bahan ajar geomorfologi umum -...

77
1 BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM Disusun Oleh: Dr. Yushardi, S.Si., M.Si. Fahmi Arif Kurnianto, S.Pd., M.Pd. Bejo Apriyanto, S.Pd., M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2017

Upload: buikhanh

Post on 25-May-2018

244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

1

BAHAN AJAR

GEOMORFOLOGI UMUM

Disusun Oleh:

Dr. Yushardi, S.Si., M.Si.

Fahmi Arif Kurnianto, S.Pd., M.Pd.

Bejo Apriyanto, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

Page 2: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Hakikat Geomorfologi

Geomorfologi adalah studi yang mengkaji bentuk-bentuk permukaan

bumi beserta proses yang membentuknya. Geomorfologi mempelajari genesa serta

pengklasifikasian permukaan bumi (relief). Relief tersebut terbentuk oleh berbagai

macam proses baik yang berasal dari astenosfer, litosfer, atmosfer, maupun

antroposfer.

Astenosfer dan litosfer memegang peranan penting dalam membangun

bentukan lahan. Dari sinilah dimulai terbentuknya lahan yang asli (pembentukan

awal) dan belum dipengaruhi oleh proses eksogen. Pada umumnya, bentukan lahan

yang masih pada tahap awal akan berdampak pada kelestarian lingkungan yang

masih terjaga. Pembentukan lahan bersifat dinamis, hal ini berarti ada kemungkinan

suatu lahan akan mengalami perubahan yang dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh

atmosfer dan antroposfer.

Kajian geomorfologi meliputi kenampakan sebagai bentang alam

(landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform). Bentuk

lahan terdiri atas struktural, vulkanik, karst, alluvial, marine, aeolian, glasial, dan

antropogenik yang terbentuk oleh tenaga endogen maupun eksogen. Identifikasi

bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi citra

satelit dan foto udara (penginderaan jauh).

Suatu bentuk lahan akan berasosiasi dengan kondisi fisik suatu wilayah

yang mempengaruhi pola hidup masyarakatnya. Hal itu menjadikan identifikasi

bentuk lahan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Bentuk lahan juga merupakan

salah satu parameter fisik dalam suatu kajian beberapa kajian antara lain: erosi,

kekeringan, ketersediaan air bersih, longsor, maupun pengembangan wilayah.

Page 3: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

3

Teknologi penginderaan jauh akan memudahkan analisis bentuk lahan

suatu wilayah. Kemudahan tersebut berupa efisiensi dalam mengidentifikasi serta

menganalisis bentuk lahan suatu wilayah secara komprehensif. Efisiensi waktu dan

tenaga merupakan kelebihan analisis penginderaan jauh daibandingkan dengan

pengamatan langsung lapangan.

Berdasarkan suku katanya, arti geomorfologi adalah sebagi berikut:

Geo : bumi

Morfo : bentuk

Logos : ilmu/uraian

Jadi Geomorfologi artinya uraian tentang bentuk bumi.

Secara umum Geomorfologi yaitu studi bentuk lahan (landform) (Lobeck,

1939). Menurut Thornbury (1958) Geomorfologi ialah ilmu pengetahuan yang

mengkaji tentang bentuk lahan. Cooke (1974) mengatakan bahwa Geomorfologi

adalah studi bentuk lahan dan pemekarannya pada sifat alamiah asal mula, proses

pengembangan dan komposisi materialnya. Van Zuidam (1979) menyebutkan bahwa

geomorfologi adalah studi bentuk lahan serta proses-proses yang mempengaruhi

pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan

keruangannya. Menurut Verstappen (1983) Geomorfologi merupakan ilmu

pengetahuan tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di

bawah permukaan air laut, dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di

masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek kajian utama

dari Geomorfologi adalah bentuk lahan. Saat ini geomorfologi diaplikasikan dalam

berbagai bidang, sehingga melahirkan berbagai spesialisasi Geomorfologi, seperti:

Geomorfologi Teknik; Geomorfologi Sumberdaya; Geomorfologi Lingkungan;

Geomorfologi Dinamik dan sebagainya.

Page 4: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

4

2. Geomorfologi dan Hubungannya dengan ilmu yang lain

Menurut Lobeck (1939) Geomorfologi merupakan bagian Fisiografi yang

mengkaji sebagian dari kulit bumi kita. Kedudukannya sama dengan Meteorologi dan

Klimatologi yang membahas atmosfer dan Oseanografi yang membahas perairan laut.

Hal tersebut dapat digambarkan pada skema berikut :

Geomorfologi : lithosfer

Fisiografis Meteorologi/klimatolgi: atmosfer

Oceanografi: hidrosfer

Awalnya, geomorfologi menjadi bagian Geologi yang membahas lithosfer

bagian terluar, akan tetapi sekarang kedudukan Geomorfologi sejajar dengan Geologi,

yang sama-sama mengkaji lithosfer dengan tinjauan yang berbeda. Geomorfologi

bertujuan untuk mengkaji pola fisik bentuk lahan yang berdampak pada tatanan

kehidupan, sedangkan geologi fokus terhadap formasi batuan pembentuk bumi

beserta proses-proses yang menyertainy. Secara skematik kedudukan Geomorfologi

diantara Fisiografi dan Geologi terlihat pada gambar 1.

Page 5: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

5

Gambar 1. Kedudukan Geomorfologi diantara Fisografi dan Geologi.

Hubungan Geomorfologi dengan Geografi yakni geomorfologi merupakan ilmu

bantu Geografi yang mengkaji aspek fisik, kedudukannya sama dengan

Hidrologi, Meteorologi /Klimatologi, Oseanografi, Ilmu Tanah, dan Biogeografi.

Hubungan Geomorfologi dengan Geografi dapat dilihat pada skema

seperti pada

gambar 2:

Geologi 1. Geomorfologi 2. Hidrologi

Lingk. Fisik 3. Meteorologi/klimatologi

4. Oceanografi 5. Biogeografi

Bumi Geografi Manusia Kartografi dan

Penginderaan Jauh S I G

Lingk. Manusia 1. Geografi Manusia

2. Geografi Penduduk

3. Geografi Ekonomi

4. Geografi Politik

Geodesi Ukuran-ukuran 5. Geografi Regional

Gambar 2. Kedudukan Geomorfologi dalam Geografi

Page 6: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

6

Kajian Geografi harus

menyangkut: Ruang (spasial)

data

Waktu (tempora1) history

Kartografi + Penginderaan Jauh + Sistem Informasi Geografis

3. Beberapa Istilah Pokok

a. Bentuk: lahan (landform)

adalah setiap unsur bentang lahan (landscape) yang diindikasikan oleh ekspresi

permukaan yang jelas, struktur internal atau keduanya menjadi pembeda yang

mencolok dalam mendiskripsikan fisiografi suatu daerah (Howard dan Spok,

1940)

b. Medan (Terrain) adalah sebidang lahan yang memiliki ciri kompleksitas

atribut fisik dari permukaan lahan atau dekat permukaan (Van Zuidam, 1974).

c. Lahan (land) adalah wilayah di permukaan bumi dengan semua atribut geosfer

yang secara vertikal meliputi atmosfer, tanah, geologi, geomorfologi,

Hidrologi,tumbuhan dan binatang, dan basil aktivitas manusia masa lalu dan

sekarang (FAO, 1976).

d. Bentang lahan/bentang alam (landscape)

adalah gabungan dari beberapa bentuk lahan, seperti: dataran rendah, pegunungan

lipatan, daerah karst, dsb (Verstappen, 1983)

Catatan : Bentuk lahankenampakan tunggal misal: mesa, tanggul alam,

Page 7: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

7

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentang lahan, merupakan interaksi dari batuan;

bentuk lahan; tanah; udara; air; laut; flora-fauna; manusia.

Page 8: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

8

BAB II

PROSES DAN GAYA

Permukaan bumi selalu berubah setiap waktu (dinamis) sebagai akibat proses

geomorfologi. Proses geomorfologi berasal dari astenosfer dan litosfer dihasilkan

oleh tenaga endogen atau sering disebut gaya endogen, sedangkan yang berasal dari

luar litosfer disebabkan oleh tenaga eksogen atau sering disebut proses eksogen.

A. Tenaga Endogen

Tenaga endogen merupakan tenaga dari inti bumi yang membentuk

keberagaman permukaan bumi. Tenaga ini terdiri atas tektonisme (diastrofisme),

vulkanisme dan gempa (seismik). Diastrofime terdiri atas tenaga epirogenesa dan

orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negatif) atau

penurunan (posistif) letak bumi di wilayah yang luas dengan kecepatan relatif lambat.

Contoh epirogenesa positif yakni turunnya pulau-pulau di Indonesia Timur, dan

akibat epirogenesa negatif adalah pengangkatan benua Asia.

Tenaga Orogenesa merupakan pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam

waktu singkat. Contohnya yakni terbentuknya pegunungan lipatan di zona utara Jawa

Timur (Pegunungan Kendeng). Tenaga ini sering disebut tenaga pembentuk

pegunungan.Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi,

baik melalui pipa kepundan maupun celah-celah batuan. Konfigurasi permukaan

bumi yang dihasilkan oleh proses vulkanisme berupa bentuk lahan asal proses

vulkanik.

Gempa bumi adalah proses dislokasi permukaan bumi, baik disebabkan oleh

tektonisme, vulkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang

berperan dalam membentuk permukaan bumi dibandingkan tenaga endogen lain.

Tenaga endogen, terutama diastrofisme dan vulkanisme sangat berpengaruh

terhadap pembentukan struktur geologi, antara lain: struktur horizontal, lipatan,

patahan, sesar, volkan, kubah, pegunungan kompleks.

Page 9: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

9

B. Tenaga Eksogen

Proses eksogen berlangsung pada permukaan bumi dan tenaganya berasal dari

luar kulit bumi (air, angin, iklim, sinar matahari). Tenaga yang bekerja meliputi

semua proses alami yang mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan

bumi. Tenaga eksogen dapat berupa pelapukan, baik pelapukan mekanis (fisis),

kimiawi, organik maupun campuran; gerakan massa batuan, dan erosi. Tenaga yang

menggerakkan dapat berupa: air mengalir, air tanah, gelombang dan arus, tsunami,

angin dan gletser. Berdasarkan proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenal

proses: fluvial, marin, eolian, glasial, pelapukan dan gerakan massa batuan. Akibat

bekerjanya proses tersebut terjadilah proses gradasi yang terdiri atas degradasi dan

agradasi. Proses degradasi menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan

agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. Pada proses degradasi tercakup

proses yang diawali oleh pelapukan, gerak massa batuan dan erosi. Berlangsungnya

proses eksogen tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi (jenis batuan, sikap

perlapisan dan struktur geologi), iklim, topografi, vegetasi dan tanah.

1. Pelapukan (Weathering)

Secara umum pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh

tenaga eksogen. Menurut Ollier (1963) pelapukan adalah proses penyesuaian kimia,

mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi Iingkungan di sekitamya sehingga

batuan tersebut mengalami deformasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:

a. Jenis batuan terdiri atas kandungan mineral, retakan yang dimiliknya, bidang

pelapisan, patahan dan rekahan menyebabkan adanya perbedaan tingkat resistensi

terhadap pengaruh ekternal. Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses

eksternal sehingga tidak mudah lapuk. Sebaliknya batuan tidak resisten lebih cepat

terkena proses resisten sehingga mudah lapuk.

Contoh: - Limestone, resisten pada iklim kering, tetapi tidak resisten pada iklim

basah.

Page 10: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

10

- Granit, resisten pada iklim basah, tetapi tidak resisten pada iklim kering.

b. Iklim, khususnya temperatur dan curah hujan akan mempengaruhi tingkat

pelapukan pada jenis pelapukan.

