bagian obstetri dan ginekologi referat

31
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2012 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKTOR TUBA TERHADAP INFERTILITAS OLEH: Rosalya Mohamad Wahid C 111 07 362 PEMBIMBING: dr. Hartono Madong KONSULEN: dr. Samrichard Rambulangi, Sp.OG DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 1

Upload: riris-sutrisno

Post on 18-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hgjg

TRANSCRIPT

Page 1: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2012

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKTOR TUBA TERHADAP INFERTILITAS

OLEH:

Rosalya Mohamad Wahid

C 111 07 362

PEMBIMBING:

dr. Hartono Madong

KONSULEN:

dr. Samrichard Rambulangi, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

20121

Page 2: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

FAKTOR TUBA TERHADAP INFERTILITAS

1. PENDAHULUAN

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia

kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ±50%

pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. (1)

Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri untuk mendapatkan

keturunan walaupun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur, tanpa

kontrasepsi dan dalam periode satu tahun. Menurut catatan WHO, diketahui

penyebab infertilitas pada wanita di antaranya adalah faktor Tuba fallopii 36%,

gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar

26%. Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan

oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan ovulasi. (1)

Infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder.

Infertilitas primer adalah bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan

dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan, sedangkan infertilitas

sekunder adalah bila pada istri pernah terjadi kehamilan akan tetapi kemudian tidak

pernah terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada

kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. (2)

Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi

infertil sesungguhnya hanya dialami oleh suami atau istri. Hal tersebut dapat

dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya

seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama

tersebut mengandung arti bahwa dua faktor yang harus dipenuhi adalah: (1) suami

memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan

dan menyalurkan sel spermatozoa ke dalam organ reproduksi istri dan (2) istri

memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan

2

Page 3: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

sel ovum yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat

menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan

dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan tersebut tidak

dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki

anak. (2)

2. ANATOMI REPRODUKSI WANITA

3

Page 4: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Gambar 1: Genetalia Interna(3)

1. Vagina merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan

rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari

muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat

dikendalikan. Fungsi utama vagina:(1) Saluran untuk mengeluarkan

lendir uterus dan darah menstruasi, (2) Alat hubungan seks, (3) Jalan

lahir pada waktu persalinan. (3)

2. Uterus merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor

diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan

bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan

dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina

yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna. Dinding uterus

terdiri dari tiga lapisan: peritonium, lapisan otot dan endometrium. (3)

3. Tuba Fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan

diameternya antara 3 sampai 8 mm. Dalam tubuh wanita, tuba merupakan

jalur lewatnya telur dari ovarium ke uterus. Segmen dari lateral ke

medial: infundibulum dengan fimbria terletak dekat ovarium, daerah

ampula yang mewakili sebagian besar dari tuba lateral, istmus yang

merupakan bagian sempit dari tuba yang menghubungkannya ke uterus,

dan interstitial bagian yang bersambungan dengan otot-otot uterus.

Fungsi tuba sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang di

lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil

konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan

perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap

melakukan implantasi. (3)

4

Page 5: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

4. Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan

kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh

ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan

sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)

siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan

mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum

sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause. (3)

5. ETIOLOGI INFERTILITAS: FAKTOR TUBA

Penyebab utama infertilitas termasuk disfungsi ovulasi (15%), patologi

tuba dan peritoneum (30-40%), serta faktor pria (30-40%); patologi uterus,

dan sisanya sebagian besar tidak tejelaskan. Sampai batas tertentu,

prevalensinya bervariasi tergantung usia. Disfungsi ovulasi lebih umum

terjadi pada pasangan muda dibanding pasangan tua, faktor tuba dan

peritoneum memiliki prevalensi yang hampir sama. (4,5,6)

