun), adalah seorang filsuf
berkebangsaan Skotlandia yang menjadi pelopor ilmu ekonomi modern.
Karyanya yang terkenal adalah buku An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of
6
Nations (disingkat The Wealth of Nations) yang merupakan buku pertama yang
menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-
dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith adalah salah satu
pelopor sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa
Barat dan pada abad 19 mulai terkenal di sana.
Banyak teori-teori Adam Smith menggambarkan tren sejarah menjauh dari paham
mercantilisme dan menuju perdagangan-bebas, yang kemudian berkembang selama
beberapa dekade, dan telah memiliki pengaruh yang nyata dalam kebijakan pemerintah.
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi dari hasil
tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan
doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus
ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan tingkat keahlian serta efisiensi
tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang
melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut Adam Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara
tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang mutlak lebih murah dari pada
negara lain karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut.
Keunggulan mutlak sendiri menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara
untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang dilakukan oleh negara lain.
Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith ) mengatakan bahwa setiap negara akan
memperoleh manfaat perdagangan internasional apabila melakukan spesialisasi pada
produk yang mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari negara lain, dan melakukan
perdagangan internasional dengan negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi
pada produk yang tidak dapat diproduksi di negara tersebut secara efisien.
Teori Keunggulan Absolut mendasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:
Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja;
Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama;
Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang; dan
Biaya transpor ditiadakan.
Teori Keunggulan Absolut lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan
moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel
riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang
7
dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan
akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of Value).
Dalam teori keunggulan mutlak , Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut :
a. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja ) dalam menghasilkan sejenis barang.
Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang
dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga dalam
mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
b. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi. Dengan spesialisasi, suatu negara
akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan. Suatu
negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam negeri)
tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila
suatu negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang. Keuntungan
mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari
kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan
mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan
biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain,
negara tersebut memiliki keuntungan mutlak dalam produksi barang .
Teori Keunggulan Absolut Adam Smith menggunakan teori nilai tenaga kerja yang
sederhana. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan
bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor
produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya
satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas. Kondisi ini dapat dijelaskan dengan contoh
sebagai berikut:
Misalnya hanya ada dua negara, Indonesia dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga
kerja yang homogen yang menghasilkan dua barang yakni sepatu dan pakaian. Untuk
menghasilkan 1 unit sepatu dan pakaian Indonesia membutuhkan 8 unit tenaga kerja
dan 4 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit sepatu dan pakaian masing-masing
membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Tabel 1.
Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit
Produksi Indonesia Inggris
Sepatu 8 10
Pakaian 4 2
8
Dari tabel di atas nampak bahwa Indonesia lebih efisien dalam memproduksi sepatu
sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit sepatu diperlukan 10 unit tenaga kerja
di Inggris sedang di Indonesia hanya 8 unit (10 > 8). 1 unit pakaian di Indonesia
memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan demikian ini
dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki absolute advantage pada produksi sepatu
dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan Keunggulan
Absolut karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan
biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain. Kelebihan dari teori
keunggulan absolute adalah memungkinkan terjadinya perdagangan bebas antara dua
negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi
ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya adalah apabila
hanya terdapat satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan
internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
2. Teori Modern
a. Teori keunggulan komparatif.
Teori ini digagas oleh John Stuart Mill dan David Ricardo. John Stuart Mill (lahir di
Pentonville, London, Inggris, 20 Mei 1806 – meninggal di Avignon, Perancis, 8 Mei 1873
pada umur 66 tahun) adalah seorang filsuf empiris dari Inggris. Teori J.S.Mill menyatakan
bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor
suatu barang yang memiliki keuntungan comparative terbesar dan
mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu
barang dapat dihasilkan dengan lebih murah dengan cara mengimpor
barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang lebih besar). Teori ini
menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang
dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.
Menurut teori ini, perdagangan antara Indonesia dengan Inggris tidak akan
timbul karena keuntungan absolute untuk produksi gandum dan pakaian ada pada
Indonesia semua. Tetapi yang penting bukan keuntungan absolute-nya namun
keuntungan comparative.
Indonesia akan memiliki keuntungan komparatif apabila ia dapat memproduksi sandal
sebanyak 6 buah dibandingkan Inggris yang hanya membuat 2 buah atau dengan
perbandingan adalah 3 : 1. Dalam hal produksi pakaian Inggris mampu memproduksi
sepanjang 10 yard dibanding dengan Indonesia yang memperoleh sepanjang 6 yard
9
atau 5/3 : 1. Dalam hal ini Indonesia memiliki keuntungan comparative pada produksi
sandal yakni 3 : 1 lebih besar dari 5/3 : 1.
Di lihat dari sisi Negara Inggris, dalam produksi sandal sebanyak 2 buah
dibandingkan dengan Indonesia yang sebanyak 6 buah atau 1/3 : 1. Dalam produksi
pakaian Inggris membuat sepanjang 10 yard dan 6 yard untuk Indonesia atau 3/5: 1.
Comparative advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1.
Oleh karena itu perdagangan akan timbul antara Indonesia dengan Inggris, dengan
spesialisasi sendal untuk Indonesia dan menukarkan sebagian sendalnya dengan
pakaian dari Inggris. Dasar nilai pertukaran (term of trade) ditentukan dengan batas-batas
nilai tukar masing-masing barang di dalam negeri.
Kelebihan untuk teori keuntungan comparative ini adalah dapat menerangkan berapa
nilai tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran tersebut, di mana kedua hal ini
tidak dapat diterangkan oleh teori Keunggulan Absolut.
David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran klasik yang
menyatakan bahwa nilai penukaran ada jika barang tersebut memiliki
nilai kegunaan. Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan
bilamana barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat
sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang.
Selanjutnya David Ricardo juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat
dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang
sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama,
barang kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan
sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat
subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli.
Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan
maka nilai penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan. David
Ricardo mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran nilai kerja:
1) Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidak
terdidik, kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini
tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi
jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi
barang. Dari situ maka Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan ìteori
biaya reproduksi.
2) Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi
jasa produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan.
10
Selanjutnya David Ricardo menyatakan bahwa perbandingan antara kerja dan
modal yang dipergunakan dalam produksi boleh dikarakan tetap besarnya dan
hanya sedikit sekali perubahan.
Teori perdagangan internasional yang dikemukakan oleh David Ricardo mulai
dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya berlaku antara dua
negara yang di antara mereka tidak ada tembok pabean, serta pada kedua negara tersebut
hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum pemasaran dengan teori
kuantitas uang untuk mengembangkan teori perdagangan internasional, yaitu walaupun
suatu negara memiliki keunggulan absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan
tetap akan menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan.
Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat.
Kalau dahulu negara yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk melakukan
perdagangan, berkat law of comparative costs dari Ricardo, Inggris mulai kembali
membuka perdagangannya dengan negara lain. Pemikiran kaum klasik telah mendorong
diadakannya perjanjian perdagangan bebas antara beberapa negara. Teori comparative
advantage telah berkembang menjadi keuntungan comparative dinamis yang menyatakan
bahwa keunggulan komparatif dapat diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi
dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang
menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas
ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam
persaingan internasional.
a) Cost Comparative Advantage (Labor efficiency)
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor barang di mana Negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien
serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak
efisien. Berdasarkan contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori
comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.
Dalam kasus perdagangan Indonesia dan China misalnya, walaupun Indonesia
misalnya memiliki keunggulan absolut dibanding Cina untuk produk-produk tertentu,
tetapi masih tetap dapat terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan kedua
negara melalui spesialisasi, jika negara-negara tersebut memiliki cost comparative
advantage atau labor efficiency. Berdasarkan perbandingan Cost Comparative
Advantage Efficiency, misalnya tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan
tenaga kerja Cina dalam hal produksi 1 Kg gula (atau hari kerja) daripada produksi 1
11
meter kain (hari bekerja), maka hal ini akan mendorong Indonesia melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien
dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam hal produksi 1 m kain (hari kerja) daripada
produksi 1 Kg gula (hari kerja), maka hal ini akan mendorong China melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor kain.
b) Production Comperative Advantage (Labor productivity)
Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut
dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara
tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif. Walaupun Indonesia memiliki
keunggulan absolut dibandingkan Cina untuk kedua produk, sebetulnya perdagangan
internasional akan tetap dapat terjadi dan menguntungkan keduanya melalui
spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor productivity. Kelemahan dari
teori klasik dalam hal Comparative Advantage adalah tidak dapat menjelaskan
mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua Negara, sedangkan
kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat terjadi
walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-masing
dari negara tersebut memiliki perbedaan dalam Cost Comparative Advantage atau
Production Comparative Advantage. Teori ini mencoba melihat kuntungan atau kerugian
dalam perbandingan relatif. Teori ini berlandaskan pada asumsi Labor Theory of Value
bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang tersebut, di mana nilai barang yang ditukar seimbang dengan
jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya.
b. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Eli Heckscher dan Bertil Ohlin meletakkan dasar bagi substansi perkembangan teori
perdagangan internasional dengan berfokus pada hubungan antara komposisi faktor
pendukung negara dan pola perdagangan komoditas serta konsekuensi dari perdagangan
bebas untuk distribusi fungsional pendapatan dalam negara.
Heckscher lahir di Stockholm, putra kelahiran Denmark pengusaha Isidor Heckscher
dan istrinya Rosa Meyer, dan menyelesaikan pendidikan menengah di
sana pada tahun 1897. Ia belajar di universitas di Uppsala dan
Gothenburg, menyelesaikan gelar PhD di Uppsala pada tahun 1907. Dia
adalah profesor ekonomi politik dan Statistik di Stockholm School of
Economics dari 1909 sampai 1919
12
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu
negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor
produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah
labor intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama
adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama,
dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang
sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva
isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk
yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Bertil Gotthard Ohlin (lahir di Klippan, Swedia, 23 April 1899 – meninggal di Vålådalen,
Åre, Swedia, 3 Agustus 1979 pada umur 80 tahun) ialah seorang ekonom, sejarawan
ekonomi, dan kemudian politikus Swedia. Ohlin terkenal akan teorinya mengenai
perdagangan internasional. Model Heckscher-Ohlin yang terkenal
menunjukkan bagaimana laba perbandingan bisa berkaitan dengan
ciri umum modal dan buruh suatu negara, dan bagaimana ciri itu
berubah dari masa ke masa. Namun, Wassily Leontief dengan
paradoksnya membuat studi tentang teori itu untuk
mengabsahkannya. Sekarang, teori itu sudah banyak disangkal,
meski masih menjadi kerangka yang berguna untuk memahami perdagangan internasional.
Ia dianugerahi Nobel Ekonomi pada tahun 1977.
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu
Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Kelemahan teori klasik mendorong munculnya teori H-O. Teori klasik
Comparative Advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi
karena adanya perbedaan dalam productivity of labor antarnegara (Salvatore, 2006).
Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan
produktivitas tersebut.
13
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab
perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya
perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal
sebagai The Proportional Factor Theory. Negara-negara yang memiliki faktor produksi
relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi
untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
langka atau mahal dalam memproduksinya.
3. Keuntungan dan Manfaat Perdagangan Internasional
Kekuatan besar Teori Smith, Ricardo dan Heckscher-Ohlin adalah bahwa mereka
sama-sama berpendapat bahwa melakukan perdagangan internasional adalah
menguntungkan. Akal sehat menyatakan bahwa beberapa negara diuntungkan dengan
adanya perdagangan internasional. Teori Smith, Ricardo dan Heckscher-Ohlin menunjukkan
kenapa suatu negeri diuntungkan untuk terlibat dalam perdagangan internasional, untuk bisa
menghasilkan produk untuk diri/ negeri sendiri. Ini adalah suatu konsep sulit untuk diserap
orang-orang. Perasaan kebangsaan yang sama dapat diamati di banyak negara-negara lain.
Bagaimanapun, Teori Smith, Ricardo, dan Heckscher-Ohlin menunjukkan bahwa suatu
ekonomi negeri boleh memperoleh jika warganegaranya membeli produk tertentu dari
negara-negara yang lainnya bisa jadi produk tersebut adalah produksi dari dalam negari
sendiri. Keuntungan muncul karena perdagangan internasional mengijinkan suatu negara
untuk mengkhususkan pembuatan dan ekspor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di
dalam negeri dan mengimpor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di negara-negara
lain.
Teori Smith, Ricardo, dan Heckscher-Ohlin membantu ke arah menjelaskan pola
perdagangan internasional yang kita amati di dunia ekonomi. beberapa aspek pola mudah
untuk dipahami. Teori Ricardo menawarkan suatu penjelasan dalam kaitannya dengan
perdagangan internasional karena perbedaan produktivitas. Teori Heckscher-Ohlin
menekankan saling mempengaruhi antara proporsi di mana faktor-faktor produksi ada di
negara-negara berbeda dan proporsi dimana mereka diperlukan untuk memproduksi
barang-barang tertentu. Teori ini percaya pada asumsi bahwa negara-negara mempunyai
bermacam-macam endowment berupa faktor-faktor produksi.
14
RANGKUMAN
1) Perdagangan internasional telah dilaksanakan sepanjang sejarah peradaban
karena tidak ada negara yang benar-benar mandiri dari hasil produksinya. Alasan-
alasan terjadinya perdagangan internasional adalah karena keterbatasan sumber
daya, adanya pergeseran selera, adanya kemajuan teknologi, dan adanya
perbedaan keunggulan antar negara.
2) Keunggulan-keunggulan berbeda yang dimiliki tiap-tiap negara-negara yang ada di
dunia menjadi faktor penting dalam perdagangan internasional. Selanjutnya muncul
teori-teori perbedaan keunggulan yang mendukung perdagangan internasional.
3) Teori klasik dalam perdagangan internasional meliputi teori merkantilisme
(pemupukan kekayaan) dan teori teori keunggulan mutlak (Adam Smith). Teori teori
keunggulan mutlak masih sangat sederhana karena hanya mempertimbangkan satu
faktor tenaga kerja untuk membandingkan keunggulan masing-masing negara.