Contoh : - iklim kering, jenis pelapukannya = mekanik/fisis

- iklim basah, jenis pelapukannya = kimia

- iklim dingin, jenis pelapukannya = mekanik

c. Vegetasi , berperan sebagai penutup sinar matahari, sehingga akan memperlambat

pelapukan mekanis. Selain itu, vegetasi juga berperan sebagai pemasok asam

organik dan CO2 ke dalam tanah, sehingga akan mempercepat pelapukan kimia.

d. Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar

matahari/arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.

Pelapukan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Pelapukan Fisik/mekanis yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan volume

batuan yang ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan atau karena intrusi

kedalam rongga/patahan batuan. Pada pelapukan fisik ini terjadi disintergrasi

batuan.

1. Perubahan kondisi lingkungan:

a.) Berkurangnya tekanan

Batuan beku yang penutupnya hilang menyebabkan volume berkurang sehingga

lingkungannya berubah, akibat selanjutnya tekanan pada batuan itu berubah. Oleh

karena tekanan berubah maka kemampuan memuai/menyusut berbeda-beda begitu

pula pada permukaan batuan, sehingga terjadilah retakan-retakan sejajar yang

menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation).

b). Insolasi

Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi tingkat pemuaian bagian

luar dan bagian dalam dari batuan tidak sama. Ketidaksamaan tingkat pemuaian

tersebut menyebabkan batuan pecah.

Page 11: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

11

c). Akar tanaman.

Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan batuan mengalami

pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang dikeluarkan akan menyebabkan

pelapukan kimiawi.

d). Hidrasi

Oleh karena proses hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam pori-pori mineral.

Peristiwa ini didahului oleh pembentukan mineral baru. Masuknya air ke dalam

pori-pori mineral menyebabkan batuan menjadi lapuk.

e). Hujan dan Petir

Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami pelapukan fisik.

f). Binatang

Binatang yang menggali batuan lunak menyebabkan batuan mengalami pelapukan

fisik.

2) Interupsi ke dalam pori-pori/celah batuan

a). Frost Weathering (Frost Wedging)

Terjadi di daerah iklim dingin, yanag mana air membeku menyebabkan volume

bertambah ± 10% dan tekanan bertambah ± 1 ton/inci. Proses ini menyebabkan

batuan pecah karena mengalami beku celah (kryoturbasi)

b). Salt weathering

Terjadi di daerah iklim kering, air menguap meyebabkan garam-garaman, misal

NaCl, MgSO4 , KCL mengendap di dalam pori-pori batuan tersebut menekan batuan

hingga pecah.

b. Pelapukan Kimiawi yaitu pelapukan yang disebabkan oleh reaksi kimia terhadap

massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral,

sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi:

1). Komposisi batuan: ada mineral yang mampu bereaksi dengan air, oksigen dan gas

asam arang, ada juga yang tidak dapat bereaksi. Bagi mineral yang mudah

Page 12: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

12

bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan lebih cepat lapuk daripada

mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang.

2). Iklim: daerah yang beriklim basah dan panas misalnya iklim hujan tropis akan

mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.

3) Ukuran batuan: makin kecil ukuran batuan, semakin intensif pula reaksi kimia

pada batuan tersebut, berarti makin cepat pelapukannya.

4) Vegetasi dan binatang: dalam hidupnya vegetasi dan binatang menghasilkan asam

asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan

batuan.

Artinya vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.

Jenis-jenis pelapukan kimiawi dapat dibedakan:

1) Pelarutan/penghancuran (Solution/dissolution)

yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami dekomposisi

karena pelarutan oleh air.

Contoh: kuarsa mengalami pelarutan

2) Hidrolisa

Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air yang kemudian bereaksi langsung

dengan mineral penyusun batuan.

3) Karbonisasi

Yaitu pelapukan yang disebabkan oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion

bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung

kation-kation Fe, Ca, Mg, Na, dan K. Proses ini menimbulkan dekomposisi pada

batuan/perubahan fisik.

Contoh : - dekomposisi batuan gamping

- dekomposisi batuan granit

- dekomposisi batuan gabro

Page 13: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

13

4) Oksidasi

Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh reaksi oksigen terhadap mineral besi

pada batuan, jika batuan dalam keadaan basah maka pelapukan akan intensif.

5) Hidrasi

Yaitu pelapukan kimia yang disebakan oleh penyerapan air oleh mineral ke dalam

struktur kristal batuan.

6). Desilikasi

Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan,terutama

jenis basaltis.

Bentuk topografi hasil pelapukan pada umumnya berskala kecil, dibedakan

menjadi:

1) Differensial Weathering: bentukan ini terjadi karena tingkat resistensi batuan

sebuah daerah tidak sama, batuan resistensi lebih sulit lapuk, sedangkan yang tidak

resistensi ditemui torehan - torehan.

Contoh: Pinnacle (pilar-pilar batuan keras), Rock Padestal (batujamur).

2) Exfoliation dome:yaitu kubah yang permukaannya terkelupas karena erosi intensif.

3) Tor adalah batu-batu bundar hasil pengelupasan yang masih terlihat pada batuan

dasar.

4) Core stone: seperti tor yang pelapukannya terjadi di bawah permukaaan.

5) Spheriodally Wethered bouder yaitu batu-batu agak membulat karena pelapukan

fisik dan kimiawi yang intensif pada sudut-sudut batuan.

6) Pit hole adalah lubang-lubang kecil pada batuan atau bekas mineral yang lapuk,

misalnya: desilikasi.

7) Talus yaitu timbunan hasil pelapukan di kaki lereng terjal.

Page 14: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

14

2. Gerakan Massa Batuan (Mass Wasting atau Mass Movement)

Mass wasting merupakan gerakan massa batuan/tanah yang ada di lereng dan

dipengaruhi oleh gaya berat (gravitasi) atau kejenuhan massa air.Terjadi pada lereng

yang labil, yaitu lereng yang gaya menarik (shear strees)nya lebih besar daripada

gaya menahan (shear strenght). Untuk lereng stabil (shear strenght) lebih besar shear

(stress) tidak terjadi gerakan massa batuan.

Faktor-Faktor Pengontrol Mass Wasting

a. Kemiringan lereng: makin besar sudut kemiringan lereng (curam-terjal) dari

suatu bentuk lahan semakin besar peluang terjadinya mass wasting, karena gaya

berat semakin besar pula.

b. Relief lokal: terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misalnya

kubah, maka mempunyai peluang yang besar untuk terjadi mass wasting.

c. Ketebalan hancuran batuan (debris) di atas batuan dasar: makin tebal hancuran

batuan yang berada di atas batuan dasar, makin besar pula potensi untuk

terjadinya mass wasting,karena permukaan yang labil makin besar pula.

d. Orientasi bidang lemah dalam batuan: pada umumnya mass wasting akan

mengikuti alur bidang lemah, karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk

lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan bergerak. Bidang lemah itu

berupa kekar, retakan atau diabas.

e. Iklim: kondisi iklim di suatu daerah akan menentukan cepat/lambatnya gerakan

massa batuan. Bagi daerah yang beriklim basah cenderung mempunyai tingkat

kejenuhan air pada massa batuan tinggi, sehingga peluang terjadinya mass

wasting juga besar. Untuk daerah beriklim kering, pelapukan fisik cukup intensif

sehingga permukaan bentuk lahan menjadi daerah yang labil karena timbunan

hancuran batuan menjadi semakin tebal. Selain itu, terjadinya mass wasting.

Seperti daerah beriklim kering, daerah beriklim dingin juga intensif mengalami

pelapukan fisik sebagai akibat proses beku celah (kryoturbasi) sehingga peluang

terjadinya mass wasting juga besar.

Page 15: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

15

f. Vegetasi: daerah yang tertutup oleh vegetasi/tumbuh-tumbuhan peluang untuk

terjadi mass wasting kecil, karena vegetasi dapat menahan laju gerakan massa

batuan di permukaan.

7. Gempa bumi: daerah yang sering mengalami gempa bumi merupakan daerah

labil, sehingga peluang terjadinya mass wasting besar.

8. Tambahan material di bagian atas lereng: di daerah gunung api aktif sering

terjadi penambahan material di bagian atas lereng akibat letusan, sehingga akan

memperbesar peluang terjadinya mass wasting. Contoh: kubah lava Merapi

makin lama makin besar pada saat erupsi sehingga menyebabkan guguran lava

ke lereng di bawahnya.

Secara ringkas Lobeck (1939) mengklasifikasi Mass Wasting seperti tabel

berikut

Tipe Kecepatan

< 1 1 mm/hari – 10 1 5 km/jam > 4 km/jam Gerak cm/th

km/jam

Flow Creep Earth Flow Without Mudflow Rock avalanche

Debris slump debris Bed rock

Jenuh air Debris avalanches

Debris

Slip Earth Flow Debris Rock slide

Earth Flow with Bed Rock

slumping Debris slide

Debris

Fall Rock fall

Bed rock

Debris fall debris

landslide

Penjelasan lebih rinci dari klasifikasi Mass wasting adalah sebagai berikut:

a. Slow Flowage (gerakan lambat)

Page 16: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

16

1) Rayapan tanah (soil creep) yaitu gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1

cm/tahun) menuruni lereng, sebagai akibat gravitasi. Oleh karena gerakan ini

sangat lambat maka tidak dapat dilihat prosesnya, melainkan hanya dapat

diketahui gejalanya, yaitu tiang, pohon, bangunan miring di tempat terjadinya

gerakan.

2). Talus Creep: adalah rayapan puing-puing hasil pelapukan yang tertimbun di

suatu lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang tertimbun disuatu lereng.

Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang dibantu oleh air atau salju sebagai

pendorong.

3). Rock creep: yaitu gerakan massa batuan secara lambat menuruni lereng,

disebabkan karena gravitasi.

4). Rock Glacier creep: yaitu gerakan massa batuan secara lambat menuruni lereng

daerah bersalju.

Solifluction: adalah gerakan massa batuan setengah mengalir di darah beriklim

dingin. Terjadi pada peralihan musim dingin-semi, massa batuan menjadi jenuh

air bergerak di atas batuan kedap. Materi yang bergerak berasal dari pelapukan

beku celah (kryoturbassi). Lapisan kedap di bawah batuan jenuh air disebut

permafrost (lapisan yang tetap beku).

b. Rapid Flowage (gerakan cepat)

Gerakan ini dikontrol oleh kejenuhan air pada massa batuan.

1) Earth Flow adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni

lereng. Gerakan/aliran ini dibedakan:

1) Earth Flow murni, alirannya sejajar permukaan.

2) Gabungan earth flow dan mendatar (slumping, kadang-kadang alirannya

intermittent dan mengalami rotasi ke belakang (back ward rotation).

2) Mud Flow yaitu aliran hancuran batuan halus yang bereampur dengan air melalui

lembah-lembah (saluran), terjadi di daerah beriklim kering.

* Penyebabnya adalah:

Page 17: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

17

- Material tidak kompak, melicin jika basah;

- berada di lereng terjal;

- ada air yang bergerak; dan

- vegetasi jarang.

*Perbedaan dengan earth flow:

- Earth flow, alirannya lebih lambat;

- Earth flow, tidak terjadi pada lembah/saluran;

- Earth flow, kejenuhan air lebih rendah;

- Earth flow, tidak ada karakteristik di daerah kering.

3). Debris Avalance: yaitu aliran (setengah longsor) pada batuan dasar menuruni

lereng. Gerakan ini berada di daerah yang mempunyai batuan dasar kedap yaitu:

bersalju atau vulkanik. Contoh: daerah batu gamping berada di atas batuan

vulkanik; daerah clay (tanah liat) berada di atas batuan vulkanik.

c. Very Rapid Flowage (gerakan sangat cepat) Gerakan ini didominasi pengaruh

gravitasi.

1) Slumping (Nendatan), yaitu gerakan longsor berulang-ulang pada lereng curam

(inttermitten), mengalami rotasi ke belakang (back ward rotation).Ciri khas

gerakan ini ditandai oleh bentuk Terraceet.