Tuba mempunyai peran penting dalam reproduksi. Setelah ovulasi, fibria

menangkap sel telur dari cairan peritoneum yang terakumulasi di kantong

rekto-uterina. Silia epitel memindahkan sel telur ke ampulla. Spermatozoa

mencapai endometrium melalui kornu menuju tuba falopi hingga tiba di

ampulla, di mana terjadi fertilisasi. Embrio kemudian menuju kavum

endometrium saat tingkat blastokista (96-120 hari setelah ovulasi). Faktor

tuba mempengaruhi sekitar 25% dari pasangan infertil, mulai dari adhesi

ringan hingga mengakibatkan penyumbatan tuba. (1,7)

Penyebab utama kerusakan tuba adalah infeksi yang disebabkan oleh

bakteri dan virus. Biasanya ditularkan secara seksual, infeksi ini sering

menyebabkan peradangan mengakibatkan jaringan parut dan kerusakan.

Patologi tuba dan peritoneal merupakan sebab umum infertilitas dan

didiagnosis pada kurang lebih 30-35% pasangan infertil. Riwayat penyakit

5

Page 6: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

inflamasi pelvis (PID), aborsi septik, ruptur apendiks, operasi tuba atau

kehamilan ektopik memungkinkan adanya kerusakan tuba. PID tidak

dipertanyakan lagi sebagai penyebab utama infertilitas karena faktor tuba dan

kehamilan ektopik. Penelitian klasik pada wanita dengan PID yang

didiagnosis dengan laparoskopi menunjukkan bahwa resiko infertilitas

karena tuba meningkat dengan jumlah dan berat dari infeksi pelvis; secara

keseluruhan insidennya kurang lebih 10-12% setelah satu episode, 23-35%

setelah dua episode dan 54-75% setelah tiga episode PID akut. (1,7)

Penyakit inflamasi pelvis yang disebabkan infeksi beberapa kuman

patogen sudah dilaporkan menjadi salah satu penyebab utama infertilitas.

Kuman patogen yang seringkali menjadi penyebab infertilitas adalah:

1. Klamidia trakomatis

2. Nesseria gonore

3. Bakterial vaginosis

4. Tuberkulosis

Gejala PID tidak selalu tampil dalam bentuk akut, namun seringkali

hanya tampil dalam bentuk infeksi subklinik yaitu hanya dalam bentuk nyeri

panggul yang ringan saja yang disertai dengan keputihan yang tidak

terlampau banyak. Infeksi kuman patogen ini dapat menyebabkan kerusakan

terutama pada tuba fallopii sehingga menimbulkan infertilitas. (1)

Banyak wanita akan mempunyai peningkatan antibodi klamidia yang

menunjukkan infeksi sebelumnya. Pada wanita, manifestasi klinis mungkin

sama dengan gonorrhea, dan seringkali muncul sebagai discharge endoservik

mukopurulen, disertai dengan pembengkakan, eritema dan mudah

mengakibatkan perdarahan endoservik disebabkan oleh peradangan dari

epitel kolumnair endoservik. Namun, 70 % dari wanita dengan aktivitas

6

Page 7: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

seksual aktif yang menderita klamidia, biasanya tidak menunjukkan gejala.

Komplikasi berupa salpingitis dengan risiko infertilitas, resiko terjadinya

kehamilan ektopik meningkat 6-7 kali atau nyeri pelvis kronis. Penyakit

menular seksual (PMS) klamidia dapat menyumbat saluran tuba falopii yang

menyulitkan keluarnya sel telur. Sekitar 70% sumbatan tuba falopii

disebabkan oleh infeksi klamidia. C. trachomatis dapat ditemukan tinggal di

dalam sel manusia. Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual

secara vaginal, anal, atau oral, dan dan dapat mengakibatkan bayi tertular

dari ibunya selama masa persalinan.

Setengah wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis)

tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Pada pria,

infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih

dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing dan menyebabkan

epididymitis. Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas

terbakar pada pinggul. Jika tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan

infeksi serius reproduksi dan masalah-masalah kesehatan lainnya dengan

baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada wanita, klamidia dapat

menyebabkan PID yang berakibat wanita tersebut menjadi mandul. Penyebab

lain dari infertilitas karena faktor tuba meliputi inflamasi berkaitan dengan

endometriosis, penyakit inflamasi usus atau trauma operasi. (6,8)

Mekanisme yang bertanggungjawab pada infertilitas karena faktor tuba

mencakup kelainan anatomi yang mencegah bertemunya sperma dan ovum.