4) Teori modern dalam perdagangan internasional meliputi teori teori keunggulan
komparatif oleh (John Stuart Mill dan David Ricardo), dan Teori Heckscher-Ohlin
(H-O). Teori H-O merupakan pelengkap dari teori keunggulan komparatif dimana
karena adanya perbedaan faktor-faktor produksilah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan keunggulan satu negara dengan negara yang lain.
5) Persamaan teori klasik dan modern adalah pandangan mereka bahwa
perdagangan internasional merupakan kegiatan yang menguntungkan.
LATIHAN
1) Sebutkan beberapa contoh negara yang memiliki keterbatasan sumber daya hingga
harus mengimpor suatu barang dari negara yang lain!
2) Apa yang Saudara ketahui perihal pergeseran selera dalam perdagangan, jelaskan!
3) Setiap negara mempunyai keunggulan dengan banyak teori perbedaan keunggulan
mendukungnya, coba jelaskan Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) oleh
Adam Smith!
4) Jelaskan Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David
Ricardo!
5) Perdagangan internasional juga terjadi karena ada pergeseran teknologi, coba
jelaskan dan berikan contohnya!
15
BAB
MEKANISME TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Setelah memahami dengan baik alasan terjadinya perdagangan internasional dan
berbagai teori yang mendasarinya, pada bab ini Anda akan belajar secara lebih teknis
pelaksanaan perdagangan internasional yang meliputi tiga kegiatan, yaitu mekanisme
terjadinya kontrak perdagangan, mekanisme penyerahan barang, dan mekanisme
pembayaran.
A. Mekanisme Kontrak Perdagangan Internasional
1. Proses Terjadinya Perdagangan Internasional
Sales contract adalah kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih untuk
melakukan transaksi perdagangan yang dilandasi oleh prinsip-prinsip hukum yang
disepakati bersama. Kontrak perdagangan internasional pada hakekatnya merupakan
perjanjian yang dibuat oleh pihak penjual (seller) dan pihak pembeli (buyer). Dua pihak itulah
yang menjadi pelaku utama dalam perjanjian sales contract dan secara tegas namanya
tercantum dalam sales contract. Dalam praktek yang sesungguhnya, perjanjian
perdagangan tersebut tidak hanya melibatkan kedua pihak tersebut, namun banyak pihak-
pihak lain yang terkait dalam transaksi perdagangan internasional tersebut.
Dalam skema berikut diperlihatkan pihak-pihak yang terkait dengan proses transaksi
perdagangan internasional, baik yang terkait secara langsung dengan kontrak perdagangan
(sales contract) maupun pihak yang berkepentingan terhadap mekanisme perdagangan
secara keseluruhan.
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mampu menjelaskan mekanisme kontrak perdagangan internasional 2. Mampu menjelaskan mekanisme penyerahan barang 3. Mampu menjelaskan mekanisme pembayaran 4. Mampu menjelaskan dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional
2
16
Gambar 2.1.
Alur Proses Transaksi Perdagangan Internasional
Penjelasan:
1) Transaksi perdagangan Internasional diawali dengan negosiasi antara pembeli dan
penjual. Proses negosiasi berlangsung melalui korespondensi maupun dengan kontak
langsung melalui jalur komunikasi. Apabila kesepakatan sudah dapat diterima oleh
kedua belah pihak, maka kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam kontrak jual-beli
(sales contract).
2) Setelah kesepakatan sales contract ditandatangani dan dengan asumsi mekanisme
pembayaran yang disepakati adalah dengan letter of credit (L/C), maka pihak yang
harus melakukan kontak dengan bank pertama kali adalah pihak pembeli. Pembeli
berkewajiban untuk membuka kontrak L/C dengan Issuing Bank.
3) Issuing bank yang umumnya telah memiliki hubungan dengan bank korespondensi
(advising bank) di negara penjual, akan meneruskan draft L/C dimaksud untuk
mendapatkan konfirmasi dari pihak penjual.
4) Advising bank akan menghubungi penjual untuk melakukan konfirmasi terhadap L/C
yang dibuka oleh pembeli.
5) Penjual yang telah mendapatkan kepastian mengenai mekanisme pembayaran yang
akan diperolehnya, segera mempersiapkan barang-barang yang akan dikirim kepada
pembeli.
17
6) Penjual akan membuka kontrak pengangkutan dengan agen pengangkutan barang
(carrier) dengan kondisi syarat penyerahan barang (terms of trade) sesuai kesepakatan
yang tercantum dalam sales contract.
7) Dalam mekanisme pengiriman barang tersebut, kewajiban penyelesaian formalitas
kepabeanan umumnya menjadi tanggung jawab penjual, kecuali dalam sales contract
dinyatakan lain. Atas penyerahan barang yang langsung dimuat ke sarana pengangkut,
penjual akan mendapatkan dokumen bill of leading. Untuk penyerahan barang yang
dilakukan di gudang (belum dimuat ke sarana pengangkut), penjual akan menerima
mates receipt yang selanjutnya dapat ditukar dengan bill of leading setelah pemuatan
ke sarana pengangkut.
8) Dokumen bill of leading dan dokumen perdagangan lainnya (invoice, packing list,
certificate of origin dan lain-lain) akan diserahkan penjual kepada pihak bank . Dalam
kondisi ini, pihak bank dapat bertindak sebagai confirming bank, negotiating bank,
reimbursing bank atau paying bank tergantung pada jenis L/C yang dibuka oleh
pembeli.
9) Apabila diasumsikan pihak bank bertindak sebagai paying bank, dokumen-dokumen
yang diserahkan penjual akan diteliti kelengkapan dan persyaratannya. Bank akan
memberikan pembayaran kepada penjual sepanjang dokumen-dokumen yang
diserahkan sesuai dengan syarat-syarat L/C.
10) Paying bank akan meneruskan dokumen-dokumen sesuai syarat L/C tersebut kepada
issuing bank di negara pembeli.
11) Atas penyerahan dokumen-dokumen sesuai persyaratan L/C tersebut, issuing bank
akan memberikan pembayaran kepada paying bank.
12) Issuing bank akan mengontak penjual setelah dokumen-dokumen sesuai persyaratan
L/C diterimanya.
13) Atas penyerahan dokumen-dokumen sesuai persayaratan L/C tersebut, pembeli akan
menyerahkan sejumlah pembayaran yang ditentukan.
14) Pembeli yang telah menerima dokumen atas barang yang dikirim akan mengeluarkan
barang-barang dari kawasan pabean atau tempat penimbunan sementara dengan
mengikuti formalitas pabean yang ditentukan oleh otoritas kepabeanan.
2. Penyusunan Sales Contract
Sales contract yang disepakati oleh penjual dan pembeli umumnya berisi nama dan
alamat eksportir dan importir, deskripsi dan spesifikasi barang, mekanisme dan instruksi
pembayaran, mekanisme pengapalan dan penyerahan barang, penutupan asuransi, dan
beberapa persyaratan lain sebagai ketentuan tambahan. Secara sederhana, rangkaian
18
proses negoisasi antara penjual dan pembeli yang dilaksanakan melalui proses
korespondensi diilustrasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut:
Penjelasan:
1) Dalam contoh ini, diasumsikan bahwa kontak negosiasi pertama dibuka oleh calon
pembeli. Untuk itu pembeli akan mengirimkan permintaan penawaran (require offer)
kepada penjual. Inti permintaannya adalah informasi ketertarikan pembeli terhadap
produk yang dijual dan permintaan agar penjual mengirimkan penawaran kepadanya.
2) Atas dasar permintaan penawaran pembeli tersebut, penjual akan memberikan respon
jawaban yang intinya merupakan penawaran (offer) terhadap barang yang diminati oleh
pembeli. Bentuk penawaran yang diberikan dapat bersifat free offer, dimana penjual
hanya mencantumkan catatan harga barang yang sifatnya tidak mengikat atau firm
offer, dimana penjual menentukan harga dan persyaratan lainnya secara mengikat
(price list).
3) Respon pembeli terhadap penawaran dari pihak penjual ini dapat berupa penerimaan
(acceptance) atau dalam hal penawaran dianggap belum sesuai, pembeli dapat
mengajukan negosiasi ulang dengan mengirimkan penawaran balik (counter offer).
Proses korespondensi yang sifatnya counter offer dapat terjadi berulang kali hingga
dicapai kesepakatan persyaratan.
4) Pada akhirnya penjual akan mengajukan penawaran terakhir (final offer) setelah
penawaran sebelumnya ditolak atau belum disepakati pembeli. Penawaran final ini
Gambar 2.2
Alur Proses Terjadinya Sales Contract
19
merupakan titik kritis yang menentukan apakah sales contract dapat disepakati kedua
belah pihak atau tidak.
5) Apabila pembeli telah menyepakati tawaran terakhir penjual, maka bentuk akseptasi
tersebut dilanjutkan dengan pengajuan surat pesanan (order sheet) kepada penjual dan
harus segera mendapat konfirmasi dari pihak penjual.
6) Dalam hal ini penjual dapat bertindak dengan cara menandatangani tembusan dari
surat pesanan tersebut sebagai konfirmasi, atau dapat pula secara khusus membuat
dokumen sales contract atau sales note yang harus ditandatangani kedua belah pihak.
3. Bentuk-Bentuk Sales Contract
Sales contract yang lazim dibuat oleh penjual dan pembeli banyak sekali bentuk dan
variasinya. Beberapa bentuk kesepakatan perdagangan yang lazim disebut sebagai sales
contract, antara lain :
1) Bentuk lisan
Bentuk sales contract yang paling sederhana adalah dengan pernyataan kesepakatan
secara lisan. Kesepakatan antara penjual dan pembeli didahului dengan adanya pertemuan
(contact persons) atau dalam hal kedua pihak sudah saling mengenal, dapat saja
pembicaraan dilaksanakan dengan media telekomunikasi. Proses negosiasi dilaksanakan
secara lisan hingga tercapainya suatu kesepakatan, dan biasanya kesepakatan ditandai
dengan berjabat tangan. Secara moral, kedua belah pihak akan merasa terikat dengan
kesepakatan lisan dan berjanji akan memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.
Bentuk sales contract secara lisan ini dimungkinkan untuk terjadi, apabila masing-
masing pihak sudah memiliki kepercayaan yang sangat tinggi (trust), sudah saling mengenal
kredibilitas masing-masing, maupun memiliki pengalaman bekerjasama yang saling
memuaskan. Disamping hal tersebut, kondisi persyaratan dalam kontrak bersifat sederhana
dan tidak menyangkut jumlah yang cukup besar.
2) Bentuk Kumpulan korespondensi
Bentuk sales contract yang merupakan kumpulan korespondensi antar penjual dan
pembeli merupakan bentuk yang paling lazim dan yang paling sering digunakan dalam
praktek perdagangan internasional. Ilustrasi pada Gambar 2.2 yang kami perkenalkan
sebelumnya merupakan salah satu bentuk sales contract yang disusun melalui proses
korespondensi. Dengan kemajuan teknologi informasi dewasa ini, korespondensi tidak lagi
menggunaka cara-cara pengiriman surat konvensional ataupun melalui faximile, melainkan
sudah beralih menggunakan media elektronik (e-mail) yang jauh lebih cepat dan lebih
murah.
20
3) Bentuk Proforma Invoice
Bentuk lain dari pernyataan kesepakatan perdagangan antara penjual dan pembeli
adalah dengan menuangkannya dalam bentuk proforma invoice. Secara fisik proforma
invoice tidaklah sama dengan commercial invoice, oleh karena sifatnya yang sementara
(proforma) dan biasanya dibuat oleh penjual namun ditandatangani oleh pembeli.
Struktur proforma invoice telah mencantumkan secara detail informasi kesepakatan
perdagangan yang telah terjadi termasuk dokumen-dokumen yang dipergunakan. Dalam
prakteknya, proforma invoice biasanya timbul sebagai akibat dari suatu rangkaian proses
korespondensi antara penjual dan pembeli atau karena eksportir akan membuat penegasan
atas kesepakatan lisan yang telah terjadi.
4) Bentuk Printed text atau Printed Short Form
Dalam perkembangan praktek perdagangan internasional dewasa ini banyak
perusahaan ekspor-impor yang telah mencetak penawaran (offer) dan permintaan (order)
secara standar ke dalam bentuk pre-printed text. Apabila formulir ini telah diajukan kepada
partner dagang di luar negeri dan telah diaccept oleh pihak partner, maka secara otomatis
formulir tersebut telah menjadi sales contract. Hal ini sangat menguntungkan dan memberi
manfaat yang besar bagi kedua belah pihak, diantaranya menghemat waktu dan biaya.
5) Bentuk Sales Contract yang disusun bersama
Apabila karakteristik kontrak perdagangan bersifat kompleks oleh karena
menyangkut jumlah dan nilai yang sangat besar atau ketika transaksi baru pertama kali
dibangun maka baik penjual maupun pembeli biasanya akan menyusun secara bersama
suatu sales contract yang baru. Tentu saja penyusunan kontrak perdagangan secara
bersama akan membutuhkan waktu yang cukup lama terutama apabila draft kontrak
disampaikan melalui proses korespondensi. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
penyusunan sales contract bersama ini akan sangat tergantung kepada proses negosiasi
antara pihak penjual dan pihak pembeli.
Kedua belah pihak biasanya menggunakan bantuan konsultan dalam merumuskan
muatan-muatan kontrak perdagangan. Berkaitan dengan klausul yang menyangkut syarat
penyerahan barang maupun metode pembayaran harus ditegaskan apakah sales contract
mengadopsi aturan incoterms, UCP600 maupun instrumen-instrumen lain yang telah
disusun ICC. Hal yang mesti dipahami disini adalah ketika sales contract telah
ditandatangani bersama, maka norma-norma perjanjian yang tercantum didalamnya
mengikat kedua belah pihak dan berlaku ketentuan private laws yang diadopsi tadi.