2) Debris Slide, yaitu luncuran puing-puing/pecahan batuan di atas bidang

batas/bidang retakan yang miring.

3). Rock Slide, adalah gerakan batuan meluncur di atas bidang batas lapisanlbidang

retakan yang miring. Proses dipercepat apabila bagian bawah digali/tererosi

(under cutting).

4) Debris Fall, yaitu hancuranlpuing-puing batuan yang jatuh bebas pada tebing

terjal.

5) Rock Fall, adalah bongkahan batuan yang jatuh bebas pada tebing terjal. Terjadi

karena bagian bawah tebing terkikis oleh sungai, gelombang atau manusia.

Cara Untuk Mencegah Gerakan Massa Batuan antara lain:

Page 18: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

18

1) Menanami lereng dengan tumbuh-tumbuhan/dihutankan.

2) Membuat teras-teras pada lereng.

3) Bangunan di lereng dibuatkan beton penahan.

4) Apabila bagian bawah lereng dipotong/digali untuk keperluan tertentu, perlu

dibuatkan saluran pembuangan air di bawah tanah.

5) Apabila membangunjalan di daerah pegunungan perhatikan arah kemiringan

batuan. Bagian yang dibangun pada sisi yang stabil.

6) Menahan batuan agar tidak bergeser sepanjang bidang lemah batuan (bidang batas

lapisan, bidang retakan).

Cara yang dilakukan: di bor sampai batuan dasar; atau masukkan mor- disemen- beri

baut- pasang lempeng baja di permukaan - disekrup.

3. EROSI

Erosi adalah suatu proses geomorfologi berupa pelepasan dan terangkutnya

material bumi oleh tenaga geomorfologis. Proses geomorfologi mempelajari

bentuklahan (landform) secara genetik dan proses, mempengaruhi bentuklahan dan

proses-proses itu dalam susunan keruangan (Zuidam and Zuidam Cancelado, 1979).

Arsyad (1989), erosi adalah terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari

suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi dapat juga disebut pengikisan,

sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau

kekuatan air atau angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai

akibat/tindakan perbuatan manusia (Kartasapoetra, 1991). Pengertian erosi tersebut

mengandung suatu rangkaian proses. Berdasarkan hal itu Brady (1974), membedakan

erosi menurut intensitasnya menjadi empat yaitu: erosi alami, erosi normal, erosi

geologi dan erosi dipercepat (dalam Yunianto, 1994).

Erosi secara alamiah, normal dan geologi tidak menimbulkan musibah yang

berat, ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah yang dipindahkan seimbang

dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah. Akan

Page 19: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

19

tetapi bahaya-bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh erosi biasanya berasal dari

proses erosi akibat tindakan dan perbuatan yang negatif atau kesalahan-kesalahan

dalam pengelolaan tanah pertanian (Kartasapoetra, 1991).

Begitu besar bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia,

maka banyak ahli yang membagi faktor-fahor yang menjadi penyebab erosi dan

berupaya untuk menanggulanginya. Menurut Baver (1972), bahwa faktor yang

mempengaruhi terjadinya erosi tanah adalah: 1) sifat hujan, 2) kemiringan lereng dari

Jaringan aliran air, 3) tanaman penutup tanah, dan 4) kemampuan tanah untuk

menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air ke lapisan yang

lebih dalam (Kartasapoetra, 1991). Morgan (1979), menyatakan bahwa kemampuan

mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan

alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap erosi tanah.

Baver (1972) dan Morgan (1980) dalam Sahuleka (1993), menyatakan bahwa

erosi merupakan interaksi antara faktor iklim, topografi, tanah, vegetasi, dan aktivitas

manusia yang dinyatakan dengan formula sebagai beriku:

E = f (c. t. v. s. h)

dalam hal ini :

E = erosi c = iklim t = topografi v = vegetasi

f = fungsi s = tanah h = manusia

Page 20: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

20

a.lklim

Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi terutama fungsinya

sebagai agen pemecahan dan transport. Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah

hujan, angin, temperatur, kelembadan, dan penyinaran matahari (Schwab et al., 1981;

dalam Arsyad, 1989). Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan

menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan,

serta besamya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di

beberapa kawasan, juga bersama-sama dengan temperatur, kelembadan dan

penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi

kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi

tanah. Selain itu, juga mempengaruhi kecepatan pelapukan baik bahan organik

maupun anorganik yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi

tanah (Arsyad, 1989).

b. Topografi

Kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng

adalah unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi (Arsyad, 1989). Kemiringan

lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah

aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan

demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin

curamnya lereng.

Panjang/lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai

suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan

lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang

mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng bawah, dengan

demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di

bagian bawah lereng dari pada di bagian atas. Hal tersebut menimbulkan tanah di

bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar dari pada bagian atas.

Konfigurasi lereng permukaan berbentuk cembung, planar dan cekung

Page 21: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

21

mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap erosi. Berdasarkan konfigurasi lereng,

erosi lembar cenderung pada permukaan yang cembung dan planar, sedangkan erosi

alur dan parit cenderung terjadi pada permukaan yang cekung. Hal itu disebabkan

karena pada lereng cekung aliran permukaan cenderung terkonsentrasi. Demikian

juga arah lereng yang menghadap sinar matahari cenderung mengalami erosi lebih

besar dibandingkan arah lereng yang kurang mendapat sinar matahari. Hal itu

disebabkan karena sinar matahari secara langsung dapat mengakibatkan proses

penguraian bahan organik tanah berjalan lebih intensif sehingga kandungan bahan

organik lebih rendah dan tanah lebih mudah terdispersi.

c. Vegetasi

Peranan vegetasi terhadap erosi terutama pada kemampuannya mengurangi kecepatan

jatuh dari butir hujan dan mempengaruhi aliran permukaan (Wischmeier dan Smith,

1978; dalam Arsyad, 1989).

d. Tanah

Baver et al. (1972), menerangkan bahwa kepekaan tanah terhadap erosi

tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas,

kapasitas menaban air, dan sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan ketahanan

struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh media alami. Adapun sifat-sifat

tanah yang mempengaruhi erosi adalah: 1) tekstur, 2) struktur, 3) bahan organik. 4)

kedalaman, 5) sifat lapisan tanah, dan 6) tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989).

e. Manusia

Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung

bagaimana manusia mengelolanya. Manusialah yang menentukan apakah tanah yang

"diusahakannya akan rusak dan tidak produktif secara lestari. Banyak faktor yang

Page 22: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

22

akan menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat serta

mengusahakan tanahnya secara bijaksana, sehingga menjadi lebih balk dan dapat

memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka panjang yang tidak terbatas

(Arsyad, 1989).

Berdasarkan hal tersebut mendorong Morgan (1979), untuk membuat

klasifikasi bentuk erosi menjadi . 1) erosi percik (splash erosion), 2) eros, aliran

permukaan (overland flow erosion), 3) erosi aliran bawah permukaan (subsurface

flow erosion), 4) erosi alur (rill erosion), 5) erosi parit (gully enNlion), dan 6) gerakan

massa tanah (mass movement erosion) (Ananto, 1991).

a. Erosi Percik

Erosi percik ialah proses percikan partikel-partikel tanah halus yang

disebabkan oleh pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah

(Yunianto, 1994). Mc Intrye (1958; dalam Ananto, 1991) menyatakan bahwa ada

empat fase dalam erosi percik, yakni: terjadinya pembasahan yang cepat pada

permukaan tanah sehingga gaya kohesi antar partikel tanah menurun, akibatnya laju

erosi percik akan meningkat, terjadinya pemadatan dan pembentukan lapisan kerak

'tipis (crust) tipis yang akan menurunkan besamya percikan dan meningkatnya

akumulasi air, terbentuk a1iran turbulensi yang mampu menghilangkan sebagian

lapisan kerak pada permukaan tanah. Erosi percikan maksimum terjadi setelah 2 – 3

menit setelah hujan turun. Pada daerah miring erosi percik ini akan terjadi hebat

dibanding dengan daerah yang datar. Pada daerah datar butir-butir hujan dengan

diameter 5,9 mm mampu memercikkan partikel hingga ketinggian 0,38 m, dan

terlempar 1,5 m. Pada lahan yang diolah, butir hujan dengan diameter 6 mm mampu

memereikkan hingga 0,3 m, dan terlempar sejauh 0,95 m (Mihara, 1952: dalam

Ananto, 1991).

b. Erosi Lembar

Erosi lembar adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan/pemindahan

lapisan tanah yang hampir merata di tanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan.

Page 23: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

23

Kekuatan jatuh tetes-tetes hujan dan aliran perluapan merupakan penyebab utama

erosi lembar (Arsyad, 1989). Oleh karena hilangnya lapisan tanah atas adalah merata,

maka bentuk erosi lembar seringkali tidak segera tampak, dan apabila proses erosi

berlangsung lebih lanjut maka baru dapat diketahui setelah tanaman tumbuh pada

lapisan tanah bawah. Erosi lembar disebut juga sebagai erosi antar erosi alur (onterrill

erosion).

c. Erosi Alur

Erosi alur terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran kecil

(alur), yang kedalamannya < 30 cm, dan terbentuk terutama di lahan pertanian yang

baru saja diolah. Erosi ini sebenarnya sebagai perkembangan lebih lanjut dari erosi

lembar, hanya tenaga aliran perluapan sudah mulai terkonsentrasi pada alur. Alur-alur

tersebut terbentuk karena daya tahan tanah terhadap pengaruh tenaga erosi oleh aliran

perluapan tidak merata, sehingga pada bagian yang relatif lembek akan mengalami

pengikisan awal (Yunianto, 1994).

Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan

tanah. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah-tanah yang ditanami dengan tanaman

yang ditanam berbaris menurut lereng atau akibat pengolahan tanah menurut lereng

atau bekas tempat menarik balok-balok kayu. Erosi lembar dan erosi alur merupakan

kedua bentuk erosi yang lebih banyak dan luas terjadinya jika dibandingkan dengan

bentuk erosi lainnya.

d. Erosi Parit

Proses terbentuknya erosi ini sama dengan erosi alur, akan tetapi tenaga

erosinya berupa aliran limpasan, dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian

dalam sehingga sudah tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa.

Di samping itu, ukuran lebar aim sudah lebih dari 50 cm, dan kedalaman alur lebih

dari 30 cm (Bergsma, 1980; dalam Yunianto, 1994).

Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi

substratanya. Bentuk V adalah bentuk yang umum terdapat, tetapi daerah-daerah

Page 24: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

24

yang substratanya rnudah lepas yang umumnya berasal dari batuan sedimen maka

akan terjadi bentuk U. Tanah-tanah yang sudah mengalami erosi parit sangat sulit

'untuk dijadikan lahan pertanian: Diantara kedua bentuk tersebut, bentuk U lebih sulit

diperbaiki dari pada bentuk V (Arsyad, 1989).

Page 25: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

25

BAB III

BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

Bentuk lahan asal struktural terjadi karena deformasi (perubahan) bentuk

batuan. Terbentuk sebagai akibat proses endogen berupa tektonisme atau diatropisme.

Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga

terbentuk struktur lipatan dan patahan. Selain itu terdapat struktur batuan horisontal

yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. Dari struktur pokok

tersebut kemudian dapat dirinci menjadi berbagai bentuk lahan berdasarkan sikap

lapisan batuan dan kemiringan lerengnya.

A. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Struktural

1. Dip dan Strike batuan resisten - non resisten jelas. Dip adalah sudut yang dibentuk

oleh bagian atas hanging wall dan bidang sesar. Strike adalah sudut yang dibentuk

oleh bidang sesar dengan permukaan hanging wall.