Obstruksi tuba proksimal mencegah sperma mencapai tuba falopi bagian

distal di mana fertilisasi normalnya terjadi. Oklusi tuba bagian distal

mencegah penangkapan ovum dari ovarium yang berhubungan. Jika

obstruksi tuba proksimal merupakan fenomena all-or-none, oklusi tuba distal

memperlihatkan spektrum yang bervariasi dari ringan (aglutinasi frimbria) ke

7

Page 8: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

moderat (fimosis fimbria yang bervariasi) sampai berat (obstruksi total).

Efisiensi dari penangkapan ovum sangat mungkin berkaitan dengan beratnya

penyakit. Kerusakan inflamasi pada mukosa tuba tidak dapat dideteksi

dengan mudah namun mengganggu fungsi transport sperma atau embrio. (6, 8)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi pada tuba itu sendiri

yang mempengaruhi kesuburan dan menyebabkan kelainan implantasi,

bahkan jika dengan hati-hati dan berhasil diatasi tetap dapat menyebabkan

kerusakan tuba dan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam nyawa.

8

Page 9: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Gambar 2: Infeksi tuba(6)

Kelainan abdominal yang paling umum adalah usus buntu dan radang

usus, menyebabkan peradangan pada rongga perut yang dapat mempengaruhi

tuba Fallopii dan menyebabkan jaringan parut dan penyumbatan. Pasien

dengan riwayat pernah menjalani operasi sebelumnya juga dapat menjadi

penyebab penting kerusakan tuba. Operasi panggul atau abdominal dapat

mengakibatkan perlengketan yang mengubah tuba sehingga ovum tidak dapat

lagi melaluinya. (4)

Selain itu, kelainan kongenital. Kelainan kongenital pada kedua tuba

adalah timbul pada pertumbuhan duktus mulleri berupa tidak terbentuknya

satu atau kedua duktus dan gangguan dalam kanalisasi setelah fusi. Walau

bagaimanapun, kasusnya sangat jarang terjadi. (4)

Endometriosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

ditemukannya jaringan endometrium yang fungsional diluar kavum uteri.

Jaringan endometrium ektopik ini memberikan respons parsial terhadap

fluktuasi level hormon steroid ovarium dan mempunyai kecenderungan

regresi pada keadaan amenore yang berkepanjangan seperti pada kehamilan

dan menopause. Perlengketan peritubal yang luas akan menghambat

motilitas dan kemampuan fimbria untuk menangkap sel telur. Salpingitis

yang memainkan peranan dalam menyebabkan infertilitas pada

endometriosis melalui proses perubahan sekresi tuba. Sedangkan

berkurangnya motilitas tuba dan transportasi ovum disebabkan oleh sekresi

prostaglandin oleh jaringan endometritik.

9

Page 10: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Gambar 3: Penyebab infertilitas(8)

Kondisi di atas dapat menyebabkan terjadinya sumbatan pada tuba

falopi yang berakibat bengkak disebut hydrosalpinx. Hydrosalpinx, suatu

kondisi di mana ada sumbatan pada distal tuba fallopii menyebabkan

akumulasi cairan tuba, menyebabkan distensi pada tuba yang mengakibatkan

kerusakan silia epitel. Melebarnya tuba akibat cairan ini bisa bervariasi

dalam ukuran tergantung jumlah cairan yang ada. (8,9)

10

Page 11: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Gambar 4: Hydrosalpinx (9)

5. DIAGNOSIS

Diagnosis pada infertilitas meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Diagnosis yang meliputi hal-hal tersebut diatas harus

dilakukan oleh kedua pihak, baik suami maupun istri. Pemeriksaan infertilitas dapat

dilakukan dengan berbagai cara, seperti berikut: (1)

1. Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri

Anamnesis umum:

Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,

tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan

seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu

mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.(4,9)

Anamnesis khusus:

Usia saat istri menarke, apakah haid teratur, berapa lama terjadi

perdarahan/haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan  rasa

nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi pendarahan

kontak, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,

infeksi genitalia), riwayat obstetrik dan komplikasinya, frekuensi koitus

dan gangguan seksual, durasi infertilitas beserta evaluasi dan

penanganannya, riwayat Pap smear yang abnormal beserta

penanganannya, riwayat IMS, pekerjaan dan penggunaan tembakau,

alkohol, dan obat-obatan, riwayat kelainan saat persalinan, retardasi 11

Page 12: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

mental, menopause dini dalam keluarga, gejala penyakit tiroid, nyeri

panggul atau perut, galaktore, hirsutisme, dan dispareunia.(4)

2. Pemeriksaan fisik

Sekresi payudara dan sifatnya, nyeri tekan pada panggul atau

perut, ketidaknormalan pada vagina dan serviks termasuk sekresi dan

discharge, adanya massa, nyeri tekan, nodul pada adneksa atau kantong

rekto-uterina.(4)

3. Pemeriksaan khusus pada wanita

Faktor tuba dan peritoneum

Pemeriksaan yang sering digunakan untuk diagnosis untuk melihat

kelainan tuba adalah laparoskopi dan HSG. Laparoskopi tidak termasuk

pemeriksaan infertilitas rutin. Laparoskopi digunakan ketika ditemukan

kelainan pada USG, HSG, atau kecurigaan gejala. Dibutuhkan anestesi

dan biaya operasi sehingga hanya digunakan saat ada indikasi yang

jelas.(1)

HSG (Hysterosalpingogram): kelainan-kelainan seperti tidak

adanya vagina dan uterus, septum vagina, dan adanya fibroid dapat

dideteksi dengan pemeriksaan panggul. Hampir seluruh kelainan

tersebut membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti HSG, USG

ginekologi, histerosonogram, dan MRI. Prosedur operasi seperti

laparoskopi dan histeroskopi sering digunakan untuk memastikan

diagnosis akhir. Histerossalpingogram (HSG) sering digunakan untuk

memeriksa kavum endometrium dan memberikan informasi seputar: (1)

kanalis endoserviks; (2) diameter dan konfigurasi tulang dalam; (3)

kavum endometrium; (4) saluran uterus/tuba (kornu ostium); (5)

diameter, lokasi, dan arah tuba falopi; (6) status fimbriae; dan (7)

tumpahan ke kavum endometrium. HSG juga memberikan informasi

12

Page 13: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

tidak langsung seputar adhesi pelvis dan uterus, sel telur, atau massa

adneksa.(1)

HSG sebaiknya dilakukan selama fase awal fase folikuler. Saat itu,

endometrium tipis HSG memberikan gambaran kelainan minor yang

lebih baik. Serviks dibersihkan dengan larutan Betadine untuk

menghindari perpindahan bakteri ke kavum endometrium selama

prosedur. Spekulum lepas digunakan dan dilepaskan sebelu injeksi

medium radiopak. Tenakulum gigi satu digunakan untuk menambahkan

traksi uterus dan membenarkan posisi antrofleksi atau retrofleksi.

Canula Jarcho-type metal atau balon kateter HSG digunakan untuk

menginjeksikan media radiokontras. Penggunaan media kontras

berbahan air lebih baik daripada media berbahan minyak untuk

menghindari risiko emboli minyak dan formasi granula.(1, 5)

Gambar 5: Gambaran HSG pada tuba paten (kiri atas), polip

13

Page 14: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

endometrium (kanan atas), sumbatan tuba bilateral (kiri bawah), dan

uterus bikornu (kanan bawah).(1)