Contoh sales contract dalam bentuk purchase order dapat anda perhatikan pada
lampiran 1 di bagian belakang bahan ajar ini.
21
4. Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan internasional
1. Eksportir
Dalam kontrak perdagangan internasional eksportir bertindak sebagai penjual (Seller)
yang memiliki barang-barang untuk dijual kepada importir. Eksportir sering kali hanya
bertindak sebagai perantara penjualan atau sebagai kepanjangan tangan dari produsen
barang sesunguhnya.
2. Importir
Dalam kontrak perdagangan internasional, importir bertindak sebagai pembeli (buyer)
yang akan membayar sejumlah nilai tertentu kepada penjual. Importir memiliki resiko dan
tanggung jawab yang besar terhadap barang yang dipesan, baik resiko kerugian, kerusakan,
keterlambatan, termasuk resiko penipuan dan manipulasi. Tanggung jawab importir tidak
hanya menyangkut barang yang dipesannya sendiri tetapi juga termasuk barang-barang
yang diimpor atas dasar perjanjian indent dengan pihak indentor di dalam negeri. Untuk itu,
importir harus berhati-hati dalam membuka kontrak perdagangan, memilih partner dagang di
luar negeri serta menilai indentor.
3. Indentor
Dalam kondisi-kondisi tertentu, ada peminat yang bukan berstatus importir yang
melakukan pemesanan kepada importir terhadap suatu produk dari luar negeri. Pihak yang
melakukan pemesanan kepada importir tersebut lazim disebut sebagai pihak indentor.
4. Unsur Pendukung
Untuk menciptakan transaksi perdagangan internasional tidak cukup hanya melibatkan
eksportir dan importir saja. Peran pihak-pihak pendukung sangat menentukan kesuksesan
suatu transaksi perdagangan internasional. Yang termasuk dalam kelompok pendukung,
antara lain adalah:
a) Bank-bank devisa, yaitu kelompok pendukung perdagangan internasional yang
berkaitan dengan pemberian jasa pembayaran, perkreditan, jaminan dan transaksi
keuangan lainnya.
b) Badan usaha transportasi, yaitu pihak yang berkepentingan terhadap pengangkutan
barang-barang dalam rangka transaksi perdagangan internasional.
c) Maskapai pelayaran, yaitu agen-agen kapal (pengangkut) yang mewakili kepentingan
pemilik angkutan. Saat ini sebagian besar transaksi perdagangan internasinal diangkut
melalui jalur laut
d) Perusahaan asuransi, yaitu pihak-pihak yang menjamin resiko atas pengangkutan
barang dari pihak penjual hingga diterima oleh pihak pembeli.
22
e) Surveyor, yaitu pihak ketiga yang bersifat netral dan obyektif yang dapat memberikan
kesaksian atas mutu, jenis, kuantitas, keaslian, kondisi, harga dan lain sebagainya.
Sertifikat yang dikeluarkan oleh Surveyor akan menguatkan posisi eksportir dan juga
akan menambah nilai jual dari barang-barang yang diperdagangkan.
f) Otoritas kepabeanan, yaitu institusi pemerintah yang bertugas menjaga kepentingan
masayarkat suatu negara serta berkepentingan terhadap pemungutan pajak-pajak
dalam rangka perdagangan ekspor-impor.
B. Mekanisme Penyerahan Barang
Perdagangan internasional merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan banyak
kemungkinan yang terjadi, mulai adanya kerusakan yang bersifat alamiah, adanya moral
hazard misalnya terjadi penipuan dari salah satu pihak yang bertransaksi, hingga adanya
bencana alam. Selain itu juga dimungkinkan adanya perbedaan persepsi atas suatu
transaksi mengingat jual beli dilakukan oleh para pihak yang berbeda negara dimana
ketentuan perundang-undangan dan kebiasaan dalam bertransaksi berbeda-beda.
Untuk menghindari adanya penafsiran ganda mengenai suatu pernyataan perikatan
mengenai syarat penyerahan barang dalam sales contract, ICC telah menyusun sedemikian
rupa suatu instrumen pengaturan mengenai syarat penyerahan barang dalam perdagangan.
Instrumen tersebut dikenal sebagai International Commercial Terms yang saat ini sudah
mencapai edisi tahun 2010 (incoterms 2010).
Klausul-klausul dalama incoterms mengatur hak dan kewajiban antara penjual dan
pembeli terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Syarat penyerahan barang dari penjual kepada pembeli.
2) Pembagian resiko antara penjual dan pembeli.
3) Tanggung jawab dalam perolehan ijin ekspor-impor.
23
Dalam incoterms 2010 terdapat 11 terminologi penyerahan barang, yaitu : ex works
(Ewx), Free carrier (FCA), Free Alongside Ship (FAS), Free on Board (FOB), Cost and
Freight (CFR), Cost Insurance and Freight (CIF), Carriage Paid to (CPT), Carriage and
Insurance paid to (CIP-), Delived at Terminal (DAT), Delived at Place (DAP) dan Delivery
Duty paid (DDP).
a) Terminologi incoterm untuk seluruh media pengangkutan
Dari 11 terminologi tersebut terdapat terminologi incoterms yang dapat
diimplementasikan untuk seluruh kategori media pengangkutan, baik angkutan laut, sungai,
udara, kereta api maupun angkutan darat lainnya. Terms of delivery yang tergolong dalam
kelompok ini adalah: ex works (EXW); free carrier (FCA); carriage paid to (CPT); carriage
and insurance paid to (CIP); delivered at terminal (DAT); delivered at placed (DAP); dan
delivered duty paid (DDP).
DDIIAAGGRRAAMM
IINNCCOOTTEERRMMSS
DAT
DAP
Gambar 2.3
Diagram Incoterm 2010
24
Exworks (EXW...name of placed)
Pengertian terms exworks adalah penyerahan yang dilaksanakan
di suatu tempat milik penjual di negara asal barang (pabrik,
gudang, dan lain-lain). Kewajiban dan resiko penyerahan
barang beralih dari penjual kepada pembeli, setelah titik
penyerahan di pabrik/gudang penjual tersebut. Kewajiban biaya
yang timbul setelah penyerahan tersebut, misal: stuffing ke
sarana pengangkut, pengangkutan ke pelabuhan, pengurusan formalitas ekspor, biaya
tambang, dan sebagainya sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli. Termin EXW
menunjukkan bahwa kewajiban penjual dalam kontrak perdagangan sangat minimum.
Kondisi syarat penyerahan barang ini hanya mungkin dilaksanakan oleh pembeli yang
telah mengenal betul prosedur dan kondisi-kondisi perdagangan di negara asal barang.
Dalam situasi lain, bisa saja pembeli hanyalah broker-broker perdagangan dan setelah
mendapatkan barang dari penjual, barang tersebut akan segera dialihkan kepemilikannya
kepada pembeli atau eksportir lainnya. Harus diingat bahwa dalam konteks kepabeanan,
kondisi terms EXW ini bukan dianggap sebagai transaksi antar negara (impor/ekpor).
Kewajiban penjual :
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyediakan segala dokumen ekspor yang dibutuhkan oleh pembeli dalam rangka
penyelesaian formalitas ekspor.
Menempatkan barang di lokasi penjual sendiri dalam kondisi siap untuk dimuat. Namun
kewajiban pemuatan ke sarana pengangkut pertama (inland transport) tetap menjadi
kewajiban pembeli;
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menanggung segala resiko dan biaya atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan
resiko, yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pembeli di lokasi
yang ditunjuk dalam kontrak.
25
Free Carrier (FCA...name of placed)
Free carrier berarti bahwa penjual menyerahkan barang dalam kondisi telah
diselesaikan formalitas ekspornya kepada pengangkut yang
diusulkan oleh pembeli, ditempat yang ditunjuk dalam kontrak.
Lokasi penyerahan barang dapat dipilih menurut dua kategori,
yaitu di tempat penjual (FCA seller’s premises) atau di tempat
lainnya (FCA named placed).
Kewajiban penjual :
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
dalam hal, tempat penyerahan di lokasi penjual: kewajiban penjual dianggap selesai jika
barang selesai dimuat di atas kendaraan pengangkut atau orang tertentu yang ditunjuk
pembeli;
dalam hal tempat penyerahan di luar lokasi penjual, kewajiban penjual dianggap selesai
apabila barang telah ditempatkan dalam kewenangan pengangkut atau pihak lain yang
ditunjuk pembeli.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
membuka kontrak pengangkutan dengan pengangkut, mulai dari titik tempat yang
dinyatakan dalam kontrak.
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pengangkut yaqng ditunjuk
oleh pembeli.
Carriage Paid To (CPT...named place of destination)
Terminologi CPT lazim digunakan untuk model
pengangkutan barang ekspor yang menggunakan lebih dari
satu media transportasi (multi moda), meskipun termin ini
berlaku untuk seluruh moda transportasi. Penyerahan barang
dianggap telah dilakukan ketika penjual telah menyerahkan
barang ekspor kepada pengangkut yang ditunjuk oleh penjual
itu sendiri. Akan tetapi, penjual wajib menanggung seluruh biaya pengangkutan dan
26
menentukan sendiri pengangkut yang akan membawa barang-barang hingga sampai di
suatu tempat tujuan di negara pembeli. Dalam hal pengangkutan multi moda, penyerahan
barang dianggap telah dilakukan ketika barang telah diserahkan kepada pengangkut
pertama.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
membuka kontrak pengangkutan dengan pengangkut, menanggung biaya pengangkutan
hingga ke suatu tempat di negara pembeli, sesuai yang ditentukan dalam kontrak;
menyerahkan barang kepada pengangkut (atau pengangkut pertama) sesuai kontrak.
Pada titik inilah terjadinya peralihan resiko dari penjual kepada pembeli;
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pengangkut yang ditunjuk
penjual.
Carriage and Insurance Paid To (CIP...named place of destination)
Terminologi CIP pada dasarnya sama dengan terms CPT hanya saja ditambah dengan
kewajiban penjual untuk menutup asuransi pengangkutan. Dengan demikian penjual akan
menanggung biaya pengangkutan termasuk menutup
asuransi sampai dengan di suatu tempat tujuan di negara
pembeli sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak. Titik kritis
perpindahan resiko dilakukan pada saat barang telah
diserahkan kepada pengangkut (atau pengangkut
pertama) yang ditunjuk oleh penjual.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
membuka kontrak pengangkutan dengan pengangkut, menanggung biaya pengangkutan
termasuk menutup asuransi pengangkutan utama, hingga ke suatu tempat di negara
pembeli, sesuai yang ditentukan dalam kontrak;
27
menyerahkan barang kepada pengangkut (atau pengangkut pertama) sesuai kontrak.
Pada titik inilah terjadinya peralihan resiko dari penjual kepada pembeli.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pengangkut yang ditunjuk
penjual.
Delivered at Terminals (DAT...named terminals at port or place of destination)
Syarat penyerahan barang untuk term ini berarti bahwa penjual harus menyerahkan
barang kepada pembeli di suatu terminal dalam area pelabuhan atau tempat tujuan dengan
kondisi barang telah dibongkar dari sarana pengangkut utama. Dengan demikian penjual
wajib menanggung seluruh beban biaya mulai dari ongkos pengangkutan sampai di terminal
pelabuhan tujuan, terminal charges di pelabuhan tujuan, termasuk ongkos bongkar di
pelabuhan tujuan.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak;
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan impor serta kewajiban dari otoritas
pemerintah lainnya dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri.
membuka kontrak pengangkutan dengan pengangkut, menanggung biaya pengangkutan
hingga ke suatu terminal dalam area pelabuhan atau tempat tujuan di negara pembeli,
sesuai yang ditentukan dalam kontrak. Menanggung biaya yang timbul di terminal
pelabuhan tujuan termasuk biaya bongkar barang. Dalam hal ini, penutupan asuransi
tidaklah menjadi kewajiban penjual;
menyerahkan barang kepada pembeli di suatu terminal dalam area pelabuhan atau
tempat tujuan di negara pembeli, dalam keadaan telah dibongkar dari alat pengangkut
utama, dalam jangka waktu sesuai kontrak. Pada titik inilah terjadinya peralihan resiko
dari penjual kepada pembeli.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pembeli di suatu terminal
dalam area pelabuhan atau tempat tujuan.
28
Delivered at Place (DAP...named place of destination)
Syarat penyerahan barang untuk term ini berarti bahwa
penjual harus menyerahkan barang kepada pembeli di suatu
tempat tujuan yang ditentukan di negara pembeli, dengan
kondisi barang belum dibongkar dari sarana pengangkut.
Dengan demikian penjual wajib menanggung seluruh beban
biaya mulai dari ongkos pengangkutan sampai di tempat
tujuan yang ditentukan, terminal charges dan ongkos bongkar-muat barang di pelabuhan
tujuan. Akan tetapi penyelesaian formalitas pabean impor dan kewajiban bea masuk serta
pungutan impor tetap menjadi tanggung jawab pembeli.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak;
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri.
membuka kontrak pengangkutan dengan pengangkut, menanggung biaya pengangkutan
hingga ke suatu tempat di negara pembeli, sesuai yang ditentukan dalam kontrak.
Menanggung biaya yang timbul di terminal pelabuhan tujuan termasuk biaya bongkar-
muat barang. Dalam hal ini, penutupan asuransi tidaklah menjadi kewajiban penjual;
menyerahkan barang kepada pembeli di suatu tempat tujuan di negara pembeli, dalam
keadaan belum dibongkar dari alat pengangkut, dalam jangka waktu sesuai kontrak.
Pada titik inilah terjadinya peralihan resiko dari penjual kepada pembeli.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor termasuk kewajiban bea masuk dan
pungutan impor, atas resiko dan biaya sendiri;
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pembeli di suatu tempat
tujuan di negara pembeli.