2. Adanya sesar, kekar, dan gawir sesar.

3. Horizon kunci jelas, yakni tanda yang terdapat pada permukaan sesar. .

B. Satuan Bentuk Lahan Asal Struktural

1. Pegunungan blok sesar adalah pegunungan (>300 mdpl) yang tersusun dari

batuan klastik, diindikasikan oleh berbagai bentuk patahan dan pelapisan batuan

bukti pernah terjadi pengendapan, misalnya: graben, sembul, triangle facet, dan

sebagainya.

2. Perbukitan blok sesar adalah perbukitan (<300 mdpl) dari batuan klastik,

diindikasikan oleh berbagai bentuk patahan serta pelapisan batuan bukti pernah

terjadi pengendapan, misalnya: graben, sembul, triangle facet, dan sebagainya

2. Gawir sesar yaitu tebing patahan/sesar, terjadi karena adanya dislokasi batuan .

Page 26: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

26

3. Pegunungan sinklinal, lembah yang terdapat di samping pegunungan antiklinal

dengan ketinggian >300 mdpl.

4. Pegunungan antiklinal adalah punggungan pegunungan lipatan yang memiliki

ketinggian >300 mdpl.

5. Pegunungan/perbukitan monoklinal adalah pegunungan lipatan yang terjadi

karena adanya tekanan pada satu titik saja sehingga hanya berbentuk lereng

punggungan antiklinal. Bentuk monoklinal/homoklinal yang tingginya > 500

mdpl disebut pegunungan, sedangkan monoklinal dengan elevasi < 500 mdpl

disebut perbukitan monoklinal. Monoklinal (homoklinal) yang lerengnya 11o

disebut cuesta.

6. Pegunungan/perbukitan kubah (Dome) adalah pegunungan/perbukitan tunggal

yang puncaknya melingkar. Kubah yang berstadia dewasa karen adanya tenaga

eksogenik di puncaknya terdapat sistem lembah berbentuk segitiga (triangle

facet) yang disebut flat Iron.

7. Pegunungan/perbukitan Plato, merupakan tanah datar dengan struktur horisontal,

dengan ketinggian > 500 mdpl untuk pegunungan dan < 500 mdpl untuk

perbukitan. Pada umumnya dikelilingi oleh rangkaian pegunungan.

9. Perbukitan mesa adalah perbukitan (<300 mdpl) yang puncaknya datar dengan

struktur horisontal sebagai akibat proses erosi yang intensif.

10. Sembul (Horst) adalah bagaian patahan yang lebih tinggi dari daerah sekitar,

terjadi karena pengangkatan (up lift). 11. Graben (slenk) adalah bagian patahan yang turun sehingga permukaannnya lebih

rendah dari daerah sekitar. Terjadi karena daerah tersebut mengalami penurunan.

* Kenampakan pada bentuk lahan asal struktural salah satunya ditandai dengan

adanya sesar yang disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan (dislokasi) batuan di

suatu tempat.

* Ciri-ciri sesar adalah : .

1. Trapezoidal facet, yaitu bentuk daerah yang menyerupai trapesium.

Page 27: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

27

2. Triangle facet. yaitu sistem lembah berbentuk segitiga.

3. Hanging falley, yaitu suatu lembah yang letaknya di atas lembah yang sekarang

ada.

4. Breksi besar merupakan lapisan butiran batuan sedimen runcing-runcing pada

dinding/permukaan sesar.

5. Milovit, adalah hancuran batuan-batuan seperti tepung sebagai akibat gesekan pada

sesar.

6. Jalur mata air pada tebing sesar, yang terjadi sebagai akibat butiran permeable

tersingkap.

7. Cermin sesar, yaitu permukaan mengkilap pada permukaan batuan karena gesekan.

9. Kelurusan, yaitu terdapat pola permukaan yang lurus karena patahan pada sesar

sehingga membedakannya dengan wilayah sekitar.

11. Perbedaan topografi yang mencolok pada daerah yang patah dengan daerah

sekitarnya.

12. Lapisan batuan tidak kontinu (omisi) disebabkan oleh pergerakan patahan.

Page 28: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

28

Gambar 4. Berbagai Satuan Bentuk lahan Struktural

Page 29: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

29

BAB IV

BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK

A. Pengertian

Pergerakan magma yang naik ke permukaan bumi merupakan ciri utama awal

terjadinya vulkanisme. Bentukan yang disebut bentukan vulkanis ini lebih

didasarkana pada batuan penyusun berupa batuan vulkanis dengan berbagai jenisnya

sebagai akibat proses vulkanisme. Volcano (gunung api) merupakan kerucut yang

memiliki komposisi batuan beku lelehan atau bahan vulkanis lepas (plastis). Erupsi

adalah proses keluarnya magma dari lapisan bawah kerak bumi ke permukaan bumi

karena tekanan dari dalam, melalui retakaan atau lubang kepundan. Menurut sifatnya,

keluarnya magma ada yang bersifat letusan (eksplosif) dan lelehan (efusif). Lava

yaitu massa batuan dalam keadaan pijar dan kental yang keluar ke permukaan bumi

melalui rekahan dengan temperatur sangat tinggi, sedangkan piroklastik merupakan

flagmen hasil letusan gunung api dengan berbagai ukuran: abu, debu, pasir latili, dan

bongkah.

B. Indikasi Bentuk Lahan Vulkanik

1. Pada titik puncak terdapat depresi yang mana pada volkan stadia muda, pada

stadia dewasa atau tua posisi crater tidak selalu di titik puncak.

2. Terdapat pola aliran sungai radial sentrifugal yang menyebar secara menjari.

3. Materi piroklastik akan berasosiasi dengan badan volkan yang runcing (cone),

dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tidak lembah lava (subsidence);

b. Tidak ada terowongan lava (lavafunnel);

c. Terdapat barranco (lembah-lembah);

d. Terdapat jalur mata air (springbelt)

Page 30: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

30

4. Apabila komposisi materi lava badan volkan berupa rounded cone, maka terdapat

ciri-ciri:

a. Membentuk bentukan struktur tali (roppy structure);

b. Tidak ditemukan adanya jalur mata air; dan

c. Ujung endapan lava berhenti secara tiba-tiba (suddenstop);

d. Terdapat magma dengan kondisi basah yang mendekati kental dan membentuk

individu-individu gunung api yang rendah semacam bocca atau ash cone

5. Apabila lava intermedier maka akan membentuk struktur bantal atau pillow

structure

C. Tipe-tipe Gunung Api

Berdasarkan morfologinya tipe gunung api terdiri atas perisai, bocca dan strato. Tipe

gunung apai tersebut dijelaskan sebagi berukut:

1. Perisai, memiliki komposisi penyusun bersifat basa dan cair, batuan ekstrusi yang

keluar dari volkan itu adalah basalt.

2. Bocca, memiliki komposisi material penyusun yang bersifat asam dan kental.

Batuan ekstrusi yang dikeluarkan adalah riolith yang mana pada umumnya magma

belum sampai ke permukaan

3. Strato, material erupsinya bersifat intermediate (tidak asam atau tidak basa) dan

berbentuk cair kental. Batuan ekstrusi berupa andesit. Ciri khas tipe volkan strato

adalah badan volkan berlapis-lapis, kemudian berselang-seling antara material

kasar dan halus.

Ciri-ciri gunung api strato

a. Strato muda

1) Kerucut gunung api bercirikan lereng curam ( 30°), blok baru, material

piroklastik kubah lava, crater (kawah).

2) Lereng atas gunung api bercirikan lereng curam, eflata kasar bercampur dengan

aliran lava, sumber lahar bagi gunung api aktif, longsoran dan erosi rendah.

3) Lereng tengah gunung api mempunyai ciri: lereng landai/curam (5 - 15°) aliran

lahar bercampur dengan aliran lava dan endapan lahar.

Page 31: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

31

4) Dataran kaki gunung api bercirikan lereng datar - landai dan ada endapan fluvio

vulkanik halus.

5) Lereng bawah gunung api (kaki) bercirikan lereng landai (< 5°), terdapat

bentukan fluvio vulkanik, lapisan dengan blok besar terselang seling dengan

endapan aliran lava dan endapan abu.

b. Strato tua

Pada stadia tua gunung api strato mengalami pengikisan lanjut, terkadang sulit

diidentifikasi bentuk asli Badan vulkanonya. Ciri-ciri yang dapat diamati:

1) Hasil pelapukan tebal tertimbun di lereng-lereng berupa kerucut talus, kipas

aluvial atau piedmont.

2) tingkat pengikisan lanjut karena proses eksogenik intensif sehingga terdapat

lembah-lembah yang dalam dan tidak beraturan (irregularcrest)

3) Pola aliran rapat dan tidak seluruhnya radial.

4) Batuan induk sulit diidentifikasi di permukaan

D. Jenis-jenis Erupsi Berdasarkan sifatnya erupsi dapat dibedakan:

1. Erupsi eksplosif (letusan), merupakan letusan yang terjadi apabila letak dapur

magma dalam, volume gas besar, sifat magma asam. Material yang dikeluarkan

adalah piroklastik dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah, bom, lapili,

pasir, debu dan abu. Bentuk volkan adalah sharp cone

2. Erupsi Effusif (lelehan), merupakan letusan terjadi karena letak dapur magma

dangkal, volume gas kecil, sifat magma basa. Material yang dikeluarkan berupa

lava dengan kandungan S1O2 kecil. bentuk volkan yang dihasilkan adalah rounded

cone.

3. Erupsi campuran, merupakan letusan yang terjadi karena adanya variasi letak

dapur magma, volume gas dan sifat magma yang tidak asam dan tidak basa

(intermidier). Sebagian besar erupsi volkan di Indonesia bertipe campuran dengan

material intermidier yang cenderung basa. Bentuk volkan yang dihasilkan adalah

strato (kerucut)

Page 32: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

32

Berdasarkan bentuk dan letak kepundan tempat keluamya magma, maka erupsi

dibedakan menjadi 3, yakni:

1. Erupsi areal (Areal Eruption), terjadi karena dinding atas batholith runtuh sehingga

magma keluar ke permukaan wilayah yang luas. Proses ini sering disebut de

roofing karena prosesnya menimpa bagian atap batholith.

Contoh: Gunung api lumpur di Sumatra Selatan.

2. Erupsi celah/linier (Fissure eruption), terjadi melalui retakan batuan kerak bumi.

Contoh: Plato Dekan di India tertutup lava dengan ketebalan rata-rata 667 meter.

3. Erupsi pusat/Puncak (Summit eruption), terjadi melalui pipa kepundan, pada

umumnya berlangsung dalam waktu singkat. Jika magma kental maka pipa

kepundan tersumbat oleh magma yang membeku, disebut sumbat lava (lava plug).

sumbat lava tersebut akan menghalangi keluarnya magma. Gas-gas yang

menyertai magma menyusun kekuatan di bawahnya, dan apabila jika cukup kuat

sumbat lava didobrak ke atas sehingga terjadi erupsi berikutnya. Terkadang

sumbat lava itu sangat kuat sehingga magma mencari jalan lain, menerobos batuan

yang lebih lemah dan terbentuk kepundan baru. Sebagian besar volkan di dunia

mempunyai tipe erupsi ini.

Berdasarkan penyebabnya erupsi dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yakni:

1. Erupsi magma (Magmatic eruption) yaitu erupsi yang dihasilkan langsung dari

magma.

2. Erupsi phreatik (Phreatic eruption) yaitu erupsi yang dikarenakan oleh tekanan

uap yang berasal dari air tanah.

3. Hidro erupsi (Hydro eruption) adalah erupsi yang disebabkan oleh uap yang

berasal dari pemansan air di luar magma.

4. Erupsi phreato-magmatic (Phreato magmatic eruption) adalah gabungan erupsi

magma dan phreatik.

*Secara geomorfologis, material penyusun gunung api terdiri atas:

1. Endapan vulkanik stadium muda, dengan ciri: belum memadat (kompak), berupa

Page 33: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

33

endapan fluviovulkanik dengan bentuk sebagai berikut:

a. Kerucut, merupakan hasil gunung api fragmental, materi kasar.