Laparoskopi kontraindikasi pada pasien dengan kemungkinan

obstruksi usus (ileus) dan distensi usus, penyakit kardiopulmoner, atau

syok karena perdarahan dalam. Karena risiko perforasi usus, uterus dan

perlukaan pembuluh pelvis, trauma kandung kemih, dibutuhkan ahli

bedah yang terampil dan berpengalaman. Kontraindikasi relatif lainnya

termasuk obesitas masif, dan massa abdomen yang besar atau kehamilan

lanjut, adhesi panggul lanjut, dan peritonitis.(1)

4. PENANGANAN

Rekonstruksi tuba menjadi harapan satu-satunya pada pasien infertilitas karena

kelainan tuba sebelum Assisted Reproductive Therapy (ART) ditemukan. Karena

kedekatan antara saluran tuba dan organ-organ panggul lainnya, maka dalam

sebagian besar kasus, kelainan peritoneum melibatkan kelainan tuba. Sebelum

operasi, foto HSG dan hasil laparoskopi sebelumnya harus benar-benar diperiksa

untuk memutuskan pada jenis teknik bedah yang diperlukan dan untuk menjelaskan

kepada pasien harapkan tingkat keberhasilan dan resiko yang terlibat dengan

prosedur. (1)

Obstruksi tuba dan lisis adhesi dapat diperbaiki melalui laparotomi, laparoskopi

operatif, dan, dalam keadaan khusus, melalui histeroskopi operatif dan kanulasi tuba.

Laparotomi diindikasikan pada pasien dengan perlengketan pelvis parah yang

membahayakan usus, ovarium, dan tuba, dengan obliterasi dari cul-de-sac. Tujuan

dari prosedur adalah untuk memperbaiki apa yang diperlukan untuk memungkinkan

transportasi gamet normal, namun tidak dimaksudkan melakukan restorasi anatomi

14

Page 15: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

lengkap. Phimosis fimbrial dan penyakit periadneksa dapat diobati dengan

laparoskopi.(1)

Gambar 6: Laparaskopi, bagian tuba yang adhesi dipisahkan (adhesiolysis)(9)

Penanganan hidrosalpinx dengan salpingostomi dapat dilakukan melalui

microsurgery atau laparoskopi operatif. Keberhasilan prosedur ini tergantung pada

diameter hidrosalping dan kerusakan epitel silial. Jika epitel silial telah dihancurkan,

hasilnya tidak memuaskan, dan lebih baik untuk melakukan salpingektomi untuk

persiapan untuk IVF di masa depan.(1)

Sebelum mengobati obstruksi kornu, diagnosis harus dikonfirmasi. Dalam banyak

kasus, obstruksi kornu didiagnosis dengan bantuan HSG. Histeroskopi operatif

dengan dengan kanulasi tuba sangat membantu untuk mengobati obstruksi kornu.(1)

Sebelum melakukan anastomosis tubokornual, harus dilakukan laparoskopi untuk

kanulasi tuba dengan histeroskopi. Jika satu tuba terbuka, anastomosis tidak

diperlukan karena kehamilan dapat dicapai dalam 50% kasus. Tingkat keberhasilan

anastomosis tubokornual berkisar 20-58%. Angka kehamilan ektopik adalah 5-7%.

Jika obstruksi disebabkan oleh salpingitis isthmika nodosa atau fibrosis, maka hasil

terbaik dicapai melalui IVF. (1)

Pilihan pertama di masa lalu adalah upaya operasi digunakan untuk memperbaiki

kerusakan tuba. Namun, karena hasil dari operasi tuba tidak memuaskan, maka

15

Page 16: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

sekarang banyak pasien disarankan untuk menjalani IVF (in vitro fertilization)

sebagai pilihan pengobatan pertama mereka.