29
Delivered Duty Paid (DDP...named place of destination)
Syarat penyerahan barang untuk term ini berarti bahwa penjual
harus menyerahkan barang kepada pembeli di suatu tempat dalam
kewenangan pembeli dengan kondisi seluruh formalitas kepabeanan
impor telah diselesaikan. Dengan demikian penjual menanggung
seluruh beban biaya mulai dari pengangkutan utama, bea masuk dan
pajak impor dan biaya angkutan hingga sampai di tempat tujuan yang
dikehendaki pembeli.
Dalam praktek, meskipun penjual tidak memiliki akses langsung di
negara pembeli, namun bisa saja mereka menggunakan terms DDP dengan melakukan
kerjasama pengangkutan dengan perusahan freight forwarders international, seperti: DHL,
Fedex, UPS dan sebagainya. Layanan seperti ini lazim dikenal dengan istilah door to door
service.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan impor serta kewajiban dari otoritas
pemerintah lainnya dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri. Termasuk
membayar bea masuk dan pungutan impor dalam penyelesaian formalitas impor;
membuka kontrak pengangkutan dengan pengangkut, menanggung biaya pengangkutan
hingga ke suatu tempat dalam kewenangan pembeli di negara pembeli, sesuai yang
ditentukan dalam kontrak. Dalam hal ini, penutupan asuransi tidaklah menjadi kewajiban
penjual;
menyerahkan barang kepada pembeli di suatu tempat dalam kewenangan pembeli dalam
keadaan belum dibongkar, dalam jangka waktu sesuai kontrak. Pada titik inilah terjadinya
peralihan resiko dari penjual kepada pembeli;
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyediakan segala persyaratan administrasi impor yang diminta oleh penjual dalam
rangka penyelesaian kewajiban formalitas impor di negara pembeli;
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang dalam keadaan belum dibongkar, telah diserahterimakan oleh penjual
kepada pembeli di suatu tempat dalam kewenangan pembeli.
30
b) Terminologi incoterm melalui laut / sungai
Dalam incoterms 2010 juga terdapat terminologi incoterms yang hanya dapat
diimplementasikan untuk kategori media pengangkutan laut dan sungai saja, terms of
delivery yang tergolong dalam kelompok ini adalah: free alongside ships (FAS); free on
board (FOB); cost and freight (CFR); dan cost, insurance and freight (CIF).
Free Alongside Ship (FAS…named port of shipment)
Free alongside Ship berarti penjual wajib
menyerahkan barang di samping kapal di pelabuhan
keberangkatan dengan kondisi telah diurus formalitas
ekspornya. Dengan demikian kondisi riil penyerahan
barang harus dilaksanakan ketika kapal yang akan
mengangkut barang sudah berada di dermaga pelabuhan.
Titik kritis perpindahan resiko terjadi pada saat barang
telah diserahkan kepada pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli di samping kapal.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
menyerahkan barang kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di samping kapal sesuai
kontrak. Pada titik inilah terjadinya peralihan resiko dari penjual kepada pembeli. Oleh
karena itu, penjual wajib menanggung biaya pengangkutan barang hingga sampai di area
pelabuhan (inland transport). Akan tetapi biaya yang timbul dalam rangka terminal
handling maupun bongkar-muat barang di pelabulan keberangkatan, tetap menjadi
tanggung jawab pembeli.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
membuka kontrak pengangkutan utama dengan pengangkut, atas biaya dan resiko
sendiri.
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah diserahterimakan oleh penjual kepada pengangkut yang ditunjuk
oleh pembeli di samping kapal.
31
Free on Board (FOB... named port of shipment)
Free on Board berarti berarti penjual dianggap
menyerahkan barang ketika barang telah melewati batas
pagar kapal (on board) di pelabuhan pengapalan, dalam
keadaan sudah mendapat ijin ekspor. Dengan demikian
resiko telah beralih dari penjual kepada pembeli pada saat
barang melewati pagar kapal (when the goods passed the
ship’s rail).
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
menyerahkan barang kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli hingga barang telah
dimuat di atas kapal, dalam waktu yang ditentukan sesuai kontrak. Pada titik inilah
terjadinya peralihan resiko dari penjual kepada pembeli. Oleh karena itu, penjual wajib
menanggung biaya pengangkutan barang hingga sampai di area pelabuhan (inland
transport), terminal handling charges, maupun biaya bongkar-muat barang ke atas kapal.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
membuka kontrak pengangkutan utama dengan pengangkut, atas biaya dan resiko
sendiri.
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah melewati batas pagar kapal.
Cost and Freight (CFR...named port of destination)
Cost and Freght berarti bahwa penjual dianggap menyerahkan barang setelah barang
melewati batas pagar kapal di pelabuhan pengapalan dalam keadaan sudah mendapat ijin
ekspor, tetapi biaya pengangkutan sampai ke pelab uhan
tujuan tetap menjadi kewajiban penjual. Titik
pertanggungan biaya bagi eksportir adalah sampai
dengan pembayaran ongkos angkut. Titik kritis resiko
beralih dari penjual kepada pembeli sejak barang
melewati batas pagar kapal (on board) di pelabuhan keberangkatan.
32
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
membuka kontrak pengangkutan utama dengan pengangkut sesuai kontrak, hingga
sampainya barang di pelabuhan tujuan, atas biaya penjual.
menyerahkan barang kepada pengangkut hingga barang telah dimuat di atas kapal
(melewati batas pagar kapal), dalam waktu yang ditentukan sesuai kontrak. Oleh karena
itu, penjual wajib menanggung biaya pengangkutan barang hingga sampai pelabuhan
tujuan, terminal handling charges di pelabuhan keberangkatan, maupun biaya bongkar-
muat barang ke atas kapal.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
menanggung biaya bongkar-muat dan terminal handling charges dan biaya bongkar-muat
barang ke atas kapal di pelabuhan keberangkatan.
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah melewati batas pagar kapal di pelabuhan keberangkatan.
Cost Insurance and Freight (CIF...named port of destination)
Pada terms CIF, kewajiban penjual pada dasarnya sama
dengan term CFR hanya ditambah dengan kewajiban penjual
untuk membayar asuransi pengangkutan utama. Pada
dasarnya penjual tidak mengetahui sejauh mana kepentingan
pembeli terhadap asuransi tersebut. Sepanjang tidak ada
permintaan khusus terhadap kualitas asuransi yang harus
ditanggung penjual, maka biasanya asuransi ditutup dengan
pertanggungan minimum.
Kewajiban Penjual:
menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak
menyelesaikan segala perizinan ekspor dan kewajiban dari otoritas pemerintah lainnya
dengan resiko dan biaya dari pihak penjual sendiri;
33
membuka kontrak pengangkutan utama dengan pengangkut sesuai kontrak, hingga
sampainya barang di pelabuhan tujuan, atas biaya penjual. Termasuk menutup asuransi
pengangkutan utama hingga sampainya barang di pelabuhan tujuan.
menyerahkan barang kepada pengangkut hingga barang telah dimuat di atas kapal
(melewati batas pagar kapal), dalam waktu yang ditentukan sesuai kontrak. Oleh karena
itu, penjual wajib menanggung biaya pengangkutan barang hingga sampai pelabuhan
tujuan, terminal handling charges dan biaya bongkar-muat barang ke atas kapal di
pelabuhan keberangkatan.
Kewajiban pembeli:
membayar sejumlah nilai yang dipersyaratkan dalam kontrak;
menyelesaikan segala kewajiban formalitas impor, atas resiko dan biaya sendiri;
menanggung biaya bongkar-muat dan terminal handling charges di pelabuhan tujuan;
menanggung segala resiko atas pengangkutan barang mulai dari titik peralihan resiko,
yaitu saat barang telah melewati batas pagar kapal di pelabuhan keberangkatan.
C. Mekanisme Pembayaran
1. Metode Pembayaran Non Letter of Credit
Dalam pelaksanaan mekanisme pembayaran transaksi perdagangan internasional,
secara umum dibedakan menjadi 2 metode, yaitu dengan metode non letter of credit dan
metode letter of credit. Masing-masing metode pembayaran tersebut memiliki ragam dan
variasi masing-masing. Pada bagian awal kegiatan belajar 3, akan kami uraikan beberapa
metode pembayaran non letter of credit yang paling umum digunakan oleh para pelaku
perdagangan internasional.
Advance Payment (Pembayaran Dimuka)
Dalam metode pembayaran advance payment, pembeli terlebih dahulu melakukan
pembayaran baik sebagian atau seluruhnya, sebelum barang yang dipesan dikapalkan
oleh penjual. Pembayaran dapat dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan
(purchasing order) atau menunggu kepastian bahwa barang telah dikapalkan oleh
eksportir.
Kondisi pembayaran dengan cara ini dilakukan ketika posisi tawar penjual lebih besar
dibandingkan posisi pembeli, atau dengan kata lain pembeli sangat membutuhkan barang
yang dipesan. Kondisi lainnya adalah ketika eksportir belum mengenal importir dengan baik
atau bonafiditas importir diragukan oleh eksportir.
34
Pada umumnya metode pembayaran dengan cara advance payment dilakukan untuk
jumlah transaksi perdagangan yang nilainya tidak terlalu besar. Menurut Reksoprajitno
(1983) cara pembayaran dengan metode ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
Posisi importir sangat lemah dan akan menanggung biaya kapital untuk modal yang
ditanam dalam bentuk barang yang dipesan
Importir harus menanggung beberapa resiko, yaitu resiko tidak sesuainya barang yang
dipesan, resiko keterlambatan diterimanya barang, dan yang lebih parah adalah resiko
kerugian akibat eksportir yang tidak jujur.
Beberapa instrumen pembayaran yang dapat digunakan diantaranya:
Wesel atas unjuk (sight draft),
yaitu sejenis surat perintah yang dibuat oleh bank domestik yang ditujukan kepada
bank koresponden di negara penjual untuk membayar sejumlah uang tertentu
sebagaimana yang disebutkan dalam wesel tersebut.
International Money Order,
prinsip-prinsip pembayaran yang diterapkan hampir mirip dengan sight draft namun
letak perbedaannya ada pada kewajiban untuk memiliki saldo account pada bank
korespondensi. Pada banker sight draft, maka bank yang akan menarik surat wesel
harus memiliki saldo account pada bank yang bertindak sebagai drawer. Pada money
order, keharusan memiliki saldo pada bank korespondensi tidak diperlukan.
Traveler check,
yaitu instrumen pembayaran sejenis wesel yang diterbitkan oleh suatu bank yang
memerintahkan pihak bank tersebut untuk memberikan pembayaran kepada sesorang
yang menunjukan checks tersebut.
Personal Checks,
yaitu check yang dikeluarkan oleh individu-individu yang memiliki saldo account di
salah satu bank international.
Uang Logam atau Uang Kertas,
cara pembayaran perdagangan dengan menggunakan metode pembayaran tunai
secara langsung ini sangat jarang terjadi. Umumnya yang menggunakan pembayaran
dengan mata uang hanyalah wisatawan-wisatawan internasional .
Telegraphic Transfer (T/T),
prinsip-prinsip pembayarannya hampir mirip dengan wesel namun letak perbedaannya
hanya pada media penyampaian berita yang digunakanakan. Untuk T/T, media
penyampaian berita yang digunakan oleh bank adalah media telex atau kawat
sedangkan media penyampaian wesel umumnya menggunakan jasa kiriman pos.
35
Tentunya eksportir lebih menyukai cara pembayaran menggunakan T/T dibanding
wesel karena jangka waktu penerimaan berita pembayaran akan jauh lebih cepat.
Open Account (pembayaran di belakang)
Metode pembayaran ini kurang lebih merupakan kebalikan dari metode advance
payment, artinya bahwa penjual mengapalkan terlebih dahulu barang yang dipesan oleh
pembeli sebelum pembayaran baik sebagian atau keseluruhan diterima oleh penjual.
Dalam konteks lain, metode open account dapat diartikan lain bahwa penjual dan pembeli
bersepakat mengenai penyelesaian proses pembayaran atas transaksi perdagangan
internasional akan dilaksankan oleh pembeli pada tanggal yang ditetapkan melalui jasa
bank. Dalam posisi ini, tingkat resiko yang paling besar ditanggung penjual dan tidak ada
jaminan yang pasti pembeli akan menepati janjinya.
Consigment (Konsinyasi)
Sama halnya dengan praktek konsinyasi dalam pengertian umum, maka pengertian
consignment dalam metode pembayaran perdagangan internasional mengandung
pengertian bahwa barang yang diperdagangkan masih berstatus milik eksportir dan
sifatnya hanya dititipkan kepada importir untuk dipasarkan di negara importir. Pembayaran
sesungguhnya terhadap barang yang dikirim eksportir akan dilaksankan setelah barang
yang bersangkutan laku terjual.
Collection
Pengertian collection dalam pembayaran perdagangan internasional adalah metode
pembayaran dengan cara menitipkan dokumen komersial atau dokumen keuangan kepada
pihak bank yang selanjutnya akan melakukan penagihan kepada importir di luar negeri.
Ada 2 jenis metode collection yang digunakan dalam praktek perdagangan, yaitu :
1) Documentary collection, untuk cara ini eksportir akan menyerahkan dokumen
komersial (commercial invoice dan bill of lading) dan dokumen keuangan (bill of
exchange/draft, promissory notes, cheques, atau instrumen sejenis) segera setelah
barang dikirim atau dikapalkan.
2) Clean collection, untuk cara ini eksportir hanya akan menyerahkan dokumen
keuangan tanpa disertai dokumen komersial.
Contoh cara pembayaran non Letter of Credit dapat anda perhatikan pada lampiran 6
yang tersedia pada bagian belakang bahan ajar ini.
36
2. Metode Pembayaran dengan Letter of Credit
L/C adalah janji membayar dari bank penerbit (issuing bank) kepada eksportir
(beneficiary) sebesar nilai yang tercantum dalam dokumen L/C sepanjang eksportir
memenuhi persyaratan L/C. Persyaratan yang dimaksud adalah pemenuhan dokumen-
dokumen yang dinyatakan dalam L/C baik secara fisik maupun isi dokumen. Pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan L/C adalah eksportir, importir, bank penerbit, dan bank
koresponden, namun harus dipahami bahwa klausul kontrak L/C adalah kontrak antara
bank penerbit (issuing bank) dengan eksportir (beneficiary).