Contoh : Gunung Galunggung, Tasikmalaya.

b.Lahar, membentuk dataran dan lereng bawah fluviovulkanik.

c. Medan abu dan pasir, contoh: Bromo.

2. Batuan vulkanik muda

Ciri batuan vulkanik muda:

a. Aliran lava dan medan lava yang meliputi daerah luas hanya berupa aliran lava

saja.

b. Kubah lava, berupa lava mengental pada crater/pipa kepundan. Jika volkan mati

akan terbentuk sumbat lava (volcanic plug/neck).

c. Lava pada kerucut gunung api strato, maka setelah erupsi akan membentuk

puncak baru.

3. Formasi vulkanik tua.

Bentuknya:

a. Endapan vulkanik bercampur dengan sedimen terlapuk.

a. Abu, tuff, lapilli, dan lahar yang tertumpuk kuat.

b. Endapan breksi dan piroklastik terlapuk kuat.

Page 34: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

34

Gambar 5. Bentuk lahan Vulkanik

Page 35: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

35

BAB IV

BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL

Adalah suatu bentuk lahan yang terjadi karena proses-proses pelapukan erosi,

gerak masa batuan dan proses pengendapan. Dengan demikian bentuk lahan tersebut

dapat terjadi karena degradasi atau agradasi.

A. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional

1. Tidak ditemukan gejala struktural, batuan massif, dip/stike tertutup.

2. Relief sangat jelas berupa lembah, lereng, dan pola aliran sungai

3. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar uatama untuk merinci

satuan bentuk lahan.

4. Litologi menjadi juga menjadi dasar untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi

terasosiasi dengan bukit, kerapat aliran dan tipe proses.

B. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasional

1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik umum unit ini memiliki topografi bergunung dengan lereng sangat

curam (55 > 140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief)

> 300m. Memiliki lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena

proses yang dominan terjadi yakni proses pendalaman lembah (valley deepening)

3. Dataran Nyaris (Peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan/perbukitan secara terus

menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan

membentuk permukaan yang hampir datar yang disebut dataran nyaris

Page 36: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

36

(peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusun yang mempunyai

struktur berlapis. Jika batuan penyusun tersebut masih berupa permukaan yang

datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.

4. Perbukitan sisa terpisah (inselberg)

Terbentuk jika bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan menjadi mundur

akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar serta akan meninggalkan

bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisa terpisah atau inselberg

tersebut berbatu tanpa vegetasi dan banyak singkapan batuan (outcrops).

Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada

sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Jika

bentuknya relatif memanjang dengan kemiringan lereng curam, maka disebut

monadnock.

5. Lereng kaki (Foot slope)

Bercirikan daerah memanjang dan relatif sempit terletak di suatu

pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga curam dan mempunyai

lereng landai dan sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan

lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada

batuan induk (bed rock). Permukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil

pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh air ke daerah yang lebih rendah

6. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial fan).

Berupa topografi berbentuk kerucut atau kipas dengan lereng curam (35o). Secara

individu fragmen batuan bervariasi mulai ukuran pasir hingga blok, tergantung

pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan

pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen kasar meluncur ke bawah dan

terendapkan di bagian bawah kerucut talus.

.

7. Lahan rusak (Bad land).

Merupakan daerah yang mempunyai topografi lereng curam hingga sangat curam

dan terkikis sangat kuat sehingga berbentuk lembah-lembah yang dalam dan

berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit

(gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke

Page 37: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

37

permukaan (rock outcrops).

Gambar 6. Dataran Nyaris (B) Akibat Proses Denudasional yang Bekerja pada Pegunungan /Perbukitan (A)

Gambar 7. Kerucut Talus (Kipas Koluvial)

Page 38: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

38

BAB VI

BENTUK LAHAN ASAL FLUVIAL

Bentuk lahan ini sangat dikontrol oleh DAS dan fisik sungai. Aktivitas manusia yang

terdapat di dalamnya juga berpengaruh besar.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Aliran.

Worcester (1961) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas aliran

menjadi lima:

1. Porositas dan permeabilitas batuan, makin besar aliran makin kecil karena air

diserap ke bawah permukaan, sehingga aktivitas/proses fluvial menjadi lambat.

Hal ini semakin lambat apabila vegetasi penutup banyak.

2. Curah hujan (presipitasi), makin tinggi aliran makin intensif dan cenderung

permanen, berada di daerah basah (humide).

3. Daerah berbatuan kapur, aktivitas aliran terjadi di bawah permukaan sebagai under

ground run off, sedangkan di permukaan mengalami persaingan aliran. Peristiwa

ini berlangsung karena air masuk melewati diaklas.

4. Daerah kering (aride) dengan vegetasi kurang, di tempat ini aktivitas aliran besar,

sehingga menyebabkan intensitas gradasi juga tinggi.

5. Daerah impermiabel, aktivitas aliran bertambah sebagai surface run off karena air

tertahan oleh lapisan impermiabel di bawah permukaan.

B. Air Tanah

Air tanah merupakan air yang bergerak di bawah tanah, dapat berupa air

lapisan, yang mengisi ruang-ruang pada agregat tanah, atau air celah, yang mengisi

retakan-retakan batuan. Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah,

misalnya pasir/kerikil disebut permiabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah,

misalnya lapisan lempung atau geluh yang disebut lapisan kedap air (immpermeable).

Page 39: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

39

Lapisan permiabel yang jenuh air tanah disebut akuifer.

Akuifer dibedakan menjadi:

1. Akuifer tertekan/terkekang (confined aquifer), terdapat pada lapisan permiabel

yang tertutup oleh lapisan impermiabel.

2. Akuifer bebas (unconfied aquifer), terdapat pada lapisan permiabel, tidak tertutup

oleh lapisan impermiabel dan berhubungan langsung dengan zone aerosi (zone tak

jenuh).

Apabila di dalam zone aerosi terdapat lapisan impermiabel, maka air tanah yang

terbentuk di atas lapisan tersebut disebut air tanah tumpang.

C. Mata Air (Spring)

Mata Air yaitu tempat keluarnya air tanah di permukaan batuan/tanah. Jenis mata air

dapat dibedakan menjadi lima (Verstappen, 1962) sebagai berikut:

1. Mata air lapisan terdapat pada lapisan batuan perangkap air diantara lapisan

impermiabel yang tersingkap.

2. Mata air celah, terdapat pada batuanjenuh air tersingkap karena ada celah/retakan.

3. Mata air bendung, terdapat pada lapisan tembus air yang terbendung oleh kisaran

tektonik atau peristiwa vulkanik.

4. Mata air sesar, berada pada lapisan tembus air menyesar sungkup terhadap batuan

impermiabel.

5. Mata air kompleks batuan jenuh air, terjadi karena membanjimya kompleks batuan

jenuh air.

D. Sungai

Sungai adalah sistem aliran yang terdapat di permukaan bumi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran sungai:

a. Kemiringan lereng (gradient), makin besar semakin maka cepat alirannya.

b. Volume air, makin banyak semakin cepat alirannya.

c. Muatan, sungai yang membawa materi berat alirannya cenderung lambat.

Page 40: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

40

Lobeck (1939) mengemukakan hubungan kecepatan dengan ukuran materi yang

diangkat seperti berikut:

Hubungan antara kecepatan aliran – ukuran materi

Kecepatan aliran (mil/jam) Ukuran materi yang dapat diangkat

1/3 butiran pasir

¾ Butiran kerikil

3 Batu kecil 2 – 3 inci

6 Batu besar10 – 11 inci

20 Batuan besar 16 – 17 inci

2. Klasifikasi Sungai

* Berdasarkan sifat khas yang dimiliki (Saleh, 1974) dibedakan:

a. Sungai Permanen, yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena pasokan air

konstan atau terletak di bawah ground water. Sumber pemasok air dari curah

hujan, curah salju, atau mata air.

b. Sungai Intermittent, mengalir secara periodik. Berdasarkan sumber air dibedakan:

1). Spring Fed Intermittent river: alirannya berkaitan dengan permukaan air tanah.

Apabila ketinggian permukaan air tanah berada di atas permukaan air sungai

maka terjadi aliran, sebaliknya di bawah permukaan air sungai, tidak ada

aliran.

2). Surface Fed Intermittent river: pasokan air dari curah hujan atau efisiensi yang

mencair. Ada aliran apabila ada pasokan air, sebaliknya tidak ada aliran

apabila tidak ada pasokan air.

c. Sungai Epherical (Epheriral), mengalir karena respon dari air hujan.

* Berdasarkan genetik (Lobeck, 1939) dibedakan atas bentuk asal DAS dan formasi

geologis DAS:

a. bentuk asal DAS:

1). Sungai konsekuen, mengalir sesuai posisi lereng asli (sebelum tererosi). Sungai

semacam ini karakteristiknya terdapat pada daerah pengangkatan muda.

Page 41: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

41

2). Sungai Obsekuen, arah alirannya berlawanan dengan formasi (dip), setelah

permukaan DAS tererosi hebat.

3). Sungai Subsekuen, mengalir searah formasi daerah (strike) atau tegak lurus

dengan sungai konsekuen.

4). Sungai Resekuen, arah alirannya sama dengan lereng formasi ( dip) setelah

permukaan DAS tererosi hebat (searah dengan sungai konsekuen).

5). Sungai Insekuen, mempunyai cabang (tributary streams) yang banyak.

b. Formasi Geologi DAS:

1). Sungai Antecedent, dapat mempertahankan aliran setelah daerah terangkat.

Pada umumnya terdapat di daerah berbatuan lunak seperti gamping atau clay.

2). Sungai Superimposed (superimposed), terdapat di daerah dataran nyaris

(peneplain) yang tertutup sedimen tebal kemudian tererosi, batuan resisten

tersisa berbentuk dinding terjal yang tidak resisten hilang berupa dataran

nyaris. Sungai di daerah ini menerobos dinding terjal di dataran nyaris.

3). Sungai Anaclinal, merupakan sungai antecendent yang terangkat miring

dengan arah kebalikan dari arah aliran.

4). Sungai Reverse, tidak dapat mempertahankan aliran setelah terangkat miring.

5). Sungai Resureted (istilah dari Mc. Gee), untuk sementara tidak dapat

mempertahankan aliran karena penenggelaman kemudian sungai tertutup

sedimen, apabila pada tempat yang sama terangkat, dapat mengalir sesuai

semula.

6). Sungai Composite, mengahr di DAS dengan struktur geologi yang berbeda-

beda, misalnya volkan, pegunungan lipatan, pegunungan patahan.

7). SungaiCompound, mengalir di DAS dengan umur/stadia geomorfologi yang

berbeda-beda, misalnya pegunungan lipatan muda, dewasa, tua, pegunungan

patahan tua, dataran dewasa.

3. Pola Aliran Sungai (Valley Pattern/Drainage Pattern)

T ergantung pada:

a. Letak batuan dasar (bed rock) terhadap sungai.

Page 42: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

42

b. Bentuk lapisan batuan.

c. Kekerasan permukaan tanah.

d. Keberadaan retakan/kekar/patahan.

e. Struktur geologi suatu daerah.

* Klasifikasi Pola Aliran Sungai

* Menurut Van Der Weg (dalam Sumardi, 1988) dibedakan:

a. Erosional Pattern, dominan karena pengaruh erosi, termasuk dalam kelompok

ini adalah pola-pola: dendritis, sub-dendritis, paralel, sub-paralel, radial,

annular, trellis, rectanguler.

b. Deposiotional Pattern, dominan karena pengaruh sedimentasi (agradasi),

mempunyai karakteristik lurus. Tennasuk dalam kelompok ini: pola braideg,

dan meander, Yazoo, reticular, dan dichotomic.

c. Special Pattern, meliputi:

1). Pola internal, teridiri atas: pola inikhale, knob, kettle.

2). Local importance, terdiri atas: pola derangeg, barbed.