Dalam rangka untuk memilih antara IVF dan operasi tuba, kita perlu membedakan

antara kerusakan tuba intrinsik dan kerusakan peritubal. Jika tuba rusak karena

masalah di luar saluran tuba, seperti adhesi peritubal atau endometriosis, yang

menyebabkan tuba untuk mendapatkan tertekuk, maka pembedahan mungkin

berguna. Namun, operasi ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan tuba yang telah

diblok karena TB, jika tuba diblok di beberapa tempat, atau jika tuba telah diblok

karena penyakit tuba intrinsik. (1,9)

Kemungkinan keberhasilan operasi, tergantung pada tingkat keparahan kerusakan

tuba. Jika proses infeksi sebelumnya telah menyebabkan parut pada tuba fallopi,

lapisan halus dalam mungkin telah menjadi ireversibel rusak. Semua operasi dapat

mengakibatkan mendirikan kembali patensi dalam beberapa kasus - namun tujuan

utama dari operasi ini tidak hanya membuka tabung, tetapi untuk mencapai

kehamilan - dan tuba harus menjadi mampu menangkap telur dan membawanya ke

rahim untuk hal ini terjadi. Sayangnya, operasi tidak dapat membalikkan kerusakan

tuba sekali ini terjadi. (9,10)

Tubal Mikro(9)

Mikro memerlukan penggunaan teknik bedah berikut:

1. Menggunakan mikroskop (untuk pembesaran yang memadai)

2. Menghindari trauma yang tidak perlu ke jaringan

3. Mempekerjakan instrumen bedah halus

4. Mempekerjakan jahitan halus dan memastikan penjahitan yang tepat.

Memastikan bahwa tidak ada perdarahan dan tidak ada gumpalan tertinggal

(dapat menyebabkan pembentukan adhesi parut)

Operasi mikro dapat berlangsung dari 1 hingga 4 jam. Tergantung pada tingkat

kerusakan panggul dan biasanya dilakukan di bawah anestesi spinal atau umum.

16

Page 17: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Sayatan yang digunakan biasanya adalah Pfemensteil. Lama tinggal di rumah sakit

biasanya 3 sampai 7 hari.

Kerusakan Tuba Proksimal (9)

Obstruksi tuba bisa di persimpangan uterotubal dan ini disebut blok kornu. Perbaikan

bedah konvensional blok kornu melibatkan reimplanting tuba ke rahim dan memiliki

tingkat keberhasilan yang rendah. Namun, dengan mikro, adalah mungkin untuk

melihat ujung yang sangat halus dari tuba di bawah pembesaran tinggi. Ini memiliki

tingkat kehamilan sekitar 50%, karena fungsi dari sisa tuba pada dasarnya utuh.

Salpingolysis(9)

Prosedur ini memerlukan pembagian perlengketan di sekitar tuba. Bila tidak ada

kerusakan lain yang jelas, tingkat keberhasilan mungkin setinggi 65%.

Reanastomosis Tuba(9)

Prosedurnya dengan menghapus bagian yang rusak dari tuba dan digabung kembali

ujung sehat tuba bersama-sama. Tingkat keberhasilan bervariasi sesuai dengan area

kerusakan, tetapi biasanya dalam kisaran 20-.50% Kemungkinan keberhasilan lebih

tinggi jika kelainan terjadi di bagian tengah tuba.

17

Page 18: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Gambar 7: Reanastomosis Tuba(9)

Kerusakan Tuba Distal(9)

Jika tuba telah rusak parah dan telah membentuk sebuah Hidrosalping (di mana

tongkat fimbriae satu sama lain dan tabung tertutup) operasi yang diperlukan disebut

neosalpingostomy, di mana ahli membuka Hidrosalping dan menciptakan pembukaan

baru untuk diperbaiki tuba. Sementara ini secara teknis mudah, tingkat keberhasilan

sangat rendah (sekitar 20%) karena fungsi fisiologis fimbriae jarang kembali normal.