Metode pembayaran dengan Letter of Credit (L/C) merupakan metode yang paling
sering digunakan oleh pelaku perdagangan internasional terutama dalam hal eksportir dan
importir tidak saling mengenal sehingga kepentingan masing-masing dapat terjamin.
Dalam transaksi perdagangan internasional, importir membutuhkan kepastian dan
jaminan mengenai kualitas dan kuantitas barang yang akan diterima, sedangkan eksportir
membutuhkan kepastian dan jaminan bahwa pembayaran akan diterima sesuai dengan
kesepakatan kontrak perdagangan. Dasar pemikiran inilah yang melatarbelakangi
penyusunan L/C oleh para praktisi perdagangan yaitu dalam rangka memberikan kepastian
dan jaminan atas transaksi perdagangan yang dilakukan.
Gambar 2.2 berikut memberikan gambaran umum proses penerbitan kontrak L/C dan
kedudukannya dalam sales contract.
Gambar 2.4
Mekanisme Letter of Credit
37
Pihak-Pihak Yang Terlibat dalam Kontrak L/C
Pihak-pihak yang secara langsung memiliki peran dan tanggung jawab dalam suatu
transaksi L/C baik yang secara tegas ditunjuk dalam kontrak L/C maupun yang tidak
disebutkan dalam L/C, adalah sebagai berikut (Hutabarat, 1994):
1) Applicant, yaitu pihak yang membuka kontrak L/C kepada bank penerbit. Dalam kontrak
perdagangan applicant bertindak sebagai pembeli atau importir.
2) Beneficiary, yaitu pihak yang akan menerima keuntungan atau pembayaran atas
pembukaan kontrak L/C. Kedudukan beneficiary dalam sales contract adalah sebagai
penjual atau eksportir.
3) Issuing bank, adalah bank di negara importir yang menerbitkan L/C atas permohonan
applicant.
4) Advising bank, yaitu bank di negara eksportir yang meneruskan atau memberitahukan
dan juga menegaskan kebenaran pembukaan L/C kepada beneficiary. Selain proses
advisi, bank ini dapat juga bertindak sebagai paying bank, sepanjang mendapat
penunjukan dari issuing bank.
5) Confirming bank, yaitu bank yang menegaskan dan memberikan jaminan pembayaran
atas suatu kontrak L/C. Apabila importir atau issuing bank tidak dapat melakukan
pembayaran, maka confirming bank-lah yang akan menanggung pembayaran.
6) Paying bank, yaitu bank yang namanya disebutkan secara tegas dalam kontrak L/C
sebagai bank yang akan melakukan pembayaran.
7) Negotiating bank, yaitu bank yang menyetujui untuk membeli wesel (draft) dari
beneficiary dengan segera. Biasanya bank tersebut tidak disebutkan dalam kontrak L/C,
namun khusus untuk L/C yang memiliki klausul negotiable, maka negosiasi atas
dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C dapat dilakukan kepada bank lain di luar
advising atau paying bank. Selanjutnya, bank tersebutlah yang akan menarik
pembayaran (reimburse) dari issuing bank.
8) Reimbursing bank, yaitu bank yang menagih kembali (reimburse) kepada issuing bank
atas pembayaran yang dilakukannya kepada beneficiary . Kondisi ini terjadi apabila antar
bank penerbit dan bank pembayar tidak memiliki akses rekening, sehingga atas
pembayaran L/C dilakukan oleh bank ketiga. Bank ketiga inilah yang selanjutnya
melakukan proses reimburse.
Contoh Letter of Credit dapat anda perhatikan pada lampiran 7 yang tersedia pada
bagian belakang bahan ajar ini.
38
D. Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional
1. Invoice
Dokumen komersial perdagangan yang utama adalah invoice yang berfungsi sebagai
perwujudan transaksi jual beli antar eksportir dan importir. Berdasarkan invoice dapat
diketahui berapa harga yang harus dibayar oleh importir dan apa jenis barang serta berapa
jumlah barang yang harus diserahkan oleh eksportir. Secara umum sesuai kegunaannya
invoice dibedakan menjadi 3 jenis. Bentuk fisik dari ketiga jenis invoice ini dapat anda lihat
pada bagian lampiran di halaman belakang Modul ini.
Proforma invoice
Sesuai dengan namanya proforma invoice adalah suatu bentuk invoice yang sifatnya
belum final, hanya berupa penawaran dari penjual kepada pembeli yang potensial. Tujuan
dikeluarkannya proforma invoice adalah sebagai tawaran (offer) dari penjual kepada
pembeli untuk menempatkan order yang pasti. Apabila pembeli setuju dengan syarat-
syarat jual-beli yang diajukan dalam proforma invoice maka akan dikeluarkan sales
contract yang pasti disertai dengan commercial invoice yang bersifat final.
Commercial invoice
Commercial invoice adalah suatu nota perincian mengenai data-data barang yang
ditransaksikan dan juga memuat informasi mengenai harga yang harus dibayar oleh pihak
pembeli.
Consular Invoice
Invoice jenis seperti ini adalah invoive yang secara khusus diterbitkan oleh instansi
resmi kedutaan atau konsuler suatu negara. Dalam beberapa negara, invoice tetap
diterbitkan oleh eksportir namun harus ditandasahkan oleh konsuler perdagangan di
negara eksportir. Tujuan utama penerbitan consular invoice adalah untuk memeriksa
harga jual dibandingkan dengan harga pasar yang sedang berlaku dan untuk memastikan
bahwa tidak terjadi “dumping” terhadap barang yang ditransaksikan. Ketentuan untuk
menerbitkan consulir invoice adalah kebijakan yang diambil oleh beberapa pemerintah di
negara importir, sebagaimana pernah diterapkan oleh pemerintah Indonesia sebelum
berlakunya Inpres No.4 Tahun 1985 (Hutabarat, 1994).
Contoh invoice dalam bentuk yang sederhana dapat anda perhatikan pada lampiran 2
di bagian belakang bahan ajar ini.
39
2. Daftar Pengepakan (Packing List)
Salah satu dokumen kelengkapan yang paling sering dipersyaratkan baik oleh pihak
pembeli maupun oleh institusi kepabeanan di setiap negara adalah packing list barang.
Dokumen ini berisi keterangan mengenai uraian dari barang-barang yang dikemas,
dibungkus, diikat dan sebagainya yang tujuannya adalah mempermudah pengecekan atau
pemeriksaan. Dengan diterbitkannya packing list maka akan mempermudah dan
mempercepat proses pemeriksaan fisik barang oleh pejabat kepabeanan, oleh karena
masing-masing kemasan telah diuraikan secara lengkap jumlah dan jenis barang yang ada
di dalamnya.
Contoh packing list dalam bentuk yang sederhana dapat anda perhatikan pada
lampiran 3 di bagian belakang bahan ajar ini.
3. Polis Asuransi (Insurance Policy)
Polis asuransi adalah suatu bentuk bukti tertulis atas pembayaran premi untuk
menutup pertanggungan resiko terhadap sejumlah barang yang diangkut dengan kapal dan
secara tegas dinyatakan dalam kontrak pertanggungan resiko. Polis asuransi diterbitkan
oleh Perusahaan asuransi kepada pihak yang mengajukan asuransi (tertanggung)
walaupun dalam kontrak asuransi dapat pula ditunjuk pihak yang akan menerima manfaat
atas klaim asuransi yang diajukan.
Berdasarkan penggunaannya, polis asuransi ini dapat dipakai untuk menutup
pertanggungan satu kali pengapalan (close policy), atau dapat pula diterbitkan polis
asuransi yang sifatnya terbuka untuk beberapa kali pengapalan (open policy). Istilah open
disini adalah tanggal jatuh tempo pertanggungan yang dibuat secara terbuka sehingga
dapat menutup pertanggungan terhadap pengapalan barang secara berulang-ulang. Setiap
ada kegiatan pengapalan, maka pihak tertanggung akan mengontak perusahaan asuransi
dalam rangka pembayaran premi.
Sertifikat Asuransi (Insurance certificate)
Sertifikat asuransi adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi
yang isinya adalah pernyataan bahwa terhadap pengapalan barang telah dilakukan
penutupan asuransinya secara open policy. Jadi untuk kontrak asuransi yang sifatnya
terbuka atau dapat dipakai berulang kali (open policy) maka atas setiap pengapalan
dikeluarkan sertifikat asuransi, sedangkan polis asuransi tetap berada di tangan
tertanggung karena diperlukan untuk pengapalan-pengapalan berikutnya.
Contoh polis asuransi dapat anda perhatikan pada lampiran 4 di bagian belakang
bahan ajar ini.
40
4. Surat Keterangan Asal (certificate of origin)
Sertifikat ini dikeluarkan oleh surveyor tertentu yang isinya adalah pernyataan dan
sekaligus dokumen pembuktian bahwa asal barang benar-benar dari negara/lokasi yang
dinyatakan dalam sertifikat. Tujuan utama penerbitan surat keterangan asal (SKA) ini
adalah dalam rangka memenuhi persyaratan pemberlakuan tarif preferensi di suatu negara
berdasarkan kesepakatan bilateral, multilateral ataupu unilateral (SKA-preferensi) ataupun
oleh karena adanya ketentuan-ketentuan tertentu di suatu negara (SKA-non preferensi).
Untuk konteks Indonesia, maka dokumen surat keterangan asal merupakan dokumen
standar yang wajib dipenuhi oleh importir maupun eksportir dalam rangka memenuhi
ketentuan regulasi yang berlaku dalam rangka preferensi tarif maupun non preferensi.
Sebagai contoh untuk memperoleh preferensi atas skema tarif tertentu, maka harus
dipenuhi :
SKA Form A
adalah surat keterangan asal dalam rangka memperoleh preferensi atau fasilitas
pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk terhadap skema tarif Generalized
System of Preferences di negara-negara tertentu (al: Canada, Japan, Selandia Baru, dll)
SKA Form D
adalah surat keterangan asal dalam rangka membuktikan suatu produk berasal dari
negara-negara ASEAN untuk pemberlakuan skema tarif CEPT-AFTA
SKA Form E
adalah surat keterangan asal dalam rangka memperoleh preferensi atau fasilitas
pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk skema tarif ASEAN-China FTA
Untuk pemenuhan SKA-non preferensi biasanya diwajibkan oleh negara-negara
tertentu yang telah memiliki aturan-atauran standar dalam perdagangan internasional
dalam rangka pengawasan serta persyaratan wajib dalam memasuki wilayah negara
tertentu.
5. Sertifikat pemeriksaan (certificate of inspection)
Sertifikat pemeriksaan adalah dokumen tentang pemeriksaan fisik terhadap kondisi
dan keadaan barang yang akan diekspor yang dilakukan oleh surveyor independen atau
badan-badan resmi yang ditunjuk dan disahkan oleh pemerintah suatu negara. Sertifikat ini
sangat penting dan selalu dipersyaratkann oleh importir atau pembeli di luar negeri dalam
rangka menjamin kuantitas dan kualitas barang yang diperdagangkan. Kontrak L/C
biasanya juga mempersyaratkan adanya sertificat pemeriksaan (certificate of inspection).
41
6. Sertifikat Mutu (certificate of quality)
Penerbitan dokumen ini juga menjadi salah satu dokumen yang biasanya
dipersyaratkan dalam kontrak L/C. Pada umumnya sertifikat mutu diterbitkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri atau Badan-badan sejenis yang ditunjuk oleh
pemerintah. Hal-hal yang dinyatakan dalam sertifikat adalah hasil analisa dan hasil test
atas produk di unit-unit penelitian dan/atau laboratorium.
Ketentuan sertifikasi mutu produk ekspor Indonesia diatur oleh Departemen
Perdagangan khusus untuk produk-produk tertentu, yang dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu sertifikat kesesuian mutu dan sertifikat produk. Sertifikat kesesuaian mutu
wajib dipenuhi untuk produk ekspor seperti: karet standar Indonesia Rubber (SIR) dan
minyak atsiri.
7. Sertifikat mutu pembuatan barang (Manufacturer’s Quality Certificate)
Sertifikat mutu pembuatan barang diterbitkan oleh pabrik yang memproduksi barang
yang berisi mengenai kualitas barang, kondisi barang dan pemenuhan standar barang yang
ditetapkan. Dokumen ini bersifat tambahan dan hanya diterbitkan apabila persyaratan
kontrak L/C meajibkannya.
8. Sertifikat Analisis (Certificate of Analysis)
Dokumen ini diterbitkan khusus untuk produk-produk ekspor berupa bahan-bahan
kimia atau obat-obatan. Pernyataan yang dicantumkan dalam sertifikat analisis adalah
mengenai kandungan bahan dan proporsi bahan yang terdapat dalam kemasan produk.
9. Weight List / Weight Note/Weight certificate
Dokumen weight certificate diterbitkan oleh badan yang disahkan oleh pemerintah
yang memang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memeriksa ukuran/berat barang
secara pasti. Apabila yang menerbitkan dokumen ini adalah eksportir sendiri maka
dokumen yang dikeluarkan adalah weight list atau weight note. Tujuan utama
diterbitkannya dokumen ini adalah untuk mengetahui berat barang yang sesungguhnya
agar iimportir dapat mempersiapkan alat-alat pengangkut yang diperlukan pada saat
pembongkaran dan pengangkutan ke tempat importir.
10. Daftar Ukuran (Measurement List)
Dokumen ini berisi keterangan mengenai ukuran panjang, tebal, diameter maupun
volume dari barang yang diekspor. Tujuan penerbitan daftar ukuran ini adalah untuk
menghitung ongkos angkut atau untuk keperluan persiapan pengangkutan barang ke
tempat importir.