* Menurut Lobeck (1939) dibedakan:

a. Pola Dendritis, menyerupai bentuk pohon dengan cabang dan homogen, misal

daerah aluvial.

b. Pola Rectanguler, anak-anak sungai membentuk sudut 90° terhadap induk

sungai: pada umunya terdapat di daerah patahan/retakan yang berbatuan

kristalin

c. Pola Annular, anak-anak sungai membentuk sudut diagonal terhadap induk

sungai; terdapat di daerah pegunungan kubah (dome) stadia dewasa.

d. Pola Radial bentuknya menjari. Dibedakan menjadi:

1). Sentrifugal, menjari menjauhi pusat, terdapat di daerah volkan muda dan

kubah muda.

2). Sentripetal, menjari menuju pusat, terdapat di suatu basin, cekungan atau

depressi bagian terendah).

Page 43: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

43

e. Pola Trellis, menyerupai batang pohon anggur dengan cabang-cabangnya,

terdapat pada pegunungan lipatan stadia dewasa.

Page 44: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

44

Gambar 8. Berbagai Tipe Pola Aliran Sungai

Page 45: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

45

4. Topografi sebagai hasil Deposisi aliran/Penimbunan

Proses yang dominan pada bentuk lahan tersebut adalah agradasi.

a. Kipas alluvial (alluvial fan), merupakan endapan berbentuk kipas/kerucut rendah

dengan komposisi akumulasi kerikil dan pasir, berada pada mulut lembah

pegunungan yang berbatasan dengan dataran.

Karakteristiknya:

1). Sistem distribusi alur radial;

2). Saluran silang siur (braided) dari apex berupa lembah sempit dan dalam,

sampai dengan di bawah kipas meluas dan dangkal.

Gambar 9. Kipas Aluvial

b. Tanggul alam (natural Levee), akumulasi sedimen berupa igir memanjang dan

membatasi alur sungai. Struktur igir alam berlapis, terbentuk oleh endapan pada

saat banjir. Materi kasar diendapkan dekat aliran sungai, yang halus terangkat jauh

c. Crevasse-Splays, adalah celah yang berisikan endapan pada lengkung luar alur

sungai.

Page 46: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

46

ke arah dataran banjir.

d. Point bar, merupakan endapan pada lengkung dalam sungai yang mengalami

proses meandering: di dalam point bar terdapat igir-igir (scroll) yang diselingi

oleh alur (swales) dengan kedudukan hampir sejajar dengan yang lain; pada swales

seeing terisi materi halus; kelerengan miring ke arah lengkung luar.

Gambar 10. Point Bar dan Tanggul Alam

e. Dataran banjir (Fload plain), merupakan endapan di kanan-kiri sungai yang secara

periodik digenangi oleh luapan sungai di dekatnya atau dari akumulasi aliran

permukaan bebas/hujan lokal.

Karakteristik dataran banjir.

1). Tersusun dari timbunan material lepas yang diangkut dari sungai di dekatnya,

yang kasar di dekat aliran sungai;

2). Terletak di kanan-kiri sungai atau dekat pantai;

3). Topografi datar dengan elevasi rendah;

4). Belum terjadi perkembangan tanah karena sering secara mendadak mendapat

tambahan material baru.

f. Cekungan fluvial (Fluvial Flood Basin), yaitu cekungan di belakang tanggul

sungai dengan elevasi sangat rendah.

Karakteristiknya sebagai berikut:

Page 47: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

47

1). Ukuran dan bentuknya memanjang sungai;

2). Di daerah tropis selalu tergenang air (permanentlv inundated);

3). Dicirikan oleh tumbuhan air, seperti welingi, enceng gondok,

kangkungan, terate;

4). Merupakan bagian terendah dari dataran banjir.

g. Teras Aluviall (alluvial terraces), adalah teras di tepi sungai yang dibatasi oleh

dinding berlereng curam dan lereng landai di sisi lain.

Karakteristik teras aluvial:

1). Terjadi pada endapan aluvium di dasar lembah;

2). Pada dasar lembah yang lebar terjadi pemotongan ke bawah (down cutting)

oleh sungai (degradasi)

3). Pada saat yang sama terjadi pemotongan ke samping sehingga terjadi

pemindahan (shifted) alur sungai ke arah lateral pada dataran banjir, akibatnya

terjadi satu pasang teras;

4). Pendalaman lembah dan perpindahan ke samping berulang-ulang, kemudian

terbentuk beberapa pasang teras sungai;

5). Kadang-kadang bentuk teras sungai disebabkan karena komposisi batuan

(struktur batuan), disebut scabland dan scab rock.

Gambar 11. Teras Aluvial

h. Delta, merupakan endapan di muara sungai, terjadi apabila material yang

Page 48: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

48

dihanyutkan sungai tidak terganggu oleh pengaruh gelombang atau arus sehingga

dapat mengendap di laut/danau.

* Syarat-syarat untuk perkembangan

delta: 1). Daerah aliran sungai luas;

2). Debit sungai tinggi;

3). Sedimen yang terangkat banyak;

4). Daerah tropik basah;

5). Dasar laut dangkal;

6). Arus dan gelombang lemah;

7). Topografi pantai landai.

*. Bentuk-bentuk delta:

1). Delta berbentuk kipas (Arcuate delta), terjadi karena endapan sungai yang

membawa berbagai jenis dan kualitas material (kasar, halus, koloid dan

larutan).

2). Delta Estuari (Estuarine Filling Delta), terdapat di muara-muara sungai

berbentuk corong (estuarium), terjadi sebagai akibat perbedaan pasang-surut

yang besar. Pada saat pasang materi kasar-halus seluruhnya terangkut arus laut

dan arus sungai, saat surut materi kasar diendapkan, materi halus dihanyutkan

ke arah laut. Pada saat pasang berikutnya material yang sudah mengendap

diikat oleh materi halus. Dengan demikian kanal yang terbentuk menjadi

dalam dan tegas.

3). Delta berbentuk kaki burung (Bird's foot Delta), berasal dari endapan material

homogen halus ditambahi dengan lautan kapur. Kanal yang berbentuk tunggal

dan dalam bercabang apabila suatu titik tertentu aliran air dapat meluap,

cabang tersebut membentuk kanal-kanal sekunder atau tersier.

i. Sungai Mati dan danau tapal kuda (Oxbow Lake)

1). Sungai mati adalah sungai yang sudah tidak aktif lagi karena ditinggalkan alur

sungai oleh aliran sungai dan pindah ke tempat lain (proses meandering).

2). Danau berebentuk tapal kuda (oxbow lake), terjadi karena ada pemotongan

Page 49: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

49

aliran sehingga tersisa berupa genangan yang bentuknya melengkung seperti

tapal kuda.

Ada tiga cara pemotongan sungai:

a). Chut cut off, yakni sungai memotong sisi terluar meander karena fluktuasi

arus yang sangat kuat.

b). Neck cut off, yakni sungai memotong meander stadia tua pada bagian

leher karena arus terhalang oleh endapan pada meander tersebut, sehingga

arus sungai cenderung mencari jalan pintas.

c). Avulsi, yakni cabang sungai braided tidak memperoleh aliran karena

terhalang endapan pada pertemuan antara cabang dengan sungai aktif

Page 50: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

50

BAB VII

BENTUK LAHAN KARST

Bentuk lahan karst berasal dari bentukan lahan asal solusional, dihasilkan oleh

pelarutan batuan kapur/gamping dengan tenaga pelarut aliran air permukaan (surface

run off), air perkolasi (percolation water), dan aliran bawah tanah.

A. Syarat Keberadaan Bentuk Lahan Karst

1. Terdapat batuan mudah larut (limestone dan dolomit).

2. Lapisan batuan tebal (> 100m).

3. Banyak diaklas (retakan/kekar).

4. Terdapat di daerah berikilim tropis

5. Vegetasi penutup lebat.

A. Bentuk Lahan Karst

1. Bentuk lahan negatif

Terletak di bawah permukaan rata-rata sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan, atau

terban. Bentuk lahan tersebut meliputi:

a. Uvala yaitu ledakan tertutup yang luas, terbentuk oleh gabungan dari beberapa

doline. Bagian dasar tidak teratur, mencerminkan ketinggian sebelumnya dan

karakteristik lereng doline yang telah mengalami degradasi.

b. Doline (Sink, Sinkhole), adalah ledokan/lubang yang berbentuk corong pada batu

gamping dengan diameter dari beberapa meter sampai ratusan meter (Manroe,

1970). Berdasarkan genesisnya dibedakan: doline solusi, doline runtuhan, doline

terban, doline aluvial.

c. Polje yaitu ledakan tertutup yang luas dan memanjang di daerah topografi karts,

mempunyai dasar mendatar dan dinding terjal. Terjadi dari gabungan sistem gua

yang runtuh, lantai dasar tertutup aluvium.

d. Lembah Buta (Blind Valley), suatu lembah yang mendadak berakhir/buntu dan

sungai yang terdapat pada lembah tersebut lenyap di bawah tanah.

Page 51: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

51

Gambar 12. Berbagai satuan Bentuk lahan Timbunan Fluvia

Page 52: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

52

Gambar 13. Berbagai Macam Delta

2. Bentuk Lahan Positif

Berada di atas permukaan rata-rata sebagai akibat proses pelarutan.

a. Menara karst (Turn Karts, Pinacle karst, mogote wil,l pepinohill) adalah

perbukitan berlereng curam/vertikal yang menjulang tersendiri di antara dataran

aluvial.

b. Kerucut karst (Kygel karts/butte), adalah bentuk lahan karts tropik yang

dicirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut yang kadang-kadang

dipisahkan oleh cockpit, saling berhubungan dan terjadi pada suatu garis yang

mengikuti pola kekar. Lereng bukit-bukit terdiri atas Cliff dan endapan-endapan

berupa Scree.

Page 53: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

53

Zuidam, Ra Van Cancelado. 1979. Terrain Analysis and Clasification Using Aerial Photograph Geomorphological Approach. ITC Textbook of Photo Interpretation Vol VII –6 Enchede. The Netherland

Page 54: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

54

Gambar 14. Kegel karst dengan Cockpit mengikuti Garis Sesar (P)

Gambar 15. Turm karst dan Kegel Karst

* Disamping bentuk-bentuk yang telah diuraikan di atas terdapat juga:

1. Sungai bawah tanah, terjadi apabila cavern bagian dasarnya kedap terdapat aliran

air.

2. Alur di permukaan daerah karst (karst), terjadi karena pelarutan di permukaan

karts melalui sistem diaklas/kekar.

* Stadia karst:

a. Stadia muda, berupa cekungan/torehan seperti bekas roda pedati,

kedalamannya:± 10 cm dengan arah tidak teratur.

b. Stadia dewasa, cekungan semakin melebar dan dangkal.

c. Stadia tua, cekungan tidak jelas bentuknya digantikan oleh igir-igir rendah yang

sempit di antara dataran luas.

3. Gua Kapur (Caves), awal terbentuknya tterjadi sink hole; kemudian karena

Page 55: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

55

pelarutan meluas menjadi lubang tiga dimensi (Cavern), lubang terus meluas

membentuk gua kapur (Caves). Gua kapur luas yang dasamya bertingkat disebut

Galleri.

4. Stalaktit dan Stalagmit, terjadi dari tetesan air yang mengandung larutan kapur.

Untuk membentuk Stalaktit (batu tetes yang menggantung di dinding gua) dan

Stalagmit (batu tetes tegak di dasar gua) diperlukan penguapan, sehingga udara di

dalam gua tidak lembab.

C. Stadia Perkembangan Topografi Karst (Verstappen, 1946)

1. Stadia Dolina( Stadia muda awal/ Early Youth).

Pada stadia ini mulai terbentuk doline-doline kecil karena pelarutan melalui

diaklas.