Jika kerusakan kurang parah (aglutinasi fimbrial, di mana fimbriae terjebak

satu sama lain, atau phimosis, di mana tabung yang menyempit, tetapi terbuka), maka

perbaikan bedah lebih sukses, dengan angka kehamilan menjadi sekitar 50%.(9,11)

Jika pasien tidak hamil dalam waktu satu tahun setelah operasi, kemudian

tindak lanjut pengujian dalam bentuk HSG dan / atau laparoskopi disarankan, untuk

menentukan apakah saluran tuba masih terbuka. Jika operasi pertama telah gagal,

kemungkinan keberhasilan sebagai akibat dari reoperation sangat rendah, dan IVF

adalah pilihan pengobatan untuk pasien tersebut. IVF adalah pengobatan infertilitas

di mana hormon diatur secara ketat dan ovulasi diawasi ketat oleh dokter. Berikut

adalah cara kerjanya:

1. Ovarium di stimulasi dengan hormon mengarah ke perkembangan

folikel telur untuk siap difertilisasikan.

2. Beberapa sel telur dikumpulkan menggunakan jarum panjang

dengan USG sebagai petunjuk.

3. Sel telur ini lalu dibuahi dengan sperma, dikumpulkan di

laboratorium.

18

Page 19: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

4. Embrio yang dibuahi dimatangkan untuk waktu singkat di

laboratorium untuk memastikan embrio itu layak sebelum

menempatkannya ke dalam rahim.

5. Beberapa embrio (biasanya 2-3 meskipun jumlah yang tepat

tergantung pada individu) kemudian ditempatkan ke dalam rahim

untuk implantasi.

6. USG dan peningkatan tingkat beta-HCG (hormon yang tes

kehamilan mendeteksi) dapat mengkonfirmasi kehamilan.

Gambar 8: IVF (in vitro fertilization)

Di masa depan, adalah mungkin bahwa transplantasi tuba dapat menjadi

kenyataan dan bahwa ilmuwan juga dapat mengembangkan tuba sintetis buatan

untuk menggantikan yang rusak. (9,12)

1. PROGNOSIS

19

Page 20: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan

lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan

lamanya perkawinan). Pengelolaan mutakhir terhadap pasangan infertil dapat

membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada

10-20% pasangan belum diketahui etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup

tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan lain, umpamanya dengan inseminasi

buatan donor, atau adopsi.(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. EP Elizabeth, SL Richard, et al. Infertility. [online] February 16 th 2012 [cited

2012 August 21]. Available from URL:

http://emedicine.medscape.com/article/274143.

2. Anonym. Infertility. USA: McGraw-Hill Companies. 2006.

3. Priastana A. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita. [online] Desember 3 rd

2012 [cited 2012 August 21]. Available from URL:

http://andikapriastana.blogspot.com

4. Anonym. What Causes Female Infertility? [online] [cited 2012 August 21].

Available from URL: http://www.stanford.edu/class

5. Malpani. The Fallopian Tubes and Tubal Infertility. [online] [cited 2012 August

21]. Available from URL: http://www.drmalpani.com/tubal-infertility.htm

6. Amansyah A. Infertilitas Pada Wanita. [online] November 7th 2011 [cited 2012

August 31]. Available from URL: http://adekamansyah.blogspot.com

7. Bhattacharya, S.Infertility in Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology,

7th ed. Massachusetts, USA: Blackwell Publishing. 2007; pg 440-58.

8. Anonym. Tubal Factor Infertility. [online] [cited 2012 August 21]. Available

from URL: http://royalcare.sd/page/tubal-factor-infertility

9. Malpani A. Chapter 12b: The Tubal Connection. [online] 2011-2012 [cited 2012

August 21]. Available from URL:

http://www.infertilitybooks.com/onlinebooks/malpani/chapter12b.html20

Page 21: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Referat

10. Anonim. Obstetrics and Gynecology UCLA [online] 2011 [cited 2012 September

8]. Available from URL: http://obgyn.ucla.edu

11. Speroff, Leon. Female Infertility with Tubal Factor: Tubal Occlusion and

Adnexal Adhesions in Ovid: Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility,

7th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2005; p.1047-1052

12. Sherbahn R. Tubal Factor Infertility [online] [cited 2012 August 21]. Available

from URL: http://www.advancedfertility.com/tubal.htm

21