42
RANGKUMAN
1) Proses terjadinya perdagangan internasional diawali dengan disepakatinya
transaksi jual beli yang dikenal dengan sales contract. Struktur sales contract yang
umumnya mencantumkan data-data berupa: nama dan alamat eksportir dan
importir, deskripsi dan spesifikasi barang, mekanisme dan instruksi pembayaran,
mekanisme pengapalan dan penyerahan barang, penutupan asuransi, dan
beberapa persyaratan lain sebagai ketentuan tambahan.
2) Syarat penyerahan barang sesuai yang diatur dalam incoterms 2010 meliputi :
- Ewx-ex works,
- FCA-Free carrier, FAS-Free Alongside Ship, FOB-Free on Board,
- CFR-Cost and Freight, CIF-Cost Insurance and Freight, CPT-Carriage Paid to,
dan CIP-Carriage and Insurance paid to,
- DAT-Delived at Terminal, DAP-Delived at Place dan DDP-Delivery Duty paid.
3) Mekanisme pembayaran yang berlaku secara internasional terbagi dua, yaitu
menggunakan media non letter of credit dan menggunakan letter of credit. Cara
non letter of credit dapat berupa advance payment, open account, consigment, dan
collection. Letter of credit digunakan untuk memberikan kepastian dan jaminan atas
transaksi perdagangan yang dilakukan dimana antara importir dan eksportir tidak
saling mengenal.
LATIHAN
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan sales contract !
2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Letter of Credit !
3) Sebutkan fungsi Bill of Lading !
4) Jelaskan pengertian cara pembayaran dalam perdagangan internasional dengan
menggunakan open account !
5) Jelaskan perbedaan syarat penyerahan barang antara Fob dan CIF !
43
BAB
JASA PENGANGKUTAN DAN KEPELABUHANAN
Pada kegiatan belajar ke-3 ini materi yang akan kita pelajari adalah tentang berbagai
jasa pengangkutan barang, mulai jasa angkutan laut, jasa angkutan udara, jasa angkutan
darat dan jasa angkutan multi moda. Materi lainnya yang akan dibahas adalah tentang jenis-
jenis pelabuhan dan berbagai instansi yang berada pada pelabuhan.
A. Jasa Pengangkutan Barang
Mekanisme pengangkutan barang dalam transaksi perdagangan internasional memiliki
banyak alternatif media pengangkutannya. Dalam praktek perdagangan internasional,
terdapat beberapa alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh eksportir atau penjual barang
untuk mengirim barang-barang yang telah disepakati dalam transaksi perdagangan
internasional.
1. Jasa Angkutan Laut
Kegiatan operasional pengangkutan laut dijalankan oleh perusahaan pelayaran
samudera (ocean shipping company) yang bertindak sebagai carrier dalam kontrak
pengangkutan laut. Media pengangkutan yang paling sering digunakan dalam mekanisme
transaksi perdagangan internasional adalah media pengangkutan laut (shipping).
Berdasarkan data statistik tahun 2005, diperkirakan sekitar 71% transaksi perdagangan
internasional menggunakan sarana pengangkutan laut. Bila dilihat berdasarkan data
volume/berat barang, maka kurang lebih 96% volume barang dalam transaksi perdagangan
internasional menggunakan sarana pengangkutan laut (Bank Ekspor Impor Indonesia,
2005). Kelebihan utama dari jasa angkutan laut dibanding dengan jasa angkutan lainnya
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mampu menjelaskan jenis-jenis jasa pengangkutan 2. Mampu menjelaskan jenis-jenis pelabuhan 3. Mampu menjelaskan instansi-instansi terkait di pelabuhan
3
44
dalam pengangkutan internasional terletak pada biaya yang relatif murah dengan volume
barang yang lebih besar.
Berdasarkan pola transportasi yang diterapkan dalam jasa angkutan laut, terdapat
beberapa alternatif sebagai berikut :
1) Liner, yaitu pola pengangkutan dengan trayek tertentu dan telah ditentukan waktunya
secara reguler. Keberangkatan dan kedatangan kapal telah terjadwal dengan baik.
2) Tramper, adalah pola pengangkutan laut yang tidak memiliki trayek dan jadwal waktu
yang jelas (independence services). Sifat jasa pengangkutan mengikuti keinginan
pihak yang mengoperasikan kapal namun disesuaikan dengan pihak yang mengontrak
space muatan kapal.
3) Charter, adalah pola pengangkutan laut dengan cara menyewa secara penuh hak
pengoperasian kapal. Perjanjian sewa-menyewa antara pemilik kapal dengan pihak
yang mencarternya disebut sebagai charter party.
Kontrak Pengangkutan
Kontrak pengangkutan (contract of carriage atau contract of affreightment) adalah
perikatan antara pengirim (shipper) dengan pihak pengangkut (carrier) untuk mengangkut
barang dari suatu tempat di negara eksportir hingga sampai di suatu tempat di negara
importir. Sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan dan sekaligus adanya bukti
penyerahan barang dari shipper kepada carrier maka akan dibuatkan dokumen bill of
lading.
Secara umum pihak-pihak yang terlibat dan disebutkan secara tegas dalam kontrak
pengangkutan adalah sebagai berikut :
1) Carrier.
Yaitu pihak yang memberikan jasa pengangkutan barang atau dengan pengertian lain
adalah pihak yang mengendalikan/mengoperasikan sarana pengangkut untuk tujuan
pengangkutan barang. Jasa pengangkutan barang tersebut dapat berupa jasa publik
(common carrier) dengan pengertian bahwa carrier dapat menerima muatan dari siapa
saja atau jasa pengangkutan yang bersifat khusus (private carrier) artinya bahwa
sarana pengangkut secara penuh telah disewa oleh shipper, khusus untuk mengangkut
barang-barang milik shipper saja.
2) Shipper.
Kedudukan shipper dalam kontrak pengangkutan adalah sebagai pihak yang
mengontrak carrier untuk mengangkut barang dari suatu tempat di negaranya hingga
sampai di tempat tujuan. Berkaitan dengan kontrak perdagangan (sales contract) maka
45
posisi shipper adalah sebagai penjual (eksportir) sehingga kewajibannya adalah
mengirimkan barang yang diperjualbelikan kepada pembeli (importir).
3) Consignee.
Adalah pihak yang ditunjuk oleh shipper untuk menerima barang yang diangkut di
pelabuhan tujuan. Mekanisme penunjukan consignee dalam kontrak pengangkutan
dapat berupa penunjukan langsung, artinya bahwa nama dan alamat perusahaan yang
berhak menerima barang telah dicantumkan di dalam B/L. Kemudian cara kedua
adalah dengan menyebutkan consignee dengan klausul “to order” artinya bahwa
shipper akan memberikan instruksi pengapalan (shipping instruction) yang akan di-
endorse kepada pihak mana barang tersebut nantinya harus diserahkan oleh carrier.
4) Notify party
Adalah pihak yang ditunjuk shippers dalam B/L sebagai pihak yang harus diberitahukan
oleh carrier setelah barang tiba di pelabuhan tujuan, lazimnya atas permintaan
importir. Notify party bukan bertindak sebagai penerima barang namun memiliki
keterkaitan dengan pihak importir. Kondisi ini biasanya diberlakukan terhadap B/L yang
bersifat negotiable, artinya bahwa importir mengalihkan kepemilikan barang kepada
pihak lain, dan untuk hal tersebut importir hanya akan bertindak sebagai notify party
dalam kontrak pengangkutan.
Dokumen-dokumen dalam pelayaran.
1) Shipping Instruction
Setelah shipper mendapat kepastian mengenai terms of payment yang telah disepakati
dalam sales contract maka shipper berkewajiban untuk melakukan pengiriman barang.
Untuk itu shipper akan menghubungi perusahaan jasa angkutan (carrier) untuk dibukakan
kontrak pengangkutan barang. Pihak carrier hanya berkepentingan dalam hal pengaturan
jadwal keberangkatan sarana pengangkut dan besarnya ongkos angkut yang akan
dikenakan. Oleh karenanya agar kontrak pengangkutan dapat segera disusun maka shipper
akan mengeluarkan instruksi dan sekaligus informasi mengenai pengiriman barang.
Dokumen inilah yang disebut sebagai shipping instruction (SI).
2) Bill of Lading
Bill of lading (B/L) adalah dokumen pengangkutan barang yang dikirim melalui sarana
pengangkutan laut. Istilah lengkap untuk B/L adalah Marine Bill of Lading atau Ocean Bill of
Lading, yang diterbitkan oleh maskapai pelayaran (carrier) atau agen kapal sebagai bukti
46
telah diterimanya barang untuk dikirimkan kepada penerima di luar negeri. Dalam bahasa
Indonesia istilah B/L dikenal dengan nama konosemen.
Fungsi Bill of Lading :
a) Sebagai bukti penerimaan barang (documents of receipt); pengertiannya adalah B/L
merupakan bukti sah bahwa barang-barang yang akan dikapalkan telah diterima oleh
carrier dari pengirim barang yang selanjutnya akan dikrim dan diserahterimakan kepada
penerima di luar negeri.
b) Sebagai bukti adanya kontrak pengangkutan dan penyerahan barang (carriage
contract). B/L merupakan dokumen perikatan antara pihak pengirim barang (shipper)
dengan pengangkut (carrier).
c) Sebagai bukti kepemilikan barang (document of title); pemegang dokumen asli B/L atau
pihak yang ditunjuk sebagai consignee merupakan pihak yang secara sah memiliki hak
untuk penguasaan barang.
Jumlah set lengkap Bill of Lading
Jumlah set lengkap bill of lading yang diterbitkan oleh maskapai pelayaran biasanya
sebanyak tiga lembar asli yang ditandatangani dan diberikan cap “negotiable copies” oleh
carrier. Ketiga lembar asli inilah yang disebut sebagai full set dan berlaku klausul “one for all
and all for one”, pengertiannya adalah bahwa apabila salah satu lembar asli telah
dipergunakan untuk mengklaim barang/ telah ditukar dengan delivery order, maka 2 lembar
asli lainnya tidak berfungsi lagi. Ketiga lembar asli tersebut peruntukannya adalah 1 (satu)
lembar untuk shipper dan 2 (dua) lembar lainnya untuk consignee.
Jenis-jenis Bill of Lading :
a) Original Bill of Lading.
Adalah lembaran asli dari B/L yang merupakan hak milik atas barang-barang yang
telah dikapalkan. Biasanya banyaknya lembar B/L asli dicantumkan didalam B/L.
b) Negotiable Bill of Lading.
Adalah B/L yang dapat diperdagangkan dengan cara endorsemen, yaitu memindah
tangankan hak atas barang-barang yang tercantum dalam B/L tersebut.
c) Straight Bill of Lading.
Adalah B/L atas nama yang tercantum didalamnya sebagai penerima barang
(consignee). B/L ini tidak dapat diperdagangkan atau diendosir kepada orang lain.
47
d) Order Bill of Lading.
Adalah B/L atas perintah (order) yang menyatakan bahwa barang-barang yang telah
dikapalkan akan diterima dipelabuhan tujuan atas perintah dari seseorang (shipper)
yang namanya tercantum didalam B/L tersebvut.
Penerima barang (consignee) dipelabuhan tujuan dapat mengendosir B/L tersebut
kepada orang lain, yaitu memindah tangankan hak atas barang-barang yang
tercantum didalam B/L tersebut dengan cara mengendosir.
e) Trough Bill of Lading.
Adalah B/L yang dipergunakan untuk pengangkutan barang-barang yang diangkut
oleh pengangkut pertama (first carrier) dari pelabuhan pertama (first port) yang
kemudian diteruskan pengangkutanya (transipped) oleh kapal lain (second carrier)
dipelabuhan kedua langsung kepelabuhan tujuan
f) Clean Bill of Lading.
Adalah B/L bersih, yaitu B/L atas barang-barang yang telah dimuat keatas kapal dalam
keadaan baik sesuai yang tercantum di dalam B/L tersebut. Ini berarti tidak terdapat
catatan atau remarks pada resi Mualim (Mate’s Receipt).
g) Foul Bill of Lading.
Adalah B/L kotor, yaitu B/L atas barang-barang yang dimuat keatas kapal tidak sesuai
dengan yang tercantum didalam B/L tersebut. Dengan demikian didalam B/L itu
terdapat catatan-catatan mengenai perbedaanya, yaitu mengenai kerusakan, merek
tidak cocok, kekurangan dll.
3) Stowage Plan
Stowage plan merupakan suatu diagram yang menggambarkan penempatan cargo
atau kontainer di ruang muatan (palka-palka kapal) agar di pelabuhan tujuan kegiatan
bongkar muat barang dapat berjalan dengan baik. Stowage plan dibuat berdasarkan denah
yang telah tersedia untuk masing-masing kapal, sesuai dengan karakteristik ruang muatan
setiap kapal selain itu berguna untuk memperlihatkan kedudukan posisi muatan, jenis
muatan, yang berada pada masing-masing pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan.
2. Jasa Angkutan Udara
Jasa angkutan udara walaupun porsinya tidak sebesar jasa angkutan laut, namun
kehadirannya sangat dibutuhkan para pelaku perdagangan. Kelebihan utama jasa angkutan
udara dibanding jasa angkutan lainnya adalah dalam hal efisiensi waktu. Sebagian besar
pengguna jasa angkutan cargo udara adalah user yang berkepentingan terhadap kecepatan
48
waktu sampainya barang ke tangan pembeli. Meskipun untuk pencapaian tersebut
dibutuhkan biaya yang jauh lebih besar dibanding jasa angkutan lainnya.
Jenis barang yang dikirim pada umumnya adalah barang-barang yang bersifat
perishable (tidak tahan lama), bernilai tinggi (expensive goods), atau barang-barang yang
peka waktu (koran, majalah, dan sebagainya). Dalam kontrak pengangkutan udara, pola
transportasi yang digunakan dapat bersifat reguler maupun charter. Pola reguler digunakan
terhadap maskapai penerbangan yang telah memiliki rute tertentu dan jadwal penerbangan
yang reguler. Pola charter digunakan apabila sifat kontrak adalah secara menyeluruh
(borongan).