2. Stadia Uvala (Stadia muda Akhir/ Late Youth)

Beberapa doline bergabung karena gua-gua di bawah tanah yang sudah

terbentuk runtuh. Doline makin meluas, bergabung satu sama lain membentuk

Uvala.

Gambar 16. Macam-macam Doline Berdasarkan Genesisinya

Page 56: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

56

Gambar 17. Doline, Uvala dan Polje

3. Stadia Cock pit (Stadia dewasa/Maturity).

Pada stadia ini, kebanyakan sungai di bawah permukaan, gua bawah tanah

banyak yang runtuh sehingga uvala semakin meluas diselingi Cockpit yang

memisahkannya.

4. Stadia Hum (Stadia tua/old)

Stadia hum merupakan stadia tua yang ditandai oleh semakin luasnya lembah--

lembah, hanya tinggal bukit-bukit sisa (Hum/Conical Hillock)

Menurut H. Rahman (dalam Verstappen, 1946) terbentuknya conical hillock

disebabkan oleh batuan kapur yang larut oleh surface run off melalui diaklas.

Sedangkan Van Bemmelens mengatakan bahwa terbentuknya Conical hill disebabkan

oleh meluasnya doline, sehingga diantara doline yang meluas itu yang tersisa adalah

kubah kapur (Conical hill).

Page 57: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

57

BAB VIII

BENTANG LAHAN DAERAH KERING (ARlDE)

Bentang lahan ini terbentuk oleh bentukan asal proses angin (aeolian) dan

gabungan pelapukan dengan aliran air. Adapun ciri-ciri daerah aride sebagai berikut:

1. Curah hujan rendah, aride 250 mm/tahun, semi aride = 250 - 500 mm/tahun.

2. Fluktuasi temperatur harian besar (10 - 40°C).

3. Langit cerah

4. Penguapan tinggi

5. Vegetasi jarang.

* Berlokasi daerah kering (daerah aride) yakni:

1. Daerah sekitar 30° LU/LS. Di tempat ini udara turun di garis balik utara dan

selatan menekan lapisan udara di bawahnya sehingga makin panas.

2. Daerah bayangan hujan, udara panas di balik pegunungan karena angin turun dari

lereng depan sudah tidak mengandung uap air (proses diabatis kering)

3. Daerah pedalaman henua, angin sudah kering karena kehabisan uap air dari laut.

4. Daerah pantai yang berdekatan dengan arus laut dingin, angin bertiup ke darat

sehingga udara menjadi semakin panas.

A. Syarat Berkembangnya Bentuk Lahan Asal Aeolian

1. Tersedia material berukuran pasir halus dan kasar dalam jumlah banyak.

2. Periode kering yang panjang.

3. Terdapat angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut.

4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi lain.

* Endapan oleh angin terbentuk karena pengikisan, pengangkutan dan pengendapan

bahan-bahan tidak kompak.

* Aktivitas erosi (pengikisan) oleh angin berupa deflasi dan korosi.

1. Deflasi adalah kemampuan angin mengangkut dan memindahkan partikel-partikel

Page 58: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

58

halus (pasir dan debu).

2. Korosi adalah kemampuan angin mengikis batuan dan permukaan bumi karena

mengandung partikel-partikel yang terdapat pada angin tersebut.

B. Bentuk-bentuk Hasil Erosi Angin

1. Desert Pavement (Pebble Armor) yaitu permukaan yang memiliki komposisi

batuan kerikil dan krakal di gurun akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi.

2. Blow-Out, yaitu cekungan di daerah gurun akibat adanya deflasi pada materi hasil

pelapukan di permukaan yang berukuran halus.

3. Ventifact adalah permukaan batuan yang menjadi rata karena korosi, terutama

yang berukuran balus (debu dan liat) yang terbawa oleh angin.

4. Dreikanter, seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin berubah-

ubah.

5. Groove adalah alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena erosi angin.

6. Yardang yaitu punggungan memanjang dan paralel (tinggi < 10 m, panjang - 100

m) bekembang di daerah berbatuan lunak.

7. Pan, cekungan yang dalamnya bervariasi dari beberapa meter sampai dengan 100

m, panjangnya dari 100 m - > 100 km, disebabkan karena erosi angin.

C. Bentuk-Bentuk Hasil Pengendapan Angin

Aktivitas angin dalam mengendapkan material dipengaruhi oleh :

* kecepatan angin;

* rintangan (batu, vegetasi); dan

* material yang dibawa oleh angin.

1. Loess yaitu endapan oleh angin berupa debu, pada umumnya berwama kekuningan,

tersusun dari berbagai mineral yang tidak berlapis-lapis tetapi kuat terikat.

2. Endapan pasir, ada beberapa tipe yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:

a. Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup daerah datar

b. Riplle (riak) yaitu endapan pasir yang permukaannya bergelombang, tinggi

Page 59: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

59

bervariasi 1-500 mm, panjang 50-300 meter. Endapan pasir tebal yang

permukaannya bergelombang jenis ripple tetapi lebih besar disebut undulasi;

yang tingginya sampat 400 m dan panjang 4 km disebut draa (Megadune).

c. Sand shadow adalah timbunan pasir di belakang suatu rintangan, seperti semak

semak/batu.

d. Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.

e. Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara dua rintangan.

3. Gumuk pasir (dunes) adalah gundukan bukit/igir dari pasir yang terhembus angin.

Gumuk pasir mempunyai penampang tidak simetri, kemiringan lereng pada arah

datangnya angin 5° s.d. 10° dan arah membelakangi arah angin 30° s.d. 34°.

Apabila tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah

datangnya angin.

* Pada umumnya gumuk pasir terdapat di daerah:

1) Mempunyai pasir sebagai material utama.

2) Kecepatan angin tinggi, untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran

pasir.

3) Permukaan tanah yang tersedia untuk pengendapan pasir.

Selain itu gumuk pasir juga terdapat di:

1) gisik pasir dengan angin pantai;

2) dekat sungai yang dasarnya pasir;

3) daerah yang mempunyai musim kering;

4) daerah daerah gurun yang mengalami penghancuran batuan; dan

5) endapan glasial dan dasar danau glasial pasiran.

* Gumuk pasir dapat dibedakan menjadi:

a. Gumuk pasir sabit (Barchan), bercirikan sisi yang menghadap arah angin landai

dan yang di belakang (slip face) terjal. Penampang gumuk tidak simetri pada

puncaknya, tetapi berangsur-angsur menjadi hampir simetri pada tanduknya.

Ketinggian 5-15 meter, maksimum 30 meter. Berkembang di daerah yang

Page 60: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

60

vegetasinya terbatas.

b. Gumuk pasir melintang (Transversal dunes), bercirikan posisi melintang arah

angin/tegak lurus arah angin. Terbentuk pada daerah yang banyak cadangan

pasirnya dan sedikit tumbuhan. Sering meliputi daerah luas dan berkembang

berbentuk seperti ombak dengan punggung melengkung dan melintang tegak lurus

arah angin. Penampang tidak simetri, lebar 7 x ketinggian. Ketinggian 5-15 meter,

maksimum 100 meter. Dapat berubah menjadi sabit apabila sumber pasirnya

berkurang.

c. Gumuk pasir paraholik (Paraholic dunes), berbentuk sabit dengan tanduk yang

panjang ke arah datangnya angin. Terbentuk dimana vegetasi menahan bagian

tanduk. Memungkinkan bagian tengah gumuk berpindah dan menghasilkan gumuk

berbentuk jepit rambut. Penampang tidak simetri pada puncak dan hampir simetri

pada tanduk, sisi belakang gumuk lebih curam dari pada sisi depannya. Gumuk

tidak mudah berpindah, dengan ketinggian 1- 15 meter. Gumuk pasir paraholik

dapat terbentuk karena blowout.

d. Gumuk pasir memanjang (1ongitudinal dunis/seif), bercirikan gundukan pasir yang

hampir lurus sejajar arah angin. Terjadi karena pengarub angin yang kuat

terkumpul dan berhembus dengan arah tetap. Penampang gumuk simetris, ukuran

lebar beberapa kali ketinggian. Ketinggian < 15 meter, panjang beberapa kilo

meter, pada gurun yang luas ketinggian mencapai 200 meter dan panjang 300 km.

Gumuk pasir memanjang di gurun seperti di atas disebut seif. Ukuran partikel

material pada gumuk pasir ini mempunyai kisaran 0,05 - 0,5 mm karena sortasi

angin sangat baik.

e. Whaleback Dunes, adalah gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya

datar dan di atasnya dapat terbentuk barchans,dan seif kecil-kecil.

Page 61: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

61

Gambar 18. Perkembangan Blow Out ke Bentuk Parabolik

Page 62: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

62

Gambar 19. Gumuk Pasir Memanjang dan Intermediate

Page 63: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

63

BAB IX

BENTANG LAHAN PANTAI

Benang lahan ini terbentuk dari bentuk lahan asal proses marin. Perkembangan

bentang lahan pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Komposisi dan struktur batuan

2. Relief daerah pantai

3. Proses-proses dari daratan

4. Proses-proses endogen

5. Aktivitas gelombang, pasang dan arus sepanjang pantai

6. Organisme

A. Mintakat Pantai

1. Pesisir (Coast) adalah daratan di belakang pantai (shore) yang tidak tergenang air

laut tetapi mendapat pengaruh bahari, batasnya disebut coast line.

2. Pantai (Shore) yaitu daerah yang terletak antara air pasang dan surut, garis batas

darat-laut disebut Shore line.

Pantai dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Pantai belakang (Back Shore), bagian pantai yang letaknya di belakang pantai

depan (foreshore) sampai garis pantai (coastline) yang hanya tergenang air pada

saat pasang besar, berasosiasi dengan berm (gundukan yang dibentuk gelombang).

b. Pantai depan (Fore shore), bagian yang tergenang pada waktu air pasang sampai

dengan air surut.

c. Beach, sedimen di daerah pantai dibedakan:

* Lower fore shore beach

* Upperr fore shore beach

* Back shore beach

3. Lepas pantai (Off shore) yaitu daerah yang meluas dari garis pasang surut terendah

Page 64: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

64

ke arah laut, dibedakan:

a. Inshore, meluas dari garis pasang - surut sampai gosong pasir (bar) atau daerah

empasan (breakers).

b. Off shore, meluas di sebelah luar, arah ke laut.

* Dalam Geomorfologi istilah pantai mencakup Shore dan Coast. Istilah Shoreline

untuk menyatakan keseleruhan daerah pantai ( Shore dan Coast).

B. Klasifikasi Pantai

* Menumt Johnson, dibedakan menjadi:

1. Pantai Tenggelam (Submergence Shore Lines), daerah pantai mengalami

penurunan atau tergenang oleh air pada akhir jaman Glasial sehingga lembah-

lembahnya tenggelam. Termasuk dalam golongan ini adalah pantai Fiord, Ria, dan

Shren.

2. Pantai Timbul (Emergence Shrelines), pantai yang datar kemudian terangkat,

daratan naik atau lautnya yang turun.

3. Pantai Netral (Neutral Shore Lines), tidak dijumpai tanda-tanda penurunan atau

pengangkatan di daerah pantai, yang termasuk jenis pantai ini antara lain: pantai

berdelta, pantai karang, pantai gunung api.

4. Pantai Campuran (Compound Shore Lines), semula merupakan pantai tenggelam

yang terdiri dari beach kemudian air laut surut sehingga dasar laut muncul ke

permukaan; atau pantai timbul kemudian tenggelam karena efisiensi daratan

mencair.

* . Menurut Shepard:

1. Kelompom Primer (Non Marine Agency), terjadi bukan karena proses marin,

sering disebut Youth full Coast. Jenis ini dibedakan menjadi:

a. terbentuknya karena erosi di daratan, misal pantai ria, fiord.

b. terbentuk karena deposit dari daratan, misal:

1). river deposit coast: delta;

2). Glacial deposition coast: morain, drumlin;

Page 65: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

65

3). wind deposition coast: beach;

4). Post extended by vegetation.

c. terbentuk karena aktivitas vulkanik

d. terbentuk karena diastropisme, misal patahan, lipatan.