Air Way Bill (AWB)
Atas kontrak pengangkutan melalui sarana transportasi udara, shipper akan menerima
dokumen pengangkutan berupa airway bill. Berbeda dengan fungsi B/L, fungsi airway bill
bukanlah sebagai dokumen kepemilikan (document of tittle). Oleh karena itu setiap
penerbitan airway bill selalu diberikan klausul non-negotiable, yang artinya bahwa dokumen
tersebut tidak dapat diperjualbelikan.
Dokumen airway bill umumnya diterbitkan dalam rangkap 3 yang diperuntukan bagi
pengirim (consignor), maskapai penerbangan dan penerima (consignee). Lembar airway bill
yang harus ditandatangani oleh consignor adalah lembar untuk maskapai penerbangan dan
lembar untuk consignee. Untuk lembar bagi consignee, maka cara pengirimannya adalah on
board atau diikutsertakan bersama-sama dengan barangnya.
Dalam jasa angkutan udara terdapat suatu asosiasi pengangkutan udara yang dikenal
sebagai International Air Transport Association (IATA), yang anggotanya adalah maskapai-
maskapai penerbangan. Asosiasi ini bertujuan untuk membantu menciptakan persaingan
yang sehat dan untuk mencapai keseragaman dalam penetapan harga. Disamping hal
tersebut, para anggota IATA diberikan kelonggaran untuk saling mengkonsultasikan
harga/freight angkutan cargo udara.
3. Jasa Angkutan Darat
Jasa angkutan perdagangan lintas negara yang melalui jalur darat hanya dimiliki oleh
negara-negara yang berbatasan darat dengan negara-negara lainnya. Contoh wilayah yang
memiliki batas darat dan sering melakukan pertukaran perdagangan lewat jalur darat adalah
negara-negara di wilayah Asia Tengah dan Eropa. Sarana transportasi yang tersedia dan
umum dipakai dalam angkutan darat adalah jasa kereta api (railway company) dan jasa
perusahaan truk (trucking company). Atas penyerahan muatan cargo kepada perusahaan
angkutan kereta api, maka dokumen yang diterbitkan adalah consignment note (surat
angkutan kereta api).
49
Railway Consignment Note
Pengangkutan barang melaui sarana kereta api lazim dilakukan di negara-negara yang
telah memiliki akses langsung railway (contoh : di Eropa). Atas penyerahan barang untuk
diangkut melalui kereta api, eksportir akan menerima surat angkutan kereta api yang lazim
disebut sebagai consignment note. Struktur dokumen ini minimal harus menyebutkan nama
stasiun pemberangkatan, tujuan, nama pengirim barang, nama penerima barang dan
deskripsi singkat barang yang diangkut serta harus dicap oleh perusahaan pengangkutan
kereta api yang bersangkutan.
4. Jasa Angkutan Multimoda
Definisi angkutan Multimoda berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008
adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit dua moda angkutan yang
berbeda atas dasar satu kontrak pengangkutan, yang menggunakan dokumen angkutan
multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh operator angkutan multimoda ke suatu
tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang tersebut.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kontrak angkutan multimoda menyangkut
pengangkutan barang ekspor atau impor dari suatu tempat ke tempat lain di dalam negeri,
kemudian akan dilanjutkan dengan pemindahan (transhipment) dengan sarana pengangkut
laut ke luar negeri. Sebagai contoh : disepakati dalam satu kontrak pengangkutan barang
ekspor yang berasal dari Makasar tujuan Dubai. Alat angkut pertama yang digunakan
adalah kapal A yang mengangkut barang dari Makasar sampai dengan pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya. Selanjutnya dengan menggunakan kapal B barang ekspor diangkut ke
Dubai. Kapal A dan kapal B merupakan jasa angkutan multimoda.
B. Kepelabuhanan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat pemindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan menjadi tempat dimana kapal laut berlabuh, tempat menaikkan/
menurunkan penumpang serta memuat/membongkar barang, baik yang akan
berangkat/dikirim secara antar pulau atau ke luar negeri ataupun baru tiba/diterima secara
antar pulau atau dari luar negeri. Pelabuhan juga merupakan tempat asal/tujuan barang
50
dimana perdagangan dari/ke suatu tempat didalam suatu negara atau dari/ke suatu tempat
antar negara yang telah melakukan transaksi perdagangan secara Internasional.
Bila dilihat dari jenisnya, maka jenis pelabuhan sangat beragam, tergantung dari mana
kita memandangnya. Bila dilihat dari sudut jenis moda transportasi utama yang dilayaninya,
maka pelabuhan tersebut terdiri atas :
1. Pelabuhan Laut (Sea Port)
adalah pelabuhan umum yang melayani kegiatan angkutan laut di dalam perairan
pelabuhan, berupa kapal laut maupun kapal layar (baik milik Pemerintah maupun Swasta)
Pelabuhan bila dilihat dari jenisnya terdiri dari :
a) Pelabuhan Umum,
yaitu pelabuhan yang digunakan untuk melayani kepentingan umum (misalnya
Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta).
b) Pelabuhan Khusus,
yaitu pelabuhan yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna menunjang
kegiatan tertentu (misalnya pelabuhan khusus Caltex di Dumai/pelabuhan minyak).
Jenis Pelabuhan berdasarkan Kegiatan Perdagangan Luar Negeri dibedakan menjadi :
a) Pelabuhan Impor,
yaitu pelabuhan yang khusus untuk melayani pembongkaran barang-barang yang
berasal dari luar negeri/impor.
b) Pelabuhan Ekspor,
yaitu pelabuhan yang khusus untuk melayani pemuatan barang-barang yang akan
dikirim ke luar negeri/ekspor.
Berkaitan dengan kewenangan Bea dan Cukai di Pelabuhan, maka pelabuhan laut terdiri
dari :
a) Customs Port, yaitu pelabuhan yang berada dibawah pengawasan Bea dan Cukai atau
bila dilihat dari sudut Kepabeanan dikenal sebagai Kawasan Pabean.
b) Free Port, yaitu pelabuhan yang berada dibawah pengawasan Bea dan Cukai, namun
Bea dan Cukai tidak melakukan pemungutan Bea Masuk dan Pungutan Negara lainnya.
51
Fungsi Pelabuhan adalah sebagai :
a) Tempat Pertemuan
Pelabuhan merupakan tempat pertemuan dari dua moda transportasi utama, yaitu :
angkutan darat (kereta api/truk) dan angkutan laut (kapal laut/kapal layar), dengan
tujuan untuk mengangkut orang ataupun barang yang dimuat diatas alat pengangkut
yang bersangkutan untuk kemudian dimuat atau dibongkar ke alat angkutan laut lainnya
atau sebaliknya.
b) Gapura atau pintu gerbang
Disamping sebagai tempat pertemuan, bila dilihat dari sudut pelayaran internasioanl
dan perdagangan internasional, maka pelabuhan juga merupakan gapura/pintu gerbang
suatu negara, karena orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri atau barang
yang diperdagangkan secara internasional akan melalui pelabuhan laut tersebut.
Setelah anda belajar jenis-jenis pelabuhan, penting juga diketahui beberapa Instansi
Pemerintah yang terkait dengan kegiatan di pelabuhan laut. Instansi-instansi dimaksud
adalah sebagai berikut :
a) Administrator Pelabuhan (Adpel), merupakan instansi yang menyelenggarakan fasilitas
pelayanan keselamatan pelayaran di dalam daerah pelabuhan dengan tujuan untuk
memperlancar lalu lintas angkutan laut dan bongkar/muat orang, barang maupun
hewan di dalam wilayah kepelabuhanan, serta mengkoordinir kegiatan Instansi terkait
yang ada di wilayah pelabuhan.
b) Syahbandar, adalah instansi penegak hukum yang melaksanakan port clearance
(pemeriksaan surat-surat kapal/surat layak laut dan memberikan panduan keluar
masuk pelabuhan), agar kapal dapat keluar masuk pelabuhan secara tertib dan
terawasi, sehingga keselamatan pelayaran dapat terjamin.
c) Bea dan Cukai, merupakan instansi penegak hukum dibidang Kepabeanan dan Cukai,
dengan jalan melaksanakan pengawasan dan pemungutan bea masuk dan pungutan
negara lainnya serta memberikan pelayanan terhadap kegiatan impor dan ekspor dan
melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya.
d) Imigrasi, adalah instansi penegak hukum ke-Imigrasi-an terutama yang berkaitan
dengan keluar masuknya orang (termasuk ABK) dari dan ke luar negeri (pribumi/asing)
melalui wilayah pelabuhan bersangkutan.
e) Dinas Karantina, adalah instansi penegak hukum dibidang Kesehatan (baik manusia,
binatang maupun tumbuh-tumbuhan) yang masuk dan keluar Indonesia melalui
wilayah pelabuhan bersangkutan dan hasil pemeriksaan yang dilakukannya,
diterbitkan Health Certificate dan Health Clearance.
52
f) Keamanan dan Ketertiban (KP3/KPLP), merupakan instansi penegak hukum yang
berada dibawah naungan Kepolisian (KP3) dan Departemen Perhubungan (KPLP)
yang tugasnya menjaga keamanan dan ketertiban di dalam wilayah pelabuhan
tersebut.
g) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo), adalah badan usaha milik negara yang memiliki
hak kepemilikan dan penguasaan lahan di pelabuhan.
Secara internasional instansi-instansi pemerintah tersebut diatas yang dikenal memiliki
kewenangan khusus dalam pengawasan dan pelayanan terhadap keluar masuknya orang
dan barang dari dan keluar negeri, dikenal sebagai CIQ, yaitu Customs (Bea dan Cukai),
Immigration (Imigrasi) dan Quarantine (Karantina), dimana sesuai dengan kewenangannya
masing-masing dapat memberikan clearance atau tidak terhadap lalu lintas orang dan
barang sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Perusahaan-perusahaan yang terkait dengan kegiatan kepelabuhanan meliputi :
a) Perusahaan Pelayaran yaitu usaha pelayaran berupa penyelenggaraan angkutan orang
dan barang dengan mempergunakan kapal, usaha keagenan kapal dan usaha
penunjang kegiatan pelayaran lainnya.
b) Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yaitu Perusahaan yang beroperasi di pelabuhan di
Indonesia sesuai Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 88/AL 305/Phb-85
dan KM 13 tahun 1989. Kegiatan Perusahaan Bongkar muat meliputi membongkar dan
memuat barang dari kapal, pergudangan, dan penumpukan. Selain itu perusahaan
Bongkar Muat juga mengadakan peralatan-peralatan dan pengangkutan barang dan
serta gudang.
c) Freight Forwarder yaitu Perusahaan Jasa Pengurusan muatan dan umumnya dilakukan
dari pintu ke pintu, termasuk semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya
pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut, dan udara.
d) EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) yaitu Perusahaan Jasa untuk pengurusan
dokumen dan muatan yang akan diangkut/atau diterima oleh pengirim/penerima barang
dari pelanggannya (ruang lingkup kegiatannya hanya di dalam negeri saja).
e) PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan) yaitu Perusahaan Jasa untuk
pengurusan dokumen (Kepabeanan) dan muatan (Agen Pelayaran/Pergudangan) yang
akan dimuat atau diterima oleh pengirim/penerima barang dari pelanggannya,
f) Perusahaan Surveyor yaitu perusahaan yang bertugas memeriksa kapal atau
muatannya untuk kemudian menyatakan pendapatnya dari hasil yang diperiksanya,
53
2. Pelabuhan Udara (Air Port)
Pelabuhan udara adalah pelabuhan umum yang melayani kegiatan angkutan udara di
wilayah bandar udara (baik milik Pemerintah maupun Swasta). Pada umumnya suatu
pelabuhan udara atau umumnya disebut sebagai Bandar Udara/Bandara, dibagi atas dua
area yaitu : Land Side Area dan Air Side Area.
Land Side Area, meliputi : tempat parkir kendaraan umum, area trolley/ porter service, area
information desk, ruang khusus VIP dan CIP, telepon umum, per-bankan, per-asuransian,
agen pariwisata dan restoran serta tempat beribadat. untuk penumpang transit/transfer
disediakan ruang tunggu untuk penerbangan lanjut dan untuk ruang tunggu keberangkatan
internasional serta tersedia Toko Bebas Bea (Duty Free Shop).
Air Side Area, meliputi Area pelayanan kesehatan (emergency), Departure and Arrival
waiting room (ruang tunggu keberangkatan dan kedatangan), Baggage delivery dengan
cara ban berjalan (baggage conveyor), Customs Area (pelayanan Bea dan Cukai),
Immigration Area (pelayanan ke-imigrasian), Quarantine Area (pelayanan Karantina/KKP).
3. Pelabuhan Darat (Dry Port)
Pelabuhan darat adalah suatu kawasan di daerah pedalaman yang berfungsi sebagai
pelabuhan laut yang khusus untuk angkutan dengan menggunakan petikemas. Pelabuhan
darat walaupun lokasinya terletak di daerah pedalaman namun statusnya merupakan
kepanjangan dari pelabuhan laut, sehingga fungsinya sama dengan pelabuhan laut dimana
segala sesuatu yang ada di pelabuhan tersedia pula di pelabuhan darat.
54
RANGKUMAN
1. Pengangkutan barang impor/ekspor dari suatu negara ke negara yang lain dapat
melalui angkutan laut, angkutan udara, angkutan darat dan angkutan multi moda.
Dokumen pengangkutan melalui laut dikenal dengan bill of lading (BL), untuk
angkutan udara disebut dengan air way bill (AWB), untuk angkutan darat dengan
media kereta api menggunakan dokumen consignment note, sedangkan angkutan
multi moda menggunakan dokumen pengangkutan multi moda.
2. Pelabuhan berfungsi untuk tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/atau bongkar muat barang serta sebagai tempat pemindahan intra
dan antar moda transportasi.