2. Kelompok Sekunder (Marine agency), terbentuk karena proses marin (mature

coast), dibedakan:

a. Shorelines save by marine erosion

b. Shorelines save by marine deposition

c. Coral reef coast

C. Perkembangan Garis Pantai

1. Perkembangan pantai tenggelam

a. stadia awal (Early Youth), ditandai oleh garis pantai yang tidak teratur, banyak

teluk yang dipisahkan oleh daratan yang menjorok ke laut (head land).

b. stadia Muda (Youth), tanda-tandanya:

1). Ujung head land mulai terkikis membentuk cliff rendah (nip), dibawah hill

mulai terbentuk gua;

2). erosi meningkat, menyebabkan gua runtuh membentuk stack dan arc, dasar

laut dangkal terkikis membentuk wave cut plat forms, hasil erosi diendapkan

membentuk beach;

3). arus sepanjang pantai (longshore current) mengendapkan materi yang

tererosi membentuk spit dan hook;

4). terbentuk offshore bar;

5). terbentuk laguna.

2. Perkembangan pantai timbul

a. Stadia awal, ditandai oleh garis-garis pantai tidak teratur, landai dengan laut

dangkal, cliff rendah (nip) .

b. Stadia muda, tanda-tandanya:

1). gelombang mengeruk dasar laut dangkal dan mengangkatnya ke zone surf

Page 66: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

66

membangun off shore bar;

2) off shore bar muncul membentuk laguna;

3). Pengendapan di laguna membentuk lagunal plain, off shore bar mulai

dirusak gelombang.

c. Stadia dewasa, mulai terbentuk cliff rendah, gelombang langsung ke darat

karena off shore dirusak dan laguna terendapi.

d. Stadia tua, erosi lanjut sehingga head land terpotong, hasil kikisan gelombang

diendapkan di teluk-teluk kecil menyebabkan garis pantai lurus.

Gambar 20. Evalosi Garis Pantai

Page 67: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

67

D. Bentuk Topografi Pantai

Topografi pantai dipengaruhi oleh aktivitas gelombang, arus, sungai, angin dan

organisme.

1. Bentuk-bentuk hasil erosi

Disebabkan oleh aktivitas gelombang, baik oleh kekuatan gelombang tersebut

(hydraulic action) maupun karena membawa pasir (abrasi).

a. Gua laut (sea Caves), terbentuk karena cliff mengalami erosi bawah (under

cutting) oleh pukulan gelombang arus.

b. Celah (Cleff), erosi oleh gelombang yang menimpa retakan/patahan

menyebabkan terbentuknya celah di pantai.

c. Teras-teras (Wave cut terraces), terjadi karena dasar laut dangkal tererosi,

permukaan menjadi rata kemudian terangkat.

2. Bentuk-bentuk sisa erosi

a. Cliff adalah dinding terjal di pantai dan sisa daratan yang terkikis gelombang.

b. Stack yaitu tiang-tiang baru yang terpisah dari daratan. Tersusun dari batuan

yang resisten sehingga masih bertahan dari pukulan gelombang.

c. Arc adalah batuan berlubang tembus sebagai akibat kikisan gelombang, tersusun

dari batuan yang lunak (tidak resisten).

d. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok ke laut sebagai akibat

erosi gelombang, terdiri atas batuan lava dan breksi.

3. Bentuk -bentuk hasil pengendapan

Sebagai tenaga pengendap adalah gelombang, arus, sungai dan angin.

a. Gisik (beach) adalah endapan pantai yang terletak antara mintakat pasang dan

surut.

b. Gosong pasir (bar) yaitu endapan pasir atau kerikil di laut sejajar garis pantai.

1. Off shore bar (barrier bar), yakni bentukan yang terdapat di laut lepas, hasil

pengendapan backswash;

2. Laguna (lagoon),terdapat di laut dangkal antara daratan dan off shore bar;

3. Spit, merupakan endapan arus sepanjang pantai, salah satu ujungnya

Page 68: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

68

menjorok ke laut lepas;

4. Hooks (Recurved spit), merupkn ujung spit dibelokkan arahnya karena ada

arus dari arah berlawanan, ujung spit kemudian melengkung ke arah laut

lepas.

5. Loops merupakan ujung spit dibelokkan ke arah daratan dan bersambung

dengan daratan;

6. Bay mouth bar (embankment), merupakan endapan pasir di mulut teluk yang

terpisah dengan laut lepas karena arus sejajar pantai memotong mulut teluk

tersebut;

7. Tombolo, merupakan endapan yang menghubungkan daratan dengan pulau,

sebagai akibat reflaksi gelombang karena rintangan pulau tersebut.

c. Gumuk pasir pantai (Coast dunes) merupakan timbunan pasir di pantai akibat

hasil aktivitas angin dan vegetasi.

1). Free dunes, merupakan timbunan pasir di pantai oleh pengendapan angin

tanpa dibantu vegetasi;

2). Impeded dunes, merupakan timbunan pasir di pantai oleh pengendapan

angin dan topografi kasar.

Page 69: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

69

Gambar 21. Perkembangan Cuspate dan Tombolo

4. Bentukan Organisme

Dibentuk oleh aktivitas organisme di laut, meliputi pantai terumbu karang, pantai

bakau dan pantai berumput payau.

a. Terumbu karang (coral reef) yaitu pantai/pulau yang tersusun dari karang sebagai

akibat aktivitas organisme polyps atau ganggang kapur.

* Syarat yang baik untuk kehidupan karang:

1). Kedalam laut < 40 meter, optimum 20 meter;

2). Temperatur air laut > 18°C, optimum 25 - 29°C;

3). Kadar garam air laut 1: 33%;

4). Sirkulasi air cukup, tetapi arus tidak terlalu kuat; dan

5). Air laut jernih, sedikit lumpur, banyak mengandung kalsit.

Page 70: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

70

*. Klasifikasi terumbu karang (Maxwell, 1968)

1). Terumbu samudra (oceanic reefs) yang dapat dibedakan menjadi:

a). Koloni embrionik

b). Terumbu pinggiran (fringing reef)

c). Terumbu penghalang (barrier reef)

d). atol

2). Terumbu paparan (shelf reef) dibedakan menjadi:

a). koloni embrionik

b). terumbu rataan gelombang (platform reef)

c). terumbu laguna- rataan (lagoon platform reef)

d). terumbu rataan gelombang memanjang (longate platform reef)

e). terumbu dinding (wall reef)

f). terumbu cuspate (cuspate reef)

h). terumbu apron campuran (composite apron reef)

i). terumbu cincin terbuka (open ring reef)

j). terumbu jala terbuka (open mesh reef)

k). terumbu cincin tertutup (closed ring reef)

1). terumbu jala tertutup (closed mesh reef) dan

Page 71: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

71

m). terumbu sumbat (resorbed reef).

Gambar 22. Klasifikasi Terumbu Karang dari Maxwel (1968)

Page 72: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

72

* Teori terjadinya terumbu karang dibedakan sebagai berikut:

1). Teori Darwin

Menurut Darwin pertumbuhan atol dimulai dari adanya karang pantai, karena sesuatu

proses pulau beserta karang pantainya tenggelam. Apabila proses penurunan ini

berjalan lambat maka karang yang hidup di pantai tersebut masih sempat membangun

rumahnya sehingga karang pantai itu dapat mencapai permukaan laut kembali,

bentuknya melingkar seperti cincin.

2). Teori Glacial Control dari Daly

Daly mendukung teori Darwin, menurut dia tenggelamnya pulau disebabkan karena

mencairnya efisiensi daratan pada jaman inter glasial.

3). Teori Penggelombangan dari Keumen

Keumen juga mendukung teori Darwin dan berpendapat bahwa tenggelam dari

timbulnya pulau karena gerak pelipatan pada kulit bumi. Pada gerak ini permukaan

bumi mengalami penggelombangan sehingga bagian yang semula punggung

antiklinal yang muncul di atas permukaan laut suatu saat dapat tenggelam di bawah

permukaan laut, proses ini terjadi berulangulang.

4). Teori Imbangan Isostasi dari Molengraaf

Molengraff menyatakan bahwa tenggelamnya pulau terjadi karena adanya imbangan

isostasi. Pulau-pulau volkan semakin bertambah berat karena erupsi sebagai akibat

bertambahnya materi dari volkan itu. Untuk mencapai keseimbangan isostasi pulau

tersebut mengalami penenggelaman secara lambat dan berlangsung lama sesudah

erupsi itu berhenti. Sehingga dapat tumbuh karang pantai yang selanjutnya

berkembang menjadi karang penghalang atau atol.

5). Teori Murrey

Ekspedisi Murrey menemukan puncak volkan yang sudah mati, letak puncaknya di

bawah permukaan laut. Menurut dia puncak-puncak volkan yang sudah mati yang

letaknya tidak begitu dalam akan mengalami pengendapan terutama jenis benthos.

Oleh karena itu lama kelamaan menjadi tinggi sehingga mencapai ketinggian yang

memenuhi syarat bagi hidupnya binatang karang. Dengan tumbuhnya karang di

Page 73: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

73

tempat itu maka dapat terbentuk atol.

6). Teori Gardinner

Prinsip teori ini hampir sama dengan Murrey, menurut Gardinner pembentuk atol

bukan binatang karang tetapi ganggang karang dari jenis Lithothamnium. Faktor yang

menyebabkan bentuk gelang adalah perbedaan kesuburan antara bagian tengah dan

tepi pulau tersebut.

b. Pantai bakau

Di daerah tropis bakau (mangrove ) beradaptasi dengan air asin sehingga banyak

dijumpai pada mintakat pasang - surut. Fungsi terpenting tanaman bakau di pantai

adalah melindungi erosi gelombang dan menjadi perangkap sedimen yang terbawa

dari daratan maupun dari laut pada saat pasang sehingga proses deposisi berlangsung

cepat.

Page 74: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

74

BAB X

BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas

manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan

yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang

telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk

lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah

merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari

bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah

menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina

Semaran.

Reklamasi pantai adalah salah satu contoh bentuk lahan antropogenik yang dihasilkan

oleh aktivitas manusia. Secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa

Inggris,to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secaraspesifik

dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan

tanah ( from the sea). Menurut UU no 27 tahun 2007 Reklamasi adalah kegiatan yang

dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan

ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,

pengeringan lahan atau drainase.

Reklamasi kawasan perairan merupakan upaya pembentukan suatu kawasandaratan

baru baik di wilayah pesisir pantai ataupun di tengah lautan. Tujuan utama reklamasi

ini adalah untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan

menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat untuk ekonomi maupun

tujuan strategis lain.

Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, peri

ndustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur

transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan

Page 75: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

75

limbah dan lingkunganterpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari

ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu.

Gambar 10.1

Page 76: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

76

DAFTAR PUSTAKA

`

Arsyad,s. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor

Hinds. 1946, Geomorphology, Mc. Graw Hill Book Company, New York.

Kartosapoetro dan Sutedjo. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta.

Jakarta

Lobeck, AK. 1993, Introduction to the studv of Landscape, Mc. Graw Hill Book Company, New York.

Ollier, CD. 1969. Weathering, American Elsevier Publishing Company Inc. New York.

Thomburry, William D. 1976. Principles of Geomorphology, John Wiley and Sons Inc. New York - London.

Verstappen, H. Th. 1983. Applied Geomorpholo. Geomorphological Survey for Environment, Elsivier, Amsterdam.

Worcester, Phillips G. 1961. A Text Book of Geomorphology. D. Van Nortrand Company Inc, New York - London

Page 77: BAHAN AJAR GEOMORFOLOGI UMUM - …geografi.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/01/BHAN... · bentuk lahan dapat dilakukan dengan pengamatan lapangan maupun interpretasi

77