3. Instansi Pemerintah yang ada di pelabuhan adalah Administrator Pelabuhan
(Adpel), Syahbandar, Bea dan Cukai, Imigrasi, Dinas Karantina, Keamanan dan
Ketertiban (KP3/KPLP), dan Pelindo. Beberapa pelaku usaha di pelabuhan meliputi
Perusahaan Pelayaran, Perusahaan Bongkar Muat (PBM), Freight Forwarder,
EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa
Kepabeanan), Perusahaan Surveyor.
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kontrak pengangkutan !
2. Sebutkan perbedaan shipper dan consignee dalam praktek pelayaran !
3. Sebutkan fungsi-fungsi Bill of Lading !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan angkutan multi moda !
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dry port !
v
GLOSSARIUM
Advising Bank: yaitu bank di negara eksportir yang meneruskan atau memberitahukan
dan juga menegaskan kebenaran pembukaan L/C kepada beneficiary. Selain proses
advisi, bank ini dapat juga bertindak sebagai paying bank, sepanjang mendapat
penunjukan dari issuing bank.
Advance payment: metode pembayaran dimana pembeli terlebih dahulu melakukan
pembayaran baik sebagian atau seluruhnya, sebelum barang yang dipesan dikapalkan
oleh penjual.
Applicant, yaitu pihak yang membuka kontrak L/C kepada bank penerbit. Dalam kontrak
perdagangan applicant bertindak sebagai pembeli atau importir.
Beneficiary, yaitu pihak yang akan menerima keuntungan atau pembayaran atas
pembukaan kontrak L/C. Kedudukan beneficiary dalam sales contract adalah sebagai
penjual atau eksportir.
Carrier as ship owner: perusahaan pengangkutan yang mengoperasikan kapal miliknya
sendiri
Carrier as charterer of ship: perusahaan pengangkutan yang menyewa kapal dan
mengoperasikan kapal sewaan
Carriage Paid To (CPT): term penyerahan perdagangan khusus untuk pengangkutan
multimoda. Penjual berkewajiban menanggung seluruh biaya pengangkutan dan
menentukan sendiri pengangkut yang akan membawa barang-barang hingga sampai di
suatu tempat tujuan di negara importir.
Carriage Insurance Paid To (CIP): Pada terms penyerahan perdagangan ini, kewajiban
penjual pada dasarnya sama dengan terms CPT hanya saja ditambah dengan kewajiban
menutup asuransi pengangkutan.
Charter party: perjanjian sewa-menyewa antara pemilik kapal dengan pihak yang
mencarternya
Collection: metode pembayaran dengan cara menitipkan dokumen komersial (commercial
documents) atau dokumen keuangan (financial documents) kepada pihak bank yang
selanjutnya akan melakukan penagihan kepada importir di luar negeri
Common Carrier: Jasa pengangkutan publik
Consignment: metode pembayaran secara konsinyasi
Consignee: pihak yang ditunjuk oleh shipper untuk menerima barang yang diangkut di
pelabuhan tujuan
Cost and Freght (CFR): term penyerahan perdagangan dimana penjual menyerahkan
barang setelah barang melewati batas pagar kapal di pelabuhan pengapalan dalam
vi
keadaan sudah mendapat ijin ekspor, tetapi biaya pengangkutan sampai ke pelabuhan
tujuan tetap menjadi kewajiban penjual
Cost insurance and freight (CIF): term penyerahan perdagangan dimana penjual
menyerahkan barang setelah barang melewati batas pagar kapal di pelabuhan
pengapalan dalam keadaan sudah mendapat ijin ekspor, biaya pengangkutan dan
asuransi pengangkutan sampai ke pelabuhan tujuan tetap menjadi kewajiban penjual
Demurrage: biaya yang harus ditanggung oleh penyewa kapal/pemilik cargo yang
disebabkan adanya kelebihan waktu yang diperlukan kapal dalam melakukan aktifitas
bongkar-muat di pelabuhan, dari waktu yang telah disepakati (laytime) dan
keterlambatan tersebut disebabkan bukan karena kesalahan pengangkut
Delivered at Terminal (DAT): term penyerahan perdagangan dimana penjual harus
menyerahkan barang kepada pembeli pada terminal pelabuhan tujuan dalam keadaan
barang telah dibongkar dari sarana pengangkut utama.
Delivered at Place (DAP): term penyerahan perdagangan dimana penjual harus
menyerahkan barang kepada pembeli di suatu tempat yang ditentukan di negara
pembeli, dengan kondisi barang belum dibongkar dari sarana pengangkut.
Delivered Duty Paid (DDP): term penyerahan perdagangan dimana penjual harus
menyerahkan barang kepada pembeli di suatu tempat yang ditunjuk pembeli dan berada
di wilayah kewenangan pembeli dengan kondisi seluruh formalitas kepabeanan telah
diselesaikan (door to door service).
Exworks: terms penyerahan perdagangan yang dilaksanakan di suatu tempat milik eksportir
atau di negara asal barang (pabrik, gudang, dan lain-lain).
Free alongside Ship (FAS): term penyerahan perdagangan dimana penjual wajib
menanggung biaya dan resiko sampai dengan penyerahan barang di samping kapal di
pelabuhan pengapalan, dalam keadaan sudah mendapat ijin ekspor
Free Carrier (FCA): term penyerahan perdagangan dimana penjual menyerahkan barang
kepada pengangkut dalam keadaan sudah mendapat ijin ekspor, ditempat yang ditunjuk
oleh pembeli.
Free on Board (FOB): term penyerahan perdagangan dimana penjual wajib menanggung
biaya dan resiko sampai dengan barang melewati batas pagar kapal di pelabuhan
pengapalan, dalam keadaan sudah mendapat ijin ekspor.
Freight: adalah biaya yang dikenakan oleh maskapai pengangkutan atas jasa
pengangkutan barang dari negara eksportir hingga sampai dengan selamat di negara
tujuan importir
Incoterms 2010: International Commercial Terms versi Tahun 2010, suatu instrumen
pengaturan dalam hal syarat-syarat penyerahan perdagangan
vii
Issuing Bank: adalah bank di negara importir yang menerbitkan L/C atas permohonan
applicant.
Letter of Credit: janji membayar dari bank penerbit (issuing bank) kepada eksportir
(beneficiary) sebesar nilai yang tercantum dalam dokumen L/C sepanjang eksportir
memenuhi persyaratan L/C.
Liner: pola pengangkutan dengan trayek tertentu dan telah ditentukan waktunya secara
reguler.
Negotiating bank, yaitu bank yang menyetujui untuk membeli wesel (draft) dari beneficiary
dengan segera
Non documentary L/C: istilah lainnya adalah Clean L/C atau Standby L/C. Pada dasarnya
merupakan instrumen penjaminan, yaitu jaminan pembayaran (guaranty of payment)
yang dikeluarkan oleh bank penerbit kepada beneficiary atas suatu kejadian
wanprestasi dalam kontrak dasar yang terpisah dari kontrak standby L/C.
Notify party: pihak yang ditunjuk shippers dalam B/L sebagai pihak yang harus
diberitahukan oleh carrier setelah barang tiba di pelabuhan tujuan, lazimnya atas
permintaan importir
Open account: metode pembayaran dimana penjual mengapalkan terlebih dahulu barang
yang dipesan oleh pembeli sebelum pembayaran (baik sebagian atau keseluruhan)
diterima oleh penjual.
Proforma invoice: Invoice yang sifatnya adalah sementara, yang digunakan untuk
mendapatkan kesepakatan terakhir dari pihak pembeli
Sales of contract: kontrak perjanjian jual-beli antara pembeli dan penjual antar negara
Shipper: pihak yang mengontrak carrier untuk mengangkut barang dari suatu tempat di
negaranya hingga sampai di tempat tujuan
Shipping instruction: merupakan dokumen perintah kerja kepada pihak pengangkut untuk
mengangkut barang ekspor milik eksportir hingga sampai di tempat tujuan importir
Stowage plan : merupakan suatu diagram yang menggambarkan penempatan cargo atau
kontainer di ruang muatan (palka-palka kapal) agar di pelabuhan tujuan kegiatan
bongkar muat barang dapat berjalan dengan baik
Terms of trade: syarat penyerahan perdagangan
Terms of payment: syarat pembayaran
Tramper: adalah pola pengangkutan laut yang tidak memiliki trayek dan jadwal waktu yang
jelas (independence services).
viii
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Ramlan. 2007. Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta: Salemba
Empat.
Hutabarat, Roselyne. 1994. Transaksi Ekspor Impor. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga
International Chamber of Commerce. Incoterm (International Commercial Terms) 2010.
MS, Amir. 2005. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. Edisi ke-9. Jakarta: PPM.
Moerjono, Agoes. 1993. Melangkah Menuju Ekspor: Buku 1. Edisi ke-1. Jakarta: LPPM
Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan Lalu
Lintas Devisa.
Ronosentono, H.M. Noch Idris. 2006. Pengetahuan Dasar Tatalaksana Freight Forwarding.
Jakarta: CV Infomedika
Surono dan M. Jafar. 2009. Modul Transaksi Perdagangan Internasional untuk DTSS Post
Clearance Audit. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea
dan Cukai.
Tjahjarijadi, Haryono. 2008. Singkat Jelas Tentang Transaksi Luar Negeri. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
ix
Lampiran 1
Contoh Sales Contract (dalam bentuk PO)
x
Lampiran 2
Contoh Invoice
PORT OF SHIPMENT : PORT KLANG
PORT OF DESTINATION : JAKARTA UTC-1, TANJUNG PRIOK, INDONESIA
DATE OF SHIPMENT : 13/02/2009
VESSEL : KUO LUNG V. GL 803N
ITEM DESCRIPTION QUANTITY PRICE AMOUNT
CTNS 400
1 X 40’ HC CONTAINER STC : 400 CARTONS VARIOUS RUBBER PRODUCTS IMPORTER’S H. S. CODE NO : 4016.99.99 EXPORTER’S H. S. CODE NO : 4016.99.99 AIR FILLED RUBBER COT SHEET – GRADE 2 SIZE : 90 X 60 CM
PCS
14,400
CNF JAKARTA USD/PC
0.92
USD
13,248.00
FOB OCEAN
FREIGHT
12,744.00 504.00
TOTAL : 13,248.00
RUBBER LEISURE PRODUCTS SDN. BHD.
_______________________________ MANAGER
INVOICE
Name : PT.Majutakgentar Address : JL. RAYA BASUKI RAHMAT NO. XX_ JAKARTA TIMUR 13350___________
City : ___________ State: ______________ Country : INDONESIA__ Phone : (021) 000104X
CUSTOMER NO : 7211xx________________________ D/O NO : 7211xx________________________ P/F NO : PF07005xx_____________________ Date : 30/01/2009_____________________ Terms : FREIGHT PREPAID______________ YR Ref No :________________________________
xi
Lampiran 3
Contoh Packing List
PORT OF SHIPMENT : PORT KLANG
PORT OF DESTINATION : JAKARTA UTC-1, TANJUNG PRIOK, INDONESIA
DATE OF SHIPMENT : 13/02/2009
VESSEL : KUO LUNG V. GL 803N
ITEM DESCRIPTION PCS KGS L X W X H IN CM N.W. G.W
CTNS 400
1 X 40’ HC CONTAINER STC : 400 CARTONS VARIOUS RUBBER PRODUCTS IMPORTER’S H. S. CODE NO : 4016.99.99 EXPORTER’S H. S. CODE NO : 4016.99.99 AIR FILLED RUBBER COT SHEET – GRADE 2 SIZE : 90 X 60 CM
14,400
10,800
12,600
773X339X653MM = 0.1711 X 400 = 68.4m3
400 14,400 10,800 12,600 68.4m3
CARTON MARKINGS: S.L. INDONESIA ORDER NO : ITEM NO : QTY : CTN No :
TOTAL :
RUBBER LEISURE PRODUCTS SDN. BHD.
_______________________________ MANAGER
PACKINGLIST
Name : PT.Majutakgentar Address : JL. RAYA BASUKI RAHMAT NO. xx_ JAKARTA TIMUR 13350___________
City : ___________ State: ______________ Country : INDONESIA__ Phone : (021) xxx104x
CUSTOMER NO : 7211xx________________________ D/O NO : 7211xx________________________ P/F NO : PF07005xx_____________________ Date : 30/01/2009_____________________ Terms : FREIGHT PREPAID______________ YR Ref No :________________________________
xii
Lampiran 4
Contoh Polish Asuransi
xiii
Lampiran 5
Contoh Bill of Lading
xiv
Lampiran 6
Contoh Telegraphic Transfer (TT)
xv
Lampiran 7
Contoh Letter of Credit
xvi
BIODATA PENULIS
Nama : Mohamad Jafar
Tempat, tanggal lahir : Madiun, 16 Maret 1973
Alamat korespondensi : Jl Bojana Tirta III Rawamangun
Jakarta Timur
Unit Instansi : Pusdiklat Bea dan Cukai
Telp./Faks : (021) 4897123
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Strata PerguruanTinggi Bidang Spesialisasi
D3 STAN Bea dan Cukai
S-1 Universitas DR Soetomo Akuntansi
S-2 Universitas Bhayangkara Manajemen
Nama mata kuliah yang diampu :
No Nama Mata Kuliah
1 Pengantar Kepabeanan
2 Teknis Kepabeanan
3 Sistem Nilai Pabean
4 Perdagangan Internasional
xvii
BIODATA PENULIS
Nama : Agung Budilaksono
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 10 Oktober 1967
Alamat korespondensi : Jl Bojana Tirta III Rawamangun
Jakarta Timur
Unit Instansi : Pusdiklat Bea dan Cukai
Telp./Faks : (021) 4897123
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Strata PerguruanTinggi Bidang Spesialisasi
S1 UNIVERSITAS INDONESIA Keuangan
S2 UNIVERSITAS INDONESIA Bisnis Internasional
Nama mata kuliah yang diampu :
No Nama Mata Kuliah
1 Perdagangan Internasional
2 Pengantar Perpajakan
3 Keuangan Publik
4 Manajemen Risiko Pabean